Reaksi Harga Saham Sebelum dan Sesudah Suspensi pada PT

advertisement
Reaksi Harga Saham Sebelum dan Sesudah Suspensi
pada PT Bumi Resources, Tbk
Oleh:
Agus Arman
Staf Pengajar STIM Nitro Makassar
ABSTRAK
Suspensi merupakan kegiatan penghentian sementara perdagangan
saham di lantai bursa yang disebabkan oleh beberapa hal. Dengan
demikian, suspensi merupakan salah satu potensi risiko yang dihadapi
investor.
Penelitian ini untuk melihat bagaimana harga saham bereaksi atas
terjadinya suspensi, dengan studi kasus pada PT. Bumi Resources, Tbk,
yang bergerak di sektor pertambangan. Saham BUMI merupakan salah
satu saham unggulan yang memiliki nilai kapitalisasi besar di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Saham BUMI pernah menduduki peringkat
pertama dari sisi kapitalisasi pasar mengalahkan saham Telkom.
Untuk melihat bagaimana harga saham bereaksi atas terjadinya
suspensi, maka digunakan alat analisis uji-t berpasangan (t-paired
sample) dengan bantuan SPSS versi 15.00. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa suspensi yang dilakukan atas saham PT Bumi Resources Tbk,
menyebabkan penurunan harga saham. Hal ini dibuktikan dari hasil
pengolahan data dengan tingkat korelasi sebesar 0.605 dengan tanda
negatif.
Kata kunci: suspensi, harga saham.
PENDAHULUAN
Salah satu fenomena yang sering terjadi di BEI adalah suspensi. Suspensi
merupakan kegiatan penghentian sementara perdagangan saham di lantai bursa
yang disebabkan oleh beberapa hal. Suspensi memang hanya penghentian
sementara artinya jelas akan dibuka kembali bila kondisi telah dimungkinkan.
Dengan demikian, suspensi merupakan salah satu potensi risiko yang dihadapi
investor. Investor harus menunggu untuk melakukan transaksi jual beli hingga
suspensi dicabut. Tidak jarang suspensi yang berkepanjangan berakhir dengan
penghapusan pencatatan (delisting).
Salah satu perusahaan yang mengalami suspensi belum lama ini adalah PT
Bumi Resources, Tbk (BUMI). BUMI adalah anak perusahaan dari PT Bakrie &
Brother Tbk. (BNBR) dan bergerak di sektor pertambangan. Saham BUMI
merupakan salah satu saham unggulan yang memiliki nilai kapitalisasi besar di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham BUMI pernah menduduki peringkat pertama
dari sisi kapitalisasi pasar mengalahkan saham Telkom. Saham BUMI merupakan
saham yang pergerakannya paling lincah diantara saham grup Bakrie lainnya.
Saham BUMI disuspensi pada 7 Oktober 2008 dan baru diperdagangkan kembali
pada 6 November 2008.
Rumusan Masalahan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu: Apakah terdapat perbedaan harga saham sebelum dan setelah
Suspensi pada PT. Bumi Resources, Tbk?
TINJAUAN PUSTAKA
Penilaian Harga Saham
Menurut Husnan (2005: 307), terdapat dua pendekatan dasar untuk
melakukan analisis dan memilih saham, yaitu:
1. Analisis Fundamental, mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan
datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang
mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan
hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.
Karena banyak faktor mempengaruhi harga saham, maka untuk analisis
fundamental diperlukan beberapa tahapan analisis. Tahapan yang dilakukan
dimulai dengan analisis dari kondisi makro ekonomi atau kondisi pasar diikuti
dengan analisis industri dan akhirnya analisis kondisi spesifik perusahaan.
2. Analisis Teknikal, merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham
(kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga tersebut di waktu yang lalu.
