Pengaruh suhu terhadap lengas tanah

advertisement
Pertemuan 2 dan 3:
FAKTOR LINGKUNGAN YANG
BERPERAN DALAM PERKEMBANGAN
VEGETASI
1. Pengertian Faktor Lingkungan
2. Lingkungan Biotik
2. Lingkungan Abiotik
a. Sinar Matahari
b. Suhu
c. Air
d. Udara/atmosfer
e. Tanah
f. Api
g. Angin
h. Garis lintang
i. Ketinggian tempat
1. Pengertian Lingkungan
 Lingkungan merupakan ruang tiga dimensi,
dimana organisme merupakan salah satu
bagiannya, bersifat dinamis (berubah-ubah
setiap saat).
 Lingkungan ialah suatu sistem kompleks yang
mempengaruhi pertumbuhahan dan
perkembangan organisme.
 Lingkungan merupakan kompleks faktor-faktor
yang berinteraksi tidak hanya dengan
organisme, tetapi juga dengan sesama faktor
tersebut sehingga sulit untuk memisahkan satu
bagian dan merubahnya tanpa mempengaruhi
bagian lain dari lingkungan tersebut.



Kepentingan lingkungan bagi tumbuhan akan berbeda
menurut waktu, tempat dan keadaan dari tumbuhan
tersebut.
Lingkungan berbeda dengan habitat.
 Habitat ialah tempat dimana organisme atau
komunitas organisme hidup.
 Habitat dapat dikatakan sebagai alamat mahluk
hidup.
Lingkungan secara garis besar dibedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu:
 Lingkungan biotik (terdiri dari hewan, tumbuhan,
manusia dan mikroorganisme)
 Lingkungan abiotik (terdiri dari suhu, cahaya, hara,
mineral, tanah, air, kelembaban)
 Lingkungan kultural , seperti adat istiadat/kebiasaan.
2. Lingkungan Biotik





Faktor biotik berkaitan dengan perilaku tumbuhan atau
hewan di suatu daerah (termasuk manusia).
Dalam keadaan seimbang, pengaruh dari faktor biotik ini
tidak nampak atau terjadi secara berangsur-angsur
dalam waktu yang lama.
Pengaruh faktor biotik dalam kehidupan tumbuhan terjadi
dalam bentuk interaksi (misalnya pengaruh benalu,
epiphyt atau liana terhadap formasi vegetasi).
Pengaruh biotik dr hewan thdp vegetasi biasanya lebih
nyata terhadap pengubahan formasi vegetasi, baik
secara langsung atau tidak (misalnya hama artrona dpt
menghabiskan ratusan hektar kebun kelapa, wereng
merusak ratusan hektar sawah, penggembalaan ternak
dpt merusak vegetasi muda padang rumput.
Pengaruh manusia biasanya jauh lebih besar dibanding
dengan pengaruh faktor biotik yang lain. Manusia dapat
mengubah komposisi jenis, dapat menimbulkan tanah
kosong, tetapi juga dapat membuat vegetasi menjadi
amat produktif.
Alelopati
• Interaksi antagonis antar biota biasanya menggunakan zat
hasil metabolisme sekunder yg disebut alelopati
• Alelopati dapat menghalangi pertumbuhan populasi lain.
Contoh :
- Azadirahtin dihasilkan oleh tumbuhan Azadirachta sp yg dpt
membunuh serangga
- Biji kacang tanah dan jagung tidak dapat tumbuh pd rizosfer
karet krn karet menghasilkan meroterpenoid yg bersifat
Fitotoksik
- Di sekitar pohon walnut (juglans) dan Acasia jarang
ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini
menghasilkan zat alelopati yang bersifat toksik.
- Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal
sebagai anabiosa (antibiotik).
Contoh: jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan
antibiotika yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri tertentu.
Mycorrhyza
Mycorrhyza ialah simbiosis antara akar tumbuhan
tingkat tinggi dengan jamur
• Jamur memiliki hyphae yang panjang dan dapat
menyebar ke mana-mana.
• Hyphae tersebut akan menyerap air dan unsur hara
yang jauh dari akar tumbuhan inangnya
• Dengan demikian tumbuhan akan tumbuh subur
walaupun dalam suasana tanah kering dan miskin
unsur hara
3. Lingkungan Abiotik
Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang
meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor fisik utama
yang mempengaruhi ekosistem adalah sebagai
berikut :
a. Sinar Matahari
b. Suhu
c. Air
d. Udara
e. Tanah
f. Api
g. Angin
h. Garis lintang
i. Ketinggian tempat
a.Suhu
•
•
•
•
•
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu
merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup.
Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada
kisaran suhu tertentu.
Suhu yang berpengaruh adalah suhu tanah maupun suhu
udara disekitar tajuk tanaman
Suhu berkorelasi positif dengan radiasi mata hari
Tinggi rendahnya suhu disekitar tanaman ditentukan oleh
radiasi matahari, kerapatan tanaman, distribusi cahaya
dalam tajuk tanaman, kandungan lengas tanah
•
•
•
Ada kesamaan suhu antara lintang tinggi dengan
ketinggian tempat. Tumbuhan yang hidup jauh dari
garis katulistiwa (L.U/L.S) biasanya menunjukkan
kesamaan dengan tumbuhan yang berada di gunung.
Hal ini menunjukkan bahwa suhu di lintang tinggi
adalah sama dengan di pegunungan.
Di daerah tropis, suhu jarang sebagai faktor pembatas
dibanding temperata. Sedangkan di daerah lintang
tinggi kerap kali menjadi faktor pembatas.
Contoh :
Pisang di tropis berbunga 9 bulan, di daerah dingin 18
bulan.
Di daerah tropis tumbuhan menyesuaikan dengan
suhu hangat, jika dingin sangat terpengaruh
Ketinggian tempat (m dpl)
penurunan suhu (1oC)
lama berpucuk
0 – 450
600 – 1.200
6 – 7 bln
9 – 10 bln
1.300 – 2.400
11 – 13 bln
Jumlah insolasi atau rataan suhu suatu daerah tergantung kepada:
1. Latitude (letak lintang) suatu daerah.
• Di khatulistiwa insolasi lebih besar dan sedikit variasi
dibandingkan dengan sub tropis dan daerah sedang
• Di daerah sub tropis dan sedang insolasi semakin kecil
dengan bertambahnya latitude, karena sudut jatuh radiasi
matahari makin besar atau jarak antara matahari dan
permukaan bumi makin jauh.
