PENGARUH IKLAN DAN PROMOSI HARGA TERHADAP EKUITAS MEREK Agus Mahendra Wibowo Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKP Yogyakarta ABSTRACT Marketing communications may provide the means for developing strong, customer-based brand equity. Among marketing communication tools, advertising and price promotion have always played a pivotal role. Hence, this research examines the effect of perceived advertising spending and price promotion on brand equity across experience goods/services. Jean was chosen as goods because it’s quality can be judged well before and after purchase or use it and bank was chosen as experience products due to its quality is unable to judge before use and able to judge quality after use. This research finds that advertising has significant positive impact on brand equity for both goods product and experience product. However, price promotion, for goods product, has significant negative impact on brand awareness and brand association and, for experience product (banking service), has positive effect on perceived quality and brand loyalty. In order to build strong brand equity effectively, managers must invest in the advertising but considering product categories when applying price promotion. Key Word: Advertising, Price Promotion, Brand Equity, Product Category merek di memori dan kemampuan konsumen PENDAHULUAN merek, ukuran dari nilai untuk mengidentifikasi merek di bawah keseluruhan merek, adalah konsep kunci kondisi yang berbeda" dan mendefinisikan dalam manajemen merek. Ekuitas merek citra merek sebagai "persepsi mengenai diidentifikasi sebagai sumber keunggulan sebuah merek yang tercermin oleh asosiasi kompetitif bagi banyak organisasi. Keller merek dalam memori konsumen". Ekuitas (2003) menyebut konsep ekuitas merek Ekuitas merek-pelanggan adalah satu sebagai "efek diferensial pengetahuan merek set yang berhubungan dengan asosiasi merek terhadap respon konsumen ". Selanjutnya, yang dimiliki oleh konsumen dalam memori. Keller mengusulkan (1) pengetahuan merek Dalam sebagai pusat definisi ekuitas merek dan dianggap sebagai keyakinan, mempengaruhi, tingkat pengetahuan merek meningkatkan dan probabilitas berkaitan pemilihan merek, (2) perspektif pengalaman dengan ini, ekuitas subyektif merek merek lain yang (yaitu, sikap mendefinisikan pengetahuan merek dalam terhadap merek, brand image, dll), penelitian hal kesadaran merek dan image, dan (3) yang ada terhadap ekuitas merek digunakan brand awareness sebagai "kekuatan jejak untuk mengidentifikasi empat "komponen"A 1 kognitif dari ekuitas merek berbasis pelanggan seperti sikap terhadap merek, kekuatan preferensi, pengetahuan merek, lanjut atas pemilihan konsumen terhadap merek ketika merek itu sudah hafal. Kualitas yang dirasakan dapat dan merek heuristik (Girish dan Clayton, mempengaruhi keputusan pembelian dan 2004). Untuk memperluas ekuitas merek loyalitas merek secara langsung, terutama dengan memasukkan konstruksi, seperti bila pelanggan belum dirangsang oleh loyalitas merek, kesadaran merek, persepsi bujukan atau tidak dapat membuat analisis kualitas, dan asosiasi merek rinci. Asosiasi Merek dapat membantu Ekuitas merupakan seperangkat aset pelanggan untuk berurusan dengan atau dan kewajiban terkait dengan merek, yang mengingat informasi dan menjadi dasar menambah nilai atau mengurangi nilai dari perbedaan produk, yang akan memberikan sebuah produk dalam hubungannya dengan alasan pembelian bagi pelanggan dan timbul pelanggan. Nilai ekuitas merek berasal dari perasaan positif (Ali Hasan, 2010). lima aset ekuitas merek (loyalitas merek, Aset merek eksklusif lainnya (paten, kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek dagang, distributor dll) lebih sulit merek dan aktiva lainnya), di mana persepsi diukur dari perspektif pelanggan. Dalam hal kualitas dan asosiasi merek merupakan dua ini, ini membuat kesan kualitas, loyalitas aset yang paling penting. Semua aset merek, kesadaran merek dan asosiasi merek ekuitas merek ini memberi nilai tambah bagi sebagai variabel ukuran ekuitas merek perusahaan dan pelanggan. berdasarkan prestasi atau kinerja merek Loyalitas merek pada (Keller, 2003). Dari sudut pandang ini dapat pelanggan dapat mempertahankan serangan ditemukan bahwa ekuitas merek dapat dari pesaing, dan dampak upaya-upaya membawa pemasaran produsen yang lebih kompetitif produsen. Nilai pelanggan dari ekuitas untuk menarik pelanggan setia dari merek merek adalah dasar untuk menciptakan nilai lain yang tidak memuaskan. Kesadaran produsen. Dalam lima aset ekuitas merek, merek bisa memberikan keakraban untuk loyalitas merek dapat dipengaruhi oleh merek dan sinyal dari kekukuhan dan janji dimensi kunci lain (kesadaran merek, kesan jika pelanggan tahu merek, dan pada saat itu kualitas dan asosiasi merek) dari ekuitas akan merek, sehingga loyalitas merek dapat mempengaruhi didasarkan pertimbangan nilai bagi konsumen dan pelanggan untuk merek dan pengaruh lebih 2 dianggap sebagai dasar utama dari ekuitas terhadap merek dan independen dari dimensi lain komunikasi yang efektif memungkinkan Berdasarkan uraian diatas maka fokus penelitian dirumuskan sebagai berikut : (1) apakah iklan berpengaruh terhadap ekuitas ekuitas merek. Artinya, formasi kesadaran merek dan citra merek yang positif. Gambar 1. Kerangka Konseptual merek untuk produk barang dan produk pengalaman/jasa. (2) apakah harga promosi, Iklan untuk produk barang, memiliki dampak Ekuitas Merek terhadap kesadaran merek dan asosiasi merek, dan (3) apakah produk pengalaman (layanan perbankan), berpengaruh terhadap persepsi kualitas dan loyalitas merek. KONSTRUKSI TEORITIS DAN Kategori Produk HIPOTESIS PENELITIAN Gambar Harga Promosi Persepsi Kualitas Loyalitas Merek Kesadaran Merek Asosiasi Merek 1 menunjukkan kerangka konseptual, yang menjelaskan efek dari belanja iklan dan harga promosi pada ekuitas merek, diantarai oleh peran kategori produk sebagai variable moderator. Ketika konsumen melihat belanja iklan yang tinggi, ini memberikan kontribusi untuk persepsi mereka tentang tingkat Hubungan Iklan dan Brand Equity kepercayaan bahwa manajer pemasaran Periklanan pengeluaran, sebagai alat dalam produk, belanja iklan yang dirasa komunikasi pemasaran utama di pasar memiliki efek positif, tidak hanya pada konsumen, harus dipertimbangkan ketika ekuitas merek secara keseluruhan, tetapi menentukan komunikasi juga pada masing-masing elemen yang pemasaran pada konsumen, dan persepsi terdiri dari; kesadaran, persepsi dan kualitas, bahwa pesan memprovokasi antara individu- asosiasi dan loyalitas merek. Loyalitas individu target yang berbeda (Angel dan merek dianggap sebagai dimensi dan hasil Manuel, 2005). dari ekuitas merek (Morgan, 2000). efek dari Keller (2003) mencatat bahwa komunikasi pemasaran berkontribusi 3 Hubungan antara yang mempengaruhi tidak hanya kualitas merek untuk yang dipersepsikan, tetapi juga mendukung dibenarkan oleh keputusan pembelian dengan meningkatkan penelitian yang berbeda. Hubungan antara nilai produk. Oleh karena itu pengeluaran belanja komunikasi pemasaran dan investasi iklan cenderung positif terhadap ekuitas pada merek, yang melibatkan persepsi merek. kualitas yang lebih tinggi. Hubungan antara yang akan diuji secara empiris diusulkan investasi dalam komunikasi pemasaran dan tentang pengeluaran iklan dan ekuitas merek kualitas mempengaruhi tidak hanya kualitas sebagai berikut. merek dirasakan, tetapi juga mendukung H1 dirasakan dan komunikasi pemasaran kualitas pengeluaran Berdasarkan logika ini hipotesis Skala ariabel ekuitas merek seperti : Pengeluaran Iklan Mempengaruhi Ekuitas Merek H1a : Iklan pengeluaran yang positif berkaitan dengan persepsi kualitas. H1b : Iklan pengeluaran yang positif berkaitan dengan loyalitas merek. H1c : Iklan pengeluaran yang positif berkaitan dengan brand awareness. H1d : Iklan pengeluaran yang positif berkaitan dengan asosiasi merek. "brand awareness" dan "sikap merek" dapat Hubungan antara Harga Promosi dan menggunakan Brand Equity keputusan pembelian dengan meningkatkan nilai produk, penerima iklan menganggap pengeluaran iklan dirasakan pada merek sebagai upaya menegaskan kembali keputusan pembelian. "efek paparan" untuk meningkatkan evaluasi pelanggan terhadap Promosi penjualan mengikis ekuitas merek. "Efek paparan" akan berarti jika merek, dan biasanya, harga disesuaikan oleh dampak beberapa tujuan pemasaran terjadi produsen sebagai metode promosi langsung secara berulang. Konsumen akan memiliki untuk meningkatkan pembelian pelanggan. lebih banyak sikap positif untuk tujuan Sebagian besar efek dari pemotongan harga pemasaran jika dampak yang muncul secara terlihat dalam jangka pendek pilihan merek. teratur. "Efek paparan " merupakan faktor Promosi meningkatkan sensitivitas harga kunci untuk mengubah preferensi dan sikap. pada pelanggan yang tidak setia. Validasi pengaruh "efek paparan" pada tetapi umumnya tidak tahan saat efek jangka "pengetahuan merek", " sikap merek ", panjang dipertimbangkan. "keakraban dan dengan menggunakan harga promosi berarti kepercayaan. Hubungan antara investasi penurunan ekuitas merek. Harga dianggap dalam komunikasi pemasaran dan kualitas sebagai standar skala kualitas produk tidak merek", pembelian Akan Dalam hal ini, 4 langsung oleh pelanggan. Ini adalah konsep mengusulkan hipotesis untuk diuji secara bahwa harga berkorelasi positif dengan empiris adalah sebagai berikut : kualitas produk, yaitu harga yang lebih H2 tinggi, lebih baik kualitasnya. Penggunaan harga promosi memiliki efek H2a negatif terhadap ekuitas merek, karena H2b dianggap H2c bahwa konsumen merasakan hubungan negatif antara ekuitas merek dan perlu menggunakan insentif untuk penjualan yang mempengaruhi tingkat kemapanan H2d : Harga promosi mempengaruhi ekuitas merek; : Harga promosi negatif yang terkait dengan persepsi kualitas; : Harga promosi negatif yang terkait dengan loyalitas merek; : Harga promosi negatif yang terkait dengan brand awareness; : Harga promosi negatif yang terkait dengan asosiasi merek. Kategori Produk harga (Donthu dan Lee, 2000). Penjualan promosi pada umumnya, dan khususnya harga promosi, dianggap melemahkan ekuitas merek meskipun memili manfaat jangka pendek yang mereka berikan kepada keseluruhan, efek jangka panjang harga promosi penjualan yang negative, oleh karena itu harga promosi mungkin memiliki pengaruh negatif pada persepsi pelanggan diferensial membuat kesadaran persepsi pelanggan pada kualitas, dan kemudian mempengaruhi ekuitas merek produk dan kesediaan pembelian pelanggan. Kegiatan berdasarkan penurunan harga dapat menempatkan konsumen merek akan ketidakstabilan, produk ditetapkan pada sebuah kontinum produk barang (goods), pengalaman (experience), atau kepercayaan (credence) --- GEC, atas dasar evaluasi pelanggan terhadap barang/jasa dengan cara konsumen (Yoo, Donthu dan Lee, 2000). Secara Kategori dalam bahaya, terprovokasi dengan kebingungan dan variabilitas menyebabkan kualitas image tidak stabil. Oleh karena itu, penelitian ini yang berbeda. Produk barang didominasi oleh informasi atribut lengkap bisa diperoleh sebelum membeli, pada produk pengalaman /jasa, pelanggan dapat mengevaluasi setelah mengkonsumsi, dan barang kepercayaan didominasi oleh atribut bahwa pelanggan tidak dapat memverifikasi bahkan setelah digunakan . Atribut barang dapat dianalisis dalam tiga sifat, pengalaman, produk barang dan kepercayaan. Produk barang memiliki karakteristik yang dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan dan sebelum membeli. Pengalaman, di sisi lain, memiliki fitur yang terungkap hanya melalui konsumsi. Kenyataan bahwa konsumen tidak bisa memastikan kualitas dan nilai kepercayaan, 5 produk, dan pengalaman. Produk barang, Karena kesulitan mendapatkan seperti yang didefinisikan oleh kerangka informasi prepurchase, maka memberikan GEC, bahwa ketidakpastian pra-pembelian informasi tambahan dapat mengurangi risiko adalah rendah. bagi pelanggan. kepercayaan Pada pengalaman, dan yang ditandai Selain itu, kepercayaan dengan barang/jasa sangat profesional dan terkait ketidakpastian yang lebih tinggi, sehingga dengan tingkat variabilitas yang lebih tinggi, strategi iklan untuk penjual barang mungkin hal ini lebih sulit bagi pelanggan untuk akan sangat berbeda dari kepercayaan dan menilai produk pengalaman. kepercayaan Meskipun, hubungan positif antara kualitas merek dan belanja iklan yang diharapkan, hubungan akan kualitas atau barang/jasa, pengalaman, harga murah sehingga dapat menjadi petunjuk bagi keterbatasan kualitas. berbeda dengan produk yang berbeda. Oleh Peneliti berpendapat bahwa dampak karena itu, penelitian ini mengusulkan harga promosi pada ekuitas merek untuk hipotesis yang akan diuji secara empiris produk barang/jasa berbeda dari yang non- dirumuskan sebagai berikut : produk H3: Dampak iklan terhadap ekuitas merek kepercayaan). barang (pengalaman Maka hipotesis dan yang untuk produk barang berbeda dari yang diusulkan untuk diuji secara empiris adalah : non H4 : Dampak promosi harga pada ekuitas barang/jasa (pengalaman dan kepercayaan). merek untuk produk barang/jasa berbeda dari yang non-produk Variabilitas produk barang / jasa rendah juga membuatnya layak kepercayaan) barang / jasa. bagi konsumen untuk memperoleh pengetahuan penuh tentang kinerja produk sebelum membeli. (pengalaman dan METODE PENELITIAN Definisi dan Pengukuran Harga akan menjadi pendorong utama untuk pelanggan. Untuk layanan Penelitian ini berfokus pada tiga kepercayaan, harga mungkin bukan atribut konstruksi yaitu iklan, promosi harga dan yang paling penting. ekuitas merek. dan pengetahuan Pengeluaran periklanan, meningkat sepanjang ada kontinuitas dari sebagai alat komunikasi pemasaran utama di kepercayaan untuk jasa. pasar konsumen, harus dipertimbangkan ketika menentukan efek dari komunikasi 6 pemasaran pada konsumen, dan persepsi terhadap merek. tingkat pengenalan merek bahwa pesan memprovokasi antar individu adalah dari target yang berbeda. Oleh karena itu, kesadaran merek pada tingkat yang lebij iklan dalam penelitian ini didefinisikan tinggi. sebagai serangkaian atribut berwujud dan tidak persepsi subjektif konsumen terhadap merek. Skala mereka Asosiasi yang merek menghadirkan terkait dengan berwujud yang terkait dengan merek, dan pengukuran dikembangkan pada kondisi apa sikap konsumen yang dengan referensi dari Yoo et al. (2000) mungkin menguntungkan untuk memilih Martin merek. (2000). Harga promosi berarti pengurangan harga jangka pendek seperti penjualan khusus. Hal ini diukur sebagai Semua item diukur dengan skala Likert yang disedrhanakan menjadi 5 point. Pretest Kategori Produk persepsi subjektif konsumen, frekuensi dari Riset ini memilih tiga kategori produk: harga promosi yang digunakan untuk merek. jean, restoran cepat saji, dan bank. Sampel Skala ekuitas mencakup empat pretest berjumlah 85 mahasiswa. Tabel 1 dimensi inti:, kualitas merek, loyalitas menunjukkan bahwa jean, restoran cepat saji merek, kesadaran merek dan asosiasi merek. adalah produk barang, mahasiswa dapat merek Kualitas didefinisikan sebagai penilaian menilai kinerja dari setiap layanan baik subjektif yang dilakukan oleh konsumen sebelum maupun setelah digunakan, untuk mengenai produk. menilai kinerja dari setiap layanan lebih Loyalitas merek memainkan peranan yang besar dari 3,0 pada skala lima poin. Namun, luar biasa dalam menghasilkan ekuitas skor tertinggi sebelum dan setelah pembelian merek, bukan hanya karena kemampuan pada produk Jean. untuk mempertahankan pelanggan setia, responden dapat menilai kualitas Jean itu tetapi juga karena loyalitas pelanggan baik sebelum dan sesudah membeli atau meluas ke merek lain (terutama pada menggunakannya. Jadi Jean terpilih sebagai portofolio perusahaan). Dalam riset ini, produk barang dalam riset ini ini. Sementara kesetiaan brand mengacu pada komitmen kemampuan untuk menilai mutu sebelum keseluruhan yang loyal terhadap merek digunakan kurang dari 3,0 dan kemampuan tertentu. untuk menilai kualitas setelah digunakan keunggulan Kesadaran tingkat persepsi merek suatu diukur subjektif sebagai konsumen Ini berarti bahwa lebih besar dari 3,0, adalah bank. Oleh karena itu, desain kuesioner formal dalam 7 penelitian ini memilih jean sebagai produk barang dan bank sebagai pengalaman. produk Tabel 1. Statistik Deskriptif dari Kategori Produk Jean Restoran cepat saji Bank Sebelum membeli Setelah penggunaan Sebelum membeli Setelah penggunaan Sebelum membeli Setelah penggunaan N Minimum Maksimum Mean 85 2.00 5.00 3.5059 Std. Deviasi 0.81099 85 3.00 5.00 4.2353 0.47926 85 1.00 5.00 3.4941 0.88133 85 2.00 5.00 4.1882 0.69854 85 1.00 5.00 2.9059 0.88133 85 2.00 5.00 3.6824 0.83398 Pengumpulan Data dan Analisis (iklan dan harga promosi). Survei dengan menggunakan kuesioner Uji sampling menggunakan dilakukan pada bulanDesember 2010 sampai KMO bulan Februari, 2011. Sampel penilitian ini menunjukkan bahwa nilai KMO adalah adalah mahasiswa yang sering mengunjungi 0,744 yang berarti analisis faktor mencapai gerai penjualan jean, restoran cepat saji dan tingkat sedang. bank tempat mereka melakukan transaksi perbedaan sebesar 86,49%, cukup untuk untuk mewakili data asli. berbagai kepentingan seperti (Kaiser-Meyer-Olkin) tes yang Persentase akumulasi Faktor loading setiap pembayaran KRS, mengambil uang dan lain item lebih besar dari 0,5 menunjukkan sebagainya, Jumlah sampel yang terambil adanya validitas konvergen. 