MODUL PERKULIAHAN Pendidikan Agama Islam Meraih Kehidupan yang Bermakna Fakultas Program Studi Ekonomi dan Bisnis Manajemen Tatap Muka 14 Kode MK Disusun Oleh 10230 Lestiyani Inayah, SAg Abstract Kompetensi Dalam materi kita akan mempelajari bagaimana ajaran islam menyuruh kepada manusia untuk memahami makna kehidupan dunia dan pentingnya manusia untuk mengisi hidupnya di dunia ini dengan amal kebaikan sebagai bekal hidup di akhirat. Pada bagian yang lain kita akan mempelajari pandangan islam terhadap harta kekayaan, bagaimana kedudukan dan fungsi harta kekayaan dan apa yang menjadi tolak ukur kemuliaan dan ketinggian derajat manusia. Dan pada bagian akhir kita akan mempelajari makna dan hakikat kebahagiaan menurut islam. Setelah pembahasan materi ini mahasiswa diharapkan mampu : 1. Memahami makna kehidupan dunia 2. Memahami pandangan agama islam tentang kenikmatan hidup di dunia 3. Mampu menjelaskan kedudukan dan fungsi harta menurut agama islam 4. Mampu menjelaskan makna dan hakikat kebahagiaan dalam pandangan islam Meraih Kehidupam yang Bermakna Makna kehidupan Kehidupan dalam Al-Qur’an diulas dengan mengaitkan pada apa yang manusia alami sendiri. Manusia dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari terkait dengan bagian alam lainnya yang juga hidup di ala mini. Al-Qur’an memberikan suatu cakrawala kepada manusia bahwa kehidupan itu adalah sesuatu yang sangat luas yang menjadi misteri dalam pemikiran manusia. Al-Qur’an berbicara tentang kehidupan ini agar manusia pada waktuwaktu tertentu mencoba memahami dan memikirkan makna dari kehidupan itu dan memikirkan tujuan hidup mereka. Dalam Al-Qur’an diungkapkan : “ Dijadikan indah pada ( pandangan ) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak serta sawah lading. Itulah kesenangan hidup di dunia”. ( Qs. Ali Imran : 14 ). Ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa dalam kehidupan di dunia ini, umumnya manusia tertarik kepada segala sesuatu yang menyenangkan, menggairahkan, lezat, indah dan sebagainya. Salah satu yang menyenangkan itu adalah mencari pasangan hidup ( melakukan perkawinan ) dan memperoleh keturunan. Allah berfirman : “ Allah telah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri, anak-anak dan cucu-cucu dan memberimu rezeki dari yang baik-baik… ( Qs. An-Nahl : 72 ). Demikian pula harta kekayaan yang melimpah meliputi uang, perhiasan, kendaraan, rumah yang lapang, lahan pertanian dsb. Rasulullah bersabda : “ Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kepadaku rezeki pakaian, bulu untuk perhiasan dihadapan manusia dan untuk menutupi auratku”. ( HR. Ahmad ). Dalam Firman Allah yang lain diungkapkan : “ Dan Dia telah menciptakan kuda dan keledai agar kamu menungganginya dan menjadikannya perhiasan, dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya “. ( Qs. An Nahl : 8 ). Itulah sebagian dari hal-hal yang menyenangkan atau membahagiakan manusia dalam kehidupan ini. Sebagian besar manusia memahaminya bahwa hakikat kehidupan itu adalah semata-mata kesenangan dan kesenangan itulah yang menjadi tujuan hidupnya. Dalam AlQur’an sendiri dijelaskan bahwa kecintaan manusia terhadap hal-hal yang menyenangkan itu adalah sifat yang manusiawi. Setiap manusia memerlukan kesenangan itu dalam rangka menyempurnakan fitrah kemanusiaannya dan memperkaya kehidupan. Tetapi Al-Qur’an juga mengingatkan bahwa kesenangan-kesenangan itu sifatnya sangat relative, terbatas dan tidak abadi. Karena semua itu akan ditinggalkan oleh manusia atau sebaliknya kesenangan itu akan meninggalkannya. `13 2 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Manusia harus menyadari bahwa dibalik itu semua ada kehidupan lain sebagai kehidupan lanjutan dari kehidupan sementara ini, yaitu kehidupan akhirat. Ada istilah yang perlu dicermati dalam Al-Qur’an yaitu kata bumi ( ardh ) dan dunia ( dunya). Kemudian ada kata lain di dalam Al-Qur’an yaitu dunia dan akhirat. Dalam