• Akan tetapi insolasi total untuk satu musim pertumbuhan
tanaman hampir sama
2. Altitude (tinggi tempat dari permukaan laut).
• Semakin tinggi altitude, insolasi semakin rendah.
Setiap naik 1000 kaki suhu turun 3°F;
3. Musim
• Musim berpengaruh terhadap insoiasi dalam kaitannya
dengan kelembaban udara dan keadaan awan;
4. Angin
• Angin berpengaruh terhadap insolasi, apalagi bila angin
tersebut membawa uap panas.
Pengaruh suhu terhadap lengas tanah
(kadar air tanah)
• Peningkatan suhu disekitar tanaman akan
menyebabkan cepat hilangnya kandungan
lengas tanah
• Peranan suhu kaitannya dengan kehilangan
lengas tanah melewati mekanisme transpirasi
dan evaporasi
• Peningkatan suhu terutama suhu tanah dan
iklim mikro di sekitar tajuk tanaman akan
mempercepat
kehilangan
lengas
tanah
terutama pada musim kemarau
• Pada musim kemarau, peningkatan suhu iklim
mikro tanaman berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman
terutama pada daerah yang lengas tanahnya
terbatas
• Pengaruh negatif suhu terhadap lengas tanah
dapat diatasi melalui perlakuan pemulsaan
(mengurangi evaporasi dan transpirasi)
• Penelitian dengan cara mengerudungi tanah
menggunakan mulsa plastik ternyata dapat
mempertahankan
kelembaban
tanah,
mengendalikan suhu tanah, dan mengurangi
evaporasi yang berlebihan
• Air tanah tidak banyak yang terbuang atau
hilang karena menguap
• Kelembaban tanah merupakan faktor penting
bagi peningkatan penyerapan unsur hara
Pengaruh suhu harian terhadap laju pertumbuhan
tanaman
Pengaruh Suhu Dingin:
1. Pelebaran daun tereduksi
2. Pembesaran buah tereduksi
3. Percabangan sekunder dan tersier meningkat,
pertumbuhan pucuk batang utama tereduksi
4. Bentuk hidup tegak
5. Pengangkutan nutrisi tereduksi
6. Respirasi tereduksi
7. Penyebaran fotosintesis dari atas ke bawah terpengaruh
8. Pembungaan dan pembuahan terangsang (malam hari)
Pereduksian terjadi karena gangguan zat tumbuh
Pereduksian pucuk batang utama diikuti pertumbuhan
percabangan (pertumbuhan lateral)
b. Sinar matahari
 Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global
karena matahari menentukan suhu.
 Sinar matahari merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh
tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis.
Oleh karena itu, cahaya matahari :
- merupakan pokok dari semua perubahan dlm ekosistem,
- mempengaruhi cuaca dan iklim,
- dapat menjadi faktor pembatas, baik pada taraf
maksimum maupun minimum,
- mempengaruhi kelakuan dan sifat tumbuhan
 Faktor cahaya yang penting untuk dipelajari adalah :
• Intensitas atau jumlah radiasi per satuan luas per satuan
waktu.
• Kualitas atau komposisi panjang gelombang
• Lamanya penyinaran dalam sehari (duration)
Efisiensi Penggunaan Cahaya Matahari:
• Efisiensi penggunaan cahaya oleh tanaman hanya 1 – 2 %
dari jumlah total yang diserap oleh permukaan tumbuhan.
===== hanya 1 - 2 % dari energi cahaya yang mampu
diubah oleh tanaman menjadi energi kimia dalam
bentuk karbohidrat hasil panen.
• Contoh perhitungan:
•
•
•
Jika intensitas cahaya rata-rata 400 kal/cm2/hari.
Jika 1 gram karbohidrat yang diperoleh dari hasil panen mengandung
4090 kalori
Seandainya seluruh energi ini dapat diubah menjadi energi kimia oleh
tanaman, berapa ton karbohidrat yang diperoleh dari hasil panen?
Rumusan:
ton karbohidarat / ha/ tahun =
= 3.650 ton/ha/tahun
Di lapang hasil terbaik tidak lebih dari 50 ton karbohidrat (bahan kering
total tanaman = biji + batang + daun + akar) per hektar per tahun.
Sehingga efisiensinya hanya sebesar : 50 / 3650 x 100 % = 1,5 %,
artinya bahwa dari 100 persen energi matahari yang jatuh, hanya 1,5
persen yang dapat diubah oleh tanaman menjadi energi kimia
Perbandingan hasil dan efisiensi konversi energi matahari pada
beberapa tanaman dengan umur yang berbeda (Chang, 1968)
Tidak seluruh energi matahari dapat dikonversi menjadi energi kimia
Penyebaran radiasi matahari pada waktu tanaman masih muda
•
•
•
•
Peningkatan efisiensi konversi energi matahari akan
meningkatkan hasil per hektar.
Semakin meningkat produksi tanaman berarti energi
matahari yang lolos kian berkurang.
Untuk meningkatkan efisiensi konversi dapat dilakukan
dengan memperbanyak populasi tanaman (mempersempit
jarak tanam).
Tetapi konversi energi berhenti pada batas tertentu, yang
disebut populasi optimum.
• Profil tumbuhan (berdaun tegak dan horizontal)
mempengaruhi efisiensi penyerapan energi
matahari :
Fenomena Alam Fotoperiodisme
 Fotoperiodisme ialah lama penyinaran matahari dalam sehari
 Di Indonesia panjang hari tidak banyak berbeda selama satu tahun.
 Semakin jauh dari khatulistiwa perbedaan panjang hari semakin besar
 Panjang hari berhubungan dengan :
 Pembungaan,
 Inisiasi bunga
 Produksi dan kesuburan putik dan tepung sari,
Misalnya pada jagung dan kedelai,
 Pembentukan umbi
Misalnya pada tanaman ubi kayu kentang, bawang putih dan
tanaman panjang yang lain,
 Dormansi benih,
Misalnya pada biji gulma dan perkecambahan biji tanaman bunga
 Pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
Misalnya pembentukan anakan, percabangan dan pertumbuhan
memanjang.
Fenomena Alam Fotoperiodisme
Berdasarkan reaksi tanaman terhadap panjang hari, tanaman
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Tanaman berhari pendek, tanaman yang akan berbunga bila
panjang hari kurang dari 12 jam (panjang minimum).