200 orang. Reliabilitas dan Validitas Tes Analisis eksploratori faktor – AEF digunakan untuk ekstraksi komponen pokok dan rotasi diterapkan pada setiap item. Skala komunikasi pemasaran meliputi 6 item (tabel 3). 6 item ini diekstraksi menjadi 2 faktor Skala ekuitas merek meliputi 12 item (tabel 4). ke 12 item ini diekstraksi menjadi 4 faktor- Pengujian sampling dengan uji KMO yang menunjukkan bahwa nilai KMO adalah 0,896 yang berarti analisis faktor mencapai tingkat tinggi. Persentase akumulasi perbedaan sebesar 82,38%, cukup 8 untuk mewakili data asli. Faktor loading awareness α = 0,906 dan asosiasi merek α = setiap item lebih besar dari 0,5 menunjukkan 0,916. adanya validitas konvergen. konstruksi menunjukkan konsistensi internal Skala komunikasi pemasaran meliputi 6 item (table 5). menjadi dua ke 6 item diekstraksi factor (iklan dan harga Nilai alpha untuk masing-masing yang memadai. Cronbach's α Bank diukur melalui konsistensi setiap item. promosi). Dari sampling dengan uji KMO Semua dimensi memiliki lebih besar yang menunjukkan bahwa nilai KMO adalah dari nilai yang disarankan sebesar 0,7 - iklan 0,788 yang berarti analisis faktor mencapai α = 0,937, harga promosi α = 0,917, persepsi tingkat sedang. Persentase akumulasi kualitas α = 0,866, loyalitas merek α = perbedaan adalah sebesar 87,51%, cukup 0,747, brand awareness α = 0,908 dan untuk mewakili data asli. asosiasi merek α = 0,891. Nilai alpha untuk Faktor loading setiap item lebih besar dari 0,5 menunjukkan masing-masing adanya validitas konvergen. konsistensi internal yang memadai. Skala ekuitas merek meliputi 12 item konstruksi menunjukkan Bank (Tabel 6). 12 item ini diekstraksi 4 faktor : persepsi kualitas, loyalitas merek, kesadaran merek dan asosiasi merek. Pengujian sampling dengan uji KMO menunjukkan bahwa nilai KMO adalah 0,851 yang berarti kebugaran analisis faktor mencapai tingkat tinggi. Persentase akumulasi perbedaan sebesar 80,43%, cukup untuk mewakili data asli. Faktor loading setiap item lebih besar dari 0,5 menunjukkan validitas konvergen. Cronbach's α Jean diukur melalui konsistensi setiap item. memiliki lebih besar Semua dimensi dari nilai yang disarankan sebesar 0,7 - iklan α = 0,943, promosi harga α = 0,895, persepsi kualitas α = 0,832, loyalitas merek α = 0,840, brand Analisis Korelasi Pearson digunakan untuk analisis antar variabel. Tabel 10 menunjukkan analisis hubungan antara iklan, promosi harga dan ekuitas merek bank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara iklan dan persepsi kualitas (= 0,385, p r <0,01), loyalitas merek (r = 0,236, p <0,01), brand awareness (r = 0,158, p <0,05) dan asosiasi merek (r = 0,360, p <0,01). Ada hubungan positif yang signifikan antara promosi harga dan persepsi kualitas (r = 0,337, p <0,01), loyalitas merek (p r = 0,271, <0,01) dan asosiasi merek (r = 0,211, p <0,01). Ini berarti bahwa promosi harga bank memiliki efek positif terhadap ekuitas 9 merek, terutama pada persepsi kualitas, biaya iklan dan promosi harga. loyalitas merek dan asosiasi merek. menghindari dampak collinearity antara Analisis Regresi variabel Jean mengadopsi diagnostik collinearity. Iklan berpengaruh positif signifikan independen, penelitian Untuk penelitian menunjukkan ini Hasil bahwa VIF terhadap persepsi kualitas (β 0,343, t => (Variance Inflation Factor) kurang dari 10. 1,645), loyalitas merek (β 0,232, t => 1,645), Artinya, kesadaran merek (β 0,566, t => 1,645) dan berpengaruh asosiasi merek (β = 0,481, t> 1,645). Harga estimasi model regresi. promosi berpengaruh negatif signifikan tingkat collinearity secara signifikan tidak terhadap Riset ini mencoba untuk memperluas terhadap brand awareness (β =- 0,180, t <- ekuitas 1,645) dan asosiasi merek (β =- 0,108, t <- konstruksi loyalitas merek, kesadaran merek, 1,645) Harga promosi pengaruh negatif tidak kesan signifikan terhadap persepsi kualitas (β =- Spesifikasi 0,078,> t - 1,645). Selain itu, harga promosi karena konstruksi yang sama muncul untuk tidak memainkan peran ganda. Sebagai contoh, berpengaruh signifikan terhadap loyalitas merek (β 0,013, t = <1,645). merek kualitas dengan dan konseptual menggunakan asosiasi bisa merek. bermasalah loyalitas merek dianggap sebagai dimensi dan hasil dari ekuitas merek. Oleh karena Bank itu, penelitian ini lebih lanjut meneliti Iklan berpengaruh positif signifikan hubungan antara loyalitas merek, kesadaran terhadap persepsi kualitas (β 0,296, t => merek, persepsi kualitas, dan asosiasi merek 1,645), loyalitas merek (β 0,149, t => 1,645), dengan memperlakukan loyalitas merek kesadaran merek (β 0,174, t => 1,645) dan sebagai asosiasi merek (β = 0,329, t> 1,645). Harga menunjukkan bahwa, untuk jean, persepsi promosi berpengaruh positif signifikan kualitas variabel terikat. berpengaruh positif Tabel 13 signifikan terhadap persepsi kualitas (β = 0,231), terhadap loyalitas merek (β 0,392, t => loyalitas merek (β = 0,209). Harga promosi 1,645) dan asosiasi merek berpengaruh tidak berpengaruh signifikan terhadap brand awareness (β =- 0,038) dan asosiasi merek (β = 0,073). Analisis korelasi menggambarkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara positif signifikan terhadap loyalitas merek (β = 0,317, t> 1,645). Kesadaran merek tidak berpengaruh signifikan terhadap loyalitas merek bank (β =- 0,037, t> -1,645). Persepsi 10 kualitas, kesadaran merek dan asosiasi variabel independen menjelaskan kesadaran merek semua berpengaruh positif signifikan merek (adjusted R ² = 0,364) dan asosiasi terhadap loyalitas merek (β 0,380, t => merek (adjusted R ² = 0,245) lebih baik dari 1,645), (β 0,158, t => 1,645), (β = 0,269, t> melihat kualitas (adjusted R ² = 0,119) dan 1,645). loyalitas merek (adjusted R ² = 0,044). Ini membuktikan PEMBAHASAN bahwa marketer harus mempertimbangkan faktor penting lainnya Berdasarkan hasil analisis di atas, penelitian ini menemukan iklan yang memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap ekuitas merek produk barang dan produk jasa. Selanjutnya, hasil analisis regresi menemukan bahwa promosi harga tidak berpengaruh signifikan terhadap loyalitas merek merek jean. Hal ini karena konsumen tertarik terhadap merek oleh utilitas transaksi yang memberikan harga promosi (sesaat), dan ketika akhir promosi, mereka kehilangan minat pada merek. Dengan demikian, perubahan loyalitas merek setelah berakhirnya promosi tidak mungkin terjadi kecuali merek ini dianggap unggul dan memenuhi kebutuhan konsumen lebih baik daripada merek pesaing. Meskipun harga promosi tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap persepsi kualitas, arah dan harapan tetap menjadi nilai negatif. Saat melihat kekuatan penjelas dari model regresi, adjusted R ², ada perbedaan besar antara kekuatan penjelas dari pengeluaran iklan dan harga promosi untuk dimensi ekuitas merek. ketika menyelidiki loyalitas merek. Selain itu, ditemukan bahwa promosi harga secara signifikan berpengaruh positif terhadap persepsi kualitas dan loyalitas merek bank. ini mungkin karena bank adalah layanan industri berskala besar. Ketika Bank menggunakan harga promosi berjangka pendek, konsumen tidak akan mempertanyakan kepada orang lain tentang kualitas pelayanan bank, atau harga seperti tingkat bunga dan biaya layanan dapat menjadi salah satu faktor kunci bagaimana pelanggan menilai kualitas bank. Penelitian ini juga menemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara harga promosi dan kesadaran merek atau asosiasi merek, karena dan tinggi rendahnya harga bisa sama-sama kuat terkait merek dalam memori yang membawa manfaat kepada konsumen. Riset ini menunjukkan bahwa iklan berpengaruh positif signifikan terhadap ekuitas merek produk jean dan bank. Namun, tingkat dampaknya tidak sama, Kedua 11 hasilnya, dapat diketahui bahwa iklan persepsi kualitas, 0,083 pada loyalitas memiliki dampak lebih tinggi pada empat merek, 0,016 pada kesadaran merek, dan dimensi ekuitas merek produk barang (jean) 0.125 pada asosiasi merek. (koefisien standar) dari pada yang produk bank. Dengan kata lain, adjusted R ² nilainilai dari kekuatan penjelas pengeluaran Harga promosi berpengaruh moderat iklan dan harga promosi pada layanan yang berbeda pada ekuitas merek karena perbankan semuanya kurang dari 15%. Ini perbedaan kategori produk, ini berarti bahwa menunjukkan harga moderator terhadap ekuitas merek non promosi membuat pengaruh bertentangan mengenai produk tangible dan bahwa pengaruh variabel produk barang yang berbeda. intangible. Harga promosi dalam kesadaran merek dan asosiasi merek jean memiliki dampak negatif Namun, Penelitian ini meneliti iklan di kategori persepsi produk barang dan non barang. Di kedua kualitas dan loyalitas merek di industri kategori, merek dengan anggaran iklan yang perbankan. Loyalitas merek konsumen pada lebih tinggi menghasilkan tingkat yang lebih berpengaruh signifikan. KESIMPULAN positif terhadap produk barang dapat ditingkatkan, jika tinggi secara substansial dari ekuitas merek. identifikasi integral pada kualitas produk dan Riset ini mencatat bahwa perusahaan asosiasi merek yang baik dapat ditingkatkan. periklanan berkontribusi terhadap ekuitas Loyalitas merek sangat dipengaruhi oleh tiga merek dan loyalitas meningkat. dimensi ekuitas merek produk layanan bank. iklan menunjukkan hubungan kausal yang Kekuatan variable Belanja penjelas menguntungkan bagi tiga dari empat dimensi pengeluaran iklan dan harga promosi pada ekuitas merek. Semakin tinggi belanja iklan ekuitas merek (adjusted R ²), pengeluaran untuk merek, semakin baik kualitas produk periklanan dan harga promosi memiliki seperti yang dirasakan oleh konsumen, kekuatan penjelas yang lebih baik pada semakin tinggi tingkat kesadaran merek dan kesadaran merek jean dan asosiasi merek asosiasi yang lebih terkait dengan produk, pada layanan perbankan. pembentukan loyalitas merek. Dalam layanan perbankan, R ² nilai disesuaikan dari kekuatan penjelas pengeluaran iklan dan kegiatan periklanan yang Artinya, efektif memungkinkan formasi kesadaran merek harga promosi menunjukkan 0,178 pada 12 dan kualitas yang dirasakan positif, loyalitas merek merek dan asosiasi merek. demikian, Untuk meringkas, iklan memiliki efek dan asosiasi merek. statistik membuktikan Namun produk bahwa barang promosi harga positif terhadap ekuitas merek. Oleh karena memiliki dampak negatif yang signifikan itu, hipotesis H1a, H1b, H1c dan H1d pada kesadaran merek dan asosiasi merek. diterima. Oleh karena itu, H2 sebagian diterima. Pertanyaan penelitian yang menyangkut penelitian ini adalah apakah Riset ini menguji secara sistematik harga promosi dapat memberikan kontribusi driver kemungkinan perbedaan di kategori terhadap konstruksi ekuitas merek. produk dan implikasi dari temuan ini. Harga promosi memiliki efek negatif terhadap Hasilnya ekuitas merek dalam jangka panjang. Harga produk memang memiliki efek moderat di promosi antara harga promosi dan ekuitas merek. sebagai meningkatkan insentif penjualan telah untuk terbukti Hasil membuktikan penelitian bahwa kategori menunjukkan bahwa memiliki efek negatif terhadap ekuitas kategori produk yang memoderasi hubungan merek. antara iklan, harga promosi dan ekuitas Meskipun mereka dapat menyebarkan merek. Pengaruh iklan dan harga promosi manfaat jangka pendek kepada konsumen, pada ekuitas merek berbeda dari produk dari perspektif strategis menunjukkan efek barang dan non barang (pengalaman dan negatif ini dapat mempengaruhi kualitas kepercayaan). Dibandingkan produk barang, yang dirasakan dari produk buruk, karena produk jasa secara positif lebih efektif manfaat beriklan di ekuitas merek. yang diperoleh melalui harga promosi tidak bertahan lama, dan tidak menularkan keamanan atau keyakinan Arah dan dimensi dampak harga promosi pada ekuitas merek dalam kategori bahwa merek harus menginspirasi berkaitan berbagai produk berbeda. Dalam produk dengan utilitas yang diharapkan. jean, negatif Namun, mengadopsi perspektif memiliki signifikan pada dampak kesadaran merek yang dan pengetahuan merek berbasis ekuitas merek asosiasi merek. Produk non barang (bank), konsumen, riset ini menunjukkan bahwa memiliki dampak positif yang signifikan harga promosi dari bank berguna untuk terhadap kualitas dan loyalitas merek. menciptakan ekuitas merek karena efek Kategori produk memberikan sebuah efek positif pada persepsi kualitas, loyalitas moderator pada hubungan antara ekuitas 13 merek dan harga iklan atau promosi. meningkatkan loyalitas pelanggan dan Dengan demikian hipotesis H3 dan H4 meningkatkan laba diterima. produk non barang, harga promosi dapat perusahaan. Untuk meningkatkan kualitas dan loyalitas merek. Implikasi Manajerial Di pasar yang kompetitif dan dinamis, Banyak perusahaan menghabiskan ratusan besar miliar pada komunikasi pemasaran, seperti iklan dan harga promosi. promosi Apakah iklan dan harga memperkuat ekuitas merek? manajer atau melemahkan Bagaimana seharusnya mengalokasikan sumber daya keuangan untuk iklan dan harga promosi? Mengapa bisnis bersedia untuk membayar begitu banyak untuk nama merek? Untuk membangun ekuitas merek yang kuat dan efisien, manajer harus berinvestasi dalam iklan, namun mempertimbangkan kategori produk ketika menerapkan harga promosi. Karena harga promosi bisa menyiratkan rendahnya kualitas produk barang, mungkin tidak meningkatkan ekuitas merek. jangka pendek dengan harga promosi, mungkin tidak sesuai dengan persepsi kualitas tinggi, dan akan mengurangi ekuitas seharusnya tidak promosi. Manajer marketing mix mengoperasikan Dengan Manajer menggunakan harus yang dan demikian komunikasi pemasaran untuk seluruh merek. Untuk tujuan memasukkan ini, foresight manajer harus strategis dalam perencanaan pemasaran dengan melihat ke depan dan penalaran mundur dalam membuat keputusan yang optimal. Dengan melihat ke depan, setiap manajer merek, ramalan masa depan rencananya dan mengantisipasi keputusan harus dibuat oleh merek pesaing lainnya; dengan penalaran mundur, manajer harus secara optimal keputusan yang dibuat dapat sebagai tanggapan terhadap strategi terbaik dari semua merek. Oleh karena itu, terlepas dari produk barang atau non barang, persepsi pelanggan Meskipun memiliki manfaat dalam merek dalam jangka-panjang. para manajer harus menyadari pentingnya harga menerapkan akurat untuk mengelola merek. mereka dapat dalam pengeluaran iklan memiliki dampak positif terhadap ekuitas merek. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengeluaran iklan dirasakan oleh pelanggan mendekati angka 3 untuk industri jeans dan kategori perbankan di-point 5. Oleh karena itu, bagaimana mempromosikan pengeluaran iklan dirasakan oleh pelanggan adalah upaya 14 masa depan untuk manufaktur, khususnya DAFTAR PUSTAKA untuk industri perbankan. Ali Hasan, 2010. Marketing-ed3. Yogyakarta: Media Presindo. hlm 84, 142-162. Angel F. Villarejo-Ramos, Manuel J. Sa´nchez-Franco. 2005, ‘The impact of marketing communication and price promotion on brand equity’, Brand Management, vol.12, No.6, 431-444. Keterbatasan penelitian dan saran Beberapa keterbatasan penelitian ini. Pertama, riset ini berkonsentrasi pada efek pengeluaran iklan dan harga promosi. Oleh karena itu direkomdasikan Interaksi upaya pemasaran lain yang perlu dipelajari, misalnya harga, kekuatan distribusi dan citra toko. Kedua, riset ini hanya menekankan pada perbandingan non produk barang dan produk barang. Setiap perbandingan produk barang, pengalaman dan kepercayaan tidak tercakupi. Sepadan dengan kerangka GEC, disarankan agar penelitian mendatang dapat melibatkan analisis lebih mendalam dan perbandingan lebih dari dua jenis produk dan diusulkan untuk menguji model pengukuran pada sampel konsumen lain. Ketiga, subjek penelitian ini adalah mahasiswa, oleh karena itu penelitian mendatang dapat memperluas sampel ke konsumen umum, dan Keempat, penelitian masa depan dapat mengungkap hubungan sebab dan akibat menggunakan analisis longitudinal. jika Girish N. Punj, Clayton L. Hillyer. 