Panduan Praktis Penghematan Energi di Hotel - iced

advertisement
Panduan Praktis
Penghematan Energi
di Hotel
TIM
PENYUSUN
Tim Pengarah
Hanny Berchmans
Raymond Bona
Retno Soebagio
Tim Penulis
Bayuaji Kencana
Imas Agustina
Richard Panjaitan
Totok Sulistiyanto
Kontributor
Basri
Buang Sakti
Glenn Sianturi
Hariyanto
Katimin
Desain Grafis
Winne
Cover: Interior Hotel Gran Mahakam
Panduan Praktis
Penghematan Energi
di Hotel
Indonesia Clean Energy Development (ICED)
Maret 2011 sampai dengan Februari 2015
Dilaksanakan oleh Tetra Tech
Website: www.iced.or.id
Untuk keperluan nirlaba, diijinkan mengutip publikasi ini
dengan menyebutkan sumbernya © 2015 www.iced.or.id
Gambar dipakai dengan seijin Hotel Gran Mahakam Jakarta - Indonesia
Disclaimer:
Pandangan yang diungkapkan dalam publikasi ini tidak mencerminkan pandangan dari
United States Agency for International Development atau Pemerintah Amerika Serikat
Ucapan Terima Kasih
Buku Panduan Praktis Efisiensi Energi di Hotel ini merupakan kumpulan
materi pelatihan untuk chief engineer hotel dalam rangka Program Hotel
Energy Benchmarking and Strategic Energy Management yang dilaksanakan
oleh Indonesia Clean Energy Development (ICED). Project ICED merupakan
program bantuan teknis dari Pemerintah Amerika Serikat untuk Pemerintah
Indonesia di bidang Energi Bersih, meliputi energi terbarukan dan efisiensi
energi. Dengan adanya perkembangan pengetahuan dan teknologi terkait
penggunaan energi dalam gedung, buku ini disusun untuk menjadi salah
satu referensi bagi pelaksanaan manajemen energi di gedung perhotelan.
Selain itu, buku ini diharapkan dapat menjadi salah satu media untuk
mendorong pelaksanaan efisiensi energi yang lebih luas, guna mendukung
komitmen Pemerintah Indonesia untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca
(GRK) sebesar 26% pada tahun 2020.
Selain materi pelatihan dari para trainer, buku ini juga mencakup kontribusi
dari beberapa hotel yang memberikan catatan best practice implementasi
penghematan energi yang telah dan pernah dilakukan dan berhasil
menurunkan tingkat konsumsi energinya. Pola konsumsi energi di hotel
secara umum, serta nilai benchmark energi hotel yang berpartisipasi juga
ditampilkan dalam buku ini, yang merupakan hasil dari kegiatan audit energi
serta benchmark energi, sebagai bagian dari program ini.
Buku Panduan ini tersusun berkat kerjasama berbagai pihak, yang secara
langsung maupun tidak langsung berpartisipasi dalam Program ini. Ucapan
terima kasih kami sampaikan kepada Direktorat Jenderal Energi Baru
Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral; Direktorat Industri Pariwisata, Direktorat Jenderal Pengembangan
Destinasi Pariwisata, Kementerian Pariwisata; Dinas Pariwisata DKI Jakarta dan
DI Yogyakarta; serta asosiasi terkait, meliputi Bali Hotel Association; Jakarta
International Hotel Association; PHRI DKI Jakarta; PHRI DI Yogyakarta; dan
Asosiasi Chief Engineer Bali. Semoga upaya kita akan memberikan manfaat
utamanya dalam mengurangi penggunaan energi di sektor perhotelan.
Jakarta, 16 Februari 2015
Senior Communication Advisor
ICED Project
Daftar Isi
Ucapan Terima Kasih4
Daftar Isi5
Tentang Penghematan Energi di Hotel
Mengapa Perlu Buku Pedoman ini?
Siapa dan Bagaimana cara menggunakan Buku ini?
8
10
11
Konsumsi Energi di Bangunan Hotel
13
Pola Konsumsi Energi Bangunan Hotel
15
Biaya Energi di Bangunan Hotel
17
Benchmark dan Standar Konsumsi Energi di Bangunan Hotel
18
Penghematan Energi Melalui Penerapan Sistem Managemen Energi21
Apa Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Energi (SME)?
22
Bagaimana Langkah-Langkah untuk Menerapkan Sistem Manajemen Energi?
23
1. Membangun Komitmen Manajemen
23
2. Menyusun Kebijakan (Pemakaian dan Pengelolan) Energi
24
3. Membentuk Tim Manajemen Energi
24
4. Perencanaan Penghematan Energi 26
5. Implementasi Penghematan Energi
35
6. Monitoring dan Penghitungan Hasil Penghematan Energi
35
7. Tahapan Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan 36
Peluang Penghematan Energi di Bangunan Hotel 37
Sistem Selubung Bangunan 39
Kaitan Sistem Selubung Bangunan Dengan Pemakaian Energi
39
Apakah Kinerja Sistem Selubung Bangunan Hotel Anda Sudah Efisien?
41
Alternatif Penghematan energi pada Sistem Selubung Bangunan
42
Investasi Program Penghematan Energi Sistem Selubung Bangunan
50
Sistem Tata Udara 51
Kaitan Sistem Tata Udara Dengan Pemakaian Energi51
Apakah Kinerja Sistem Tata Udara Pada Hotel Anda
Sudah Efisien?
56
Investasi Program Penghematan Energi Sistem Tata Udara
70
Sistem Tata Cahaya 71
Kaitan Sistem Tata Cahaya Dengan Pemakaian Energi
71
Apakah Kinerja Sistem Tata Cahaya di Hotel Anda Sudah Efisien?
73
Alternatif Penghematan Energi pada Sistem Tata Cahaya
74
Investasi Program Penghematan Energi Sistem Tata Cahaya
77
Sistem Air Panas
78
Kaitan Sistem Air Panas Dengan Pemakaian Energi 79
Apakah Kinerja Sistem Air Panas di Hotel Anda Sudah Efisien?
80
Alternatif Penghematan Energi pada Sistem Air Panas
81
Investasi Program Penghematan Energi Sistem Air Panas
84
Sistem Kelistrikan dan Transportasi Gedung 85
Kaitan Sistem Kelistrikan dan Transportasi Gedung Dengan Pemakaian Energi
85
Investasi Program Penghematan Energi Sistem Air Panas 90
Building Automation System, Online Monitoring, dan Sub-metering
91
Kaitan Sistem Otomatisasi Bangunan Gedung Dengan Pemakaian Energi
91
Alternatif Penghematan Energi dengan Aplikasi Sistem BAS/BEMS
95
Investasi Program Penghematan Energi dengan Sistem BAS/BEMS
96
LAMPIRAN100
LAMPIRAN A: Contoh Alat Pengukuran dalam Audit Energi 101
LAMPIRAN B: Contoh Alat yang Diperlukan dalam Sistem Otomatisasi
102
LAMPIRAN C: Format Tabel Menghitung IKE 103
LAMPIRAN D: Format Tabel Menghitung Penghematan Energi
105
LAMPIRAN E: Unit Konversi Dan Standar
107
LAMPIRAN F: Format Tabel Monitoring Penggunaan Energi 108
LAMPIRAN G: Jenis-Jenis Audit Energi 109
LAMPIRAN H: Frequently Asked Questions 110
Tentang Penghematan Energi
di Hotel
Bangunan, termasuk didalamnya bangunan hotel,
menggunakan 50% energi secara umum atau 70% listrik
dari total konsumsi di Indonesia, menjadikannya sebagai
pengguna energi terbesar bahkan melebihi sektor
industri dan transportasi. Besarnya konsumsi energi
pada bangunan ini berkontribusi terhadap tingginya
biaya operasional bangunan (sebesar 25-30%), selain
kontribusi yang cukup besar terhadap emisi gas rumah
kaca dan pemanasan global.
Penghematan energi menjadi salah satu solusi cerdas
untuk diaplikasikan pada bangunan, terutama bangunan
hotel.
Mengapa Perlu Buku Pedoman ini?
Di sektor perhotelan saat ini, keberhasilan
menurunkan biaya energi dapat secara langsung
meningkatkan pendapatan, tanpa perlu menaikkan
tarif kamar ataupun menambah penjualan kamar
hotel. Ditambah dengan potensi peningkatan harga
listrik PLN secara bertahap, penghematan listrik di
hotel menjadi salah satu daya tarik tersendiri, yang
menguntungkan tidak hanya bagi pengelola hotel
melainkan juga bagi karyawan dan tamu hotel
dengan kenyamanan termal yang diperoleh.
Disamping keuntungan finansial dan pelayanan,
penghematan energi juga merupakan bentuk
kepedulian terhadap keberlangsungan lingkungan
hidup yang berdampak pada kehidupan sosial
kemasyarakatan. Di tengah isu perubahan iklim
dan pemanasan global saat ini, bentuk kepedulian
terhadap lingkungan dapat meningkatkan citra
hotel dimata para pelaku wisata ataupun pebisnis.
Penghematan energi di hotel secara nyata
berkontribusi terhadap penurunan emisi Gas Rumah
Kaca (GRK) dan bentuk mitigasi perubahan iklim.
Penggunaan hotel dengan kepedulian lingkungan
yang tinggi menjadi salah satu bentuk kontribusi tidak
langsung dari para wisatawan ataupun perusahaan
terhadap keberlanjutan lingkungan, yang juga akan
meningkatkan citra bisnisnya.
Banyak kegiatan-kegiatan dalam rangka penurunan
konsumsi energi yang telah dilaksanakan, seiring
meningkatnya kesadaran pemilik atau pengelola
hotel mengenai manfaat dari penghematan energi
di propertinya. Namun tak jarang, masih ada
pertanyaan mengenai bagaimana memulai program
penghematan energi yang efektif.
- 10 -
Tahun 2013, peningkatan
Tarif Dasar Listrik (TDL)
sebanyak 3 kali untuk
golongan bisnis sebesar 5%
tiap tahapnya menyebabkan
peningkatan biaya energi di
sektor perhotelan.
Peningkatan TDL lanjutan
pada tahun 2014, terutama
pada golongan B2 dan B3
terbukti telah mempengaruhi
biaya rutin/operasional
hotel yang pada akhirnya
mempengaruhi daya saing
hotel.
Beberapa bentuk penghargaan
terkait upaya ”penghematan
energi“ di hotel ditawarkan
baik oleh Pemerintah maupun
Asosiasi Swasta, antara lain:
1. PEEN
(Penghargaan
Efisiensi Energi Nasional)
oleh Kementerian ESDM,
2. Green Hotel Awards oleh
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif.
3. Greenship
(rating
certification
for
building) oleh GBCIGreen Building Council
Indonesia,
4. Sertifikasi
Eco-hotel
melalui
EarthCheck
Certification
Siapa dan Bagaimana cara menggunakan
Buku ini?
Mulai dari jajaran manajemen hotel, chief dan staf
engineering, sampai pada karyawan hotel yang
berhadapan langsung dengan para tamu dapat
menerima manfaat dari buku ini. Namun utamanya,
muatan buku ini ditujukan untuk chief engineer dan
para stafnya, yang secara langsung bertanggung
jawab terhadap operasional sistem energi di hotel.
Buku ini merupakan salah satu output Program
“Hotel Energy Benchmarking and Strategic Energy
Management” di bawah kerjasama Pemerintah
Indonesia dengan USAID (US Agency for International
Development) yang dilaksanakan selama September
2013 hingga Desember 2014. Interaksi intensif dengan
chief engineer hotel-hotel di Jakarta, Yogyakarta
dan Bali terkait dengan upaya-upaya penghematan
energi di hotel, ditambah dengan penjabaran singkat
prinsip dasar sistem manajemen energi dari ahli-ahli
energi nasional memberikan perspektif yang saling
melengkapi untuk melihat suatu permasalahan sistem
energi dan cara implementasi konsep penghematan
energi.
Sesuai dengan lingkup program, buku ini mengacu
pada pemanfaatan energi di hotel berbintang
3, 4, atau 5 yang telah beroperasi (tidak fokus
kepada hotel yang sedang dibangun). Tetapi tidak
menutup kemungkinan bahwa buku ini dapat juga
dimanfaatkan oleh hotel atau penginapan diluar
kategori tersebut dengan beberapa penyesuaian.
- 11 -
“Hotel, dalam beberapa kasus,
biaya energi mengambil alih
biaya para pegawai.”
- Pieter de Vries, Contained
Energy dalam Seminar
Penghematan Energi untuk
Hotel, 13 Juni 2008.
Beberapa pendekatan ditawarkan dalam buku ini:
1. Penelusuran melalui konsep penghematan
energi, bersifat komprehensif untuk memahami
prinsip penghematan energi di hotel, atau
2. Penelusuran melalui index, bersifat responsif
terhadap masalah yang dihadapi oleh hotel Anda
saat ini. (Lihat lampiran H)
Perlu diingat bahwa bangunan hotel merupakan
salah satu pengguna energi yang cukup unik
dibandingkan jenis bangunan perkantoran pada
umumnya, mengingat banyaknya faktor yang dapat
mempengaruhi pola penggunaannya, misalnya
lokasi bangunan hotel (kota, pantai, pegunungan),
jenis bangunan (gedung bertingkat, villa), tipe tamu/
pengguna (untuk bisnis, untuk wisata), dll. Panduan
yang khusus disusun untuk membantu pengelolaan
penggunaan energi di bangunan hotel ini diharapkan
dapat memberikan opsi-opsi terbaik untuk hotel
dengan karakteristik yang berbeda-beda.
- 12 -
Konsumsi Energi di Bangunan
Hotel
- 13 -
Sektor perhotelan termasuk dalam sektor komersial,
yang berkontribusi terhadap penggunaan energi
nasional sebesar 3% dengan laju pertumbuhan sebesar
8,6% per tahun. Sektor perhotelan sendiri berkembang
sangat pesat di Indonesia, dengan laju pertumbuhan
12,5% dari 2007 sampai 2011, sebagai respon terhadap
peningkatan jumlah wisatawan antara 9-13% pada kurun
waktu tersebut. 1
2007
Rata-rata, 3 dari setiap 100 hotel di
Indonesia adalah hotel baru
2011
Sumber: BPS 2012
Pertumbuhan Industri Perhotelan di Indonesia
Penggunaan energi yang efisien di bangunan
hotel, berarti bahwa energi digunakan untuk
seoptimal mungkin memenuhi kebutuhan
tamu, tanpa adanya energi yang terbuang atau
berlebihan. Sebaliknya, fokus penghematan
energi tanpa memperhatikan kepuasan tamu
bukan merupakan bentuk efisiensi energi.
Dalam prakteknya, penghematan energi di
bangunan hotel tetap mengedepankan prinsip
4K, yaitu:
1.
2.
3.
4.
kenyamanan
keselamatan
keindahan/estetika
kelancaran staf bekerja
1. Data BPS, 2012
- 14 -
Hotel-hotel di Indonesia
banyak ditemui memiliki
default setting system
energi dengan kapasitas
yang jauh melebihi energi
yang sebenarnya diperlukan
untuk mengoperasikan
hotel.
Misalnya setting
temperature AC/chiller
diset pada suhu yang
sangat rendah untuk
mengejar tercapainya suhu
yang diinginkan tanpa
melakukan audit terhadap
peralatan sistemnya secara
detail terlebih dahulu.
Pola Konsumsi Energi Bangunan Hotel
Di bawah program USAID-ICED, sebanyak 30 hotel di
wilayah Jakarta, Yogyakarta, dan Bali berpartisipasi
dalam audit energi (energy assessment) sebagai
bagian dari Program Percontohan Hotel Energy
Benchmarking and Strategic Energy Management.
Berdasarkan hasil audit tersebut, ditemukan bahwa
hotel-hotel tersebut memiliki karakteristik yang
serupa terkait dengan sumber energi yang digunakan,
yang terdiri dari energi listrik jaringan PLN, LPG, dan
diesel/solar. Selain itu, gas alam juga digunakan oleh
beberapa hotel di Jakarta sebagai sumber energinya.
Konsumsi energi listrik mendominasi penggunaan
energi sebesar 70% pada hotel-hotel di tiga kota,
dengan proporsi beban biaya energi di tiap wilayah
seperti ditunjukkan pada grafik di bawah, termasuk
didalamnya biaya penggunaan air. Dari sisi pengguna
energi, sistem tata udara mengkonsumsi kurang lebih
65% dari total energi yang digunakan oleh hotel2.
Fokus penghematan energi dapat diberikan pada
peralatan yang menggunakan sumber energi listrik
dari PLN untuk hasil yang signifikan, kemudian LPG
dan diesel/solar. Selain itu, dapat juga dimulai dari
sistem tata udara, sebagai pengguna energi terbesar
di bangunan hotel. Pertimbangan dalam menentukan
fokus penghematan energi lebih rinci dibahas pada
bab selanjutnya yaitu “Penghematan Energi Melalui
Penerapan Sistem Manajemen Energi”.
2 Penelitian JICA, dengan BPPT & Kementerian ESDM, 2008
- 15 -
Kecenderungan Pola Penggunaan Energi di Bangunan Hotel
Per Wilayah di Indonesia Tahun 2013
Bali
Jakarta
Yogyakarta
- 16 -
Biaya Energi di Bangunan Hotel
Komponen biaya energi di hotel biasanya dinyatakan
dalam satuan biaya per kamar yang terjual, atau
jumlah total kamar hotel. Idealnya, perhitungan biaya
energi tersebut dilakukan setiap hari dan dilaporkan
kepada manajemen serta divisi lainnya dalam
mendukung program penghematan energi. Selain itu,
perhitungan dan pelaporan secara berkala merupakan
bagian dari proses review dan evaluasi dalam
program manajemen energi yang baik, sehingga
dapat dianalisa dan diketahui trend penggunaan
energi di hotel. Hal ini dapat dipergunakan juga untuk
membantu perencanaan penurunan konsumsi energi
di kamar hotel secara bertahap, atau sebagai bagian
dari program kepedulian lingkungan hidup secara
keseluruhan.
Dalam program “Hotel Energy Benchmarking and
Strategic Energy Management”, USAID-ICED juga
melakukan analisa biaya energi per kamar hotel yang
terjual untuk memberikan gambaran rata-rata biaya
energi tersebut, terutama untuk hotel Bintang 4 dan 5.
Biaya Energi =
(total biaya listrik (kWh))
(jumlah kamar terjual)
Atau
Biaya Energi =
(total biaya energi
(listrik,diesel,gas dalam
kWh))
(jumlah kamar terjual)
(dalam unit harian/bulanan/
tahunan)
Rata-rata biaya energi dan air per
kamar per hari di tiap kota di Indonesia
memiliki perbedaan yang cukup
signifikan.
Bali dengan biaya tertinggi mencapai
Rp. 145,283 terjadi karena mayoritas
wisatawan asing yang datang terbiasa
dengan temperatur udara rendah.
Jakarta di posisi kedua dengan biaya
Rp. 93,656 per kamar per hari,
sedangkan Yogyakarta dengan biaya
terendah sebesar Rp. 55,111 yang
meliputi hotel Bintang 3 di dalamnya.
- 17 -
Benchmark dan Standar Konsumsi Energi di
Bangunan Hotel
Konsumsi energi pada bangunan hotel dapat dinyatakan dalam:
1. IKE (Intensitas Konsumsi Energi) atau EUI (Energy Use Intensity)
Angka yang menunjukkan jumlah
energi yang dikonsumsi (dalam kWh)
untuk setiap m2 luas bangunan
yang terkondisikan dengan system
pendingin udara per tahun.
(konsumsi energi (kWh) dalam 1 tahun)
IKE=(luas bangunan yang terkondisikan (m2)
Rata-rata IKE untuk 30 hotel dalam
pilot program ICED adalah 393 kWh/
m2/tahun
2. REI (Room Energy Intensity)
Angka yang menunjukkan jumlah
energi yang dikonsumsi (dalam kWh)
untuk setiap kamar yang terjual per
tahun.
IKE=
(konsumsi energi (kWh) dalam 1 tahun)
(jumlah kamar x tingkat okupansi)
Rata-rata REI untuk 30 hotel dalam
pilot program ICED adalah 137 kWh/
kamar/tahun
- 18 -
3. Benchmark Score, menggunakan benchmarking tool3
Suatu nilai, dalam rentang 1-100,
yang menunjukkan tingkat efisiensi
konsumsi energi sebuah hotel, relatif
terhadap hotel lain yang sejenis di
Indonesia. 1 berarti kurang efisien, 100
berarti paling efisien dibandingkan
hotel lainnya.
Rata-rata Benchmark Score untuk
Program Percontohan Hemat Energi
Hotel oleh ICED: 48, artinya bahwa
tingkat efisiensi konsumsi energi ratarata ke-30 hotel masih berada di bawah
rata-rata,dibandingkan hotel serupa di
Indonesia.
4. IKA (Intensitas Konsumsi Air) - optional
Angka yang menunjukkan volume air
yang dikonsumsi (dalam m3) untuk
setiap kamar yang terjual per tahun.