Contoh : arbei, aster, seruni, ubi jalar.
2. Tanaman berhari panjang, tanaman yang akan berbunga bila
panjang hari lebih dari 12 jam (panjang maksimum).
Contoh: bit, lobak, selada, kentang.
3. Tanaman netral, tanaman yang tidak dipengaruhi oleh panjangnya
hari.
Contoh: tomat, nenas, kapas, ubi kayu.
Fotoperiodisme kritis :
Ialah panjang hari maksimum bagi tumbuhan berkala pendek dan
panjang hari minimum bagi tumbuhan berkala panjang dimana
inisiasi pembungaan masih terjadi
Fotoperiodisme kritis berlainan antara satu spesies dengan spesies
lainnya, umumnya antara 12 – 14 jam
Di Indonesia panjang hari tidak banyak berbeda dari bulan ke bulan
selama satu tahun.
Semakin jauh dari khatulistiwa perbedaan panjang hari akan semakin
besar
Kriteria umum tumbuhan terkait fotoperiodisme
1. Tumbuhan yang berbunga pada awal musim semi atau akhir
musim panas adalah tumbuhan berkala pendek
2. Tumbuhan yang berbunga di antara ke dua musim tersebut
adalah tumbuhan berkala panjang
3. Tumbuhan yang hidup di daerah yang melampaui garis lintang 60
biasanya berkala panjang
Pengaruhnya terhadap tumbuhan
1. Bisa dan tidaknya berbunga, dan juga panjang ruas tumbuhan
2. Tumbuhan berkala pendek jika mendapat cahaya matahari
berlebih, maka bagian vegetatifnya membesar tapi tak berbunga
3. Tumbuhan berkala panjang jika cahaya matahari kurang, maka
pertumbuhan ruas batang tereduksi dan tidak berbunga
4. Masa gugur daun dan masa istirahat musiman
5. Tumbuhan yang berumah dua akan menentukan jantan dan betina
6. Ukuran tumbuhan, percabangan, lebar daun, pigmentasi,
kepekaan terhada[p parasit, pengerasan kayu, dan keperluan
hara
Nilai ekonomi fenomena fotoperiodisme
1. Bibit padi berkala pendek dari temperata tidak produktif di
daerah tropis
2. Tebu berkala pendek tidak berbunga jika panjang hari
melebihi batas kritis maksimum
3. Tembakau Maryland yang ditanam di Maryland tak dpt
berbunga tapi daunnya lebar . Jika ditanam di Florida dpt
berbunga
4. Tanaman hias yang dinikmati keindahan sistem percabangan,
daun atau bunganya. Fenomena alam ini bisa dimanfaatkan
c. Air
• Air berpengaruh terhadap ekosistem karena
air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup
organisme.
• Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam
proses fotosintesis, pertumbuhan,
perkecambahan, dan penyebaran biji;
• Bagi unsur abiotik misalnya tanah dan
batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan
pelapuk.
Proses fotosintesis memerlukan air
Fotosintesis
26
Kelengasan Tanah (Kadar Air Tanah)
• Tanaman yang mengalami stres air akan menutup
stomatanya, sehingga tanaman
akibatnya fotosintesa menurun
kekurangan
CO2
• Pada tanah lembab, daya asimilasi tanaman lebih tinggi
daripada tanah kering
• Pada tanah kering, tanaman mengalami stres air
sehingga sehingga tekanan osmotiknya tinggi dan
tekanan turgor menurun, stomata menutup sehingga
difusi CO2 dari atmosfir ke tanaman menurun
mengakibatkan fotosintesa menurun
•
•
Tanaman mendapatkan air dari dalam tanah dan sedikit saja
yang berasal dari udara misalnya embun dan kabut, namun pada
beberapa jenis tanaman xerophyte dapat hidup dengan hanya
rnengandalkan air dari udara.
• Uap air di udara dinyatakan dalam istilah kelembaban relatif
dan kelembaban absolut.
• Kelembaban relatif adalah persentase jumlah uap air di
atmosfir dibandingkan dengan keadaan jenuh pada suhu
dan tekanan udara tertentu.
• Kelembaban absolut adalah jumlah uap air yang terdapat
dalam unit volume udara tertentu.
• Di daerah tropis kelembaban udara lebih tinggi daripada di
daerah sub-tropis atau daerah sedang.
Proses penyerapan air oleh akar karena adanya proses
transpirasi di daun.
Siklus Air :
• Keadaan air di alam sangat bervariasi dan terbatas, ini sebagai
akibat adanya proses dari gerakan air/siklus air.
• Ada 3 macam siklus air, yaitu:
1. Siklus air kecil, yaitu air yang menguap (evaporasi), kemudian pada ketinggian
tertentu akan mengalami kondensasi kemudian akan turun menjadi hujan.
2. Siklus air yang agak panjang, air yang menguap, naik kepegunungan yang tinggi,
mengalami kondensasi, turun sebagai hujan, mengalir melalui daratan, diserap
oleh tanah dan ada yang dialirkan kembali ke laut oleh sungai.
3. Siklus yang besar, yaitu air yang sesudah turun sebagai hujan dipakai oleh
tumbuh-tumbuhan sebagai air vegetasi, air vegetasi mengalami penguapan,
diteruskan sehingga mengalami kondensasi, baru turun sebagai hujan.
Siklus air sangat dipengaruhi oleh jenis air yaitu :
1. Uap air
Tumbuhan yang langsung memakai uap air yang ada di udara yaitu lumut
kerak dan dari golongan epifit.
Pengaruh uap air terhadap tumbuh-tumbuhan:
• Mempengaruhi morfologi tumbuh-tumbuhan
• Mempengaruhi intensitas cahaya matahari sehingga akan mengurangi
energi yang ada di permukaan bumi.
• Mempengaruhi transpirasi dan evaporasi pada tumbuh-tumbuhan.
2. Air Hujan
Menurut terjadinya, ada 3 tipe hujan, yaitu:
1. Hujan siklonik/horizontal
Terjadi jika uap air akibat adanya aliran udara yang hangat pada
daerah yang cukup luas, kemudian uap air naik secara vertikal makin
lama makin tinggi dan dingin, sehingga terjadi kondensasi dan turun
sebagai hujan.
2. Hujan orografi
Uap air naik ke gunung kemudian terjadi kondensasi, turun hujan di
daerah pegunungan sehingga disebut hujan pegunungan.
