AGAMA 1 (e-learning k

advertisement
BAB I
PERAN AGAMA DALAM KEHIDUPAN
Tujuan Instruksional Umum (T.I.U) adalah agar Mahasiswa mengetahui, memahami dan
menghayati tingkat pemikiran manusia, sejarah timbulnya ketidakpercayaan kepada Tuhan, fungsi
agama dalam kehidupan manusia dan pokok ajarannya.
Tujuan Instruksi Khusus (T.I.K) adalah :
1.
Agar Mahasiswa dapat menjelaskan sejauh mungkin timbulnya beberapa aliran hasil dari
pemikiran manusia dari abad ke abad.
2.
Agar Mahaiswa menyadari pentingnya agama dalam kehidupan dan mampu melaksanakan
sesuai dengan ajaran Allah.
Peran agama dalam kehidupan dimulai atas dasar firman Allah dalam Al Qur'an pada surat Al Baqarah
ayat 31 :
Artinya : Allah mengajarkan kepada Adam seluruh nama benda lalu ditampilkan kepada malaikat lalu
berfirman :"Sebutkan kepadaKu nama benda-benda ini, jika kamu memang benar".
Adam sebagai manusia pertama di dunia telah mengenal, mengetahui dan mengakui secara
jujur adanya Tuhan beserta ajaranNya. Mulai pertama kali diciptakan di dunia sampai sekarang cara
berpikir manusia selalu berkembang . Perkembangan tersebut berjalan mengikuti sistem, yang
keberadaannya sangat ditentukan oleh situasi dan kondisi sosial budaya serta peradaban manusia yang
berlaku dari abad ke abad. Akibat perkembangan sosial budaya dan teknologi, maka daya pikir
manusia berkembang sejajar dan dapat mengikuti kecanggihan sistem. Daya pikir manusia yang
terlatih merupakan kemampuan yang dapat digunakan untuk menalar dan menafsir permasalahan
yang dapat mengikuti perkembangan kemajuan teknologi. Berkat akal budi yang tumbuh dalam
perkembangan, mereka menemukan suatu sistem yang semakin berdaya guna dan berhasil guna serta
canggih. Namun demikian akibat ilmu yang terus berkembang tanpa ada batas, maka mereka juga
menjumpai banyak kekurangan. Sehingga kecanggihan sistim yang serba modern dirasakan belum
dapat dijadikan sebagai sarana perbendaharaan dalam menalar dan menafsirkan Tuhan. Akibat
kekurangan yang belum sepenuhnya dapat diatasi maka ada beberapa kelompok manusia berangsurangsur mulai tidak percaya adanya Tuhan. ”
A.
Tingkatan Pemikiran Manusia
Tingkatan kemajuan cara berpikir manusia dari jaman ke jaman berbeda, menurut August Comte
(1795-1857) tingkat perkembangan cara berfikir manusia ada 3 macam yaitu :
Tingkatan Teologi
Pada tingkatan teologi, manusia belum mampu menafsirkan tentang sebab-musabab dan kejadian
alam. Oleh sebab itu perasaan manusia hanya diliputi rasa takut akan timbulnya wabah penyakit,
1
khawatir adanya gempa bumi, banjir, tanaman terserang hama. Mereka selalu hidup dalam
ketakutan dan khawatir. Mereka tidak berbuat sesuatu karena tidak tahu dengan apa yang harus
diperbuat. Satu-satunya tindakan yang dilakukan adalah memohon kepada Tuhan agar dijauhkan
dari malapetaka. Mereka menyerahkan seluruhnya kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Namun
demikian yang dianggap sebagai Tuhan dan sebagai tempat meminta berupa arca, arwah nenek
moyang atau bentuk kekuatan lainnya yang tidak dapat dilihat mata.
Tingkatan Metafisik
Setelah berabad-abad menjalani kehidupan tingkat teologi, maka pada diri manusia timbul
keberanian untuk bertindak lebih luas. Mereka memikirkan bahwa sesuatu yang menimbulkan
wabah penyakit, gempa bumi, banjir, serangan hama, merupakan kekuatan yang dapat dicegah agar
tidak berbuat jahat dan mengganggu. Pencegahan yang dilakukan dengan memberi sesaji. Hal
semacam ini sampai saat ini membudaya di kalangan masyarakat.
Misalnya:
a. Upacara tingkeban oleh masyarakat Jawa yang memandikan orang hamil dengan air dari 7
sumber.Tujuannya agar nantinya bayi dapat lahir dengan selamat.
b. Di bawah kolong tempat tidur bayi yang baru lahir ditaruh bermacam-macam sesaji, dengan
maksud untuk mengusir segala penyakit agar tidak menyerang si bayi.
c. Diadakan penanaman kepala kerbau pada waktu akan dimulainya proyek yang besar dll.
Tingkat Positif
Pada tingkat positif manusia telah banyak memahami tentang alam, peraturan dan hukum. Oleh
karena itu kekuatan alam, dapat ditundukkan dan dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup manusia
walaupun tidak seluruhnya .
Dalam hal ini aliran Marxisme mengatakan bahwa yang penting bukan memberi interpretasi
kepada alam, tetapi merubah alam sehingga dapat dimanfaatkan manusia.
Namun demikian kehidupan yang makin modern berkembang tidak konsekuen. Didalam kehidupan
modern ini sering terjadi praktek yang seharusnya mengikuti pelaksanaan hukum,namun masih juga
dapat dipengaruhi oleh hal-hal diluar hukum. Maka bagi orang awan yang tidak tahu a- pa yang
dikerjakan, mereka pergi ke dukun,kuburan untuk mencari jimat dll.
Oleh sebab itu walaupun kita sudah hidup pada tingkat positif namun dalam kenyataannya masih
banyak yang hidup dalam tingkatan teologi ataupun metafisik.
2
B.
Sejarah Timbulnya Ketidakpercayaan Kepada Tuhan
Menurut sejarah filsafat Yunani bahwa sejak 2300 tahun yang lalu sudah mulai ada orang yang tidak
percaya adanyaTuhan.
Mereka tidak percaya adanya Tuhan sebagi pencipta alam, atas dasar pendapat yang
menyatakan bahwa alam terdiri dari atom yang berlainan susunannya, dan mempunyai gerakan
berlawanan. Dari dasar pemikiran yang demikian maka kejadian pada alam semesta tercipta dan
bukan oleh Tuhan.”
Pada abad ke 16 dan 17, berkat perkembangan teknologi dimana manusia menguasai alam
lebih menyeluruh dan lebih efektif, maka perhatian manusia pada umumnya hanya diarahkan pada
alam tempat hidup mereka.
Abad ke 16 di Inggris timbul aliran "empiricisme" yang berpedoman bahwa pengetahuan harus
didasarkan kepada pancaindera. Thomas Hobbes, (1588-1679) menyatakan bahwa dasar pemikiran
ilmu pengetahuan berupa mechanistic materialisme. Dinyatakan pula bahwa semua yang berada
dalam alam ini berupa materi yang bergabung dan berpisah secara mekanis dan tidak memerlukan
adanya Zat Yang Maha Kuasa.
Menurut John Lock, (1632-1704) pikiran manusia merupakan "tabula rasa" (papan kosong),
dimana segala pengetahuan diperoleh dari kesan-kesan dari pancaindera (sense perception).
David Hume (1711-1776) menyatakan bahwa pikiran dianggap sebagai puncak penjelmaan
empirisme masa sebelumnya dan mengandung dasar “positivistic naturalism”. Menurut Hume kita
tidak berhak menyatakan sesuatu, jika hal tersebut tidak dapat dibuktikan dengan pancaindera.
Abad ke 18, filsafat Perancis banyak dipengaruhi oleh filasafat Inggris yang menetapkan bahwa
hasil ilmu pengetahuan itu mutlak. Sebelum timbul pendapat itu ilmu pengetahuan selalu dikaitkan
dengan metafisika atau pemikiran abstrak yang bersifat dogmatis. Para pemikir Perancis seperti
Fontenelle (1657-1757), Monstesquieu (1689-1757),Voltair (1694-1778), Condillac (1715-1780)
cenderung beraliran deism. Aliran berpendapat bahwa percaya kepada ke pada Zat Yang Maha Agung,
tetapi tidak mempunyai kekuasaan terhadap alam dan manusia.
Sedangkan Filosof Perancis lainnya seperti La Mettrie (1709-1751), d'Holbach (1723-1789)
dan Cabanis (1757-1804) berpendirian atheism yaitu mengingkari adanya Tuhan. Mereka
mengingkari adanya dualisme yaitu kepercayaan adanya badan dan nyawa serta adanya alam dan
Tuhan.
Dari pendapat para filosof diatas maka pada sekitar abad 17-18 timbul pandangan sekuler Barat
tentang manusia dengan alam, yang menimbulkan pandangan sebagai berikut:
1. Metode dan ilmu pengetahuan dijadikan kepercayaan penuh.
2. Hilangnya kepercayaan kepada agama.
3
3. Menebalnya paham materialisme yang beranggapan bahwa atas dasar penangkapan pancaindera
yang ada hanyalah materi.
Dari pandangan tersebut yang mendorong timbulnya aliran positivisme yang dipelopori oleh August
Comte (1795-1857) Perkembangan aliran tersebut didukung oleh Feuerbach dan Karl Marx, Darwin
dan Spencer.
C.
Fungsi Agama Dalam Kehidupan Manusia
Dalam perkembangan jaman, manusia menempatkan akal pikiranya untuk dijadikan ukuran
yang mutlak. Ditopang dengan pengunaan akal dan penjabaran melalui cara berpikir logis maka
mereka cenderung mengesampingkan agama. Dari perbuatan yang demikian maka akan timbul
berbagai krisis dalam kehidupan. Krisis yang muncul dalam abad modern ini antara lain: masalah
kebebasan seks, minuman keras dan judi yang akhir-akhir ini dianggap wajar, walaupun pada masamasa lalu tidak seharusnya dilakukan karena dirasakan bertentangan dengan moral.
Kondisi semacam ini mengakibatkan orang berpendapat bahwa tujuan hidup manusia hanya
mencari kekayaan, kesenangan yang dilakukan dengan menempuh segala jalan. Dari dasar pendapat
tersebut dalam kehidupan masyarakat akan timbul berbagai pertentangan antar golongan ataupun
antar individu, karena manusia dalam memenuhi kebutuhan akan berupaya menempuh segala macam
cara. Memang pada umumnya mereka dapat memenuhinya dan dapat menciptakan kehidupan serba
mewah, namun banyak diantaranya merasa kehilangan suatu prinsip. Hal ini menunjukkan bahwa
manusia memerlukan suatu hajat berupa pegangan hidup yang harus dipenuhi.
Pegangan hidup manusia yang tepat tidak lain adalah agama yang memberi petunjuk kepada
manusia tentang apa yang harus diusahakan dan cara memperolehnya.
Pikiran manusia disamping dapat memecahkan permasalahan hidup yang bersifat materiil,
dimana untuk hidup tidak hanya memerlukan materiil saja, kebutuhan spirituil juga tidak kalah
penting. Malahan dalam tingkat kehidupan tertentu segi spirituil lebih dibutuhkan dari kebutuhan
materiil.
Dari uraian diatas maka agama tidak dapat lepas dari kehidupan manusia. Semakin jauh
manusia mencapai tingkat kemajuan akan lebih terasa perlunya agama untuk dijadikan sebagai
pegangan hidup. Kemajuan manusia baik dalam bidang teknologi yang dilandasi dengan kecerdasan
berpikir tanpa didampingi agama tidak akan memberi
kebahagiaan,
tetapi malah
akan
menyengsarakan bahkan membinasakan kehidupan manusia.
D.
Pokok Ajaran
Pendidikan Islam menyajikan materi, sistem dan metode yang bersumber dari ajaran Islam. Al
Qur,an merupakan sumber utama untuk mengetahui ajaran pokok dan dasar dari agama Islam .
Agama Islam menuntut agar manusia dididik secara totalitas yang meliputi jasmani, akal dan
jiwa, tanpa dibedakan dan dipisahkan yang disajikan secara serempak (simultan). Hal ini tercermin
dalam materi Al Qur'an dan Hadist yang diperjelas dan diikuti dengan argumentasi-argumentasi yang
4
logis, melalui penalaran yang masuk akal sehingga dapat menyentuh jiwa . Dalam materi tersebut
manusia merasaikut berperan dalam menemukan, memiliki dan bertanggung jawab serta ikut serta
memeliharanya.
Namun demikian dalam kehidupan masyarakat sering diketemukan materi yang bersumber
dari Al Qur'an dan Hadist tersebut disusun untuk disesuaikan dengan sistema tika rohaniah dan
aqliah, sehingga kurang menghasilkan agamawan yang berilmu. Oleh sebab itu banyak diantara
mereka yang merasa kesulitan dalam memahami dan melaksanakan petunjuk syari'at Islam, sehinga
dapat menimbulkan suatu pembaharuan yang tidak sejalan dengan ketetapan dan nilai Islam.
Untuk memenuhi tantangan tersebut diperlukan pendidikan agama yang dilakukan dengan jalan
mendalami hikmah al-tasyri’, dengan tujuan agar materi yang dimaksud dapat dipahamai dan
dihayati manfaatnya.
5
BAB II
KELOMPOK AGAMA
Tujuan Instruksional Umum (T.I.U) adalah agra Mahasiswa mengetahui , memahami dan
menghayati pengelompokan dalam agama.
Tujuan Instruksioanal Khusus (T.I.K) adalah :
1.
2.
Agar Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan antar agama .
Agar Mahasiswa dapat menjelaskan kelompok agama berdasarkan geografi, alamiyah dan
samawi.
Untuk memahami kelompok agama yang ada di dunia dimulai dengan membahas :
A.
Perbedaan Antar Agama
Masyarakat pada umumnya berpendapat bahwa tujuan agama adalah sama yaitu sarana untuk
mendorong umat manusia melakukan tindakan yang baik dan menghindari kejahatan, serta
mengadakan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Untuk menilai Yang Maha Kuasa,
kemampuan manusia sangat kecil, karena manusia tidak dapat mengetahui seluruhnya. Apa yang
dapat dilihat atau dipahami merupakan sebagian  atau salah satu dari beberapa segi alam
wujud.Maka dari keterbatasan manusia dalam membentuk moral yang berhubungan dengan Tuhan
timbul bermacam-macam agama misalnya; Hindu, Budha, Kristen Islam dll. Dari agama tersebut
disamping mempunyai kesamaan tentu terdapat perbedaan. Perbedaan antara agama satu dengan
lainnya pada umumnya pada hal yang berhubungan dengan faktor historis dan geografis dan bukan
dari faktor hakekat.
6
Agama tidak mengandung sesuatu yang mutlak (empiris), tetapi agama relatif merupakan
bentuk instrumental yang digunakan untuk mencapai tujuan.
Dalam prinsipnya setiap agama tidaklah sama dengan agama lain. Kadang-kadang perbedaan
dapat timbul terlalu prinsipiil, sehingga dapat membawa umatnya memusuhi atau memerangi agama
lain.
Menurut sejarah perbedaan antara agama tidak dapat dielakkan. Sikap yang menutupi dan menyatakan
perbedaan agama tidak ada, hanya dapat bertahan untuk sementara, namun suatu ketika akan
menimbulkan malapetaka.
Dari perbedaan yang timbul, hendaknya disadari oleh masing-masing pemeluk agama. Dalam
menghadapi pokok perbedaan umat dari agama tersebut harus mempunyai toleransi baik dalam
bertindak maupun dalam menyampaikan pendapat.
Bagi umat Islam masalah toleransi selalu diutamakan. Hal ini tertuang dalam Al Qur'an surat Al Haj
ayat 39 dan 40 sebagai berikut :
Artinya : Tentu izin perang diberikan kepada yang telah di perangi, karena sesungguhnya mereka telah
dirugikan. Sungguh Allah Maha Kuasa untuk menolong mereka itu. Yaitu orang-orang yang diusir
dari kampung halaman mereka tanpa alasan, kecuali karena mereka berkata : "Tuhan kami
hanyalah Allah". Sekiranya Allah tidak menahan sekelompok manusia-manusia dengan kelompok
yang lain, tentulah biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat Yahudi dan mesjidmesjid yang didalamnya banyak disebut nama Allah, sudah dihancurkan. Sudah pasti Allah akan
menolong mereka yang menolong agamaNya. Sungguh Allah itu Maha Kuasa dan Perkasa.
Disamping
itu sikap toleransi diimplementasikan dengan menetapkan bahwa dalam
menyiarkan agama tidak dibenarkan memberikan kesan menggunakan paksaan, baik secara kasar
ataupun halus misalnya menggunakan daya penarik berupa materiil. Penyimpangan terhadap
ketentuan itu merupakan penyalahgunaan hak pelaku dan pelanggaran hak orang lain.
B.
Macam Kelompok Agama
7
Berbagai macam agama didunia lahir sejak berabad-abad yang lalu. Untuk membeda kannya
maka dikelompokan sebagai berikut :
1.
Berdasar Geografi
Pengelompokan ini didasarkan kepada letak geografi tempat agama tersebut berkembang.
Agama yang timbul atas dasar tersebut adalah agama-agama di Timur Tengah pada zaman
Purba, agama Konfusius di Cina, agama Shinto di Jepang, Agama Zoroastrisme dan Yudaisme
di Yunani dan Roma serta agama Kristen dan Islam.
2.
Berdasarkan Alamiah
Pengelompokan berdasarkan alamiah (natural religions) adalah agama-agama yang timbul di
lingkungan hidup manusia. Agama yang dimaksud sebetulnya cenderung kepada bagian dari
kebudayaan. Dalam perkembangan selalu berubah dan terbagi-bagi sehingga memiliki ciri yang
bermacam-macam. Ciri tersebut oleh penganutnya kadang-kadang diutamakan (ditonjolkan),
tetapi kadang-kadang tidak diindahkan (contohnya agama Hindu). Dewa-dewa agama Hindu
merupakan personifikasi kekuatan alam, misalnya Batara Surya, Bayu, Indra dan Syiwa.
Disamping itu terdapat kecenderungan magic atau sihir yang menimbulkan kekuatan dengan
daya mantera.
3.
Berdasarkan Samawi
Pengelompokan yang didasarkan dengan agama yang diwahyukan dan diturunkan Allah, untuk
di jadikan petunjuk bagi manusia. Agama samawi tersebut terdiri dari agama Yahudi, Nasrani
dan Islam. Disamping itu ketiga agama itu dinamakan agama alamiah.
8
BAB III
AGAMA ISLAM
Tujuan Instruksional Umum (T.I.K) adalah agar Mahasiswa dapat mengetahui, memahami,
dan meghayati agama Islam.
Tujuan Instruksional Khusus (T.I.K) adalah :
1.
Agar mahasiswa dapat menjelaskan arti dan ajaran pokok agama Islam.
2.
Agar Mahasiswa dapat mengetahui bahwa ajaran agama Islam merupakan alat pemersatu.
A.
Arti Islam
Menurut Dr Mukti Ali (1990) , arti kata “Islam” adalah masuk dalam perdamaian, dan
seorang Muslim adalah orang yang membuat perdamaian dengan Allah dan juga dengan manusia.
Makna perdamaian berarti tunduk dan patuh secara menyeluruh kepada kehendak Allah, disamping itu
dalam hubungan dengan sesama manusia harus meninggalkan perbuatan yang jelek serta
menyakitkan, dan sebaliknya harus berbuat baik kepada orang lain.
Ajaran pokok agama Islam adalah ke-Esaan Tuhan dan ke-Esaan umat manusia yang tercipta
dalam kehidupan dunia yang rukun dan damai. Disamping itu Islam mencakup dari ajaran agamaagama sebelumnya yang telah diturunkan oleh Allah kepada Nabi dan Rasul Nya. Oleh sebab itu
Islam mewajibkan kepada umatnya untuk percaya kepada semua agama di dunia yang diturunkan oleh
Allah terdahulu. Prinsip fundamental dalam Islam adalah bahwa umat Islam harus percaya kepada para
Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad seperti yang dinyatakan dalam Al Qur'an pada surat Al
Baqarah ayat 4 sebagai berikut :
Artinya : Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu
dan Kitab-kitab yang diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya akhirat.
9
Dan Surat Al Baqarah ayat 136 sebagai berikut :
Artinya : Katakanlah hai orang mukmin :" Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan
kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan
apa yang diberikan kepada Musa dan 'Isa serta apa yang diberikan kepada Nabi-nabi dari Tuhan.
Kami tidak membedakan seorang diantara mereka dan kami hanya tunduk dan patuh kepada Nya".
Kitab suci Al Qur'an merupakan himpunan dari semua kitab suci yang pernah diturunkan oleh
Allha di dunia. Hal ini dinyatakan dalam Al Qur'an pada surat Al Bayyinah ayat 2 dan 3 sebagai
berikut :
Artinya : Yaitu seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang
disucikan (Al Qur'an). Didalamnya terdapat kitab-kitab yang lurus.
Ajaran-ajaran Allah disampaikan kepada Nabi Muhammad untuk selanjutnya disampaikan
kepada umat Islam.
B.
Peran Agama Islam
Dalam Islam wahyu yang diberikan oleh Allah kepada semua umat manusia dengan
perantaraan Nabi merupakan tingkatan yang paling tinggi. Dalam bentuk kasar wahyu merupakan
pengalaman universal dari kemanusiaan yang di akui sebagai faktor yang diperlukan dalam evolusi
manusia. Oleh karena itu Islam merupakan agama yang didasari oleh pengalaman universal dari
kemanusiaan.
Doktrin yang diajarkan Islam merupakan dasar perbuatan dalam mengimplementasikan ide ilmiah.
Doktrin tersebut dijadikan sebagai dasar perbuatan bagi perkembangan manusia dalam menuju tingkat
kehidupan yang lebih tinggi.
Ajaran Islam berorientasi pada kehidupan dunia serta kehidupan akhirat (setelah mati). Al
Qur'an disamping memberikan petunjuk dalam membahas masalah yang menyangkut berbagai aspek
seperti cara beribadah, bentuk peribadatan, yang menjadikan manusia dekat dengan Allah, juga
tentang problem dunia meliputi hubungan manusia dengan manusia, kehidupan sosial politik,
perkawinan, perceraian dan pewarisan, pembagian harta benda, hubungan antara buruh dengan
majikan, peradilan, damai dan perang, keuangan, hutang dan kontrak, masalah kewanitaan, fakir
miskin, janda dan masalah lain yang memungkinkan manusia untuk menemukan hidup bahagia.
10
Al Qur'an tidak hanya memberikan petunjuk untuk kemajuan individu tetapi juga untuk
masyarakat, bangsa bahkan seluruh umat manusia.
Petunjuk atau peraturan dapat berhasil efektif apabila dilandasi dengan dasar iman kepada Allah
SWT. Al Qur'an menyiapkan umat untuk menuju kehidupan akhirat dengan syarat melakukan
perbuatan baik selama di dunia.
Dari dasar uraian tersebut peran Islam di dunia meliputi :
1.
