Modul Pendidikan Agama [TM15]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Pendidikan
Agama Islam
Meraih Kehidupan yang Bermakna
Fakultas
Program Studi
Ekonomi dan Bisnis
Manajemen
Tatap Muka
14
Kode MK
Disusun Oleh
10230
Lestiyani Inayah, SAg
Abstract
Kompetensi
Dalam
materi
kita
akan
mempelajari
bagaimana ajaran islam menyuruh kepada
manusia untuk memahami makna kehidupan
dunia dan pentingnya manusia untuk mengisi
hidupnya di dunia ini dengan amal kebaikan
sebagai bekal hidup di akhirat. Pada bagian
yang lain kita akan mempelajari pandangan
islam terhadap harta kekayaan, bagaimana
kedudukan dan fungsi harta kekayaan dan apa
yang menjadi tolak ukur kemuliaan dan
ketinggian derajat manusia. Dan pada bagian
akhir kita akan mempelajari makna dan hakikat
kebahagiaan menurut islam.
Setelah pembahasan materi ini mahasiswa
diharapkan mampu :
1. Memahami makna kehidupan dunia
2. Memahami pandangan agama islam
tentang kenikmatan hidup di dunia
3. Mampu menjelaskan kedudukan dan
fungsi harta menurut agama islam
4. Mampu menjelaskan makna dan hakikat
kebahagiaan dalam pandangan islam
Meraih Kehidupam yang Bermakna
Makna kehidupan
Kehidupan dalam Al-Qur’an diulas dengan mengaitkan pada apa yang manusia alami
sendiri. Manusia dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari terkait dengan bagian alam
lainnya yang juga hidup di ala mini. Al-Qur’an memberikan suatu cakrawala kepada manusia
bahwa kehidupan itu adalah sesuatu yang sangat luas yang menjadi misteri dalam
pemikiran manusia. Al-Qur’an berbicara tentang kehidupan ini agar manusia pada waktuwaktu tertentu mencoba memahami dan memikirkan makna dari kehidupan itu dan
memikirkan tujuan hidup mereka.
Dalam Al-Qur’an diungkapkan : “ Dijadikan indah pada ( pandangan ) manusia kecintaan
kepada apa-apa yang diingini yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak serta sawah lading. Itulah kesenangan
hidup di dunia”. ( Qs. Ali Imran : 14 ). Ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa dalam
kehidupan di dunia ini, umumnya manusia tertarik kepada segala sesuatu yang
menyenangkan, menggairahkan, lezat, indah dan sebagainya.
Salah satu yang menyenangkan itu adalah mencari pasangan hidup ( melakukan
perkawinan ) dan memperoleh keturunan. Allah berfirman : “ Allah telah menjadikan bagi
kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri, anak-anak dan cucu-cucu dan memberimu rezeki dari
yang baik-baik… ( Qs. An-Nahl : 72 ). Demikian pula harta kekayaan yang melimpah
meliputi uang, perhiasan, kendaraan, rumah yang lapang, lahan pertanian dsb. Rasulullah
bersabda : “ Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kepadaku rezeki pakaian, bulu
untuk perhiasan dihadapan manusia dan untuk menutupi auratku”. ( HR. Ahmad ). Dalam
Firman Allah yang lain diungkapkan : “ Dan Dia telah menciptakan kuda dan keledai agar
kamu menungganginya dan menjadikannya perhiasan, dan Allah menciptakan apa yang
kamu tidak mengetahuinya “. ( Qs. An Nahl : 8 ).
Itulah sebagian dari hal-hal yang menyenangkan atau membahagiakan manusia dalam
kehidupan ini. Sebagian besar manusia memahaminya bahwa hakikat kehidupan itu adalah
semata-mata kesenangan dan kesenangan itulah yang menjadi tujuan hidupnya. Dalam AlQur’an sendiri dijelaskan bahwa kecintaan manusia terhadap hal-hal yang menyenangkan
itu adalah sifat yang manusiawi. Setiap manusia memerlukan kesenangan itu dalam rangka
menyempurnakan fitrah kemanusiaannya dan memperkaya kehidupan. Tetapi Al-Qur’an
juga mengingatkan bahwa kesenangan-kesenangan itu sifatnya sangat relative, terbatas
dan tidak abadi. Karena semua itu akan ditinggalkan oleh manusia atau sebaliknya
kesenangan itu akan meninggalkannya.
