World bank documents

advertisement
Public Disclosure Authorized
Public Disclosure Authorized
Public Disclosure Authorized
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
PANDUAN
PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP
DALAM
PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN
Public Disclosure Authorized
(Merupakan Revisi Panduan tahun 2011)
DIREKTORAT JENDERAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA
2013
0
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan Kebijakan Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup
1.3. Maksud dan Tujuan Panduan
BAB 2 DEFINISI, RUANG LINGKUP DAN PENGALAMAN PROYEK DALAM
MENERAPKAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP
2.1 Pengertian / Definisi Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup
2.2 Penjelasan tentang Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup
! Pengamanan Sosial
! Kajian Lingkungan Hidup
BAB 3 PENERAPAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM
PNPM MPd
3.1
Apakah yang dimaksud dengan penerapan pengamanan sosial dan
lingkungan hidup dalam PNPM MPd ?
! Penerapan Pengamanan Lingkungan Hidup
" Pengertian tentang jenis prasarana yang dibangun oleh masyarakat
" Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam desain dan konstruksi
infrastruktur yang berkaitan dengan dampak lingkungan
" Hal-hal yang perlu diperhatikan pascakonstruksi
" Hal-hal yang perlu diperhatikan pascabencana alam
" Penerapan Daftar Larangan
" Hal yang dianjurkan dilakukan dalam membuat proposal penghijauan
atau perbaikan lingkungan hidup, seperti penghijauan bantaran
sungai dan lain-lain
" Pada tahapan mana pengamanan lingkungan perlu disosialisasikan
dan di perhatikan
! Penerapan Pengamanan Sosial
" Hibah Tanah Individu dan Alih Fungsi Tanah Desa
" Penguatan MA&KAT
3.2 Siapa pelaku penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam
PNPM MPd?
3.3 Mengapa diperlukan penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup
dalam PNPM MPd?
3.4 Dimana penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup tertanam
dalam PNPM MPd?
3.5 Bagaimana penerapannya pada tahap persiapan dan sosialisasi?
3.6 Bagaimana penerapannya pada tahap perencanaan?
1
3.7 Bagaimana penerapannya pada tahap pelaksanaan?
3.8 Bagaimana penerapannya pada tahap pelestarian?
3.9 Bagaimana peran para pelaku PNPM MPd dalam penerapan pengamanan
sosial dan lingkungan hidup?
3.10 Apa saja pelatihan yang mencakup pengamanan sosial dan lingkungan
hidup?
3.11 Bagaimana supervisi penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup
dalam PNPM MPd?
3.12 Bagaimana dokumentasi dan pelaporan pengamanan sosial dan
lingkungan hidup?
3.13 Bagaimana pengaduan dan penanganan masalah pengamanan sosial dan
lingkungan hidup?
LAMPIRAN:
Lampiran 1: Perencanaan Penanganan MA&KAT (PPM) / Indigenous People Plan (IPP)
Lampiran 2: Ceklis Supervisi
Lampiran 3: Formulir terkait Kebijakan Safeguard:
-Formulir 5
Usulan Kegiatan
-Formulir 6
Berita Acara Kesanggupan
-Formulir 9
Rekapitulasi Pengadaan Lahan dan Aset
-Formulir 9a
Daftar Rincian Pengadaan Lahan dan Aset
-Formulir 10
Ceklis Pemeriksaan Kelengkapan Dokumen Usulan
-Formulir 11
Verifikasi Usulan
-Formulir 12.d
Verifikasi Usulan Prasarana
-Formulir 22
Penanganan Dampak Negatif terhadap Lingkungan
-Formulir 25
Pemeriksaan Desain dan RAB
-Formulir 29
Surat Perjanjian Pemberian Bantuan
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Kebijakan “safeguards” atau “pengamanan” sosial dan lingkungan hidup merupakan
suatu upaya dari proyek PNPM Mandiri Perdesaan (untuk seterusnya akan disebut
sebagai “proyek” dalam panduan ini) dalam melakukan pencegahan, pengelolaan, dan
penanganan risiko terjadinya potensi dampak yang mungkin terjadi sebagai akibat
adanya kegiatan yang didanai oleh proyek. Kebijakan perlindungan tidak hanya
dimaksudkan untuk menghindarkan dampak sosial dan lingkungan hidup yang
merugikan sebagai akibat adanya suatu kegiatan yang didanai oleh proyek, namun juga
untuk meminimalkan risiko dampak negatif tersebut. Jika dampak-dampak negatif tidak
dapat dihindarkan, proyek harus merencanakan dan melaksanakan langkah-langkah
penanggulangan, perbaikan, dan kompensasi apabila diperlukan.
Proyek mengadopsi Kebijakan-kebijakan Pengamanan yang mencakup Kebijakan
tentang Kajian Lingkungan Hidup (Environmental Assessment), dan Kebijakan
Masyarakat Adat dan Komunitas Adat Terpencil (MA&KAT atau Indigenous Peoples)1.
Penerapan kedua kebijakan pengamanan ini harus disesuaikan dengan karakteristik
setiap kegiatan, khususnya dalam hal jenis dan besaran potensi dampak lingkungan
serta pengaruh yang ditimbulkan atau keterlibatan MA&KAT dalam kegiatan yang
didanai proyek. Proyek melakukan penapisan dan identifikasi potensi dampak serta
menetapkan
langkah-langkah
penanganan
dampak
negatif
yang
tidak
dapat
dihindarkan oleh setiap kegiatan, melaksanakan langkah-langkah penanggulangan
dampak negatif tersebut, serta memantau dan mengawasi pelaksanaan langkahlangkah
penanggulangan
tersebut.
Proyek
juga
mendokumentasikan
dan
mengungkapkan kepada publik seluruh kegiatan ini dalam rangkaian proses siklus
proyek atau kegiatan yang didanai proyek, baik di tingkat masyarakat maupun di tingkat
pengelola proyek.
Dua Kebijakan Perlindungan ini adalah bagian dari 10 Kebijakan Perlindungan Lingkungan dan Sosial
Bank Dunia.
1
3
Sebagai suatu program dengan skala nasional yang yang meliputi 5.146 kecamatan
dan sekitar 65.490 desa, jika tidak dikelola dengan benar, proyek berpotensi
menimbulkan dampak yang semakin besar untuk terjadinya isu-isu sosial maupun
lingkungan hidup yang merugikan bagi masyarakat maupun suatu wilayah. Mengingat
proyek merupakan bagian dari program nasional dengan siklus pelaksanaan, desain
serta komponen yang sama serta berulang, maka penyempurnaan untuk menghindari,
meminimalkan, dan mengelola serta menangani dampak sosial dan lingkungan hidup
secara terus menerus akan dilakukan berdasarkan pengalaman implementasi program
sebelumnya.
Dalam pelaksanaan program yang telah berlangsung selama sepuluh tahun terakhir,
hampir seluruh tanah, lahan atau aset yang diperlukan oleh kegiatan-kegiatan yang
didanai proyek PPK (pendahulu PNPM PMd sebelum menjadi program nasional) dan
PNPM MPd merupakan kontribusi/hibah dari masyarakat penerima manfaat kegiatan
tersebut. Sebagian kegiatan menggunakan tanah, lahan atau aset milik desa atau
Pemerintah. Kontribusi dilakukan secara sukarela melalui proses partisipasi dan
musyawarah warga. Walaupun masih perlu terus disempurnakan, seperti halnya juga
kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup, proses dan
kontribusi tanah, lahan atau aset oleh warga penerima manfaat sebagian besar telah
didokumentasikan di tingkat masyarakat.
1.2
TUJUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP
Proyek mengadopsi Kebijakan Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup dengan
tujuan sebagai berikut;
a) Melindungi kesehatan manusia;
b) Mencegah kerusakan lingkungan ataupun dampak kumulatifnya sebagai akibat
adanya kegiatan;
c) Menghindari konflik sesama anggota masyarakat dan memperkuat keterikatan
sosial masyarakat;
4
d) Memastikan bahwa desain setiap kegiatan menjamin MA&KAT memperoleh
manfaat sosial dan ekonomi yang sesuai dengan nilai-nilai budaya, yang
memasukkan gender serta nilai-nilai dan kepentingan antar-generasi;
e) Memastikan bahwa setiap kegiatan mendapatkan dukungan dari komunitas
MA&KAT melalui konsultasi yang bebas dan terbuka sebelum kegiatan
dilaksanakan; dan
f)
Memastikan bahwa tidak akan terjadi konflik atau ketidakpastian hukum baik
pada saat implementasi Proyek ataupun setelah itu, yang diakibatkan adanya
kontribusi tanah yang digunakan oleh kegiatan. Karena itu, pada setiap siklus
Proyek perlu dilakukan proses konsultasi yang transparan, partisipatif serta
dokumentasi yang benar, dan terbuka.
Untuk menjamin terlaksananya kebijakan sosial dan lingkungan hidup maka Proyek
menetapkan Daftar Larangan (Negative List) sebagai berikut:
a) Pembiayaan untuk kegiatan yang berhubungan dengan militer atau angkatan
bersenjata, pembiayaan untuk kegiatan politik atau partai politik.
b) Pembangunan atau rehabilitasi kantor pemerintah atau rumah ibadah.
c) Pembelian gergaji mesin model rantai (chainsaw), senjata, bahan peledak,
asbes, dan bahan-bahan lain yang merusak lingkungan (pestisida, herbisida,
bahan-bahan terlarang, dsb.).
d) Pembelian kapal ikan dengan tonase lebih dari 10 ton dan atau peralatannya.
e) Memberi gaji bagi pegawai negeri.
f)
Kegiatan yang memperkerjakan anak-anak di bawah usia kerja (penjelasan
menurut UU Ketenagakerjaan 2003: di bawah 13 tahun belum boleh kerja, 13-15
tahun hanya boleh bekerja yang tidak berisiko dan pekerjaan paruh waktu
sehingga bisa tetap sekolah dan berkembang secara sosial anak dengan
normal).
g) Kegiatan yang berkaitan dengan produksi, penyimpanan, atau penjualan barang
yang mengandung tembakau.
h) Kegiatan yang berlangsung di kawasan lindung, kecuali ada izin tertulis dari
Kementerian yang berwenang atas lokasi dan kegiatan bersangkutan.
5
i)
Kegiatan pertambangan atau ekstraksi dan penggunaan terumbu batu karang
atau koral (yang hidup maupun yang mati).
j)
Kegiatan yang berkaitan dengan manajemen sumber air dari sungai yang
mengalir dari atau ke negara lain (khusus daerah perbatasan di Kalimantan
Utara, Papua dan Timor).
k) Kegiatan mengubah arus sungai.
l)
Kegiatan berkaitan dengan reklamasi tanah lebih besar daripada 50 hektar.
m) Konstruksi bangunan irigasi baru lebih besar daripada 50 hektar sawah.
n) Kegiatan konstruksi bendungan atau penampungan air berkapasitas lebih besar
daripada 10.000 m3.
1.3
MAKSUD DAN TUJUAN PANDUAN
Panduan ini dimaksudkan untuk:
a)
Memastikan
adanya
kesamaan
pemahaman
tentang
Kebijakan
Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup dan penerapannya bagi semua
pelaku Proyek;
b)
Memberikan acuan kepada semua pelaku yang terlibat dari semua
tingkatan, baik konsultan, fasilitator, pemerintah dan masyarakat pelaku
kegiatan yang didanai Proyek, dalam penerapan Kebijakan Pengamanan
Sosial dan Lingkungan Hidup sehingga tujuan-tujuan Kebijakan-Kebijakan
ini seperti yang diuraikan di atas (paragraf 5) dapat tercapai.
Panduan ini dirancang untuk digunakan oleh semua pelaku yang terlibat dalam Proyek,
dengan lingkup tugas dan peran masing-masing dalam melaksanakan Kebijakan
Pengamanan Sosial dan Lingkungan pada setiap tahap siklus Proyek. Panduan ini
dilengkapi dengan formulir baku untuk memudahkan setiap pelaku yang terlibat dalam
Proyek, namun jika diperlukan dapat dilakukan modifikasi sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi di lapangan.
6
BAB 2
DEFINISI, RUANG LINGKUP DAN PENGALAMAN PROYEK DALAM MENERAPKAN
PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP
2.1
PENGERTIAN/DEFINISI PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP
PNPM Mandiri Perdesaan merupakan proyek yang memiliki dampak potensial tidak
signifikan yang sebagian besar dampaknya dapat dimitigasi melalui perencanaan
langkah-langkah penanggulangan dampak negatif yang sudah dipersiapkan. Adapun
kebijakan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam PNPM Mandiri Perdesaan
adalah:
a. Masyarakat Adat dan Komunitas Adat Terpencil (MA&KAT) / Indigenous Peoples
Merupakan kebijakan untuk: (i) menjamin MA&KAT mendapat manfaat dari suatu
proyek dan (ii) menghindari atau melakukan langkah-lakah penanggulangan
dampak negatif yang tidak dapat dihindarkan. Tindakan penanganan khusus
diperlukan jika proyek memberikan dampak negatif kepada suku-suku asli, etnis
minoritas tertentu atau kelompok lainnya yang status sosial dan ekonominya
menghambat kapasitasnya untuk menyampaikan kepentingan dan hak-hak
mereka atas tanah dan sumber daya produktif lainnya.
b. Kajian Lingkungan Hidup / Environmental Assessment
Merupakan kebijakan untuk: (i) mengevaluasi potensi risiko dan dampak
lingkungan suatu proyek pada wilayah dampaknya (cakupan, kedalaman, serta
jenis kajiannya bergantung pada sifat, skala, ukuran, serta potensi dampak
lingkungan dari proyek yang diusulkan itu); (ii) mengkaji alternatif desain proyek;
(iii) menentukan cara-cara menyempurnakan pemilihan, penentuan lokasi,
perencanaan, pembuatan rancang bangun, serta pelaksanaan proyek melalui
usaha-usaha pencegahan, pengurangan, penanggulangan, ataupun kompensasi
dampak lingkungan yang merugikan dan meningkatkan dampak positif; dan (iv)
mencakup proses penanggulangan dan pengelolaan dampak lingkungan yang
7
merugikan ke dalam implementasi proyek. Lebih diutamakan langkah-langkah
pencegahan daripada langkah-langkah penanggulangan ataupun pemulihan,
bilamana memungkinkan.
Pengamanan lingkungan dan sosial dalam PNPM Mandiri Perdesaan dilakukan untuk
mengamankan lingkungan sesuai UU lingkungan hidup dan kaidah ilmu sipil, serta
mengamankan dampak sosial sesuai fokus PMD dalam pemberdayaan, UU Hak Asasi
Manusia, peraturan terkait pemindahan kepemilikan atau fungsi dari tanah individu dan
tanah desa.
Pengamanan Lingkungan meliputi:
Daftar Larangan (Negative List) yang tidak boleh dilakukan, dampak negatif yang
berskala besar yang dapat terjadi, dan dampak negatif yang kemungkinan terjadinya
besar.
Pengamanan Sosial meliputi:
•
Dampak terhadap proses hibah tanah atau alih fungsi tanah desa bagi
infrastruktur pedesaan yang dibangun.
•
Kesetaraan keuntungan dan pemberdayaan bagi MA&KAT.
Hal-hal yang coba diamankan adalah:
•
Keberlanjutan infrastruktur agar tidak mengakibatkan dampak negatif atau
terkena dampak sehingga cepat rusak atau tidak berfungsi
•
Keamanan lingkungan dan jiwa
•
Penggunaan benda-benda yang buruk bagi kesehatan atau lingkungan
•
Proses hibah tanah individu atau alih fungsi tanah desa yang tidak sesuai
persyaratan hukum di Indonesia, yang akibatnya di kemudian hari dapat
menyebabkan konflik dan menyulitkan desa atau individu yang terkait
8
•
Hak-hak MA&KAT sesuai konstitusi yang diuraikan oleh Mahkamah Konstitusi
dan UU Hak Azasi manusia. Dimana masyarakat dan kelompok adat berhak ikut
menentukan pembangunan di daerah mereka dan tidak terugikan bahkan ikut
menikmati hasil pembangunan secara setara.
2.2 Penjelasan tentang Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup
Pengamanan Sosial
Kebijakan pengamanan sosial mendorong dilakukannya identifikasi, konsultasi dan
penyediaan mekanisme untuk menghadapi potensi dampak positif dan negatif yang
mungkin ditimbulkan sub-proyek atas Masyarakat Adat dan Komunitas Adat Terpencil
(MA&KAT). Panduan ini berisi prosedur untuk memastikan bahwa semua kegiatan
proyek dievaluasi dan potensi isu-isu komunitas adat terpencil diidentifikasi dan
ditanggulangi sebelum suatu kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak bagi
MA&KAT dimulai, yaitu:
-
Memastikan bahwa penduduk asli berpartisipasi dan mendapat manfaat dari
proyek melalui konsultasi yang bebas dan terbuka sebelum kegiatan
dilaksanakan;
-
Menghindari atau memperkecil potensi dampak negatif dari proyek bagi
MA&KAT.
Bila
tidak
mungkin
menghindarinya,
maka
dilakukan
upaya
memperkecil dampak negatif, memitigasi, atau menyiapkan skema kompensasi.
Kebijakan Pengamanan Sosial mengenai MA&KAT menggariskan penyusunan
langkah-langkah perencanaan untuk melindungi kepentingan kelompok-kelompok suku
yang beridentitas sosial dan budaya tersendiri yang berbeda dari identitas masyarakat
yang lebih luas yang dapat menyebabkan mereka mudah menjadi pihak yang tidak
memperoleh manfaat dari proses pembangunan. MA&KAT dapat diidentifikasi dengan
ciri-ciri sebagai berikut:
-
Ikatan erat dengan wilayah leluhur dan sumber daya alam di wilayahnya;
-
Identifikasi diri dan identifikasi oleh orang lain sebagai anggota kelompok budaya
tertentu;
-
Bahasa asli;
9
-
Lembaga-lembaga adat; dan
-
Memenuhi kebutuhan pokok sendiri.
-
Kelompok yang karena kondisinya tersebut belum terlibat dan mendapat akses
pelayanan sosial, ekonomi maupun politik yang setara dengan masyarakat
umum.
Berdasarkan ciri-ciri di atas, terdapat banyak kelompok di Indonesia yang dapat
dimasukkan ke dalam kategori MA&KAT, misalnya:
1. Kantung-kantung kecil kelompok penduduk yang sangat terpencil dan miskin seperti
penduduk Mentawai dan penduduk pulau-pulau kecil lainnya. Kelompok-kelompok
semacam itu dapat dengan mudah terkena dampak negatif proyek pembangunan.
2. Suku-suku yang jauh lebih besar yang memiliki bahasa sendiri, identitas, ikatan
tradisi dan memperlihatkan perilaku sosial budaya seperti suku Dayak di Kalimantan
atau kelompok-kelompok suku di Nusa Tenggara Timur.
3. Masyarakat-masyarakat majemuk, yang terpinggirkan dari sisi budaya atau ekonomi,
seperti masyarat nelayan di Kawasan Indonesia Timur yang memiliki identitas yang
unik dan juga menduduki posisi lebih rendah dalam struktur sosial lokal.
Pengalaman dari rangkaian proyek PPK dan PNPM MPd sebelumnya
Selama lebih dari sepuluh tahun sejarah rangkaian proyek PPK dan PNPM MPd, tidak
dijumpai dampak negatif sistematis pada MA&KAT. Pengamanan sosial dalam setiap
tahapan proyek PPK dan PNPM MPd ternyata sangat mudah diterapkan sesuai budaya
lokal dan sesuai dengan struktur lokal. Berikut ini diberikan contoh-contoh spesifik.
-
Di Jawa, suku Baduy menolak proyek-proyek pembangunan dari luar. Proyek
baru masuk wilayah Baduy setelah pemimpin adat menyatakan berminat dan
tatacara pertemuan disepakati dan dicatat oleh kedua belah pihak.
-
Masyarakat asli di pulau Nias, Sumatera Utara pada awalnya menghadapi
sejumlah masalah pelaksanaan karena terisolasi dan struktur desanya yang
sangat hirarkis. Namun pada pelaksanaan PPK tidak ditemukan dampak negatif
yang terjadi.
-
Pelaksanaan PPK di Kawasan Indonesia Timur juga tidak menyebabkan dampak
negatif sistematis pada kelompok-kelompok suku minoritas.
10
Pedoman Praktis Pengamanan Sosial
1. Kajian sosial
Apabila hasil penapisan dalam persiapan proyek mengidentifikasi ada MA&KAT
di lokasi, maka proyek harus melakukan kajian sosial untuk mengevaluasi
potensi dampak positif atau negatif. Kedalaman dan jenis analisis kajian
tergantung kepada skala proyek dan potensi dampaknya.
2. Konsultasi dan Partisipasi
Ketika proyek menimbulkan dampak kepada MA&KAT, maka proyek harus
memastikan terselenggaranya konsultasi bebas dan terbuka sebelum kegiatan
dilaksanakan. Proyek memastikannya melalui: (i) penyelenggaraan konsultasi
dalam tahap persiapan/ perencanaan dan pelaksanaan yang melibatkan lintas
gender dan lintas generasi termasuk organisasi masyarakat adat dan lembaga
swadaya masyarakat, (ii) penerapan metode konsultasi sesuai dengan nilai
sosial dan budaya dari MA&KAT dengan perhatian khusus terhadap wanita dan
anak muda, (iii) penyediaan informasi terkait proyek yang sesuai dengan kondisi
budaya setempat.
Mekanisme konsultasi harus memastikan bahwa kelompok-kelompok MA&KAT:
-
Dimintai pendapat sehubungan dengan sub-proyek yang dapat membawa
dampak (positif atau negatif) kepada mereka.
-
Mendapat peluang untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
sehubungan dengan sub-proyek.
-
Mendapat peluang untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan.
