Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009 KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PADA FESES AYAM YANG DIFERMENTASI DENGAN LACTOBACILLUS SP (Potein and crude fibre contents of fermented poultry waste Lactobacillus sp) JAMILA, F.K. TANGDILINTIN dan R. ASTUTI Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10, Makassar 90245 ABSTRACT An experiment was conducted to determine crude protein and crude fiber of poultry waste fermented with different level of Lactobacillus sp. The materials used in this research were 7.5 kg poultry waste and Lactobacillus sp liquid. Research was conducted according to completely randomized design, consisted of 4 treatments and 4 replications for each treatment. The treatments were A = poultry waste without fermentation (control); B = fermented poultry waste without added Lactobacillus sp; C = poultry waste fermented with 1% Lactobacillus sp (v/w); D = poultry waste fermented with 3% Lactobacillus sp (v/w); E = poultry waste fermented with 5% Lactobacillus sp (v/w). The result of this experiment indicated that Lactobacillus sp in poultry waste fermentation significantly increased crude protein of poultry waste but no significant effect on crude fiber. Key Words: Lactobacillus sp., Poultry Waste, Crude Protein and Crude Fibre ABSTRAK Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui perubahan kandungan protein kasar dan serat kasar feses ayam yang difermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus sp pada level yang berbeda. Penelitian ini menggunakan 7,5 kg feses ayam petelur dan bakteri Lactobacillus sp dalam bentuk cair. Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari lima perlakuan yang masing-masing diulang sebanyak tiga kali, dengan susunan perlakuan sebagai berikut: A = feses ayam tanpa fermentasi (sebagai kontrol); B = feses ayam yang difermentasi tanpa penambahan Lactobacillus sp; C = feses ayam + 1% bakteri Lactobacillus sp (v/b) kemudian difermentasi.; D = feses ayam + 3% bakteri Lactobacillus sp (v/b) kemudian difermentasi dan E = feses ayam + 5% bakteri Lactobacillus sp (v/b) kemudian difermentasi. Berdasarkan sidik ragam, hasil menunjukkan bahwa penggunaan Lactobacillus sp dalam proses fermentasi feses ayam cenderung meningkatkan kandungan protein kasar feses ayam tetapi tidak berpengaruh terhadap kandungan serat kasar. Kata Kunci: Lactobacillus sp., Feses Ayam, Protein Kasar, Serat Kasar PENDAHULUAN Limbah ternak dapat dimanfaatkan menjadi bahan pakan bernilai cukup tinggi, karena limbah tersebut masih cukup banyak mengandung nutrien yang dibutuhkan oleh ternak. Penggunaan limbah ternak sebagai bahan pakan bermanfaat pula dalam mengurangi pencemaran lingkungan. Limbah ternak khususnya feses ayam dapat ditingkatkan kualitasnya melalui proses fermentasi antara lain fermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus sp. Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk maksud tersebut di atas adalah melakukan fermentasi dengan penambahan bakteri Lactobacillus sp (GILILAND, 1986). Proses fermentasi dapat berpengaruh terhadap kandungan nutrisi feses ayam tersebut. Kandungan protein dan serat kasar sangat berpengaruh terhadap kualitas nutrisi dari bahan pakan. Kandungan protein yang tinggi dapat meningkatkan kualitas pakan dan 557 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009 sebaliknya kandungan serat kasar yang tinggi cenderung menurunkan kualitas pakan terutama untuk unggas. Oleh karena itu perlu diteliti apakah fermentasi feses ayam dengan campuran bakteri Lactobacillus sp akan berpengaruh terhadap kandungan protein dan serat kasar bahan pakan khususnya feses ayam. Walaupun feses ayam belum digunakan oleh pabrik pakan ternak unggas, namun mempunyai potensi sebagai sumber protein dan kaya akan asam amino. Namun demikian penggunaan feses