Kuret “Kalau ada pilihan, maka aku akan memilih Caesar (melahirkan secara operasi Caesar)dibanding diminta kuret” Itu kata-kata yang diucapkan [KALIMAT INI MEMBUAT TOKOHNYA BERJARAK] oleh Mama Virly di Sabtu pagi. Seperti biasa, Sabtu pagi ibu-ibu berkumpul di ruangan depan kursus Bahasa Inggris mpD Center, di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Mereka mengantarkan anak-anaknya mengikuti kursus Bahasa Inggris. Di sofa merah bata, bersama beberapa ibu-ibu pengantar yang lain, mereka saling bercerita tentang keseharian. [KALIMAT INI MENGESANKAN SEMUA IBU DUDUK DI SOFA MERAH] “Kalau ada pilihan, aku akan memilih caesar dibanding kuret,” ujar Mama Virly. Seperti biasa, Sabtu pagi itu, ibu-ibu berkumpul di ruangan depan kursus Bahasa Inggris mpD Center, di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Mereka mengantarkan anak-anak mereka mengikuti kursus Bahasa Inggris. Dan mereka saling bercerita tentang keseharian. Pagi itu, seperti parade ibu hamil. Di sofa merah duduk Mama Virly dan Mama Rafli [IDEM, TOKOH UTAMANYA BERJARAK]. Mama Rafli saat ini sedang hamil 6 bulan. Dengan baju berbahan kaos warna merah tua dan celana model stric, sangat terlihat perutnya yang mulai membuncit. Sementara Mama Virly [TOKOH UTAMA TAPI JUSTRU TIDAK DITUNJUKKAN APA PAKAIANNYA] seperti terlihat sedang hamil 4 bulan [PADAHAL SUDAH DELAPAN BULAN. APAKAH KARENA TAK BEGITU BUNCIT?]. “Ini bukan hamil, tetapi memang gendut dari sononya”, Mama Virly membela diri. Di samping Mama Virly duduk Mama Vigo di kursi terpisah. Kaos warna merah muda yang dia kenakan, tidak bisa menutupi kehamilannya. Mama Virly terlihat sedang hamil empat bulan. Dia duduk di sofa merah bersama Mama Rafli. Mama Rafli sedang hamil enam bulan. Dengan baju berbahan kaos warna merah tua dan celana model stric, perutnya yang mulai membuncit begitu terlihat. Di samping Mama Virly duduk Mama Vigo di kursi terpisah. Kaos warna merah muda yang dia kenakan, tidak bisa menutupi kehamilannya. Pagi itu, seperti parade ibu hamil. “Ini bukan hamil, tetapi memang gendut dari sononya,” Mama Virly berkelakar. “Tinggal nunggu lahirannya”, ungkap Mama Virly waktu ditanya berapa umur kehamilannya. Menurut hitungan dokter, umur kehamilannya 8 bulan. “Tinggal nunggu lahirannya,” ujar Mama Virly waktu ditanya berapa umur kehamilannya. Menurut hitungan dokter, umur kehamilannya delapan bulan. Sementara ibu-ibu yang lain duduk di lantai. Beberapa mainan anak-anak tergeletak begitu saja. Domba plastik warna merah dan hijau terjajar rapi di pinggir pintu. Ibu-ibu yang lain duduk di lantai. Beberapa mainan anak-anak tergeletak begitu saja. Domba plastik warna merah dan hijau terjajar rapi di pinggir pintu. “Kalau caesar gak ada rasanya, tidak sakit. Tapi kalau kuret, rasa lemesnya sangat lama”, ungkap Mama Virly. Sambil memainkan blackberry, Mama Virly menceritakan pengalamannya dikuret. Dia sudah berumur 36 tahun. Tapi dengan rambut cepaknya, dia terlihat lebih mudah dari umurnya. Padahal, dia telah punya 3 orang anak. Anak pertama sudah besar, laki-laki, kelas satu SMU. Anak kedua juga laki-laki, sudah duduk di bangku SMP. Dan anak ketiga, Virly, jauh jaraknya. Umurnya baru 5 tahun. Anak ketiga inilah yang dia antarkan ke kursus. Mama Virly harus mengalami kuret pada kehamilan pertama. Waktu itu dia hamil dua bulan. Karena pendarahan, dokter memutuskan untuk dikuret. “Tidak ada rasanya. Waktu masuk ruang operasi, dokter terus menerus ngajak ngobrol. Trus tiba-tiba saya tidak sadar” Tapi setelah dikuret, dia merasa badannya lemas terus, tidak ada tenaga. Dan itu dia alami hingga lebih dari seminggu. “Kalau operasi (operasi caesar), habis operasi besoknya saya bisa jalan-jalan. Sudah segar”. Sebenarnya pengalaman kuret yang tidak menyenangkan, membuat dia takut untuk hamil dan melahirkan. Tetapi karena waktu itu dia belum punya anak, dia melawan rasa takut itu. Hingga dia punya 3 anak. “Kalau caesar gak ada rasanya, tidak sakit. Tapi kalau kuret, rasa lemesnya sangat lama,” ujar Mama Virly. Sambil memainkan blackberry, Mama Virly menceritakan pengalamannya dikuret. Dia mengalaminya pada kehamilan pertama. Waktu itu dia hamil dua bulan. Karena pendarahan, dokter memutuskan untuk kuret. “Tidak ada rasanya. Waktu masuk ruang operasi, dokter terus menerus ngajak ngobrol. Trus tiba-tiba saya tidak sadar.” Tapi setelah dikuret, dia merasa badannya lemas terus, tidak ada tenaga. Dan itu dia alami hingga lebih dari seminggu. “Kalau operasi (operasi caesar), habis operasi besoknya saya bisa jalan-jalan. Sudah segar.” Pengalaman kuret yang tidak menyenangkan itu membuat dia takut untuk hamil dan melahirkan. Tetapi karena waktu itu dia belum punya anak, dia melawan rasa takut itu. Hingga dia punya 3 anak. Mam Virly sudah berumur 36 tahun. Tapi dengan rambut cepaknya, dia terlihat lebih mudah dari umurnya. Padahal dia telah punya tiga anak. Anak pertama sudah besar, lakilaki, kelas satu SMU. Anak kedua juga laki-laki, sudah duduk di bangku SMP. Dan anak ketiga, Virly, jauh jaraknya. Umurnya baru lima tahun. Anak ketiga inilah yang dia antarkan ke kursus. “Sekarang saya tidak mau punya anak lagi. Cukup 3 saja. Ini yang terkecil sisa-sisa”. “Aku pakai KB, takut beranak lagi”. Mama Virly merasa 3 anak sudah cukup baginya. Apalagi anak terakhir perempuan, sesuai dengan keinginan suaminya. “Sudah cukup, Virly yang terakhir. Toh kakak-kakaknya juga sayang sama dia. Aku takut nanti malah harus dikuret lagi. Kan saya sudah cukup tua umurnya.”[ ] “Sekarang saya tidak mau punya anak lagi. Cukup tiga saja. Ini yang terkecil sisa-sisa.” “Aku pakai KB, takut beranak lagi.” Mama Virly merasa tiga anak sudah cukup baginya. Apalagi anak terakhir perempuan, sesuai keinginan suaminya. “Sudah cukup, Virly yang terakhir. Toh kakak-kakaknya juga sayang sama dia. Aku takut nanti malah harus dikuret lagi. Kan saya sudah cukup tua umurnya.”[ ]