PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MEMBUAT SULAMAN PIPIH MELALUI STRATEGI CTDL DI SMPN 4 PAYAKUMBUH WARNITA. IS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda Periode September 2012 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MEMBUAT SULAMAN PIPIH MELALUI STRATEGI CTDL DI SMPN 4 PAYAKUMBUH Warnita. IS1, Wildati Zahri2, Yenni Idrus3 Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Jurusan Kesejateraan Keluarga FT Universitas Negeri Padang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa membuat sulaman pipih untuk hiasan alas meja melalui strategi cooperative tipe direct learning di SMP N 4 Payakumbuh. Motivasi mahasiswa dilihat dari tiga indikator, yaitu senang mencari dan memecahkan masalah, bersemangat dan bekerja keras, tekun dalam menghadapi tugas. Jenis penelitian yaitu penelitian tindakan kelas terdiri dari siklus I dan siklus II tiap siklus tiga kali pertemuan, satu kali pertemuan dua kali 40 menit. Teknik Pengumpulan data adalah observasi dengan teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa pada indikator tersebut sudah tercapai, dengan pencapaian target yang sudah ditetapkan adalah 80%. Jadi, Strategi Cooperative Tipe Direct Learning dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dalam membuat sulaman pipih untuk hiasan meja. Kata Kunci: Motivasi, Siswa, Sulaman, CTDL This study aims to improve students' motivation to make embroidered tablecloth flat for ornament through direct type of cooperative learning strategies in SMP N 4 Payakumbuh. Motivation student views of the three indicators, namely pleasure seeking and problem solving, passionate and hard-working, persevering in the face of duty. This type of research is a classroom action research consists of the first cycle and second cycle of each cycle of three meetings, one meeting two times 40 minutes. Data collection techniques were observation technique of quantitative and qualitative data analysis. The results showed that students' motivation on the indicators have been achieved, with the achievement of the targets set is 80%. Thus, Type Direct Cooperative Learning Strategies in the learning process can improve students' motivation, to make flat embroidery to decorate the table. Keywords: Motivation, Students, Embroidery, CTDL DAFTAR PUSTAKA Asra dan Sumiati. 2003. Teori Busana, Bandung : CV Wacana Prima Bandung. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Yokyakarta: Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi dkk. 2008.Penelitian tindakan Kelas.Jakarta: Bumi Aksara. Palukadang, W. Roesbani.1982. Keterampilan Menghias Busana. Jakarta: Depdiknas Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Rajawali Pers. Saadie, Ma`mur dkk. 2007. Jakarta:Universitas Terbuka. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Sanjana. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Medi Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran.Jakarta.Prenada Media. Zahri,Wildati.1984.Teknik Menghias Busana.Padang: Universitas Padang. PERSETUJUAN PEMBIMBING PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MEMBUAT SULAMAN PIPIH MELALUI STRATEGI CTDL DI SMPN 4 PAYAKUMBUH WARNITA. IS Artikel ini disusun berdasarkan skripsi Warnita. Is untuk persyaratan wisuda periode September 2012 dan telah diperiksa/disetujui oleh kedua pembimbing Padang, Pembimbing I September 2012 Pembimbing II Dra. Wildati Zahri, M.Pd Dra. Yenni Idrus, M.Pd NIP.19490228 197503 2001 NIP.19560117 198003 200 A. Pendahuluan Muatan lokal merupakan bahagian dari struktur kurikulum yang terdapat pada standar isi di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Muatan local merupakan mata pelajaran, dari satuan pendidikan yang mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Satuan pendidikan dapat menyelenggarankan satu mata pelajaran setiap semester. Program muatan lokal di SMPN 4 Payakumbuh,salah satunya adalah mata pelajaran pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang terdiri dari dua materi yaitu Tata boga dan Tata busana. Materi busana dibagi menjadi dua, yaitu menjahit pakaian dan menghias lenan rumah tangga. Dalam menghias lenan rumah tangga diperlukan motivasi dari dalam diri siswa tersebut, karena kegiatan menghias permukaan kain dengan menjahit benang yang dapat dilakukan dengan tangan, tanpa motivasi seseorang tidak akan mendapatkan hasil alas meja yang baik, indah dan menarik Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis