BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah liat 2.1.1 Pengertian Tanah

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanah liat
2.1.1
Pengertian Tanah Liat
Bowles (1991) dalam Endriani (2012) mendefinisikan tanah liat
(lempung) sebagai partikel berukuran lebih kecil atau sama dengan 0,002 mm,
dimana tanah lempung tersebut terdiri dari tanah dengan ukuran mikrokonis
sampai dengan submikrokonis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur
kimiawi penyusun batuan.
Sedangkan menurut Terzaghi (1987) Tanah lempung sangat keras
dalam keadaan kering, dan tak mudah terkelupas hanya dengan jari tangan.
Permeabilitas lempung sangat rendah, bersifat plastis pada kadar air sedang.
Lempung adalah suatu silikat hidraaluminium yang kompleks dengan rumus
kimia : Al2O3.nSiO2.kH2O dimana n dan k merupakan nilai numerik molekul
yang terikat dan bervariasi untuk masa yang sama. Mineral lempung
mempunyai daya tarik menarik individual yang mampu menyerap 100 kali
volume partikelnya. Ada atau tidaknya air (selama pengeringan) dapat
menghasilkan perubahan volume dan kekuatan yang besar. Partikel-pertikel
lempung juga mempunyai gaya tarik antar partikel yang sangat kuat yang
untuk sebagian menyebabkan kekuatan yang sangat tinggi pada suatu
bongkahan kering (batu lempung).
Sifat-sifat yang dimiliki tanah lempung Hardiyatmo (1999) dalam Derry
Endriani (2012) adalah sebagai berikut :
1. Ukuran butir halus, kurang dari 0,002 mm
2. Permeabilitas rendah
3. Kenaikan air kapiler tinggi
4. Bersifat sangat kohesif
5. Kadar kembang susut yang tinggi
6. Proses konsolidasi lambat
6
7
Menurut wikepidia.org (2013) lempung atau tanah liat ialah kata umum
untuk partikel mineral berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari
4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang
halus. Unsur-unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang
paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses
pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari
aktivitas panas bumi. Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan
lengket apabila basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral
lempung yang mendominasinya. Mineral lempung digolongkan berdasarkan
susunan lapisan oksida silikon dan oksida aluminium yang membentuk
kristalnya. Golongan 1:1 memiliki lapisan satu oksida silikon dan satu oksida
aluminium, sementara golongan 2:1 memiliki dua lapis golongan oksida
silikon dan satu lapis oksida aluminium. Mineral lempung golongan 2:1
memiliki sifat elastis yang kuat, menyusut saat kering dan membesar saat
basah. Karena perilaku inilah beberapa jenis tanah dapat membentuk kerutankerutan atau “pecah-pecah” bila kering.
Seorang geolog mengungkapkan bahwa tanah liat dibedakan dari
kehalusan tanah oleh perbedaan dalam ukuran dan mineralogi. Silts , yang
tanah halus yang tidak termasuk mineral lempung, cenderung memiliki ukuran
partikel lebih besar dari tanah liat, tetapi ada beberapa tumpang tindih di kedua
ukuran partikel dan sifat fisik lainnya, dan ada banyak yang meliputi silts dan
juga tanah liat. Perbedaan antara lumpur dan tanah liat bervariasi. Geolog dan
ilmuwan tanah biasanya mempertimbangkan pemisahan terjadi pada ukuran
partikel dari 2 pm (tanah liat halus yang dari silts), sedimentologists sering
menggunakan pM 4-5, dan koloid kimia menggunakan 1 pM. insinyur
Geoteknik membedakan antara silts dan tanah liat berdasarkan sifat plastisitas
tanah, yang diukur dengan tanah „ Batas Atterberg . ISO 14688 partikel tanah
liat sebagai nilai lebih kecil dari 2 pM dan silts lebih besar.
Clay adalah istilah umum termasuk banyak kombinasi satu atau lebih
mineral lempung dengan jejak oksida logam dan bahan organik. liat geologi
sebagian besar terdiri dari mineral phyllosilicate mengandung sejumlah
8
variabel air terperangkap dalam struktur mineral. Tanah liat dihasilkan oleh
alam, yang bersal dari pelapukan kerak bumi yang sebagian besar tersusun
oleh batuan feldspatik, terdiri dari batuan granit dan batuan beku. Kerak bumi
tersebut terdiri dari unsur unsur seperti silikon, oksigen, dan aluminium.
Aktivitas panas bumi membuat pelapukan batuan silika oleh asam karbonat.
kemudian membentuk terjadinya tanah liat (Sappie, 2006).
Menurut Sappie (2006) tanah liat atau tanah lempung memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1.
Tanahnya sulit menyerap air sehingga tidak cocok untuk dijadikan lahan
pertanian.
2.
Tekstur tanahnya cenderung lengket bila dalam keadaan basah dan kuat
menyatu antara butiran tanah yang satu dengan lainnya.
3.
Dalam keadaan kering, butiran tanahnya terpecah-pecah secara halus.
4.
Merupakan bahan baku pembuatan tembikar dan kerajinan tangan lainnya
yang dalam pembuatannya harus dibakar dengan suhu di atas 10000C.
Gambar 2.1 ciri-ciri tanah liat
Sumber : Ebook (Sappie,2006)
9
2.1.2
Jenis-Jenis Tanah Liat
1. Tanah liat Primer
(Wahyu, dkk. 2009) menyebutkan tanah liat primer (residu)
adalah jenis tanah liat yang dihasilkan dari pelapukan batuan feldspatik
oleh tenaga endogen yang tidak berpindah dari batuan induk (batuan
asalnya), karena tanah liat tidak berpindah tempat sehingga sifatnya lebih
murni dibandingkan dengan tanah liat sekunder. Selain tenaga air, tenaga
uap panas yang keluar dari dalam bumi mempunyai andil dalam
pembentukan tanah liat primer. Karena tidak terbawa arus air dan tidak
tercampur dengan bahan organik seperti humus, ranting, atau daun busuk
dan sebagainya, maka tanah liat berwarna putih atau putih kusam. Suhu
matang berkisar antara 13000C–1400 0C, bahkan ada yang mencapai
17500C. Yang termasuk tanah liat primer antara lain: kaolin, bentonite,
feldspatik, kwarsa dan dolomite, biasanya terdapat di tempat-tempat yang
lebih tinggi daripada letak tanah sekunder. Pada umumnya batuan keras
basalt dan andesit akan memberikan lempung merah sedangkan granit
akan memberikan lempung putih. Mineral kwarsa dan alumina dapat
digolongkan sebagai jenis tanah liat primer karena merupakan hasil
samping pelapukan batuan feldspatik yang menghasilkan tanah liat
kaolinit (Sappie, 2006) .
Gambar 2.2 Tanah liat Primer
Sumber : Ebook (Sappie, 2006)
10
Menurut Sappie (2006) dalam ebooknya mengatakan bahwa tanah liat
primer memiliki ciri-ciri:
-
Berwarna putih sampai putih kusam
-
Cenderung berbutir kasar
-
Bersifat tidak plastis
-
Daya lebur tinggi
-
Daya susut kecil
-
Bersifat tahan api
Dalam keadaan kering, tanah liat primer sangat rapuh sehingga
mudah ditumbuk menjadi tepung. Hal ini disebabkan partikelnya yang
terbentuk tidak simetris dan bersudut-sudut tidak seperti partikel tanah
liat sekunder yang berupa lempengan sejajar. Secara sederhana dapat
dijelaskan melalui gambar penampang irisan partikel kwarsa yang telah
dibesarkan beberapa ribu kali. Dalam gambar di bawah ini tampak kedua
partikel dilapisi lapisan air (water film), tetapi karena bentuknya tidak
datar/asimetris, lapisan air tidak saling bersambungan, akibatnya partikelpartikel tidak saling menggelincir (Sappie, 2006).
2. Tanah liat Sekunder
Tanah liat sekunder atau sedimen (endapan) adalah jenis tanah liat hasil
pelapukan batuan feldspatik yang berpindah jauh dari batuan induknya
(Wahyu, dkk, 2009).
Gambar 2.3 Tanah liat Sekunder
Sumber : Ebook (Sappie,2006)
11
Perpindahan
jauh
ini
dikarenakan
tenaga
eksogen
yang
menyebabkan butiran-butiran tanah liat lepas dan mengendap pada
daerah rendah seperti lembah sungai, tanah rawa, tanah marine, tanah
danau. Dalam perjalanan karena air dan angin, tanah liat bercampur
dengan bahan-bahan organik maupun anorganik sehingga merubah sifatsifat kimia maupun fisika tanah liat menjadi partikel-partikel yang
menghasilkan tanah liat sekunder yang lebih halus dan lebih plastis
(Sappie, 2006).
Jumlah tanah liat sekunder lebih lebih banyak dari tanah liat
primer. Transportasi air mempunyai pengaruh khusus pada tanah liat,
salah satunya ialah gerakan arus air cenderung menggerus mineral tanah
liat menjadi partikel-partikel yang semakin mengecil. Pada saat
kecepatan arus melambat, partikel yang lebih berat akan mengendap dan
meninggalkan partikel yang halus dalam larutan. Pada saat arus tenang,
seperti di danau atau di laut, partikel – partikel yang halus akan
mengendap di dasarnya. Tanah liat yang dipindahkan bisaanya terbentuk
dari beberapa macam jenis tanah liat dan berasal dari beberapa sumber.
Dalam setiap sungai, endapan tanah liat dari beberapa situs cenderung
bercampur bersama. Kehadiran berbagai oksida logam seperti besi, nikel,
titan, mangan dan sebagainya, dari sudut ilmu keramik dianggap sebagai
bahan pengotor. Bahan organik seperti humus dan daun busuk juga
merupakan bahan pengotor tanah liat (Sappie, 2006).