IKE=
(konsumsi air (m3) dalam 1 tahun)
(jumlah kamar x tingkat okupansi )
Rata-rata IKA untuk 30 hotel dalam
pilot program ICED adalah 2,09 m3/
kamar/tahun
3 Benchmarking tool ini dikembangkan oleh USAID ICED bekerjasama dengan EECDP dengan
mengacu kepada Energy Star yang telah umum digunakan di Amerika Serikat
- 19 -
Penghematan Energi
Melalui Penerapan Sistem
Manajemen Energi
- 20 -
Bisnis perhotelan merupakan sektor yang
berkembang sangat cepat terutama di
Indonesia yang merupakan salah satu tujuan
wisata dan bisnis terkemuka dunia. Dengan
demikian, konsumsi energi di sektor ini dapat
meningkat secara dramatis tanpa peran aktif
pelaku usaha dalam meningkatkan efisiensi
penggunaan energinya. Perlu diingat bahwa
penghematan energi di hotel adalah program
yang mendukung tujuan utama bisnis
perhotelan yaitu tujuan finansial dengan fokus
terhadap kepuasan dan kenyamanan para tamu
hotel.
Inisiatif untuk mengembangkan program
penghematan energi di hotel merupakan
langkah awal terciptanya suatu “Sistem
Manajemen Energi (SME)” yang memungkinkan
pihak manajemen hotel mengelola penggunaan
energi secara rasional dan meningkatkan
kinerjanya (efisiensi penggunaan energi)
tanpa mempengaruhi kualitas dan kuantitas
pelayanan. Inisiatif tersebut dapat muncul dari
level Top Manajemen atau maupun dari Chief
Engineer yang bertanggung jawab langsung
terhadap penggunaan dan pengelolaan energi.
- 21 -
Banyak ditemui hotel
yang telah memiliki tim
pengelola energi serta
telah melaksanakan
program penghematan
energi, tetapi:
1. cenderung bersifat
sporadis,
2. sangat bergantung
kepada staf tertentu
sehingga tidak
berkelanjutan, dan
3. sering ditemui
masih terkendala
karena tanpa
dukungan dari Top
manajemen
Apa Manfaat Penerapan Sistem Manajemen
Energi (SME)?
Tanpa implementasi SME, pelaksanaan program penghematan energi dapat
mengalami siklus seperti ditunjukkan pada Gambar A, sedangkan tujuan
penghematan energi justru dapat lebih tercapai dengan sistem yang lebih terarah,
seperti ditunjukkan pada Gambar B.
Penjelasan Gambar A:
Pada penerapan penghematan
energi secara konvensional,
biasanya akan terjadi kondisi
fluktuatif terhadap biaya
energi seiring dengan kegiatan
penghematan secara sporadic,
tidak terarah dan tidak
berkelanjutan.
Penjelasan Gambar B:
Dengan penerapan SME
maka kegiatan penghematan
energi akan terarah, terukur,
menurut skala prioritas dan
dapat berkelanjutan.
Manfaat utama melalui implementasi SME, akan memudahkan hotel dalam:
1. Melakukan usaha penghematan energi secara aktif dengan Tim Manajemen
Energi (atau Tim Energi) yang terbentuk
2. Mengelola secara aktif usaha penghematan pengunaan energi dan penurunan
biaya energi secara komprehensif, terarah, menurut prioritas, dan berkelanjutan
3. Mendokumentasikan segala hal yang terkait dengan penerapan sistem dan
usaha penghematan energi
4. Mengikuti peraturan-peraturan terkait yang berhubungan dengan upaya
penghematan energi yang sifatnya mengikat ataupun sukarela.
- 22 -
Bagaimana Langkah-Langkah untuk
Menerapkan Sistem Manajemen Energi?
Langkah-langkah dan persiapan utama untuk menerapkan program
penghematan energi dengan membangun SME adalah sebagai berikut:
1. Membangun Komitmen Manajemen
Langkah awal yang sangat penting bagi pimpinan
manajemen sebuah hotel adalah dengan berkomitmen
dalam upaya penghematan energi jangka panjang
dan berkelanjutan, yang diwujudkan melalui:
penyusunan kebijakan energi, pengalokasian sumber
daya (tim manajemen energi dan pendanaan), serta
pro aktif mengkomunikasikan dan mensosialisasikan
pentingnya upaya penghematan energi ke semua
jajaran di organisasi.
Jika inisiatif pelaksanaan program penghematan
energi tidak datang dari pimpinan manajemen,
perlu dilakukan pendekatan oleh peng-inisiasi
kepada pihak manajemen dengan menyampaikan
manfaat penghematan yang dapat dicapai beserta
perhitungan payback period, jika program yang
diusulkan memerlukan investasi peralatan.
- 23 -
Komitmen dari Pimpinan
Organisasi merupakan kunci
utama akan keberhasilan
dan didukung oleh Tim
Manajemen Energi dan
semua tingkatan dan fungsi
organisasi yang ada.
2. Menyusun Kebijakan (Pemakaian dan Pengelolan) Energi
Kebijakan dalam pemakaian dan pengelolaan energi merupakan dokumen
singkat yang disusun oleh pimpinan hotel yang berisikan paling tidak tentang:
• Komitmen akan perbaikan kinerja energi yang
berkelanjutan
• Komitmen untuk mengikuti segala peraturan
yang berlaku sehubungan dengan penggunaan
dan penghematan energi
• Berupaya untuk melakukan pemilihan atau
pembelian terhadap produk, desain atau layanan
yang hemat energi.
• Kebijakan energi juga dapat berisikan target
penghematan energi yang ingin dicapai
apabila sudah dapat mengetahui potensi
penghematannya
Kebijakan energi merupakan
salah satu bukti komitmen
dari pihak manajemen yang
harus disosialisasikan dan
diimplementasikan seluruh
lapisan karyawan hotel.
3. Membentuk Tim Manajemen Energi
Tim manajemen Energi dapat terdiri dari perwakilan
pihak manajemen, diketuai oleh seorang manajer
energi dan dibantu dengan anggota tim sejumlah
2-5 orang staf. Jumlah Tim Manajemen Energi sangat
tergantung dari kompleksitas sistem yang ada di
hotel itu sendiri. Pada praktek umumnya, peran
seorang Manager Energi dipegang oleh seorang
Chief Engineer.
Tim Energi perlu mengikuti
pelatihan/workshop secara
berkala guna meningkatkan
kapasitas dan keahliannnya,
serta dapat mengikuti
perkembangan teknologi
hemat energi yang
berkembang dengan cepat.
Anggota Tim Manajemen Energi dapat disesuaikan dengan kapasitas/
kompleksitas Bangunan Hotel dan berasal dari beberapa perwakilan divisi/
departemen yang ada, misalnya: dari Bagian Teknis/Engineering, R & D,
Bagian Finansial/Accounting, Bagian Umum/komunikasi, front-line staff,
dll. Hal ini menjadi upaya memberikan ruang kontribusi bagi staf di semua
bagian untuk memastikan penghematan yang lebih besar dapat dicapai.
Tugas utama dari tim manajemen energi adalah sebagai penanggung jawab
penggunaan dan pengelolaan energi yang efisien di hotel. Keberadaan tim
ini dapat membantu mendorong dan meningkatkan motivasi pelaksanaan
penghematan energi di semua departemen yang terlibat.
- 24 -
Dukungan Manajemen Membuka Pintu Kreativitas dan Inovasi dalam Penerapan
Penghematan Energi di Hotel Bintang 5 di Jakarta.
Gran Mahakam, 2013. Menyadari pentingnya pertimbangan lingkungan dalam
pengembangan pelayanan hotelnya, jajaran manajemen Hotel Gran Mahakam menyusun
Strategi Bisnis, dimana salah satu pilar yang direncanakan adalah rencana sertifikasi Eco
Hotels and Resort untuk manajemen energi yang lebih baik. Program dituangkan secara
detail, menyebutkan beberapa poin dan target penghematan energi, diantaranya:
1. Target penurunan konsumsi listrik sebesar 15%
2. Membentuk energy saving committee, untuk mendukung pelaksanaan penghematan
energi melalui:
a. Pertemuan staf untuk raising awareness mengenai pentingnya menghemat energi
b. Pertemuan anggota untuk brainstorming, usulan dari tiap departemen dalam
praktek penghematan energi
i. Misalnya perlunya informasi mengenai LWBP dan WBP, sehingga
staf dapat menghindari pengoperasian sistem pengguna listrik pada
jam2 WBP.
c. Penyusunan proposal penghematan energi untuk disampaikan kepada jajaran
manajemen:
i. Kegiatan dibagi 2: tanpa biaya dan dengan biaya.
ii. Untuk praktek yang mungkin memberikan dampak, perlu dilakukan
uji/tes terlebih dahulu, atau perhitungan investasi dan penghematan
The Gran Mahakam Live Care Team (GMLCT)
d. Melakukan audit internal dan survey pelaksanaan program
e. Menyusun program insentif/reward untuk mendorong pelaksanaan hemat
energi oleh staf dan tamu
Dalam pelaksanaannya, Komitmen manajemen juga dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan
jajaran manajemen terhadap energy saving committee, serta keterbatasan finansial.
Hotel Gran Mahakam merupakan hotel berbintang 5 yang dibangun pada tahun 1996
dengan total luas bangunan sebesar 17.390 m2. Pada tahun pelaksanaan program, Hotel
tersebut memiliki total 158 kamar tamu dengan tingkat okupansi rata-rata sebesar 70%.
- 25 -
4. Perencanaan Penghematan Energi
Dalam melakukan perencanaan usaha penghematan
energi dapat dilakukan dengan beberapa tahapan
kegiatan sebagai berikut:
1. Review Penggunaan Energi
2. Audit Energi
3. Pemilihan Prioritas dan Rencana Aksi
Alur diagram tahapan perencanaan penghematan
energi:
4.1. Review Penggunaan Energi (Energy Review)
Review penggunaan energi biasanya merupakan
bagian awal dari pelaksanaan Audit Energi.
Tujuan dari proses ini adalah untuk mengetahui
status penggunaan energi dan memahami pola
konsumsi energi yang terjadi di hotel Anda,
sehingga dapat membantu Tim Manajemen
Energi dalam menyusun program penghematan
energi setiap tahunnya (atau pada kurun waktu
yang ditentukan).
Laporan review penggunaan energi dapat
- 26 -
Review penggunaan
energi idealnya dilakukan
dan disusun oleh Tim
Manajemen Energi sendiri,
dengan tingkat kedetailan
analisa disesuaikan dengan
kebutuhan dan ketersediaan
sumber daya dan data.
dilakukan setiap tahun sekali di awal tahun untuk mengetahui status
pengunaan energinya, misalnya dengan menetapkan benchmarking
Intensitas Konsumsi Energi (IKE).
Berbagai informasi berikut dapat digunakan sebagai acuan dalam
melakukan review penggunaan energi:
1. Menghitung total penggunaan atau konsumsi energi bulanan dalam
setahun. Biasanya suatu hotel menggunakan jenis-jenis sumber
energi berupa listrik, gas, dan BBM diesel. Untuk mengetahui fluktuasi
konsumsi energi bulanan dapat dilihat dengan membandingkan
dengan data minimal 2 - 3 tahun berturut turut.
2. Mengetahui fluktuasi konsumsi energi harian, mingguan dan bulanan
untuk mengetahui waktu-waktu beban puncak (peakload) dan waktu
beban dasar penggunaan energi (baseload). Analisa ini diperlukan
untuk mengetahui beban puncak yang biasanya terjadi pada waktu
tingkat okupansi tertinggi, dan beban dasar yang akan terjadi pada
saat okupansi terendah, atau juga dimungkinkan adanya faktor lainnya
yang mempengaruhi fluktuasi penggunaan energi seperti faktor suhu
udara luar yang dipengaruhi oleh musim.
Pemahaman terhadap kondisi beban dasar dan beban puncak dapat
membantu memberikan acuan dalam mengoperasikan peralatan
utama mengikuti fluktuasi okupansi atau faktor pendorong lainnya
yang berpengaruh siknifikan. Namun prosesnya perlu menggunakan
data yang akurat dan historical, terkadang eksperimental.
3. Melakukan pemetaan konsumsi energi untuk mengetahui proporsi
penggunaan energi di masing-masing fasilitas atau peralatan
pengguna energi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengguna
energi terbesar di suatu hotel. Peralatan-peralatan pengguna energi
terbesar (misalnya kumulatif hingga 80% dari total konsumsi energi)
biasa disebut dengan Significant Energy Uses (SEUs). Analisa ini dapat
digunakan untuk memprioritaskan program penghematan energi.
Di hotel biasanya peralatan pengguna energi terbesar adalah untuk
fungsi pendinginan ruangan, atau untuk fungsi penyediaan air hangat.
4. Mengidentifikasi faktor pendorong utama (drivers) dari penggunaan
energi di hotel dan menghitung besaran siknifikansi. Analisa ini
merupakan opsi analisa lanjutan jika tim energi Anda tertarik untuk
- 27 -
mengetahui faktor-faktor utama pendorong penggunaan energi,
sehingga dapat menentukan Energy Performance Indikators (EnPIs)
khusus bagi setiap SEUs.
Pada prakteknya beberapa hotel menemukan bahwa faktor pendorong
berupa suhu udara luar ruangan lebih mempengaruhi konsumsi
penggunaan energi mereka dibandingkan dengan jumlah tamu atau
tingkat okupansi, dan sebaliknya. Analisa ini dapat dilakukan secara
manual menggunakan penghitungan program Ms. Excel (analisa
regresi) maupun dengan program khusus analisa penggunaan energi
seperti program RETScreen Plus4 .
5. Menghitung Intensitas Konsumsi Energi (IKE) dari hotel. IKE
merupakan indek yang dapat menjadi indikator status penggunaan
energi suatu bangunan hotel. IKE ini dihitung dalam unit kWh/m2 per
tahun. Formula penghitungan IKE sebagai berikut:
(konsumsi energi (kWh) dalam 1 tahun)
IKE= luas bangunan yang terkondisikan (m2)
Konsumsi energi dalam satuan konversi kWh merupakan total
penggunaan seluruh energi dalam satu tahun berupa penggunaan
listrik, gas, minyak diesel, dll. Cara penghitungan konversi gas
dan minyak diesel ke kWh terdapat dalam lampiran buku ini.
Luas bangunan yang terkondisikan merupakan luasan area yang
mendapatkan fasilitas pendinginan ruangan termasuk kamar, koridor,
lobby, restoran, dapur, dll.
Hitungan IKE yang didapatkan kemudian dapat dibandingkan dengan
benchmark standar yang dikeluarkan oleh Pemerintah (Kementerian
ESDM atau GBCI-green building council Indonesia), untuk mengetahui
apakah penggunaan dan kinerja energi hotel Anda lebih efisien atau
lebih boros dibandingkan dengan benchmark tersebut.
6. Menetapkan acuan-dasar atau baseline dari penggunaan energi
selama setahun yang akan digunakan sebagai pembanding dalam
pelaksanaan penghematan energi yang akan dilakukan. Baseline
penggunaan energi biasanya menggunakan data tahun sebelumnya
sebelum implementasi penghematan energi dilakukan.
4 RETScreen Plus merupakan program manajemen energi berbasis windows yang dapat mem
bantu melakukan pengawasan, verifikasi, analisa dan pelaporan projek efisiensi energi di
berbagai sektor, termasuk di sektor bangunan.
- 28 -
TIPS: Data apa saja yang perlu dikumpulkan dalam proses Review
Penggunaan Energi?
Empat jenis data dasar perlu dikumpulkan oleh tim energi hotel untuk
dapat mengetahui penggunaan dan kinerja energinya, yaitu data
konsumsi energi, data biaya energi, data karakteristik hotel, dan
data peralatan dengan konsumsi energi tinggi.
Data Konsumsi Energi
Upayakan untuk mencatat konsumsi energi dari semua jenis energi yang
digunakan, misalnya listrik, LPG, Diesel, dan sebagainya. Untuk listrik dari
PLN, detail pencatatan dengan membagi Waktu Beban Puncak (WBP)
dan Luar Waktu Beban Puncak (LWBP) dapat memberikan gambaran
penggunaan energi yang lebih baik. Selain itu, pencatatan konsumsi listrik
dapat dilakukan melalui cross-check data yang ditunjukkan pada panel
peralatan listrik di hotel Anda dengan data tagihan listrik dari PLN, guna
konsistensi data energi dan biaya yang dikeluarkan.
Lebih lanjut, pencatatan konsumsi energi untuk tiap ruangan di hotel Anda
akan memberikan informasi dasar yang lebih akurat sebagai pertimbangan
penyusunan program penghematan energi bertahap.
Jika perlu memperbandingkan konsumsi antara jenis energi yang satu
dengan yang lain, sedapat mungkin menyamakan satuan masing-masing,
misalnya ke dalam kWh (kilo Watt hour). Lihat halaman unit dan konversi
untuk detail faktor konversinya.
Data Biaya Energi
Data biaya energi perlu dicatat mengikuti detail jenis energi dan unit
yang digunakan dalam pencatatan. Misalnya, setiap jenis energi dicatat
pemakaiannya setiap bulan, maka pengeluaran tiap bulan untuk jenis energi
tertentu dicatat mengikuti format yang ada.
Dengan pencatatan ini, Anda dapat melihat profil beban energi hotel Anda,
serta dapat menentukan prioritas penghematan yang akan dilaksanakan.
- 29 -
Data Karakteristik Hotel
Untuk analisa lebih detail mengenai pola penggunaan energi di hotel Anda,
pencatatan mengenai karakteristik hotel tidak hanya terbatas pada data
luas bangunan hotel yang dikondisikan dengan pendingin udara-AC (untuk
menghitung IKE), tetapi juga dapat dilengkapi dengan data-data lainnya
seperti suhu udara luar, tingkat okupansi (kamar dan ruang pertemuan),
coverage harian atau bulanan, dan sebagainya.
Data-data tersebut dapat berkembang berdasarkan hasil analisa faktor apa
yang mempengaruhi penggunaan energi di hotel Anda secara signifikan
(lihat #4 dalam review energi).
Data Peralatan dengan
Konsumsi Energi Tinggi
Salah satu kunci utama keberhasilan program penghematan energi adalah
mentargetkan penurunan konsumsi energi untuk setiap peralatan yang
mengkonsumsi energi tinggi secara tepat.
Untuk itu, pencatatan daya dan spesifikasi peralatan di hotel, seperti boiler,
chiller, cooling tower, chilled water pump, lift, pompa air, AHU, kitchen hood
exhaust fan, dll sangatlah penting dalam proses audit energi. Hal ini juga
akan membantu proses monitoring berkala. Lihat Lampiran F sebagai acuan
pencatatan monitoring. Silahkan dimodifikasi sesuai dengan situasi dan
keadaan hotel Anda.
4.2. Audit Energi
Hasil dari review penggunaan energi dapat ditindaklanjuti dengan
melakukan tahapan Audit Energi yang merupakan langkah teknis
untuk identifikasi dan penghitungan opsi-opsi program penghematan
energi. Audit energi dapat dilakukan internal oleh Tim Energi hotel, atau
menggunakan jasa konsultan audit energi5.
5 Direktorat Jendral Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) - Kementrian
ESDM di bawah Program Kemitraan Konservasi Energi memberikan fasilitas audit energi secara
cuma-cuma. Telp : (021) 319 24572 (ext. 824) atau Email: [email protected]
- 30 -
Audit energi dapat mencakup tiga tingkatan
kedalaman analisa, dimana tahap audit energi
singkat meliputi kegiatan pengumpulan data
historis konsumsi energi, observasi lapangan,
penghitungan IKE dan potensi penghematan
energi. Dalam audit energi awal, tingkatan
selanjutnya, pengukuran sesaat dilakukan
untuk menghasilkan penghitungan IKE dan
potensi penghematan yang lebih akurat.
Lebih rinci lagi, dalam audit energi rinci,
pengukuran dilakukan dengan lebih lengkap
untuk menunjang keperluan analisa teknis dan
finansial peralatan pengguna energi tertentu
(lihat lampiran G untuk detail jenis-jenis audit
energi).
Hotel Anda tidak harus
melalui ketiga tahapan audit
tersebut. Audit energi singkat
dapat dipilih jika hotel Anda
belum pernah melakukan
audit energi, sehingga dapat
memberikan gambaran
peralatan mana yang perlu
ditinjau ulang dalam audit
yang lebih rinci.
Audit energi rinci dapat
langsung dipilih jika tim
Energi hotel Anda telah
memiliki prioritas peralatan
yang perlu diretrofit atau
ditingkatkan efisiensinya.
TIPS: Pengukuran dan Observasi apa saja yang perlu dilakukan
dalam proses Audit Energi?
Mengetahui dan memahami pola konsumsi energi di hotel Anda
merupakan langkah awal dalam penghematan energi, namun tanpa
pengukuran dan observasi lebih lanjut terhadap peralatan-peralatan
yang mengkonsumsi energi di hotel Anda, program penghematan
energi tidak dapat berjalan secara optimal.
Pengukuran dapat dilakukan sendiri atau menggunakan konsultan
dari luar. Beberapa alat ukur yang dapat digunakan ditunjukkan dalam
lampiran A.
Sebagai kegiatan rutin dalam manajemen energi di hotel Anda,
pelaksanaan observasi dapat ditambahkan beberapa checklist observasi,
sekaligus untuk mengetahui apakah sistem yang terpasang dan
dioperasikan di hotel Anda tergolong sudah efisien atau dapat lebih
ditingkatkan lagi. Lihat bab Peluang penghematan energi untuk checklist
observasi di masing-masing sistem.
- 31 -
Tahapan dalam perencanaan kegiatan penghematan energi dalam proses
audit energi adalah:
1. Identifikasi opsi-opsi penghematan berdasarkan proses review energi
serta pengukuran dan observasi (daftar kegiatan secara komprehensif)
2. Penentuan batasan kegiatan, dalam hal batasan fisik maupun batasan
kebijakan finansial.
