FAKTOR PENYEBAB MEDICATION ERROR DI RSUD ANWAR MAKKATUTU KABUPATEN BANTAENG CAUSES FACTORS OF MEDICATION ERRORS AT REGIONAL GENERAL HOSPITAL OF ANWAR MAKKATUTU BANTAENG REGENCY Andi Thenry Bayang1, Syahrir Pasinringi1, Sangkala2 1 2 Bagian Administrasi Rumah Sakit, FKM, Universitas Hasanuddin, Bagian Ilmu Administrasi Negara , FISIP, Universitas Hasanuddin, Makassar Alamat Korespondensi : Andi Thenry Bayang, S.Farm, Apt Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 HP. 085255282252 Email : [email protected] Abstrak Kejadian medication error merupakan indikasi tingkat pencapaian patient safety, khususnya terhadap tujuan tercapainya medikasi yang aman, data analisis kejadian medication error RSUD Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng tahun 2010 sebanyak 18 kasus, tahun 2011 sebanyak 16 kasus, dan tahun 2012 sebanyak 21 kasus. Penelitian ini bertujuan melakukan identifikasi jenis dan penyebab medication error meliputi prescribing error, dispensing error, dan administration error. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tujuan eksplanatif. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara dan telaah dokumen. Informan penelitian adalah orang-orang yang terlibat langsung mulai dari proses peresepan hingga obat diterima oleh pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prescribing error meliputi kesalahan administratif dan prosedural yaitu resep yang tidak lengkap, resep tidak terbaca, aturan pakai tidak jelas, penggunaan singkatan yang tidak lazim; kesalahan dosis yaitu dosis yang tidak tepat; dan kesalahan terapeutik yaitu duplikasi terapi. Dispensing error meliputi content error yaitu kesalahan membaca resep, obat tidak tepat, jumlah obat tidak tepat, dan kesalahan bentuk sediaan obat; labeling error yaitu kesalahan penulisan aturan pakai. Administration error meliputi kesalahan waktu pemberian obat, kesalahan teknik pemberian obat, dan obat tertukar pada pasien yang namanya sama (right drug for wrong patient). Penyebab prescribing error adalah faktor lingkungan kerja yaitu gangguan dan interupsi keluarga pasien; faktor petugas kesehatan yaitu pengetahuan, tulisan dokter yang buruk, beban kerja yang berlebihan; faktor pasien yaitu pasien yang tidak kooperatif. Penyebab dispensing error adalah faktor prosedur pengelolaan obat; faktor lingkungan kerja yaitu gangguan dan interupsi keluarga pasien; faktor petugas kesehatan yaitu tulisan dokter yang tidak jelas, resep tidak lengkap (tidak ada keterangan bentuk sediaan obat), dan beban kerja yang berlebihan; faktor pasien yaitu pasien yang tidak kooperatif. Penyebab administration error adalah faktor petugas kesehatan yaitu budaya kerja; faktor lingkungan kerja yaitu kesibukan kerja; faktor pasien yaitu keluarga pasien yang tidak kooperarif dan pemahaman keluarga pasien mengenai prosedur pengambilan obat. Kata kunci : keselamatan pasien, medication error, rumah sakit Abstract Incidence of medication errors is an indication of the level of achievement of patient safety,especially againts the puspose the achievement of safe medication, data analysis of the incidence of medication error on regional general hospital of Anwar Makkatutu Bantaeng Regency in 2010 as many as 18 cases, in 2011 as 16 casesand in 2012 as 21 cases. The purpose of the research is to identify the type and the causes of medication errors including prescribing error, dispensing error, and administration error. The research used qualitative approach with explanative goal, the data were collected by conducting interview interview, observation amd document study. Prescribing error includes administrative and procedural error such as incomplete prescription, illegible prescription, direction for use is not clear,using unusual abbreviation, dosage error is innacurate dosage, and therapeutic error is therapeutic duplication. Dispensing error covers content error i.e reading prescription mistakenly, medicine is inaccurate, the sum of medicine is not correct, and error of forms of stock; labeling error is error writing direction for use. Administration error including time and technique for taking drugs, error in delivering medicines to the wrong patients (same names different persons and diseases). The causes of prescribing error are work environment i.e interference of patients’ family; health workers factor