3. Perencanaan Penanganan MA&KAT/PPM (Indigenous People Plan/IPP)
Berdasarkan kajian sosial dan konsultasi dengan MA&KAT yang terkena dampak
negatif, maka proyek harus menyusun Perencanaan Penanganan MA&KAT
untuk memastikan bahwa (i) MA&KAT yang terkena dampak negatif memperoleh
manfaat sosial dan ekonomi dari pelaksanaan proyek, (ii) Dampak negatif yang
ditimbulkan dapat dihindari, ditanggulangi atau memberikan kompensasi. Detail
PPM lihat Lampiran 1.
4. Keterkaitan dengan lahan dan sumber daya alam
11
(i) MA&KAT memiliki hubungan keterikatan dengan tanah, hutan, air, lingkungan
hidup dan sumber daya alam, sehingga perhatian khusus harus diberikan ketika
terjadi dampak negatif. Proyek harus memastikan tanah dan sumber daya terkait
hukum adat tetap dapat diakses oleh MA&KAT untuk kesinambungan budaya
dan kehidupannya. (ii) Apabila subproyek meliputi pengembangan komersial dari
sumber daya alam pada lahan dalam wilayah MA&KAT, maka proyek harus
memastikan MA&KAT menerima informasi yang cukup mengenai hak terhadap
sumber daya dan penggunaan tanah adat, dalam konsultasi yang bebas dan
terbuka sebelum kegiatan dilaksanakan. MA&KAT menerima manfaat ataupun
kompensasi yang sesuai dengan pengembangan lahan tersebut. (iii) Proyek
harus menghindari terjadinya relokasi MA&KAT secara fisik, apabila hal tersebut
tidak dapat dihindarkan maka proyek harus mendapatkan dukungan dari
MA&KAT dalam proses konsultasi.
Dalam proses pengadaan tanah/lahan dilakukan melalui donasi sukarela sesuai
dengan kebiasaan lokal, masyarakat dapat mendonasikan tanah, lahan, aset
atau memindahkan bangunannya tanpa diberikan kompensasi.
Kajian Lingkungan Hidup:
Dalam menganalisis dampak lingkungan hidup, fasilitator bersama masyarakat harus
dapat mengidentifikasi semua potensi dampak yang mungkin timbul sebagai akibat dari
pelaksanaan kegiatan. Fasilitator dan masyarakat memeriksa hal-hal yang dapat terjadi
selama konstruksi dan setelah konstruksi selesai.
Evaluasi dampak lingkungan dan penanggulangannya dalam program PNPM
mencakup tiga fakta penting:
-
Potensi dampak lingkungan yang kecil, karena itu strategi umum yang dijalankan
di bawah PNPM tetap relevan;
-
Terdapat potensi dampak lingkungan, seiring dengan meningkatnya BLM
sebesar tiga kali lipat.
-
Sebagian besar isu yang timbul karena tidak menerapkan praktik teknik sipil, di
mana hal ini dapat dipecahkan melalui pelatihan dan supervisi yang memberikan
bantuan teknis kepada fasilitator dan masyarakat. Jumlah pengaduan mengenai
12
isu lingkungan sangat kecil. Hal ini terjadi karena tidak adanya perhatian
masyarakat pada lingkungan atau keengganan melapor.
Ketiga isu di atas berupaya ditanggulangi dalam PNPM MPd. Fasilitator bertanggung
jawab untuk menjelaskan potensi dampak lingkungan dan penanggulangannya kepada
pelaksana di desa dan memantau pelaksanannya. Sanksi dikenakan bila ditemukan,
pelanggaran yang mengakibatkan kerusakan lingkungan. Hal ini dapat menjadi
penyebab pembatalan kegiatan di lokasi tertentu dan/atau pergantian fasilitator
bersangkutan.
Contoh dampak lingkungan dari jalan desa menurut jenis dampak dapat dilihat
berikut ini:
Kategori 1: Serius tetapi masalah lokal
Konsentrasi aliran air
Tanah longsor
Hilangnya tanah produktif akibat tanah longsor
Kategori 2: Dampak negatif serius
lingkungan
Penjualan tanah ke orang luar
Penebangan hutan
Meningkatnya endapan karena erosi
jalan
Kategori 3: Dampak negatif dengan potensi kecil
atau dampak kurang penting
Pencemaran udara dari kendaraan
Banjir karena penempatan jembatan tidak tepat
Peningkatan kadar debu di udara
Peningkatan kejahatan di desa
Kebisingan
Kategori 4: Dampak tidak jelas, positif
atau negatif
Meningkatnya penggunaan pupuk kimia
dan pestisida
Pengembangan industri kecil yang
mencemari lingkungan
Meningkatnya intensitas pertanian atau
peternakan
Warga mencari kerja di luar desa
Memindahkan rumah ke tepi jalan
Pendatang pindah ke desa
Kategori 5: Jelas dampak positif
Berkurangnya erosi dari tanah pertanian karena
penggunaan teknologi yang lebih baik
Tersedianya bahan bangunan di desa
Peningkatan pelayanan, termasuk kesempatan
mendapat layanan kesehatan dan pendidikan
Kategori 6: Dampak negatif, tetapi
dapat diterima masyarakat setempat
Kecelakaan lalu lintas
Kehilangan tanah karena digunakan
untuk pelebaran jalan
Dampak negatif lingkungan pada jalan dan jembatan, misalnya, timbul terutama karena
gangguan-gangguan pada tanah yang kurang stabil dan sangat mudah dipengaruhi
13
tanah longsor atau perubahan aliran air. Penggalian dan pembuatan tanggul sering
menimbulkan tanah longsor atau erosi. Tanah longsor membawa tiga jenis dampak
negatif:
- berbahaya bagi tanah pertanian atau perumahan
- meningkatkan erosi karena tanah tidak padat
- mengalihkan arus air hujan
Pengisian formulir 22 merupakan hal wajib dari proses perencanaan. Setiap jenis
proyek harus diuji dari berbagai segi untuk mencegah serta menyiapkan rencana untuk
menangani potensi dampak lingkungan. Selama masa konstruksi, formulir yang sama
dibawa ke lapangan dan diperiksa, untuk memastikan informasi yang diisi sesuai
dengan kondisi lapangan dan jika membutuhkan perbaikan/perubahan dapat direvisi
dengan tepat. Pada akhir konstruksi, formulir diperiksa ulang untuk memastikan bahwa
semua kegiatan telah dilakukan sesuai rencana. Fasilitator Teknik Kabupaten
bertanggung jawab memeriksa semua desain infrastruktur. Jika terdapat desain yang
tidak dilengkapi dengan formulir 22 yang telah diisi dengan benar beserta dengan
penjelasan mengenai potensi dampak dan penanggulangannya, maka desain tersebut
haruslah ditolakatau tidak disetujui.
Pengalaman dari rangkaian proyek PPK dan PNPM Perdesaan sebelumnya
DAMPAK
LINGKUNGAN
LOKASI
KEGIATAN
KETERANGAN
Kecamatan
Sosopan,
Tapanuli
Selatan,
Sumatra
Utara
Proyek irigasi Aek
Bustak
Lancap Jae,
Kecamatan
Arse
Penggunaan alat-alat
Mengganggu kehidupan Umumnya tidak dapat
berat untuk pembuatan liar di hutan sekitar
dihindari dan
jalan baru
dampaknya hanya
sementara.
Menyebabkan wilayah Fasilitatior Teknik
hilir kering karena tidak seharusnya memeriksa
ada air mengalir lagi
dampak peningkatan
kebutuhan air di hilir.
14
Provinsi Riau Pembangunan jalan
menuju hutan lindung
Menjadi penghubung
Potensi masalah cukup
bagi pengangkutan kayu besar, perlu sosialisasi
curian
untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat
terhadap lingkungan
Tana Toraja, Gorong-gorong dibuat Air buangan tanpa
Sulawesi
pada umumnya tanpa
kendali merusak ladang
Selatan
struktur pelindung
atau kebun, serta
termasuk dinding
menyebabkan tanah
penahan, bangunan
longsor di lereng-lereng
penampung, dan saluran jalan wilayah
pembuang.
pegunungan.
Fasilitator Teknik tidak
mengikuti prinsipprinsip perencanaan
yang baik. Perlu
diketahui mengapa
fastekab tidak menolak
disain yang kurang
baik.
Cilacap, Jawa Konstruksi jembatan
Tengah
dengan pengurangan
penampang basah
Fasilitator Teknik tidak
mengikuti prinsipprinsip perencanaan
yang baik. Perlu
diketahui mengapa
fastekab tidak menolak
desain yang kurang
baik.
Berkurangnya lebar
sungai menyebabkan
banjir, dan berdampak
merusak sawah-sawah
produktif.
Pedoman Praktis Pengelolaan Lingkungan (Environmental Code of Practices /
ECoPs)
1. Hal-hal yang Dilarang
Dalam pelaksanaan kegiatan proyek telah ditetapkan Daftar Larangan yang akan
membatasi kegiatan-kegiatan yang dapat berdampak negatif bagi sosial maupun
lingkungan hidup.
2. Kondisi Lapangan
a. Pertimbangkan terjadinya pencemaran air
b. Hindari membangun jalan di tanah atau daerah yang mudah longsor
c. Hindari pembuatan jalan atau bangunan yang bersebelahan dengan sungai
d. Lindungi lahan basah dari pembangunan infrastruktur
15
e. Cegah pencamaran di dalam atau dekat habitat laut
f. Lindungi habitat hidupan liar dari pembangunan infrastruktur
g. Hindari kegiatan di kawasan lindung
3. Pengelolaan Lokasi Konstruksi
a. Hindari lokasi konstruksi dari bahaya material bekas yang tidak terpakai yang
dapat mengkontaminasi tanah dan air tanah serta membahayakan bagi
masyarakat sekitar
b. Hindari terjadinya genangan air yang berisiko terhadap kesehatan
c. Kurangi dan kontrol kebisingan yang disebabkan oleh kegiatan konstruksi
d. Kontrol debu selama kegiatan konstruksi
4. Jalan
a. Hindari membangun jalan yang melalui hutan primer
b. Cegah terjadinya erosi lereng
c. Cegah longsoran pada lereng miring
d. Gunakan dinding penahan tanah untuk mencegah longsor
e. Hentikan erosi lereng dengan tanaman penghambat
f. Cegah longsoran tanah pada jalan dan timbunan
g. Hentikan longsoran lereng dengan penahan (batu atau krib) di bagian bawah
lereng
h. Gunakan turap untuk menstabilkan lereng bagian timbunan
i. Hindari pembangunan jalan di daerah kemiringan lereng yang terlalu curam
j. Hentikan erosi pada selokan dan badan jalan
k. Lindungi selokan dari erosi dengan membuat struktur terjunan, saluran
pembuang, dan gorong-gorong
l. Hindari menggali pasir, kerikil atau batu-batu dari dalam sungai untuk
membangun jalan
5. Ketersediaan Air
a. Selalu menjalankan pengelolaan resapan air yang baik
b. Lindungi hutan dan kelola cadangan air hutan
c. Jangan biarkan pihak luar merusak hutan di bukit dan gunung
16
d. Sebelum menggunakan sumber air baru harus melakukan uji kualitas air
terlebih dulu
e. Lindungi sumber-sumber air dari pencemaran dan kontaminasi
f. Bagilah sumber air yang langka kepada pemanfaat lainnya
g. Tempatkan sumur gali pada jarak yang aman dari septik tank
h. Gunakan saringan air sederhana jika diperlukan
i. Selalu sediakan drainase yang baik pada tempat umum dan pemukiman
6. Sanitasi
a. Buatlah septik tank yang lengkap dan pastikan semua bagiannya berfungsi
baik
b. Gunakan septik tank untuk pengelolaan air kotor, buanglah air kotor dengan
benar dan sedotlah endapan lumpur secara berkala
c. Jagalah kebersihan fasilitas mandi-cuci-kakus (MCK)
7. Pengelolaan sampah
a. Jangan membuang sampah sembarangan
b. Lakukan pemisahan jenis sampah untuk tujuan daur ulang
8. Pasar
a. Jagalah kebersihan pasar
b. Kontrol lalat dan binatang pembawa penyakit lainnya
c. Daur ulang sampah menjadi pupuk/kompos
d. Jagalah kebersihan fasilitas MCK di pasar
9. Sungai
a. Hindari membangun dekat jalur sungai
b. Lindungi aliran sungai dan tanah tepi sungai dari erosi
c. Pastikan tanggul tanah stabil
d. Lindungi tanggul tanah dari erosi
e. Jangan mengambil pasir, kerikil atau batu dari sungai
10. Kesehatan dan Keselamatan Masyarakat/Pekerja
a. Dalam kegiatan konstruksi, masyarakat/pekerja harus dilengkapi dengan
peralatan yang aman (sepatu bot, topi/helm, dll).
17
b. Setiap kegiatan konstruksi harus dilengkapi dengan rencana/aturan
keselamatan kerja.
18
BAB 3
PENERAPAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP
DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN
Penerapan Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup bukan suatu hal baru dalam
PNPM MPd dan bukan tambahan prasyarat dalam pelaksanaan program. Kebijakan ini
telah ada di dalam desain operasional program bahkan sejak pelaksanaan Program
Pengembangan Kecamataan (PPK) sebelumnya. Semua unsur pelaku PNPM MPd
harus memperhatikan potensi dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan, untuk
kemudian merencanakan pencegahan dan penanganan/mitigasi.
Kebijakan pengamanan sosial dan lingkungan ini harus bisa dipraktekan secara praktis
dalam siklus pelaksanaan PNPM.
•
Di dalam siklus PNPM, identifikasi MA&KAT sudah perlu diperhatikan pada
langkah awal pada saat sosialisasi dengan mengacu data MA&KAT yang ada di
panduan ini dan kajian adat, sosial dan ekonomi desa.
Sesudah MA&KAT
teridentifikasi perlu ada proses agar kelompok mayoritas dan pemda merasa ikut
bertanggung jawab atas nasib dan hak-hak MA&KAT; bagaimana agar
kepentingan mereka bisa terakomodasi oleh PNPM dan masyarakat desa secara
lebih luas.
•
Isu lingkungan muncul pada saat mulai mengidentifikasi proyek, pemilihan
usulan, pembuatan proposal teknis sampai pada pascakonstruksi yaitu
pemeliharaan dan perawatan.
•
Isu tanah muncul pada saat identifikasi usulan, pembuatan proposal sampai
pada kepastian diterimanya usulan. Dokumentasi hibah atau pengalihan tanah
harus dilakukan sesuai persyaratan perundangan yang berlaku.
3.1 APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN PENERAPAN PENGAMANAN SOSIAL
DAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PNPM MPd?
Penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam PNPM MPd adalah
langkah-langkah pencegahan dan penanganan terhadap dampak negatif sosial
dan lingkungan.
19
PENERAPAN PENGAMANAN LINGKUNGAN HIDUP
Manfaat yang timbul karena desa membangun infrastruktur dipengaruhi oleh
beberapa faktor penting, yaitu:
• Kualitas desain
• Kualitas konstruksi, yang tergantung keterampilan masayarakat dan kualitas
supervisi
• Kualitas bahan yang digunakan dalam konstruksi
• Pemakaian infrastruktur secara wajar
• Dampak lingkungan
Dalam proses pembangunan, kualitas dikendalikan dengan menerapkan beberapa
instrumen yang telah disediakan, termasuk format untuk pemeriksaan desain,
format untuk memeriksa kualitas konstruksi, dan spesifikasi bahan yang
digunakan. Pelatihan juga diberikan kepada masayarakat maupun kepada
fasilitator yang membantu proses desain dan pelaksanaan.
Khusus untuk
masalah dampak lingkungan, format tersedia untuk menguraikan potensi dampak
negatif terhadap lingkungan, yaitu formulir 22 yang merupakan kelengkapan
pengajuan usulan desa.
Setiap jenis infrastruktur yang dibangun oleh masyarakat dapat menimbulkan
dampak negatif lingkungan, sehingga pada formulir 22 tersebut perhatian terfokus
pada beberapa jenis masalah. Masyarakat dan fasilitator akan mengidentifikasi
dampak negatif yang sangat serius berskala besar yang dapat terjadi, yaitu
dampak yang mengakibatkan manfaat terhapus atau sangat kurang. Juga akan
mengidentifikasi dampak yang sangat mungkin terjadi, walaupun kerugiannya
mungkin tidak besar. Penggunaan ceklis kurang praktis untuk menguraikan
masalah dampak, karena jumlah jenis masalah sangat besar; dimana setiap jenis
infrastruktur terdapat puluhan jenis dampak negatif yang mungkin timbul.
Dampak negatif lingkungan ada dua tipe masalah yang berbeda. Dampak negatif
lingkungan mungkin terjadi karena pengaruh infrastruktur terhadap lingkungan di
20
sekitarnya. Misalnya, karena ada saluran drainase di pinggir jalan, terdapat lahan
yang terkena banjir karena pembuangan dari saluran pinggir tidak teratur. Jenis
satu lagi adalah kerusakan yang terjadi di infrastruktur yang berasal dari
lingkungan di sekitarnya. Misalnya, jalan yang terputus karena terkena longsor
besar.
Karena jenis dampak negatif lingkungan sangat banyak, secara nasional sedang
disusun database tentang jenis dampak negatif lingkungan untuk setiap jenis
infrastruktur. Database tersebut akan diisi berdasarkan masukan dari lapangan
dan dari spesialis tiap jenis infrastruktur, dan termasuk beberapa informasi
sebagai referensi bagi pelaku di lapangan, termasuk:
• Jenis infrastruktur
• Jenis masalah
• Penyebab masalah
• Cara menghindari masalah tersebut atau cara memperkecil dampak
negatifnya
• Cara memperbaiki masalah dampak
• Tingkat potensi masalah (skor 1 sampai dengan 4)
• Kemungkinan terjadi masalah tersebut (skor 1 sampai dengan 4)
Masukan dari lapangan dikumpulkan pada sesi pelatihan penyegaran atau melalui
laporan rutin dan dapat dilengkapi oleh spesialis dan tim teknis nasional secara
kontinyu berdasarkan masukan dan saran dari lapangan.
Masalah yang timbul di lapangan agar dilaporkan oleh fasilitator dalam Laporan
Bulanan fasilitator.
Masyarakat
dan
fasilitator
biasanya
belajar
tentang
dampak
lingkungan
berdasarkan pengalaman sendiri di lapangan, tetapi banyak jenis dampak
lingkungan relatif jarang terjadi, sehingga database sangat bermanfaat untuk
belajar tentang jenis masalah serius yang jarang terjadi. Apalagi, desa atau
fasilitator belum tentu berpengalaman dengan banyak jenis infrastruktur, dan
21
dampak lingkungan untuk infrastruktur perdesaan hampir selalu sangat lokal,
sehingga masyarakat belum tentu tahu tentang dampak lingkungan yang terjadi di
desa lain.
Dua jenis supervisi terhadap dampak lingkungan harus dilakukan.
Supervisi
pertama adalah pemeriksaan desain infrastruktur oleh fasilitator teknik di tingkat
kabupaten. Salah satu hal yang diperiksa adalah formulir 22 yang disusun sebagai
bagian dari desain. Formulir 22 wajib diisi untuk setiap usulan infrastruktur yang
ada.
Supervisi yang kedua adalah supervisi selama pelaksanaan di lapangan, dengan
menggunakan format pemeriksaan yang sudah ada. Selain format tersebut, setiap
orang yang memeriksa infrastruktur di lapangan dapat mengamati perlakukan
yang telah diusulkan untuk menghindari terjadinya dampak lingkungan yang
negatif. Fasilitator memberi umpan balik kepada tim desa melalui buku bimbingan
desa, yang merupakan alat wajib selama pelaksanaan.
Supervisor tingkat
kabupaten, provinsi, regional, maupun nasional dapat memeriksa buku bimbingan
untuk melihat apakah desa telah diberi masukan yang layak.
Pengertian tentang jenis prasarana yang dibangun oleh masyarakat
Sebelum membahas dampak lingkungan, perlu menyamakan persepsi tentang
jenis infrastruktur yang biasanya dibangun oleh masayarakat.
(i). Jalan
Jalan desa yang biasa dibangun terdiri dari jalan yang mempunyai permukaan
yang dapat dilalui sepanjang tahun.
Konstruksi jalan tidak menggunakan
pekerjaan tanah yang sangat besar seperti yang dilakukan untuk jalan
kabupaten, jalan provinsi, atau jalan tol. Sebagian dari jalan menggunakan
permukaan yang lebih permanen, dari rabat beton atau aspal. Kendaraan yang
menggunakan jalan desa relatif ringan, akan tetapi kadang-kadang jalan dilalui
truk berat yang merusak permukaan jalan.
22
(ii). Jembatan
Terdapat banyak jenis jembatan di lapangan, karena sangat tergantung pada
akses ke lokasi, bahan yang tersedia, dan manfaat yang diharapkan. Jenis
jembatan termasuk jembatan yang mempunyai gelagar yang berkedudukan di
atas fondasi dan pilar-pilar, dengan panjang yang tidak terbatas.
Gelagar
dapat dibuat dari baja, kayu, dan beton bertulang (dengan panjang terbatas),
dengan muatan yang terbatas. Di tempat tertentu dapat dibangun jembatan
lengkung dengan panjang yang terbatas. Pada lokasi tertentu terdapat
jembatan banjir limpas, agar air dapat lewat di atas jembatan pada saat debit
besar, walaupun biasanya air hanya melewati gorong-gorong di bawah.
Jembatan gantung sering dibangun, akan tetapi hanya digunakan untuk
kendaraan roda-2 atau pejalan kaki.
(iii). Penyediaan air bersih
Infrastruktur untuk penyediaan air bersih juga banyak bervariasi. Sebagian
memanfaatkan mata air sebagai sumber air bersih, walaupun jaraknya sangat
jauh dari kampung dan perlu jaringan pipa. Sebagian memanfaatkan air tanah
dengan membangun sumur gali atau sumur bor. Kadang-kadang, infrastruktur
memanfaatkan air permukaan, tetapi pemanfaatan ini perlu upaya untuk
membersihkan air sebelum digunakan oleh masyarakat. Infrastruktur air
minum relatif jarang dibangun. Rata-rata kegiatan memanfaatkan sumber air
bersih yang sudah biasa digunakan, tetapi sulit aksesnya. Sehingga kegiatan
hanya memperlancar akses pada air bersih yang sudah pernah digunakan.