• Batasan fisik atau organisasi, misalnya: fasilitas chiller,
komponen lighting, hot water, ruang kamar hotel, ruang
meeting, ruang masak, basement/parkir, melibatkan personel
departemen engineering atau seluruh komponen organisasi
• Batasan kebijakan finansial, misalnya: bersifat No/Low Cost,
Medium Cost, dan High Cost.
3. Penggolongan opsi-opsi penghematan energi melalui pemilahan
opsi-opsi No/Low Cost, Medium Cost, dan High Cost, atau dapat juga
dengan melihat tingkat kesulitan teknis dan resiko-resiko yang dapat
dihadapi. Pengertian penggolongan biaya penghematan energi adalah
sebagai berikut:
• Opsi No-Cost merupakan opsi penghematan energi yang
memerlukan biaya yang sangat kecil dan biasanya banyak
dalam bentuk in-kind.
• Opsi Low-Cost merupakan opsi penghematan energi yang
memerlukan biaya yang tergolong rendah dan dapat
dianggarkan sendiri oleh pihak Hotel tanpa memerlukan
pendanaan dari luar (pinjaman Bank, dll)
• Opsi Medium/High-Cost merupakan opsi penghematan energi
yang memerlukan biaya besar yang dapat didanai sendiri atau
memerlukan pendanaan dari pihak luar untuk implementasinya,
atau memerlukan kerjasama dengan pihak ketiga (ESCO)
• Batasan penggolongan biaya dapat disesuaikan dengan
kebijakan dan kondisi keuangan di masing-masing Hotel,
misalnya: Opsi Low-Cost < 50 juta, opsi medium cost < 1 milyar,
dan high cost > 1 milyar.
4. Penentuan prioritas kegiatan, tujuan dan target penghematan yang
rasional dapat dicapai dengan mengacu kepada trend atau kecenderungan
penggunaan energi pada tahun-tahun sebelumnya.
- 32 -
4.3. Penentuan Prioritas Kegiatan dan Rencana Aksi
Dalam penentuan prioritas kegiatan dan tahapan kerja rencana aksi,
pertimbangan berikut dapat dijadikan acuan dalam menentukan
pelaksanaan kegiatan:
a. Tingkat kesulitan teknis terhadap opsi yang akan diambil
b. Best practice dan sudah umum dilakukan di tempat lain
c. Tingkat resiko kegagalan yang dapat terjadi
d. Besaran biaya investasi upaya penghematan energi
e. Kriteria finansial tingkat pengembalian modal investasi
(payback, IRR, NPV)
Perlu diingat bahwa tidak hanya tim energi yang bertanggung jawab
dalam pelaksanaan kegiatan penghematan energi, tetapi melibatkan
seluruh lapisan pegawai yang terkait dengan hal-hal teknis, seperti
pegawai dapur untuk efisiensi penggunaan kitchen hood exhaust fan,
dan pegawai di bagian housekeeping untuk efisiensi pemanfaatan sinar
matahari dan lampu kamar tamu. Kerjasama yang baik dari seluruh
staf karyawan dapat ditingkatkan secara efektif melalui sosialisasi dan
capacity building yang dilakukan secara berkala.
Penyusunan prioritas kegiatan penghematan energi dan rencana aksi
dilakukan oleh Tim Manajemen Energi dan dikonsultasikan dengan pihak
Manajemen untuk mendapatkan persetujuan.
- 33 -
Matrik prioritas penghematan energi dapat digunakan untuk membantu
memetakan opsi-opsi penghematan energi yang akan dilakukan. Lihat gambar
dibawah ini sebagai contoh. Di dalam matrik dibawah menggunakan parameter
tingkat investasi (sumbu y), tingkat resiko kesulitan teknis (sumbu x), dan tingkat
pengembalian investasi (dipresentasikan dengan bulatan semakin besar artinya
paling menarik dilihat dari sisi waktu dan besaran pengembalian modal investasi).
Jika hanya melihat sisi besaran investasi dan tingkat kesulitan teknis, maka
yang dapat dipilih adalah kotak matrik mulai dari nomor kotak 1, kotak 2,
kotak 3 dan kotak 4. Jika pilihan ditambah dengan parameter finansial yaitu
tingkat pengembalian modal maka yang dapat dipilih berdasarkan nomor
urutan di tiap lingkaran yang dimulai dari opsi penghematan energi no 1
hingga terakhir nomor 17. Kriteria seleksi dapat juga mempertimbangkan
hal-hal lainnya tergantung dari kapasitas dan kebijakan yang diambil di
setiap hotel.
- 34 -
5. Implementasi Kegiatan Penghematan Energi
Setelah pemilihan prioritas kegiatan penghematan energi dilakukan dan
mendapat persetujuan dari pihak Manajemen Hotel, maka Tim Manajemen
Energi menyusun rencana aksi yang berisikan detail rencana pelaksanaan
kegiatan, waktu konstruksi atau instalasi, pembagian tanggung jawab
pelaksana kerja, pemilihan vendor peralatan penghematan energi, rincian
termin pengeluaran budget, dan lain sebagainya.
6. Monitoring dan Penghitungan Hasil Penghematan Energi
Tim energi, sebagai penanggung jawab pelaksanaan penghematan energi di
hotel, dapat melakukan kegiatan-kegiatan monitoring, misalnya:
1. Pengawasan pelaksanaan oleh pegawai housekeeping dengan melakukan
inspeksi ke kamar yang telah dibersihkan
2. Pengawasan pelaksanaan oleh pegawai teknik dengan memeriksa
logsheet, atau pengaturan temperatur di AHU
3. Pengumpulan data penggunaan energi melalui panel metering, atau
berdasarkan tagihan PLN
4. Sedapat mungkin melakukan pengukuran jika diperlukan, terutama jika
terdapat penyimpangan konsumsi yang jauh lebih besar dari penggunaan
rata-rata. Pengukuran ini dapat memakai peralatan manual, dimana pada
kasus tertentu mungkin diperlukan penambahan alat ukur jika telah
terdapat alat ukur otomatis
5. Penghitungan penghematan energi yang didapat, dan verifikasi hasil
penghematan energi dari skenario baseline dan target yang ingin dicapai
- 35 -
7. Tahapan Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan
Pada tahapan evaluasi, Anda dapat memilih untuk melaksanakan internal
audit, yaitu evaluasi terhadap proses dan hasil implementasi penghematan
energi dibandingkan terhadap tujuan dan target awal kegiatan. Proses ini
dilakukan oleh tim internal hotel yang berbeda fungsi dan tugasnya untuk
menjaga obyektifitas penilaian.
Proses evaluasi juga dapat dilakukan oleh pihak ketiga atau lembaga
sertifikasi tertentu untuk melakukan verifikasi terhadap pelaksanaan SME dan
hasil penghematan energi yang didapatkan.
Di akhir tahun atau secara berkala tiap setengah tahun, hotel dapat melakukan
Manajemen Review, yaitu sistem evaluasi yang melibatkan Pimpinan
Organisasi bersama dengan Tim Manajemen Energi yang dilakukan secara
rutin dan berkala untuk mengevaluasi pelaksanaan penghematan energi,
serta melakukan upaya perbaikan apabila ditemukan kekurangan selama
kurun waktu implementasi.
Perbaikan berkelanjutan merupakan proses berulang yang merupakan koreksi
hasil dari Manajemen Review yang tujuannya menghasilkan peningkatan
kinerja energi dan pelaksanaan sistem manajemen energi yang baik, yang
meliputi:
1. Perbaikan dalam proses menetapkan tujuan, target dan identifikasi
peluang perbaikan dan penghematan energi
2. Perbaikan dalam usaha perbaikan terus-menerus atas peningkatan kinerja
energi secara keseluruhan, dan konsisten dengan kebijakan energi yang
telah ditetapkan
- 36 -
Peluang Penghematan
Energi di Bangunan Hotel
- 37 -
Peluang penghematan energi dapat diperoleh dari peningkatan
efisiensi tiap-tiap sistem pengguna energi terbesar pada bangunan
seperti disarikan dalam table berikut.
Sistem
Pengguna
Energi
% Biaya Energi
Hotel
Tipikal Potensi
Penghematan
Energi tiap
sistem
Opsi Cara
Penghematan
Sistem Selubung
Bangunan
*pengaruh tidak
langsung terhadap
sistem tata udara dan
tata cahaya
Sistem selubung
bangunan yang
baik dapat mengurangi beban
pendinginan hingga 54%
No Cost
Sistem Tata Udara
65%
Sistem Tata Cahaya
15%
Sistem Air Panas
17% (dan lainnya)
Sistem Kelistrikan
dan Transportasi
Gedung
3%
hingga 50% (dari
kondisi umum yang
ditemui di mayoritas hotel di Indonesia saat ini)
Low Cost:
Penghematan <
10%
Payback period
< 2 tahun
Medium Cost:
Penghematan
10% - 20%
Payback period:
1 - 4 tahun
High Cost :
Penghematan >
20%
Payback period:
1 - 4 tahun
*pengaruh tidak
langsung terhadap
sistem yang di otomatisasi (tata udara, tata
cahaya, dll)
Sumber: Kajian oleh JICA, ESDM dan BPPT, 2008; dan berbagai sumber
Sistem Otomatisasi
Gedung (Building Automation
System)
- 38 -
Sistem Selubung Bangunan
Selubung bangunan adalah pemisah fisik antara
ruang yang terkondisikan oleh pendingin udara
dengan ruang yang tidak terkondisikan; yaitu berupa
dinding, jendela, dan atap tembus atau yang tidak
tembus cahaya. Sebagai elemen yang menyelubungi
bangunan gedung, selubung bangunan dirancang
dengan 3 fungsi dasar: 1) pelindung terhadap
pengaruh cuaca, 2) mencegah inflitrasi udara, dan
3) menghambat aliran perpindahan panas. Selubung
bangunan yang baik dapat membatasi perpindahan
udara, air, panas (termal), cahaya, dan kebisingan dari
luar ke dalam ruangan.
Kaitan Sistem Selubung
Pemakaian Energi
Bangunan
Dengan
Desain selubung bangunan yang kurang baik pada
suatu bangunan dapat menyebabkan panas dari
luar bangunan dengan mudahnya masuk melalui
dinding, jendela, pintu, dan ventilasi sehingga
meningkatkan beban pendinginan gedung (HVAC –
Heating, Ventilation and Air Conditioning), seperti
pada skema berikut.
- 39 -
Selubung Bangunan
memberikan perlindungan
termal interior untuk
meminimalkan beban
pendinginan AC
Sistem selubung bangunan
yang baik dapat mengurangi
beban pendinginan hingga
54%
Beban pendinginan dari suatu bangunan gedung
terdiri dari:
1. Beban internal, yaitu beban yang ditimbulkan
oleh lampu, penghuni serta peralatan lain yang
menimbulkan panas;
2. Beban eksternal, yaitu panas yang masuk dalam
bangunan diakibatkan oleh radiasi matahari
melalui jendela atau bukaan lainnya, perpindahan
panas dengan cara konduksi pada dinding
bangunan, dan panas yang terbawa oleh udara
karena adanya ventilasi/infiltrasi pada dinding
dan selubung bangunan. Beban pendinginan
eksternal melalui selubung bangunan, misalnya
untuk gedung satu Iantai di Indonesia dapat
mencapai 40% sampai 50% dari beban pendingin
seluruhnya pada waktu terjadi beban puncak.
Dalam desain selubung bangunan, karakteristik utama
yang menunjukkan kemampuan selubung bangunan
menahan panas masuk melewati selubung bangunan
dan mengurangi beban eksternal ditunjukkan dengan
nilai koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh atau
Overall Thermal Transfer Value (OTTV). Menurut
Standar SNI, desain nilai OTTV selubung bangunan
harus lebih kecil atau sama dengan 45 Watt/m².
Namun, nilai tersebut mungkin dapat dicapai pada
bangunan gedung yang baru yang didesain dengan
memenuhi kaidah-kaidah gedung dengan selubung
bangunan yang baik.
Untuk bangunan gedung yang lama dan yang telah
dibangun tanpa memperhatikan batas maksimum
nilai OTTV, maka perlu dilakukan beberapa hal untuk
menurunkan nilai OTTV atau mengurangi masuknya
panas melalui selubung bangunan. Semakin tinggi
nilai OTTV selubung bangunan semakin besar beban
pendinginan eksternal yang ditanggung oleh sistem
tata udara gedung tersebut. Hal ini juga dapat berarti
bahwa semakin tinggi nilai OTTV gedung semakin
boros pemakaian energi digedung tersebut.
- 40 -
Standar
SNI
03-63902011 tentang Konservasi
energi selubung bangunan
pada
bangunan
gedung
menguraikan detail teknis
perencanaan dan manajemen
selubung bangunan.
Oleh karena itu perlu dilakukan upaya penghematan energi dengan cara
memperbaiki kinerja selubung gedung atau mengurangi masuknya panas
melalui selubung bangunan.
Apakah Kinerja Sistem Selubung Bangunan Hotel Anda Sudah Efisien?
Selain mengukur nilai OTTV seperti dijelaskan sebelumnya, pengujian terhadap
sistem selubung bangunan dapat dilakukan untuk mengindentifikasi terjadinya
infiltrasi dan kebocoran udara, difusi kelembaban, kondensasi permukaan dan
masuknya air hujan, yang dapat berdampak negatif terhadap kinerja energi dan
kualitas udara dalam ruangan suatu bangunan.
Pada prinsipnya, energi panas mengalir dari area udara panas ke area dengan
temperatur udara lebih rendah. Aliran ini selalu akan terjadi jika terdapat
perubahan atau perbedaan temperatur dalam ruangan, termasuk jika terdapat
kebocoran dalam ruangan yang tertutup. Kebocoran ini dapat diidentifikasi
melalui observasi.
Penjelasan Gambar:
1. Menggunakan kamera/pemindai infra merah dapat
memberikan informasi area yang mengalami kebocoran
(dalam gambar berwarna putih)
2. Contoh insulasi yang kurang baik dapat menyebabkan
kebocoran udara
- 41 -
Selain kebocoran/infiltrasi, jenis kaca (teknologi) yang digunakan untuk selubung
bangunan juga mempengaruhi beban pendinginan ruangan yang ditimbulkan.
Produk
SHGC
U Value
LT (%)
Clear Glass
0.72
3.16
79%
Body Tinted
0.45
3.24
65%
Hard Coated: Solar Co ntrol
Glass
0.26
3.27
24%
Soft Coated: Solar Control Glass
0.18
3.08
15%
Low-E (low Emissivity Coating)
0.56
2.33
61%
Solar Control + Low-E
0.23
1.77
41%
Catatan:
1. Data Spesifikasi kinerja beberapa produk ditunjukkan hanya
sebagai indikasi
2. Semua kombinasi untuk unit kaca double glazed menggunakan clear glass dengan ruang kedap udara selebar 12 mm
3. U value musim panas berdasarkan ASHRAE, untuk semua kasus, menggunakan kaca 6 mm dengan posisi pelapis Face 2
Tips parameter spesifikasi kaca untuk
selubung bangunan:
1. SHGC (Solar Heat Gain
Coefficient): Semakin tinggi
angka SHGC (Solar Heat Gain
Coefficient) semakin baik
2. U Value: Semakin kecil nilai U
Value semakin baik
3. LT: Semakin besar nilai LT
(Light Transmisions) semakin
baik
Alternatif Penghematan energi pada Sistem Selubung Bangunan
Upaya penghematan energi dengan cara pengelolaan selubung bangunan
gedung adalah upaya yang melibatkan semua pihak yang terkait dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengelolaan bangunan gedung.
• Memasang alat peneduh (shading) pada jendela luar untuk meminimalkan
radiasi matahari
Contoh penggunaan alat peneduh.
- 42 -
• Penggunaan kaca gelas berlapis ganda untuk kaca jendela, atau melapisi
dengan kaca film
Kaca gelas umumnya bukanlah material penahan panas yang baik, sehingga
perpindahan panas cukup siginfikan terjadi melalui kaca gelas jendela.
Meminimalkan perpindahan panas melalui kaca gelas jendela dapat dilakukan
dengan menggunakan kaca gelas berlapis ganda (multiple layer glass). Kaca
gelas berlapis ganda umumnya mempunyai 3 (tiga) lapis kaca gelas yang
terpisah oleh udara atau gas inert/mulia.
Nilai koefisien perpindahan panas kaca gelas jendela (U) umumnya antara 2.8
sampai dengan 3.0 W/m2K. Dengan menggunakan kaca gelas berlapis ganda
nilai U dapat mencapai 0.6 hingga 1.4 W/m2K. Artinya dengan menggunakan
kaca gelas berlapis ganda kemampuan kaca jendela menahan masuknya
panas radiasi sinar matahari dapat ditingkatkan hingga menjadi 2 sampai
dengan 5 kali lipat. Atau pemborosan energi dapat diturunkan hingga
menjadi 50% sampai dengan 80%.
Penggunaan kaca gelas ganda untuk kaca gelas jendela.
- 43 -
Penghematan Energi di Hotel Bintang 3 Melalui Peningkatan Insulasi Amplop/Fasad
Bangunan.
Santika Bogor, 2013. Terobosan dan inovasi untuk mengurangi konsumsi energi di hotel juga muncul
dari salah satu hotel bintang 3 di Bogor, yaitu Hotel Santika. Chief Engineer hotel yang dibangun
pada tahun 2008 ini menerima keluhan, tidak hanya dari para tamu pengguna ruang pertemuan,
namun juga dari chef hotel, terkait ketidaknyamanan suhu udara di area foyer ruang pertemuan.
Saat rehat, para tamu hotel merasakan suhu udara ruangan foyer tersebut relatif panas, sehingga
mengurangi kenyamanan. Terlebih lagi, suhu udara tersebut berdampak pada kondisi makanan dan
snack yang disediakan sehingga menurunkan kualitas layanan hotel secara umum.
Berdasarkan analisa, 2 unit AC split duct (@10PK) yang terpasang di area foyer ruang pertemuan
tidak mampu mencapai suhu ideal/yang diinginkan. Padahal AC tersebut diatur pada temperatur
15-16oC dan menyala selama 10 jam (dari jam 07.30 sampai 17.30). Hal ini disebabkan oleh panas
matahari yang masuk sepanjang hari melalui dinding kaca bangunan sebelah barat setinggi 3,865
meter. Mengingat penggunaan tirai dapat mengurangi estetika hotel, maka Glenn Sianturi, Chief
Engineer hotel ini, mengambil langkah untuk pemasangan kaca film seluas 72,70 m2 (22 bidang kaca)
di area tersebut. Spesifikasi kaca film yang dipilih adalah: 1) Visible Light Transmittance: 58%, 2)
Ultra Violet Rejection: 99%, 3) Infra Red Rejection: 96%, 4) Total Solar Energy Rejected: 59%.
Setelah pemasangan kaca film tersebut, suhu udara ideal dapat dicapai dengan operasional 2 unit
AC split duct (@10PK) selama 4 jam saja (11.00 sampai 15.00), pada pengaturan temperatur 16oC.
Selain itu, dengan waktu operasional AC yang lebih efisien, Hotel Bintang 3 ini dapat menghemat
sebesar 60% pemakaian listriknya dalam sehari (dari Rp. 212.976,00 menjadi Rp. 85.190,00).
Mempertimbangkan hotel ini sebagai hotel bisnis yang berlokasi di area strategis, saat puncak dengan
okupansi ruang pertemuan mencapai 90%, maka penghematan dalam 1 tahun dapat dicapai sebesar
lebih dari Rp. 27,5 juta.
Hotel Santika Bogor merupakan hotel berbintang 3 yang dibangun pada tahun 2008, dengan total
luas lantai bangunan adalah sebesar 12.610 m2. Saat pelaksanaan program, Hotel Santika Bogor
memiliki 153 kamar tamu dengan tingkat okupansi (2013) rata-rata sebesar 93%.
- 44 -
• Mengganti Material Kaca untuk menurunkan nilai OTTV (Overall Thermal
Transfer Value):
Kaca gelas yang rendah emisi (Low-E glass)
Efisiensi energi dan efek dekorasi aestetika/artistik adalah dua persyaratan
kunci dari arsitektur gedung yang menggunakan kaca gelas. Kaca gelas
yang rendah emisi adalah kaca gelas yang dilapisi beberapa lapisan logam
(termasuk juga lapisan logam perak) atau lapisan campuran logam. Kaca jenis
ini mempunyai kemampuan yang tinggi untuk meneruskan cahaya tampak
dan memantulkan radiasi panas infra merah. Karena itu kaca jenis ini dapat
berfungsi sebagai penahan radiasi panas yang sangat baik pada gedung yang
beriklim tropis maupun subtropis. Selain itu kaca jenis ini didesain dengan
berbagai warna sehingga dapat memenuhi persyaratan dekorasi aestetika/
artistik gedung. Karakteristik umum dari kaca rendah emisi adalah:
• Dekorasi Aestetika/Artistik
• Kekuatan dan keamanan yang tinggi
• Daya tahan termal
• Pola dan warna yang dapat disesuaikan deengan pesanan
• Stabilitas terhadap pengaruh asam dan daya tahan terhadap logam alkali
Kaca gelas yang mampu memantulkan sinar matahari (Reflective glass)
Kaca gelas mampu refleksi adalah kaca gelas yang mampu menyerap dan
merefleksikan sebagian besar panas radiasi matahari dengan lebih efektif
dibandingkan kaca gelas biasa. Penampilan kaca gelas seperti cermin adalah
karena penggunaan lapisan logam selama atau setelah fabrikasi kaca gelas
tersebut.
