perbandingan konsep kusala dhamma dalam agama buddha

advertisement
PERBANDINGAN KONSEP KUSALA DHAMMA
DALAM AGAMA BUDDHA DENGAN KONSEP JIHAD
AGAMA ISLAM
ARTIKEL
OLEH
Untoro
Disusun sebagai Tugas Akhir
Di Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangerang – Banten
Jurusan Dharmduta
2014
1
ABSTRACT
Untoro, 2012 Kusala Dhamma Comparison Concept In Buddhism the concept of Islamic Jihad.
Thesis. Department Dharmaduta. High School State Buddhist Sriwijaya Tangerang
Banten Supervisor I Corneles Wowor, MA and supervising II Heriyanto M.Kom.
Keywords: Buddhist Concept of Jihad, Islamic Jihad Concept.
Issues raised this study relates to the concept of Jihad is not yet properly understood.
Understanding Jihad can be viewed from the standpoint of Buddhism is not widely understood.
In Buddhism there is the concept of Kusala Dhamma (good condition) which can be interpreted
as the implementation of Jihad according to the Buddhist concept of optimally yet understood.
What is the ratio concept Kusala Dhamma in Buddhism and the concept of Jihad in Islam.
The purpose of this study aimed to compare the concept of Jihad, and discusses the
concept of Kusala Dhamma in Buddhism. To be exact nature of Jihad we can know, and how the
Buddhist view of the concept of jihad itself. Jihad is also expected not violate norms and laws
that exist in Indonesia.
To achieve the above studies mentioned above, the authors use the method of literature
review yuang analyzed the data given in the form of text and are qualitative, the authors use data
analysis in the research literature that collects data from various Buddhist literature general
books and resources to support the research to obtain the data source. The data source then is
analyzed and collated into a thesis. This means that in conducting the data nanalisis draw a final
conclusion, the authors do not use formulas and statistical hypothesis testing.
These results indicate that the concept of Jihad in Islam The relevant still used at the
present time. Although many people have an understanding of the concepts and Jihad,
respectively, giving rise to the assumption for each individual. Kosep Jihad in Islam can be
implemented in as Kusala Dhamma Buddhism, although there are some similarities and
differences, the concept can be implemented without having to shift the noble values of
Buddhism.
Based on these results the authors concluded that the concept of Jihad in the light of
Buddhism is an attempt to get the good when he executed the true teachings then he will
mempereoleh dikehidupan benefits both now and in the future.
Finally, the authors suggest that in this world as human assistance may not have bigotry
against everything. Learning the religious affiliation can be derived from the phenomenon that
happens around us.
2
I.
PENDAHULUAN
Kehidupan bermasyarakat merupakan salah satu aspek penting bagi pembentukan suatu
perilaku seseorang. Dewasa ini makin terasa banyak terjadi kasus-kasus bom bunuh diri yang
mengatas namakan agama. Hal tersebut jelas melanggar norma-norma agama, adat istiadat,
bahkan hukum negara. Setelah ditelusuri lebih dalam, masalah-masalah itu terjadi karena kurang
pemahaman secara mendalam ilmu agama. Pendidikan agama bukan hanya didapat secara formal
namun juga diperoleh dalam masyarakat maupun pengalaman hidup.
Pengamalan agama dalam bentuk tindakan tersebut sering berbenturan dengan nilai
moralitas dan etika, yang tentu merugikan bagi banyak pihak lain. kerugian yang ditimbulkan
karena perlakuan tersebut tidak hanya berupa kerugian material yang rusak berupa sarana
prasana, korban meninggal maupun terluka. Juga beban mental karena keberadaan tersebut
mengancam kebebasan seseorang termasuk kebebasan beragama.
Kehidupan modern dan kemajuan teknologi yang canggih menyebabkan masyarakat
mengabaikan pendidikan agama. Banyak etika kemoralan yang dilupakan, masyarakat cenderung
mengikuti arus globalisasi secara mentah-mentah, tanpa memilih mana yang cocok untuk budaya
mereka sendiri. Hal dapat memberikan dampak negatif dalam perkembangan dan kemajuan
bangsa. Dengan demikian muncul pandangan negatif yang dapat menimbulkan keresahan.