Karena pembentukannya melalui proses panjang dan bercampur
dengan bahan pengotor, maka tanah liat mempunyai sifat: berbutir halus,
berwarna krem/abu-abu/coklat/merah jambu/kuning, suhu matang antara
9000C-14000C. Pada umumnya tanah liat sekunder lebih plastis dan
mempunyai daya susut yang lebih besar daripada tanah liat primer
(Sappie, 2006). .
Semakin tinggi suhu bakarnya semakin keras dan semakin kecil
porositasnya, sehingga menjadi kedap air. Dibanding dengan tanah liat
primer, tanah liat sekunder mempunyai ciri tidak murni, warna lebih
12
gelap, berbutir lebih halus dan mempunyai titik lebur yang relatif lebih
rendah. Setelah dibakar tanah liat sekunder biasanya berwarna krem, abuabu muda sampai coklat muda ke tua (Sappie, 2006)..
Tanah liat sekunder menurut Sappie (2006) memiliki ciri-ciri:
-
Kurang murni.
-
Cenderung berbutir halus.
-
Bersifat plastis.
-
Berwarna krem/abu-abu/coklat/merah jambu/kuning, kuning muda,
kuning kecoklatan, kemerahan, kehitaman.
-
Daya susut tinggi.
-
Suhu bakar 12000C–13000C, ada yang sampai 14000C (fireclay,
stoneware, ballclay).
-
Suhu bakar rendah 9000C–11800C, ada yang sampai 12000C
(earthenware).
Warna tanah tanah alami terjadi karena adanya unsur oksida besi
dan unsur organis, yang biasanya akan berwama bakar kuning
kecoklatan, coklat, merah, wama karat, atau coklat tua, tergantung dan
jumlah oksida besi dan kotoran-kotoran yang terkandung. Biasanya
kandungan oksida besi sekitar 2%-5%, dengan adanya unsur tersebut
tanah cenderung berwarna Iebih gelap, biasanya matang pada suhu yang
lebih rendah, kebalikannya adalah tanah berwama lebih terang atau pun
putih akan matang pada suhu yang lebih tinggi (Sappie,2006).
Menurut Ro Sulistya (2012) berdasarkan titik leburnya, tanah liat
sekunder dapat dibagi menjadi lima kelompok besar, yaitu :
1. Tanah Liat Tahan Api (Fireclay).
Kebanyakan tanah liat tahan api berwarna terang (putih) ke abuabu gelap menuju ke hitam dan ditemukan di alam dalam bentuk
bongkahan padat, beberapa diantaranya berkadar alumina tinggi dan
berkadar alkali rendah. Titik leburnya mencapai suhu ± 1500 ºC. Yang
tergolong tanah liat tahan api ialah tanah liat yang tahan dibakar pada
suhu tinggi tanpa mengubah bentuk, misalnya kaolin dan mineral tahan
13
api seperti alumina dan silika. Bahan ini sering digunakan untuk bahan
campuran pembuatan massa badan siap pakai, untuk produk stoneware
maupun porselin.
Karena beberapa sifatnya yang menguntungkan, antara lain
berwarna putih, mempunyai daya lentur dan sebagainya, maka Kaolin
juga dipakai sebagai bahan pengisi untuk produk kertas dan kosmetik.
2. Tanah Liat Stoneware.
Tanah liat stoneware ialah tanah liat yang dalam pembakaran
gerabah (earthenware) tanpa diserta perubahan bentuk. Titik lebur tanah
liat stoneware bisa mencapai suhu 1400 ºC. Bisaanya berwarna abu-abu,
plastis, mempunyai sifat tahan api dan ukuran butir tidak terlalu halus.
Jumlah deposit di alam tidak sebanyak deposit kaolin atau mineral tahan
api. Tanah liat stoneware dapat digunakan sebagai bahan utama
pembuatan benda keramik alat rumah tangga tanpa atau menggunakan
campuran bahan lain. Setelah suhu pembakaran mencapai ± 1250 ºC,
sifat fisikanya berubah menjadi keras seperti batu, padat, kedap air dan
bila diketuk bersuara nyaring.
3. Ballclay.
Disebut juga sebagai tanah liat sendimen. Ballclay berbutir halus,
mempunyai tingkat plastisitas sangat tinggi, daya susutnya besar dan
bisaanya berwarna abu-abu. Tanah liat ini mempunyai titik lebur antara
1250 ºC s/d 1350 ºC. Karena sangat plastis, ballclay hanya dapat dipakai
sebagai bahan campuran pembuatan massa tanah liat siap pakai.
4. Tanah Liat Earthenware.
Bahan ini sangat banyak terdapat di alam. Tanah liat ini memiliki tingkat
plastisitas yang cukup, sehingga mudah dibentuk, warna bakar merah
coklat dan titik leburnya sekitar 1100 ºC s/d 1200 ºC. tanah liat merah
banyak digunakan di industri genteng dan gerabah kasar dan halus.
Warna alaminya tidak merah terang tetapi merah karat, karena
kandungan besinya mencapai 8%. Bila diglasir warnanya akan lebih
kaya, khususnya dengan menggunakan glasir timbal.
14
5. Tanah Liat Lainnya. Yang termasuk kelompok ini adalah jenis tanah liat
monmorilinit.
contohnya bentonit yang sangat halus dan rekat sekali. Tanah liat ini
hanya digunakan sebagai bahan campuran massa badan kaolinit dalam
jumlah yang relatif kecil.
2.1.3
Proses terbentuknya tanah liat Primer dan Sekunder
Tanah liat merupakan mineral murni yang terdapat pada batuan
panas dan padat, karena terjadi pelapukan maka terbentuk partikelpartikel halus dan sebagian besar dipindahkan oleh tenaga air, angin dan
gletser ke suatu tempat yang lebih rendah dan jauh dari batuan induk
dengan ukuran partikel yang hampir sama, sedangkan sebagian lagi tetap
tinggal dilokasi dimana batuan induk berada. Selama berpindah tanah liat
menjadi tidak murni, kehilangan mineral-mineral pengikatnya. Hasilnya
berupa jenis tanah liat mulai dari yang kasar sampai yang halus dengan
kemungkinan terjadi perubahan warna dan komposisinya. Dari peristiwa
alam tersebut, maka terdapat tanah liat yang tidak berpindah tempat atau
terdapat didaerah asalnya, tanah liat ini disebut tanah liat primer yang
merupakan hasil akhir dari serangkaian proses yang juga disebut residu.
Contoh tanah liat ini yang umum adalah china clay atau kaolin.
Sedangkan tanah liat yang berpindah dari daerah asalnya dan mengendap
didaerah rendah disebut tanah liat sekunder atau tanah liat sedimen,
seperti ballclay, redmals (campuran tanah liat, pasir, dan kapur),
stoneware dan lain-lain.(Sappie, 2006)
Gambar 2.4. Proses pembentukan tanah liat primer dan sekunder
Sumber : Ebook (Sappie,2006)
15
Tanah liat merupakan suatu mineral yang terbentuk dari struktur
partikel-partikel yang sangat kecil, terutama dari mineral-mineral yang
disebut kaolinit, yaitu persenyawaan dari Oksida Alumina (Al2O3),
dengan Oksida Silika (SiO2) dan air (H2O) (Ambar, 2008).
Bentuk partikel-partikelnya seperti lempengan kecil-kecil hampir
terbentuk segi enam (hexagonal) dengan permukaan yang datar yang
tidak dapat dilihat dengan mata secara langsung, dengan bentuk partikel
seperti ini menyebabkan tanah liat mempunyai sifat liat (plastis) dan
mudah dibentuk bila dicampur dengan air, hal ini karena partikel-partikel
tersebut saling terjadi perubahan secara alamiah (Norton, 2000).
Gambar 2.5 Bentuk Partikel tanah liat
Sumber : F.H Norton (2000)
Menurut Frank and Janet Hamer (1997) Perubahan alamiah yang
berlangsung terus menerus menyebabkan terbentuknya tanah liat primer
dan sekunder, yang juga menyebabkan perbedaan tempat ditemukan
(pengendapan) tanah liat tersebut.
16
Secara sederhana asal usul tanah liat dapat digambarkan seperti
gambar berikut ini.
Gambar 2.6. Asal Usul tanah liat secara sederhana
(sumber : Frank Hammer and Janet Hammer)
2.1.4
Pembentukan Mineral Lempung
Menurut Prihatin Tri Setyobudi (2010) dalam buku berjudul sifat-
sifat fisik mineral „Mineralogy” mengatakan bahwa mineral lempung
merupakan koloid dengan ukuran sangat kecil (kurang dari 1 mikron).
Masing-masing koloid terlihat seperti lempengan-lempengan kecil yang
terdiri dari lembaran-lembaran kristal yang memiliki struktur atom yang
berulang (Sappie,2006). lembaran-lembaran kristal yang memliki
struktur atom yang berulang tersebut adalah:
1. Tetrahedron / Silica sheet
Merupakan gabungan dari Silica Tetrahedron
Gambar 2.6: a. Tetrahedron; b. Silica Sheet
Sumber : Ebook (Sappie,2006)
17
2. Octahedron / Alumina sheet
Merupakan gabungan dari Alumina Octahedron.
Gambar 2.7: c. Octahedron; d. Alumina Sheet
Sumber : Ebook (Sappie,2006)
Mineral lempung terbentuk di atas permukaan bumi dimana udara
dan air berinteraksi dengan mineral silikat, memecahnya menjadi
lempung dan produk lain (sappie, 2006).
Mineral lempung adalah mineral sekunder yang terbentuk karena
proses pengerusakan atau pemecahan dikarenakan iklim dan alterasi air
(hidrous alteration) pada suatu batuan induk dan mineral yang
terkandung dalam batuan itu.