Kaca gelas yang rendah emisi (Low-E glass) dan
Kaca gelas yang mampu memantulkan sinar matahari (Reflective glass)
- 45 -
• Penggunaan material dinding luar bangunan yang mempunyai sifat penahan
panas atau isolasi termal yang lebih baik
Material konstruksi yang digunakan akan menentukan kapasitas penyerapan
panas dan penyimpanan dinding bangunan gedung. Penggunaan batu bata
yang modern dan berefisiensi energi tinggi adalah pilihan yang terbaik.
Disarankan untuk menggunakan batu bata jenis ini ketika melakukan pekerjaan
perbaikan dan renovasi gedung. Namun demikian sebelum melaksanakan
pekerjaan tersebut diskusikan tipe dan ketebalan material konstruksi dengan
pihak konsultan arsitek.
• Penggunaan tanaman pada dinding atap sehingga kemampuan isolasi termal
dinding atap menjadi lebih baik
Manfaat tanaman hijau pada atap:
-
Memperpanjang usia pakai atap gedung
-
Meningkatkan kemampuan kedap suara
-
Mengurangi beban pendinginan
-
Mengurangi dan memperlambat aliran air hujan
-
Menangkap polusi gas dan partikulat
Tanaman pada dinding atap dapat mengurangi penyerapan
panas pada dinding atap.
- 46 -
• Mengurangi infiltrasi udara/cahaya dengan memperbaiki isolasi dinding,
jendela dan pintu.
- Infiltrasi udara adalah penyebab dari kerugian energi yang terbesar.
- Ketika tekanan udara didalam ruangan lebih kecil daripada diluar
ruangan maka terjadi infiltrasi udara luar kedalam ruangan yang sehingga
mengakibatkan terjadinya peningkatan beban pendinginan sistem tata
udara.
Infiltrasi udara melalui jendela, pintu dan celah.
• Mengganti warna cat warna dinding luar dari warna gelap ke warna yang
lebih terang, misalnya dengan mengganti warna cat dinding luar dari abuabu tua menjadi warna putih.
Warna atap mempengaruhi besarnya beban pendinginan
- 47 -
• Mengurangi rasio luas jendela luar dan luas dinding luar (modifikasi Window
Wall Ratio).
Contoh 1: Hasil dari simulasi menggunakan software Desain Builder
yang disajikan pada Gambar di bawah menunjukkan bahwa mengurangi
rasio jendela ke dinding (WWR) dari 70% menjadi 40% akan mengurangi
keseluruhan termal Transfer Nilai (OTTV) dari 83 W / m2 sampai 50 W / m2,
atau sama dengan pengurangan 40% dari keuntungan panas eksternal. Jika
keuntungan panas keseluruhan dari selubung bangunan adalah 63% dari
total beban pendinginan, modifikasi WWR ini akan mengurangi beban total
pendinginan sebesar 25%. Angka-angka ini dihitung sebagai dampak dari
memodifikasi WWR pada beban pendinginan.
Namun perlu diingat bahwa angka-angka bisa berbeda, sangat dipengaruhi
oleh bentuk bangunan, orientasi dan sifat termal selubung bangunan. Jika
area yang lebih besar dari selubung bangunan yang berorientasi ke arah
timur dan barat, pengurangan dari beban pendinginan akan lebih besar.
Sebaliknya, jika banyak daerah selubung bangunan berorientasi selatan dan
utara, penghematan energi dari memodifikasi WWR tersebut akan lebih kecil.
Pengaruh rasio jendela ke dinding untuk total perolehan kalor eksternal untuk bangunan kotak orientasi arah utara disimulasikan pada tanggal 22 Mei 20136
6 Building Envelope: Its impacts on cooling load by Jatmika Adi Suryabrata, PhD,
Date: 13 September, 2011
- 48 -
• Mengkombinasikan Pengaruh WWR dan SHGC (Solar Heat Gain Coefficient)
Contoh 2: Dengan merubah bahan kaca akan menyebabkan dampak yang
signifikan pada beban pendinginan. Kaca SHGC (Solar Heat Gain Coefficient)
yang tinggi, akan melindungi interior dari radiasi matahari dibandingkan
dengan nilai SHGC yang lebih kecil. Hasil simulasi untuk berbagai nilai SHGC
pada sebuah bangunan persegi panjang dengan WWR 50% disajikan pada
Gambar dibawah ini.
Hasil menunjukkan bahwa mengganti 8 mm kaca bening dengan SHGC 0.8,
dengan 8 mm kaca reflektif memiliki SHGC 0.4 akan mengurangi OTTV dari
95,16 W / m2 menjadi 61,6 W / m2. Ini merupakan penurunan kalor eksternal
yang besar sekitar 35%. Jika kalor eksternal menghasilkan sekitar 63% dari
total beban pendinginan, dengan penggantian kaca 8 mm dengan kaca 8
mm reflektif dapat mengurangi beban pendinginan keseluruhan sekitar 22%.
Serupa dengan efek memodifikasi WWR, angka-angka ini bervariasi
tergantung pada kondisi awal serta desain dan konstruksi selubung
bangunan. Jika kondisi awal memiliki WWR lebih besar, pengurangan beban
pendinginan yang lebih signifikan.
Pengaruh SHGC untuk total perolehan kalor eksternal untuk bangunan kotak orientasi
arah utara disimulasikan pada tanggal 22 Mei 20137.
7 Building Envelope: Its impacts on cooling load by Jatmika Adi Suryabrata, PhD,
Date: 13 September, 2011
- 49 -
Investasi Program Penghematan Energi Sistem Selubung Bangunan
Cara Penghematan Energi
No Cost Low Cost
Memperbaiki sistem damper
x
Menutup jendela dan pintu apabila sedang tidak
digunakan
x
Memasang alat peneduh (shading) pada jendela
luar untuk meminimalkan radiasi matahari
Medium
& High
Cost
x
Penggunaan kaca gelas berlapis ganda untuk kaca
jendela, atau kaca film
x
Mengganti Material Kaca untuk menurunkan nilai
OTTV (Overall Thermal Transfer Value):
x
Penggunaan material dinding luar bangunan yang
mempunyai sifat penahan panas atau isolasi termal yang lebih baik
x
Penggunaan tanaman pada dinding atap sehingga
kemampuan isolasi termal dinding atap menjadi
lebih baik
x
Mengurangi infiltrasi udara/cahaya dengan memperbaiki isolasi dinding, jendela, sekat ruangan,
saluran pendinginan, lantai, tembok, pintu, dan
atap
x
Mengganti warna cat warna dinding luar dari
warna gelap ke warna yang lebih terang supaya
memantulkan panas matahari
x
Mengurangi rasio luas jendela luar dan luas dinding luar (modifikasi Window Wall Ratio)
x
Mengkombinaksikan Pengaruh WWR dan SHGC
(Solar Heat Gain Coefficient)
x
- 50 -
Sistem Tata Udara
Dalam usaha perhotelan, kenyamanan dan kepuasan
tamu menjadi hal yang sangat penting untuk dipenuhi.
Sistem Tata Udara dirancang untuk memenuhi
fungsi menjaga kenyamanan termal, kebersihan dan
kesegaran udara di dalam gedung. Kenyamanan
termal (thermal comfort) dicapai pada kondisi suhu
rata-rata antara 24-27oC, dengan kelembaban antara
55%-65% untuk daerah tropis8. Selain menyediakan
suhu yang nyaman, ketersediaan udara segar juga
perlu dijaga untuk kesehatan, serta dapat membantu
mengatasi bau tak sedap.
Konfigurasi, kapasitas, dan jenis Sistem Tata Udara
pada gedung hotel sangat tergantung kepada luas
gedung hotel tersebut. Untuk hotel yang besar
dengan jumlah kamar yang banyak dan dengan
gedung bertingkat maka diperlukan Sistem Tata
Udara sentral. Sedangkan untuk hotel yang kecil
umumnya hanya menggunakan beberapa unit AC
kecil saja. Namun demikian, dalam beberapa kasus
bisa saja gedung hotel yang besar menggunakan
Sistem Tata Udara sentral dengan didukung oleh unit
AC kecil.
Sistem Tata Udara dalam
bangunan
mengkonsumsi
energi sebesar 65% dari total
penggunaan energi dalam
bangunan hotel.
Kaitan Sistem Tata Udara Dengan Pemakaian
Energi
Sistem Tata Udara sentral dan Unit AC kecil yang
banyak dipakai di Indonesia pada umumnya adalah
bertipe Siklus Kompresi Uap (Vapor Compression
Cycle). Siklus Kompresi Uap memerlukan kompressor
8 SNI 6390: 2011 Konservasi energi sistem tata udara bangunan gedung
- 51 -
yang digerakkan oleh motor listrik. Mesin pendingin pada tipe ini umumnya
menggunakan refrijeran/fluida kerja sintetis yang biasa disebut ‘freon’. Beberapa
mesin menggunakan refrijeran R134a, R123a, R22, atau campurannya.
Energi yang digunakan untuk mendinginkan suhu udara tersebut dapat terbuang
melalui sistem ventilasi yang kurang baik, atau melalui jendela atau sekat yang
tebuka. Jika hal ini tersjadi, diperlukan udara tambahan untuk dimasukkan ke
dalam gedung dan didinginkan untuk menyediakan udara yang nyaman. Ini
disebut pemborosan energi. Untuk itu, mengurangi terbuangnya udara keluar
dapat mengurangi penggunaan konsumsi energi pada sistem tata udara.
Sistem tata udara terdiri dari beberapa komponen inti yang terkait satu sama
lain, yaitu mesin pendingin (chiller), unit pengolah udara atau Air Handling Units
(AHUs), unit koil kipas atau Fan Co il Units (FCUs), Pompa Air Dingin atau Chilled
Water Pumps, Pompa Air Pendingin atau Condenser Water Pumps, dan Menara
Pendingin atau Cooling Towers.
- 52 -
Berdasarkan jenis media pendinginnya, Sistem Tata
Udara sentral digolongkan menjadi dua jenis yaitu
Sistem Tata Udara sentral yang menggunakan air
sebagai media pendingin mesin pendingin (Water
Cooled Chiller Central Air Conditioning System) dan
Sistem Tata Udara sentral yang menggunakan udara
sebagai media pendingin mesin pendingin (Air Cooled
Chiller Central Air Conditioning System). Umumnya
jenis Sistem Tata Udara sentral yang menggunakan
udara sebagai media pendingin berkapasitas lebih
kecil. Hal ini dikarenakan kemampuan udara untuk
mendinginkan chiller dibatasi oleh temperatur udara
luar dan kemampuan udara untuk menyerap energi
panas secara konveksi, seperti untuk unit AC kecil
seperti AC split, window, tower, dll.
- 53 -
Kapasitas Air-cooled: 0-500
tons atau 0-1.759 kW
Kapasitas
Water
cooled:
0-3.000 ton atau 0-10.551 kW
Kemampuan pelepasan energi panas dari Sistem Tata Udara sentral dan Unit AC
kecil lainnya ke udara sekitarnya adalah sengat penting. Jika proses pelepasan
energi tersebut terganggu atau terhalang maka efektifitas sistem pendingin
tersebut akan menurun. Oleh karena itu sangat penting menjaga kemampuan
pelepasan energi panas sistem pendingin tetap efektif. Berikut rangkaian
pelepasan energi pada Sistem Tata Udara sentral yang berpendinginan air.
- 54 -
TIPS: Memahami Kapasitas Refrigerasi dan Kinerja
1 Ton Refrigeration (TR) adalah energi panas yang diserap oleh 1 ton (2000 lb) es pada suhu 0oC selama 24 jam.1 Ton
Refrigeration (TR) = 3.516 kW = 12000 BTU/hr = 200 BTU/min = 3024 kCal/hr.
Kapasitas Refrigerasi adalah ukuran kemampuan pendinginan efektif dari suatu mesin pendingin yang dinyatakan dalam satuan
BTU/jam atau TR atau Watts. Kapasitas Refrigerasi dalam TR dirumuskan sebagai berikut:
Kapasitas Refrigerasi = Q-Cp-(Ti - To)/3024
Dimana,
Q
= laju alir refrijeran/media pendingin dalam kg/jam
Cp = koefisien panas spesifik refrijeran/media pendingin dalam kCal/kg.oC
Ti
= temperatur refrijeran/media pendingin masuk kedalam evaporator mesin pendingin (chiller) dalam oC
To
= temperatur refrijeran/media pendingin keluar evaporator mesi pendingin dalam oC
Koefisien Performansi atau Coefficient of Performance (COP) adalah rasio antara Efek Pendinginan (Cooling Effect) atau
Refrigerasi (W) dengan Daya Listrik yang diperlukan oleh motor kompressor (W),
Energy Efficiency Ratio (EER) adalah rasio antara Efek Pendinginan dalam BTU/jam dengan Daya Listrik yang diperlukan oleh
motor kompressor dalam Watts (W). Karakteristik kinerja yang juga umum dipakai dalam menilai kinerja mesin pendingin adalah
kW/TR. kW/TR adalah perbandingan antara Daya Listrik yang diperlukan motor kompressor dalam kW dengan Efek Pendinginan
dalam Ton Refrigeration (TR). Dengan demikian hubungan antara EER, kW/TR dan COP adalah:
kW/TR =3.516/COP
EER * kW/TR = 12
Table 2. Hubungan antara EER, COP dan kW/TR
EER
COP
kW/TR
6.0
1.3758
2.0
12.0
3.516
1.0
24.0
7.032
0.5
EER umumnya digunakan untuk rating efisiensi untuk unit AC. Sedangkan unutk Sistem Tata Udara sentral
digunakan rating efisiensi Seasonal Energy Efficiency Ratio (SEER).
Integrated Part Load Value (IPLV) adalah nilai kinerja/efisiensi beban sebagian mesin pendingin yang dihitung
dengan menggunakan standar rating kondisi ARI (American Refrigerant Institute) yang kini berubah nama menjadi
ACHRI (Air Conditioning, Heating and Refrigeration Institute). Sedangkan Non-Standard Part Load Value (NPLV)
adalah nilai kinerja/efisiensi beban sebagian mesin pendingin yang dihitung tidak dengan menggunakan standar
rating kondisi ARI. Nilai COP dan EER pada IPLV dinyatakan sebagai berikut:
EERIPLV atau COPIPLV = 0.01*A + 0.42*B + 0.45*C + 0.12*D
Sedangkan nilai kW/TR pada IPLV dinyatakan sebagai berikut:
kW/TRIPLV = 1/(0.01/A+ 0.42/B+ 0.45/C+ 0.12/D)
Dimana:
A
B
C
D
= COP atau EER atau kW/TR pada beban 100%
= COP atau EER atau kW/TR pada beban 75%
= COP atau EER atau kW/TR pada beban 50%
= COP atau EER atau kW/TR pada beban 25%
Kinerja AC sentral dipengaruhi oleh kinerja masing-masing komponen sistem tata udara di atas. Kinerja AC sentral
yang tinggi/baik hanya dapat diperoleh dengan memastikan kinerja masing-masing komponen tersebut terjaga
dengan baik.
- 55 -
Apakah Kinerja Sistem Tata Udara Pada Hotel Anda Sudah Efisien?
Untuk menentukan kinerja efisiensi sistem tata udara, perlu terlebih dahulu
ditentukan total area yang akan dikondisikan dalam meter persegi (m2). Kemudian
total area dibagi 55 untuk mendapatkan kebutuhan minimal (tonnage). Setelah
didapatkan kebutuhan minimal, perlu juga ditambahkan beberapa faktor yang
akan mempengaruhi kapasitas pendinginan ruangan tersebut. Faktor-faktor
tersebut adalah:
• Jumlah orang yang biasanya ada di ruangan.
Untuk setiap 10 orang yang hadir pada saat yang bersamaan didalam ruangan,
ditambahkan 0,5 tonnes dari kebutuhan minimal. Apabila kurang dari 10,
maka tidak perlu penambahan tonnage.
• Jumlah peralatan yang menggunakan listrik atau penerangan ruangan.
Untuk setiap 1500 watt listrik yang digunakan ditambahkan 0,5 tonnes.
Setelah diketahui total kebutuhan minimal, dapat dilanjutkan dengan menentukan
dan memilih kapasitas AC yang sesuai/tepat.
TIPS: Contoh Perhitungan Kebutuhan AC dalam BTU atau TR:
Rumus sederhana yang bisa dimanfaatkan dalam mencermati kebutuhan AC berikut ini:
(L x W x H x I x E)/60 = kebutuhan BTU
Dimana:
L
= Panjang Ruang (dalam feet)
W
= Lebar Ruang (dalam feet)
I = Nilai 10 jika ruang berinsulasi (berada di lantai bawah, atau berhimpit dengan ruang
lain).Nilai 18 jika ruang tidak berinsulasi (di lantai atas).
H = Tinggi Ruang (dalam feet)
E = Nilai 16 jika dinding terpanjang menghadap utara; nilai 17 jika menghadap timur; Nilai
18 jika menghadap selatan; dan nilai 20 jika menghadap barat.
Ruangan berukuran 5mx 3m atau (16 kakix 10 kaki), tidak berinsulasi, dinding menghadap ke barat.
Kebutuhan BTU = (16X10X18X10X20)/60 = 9600 BTU.
Ruang berukuran 3mx 3m atau (10 kakix 10 kaki), vertilasi minim, berinsulasi, dinding menghadap
utara. Kebutuhan BTU= (10X10X10X10X16)/60 = 26666,6 BTU
- 56 -
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan kinerja sebuah
AC, yaitu dengan menentukan:
1. Koefisien Kinerja/COP (Coefficient of Performance) dari mesin chiller.
Semakin besar nilai COP, semakin efisien kinerja AC. COP adalah rasio
antara jumlah panas (dalam satuan kW) yang dipindahkan dari evaporator
untuk setiap satuan energi yang dikonsumsi (kW). Dengan kata lain, COP
adalah rasio antara kapasitas dari kompresor (kW) dan setiap ton freon
yang dipanaskan (TR) yang bisa diserap oleh evaporator.
2. Rasio efisiensi energy (EER). Semakin besar nilai ERR, semakin efisien
kinerja AC. EER adalah rasio antara kapasitas panas yang digunakan untuk
mendinginkan (dalam BTU) per jam dan konsumsi energi (dalam watt).
3. Perawatan yang teratur/berkala terhadap tiap komponen sistem tata udara
akan sangat mempengaruhi tingkat efisiensi konsumsi energi.
- 57 -
Beberapa checklist observasi dapat digunakan seperti di bawah ini:
AC
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Tanggal Audit Energi
Pelaksana Audit Energi
CEK Tindak Lanjut
Apakah terdapat keluhan baik dari pegawai ataupun
dari tamu mengenai suhu ruangan (terlalu rendah/terlalu tinggi)?
Apakah AC pernah dibersihkan dalam 6 bulan terakhir?
Apakah terdapat pipa yang bocor dalam sistem
pendingin ruangan?
Apakah pintu dan jendela terbuka saat AC bekerja?
Apakah remote control AC atau thermostat bekerja
dengan baik?
Apakah terdapat bau (karpet) lembab di ruangan tertentu?
Apakah timer bekerja dan berada pada pengaturan
yang benar?
Apakah terdapat penghalang di depan external unit
AC?
dll
Chiller
• Apakah insulasi chiller dan pipa dalam kondisi baik?
• Berapakah umur mesin chiller dan apakah efisiensinya
masih baik (berada di atas 70%)?
CEK Tindak Lanjut
Cooling Tower
• Apakah air dalam kondisi bersih?
• Apakah suplai make-up water sesuai (tidak berlebihan)
dengan kebutuhan pendinginan?
• Berapakah umur cooling tower?
CEK Tindak Lanjut
Air Handling Unit
• Apakah setting temperatur telah sesuai dengan temperatur ruangan yang diharapkan?
CEK Tindak Lanjut
- 58 -
Alternatif Penghematan energi pada Sistem Tata Udara
1. Mengoptimasi proses perpindahan panas
Kompressor chiller yang dirancang dan dioperasikan dengan tingkat keamanan
yang tinggi mengindikasikan adanya kerugian energi yang cukup besar. Oleh
karena itu langkah-langkah praktis yang dapat diterapkan untuk memperbaiki
efisiensi chiller adalah dengan:
• Penyesuaian luasan perpindahan panas penukar panas pada kondensor dan
evaporator. Koefisien perpindahan panas pada sisi refrijeran adlah sekitar
1400 sampai dengan 2800 Watt/m2.K. Sedangkan luasan perpindahan
panas pada sisi refrijeran adalah lebih besar dari 0.5 m2/TR.
• Optimasi perbedaan temperatur refrijeran pada kondensor (Tc) dan
evaporator (Te). Peningkatan 1 oC pada Te akan memperoleh penghematan
energi 3%. Table 3 dan Table 4 dibawah menunjukkan besarnya peningkatan
efisiensi yang terjadi pada chiller dengan kompresor tipe reciprocating
dengan refrijeran R-22.
• Pemilihan jenis kondensor yang tepat. Pemilihan jenis kondensor tentu
disesuaikan dengan kapasitas chiller yang akan digunakan. Terdapat tiga
jenis kondensor yang umum yaitu kondensor berpendingin udara biasa,
kondensor berpendingin udara yang dilengkapi dengan water spray, dan
kondensor berpendingin air jenis shell & tube. Kondensor berpendingin
air jenis shell & tube mempunyai kelebihan yaitu tekanan discharge yang
relatif rendah, kapasitas refrigerasi TR yang lebih tinggi dan konsumsi
listrik yang lebih rendah
Peningkatan kW/TR dengan menurunkan temperatur evaporator pada temperatur kondensor 40 oC.
