BAB I PERAN AGAMA DALAM KEHIDUPAN Tujuan Instruksional Umum (T.I.U) adalah agar Mahasiswa mengetahui, memahami dan menghayati tingkat pemikiran manusia, sejarah timbulnya ketidakpercayaan kepada Tuhan, fungsi agama dalam kehidupan manusia dan pokok ajarannya. Tujuan Instruksi Khusus (T.I.K) adalah : 1. Agar Mahasiswa dapat menjelaskan sejauh mungkin timbulnya beberapa aliran hasil dari pemikiran manusia dari abad ke abad. 2. Agar Mahaiswa menyadari pentingnya agama dalam kehidupan dan mampu melaksanakan sesuai dengan ajaran Allah. Peran agama dalam kehidupan dimulai atas dasar firman Allah dalam Al Qur'an pada surat Al Baqarah ayat 31 : Artinya : Allah mengajarkan kepada Adam seluruh nama benda lalu ditampilkan kepada malaikat lalu berfirman :"Sebutkan kepadaKu nama benda-benda ini, jika kamu memang benar". Adam sebagai manusia pertama di dunia telah mengenal, mengetahui dan mengakui secara jujur adanya Tuhan beserta ajaranNya. Mulai pertama kali diciptakan di dunia sampai sekarang cara berpikir manusia selalu berkembang . Perkembangan tersebut berjalan mengikuti sistem, yang keberadaannya sangat ditentukan oleh situasi dan kondisi sosial budaya serta peradaban manusia yang berlaku dari abad ke abad. Akibat perkembangan sosial budaya dan teknologi, maka daya pikir manusia berkembang sejajar dan dapat mengikuti kecanggihan sistem. Daya pikir manusia yang terlatih merupakan kemampuan yang dapat digunakan untuk menalar dan menafsir permasalahan yang dapat mengikuti perkembangan kemajuan teknologi. Berkat akal budi yang tumbuh dalam perkembangan, mereka menemukan suatu sistem yang semakin berdaya guna dan berhasil guna serta canggih. Namun demikian akibat ilmu yang terus berkembang tanpa ada batas, maka mereka juga menjumpai banyak kekurangan. Sehingga kecanggihan sistim yang serba modern dirasakan belum dapat dijadikan sebagai sarana perbendaharaan dalam menalar dan menafsirkan Tuhan. Akibat kekurangan yang belum sepenuhnya dapat diatasi maka ada beberapa kelompok manusia berangsurangsur mulai tidak percaya adanya Tuhan. ” A. Tingkatan Pemikiran Manusia Tingkatan kemajuan cara berpikir manusia dari jaman ke jaman berbeda, menurut August Comte (1795-1857) tingkat perkembangan cara berfikir manusia ada 3 macam yaitu : Tingkatan Teologi Pada tingkatan teologi, manusia belum mampu menafsirkan tentang sebab-musabab dan kejadian alam. Oleh sebab itu perasaan manusia hanya diliputi rasa takut akan timbulnya wabah penyakit, 1 khawatir adanya gempa bumi, banjir, tanaman terserang hama. Mereka selalu hidup dalam ketakutan dan khawatir. Mereka tidak berbuat sesuatu karena tidak tahu dengan apa yang harus diperbuat. Satu-satunya tindakan yang dilakukan adalah memohon kepada Tuhan agar dijauhkan dari malapetaka. Mereka menyerahkan seluruhnya kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Namun demikian yang dianggap sebagai Tuhan dan sebagai tempat meminta berupa arca, arwah nenek moyang atau bentuk kekuatan lainnya yang tidak dapat dilihat mata. Tingkatan Metafisik Setelah berabad-abad menjalani kehidupan tingkat teologi, maka pada diri manusia timbul keberanian untuk bertindak lebih luas. Mereka memikirkan bahwa sesuatu yang menimbulkan wabah penyakit, gempa bumi, banjir, serangan hama, merupakan kekuatan yang dapat dicegah agar tidak berbuat jahat dan mengganggu. Pencegahan yang dilakukan dengan memberi sesaji. Hal semacam ini sampai saat ini membudaya di kalangan masyarakat. Misalnya: a. Upacara tingkeban oleh masyarakat Jawa yang memandikan orang hamil dengan air dari 7 sumber.Tujuannya agar nantinya bayi dapat lahir dengan selamat. b. Di bawah kolong tempat tidur bayi yang baru lahir ditaruh bermacam-macam sesaji, dengan maksud untuk mengusir segala penyakit agar tidak menyerang si bayi. c. Diadakan penanaman kepala kerbau pada waktu akan dimulainya proyek yang besar dll. Tingkat Positif Pada tingkat positif manusia telah banyak memahami tentang alam, peraturan dan hukum. Oleh karena itu kekuatan alam, dapat ditundukkan dan dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup manusia walaupun tidak seluruhnya . Dalam hal ini aliran Marxisme mengatakan bahwa yang penting bukan memberi interpretasi kepada alam, tetapi merubah alam sehingga dapat dimanfaatkan manusia. Namun demikian kehidupan yang makin modern berkembang tidak konsekuen. Didalam kehidupan modern ini sering terjadi praktek yang seharusnya mengikuti pelaksanaan hukum,namun masih juga dapat dipengaruhi oleh hal-hal diluar hukum. Maka bagi orang awan yang tidak tahu a- pa yang dikerjakan, mereka pergi ke dukun,kuburan untuk mencari jimat dll. Oleh sebab itu walaupun kita sudah hidup pada tingkat positif namun dalam kenyataannya masih banyak yang hidup dalam tingkatan teologi ataupun metafisik. 2 B. Sejarah Timbulnya Ketidakpercayaan Kepada Tuhan Menurut sejarah filsafat Yunani bahwa sejak 2300 tahun yang lalu sudah mulai ada orang yang tidak percaya adanyaTuhan. Mereka tidak percaya adanya Tuhan sebagi pencipta alam, atas dasar pendapat yang menyatakan bahwa alam terdiri dari atom yang berlainan susunannya, dan mempunyai gerakan berlawanan. Dari dasar pemikiran yang demikian maka kejadian pada alam semesta tercipta dan bukan oleh Tuhan.” Pada abad ke 16 dan 17, berkat perkembangan teknologi dimana manusia menguasai alam lebih menyeluruh dan lebih efektif, maka perhatian manusia pada umumnya hanya diarahkan pada alam tempat hidup mereka. Abad ke 16 di Inggris timbul aliran "empiricisme" yang berpedoman bahwa pengetahuan harus didasarkan kepada pancaindera. Thomas Hobbes, (1588-1679) menyatakan bahwa dasar pemikiran ilmu pengetahuan berupa mechanistic materialisme. Dinyatakan pula bahwa semua yang berada dalam alam ini berupa materi yang bergabung dan berpisah secara mekanis dan tidak memerlukan adanya Zat Yang Maha Kuasa. Menurut John Lock, (1632-1704) pikiran manusia merupakan "tabula rasa" (papan kosong), dimana segala pengetahuan diperoleh dari kesan-kesan dari pancaindera (sense perception). David Hume (1711-1776) menyatakan bahwa pikiran dianggap sebagai puncak penjelmaan empirisme masa sebelumnya dan mengandung dasar “positivistic naturalism”. Menurut Hume kita tidak berhak menyatakan sesuatu, jika hal tersebut tidak dapat dibuktikan dengan pancaindera. Abad ke 18, filsafat Perancis banyak dipengaruhi oleh filasafat Inggris yang menetapkan bahwa hasil ilmu pengetahuan itu mutlak. Sebelum timbul pendapat itu ilmu pengetahuan selalu dikaitkan dengan metafisika atau pemikiran abstrak yang bersifat dogmatis. Para pemikir Perancis seperti Fontenelle (1657-1757), Monstesquieu (1689-1757),Voltair (1694-1778), Condillac (1715-1780) cenderung beraliran deism. Aliran berpendapat bahwa percaya kepada ke pada Zat Yang Maha Agung, tetapi tidak mempunyai kekuasaan terhadap alam dan manusia. Sedangkan Filosof Perancis lainnya seperti La Mettrie (1709-1751), d'Holbach (1723-1789) dan Cabanis (1757-1804) berpendirian atheism yaitu mengingkari adanya Tuhan. Mereka mengingkari adanya dualisme yaitu kepercayaan adanya badan dan nyawa serta adanya alam dan Tuhan. Dari pendapat para filosof diatas maka pada sekitar abad 17-18 timbul pandangan sekuler Barat tentang manusia dengan alam, yang menimbulkan pandangan sebagai berikut: 1. Metode dan ilmu pengetahuan dijadikan kepercayaan penuh. 2. Hilangnya kepercayaan kepada agama. 3 3. Menebalnya paham materialisme yang beranggapan bahwa atas dasar penangkapan pancaindera yang ada hanyalah materi. Dari pandangan tersebut yang mendorong timbulnya aliran positivisme yang dipelopori oleh August Comte (1795-1857) Perkembangan aliran tersebut didukung oleh Feuerbach dan Karl Marx, Darwin dan Spencer. C. Fungsi Agama Dalam Kehidupan Manusia Dalam perkembangan jaman, manusia menempatkan akal pikiranya untuk dijadikan ukuran yang mutlak. Ditopang dengan pengunaan akal dan penjabaran melalui cara berpikir logis maka mereka cenderung mengesampingkan agama. Dari perbuatan yang demikian maka akan timbul berbagai krisis dalam kehidupan. Krisis yang muncul dalam abad modern ini antara lain: masalah kebebasan seks, minuman keras dan judi yang akhir-akhir ini dianggap wajar, walaupun pada masamasa lalu tidak seharusnya dilakukan karena dirasakan bertentangan dengan moral. Kondisi semacam ini mengakibatkan orang berpendapat bahwa tujuan hidup manusia hanya mencari kekayaan, kesenangan yang dilakukan dengan menempuh segala jalan. Dari dasar pendapat tersebut dalam kehidupan masyarakat akan timbul berbagai pertentangan antar golongan ataupun antar individu, karena manusia dalam memenuhi kebutuhan akan berupaya menempuh segala macam cara. Memang pada umumnya mereka dapat memenuhinya dan dapat menciptakan kehidupan serba mewah, namun banyak diantaranya merasa kehilangan suatu prinsip. Hal ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan suatu hajat berupa pegangan hidup yang harus dipenuhi. Pegangan hidup manusia yang tepat tidak lain adalah agama yang memberi petunjuk kepada manusia tentang apa yang harus diusahakan dan cara memperolehnya. Pikiran manusia disamping dapat memecahkan permasalahan hidup yang bersifat materiil, dimana untuk hidup tidak hanya memerlukan materiil saja, kebutuhan spirituil juga tidak kalah penting. Malahan dalam tingkat kehidupan tertentu segi spirituil lebih dibutuhkan dari kebutuhan materiil. Dari uraian diatas maka agama tidak dapat lepas dari kehidupan manusia. Semakin jauh manusia mencapai tingkat kemajuan akan lebih terasa perlunya agama untuk dijadikan sebagai pegangan hidup. Kemajuan manusia baik dalam bidang teknologi yang dilandasi dengan kecerdasan berpikir tanpa didampingi agama tidak akan memberi kebahagiaan, tetapi malah akan menyengsarakan bahkan membinasakan kehidupan manusia. D. Pokok Ajaran Pendidikan Islam menyajikan materi, sistem dan metode yang bersumber dari ajaran Islam. Al Qur,an merupakan sumber utama untuk mengetahui ajaran pokok dan dasar dari agama Islam . Agama Islam menuntut agar manusia dididik secara totalitas yang meliputi jasmani, akal dan jiwa, tanpa dibedakan dan dipisahkan yang disajikan secara serempak (simultan). Hal ini tercermin dalam materi Al Qur'an dan Hadist yang diperjelas dan diikuti dengan argumentasi-argumentasi yang 4 logis, melalui penalaran yang masuk akal sehingga dapat menyentuh jiwa . Dalam materi tersebut manusia merasaikut berperan dalam menemukan, memiliki dan bertanggung jawab serta ikut serta memeliharanya. Namun demikian dalam kehidupan masyarakat sering diketemukan materi yang bersumber dari Al Qur'an dan Hadist tersebut disusun untuk disesuaikan dengan sistema tika rohaniah dan aqliah, sehingga kurang menghasilkan agamawan yang berilmu. Oleh sebab itu banyak diantara mereka yang merasa kesulitan dalam memahami dan melaksanakan petunjuk syari'at Islam, sehinga dapat menimbulkan suatu pembaharuan yang tidak sejalan dengan ketetapan dan nilai Islam. Untuk memenuhi tantangan tersebut diperlukan pendidikan agama yang dilakukan dengan jalan mendalami hikmah al-tasyri’, dengan tujuan agar materi yang dimaksud dapat dipahamai dan dihayati manfaatnya. 5 BAB II KELOMPOK AGAMA Tujuan Instruksional Umum (T.I.U) adalah agra Mahasiswa mengetahui , memahami dan menghayati pengelompokan dalam agama. Tujuan Instruksioanal Khusus (T.I.K) adalah : 1. 2. Agar Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan antar agama . Agar Mahasiswa dapat menjelaskan kelompok agama berdasarkan geografi, alamiyah dan samawi. Untuk memahami kelompok agama yang ada di dunia dimulai dengan membahas : A. Perbedaan Antar Agama Masyarakat pada umumnya berpendapat bahwa tujuan agama adalah sama yaitu sarana untuk mendorong umat manusia melakukan tindakan yang baik dan menghindari kejahatan, serta mengadakan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Untuk menilai Yang Maha Kuasa, kemampuan manusia sangat kecil, karena manusia tidak dapat mengetahui seluruhnya. Apa yang dapat dilihat atau dipahami merupakan sebagian atau salah satu dari beberapa segi alam wujud.Maka dari keterbatasan manusia dalam membentuk moral yang berhubungan dengan Tuhan timbul bermacam-macam agama misalnya; Hindu, Budha, Kristen Islam dll. Dari agama tersebut disamping mempunyai kesamaan tentu terdapat perbedaan. Perbedaan antara agama satu dengan lainnya pada umumnya pada hal yang berhubungan dengan faktor historis dan geografis dan bukan dari faktor hakekat. 6 Agama tidak mengandung sesuatu yang mutlak (empiris), tetapi agama relatif merupakan bentuk instrumental yang digunakan untuk mencapai tujuan. Dalam prinsipnya setiap agama tidaklah sama dengan agama lain. Kadang-kadang perbedaan dapat timbul terlalu prinsipiil, sehingga dapat membawa umatnya memusuhi atau memerangi agama lain. Menurut sejarah perbedaan antara agama tidak dapat dielakkan. Sikap yang menutupi dan menyatakan perbedaan agama tidak ada, hanya dapat bertahan untuk sementara, namun suatu ketika akan menimbulkan malapetaka. Dari perbedaan yang timbul, hendaknya disadari oleh masing-masing pemeluk agama. Dalam menghadapi pokok perbedaan umat dari agama tersebut harus mempunyai toleransi baik dalam bertindak maupun dalam menyampaikan pendapat. Bagi umat Islam masalah toleransi selalu diutamakan. Hal ini tertuang dalam Al Qur'an surat Al Haj ayat 39 dan 40 sebagai berikut : Artinya : Tentu izin perang diberikan kepada yang telah di perangi, karena sesungguhnya mereka telah dirugikan. Sungguh Allah Maha Kuasa untuk menolong mereka itu. Yaitu orang-orang yang diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan, kecuali karena mereka berkata : "Tuhan kami hanyalah Allah". Sekiranya Allah tidak menahan sekelompok manusia-manusia dengan kelompok yang lain, tentulah biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat Yahudi dan mesjidmesjid yang didalamnya banyak disebut nama Allah, sudah dihancurkan. Sudah pasti Allah akan menolong mereka yang menolong agamaNya. Sungguh Allah itu Maha Kuasa dan Perkasa. Disamping itu sikap toleransi diimplementasikan dengan menetapkan bahwa dalam menyiarkan agama tidak dibenarkan memberikan kesan menggunakan paksaan, baik secara kasar ataupun halus misalnya menggunakan daya penarik berupa materiil. Penyimpangan terhadap ketentuan itu merupakan penyalahgunaan hak pelaku dan pelanggaran hak orang lain. B. Macam Kelompok Agama 7 Berbagai macam agama didunia lahir sejak berabad-abad yang lalu. Untuk membeda kannya maka dikelompokan sebagai berikut : 1. Berdasar Geografi Pengelompokan ini didasarkan kepada letak geografi tempat agama tersebut berkembang. Agama yang timbul atas dasar tersebut adalah agama-agama di Timur Tengah pada zaman Purba, agama Konfusius di Cina, agama Shinto di Jepang, Agama Zoroastrisme dan Yudaisme di Yunani dan Roma serta agama Kristen dan Islam. 2. Berdasarkan Alamiah Pengelompokan berdasarkan alamiah (natural religions) adalah agama-agama yang timbul di lingkungan hidup manusia. Agama yang dimaksud sebetulnya cenderung kepada bagian dari kebudayaan. Dalam perkembangan selalu berubah dan terbagi-bagi sehingga memiliki ciri yang bermacam-macam. Ciri tersebut oleh penganutnya kadang-kadang diutamakan (ditonjolkan), tetapi kadang-kadang tidak diindahkan (contohnya agama Hindu). Dewa-dewa agama Hindu merupakan personifikasi kekuatan alam, misalnya Batara Surya, Bayu, Indra dan Syiwa. Disamping itu terdapat kecenderungan magic atau sihir yang menimbulkan kekuatan dengan daya mantera. 3. Berdasarkan Samawi Pengelompokan yang didasarkan dengan agama yang diwahyukan dan diturunkan Allah, untuk di jadikan petunjuk bagi manusia. Agama samawi tersebut terdiri dari agama Yahudi, Nasrani dan Islam. Disamping itu ketiga agama itu dinamakan agama alamiah. 8 BAB III AGAMA ISLAM Tujuan Instruksional Umum (T.I.K) adalah agar Mahasiswa dapat mengetahui, memahami, dan meghayati agama Islam. Tujuan Instruksional Khusus (T.I.K) adalah : 1. Agar mahasiswa dapat menjelaskan arti dan ajaran pokok agama Islam. 2. Agar Mahasiswa dapat mengetahui bahwa ajaran agama Islam merupakan alat pemersatu. A. Arti Islam Menurut Dr Mukti Ali (1990) , arti kata “Islam” adalah masuk dalam perdamaian, dan seorang Muslim adalah orang yang membuat perdamaian dengan Allah dan juga dengan manusia. Makna perdamaian berarti tunduk dan patuh secara menyeluruh kepada kehendak Allah, disamping itu dalam hubungan dengan sesama manusia harus meninggalkan perbuatan yang jelek serta menyakitkan, dan sebaliknya harus berbuat baik kepada orang lain. Ajaran pokok agama Islam adalah ke-Esaan Tuhan dan ke-Esaan umat manusia yang tercipta dalam kehidupan dunia yang rukun dan damai. Disamping itu Islam mencakup dari ajaran agamaagama sebelumnya yang telah diturunkan oleh Allah kepada Nabi dan Rasul Nya. Oleh sebab itu Islam mewajibkan kepada umatnya untuk percaya kepada semua agama di dunia yang diturunkan oleh Allah terdahulu. Prinsip fundamental dalam Islam adalah bahwa umat Islam harus percaya kepada para Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad seperti yang dinyatakan dalam Al Qur'an pada surat Al Baqarah ayat 4 sebagai berikut : Artinya : Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya akhirat. 9 Dan Surat Al Baqarah ayat 136 sebagai berikut : Artinya : Katakanlah hai orang mukmin :" Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan 'Isa serta apa yang diberikan kepada Nabi-nabi dari Tuhan. Kami tidak membedakan seorang diantara mereka dan kami hanya tunduk dan patuh kepada Nya". Kitab suci Al Qur'an merupakan himpunan dari semua kitab suci yang pernah diturunkan oleh Allha di dunia. Hal ini dinyatakan dalam Al Qur'an pada surat Al Bayyinah ayat 2 dan 3 sebagai berikut : Artinya : Yaitu seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Qur'an). Didalamnya terdapat kitab-kitab yang lurus. Ajaran-ajaran Allah disampaikan kepada Nabi Muhammad untuk selanjutnya disampaikan kepada umat Islam. B. Peran Agama Islam Dalam Islam wahyu yang diberikan oleh Allah kepada semua umat manusia dengan perantaraan Nabi merupakan tingkatan yang paling tinggi. Dalam bentuk kasar wahyu merupakan pengalaman universal dari kemanusiaan yang di akui sebagai faktor yang diperlukan dalam evolusi manusia. Oleh karena itu Islam merupakan agama yang didasari oleh pengalaman universal dari kemanusiaan. Doktrin yang diajarkan Islam merupakan dasar perbuatan dalam mengimplementasikan ide ilmiah. Doktrin tersebut dijadikan sebagai dasar perbuatan bagi perkembangan manusia dalam menuju tingkat kehidupan yang lebih tinggi. Ajaran Islam berorientasi pada kehidupan dunia serta kehidupan akhirat (setelah mati). Al Qur'an disamping memberikan petunjuk dalam membahas masalah yang menyangkut berbagai aspek seperti cara beribadah, bentuk peribadatan, yang menjadikan manusia dekat dengan Allah, juga tentang problem dunia meliputi hubungan manusia dengan manusia, kehidupan sosial politik, perkawinan, perceraian dan pewarisan, pembagian harta benda, hubungan antara buruh dengan majikan, peradilan, damai dan perang, keuangan, hutang dan kontrak, masalah kewanitaan, fakir miskin, janda dan masalah lain yang memungkinkan manusia untuk menemukan hidup bahagia. 