3. Hujan konvektif
Terjadi pada musim panas, tanah menjadi panas dan mempengaruhi
udara di atasnya sehingga tanah mengandung uap air panas,
kemudian terjadi pergerakan uap air, kondensasi, dan turun hujan.
3. Air Tanah
• Dalam tanah tidak semua air tersedia bagi tanaman.
•
•
air higroskopis tidak dapal diserap oleh tanaman karena kalah kuat tarik menarik dengan
partikel tanah.
Tanaman yang tumbuh pada kondisi ini akan mengalami layu permanen dan tanaman akan
mati karena kekurangan air terus menerus.
• Dalam hal ini kekurangan air bukan disebabkan oleh adanya
transpirasi yang berlebihan karena intensitas radiasi tinggi
melainkan disebabkan karena tidak adanya absorpsi air oleh
akar.
• Beberapa bentuk air dalam tanah, kaitannya dengan
ketersediannya untuk tanaman digambarkan sebagai berikut.
Ekosistem tanah memiliki 3 tipe air tanah, yaitu:
1. Air gravitasi
• Air gravitasi adalah air yang bergerak ke bawah meninggalkan partikel tanah pada
lapisan topsoil sebagai akibat gaya gravitasi bumi.
• Air gravitasi akan disimpan dalam tanah sebagai air tanah, dan relatif konstan.
• Air dalam kondisi air gravitasi dikatakan air berada pada kapasitas lapang yaitu jumlah
air maksimum yang tertinggal dalam tanah setelah air permukaan habis karena aliran
permukaan (run - off) dan setelah air yang keluar akibat gaya gravitasi habis.
2. Air kapiler
• Air kapiler ialah air yang berada dalam kapiler tanah diantara partikel-partikel tanah.
• Jika hujan sudah tidak turun dan air tanah sudah tidak mengalir oleh gravitasi bumi,
maka di dalam pori-pori tanah masih terisi air dan air ini yang akan mengisi kapilerkapiler tanah.
• Air ini masih tersedia bagi tanaman karena akar tanaman dapat menyerapnya.
• Tanaman yang tumbuh dalam kondisi air kapiler ada kemungkinan masih mengalami
kelayuan apabila ada transpirasi yang berlebihan yang tidak dapat diimbangi dengan
absorpsi air oleh akar.
• Pada slang hari dimana intensitas radiasi tinggi tumbuhan akan mengalami layu
sementara (pada tengah hari)
• Pada sore atau malam hari tumbuhan akan segar kembali karena laju transpirasi
berkurang dan absorpsi air oleh akar dapat mengimbanginya lagi.
3. Air higroskopis
• Jika tetap tidak ada penambahan air sedangkan pemakaian air oleh tumbuhan terus
berlangsung, maka air kapiler ini akan diserap oleh tumbuhan sehingga makin lama
makin berkurang/habis.
• Suatu saat akan ada air yang tidak berupa cairan, tetapi berupa partikel-partikel halus
sehingga akar tidak mampu lagi untuk mengisap air tersebut, air ini yang disebut air
higroskopis.
• Air higroskopis berbentuk kristal dan lekat sekali pada tanah serta tidak bermanfaat
lagi bagi tumbuh-tumbuhan.
Kebutuhan Air (Efisiensi Penggun aan Air) :
•
•
•
Kebutuhan air ialah jumlah air yang diserap tanaman per satuan
berat kering tanaman.
Pengertian ini sering pula disebut dengan istilah Efisiensi
Penggunaan Air yaitu banyaknya air yang diperlukan untuk
membentuk satu satuan berat kering tanaman.
Kebutuhan air atau efisiensi penggunaan air untuk setiap jenis
tanaman bervariasi, misalnya :
•
•
•
•
•
untuk golongan cemara 50 L,
sayuran 2.500 L,
tanaman pertanian pada umumnya berkisar antara 300 - 1.000 L.
Tanaman dengan lintasan karbon C3 sekitar 600 L dan C4 sekitar 300 L.
Kebutuhan air tanaman dapat di duga dengan menghitung
evapotranspirasi potensial suatu lahan dengan rumus sebagai
benkut :
KAT = ETT – ETP x kt
Dimana,
•
•
•
•
KAT
ETT
ETP
kt
= Kebutuhan air Tanaman
= Evapotranspirasi Tanaman
= Evapotranspirasi Potensial
= Koefisien Tanaman
•
•
Kebutuhan air tanaman sebenarnya adalah besarnya air yang
digunakan dalam proses evapotranspirasi tanaman (ETT).
• Nilai ETT dapat di ukur dengan menggunakan alat Lysimeter
atau dapat diduga dengan menghitung nilai ETP.
• Metode untuk menghitung nilai ETP :
• metode Blaney-Criddle,
• metode Thornthwaite,
• metode radiasi dan
• metode Penman.
• Besarnya ETP ditentukan oleh
• radisi matahari,
• suhu udara,
• kecepatan angin dan
• kelembaban
Nilai koefisien tanaman (kt) berbeda-beda untuk setiap jenis
fase pertumbuhan tanaman.
Contoh nilai kt :
• pada fase persemaian = 0,45,
• pada saat sebelum tanam dan setelah pengolahan tanah =
0,90 dan
• pada masa pertumbuhan tanaman = 1,00.
Transpirasi dan Evapotranspirasi:
•
•
•
•
Transpirasi ialah penguapan air melalui permukaan tanaman yang sebagian
besar terjadi pada permukaan daun.
Evapotranspirasi adalah penguapan air baik melalui permukaan tanaman
maupun permukaan tanah dimana tanaman tumbuh.
Proses transpirasi terjadi bukan semata-mata akibat adanya akumulasi
energi matahari pada permukaan daun, namun terjadi karena diperlukan
tanaman untuk kelangsungan hidupnya (adaptasi).
Keuntungan adanya proses transpirasi ini antara lain :
• Mencegah peningkatan suhu daun yang terlalu tinggi sehingga daun
tidak terbakar. Pada siang hari akumulasi energi matahari yang
mengakibatkan suhu permukaan daun meningkat digunakan tanaman
untuk menguapkan air yang berada dalam sel-sel daun dalam proses
transpirasi shg suhu daun tdk terlalu tinggi.
• Transpirasi berperan untuk mencegah terjadinya kelebihan turgor sel
tanaman. Tekanan turgor adalah tekanan zat cair dalam sel ke dinding
sel. Pada kondisi tertentu dimana air tersedia berlebihan dalam tanah
ditambah kelembaban udara tinggi dapat menyebabkan turgor sel terlalu
tinggi sehingga merusak fungsi sel.