ayam sebagai bahan penyusun ransum secara langsung dapat merugikan, karena masih mengandung mikroorganisme patogen seperti Salmonella yang dapat membahayakan kesehatan ternak. Jika hal ini terjadi dapat berakibat pada penurunan produksi, sehingga perlu diadakan penanganan yang dapat menghilangkan bakteri patogen sekaligus meningkatkan nilai gizi sebelum digunakan sebagai bahan pakan. Fermentasi dengan bakteri Lactobacillus sp dapat meningkatkan kadar protein kasar (RAHIMI, 2002). Hal ini dapat terjadi apabila ada sintesis asam-asam amino sebagai hasil fermentasi bahan organik. Diharapkan pula bahwa proses fermentasi dapat menurunkan kadar serat kasar yang disebabkan oleh adanya aktifitas bakteri yang dapat merenggangkan ikatan ligno-selulosa dan ikatan lignohemiselulosa sehingga sebagian komponen serat dapat larut (WIDIDANA dan HIGA, 1993). Berdasarkan pemahaman diatas, maka penelitian mengenai fermentasi feses ayam dengan menggunakan bakteri Lactobacillus sp. perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan kandungan protein kasar dan serat kasar feses ayam yang difermentasi dengan bakteri Lactobacillus sp. pada berbagai level. MATERI DAN METODE Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari lima perlakuan yang masing-masing diulang sebanyak tiga kali, dengan susunan perlakuan sebagai berikut: A = feses ayam tanpa fermentasi (sebagai kontrol) 558 B = feses ayam yang difermentasi tanpa penambahan Lactobacillus sp C = feses ayam + 1 % bakteri Lactobacillus sp (v/b) kemudian difermentasi. D = feses ayam + 3 % bakteri Lactobacillus sp (v/b) kemudian difermentasi. E = feses ayam + 5 % bakteri Lactobacillus sp (v/b) kemudian difermentasi. Feses ayam yang digunakan dalam penelitian ini adalah feses ayam petelur yang berasal dari kandang cage dengan diberi talang pada lantai penampung feses. Sebelum digunakan feses ayam dikeringkan. Pada perlakuan A langsung diambil sampelnya untuk dianalisis kandungan protein kasar dan serat kasar. Pada perlakuan B ditambahkan sedikit air sampai kadar airnya ± 40% kemudian langsung dimasukkan ke dalam kantong polybag lalu dipadatkan dan ditutup hingga kedap udara. Untuk perlakuan C, D dan E, Lactobacillus sp dalam bentuk cair (Laboratorium THT Fapet Unhas) ditambahkan sesuai perlakuan kemudian diaduk rata baru dimasukkan ke dalam kantong polybag, dipadatkan dan ditutup hingga kedap udara. Fermentasi dilakukan selama 7 hari kemudian diambil sampel sebanyak 100 gram untuk dianalisis di Laboratorium Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar untuk mengetahui kandungan protein kasar dan serat kasarnya. Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar pada masing-masing perlakuan. Perlakuan dianalisis dengan menggunakan prosedur analisis proksimat menurut AOAC (1990). Data yang diperoleh dianalisis statistik dengan menggunakan sidik ragam sesuai Rancangan Acak Lengkap (RAL) (GASPERSZ, 1994). Perlakuan yang berpengaruh nyata diuji lebih lanjut dengan menggunakan Uji Beda Nyata Terkecil (GASPERSZ, 1994). HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar Feses Ayam yang Difermentasi dengan dan tanpa bakteri Lactobacillus sp dapat dilihat pada Tabel 1. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009 Tabel 1. Rataan kandungan protein kasar (%) dan serat kasar (%) feses ayam yang difermentasi dengan dan tanpa bakteri Lactobacillus sp. Perlakuan A B a Protein kasar 9,97 Serat kasar 30,63 10,24 C abc 30,26 10,37 D abc 30,32 10,75 E ab 31,80 12,67ab 32,65 Huruf yang berbeda pada superscript angka rata-rata baris berbeda sangat nyata (P < 0,01) Berdasarkan sidik ragam, menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap kandungan protein kasar feses ayam. Rata-rata Kandungan protein kasar feses ayam pada perlakuan A = 9,97%, B = 10,24%, C = 10,37%, D = 10,75% dan E = 12,67%. Kandungan