such as knowledge, doctors writing is bad, excessive workload; patients factors : patient’s are not cooperative. The causes of dispensing error are dispensary procedure factors; work environment factors such as patients’ family interruption; health workers factors such as doctors writing are obscure, incomplete prescription (no description of drug stock form), and excessive workload; patients factors such as patient’s are not cooperative. The causes of administration error are health worker factors such as work culture; work environment factors such as the flurry of work; patient factors such as patients’ family is not cooperative and insufficient knowledge on collecting medicine procedures. Key words : patient safety, medication error, hospital PENDAHULUAN Kejadian medication error merupakan indikasi tingkat pencapaian patient safety, khususnya terhadap tujuan tercapainya medikasi yang aman. Kriteria medication error menurut Lisby et al (2005) terjadi pada tahap order/permintaan, transkripsi, dispensing, administering, dan discharge summaries. Dalam penelitiannya, Dwiprahasto (2006), menyatakan bahwa 11 % medication error di rumah sakit berkaitan dengan kesalahan saat menyerahkan obat ke pasien dalam bentuk dosis atau obat yang keliru. Dalam penelitiannya, Aiken dan Clarke (2002) menyatakan bahwa kesalahan pengobatan dan efek samping obat terjadi pada rata-rata 6,7% pasien yang masuk ke rumah sakit. Di antara kesalahan tersebut, 25 hingga 50% adalah berasal dari kesalahan peresapan (eliminasi) dan dapat dicegah. Studi yang dilakukan Bagian Farmakologi Universitas Gajah Mada antara 20012003 menunjukkan bahwa medication error terjadi pada 97 % pasien Intensive Care Unit (ICU) antara lain dalam bentuk dosis berlebihan atau kurang, frekuensi pemberian keliru dan cara pemberian yang tidak tepat. Berdasarkan Laporan Peta Nasional Keselamatan Pasien (Kongres PERSI 2007) kesalahan dalam pemberian obat menduduki peringkat pertama (24,8%) dari 10 besar insiden yang dilaporkan (Kemenkes, 2008). Data analisis kajian resep Instalasi Farmasi RSUD Anwar Makkatutu Bantaeng tahun 2012, menunjukkan bahwa resep yang berpotensi menyebabkan terjadinya medication error karena resep tidak lengkap yaitu sebesar 36,75%.Dengan melihat data tersebut, menandakan bahwa peluang akan terjadinya medication error di rumah sakit sangat besar. Insiden medication error yang dilaporkan di RSUD Anwar Makkatutu Bantaeng yaitu sebanyak 18 kasus (0,038 % dari total 46660 lembar resep yang dilayani) pada tahun 2010 dan 16 (0,031 % dari total 51513 lembar resep yang dilayani) kasus pada tahun 2011, kejadian ini antara lain disebabkan karena pemberian obat yang salah, dosis yang tidak rasional, kesalahan rute pemakaian, adanya kegagalan komunikasi/salah interpretasi antara prescriber dengan dispenser dalam "mengartikan resep" yang disebabkan oleh tulisan tangan prescriber yang tidak jelas terutama bila ada nama obat yang hampir sama serta keduanya mempunyai rute pemberian obat yang sama pula, dan penulisan aturan pakai yang tidak lengkap. Tahun 2012 angka kejadian medication error di RSUD Prof Dr. H.M. Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng mengalami peningkatan menjadi 21 kasus (0,027 % dari total 77571 lembar resep yang dilayani). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam faktor penyebab medication error di RSUD Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan penelitian Penelitian dilakukan di RSUD Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng, yang dilaksanakan pada bulan April – Mei 2013. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tujuan eksplanatif dengan melakukan wawancara mendalam terhadap informan untuk mendapatkan informasi tentang medication error. Informan Penelitian Teknik pengambilan informan dalam penelitian ini yaitu menggunakan informan kunci (key informan). Informan penelitian ini adalah orang-orang yang terlibat langsung mulai dari proses peresepan hingga obat diterima oleh pasien yaitu Dokter, Perawat, Apoteker, Asisten Apoteker RSUD Anwar Makkatutu. Jumlah sampel yang relatif kecil pada umumnya digunakan pada suatu penelitian kualitatif untuk lebih memberikan perhatian pada kedalaman penghayatan subyek (Green & Thorogood, 2009). Teknik Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan 3 metode yaitu : Observasi, untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan; wawancara mendalam, memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan, dengan menggunakan pedoman wawancara; dan telaah dokumen, dengan melakukan telaah sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi berbentuk catatan harian, laporan, foto dan sebagainya. Teknik Analisis Data Prosedur analisis data dimulai dengan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi. Analisis data menggunakan Model Miles dan Huberman, yaitu : reduksi data dengan melakukan pemilahan, pemusnahan, penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data, memilih dan mengelompokkan data serta membuang data yang tidak diperlukan; data display (Penyajian Data) yaitu menyajikan data dalam bentuk uraian singkat teks yang bersifat naratif; Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi) HASIL Identifikasi Medication error Medication errors berhubungan dengan praktisi, produk, prosedur, lingkungan atau sistem yang melibatkan resep, dispensing, dan distribusi, penyiapan dan pemakaian, pelabelan, pengemasan, penamaan, komunikasi, dan edukasi (Cohen, 1999). Adapun tahap-tahap medication error dalam penelitian ini sebagai berikut : Prescribing error Prescribing error adalah kesalahan yang terjadi selama proses peresepan obat meliputi. Hasil wawancara dengan informan mengenai jenis prescribing error yang terjadi diperoleh informasi sebagai berikut: “Dalam penulisan resep yang biasa terjadi adalah kesalahan penulisan dosis. Atau kadang-kadang kita lupa menuliskan kadarnya, seperti natrium diklofenak lupa dituliskan kadar 50 mg yang dibutuhkan, oleh pihak apotek diberikan kadar terkecil 25 mg. Hal tersebut karena tidak jelas kadar berapa yang diminta dalam resep” (SP, 38 tahun) Penuturan informan di bawah ini yang menyatakan bahwa prescribing error juga termasuk resep dan tulisan tangan yang tidak terbaca, seperti kutipan di bawah ini : “Dalam Penulisan resep untuk pasien rawat jalan harus kita perhatikan resep baik-baik, karena kadang ada tulisan dokter yang tidak terbaca, jadi harus dikonfirmasi ke dokternya dahulu”. (AH, 29 tahun) Kutipan berikut menuturkan bahwa kesalahan resep yang sering ditemukan adalah tidak adanya aturan pakai, ungkapannya berikut ini : “Masalah peresepan yang sering, pasien sering bolak-balik, karena tidak ada aturan pakainya, tidak jelas nama obat nya, atau juga aturan pakai tidak tepat untuk spoit aturan pakainya 3x1”. (YL, 30 tahun) Berdasarkan hasil observasi langsung dan telaah dokumen yang dilakukan, menunjukkan bahwa dari total 11.026 lembar resep pada bulan april dan mei 2013, terdapat resep dengan tulisan tangan yang tidak terbaca sebanyak 109 lembar resep (0,98 %) pada poliklinik umum, poliklinik bedah dan instalasi rawat darurat; resep yang tidak lengkap sebanyak 5.792 lembar resep (52,53 %) pada instalasi rawat inap, instalasi rawat jalan, dan instalasi rawat darurat; tidak ada penulisan aturan pakai sebanyak 347 lembar resep (3,14 %) pada instalasi rawat darurat, instalasi rawat inap, poliklinik umum; penulisan singkatan yang tidak lazim sebanyak 47 lembar resep (0,42 %) pada poliklinik umum. Dispensing error Dispensing error adalah kesalahan yang terjadi selama proses peracikan obat meliputi content errors dan labelling errors. Hasil penelitian yang diungkapkan oleh informan mengenai jenis dispensing error yang terjadi berupa pemberian obat yang tidak tepat, sebagai berikut “Kesalahan dalam membaca resep karena obat LASA, karena nama obat yang hampir sama. Hal tersebut yang bisa menyebabkan kesalahan”. (AH, 29 tahun) Informan lainnya mengungkapkan bahwa dispensing error yang terjadi seperti obat tidak sesuai dengan resep berikut kutipannya : “Kadang obat tidak sesuai dengan resep, itu biasa terjadi, kadang juga ada di resepkan tapi tidak ada obatnya. Petugas apotek tidak menginformasikan kalau ada obat yang kosong”. (HK, 40 tahun) Berdasarkan hasil observasi langsung dan telaah dokumen yang dilakukan di Instalasi Farmasi, pada bulan april – mei 2013 menunjukkan bahwa jenis dispensing error yang terjadi yaitu kesalahan penulisan aturan pakai 3 kali pada pasien asma bronchial di poliklinik interna, pasien neuralgia di poliklinik syaraf, dan pasien diabetes mellitus di perawatan interna; kesalahan pemberian sediaan obat 1 kali pada pasien demam tyfoid di perawatan interna; jumlah