Keyakinan yang kuat terhadap suatu agama tanpa didasari pengertian yang mendalam
menimbulkan suatu akibat negatif yaitu, penindasan terhadap kaum minoritas dan menganggap
agama yang dianutnya adalah paling benar. Inilah fenomena yang sering kali terjadi pada masa
sekarang ini. Dalam hal ini peranan agama diharapkan dapat menanamkan pembelajaran yang
positif bagi umatnya dan masyarakat Indonesia.
3
Indonesia memiliki enam agama yang diakui keberadaannya secara hukum yang disahkan
oleh negara. Perbedaan kepercayaan tersebut menimbulkan pandangan sendiri dalam diri umat
masing-masing. Setiap agama memiliki suatu cara tersendiri untuk mencapai kebaikan sesuai
dengan apa yang dipercayainya. Termasuk
mengorbankan harta benda, jiwa, dan raga.
Pandangan agama tersebut dikenal dengan istilah Jihad. Sebagian dari orang mengganggap
bahwa dengan melaksanakan Jihad akan masuk surga dan mendapat pahala atau kebahagian.
Perlakuan buruk sebagian orang dalam suatu agama, seperti kasus-kasus terorisme dan
pengeboman. Tidak dapat dijadikan suatu pandangan bahwa agama tersebut tidak benar
keberadaanya, dari permasalahan di atas, yang perlu ditindak lanjuti bukan agama yang
dianutnya, tetapi indivudu atau kelompok yang mempunyai pandangan salah terhadap suatu
agama. Karena pada hakikatnya semua agama mengajarkan kebaikan dan menjujung moralitas.
Jihad dilihat dari arti Jihad secara resmi Jihad mempunyai arti berperang untuk menegakan
Islam dan melindungi orang Islam, memerangi hawa nafsu, mendermakan harta benda untuk
kebaikan Islam dan umat Islam, memberantas yang batil dan menegakan hak. Maka Jihad dapat
dikaji dalam agama Buddha sesuai dengan ajaran Buddha, Maupun agama manapun sesuai
dengan inti ajaran agama masing-masing.
Praktik Jihad dalam agama Buddha dapat dilakukan sesuai dengan anjaran Buddha yang
selalu mengajarkan cinta kasih dan kasih sayang pada semua makhluk apapun. Sehingga semua
pengertian Jihad tersebut tidak semuanya dilaksanakan. Karena agama Buddha dan Islam jelas
mempunyai keyakinan yang berbeda. Tetapi mempunyai tujuan yuang luhur yaitu kebahagian
umat sesuai dengan ajaran yang telah diajarkan. Menjadikan pandangan yang sempit tentang
Jihad akan berkurang sehingga praktik jihad dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari
dalam masyarakat.
4
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Jihad
1. Jihad dalam Agama Buddha
Jihad adalah suatu Jalan untuk mendapatkan kebaikan yang disebut dengan
bertujuan untuk mendapatkan Keridhoan Allah. Dalam agama Buddha kebaikan
terdapat dalam Dasa Pāramitā (sepuluh kebajikan).
Dalam hidup sebagai manusia diperlukan tekad yang kuat untuk mencapai tujuan,
seperti halnya Pangeran Siddhartha yang bertekad untuk mencari obat dari sakit mati
setelah melihat empat peristiwa orang tua, orang sakit, orang mati, dan pertapa.
Setelah melihat kejadian tersebut pangeran bertekad untuk meninggalkan istana dan
menjalakan hidup sebagai pertapa. Tekad yang kuat atau ketetapan hati inilah yang
harus diikuti sebagai pelaksanaan Jihad sebagai umat Buddha. Kemaun untuk berbuat
menuju kebaikan berasal dari dalam diri tiap individu, hal tersebut sangat bergantung
pada diri sendiri untuk membangkitkan keputusan yang teguh dalam pelaksanaan
kebajikan. Dalam kehidupan Sang Buddha dalam mencapai penerangan agung banyak
menempuh kesulitan dan hambatan. Pangeran Sidharta sebelum menemukan jalan
tengah beliau menempuh jalan ekstrim dengan menyiksa diri selama enam tahun.
