genpositif guru generator energi positif 1 Profile Penulis Jupri, S.Sos.I Jupri lahir di kota Pekanbaru 1979, dan pernah menimba ilmu di Pesantren Wali Songo Ponorogo Jawa Timur tahun 1993-1999, selama kuliah di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, ia aktif dalam Organisasi PII di Ciputat (Pelajar Islam Indonesia) dan sekarang menjadi penikmat pendidikan dan menjadi Guru Agama Islam di Sekolah Global Mandiri. 2 Metodologi Mengajar Tanpa Kekerasan dan Menyenangkan Oleh: Jupri S.Sos.I A. Pendahuluan Tindak kekerasan dalam dunia pendidikan tidak diinginkan oleh siapapun juga, tetapi permasalahan ini masih sering terjadi dalam dunia pendidikan yang sepatutnya menyelesaikan masalah secara educatif bukan dengan kekerasan yang mengatasnamakan pendidikan. Kekerasan dalam pendidikan di Indonesia sering terjadi, misalnya, akhir 1997, di salah satu SDN Pati, seorang ibu guru kelas IV menghukum murid-murid yang tidak mengerjakan PR dengan menusukkan paku yang dipanaskan ke tangan siswa. Di Surabaya, seorang guru olah raga menghukum lari seorang siswa yang mengakibatkan siswa itu tewas. Dalam periode yang tidak berselang lama, seorang guru SD Lubuk Gaung, Bengkalis, Riau, menghukum muridnya dengan lari keliling lapangan dalam kondisi telanjang bulat. Bulan Maret 2002 yang lalu, terjadi pula seorang pembina pramuka bertindak asusila terhadap sisiwinya saat acara Camping. Selain tersebut di atas, banyak lagi kasus kekerasan pendidikan masih melembari wajah pendidikan kita. Dampak dari tindakan kekerasan tersebut dapat menimbulkan kesakitan fisik atau trauma psikologis jangka panjang yang berpengaruh terhadap kepribadian anak. Tindak kekerasan dalam dunia pendidikan kadang dilakukan tanpa menyadari hak dan kewajiban anak. Sudah nyata tertera dalam undangundang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Bab 3, pasal 4 yang berbunyi Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpatisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan deskriminasi. Penulis mengajak kepada para guru untuk mencari dan menggali metode mangajar yang pantas tanpa kekerasan dan menyenangkan, cukuplah sebagian 3 Guru-guru kita yang dahulu mengajari kita dengan keras, tapi jangan kita warisi tradisi itu, karena siswa sekarang tidak memerlukan tradisi itu dan hakikatnya kalau kita mengajari siswa kita sepereti guru yang mengajari kita dulu maka hal itu tidak pantas, karena siswa kita tidak hidup pada zaman guru kita, mereka mempunyai zaman mereka sendiri. Oleh sebab itu penulis mengangkat tema metodologi mengajar tanpa kekerasan dan menyenangkan ini agar guru dapat memilih dan memperkaya tehnik pembelajaran sehingga tujuan dari proses belajar mengajar itu tercapai dengan menyesuaikan gaya belajar siswa saat ini. B. Pengertian 1. Pemgertian Metodologi Mengajar. Metodologi berasal dari bahasa latin meta dan hodos, meta artiya jauh (melampau) dan hodos artinya jalan (cara). Metodologi adalah ilmu mengenai cara-cara mencapai tujuan. Sedangkan pengertian mengajar menurut beberapa ahli sebagai berikut: Arifin (1978) mendefinisikan bahwa mengajar adalah suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi dan menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu . Tyson dan Caroll (1970) mengemukakan bahwa mengajar ialah a way working with students A process of interaction. the teacher does something to student and the students do something in return. Dari definisi itu tergambar bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan. Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah . suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak dan sehingga terjadi proses belajar . 4 Tardif (1989) mendefinisikan dan mengajar adalah. any action performed by an individual (the teacher) with the intention of facilitating learning in another individual (the learner) dan yang berarti mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini peserta didik)melakukan kegiatan belajar. Sebagian para ahli mengatakan bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam diri anak didik, sebagian para ahli lainnya mengatakan bahwa mengajar diartikan menata berbagai kondisi belajar secara pantas. Kondisi yang ditata itu adalah kondisi eksternal anak didik. Termasuk dalam kondisi eksternal ini adalah komunikasi verbal guru dengan anak didik. Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dalam lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik, yang melakukan proses interaksi timbal balik sehingga tujuan pengajaran tercapai. 2. Pengertian Kekerasan Menurut New Oxford Dictionary (1998), kekerasan atau violence adalah tingkah laku yang melibatkan kekuatan fisik untuk melukai, menyakiti, merusak dan membunuh seseorang. Pada awalnya terminologi tindak kekerasan atau child abuse dan neglect berasal dari dunia kedokteran. Sekitar tahun 1946, Caffey (seorang radiologist) melaporkan kasus berupa gejala-gejala klinik seperti patah tulang panjang yang majemuk (multiple fractures) pada anak-anak atau bayi disertai pendarahan tanpa diketahui sebabnya (unrecognized trauma). Dalam dunia kedokteran, kasus ini dikenal dengan istilah Caffey Syndrome (Ranuh, 1999). Kasus yang ditemukan Caffey diatas semakin menarik perhatian public ketika Henry Kempe tahun 1962 menulis masalah ini di Journal of the 5 American Medical Assosiation, dan melaporkan bahwa dari 71 Rumah Sakit yang ia teliti, ternyata terjadi 302 kasus tindak kekerasan terhadap anak-anak, dimana 33 anak dilaporkan meninggal akibat penganiayaan yang dialaminyan dan 85 mengalami kerusakan otak yang permanen. Henry Kempe menyebut kasus penelentaran dan penganiayaan yang dialami anak-anak dengan istilah Battered Child Syndrome yaitu: Setiap keadaan yang disebabkan kurangnya perawatan dan perlindungan terhadap anak oleh orangtua atau pengasuh lain. Selain Battered Child Syndrome, istilah lain untuk menggambarkan kasusu penganiayaan yang dialami anak-anak adalah Maltreatment Synrome, yang meliputi gangguan fisik seperti diatas, juga gangguan emosi anak dan adanya akibat asuhan yang tidak memadai, eksploitasi sexsual dan ekonomi, pemberian makanan yang tidak layak bagi anak atau makanan kurang gizi, pengabaian pendidikan dan kesehatan dan kekerasan yang berkaitan dengan medis (Gelles, 1985). C. Model Pembelajaran yang Menyennangkan. 1. Active learning, dicetuskan oleh Melvin L.Silberman, asumsi dasar yang dibangun dari model pembelajaran ini adalah bahwa belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus. Pada saat kegiatan belajar itu aktif, siswa melakukan sebagian besar pekerjaan belajar. Mereka mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Dalam active learning, cara belajar dengan mendengarkan saja akan cepat lupa, dengan cara mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit, dengan cara mendengarkan, melihat, dan mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat, diskusi, dan melakukan akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan, dan cara untuk menguasai pelajaran yang 6 terbagus adalah dengan mengajarkan. Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, dan menarik. Active learning menyajikan 101 strategi pembelajaran aktif yang dapat diterapkan hampir untuk semua materi pembelajaran. 2. Quantum learning, merupakan cara pengubah bermacam-macam interaksi, hubungan dan inspirasi yang ada di dalam dan sekitar momen belajar. Dalam prakteknya, quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar dan neorolinguistik dengan teori, keyakinan, dan metode tertentu. Quantum learning mengasumsikan bahwa jika siswa mampu menggunakan potensi nalar dan emosinya secara jitu akan mampu membuat loncatan prestasi yang bisa terduga sebelumnya. Dengan metode belajar yang tepat siswa bisa meraih prestasi belajar secara berlipat ganda. Salah satu konsep dasar dari metode ini adalah belajar itu harus mengasyikkan dan berlangsung dalam suasana gembira, sehingga pintu masuk untuk informasi baru akan lebih besar dan terekam dengan baik. Sedang quantum teaching berusaha mengubah suasana belajar yang menoton dan membosankan ke dalam suasana belajar yang meriah dan gembira dengan memadukan potensi fisik, psikis, dan emosi siswa menjadi suatu kesatuan kekuatan yang integral. Quantum