sebagai seorang pendidik pada Desember 2011 lalu, motivasi siswa dalam pembelajaran membuat sulaman pipih masih terkelompok rendah. Hal ini dapat dilihat saat proses pembelajaran berlangsung, seperti: (1) Kurang senang siswa dalam mendisain motif untuk sulaman pipih, (2) kurang bersemangat siswa memindahkan motif ke dasar kain. (3) kurang tekun siswa menjahit sulaman pipih. Hal lain yang terjadi saat proses pembelajaran yaitu munculnya prilaku siswa seperti, masih adanya siswa yang izin keluar, masih adanya siswa yang mengobrol saat guru menyajikan pelajaran, masih adanya siswa yang suka mengganggu teman waktu pembelajaran berlangsung, masih adanya siswa yang acuh tak acuh saat guru menjelaskan pembelajaran. Motivasi adalah suatu dorongan yang datang dari seseorang untuk melakukan sesuatu. Purwanto (1990:61) menjelaskan motivasi belajar adalah “Segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu”. Jadi dalam belajar motivasi merupakan syarat mutlak untuk belajar. Di lingkungan pendidikan, di sekolah terdapat anak yang malas untuk belajar, tidak mau bertanya, suka bolos, dalam hal ini guru tidak berhasil memberi motivasi yang tepat untuk mendorong siswa. agar mereka belajar menyenangkan dan mengasyikkan. Seharusnya proses pembelajaran yang dilakukan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga berdampak positif terhadap proses pembelajaran. Namun, proses pembelajaran yang dilakukan masih jauh dari harapan dengan kenyataannya, belum mampu meningkatkan motivasi siswa, khususnya belajar keterampilan menghias lenan rumah tangga seperti yang dialami siswa SMPN 4 Payakumbuh tahun ajaran 2011/ 2012. Menurut Walgito (2002:168) ada tiga unsur motivasi yang berkaitan yaitu: (1) Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam diri seseorang. Perubahan sistim dalam organisme manusia, (2) Motivasi ditandai timbulnya perasaan. Perasaan ini diawali dengan ketegangan psikologis, berupa suasana emosi yang dilanjutkan dengan tingkah laku, (3) Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mecapai tujuan. Hal ini diduga disebabkan dari faktor guru, (1) Guru dalam menyajikan pelajaran kurang menerapkan metode yang bervariasi yang masih didominasi oleh metode ceramah, sehingga siswa kurang memperhatikan pembelajaran, (2) guru kurang menguasai model-model pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran yang banyak praktek, sehingga siswa menjadi bosan pada pembelajaran menghias alas meja, (3) guru kurang maksimal memberi bimbingan dalam pembelajaran praktek, (4) guru kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, sehingga siswa sering keluar masuk, dan untuk tugas diselesaikan orang lain, dan fasilitas yang kurang memadai. Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam materi membuat sulaman pipih pada hiasan alas meja, dicoba mencari solusinya dengan menerapkan strategi cooperative tipe direct learning. Menurut Sanjaya (2006:240) model cooperative tipe direct learning adalah “Merupakan pembelajaran kelompok/tim kecil”. Menurut Ma`mur (2007:6.7) model cooperative tipe direct learning adalah “Pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga bekerja bersama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota lain”. Model ini sangat dianjurkan oleh para ahli pendidikan untuk digunakan dalam proses belajar mengajar, karena model pembelajaran cooperative tipe direct learning menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dari orang lain, juga mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Berarti pelajaran keterampilan menghias alas meja dengan sulaman pipih sangat tepat diterapkan strategi pembelajaran cooperative tipe direct learning. Hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran cooperative tipe direct learning : (a) berpusat pada siswa, (b) mengembangkan kreatif siswa, (c) menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang, (d) bermuatan nilai, etika, estetika, dan logika, dan (e) penyediaan pengalaman belajar yang beragam. Dalam pelaksaan cooperative tipe direct learning, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai kebersamaan dalam materi atau tugas yang diberikan. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk Untuk peningkatan motivasi belajar siswa membuat sulaman pipih pada alas meja melalui strategi pembelajaran cooperative tipe direct learning di SMPN 4 Payakumbuh, sedangkan manfaat penelitian adalah: (1) bagi guru, mampu merancang skenario pembelajaran kooperatif dan Memotivasi guru untuk menggunakan strategi pembelajaran cooperative. (2) Bagi Siswa, Memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan, Memupuk semangat siswa dalam mendisaian motif sulaman pipih dan Meningkatkan ketekunan siswa menjahit sulaman pipih. (3) Bagi Sekolah,bSebagai acuan untuk mendorong guru-guru dalam mempergunakan berbagai model pembelajaran dan memotivasi guru melakukan penelitian tindakan kelas. B. Metode Penelitian Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di SMPN 4 Payakumbuh pada siswa kelas VIII sebanyak 28 siswa dan guru kolaborasi berjumlah 1 orang. Penelitian dilaksanakan 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan 3 kali pertemuan. Dengan rincian waktu adalah pertemuan hari Kamis 12 Januari 2012, pertemuan ke dua Kamis 19 Januari 2012, Pertemuan tiga Kamis 26 Januari 2012, Siklus II pertemuan pertama Kamis 2 Februari 2012, pertemuan dua Kamis 9 Februari 2012, pertemuan tiga Kamis 23 Februari 2012. Parameter penelitian adalah motivasi belajar siswa. Persiapan tindakan berupa : (1) menetapkan materi pelajaran pada siklus I dan siklus II setiap kali pertemuannya. (2) Menyiapkan rencana pelajaran sesuai dengan strategi cooperative tipe direct, (3) Menyiapkan lembaran kerja siswa (LKS), (4) Menyiapkan angket untuk melihat motivasi siswa, (5) Menyiapkan lembaran observasi untuk melihat keaktifan siswa, (6) Menyiapkan alat evaluasi untuk melihat motivasi siswa, (7) melaksanakan refleksi setiap akhir satu siklus. Kegiatan tindakan dilaksanakan sesuai perencanaan yaitu strategi cooperative tipe direct learning, yang mendorong motivasi siswa dalam pembuatam sulaman pipih. Tahap pelaksanaannya adalah: (1) Menyampaikan pelaksanaan tindakan kelas, (2) Apersepsi yaitu mengingatkan siswa kembali tentang kompetensi dasar terkait dengan materi yang di pelajari, (3) Motivasi yaitu Memperlihatkan bentuk-bentuk sulaman pipih untuk hiasan alas meja, (4) Menyampaikan kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran. Observasi bersamaan dengan pelaksanaan, yang bertujuan untuk mengamati. proses pembelajaran berlangsung,. Pelaksanaan tindakan dievaluasi dengan mengumpulkan hasil motivasi siswa yang terdiri dari jumlah siswa yang mengikuti dalam pembelajaran membuat sulaman pipih menghias alas meja mencapai target 80%. Jika Motivasi siswa kurang dari 80% belum tercapai, lebih dari 80% dinyatakan tercapai. Untuk melihat persentase motivasi siswa yang terlibat dalam proses belajar mengajar menghias alas meja sesuai dengan indikator dengan rumusan : P F x100% N Menurut Suharsimi Arikunto 1996:56 interpretasi motivasi siswa adalah sebagai berikut: 81-100 % ( TS), 61–80 % = Tinggi (T), 41 – 60 % (S), 21 – 40 % (R), 0 – 20 % ( RS). Refleksi dilaksanakan setiap akhir pertemuan berdasarkan hasil pengamatan selama proses belajar mengajar, selanjutnya dilaksanakan untuk perbaikan pada pertemuan berikutnya. C. Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian Analisis Data Siklus I 80 70 75 63 63 60 52 50 Senang 40 Bersemangat 28 30 22 20 23 16 20 16 Tekun 18 10 10 Rt-rt Indk Rt-rt siklus I 0 Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Grafik 1. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus I Dari grafik di atas dapat disimpulkan yaitu: pertemuan satu persentase yang diperoleh secara klasikal adalah yang tinggi motivasi siswa baru mencapai 56%, sedang 23%, dan rendah 21%. Pertemuan dua pada semua indikator siklus I persentasenya tinggi naik menjadi 63%, sedang 21%, dan rendah 17%. Pertemuan tiga untuk semua indikator rata-rata persentase secara klasikal tinggi naik menjadi 71%, sedang 17%, dan rendah 17%. Jadi rata-rata motivasi siswa dalam pembelajaran menghias alas meja dengan sulaman pipih. Persentasenya tinggi 63%, sedang 20%, dan rendah 18%. Pada siklus I rata-rata persetase baru mencapai 63% apabila diinterpretasikan dengan 11las an11 penilaian, siklus I motivasi siswa dalam membuat sulaman pipih tergolong tinggi. Siklus I pelaksanaan materi pembelajaran diterapkan sampai siswa menciplak motif di atas kain untuk hiasan alas meja. Analisis Refleksi Siklus I Refleksi terhadap pencapaian yang diperoleh pada siklus I motivasi belajar siswa rata-rata persentasenya baru mencapai 63%, dalam menghias alas meja dengan sulaman pipih melalui strategi cooperative tipe direct learning, belum mencapai target kecapaian yang telah ditetapkan yakni 80%. Kelemahan dan kelebihan