UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR LABORATORIUM FARMAKOLOGI FAKULTAS ILMU KESEHATAN KODE: 99/POS-UMP/2015 Edisi Tanggal : III : 03 Februari 2015 PENDAHULUAN Laboratorium farmakologi adalah sebagai sarana bagi mahasiswa untuk berlatih mengembangkan ilmu farmakologi sebagai salah satu mata kuliah kompetensi di bidang farmasi. TUJUAN 1. Mengenalkan mahasiswa pada Ilmu Farmakologi. 2. Meningkatkan pemahaman pada Ilmu Farmakologi. PELAKSANA 1. Dekan 2. Ka. Prodi 3. Pengelola Laboratorium 4. Dosen dan mahasiswa DEFINISI Laboratorium adalah sarana sebagai tempat berlatih mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan intelektual melalui kegiatan pengamatan, pencatatan, dan pengkajian gejala-gejala. Serta sebagai tempat memberikan dan memupuk keberanian mahasiswa hakekat kebenaran ilmiah (Standar Nasional Pendidikan). Farmakologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang obat dan seluruh aspeknya baik yang sifat kimiawi, hewani dan nabati. Farmakologi atau ilmu khasiat obat adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan obat dengan seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi maupun fisikanya, kegiatan fisiologi, resorpsi, dan nasibnya dalam organisme hidup. Dan untuk menyelidiki semua interaksi antara obat dan tubuh manusia khususnya, serta penggunaannya pada pengobatan penyakit disebut farmakologi klinis. Ilmu khasiat obat ini mencakup beberapa bagian yaitu : Hal. 1 dari 10 halaman 1. Farmakognosi, mempelajari pengetahuan dan pengenalan obat yang berasal dari tanaman dan zat – zat aktifmya, begitu pula yang berasal dari mineral dan hewan. Pada zaman obat sintetis seperti sekarang ini, peranan ilmu farmakognosi sudah sangat berkurang. Namun pada dasawarsa terakhir peranannya sebagai sumber untuk obat – obat baru berdasarkan penggunaannya secara empiris telah menjadi semakin penting. Banyak phytoterapeutika baru telah mulai digunakan lagi (Yunani ; phyto = tanaman), misalnya tingtura echinaceae (penguat daya tangkis), ekstrak Ginkoa biloba (penguat memori), bawang putih (antikolesterol), tingtur hyperici (antidepresi) dan ekstrak feverfew (Chrysantemum parthenium) sebagai obat pencegah migrain. 2. Biofarmasi, meneliti pengaruh formulasi obat terhadap efek terapeutiknya. Dengan kata lain dalam bentuk sediaan apa obat harus dibuat agar menghasilkan efek yang optimal. Ketersediaan hayati obat dalam tubuh untuk diresorpsi dan untuk melakukan efeknya juga dipelajari (farmaceutical dan biological availability). Begitu pula kesetaraan terapeutis dari sediaan yang mengandung zat aktif sama (therapeutic equivalance). Ilmu bagian ini mulai berkembang pada akhir tahun 1950an dan erat hubungannya dengan farmakokinetika. 3. Farmakokinetika, meneliti perjalanan obat mulai dari saat pemberiannya, bagaimana absorpsi dari usus, transpor dalam darah dan distrtibusinya ke tempat kerjanya dan jaringan lain. Begitu pula bagaimana perombakannya (biotransformasi) dan akhirnya ekskresinya oleh ginjal. Singkatnya farmakokinetika mempelajari segala sesuatu tindakan yang dilakukan oleh tubuh terhadap obat. 4. Farmakodinamika, mempelajari kegiatan obat terhadap organisme hidup terutama cara dan mekanisme kerjanya, reaksi fisiologi, serta efek terapi yang ditimbulkannya. Singkatnya farmakodinamika mencakup semua efek yang dilakukan oleh obat terhadap tubuh. 5. Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh dan sebetulnya termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika, karena efek terapi obat barhubungan erat dengan efek toksisnya. Pada hakikatnya setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan merusak organisme. ( “Sola dosis facit venenum” : hanya dosis membuat racun racun, Paracelsus). 