teaching berisi prinsip-prinsip sistem perancangan pengajaran yang efektif, efisien, dan progresif berikut metode penyajiannya untuk prakteknya, model pembelajaran ini bersandar pada asas utama bawalah dunia mereka kedunia kita, dan antarkanlah dunia kita ke dunia mereka. Pembelajaran, dengan demikian merupakan kegiatan full content yang melibatkan semua aspek kepribadian siswa (pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh) di samping pengetahuan, sikap, dan keyakinan sebelumnya, serta persepsi masa mendatang. Semua ini harus dikelola sebaik-baiknya, diselaraskan hinnga mencapai harmoni (diorkestrasi). 7 3. Accelerated learning merupakan pembelajaran yang dipercepat. Konsep dasar dari pembelajaran ini adalah bahwa pembelajaran itu berlangsung secara cepat, menyenangkan, dan memuaskan. Pemilik konsep ini, Dave Meier menyarankan kepada guru agar dalam mengelola kelas menggunakan pendekatan Somatic, Auditory, Visual, dan Intellectual (SAVI). Somatic dimaksudkan sebagai learning by moving and doing (belajar dengan bergerak dan berbuat). Auditory adalah learning by talking and hearing (belajar dengan berbicara dan mendengarkan). Visual diartikan learning by observing and picturing (belajar dengan mengamati dan menggambarkan). Intellectual maksudnya adalah learning by problem solving and reflecting (belajar dengan pemecahan masalah dan melakukan refleksi). Bobbi DePorter menganggap accelerated learning dapat memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal dan dibarengi kegembiraan. Cara ini menyetukan unsur-unsur yang sekilas tampak tidak mempunyai persamaan, tampak tidak mempunyai persamaan, misalnya hiburan, permainan, warna, cara berpikir positif, kebugaran fisik dan kesehatan emosional. Namun semua unsur ini bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif. D. Metode Mengajar Yang Menyenangkan. Muara dari inovasi pendidikan adalah bagaimana guru mengajar dan bagaimana murid belajar. Perubahan maksimal dari komponen lain yang tidak di ikuti inovasi maksimal dari Proses Belajar Mengajar diperkirakan akan kurang dapat meningkatkan mutu pendidikan secara berarti. Guru-guru kadang cenderung hanya menggunakan satu metode mengajar saja yaitu ceramah. Ceramah ini dilaksanakan secara klasikal sehingga kurang memperhatikan keberagaman keadaan siswa. Penulis akan memaparkan beberapa metode belajar yang dapat digunakan. 8 1. Metode Ceramah Plus Kalau kita menggunakan metode ceramah saya maka akan membuat siswa pasif dan mengandung unsur paksaan kepada siswa. Metode ceramah plus adalah metode yang menggunakan lebih dari satu metode yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya. Ada tiga macam metode cermah plus: a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas b. Metode ceramah plus diskusi c. Metode ceramah plus demonstrasi Kombinasi metode ini akan membuat sistem pengajaran yang variatif. 2. Metode Diskusi (Problem Solving) Metode diskusi ini merupakan metode pengajian bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengadakan perbincangan yang ilmiah guna mengumpulkan pendapat, kesimpulan atau menyusun alternatif pemecahan atas suatu masalah. Kelebihan dari metode diskusi ini adalah: a. Mendorong siswa berpikir kritis b. Mendorong siswa mengepresikan pendapatnya secara bebas c. Mendorong siswa mengembangkan pikirannya d. Mendorong kreativitas siswa dalam pemecahan masalah Metode ini membuat siswa merasa senang apabila disajikan dengan tema yang menarik, dan anak di kelompokkan menurut pilihan mereka sendiri dan penilaian dilakukan oleh kelompok satu pada yang lainnya agar lebih demokratis, disini guru hanya sebagai fasilitator. 3. Metode Demontrasi Melalui metode demonstrasi guru memperlihatkan suatu proses, peristiwa atau cara kerja suatu alat kepada peserta didik. Dalam penggunaan metode ini guru bisa menjadi demonstrator dan bisa juga orang lain yang ahli dalam bidang pelajaran itu. Metode ini menggugah rasa ingin tahu siswa dan ransangan 9 visual siswa. Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti ini: (contoh : Pembuatan Biodiesel) a. Bagaimana cara membuatnya ? b. Terdiri dari bahan apa ? c. Bagaimana proses mengerjakannya ? Metode ini lebih menarik lagi bila dilakukan di luar kelas misalnya di tempat pembuatannya secara langsung. 4. Metode Inquiri Inquiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang secara harfiah berarti penyelidikan Carin dan Sund (1975) mengemukakan bahwa inquiri adalah the process of investigating a problem. Adapun Plaget mengemukakan bahwa metode inquri merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan experiment sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu mengajukan pertanyaan, serta mencari jawabannya sendiri, juga membandingkan dengan temuan peserta didik yang lain. Metode inquiri merupakan metode penyelidik yang melibatkan proses mental dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam b. Merumuskan masalah yang ditemukan c. Merumuskan Hipotesis d. Mengumpulkan data dan menganalisis e. Menarik kesimpulan yang objektif, jujur dan tanggung jawab 5. Metode Simulasi Simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja. Tujuan dari simulasi ini adalah untuk melatih keterampilan tertentu, baik yang bersifat professional maupun bagi kehidupan sehari-hari. 10 Bentuk dari simulasi ini adalah role playing, drama, dan permainan. Langkahlangkah simulasi sebagai berikut: a. Penentuan topik dan tujuan simulasi b. Guru memberikan gambaran secara garis besar situasi yang akan disimulasikan c. Pemilih peran d. Pelaksanaan simulasi e. Evaluasi f. Latihan ulang 6. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab merupakan cara menyajikan bahan ajar dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban untuk mencapai tujuan. Pertanyaan-pertanyaan bisa muncul dari guru maupun peserta didik, demikian juga jawabannya. Kelebihan dari metode ini adalah: a. Guru dapat memahami bahan pelajaran yang belum dipahami oleh siswa b. Melatih siswa agar berani mengungkapkan pendapat c. Siswa dapat bertanya langsung tentang bahan ajar yang sulit d. Kelas akan hidup karena murid aktif berpikir 7. Metode Karya Wisata Dengan karya wisata, anak didik dibawah bimbingan guru mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan maksud untuk belajar. Kelebihan dari metode ini adalah: a. Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran b. Membuat bahan yang dipelajari di-sekolah menjadi relevan c. Pengajaran yang dapat lebih merangsang kreativitas anak 11 8. Metode Resitasi Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat Resume dengan kalimatnya sendiri. Kelebihan metode ini adalah: a. Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama b. Metode ini lebih membuat siswa tertantang c. Siswa lebih berani mengambil inisiatif dan mandiri 9. Metode Mengajar Sesama Teman Metode ini dibuat juga Peer teaching method, metode mengajar sesama teman adalah netode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri. Metode ini memupuk rasa sosial dan tanggung jawab antar sesama siswa, tetapi metode ini bukan perbuatan yang meniru jawaban temannya (menyontek) tetapi menjelaskan lagi pelajaran (cara-cara, konsep) kepada teman siswa yang belum mengerti. 10.Metode Perancangan Metode yang mana pendidik harus merancang suatu project yang akan diteliti sebagai objek kajian. Melalui metode ini anak didik dibina dengan membiasakan, menerapkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan terpadu yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari. E. Membangun Kedisiplinan Siswa Tanpa Kekerasan. Pembinaan kedisiplinan siswa harus dipupuk sejak dini agar menjadi warga masyarakat yang taat hokum berdasarkan etika dan moralitas, disamping peranan keluarga yang utama, dunia pendidikan adalah lingkungan kedua bagi anak untuk belajar tentang kedisiplinan, oleh sebab itu sekolah dituntut untuk mencetak siswa yang disiplin dengan caa yang edukatif juga, bukan dengan kekerasan. 12 Menurut Andarus Darahim, salah satu anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia; mengemukakan tujuh prinsip dalam membangun kedisiplinan anak. 1. Hormati martabat/harga diri anak (respect the child s dignity) Pembinaan ini diharapkan diarahkan pada perawatan fisik, pembinaan psikologis siswa. Pendidik harus berperan sebagai pembimbing untuk mewujudkan keinginan anak bukan sebagai pemberi hukuman, dan mendidik tidak meremehkan siswa, galilah hal yang positif yang dimiliki mereka. 