Berdasarkan struktur kristal dan variasi komposisinya dapat dibedakan
menjadi belasan jenis mineral lempung dan diantaranya:
-
Kaolinit
-
Halloysite
-
momtmorillonite (bentonites)
-
illite
-
smectite
-
vermiculite
-
chlorite
-
attapulgite
-
allophone
18
Dalam dunia perdangan kita mengenal beberapa tipe mineral lempung,
diantaranya adalah:
2.1.5
-
Ball clay
-
Bentonite
-
Common clay
-
Fire clay
-
Fuller’s earth
-
Kaolin.
Manfaat Tanah Lempung
Tanah liat lebih dikenal sebagai bahan utama pembuatan keramik
atau pun porselen sebagai hiasan rumah. Selain daripada bahab utama
tersebut, tanah liat juga memiliki manfaat lain. Dari penelitian, tanah liat
juga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh dan kecantikan kulit. Hal
ini terbukti karena tanah liat memiliki 67 mineral penting yang berguna
buat tubuh. Ke 67 mineral tersebut antara lain, kalsium, zat besi,
magnesium, mangan, potasium, silika,dan elemen-elemen trace lainnya
(Jimmy,2011).
Berdasarkan data survei menurut Jimmy (2011), penggunaan
tanah liat untuk kesehatan telah dilakukan oleh Bangsa Indian di
pegunungan Andes, Suku asli Meksiko, Suku Aborigin di Australia, dan
Suku di Afrika Tengah. Perlu diketahui juga kalau sejak 4.000 tahun
yang lalu, orang-orang Indonesia telah memakan tanah liat untuk
menghilangkan sakit perut, Buruli Ulcer (mirip seperti Lepra) dan
Tuberculosis Mycobacterium (penyakit yang memakan daging).
Manfaat tanah liat menurut Jimmy (2011) antara lain sebagai berikut:
1. Sebagai obat untuk sakit perut, karena tanah liat memiliki zat seperti
sponge yang berfungsi menyerap racun di tubuh.
19
2. Sebagai pengurang rasa sakit di luka, hal ini dikarena oleh sifat tanah liat
yang adem dan memiliki kandunga Zink dan Zat besi yang membantu
penyembuhan luka.
3. Sebagai detox tubuh. Tanah liat yang bersifat seperti sponge ini dapat
digunakan untuk menyerap racun-racun ditubuh kita seperti bakteri, zat
logam berbahaya, dll.
4. Untuk kecantikan, tanah liat bermanfaat untuk mengencangkan kulit dan
memuluskan kulit Anda jika digunakan sebagai masker atau lulur tubuh.
2.1.6
Karakteristik Fisik Tanah Lempung Lunak
Menurut Bowles (1989) dalam Endriani (2012), mineral-mineral pada tanah
lempung umumnya memiliki sifat-sifat:
a. Hidrasi
Partikel mineral lempung biasanya bermuatan negatif sehingga partikel
lempung hampir selalu mengalami hidrasi, yaitu dikelilingi oleh lapisanlapisan molekul air yang disebut sebagai air teradsorbsi. Lapisan ini pada
umumnya mempunyai tebal dua molekul karena itu disebut sebagai lapisan
difusi ganda atau lapisan ganda. Lapisan difusi ganda adalah lapisan yang
dapat menarik molekul air atau kation disekitarnya. Lapisan ini akan hilang
pada temperatur yang lebih tinggi dari 600 sampai 1000oC dan akan
mengurangi plasitisitas alamiah, tetapi sebagian air juga dapat menghilang
cukup dengan pengeringan udara saja.
b. Aktivitas.
Hasil pengujian index properties dapat digunakan untuk mengidentifikasi tanah
ekspansif. Hardiyatmo (2006) merujuk pada Skempton (1953) mendefinisikan
aktivitas tanah lempung sebagai perbandingan antara Indeks Plastisitas (IP)
dengan prosentase butiran yang lebih kecil dari 0,002 mm.
d. Flokulasi dan Dispersi.
Beberapa partikel yang tertarik akan membentuk flok (flock) yang berorientasi
secara acak atau struktur yang berukuran lebih besar akan turun dari larutan itu
dengan cepatnya membentuk sedimen yang lepas. Flokulasi adalah peristiwa
20
penggumpalan partikel lempung di dalam larutan air akibat mineral lempung
umumnya mempunyai pH > 7. Flokulasi larutan dapat dinetralisir dengan
menambahkan bahan-bahan yang mengandung asam (ion H+), sedangkan
penambahan bahan-bahan alkali
akan mempercepat
flokulasi. Untuk
menghindari flokulasi larutan air dapat ditambahkan zat asam.
e.
Pengaruh Zat cair
Fase air yang berada di dalam struktur tanah lempung adalah air yang tidak
murni secara kimiawi. Pemakaian air suling yang relatif bebas ion dapat
membuat hasil yang cukup berbeda dari apa yang didapatkan dari tanah di
lapangan dengan air yang telah terkontaminasi. Air yang berfungsi sebagai
penentu sifat plastisitas dari lempung. Satu molekul air memiliki muatan positif
dan muatan negative pada ujung yang berbeda (dipolar). Fenomena hanya
terjadi pada air yang molekulnya dipolar dan tidak terjadi pada cairan yang
tidak dipolar seperti karbon tetrakolrida (CCl4) yang jika dicampur lempung
tidak akan terjadi apapun.
f. Sifat kembang susut (swelling potensial)
Plastisitas yang tinggi terjadi akibat adanya perubahan sistem tanah dengan air
yang mengakibatkan terganggunya keseimbangan gaya-gaya didalam struktur
tanah. Gaya tarik yang bekerja pada partikel yang berdekatan yang terdiri dari
gaya elektrostatis yang bergantung pada komposisi mineral, serta bergantung
pada jarak antar permukaan partikel.
2.2 Semen
2.2.1
Pengertian Semen
Semen merupakan material perekat untuk kerikil (agrerat kasar), pasir,
batubata, dan material sejenis lainnya. Material semen telah banyak digunakan
sejak zaman Yunani, Romawi, dan Mesir Kuno. Sebagian monumen dan
bangunan peninggalan sejarah yang saat ini masih bisa kita saksikan,
merupakan bukti bahwa material semen sudah digunakan sejak zaman dulu.
Orang Mesir sudah menggunakan semenuntuk konstruksi pyramid mereka.
Orang Yunani dan orang Roma menggunakan turf vulkanik yang dicampur
21
dengan gamping sebagai semen, dan beberapa diantara bangunan ini masih
berdiri sekarang (Syarif Hidayat,2009) .
pada abad ke-18 (1700 M) seorang insinyur Sipil, John Smeaton
berkebangsaan Inggris telah mebuat campuran semen, yaitu merupakan
campuran antara batu kapur dan tanah liat yang kemudian dia pakai untuk
membangun menara suar Eddystone di lepas pantai Comwall, Inggris. Namun,
bukan Smeaton yang mempatenkan semen ini tapi seorang insinyur yang
berkebangsaan sama dengannya yaitu Josep Aspdin yang mematenkan semen
pada tahun 1824, yang kemudian di sebut dengan Semen Portland. Dinamai
Portland karena warna hasil akhir olahannya mirip tanah liat yang ada di
Pulau Portland, Inggris (Syarif Hidayat,2009) .
Hasil rekayassa Aspdin inilah yang sekarang banyak dijumpai di tokotoko bangunan. Sebenarnya, ramuan Aspdin tidak jauh berbeda dengan
Smeaton. Dia tetap mengandalkan dua bahan utama, yaitu batu kapur sebagai
sumber kalsium karbonat dan tanah lempung yang banyak menggandung
silica, alumina, serta oksidasi besi. Kemudian, tahun 1845 Issac Johnson
melakukan penelitian lanjutan mengenai semen dan hasilnya sangat berperan
dalam pengembangan industri semen modern (Syarif Hidayat,2009).
Menurut SNI 15-2049-2004, Semen Portland adalah semen hidrolisis
yang dihasilkan dengan cara menggiling terak (klinker) semen portland
terutama yang terdiri atas Kalsium Silikat yang bersifat hidrolisis dan digiling
bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal
senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain.
Semen merupakan bahan yang digunakan untuk berbagai keperluan
terutama dalam pembagunan. Bahan mentah yang dibutuhkan dalam
pembuatan semen antara lain batu kapur (Limestone), tanah liat (clay) , pasir
silica dan pasir besi. Adapun bahan-bahan tersebut setidaknya mengandung
Limestone (+/- 82%), Clay (+/- 13,5%), Pasir Silika (+/- 3%), dan Pasir besi
(+/- 1,5%).
22
2.2.2
Bahan baku dan produksi semen
Bahan baku utama yang digunakan yaitu batu kapur (Lime Stone) dan
tanah liat (Clay).
1.
Batu kapur (Lime Stone)
Kalsium karbonat (CaCO3) di alam sangat banyak terdapat di berbagai
tempat. Kalsium karbonat berasal dari pembentukan geologis yang pada
umumnya dapat dipakai untuk pembuatan semen Portland sebagai sumber
utama senyawa Ca. Kekerasan batu kapur antara 1,8 – 3,0 skala mesh, warna
pada batu kapur dipengaruhi oleh tingkat kandungan unsur – unsur besi,
clay (tanah liat), dan MgO. Batu kapur ini memberikan kandungan CaO dan
sedikit mengandung MgO.
2.
Tanah liat (Clay)
Tanah liat merupakan bahan baku semen yang mempunyai sumber
utama senyawa silikat dan aluminat dan sedikit senyawa besi. Tanah liat
memiliki berat molekul 796,40 g/gmol dan secara umum mempunyai warna
cokelat kemerah – merahan serta tidak larut dalam air.