obat yang tidak tepat 2 kali pada pasien tonsilofaringitis dan pasien rhinitis alergi di poliklinik umum . Administration errors Administration error adalah kesalahan yang terjadi selama proses pemberian obat kepada pasien meliputi kesalahan teknik pemberian, rute, waktu, salah pasien. Berdasarkan penuturan informan jenis Administration error yang terjadi berkaitan dengan waktu pemberian obat : “Administration error kendalanya di pemberian obat. Obat yang sudah waktunya diberikan, yang harusnya berkesinambungan sesuai dengan rotasi jadwal yang ada, misalnya untuk pemberian obat per 8 jam, begitu mau disuntikkan habis obatnya”. (ZA, 28 tahun) Informan di bahwah ini menegaskan adanya kesalahan teknik pemberian obat, ungkapannya berikut ini : “Kalau menyuntikkan ketesse injeksi kan perih rasanya, sebaiknya diencerkan terlebih dahulu, supaya pasien tidak merasa kesakitan waktu disuntikkan, tapi ada juga teman karena bersikap masa bodoh langsung disuntikkan tanpa diencerkan, sehingga pasien merasa kesakitan”. (AI, 37 tahun) Sementara menurut informan lainnya menyatakan bahwa obat diberikan bukan pada pasien yang tepat, misalnya bila nama pasien sama, sebagaimana diungkapkan oleh informan berikut ini : “Salah pemberian obat bukan pada orang yang tepat, misalnya obat sudah disiapkan sesuai resep, tetapi pemberiannya bukan pada orang yang tepat”. (AH, 29 tahun) Berdasarkan hasil observasi langsung dan telaah dokumen yang dilakukan, administration error yang terjadi di Instalasi Farmasi pada bulan februari 2013 yaitu kesalahan pemberian obat pada pasien dengan nama yang sama sebanyak 1 kali pada pasien neuralgia di poliklinik syaraf. Di perawatan interna pada bulan april – mei 2013 terjadi 2 kali kesalahan pemberian obat yaitu obat tidak disuntikkan. Penyebab Medication Error Hal yang dapat menyebabkan medication error adalah miskomunikasi antara dokter dan farmasis yang dapat berupa penulisan resep yang tidak jelas, nama obat yang mirip, aturan pakai yang tidak jelas, pemberian obat pada pasien dengan rute dan teknik pemberian yang tidak tepat. Prescribing error Prosedur Hasil wawancara yang dilakukan diperoleh informasi sebagai berikut : “Masalah kekosongan obat juga bisa jadi penyebab kesalahan, yang bermasalah kalau dokter menulis resep tapi tidak tersedia obat yang dimaksud, dapat diatasi dengan komunikasi ke dokter, dapat diganti dengan obat lain yang sama zat aktifnya”. (ZH, 30 tahun) Dari hasil observasi dilapangan ditemukan bahwa masih sering terjadi kekosongan obat khususnya untuk pasien umum yang disebabkan oleh proses pengadaan obat untuk pasien umum yang masih menggunakan sistem tender, dimana kekurangan sistem ini ada obat yang stagnan sampai kadaluarsa dan ada obat yang stok out disebabkan karena pola penyakit dan pola pengobatan yang selalu berubah. Seringnya terjadi kekosongan obat untuk pasien umum menyulitkan dokter pada saat penulisan resep. Lingkungan kerja Informan mengungkapkan bahwa faktor lingkungan sangat dipengaruhi oleh sikap keluarga pasien, terutama bila jumlah pasien sedang banyak, ungkapannya berikut ini: “Lingkungan kerja, pasti sangat berpengaruh terutama terhadap kinerja, termasuk kalau pasien membludak, apalagi kalau ada pasien dan keluarga pasien yang marahmarah, jadi kalau kita sementara melayani pasien yang satu, pasien lain juga mau dilayani, tentu itu yang mempengaruhi pikiran kita”. (SP, 37 tahun) Petugas kesehatan Faktor petugas kesehatan yang berpengaruh terhadap prescribing error berdasarkan hasil wawancara informan sebagai berikut : “Tulisan yang tidak jelas itu tergantung dari dokternya memang ada sama sekali tidak terbaca, yang kedua aturan pakai, aturan pakainya kembali ke dokternya. Dosisnya masing-masing obat harus rasional. Nah, selama ini, ini yang menjadi masalah. Mungkin karena faktor ketidaktahuan dari beberapa dokter”. (HK, 40 tahun) Informan lain mengungkapkan prescribing error disebabkan karena tulisan dokter yang buruk. Hasil wawancara sebagai berikut : “Mungkin juga karena tulisannya yang tidak terbaca. Tentu memang karena tulisannya yang kurang bagus, apalagi kalau menulisnya itu karena terburu-buru. Karena dokternya sendiri ada juga yang tulisannya memang jelek”. (SP, 37 tahun) Mengenai beban kerja, informan merasa juga berpengaruh terhadap kualitas pekerjaan: “Terjadinya kesalahan dalam peresepan juga