BAB VI FONEM SUPRASEGMENTAL

advertisement
BAB VI
FONEM SUPRASEGMENTAL
6.1 Aksen Nada
Data fonetik menunjukkan bahwa jenis aksen bahasa Jepang adalah aksen nada,
dimana nada yang digunakan hanya dua, yaitu nada tinggi dan nada rendah. Aksen nada
dapat berfungsi sebagai pembeda makna, seperti contoh pasangan minimal berikut ini.
No
Kata
1
Hashi
2
Ame
3
Kami
4
Aka
5
Denki
6
Jishin
7
Mainichi
8
Koukou
Kanji
箸
橋
雨
飴
神
紙
赤
垢
電気
伝記
自信
地震
毎日
毎日
孝行
高校
Fonem
/ha˺si/
/ha˹si/
/a˺me/
/a˹me/
/ka˺mi/
/ka˹mi/
/a˺ka/
/a˹ka/
/de˺Nki/
/de˹Nki/
/zyi˺syiN/
/zyi˹syiN/
/ma˺inicyi/
/ma˹inicyi/
/ko˺:ko:/
/ko˹:ko:/
Aksen
Tinggi-rendah
Rendah-tinggi
Tinggi-rendah
Rendah-tinggi
Tinggi-rendah
Rendah-tinggi
Tinggi-rendah
Rendah-tinggi
Tinggi-rendah-rendah
Rendah-tinggi-tinggi
Tinggi-rendah-rendah
Rendah-tinggi-tinggi
Tinggi-rendah-rendah-rendah
Rendah-tinggi-tinggi-tinggi
Tinggi-rendah-rendah-rendah
Rendah-tinggi-tinggi-tinggi
Makna
Sumpit
Jembatan
Hujan
Permen
Tuhan, dewa
Kertas
Merah
Daki
Listrik
Biografi
Diri sendiri
Gempa bumi
Setiap hari
Koran Mainichi
Berbakti
SMA
Contoh-contoh aksen pada tabel di atas, memperlihatkan bahwa aksen bahasa Jepang
memiliki ciri sebagai berikut.
1. Nada hanya ada dua, yaitu nada tinggi dan nada rendah.
2. Inti nada ada pada fonem vokal dari gugusan ucapan berukuran 1 haku, yang oleh
Hattori Shiro disebut mora.
3. Pergantian nada terjadi pada batas mora.
4. Bagian nada tinggi hanya ada satu, dan tidak pernah terputus di tengah-tengah.
5. Bagian nada rendah bisa lebih dari satu.
Pola aksen di seluruh Jepang tidaklah sama, misalnya pola aksen untuk kata ame
“hujan” dan kata hashi “jembatan” di Tokyo dan Kyoto berbeda. Di Tokyo kata “hujan”
beraksen tinggi-rendah, sedangkan di Kyoto kata tersebut beraksen rendah-tinggi. Sebaliknya,
bila di Tokyo kata “jembatan” beraksen rendah-tinggi, maka di Kyoto kata tersebut beraksen
tinggi-rendah.
Contoh kata lain yang memiliki aksen berbeda di Tokyo dan Kyoto terdapat pada kata
atama “kepala” dan senaka “punggung”. Kata /atama/ di Tokyo bernada rendah-tinggi-tinggi,
sedangkan di Kyoto bernada tinggi-rendah-rendah. Begitu pula dengan kata /senaka/, bila di
Tokyo bernada rendah-tinggi-tinggi, maka di Kyoto bernada tinggi-rendah-rendah.
6.2 Jeda/Pause
Dalam ilmu fonetik, jeda dan pause merupakan dua istilah yang berbeda. Jeda adalah
konsonan letup glotal yang tidak meletup keluar sehingga tertahan di tenggorokan, sedangkan
pause adalah jeda yang ditarik panjang atau pengucapan yang berhenti sebentar di tengah
ujaran. Dalam percakapan sehari-hari masyarakat Jepang, pause berfungsi sebagai pembeda
makna dengan diberi tanda /ʔ/, seperti terlihat pada contoh berikut ini.
1. きれいなメリーさんのお母さん。
Kirei na Merii san no okaasan.
Kalimat di atas memiliki dua makna dengan fonemis sebagai berikut:
a. /kire:namerisaNnoʔoka:saN/ memiliki makna “Ibu dari si Merry yang cantik”.
b. /kire:naʔmerisaNnooka:saN/ memiliki makna “Ibu si Merry, yang cantik”.
2. かわいいあいちゃんのむすめ。
Kawaii Ai chan no musume.