Tabel 2.1 Sifat – Sifat Fisika dan Kimia Bahan Baku Utama
No
1
2
3
4
5
6
Sifat – Sifat
Bahan
Rumus kimia
Berat molekul
Densitas
Titik leleh
Warna
Kelarutan
Sumber: Perry, R. H, tahun 1998
Komponen Bahan Baku
Batu Kapur
Tanah Liat
CaCO3
Al2O3.K2O.6SiO2.2H2O
100,09 g/gmol
796,40 g/gmol
2,71 g/ml
2,9 g/ml
1339 oC
Terurai pada 1450 oC
Putih keabu –
Coklat kemerah –
abuan
merahan
Larut dalam air,
Tidak larut dalam air,
asam NH4Cl
asam, pelarut lain
23
Bahan Baku Penunjang (Korektif)
Bahan baku korektif adalah bahan tambahan pada bahan baku utama
apabila pada pencampuran bahan baku utama komposisi oksida – oksidanya
belum memenuhi persyaratan secara kualitatif dan kuantitatif. Pada umumnya,
bahan baku korektif yang digunakan mengandung oksida silika, oksida alumina
dan oksida besi yang diperoleh dari pasir silika (silica sand) dan pasir besi
(iron sand).
1.
Pasir silika (silica sand)
Pasir silika digunakan sebagai pengkoreksi kadar SiO2 dalam tanah liat
yang rendah.
2.
Pasir besi (iron sand)
Pasir besi digunakan sebagai pengkoreksi kadar Fe2O3 yang biasanya
dalam bahan baku utama masih kurang.
Tabel 2.2 Sifat – Sifat Fisik dan Kimia Bahan Baku Penunjang
No
Sifat – Sifat Bahan
1
2
3
4
5
6
7
Rumus kimia
Berat molekul
Densitas
Titik leleh
Titik didih
Warna
Kelarutan
Komponen Bahan Baku
Pasir Silika
Pasir Besi
SiO2
Fe2O3
60,06 g/gmol
159,70
1,32 g/ml
g/gmol
1710 oC
5,12 g/ml
2230 oC
Terurai pada
Coklat keputihan
1560 oC
Tidak larut dalam air,
alkali tetapi larut dalam
Hitam
HF
Tidak larut
dalam air,
tetapi larut
dalam HCl
Sumber: Perry, R. H, tahun 1989
Bahan Baku Tambahan
Bahan baku tambahan adalah bahan baku yang ditambahkan pada terak
atau klinker untuk memperbaiki sifat – sifat tertentu dari semen yang
24
dihasilkan. Bahan baku tambahan yang biasa digunakan untuk mengatur waktu
pengikatan semen adalah Gypsum.
Tabel 2.3 Sifat – Sifat Fisik dan Kimia Bahan Baku Tambahan
No
1
2
3
4
5
6
7
Sifat – Sifat Bahan
Rumus kimia
Berat molekul
Densitas
Titik leleh
Titik didih
Warna
Kelarutan
Gypsum
CaSO4. 2H2O
172,17 g/gmol
2,32 g/ml
128 oC
163 oC
Putih
Larut dalam air,
gliseril, Na2S2O3
dan garam NH4
Sumber: Perry, R. H, tahun 1989
Pada dasarnya tiap-tiap industri semen memiliki proses produksi yang
hamper sama, perbedaannya terdapat pada tata letak dan peralatan yang
digunakan. Secara umum ada dua jenis proses produksi semen, yaitu dry
process dan wet process. Pada dry process, tahapan penggilingan (grinding)
dan pencampuran (blending) bahan baku dilakukan dalam kondisi kering.
Namun pada wet process, campuran bahan bakunya dilakukan pada kondisi
basah.
2.3 Pengisi Karet (Rubber Filler)
Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus.
Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun
setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil
dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak
dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami.
Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai dicoba
dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam
di Kebun Raya Bogor (Micky, 2012).
25
Sumber utama karet
adalah
pohon karet
Hevea brasiliensis
(Euphorbiaceae). Untuk mendapatkan karet alam, dilakukan penyadapan
terhadap batang pohon tanaman karet hingga dihasilkan getah kekuningkuningan yang disebut dengan lateks. Lateks merupakan cairan atau sitoplasma
yang berisi ±30% partikel karet. Pada tanaman karet, lateks dibentuk dan
terakumulasi dalam sel-sel pembuluh lateks yang tersusun pada setiap jaringan
bagian tanaman, seperti pada bagian batang dan daun. Penyadapan lateks dapat
dilakukan dengan mengiris sebagian dari kulit batang. Penyadapan ini harus
dilakukan secara hati-hati karena kesalahan dalam penyadapan dapat
membahayakan bahkan mematikan pohon karet (Micky, 2012).
Produk
dari
penggumpalan
lateks
selanjutnya
diolah
untuk
menghasilkan lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah
(crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri karet. Ekspor karet dari
Indonesia dalam berbagai bentuk, yaitu dalam bentuk bahan baku industri
(sheet, crumb rubber) dan produk turunannya seperti ban, komponen dan
sebagainya. Hasil utama dari pohon karet adalah lateks yang dapat dijual atau
diperdagangkan di masyarakat berupa lateks segar, slab/koagulasi, ataupun sit
asap/sit angin. Selanjutnya produk-produk tersebut akan digunakan sebagai
bahan baku pabrik Crumb Rubber (Karet Remah), yang menghasilkan berbagai
bahan baku untuk berbagai industri hilir seperti ban, bola, sepatu, karet, sarung
tangan, baju renang, karet gelang dan lainnya (Micky,2012).
Industri lateks karet alam merupakan industri yang sudah lama berada
di Negara kita Indonesia. dan merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka
karena banyakmenunjang perekonomian Negara. Indonesia merupakan sebuah
negara penghasil produk latekskaret alam dunia seperti sarung tangan. Adapun
produk-produk yang dihasilkan dari lateks karet alam antara lain pita
berpelekat, balon, pembalut luka elastis, tiub stateskop, pakaian dalam, busa
spring bed, dan lain – lain (Ekonopita,2000).
Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Free University, Belanda,
diproyeksikan bahwa konsumsi karet sampai dengan tahun 2020 akan tetap
meningkat baik untuk karet alam maupun sintetik. Proyeksi konsumsi karet
26
dunia pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 13,472 juta ton dan proyeksi
produksi sebesar 7,8 juta ton. Dengan demikan terjadi kekurangan pasokan
karet sebesar 5,654 juta ton yang merupakan peluang bagi pasar di Indonesia.
Bahan pengisi karet sangat memegang peranan penting dalam industri
ban dan polimer, karena fungsi bahan pengisi untuk menurunkan biaya
produksi dan menguatkan kekuatan mekanik. Menurut prayitno (1983), bahan
pengisi karet sangat berpengaruh pada sifat-sifat karet vulkanisasi yang
dihasilkan, baik jenisnya maupun jumlahnya. Pada beberapa pencampuran
komponen, arang hitam (black carbon) merupakan bahan pengisi aktif karena
selain sebagai pengisi bahan ini juga berfungsi sebagai pewarna (warna hitam)
dan penguat.
Karet alam tidak memiliki regangan , kekerasan, dan modulus yang
sesuai dengan keperluan pabrik karet.Maka diperlukan untuk menambahkan
material yang bertujuan untuk meningkatkan karakteristik karet alam pada
tingkatan yang diinginkan (Studebaker, 1957). Untuk menghasilkan barang
jadi karet yang tahan terhadap pengusangan perlu penyesuaian sistem
vulkanisasi dan ditambahkan anti oksidan, anti ozon, dan sebagainya. Untuk
memperkuat sifat fisik dan menekan biaya pengolahan dengan memperbesar
volume dapat ditambahkan bahan pengisi.Processing aid digunakan untuk
mempermudah pengolahan sehingga terjadi pencampuran yang baik, dispersi
bahan pengisi yang baik, akan menghasilkan kompon yang baik sehingga
dihasilkan barang jadi yang baik (www.industrikaret.com).
Salah satu material yang digunakan dalam pencampuran karet alam
adalah bahan pengisi (filler). Bahan pengisi ini membantu dalam mencapai
karakteristik yang diinginkan dan merupakan material paling besar kedua
dalam hal kuantitas didalam suatu campuran karet setelah karet itu sendiri
(Brennan and Jermyn, 1965).
Bahan pengisi digunakan untuk memperkuat karet dengan tujuan untuk
mengurangi
biaya
produksi,pewarnaan,
meningkatkan
kepadatan
dan
meningkatkan sifat pemrosesan. Umumnya penguatan karet merupakan bidang
yang penting dalam teknologi pemrosesan karet. Dimana penguatan karet dapat
27
meningkatkan satu atau lebih sifat elastomer,yang bertujuan untuk kesesuaian
terhadap kegunaannya (Morton, 1987). Dalam hal ini Morton juga
mengungkapkan bahwa tanah liat dapat digunakan sebagai bahan pengisi karet
dengan di tambahkan carbon black. Perbandingan hasil olahan pebgisi karet
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.4 Hard Clay in SBR (50 Volumes)
ML 1+4 (100OC)
300% modulus, Mpa
pTensile Strength, Mpa
Elongation, %
Hardness
Compression set (B), b %
Die C tear, kN/m
Abrasion Index
Hard
Clay
130 phr
72
1.9
14.2
590
70
60
16
27
N-990
Black
100 phr
57
5.3
10.0
610
70
28
14
23
N-650 20 phr (Black)
Hard clay (104 phr)
71
7.0
18.6
620
78
45
17.9
27
Sumber : Morton, 1987
Banyak pengisi mineral yang digunakan secara meluas oleh industri
karet alam dan lateks karet alam, adapun pengisi tersebut seperti karbon black,
kaolin, dan kalsium karbonat. Kalsium karbonat adalah bahan yang paling
diminati
pada tahun terakhir ini
karena
ketersediannya
dan
biaya
pengolahannya rendah (Danneberg, 1981).
Penambahan bahan pengisi diterapkan dengan fungsi untuk mengurangi
pemakaian kardkk.am dan menambah tingkat kekuatan dari produk yang
dihasilkan serta mengurangi biaya produksi. Adapun untuk bahan pengisinya
yaitu berupa non-black fillers for elastomer yang diantaranya adalah kalsium
karbonat, tanah liat kaolin, silika yang diendapkan, bedak, barit, silika amorf,
diatomite (Adnan dkk., 2009).