2004. ‘A cognitive model of customer-based brand equity for frequently purchased products: conceptual framework and empirical results’, Journal of Consumer Psychology, 14(1&2), 124-131. Keller, K. L. 2003, ‘Strategic Brand Management’, Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall. Martin, F. A. 2000 ‘Medicio´n de la calidad de servicio percibida en el transporte pu´ blico urbano: Metodologı´a y relacio´n con variables de marketing’, doctoral dissertation, University of Seville, Spain. Morgan, R. P. 2000. ‘A consumer-oriented framework of brand equity’, International Journal of Market Research, 42, 65–78. Yoo, B., Donthu, N. and Lee, S. 2000 ‘An examination of selected marketing mix elements and brand equity’, Journal of the Academy of Marketing Science, Vol. 28, No. 2, pp. 195–211. BISNIS MICE SEBAGAI POTENSI UNGGULAN PARIWISATA DI YOGYAKARTA 15 M. Agus Prayudi Dosen Akademi Pariwisata Indraphrasta Yogyakarta Abstract Mice in the tourism industry is type of tourism activity in which a large group, usually carefully planned, take departure together for particular purpose. The mice world is a world that has not received optimal attention from the tourism agent in Indonesia . Mice is very promising, especially for the Yogyakarta city, which is the education and tourism city and of course often to be the scene of meetings and exhibitions either regional, national and even international. Mice business is very reasonable to be developed in Yogyakarta because the city has various advantages either the hotel facilities, convention hall, human resources, means and infrastructure of transportation, telecommunications networks and availability the type of culinary and handicrafts tourism. Keywords: Mice, Meeting, Incentive, Convention and Exhibition Pariwisata merupakan salah satu industri pariwisata di tingkat lebih luas, baik nasional raksasa dunia yang mendorong pertumbuhan maupun sektor ekonomi paling cepat. peningkatan Pada 2008, internasional. Di kepercayaan Indonesia, dari dunia diperkirakan wisatawan di dunia mencapai internasional terhadap negara ini sebagai 920 juta, tetapi karena terjadinya krisis tujuan wisata yang menarik mendorong global, jumlah kunjungan menurun 4% tumbuhnya bisnis MICE (Meeting, menjadi 880 juta pada 2009. Walau terjadi Incentive, Conference, and Exhibition), penurunan, industri pariwisata terutama di terutama sejak 2007. Asia Pasifik sudah kembali pulih, sehingga Dampak besar bisnis MICE dapat pada 2010 kontribusi pariwisata pada PDB dilihat dari perolehan devisa pariwisata mencapai 9,2% (US $5.751 milyar) dengan dengan pertumbuhan 0,5% serta menciptakan 235,8 konvensi internasional skala besar seperti juta dari PATA Travel Mart dan Global Climate kesempatan kerja dunia) (Kusmayadi, 2010 Change yang berhasil diadakan di Indonesia diktipari .org). pada 2010. Peran Departemen Kebudayaan kesempatan kerja (8,1% diadakannya sejumlah kegiatan Salah satu penentu perkembangan dan Pariwisata (Depbudpar), para pelaku dunia pariwisata di suatu daerah adalah bisnis MICE, INCCA (Indonesia Congress terbukanya daerah itu terhadap pertumbuhan and Convention Association), dan perguruan 16 tinggi penting perkembangan dalam dan mendukung pertumbuhan bisnis minat dengan tujuan dan kepentingan membahas suatu permasalahan bersama. MICE dalam konteks promosi pariwisata di Kedua, incentive mengacu pada perjalanan Indonesia, terutama di sepuluh kota besar insentif yang merupakan suatu kegiatan yang ditetapkan sebagai destinasi unggulan perjalanan yang diselenggarakan oleh suatu MICE, Bandung, perusahaan untuk karyawan dan mitra usaha Yogyakarta, Surabaya, Bali, Medan, Batam, sebagai imbalan penghargaan atas prestasi Padang, Makasar dan Ma-nado. Keberadaan mereka Direktorat MICE di Depbudpar diharapkan penyelengaraan konvensi yang membahas mampu mendorong semakin meningkatnya perkembangan kegiatan perusahaan yang industri jasa MICE di negara ini. bersangkutan dan/atau kegiatan pameran. antara lain: Jakarta, yang berkaitan dengan Ketiga, convention, yaitu pertemuan A. Apa Bisnis MICE? Bisnis MICE merupakan bisnis jasa sekelompok orang (negarawan, usahawan, kepariwisataan yang bergerak di seputar cendekiawan, profesional dan sebagainya) Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran untuk mambahas masalah yang berkaitan (Meeting, dengan Incentive, Convention, and Exhibition, yang disingkat MICE). Keempat jenis kegiatan kepariwisataan ini merupakan kepentingan bersama, biasanya dengan jumlah peserta banyak. Keempat, exhibition, yaitu bentuk usaha untuk memberi jasa pelayanan bagi kegiatan mempertunjukkan, memperagakan, suatu memperkenalkan, pertemuan sekelompok orang, mempromosikan, dan khususnya para pelaku bisnis, cendekiawan, menyebarluaskan informasi hasil produksi eksekutif pemerintah dan swasta, untuk barang atau jasa maupun informasi visual di membahas yang suatu tempat tertentu dalam jangka waktu bersama, tertentu untuk disaksikan langsung oleh produk-produk masyarakat dalam meningkatkan penjualan, berkaitan termasuk berbagai dengan persoalan kepentingan memamerkan memperluas pasar dan mencari hubungan bisnis. Pertama, meeting merupakan rapat atau pertemuan sekelompok orang yang dagang. Usaha jasa MICE tidak dapat tergabung dalam sebuah asosiasi, di mana dipisahkan dari mata rantai usaha di bidang perusahaan kepariwisataan dan berbagai sektor usaha yang mempunyai kesamaan lainnya. Penyelenggaraan MICE selalu 17 melibatkan banyak sektor usaha atau industri internasional dan berkembang pesatnya dan banyak pihak, yang menimbulkan teknologi informasi dan transportasi. Kota pengaruh ekonomi berlipat ganda (multiplier besar khususnya Jakarta, dan kota-kota besar effect) yang menguntungkan dan dapat lain yang berdekatan, masih menyumbang dirasakan oleh banyak pihak, khususnya persentase terbesar dalam mendatangkan karena daya-pengeluaran finansial (spending tamu yang menginap dalam kerangka bisnis power) dari segmen MICE tinggi, sekitar 8- MICE. 10 kali wisatawan biasa. Di antara pihak Dalam kapasitas sebagai pengambil yang potensial mendapatkan keuntungan kebijakan, pemerintah sudah mengatur dunia besar bisnis MICE adalah Percetakan, Hotel, pariwisata melalui Undang-Undang Nomor Perusahaan Sovenir, Biro Perjalanan Wisata, 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Transportasi, Conference yang menyebutkan ada 13 sektor usaha Kecil pariwisata, yaitu: (1) Daya Tarik Wisata, (2) Organizer Professional (PCO), Usaha dan Menengah (UKM), dan Event Organizer. Kawasan Pariwisata, (3) Jasa Transportasi B. Potensi Perkembangan Bisnis MICE Makanan & Minuman, (6) Penyediaan di Indonesia Secara Wisata, (4) Jasa Perjalanan Wisata, (5) Jasa global, industri MICE di Akomodasi, (7) Penyelenggaraan Kegiatan berbagai kawasan ASEAN, Asia Pasifik, Hiburan & Rekreasi, (8) Penyelenggaraan Eropa dan Amerika Serikat pada 2007 rata- Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konferensi rata mengalami pertumbuhan dua digit, dan & Pameran, (9) Jasa Informasi Pariwisata, kondisi ini memiliki dampak positif terhadap (10 Jasa Konsultan Pariwisata, (11) Jasa industri MICE di Indonesia. Intinya, kondisi Pramu Wisata, (12) Wisata Tirta, dan (13) global bisnis itu mendorong bisnis MICE di Spa. Terkait dengan MICE, pada Mei 2009 negara ini. Pada dekade 1990-an, bisnis diterbitkan Peraturan Menteri Kebudayaan MICE dan menjadi bagian penting dari Pariwisata Nomor perkembangan kepariwisataan di Indonesia, 18/UM.001/MKP/2009 walaupun di negara-negara industri maju Penggunaan Jasa dan Produk Usaha Mikro bidang pariwisata ini sudah jauh lebih Kecil Menengah dalam Kegiatan Pertemuan, berkembang Perjalanan sebelumnya. Pesatnya Insentif, tentang Pedoman Konferensi dan perkembangan bisnis MICE terjadi seiring Pameran. Diharapkan, kesempatan terbuka semakin lebar terbukanya perdagangan bagi pelaku UMKM untuk 18 mempromosikan jasa dan produknya dalam kegiatan pertemuan, perjalanan insentif, C. Bisnis MICE di Yogyakarta konferensi, dan pameran atau bisnis MICE. Yogyakarta adalah daerah tujuan Sejumlah penyelenggaraan kegiatan MICE wisata utama di Pulau Jawa, Indonesia. di Indonesia terbukti memberi kontribusi Kombinasi unik antara candi-candi kuno, konkret sejarah, tradisi, budaya, pendidikan dan dalam pembangunan ekonomi, antara lain berbentuk penerimaan cadangan kekuatan devisa singkat, sangat menarik untuk dikunjungi. Kota ini penerimaan pajak, penyerapan tenaga kerja merupakan daerah tujuan wisata MICE yang dan pengembangan infrastruktur di kota banyak diminati berbagai kalangan, karena besar memiliki fasilitas yang cukup lengkap untuk dalam seperti Bandung, waktu Batam, Semarang, relatif Medan, Jakarta, Yogyakarta, Bali, Makassar, dan Manado. alam menjadikan Yogyakarta mendukung kegiatan itu. Di kota ini, misalnya, banyak terdapat hotel dan gedung Penghasilan besar dari bisnis MICE itu pertemuan yang mempunyai standar MICE dapat diperoleh dari subsektor bisnis MICE, dan siap menggelar berbagai kegiatan, baik antara lain: usaha akomodasi seperti hotel, skala nasional maupun internasional. wisma, dan losmen; usaha jasa penyewaan Berdasarkan data kantor Dinas audio visual, usaha konsumsi baik berbentuk Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta restoran maupun perusahaan jasa boga atau (DIY), sampai sekarang di daerah ini tercatat katering; usaha suvenir yang meliputi pusat terdapat 33 hotel berbintang, dan 835 hotel perbelanjaan, toko-toko hadiah, perusahaan melati, kerajinan pertemuan dari berbagai bahan tekstil di samping yang sejumlah dapat gedung mendukung pakaian, kulit, kerajinan bambu, kayu, dan Yogyakarta sebagai tujuan wisata MICE. rotan; usaha jasa hiburan seperti orkestra, Banyaknya sendratari, sanggar kesenian dan kebudayaan pameran maupun kegiatan lainnya berskala serta lawak, dan usaha jasa pengiriman cepat nasional maupun internasional yang digelar (ekspres) dan pelayaran (shipping). Semua di Kota Yogyakarta menunjukkan bahwa jenis usaha ini bisa dikelola oleh UMKM posisi Yogyakarta sebagai salah satu daerah atau setidaknya melibatkan banyak sektor pariwisata berbasis MICE semakin kokoh. UMKM, terutama di kota-kota besar seluruh Indonesia. peserta seminar, komvensi, Pengembangan kegiatan bisnis MICE menjadi salah satu prioritas program 19 pengembangan pariwisata karena kegiatan jasa yang digelar di kota akan berdampak positif mendukung terhadap kerangka bisnis MICE. Sekarang, fasilitas sektor Silaturahmi Insan pariwisata. Forum Pariwisata (Fosipa) wisata kebutuhan menyambut berbagai untuk optimis kegiatan masyarakat dan dalam termasuk Indonesia yang berpusat di Yogyakarta wisatawan di Yogyakarta semakin lengkap. mempunyai anggota dari kalangan pelaku Ketika wisatawan mau belanja, misalnya, usaha wisata, baik pengelola hotel, restoran, pilihan wisata belanja semakin banyak jasa transportasi wisata, dan pramuwisata se tersedia, Jawa-Bali serta sebagian Sumatera. Di didirikannya pusat perbelanjaan mo-dern di samping itu, banyaknya kegiatan MICE berbagai sudut kota ini. dapat memberikan keuntungan, mengingat semakin banyak yaitu Tidak hanya urusan belanja, untuk meningkatkan penghasilan, termasuk para wisata MICE yang lain di Yogyakarta sangat pemangku memadai. Banyak hotel berbintang, Jogja kepentingan (stakeholder) pariwisata. Misalnya, produk kerajinan, Expo Center (JEC), Malioboro Mall, rumah makan atau restoran, dan hotel Ambarukmo Plasa, termasuk Gedung Pasifik banyak diuntungkan banyaknya kegiatan Hall di Jalan Magelang, adalah beberapa MICE, baik nasional, regional maupun tempat konvensi dan pameran yang banyak internasional. diminati para pengunjung. Dibandingkan Sebagai kota wisata, Yogyakarta terus lainnya, Pasifik Hall masih unggul karena berbenah dan menambah berbagai fasilitas tempatnya yang luas dan fasilitas yang yang dibutuhkan wisatawan. Bertambahnya memadai. Tempatnya juga stategis dan hotel, restoran, pusat perbe-lanjaan dan mudah dijangkau. Banyak masyarakat dari fasilitas semakin luar Yogyakarta mau mengikuti seminar, memanjakan para wisatawan untuk merasa pertemuan kantor, pa-meran sampai hajatan nyaman berkunjung ke Yogyakarta. Selain pernikahan menggunakan tempat ini. olah raga tentu itu, kondisi kota ini yang aman menjadi Dari penjelasan di atas, dapat diketahui daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk bahwa salah satu fasilitas sangat penting mengadakan acara skala nasional, regional dalam maupun adalah ruang pertemuan (hall) dan hotel. internasional, baik seminar, suatu penyelenggaraan hotel dan konvensi pameran, pertemuan, dan lain sebagainya. Pertumbuhan jumlah kamar Dengan kondisi seperti itu banyak pelaku berikut fasilitas-fasilitasnya secara langsung 20 akan berpengaruh penyediaan transportasi lokal yang relatif memadai, fasilitas pendukung untuk usaha wisata terutama armada angkutan darat dalam kota, MICE. Di antara hotel yang sangat terkenal seperti taksi, transjogja, bis umum, kereta untuk penyelenggaraan bisnis MICE antara api dengan tarif relatif murah. Kondisi ini lain: hotel Bintang 5 (Aquila Prambanan didukung dengan kondisi jalan yang baik Hotel dan Melia Purosani Hotel); hotel dan lalu-lintas yang relatif tidak sering Bintang 4 (Natour Garuda Hotel, Santika mengalami kemacetan. Hotel, pada Sahid terhadap ini Yogya berpengaruh Jayakarta Hotel, kemudahan bagi wisatawan konvensi, baik Radisson Plaza Hotel); hotel Bintang 3 selama berlangsungnya konvensi maupun (Mutiara Hotel, Puri Artha Hotel, Sriwedari setelah acara itu selesai. Hotel, kenyamanan sangat Hotel, International Garden Hal dan Hotel & Cottages, Phoenix Heritage Hotel); Selain itu, ada juga fasilitas yang hotel Bintang 2 (Mendut Hotel, Matahari sangat mendukung berkembangnya bisnis Hotel); hotel Bintang 1 (Cakra Kembang MICE, Hotel, Air Langga Hotel, Dwi Pari Hotel) telekomunikasi secara memadai. Yogyakarta (Dinas Pariwisata Yogyakarta, 2007). banyak memiliki tempat yang melayani jasa yaitu tersedianya sarana Perkembangan hotel yang ada di telekomunikasi yang dapat digunakan untuk Yogyakarta sangat dipengaruhi pula oleh tujuan lokal, interlokal, dan interlokal. akses dari dan/atau ke dunia pariwisata Berkembangnya Warnet (Warung Internet), internasional. Dibukanya Bandar Udara jaringan telpon kabel yang dipadu dengan Adisucipto Yogyakarta sebagai bandar udara speedy dari Telkom, jaringan komunikasi internasional pada 21 Februari 2004 telah wireless membuka bagi pesatnya perkembangan inovatif berbagai internasional, merek komputer dan HP dengan kualitas termasuk bisnis MICE di kota budaya ini. jauh lebih tinggi memperbesar peluang Lokasi geografisnya yang strategis jelas berkembangnya pariwisata, termasuk bisnis membuat kota Yogyakarta mudah dijangkau MICE. baik udara tersebut sangat membantu pengguna jasa maupun darat. Untuk transportasi udara, telekomunikasi, baik untuk penduduk lokal jarak Bandara Adisucipto hanya sekitar 8 km maupun untuk wisatawan. peluang pengembangan sangat pariwisata menggunakan lebar transportasi untuk Semua koneksi fasilitas Internet, dan telekomunikasi dari pusat kota, dan didukung dengan 21 Akhirnya, kehadiran wisatawan di kaitannya dengan mata-rantai usaha Yogyakarta tidak dapat dilepaskan juga dari kepariwisataan lainnya, mulai dari usaha berkembangnya wisata kuliner di kota yang besar seperti hotel berbintang, usaha budaya transportasi, ini. Berdirinya berbagai hotel akomodasi sampai usaha informal seperti usaha berbintang yang menyediakan berbagai jenis terkecil masakan dan fasilitas restoran yang bertaraf pembuatan dan penjualan cenderamata. Pada internasional mendukung tingkat yang lebih riil, di antara pihak yang pertumbuhan bisnis MICE internasional. Di mendapat keuntungan dari perkembangan lokasi tengah kota dan pinggiran kota juga bisnis ini adalah: pengusaha transportasi, terdapat rumah makan dengan berbagai tipe baik tingkat lokal, interlokal, nasional dengan berbagai jenis makanan seperti maupun internasional; akomodasi, baik hotel Indonesian Food, Chinese Food, European berbintang maupun tak-berbintang; restoran; Food, Sea Food, Pizza, Fried Chicken, hibur-an; shooping; cenderamata. Akhirnya, Thailand Food, Japanese Food, dan lain-lain pemerintah juga dapat menetapkan pajak menambah khasanah wisata kuliner di dengan lebih banyak obyek dan subyek Yogyakarta. Dengan demikian Yogyakarta pajak terkait dengan berbagai acara bisnis mempunyai jumlah dan jenis rumah makan MICE yang diadakan di berbagai gedung yang cukup banyak untuk melayani selera pertemuan besar. sangat wisatawan, termasuk mereka yang terlibat dalam penyelenggaraan bisnis MICE. Beragamnya fasilitas penyelengga-raan dan Uraian mengenai keterkaitan antarsektor usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan bisnis MICE tersebut pariwisata di Yogyakarta menjadi daya tarik memperlihatkan keunggulan bisnis MICE luar biasa dalam penyelenggaraan acara dibandingkan atraksi atau usaha pariwisata pertemuan, insentif, konvensi dan pameran lainnya. Penyelenggaraan suatu acara bisnis untuk memeriahkan obyek-obyek wisata MICE akan memberikan efek berlipat ganda yang ada. Pengembangan yang disengaja (multiplier effect) yang lebih luas dan lebih atas bisnis MICE ini tentu akan memicu besar terhadap sektor-sektor pendukung perkembangan acara itu di masa yang akan pariwisata yang lain. datang. Karena itu, dapat dikatakan bahwa usaha wisata MICE memiliki dampak D. Kendala Bisnis MICE di Yogyakarta berlipatganda (multiplier effect) yang sangat 22 Dalam perkembangannya sekarang, terkait dengan bisnis MICE cenderung tidak diakui juga