(iv). Fasilitas sanitasi
Fasilitasi seperti MCK (Mandi-Cuci-Kakus) sering dibangun, dan kadangkadang dibangun dengan jumlah cukup banyak agar dapat dimanfaatkan oleh
banyak orang di banyak tempat. Manfaatnya terhadap kesehatan masyarakat
sangat
besar,
asal
dibangun
dengan
baik
dengan
memperhatikan
pembuangannya. Biasanya dibangun lengkap dengan septik tank dan
resapan.
23
(v). Bangunan
Banyak jenis bangunan dibuat oleh masyarakat, terutama untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan atau pendidikan.
Bangunan menggunakan
teknik yang biasa dilakukan oleh masyarakat, termasuk fasilitas sanitasi dan
air bersih.
(vi). Pasar
Pasar juga merupakan bangunan, tetapi berbeda dengan bangunan untuk
fasilitas kesehatan atau pendidikan. Situasi jauh berbeda, jenis konstruksi
berbeda dan biasanya terbuka, dan terjadi lalu lintas dan sampah yang jauh
lebih banyak.
(vii). Listrik
Pembangkit listrik di perdesaan terdiri dari beberapa macam, seperti tenaga
surya, tenaga angin, mikrohidro, dan penggunaan genset. Setiap jenis
kegiatan ini cukup jauh berbeda, dan sangat tergantung situasi yang ada di
daerah.
Penggunaan tenaga surya harus di daerah yang cukup terang.
Tenaga angin harus ada di daerah yang ada angin yang cukup konstan.
Mikrohidro harus diletakkan di tempat yang ada aliran air yang cukup besar
dan yang mengalir sepanjang tahun. Genset dapat dipasang di hampir semua
daerah.
(viii). Irigasi
Kegiatan irigasi terdiri dari dua unsur, yaitu sumber air seperti bendungan dan
saluran air untuk distribusi dan pembuangan. Pada umumnya irigasi yang
dibangun oleh masyarakat merupakan perbaikan dari sistem irigasi yang
sudah ada tetapi kurang berfungsi, karena jaringan saluran baru memerlukan
survei dan desain teknis yang cukup rumit. Bendungan yang dibuat biasanya
bendungan pendek pada sungai kecil, yang meningkatkan ketinggian air agar
dapat mengalir ke sawah. Saluran drainase diperlukan, tetapi juga relatif rumit
untuk didesain.
(ix). Lain-Lain
24
Terdapat banyak jenis infrastruktur yang lain seperti lantai jemuran hasil
pertanian, tambatan perahu, embung air, dan lain-lain yang memenuhi
beberapa kriteria, yaitu:
-
Memberi manfaat kepada masyarakat umum, terutama orang miskin
-
Dapat dikerjakan, dioperasikan, dan dipelihara oleh masyarakat
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam desain dan konstruksi infrastruktur
yang berkaitan dengan dampak lingkungan
Terdapat banyak sekali kemungkinan terjadi dampak lingkungan yang negatif, baik
dampak yang merusak lingkungan di sekitar infrastruktur maupun dampak yang
merusak infrastruktur sendiri.
Di bawah ini diuraikan contoh-contoh dampak negatif untuk kedelapan jenis
infrastruktur yang dijelaskan di atas. Harus diingat, ini hanya contoh, dan contoh
yang diuraikan belum tentu terjadi di semua lokasi. Di banyak lokasi, masalah
yang terjadi bukan karena dampak lingkungan, tetapi masalah yang timbul akibat
kesalahan disain, kesalahan konstruksi, kesalahan bahan, atau kesalahan
pemakaian.
(i). Jalan
Dampak lingkungan negatif yang terjadi untuk jalan desa termasuk:
• Longsor besar atau kecil, pada tanah liat atau tanah berpasir
• Erosi tebing, termasuk jatuhnya batu lepas
• Kerusakan permukaan jalan dari aliran air di atas
• Jalan tergenang atau terpotong karena drainasenya kurang lancar
• Banjir karena pembuangan air tidak teratur
• Kerusakan hutan karena peningkatan akses
• Kerusakan sungai karena pembuangan sisa tanah
• Peningkatan debu
25
• Peningkatan kecelakaan
• Masalah keamanan karena akses baru
• Kerusakan jalan lain karena pengiriman bahan
• Peningkatan harga lahan di sekitar jalan
• Karena kurang pemadatan tanah, banyak tanah hilang atau terkena erosi
• Gorong-gorong tersumbat
• Dengan adanya jalan, penggunaan item di negative list meningkat
(pestisida, herbisida, gergaji mesin model rantai)
• Kerusakan lahan di lokasi galian batu, sirtu dan pasir
• Perubahan aliran air karena perubahan topografi di lokasi galian
(ii). Jembatan
Dampak lingkungan negatif yang terjadi untuk jembatan desa hampir sama
dengan jalan, tetapi termasuk:
•
Peningkatan banjir dari sungai, karena penyempitan sungai
•
Terganggunya lalu lintas kapal
•
Tambahan erosi karena pengaliran air terkonsentrasi
•
Longsor di sekitar jembatan
•
Korosi struktur jembatan (gelagar baja)
•
Gangguan fondasi karena arus air
•
Risiko jika jembatan terkena sampah atau pohon yang terhanyut di
sungai
•
Risiko terjadi kerusakan karena gempa bumi atau banjir besar di sungai
•
Risiko kepada pemakai jika jembatan ambruk atau putus
•
Kayu kurang baik karena sulit mencari kayu kelas satu
26
•
Penggalian batu di sungai berpotensi longsor dan merusak bangunan
yang ada di sungai, terutama penggalian dekat kolom atau fondasi
jembatan.
(iii). Penyediaan air bersih
Masalah dampak lingkungan yang terjadi untuk infrastruktur air bersih
termasuk:
• Kontaminasi mata air
• Kontaminasi air tanah
• Drainase yang kurang baik mengakibatkan tempat becek
• Pemakai air di hilir kehilangan debit air
• Penurunan tinggi air tanah karena penggunaannya
• Sistem irigasi kekurangan air karena sumber air irigasi dipakai sebagai
sumber air bersih
(iv). Fasilitas sanitasi
Masalah dampak lingkungan yang terjadi untuk MCK termasuk:
• Kontaminasi air tanah karena septic tank bocor
• Kontaminasi air tanah karena resepan tidak berfungsi
• Kontaminasi air sumur karena letaknya terlalu dekat MCK dan air tanah
mengalir ke arah sumur
• Bahaya dari gas bila tidak ada ventilasi atau ventilasi tersumbat
• Udara dekat MCK bau
• Peningkatan penyakit seperti diare karena kesalahan dalam konstruksi
MCK
• Tanah becek di sekitar MCK karena saluran drainase tidak berfungsi
• Kerusakan bangunan atas atau septic tank sebagai akibat gempa bumi
(v). Bangunan
27
Masalah dampak lingkungan yang terjadi untuk bangunan termasuk:
•
Masalah drainase air hujan dari atap
•
Masalah pembuangan sampah
•
Masalah perubahan aliran air permukaan karena ada gedung
•
Risiko kebakaran
•
Masalah karena kurang ventilasi
•
Kemungkinan tidak mampu menahan gempa bumi, walaupun gempa
tidak besar, sehingga bangunan rusak dan penduduk menjadi korban
•
Kemungkinan terjadi tsunami, sehingga harus ada akses ke tempat yang
aman
•
Dampak terhadap hutan bila kayu diambil dari hutan untuk konstruksi
atau untuk kayu bakar
(vi). Pasar
Masalah dampak lingkungan yang terjadi untuk pasar desa termasuk:
•
Dampak ekonomi dengan adanya pasar lokal, karena banyak penjual
dari luar desa
•
Masalah drainase
•
Masalah sampah dari penjual
•
Masalah lalu lintas dan parkir kendaraan
•
Peningkatan kecelakaan
•
Kemungkinan makanan dan minuman terkena kontaminasi
•
Konflik antar penjual
•
Perbandingan jumlah kios dan los
•
Transparansi pengelolaan pasar
(vii). Listrik
28
Masalah dampak lingkungan yang terjadi untuk listrik termasuk:
•
Risiko tersengat listrik
•
Kebutuhan biaya operasional cukup besar
•
Terjadi pencemaran air
•
Terjadi kebisingan
•
Konflik antar pemakai, komunal maupun individu karena pendistribusian
listrik
•
Keamanan di sekitar rumah turbin dan tempat tenaga angin
•
Terganggunya habitat serta jalur migrasi satwa dan biota
(viii). Irigasi
Masalah dampak lingkungan yang terjadi untuk irigasi termasuk:
•
Pemakai air di hilir kehilangan debit air atau kekeringan
•
Terjadi banjir di hulu karena adanya bendungan
•
Terjadi banjir karena air eksternal masuk ke saluran irigasi
•
Pencemaran air karena pestisida
•
Bendungan atau saluran jebol
•
Konflik antar pemakai air irigasi
•
Kekurangan air mengakibatkan konflik
•
Kerusakan bangunan irigasi sebagai akibat gempa bumi
•
Kolam ikan tidak mendapat bagian air karena dipakai untuk irigasi
•
Longsor atau erosi
•
Terganggunya habitat serta jalur migrasi satwa dan biota
29
Hal-hal yang perlu diperhatikan pascakonstruksi
Terjadi banyak dampak lingkungan negatif yang muncul setelah infrastruktur
selesai dibangun. Khusus untuk dampak lingkungan negatif pascakonstruksi, ada
tiga isu lain yang perlu dipertimbangkan: (1) Dari mana dana untuk memperbaiki
masalah dampak lingkungan kalau kegiatan program sudah selesai? (2) Siapa
bertanggung jawab atas identifikasi dan upaya perbaikan masalah tersebut? dan
(3) Siapa ikut bekerja untuk memperbaiki masalah yang timbul? Jelas sebagian
dari jawaban ini adalah tim pemeliharaan yang dipilih oleh desa sendiri, akan
tetapi tidak selalu dapat dikerjakan dengan cara sesederhana itu. Kadang-kadang
perlu bantuan dari luar.
Masalah yang timbul di infrastruktur sangat tergantung musim. Infrastruktur yang
kelihatan tidak ada masalah pada musim kemarau mungkin terkena banyak
masalah pada musim hujan.
Masalah yang sering timbul dan solusi pascakonstruksi termasuk:
(i). Jalan
•
Drainase tersumbat atau pembuangan tidak teratur
•
Saluran drainase hilang
•
Bahu jalan hilang atau tertutup tanaman tinggi
•
Tembok penahan tanah (TPT) atau bronjong rusak karena tekanan tanah,
tekanan air, atau lubang suling di tembok kurang berfungsi
•
Tanah banyak hilang karena kurang padat
•
Ada sesuatu yang memblokir aliran air
•
Terjadi longsor
•
Masalah stabilitas bahu jalan
•
Pembuatan teras untuk membantu stabilitas lereng
•
Pembuatan saluran diversi agar air tidak lewat permukaan tebing
30
•
Penggunaan perlakuan vegetasi
(ii). Jembatan
•
Korosi bahan struktur karena tidak dilakukan pengecatan struktur
•
Perlu penggantian kayu dek jembatan (atau diubah menjadi balok beton)
•
Perubahan aliran sungai, termasuk pengikisan tebing
•
Kerusakan pada fondasi atau sayap, termasuk retakan dan penurunan
•
Jembatan gantung perlu distel kembali kekencangan kabel
•
Kerusakan pada oprit jembatan (sambungan jalan)
(iii). Air Bersih
•
Kontaminasi sumber air
•
Perbaikan pipa yang bocor atau pecah
•
Peningkatan sistem distribusi air
•
Pembersihan bangunan air dari lumpur dan lumut
•
Perbaikan saluran drainase di sekitar hidran dan kran
•
Pemantauan kualitas air
•
Pemantauan sumber air (mata air maupun air tanah)
•
Pemantauan pemakaian air
•
Pengumpulan iuran untuk operasi dan pemeliharaan
•
Sumur air menjadi sumber gas atau lumpur
•
Operasi dan pemeliharaan pompa air
(iv). Sanitasi
•
Pembersihan seluruh fasilitas bangunan atas
•
Pembersihan septik tank
•
Perbaikan saluran drainase di sekitar MCK
31
(v). Bangunan
•
Pemeliharaan gedung, termasuk pengecatan
•
Perbaikan kerusakan yang ada di gedung
•
Perhatian pada tanaman-tanaman yang ada di sekitar gedung
•
Terjadi pengalihan fungsi gedung, sehingga manfaatnya berkurang
•
Drainase dari sekitar gedung
(vi). Pasar
•
Pengelolaan dan pembuangan permanen untuk sampah
•
Masalah kendaraan, tempat parkir, dan lalu lintas
•
Pengelolaan pasar
•
Penyelesaian konflik antar pemakai
•
Peningkatan fungsi pasar
(vii). Listrik
•
Pembersihan saluran di mikrohidro dari sampah dan lain-lain
•
Pengelolaan pemakaian listrik
•
Pemeliharaan alat untuk tenaga surya dan tenaga angin
•
Pemeliharaan dan operasi genset
•
Perhatian pada faktor keamanan pemakaian listrik
•
Pemantauan pemakaian listrik
•
Peningkatan pemakaian yang menyebabkan peningkatan alat, distribusi,
dan sistem
(viii). Irigasi
•
Munculnya
konflik
antar
desa
atau
antar
masyarakat
karena
pendistribusian air
32
•
Saluran irigasi bocor
•
Saluran drainase kurang berfungsi, sehingga air tidak terbuang
•
Saluran irigasi dipakai sebagai kakus atau tempat pembuangan sampah
•
Saluran banjir karena banyak endapan
•
Saluran terkikis karena aliran air terlalu cepat
•
Saluran dan bangunan kurang dipelihara
•
Sifon tersumbat atau bocor sehingga tidak berfungsi
•
Tanah di bawah atau di samping bendungan terkena piping (terlubangi
oleh air tanah, seperti pipa) sehingga air bocor dari bawah atau samping
•
Pengelolaan air kurang efektif
Hal-hal yang perlu diperhatikan pascabencana alam
Kerusakan tidak hanya terjadi pada situasi normal atau pascakonstruksi, tetapi
terjadi juga karena bencana alam yang merusak bangunan desa maupun
lingkungan lokal. Jenis masalah yang timbul karena bencana alam termasuk:
•
Kerusakan terjadi pada bangunan karena gempa bumi
•
Kerusakan terjadi pada bangunan karena kebakaran
•
Kerusakan terjadi pada bangunan dan perlengkapan karena terjadi banjir,
termasuk tsunami
•
Kerusakan terjadi karena perubahan dalam pengaliran air
•
Adanya kebocoran gas atau lumpur dari sumur air
•
Runtuhnya bangunan karena terkena angin
•
Terjadi kerusakan prasarana karena gerakan atau penurunan tanah
•
Terjadi kontaminasi air
33
Khusus untuk masalah bencana alam, ada tiga langkah yang harus dilakukan oleh
masyarakat dan fasilitator:
(i) Tindakan preventif, terutama untuk perlindungan bangunan agar tahan
gempa atau perlindungan terhadap banjir.
(ii) Pengukuran tingkat kerusakan bila bencana terjadi.
Tiap infrastruktur
dapat dinilai sebagai berikut:
• Tidak rusak
• Rusak ringan; dapat digunakan sambil diperbaiki
• Rusak berat; tidak dapat dipakai sebelum diperbaiki
• Harus diganti
(iii) Rehabilitasi dan perbaikan
Penerapan Daftar Larangan
Sesuai dengan penjelasan Bab 1.2 tentang Daftar Larangan (Negative List) yaitu
hal-hal yang tidak boleh dibiayai oleh PNPM. Sebagian dari item di daftar tersebut
terdiri dari tindakan yang berpotensi untuk merusak lingkungan.
Hal yang dianjurkan dilakukan dalam membuat proposal penghijauan atau
perbaikan lingkungan hidup, seperti penghijauan bantaran sungai dan lainlain
Beberapa kiat untuk proposal melakukan penghijauan desa:
•
Menanam pohon di bantaran sungai atau di tebing yang mudah longsor
dengan perdu, pohon bambu, atau pohon berakar dalam yang mudah
tumbuh.
•
Tanam rumput yang menjalar untuk menutup tebing yang terbuka. Tanaman
perdu dapat ditanam untuk mengurangi erosi dari tebing, yang dapat
34
mengurangi besarnya saluran dan mengurangi jumlah sedimentasi di
saluran pinggir dan sungai.
•
Bila tebingnya panjang dan curam sebaiknya dibuat saluruan diversi serta
terasering. Jenis teras tergantung pada angka kemiringan, jenis tanah, dan
fungsi lahan. Pada saat membuat teras bangku, sebaiknya lapisan tanah
yang subur (solum) diamankan dulu, kemudian dihampar di atas teras bila
selesai. Sebagian dari sistem terasering juga perlu saluran pembuangan
dan bangunan terjun.
•
Buat kegiatan bersama untuk mengumpulkan pupuk dari daun-daun dan
bahan organik yang ada.
•
Menanam bunga, tanaman obat, dan sayuran di perkarangan tiap-tiap warga
agar lahan lebih berguna.
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam menyiapkan makanan yang bersih dan
sehat.
Pemberian makanan tambahan (bagi balita, anak-anak dan ibu hamil)
merupakan salah satu jenis kegiatan yang sering muncul dalam usulan kegiatan
masyarakat dalam PNPM Mandiri Perdesaan dan PNPM Mandiri Perdesaan
Generasi Sehat dan Cerdas. Oleh karena itu, penyiapan makanan yang bersih
dan sehat menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dalam meminimalkan
terjadinya dampak negatif terhadap penerima manfaat (seperti : keracunan
makanan). Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam menyiapkan
makanan yang bersih dan sehat sebagai berikut :
1. Menjaga kebersihan
• Cuci tangan dengan air bersih sebelum dan sesudah penyiapan makanan
• Cuci tangan dengan air bersih setelah uang air besar dan kecil
• Cuci dengan bersih peralatan yang akan digunakan untuk penyiapan
makanan
35
• Jaga selalu kebersihan dapur dan lindungi makanan dari serangga, tikus
dan hewan lainnya.
• Gunakan kain yang bersih untuk membersihkan dapur dan selalu dicuci
setelah digunakan.
2. Pisahkan bahan makanan mentah dengan makanan matang
• Pisahkan bahan makanan mentah seperti daging, unggas dan makanan
laut dari makanan yang sudah matang
• Gunakan peralatan dapur seperti pisau dan papan pemotong yang berbeda
untuk makanan yang mentah dengan makanan yang sudah matang
• Jangan menggunakan piring bekas makanan mentah (daging, makanan
dari laut, telur) untuk meletakkan makanan yang sudah matang
3. Memasak dengan benar
• Pastikan makanan dimasak dengan matang, terutama daging, unggas, telur
dan makanan laut
• Rebuslah makanan yang berkuah sampai mendidih. Untuk daging dan
unggas, pastikan air rebusan terlihat jernih dan bukan berwarna merah
muda
• Panaskan makanan yang telah dimasak, sebelum dikonsumsi kembali
4. Simpan makanan pada suhu yang aman
• Jangan biarkan makanan disimpan dalam suhu kamar lebih dari 2 jam
• Simpan makanan yang telah dimasak dan makanan yang cepat rusak pada
lemari pendingin (suhu dibawah 5o C)
• Segera hidangkan makanan yang telah dimasak
• Jangan terlalu lama menyimpan makanan dalam lemari pendingin
• Jangan biarkan makanan beku mencair pada suhu kamar
• Jangan menggunakan kotak makanan dari bahan yang tidak sehat, seperti
bahan styloform, plastik hitam, dll.
5. Gunakan air bersih dan bahan makanan mentah yang segar
• Gunakan air bersih untuk memasak
• Pilih bahan makanan mentah yang masih segar
36
• Pilihlah bahan makanan yang telah diproses, contohnya susu pasteurisasi
• Cuci buah-buahan dan sayuran dengan air yang mengalir sebelum
dimakan, terutama bila dimakan mentah.
• Hindari bahan makanan yang sudah kadaluarsa
• Sedapat mungkin menggunakan sayur dan buah-buahan yang berasal dari
pertanian organik yang tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia.
Pada tahapan mana pengamanan lingkungan perlu disosialisasikan dan
diperhatikan:
Tahap Perencanaan:
(i) Pada tahap sosialisasi FT perlu mengingatkan kembali masyarakat tentang
perlunya memperhatikan keamanan lingkungan pada pembuatan proposal
usulan atau desain dengan memperhatikan lokasi usulan itu akan dibangun.
(ii) Pada tahap Musyawarah Dusun, Musyawarah Desa Khusus Perempuan dan
Musyawarah Desa serta dalam pelatihan tim penulis usulan, FT harus
mengingatkan akan daftar negatif dan hal-hal yang tercantum dalam manual
ini, termasuk bagaimana Form 22 bisa dipakai sebagai alat bantu pembuat
usulan untuk melihat kemungkinan dampak yang akan timbul.
(iii) Hal ini kemudian dicek dan diingatkan kembali oleh FT pada saat pelatihan tim
verifikasi dan proses verifikasi. Pengawalan pengamanan desain ini harus
terus dilakukan sampai MAD prioritas usulan.
(iv) Semua upaya pencegahan dampak lingkungan yang sudah diantisipasi dalam
design usulan prioritas harus diperhitungkan juga adanya anggaran dalam
pembuatan RAB.
(v) Desain dan RAB yang telah dibuat wajib disetujui oleh Fastekab untuk
memastikan bahwa potensial dampak lingkungan telah teridentifikasi dan
upaya pencegahannya telah terakomodir.