6. Farmakoterapi mempelajari penggunaan obat untuk mengobati penyakit atau gejalanya. Penggunaan ini berdasarkan atas pengetahuan tentang hubungan antara khasiat obat dan sifat fisiologi atau mikrobiologinya di satu pihak dan penyakit di pihak lain. Adakalanya berdasarkan pula atas pengalaman yang lama (dasar empiris). Phytoterapi menggunakan zat – zat dari tanaman untuk mengobati penyakit. Obat – obat yang digunakan pada terapi dapat dibagi dalam tiga golongan besar sebagai berikut : Hal. 2 dari 10 halaman 1. Obat farmakodinamis, yang bekerja terhadap tuan rumah dengan jalan mempercepat atau memperlambat proses fisiologi atau fungsi biokimia dalam tubuh, misalnya hormon, diuretika, hipnotika, dan obat otonom. 2. Obat kemoterapeutis, dapat membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh tuan rumah. Hendaknya obat ini memiliki kegiatan farmakodinamika yang sekecil – kecilnya terhadap organisme tuan rumah berkhasiat membunuh sebesar – besarnya terhadap sebanyak mungkin parasit (cacing, protozoa) dan mikroorganisme (bakteri dan virus). Obat – obat neoplasma (onkolitika, sitostatika, obat – obat kanker) juga dianggap termasuk golongan ini. 3. Obat diagnostik merupakan obat pembantu untuk melakukan diagnosis (pengenalan penyakit), misalnya untuk mengenal penyakit pada saluran lambungusus digunakan barium sulfat dan untuk saluran empedu digunakan natrium propanoat dan asam iod organik lainnya. KETENTUAN Pimpinan Fakultas kesehatan menyediakan laboratorium, peralatan laboratorium dan kandang hewan secara lengkap (seperti alat-alat gelas, alat-alat suntik, dll) agar terciptanya suasana praktikum yang kondusif dan berjalan tanpa hambatan sampai dengan Tahun 2018. Untuk melaksanakan kegiatan praktikum Farmakologi ini, diperlukan: 1. Pedoman penggunaan ruang laboratorium Farmakologi 2. Pedoman pemeliharaan, perlakuan dan pemusnahan hewan coba PELAKSANAAN Pemilihan jenis, jumlah, dan mutu laboratorium farmakologi dilakukan dengan hatihati, direncanakan dengan matang disesuaikan dengan rancangan pengajaran, rencana pemanfaatan, pengoperasian, dan pemeliharaannya. Untuk pemanfaatan teknologi dan manajemen laboratorium, perlu dilakukan peningkatan sumber daya melalui pelatihan-pelatihan, antara lain: pelatihan penanganan hewan coba mulai dari memelihara ehwan coba hingga memusnahakan hewan coba. Sebagai aset UM Palangkaraya, labotarorium farmakologi didokumentasikan dengan baik, dipelihara dan dimanfaatkan secara efektif, efisien dan terintegrasi melalui manajemen system informasi. Pada saat kita memasuki Laboratorium Farmakologi diharapkan di dalamnya kita merasa sangat nyaman, aman dan terasa berada di ruangan laboratorium dengan lingkungan yang bersih dan tertata, terawat, penerangan dan keamanan yang memadai. Hal. 3 dari 10 halaman ATURAN 1. Kegiatan praktikum yang dilakukan sesuai dengan program semester laboratorium yang telah dibuat dan disepekati bersama 2. Dosen mata kuliah wajib berusaha untuk mewujudkan kegiatan praktikum sesuai dengan program semester laboratorium yang telah disepakati 3. Penambahan kegiatan praktikum diluar program semester laboratorium diijinkan apabila telah dikoordinasikan dengan teknisi dan kepala laboratorium 4. Pembatalan kegiatan praktikum pada program semester laboratorium diijinkan apabila terjadi pada kondisi darurat dan tidak memungkinkan serta telah dikoordinasikan dengan koordinator laboratorium. I. Petunjuk Kerja Laboratorium Farmakologi 1. Diperlukan kerja yang serius dan mengetahui tentang Farmakologi Dasar. Sebelum muli bekerja perlu mempelajari serta memahami petunjuk dan prosedur percobaan. 2. Tiga hal yang perlu diperhatikan selama bekerja di laboratorium Farmakologi: 3. Peserta praktikum harus datang tepat pada waktunya. Bagi yang berhalangan hadir, wajib memberikan keterangan yang jelas. 4. Setiapkali praktikum, akan diadakan tes untuk masing-masing percobaan. 5. Tidak diadakan praktikum ulang (inhal). Tiga kali tidak mengikuti praktikum, dinyatakan gugur dan dipersilahkan mengikuti praktikum tahun berikutnya. 