Perkembangan psikososial anak-anak awal Konsep diri (Self-Concept ) adalah: - Gambaran diri secara keseluruhan. - Gambaran yg diyakini mengenai dirinya, mengenai karakteristik dan kemampuankemampuan. - Merupakan Konstruk kognitif” deskriptif dan evaluatif mengenai diri - Aspek sosial: pemahaman mereka bagaimana orang menilai citra mereka Konsep diri mengalami lompatan pada usia 5-7 tahun. Seperti terjadi perubahan dalam mendefinisikan diri yaitu kumpulan karakteristik yang digunakan anak dalam mendeskripsikan diri mereka. Pada usia 4 thn Jason hanya dapat berkata tentang kepemilikannya seperti: nama saya Jason, tinggal bersama ayah ibu, memiliki kucing orange, saya tidak takut, saya senang. Berada pada tahap pertama. Representasi gamabaran diri di usia 4 tahun seperti pada Jason terbatas pada: - Perwakilan tunggal (Single Representations), terkoneksi hanya pada satu dimensi. Pemikirannya meloncat dari satu bagian ke bagian yang lain tanpa ada hubungan logis - Tidak dapat membayangkan dua emosi dalam satu waktu - Tidak bisa menyatakan diri nyata (real self), dan diri ideal (ideal self) atau diri yang ia inginkan. Mengabungkan menjadi satu kemampuan. Pada usia 5 -6 tahun berada pada tahap kedua perwakilan pemetaan (representational mappings) - Mulai mengaitkan satu aspek dalam dirinya dan aspek lain. Seperti saya dapat berlari cepat dan melompat tinggi. Belum dapat melihat pada dua sisi yang berlawanan - Tahap ketiga berada pada anak-anak tengah mampu berpikir dalam multidimesi, mampu mengintegrasikan gambaran diri kedalam konsep umum. Seperti saya bisa bermain hoki tetapi tidak bisa dalam aritmatika. Perbedaan Budaya mengenai Gambaran Diri - Apakah budaya mempengaruhi konsep diri anak? - Secara tidak lgsg orang tua menanamkan ide-ide budaya, dan keyakinan diri, bagaimana cara mendefinisikan diri: Orang tua Cina mendorong: Kepatuhan terhadap otoritas, Orangtua Eropa-Amerika mendorong: kemandirian, ekspresi diri, penghargaan diri Self Esteem (harga diri) - Self esteem adalah bagian evaluatif dari konsep diri, penilaian yg dibuat anak mengenai keberhargaan mereka. - Pada anak usia dini evaluasi terhadap dirinya cenderung bersifat sama. “Saya baik” atau “saya buruk” Pola Ketidak berdayaan - Harga diri tergantung pada keberhasilan atau kesuksesan - Kegagalan dapat membuat anak merasa tak berdaya untuk berbuat lebih baik - Peningkatan harga diri tergantung pada apakah anak percaya atau menyakini bahwa sifat-sifat mereka tetap atau berubah-ubah Pemahaman emosi diri •Kemampuan, memahami dan mengenali emosi sendiri : - Perasaan bersalah, malu kebanggaan - berkembang pada usia tiga tahun dan semakin komplek dengan bertambah usia - Membantu kompetensi sosial anak, kemampuan penyesuaian dengan orang lain - Anak-anak kecil mengalami kesulitan dalam mengenali bahwa mereka dapat mengalami lebih dari satu emosi pada waktu yang sama. Erikson: tahap inisiatif versus bersalah • Kebutuhan untuk mengatasi konflik yang yg bertentangan dlm diri sendiri • Anak-anak belajar menyesuaikan bahwa sebagian keinginan mereka mendapat persetujuan sosial dan sebagian tidak mendpt persetujuan. • Anak belajar mengatur kedua dorongan yg bertentangan, mengembangkan “kebajikan” yaitu “tujuan” Keberanian untuk membayangkan dan mengejar tujuan tanpa takut dihukum Identitas Gender -Kesadaran akan identitas laki-laki atau perempuan - Perbedaan perilaku dari pilihan: mainan, kegiatan bermain, teman bermain -Perbedaan Gender: ketika usia bayi sulit diukur, dan menjadi lebih jelas ketika usia 3 thn - Laki-laki berperilaku lebih aktif pd aktivitas fisik - Perempuan lebih penurut, empati, suka menolong. - Secara kognitif tidak ada perbedaan Berbagai Sudut Pandang Mengenai Gender • Peran gender (gender roles) adalah sekumpulan perilaku, minat, sikap, keahlian dan kepribadian yg sesuai dengan budaya thd lakilaki atau perempuan • Penipean gender (gender typing) sebuah proses dimana anak anak mendapatkan peran gender • Stereotip gender (gender stereotype) adalah sebuah generalisasi yg sudah ada sebelumnya mengenai PL laki-laki dan perempuan Sudut Pandang Pendekatan Gender 1. Pendekatan biologis Dalam berbagai budaya berpendapat peran gender cenderung sama, memungkinkan bahwa perbedaan biologis disebabkan oleh genetik, hormon dan sistem saraf 2. Pendekatan psikoanalisa (Freud) Menurut Freud, perolehan identitas gender adalah dengan identifikasi (identification), adopsi sekumpulan karakteristik, keyakinan, sikap, dan nilai, dan perilaku orang tua dengan jenis kelamin yang sama. Menekan atau melepaskan keinginan memiliki orang tua dengan jenis kelamin yang berlawanan (ibunya) dan melakukan identifikasi dengan orang tua dengan jenis kelamin yang sama (ayahnya). 3. Pendekatan kognitif (Lawrence Kohberg) Ketika anak menyadari dirinya termasuk ke dalam gender yang mana, mereka mengadopsi perilaku yang mereka anggap sesuai dengan gender tersebut. 4. Gender-Schema Theory: Bem Anak mulai mengategori berbagai kejadian dan orang, Mereka melihat bagaimana masyarakat mengklasifikasi laki-laki dan perempuan baik dalam pakaian dan permainan. Mengatur pengamatan mereka di skema atau kategori dari gender. 5. Pendekatan sosial (Bandura) Pada teori belajar tradisional anak mempoleh peran gender dari pengamatan terhadap model. Anak biasanya memilih model yang dianggap kuat dan telaten. Biasanya model seseorang adalah orang tuanya, sering kali yang berjenis kelamin yang sama, tetapi anak juga membuat pola dari perilaku orang dewasa lain, dan juga teman sepermainan mereka. Bermain Bermain adalah dunia anak: - Functional play adalah aktif melibatkan pergerakan otot yg berulang-ulang (mengelindingkan bola) - Constructive play adalah menggunakan material untuk membuat sesuatu (rumah dari balok atau menggambar dengan krayon) - Pretend play adalah permainan fantasi, dramatis, dan imajinatif • Dimensi Bermain sosial Mildred. B. Parten: 6 pola bermain sosial anak (dari yg tidak sosial sampai yg paling sosial): - Perilaku tidak terlibat - Perilaku penonton - Bermain sendiri dan mandiri - Bermain pararel - Permainan asosiatif - Permainan kooperatif atau saling melengkapi yg teratur • Bentuk-bentuk Disiplin -Reinforcement -Punishment - Corporal punishment - Penonjolan kekuasaan - Induksi -Penarikan kasih sayang • Pola Asuh: Baumrind’s • Authoritarian • Permissive • Authoritative • Neglectful