Dasar Peradaban
Menurut sejarah peradaban umat manusia, agama merupakan kekuatan pokok dalam
perkembangan manusia. Hal ini tercermin bahwa apa yang dikatakan "baik" atau "mulia" oleh
manusia diperoleh dari inspirasi iman kepada Allah.
Agama telah mengangkat sejarah manusia dari tingkat yang paling rendah kearah moral yang
tinggi. Dengan perantaraan dan bimbingan para Nabi manusia sanggup melawan wataknya yang
rendah, mementingkan diri sendiri, menuju kepada sifat baik dan cita-cita mulia. Perasaan mulia yang
memberi inspirasi manusia berasal dari ajaran orang-orang saleh yang beriman kepada Tuhan. Oleh
sebab itu perkembangan moral dan etika yang baik sangat tergantung kepada agama.
Apabila sanksi agama tidak ada maka manusia akan tenggelam dalam kebuasan dan kebiadaban. Maka
dari itu peradaban manusia selalu didasarkan kepada agama yang telah berulang kali menyelamatkan
umat manusia dari kehancuran.
2.
Pemersatu
Pada waktu dunia dilanda kebiadaban, maka Islam meletakan dasar baru dan menegakkan
kultur etika. Kultur tersebut berupa ide tentang kesatuan umat secara keseluruhan dan bukan terbatas
pada kesatuan bangsa atau kelompok. Ide tersebut begitu kuat, sehingga dapat mempersatukan bangsabangsa yang semula saling bermusuhan, membenci, memerangi satu dengan lainnya. Disamping
persatuan Islam juga menegakkan persaudaraan, perbedaan-perbedaan warna kulit (ras) bahasa batas
geografi dan kebudayaan. Islam dapat mempersatukan dan mengharmonisasikan berbagai macam
elemen umat manusia yang berbeda-beda.
Dari Surat Al Baqarah ayat 213 yang menyatakan :
Artinya : Manusia itu adalah umat yang satu,maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi
kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar
untuk memberi keputusan diantara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.
11
Dan ayat 256 yang berbunyi :
Artinya : Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar dari pada jalan yang sesat.
Menurut kedua ayat tersebut dalam Islam batin manusia sangat dihargai. Untuk memaksakan
keyakinan kepada orang lain tidak dibenarkan. Setiap orang bebas untuk berkeyakin an, sedangkan
Islam hanya bertugas menyampaikan kebenaran
3.
Islam Sebagai Transformasi
Islam merupakan kekuatan rohani, dimana dalam waktu yang relatif singkat dapat merubah
dunia. Islam disamping merupakan kekuatan yang paling besar membawa peradaban, juga
memberikan cara penyelesaian masalah yang menimpa dunia dewasa ini. Ciri-ciri dunia modern
yang berupa materialisme, tidak akan membawa perdamaian dan perasaan saling percaya yang terjadi
diantara bangsa-bangsa di dunia.
Islam merupakan satu-satunya kekuatan yang telah berhasil menghilangkan bencana yang
timbul akibat perbedaan tersebut. Oleh sebab itu Islam merupakan agama antar bangsa yang dapat
menghilangkan malapetaka yang timbul akibat nasionalisme yang sempit.
Dua masalah dunia yang merebak dewasa ini adalah masalah kekayaan dan seks. Masalah
kekayaan yang berupa Kapitalisme yaitu orang berusaha keras melindungi kekayaan sebanyakbanyaknya. Setelah itu berkembang dalam bentuk Bolshevisme yaitu orang berusaha meratakan
kekayaan kepada komunitas yang membuat orang yang malas dan rajin bekerja berada dalam satu
tingkatan. Dalam mengatasi masalah ini Islam memberikan jaminan kepada orang yang rajin bekerja
dengan imbalan sesuai dengan besar kecilnya pekerjaan. Disamping itu kepada orang yang miskin
diberikan sebagian kekayaan dari orang yang kaya (zakat dan waris).Masalah seks, dalam Islam tidak
ada
free
love
atau
free
sex,
tetapi
tidak
diajarkan
dalam
perkawinan
abadi.
12
BAB IV
ISLAM AGAMA ALLAH
Tujuan Instruksional Umum (T.I.U) adalah agar Mahasiswa dapat mengetahui, memahami
dan menghayati bahwa Islam adalah agama Allah .
Tujuan Instruksional Khusus (T.I.K) adalah :
1. Agar Mahasiswa dapat menjelaskan fakta-fakta yang merupakan penguat tentang kebenaran AlQur’an.
2. Agar Mahasiswa dapat mejelaskan tentang perbedaan akidah dan syari’ah.
Dalam membahas Islam sebagai agama Allah, kita pelajari data :
A.
Fakta Penguat
Islam dinyatakan sebagai agama Allah, karena ajaran yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad berdasar petunjuk Allah. Sebagai pedoman Nabi Muhammad telah menerima Al
Qur'an dari Allah. Ajaran dari Al Qur'an disampaikan dengan cara mutawatir yaitu diketahui umum
secara masal sehingga tidak diragukan kebenarannya.
Al Qur'an dengan susunan dan keindahan bahasanya, isi dan kandungannya, cukup kuat
memberi keyakinan kepada orang-orang yang mendalaminya. Dari riwayat perkembangan
kehidupan Nabi Muhammad dan keadaan masyarakat tempat dibesarkan Nabi, Al Qur'an tidak
mungkin merupakan hasil ciptaan atau hasil karya Nabi Muhammad pribadi, atau ciptaan orang
lain yang dikarang untuk dibacakan oleh Nabi Muhammad.
Hanya orang-orang yang tunduk hatinya dalam menerima kebenaran, akan percaya dan yakin
bahwa Al Qur'an berasal dari Allah, yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Bagi orang-orang
beriman yang telah mendapatkan ajaraNya percaya akan kebenarannya, serta dijadikan sumber dalam
mengambil kepercayaan agama, pokok hukum dan syari'at.
Dalam sejarahnya tidak ada seorangpun yang mampu membuat suatu kitab yang sama
dengan Al Qur'an untuk menan dinginya.
Kebenaran Al Qur'an dituangkan dalam pada Surat Al Baqarah ayat 23 dan 24 sebagai berikut
:
13
Artinya : "Jika kamu masih ragu-ragu tentang kebenaran Al Qur'an yang Kami turunkan kepada
hamba Kami (Muhammad), cobalah kamu kemukakan sebuah surat seumpama Qur'an itu, dan
panggil pembantu-pembantumu selain Allah, kalau memang kamu orang-orang benar.
"Tetapi kalau kamu tidak bisa membuatnya, dan kamu selamanya tidak akan bisa, maka peliharalah
dirimu dari api neraka, yang kayu apinya berupa manusia dan batu-batu,yang disediakan untuk
orang-orang yang tidak beriman."
Surat Al Israa' ayat 88 sebagai berikut :
Artinya : "Katakan!": Sesungguhnya kalau manusia dan jin berkumpul lalu membuat buku yang
serupa Al Qur'an, niscaya mereka tidak akan sanggup, biarpun mereka telah saling membantu.
Sesudah Rasulullah wafat, para pemuka Islam yang sebelumnya mendapatkan keterangan
tentang Al Qur'an dari Beliau, terpaksa mengungkap langsung dari Al Qur'an. Keterangan yang
berhasil digali adalah menentukan tujuan ayat-ayat yang tidak jelas maksudnya atau mengandung
beberapa pengertian. Dalam perkembangan ulah pikir manusia , maka timbul berbagai aliran
pemikiran dan cara berpikir (mazhab) yang timbul secara teori (nazariat) dan praktek (amaliat).
Hasil pemikiran tersebut bukan merupakan suatu hal yang harus dipatuhi, melainkan
merupakan pendapat dan paham yang diperoleh dari Al Qur'an yang mengandung beberapa
pengertian.
Hasil yang didapatkan oleh para sarjana dan pemuka Islam didasari oleh aliran pikiran
berpedoman kepada pengertian yang didapatkan melalui keterangan dari Al Qur'an dengan
pertolongan hadist, perkataan Rasulullah yang mereka anggap syah atau benar riwayatnya. Disamping
dari ketetapan-ketetapan umum yang berasal dari tujuan dan jiwa agama. Pendapat tersebut berupa
penyelidikan pribadi (ijtihad), dari dasar tersebut mereka tidak memaksa orang lain untuk
mengikutinya, melainkan kepada mereka yang sanggup berkemampuan seperti itu diberikan
kesempatan berpikir dan menyelidikinya.
Al Qur'an merupakan sumber yang lengkap tentang hal-hal yang berhubungan dengan akidah
dan syari,ah. Disamping itu kecuali dalam urusan pokok akidah dan syari'ah, Islam memberikan
14
keluasan dan kemerdekaan berpikir. Dengan kebebasan berpikir Islam dapat sejalan
berbagai kebudayaan yang diciptakan oleh akal manusia untuk kemajuan dan perkembangan.
B.
dengan
Akidah
Akidah adalah hal-hal yang bertalian dengan kepercayaan, keimanan dan keyakinan seperti
percaya kepada Allah, malaikat, wahyu, Rasul-rasul, Kitab-kitab dan hari akhir. Hal yang dimaksud
merupakan kepercayaan yang bulat dan penuh tidak tercampur dengan keraguan ataupun kekawa tiran.
Akidah memuat ketetapan yang jelas dan tegas dari ayat-ayat Al Qur'an yang telah disepakati oleh
kaum Muslimin sejak penyiaran agama Islam dimulai, walaupun telah timbul beberapa pendapat yang
berbeda.
Secara umum para pakar agama Islam mengakui bahwa meteri dari beberapa akidah tidak
sepenuhnya relevan dengan kondisi perkembangan jaman. Materi yang ada diambil oleh generasi
demi generasi. Penulisan pertama kalinya dipengaruhi oleh situasi politik yang timbul dalam
pemerintahan dinasti yang mewakili umat Islam, pertikaian kelompok dalam masyarakat yang
berselisih. Ekses negatif tersebut masih dirasakan sampai saat ini dan menimbulkan kesalah pahaman
terhadap jiwa ajaran agama.
C.
Syari'at
Merupakan susunan peraturan dan ketentuan yang disyari'atkan Allah, agar digunakan
manusia untuk mengatur hubungan dengan Allah, hubungan dengan saudara seagama, hubungan
dengan sesama manusia dan hubungan dengan alam dan kehidupan. Pengunaan dalam praktek
(amaliah) yang berhubungan dengan kepercayaan berupa pelaksanaan ibadat shalat, puasa, zakat,
haji. Disamping itu berisi budi pekerti, hukum dan peraturan, sosial, pemerintahan, ekonomi, keluarga,
hukum jinayat (kriminil), perang, damai dsb.
Dalam bentuk struktur Islam syari'at harus mengikuti atau melayani akidah. Tidak ada
syari'at Islam tanpa akidah. Syari'at tidak mempunyai sandaran moral yang memberi ilham untuk
dipatuhi dan dihormati tanpa bantuan kekuatan dari perintah jiwa. Oleh karena itu akidah dan
syari'at perlu hubungan yang erat, sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan. Dengan terjadinya jalinan
hubungan yang erat antara keduanya, maka terciptalah jalan menuju kemenangan, keberuntungan,
keselamatan yang telah disediakan oleh Allah kepada hamba Nya yang beriman.
15
BAB V
AKIDAH DALAM ISLAM
Tujuan Instruksional Umum (T.I.U) adalah agar Mahasiswa mengetahui , memamahami dan
menghayati akidah / keimanan dalam Islam.
Tujuan Instruksional Khusus (T.I.K) adalah :
1.
Agar Mahsiswa dapat menjelaskan hal-hal yang berkaitan masalah akidah / keimanan.
2.
Agara Mahasiswa dapat membedakan imama bebas dan imam qur’ani.
3.
Agar mahasiswa dapat menjelaskan iman ijma, iman tafsiri dan iman amali.
A.
Akidah Pokok.
Akidah pokok yang harus dipercaya oleh setiap Muslim ini, meliputi unsur pertama dari
keimanan antara lain :
1.
Wujud Allah dan KeesaanNya (Wahdaniat)
Dalam menciptakan, mengatur dan mengurus sesuatu serta kekuasaan dan kemulian Allah
berdiri sendiri tidak bersekutu dengan siapapun. Allah tidak menyerupai zat dan sifat apapun.
Allah berhak disembah, dipuja dan dimulyakan. KepadaNyalah manusia boleh
mengajukanpermintaan dan menundukkan diri. Tidak ada pencipta dan pengatur selain
Allah.
Firman Allah dalam Al-Qur'an pada surat Al Ikhlas ayat 1-
Artinya ; Katakanlah :"Dialah Allah, Yang Maha Kuasa. Allah itu tempat meminta. Tiada
beribu bapak. Dan tiada yang menyerupain-Nya. Dan tiada seorang yang serupa dengan Dia.
Surat Al An'aam ayat 14 :
Artinya : Katakanlah : " Apakah akan aku jadikan pelindung selain Allah yang menjadikan
langit dan bumi, padahal Dia telah memberi makan dan tidak diberi makan". Katakanlah
16
"Sesungguhnya aku diperintah supaya menjadi orang yang ” pertama kali menyerahkan diri
(kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu termasuk golongan orang-orang munafik".
Surat Al An'am ayat 162-164 :
Artinya ; Katakanlah : "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidup dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam, tidak mempunyai sekutu. Itulah yang diperintahkan
kepadaku dan aku orang yang pertama menyerahkan diri kepada Allah".
Katakanlah: "Apakah kau akan mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia pemimpin segala
sesuatu".
Kalimat syahadat merupakan tanda pengakuan bahwa seseorang telah memiliki akidah
Islam. Syahadat mengakui bahwa Allah itu Esa dan Muhammad sebagai utusan-Nya, merupakan
kunci untuk membuka pintu masuk ruang Islam. Barang siapa yang telah melafadhkan syahadat,
berarti telah berada dalam lingkup Islam, dimana kepadanya berlaku hukum-hukum Islam secara
resmi.
Pengakuan tentang wahdaniat Allah mengandung pengertian kesempurnaan akidah tentang
Allah yang meliputi :
1.
2.
Rubbubiah pengertian bahwa hanya Allah yang menciptatakan, memelihara dan
mengendalikan alam semes
Ululiyah pengertian bahwa hanya Allah saja yang berhak dipuja, tempat meminta dan
memohon pertolongan.
Wahdaniat Rububiyah bagi manusia yang telah beberapa kali menghadapi permasalahan hidup,
maka dengan rasa kemanusiaannya akan dapat dengan mudah menerima. Untuk wahdaniat Ululiyah
akan dapat dibuktikan dengan memperhatikan wahdaniat Rubbubiah.
Firman Allah pada surat Al Baqarah ayat 21-22 :
Artinya : "Hai manusia sembahlah Tuhanmu yang menciptakanmu dan orang-orang sebelummu.
Tuhan menciptakan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, Dia menurun-kan
hujan dari langit untuk rezeki kamu. Sebab itu janganlah kamu sekutukan Tuhan, padahal kamu
mengetahui".
17
Surat An Nahl ayat 20-23 :
Artinya : "Dan sesuatu selain Allah yang mereka puja, tiada menciptakan apapun, sedangkan
berhala itu dibuat oleh orang dan merupakan benda mati tidak hidup, dan berhala-berhala itu
tidak mengetahui kapan peneymbahnya akan dibangkitkan. Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa.
2.
Rasul-Rasul
Islam menuntut umat agar supaya iman kepada Rasul-rasul Allah. Sifat Rasul-rasul seperti
sama dengan manusia dimana mudah menerima pelajaran dan kata-kata serta perbuatannya akan
ditiru dan menjadi teladan bagi umat manusia.
Untuk itu Allah memilih Rasul-rasul untuk menerima Wahyu yang disampaikan melalui malaikat.
Mereka berkuwajiban mengajak manusia untuk beriman dan beramal saleh. Mereka dianugerahi
keistimewaan untuk menerima,memelihara, menyampaikan wahyu, serta memimpim kehidupan dan
perbuatan umat manusia dalam menyesuaikan diri dengan wahyu Illahi.Walaupun demikian dalam
mendukung tugas (risalat) mereka tidak keluar dari sifatnya sebagai manusia. Dipilihnya mereka
untuk menjadi Rasul Allah, karena mereka tidak dapat keluar dari derajat manusia. Para Rasul
menjadi juru bicara dan mubaligh langsung dari Allah. Mereka terpelihara agar mampu terhindar dari
kesalahan sehingga merupakan teladan bagi umat.
Tugas Rasul-rasul memberi pelajaran kepada umat manusia menurut petunjuk wahyu yang
difirmankan pada surat An Nahl ayat 43-44 sebagai berikut :
Artinya : Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali o-rang laki-laki yang Kami beri wahyu,
maka bertanyalah kepada yang berpengetahuan, jika kamu tidak mengetahui. Kami utus Rasul-rasul
dengan bukti yang terang dan kitab,dan kami turunkan kepadamu Al Qur'an agar engkau jelaskan
kepada umat manusia agar mereka memikir.
Surat Al Nabiya ayat 8 sebagai berikut :
18
Artinya : Rasul-rasul itu tidak Kami jadikan tubuh mereka tidak memakan makanan, dan tidak kekal
hidup selamanya.
Islam menuntut umat manusia agar iman kepada seluruh Rasul dan seluruh wahyu yang
diturunkan Allah kepada mereka. Bagi umat yang hanya iman kepada sebagian Rasul dianggap
menyeleweng dari aturan agama. Hal ini diungkapkan pada surat Al Baqarah ayat 4 :
Artinya : Dan mereka yang beriman kepada wahyu yang diturunkan kepada engkau (Muhammad) dan
wahyu yang diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin adanya akhirat.
Surat Al Baqarah ayat 136 :
Artinya : Katakanlah : "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkanNya kepada Ibrahim,
Ismail, Ishak, Ya'kub dan anak-anaknya , dan apa yang diberikan kepada Nabi-nabi dari Allah.
Kami tidak membedakan seorangpun diantara mereka, dan kami patuh kepadanya.
Pengakuan terhadap kerasulan Nabi Muhammad berarti membenarkan dan meyakinkan
dengan sempurna tentang adanya malaikat, kitab, hari akhirat dan pokok-pokok syari'at Islam. Nabi
Muhammad dipercaya sebagai Rasul penghabisan, risalat tersebut memuat petunjuk untuk mencapai
kesempurnaan dan menghantar manusia dalam mengangkat derajat baik rohani maupun jasmani.
Ketetapan ini ditegaskan pada surat Al Ahzab ayat 40 sebagai berikut :
Artinya : Muhammad bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, dia adalah Rasul Allah
dan penutup nabi-nabi.
Surat Al Maa-idah ayat 3 :
19
Artinya : Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu
nikmatKu dan telah Kuridhoi Islam sebagai agamamu.
3.
Alam Gaib
Menurut ketetapan Allah Al Qur'an merupakan pokok pegangan ajaran Islam dan satu-satunya
sumber tempat mengambil akidah. Akidah-akidah tersebut termasuk iman kepada alam gaib
diantaranya malaikat. Adanya malaikat ditunjukan dalam firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat
285 :
Artinya : " Rasul telah beriman kitab yang diturunkan kepadanya dari Allah, begitu pula orang-orang
yang beriman.Semuanya percaya kepada Allah, malaikat, Kitab, dan UtusanNya.
Surat Al Baqarah ayat 177 :
Artinya : Bukan kebaikan menghadapkan muka ke sebelah timur dan barat , melainkan perbuatan baik
dari orang-orang beriman kepada Allah, hari Akhirat, malaikat-malaikat,,kitab-kitab dan Rasulrasul.
4.
Sifat Malaikat adalah :
1.
Dapat menampakkan diri dialam nyata. Seperti difirman kan pada surat Al Israa' ayat 95
sebagai berikut :
Artinya : Katakanlah :"Seandainya ada malaikat yang berjalan-jalan sebagai penghuni
bumi,niscaya Kami turunkan malaikat pula kepada mereka untuk menjadi Rasul".
2.
Mahluk Allah. Seperti tercantum pada surat Al Anbiyaa ayat 26-27 :
Artinya : Sebenarnya malaikat itu adalah hamba-hamba yang dimuliakan. Mereka tiada
mendahului Allah dengan perkataan, dan mereka berbuat sesuai dengan dengan perintahNya.
20
Surat At Tahriim ayat 6 sebagai berikut :
Artinya : Malaikat-malaikat tidak pernah mendurhakai apa yang diperintahkan Allah, dan
mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan Allah.
3.
Merupakan petugas dalam kegiatan yang berhubungan dengan jiwa dan semangat. Tugas
tersebut sebagai pelaksanaan iradat, kehendak, kemauan dan keputusan Allah terhadap
hambaNya. Tugas meliputi :
a.
Menyampaikan wahyu , perintah dan risalah kepada Nabi dan Rasul-rasul. Firman Allah
pada surat Asy Syu'araa' ayat 192-194 :
Artinya : Sesungguhnya Qur'an adalah wahyu yang diturunkan Allah semesta Alam.
Dia dibawa oleh Ar Ruh Allamin (Jibril). Disampai kedalam hati Muhammad supaya
dapat memberi peringatan kepada manusia.
b.
Memperteguh hati para Rasul dan kaum Muslimin dalam perjuangan. Firman Allah pada
surat Al Baqarah ayat 253 :
Artinya : Dan Kami beri Isa dan Maryam keterangan serta Kami kuatkan dengan Roh
Suci (Jibril).
Surat Al Anfaal ayat 12 :
Artinya : "Ketika Tuhanmu mewahyukan kepada malaikat sesungguhnya Aku bersama
kamu, maka perteguh pendirian orang-orang yang beriman".
c.
Menyampaikan berita gembira bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di dunia dan
mematuhi perintah Allah. Firman Allah pada surat Fushshilat ayat 30 sebagai berikut :
21
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan :"Allah Tuhan kami, kemudian
mereka berpendirian teguh, niscaya malaikat akan turun kepada mereka, dan
mengatakan : jangan takut, jangan berduka cita dan terimalah berita gembira
memperoleh syurga seperti yang telah dijanjikan kepadamu".
d.
Mencabut nyawa pada waktu manusia menghadapi kematian. Firman Allah pada surat As
Sajdah ayat 11 sebagai berikut :
Artinya : "Katakan malaikat yang bertugas mengambil nyawa telah diserahi untuk
mengambil nyawamu.
Surat An Nahl ayat 32 :
Artinya :"Orang-orang yang dimatikan oleh malaikat dalam keadaan baik, malaikat
mengatakan: Selamat untuk kamu. Masuklah ke surga atas perbuatan yang kamu
kerjakan".
e.
Mencatat amal baik dan perbuatan jelek manusia di dunia untuk diajukan dalam
pengadilan Illahi Firman Allah pada surat Al Infithaar ayat 10-12:
Artinya : "Sesungguhnya untuk kamu ada beberapa penjaga, penulis yang mulia.
Mereka mengetahui apa yang kamu perbuat ".
f.
Melaksanakan tugas istimewa lain dari Allah yang ada hubungannya dengan dengan
kehidupan dan kebendaan manusia di dunia. Firman Allah pada surat Al Hajj ayat 75 :
Artinya :"Tuhan memilih untuk menjadi utusan dari malaikat-malaikat dan dari
manusia".