Setelah menyadari bahwa hal tersebut tidak memberikan kemajuan batin. Beliau
menjalankan hidup dengan tetap menjaga tubuh, dan terikat pada nafsu duniawi
dengan meninggalkan kehidupan berumah tangga untuk menjalankan kehidupan suci.
2. Pandangan Benar terhadap Jihad
Jihad dalam Agama Islam dengan makna bersungguh-sungguh atau berjuang, dapat
saja terdapat pada agama lain, namun bentuk, cara maupun tujuannya yang berbeda-
5
beda. Pemahaman yang beda-beda tentang Jihad menimbulkan pandangan yang
berbeda pula. Karena setiap indivudu memiliki penangkapan yang berbeda, maka
sangat dibutuhkan kebijaksanaan dalam memahami konsep Jihad. Pandangan benar
(Sammāditthi) dalam agama Buddha dibagi menjadi tiga macam yang pertama
pandangan benar
tentang
Kamma
(perbuatan), pandangan tentang
Kamma
menyebutkan bahwa Kamma apa saja yang dibuatnya, yang baik atau buruk, terhadap
itu ia akan menjadi ahli warisnya. Menegaskan bahwa perbuatan apapun yang baik
ataupun buruk yang dilakukan, makhluk tersebut akan mendapat akibat dari perbutan
yang dilakukan olehnya sendiri. Dengan mempunyai pandangan tersebut tentu
manusia akan berbuat kebaikan, karena dalam ajaran agama apaun pelaksanaan pasti
akan mendapat kebaikan.
Dalam Samāditthi Sutta salah satu kotbah Sang Buddha menyatakan bahwa:
Hal yang membawa manfaat dan menguntungkan banyak pihak adalah tidak
membunuh makhluk hidup, tidak mengambil apa yang tidak diberikan. Tidak
memuaskan semua nafsu dengan cara yang salah, tidak berdusta, tidak memfitnah,
tidak berkata kasar, tidak bergunjing, tidak serakah, tidak membenci, dan tidak
memiliki pandangan salah (Bhikkhu Nanamoli & Bhikkhu Bodhi, 2004: 237).
Dari kutipan diatas menjelaskan bahwa hal yang bermanfaat dan membawa
kemajuan adalah dengan melakukan perbuatan sesuai Dhamma Sang Buddha dengan
cara hidup sesuai Dhamma dan tidak melanggar sila. Pandangan terhadap sesuatu hal
yang ada dalam diri pada setiap orang semakin lama semakin modern dan kritis, yang
dapat menyebabkan mereka mempunyai pandangan dan penafsiran sendiri.
6
Pada masa kehidupan Sang Buddha terdapat 62 pandangan salah, dikotbahkan
dalam Brahmajala Suttā, yang dianut oleh para pertapa pada waktu itu. Enam puluh
dua pandangan salah, salah satunya diantaranya:
Para Bhikkhu, ada beberapa pertapa dan brahmana yang tidak mengerti dengan baik
apa sesungguhnya yang dimaksudkan dengan baik atau buruk. Ia menyadari, saya
tidak mengerti dengan jelas apa sesungguhnya yang dimaksud dengan baik atau buruk.
Demikianlah bila saya menyatakan bahwa ini baik atau buruk, maka saya akan
dipengaruhi oleh perasaan-perasaan, keinginan, kebencian dan dendam. Berdasarkan
pada hal tersebut saya akan salah, dan kesalahanku tersebut menyebabkan saya
menyesal, dan perasaan menyesal akan menjadi penghalang bagiku (walse, 2009: 1).
Hal ini mempertegas bahwa pada dari kehidupan dulu sampai sekarang terdapat
banyak pandangan-pandangan dalam menjalani kehidupan demi menuju tujuan akhir
menurut pandangan yang dianutnya. Namun Sang Buddha Sebagai guru Dalam
Agama Buddha mengajarkan jalan kehidupan dengan melaksanakan jalan tengah
dengan tidak menyiksa diri dan terlalu memuaskan nafsu indera.