`13
2
Pendidikan Agama Islam
Lestiyani Inayah. S.Ag
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Manusia harus menyadari bahwa dibalik itu semua ada kehidupan lain sebagai kehidupan
lanjutan dari kehidupan sementara ini, yaitu kehidupan akhirat. Ada istilah yang perlu
dicermati dalam Al-Qur’an yaitu kata bumi ( ardh ) dan dunia ( dunya). Kemudian ada kata
lain di dalam Al-Qur’an yaitu dunia dan akhirat. Dalam konteks kehidupan sehari-hari bumi
adalah kehidupan dunia ini, tetapi AL-qur’an memberikan pengertian yang berbeda. Bumi itu
sebenarnya hanya terkait dengan materi, sedangkan dunia terkait dengan makna atau nilai,
baik langsung menyangkut diri manusia maupun benda yang digunakan di dunia ini, nilainya
itulah yang disebut dunia. Itu berarti, kehidupan ini sangat terbatas, relative dan berpotensi
untuk berubah-ubah. Oleh karena itulah manusia dalam hidupnya di dunia ini harus
menyiapkan mental untuk menghadapi setiap perubahan. Misalnya, menghadapi perubahan
dari kondisi senang menjadi susah atau sebaliknya, dari kondisi sehat menjadi sakit, dari
masa kejayaan berubah menjadi keruntuhan dan sebagainya. Apabila manusia tidak cukup
kuat mentalnya menghadapi setiap perubahan dalam hidupnya, maka tentunya manusia
akan mendapatkan beban mental ( stres ). Begitulah penggambaran Al-Qur’an mengenai
watak kehidupan yang harus di pahami oleh manusia.
Dunia Tempat Menabur Benih
Al-Qur’an memberikan suatu arahan bahwa meskipun kehidupan dunia itu sifatnya
sementara, tetapi ia sangat penting dan berharga. Islam tidak menghendaki umatnya
meremehkan kehidupan dunianya. Kehidupan dunia memang tidak boleh dijadikan sebagai
tujuan akhir, tetapi kehidupan dunia harus dijadikan sebagai tangga untuk mencapai
kehidupan yang lebih tinggi dan lebih kekal. Kehidupan dunia merupakan modal dasar yang
sangat menentukan bagi baik dan buruknya kehidupan berikutnya. Rasulullah menjelaskan
sifat dunia ini sebagai lahan pertanian bagi akhirat : “ Ad- Dunnya mazra’at al- akhirat “ ( HR.
Ibnu Majah ). Artinya bahwa manusia tidak akan memperoleh apa-apa di akhirat nanti kalau
tidak menanam sesuatu di dunia ini. Dengan kata lain, dunia ini adalah ruang dan waktu
bagi manusia untuk mendapatkan nilai. Sedangkan di akhirat adalah tempat untuk
menikmati nilai tetapnya ( pahalanya ).Orang yang tidak memanfaatkan lahan di dunia ini
untuk menanam amal baik sebanyak-banyaknya, maka ia tidak akan bisa memetik apapun
di akhirat nanti. Oleh karena itulah, dalam ajaran islam keimanan ( aamanu ) itu selalu
dikaitkan dengan amal shalih ( ‘amilus al- shalihah ) Karena amal, usaha dan kerja itulah
yang diutamakan dalam kehidupan di dunia, sedangkan di akhirat merupakan kesempatan
untuk menerima hasil kerja. Sesungguhnya kematian bukanlah akhir atau penutup
kehidupan manusia. Kematian adalah perpindahan dari kehidupan dunia menuju kehidupan
baru, tempat setiap orang menerima ganjaran dari amal perbuatannya di dunia. Di situlah AlQur’an menekankan pentingnya kehidupan duniawi.