Setelah desain dan RAB
disertifikasi, maka dokumen surat perjanjian pemberian bantuan (SPPB) dapat
37
disiapkan.
Dokumen SPPB harus dilampiri dengan desain dan RAB yang
sudah dinyatakan layak oleh Fastekab, beserta dengan dokumen-dokumen
lain yang diwajibkan dalam PTO.
Tahap Pelaksanaan:
Pada saat rapat pra pelaksanaan semua aspek lingkungan dan pengamanan
secara keseluruhan harus dicek kembali dengan seksama. Sesuai rencana
pelaksanaan dari rapat pra pelaksanaan, FT dan Kader Teknik perlu memonitor
pelaksanaan
konstruksi
terutama
untuk
hal-hal
yang
berkaitan
dengan
kemungkinan timbulnya dampak dengan baik dan jika perlu dapat mengambil
tindakan apabila ada hal-hal yang mempunyai potensi serius terhadap
pengamanan lingkungan baik karena adanya perubahan kondisi lokasi kegiatan
maupun karena adanya dampak yang belum teridentifikasi.
Tahap Pemeliharaan:
Banyak aspek dampak lingkungan yang negatif muncul justru pada saat
pemeliharaan. Oleh sebab itu Tim Pemelihara harus benar-benar diperkuat dan
dibekali pemahaman lingkungan yang baik. Dampak ini terutama sering muncul
berkaitan dengan air atau bangunan air. FT harus memperhatikan apakah sudah
disiapkan organisasi pemeliharaan yang baik serta mampu mengantisipasi
dampak negatif lingkungan yang masih mungkin muncul beserta dengan rencana
pemeliharaannya.
PENERAPAN PENGAMANAN SOSIAL
HIBAH TANAH INDIVIDU dan ALIH FUNGSI TANAH DESA
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan hibah tanah individu atau alih
fungsi tanah desa:
(i)
Pihak yang akan menghibahkan tanah atau akan dibeli tanahnya oleh
swadaya masyarakat harus sepenuhnya setuju tanpa tekanan dan tidak
bertentangan dengan UU HAM. Sebagai apresiasi terhadap kesukarelaan
38
dapat dilakukan dengan penghargaan pengumuman terima kasih atas
hibah di acara yang dihadiri masyarakat desa (misalnya saat MDST).
(ii)
Hibah tanah yang bisa dilakukan dalam PNPM adalah hibah tanah secara
penuh artinya kepemilikan tanah tidak lagi dimiliki oleh pemilik asalnya
dan sudah sepenuhnya menjadi milik desa. Dalam kesepakatan hibah
perlu dijelaskan secara gamblang pada pemberi hibah bahwa bila tanah
mereka setuju dihibahkan berarti tanah tersebut secara penuh diserahkan
kepada desa. Area yang dipakai sejak dihibahkan akan menjadi milik
desa. Hibah bersifat final dan dinyatakan secara tertulis dalam Surat
Kesepakatan Hibah.
(iii) Pihak yang bisa memberi hibah adalah pihak tercantum di surat
kepemilikan tanah sesuai sertifikat, dokumen jual beli, girik atau dokumen
lain yang secara legal diakui sebagai dasar kepemilikan tanah. Bila tanah
tersebut sudah diwariskan tetapi belum diformalkan dalam surat
kepemilikan tanah, maka seluruh ahli waris harus ikut menandatangani
surat pernyataan hibah tersebut.
(iv) Tidak bisa dilakukan tukar guling dengan tanah desa bila tanah desanya
sudah
terdaftar
secara
resmi
karena
membutuhkan
persetujuan
pelepasan tanah desa sampai ke gubernur (mengikuti peraturan
pemerintah yang berlaku terkait aset desa seperti Permendagri IV/2007).
Dalam kondisi khusus dimana upaya persetujuan bisa diusahakan kepada
gubernur maka proses tukar guling bisa saja dilakukan.
(v)
Bila menggunakan tanah desa dan terjadi alih fungsi, tetapi tetap
merupakan tanah desa maka perlu dibuat kesepakatan alih fungsi dalam
bentuk draft Peraturan Desa (Perdes) yang kemudian diajukan ke
kabupaten.
(vi) Penyerahan dan kerelaan atas kesepakatan yang ada harus tertulis agar
dikemudian hari tanah tersebut tidak menjadi sengketa. Ketetapan
tersebut dimuat dalam dokumen hibah yang bisa didapat di kecamatan
39
(lihat contoh surat hibah 1 dan 2 di bawah). Isinya adalah persetujuan
penghibahan yang ditandatangani pemilik sah atau bila sudah meninggal
maka tanda-tangan semua ahli warisnya, sketsa tanah yang dihibahkan,
rincian luasannya, materai, mengetahui kades dan tetangga dekatnya.
Dilampiri bukti kepemilikan awalnya (girik, surat jual beli, atau dokumen
legal lainnya). Untuk kasus di Pulau Jawa umumnya diikuti dengan
perubahan dalam dokumen letter C di kelurahan/desa.
(vii) Surat kesepakatan hibah harus disiapkan pada saat pengusulan proposal,
sementara bentuk finalnya adalah pada saat MAD penetapan.
Untuk
peralihan fungsi tanah desa, Draft Perdes peralihan fungsi tanah harus
sudah disiapkan pada saat MAD penetapan. Sesudah usulan disetujui
dilakukan verifikasi lagi apakah memang tanah dibutuhkan dan apakah
luasnya sesuai usulan semula, bila tidak sesuai maka Perdes atau surat
hibah harus disesuaikan.
(viii) Bila tanah yang dihibahkan sebagian tersebut sudah bersertifikat maka
perlu ada proses revisi sertifikat tanah yang dibiayai desa/swadaya
masyarakat (secara teoritis di bawah 400 m2 biaya gratis).
(ix) Pencatatan
dokumen-dokumen
ini
terutama
dibutuhkan
sebagai
persyaratan legal peralihan fungsi atau kepemilikan tanah, bukan semata
administrasi PNPM.
40
Contoh surat hibah 1: dilakukan oleh pemilik langsung sebagai kelengkapan
usulan desa
41
42
2). Contoh surat hibah 2: bila nama pada surat tanah bukan pemilik tanah,
tapi nama orang tuanya atau kerabatnya yang mewariskan tanahnya
43
44
Dalam kasus penggunaan tanah milik Kementerian Kehutanan yang digunakan
menjadi sumber atau lintasan air bersih atau bangunan mikro hidro maka perlu
ada persetujuan Kementerian Kehutanan dan perlu dipastikan bukan dibangun di
daerah inti taman nasional atau hutan lindung.
Contoh Peraturan Desa:
45
Ringkasan hal-hal yang perlu dilakukan dan diperhatikan bila ada hibah tanah dari
individu atau alih guna tanah desa:
(i) Bila ada penghibahan tanah maka saat pengajuan usulan desa, surat hibah
tersebut harus sudah ada. Desa dengan pihak yang memberi hibah harus
menyiapkan surat hibah ini dan kemudian dicek oleh FK untuk memastikan
hibah tanah dilakukan dengan sukarela dan merupakan hibah penuh (benarbenar sepenuhnya diserahkan kepada desa). Tanah yang akan dipakai untuk
pembangunan infrastruktur hanya bisa dilakukan bila tanah tersebut adalah
tanah desa atau tanah individu yang telah dihibahkan atau dibeli masyarakat
desa secara swadaya. Bentuk surat hibah adalah sesuai yang dicontohkan di
atas, bisa berupa hibah dari pemilik yang tercantum di surat tanah atau oleh
ahli waris (bila pewaris belum mengubah surat tanah); bila hibah dari ahli
waris maka semua pihak yang berhak atas warisan sesuai hukum sipil atau
hukum agama harus menandatangani surat hibah tersebut.
(ii) Pada saat MAD penetapan harus dicek kembali apakah tanah yang
dihibahkan memang dibutuhkan dan luasnya sesuai yang disebutkan, bila
tidak dibutuhkan maka surat hibah harus dibatalkan dan bila luasnya berbeda
maka surat hibah harus diperbaiki. Desa membuat proposal dan FK harus
memastikan hal ini. FasKab harus memastikan bahwa semua prosedur di atas
dilakukan pada saat verifikasi dan pemeriksaan RAB dan desain. Pada saat
MAD penetapan, surat hibah tersebut ditandatangani Camat.
(iii) Pada saat MAD penetapan, bila tanah desa dialihfungsikan maka draft Perdes
harus sudah siap dan ditandatangani Kades dan peserta penetapan
musyawarah desa. Perdes yang sudah ditetapkan akan dikirimkan sebagai
tembusan kepada Kabupaten.
(iv) Semua status tanah tersebut kemudian diusahakan agar disahkan secara
hukum. Desa harus menguruskan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan ke
Kantor Pajak untuk tanah yang dihibahkan dari tanah individu.Sementara bila
tanah sudah bersertifikat, maka desa harus menguruskan penyesuaian
46
sertifikatnya. Bila belum bersertifikat dan lokasinya di Pulau Jawa maka
transaksi tersebut baik hibah maupun dibeli swadaya harus dicatatkan oleh
Sekdes di buku letter C di desa.
3.1.2.2. PENGUATAN MA&KAT
MA&KAT ada di daerah kerja kita apabila:
•
Dalam Peta Kabupaten terdapat KAT di desa yang berwarna merah.
Contoh Peta Kabupaten Cianjur
Masyarakat terpencil, orang Sunda ada di Naringgul Balegede, sekitar 50 KK (200
orang), lokasinya di gunung.
•
Khusus di daerah Suku Dayak atau Papua maka seluruh daerah adalah
kawasan Masyarakat Adat.
•
Bila pada saat melakukan pemetaan sosial ekonomi, FK menemukan
kelompok seperti definisi MA&KAT di atas. Contoh MA&KAT tidak ada di
peta tetapi teridentifikasi oleh FK di Karang Anyar, Jawa Tengah,
ada
47
masyarakat terpencil di pegunungan dekat daerah Candi Ceto. Mereka ada
di Desa Trengguli, Dusun Sekareng dan
Desa Balong, Dusun Doksari.
Mereka adalah kelompok adat yang merupakan bagian dari suku Jawa dan
sebagian beragama Hindu.
Membuat peta sosial ekonomi yang baik terkait MA&KAT
Sebelum membuat peta sosial ekonomi sesuai PTO mulailah dengan upaya
berikut ini:
(i) Tanyakan Kades/sekdes, guru, kadus dan kader kesehatan apakah ada
daerah-daerah dimana ada kelompok-kelompok masyarakat termiskin dan
terpencil (karena sulit dijangkau atau karena perbedaan cara hidup). Bila
sedang bekerja di desa yang di peta sebelumnya berwarna merah, cek
dimana persisnya lokasi masyarakat yang disebutkan di atas.
(ii) Tanyakan pada tokoh-tokoh di atas secara terpisahmengapa mereka lebih
miskin atau terpencil. Apa sumber penghidupan mereka, apa perbedaan
mereka dengan masyarakat lainnya (bahasa, cara hidup, akses, dan lain-lain);
apakah masyarakat mayoritas desa mau berbaur dengan mereka; bila kurang
berbaur mengapa (lokasinya terpencil, perilaku berbeda, dan lain-lain).
(iii) Cek ke lokasi mereka, kondisi mereka sebenarnya: tingkat kemiskinan mereka
(pola makan, aset ekonomi yang dimiliki, pekerjaan dan upah/pendapatan),
apa yang membedakan mereka dengan masyarakat umum, seberapa jauh
mereka ikut dalam pengambilan keputusan di desa (sekedar ikut hadir
ataukah sampai mampu mempengaruhi keputusan yang ada). Apa tanggapan
mereka terhadap masyarakat desa yang lain (apakah mereka merasa berjarak
dengan orang lain, mengapa? – ini harus disimpulkan dari pengamatan,
umumnya susah untuk bisa ditanyakan langsung kepada mereka)
(iv) Berdasarkan pekerjaan mereka, telusuri kemana interaksi ekonomi mereka
dilakukan,misalnya kemana mereka membeli kebutuhannya.
48
(v) Tanyakan kepada pihak-pihak yang membeli produk mereka, menjual sesuatu
kepada mereka atau mempekerjakan mereka tentang kondisi kelompok
tersebut dan apa yang membuat kondisi mereka berbeda.
(vi) Dari semua hal di atas buat kesimpulan:
•
Apakah mereka bisa diajak ke dalam proses PNPM (atau malah sudah
mengikuti dan ikut mengambil keputusan)
•
Apakah usulan-usulan yang muncul dari hasil musyawarah PNPM selama
ini sudah membantu pemenuhan kebutuhan mereka (ingat infrastruktur
tidak dengan sendirinya membantu masyarakat tertentu, anak sekolah
miskin Papua dengan adanya jalan aspal yang lebar bukan terbantu tetapi
malah harus berjalan di permukaan jalan yang panas dan banyak mobil,
tidak punya uang naik angkot dan biaya angkot tidak menjadi lebih murah
dengan adanya perbaikan jalan).
•
Apa yang bisa menjadi pendorong agar masyarakat desa umumnya bisa
bersimpati terhadap MA&KAT (misalnya melalui isu bersama seperti
kematian ibu/bayi, kesulitan air, jalan kepedalaman yang belum memadai
dan lain-lain).
•
Ajak tokoh-tokoh desa yang cenderung bersimpati dengan MA&KAT untuk
memikirkan cara agar mereka bisa ikut memperoleh manfaat dengan
adanya PNPM.
•
Diskusikan dengan fasilitator kabupaten masalah ini agar mendapatkan
input dan informasi mengenai
dana-dana khusus yang bisa digunakan
untuk membantu mereka. Faskab harus berkoordinasi dengan pemerintah
kabupaten untuk melihat apakah ada sumber daya kabupaten yang bisa
digunakan untuk membantu MA&KAT. Beberapa contoh antara lain:
" Pembelajaran dari desa di Bali tentang penyertaan kelompok
masyarakat tuna wicara dalam kegiatan pembangunan sarana air
bersih dalam PNPM telah memperlihatkan inisiatif awal pemda dan
bisa ditindaklanjuti oleh masyakarat serta kelembagaan di desa
49
secara lebih jauh. Masyarakat yang sebelumnya berbeda bisa
membaur sangat baik dengan warga desa kebanyakan.
" Di Jambi, kelompok LSM berusaha membantu MA&KAT dengan
memberikan
modal
dan
asistensi
untuk
membentuk
koperasi
kebutuhan sehari-hari. Modal semacam ini bisa diberikan PNPM juga,
demikian pula pendampingannya yang bisa dilakukan oleh fasilitator
pemberdayaan atau kader keuangan yang ada di desa.
" Di Maluku Utara: MA&KAT dibantu agar bisa tinggal di dalam taman
nasional bagi yang masih nomaden sementara yang tinggal
dipinggiran
hutan
diperbolehkan
mencari
damar
sejauh
tidak
mengganggu flora dan fauna lainnya; tidak boleh menebang pohon
dan memburu binatang (selain binatang kecil yang hidup ditanah).
Mereka juga bisa menerima beras raskin walaupun tidak punya KTP
dan kartu miskin; beras itu dititipkan ke gereja bagi yang nomaden.
Bantuan ini dikoordinasikan oleh forum multistakeholder untuk
kawasan sekitar hutan, dan ada beras program RASKIN yang
disalurkan melalui jalur PNPM.
" Di Mentawai kebutuhan fasilitas kesehatan dan pendidikan MA&KAT
diakomodasi oleh PNPM; masyarakat non MA&KAT bisa sangat
mendukung kebutuhan MA&KAT.
Sebagai kesimpulan, perlu diupayakan sebisa mungkin agar MA&KAT bisa ikut dalam
proses PNPM, menerima manfaatnya dengan bantuan masyarakat desa lainnya dan
sekaligus upayakan adanya koordinasi dengan kabupaten agar ada simpati juga dari
kabupaten atau masyarakat pemerhati di kabupaten untuk mendukung masyarakat ini.
(vii) . Pemetaan sosial ekonomi desa harus sudah memuat:
•
Peta desa dengan lokasi masyarakat miskin, masyarakat terpencil atau
masyarakat adat, pusat-pusat kegiatan ekonomi, pemerintahan dan akses
infrastruktur ke desa
•
Kegiatan sosial ekonomi dan cara hidup masyarakat
50
•
Alur kegiatan ekonomi masyarakat miskin, masyarakat terpencil atau
masyarakat adat (interaksi ekonomi: bagaimana berproduksi, kemana
membeli dan menjual)
•
Strategi
pelibatan
masyarakat
miskin,
masyarakat
terpencil
atau
masyarakat adat dalam proses pengambilan keputusan PNPM dan siapa
yang bisa ikut membantu mereka
•
Kemungkinan bekerjasama dengan pemda. (Jangan lupa untuk mencari
informasi anggaran kabupaten yang masuk ke desa, apakah ada Alokasi
Dana Desa yang cukup besar untuk investasi, tidak sekedar biaya
administrasi desa, apakah ada dana rutin berkaitan kemiskinan yang turun
ke desa seperti dana bantuan tunai dan lain-lain).
Contoh Peta Sosial Ekonomi kelompok MA&KAT.
!
Kapel!
#!
U!
Desa!Tetangga!
!
Pustu!
Pemukiman!dekat!!jalan!besar!
J
a
Saluran!irigasi!yg!mas
ih!terputus!
l
a
n!
Ladang!!kering!
SD!
Proyek!Normalisas i!sungai!!
Penggilingan!terbesar!
!
Pemukiman!utama!desa!!
"!
(tanah!adat,!
potens i!konflik!)!
¦!
"! "!
Tempat!keramat!
Penggilingan!&!grosir!
kelontong!
Saluran!irigasi!
Saluran!irigasi!PNPM!
!
Sawah!orang!desa!utama!
!
!!
!
!
!!
¦!
! Kantor!Lurah!
SMP!
¦!
Desa!Transmigrasi!!lokal!
!
!
Pus tu!
!!
Gereja!
Batas!desa!
!
(196!ha)!
Bekas!percobaan!tambak!Garam!
Daerah!Tambak!Ikan!Bandeng!
Pantai!Laut!
D
a
e
r
a
h!
!
!
p
e
r
b
u
k
i
t
a
n!
Daerah!masyarakat!terlupakan!
51
FK dalam memfasilitasi pemetaan sosial ekonomi agar mengamati strata
masyarakat di desa:
(i)
Terkaya di desa: misalnya mempunyai penggilingan padi dan toko serba
ada termasuk menyediakan modal untuk sawah
(ii)
Masyarakat yang terpandang: guru, PNS dan aktivis proyek-proyek
pemerintah
(iii)
Masyarakat umum: memiliki sawah atau kebun; yang lebih baik
mempunyai usaha tambahan tertentu seperti menarik ojek dll.
(iv)
Masyarakat terpencil: tidak ada akses jalan dan tidak mempunyai tanah
selain untuk rumahnya, bukan berasal dari suku desa tersebut,
penghasilan dari mencari ikan-ikan kecil disungai, hasil dari ladang kering
milik orang desa di butir ii dan iii diatas atau menjaga ternak masyarakat ii
dan iii diatas. Nelayan yang mempunyai perahu dan tambak bandeng
adalah
masyarakat
transmigrasi
lokal.
Di
sini
MA&KAT
sangat
membutuhkan simpati masyarakat lainnya di desa agar hasil bumi dan
tangkapan mereka mau dibeli, selain itu kebutuhan mereka akan fasilitas
kesehatan, fasilitas pendidikan dan lain-lain agar diperjuangkan bersama.
Sementara kabupaten bisa membantu menyediakan akses infrastruktur
untuk memenuhi kebutuhan layanan air bersih, pendidikan, kesehatan
dan lain-lain yang belum terdanai oleh PNPM.
Kesimpulan hasil analisa sosial ekonomi:
Dalam kasus desa di peta di atas, FK bersama masyarakat umum sepakat untuk
melihat MA&KAT sebagai bagian dari desa dengan usulan tersendiri, dan dengan
simpati masyarakat desa maka usulan MA&KAT dapat diprioritaskan. serta pemda
dapat mendukung pengadaan kebutuhan-kebutuhan lain yang diperlukan
MA&KAT.
52
Arti pemberdayaan bagi MA&KAT
MA&KAT dapat memperoleh manfaat program dan menjadi lebih sejahtera di
tempat hidup sekarang dan masih bisa melakukan cara hidup yang mereka anut
saat ini.
MA&KAT hidup terpencil dan seringkalidisebut primitif, tetapi mereka hidup secara
bebas tidak tertekan, tidak hidup menggelandang, tidak mengalami gizi buruk,
tidak melakukan tindakan kriminal, tidak mempunyai hutang dan tidak kelaparan.
MA&KAT hanya membutuhkan persahabatan dan simpati baik secara sosial
maupun ekonomi.
MA&KAT tidak ingin dicabut dari akar tempat tinggalnya, tidak ingin berganti
budaya atau agama, tidak ingin “dimasyarakatkan”. Sering ”dimasyarakatkan”
hanya menyebabkan mereka frustasi, menggelandang dan terpaksa hidup dari
belas kasihan karena mereka tidak punya keahlian dan modal yang cukup untuk
hidup dengan cara yang sangat berbeda (kita sendiripun demikian). Hal yang
mereka butuhkan adalah keperdulian dan kesamaan hak.
Mengajak warga perduli terhadap sesama dan MA&KAT
(i) Selami kondisi hubungan antara masyarakat desa pada umumnya dan
MA&KAT; apa sebab MA&KAT tertinggal dari masyarakat desa pada
umumnya. Apakah ada pandangan buruk terhadap kelompok terlupakan ini,
seperti
dianggap
suka
mencuri
(tanaman),
kurang
ada
semangat
berusaha,dan lain-lain. Fasilitator perlu menjelaskan bahwa perbedaan ini
terjadi karena MA&KAT hidup dalam kondisi yang sederhana, dekat dengan
alam
dan
belum
merasa
perlu
mengumpulkan
kekayaan.