dipengaruhi oleh beban kerja, apalagi dokter yang masih rangkap-rangkap kerjaan struktural dan fungsional, tapi yaa semaksimal mungkin kita bekerja dengan baik untuk pelayanan ke pasien”. (HK, 40 tahun) Pihak pasien Pihak pasien dan keluarga pasien sendiri secara tidak langsung mempengaruhi proses peresepan, hal ini diungkapkan oleh informan berikut : “Kenyamanan dan ketenangan dalam bekerja memang sangat dibutuhkan. Karakter orang-orang disini kan keras-keras, sedikit-sedikit marah. Nah kalau begitu kita juga otomatis terganggu, pikiran terganggu”. (HK, 40 tahun) Dispensing error Dispensing error terjadi pada tahap dispensing (peracikan), dari dispensing obat di apotek hingga suplai obat kepada pasien. Prosedur Penyebab dispensing error dari faktor prosedur berkaitan dengan proses penyimpanan obat yang kurang tepat khususnya untuk obat LASA, hal tersebut diungkapkan oleh informan sebagai berikut : “Paling sering kesalahan terjadi karena tulisan yang tidak jelas, atau karena tempatnya obat yang bedekatan dan namanya mirip-mirip” (ST, 37 tahun) Dari observasi dilapangan penyimpanan obat di instalasi farmasi dilakukan berdasarkan bentuk sediaan obat dan disusun secara alfabetis. Lingkungan kerja Informan mengungkapkan bahwa sikap keluarga pasien di loket ruang tunggu tidak memberikan suasana yang tenang untuk melakukan dispensing. “Kalau lingkungan sudah bagus, yang selalu jadi masalah keluarga pasien dan pasien yang selalu berdiri di depan loket, mengganggu konsentrasi, penyebab medication error kalau keluarga pasien tidak sabar”. (AH, 29 tahun) Petugas kesehatan Salah satu penyebab dispensing error yang paling umum tulisan yang tidak jelas. Hal ini dibutikan dengan ungkapan informan berikut ini : “Penyebabnya kalau dari apoteknya sendiri, bisa saja kesalahan di dalam membaca resep, obat yang sepintas sama kedengarannya atau mirip tulisannya, misalnya metil prednisolon dan metil ergometrin”. (AH, 29 tahun) Mengenai faktor beban kerja, informan mengungkapkan bahwa beban kerja sangat mempengaruhi terjadinya dispensing error : “Beban kerja sangat berpengaruh sekali, karena kadang-kadang kita yang shift pagi, resep banyak, lelah sangat berpegaruh bisa terjadi karena volume kerja tidak sesuai dengan tenaga yang ada”. (AH, 29 tahun) Penyebab dispensing yang lain adalah karena tidak dicantumkan bentuk sediaan obat pada resep: “Oh selalunya juga karena tidak ada ditulis sediaannya di resep, seperti ketesse kan ada dua macam, ada injeksi ada tablet, biasa tidak ada keterangannya di resep, hanya ditulis jumlahnya 3, tidak jelas ketesse apa yang dimaksud, tablet atau injeksi”. (ST, 37 tahun) Pihak pasien Dari pihak pasien dan keluarga pasien sendiri juga dapat menjadi penyebab terjadinya kesalahan, seperti ungkapan berikut ini : “Tekanan dari pasien atau keluarganya yang marah-marah karena menunggu lama. Belum lagi berdiri di depan loket, disampaikan juga kadang ada yang tidak mengerti”. (YL, 30 tahun) Administration error Prosedur Pengelolaan obat secara tidak langsung berpengaruh terhadap proses pemberian obat kepada pasien. Adanya kekosongan obat dapat menjadi faktor penyebab lambatnya obat diberikan kepada pasien. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan informan berikut : “Kendalanya disini begitu obat mau disuntikkan habis obatnya, baru disuruh ambil, karena di apotek antrian akhirnya tiba waktunya untuk disuntikkan terlambat ,pasien tidak melapor, kita juga sebagai petugas lalai, tidak mengongtrol obat pasien”. (ZA, 28 tahun) Dari observasi lapangan pendistribusian obat untuk pasien rawat inap menggunakan sistem one day dose, yaitu peresepan untuk pemakaian satu hari. Lingkungan kerja Informan mengungkapan bahwa kesibukan kerja akibat jumlah pasien yang berlebih juga menjadi penyebab administration error: “Seperti waktu wabah DBD disini sampai pasien tidur pakai brankar karena tempat tidur sudah penuh, yang sebenarnya maksimal disini hanya 12 orang jadi 30 orang, dari situ mungkin ada yang tidak terkontrol yang sebenarnya diberikan obat, karena saking sibuknya dengan jumlah perawat yang terbatas”. (ZA, 28 tahun) Petugas kesehatan Mengenai administration error,informan mengungkapan bahwa penyebabnya adalah faktor individu masing-masing petugas sehingga terjadi keterlambatan pemberian obat: “Sering sekali pemberian obatnya lambat, yang harusnya per delapan jam