`13
3
Pendidikan Agama Islam
Lestiyani Inayah. S.Ag
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Disisi lain, dalam berbagai ayatnya Al-Qur’an juga mengingatkan manusia agar tidak terlalu
mengarahkan pandangannya kepada dunia dan segala seisinya tanpa memikirkan akhirat.
Firman Allah : “ Maka berpalinglah ( hai Muhammad ) dari orang-orang yang berpaling dari
peringatan kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi. Itulah sejauh- jauh
pengetahuan mereka…” ( Qs. An- Najm : 29-30 ). Ayat tersebut di atas berisi kecaman
terhadap orang-orang yang terlalu mencintai kehidupan duniawi dan menjadikannya sebagai
tujuan akhir kehidupannya. Dalam ajaran islam, setiap manusia diperkenankan untuk
menikmati kehidupan dunia dengan fasilitas sewajarnya dan dalam lingkaran yang halal.
Karena sesungguhnya Allah menghalalkan kehidupan yang baik dan itu menjadikannya
bagian dari iman dan amal shaleh. Allah berfirman : “ Barang siapa yang mengerjakan amal
shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya
akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik..’’( Qs. An- Nahl : 97 ). Zuhud dalam
pandangan islam tidak mengarah pada pelarangan segala bentuk kesenangan, penolakan
pada segala bentuk pekerjaan, atau penerimaan paham bahwa dunia ini adalah suatu
kejahatan. Sesungguhnya makna zuhud adalah menekankan perhatian manusia pada
penjauhan diri dari segala bentuk syahwat dan kemegahan dunia dengan memprioritaskan
kehidupan akhirat. Zuhud lebih memfokuskan kehendak jiwa dari pada kehendak jasmani.
Oleh sebab itu, islam tidak menyerang orang yang hidup dalam lingkaran yang halal dan
pada kebaikan. Yang di kecam oleh Islam adalah mereka yang “ mencintai “ kehidupan
dunia dan segala keindahannya tanpa memikirkan kehidupan akhiratnya.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim disebutkan bahwa orang yang cerdas
adalah orang yang melakukan perhitungan dengan dirinya dan melakukan amalan yang
akan dinikmati nilainya ( hasilnya ) di balik kehidupan duniawi. Sedangkan orang yang
bodoh adalah orang yang hanya memperturutkan hawa nafsunya, yakni orang yang hanya
memenuhi kesenangan duniawi yang bersifat sementara ini. Hal ini lebih memberikan
penjelasan mengenai kecenderungan hidup manusia terhadap kesenangan yang pada
dasarnya tidak di larang oleh ajaran islam. Bahkan islam lebih jauh menyuruh kepada
manusia supaya memelihara kesehatan, harta benda, jiwa, keturunan dan akal pikiran
karena semua itu adalah komponen kehidupan di dunia. Namun sekali lagi, manusia
dianjurkan untuk lebih memikirkan orientasi dan tujuan kehidupan duniawinya. Hal itulah
yang dipertegas dalam firman Allah : “ Dan carilah apa yang dianugerahkan kepadamu
(kebahagiaan ) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kebahagiaan)
duniawi dan berbuat baiklah ( kepada orang lain ) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di ( muka bumi ). Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Qs. Al- Qashas :77).
`13
4
Pendidikan Agama Islam
Lestiyani Inayah. S.Ag
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Apapun yang dikaruniakan oleh Allah dengan segala kenikmatannya harus diorientasikan
kepada kehidupan akhirat, namun dipertegas juga bahwa segala macam kebutuhan duniawi
harus terpenuhi pula. Hadits Rasulullah menerangkan bahwa diantara doa rasulullah yang
selalu diucapkan ialah : “ Ya Tuhanku, berilah aku kebaikan dunia dan kebaikan di akhirat,
dan jauhkanlah aku dari siksa api neraka. “ ( HR. Muslim ). Hadits lain menerangkan, “
Ketika dating seorang laki-laki kepada Rasulullah ia berkata, “ Ya Rasulullah, apa yang saya
ucapkan tatkala meminta kepada Allah ?, Rasul menjawab, “ Ya Allah, ampunilah saya,
rahmatilah saya, selamatkanlah saya ( dari penyakit dan petaka ), karuniakan rezeki bagiku.
