Efektivitas Ekstrak Padina australis Sebagai Antibakteri Vibrio

advertisement
EFEKTIVITAS EKSTRAK Padina australis SEBAGAI ANTIBAKTERI
Vibrio cholerae DAN Salmonella typhi
Weni Ardiani
Program Studi Biologi, FMIPA Universitas Pakuan.
Jln. Pakuan PO.BOX 452, Bogor
ABSTRAK
Saat ini pemanfaatan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia semakin meningkat.
Tumbuhan air memiliki potensi sebagai obat tradisional karena mengandung bahan aktif yang
baik untuk kesehatan, salah satunya yaitu Padina australis Hauck. Tujuan dari penelitian ini
yaitu untuk mengetahui konsentrasi paling efektif dari ekstrak Padina australis sebagai
antibakteri Vibrio cholerae dan Salmonella typhi. Ekstraks Padina australis dibuat dengan
metode maserasi. Uji efektivitas ekstrak Padina australis terhadap Vibrio cholerae dan
Salmonella typhi menggunakan metode difusi cakram Kirby Bauer pada perlakuan ekstrak
konsentrasi 50%, 60%, 70%, 80% dan kontrol. Hasil pengujian ekstrak Padina australis
terhadap Vibrio cholerae menunjukkan konsentrasi 80% merupakan konsentrasi yang
membentuk daerah hambat paling besar yaitu 19,48 mm. Sedangkan hasil uji ekstrak
terhadap bakteri Salmonella typhi pada konsentrasi 80% diperoleh diameter daerah hambat
sebesar12 mm.
Kata Kunci : Antibakteri, Padina australis Hauck, Vibrio cholerae, dan Salmonella typhi.
PENDAHULUAN
Saat ini pemanfaatan bahan alam
yang digunakan sebagai obat tradisional di
Indonesia semakin meningkat, bahkan
beberapa bahan alam telah diproduksi
dalam skala besar. Keuntungan penggunaan
obat tradisional adalah bahan bakunya
mudah diperoleh dan harganya yang relatif
murah
(Rozlizwati
dkk,
2013).
Kecenderungan penggunaan tumbuhan
daratan
lebih
banyak
dieksplorasi
dibandingkan dengan tumbuhan air,
padahal tumbuhan air juga memiliki
potensi sebagai obat tradisional karena
mengandung bahan aktif yang baik untuk
kesehatan, salah satunya yaitu rumput laut
(Haryani, TS dkk. 2014).
Menurut Melka (2009), rumput laut
merupakan salah satu komoditi ekspor yang
potensial
untuk
dikembangkan.
Pemanfaatan rumput laut (alga) untuk
menunjang kehidupan manusia telah
banyak dilakukan didalam berbagai bidang
baik pangan maupun sandang.
Beberapa jenis rumput laut di
Indonesia dapat digunakan sebagai obat
(Haryani, TS dkk. 2014). Y. Saloso dkk
(2011) menyatakan bahwa Padina australis
Hauck merupakan salah satu jenis alga
coklat yang bernilai ekonomi karena
berguna sebagai pakan ternak, makanan
manusia (supplemen), pupuk dan dalam
bidang
kesehatan
berguna
sebagai
antimikroba.
Telah dilakukan penelitian mengenai
ekstrak Padina australis sebagai antibakteri
Escherichia coli oleh Haryani, TS dkk.
(2014). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ekstrak Padina australis pada
konsentrasi rendemen 100% effektif
menghambat
pertumbuhan
bakteri
Escherichia coli penyebab diare dengan
diameter zona bening sebesar 14,37 mm.
Berdasarkan kemampuan efektivitas
ekstrak
Padina
australis
terhadap
antibakteri Escherichia coli, maka perlu
dilakukan pengujian lanjut mengenai
efektivitas ekstrak Padina australis terhadap
bakteri lain yaitu Vibrio cholerae dan
Salmonella typhi.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui konsentrasi yang efektif dari
ekstrak Padina australis sebagai antibakteri
Vibrio cholerae dan Salmonella typhi.