sudah tidak per delapan jam mi malah jadi per sepuluh jam, tergantung masing-masing individu perawatnya, ada yang cepat memberikan respon ada yang tidak”. HK, 40 tahun) Pihak pasien Sikap pasien yang tidak kooperatif sehingga obat tidak tersedia saat akan digunakan mengakibatkan keterlambatan pemberian obat, sebagaimana ungkapan informan berikut ini: “Kendalanya disini begitu obat mau disuntikkan habis obatnya, baru disuruh ambil, karena di apotek antrian akhirnya tiba waktunya untuk disuntikkan terlambat ,pasien tidak melapor, kita juga sebagai petugas lalai, tidak mengongtrol obat pasien”. (ZA, 28 tahun) Faktor lain yang diungkapkan oleh informan adalah masalah ketidaktahuan pasien mengenai tempat dan prosedur pengambilan obat, berikut ungkapannya: “Banyak juga keluarga pasien yang selalu bertanya, dimana urus jaminan, dimana verifikasi, karena kebanyakan pasien/keluarga pasien belum tahu prosedur pengambilan obat, masih mutar-mutar, itu yang memperlambat” (HK, 40 tahun) PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan jenis medication error yang terjadi di RSUD Anwar Makkatutu yang meliputi tahap penulisan resep (prescribing error), tahap penyiapan atau peracikan obat (dispensing error) sampai pada tahap pemberian obat kepada pasien (administration error). Sedangkan penyebab prescribing error adalah faktor lingkungan kerja, faktor petugas kesehatan, dan faktor pasien. Penyebab dispensing error adalah faktor prosedur pengelolaan obat, faktor lingkungan kerja, faktor petugas kesehatan, dan faktor pasien. Penyebab administration error adalah faktor petugas kesehatan, faktor lingkungan kerja, dan faktor pasien. Masalah prescribing error yang terjadi di RSUD Anwar Makkatutu adalah kesalahan prosedural dan administratif berupa tulisan resep yang tidak terbaca, penggunaan singkatan yang tidak lazim, dan masalah kelengkapan resep. Masalah kelengkapan resep yang sering terjadi adalah tidak adanya nama dokter penulis resep dan tidak ada aturan pakai. Hal ini menyebabkan adanya hambatan ketika resep yang bermasalah tersebut akan dikonfirmasi kepada penulisnya. Sebagai akibatnya, dapat menghambat proses pengobatan pasien. Masalah lain yang terjadi adalah penulisan dosis obat yang tidak tepat, dan kesalahan terapeutik yaitu adanya duplikasi terapi, dimana dua obat dengan zat aktif yang sama diresepkan dalam waktu bersamaan. Dalam penelitiannya, Anny (2007) menyatakan bahwa kesalahan peresepan yang paling banyak dilakukan oleh dokter dalam penulisan resep adalah 86,0 % dokter tidak mencantumkan umur pasien, 48,7% tidak mencantumkan berat badan, 14,4 % kesalahan menuliskan aturan pakai (signa), terdapat penggunaan singkatan nama obat yang tidak lazim, dan sebanyak 7,4 % menuliskan obat dengan dosis berlebih. Jenis dispensing error yang terjadi di RSUD Anwar Makkatutu adalah content error yaitu tulisan tangan yang tidak jelas dari nama obat yang membingungkan, kesalahan pengambilan obat ini dapat berakibat fatal bagi pasien bila sampai pada tahap pemberian karena obat yang diberikan tidak sesuai dengan penyakitnya. Jenis dispensing error lain adalah adanya pemberian bentuk sediaan obat yang tidak tepat, karena dalam resep tidak disebutkan sediaan apa yang dimaksud, jumlah obat yang tidak tepat sesuai permintaan resep adalah jenis lain dari dispensing error, sehingga dapat menghambat keberlanjutan pemberian obat kepada pasien. Dalam penelitiannya, Janartni (2013) menyatakan bahwa kesalahan peracikan yang terjadi yaitu pemberian aturan pakai yang salah, dosis yang salah diberikan kepada pasien baik under dose maupun over dose, kurangnya informasi mengenai obat yang diberikan kepada pasien serta kesulitan dalam membaca tulisan tangan dokter. Jenis Administration error yang terjadi di RSUD Anwar Makkatutu adalah waktu pemberian obat yang tidak tepat. Seperti pernyataan ZA, ada obat yang harus disuntikkan setiap 8 jam secara berkesinambungan. Namun kadang melenceng dari jam seharusnya. Administration error yang lain berupa teknik pemberian obat yang tidak tepat, ada obat yang seharusnya di encerkan terlebih dahulu, tetapi diberikan secara injeksi langsung. Hal ini tentu saja berakibat fatal pada diri pasien. Dalam penelitiannya, Fitriani (2010) menyatakan bahwa jenis medication error yang terjadi selama tahun 2009 adalah salah waktu minum obat (20.9%), Interval waktu