“ sesungguhnya doa-doa ini menghimpun bagimu kebahagiaan dunia dan akhirat “. ( HR.
Muslim ). Dan beberapa orang sahabat berkata : “ Berbuatlah untuk duniamu seakan akan
kamu hidup untuk selama-lamanya dan berbuatlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan
mati besok”.
Dengan demikian, jelaslah bagi kita, bahwa sikap jalan tengan merupakan prinsip dan syiar
islam. Prinsip inilah yang di pahami oleh para sahabat Rasulullah. Mereka hidup untuk
kepentingan agama tanpa sedikitpun melupakan kehidupan dunia. Bagi mereka, dunia
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari agama. Setelah mengetahui paham islam dalam
melihat dunia, kita akan mencoba memahami bagaimana sikap islam terhadap harta,
apakah ia juga bersikap moderat dalam hal ini.
Harta Dalam Perspektif Islam
Harta Adalah Sarana Untuk Ibadah
Islam mensyariatkan agar manusia menikmati kebaikan dunia. Islam menganggap
kehidupan ekonomi yang baik sebagai suatu rangsangan bagi jiwa dan sarana berhubungan
dengan Allah. Islam tidak memandang harta dan kekayaan sebagai penghalang untuk
mencari derajat tertinggi dan taqarub kepada Allah. Menurut islam harta adalah sarana
untuk memperoleh kebaikan ( khairun ), sedangkan segala sarana untuk memperoleh
kebaikan adalah baik. Firman Allah : “ Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang
mereka nafkahkan. Jawablah, “ apa saja khairun ( harta ) yang kamu nafkahkan hendaklah
diberikan kepada ibu, bapak, kaum kerabat, anak yatim, orang-orang miskin dan orangorang yang dalam perjalanan…” ( Qs. Al- Baqarah : 215 ).
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah menganjurkan kepada setiap orang yang diberikan
rezeki lebih oleh Allah untuk menyantuni semua kerabatnya, bukan saja anak dan orang
tuanya, tetapi kerabat lainnya juga. Dalam ayat yang lain dijelaskan: “ Diwajibkan atas kamu
apabila seorang diantara kamu kedatangan ( tanda-tanda ) maut, jika ia meninggalkan
khairun ( harta ) yang banyak, berwasiatlah untuk ibu bapak dan karib kerabatnya secara
ma’ruf… “ ( Qs. Al- Baqarah : 180 ). Demikian juga dalam sebuah hadits Rasulullah : “ Tidak
`13
5
Pendidikan Agama Islam
Lestiyani Inayah. S.Ag
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
boleh dengki kecuali dalam dua hal : orang yang diberikan Allah harta kemudian
dibelanjakannya untuk berbuat kebaikan, dan orang yang diberikan Allah ilmu lalu
dilaksanakan dan diajarkannya “ ( HR Ibnu Mas’ud ).
Al-Qur’an dalam berbagai ayatnya juga menegaskan bahwa kekayaan dan kehidupan yang
nyaman sebagian besar merupakan karunia Allah bagi hambaNya yang beriman dan
bertaqwa sebagai balasan atas amal shaleh dan segenap upaya mereka. Allah berfirman : “
Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan
keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya…” ( Qs. AthThalaq : 2-3 ).