10 Al Qur'an tidak hanya memberikan petunjuk untuk kemajuan individu tetapi juga untuk masyarakat, bangsa bahkan seluruh umat manusia. Petunjuk atau peraturan dapat berhasil efektif apabila dilandasi dengan dasar iman kepada Allah SWT. Al Qur'an menyiapkan umat untuk menuju kehidupan akhirat dengan syarat melakukan perbuatan baik selama di dunia. Dari dasar uraian tersebut peran Islam di dunia meliputi : 1. Dasar Peradaban Menurut sejarah peradaban umat manusia, agama merupakan kekuatan pokok dalam perkembangan manusia. Hal ini tercermin bahwa apa yang dikatakan "baik" atau "mulia" oleh manusia diperoleh dari inspirasi iman kepada Allah. Agama telah mengangkat sejarah manusia dari tingkat yang paling rendah kearah moral yang tinggi. Dengan perantaraan dan bimbingan para Nabi manusia sanggup melawan wataknya yang rendah, mementingkan diri sendiri, menuju kepada sifat baik dan cita-cita mulia. Perasaan mulia yang memberi inspirasi manusia berasal dari ajaran orang-orang saleh yang beriman kepada Tuhan. Oleh sebab itu perkembangan moral dan etika yang baik sangat tergantung kepada agama. Apabila sanksi agama tidak ada maka manusia akan tenggelam dalam kebuasan dan kebiadaban. Maka dari itu peradaban manusia selalu didasarkan kepada agama yang telah berulang kali menyelamatkan umat manusia dari kehancuran. 2. Pemersatu Pada waktu dunia dilanda kebiadaban, maka Islam meletakan dasar baru dan menegakkan kultur etika. Kultur tersebut berupa ide tentang kesatuan umat secara keseluruhan dan bukan terbatas pada kesatuan bangsa atau kelompok. Ide tersebut begitu kuat, sehingga dapat mempersatukan bangsabangsa yang semula saling bermusuhan, membenci, memerangi satu dengan lainnya. Disamping persatuan Islam juga menegakkan persaudaraan, perbedaan-perbedaan warna kulit (ras) bahasa batas geografi dan kebudayaan. Islam dapat mempersatukan dan mengharmonisasikan berbagai macam elemen umat manusia yang berbeda-beda. Dari Surat Al Baqarah ayat 213 yang menyatakan : Artinya : Manusia itu adalah umat yang satu,maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar untuk memberi keputusan diantara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. 11 Dan ayat 256 yang berbunyi : Artinya : Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang sesat. Menurut kedua ayat tersebut dalam Islam batin manusia sangat dihargai. Untuk memaksakan keyakinan kepada orang lain tidak dibenarkan. Setiap orang bebas untuk berkeyakin an, sedangkan Islam hanya bertugas menyampaikan kebenaran 3. Islam Sebagai Transformasi Islam merupakan kekuatan rohani, dimana dalam waktu yang relatif singkat dapat merubah dunia. Islam disamping merupakan kekuatan yang paling besar membawa peradaban, juga memberikan cara penyelesaian masalah yang menimpa dunia dewasa ini. Ciri-ciri dunia modern yang berupa materialisme, tidak akan membawa perdamaian dan perasaan saling percaya yang terjadi diantara bangsa-bangsa di dunia. Islam merupakan satu-satunya kekuatan yang telah berhasil menghilangkan bencana yang timbul akibat perbedaan tersebut. Oleh sebab itu Islam merupakan agama antar bangsa yang dapat menghilangkan malapetaka yang timbul akibat nasionalisme yang sempit. Dua masalah dunia yang merebak dewasa ini adalah masalah kekayaan dan seks. Masalah kekayaan yang berupa Kapitalisme yaitu orang berusaha keras melindungi kekayaan sebanyakbanyaknya. Setelah itu berkembang dalam bentuk Bolshevisme yaitu orang berusaha meratakan kekayaan kepada komunitas yang membuat orang yang malas dan rajin bekerja berada dalam satu tingkatan. Dalam mengatasi masalah ini Islam memberikan jaminan kepada orang yang rajin bekerja dengan imbalan sesuai dengan besar kecilnya pekerjaan. Disamping itu kepada orang yang miskin diberikan sebagian kekayaan dari orang yang kaya (zakat dan waris).Masalah seks, dalam Islam tidak ada free love atau free sex, tetapi tidak diajarkan dalam perkawinan abadi. 12 BAB IV ISLAM AGAMA ALLAH Tujuan Instruksional Umum (T.I.U) adalah agar Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan menghayati bahwa Islam adalah agama Allah . Tujuan Instruksional Khusus (T.I.K) adalah : 1. Agar Mahasiswa dapat menjelaskan fakta-fakta yang merupakan penguat tentang kebenaran AlQur’an. 2. Agar Mahasiswa dapat mejelaskan tentang perbedaan akidah dan syari’ah. Dalam membahas Islam sebagai agama Allah, kita pelajari data : A. Fakta Penguat Islam dinyatakan sebagai agama Allah, karena ajaran yang disampaikan kepada Nabi Muhammad berdasar petunjuk Allah. Sebagai pedoman Nabi Muhammad telah menerima Al Qur'an dari Allah. Ajaran dari Al Qur'an disampaikan dengan cara mutawatir yaitu diketahui umum secara masal sehingga tidak diragukan kebenarannya. Al Qur'an dengan susunan dan keindahan bahasanya, isi dan kandungannya, cukup kuat memberi keyakinan kepada orang-orang yang mendalaminya. Dari riwayat perkembangan kehidupan Nabi Muhammad dan keadaan masyarakat tempat dibesarkan Nabi, Al Qur'an tidak mungkin merupakan hasil ciptaan atau hasil karya Nabi Muhammad pribadi, atau ciptaan orang lain yang dikarang untuk dibacakan oleh Nabi Muhammad. Hanya orang-orang yang tunduk hatinya dalam menerima kebenaran, akan percaya dan yakin bahwa Al Qur'an berasal dari Allah, yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Bagi orang-orang beriman yang telah mendapatkan ajaraNya percaya akan kebenarannya, serta dijadikan sumber dalam mengambil kepercayaan agama, pokok hukum dan syari'at. Dalam sejarahnya tidak ada seorangpun yang mampu membuat suatu kitab yang sama dengan Al Qur'an untuk menan dinginya. Kebenaran Al Qur'an dituangkan dalam pada Surat Al Baqarah ayat 23 dan 24 sebagai berikut : 13 Artinya : "Jika kamu masih ragu-ragu tentang kebenaran Al Qur'an yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), cobalah kamu kemukakan sebuah surat seumpama Qur'an itu, dan panggil pembantu-pembantumu selain Allah, kalau memang kamu orang-orang benar. "Tetapi kalau kamu tidak bisa membuatnya, dan kamu selamanya tidak akan bisa, maka peliharalah dirimu dari api neraka, yang kayu apinya berupa manusia dan batu-batu,yang disediakan untuk orang-orang yang tidak beriman." Surat Al Israa' ayat 88 sebagai berikut : Artinya : "Katakan!": Sesungguhnya kalau manusia dan jin berkumpul lalu membuat buku yang serupa Al Qur'an, niscaya mereka tidak akan sanggup, biarpun mereka telah saling membantu. Sesudah Rasulullah wafat, para pemuka Islam yang sebelumnya mendapatkan keterangan tentang Al Qur'an dari Beliau, terpaksa mengungkap langsung dari Al Qur'an. Keterangan yang berhasil digali adalah menentukan tujuan ayat-ayat yang tidak jelas maksudnya atau mengandung beberapa pengertian. Dalam perkembangan ulah pikir manusia , maka timbul berbagai aliran pemikiran dan cara berpikir (mazhab) yang timbul secara teori (nazariat) dan praktek (amaliat). Hasil pemikiran tersebut bukan merupakan suatu hal yang harus dipatuhi, melainkan merupakan pendapat dan paham yang diperoleh dari Al Qur'an yang mengandung beberapa pengertian. Hasil yang didapatkan oleh para sarjana dan pemuka Islam didasari oleh aliran pikiran berpedoman kepada pengertian yang didapatkan melalui keterangan dari Al Qur'an dengan pertolongan hadist, perkataan Rasulullah yang mereka anggap syah atau benar riwayatnya. Disamping dari ketetapan-ketetapan umum yang berasal dari tujuan dan jiwa agama. Pendapat tersebut berupa penyelidikan pribadi (ijtihad), dari dasar tersebut mereka tidak memaksa orang lain untuk mengikutinya, melainkan kepada mereka yang sanggup berkemampuan seperti itu diberikan kesempatan berpikir dan menyelidikinya. Al Qur'an merupakan sumber yang lengkap tentang hal-hal yang berhubungan dengan akidah dan syari,ah. Disamping itu kecuali dalam urusan pokok akidah dan syari'ah, Islam memberikan 14 keluasan dan kemerdekaan berpikir. Dengan kebebasan berpikir Islam dapat sejalan berbagai kebudayaan yang diciptakan oleh akal manusia untuk kemajuan dan perkembangan. B. dengan Akidah Akidah adalah hal-hal yang bertalian dengan kepercayaan, keimanan dan keyakinan seperti percaya kepada Allah, malaikat, wahyu, Rasul-rasul, Kitab-kitab dan hari akhir. Hal yang dimaksud merupakan kepercayaan yang bulat dan penuh tidak tercampur dengan keraguan ataupun kekawa tiran. Akidah memuat ketetapan yang jelas dan tegas dari ayat-ayat Al Qur'an yang telah disepakati oleh kaum Muslimin sejak penyiaran agama Islam dimulai, walaupun telah timbul beberapa pendapat yang berbeda. Secara umum para pakar agama Islam mengakui bahwa meteri dari beberapa akidah tidak sepenuhnya relevan dengan kondisi perkembangan jaman. Materi yang ada diambil oleh generasi demi generasi. Penulisan pertama kalinya dipengaruhi oleh situasi politik yang timbul dalam pemerintahan dinasti yang mewakili umat Islam, pertikaian kelompok dalam masyarakat yang berselisih. Ekses negatif tersebut masih dirasakan sampai saat ini dan menimbulkan kesalah pahaman terhadap jiwa ajaran agama. C. Syari'at Merupakan susunan peraturan dan ketentuan yang disyari'atkan Allah, agar digunakan manusia untuk mengatur hubungan dengan Allah, hubungan dengan saudara seagama, hubungan dengan sesama manusia dan hubungan dengan alam dan kehidupan. Pengunaan dalam praktek (amaliah) yang berhubungan dengan kepercayaan berupa pelaksanaan ibadat shalat, puasa, zakat, haji. Disamping itu berisi budi pekerti, hukum dan peraturan, sosial, pemerintahan, ekonomi, keluarga, hukum jinayat (kriminil), perang, damai dsb. Dalam bentuk struktur Islam syari'at harus mengikuti atau melayani akidah. Tidak ada syari'at Islam tanpa akidah. Syari'at tidak mempunyai sandaran moral yang memberi ilham untuk dipatuhi dan dihormati tanpa bantuan kekuatan dari perintah jiwa. Oleh karena itu akidah dan syari'at perlu hubungan yang erat, sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan. Dengan terjadinya jalinan hubungan yang erat antara keduanya, maka terciptalah jalan menuju kemenangan, keberuntungan, keselamatan yang telah disediakan oleh Allah kepada hamba Nya yang beriman. 15 BAB V AKIDAH DALAM ISLAM Tujuan Instruksional Umum (T.I.U) adalah agar Mahasiswa mengetahui , memamahami dan menghayati akidah / keimanan dalam Islam. Tujuan Instruksional Khusus (T.I.K) adalah : 1. Agar Mahsiswa dapat menjelaskan hal-hal yang berkaitan masalah akidah / keimanan. 2. Agara Mahasiswa dapat membedakan imama bebas dan imam qur’ani. 3. Agar mahasiswa dapat menjelaskan iman ijma, iman tafsiri dan iman amali. A. Akidah Pokok. Akidah pokok yang harus dipercaya oleh setiap Muslim ini, meliputi unsur pertama dari keimanan antara lain : 1. Wujud Allah dan KeesaanNya (Wahdaniat) Dalam menciptakan, mengatur dan mengurus sesuatu serta kekuasaan dan kemulian Allah berdiri sendiri tidak bersekutu dengan siapapun. Allah tidak menyerupai zat dan sifat apapun. Allah berhak disembah, dipuja dan dimulyakan. KepadaNyalah manusia boleh mengajukanpermintaan dan menundukkan diri. Tidak ada pencipta dan pengatur selain Allah. Firman Allah dalam Al-Qur'an pada surat Al Ikhlas ayat 1- Artinya ; Katakanlah :"Dialah Allah, Yang Maha Kuasa. Allah itu tempat meminta. Tiada beribu bapak. Dan tiada yang menyerupain-Nya. Dan tiada seorang yang serupa dengan Dia. Surat Al An'aam ayat 14 : Artinya : Katakanlah : " Apakah akan aku jadikan pelindung selain Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia telah memberi makan dan tidak diberi makan". Katakanlah 16 "Sesungguhnya aku diperintah supaya menjadi orang yang ” pertama kali menyerahkan diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu termasuk golongan orang-orang munafik". Surat Al An'am ayat 162-164 : Artinya ; Katakanlah : "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tidak mempunyai sekutu. Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku orang yang pertama menyerahkan diri kepada Allah". Katakanlah: "Apakah kau akan mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia pemimpin segala sesuatu". Kalimat syahadat merupakan tanda pengakuan bahwa seseorang telah memiliki akidah Islam. Syahadat mengakui bahwa Allah itu Esa dan Muhammad sebagai utusan-Nya, merupakan kunci untuk membuka pintu masuk ruang Islam. Barang siapa yang telah melafadhkan syahadat, berarti telah berada dalam lingkup Islam, dimana kepadanya berlaku hukum-hukum Islam secara resmi. Pengakuan tentang wahdaniat Allah mengandung pengertian kesempurnaan akidah tentang Allah yang meliputi : 1. 2. Rubbubiah pengertian bahwa hanya Allah yang menciptatakan, memelihara dan mengendalikan alam semes Ululiyah pengertian bahwa hanya Allah saja yang berhak dipuja, tempat meminta dan memohon pertolongan. Wahdaniat Rububiyah bagi manusia yang telah beberapa kali menghadapi permasalahan hidup, maka dengan rasa kemanusiaannya akan dapat dengan mudah menerima. Untuk wahdaniat Ululiyah akan dapat dibuktikan dengan memperhatikan wahdaniat Rubbubiah. Firman Allah pada surat Al Baqarah ayat 21-22 : Artinya : "Hai manusia sembahlah Tuhanmu yang menciptakanmu dan orang-orang sebelummu. Tuhan menciptakan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, Dia menurun-kan hujan dari langit untuk rezeki kamu. Sebab itu janganlah kamu sekutukan Tuhan, padahal kamu mengetahui". 17 Surat An Nahl ayat 20-23 : Artinya : "Dan sesuatu selain Allah yang mereka puja, tiada menciptakan apapun, sedangkan berhala itu dibuat oleh orang dan merupakan benda mati tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak mengetahui kapan peneymbahnya akan dibangkitkan. Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa. 2. Rasul-Rasul Islam menuntut umat agar supaya iman kepada Rasul-rasul Allah. Sifat Rasul-rasul seperti sama dengan manusia dimana mudah menerima pelajaran dan kata-kata serta perbuatannya akan ditiru dan menjadi teladan bagi umat manusia. Untuk itu Allah memilih Rasul-rasul untuk menerima Wahyu yang disampaikan melalui malaikat. Mereka berkuwajiban mengajak manusia untuk beriman dan beramal saleh. Mereka dianugerahi keistimewaan untuk menerima,memelihara, menyampaikan wahyu, serta memimpim kehidupan dan perbuatan umat manusia dalam menyesuaikan diri dengan wahyu Illahi.Walaupun demikian dalam mendukung tugas (risalat) mereka tidak keluar dari sifatnya sebagai manusia. Dipilihnya mereka untuk menjadi Rasul Allah, karena mereka tidak dapat keluar dari derajat manusia. Para Rasul menjadi juru bicara dan mubaligh langsung dari Allah. Mereka terpelihara agar mampu terhindar dari kesalahan sehingga merupakan teladan bagi umat. Tugas Rasul-rasul memberi pelajaran kepada umat manusia menurut petunjuk wahyu yang difirmankan pada surat An Nahl ayat 43-44 sebagai berikut : Artinya : Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali o-rang laki-laki yang Kami beri wahyu, maka bertanyalah kepada yang berpengetahuan, jika kamu tidak mengetahui. Kami utus Rasul-rasul dengan bukti yang terang dan kitab,dan kami turunkan kepadamu Al Qur'an agar engkau jelaskan kepada umat manusia agar mereka memikir. Surat Al Nabiya ayat 8 sebagai berikut : 18 Artinya : Rasul-rasul itu tidak Kami jadikan tubuh mereka tidak memakan makanan, dan tidak kekal hidup selamanya. Islam menuntut umat manusia agar iman kepada seluruh Rasul dan seluruh wahyu yang diturunkan Allah kepada mereka. Bagi umat yang hanya iman kepada sebagian Rasul dianggap menyeleweng dari aturan agama. Hal ini diungkapkan pada surat Al Baqarah ayat 4 : Artinya : Dan mereka yang beriman kepada wahyu yang diturunkan kepada engkau (Muhammad) dan wahyu yang diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin adanya akhirat. Surat Al Baqarah ayat 136 : Artinya : Katakanlah : "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkanNya kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya'kub dan anak-anaknya , dan apa yang diberikan kepada Nabi-nabi dari Allah. Kami tidak membedakan seorangpun diantara mereka, dan kami patuh kepadanya. Pengakuan terhadap kerasulan Nabi Muhammad berarti membenarkan dan meyakinkan dengan sempurna tentang adanya malaikat, kitab, hari akhirat dan pokok-pokok syari'at Islam. Nabi Muhammad dipercaya sebagai Rasul penghabisan, risalat tersebut memuat petunjuk untuk mencapai kesempurnaan dan menghantar manusia dalam mengangkat derajat baik rohani maupun jasmani. Ketetapan ini ditegaskan pada surat Al Ahzab ayat 40 sebagai berikut : Artinya : Muhammad bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, dia adalah Rasul Allah dan penutup nabi-nabi. Surat Al Maa-idah ayat 3 : 19 Artinya : Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu dan telah Kuridhoi Islam sebagai agamamu. 3. Alam Gaib Menurut ketetapan Allah Al Qur'an merupakan pokok pegangan ajaran Islam dan satu-satunya sumber tempat mengambil akidah. Akidah-akidah tersebut termasuk iman kepada alam gaib diantaranya malaikat. Adanya malaikat ditunjukan dalam firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 285 : Artinya : " Rasul telah beriman kitab yang diturunkan kepadanya dari Allah, begitu pula orang-orang yang beriman.Semuanya percaya kepada Allah, malaikat, Kitab, dan UtusanNya. Surat Al Baqarah ayat 177 : Artinya : Bukan kebaikan menghadapkan muka ke sebelah timur dan barat , melainkan perbuatan baik dari orang-orang beriman kepada Allah, hari Akhirat, malaikat-malaikat,,kitab-kitab dan Rasulrasul. 4. Sifat Malaikat adalah : 1. Dapat menampakkan diri dialam nyata. Seperti difirman kan pada surat Al Israa' ayat 95 sebagai berikut : Artinya : Katakanlah :"Seandainya ada malaikat yang berjalan-jalan sebagai penghuni bumi,niscaya Kami turunkan malaikat pula kepada mereka untuk menjadi Rasul". 2. Mahluk Allah. Seperti tercantum pada surat Al Anbiyaa ayat 26-27 : Artinya : Sebenarnya malaikat itu adalah hamba-hamba yang dimuliakan. Mereka tiada mendahului Allah dengan perkataan, dan mereka berbuat sesuai dengan dengan perintahNya. 20 Surat At Tahriim ayat 6 sebagai berikut : Artinya : Malaikat-malaikat tidak pernah mendurhakai apa yang diperintahkan Allah, dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan Allah. 3. Merupakan petugas dalam kegiatan yang berhubungan dengan jiwa dan semangat. Tugas tersebut sebagai pelaksanaan iradat, kehendak, kemauan dan keputusan Allah terhadap hambaNya. Tugas meliputi : a. Menyampaikan wahyu , perintah dan risalah kepada Nabi dan Rasul-rasul. Firman Allah pada surat Asy Syu'araa' ayat 192-194 : Artinya : Sesungguhnya Qur'an adalah wahyu yang diturunkan Allah semesta Alam. Dia dibawa oleh Ar Ruh Allamin (Jibril). Disampai kedalam hati Muhammad supaya dapat memberi peringatan kepada manusia. b. Memperteguh hati para Rasul dan kaum Muslimin dalam perjuangan. Firman Allah pada surat Al Baqarah ayat 253 : Artinya : Dan Kami beri Isa dan Maryam keterangan serta Kami kuatkan dengan Roh Suci (Jibril). Surat Al Anfaal ayat 12 : Artinya : "Ketika Tuhanmu mewahyukan kepada malaikat sesungguhnya Aku bersama kamu, maka perteguh pendirian orang-orang yang beriman". c. Menyampaikan berita gembira bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di dunia dan mematuhi perintah Allah. Firman Allah pada surat Fushshilat ayat 30 sebagai berikut : 21 Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan :"Allah Tuhan kami, kemudian mereka berpendirian teguh, niscaya malaikat akan turun kepada mereka, dan mengatakan : jangan takut, jangan berduka cita dan terimalah berita gembira memperoleh syurga seperti yang telah dijanjikan kepadamu". d. Mencabut nyawa pada waktu manusia menghadapi kematian. Firman Allah pada surat As Sajdah ayat 11 sebagai berikut : Artinya : "Katakan malaikat yang bertugas mengambil nyawa telah diserahi untuk mengambil nyawamu. Surat An Nahl ayat 32 : Artinya :"Orang-orang yang dimatikan oleh malaikat dalam keadaan baik, malaikat mengatakan: Selamat untuk kamu. Masuklah ke surga atas perbuatan yang kamu kerjakan". e. Mencatat amal baik dan perbuatan jelek manusia di dunia untuk diajukan dalam pengadilan Illahi Firman Allah pada surat Al Infithaar ayat 10-12: Artinya : "Sesungguhnya untuk kamu ada beberapa penjaga, penulis yang mulia. Mereka mengetahui apa yang kamu perbuat ". f. Melaksanakan tugas istimewa lain dari Allah yang ada hubungannya dengan dengan kehidupan dan kebendaan manusia di dunia. Firman Allah pada surat Al Hajj ayat 75 : Artinya :"Tuhan memilih untuk menjadi utusan dari malaikat-malaikat dan dari manusia". Surat Faathir ayat 1 : Artinya : "Segala pujian untuk Allah yang menjadikan langit dan bumi, menjadikan malaikat-malaikat itu utusan bersayap, masing-masing dua, tiga dan empat . Tuhan 22 menambah ciptaanNya sebagaimana yang dikehendaki. Sesungguhnya Allah itu kuasa atas segala-galanya". 