Surat Faathir ayat 1 :
Artinya : "Segala pujian untuk Allah yang menjadikan langit dan bumi, menjadikan
malaikat-malaikat itu utusan bersayap, masing-masing dua, tiga dan empat . Tuhan
22
menambah ciptaanNya sebagaimana yang dikehendaki. Sesungguhnya Allah itu kuasa
atas segala-galanya".
5.
Penegasan Tentang Jin
Jenis alam gaib disamping Malaikat dalam Al Qur'an diterangkan adanya Jin. Asal kejadian Jin
dituangkan dalam surat Al Hijr ayat 27 sebagai berikut :
Artinya : Dan Jin Kami jadikan sebelumnya dari api yang sangat panas.
Surat Ar Rahman ayat 15 sebagai berikut
Artinya : Allah telah menciptakan Jin dari api yang sangat panas.
Jin ada yang saleh (baik) dan ada yang durhaka (jahat), hal ini difirmankan dalam surat Al Jin ayat 1415 :
23
Artinya : Diantara jin ada orang-orang yang patuh kepada Allah dan ada yang tidak jujur . Siapa yang
patuh itulah yang sengaja menempuh jalan yang benar. Tetapi yang tidak jujur menjadi kayu api
neraka jahanam.
Jin menerima wahyu Allah dari Nabi dan Rasul yang dituangkan dalam surat Al Ahqaaf ayat 29-31:
Artinya : Ingatlah ketika sekumpulan jin Kami hadapkan kepada engkau Muhammad,untuk
mendengarkan Qur'an. Setelah mereka hadir disitu, maka berkata : "Dengarlah baik-baik". Setelah
pembacaan selesai , mereka kembali kepada kaumnya lalu memberi peringatan. Mereka berkata:"Hai
kaumku sesungguhnya kami telah mendengarkan Kitab yang telah diturunkan sesudah Musa,
membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya , yang memimpin kepada kebenaran dan
menunjukkan jalan yang lurus. Hai kaumku turutlah orang yang memanggil kepada Tuhan dan
percayalah,nanti Allah akan mengampuni dosa kalian dari siksa yang pedih".
Jin bersama manusia di ikut sertakan memenuhi panggilan dan bertanggung jawab atas
penyimpangan dari ajaran agama pada hari pembalasan. Pada surat Ar Rahman manusia dan jin
diletakan dalam satu garis serta diberikan alasan yang serupa serta tujuan yang sama, sedangkan dalam
Al Qur,an disebutkan perbedaan manusia dan jin. Dalam bidang kerohanian malaikat berperan dalam
berhubungan dengan manusia. Sedangkan dalam bidang tingkah laku manusia jin berperan (selalu
membisikan untuk melakukan kejahatan).
Hal ini tertera dalam surat An Naas ayat 1-6 :
Artinya : Katakan :"Aku mencari perlindungan kepada Allah Pemimpin, Raja manusia dari bisikan
syetan yang mengendapyang membisikan kedalam hati manusia yaitu jin dan manusia".
Dalam ajaran Al Quran jin tidak dimasukan sebagai iman dalam akidah Islam, pernyataan adanya
jin semata-mata adalah untuk mendukung kebenaran Al Qur'an terhadap keterangan yang telah
dikeluarkan. Tugas jin dijelaskan sejajar dengan tugas manusia. Agama menetapkan agar manusia iman
24
terhadap sesuatu yang memempunyai daya dorong terhadap perbuatan yang baik dan bukan perbuatan
yang jahat.
6.
Ruh
Ruh adalah sesuatu dzat yang dikirim dan ditempatkan oleh Allah dalam tubuh manusia. Ruh
menyebabkan manusia hidup dan apabila ruh keluar dari tubuh manusia maka akan mati. Pengetahuan
tentang ruh menurut Al Qur'an khusus menjadi hak dan tanggung jawab Allah. Ruh bukan termasuk
benda alam yang sanggup dipecahkan dengan pikiran manusia. Hal ini tertera dalam surat Al Israa' ayat
85 :
Artinya : "Mereka bertanya kepada engkau tentang ruh. Jawablah:" Ruh itu termasuk urusan Allah,
dan kepada kamu hanya diberikan sedikit pengetahuan tentang itu'.
Menurut Al Qur'an ruh manusia yang mati,sesudah terpisah dari tubuh manusia akan tetap kekal
dengan keadaan yang bahagia atau menderita. Surat Ali imran ayat 169-170 menyatakan :
Artinya :"Janganlah kamu anggap mati orang-orang yang terbunuh di jalan Allah. Mereka itu hidup
mendapatkan rezeki disisi Allah. Mereka gembira menerima kurnia yang telah diberikan Allah
kepadanya ".
7.
Kitab Suci
Kelanjutan iman kepada Rasul dan malaikat yang bertindak sebagai penghubung risalat
ketuhanan kepada manusia yang berupa kitab suci. Kitab-kitab Suci mengandung ajaran Allah dalam
bidang akidah, ibadat dan ketentuan halal dan haram. Untuk itu Islam menuntut umatnya untuk
beriman kepada seluruh Kitab Suci baik yang turun melalui Nabi Muhammad atau melaui Rasul-rasul
lainnya.
Karena Muhammad merupakan nabi terakhir maka Al Qur'an adalah Kitab Suci yang terakhir.
Dalam mu'amalah Qur'an menyajikan petunjuk untuk menjamin keseimbangan pergaulan manusia agar
kemerdekaan terpelihara berdasarkan keadilan untuk menjamin keselamatan hidup. Tugas Al Qur'an
untuk memberikan perhatian kepada manusia agar memanfaatkan alam untuk membuka pikiran dengan
cara menyelidiki keadaan dan kekuatan benda-benda yang ada di dunia. Dengan pengetahuan manusia
yang lebih luas akan dapat menggunakan rahasia alam sebanyak mungkin, guna mendapatkan
kebahagiaan dan kemakmuran hidup. Qur'an tidak membatasi manusia dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan tindakan, kecuali yang berhubungan dengan zat Allah, peribadatan dan akidah.
25
8. Iman Kepada Hari Akhirat
Iman hari berbangkit dan pembalasan terkandung dalam risalat dan juga kepada pokok syari'at
dan peraturan yang telah ditetapkan oleh Allah sesuai dengan keperluan hidup dan selaras dengan
kesanggupan manusia. Dalam Al Qur'an hari akhirat merupakan perhentian terakhir pengembaraan
manusia di dunia, dan merupakan arti tujuan manusia diciptakan Allah . Firman Allah pada surat An
Najm ayat 39-42 :
Artinya :"Manusia memperoleh apa yang diusahakannya. Hasil usahanya nantinya akan dapat
dilihatnya. Kemudian diberikan kepadanya balasan yang cukup. Dan kepada Allah adalah akhir
tujuannya"
9. Kebahagiaan dan Siksa Akhirat
Sumber Islam menyatakan bahwa hidup di akhirat merupakan kelanjutan dari hidup di dunia,
namun keadaanya sangat berlaianan dengan kehidupan di dunia. Kita harus yakin bahwa akhirat
merupakan perhentian terakhir dari perjalanan hidup manusia dan merupakan tempat dalam
menentukan kebahagaiaan atau siksaan. Dengan meyakini keadaan tersebut maka manusia akan
berupaya untuk beriman dan beramal baik.
Masalah kebahagiaan bagi seorang Muslim akan dikaitkan dengan Surga yang kenikmatan
didalamnya selalu kekal dan berkesinambungan. Perbuatan yang jahat dan menyimpang ajaran agama
akan menerima pembalasan berupa azab akhirat yang sangat luas dan dalam artinya dan berkaitan
dengan neraka. Dalam Al Qur'an tidak ada ketegasan bahwa neraka itu kekal. Yang ada hanyalah
orang-orang kafir akan kekal berada didalam neraka.
Akal manusia akan tidak sanggup mengetahui hakekat kehidupan tersebut apabila dihubungkan
dengan iman kepada hari akhir
B. Jalan Menuju Islam
Bagi orang-orang yang tidak beriman terhadap sebagian atau seluruh ketentuan akidah tentunya
tidak termasuk golongan Muslim. Oleh sebab itu kepadanya tidak berlaku hukum-hukum Islam, baik
yang mengatur hubungan menusia dengan Allah ataupun antar sesama manusia.
Orang yang tidak beriman bukanlah kafir, yang mana menurut pandangan Allah akan kekal
sebagai penghuni neraka. Untuk menetapkan status kafir tergantung dari cara dan sebab mereka
menolak kepercayaan itu. Apabila mereka dengan pengertian mendalam mengakui kebenaran akidah,
tetapi akibat takabur, keras kepala atau takut kehilangan harta, kebesaran dan pangkat, lalu menyangkal
dan menolak akidah maka mereka berstatus kafir dalam pandangan Allah. Begitu pula dengan
26
perbuatan syirik yang mempersekutukan Tuhan dengan yang lain, dosanya tidak diampuni oleh Allah.
Syirik merupakan perbuatan yang timbul akibat rasa sombong dan keras kepala. Hal ini dijelaskan
dalam Al Qur'an surat An Naml ayat 14 sebagai berikut :
Artinya :"Dan mereka menyangkal keterangan-keterangan Allah karena mereka tiada jujur dan
sombong, biarpun hati mereka telah meyakini kebenarannya".
Keimanan dalam Islam ditetapkan untuk tumbuh dengan wajar dalam jiwa seseorang dan tidak
mungkin dilakukan dengan kekerasan dan paksaan. Oleh sebab itu untuk beriman kepada akidah dan
mempercayai ajaran Islam tidak ada pakasaan dan kekerasan. Islam menganjurkan manusia untuk
menerima akidah tidak dikaitkan dengan kejadian atau perbuatan luar biasa, yang mengakibatkan
seseorang untuk melakukan penelitian dan pendalaman yang lebih mantap dibatasi. Kejelasan tersebut
tersurat dalam surat Yunus ayat 99 sebagai berikuit :
Artinya : "Kalau Allah mau, niscaya orang di bumi ini akan beriman seluruhnya. Apakah engkau
hendak memaksa manusiasupaya mereka menjadi orang-orang yang beriman?".
Allah menghendaki keimanan seseorang timbul dari kesadaran dan pengertian. Dalam
menerima akidah Islam mereka dihadapkan dengan bukti-bukti dan dalil yang dapat memenuhi jiwa
dan pikiran.
Firman Allah dalam surat Asy Syu'araa' ayat 4 menyatakan:
Artinya : "Kalau Kami mau, niscaya akan Kami turunkan keterangan dari langit, sehingga mereka
tunduk dan menekur kepadanya".
Islam menyajikan dan membuktikan suatu kepercayaan melalui melalui alasan dan bukti yang
dapat diterima akal. Dalil-dalil yang disajikan untuk meyakini akidah semua berada dalam jangkauan
akal yang dapat membangkitkan kesadaran dan perasaan batin yang murni.
Untuk lebih mendalami dan meyakini akidah dengan menggunakan akal sehat, manusia dapat
mengarahkan pandang- an ke dunia luas, bumi, langit, dan rahasia yang terpendam dalam alam
semesta. Secara akal sehat akan didapatkan bahwa alam mustahil dapat tercipta dengan sendirinya atau
timbul dari kekuatan yang bertentangan satu dengan yang lain. Dari pertimbangan akal dapat
27
melahirkan pengakuan bahwa dunia tersusun teratur rapi menurut hukum yang tetap yang sudah barang
tentu ada Pencipta, Pengatur, dan Pemeliharanya. Sang Pencipta ini mempunyai pengetahuan,
kekuasaan dan kebijaksanaan yang tidak dapat diukur, dan dapat berbuat sesuai dengan iradatNya.
Uraian tersebut dijelaskan dalam firman Allah surat Al Baqarah ayat 164 sebagai berikut :
Artinya: "Sesungguhnya ciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam, kapal berlayar
dilautan, memberi manfaat kepada manusia, air hujan yang diturunkan oleh Allah dari langit, lalu
dihidupkanNya karena hujan itu bumi yang sudah kering dan berkeliaranlah berbagai binatang,
perkisaran angin dan awan yang berkisar diantara bumi dan langit, sesungguhnya semua menjadi
bukti kebenaran, untuk orang- orang yang mempergunakan pikirannya".
Surat Ar Ra'd ayat 4 sebagai berikut :
Artinya : "Dan diatas bumi ini terdapat beberapa bagian yang berdekatan, kebun anggur, tanaman
dan pohon korma, yang bercabang maupun tidak bercabang, disiram dengan air itu juga, Sebagaian
Kami lebihkan buahnya dari yang lain. sesungguhnya hal itu menjadi bukti kebenaran untuk kaum
yang berpikir".
Surat Adz Dzaariyaat ayat 47-49 sebagai berikut :
Artinya : "Dan langit Kami bangunkan dengan kekuatan, dan kekuasaan Kami cukup luas. Dan bumi
Kami hamparkan dan alangkah pandainya Kami menghamparkannya. Dan segala sesuatu, Kami
ciptakan berpasangan supaya kamu mengerti dan dapat mengambil pelajaran'.
28
Ketika seseorang yang dapat melepaskan diri dari tekanan berupa prasangka dan pengaruh
nafsu, maka dalam jiwanya memancar cahaya iman yang menyatakan bahwa Allah itu ada dan Maha
Esa, Pencipta semesta alam.
Firman Allah dalam surat Az Zukhruf ayat 9 sebagai berikut:
Artinya : "Kalau engkau tanyakan kepada mereka, Siapakah yang menciptakan langit dan bumi ?
Sudah tentu mereka akan menjawab : Semua itu diciptakan oleh Allah Yang Maha Kuasa dan Maha
Tahu".
Begitu pula apabila seseorang dapat melepaskan diri dari kegelapan, tekanan kesukaran,
bencana yang dasyat, dimana jalan keluar dalam mengatasinya tidak dapat dirasakan oleh pancaindera,
maka manusia akan mengakui bahwa memang ada yang Khalig, Pencipta Yang Maha Kuasa, yang
merupakan tempat mengadukan nasib.
Firman Allah pada surat Luqman ayat 32 sebagai berikut :
Artinya :"Apabila dipukul gelombang bagai gunung, mereka menyeru Allah dengan tulus ikhlas
percaya kepadaNya. Tetapi setelah diselamatkan Allah kedarat, diantara mereka ada yang menempuh
jalan kebenaran. Tak ada yang menyangkal keterangan Kami, kecuali orang yang berkianat dan tidak
tahu berterima kasih".
Berkaitan dengan keimanan kepada Rasul-rasul dan khusus kepada Nabi Muhammad dan
kepercayaan kepada malaikat, kitab-kitab dan hari akhirat, diarahkan dan dituntun dengan
menggunakan kaidah yang dapat diterima oleh akal pikiran. Sebagai contoh Al Qur'an datang dari
Allah dan bukan buatan manusia diungkap dalam firman Allah pada surat Al Ankabut ayat 48-51
sebagai berikut :
29
Artinya : "Dan engkau Muhammad sebelum Qur'an ini tidak bisa membaca kitab dan tidak bisa
menulis dengan tangan kanan. Kalau engkau pernah membaca dan menulis tentulah orang-orang akan
menjadi ragu-ragu. Bahkan Al Qur'an adalah bukti terang dalam hati orang-orang yang diberi
pengetahuan. Hanya orang-orang yang bersalah akan membantah keterangan Kami. Mereka berkata
:"Mengapa tidak diturunkan kepadanya keterangan dari Tuhannya? Katakan:"Sesungguhnya
keterangan itu disisi Allah, dan aku hanya seorang pemberi peringatan yang terang. Tiadakah cukup
untuk mereka bahwa Kami telah menurunkan Qur'an kepada engkau, yang dibacakan kepada mereka?
Sesungguhnya itu adalah rahmat (kurnia) dan pelajaran untuk beriman".
Bukti sudah cukup banyak bahwa Al Qur'an bukan buatan tangan manusia. Oleh sebab itu iman
kepada Qur'an tidak menimbulkan keragu-raguan.
C.
Ketuhanan
1. Nama Tuhan
Qur'an memberi petunjuk tentang ketuhanan dengan menerangkan nama dan sifat Tuhan, yang
menggambarkan zat Allah, KekuasanNya, KebijaksanaanNya, sifat kesempurnaan dan kelayakanNya.
Nama-nama dan sifat disebutkan : Al Wahid (Esa), Al Ahad (Tunggal), Ash Shamad (Tempat
Meminta), Al Qudus (Maha Suci), Al Hayyu (Hidup), Al Qayyum (Pengatur Segalanya), Al Ghani
(Kaya), Al Awwal (Yang Pertama), Al Akhir (Yang Terakhir), AL Khalik (Pencipta), Al Bari (Yang
Mengadakan), Al Mushawwir (Yang Membentuk), Al Badi (Pencipta Pertama), Al Qadir (Kuasa), Al
Qahir (Perkasa), Al Wali ( Pelindung), Al Hafizah (Penjaga), Ar Rabb (Pemimpin), Ar Rahman
(Pemurah), Ar Rahim (Penyayang), Ar Rauf (Penyantun), Al Wadud (Pengasih), Al Latif (Halus), Al
Halim (Peramah), Al Razaq (Pemberi Rezeki), dan Al Wahab (Pemberi).
Nama-nama yang diberikan Allah kepada diriNya menunjukkan ketinggian zatNya serta tidak
serupa dengan mahlukNya. Disamping itu juga menunjukkan kesempurnaan, keindahan yang
dibuktikan dari rahmat dan kurniaNya. Menurut akal sehat yang tepat, nama-nama Allah dapat
digunakan manusia untuk
a.
Mengenal Tuhan.
30
b.
Mengetahui bahwa nama untuk Allah merupakan sesuatu yang wajar dan sesuai dengan
keadaan alam.
c.
Meyakinkan bahwa nama tersebut tidak boleh diberikan kepada siapapun yang berkaitan
dengan kedudukan, kekurangan, dan kejadian yang dialami.
Dari nama-nama tersebut yang paling dikenal dikalangan kaum Muslim adalah nama ALLAH.
Dengan Nama tersebut digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan, berdoa, memohon suatu
permintaan, menghendaki suatu pengharapan, memuja kebesaran dan kekuatanNya. Dengan
menggunakan nama tersebut mereka mempertinggi jiwa dan rohaninya, sehingga mereka merasa dekat
kepada Allah.
Demikian pula seorang Muslim dalam menyeru, memuja dan berdoa harus menggunakan sifat
dan nama yang ditetapkan oleh Allah untuk diriNya. Tuhan lebih tahu dalam memilih kata-kata yang
tepat menunjukkan zat, perbuatan dan sifatNya. Nama-nama tersebut kita terima dari Allah melalui Al
Qur'an dengan penjelasan yang pasti dari Rasulullah. Hal ini tercantum pada surat Al Israa' ayat 110
sebagai berikut :
Artinya : Katakanlah :"Serulah Allah dan serukan Ar Rahman.Dengan nama yang kamu serukan. Dia
mempunyai nama yang baik".
Surat Al A'raaf ayat 180 sebagai berikut :
Artinya : Allah mempunyai nama-nama yang baik , oleh karena itu memohonlah kepadaNya dengan
nama-nama itu. Tinggalkan orang-orang yang mengotorkan nama Tuhan.
2.
Zat Allah
Al Qur'an dalam memperkenalkan Allah sebagai Pencipta manusia, ditunjukkan bukti-bukti
sifat Tuhan yang berupa kesempurnaan, keindahan dan kemurnian dan kesucian yang melebihi
mahlukNya. Disamping itu tidak menutup kemungkinan untuk menelaah dan memikirkan lebih jauh
dan mendalam terhadap hakekat Allah dan zatNya.
31
Firman Allah pada surat Al An'aam ayat 102-103 :
Artinya : Itulah Allah, Tuhan kamu, tidak ada Tuhan selain Dia, Pencipta segala sesuatau. Sebab itu
sembahlah Dia, dan Dia Pemelihara segalanya. Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, Dia
Maha Halus dan Maha Mengetahui.
Untuk mengetahui zat Allah manusia ternyata sangat lemah. Kelemahan manusia menjadi bukti
terhadap ketinggian sifat Allah. Oleh sebab itu tidak mampu dimasukan kedalam lingkup objek
pemikiran akal manusia yang sangat terbatas.Pemikiran manusia tidak mampu menembus alam gaib
(metafisik) yang berada dibalik alam ini.
Alam gaib tidak dapat disamakan dengan alam nyata, sehingga untuk mengetahui Allah dan
mempercayai KeesaanNya dapat dilakukan dengan ciptaanNya yang dihayati dengan kesadaran batin.
Al Qur,an mencela terhadap oarng-orang yang mepersekutukan Tuhan (bertuhan banyak) atau
menyembah mahluk Allah seperti matahari, bulan, api, berhala dll. Orang yang mepersekutukan Tuhan
disebut orang musyrik. Dalam Al Qur'an tidak dibenarkan seorang Muslim untuk nikah dengan orang
musyrik atau kaum yang tidak mengakui Allah.
D.
Hubungan Dengan Kaum Diluar Islam.
1.
Hubungan Antar Agama
Dalam ajaran Islam agama yang tidak berdasar kepada akidah dianggap batil (tidak betul) dan
tidak bernilai. Namun demikian Islam tidak memandang perbedaan agama merupakan sebab
permusuhan atau penghambat dalam melakukan kerja sama. Islam tidak membenarkan timbulnya
perang yang diakibatkan perbedaan agama. Hal ini ditegaskan dalam su- rat Al Kaafiruun ayat 1-6:
32
Artinya : Katakanlah :"Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Dan akau tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.Dan kamu tidak pernah pula
menjadi penyembah Allah yang kami sembah. Untukmulah agamamu dan untuku agamaku".
Disamping itu Allah memerintahkan agar manusia berbakti memuliakan dan menghormati ibu
bapaknya, walaupun mereka syirik atau musyrik. Abu Thalib paman Nabi Muhammad yang syirik
sampai mati, walaupun sepanjang hidupnya menjadi pelindung setia Nabi dan menjadim utusan
perdamaian anatara Nabi dan musuh-musuhnya. Abu Thalib merupakan kekuatan untuk menahan
serangan musuh Nabi. Surat Luqman ayat 14-15 menyatakan :
Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada ibu bapaknya. Dan kalau
keduanya memaksa engkau agar mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang apa yang tidak diketahui,
jangan diturut, dan pergaulilah keduanya dengan patut.
2.
Kerja Sama dan Ikatan Perjanjian
Islam berprinsip membolehkan kaumnya untuk mengikat perjanjian dengan orang-orang yang
berlainan agama, asalkan tidak mengancam kepentingan umat Islam.
Surat At Taubah ayat 4:
Artinya : Selain dengan orang-orang musyrik, kamu boleh mengadakan perjanjian, asal mereka
memenuhi perjanjian yang telah dibuat, dan tidak membantu seseorang untuk me- nentang kamu.
Penuhilah perjanjian itu sampai jatuh tempo. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
mematuhi perintahNya.