Condensing
Temperature (0C)
Refrigeration Capacity (TR)
Specific Power Consumption (kW /TR)
Increase kW/TR (%)
26.7
31.5
11.7
-
35.0
21.4
12.7
8.5
40.0
20.0
11.4
20.5
Peningkatan kW/TR dengan meningkatkan temperatur kondensor pada temperatur evaporator -10
o
C.
Condensing
Temperature (0C)
Refrigeration Capacity
(TR)
Specific Power Consumption (kW /TR)
Increase kW/TR (%)
5.0
67.58
0.81
-
0.0
56.07
0.94
16.0
-10.0
45.98
1.08
33.0
-15.0
37.20
1.25
54.0
-20.0
23.12
1.67
106.0
- 59 -
2. Memperbaiki dan memelihara permukaan perpindahan panas pada
evaporator dan kondensor.
Pemeliharaan yang kurang baik pada permukaan perpindahan panas pada
evaporator dan kondensor akan mengakibatkan efektivitas perpindahan panas
komponen tersebut menurun. Penurunan ini disebabkan oleh adanya endapan
yang menempel dipermukaan permukaan perpindahan panas. Sehingga
konsumsi energi listrik menjadi meningkat untuk setiap unit pendinginan
yang sama. Endapan terbentuk paa bagian dalam pipa air kondensor karena
penggunaan bahan kimia pada air pendingin dan adanya kotoran dalam air
pendingin. Beberapa cara untuk memelihara kondensor dan evaporator:
• Pemisahan minyak pelumas dengan refrijeran
• Defrost koil perpindahan panas secara berkala
• Tingkatkan kecepatan laju alir pendingin sekunder
• Memelihara menara pendingin. Penurunan 0.5 oC air pendingin yang keluar
menara pendingin dapat menurunkan pemakaian energi listrik mencapai
3%.
• Gunakan perangkat pembersih pipa kondenser otomatis.
Pembersihan secara berkala pipa air kondenser dapat memperbaiki efisiensi
perpindahan panas dan menghemat energi hingga 10%. Pembersih kondensor
otomatis terdiri atas bola-bola logam yang disimpan dalam sebuah tanki
dekat saluran pipa by-pass. Bola-bola tersebut selama siklus pembersihan
dengan cara membalik arah aliran masuk kondensor.
- 60 -
Aplikasi Elektrostatis tanpa Biaya Investasi Awal untuk Peningkatan Kinerja
Chiller di Hotel Bintang 4, Jakarta.
Kartika Chandra, Agustus 2014. Walaupun telah mengganti chiller berumur 24 tahun
dengan chiller baru pada tahun 2010, Haryanto, Chief Engineer hotel ini terus berupaya
untuk mengoptimalkan kinerja chiller dengan meningkatkan efisiensinya. Menyadari
bahwa munculnya kerak-kerak dalam pipa tubing condenser pada mesin chiller dapat
menghambat kinerja chiller karena mengganggu proses penghantaran energinya, dengan
kondisi yang ada dan setelah beberapa kali berdiskusi dengan supplyer maka diputuskan
untuk memasang alat guna mengubah ion dan partikel pada air menjadi positif (statis)
dengan menggunakan gelombang elektro, yang sering disebut (elektrostatis), alat tersebut
dipasang pada pipa supply dari cooling tower ke condenser. Alat ini berfungsi mengubah
ion-ion air menjadi positif, sehingga air cukup bersih dari lumut dan partikel lainnya,
disamping itu lama kelamaan akan melapisi dinding pipa, sehingga tidak ada lagi kerak
silica yang akan menempel pada dinding pipa. Dengan demikian trasnfer panas dalam
proses pendingin Freon menjadi lebih cepat, kinerja chiller menjadi maksimal dan power
listrik menjadi rendah.
Dua bulan setelah pemasangan elektrostatis tersebut, kinerja chiller terbukti lebih efisien
dengan penurunan power listrik antara 10 % - 15 %. Dari sisi investasi, langkah ini
menjadi menarik bagi general manager dan pemilik Hotel Kartika Chandra karena biaya
investasi pada awal pemasangan tidak dibebankan kepada mereka, melainkan ditanggung
oleh salah satu vendor D-Scaling System yang berlokasi di daerah Pejaten Barat, Pasar
Minggu. Namun keuntungan dari penghematan biaya energinya dapat dirasakan secara
langsung oleh pihak hotel, dengan skema pembagian keuntungan antara investor dengan
pemilik hotel sebesar 60% - 40%, selama 3 tahun, tahun berikutnya komposisi pembagian
keuntungan akan berubah 50% - 50 %.
Setelah masa kontrak tersebut, maka penghematan biaya energi menjadi tambahan
keuntungan bagi pemilik hotel atau dapat dipergunakan untuk biaya operasional
lainnya. Selain penghematan secara langsung, pemasangan sistem ini juga menyumbang
penghematan yang diperoleh dari pengurangan biaya maintenance chiller serta
pengurangan biaya de-scaling yang biasanya dilakukan setiap 4 bulan atau 3 kali dalam 1
tahun untuk membersihkan kerak yang menempel pada dinding pipa condenser.
Hotel Kartika Chandra merupakan hotel berbintang 4 yang dibangun pada tahun 1971
dengan total luas bangunan sebesar 32.000 m2. Pada tahun pelaksanaan program, Hotel
tersebut memiliki 276 kamar tamu dengan tingkat okupansi rata-rata sebesar 70%.
- 61 -
3. Penerapan Sistem Multi-Staging
Penerapan cara ini hanya sesuai untuk mesin pendingin yang bekerja pada
temperatur rendah, dengan tekanan kerja kompressor yang tinggi dan dengan
temperatur kerja pendinginan yang lebih besar. Penerapan dengan cara ini
dibedakan berdasarkan tipe kompressornya.
• Kompressor tipe Compound.
• Umumnya menggunakan satu jenis refrijeran. Kompressor tingkat
pertama dioperasikan untuk memenuhi beban pendinginan, sedangkan
kompressor tingkat kedua dioperasikan dioperasikan untuk memenuhi
beban evaporator dan flash gas.
• Kompressor tipe Cascade.
• Sistem ini lebih disukai jika bekerja pada daerah temperatur antara -46 oC
sampai dengan -101 oC. Kompressor cascade dapat bekerja dengan dua
refrijeran yang berbeda.
4. Menyesuaikan Kapasitas Pendinginan Sistem Tata Udara dengan Beban
Pendinginan Gedung
Beban pendinginan gedung umumnya dapat digolongkan menjadi dua
golongan besar yaitu beban beban pendinginan internal dan beban pendinginan
eksternal. Untuk suatu gedung beban eksternal sangat signifikan pengaruhnya.
Beban pendinginan eksternal adalah beban pendinginan gedung karena
panas yang diserap oleh gedung dari lingkungan sekitar gedung. Pola beban
pendinginan eksternal harian gedung cenderung mengikuti pola temperatur
harian udara ambient diluar gedung. Dalam satu hari pola beban pendinginan
eksternal tersebut cenderung bervariasi cukup besar, akibatnya Sistem Tata
Udara sentral beroperasi/bekerja dengan variasi beban yang cukup tinggi. Hal
ini berarti mesin pendingin (chiller) bekerja pada beban parsial. Konsekuensi
dari pengoperasian pada beban parsial adalah:
• Koefisien Performansi (COP) chiller meningkat
• Akan tetapi efisiensi chiller secara kesuluruhan menurun
Namun demikian karena jumlah chiller yang beroperasi di suatu gedung
umumnya dirancang lebih dari satu unit, maka dengan demikian tidak semua
dari chiller tersebut beroperasi pada beban parsial. Untuk mengoperasikan
chiller secara lebih efisien dengan menyesuaikan kapasitas chiller yang tersedia
dengan beban pendinginan gedung memerlukan pemahaman terhadap
kinerja kompressor dari chiller, variasi pada pola temperatur (dan kelembapan)
udara ambient, serta besarnya variasi beban pendinginan gedung.
- 62 -
5. Kontrol Kapasitas pada kompressor mesin pendingin (chiller)
Sebagian besar Sistem Tata Udara sentral dirancang untuk memenuhi beban
pendinginan puncak dari gedung. Namun demikian telah dijelaskan diatas
bahwa beban pendinginan gedung tidaklah konstan dan bervariasi dengan
waktu. Pada siang hari, beban pendinginan gedung mencapai maksimumnya
yaitu sekitar tiga kali lipat dari beban pendinginan di malam hari. Adanya
variasi beban ini mensyaratkan pentingnya kontrol kapasitas pada kompressor
dari chiller di Sistem Tata Udara sentral suatu gedung. Beberapa metode yang
disarankan dalam mengatur kapasitas kompressor chiller adalah dengan
memperhatikan jenis kompressor dan menyesuaikan sistem kontrol kapasitas
yang terpasang, diataranya adalah dengan:
• Pelepasan beban kompressor:
a. Untuk kompressor jenis reciprocating adalah dengan mematikan satu
persatu masing-masing kompressor
b. Untuk kompressor jenis sentrifugal adalah dengan modulasi terus
menerus melalui pengaturan sudu-sudu (vane) kompressor
c. Pada kompressor jenis ulir (screw) adalah dengan mengatur katup geser.
Penggunaan chiller dengan kompressor ulir sangat efisien jika beban
pendinginan suatu gedung sangat bervariasi.
• Kontrol putaran:
a. Pada kompressor jenis reciprocating: pastikan pelumasan sistem tidak
terpengaruh
b. Untuk kompressor jenis sentrifugal adalah dengan menjaga kapasitas
selalu diatas 50%
• Monitoring Temperatur:
a. Pada kompressor jenis reciprocating: temperatur air dingin (chilled
water) yang kembali ke chiller ( jika beban bervariasi), temperatur air yang
meninggalkan chiller ( jika beban konstan)
b. Untuk kompressor jenis sentrifugal: temperatur air yang meninggalkan
chiller pada semua kondisi beban operasi
6. Penerapan refrigerasi bertingkat sesuai kebutuhan
Pengoperasian efisien Sistem Tata Udara sentral yang mempunyai chiller
dengan jumlah lebih dari satu unit dapat dilakukan dengan beberapa cara:
• Monitor beban pendinginan chiller: satu unit chiller yang beroperasi pada
beban penuh lebih efisien daripada dua (2) unit chiller yang beroperasi
pada beban parsial.
• Pada sistem distribusi air dingin: masing-masing chiller dirancang untuk
dapat mendisribusikan air dingin ke seluruh cabang pipa air dingin
• Bebankan masing-masing kompressor pada suatu chiller hingga mencapai
beban penuh sebelum mengoperasikan kompressor berikutnya
- 63 -
• Gunakan chiller dengan kapasitas yang lebih kecil untuk memenuhi
kebutuhan beban puncak
• Gunakan unit AC berkapasitas kecil daripada menggunakan Sistem Tata
Udara sentral untuk menangani beban pendinginan yang kecil. Dengan
cara ini keuntungan yang diperoleh adalah:
a. Aplikasi yang beragam dengan daerah temperatur kerja yang lebih lebar
dan jarak yang lebih jauh
b. Lebih ekonomis, fleksibel dan handal
• Pengaturan suplai air dingin (chilled water) atau udara dingin dengan cara:
a. Pengaturan laju air
b. Pengoperasian dengan aliran normal dengan periode shut-off
7. Penggunaan tanki penyimpan air dingin (chilled water)
Penyimpanan air dingin dikembangkan pada tahun 1980-an sebagai respons
terhadap krisis energi dan kebutuhan efisiensi dalam penggunaan energi.
Penyimpanan air dingin memungkinkan Sistem Tata Udara sentral untuk
memproduksi air dingin di malam hari dan menggunakannya pada siang
hari berikutnya. Hal ini untuk menghindari penggunaan energi listrik yang
meningkat pada siang hari dan juga secara signifikan menghemat biaya
tagihan listrik bulanan. Namun demikian perlu dipertimbangkan dengan
seksama pilihan teknologi ini, karena pada golongan tarif listrik tertentu biaya
listrik pada saat Waktu Beban Puncak (WBP) lebih tinggi daripada biaya listik
pada saat di Luar Waktu Beban Puncak (LWBP). Contoh yang secara berturutturut dibawah ini menunjukkan konfigurasi chiller yang dilengkapi fasilitas
tangki penyimpanan air dingin dan pola beban pendinginan gedung yang
menggunakan fasilitas tersebut. Penyimpanan air dingin yang dilengkapi
isolasi termal sangat menarik karena:
• Cocok untuk diterapkan pada gedung yang mempunyai variasi beban
pendinginan yang cukup besar, sehingga memerlukan beban puncak yang
cukup siginfikan
• Sangat ekonomis karena:
- Mengurangi pengoperasian chiller pada beban puncak sehingga
mengurangi biaya listrik pada beban puncak. Selain itu chiller akan
beroperasi pada beban yang lebih rendah pada saat terjadi kebutuhan
beban puncak
- Chiller beroperasi pada malam hari yang kemungkinan dapat menurunkan
biaya listrik dan meningkatkan Koefisien Performansi (COP) chiller karena
chiller yang beroperasi pada malam hari beroperasi pada temperatur
kondensor yang lebih rendah.
- 64 -
Konfigurasi dan pengoperasian chiller yang menggunakan tangki
penyimpan air dingin
Source: http://www.regenesys.com.au/thermal-storage-systems
Grafik yang menunjukkan penghematan energi dengan penggunaan tangki
penyimpan air dingin
Source: http://www.regenesys.com.au/thermal-storage-systems
- 65 -
Perubahan SOP Dasar (Standard Operational Procedure) dapat Menghemat
Energi Tanpa Biaya Investasi.
Gran Mahakam, November 2013. Relatif tingginya biaya investasi pemasangan peralatan
yang hemat energi tidak mengurungkan niat Basri, Director Of Engineering Hotel Gran
Mahakam untuk menyusun program hemat energinya. Perubahan SOP Dasar adalah
pendekatan yang dipilih untuk program jangka pendek, mengingat keunggulannya yang
tidak memerlukan biaya. Berdasarkan audit energi internal yang dilakukan, ditemukan
beberapa peluang penghematan seperti:
1. fresh air fan yang menyala setiap hari tanpa hasil yang signifikan,
2. Central chiller yang bekerja penuh selama 24 jam dan di malam hari selalu running
dengan 2 unit compressor.
3. penggunaan air yang lebih banyak terjadi saat beban puncak dan mencari peluang
penghematan dengan menampung air di main tank di luar beban puncak.
4. inventarisasi peralatan dapur yang menggunakan GAS
Beberapa tindakan yang dilakukan adalah:
1. Operasional fresh air fan disesuaikan dengan kondisi kebutuhan fresh air dalam
gedumg, dengan mengaktifkan timer penggunaan Fresh air fan dan Exhaust fan
di sesuaikan dengan kebutuhan dan mematikan fresh air fan yang tidak sesuai
kebutuhan.
2. Mematikan 1 unit kompresor selama 6 jam setiap malam, setelah pengujian yang
dimulai dari durasi 2 jam pada bulan November sd December 2014 (proses trial).
Kondisi ini terbukti tidak mengurangi kenyamanan tamu. Efisiensi energi selama di
lakukan kegiatan tersebut setelah menemukan benchmark yaitu mematikan selama 6
jam setiap malam sejak Januari – Agustus 2014 maka efisiensi energinya Total per
malam: 963 Kwh (Rp. 1.110.339,-) dengan target : Total per-tahun / 365 hari : Rp
405.273.735,Dari kegiatan ini, total efisiensi di banding Januari – Agustus tahun 2013 maka ;
Efisiensi Kwh : 116.280
Rate per Kwh: Rp. 1.153,Total Efisiensi Rp. 134.070.840
3. Menampung air di main tank pada pagi hari saat supply bagus dari PALYJA, agar
meminimais penggunaan air deepwell yang relatif mahal dan mengkondisikan filtrasi
pump tidak running saat beban puncak untuk penggunaan malam hari. Dari kegiatan
ini maka efisiensi penggunaan air sebesar 1,567 m3 dengan biaya kurang lebih Rp.
19,665,850
4. Melakukan inspeksi setiap jam pada malam hari mulai dari jam 23:00 s.d 05:00
terhadap peralatan yang menggunakan GAS di kitchen, kegiatan ini di lakukan oleh
Engineering staff dan di saksikan oleh Duty Manager yang bertugas pada malam
hari, kegiatan ini di lakukan mulai dari April 2014 dan efisiensi penggunaan GAS
mencapai 1.350 Kg (Rp. 19.980.000) perhitungan periode Januari s.d Agustus 2014.
Hotel Gran Mahakam merupakan hotel berbintang 5 yang dibangun pada tahun 1996
dengan total luas bangunan sebesar 17.390 m2. Pada tahun pelaksanaan program, Hotel
tersebut memiliki total 158 kamar tamu dengan tingkat okupansi rata-rata sebesar 70%.
- 66 -
Menghemat Energi sekaligus Mengatasi Keluhan Tamu terkait Rendahnya
Pengaturan Temperatur Kamar
Gran Mahakam, Oktober 2013. Timbulnya keluhan dari tamu terkait pengaturan
temperatur udara untuk kamar tamu yang terlalu dingin dan mendorong tim
Engineering untuk memberikan solusi, sekaligus mengajak tamu hotelnya berpartisipasi
dalam program penghematan energi. Penggantian motorized valve untuk FCU dipilih
oleh Basri, Director Of Engineer hotel ini, adalah solusinya untuk memberikan fungsi
kontrol temperatur udara kamar tamu agar dapat memenuhi kenyamanan. Saat ini,
84 kamar tamu yang bermasalah dengan temperature dari 158 kamar yang ada, telah
dilakukan penggantian thermostat yang diatur dengan jangkauan temperatur dari
18 sampai 22 oC. Dimana sebelumnya, temperatur kamar tamu tidak dapat di atur
temperatur 18 oC. Berdasarkan pengujian yang dilakukan, jangkauan temperatur
tersebut dapat mengakomodasi kenyamanan tiap tamu hotel yang berbeda serta mencegah
penggunaan energi berlebihan.
Walaupun penghitungan spesifik mengenai besarnya penghematan tidak dapat dilakukan
karena keterbatasan alat ukur, tidak ada lagi keluhan udara kamar yang terlalu dingin dari
tamu yang menginap di hotel sejak penggantian Motorize valve tersebut. Investasi sebesar
Rp. 54,600.000 dinilai sebagai investasi yang setimpal dengan kepuasan tamu tersebut.
Hotel Gran Mahakam merupakan hotel berbintang 5 yang dibangun pada tahun 1996
dengan total luas bangunan sebesar 17.390 m2. Pada tahun pelaksanaan program, Hotel
tersebut memiliki total 158 kamar tamu dengan tingkat okupansi rata-rata sebesar 70%.
8. Penggunaan chiller dengan teknologi terbaru yang lebih efisien
Perlu diingat bahwa ketika memutuskan untuk mengganti mesin chiller yang
lama dengan unit yang lebih efisien, pastikan untuk mempertimbangkan
biaya operasional dan perawatan, serta ukuran mesin chiller yang baru saat
perhitungan di awal. Beberapa data penting mengenai mesin chiller lama
adalah spesifikasi, jadwal operasional, profil beban pendinginan, parameter
cooling tower, serta pengaturan temperatur untuk condenser dan evaporator.
Dengan pertimbangan menyeluruh, perhitungan penghematan energi dapat
diestimasi, dengan rata-rata tingkat konsumsi energi mesin chiller baru antara
15% sampai 50% lebih rendah daripada chiller lama (teknologi konvensional
yang banyak ditemui di bangunan hotel saat ini). Faktor lain yang harus
dipastikan adalah pengaturan mesin chiller untuk dapat beroperasi secara
- 67 -
efisien, tidak hanya dalam kondisi peak loads namn juga dalam kondisi partload.
Alternatif chiller yang lebih efisien:
1. Magnetic Bearing Chiller: Adalah chiller yang menggunakan bearing
magnetic, dan dikombinasikan dengan VSD pada motornya sehingga
mampu mengurangi gesekan poros mesin dengan sangat signifikan dan
mengatur secara otomatis putaran motor sesuai dengan beban.
Beberapa manfaat:
- Tidak lagi memerlukan minyak pelumas (lubrication/oil)
- Efisiensi tinggi
- Perawatan yang mudah
- Magnet permanen pada motor sinkron, memberikan perbaikan faktor
daya; yaitu dengan jalan memberi penguatan lebih pada motor tersebut
2. Chiller dengan teknologi Inverter, misalnya penggunaan AC jenis VRV
ataupun VRF
VRV (Variable Refrigerant Volume-hak paten produk Daikin) dan VRF
(Variable Refrigerant Flow system-hak paten produk Fujitsu) merupakan
model yang dapat mengontrol jumlah aliran refrigeran yang mengalir ke
Evaporator dan memvariasikan kecepatan putaran Kompresor, fan motor
pendingin Kondenser, fan motor sirkulasi udara di Evaporator. Pada intinya
teknologi tersebut mengatur kondisi sistem supaya sesuai dengan kondisi
beban pendinginan yang dibutuhkan.
3. Aplikasi sistem chiller dengan heat recovery atau heat pump, dijabarkan
pada sub bab Sistem Air Panas.