6. Peserta praktikum tidak boleh meninggalkan laboratorium selama praktikum berlangsung, kecuali dengan ijin khusus dari pembimbing praktikum. Hanya seorang praktikan dari suatu kelompok yang diperbolehkan meninggalkan laboratorium. 7. Rombongan praktikum akan dibagi menjadi kelompok-kelompok, setiap kelompok bertanggung jawab atas peralatan yang dipakai, dan percobaan yang dilakukan. Dalam semua percobaan, perlu ada pembagian tugas dalam suatu kelompok, misalnya: sebagian, menyiapakn alat-alat dan obat-obatan, mencatat dosis yang digunakan dan menetapkan kadar obat dalam sampel biologis. Sebagian lain menyiapkan binatang percobaan dan memberikan obat pada binatang tersebut, sisanya melakukan pengamatan dan mencatat hasil pengamatan. 8. Laporan praktikum harus diserahkan sebelum melakukan percobaan berikutnya Hal. 4 dari 10 halaman 9. Beberapa percobaan hanya diperlukan hasil tiap kelompok, lainnya memerlukan hasil-hasil dari kelompok lain untuk dihitung secara statistik 10. Setiap kerusakan atau gangguan harus dilaporkan secepatnya 11. Sebelum mulai percobaan, alat-alat yang diperlukan dicek 12. Binatang percobaan diperlakukan dengan kasih sayang. Hal ini akan membantu praktikan dalam melakukan percobaan, dan mengurangi pengaruh yang tidak dikehendaki yang disebabkan karena takut dan sebagainya. Binatang jangan disakiti 13. Pasti akhir praktikum akan diadakan responsi dan tidak diadakan respon ulang II. Penanganan Hewan Uji a. Definisi hewan uji Hewan uji/hewan coba atau sering disebut hewan laboratorium adalah hewan yang khusus diternakkan untuk keperluan penelitian/praktikum biologik. Hewan percobaan digunakan untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada manusia. Hewan percobaan yang biasa digunakan pada penelitian fermakologi antara lain: 1. Mencit 2. Tikus 3. Kelinci 4. Hamster 5. Kucing 6. Kera 7. Anjing b. Jenis Hewan Uji Mencit Hal. 5 dari 10 halaman 1. Cenderung berkumpul 2. Penakut, fotopobik 3. Lebih aktif pada malam hari 4. Aktivitas terhambat dengan kehadiran manusia 5. Tidak mengigit 6. Cara memperlakukanmencit: dengan tangan kanan angkat ekornya dan biarkan mencit menjangkau kawat kandang dengan kaki depannya, tarik sedikit ekornya. Dengan tangan kiri, cubit kulit diantara 2 telinga dan 3 jari yang lain memegang kulit punggung diantara jari manis dan ekor dijepit di kelingking Tikus 1. Sangat cerdas 2. Tidak begitu fotofobik 3. Aktivitasnya tidak terhambat dengan kehadiran manusia 4. Bila diperlakukan kasar atau dalam keadaan defesiensi nutrisi, cenderung menjadi galak dan sering menyerang 5. Dapat hidup sendiri di kandangnya 6. Cara memperlakukan tikus: - Angkat dengan cara memegang bagian ujung ekor, letakkan pada kawat kendang - Tangan kiri bergerak dari belakang dengan jari tengah dan telunjuk “mengunci” tengkuknya, sementara ibu jari jari menjepit kaki depan - Untuk perlakuan yang hanya memerlukan ekor, masukkan ke dalam “holder” Kelinci Hal. 6 dari 10 halaman 1. Jarang bersuara kecuali dalam kondisi nyeri yang luar biasa 2. Cenderung berontak bila kenyamanannya terganggu 3. Sangat rentan terhadap angin langsung dan udara dingin 4. Untuk perlakukan yang hanya memerlukan kepala, masukkan ke dalam “holder” 5. Cara memperlakukan kelinci: - Perlakukan dengan halus - Jangan memegang telingan saat mengangkat/menangkap - Pegang kulit kelinci dengan tangan kiri - Dekapkan kearah tubuh c. Pengambilan Darah Darah yang diambil tidak boleh terlalu besar volumenya supaya tidak terjadi syok hipovelemik, tetapi juga tidak boleh sedikit-sedikit tapi sering karean bisa menimbulkan anemia. Untuk mengatasi hal tersebut dapat diberikan cairan pengganti taua cairan exanguinis. Misalnya: cairan fisiologis NaCl 0,9%/glukosa 5%. Jumlh darah maksimal yang boleh diambil: - 10% total volume