pada siklus I , yaitu: 1. Penerapan strategi cooperative tipe direct learning antara lain: a) Penerapan strategi CTDL dapat memberi dampak positif terhadap peningkatan motivasi belajar siswa dalam menghias alas meja dengan sulaman pipih, dimana pengamat siswa berusaha mempelajari sulaman pipih, tingkah laku siswa dalam mempelajari cara dan teknik. b) Penerapan model pembelajaran ini membuat siswa selalu senang dan riang, sehingga siswa betul- betul tekun dan sungguh-sungguh menghadapi masalah yang ditemukan dalam mendisain motif walaupun ada kesulitan akan dapat dicari jalan keluarnya baik pada kelompoknya sendiri maupun pada kelompok lain. c) Suasana yang diharapkan siswa belajar asysik dan menyenangkan terlihat pada strategi cooperative tipe direct learning. 2. Kelemahan penerapan strategi pembelajaran cooperative tipe direct learning antara lain: a) Masih ada siswa yang kurang serius untuk mencari informasi pada kelompoknya sendiri maupun kelompok lain b) Pengelolaan kelas kurang terkontrol, sehingga lokal ribut dan ditemukan juga siswa yang masih melakukan perkerjaan lain. Analisis Data Siklus II 90 82 88 86 80 70 60 50 40 30 20 9 10 7 98 6 8 8 Senang Bersemangat 0 Tekun Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Rt-Rt Siklus II Grafik 1. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus I Dari rata-rata persentase di atas, apabila diinterprestasikan dengan kriteria penilaian yang dikemukakan oleh Suharsimi, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa pada siklus II tergolong tinggi sekali. Berdasarkan hasil observasi pada siklus II dapat dilihat bahwa rata-rata motivasi belajar siswa sudah melebihi target kecapaian yaitu 86 %, artinya dari 3 indikator motivasi belajar siswa dalam menghias alas meja dengan sulaman pipih pada tahap penyelesaian, motivasi belajar siswa sudah meningkat dan telah mencapai target capaian yang sudah ditetapkan yaitu 80%. Dengan demikian tindakan dapat dihentikan pada siklus II. Analisis Refleksi Siklus II Berdasarkan observasi pada siklus II, dapat dilihat bahwa rata-rata motivasi belajar siswa dengan persentase 86%, dikategorikan tinggi dari ketiga indikator yaitu: senang mecari dan memecahkan masalah dalam menjahit sulaman pipih, bersemangat dan berkerja keras dalam menjahit sulanam pipih, dan tekun menghadapi tugas dalam mengerjakan sulaman pipih menunjukkan peningkatan secara signifikan atau sangat positif. Sehingga dapat disimpulkan kinerja dalam tindakan siklus II sudah dapat memenuhi capaian target minimal yang sudah ditetapkan. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data motivasi belajar siswa selama melakukan strategi pembelajaran cooperative tipe direct learning dapat meningkat dalam pembelajaran menghias alas meja dengan sulaman pipih di SMPN 4 Payakumbuh tahun pelajaran 2011/2012. Hal ini berdasarkan perolehan rata-rata persentase motivasi belajar siswa dalam menghias alas meja dengan sulaman pipih terjadi peningkatan yaitu pada rata-rata persentase pada siklus I 63% dikategorikan tinggi, dan pada siklus II terjadi peningkatan dengan persentase 86% dikategorikan tinggi sekali, berarti ada peningkatan yang signifikan dan telah memenuhi target capaian yang ditetapkan yaitu 80%. Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut di atas maka motivasi belajar siswa dalam menghias alas meja dengan sulaman pipih pada 14las an14r senang mencari dan memecahkan masalah dalam menjahit sulaman pipih pada awalnya motivasi siswa masih rendah, karena siswa belum paham dengan tujuan dan manfaat pembelajaran menghias alas meja, dan masih ragu siswa dengan cara menjahit sulaman pipih, motivasi belajar siswa secara klasikal dikategori sedang, dan meningkat dengan kategori tinggi, ini naik karena dorongan yang kuat atau kemauan yang kuat 14las a dari dalam diri siswa untuk menimbulkan rasa senang pada materi pembelajaran dan suka mencari dan memecahkan kesulitan yang ada dalam menjahit sulaman pipih, berkat senangnya siswa menjahit sulaman pipih diklasifikasikan dalam motivasi siswa dikategorikan tinggi. Pada 14las an14r bersemangat dan berkerja keras, juga terjadi peningkatan, pada siklus I persentase mencapai 63%, terjadi peningkatan yaitu 88% dikategori tinggi sekali, berkat kerja sama yang baik antara kelompok yang saling membagi pengetahuan pada teman yang belum termotivasi untuk menjahit sulaman pipih, rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang diberikan. Tingkah