Maurice Morton dalam buku Rubber Technology ( 1987) dan H.H.
Muray dalam buku Aplied Clay Mineralogy (2006) menengungkapkan bahwa
tanah liat dapat digunakan untuk berbagai aplikasi karena sifat teknis yang
baik dan karena rasio biaya dan kinerja yang sangat menguntungkan.
28
Tanah liat banyak digunakan sebagai untuk senyawa karet dari semua
jenis, termasuk komponen ban seperti senyawa serat perekat, dan seluruh
rentang non-ban. Aplikasi karet digunakan karena memiliki daya penguatan
baik, biaya moderat dan processability baik yang diinginkan. Tanah liat
memiliki sifat semi-memperkuat yang sangat baik dan dapat digunakan sebagai
pengisi utama dalam karet atau untuk mengganti sebagian atau memperpanjang
lebih tinggi memperkuat karbon hitam. Senyawa karet mengandung rata-rata
kurang dari 5 lbs. Bahan kimia tambahan per 100 lbs elastomer , sedangkan
filler biasanya 10-15 kali lebih tinggi . Bahan yang digunakan untuk
memodifikasi sifat-sifat produk karet , bahan pengisi sering memainkan peran
penting . Sebagian besar pengisi karet yang digunakan saat ini menawarkan
beberapa manfaat fungsional yang memberikan kontribusi untuk processability
atau kegunaan produk karet . Butadiene rubber stirena misalnya , memiliki
hampir tidak ada penggunaan komersial sebagai senyawa terisi (Ebook Non
Black Filler for Rubber hlm 2).
Tanah liat juga digunakan sebagai agen semi-penguat untuk karet, dan
sekitar £ 900.000.000 digunakan per tahun di Amerika Serikat Paling adalah
tanah liat keras ditambang di Georgia dan Carolina Selatan. Hal ini digunakan
dalam bangkai ban, dinding samping, dan isolasi manik. Liat menawarkan
beberapa penguatan terhadap senyawa karet tetapi kurang dari memperkuat
nilai karbon hitam. Biaya tanah liat biasanya $ 0,03 sampai $ 0,05 per pon.
Silan lempung putih yang dimodifikasi digunakan dalam dinding samping
putih (CWC 1997).
Tanah liat kaolin biasanya digunakan untuk mengurangi biaya
penggunaan senyawa karet serta meningkatkan sifat fisik atau saat operasi.
Tanah liat kaolin adalah aluminosilikat platy. Tanah liat yang digunakan untuk
pengisi karet di klasifikasikan menjadi dua bagian yaitu tanah liat keras dan
tanah liat lunak yang memiliki ukuran partikel yang berbeda dan juga
mempengaruhi stuktur kekerasan karet. Tanah liat keras memiliki ukuran
partikel rata-rata sekitar 250 sampai 500 nm, dan mempunyai modulus
kekuatan tarik tinggi, kekakuan, dan ketahanan abrasi yang baik untuk
29
senyawa karet. Tanah liat lunak memiliki ukuran partikel rata-rata sekitar
1000-2000 nm dan digunakan untuk beban ekonom tinggi dan tingkat ekstrusi
lebih cepat lebih penting daripada kekuatan. Dalam anisometry (bentuk planar)
dan perhitungan ukuran partikel tanah liat mempengaruhi pada modulus dan
kekerasan. Tanah liat keras lebih banyak digunakan dari tanah liat lunak atau
lembut karena dalam pencampurannya karet menghasilkan efek semimemperkuat dan biaya utilitas yang rendah sebagai pelengkap pengisi lainnya.
Tanah liat digunakan untuk menggantikan sebagian dari karbon silika hitam
atau endapan silika yang harganya lebih mahal dalam senyawa tertentu tanpa
mengurangi sifat fisik produk yang dihasilkan nantinya. Berikut adalah gambar
struktur dari tanah liat kaolin (Ebook Non Black Filler for Rubber).
Gambar 2.8 struktur tanah liat kaolin
Sumber : (Ebook Non Black Filler for Rubber)
Beberapa tanah liat dicuci dengan menggunakan air guna meningkatkan
pembersihan kotoran pada tanah liat supaya warna tanah liat cerah.
Penambahan Aminosilan dan mercaptosilane pada tanah liat keras memberikan
penguatan yang lebih baik dan dalam beberapa aplikasi dapat mengurangi
penggunaan silika carbon hitam. Berikut adalah beberapa gambar dari tanah
liat kaolin yang digunakan sebagai pengisi karet.
A
B
C
Gambar 2.9 varius types of kaolin clay fillers
Sumber : (Adnan, dkk, 2009)
D
30
Menurut Adnan.dkk (2009) terdapat proses dasar untuk memproduksi kaolin
clay untuk penguatan karet dari hasil tambang:
-
bijih tanah liat digiling untuk memecah gumpalan. Proses Ini adalah
bentuk paling mahal karena tanah liat keras memiliki penguatan
moderat yang tinggi.
-
tanah liat dicuci dengan air akan melibatkan pemisahan secara gravitasi,
kemudian pemutihan dan pemisahan magnetik untuk meningkatkan
warna tanah liat dan rotary untuk menghasilkan berbagai ukuran
partikel yang diinginkan. Pencucian tanah liat dengan air guna
menghasilkan penguatan yang lebih tinggi dengan kemampuan untuk
mengontrol pH, warna dan ukuran partikel.
-
delaminated kaolin dilakukan dengan menggunakan bahan kimia atau
dengan cara memecahkan struktur trombosit dari tanah liat, yang
selanjutnya meningkatkan penguatan properti.
-
Dikalsinasi
yaitu
dengan
dipanaskan
sampai
1.0000C,
yang
menghasilkan warna putih dengan permukaan timggi mineral serta
daerah permukaan inert.
Adapun menurut (Bunga Prameswari, 2008) komposisi kimia tanah
liat yang di analisa dengan menggunakan alat Scanning Electron
Microscopy (SEM) dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 2.5 komposisi Tanah Liat
Elemen
Nama Elemen
C
Carbon
O
Oksigen
Al
Aluminium
Si
Silika
S
Sulfur
Ca
Kalium
Fe
Besi
Sumber : (Bunga Prameswari, 2008)
Konsentrasi (%)
0,33
46,91
22,05
13,42
0,23
0,21
14,78
31
Bahan pengisi adalah merupakan bagian yang sangat penting pada
komposit. Bahan pengisi dapat berupa logam,keramik ,dan polimer.Sifatsifat komposit adalah fungsi dari sifat-sifat zatnya ,jumlah zat yang sesuai
dan geometri fasa tersebar. Yang diamksud dengan geometri fasa tersebar
adalah bentuk partikel,ukuran partikel ,taburan orientasinya. Interaksi
antara
matrik
polimer
dan
pengisi
dipengaruhi
oleh
ukuran
partikel,aktivitas permukaan ,muatan serta jenis polimer dalam campuran.
Interaksi tersebut memberi kesan yang tampak pada sifat mekanik,
kandungan gel ,persentase serbuk yang terjerap dan sifat termal campuran
pengisi (Callister,2000).
Bahan
pengisi
pada
komposit
akan
memodifikasi
atau
memperbaiki sifat-sifat bahan atau menggantikan kandungan matrik
dengan bahan yang lebih murah .Secara umum bahan pengisi bersifat
sebagai penguat . (Callister,2000).Tingkat penguatan campuran polimer
bergantung pada kekuatan interaksi antara polimer dan pengisi .Kekuatan
interaksi didominasi oleh penjerapan fisika polimer (Bound Polimer)
(Hanafi,2000). Penjerapan polimer ke atas permukaan pengisi dipengaruhi
oleh luas permukaan ,aktivasi permukaan dan kekutupan polimer.
Pada proses pengolahan karet ada dua macam bahan pengisi yaitu :
1. Bahan pengisi tidak aktif.
Bahan pengisi ini menambah kekerasan dan kekuatan pada bahan jadi
yang dihasilkan, tetapi sifat lainnya menurun. Biasanya bahan pengisi
yang tidak aktif lebih banyak digunakan untuk menekan harga karena
bahan ini harganya lebih murah contohnya kaolin, tanah liat, kalsium
karbonat, magnesium karbonat, barium sulfat.
2. Bahan pengisi yang menguatkan (Aktif).
Bahan pengisi aktif atau penguat, contohnya karbon hitam, silica,
aluminium silikat, dan magnesium silikat. Bahan ini mampu
menambah kekerasan ,ketahanan sobek, ketahanan kikisan, serta
tegangan putus pada barang yang dihasilkan.
32
Kadang – kadang bahan pengisi aktif dan tidak aktif diberikan dalam
campuran sebagai alternatif penghematan biaya. Bahan pengisi yang
digunakan dalam pembuatan benang karet adalah titanium dioksida (TiO2)
yang berbentuk tepung dan bewarna putih bersih (Callister, 2000).
2.4 Scanning Electron Microscopy (SEM)
2.4.1
Sejarah Electron Microscopy (SEM)
Konsep awal yang melibatkan teori pemindaian mikroskop elektron
pertama kali diperkenalkan di Jerman (1935) oleh M. Knoll. Konsep standar
dari SEM moderen dibangun oleh von Ardenne pada tahun 1938 yang
menambahkan kumparan scan untuk mikroskop elektron transmisi. Desain
SEM telah diubah cukup dengan Zworykin et al. pada tahun 1942 saat
bekerja untuk RCA Laboratorium di Amerika Serikat. Desain itu lagi
kembali di rancang oleh CW Oatley pada tahun 1948 seorang profesor di
Universitas Cambridge. Sejak itu ada banyak kontribusi penting lainnya
yang telah sangat ditingkatkan dan dioptimalkan kerja dari scanning
mikroskop elektron moderen. Cara kerja SEM yaitu dengan memindai sinar
halus fokus elektron ke sampel. Elektron berinteraksi dengan komposisi
molekul sampel. Energi dari elektron berinteraksi ke sampel secara
langsung sebanding dengan jenis interaksi elektron yang dihasilkan dari
sampel. Serangkaian energi elektron yang terukur dapat dianalisis oleh
mikroprosesor canggih yang menciptakan pseudo gambar tiga dimensi atau
spektrum elemen unik dari sampel yang dianalisis (Marantha,2008).
