Risiko spekulatif adalah risko yang muncul akibat situasi atau

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
KEWIRAUSAHAAN II
PENGAMBILAN ReSIKO
Fakultas
Program Studi
Fakultas Ekonomi dan
Bianis
Manajemen
Tatap Muka
05
Kode MK
Disusun Oleh
Ali Mashar .MM.
Abstract
Kompetensi
Mata Kuliah ini membahas tentang proses
Wirausaha dalam mensiasati pendirian suatu
usaha berdasarkan strategi-strategi ilmiah dan
intuisi.Pendekatan dunia entreprener l untuk
membantu suatu usaha.
Mahasiswa diharapkan memiliki wawasan
yang luas dan mampu menjelaskan dan
membuat suatu usaha yang mandiri..
.
PENGAMBILAN ReSIKO
Sering keputusan yang diambil bukan melihatpada besarnya risiko yang akan terjadi
namun lebih melihat pada besarnya keuntungan yang akan diterima. Ini dikarenakan salah
satunya karena manusia memiliki sifat yang ambisius untuk meraih keuntungan yang tinggi dan
ingin segera meninggalkan masa kesulitan termasuk kesulitan dari segi keuangan. Orang
Indonesia, kalau sudah melihat potensi keuntungan, konon sulit membayangkan risikonya.
Bahkan ada yang mengatakan bagi sebagian besar orang Indonesia, konsep risiko tidak begitu
dikenal. Padahal dalam era “uang” dewasa ini, setiap orang perlu mengenal perilaku risiko dan
meminimalkannya.
Era sekarang adalah era konsumerisme, dimana berbagai perusahaan menawarkan
berbagai bentuk alternative pilihan produk yang beragam baik dari segi kemasan, cita rasa,
manfaat, kualitas, hingga harga yang bervariasi. Berbagai kemudahan tersebut mendorong
manusia untuk memiliki berbagai produk guna memuaskan dan memudahkan dirinya dalam
menjalankan berbagai aktivitas kehidupan. Karena produk menawarkan berbagai kelebihan
yang dapat membantu member kemudahan bagi manusia, maka setiap orang berusaha unntuk
memperoleh kecukupan bahkan kemakmuran financial guna memudahkan dlam memperoleh
berbagai produk trsebut, ternmasuk degan memasuki wilayah yang berisiko dan di luar
kemampuannya.
Dalam konteks permasalahan di atas maka kepemilikan inansial yang kita miliki perlu
untuk diatus, dikelola, dan direncanakan dengan baik atau membuat suatu “financial planning”.
Semuaitu harus dilakukan secara sistematis, dengan tujuan menghindari timbulnya kerugian,
dan kerugian dari segi keuangan sering dilihat dalam bentuk value. Lebih jauh ilmu manajemen
risiko berperan dalam memberi arah dengan penempatan focus yang sistematis. Maka pada
bab ini kita khusus membahas secara dasar tentang peranan dan konsep bagaimana
manajemen risiko tersebut dimengerti. Tentunya pemahaman tentang manajemen risiko
tersebut dimengerti. Tentunya pemahaman tentang manajemen risiko akan menjadi lebih dalam
pada saat kita memasuki pada bab-bab selanjutnya.
Konsep Risiko
Dalam dunia bisnis, kita mengenal beberapa definisi risiko. Namun, secara umum,
konsep risiko selalu dikaitkan dengan adanya suatu ketidakpastian pada masa yang akan
datang. Secara spesifik, risiko didefinisikan sebagai adanya konsekuensi, sebagai dampak
adanya ketidakpastian, yang memunculkan dampak yang merugikan pelaku usaha. Sebaliknya,
konsekuensi yang memunculkan dampak yang menguntungkan tidak dianggap sebagai risiko.
Konsekuensi positif ini dianggap sebagai keuntungan yang diharapkan.
Risiko seperti di atas akan selalu ada dalam kehidupan usaha sehari-hari kita.
Internsitas risiko tersebut akan semakin meningkat manakala kita melakukan kegiatan bisnis.
Adalah jamak jika ingin mendapatkan hasil/keuntungan yang besar, maka kita harus
berhadapan dengan risiko yang besar juga (high risk, high return). Oleh karenanya, dalam
proses yang dilewati seorang wirausaha tidak dapat dilepaskan dengan bagaimana seorang
wirausaha melakukan pengambilan risiko untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
Definisi Risiko
Ada banyak definisi tentang risiko (risk). Risiko dapat ditafsirkan sebagai bentuk
keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya (future) dengan
keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini. Menurut Ricky W.
Griffin dan Ronald J. Ebert risiko adalah uncertainty about future events. Adapun Joel G. Siegel
dan Jae K. Shim mendefinisikan risiko pada tiga hal,