protein kasar tertinggi adalah pada perlakuan E (feses dengan penambahan 5% bakteri Lactobacillus sp.) yaitu 12,67% dan yang terendah adalah pada perlakuan A (feses ayam murni). Adanya penambahan bakteri dalam proses fermentasi feses ayam dapat meningkatkan kandungan protein kasar. Ini disebabkan karena meningkatnya jumlah mikroba yang terdapat dalam feses, yang mana mikroba tersebut dapat mensintesis protein selama masa fermentasi. Hal ini sesuai dengan pendapat WIDIDANA dan HIGA (1993) yang menyatakan bahwa bakteri yang melakukan fermentasi dapat menghasilkan asam-asam amino. Di samping itu bakteri ini mampu mengikat nitrogen dari udara bebas sehingga jumlah nitrogen yang digunakan lebih tersedia untuk mensintesa asam amino, selanjutnya asam amino disintesa menjadi protein. Ditambahkan oleh GAMAN dan SHERRINGTON (1992) bahwa mikroorganisme mempunyai kandungan protein yang tinggi dan mensintesis vitamin dalam jumlah yang memadai. Peningkatan protein kasar feses ayam hasil fermentasi mengindikasikan adanya sintesis protein oleh mikroba dalam feses ayam selama proses fermentasi. Berdasarkan hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT) didapatkan bahwa kandungan protein pada feses ayam yang diberi perlakuan E nyata (P < 0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein pada feses yang mendapat perlakuan A, B, C dan D. Kandungan protein pada feses ayam yang diberi perlakuan A, B, C dan D tidak berbeda nyata (P > 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa walaupun selama proses fermentasi mungkin terjadi sintesis protein akan tetapi sintesis protein tersebut tidak cukup untuk meningkatkan kandungan protein secara nyata sampai bakteri Lactobacillus sp. mencapai level 5% (v/b). Berdasarkan sidik ragam hasil fermentasi feses ayam dengan bakteri Lactobacillus sp tidak berpengaruh nyata (P > 0,05) terhadap kandungan serat kasar feses ayam. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan Lactobacillus sp. sampai tingkat 5% (v/b) tidak mampu untuk mengurai serat kasar menjadi senyawa yang lebih sederhana dan mudah larut. Dengan kata lain kemungkinan Lactobacillus sp tidak mempunyai kemampuan yang cukup untuk mencerna serat kasar. WIDAYATI (1996) menyatakan bahwa dalam proses fermentasi, mikroba dapat memecah komponen yang kompleks menjadi zat-zat yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna oleh ternak, serta dapat memecah selulosa dan hemiselulosa menjadi gula sederhana dan turunannya yang mudah dicerna. Akan tetapi tidak diketahui apakah pernyataan ini juga ditujukan pada bakteri Lactobacillus sp. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan Lactobacillus sp. dalam proses fermentasi feses ayam cenderung meningkatkan kandungan protein kasar feses ayam tetapi tidak berpengaruh terhadap kandungan serat kasar. Pada penelitian lebih lanjut disarankan agar pH feses ayam diatur sehingga fermentasi dapat berlangsung dengan baik. 559 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009 DAFTAR PUSTAKA AOAC. 1990. Official Methods of Analysis of The Association of Agriculture Chemist A.O.A.C, Washington D.C. GAMAN, P.M dan K.B. SHERRINGTON. 1992. Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. GASPERZ, V. 1994. Metode Perancangan Percobaan. CV Armico, Bandung. GILILAND, S.E. 1986. Bacterial Starter Cultures for Food. CRC Press, Inc. Boca Parton, Florida. 560 RAHIMI, R. 2002. Kandungan Kalsium dan Pospor Campuran Kulit Buah Kakao dengan Beberapa Sumber Karbohidrat yang Difermentasi dengan Effective Microorganism-4 (EM-4). Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. WIDAYATI, E. dan Y. WIDALESTARI. 1996. Limbah untuk Pakan Ternak. Penerbit Trubus Agrisarana, Surabaya. WIDIDANA, G.N. dan T. HIGA. 1993. Penuntun Bercocok Tanam dengan Menggunakan Teknologi EM-4. Songgo Langit Persada, Jakarta.