laku yang ditunjukkan siswa akan memperlihat antusias untuk berhasil dalam belajar dan meraih hasil tugas yang baik. Berdasarkan dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa dapat dikembangkan dalam menjahit sulaman pipih dengan pendekatan melalui strategi pembelajaran cooperative tipe direct learning . Sebagaimana yang dijelaskan Kristina (2001:287) “strategi pembelajaran cooperative tipe direct learning dimana siswa dalam belajar selalu berkerja sama dalam kelompok kecil yang saling membantu dalam belajar, dan saling membagi ilmu pengetahuan”. Dengan penerapan strategi pembelajaran cooperative tipe direct learning terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam menghias alas meja dengan sulaman pipih, semua ini berkat kerja sama yang baik, memotivasi siswa untuk dapat bertanggung jawab dan rangsangan untuk berfikir, dan strategi yang ampuh untuk meningkatkan prestasinya baik secara kelompok maupun secara individu. Apabila ditelusuri lebih dalam peningkatan pencapaian motivasi belajar siswa pada pembelajaran membuat hiasan alas meja dengan sulaman pipih motivasi siswa pada tiga 15las an15r telah mencapai target kecapaian yang sudah ditetapkan melalui strategi cooperative tipe direct learning yang dapat melibatkan secara langsung kegiatan siswa untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, ini semua didasarkan dari beberapa 15las an yaitu: 1. Strategi cooperative tipe direct learning telah memberikan stimulus yang sangat baik untuk memotivasi siswa dalam menghias alas meja dengan sulaman pipih. Kerja sama yang baik sesama siswa, melatih dalam berdiskusi dan mengemukakan pendapat yang diterapkan dalam langkah cooperative, merupakan modal dasar untuk berkomunikasi dalam kelompoknya, siswa memiliki kepercayaan, dan tanggung jawab yang tinggi, karena sudah berlatih menyampaikan informasi kepada teman dan kelompok lain. 2. Strategi cooperative tipe direct learning dapat membuat Suasana kelas yang mengasyikkan dan menyenangkan, sehingga terjadi belajar sambil bermain, artinya ketegangan selama proses belajar berlangsung dalam pelaksanaannya sewaktu siswa berdiskusi dalam memecahkan masalah dalam materi pembelajaran sehingga mendapatkan informasi teknik dan cara yang baik dalam menjahit sulaman pipih. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas dengan strategi cooperative tipe direct learning telah memberikan subangan positif tehadap peningkatan motivasi siswa untuk membuat hiasan alas meja dengan sulaman pipih. D. Simpulan dan Saran Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa dalam menghias alas meja dengan menggunakan sulaman pipih pada siklus II lebih tinggi motivasinya daripada siklus I. Pada ke tiga indicator yaitu indikator senang mencari dan memecahkan masalah, bersemangat dan berkerja keras dan tekun mencari teknik menjahit sulaman menunjukkan persentase hasil yang meningkat, dimana persentase ketiga indicator ini pada siklus pertama lebih rendah dibandingkan siklus kedua. Hal tersebut berarti pada siklus II terjadi peningkatan.Jika diinterprestasikan menurut pendapat Suharsimi, maka motivasi belajar siswa tergolong tinggi. Jadi, Strategi pembelajaran cooperative tipe direct learning dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam menghias alas meja dengan sulamn pipih. Disarankan Guru dapat mencoba strategi pembelajaran cooperative tipe direct learning dalam pembelajaran lain yang diembannya, serta siswa diharapkan agar dapat terlibat langsung dalam berdiskusi dalam kelompok belajar dan sekolah meyediakan fasilitas pembelajaran. Catatan : Artikel ini disusun berdasarkan Skripsi penulis dengan pembimbing I Dra. Wildati Zahri, M.Pd dan Pembimbing II Dra. Yenni Idrus, M.Pd DAFTAR PUSTAKA Asra dan Sumiati. 2003. Teori Busana, Bandung : CV Wacana Prima Bandung. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Yokyakarta: Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi dkk. 2008.Penelitian tindakan Kelas.Jakarta: Bumi Aksara. Palukadang, W. Roesbani.1982. Keterampilan Menghias Busana. Jakarta: Depdiknas Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Rajawali Pers. Saadie, Ma`mur dkk. 2007. Jakarta:Universitas Terbuka. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Sanjana. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Medi Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran.Jakarta.Prenada Media. Zahri,Wildati.1984.Teknik Menghias Busana.Padang: Universitas Padang.