Pertama adalah keadaan yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus, dimana
hasilnya dapat diperoleh dengan kemungkinan yang telah diketahui oleh pengambilan
keputusan

Kedua adalah variasi dalam keuntungan, penjualan, atau variable keuangan lainnya, dan

Ketiga adalah kemungkinan dari sebuahan masalah keuangan yang mempengaruhi
kinerja operasi perusahaan atau posisi keuangan, seperti risiko ekonomi, ketidakpastian
politik, dan masalah industry
Lebih jauh Joel G. Siegel dan Jae K. Shim menjelaskan pengertian dari analisis risiko
adalah proses pengukuran dan penganalisaan risiko disatukan dengan keputusan keuangan
dan investasi. Sementara itu David K. Eiteman, Arthur I. Stonehill dan Michael H. Moffett
mengatakan bahwa risiko dasar adalah the mismatching of interest rate bases for associated
assets and liabilities.
Motivasi Mengambil Risiko
Terdapat beberapa alasan mengapa seseorang mengambil risiko. Seseorang mengambil risiko
bisa jadi didasari oleh keinginan untuk mendapatkan tingkat pengembalian/keuntungan yang
sepadan denga n pengorbanan yang telah dia keluarkan. Ketika seseorang melakukan kegiatan
yang berisiko karena menginginkan keuntungan, biasanya dia mampu mengalkulasi besarnya
risiko.
Atas dasar kalkulasi tersebut, dia akan menetapkan target keuntungan yang dikehendaki.
Contohnya, seseorang memiliki uang yang akan diinvestasikan. Dia dapat memilih menabung di
ban yang hanya memberikan bungan sebesar 5% yang pasti akan dia dapatkan setiap
bulannya atau menginvestasikannya dalam bentuk bisnis kuliner dengan potensi keuntungan
300%. Namun, dengan potensi keuntungan yang besar
itu, dia juga memiliki risiko
ketidakpastian, yaitu risiko hasil keuntungan.
Alasan lain seseorang mengambil risiko adalah karena faktor kepepet. Seseorang terpaksa
mengambil risiko karena kondisi yang menyertainya. karena kepepet, seseorang biasanya tidak
terlalu menghiraukan risiko-risiko yang dihadapinya. Jika seseorang memahami risiko yang
dihadapi, biasanya dia tidak punya cukup waktu untuk mengalkulasi besarnya risiko-risiko
tersebut.
Jenis-Jenis Risiko dalam Bisnis
Sebagai seorang pemula, mahasiswa yang akan berbisnis perlu mengenal beberapa risiko
yang sering dijumpai dalam bisnis, khususnya start-up business, yaitu:
1. Risiko Murni
Risiko murni adalah risiko yang muncul sebagai akibat dari sebuah situasi atau keputusan
yang konsekuensinya adalah kerugian. Beberapa bentuk risiko murni yang sering munculk
di antaranya adalah:
a. Risiko hilang/rusaknya asset yang dimiliki yang diakibatkan kebakaran, pencurian,
penggelapan,
dan sebagainya.
b. Kecelakaan kerja pada proses produksi.
c. Risiko akibat tuntutan hujum pihak lain, misalnya keracunan dari makanan yang Anda
jual,
tuntutan konsumen akibat kelalaian kita, dan sebagainya.
d. Risiko operasional lainnya
e. Bencana alam
2. Risiko Spekulatif
Risiko spekulatif adalah risko yang muncul akibat situasi atau keputusan yang
konsekuensinya bisa berupa keuntungan ataupun kerugian. Contoh risiko spekulatif di
antaranya adalah:
a. Risiko Perubahan Harga
Harga pasar suatu produk, jasa, atau komoditi dapat berubah-ubah. Ini dapat naik
maupun
turun. Terkait dengan perubahan harga input jika harga input naik, maka
perusahaan dapat
mengalami kerugian penurunan marjin keuntungan. Sebaliknya,
jika harga input turun, akan perusahaan dapat mengalami keuntungan, yaitu berupa
kenaikan marjin keuntungan.
Terkait dengna harga output, jika harga output naik, maka perusahaan akan mengalami
keuntungan karena naiknya marjin keuntungan. Sementara bila turun, maka
perusahaan akan
mengalami kerugian, yaitu berupa penurunan marjin keuntungan.
b. Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko yang muncul dari transaksi kredit, seperti utang dagang. Jika
pihak yang kita berikan kredit mengalami gagal bayar, maka kita akan mengalami
kerugian.
Bentuk-Bentuk Kerugian Akibat Adanya Risiko
Setidaknya, terdapat dua jenis kerugian yang diakibatkan oleh risiko, yaitu:
a. Kerugian langsung
Yaitu jumlah nominal yang harus ditanggung akibat dampak langsung dari risiko yang dapat
terjadi. Misalnya terjadi korsleting listrik pada toko yang digunakan usaha sehingga terjadi
kebakaran. Dari risiko kebakaran tersebut, teridentifikasi jumlah kerugian langsung adalah
nilai barang dagangan yang rusak akibat kebakaran dan nilai kerusakan bangunan toko
tersebut.
b. Kerugian Tidak Langsung
Yaitu nominal yang harus ditanggung akibat dampak tidak langsung risiko yang terjadi,
misalnya kemungkinan penjualan atau keuntungan yang gagal diterima akibat terjadinya
risiko, muculnya biaya operasional tambahan, kesemptan investasi yang hilang, dan
bermacam kerugian lainnya.
Cara Menghitung Risiko Secara Sederhana
Nanti setelah Anda memiliki usaha, Anda dengan mudah dapat mengalkulasi seberapa
besar risiko yang mungkin terjadi. Cara yang dapat Anda gunakan, yaitu:

Tentukan seberapa sering suatu risiko terjadi (frekuensi atau probability-nya)

Tentukan dampak yang ditimbulkan dari risiko yang terjadi (dampak)

Hitung kemungkinan prediksi kerugian, dengan formula
Frekuensi x Dampak
Berikut adalah contoh mengalkulasi risiko:
Anda memiliki risiko terjadinya pencurian barang dagangan. Setelah diidentifikasi,
potensi terjadinya risiko tersebut adalah 5 kali dalam 1 bulan. Untuk setiap kejadian
pencurian barang tersebut, rata-rata Anda mengalami kerugian Rp.300.000.
Dari informasi di atas, Anda dapat menghitung prediksi besarnya kerugian yang
dihadapi dari risiko pencurian barang dagangan tersebut dalam satu bulan, yaitu:
=5 x Rp.300.000= Rp.1.500.000
Artinya: dalam satu bulan, terdapat risiko pencurian barang dagangan yang berpotensi
menyebabkan kerugian sebesar Rp.1.500.000
Pengelolaan Risiko
Untuk melakukan pengelolaan risiko, Anda dapat menggunakan prinsip Pareto dari berbagai
potensi risiko yang berhasil diidentifikasi. cCaranya adalah dengan membuat urutan risiko-risiko
yang potensial terjadi berdasarkan prediksi kerugian yang dihasilkan, dari yang paling tinggi
sampai yang paling rendah. Selanjutnya, lakukan prioritas dalam pengelolaan terhadap risiko
yang memiliki prediksi kerugian yang paling besar terhadap bisnis Anda.
Dari setiap tipe risiko yang masuk dalam prioritas tersebut, selanjutnya Anda dapat
menggunakan 4 pilihan strategi pengelolaan risiko, yaitu:

Dikontrol (risk control)
Yaitu upaya-upaya yang dilakukan agar probabilitas terjadinya risiko yang kita identifikasi
menjadi berkurang. Mengontrol risiko juga dimaksudkan untuk mengurangi dampak yang
mungkin terjadi. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengontrol risiko di antaranya
adalah membuat dan mengimplementasikan standard operating procedure (SOP) yang
baik, melakukan pengontrolan secara serius terhadap kualitas produk dan proses,
melengkapi
area
produksi
dengan
alat-alat
keselamatan
kerja,
dan
termasuk
mengintroduksi budaya sadar risiko kepada semua karyawan.

Ditransfer kepada pihak lain (risk transfer)
Yaitu upaya-upaya yang secara sadar dilakukan dengan memindahkan risiko yang kita
hadapi terhadap pihak lain. Hal ini dapat dilakukan dengan memindahkan risiko terjadinya
kebakaran toko kepada perusahaan asuransi. Sedangkan untuk memindahkan risiko
meningkatnya beban biaya tetap pegawai, dapat dilakukan dengan kontrak outsourcing.
Demikian pula untuk emmindahkan risiko tingginya modal kerja kepada konsumen dapat
dilakukan dengan meminta pembayaran di awal, atau memindahkan risiko tingginya biaya
persediaan ke tangan supplier.