diikutsertakan menjadi satu informasi. Fakta menghadapi kendala dalam pengembangan seperti itu sebenarnya juga menunjukkan bisnis MICE. Sebagaimana disebutkan di semakin ketatnya persaingan yang terjadi di atas, bisnis MICE banyak berhubungan antara pelaku usaha wisata MICE, baik dengan tingkat lokal, nasional, regional maupun harus antara bahwa kombinasi bisnis dan Yogyakarta kepentingan khusus pertemuan, insentif, internasional. konvensi dan pameran. Dalam kerangka itu, diperlukan pemenuhan program pemasaran terpadu yang melibatkan fasilitas MICE yang memadai dan layanan berbagai pihak yang terkait dengan wisata yang ramah serta berkualitas. Hanya saja, konvensi dapat menyediakan informasi dan sumber daya manusia yang mensuplai bisnis menyajikannya dalam bentuk promosi yang ini belum memadai, baik di dalam maupun utuh dan dapat meraih pasar secara bersama- di adaka-lanya sama. Sinergi ini sangat penting jika para pelaksanaan acara dalam kerangka bisnis pelaku bisnis MICE ingin dapat bersaing MICE tidak berlangsung dengan baik dan kuat dalam pariwisata MICE di tingkat tidak sedikit yang kurang memuaskan. internasional. Singapura menjadi salah satu Pembenahan fasilitas harus terus dilakukan, negara pesaing besar di dalam bisnis MICE, termasuk dalam masalah peralatan dengan baik dari jalur Australia sampai Korea teknologi tinggi seperti alat presentasi audio maupun dari Asia Pasifik ke Eropa dan visual, sound system, lighting, komputer, Amerika Serikat. Dengan kualitas sumber telekomunikasi pada setiap kamar dengan daya manusia yang tidak memadai, para jaringan internasional, dan serupa itu. pelaku bisnis MICE di Indonesia, dalam hal luar Di banyak hotel, upaya Padahal, kalau ditangani dengan baik, sehingga samping itu, dalam kerangka ini Yogyakarta cenderung akan kalah saing. pemasaran, program promosi untuk bisnis Dalam MICE juga masih relatif terbatas atau koordinasi antara pemerintah dan swasta parsial. dalam kerangka kemitraan sangat penting, Masing-masing hotel masih konteks MICE dan mempromosikan fasilitas MICE pengelola perguruan tinggi, baik universitas, sendiri-sendiri. sekolah tinggi, institut, politeknik dan serupa transportasi, obyek dan atraksi wisata yang kiprah dari dan begitu restoran, dengan keterpaduan membuat program pemasaran untuk wisata Promosi pula itu, para itu. 23 promosi dan pemasaran serta kemitraan E. Penutup Berdasarkan uraian di atas, dapat antara pemerintah dan swasta dalam disimpulkan bahwa bisnis MICE sangat pengembangan dan penyelenggaraan acara layak dikembangkan di Yogyakarta karena MICE, terutama untuk tingkat nasional, kota ini memiliki berbagai keunggulan, baik regional dilihat dari fasilitas perhotelan, gedung membangun daya saing dan keunggulan pertemuan, bersama. sarana dan prasarana dan internasional untuk transportasi, jaringan telekomunikasi dan DAFTAR PUSTAKA ketersediaan berbagai jenis wisata termasuk Fandy Tjiptono, 2006, Pemasaran Jasa, Malang, Bayumedia Publishing. kuliner dan kerajinan. Rasa aman tinggal di Yogyakarta cenderung membuat banyak wisatawan tinggal lebih lama, yang pada gilirannya akan menimbulkan efek yang berlipat ganda dari bisnis wisata MICE. Dengan predikat sebagai kota wisata, kota Yogyakarta sangat potensial dikembangkan lebih lanjut menjadi kawasan tujuan wisata MICE dengan cakupan fasilitas yang lebih luas dan berkualitas. Untuk itu, sinergi di antara para bisnis MICE dalam kegiatan Philip Kotler, John Bower, James Makens, 2002, Pemasaran Perhotelan dan Kepariwisataan, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta, PT Prenhallindo. Oka A. Yoeti, 2003, Manajemen Pemasaran Hotel, PT Perca, Jakarta ---------------, 2007, Hotel Jakarta, PT Perca. Marketing, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. 24 FAKTOR YANG MENENTUKAN OMZET PENJUALAN JAMU Siti Eny Walsiati Staf Pengajar di Akademi Pariwisata Indraphrasta Abstract Jamu is an herbal traditional product. Jamu often considered by society as alternative way from chemical medicines. In order to increase the quality and keep the hygiene, Jamu must be managed and produced in modern way. Some factors, which are considered as important aspect of selling number; are: condition and capability of the seller, market condition, company condition, promotion, as well as customer service quality. Keyword: jamu, selling number tradisi meracik dan meminum jamu sejak PENDAHULUAN periode A. Latar Belakang Masalah kerajaan dibuktikan Hindu-Jawa. dengan adanya Hal ini Prasasti Sejak berabad abad lamanya, jamu Madhawapura dari jaman Majapahit yang dipercaya memiliki khasiat tinggi untuk menyebut adanya profesi ‘tukang meracik menjaga kesehatan termasuk mengobati jamu’ yang disebut Pada relief candi berbagai penyakit. Jenis jamu tertentu juga Borobudur (th 800 – 900 masehi) juga dipercaya menggambarkan adanya kegiatan peracikan dapat mempertajam aura kecantikan seorang perempuan termasuk jamu. membuatnya awet muda. Namun, rasa pahit Beberapa hal yang membedakan antara dan bau kurang enak jamu seringkali jamu dengan obat kimia modern, salah mengalahkan keinginan mereguk khasiatnya. satunya adalah bahan pembuatnya. Jamu Istilah “JAMU” merupakan sebutan menggunakan berbagai macam tumbuh- orang Jawa terhadap obat hasil ramuan tumbuhan yang langsung diambil dari alam. tumbuh-tumbuhan asli baik daun, batang dan Sedangkan obat kimia modern dihasilkan akar dari alam. Jamu sebenarnya merupakan dari senyawa bahan-bahan kimia sintetis. seni dalam pengobatan tradisional. Tidak Oleh karena itu, tingkat efek samping jamu ada kapan relatif sangat minim dibanding dengan obat munculnya tradisi minum jamu. Masyarakat kimia modern. Dengan kata lain jamu yang dapat memastikan Indonesia paling tidak sudah mempunyai 25 merupakan obat alami yang bebas efek dalamnya. Konsumen pun tidak keberatan samping. meski harus menyeduh sendiri ramuan Seiring merebaknya gaya hidup sehat bahan-bahan jamu yang dibeli. dan alamiah, jamu kembali ditengok orang. Gencarnya promosi budaya back to Jamu yang sesungguhnya adalah racikan nature yang mendorong masyarakat kembali berbagai dedaunan berkhasiat obat dipercaya pada pemanfaatan bahan-bahan alami juga minim efek samping, tidak seperti obat- banyak obatan kimia. Terpuruknya perekonomian permintaan masyarakat akan jamu. Menurut Indonesia beberapa tahun belakangan ini Sidik Raharjo (31), pimpinan produsen jamu juga membawa dampak diliriknya kembali godok dan instan Merapi Farma di Sariharjo, jamu dalam membantu mengobati berbagai Ngaglik menyatakan dalam harian Kompas penyakit yang oleh beberapa masyarakat (16/07/2007) bahwasanya saat ini konsumen terutama menengah juga semakin pintar. Mereka dapat memilih dianggap paling efektif dilihat dari segi obat-obatan yang paling sedikit mengandung harganya yang relatif lebih terjangkau. risiko atau efek samping negatif. kalangan ekonomi Konsumsi obat-obatan tradisional di Selain memengaruhi itu, peningkatan turunnya daya beli masyarakat, seperti jamu godok, dalam masyarakat untuk mengonsumsi obat-obatan beberapa tahun terakhir terus mengalami kimia yang semakin mahal juga mendorong peningkatan. Bermacam-macam jamu untuk masyarakat berbagai penyakit seperti asam urat, diabetes alternatif yang mereka percayai aman untuk mellitus, ataupun kolesterol tinggi banyak dikonsumsi. Pasca gempa 27 Mei, sebagian diminati masyarakat. Produksi jamu-jamuan masyarakat yogyakarta, khususnya yang tersebut pun terus bertambah. saat ini tinggal di Bantul kehilangan pekerjaan masyarakat banyak mencari jamu-jamuan pokok mereka, sehingga praktis dalam hal berbahan Kekhawatiran pengobatan mereka lebih mengadalkan akan masyarakat terhadap efek samping obat- khasiat jamu dibandingkan dengan obat- obatan kimia secara langsung memang obatan kimia yang harganya melambung. meningkatkan Bahan-bahan dasar mentah. konsumsi jamu-jamuan untuk mencari rempah banyak obat-obat pembuat terdapat di jamu berbahan mentah. Mereka lebih tenang sebenarnya daerah ketika melihat sendiri bahan- bahan jamu pedesaan akan tetapi kurang diperdayakan dan yakin tidak ada campuran lain di oleh masyarakat untuk membuat bahan 26 ramuan jamu sendiri oleh karena repot serta daun, akar, serta umbi tanaman untuk obat memakan waktu dalam pembuatannya dan dan perawatan kecantikan. Di candi terbesar tidak tahan lama dalam penyimpanannya. ini juga tergambar jelas pahatan pohon General Manager Operation PT Air Mancur, James M Sinambela, Selasa (24/6) kalpataru yang melambangkan alam sebagai sumber kesehatan. dalam harian Kompas mengatakan, selain meningkatkan standardisasi Dalam sejarahnya, ilmu jejamuan ini produk, semula ini hanya dimiliki oleh bangsawan di pengusaha jamu juga harus melakukan dalam keraton untuk menjaga keindahan inovasi masyarakat raga dan kesehatan mereka. Kemudian, pada cenderung menginginkan obat-obatan yang awal abad XVII, ahli botani Belanda murah, tanpa efek samping tetapi juga bernama Jacobus Bontius menemukan 60 praktis jenis tanaman obat berkhasiat di Indonesia, produk. tanpa Saat repot ini membuatnya atau memperolehnya. dan menulisnya dalam buku Histiria Naturalist et Medica Indiae. Penemuan ini dilanjutkan PEMBAHASAN oleh disempurnakan A. Jamu Van Rheede, Gregorius lalu Everhardus Rumphius yang berdiam di Maluku dan Jamu adalah sebutan untuk obat tradisional menghimpunnya dalam buku Herbarium dari Indonesia. Belakangan populer dengan Amboinense. sebutan herba atau herbal (Depdikbud.1995). pendudukan Jamu dibuat dari bahan-bahan alami, berupa modern sudah banyak dijumpai, terbitlah bagian dari tumbuhan seperti rimpang (akar- buku akaran), daun-daunan dan kulit batang, buah. Soloensis (Kompas, 9/10/2004) Ada juga menggunakan bahan dari tubuh hewan, seperti empedu kambing atau tangkur buaya. Sementara Jepang, pada saat Formularium masa obat-obatan Medicamentorum Akhirnya, ilmu jamu-jamuan yang semula hanya dikuasai kerabat keraton pun menyebar kepada masyarakat luas, terutama Pembuatan jamu Nusantara ini telah di sekitar tembok keraton. Lambat laun, berlangsung sejak zaman batu. Hal ini dapat jamu dilihat Candi sehingga mulai diperjualbelikan di warung, Borobudur yang menggambarkan kegiatan oleh tabib, atau dijajakan berkeliling oleh meramu, menumbuk, dan memanfaatkan tukang-tukang jamu Jawa berkebaya yang dari salah satu relief pun mengalami komersialisasi 27 cantik. Bakul jamu yang gandes luwes itu penjual jamu gendong atau keliling yang biasanya berjualan bersama, dan berangkat meramu bahan jamunya sendiri. Hanya jamu berbondong-bondong berkeliling kampung tertentu seperti kunir asem dan beras kencur sambil menggendong keranjang berisi botol yang jamu. Sedangkan untuk jamu lain, sudah tersedia masih diolah tangan sendiri. Industrialisasi jamu saat ini sudah bahan serbuk buatan pabrik yang tinggal berkembang dengan munculnya pabrik- seduh saja kemudian ditambahkan dengan pabrik jamu besar seperti Nyonya Meneer, bahan-bahan lain seperti telur atau madu. Sido Muncul pada, dan Air Mancur. Kini, Meskipun prinsip pembuatan jamu pasar jamu telah dipenuhi oleh sekitar 600 pada dasarnya sama, cara pembuatan yang produsen jamu dari skala rumah tangga dipilih tukang jamu gendong atau keliling sampai pabrik besar dengan ribuan pekerja. lain-lain. Ada yang menggunakan cara Jamu pun dikenal lebih banyak orang, tumbuk, ulek, atau pipis. Bakul jamu yang terlihat dari makin menjamurnya outlet jamu bermodal menggunakan blender. Ada pula di berbagai sudut kota, iklannya yang penjual yang tinggal mencampur bahan- berjejal di berbagai media, dan omzet bahan yang sudah berupa serbuk. Alam penjualan yang mencapai sekitar Rp 2,4 tropis ini memberikan kesempatan 30.000 triliun per tahun spesies flora untuk tumbuh, dan 8.000 jenis Dalam industri jamu terdapat tiga jenis di antaranya adalah tanaman yang memiliki produk, yaitu jamu tradisional yang masih khasiat obat. Meski baru ratusan spesies mempertahankan resep warisan leluhur, yang telah termanfaatkan sebagai bahan jamu berdasarkan baku obat tradisional atau jamu. Dan referensi, serta fitofarmaka. Fitofarmaka tanaman obat yang paling populer bagi berasal dari tanaman yang sudah melalui orang Jawa adalah jahe, kencur, kunyit, proses temulawak, temu ireng, kapulaga, lengkuas, yang uji persyaratan dikembangkan klinis formal dan pre produk uji klinis pengobatan (Ibid). Namun serta lempuyang Berdasarkan cara pembuatan, jamu dengan dibedakan menjadi jamu pipis, seduhan, tradisional infus, serbuk, pil, kapsul, dan sirup. Selain kalah saing dengan jamu-jamu buatan itu ada juga jamu parem, pilis, lulur, dan prabrik. Hal ini terlihat dari sedikitnya mangir. Jamu pipis dan seduhan merupakan perkembangan kini, seiring zaman, jamu 28 jamu yang paling tradisional, paling dikenal dasar pembuatan kulit kapsul adalah gelatin masyarakat luas, dan bertahan sampai kini. yang bersumber dari tulang dan kulit Jamu ini pula yang selalu dijajakan penjual binatang. Selain itu, bahan perekat pada jamu pembuatan tablet dan kaplet juga perlu keliling Semuanya ke kampung-kampung. berfungsi sama, untuk diwaspadai. Biasanya digunakan magnesium menyembuhkan, merawat, dan mencegah stearat yang merupakan turunan dari lemak penyakit. Sementara parem, pilis, lulur, dan sebagai pengikat. mangir lebih banyak diasosiasikan sebagai jamu perawatan kecantikan. 2. Alkohol dalam jamu cair Penjualan jamu secara nasional turun Jamu cair perlu dicermati sebab adanya 30 persen pada Juni dan Juli 2007 (Kompas penggunaan alkohol. Jamu cair biasanya 3/8/2007).Hal berasal dari ekstraksi bahan aktif dari bahan itu disebabkan sebagian konsumen khawatir adanya jamu yang jamu. menggunakan bahan kimia obat sebagai menggunakan campurannya. Untuk mendongkrak kembali menggunakan alkohol. Pada jamu instan omzet Badan berbentuk bubuk, alkohol biasanya telah Pengawas Obat dan Makanan sebaiknya diuapkan hingga kering. Namun pada jamu menyosialisasikan jamu yang baik kepada cair biasanya residu alkoholnya masih cukup masyarakat. Mengontrol pengrajin-pengrajin tinggi, sehingga menjadikannya tidak halal. jamu yang nakal serta perlu adanya inovasi 3. Penambahan penjualan jamu maka baru yang berhubungan dengan jamu agar ekstraksi air--, telur ini --selain kadang-kadang mentah ketika akan meminum jamu seduh menyarakat mempunyai alternatif lain cara mengkonsumsi jamu. Proses Telur yang sering dipakai oleh para tukang jamu adalah telur ayam kampung Beberapa hal yang harus diperhatikan atau telur bebek. Dengan kandungan gizinya dalam mengkonsumsi jamu (yahoo.com yang lengkap, telur ini dikenal sebagai 6/12/2007) yaitu : makanan yang memberikan efek kesehatan. 1. Kulit kapsul dan bahan perekat tablet Telur jamu disajikan mentah atau setengah matang. Dari segi kandungan gizi, telur Jamu dengan bentuk kapsul perlu mentah lebih baik, karena proteinnya belum dikaji ulang terkait dengan aspek apakah mengalami kerusakan (denaturasi). Namun kulit kapsul tersebut halal atau tidak. Bahan pada kondisi dimana wabah virus flu burung 29 cukup marak, penggunaan telur mentah ini berjamur. Keberadaan air dalam jamu cair perlu dipertimbangkan. juga memungkinkan tumbuhnya bakteri. 