Dari penggalan Sutta di atas pengertian baik dan buruk yang dimaksudkan adalah
Kusala (baik) dan Akusala (buruk). Pengertian tentang baik dan buruk harus didasari
pandangan benar (Sammādhitthi), dalam Agama Buddha perbuatan yang benar adalah
perbuatan yang tidak merugikan makhluk lain. Pancasila Buddhis dalam hal ini
sebagai batas-batas tingkah laku manusia dalam kehidupan masyarakat, apabila hal
tersebut dapat terlaksana dengan baik, maka kehidupan akan damai sejahtera.
3. Jihad dalam Hukum Karma
7
Dalam Agama Buddha perbuatan yang dilakukan oleh manusia terdapat dalam
Hukum Kamma. Arti Kamma itu sendiri adalah perbuatan yang dilakukan yang
dilakukan oleh jasmani, perkataan, dan pikiran yang baik maupun yang tidak baik
(Kaharudin 2005 : 291). Selain itu perbuatan sebagai Kamma apabila suatu perbuatan
dilakukan karena adanya niat atau kehendak (Cetana). Suatu perbuatan tanpa niat atau
kehendak tidak dapat disebut karma karena perbuatan tersebut tidak akan
menghasilkan akibat moral bagi pembuatnya. Niat atau kehendak yang dimaksud
dengan kamma seperti kotbah Sang Buddha dalam Angutara Nikayā III:
O para Bhikkhu, kehendak yang dimaksud dengan Kamma. Seseorang karena
memiliki kehendak dalam pikiranya maka ia akan melakukan perbuatan dengan
jasmani, ucapan dan pikiran.
Sedangkan Hukum Karma diartikan hukum universal tentang sebab dan akibat yang
merupakan hukum moral yang impersonal (wowor, 2004: 2).
Dengan memperhatikan dan meyakini adanya akibat dari perbuatan yang dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari, manusia akan lebih berhati-hati dalam melakukan
tindakan. Pelaksanaan atas nama Jihad terjadi di Indonesia yang mengakibatkan
jatuhnya korban, pelaku tersebut jelas telah melakukan pembunuhan, perbuatan kejam
dan penyiksaan yang mengakibatkan makhluk tersebut akan memiliki umur pendek
dan berpenyakitan sesuai dengan akibat membunuh. Sebaliknya perbuatan yang
dilakukan atas nama Jihad sebaiknya didasari dengan cinta kasih dan kasih, dengan
demikian maka akan memberikan manfaat bagi pelaksana Jihad, juga memberikan
manfaat bagi orang lain.
8
Semua perbuatan yang dilakukan oleh manusia terhadap itulah dirinya yang akan
memperoleh akibatnya. Apabila sebabnya baik, maka akibatnya yang diperoleh juga
akan baik. Sebaliknya, apabila sebab-sebab buruk maka akibat yang diperoleh juga
akan buruk. Hal ini dikotbahkan oleh Sang Buddha dalam Sammyutta Nikayā, 293
menyatakan:
Sesuai dengan benih yang telah ditabur,
Begitulah buah yang akan dipetiknya.
Ia yang berbuat baik akan menerima kebaikan, dan
Ia yang berbuat kejahatan akan menerima kejahatan.
Dalam melakukan suatu perbuatan sangat dibutuhkan kebijaksanaan manusia untuk
dapat membedakan perbuatan yang dilakukan baik atau buruk membawa apakah
manfaat dan tidak merugikan makhluk lain. Tetapi dengan mengetahui hal diatas
bukan untuk membuat manusia takut untuk berbuat namun dapat dijadikan motivasi
bahwa melaksanan perbuatan baik akan menerima akibat baik atau memberikan
manfaat kepada diri sendiri dan orang lain.
4. Jenis – jenis Jihad
Pandangan yang beranekaragam tentang konsep Jihad menjadikan jenis Jihad yang
bermacam-macam menurut pendapat para ahli. Jenis Jihad berdasarkan Al-Qur’an dan
At-sunnah, Jihad secara mendasar dibagi kedalam 4 kategori menurut Anwar Duaa
yaitu:
a. Jihad dengan pikiran dan hati.
b. Jihad dengan lisan.
c. Jihad dengan tulisan.