Kalimat di atas memiliki dua makna dengan fonemis sebagai berikut:
a. /kawai:ʔaicyaNnomusume/ memiliki makna “Anak mungil dari si Ai”.
b. /kawai: aicyaNnoʔmusume/ memiliki makna “Anak dari si Ai yang manis itu”.
3. なくなられた山田さんのお父さん。
Nakunarareta Yamada san no otousan.
Kalimat di atas memiliki dua makna dengan fonemis sebagai berikut:
a. /nakunararetayamadasaNnoʔoto:saN/ memiliki makna “Ayahanda alm. Pak
Yamada”.
b. /nakunararetaʔyamadasaNnooto:saN/ memiliki makna “Alm. ayahanda dari bapak
Yamada”.
6.3 Intonasi
Berbeda dengan masalah aksen yang asing bagi orang Indonesia, soal intonasi sudah
tidak dirasakan aneh karena dalam bahasa Indonesia pun intonasi juga digunakan oleh
penutur. Namun, bila aksen ditemukan pada kata, maka intonasi ditemukan pada kalimat.
Intonasi adalah perubahan tinggi-rendahnya nada pada akhir kalimat yang mengungkapkan
sikap psikologis dari penutur. Intonasi yang paling mendasar dalam bahasa Jepang adalah
menaik dengan diberi tanda fonem /↑/, dan menurun dengan tanda fonem /↓/, seperti
beberapa contoh berikut ini.
1. Bandingkan perbedaan intonasi dari 2 verba aruku dan kaeru berikut:
a. Aruku? /↑/ bermakna “Jalan kaki, nih?”
b. Aruku. /↓/ bermakna “Ya, jalan kaki.”
c. Kaeru? /↑/ bermakna “Pulang ya?”
d. Kaeru. /↓/ bermakna “Ya, pulang.”
2. Bandingkan perbedaan intonasi dari nomina gakusei berikut:
a. Gakusei? /↑/ bermakna “Anda mahasiswa ya?”
b. Gakusei. /↓/ bermakna “Ya, saya mahasiswa.”
3. Bandingkan perbedaan intonasi dari ajektiva ookii berikut:
a. Ookii? /↑/ bermakna “Apakah besar?”
b. Ookii. /↓/ bermakna “Ya, besar”.
4. Bandingkan perbedaan intonasi dari 2 kalimat tanya berikut:
a. Gakusei desu ka? /↑/ bermakna “ Apakah anda mahasiswa?”
b. Gakusei desu ka. /↓/ bermakna “Oh, kalau begitu, anda mahasiswa ya.”
c. Sou desu ka? /↑/ bermakna “Bukankah begitu, bagaimana pendapatmu?”
d. Sou desu ka. /↓/ bermakna “Oh, begitu.”
Dalam bahasa Jepang, penggabungan intonasi menaik dan menurun juga
memungkinkan, seperti contoh berikut ini.
1. Bandingkan perbedaan intonasi dari kata yamenasai berikut:
a. Yamenasai! /↓/ bermakna “Jangan begitu!” (melarang lawan bicara)
b. Yamenasai!? /↓↑/ bermakna “Apa, tidak boleh!?” (mengejek larangan lawan
bicara)
2. Bandingkan perbedaan intonasi dari kata ame berikut:
a. Ame. /↓/ bermakna “Hujan.” (memberitahu lawan bicara)
b. Ame? /↑/ bermakna “Hujan ya?” (bertanya secara reflek)
c. Ame!? /↓↑/ bermakna “Apa betul hujan, nih!?” (balik bertanya dengan setengah
tidak percaya)
6.4 Prominen
Prominen, atau dalam bahasa Jepang disebut prominensu atau takuritsu adalah
penekanan atau penegasan secara khusus pada bagian kalimat tertentu agar lawan bicara
menjadi tertarik dan terfokus perhatiannya pada bagian tersebut, dimana diucapkan dengan
suara keras atau nada yang tinggi, seperti contoh berikut ini.
1. 中村さんは嫌いだと言いました。
Nakamura san ha kirai da to iimashita.
Kalimat di atas memiliki 2 makna dengan pengucapan berikut:
a. Nakamura san ha kirai da to iimashita
tinggi-keras
rendah-lemah
bermakna “Ada yang berkata tidak menyukai Tuan Nakamura.”
b. Nakamura san ha kirai da
to iimashita
rendah-lemah tinggi-keras rendah-lemah
bermakna “Tuan Nakamura berkata bahwa dia tidak suka.”
Download