TINJAUAN PUSTAKA
Padina australis
Padina
australis
merupakan
ganggang/algae laut yang termasuk dalam
kelompok Phaeophyta, karena seluruh talus
Padina australis berwarna cokelat. Warna
cokelat ini disebabkan adanya pigmen
fucoxantin yang menyebabkan warnanya
cenderung coklat (Budi, 2004).
Padina australis memiliki ciri utama
yaitu thallusnya besar, bentuk thalli seperti
kipas dengan lebar 2-8 cm membentuk
segmen-segmen lembaran tipis dengan
garis-garis berambut radial. Thallus
berwarna coklat muda sedangkan bagianbagian tertentu dari thallus berwarna putih
akibat pengapuran ringan (Y. Salosso dkk,
2011). Holdfast berbentuk cakram kecil
berserabut. Bagian atas lobus agak melebar
dengan pinggir rata dan pada bagian
puncak terdapat lekukan-lekukan yang pada
ujungnya terdiri dari dua lapisan sel.
Tumbuh menempel pada batu di daerah
rataan terumbu baik di tempat-tempat yang
terkena hempasan ombak langsung maupun
terlindung (Kadi dan Atmajaya, W. S ,
1988)
Triastinurmiatiningsih dan Tri Saptari
H (2008) menyatakan bahwa, Padina
australis dapat digunakan sebagai obat
tradisional seperti obat cacingan dan
gangguan pencernaan karena diare.
Pemanfaatannya hanya dengan cara
merebus dan memakan tanpa campuran
apapun.
Vibrio cholerae
Volk
dan
Wheeler
(1989)
mengatakan bahwa Vibrio adalah bakteri
yang umum dijumpai di permukaan air,
merupakan bakteri Gram negatif yang
berbentuk batang agak cembung . Vibrio
cholerae berukuran 2-4 µm, tidak
mempunyai spora dan memiliki flagel
tunggal, tidak tahan terhadap asam dan
hidup pada pH optimum 8,5 – 9,5. Suhu
optimum untuk pertumbuhan adalah 37oC.
Koloni bakteri ini berbentuk cembung,
bulat, halus, dan tampak granul. Vibrio
cholerae bersifat patogen pada manusia dan
dapat menyebabkan gangguan pencernaan
(Radji M, 2002).
Gambar 2. Vibrio cholerae (Michael J.
Cuomo, 2014)
Gambar 1. Padina australis
Padina australis juga mengandung
senyawa steroid, terpenoid, polifenol, dan
saponin. Senyawa ini memungkinkan
Padina australis untuk dikembangkan
sebagai antibakteri alami karena senyawa
bioaktif yang dikandung tersebut dapat
menghambat pertumbuhan bakteri (Y.
Salosso dkk, 2011). Menurut Wijaya B.J.
(2014), dalam Padina australis terdapat
kandungan senyawa kelompok alkaloid,
flavonoid, trirerpenoid, saponin, fenol
hidrokuinon dan tanin.
Vibrio cholerae tidak pernah masuk
dalam sirkulasi darah dan tetap terlokalisasi
di dalam usus. Bakteri ini menghasilkan
enterotoksin dan endotoksin. Toksin kolera
bereaksi dengan mukosa epitel usus dan
akan merangsang hipersekresi air dan
klorida serta menghambat absorbsi natrium
yang
dapat
mengakibatkan
diare,
kehilangan banyak cairan bebas protein,
elektrolit, bikarbonat, dan ion yang
diperlukan oleh tubuh (Radji M, 2002).
Salmonella typhi
Menurut Brooks et al (2001),
Salmonella typhi
adalah bakteri yang
menyebabkan penyakit demam tifoid.