• Dengan adanya transpirasi memungkinkan akar tanaman menyerap
unsur hara dan membawanya ke daun untuk proses fotosintesis.
Peristiwa ini menjelaskan mengapa tanaman yang ditanam pada musim
kemarau lebih respon terhadap pupuk dari pada musim hujan, karena
pada musim kemarau transpirasi lebih tinggi sebagai akibat lebih
tingginya intensitas radiasi matahari dan kecepatan angin yang lebih
tinggi pula.
Kerugian transpirasi yg berlebihan :
•
•
Tanaman akan kehilangan air yang cepat
Jika tidak diimbangi oleh absorpsi air dari dalam tanah dapat
mengakibatkan tanaman mengalami layu sementara yang
berdampak menghambat pertumbuhan dan bahkan bila sampai
terjadi layu permanen tanaman akan mati
Peningkatan absorpsi garam-garam dalam tanah sehingga
tanaman keracunan.
Kenaikan absorpsi air dalam tanah yang berlebihan sebagai
akibat kenaikan transpirasi bisa berakibat meningkatkan
absorpsi garam shg tanaman keracunan. Hal ini dapat terjadi
karena akar tanaman bersifat non-selektif. Akar tanaman tidak
bisa menghentikan absorpsi suatu unsur meskipun unsur
tersebut sudah berlebihan dalam daun tanaman.
Air penting sebagai faktor pembatas karena fungsinya sebagai :
• faktor internal, yakni mempengaruhi proses fisiologis, antara
lain:
• Merupakan bagian terbesar dari protoplasma, 85 – 95 % dari
berat terdiri dari air.
• Air sebagai bahan pereaksi yang penting bagi proses
fotosintesa dan hidrolisis, seperti perombakan pati menjadi
gula.
• Air merupakan bahan pelarut yang membawa garam-garam
mineral dan unsur-unsur hara lainnya yang masuk kedalam
tumbuhan dan kebagian lain dari tumbuhan.
• Air penting pada proses turgiditas, sel yang sedang tumbuh ,
menjaga bentuk daun, proses membuka dan menutupnya
stomata dan pergerakan struktur dari tanaman.
• Air mampu menyerap energi tanpa mengalami perubahan
suhu yang mencolok, shg dalam tumbuhan akan terjadi
proses-proses biokimia yang berjalan secara teratur.
• faktor eksternal, yakni mempengaruhi proses non fisiologis,
antara lain:
• Untuk membantu dalam penyerbukan
• Untuk membantu dalam penyebaran biji-bijian, spora.
• Mempengaruhi bentuk morfologi dari tumbuhan.
Klasifikasi tumbuhan terkait dengan air
1. Hidrofita
Tumbuhan hidup dalam kondisi oksigen sangat kritis
Jaringan penuh dengan rongga udara/ruang antar sel
contoh : hidrofita terapung, melayang, tenggelam,
hidrofita daunnya terapung, hidrofita daunnya
muncul di atas permukaan air
2. Xerofita
Tumbuhan yang hidup pada lingkungan kering (padang
pasir, di atas batu, permukaan kulit kayu)
3. Mesofita
Tumbuhan yang hidup pada kondisi basah dan lembab,
sehingga kondisi air berada pada kondisi optimum
Gejala tumbuhan yang hidup pada air tidak optimum
1. Morfologi
a. tunas kecil
f. jaringan lignin tebal
b. akar meningkat ukurannya g. jaringan palisaden
berkembang baik
c. sel daun kecil
d. bulu daun banyak
e. jaringan epidermis rata
h. ruang antar sel sempit
i. jaringan kutikula tebal
2. Fisiologi
a. transpirasi lebih cepat
e. berbunga dan berbuah
cepat
b. fotosintesis lebih cepat
f. perbandingan kadar gula
turun
c. tekanan osmosis meningkat h. permeabilitas protoplasma
d. lebih tahan layu
meningkat
Upaya memperbaiki keseimbangan air bagi tumbuhan
1. Meningkatkan persediaan air melalui pengurangan daya alir air
atau pembuatan irigasi
2. Mengurangi kecepatan evapotranspirasi dengan jalan
a. menutup dengan jerami
b. menahan kecepatan angin
c. memangkas daun
d. menyiangi gulma
e. penjarangan
f. menyemprot cairan sejenis lilin
3. Meningkatkan daya tahan dr kekeringan dengan jalan
a. pemuliaan tanaman tahan kering
b. merangsang agar tahan kering antara lain menahan kadar N
secara konsisten pada tingkat minimum tapi kondisi nutrisi
tetap optimum, dan interval pemberian air diperpanjang
(irigasi)
d. Atmosfer/Udara
* Atmosfer penting bagi kehidupan karena :
• Sebagai pelindung kehidupan yakni mencegah suhu yang
mencolok atau sebagai selimut tebal bumi untuk mencegah
fluktuasi suhu yang besar di bumi.
• Secara langsung atmosfer mempengaruhi tumbuhan terutama
dalam penyediaan CO2 untuk fotosintesis dan O2 untuk respirasi.
• Secara tidak langsung mempengaruhi penyebaran panas, cahaya
dan merangsang transpirasi, penyerbukan dan penyebaran bijibijian.
*
Konsentrasi gas dalam atmosfer yang relatif stabil :
N2
O2
CO2
Argon
lain-lain
*
78,08%
20,94 %
0,03 %
0,93 %
0,02 %
Unsur yang paling besar variasinya adalah gas-gas SO2, CO, uap air,
debu terutama dikota-kota besar dan daerah industri.