Hal
ini
menyebabkan mereka miskin, tapi bukan karena sebuah kejahatan atau
kemalasan, tetapi lebih merupakan suatu pola hidup yang bersahaja.
(ii) Tentukan isu yang bisa menjadi dasar solidaritas bersama seperti: (i) targettarget yang ada di MDGs: penurunan kematian ibu anak, ketersediaan air
bersih,
perlunya
pemerataan
kesehatan
dan
pendidikan,
perlunya
53
mengurangi penyakit menular dan mematikan seperti malaria,TBCdan lainlain, perlunya membantu sesama secara ekonomi bagi pihak yang belum
beruntung. Cari tokoh-tokoh di masyarakat yang lebih bersimpati kepada
MA&KAT. Intinya coba temukan isu dan tokoh pendukung kebersamaan dan
kepedulian.
(iii) Jadikan isu tersebut sebagai salah satu kriteria pemilihan proposal PNPM.
Fasilitasi secara terus menerus agar kriteria itu digunakan secara konsisten
dalam menentukan pilihan proposal yang akan dipilih.
(iv) Usahakan agar pemda juga memberikan bantuan agar masyarakat desa
tidak merasa harus menanggung nasib saudara mereka sendirian. Untuk itu
Fasilitator kecamatan dan kabupaten perlu mengetahui sumber dana
nasional, propinsi dan kabupaten yang cocok digunakan untuk membantu
MA&KA. Sebagai contoh, dalam bidang pendidikan ada subsidi untuk murid
miskin, bidang kesehatan ada program JAMKESMAS untuk masyarakat
miskin. .
PNPM juga bisa dimanfaatkan untuk pendidikan, kesehatan,
ekonomi dan infrastruktur. Jangan terpaku hanya pada dinas sosial untuk
membantu MA&KAT, tetapi perlu dikembangkan cara lain untuk melibatkan
pihak Bappeda dan Sekda.
Dalam kaitan MA&KAT titik kuncinya dalam proses PNPM adalah proses sebagai
berikut:
(i) Pengkajian dan peta awal MA&KAT (lihat peta sebelumnya) dilakukan
sebelum pembuatan peta sosial ekonomi. Kajian ini dilakukan pada masa
sosialisasi dan pengamatan lapangan oleh FK sendiri (bukan partisipatif). Ini
dipakai sebagai dasar strategi FK melakukan penggalian gagasan,
pembangunan simpati pada masyarakat terpencil.
(ii) Kemudian keperdulian kepada MA&KAT dikawal terus sampai penentuan
prioritas usulan. Selama itu juga perlu dilihat bagaimana kabupaten bisa
didorong keperduliannya secara positif terhadap MA&KAT. Keperdulian
54
kabupaten perlu dilakukan oleh FasKab dengan kordinasi dengan FK dan FT
terkait.
Pendampingan MA&KAT dalam proses PNPM perlu dilakukan:
(i) Pada saat sosialisasi dan pemetaan sosial ekonomi perlu dilakukan dengan
lebih seksama sesuai dengan panduan ini.
(ii) Pada saat MAD sosialisasi, FK yang bekerja di daerah yang memiliki
MA&KAT di tahap sosialisasi harus mengkampanyekan kepedulian terhadap
MA&KAT dan menguraikan kebutuhan MA&KAT yang ada sesuai panduan
ini.
(iii) Sejak penggalian gagasan sampai MAD penetapan, FK harus mendorong
kelompok mayoritas untuk memberi prioritas pada usulan kelompok
MA&KAT, terutama bagi MA&KAT yang selama ini usulannya tidak pernah
diterima.
(iv) Fasilitator Kabupaten perlu berkomunikasi dengan Pemda dan organisasi
kemasyarakat terkait agar kebutuhan MA&KAT bisa dibantu atau dipenuhi.
3.2 SIAPA PELAKU PENERAPAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN
HIDUP DALAM PNPM MPd?
Penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dilakukan oleh semua pelaku
PNPM MPd di setiap tingkatan, baik pemerintah, konsultan, fasilitator, dan
masyarakat.
•
Pemerintah
meliputi
Satuan
Kerja
(Satker)
Pusat,
Provinsi,
dan
Kabupaten, serta Penanggung Jawab Operasional di Kecamatan,
Kabupaten, dan Provinsi
•
Konsultan terdiri dari Tim Konsultan Provinsi, Regional maupun Pusat.
55
•
Fasilitator
terdiri
dari
Fasilitator
Kecamatan
yaitu
Fasilitator
Pemberdayaan (FK) dan Fasilitator Teknik (FT) serta Fasilitator
Kabupaten yaitu Fasilitator Pemberdayaan Kabupaten (FKab) dan
Fasilitator
Teknik
Kabupaten
(FTKab)
dan
Fasilitator
Keuangan
Kabupaten (FasKeu).
•
Pelaku dari masyarakat seperti Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa
(KPMD) dan Kader Teknik (KT), Tim Penulis Usulan (TPU), Tim Pengelola
Kegiatan (TPK), Tim Verifikasi (TV),
Tim Pengelola dan Pemelihara
Prasarana Desa (TP3D), Pendamping Lokal (PL), bekerja sama dengan
masyarakat dan para tokoh masyarakat serta Badan Kerjasama Antar
Desa (BKAD).
3.3 MENGAPA
DIPERLUKAN
PENERAPAN
PENGAMANAN
SOSIAL
DAN
LINGKUNGAN HIDUP DALAM PNPM MPd?
Penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam PNPM MPd
diperlukan untuk memastikan pelaksanaan PNPM MPd meningkatkan kualitas
sosial dan lingkungan serta mengurangi dan menghindari dampak negatif, dan
mewujudkan kelestarian lingkungan hidup untuk keberlanjutannya.
3.4 DIMANA PENERAPAN PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP
TERTANAM DALAM PNPM MPd?
Penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam PNPM MPd telah ada
dalam berbagai instrumen dan tahapan PNPM-MPd. Kebijakan ini tertuang dalam
Petunjuk Teknis Operasional (PTO) termasuk penjelasan dan formulir-formulir
pendukungnya, serta tercakup dalam materi pelatihan. Kebijakan ini diterapkan
dalam tahapan PNPM MPd antara lain:
- Diseminasi dan sosialisasi
- Musyawarah Desa dan Musyawarah Antara Desa
- Pelatihan Pendamping Lokal dan KPMD
- Penulisan usulan desa
- Verifikasi usulan desa
- Keputusan proposal yang akan didanai
56
- Pelaksanaan kegiatan
- Supervisi dan Monitoring
- Fasilitasi dan Penanganan Masalah
- Dokumentasi dan Pelaporan
- Pengoperasian dan Pemeliharaan (Operation and Maintenance, O&M)
3.5 BAGAIMANA
PENERAPANNYA
PADA
TAHAP
PERSIAPAN
DAN
SOSIALISASI ?
Penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam tahap Persiapan dan
Sosialisasi dilakukan dengan memastikan bahwa seluruh lapisan masyarakat
berpartisipasi dalam kegiatan diseminasi dan sosialisasi PNPM MPd di berbagai
forum dan tingkatan, sejak Lokakarya Nasional, Provinsi, Kabupaten yang
kemudian ditindaklanjuti lagi pada Musyawarah Antar Desa (MAD), Musyawarah
Desa (MusDes) dan Musyawarah Dusun (Musdus) dan pada pelatihan Kader
maupun TPK. Kebijakan pengamanan sosial dan lingkungan dijelaskan dalam
setiap tahapan kegiatan di atas.
3.6 BAGAIMANA PENERAPANNYA PADA TAHAP PERENCANAAN ?
Penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam tahap Perencanaan
dilakukan dengan menjadikan potensi dampak negatif terhadap sosial dan
lingkungan sebagai bahan pertimbangan dan kriteria penilaian dalam penyusunan
dokumen usulan, proses verifikasi usulan sampai proses desain teknis, serta
pengambilan keputusan dalam MAD Prioritas.
3.6.1 Musyawarah Desa (MusDes) dan Musyawarah Desa Khusus Perempuan
(MDKP).
Daftar Larangan (negative list) harus ditaati dan menjadi bahan
pertimbangan sejak MusDes dan MDKP.
3.6.2 Pelatihan Tim Penulis Usulan (TPU).
Fasilitator harus menjelaskan cara pengisian formulir yang memperhatikan
kebijakan safeguard:
57
- Formulir 5 “Usulan Kegiatan”: mengusulkan kegiatan yang tidak
berdampak negatif terhadap sosial dan lingkungan
- Formulir 6 “BA Kesanggupan Swadaya Masyarakat”: menerangkan
kesediaan masyarakat memberikan donasi lahan baik secara hibah
atau kompensasi
- Formulir 9 “Rekap Pengadaan Lahan dan Aset” serta Form 9a “Daftar
Rincian Hibah Lahan”: menerangkan pengadaan lahan dengan pilihan
ijin pakai, hibah, tukar lahan atau beli
- Formulir 10 “Cheklist Pemeriksaan Kelengkapan Dokumen Usulan”:
memastikan kelengkapan dokumen antara lain dokumen hibah lahan
yang telah diisi dengan benar.
Fasilitator harus menjelaskan pula langkah mitigasi dan penanganan
potensi dampak negatif dalam pelaksanaan PNPM MPd.
3.6.3 Proses penulisan usulan.
TPU harus menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
- Formulir
5 “Usulan Kegiatan”: mempertimbangkan kemungkinan
kebutuhan lahan, dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial
termasuk kemungkinan adanya dampak negatif terhadap masyarakat
adat.
- Formulir 6 “BA Kesanggupan Swadaya Masyarakat”: menjelaskan
kemungkinan pembatalan sumbangan masyarakat apabila kegiatan
tidak terdanai.
- Formulir 9 “Rekap Pengadaan Lahan dan Aset” serta Form 9a “Daftar
Rincian Pengadaan Lahan dan Aset”: memastikan kelengkapan
dokumen pengadaaan lahan yang ditandatangani oleh pemberi hibah
bersama ahli warisnya dan Kepala Desa serta dilampiri denah lahan
yang dihibahkan.
- Formulir 10 “Ceklis Pemeriksaan Kelengkapan Dokumen Usulan”:
memastikan kelengkapan proposal usulan meliputi antara lain berita
acara penyelesaian proses hibah lahan.
58
3.6.4 Pelatihan Tim Verifikasi.
Fasilitator harus memberikan penjelasan terdiri dari:
- Pemahaman dan penerapan kebijakan safeguard dalam PNPM MPd.
- Formulir 11 dan 12 “Verifikasi Usulan”: memastikan usulan kegiatan
tidak
termasuk
dalam
Daftar
Larangan
(negative
list),
tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial termasuk
masyarakat adat, serta tidak ada masalah dengan kepemilikan tanah
atau hibah lahan.
3.6.5 Proses Verifikasi Usulan.
Tim Verifikasi harus memastikan:
- Formulir 11 “Verifikasi Usulan”: status proses pengadaan lahan
sebelum memberikan penilaian dan rekomendasi bagi usulan.
- Formulir 12d “Verifikasi Usulan Prasarana”: sebelum menyatakan
kelayakan teknis maka Tim Verifikasi memastikan apakah sudah ada
kelayakan dalam pengadaaan lahan, apakah kegiatan yang diusulkan
tidak menimbulkan kerusakan lingkungan dan dampak sosial yang
negatif pada saat konstruksi dan pasca konstruksi, serta bagaimana
upaya penanganannya apabila terdapat potensi dampak negatif
tersebut.
3.6.6 MAD Prioritas Usulan.
Rekomendasi dari Tim Verifikasi yang telah mempertimbangkan kajian
dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial serta kelayakan lahan
seperti dijelaskan di atas, menjadi salah satu pertimbangan penilaian
prioritas usulan dalam MAD ini.
3.6.7 Proses Desain RAB.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
- Formulir 22 “Penanganan Dampak Negatif Terhadap Lingkungan”: FT
bersama KT harus mengidentifikasi 1) Dua jenis dampak negatif
terhadap lingkungan yang paling merugikan masyarakat dan berpotensi
terjadi, berikut rencana pencegahan dan penanganannya. 2) Dua jenis
59
potensi dampak negatif terhadap lingkungan yang hampir pasti terjadi di
lokasi, berikut rencana mengatasinya.
- Formulir 25 “Pemeriksaan Desain dan RAB”: Fasilitator Teknik
Kabupaten (FTKab) harus melakukan pemeriksaan antara lain:
(i) Catatan-catatan potensi dampak negatif terhadap sosial dan
lingkungan yang akan terjadi pada lokasi kegiatan yang
direncanakan.
(ii) Catatan-catatan hasil konfirmasi pembebasan lahan kepada
masyarakat yang lahannya akan dibebaskan untuk kegiatan.
(iii) Desain
bangunan
sudah
mempertimbangkan
dan
mengakomodasi arsitektur, penggunaan, kebiasaan, kepercayaan
dan aturan setempat.
3.6.8 Penyusunan Dokumen SPPB.
Formulir 29 “Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB)”: harus dilampiri
dengan gambar desain teknis yang sudah dinyatakan layak oleh FTKab
berdasar pertimbangan antara lain kajian potensi dampak terhadap sosial
dan lingkungan di atas.
3.7 BAGAIMANA PENERAPANNYA PADA TAHAP PELAKSANAAN ?
Penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam tahap pelaksanaan
adalah melaksanakan hasil kajian potensi dampak negatif terhadap sosial dan
lingkungan dari tahap perencanaan ke dalam aktivitas pelaksanaan mulai dari
sosialisasi hasil MAD, pelatihan atau OJT untuk Tim Pengelola Kegiatan, rapat pra
pelaksanaan sampai masa konstruksi prasarana.
3.7.1 Musyawarah Desa Informasi Hasil MAD
Musyawarah Desa ini harus memastikan kembali hasil kajian terhadap
usulan kegiatan yang didanai:
- Memastikan kembali pengadaan bahan dan alat agar memperhatikan
Daftar Larangan (negative list).
60
- Menyepakati mekanisme dan jadwal realisasi
swadaya, hibah lahan
dan aset lainnya sesuai daftar kesanggupan yang telah disepakati
sebelumnya.
- Mensosialisasikan pencegahan dan penanganan potensi dampak-
dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan yang mungkin timbul
akibat pembangunan prasarana yang didanai. Peserta Musyawarah
Desa dapat menyampaikan tambahan masukan tentang hal ini sesuai
dengan kondisi setempat.
3.7.2 Pelatihan atau OJT Tim Pengelola Kegiatan (TPK)
Materi pelatihan atau OJT mencakup antara lain:
- Pemahaman
isi
formulir-formulir
terkait
penerapan
kebijakan
pengamanan sosial dan lingkungan dalam tahap perencanaan seperti
dijelaskan di atas.
- Perencanaan pencegahan dan penanganan dampak negatif terhadap
sosial dan lingkungan yang mungkin timbul akibat pembangunan
prasarana yang akan dilaksanakan, serta dilengkapi masukan-masukan
tambahan dari peserta Musyawarah Desa Informasi Hasil MAD sesuai
dengan kondisi setempat.
3.7.3 Rapat Pra Pelaksanaan
Menyepakati:
- Teknis pelaksanaan dalam merealisasikan swadaya, hibah lahan dan
aset lainnya.
- Teknis pelaksanaan dalam realisasi pencegahan dan penanganan
potensi dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan.
3.7.4 Masa Konstruksi Prasarana
FT dan KT melakukan pendampingan dan monitoring terhadap TPK dan
masyarakat dalam pelaksanaan pencegahan dan penanganan potensi
dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan dalam masa konstruksi
prasarana. Pelaksanaannya mengacu kepada hasil kajian safeguard pada
tahap perencanaan termasuk hasil pengisian formulir-formulir terkait, serta
61
hasil Rapat Pra Pelaksanaan mengenai teknis pelaksanaan yang telah
disepakati.
3.8 BAGAIMANA PENERAPANNYA PADA TAHAP PELESTARIAN ?
Penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam tahap pelestarian
tercakup dalam kegiatan pemeliharaan. Formulir 25 “Pemeriksaan Desain dan
RAB”: memastikan tersedianya Berita Acara kesanggupan memelihara kegiatan.
Rencana operasional dan pemeliharaan serta rencana pembiayaannya dilakukan
sebelum Musyawarah Desa Serah Terima (MDST). Rencana tersebut mencakup
pelaksanaan berkelanjutan pencegahan dan penanganan/mitigasi potensi dampak
negatif yang kemungkinan timbul pascakonstruksi.
3.9 BAGAIMANA PERAN PARA PELAKU PNPM MPd DALAM PENERAPAN
PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP?
Setiap pelaku PNPM MPd mempunyai peran yang berbeda dalam penerapan
pengamanan sosial dan lingkungan hidup.
Peran masing-masing diuraikan di
bawah ini:
Aparat Pemerintah
Aparat pemerintah di kabupaten terdiri dari Satker Kabupaten dan PjOKab. Dalam
penerapan kebijakan pengamanan sosial dan lingkungan, aparat pemerintah di
kabupaten harus menguasai pemahaman kebijakan ini dan berfungsi mengawasi
penerapannya serta membina masyarakat. Aparat memastikan Daftar Larangan
(negative list) dipatuhi setiap desa, kelengkapan dokumen hibah lahan yang
benar, memastikan verifikasi usulan yang dilakukan oleh tim masyarakat dan
pemerintah berdasarkan pertimbangan kajian potensi dampak negatif terhadap
sosial dan lingkungan. Untuk hal-hal tersebut, aparat pemerintah di kabupaten
mengawasi tetapi tidak terlibat secara mendetail.
Aparat pemerintah di kecamatan terdiri dari Camat dan PjOK.
Dalam hal ini
Camat dan PjOK harus mengawasi penerapan pengamanan sosial dan
lingkungan hidup dalam kajian prioritas usulan dari masyarakat sebelum
penandatanganan dan pengisian dokumen pencairan dana.
Khusus untuk
kegiatan verifikasi, aparat di kecamatan akan lebih terlibat secara langsung, baik
62
sebagai narasumber atau koordinator kegiatan tim verifikasi. Dengan demikian
aparat ini bisa membimbing masyarakat untuk mengidentifikasi potensi dampak
negatif terhadap sosial dan lingkungan di wilayahnya berdasarkan pengalaman
dari implementasi program sebelumnya serta pengetahuan terhadap lokasi-lokasi
yang rawan bencana, komunitas adat terpencil dan lainnya.
Konsultan dan Fasilitator
Konsultan berada di tingkat nasional, regional, dan provinsi.
Mereka lebih
berperan sebagai supervisor kegiatan melalui kunjungan rutin ke lokasi desa.
Mereka juga terlibat dalam pembuatan panduan dan instruksi teknis kepada
fasilitator dan masyarakat di lapangan, serta mendesain pelatihan-pelatihan yang
dibutuhkan.
Fasilitator kabupaten adalah Faskab Pemberdayaan, Faskab Keuangan, dan
Faskab Teknik. Faskab bertugas untuk mensupervisi kegiatan dan membimbing
fasilitator kecamatan serta masyarakat. Fasilitator kecamatan bekerja langsung
dengan masyarakat, sebagai pembimbing dan narasumber untuk segala hal.
Fasilitator kecamatan terdiri dari Fasilitator Kecamatan yang ahli dalam
pemberdayaan dan Fasilitator Teknik yang ahli dalam pembangunan prasarana.
Kedua-duanya bertanggung jawab atas peningkatan kapasitas masyarakat di
desa, sebagai transfer ilmu pengetahuan dan ketrampilan untuk kemandirian
desa.
Dalam penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup, fasilitator berperan
dalam membimbing pengisian semua formulir terkait, mampu menjelaskan
pemahaman pengamanan sosial dan lingkungan hidup kepada masyarakat dan
mendampingi masyarakat serta mengawasi hasil penerapannya.
Fasilitator Teknik Kabupaten harus mengisi ceklis terhadap kualitas desain, dan
wajib menolak desain yang tidak memenuhi kajian pengamanan, termasuk
pengisian format terhadap rincian hibah lahan serta format dampak lingkungan.
Fasilitator Teknik di kecamatan bertanggung jawab untuk menjamin bahwa proses
hibah lahan dilakukan sesuai aturan, dan FT juga membimbing pengisian formulir
potensi dampak lingkungan secara lengkap dan benar.
63
Masyarakat
Masyarakat dibedakan menjadi empat kelompok. Aparat desa mempunyai tugas
pokok untuk mengawasi segala kegiatan yang ada di desa. Aparat tetap ada,
walaupun pelaku PNPM MPd belum diseleksi dan belum aktif. Dalam penerapan
kebijakan pengamanan, aparat desa harus mengidentifikasi potensi dampak negatif
terhadap kehidupan sosial dan lingkungannya, termasuk memahami Daftar
Larangan (Negative List) sehingga bisa menjelaskannya kepada masyarakat
umum. Tim Pengelola Kegiatan adalah tim kecil yang dipilih oleh masyarakat untuk
mengelola kegiatan PNPM di desanya. Mereka harus memahami penerapan
pengamanan dalam PNPM MPd, terutama identifikasi potensi dampak negatif
terhadap sosial dan lingkungan yang menjadi bahan pertimbangan dalam verifikasi,
penyusunan usulan, kelengkapan dokumen perencanaan, dan proses pengaturan
pengadaaan lahan.
KPMD,
terutama
Kader
Teknik,
harus
mampu
menjelaskan
pemahaman
pengamanan dalam kesehariannya di lapangan. Kader Teknik menggantikan peran
Fasilitator Teknik pada saat FT tidak ada di desa. Transfer ilmu pengetahuan dan
ketrampilan dari fasilitator banyak ditujukan kepada KPMD agar ada orang desa
yang memiliki pemahaman yang baik secara mandiri.
