PERBANDINGAN KADAR "BRAIN DERIVED NEUROTROPHIC

advertisement
PERBANDINGAN KADAR "BRAIN DERIVED NEUROTROPHIC FACTOR"
(BDNF) TALIPUSAT BAYI BARU LAHIR ANTARA YANG MENDAPAT DHA
DAN DHA + MOZART SAAT HAMIL
Tony W, Hermanto TJ, Frederico, tim Puskesmas Ciulengsi, Bogor
* Penelitian ini didanai oleh Pusat Intelegensia Kesehatan Kem Kes RI
Latar Belakang:
Penelitian ini merupakan penelitian yang akan mengkonfirmasi
rangkaian penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa BDNF tali
pusat bayi baru lahir dipengaruhi oleh kombinasi stimulasi (11-14 lagu
Mozart dengan cara dan urutan tertentu) dan nutrisi (yang seimbang
ditambah suplemen DHA) selama hamil. BDNF merupakan salah satu
indikator potensi biopsikososial neuron/ otak/ disamping NAIP, Synapsin
dan CREB. Secara klinis, pada penelitian ini, untuk menilai potensi
biopsikososial dipakai beberapa tes dan waktu tercapainya kemampuan
umum motorik kasar, motorik halus, linguistik dan sosial. Pada penelitian
ini butir-butir tsb diukur secara tidak langsung dengan menggunakan
kuesioner yang diisi oleh ibu bayi sesuai hasil pengamatannya.
Tujuan Penelitian: Membuktikan adanya perbedaan kadar BDNF bayi
baru lahir antara yang mendapat DHA dan DHA + Mozart saat hamil.
Tinjauan Pustaka: "Kecerdasan" yang dipakai di rangakaian penelitian ini
adalah seperti yang didefisikan oleh Gardner (Multiple intelligences) bahwa kecerdasan adalah majemuk (ada 9 kecerdasan). Gardner juga
kurang menyetujui pendekatan psikometri dalam pengukurannya.
"Kecerdasan" bayi pada rangkaian penelitian ini, dinilai secara tidak
langsung melalui jumlah sel neuron, rasio sel glia/ neuron, jumlah sel
neuron yang mengalami apoptosis, indeks apoptosis neuron, dan kadar
BDNF serum darah arteri tali pusat bayi pada saat lahir. BDNF
merupakan zat yang merepresentasikan jumlah sel neuron otak(linier)
dan
apoptosis
neuronal(berbanding
terbalik).
BDNF
tinggi
mencerminkan kapasitas otak dalam memproses informasi juga tinggi.
Petanda lain yang bisa dipakai adalah synapsin, Neuronal Apoptosis
Inhibitory Protein(NAIP) dan CREB. Secara klinis, "kecerdasan" .
Komposisi Mozart yang dimaksud pada penelitian ini adalah 14 lagu
karya Mozart yang telag dianalisis melalui Windo
Metode: Eksperimental, random, dengan kontrol dan single blinded.
Subyek masing-masing kelompok 29 ibu hamil (bumil). Kriteria inklusi:
kehamilan resiko rendah, usia kehamilan 20 minggu, tunggal,
primigravida - gravida 3, BMI normal (18,5% sampai dengan 24,9%).
Kriteria ekslusi: ditemukan kelainan kongenital (dengan USG) dan Social
readjustment score >99. Kriteria putus uji (drop out): tidak mau
meneruskan penelitian, kurang taat mengikuti perlakuan, terjadi
chorioamnionitis saat persalinan, partus lama, asfiksia bayi, infeksi pada
bayi dan kelainan bayi yang memerlukan perhatian khusus. Perlakuan
berupa paparan 11-14 lagu karya Mozart dan ditambah suplemen DHA
untuk kelompok intervensi sedangkan kelompok control hanya
diberikan suplemen DHA. Sebelum perlakuan kedua kelompok dilakukan
uji untuk menentukan ada tidaknya stress yang dihadapi, pemeriksaan
laboratorium dasar dan pemeriksaan ultrasonografi dasar. Paparan
musik Mozart dilaksanakan sesuai protokol 5 M 1 U: Malam hari, 60
menit, menempel dengan urutan sesuai penelitian terdahulu. Ibu-ibu
diberi penjelasan sampai mengerti cara pemakaiannya (urutan, volume
dll). Randomisasi dilakukan saat pembagian kelompok dengan
mengundi bumil masuk kelompok mana. Undian dilakukan pada bumil
yang masuk kriteria inklusi serta bersedia mengikuti penelitian. Setelah
lahir, blinding dilakukan dengan memberikan nomer pada sampel darah
tali pusat kemudian dikirim ke lab prodia. Periksa hamil dilakukan secara
rutin seperti bumil lain. Saat persalinan dilakukan pemantauan dengan
kardiotokografi dan pengamatan luaran perinatal serta pengambilan
sampel darah tali pusat bayi baru lahir. Cara pengambilan bahan
penelitian: 5 cc darah arteri tali pusat janin saat lahir, disentrifuge 2000
rpm, serum diambil dan disimpan pada suhu -20C, sampel diberi nomor,
kemudian dikirim dan di simpan di lab prodia dan diperiksa bersamasama saat sampel serum sudah terkumpul semua. Cara pengukuran:
Kadar BDNF diperiksa dengan metode ELISA. Satuan menggunakan
pg/ml. Lokasi penelitian: penelitian dilakukan di RSUD Dr Soetomo, RSUD
Soewandhi (Surabaya), di Puskesmas Ciulengsi dan RS Permata (Bogor).