* Kecepatan fotosintesa tergantung dari konsentrasi CO2
* Kenaikan hasil beberapa jenis tanaman pertanian sebagai
akibat naiknya CO2 atmosfer 2 kali lipat:
Jenis Tanaman
Kapas
Sorgum
Gandum
Barley
Kedele
Jagung
Tomat
Padi
*
Kenaikan hasil (%)
104
79
38
36
17
16
13
9
Konsentrasi CO2 yang terlalu tinggi dapat mengganggu
pertumbuhan karena mengurangi absorbsi air dan unsurunsur hara.
e. Angin
•
•
•
Angin termasuk komponen atmosfer
Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara
Angin penting dalam ekologi karena :
• Pengatur iklim
• Mempengaruhi suhu, kelembaban udara dan curah hujan
• Mempengaruhi epavotranspirasi pada suhu rendah
• Membawa tepung sari untuk penyerbukan (anemofili)
• Membantu menyebarkan biji, buah dan spora
• Secara tidak langsung mempengaruhi penyebaran panas dan
cahaya
•
Kecepatan angin sangat berpengaruh pada pertumbuhan
tumbuhan. Angin kencang dpt menyebabkan kerusakan fisik
tumbuhan
• daun robek,
• ranting dan dahan patah,
• Batang roboh dan bahkan tercabut bersama akarnya
Kecepatan gerak angin:
• Angin kencang
62 - 74 km/jam
• Badai
89 - 102 km/jam
• Topan / prahara
> 118 km/jam)
•
f. Tanah
• Tanah adalah tempat hidup bagi organisme.
• Tanah menyediakan air dan unsur hara penting bagi
pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.
• Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang
hidup didalamnya juga berbeda atau sebaliknya.
Tanah = f (waktu + batuan + iklim + organisme + ....)
Ada 3 sifat penting yang perlu diketahui dalam menganalisis tanah:
A. Karakteristik tanah, yang terdiri atas:
1. Warna
Warna tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik dan keadaan
alam. Warna tanah di daerah dingin lebih gelap daripada di daerah panas
(tropik).
1. Warna merah disebabkan oleh kombinasi oksida besi dan bahan
organik (pelapukan) dan drainase lebih lama dibanding daerah
subtropik.
2. Warna kuning menunjukkan adanya hidrasi oksida besi (lunolit),
drainase tidak sempurna,
3. Warna abu-abu menunjukkan adanya kandungan pasir kuarsa,
akumulasi kalsium karbonat.
2. Tekstur tanah
Menunjukkan kasar halusnya tanah, merupakan perbandingan
relatif antara pasir, debu, liat atau partikel kecil lainnya.
Jenis tesktur Tanah:
1. Pasir berukuran 0,05 – 2,00 mm;
2. Debu berukuran 0,002 – 0,05 mm;
3. Liat berukuran
< 0,002 mm
B. Bahan organik
C. Kapasitas tukar kation
Bahan organik tanah:
Organik
Anorganik
: humus (hanya sebagian kecil dr tanah)
: partikel tanah (bagian terbesar dr tanah)
Fungsi bahan organik pada tumbuhan:
1. Bahan makanan mikroflora dan mikrofauna
2. Sumber toksin (alelopati)
3. Daya serap air
4. Daya serap bahan mineral
5. Struktur tanah
6. Melindungi percikan air hujan
Humus berasal dari bahan organik tumbuhan/hewan sebagai
sampah organik
Terbentuknya humus melalui proses humifikasi
Kemudian humus akan mengalami proses mineralisasi
Sifat bahan organik tanah bergantung pada bahan asalnya
Sedngkan kecepatan pembentukan humus bergantung pada
iklim dan organisme dekomposer
Contoh :
Padang rumput : humifikasi cepat tapi mineralisasi lambat
Hutan
: humifikasi lambat tapi mineralisasi cepat
Diduga penyebabnya adalah adanya perbedaan komposisi
dekomposer pada hutan dan padang rumput
Pupuk anorganik dan pestisida berpengaruh terhadap
jumlah dan macam populasi mikrofauna dan mikroflora
Kelemahan pupuk dan pestisida anorganik telah dibuktikan
dalam pertanian
Peranan mikroflora dan mikrofauna terkait dengan tanah
1. Proses pembusukan dan siklus materi
2. Proses pembentukan toksin (alelopati)
3. Proses pembentukan zat tumbuh
4. Proses fiksasi nitrogen
5. Persaingan bahan makanan
6. Pencampuran dan pengadukan tanah
7. Perbaikan pengudaraan
8. Perbaikan struktur tanah
9. Perusakan tumbuhan tinggi oleh mikroorganiame
Mikroba ini hidup pada lapisan tipis mengelilingi partikel
tanah yang bersifat saprofitik di daerah perakaran
No
Ordo (Jenis tanah)
Arti
Deskripsi
Ekivalen dg.
1.
Entisol
Baru
Didominasi mineral
Aluvial
2.
Verticol
Dalikan
Gelap, liat
Grumosol
3.
Inceptisol
Awal
Tekstur halus
Podzols
4.
Aridisol
Kering
Kering sedikit humus
Padang yg merah
5.
Mollisol
Lunak
Coklat – hitam
Hutan yg humid
6.
Spodosol
Abu
Liat ringan banyak Fe dan Al
Podzol
7.
Alfiso
Al dan Fe
Sulit menyerap humus
Hutan planisol
8.
Ulrisol
Akhir
Liat yg kuat, humid di iklim yg
Podsol yg merah,
panas.
9.
Oxisol
Oksida
Pelapukan tanah, kaya Fe
Latisol.
oksida, sub tropis dan tropis.
10.
Histosol
Organik
jaringan
Kaya bahan organik
Latisol
Struktur komunitas di dalam tanah berdasarkan ukuran biotanya:
1. Mikrobiota,
meliputi Algae tanah (kebanyakan tipe hijau dan biru hijau),bakteri,
jamur dan Protozoa.
Mikrobiota heterotropfik tanah merupakan dasar teori mata rantai
penguraian tanaman dan hewan tanah dalam rantai makanan
(dekomposisi)
2. Mesobiota,
meliputi Nematoda, cacing-cacing Oligichaeta kecil (Enchytracid),
larva serangga kecil, mikro artropoda (kutu tanah/tungau/acarina dan
springtail (Collembola) adalah yang paling banyak terdapat dalam
tanah.
3. Makrobiota,
meliputi akar-akar tumbuhan, serangga yang lebih besar, cacing tanah
dan organisme yang dapat dengan mudah dipilih dengan tangan, juga
vertebrata (spt tikus dan tupai), invertebrata makroskopik yang kecil
(spt kecoa, jangkrik, laba-laba tanah, dan kumbang tanah).
Sistem perakaran tumbuhan dapat berperan sebagai jaring
pengaman (safety-net) unsur hara pd saat leaching
Berdasarkan kepentingan segi ekologi, tanah dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu:
1. Tanah zonal, yaitu tanah yang dikontrol oleh iklim dan vegetasi setempat.
Yang termasuk tanah zonal adalah:
• Tanah tundra, terdapat di daerah artic dan sub artic, dimana permukaan
atasnya selalu beku, lapisan ini berwarna biru keabu-abuan kerena
berkurangnya senyawa besi akibat keadaan anaerobik.