Salmonella typhi merupakan pathogen
fakultatif intraseluler yang memerlukan
faktor virulensi untuk tetap hidup di dalam
sel agar berhasil berkolonisasi dan
bereplikasi masuk ke dalam jaringan (I.
Nengah Kundera dkk, 2012). Morfologi
Salmonella typhi berbentuk batang dan
merupakan anggota dari bakteri Gram
negatif, bergerak menggunakan flagel
peritich (Entjang, 2003). Salmonella thypi
dapat tumbuh dalam keadaan aerob dan
anaerob fakulatif, pada suhu 15 – 41o C.
Suhu pertumbuhan optimum 37,5oC
dengan pH media 6-8. Salmonella akan
mati pada suhu 56oC dan pada keadaan
kering. Dalam air Salmonella
dapat
bertahan selama 4 minggu (Radji, M 2002).
Gambar 3. Salmonella Typhi (Todar, 2012)
Pengujian Antibakteri Padina australis
Pengujian
antibakteri
dilakukan
secara in vitro dengan metode difusi
cakram (uji Kirby-bauer), dimana pada
metode ini menempatkan kertas cakram
yang sudah mengandung antimikroba atau
antibakteri yang akan diuji. Antimikroba
yang akan diuji merupakan ekstrak dari
Padina australis, dan bakteri yang
digunakan yaitu Vibrio cholerae dan
Salmonella typhi. Menurut Pratiwi, Sylvia
T. (2008), area jernih mengindikasikan
adanya
hambatan
pertumbuhan
mikroorgaisme oleh agen antimikroba pada
permukaan media agar. Mikroba yang
sensitif terhadap bahan antimikroba akan
ditandai dengan adanya daerah hambatan
sekitar cakram, sedangkan mikroba yang
resisten tetap tumbuh pada tepi kertas
cakram (Jawetz et al, 1995).
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret
– Juli 2015, bertempat di Laboratorium
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Pakuan.
Alat dan Bahan Peneltian
Alat yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu perlengkapan gelas laboratorium,
inkubator, autoklaf, oven, ose, laminar air
flow (LAF), timbangan analitik, pipet ukur,
kertas cakram, rotary evaporator, jangka
sorong, pinset, plastik silk, blender, dan
spidder. Sedangkan bahan yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu Padina australis,
biakan Vibrio cholerae dan Salmonella
typhi, amoxicilin, aquadest steril, Nutrien
Agar (NA), Nutrien Broth (NB), etanol
96% dan NaCl fisiologis.
Metode Kerja
Teknik Pengambilan Sampel
Padina australis diambil dari pantai
Bayah Banten, sampel diambil pada saat air
laut sedang surut. Pengambilan sampel
dilakukan dengan cara menyusuri pesisir
pantai dan mengambil secara langsung alga
Padina australis yang terlihat dari
substratnya. Padina australis yang telah
diambil dimasukkan ke dalam plastik dan
diberi sedikit air laut agar tetap terjaga
kesegarannya.
Ekstraksi Padina australis
Sampel Padina australis dicuci
hingga bersih, kemudian dikering anginkan
selama 1x24 jam, dan dikeringkan dalam
oven pada suhu 50oC selama dua hari
hingga berat kering konstan. Setelah kering
Padina australis diblender sehingga
diperoleh bubuk kering (serbuk halus) dan
disimpan di dalam wadah bersih yang
tertutup rapat.