5. Penegasan Tentang Jin Jenis alam gaib disamping Malaikat dalam Al Qur'an diterangkan adanya Jin. Asal kejadian Jin dituangkan dalam surat Al Hijr ayat 27 sebagai berikut : Artinya : Dan Jin Kami jadikan sebelumnya dari api yang sangat panas. Surat Ar Rahman ayat 15 sebagai berikut Artinya : Allah telah menciptakan Jin dari api yang sangat panas. Jin ada yang saleh (baik) dan ada yang durhaka (jahat), hal ini difirmankan dalam surat Al Jin ayat 1415 : 23 Artinya : Diantara jin ada orang-orang yang patuh kepada Allah dan ada yang tidak jujur . Siapa yang patuh itulah yang sengaja menempuh jalan yang benar. Tetapi yang tidak jujur menjadi kayu api neraka jahanam. Jin menerima wahyu Allah dari Nabi dan Rasul yang dituangkan dalam surat Al Ahqaaf ayat 29-31: Artinya : Ingatlah ketika sekumpulan jin Kami hadapkan kepada engkau Muhammad,untuk mendengarkan Qur'an. Setelah mereka hadir disitu, maka berkata : "Dengarlah baik-baik". Setelah pembacaan selesai , mereka kembali kepada kaumnya lalu memberi peringatan. Mereka berkata:"Hai kaumku sesungguhnya kami telah mendengarkan Kitab yang telah diturunkan sesudah Musa, membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya , yang memimpin kepada kebenaran dan menunjukkan jalan yang lurus. Hai kaumku turutlah orang yang memanggil kepada Tuhan dan percayalah,nanti Allah akan mengampuni dosa kalian dari siksa yang pedih". Jin bersama manusia di ikut sertakan memenuhi panggilan dan bertanggung jawab atas penyimpangan dari ajaran agama pada hari pembalasan. Pada surat Ar Rahman manusia dan jin diletakan dalam satu garis serta diberikan alasan yang serupa serta tujuan yang sama, sedangkan dalam Al Qur,an disebutkan perbedaan manusia dan jin. Dalam bidang kerohanian malaikat berperan dalam berhubungan dengan manusia. Sedangkan dalam bidang tingkah laku manusia jin berperan (selalu membisikan untuk melakukan kejahatan). Hal ini tertera dalam surat An Naas ayat 1-6 : Artinya : Katakan :"Aku mencari perlindungan kepada Allah Pemimpin, Raja manusia dari bisikan syetan yang mengendapyang membisikan kedalam hati manusia yaitu jin dan manusia". Dalam ajaran Al Quran jin tidak dimasukan sebagai iman dalam akidah Islam, pernyataan adanya jin semata-mata adalah untuk mendukung kebenaran Al Qur'an terhadap keterangan yang telah dikeluarkan. Tugas jin dijelaskan sejajar dengan tugas manusia. Agama menetapkan agar manusia iman 24 terhadap sesuatu yang memempunyai daya dorong terhadap perbuatan yang baik dan bukan perbuatan yang jahat. 6. Ruh Ruh adalah sesuatu dzat yang dikirim dan ditempatkan oleh Allah dalam tubuh manusia. Ruh menyebabkan manusia hidup dan apabila ruh keluar dari tubuh manusia maka akan mati. Pengetahuan tentang ruh menurut Al Qur'an khusus menjadi hak dan tanggung jawab Allah. Ruh bukan termasuk benda alam yang sanggup dipecahkan dengan pikiran manusia. Hal ini tertera dalam surat Al Israa' ayat 85 : Artinya : "Mereka bertanya kepada engkau tentang ruh. Jawablah:" Ruh itu termasuk urusan Allah, dan kepada kamu hanya diberikan sedikit pengetahuan tentang itu'. Menurut Al Qur'an ruh manusia yang mati,sesudah terpisah dari tubuh manusia akan tetap kekal dengan keadaan yang bahagia atau menderita. Surat Ali imran ayat 169-170 menyatakan : Artinya :"Janganlah kamu anggap mati orang-orang yang terbunuh di jalan Allah. Mereka itu hidup mendapatkan rezeki disisi Allah. Mereka gembira menerima kurnia yang telah diberikan Allah kepadanya ". 7. Kitab Suci Kelanjutan iman kepada Rasul dan malaikat yang bertindak sebagai penghubung risalat ketuhanan kepada manusia yang berupa kitab suci. Kitab-kitab Suci mengandung ajaran Allah dalam bidang akidah, ibadat dan ketentuan halal dan haram. Untuk itu Islam menuntut umatnya untuk beriman kepada seluruh Kitab Suci baik yang turun melalui Nabi Muhammad atau melaui Rasul-rasul lainnya. Karena Muhammad merupakan nabi terakhir maka Al Qur'an adalah Kitab Suci yang terakhir. Dalam mu'amalah Qur'an menyajikan petunjuk untuk menjamin keseimbangan pergaulan manusia agar kemerdekaan terpelihara berdasarkan keadilan untuk menjamin keselamatan hidup. Tugas Al Qur'an untuk memberikan perhatian kepada manusia agar memanfaatkan alam untuk membuka pikiran dengan cara menyelidiki keadaan dan kekuatan benda-benda yang ada di dunia. Dengan pengetahuan manusia yang lebih luas akan dapat menggunakan rahasia alam sebanyak mungkin, guna mendapatkan kebahagiaan dan kemakmuran hidup. Qur'an tidak membatasi manusia dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan tindakan, kecuali yang berhubungan dengan zat Allah, peribadatan dan akidah. 25 8. Iman Kepada Hari Akhirat Iman hari berbangkit dan pembalasan terkandung dalam risalat dan juga kepada pokok syari'at dan peraturan yang telah ditetapkan oleh Allah sesuai dengan keperluan hidup dan selaras dengan kesanggupan manusia. Dalam Al Qur'an hari akhirat merupakan perhentian terakhir pengembaraan manusia di dunia, dan merupakan arti tujuan manusia diciptakan Allah . Firman Allah pada surat An Najm ayat 39-42 : Artinya :"Manusia memperoleh apa yang diusahakannya. Hasil usahanya nantinya akan dapat dilihatnya. Kemudian diberikan kepadanya balasan yang cukup. Dan kepada Allah adalah akhir tujuannya" 9. Kebahagiaan dan Siksa Akhirat Sumber Islam menyatakan bahwa hidup di akhirat merupakan kelanjutan dari hidup di dunia, namun keadaanya sangat berlaianan dengan kehidupan di dunia. Kita harus yakin bahwa akhirat merupakan perhentian terakhir dari perjalanan hidup manusia dan merupakan tempat dalam menentukan kebahagaiaan atau siksaan. Dengan meyakini keadaan tersebut maka manusia akan berupaya untuk beriman dan beramal baik. Masalah kebahagiaan bagi seorang Muslim akan dikaitkan dengan Surga yang kenikmatan didalamnya selalu kekal dan berkesinambungan. Perbuatan yang jahat dan menyimpang ajaran agama akan menerima pembalasan berupa azab akhirat yang sangat luas dan dalam artinya dan berkaitan dengan neraka. Dalam Al Qur'an tidak ada ketegasan bahwa neraka itu kekal. Yang ada hanyalah orang-orang kafir akan kekal berada didalam neraka. Akal manusia akan tidak sanggup mengetahui hakekat kehidupan tersebut apabila dihubungkan dengan iman kepada hari akhir B. Jalan Menuju Islam Bagi orang-orang yang tidak beriman terhadap sebagian atau seluruh ketentuan akidah tentunya tidak termasuk golongan Muslim. Oleh sebab itu kepadanya tidak berlaku hukum-hukum Islam, baik yang mengatur hubungan menusia dengan Allah ataupun antar sesama manusia. Orang yang tidak beriman bukanlah kafir, yang mana menurut pandangan Allah akan kekal sebagai penghuni neraka. Untuk menetapkan status kafir tergantung dari cara dan sebab mereka menolak kepercayaan itu. Apabila mereka dengan pengertian mendalam mengakui kebenaran akidah, tetapi akibat takabur, keras kepala atau takut kehilangan harta, kebesaran dan pangkat, lalu menyangkal dan menolak akidah maka mereka berstatus kafir dalam pandangan Allah. Begitu pula dengan 26 perbuatan syirik yang mempersekutukan Tuhan dengan yang lain, dosanya tidak diampuni oleh Allah. Syirik merupakan perbuatan yang timbul akibat rasa sombong dan keras kepala. Hal ini dijelaskan dalam Al Qur'an surat An Naml ayat 14 sebagai berikut : Artinya :"Dan mereka menyangkal keterangan-keterangan Allah karena mereka tiada jujur dan sombong, biarpun hati mereka telah meyakini kebenarannya". Keimanan dalam Islam ditetapkan untuk tumbuh dengan wajar dalam jiwa seseorang dan tidak mungkin dilakukan dengan kekerasan dan paksaan. Oleh sebab itu untuk beriman kepada akidah dan mempercayai ajaran Islam tidak ada pakasaan dan kekerasan. Islam menganjurkan manusia untuk menerima akidah tidak dikaitkan dengan kejadian atau perbuatan luar biasa, yang mengakibatkan seseorang untuk melakukan penelitian dan pendalaman yang lebih mantap dibatasi. Kejelasan tersebut tersurat dalam surat Yunus ayat 99 sebagai berikuit : Artinya : "Kalau Allah mau, niscaya orang di bumi ini akan beriman seluruhnya. Apakah engkau hendak memaksa manusiasupaya mereka menjadi orang-orang yang beriman?". Allah menghendaki keimanan seseorang timbul dari kesadaran dan pengertian. Dalam menerima akidah Islam mereka dihadapkan dengan bukti-bukti dan dalil yang dapat memenuhi jiwa dan pikiran. Firman Allah dalam surat Asy Syu'araa' ayat 4 menyatakan: Artinya : "Kalau Kami mau, niscaya akan Kami turunkan keterangan dari langit, sehingga mereka tunduk dan menekur kepadanya". Islam menyajikan dan membuktikan suatu kepercayaan melalui melalui alasan dan bukti yang dapat diterima akal. Dalil-dalil yang disajikan untuk meyakini akidah semua berada dalam jangkauan akal yang dapat membangkitkan kesadaran dan perasaan batin yang murni. Untuk lebih mendalami dan meyakini akidah dengan menggunakan akal sehat, manusia dapat mengarahkan pandang- an ke dunia luas, bumi, langit, dan rahasia yang terpendam dalam alam semesta. Secara akal sehat akan didapatkan bahwa alam mustahil dapat tercipta dengan sendirinya atau timbul dari kekuatan yang bertentangan satu dengan yang lain. Dari pertimbangan akal dapat 27 melahirkan pengakuan bahwa dunia tersusun teratur rapi menurut hukum yang tetap yang sudah barang tentu ada Pencipta, Pengatur, dan Pemeliharanya. Sang Pencipta ini mempunyai pengetahuan, kekuasaan dan kebijaksanaan yang tidak dapat diukur, dan dapat berbuat sesuai dengan iradatNya. Uraian tersebut dijelaskan dalam firman Allah surat Al Baqarah ayat 164 sebagai berikut : Artinya: "Sesungguhnya ciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam, kapal berlayar dilautan, memberi manfaat kepada manusia, air hujan yang diturunkan oleh Allah dari langit, lalu dihidupkanNya karena hujan itu bumi yang sudah kering dan berkeliaranlah berbagai binatang, perkisaran angin dan awan yang berkisar diantara bumi dan langit, sesungguhnya semua menjadi bukti kebenaran, untuk orang- orang yang mempergunakan pikirannya". Surat Ar Ra'd ayat 4 sebagai berikut : Artinya : "Dan diatas bumi ini terdapat beberapa bagian yang berdekatan, kebun anggur, tanaman dan pohon korma, yang bercabang maupun tidak bercabang, disiram dengan air itu juga, Sebagaian Kami lebihkan buahnya dari yang lain. sesungguhnya hal itu menjadi bukti kebenaran untuk kaum yang berpikir". Surat Adz Dzaariyaat ayat 47-49 sebagai berikut : Artinya : "Dan langit Kami bangunkan dengan kekuatan, dan kekuasaan Kami cukup luas. Dan bumi Kami hamparkan dan alangkah pandainya Kami menghamparkannya. Dan segala sesuatu, Kami ciptakan berpasangan supaya kamu mengerti dan dapat mengambil pelajaran'. 28 Ketika seseorang yang dapat melepaskan diri dari tekanan berupa prasangka dan pengaruh nafsu, maka dalam jiwanya memancar cahaya iman yang menyatakan bahwa Allah itu ada dan Maha Esa, Pencipta semesta alam. Firman Allah dalam surat Az Zukhruf ayat 9 sebagai berikut: Artinya : "Kalau engkau tanyakan kepada mereka, Siapakah yang menciptakan langit dan bumi ? Sudah tentu mereka akan menjawab : Semua itu diciptakan oleh Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Tahu". Begitu pula apabila seseorang dapat melepaskan diri dari kegelapan, tekanan kesukaran, bencana yang dasyat, dimana jalan keluar dalam mengatasinya tidak dapat dirasakan oleh pancaindera, maka manusia akan mengakui bahwa memang ada yang Khalig, Pencipta Yang Maha Kuasa, yang merupakan tempat mengadukan nasib. Firman Allah pada surat Luqman ayat 32 sebagai berikut : Artinya :"Apabila dipukul gelombang bagai gunung, mereka menyeru Allah dengan tulus ikhlas percaya kepadaNya. Tetapi setelah diselamatkan Allah kedarat, diantara mereka ada yang menempuh jalan kebenaran. Tak ada yang menyangkal keterangan Kami, kecuali orang yang berkianat dan tidak tahu berterima kasih". Berkaitan dengan keimanan kepada Rasul-rasul dan khusus kepada Nabi Muhammad dan kepercayaan kepada malaikat, kitab-kitab dan hari akhirat, diarahkan dan dituntun dengan menggunakan kaidah yang dapat diterima oleh akal pikiran. Sebagai contoh Al Qur'an datang dari Allah dan bukan buatan manusia diungkap dalam firman Allah pada surat Al Ankabut ayat 48-51 sebagai berikut : 29 Artinya : "Dan engkau Muhammad sebelum Qur'an ini tidak bisa membaca kitab dan tidak bisa menulis dengan tangan kanan. Kalau engkau pernah membaca dan menulis tentulah orang-orang akan menjadi ragu-ragu. Bahkan Al Qur'an adalah bukti terang dalam hati orang-orang yang diberi pengetahuan. Hanya orang-orang yang bersalah akan membantah keterangan Kami. Mereka berkata :"Mengapa tidak diturunkan kepadanya keterangan dari Tuhannya? Katakan:"Sesungguhnya keterangan itu disisi Allah, dan aku hanya seorang pemberi peringatan yang terang. Tiadakah cukup untuk mereka bahwa Kami telah menurunkan Qur'an kepada engkau, yang dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya itu adalah rahmat (kurnia) dan pelajaran untuk beriman". Bukti sudah cukup banyak bahwa Al Qur'an bukan buatan tangan manusia. Oleh sebab itu iman kepada Qur'an tidak menimbulkan keragu-raguan. C. Ketuhanan 1. Nama Tuhan Qur'an memberi petunjuk tentang ketuhanan dengan menerangkan nama dan sifat Tuhan, yang menggambarkan zat Allah, KekuasanNya, KebijaksanaanNya, sifat kesempurnaan dan kelayakanNya. Nama-nama dan sifat disebutkan : Al Wahid (Esa), Al Ahad (Tunggal), Ash Shamad (Tempat Meminta), Al Qudus (Maha Suci), Al Hayyu (Hidup), Al Qayyum (Pengatur Segalanya), Al Ghani (Kaya), Al Awwal (Yang Pertama), Al Akhir (Yang Terakhir), AL Khalik (Pencipta), Al Bari (Yang Mengadakan), Al Mushawwir (Yang Membentuk), Al Badi (Pencipta Pertama), Al Qadir (Kuasa), Al Qahir (Perkasa), Al Wali ( Pelindung), Al Hafizah (Penjaga), Ar Rabb (Pemimpin), Ar Rahman (Pemurah), Ar Rahim (Penyayang), Ar Rauf (Penyantun), Al Wadud (Pengasih), Al Latif (Halus), Al Halim (Peramah), Al Razaq (Pemberi Rezeki), dan Al Wahab (Pemberi). Nama-nama yang diberikan Allah kepada diriNya menunjukkan ketinggian zatNya serta tidak serupa dengan mahlukNya. Disamping itu juga menunjukkan kesempurnaan, keindahan yang dibuktikan dari rahmat dan kurniaNya. Menurut akal sehat yang tepat, nama-nama Allah dapat digunakan manusia untuk a. Mengenal Tuhan. 30 b. Mengetahui bahwa nama untuk Allah merupakan sesuatu yang wajar dan sesuai dengan keadaan alam. c. Meyakinkan bahwa nama tersebut tidak boleh diberikan kepada siapapun yang berkaitan dengan kedudukan, kekurangan, dan kejadian yang dialami. Dari nama-nama tersebut yang paling dikenal dikalangan kaum Muslim adalah nama ALLAH. Dengan Nama tersebut digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan, berdoa, memohon suatu permintaan, menghendaki suatu pengharapan, memuja kebesaran dan kekuatanNya. Dengan menggunakan nama tersebut mereka mempertinggi jiwa dan rohaninya, sehingga mereka merasa dekat kepada Allah. Demikian pula seorang Muslim dalam menyeru, memuja dan berdoa harus menggunakan sifat dan nama yang ditetapkan oleh Allah untuk diriNya. Tuhan lebih tahu dalam memilih kata-kata yang tepat menunjukkan zat, perbuatan dan sifatNya. Nama-nama tersebut kita terima dari Allah melalui Al Qur'an dengan penjelasan yang pasti dari Rasulullah. Hal ini tercantum pada surat Al Israa' ayat 110 sebagai berikut : Artinya : Katakanlah :"Serulah Allah dan serukan Ar Rahman.Dengan nama yang kamu serukan. Dia mempunyai nama yang baik". Surat Al A'raaf ayat 180 sebagai berikut : Artinya : Allah mempunyai nama-nama yang baik , oleh karena itu memohonlah kepadaNya dengan nama-nama itu. Tinggalkan orang-orang yang mengotorkan nama Tuhan. 2. Zat Allah Al Qur'an dalam memperkenalkan Allah sebagai Pencipta manusia, ditunjukkan bukti-bukti sifat Tuhan yang berupa kesempurnaan, keindahan dan kemurnian dan kesucian yang melebihi mahlukNya. Disamping itu tidak menutup kemungkinan untuk menelaah dan memikirkan lebih jauh dan mendalam terhadap hakekat Allah dan zatNya. 31 Firman Allah pada surat Al An'aam ayat 102-103 : Artinya : Itulah Allah, Tuhan kamu, tidak ada Tuhan selain Dia, Pencipta segala sesuatau. Sebab itu sembahlah Dia, dan Dia Pemelihara segalanya. Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, Dia Maha Halus dan Maha Mengetahui. Untuk mengetahui zat Allah manusia ternyata sangat lemah. Kelemahan manusia menjadi bukti terhadap ketinggian sifat Allah. Oleh sebab itu tidak mampu dimasukan kedalam lingkup objek pemikiran akal manusia yang sangat terbatas.Pemikiran manusia tidak mampu menembus alam gaib (metafisik) yang berada dibalik alam ini. Alam gaib tidak dapat disamakan dengan alam nyata, sehingga untuk mengetahui Allah dan mempercayai KeesaanNya dapat dilakukan dengan ciptaanNya yang dihayati dengan kesadaran batin. Al Qur,an mencela terhadap oarng-orang yang mepersekutukan Tuhan (bertuhan banyak) atau menyembah mahluk Allah seperti matahari, bulan, api, berhala dll. Orang yang mepersekutukan Tuhan disebut orang musyrik. Dalam Al Qur'an tidak dibenarkan seorang Muslim untuk nikah dengan orang musyrik atau kaum yang tidak mengakui Allah. D. Hubungan Dengan Kaum Diluar Islam. 1. Hubungan Antar Agama Dalam ajaran Islam agama yang tidak berdasar kepada akidah dianggap batil (tidak betul) dan tidak bernilai. Namun demikian Islam tidak memandang perbedaan agama merupakan sebab permusuhan atau penghambat dalam melakukan kerja sama. Islam tidak membenarkan timbulnya perang yang diakibatkan perbedaan agama. Hal ini ditegaskan dalam su- rat Al Kaafiruun ayat 1-6: 32 Artinya : Katakanlah :"Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan akau tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.Dan kamu tidak pernah pula menjadi penyembah Allah yang kami sembah. Untukmulah agamamu dan untuku agamaku". Disamping itu Allah memerintahkan agar manusia berbakti memuliakan dan menghormati ibu bapaknya, walaupun mereka syirik atau musyrik. Abu Thalib paman Nabi Muhammad yang syirik sampai mati, walaupun sepanjang hidupnya menjadi pelindung setia Nabi dan menjadim utusan perdamaian anatara Nabi dan musuh-musuhnya. Abu Thalib merupakan kekuatan untuk menahan serangan musuh Nabi. Surat Luqman ayat 14-15 menyatakan : Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada ibu bapaknya. Dan kalau keduanya memaksa engkau agar mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang apa yang tidak diketahui, jangan diturut, dan pergaulilah keduanya dengan patut. 2. Kerja Sama dan Ikatan Perjanjian Islam berprinsip membolehkan kaumnya untuk mengikat perjanjian dengan orang-orang yang berlainan agama, asalkan tidak mengancam kepentingan umat Islam. Surat At Taubah ayat 4: Artinya : Selain dengan orang-orang musyrik, kamu boleh mengadakan perjanjian, asal mereka memenuhi perjanjian yang telah dibuat, dan tidak membantu seseorang untuk me- nentang kamu. Penuhilah perjanjian itu sampai jatuh tempo. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang mematuhi perintahNya. Islam membolehkan umatnya untuk mengikat hubungan keluarga dengan para Ahli kitab (Yahudi dan Nasrani). Seorang laki-laki Muslim boleh menikah dengan wanita Ahli kitab. Isteri mereka mempunyai kuwajiban yang sama dengan apa yang berlaku untuk seorang isteri yang beragana Islam. Isteri tersebut memperoleh kemerdekaan penuh untuk menganut kepercayaannya dan beribadat menurut agamanya, boleh berkunjung ke gereja dan melakukan upacara keagamaan yang terpercaya kebenarannya. 33 3. Kemerdekaan dan Kebebasan Memilih Dalam ajaran Islam manusia mempunyai hak kemerdekaan dan kebebasan memilih atas kehidupannya. Dari hak kemerdekaannya dalam berikhtiar maka pada diri manusia akan timbul tanggung jawab. Oleh sebab itu Allah memilih Rasul-rasul untuk memberi pelajaran kepada manusia. Dalam kebebasan memilih, Allah membiarkan mereka untuk memilih perbuatan yang baik atau yang buruk dengan menggunakan kekuatan dari luar. Manusia oleh Allah dijadikan khalifah di bumi yang dibebani akidah dan syari'ah dimana bagi mereka disediakan pahala dan siksa. Allah menciptakan manusia dengan disertai kekuatan dan daya agar mampu memilih perbuatan, dimana di akhirat masingmasing akan menerima pembalasan sesuai dengan jenis perbuatan yang dilakukan ketika hidup di dunia. Surat Al A'raaf ayat 147 : Artinya : Mereka tidak akan menerima balasan selain dari apa yang telah mereka kerjakan. Surat Asy Syams ayat 7-10 : Artinya : Demi kesempurnaan jiwa, maka Allah mengilhamiNya dengan menuju kejalan yang fasik dan yang taqwa.Sesungguh nya beruntunglah bagi orang-orang yang mensucikan jiwanya. Dan merugi bagi orang-orang yang mengotori jiwanya. Diantara hukum alam yang tetap terdapat prinsip kebebasan manusia dalam memilih perbuatan tanpa adanya paksaan atau tekanan. Dalam hal ini Islam tidak membiarkan umatnya menjadi sesat dan menyeleweng dari akidah dan syari'ah. 34 BAB VI MENETAPKAN AKIDAH Tujuan Instruksional Umum (T.I.U) adalah agar Mahasiswa mengetahui , memahami dan menghayati, kemampuan nazariah dan kemampuan amaliah. Tujuan Instruksional Khusus (T.I.K) adalah : 1. Agar Mahasiswa dapat menejelaskan kemampuan dan perbuatan manusia. 2. Agar Mahasiswa dapat membedakan pengguanaan dalil Akli maupun Naqli serta mengeta hui persayaratannya. 3. Agar Mahasiswa dapat menjelaskan dalil-dalil yang disepakai oleh Ulama yang berdasarkan Al Qur’an, Hadist, Ijmadan Qiyas. A. Kemampuan dan Perbuatan Manusia Pada umumnya manusia mempunyai jenis kemampuan nazariah yaitu kemampuan untuk mengenal sifat sesuatu berdasarkan keadaan. Kemampuan ini berupa kesanggupan seseorang untuk melakukan penyelidikan. Disamping itu juga mempunyai jenis kemampuan amaliah yaitu kemampuan melaksanakan tugas dalam kehidupan.Oleh agama Islam kedua kemampuan tersebut dijadikan prinsip yang berkaitan dengan keberuntungan dalam kehidupan dunia akhirat. Berkat kemampuan pada manusia tersebut, maka padanya dibebani suatu kuwajiban (taklif) yang berhubungan dan berkaitan dengan pengetahuan serta perbuatan yang dilakukan. Perbuatan manusia tersebut diulas dalam ayat-ayat Al Qur'an meliputi : Surat An Nahl ayat 97 : Artinya :Siapa yang mengerjakan perbuatan baik, laki-laki atau perempuan, sedang dia orang beriman, niscaya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang yang baik.Surat Al Kahf ayat 107 : 35 Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan perbuatan baik, taman Firdaus akan menyambut mereka. Surat Al Humajah ayat 1-3 : Artinya : Demi waktu sesungguhnya manusia merugi selain orang-orang yang beriman dan mengerjakan perbuatan yang baik dan mewasiatkan kepada orang lain untuk memegang ke- benaran agar berhati teguh. Kuwajiban (taklif) yang berhubungan dengan ilmu penge tahuan dinamakan akidah sedangkan yang berhubungan dengan amal perbuatan dinamakan syari'ah. Dalam kenyataannya perbuatan yang mendatangkan manfaat tidak banyak diketahui manusia. Oleh sebab itu Allah memberikan petunjuk dimana apabila ditekuni tentu akan mendapatkan keberuntungan. Petunjuk tersebut tidak hanya berlaku pada agama Islam saja, tetapi juga dapat di terapkan agama lain yang berpedoman iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab dan RasulNya. Allah memberikan pengarahan dengan terang sehingga manusia mempercayainya. Pengarahan dimaksud berupa itikad yaitu kebulatan hati atas dasar keadaan yang sebenarnya yang berpatokan dalil atau alasan. Itikad hanya dapat di peroleh dari dalil yang tepat dan pasti yang tidak mengandung keraguan. B. Penggunaan Dalil Dalam Menetapkan Akidah Para sarjana dan Ulama dalam menetapkan akidah mempergunakan dalil akli dan dalil naqli. Dalil akli adalah dalil yang didasari oleh pokok pikiran yang dapat diterima secara logis sehingga apabila digunakan untuk menetapkan keputusan dapat menimbulkan keyakinan dan kepastian dalam bentuk iman. Dalil naqli dalil yang yang tidak dapat menimbulkan keyakinan sehingga apabila digunakan untuk menetapkan keputusan tidak dapat menciptakan keimanan. Untuk mendapatkan keyakinan dalam menetapkan akidah yang menggunakan dalil naqli dituntut dua persyaratan : 36 1. Pasti kebenarannya. Dalil yang dimaksud benar dan tanpa keraguan, betul-betul berasal dari Rasulullah.Status demikian harus dapat diterima secara matawatir artinya merupakan suatu riwayat yang diterima secara jelas asal-usulnya, yang disampaikan secara turun temurun, sehingga tidak ada kemungkinan peluang untuk dibelokan atau keliru. 3. Tegas tujuannya.Memiliki makna yang tepat dan tegas yang mengandung arti bahwa dalil tersebut tidak mempunyai pengertian lebih dari satu. Sebagai contoh yaitu dalam ayat-ayat Al Qur'an yang memuat persoalan tauhid (Keesaan Tuhan), risalat (Penurunan Rasul-rasul), hari Kiamat yang mempunyai tujuan tegas dan pasti yang mempunyai satu pengertian. Surat Muhammad ayat 19 Artinya; Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah. Surat Al Ikhlas ayat 1-4 Artinya Katakanlah :"Tuhan itu Maha Esa. Dia itu tempat me-minta . Tiada beranak dan tiada beribu bapak.Tiada seorang pun serupa Dia. Surat At Taghabun ayat 7 Artinya Katakanlah :" Ya demi Tuhan, Kamu akan dibangkitkan". Surat Al Baqarah ayat 285 Artinya ; Rasul itu mempercayai apa yang diturunkan Allah kepadanya, begitu pula orang-orang beriman semua percaya kepada Allah, MalaikatNya, Kitab-kitabNya dan Rasul-rasul Nya. Surat Al Baqarah ayat 177 37 Artinya ; Tetapi kebaikan ialah kebaikan orang-orang yang beriman kepada Allah, hari Akhirat, Malaikat-malaikat, Kitab-kitab dan Nabi-nabi. Dari uraian diatas pengetahuan untuk menetapkan akidah dapat dimiliki oleh umum dan tidak terbatas pada segolongan tertentu. Akidah merupakan sendi agama dengan mempercayai akidah seseorang baru disebut Mukmin. Pertentangan dan perbedaan pendapat dan paham dapat dihindarkan apabila setiap mukmin mengetahuinya secara mendalam dan mendasar. C. Ketetapan Akidah Atas dasar prinsip yang telah tersebut diatas untuk menetapkan derajat akidah,maka perlu disesuaikan atas dasar sebagai berikut : 1. Al Qur'an. Alasan Al Qur'an digunakan sebagai dasar karena pada ayat-ayatnya kebanyakan selalu pasti dan tujuannya tegas (tidak mengandung beberapa pengertian). Namun demikian ada ayatayat yang tujuannya tidak tegas dan mengandung beberapa pengertian. Oleh karena itu ayat yang dimaksud tidaklah tepat untuk dijadikan sebagai dasar. Contohnya surat Yunus ayat 26 : Artinya ; Orang-orang yang berbuat kebaikan mendapat pahala yang baik dan ada tambahannya. Surat Al Muthaffin ayat 22-23 : Artinya ; Sesungguhnya orang-orang yang baik itu dalam kese- nangan. Diatas sofa mereka memandang. Surat Al Qiyaamah ayat 22-23 : Artinya ; Beberapa mula dihari itu bercahaya.Memandang kepada Tuhannya. Ayat-ayat dalam ketiga surat tersebut memuat kata melihat Allah dengan mata. Hal ini tidak dapat diterima oleh sebagian Ulama atas dasar surat Al An'aam ayat 103 : 38 Artinya ; Penglihatan tidak sampai mencapaiNya, tetapi Dia mengetahui penglihatan. Dia lemah-lembut dan Maha Tahu. Dari ayat-ayat tersebut mengandung ketidaktegasan,sehingga untuk dasar dalam menetapkan akidah, ketegasan tujuannya (dilalat) mengandung dua pengertian. 2. Sunnah Status sunnah adalah qath'i atau pasti dan zanni atau kurang pasti Sunnah yang kurang pasti berasal dari dua sumber dan tujuan, sehingga timbul kemungkinan sebagai berikut : a. Hadis tersebut diragukan asalnya, berasal dari Rasulullah atau tidak tetap ( sumbernya tidak ada) b. Mengandung dua atau tiga pengertian sehingga tujuannya tidak pasti c. Sumber dan tujuannya diragukan Hadis yang dapat digunakan untuk menetapkan akidah adalah yang bersumber dan tujuan yang tegas dan pasti. Agar dapat jelas diketahui statusnya (pasti atau kurang pasti), maka dapat diambil ketentuan sebagai berikut : a. Hadis Mutawatir. Hadis yang datang dari Rasulullah melalui saluran mutawatir, yaitu orang yang meriwayatkannya jumlahnya banyak sehingga tidak terdapat peluang bagi orang sebanyak itu mengadakan kesepakatan untuk berdusta. Hadis disampaikan oleh Rasulullah yang diterima oleh golongan besar tertentu dan sampai kepada kita. Dengan dasar diriwayatkan oleh orang banyak maka penyampaiannya tidak diragukan lagi. Kejujuran orang-orang yang berasal dari daerah yang berlainan dapat menjamin kemurnian Hadis tersebut b. Hadis Ahad. Hadis yang diceriterakan oleh satu dua orang atau tidak diperankan oleh banyak orang. Hubungan dengan Rasulullah diragukan sehingga tidak dapat menumbuhkan keyakinan. Hadis Ahad hanya merupakan suatu dugaan dan tidak dapat dijadikan dasar ilmu pengetahuan.Hadis semacam ini tidak dapat dijadikan akidah penggunaannya hanya dijadikan sebagai acuan dalam penyelenggaraan amal.Menurut pendapat beberapa Ulama tidak ada satu hadis pun yang mutawatir. Ada sebagian Hadis yang diriwayatkan secara mutawatir, namun yang diriwayatkan hanya bagian tengah dan bukan dari permulaannya. Namun demikian sebagian Ulama menyatakan bahwa banyak Hadis yang mutawatir, yaitu hadis yang dimuat dalam kitab-kitab yang termashur ditulis oleh para cendekiawan. Alasannya dari pengarangnya yang terkenal,maka keaslian dan validitas penulisan Hadis dijamin sehingga statusnya dapat dijadikan sebagai dasar ilmu yang meyakinkan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada Hadis yang mutawatir, yang ada adalah Hadis yang memenuhi syarat untuk dapat diyakini antara lain : 39 1) 2) 3) Ditulis pada kitab-kitab Hadis yang terkenal. Memiliki banyak cabang sehingga tidak terdapat peluang untuk menerbitkan suatu kebohongan. Hadis diriwayatkan secara keseluruhan yang meliputi awal, tengah dan akhir Hadis yang disebar luaskan kepada masyarakat adalah hadis yang mutawatir. Penyebaran dilakukan oleh para Ulama yang bertanggung jawab dihadapan Allah dan Rasul. Dalam kenyataannya penyebar luasan Hadis dilaksanakan dalam status lemah (da'if) atau berstatus buatan (maudu'). Beredarnya hadist yang tidak mutawir dilakukan untuk menarik perhatian kaum awam, dengan maksud untuk dapat dibuat menjadi fanatik sehingga dapat diperalat sebagai pendukung kegiatan politik. Penyebarannya dilakukan secara diplomasi dengan menekankan bahwa Hadis yang dimaksud datang dari Nabi yang diriwayatkan oleh para Sahabat. Siapa yang mencela atau menguranginya dianggap menyeleweng. Dari tindakan oknum yang tidak bertanggung jawab tersebut mengakibatkan : 3. 1). Hadis-hadis yang termasyur disama ratakan denga hadis yangmutawatir tanpa mengadakan penelitian dan penyelidikan lebih dahulu. 2) Hadis –hadis yang kebetulan dianggap termasuk khilafiah oleh penganutnya untuk memperkuat mazhabnya dikatakan mutawatir dan masyhur. Ijma’ Untuk menetapkan akidah, selain berpedoman terhadap Al Qur'an, Sunnah dan Hadis, juga digunakan Ijma'. Ijma' merupakan penyatuan sudut pandangan dari beberapa Ulama atas dasar kesepakatan. Namun demikian kesepakatan tersebut dapat digunakan untuk menetukan akidah yang mempunyai ketentuan antara lain : 1. Kesepakatan oleh seluruh mujtahid umat Muhammad. 2. Kesepakan oleh kaum mujtahid. 3. kesepakatan dari golongan khusus Menurut Imam Syafi'i ijma' adalah sesuatu yang dikatakan oleh orang alim yang sama (serupa) dengan apa yang sebelumnya tekah diterima oleh orang banyak. Menurut Ibnu Hazmin ijma' adalah suatu ketentuan yang diyakini tidak akan menimbulkan perbedaan pendapat atau akan diperdebatkan oleh para Ulama. Ijma merupakan suatu kesan dari ketetapan yang telah dilaksanakan dan bukan menjadi sumber dan pokok ketetapan amal. 40 41 BAB VII IBADAT Tujuan Instreksional Umum (T.I.U) adalah agar Mahasiswa mengetahui, memahami, dan menghayati ari ibadah kepad Allah. Tujuan Instruksional Khusus (T.I.K) adalah : 1. Agar mahasiswa dapat menjelaskan tentang ibadah khusus (ibadah mahdhah), ibadah umum (ghoiru mahdah). 2 .Agar Mahasiswa dapat mejelaskan maksud ibadah. 1. Agar Mahasiswa dapat meyebutkan hal-hal yang termasuk ibadah. 2. Agar Mahasiswa dapat menjelaskan, ibadah khusus (shalat, zakat, puasa dan haji) dengan segala tatacaranya serta hal-hal yang menyangkut segi hukumnya. A. Ibadah dan Muamalah. Syari'at agama Islam digunakan sebagai pedoman untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah, atau hubungan antara manusia dengan sesama manusia. Syari'at merupakan aturan-aturan dan hukum yang mempunyai pokok bagian berupa : 1. Amal yang digunakan sebagai pegangan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan merasakan kebesaran Allah, membuktikan kebenaran iman, menaruh perhatian dan tunduk kepada Allah. Kegiatan yang demikian dalam Islam disebut "ibadat". 2. Upaya yang dilakukan oleh kaum Muslimin untuk memelihara kepentingan hidup dan menghindarkan diri dari bahaya baik terhadap diri sendiri atau sesama mereka. Dari upaya tersebut kezaliman dapat dihindarkan, sedangkan keamanan dan ketentraman dapat tercipta. Kegiatan yang demikian dalam Islam dinamakan mu'amalat. Syari'at terdiri dari ibadat dan mu'amalat. Ibadat meliputi shalat, sahadat, zakat, puasa, dan haji yang mempunyai tujuan utama untuk membersihkan jiwa dan kalbu dengan memperkuat perhatian terhadap Allah. Maksud ibadat untuk menumbuhkan semangat patuh kepada perintah Allah dan membulatkan tekad untuk menjunjung tinggi syari'at agama pada diri seseorang. Mu'amalat meliputi urusan keluarga, pusaka, harta benda, pertukaran, hubungan antar umat. B. Shalat Shalat merupakan kegiatan ibadah secara badaniah yang dikerjakan dengan menggunakan anggota badan. Orang Islam diwajibkan Allah untuk melakukan 5 kali shalat dalam sehari semalam 42 pada waktu yang telah ditetapkan. Shalat dapat dilakukan dimana saja (diseluruh dunia), dilaksanakan dengan berdiri tegak muka dihadapkan kepada Masjidil Haram yang berada dikota Makkah. Kegiatan selama shalat secara berurutan dimulai dengan takbir, mengucap Al Fatihah, ayat Qur'an yang dihafalnya dengan memahami arti apa yang dibaca.Ruku' dilakukan dengan menundukan kepala sampai punggung mendatar dan kedua tangan memegang kedua lutut kaki kiri dan kanan. Dalam ruku' diucapkan : Subhana rabbiyal'azim dilanjutkan dengan mengangkat kepala sambil mengucap : Sami'allahu liman hamidah. Rabana lakal hamd.Sujud dilakukan dengan menekankan dahi kebumi sambil mengucap :Subhana rabbial a'la. Kemudian bangkit mengangkat kepala dan mengulang bacaan lagi. Seluruh gerakan dan ucapan tersebut diatas dinamakan raka'at. 1. Macam Shalat 43 Dalam sehari semalam shalat wajib yang harus dilakukan oleh umat Islam adalah : Shalat Subuh, dikerjakan oleh setiap Muslaim pada pagi hari antara fajar sampai terbit matahari. Jumlahnya dua raka'at, pada raka'at kedua dilanjutkan dengan duduk untuk mengucap tahiyat (penghormatan kepada Allah,pengakuan keesaan Allah, dan pengakuan kerasulan Nabi Muhammad). Selesai tahiyat diakhiri dengan salam kekiri dan kekanan. Shalat Zuhur, dikerjakan waktu lohor (tergelincirnya matahari kesebelah barat) sampai bayangbayang sepanjang tubuh. Jumlah raka'at empat. Pada raka'at kedua dilanjutkan dengan duduk mengucap tahiyat. Sedangkan pada raka'at keempat dilanjutkan dengan duduk mengucap tahiyat dan diakhiri dengan salam kekiri dan kekanan. Shalat Asar dikerjakan pada waktu akhir lohor sampai terbenamnya matahari. Jumlahnya empat raka'at seperti pada shalat zuhur. Shalat Magrib dikerjakan pada waktu terbenamnya matahari sampai hilangnya syafak bayangan merah dikaki langit (cakrawala) disebelah barat. Jumlahnya tiga raka'at dua raka'at seperti pada shalat zuhur dan asar, sedangkan pada rak'at ketiga dilanjutkan dengan duduk mengucap tahiyat dan diakhiri dengan salam kekiri dan kekanan. Shalat Isya', dikerjakan pada waktu lenyapnya bayangan merah sampai terbitnya fajar. Jumlahnya empat raka'at pelaksanaannya seperti shalat zuhur dan asar. Shalat lima waktu merupakan kesempatan yang baik bagi seorang Muslim untuk mengingat Allah sebagai Penciptanya. Shalat merupakan langkah yang dilakukan untuk menumbuhkan perasaan patuh menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. Shalat dapat dilakukan dimana saja, dimasjid, dirumah, dikebun, dipabrik, dikantor, sehingga bagi seorang Muslim dapat mengerjakan shalat dengan baik ketika waktunya tiba. Disamping shalat wajib seorang Muslim diberi kesempatan melakukan shalat lain dimana bagi yang melakukan akan mendapat pahala dari Allah. Shalat yang dimaksud bersifat suka rela yang dinamakan shalat sunnah. Dalam mengerjakan shalat dapat dilakukan secara sendiri atau bersama dengan umat yang jumlahnya lebih dari satu yang disebut berjama'ah. Dalam shalat berjama'ah ada yang bertindak sebagai Imam berdiri didepan dan makmum berdiri berjajar dibelakang imam. Gerakan imam yang didahului dengan komando harus diikuti para makmumnya. Dalam agama Islam shalat berjama'ah merupakan kegiatan yang paling baik dan pahalanya lebih besar dibandingkan dengan shalat sendirian. Tujuan shalat jama'ah mewujudkan implementasi dalam koordinasi, tolong menolong, mempererat persahabatan antar umat Islam untuk seiasekata dalam menghadap Allah. Shalat Jum'at wajib dilaksanakan secara berjama'ah oleh kaum pria setiap hari Jum'at pada waktu lohor. Umat yang telah menerjakan shalat jum'at tidak melakukan shalat zuhur. Shalat ini sebanyak 2 raka'at dikerjakan disebuah masjid atau tempat yang sudah dipersiapkan dengan didahului chotbah berupa santapan rohani untuk mempertebal rasa keimanan. Bagi kaum wanita shalat jum'at tersebut tidak wajib. 44 Shalat Hari Raya, merupakan shalat berjama'ah yang dilakukan pada hari raya Idulfitri dan Idul Adha. Shalat tersebut statusnya sunnah baik bagi kaum pria maupun wanita. Shalat dilakukan sebanyak 2 raka'at bertempat ditanah lapang atau masjid yang telah dipersiapkan. Setelah shalat baru diadakan khotbah. Shalat Jenazah. Dalam agama Islam terdapat ibadat yang merupakan rasa kesetiaan dan simpati dari orang yang masih hidup kepada yang telah meninggal dunia. Ibadat yang dimaksud adalah shalat jenazah yang pelaksanaannya sebagai berikut : a. Sesudah dibersihkan dan dimandikan mayat dibungkus dengan kain kafan yang tidak dijahit dari kepala sampai kaki. b. Mayat diletakkan dalam usungan, lalu dishalatkan dengan berdiri dan bersusun teratur dalam beberapa baris dan seorang bertindak sebagai imam berdiri paling depan menhadap kepada mayat dan kiblat. Shalat dilakukan dengan membaca takbir 4 kali diselingi dengan pembacaan Al Fatihah, salawat dan doa untuk yang meninggal. 