- 68 -
Magnetic Bearing Chiller memberikan penghematan lebih dari 50% pada biaya
operasional hotel Bintang 4 di Jakarta.
Menara peninsula, 2013. Memiliki mesin chiller berumur 25 tahun untuk mendukung
operasional hotelnya, baik tim engineering maupun jajaran manajemen Hotel Menara
Peninsula menyadari dampaknya terhadap konsumsi dan biaya energi yang tinggi.
Pencarian alternatif solusi secara nyata ditunjukkan melalui komitmen manajemen
dan pemilik hotel, yang pro-aktif mencari teknologi chiller terbaru di pasaran, dan
menjatuhkan pilihan pada mesin chiller dengan teknologi magnetig bearing.
Teknologi ini memberikan dampak perbaikan kinerja terhadap sistem tata udara, meliputi
kehandalannya dalam proses pendinginan yang relative cepat, serta fitur kontrol terhadap
posisi dan getaran. Teknologi ini dapat meningkatkan efisiensi chiller karena meringankan
beban compressor sehingga chiller dapat mencapai efisiensi sekitar 0,55 kW/TR. Angka
ini menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan mesin
chiller yang lama. Hal ini secara tidak langsung mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan dari pemakaian listrik.
Tidak dipungkiri, biaya investasi untuk penggantian chiller ini tidak sedikit. Ditambah
dengan ketidakstabilan sistem jika mendapatkan perawatan yang kurang tepat,
menyebabkan potensi penghematan yang tinggi menimbulkan resiko yang tidak sedikit
pula. Sebagai solusinya, penggantian mesin chiller ini menerapkan skema energy saving
performance contract, dimana investasi mesin tersebut dibayarkan secara bertahap
melalui penghematan biaya operasional chiller. Hanya dalam waktu kurang dari 1 tahun,
kewajiban pembayaran tersebut terpenuhi, dan hingga saat ini, hotel Menara Peninsula
dapat menghemat biaya energinya sebesar lebih dari 50% dengan teknologi chiller
magnetig bearing.
Hotel Menara Peninsula merupakan hotel berbintang 4 yang dibangun pada tahun 1998,
dengan luas lantai bangunan yang dikondisikan dengan pendingin udara adalah sebesar
30,372 m2. Saat pelaksanaan program, Hotel Menara Peninsula memiliki 349 kamar tamu
dengan tingkat okupansi (2013) rata-rata sebesar 65%.
- 69 -
Investasi Program Penghematan Energi Sistem Tata Udara
Cara Penghematan Energi
No Cost
1.
Mengoptimasi proses perpindahan panas.
X
2.
Memperbaiki
perpindahan
kondensor.
3.
Penerapan Sistem Multi-Staging
4.
Menyesuaikan Kapasitas Pendinginan Sistem X
Tata Udara dengan Beban Pendinginan Gedung
5.
Kontrol Kapasitas
pendingin (chiller)
6.
Penerapan
kebutuhan
7.
Penggunaan tanki penyimpan air dingin (chilled
water)
X
8.
Penggunaan chiller dengan teknologi terbaru
yang lebih efisien
X
dan memelihara permukaan
panas pada evaporator dan
pada
refrigerasi
Low Cost
Medium &
High Cost
X
X
kompressor
mesin X
bertingkat
sesuai
- 70 -
X
Sistem Tata Cahaya
Sistem tata cahaya dalam bangunan hotel merupakan salah satu elemen dasar
yang harus disediakan dengan tujuan untuk: 1) penerangan dalam ruangan, 2)
komponen desain interior dan estetika, 3) kesehatan dan keselamatan, serta
4) penerangan luar ruangan dan navigasi (signage). Prinsip penataan dan
manajemen sistem tata cahaya di bangunan hotel perlu mengedepankan tata
cahaya yang menarik namun efektif dan efisien untuk memenuhi ke-empat
tujuan tersebut. Dengan penerapan sistem kontrol pencahayaan dan teknologi
yang baik, penggunaan energi untuk sistem tata cahaya dapat dihemat hingga
50% dari kondisi umum yang ditemui di mayoritas hotel di Indonesia saat ini.
Kaitan Sistem Tata Cahaya Dengan Pemakaian Energi
Faktor estetika di bangunan hotel cenderung menyebabkan penggunaan lampulampu baik untuk penerangan dan desain interior yang berlebihan, dalam arti
melebihi standar minimum pencahayaan sebagaimana di atur dalam SNI (036197-2011 tentang Konservasi energi sistem pencahayaan pada bangunan
gedung). Perlu diingat, bahwa untuk mendapatkan pencahayaan yang efisien
dan sesuai dengan fungsi ruangan tanpa mengurangi tingkat kenyamanan,
diperlukan sistem pencahayaan dengan nilai efikasi (Lumens/watt) tinggi.
Pemilihan lampu yang hanya berdasarkan pada daya (watt) yang rendah tidak
serta merta menjadikan sistem tata cahaya yang efektif dan efisien, jika tanpa
mempertimbangkan tingkat pencahayaan yang dihasilkan.
Berikut ini adalah tingkat pencahayaan minimum untuk hotel dan
restaurant berdasarkan fungsi-fungsi ruangan:
- 71 -
Jenis lampu menjadi faktor kedua yang mempengaruhi tingkat pemakaian energi,
dengan parameter penting diantaranya tingkat efisiensi, ketahanan/umur lampu,
kandungan merkuri, warna lampu, dan lain lain.
1. Lampu Pijar.
Ini adalah jenis lampu yang sangat umum digunakan, karena harganya yang
murah. Efisiensi dari lampu ini sangat rendah dan hampir 85 % daya yang
digunakan oleh lampu ini diubah menjadi panas. Selain itu umur dari lampu
ini juga rendah berkisar antara 750 - 2000 jam.
2. Lampu Compact Fluorescent Lamp (CFL/swabalas)
Lampu ini merupakan lampu yang banyak digunakan untuk menggantikan
lampu pijar. Selain cukup efisien (namun masih kalah efisien dibanding lampu
LED), lampu ini juga bisa tahan hingga 12,000 jam.
3. Lampu fluorescent (Lampu TL).
Lampu berbentuk tabung ini memiliki efisiensi tinggi dan ketahanan yang
cukup baik, yaitu hampir 20,000 jam. Namun, lampu ini membutuhkan alat
balas yang juga memerlukan tambahan daya. Efisiensi dapat ditingkatkan
dengan menggunakan balas elektronik.
4. Halogen.
Lampu ini serupa dengan lampu pijar, namun dengan umur pakai yang lebih
lama, hingga 3,000 jam. Lampu ini menghasilkan warna khusus dan umumnya
digunakan di tempat yang membutuhkan pencahayaan yang lebih terang
dengan warna khusus.
5. High Intensity Discharge (HID).
Tipe lampu ini banyak digunakan untuk diluar ruangan seperti area taman,
parkir, gudang, dan lain-lain. Lampu jenis ini memiliki lumen tinggi (Bahkan
lebih tinggi dari LED) namun membutuhkan waktu untuk mencapainya dan
memiliki umur pakai yang lebih rendah (berkisar antara 10,000 – 25,000 jam).
6. LED.
Ini adalah jenis lampu yang paling efisien yang tersedia di pasaran, dengan
umur hingga 50,000 jam. Lampu ini sangat direkomendasikan untuk
digunakan di hotel-hotel.
- 72 -
Jenis Lampu
Efisiensi (Lm/Watt)
Umur Lampu (Jam)
Lampu Pijar
8-18
750-2.000
Lampu TL
70-18
10.000-20.000
Lampu CFL
40-80
8.000-12.000
Halogen
50-80
2.000-3.000
HID
60-125
10.000-25.000
LED
50-60
35.000-50.000
Contoh Gambar
Untuk memilih lampu yang efisien, perlu mempertimbangkan nilai lumen/watt
(lpw) yaitu tingkat keterangan cahaya (lumen) dibandingkan dengan daya listrik
(watt). Semakin tinggi nilai lpw, maka semakin efisien lampu tersebut. Sebagai
contoh, untuk menghasilkan 600 lumen cahaya, lampu pijar membutuhkan daya
60 watt, sementara untuk mencapai nilai lumen cahaya yang sama lampu CFL
membutuhkan daya hanya 13 watt dan lampu LED hanya membutuhkan daya 6
watt.
Apakah Kinerja Sistem Tata Cahaya di Hotel Anda Sudah Efisien?
Pengukuran dan observasi menjadi cara yang paling ideal untuk menilai tingkat
efisiensi sistem tata cahaya di bangunan hotel.
1. Tingkat cahaya dapat diukur dengan alat Luxmeter, dengan posisi pengukuran
pada bidang kerja dengan ketinggian 75 – 90 cm dari atas permukaan tanah,
atau diletakan diatas permukaan meja sesuai dengan fungsi ruangan tersebut.
Dalam melakukan pengukuran tingkat cahaya, operator harus menggunakan
baju yang berwarna gelap dan tidak bersifat reflektif untuk mengurangi
kesalahan dalam pengukuran cahaya.
- 73 -
2. Observasi terhadap jenis dan jumlah lampu yang ada dapat memberikan
gambaran potensi penghematan jika dilakukan penggantian lampu tersebut
dengan jenis teknologi terkini yang lebih efisien, misalnya lampu LED untuk
saat ini.
Beberapa checklist observasi dapat digunakan seperti di bawah ini:
Tanggal Audit Energi
Pelaksana Audit Energi
Penerangan/ Pencahayaan
CEK Tindak Lanjut
• Apakah lampu dimatikan di ruangan yang tidak terpakai, terutama ruangan kantor?
• Apakah terdapat keluhan dari tamu mengenai pencahayaan yang kurang terang atau terlalu terang (atau
menyebabkan ruangan terasa panas?)
• Apakah gorden menghalangi sinar alami masuk ke
ruangan?
• Apakah lampu pijar masih digunakan di beberapa
tempat?
• Apakah ballast konvensional masih digunakan pada
lampu CFL?
• Apakah lampu dalam keadaan kotor?
• Apakah saklar atau sensor lampu berfungsi dengan
baik?
• dll
Alternatif Penghematan Energi pada Sistem Tata Cahaya
1. Promosi Penghematan Pemakaian Lampu (misalnya: switch off policy)
Mempromosikan penghematan penggunaan lampu dengan mematikan lampu
apabila tidak digunakan adalah usaha penghematan dengan dana yang sangat
kecil. Ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran staf dan tamu hotel
dengan pemasangan stiker dan poster di dekat tombol lampu. Lampu pada
daerah yang tidak digunakan harus dimatikan, tentunya juga harus mengacu
pada standar kesehatan dan keselamatan khususnya pada daerah koridor dan
tangga.
- 74 -
2. Pemeliharaan Sistem Pencahayaan
Sistem pencahayaan sangat penting untuk menciptakan suasana yang nyaman
bagi tamu, maka menjadi sangat penting untuk melakukan pemeliharaan kaca,
lubang cahaya dan rumah lampu agar tetap bersih. Tanpa pemeliharaan yang
baik, tingkat penerangan lampu bisa turun hingga 30% dalam 2-3 tahun.
Staf hotel juga harus melaporkan dan melakukan penggantian apabila ada
lampu yang mati dan bermasalah. Ini akan membantu memelihara tingkat
cahaya, standar kenyamanan, kesehatan dan keamanan bagi tamu dan staf
hotel. Dalam pemeliharaan juga harus dilakukan pengecekan terhadap sensorsensor pada sistem pencahayaan.
3. Pemasangan Lampu Hemat Energi
Melakukan penggantian lampu pijar standar dengan lampu swabalas (CFL)
dapat menghemat pemakaian listrik hingga 60 %, mengurangi panas lampu
dan lebih tahan lama 8 – 10 kali. Bahkan penggantian dengan lampu LED
dapat menghemat daya listrik hingga 80% dan dapat bertahan hingga 50,000
jam pemakaian. Pemakaian lampu LED juga dapat mengurangi pencemaran
lingkungan karena lampu LED tidak mengandung zat Merkuri yang berbahaya.
Retrofit Lampu Hemat Energi Mencapai Penghematan Tinggi dengan Skema
Investasi Rendah yang Ditawarkan oleh Supplier.
Nusa Dua Beach Hotel, Juli 2014. Program penggantian seluruh lampu pijar
di semua area di hotel berbintang 5 di Bali ini mengusung skema Energy
Performance Contract dengan supplier lampu hemat energi. Berdasarkan audit
yang dilakukan oleh supplier dan tim engineering (Bapak Agung Udayana),
kegiatan tersebut berpotensi menurunkan penggunaan energi listrik sebesar
1,877,589 kWh atau berkontribusi terhadap penghematan biaya energi sebesar Rp.
1,999,217,703 per tahun. Beberapa tips dalam pelaksanaan retrofit lampu hemat
energi adalah:
1. Pastikan supplier memberikan garansi lampu dalam waktu panjang
(minimal 5 tahun)
2. Pastikan bahwa spesifikasi lampu hemat energi yang ditawarkan
menyerupai spesifikasi lampu awal (warna, lux, dll), dengan daya yang lebih
rendah
3. Pastikan proses penggantian lampu secara bertahap tidak akan mengganggu
aktifitas perhotelan
Hotel Nusa Dua Beach, Bali, merupakan hotel berbintang 5 yang dibangun pada
tahun 1983 dengan total luas bangunan yang dikondisikan dengan pendingin
udara sebesar 35.887 m2. Pada tahun pelaksanaan program, Hotel tersebut
memiliki total 353 kamar tamu dengan tingkat okupansi rata-rata sebesar 63%.
- 75 -
Beberapa manfaat penggunaan lampu LED (lampu dengan teknologi paling
efisien saat ini):
1. Umur yang panjang
2. Kebutuhan daya lebih rendah untuk tingkat pencahayaan yang sama
dibandingkan lampu jenis lain (pijar, CFL, dll)
3. Tanpa mengandung merkuri
4. Fleksibel desain
5. Dapat digunakan pada kondisi temperatur ekstrim
4. Penggantian Balas Konvensional (Magnetic) dengan Balas Electronik
Lampu yang menggunakan balas magnetik menggunakan energi 30% lebih
besar dari nilai daya yang tertera pada lampu tersebut akibat rugi-rugi balas
(losses). Penggunaan balas elektronik dapat mengurangi penggunaan energi
sampai 27% dibandingkan penggunaan balas konvensional. Dengan kemajuan
teknologi, balas elektronik dilengkapi dengan control dimming.
5. Pemasangan sensor pencahayaan
Pemasangan sensor pencahayaan untuk memastikan lampu hanya beroperasi
ketika ada seseorang disana dapat melakukan penghematan daya listrik
hingga 30 – 50 %. Sensor juga dapat digunakan untuk menurunkan tingkat
cahaya di koridor ketika tidak ada tamu. Pengaturan tingkat cahaya minimum
tetap harus mengacu pada standar kesehatan dan keamanan.
Berikut ini adalah jenis-jenis sensor yang dapat dipasangkan pada sistem
pencahayaan:
- 76 -
Pertimbangkan untuk melakukan pemasangan sensor okupansi yang terhubung
dengan sistem control yang terintegrasi. Pada beberapa sistem, pengontrolan
sistem dapat dilakukan dari front desk yang memungkinkan sistem menyala
ketika tamu tiba. Sistem lain juga dapat diaktifkan pada kunci akses kamar
yang aktif pada saat tamu memasuki ruangan kamar.
6. Pengaturan control pemakaian lampu menggunakan key-tag (kombinasi
dengan sistem tata udara)
Saat ini, banyak hotel yang telah menerapkan sistem key-tag untuk kunci kamar
sekaligus untuk kontrol pemakaian energi, terkait dengan sistem tata cahaya
dan tata udara dalam kamar. Kunci penghematan energi dari sistem kontrol
ini adalah pengaturan berapa banyak lampu yang diatur otomatis menyala
saat key-tag dipasang, serta berapa lama jeda waktu yang diperlukan untuk
semua sistem dalam kamar mati secara otomatis setelah key-tag dicabut.
Sesuaikan pengaturan berdasarkan target penghematan yang diharapkan,
tanpa mengganggu kenyamanan tamu.
Investasi Program Penghematan Energi Sistem Tata Cahaya
Cara Penghematan Energi
No Cost Low Cost
1.
Mematikan lampu apabila sedang tidak diperlukan
dan pada area yang masih terkena cahaya alami.
X
2.
Menjaga kebersihan lampu.
X
3.
Hindari penerangan suatu area secara berlebihan.
X
4.
Pilih lampu dengan umur yang lebih panjang,
untuk mengurangi biaya pemeliharaan.
5.
Promosi Penghematan Pemakaian Lampu
(misalnya: switch off policy)
X
6.
Pemeliharaan Sistem Pencahayaan
X
7.
Pemasangan Lampu Hemat Energi
8.
Penggantian Balas Konvensional (Magnetic)
dengan Balas Elektronik
X
9.
Pemasangan sensor pencahayaan
X
10.
Pengaturan control pemakaian lampu
menggunakan key-tag (kombinasi dengan sistem
tata udara)
X
Medium
& High
Cost
X
X
- 77 -
Sistem Air Panas
Bisnis perhotelan pada umumnya menyuplai
keperluan air panasnya dengan menggunakan
mesin boiler, yaitu dengan menghasilkan uap panas
dan/atau air panas, kemudian didistribusikan ke
dapur, laundry, dan penyimpanan air panas untuk
suplai kamar tamu. Dua jenis boiler yang biasanya
digunakan di hotel:
1. Firetube
Terdiri dari sebuah tangki air yang diberi lubang untuk
dilalui pipa-pipa, dimana gas panas akan mengaliri
pipa-pipa tersebut untuk memanaskan air di dalam
tangki. Air yang dipanaskan akan menghasilkan
uap panas, yang kemudian dapat digunakan untuk
memanaskan air yang akan digunakan dikamar
mandi dan untuk keperluan binatu.
2. Watertube.
Pada jenis ini, air dialirkan melalui susunan pipa
yang terdapat didalam gas panas yang dihasilkan
dari pembakaran. Pada boiler watertube, air panas
tidak berubah menjadi uap, sehingga bias langsung
digunakan untuk berbagai keperluan seperti air
panas di kamar-kamar, binatu, dan untuk keperluan
mencuci piring. Jenis ini lebih banyak digunakan di
Indonesia.
Kedua jenis boiler memiliki sistem terbuka dan
tertutup. Perbedaannya adalah pada sistem terbuka,
uap panas dikeluarkan melalui lubang. Sedangkan
pada sistem tertutup, uap panas disalurkan kembali
untuk digunakan membantu pemanasan air.
- 78 -
Boiler menjadi salah satu
target utama dalam program
penghematan energi di hotel
karena teknologi saat ini
telah memberikan beragam
alternatif alat dan cara
pengadaan yang lebih hemat
listrik/bahan bakar.
Kaitan Sistem Air Panas dengan Pemakaian Energi
Untuk mengoperasikan mesin boiler memerlukan bahan bakar (energi), dimana di
Indonesia penggunaan minyak solar dan gas lebih sering ditemui. Tingkat efisiensi
boiler sangat mempengaruhi besar kecilnya bahan bakar yang digunakan. Untuk
teknologi boiler di Indonesia rata-rata memiliki tingkat efisiensi sebesar 75%85%. Selain itu, teknologi saat ini memungkinkan kebutuhan air panas terpenuhi/
disuplai tanpa menggunakan mesin boiler, sehingga penghematan energi dapat
diperoleh dari berkurangnya pembelian bahan bakar untuk mesin boiler.
Ada beberapa macam satuan yang digunakan boiler, namun satuan dasar yang
umum digunakan adalah the British Thermal Unit (BTU). Untuk penggunaan
berskala seperti rumah tangga dan hotel, kapasitas yang digunakan berkisar
antara 67.000 hingga 3,4 juta BTU. Sementara untuk penggunaan berskala besar
seperti industri, kapasitasnya berkisar antara 10 juta hingga 33,5 juta BTU.
Sistem air panas terdiri dari beberapa komponen yang kesemuanya mempengaruhi
penggunaan energi secara keseluruhan, yaitu steam piping, steam trap, Calorifier,
deaerator, dan condensate return pipe. Kebocoran energi dapat terjadi di beberapa
tahapan proses pemanasan air dalam boiler, antara lain:
• Proses pembakaran
Besarnya kehilangan dalam proses ini dipengaruhi oleh rasio pencampuran
udara dan bahan bakar.
• Panas dalam flue gas.
Proses ini dipengaruhi oleh banyaknya kelebihan udara pembakaran dan
keefektifan proses pemindahan panas.
• Blow-down
Proses pelepasan air panas dari boiler untuk mengontrol penumpukan
partikel-partikel.
• Skin loss
Panas yang terlepas dari selubung boiler.
- 79 -
Apakah Kinerja Sistem Air Panas di Hotel Anda Sudah Efisien?
Efisiensi energi di pemakaian air panas bertujuan untuk 1) menghemat pemakaian
air panas, 2) mengurangi jumlah air buangan, 3) mengurangi pemakaian energi
untuk pompa air, 4) mengurangi energi untuk memanaskan air. Efisiensi boiler
pada umumnya didefinisikan dengan rasio antara energy yang dihasilkan dengan
energy yang dipergunakan. Efisiensi tersebut dapat diukur dengan pengukuran
jumlah bahan bakar yang digunakan dan efektifitas pemindahan panas menjadi
air atau uap. Selain menghitung tingkat efisiensi tersebut, observasi terhadap
kondisi mesin boiler, termasuk memastikan apakah perawatan terhadap mesin
dilakukan secara rutin sangat mempengaruhi tingkat efisiensi mesin.