Berlainan dengan pendekatan fundamental, analisis teknikal tidak
memperhatikan faktor-faktor fundamental yang mungkin mempengaruhi harga
saham. Pemikiran yang mendasari analisis teknikal adalah bahwa harga saham
mencerminkan informasi yang relevan, bahwa informasi tersebut ditunjukkan
oleh perubahan harga di waktu yang lalu, dan karenanya perubahan harga
saham akan mempunyai pola-pola tertentu dan pola tersebut akan berulang.
Informasi tentang harga dan volume perdagangan merupakan alat utama untuk
analisis. Sebagai misal, peningkatan (penurunan) harga biasanya berkaitan
dengan penigkatan (penurunan) volume perdagangan. Apabila harga naik, tetapi
tidak diikuti dengan peningkatan volume perdagangan, para analis teknikal
umumnya skeptis dengan trend kenaikan harga tersebut. Gerakan penurunan
harga dari pola tertentu, diikuti dengan peningkatan volume penjualan yang
sangat tinggi umumnya ditafsirkan kondisi pasar akan bearish (pasar akan
mengalami penuruna harga). Analisis teknikal pada dasarnya merupakan upaya
untuk menentukan kapan akan membeli atau menjual saham, dengan
memanfaatkan indikator-indikator teknis ataupun menggunakan analisis grafis.
Harga saham dibentuk karena adanya permintaan dan penawaran atas
saham. Permintaan dan penawaran tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh faktor
dari kinerja perusahaan dan industri di mana perusahaan tersebut bergerak, kondisi
ekonomi negara, sosial, dan politik (Darmadji dan Fakhruddin, 2001: 10). Fluktuasi
harga saham merupakan kenaikan maupun penurunan harga saham yang terjadi
karena adanya permintaan dan penawaran atas saham tersebut yang terjadi akibat
adanya banyak faktor. Naik turunnya harga saham yang diperdagangkan di pasar
bursa ditentukan oleh kekuatan pasar. Jika pasar menilai bahwa perusahaan
penerbit saham dalam kondisi baik, maka biasanya harga saham perusahaan
tersebut akan naik. Demikian pula sebaliknya jika kondisi perusahaan dinilai rendah
oleh pasar, maka harga saham perusahaan di pasar saham juga akan ikut turun.
Menurut Medpress (1998: 58), harga saham merupakan harga yang terbentuk di
bursa saham. Umunya harga saham diperoleh untuk menghitung nilai saham.
Semakin jauh perbedaan tersebut, mencerminkan terlalu sedikitnya informasi yang
mengalir ke bursa efek, maka harga saham tersebut dipengaruhi oleh tekanan
psikologis pembeli atau penjual (tindakan irasional).
Risiko Memegang Saham
Saham dikenal dengan karakteristik high risk-high return. Artinya saham
merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan tinggi namun
juga berpotensi risiko tinggi. Saham memungkinkan investor untuk mendapatkan
return atau keuntungan (capital gain) namun saham juga dapat membuat investor
mengalami risiko kerugian. Adapun risiko yang dihadapi investor dengan
kepemilikan saham antara lain:
1. Tidak Mendapat Dividen, perusahaan akan membagikan dividen jika operasi
perusahaan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian perusahaan tersebut
tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian.
2. Capital Loss, dalam aktivitas perdagangan saham, tidak selalu investor
mendapatkan capital gain alias keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada
kalanya investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga
beli. Dengan demikian investor mengalami capital loss. Dalam jual beli saham,
terkadang untuk menghindari potensi kerugian yang makin besar seiring dengan
terus menurunnya harga saham, maka seorang investor rela menjual saham
dengan harga rendah.
Di samping risiko di atas, seorang pemegang saham juga masih dihadapkan
dengan potensi risiko lainnya, yaitu:
1. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, jika sebuah perusahaan bangkrut, maka
tentu saja akan berdampak secara langsung terhadap saham perusahaan
tersebut. Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di Bursa Efek, jika sebuah
perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka saham perusahaan tersebut akan
dikeluarkan dari bursa atau di-delist.