Pentingnya harta menurut islam tampak dari kenyataan bahwa Allah menurunkan surat
terpanjang di dalam Al-Qur’an yang berisikan peraturan tentang keuangan, cara
penggunaannya, anjuran bermuamalah dengan cara menuliskannya dan perlunya dua
orang saksi. Allah berfirman, “ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya, Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.. ( Qs. Al-Baqarah
: 282 )
Harta Sebagai Ujian dan Cobaan
Jika harta bukan sesuatu hal yang jahat dan musibah yang berbahaya, maka harta bukan
pula ukuran untuk menilai seseorang. Mulia atau hinanya sesorang tidak dinilai dari
banyaknya harta yang dimilikinya sebagaimana dugaan sebagian orang.Berkaitan dengan
hal ini Allah berfirman , “ Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakanNya
dan diberiNya kesenangan maka dia berkata, “ Tuhanku telah memuliakanku. Adapun bila
Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, “ Tuhanku telah
menghinaku “. Sekali-kali tidaklah ( demikian ), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak
yatim “ ( Qs. Al-Kahfi : 34-36 ). Ayat tersebut menafikan slogan bahwa kekayaan adalah
bukti kemuliaan Allah yang diberikan Allah kepada seseorang, sedangkan kemiskinan
adalah bukti bahwa Allah telah menelantarkannya.
Sesungguhnya, kelapangan harta maupun kesempitan harta merupakan cobaan dari Allah
untuk manusia, bukan suatu hinaan atau pujian Harta hanyalah kenikmatan dari Allah
sebagai ujian bagi hambaNya. Apakah dengan harta yang dimilikinya mereka menjadi orang
yang bersyukur, atau sebaliknya menjadi kufur. Firman Allah, “ Dan ketahuilah bahwa
hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai ujian ( cobaan ) “ ( Qs. Al- Anfal : 28 ).
Harta di tangan seorang mukmin adalah sarana menuju pahala dari Allah apabila diperoleh
dengan cara yang halal dan dibelanjakan di jalan Allah.
`13
6
Pendidikan Agama Islam
Lestiyani Inayah. S.Ag
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sebaliknya, jika harta yang dimilikinya membawa manusia kepada kesombongan dan
melalaikanNya, maka justru kehinaan dan murka Allah yang akan diterimanya. Bencana
yang ditimbulkan dari harta di sebabkan karena kecintaannya terhadap harta yang terlalu
berlebihan dan kerakusan mengumpulkannya, sehingga memperolehnya dengan jalan yang
tidak halal dan membelanjakan bukan pada tempatnya, bakhil terhadap orang yang berhak
menerimanya dan memunculkan sikap angkuh dan sombong dalam kehidupannya.
Al-Qur’an mengisahkan tentang pemilik kebun yang congkak yang berkata, “ …Hartaku lebih
banyak dari pada hartamu dan pengikut- pengikutku lebih kuat. Dan dia memasuki
kebunnya sedangkan dia zalim terhadap dirinya sendiri. Ia berkata, “ Aku kira kebun ini tidak
akan binasa selama-lamanya dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan dating dan jika
sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali
yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu “. ( Qs. Al- Kahfi : 34-36 ).
Dalam Firman Allah yang lain dikisahkan tentang Karun, “ Maka keluarlah Karun kepada
Kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan
dunia, “ Semoga kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada karun.
Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar. Berkatalah orangorang yang dianugerahi ilmu, “ kecelakaan besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik
bagi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali
orang-orang yang sabar “ ( Qs. Al- Qashash : 79-80 ).
Manusia Mulia bukan Karena Hartanya Tapi Karena Amalan- Amalannya
Dengan demikian manusia mulia bukan karena harta dan kekayaan yang dimilikinya atau
kedudukannya, tapi karena keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah. Ia ikhlas beramal
meskipun tidak memiliki kekayaan harta benda maupun jabatan dan kedudukan. Hadits
Rasulullah, “ Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk luar, tetapi Allah melihat pada
hati manusia “ ( HR. Muslim ).
Bukhari meriwayatkan dari Sahal bin Sa’ad bahwa seorang laki-laki lewat di depan
Rasulullah. Maka beliau bertanya kepadaku, “ Apa pendapatmu tentang orang ini? “ , Sahal
bin Sa’ad menjawab, “ dia dari kalangan orang-orang yang mulia, Demi Allah dia seorang
yang layak jika ia meminang seharusnya diterima, jika meminta syafaat seharusnya
diberikan, jika berkata seharusnya di dengar orang”. Nabi diam kemudian lewat laki-laki lain.