2. Persiapan Shalat Syarat dalam melakukan shalat, tubuh harus bersih dan bebas dari najis. Tatacara untuk membersihkan tubuh dilakukan secara tertib pada bagian anggota tubuh tertentu dengan aturan yang disebut "wudu". Wudu dilakukan dengan membasuh muka dan kedua tangan sampai kesiku, menyapu kepala dan membasuhnya . Apabila seseorang dalam keadaan junub (habis bersetubuh atau mengeluarkan air mani), maka untuk melakukan shalat yang sah harus membersihkan diri dengan melakukan mandi dan membasuh seluruh tubuhnya sebelum melakukan wudu. Persyaratan kebersihan dalam shalat merupakan ketentuan mutlak dan paling tinggi. Tanpa wudu shalat tidak sah. Waktu shalat wajib, ditengarai dengan azan. 3. Keringanan Mengerjakan Shalat Keringanan atau kemudahan dalam melaksanakan shalat diberikan kepada seseorang dengan cara boleh menjama', dua waktu shalat (zuhur dengan asar dan magib dengan isya'). Selain menjama' diperbolehkan untuk meng qasar yaitu memendekkan jumlah raka'at dari 4 menjadi 2 raka'at untuk zuhur asar dan isya, sedangkan untuk magrib dan subuh tetap. Kemudahan diberikan untuk mereka yang : a. Sedang melakukan perjalanan jauh, sakit atau mengalami kesulitan mengerjakan shalat. b. Dalam keadaan genting, dikhawatirkan ada ancaman bahaya. Kemudahan lainnya diberikan kepada orang-orang yang tidak dapat melakukan shalat, dengan berdiri dapat dilakukan dengan duduk, yang tidak dapat melakukan dengan duduk dilakukan dengan tidur dan seterusnya. Sedangakan bagi wanita yang datang bulan tidak diperbolehkan mengerjakan shalat. 45 4. Makna dari Shalat Ditinjau dari kegiatan melakukan shalat lima waktu, seorang Muslim terdidik secara otomatis untuk menjalani kehidupan yang layak dan lengkap. Mereka menjadi terbiasa menggunakan kemampuan dalam memenuhi kehidupan keluarganya dengan bebas menikmati dunia, merasakan makanan yang enak, minuman yang segar dan memakai perhiasan. Dengan shalat seseorang akan mendapatkan santapan rohani disamping manfaat yang mahal harganya antara lain : a. Pembentukan Kepribadian Shalat adalah merupakan tindakan sebagai wujud ketaqwaan untuk mematuhi perintah Allah dan merupakan bukti dari keimanan sejati. Dengan melakukan shalat dalam pribadi seseorang akan terbentuk perilaku yang sejalan dengan ajaran Allah. Pembentukan kepribadian yang terkandung dalam shalat tidak terbatas pada individu melainkan berlaku dalam hubungan antar umat, sebagai implementasi dalam shalat berjama'ah. Shalat Jum'at merupakan arena pertemuan sosial bagi umat Islam yang dikembangkan dengan memberikan penjelasan masalah hukum, politik, ideologi, ekonomi sesuai dengan ajaran Islam. b. Terbentuk Kesucian Jiwa Shalat adalah upaya untuk menjauhkan diri dari perbuatan keji, membersihkan jiwa dari sifat yang buruk dan merusak kehidupan manusia. Shalat merupakan media yang digunakan manusia untuk berhubungan dengan Allah. Dengan melakukan kebiasaan selalu dekat dengan Nya disertai dengan pencurahan perasaan yang di wujudkan dalam bentuk takbir serta permohonan dan doa maka perjalanan batin akan dapat melapangkan dan meringankan penderitaan, sehingga kesucian jiwa akan terpelihara dengan baik. C. Zakat Zakat merupakan salah satu unsur pelaksanaan ibadat yang berkaitan dengan harta benda. Tujuannya agar orang- orang yang hartanya berlebih berniat dengan iklas memberikan sabagian kekayaannya untuk menolong orang yang kekurangan. Zakat merupakan rukun agama termasuk ibadat fardu yang wajib dibayar atas nama individu atau untuk orang yang hidupnya menjadi tanggungan orang yang bersangkutan. Harta yang diberikan sebagai zakat dapat berupa barang (uang dan perhiasan), ternak dan hasil bumi. Zakat uang dan barang berharga dikeluarkan setiap tahun sedangkan untuk hasil bumi untuk setiap panen. Pembayaran zakat tersebut dalam surat Al Baqarah ayat 215 : 46 Artinya :Mereka menanyakan kepada engkau : "Apakah yang akan mereka nafkahkan?". Katakan : "Apa saja kebaikan yang kamu berikan untuk ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang miskin dan orang-orang dalam perjalanan serta apa saja kebaikan yang kamu kerjakan. Sesungguhnya Allah mengetahui". Macam kekayaan yang wajib dizakati adalah seluruh hak milik berupa emas, perak, ternak, tanaman yang dipergunakan sebagai sarana pendukung kebutuhan hidup, yang dimi- liki seseorang dan telah mencapai nisab yaitu seharga emas seberat 95 gram yang telah dimiliki selama satu tahun. Dengan melakukan zakat menurut agama Islam berguna untuk membersihkan harta kekayaan dari sesuatu yang tidak diridoi Allah. Dalam hal ini surat Al Baqarah ayat 34 dan 103 menyebutkan : Artinya :Orang-orang yang menyimpan emas dan perak yang tidak dinafkahkan dijalan Allah, beritakan kepadanya bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih. Ambillah sedekah dari sebagian harta mereka untuk membersihkan dan mensucikan mereka". Yang berhak menerima zakat ditetapkan sebagai berikut : D. 1. Perorangan terdiri dari : fakir miskin, amil (penyelenggara zakat), mu'allaf (orangorangnyang perlu di bujuk). Ibnussabil (orang yang terlantar dalam perjalanan) dan orangorang berhutang. 2. Umum merupakan kelompok yaitu firriqabi (badan yang menangani pembebasan budak) dan fisabilillah (badan yang berjuang dijalan Allah). Puasa Puasa dijalankan dengan cara melakukan menghentikan makan minum, tidak melakukan senggama sejak fajar sampai matahari terbenam dengan niat menjalankan perintah Allah. Puasa diwajibkan bagi orang-orang yang sanggup selama bulan Ramadan yang berlangsung sekali setahun. Puasa di jalan Allah dilakukan dengan membersihkan diri dari dosa. Dengan melakukan puasa seseorang akan dekat dengan Allah, seperti yang difirmankan dalam surat Al Maidah ayat 27 sebagai berikut : Artinya :"Allah hanya berkenan meneriman amalan dari orang-orang yang bertaqwa" 47 Dengan menjalankan puasa orang berlatih berperang melawan nafsu perut (lapar dan haus) dan nafsu syahwat (sex), dengan tujuan agar manusia mampu mengendalikan diri untuk tidak berbuat keji, tidak melanggar hukum dan tidak membuat manusia lain sengsara. Berpuasa merupakan pelajaran melatih mental bagi seseorang yang dilakukan dengan jalan memegang kesabaran, menahan marah dan hawa nafsu. Keringanan dalam menghadapi kuwajiban berpuasa diberi kan kepada orang-orang yang sakit, sedang melakukan perjalanan dan wanita yang sedang datang bulan. Namun setelah mereka tidak berhalangan mereka harus mengganti dihari lain. Keringanan ini disebutkan dalam surat Al Baqarah ayat 184 : Artinya : "Tetapi siapa diantara kamu yang sakit atau di- dalam perjalanan, maka puasakanlah sebanyak bilangan yang tidak dipuasakan dihari yang lain." Begitu pula bagi orang yang sehat tetapi bila berpuasa dapat membahayakan dirinya , ibu-ibu hamil dan menyusui karena tidak ada waktu untuk menggantinya , maka dibebaskan untuk tidak berpuasa tetapi harus membayar fidyah yaitu memberi makan seorang miskin setiap hari. E. Haji Ibadah Haji merupakan ibadah yang memerlukan dukungan berupa niat yang kuat, kondisi tubuh yang prima serta uang (dana) yang relatif banyak. Ibadat haji dimulai dengan niat yang ikhlas kepada Allah, lalu menanggalkan kain yang berjahit dan perhiasan serta kemewahan yang diakhiri dengan thawaf berkeliling Ka'bah. Islam menetapkan bulan-bulan Syawal, Zulkaidah dan Zulhijjah untuk menunaikan ibadah haji dan persiapannya. Sedangkan ibadah haji harus disertai unsur kesucian (perdamaian) yang dilakukan dengan : I. Kesucian Tempat. Mengambil tempat di Ka'bah dan Tanah Suci tetap dijaga agar tidak saling mengganggu dan menganiaya , seperti yang tersebut dalam surat Al Maidah ayat 95 sebagai berikut: Artinya : "Janganlah kamu bunuh buruan-buruan (binatang) ketika kamu sedang ihram". II. Kesucian Waktu. Dilaksanakan pada bulan Zulka'idah dan Zulhijjah yang merupakan bulan damai. 1. Tatacara Haji Tatacara pelaksanaan kepada calon haji sangat terikat dengan pimpinannya (mutawwif). Kegiatan ibadah haji berupa : 48 Ihram adalah mengerjakan : a) Secara lahir dan tanpa ucapan peserta menanggalkan kain yang berjahit, meninggalkan segala kemewahan, mencukur rambut, juga meninggalkan apa yang dilarang Allah seperti dalam firmanNya pada surat Al Baqarah ayat 197 sebagai berikut : Artinya :"Tidak boleh bercakap kotor, berlaku jahat dan bermusuhan ketika menjalankan haji". b) Mengucap dan mendengar talbiah : "Labbaikal lahuma labbaika"., sebagai pernyataan menjalankan perintah Allah dan menyambut seruanNya. 2. Tawaf Kehormatan Sesampai di Makkah sebelum membuka kain ihram calon haji menuju Masjidil Haram untuk memberikan penghormatan kepada Allah, dengan mengerjakan tawaf keliling Ka'bah tujuh kali, yang dimulai dari sudut Hajrul Aswad. Selesai tawaf calon haji keluar dari masjid menuju bukit Safa. Dari bukit ini mereka berlari-lari kecil menuju ke Marwa. Kegiatan dari Safa ke Marwa dinamakan Sa'i. Sesuadah sa'i para jama'ah sebaiknya tetap dalam ihram sampai berangkat ke Arafat. Apabila masih cukup waktu dapat dipergunakan untuk melepaskan diri dari ihram dengan jalan mencukur rambut atau mengguntingnya. Selanjutnya mengenakan pakaian biasa sampai berangkat ke Arafat. Kegiatan yang meliputi ihram, tawaf dan sa'i merupakan kegiatan Umrah. Dalam umrah diwajibkan berkorban dengan menyembelih seekor kambing atau biri-biri seperti difirmankan Allah pada surat Al Baqarah ayat 196 sebagai berikut : Artinya ::"Barangsiapa yang mengerjakan umrah terpisah dari haji dia menyembelih had-nya yang mudah diperoleh". Had-nya atau penyembelihan dapat dilakukan langsung sesudah melepaskan diri dari ihram dan tidak boleh diundur sampai hari nahar (hari penyembelihan kurban}. 3. Wuquf Setelah selesai menjalankan ihram para calon haji menetap di Makkah dan pada hari kedelapan Zulhijjah mereka kembali melakukan ihram menuju padang Arafah melalui Mina. Pada hari kesembilan Zulhijjah telah berada di Arafah untuk melakukan wuquf. 49 Wuquf yaitu berehenti di Arafah yang merupakan syarat utama ibadat haji. Tujuan wuquf adalah berhenti untuk mengingat kebesaran, rahmat dan nikmat yang diberikan kepada seluruh manusia oleh Allah. Wuquf dilakukan dengan berdiri, duduk atau berbaring selama waktu zuhur sampai terbitnya fajar pada hari kesepuluh Zulhijjah. Lama wuquf tidak ditentukan , dan setelah itu dilanjutkan dengan menuju ke Muzdalifah (Masy'aril Haram). Pada hari kesepuluh Zulhijjah telah berada di Mina, mereka wajib melempar suatu tempat yang disebut Jamratul Aqabah dengan tujuh kerikil sebanyak tujuh kali berturut- turut. Kerikil itu dapat diambil dari mana saja. Setelah itu mereka menyaksikan penyembelihan kurban yang dinamakan Yaumun Nahar. Setelah itu terus ke Makkah untuk tawaf ifadhah. Selesai melakukan ibadah haji dan sudah mengerjakan tawaf ifadhah, maka sebelum kembali kenegeri mesing-masing sebaiknya menuju ke Baitullah untuk melakukan wada. Wada merupakan perpisahan dan permintaan pamit kepada Allah untuk meninggalkan tanah Suci. 50 BAB VIII MASALAH KELUARGA DAN HARTA PUSAKA Tujuan Instruksional Umum (T.I.T) adalah agar Mahasiswa mengetahui, memahami, dan menghayati,masalah keluarga mulai daripembentukan keluarga (pernikahan) dan masalah harta pusaka yang tercantum dalam komplikasi hukum Islam di Indonesia. Tujuan Instruksional Khusus (T.I.K) adalah : 1. Agar Mahasiswa dapatmenjelaskan pentingnya hidup berkeluarga,. 2. Agar Mahasiswa dapat menerangkantenatang Thalak (perceraian) dan segala akibat hukumnya. 3. Agar mahasiswa dapat menjelaskan masalah poligami. 4. Agar Mahasiswa dapat menerangkan tentang harta pusaka dan pembagiannya. 5. Agar Mahasiswa dapat menjelaskan hikmatnya tasyru’tentang kehiduypan keluarga dan pembagian harta pusaka A. Pernikahan / Pembentukan Keluarga Prinsip Islam dalam membentuk keluarga didasari dengan terbentuknya perkawinan yang diwujudkan sebagai perpaduan suami isteri sesuai dengan firman Allah sebagai berikut: "Mereka pakaianmu dan kamu pakaian mereka". Selain itu harus didasari bahwa dengan cinta kasih sayang dari kedua belah pihak. Tujuan pernikahan adalah untuk menyambung keturunan (anak, cucu) dengan wadah pembentukan rumah tangga. Dari sini lahir suatu keluarga yang merupakan dasar penentu kualitas bangsa disuatu negara. Oleh sebab itu dalam suatu negara yang masyarakatnya mengenal nilai hidup, pernikahan merupakan saka guru dalam pembentukan suatu keluarga. Dalam wadah ini kehidupan yang harmonis berlangsung baik dalam hubungan antar individu, bermasya-rakat, berbangasa dan bernegara. Disamping itu perkawinan merupakan suatu panggilan dari proses kejadian mahluk atau manusia atas kehendak alam. Perkawinan merupakan wadah untuk menampung dan menyalurkan nafsu seksual yang mengalir dalam tubuh manusia ataupun binatang. Penyaluran seksual pada binatang berlangsung secara liar, bebas dan tidak teratur, sedangkan pada manusia diatur melalui pokok ajaran untuk menciptakan kesopanan yang mengangkat jiwa manusia lebih tinggi dari jiwa binatang. 51 Ajaran Islam mewajibkan manusia agar mampu dan sanggup untuk hidup memikul tang-gung jawab terhadap tugas. Manusia sebetulnya berkeinginan untuk kekal selamanya, tetapi karena hidup kekal itu tidak akan mungkin dicapai, maka untuk memenuhi keinginan tersebut diwujudkan melalui proses pengembangan keturunan. Dengan keturunan mereka merasa dapat melanjutkan hi-dupnya sepanjang zaman. Dari sebab itu penyaluran nafsu melalui perkawinan dapat mewujudkan cita-cita mereka, dan keinginan tersebut dapat terwujud melalui anak cucu dan keturunannya. Dalam surat An Nahl ayat 72 disebutkan : Artinya : "Dan Allah menjadikan wanita-wanita dari bangsa kamu sendiri untuk pasanganmu (isteri), dan dijadikanNya dari wanita-wanita itu anak dan cucu, dan diberiNya kamu rezeki yang baik. Dalam melanjutkan kekekalan hidupnya manusia memerlukan kebebasan, kepuasan, ketentraman dan ketenangan hati atau jiwa yang menyertai kehidupannya. Firman Allah dalam surat Ar Rum ayat 21 menyebutkan : Artinya :"Dan diantara kebijaksanaan Allah diciptakanNya pasangan (isteri) dari bangsa kamu sendiri, supaya kamu senang bersama-sama dengan dia dan dijadikanNya cinta kasih sayang diantara kamu". Manusia yang dibekali dengan keistimewaan kekuatan akal dan tenaga berhak menerimadan bertanggung jawab. Pernikah an merupakan arena untuk berolah krida yang disertai semangat dalam menghadapi masalah keluarga yang meliputi kegiatan berpikir, menimbang, mengurus dan memelihara. Kuwajiban tersebut difirmankan Allah pada surat An Nisa' ayat 1 sebagai berikut : Artinya : "Hai manusia. Bertaqwalah kepada Allah yang menjadikan kamu dari satu jenis dan dijadikan isteri dari jenisnya sendiri. Diperkembang biakan dari laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertaqwalah kepada Allah dengan namaNya, kamu satu sama lain menuntut hak dan menjaga pertalian kasih sayang diantaramu". Dalam ajaran Islam pernikahan bukan hanya sekedar membentuk hidup perorangan, rumah tangga dan bermasyarakat atau merupakan perjanjian (akad), melainkan merupakan mitsaqon ghoidhon yaitu persetujuan yang mengikat dan meresap kedalam jiwa dan sanubari pada waktu memelihara dan memenuhi pertanggungjawaban. Perkawinan merupakan suatu ikatan teguh dan janji kuat yang sukar digagalkan. 52 1. Masa Menjelang Pernikahan Untuk menciptakan suasana keluarga yang harmonis, kedua pelakunya calon suami isteri hendaknya sudah saling mengenal satu dengan lainnya. Dalam hal ini Islam menganjurkan agar memilih calon isteri (suami) yang beragama dan berbudi. Hal ini sesuai dengan sabda Rasul : "Siapa yang mengawini wanita karena kemuliannya , Allah akan menambah kehinaan itu. Siapa yang mengawini wanita karena kekayaannya, Allah akan menambah kemiskinannya. Siapa mengawini wanita karena kedudukannya, Allah akan menambah kerendahannya. Siapa yang mengawini wanita dengan dasar yang bersangkutan berhasil memelihara kesopanan dan kesuciannya, Allah akan memberi keberkatan, karena wanita itu akan dapat dibimbing oleh suaminya". Apabila kedua belah pihak sudah mencapai keserasian terutama didalam penilaian kemurnian budi dan hubungan sudah semakin erat maka menurut Islam dihimbau untuk di- adakan ikatan dengan jalan meminang. Tujuan pinangan untuk mempererat hubungan dengan tujuan untuk mengenal sifat masing-masing individu dan untuk menambah keyakinan. Syari'at Islam menegaskan bahwa wali agar supaya me- minta persetujuan putrinya beserta ibunya dalam menentukan teman hidup putrinya. Dalam hal ini wewenang wali (bapak) terhadap putrinya dapat terpelihara secara manusiawi. Untuk menjamin keutuhan dalam pergaulan, kerukunan hidup, penyesuaian paham serta saling pengertian , maka kedudukan suami dengan isteri harus kafaah (sepadan). Hal ini dipandang perlu karena kedudukan yang sangat jauh berbeda tingkatannya akan menimbulkan kekecewaan atau akan dipandang rendah oleh salah satu pihak. Apabila semua proses pendekatan berjalan lancar, maka sebagai penyataan dari hasil penilaian calon suami terhadap isteri, serta tanda bahwa yang bersangkutan benar- benar berniat akan mendirikan keluarga maka calon suami memberikan mahar (mas kawin) kepada calon isteri. 2. Pergaulan Suami Isteri. Dalam Islam suami dan isteri dituntut agar saling ber buat baik dan sopan santun. Pergaulan baik bukan sekedar dapat mencukupi makanan dan minuman serta pakaian kepada suami, tetapi berupa kelembutan dalam menyiapkan kebutuhan tersebut oleh isteri. Pergaulan yang baik adalah perasaan yang mengalir dari hati ke hati satu sama lain. Perasaan itu timbul dari rasa cinta dan kasih sayang yang dilandasi oleh kepercayaan yang dijadikan dasar untuk memenuhi kepentingan bersama dalam mendidik anak mengurus dan mengisi rumah tangga serta usaha dalam memelihara kesenangan baik yang berupa harta benda, jasmani dan rohani. Pergaulan baik merupakan tanggung jawab yang mengandung kesan bahwa beban hidup bukanlah hanya dipikul bersama oleh suami isteri atas dasar haknya masing-masing. Untuk membuktikannya Allah memberikan persamaan hak dan derajat bagi kaum pria dan wanita dalam memperoleh amal pahala. Surat An Nisa' yata 124 menyatakan sebagai berikut : 53 Artinya : "Barangsiapa mengerjakan perbuatan yang baik, baik pria atau wanita sedang dia beriman, maka mereka masuk dalam surga dan mereka tidak dirugikan sedikitpun". 