Sebuah boiler dapat menghabiskan sekitar 25 sampai 30% dari total energi yang
digunakan (tidak diubah menjadi panas). Proses transfer panas yang maksimum
dari pembakaran ke air adalah hal yang penting untuk menjaga efisiensi
boiler. Masalah umum yang dapat menurunkan efisiensi boiler adalah friksi
yang sebenarnya dapat dengan mudah diatasi dengan menambahkan bahan
kimia anti kerak ke dalam system dan melakukan pembersihan secara rutin.
Pembersihan secara rutin juga dapat mencegah penyumbatan yang diakibatkan
oleh penumpukan partikel-partikel di bagian penahan uap yang dapat berpotensi
mengurangi efisiensi boiler.
Beberapa checklist observasi dapat digunakan seperti di bawah ini:
Tanggal Audit Energi
Pelaksana Audit Energi
Boiler/Steam/Suplai Air Panas
• Apakah setting temperatur air panas terlalu tinggi
(diatas 50oC)?
• Apakah penggunaan steam untuk laundry cukup
efektif untuk dilakukan secara internal?
• Apakah memungkinkan untuk menerapkan sistem
cogen atau heat recovery untuk mengurangi biaya
energi pada steam?
- 80 -
CEK Tindak Lanjut
Alternatif Penghematan Energi pada Sistem Air Panas
1. Lakukan perawatan berkala tahunan.
Untuk boiler gas harus dilakukan perawatan minimal 1 tahun sekali dan untuk
boiler menggunakan minyak solar harus dilakukan perawatan minimal 2 kali
setahun. Perawatan boiler yang dilakukan secara rutin dapat mengoptimalkan
efisiensi boiler, mengurangi emisi CO2, menghemat pemakaian bahan bakar,
dan dapat menjaga kelancaran pengoperasian mesin boiler serta sistem
pemanas. Boiler, tangki air panas, pipa dan katup air panas harus diinsulasi
dengan baik untuk mencegah kebocoran panas.
2. Menggunakan peralatan pengendalian otomatis untuk mengoperasikan
boiler sehingga pemanas dapat dikontrol dengan baik.
3. Pemeriksaan sistem pengendalian pada saat proses perawatan. Proses
pengoperasian yang tidak tepat dapat menurunkan efisiensi boiler hingga
20%.
4. Memastikan bahan-bahan yang digunakan untuk pipa panas, saluran, dan
penutup telah diinsulasi dengan baik. Seluruh sistem air panas harus diinsulasi
dengan baik.
5. Gunakan tangki ekspansi yang diinsulasi dan alat penukar panas.
6. Cegah pembentukan akumulasi kerak di tabung pemanas yang menghalangi
aliran dan perpindahan udara dengan merawat sistem pengolahan air umpan.
Hal ini juga akan mengurangi potensi kerusakan boiler.
7. Lakukan pemeriksaan sistem distribusi uap. Kebocoran, kerusakan pada valve,
steam trap, dan peralatan lainnya akan menurunkan kinerja sistem.
8. Bersihkan saringan aliran hulu dan steam traps secara rutin untuk mencegah
akumulasi partikel.
9. Cegah kelebihan udara untuk pembakaran dengan menyesuaikan kipas,
damper, seal dan meningkatkan pengawasan terhadap over-draft api.
10.Menurunkan suhu udara pada boiler sesuai dengan tingkat kebutuhan
untuk mengurangi kehilangan panas siklus pendek, kenvektif, dan radiant.
Pengaturan air panas untuk kamar tamu biasanya cukup pada suhu kurang
lebih 50oC.
11.Pertimbangkan untuk mengganti boiler yang sudah berusia diatas 25 tahun.
Boiler baru yang didesain dengan teknologi lebih baik memiliki efisiensi yang
tinggi.
12.Membersihkan:
- Sisi api dari penukar panas.
- Sisi air dari kerak air dari penukar panas.
. - Alat pembakar.
- 81 -
13.Untuk boiler bertekanan atmospheric, periksa dan sesuaikan tekanan gas
didalam pipa.
14.Pada forced draft boiler yang melebihi daya muat, periksa dan sesuaikan
udara dan tingkat aliran gas.
15.Untuk mengurangi pemakaian Uap/Air panas di laundry, dan kitchen, dapat
dilakukan dengan:
• Keran yang dapat mematikan aliran air secara otomatis
• Penggunaan keran dengan sensor pengendali
• Flush otomatis dengan sensor pengendali
• Peralatan dengan teknologi aliran air yang lebih efisien
16.Penggunaan Teknologi baru untuk menyuplai air panas:
1. Solar Water Heater. Penggunaan ini cocok untuk mengurangi kebutuhan
air panas di kamar mandi
2. Aplikasi Heat Recovery System pada mesin chiller untuk mendapatkan
fungsi pemanasan air:
Yaitu dengan memanfaatkan efek pendinginan udara buangan atau
udara kondensat dari kumparan pendingin. Udara buangan dikumpulkan
dan disalurkan ke heat wheel dimana efek pendinginan diperoleh dan
dipindahkan ke udara segar yang masukkan, sehingga lebih menghemat
energi. Udara kondensat dari cooling coils juga dapat dikumpulkan dan
disalurkan melalui heat exchanger dimana efek pendinginan dipindahkan
ke make-up water. Keefektifan/keekonomian sistem ini akan tergantung
pada kemudahan udara buangan atau kondensat untuk dikumpulkan. Pada
umumnya, investasi sistem heat recovery ini dapat mencapai pengembalian
(payback) dalam waktu antara 4 sampai 5 tahun.
Terdapat 2 pilihan untuk aplikasi sistem ini:
1. Low Temperature Heat Recovery: mencapai suhu 40ºC. Panas
yang relatif rendah ini berasal dari refrigerant yang mengalami
kondensasi. Pada temperatur yang lebih tinggi, panas akan lebih
mudah untuk diperoleh kembali untuk kemudian digunakan, tetapi
hanya memungkinkan untuk memperoleh sebesar 5% sampai 10%
dari total panas yang ditolak/tidak digunakan oleh sistem.
2. High Temperature Heat Recovery: suhu antara 60ºC sampai 90ºC.
Tingkat panas yang cukup tinggi ini berasal dari pemanasan kembali
refrigerant antara kompresor dan condenser.
- 82 -
Penggunaan chiller dengan sistem heat recovery di hotel Bintang 4 dapat
mengurangi konsumsi solar menjadi 1,4%-nya saja
Kartika Chandra, 2010. Berdasarkan analisis terhadap kinerja chiller yang ada, yaitu
chiller centrifugal dengan kapasitas 400 TR yang telah berumur 14 tahun, ternyata chiller
tersebut sudah tidak efisien karena hanya mampu bekerja sebesar 50% dari kapasitasnya.
Hariyanto, Chief Engineer hotel yang sempat mempertimbangkan opsi penggantian chiller
dengan sistem heat recovery atau heat pump, pada akhirnya memilih opsi pertama dengan
pertimbangan penghematan dalam investasi.
Proposal tersebut diajukan oleh Chief Engineer ke pihak manajemen. Sistem heat recovery
secara teknis memproduksi air dingin, dan air panas sebagai bonusnya, dimana hanya
memerlukan investasi untuk 1 mesin chiller. Opsi kedua secara teknis menghasilkan air
panas dengan bonus air dingin, sehingga dibutuhkan kombinasi 2 jenis mesin chiller
yang menghasilkan air dingin dan air panas, selain kebutuhan lokasi yang cukup luas.
Pemilihan jenis produk tersebut juga mempertimbangkan kemampuan sistem untuk
menghasilkan air panas pada +/- 70 oC, sehingga tidak perlu lagi mengoperasionalkan
water heater yang bahan bakarnya adalah solar industry. Dengan perhitungan ROI
(return of investment) dicapai hanya dalam kurun waktu 2 tahun, program tersebut
disetujui oleh general manager pada saat itu.
Sebesar 98,6% penghematan konsumsi solar (216.000 liter pada 2010 menjadi 3.050 liter
pada tahun 2011) atau penghematan sebesar Rp. 1.428.213.000,00 dapat dicapai setelah
penggantian chiller tersebut. Biaya solar yang mencapai 28% dari biaya listrik pada tahun
2010, menurun hingga 2,1% pada tahun 2011.
Hotel Kartika Chandra merupakan hotel berbintang 4 yang dibangun pada tahun 1971
dengan total luas bangunan sebesar 32.000 m2. Pada tahun pelaksanaan program, Hotel
tersebut memiliki 276 kamar tamu dengan tingkat okupansi rata-rata sebesar 70%.
- 83 -
Investasi Program Penghematan Energi Sistem Air Panas
Cara Penghematan Energi
1.
Lakukan perawatan berkala tahunan.
2.
Menggunakan peralatan pengendalian otomatis
untuk mengoperasikan boiler sehingga pemanas
dapat dikontrol dengan baik.
3.
4.
No Cost Low Cost
X
X
Pemeriksaan sistem pengendalian pada saat proses perawatan. Proses pengoperasian yang tidak tepat dapat menurunkan efisiensi boiler hinga 20%.
X
Memastikan bahan-bahan yang digunakan untuk
pipa panas, saluran dan penutup telah diinsulasi
dengan baik. Seluruh system air panas harus diinsulasi dengan baik.
X
5.
Gunakan tangki ekspansi yang diinsulasi dan alat
penukar panas.
X
6.
Cegah pembentukan akumulasi kerak di tabung
pemanas yang menghalangi aliran dan perpindahan udara, dengan merawat system pengolahan
air umpan. Hal ini juga akan mengurangi potensi
kerusakan boiler.
X
7.
Lakukan pemeriksaan system distribusi uap. Kebocoran, kerusakan pada valve, steam trap, dan
peralatan lainnya akan menurunkan kinerja sistem.
X
8.
Bersihkan saringan aliran hulu dan steam traps
secara rutin untuk mencegah akumulasi partikel.
X
9.
Cegah kelebihan udara untuk pembakaran dengan
menyesuaikan kipas, damper, seal dan meningkatkan pengawasan terhadap over-draft api.
X
Menurunkan suhu udara pada boiler sesuai dengan tingkat kebutuhan untuk mengurangi kehilangan panas siklus pendek, kenvektif dan radiant.
Pengaturan air panas untuk kamar tamu biasanya
cukup pada suhu kurang lebih 50oC.
X
10.
11.
Pertimbangkan untuk mengganti boiler yang
sudah berusia diatas 25 tahun. Boiler baru yang
didesain dengan teknologi lebih baik memiliki
efisiensi yang tinggi.
X
12.
Untuk boiler bertekanan atmospheric, periksa dan
sesuaikan tekanan gas didalam pipa.
X
13.
Pada forced draft boiler yang melebihi daya muat,
periksa dan sesuaikan udara dan tingkat aliran gas.
X
- 84 -
Medium
& High
Cost
Sistem Kelistrikan dan Transportasi Gedung
Sistem kelistrikan adalah seluruh sistem dalam bangunan yang terkait dengan
peralatan elektronik (komputer, LCD, modem, printer, dll), transformer, motor
listrik, sistem kabel dan alat monitoring penggunaan energi. Sistem transportasi
gedung juga terkait dengan sistem kelistrikan, mengingat operasional alat
transportasi gedung dijalankan menggunakan energi listrik. Walaupun sistem
kelistrikan dan transportasi hanya menggunakan 3% dari total energi yang
digunakan dalam gedung, namun desain, pengaturan dan perawatan yang baik
dapat mempengaruhi konsistensi efisiensi energi secara total.
Kaitan Sistem Kelistrikan dan Transportasi Gedung Dengan Pemakaian
Energi
Sistem kelistrikan yang baik menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi
besar kecilnya pemakaian energi listrik. Dengan menggunakan peralatan listrik
yang sama, besarnya tagihan listrik bisa relatif lebih kecil jika sistem kelistrikan
dalam bangunan gedung (hotel) dirancang atau dibenahi dengan baik. Demikian
juga sebaliknya. Selain desain awal sistem kelistrikan, sistem yang baik dapat
terus dikelola melalui manajemen yang baik.
Salah satunya dengan pengawasan rutin terhadap beban listrik (electrical load)
dalam 24 jam, yang dapat memberikan gambaran mengenai pola konsumsi
listrik pada waktu-waktu beban puncak dan luar beban puncak. Tujuannya adalah
untuk mengurangi permintaan puncak tenaga listrik sehingga dapat mengurangi
biaya listrik. Tingkat penggunaan listrik pada WBP (Waktu Beban Puncak) dapat
diperoleh dari rata-rata rasio persentasi (%) konsumsi listrik WBP dengan LWBP
(Luar Waktu Beban Puncak).
Apakah Kinerja Sistem Kelistrikan dan Transportasi Gedung di Hotel Anda
Sudah Efisien?
Untuk mengetahui gambaran penggunaan energi di hotel, dibutuhkan
pengumpulan data penggunaan energi yang akurat. Hal ini harus dilakukan
dengan menggunakan alat pemantauan energi yang dipasangkan pada sistem
kelistrikan. Setelah didapatkan data penggunaan listrik, selanjutnya dapat
dilakukan proses analisis terhadap beberapa faktor yaitu:
- 85 -
1. Faktor kebutuhan (Demand factor)
Faktor Kebutuhan adalah rasio antara kebutuhan listrik maksimum pada system
pembangkit listrik dan distribusi sistem listrik dengan total distribusi beban yang
terpasang, biasanya dituliskan dalam bentuk persentase (%) sebagai berikut:
Faktor Kebutuhan= (Kebutuhan maksimum)/(Daya terpasang)×100%
Angka ini menunjukkan apakah daya yang didapatkan dari PLN sudah digunakan
secara efisien dan apa bila angka yang didapat terlalu rendah, ada kemungkinan
daya yang disewa dari PLN terlalu tinggi dan bisa dikurangi untuk mendekati
kondisi ideal. Usaha ini dapat mengurangi biaya berlangganan bulanan. Faktor
kebutuhan yang ideal adalah antara 60-80%.
2. Faktor beban (Load factor)
Faktor Beban adalah rasio antara beban listrik rata-rata dengan kebutuhan daya
maksimum pada waktu tertentu, yang dituliskan dengan:
Faktor Beban= (Beban listrik rata-rata)/(Kebutuhan daya maksimum)
Angka yang didapat menunjukkan fluktuasi beban listrik pada periode waktu
tertentu. Semakin rendah nilai faktor beban, maka semakin besar fluktuasi
penggunaan listrik. Dengan adanya penerapan tarif listrik yang berbeda oleh PLN
untuk waktu WBP LWBP, maka sebaiknya faktor beban diatur untuk menghindari
beban yang tinggi pada jam WBP. Persentase faktor beban yang baik berada pada
kisaran 80 – 90%.
3. Faktor daya (Power factor)
Faktor daya adalah rasio antara daya yang sebenarnya digunakan (dalam watt/
kilowatt) dengan daya yang diambil dari sumber listrik (dalam volt-amper/
kilovolt-amper). Angka faktor daya yang tinggi menunjukkan distribusi listrik
yang baik. Nilai faktor daya harus lebih dari 0,85 agar terhindar dari denda oleh
PLN. Pada umumnya pihak hotel memasang bank kapasitor untuk meningkatkan
faktor daya.
- 86 -
4. Kualitas daya (Power quality)
Kualitas daya adalah frekuensi dan besarnya deviasi daya yang masuk ke
peralatan listrik. Walaupun komputer bukan merupakan main activity dalam
hotel, namun rendahnya kualitas listrik dapat mempengaruhi kualitas layanan
sehingga mengurangi kenyamanan dan kepuasan tamu. Parameter yang paling
penting adalah harmonics. Emisi harmonics terjadi pada saat penggunaan daya
semikonduktor seperti TV, lampu dengan balas elektronik Variable Speed Drive
(VSD), dll. Voltase dan arus harmonic terjadi pada frekuensi yang bekerja lebih
tinggi dari frekuensi dasar sehingga bisa menyebabkab ganguan pada peralatan
lain seperti kapasitor bank, relay dan switch. Nilai kualitas listrik yang ideal adalah
dibawah 3%.
Untuk melakukan analisa, selain dibutuhkan keahlian khusus, juga dibutuhkan
peralatan pengukuran yang akurat. Biasanya konsultan auditor energi dapat
memberikan analisa tersebut. Disamping itu, mereka juga sudah dilengkapi oleh
peralatan pengukuran yang baik. Peralatan pengukuran yang diperlukan adalah:
• Komputer dengan program pengukuran energi online.
• Acquisition data, Diris AP model dan Modbus RS 485.
• Clamp on dengan spesifikasi pengukuran AC/DC 1000 A, 0,5 A, 220 V, 4 wire
– unbalanced.
• Portable data logger.
Alat ini dapat merekam penggunaan/pembebanan listrik setiap menit, jam, dan
hari secara detail. Dengan melihat data pembebanan listrik, dapat diupayakan
manajemen energi untuk mengurangi beban puncak sehingga dapat menurunkan
biaya pemakaian
5. Pembebanan tidak seimbang (Unbalance load)
Ketidakseimbangan daya (Unbalance load) terjadi karena perbedaan daya pada
tiap fase. Ini terjadi karena manajemen pengelompokan daya yang kurang baik.
Ketidakseimbangan yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada sistem
kelistrikan dan peralatan itu sendiri. Nilai maksimum adalah:
• Ketidakseimbangan voltase maksimum <3%
• Ketidakseimbangan arus maksimum <15%
6. Grounding
Untuk grounding, batasan limit kabel ground adalah 0 A.
- 87 -
Beberapa checklist observasi dapat digunakan seperti di bawah ini:
Tanggal Audit Energi
Pelaksana Audit Energi
Lift dan eskalator
CEK Tindak Lanjut
• Apakah lift dimatikan pada jam-jam tidak sibuk atau
saat jarang digunakan, seperti malam atau dini hari?
• Apakah ekskalator telah menggunakan system multispeed?
Peralatan Elektronik Lainnya
CEK Tindak Lanjut
• Apakah peralatan elektronik (seperti komputer, laptop,
ataupun TV, dll) memiliki fitur hemat energi (misalnya
power management setting) dan telah diaktifkan?
• Apakah komputer, kipas, dispenser, vending machine,
dan peralatan lainnya dimatikan setelah jam kerja, atau
saat tidak digunakan?
• Apakah komputer, printer, dan mesin fotokopi di
business center dimatikan setelah jam kerja atau saat
tidak digunakan?
• Apakah kabel-kabel peralatan elektronik masih
terpasang di sumber listrik walaupun peralatan sudah
dimatikan?
- 88 -
Alternatif Penghematan Energi pada Sistem Kelistrikan dan Transportasi Bangunan
Gedung
1. Efisiensi pada travo dan motor listrik
Transformer atau travo adalah komponen electromagnet yang dapat mengubah
suatu energi listrik dari satu satuan volt ke satuan lainnya. Alat ini terdiri dari dua
atau lebih koil yang diinsulasi secara elektronik tetapi terhubung secara magnetic.
Berikut ini adalah usaha yang dapat dilakukan untuk menjaga efisiensi travo:
• Pendistribusian travo tidak boleh melebihi 98%.
• Beban efisiensi maksimal untuk motor listrik kecil minimal harus 85% dan
untuk motor listrik besar minimal 90%
• Hindari pemakaian motor yang jauh melebihi kebutuhan. Penggunaan motor
yang baik adalah tidak lebih dari 125% dari beban yang akan digunakan.
• Penggunaan soft starter.
2. Efisiensi pada sistem kabel listrik
Ada beberapa langkah yang dapat dibuat untuk membuat sistem kabel listrik
berfungsi lebih efisien, antara lain:
• Gunakan bahan kabel yang dapat menghantarkan listrik lebih efisien sehingga
dapat mengurangi kehilangan tembaga dan pada saat yang sama menambah
tingkat keamanan melalui kualitas yang lebih baik.
• Melakukan zoning/cluster saklar lampu, terutama pada bagian yang terkena
cahaya alami. Hal ini memungkinkan untuk menyalakan sebagian lampu yang
tidak terkena pantulan cahaya alami.
• Lokasi dari ruang travo dan ruang saklar utama harus berdekatan,
berseberangan, diatas atau dibawahnya.
• Kehilangan tembaga tidak boleh melebihi 0,5% dari total tenaga yang
disalurkan.
3. Efisiensi pada peralatan listrik
• Perbaikan faktor daya dengan bank kapasitor
• Gunakan peralatan yang mempunyai label hemat energi, serta yang memiliki
konsumsi stand power rendah
• Sebaiknya peralatan elektronik yang sudah tua diganti dengan peralatan
elektronik yang baru yang lebih efisien. Karena peralatan elektronik tua,
kinerjanya sudah menurun, selain itu tenaga yang diperlukan pada saat
standby mengkonsumsi listrik beberapa kali lipat dibandingkan dengan
peralatan elektronik yang lebih efisien. Apabila sudah memakai peralatan
elektronik yang energi efisien, maka disarankan untuk menggunakan mode
penghematan.
- 89 -
• Pertimbangkan biaya selama pemakaian saat membeli peralatan listrik, bukan
hanya harga beli produk. Selalu pertimbangkan harga beli, ditambahkan
dengan biaya perawatan dan tagihan listrik selama masa pemakaian peralatan,
karena peralatan dengan harga beli yang tinggi terkadang memiliki biaya
perawatan dan tagihan listrik yang lebih rendah, dengan total biaya di akhir
masa pemakaian lebih rendah dibandingkan peralatan sejenis lainnya.