Islam membolehkan umatnya untuk mengikat hubungan keluarga dengan para Ahli kitab
(Yahudi dan Nasrani). Seorang laki-laki Muslim boleh menikah dengan wanita Ahli kitab. Isteri
mereka mempunyai kuwajiban yang sama dengan apa yang berlaku untuk seorang isteri yang beragana
Islam.
Isteri tersebut memperoleh kemerdekaan penuh untuk menganut kepercayaannya dan beribadat
menurut agamanya, boleh berkunjung ke gereja dan melakukan upacara keagamaan yang terpercaya
kebenarannya.
33
3.
Kemerdekaan dan Kebebasan Memilih
Dalam ajaran Islam manusia mempunyai hak kemerdekaan dan kebebasan memilih atas
kehidupannya. Dari hak kemerdekaannya dalam berikhtiar maka pada diri manusia akan timbul
tanggung jawab. Oleh sebab itu Allah memilih Rasul-rasul untuk memberi pelajaran kepada manusia.
Dalam kebebasan memilih, Allah membiarkan mereka untuk memilih perbuatan yang baik atau
yang buruk dengan menggunakan kekuatan dari luar. Manusia oleh Allah dijadikan khalifah di bumi
yang dibebani akidah dan syari'ah dimana bagi mereka disediakan pahala dan siksa. Allah menciptakan
manusia dengan disertai kekuatan dan daya agar mampu memilih perbuatan, dimana di akhirat masingmasing akan menerima pembalasan sesuai dengan jenis perbuatan yang dilakukan ketika hidup di
dunia. Surat Al A'raaf ayat 147 :
Artinya : Mereka tidak akan menerima balasan selain dari apa yang telah mereka kerjakan.
Surat Asy Syams ayat 7-10 :
Artinya : Demi kesempurnaan jiwa, maka Allah mengilhamiNya dengan menuju kejalan yang fasik dan
yang taqwa.Sesungguh nya beruntunglah bagi orang-orang yang mensucikan jiwanya. Dan merugi bagi
orang-orang yang mengotori jiwanya.
Diantara hukum alam yang tetap terdapat prinsip kebebasan manusia dalam memilih perbuatan
tanpa adanya paksaan atau tekanan. Dalam hal ini Islam tidak membiarkan umatnya menjadi sesat dan
menyeleweng dari akidah dan syari'ah.
34
BAB VI
MENETAPKAN AKIDAH
Tujuan Instruksional Umum (T.I.U) adalah agar Mahasiswa mengetahui , memahami dan
menghayati, kemampuan nazariah dan kemampuan amaliah.
Tujuan Instruksional Khusus (T.I.K) adalah :
1.
Agar Mahasiswa dapat menejelaskan kemampuan dan perbuatan manusia.
2.
Agar Mahasiswa dapat membedakan pengguanaan dalil Akli maupun Naqli serta mengeta hui
persayaratannya.
3.
Agar Mahasiswa dapat menjelaskan dalil-dalil yang disepakai oleh Ulama yang berdasarkan Al
Qur’an, Hadist, Ijmadan Qiyas.
A.
Kemampuan dan Perbuatan Manusia
Pada umumnya manusia mempunyai jenis kemampuan nazariah yaitu kemampuan untuk
mengenal sifat sesuatu berdasarkan keadaan. Kemampuan ini berupa kesanggupan seseorang untuk
melakukan penyelidikan.
Disamping itu juga mempunyai jenis kemampuan amaliah yaitu kemampuan melaksanakan
tugas dalam kehidupan.Oleh agama Islam kedua kemampuan tersebut dijadikan prinsip yang berkaitan
dengan keberuntungan dalam kehidupan dunia akhirat. Berkat kemampuan pada manusia tersebut,
maka padanya dibebani suatu kuwajiban (taklif) yang berhubungan dan berkaitan dengan pengetahuan
serta perbuatan yang dilakukan. Perbuatan manusia tersebut diulas dalam ayat-ayat Al Qur'an meliputi :
Surat An Nahl ayat 97 :
Artinya :Siapa yang mengerjakan perbuatan baik, laki-laki atau perempuan, sedang dia orang beriman,
niscaya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang yang baik.Surat Al Kahf ayat 107 :
35
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan perbuatan baik, taman Firdaus
akan menyambut mereka.
Surat Al Humajah ayat 1-3 :
Artinya : Demi waktu sesungguhnya manusia merugi selain orang-orang yang beriman dan
mengerjakan perbuatan yang baik dan mewasiatkan kepada orang lain untuk memegang ke- benaran
agar berhati teguh.
Kuwajiban (taklif) yang berhubungan dengan ilmu penge tahuan dinamakan akidah sedangkan
yang berhubungan dengan amal perbuatan dinamakan syari'ah.
Dalam kenyataannya perbuatan yang mendatangkan manfaat tidak banyak diketahui manusia.
Oleh sebab itu Allah memberikan petunjuk dimana apabila ditekuni tentu akan mendapatkan
keberuntungan. Petunjuk tersebut tidak hanya berlaku pada agama Islam saja, tetapi juga dapat di
terapkan agama lain yang berpedoman iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab dan RasulNya.
Allah memberikan pengarahan dengan terang sehingga manusia mempercayainya. Pengarahan
dimaksud berupa itikad yaitu kebulatan hati atas dasar keadaan yang sebenarnya yang berpatokan dalil
atau alasan. Itikad hanya dapat di peroleh dari dalil yang tepat dan pasti yang tidak mengandung
keraguan.
B.
Penggunaan Dalil Dalam Menetapkan Akidah
Para sarjana dan Ulama dalam menetapkan akidah mempergunakan dalil akli dan dalil naqli.
Dalil akli adalah dalil yang didasari oleh pokok pikiran yang dapat diterima secara logis
sehingga apabila digunakan untuk menetapkan keputusan dapat menimbulkan keyakinan dan kepastian
dalam bentuk iman.
Dalil naqli dalil yang yang tidak dapat menimbulkan keyakinan sehingga apabila digunakan
untuk menetapkan keputusan tidak dapat menciptakan keimanan.
Untuk mendapatkan keyakinan dalam menetapkan akidah yang menggunakan dalil naqli
dituntut dua persyaratan :
36
1.
Pasti kebenarannya. Dalil yang dimaksud benar dan tanpa keraguan, betul-betul berasal dari
Rasulullah.Status demikian harus dapat diterima secara matawatir artinya merupakan suatu
riwayat yang diterima secara jelas asal-usulnya, yang disampaikan secara turun temurun,
sehingga tidak ada kemungkinan peluang untuk dibelokan atau keliru.
3.
Tegas tujuannya.Memiliki makna yang tepat dan tegas yang mengandung arti bahwa dalil
tersebut tidak mempunyai pengertian lebih dari satu.
Sebagai contoh yaitu dalam ayat-ayat Al Qur'an yang memuat persoalan tauhid (Keesaan
Tuhan), risalat (Penurunan Rasul-rasul), hari Kiamat yang mempunyai tujuan tegas dan pasti yang
mempunyai satu pengertian.
Surat Muhammad ayat 19
Artinya; Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah.
Surat Al Ikhlas ayat 1-4
Artinya Katakanlah :"Tuhan itu Maha Esa. Dia itu tempat me-minta . Tiada beranak dan tiada beribu
bapak.Tiada seorang pun serupa Dia.
Surat At Taghabun ayat 7
Artinya Katakanlah :" Ya demi Tuhan, Kamu akan dibangkitkan".
Surat Al Baqarah ayat 285
Artinya ; Rasul itu mempercayai apa yang diturunkan Allah kepadanya, begitu pula orang-orang
beriman semua percaya kepada Allah, MalaikatNya, Kitab-kitabNya dan Rasul-rasul Nya.
Surat Al Baqarah ayat 177
37
Artinya ; Tetapi kebaikan ialah kebaikan orang-orang yang beriman kepada Allah, hari Akhirat,
Malaikat-malaikat, Kitab-kitab dan Nabi-nabi.
Dari uraian diatas pengetahuan untuk menetapkan akidah dapat dimiliki oleh umum dan tidak
terbatas pada segolongan tertentu. Akidah merupakan sendi agama dengan mempercayai akidah
seseorang baru disebut Mukmin. Pertentangan dan perbedaan pendapat dan paham dapat dihindarkan
apabila setiap mukmin mengetahuinya secara mendalam dan mendasar.
C.
Ketetapan Akidah
Atas dasar prinsip yang telah tersebut diatas untuk menetapkan derajat akidah,maka perlu
disesuaikan atas dasar sebagai berikut :
1.
Al Qur'an.
Alasan Al Qur'an digunakan sebagai dasar karena pada ayat-ayatnya kebanyakan selalu
pasti dan tujuannya tegas (tidak mengandung beberapa pengertian). Namun demikian ada ayatayat yang tujuannya tidak tegas dan mengandung beberapa pengertian. Oleh karena itu ayat
yang dimaksud tidaklah tepat untuk dijadikan sebagai dasar.
Contohnya surat Yunus ayat 26 :
Artinya ; Orang-orang yang berbuat kebaikan mendapat pahala yang baik dan ada
tambahannya.
Surat Al Muthaffin ayat 22-23 :
Artinya ; Sesungguhnya orang-orang yang baik itu dalam kese- nangan. Diatas sofa mereka
memandang.
Surat Al Qiyaamah ayat 22-23 :
Artinya ; Beberapa mula dihari itu bercahaya.Memandang kepada Tuhannya.
Ayat-ayat dalam ketiga surat tersebut memuat kata melihat Allah dengan mata. Hal ini tidak
dapat diterima oleh sebagian Ulama atas dasar surat Al An'aam ayat 103 :
38
Artinya ; Penglihatan tidak sampai mencapaiNya, tetapi Dia mengetahui penglihatan. Dia
lemah-lembut dan Maha Tahu.
Dari ayat-ayat tersebut mengandung ketidaktegasan,sehingga untuk dasar dalam menetapkan
akidah, ketegasan tujuannya (dilalat) mengandung dua pengertian.
2.
Sunnah
Status sunnah adalah qath'i atau pasti dan zanni atau kurang pasti Sunnah yang kurang
pasti berasal dari dua sumber dan tujuan, sehingga timbul kemungkinan sebagai berikut :
a. Hadis tersebut diragukan asalnya, berasal dari Rasulullah atau tidak tetap (
sumbernya tidak ada)
b. Mengandung dua atau tiga pengertian sehingga tujuannya tidak pasti
c. Sumber dan tujuannya diragukan
Hadis yang dapat digunakan untuk menetapkan akidah adalah yang bersumber dan
tujuan yang tegas dan pasti. Agar dapat jelas diketahui statusnya (pasti atau kurang pasti), maka
dapat diambil ketentuan sebagai berikut :
a.
Hadis Mutawatir.
Hadis yang datang dari Rasulullah melalui saluran mutawatir, yaitu orang yang
meriwayatkannya jumlahnya banyak sehingga tidak terdapat peluang bagi orang
sebanyak itu mengadakan kesepakatan untuk berdusta. Hadis disampaikan oleh
Rasulullah yang diterima oleh golongan besar tertentu dan sampai kepada kita. Dengan
dasar diriwayatkan oleh orang banyak maka penyampaiannya tidak diragukan lagi.
Kejujuran orang-orang yang berasal dari daerah yang berlainan dapat menjamin
kemurnian Hadis tersebut
b.
Hadis Ahad.
Hadis yang diceriterakan oleh satu dua orang atau tidak diperankan oleh banyak
orang. Hubungan dengan Rasulullah diragukan sehingga tidak dapat menumbuhkan
keyakinan. Hadis Ahad hanya merupakan suatu dugaan dan tidak dapat dijadikan dasar
ilmu pengetahuan.Hadis semacam ini tidak dapat dijadikan akidah penggunaannya
hanya dijadikan sebagai acuan dalam penyelenggaraan amal.Menurut pendapat beberapa
Ulama tidak ada satu hadis pun yang mutawatir. Ada sebagian Hadis yang diriwayatkan
secara mutawatir, namun yang diriwayatkan hanya bagian tengah dan bukan dari
permulaannya. Namun demikian sebagian Ulama menyatakan bahwa banyak Hadis
yang mutawatir, yaitu hadis yang dimuat dalam kitab-kitab yang termashur ditulis oleh
para cendekiawan. Alasannya dari pengarangnya yang terkenal,maka keaslian dan
validitas penulisan Hadis dijamin sehingga statusnya dapat dijadikan sebagai dasar ilmu
yang meyakinkan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada Hadis yang mutawatir, yang ada
adalah Hadis yang memenuhi syarat untuk dapat diyakini antara lain :
39
1)
2)
3)
Ditulis pada kitab-kitab Hadis yang terkenal.
Memiliki banyak cabang sehingga tidak terdapat peluang untuk
menerbitkan suatu kebohongan.
Hadis diriwayatkan secara keseluruhan yang meliputi awal, tengah dan
akhir
Hadis yang disebar luaskan kepada masyarakat adalah hadis yang mutawatir.
Penyebaran dilakukan oleh para Ulama yang bertanggung jawab dihadapan Allah dan
Rasul. Dalam kenyataannya penyebar luasan Hadis dilaksanakan dalam status lemah
(da'if) atau berstatus buatan (maudu').
Beredarnya hadist yang tidak mutawir dilakukan untuk menarik perhatian kaum awam,
dengan maksud untuk dapat dibuat menjadi fanatik sehingga dapat diperalat sebagai
pendukung kegiatan politik. Penyebarannya dilakukan secara diplomasi dengan
menekankan bahwa Hadis yang dimaksud datang dari Nabi yang diriwayatkan oleh para
Sahabat.
Siapa yang mencela atau menguranginya dianggap menyeleweng. Dari tindakan oknum
yang tidak bertanggung jawab tersebut mengakibatkan :
3.
1).
Hadis-hadis yang termasyur disama ratakan denga hadis yangmutawatir tanpa
mengadakan penelitian dan penyelidikan lebih dahulu.
2)
Hadis –hadis yang kebetulan dianggap termasuk khilafiah oleh penganutnya
untuk memperkuat mazhabnya dikatakan mutawatir dan masyhur.
Ijma’
Untuk menetapkan akidah, selain berpedoman terhadap Al Qur'an, Sunnah dan Hadis,
juga digunakan Ijma'. Ijma' merupakan penyatuan sudut pandangan dari beberapa Ulama atas
dasar kesepakatan. Namun demikian kesepakatan tersebut dapat digunakan untuk menetukan
akidah yang mempunyai ketentuan antara lain :
1. Kesepakatan oleh seluruh mujtahid umat Muhammad.
2. Kesepakan oleh kaum mujtahid.
3. kesepakatan dari golongan khusus
Menurut Imam Syafi'i ijma' adalah sesuatu yang dikatakan oleh orang alim yang sama
(serupa) dengan apa yang sebelumnya tekah diterima oleh orang banyak. Menurut Ibnu Hazmin
ijma' adalah suatu ketentuan yang diyakini tidak akan menimbulkan perbedaan pendapat atau
akan diperdebatkan oleh para Ulama. Ijma merupakan suatu kesan dari ketetapan yang telah
dilaksanakan dan bukan menjadi sumber dan pokok ketetapan amal.
40
41
BAB VII
IBADAT
Tujuan Instreksional Umum (T.I.U) adalah agar Mahasiswa mengetahui, memahami, dan
menghayati ari ibadah kepad Allah.
Tujuan Instruksional Khusus (T.I.K) adalah :
1.
Agar mahasiswa dapat menjelaskan tentang ibadah khusus (ibadah mahdhah), ibadah
umum (ghoiru mahdah).
2
.Agar Mahasiswa dapat mejelaskan maksud ibadah.
1.
Agar Mahasiswa dapat meyebutkan hal-hal yang termasuk ibadah.
2.
Agar Mahasiswa dapat menjelaskan, ibadah khusus (shalat, zakat, puasa dan haji) dengan segala
tatacaranya serta hal-hal yang menyangkut segi hukumnya.
A.
Ibadah dan Muamalah.
Syari'at agama Islam digunakan sebagai pedoman untuk mengatur hubungan manusia dengan
Allah, atau hubungan antara manusia dengan sesama manusia. Syari'at merupakan aturan-aturan dan
hukum yang mempunyai pokok bagian berupa :
1. Amal yang digunakan sebagai pegangan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan
jalan merasakan kebesaran Allah, membuktikan kebenaran iman, menaruh perhatian dan tunduk
kepada Allah. Kegiatan yang demikian dalam Islam disebut "ibadat".
2. Upaya yang dilakukan oleh kaum Muslimin untuk memelihara kepentingan hidup dan
menghindarkan diri dari bahaya baik terhadap diri sendiri atau sesama mereka. Dari upaya tersebut
kezaliman dapat dihindarkan, sedangkan keamanan dan ketentraman dapat tercipta. Kegiatan yang
demikian dalam Islam dinamakan mu'amalat.
Syari'at terdiri dari ibadat dan mu'amalat. Ibadat meliputi shalat, sahadat, zakat, puasa, dan haji yang
mempunyai tujuan utama untuk membersihkan jiwa dan kalbu dengan memperkuat perhatian terhadap
Allah. Maksud ibadat untuk menumbuhkan semangat patuh kepada perintah Allah dan membulatkan
tekad untuk menjunjung tinggi syari'at agama pada diri seseorang.
Mu'amalat meliputi urusan keluarga, pusaka, harta benda, pertukaran, hubungan antar umat.
B.
Shalat
Shalat merupakan kegiatan ibadah secara badaniah yang dikerjakan dengan menggunakan
anggota badan. Orang Islam diwajibkan Allah untuk melakukan 5 kali shalat dalam sehari semalam
42
pada waktu yang telah ditetapkan. Shalat dapat dilakukan dimana saja (diseluruh dunia), dilaksanakan
dengan berdiri tegak muka dihadapkan kepada Masjidil Haram yang berada dikota Makkah. Kegiatan
selama shalat secara berurutan dimulai dengan takbir, mengucap Al Fatihah, ayat Qur'an yang
dihafalnya dengan memahami arti apa yang dibaca.Ruku' dilakukan dengan menundukan kepala
sampai punggung mendatar dan kedua tangan memegang kedua lutut kaki kiri dan kanan. Dalam ruku'
diucapkan : Subhana rabbiyal'azim dilanjutkan dengan mengangkat kepala sambil mengucap :
Sami'allahu liman hamidah. Rabana lakal hamd.Sujud dilakukan dengan menekankan dahi kebumi
sambil mengucap :Subhana rabbial a'la. Kemudian bangkit mengangkat kepala dan mengulang bacaan
lagi. Seluruh gerakan dan ucapan tersebut diatas dinamakan raka'at.
1.
Macam Shalat
43
Dalam sehari semalam shalat wajib yang harus dilakukan oleh umat Islam adalah :
Shalat Subuh, dikerjakan oleh setiap Muslaim pada pagi hari antara fajar sampai terbit
matahari. Jumlahnya dua raka'at, pada raka'at kedua dilanjutkan dengan duduk untuk mengucap tahiyat
(penghormatan kepada Allah,pengakuan keesaan Allah, dan pengakuan kerasulan Nabi Muhammad).
Selesai tahiyat diakhiri dengan salam kekiri dan kekanan.
Shalat Zuhur, dikerjakan waktu lohor (tergelincirnya matahari kesebelah barat) sampai bayangbayang sepanjang tubuh. Jumlah raka'at empat. Pada raka'at kedua dilanjutkan dengan duduk mengucap
tahiyat. Sedangkan pada raka'at keempat dilanjutkan dengan duduk mengucap tahiyat dan diakhiri
dengan salam kekiri dan kekanan.
Shalat Asar dikerjakan pada waktu akhir lohor sampai terbenamnya matahari. Jumlahnya
empat raka'at seperti pada shalat zuhur.
Shalat Magrib dikerjakan pada waktu terbenamnya matahari sampai hilangnya syafak
bayangan merah dikaki langit (cakrawala) disebelah barat. Jumlahnya tiga raka'at dua raka'at seperti
pada shalat zuhur dan asar, sedangkan pada rak'at ketiga dilanjutkan dengan duduk mengucap tahiyat
dan diakhiri dengan salam kekiri dan kekanan.
Shalat Isya', dikerjakan pada waktu lenyapnya bayangan merah sampai terbitnya fajar.
Jumlahnya empat raka'at pelaksanaannya seperti shalat zuhur dan asar.
Shalat lima waktu merupakan kesempatan yang baik bagi seorang Muslim untuk mengingat
Allah sebagai Penciptanya. Shalat merupakan langkah yang dilakukan untuk menumbuhkan perasaan
patuh menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. Shalat dapat dilakukan dimana
saja, dimasjid, dirumah, dikebun, dipabrik, dikantor, sehingga bagi seorang Muslim dapat mengerjakan
shalat dengan baik ketika waktunya tiba.
Disamping shalat wajib seorang Muslim diberi kesempatan melakukan shalat lain dimana bagi
yang melakukan akan mendapat pahala dari Allah. Shalat yang dimaksud bersifat suka rela yang
dinamakan shalat sunnah. Dalam mengerjakan shalat dapat dilakukan secara sendiri atau bersama
dengan umat yang jumlahnya lebih dari satu yang disebut berjama'ah. Dalam shalat berjama'ah ada
yang bertindak sebagai Imam berdiri didepan dan makmum berdiri berjajar dibelakang imam. Gerakan
imam yang didahului dengan komando harus diikuti para makmumnya.
Dalam agama Islam shalat berjama'ah merupakan kegiatan yang paling baik dan pahalanya
lebih besar dibandingkan dengan shalat sendirian. Tujuan shalat jama'ah mewujudkan implementasi
dalam koordinasi, tolong menolong, mempererat persahabatan antar umat Islam untuk seiasekata dalam
menghadap Allah.
Shalat Jum'at wajib dilaksanakan secara berjama'ah oleh kaum pria setiap hari Jum'at pada
waktu lohor. Umat yang telah menerjakan shalat jum'at tidak melakukan shalat zuhur. Shalat ini
sebanyak 2 raka'at dikerjakan disebuah masjid atau tempat yang sudah dipersiapkan dengan didahului
chotbah berupa santapan rohani untuk mempertebal rasa keimanan. Bagi kaum wanita shalat jum'at
tersebut tidak wajib.
44
Shalat Hari Raya, merupakan shalat berjama'ah yang dilakukan pada hari raya Idulfitri dan Idul
Adha. Shalat tersebut statusnya sunnah baik bagi kaum pria maupun wanita. Shalat dilakukan sebanyak
2 raka'at bertempat ditanah lapang atau masjid yang telah dipersiapkan. Setelah shalat baru diadakan
khotbah.
Shalat Jenazah. Dalam agama Islam terdapat ibadat yang merupakan rasa kesetiaan dan
simpati dari orang yang masih hidup kepada yang telah meninggal dunia. Ibadat yang dimaksud adalah
shalat jenazah yang pelaksanaannya sebagai berikut :
a. Sesudah dibersihkan dan dimandikan mayat dibungkus dengan kain kafan yang tidak dijahit
dari kepala sampai kaki.
b. Mayat diletakkan dalam usungan, lalu dishalatkan dengan berdiri dan bersusun teratur dalam
beberapa baris dan seorang bertindak sebagai imam berdiri paling depan menhadap kepada
mayat dan kiblat. Shalat dilakukan dengan membaca takbir 4 kali diselingi dengan pembacaan
Al Fatihah, salawat dan doa untuk yang meninggal.