3. Sengketa Dalam Keluarga Hati manusia seringkali berubah sehingga dapat menimbulkan hancurnya keharmonisan dalam kehidupan atau menimbulkan penyelewengan kalbu yang dapat berakibat kasih sayang dan cinta kasih berubah menjadi rasa benci. Untuk mencegah kejadian tersebut Allah memberikan perintah dan larangan yang tersebut dalam surat An Nisa' ayat 19 antara lain : Artinya : "Hai orang-orang beriman. Tidak diperbolehkan kamu mengambil wanita dengan paksa, dan janganlah kamu mempersulit mereka, karena ingin mengambil kembali sebagian apa yang telah kauberikan kepadanya, kecuali jika mereka melakukan perbuatan keji. Dan bergaulah dengan isterimu dengan patut. Jika kamu tidak menyukainya bersabarlah, karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, pada hal Allah mengadakan kebaikan yang banyak di dalamnya". Dalam Al Qur'an diterangkan kedudukan suami, yaitu sebagai pimpinan dari rumah tangga. Isteri melaksanakan tugas kerumahtanggaan dengan penuh kesadaran, selalu legawa dalam menerima petunjuk suami dan pandai memelihara rahasia keluarga. Bagi isteri yang tidak mau menerima ketentuan tersebut,atau bertindak durhaka perlu diinsyafkan untuk kembali bertindak wajar. Jika tidak dapat ditempuh dengan jalan demikian, apabila dipandang sangat perlu maka suami boleh menggunakan hukum konkrit yang diajarkan Al Qur'an. Hukum yang dimaksud tersebut dalam surat An Nisa ayat 34, sebagai berikut : Artinya : "Untuk perempuan-perempuan yang kau khawatirkan durhaka, berilah pelajaran yang baik, dan hukumlah dengan memisahkan tempat tidurnya dan kamu pukulah mereka. Tetapi jika mereka 54 telah menurut, jangan kamu cari jalan yang merugikannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi dan Besar". Kehancuran rumah tangga merupakan tanggung jawab suami isteri, namun apabila timbul masalah yang tidak dapat diselesaikan , maka kuwajiban mencarikan jalan keluar menjadi tanggung jawab kaum Muslimin. Untuk keperluan tersebut dalam Al Qur'an digariskan, apabila usaha penyelesaian sengketa yang telah memuncak semakin meruncing, sedangkan suami isteri telah tidak berdaya mengatasinya, maka dapat mengacu pada surat An Nisa yat 35 sebagai berikut : Artinya : "Dan jika kamu khawatir terjadi perceraian antara kedua suami isteri, kirimlah seorang hakim dari keluarga suami dan seorang hakim dari keluarga isteri. Jika keduanya ingin mendapatkan perdamaian, maka Allah akan menyatukan pemikiran keduanya. Sesungguhnya Allah Maha Tahu dan Maha Mengerti". B. Thalaq (Perceraian) Apabila jalan terakhir yang telah ditempuh tidak dapat menyelesaikan sengketa rumah tangga, maka dalam Islam diberikan jalan berupa thalaq atau perceraian. Thalaq merupakan pemberian hak kepada isteri untuk membebaskan diri dari suami dengan memberikan sejumlah hartanya kepada suami untuk menebus dirinya. Cara yang demikian dalam fiqhi dinamakan khulu. Masalah khulu ditegaskan dalam surat Al Baqarah ayat 229 sebagai berikut : Artinya :"Tidak halal bagimu mengambil sesuatau yang telah kau berikan kepada isterimu, kecuali jika keduanya merasa khawatir tidak akan dapat menegakkan aturan Allah. Kalau kamu khawatir terhadap itu tidak mengapa barang itu dibayar oleh perempuan itu untuk menebus dirinya. Itulah aturan Allah, sebab itu janganlah kamu langgar". Apabila pihak isteri tidak mempunyai harta untuk itu, dan suami tidak dapat menerimanya dan tetap mempertahankan sebagai isteri, maka perkara tersebut dapat dibawa kepada qadhi (hakim 55 pengadilan) untuk dibuktikan di depan pengadilan segala penderitaan yang ditanggungnya. Qadhi dapat menceraikan perempuan tersebut atas dasar pertimbangan untuk dibebaskan dari siksaan dan kekejaman suami. Dalam agama Islam perceraian merupakan hal yang sangat dibenci, namun demikian jika tindakan tersebut terpak sa dilakukan, setelah betul-betul tidak ada jalan lain atau dalam perhitungkan jalan penyembuhan kehidupan perkawinan tersebut mencapai keadaan yang kronis. Oleh karena itu sebelum perceraian dilakukan upaya agar suami isteri agar mau meninjau kembali peristiwa yang dikaitkan dengan dampak buruk yang akan menimpa anak-anak untuk sekali lagi dipertimbangkan. Thalaq yang diucapkan oleh suami kepada isteri bukan berarti keduanya terlarang untuk berkumpul selamanya, sehingga tidak boleh ruju' kembali. Dalam perceraian masih diberikan kesempatan untuk meninjau kembali atau memperpanjang masa peninjauan kembali dengan penuh pertimbangan untuk bersatu kembali. Apabila dalam percobaan ini tidak berhasil barulah thalaq merupakan dinding pemisah dan mereka tidak boleh lagi hidup sebagai suami isteri. Kalau suami enggan menjatuhkan thalaq ketiga, dan menghendaki ruju', maka isteri harus terlebih dahulu dikawini pria lain, seperti yang tertera pada surat Al Baqarah ayat 230 : Artinya : "Tetapi jika perempuan itu diceraikan sekali lagi (perceraian ketiga), tidak halal baginya sebelum ia kawin dengan pria lain". C. Poligami. Peraturan beristeri lebih dari satu dalam agama Islam didasarkan atas hukum alam dan perikemanusiaan, yang berkaitan dengan dapat diselamatkannya dari penyelewengan, penyimpangan yang diakibatkan dari sifat alam. Poligami merupakan hasrat kuat dari seseorang pria dalam melakukan pergaulan sepanjang jaman yang berjalan sampai masa Islam. Oleh karena itu dalam Islam poligami ditekankan : 1) Dalam batas fitrah laki-laki yang tidak terpengaruh oleh pertumbuhan, dimana wanita sudah tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai isteri. 2) Diwajibkan laki-laki untuk berlaku adil dalam menghadapai kepentingan isteri-isterinya, sehingga dapat menimbulkan kesenangan, ketentraman dan dijauhkan dari siksaan akibat perlakuan yang menyimpang. Ketegasan tersebut tertuang dalam surat An Nisa' ayat 3 dan 129 sebagai berikut : 56 Artinya :"Kawinilah perempuan-perempuan yang kamu sukai dua, tiga, dan empat, tetapi kalau kamu khawatir tidak dapat berlaku adil, hendaknya satu saja. "Dan kamu tidak akan dapat berlaku adil diantara isteri- isterimu biar kamu sangat ingin. Maka janganlah kamu terlampau miring dari yang satu sehingga kamu biarkan dia tergantung". Dari kedua ayat tersebut apabila diselami lebih mendalam dapat disimpulkan bahwa poligami dibolehkan asal dilakukan secara adil. Adil adalah pekerjaan yang paling sukar, kalaupun dapat dilakukan kesanggupan untuk adil itu ditafsirkan dari perlakuan yang sesuai dengan fitrah, dimana yang mengetahui mutu dan bobotnya adalah pribadi pelakunnya D. Pusaka. Peninggalam harta pusaka menurut agama Islam dibagikan kepada ahli waris dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Yang berhak menerima adalah orang-orang yang ada hubungan kerabat dan perkawinan. Kerabat diakibatkan oleh faktor kelahiran (ada hubungan antara bapak, ibu, dan anak), atau ada`hubungan darah (seibu sebapak, seibu saja, atau sebapak saja). Atau hubungan suami isteri. 2. Tidak memandang jenis kelamin, umur (anak, orang dewasa, laki-laki, perempuan semua berhak). 3. Hubungan bapak dengan anak. 4. Saudara laki-laki atau perempuan, tidak dapat menerima harta pusaka apabila bapak dan ibunya masih hidup. 5. Ahli waris pria mendapatkan dua kali lipat dari yang diterima ahli waris wanita. Jumlah harta peninggalan yang dibagikan kepada ahli waris berupa kekayaan sesudah dikurangi untuk pembayaran hutang dari orang yang meninggal dunia. Wasiat tidak boleh diberikan kepada orang yang tidak memerlukan. Rasulullah memberikan batasan untuk wasiat diperbolehkan paling banyak sepertiga dari harta peninggalan. Dalam Al Qur'an petunjuk pembagian harta pusaka terdapat dalam surat An Nisa' ayat 11, 12, dan 176 : 57 Artinya :"Allah telah menentukan kepada kamu tentang pembagian harta pusaka untuk anak-anakmu, seorang laki-laki sama dengan dua bagian anak perempuan. Apabila semua anak-anaknya perempuan dan lebih dari dua, mereka mendapatkan dua pertiga dari harta peninggalan. Kalau anak perempuannya hanya satu, maka ia mendapatkan seperdua. Untuk bapak dan ibunya, masing-masing mendapatkan seperenam dari harta peninggalan, kalau yang meninggal itu anaknya yang mempunyai anak. Kalau yang meninggal tidak mempunyai anak yang berhak menerimanya hanya bapak dan ibunya, maka masing-masing mendapat sepertiga. Kalau yang meninggal mempunyai beberapa saudara maka ibunya mendapat seperenamnya. Pembagian itu dilakukan setelah pembayaran wasiat atau hutang. Ibu dan bapakmu serta anak-anakmu tidak dapat kau ketahui siapa yang lebih berjasa kepadamu. Itu ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Tahu dan Bijaksana. "Dan kamu mendapat seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, kalau mereka tidak mempunyai anak. Kalau mereka mempunyai anak, kamu mendapatkan seperempatnya, sesudah dilakukan untuk pembayaran wasiat atau hutang. Dan isteri-isteri mendapatkan seperenam dari harta peninggalanmu, kalau tidak mempunyai anak. Kalau kamu punya anak, maka isteri-isteri mendapatkan seperdelapan sesudah membayar wasiat dan hutang. Jika yang meninggal seorang laki-laki atau 58 perempuan yang tidak mempunyai bapak dan anak, dan mempunyai saudara laki-laki atau saudara perempuan, maka masing-masing mendapatkan seperenam, tetapi kalau mereka lebih dari seorang, mereka mendapatkan sepertiga untuk bersama sesudah membayar wasiat atau hutang.Itu perintah Allah yang Maha Tahu dan Penyantun ". Mereka minta keputusan kepada engkau. Katakanlah :"Allah telah mengadakan keputusan tentang orang yang tidak lagi mempunyai bapak dan tidak mempunyai turunan. Jika dia meninggal dan tidak mempunyai anak, tetapi mempunyai se- orang saudara perempuan maka saudaranya itu mendapat seperdua dari harta peninggalannya. Saudara laki-laki juga mendapat pusaka dari harta saudara perempuan jika saudara perempuan itu tidak mempunyai anak. Kalau yang meninggal mempunyai saudara perempuan dua,keduanya mendapat dua pertiga harta peninggalan. Kalau mereka terdiri beberapa orang laki-laki dan perempuan, maka seorang laki-laki mendapatkan dua kali bagian seorang perempuan. Allah memberi penjelasan kepadamu agar kamu tidak tersesat. Allah itu mengetahui segala sesuatu ". Kebijaksanaan yang telah ditentukan dalam ajaran Islam bertujuan sebagai berikut : 1. Dalam kehidupan keluarga nafkah untuk anak-anak, biaya perkawinan dibebankan kepada lelaki. Pembagian harta pusaka untuk laki-laki dua bagian perempuan dimaksudkan untuk dijadikan sebagai persiapan untuk mendukung tugas dan kuwajiban laki-laki. 2. Pembagian harta peninggalan kepada orang yang ada pertalian darah, dimaksudkan untuk memperteguh tali persaudaraan dan memupuk keikhlasan antar mereka. 3. Agar masyarakat terhindar dari bahaya sosial yang berupa : a. Penumpukan kekayaan oleh satu tangan b. Hilangnya hak seluruh keluarga untuk dapat menggunakan jasa dari orang tuanya, suami atau kerabatnya. 59 60 BAB IX HARTA DAN PENGUNAANNYA Tujuan Instruksional Umum (T.I.U) adalah agar Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan menghayati masalah harta dan penggunaannya. Tujuan Instruksional Khusus (T.I.K) adalah : 1. 2. A. Agar Mahasiswa dapat menjelaskan penggunaan (pemanfaatan) dan fungsi harta menururt agama Islam. Agar Mahasiswa dapat menerangkan cara memperoleh harta yang diridhoi oleh Allah SWT dan yang tidak diridhoi. Penggunaan Harta Dalam ajaran Islam harta kekayaan digunakan untuk menunjang ibadah misalnya dalam memfardukan zakat, dan urusan mu'amalah yaitu pemanfaatan yang digunakan untuk mendukung keperluan rumah tangga. Oleh sebab itu fungsi harta yang menyangkut cara mendapatkannya, memperkembangkan, mempergunakan, memelihara dan membelanjakannya perlu diatur agar sesuai dengan apa yang diijinkan dan dianjurkan oleh Allah. Islam memandang harta kekayaan mempunyai nilai yang tinggi dan kedudukan penting, karena kesempurnaan hidup hampir seluruhya dapat diperoleh melalui harta kekayaan. Oleh sebab itu penggunaan harta harus didasarkan dengan hukum yang sejalan dengan tuntutan rohani dan jasmani dengan ukuran adil dan jujur. Dari sebab itu Islam menekankan untuk mendapatkan harta dengan berbagai jalan yang menguntungkan, menimbulkan gairah kerja, memakmurkan kehidupan masyarakat, yang diwujudkan dalam pergaulan, koordinasi, tolong menolong dan pertukaran kebutuhan. Adapun cara mendapatkan harta kekayaan lazimnya meliputi : 1. Perniagaan. 2. Pertanian dan perkebunan. 3. Perusahaan dan Industri. Harta yang telah didapatkan perlu dipelihara dan dipergunakan dengan hemat tidak kikir tetapi tidak boleh boros. Upaya dalam mendapatkan harta harus terhindar dari kegiatan yang bersifat merusak, membinasakan antara lain 1. Riba, mencari keuntungan dengan menimbulkan kesulitan bagi orang lain. 2. Mencuri, merampok, mengemis, mengganggu keamanan dan kesejahteraan. 61 3. Memperdagangkan barang yang merusak kesehatan rohani dan jasmani 4. Dilakukan dengan jalan berjudi, pelacuran dan kegiatan yang mengancam moral manusia 5. Melakukan menyuapan, korupsi, kolosi, nepotisme. Hal ini ditegaskan dalam surat Al Baqarah ayat 188 : Artinya :"Janganlah kamu makan harta sesamamu dengan jalan yang tidak halal, dan jangan pula kamu bawa perkaranya ke muka hakim yang telah kamu beri suap, agar kamu mendapatkan sebagian harta orang lain dengan jalan curang". 3. Pertukaran Harta Ditinjau dari fungsinya agar harta dapat dimanfaatkan secara optimal dan agar dapat memberikan kesejahteraan kepada sesama umat,dapat dibudidayakan dengan jalan pertukaran yang biasanya berlangsung dalam : a. Jual beli dan sewa memyewa. b. Sitem perkembangan harta. c. Bursa.Serikat Dagang. d. Konsinasi. e. Pinjaman dan jaminan Menurut agama Islam pertukaran harta dilakukan dalam kegiatan-kegiatan yang didasari berhubungan dengan : C. a. Kontrak dan persetujuan. b. Kepercayaan dan kesetiaan dalam memenuhi kuwajiban. c. Niat tidak mengambil kekayaan dengan jalan batil (tidak syah). Jual Beli Untuk memenuhi kehidupannya, manusia memerlukan kebutuhan yang bersifat materi dan rohani. Untuk memenuhi kebutuhan materi diperlukan makanan, minuman serta pakaian, sedang 62 kebutuhan rohani berupa pendidikan membersihkan hati dan mendekatkan jiwa kepada Allah dengan jalan ibadah dan patuh kepada perintahNya. Manusia dalam berupaya untuk mendapatkan harta kekayaan yang bersifat materi pada umumnya disertai dorongan yang dapat membangkitkan pergolakan nafsu, persaingan, penyimpangan, penumpukan harta yang semuanya akan mengotori jiwa yang dapat menjauhkan diri dari rahmat dan ridho' Illahi. Untuk mencegah terjadinya pergolakann nafsu tersebut Islam mengatur tatacara berniaga. Berniaga merupakan upaya manusia untuk mengumpulkan rezeki, dimana dalam agama Islam diberikan petunjuk-petunjuk untuk meng- hindarkan diri dari penipuan, pemalsuan dan segala tindakan yang mengotori kesucian rohani. Penipuan akan menyuburkan sifat pendusta dan munafik pada diri seseorang. Penipuan dilakukan dengan menunjukan atau memperagakan yang palsu dalam bentuk yang benar. Penipuan dalam perdagangan dapat juga dilakukan dengan mengurangi timbangan menyajikan barang buruk dikatakan baik. Penipuan tersebut akan mengurangi kepercayaan kepada yang bersangkutan dalam pergaulan. Larangan penipuan diuraikan pada surat Al A'raaf ayat 85 : Artinya : "Dan kepada penduduk Mad-yan (Kami utus) saudara nya Syu'ib. Dia mengatakan :" Hai kaumku hendaklah kamu menyembah Allah. Kamu tidak mempunyai Tuhan selain Ia. Sesungguhnya Tuhanmu telah mendatangkan budi yang terang, sebab itu sempurnakan takaran timbangan dalam jual beli. Dan jangan kamu kurangi hak-hak manusia, dan jangan kamu membuat bencana di muka bumi yang sudah dibangun Allah. Itulah petunjuk yang baik untukmu, jika kamu betul-betul orang yang beriman'. 63 BAB X IMPLEMENTASI HUKUM ISLAM (WAKAF) DI INDONESIA Tujuan Instruksional Umum (T.I.U) adalah agar Mahasiswa mengetahui, memahami dan menghayati pelaksanaan hukum Islam terutama yang berkaitan dengan masalah tanah wakaf di Indonesia. Tujuan Instruksional Khusus (T.I.K) adalah : 1. Agar Mahasiswa dapat menjelaskan hukum Wakaf. 2. Agar Mahasiswa dapat menjelaskan syarat dan rukun Wakaf. 3. Agar Mahasiswa dapat mejelaskan tatacara perwakafan menurut Peraturan Pemerintah nomor : 28 Tahun 1977 Ajaran Islam digunakan sebagai pedoman hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara oleh umat Islam di Indonesia. Oleh sebab itu negara menampung segala ajaran tersebut dalam suatu wadah hukum yang berlaku di tanah air Adapun masalah atau ketentuan yang berkaitan dengan hukum tertera dalam Kompilasi Hukum Islam yang memuat : 1. Hukum Perkawinan. 2. Hukum Waris. 4. Hukum wakaf. Untuk hukum perkawinan dan waris telah diuraikan pada bab terdahulu. Pengertian Wakaf Wakaf berasal dari bahasa Arab "Waqf" yang berarti me nahan. Menurut istilah wakaf berarti menahan harta yang dapat diambil manfaatnya tanpa musnah seketika dan untuk penggunaan yang mubah, dengan maksud untuk mendapatkan keridloan Allah (Azhar Basyir, 1987). 64 Wakaf adalah pemisahan suatu harta benda seseorang dengan jalan benda itu ditarik dari status benda milik perseorangan secara syah. Tujuan penarikan tersebut agar pengunaannya dapat dialihkan kearah jalan kebaikan yang diridhoi Allah SWT. Oleh karena benda-benda tersebut tidak boleh untuk membayar hutang, dikurangi atau dilenyap kan ( Suhadi, 1981). Rumusan Wakaf Pelaksanaan wakaf tercermin dalam seluruh kehidupan ibadat yang meliputi perekonomian sosial hukum Muslimin. Oleh sebab itu hukum wakaf merupakan cabang terpenting dari hukum Islam. Dasar pedoman yang digunakan dalam pelaksanaan wakaf menurut Abdulrrahman SH (1977) didasari pendapat para Ulama antara lain : 1. Abu Hanifah yang menyatakan bahwa : Wakaf adalah penahanan pokok suatu harta pada tangan pemiliknya dan menggunakan hasilnya yang berupa comodate loan atau ariah untuk amal shaleh. 2. Abu Yusuf dan Imam Muhammad menyatakan bahwa: Wakaf adalah penahanan pokok suatu benda dibawah hukum Allah , sehingga kepemilikan berpindah kepada Allah, dimana hasilnya dimanfaatkan untuk mahluk Nya. 3. Maula Muhammad Ali yang menyatakan bahwa : Menururt syara'wakaf berarti penetapan yang bersifat abadi, dimana hasilnya dimanfaatkan untuk kepentingan kegiatan yang bersifat agama Islam atau untuk tujuan amal. 4. Naziroeddin Rachmat yang menyatakan bahwa : Harta wakaf adalah barang yang asalnya sementara tetap, selalu berbuah yang hasilnya dapat dipetik oleh pemiliknya. Kemudian barang tersebut diserahkan kepada lembaga tertentu dimana hasilnya dipergunakan untuk keperluan amal kebajikan yang diperintahkan syari'at. A. Dasar Amalah Wakaf 1. Dasar Umum Menurut syari'ah Islam amalan mewakafkan harta benda nilai lebih tinggi dibandingkan dengan bersedekah. Alasan tersebut disebabkan harta wakaf bersifat kekal dan terus menerus. Selama harta tersebut masih menghasilkan atau masih produktif dan dapat dimanfaatkan ibadah maka pahala tetap mengalir kepada si pemberi wakaf. Oleh karena itu dalam melaksanakan amalan wakaf, kita harus menganut dasar-dasar ibadat yang ditetapkan dalam ajaran Islam antara lain : Dasar-dasar umum berupa ayat-ayat Al Qur'an, yang memerintahkan umat agar berbuat kebaikan antara lain: a. Surat Al-Hajj ayat 77 : artinya : Berbuatlah kebaikan agar kamu bahagia. b. Surat Al-Baqarah ayat 267 : 65 artinya :"Wahai orang-orang yang beriman belanjakanlah sebagian hartamu dengan sebaik-baiknya" c. Surat Ali-Imron ayat 92 : artinya :" Kamu tidak akan memperoleh kebaikan, kecuali kamu belanjakan sebagian harta yang kamu senangi". 2. Dasar Khusus Dasar khusus, amalan wakaf dapat diperoleh dari beberapa Hadits Nabi antara lain : a. Hadits Nabi riwayat Buchori Muslim dari Ibnu Umar R.A. yang menceriterakan bahwa pada suatu hari sahabat Umar R.A. datang kepada Nabi S.A.W untuk minta nasehat tentang kegunaan tanah yang diperolehnya di Khaibar. Ia mendapat pengarahan dari Nabi, agar menahan pokok dan menyedekahkan hasilnya. Umar menurut nasihat Nabi dan menyediakan tanahnya dengan ketentuan tidak boleh dijual pokoknya, tidak boleh diwaris dan tidak boleh dihibahkan. Dari Hadits tersebut mendapat ketentuan sebagai berikut : 1) Harta wakaf tidak dapat dipindahkan kepada orang lain, baik dengan cara jual beli, waris atau hibah. 2) Harta wakaf terlepas dari milik Wakif. 3) Tujuan wakaf harus jelas 4) Harta wakaf dapat dikuasakan kepada pengawas yang ikut mengelola (nadzir) tetapi tidak berlebihan 5) Harta wakaf dapat berupa tanah dan sebagainya yang tahan lama dan tidak musnah seketika setelah digunakan b. Hadits riwayat An Nasai dan Ibnu Majah yang menceritakan pada suatu hari Umar datang kepada Nabi lalu berkata : "Sesungguhnya saya mempunyai seratus saham di Chaibar, belum pernah saya mempunyai harta yang lebih, saya ingin menyedahkannya". Lalu Nabi menjawab: "Engkau tahan pokonya (asalnya) lalu sedekahkan buahnya". 