4. Penggunaan anggur obat dalam jamu 7. Penggunaan simplisia hewan Bahan yang sering dianggap obat dan banyak dikonsumsi masyarakat Jamu dipersepsikan oleh masyarakat adalah awam sebagai obat yang berasal dari anggur obat atau sering dikenal dengan tumbuhan. Padahal tidak selalu demikian. nama anggur kolesom. Bahan ini adalah Definisi simplisia (jamu) secara farmasi minuman fermentasi yang terbuat dari ialah bahan alamiah yang digunakan sebagai perasan buah anggur. Dari segi bahan dan obat dan belum mengalami pengolahan apa proses pembuatan sama persis dengan pun. Kecuali dinyatakan lain, ia berupa pembuatan wine atau minuman keras yang bahan yang dikeringkan. Simplisia terdiri berasal dari anggur. Dalam minuman ini dari dua jenis, yakni simplisia nabati dan juga ditambahkan ramuan-ramuan lain yang hewani. Keduanya merupakan bagian utuh, dianggap berkhasiat bagi kesehatan. bagian, atau eksudat dari masing-masing 5. Penggunaan senyawa-senyawa kimia tumbuhan atau hewan dan bukan merupakan senyawa sintetik dalam jamu Belakangan ini, sering terdengar razia terhadap produk jamu yang ternyata dicampur dengan senyawa-senyawa sintetik kimia menggunakan kehalalan murni.Jika simplisia menjadi hewan, terkait jamu tentu dengan penyembelihan hewan tersebut obat di dalamnya. Hal ini bertentangan dengan ketentuan tentang definisi jamu. Keberadaan senyawa-senyawa kimia di dalamnya berbahaya karena interaksinya dengan bahan lain dan efeknya terhadap B. Faktor – Faktor Penentu Omzet Penjualan 1. Wirausaha Pada umumnya masyarakat tubuh tidak dianalisis secara akurat. menganggap wirausaha sinonim dengan 6. Tanggal kadaluwarsa jamu pengusaha. Pengusaha yang hebat berarti Kebanyakan produk jamu rumahan, tanggal kadaluwarsanya sering wirausaha yang hebat , yang unggul. tidak Anggapan itu banyak benarnya namun untuk dicantumkan. Padahal jamu tetap memiliki keperluan pembinaan dan pengembangan masa pakai. Simplisia dalam jamu bisa yang sistematis, operasional dan berjenjang, 30 ada baiknya digunakan pengertian yang Sumber dana yang mencukupi (money); (c) lebih tajam. Peralatan dan mesin yang tepat guna Pekerja bebas, pengusaha dan (machine); (d) Cara kerja yang efektif wirausaha kesemuanya adalah orang-orang (methods); (e) Pasar dan langganan yang yang terlibat langsung dalam kegiatan usaha setia (markets). (bisnis). Pekerja bebas adalah orang yang Man atau manusia adalah unsur utama melakukan suatu usaha yang mandiri atau dari suatu perusahaan, haruslah mampu tanpa majikan akan tetapi tidak berorientasi mengelola usaha yang dijalankannya. Unsur untuk memperoleh keuntungan. Bila pekerja permodalan, bebas bekerja bersama-sama dalam suatu pemasaran ruangan maka koordinasinya yang biasanya keberhasilan adalah pemasok modal utama bukan sekedar Pengusaha pekerja bebas, tetapi pengusaha, karena dikualifikasikan disitu telah berlangsung proses perusahaan. Memiliki rasa percaya diri atau sikap Wirausaha dapat dipahami dari menguraikan mandiri yang tinggi untuk berusaha mencari istilah tersebut. Wira berarti utama, gagah, penghasilan luhur, pejuang. perusahaan; (b) Mau dan mampu menangkap Sedangkan wirausaha berarti pejuang yang peluang usaha yang menguntungkan; (c) gagah, luhur, berani dan pantas menjadi Mau dan mampu bekerja keras dan tekun teladan dalam bidang usaha. Dengan kata dalam menghasilkan barang dan jasa serta lain wirausaha adalah orang-orang yang mencoba cara kerja yang lebih tepat dan mempunyai sifat kewirausahaan yaitu : efisien; (d) Mau dan mampu berkomunikasi, keberanian mengambil resiko, keutamaan, tawar-menawar dan musyawarah dengan kreatifitas dan keteladanan dalam menangani berbagai pihak yang besar pengaruhnya pada nusaha atau perusahaan dengan berpijak kemajuan usahanya terutama para pembeli pada kemauan dan kemampuan sendiri. atau langganan; (e) Menghadapi hidup dan Pada dasarnya suatu bentuk usaha jasa atau menangani usaha dengan terencana, jujur, barang hemat dan disiplin; (f) Mencintai kegiatan berani, apapun teladan, baik atau itu berbentuk peralatan, tidak tata dapat cara dan perlepas dari sebuah perusahaan kecil. yang handal dapat sebagai dan (g) berikut keuntungan Mau dan : (a) melalui perusahaan mapuan home industri tidak usahanya; mampu lepas dari unsur manajemen yaitu : (a) meningkatkan kapasitas diri sendiri dan Sumber daya manusia yang baik (man); (b) kapasitas perusahaandengan memanfaatkan 31 dan memotivasi orang lain; (h) Berusaha pentingnya hubungan antara membangun mengenal dan mengendalikan lingkungan relasi dan mengirimkan jasa ke pelanggan serta dan kinerja keuangan perusahaan. Tiga isu menggalang kerjasama yang menguntungkan dengan berbagai pihak. penting tentang strategi bisnis yaitu a. 2. Strategi Bisnis Strategi Siapa : Menentukan pelanggan yang akan dilayani bisnis adalah serangkaian Pelanggan dapat dibagi menjadi komitmendan tindakan yang terintegrasi dan kelompok-kelompok berdasarkan perbedaan terkoordinasi, untuk dalam kebutuhan mereka. Disebut sebagai menyediakan nilai kepada para pelanggan segmentasi pasar, ini merupakan suatu dan mendapatkan keunggulan kompetitif proses dengan kompetensi- dengan kebutuhanyang sama dikelompokkan kompetensi inti dari pasar produk individual kedalam individu dan kelompok yang dapat dan Jadi diidentifikasi. Segmentasi pasar merupakan keyakinan proses dua langkah dalam menamakan pasar perusahaan tentang dimana dan bagaimana produk yang luas dan mensegmentasikan ia dibandingkan mereka untuk memilik pasar sasaran dan dengan lawan-lawannya. Berkaitan dengan mengembangkan bauran pemasaran yang lingkungan dan cocok. Hampir setiap cirri manusia dan interaksi yang dimiliki perusahaan maka organisasi yang dapat diidentifikasi bias sudah karyawan digunakan untuk membagi suatu pasar memahami apa yang menjadi keunggulan kedalam bsegmen-segmen yang berbeda satu perusahaan. Pertanyaan-pertanyaan tentang sama lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi perusahaan dimasa dating dan segmentasi pelanggan misalnya : (i) faktor keunggulan menjadi demografis (usia, pendapatan, seks dll); (ii) dasarnya harus dipecahkan dengan cepat faktor sosiodemografis (kelas social, tahap untuk dalam siklus hisup berkeluarga); (iii) faktor yang mengeksploitasi spesifik strategi dirancang (Thomson.2001:151). bisnis memiliki merefleksikan keunggulan persainagn selayaknya perusahaan semua kompetitif yang memungkinkan dilakukannya tindakan-tindakan strategis yang efektif. dimana melaluinya orang-orang geografis (perbedaan kultural, regional dan Para pelanggan adalah dasar dari nasional); (iv) faktor psikologis (gaya hidup, keberhasilan strategi bisnis. Perusahaan cirri-ciri kepribadian); (v) faktor persepsi perusahaan (segmentasi manfaat, pemetaan persepsi). terus menerus menekankan 32 b. Apa : menentukan kebutuhan pelanggan yang ingin dipuaskan pesaing dengan ciri-ciri yang dapat diterima para pelanggan. Implementasi yang efektif Ketika sebuah perusahaan memutuskan dari strategi kepemimpinan biaya ini siapa yang akan ia layani, ia harus secara memungkinkan perusahaan menghasilkan bersamaan laba di atas rata-rata selain adanya faktor- mengidentifikasi kebutuhan kelompok pelanggan sasaran yang dapat faktor kompetitif yang kuat seperti berikut. dipuaskan oleh barang dan jasanya. Suatu Pertama, persaingan dengan para keunggulan kompetitif tambahan meningkat pesaing yang sudah ada. Memiliki posisi bagi mperusahaan-perusahaan yang mampu biaya rendah merupakan pertahanan yang mengantisipasi dan kemudian memuaskan berharga dalam menghadapi para pesaing, kebutuhan yang sebelumnya tidak diketahui karena posisi yang menguntungkan sebagai oleh pelanggan. Kemampuan yang secara pemimpin biaya, para pesaing akan ragu positif dan kontinu memberi kejutan pada dengan basis harga. para pelanggannya memungkinkan Kedua, kekuatan perusahaan itu menghasilkan laba rata-rata pembeli karena selalu menciptakan kembali dirinya berkuasa dapat mendesak pemimpin biaya dari waktu ke waktu. untuk c. Bagaimana : Menentukan kompetensi harga tersebut tidak akan didesak sampai inti yang diperlukan untuk memuaskan ketingkat harga dimana pesaing industri kebutuhan pelanggan lainnya dapat menghasilkan laba-di atas rata- Perusahaan menggunakan kompetensikompetensi intinya untuk menerapkan (pelanggan). tawar-menawar mengurangi Pelanggan harga-harganya, yang tapi rata. Ketiga, kekuatan tawar menawar strategi penciptaan-nilai dan memuaskan suplier. Pemimpin biaya beroperasi dengan kebutuhan pelanggan. margin yang lebih besar dari para pesaingnya. Diantara banyak keuntungan, 3. Tipe-tipe Strategi Bisnis margin lebih tinggi yang relatif dengan a. Strategi kepemimpinan biaya margin Strategi kepemimpinan biaya adalah serangkaian dirancang tindakan untuk integratif yang memproduksi atau para pesaing memungkinkan pemimpin biaya untuk menerapkan kenaikan harga suplier. Dengan cara laian, pemimpin biaya yang kuat dapat mndesak para suplier mengirimkan barang-barang atau jasa pada biaya paling rendah, relatif terhadap para 33 untuk menahan harga mereka, mengurangi dalam hal-hal yang penting bagi mereka. margin mereka dalam proses tersebut. Dengan strategi diferensiasi, atribut dan Keempat, peserta potensial. Melalui karakteristik unik produk perusahaan (selain usaha yang terus menerus untuk mengurangi biaya) memberikan nilai bagi pelanggan. biaya ketingkat yang lebih rendah dari para Strategi ini memusatkan diri pada investasi pesaingnya, pemimpin biaya menjadi sangat dan pengembangan ciri yang terus menerus efisien. dan Karena mereka meningkatkan bukan fokus pada biaya, yang margin laba, tingkat efisien yang selalu membedakan barang dan jasanya dalam hal diperbaiki ini menjadi halangan masuk yang yang dihargai oleh pelanggan, yaitu sebagai signifikan bagi peserta bisnis yang potensial. berikut. Margin laba pemimpin biaya yang rendah mengharuskan pemimpin biaya untuk Pertama, pesaing persaingan yang sudah dengan ada. para Pelanggan menjual produknya dalam volume yang cenderung menjadi pembeli yang setia lebih besar untuk mendapatkan laba di atas terhadap produk yang didiferensiasi dengan rata-rata. cara-cara yang bermakna bagi mereka. Kelima, Produksi pengganti. Ketika Ketika kesetiaan mereka pada barang dihadapkan dengan kemungkinan substitusi, meningkat, kepekaan pelanggan terhadap pemimpin biaya lebih memiliki fleksibilitas kenaikan harga berkurang. dari para pesaingnya. Untuk mmpertahankan Kedua, kekuatan tawar-menawar pembeli para pelanggannya, pemimpin biaya dapat (pelanggan). Keunikan diferensiasi barang mengurangi harga barang atau jasanya. dan jasa mengisolasi suatu perusahaan dari Tetap dengan harga yang lebih rendah dan persaingan kualitas yang dapat diterima, pemimpin kepekaan biaya harga. meningkatkan kemungkinan pelanggan akan memilih produknya daripada kompetitif pelanggan Ketiga, dan terhadap kekuatan kenaikan tawar-menawar produk pengganti. suplier. b. Strategi diferensiasi mengimplementasikan strategi diferensiasi Strategi perusahaan yang adalah membebankan harga premium untuk produk yang produknya, suplier harus memasok bahan- dirancang untuk memproduksi barang atau bahan yan berkualias tinggi. Adapun biaya jasa yang dianggap para pelanggan berbeda suplier yang relatif tinggi dibebankan pada serangkaian diferensiasi Karena mengurangi tindakan integratif 34 biaya tambahan perlengkapan ke pelanggan pemberian hadiah sering mempengaruhi dengan penjualan. Dalam hal ini diperlukan dana menaikkan harga dari produk uniknya. yang tidak sedikit. Dalam bentuk promosi Keempat, Peserta potensial. Loyalitas pelanggan mengatasi dan kebutuhannya keunikan produk untuk diferensial merupakan hambatan yang substansial bagi masuknyan peserta bisnis potensial. Memasuki suatu industri dengan kondisi seperti ini menuntut investasi sumberdaya dengan kemasan yang menarik bagi pembeli. Ketiga, Harga yang terjangkau, pemberian pelayanan dan tempat penjualan yang strategis. KESIMPULAN Produk jamu banyak diminati semua yang signifikan dan kemauan untuk bersabar kalangan mencari loyalitas pelanggan. pengganti pengobatan non medis yang lebih Kelima, Produk pengganti. Perusaan- masyarakat, sebagai produk murah dan terjangkau harganya. Namun perusahaan yang menjual barang dan jasa dalam bermerek pada pelnggan memperhatikan faktor-faktor seperti konsep yang loyal pengelolaan bisnis jamu harus dalam wirausaha, konsep strategi bisnis, strategi substitusi. diferensiasi produk. Disamping itu tempat Sebaliknya, perusahaan yang tidak meiliki yang strategis sangat dibutuhkan konsumen loyalitas merek lebih tunduk pada pelanggan untuk mudah memperoleh produk jamu yang yang biasanya mereka akan beralih produk tetap higienis dikonsumsi. memiliki posisi menghadapi yang efektif produk-produk yang menawarkan bentu-bentuk diferensiasi DAFTAR PUSTAKA yang melayani fnsi yang sama. C. Faktor – Faktor Lain (Swastha dan Irawan : 1990) Pertama, Kondisi organisasi perusahaan. Pada perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ditangani oleh bagian tersendiri (Bagian Penjualan) yang dipegang orang-orang yang ahli dibidang penjualan. Kedua, Faktor yang tidak kalah pentingnya adalah : periklanan, peragaan, kampanye, Darwin Bangun, 1989, Manajemen Perusahaaan, Dep. P & K, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta. Geofferey G. Meredith, 1992, Kewirausahaan Teori dan Praktek, PT. Pustaka Binawan Pressindo. Gilarso T. 1992, Ilmu Ekonomi Bagian Makro, Yogyaakrta, Kanisius http://www.geocities.com/jamuherbacure/Ja mu.htm 35 http://id.wikipedia.org/wiki/Gula#Pembuata n_gula Indriyo Gitosudarmo, 1996, Pengantar Bisnis, Edisi 2, BPFE, Yogyakarta LPPM, 1996, Manajemen Umum, Modul 1 Proses Manajemen, Pendidikan Manajemen Multi Media, Jakarta Kompas. 9 Oktober 2004. Jamu Gendong Bertahan Ditengah Himpitan Industri Marbum, B.N. 1996, Manajemen Perusahaan Kecil, PT. Pustaka Binaman Presendo, Jakarta. ________16 Juli 2007. Industri Kecil. Konsumsi Jamu Tardisional Terus Alami Peningkatan Michael A. Hitt., dkk, 2001. Manajemen Strategi Daya saing dan Globalisasi. Jakarta. Salemba Jakarta ________ 27 Juli 2007. Industri Jamu Indonesia hadapi Tantangan Besar Tarsi Tarmudji, Manajemen Bisnis, Liberty, Yogyakarta ________ 3 Agustus 2007. Obat-obatan. Penjualan Jamu Turun Wisnu Giyono. 2002. Jiwa Wirausaha Penduduk Desa Tertinggal di DIY. Laporan Penelitian. Yogyakarta : Akpar Buana Wisata 36 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) MELALUI PENDAMPINGAN KADER PAUD DESA SUMBERSARI, MOYUDAN, SLEMAN, YOGYAKARTA Sri Muliati Abdullah Rahma Widyana Kamsih Astuti Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta ABSTRACT The center of early childhood education (ECE) is the right of organizational community to be the center of early childhood stimulation activities. ECE will be able to have an optimal role when supported by adequate resources both human resources, financial resources and educational facilities. Given the importance of early childhood education as a place of early learning for the next generation, the SCT team was moved to take part in coaching and mentoring in early childhood education. The purpose of the activities is to educate, to train, and to assist trainers of early childhood education, became a pilot group in early childhood education in Sumbersari. Then this group stimulates the formation of new ECE in the village, to educate the cadres of the PKK in early childhood education, giving direction in the administration of early childhood education, to empower communities, build awareness and increase of community participation in early childhood education programs. Group partners are four nonformal groups of early childhood education under PKK Sumbersari guidance that will be a pilot and nine pioneering groups of early childhood education will be initiated its establishment. The method for the application of science and technology are: (a) Education and training for trainers of early childhood childhood education, about Early Childhood Development, Education and early childhood learning, and socialization and community empowerment and (b) Assistance pilot trainer to provide guidance for the others PKK cadres to initiated the establishment of early childhood education. The implementation of this community service for 3 months. Outcomes from these activities is a pilot group on early childhood education that stimulates the formation of another group of early childhood education in the village Sumbersari. At the end of activities, all of dukuh in the village Sumbersari (13 dukuh) has been established early childhood education, this means that each dukuh in the village Sumbersari already has a group of early childhood education providers. Keywords: early childhood group, the PKK cadres Sumbersari Village, education, training, mentoring. 37 Pendahuluan Desa Sumbersari memiliki wilayah seluas 546.000,5 Ha, dengan jarak 3 km dari pusat kecamatan Moyudan, 15 km dari pusat kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.” Permasalahan Mitra Kabupaten Sleman, dan 12 km dari pusat propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa ini terdiri dari 13 dusun yaitu Dusun Tegalrejo, Klisat, Nasri, Semingin, Tumut, Menulis, Tiwir, Blendung, Bendosari, Ngaglik, Gesikan, Nglahar, dan Sombangan. Berdasarkan data penduduk per Desember 2008, jumlah penduduk berusia 0-6 tahun sebanyak 579 jiwa. Menyikapi hal ini, mulai tahun 2007, PKK desa Sumbersari merintis pendirian lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) jalur nonformal sebagai upaya penumbuhan dan pengembangan anak usia dini khususnya yang berusia praTK. PAUD Dalam perjalanan selama hampir 2 tahun, PAUD desa Sumbersari telah menunjukkan suatu kemajuan. Namun tidak dapat disangkal, kendala atau hambatan juga banyak dialami. Berdasarkan hasil focus group discussion (FGD) yang dilakukan tim pengusul proposal dengan para kader PKK desa dan kader PAUD dari 4 dusun pada tanggal 21 Mei 2009, diperoleh data permasalahan yang dapat dikategorikan menjadi dua yaitu permasalahan pengelolaan PAUD dan permasalahan masyarakat. 1. Permasalahan pengelolaan oleh Kader ini menerima peserta didik usia 2 sampai 5 PAUD, meliputi: tahun. Diharapkan setelah anak mengikuti a. Penyelenggaraan PAUD PAUD ini dapat siap masuk sekolah Taman melingkupi Kanak-Kanak. Tujuan didirikannya lembaga Sumbersari. Baru 4 dari 13 dusun yang PAUD ini sesuai dengan isi UU no. 20 tahun berinisiatif menyelenggarakan PAUD. 2003, pasal 1, butir 14 yaitu seperti berikut: Kesadaran perangkat dusun, khususnya “Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah “suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki seluruh dusun belum desa kader PKK dari 9 dusun yang lain untuk memberi pelayanan PAUD, perlu dimunculkan. b.Kegiatan PAUD di 4 dusun belum dapat dilaksanakan sesuai jadwal. Hal ini terkait dengan jumlah pendidik yang sangat terbatas. Ketika pendidik sedang 38 mempunyai kesibukan bekerja atau mempunyai acara keluarga, mereka tidak masuk. Bahkan ketika semua pendidik saat itu berhalangan hadir, PAUD memenuhi pengetahuan mereka tentang kurikulum. e. Terbatasnya kondisi tempat kegiatan, ruang dan alat untuk belajar, ruang diliburkan. Hal ini menimbulkan kendala bermain dalam rutinitas penyelenggaraan PAUD. permainan edukatif dirasakan pula c. Kualifikasi tingkat pendidikan dan sebagai latar belakang pendidik PAUD memenuhi ideal pendidikan yang persyaratan. pendidik PAUD para kurang Ketentuan minimnya kendala proses alat belajar mengajar. 