Modul ke: Human Relations Mendengar dan Merespon dalam Human Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Hubungan Masyarakat www.mercubuana.ac.id Amin Shabana Pendahuluan Dale Carnegie dalam 9 Principles of Human Reltion menempatkan ketrampilan mendengar mendahului ketrampilan berbicara. Sebab jika seseorang terlebih dahulu mendengar maka dia dapat memahami dan mengenal siapa lawan bicara, apa keinginannya, apa obsesinya, dan apa suka dukanya. Ketika giliran berbicara, kita dapat berbicara tentang hal-hal yang dia sukai sesuai kebutuhannya. Dengan demikian, hubungan kita akan semakin dekat. Kemampuan mendengar menjadi faktor penting dalam komunikasi dan human relation untuk membangun hubungan antar manusia. Ketrampilan mendengar telah menjadi ajang penelitian dan pembelajaran para tokoh dan peneliti dunia, baik di bidang komunikasi, organisasi maupun manajemen. Jack Welch sendiri mengatakan bahwa tugas utama dari seorang pimpinan adalah mendatangi dan mendengarkan bawahannya. Delapan puluh persen tugas seorang CEO adalah berinteraksi bersama anak buahnya dari segala level, dan banyak mendengar dan menyimak. Pengertian Sebenarnya, apa tujuan dasar dari mendengar? Steven Covey membedakan dengan tegas mendengar untuk menilai atau mendengar untuk memahami. Mendengar untuk menyimpulkan atau mendengar untuk mengenal orang lain, tanpa memberikan kata-kata penilaian, anda beginim kamu begitu, kamu ini atau itu. Mendengar untuk menilai atau menyimpulkan sepotong-potong hanya memperburuk hubungan. Memahami orang lain, tidak serta-merta membuat kita setuju dengan orang lain. Kita bisa memahami jalan pikiran orang lain meskipun kita tidak setuju dengan dia. Lima Level Mendengar Menurut ahli komunikasi, termasuk Steven Covey sendiri, sebenarnya ada lima tingkat ketrampilan mendengar yaitu: • Mendengar acuh. Hanya mendengar secara fisik, tapi sedikitpun tidak masuk ke pikiran orang yang mendengar. • Mendengar pura-pura. Sikapya seolah-olah mendengar, padahal pikiran dia tidak sedang dalam situasi pembicaraan yang sedang berlangsung. • Mendengar selektif atau otobiografis, yaitu mendengar berakhir dengan penilaian dan tuduhan. Sebab si pendengar langsung membandingkan jawaban orang lain dengan dirinya sendiri, dan tentu saja dirinya yang benar. • Mendengar dengan sungguh-sungguh, sering disebut dengan simpati. Berakhir dengan pemahaman yang mendalam. • Mendengar dengan telinga, mata dan hati, sering disebut mendengar dengan empati. Berakhir dengan sebuah tindakan konkrit positif dari si pendengar untuk merespon pemahamannya yang mendalam. Pengertian Komunikasi Kata atau istilah komunikasi secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis yang memiliki makna ‘berbagi’atau ‘menjadi milik bersama’. Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini actor utama dalam berkomunikasi adalah manusia. Ruben dan Steward (1998:16) menyatakan bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain. Proses komunikasi di dalamnya melibatkan berbagai unsur yang saling terkait satu sama lain. Unsur-unsur atau komponen-komponen komunikasi itu adalah: • • • • • Source (sumber), bisa berupa orang, lembaga, buku dan sejenisnya. Komunikator, yaitu berupa individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi (pers) dan sebagainya. Pesan, yaitu keseluruhan daripada yang disampaikan oleh komunikator. Saluran (channel), yaitu bisa berupa panca indera atau media massa. Komunikan, yaitu penerima pesan. Proses dalam Komunikasi 1. Initiator – contributor: peran yang memberikan ide baru bagi kelompoknya. 2. Information seeker : anggota ini akan mencari informasi yang detail pada kelompoknya 3. Opinion seeker : ia akan berusaha mencari opini tentang suatu hal dari anggota kelompoknya. 4. Information giver : ia berusaha untuk memberikan informasi yang didapatkannya kepada kelompoknya 5. Opinion giver : berusaha memberikan pendapatnya dan disampaikannya kepada kelompoknya tentang sesuatu hal. 6. Elaborator : berusaha untuk menjelaskan secara rinci beberapa hal tentang sesuatu kepada anggota kelompoknya, walaupun kadang sudah jelas dan tidak perlu. 7. Sumarizer : memberikan kesimpulan atau ringkasan dari pendapat teman-teman di kelompoknya. 