Dibiayai sendiri (risk retention)
Yaitu upaya-upaya mendanai dampak yang ditimbulakn oleh risiko. Dalam konteks
mendanai risiko ini, terdapat dua cara, yaitu dengan menyiapkan dana cadangan
(allowance) khusus untuk mendanai risiko, atau tanpa membuat dana cadangan.
Pembuatan dana cadangan tentu akan membuat modal kerja meningkat. Sementara, jika
membiayai risiko tanpa dana cadangan, akan menimbulkan risiko baru, yaitu
terganggunya kegiatan bisnis yang telah direncanakan sebelumnya. Sebagai contoh, ada
risiko kebakaran dari toko yang digunakan. Jika kebijakan pengelolaan risiko adalah
dibiayai tanpa ada dana cadangan, maka bisa jadi dana yang seharusnya untuk ekspansi
usaha akan terpakai untuk membiayai perbaikan toko tersebut sehingga ekspansi gagal
dilakukan

Dihindari (risk avoidance)
yaitu tindakan secara sadar untuk menghindari risko yang dihadapi. Misalnya, jika selama
satu minggu ke depan diprediksi hujan akan turun sangat lebat, maka jika Anda
mempunyai bisnis restoran, Anda disarankan untuk menghindari penjualan bermacammacam minuman dingin/aneka es. Hal ini dilakukan karena kemungkinan produk-rpoduk
itu tidak akan laku. Namun perlu diingat, sebagai wirausaha, terlalu sering melakukan
penghindaran risiko bisa berdampak terhadap lambatnya pengembangan usaha karena
bisa jadi ada banyak kesempatan atau peluang yang terlewatkan. Pada tahapan
pengelolaan risiko ini, Anda dapat menggunakan satu metode di atas
mengkombinasikan beberapa metode yang ada.
atau
Alternative-alternatif Menghindari Risiko
Untuk menghindari risiko yang timbul terhadap aktivitas investasi yang dilakukan alternativealternatif dalam pengambilan keputusan. Alternative keputusan yang diambil adalah yang
dianggap realistis dan tidak akan menimbulkan masalah nantinya. Tindakan seperti ini dianggap
sebagai bagian strategi investasi.
Bahwa berbagai keputusan-keputusan strategis akan menghasilkan nilai yang lebih besar bagi
perusahaan. Tindak lanjut dari keputusan strategis ini adalah dengan melibatkan secara
maksimal sumber daya yang ada untuk mengimplementasikan keputusan yang dimaksud dan
menentukan pihak-pihak yang bertanggung jawab atas implementasi ini. Artinya adalah risiko
yang timbul merupakan bentuk dari realita yang terjadi yang mana risiko itu selalu saja sulit
untuk dihindari namun diusahakan terjadi dalam jumlah yang sangat minim.
Sebuah contoh sederhana dalam usaha menghindari risiko bisnis adalah pada saat seorang
pebisnis membutuhkan pinjaman dana untuk melakukan usahanya adalah sebesar Rp 2 miliar
maka sebaiknya ia mengajukan pinjaman sebesar Rp 2,3 miliar. Dalam artian angka kelebihan
Rp 300 juta lagi itu tetap saja dsimpan di bank sebagai bentuk hedging (lindung nilai) atau
semacam antisipasi jika dlam proses pelunasan tersebut ia mengalami kendala atau tidak
tercapainya target keuntungan secara sistematis dari hasil usaha maka untuk sementara waktu
ia bisa mempergunakan angka yang tersimpan di bank tersebut untuk membayar cicilan
pinjaman. Dan dengan begitu pihak pemberi pinjaman akan melihat bahw nasabahnya tersebut
tidak mengalami kesulitan dalam melunasi pinjaman serta sudah pasti penilaian yang baik ini
bisa saja bila pihak nasabah dalam pertengahan pembayaran yang sudah mencapai 50%
pelunasan mengajukan lagi tambahan pinjaman tapi tetap dengan konsep yang sama tentunya,
maka bukan tidak mungkin bila pihak pemberi pinjaman akan segera mencairkan. Perlunya
dibuat posisi hedging seperti dijelaskan di sini dimaksudkan guna mengantisipasi kondisi
ekonomi yang sering berubah dan tak menentu seperti kondisi fluktuatif pada Negara Indonesia
dan beberapa perusahaan swasta karena memiliki tingkat hutang valas tinggi.
Manajemen Perusahaan dan Manajemen Risiko
Manajemen perusahaan adalah mereka yang bekerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban
dalam mengelola dan mengatur perusahaan dengan mempergunakan ilmu dan seni mereka
dengan tujuan mampu memuaskan kepentingan para stakeholders.
Stakeholders adalah individu-individu dan kelompok-kelompok yang dapat mempengaruhi, dan
dipengaruhi oleh, hasil-hasil strategis yang diperoleh dan yang memiliki klaim-klaim yang dapat
dipaksakan ke kinerja satu perusahaan. Stakeholders sering disebut juga sebagai pihak yang
memiliki kepentingan terhadap perusahaan.
Dengan kondisi seperti itu maka pihak manajemen berusaha secara maksimal untuk mampu
memberikan kinerja yang maksimal kepada para pemegang saham khususnya pemilik
perusahaan yaitu para komisaris perusahaan, karena jika pihak manajemen perusahaan tidak
mampu memberikan kinerja dalam bentuk keuntungan yang maksimal kepada para pemegang
saham trsebut maka memungkinkan bagi pihak komisaris perusahaan untuk mengganti
susunan struktur organisasi manajemen perusahaan, untuk hal ini komisaris memiliki
wewenang besar untuk melakukannya.
Oleh karena itu, secara umum ada dua hal yang paling dituntut oleh pihak komisaris
perusahaan kepada pihak manajemen perusahaan, yaitu:

Profit yang maksimal

Kontinuitas perusahaan atau keberlanjutan usaha
Jika kedua hal ini tidak terpenuhi maka memungkinkan pihak komisaris mengganti para
manajemen perusahaan. Oleh karena itu, maka pihak manajemen perusahaan berusaha kuat
untuk menerapkan berbagai strategi guna member kepuasan kepada para komisaris
perusahaan. Dengan profit yang tinggi maka artinya para pemegang saham akan mendapatkan
deviden yang tinggi, namun begitu pula sebaliknya.
Kondisi dan keinginan para komisaris perusahaan tersebut sebagai pemegang saham memberi
pengaruh kepada keputusan manajemn perusahaan dalam bekerja, termasuk melakukan
berbagai tindakan-tindakan yang dianggap merugikan perusahaan secara jangka panjang,
terutama investasi jangka panjang. Ini sebagaimana yang dikatakan oleh Michael A. Hitt, R.
Duane Ireland, dan Robert E. Hoskisson, yaitu:
“Laba yang dicapai dengan mengurangi investasi dalam riset dan pengembangan, misalnya
dapat dikembalikan kepada para pemegang saham (oleh karenanya meningkatkan laba jangka
pendek investasi mereka). Akan tetapi, peningkatan laba jangka pendek para pemegang saham
dapat secara negative mempengaruhi kemampuan persaingan perusahaan di masa depan.
Para pemegang saham yang canggih, dengan portofolio beragam, dapat menjual kepentingan
mereka jika suatu perusahaan gagal melakukaninvestasi di masa depan. Mereka yang
mengambil keputusan strategis bertanggung jawab atas daya jual perusahaan baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang”.
Kondisi dan penerapan yang dilakukan oleh para pemegang saham khususnya komisaris
tersebut telah menyebabkan timbulnya risiko yang bersifat jangka panjang yang suatu saat
akan menimpa perusahaan jika para manajemen perusahaan tidak cepat dan aktif dalam
mengantisipasi secara komprehensif dan sistematis. Bahkan pihak komisaris perusahaan
beserta para pemegang saham secara tidak langsung telah memberi kondisi yang tidak begitu
menghiraukan kepntingan yang bukan para stakeholders organisasi dan stakeholder lainnya. Ini
sebagaimana dikatakan oleh Michael A. Hitt, R. Duane Ireland, dan Robert E. Hoskisson bahwa
“… kepentingan bukan stakeholders organisasional dan bukan stakeholders pasar modal atas
investasi dalam perusahaan terlalu diminimalkan.”
Kondisi yang rentan seperti ini mampu menjad bom waktu yang siap meledak suatu saat.
Karena manajemen perusahaan akan melakukan tindakan-tindakan yang bersifat memaksa
agar laba perusahaan meningkat.
DAFTAR
PUSTAKA
Renal Kasali dkk, MODUL KEWIRAUSAHAAN, PT Mizan Publika, Bandung
Suryana. KEWIRAUSAHAAN Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses.Edisi
3,
Salemba Empat, Jakarta 2009.
Longenecker, Justin G et al. KEWIRAUSAHAAN Manajemen Usaha Kecil. Salemba
Empat,
Jakarta 2001.
Download