9
d. Jihad dalam peperangan.
Jihad dengan pikiran dan hati, Merupakan upaya pribadi yang dilakukan seperti
berpuasa secara teratur, menghafalkan Al-Qur’an, menghabiskan malam untuk
shalat, memenuhi bentuk pikiran dan hati. Menjaga selalu keteguhan hati dan pikiran
untuk selalu yakin kepada Allah, walaupun banyak paham yang bersinggungan
maupun kepercayaan berbeda. Menjauhkan pikiran yang buruk dan melawan hawa
nafsu, mengembangkan pikiran positif dan yakin kepada Allah.
Pemaknaan Jihad sangat beragam tergantung pada konteknya, dari sumber lain, ada
enam pemaknaan Jihad menurut Litbang yakni:
1. Perang.
2. Haji Mabrur.
3. Menyampaikan kebenaran kepada pemimpin yang Dzalim (tidak bijaksana).
4. Berbakti pada orangtua.
5. Menuntut ilmu dan mengembangkan pendidikan.
Berperang dalam Islam dijinkan apabila kaum Muslim Dzalimi oleh kaum lain yang
dapat menghancurkan agama islam. Perang dapat dilakukan untuk membela diri
maupun untuk melawan orang Kafir untuk melestarikan ajaran Islam. Seperti yang
terdapat dalam Al-Qur’an yang sesuai dengan peperangan dibawah ini.
“Mengapa kamu tidak mau berperang dijalan Allah dan (membela) orang-orang yang
lemah, baik laki-laki, wanita, maupun anak-anak yang semuanya berdoa, “Ya Tuhan
kami, keluarkanlah kami dari negeri ini yang Dzalim dan berilah kami pelindung dari
sisi-Mu dan berilah kami penolong dari sisi-Mu.” (Qs. An-Nisa 4:75).
10
“Diijinkan(berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka
Dizalimi. Dan sungguh, Allah Maha Kuasa menolong mereka itu.” (Qs. al-Hajj 22:39).
Dengan demikian Jihad dalam perang untuk kemajuan agama Islam dan melindungi
kaum yang lemah. Tujuan perang tersebut terpaksa dilakukan apabila perang dapat
menyelesaikan konflik dan harus dilakukan untuk tujuan damai bukan permusuhan
maupun penindasan.
B. Konsep Jihad
Pelaksanaan Jihad Harus didasari dengan Pandangan Benar agar pelaksanaanya
membawa manfaat bagi semua makhluk, selain Jihad yang dilakukan ditujukan untuk
kebahagian semua makhluk. Pelaksanaan Jihad sendiri sebaiknya tidak melanggar
Pancasila Buddhis, melaksanakannya dengan sesuai Perbuatan Benar. Wujud
pelaksanaan Jihad yang baik semestinya seperti dalam Usaha Benar merupakan cara
untuk membersikan diri dan mengembangkan kebaikan, usaha untuk menghidari
kejahatan yang belum ada di dalam diri, usaha untuk menghilangkan kejahatan yang
sudah ada di dalam diri, usaha untuk menumbuhkan kebaikan yang belum ada di dalam
diri, dan usaha untuk mengembangkan kebaikan yang sudah ada di dalam diri.
Hal yang paling penting agar seseorang dapat melaksanakan konsep Jihad secara
benar, orang tersebut harus memahami Jihad secara mendalam menurut hakekat yang
sebenarnya. Berkenaan dengan hal ini sebagai warga negara Indonesia wajib
melaksanakan ketentuan konsep Jihad yang
ditetapkan pemerintah. Dengan
melaksanakan Jihad sesuai dengan ketetapan hal tersebut terjalin kebersamaan dalam
pelaksanaan Jihad di negara kesatuan Republik Indonesia.