2. Saham dikeluarkan dari bursa (delisting), risiko lain yang dihadapi oleh para
investor adalah jika saham perusahaan dikeluarkan dari pencatatan Bursa Efek
atau di-delist. Saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya dikarenakan
kinerja yang buruk, misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah
diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak dibagikan dividen
secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai
peraturan pencatatan efek di bursa. Saham yang telah di-delist tidak lagi
diperdagangkan di luar bursa. Meskipun saham tersebut tetap dapat
diperdagangkan di luar bursa, tidak terdapat patokan harga yang jelas dan jika
terjual biasanya dengan harga yang jauh lebih rendah dari harga sebelumnya.
3. Saham dihentikan sementara (suspensi), jika suatu saham di-suspend atau
dihentikan perdagangannya oleh otoritas Bursa Efek maka investor tidak dapat
menjual sahamnya hingga suspensi tersebut dicabut. Suspensi biasanya terjadi
dalam waktu singkat, misalnya satu sesi perdagangan, dua sesi perdagangan.
Hal tersebut dilakukan otoritas bursa jika suatu saham mengalami lonjakan
harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, atau
berbagai kondisi lain yang mengharuskan otoritas bursa menghentikan
perdagangan tersebut untuk sementara sampai perusahaan tersebut memberikan
konfirmasi atau kejelasan informasi lainnya, hingga informasi yang belum jelas
tersebut tidak menjadi ajang spekulasi. Jika telah didapatkan suatu informasi
yang jelas, maka suspensi atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan
saham dapat diperdagangkan kembali seperti semula. Dengan demikian,
keterbukaan informasi (Information Disclosure) memegang peranan vital dalam
aktivitas perdagangan saham.
Suspensi
Suspensi merupakan penghentian sementara perdagangan saham. Menurut
Darmadji dan Fakhruddin (2006: 133), dengan pertimbangan tertentu otoritas bursa
dapat menghentikan sementara perdagangan suatu saham, sehingga saham tersebut
tidak dapat diperjualbelikan hingga penghentian sementara dicabut oleh bursa
(unsuspend).
Berdasarkan surat edaran BEJ, yaitu SE Nomor 008/BEJ/08-2004 tanggal 27
Agustus 2004, beberapa hal yang dapat menjadi penyebab penghentian
perdagangan suatu saham antara lain:
1. Laporan Keuangan Auditan memperoleh opini disclaimer (akuntan tidak
menyatakan pendapat) sebanyak 2 kali berturut-turut atau memperoleh opini
tidak wajar sebanyak 1 kali.
2. Emiten dimohonkan pailit oleh kreditornya atau secara sukarela mengajukan
permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
3. Tidak melakukan keterbukaan atas suatu informasi yang menurut pertimbangan
bursa secara material dapat mempengaruhi keputusan investasi investor.
4. Terjadi kenaikan/penurunan harga yang signifikan dan/atau adanya pola
transaksi yang tidak wajar.
Jika suatu saham disuspend maka investor tidak dapat menjual sahamnya
hingga suspend dicabut. Suspend biasanya berlangsung dalam waktu singkat,
misalnya satu sesi perdagangan, dua sesi perdagangan, namun dapat pula
berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan. Umumnya, suspensi
dilakukan BEI berkaitan dengan kenaikan harga kumulatif yang signifikan. Suspensi
dilakukan BEI untuk mendinginkan pasar dan memberikan waktu yang memadai
bagi pelaku pasar guna mempertimbangkan secara matang keputusan berinvestasi
atas saham tersebut.
Perilaku Investor
Kepuasan konsumen oleh Morgan (1994:53) diartikan sebagai sesuatu yang
dipengaruhi oleh nilai-nilai suatu layanan (service) yang disuguhkan karyawan
kepada pelanggan. Nilai pelanggan tersebut tercipta karena tingkat kepuasan,
loyalitas, dan produktifitas yang disumbangkan oleh karyawan. Adanya kepuasan
kerja yang dinikmati oleh para karyawan merupakan upaya yang mendukung
terciptanya kualitas layanan yang prima; serta kebijakan perusahaan yang baik akan
memungkinkan karyawan memberikan layanan terbaik kepada para pelanggan.