konteks kehidupan sehari-hari bumi adalah kehidupan dunia ini, tetapi AL-qur’an memberikan pengertian yang berbeda. Bumi itu sebenarnya hanya terkait dengan materi, sedangkan dunia terkait dengan makna atau nilai, baik langsung menyangkut diri manusia maupun benda yang digunakan di dunia ini, nilainya itulah yang disebut dunia. Itu berarti, kehidupan ini sangat terbatas, relative dan berpotensi untuk berubah-ubah. Oleh karena itulah manusia dalam hidupnya di dunia ini harus menyiapkan mental untuk menghadapi setiap perubahan. Misalnya, menghadapi perubahan dari kondisi senang menjadi susah atau sebaliknya, dari kondisi sehat menjadi sakit, dari masa kejayaan berubah menjadi keruntuhan dan sebagainya. Apabila manusia tidak cukup kuat mentalnya menghadapi setiap perubahan dalam hidupnya, maka tentunya manusia akan mendapatkan beban mental ( stres ). Begitulah penggambaran Al-Qur’an mengenai watak kehidupan yang harus di pahami oleh manusia. Dunia Tempat Menabur Benih Al-Qur’an memberikan suatu arahan bahwa meskipun kehidupan dunia itu sifatnya sementara, tetapi ia sangat penting dan berharga. Islam tidak menghendaki umatnya meremehkan kehidupan dunianya. Kehidupan dunia memang tidak boleh dijadikan sebagai tujuan akhir, tetapi kehidupan dunia harus dijadikan sebagai tangga untuk mencapai kehidupan yang lebih tinggi dan lebih kekal. Kehidupan dunia merupakan modal dasar yang sangat menentukan bagi baik dan buruknya kehidupan berikutnya. Rasulullah menjelaskan sifat dunia ini sebagai lahan pertanian bagi akhirat : “ Ad- Dunnya mazra’at al- akhirat “ ( HR. Ibnu Majah ). Artinya bahwa manusia tidak akan memperoleh apa-apa di akhirat nanti kalau tidak menanam sesuatu di dunia ini. Dengan kata lain, dunia ini adalah ruang dan waktu bagi manusia untuk mendapatkan nilai. Sedangkan di akhirat adalah tempat untuk menikmati nilai tetapnya ( pahalanya ).Orang yang tidak memanfaatkan lahan di dunia ini untuk menanam amal baik sebanyak-banyaknya, maka ia tidak akan bisa memetik apapun di akhirat nanti. Oleh karena itulah, dalam ajaran islam keimanan ( aamanu ) itu selalu dikaitkan dengan amal shalih ( ‘amilus al- shalihah ) Karena amal, usaha dan kerja itulah yang diutamakan dalam kehidupan di dunia, sedangkan di akhirat merupakan kesempatan untuk menerima hasil kerja. Sesungguhnya kematian bukanlah akhir atau penutup kehidupan manusia. Kematian adalah perpindahan dari kehidupan dunia menuju kehidupan baru, tempat setiap orang menerima ganjaran dari amal perbuatannya di dunia. Di situlah AlQur’an menekankan pentingnya kehidupan duniawi. `13 3 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Disisi lain, dalam berbagai ayatnya Al-Qur’an juga mengingatkan manusia agar tidak terlalu mengarahkan pandangannya kepada dunia dan segala seisinya tanpa memikirkan akhirat. Firman Allah : “ Maka berpalinglah ( hai Muhammad ) dari orang-orang yang berpaling dari peringatan kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi. Itulah sejauh- jauh pengetahuan mereka…” ( Qs. An- Najm : 29-30 ). Ayat tersebut di atas berisi kecaman terhadap orang-orang yang terlalu mencintai kehidupan duniawi dan menjadikannya sebagai tujuan akhir kehidupannya. Dalam ajaran islam, setiap manusia diperkenankan untuk menikmati kehidupan dunia dengan fasilitas sewajarnya dan dalam lingkaran yang halal. Karena sesungguhnya Allah menghalalkan kehidupan yang baik dan itu menjadikannya bagian dari iman dan amal shaleh. Allah berfirman : “ Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik..’’( Qs. An- Nahl : 97 ). Zuhud dalam pandangan islam tidak mengarah pada pelarangan segala bentuk kesenangan, penolakan pada segala bentuk pekerjaan, atau penerimaan paham bahwa dunia ini adalah suatu kejahatan. Sesungguhnya makna zuhud adalah menekankan perhatian manusia pada penjauhan diri dari segala bentuk syahwat dan kemegahan dunia dengan memprioritaskan kehidupan akhirat. Zuhud lebih memfokuskan kehendak jiwa dari pada kehendak jasmani. Oleh sebab itu, islam tidak menyerang orang yang hidup dalam lingkaran yang halal dan pada kebaikan. Yang di kecam oleh Islam adalah mereka yang “ mencintai “ kehidupan dunia dan segala keindahannya tanpa memikirkan kehidupan akhiratnya. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim disebutkan bahwa orang yang cerdas adalah orang yang melakukan perhitungan dengan dirinya dan melakukan amalan yang akan dinikmati nilainya ( hasilnya ) di balik kehidupan duniawi. Sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang hanya memperturutkan hawa nafsunya, yakni orang yang hanya memenuhi kesenangan duniawi yang bersifat sementara ini. Hal ini lebih memberikan penjelasan mengenai kecenderungan hidup manusia terhadap kesenangan yang pada dasarnya tidak di larang oleh ajaran islam. Bahkan islam lebih jauh menyuruh kepada manusia supaya memelihara kesehatan, harta benda, jiwa, keturunan dan akal pikiran karena semua itu adalah komponen kehidupan di dunia. Namun sekali lagi, manusia dianjurkan untuk lebih memikirkan orientasi dan tujuan kehidupan duniawinya. Hal itulah yang dipertegas dalam firman Allah : “ Dan carilah apa yang dianugerahkan kepadamu (kebahagiaan ) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kebahagiaan) duniawi dan berbuat baiklah ( kepada orang lain ) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di ( muka bumi ). Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Qs. Al- Qashas :77). `13 4 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Apapun yang dikaruniakan oleh Allah dengan segala kenikmatannya harus diorientasikan kepada kehidupan akhirat, namun dipertegas juga bahwa segala macam kebutuhan duniawi harus terpenuhi pula. Hadits Rasulullah menerangkan bahwa diantara doa rasulullah yang selalu diucapkan ialah : “ Ya Tuhanku, berilah aku kebaikan dunia dan kebaikan di akhirat, dan jauhkanlah aku dari siksa api neraka. “ ( HR. Muslim ). Hadits lain menerangkan, “ Ketika dating seorang laki-laki kepada Rasulullah ia berkata, “ Ya Rasulullah, apa yang saya ucapkan tatkala meminta kepada Allah ?, Rasul menjawab, “ Ya Allah, ampunilah saya, rahmatilah saya, selamatkanlah saya ( dari penyakit dan petaka ), karuniakan rezeki bagiku. “ sesungguhnya doa-doa ini menghimpun bagimu kebahagiaan dunia dan akhirat “. ( HR. Muslim ). Dan beberapa orang sahabat berkata : “ Berbuatlah untuk duniamu seakan akan kamu hidup untuk selama-lamanya dan berbuatlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok”. Dengan demikian, jelaslah bagi kita, bahwa sikap jalan tengan merupakan prinsip dan syiar islam. Prinsip inilah yang di pahami oleh para sahabat Rasulullah. Mereka hidup untuk kepentingan agama tanpa sedikitpun melupakan kehidupan dunia. Bagi mereka, dunia adalah bagian yang tidak terpisahkan dari agama. Setelah mengetahui paham islam dalam melihat dunia, kita akan mencoba memahami bagaimana sikap islam terhadap harta, apakah ia juga bersikap moderat dalam hal ini. Harta Dalam Perspektif Islam Harta Adalah Sarana Untuk Ibadah Islam mensyariatkan agar manusia menikmati kebaikan dunia. Islam menganggap kehidupan ekonomi yang baik sebagai suatu rangsangan bagi jiwa dan sarana berhubungan dengan Allah. Islam tidak memandang harta dan kekayaan sebagai penghalang untuk mencari derajat tertinggi dan taqarub kepada Allah. Menurut islam harta adalah sarana untuk memperoleh kebaikan ( khairun ), sedangkan segala sarana untuk memperoleh kebaikan adalah baik. Firman Allah : “ Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah, “ apa saja khairun ( harta ) yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu, bapak, kaum kerabat, anak yatim, orang-orang miskin dan orangorang yang dalam perjalanan…” ( Qs. Al- Baqarah : 215 ). Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah menganjurkan kepada setiap orang yang diberikan rezeki lebih oleh Allah untuk menyantuni semua kerabatnya, bukan saja anak dan orang tuanya, tetapi kerabat lainnya juga. Dalam ayat yang lain dijelaskan: “ Diwajibkan atas kamu apabila seorang diantara kamu kedatangan ( tanda-tanda ) maut, jika ia meninggalkan khairun ( harta ) yang banyak, berwasiatlah untuk ibu bapak dan karib kerabatnya secara ma’ruf… “ ( Qs. Al- Baqarah : 180 ). Demikian juga dalam sebuah hadits Rasulullah : “ Tidak `13 5 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id boleh dengki kecuali dalam dua hal : orang yang diberikan Allah harta kemudian dibelanjakannya untuk berbuat kebaikan, dan orang yang diberikan Allah ilmu lalu dilaksanakan dan diajarkannya “ ( HR Ibnu Mas’ud ). Al-Qur’an dalam berbagai ayatnya juga menegaskan bahwa kekayaan dan kehidupan yang nyaman sebagian besar merupakan karunia Allah bagi hambaNya yang beriman dan bertaqwa sebagai balasan atas amal shaleh dan segenap upaya mereka. Allah berfirman : “ Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya…” ( Qs. AthThalaq : 2-3 ). Pentingnya harta menurut islam tampak dari kenyataan bahwa Allah menurunkan surat terpanjang di dalam Al-Qur’an yang berisikan peraturan tentang keuangan, cara penggunaannya, anjuran bermuamalah dengan cara menuliskannya dan perlunya dua orang saksi. Allah berfirman, “ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya, Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.. ( Qs. Al-Baqarah : 282 ) Harta Sebagai Ujian dan Cobaan Jika harta bukan sesuatu hal yang jahat dan musibah yang berbahaya, maka harta bukan pula ukuran untuk menilai seseorang. Mulia atau hinanya sesorang tidak dinilai dari banyaknya harta yang dimilikinya sebagaimana dugaan sebagian orang.Berkaitan dengan hal ini Allah berfirman , “ Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakanNya dan diberiNya kesenangan maka dia berkata, “ Tuhanku telah memuliakanku. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, “ Tuhanku telah menghinaku “. Sekali-kali tidaklah ( demikian ), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim “ ( Qs. Al-Kahfi : 34-36 ). Ayat tersebut menafikan slogan bahwa kekayaan adalah bukti kemuliaan Allah yang diberikan Allah kepada seseorang, sedangkan kemiskinan adalah bukti bahwa Allah telah menelantarkannya. Sesungguhnya, kelapangan harta maupun kesempitan harta merupakan cobaan dari Allah untuk manusia, bukan suatu hinaan atau pujian Harta hanyalah kenikmatan dari Allah sebagai ujian bagi hambaNya. Apakah dengan harta yang dimilikinya mereka menjadi orang yang bersyukur, atau sebaliknya menjadi kufur. Firman Allah, “ Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai ujian ( cobaan ) “ ( Qs. Al- Anfal : 28 ). Harta di tangan seorang mukmin adalah sarana menuju pahala dari Allah apabila diperoleh dengan cara yang halal dan dibelanjakan di jalan Allah. `13 6 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sebaliknya, jika harta yang dimilikinya membawa manusia kepada kesombongan dan melalaikanNya, maka justru kehinaan dan murka Allah yang akan diterimanya. Bencana yang ditimbulkan dari harta di sebabkan karena kecintaannya terhadap harta yang terlalu berlebihan dan kerakusan mengumpulkannya, sehingga memperolehnya dengan jalan yang tidak halal dan membelanjakan bukan pada tempatnya, bakhil terhadap orang yang berhak menerimanya dan memunculkan sikap angkuh dan sombong dalam kehidupannya. Al-Qur’an mengisahkan tentang pemilik kebun yang congkak yang berkata, “ …Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut- pengikutku lebih kuat. Dan dia memasuki kebunnya sedangkan dia zalim terhadap dirinya sendiri. Ia berkata, “ Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan dating dan jika sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu “. ( Qs. Al- Kahfi : 34-36 ). Dalam Firman Allah yang lain dikisahkan tentang Karun, “ Maka keluarlah Karun kepada Kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia, “ Semoga kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada karun. Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar. Berkatalah orangorang yang dianugerahi ilmu, “ kecelakaan besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali orang-orang yang sabar “ ( Qs. Al- Qashash : 79-80 ). Manusia Mulia bukan Karena Hartanya Tapi Karena Amalan- Amalannya Dengan demikian manusia mulia bukan karena harta dan kekayaan yang dimilikinya atau kedudukannya, tapi karena keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah. Ia ikhlas beramal meskipun tidak memiliki kekayaan harta benda maupun jabatan dan kedudukan. Hadits Rasulullah, “ Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk luar, tetapi Allah melihat pada hati manusia “ ( HR. Muslim ). Bukhari meriwayatkan dari Sahal bin Sa’ad bahwa seorang laki-laki lewat di depan Rasulullah. Maka beliau bertanya kepadaku, “ Apa pendapatmu tentang orang ini? “ , Sahal bin Sa’ad menjawab, “ dia dari kalangan orang-orang yang mulia, Demi Allah dia seorang yang layak jika ia meminang seharusnya diterima, jika meminta syafaat seharusnya diberikan, jika berkata seharusnya di dengar orang”. Nabi diam kemudian lewat laki-laki lain. Nabi berkata, “ Apa pendapatmu tentang orang ini? “ Ia berkata, “ Ya Rasulullah ini orang miskin dari kalangan kaum muslimin. Layak jika ia meminang ia ditolak, jika meminta syafaat tidak diberikan, jika berbicara tidak didengarkan. Nabi berkata : “ Orang ini lebih baik dari isi seluruh bumi . Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi meluruskan takaran dalam menilai `13 7 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kepribadian seseorang. Beliau tidak menghargai orang dari apa yang dimilikinya, tetapi dari apa yang dikerjakannya. Islam membuka lebar peluang ibadah dan memperluas ruang lingkupnya, yang mencakup banyak amal yang tidak terlintas di benak orang bahwa agama menjadikannya sebagai ibadah dan pendekatan diri ( taqarrub ) kepada Allah. Sesungguhnya setiap amal sosial yang bermanfaat islam mengganggapnya sebagai suatu ibadah yang paling mulia selama niat pelakunya adalah baik. Setiap amal perbuatan manusia untuk menghapuskan air mata orang yang bersedih, meringankan penderitaan orang dari musibah, memenuhi hajat orang yang fakir dan miskin, menolong orang yang teraniaya, menyadarkan ketergelinciran orang yang diperdaya oleh syetan, mencegah kejahatan dari manusia, mendamaikan antara dua orang yang bertikai ( amar ma”ruf nahi mungkar ), memberikan manfaat kepada setiap makhluk hidup merupakan suatu ibadah dan amal taqarrub kepada Allah. Hakikat Kebahagiaan Dalam Islam Dalam Al-Qur’an, di antara kata yang paling tepat menggambarkan kebahagiaan adalah aflaha. Kata aflaha adalah derivasi dari kata falah. Falah dalam bahasa arab berarti kemakmuran, keberhasilan atau pencapaian apa yang kita inginkan, sesuatu yang dengannya kita berada dalam keadaan baik atau bahagia, menikmati ketentraman, kenyamanan atau kehidupan yang penuh berkah. Dalam agama islam, setiap manusia diperintahkan untuk meraih kebahagiaan. Hal ini di buktikan dalam setiap perintah shalat selalu diperdengarkan kata Hayya ‘alal falaah oleh seorang muazin di seluruh dunia. Dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang terdapat kata la’allkum tuflihun yang artinya agar supaya kamu berbahagia misalnya dalam Qs. 2 : 189 : “ Bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu berbahagia “, Qs. 3 : 130 : “ Wahai orangorang yang beriman, janganlah kamu memakan riba yang berlipat-lipat dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu berbahagia “. Qs. 3 : 200 : “ Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah, saling menyabarkan, dan perkuat persatuanmu supaya kamu berbahagia “. Qs. 5 : 90 : “ Wahai orang-orang yang beriman sesungguhnya minuman keras, perjudian, undian dan taruhan itu kotoran dari pekerjaan setan, maka jauhilah supaya kamu berbahagia “. Qs. 7 : 69 : “ Ingatlah anugerah-anugerah Allah supaya kamu berbahagia “. Qs. 22 : 73 : “ Wahai orang-orang yang beriman, rukuklah dan sujudlah, beribadahlah kepada Tuhanmu serta berbuat baiklah supaya kamu berbahagia “. Qs. 62 : 10 : “ Apabila telah selesai shalat, menyebarlah kamu di muka bumi. Carilah anugerah Allah dan ingatlah Allah yang banyak supaya kamu berbahagia “. `13 8 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Ayat-ayat di atas tidak saja menunjukkan bahwa tujuan akhir dari semua perintah Allah adalah supaya kamu berbahagia, tetapi juga rincian perbuatan yang dapat membawa kita kepada kebahagiaan. Di dalam hadits-hadits Rasulullah, setiap perbuatan yang bisa memasukkan kebahagiaan kepada orang lain dipandang sebagai amal shaleh yang sangat mulia di hadapan Allah. Rasulullah bersabda : “ Barang siapa membahagiakan orang mukmin, ia telah membahagiakanku. Barang siapa membahagiakan aku, ia telah membahagiakan Allah “. Dan ketika Rasulullah ditanya tentang amal yang paling utama, beliau menjawab, “ Engkau masukkan rasa bahagia pada hati seorang mukmin. Engkau lepaskan kesulitannya, engkau hibur hatinya dan engkau tunaikan hutang-hutangnya “. Menurut Jalalluddin Rahmat, dalam hadits-hadits di atas kita tidak diperintahkan untuk membahagiakan orang lain. Nabi menyurah kita membahagiakan mukmin. Dan mukmin yang paling dekat dengan kita adalah diri kita sendiri. Dalam beramal shaleh, Rasulullah menegakkan prinsip ‘ ibda ‘ bi nafsik”- Mulailah dari dirimu sendiri. Sebelum mensucikan orang lain, sucikanlah dirimu lebih dulu. Kamu tidak akan dapat mencintai orang lain dengan tulus, sebelum kamu mencintai dirimu. Kamu boleh meminta maaf, setelah kamu memaafkan. Akhirnya kamu hanya bisa membahagiakan orang lain, kalau kamu sudah berhasil membahagiakan diri sendiri. Berdasarkan penelitian ilmiah tentang kebahagiaan, orang yang bahagia cenderung untuk berbuat baik untuk membahagiakan orang lain. Karena itulah, Rasulullah mengajarkan banyak doa memohon kehidupan yang bahagia. Di antara doa itu adalah : “Ya Allah, aku bermohon agar Engkau menganugerahkan kepadaku keberuntungan dalam ketentuan-Mu, kedudukan para pejuang kebenaran, kehidupan orangorang yang bahagia, pertolongan dari musuh-musuh dan berkumpul bersama para Nabi”. `13 9 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Penutup Jadi untuk dapat menikmati dan mendapatkan kebahagiaan dalam hidup kita maka apapun yang dikaruniakan oleh Allah dengan segala macam kenikmatannya harus diorientasikan pada kehidupan akhirat ( wabtaghii fiima aataakallahud daaral aakhirata ), namun jangan kita lupakan untuk memenuhi kebutuhan duniawi kita ( walaa tansa nashiibaka minad dunya ) dan selanjutnya adalah berbuat baiklah kepada orang lain yakni beramal shaleh sebagaimana Allah berbuat baik kepada kita ( wa ahsin kama ahsanallahu ilaika ). Allah telah memberikan ilmu untuk diajarkan, diberi kekayaan untuk diberikan kepada orang yang membutuhkan, dan segala macam kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia perlu diberikan kepada orang lain yang memerlukannya. Itulah tata pergaulan yang dipuji oleh Allah. Tata interaksi sosial yang terpuji ini akan menghindarkan dunia dari segala macam pengrusakan `13 10 dan akan Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag menghadirkan hidup Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id yang lebih bermakna. Daftar Pustaka Al Qardhawi, Y. Norma dan Etika Ekonomi Islam, Gema Insani Press. Jakarta Yafie, Ali. 2002. Beragama Secara Praktis Agar Hidup Lebih Bermakna. Hikmah. Bandung. Rahmat, J. 2004. Meraih Kebahagiaan. Simbiosa Rekatama Media. Bandung Al- Qardhawi, Y. 2003. Pengantar Kajian Islam, Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. Thabathaba’I, 1996. Inilah Islam Upaya Memahami Seluruh Konsep Islam Secara Mudah. Pustaka Hidayah. Bandung. `13 11 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id