Masyarakat berperan untuk mensosialiasikan lebih luas pemahaman pengamanan
sosial dan lingkungan hidup serta mengimplementasikannya dalam pelaksanaan
PNPM MPd. Masyarakat harus betul-betul mengerti dengan benar apa potensi
dampak negatif yang dapat ditimbulkan proyek bagi kehidupan sosial serta
lingkungannya, sehingga dapat turut serta berpartisipasi dalam pencegahan dan
penanganannya. Demikian pula mengenai kelengkapan dokumen pengadaan lahan
harus dipahami dengan baik oleh masyarakat sehingga bisa berperan dengan
benar.
Tim Verifikasi terdiri dari masyarakat atau aparat yang ada di kecamatan, dan
mereka diberi tugas untuk menilai apakah usulan yang diajukan oleh desa memang
layak untuk didanai. Ketidaklayakan dapat disebabkan alasan sangat teknis, tetapi
64
dapat pula diakibatkan ketidaklayakan dari kajian pengamanan terkait potensi
dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan, serta kelayakan lahan. Tim
Verifikasi wajib melaporkan hal tersebut kepada Musyawarah Antar Desa agar
dipertimbangkan dalam penentuan prioritas usulan.
3.10 APA SAJA PELATIHAN YANG MENCAKUP PENGAMANAN SOSIAL DAN
LINGKUNGAN HIDUP?
Terdapat tiga macam pelatihan yang mencakup pengamanan sosial dan
lingkungan hidup yaitu:
Pelatihan Pratugas
Pelatihan pratugas diberikan kepada fasilitator sebelum mobilisasi ke lapangan,
baik fasilitator di kabupaten maupun fasilitor di kecamatan. Pelatihan pratugas
terdiri dari pelatihan bersama serta pembagian kelas teknis dan kelas nonteknis.
Khusus untuk kabupaten, terdapat kelas khusus fasilitator keuangan. Dalam
pelatihan ini penjelasan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dialokasikan
selama 4 jam terdiri dari penjelasan umum tentang pengamanan sosial dan
lingkungan hidup dalam bentuk pelatihan bersama, sementara penjelasan dan
pelatihan khusus formulir-formulir terkait kebijakan pengamanan diberikan pada
kelas teknis.
Pelatihan untuk tingkat kabupaten mengutamakan peran fasilitator sebagai
supervisor dan pembimbing.
Khusus fasilitator teknik, diberi pelatihan tentang
pemeriksaan desain dan RAB. Semua faskab diberi pelatihan pengamanan
tentang aturan nonteknis, termasuk pengadaan lahan dan verifikasi umum.
Pelatihan Penyegaran
Semua konsultan dan fasilitator yang telah berada di lapangan akan menerima
pelatihan penyegaran setiap tahun. Pada pelatihan penyegaran ini, peserta akan
diberi informasi tentang kebijakan dan instrumen baru serta pelatihan tentang
penggunaannya. Dalam pelatihan penyegaran akan diberikan penjelasan
kebijakan pengamanan sosial dan lingkungan hidup meliputi: (1) Pemahaman
pengamanan sosial dan lingkungan hidup; (2) Identifikasi pencegahan dan
65
penanganan dampak negatif yang ditimbulkan proyek; (3) Dokumentasi dan
pelaporan penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup. Hal ini termasuk
pelatihan untuk pengisian formulir-formulir yang telah dimodifikasi. Pelatihan ini
dilakukan di provinsi dan kabupaten.
Pelatihan Kader Teknik
Pelatihan kader teknik akan diberikan kepada semua kader teknik, baik yang
sudah lama bekerja sebagai kader maupun yang baru dipilih sebagai kader.
Pelatihan ini sangat intensif selama dua minggu, dengan kesempatan untuk
mempraktikkan ilmu baru di lapangan pada akhir minggu pertama pelatihan.
Dalam pelatihan ini akan diberikan pemahaman dan keterampilan untuk
mengidentifikasi potensi dampak negatif yang mungkin ditimbulkan oleh proyek
terhadap sosial dan lingkungan. Kader dilatih agar tiap desa mempunyai minimal
satu orang yang mengerti hal-hal teknis seperti ini.
3.11 BAGAIMANA
SUPERVISI
PENERAPAN
PENGAMANAN
SOSIAL
DAN
LINGKUNGAN HIDUP DALAM PNPM MPd?
Supervisi penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dilakukan dalam
setiap tahapan mulai dari tahap persiapan dan sosialisasi, perencanaan,
pelaksanaan dan pelestarian. Kegiatan supervisi dilakukan di desa, kecamatan
dan kabupaten dengan menggunakan ceklis supervisi yang terdapat dalam
Lampiran 2 lampiran panduan ini.
Supervisi di Desa dan Kecamatan oleh Fasilitator
Dalam
kegiatan
supervisi
di
desa/kecamatan,
fasilitator
memberikan
pendampingan dan monitoring terhadap proses identifikasi potensi dampak negatif
terhadap sosial serta potensi kerusakan lingkungan dari setiap usulan kegiatan.
Fasilitator mendokumentasikan hasil identifikasi serta menggunakannya sebagai
bahan monitoring untuk penerapannya dalam tahapan pelaksanaan baik masa
konstruksi dan pasca konstruksi.
66
Supervisi di Kabupaten dan Provinsi oleh Konsultan
Di Kabupaten dan Provinsi, selain monitoring dan pendampingan di lapangan,
supervisi oleh konsultan meliputi pertemuan koordinasi rutin baik di kabupaten
maupun provinsi untuk membahas dan mengevaluasi penerapan pengamanan
sosial dan lingkungan hidup dalam setiap tahapan perkembangan program secara
reguler termasuk masalah dan pengaduan.
Misi Supervisi oleh Pemerintah, NMC, dan Bank Dunia
Misi supervisi berkala diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa (PMD) Kementerian Dalam Negeri, National Management
Consultant (NMC), dan Bank Dunia. Supervisi meliputi pendampingan dan
monitoring terhadap penerapan kebijakan pengamanan sosial dan lingkungan dari
setiap tahapan, memantau masalah, pengaduan dan penanganannya, serta
mendokumentasikan good practice dari pelaksanaan di lapangan. Hasil supervisi
ini dicakup dalam Back to Office Reports (BTOR) yang disusun oleh staf Bank
Dunia setelah kembali dari lapangan dan merangkum seluruh masukan dan
rekomendasi dari tim Bank Dunia, PMD dan NMC, serta Aide Memoire yang
disusun setelah misi supervisi gabungan tersebut yang dilakukan dua kali dalam
setahun.
3.12 BAGAIMANA DOKUMENTASI DAN PELAPORAN PENGAMANAN SOSIAL
DAN LINGKUNGAN HIDUP?
Dokumentasi dan Pelaporan tentang penerapan pengamanan sosial dan
lingkungan hidup dalam PNPM MPd mengikuti alur dan mekanisme yang berlaku
dalam PNPM MPd pada umumnya. Laporan tentang penerapan kebijakan ini
menjadi tambahan dalam setiap Laporan Bulanan dan Laporan Tahunan baik di
kecamatan, kabupaten, provinsi dan nasional.
Laporan tersebut meliputi:
- Dokumentasi penerapan pengamanan sosial dan lingkungan hidup dalam setiap
tahapan program mulai dari tahap perencanaan dan sosialisasi, pelaksanaan
67
dan pelestarian, termasuk rekapitulasi pengisian formulir-formulir terkait
kebijakan pengamanan.
- Identifikasi dan evaluasi permasalahan terkait potensi dampak negatif yang
timbul terhadap sosial dan lingkungan, serta rencana pencegahan dan
penanganannya.
- Dokumentasi
good practice untuk dijadikan bahan pembelajaran dalam
penerapan di masa mendatang.
Penyusunan dokumentasi dan pelaporan penerapan pengamanan sosial dan
lingkungan hidup ini dapat dikompilasi mulai dari musyawarah-musyawarah dari
setiap tahapan kegiatan dan hasil pengisian formulir terkait, serta hasil supervisi
berupa pemantauan terhadap pelaksanaan dari setiap tahapan. Rekapitulasi
berbagai pencatatan ini dalam sistem pengelolaan informasi (Management
Information System/MIS) dapat menjadi salah satu bentuk dokumentasi penerapan
kebijakan pengamanan dalam PNPM MPd.
3.13 BAGAIMANA PENGADUAN DAN PENANGANAN MASALAH PENGAMANAN
SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP?
Pengaduan dan penanganan masalah pengamanan sosial dan lingkungan hidup
mengikuti jenjang dan alur mekanisme PNPM MPd. Keluhan mengenai
pelanggaran kebijakan ini akan didokumentasikan secara berjenjang. Keluhan ini
bisa terdiri dari temuan-temuan tentang dampak negatif sosial yang merugikan
masyarakat, kerusakan lingkungan, ataupun ketidaktepatan dalam realisasi
pengadaan lahan serta praktik pelaksanaan yang berbeda dari rencana
penanganan yang telah disepakati sebelumnya.
Seperti halnya keluhan lain dalam PNPM MPd maka keluhan terkait pengamanan
sosial dan lingkungan hidup ini akan diumumkan setiap bulan dalam website
www.pnpm-perdesaan.org di bawah Menu Penanggulangan Keluhan (Handling
Complaints Menu). Keluhan dapat disampaikan melalui:
-
SMS
: 085710301234 atau 082112109495
Telepon : 021 7195212
Fax.
: 021 7181254
68
-
Email : [email protected] atau [email protected]
Website: www.pnpm-perdesaan.or.id
Surat : Komplek Bungur Indah, Kemang Utara Kec. Mampang Prapatan,
Jakarta Selatan 12730;
Kunjungan langsung kepada Fasilitator/Konsultan dan Pelaku PNPM di
lokasi terdekat
Metode-metode yang lebih inovatif, misalnya stasiun radio masyarakat, digunakan
di berbagai daerah untuk membahas keluhan masyarakat,. Semua keluhan yang
disampaikan didokumentasi di desa atau kecamatan diteruskan ke kabupaten,
provinsi dan Jakarta. Masalah-masalah juga ditindaklanjuti melalui sistem hukum
yang berlaku.
Kabupaten perlu membuat email group atau Facebook group untuk bisa menjadi
arena komunikasi informal antar FK, FTek dan FKab. Bila sudah ada email group
atau Facebook kabupaten bisa diundang NMC, PMD dan Tim safeguard PSF
sebagai anggota agar bisa membantu persoalan yang muncul berkaitan dengan
penerapan panduan ini.
69
DAFTAR SINGKATAN
1.
PPK
Program Pemberdayaan Kecamatan
PNPM MPd
:
:
2.
3.
PTO
:
Petunjuk Teknis Operasional
4.
MDTF
:
Multi Donor Trust Fund
5.
IPP
:
Indigenous Peoples Proposal
6.
IPPF
:
Indigenous Peoples Planning Framework
7.
MA&KAT
:
Masyarakat Adat Komunitas Adat Terpencil
8.
PPM
:
Perencanaan Penanganan Makat
9.
FT
:
Fasilitator Teknik
10.
FK
:
Fasilitator Pemberdayaan
11.
FKab
:
Fasilitator Pemberdayaan Kabupaten
12.
FTKab
:
Fasilitator Teknik Kabupaten
13.
FasKeu
:
Fasilitator Keuangan
14.
KPMD
:
Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa
15.
KT
:
Kader Teknik
16.
TPU
:
Teknik Penulis Usulan
17.
TPK
:
Tim Pengelola Kegiatan
18.
TV
:
Tim Verifikasi
19.
TP3D
:
Tim Pengelola dan Pemelihara Prasarana Desa
20.
PL
:
Pendamping Lokal
21.
BKAD
:
Badan Kerjasama Antar Desa
22.
RAB
:
Rencana Anggaran Biaya
23.
SPPB
:
Surat Perjanjian Pemberian Bantuan
24.
MAD
:
Musyawarah Antar Desa
25.
OJT
:
On the JobTraining
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan
70
Lampiran 1
PERENCANAAN PENANGANAN MAKAT (PPM) / INDIGENOUS PEOPLE PLAN (IPP)
1. PPM disiapkan secara fleksibel dan pragmatis dengan rincian sesuai dengan jenis dan
skala proyek serta jenis dampak yang ditimbulkan.
2. PPM terdiri dari:
a) Ringkasan informasi dasar mengenai demografi, keadaan sosial, dan budaya
tentang MAKAT, lahan dan aset yang dimiliki/digunakannya dan sumber daya
alam yang menjadi sumber hidupnya.
b) Ringkasan hasil kajian sosial.
c) Ringkasan hasil konsultasi yang bebas dan terbuka sebelum kegiatan
dilaksanakan dan telah mendapatkan dukungan luas masyarakat.
d) Kerangka perencanaan yang menjamin adanya konsultasi yang bebas dan
terbuka sebelum kegiatan dilaksanakan.
e) Rencana tindak (action plan) penanganan yang menjamin bahwa MAKAT
menerima manfaat sosial dan ekonomi yang layak dan sesuai dengan
budayanya, termasuk peningkatan kapasitas instansi terkait bila diperlukan.
f)
Bila teridentifikasi ada dampak negatif terhadap MAKAT, maka dibuat rencana
tindak (action plan) untuk menghindari, mengurangi dampak negatif,
menanggulangi dampak tersebut.
g) Perencanaan pembiayaan dan sumber daya untuk PPM.
h) Prosedur penyampaian keluhan mudah diakses oleh MAKAT yang terkena
dampak. Pengaduan dapat juga ditindaklanjuti secara hukum atau mekanisme
yang biasa dipakai secara adat.
i)
Monitoring dan evaluasi dilakukan sesuai mekanisme dan tolok ukur proyek serta
dipastikan bebas dan terbuka sebelum kegiatan dilaksanakan.
71
Lampiran 2
CEKLIS SUPERVISI PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN
PROVINSI
KABUPATEN
KECAMATAN
DESA
:
:
:
:
TANGGAL DIPERIKSA
JENIS PRASARANA
DIMENSI
TAHUN ANGGARAN
HAL-HAL YANG DIPERIKSA
TERPENUHI
:
:
:
:
TIDAK
TERPENUHI
FORMULIR 5 USULAN KEGIATAN
Potensi dampak negatif
Kebutuhan pengadaaan lahan
Partisipasi MA&KAT
FORMULIR 6 BERITA ACARA KESANGGUPAN SWADAYA MASYARAKAT
Formulir sudah terisi
FORMULIR 9 REKAP PENGADAAN LAHAN DAN ASET
FORMULIR 9a DAFTAR RINCIAN PENGADAAN LAHAN DAN ASET
Rekapitulasi telah diisi
Masyarakat memahami prosedur
Proses konsultasi dilakukan
Ada rincian pengadaan lahan dan aset
Rincian ada tanda tangan masyarakat
Rincian volume dan denah lokasi lahan dan aset
FORMULIR 10 CEKLIS PEMERIKSAAN KELENGKAPAN DOKUMEN USULAN
Ada Formulir 10 dan lampirannya
Berita Acara tidak ada ganti rugi dari BLM
FORMULIR 11 DAN 12 VERIFIKASI USULAN
Tidak melanggar daftar negatif
Partisipasi MA&KAT
Formulir 12d tentang kelayakan prasarana
Dampak negatif saat konstruksi dan pasca
FORMULIR 22 PENANGANAN MASALAH DAMPAK NEGATIF TEHADAP LINGKUNGAN (INFRASTRUKTUR)
Identifikasi 2 dampak negatif yg sangat merugikan
Identifikasi 2 dampak negatif yg hampir pasti terjadi
Terdapat penanganan keempat jenis dampak
FORMULIR 25 PEMERIKSAAN DESAIN DAN RAB
Desain dan RAB sesuai kebutuhan MA&KAT
Formulir 22 diperiksa
Formulir 25 disetujui Fasilitator Teknis Kab
FORMULIR 29 SURAT PERJANJIAN PEMBERIAN BANTUAN
Dilampirkan Formulir 25
NAMA PEMERIKSA:
TANDA TANGAN:
72
USULAN KEGIATAN
(Semua jenis usulan kegiatan desa menggunakan form berikut ini. Jumlah Usulan kegiatan desa berdasarkan
hasil kesepakatan MD perencanaan, maximal 3 usulan )
Desa
Kecamatan
Kabupaten
Provinsi
Usulan dari
Nama kegiatan
Jenis kegiatan
Lokasi kegiatan
Kelompok
pengusul
Kelompok Perempuan
Kelompok
Campuran
Pemanfaat Langsung
Jumlah pemanfaat
Umum
L
P
JML
1.
RTM
org
org
org
L
P
JML
org
org
org
Pemanfaat Tidak
Langsung
(orang)
L
org
P
org
JML
org
RTM
(Rumah Tangga
Miskin)
……. org ……..%
Latar belakang:
(Jelaskan masalah yang dihadapi dan penyebabnya, serta akibat yang akan terjadi bagi masyarakat
setempat jika masalah tersebut tidak segera diatasi )
2. Tujuan yang ingin dicapai
(Perubahan kondisi yang ingin dicapai dan biasanya merupakan kebalikan dari masalah)
3. Kegiatan yang akan dilakukan :
(Kegiatan apa saja yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan. Bagian ini menggambarkan aktivitas dan
volume yang akan dikerjakan dan membutuhkan pendanaan PNPM, swadaya ataupun sumber lain,
Kegiatan ini mempunyai hubungan sebab akibat dengan tujuan)
4. Manfaat yang akan diperoleh
(Jelaskan manfaat secara langsung/tidak langsung yang akan diperoleh jika usulan ini didanai. Mis:
terciptanya lapangan kerja, meningkatnya produksi/pemasaran, meningkatnya perilaku hidup
sehat/derajad kesehatan, meningkatnya kualitas pembelajaran/menurunnya angka putus sekolah,dll.
Dapat diambil dari akibat dengan merubahnya dalam pernyataan positif)
5. Keterlibatan kelompok miskin dalam perencanaan
(Jelaskan bagaimana dan berapa banyak kelompok orang miskin terlibat dalam perencanaan dan dalam
penentuan usulan ini )
66
6. Potensi Sumber daya
(Sebutkan apa saja potensi yang dapat mendukung kegiatan, termasuk pelayanan pendidikan dan
kesehatan dan swadaya lokal)
7. Rencana pelaksanaan kegiatan
(Jelaskan rencana pelaksanaan kegiatan)
8. Rencana Pelestarian kegiatan
(Jelaskan rencana pemeliharaan dan atau keberlanjutannya setelah dana bantuan PNPM berakhir)
9. Lain-Lain
a). Sebutkan potensi dampak negatif sosial dan lingkungan dari kegiatan yang diusulkan?
b). Apakah ada kebutuhan penambahan lahan dari kegiatan yang diusulkan ? Jelaskan.
c). Apakah ada keterlibatan Masyarakat Adat dan Komunitas Adat Terpencil (MAKAT) dalam kegiatan
yang
diusulkan ? Jelaskan.
10. Lampiran-lampiran:
a.
b.
c.
d.
e.
Peta Sosial Desa
Berita Acara Musyawarah Desa Perencanaan.
Daftar usulan desa
Berita Acara kesanggupan swadaya Masyarakat dan Daftar Penyumbang)
Lampiran lainnya sesuai dengan jenis kegiatan yang diusulkan , yaitu:
(1) Usulan Pendidikan (Lampiran: Calon KK, Jumlah RTM, anak KK dan/atau RTM putus sekolah,
anak KK dan/atau RTM tidak sekolah sebagai penerima manfaat, RAB, Jadwal Rencana
Kerja, lain-lain ) *)
(2) Usulan Kesehatan (Lampiran: Calon KK, jumlah ibu hamil, balita anak RTM, balita sakit atau
kurang gizi RTM, PUS (Pasangan Usia Subur RTM)sebagai penerima manfaat, RAB, Jadwal
Rencana Kerja, lain-lain) *)
(3) Usulan SPP (Lampiran: Rencana Kegiatan Kelompok )
(4) Berita Acara/pernyataan bahwa BLM PNPM MPd tidak digunakan untuk ganti rugi tanah serta
aset diatasnya.
*) Lampiran Usulan Pendidikan dan Kesehatan yang bersifat fisik mengikuti usulan prasarana.
67
Disiapkan oleh TPU desa
1.
2.
3.
Mengetahui
…………………………………… .(Ketua TPU)
……………………………………..(Ketua TPK)
……………………………………..(KPMD)
1.
2.
68
………………………….………….…(Kades)
…………………………………….……(BPD)
Berita Acara
Kesanggupan Swadaya Masyarakat
Terhadap
Usulan Kegiatan :..........................................
Pada hari ini ............................ tanggal .......................... bulan ................ tahun ...............
bertempat di ...................................... Desa ........................ Kecamatan ............................
Kabupaten ............................ Provinsi .........................., berdasarkan hasil musyawarah desa /
dusun * , kami yang bertanda tangan di bawah ini mewakili dan atas nama masyarakat desa /
dusun menyatakan bahwa jika usulan dari desa kami disetujui dalam Musyawarah Antar Desa
untuk didanai melalui PNPM, kami sepakat dan sanggup untuk memberikan swadaya
sebagaimana di bawah ini :
No
1.
Bentuk Swadaya
Bahan
a.
b.
c.
d.
e.
2.
Lahan
a.
b.
c.
Uang Tunai
3.
4.
5.
6.
Volume
Satuan
Nilai (Rp)
Keterangan
Peralatan
a.
b.
c.
Tenaga Kerja
a.
b.
c.
d.
e.
Lainnya
Rincian dari swadaya tersebut, termasuk nama-nama penyumbang sebagaimana tercantum
dalam lampiran berita acara ini.
Swadaya atau sumbangan masyarakat sebagaimana tersebut di atas akan direalisasikan
setelah adanya keputusan penetapan usulan yang didanai oleh PNPM melalui Musyawarah
Antar Desa Penetapan Usulan sampai pada tahap pelaksanaan kegiatan. Jika swadaya
tersebut di atas tidak dapat direalisasikan maka kami menyadari dan bersedia menerima sanksi
berupa pemutusan atau pemberhentian bantuan dana PNPM untuk desa kami.