• Tanah podzol, terdapat pada daerah iklim dingin dan basah karena proses
pencucian oleh air hujan, umumnya bersifat asam. Profil tanah mempunyai
horizon B yang berwarna abu-abu hitam, karena banyak mengandung besi
dan aluminium, horizon A banyak mengandung silika, contoh tanah hutan
pinus, kesuburannya kurang dan sangat masam.
•
•
Tanah latosol, di daerah tropik basah dan sub tropik, proses
pelapukannya dikenal dengan laterisasi . sifat tanah latosol, antara lain
kapasitas tukar kation rendah, sedikit kandungan unsur-unsur terlarut,
berwarna merah.
Tanah prairi, terjadi pada daerah dimana curah hujan rendah dan
penyebarannya tidak merata dalam setahun. Kecepatan evapotranspirasi
tinggi (melebihi jumlah curah hujan) sehingga terbentuk lapisan kering
pada profil tanah di bawah batas dimana air masih dapat menembus. Di
bawah keadaan ini terjadi akumulasi karbonat, tanah dikenal sebagai
tanah kapur.
2. Tanah intrazonal, yaitu tanah yang dikontrol oleh keadaan
setempat yang ekstrem, atau keadaan topografi yang tidak
menentu, air dan bahan induk.
Yang termasuk tanah intrazonal antara lain:
• Tanah gambut
• Tanah serpentine (kandungan Mg, Ni dan chromium nya
tinggi).
3. Tanah azonal, yaitu tanah zonal yang tidak mempunyai
bentuk yang khas.
Yang termasuk tanah azonal, antara lain :
• Lithosol, sebagian besar terdiri dari batuan yang belum
melapuk benar, pasir dan deposit aluvial.
g. Api dan Kebakaran
Kebakaran merupakan faktor pembatas dalam ekologi tumbuhan.
Ada beberapa jenis kebakaran yang memberikan efek berbeda:
1. Kebakaran tajuk (crown fires),
Dapat mematikan seluruh vegetasi.
Jenis kebakaran ini merupakan faktor pembatas bagi banyak
organisme
Jika terjadi kebakaran spt ini komunitas biotis harus memulai
dari permulaan lagi, dan dibutuhkan waktu yang lama untuk
menjadi produktif lagi (suksesi).
2. Kebakaran permukaan (surfice fires)
Kebakaran jenis ini hanya terjadi pada permukaan tanah saja
tidak sampai memusnahkan seluruh vegetasi dan efeknya lebih
selektif.
Ada organisme yang mempunyai toleransi yang luas terhadap
jenis api ini (ada bakteri yang setelah kebakaran ringan akan
lebih dirangsang kegiatannya)., sehingga proses mineralisasi
semakin cepat dan ini akan mempercepat tersedianya unsurunsur hara bagi pertumbuhan tanaman baru. Sesudah terjadi
kebakaran biasanya permukaan daerah tersebut akan
bertumbuhan lagi segera setelah turun hujan yang pertama.
Manfaat api dalam Ekologi :
1.
Api merupakan Bagian dari Perencanaan
Di Cagar Biosfer Uluru-Kata Tjuta, Australia, praktek-praktek pembakaran
dilakukan suku Aborogin merupakan bagian integral dari rencana pengelolaan.
a. Memecah dormasi seed bank
b. Meningkatkan produktivitas padang rumput
c. Memberantas gulma
d. Meningkatkan produktivitas kayu dan ternak
2.
Mineralisasi
Ada organisme yang mempunyai toleransi yang luas terhadap api (misalnya
bakteri). Setelah kebakaran ringan bakteri akan lebih dirangsang kegiatannya,
Sehingga proses mineralisasi semakin cepat dan ini akan mempercepat
tersedianya unsur-unsur hara bagi pertumbuhan tanaman baru.
Menguntungkan atau tidak api sebagai faktor ekologi tergantung dari jenis, keadaan dan
bagaimana menggunakannya.
Dampak kebakaran hutan
• Kebakaran sudah sejak dahulu terjadi,
memusnahkan banyak komunitas dan
berbagai penutupan lahan di muka
bumi (Chandler et al. 1983) serta
mempengaruhi kesehatan dan
biodiversitas ekosistem hutan (Nasi et
al., 2002)
• Api (kebakaran) dapat terjadi di
berbagai eksosistem hutan baik di
boreal, temperate maupun hutan
tropik (Nasi et al., 2002)
Nasi et al., 2002
• SKALA GLOBAL :
sumber emisi karbon shg
berkontribusi pada pemanasan global
dan perubahan biodiversitas
• SKALA REGIONAL DAN LOKAL :
mempengaruhi stok biomassa, siklus
hidrologi, aktivitas fisiologis
tumbuhan [kematian dan penurunan
aktivitas fotosintesis tumbuhan] dan
hewan serta kesehatan manusia dan
hewan
Kebakaran hutan Vs Vegetasi
Pengaruh api (kebakaran) terhadap vegetasi
tergantung intensitas dan frekuensi
kebakaran yang terjadi dan berkorelasi
dengan jumlah bahan bakarnya termasuk umur
dan sifat khusus dari pohon (Naveh, 1974
dalam Chandler et al., 1983; Oliver & Larson,
1990; Wibowo, 2003;Meijaard et al. 2006).
Karakteristik Kebakaran Hutan dan
dampaknya terhadap vegetasi
• Kebakaran yang berlangsung cukup lama dengan
intensitas tinggi (maupun sedang) dapat
mematikan setiap jenis pohon dan atau jika
kebakaran terjadi pada interval-interval pendek
dapat berakibat minor terhadap vegetasi (Chandler
et al., 1983; Oliver & Larson, 1990; Wibowo, 2003;
Meijaard et al., 2006).
• Ground fire dapat membakar seresah dan akar
tanaman, walaupun tergantung pada karakteristik
seresah dan akar (Oliver & Larson, 1990).
• Crown fire; secara umum membakar daun dan
cabang/ranting pohon di atas lantai hutan. Kadangkadang vegetasi di lantai hutan dan seresah tidak
dapat terbakar pada saat terjadinya crown fire
(Oliver & Larson, 1990).
• Surface fire : mematikan vegetasi pada berbagai intensitas
kebakaran yang berbeda dan tergantung pada jenis vegetasi
(Oliver & Larson, 1990).