• Re-schedule penggunaan peralatan utama pengguna listrik yang signifikan
(misalnya vacuum cleaner, dan peralatan lainnya) untuk beroperasi pada
waktu-waktu luar beban puncak.
• Re-schedule jam opeasional unit AC (sistem tata udara) pada waktu-waktu
luar beban puncak dan gunakan cool thermal storage.
4. Efisiensi pada system transportasi
Sistem transportasi yang dimaksud adalah peralatan yang digunakan untuk
memindahkan orang dan beban seperti lift dan ekskalator. Alternatif paling mudah
untuk meningkatkan efisiensi penggunaan listrik adalah dengan mengatur jam
operasional penggunaan lift dan ekskalator, yaitu mengurangi lift dan ekskalator
yang bekerja saat tidak banyak digunakan oleh tamu atau staf (misalnya malam
hari).
Efisiensi juga dapat dicapai dengan menggunakan sistem kontrol inteligen yang
dapat mengubah kecepatan dari lift dan ekskalator. Sistem kontrol tersebut
dikenal dengan sebutan ACVV (AC Motor Drive with Variable Voltage Controller)
dan VVVF (Variable Voltage and Variable Frequency Controller).
Investasi Program Penghematan Energi Sistem Air Panas
Cara Penghematan Energi
No Cost Low Cost
1.
Efisiensi pada travo dan motor listrik
X
2.
Efisiensi pada sistem kabel listrik
X
3.
Efisiensi pada peralatan listrik
4.
Efisiensi pada sistem transportasi
Medium
& High
Cost
X
X
- 90 -
Building Automation System, Online Monitoring, and Sub-metering
Sistem otomatisasi akan membantu mengontrol,
memonitor, dan mengelola sistem energi dalam
bangunan secara otomatis dan memberikan informasi
real-time atau dapat tersambung secara online.
Informasi real-time dapat membantu staf teknis
untuk memberikan respon yang lebih cepat terhadap
kebutuhan perbaikan atau pemeriksaan yang
lebih detail di lapangan sehingga dapat mencegah
kebocoran energi yang lebih lama. Sedangkan
informasi dan pengaturan online dapat membantu
staf teknis hotel anda untuk tetap memiliki akses
kontrol terhadap sistem energi di hotel tanpa harus
berada di dekat lokasi peralatan atau hotel.
Sebesar 8% energi terbuang
tiap tahunnya tanpa program
pengawasan dan pemeliharan.
Sebesar 12% energi terbuang
tiap tahunnya tanpa sistem
pengaturan dan kontrol.
Perlu diingat bahwa sistem otomatisasi akan
lebih efektif jika penerapannya dibarengi dengan
pemasangan sub-metering guna mendapatkan data
konsumsi energi yang lebih akurat dan mendukung
untuk melakukan review
energi. Misalnya
pemasangan sub-metering untuk penggunaan listrik
di tiap lantai bangunan, atau ditiap ruangan meeting/
conference, sub-metering untuk dapur, dll.
Kaitan Sistem Otomatisasi Bangunan Gedung Dengan Pemakaian Energi
Sistem otomatisasi dalam bangunan gedung dapat digunakan untuk mengelola
hampir semua sistem dalam bangunan yang menggunakan/mengonsumsi
energi. Dengan kata lain, hotel yang mengaplikasikan sistem ini dapat mengatur
dan mengendalikan operasional sistem pengguna energi di hotelnya secara lebih
mudah, cepat, dan praktis sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat mendukung
rencana/program penghematan energi yang telah didesain oleh tim energi atau
jajaran manajemen hotel.
- 91 -
BAS dapat digunakan untuk
mengontrol:
HVAC
Chiller
Boiler
Air Handling Unit (AHU)
Fan Coil Unit (FCU)
Heat Pump Unit (HPU)
Variable Air Volume box (VAV)
Lighting
Power monitoring
Security
CCTV
Fire alarm system
Elevator/escalator
Plumbing and water monitoring
Gambaran fungsi kontrol dan monitoring untuk tiap sistem di bangunan:
Penggunaan
Otomatisasi
Sistem
Contoh
Aplikasi
Sistem
Pendingin
Udara
Sistem
Pencahayaan
Tingkat Hunian
Fungsi
kontrol
Fungsi
monitoring
Fungsi kontrol
Fungsi Kontrol:
Fungsi monitoring
occupied, morning
warm-up, nighttime setback
mode
•
•
•
Penghematan
Occupancy/
motor sensor
Photosensor
timer
Timer: sampai 40%
Photosensor: sampai
20%
Occupancy sensor:
sampai 40%
Dimmer: sampai 20%
- 92 -
•
•
•
Temperature
sensor
Web interface
Occupancy
sensor
Alarm dan Keamanan
Memberi peringatan
mengenai:
• Ketidaksesuaian
temperatur (dalam
ruangan atau
peralatan)
• Sensor kimia
dalam HVAC
• Sensor CO2 dalam
AHU
• Sensor kebocoran
refrigerant
Bagaimana cara kerja sistem otomatisasi dalam
bangunan gedung?
Pada prinsipnya, sistem otomatisasi akan membaca
input (berupa informasi yang terdeteksi oleh
sensor yang dipasang pada peralatan), kemudian
mengirimkan sinyal/perintah kepada peralatan
tersebut untuk pekerjaan atau pengaturan tertentu.
1. Input, berasal dari sensor atau peralatan baik
analog (biasanya digunakan untuk pengukuran
yang beragam, misalnya suhu, kelembaban,
tekanan) maupun digital (biasanya digunakan
untuk mengontrol kerja saklar – on/off, misalnya
saklar arus, saklar aliran udara, dll).
2. Processor/logic system, memproses informasi
tersebut berdasarkan algoritma kontrol sesuai
yang diprogramkan untuk kemudian merespon
melalui sinyal output bilamana dibutuhkan.
3. Output, perubahan atau kerja yang dilakukan
oleh peralatan tersebut berdasarkan perintah
yang diberikan oleh processor dalam sistem.
Manfaat Penggunaan Sistem Automasi dalam Manajemen
Pengelolaan Energi di Bangunan:
1. Energy savings
2. Environmental impact
3. Improved security
4. Save on the costs of building maintenance
5. Operator convenience
6. Lowers utility costs
7. Enhances property value
8. Memberi akses kemudahan untuk melakukan review
energi dengan ketersediaan data yang lengkap dan
akurat.
- 93 -
Komponen apa saja yang diperlukan dalam sistem
otomatisasi?
Konsultasikanlah kebutuhan
sistem otomatisasi Hotel Anda
kepada konsultan atau kepada
supplier yang akan membantu
Anda.
Biaya investasi pemasangan
sistem ini sangat bervariasi
tergantung pada banyaknya
sistem dan peralatan yang
akan dikontrol secara otomatis.
- 94 -
Alternatif Penghematan Energi dengan Aplikasi Sistem BAS/BEMS
Saat ini, sebagian besar hotel di Indonesia (terutama 30 hotel partner program
Hotel Energy Benchmarking and Strategic Energy Management), belum
memiliki sistem BAS/BEMS, sehingga kontrol dan monitoring terhadap seluruh
sistem pengguna energinya dilakukan secara manual. Pertimbangan untuk
menggunakan atau mengefisienkan sistem ini dapat dilakukan:
1. Jika hotel Anda belum memiliki BAS/BEMS
• Aplikasi BAS/BEMS dapat mulai diterapkan pada sistem tata udara
(chiller) sebagai langkah awal, mengingat sistem ini mengkonsumsi
energi paling besar dibandingkan sistem lainnya.
• Perlu dikonsultasikan kepada supplier, apakah Anda memerlukan
sistem BAS/BEMS untuk fungsi monitoring saja atau termasuk fungsi
kontrol juga. Tak jarang ditemui sistem BAS terpasang untuk dua
fungsi tersebut, namun aplikasi dilapangan hanya dimanfaatkan
untuk fungsi monitoring.
• Jika jajaran manajemen memiliki komitmen yang tinggi terhadap
penghematan energi, atau jika alokasi dana untuk penghematan
energi cukup besar, Anda dapat mempertimbangkan untuk
mengaplikasikan sistem ini pada semua sistem.
• Pastikan bahwa supplier sistem tersebut akan bertanggung jawab
terhadap perawatan dan kalibrasi sistem yang telah terpasang, untuk
memastikan berfungsinya sistem secara baik.
• Salah satu kunci utama sistem BAS/BEMS adalah lisensi software
yang dipakai. Perlu dipastikan bahwa software tersebut dapat dipakai
dalam jangka panjang (biasanya dalam 5 tahun), atau pastikan
bahwa lisensi software tersebut dapat diperpanjang, di-upgrade,
atau disesuaikan dengan teknologi di masa depan
2. Jika hotel Anda sudah memiliki BAS/BEMS
• Pastikan bahwa parameter/indikator yang ditunjukkan pada sistem
monitoring menunjukkan angka yang benar (masuk akal). Sering
ditemui alat yang telah dipasang tidak menunjukkan angka yang
sebenarnya karena tidak mendapatkan perawatan yang baik secara
rutin, atau perlu dikalibrasi
• Jika peralatan/komponen sistem BAS/BEMS Anda ada yang rusak,
segera tanyakan kepada supplier untuk penggantiannya. Tidak jarang,
teknologi sistem ini berkembang sangat cepat sehingga spare-part
- 95 -
teknologi yang sebelumnya sudah tidak beredar lagi di pasaran.
• Pastikan bahwa supplier memberikan training kepada tim engineering
yang bertanggung jawab melakukan monitoring dan kontrol dengan
menggunakan sistem BAS/BEMS yang sudah ada
• Periksa kembali apakah sistem yang terpasang dapat digunakan
untuk sistem kontrol atau hanya sistem monitoring. Jika sistem dapat
digunakan untuk sistem kontrol, tetapi penggunaan saat ini masih
terbatas pada sistem monitoring, konsultasikan kembali kepada
supplier untuk mengaktivasi dan menggunakan fungsi kontrol
tersebut sehingga efisiensi penggunaan energi dapat diperoleh
secara maksimal.
Investasi Program Penghematan Energi dengan Sistem BAS/BEMS
Hubungi supplier sistem ini untuk melakukan survei dan analisa kebutuhan
sistem yang sesuai dengan arsitektur sistem yang telah ada di hotel Anda. Kisaran
investasi dapat berbeda-beda tergantung sistem hotel Anda, namun untuk sistem
chiller sendiri diperkirakan investasi sebesar Rp 1,5 – 2 milyar.
- 96 -
- 97 -
Contoh Aplikasi BAS
Instalasi Building Automation System (BAS) Memberi Kemudahan dalam
Monitoring Kinerja Peralatan.
Mandarin Oriental, 2007-2009. Salah satu hotel Bintang 5 di Jakarta, yang mulai
beroperasi sejak tahun 1978 ini sempat menutup operasinya selama 2 tahun (2007-2009)
untuk keperluan renovasi total. Renovasi tersebut mencakup renovasi peralatan s.d.
interior kamar dan public area dengan menggunakan peralatan ter-up-to-date dengan
memperhatikan dampak lingkungan. Dalam renovasi tersebut, salah satu inovasi yang
diterapkan dan terkait dengan penggunaan energi adalah dipasangnya sistem otomatisasi
gedung (BAS-Building Automation System).
Sistem otomatisasi gedung di Hotel Mandarin Oriental didesain untuk menyediakan
informasi dan kemampuan berupa:
1. Feature umum: Schedule start / stop, Variable Speed Drive (VSD) control, Motorize
Valve Position, Temperature chilled water / duct supply/return. Kelengkapan lain yang
disajikan pada sistem ini adalah tersedianya informasi tentang:
a. O2/ O2 sensor (PPM). Feature ini menyediakan data tentang tekanan (Pascal) dan
kondisi masing-masing sensor (PPM) –(9,10)
b. Pengaturan jumlah fresh air yang masuk ke dalam sistem tata udara gedung (6)
c. Kondisi filter coil AHU/FCU sehingga operator dapat mengambil tindakan akan
kondisi tsb (7)
d. Mismatch Alarm : alarm yang menginformasikan tentang kondisi tidak normal pada
unit AHU/FCU misalnya : V-belt tidak normal (kencang) karena adanya perbedaan
pressure static antara sisi suction dan discharge yang terlalu rendah.
2. Data Monitoring Power meter, yaitu pencatatan data konsumsi listrik, gas, dan air
pada setiap panel di public area (restaurant, kitchen, laundry, power plant, heat pump)
- 98 -
3. Signal informasi, yaitu data signal yang meninformasikan tentang kondisi level air pada
tangki raw water, roof tank, fire tank, hot water tank, genset status.
Hotel Mandarin Oriental merupakan hotel berbintang 5 yang dibangun pada tahun 1977,
yang telah direnovasi pada tahun 2007-2009, dan beroperasi kembali pada tahun 2009.
Total luas lantai bangunan yang terkondisikan dengan sistem tata udara adalah sebesar
36.737 m2. Saat ini, Hotel Mandarin Oriental memiliki 272 kamar tamu dengan tingkat
okupansi (2013) rata-rata sebesar 55,5%.
- 99 -
LAMPIRAN
- 100 -
LAMPIRAN A: Contoh Alat Pengukuran dalam
Audit Energi
Alat untuk mengamati pola panas
pada saat komponen sistem beroperasi
tanpa kontak secara fisik dengan alat.
Kerusakan atau gangguan dapat
dilokalisir dan keparahannya dapat
langsung dievaluasi.
http://www.news.tridinamika.com/2638/
penjelasan-fungsi-dan-kegunaan-darithermography
Alat untuk mengukur kecepatan aliran,
volume, aliran masa dari cairan atau
gas dengan cara di ikat ke pipa yang
akan diukur flownya.
http://www.wiratama.web.id/_
item?item_id=251002
sensor suhu yang banyak digunakan untuk
mengubah perbedaan suhu dalam benda menjadi
perubahan tegangan listrik (voltase). Termokopel
yang sederhana dapat dipasang, serta dapat
mengukur temperatur dalam jangkauan suhu
yang cukup besar dengan batas kesalahan
pengukuran kurang dari 1 °C
Untuk
mengukur
kualitas
jaringan listrik
- 101 -
LAMPIRAN B: : Contoh Alat yang Diperlukan
dalam Sistem Otomatisasi
1.
Field Devices
Temperature transmitter
DP transmitter
2.Controllers
- 102 -
Sensor
LAMPIRAN C: Format Tabel Menghitung IKE
- 103 -
- 104 -
LAMPIRAN D: Format Tabel Menghitung
Penghematan Energi
- 105 -
- 106 -
LAMPIRAN E: Unit Konversi Dan Standar
Faktor Konversi Berbagai Satuan Energi Menjadi kWh
Energy Content of Fuel
Fuel
Electricity
Heating Oil
Natural Gas
LPG
Coal
Anthracite
Coalite
Peat Briquettes
Unit of Supply
1 unit =
1 litre =
1 therm =
1 litre =
1 tonne =
1 tonne =
1 tonne =
1 tonne =
Factor Conversion
1 kWh
10.5 kWh
29.3 kWh
6.9 kWh
8,300 kWh
8,800 kWh
8,400 kWh
5,400 kWh
Standar Intensitas Konsumsi Energi Standar di Bangunan / Gedung
berdasarkan aktivitas
No
1
2
3
4
Jenis Bangunan
Perkantoran
Pertokoan [Mall]
Hotel
Rumah Sakit
IKE (kWh/m2/tahun)
240
330
300
380
(Referensi “ASEAN USAID th 1987”)
- 107 -
LAMPIRAN F: Format Tabel Monitoring
Penggunaan Energi
Engineering Department
Date: ...........................................................
No
Location
Equipment
1
Western Kitchen
Gas Stove 4 Burner (Left)
Inspection Kitchen Equipment
23:00
0:00
Gas Stove 4 Burner (Right)
Deep Frier
Salamander
Gridle
2
Asean Kitchen
Kwalie Range Blower 2 Burner
Gas Stove 4 Burner
Gas Stove Single Burner
3
Chinese Kitchen
Kwalie Range Blower 2 Burner
Steamer 3 Deck
Sumber: Hotel Gran Mahakam, 2014
Sumber: ICED, 2013
- 108 -
1:00
2:00
3:00
4:00
5:00
6:00
Remarks
LAMPIRAN G: Jenis-Jenis Audit Energi
- 109 -
LAMPIRAN G: Frequently asked questions
(Index):
1. Bagaimana program efisiensi energi bisa sukses?
Komitmen manajemen sangat penting untuk mendorong suksesnya pelaksanaan
program penghematan energi di Hotel.
2. Bagaimana cara mengetahui apakah pengaturan sistem energi di Hotel
saya sudah efektif (=sesuai dengan kebutuhan, atau tidak overdesigned)?
Situasi Umum: Hotel-hotel di Indonesia banyak ditemui memiliki default setting
system energi dengan kapasitas yang jauh melebihi energi yang sebenarnya
diperlukan untuk mengoperasikan hotel. Misalnya setting temperature AC/chiller
diset pada suhu yang sangat rendah sehingga tidak akan mengganggu kenyamanan
udara dalam ruangan. Padahal akibatnya, energi yang digunakan menjadi sangat
besar, dengan keluaran suhu udara dalam ruangan yang cenderung dirasa terlalu
dingin oleh tamu/pengguna ruangan.
Rekomendasi: --melakukan audit energi
3. Bagaimana menentukan prioritas kegiatan penghematan energi untuk
diterapkan terlebih dahulu?
Situasi Umum: Dari setiap kegiatan audit energi, chief engineer akan memperoleh
daftar kegiatan penghematan energi yang dapat dilakukan untuk menghemat
energi. Sedangkan keputusan untuk pemilihan dan pelaksanaannya akan
diserahkan sepenuhnya kepada pihak hotel. Tanpa analisis dan pertimbangan
yang komprehensif, hotel cenderung fokus kepada alat atau mesin yang rusak,
dibandingkan dengan pertimbangan meningkatkan efisiensi mesin yang masih
berfungsi dengan baik, padahal potensi penghematannya lebih besar dan tingkat
pengembalian investasi yang relatif singkat.
Rekomendasi: -- mengkombinasikan alternative program no-/low- cost, medium
and high cost
4. Apakah faktor yang paling mempengaruhi penggunaan energi di sektor
perhotelan secara umum maupun spesifik?
Situasi Umum: Tanpa mengetahui faktor utama yang menjadi pendorong
penggunaan energi di hotel, manajemen energi akan cenderung kesulitan untuk
mengatur supply energi yang optimal sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi,
faktor pendorong ini sangat unik terutama di sektor perhotelan, sehingga satu
- 110 -
hotel mungkin memiliki faktor yang berbeda dengan yang lain, bergantung pada
besaran dan jenis fasilitas yang dimiliki.
Rekomendasi: --melakukan review energi regular dan lanjutan dengan data-data
hotel
5. Bagaimana cara mengetahui jumlah penggunaan energi hotel saya
dengan melihat tagihan dari PLN?
Situasi Umum: Tim engineering yang bertanggung jawab terhadap jalannya
fasilitas pendukung untuk bangunan hotel (energi) biasanya tidak mendapatkan
update terkait dengan tagihan biaya listrik dari bagian keuangan. Pencatatan
penggunaan energi biasanya dilakukan berdasarkan display dari tiap mesin
yang digunakan, di mana tidak jarang ditemui angka yang berbeda antara kWh
berdasarkan perhitungan manual dengan kWh yang tertera dalam tagihan PLN.
Rekomendasi: --Melakukan cross-check kWh total dari perhitungan manual
dengan kWh dalam tagihan PLN. Perlu diperhatikan bahwa perhitungan kWh dari
tagihan PLN perlu memperhatikan faktor kali daya, yang biasanya terdapat dalam
tagihan tersebut. Sebagai gambaran, kWh penggunaan listrik di hotel biasanya
berkisar antara 50.000 kWh (hotel Bintang 3) sampai 500.000 kWh (hotel Bintang
4/5), atau lebih.
6. Hotel saya sudah menerapkan pencatatan data energi dan telah memonitor
penurunan konsumsi energi tiap bulannya. Apa hal lain yang dapat saya
lakukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan data-data tersebut terkait
penghematan energi?
Situasi Umum: Pencatatan yang baik dan regular sudah banyak ditemui di
beberapa hotel di Indonesia. Namun, data-data tersebut kurang dimanfaatkan
lebih lanjut untuk mengetahui secara detail karakteristik penggunaan dan kinerja
energi di hotel tersebut. Dengan melakukan analisis lebih jauh, data-data tersebut
dapat memberikan karakteristik berupa: pola dan kecenderungan serta faktor
pendorong yang bermanfaat dalam proses pengendalian penggunaan energi.
Lakukan review energi secara berkala
7. Mengapa hotel saya membutuhkan manajer energi sedangkan saat ini
kami sudah memiliki tim engineering yang bertanggung jawab terhadap
operasional sistem energi?
Memiliki share sebesar 30% dari biaya operasional merupakan alasan yang
lebih dari cukup untuk mengangkat isu efisiensi energi menjadi salah satu fokus
manajemen hotel di Indonesia. Terlebih, dengan meningkatnya tarif listrik secara
bertahap. Keberadaan manajer energi tidak hanya diperlukan untuk intervensi
teknis peralatan listrik, tetapi juga terkait dengan kebijakan dan komunikasi
internal hotel.
- 111 -
Download