Kepatuhan
mendengarkan
music
Mozart
dilakukan
dengan
mengirimkan sms setiap malam. Kepatuhan meminum DHA dilakukan
dengan membawa bungkus suplemen setiap kali periksa. Penghitungan
statistik dilakukan dengan terlebih dulu menganalisis homogenitas dan
normalitas, dilanjutkan dengan uji beda T test. Kemaknaan ditentukan
pada tingkat p=0,01. Sesudah lahir, bayi diperiksa dan ibu diberi
kuesioner sesuai parameter modifikasi Lazarev
Hasil: total subyek 69 dengan 35 subyek mendapat perlakuan DHA dan
musik Mozart sementara 34 subyek mendapat perlakuan DHA. Diakhir
penelitian, 11 subyek dinyatakan putus uji dengan berbagai sebab; 5
subyek kurang taat melakukan perlakuan, 3 subyek didapatkan infeksi, 2
subyek mengalami chorioamnionitis dan 1 subyek melahirkan premature
(preterm). Dilakukan uji homogenitas subyek: tidak didapatkan
perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok dalam usia rata-rata
(28,00 dan 25,43; p=0,5); status gizi yang diwakili oleh indeks masa
tubuh (22,41 dan 22,17; p= 0,972), kadar Hb (11,28 dan 11,35; p=0,345),
kadar Albumin (3,22 dan 3,24; p=0,639) dan dari status psikologis
ibu(social readjustment scoring) yaitu 22,50 dan 21,64; p=0,273. Selama
kehamilan, tidak terdapat keluhan berarti di kedua kelompok meskipun
terdapat beberapa ibu yang kurang patuh. Tidak didapatkan IUGR, IUFD,
cacat bawaan, gawat janin, distosia, distosia bahu, postterm pada kedua
kelompok. Terdapat 2 (dua) kasus makrosomia pada kelompok DHA dan
satu kasus makrosomia pada kelompok DHA dan musik Mozart.
Ditemukan pula bahwa umur kehamilan, cara persalinan, Apgar score,
jenis kelamin, berat badan, panjang badan dan lingkar kepala tidak
berbeda bermakna antar kedua kelompok perlakuan. Kadar BDNF
kelompok intervensi DHA dan musik Mozart 13899, sedangkan
kelompok kontrol DHA 9800,13; p: 0,000. Sementara hasil penelitian
setelah bayi lahir berdasarkan penghitungan statistik skala interval Likert
(1 sampai dengan 5) ditemukan bahwa dari ke-13 variabel ada 10
variabel yang menunjukkan perbedaan yang bermakna, yaitu: memakai
ASI (mean DHA 4,50; DHA dan musik Mozart 4,93; p=0,031); pintar
menyusu (mean DHA 4,21; DHA dan musik Mozart 4,64; p=0,046);
mengenal suara ibu (mean DHA 4,14; DHA dan musik Mozart 4,79;
p=0,006); tersenyum melihat ibu (mean DHA 4,00; DHA dan musik
Mozart 4,64; p=0,017); mengangkat kepala (mean DHA 3,29; DHA dan
musik Mozart 4,14; p=0,000); tengkurap (mean DHA 3,00; DHA dan
musik Mozart 3,17; p=0,001); mengoceh (mean DHA 3,71; DHA dan
musik Mozart 4,43; p=0,017); bermain ludah (mean DHA 3,86; DHA dan
musik Mozart 34,29; p=0,087); memegang (mean DHA 3,43; DHA dan
musik Mozart 3,93; p=0,028) serta memasukkan jari kemulut (mean DHA
3,79; DHA dan musik Mozart 4,71; p=0,002). Sedangkan 3 variabel
menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan, yaitu: tidur teratur (mean
DHA 3,64; DHA dan musik Mozart 3,86; p=0,429); kemampuan BAK
(mean DHA 3,29; DHA dan musik Mozart 3,64; p=0,178) dan BAB tidak
rewel (mean DHA 3,64; DHA dan musik Mozart 3,64; p=1,00).