11
Jihad Mempunyai Arti Berperang untuk Menegakan Agama dan Melindungi
Penganutnya
Agama Buddha menganjurkan agar umatnya untuk selalu berbuat kebajikan,
sehingga peperangan dalam sebaiknya untuk dihindari. Sang Buddha sebagai guru
panutan telah membuktikannya sebagai praktik dalam kehidupanya maupun kehidupan
sebelumnya. Manusia memiliki kemauan bebas untuk berpikir, berbicara dan bertindak
keluhuran maupun kerendahan manusia ditentukan oleh dirinya sendiri. Dalam
melakukan segala sesuatu manusia menjadi pemilih antara kepentingan sendiri maupun
untuk kepentingan bagi semua makhluk.
Sang Buddha melakukan segala aktivitasnya seperti layaknya manusia. Beliau
melihat segala sesuatu pengetahuanya melalui usahanya sendiri dengan merenungi
segala fenomena kehidupan. Setelah mendapat penerangan beliau berusaha untuk
mengajarkanya kepada semua makhluk agar manusia berusaha mencapai apa yang telah
dicapainya. Dalam kehidupan Sang Buddha terdapat banyak aliran yang tentu
menyebabkan terjadi dukungan maupun penolakan pada waktu itu. Terjadi banyak
perdebatan tentang ajaran masing-masing penganutnya. Buddha menanggapi hal
tersebut dengan bijaksana. Dampak dari tersebut sebagian dari penganut ajaran lain
menjadi penganut Buddha dan begitu sebaliknya.
Jihad memerangi Hawa Nafsu
Hawa nafsu selalu muncul dalam pikiran manusia sangat sulit untuk dilenyapkan
hal tersebut terus terjadi karena pikiran yang tidak terjaga. Sang Buddha dalam menjaga
pikiranya dengan melaksanakan meditasi, baik itu Vipasana Bhavana atau Samatha
Bhavana. Kedua hal tersebut yang menjadi dasar untuk senantiasa dilakukan agar
12
pikiran selalu terjaga terhindar dari hawa nafsu. Selalu sadar dan menjaga pikiran agar
selalu stabil dan memikirkan objek yang positif.
Nafsu yang biasanya muncul pada diri manusia, nasfu pada objek yang indah
melalui mata, telinga, hidung, lidah, jasmani, dan pikiran. Manusia selalu mempunyai
keinginan melihat bentuk yang indah, suara yang merdu, bau yang wangi semerbak,
rasa yang enak dan nikmat sentuhan yang empuk dan halus, dan bentuk-bentuk batin
yang menyenangkan. Pikiran seperti inilah yang selalu timbul dalam pikiran manusia,
sehingga manusia terbut yang harus berupaya menjaga pikiran masing-masing.
Mendermakan harta benda untuk kebaikan Islam dan umat Islam
Dalam hal ini mendermakan harta merupakan ajaran Agama Buddha disebut Dana
adalah beramal murah hati dermawan, gemar menolong orang lain memberikan bantuan
kepada orang yang membutuhkan. Umat Buddha dianjurkan pada khusunya dianjurkan
untuk berdana, yang merupakan salah satu cara untuk melakukan kebajikan. Dengan
memberikan bantuan dengan ketulusan hati maka kita akan mendapat bsebuah
kebahagiaan. Manfaat lain yang didapat adalah memperoleh kekekayaan dalam
kehidupan ini maupun kehidupan yang selanjutnya.
Dalam Agama Buddha berdana tidak dibatasi dengan harta benda saja namun harta
maupun materi dapat juga berbentuk memberikan penerangan atau kotbah Dhamma,
dana yang ditujukan untuk kepentingan manusia, dan berupa pengorbanan diri atau
kehidupan sendiri untuk mencapai cita-cita yang luhur. Dana dalam agama Buddha
adalah sebagai suatu sarana untuk mengembangkan kebajikan dari dalam diri individu.
13
Memberantas yang Batil dan Menegakan Hak
Dalam Buddha Dhamma dianjurkan tidak percaya akan perbuatan takhayul,
karena hal itu terkadang tidak masuk akal dan tidak bermanfaat, selain itu hal demikian
juga kadang menyesatkan dan tidak benar. Agar tidak mengalami kerugian atau
kesesatan yang lebih besar, umat Buddha seharusnya meyakini segala sesuatu setelah
melihat dan membuktikan dengan hakikat yang sebenarnya.