2. Persiapan Shalat
Syarat dalam melakukan shalat, tubuh harus bersih dan bebas dari najis. Tatacara untuk
membersihkan tubuh dilakukan secara tertib pada bagian anggota tubuh tertentu dengan aturan yang
disebut "wudu". Wudu dilakukan dengan membasuh muka dan kedua tangan sampai kesiku, menyapu
kepala dan membasuhnya . Apabila seseorang dalam keadaan junub (habis bersetubuh atau
mengeluarkan air mani), maka untuk melakukan shalat yang sah harus membersihkan diri dengan
melakukan mandi dan membasuh seluruh tubuhnya sebelum melakukan wudu. Persyaratan kebersihan
dalam shalat merupakan ketentuan mutlak dan paling tinggi. Tanpa wudu shalat tidak sah. Waktu shalat
wajib, ditengarai dengan azan.
3.
Keringanan Mengerjakan Shalat
Keringanan atau kemudahan dalam melaksanakan shalat diberikan kepada seseorang dengan
cara boleh menjama', dua waktu shalat (zuhur dengan asar dan magib dengan isya'). Selain menjama'
diperbolehkan untuk meng qasar yaitu memendekkan jumlah raka'at dari 4 menjadi 2 raka'at untuk
zuhur asar dan isya, sedangkan untuk magrib dan subuh tetap.
Kemudahan diberikan untuk mereka yang :
a. Sedang melakukan perjalanan jauh, sakit atau mengalami kesulitan mengerjakan shalat.
b. Dalam keadaan genting, dikhawatirkan ada ancaman bahaya.
Kemudahan lainnya diberikan kepada orang-orang yang tidak dapat melakukan shalat, dengan
berdiri dapat dilakukan dengan duduk, yang tidak dapat melakukan dengan duduk dilakukan dengan
tidur dan seterusnya. Sedangakan bagi wanita yang datang bulan tidak diperbolehkan mengerjakan
shalat.
45
4.
Makna dari Shalat
Ditinjau dari kegiatan melakukan shalat lima waktu, seorang Muslim terdidik secara otomatis
untuk menjalani kehidupan yang layak dan lengkap. Mereka menjadi terbiasa menggunakan
kemampuan dalam memenuhi kehidupan keluarganya dengan bebas menikmati dunia, merasakan
makanan yang enak, minuman yang segar dan memakai perhiasan. Dengan shalat seseorang akan
mendapatkan santapan rohani disamping manfaat yang mahal harganya antara lain :
a.
Pembentukan Kepribadian
Shalat adalah merupakan tindakan sebagai wujud ketaqwaan untuk mematuhi perintah Allah
dan merupakan bukti dari keimanan sejati. Dengan melakukan shalat dalam pribadi seseorang akan
terbentuk perilaku yang sejalan dengan ajaran Allah.
Pembentukan kepribadian yang terkandung dalam shalat tidak terbatas pada individu melainkan
berlaku dalam hubungan antar umat, sebagai implementasi dalam shalat berjama'ah. Shalat Jum'at
merupakan arena pertemuan sosial bagi umat Islam yang dikembangkan dengan memberikan
penjelasan masalah hukum, politik, ideologi, ekonomi sesuai dengan ajaran Islam.
b.
Terbentuk Kesucian Jiwa
Shalat adalah upaya untuk menjauhkan diri dari perbuatan keji, membersihkan jiwa dari sifat
yang buruk dan merusak kehidupan manusia. Shalat merupakan media yang digunakan manusia untuk
berhubungan dengan Allah. Dengan melakukan kebiasaan selalu dekat dengan Nya disertai dengan
pencurahan perasaan yang di wujudkan dalam bentuk takbir serta permohonan dan doa maka
perjalanan batin akan dapat melapangkan dan meringankan penderitaan, sehingga kesucian jiwa akan
terpelihara dengan baik.
C.
Zakat
Zakat merupakan salah satu unsur pelaksanaan ibadat yang berkaitan dengan harta benda.
Tujuannya agar orang- orang yang hartanya berlebih berniat dengan iklas memberikan sabagian
kekayaannya untuk menolong orang yang kekurangan. Zakat merupakan rukun agama termasuk ibadat
fardu yang wajib dibayar atas nama individu atau untuk orang yang hidupnya menjadi tanggungan
orang yang bersangkutan.
Harta yang diberikan sebagai zakat dapat berupa barang (uang dan perhiasan), ternak dan hasil
bumi. Zakat uang dan barang berharga dikeluarkan setiap tahun sedangkan untuk hasil bumi untuk
setiap panen. Pembayaran zakat tersebut dalam surat Al Baqarah ayat 215 :
46
Artinya :Mereka menanyakan kepada engkau : "Apakah yang akan mereka nafkahkan?". Katakan :
"Apa saja kebaikan yang kamu berikan untuk ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang miskin
dan orang-orang dalam perjalanan serta apa saja kebaikan yang kamu kerjakan. Sesungguhnya Allah
mengetahui".
Macam kekayaan yang wajib dizakati adalah seluruh hak milik berupa emas, perak, ternak,
tanaman yang dipergunakan sebagai sarana pendukung kebutuhan hidup, yang dimi- liki seseorang dan
telah mencapai nisab yaitu seharga emas seberat 95 gram yang telah dimiliki selama satu tahun.
Dengan melakukan zakat menurut agama Islam berguna untuk membersihkan harta kekayaan
dari sesuatu yang tidak diridoi Allah. Dalam hal ini surat Al Baqarah ayat 34 dan 103 menyebutkan :
Artinya :Orang-orang yang menyimpan emas dan perak yang tidak dinafkahkan dijalan Allah,
beritakan kepadanya bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih. Ambillah sedekah dari sebagian
harta mereka untuk membersihkan dan mensucikan mereka".
Yang berhak menerima zakat ditetapkan sebagai berikut :
D.
1.
Perorangan terdiri dari : fakir miskin, amil (penyelenggara zakat), mu'allaf (orangorangnyang perlu di bujuk). Ibnussabil (orang yang terlantar dalam perjalanan) dan orangorang berhutang.
2.
Umum merupakan kelompok yaitu firriqabi (badan yang menangani pembebasan budak)
dan fisabilillah (badan yang berjuang dijalan Allah).
Puasa
Puasa dijalankan dengan cara melakukan menghentikan makan minum, tidak melakukan
senggama sejak fajar sampai matahari terbenam dengan niat menjalankan perintah Allah.
Puasa diwajibkan bagi orang-orang yang sanggup selama bulan Ramadan yang berlangsung
sekali setahun. Puasa di jalan Allah dilakukan dengan membersihkan diri dari dosa.
Dengan melakukan puasa seseorang akan dekat dengan Allah, seperti yang difirmankan dalam
surat Al Maidah ayat 27 sebagai berikut :
Artinya :"Allah hanya berkenan meneriman amalan dari orang-orang yang bertaqwa"
47
Dengan menjalankan puasa orang berlatih berperang melawan nafsu perut (lapar dan haus) dan
nafsu syahwat (sex), dengan tujuan agar manusia mampu mengendalikan diri untuk tidak berbuat keji,
tidak melanggar hukum dan tidak membuat manusia lain sengsara. Berpuasa merupakan pelajaran
melatih mental bagi seseorang yang dilakukan dengan jalan memegang kesabaran, menahan marah dan
hawa nafsu.
Keringanan dalam menghadapi kuwajiban berpuasa diberi kan kepada orang-orang yang sakit,
sedang melakukan perjalanan dan wanita yang sedang datang bulan. Namun setelah mereka tidak
berhalangan mereka harus mengganti dihari lain. Keringanan ini disebutkan dalam surat Al Baqarah
ayat 184 :
Artinya : "Tetapi siapa diantara kamu yang sakit atau di- dalam perjalanan, maka puasakanlah
sebanyak bilangan yang tidak dipuasakan dihari yang lain."
Begitu pula bagi orang yang sehat tetapi bila berpuasa dapat membahayakan dirinya , ibu-ibu
hamil dan menyusui karena tidak ada waktu untuk menggantinya , maka dibebaskan untuk tidak
berpuasa tetapi harus membayar fidyah yaitu memberi makan seorang miskin setiap hari.
E. Haji
Ibadah Haji merupakan ibadah yang memerlukan dukungan berupa niat yang kuat, kondisi
tubuh yang prima serta uang (dana) yang relatif banyak. Ibadat haji dimulai dengan niat yang ikhlas
kepada Allah, lalu menanggalkan kain yang berjahit dan perhiasan serta kemewahan yang diakhiri
dengan thawaf berkeliling Ka'bah.
Islam menetapkan bulan-bulan Syawal, Zulkaidah dan Zulhijjah untuk menunaikan ibadah haji
dan persiapannya. Sedangkan ibadah haji harus disertai unsur kesucian (perdamaian) yang dilakukan
dengan :
I.
Kesucian Tempat. Mengambil tempat di Ka'bah dan Tanah Suci tetap dijaga agar tidak saling
mengganggu dan menganiaya , seperti yang tersebut dalam surat Al Maidah ayat 95 sebagai
berikut:
Artinya : "Janganlah kamu bunuh buruan-buruan (binatang) ketika kamu sedang ihram".
II.
Kesucian Waktu. Dilaksanakan pada bulan Zulka'idah dan Zulhijjah yang merupakan bulan
damai.
1.
Tatacara Haji
Tatacara pelaksanaan kepada calon haji sangat terikat dengan pimpinannya (mutawwif).
Kegiatan ibadah haji berupa :
48
Ihram adalah mengerjakan :
a) Secara lahir dan tanpa ucapan peserta menanggalkan kain yang berjahit, meninggalkan segala
kemewahan, mencukur rambut, juga meninggalkan apa yang dilarang Allah seperti dalam
firmanNya pada surat Al Baqarah ayat 197 sebagai berikut :
Artinya :"Tidak boleh bercakap kotor, berlaku jahat dan bermusuhan ketika menjalankan haji".
b) Mengucap dan mendengar talbiah : "Labbaikal lahuma labbaika"., sebagai pernyataan
menjalankan perintah Allah dan menyambut seruanNya.
2.
Tawaf Kehormatan
Sesampai di Makkah sebelum membuka kain ihram calon haji menuju Masjidil Haram untuk
memberikan penghormatan kepada Allah, dengan mengerjakan tawaf keliling Ka'bah tujuh kali, yang
dimulai dari sudut Hajrul Aswad.
Selesai tawaf calon haji keluar dari masjid menuju bukit Safa. Dari bukit ini mereka berlari-lari
kecil menuju ke Marwa. Kegiatan dari Safa ke Marwa dinamakan Sa'i.
Sesuadah sa'i para jama'ah sebaiknya tetap dalam ihram sampai berangkat ke Arafat. Apabila
masih cukup waktu dapat dipergunakan untuk melepaskan diri dari ihram dengan jalan mencukur
rambut atau mengguntingnya. Selanjutnya mengenakan pakaian biasa sampai berangkat ke Arafat.
Kegiatan yang meliputi ihram, tawaf dan sa'i merupakan kegiatan Umrah. Dalam umrah diwajibkan
berkorban dengan menyembelih seekor kambing atau biri-biri seperti difirmankan Allah pada surat Al
Baqarah ayat 196 sebagai berikut :
Artinya ::"Barangsiapa yang mengerjakan umrah terpisah dari haji dia menyembelih had-nya yang
mudah diperoleh".
Had-nya atau penyembelihan dapat dilakukan langsung sesudah melepaskan diri dari ihram dan
tidak boleh diundur sampai hari nahar (hari penyembelihan kurban}.
3.
Wuquf
Setelah selesai menjalankan ihram para calon haji menetap di Makkah dan pada hari kedelapan
Zulhijjah mereka kembali melakukan ihram menuju padang Arafah melalui Mina. Pada hari
kesembilan Zulhijjah telah berada di Arafah untuk melakukan wuquf.
49
Wuquf yaitu berehenti di Arafah yang merupakan syarat utama ibadat haji. Tujuan wuquf
adalah berhenti untuk mengingat kebesaran, rahmat dan nikmat yang diberikan kepada seluruh manusia
oleh Allah. Wuquf dilakukan dengan berdiri, duduk atau berbaring selama waktu zuhur sampai
terbitnya fajar pada hari kesepuluh Zulhijjah. Lama wuquf tidak ditentukan , dan setelah itu dilanjutkan
dengan menuju ke Muzdalifah (Masy'aril Haram).
Pada hari kesepuluh Zulhijjah telah berada di Mina, mereka wajib melempar suatu tempat yang
disebut Jamratul Aqabah dengan tujuh kerikil sebanyak tujuh kali berturut- turut. Kerikil itu dapat
diambil dari mana saja. Setelah itu mereka menyaksikan penyembelihan kurban yang dinamakan
Yaumun Nahar. Setelah itu terus ke Makkah untuk tawaf ifadhah.
Selesai melakukan ibadah haji dan sudah mengerjakan tawaf ifadhah, maka sebelum kembali
kenegeri mesing-masing sebaiknya menuju ke Baitullah untuk melakukan wada. Wada merupakan
perpisahan dan permintaan pamit kepada Allah untuk meninggalkan tanah Suci.
50
BAB VIII
MASALAH KELUARGA DAN HARTA PUSAKA
Tujuan Instruksional Umum (T.I.T) adalah agar Mahasiswa mengetahui, memahami, dan
menghayati,masalah keluarga mulai daripembentukan keluarga (pernikahan) dan masalah harta pusaka
yang tercantum dalam komplikasi hukum Islam di Indonesia.
Tujuan Instruksional Khusus (T.I.K) adalah :
1.
Agar Mahasiswa dapatmenjelaskan pentingnya hidup berkeluarga,.
2.
Agar Mahasiswa dapat menerangkantenatang Thalak (perceraian) dan segala akibat
hukumnya.
3.
Agar mahasiswa dapat menjelaskan masalah poligami.
4.
Agar Mahasiswa dapat menerangkan tentang harta pusaka dan pembagiannya.
5.
Agar Mahasiswa dapat menjelaskan hikmatnya tasyru’tentang kehiduypan keluarga dan
pembagian harta pusaka
A.
Pernikahan / Pembentukan Keluarga
Prinsip Islam dalam membentuk keluarga didasari dengan terbentuknya perkawinan yang
diwujudkan sebagai perpaduan suami isteri sesuai dengan firman Allah sebagai berikut: "Mereka
pakaianmu dan kamu pakaian mereka". Selain itu harus didasari bahwa dengan cinta kasih sayang dari
kedua belah pihak. Tujuan pernikahan adalah untuk menyambung keturunan (anak, cucu) dengan
wadah pembentukan rumah tangga. Dari sini lahir suatu keluarga yang merupakan dasar penentu
kualitas bangsa disuatu negara. Oleh sebab itu dalam suatu negara yang masyarakatnya mengenal nilai
hidup, pernikahan merupakan saka guru dalam pembentukan suatu keluarga. Dalam wadah ini
kehidupan yang harmonis berlangsung baik dalam hubungan antar individu, bermasya-rakat,
berbangasa dan bernegara.
Disamping itu perkawinan merupakan suatu panggilan dari proses kejadian mahluk atau
manusia atas kehendak alam. Perkawinan merupakan wadah untuk menampung dan menyalurkan nafsu
seksual yang mengalir dalam tubuh manusia ataupun binatang. Penyaluran seksual pada binatang
berlangsung secara liar, bebas dan tidak teratur, sedangkan pada manusia diatur melalui pokok ajaran
untuk menciptakan kesopanan yang mengangkat jiwa manusia lebih tinggi dari jiwa binatang.
51
Ajaran Islam mewajibkan manusia agar mampu dan sanggup untuk hidup memikul tang-gung jawab
terhadap tugas. Manusia sebetulnya berkeinginan untuk kekal selamanya, tetapi karena hidup kekal itu
tidak akan mungkin dicapai, maka untuk memenuhi keinginan tersebut diwujudkan melalui proses
pengembangan keturunan. Dengan keturunan mereka merasa dapat melanjutkan hi-dupnya sepanjang
zaman. Dari sebab itu penyaluran nafsu melalui perkawinan dapat mewujudkan cita-cita mereka, dan
keinginan tersebut dapat terwujud melalui anak cucu dan keturunannya.
Dalam surat An Nahl ayat 72 disebutkan :
Artinya : "Dan Allah menjadikan wanita-wanita dari bangsa kamu sendiri untuk pasanganmu
(isteri), dan dijadikanNya dari wanita-wanita itu anak dan cucu, dan diberiNya kamu rezeki yang baik.
Dalam melanjutkan kekekalan hidupnya manusia memerlukan kebebasan, kepuasan, ketentraman dan
ketenangan hati atau jiwa yang menyertai kehidupannya. Firman Allah dalam surat Ar Rum ayat 21
menyebutkan :
Artinya :"Dan diantara kebijaksanaan Allah diciptakanNya pasangan (isteri) dari bangsa kamu sendiri,
supaya kamu senang bersama-sama dengan dia dan dijadikanNya cinta kasih sayang diantara kamu".
Manusia yang dibekali dengan keistimewaan kekuatan akal dan tenaga berhak menerimadan
bertanggung jawab. Pernikah an merupakan arena untuk berolah krida yang disertai semangat dalam
menghadapi masalah keluarga yang meliputi kegiatan berpikir, menimbang, mengurus dan
memelihara. Kuwajiban tersebut difirmankan Allah pada surat An Nisa' ayat 1 sebagai berikut :
Artinya : "Hai manusia. Bertaqwalah kepada Allah yang menjadikan kamu dari satu jenis dan
dijadikan isteri dari jenisnya sendiri. Diperkembang biakan dari laki-laki dan perempuan yang
banyak. Bertaqwalah kepada Allah dengan namaNya, kamu satu sama lain menuntut hak dan
menjaga pertalian kasih sayang diantaramu".
Dalam ajaran Islam pernikahan bukan hanya sekedar membentuk hidup perorangan, rumah
tangga dan bermasyarakat atau merupakan perjanjian (akad), melainkan merupakan mitsaqon ghoidhon
yaitu persetujuan yang mengikat dan meresap kedalam jiwa dan sanubari pada waktu memelihara dan
memenuhi pertanggungjawaban. Perkawinan merupakan suatu ikatan teguh dan janji kuat yang sukar
digagalkan.
52
1.
Masa Menjelang Pernikahan
Untuk menciptakan suasana keluarga yang harmonis, kedua pelakunya calon suami isteri
hendaknya sudah saling mengenal satu dengan lainnya. Dalam hal ini Islam menganjurkan agar
memilih calon isteri (suami) yang beragama dan berbudi. Hal ini sesuai dengan sabda Rasul : "Siapa
yang mengawini wanita karena kemuliannya , Allah akan menambah kehinaan itu. Siapa yang
mengawini wanita karena kekayaannya, Allah akan menambah kemiskinannya. Siapa mengawini
wanita karena kedudukannya, Allah akan menambah kerendahannya. Siapa yang mengawini wanita
dengan dasar yang bersangkutan berhasil memelihara kesopanan dan kesuciannya, Allah akan
memberi keberkatan, karena wanita itu akan dapat dibimbing oleh suaminya".
Apabila kedua belah pihak sudah mencapai keserasian terutama didalam penilaian kemurnian
budi dan hubungan sudah semakin erat maka menurut Islam dihimbau untuk di- adakan ikatan dengan
jalan meminang. Tujuan pinangan untuk mempererat hubungan dengan tujuan untuk mengenal sifat
masing-masing individu dan untuk menambah keyakinan.
Syari'at Islam menegaskan bahwa wali agar supaya me- minta persetujuan putrinya beserta
ibunya dalam menentukan teman hidup putrinya. Dalam hal ini wewenang wali (bapak) terhadap
putrinya dapat terpelihara secara manusiawi. Untuk menjamin keutuhan dalam pergaulan, kerukunan
hidup, penyesuaian paham serta saling pengertian , maka kedudukan suami dengan isteri harus kafaah
(sepadan). Hal ini dipandang perlu karena kedudukan yang sangat jauh berbeda tingkatannya akan
menimbulkan kekecewaan atau akan dipandang rendah oleh salah satu pihak.
Apabila semua proses pendekatan berjalan lancar, maka sebagai penyataan dari hasil penilaian
calon suami terhadap isteri, serta tanda bahwa yang bersangkutan benar- benar berniat akan mendirikan
keluarga maka calon suami memberikan mahar (mas kawin) kepada calon isteri.
2.
Pergaulan Suami Isteri.
Dalam Islam suami dan isteri dituntut agar saling ber buat baik dan sopan santun. Pergaulan
baik bukan sekedar dapat mencukupi makanan dan minuman serta pakaian kepada suami, tetapi berupa
kelembutan dalam menyiapkan kebutuhan tersebut oleh isteri. Pergaulan yang baik adalah perasaan
yang mengalir dari hati ke hati satu sama lain. Perasaan itu timbul dari rasa cinta dan kasih sayang yang
dilandasi oleh kepercayaan yang dijadikan dasar untuk memenuhi kepentingan bersama dalam
mendidik anak mengurus dan mengisi rumah tangga serta usaha dalam memelihara kesenangan baik
yang berupa harta benda, jasmani dan rohani.
Pergaulan baik merupakan tanggung jawab yang mengandung kesan bahwa beban hidup
bukanlah hanya dipikul bersama oleh suami isteri atas dasar haknya masing-masing. Untuk
membuktikannya Allah memberikan persamaan hak dan derajat bagi kaum pria dan wanita dalam
memperoleh amal pahala. Surat An Nisa' yata 124 menyatakan sebagai berikut :
53
Artinya : "Barangsiapa mengerjakan perbuatan yang baik, baik pria atau wanita sedang dia beriman,
maka mereka masuk dalam surga dan mereka tidak dirugikan sedikitpun".
3.
Sengketa Dalam Keluarga
Hati manusia seringkali berubah sehingga dapat menimbulkan hancurnya keharmonisan dalam
kehidupan atau menimbulkan penyelewengan kalbu yang dapat berakibat kasih sayang dan cinta kasih
berubah menjadi rasa benci. Untuk mencegah kejadian tersebut Allah memberikan perintah dan
larangan yang tersebut dalam surat An Nisa' ayat 19 antara lain :
Artinya : "Hai orang-orang beriman. Tidak diperbolehkan kamu mengambil wanita dengan paksa,
dan janganlah kamu mempersulit mereka, karena ingin mengambil kembali sebagian apa yang telah
kauberikan kepadanya, kecuali jika mereka melakukan perbuatan keji. Dan bergaulah dengan isterimu
dengan patut. Jika kamu tidak menyukainya bersabarlah, karena mungkin kamu tidak menyukai
sesuatu, pada hal Allah mengadakan kebaikan yang banyak di dalamnya".
Dalam Al Qur'an diterangkan kedudukan suami, yaitu sebagai pimpinan dari rumah tangga.