Elektron memiliki resolusi yang lebih tinggi daripada cahaya. Cahaya
hanya mampu mencapai 200nm sedangkan elektron bisa mencapai resolusi
sampai 0,1 – 0,2 nm. Disamping itu dengan menggunakan elektron kita juga
bisa mendapatkan beberapa jenis pantulan yang berguna untuk keperluan
karakterisasi. Jika elektron mengenai suatu benda maka akan timbul dua
jenis pantulan yaitu pantulan elastis dan pantulan non elastic.
Scanning Electron Microscopy (SEM) merupakan alat yang dapat
membentuk bayangan permukaan. Struktur permukaan suatu benda yang akan
33
diuji dapat dipelajari dengan mikroskop elektron pancaran karena jauh lebih
mudah untuk mempelajari struktur permukaan itu secara langsung. Pada
dasarnya, SEM menggunakan sinyal yang dihasilkan elektron dan
dipantulkan atau berkas sinar elektron sekunder.
SEM memiliki kemampuan untuk menganalisis sampel tertentu
dengan memanfaatkan salah satu metode yang disebutkan di atas.
Sayangnya, setiap jenis analisis dianggap merupakan aksesori perangkat
tambahan untuk SEM. Aksesori yang paling umum dilengkapi dengan SEM
adalah dispersif energi detektor x-ray atau EDX (kadang-kadang dirujuk
sebagai EDS) (Marantha,2008) .
Jenis
detektor
memungkinkan
pengguna
untuk
menganalisis
komposisi molekul sampel. deteksi pertama yang dikenal dengan sinar-x
ditemukan secara tidak sengaja oleh fisikawan Jerman Wilhelm Conrad
Roeentgen pada tahun 1895 saat mempelajari sinar katoda dalam tegangan
tinggi, tabung debit gas (Hal itu diketahui bahwa ketika katoda dari sebuah
sirkuit listrik dipanaskan dalam ruang hampa dengan beda potensial yang
besar diterapkan antara katoda dan anoda, kemudian ada gelombang
bergerak antara dua elektroda. Awalnya ini dianggap gelombang
elektromagnetik, sehingga mereka disebut sinar katoda, JJ Thompson
(1856-1940) menciptakan sinar katoda tabung-CRT dasar untuk monitor
komputer dan televisi). Karena alasan tersebut, Wilhelm Conrad Roeentgen
menciptakan istilah "x-radiasi". Panjang gelombang elektromagnetik sinar-x
sekitar 01-100 angstrom (disingkat Å) adalah salah satu dari sepuluh-miliar
(1/10000000000) meter. Sebuah langkah atom hidrogen sekitar 1 Å di. Jenis
elektron yang akan dibahas adalah elektron energi tingkat rendah yang
dikenal sebagai efek Auger. Efek Auger pertama kali diamati pada tahun
1925 oleh Fisikawan Perancis Pierre-Victor Auger. Fenomena ini terjadi
ketika sebuah elektron dilepaskan dari salah satu inti orbit dalam sehingga
menghasilkan dua bagian elektron dari atom residu dan kemudian diulang
untuk menghasilkan bagian yang baru atau x-ray yang untuk di pancarkan.
Perlu dicatat bahwa spesifikasi deteksi Auger elektron atau yield Auger
34
yaitu untuk elemen tertentu dengan nomor atom menurun. Sebagai contoh,
emisi sinar-x dan Auger elektron dari seng (nomor atom 30) adalah sama.
Jenis analisis dikembangkan di late1960 dan disebut Auger Spektroskopi
atau AES. Teknik ini berguna dalam mempelajari komposisi lapisan
permukaan secara kualitatif dan kuantitatif suatu senyawa, elemen atau
partikel sub-atomik yang dikenal sebagai muon (Marantha,2008).
2.4.2 Klasifikasi Scanning Electronic Microscopy (SEM)
Untuk mengetahui morfologi senyawa padatan dan komposisi unsur
yang terdapat dalam suatu senyawa dapat digunakan alat scanning electron
microscope (SEM). Scanning Electron Microscope adalah suatu tipe
mikroskop electron yang menggambarkan permukaan sampel melalui proses
scan dengan menggunakan pancaran energi yang tinggi dari electron dalam
suatu pola scan raster. Electron berinteraksi dengan atom – atom yang
membuat sampel menghasilkan sinyal yang memberikan informasi mengenai
permukaan topografi sampel, komposisi dan sifat – sifat lainnya seperti
konduktivitas listrik (Anita, 2012).
SEM dapat mengamati struktur maupun bentuk permukaan yang
berskalah lebih halus, Dilengkapi Dengan EDS (Electron Dispersive X ray
Spectroscopy) dan Dapat mendeteksi unsur-unsur dalam material. Juga
Permukaan yang diamati harus penghantar electron. Elektron memiliki
resolusi yang lebih tinggi daripada cahaya. Cahaya hanya mampu mencapai
200 nm sedangkan elektron bisa mencapai resolusi sampai 0,1 – 0,2 nm
(Anita,2012). Dibawah ini diberikan perbandingan hasil gambar mikroskop
cahaya dengan elektron.
35
Gambar 2.10 perbesaran sem
Sumber : http://anita-widynugroho.blogspot.com
Disamping itu dengan menggunakan elektron kita juga bisa
mendapatkan beberapa jenis pantulan yang berguna untuk keperluan
karakterisasi. Jika elektron mengenai suatu benda maka akan timbul dua jenis
pantulan yaitu pantulan elastis dan pantulan non elastis.
Pantulan sinar SEM tersebut seperti pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.11 pantulan sinar pada sem
Sumber : http://anita-widynugroho.blogspot.com
36
Pada sebuah mikroskop elektron (SEM) terdapat beberapa peralatan
utama antara lain:
1. Pistol elektron, biasanya berupa filamen yang terbuat dari unsur yang
mudah melepas elektron misal tungsten.
2. Lensa untuk elektron, berupa lensa magnetis karena elektron yang
bermuatan negatif dapat dibelokkan oleh medan magnet.
3. Sistem vakum, karena elektron sangat kecil dan ringan maka jika ada
molekul udara yang lain elektron yang berjalan menuju sasaran akan
terpencar
oleh
tumbukan
sebelum
mengenai
sasaran
sehingga
menghilangkan molekul udara menjadi sangat penting.
SEM mempunyai depth of field yang besar, yang dapat memfokus
jumlah sampel yang lebih banyak pada satu waktu dan menghasilkan
bayangan yang baik dari sampel tiga dimensi. SEM juga menghasilkan
bayangan dengan resolusi tinggi, yang berarti mendekati bayangan yang
dapat diuji dengan perbesaran tinggi. Kombinasinya adalah perbesaran yang
lebih tinggi, dark field, resolusi yang lebih besar, dan komposisi serta
informasi kristallografi. Sem terdiri dari electron optic columb dan electron
console. sampel sem ditempatkan pada specimen chamber di dalam electron
optic colomb dengan tingkat kevakuman yang tinggi yaitu sekitar 2 x 10-6
Trorr. Sinar electron yang dihasilkan dari electron gun akan dialirkan hingga
mengenai sampel. Aliran sinar electron ini akan melewati optic columb yang
berfungsi untuk memfokuskan sinar electron hingga mengenai sampel
tersebut (Yudi Prasetyo,2011).
Pada pengambilan data dengan alat SEM-EDX, sampel bubuk yang
telah diletakkan di atas specimen holder dimasukkan kedalam specimen
chamber, kemudian dimasukkan dalam alat SEM-EDX dan alat siap untuk
dioperasikan. Dalam pengukuran SEM–EDX untuk setiap sampel dianalisis
dengan menggunakan analisis area. Sinar electron yang di hasilkan dari area
gun dialirkan hingga mengenai sampel. Aliran sinar electron ini selanjutnya
di fokuskan menggunakan electron optic columb sebelum sinar electron
37
tersebut membentuk atau mengenai sampel. Setelah sinar electron
membentuk sampel, akan terjadi beberapa interaksi – interaksi pada sampel
yang disinari. Interaksi – interaksi yang terjadi tersebut selanjutnya akan
dideteksi dan di ubah ke dalam sebuah gambar oleh analisis SEM dan juga
dalam bentuk grafik oleh analisis EDX (Yudi Prasetyo,2011)..
Pada pengukuran SEM –EDX untuk setiap sampel dilakukan Pada
kondisi yang sama yaitu dengan menggunakan alat SEM – EDX tipe JEOL
JSM-6360LA yang memiliki beda tegangan sebesar 20 kv dan arus sebesar 30
mA.
Pada pengukuran SEM-EDX setiap sampel digunakan dengan
menggunakan analisis area. Sinar Electron yang dihasilkan dari electron gun
dialirkan hingga mengenai specimen sampel aliran sinar electron ini
selanjutnya difokuskan menggunakan electron optic colum, sebelum sinar
electron mengenai sampel. Setelah sinar electron mengenai sampel maka
akan terjadi interaksi pada sampel yang disinari. Interksi – interaksi yang
terjadi tersebut slanjutnya akan dideteksi dan diubah kedalam sebuah gambar
oleh analisis SEM dan juga dalam bentuk Grafik oleh Analisis EDX (Yudi
Prasetyo,2011)..