Memberantas yang batil dalam agama Buddha adalah usaha untuk membersihkan
diri dan mengembangkan kebaikan, usaha untuk menghidari kejahatan yang belum ada
di dalam diri, usaha untuk menghilangkan kejahatan yang sudah ada di dalam diri,
usaha untuk menumbuhkan kebaikan yang belum ada di dalam diri, dan usaha untuk
mengembangkan kebaikan yang sudah ada di dalam diri.
III. PENUTUP
A. Simpulan
Dalam Agama Buddha selama perbuatan tersebut berpegang dengan Perbuatan Benar
yang dilakukan tidak merugikan bagi makhluk lain dan diri sendiri, hal ini tentu dapat
menjadi landasan untuk melakukan segala perbuatan baik dengan melaksanaan Jihad.
Sebagai manusia memiliki kemampuan untuk berpikir untuk memilih perbuatan yang
akan dilakukan, dengan cara melakukan perbuatan yang baik dan meninggalkan
perbuatan yang tidak baik dan merugikan ataupun menyakiti makhluk lain.
Pelaksanaan Jihad juga akan memberikan manfaat bagi diri dan membawa menuju
kebahagiaan apabila usaha yang dilakukan seperti dalam Sammā Vāyāma. Dengan
melaksanakan usaha benar dalam kehidupan sehari-hari akan membawa manusia selalu
berbuat kebaikan dan terhindar dari perbuatan buruk. Pelaksanaan Jihad dengan
14
pedoman tersebut akan lebih efektif jika masing-masing individu mengkoreksi pribadi
sebagai pelaksanaan Jihad untuk membentuk kemajuan pribadi maupun agama serta
membangun keharmonisan antar umat beragama.
Pemahaman yang beda-beda tentang Jihad menimbulkan pandangan yang berbeda
pula. Karena setiap indivudu memiliki penangkapan yang berbeda, maka sangat
dibutuhkan kebijaksanaan dalam memahami konsep Jihad. Pandangan benar
(Sammāditthi) dalam agama Buddha pandangan tentang Kamma menyebutkan bahwa
Kamma apa saja yang dibuatnya, yang baik atau buruk, terhadap itu ia akan menjadi ahli
warisnya. Menegaskan bahwa perbuatan apapun yang baik ataupun buruk yang
dilakukan, makhluk tersebut akan mendapat akibat dari perbutan yang dilakukan olehnya
sendiri.
B. Saran
Pelaksanaan Jihad Harus didasari dengan Pandangan Benar agar pelaksanaanya
membawa manfaat bagi semua makhluk, selain Jihad yang dilakukan ditujukan untuk
kebahagian semua makhluk. Pelaksanaan Jihad sendiri sebaiknya tidak melanggar
Pancasila Buddhis, melaksanakannya dengan sesuai Perbuatan Benar. Wujud
pelaksanaan Jihad yang baik semestinya seperti dalam Usaha Benar merupakan cara
untuk membersikan diri dan mengembangkan kebaikan, usaha untuk menghidari
kejahatan yang belum ada di dalam diri, usaha untuk menghilangkan kejahatan yang
sudah ada di dalam diri, usaha untuk menumbuhkan kebaikan yang belum ada di dalam
diri, dan usaha untuk mengembangkan kebaikan yang sudah ada di dalam diri.
15
IV. DAFTAR PUSTAKA
Bhikkhu Nanamoli & Bhikkhu Bodhi. 2006. Majjhima Nikaya The Middle Length Discourse
of the Buddha. Klaten: Vihara Bodhivamsa dan wisma Dhammaguna.
Bhikkhu Bodi. 2010. Samyutta Nikaya. Klaten: Wisma Sambodhi.
Bikkhu K. Sri Dhammananda. 1988. Jakarta: Agama Dalam Masyarakat Yang Multi
Religius. Buddhist Missionary Society.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Gramedia.
Yusuf Asri. 2009. Profil Aliran/Faham Keagamaan di Indonesia. Jakarta: Puslitbang
Kehidupan Keagamaan.
Yusuf Asri. 2009. Dakwah dan Tantangan Kerukunan Umat Beragama. Jakarta: Puslitbang
Kehidupan Keagamaan.
16
Download