Isteri melaksanakan tugas kerumahtanggaan dengan penuh kesadaran, selalu legawa dalam menerima
petunjuk suami dan pandai memelihara rahasia keluarga. Bagi isteri yang tidak mau menerima
ketentuan tersebut,atau bertindak durhaka perlu diinsyafkan untuk kembali bertindak wajar. Jika tidak
dapat ditempuh dengan jalan demikian, apabila dipandang sangat perlu maka suami boleh
menggunakan hukum konkrit yang diajarkan Al Qur'an. Hukum yang dimaksud tersebut dalam surat
An Nisa ayat 34, sebagai berikut :
Artinya : "Untuk perempuan-perempuan yang kau khawatirkan durhaka, berilah pelajaran yang baik,
dan hukumlah dengan memisahkan tempat tidurnya dan kamu pukulah mereka. Tetapi jika mereka
54
telah menurut, jangan kamu cari jalan yang merugikannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi dan
Besar".
Kehancuran rumah tangga merupakan tanggung jawab suami isteri, namun apabila timbul
masalah yang tidak dapat diselesaikan , maka kuwajiban mencarikan jalan keluar menjadi tanggung
jawab kaum Muslimin. Untuk keperluan tersebut dalam Al Qur'an digariskan, apabila usaha
penyelesaian sengketa yang telah memuncak semakin meruncing, sedangkan suami isteri telah tidak
berdaya mengatasinya, maka dapat mengacu pada surat An Nisa yat 35 sebagai berikut :
Artinya : "Dan jika kamu khawatir terjadi perceraian antara kedua suami isteri, kirimlah seorang
hakim dari keluarga suami dan seorang hakim dari keluarga isteri. Jika keduanya ingin mendapatkan
perdamaian, maka Allah akan menyatukan pemikiran keduanya. Sesungguhnya Allah Maha Tahu dan
Maha Mengerti".
B. Thalaq (Perceraian)
Apabila jalan terakhir yang telah ditempuh tidak dapat menyelesaikan sengketa rumah tangga,
maka dalam Islam diberikan jalan berupa thalaq atau perceraian. Thalaq merupakan pemberian hak
kepada isteri untuk membebaskan diri dari suami dengan memberikan sejumlah hartanya kepada suami
untuk menebus dirinya. Cara yang demikian dalam fiqhi dinamakan khulu.
Masalah khulu ditegaskan dalam surat Al Baqarah ayat 229 sebagai berikut :
Artinya :"Tidak halal bagimu mengambil sesuatau yang telah kau berikan kepada isterimu, kecuali jika
keduanya merasa khawatir tidak akan dapat menegakkan aturan Allah. Kalau kamu khawatir terhadap
itu tidak mengapa barang itu dibayar oleh perempuan itu untuk menebus dirinya. Itulah aturan Allah,
sebab itu janganlah kamu langgar".
Apabila pihak isteri tidak mempunyai harta untuk itu, dan suami tidak dapat menerimanya dan
tetap mempertahankan sebagai isteri, maka perkara tersebut dapat dibawa kepada qadhi (hakim
55
pengadilan) untuk dibuktikan di depan pengadilan segala penderitaan yang ditanggungnya. Qadhi dapat
menceraikan perempuan tersebut atas dasar pertimbangan untuk dibebaskan dari siksaan dan
kekejaman suami.
Dalam agama Islam perceraian merupakan hal yang sangat dibenci, namun demikian jika
tindakan tersebut terpak sa dilakukan, setelah betul-betul tidak ada jalan lain atau dalam perhitungkan
jalan penyembuhan kehidupan perkawinan tersebut mencapai keadaan yang kronis. Oleh karena itu
sebelum perceraian dilakukan upaya agar suami isteri agar mau meninjau kembali peristiwa yang
dikaitkan dengan dampak buruk yang akan menimpa anak-anak untuk sekali lagi dipertimbangkan.
Thalaq yang diucapkan oleh suami kepada isteri bukan berarti keduanya terlarang untuk
berkumpul selamanya, sehingga tidak boleh ruju' kembali. Dalam perceraian masih diberikan
kesempatan untuk meninjau kembali atau memperpanjang masa peninjauan kembali dengan penuh
pertimbangan untuk bersatu kembali. Apabila dalam percobaan ini tidak berhasil barulah thalaq
merupakan dinding pemisah dan mereka tidak boleh lagi hidup sebagai suami isteri. Kalau suami
enggan menjatuhkan thalaq ketiga, dan menghendaki ruju', maka isteri harus terlebih dahulu dikawini
pria lain, seperti yang tertera pada surat Al Baqarah ayat 230 :
Artinya : "Tetapi jika perempuan itu diceraikan sekali lagi (perceraian ketiga), tidak halal baginya
sebelum ia kawin dengan pria lain".
C.
Poligami.
Peraturan beristeri lebih dari satu dalam agama Islam didasarkan atas hukum alam dan
perikemanusiaan, yang berkaitan dengan dapat diselamatkannya dari penyelewengan, penyimpangan
yang diakibatkan dari sifat alam.
Poligami merupakan hasrat kuat dari seseorang pria dalam melakukan pergaulan sepanjang
jaman yang berjalan sampai masa Islam. Oleh karena itu dalam Islam poligami ditekankan :
1) Dalam batas fitrah laki-laki yang tidak terpengaruh oleh pertumbuhan, dimana wanita sudah tidak
dapat menjalankan tugasnya sebagai isteri.
2) Diwajibkan laki-laki untuk berlaku adil dalam menghadapai kepentingan isteri-isterinya, sehingga
dapat menimbulkan kesenangan, ketentraman dan dijauhkan dari siksaan akibat perlakuan yang
menyimpang.
Ketegasan tersebut tertuang dalam surat An Nisa' ayat 3 dan 129 sebagai berikut :
56
Artinya :"Kawinilah perempuan-perempuan yang kamu sukai dua, tiga, dan empat, tetapi kalau kamu
khawatir tidak dapat berlaku adil, hendaknya satu saja.
"Dan kamu tidak akan dapat berlaku adil diantara isteri- isterimu biar kamu sangat ingin. Maka
janganlah kamu terlampau miring dari yang satu sehingga kamu biarkan dia tergantung".
Dari kedua ayat tersebut apabila diselami lebih mendalam dapat disimpulkan bahwa poligami
dibolehkan asal dilakukan secara adil. Adil adalah pekerjaan yang paling sukar, kalaupun dapat
dilakukan kesanggupan untuk adil itu ditafsirkan dari perlakuan yang sesuai dengan fitrah, dimana
yang mengetahui mutu dan bobotnya adalah pribadi pelakunnya
D.
Pusaka.
Peninggalam harta pusaka menurut agama Islam dibagikan kepada ahli waris dengan ketentuan
sebagai berikut :
1. Yang berhak menerima adalah orang-orang yang ada hubungan kerabat dan perkawinan.
Kerabat diakibatkan oleh faktor kelahiran (ada hubungan antara bapak, ibu, dan anak), atau
ada`hubungan darah (seibu sebapak, seibu saja, atau sebapak saja). Atau hubungan suami isteri.
2. Tidak memandang jenis kelamin, umur (anak, orang dewasa, laki-laki, perempuan semua berhak).
3. Hubungan bapak dengan anak.
4. Saudara laki-laki atau perempuan, tidak dapat menerima harta pusaka apabila bapak dan ibunya
masih hidup.
5. Ahli waris pria mendapatkan dua kali lipat dari yang diterima ahli waris wanita.
Jumlah harta peninggalan yang dibagikan kepada ahli waris berupa kekayaan sesudah dikurangi untuk
pembayaran hutang dari orang yang meninggal dunia. Wasiat tidak boleh diberikan kepada orang yang
tidak memerlukan. Rasulullah memberikan batasan untuk wasiat diperbolehkan paling banyak
sepertiga dari harta peninggalan.
Dalam Al Qur'an petunjuk pembagian harta pusaka terdapat dalam surat An Nisa' ayat 11, 12,
dan 176 :
57
Artinya :"Allah telah menentukan kepada kamu tentang pembagian harta pusaka untuk anak-anakmu,
seorang laki-laki sama dengan dua bagian anak perempuan. Apabila semua anak-anaknya perempuan
dan lebih dari dua, mereka mendapatkan dua pertiga dari harta peninggalan. Kalau anak
perempuannya hanya satu, maka ia mendapatkan seperdua. Untuk bapak dan ibunya, masing-masing
mendapatkan seperenam dari harta peninggalan, kalau yang meninggal itu anaknya yang mempunyai
anak. Kalau yang meninggal tidak mempunyai anak yang berhak menerimanya hanya bapak dan
ibunya, maka masing-masing mendapat sepertiga. Kalau yang meninggal mempunyai beberapa
saudara maka ibunya mendapat seperenamnya. Pembagian itu dilakukan setelah pembayaran wasiat
atau hutang. Ibu dan bapakmu serta anak-anakmu tidak dapat kau ketahui siapa yang lebih berjasa
kepadamu. Itu ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Tahu dan Bijaksana.
"Dan kamu mendapat seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, kalau mereka tidak
mempunyai anak. Kalau mereka mempunyai anak, kamu mendapatkan seperempatnya, sesudah
dilakukan untuk pembayaran wasiat atau hutang. Dan isteri-isteri mendapatkan seperenam dari harta
peninggalanmu, kalau tidak mempunyai anak. Kalau kamu punya anak, maka isteri-isteri mendapatkan
seperdelapan sesudah membayar wasiat dan hutang. Jika yang meninggal seorang laki-laki atau
58
perempuan yang tidak mempunyai bapak dan anak, dan mempunyai saudara laki-laki atau saudara
perempuan, maka masing-masing mendapatkan seperenam, tetapi kalau mereka lebih dari seorang,
mereka mendapatkan sepertiga untuk bersama sesudah membayar wasiat atau hutang.Itu perintah
Allah yang Maha Tahu dan Penyantun ".
Mereka minta keputusan kepada engkau. Katakanlah :"Allah telah mengadakan keputusan tentang
orang yang tidak lagi mempunyai bapak dan tidak mempunyai turunan. Jika dia meninggal dan tidak
mempunyai anak, tetapi mempunyai se- orang saudara perempuan maka saudaranya itu mendapat seperdua dari harta peninggalannya. Saudara laki-laki juga mendapat pusaka dari harta saudara
perempuan jika saudara perempuan itu tidak mempunyai anak. Kalau yang meninggal mempunyai
saudara perempuan dua,keduanya mendapat dua pertiga harta peninggalan. Kalau mereka terdiri
beberapa orang laki-laki dan perempuan, maka seorang laki-laki mendapatkan dua kali bagian
seorang perempuan. Allah memberi penjelasan kepadamu agar kamu tidak tersesat. Allah itu
mengetahui segala sesuatu ".
Kebijaksanaan yang telah ditentukan dalam ajaran Islam bertujuan sebagai berikut :
1.
Dalam kehidupan keluarga nafkah untuk anak-anak, biaya perkawinan dibebankan kepada lelaki.
Pembagian harta pusaka untuk laki-laki dua bagian perempuan dimaksudkan untuk dijadikan
sebagai persiapan untuk mendukung tugas dan kuwajiban laki-laki.
2.
Pembagian harta peninggalan kepada orang yang ada pertalian darah, dimaksudkan untuk
memperteguh tali persaudaraan dan memupuk keikhlasan antar mereka.
3.
Agar masyarakat terhindar dari bahaya sosial yang berupa :
a. Penumpukan kekayaan oleh satu tangan
b. Hilangnya hak seluruh keluarga untuk dapat menggunakan jasa dari orang tuanya, suami atau
kerabatnya.
59
60
BAB IX
HARTA DAN PENGUNAANNYA
Tujuan Instruksional Umum (T.I.U) adalah agar Mahasiswa dapat mengetahui, memahami
dan menghayati masalah harta dan penggunaannya.
Tujuan Instruksional Khusus (T.I.K) adalah :
1.
2.
A.
Agar Mahasiswa dapat menjelaskan penggunaan (pemanfaatan) dan fungsi harta menururt
agama Islam.
Agar Mahasiswa dapat menerangkan cara memperoleh harta yang diridhoi oleh Allah SWT dan
yang tidak diridhoi.
Penggunaan Harta
Dalam ajaran Islam harta kekayaan digunakan untuk menunjang ibadah misalnya dalam
memfardukan zakat, dan urusan mu'amalah yaitu pemanfaatan yang digunakan untuk mendukung
keperluan rumah tangga.
Oleh sebab itu fungsi harta yang menyangkut cara mendapatkannya, memperkembangkan,
mempergunakan, memelihara dan membelanjakannya perlu diatur agar sesuai dengan apa yang
diijinkan dan dianjurkan oleh Allah.
Islam memandang harta kekayaan mempunyai nilai yang tinggi dan kedudukan penting, karena
kesempurnaan hidup hampir seluruhya dapat diperoleh melalui harta kekayaan. Oleh sebab itu
penggunaan harta harus didasarkan dengan hukum yang sejalan dengan tuntutan rohani dan jasmani
dengan ukuran adil dan jujur. Dari sebab itu Islam menekankan untuk mendapatkan harta dengan
berbagai jalan yang menguntungkan, menimbulkan gairah kerja, memakmurkan kehidupan masyarakat,
yang diwujudkan dalam pergaulan, koordinasi, tolong menolong dan pertukaran kebutuhan. Adapun
cara mendapatkan harta kekayaan lazimnya meliputi :
1.
Perniagaan.
2.
Pertanian dan perkebunan.
3.
Perusahaan dan Industri.
Harta yang telah didapatkan perlu dipelihara dan dipergunakan dengan hemat tidak kikir tetapi tidak
boleh boros. Upaya dalam mendapatkan harta harus terhindar dari kegiatan yang bersifat merusak,
membinasakan antara lain
1.
Riba, mencari keuntungan dengan menimbulkan kesulitan bagi orang lain.
2.
Mencuri, merampok, mengemis, mengganggu keamanan dan kesejahteraan.
61
3.
Memperdagangkan barang yang merusak kesehatan rohani dan jasmani
4.
Dilakukan dengan jalan berjudi, pelacuran dan kegiatan yang mengancam moral manusia
5.
Melakukan menyuapan, korupsi, kolosi, nepotisme.
Hal ini ditegaskan dalam surat Al Baqarah ayat 188 :
Artinya :"Janganlah kamu makan harta sesamamu dengan jalan yang tidak halal, dan jangan pula
kamu bawa perkaranya ke muka hakim yang telah kamu beri suap, agar kamu mendapatkan sebagian
harta orang lain dengan jalan curang".
3.
Pertukaran Harta
Ditinjau dari fungsinya agar harta dapat dimanfaatkan secara optimal dan agar dapat memberikan kesejahteraan kepada sesama umat,dapat dibudidayakan dengan jalan pertukaran yang biasanya
berlangsung dalam :
a.
Jual beli dan sewa memyewa.
b.
Sitem perkembangan harta.
c.
Bursa.Serikat Dagang.
d.
Konsinasi.
e.
Pinjaman dan jaminan
Menurut agama Islam pertukaran harta dilakukan dalam kegiatan-kegiatan yang didasari berhubungan
dengan :
C.
a.
Kontrak dan persetujuan.
b.
Kepercayaan dan kesetiaan dalam memenuhi kuwajiban.
c.
Niat tidak mengambil kekayaan dengan jalan batil (tidak syah).
Jual Beli
Untuk memenuhi kehidupannya, manusia memerlukan kebutuhan yang bersifat materi dan
rohani. Untuk memenuhi kebutuhan materi diperlukan makanan, minuman serta pakaian, sedang
62
kebutuhan rohani berupa pendidikan membersihkan hati dan mendekatkan jiwa kepada Allah dengan
jalan ibadah dan patuh kepada perintahNya.
Manusia dalam berupaya untuk mendapatkan harta kekayaan yang bersifat materi pada umumnya
disertai dorongan yang dapat membangkitkan pergolakan nafsu, persaingan, penyimpangan,
penumpukan harta yang semuanya akan mengotori jiwa yang dapat menjauhkan diri dari rahmat dan
ridho' Illahi. Untuk mencegah terjadinya pergolakann nafsu tersebut Islam mengatur tatacara berniaga.
Berniaga merupakan upaya manusia untuk mengumpulkan rezeki, dimana dalam agama Islam
diberikan petunjuk-petunjuk untuk meng- hindarkan diri dari penipuan, pemalsuan dan segala tindakan yang mengotori kesucian rohani.
Penipuan akan menyuburkan sifat pendusta dan munafik pada diri seseorang. Penipuan dilakukan
dengan menunjukan atau memperagakan yang palsu dalam bentuk yang benar. Penipuan dalam
perdagangan dapat juga dilakukan dengan mengurangi timbangan menyajikan barang buruk dikatakan
baik. Penipuan tersebut akan mengurangi kepercayaan kepada yang bersangkutan dalam pergaulan.
Larangan penipuan diuraikan pada surat Al A'raaf ayat 85 :
Artinya : "Dan kepada penduduk Mad-yan (Kami utus) saudara nya Syu'ib. Dia mengatakan :" Hai
kaumku hendaklah kamu menyembah Allah. Kamu tidak mempunyai Tuhan selain Ia. Sesungguhnya
Tuhanmu telah mendatangkan budi yang terang, sebab itu sempurnakan takaran timbangan dalam jual
beli. Dan jangan kamu kurangi hak-hak manusia, dan jangan kamu membuat bencana di muka bumi
yang sudah dibangun Allah. Itulah petunjuk yang baik untukmu, jika kamu betul-betul orang yang
beriman'.
63
BAB X
IMPLEMENTASI HUKUM ISLAM (WAKAF) DI INDONESIA
Tujuan Instruksional Umum (T.I.U) adalah agar Mahasiswa mengetahui, memahami dan
menghayati pelaksanaan hukum Islam terutama yang berkaitan dengan masalah tanah wakaf di
Indonesia.
Tujuan Instruksional Khusus (T.I.K) adalah :
1.
Agar Mahasiswa dapat menjelaskan hukum Wakaf.
2.
Agar Mahasiswa dapat menjelaskan syarat dan rukun Wakaf.
3.
Agar Mahasiswa dapat mejelaskan tatacara perwakafan menurut Peraturan Pemerintah nomor :
28 Tahun 1977
Ajaran Islam digunakan sebagai pedoman hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara oleh umat
Islam di Indonesia. Oleh sebab itu negara menampung segala ajaran tersebut dalam suatu wadah hukum
yang berlaku di tanah air
Adapun masalah atau ketentuan yang berkaitan dengan hukum tertera dalam Kompilasi Hukum Islam
yang memuat :
1.
Hukum Perkawinan.
2.
Hukum Waris.
4.
Hukum wakaf.
Untuk hukum perkawinan dan waris telah diuraikan pada bab terdahulu.
Pengertian Wakaf
Wakaf berasal dari bahasa Arab "Waqf" yang berarti me nahan. Menurut istilah wakaf berarti
menahan harta yang dapat diambil manfaatnya tanpa musnah seketika dan untuk penggunaan yang
mubah, dengan maksud untuk mendapatkan keridloan Allah (Azhar Basyir, 1987).
64
Wakaf adalah pemisahan suatu harta benda seseorang dengan jalan benda itu ditarik dari status benda
milik perseorangan secara syah. Tujuan penarikan tersebut agar pengunaannya dapat dialihkan kearah
jalan kebaikan yang diridhoi Allah SWT. Oleh karena benda-benda tersebut tidak boleh untuk
membayar hutang, dikurangi atau dilenyap kan ( Suhadi, 1981).
Rumusan Wakaf
Pelaksanaan wakaf tercermin dalam seluruh kehidupan ibadat yang meliputi perekonomian
sosial hukum Muslimin. Oleh sebab itu hukum wakaf merupakan cabang terpenting dari hukum Islam.
Dasar pedoman yang digunakan dalam pelaksanaan wakaf menurut Abdulrrahman SH (1977) didasari
pendapat para Ulama antara lain :
1.
Abu Hanifah yang menyatakan bahwa : Wakaf adalah penahanan pokok suatu harta pada
tangan pemiliknya dan menggunakan hasilnya yang berupa comodate loan atau ariah untuk
amal shaleh.
2.
Abu Yusuf dan Imam Muhammad menyatakan bahwa: Wakaf adalah penahanan pokok suatu
benda dibawah hukum Allah , sehingga kepemilikan berpindah kepada Allah, dimana hasilnya
dimanfaatkan untuk mahluk Nya.
3.
Maula Muhammad Ali yang menyatakan bahwa : Menururt syara'wakaf berarti penetapan yang
bersifat abadi, dimana hasilnya dimanfaatkan untuk kepentingan kegiatan yang bersifat agama
Islam atau untuk tujuan amal.
4.
Naziroeddin Rachmat yang menyatakan bahwa : Harta wakaf adalah barang yang asalnya
sementara tetap, selalu berbuah yang hasilnya dapat dipetik oleh pemiliknya. Kemudian barang
tersebut diserahkan kepada lembaga tertentu dimana hasilnya dipergunakan untuk keperluan
amal kebajikan yang diperintahkan syari'at.
A.
Dasar Amalah Wakaf
1.
Dasar Umum
Menurut syari'ah Islam amalan mewakafkan harta benda nilai lebih tinggi dibandingkan dengan
bersedekah. Alasan tersebut disebabkan harta wakaf bersifat kekal dan terus menerus. Selama harta
tersebut masih menghasilkan atau masih produktif dan dapat dimanfaatkan ibadah maka pahala tetap
mengalir kepada si pemberi wakaf. Oleh karena itu dalam melaksanakan amalan wakaf, kita harus
menganut dasar-dasar ibadat yang ditetapkan dalam ajaran Islam antara lain :
Dasar-dasar umum berupa ayat-ayat Al Qur'an, yang memerintahkan umat agar berbuat kebaikan antara
lain:
a.
Surat Al-Hajj ayat 77 :
artinya : Berbuatlah kebaikan agar kamu bahagia.
b.
Surat Al-Baqarah ayat 267 :
65
artinya :"Wahai orang-orang yang beriman belanjakanlah sebagian hartamu dengan
sebaik-baiknya"
c.
Surat Ali-Imron ayat 92 :
artinya :" Kamu tidak akan memperoleh kebaikan, kecuali kamu belanjakan sebagian
harta yang kamu senangi".
2.
Dasar Khusus
Dasar khusus, amalan wakaf dapat diperoleh dari beberapa Hadits Nabi antara lain :
a.
Hadits Nabi riwayat Buchori Muslim dari Ibnu Umar R.A. yang menceriterakan bahwa
pada suatu hari sahabat Umar R.A. datang kepada Nabi S.A.W untuk minta nasehat
tentang kegunaan tanah yang diperolehnya di Khaibar. Ia mendapat pengarahan dari
Nabi, agar menahan pokok dan menyedekahkan hasilnya. Umar menurut nasihat Nabi
dan menyediakan tanahnya dengan ketentuan tidak boleh dijual pokoknya, tidak boleh
diwaris dan tidak boleh dihibahkan. Dari Hadits tersebut mendapat ketentuan sebagai
berikut :
1) Harta wakaf tidak dapat dipindahkan kepada orang lain, baik dengan cara jual beli,
waris atau hibah.
2) Harta wakaf terlepas dari milik Wakif.