8. Effect (hasil), yaitu hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan keinginan komunikator. Rintangan dalam Komunikasi Sementara Cangara mencatat tujuh hal yang dapat mengganggu proses komunikasi, yaitu: Gangguan teknis, terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi yang ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan. Misalnya gangguan pada stasiun televisi atau radio, gangguan jaringan telepon, dan sebagainya. Gangguan semantik, yakni gangguan komunikasi yang disebabkan karena kesalahan bahasa yang digunakan. Misalnya: (1) kata-kata yang digunakan terlalu banyak memakai jargon bahasa asing sehingga sulit dimengerti oleh khalayak tertentu, (2) bahasa yang digunakan pembicara berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh penerima, (3) struktur bahasa yang digunakan tidak sebagaimana mestinya, sehingga membingungkan penerima, (4) latar belakang budaya yang menyebabkan salah persepsi terhadap simbol-simbol bahasa yang digunakan. Gangguan psikologis, terjadi karena adanya gangguan yang disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri individu. Misalnya, rasa curiga penerima kepada sumber, situasi berduka atau karena gangguan kejiwaan sehingga dalam penerimaan dan pemberian informasi tidak sempurna. • • • • Rintangan fisik atau organik, yaitu rintangan yang disebabkan karena kondisi geografis, misalnya jarak yang jauh sehingga sulit dicapai, tidak ada sarana kantor pos, kantor telepon, jalur transfortasi, dan sebagainya. Dalam komunikasi antar manusia, rintangan fisik juga bisa diartikan karena adanya gangguan organik, yakni tidak berfungsinya salah satu panca indera pada penerima. Rintangan status, yaitu rintangan yang disebabkan karena jarak sosial di antara perserta komunikasi. Misalnya, adanya jarak antara senior dan junior, atasan atau bawahan. Perbedaan ini pada gilirannya menuntut perilaku komunikasi yang selalu memperhatikan kondisi dan etika yang sudah membudaya dalam masyarakat, yakni bawahan cenderung hormat kepada atasannya, mahasiswa cenderung manut kepada dosennya, dan seterusnya. Rintangan kerangka berpikir, yaitu rintangan yang disebabkan adanya perbedaan persepi antara komunikator dan khalayak terhadap pesan yang digunakan dalam berkomunikasi. Hal ini disebabkan karena latar belakang pengalaman dan pendidikan antara peserta komunikasi berbeda. Semakin jarak perbedaan ini lebar, maka komunikasi yang dibangun semakin kurang bagus atau lancar. Sebaliknya semakin perbedaan diantara pesrta komunikasi ini kecil atau bahkan tidak ada, maka komunikasi semakin lancar dan efektif. Schramm, menyatakan bahwa field of experience atau bidang pengalaman merupakan faktor yang amat penting untuk terjadinya kominikasi. Rintangan budaya, ialah rintangan yang terjadi disebabkan karena adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi. Di negara-negara sedang berkembang masyarakat cenderung menerima informasi dari sumber yang banyak memiliki kesamaan dengan dirinya, seperti bahasa, agama dan kebiasaan-kebiasaan lainnya. Mendengar dan Merespon Berbeda Mendengarkan, yang perlu diperhatikan dalam mendengarkan terhadap pembicaraan konseli adalah mendengarkan dan memahami seluruh pesan-pesan konseli, memelihara perhatian yang terpusat pada konseli, serta mengarahkan diri terhadap apa yang telah dinyatakan oleh konseli. a. Kemampuan effective listening konselor, klien dapat mengekspresikan apa yang harus diekspresikannya baik melalui kata, perasaan dan tingkah laku. b. Effective listening bukan sikap diam sammbil memikirkan informasi yang disampaikan c. Effective listening merupakan upaya untuk memahami: •Kata-kata yang diucapkan konseli •Perasaan dibalik kata-kata konseli •Ekspresi wajah dan tingkah laku konseli • Effective listening sama dengan discipline listening • Kesadaran dan sensitivitas konselor terhadap sikapnya sendiri yakni mendorong konselor agar konseli mengekspresikan kata-kata, perasaan secara wajar. • Kemampuan untuk menangkap inti kata-kata yang diucapkan konseli secara obyektif • Kemampuan konselor menahan diri dari dorongan untuk berkata-kata lebih banyak/sebelum waktunya Merespon Memberikan respon yang baik dan positif respon konselor dikatakan tepat dan positif bila bahasanya jelas, singkat dan tepat, tidak memakai kata-kata “tapi”. “namun” karena dapat melemahkan posisi konseli. Respon yang tepat dan positif bagi konseli menjadi respon yang menerima dengan baik dan berdampak positif. Respon yang tepat dan positif akan menciptakan suasana yang kondusif dengan: • Warmth (kehagatan) • Support (dukunan) • Genuineness (kemurnian) • Stimulating (menstimulir) Ciri-ciri respon yang tepat dan positif misalnya juga bila menjadikan klien senang sehingga dapat mendorongnya untuk berbicara lebih banyak tentang masalahnya dan dapat membantu klien mendalami perasaan yang berhubungan dengan measalahnya. Ini dapat mengarahkan klien untuk mengubah sikap, pandangan, kebiasanaan dan tingkah laku yang menyebabkan timbulnya masalah. • • Terima Kasih Amin Shabana