Karakteristik vegetasi dalam merespon
kebakaran
• Resistensi pohon terhadap kebakaran
tergantung pada 1) kandungan karbohidrat
dalam pohon dan 2) cara adaptasi pohon
terhadap kebakaran dalam bentuk
ketebalan kulit pohon (kambium),
kuncup/tunas yang terlindung, kemampuan
bertunas setelah kebakaran serta
penyebaran dan perkecambahan biji yang
dirangsang kebakaran (Chandler et al.
1983).
• Kebanyakan hardwood dan konifer akan mengalami
kematian jika terjadi kebakaran hebat terhadap
kambium pada surface fire (Cole, 1977 dalam
Oliver & Larson, 1990).
ADAPTASI TANAMAN TERHADAP API
(Chandler et al. 1983)
PERLINDUNGAN TUNAS

Pohon mungkin tumbuh kembali lewat trubusan dari tunas-tunas yang dilindungi
oleh kulit batang atau Jika daunnya tidak semuanya terbakar (ada yang tersisa).
Ex : Eucalyptus sp. (Australia) dan Quercus sp. (Eropa)

tunasnya terlindungi oleh tumpukan daun di permukaan tanah atau terletak
sangat tinggi pada pohon . Ex : Pandanus spp di Hawai yang tahan api (Vogl, 1969)
dan Xanthorrhoea di Australia

Semak mampu bertahan hidup dengan pertunasan dari pucuk tunas yang
terpendam dalam tanah.

Herba dengan pembentukan rhizoma tanaman yang mampu membentuk daun yang
baru dari meristem basal yang terlindungi dan menyusun elemen fotosintetisnya.
Ex : Filicinae, Cycadaceae dan Angiosperma .

Tanaman muda umumnya mati karena kebakaran karena belum
membentuk/mempunyai mekanisme/organ adaptasi khusus terhadap api =
vitalitas.
Sambungan Adaptasi …..
STIMULASI PEMBUNGAAN
(Gardner, 1957 dalam Chandler et al., 1983).
 Tanaman-tanaman yang tahan api akan terstimulasi
untuk melakukan pembungaan setelah terjadi
kebakaran.
 Biasanya terjadi pada tanaman monokotil, meskipun
ada beberapa pula yang termasuk dikotil
Contoh : Famili Graminaceae, Orchidaceae,
Iridaceae, Amaryllidaceae, Xanthorrhoeaceae dan
Liliaceae
Sambungan Adaptasi …..
RETENSI DAN PENYEBARAN BENIH
 Retensi benih pada tanaman merupakan aspek penting dalam siklus
hidupnya. Tanaman yang sensitif terhadap api biasa benih yang
tersimpan dalam buah merupakan salah satu alat untuk tetap
mempertahankan jenisnya

Model adaptasi ditemukan di : Eucaliytus regnans di Australia yang
menyimpan benihnya di kapsul. Pinus concorta, P.halepensois dan
P.brutia mempunyai cone yang mengandung serotin (Naveh, 1975
dalam Chandler et al., 1983)

Banyak genera yang lain juga menghasilkan benih yang disimpan
dalam tanaman, kemudian disebarkan dengan cepat mengikuti
kebakaran.
Sambungan Adaptasi …..
STIMULASI PERKECAMBAHAN BENIH
OLEH API
(Chandler et al., 1983; Oliver & Larson, 1990; Schmidt, 2000)
 Perkecambahan benih/biji yang tersimpan di dalam tanah dapat
distimulasi oleh adanya panas dari api
CONTOH : Akasia, Pinus spp., Aleurites moluccana, Enterolobium
cylclocarpum, Hemeneae corbaril, dll
BENTUK DAMPAK KEBAKARAN TERHADAP VEGETASI
• Intensitas kebakaran tinggi dapat
mematikan semua anakan, liana, pohon
muda dan pohon
• Menimbulkan luka dan stress pada pohon
sehingga rawan terhadap serangan hama
dan penyakit
• Riap tegakan menurun karena banyak
pohon yang mengalami stress atau
tegakan mnejadi jarang
• Luka pada pohon akibat kebakaran dapat
menimbulkan cacat permanen sehingga
kualitas kayu menurun.
• Merusak peremajaan atau tanaman muda.
• Diversitas tumbuhan berkurang
Sambungan dampak …
• Mempengaruhi pola suksesi vegetasi;
setelah kebakaran regenerasi alami
diawali dengan tumbuhan pionir
(intolerant) kemudian tumbuhan semi
toleran dan tumbuhan toleran selanjutnya
menjadi hutan klimaks.
• Membantu terjadinya permudaan alam
setelah kebakaran (hutan pinus).
• Meningkatkan produksi dan kualitas pakan
ternak di dalam hutan
• Apabila banyak pohon yang mati maka
fungsi hutan lainnya seperti fungsi tata air
dan perlindungan tanah terganggu.
PASCA KEBAKARAN HUTAN
Kunci klasifikasi kawasan hutan bekas terbakar di
Kalimantan Timur [Sutisna, 2001]
•
•
•
Hutan terbakar berat
“penuh dengan pohon pionir (Malotus, Macaranga, dll),
terdapat padang alang-alang, tidak ada atau sedikit
sekali permudaan alam pohon jenis komersial dan
banyak pohon mati berdiri”
Hutan terbakar sedang
“dipenuhi pohon pionir dan juga pohon mati (berkurang),
tidak ada padang alang-alang, terdapat beberapa
permudaan jenis komersial, 1-3 pohon induk per ha,
serta tidak ada lapisan tajuk atas yang nyata”
Hutan terbakar ringan
“banyak pohon pionir seperti hutan terbakar berat,
banyak jenis-jenis pohon komersial dan permudaannya,
hanya sedikit pohon mati, terdapat 4-6 pohon induk per
ha, masih tidak ada lapisan tajuk atas yang nyata”
VEGETASI YANG MUNCUL PASCA KEBAKARAN
 Imperata cylindrica, Mcarangga gigantea, M. triloba,
Mallotus sp, Trema orientalis, Eupatorium sp. Dan piper
aduncum (Dennis et al., 2001).
 Anthocephalus chinensis, Homalanthus populneus,
Glochidin capitatum, Macaranga trichocarpa, M.
gigantea, Mallotus sp, Tristania whitiana di TN Kutai
(Ngatiman, 2006)
Download