Pembuatan ekstrak Padina australis
menggunakan metode maserasi dilakukan
pada suhu ruangan. Proses ekstraksi
dilakukan dengan cara serbuk sebanyak
250 gr direndam menggunakan etanol 96%
dengan perbandingan 1:10 selama 3x24
jam. Kemudian hasil rendaman disaring
dan
selanjutnya
filtrat
dievaporasi
menggunakan rotary evaporator pada suhu
50oC sampai tidak terjadi pengembunan
pelarut pada kondensor. Kemudian hasil
evaporator dikentalkan menggunakan oven
selama ± 3 jam pada suhu 50oC hingga
diperoleh ekstrak kental. Ekstrak Padina
australis pekat dibuat deret konsentrasi
50%, 60%, 70%, dan 80%. Setelah didapat
deret konsentrasi ekstrak Padina australis,
kertas cakram direndam pada masingmasing konsentrasi pada 2 ml selama 1x24
jam
kemudian
dikeringkan
dengan
o
menggunakan oven pada suhu 50 C selama
24 jam.
Pengujian Antibakteri Ekstrak Padina
australis
Pengujian efektivitas ekstrak Padina
australis sebagai antibakteri Vibrio cholera
dan Salmonella typhi menggunakan uji
difusi menurut Kirby-Bauer dengan metode
oles. Pada media NA dioleskan satu ose
bakteri Vibrio cholera dan Salmonella typhi
pada media terpisah, kemudian kertas
cakram yang telah mengandung ekstrak
Padina australis diletakkan pada kedua
media tersebut dan ditekan agar ekstrak
meresap pada media dengan baik. Setelah
itu cawan petri dibungkus dengan plastik
silk dan diinkubasi pada suhu 35oC selama
18-24 jam. Daya hambat dari ekstrak
Padina
australis
terhadap
bakteri
ditunjukkan adanya zona bening atau
wilayah bening di sekitar kertas cakram.
Pengamatan dilakukan dengan cara
mengukur diameter daerah hambatan (zona
bening) di sekitar kertas cakram
menggunakan
jangka
sorong
atau
penggaris.
Perlakuan yang digunakan dalam
pengujian ini yaitu ekstrak Padina australis
dengan konsentrasi 50%, 60%, 70%, dan
80%, sedang kontrol positif digunakan
antibiotik amoxycilin dengan konsentrasi
100 ppm. Analisis data menggunakan
Rancangan Acak Lengkap yang dilanjutkan
dengan uji Duncan dengan taraf
kepercayaan 95%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Ekstraksi Padina australis
Dari hasil maserasi simplisia Padina
australis yang dilarutkan dengan pelarut
etanol 96% diperoleh ekstrak cair berwarna
hijau, dan setelah ekstrak cair dipekatkan
menggunakan rotary evaporator diperoleh
ekstrak berwarna hijau pekat (hijau tua),
setelah dievaporasi kemudian dioven
didapat ekstrak kental berwarna hijau
kekuningan. Etanol mempunyai titik didih
yang rendah dan cenderung aman bila
digunakan sebagai pelarut. Etanol juga
dapat melarutkan dengan sempurna untuk
senyawa resin, lemak, karbohidrat dan
senyawa organik lainnya.
Hasil Uji Efektivitas Ekstrak Padina
australis Terhadap Antibakteri Vibrio
cholerae dan Salmonella typhi
Pengujian efektivitas ekstrak Padina
australis terhadap antibakteri Vibrio
cholerae dan Salmonella typhi dilakukan
dengan mengukur diameter daerah hambat
(DDH) pada variasi konsentrasi 50%, 60%,
70%, dan 80%. Hasil pengukuran diameter
daerah hambat (DDH) ekstrak Padina
australis terhadap Vibrio cholerae dan
Salmonella typhi selengkapnya dapat
dilihat pada gambar 4.