Perilaku keuangan sangat berperan penting dalam pengambilan keputusan
seseorang mengenai investasi. Pengambilan keputusan keuangan akan sangat
dipengaruhi oleh perilaku emosi atau pengetahuan berkenaan dengan investasi.
Ada beberapa perilaku yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan investasi,
diantaranya:
1. Ketakutan (fear). Dalam kaitannya dengan investasi, rasa takut diartikan dengan
tidak adanya rasa percaya terhadap pasar modal. Banyak orang merasa bahwa
dengan berinvestasi dipasar modal akan mengalami kerugian atau malah
kehilangan dana seluruhnya. Ketakutan individu yang lain untuk berinvestasi di
pasar modal adalah tingkat volatilitas. Dengan jangka waktu yang lebih panjang,
pasa modal memberikan peluang untuk memberikan tingkat pengembalian yang
cukup dengan risiko terukur. Pada umumnya investor di pasar modal Indonesia
adalah pemain jangka pendek sehingga mereka sangat percaya bahwa pasar
modal sangat tinggi volatilitasnya.
2. Keserakahan (greed). Keserakahan dapat diartikan sebagai tingkat kepercayaan
yang terlalu tinggi terhadap pasar modal. Investor yang sudah lama
berkecimpung di pasar modal sering kali merasa yakin dengan pilihan
investasinya sehingga mereka sering mengabaikan bahwa harga saham dari
suatu saham dapat mengalami penurunan. Investor saham sangat yakin dan
hanya terfokus pada tingkat pengembalian yang diharapkan dan melupakan
risiko yang terkandung di dalamnya.
3. Penyesalan (regred). Penyesalan sering kali timbul akibat dari suatu kesalahan
yang membuat diri seseorang merasa bodoh. Begitu pun dengan investor saham,
banyak investor yang melakukan hal-hal yang tidak masuk akal untuk
menghindari penyesalan. Banyak investor mempertahankan saham yang
menurun dari nilainya yang tajam dengan harapan akan kembali naik dan
mendapatkan kembali modalnya. Investor beranggapan bahwa apabila belum
menjual saham tersebut, investor belum merasa rugi. Dengan menjual saham
tersebut sama halnya dengan mengatakan bahwa mereka gagal dan kegagalan
tersebut menimbulkan rasa penyesalan.
Menurut Woody dalam Arman (2008) menyatakan “human behavior is the key
determinants of the market”. Hal ini menegaskan, kunci pergerakan harga saham
bukanlah faktor fundamental tau pun teknikal, melainkan perilaku manusia
(investor). Perilaku manusia dibentuk oleh level confidence (keyakinan) dan
expectation (harapan) investor. Di saat pasar sedang bergerak naik (bullish),
keyakinan dan harapan investor cukup tinggi, melebihi hitungan-hitungan
fundamental. Sebaliknya, ketika pasar melemah (bearish), keyakinan dan harapan
pasar teramat rendah sekalipun faktor fundamental cukup menjanjikan. Sedangkan
menurut Adam Smith dalam Arman (2008) membagi perilaku alamiah manusia
menjadi dua bagian yaitu ketakutan (fear) dan keserakahan (greed).
METODE PENELITIAN
Sampel Penelitian
Penelitian untuk menguji perbedaan harga saham sebelum dan setelah
dilakukan Suspensi dilakukan pada kasus PT. Bumi Resources, Tbk (BUMI) yang
melakukan suspensi pada tanggal 7 Oktober 2008. Pengujian bagaimana harga
saham bereaksi atas kebijakan suspensi yang dilakukan perusahaan akan diamati
dengan periode jendela (window period) 30 hari sebelum dan 30 hari setelah suspensi.