Nabi berkata, “ Apa pendapatmu tentang orang ini? “ Ia berkata, “ Ya Rasulullah ini orang
miskin dari kalangan kaum muslimin. Layak jika ia meminang ia ditolak, jika meminta syafaat
tidak diberikan, jika berbicara tidak didengarkan. Nabi berkata : “ Orang ini lebih baik dari isi
seluruh bumi . Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi meluruskan takaran dalam menilai
`13
7
Pendidikan Agama Islam
Lestiyani Inayah. S.Ag
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kepribadian seseorang. Beliau tidak menghargai orang dari apa yang dimilikinya, tetapi dari
apa yang dikerjakannya.
Islam membuka lebar peluang ibadah dan memperluas ruang lingkupnya, yang mencakup
banyak amal yang tidak terlintas di benak orang bahwa agama menjadikannya sebagai
ibadah dan pendekatan diri ( taqarrub ) kepada Allah. Sesungguhnya setiap amal sosial
yang bermanfaat islam mengganggapnya sebagai suatu ibadah yang paling mulia selama
niat pelakunya adalah baik.
Setiap amal perbuatan manusia untuk menghapuskan air mata orang yang bersedih,
meringankan penderitaan orang dari musibah, memenuhi hajat orang yang fakir dan miskin,
menolong orang yang teraniaya, menyadarkan ketergelinciran orang yang diperdaya oleh
syetan, mencegah kejahatan dari manusia, mendamaikan antara dua orang yang bertikai (
amar ma”ruf nahi mungkar ), memberikan manfaat kepada setiap makhluk hidup merupakan
suatu ibadah dan amal taqarrub kepada Allah.
Hakikat Kebahagiaan Dalam Islam
Dalam Al-Qur’an, di antara kata yang paling tepat menggambarkan kebahagiaan adalah
aflaha. Kata aflaha adalah derivasi dari kata falah. Falah dalam bahasa arab berarti
kemakmuran, keberhasilan atau pencapaian apa yang kita inginkan, sesuatu yang
dengannya kita berada dalam keadaan baik atau bahagia, menikmati ketentraman,
kenyamanan atau kehidupan yang penuh berkah.
Dalam agama islam, setiap manusia diperintahkan untuk meraih kebahagiaan. Hal ini di
buktikan dalam setiap perintah shalat selalu diperdengarkan kata Hayya ‘alal falaah oleh
seorang muazin di seluruh dunia. Dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang terdapat kata la’allkum
tuflihun yang artinya agar supaya kamu berbahagia misalnya dalam Qs. 2 : 189 : “
Bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu berbahagia “, Qs. 3 : 130 : “ Wahai orangorang yang beriman, janganlah kamu memakan riba yang berlipat-lipat dan bertaqwalah
kamu kepada Allah supaya kamu berbahagia “. Qs. 3 : 200 : “ Wahai orang-orang yang
beriman, bersabarlah, saling menyabarkan, dan perkuat persatuanmu supaya kamu
berbahagia “. Qs. 5 : 90 : “ Wahai orang-orang yang beriman sesungguhnya minuman keras,
perjudian, undian dan taruhan itu kotoran dari pekerjaan setan, maka jauhilah supaya kamu
berbahagia “. Qs. 7 : 69 : “ Ingatlah anugerah-anugerah Allah supaya kamu berbahagia “.
Qs. 22 : 73 : “ Wahai orang-orang yang beriman, rukuklah dan sujudlah, beribadahlah
kepada Tuhanmu serta berbuat baiklah supaya kamu berbahagia “. Qs. 62 : 10 : “ Apabila
telah selesai shalat, menyebarlah kamu di muka bumi. Carilah anugerah Allah dan ingatlah
Allah yang banyak supaya kamu berbahagia “.
`13
8
Pendidikan Agama Islam
Lestiyani Inayah. S.Ag
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Ayat-ayat di atas tidak saja menunjukkan bahwa tujuan akhir dari semua perintah Allah
adalah supaya kamu berbahagia, tetapi juga rincian perbuatan yang dapat membawa kita
kepada kebahagiaan. Di dalam hadits-hadits Rasulullah, setiap perbuatan yang bisa
memasukkan kebahagiaan kepada orang lain dipandang sebagai amal shaleh yang sangat
mulia di hadapan Allah.