Efektifitas dari antibiotik amoxicilin
sebagai kontrol terhadap bakteri Vibrio
cholerae ditunjukkan dengan diameter
daerah hambat yang terbentuk sebesar
13,76 mm. Hal ini berarti antibiotik
amoxicilin
kurang
efektif
sebagai
penghambat pertumbuhan bakteri Vibrio
cholerae dibandingkan dengan ekstrak
Padina australis pada konsentrasi 60%
(16,38 mm)
Hasil pengujian ekstrak Padina
australis terhadap bakteri Salmonella typhi
menunjukkan bahwa besar diameter daerah
hambat yang dihasilkan oleh ekstrak Padina
australis pada konsentrasi 80% (12,0 mm)
Vibrio cholerae
20
Salmonella typhi
16.84
16.38
15
19.48
13.76
12.54
10
12.54
12
9.4
8.6
10.3
5
0
Kontrol
Konsentrasi 50%
Konsentrasi 60%
Konsentrasi 70%
Konsentrasi 80%
Gambar 4. Histogram Rata-rata Diameter Daerah Hambat (DDH) Ekstrak Padina
australis Terhadap Bakteri Vibrio cholerae dan Salmonella typhi
lebih rendah dibandingkan dengan kontrol
antibiotik amoxicilin (12,3 mm).
Dari dua jenis bakteri yang diuji
menunjukkan bahwa ekstrak Padina
australis efektif menghambat pertumbuhan
bakteri Vibrio cholerae dibandingkan
dengan bakteri Salmonella typhi. Hal ini
dikarenakan Diameter daerah hambat yang
terbentuk oleh bakteri Salmonella typhi
pada semua perlakuan lebih kecil
dibandingkan dengan kontrol, hal ini
disebabkan bakteri Salmonella typhi tidak
menyebabkan diare tetapi lebih berpotensi
sebagai penyebab penyakit demam tipoid
(typhus).
Diameter daerah hambat yang
terbentuk oleh bakteri Vibrio cholerae
pada perlakuan 60%, 70% dan 80%
menunjukkan perbedaan yang sangat nyata
dibandingkan dengan kontrol. Hal ini
dikarenakan semakin tinggi konsentrasi
perlakuan maka semakin tinggi pula daya
serap cakram terhadap ekstrak Padina
australis, sehingga akan menghasilkan
diameter daerah hambat yang lebih besar.
Dalam Radji, M (2002) dituliskan
bahwa Vibrio cholerae
menghasilkan
toksin yang akan menghambat absorbsi
natrium yang akan menyebabkan diare.
Senyawa aktif yang terdapat dalam ekstrak
Padina australis yaitu senyawa phythol
mempunyai
kemampuan
untuk
menghambat pertumbuhan Vibrio cholerae,
sehingga unsur natrium yang tekandung
dalam ekstrak tetap dapat di serap oleh
organ pencernaan, dengan demikian akan
berpengaruh pada kekentalan feses
penderita diare.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa:
1. Hasil pengujian ekstrak Padina
australis terhadap Vibrio cholerae
menunjukkan
konsentrasi
80%
merupakan
konsentrasi
yang
membentuk daerah hambat paling besar
yaitu 19,48 mm.
2. Hasil pengujian ekstrak Padina
australis terhadap Salmonella typhi
menunjukkan
konsentrasi
80%
merupakan
konsentrasi
yang
membentuk daerah hambat paling besar
yaitu 12,0 mm.
3. Perlakuan dengan konsentrasi ekstrak
60% dengan diameter daerah hambat
sebesar
16,38
mm
merupakan
konsentrasi paling efektif dari ekstrak
Padina australis dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Vibrio cholerae.
4. Ekstrak Padina australis lebih efektif
menghamabat pertumbuhan bakteri
Vibrio cholerae dibandingkan pada
bakteri Salmonella typhi.
Saran
Dari hasil penelitian disarankan perlu
dilakukan pengujian lebih lanjut mengenai
efektivitas ekstrak Padina australis terhadap
bakteri lain yang mengganggu sistem
pencernaan.
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Eko, Kuncoro. 2004. Akuarium Laut.
Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Brooks G.F., Butel J.S., Morse S.A. 2001.
Medical Microbiology. 22 ed. USA:
Appleton & Lange. p. 219, 225 – 227
Etjang, Indan. 2003. Mikrobiologi &
Parasitologi
Untuk
Akademi
Keparawatan dan Sekolah Tenaga
Kesehatan yang Sederajat. Jakarta:
PT. Citra Aditya Bakti.