Alat Analisis
Alat analisis data yang digunakan adalah Paired Sample T-Test dengan
menggunakan bantuan program SPSS 15.0 for Windows. Paired sample T-Test
digunakan untuk membandingkan mean dari suatu sampel yang berpasangan
(paired). Sampel berpasangan adalah sebuah kelompak sampel dengan subyek yang
sama namun mengalami dua perlakuan yang berbeda.
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
Harga Saham Sebelum Suspensi
Tabel 1, Perkembangan Harga Saham BUMI Sebelum dilakukan Suspensi
Hari
H-30
H-29
H-28
H-27
H-26
H-25
H-24
H-23
H-22
H-21
Harga
5.300
5.250
5.350
5.150
5.000
5.050
4.950
5.250
5.300
5.450
Hari
H-20
H-19
H-18
H-17
H-16
H-15
H-14
H-13
H-12
H-11
Harga
5.400
5.250
5.350
5.500
5.500
4.450
4.400
3.950
3.500
3.675
Hari
H-10
H-9
H-8
H-7
H-6
H-5
H-4
H-3
H-2
H-1
Harga
3.600
3.500
3.275
3.275
3.225
3.950
3.900
3.700
3.400
2.175
Sumber : PIPM Makassar
Berdasarkan Tabel 1, harga saham BUMI cenderung mengalami penurunan
30 hari sebelum dilakukannya suspensi. Harga saham pada 30 hari sebelum
dilakukannya suspensi berada pada posisi 5.300 dan mengalami penurunan hingga
pada posisi 2.175, satu hari sebelum dilakukannya suspensi.
Harga Saham Setelah Suspensi
Tabel 2, Perkembangan Harga Saham BUMI Setelah dilakukan Suspensi
Hari
H+1
H+2
H+3
H+4
H+5
H+6
H+7
H+8
H+9
H+10
Harga
1.975
1.780
1.610
1.450
1.310
1.180
1.160
1.050
950
860
Hari
H+11
H+12
H+13
H+14
H+15
H+16
H+17
H+18
H+19
H+20
Harga
710
710
850
1.020
1.120
940
1.020
850
770
810
Hari
H+21
H+22
H+23
H+24
H+25
H+26
H+27
H+28
H+29
H+30
Harga
760
820
830
980
960
950
910
890
870
910
Sumber : PIPM Makassar
Berdasarkan Tabel 2, harga saham BUMI cenderung mengalami penurunan
hingga 30 hari setelah dilakukannya suspensi. Harga saham pada 1 hari sebelum
dilakukannya suspensi berada pada posisi 1.975 dan mengalami penurunan hingga
pada posisi 910, 30 hari setelah dilakukannya suspensi.
Pembahasan
Tabel 3: Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error
Mean
sesudah
1033,5000
30
308,96141
56,40838
sebelum
4434,1667
30
938,14020
171,28018
Sumber: Hasil olahan SPSS ver.12.0
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata harga saham sebelum
dilakukan suspensi sebesar 4.434,1667 sedangkan rata-rata harga saham sesudah
suspensi sebesar 1.033,5. Hasil ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan rata-rata
harga saham dari 4.434,1667 sebelum suspensi menjadi 1.033,5 sesudah suspensi.
Tabel 4: Paired Samples Correlations
N
Pair 1
sesudah &
sebelum
Correlation
30
-,605
Sig.
,000
Berdasarkan Tabel 4, menujukkan korelasi harga saham sebelum dan sesudah
suspensi serta tingkat signifikansi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat
korelasi yang diperoleh sebesar -0,605 dengan tingkat signifikasi 0,000.
Tabel 5: Paired Samples Test
Mean
Paired Differences
Std.