Rasulullah bersabda : “ Barang siapa membahagiakan orang mukmin, ia telah
membahagiakanku. Barang siapa membahagiakan aku, ia telah membahagiakan Allah “.
Dan ketika Rasulullah ditanya tentang amal yang paling utama, beliau menjawab, “ Engkau
masukkan rasa bahagia pada hati seorang mukmin. Engkau lepaskan kesulitannya, engkau
hibur hatinya dan engkau tunaikan hutang-hutangnya “. Menurut Jalalluddin Rahmat, dalam
hadits-hadits di atas kita tidak diperintahkan untuk membahagiakan orang lain. Nabi
menyurah kita membahagiakan mukmin. Dan mukmin yang paling dekat dengan kita adalah
diri kita sendiri.
Dalam beramal shaleh, Rasulullah menegakkan prinsip ‘ ibda ‘ bi nafsik”- Mulailah dari
dirimu sendiri. Sebelum mensucikan orang lain, sucikanlah dirimu lebih dulu. Kamu tidak
akan dapat mencintai orang lain dengan tulus, sebelum kamu mencintai dirimu. Kamu boleh
meminta maaf, setelah kamu memaafkan. Akhirnya kamu hanya bisa membahagiakan
orang lain, kalau kamu sudah berhasil membahagiakan diri sendiri. Berdasarkan penelitian
ilmiah tentang kebahagiaan, orang yang bahagia cenderung untuk berbuat baik untuk
membahagiakan orang lain.
Karena itulah, Rasulullah mengajarkan banyak doa memohon kehidupan yang bahagia. Di
antara doa itu adalah : “Ya Allah, aku bermohon agar Engkau menganugerahkan kepadaku
keberuntungan dalam ketentuan-Mu, kedudukan para pejuang kebenaran, kehidupan orangorang yang bahagia, pertolongan dari musuh-musuh dan berkumpul bersama para Nabi”.
`13
9
Pendidikan Agama Islam
Lestiyani Inayah. S.Ag
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Penutup
Jadi untuk dapat menikmati dan mendapatkan kebahagiaan dalam hidup kita maka apapun
yang dikaruniakan oleh Allah dengan segala macam kenikmatannya harus diorientasikan
pada kehidupan akhirat ( wabtaghii fiima aataakallahud daaral aakhirata ), namun jangan
kita lupakan untuk memenuhi kebutuhan duniawi kita ( walaa tansa nashiibaka minad dunya
) dan selanjutnya adalah berbuat baiklah kepada orang lain
yakni beramal shaleh
sebagaimana Allah berbuat baik kepada kita ( wa ahsin kama ahsanallahu ilaika ). Allah
telah memberikan ilmu untuk diajarkan, diberi kekayaan untuk diberikan kepada orang yang
membutuhkan, dan segala macam kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia perlu
diberikan kepada orang lain yang memerlukannya. Itulah tata pergaulan yang dipuji oleh
Allah. Tata interaksi sosial yang terpuji ini akan menghindarkan dunia dari segala macam
pengrusakan
`13
10
dan
akan
Pendidikan Agama Islam
Lestiyani Inayah. S.Ag
menghadirkan
hidup
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang
lebih
bermakna.
Daftar Pustaka
Al Qardhawi, Y. Norma dan Etika Ekonomi Islam, Gema Insani Press. Jakarta
Yafie, Ali. 2002. Beragama Secara Praktis Agar Hidup Lebih Bermakna. Hikmah. Bandung.
Rahmat, J. 2004. Meraih Kebahagiaan. Simbiosa Rekatama Media. Bandung
Al- Qardhawi, Y. 2003. Pengantar Kajian Islam, Pustaka Al-Kautsar. Jakarta.
Thabathaba’I, 1996. Inilah Islam Upaya Memahami Seluruh Konsep Islam Secara Mudah.
Pustaka Hidayah. Bandung.
`13
11
Pendidikan Agama Islam
Lestiyani Inayah. S.Ag
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download