Hasil analisa atau keluaran dari analisis SEM-EDX yaitu berupa
gambar struktur permukaan dari setiap sampel dengan karakeristik gambar 3D serta grafik hubungan antara energi( keV) pada sumbu horizontal dengan
cecahan pada sumbu pertikal dari keluran ini dapat diketahui unsur – unsur
atau mineral yang terkandung di dalam sampel tersebut, yang mana
keberadaan unsur atau mineral tersebut dapat ditentukan atau diketahui
berdasarkan nilai energi yang dihasilkan pada saat penembakan sinar electron
primer pada sampel (Yudi Prasetyo,2011). .
2.4.2
Prinsip dan Proses Kerja Scanning Electron Microscopy (SEM)
SEM menggunakan prinsip scanning yaitu berkas elektron diarahkan
pada titik permukaan spesimen. Gerakan elektron diarahkan dari satu titik ke
titik lain pada permukaan spesimen. Jika seberkas sinar elektron ditembakkan
pada permukaan spesimen maka sebagian dari elektron itu akan dipantulkan
38
kembali dan sebagian lagi diteruskan. Jika permukaan spesimen tidak merata,
banyak lekukan, lipatan atau lubang-lubang, maka tiap bagian permukaan itu
akan memantulkan elektron dengan jumlah dan arah yang berbeda dan
kemudian akan ditangkap oleh detektor dan akan diteruskan ke sistem layar.
Hasil yang diperoleh merupakan gambaran yang jelas dari permukaan
spesimen dalam bentuk tiga dimensi. Dalam penelitian morfologi permukaan
dengan menggunakan SEM, pemakaiannya sangat terbatas tetapi memberikan
informasi yang bermanfaat mengenai topologi permukaan dengan resolusi
sekitar 100 Å (Stevens, 2001).
SEM memiliki perbesaran 10 – 3000000x, depth of field 4 – 0.4 mm
dan resolusi sebesar 1 – 10 nm. Kombinasi dari perbesaran yang tinggi, depth
of field yang besar, resolusi yang baik, kemampuan untuk mengetahui
komposisi dan informasi kristalografi membuat SEM banyak digunakan
untuk keperluan penelitian dan industri (Yudi Prasetyo, 2011). Menurut Yudi
Adapun fungsi utama dari SEM antara lain dapat digunakan untuk
mengetahui informasi-informasi mengenai:
-
Topografi, yaitu ciri-ciri permukaan dan teksturnya (kekerasan, sifat
memantulkan cahaya, dan sebagainya).
-
Morfologi, yaitu bentuk dan ukuran dari partikel penyusun objek
(kekuatan, cacat pada Integrated Circuit (IC) dan chip, dan sebagainya).
-
Komposisi, yaitu data kuantitatif unsur dan senyawa yang terkandung di
dalam objek (titik lebur, kereaktifan, kekerasan, dan sebagainya).
-
Informasi kristalografi, yaitu informasi mengenai bagaimana susunan
dari butir-butir di dalam objek yang diamati (konduktifitas, sifat elektrik,
kekuatan, dan sebagainya).
Prinsip kerja SEM yaitu bermula dari electron beam yang dihasilkan oleh
sebuah filamen pada electron gun. Pada umumnya electron gun yang
digunakan adalah tungsten hairpin gun dengan filamen berupa lilitan tungsten
yang berfungsi sebagai katoda. Tegangan diberikan kepada lilitan yang
mengakibatkan terjadinya pemanasan. Anoda kemudian akan membentuk
39
gaya yang dapat menarik elektron melaju menuju ke anoda.Kemudian
electron beam difokuskan ke suatu titik pada permukaan sampel dengan
menggunakan dua buah condenser lens. Condenser lens kedua (atau biasa
disebut dengan lensa objektif) memfokuskan beam dengan diameter yang
sangat kecil, yaitu sekitar 10-20 nm. Hamburan elektron, baik Secondary
Electron (SE) atau Back Scattered Electron (BSE) dari permukaan sampel
akan dideteksi oleh detektor dan dimunculkan dalam bentuk gambar pada
layar CRT (Yudi Prasetyo,2011).
SEM memiliki beberapa detektor yang berfungsi untuk menangkap
hamburan elektron dan memberikan informasi yang berbeda-beda (Yudi
Prasetyo,2011). Detektor-detektor tersebut antara lain:
-
Detektor EDX, yang berfungsi untuk menangkap informasi mengenai
komposisi sampel pada skala mikro.
-
Backscatter detector, yang berfungsi untuk menangkap informasi
mengenai nomor atom dan topografi.
-
Secondary detector, yang berfungsi untuk menangkap informasi
mengenai topografi.
Pada SEM (Yudi Prasetyo,2011) terdapat sistem vakum pada electron-optical
column dan sample chamber yang bertujuan antara lain:
-
Menghilangkan efek pergerakan elektron yang tidak beraturan karena
adanya molekul gas pada lingkungan tersebut, yang dapat mengakibatkan
penurunan intensitas dan stabilitas.
-
Meminimalisasi gas yang dapat bereaksi dengan sampel atau mengendap
pada sampel, baik gas yang berasal dari sampel atau pun mikroskop.
Karena apabila hal tersebut terjadi, maka akan menurunkan kontras dan
membuat gelap detail pada gambar.
Semua sumber elektron membutuhkan lingkungan yang vakum untuk
beroperasi.
40
Prinsip scanning electron microscopy (Maranatha,2008) yaitu :
1. Sebuah pistol elektron memproduksi sinar elektron dan dipercepat
dengan anoda.
2. Lensa magnetik memfokuskan elektron menuju ke sampel.
3. Sinar elektron yang terfokus memindai (scan) keseluruhan sampel
dengan diarahkan oleh koil pemindai.
4. Ketika elektron mengenai sampel maka sampel akan mengeluarkan
elektron baru yang akan diterima oleh detektor dan dikirim ke monitor.
Secara lengkap skema SEM dijelaskan oleh gambar dibawah ini:
gambar 2.12 prinsip kerja sem
(sumber: (http://www.purdue.edu/rem/rs/sem.html)
Menurut Maranatha ada beberapa sinyal yang penting yang dihasilkan
oleh SEM. Dari pantulan inelastis didapatkan sinyal elektron sekunder dan
karakteristik sinar X sedangkan dari pantulan elastis didapatkan sinyal
backscattered electron.
41
Sinyal -sinyal tersebut dijelaskan pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.13 signal backscattered
(sumber : iastate.edu)
Perbedaan gambar dari sinyal elektron sekunder dengan backscattered
adalah elektron sekunder menghasilkan topografi dari benda yang dianalisa
dan permukaan yang tinggi berwarna lebih cerah dari permukaan rendah.
Sedangkan backscattered elektron memberikan perbedaan berat molekul dari
atom – atom yang menyusun permukaan atom dengan berat molekul tinggi
akan berwarna lebih cerah daripada atom dengan berat molekul rendah
(Munawirul,2011). Contoh perbandingan gambar dari kedua sinyal ini
disajikan pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.14 perbadingan backscattered dan secondary electrons
Sumber : http://anita-widynugroho.blogspot.com
42
Mekanisme kontras dari elektron sekunder dijelaskan dengan gambar
dibawah ini. Permukaan yang tinggi akan lebih banyak melepaskan elektron
dan menghasilkan gambar yang lebih cerah dibandingkan permukaan yang
rendah atau datar (Munawirul,2011).
Gambar 2.15 mekanisme kontras secondary electrons
Sumber : Munawirul, Scanning Electron Microscope & Energy dispersive X-ray
Spectroscopy (SEM-EDS) 2011
Sedangkan mekasime kontras dari backscattered elektron dijelaskan
dengan gambar dibawah ini yang secara prinsip atom – atom dengan densitas
atau berat molekul lebih besar akan memantulkan lebih banyak elektron
sehingga tampak lebih cerah dari atom berdensitas rendah. Maka teknik ini
sangat berguna untuk membedakan jenis atom (Munawirul,2011).
Gambar 2.16 mekanisme kontras backscattered
Sumber : Munawirul, Scanning Electron Microscope & Energy dispersive X-ray
Spectroscopy (SEM-EDS) 2011
43
Namun untuk mengenali jenis atom dipermukaan yang mengandung
multi atom para peneliti lebih banyak mengunakan teknik EDS (Energi
Dispersive Spectroscopy). Sebagian besar alat SEM dilengkapi dengan
kemampuan ini, namun tidak semua SEM punya fitur ini. EDS dihasilkan dari
Sinar X yaitu dengan menembakkan sinar X pada posisi yang ingin kita
ketahui komposisinya. Maka setelah ditembakkan pada posisi yang
diinginkan maka akan muncul puncak – puncak tertentu yang mewakili suatu
unsur yang terkandung. Dengan EDS kita juga bisa membuat elemental
mapping (pemetaan elemen) dengan memberikan warna berbeda – beda dari
masing – masing elemen di permukaan bahan. EDS bisa digunakan untuk
menganalisa secara kuantitatif dari persentasi masing – masing elemen
(Munawirul,2011).
Contoh dari aplikasi EDS digambarkan pada diagram dibawah ini.
Gambar 2.17 aplikasi EDS
(sumber: umich.edu)
44
Gambar 2.18 perbesaran apliaksi EDS
(Sumber: http//www.material cerdas Indonesia.com )
Cara kerja SEM yaitu sebuah elektron diemisikan dari katoda tungsten
dan diarahkan ke suatu anoda. Tungsten digunakan karena mempunyai titik
lebur yang paling tinggi dan tekanan uap paling rendah dari semua jenis
logam, sehingga dapat dipanaskan untuk keperluan pemancaran elektron.
Berkas elektron yang memiliki beberapa ratus eV dipusatkan oleh satu atau
dua lensa kondeser kedalam suatu berkas cahaya dengan spot 1 nm sampai 5
nm. Berkas cahaya dipancarkan melalui sepasang coil scan pada lensa
obyektif yang dapat membelokkan berkas cahaya secara horizontal dan
vertikal
sehingga
membentuk
daerah
permukaan
sampel
persegi
empat.(Bambang,2011).