Std. Error
95% Confidence Interval of
Deviation
Mean
the Difference
Lower
Pair
1
sesudah
sebelum
-3400,66667
1151,54748
210,24284
-3830,66156
t
df
Sig. (2tailed)
-16,175
29
,000
Upper
-2970,67177
Berdasarkan Tabel 5, menunjukkan mean sebesar -3.400,67 yang merupakan
selisih antara harga saham sesudah suspensi dengan sebelum suspensi. Tingkat
signifikasi yang diperoleh sebesar 0,000.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan harga saham
sebelum dan sesudah suspensi pada PT Bumi Resources Tbk. Periode penelitian
selama 30 hari sebelum dan sesudah suspensi dengan menggunakan harga saham
penutupan harian. Rata-rata harga saham sebelum suspensi sebesar 4.434,1667 dan
sesudah suspensi sebesar 1.033,5 dengan demikian terjadi penurunan rata-rata harga
saham sebesar 76,69%. Korelasi harga saham sebelum dan sesudah suspensi sebesar
-0,605. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan harga saham sesudah
suspensi dengan besaran 0,605. Hasil pengolahan data juga menunjukkan tingkat
signifikasi sebesar 0,000. Hasil ini mennjukkan bahwa tingkat kesalahan pada
pengolahan data ini adalah nol atau tingkat kepercayaan mendekati 100%. Dengan
demikian, hipotesis yang penelitian ini yang menyatakan bahwa “terdapat
perbedaan harga saham sebelum dan sesudah suspensi pada PT Bumi Resources
Tbk.” dinyatakan diterima dan dapat dibuktikan kebenarannya. Kondisi tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Sentimen negatif terkait belum selesainya transaksi penjualan saham BUMI ke
konsorsium Northstar dan rumor-rumor seputar BUMI dan induknya PT Bakrie
& Brother Tbk. (BNBR) membuat emiten batubara ini terus menjadi sasaran jual
investor.
2. Investor masih membutuhkan kejelasan informasi terkait aksi perusahaan
tersebut. Sebelumnya suspensi atas saham BUMI dilakukan oleh otoritas bursa
disebabkan oleh ketidakjelasan informasi mengenai masalah repurchase agreement
(repo) yang dilakukan oleh induk perusahaan BUMI yaitu PT Bakrie & Brother
Tbk yang masih berlangsung setelah suspensi dicabut.
3. Informasi mengenai repo saham-saham PT Bumi Resources Tbk jumlahnya
belum dapat dipastikan. Repo adalah aksi gadai saham yang dilakukan oleh
emiten tertentu kepada investor untuk memperoleh pinjaman dengan
menjaminkan sejumlah saham. Ketika waktu jatuh tempo tiba, emiten wajib
mengeksekusi kembali saham-sahamnya yang dijaminkan, atau kreditor
mengambil alih saham-saham tersebut. Dalam hal ini, BNBR selaku induk
perusahaan BUMI dikabarkan telah menggadaikan saham BUMI. BNBR sebagai
induk BUMI sedang negosiasi penjualan dengan konsorsium Northstar Pasific
dan Texas Pasific Group. Dalam klausul perjanjian, Northstar bersedia
membayar US$ 1,3 milyar atas 35% saham BUMI jika BNBR berhasil
mengamankan 35% saham yang dimilikinya di BUMI. Permasalahan yang
timbul adalah kepemilikan BNBR di BUMI tidak lagi sebanyak 35%. Dalam
materi paparan publik grup Bakrie 13 Oktober 2008, jumlah saham BUMI telah
digadaikan BNBR sebanyak 26,43%. Artinya hanya sebanyak 8,57% saham BUMI
yang benar-benar dimiliki BNBR. Kondisi ini mengharuskan BNBR harus
berusaha merebut saham yang telah digadaikan agar tidak lepas ke pasar.
Informasi inilah yang menyebabkan sentimen negatif di pasar yang berimbas
pada harga saham.
4. Adanya aksi jual paksa (forced sell) secara besar-besaran sejak suspensi dibuka.
Aksi jual paksa dilakukan akibat adanya margin trading. Margin trading adalah
membeli saham tertentu dengan meminjam dana sekuritas. Ketika jatuh tempo
pinjaman datang, investor yang melakukam margin trading wajib melunasi
hutangnya atau saham-saham yang dimilikinya dijual paksa oleh pihak sekuritas
di harga pasar saat itu hingga dana pinjaman tersebut dapat dilunasi.