2. Bangun jiwa pro-sosial, disiplin diri dan kepribadian (develop pro sosial and character) Pembinaan diarahkan pada sikap dan percaya diri dan disiplin diri, termasuk kebebasan memilih. Pendidik harus meem bangun rasa empati siswa dan rasa menghargai sesama. Pendidik dituntut memberi ketauladanan pada siswa. 3. Tingkatkan partisipasi aktif anak (child s active participation) Pendidik memberi kesempatan yang seluas-luasnya agar siswa dapat aktif dalam proses belajar. Pembinaan diarahkan pada sikap toleransi dalam membangun kerjasama dengan teman dan orang lain. Dengan memfokuskan pada pengatasan masalah dan menumbuhkan kemampuan diri sebagai bagian dari komunitas. 4. Hormati kebutuhan tumbuh kembang dan kualitas hidup anak (respect the child s development need and quality of life). Pendidik harus menghormati kebutuhan siswa dalam masa perkembangan, untuk itu pendidik dituntut untuk memberikan gaya mengajar sesuai dengan kebutuhan siswa. Pembinaan diarahkan pada jiwa optimistik dan mendorong percaya diri bahwa setiap orang bisa memecahkan masalah asal mau belajar dari pengalaman. 5. Hargai motivasi dan pandangan anak (respect the child s motivation and life views) Penghargaan terhadap keinginan siswa merupakan penderitaan yang sangat berguna meskipun tidak semua keinginan harus dipenuhi. Pembinaan diarahkan 13 pada sikap yang mengerti perbedaan dan kekhususan orang lain, pandangan, gaya, dan sebagainya. 6. Jamin rasa keadilan (assure fairness) Pembinaan diarahkan pada sikap menghormati kesetaraan dan tidak diskriminatif. 7. Kembangkan semangat solidaritas (promote solidarity) Pembinaan diarahkan pada sikap membangun kerjasama tanpa mau menang sendiri atau mementingkan diri sendiri. F. Dampak Kekerasan Pendidikan Pada Anak. Kekerasan yang dilakukan pada peserta didik dapat membawa dampak negatif sebagai berikut: a. Secara fisik kekerasan ini mengakibatkan adanya kerusakan tubuh, seperti: lukaluka memar luka simentris di wajah dan lain sebagainya. b. Secara psikis, anak yang mengalami penganiayaan sering menunjukkan : ketakutan atau bertingkah laku agresif, emosi yang labil, depresi, jati diri yang rendah, kecemasan, adanya gangguan tidur phobia dan lain sebagainya. Dari hasil penelitian dikatakan bahwa penganiayaan pada masa anak menyebabkan anak berpotensi memiliki gangguan kepribadian ambang sehinnga kelak anak juga berpotensi menderita depresi pada masa dewasanya. Disamping itu timbulnya gejala disasosiasi termasuk amnesia terhadap ingatan-ingatan yang berkaitan dengan pengeniayaannya (Suyanto & Hariadi, 2002). Selain itu kekerasan yang terjadi pada anak dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak, sehinnga kreativitas dan produktivitas anak menjadi terpasung, yang pada akhirnya mengakibatkan self development yang optimal pada diri anak tidak tercapai. Lebih jauh, jika kekerasan tersebut terjadi di sekolah maka peserta didik akan menaruh kebencian terhadap sekolah dan jika kekerasan tersebut terjadi dalam keluarga maka anak akan tidak betah dirumah. 14 G. Menciptakan Pembelajaran Yang Menyenangkan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik untuk menghidupkan suasana belajar siswa di kelas maupun di luar kelas, hal-hal yang harus diperhatikan adalah: 1. Ruang Kelas (tempat belajar) Suasana ruang belajar ditata semenarik mungkin agar mampu menciptakan keadaan yang gembira dari awal pelajaran dimulai hingga proses belajar berakhir. 2. Membuka Pelajaran a) Memberi salam dengan semangat, pendidik ditunjuk untuk menunjuk kan wajah yang bersemangat, senyum, agar siswa senang melihatnya b) Membangkitkan motivasi belajar, dalam membuka pelajaran hendaknya guru memberitahukan tujuan yang akan dicapai dengan pelajaran yang akan disajikan. c) Warming up, jika kondisi siswa tampak loyo, maka guru memulai pelajaran dengan melakukan aktivitas fisik selama beberapa menit dengan melemaskan otot-otot. 3. Pendekatan Pembelajaran Cara mendidik yang demokratis perlu diperhatikan oleh pendidik, karena pendekatan ini adalah cara mendidik yang ideal, tidak terlalu ketat, namun ada pengawasan. Siswa diberi hak untuk menyalurkan pendapat, usul, saran, inisiatif, keputusan pada pendidik . pendekatan ini mendorong anak-anak agar mandiri tetapi masih menetapkan batas-batas dan pengendalian atas tindakan-tindakan mereka. 