Ketika berkas elektron utama saling berinteraksi dengan sampel, maka
elektron kehilangan energi oleh penyebaran berulang dan penyerapan dengan
setetes volume spesimen yang dikenal sebagai volume interaksi yang meluas
kurang dari 100 nm sampai sekitar 5 nm pada permukaan. Ukuran dari
volume interaksi tergantung pada berkas cahaya yang mempercepat tegangan,
nomor atom spesimen dan kepadata spesimen. Energi berubah diantara berkas
elektron dan hasil sampel hasil pada emisi elektron dan sampel hasil pada
emisi elektron dan radiasi elektromagnet yang dapat dideteksi untuk
menghasilkan suatu gambar (Bambang,2011).
45
Untuk Persiapan material yang akan dianalisa cukup sederhana.
Khususnya untuk bahan – bahan yang bersifat konduktor maka hanya perlu
dilekatkan pada sample holder yang terbuat dari logam. Biasanya pemegang
sampel ini dapat dipakai untuk menempatkan 4 sampel berbeda sekaligus
sehingga ketika menganalisa tidak perlu setiap akan ganti sampel membukatutup SEM.. Biasanya sampel dilekatkan dengan bantuan selotip karbon.
Contoh dari selotip karbon adalah seperti pada gambar 2.19 dibawah ini.
Gambar 2.19 isolatip carbon
Sumber: Laboratorium Teknik Kimia (POLSRI) 2015
Adapun Gambar dari sampel holder yang telah ditempel selotip dan
diberi serbuk yang akan dianalisa dapat dilihat pada Gambar 2.20.
Gambar2.20 Sampel holder + isolatip+sampel
Sumber: Laboratorium Teknik Kimia (POLSRI) 2015
46
Untuk sampel berupa serbuk. Setelah ditempel selotip karbon maka
serbuk ditebarkan pada permukaan selotip dan sisa serbuk yang tidak dapat
menempel harus dibersihkan sehingga tidak menganggu alat vakum (dush off)
dalam SEM ketika analisa. Disamping ini adalah gambar dari sampel holder
yang telah ditempel selotip dan diberi serbuk yang akan dianalisa. SEM
mempunyai depth of field yang besar, yang dapat memfokus jumlah sampel
yang lebih banyak pada satu waktu dan menghasilkan bayangan yang baik
dari sampel tiga dimensi. SEM juga menghasilkan bayangan dengan resolusi
tinggi, yang berarti mendekati bayangan yang dapat diuji dengan perbesaran
tinggi. Kombinasi perbesaran yang lebih tinggi, dark field, resolusi yang lebih
besar, dan komposisi serta informasi kristallografi membuat SEM merupakan
satu dari peralatan yang paling banyak digunakan dalam penelitian, R&D
industri khususnya industri semiconductor (Bambang,2011).
keunggulan SEM (Bambang,2011) adalah sebagai berikut:
1. Daya pisah tinggi
Dapat Ditinjau dari jalannya berkas media, SEM dapat digolongkan
dengan optik metalurgi yang menggunakan prinsip refleksi, yang diarti
sebagai permukaan spesimen yang memantulkan berkas media.
2. Menampilkan data permukaan spesimen
Teknik SEM pada hakekatnya merupakan pemeriksaan dan analisis
permukaan. Data atau tampilan yang diperoleh adalah data dari permukaan
atau lapisan yang tebalnya sekitar 20 mikro meter dari permukaan. Sinyal
lain yang penting adalah back scattered elektron yang intensitasnya
bergantung pada nomor atom, yang unsurnya menyatakn permukaan
spesimen. Dengan cara ini diperoleh gambar yang menyatakan perbedaan
unsur kimia yang lebih tinggi pada nomor atomnya. Kemampuannya yang
beragam membuat SEM popular dan luas penggunaannya, tidak hanya
dibidang material melainkn juga dibidang biologi, pertanian, kedokteran,
elektronika, mikroelektronika dan lain-lain.
47
3. Kemudahan penyiapan sampel
Spesimen untuk SEM dapat berupa material yang cukup tebal, oleh karena
itu penyiapannya sangat mudah. Untuk pemeriksaan permukaan patahan
(fraktografi), permukaan diusahakan tetap seperti apa adanya, namun
bersih dari kotoran, misalnya debu dan minyak. Permukaan spesimen
harus bersifat konduktif. Oleh karena itu permukaan spesimen harus bersih
dari kotoran dan tidak terkontaminasi oleh keringat.
Sedangkan kelemahan dari teknik SEM antara lain:
a. Memerlukan kondisi vakum.
b. Hanya menganalisa permukaan.
c. Resolusi lebih rendah dari TEM.
d. Sampel harus bahan yang konduktif, jika tidak konduktor maka perlu
dilapis logam seperti emas.
2.4.3
Komponen Utama SEM
SEM memiliki beberapa peralatan utama (Anita,2012) , antara lain:
1. Penembak elektron (electron gun)
Ada tiga jenis atau tipe dari electron gun yaitu :
a) Termal
Pada jenis ini, energi luar yang masuk ke bahan dalam bentuk energi
panas. Energi panas ini diubah menjadi energi kinetik. Semakin besar panas
yang diterima bahan maka akan semakin besar pula kenaikan energi kinetik
yang terjadi pada electron. Pada situasi inilah akan terdapat elektron yang
pada ahirnya terlepas keluarmelalui permukaan bahan. Bahan yang digunakan
sebagai sumber elektron disebut sebagai emiter atau lebih sering disebut
katoda. Sedangkan bahan yangmenerima elektron disebut sebagai anoda.
Dalam konteks tabung hampa (vacuum tube) anoda lebih sering disebut
sebagai plate.
48
Dalam proses emisi termal dikenal dua macam jenis katoda yaitu :
1) Katoda panas langsung (Direct Heated Cathode, disingkat DHC)
2) Katoda panas tak langsung (Indirect Heated Cathode, disingkat IHC)
b) Tungsten Filamen
Material ini adalah material yang pertama kali digunakan orang untuk
membuatkatode. Tungsten memiliki dua kelebihan untuk digunakan sebagai
katoda yaitumemiliki ketahanan mekanik dan juga titik lebur yang tinggi
(sekitar 3400 oC), sehingga tungsten banyak digunakan untuk aplikasi khas
yaitu tabung XRay yang bekerja pada tegangan sekitar 5000 V dan suhu
tinggi. Akan tetapiuntuk aplikasi yang umum terutama untuk aplikasi Tabung
Audio dimana tegangankerja dan temperature tidak terlalu tinggi maka
tungsten bukan material yang ideal,hal ini disebabkan karena tungsten
memilik fungsi kerja yang tinggi (4,52 eV) danjuga temperature kerja optimal
yang cukup tinggi (sekitar 2200 oC).
c) Field emission
Pada emisi jenis ini yang menjadi penyebab lepasnya elektron dari
bahan ialahadanya gaya tarik medan listrik luar yang diberikan pada bahan.
Pada katoda yangdigunakan pada proses emisi ini dikenakan medan listrik
yang cukup besarsehingga tarikan yang terjadi dari medan listrik pada
elektron menyebabkanelektron memiliki energi yang cukup untuk lompat
keluar dari permukaan katoda.Emisi medan listrik adalah salah satu emisi
utama yang terjadi pada vacuum tubeselain emisi thermionic.
Jenis katoda yang digunakan diantaranya adalah :
- Cold Field Emission
- Schottky Field Emission Gun
2. Lensa Magnetik
Lensa magnetik yang digunakan yaitu dua buah condenser lens.
Condenser lens kedua (atau biasa disebut dengan lensa objektif)
memfokuskan electron dengan diameter yang sangat kecil, yaitu sekitar 10-20
nm.
49
3. Detektor
SEM memiliki beberapa detektor yang berfungsi untuk menangkap hamburan
elektron dan memberikan informasi yang berbeda-beda.
Detektor-detektor tersebut antara lain:
-
Backscatter detector, yang berfungsi untuk menangkap informasi
mengenai nomor atom dan topografi.
-
Secondary detector, yang berfungsi untuk menangkap informasi
mengenai topografi (Prasetyo, 2011).
4. Sample Holder
Untuk meletakkan sampel yang akan dianalisis dengan SEM.
5. Monitor CRT (Cathode Ray Tube)
Di layar CRT inilah gambar struktur obyek yang sudah diperbesar
dapat dilihat.
a) Topografi, yaitu ciri-ciri permukaan dan teksturnya (kekerasan, sifat
memantulkan cahaya, dan sebagainya).
b) Morfologi, yaitu bentuk dan ukuran dari partikel penyusun objek
(kekuatan, cacat pada Integrated Circuit (IC) dan chip, dan sebagainya).
c) Komposisi, yaitu data kuantitatif unsur dan senyawa yang terkandung di
dalam objek (titik lebur, kereaktifan, kekerasan, dan sebagainya).
d) Informasi kristalografi, yaitu informasi mengenai bagaimana susunan
dari butir-butir di dalam objek yang diamati (konduktifitas, sifat elektrik,
kekuatan, dan sebagainya). (Prasetyo, 2011).
Jenis sampel yang dapat dianalisa: sampel biologi atau material padat.
Aplikasi (analisa sampel):
1. Sampel Padat: logam, bubuk kimia, kristal, polymers, plastik, keramik,
fosil, butiran, karbon, campuran partikel logam, sampel Arkeologi.
2. Sampel Biologi: sel darah, produk bakteri, fungal, ganggang, benalu dan
cacing. Jaringan binatang, manusia dan tumbuhan.
3. Sampel Padatan Biologi: contoh profesi dokter gigi, tulang, fosil dan
sampel arkeologi (Sudarman dkk., 2011).
Download