Demikian berita acara ini kami buat dengan sebenarnya dan atas dasar musyawarah
masyarakat desa agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
69
.........................., tanggal :...............................
Kepala Desa.............................
Ketua TPK
(..............................................)
(.......................................)
Atas nama masyarakat desa
Nama
Alamat
Jabatan
(dalam masyarakat)
1.
2
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
* Coret yang tidak perlu
70
Tanda Tangan
PENJELASAN TENTANG REKAPITULASI PENGADAAN LAHAN DAN ASET
1. Dana PNPM tidak boleh digunakan untuk membayar ganti rugi tanah atau aset lainnya.
2. Pengertian :
a.
b.
c.
d.
Ijin Pakai
Hibah
Tukar Lahan
Beli
3. Kegiatan PNPM tidak boleh menggusur permukiman penduduk.
4. Tanah atau aset lain yang dibutuhkan dalam kegiatan PNPM diperoleh dengan cara:
a. sumbangan yang benar-benar sukarela (swadaya) dari pemilik tanah atau pemilik
aset sebagai sumbangan terhadap kegiatan PNPM.
b. Sumbangan dengan ganti rugi yang biaya atau aset penggantinya disediakan melalui
swadaya atau sumber lainnya, dengan mengacu pada:
 Tanah diganti dengan tanah lain dengan tingkat kesuburan yang sama atau
dengan aset produksi lain yang sama nilainya.
 Disediakannya bahan dan bantuan tenaga untuk mengganti bangunan permanen
yang akan digusur.
 Penggantian tanaman senilai dengan harga pasaran tanaman yang tergusur.
 Penggantian dengan jenis lainnya, asalkan pemilik yang bersangkutan
menyetujuinya.
5. Proses Konsultasi:
a. TPK dan pihak desa harus membahas dengan pemilik aset yang tergusur dalam
musyawarah desa
b. Pemilik aset yang tergusur harus mendapat penjelasan tentang hak untuk mendapat
ganti rugi dan alternatif penggantiannya.
c. Persetujuan yang dicapai dalam musyawarah harus ditulis dalam notulen atau berita
acara hasil musyawarah.
d. Untuk sumbangan sukarela, maka dalam notulen atau berita acara harus
mencantumkan nama penyumbang dang rincian sumbangannya.
e. Untuk sumbangan dengan ganti rugi, maka dalam notulen atau berita acara harus
mencantumkan nama-nama penerima ganti rugi, jenis dan besarnya ganti rugi
seperti dalam contoh formulir rekapitulasi ganti rugi di atas.
f. Notulen atau berita acara serta bukti penerimaan ganti rugi harus disimpan rapi
dan siap diperiksa kapan saja.
72
6. Persetujuan PNPM :
Apabila dalam kegiatan PNPM ada proses ganti rugi yang biaya atau aset
penggantinya disediakan melalui swadaya atau sumber lainnya, maka FK-KEC atau
FT-KEC akan:
a. Menunda persetujuannya sampai orang yang bersangkutan puas dengan ganti rugi
yang akan diberikan.
b. Menunda melanjutkan pelaksanaan kegiatan PNPM sampai pemberian ganti rugi
selesai.
7. Seluruh keluhan diusahakan penyelesainnya di tingkat desa. Jika tidak dapat
diselesaikan maka dapat disampaikan dan ditangani secara berjenjang di tingkat
kecamatan dan kabupaten.
73
REKAPITULASI PENGADAAN LAHAN DAN ASET
Kegiatan : _________________
Yang terkena
Jumlah asset
yang terkena
(m2/ unit)
Lahan pertanian
Lahan lainnya………..
Kesepakatan yang
dicapai
Kompensasi
yang disepakati
a. Ijin Pakai :
b. Hibah :
c. Tukar Lahan :
d. Beli :
a. Ijin Pakai :
b. Hibah :
c. Tukar Lahan :
d. Beli :
Rumah/bangunan
Tanaman:……………..
Lainnya
Keluhan-keluhan:
Peta lokasi yang terkena:
Tanda tangan semua
Yang terkena
1.
2.
3.
4.
5.
dst
Kepala Desa
________________
________________
________________
________________
________________
_____________
71
PNPM Mandiri - Perdesaan
Form.10
CEKLIS PEMERIKSAAN
KELENGKAPAN DOKUMEN USULAN
Desa : ……………………………………
Kabupaten : ………………………………
Kecamatan : ……………………………………. Propinsi : ……………………………..
No.
URAIAN
Layak
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
PENJELASAN
dan
REKOMENDASI
Pemeriksaan Isi Proposal Desa
Ada
Tidak
Kurang
Salah
Ada
Jenis Usulan Kegiatan :
1. Keg. Prasarana
2. Keg. SP Klpk Perempuan
3. Keg. Bidang Pendidikan
4. Keg. Bidang Kesehatan
Cover / Sampul Proposal
Surat Pengantar
Peta Sosial Desa
a. Tanda pada Lokasi Kegiatan
b. Keterangan pada peta
Hasil Analisa penyebab
kemiskinan (usulan
Berita Acara Musyawarah
Khusus Perempuan
Daftar Hadir Musy. Perempuan
a. Tanda tangan lengkap & asli
b. Rincian sumbangan jelas
Berita Acara Musyawarah Desa
Perencanaan
a. Lampiran: Daftar Hadir
Daftar Penetapan Usulan Desa
a. Tanda tangan lengkap &
asli
BA Swadaya/ Sumbangan
Daftar Sumbangan (Lamp. BA
Swadaya)
a. Tanda tangan lengkap &
asli
Surat Pernyataan Lamp.
BA / Pernyataan tdk ada ganti
rugi dari PNPM
5. Keg. Bidang Pelatihan
6. Keg. Lainnya
Penjelasan atau keterangan
terhadap hasil Pemeriksaan :
KESIMPULAN PEMERIKSAAN : Bahwa dokumen usulan / proposal desa tsb. Di atas dinyatakan:
1. TELAH MEMENUHI SYARAT
2. BELUM MEMENUHI SYARAT
maka bisa dilanjutkan dng proses verifikasi.
maka perlu diperbaiki dulu oleh desa.
Dibuat di : ………………………………………. , tanggal ……………………………..
No
1
2
3
4
5
Nama
.....................................…….
.....................................…….
.....................................…….
.....................................…….
.....................................…….
Diperiksa oleh,
Jabatan
..............................................
..............................................
..............................................
..............................................
..............................................
Tanda Tangan
.........................
.........................
.........................
.........................
.........................
77
Form. 11
FORMULIR VERIFIKASI USULAN
Kabupaten
Kecamatan
Desa:
Jenis Kegiatan:
_________________________
_________________________
Jawaban
Kriteria
Ya
Umum
1.1 Usulan kelompok perempuan benar-benar berasal dari perempuan dan dibahas
serta disetujui dalam Musdes Khusus Perempuan.
Catatan:
1.2 Usulan kegiatan telah dibahas dan ditetapkan dalam Musdes Perencanaan.
Catatan:
1.3 Usulan kegiatan tidak termasuk dalam Daftar Negatif (Kegiatan yang dilarang) Sesuai dengan PTO PNPM - PPK,
Catatan :
1.4 Usulan Kegiatan tidak tumpang tindih dengan proyek/ program lain
Catatan :
1.5 Tidak ada masalah dengan kepemilikan tanah atau hibah lahan.
Catatan :
1.6 Kelompok perempuan dan orang miskin ikut dalam pembuatan dan pengambilan
keputusan mengenai usulan yang diajukan.
Catatan:
78
Tidak
Jawaban
Kriteria
Ya
Tidak
1.7 Jumlah penerima manfaat tersebut sesuai dengan kondisi yang ditemukan di
lapangan.
Catatan:
1.8 Mayoritas calon penerima manfaat lebih banyak berasal dari golongan miskin
Catatan :
1.9 Kegiatan yang diusulkan menjadi kebutuhan masyarakat dan mendesak untuk
dilaksanakan
Catatan:
1.10. Dalam masyarakat cukup banyak yang mempunyai pengalaman atau biasa
mengerjakan kegiatan yang diusulkan
Catatan :
1.11. Sudah ada kesanggupan untuk memelihara kegiatan ini?
Catatan :
Rekomendasi / Catatan:
Dibuat oeh Tim Verifikasi:
1
2
3
4
5
79
PNPM Mandiri - Perdesaan
Form.12.d
A. Verifikasi Kegiatan Prasarana
Desa
Kecamatan
Kabupaten
Provinsi
Penguji:
:
:
:
:
________________
________________
________________
________________
Tanda tangan
1. ...........................................
............................
2. ...........................................
............................
3. ...........................................
............................
4. ...........................................
............................
5. ...........................................
............................
Tanggal pengujian
Jenis Prasarana:
Ukuran Prasarana
Lokasi
Penguji
:
:
:
:
________________
________________
________________
________________
Tanda tangan
6. .......................................................................
7. .......................................................................
8. .......................................................................
9. .......................................................................
10. .....................................................................
1. Uraian manfaat prasarana yang diusulkan:
_______________________________________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________________________________
2. Uraian manfaat prasarana bagi kelompok miskin
_______________________________________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________________________________
3. Jumlah penerima manfaat: ............................................ orang.
4. Layak secara teknis.
a. Menggunakan teknologi yang relatif sederhana.
b. Banyak melibatkan tenaga kerja masyarakat setempat.
c. Bahan , alat, dan tenaga ahli mudah didatangkan.
d. Dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat.
Ya / Tidak
Ya / Tidak
Ya / Tidak
Ya / Tidak
5. Layak secara target.
a. Target usulan sesuai dengan kenyataan dilapangan.
b. Target usulan sesuai dengan kebutuhan.
c. Target usulan sesuai dengan target manfaat.
Ya / Tidak
Ya / Tidak
Ya / Tidak
6. Layak secara sosial dan lingkungan
a. Tidak menimbulkan dampak negatif thdp sosial dan lingkungan saat konstruksi.
Ya / Tidak
b. Tidak menimbulkan dampak negatif thd sosial & lingkungan saat pascakonstruksi.
Ya / Tidak
c. Bila berpotensi menimbulkan dampak negatif, sebutkan upaya penyelesaian masalah yang dibutuhkan:
___________________________________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________________________________
7. Layak terhadap pengadaan lahan dan aset:
a. Perlu penyumbangan pengadaan lahan atau aset lain
Ya / Tidak
b. Proses pengadaaan lahan dapat diselesaikan masyarakat.Ya / Tidak
c. Uraikan proses yang akan diikuti untuk pengadaan lahan (bila perlu)
___________________________________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________________________________
8. Kesimpulan usulan
Layak / Layak dengan syarat / Tidak Layak
Sebutkan syarat atau alasan tidak layak:
___________________________________________________________________________________________________
80
PNPM Mandiri - Perdesaan
Form-22
Penanganan Dampak Negatif Terhadap Lingkungan
Desa
: ......................................................
Kecamatan : ......................................................
Kabupaten : ......................................................
Jenis Kegiatan : ............................................................
Desain oleh
: ............................................................
Tanggal
: ............................................................
Mohon diisi untuk dua jenis dampak lingkungan negatif yang berskala besar yang dpat terjadi
(keterangan dilanjutkan ke lembar tambahan, bila perlu) :
1. Dampak lingkungan negatif yang berskala besar yang dapat terjadi :
Apa saja yang telah direncanakan untuk mencegah masalah ini atau untuk mengurangi dampak negatif
yang mungkin timbul?
2. Dampak lingkungan negatif yang berskala besar yang dapat terjadi :
Apa saja yang telah direncanakan untuk mencegah masalah ini atau untuk mengurangi dampak negatif
yang mungkin timbul?
Mohon diisi untuk dua jenis dampak lingkungan negatif yang sangat mungkin terjadi (keterangan
dilanjutkan ke lembar tambahan, bila perlu) :
1. Dampak lingkungan negatif yang sangat mungkin terjadi
Apa saja yang direncanakan untuk mengatasi masalah ini atau untuk mengurangi dampak negatif yang
mungkin timbul?
2. Dampak lingkungan negatif yang sangat mungkin terjadi
Apa saja yang direncanakan untuk mencegah masalah ini atau untuk mengurangi dampak negatif yang
mungkin timbul
Formulir untuk Desa
81
Form. 25
PNPM Mandiri - Perdesaan
PEMERIKSAAN DOKUMEN DESAIN DAN RAB
:
Jenis Prasarana :
Pemeriksaan
ke :
Diperiksa oleh :
Tipe Prasarana :
Tanggal diserahkan :
Ukuran :
Tanggal diperiksa :
Lokasi
Jabatan
:
Jenis Dokumen yang diperiksa
SURVEI
1.1 Survei Antar Patok
1.2 Sket Kondisi Tanah
1.3 Sketsa lokasi kegiatan
1.4 Survei Beda Tinggi, Sumber Air, Debit Air dan
1.5 Survei Harga Bahan, Alat oleh TPK
1.6 Survei Harga Bahan, Alat oleh FT
1.7 Kesepakatan harga upah dan harga bahan lokal
1.8 Catatan tentang dampak lingkungan
1.9 Catatan tentang pembebasan lahan
TAKE-OFF SHEET
2.1 Pemilihan Jenis Konstruksi
2.2 Perhitungan Konstruksi
2.3 Perhitungan Volume Pekerjaan
2.4 Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan
2.5 Perhitungan Penggunaan Alat Berat
2.6 Perhitungan Harga satuan Sewa Alat Berat
2.7 Perhitungan Volume Alat manual
2 8 Rekapitulasi Volume Bahan
2.8
Bahan, Upah dan Alat
SPESIFIKASI BAHAN DAN ALAT
3.1 Spesifikasi bahan
3.2 Spesifikasi alat berat
SAFEGUARD
4.1 Pengisian Form Dampak Lingkungan
4.2 Rencana penanganan Dampak Lingkungan
4.3 Pengisian rencana penggunaan Alat Berat
4.4 Pengesahan penggunaan Alat Berat
4.5 Pengisian Form Ganti Rugi Lahan
4.6 Penerima manfaat
4.7 Kesanggupan memelihara prasarana
4.8 Desain sesuai kebutuhan MA&KAT
Perlu
Belum
Sudah
memenuhi memenuhi diperiksa
ulang
syarat
syarat
Jenis Dokumen yang diperiksa
Belum
Sudah
memenuhi memenuhi
syarat
syarat
Perlu
diperiksa
ulang
GAMBAR DESAIN
5.1 Gambar Situasi
5.2 Gambar Denah
5.3 Tampang Memanjang
5.4 Tampang Melintang
5.5 Tampak Depan, Belakang, Samping Kiri dan Kanan
5.6 Gambar Denah Fondasi, Atap, Lantai dan Plafond
5.7 Gambar Potongan Memanjang dan Potongan
5.8 Gambar Detail
5.9 Kelengkapan dimensi/ukuran pada gambar
5.10 Kelengkapan spesifikasi pada gambar
5.11 Lokasi prasarana tepat
5.12 Lokasi sarana pelengkap
RENCANA ANGGARAN BIAYA
6.1 Rencana Anggaran Biaya Detail
6.2 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya
6.3 Kewajaran Harga Bahan, Upah dan Alat
6.4 Kewajaran Penggunaan Alat Berat
6 5 Kelengkapan spesifikasi bahan pada RAB
6.5
6.6 Kelengkapan dimensi/ukuran bahan pada RAB
6.7 Swadaya
ANTISIPASI MASALAH
7.1 Ada potensi konflik dengan . . . . . . . . . . .
7.2 Cukup mudah untuk dilaksanakan oleh masyarakat
7.3 Catatan sumber bahan dan ketersediaan bahan
7.4 Catatan jalan akses untuk mengedrop material & alat
7.5 Perizinan/Koordinasi yang diperlukan
7.6 Potensi manfaat subproyek
7.7 Kekuatan struktur/konstruksi
7.8 Konfirmasi tentang pembebasan lahan
Disetujui / Belum Disetujui
(_________________)
FT-KAB
82
Form. 25 A
PNPM Mandiri - Perdesaan
LEMBAR CATATAN PEMERIKSAAN
Lokasi
:
Dibuat oleh
:
Pemeriksaan ke :
Jabatan
:
Tanggal diserahkan :
Tanggal diperiksa :
Jenis Prasarana :
Hal-hal yang harus diperhatikan/diperbaiki :
83
PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR PEMERIKSAAN DESAIN DAN RAB
Fasilitator Teknis Kabupaten (FT-Kab) wajib memeriksa semua dokumen yang berkaitan dengan Pembuatan
Desain dan RAB untuk kegiatan pembangunan prasarana, untuk mencegah dokumen desain dan RAB yang
belum lengkap dan atau yang belum memenuhi kebutuhan dan standar teknis. Dengan dilakukan pemeriksaan
ini, FT-Kab menjamin bahwa dokumen ini layak untuk digunakan sebagai dokumen perencanaan detail lokasi
PNPM.
FT-Kab memeriksa Dokumen Desain dan RAB serta mengisi blangko yang telah disediakan, kemudian
mengatakan "disetujui" atau "tidak disetujui" berdasarkan hasil penilaian. Jika dokumen desain dan RAB
dinilai “Tidak Disetujui,” Fasilitator Teknis harus melengkapi atau memperbaiki kekurangan dokumen dan atau hal-hal yang dinilai belum memenuhi syarat dalam dokumen sebagaimana terdapat dalam ceklist dan lembar
catatan pemeriksaan. Semua koreksi tersebut harus diperiksa kembali oleh FT-Kab, kecuali beberapa jenis
koreksi yang dapat dianggap sebagai “Layak dengan Syarat,” seperti:
- Melengkapi dimensi pada gambar
- Menandai spesifikasi pada gambar
- Menandai lokasi perlengkapan pada gambar situasi dan atau denah
Semua Ceklist Pemeriksaan Dokumen dan Lembar Catatan Pemeriksaan wajib didokumentasikan oleh FT-Kab
dikantor Faskab dan aslinya dijilid bersama dokumen SPPB sebagai lampiran.
Hal-hal yang harus diperiksa dan persyaratan penilaian "Terpenuhi" sebagaimana tabel dibawah ini :
ITEM YANG DIPERIKSA
PERSYARATAN TERPENUHI
RUJUKAN PANDUAN
SURVEI
1.1 Survei Antar Patok
Form survei jalan (Form.16) terisi lengkap dan jelas.
1.2 Sket Kondisi Tanah
Kegiatan jalan : form sket kondisi tanah (Form.20) terisi lengkap dan
jelas.
Kegiatan jembatan : sketsa potongan melintang sungai yang
Matrik kategori dan aspek survei
teknis untuk berbagai jenis prasarana
(lihat bahan bacaan prasarana)
dilengkapi ukuran lebar sungai , dalam sungai, tinggi muka air normal,
tinggi muka air banjir, kedalaman tanah keras dan jenis tanah.
Kegiatan bangunan gedung : sketsa potongan melintang dan
memanjang yang dilengkapi ukuran beda tinggi, data kedalaman
tanah keras, jenis tanah dan kedalaman air tanah.
Kegiatan tambatan perahu : sketsa potongan melintang dan
memanjang yang dilengkapi ukuran beda tinggi, data kedalaman
tanah keras, jenis tanah dan kedalaman air pasang, surut, normal.
Untuk kegiatan lain : minimal ada data-data teknis untuk membuat
desain Fondasi dan pekerjaan tanah.
1.3 Sketsa lokasi kegiatan
1.4 Survei Beda Tinggi, Sumber Air, Debit Air
dan Pelayanan
1.5 Survei Harga Bahan, Alat oleh TPK
Sketsa berupa gambar denah yang dilengkapi keadaan sekitar lokasi
kegiatan. Sketsa dilengkapi dengan ukuran panjang, lebar, beda
tinggi lokasi kegiatan dengan jalan atau titik referensi yang ditetapkan
dilapangan.
Kegiatan SAB Perpipaan, Jaringan Irigasi, PLTMH : data sumber air,
kontinuitas ketersediaan air, debit air, beda tinggi, trase jaringan,
tingkat pelayanan, area pelayanan terdata dengan lengkap.
Minimal survei harga bahan dan alat dilakukan pada 3 (tiga)
tempat/supplier yang berbeda untuk setiap jenis bahan atau alat.
Supaya dihindari melakukan survei pada suppiler yang mempunyai
keterkaitan dengan supplier lainnya (untuk menghindari monopoli
harga)
Pada blangko survei terdapat informasi; alamat lokasi survei, nama
responden, jenis bahan dan alat, ukuran bahan, kualitas bahan,
kapasitas alat, harga bahan atau alat, jarak dari lokasi survei ke
Desa.
Form blanko survei yang digunakan adalah sesuai format yang
tercantum pada PTO Penjelasan IV halaman 16. Kemudian hasil
survei direkap menggunakan form 23 (Hasil Survei Harga Bahan/Alat)
Minimal terdapat hasil survei harga pembanding dilakukan pada 3
(tiga) tempat yang berbeda untuk setiap jenis bahan/alat. Blanko/form
survei dan pengisiannya sesuai dengan Survei Harga Bahan/Alat oleh
1.7 Kesepakatan harga upah dan harga bahan Terdapat Berita Acara Musyawarah "kesepakatan harga upah dan
lokal
harga bahan yang akan diadakan secara lokal " antara TPK
dengan masyarakat calon pengumpul bahan dan pekerja serta
dihadiri KPMD, TPU, Tomasy, Kades, BPD. Berita Acara dilengkapi
dengan Notulen dan Daftar hadir
Jika harga bahan lokal lebih mahal dari pada harga non lokal, supaya
diadakan review hasil Musyawarah dan peninjauan kembali harga
yang ditawarkan masyarakat.
1.6 Survei Harga Bahan, Alat oleh FT
1.8 Catatan tentang dampak negatif sosial dan Terdapat catatan-catatan dampak negatif terhadap sosial dan
lingkungan
lingkungan yang akan terjadi pada lokasi kegiatan yang akan
1.9 Catatan tentang pengadaan lahan
direncanakan.