3) Tujuan wakaf harus jelas
4) Harta wakaf dapat dikuasakan kepada pengawas yang ikut mengelola (nadzir) tetapi
tidak berlebihan
5) Harta wakaf dapat berupa tanah dan sebagainya yang tahan lama dan tidak musnah
seketika setelah digunakan
b.
Hadits riwayat An Nasai dan Ibnu Majah yang menceritakan pada suatu hari Umar
datang kepada Nabi lalu berkata : "Sesungguhnya saya mempunyai seratus saham di
Chaibar, belum pernah saya mempunyai harta yang lebih, saya ingin
menyedahkannya". Lalu Nabi menjawab: "Engkau tahan pokonya (asalnya) lalu
sedekahkan buahnya".
66
c.
B.
Hadits Nabi riwayat Muslim dari Abu Hurairah. Nabi berkata :" Apabila seseorang
meninggal dunia semua pahala amalnya terhenti, kecuali tiga macam amalan yaitu :
shadaqoh jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang senantiasa mendoakan
orangn tuanya ". (Azhar Basyir , 1977).
Penggolongan Dan Macam Wakaf
Wakaf sebagai harta yang kekal selalu menjadi sumber kekayaan untuk mendanai perbuatan
amal dalam kemasyarakatan sesuai dengan ajaran Islam. Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang,
kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian benda miliknya lalu melembagakannya
untuk selama-lamanya.
Tujuan perbuatan tersebut untuk mendukung kepentingan ibadat atau keperluan umum dalam
rangka melaksanakan ajaran Islam.
Susunan harta wakaf menurut Ameer Ali dibagi menjadi 3 golongan yaitu :
1.
Wakaf dilaksanakan sebagai publik trust yang bersifat amal dan bertujuan untuk kebaikan
umum, tidak dibedakan kepentingan yang kaya dan yang miskin. Contohnya untuk sekolah,
rumah sakit untuk menampung semua golongan.
2.
Wakaf yang demikian dilakukan sebagai wakaf keluarga yang bertujuan untuk kepentingan
keluarga dan setelah itu baru untuk orang miskin.
3.
Untuk keperluan yang miskin yang diwujudkan pembentukan lembaga-lembaga yang
membagikan sembako (bahan makanan), pakaian dan obat-obatan bagi orang-orang yang
tidak mampu.
Macam-macam wakaf meliputi :
1.
Wakaf khusus.
Wakaf khusus dinamakan juga wakaf ahli atau wakaf keluarga. Wakaf ditujukan kepada orangorang tertentu (perorangan atau kelompok). Misalnya seseorang mewakafkan perpustakaan kepada
keponakan, kemudian cucu dan seterusnya. Wakaf tersebut syah, sedang yang berhak menikmati
harta wakaf adalah mereka yang ditunjuk pada pernyataan wakaf. Apabila anak keturunan wakif
keadaannya tidak mampu mempergunakan, karena wakaf tidak dapat dibatasi oleh waktu
penggunaan, maka harta tersebut tetap berkedudukan sebagai harta wakaf yang dipergunakan
keluarga wakif lainnya atau dipergunakan untuk umum. (Azhar Basyir, 1977).
Pada kenyataannya wakaf semacam ini sering mendapatkan kesulitan jika harta wakaf
merupakan sebidang tanah pertanian. Jika telah berlangsung ratusan tahun, maka anak cucu wakif
telah berkembang biak dalam jumlah banyak maka untuk membagi rata hasilnya akan menemui
kesulitan, sehingga sering timbul sengketa diantara mereka. Akibat kesulitan yang sejenis maka
Negara-negara Islam meninjau kembali ketentuan perundang-undangan wakaf khusus tersebut.
Mesir pada tahun 1962 telah menghapus ketentuan wakaf ahli ini.
67
2.
Wakaf Umum.
Wakaf umum juga disebut wakaf choiri adalah wakaf yang dinyatakan untuk kepentingan
umum oleh wakif. Wakaf umum adalah sejalan dengan jiwa amalan wakaf yang digariskan dalam
ajaran Islam. Pahalanya tetap mengalir kepada wakif selama harta wakaf masih ber-manfaat wakaf
umu hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat luas dan merupakan sarana untuk mewujudkan
kesejahteraan umat dan pembangunan masyarakat.
3.
Wakaf Untuk Diri Sendiri
Diantara para Ulama berpendapat wakaf untuk diri sendiri adalah syah. Hal ini sesuai dengan
ucapan Rasul
Artinya : Sesungguhnya aku mempunyai satu dinar. Maka kata Rasullulah kepadanya :
"Sedekahkanlah kepada dirimu sendiri".
Oleh sebab itu wakaf yang dimaksud untuk mendekatkan diri kepada Allah. Oleh sebagian
Ulama masalah wakaf untuk diri sendiri tidak diperbolehkan dengan dasar ucapan Rasullulah:
Artinya :"Dan berikanlah buahnya kepada orang lain". dengan pengertian buah yang dise- rahkan
kepada orang lain adalah menyerahkan kepemilikan.
C. Fungsi, Persayaratan Dan Rukun Wakaf
1. Fungsi Wakaf
Untuk dapat mempelajari permasalahan wakaf yang lebih mendalam, maka dipandang perlu
untuk mengetahui arti dari fungsi, persyaratan dan unsur dalam pelaksanaan wakaf.
Fungsi Wakaf : adalah untuk mengekalkan manfaat dari benda wakaf sesuai dengan tujuan dari wakaf.
2. Persyaratan Wakaf
Menurut ajaran Islam persyaratan yang harus dipenuhi agar wakaf syah adalah :
a. Wakaf harus bersifat kekal dan berkesinambungan dan tidak boleh dibatasi oleh waktu.
68
b. Wakaf harus bersifat tunai berarti pemindahkan hak milik tidak boleh digantung dalam hal
syarat atau waktu penyerahan. Ketentuan ini didasari atas syarat bahwa wakaf berakibat
lepasnya hak milik seketika pada saat wakif selesai mengucapkan ikrar wakaf. Namun menurut
Azhar Basyir (1977) terdapat perkecualian terhadap wasiat. Hukum wasiat berlaku dimana
wakaf akan syah setelah wakif meninggal dunia, dan pelaksanaannya hanya sepertiga bagian
dari harta peninggalan. Jika memelebihi darai sepertiga bagian harus mendapatkan ijin dari ahli
waris. Bila sebagaian ahli waris ada yang setuju dan ada yang tidak, maka pelaksanaannya
sebatas yang mengijinkan saja. Oleh sebab itu :
1) Wakaf disebutkan secara jelas dan lengkap meliputi jenis benda, ukuran dan kepada siapa
harta tersebut diwakafkan.
2) Wakaf merupakan hal yang pasti tidak boleh disertai persyaratan lain misalnya pembatalan
atau perubahan lainnya.
3) Benda yang diwakafkan berupa benda yang bergerak atau tidak bergerak yang memiliki
daya tahan mempunyai nilai dan bukan merupakan benda habis pakai (sekali pakai).
3. Rukun Wakaf
Dalam melaksanakan wakaf menurut hukum Islam harus memenuhi rukun yaitu :
a.
Orang yang berwakaf (wakif).
Orang tersebut harus cakap melakukan "tabarru" yaitu melepaskan hak milik tanpa Imbangan
materiil. Orang tersebut harus telah baligh, berakal sehat dan tidak dipaksa. Figh Islam
menentukan bahwa orang berumur 15 tahun di pandang telah mempunyai pertimbangan akal
yang sempurna. Namun demikian dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai pada anak
berusia 15 tahun yang pada umumnya masih duduk si sekolah kebanyakan belum mempunyai
pertimbangan akal yang sempurna. Oleh karena itu batasan tentang kemampuan cakap
bertabarru pada usia 15 tahun tidaklah mutlak. Untuk itu perlu diadakan perlu diadakan
peninjauan kembali.Menurut Suhadi persyaratan agama wakif tidaklah mutlak Islam,
contohnya bila seorang Nasrani mewakafkan tanahnya untuk rumah sakit adalah syah.
b.
Harta yang diwakafkan (mauquf).
Merupakan harta milik wakif yang bernilai tahan lama selain itu juga dapat berupa modal uang
yang diperdagangkan. Keamanan mauquf terhadap erosi (pengikisan) sehingga tidak mudah
habis merupakan hal yang dipersyaratkan, sehingga keuntungan yang dihasilkan dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi tujuan wakaf.
Dalam menjalankan perkembangan modal mauquf tidak boleh bertentangan dengan ketentuan
hukum Islam.
c.
Tujuan Wakaf (mauquf alaih)
69
Tujuan wakaf merupakan tempat dimana harta yang diwakafkan dapat dikelola dengan jalan
yang tidak bertentangan dengan nilai ibadah. Tujuan wakaf harus merupakan sesuatu yang
dapat memenuhi persayaratan ibadah, dimana tujuan yang berstatus mubah merupakan
persyaratan minimal. Di dalam pelaksanaan wakaf diperlukan pernyataan kehendak dari wakif
yang mewakafkan benda miliknya. kepada orang atau tempat berwakaf yang dinamakan
simauquf alaihi.
d.
Pernyataan wakaf (shighat)
Pernyataan wakaf dilakukan dengan lisan, tulisan atau isyarat yang memberi pengertian tentang
wakaf. Cara lisan atau tulisan dipergunakan untuk menyatakan wakaf oleh siapapun, sedangkan
isyarat dipergunakan bagi mereka yang tidak dapat menggunakan lisan atau tulisan. Pernyataan
diperlukan agar wakaf benar-benar didukung oleh data hukum yang jelas untuk menghindari
timbulnya persengketaan yang mungkin timbul dibelakang hari. Berdasarkan amalan wakaf
terjadi dengan adanya pernyataan wakif (ijab), maka pernyataan menerima (kabul) dari mauquf
alaih tidak diperlukan.
4.
Harta Wakaf
Macam harta wakaf berupa tanah milik, perabot yang dapatbdipindah tangankan. mushaf, kitab,
senjata dan binatang. Bagi binatang untuk mewakafkannya menurut Abu Hanifah dan Abu
Yusuf dalam riwayat dari Malik berpendapat bahwa tidak sayah mewakafkan binatang.Setelah
harta tersebut diwakafkan akibatnya terjadi perindahan pemeliharaan dan pengelolaan.
Untuk barang yang mudah rusak ketika dimanfaatkan seperti uang, lilin, makanan, minuman,
aroma tidak termasuk harta yang dapat diwakafkan. Begitu pula harta yang dijadikan
tanggungan (borg), anjing, babi dan binatang buas juga tidak dapat diwakafkan.
D.
Harta Wakaf yang Masih Bermanfaat
Dikalangan Ulama Islam dalam menentukan status harta wakaf terdapat perbedaan. Tokoh
Ulama yang menyampaikan pendapat antara lain :
1.
Imam Syafii menyatakan bahwa wakaf merupakan suatu ibadat yang disyariatkan ketika wakif
menyatakan telah mewakafkannya walaupun tanpa diputuskan Hakim. Bila harta telah
diwakafkan, maka wakif tidak berhak atas harta tersebut, walaupun harta itu masih berada
ditangannya.
2.
Imam Abu Hanifah menyatakan bahwa wakaf adalah merupakan sedekah selama Hakim belum
memutuskan atau harta tersebut oleh wakif disertai syarat diwakafkan setelah ia meninggal.
Dengan persyaratan tersebut setelah wakif meninggal barulah harta tersebut berstatus harta
wakaf.
70
Dari pernyataan tersebut diatas setelah harta diwakafkan, maka hak milik dari harta tersebut tidak lagi
pada orang yang mewakafkannya atau menjadi kepunyaan badan atau lembaga dimana harta tersebut
diwakafkan, melainkan menjadi kepunyaan Allah.
Jika sisa hasil harta wakaf setelah digunakan untuk tujuan amal dibelikan harta, maka harta
tersebut merupakan harta wakaf.
E.
Harta Wakaf Yang Sudah Tidak Bermanfaat
Apabila pada suatu saat harta wakaf tidak lagi dapat bermanfaat, dan apabila terpaksa maka
dapat dijual asalkan hasilnya penjualan harta tersebut digunakan untk mengganti harta wakaf tersebut,
sehingga dapat dimanfaatkan lagi.
Sebaliknya harta wakaf yang tidak bermanfaat tidak boleh dijual jika hasil penjualannya tidak
digunakan untuk mengganti harta tersebut.
Kriteria kemampuan harta wakaf untuk dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat
tergantung dengan tujuan wakaf, yaitu berupa nilai ibadah. Jika harta yang dimaksud hasilnya
mengalami pengurangan mutu atau kapasitas dalam fungsinya , sebaiknya diupayakan agar tetap
meningkat.
Dalam memperlakukan dan pengelolaan harta wakaf yang dipegang teguh adalah prinsip
kemaslahatan, yang mengutamakan terhadap hal-hal yang bermanfaat bagi ibadah dan menghindarkan
hal yang merugikan. Ketentuan ini sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur'an pada surat Al A'raf
ayat 25 :
Artinya : "Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah dan berbuat kemaslahatan , maka tiada pantas
mereka merasa ta kut, merasa resah atau berkecil hati".
F.
Pengelolaan Dan Pemeliharaan Wakaf
Untuk mempertahankan dan menjamin agar harta wakaf tetap berfungsi sesuai dengan tujuan
wakaf, maka diperlukan pengelolaan dan pemeliharaan yang baik oleh umat yang betul-betul menjiwai
dan menghayati ajaran Islam. Dalam hukum Islam pemeliharan meliputi pengurusan terhadap benda
wakaf dilakukan oleh Nadzir. Nadzir dapat berupa perorang- an (yang ditunjuk) atau berupa badan
hukum atau organisasi. Nadzir berwenang melakukan tindakan yang mendatangkan kebaikan harta
wakaf dan menimbulkan keuntungan bagi tujuan wakaf dengan memperhatikan syarat yang mungkin
telah ditentukan wakif.
71
Untuk Nadzir yang bersifat perorangan dibebani persyaratan sebagai berikut :
1. Berakal sehat.
2. Telah baligh (dewasa)
3. Dapat dipercaya.
4. Mampu menyelenggarakan urusan harta wakaf.
Agar pelaksanaan tugas nadzir dapat berjalan lancar dan baik, maka untuk nadzir perorangan
dapat diberikan sekedar imbalan berupa sebagian dari hasil harta wakaf. Disamping itu nadzir harus
melakukan sesuatu yang dapat mendatangkan kebaikan, keuntungan bagi harta wakaf dengan
memperhatikan syarat yang telah ditetapkan dalam wakaf.
Hal yang perlu mendapat perhatian bahwa nadzir tidak boleh menggunakan harta wakaf untuk jaminan
hutang. Ketentuan tersebut untuk menghindari jika yang bersangkutan tidak dapat melunasi hutangnya,
maka harta wakaf yang dijadikan jaminan hutang tersebut akan merupakan alat untuk melunasi hutang
tersebut. Nadzir baik berupa perorangan atau badan usaha agar dalam melaksanakan pengelolaan dapat
memegang amanat dengan sebaik-baiknya, maka bagi mereka tidak dibebani resiko kerusaklan yang
diderita oleh harta wakaf, kecuali jika kerusakan tersebut terjadi akibat kelalaian atau kesengajaan
nadzir. Dalam menentukan hal tersebut diperlukan keputusan pengadilan atau penguasa lain yang
berwenang.
Pemeliharaan
Pemiliharan meliputi pengurusan terhadap benda wakaf dilakukan oleh Nadzir. Nadzir dapat
berupa perorangan (yang ditunjuk) atau berupa badan hukum atau organisasi. Nadzir berwenang
melakukan tindakan yang mendatangkan kebaikan harta wakaf dan menimbulkan keuntungan bagi
tujuan wakaf dengan memperhatikan syarat yang mungkin telah dktentukan wakif.
G. Perkembangan Wakaf Di Indonesia
Dalam negara-negara Islam pelaksanaan wakaf diselenggarakan oleh instansi resmi yang
merupakan lembaga negara, karena peraturan perundang-undanagn yang berlaku di negara tersebut
berdasarkan atas hukum Islam.
Menurut Azhar Basyir (1977) harta wakaf tidak terbatas pada barang pakai tetapi juga barang
yang menghasilkan. Pembiayaan harta wakaf yang berupa barang pakai diperoleh dari sumber tetap
hasi harta wakaf.
Di Indonesia penduduknya menganut beberapa agama, sehingga wakaf tidak dikenal oleh
masyarakat yang beragama Islam saja. Oleh sebab itu harta yang menjadi objek perwakafan pada
umumnya berupa benda yang tidak bergerak (tanah, bangunan) yang dimanfaatkan sebagai tanah untuk
masjid, madrasah, kuburan dll, sehingga perwakafan diatur dalam undang- undang agraria.
72
Sejak proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, Pemerintah masih memberlakukan
perturan wakaf pada masa jaman Kolonial Belanda. Hal ini ditegaskan pada pasal II Aturan Peralihan
Undang-undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa segala badan negara dan peraturan yang ada
masih berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang-undang Dasar tersebut
(Abdurrahman, 1979).
Selanjutnya untuk menyesuaikan dengan alam kemerdekaan, maka Pemerintah mengeluarkan
beberapa petunjuk mengenai perwakafan. Petunjuk yang dikeluarkan DepartemenAgama R.I tanggal
22 Desember 1953. Selanjutnya pada tanggal 8 Oktober 1956 dikeluarkan Surat Edaran nomer ;
5/D/1956 tentang Prosedur Perwakafan Tanah (Saroso, 1984)
Peraturan-peraturan tersebut dikaitkan dengan perkembangan sosial budaya dirasakan
mengandung banyak kelemahan, terutam yang menyangkut kepastian hukum terhadap tanah-tanah
wakaf. Oleh karena itudalam rangka melaksanakan penertiban dan pembaharuan sistem Hukum
Agraria, permasalahan wakaf cukup banyak mendapat perhatian. Oleh karena itu pada Undang-undang
nomer : 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA) masalah wakaf
ditempatkan pada pasal 49 yang berbunyi :
1.
Hak milik tanah badan-badan keagamaan dan sosial sepanjang masih dipergunakan untuk usaha
dalam bidangkeagamaan dan sosial, diakui dan dilindungi . Badan tersebut dijamin pula untuk
memperoleh tanah yang cukup untuk bangunan dan usahanya dalam bidang keagamaan dan
sosial.
2.
Untuk keperluan peribadatan dan keperluan suci lainnya sebagai dimaksud pada pasal 14 dapat
diberikan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara dengan status hak pakai.
3.
Perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Dari ketentuan yang dimuat pada pasal 49 ayat 3 masalah perwakafan Pemerintah wajib
mengatur dengan ketentuan yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah. Namun demikian Peraturan
Pemerintah yang memuat aturan perwakafan yang terbit setelah Undand-undang nomer 5 tahun 1960
berupa Pereturan Pemerintah nomer 28 tahun 1977 yang jarak waktu terlambat selama 17 tahun.
1. Dasar Landasan Pelaksanaan Wakaf Di Indonesia.
Disamping mutlak menggunakan ketentuan perwakafan yang ditetapkan pada ajaran dan figh
Islam yang telah diuraikan dalam bab II, pelaksanaan wakaf di Indonesia dewasa ini menganut pada
Peraturan Pemerintah nomer 28 tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik. Pertimbanganpertimbangan yang diambil atas Peraturan Pemerintah yang dimaksud adalah pernyataan sebagai
berikut :
a. Bahwa wakaf adalah suatu lembaga keagamaan yang dapat di pergunakan sebagai salah satu
sarana guna pengembangkan kehidupan keagamaan, khususnya umat yang beragama Islam,
dalam rangka mencapai kesejahteraan spiritual dan material menuju masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila.
73
b. Bahwa peraturan perundang-undangan yang ada akan mengatur perwakafan tanah milik,
selama belum memenuhi kebutuhan cara perwakafan yang membuka kemungkinan timbulnya
hal-hal yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh tidak adanya data tanah yang diwakafkan
tidak nyata dan tidak lengkap.
Sedangkan hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Pemerintah nomer 28 tahun 1977, akan
diatur lebih lanjut oleh Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri sesuai dengan masing-masing
bidangnya.
Sebagai tindak lanjut Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 1977, maka diekluarkan beberapa
peraturan pelaksanaan perwakafan antara lain :
a.
Peraturan Menteri Dalam Negeri nomer 6 tahun 1977 tentang Tata pendaftaran Tanah
Mengenai Perwakafan Tanah Milik, yang memuat antara lain :
1) Pendaftaran dan pencatatan perwakafan tanah milik.
2) Biaya pendaftaran dan pencatatan dalam serifikat buku tanah.
b.
Peraturan Menteri Agama nomer 1 tahun 1978 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
nomer 28 tahun 1977, memuat :
1) Ikrar wakaf dan akta
2) Pejabat Pembuatan Akta Ikrar Wakaf (PPAIW)
3) Nadzir, kewajiban dan haknya.
4) Perubahan perwakafan tanah milik
5) Pengawasan dan bimbingan
6) Tata cara pendaftaran wakaf yangn terjadi sebelum PP 28 tahun 1977.
7) Penyelesaian perselisihan wakaf.
8) Biaya.
c.
Instruksi Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama tanggal 23 Januari 1978
nomer: 1 tahun 1978, tentang Pelaksanaan Pereturan Pemerintah nomer : 28 tahun 1977.
Instruksi ditujuakan kepada para Gubernur agar penyelesaian perwakafan didasarkan
atas PP 28tahun 1997, Permendagri 6 tahun 1977 dan Permenag 1 tahun 1978.
d.
Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam nomer Kep/D/75/78 tanggal
19 April 1978 tentang Formulir dan Pedoman Pelaksanaan Peraturan-peraturan tentang
Perwakafan Tanah Milik, yang berisi :
74
1) Tata cara perwakafan tanah milik.
2) Surat-surat yang harus diserahkan wakif kepada Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf
(PPAIW).
3) Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf.
4) Nadzir, kuwajiban dan haknya.
5) Biaya administrasi dan pencatatan tanah wakaf.
6) Tata cara pendaftaran tanah wakaf yang terjadi sebelum PP 28 tahun 1977.
7) Penyelesaian perselihan perwakafan.
2.
Komponen Perwakafan
Untuk mendukung pelaksanaan perwakafan di Indonesia, perlu diulas tentang komponenyang
terkait didalamnya antara lain :
a.
Wakif
Wakif adalah subjek yang menyerahkan wakaf dalam pasal 1 ayat (2) Pereturan Pemerintah
nomer 28 tahun 1977, wakaif ditentukan sebagai berikut :
1)
Sebagai perorangan.
2)
Kelompok perorangan.
3)
Badan Hukum.
Persyaratan hukum bagi wakif peorangan yang dapat mewakafkan tanah miliknya adalah :
1) Telah dewasa.
2) Sehat akalnya.
3) Atas kehendak sendiri.
4) Tidak terhalang oleh hukum
b.
Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW)
Menurut ketentuan peraturan Menteri Agama nomer 1 tahun 1978, pasal 5 semua Kepala
Kantor Urusan Agama Kecamatan ditunjuk sebagai Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf.. Apabila dala
suatu kecamatan tidak terdapat Kantor Urusan Agama, maka Kepala Wilayah Departemen Agama
75
menunjuk Kepala Kantor Urusan Agama yang ada. Tugas dari Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf
adalah :
1) Meneliti kehendak wakif, memeriksa kelengkapan surat surat yang diperlukan,dan
masalah yang dihadapi calon wakif dalam melepas hak milik tanahnya.
2) Mengesahkan Nadzir, yang didasari atas hasil penelitian terhadap persyaratan yang dimiliki
calon nadzr serta kemungkinan terjadinya perubahan susunan nadzi
3) Meneliti saksi-saksi
4) Menyaksikan pelaksanaan ikrar wakaf serta menandatangani formulir ikrar wakaf.
5)
Membuat Akta Ikrar Wakaf rangkap 3 (tiga) dan salinannya rangkap (empat).
6) Menyimpan lembar pertama Akta Ikrar Wakaf, melampirkan lembar kedua pada
permohonan pendaftaran tanah wakaf kepada Bupati/Walikotamadya cq Kantor Agraria
setempat, dan lembar ketiga untuk Pengadilan Agama yang berada diwilayah tersebut.
7) Menyampaikan salinan Akta Ikrar Wakaf pertama kepada wakif, lembar kedua kepada
nadzir, dan lembar ketiga kepada Kantor Departemen Agama. Lembar ke empat kepada
Kepala Desa yang mewilayahi tanah wakaf tersebut.
8) Menyampaikan Akta Ikrar Wakaf dan salinannya selambat-lambatnya satu bulan sejak
dibuatnya Akta IkrarWakaf.
9) Menyimpan Akta dan data dengan baik.
10) Mengajukan permohonan atas nama nadzir kepada Bupati/Walikotamadya cq
Kepala Kantor Agraria setempat selambat-lambatnya 3 bulan sejak dikeluarkannya Akta
Ikrar Wakaf.
Untuk melaksanakan upaya hukum baik Islam atau negara di bentuk petugas pemerintah yang
diangkat berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Petugas yang dimaksud dinamakan Pejabat
Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) yang diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Agama Republik
Indonesia. Tugas PPAIW berkewajiban menerima ikrar dari wakif dan selanjutnya menyerahkannya
kepada nadzir.
Disamping itu juga bertugas melakukan pengawasan untuk kelestarian perwakafan.
c.
Nadzir
Untuk menjamin agar tanah hak milik yang diwakafkan dapat berfungsi sesuai dengan tujuan
wakaf, maka diperlukan pengelola tanah tersebut. Pengelola bertugas mengurus dan merawat tanah
wakaf. Pengelola tersebut dinamakan Nadzir yang dituntut persyaratan sebagai berikut :
76
1)
Apabila berbentuk perorangan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :Apabila
berbentuk perorangan harus memenuhi persayratan sebagai berikut :
(a) Warga negara Indonesia..
(b) Agama Islam.
(c) Status Dewasa.
(d) Sehat jasmani dan rohani.
(e) Tidak berada dibawah pengampunan.
(f) Tinggal pada satu kecamatan dengan letak benda yang diwakafkan.
2)
Apabila berbentuk Badan Hukum harus memenuhi persyaratan sebgai berikut :
(a) Badan Hukum Indonesia yang berkedudukan di Indonesia.
(b) Mempunyai perwakilan yang terletak dalam satu kecamatan dengan benda yang
diwakafkan.
3)
Nadzir harus didaftar di Kantor Urusan Agama Kecamatan tempat benda yang
diwakafkan setelah mendapatkan saran dari Camatdan majelis Ulama setempat untuk
mendapat pengesahan
4)
Sebelum melaksanakan tugas Nadzir harus mengucapkan sumpah dihadapan Kepala
Kantor Urusan Agama Kecamatan yang disaksikan sekurang-kurangnya oleh 2
orang saksi.
5)
Untuk satu unit perwakafan dikelola oleh sekurang-kurangnya oleh 3 sampai 10
Nadzir yang diangkat oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan atas saran Majelis
Ulama dan Camat setempat.
77
Disamping kuwajiban nadzir juga mempunyai hak-hak antara lain :
d.
1)
Menerima hasil harta wakaf tidak boleh lebih dari 10% hasil bersih.
2)
Dapat menggunakan fasilitas yang jenis dan jumlahnya ditetapkan oleh Kepala
Kandepag
Ikrar Wakif
Yang dimaksud dengan ikrar adalah pernyataan kehendak dari wakif untuk mewakafkan tanah
miliknya. Dalam melaksanakan wakaf lazimnya dilakukan melalui proses sebagai berikut :
a.
Calon Wakif (pihak yang hendak memwakafkan tanah miliknya harus datang menghadap
Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) untuk melaksanakan ikrar wakaf.Disamping itu
calon wakif membawa serta dan menyerahkan kepada PPAIW surat-surat .
1) Sertifikat hak milik atau tanda bukti kepemilikan tanah lainnya.
2) Surat Keterangan dari Kepala Desa yang diperkuat oleh Camat setempat yang menerangkan
kebenaran pemilikan tanah tanah serta tidak tersangku dalam suatu sengketa.
3) Surat keterangan pendaftaran tanah.
4) Ijin dari Bupati / Walikotamadya Kepala Daerah cq Kepala Kantor Agraria setempat.
b. Untuk mewakafkan tanah miliknya calon wakif harus mengikrarkan secara lisan, jelas dan tegas
kepada Nadzir yang telah disyahkan di hadapan PPAIW yang mewilayahi tanah wakaf dan
dihadiri saksi-saksi serta menuangkannya dalam bentuk tulisan menurut bentuk W 1. Bagi
mereka yang tidak mampu menyatakan kehendaknya secara lisan dapat dinyatakan dengan
isyarat.
c. Calon Wakif yang tidak dapat datang dihadapan PPAIW membuat ikrar wakaf secara tertulis
dengan persetujuan Kandepag yang mewilayahi tanah wakaf dan dibacakan kepada Nadzir
dihadapan PPAIW yang mewilayahi tanah wakaf serta diketahui saksi-saksi.
d. Tanah yang akan diwakafkan baik seluruhnya ataupun seharus merupakan tanah hak milik atau
tanah milik, dan harus bebas dari beban ikatan, jaminan, sitaan atau sengketa.
e. Saksi ikrar wakaf sekurang-kurangnya dua orang yang telah dewasa, sehat akalnya dan oleh
hukum tidak terhalang untuk melakukan perbuatan hukum.
3. Pelaksanaan wakaf
Dalam negara-negara Islam pelaksanaan wakaf diselenggarakan oleh instansi resmi yang
merupakan lembaga negara, karena peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara tersebut
berdasarkan atas hukum Islam.Di Indonesia penduduknya menganut beberapa agama, sehingga
78
wakaf tidak dikenal oleh masyarakat yang beragama Islam saja. Oleh sebab itu harta yang menjadi
objek per wakafan pada umumnya berupa benda yang tidak bergerak (tanah, bangunan) yang
dimanfaatkan sebagai tanah untuk masjid, madrasah, kuburan dll. Pelaksanaan wakaf tanah milik
yang dilakukan oleh umat Islam di Indonesia dilakukan melalui prosedur antara lain :
a.
Pihak yang akan mewakafkan tanah miliknya melaksanaikrar wakaf dihadapan PPAIW. Ikrar
diucapkan kepada Nadzir yang telah disahkan secara lisan, jelas dan tegas dengan dihadiri
saksi-saksi. Ikrar tersebut selanjutnya dituangkan dalam bentuk W1. Bagi mereka yang tidak
mampu melakukan secara lisan, dapat dinyatakan dengan isyarat
b.
Calon Wakif yang tidak dapat datang dihadapan PPAIW membuat pernyataan tertulis dengan
persetujuan Kandepag yang mewilayahi tanah wakaf tersebut dan dibacakan kepada Nadzir
dihadapan PPAIW dan diketahui saksi-saksi.
79
4.
Tata cara Mewakafkan Tanah
Seperti telah diuraikan diatas tatacara memwakahkan tanah milik adalah sebagai berikut :
a.
Calon Wakif (pihak yang hendak memwakafkan tanah miliknya harus datang menghadap
Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) untuk melaksanakan ikrar wakaf.
b.
Pejabat Pembuat Akte Ikrar Wakaf diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Agama R.I.
c.
Untuk mewakafkan tanah miliknya calon wakif harus mengikrarkan secara lisan, jelas dan
tegas kepada Nadzir yang telah disyahkan di hadapan PPAIW yang mewilayahi tanah weakaf
dan dihadiri saksi-saksi serta menuangkannya dalam bentuk tulisan menurut bentuk W 1.
Bagi mereka yang tidak mampu menyatakan kehendaknya secara lisan dapat dinyatakan
dengan isyarat.
Pelaksanaan ikrar dianggap syah jika dihadiri dan di-saksikan oleh
sekurang-kurangnya 2 orang saksi.d. Isi bentuk Ikrar Wakaf, biaya yang berekenaan dengan
pembuatan akta ikrar wakaf dan untuk para saksi ditetapkan oleh Menteri Agama.
d.
Calon Wakif yang tidak dapat datang dihadapan PPAIW membuat ikrar wakaf secara tertulis
dengan persetujuan Kandepag yang mewilayahi tanah wakaf dan dibacakan kepada Nadzir
dihadapan PPAIW yang mewilayahi tanah wakaf serta diketahui saksi-saksi.Saksi ikrar wakaf
sekurang-kurangnya dua orang yang telah dewasa, sehat akalnya dan oleh hukum tidak
terhalang untuk melakukan perbuatan hukum.
e.
Dalam melaksanakan ikrar pihak wakif harus menyerahkan kepada Pejabat tersebut suratsurat :
1)
Sertifikat hak milik atau tanda bukti kepemilikan lainnya.
2)
Surat keterangan dari Kepala Desa yang diperkuat oleh Camat setempat yang
menerangkan kebenaran pemilikan tanah tanah serta tidak tersangkut dalam suatu
sengketa.
3)
Surat keterangan pendaftaran tanah
4)
Ijin dari Bupati / Walikotamadya Kepala Daerah cq Kepala Kantor Agraria setempat.
Untuk melaksanakan upaya hukum baik Islam atau negara dibentuk petugas pemerintah yang
diangkat berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Petugas yang dimaksud dinamakan Pejabat
Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) yang diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Agama
Republik Indonesia. Tugas PPAIW berkuwajiban menerima ikrar dari wakif dan selanjutnya
menyerahkannya kepada nadzir. Disamping itu juga bertugas melakukan pengawasan untuk
kelestarian perwakafan.
5.
Pendaftaran Tanah Wakaf
80
Pendaftaran tanah wakaf dilakukan setelah pelaksanaan ikrar selesai. Selanjutnya Pejabat
Pembuat Akta Ikrar Wakaf mengatas anamai nadzir mengajukan permohonan kepada Bupati /
Walikotamadya cq kepala Agraria setempat untuk mendaftarkan perwakafan tanah milik menurut
ketentuan Peraturan Pemerintah nomor 10 tahun 1961. Dalam Peraturan Pemerintah nomer : 10
tahun 1961 ditetapakan bahwa setiap perjanjian yang bermaksud memindahkan hak atas tanah
memberi suatu hak baru atas tanah, menggadaikan tanah atau meminjam uang dengan hak atas
tanah sebagai tanggungan harus dibuktikan dengan suatu akta yang dibuat dihadapan pejabat yang
ditunjuk oleh Menteri Agraria. Dari ketentuan tersebut mewajibkan kepada setiap orang yang
melakukan perbuatan hukum atas tanah melaksanakannya didepan PPAT (Pejabat Pembuat Akte
Tanah).
Setelah dilakukan transakasi dilanjutkan dengan pendaftaran dari hak yang bersangkutan. Bupati /
Walikotamadya cq Kepala Agraria setempat setelah menerima permohonan mencatat perwakafan
tanah milik tersebut pada buku tanah dan serifikat. Jika tanah yang diwakafkan belum mempunyai
sertifikat maka pencatatan dilakukan setelah tanah itu dibuatkan sertifikat.
Setelah dilakukan pencatatan perwakafan tanah milik dan serifikatnya, nadzir yang bersangkutan
wajib lapor kepada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Agama.
Untuk tanah hak milik yang
diwakafkan dan belum terdaftar sertifikatnya, pendaftaran kepada Kepala Kantor Agraria setempat
perlu diselesaikan :
a. Surat permohonan konversi / penegasan haknya.
b. Surat-surat bukti pemilikan tenah serta surat keterangan lain yang diperlukan untuk permohonan
konversi.
c. Akta ikrar wakaf yang dibuat PPAIW setempat.
d. Surat pengesyahan dari Kantor Urursan Agama Kecamatan setempat mengenai nadzir yang
bersangkutan
6.
Dukungan Administrasi
Sebelum melakukan ikrar wakaf, wakif harus menyelesaikan urusan administrasi tanah milik yang
akan diwakafkan, meliputi :
a. Sertifikat hak milik atau tanda bukti pemilikan tanah (kitir tanah, petok, girik dsb).
b. Surat keterangan Kepala Desa yang diperkuat oleh Camat setempat tentang kebenaran
pemilikan tanah dan tidak dalam sengketa.
c. Surat keterangan pendaftaran tanah .
d. Ijin dari Bupati / Walikotamadya , Kepala Daerah cq Kepala Sub Direktorat Agraria setempat.
81
Untuk tanah milik yang belum bersertifikat harus dilampiri sebagai berikut :
a.
Surat permohonan penegasan hak atas tanah.
b.
Surat-surat bukti pemilikan tanah serta surat keterangan lain yang diperlukan untuk penegasan
hak milik
c.
Akta Ikrar Wakaf (aseli lembar kedua)
c.
Surat pengesahan Nadzir.
Dasar pelaksanaan wakaf di Indonesia sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor : 28 tahun 1977,
tanggal 27 Mei 1977.
7
Biaya Wakaf
Segala biaya perwakafan tanah yang menyangkuta administrasi perwakafan tanah hak milik
untuk
Instansi-instansi Departemen Agama dibebaskan kecuali bea meterai. Sedangkan untuk
penyelesaian pendaftaran dan pencatatan perwakafan di Kantor Agraria tidak dikenakan biaya,
kecuali biaya pengukuran tanah dan meterai disesuaikan dengan peraturan yang berlaku.
Ketegasan tentang penetapan biaya tanah hak milik yang diwakafkan tersebut tertuang pada
Peraturan Menteri Agama nomor 1 tahun 1978 jo angka V Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam nomer Kep/D/75/78.
8.
Perubahan Status Tanah Wakaf
Pada waktu yang lampau menjelang berakhirnya penjajahan Belanda di Indonesia dan awal
Kemerdekaan status tanah yang diwakafkan dapat dilakukan begitu saja oleh nadzirnya tanpa alasan
yang meyakinkan. Kejadian tersebut sudah barang tentu akan menimbulkan reaksi dari masyarakat
terutama bagi mereka yang berkepentingan langsung dengan perwakafan tanah tersebut.
Pada dasarnya perubahan status tanah wakaf tidak diperboehkan, kecuali tanah tersebut sudah
tidak dapat lagi dimanfaatkan sesuai dengan tujuan wakaf. Untuk tanah wakaf yang kondisinya
demikian dapat diadakan perubahan baik peruntukannya atau statusnya. Dari ketentuan itu banyak
kemungkinan untuk diadakan penyimpangan oleh sebagian oknum yang tidak bertanggung jawab.
Perubahan status tanah milik yang telah diwakafkan yang dirubah penggunaannya harus
dilaporkan oleh nadzir kepada Bupati / Walikotamadya cq Kepala Agraria setempat untuk
mendapatkan penyelesaian lebih lanjut.
Dalam Peraturan Menteri Agama nomer : 1 tahun 1978 ditentukan bahwa kemungkinan
perubahan yang dimaksud , nadzir berkuwajiban mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor
Wilayah Departemen Agama cq Kepala KUA dan Kandepag dengan menguraikan alasannya yang tepat
82
secara terperinci. Selanjutnya Kepala KUA dan Kandepag meneruskan permohonan kepada Kakanwil
Depag untuk menadapatkan persetujuan atau penolakan secara tertulis .
Kakanwil Depag berkuwajiban meneruskannya kepada Menteri Agama cq Direktorat Bimbingan
masyarakat Islam yang disertai beberapa pertimbangan. Direktorat ini diberi wewenang untuk
memberi persetujuan dan menolak secara tertulis atas permohonan perubahan status.
Perubahan status tanah wakaf dapat diijinkan jika diberikan
seimbang dengan kegunaannya sesuai dengan ikrar wakaf.
9.
pengganti
yang senilai atau
Peselisihan
Jika timbul atau terjadi perselisihan yang menyangkut perwakafan tanah, maka Pengadilan Agama
mempunyai wewenang untuk menyelasaikannya. Ketentuan tersebut tercantum pada pasal 12
Peraturan Pemerintah nomer 28 tahun 1977. Penyelesaian yang tercantum pada pasal itu termasuk
yurisdiksi yang menyangkut syah tidaknya perbuatan mewakafkan tanah tersebut dan masalah lain
yang menyangkut masalah wakaf berdasarkan syari'at Islam. Sedangkan masalah lain yang
menyangkut Hukum Perdata dan Hukum Pidana diselesaikan melalui hukum acara dalam Pengadilan.
Wewenang Pengadilan Agama tercantum pada pasal 17 Peraturan Menteri Agama nomer 1 tahun
1978, berbunyi :
a.
b.
Pengadilan Agama yang mewilayahi tanah wakaf berkuwajiban memeriksa dan
menyelesaikan perkara tentang perwakafan tanah menurut syareat Islam yang antara lain
mengenai :
1)
Wakif, Nadzir, Ikrar dan Saksi.
2)
Bayinah (alat bukti administrasi tanah wakaf)
3)
Pengelolaan dan pemanfaatan hasil wakaf.
Pengadilan Agama dalam melaksanakan ketentuan ayat (1) pasal ini berpedoman pada tata
cara penyelesaian perkara pada Pengadilan Agama.
Sebelum dikeluarkannya Peraturan Pemerintah nomer 28 tahun 1977peneyelesaian sengketa tanah
wakaf dikakukan oleh pengadilan umum dan bukan tugas dan wewenang Pengadilan Agama.
10. Pengawasan
Pengawasan tanah wakaf pada umumnya berlangsung di daerah tingkat kecamatan. Untuk
memu-dahkan pengawasan diperlukan dukungan tertib administrasi mulai tingkat kecamatan,
83
kabupaten, propinsi serta pusat. Cara pengawasannya dilakukan melalui jalur timbal balik yang
tatacaranya ditetapkan oleh Departemen Agama.
Sebagai tindak lanjutnya ditentukan pengawasan dan bimbingan perwakafan tanah dilakukan oleh
unit-unit organisasi Departemen Agama secara hirarkis yang diatur dalam keputusan Menteri Agama.
Pengawasan terhadap tanggung jawab dan tugas nadzir dilakukan oleh Kepala KUA Kecamatan,
Majelis Ulama Kecamatan dan Pengadilan Agama Yang mewilayahi secara bersama-sama.
11. Sanksi Pelanggaran Perwakafan
Setiap peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang suatu persoalan negara maka
sanksi dicantumkan pa-da suatu ketentuan khusus. Sanksi biasanya berbentuk pidana dimaksudkan
untuk menguatkan dan memberi jaminan agar peraturan yang dimaksud dilaksanakan sebagai mana
mestinya.
Perbuatan yang melanggar ketentuan seperti adanya penyimpangan terhadap pengikraran kepada
nadzir dihadapan PPAIW, penyimpangan syarat nadzir baik perorangan ataupun badan hukum, serta
pelanggaran dalam tatacara mewakafkan dan pendaftarannya atau penyimpangan dalam perubahan
pengawasan tanah perwakafan diancam dengan hukuman pidana.
Ketentuan sanksi hukuman ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah nomer 28 tahun 1977 pasal
14. Sedangkan hukuman bagi pelanggaranya adalah hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan
atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah).
Apabila perbuatan pelanggaran dilakukan oleh atas nama badan hukum maka tuntutan pidana
serta tertib hukum dijatuhkan, baik terhadap badan hukum maupun terhadap mereka yang memberi
perintah melakukan perbuatan tersebut, atau bertindak sebagai pimpinan, penanggung jawab dalam
perbuat an atau kelalaian yang dilakukan.
Sanksi pelanggaran tersebut dituangkan pada pasal 15 Peraturan Pemerintah nomer 28 tahun
1977. Kedua pasal diatas ditentukan sebgai suatu tindakan pidana atas perbuatan orang yang
mewakafkan tanah. Dengan adanya ketentuan tersebut maka pelaksanaan perwakaf an tanah
ditentukan secara pasti sehingga penyimpangan-penyimpangan terhadap ketentuan yang ditetapkan
dapat dituntut pidana. Untuk masalah perwakawafan berbebda dengan ketentuan pidana lainnya,
dimana untuk menentukan sanksi selalu dibedakan unsur kejahatan dan unsur pelanggaran. Tindak
pidana perwakafan tanah milik tidak ditentukan apakah termasuk kejahatan atau pelanggaran.
84
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an.
Abdurrahman, 1979. Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Kedudukan dan Tanah Wakaf di Negara
Kita. Bandung : Alumni.
Azhar Basyir, 1987. Hukum Islam Tentang Wakaf Ijarah dan Syirkah, Bandung : PT Alma'arif.
------------, 1991. Kompilasi Hukum Islam, Yogyakarta : Fakultas Hukum UII.
Boedi Karsono, 1975. Hukum Agraria Indonesia. Jakarta : Djambatan.
Hasbi Ashshiddiqi dkk, 1971, Al-Qur'an dan Terjemahnya,Medinah,:Al Haramain Asy Syarifain.
Imam Suhadi, 1983. Hukum Wakaf di Indonesia. Yogyakarta : Dua Dimensi.
Instruksi Presiden No : 1 Tahun 1991 Penyebaran Kompilasi Hukum Islam.
Mahmud Syaltut, Disalin Fachruddin, 1984, Akidah dan Syari'ah Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
Masyhur Amin, 1995, Dinamika Islam, Yogyakarta,:Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia.
Mukti Ali, 1990, Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam, Bandung : Mizan.
Pembinaan Badan Peradilan Agama,1981.Kompilasi Perundang Undangan Badan Peradilan Agama.
Jakarta : Depag.
Peraturan Pemerintah No: 28 Tahun 1977, Perwakafan Tanah Milik.
Quraish Shihab,1992, Membumikan Al-Qur'an, Bandung : Mizan.
Rasjidi H.M, 1974, Empat kuliah Agama Islam Pada Perguruan Tinggi,Jakarta: PT Bulan Bintang.
85
Saroso, 1984. Tinjauan Yuridis Tentang Perwakafan Tanah Hak Milik. Yogykarta : Liberty
Suhadi, 1985 Hukum Wakaf di Indonesia Yogyakarta: Dua Dimensi.
Sunarjati Hartono, 1978. Beberapa Pemikiran Kearah Pembaharuan Hukum Tanah. Bandung : Alumi
86
Download