Haryani,
Tri
Saptari,
Triastinurmiatiningsih, dan Bina
Lohita Sari. 2014. “Efektivitas
Ekstrak Padina australis Sebagai
Antibakteri Escerichia coli Penyebab
Diare”. Prosiding Seminar Nasional
Biodiversitas
V.
Universitas
Surabaya.
I, Nengah, Kundera. Sanarto, Santoso.
Aulanni’am dan Sri Winarsih. 2012.
“Ekspresi Protein ADHF36 Pada
Perubahan Osmolaritas Serta pH
Lingkungan Hidup Salmonella typhi
Secara In Vitro”. Jurnal Kedokteran
Hewan. (Maret, VI). No.1. pp. 41 –
46.
Jawetz.,J .L. Melnick, E.A. Adelberg, G.F.
Brooks, J.S. Butel, L.N. Ornston.
1995. Mikrobiologi Kedokteran ed
20. University of California : San
Francisco
Kadi dan Atmajaya, W. S., 1988. Rumput
Laut (Alga), Jenis, Reproduksi,
Produksi, Budidaya dan Pasca
Panen. LIPI. Jakarta
Melka, Nurul, Hijaz,. 2009. Uji Aktivitas
Antioksidan Karaginan dalam Alga
Merah Jenis Eucheuma spinosium
dan
Gracillaria
verrucosa.
Universitas Islam Negeri Malang :
Malang.
Michael J. Cuomo, Captain, USAF, BSC,
Columbus Air Force Base, MS
(AETC). 2014, Car Tuning. Diakses
pada tanggal 2 Juli 2015. di
http://tuningpp.com/vibrio-choleraegramstain/www.phsource.us*PH*FHM*i
mage005.jpg/www.phsource.us*PH*
FHM*BIOTERRORISM.htm/
Pratiwi, Sylvia, T. 2008. Mikrobiologi
Farmasi. Jakarta : Erlangga
Radji, Maksum. 2002. Buku Ajar
Mikrobiologi Panduan Mahasiswa
Farmasi & Kedoktrasi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Rozlizawati. Nita Yulida R. Fakhrurrazi.
Dan Herrialfian. 2013. Aktivitas
Antibakterial Ekstrak Etanol Dan
Rebusan
Sarang
Semut
(Myrmecodiasp.) Terhadap Bakteri
Escherichia coli. Jurnal Medika
Veterinaria. (Agustus, VII) No.2.
Todar, Kenneth. 2012. Online Textbook of
Bacteriology . diakses pada tanggal 3
Juli
2015.
Di
http://textbookofbacteriology.net/sal
monella_2.html
Triastinurmiatiningsih dan Tri Saptari
Haryani. 2008. “Potensi Rumput Laut
di Pantai Bayah, Kabupaten Lebak,
Banten
Sebagai
Antibakteri
Esherichia coli”. Jurnal Matematika,
Sains dan Teknologi. Volume 9. No
1. Hal 37-45
Volk dan Wheeler. 1989. Mikrobiologi
Dasar Edisi Kelima. Jilid 2. Jakarta:
Erlangga
Wijaya, Bayu, Juliansyah. 2014. Uji
Fitokimia Padina australis Di Pantai
Bayah, Kabupaten Lebak, Banten.
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan
Alam:
Universitas
Pakuan Bogor
Y. Saloso, A. Prajitno, A. L. Abadi, dan
Aulanni’am. 2011. “Kajian Potensi
Padina australis Sebagai Antibakteri
Alami Dalam Pengendalian Bakteri
Vibrio alginolistycus Pada Budidaya
Ikan Kerapu Tikus (Cromeleptus
altivelis). Jurnal Bahan Alam
Indonesia. (September, VII). No. 7.
Pp. 365 – 369
Download