66 c. B. Hadits Nabi riwayat Muslim dari Abu Hurairah. Nabi berkata :" Apabila seseorang meninggal dunia semua pahala amalnya terhenti, kecuali tiga macam amalan yaitu : shadaqoh jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang senantiasa mendoakan orangn tuanya ". (Azhar Basyir , 1977). Penggolongan Dan Macam Wakaf Wakaf sebagai harta yang kekal selalu menjadi sumber kekayaan untuk mendanai perbuatan amal dalam kemasyarakatan sesuai dengan ajaran Islam. Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang, kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian benda miliknya lalu melembagakannya untuk selama-lamanya. Tujuan perbuatan tersebut untuk mendukung kepentingan ibadat atau keperluan umum dalam rangka melaksanakan ajaran Islam. Susunan harta wakaf menurut Ameer Ali dibagi menjadi 3 golongan yaitu : 1. Wakaf dilaksanakan sebagai publik trust yang bersifat amal dan bertujuan untuk kebaikan umum, tidak dibedakan kepentingan yang kaya dan yang miskin. Contohnya untuk sekolah, rumah sakit untuk menampung semua golongan. 2. Wakaf yang demikian dilakukan sebagai wakaf keluarga yang bertujuan untuk kepentingan keluarga dan setelah itu baru untuk orang miskin. 3. Untuk keperluan yang miskin yang diwujudkan pembentukan lembaga-lembaga yang membagikan sembako (bahan makanan), pakaian dan obat-obatan bagi orang-orang yang tidak mampu. Macam-macam wakaf meliputi : 1. Wakaf khusus. Wakaf khusus dinamakan juga wakaf ahli atau wakaf keluarga. Wakaf ditujukan kepada orangorang tertentu (perorangan atau kelompok). Misalnya seseorang mewakafkan perpustakaan kepada keponakan, kemudian cucu dan seterusnya. Wakaf tersebut syah, sedang yang berhak menikmati harta wakaf adalah mereka yang ditunjuk pada pernyataan wakaf. Apabila anak keturunan wakif keadaannya tidak mampu mempergunakan, karena wakaf tidak dapat dibatasi oleh waktu penggunaan, maka harta tersebut tetap berkedudukan sebagai harta wakaf yang dipergunakan keluarga wakif lainnya atau dipergunakan untuk umum. (Azhar Basyir, 1977). Pada kenyataannya wakaf semacam ini sering mendapatkan kesulitan jika harta wakaf merupakan sebidang tanah pertanian. Jika telah berlangsung ratusan tahun, maka anak cucu wakif telah berkembang biak dalam jumlah banyak maka untuk membagi rata hasilnya akan menemui kesulitan, sehingga sering timbul sengketa diantara mereka. Akibat kesulitan yang sejenis maka Negara-negara Islam meninjau kembali ketentuan perundang-undangan wakaf khusus tersebut. Mesir pada tahun 1962 telah menghapus ketentuan wakaf ahli ini. 67 2. Wakaf Umum. Wakaf umum juga disebut wakaf choiri adalah wakaf yang dinyatakan untuk kepentingan umum oleh wakif. Wakaf umum adalah sejalan dengan jiwa amalan wakaf yang digariskan dalam ajaran Islam. Pahalanya tetap mengalir kepada wakif selama harta wakaf masih ber-manfaat wakaf umu hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat luas dan merupakan sarana untuk mewujudkan kesejahteraan umat dan pembangunan masyarakat. 3. Wakaf Untuk Diri Sendiri Diantara para Ulama berpendapat wakaf untuk diri sendiri adalah syah. Hal ini sesuai dengan ucapan Rasul Artinya : Sesungguhnya aku mempunyai satu dinar. Maka kata Rasullulah kepadanya : "Sedekahkanlah kepada dirimu sendiri". Oleh sebab itu wakaf yang dimaksud untuk mendekatkan diri kepada Allah. Oleh sebagian Ulama masalah wakaf untuk diri sendiri tidak diperbolehkan dengan dasar ucapan Rasullulah: Artinya :"Dan berikanlah buahnya kepada orang lain". dengan pengertian buah yang dise- rahkan kepada orang lain adalah menyerahkan kepemilikan. C. Fungsi, Persayaratan Dan Rukun Wakaf 1. Fungsi Wakaf Untuk dapat mempelajari permasalahan wakaf yang lebih mendalam, maka dipandang perlu untuk mengetahui arti dari fungsi, persyaratan dan unsur dalam pelaksanaan wakaf. Fungsi Wakaf : adalah untuk mengekalkan manfaat dari benda wakaf sesuai dengan tujuan dari wakaf. 2. Persyaratan Wakaf Menurut ajaran Islam persyaratan yang harus dipenuhi agar wakaf syah adalah : a. Wakaf harus bersifat kekal dan berkesinambungan dan tidak boleh dibatasi oleh waktu. 68 b. Wakaf harus bersifat tunai berarti pemindahkan hak milik tidak boleh digantung dalam hal syarat atau waktu penyerahan. Ketentuan ini didasari atas syarat bahwa wakaf berakibat lepasnya hak milik seketika pada saat wakif selesai mengucapkan ikrar wakaf. Namun menurut Azhar Basyir (1977) terdapat perkecualian terhadap wasiat. Hukum wasiat berlaku dimana wakaf akan syah setelah wakif meninggal dunia, dan pelaksanaannya hanya sepertiga bagian dari harta peninggalan. Jika memelebihi darai sepertiga bagian harus mendapatkan ijin dari ahli waris. Bila sebagaian ahli waris ada yang setuju dan ada yang tidak, maka pelaksanaannya sebatas yang mengijinkan saja. Oleh sebab itu : 1) Wakaf disebutkan secara jelas dan lengkap meliputi jenis benda, ukuran dan kepada siapa harta tersebut diwakafkan. 2) Wakaf merupakan hal yang pasti tidak boleh disertai persyaratan lain misalnya pembatalan atau perubahan lainnya. 3) Benda yang diwakafkan berupa benda yang bergerak atau tidak bergerak yang memiliki daya tahan mempunyai nilai dan bukan merupakan benda habis pakai (sekali pakai). 3. Rukun Wakaf Dalam melaksanakan wakaf menurut hukum Islam harus memenuhi rukun yaitu : a. Orang yang berwakaf (wakif). Orang tersebut harus cakap melakukan "tabarru" yaitu melepaskan hak milik tanpa Imbangan materiil. Orang tersebut harus telah baligh, berakal sehat dan tidak dipaksa. Figh Islam menentukan bahwa orang berumur 15 tahun di pandang telah mempunyai pertimbangan akal yang sempurna. Namun demikian dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai pada anak berusia 15 tahun yang pada umumnya masih duduk si sekolah kebanyakan belum mempunyai pertimbangan akal yang sempurna. Oleh karena itu batasan tentang kemampuan cakap bertabarru pada usia 15 tahun tidaklah mutlak. Untuk itu perlu diadakan perlu diadakan peninjauan kembali.Menurut Suhadi persyaratan agama wakif tidaklah mutlak Islam, contohnya bila seorang Nasrani mewakafkan tanahnya untuk rumah sakit adalah syah. b. Harta yang diwakafkan (mauquf). Merupakan harta milik wakif yang bernilai tahan lama selain itu juga dapat berupa modal uang yang diperdagangkan. Keamanan mauquf terhadap erosi (pengikisan) sehingga tidak mudah habis merupakan hal yang dipersyaratkan, sehingga keuntungan yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi tujuan wakaf. Dalam menjalankan perkembangan modal mauquf tidak boleh bertentangan dengan ketentuan hukum Islam. c. Tujuan Wakaf (mauquf alaih) 69 Tujuan wakaf merupakan tempat dimana harta yang diwakafkan dapat dikelola dengan jalan yang tidak bertentangan dengan nilai ibadah. Tujuan wakaf harus merupakan sesuatu yang dapat memenuhi persayaratan ibadah, dimana tujuan yang berstatus mubah merupakan persyaratan minimal. Di dalam pelaksanaan wakaf diperlukan pernyataan kehendak dari wakif yang mewakafkan benda miliknya. kepada orang atau tempat berwakaf yang dinamakan simauquf alaihi. d. Pernyataan wakaf (shighat) Pernyataan wakaf dilakukan dengan lisan, tulisan atau isyarat yang memberi pengertian tentang wakaf. Cara lisan atau tulisan dipergunakan untuk menyatakan wakaf oleh siapapun, sedangkan isyarat dipergunakan bagi mereka yang tidak dapat menggunakan lisan atau tulisan. Pernyataan diperlukan agar wakaf benar-benar didukung oleh data hukum yang jelas untuk menghindari timbulnya persengketaan yang mungkin timbul dibelakang hari. Berdasarkan amalan wakaf terjadi dengan adanya pernyataan wakif (ijab), maka pernyataan menerima (kabul) dari mauquf alaih tidak diperlukan. 4. Harta Wakaf Macam harta wakaf berupa tanah milik, perabot yang dapatbdipindah tangankan. mushaf, kitab, senjata dan binatang. Bagi binatang untuk mewakafkannya menurut Abu Hanifah dan Abu Yusuf dalam riwayat dari Malik berpendapat bahwa tidak sayah mewakafkan binatang.Setelah harta tersebut diwakafkan akibatnya terjadi perindahan pemeliharaan dan pengelolaan. Untuk barang yang mudah rusak ketika dimanfaatkan seperti uang, lilin, makanan, minuman, aroma tidak termasuk harta yang dapat diwakafkan. Begitu pula harta yang dijadikan tanggungan (borg), anjing, babi dan binatang buas juga tidak dapat diwakafkan. D. Harta Wakaf yang Masih Bermanfaat Dikalangan Ulama Islam dalam menentukan status harta wakaf terdapat perbedaan. Tokoh Ulama yang menyampaikan pendapat antara lain : 1. Imam Syafii menyatakan bahwa wakaf merupakan suatu ibadat yang disyariatkan ketika wakif menyatakan telah mewakafkannya walaupun tanpa diputuskan Hakim. Bila harta telah diwakafkan, maka wakif tidak berhak atas harta tersebut, walaupun harta itu masih berada ditangannya. 2. Imam Abu Hanifah menyatakan bahwa wakaf adalah merupakan sedekah selama Hakim belum memutuskan atau harta tersebut oleh wakif disertai syarat diwakafkan setelah ia meninggal. Dengan persyaratan tersebut setelah wakif meninggal barulah harta tersebut berstatus harta wakaf. 70 Dari pernyataan tersebut diatas setelah harta diwakafkan, maka hak milik dari harta tersebut tidak lagi pada orang yang mewakafkannya atau menjadi kepunyaan badan atau lembaga dimana harta tersebut diwakafkan, melainkan menjadi kepunyaan Allah. Jika sisa hasil harta wakaf setelah digunakan untuk tujuan amal dibelikan harta, maka harta tersebut merupakan harta wakaf. E. Harta Wakaf Yang Sudah Tidak Bermanfaat Apabila pada suatu saat harta wakaf tidak lagi dapat bermanfaat, dan apabila terpaksa maka dapat dijual asalkan hasilnya penjualan harta tersebut digunakan untk mengganti harta wakaf tersebut, sehingga dapat dimanfaatkan lagi. Sebaliknya harta wakaf yang tidak bermanfaat tidak boleh dijual jika hasil penjualannya tidak digunakan untuk mengganti harta tersebut. Kriteria kemampuan harta wakaf untuk dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat tergantung dengan tujuan wakaf, yaitu berupa nilai ibadah. Jika harta yang dimaksud hasilnya mengalami pengurangan mutu atau kapasitas dalam fungsinya , sebaiknya diupayakan agar tetap meningkat. Dalam memperlakukan dan pengelolaan harta wakaf yang dipegang teguh adalah prinsip kemaslahatan, yang mengutamakan terhadap hal-hal yang bermanfaat bagi ibadah dan menghindarkan hal yang merugikan. Ketentuan ini sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur'an pada surat Al A'raf ayat 25 : Artinya : "Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah dan berbuat kemaslahatan , maka tiada pantas mereka merasa ta kut, merasa resah atau berkecil hati". F. Pengelolaan Dan Pemeliharaan Wakaf Untuk mempertahankan dan menjamin agar harta wakaf tetap berfungsi sesuai dengan tujuan wakaf, maka diperlukan pengelolaan dan pemeliharaan yang baik oleh umat yang betul-betul menjiwai dan menghayati ajaran Islam. Dalam hukum Islam pemeliharan meliputi pengurusan terhadap benda wakaf dilakukan oleh Nadzir. Nadzir dapat berupa perorang- an (yang ditunjuk) atau berupa badan hukum atau organisasi. Nadzir berwenang melakukan tindakan yang mendatangkan kebaikan harta wakaf dan menimbulkan keuntungan bagi tujuan wakaf dengan memperhatikan syarat yang mungkin telah ditentukan wakif. 71 Untuk Nadzir yang bersifat perorangan dibebani persyaratan sebagai berikut : 1. Berakal sehat. 2. Telah baligh (dewasa) 3. Dapat dipercaya. 4. Mampu menyelenggarakan urusan harta wakaf. Agar pelaksanaan tugas nadzir dapat berjalan lancar dan baik, maka untuk nadzir perorangan dapat diberikan sekedar imbalan berupa sebagian dari hasil harta wakaf. Disamping itu nadzir harus melakukan sesuatu yang dapat mendatangkan kebaikan, keuntungan bagi harta wakaf dengan memperhatikan syarat yang telah ditetapkan dalam wakaf. Hal yang perlu mendapat perhatian bahwa nadzir tidak boleh menggunakan harta wakaf untuk jaminan hutang. Ketentuan tersebut untuk menghindari jika yang bersangkutan tidak dapat melunasi hutangnya, maka harta wakaf yang dijadikan jaminan hutang tersebut akan merupakan alat untuk melunasi hutang tersebut. Nadzir baik berupa perorangan atau badan usaha agar dalam melaksanakan pengelolaan dapat memegang amanat dengan sebaik-baiknya, maka bagi mereka tidak dibebani resiko kerusaklan yang diderita oleh harta wakaf, kecuali jika kerusakan tersebut terjadi akibat kelalaian atau kesengajaan nadzir. Dalam menentukan hal tersebut diperlukan keputusan pengadilan atau penguasa lain yang berwenang. Pemeliharaan Pemiliharan meliputi pengurusan terhadap benda wakaf dilakukan oleh Nadzir. Nadzir dapat berupa perorangan (yang ditunjuk) atau berupa badan hukum atau organisasi. Nadzir berwenang melakukan tindakan yang mendatangkan kebaikan harta wakaf dan menimbulkan keuntungan bagi tujuan wakaf dengan memperhatikan syarat yang mungkin telah dktentukan wakif. G. Perkembangan Wakaf Di Indonesia Dalam negara-negara Islam pelaksanaan wakaf diselenggarakan oleh instansi resmi yang merupakan lembaga negara, karena peraturan perundang-undanagn yang berlaku di negara tersebut berdasarkan atas hukum Islam. Menurut Azhar Basyir (1977) harta wakaf tidak terbatas pada barang pakai tetapi juga barang yang menghasilkan. Pembiayaan harta wakaf yang berupa barang pakai diperoleh dari sumber tetap hasi harta wakaf. Di Indonesia penduduknya menganut beberapa agama, sehingga wakaf tidak dikenal oleh masyarakat yang beragama Islam saja. Oleh sebab itu harta yang menjadi objek perwakafan pada umumnya berupa benda yang tidak bergerak (tanah, bangunan) yang dimanfaatkan sebagai tanah untuk masjid, madrasah, kuburan dll, sehingga perwakafan diatur dalam undang- undang agraria. 72 Sejak proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, Pemerintah masih memberlakukan perturan wakaf pada masa jaman Kolonial Belanda. Hal ini ditegaskan pada pasal II Aturan Peralihan Undang-undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa segala badan negara dan peraturan yang ada masih berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang-undang Dasar tersebut (Abdurrahman, 1979). Selanjutnya untuk menyesuaikan dengan alam kemerdekaan, maka Pemerintah mengeluarkan beberapa petunjuk mengenai perwakafan. Petunjuk yang dikeluarkan DepartemenAgama R.I tanggal 22 Desember 1953. Selanjutnya pada tanggal 8 Oktober 1956 dikeluarkan Surat Edaran nomer ; 5/D/1956 tentang Prosedur Perwakafan Tanah (Saroso, 1984) Peraturan-peraturan tersebut dikaitkan dengan perkembangan sosial budaya dirasakan mengandung banyak kelemahan, terutam yang menyangkut kepastian hukum terhadap tanah-tanah wakaf. Oleh karena itudalam rangka melaksanakan penertiban dan pembaharuan sistem Hukum Agraria, permasalahan wakaf cukup banyak mendapat perhatian. Oleh karena itu pada Undang-undang nomer : 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA) masalah wakaf ditempatkan pada pasal 49 yang berbunyi : 1. Hak milik tanah badan-badan keagamaan dan sosial sepanjang masih dipergunakan untuk usaha dalam bidangkeagamaan dan sosial, diakui dan dilindungi . Badan tersebut dijamin pula untuk memperoleh tanah yang cukup untuk bangunan dan usahanya dalam bidang keagamaan dan sosial. 2. Untuk keperluan peribadatan dan keperluan suci lainnya sebagai dimaksud pada pasal 14 dapat diberikan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara dengan status hak pakai. 3. Perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Dari ketentuan yang dimuat pada pasal 49 ayat 3 masalah perwakafan Pemerintah wajib mengatur dengan ketentuan yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah. Namun demikian Peraturan Pemerintah yang memuat aturan perwakafan yang terbit setelah Undand-undang nomer 5 tahun 1960 berupa Pereturan Pemerintah nomer 28 tahun 1977 yang jarak waktu terlambat selama 17 tahun. 1. Dasar Landasan Pelaksanaan Wakaf Di Indonesia. Disamping mutlak menggunakan ketentuan perwakafan yang ditetapkan pada ajaran dan figh Islam yang telah diuraikan dalam bab II, pelaksanaan wakaf di Indonesia dewasa ini menganut pada Peraturan Pemerintah nomer 28 tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik. Pertimbanganpertimbangan yang diambil atas Peraturan Pemerintah yang dimaksud adalah pernyataan sebagai berikut : a. Bahwa wakaf adalah suatu lembaga keagamaan yang dapat di pergunakan sebagai salah satu sarana guna pengembangkan kehidupan keagamaan, khususnya umat yang beragama Islam, dalam rangka mencapai kesejahteraan spiritual dan material menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. 73 b. Bahwa peraturan perundang-undangan yang ada akan mengatur perwakafan tanah milik, selama belum memenuhi kebutuhan cara perwakafan yang membuka kemungkinan timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh tidak adanya data tanah yang diwakafkan tidak nyata dan tidak lengkap. Sedangkan hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Pemerintah nomer 28 tahun 1977, akan diatur lebih lanjut oleh Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri sesuai dengan masing-masing bidangnya. Sebagai tindak lanjut Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 1977, maka diekluarkan beberapa peraturan pelaksanaan perwakafan antara lain : a. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomer 6 tahun 1977 tentang Tata pendaftaran Tanah Mengenai Perwakafan Tanah Milik, yang memuat antara lain : 1) Pendaftaran dan pencatatan perwakafan tanah milik. 2) Biaya pendaftaran dan pencatatan dalam serifikat buku tanah. b. Peraturan Menteri Agama nomer 1 tahun 1978 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah nomer 28 tahun 1977, memuat : 1) Ikrar wakaf dan akta 2) Pejabat Pembuatan Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) 3) Nadzir, kewajiban dan haknya. 4) Perubahan perwakafan tanah milik 5) Pengawasan dan bimbingan 6) Tata cara pendaftaran wakaf yangn terjadi sebelum PP 28 tahun 1977. 7) Penyelesaian perselisihan wakaf. 8) Biaya. c. Instruksi Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama tanggal 23 Januari 1978 nomer: 1 tahun 1978, tentang Pelaksanaan Pereturan Pemerintah nomer : 28 tahun 1977. Instruksi ditujuakan kepada para Gubernur agar penyelesaian perwakafan didasarkan atas PP 28tahun 1997, Permendagri 6 tahun 1977 dan Permenag 1 tahun 1978. d. Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam nomer Kep/D/75/78 tanggal 19 April 1978 tentang Formulir dan Pedoman Pelaksanaan Peraturan-peraturan tentang Perwakafan Tanah Milik, yang berisi : 74 1) Tata cara perwakafan tanah milik. 2) Surat-surat yang harus diserahkan wakif kepada Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW). 3) Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf. 4) Nadzir, kuwajiban dan haknya. 5) Biaya administrasi dan pencatatan tanah wakaf. 6) Tata cara pendaftaran tanah wakaf yang terjadi sebelum PP 28 tahun 1977. 7) Penyelesaian perselihan perwakafan. 2. Komponen Perwakafan Untuk mendukung pelaksanaan perwakafan di Indonesia, perlu diulas tentang komponenyang terkait didalamnya antara lain : a. Wakif Wakif adalah subjek yang menyerahkan wakaf dalam pasal 1 ayat (2) Pereturan Pemerintah nomer 28 tahun 1977, wakaif ditentukan sebagai berikut : 1) Sebagai perorangan. 2) Kelompok perorangan. 3) Badan Hukum. Persyaratan hukum bagi wakif peorangan yang dapat mewakafkan tanah miliknya adalah : 1) Telah dewasa. 2) Sehat akalnya. 3) Atas kehendak sendiri. 4) Tidak terhalang oleh hukum b. Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) Menurut ketentuan peraturan Menteri Agama nomer 1 tahun 1978, pasal 5 semua Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan ditunjuk sebagai Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf.. Apabila dala suatu kecamatan tidak terdapat Kantor Urusan Agama, maka Kepala Wilayah Departemen Agama 75 menunjuk Kepala Kantor Urusan Agama yang ada. Tugas dari Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf adalah : 1) Meneliti kehendak wakif, memeriksa kelengkapan surat surat yang diperlukan,dan masalah yang dihadapi calon wakif dalam melepas hak milik tanahnya. 2) Mengesahkan Nadzir, yang didasari atas hasil penelitian terhadap persyaratan yang dimiliki calon nadzr serta kemungkinan terjadinya perubahan susunan nadzi 3) Meneliti saksi-saksi 4) Menyaksikan pelaksanaan ikrar wakaf serta menandatangani formulir ikrar wakaf. 5) Membuat Akta Ikrar Wakaf rangkap 3 (tiga) dan salinannya rangkap (empat). 6) Menyimpan lembar pertama Akta Ikrar Wakaf, melampirkan lembar kedua pada permohonan pendaftaran tanah wakaf kepada Bupati/Walikotamadya cq Kantor Agraria setempat, dan lembar ketiga untuk Pengadilan Agama yang berada diwilayah tersebut. 7) Menyampaikan salinan Akta Ikrar Wakaf pertama kepada wakif, lembar kedua kepada nadzir, dan lembar ketiga kepada Kantor Departemen Agama. Lembar ke empat kepada Kepala Desa yang mewilayahi tanah wakaf tersebut. 8) Menyampaikan Akta Ikrar Wakaf dan salinannya selambat-lambatnya satu bulan sejak dibuatnya Akta IkrarWakaf. 9) Menyimpan Akta dan data dengan baik. 10) Mengajukan permohonan atas nama nadzir kepada Bupati/Walikotamadya cq Kepala Kantor Agraria setempat selambat-lambatnya 3 bulan sejak dikeluarkannya Akta Ikrar Wakaf. Untuk melaksanakan upaya hukum baik Islam atau negara di bentuk petugas pemerintah yang diangkat berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Petugas yang dimaksud dinamakan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) yang diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Agama Republik Indonesia. Tugas PPAIW berkewajiban menerima ikrar dari wakif dan selanjutnya menyerahkannya kepada nadzir. Disamping itu juga bertugas melakukan pengawasan untuk kelestarian perwakafan. c. Nadzir Untuk menjamin agar tanah hak milik yang diwakafkan dapat berfungsi sesuai dengan tujuan wakaf, maka diperlukan pengelola tanah tersebut. Pengelola bertugas mengurus dan merawat tanah wakaf. Pengelola tersebut dinamakan Nadzir yang dituntut persyaratan sebagai berikut : 76 1) Apabila berbentuk perorangan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :Apabila berbentuk perorangan harus memenuhi persayratan sebagai berikut : (a) Warga negara Indonesia.. (b) Agama Islam. (c) Status Dewasa. (d) Sehat jasmani dan rohani. (e) Tidak berada dibawah pengampunan. (f) Tinggal pada satu kecamatan dengan letak benda yang diwakafkan. 2) Apabila berbentuk Badan Hukum harus memenuhi persyaratan sebgai berikut : (a) Badan Hukum Indonesia yang berkedudukan di Indonesia. (b) Mempunyai perwakilan yang terletak dalam satu kecamatan dengan benda yang diwakafkan. 3) Nadzir harus didaftar di Kantor Urusan Agama Kecamatan tempat benda yang diwakafkan setelah mendapatkan saran dari Camatdan majelis Ulama setempat untuk mendapat pengesahan 4) Sebelum melaksanakan tugas Nadzir harus mengucapkan sumpah dihadapan Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan yang disaksikan sekurang-kurangnya oleh 2 orang saksi. 5) Untuk satu unit perwakafan dikelola oleh sekurang-kurangnya oleh 3 sampai 10 Nadzir yang diangkat oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan atas saran Majelis Ulama dan Camat setempat. 77 Disamping kuwajiban nadzir juga mempunyai hak-hak antara lain : d. 1) Menerima hasil harta wakaf tidak boleh lebih dari 10% hasil bersih. 2) Dapat menggunakan fasilitas yang jenis dan jumlahnya ditetapkan oleh Kepala Kandepag Ikrar Wakif Yang dimaksud dengan ikrar adalah pernyataan kehendak dari wakif untuk mewakafkan tanah miliknya. Dalam melaksanakan wakaf lazimnya dilakukan melalui proses sebagai berikut : a. Calon Wakif (pihak yang hendak memwakafkan tanah miliknya harus datang menghadap Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) untuk melaksanakan ikrar wakaf.Disamping itu calon wakif membawa serta dan menyerahkan kepada PPAIW surat-surat . 1) Sertifikat hak milik atau tanda bukti kepemilikan tanah lainnya. 2) Surat Keterangan dari Kepala Desa yang diperkuat oleh Camat setempat yang menerangkan kebenaran pemilikan tanah tanah serta tidak tersangku dalam suatu sengketa. 3) Surat keterangan pendaftaran tanah. 4) Ijin dari Bupati / Walikotamadya Kepala Daerah cq Kepala Kantor Agraria setempat. b. Untuk mewakafkan tanah miliknya calon wakif harus mengikrarkan secara lisan, jelas dan tegas kepada Nadzir yang telah disyahkan di hadapan PPAIW yang mewilayahi tanah wakaf dan dihadiri saksi-saksi serta menuangkannya dalam bentuk tulisan menurut bentuk W 1. Bagi mereka yang tidak mampu menyatakan kehendaknya secara lisan dapat dinyatakan dengan isyarat. c. Calon Wakif yang tidak dapat datang dihadapan PPAIW membuat ikrar wakaf secara tertulis dengan persetujuan Kandepag yang mewilayahi tanah wakaf dan dibacakan kepada Nadzir dihadapan PPAIW yang mewilayahi tanah wakaf serta diketahui saksi-saksi. d. Tanah yang akan diwakafkan baik seluruhnya ataupun seharus merupakan tanah hak milik atau tanah milik, dan harus bebas dari beban ikatan, jaminan, sitaan atau sengketa. e. Saksi ikrar wakaf sekurang-kurangnya dua orang yang telah dewasa, sehat akalnya dan oleh hukum tidak terhalang untuk melakukan perbuatan hukum. 3. Pelaksanaan wakaf Dalam negara-negara Islam pelaksanaan wakaf diselenggarakan oleh instansi resmi yang merupakan lembaga negara, karena peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara tersebut berdasarkan atas hukum Islam.Di Indonesia penduduknya menganut beberapa agama, sehingga 78 wakaf tidak dikenal oleh masyarakat yang beragama Islam saja. Oleh sebab itu harta yang menjadi objek per wakafan pada umumnya berupa benda yang tidak bergerak (tanah, bangunan) yang dimanfaatkan sebagai tanah untuk masjid, madrasah, kuburan dll. Pelaksanaan wakaf tanah milik yang dilakukan oleh umat Islam di Indonesia dilakukan melalui prosedur antara lain : a. Pihak yang akan mewakafkan tanah miliknya melaksanaikrar wakaf dihadapan PPAIW. Ikrar diucapkan kepada Nadzir yang telah disahkan secara lisan, jelas dan tegas dengan dihadiri saksi-saksi. Ikrar tersebut selanjutnya dituangkan dalam bentuk W1. Bagi mereka yang tidak mampu melakukan secara lisan, dapat dinyatakan dengan isyarat b. Calon Wakif yang tidak dapat datang dihadapan PPAIW membuat pernyataan tertulis dengan persetujuan Kandepag yang mewilayahi tanah wakaf tersebut dan dibacakan kepada Nadzir dihadapan PPAIW dan diketahui saksi-saksi. 79 4. Tata cara Mewakafkan Tanah Seperti telah diuraikan diatas tatacara memwakahkan tanah milik adalah sebagai berikut : a. Calon Wakif (pihak yang hendak memwakafkan tanah miliknya harus datang menghadap Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) untuk melaksanakan ikrar wakaf. b. Pejabat Pembuat Akte Ikrar Wakaf diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Agama R.I. c. Untuk mewakafkan tanah miliknya calon wakif harus mengikrarkan secara lisan, jelas dan tegas kepada Nadzir yang telah disyahkan di hadapan PPAIW yang mewilayahi tanah weakaf dan dihadiri saksi-saksi serta menuangkannya dalam bentuk tulisan menurut bentuk W 1. Bagi mereka yang tidak mampu menyatakan kehendaknya secara lisan dapat dinyatakan dengan isyarat. Pelaksanaan ikrar dianggap syah jika dihadiri dan di-saksikan oleh sekurang-kurangnya 2 orang saksi.d. Isi bentuk Ikrar Wakaf, biaya yang berekenaan dengan pembuatan akta ikrar wakaf dan untuk para saksi ditetapkan oleh Menteri Agama. d. Calon Wakif yang tidak dapat datang dihadapan PPAIW membuat ikrar wakaf secara tertulis dengan persetujuan Kandepag yang mewilayahi tanah wakaf dan dibacakan kepada Nadzir dihadapan PPAIW yang mewilayahi tanah wakaf serta diketahui saksi-saksi.Saksi ikrar wakaf sekurang-kurangnya dua orang yang telah dewasa, sehat akalnya dan oleh hukum tidak terhalang untuk melakukan perbuatan hukum. e. Dalam melaksanakan ikrar pihak wakif harus menyerahkan kepada Pejabat tersebut suratsurat : 1) Sertifikat hak milik atau tanda bukti kepemilikan lainnya. 2) Surat keterangan dari Kepala Desa yang diperkuat oleh Camat setempat yang menerangkan kebenaran pemilikan tanah tanah serta tidak tersangkut dalam suatu sengketa. 3) Surat keterangan pendaftaran tanah 4) Ijin dari Bupati / Walikotamadya Kepala Daerah cq Kepala Kantor Agraria setempat. Untuk melaksanakan upaya hukum baik Islam atau negara dibentuk petugas pemerintah yang diangkat berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Petugas yang dimaksud dinamakan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) yang diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Agama Republik Indonesia. Tugas PPAIW berkuwajiban menerima ikrar dari wakif dan selanjutnya menyerahkannya kepada nadzir. Disamping itu juga bertugas melakukan pengawasan untuk kelestarian perwakafan. 5. Pendaftaran Tanah Wakaf 80 Pendaftaran tanah wakaf dilakukan setelah pelaksanaan ikrar selesai. Selanjutnya Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf mengatas anamai nadzir mengajukan permohonan kepada Bupati / Walikotamadya cq kepala Agraria setempat untuk mendaftarkan perwakafan tanah milik menurut ketentuan Peraturan Pemerintah nomor 10 tahun 1961. Dalam Peraturan Pemerintah nomer : 10 tahun 1961 ditetapakan bahwa setiap perjanjian yang bermaksud memindahkan hak atas tanah memberi suatu hak baru atas tanah, menggadaikan tanah atau meminjam uang dengan hak atas tanah sebagai tanggungan harus dibuktikan dengan suatu akta yang dibuat dihadapan pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Agraria. Dari ketentuan tersebut mewajibkan kepada setiap orang yang melakukan perbuatan hukum atas tanah melaksanakannya didepan PPAT (Pejabat Pembuat Akte Tanah). Setelah dilakukan transakasi dilanjutkan dengan pendaftaran dari hak yang bersangkutan. Bupati / Walikotamadya cq Kepala Agraria setempat setelah menerima permohonan mencatat perwakafan tanah milik tersebut pada buku tanah dan serifikat. Jika tanah yang diwakafkan belum mempunyai sertifikat maka pencatatan dilakukan setelah tanah itu dibuatkan sertifikat. Setelah dilakukan pencatatan perwakafan tanah milik dan serifikatnya, nadzir yang bersangkutan wajib lapor kepada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Agama. Untuk tanah hak milik yang diwakafkan dan belum terdaftar sertifikatnya, pendaftaran kepada Kepala Kantor Agraria setempat perlu diselesaikan : a. Surat permohonan konversi / penegasan haknya. b. Surat-surat bukti pemilikan tenah serta surat keterangan lain yang diperlukan untuk permohonan konversi. c. Akta ikrar wakaf yang dibuat PPAIW setempat. d. Surat pengesyahan dari Kantor Urursan Agama Kecamatan setempat mengenai nadzir yang bersangkutan 6. Dukungan Administrasi Sebelum melakukan ikrar wakaf, wakif harus menyelesaikan urusan administrasi tanah milik yang akan diwakafkan, meliputi : a. Sertifikat hak milik atau tanda bukti pemilikan tanah (kitir tanah, petok, girik dsb). b. Surat keterangan Kepala Desa yang diperkuat oleh Camat setempat tentang kebenaran pemilikan tanah dan tidak dalam sengketa. c. Surat keterangan pendaftaran tanah . d. Ijin dari Bupati / Walikotamadya , Kepala Daerah cq Kepala Sub Direktorat Agraria setempat. 81 Untuk tanah milik yang belum bersertifikat harus dilampiri sebagai berikut : a. Surat permohonan penegasan hak atas tanah. b. Surat-surat bukti pemilikan tanah serta surat keterangan lain yang diperlukan untuk penegasan hak milik c. Akta Ikrar Wakaf (aseli lembar kedua) c. Surat pengesahan Nadzir. Dasar pelaksanaan wakaf di Indonesia sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor : 28 tahun 1977, tanggal 27 Mei 1977. 7 Biaya Wakaf Segala biaya perwakafan tanah yang menyangkuta administrasi perwakafan tanah hak milik untuk Instansi-instansi Departemen Agama dibebaskan kecuali bea meterai. Sedangkan untuk penyelesaian pendaftaran dan pencatatan perwakafan di Kantor Agraria tidak dikenakan biaya, kecuali biaya pengukuran tanah dan meterai disesuaikan dengan peraturan yang berlaku. Ketegasan tentang penetapan biaya tanah hak milik yang diwakafkan tersebut tertuang pada Peraturan Menteri Agama nomor 1 tahun 1978 jo angka V Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam nomer Kep/D/75/78. 8. Perubahan Status Tanah Wakaf Pada waktu yang lampau menjelang berakhirnya penjajahan Belanda di Indonesia dan awal Kemerdekaan status tanah yang diwakafkan dapat dilakukan begitu saja oleh nadzirnya tanpa alasan yang meyakinkan. Kejadian tersebut sudah barang tentu akan menimbulkan reaksi dari masyarakat terutama bagi mereka yang berkepentingan langsung dengan perwakafan tanah tersebut. Pada dasarnya perubahan status tanah wakaf tidak diperboehkan, kecuali tanah tersebut sudah tidak dapat lagi dimanfaatkan sesuai dengan tujuan wakaf. Untuk tanah wakaf yang kondisinya demikian dapat diadakan perubahan baik peruntukannya atau statusnya. Dari ketentuan itu banyak kemungkinan untuk diadakan penyimpangan oleh sebagian oknum yang tidak bertanggung jawab. Perubahan status tanah milik yang telah diwakafkan yang dirubah penggunaannya harus dilaporkan oleh nadzir kepada Bupati / Walikotamadya cq Kepala Agraria setempat untuk mendapatkan penyelesaian lebih lanjut. Dalam Peraturan Menteri Agama nomer : 1 tahun 1978 ditentukan bahwa kemungkinan perubahan yang dimaksud , nadzir berkuwajiban mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama cq Kepala KUA dan Kandepag dengan menguraikan alasannya yang tepat 82 secara terperinci. Selanjutnya Kepala KUA dan Kandepag meneruskan permohonan kepada Kakanwil Depag untuk menadapatkan persetujuan atau penolakan secara tertulis . Kakanwil Depag berkuwajiban meneruskannya kepada Menteri Agama cq Direktorat Bimbingan masyarakat Islam yang disertai beberapa pertimbangan. Direktorat ini diberi wewenang untuk memberi persetujuan dan menolak secara tertulis atas permohonan perubahan status. Perubahan status tanah wakaf dapat diijinkan jika diberikan seimbang dengan kegunaannya sesuai dengan ikrar wakaf. 9. pengganti yang senilai atau Peselisihan Jika timbul atau terjadi perselisihan yang menyangkut perwakafan tanah, maka Pengadilan Agama mempunyai wewenang untuk menyelasaikannya. Ketentuan tersebut tercantum pada pasal 12 Peraturan Pemerintah nomer 28 tahun 1977. Penyelesaian yang tercantum pada pasal itu termasuk yurisdiksi yang menyangkut syah tidaknya perbuatan mewakafkan tanah tersebut dan masalah lain yang menyangkut masalah wakaf berdasarkan syari'at Islam. Sedangkan masalah lain yang menyangkut Hukum Perdata dan Hukum Pidana diselesaikan melalui hukum acara dalam Pengadilan. Wewenang Pengadilan Agama tercantum pada pasal 17 Peraturan Menteri Agama nomer 1 tahun 1978, berbunyi : a. b. Pengadilan Agama yang mewilayahi tanah wakaf berkuwajiban memeriksa dan menyelesaikan perkara tentang perwakafan tanah menurut syareat Islam yang antara lain mengenai : 1) Wakif, Nadzir, Ikrar dan Saksi. 2) Bayinah (alat bukti administrasi tanah wakaf) 3) Pengelolaan dan pemanfaatan hasil wakaf. Pengadilan Agama dalam melaksanakan ketentuan ayat (1) pasal ini berpedoman pada tata cara penyelesaian perkara pada Pengadilan Agama. Sebelum dikeluarkannya Peraturan Pemerintah nomer 28 tahun 1977peneyelesaian sengketa tanah wakaf dikakukan oleh pengadilan umum dan bukan tugas dan wewenang Pengadilan Agama. 10. Pengawasan Pengawasan tanah wakaf pada umumnya berlangsung di daerah tingkat kecamatan. Untuk memu-dahkan pengawasan diperlukan dukungan tertib administrasi mulai tingkat kecamatan, 83 kabupaten, propinsi serta pusat. Cara pengawasannya dilakukan melalui jalur timbal balik yang tatacaranya ditetapkan oleh Departemen Agama. Sebagai tindak lanjutnya ditentukan pengawasan dan bimbingan perwakafan tanah dilakukan oleh unit-unit organisasi Departemen Agama secara hirarkis yang diatur dalam keputusan Menteri Agama. Pengawasan terhadap tanggung jawab dan tugas nadzir dilakukan oleh Kepala KUA Kecamatan, Majelis Ulama Kecamatan dan Pengadilan Agama Yang mewilayahi secara bersama-sama. 11. Sanksi Pelanggaran Perwakafan Setiap peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang suatu persoalan negara maka sanksi dicantumkan pa-da suatu ketentuan khusus. Sanksi biasanya berbentuk pidana dimaksudkan untuk menguatkan dan memberi jaminan agar peraturan yang dimaksud dilaksanakan sebagai mana mestinya. Perbuatan yang melanggar ketentuan seperti adanya penyimpangan terhadap pengikraran kepada nadzir dihadapan PPAIW, penyimpangan syarat nadzir baik perorangan ataupun badan hukum, serta pelanggaran dalam tatacara mewakafkan dan pendaftarannya atau penyimpangan dalam perubahan pengawasan tanah perwakafan diancam dengan hukuman pidana. Ketentuan sanksi hukuman ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah nomer 28 tahun 1977 pasal 14. Sedangkan hukuman bagi pelanggaranya adalah hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah). Apabila perbuatan pelanggaran dilakukan oleh atas nama badan hukum maka tuntutan pidana serta tertib hukum dijatuhkan, baik terhadap badan hukum maupun terhadap mereka yang memberi perintah melakukan perbuatan tersebut, atau bertindak sebagai pimpinan, penanggung jawab dalam perbuat an atau kelalaian yang dilakukan. Sanksi pelanggaran tersebut dituangkan pada pasal 15 Peraturan Pemerintah nomer 28 tahun 1977. Kedua pasal diatas ditentukan sebgai suatu tindakan pidana atas perbuatan orang yang mewakafkan tanah. Dengan adanya ketentuan tersebut maka pelaksanaan perwakaf an tanah ditentukan secara pasti sehingga penyimpangan-penyimpangan terhadap ketentuan yang ditetapkan dapat dituntut pidana. Untuk masalah perwakawafan berbebda dengan ketentuan pidana lainnya, dimana untuk menentukan sanksi selalu dibedakan unsur kejahatan dan unsur pelanggaran. Tindak pidana perwakafan tanah milik tidak ditentukan apakah termasuk kejahatan atau pelanggaran. 84 DAFTAR PUSTAKA Al Qur’an. Abdurrahman, 1979. Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Kedudukan dan Tanah Wakaf di Negara Kita. Bandung : Alumni. Azhar Basyir, 1987. Hukum Islam Tentang Wakaf Ijarah dan Syirkah, Bandung : PT Alma'arif. ------------, 1991. Kompilasi Hukum Islam, Yogyakarta : Fakultas Hukum UII. Boedi Karsono, 1975. Hukum Agraria Indonesia. Jakarta : Djambatan. Hasbi Ashshiddiqi dkk, 1971, Al-Qur'an dan Terjemahnya,Medinah,:Al Haramain Asy Syarifain. Imam Suhadi, 1983. Hukum Wakaf di Indonesia. Yogyakarta : Dua Dimensi. Instruksi Presiden No : 1 Tahun 1991 Penyebaran Kompilasi Hukum Islam. Mahmud Syaltut, Disalin Fachruddin, 1984, Akidah dan Syari'ah Islam, Jakarta: Bumi Aksara. Masyhur Amin, 1995, Dinamika Islam, Yogyakarta,:Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Mukti Ali, 1990, Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam, Bandung : Mizan. Pembinaan Badan Peradilan Agama,1981.Kompilasi Perundang Undangan Badan Peradilan Agama. Jakarta : Depag. Peraturan Pemerintah No: 28 Tahun 1977, Perwakafan Tanah Milik. Quraish Shihab,1992, Membumikan Al-Qur'an, Bandung : Mizan. Rasjidi H.M, 1974, Empat kuliah Agama Islam Pada Perguruan Tinggi,Jakarta: PT Bulan Bintang. 85 Saroso, 1984. Tinjauan Yuridis Tentang Perwakafan Tanah Hak Milik. Yogykarta : Liberty Suhadi, 1985 Hukum Wakaf di Indonesia Yogyakarta: Dua Dimensi. Sunarjati Hartono, 1978. Beberapa Pemikiran Kearah Pembaharuan Hukum Tanah. Bandung : Alumi 86