15 4. Mengadakan Variasi Mengadakan variasi adalah keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran untuk mengatasi kebebasan peserta didik. Variasi dalam pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat bagian a) Variasi dalam gaya mengajar Variasi yang terdiri dari suara, eye contact, gesture dan mengubah posisi b) Variasi dalam penggunaan media c) Variasi dalam pola interaksi Variasi ini terdiri dari pengelompokkan peserta didik, tempat kegiatan pembelajaran: dalam dan luar kelas d) Variasi dalam kegiatan Variasi dalam penggunaan-penggunaan metode, dan pemberian contoh atau ilustrasi. 5. Menjaga Sikap Dalam Mengajar Guru yang kurang ramah, terlalu banyak mengatur begini-begitu dan menciptakan suasana belajar yang sangat kompetitif hanya akan membuat anak tidak betah di sekolah. Misalnya, membandingkan anak yang satu dengan temannya yang dianggap lebih pandai, atau melabel anak secara negatif seperti, Kamu, kok, begini aja enggak bisa sih! , Jangan lamban gitu dong! , Masak sih enggak malu kalah sama temannya? . Hal-hal yang harus diperhatikan oleh pendidik adalah: -Yang harus dilakukan oleh pendidik; a) Smile (Senyum) Hindari bahwa guru tersebut arrogant atau sombong. Penampilan anda mengajar adalah energi bagi siswa anda. b) Voice Volume (Volume Suara) Pastikan semua siswa anda mendengar suara anda, tetaplah stabil namun luwes tidak kaku. 16 c) Gesture (Bahasa Tubuh) Bersikaplah wajar dan relax, bahasa tubuh yang kaku akan membosankan. d) Eye Contact (Kontak Mata) Kontak mata dengan setiap siswa secara terus menerus akan menimbulkan komunikasi yang baik dari hati ke hati dengan siswa anda. -Yang tidak dilakukan oleh pendidik; a) Pace Too Frequently (Mondar-Mandir) b) Directly Point Out (Menunjuk Langsung Pada Siswa) Menunjuk langsung ini mengesankan bahwa anda sombong, namun gunakan telapak tangan terbuka atau melemparkan masalah secara demokratis c) Underestimate (Menganggap Remeh Siswa) d) Sit Too Long (Duduk Terlalu Lama) 6. Menutup Pelajaran Guru sebaiknya menutup pelajaran dengan menarik kesimpulan agar siswa menangkap point-point dari pelajaran yang diberikan atau guru melakukan evaluasi dengan pertanyaan-pertanyaan. 17 DAFTAR PUSTAKA Adrian, Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Siswa, Makalah 2004 Andarus Darahim, Menghindari Kekerasan Terhadap Anak dalam Keluarga dan Sekolah, Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2005 Abd. Rahman Assegaf, Kondisi dan Pemicu Kekerasan dalam Pendidikan,Makalah 2002 Boobi De Portel , Mike Hernacki, Quantum Learning; Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Jakarta: Penerbit Kaifa, 2007 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya, 2007 Ibnu Anshori, Corporal Punisment dalam Dunia Pendidikan, Komisi Perlindungan anak Indonesia, 2006 Hasibuan, Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002 Mansyur, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Penerbit Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islamdan Universitas Terbuka, 2000 Rachmat Efendi, Menjadi Guru yang Efektif dalam Dua Hari, Jakarta: Penerbit Yayasan Bina Edukasi dan Konsultasi Hapsa Et Studia, 2005 Soegeng Santoso, Metodologi Mengajar Tanpa Kekerasan, Makalah 2006 ________________, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2002 18 Profile Penulis Jupri, S.Sos.I Jupri lahir di kota Pekanbaru 1979, dan pernah menimba ilmu di Pesantren Wali Songo Ponorogo Jawa Timur tahun 1993-1999, selama kuliah di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, ia aktif dalam Organisasi PII di Ciputat (Pelajar Islam Indonesia) dan sekarang menjadi penikmat pendidikan dan menjadi Guru Agama Islam di Sekolah Global Mandiri. 19