darah/2-4 minggu - 1% total volume darah/24jam 1. Mencit a. Sinus orbitalis mata b. Vena lateral pada ekor c. Vena saphena kaki d. Intrakardial 2. Tikus Tempat pengambilan sama seperti mencit Hal. 7 dari 10 halaman 3. Kelinci Ada 4 lokasi tempat pengambilan darah: a. Vena marginalis telinga b. Vena jugularis c. Vena saphena kaki d. Intrakardial d. Rute Pemberian obat 1. Oral Mencit dan tikus: Pegang mencit sesuai dengan cara yang disebutkan sebelumnya sehingga leher mencit dalam keadaan lurus. Kemudian masukkan suntikan oral kedalam mulut sampai esophagus (posisi suntikan oral yang dimasukkan tegak lurus). Kelinci: Pemberian per-oral dengan menggunakan selang keteter. Sedang keteter dimasukkan kedalam mulut kelinci, untuk memastikan selang tersebut masuk kedalam rongga mulut maka ujung selang yang satu dimasukkan ke dalam beker glass yang berisi air. Jika belum tepat maka akan timbul gelembunggelembung dalam air. 2. Subkutan Mencit, tikus dan kelinci: Obat disuntikkan di bawah kulit daerah tengkuk ( di leher bagian atas) dengan terlebih dahulu mencubit kulitnya, lalu suntikkan dengan sudut 45 derajat. 3. Intarvena Mencit dan tikus: Hal. 8 dari 10 halaman Masukkan hewan ke dalam “holder” sehingga ekor terjulur ke luar. Obat disuntikkan pada vena ekor(vena lateral) dengan terlebih dahulu vena ekor di dilatasi menggunakan alkohol atau xylol. Kelinci: Obat disuntikkan pada vena marginalis telinga. Bulu telinga harus dahulu dicukur. 4. Intraperitoneal Mencit dan tikus: - Hewan dipegang sesuai ketentuan sebagaiman telah disebutkan sebelumnya - Pada saat penyuntikkan, posis kepala lebih rendah dari abdomen yaitu dengan menunggingkan mencit atau tikus - Jarum disuntikkan sehingga membentuk sudut 46 derajat dengan abdomen, posisi jarum agak menepi dari garis tengah (lineal alba) untuk menghindari agar tidak mengenai organ di dalam peritoneum Kelinci: jarang dilakukan 5. Intramuskular - Hewan dipegang sesuai ketentuan sebagaimana telah disebutkan sebelumnya - Jarum disuntikkan ke dalam otot pada daerah gluteus maximus III. Pemberian Makan Binatang Hal. 9 dari 10 halaman 1. Binatang percobaan biasanya memberikan hasil dengan deviasi yang lebih besar dibandingkan dengan percobaan in vitro, karena adanya variasi biologis. Maaka untuk menjaga supaya variasi tersebut minimal, binatangbinatang yang mempunyai spesies dan strain yang sama, usia yang sama, jenis kelamin yang sama, dipeliharan pada kondisi yang sama pula 2. Binatang percobaan harus diberi makan sesuai dengan makanan standard untuknya dan diberi minum ad libitum 3. Lebih lanjut untuk mengurangi variasi biologis, beinatang harus dipuasakan semalam sebelum percobaan dimulai. Dalam periode ini binatang hanya diperbolehkan minum air ad libitum IV. Luka Gigitan Binatang Imunisasi tetanus disarankan bagi semua orang yang bekerja dengan binatang percobaan. Luka yang bersifat abrasif atau luka yang agak dalam karena gigitan binatang ataupun karena alat-alat yang telah digunakan untuk percobaan binatang harus diobati secepatnya menurut cara-cara pertolongan pertama pada keselakaan. Apabila kotoran gigitan belum pernah mendapat kekebalan terhadap tetanus, ia harus mendapatkan imunisasi profilaksis. V. Memusnahkan Binatang 1. Cara terbaik untuk membunuh binatang adalah dengan memberikan suatu anestetik over dosis. Injeksi barbiturat (natrium pentobarbital 300 mg/ml) secara intarvena untuk anjing dan kelinci, secara intra peritonial atau inta thoraks untuk marmot, tikus dan mencit, atau dengan inhalasi menggunakan kloroform, karbondioksida, nitrogen da lain-lain di dalam wadah tertutup untuk kesemua binatang tersebut di atas 2. Binatang disembelih, kemudian diamsukkan ke dalam plastik dan dibungkus lagi dengan keatas, diletakkan di dalam tas plastik, ditutup dan disimpan dalam almari pendingin dan langsung diabukan . Hal. 10 dari 10 halaman