Terdapat catatan-catatan hasil konfirmasi pengadaan lahan kepada
masyarakat yang lahannya akan dibebaskan untuk kegiatan.
TAKE-OFF SHEET
2.1 Pemilihan Jenis Konstruksi
Jenis konstruksi yang dipilih sudah sesuai dengan petunjuk pemilihan
konstruksi yang terdapat pada bahan bacaan Prasarana dan atau
sesuai kaidah teknik yang berlaku. Beberapa catatan penting dan
penegasan untuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
84
Panduan Pelaksanaan
Survei Harga Satuan Bahan/Alat (lihat
bacaan prasarana tentang survei
teknis)
2.2 Perhitungan Konstruksi
2.3 Perhitungan Volume Pekerjaan
2.4 Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan
2.5 Perhitungan Penggunaan Alat Berat
Kegiatan jalan : konstruksi yang dipilih sudah mempertimbangkan
topografi, kondisi struktur tanah, tingkat pelayanan (roda dua atau
roda empat serta volume lalu lintas yang akan lewat), kemampuan
masyarakat untuk melaksanakan dan memelihara kegiatan. Bangunan
pelengkap jalan seperti gorong-gorong, TPT dan saluran pasangan
batu dipastikan hanya direncanakan pada tempat-tempat yang secara
teknis dibutuhkan. Tidak diperkenankan merencanakan bangunan
pelengkap jalan seperti saluran pinggir jalan menggunakan pasangan
batu
dan TPT
tanpa ada
alasan teknis.
Kegiatan
jembatan
: konstruksi
yang dipilih sudah
mempertimbangkan batasan-batasan yang dianjurkan dalam petunjuk
teknis, kemampuan masyarakat untuk melaksanakan dan memelihara
kegiatan, jalan akses untuk mengangkut material.
Kegiatan bangunan gedung : konstruksi yang dipilih sudah
mempertimbangkan kemampuan masyarakat untuk melaksanakan
dan memelihara kegiatan, memanfaatkan sebanyak mungkin material
lokal, ketersediaan dan kemudahan menyediakan material.
Untuk bangunan-bangunan yang sudah ada standard konstruksinya
dalam bahan bacaan prasarana, perhitungan konstruksi tidak perlu
dibuat. Sebagai gantinya dalam take-off sheet perhitungan konstruksi
dicantumkan rujukan konstruksi yang diambil beserta tabelnya.
Perhitungan kekuatan konstruksi utama bangunan yang tidak ada
pada bahan bacaan harus dibuat sesuai kaidah perencanaan teknik
yang berlaku nasional dan minimal dalam take-off sheet terdapat
perhitungan konstruksi sebagai berikut :
Kegiatan jalan : terdapat perhitungan konstruksi bangunan pelengkap
seperti besar dan jenis Gorong-gorong , perhitungan konstruksi TPT.
Kegiatan jembatan : terdapat perhitungan konstruksi bangunan bawah
(Abutment, Pilar, TPT). Tinjauan terhadap kemampuan mendukung
beban vertikal, horizontal dan guling. Untuk bangunan atas bisa
mengambil kontruksi sesuai tabel standard yang tersedia pada bahan
bacaan prasarana.
Untuk bangunan jembatan
yang diluar standard, perhitungan konstruksi bangunan atas dan
bangunan bawahnya wajib dibuat.
Semua volume pekerjaan sudah dibuat dan perhitungan sudah benar.
Urutan uraian pekerjaan dimulai dari kegiatan bangunan bawah
sampai pekerjaan finishing.
Semua perhitungan harga satuan pekerjaan sudah dibuat dan
perhitungan sudah benar. Analisis Harga Satuan Pekerjaan yang
digunakan sudah sesuai dengan spesifikasi bahan dan alat yang
direncanakan.
Tersedia perhitungan penggunaan alat berat dalam format jam atau
hari. Analisis yang digunakan sudah berdasarkan kapasitas alat,
tingkat kesulitan pekerjaan dan volume pekerjaan.
2.6 Perhitungan Harga satuan Sewa Alat Berat Tersedia harga satuan sewa alat berat. Harga sewa sudah termasuk
komponen bahan bakar, pelumas. Komponen HOK Operator Alat
supaya dipisah.
2.7 Perhitungan Volume Alat manual
Alat-alat manual untuk membantu pekerjaan sudah memperhatikan
tingkat efisiensi dan metode kerja yang direncanakan
2.8 Rekapitulasi Volume Bahan, Upah dan Alat Volume Bahan, Upah dan Alat sudah direkap berdasarkan volume
yang terdapat pada "perhitungan harga satuan pekerjaan".
SPESIFIKASI BAHAN DAN ALAT
3.1 Spesifikasi bahan
Lembaran spesifikasi bahan yang akan digunakan sudah dibuat dan
dilengkapi dengan data pabrikan yang memproduksinya.
3.2 Spesifikasi alat berat
Lembaran spesifikasi alat yang akan digunakan sudah dibuat dan
pabrikan pembuat
SAFEGUARD
4.1 Pengisian Form Penanganan
Dampak Negatif Lingkungan
Form 22 sudah berdasarkan catatan tentang dampak lingkungan dan
solusi untuk meminimalkan dampak lingkungan sudah diisi.
4.2 Rencana Penanganan Dampak
Lingkungan
Dalam Desain dan RAB sudah mengakomodir solusi untuk
meminimalkan dampak lingkungan. Jika dampak lingkungan diprediksi
akan terjadi setelah kegiatan beroperasi, sudah ada rencana
penanganan untuk diberikan kepada TP3.
Rencana penggunaan alat berat sudah disosialisasikan dan disetujui
masyarakat serta dituangkan kedalam form rencana penggunaan alat
berat.
FT-Kab sudah menyatakan persetujuan penggunaan alat berat yang
4.3 Pengisian rencana penggunaan
Alat Berat
4.4 Pengesahan penggunaan Alat
Berat
4.5 Pengisian Form Ganti Rugi Lahan
4.6 Penerima manfaat
4.7 Kesanggupan memelihara
prasarana
4.8 Desain sesuai kebutuhan MA&KAT
dituangkan kedalam form rencana penggunaan alat berat.
Form ini bisa di copy dari Proposal Usulan yang sudah lolos Verifikasi
TV.
Terdapat data pemanfaat langsung dan pemanfaat tidak langsung
kegiatan. Konstruksi kegiatan sudah di Desain sesuai dengan
manfaat dan jumlah penerima manfaat yang direncanakan.
Tersedianya Berita Acara Kesanggupan memelihara kegiatan.
Pada MA&KAT, desain bangunan sudah mempertimbangkan dan
mengakomodir arsitektur, penggunaan, kebiasaan, kepercayaan dan
aturan setempat.
GAMBAR DESAIN
5.1 Gambar Situasi
Minimal terinformasikan perletakan bangunan utama dan bangunan
pelengkap yang direncanakan, keadaan sekitar bangunan, jalan
akses menuju bangunan tersebut.
5.2 Gambar Denah
Dalam gambar denah minimal terdapat informasi tata letak konstruksi
utama, tata letak ruangan, ukuran panjang, lebar dan peil ketinggian
lantai.
85
5.3 Tampang Memanjang
5.4 Tampang Melintang
Gambar ini khusus untuk kegiatan jalan.Pada gambar terdapat
informasi kondisi existing jalan sebagaimana hasil survey dan
rencana permukaan jalan, penempatan bangunan pendukung.
Gambar ini
dilengkapi
dengan
STA. jalan. Gambar ini dapat berupa
Gambar
khusus untuk
kegiatan
gambar tipikal, setiap perubahan perlu dibuat gambar tampang
melintang. Pada gambar minimal terdapat informasi mengenai
perkerasan, bahu jalan, saluran pinggir dan keadaan kiri kanan jalan.
5.5 Tampak Depan, Belakang, Samping Kiri, Gambar ini untuk kegiatan selain jalan. Pada gambar terdapat
Samping Kanan
informasi bentuk bangunan yang dilihat dari posisi tertentu, ukuran
panjang/lebar dan tinggi.
5.6 Gambar Denah Fondasi, Atap, Lantai dan Pada denah fondasi minimal terdapat informasi tata letak pondasi
Plafond
yang dilengkapi ukuran serta type pondasi
5.7 Gambar Potongan Memanjang dan
Potongan Melintang
5.8 Gambar Detail
Pada denah Atap minimal terdapat informasi tata letak konstruksi atap
yang dilengkapi ukuran, serta komponen konstruksi yang dilengkapi
ukuran dan nama komponen serta spesifikasi.
Pada denah lantai minimal terdapat informasi tata letak finishing lantai
yang dilengkapi ukuran panjang/lebar dan ketinggian serta informasi
jenis dan spesifikasi bahan yang digunakan.
Pada denah plafond minimal terdapat informasi tata letak komponen
konstruksi plafond, tata letak lampu yang dilengkapi dengan ukuran,
jenis, spesifikasi bahan.
Gambar ini untuk kegiatan selain jalan. Pada gambar terdapat
informasi bentuk bangunan jika dipotong. Informasi dalam potongan
yang diutamakan adalah info mengenai konstruksi bangunan. Gambar
dilengkapi ukuran panjang/lebar, tinggi, nana komponen, jenis, ukuran
dan spesifikasi
bahan.
Semua
komponen
konstruksi utama harus dibuat gambar detailnya.
Penamaan gambar detail sinkron dengan informasi yang terdapat
pada gambar denah adan atau gambar potongan. Gambar dilengkapi
ukuran konstruksi dan komponen konstruksi, jenis, ukuran dan
bahan yang digunakan.
5.9 Kelengkapan dimensi/ukuran pada gambar spesifikasi
Pada setiap gambar sudah dilengkapi dimensi/ukuran bangunan,
konstruksi dan komponen konstruksi.
5.10 Kelengkapan spesifikasi pada gambar
Pada setiap gambar sudah dilengkapi spesifikasi dan jenis bahan
yang digunakan untuk konstruksi dan komponen konstruksi.
5.11 Lokasi prasarana tepat
Selain penempatan prasarana sudah sesuai dengan Proposal Usulan
yang sudah diperiksa Tim Verifikasi, sudah dipertimbangkan secara
teknis untuk menempatkan prasarana/unit prasarana/komponen
prasarana.
Penempatan sarana pelengkap pada gambar situasi dan atau gambar
tampang memanjang dan atau gambar denah jelas posisi dan
dilengkapi dengan keterangan jenis dan ukuran sarana pelengkap.
5.12 Lokasi sarana pelengkap
RENCANA ANGGARAN BIAYA
Form RAB Prasarana (form.7e) terisi dengan lengkap. RAB detail
dibuat untuk setiap jenis kegiatan dan diurutkan mulai dari Kegiatan
Utama. Total volume bahan, upah dan alat sudah sesuai dengan
Rekapitulasi Volume Bahan, Upah dan Alat. Volume swadaya sudah
sesuai dengan komitmen swadaya yang disepakati. Kategori biaya
sudah sesuai dengan petunjuk pengisian kategori biaya. Harga
satuan sudah sesuai dengan daftar harga yang sudah disepakati.
Perkalian
dan perjumlahan
sudah
Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya
Form Rekapitulasi
Anggaran
Biayasesuai.
Prasarana (form.8b) terisi dengan
lengkap. Nomor RAB sudah diurutkan mulai nomor satu dan
pengisian sudah sesuai dengan perjumlahan pada RAB Detail.
Perhitungan perjumlahan dan perkalian sudah benar.
Kewajaran Harga Bahan, Upah dan Alat
Harga bahan, upah dan alat yang dimasukan kedalam RAB sudah
diperbandingkan dengan hasil survei harga oleh FT dan hasil survei
harga oleh FT-Kab.
Kewajaran Penggunaan Alat Berat
Penggunaan Alat Berat sudah mengacu kepada PTO Penjelasan IV
halaman 18 tentang penggunaan dan mekanisme penggunaan Alat
Kelengkapan spesifikasi bahan pada RAB Berat.
Uraian bahan pada form RAB Detail dilengkapi dengan spesifikasi
bahan dan atau nama pabrikan yang memproduksi.
6.1 Rencana Anggaran Biaya Detail
6.2
6.3
6.4
6.5
6.6
Uraian bahan pada form RAB Detail dilengkapi dengan
dimensi/ukuran sesuai standard yang berlaku.
Swadaya masyarakat yang dicantumkan dalam RAB sudah sesuai
dengan komitmen swadaya yang dituangkan dalam form
kesanggupan swadaya masyarakat.
Kelengkapan dimensi/ukuran bahan pada RAB
6.7 Swadaya
ANTISIPASI MASALAH
7.1 Ada potensi konflik dengan . . . . . . . . . . .
7.2 Cukup mudah untuk dilaksanakan oleh
masyarakat
7.3 Catatan sumber bahan dan ketersediaan
bahan
7.4 Catatan jalan akses untuk mengedrop
material & alat
Potensi konflik sudah dibicarakan dengan para pihak dan antisipasi
konflik sudah dipersiapkan sebelum MAD Prioritas Usulan. Potensi
konflik dipaparkan pada forum MAD Prioritas Usulan dan forum
memberikan masukan untuk mengantisipasinya.
Pemilihan dan Desain konstruksi harus dibuat sesederhana mungkin
dan sudah mempertimbangkan kemampuan masyarakat untuk
melaksanakan
Sumber
bahan kegiatan.
dan ketersediaan bahan sudah diidentifikasi dengan
benar oleh Fasilitator.
Desain dan RAB sudah memperhitungkan/mempertimbangkan
ketersediaan jalan akses yang ada.
7.5 Perizinan/Koordinasi yang diperlukan
Izin sudah ada dan koordinasi dengan pihak terkait sudah dilakukan
sebelum MAD Penetapan Usulan dilaksanakan.
7.6 Potensi manfaat subproyek
Kegiatan sudah dipastikan akan bermanfaat bagi masyarakat.
7.7 Kekuatan struktur/konstruksi
Tersedia informasi tentang kekuatan konstruksi. Informasi ini berguna
untuk pembatasan beban penggunaan.
7.8 Konfirmasi tentang pengadaan lahan
Catatan hasil konfirmasi pengadaan lahan kepada masyarakat yang
lahannya akan dibebaskan untuk kegiatan sudah ditindaklanjuti. Hasil
tindaklanjut sudah harus ada sebelum MAD Prioritas Usulan.
86
SURAT PERJANJIAN PEMBERIAN BANTUAN (SPPB)
Nomor :
Tanggal :
Yang bertanda tangan di bawah ini kami :
I.
Nama
:
………………………………
Jabatan : Ketua Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM), Kecamatan ………….……….., Kabupaten ………………..., Propinsi ………………................
Berdasarkan Musyawarah Antar Desa tanggal …......…, bertindak atas nama Forum, selanjutnya disebut sebagai Pihak Pertama.
II.
Nama
:
…………………………….
Jabatan :
Ketua Tim Pengelola Kegiatan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM), Desa …………….………, Kecamatan ……………….., Kabupaten ……………………………
Berdasarkan kesepakatan Musyawarah Desa yang dilaksanakan pada tanggal
………………… ditunjuk selaku Ketua Tim Pengelola Kegiatan PNPM, selanjutnya
disebut sebagai Pihak Kedua.
Dengan ini menyepakati hal-hal sebagai berikut :
(1)
Pihak Pertama, menyetujui pembayaran dana Bantuan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) kepada Pihak Kedua sebesar Rp. …………….….. (dengan huruf)
(2)
Dana ini disetujui untuk membiayai kegiatan berikut :
(3)
(a)
Nama kegiatan
Jumlah dana
Jasa Pinjaman
Sifat bantuan
: Simpan Pinjam-Perempuan
: Rp. ………………… (dengan huruf)
: ……. persen
: Pinjaman
(b)
Nama kegiatan
Jumlah dana
Sifat bantuan
: Kesehatan
: Rp. ………………… (dengan huruf)
: Bantuan lepas
(c)
Nama kegiatan
Jumlah dana
Sifat bantuan
: Pendidikan
: Rp. ………………… (dengan huruf)
: Bantuan lepas
(d)
Nama kegiatan
Jumlah dana
Sifat bantuan
Waktu penyelesaian
: Pembangunan Sarana/Prasarana
: Rp. ………………… (dengan huruf)
: Bantuan lepas
: .… . bulan
(e)
Biaya administrasi dan operasional UPK
(f)
Biaya administrasi dan operasional TPK sebesar Rp. ……………………
sebesar Rp. ……………………
Pihak Kedua sepakat dan berjanji akan mengembalikan dana Bantuan yang bersifat
pinjaman kepada Unit Pengelola Kegiatan (UPK) dalam jangka waktu …..… bulan terhitung sejak penyerahan dana kepada Pihak Kedua oleh Pihak Pertama. Pengembalian
87
oleh Pihak Kedua disertai jasa pinjaman sebesar …….…% per tahun. Jumlah keseluruhan dana yang harus dikembalikan Pihak Kedua sampai selesai jangka waktu pinjaman adalah
sebesar Rp……………...….. Dalam hal Pihak Kedua tidak dapat memenuhi kewajibannya, kesempatan Pihak Kedua untuk mendapatkan dana Bantuan PNPM di masa yang akan
datang akan hilang.
(4)
Pihak Kedua sepakat dan berjanji akan memelihara prasarana dan sarana melalui
swadaya masyarakat dengan sebaik-baiknya.
(5)
Pihak Kedua akan menyerahkan dana kepada kelompok masyarakat sesuai dengan
usulan yang diajukan dan disepakati dalam Musyawarah Antar Desa. Atas penyerahan
dana tersebut harus dibuat Berita Acara Serah Terima / Tanda Terima.
(6)
Pihak Kedua wajib menyebarluaskan SPPB ini melalui papan pengumuman paling sedikit
di tiga tempat umum di desa. Rincian teknisnya akan diatur kemudian dalam Petunjtuk
Teknis Operasional PNPM.
Pihak Pertama
Ketua UPK ……………
Pihak Kedua
Ketua ..... TPK
Desa ……..…………
(………………………….)
(………………………….)
Mengetahui:
PjOK
Kecamatan ………….………
Kepala Desa ……………
(….………………………….)
(…..………………………….)
Camat …………………
(………………………………….)
Catatan: Pernyataan (3) dan (4) diisi jika desa yang bersangkutan menerima baik pinjaman
maupun bantuan lepas. Jika hanya salah satu, coret pernyataan yang tidak perlu.
88
Lampiran SPPB :
1). Proposal / usulan desa dengan RAB & Rekap RAB
2). Jadual pelaksanaan kegiatan / jadual pengembalian kelompok SPP
3). Untuk kegiatan prasarana disertai foto 0 % dari prasarana yang akan dibangun serta
gambar rencana teknis (form 25 beserta lampirannya) yang dinyatakan layak oleh FT
dan / FASTEKAB.
Dokumen-dokumen tersebut dibuat rangkap lima :
1).PjOK (tanda tangan asli).
2).Kepala Desa (tanda tangan asli).
3).Unit Pengelola Kegiatan (UPK) (tanda tangan asli).
4).Tim Pengelola Kegiatan Desa,
5).Fasilitator Kecamatan.
Lampiran
Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB)
1)
Di dalam persyaratan umum ini istilah perjanjian pemberian bantuan adalah mengatur
Penanggung jawab Operasional Kegiatan (PjOK) Bantuan PNPM dengan desa melalui
TPK.
2)
Tugas TPK sebagai pengelola adalah:
a) Melaksanakan kegiatan sesuai dengan spesifikasi dan petunjuk teknis yang ada dalam
Pedoman Umum petunjuk Pelaksanaan dan Panduan Teknis Operasional PNPM
dengan dibantu oleh Fasilitator Kecamatan di kecamatan dan Konsultan
Pembardayaan Masyarakat Desa/Kelurahan (KPM-D/K) di tingkat desa.
b) Menyediakan bahan dan peralatan serta pekerja sesuai dengan petunjuk dalam
Petunjuk Teknis Operasional PNPM.
c) Memeriksa dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok menerima dana sesuai
jumlah yang diperjanjikan dan mencatat dalam buku khusus pengembalian dari
kelompok.
d) Mengelola dan menatalaksanakan semua dokumen kegiatan serta melakukan
pembukuan sesuai format yang telah ditentukan dalam Petunjuk Teknis Operasional
PNPM.
e) Menyusun laporan bulanan tentang kemajuan kegiatan dan keuangannya.
3)
Pekerjaan tidak dapat dikontrakkan kepada pihak lain (sub-kontrak).
4)
TPK dan semua pelaku PNPM di desa wajib mentaati segala perundang-undangan dan
hukum yang berlaku.
5)
Force majeure adalah suatu kejadian yang menghambat/merusakkan pekerjaan yang
dilakukan yang terjadinya di luar penguasaan TPK. Bilamana force majeure ini terjadi, TPK
harus melaporkan hal tersebut kepada PjOK dalam waktu tujuh hari melalui suatu Berita
Acara Revisi.
6)
Bila terjadi perbedaan pendapat antara TPK dan KPM-D/K atau antara TPK dan Fasilitator
Kecamatan, hal ini harus segera dilaporkan kepada Anggota Musyawarah Antar Desa dan
Camat. Penyelesaian masalah semacam ini akan diselesaikan berdasarkan Perjanjian dan
kenyataan di lapangan.
89
7)
TPK dapat diberi sanksi apabila lalai atau tidak mematuhi pasal 2 dan 4 atau tidak
mematuhi peringatan yang diberikan oleh UPK. UPK diketahui oleh FK dan PjOK dapat
memberikan peringatan tertulis kepada TPK dan melaporkannya kepada Anggota
Musyawarah Antar Desa dan Camat. Bila TPK atau pelaku PNPM terkait di desa masih
dianggap melanggar/ lalai maka pembayaran kepada desa akan dihentikan sampai akibat
kelalaian telah diperbaiki dan diterima oleh UPK diketahui oleh FK dan PjOK dalam surat
perjanjian.
90
73
Download