Diskusi:
Kadar BDNF serum darah arteri tali pusat bayi yang diberikan perlakuan
DHA dan Musik Mozart lebih tinggi daripada kelompok yang hanya
diberikan DHA. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Niken,
Hermanto, Margarita, Dikman (2009) yang menyatakan bahwa kadar
BDNF darah tali pusat bayi yang diberikan musik Mozart lebih tinggi
daripada yang tidak mendapatkan paparan musik Mozart. Juga
penelitian Elly G, Hermanto (2009) menyatakan bahwa tidak ada
perbedaan bermakna kadar BDNF tali pusat bayi baru lahir antara ibu
hamil usia kehamilan 32mg yang diberikan DHA dibandingkan dengan
yang tidak mendapat DHA. Peniadaan perbedaan jenis kelamin terhadap
kadar BDNF akibat DHA dan Mozart sesuai dengan peneltian Maksum,
Hermanto saat dilakukan penelitian di kelompok Mus musculus.
Temuan tersebut juga konsisten dengan penelitian Pinilla (2008) bahwa
kombinasi DHA dan stimulasi (execirse) mempunyai efek yang lebih
besar terhadap plastisitas sinaptik yang dimediasi oleh BDNF. Mengenai
hasil kecerdasan bayi saat lahir yang dievaluasi berdasarkan kuesioner
yang diisi ibu bayi menurut pengamatannya menunjukkan bahwa bayibayi yang diberikan DHA dan musik Mozart memiliki hasil yang lebih
baik daripada yang hanya diberikan DHA. Hal ini sesuai dengan
penelitian Lafuente (1997) yang mengamati efek stimulasi musik selama
70 jam saat di dalam rahim, ternyata setelah lahir diamati sampai umur 6
bulan mempunyai kemampuan aktifitas motorik, linguistik, koordinasi
somatosensorik dan fungsi kognitif yang lebih baik. Demikian juga pada
penelitian Carry (1987) dimana bayi yang mendapat stimulasi musik
prenatal mempunyai tingkat kreatifitas dan cara memecahkan masalah
lebih baik. Penelitian lain dengan hasil yang sama dinyatakan oleh
Logan (1991), Lazarev (2001), Manrique (1989) dan van deCarr (1986).
Kesimpulan
Pada penelitian ini, perlakuan dengan paparan DHA dan musik Mozart
mulai usia 20 minggu kehamilan menghasilkan kadar BDNF serum darah
tali pusat bayi baru lahir lebih tinggi dan bermakna pada p=0,01
dibandingkan paparan DHA. Tingkat "kecerdasan" bayi setelah lahir juga
lebih baik yang diukur dengan parameter modifikasi Lazarev
menunjukkan lebih cepatnya kompetensi yang diukur dicapai
Saran
Penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan kadar BDNF yang akan
lebih baik bila ditambah dengan jumlah kasus yang lebih besar sehingga
kesahihan dan generalisasi penelitian menjadi lebih baik. Jumlah kasus
yang lebih besar juga berperan dalam evidance based. Beberapa pihak
mempertanyakan perbedaan pengukuran kecerdasan secara "klinis" bayi
setelah lahir. Mereka beranggapan bahwa penelitian dengan ukuran
kecerdasan “klinis” sering mengalami kesulitan dalam aplikasinya. Ada
persoalan pengukuran kecerdasan secara klinis. Karena itu dibutuhkan
penelitian yang bukan medis murni (biologis) namun biopsikososial.
Penelitian yang mempunyai ranah sosial lebih kearah penelitian
kualitatif dimana kaidah-kaidah evidance based medicine tidak bisa
diberlakukan. Penelitian ini mencoba mencari terobosan baru dengan
melakukan penggabungan ukuran kecerdasan dengan melihat secara
laboratoris kadar BDNF sebagai “potensi” kecerdasan dan melihat secara
sosial setelah mereka lahir dengan menanyakan pengamatan ibu
terhadap tumbuh kembang bayinya. Kecerdasan yang didefinisikan
Gardner sebagai "potensi biopsikososial” mengharuskan penyertaan
ukuran kecerdasan lain selain psikometrik. Gardner juga kurang setuju
dengan psikometri. Artinya ada masalah pengukuran kecerdasan baik
dari sisi usia maupun jenis kecerdasannya. Sebagai catatan pada seluruh
rangkaian penelitian ini, kecerdasan majemuk dari Gardner yang
dipakai: ada 9 jenis kecerdasan yang memenuhi 8 kriteria kecerdasan
dari Gardner. Karena itu, untuk mengatasi persoalan pengukuran
tersebut, penelitian ini harus dilanjutkan dengan penelitian lain yang
mencoba mengamati terus perkembangan bayi baik pada kelompok
perlakuan DHA maupun pada kelompok perlakuan DHA + music Mozart.
Termasuk di dalamnya mengamati perlakuan yang diberikan pada kedua
kelompok oleh orangtua maupun lingkungannya dalam melihat
perkembangan kecerdasannya dari hasil BDNF.
Kata kunci: BDNF talipusat baru lahir, perlakuan DHA, perlakuan
paparan Mozart + DHA, luaran tumbuh kembang
Download