pemberian obat tidak tepat (13.4%) dan Pemberian obat yang tidak rasional (12.4%). salah perhitungan dosis (11,7%), salah membaca resep (salah obat) (10,4%), salah penyerahan obat (salah pasien) (8.46%). Dalam penelitiannya, Taneja dan Wiegmann (2004) menyatakan bahwa tahap prescribing dilaporkan paling rentan terjadinya kesalahan termasuk perhitungan dosis obat, kesalahan dalam titik desimal, obat dengan nama yang mirip, dan penggunaan singkatan yang tidak lazim. Lembar resep merupakan sarana komunikasi antara dokter penulis resep dengan farmasis dalam pelayanan pengobatan kepada pasien. Prescribing error disebabkan karena penulisan resep yang tidak jelas atau tulisan dokter yang buruk. Tulisan dokter yang buruk dapat menyebabkan miskomunikasi antara dokter penulis resep dengan farmasis. Tulisan dokter yang buruk dapat diakibatkan karena faktor terburu-buru ataupun faktor individu, artinya tulisan tangan seorang dokter memang buruk meskipun tidak sedang terburu-buru. Penyebab prescribing error yang lain adalah adanya gangguan dan interupsi pada saat dokter menulis resep. Gangguan dan interupsi yang terjadi adalah dari pihak pasien atau keluarga pasien, terutama pada saat jumlah pasien banyak. Dalam penelitiannya, Mamarimbing (2011) menyatakan bahwa ketidaklengkapan surat izin praktek dokter, alamat pasien, tanggal penulisan resep, jenis kelamin, berat badan dan umur dapat berpotensi menyebabkan terjadinya medication error. Tulisan dokter yang kurang jelas merupakan faktor utama penyebab dispensing error, dapat berupa penulisan aturan pakai yang tidak jelas, penulisan dosis yang tidak jelas, ataupun bentuk sediaan obat yang tidak jelas, sehingga menyulitkan pembacaan bila menuliskan nama obat yang serupa / LASA (look alike sound alike). Dalam penelitiannya, O’Shea (1999) menyatakan bahwa faktor lingkungan yang paling mempengaruhi dispensing error adalah gangguan dan interupsi. Sikap keluarga pasien yang tidak koperatif serta mendesak petugas di depan loket menjadi faktor yang dapat mempengaruhi konsentrasi dan kesabaran petugas apotek dalam melakukan dispensing. Sebuah pendapat yang juga dibenarkan oleh Beso et al (2005) menyatakan bahwa tingginya beban kerja atau kurangnya tenaga staf, adanya interupsi dan distraksi selama proses dispensing . Dalam penelitiannya, Smith (2004) menyatakan bahwa dispensing error dapat terjadi akibat kemiripan nama obat (look alike sound alike) , petugas yang kurang berpengalaman, jumlah petugas kurang memadai, salah salam proses transkripsi, dan beban pekerjaan yang berlebihan. Dalam penelitiannya, Anacleto et al (2005) menyatakan bahwa faktor kontribusi dalam dispensing errors yaitu sistem kolektive; tindakan yang terpusat pada perawat professional, dispensing obat oleh perawat, kegagalan membaca resep obat, rendahnya partisipasi farmasis dalam issueyang berkitan dengan obat, sistem individual; masalah dalam pembacaan salinan resep, tidak mengikuti petunjuk dispensing, dan sistem dosis unit; keterbatasan tenaga terlatih dan peralatan spesifik untuk penyiapan sediaan parenteral. Faktor kelalaian dan ketidaktelitian petugas merupakan hal dapat menyebabkan administration error yaitu keterlambatan pemberian obat bagi pasien. Faktor kesibukan kerja akibat banyaknya jumlah pasien dapat menjadi faktor penyebab kelalaian petugas. Keluarga pasien yang tidak kooperatif merupakan salah satu faktor penyebab medication error. Pemahaman keluarga pasien mengenai prosedur pengambilan obat juga menyebabkan keterlambatan pemberian obat pada pasien. Dalam penelitiannya Courtenay and Griffits, (2010) manyatakan bahwa aAdministration error memiliki resiko yang signifikan kepada pasien. Kebanyakan administration error terjadi karena obat tidak diberikan, kegagalan pemeriksaan identitas pasien, teknik pemberian yang tidak tepat dan pemberian obat yang salah. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian tersebut maka diperoleh kesimpulan bahwa jenis prescribing error yang terjadi adalah kesalahan administratif dan prosedural yaitu resep yang tidak lengkap, resep tidak terbaca, aturan pakai tidak jelas, penggunaan singkatan yang tidak lazim, kesalahan dosis yaitu dosis yang tidak tepat, dan kesalahan terapeutik yaitu duplikasi terapi. Jenis dispensing error yang terjadi adalah content error yaitu kesalahan membaca resep, obat tidak tepat, jumlah obat tidak tepat, dan kesalahan bentuk sediaan obat, labeling error yaitu kesalahan penulisan aturan pakai. Dan jenis administration error terjadi adalah kesalahan waktu pemberian obat, kesalahan teknik pemberian obat, dan obat tertukar pada pasien yang namanya sama. Sedangkan penyebab prescribing error adalah faktor lingkungan kerja yaitu gangguan dan interupsi keluarga pasien, faktor petugas kesehatan yaitu pengetahuan dokter, tulisan dokter yang buruk, beban kerja yang berlebihan, faktor pasien yaitu pasien yang tidak kooperatif . Penyebab dispensing error adalah faktor prosedur pengelolaan obat, faktor lingkungan kerja yaitu gangguan dan interupsi keluarga pasien, faktor petugas kesehatan yaitu tulisan dokter yang tidak jelas, resep tidak lengkap, dan beban kerja yang berlebihan, faktor pasien yaitu pasien yang tidak kooperatif. Dan penyebab administration error adalah faktor petugas kesehatan yaitu budaya kerja, faktor lingkungan kerja yaitu kesibukan kerja, faktor pasien yaitu keluarga pasien yang tidak kooperarif dan pemahaman keluarga pasien mengenai prosedur pengambilan obat. Untuk mengatasi resiko kesalahan pemberian dan pemakaian pada pasien maka perlu dikembangkan suatu sistem pemberian obat Unit Dose Dispensing, perlu diadakan protap pelayanan resep yang ditempatkan sedemikian rupa agar dapat dibaca oleh setiap petugas apotek dan penerapan prosedur double checking pada proses dispensing dan pemberian obat dengan harapan medication error dapat diketahui sebelum obat sampai kepada pasien. DAFTAR PUSTAKA Aiken L H; Clarke S P; Sloane D M. (2002). Hospital nurse staffing and patient mortality, nurse burnout, and job dissatisfaction. JAMA. Anacleto TA; Rosa P.E; Cesarm C.C. (2005). Medication error and drug-dispensing system in a hospital pharmacy. Clinics:60(4):325-332. Anny VP; Soleha M; Sari ID. (2007). Kesalahan dalam Pelayanan Obat (Medication Error) dan Usaha Pencegahannya. Bulletin Penelitian Sistem Kesehatan Volume 10 No 1 Januari 2007. Beso A; Franklin B.D; Barber N. (2005) The frequency and potential causes of dispensing errors in a hospital pharmacy. Parm World Sci:27:182-190. Cohen, M.R. (1999). Medication Errors. The American Pharmaceutical Assosiation. Courtenay M; Griffiths M. (2010). Medication Safety : An Essential Guide. Cambridge, University Press. Departemen Kesehatan. (2008). Tanggungjawab Apoteker Terhadap Keselamatan Pasien (Patient safety). Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Jakarta. Dwiprahasto I,2006., “Intervensi Pelatihan untuk Meminimalkan Risiko Medication Error di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer”, Jurnal Berkala Ilmu Kedokteran 2006, XXXVIII, http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/detail, diakses tanggal 30 November 2012 Fitriani. (2011). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Medication Error Di Rumah Sakit Umum Haji Makassar Tahun 2010. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. Makassar. Green J; Thorogood N. (2009). Qualitative Methods for Health Research. Sage Publications. Janartni R. (2013). The Study of Relationship between Manpower and Number of Medication Error at One Hospital in Bandung. www.digilib.pharmacy.itb.ac.id . diakses tanggal 20 Juli 2013 Kohn LT; Corrigan JM; Donaldson MS. (1999). To Err Is Human. Washington DC National Academy Press Lisby M; Nielsen; L.P; Mainz, J. (2005). Errors in the medication process: frequency, type, and potential. International Journal for Quality in Health Care: 17 (1): 15-22. Mamarimbing M; Fatimawali; Bodhi W. (2011). Evaluasi Kelengkapan Administratif Resep Dari Dokter Spesialis Anak Pada Tiga Apotek Di Kota Manado. Program Stusi Farmasi FMIPA Unsrat Manado. Mutmainah N. (2008). Kajian Medication Error Pada Kasus Stroke Di RS X Surakarta Tahun 2004. Jurnal Farmasi Indomesia Volume 4 No. 1 Januari 2008. O’shea E. (1999). Factor contributing to medication errors: a literature review. Journal of Clinical Nursing: 8. Smith, J. (2004). Buiding a Safer NHS for patients : Improving Medication Safety. NHS. London. Taneja WCN; Wiegmann D (2004). The Role of Perception in Medication Errors : Implications for Non-Technological Interventions. MJAFI 2004;60:172-176. Insitute of Aviation. University of Illinois at Urbana-Champaign. USA. Williams D.J.P. (2007). Medication error. JR Coll Physicians Edinb