5. Suspensi berlangsung selama kurang lebih satu bulan dimana transaksi atas
saham BUMI tidak dapat dilakukan baik jual maupun beli. Sejak suspensi
dicabut dan perdagangan kembali di buka, investor memilih jual rugi (cut loss)
karena sedang membutuhkan likuiditas dan adanya rumor saham BUMI akan
terus turun ke level Rp 1.000/lembar.
Kelima kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya aksi jual besar-besaran
terhadap saham BUMI sejak suspensinya dibuka pada tanggal 6 November 2008
yang menyebabkan harga sahamnya terus tergerus. Pada pembukaan pertama
setelah suspensi, antrian jual saham BUMI mencapai 3,8 juta lot (1,9 milyar lembar).
Pada hari kedua, antrian jual sebanyak 2,8 juta lot (1,4 milyar lembar). Antrian jual
pada hari ketiga tercatat sebanyak 1,45 juta lot (725 juta lembar) dan pada hari
keempat jumlahnya masih menumpuk sebanyak 1,2 juta lot (600 juta lembar). Meski
kian hari jumlah antrian semakin menurun, namun antrian jual yang mencapai
jutaan lot merupakan antrian terbesar sepanjang sejarah Bursa Efek Indonesia.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis sebagaimana yang telah
disajikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa suspensi yang dilakukan
atas saham PT Bumi Resources Tbk. menyebabkan penurunan harga saham. Hal ini
dibuktikan dari hasil pengolahan data dengan tingkat korelasi sebesar 0.605 dengan
tanda negatif. Demikian pula dengan tingkat signifikasi yang ditunjukkan dengan
α= 0,000.
Saran
Setelah melihat hasil penelitian ini, maka saran yang diberikan oleh peneliti
adalah sebagai berikut:
Bagi Investor
Penting bagi investor untuk senantiasa mencermati efek dari suspensi,
sebagaimana yang ditunjukkan pada hasil penelitian ini. Faktanya, saham
yang dikenakan kebijakan suspensi memberikan efek negatif atas harga
saham tersebut setelah dilakukannya suspensi.
Bagi Perusahaan
Sebaiknya perusahaan publik setiap saat memberi informasi yang cukup ke
Bursa Efek sepanjang informasi tersebut berpengaruh terhadap pasar
sahamnya. Perusahaan sebaiknya memberikan keterbukaan informasi yang
jelas ketika rumor-rumor mulai berkembang di pasar sehingga investor dapat
bertindak rasional sehingga menciptakan harga yang wajar.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Disarankan untuk melakukan penelitian dengan melibatkan lebih banyak lagi
perusahaan-perusahaan yang pernah di suspensi, untuk mendapatkan
gambaran yang lebih lengkap tentang reaksi harga saham sebelum dan
setelah suspensi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Panduan Praktis Pengolahan Data Statistik dengan SPSS 15.0.
Semarang: Wahana Komputer.
Arman, Agus. 2008. Krisis Keuangan Global dan Prospek Bursa Indonesia Tahun
2009. Orasi Ilmiah, disampaikan pada rapat senat Terbuka luar Biasa STIM
Nitro.
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. 2001. Pasar Modal di Indonesia
Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat.
................................................................................. 2006. Pasar Modal di Indonesia
Pendekatan Tanya Jawab. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Husnan, Suad. 2005. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisa Sekuritas.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Jogiyanto. 2007. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 2007. Yogyakarta:
BPFE.
Medpress Team Work. 1998. Menyiasati Krisis Ekonomi, Kiat Investasi dan
Penyelamatan Aset. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Sunariyah. 2003. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Ketiga. Yogyakarta:
Unit Penerbit dan Percetakan AMP YPKN.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi
Pertama. BPEF. Yogyakarta.
Yandianto.2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: M25.
www.idx.com. Diakses tgl 21 Desember 2008.
http://blog.keuanganpribadi.com. Diakses tgl 18 Desember 2008.
www.bumiresources.com. Diakses tgl 20 Maret 2009
Download