2. Permasalahan masyarakat, meliputi: a. Masyarakat dari 4 dusun yang S1 mempunyai PAUD (Dusun Menulis, PAUD. Para pendidik PAUD belum Blendung, Tiwir, dan Nglahar) belum ada seluruhnya yang adalah serta memenuhi ketentuan aktif mengikutsertakan tersebut. Hanya pendidik PAUD dusun anaknya mengikuti kegiatan PAUD. Blendung yang tingkat dan latar Kalaupun belakang pendidikannya mendekati seluruhnya aktif mengantar anaknya ideal. d. Kurang telah terdaftar belum sesuai jadwal hari kegiatan PAUD. terpenuhinya persyaratan Ketika orangtua sedang mempunyai kualifikasi tingkat pendidikan dan latar kesibukan, anak tidak diantar ke belakang pendidikan para pendidik PAUD. Bahkan di Kelompok Bermain PAUD, PAUD dusun Nglahar, jumlah anak kebutuhan menyebabkan untuk besarnya mengetahui dan mengembangkan kurikulum. Meskipun rambu-rambu kurikulum dari berkurang cukup banyak. b. Partisipasi masyarakat untuk terlibat sebagai pendidikan PAUD masih pemerintah telah ada, namun pendidik rendah. Hal ini dikarenakan pekerjaan merasakan banyak keterbatasan dalam sebagai pendidik PAUD merupakan mengembangkan pekerjaan sosial / sukarela (tidak ada Sebenarnya para kurikulum. pendidik telah imbalan gaji), sehinggahanya sedikit mengikuti beberapa pelatihan tentang yang bersedia PAUD, namun dirasakan cukup untuk pendidik PAUD. bergabung sebagai 39 Gambaran Ipteks yang ditransfer pada mitra: PENDAMPINGAN INTEGRATIF (khususnya untuk kelompok PAUD percontohan) o o o o Permasalahan PAUD tingkat dusun di Desa Sumbersari o o o o Peningkatan pengetahuan tentang perkembangan anak usia dini pada kader PAUD dgn pendidikan & pelatihan : Perkembangan anak usia dini Permasalahan perkembangan anak usia dini Deteksi dini terhadap penyimpangan perkembangan anak usia dini Dinamika keluarga dlm mewujudkan pengasuhan yang ideal untuk anak usia dini Kelompok PAUD percontohan dgn pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dari pendampingan TIM dapat melakukan penberdayaan masyarakat Transfer metode pendidikan anak usia dini: teknik stimulasi dan pendidikan anak usia dini sosialisasi dan pengayaan kurikulum PAUD penyelenggaraan wadah pendidikan anak usia dini yang ideal di PAUD tingkat dusun metode pendidikan pada keluarga tentang PAUD membangun kesadaran kader PKK dusun untuk merintis PAUD memberikan contoh dan arahan tentang penyelenggaraan PAUD mengedukasi masyarakat ttg PAUD meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam program PAUD Transfer metode pemberdayaan masyarakat yg efektif : o Strategi pelibatan partisipasi masyarakat dalam PAUD (peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya PAUD) o Strategi keterpaduan PAUD di seluruh dusun di desa Sumbersari o Strategi koordinasi, monitoring dan evaluasi oleh PKK-PAUD tingkat desa LUARAN : PAUD percontohan dapat menstimulasi terbentuknya PAUD-PAUD lain di desa Sumbersari a. Perkembangan anak usia dini, meliputi: Metode Penerapan IPTEKS Perkembangan Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, tim dan mitra menetapkan metode penerapan ipteks yakni : 1. Peningkatan pengetahuan ketrampilan melalui pendidikan dan pelatihan, khususnya pada kader dari 4 PAUD. Secara rinci, materi pelatihan usia dini, Permasalahan perkembangan anak usia dini, deteksi penyimpangan dan anak dini terhadap perkembangan anak usia dini dan dinamika keluarga dalam mewujudkan pengasuhan yang ideal untuk anak usia dini Pendidikan dan pembelajaran anak usiagaraan, wadah kader PAUD adalah sebagai berikut. 40 pendidikan anak usia dini yang ideal di berdirinya PAUD. Pendampingan ini PAUD tingkat dusun; dilakukan setelah kelompok PAUD di b. Metode pendidikan dan pemberdayaan masyarakat, meliputi: Dusun Menulis, Blendung, Nglahar, dan Strategi Tiwir diberi pendidikan dan pelatihan pelibatan partisipasi masyarakat dalam oleh Tim. Keempat PAUD ini (PAUD PAUD percontohan) (peningkatan masyarakat kesadaran tentang pentingnya IbM dengan didampingi Tim melakukan sosialisasi dan PAUD); Strategi keterpaduan PAUD memberikan motivasi penyelenggaraan di seluruh dusun di PKK di dusun lain untuk merintis desa Sumbersari; Strategi koordinasi, penyelenggarakan PAUD. Selanjutnya monitoring dan evaluasi oleh PAUD tim akan memberikan pendampingan desa terhadap PAUD dusun. pada mitra dalam proses perintisan 2. Pendampingan kader PAUD percontohan PAUD di pada kelompok dusun lain. untuk melakukan pendampingan pada kader PKK dari dusun yang belum memiliki PAUD untuk merintis Adapun tahapan pemberdayaan masyarakat Kajian Teoritis Penerapan Ipteks meliputi : Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian (Subejo dan Supriyanto, 2004). Pemberdayaan masyarakat bertujuan agar kelompok sasaran dapat menggalang berbagai potensi yang ada dalam dirinya dan memanfaatkan potensi yg dimiliki untuk mengatasi permasalahan yg dihadapi. Tahap 1, pengembangan konsep sesuai dengan tujuan dan sasaran program berdasarkan hasil community needs analysis; bersamaan dengan mengikut-sertakan tahap ini adalah (melibatkan peran komunitas/masyarakat) atau yang lazim disebut dengan Involve. Tahap 2, mensosialisasikan program kepada seluruh komunitas, agar mereka merasa memiliki program sekaligus ikut bertanggungjawab terhadap pelaksanaan dan keberhasilan program. 41 Tahap 3, Proses pemberdayaan berasal dari luar komunitas, program masyarakat, yaitu : (a) Pengembangan pemberdayaan akan diikuti dengan terminasi kelompok, (b) Penyusunan rencana dan atau disengagement, sedangkan bila agen pelaksanaan kegiatan, (c) Monitoring dan pemberdaya berasal dari internal komunitas evaluasi partisipatif . pemberdayaan akan lebih diarahkan pada Tahap 4, Pemandirian Masyarakat. proses pemberdayaan yang berkelanjutan. Pembahasan pemberdayaan sebagai program Pemberdayaan dilakukan mulai dari level dan sebagai suatu proses terkait erat dengan psikologis-personal-masyarakat : posisi agen Apabila pemberdayaan masyarakat. pemberdaya masyarakat agen Level Psikologis Personal Mengembangkan pengetahuan, wawasan, kompetensi, motivasi, kreasi, dan kontrol diri. Masyarakat Menumbuhkan rasa memiliki, gotong rotong, mutual trust, kemitraan, kebersamaan, solidaritas sosial dan visi kolektif masyarakat. Pendekatan yang digunakan dalam harga diri, kemampuan, mengemukakan keinginannya, agar dapat ini menolong dirinya sendiri. Pendekatan ini help. menempatkan pihak luar sebagai pendorong Cooperative self help adalah pendekatan timbulnya kebutuhan masyarakat, sebagai yang kegiatan adalah pemberdayaan melalui masyarakat cooperative self kerjasama dalam pihak sukarela, saling masyarakat, dan sebagai pihak yang tidak membantu untuk mengatasi masalahnya memaksakan keinginannya pada masyarakat. sendiri, Secara mengutamakan masyarakat dan secara memanfaatkan kelompok- yang menanggapi rinci prosedur kebutuhan pelaksanaan kelompok masyarakat setempat. Pendekatan pemberdayaan masyarakat adalah sebagai ini berikut : (a) pemaparan masalah PAUD oleh merupakan upaya pengembangan masyarakat yang dimulai dari bawah tanpa kader PAUD; (b) Identifkasi melibatkan secara langsung pihak luar dalam penyelenggaraan kegiatan PAUD yang telah pelaksanaannya. Pendekatan cooperative self dilakukan oleh kader PKK dusun yang help memberi kesempatan masyarakat untuk dikoordinir oleh kader PKK desa; (c) Kontak 42 dengan tim ahli, terdiri dari dua kegiatan orang dewasa harus diarahkan dari berpusat yaitu pelatihan kader dan konsultasi kader. pada bahan pengajaran kepada pemecahan- Dengan pemecahan masalah; (e) Motivasi belajar demikian akan terjadi alih pengetahuan ttg PAUD dari tim ahli kepada orang kader; (d) Diseminasi pengetahuan ttg pemberian pujian dan hukuman kepada PAUD oleh kader percontohan kepada kader dorongan dari dalam diri sendiri serta karena PAUD rintisan. rasa ingin tahu; (f) Peer teaching.. Upaya peningkatan pengetahuan mitra IbM melalui metode pendidikan pelatihan, dewasa Dalam harus teori diarahkan pembelajaran dewasa menyebutkan bahwa dari orang orang-orang menggunakan konsep Andragogi. Andragogi dewasa itu akan membawa pengalaman dan berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, keahliannya ke lingkungan belajar. Dengan yakni Andra berarti orang dewasa dan memberi kesempatan pada mereka untuk agogos menggambarkan berarti memimpin. Perdefinisi dan membagikan andragogi kemudian dirumuskan sebagau pengalaman mereka dalam kelompok, bisa "Suatu seni dan ilmu untuk membantu orang menguatkan partisipan untuk melakukan. dewasa belajar" (Craig, 1987). Knowles (dalam Craig, 1987), memiliki asumsi sebagai berikut: (a) Orang dewasa perlu dibina untuk mengalami perubahan dari kebergantungan kepada pengajar kepada kemandirian dalam belajar. Orang dewasa mampu mengarahkan dirinya mempelajari sesuai kebutuhannya; (b) Pengalaman orang dewasa dapat dijadikan sebagai sumber di dalam kegiatan belajar untuk memperkaya dirinya dan sesamanya; (c) Kesiapan belajar orang dewasa bertumbuh dan berkembang terkait dengan tugas, tanggung jawab dan HASIL PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 1. Pendampingan PAUD percontohan di 4 pedukuhan Desa Sumbersari Tim Pengabdian IbM melaksanakan pendampingan empat yang PAUD telah terhadap diharapkan dapat menjadi PAUD percontohan dan melakukan pendampingan bagi sembilan PAUD lain yang belum memiliki PAUD. Keempat PAUD tersebut dapat dilihat dalam Tabel berikut. masalah kehidupannya; (d) Orientasi belajar 43 Tabel 1. Daftar PAUD Percontohan NO. 1 2 3 4 NAMA PAUD PAUD Mekarsari PAUD Bhakti Siwi PAUD Arumsari PAUD Mekarsari DUKUH Menulis Tiwir Nglahar Blendung Deskripsi hasil evaluasi kelayakan PAUD di 4 (empat) dukuh setiap aspek diuraikan dalam Tabel 2. a. Tempat belajar Tabel 2.Deskripsi Aspek Tempat Belajar di PAUD Rintisan Percontohan PAUD DI DUKUH DESKRIPSI Menulis Ruangan berukuran 5 x 5 m, cukup memadai. Tanah milik bersama dari desa, lahan dan permainan outdoor digunakan bersama dengan TK Tiwir Ruangan berukuran 7 x 4 m, cukup memadai tapi kurang leluasa untuk gerak anak 24 orang, tempat bermain cukup luas Blendung Ruangan berukuran 4 x 9 m, kurang leluasa untuk menampung 32 siswa, tempat bermain outdoor juga kurang luas (kurang lebih 2x9 meter) Nglahar Ruangan berukuran 5 x 7 m, memadai untuk tempat belajar 12 siswa, tempat bermain outdoor cukup luas b. Alat Pembelajaran Tabel 3. Deskripsi Aspek Alat Pembelajaran di PAUD Rintisan Percontohan PAUD DI DUKUH Menulis Tiwir Blendung Nglahar DESKRIPSI Alat permainan edukatif cukup memadai , sebagian sudah berumur lama Alat penunjang proses belajar cukup memadai, dan lengkap, lemari, loker, meja kursi cukup. Alat makan memadai, bahan plastik dan ketersediaan cukup Alat permainan edukatif relatif masih sedikit, kurang memenuhi untuk jumlah siswa yang ada. Alat penunjang proses belajar relatif masih minimal dan seadanya, meja kursi cukup untuk jumlah anak, tetapi belum memiliki loker untuk tempat dan mainan dan tas anak Alat makan memadai, aman dan ketersediaan cukup Alat permainan edukatif memadai dan cukup lengkap tapi jumlah belum sesuai dengan kebutuhan siswa. Alat penunjang proses belajar cukup memadai, tersedia dalam jumlah cukup. Papan tulis belum ada, loker mainan kurang, loker tas belum ada. tersedia memadai, sesuai dengan jumlah siswa. Alat permainan edukatif cukup memadai tapi variasi masih kurang, tapi PAUD ini cenderung memanfaatkan materi dari alam (misalnya daun, dsb). Alat penunjang proses belajar cukup memadai, tersedia meja kursi, namun belum ada papan tulis, loker tas masih jadi satu dengan loker mainan Alat makan memadai, aman dan ketersediaan cukup 44 c. Pengelolaan kelas Tabel 4. Deskripsi Aspek Pengelolaan Kelas di PAUD Rintisan Percontohan PAUD DI DUKUH DESKRIPSI PENILAIAN Menulis Metode pembelajaran cukup bervariasi dan menarik. Kelas dibedakan atas 3 kelompok (kelompok 2 tahun, 3 tahun dan 4 tahun), pembelajaran diberikan berdasarkan usia Baik Tiwir Metode pembelajaran menyenangkan, usia 2 – 4 tahun dijadikan satu kelas, namun pendekatan dilakukan sesuai dengan kebutuhan Baik Blendung Metode mengajar cukup menarik dan bervariasi, hal ini didukung dengan relatif intens para guru mengikuti pelatihan PAUD Baik Nglahar Metode mengajar cukup menarik, anakdapat konsentrasi dan memperhatikan. Pendekatan terhadap perilaku anak sesuai dengan kebutuhan anak Baik d. Pengajar Tabel 5. Deskripsi Aspek Pengajar di PAUD Rintisan Percontohan Jumlah pengajar dan siswa Pengajar Siswa 5 17 4 24 4 33 3 12 PAUD DI DUKUH Menulis Tiwir Blendung Nglahar Pendidikan S1 0 0 1 0 SMA/SPG 5 3 2 3 Penilaian SMP 0 1 1 0 Memadai Sedang Sedang Memadai e. Administratif Tabel 6. Deskripsi Aspek Administrasi di PAUD Rintisan Percontohan PAUD DI DUKUH DESKRIPSI Menulis Buku administrasi sekolah telah lengkap Tiwir Buku administrasi seperti buku induk, buku kegiatan pembelajaran, buku keuangan dan buku tamu sudah ada, hanya saja belum memiliki buku pemantauan perkembangan siswa dan buku kegiatan pembelajaran masih sangat umum, belum dibuat rutin harian Blendung Buku administrasi sekolah telah lengkap Nglahar Buku administrasi sekolah telah lengkap 45 f. Kurikulum Tabel 7. Deskripsi Aspek Kurikulum di PAUD Rintisan Percontohan PAUD DI DUKUH DESKRIPSI Menulis Mengacu pada menu generik PAUD, Satuan pembelajaran sudah disusun dan direalisasikan. Tiwir Mengacu pada menu generik PAUD, sudah ada satuan pembelajaran harian Blendung Mengacu pada menu generik PAUD, sudah ada satuan pembelajaran harian Nglahar Mengacu pada menu generik kelompok A, SAP direncanakan bersama oleh guru, tapi belum dibuat secara tertulis g. Jadwal Akademik Tabel 8. Deskripsi Aspek Jadual Akademik di PAUD Rintisan Percontohan PAUD DI DUKUH Menulis Tiwir Blendung Nglahar DESKRIPSI Jam belajar setiap hari kamis dan sabtu (jam 8.00-10.00). Sudah ada jadual akademik Pembelajaran dilaksanakan setiap rabu dan sabtu jam 8 - 10 Jadual sudah ada, tapi baru agenda mingguan dan bulanan (agenda/ satuan pembelajaran harian belum ada) Pembelajaran dilaksanakan setiap hari selasa dan kamis jam 8-10 Sudah memiliki jadual akademik Pembelajaran dilaksanakan 4 x seminggu, yakni hari senin sampai dengan kamis jam 8 - 11 Sudah memiliki jadual akademik h. Kegiatan evaluasi Tabel 9. Deskripsi Aspek Kegiatan Evaluasi di PAUD Rintisan Percontohan PAUD DI DESKRIPSI DUKUH Menulis Rapat rutin intra pengurus dilaksanakan usai mengajar Pertemuan rutin orang tua- pendidik dilaksanakan 1 bulan sekali dgn agenda kerja bakti atau membahas masalah anak Terima raport dilaksanakan setiap 6 bulan sekali Tiwir Rapat rutin intra pengurus telah dilaksanakan Pertemuan rutin orang tua- pendidik belum rutin dilaksanakan, dilaksanakan hanya pada saat ada hal yang perlu dibicarakan bersama Terima raport dilaksanakan setiap 6 bulan sekali Blendung Rapat rutin intra pengurus telah dilaksanakan Pertemuan rutin orang tua- pendidik sudah rutin dilaksanakan Terima raport dilaksanakan setiap 6 bulan sekali Nglahar Rapat rutin intra pengurus dilaksanakan setiap hari kamis membicarakan materi pembelajaran Pertemuan rutin orang tua- pendidik sudah rutin dilaksanakan, parenting class dilaksanakan setiap 3 bulan Terima raport dilaksanakan setiap 6 bulan sekali 46 i. Keterlibatan Orang Tua Tabel 10. Deskripsi Aspek Keterlibatan Orang Tua di PAUD Rintisan Percontohan PAUD DI DUKUH Menulis DESKRIPSI Kehadiran anak mengikuti PAUD relatif rutin Saat jam belajar, sebagian besar siswa masih ditunggui orang tua walau di luar kelas Kesadaran orang tua untuk datang pertemuan cukup baik. Kehadiran anak mengikuti PAUD relatif rutin dan semakin baik. Prosentase kehadiran semakin meningkat Saat jam belajar, sebagian besar siswa masih ditunggui Kehadiran orang tua dalam pertemuan yang diselenggarakan sekolah cukup baik Kehadiran anak mengikuti PAUD relatif rutin Saat jam belajar, sebagian besar siswa masih ditunggui orang tua Kehadiran orang tua dalam pertemuan yang diselenggarakan sekolah cukup baik Kehadiran anak mengikuti PAUD relatif rutin Saat jam belajar, tidak ada siswa yang ditunggui siswa Kehadiran orang tua dalam pertemuan yang diselenggarakan sekolah cukup baik Tiwir Blendung Nglahar 2. Pendampingan perintisan pendirian PAUD di 9 pedukuhan Desa dilaksanakan Nglahar). Sembilan dukuh yang didampingi meliputi: Sombangan, Tegalrejo, Klisat, Nasri, Semingin, Tumut, Gesikan, Sumbersari Kegiatan dan selanjutnya oleh Tim yang IbM telah adalah Bendosari dan Ngaglik. Deskripsi hasil pendampingan pendampingan untuk merintis berdirinya perintisan berdirinya PAUD di sembilan PAUD di sembilan dukuh yang ada di Desa dukuh di Desa Sumber Sari dapat dilihat Sumber dalam Tabel 11. Sari dengan melibatkan para pengurus PKK desa dan pelaksana PAUD dari empat dukuh yang telah memiliki PAUD (dukuh Menulis, Blendung, Tiwir 47 Tabel 11. Tabel Deskripsi Hasil Pendampingan Perintisan PAUD Di 9 Dukuh DUKUH NAMA PAUD DESKRIPSI Sombangan Tunas Bangsa Pada saat pendampingan sekaligus dilakukan launching pembukaan PAUD “Tunas Bangsa”. Pada saat pendampingan, pengurus telah terbentuk, dengan pak dukuh sebagai pelindung/penasehat. Telah terdaftar pula peserta didik PAUD. Buku-buku administratif telah dibuat lengkap. Tegalrejo Melati Selama sebulan sebelum pendampingan PAUD sudah berjalan satu bulan sekali bersamaan dengan Posyandu. Pada saat pendampingan, ditetapkan oleh pengurus PKK dihadiri pengurus PKK tingkat kelurahan dan warga yang hadir ke depan diselenggarakan sebulan 2 kali Klisat Mekar Sari Sebelum pendampingan, pembinaan anak usia dini dilakukan 2x sebulan setelah pelayanan Posyandu. Setelah pendampingan, pengurus PAUD terbentuk , kegiatan PAUD dilaksanakan seminggu sekali. Jumlah balita yang terdata sebanyak 27 orang. Nasri Dahlia Indah Saat pendampingan dilakukan pembentukan pengurus PAUD dipimpin pak dukuh disaksikan oleh ibu-ibu yang mempunyai putra-putri usia dini. Terbentuk pengurus PAUD. Kegitan dilaksanakan 1 minggu sekali. Semingin Kuncup Mekar Sebelum pendampingan telah dilakukan dua kali pertemuan untuk membentuk pengurus PAUD dan rapat pengurus baru untuk merencanakan kegiatan PAUD dan penggalian dana. Pada saat pendampingan sekaligus dilaksanakan peresmian berdirinya PAUD ‘Kuncup Mekar’ oleh Ketua TP PKK Desa Sumbersari. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan seminggu sekali setiap hari Sabtu, tempat di rumah Bapak Dukuh. Jumlah siswa 23 anak, usia 2-4 tahun. Buku-buku administrasi juga sudah tersedia lengkap. Tumut Tunas Harapan Telah terbentuk pengurus PAUD dengan pak dukuh sebagai penasehat. Sosialisasi telah dilakukan saat ada pertemuan posyandu, sekaligus langsung dibuka pendaftaran untuk peserta didik. Gesikan Sekar Melati Telah terbentuk susunan pengurus, juga telah terdaftar peserta didik PAUD. Buku-buku administratif telah dipersiapkan lengkap. Pada saat pendampingan, sekaligus diresmikan pembukaan / launching PAUD Sekar Melati. Bendosari Kuncup Mekar Susunan pengurus telah terbentuk dan telah dilakukan pendataan calon/ prospek peserta didik. Tempat kegiatan PAUD bertempat di rumah pak dukuh. Ngaglik Tunas Pertiwi Telah tersusun laporan kegiatan lengkap yang meliputi pembentukan pengurus PAUD, rencana sosialisasi dan rencana kegiatan pembelajaran. Jumlah siswa sebanyak 36 anak, berusia 2 – 5 tahun. Tempat kegiatan PAUD ada dua yaitu di rumah Bapak Dukuh dan di rumah salah seorang warga RT Madean karena lokasi RT Madean yang jauh dari rumah Pak Dukuh. Kegiatan dilaksanakan seminggu sekali setiap hari Sabtu (tiga kali kegiatan dilakukan ) di dua tempat, dan sekali dalam sebulan dilakukan terpusat di rumah Pak Dukuh. 48 Gambaran kesiapan setiap dukuh dalam merintis pendirian PAUD terlihat dalam tabel 12 Tabel 12. Kesiapan 9 Dukuh di Desa Sumber Sari dalam Perintisan Berdirinya PAUD DUSUN Dukuh Sombangan Tegalrejo Klisat Nasri Semingin Tumut Gesikan Bendosari Ngaglik KESIAPAN/KETEREDIAAN Administrasi Pengurus Sarana * /guru belajar 1,2,3,4,5,6 4 Sedikit 3 6 Belum ada 1,2,3,4,5,6 4 Belum ada 6 9 Belum ada 1,2,3,4,5,6 4 Sedikit 6 4/6 Belum ada 1,2,3,4,5,6 7 Sedikit 1,2,3,4,5,6 4 Belum ada 6 4 Sedikit Prospek siswa 20 25 27 28 23 23 22 20 36 Tempat Rumah Bu Dukuh Rumah Bu Dukuh Rumah Bu Dukuh Rumah Bu Dukuh Rumah Bu Dukuh Rumah Bu Dukuh Rumah Bu Sri Kawit Rumah Bu Dukuh Rumah Bu Dukuh Keterangan: 1. Buku induk 4. Buku Catatan Perkembangan 2. Buku kegiatan 5. Buku Kas dan Inventaris APE & Barang 3. Daftar Hadir 6. Buku Tamu Dari hasil pendampingan yang dilakukan tim pelaksanaan dan hari serta jam belajar. Tabel ke selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 13. masing-masing dukuh, dihasilkan kesepakatan tentang rencana waktu mulai Tabel 13. Rencana Waktu Pelaksanaan PAUD yang Disepakati DUKUH WAKTU HARI DAN JAM BELAJAR MULAI PELAKSANAAN: Sombangan 3 xseminggu Senin, Rabu, Kamis Nopember 2010 Tegalrejo 2 kali sebulan Minggu ke 1dan ke 3, hari minggu jam 8.30 Klisat 2 x sebulan Jum’at Nopember 2010 Nasri 1 x seminggu 8 -10 Nopember 2010 Semingin 1 x seminggu Sabtu 13 Nopember 2010 Tumut 2 x seminggu Gesikan 1 x seminggu Sabtu 09.00 – 11.00 6 Nopember 2010 Bendosari 1 x seminggu Jum’at 5 Nopember 2010 Ngaglik 1 x seminggu Sabtu 7 Nopember 2010 Nopember 2010 Nopember 2010 49 Kendala permasalahan yang dihadapi oleh setiap dukuh dalam upaya merintis pendirian PAUD yang terungkap saat pendampingan dapat dilihat dalam Tabel 14. Tabel 14. Kendala/ Permasalahan Dukuh dalam Merintis Pendirian PAUD DUKUH KENDALA/PERMASALAHAN YANG DIHADAPI Sombangan Keterbatasan sarana dan prasarana termasuk alat peraga, dan masih membutuhkan pendampingan. Disamping itu masih perlu disosialisasikan kepada orangtua tentang keberadaan PAUD di dukuh Sombangan, sementara permasalahan selama ini adalah sulit mempertemukan semua orang tua yang memiliki anak balita. Tegalrejo Keterbatasan dana, mengingat kondisi ekonomi masyarakat menengah ke bawah dan membutuhkan pendampingan dari yang sudah berpengalaman Klisat Keterbatasan sarana dan prasarana belajar, APE belum ada. Jumlah pendidik sangat terbatas karena banyak kader PKK yang belum percaya diri untuk menjadi pendidik. Nasri Keterbatasan sarana dan prasarana belajar, serta APE belum ada. Antusiasme masyarakat masih perlu ditingkatkan melalui sosialisasi yang lebih gencar. Beberapa pengurus masih merasabelum percaya diri untuk menjadi pendidik. Semingin Kesadaran orang tua calon siswa masih perlu ditingkatkan melalui sosialisasi oleh kader PAUD pada berbagai kegiatan pedukuhan. Tumut Pengurus PAUD telah ada, namun jumlah yang bersedia menjadi pendidik masih terbatas. Sarana dan prasarana belajar seperti APE masih perlu ditambah. Gesikan Para pelaksana merasa belum memiliki pengalaman dalam mendidik dan mengelola PAUD, dan ketersediaan fasilitas mainan relatif belum ada. Bendosari Sarana dan prasarana belajar serta APE belum ada. Sosialisasi PAUD ke masyarakat masih perlu ditambah melalui berbagai kegiatan di pedukuhan. Ngaglik Lokasi terpencar jauh, ada 1 RT yang jaraknya jauh kurang lebih 1 km Luaran Kegiatan tujuan kegiatan yakni 4 kelompok PAUD terdampingi menjadi model percontohan Metode penerapan ipteks di atas efektif, terbukti dari hasil luaran yang yang menstimulasi terbentuknya kelompok PAUD lain di desa Sumbersari. Pada semua dihasilkan dari kegiatan ini sesuai dengan 50 pedukuhan di desa Sumbersari (13 model percontohan yang menstimulasi pedukuhan) telah berdiri PAUD, beserta terbentuknya kelompok PAUD lain di desa struktur pengelola dan pengajar, tempat dan Sumbersari beserta struktur pengelola dan waktu pelaksanaan. pengajar, tempat dan waktu pelaksanaan. Program-program di atas dapat dijamin Dengan berdirinya pos PAUD di semua keberlanjutannya karena : pedukuhan a. Telah terbentuk 4 pos PAUD sebagai pedukuhan) telah berdiri PAUD, hal ini model percontohan yang dapat digunakan sebagai acuan belajar bagi 9 PAUD rintisan yang baru dimulai berarti di desa masyarakat Sumbersari di (13 masing-masing pedukuhan telah mempunyai wadah untuk kegiatan pendidikan anak usia dini. Kelompok mitra kegiatan ini yakni kegiatannya. dapat kelompok PAUD jalur non formal di bawah dilakukan oleh 4 pos PAUD contoh PKK Desa Sumbersari, Moyudan, Sleman, sehingga dapat membina PAUD rintisan DIY, yang terdiri dari 4 PAUD menjadi b. Model pendampingan yang c. Pengurus PKK desa Sumbersari telah dilatih dan berkomitmen melakukan untuk kontrol/pengawasan model percontohan 9 PAUD yang dirintis pendiriannya. Metode penerapan ipteks yang digunakan : (a) Pendidikan dan pelatihan seluruh diberikan pada kader PAUD, dengan materi Sumbersari, Perkembangan Anak Usia Dini, Pendidikan sekaligus mengawasi penggunaan Alat dan pembelajaran anak usia dini, dan Permainan Edukatif yang dihibahkan Sosialisasi serta pemberdayaan masyarakat untuk dan pelaksanaan pedukuhan PAUD di menjadi di Desa aset PAUD desa (b) Pendampingan percontohan Sumbersari. d. Dukungan dari aparat pemerintah desa dan masyarakat untuk pelaksanaan untuk kader PAUD melakukan pendampingan pada kader PKK dari dusun yang belum memiliki PAUD untuk merintis berdirinya PAUD. KESIMPULAN DAN SARAN Saran Kesimpulan 1. Kader PAUD Luaran yang dihasilkan dari kegiatan ini sesuai dengan tujuan kegiatan yakni 4 kelompok PAUD terdampingi menjadi a. Kader PAUD untuk dapat secara berkesinambungan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan untuk 51 dapat menambah kualitas sebagai pendidik PAUD. Beberapa cara yang dapat ditempuh yakni : (1) masuk ke jaringan HIMPAUDI (Himpunan 2. Aparat pemerintah Desa Sumbersari, khususnya kader PKK a. Secara rutin menyelenggarakan pertemuan pengurus dan pendidik Pendidikan Anak Usia Dini Indonesia) PAUD dari masing-masing pedukuhan di untuk kecamatan Moyudan; (2) membahas sekaligus Mengundang nararsumber yang ahli di mengevaluasi kemajuan PAUD di bidangnya; (3) Mengirim pengurus Desa Sumbersari; atau pendidik PAUD secara bergilir b. Membantu memfasilitasi proses untuk mengikuti pelatihan tentang ke- pengajuan perijinan pendirian PAUD PAUD-an masing-masing pedukuhan; yang diselenggarakan pemerintah maupun institusi lain. c. Mengawasi penggunaan aset Alat b. Tak henti-hentinya untuk melakukan Permainan Edukatif yang dihibahkan sosialisasi pada masyarakat tentang arti ke Pemerintah Desa Sumbersari dalam pentingnya hal ini PKK Desa Sumbersari; banyak PAUD agar semakin masyarakat mempercayakan yang pendidikan putra- putrinya di PAUD. c. Menjalin kerjasama dan hubungan baik dengan masyarakat, untuk dapat saling d. Memfasilitasi PAUD memperoleh dana pemerintah maupun bantuan dari untuk dari sumber lainnya. Daftar Pustaka membantu dalam melakukan swadaya pengadaan sarana maupun prasarana belajar yang mampu diupayakan bersama. d. PAUD percontohan (PAUD dari pedukuhan Blendung, Nglahar, Menulis, dan Tiwir) diharapkan terus melakukan pembinaan pada PAUD rintisan (PAUD dari 9 dusun lainnya) Craig, R.L. 1987. Training and Development handbook: A Guide to Human Resource Development. Third Edition. New York: McGraw-Hill Book Company. Harmonisasi Pemberdayaan Masyarakat dengan Pembangunan Berkelanjutan. Buletin Ekstensia. Pusat Penyuluhan Pertanian Departemen Pertanian RI vol 19 th XI 2004. Diunduh dari http://subejo.staf.ugm.ac.id/wpcontent/supriyanto-ekstensia.pdf 52 HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN NARSISTIK DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA DI YOGYAKARTA Yusi Ambarwati Ranni Merli Safitri Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta ABSTRACT This study aims to determine the correlation between the narcissistic personality to the consumptive behavior in adolescents. The hypothesis put forward is that there is a positive correlation between the narcissistic personality to consumptive behavior. The higher narcissistic personality, the higher the consumptive behavior. Conversely, the lower the narcissistic personality, the lower the consumptive behavior in adolescents. Research subjects were 65 students in grade 1 and 2 SMU Negeri 3 Yogyakarta aged between 12-17 years. Data collection methods used was narcissistic Personality Scale and Consumptive Behavior Scale. Results of analysis of data showed that there was a highly significant positive correlation between the narcissistic personality to consumptive behavior, with correlation r xy = 0.523 (p <0.01), so the hypothesis proposed was accepted Keywords: narcissistic personality, Consumptive behavior Perilaku remaja yang suka berbelanja ini PENDAHULUAN masa dijadikan acuan oleh para produsen untuk peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. memasarkan produk-produnya. Alasannya Pada masa ini remaja senang mencoba hal- karena pola konsumsi individu biasanya hal baru untuk menentukan jati dirinya. Pada terbentuk ketika remaja, disamping itu umumnya remaja akan mulai memperhatikan karakteristik penampilannya. Hal ini sesuai dengan terpengaruh iklan, teman, tidak realistis, dan pendapat Hurlock (2002) yang mengatakan cenderung boros dalam menggunakan uang bahwa penampilan bagi remaja sangat (Tambunan, 2001). Selain itu, (Tinarbuko, penting, yaitu sebagai daya tarik fisik, usaha 2006) mengatakan bahwa remaja pada mencari dukungan sosial, dan popularitas. umumnya belum dapat menentukan prioritas Sebagai kebutuhannya Masa remaja usaha merupakan untuk mendukung remaja yang sendiri sehingga dalam keputusan membeli lebih penampilannya tersebut biasanya remaja membuat suka mengandalkan emosi daripada rasio. berbelanja, asesoris. seperti pakaian dan mudah Tahap perkembangan pada remaja cenderung memiliki permasalahan dalam 53 pergaulan, karena dalam masa pencarian konsumtif. Perilaku membeli pada remaja identitas diri tersebut remaja berusaha yang berlebihan serta tidak sesuai dengan melakukan hal-hal yang dapat menunjang kebutuhan penampilan sebagai perilaku konsumtif. supaya mendapat perhatian tersebut dapat digolongkan sehingga diterima oleh kelompok pergaulan Pendapat senada diungkapkan oleh tertentu (Sarwono, 2001). Hal ini dapat Neufeldt (dalam Zebua dan Nurdjyayadi, dilihat dari kebiasaan dan gaya hidup remaja 2001), yang mengungkapkan bahwa perilaku dewasa ini yang cenderung mengarah pada konsumtif digambarkan sebagai tindakan gaya hidup mewah yang kemudian dapat yang tidak rasional dan bersifat kompulsif, menimbulkan pola hidup konsumtif (Lina secara ekonomis menimbulkan pemborosan, dan Rosyid, 1997). Berdasarkan wawancara serta dan observasi yang peneliti lakukan terhadap kecemasan dan rasa tidak aman. secara psikologis mengakibatkan beberapa remaja yang masih bersekolah dan Perilaku konsumtif dapat disebabkan beberapa alumni SMU Negeri 3 yang oleh beberapa faktor. Engel, dkk (1994) dikenal sebagai SMU favorit, yang berusia menyebutkan beberapa faktor internal yang 14-19 tahun (28 Oktober-15 November dapat mempengaruhi perilaku konsumen, 2006), dapat disimpulkan bahwa perilaku diantaranya, motivasi, proses belajar dan membeli remaja pengalaman, kepribadian dan konsep diri, tersebut lebih banyak dilakukan karena keadaan ekonomi, dan gaya hidup. Faktor mengikuti trend saat itu. Remaja-remaja eksternal terdiri dari kebudayaan, kelompok tersebut mengungkapkan alasan-alasan yaitu sosial, kelompok referensi, keluarga, dan supaya dapat berpenampilan up to date dan status sosial. Penelitian terdahulu yang lebih percaya diri dalam bergaul. dilakukan oleh Lina dan Rosyid (1997) yang dilakukan para Karakter remaja yang suka mencoba menyebutkan bahwa perilaku konsumtif hal-hal baru cenderung akan mengikuti pada umumnya dilakukan oleh remaja. Salah mode-mode terbaru, hal ini diperkuat dengan satu banyaknya majalah-majalah remaja yang mempengaruhi perilaku konsumtif tersebut menampilkan produk-produk yang sedang adalah trend, karenanya Loudon dan Bitta (dalam kepribadian Lina dan Rosyid, 1997) menyatakan bahwa mempengaruhi perilaku konsumtif adalah remaja adalah kelompok yang berorientasi kepribadian narsistik. faktor yang kepribadian. yang diperkirakan Dalam hal kemungkinan dapat ini besar 55 Fausiah dan menggolongkan Widury kepribadian (2005) narsistik sebagai gangguan kepribadian kelompok B, idolanya daripada melihat usaha idolanya untuk mencapai kesuksesan (Sabirin, 2005). Ketertarikan remaja pada atribut yang yakni gangguan kepribadian yang memiliki dikenakan perasaan kuat bahwa individu tersebut perilaku merupakan seseorang yang penting dan sebenarnya merasa bahwa dirinya unik. Fausiah dan membeli pakaian, sepatu atau tas hanya Widury individu karena sedang trend atau supaya menyerupai dengan kepribadian narsistik merasa dirinya idolanya. Perilaku membeli yang tidak spesial, mencari sesuai dengan kebutuhan dan cenderung ketenaran, sehingga sulit menerima kritik berlebihan dapat digolongkan pada perilaku dari orang lain. konsumtif. menambahkan ambisius, Maria dkk bahwa dan suka (2001) menyebutkan idolanya dapat membeli tidak dilihat barang-barang dibutuhkan, Perilaku dari yang misalnya konsumtif tersebut biasanya dimanfaatkan oleh para produsen beberapa karakteristik kepribadian narsistik untuk yaitu; rasa sensitif terhadap kritik atau ditujukkan khusus untuk remaja. Iklan kegagalan, kebutuhan yang besar untuk produk melalui berbagai media yang mudah dikagumi, dan kurangnya empati. Remaja didapatkan oleh remaja merupakan salah yang memiliki rasa bangga terhadap diri satu cara produsen dalam menarik perhatian sendiri dapat dikatakan bahwa remaja itu remaja. memiliki kepribadian narsistik. Kepribadian narsistik merupakan perasaan bangga memasarkan produknya yang Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa remaja memiliki berkepribadian narsistik terhadap diri sendiri dan selalu merasa lebih kecenderungan dari yang dapat menyebabkan remaja tersebut individu membuat lain. individu Keadaan yang tersebut berkepribadian narsistik selalu berusaha tampil lebih dari individu lain. ini Hipotesis yang diajukan dalam mempengaruhi penelitian ini adalah ada hubungan positif perilakunya dalam hal mengkonsumsi suatu antara kepribadian narsistik dengan perilaku barang. konsumtif pada remaja. Semakin tinggi Biasanya berkepribadian dengan Hal berperilaku konsumtif. narsistik atribut-atribut remaja yang lebih tertarik yang dikenakan kepribadian perilaku narsistik, konsumtifnya, semakin dan tinggi sebaliknya, 56 semakin rendah kepribadian narsistik, maka semakin rendah perilaku konsumtifnya. sebagai alat pengumpul data. Metode analisis data dalam peneltian ini menggunakan teknik analisis korelasional METODE Variabel-variabel digunakan Product Moment dari Karl Pearson. Alasan dalam penelitian ini adalah kepribadian menggunakan teknik tersebut adalah: 1) narsistik sebagai variabel bebas dan perilaku untuk mengatahui ada tidaknya hubungan konsumtif tergantung. antara variabel perilaku konsumtif dan Subjek penelitian yang digunakan dalam kepribadian narsistik, 2) jenis datanya penelitian ini adalah remaja kelas 1 dan 2 interval. sebagai yang variabel SMU Negeri 3 Yogyakarta yang berusia 13- HASIL DAN DISKUSI 17 tahun dan berjumlah 60 siswa. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan Skala Perilaku Konsumtif dan Skala Kepribadian Narsistik. Skala perilaku Konsumtif terdiri dari 37 aitem dalam bentuk kalimat pernyataan favorable dan unfavorable dengan 4 kategori respon yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai) dan STS (Sangat Tidak Sesuai). Aitem-aitem di atas memiliki koefisien validitas bergerak antara 0,274 sampai 0,679, dan koefisien reliabilitas sebesar 0,9105 sehingga layak digunakan sebagai alat pengumpul data. Skala kedua yang digunakan adalah Skala Kepribadian Narsistik yang terdiri dari 32 aitem dalam bentuk kalimat pernyataan favorable dan unfavorable. Aitem-aitem di atas memiliki koefisien validitas bergerak antara 0,279 sampai 0,658, dan koefisien reliabilitas sebesar 0,8854 sehingga layak digunakan Berdasarkan hasil uji normalitas sebaran diperoleh untuk data variabel bebas yaitu kepribadian narsistik, besarnya KS – Z = 0,074, dengan taraf signifikansi sebesar 0,2 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa sebaran variabel kepribadian narsistik terdistribusi normal, sedangkan variabel tergantung yaitu perilaku konsumtif pada remaja besarnya; KS – Z = 0,083, dengan taraf signifikansi sebesar 0,2 (p > 0,05). Hasil tersebut menunjukkan data variabel perilaku konsumtif terdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji linieritas antara variabel kepribadian perilaku konsumtif narsistik diperoleh dengan nilai F linieritas sebesar 24,028, dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Hasil uji linieritas menunjukkan bahwa hubungan antara variabel kepribadian narsistik dengan perilaku konsumtif adalah linier. 57 Analisis korelasi Product Moment diperoleh rxy = 0,523 dengan tujuan supaya dapat taraf menyerupai gaya sang idola, selain itu signifikansi 0,000 (p < 0,01), yang artinya remaja cenderung ingin menjadi perhatian ada hubungan yang sangat signifikan antara teman-teman dan lingkungannya. Kegiatan variabel dengan konsumsi tersebut dapat menjadi berlebihan perilaku konsumtif para remaja. Hal tersebut apabila remaja terlalu mementingkan atribut menyatakan diterima. yang dapat menunjang penampilannya. Hal Koefisien determinasi (R) variabel narsistik itu dapat terjadi pada remaja yang memiliki terhadap perilaku konsumtif yang diporeh kecenderungan kepribadian narsistik. kepribadian bahwa dengan idolanya narsistik hipotesis sebesar 0,273 atau variabel kepribadian Halgin dan narsistik memberikan sumbangan terhadap mengatakan bahwa variabel perilaku konsumtif sebesar 27,3%, kepribadian narsistik sedangkan 72,7% dipengaruhi oleh variabel mementingkan lain. realistis. Individu yang memiliki kepribadian diri Whitbourne (1997), individu dengan memiliki sendiri yang rasa tidak Berdasarkan analisis korelasi product narsistik yang tinggi pada umumnya selalu moment, secara umum hasil penelitian merasa istimewa, arogan, angkuh, dan menunjukkan bahwa kepribadian narsistik merasa hanya individu yang status sosialnya mempunyai hubungan positif yang sangat tinggi yang dapat menghargai dan mengerti signifikan konsumtif. kebutuhannya. Pendapat serupa dari Fausiah Artinya, semakin tinggi kepribadian narsistik dan Widury (2005) mengatakan bahwa semakin tinggi pula perilaku konsumtif yang kepribadian narsistik adalah perasaan yang terjadi pada remaja dan sebaliknya, semakin kuat bahwa individu tersebut merupakan rendah kepribadian narsistik semakin rendah seseorang yang penting dan merasa bahwa pula perilaku konsumtif pada remaja. Hal dirinya unik. Selain itu, individu dengan tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang kepribadian narsistik merasa dirinya spesial, diajukan diterima. ambisius, dan suka mencari ketenaran, dengan perilaku Pada umumnya remaja memiliki idola yang dijadikan panutan untuk berperilaku dan berpenampilan (Lina dan Rosyid, 1997). sehingga sulit menerima kritik dari orang lain. Karakteristik kepribadian narsistik di Remaja mulai kegiatan konsumsinya dengan atas dewasa ini terdapat pada beberapa membeli barang-barang seperti yang dipakai remaja, sehingga remaja menjadi konsumtif 58 supaya dapat berpenampilan lebih dari yang kepribadian narsistik rendah, yaitu sebanyak lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock 47 subjek atau 72,3%. 27,7% atau sebanyak (2002) yang mengatakan bahwa penampilan 18 subjek berada pada taraf sedang, dan bagi remaja sangat penting, yaitu sebagai tidak ada subjek yang memiliki taraf daya tarik fisik, usaha mencari dukungan kepribadian tinggi. Subjek dalam penelitian sosial, dan popularitas. Akibat minat yang ini tidak memperlihatkan kecenderungan berlebihan terhadap penampilan tersebut kepribadian narsistik. Namun demikian hasil akan mendorong remaja untuk berperilaku korelasi menunjukkan adanya hubungan konsumtif. positif yang sangat signifikan. Neufeldt (dalam dan Rendahnya kategorisasi tersebut dapat Nurdjyayadi, 2001) mengungkapkan bahwa dikarenakan ketika subjek mengisi skala perilaku konsumtif digambarkan sebagai banyak bertanya kepada teman-temannya tindakan yang tidak rasional dan bersifat sehingga jawaban cenderung sama satu kompulsif, secara ekonomis menimbulkan subjek pemborosan, dikatakan bahwa dalam penelitian ini subjek serta Zebua secara psikologis dengan mengakibatkan kecemasan dan rasa tidak mengisi aman. diserability. subjek skala lainnya. berdasarkan Social Dapat social diserability adalah Hasil kategorisasi perilaku konsumtif kecenderungan pada subjek penelitian yang terhadap siswa kelas 1 dan 2 di SMU Negeri menjawab sesuai jawaban sebagian besar 3 Yogyakarta menunjukkan sebagian besar subjek (www.wikipedia.org). subjek memiliki taraf perilaku konsumtif Selain yang rendah, yaitu sebanyak 39 subjek atau kategorisasi 60%. Sisanya sebanyak 26 subjek atau 40% subjek yang hanya 65 siswa, pemberian berada dalam taraf sedang, dan tidak ada skala secara klasikal, dan reliabilitas variabel subjek yang berada dalam taraf perilaku perilaku konsumtif sebesar 0,9105, yang konsumtif tersebut berarti masih terdapat variasi eror sebesar menunjukkan bahwa subjek penelitian ini 8,95% pada variabel tersebut. Reliabilitas tidak menunjukkan adanya kecenderungan variabel perilaku kategorisasi 0,8854, yang berarti masih terdapat variasi kepribadian narsistik juga menunjukkan eror sebesar 11,46% pada variabel tersebut bahwa sebagian besar subjek memiliki taraf yang yang tinggi. konsumtif. Hasil Hasil itu penyebab disebabkan kepribadian juga dapat rendahnya karena narsistik menjadi jumlah sebesar penyebab 59 Disorders. Benchmark. rendahnya kategorisasi. Pada kenyataannya subjek penelitian ini memperlihatkan ciri-ciri konsumtif, diantaranya atribut-atribut yang dikenakan oleh sebagian besar subejek penelitian adalah bermerk terkenal, seperti tas, sepatu, ponsel, hingga laptop yang dibawa saat pengisian angket penelitian. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kepribadian narsistik dengan perilaku konsumtif pada remaja. Saran kepada subjek penelitian adalah untuk mempertahankan kepribadian narsistik dan perilaku konsumtifnya yang rendah. Saran untuk peneliti selanjutnya, supaya memperhatikan faktor-faktor lain seperti media massa, lingkungan, kelompok referensi atau idola, dan besarnya uang saku. DAFTAR PUSTAKA Engel, J.F, Blackwell, R.D, Miniard P.W. 1992. Perilaku Konsumen. Budiyanto (pen.) 1994. Jakarta: Binarupa Aksara. Fausiah, F. dan Widury, J. 2005. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta: UIpress. Halgin, R.P. & Whitbourne, S.K. 1997. Abnormal Psychology: The Human Experience of Psychological USA: Brown & Hurlock, E,B. 2002. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Lina & Rosyid, H.F. 1997. Perilaku Konsumtif Berdasar Locus of Control Pada Remaja Putri. Psikologika.. No.4 TahunII. Hal 5-13. Maria, H., Prihanto,S., & Sukamto, M. 2001. Hubungan Antara Ketidakpuasan Terhadap Sosok Tubuh (Body Dissatisfaction) dan Kepribadian Narsistik dengan Gangguan Makan (Kecenderungan anorexia dan bulimia nervosa). Anima,Vol.16, No. 3. Hal. 272-289. Sabirin, Eka. 2005. Kenapa Kita Doyan Belanja? http://kompas.com/kompas. Edisi 26 Agustus 2005. Diakses pada tanggal 13 November 2006. Sarwono, Sarlito Wirawan. 2001. Psikologi Remaja. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Tambunan,. R 2001. Remaja dan Perilaku Konsumtif. http//www.epsikologi.com/remaja. Edisi 19 November 2001. Diakses pada tanggal 2 April 2006. Tinarbuko, S. 2006. Pola Hidup Konsumtif Masyarakat Yogya. https://www.kompas.com Edisi 7 Februari 2006. Diakses pada tanggal 25 Mei 2007. Wikipedia.http://en.wikipedia.org/wiki/Socia l_desirability_bias. Diakses pada 23 Oktober 2007. Zebua, A.S & Nurdjayadi, R.D. 2001 Hubungan Antara Konformitas dan Konsep Diri Dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri. Phronesis. Vol.3. No. 6. hal. 7260 PENINGKATAN KOMPETENSI BERBAHASA INGGRIS FUNGSIONAL KONTEKSTUAL BAGI CALON PEKERJA MIGRAN KECAMATAN MOYUDAN KABUPATEN SLEMAN Hermayawati, dkk Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mercu Buana Yogyakarta ABSTRACT The District of Moyudan, Sleman Yogyakarta has a relatively high unemployment rate with the job seekers of 6.109 male and 5.293 female. Most of them (especially female) desiredly want to work at overseas as Indonesian Overseas Workers, or Tenaga Kerja Indonesia (TKI). The problem is, they must not merely have job-skill, but also have to be able to use the target language in the job target country, at least English as a means of communication with their new environment. In facts, several research showed that they are not able to communicate in English well. Meanwhile, English is a key instrument to communicate especially with their employers. Based on this fact, this program of Ipteks bagi Masyarakat (IbM) aimed at conducting English training especially for community of the migrant workers candidates. The training program was held by using Functional English Learning Model (Materi Ajar Bahasa Inggris Fungsional /MABIF). The training was conducted for 24 meetings and followed by 40 participants. They consisted of 20 undergraduates degree, 17 higher level students, and 3 person were the graduates of Senior Highschools. This program resulted: (1) MABIF with level of significance of = 0.04; (2) Article of Publication in a Daily Regional Newspaper (Kedaulatan Rakyat) and a Journal (Socio-Humaniora); (3) Training Certificate showed Functional English Mastery; and (4) the Existence/the establishment of Association of Moyudan’s Overseas Worker Candidates (Paguyuban Calon Pekerja Migran di Moyudan) to keep the project sustainability. Kata kunci: Functional English, Migrant, MABIF PENDAHULUAN Kecamatan Moyudan berjarak 15 Km dari pusat Kota Yogyakarta dan 4 Km dari perguruan tinggi Penulis. Sebagai salah satu wilayah Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta, Moyudan wajib ikut serta dalam mewujudkan visi daerahnya, yaitu menuju masyarakat Sleman yang lebih sejahtera pada tahun 2010. Masalahnya, hingga saat ini angka pengangguran masih relatif tinggi dan tentunya perlu solusi. Menurut data yang ada di Kecamatan, jumlah pencari kerja mencapai 6.109 lakilaki dan 5.293 perempuan dan di antaranya ingin bekerja di luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri (TKI). 61 Mekipun termasuk yang menyimpulkan bahwa TKI kurang diminati subur, kebanyakan penduduk usia muda di di sembilan negara Asia-Pasifik dan Timur wilayah kurang Tengah, yaitu Singapura, Malaysia, Taiwan, berminat untuk bertani atau pun menjadi Hong Kong, Korea, Jepang, Saudi Arabia, perajin. Berdasarkan data yang ada, terdapat Iran, dan Amerika. Pengguna jasa di sekitar 40 orang pencari kerja yang tertarik sembilan negara tersebut lebih memilih untuk bekerja di luar negeri, baik di sektor tenaga kerja dari Philipina, India, dan domestik (sebagai penatalaksana rumah Vietnam, yang dipandang lebih terampil tangga/PRT) maupun di sektor formal, dalam berkomunikasi dan mengurus rumah terutama sebagai buruh pabrik. Dengan tangga bekerja di luar negeri, mereka berharap akan (Depnakertrans, 2000: i-ii). Implikasinya, mendapatkan penghasilan yang jauh lebih proses pelatihan bahasa asing (Inggris) tinggi dibanding di Indonesia sehingga akan Calon dapat menyejahterakan keluarga mereka. Optimalisasi pelatihan bahasa Inggris salah Kecamatan wilayah Moyudan Permasalahan utama yang dihadapi dibandingkan TKI satunya (CTKI) dapat dengan kurang meningkatkan pencari (Hermayawati, 2007: 323-324). migran kurang mampu berbahasa Inggris. Padahal, bahasa Inggris merupakan sarana kualitas dengan materi ajarnya ajar merupakan komponen untuk kunci dan sarana pembantu ketercapaian berkomunikasi dengan lingkungan bekerja tujuan program pembelajaran dan pelatihan mereka di luar negeri. Hal ini dapat pada semua tataran belajar. Untuk itu dimaklumi jika mengingat bahwa kualitas penyusunannya sumber daya manusia Indonesia berada di dengan analisis kebutuhan target (Richards, urutan paling bawah di antara negara-negara 2001: 21, 257). Pemilihan atau penyusunan Asia-Pasifik materi ajar tidak terlepas dari kualitas guru lain utama Materi optimal. dilakukan oleh mitra program adalah: kebanyakan kerja TKI (Madya, 2001: 1; atau penelitian bersama bersangkutan. Namun pada kenyataannya, Penelitian Universitas Lembaga Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi bahwa guru, (Depnakertrans) tahun 2000, yang berjudul: pembelajaran “Situasi kurang tepat dalam memilih atau pun Sembilan Negara”, penelitian yang hasil di dan program berbagai TKI Indonesia perencana disesuaikan Gunarwan, 2004: 11-12). Selain itu, hasil antara pun mestinya dan menunjukkan perencana program pelatihan seringkali 62 menyusun materi ajar bagi peserta didiknya. berbagai kenyataan sebagaimana disebutkan Dengan kata lain, muatan materi ajar yang di muka, model MABIF secara normatif digunakan para guru seringkali tidak sesuai telah disesuaikan dengan kebutuhan program dengan IbM ini. kebutuhan peserta didik yang notabene sama dengan kebutuhan pengguna lulusan (Hermayawati, 2005: 47-51; 2007: 323-324). Sebagai akibatnya, output dan METODE 1. Pelaksanaan Program outcome-nya kurang berterima di dunia kerja Sesuai dengan fenomena permasalahan (Depnakertrans, 2000: i-ii) karena kurang yang ada, program IbM ini menggunakan sesuai dengan tuntutan yang ditargetkan. metode penyuluhan, pendidikan dan latihan. atas Materinya menggunakan Model Materi Ajar bersifat Bahasa Inggris Fungsional (MABIF) yang kompleks (Byram & Fleming, 1998: 11), sebenarnya merupakan temuan penelitian baik menyangkut tata bahasa maupun dalam disertasi yang berjudul: “Pengembangan hal berinteraksi dan beradaptasi dengan Materi budaya mereka (Koentjaraningrat, 2002: Pendekatan 132-133). Pengembangan Permasalahan menunjukkan tersebut bahwa Bahasa di bahasa merupakan alat ajar Bahasa Inggris Fungsional di dengan (Penelitian PJTKI Jakarta)” komunikasi yang paling efektif. Tanpa (Hermayawati, 2008: 324-325) yang telah penguasaan bahasa yang digunakan sehari- terbukti efektif dan sengaja digunakan hari, orang akan kesulitan berinteraksi, menjadi termasuk para TKI di lingkungan bekerja Program ini. Model Materi Ajar Bahasa mereka. Inggris Fungsional (MABIF) sebenarnya Model Pembelajaran dalam Kesalahpahaman dalam berinteraksi secara khusus didesain bagi para calon yang terjadi secara terus menerus dari waktu tenaga kerja Indonesia (CTKI) yang sedang ke waktu antara pekerja dan majikan dapat menjalani pelatihan di Perusahaan Jasa memicu kekerasan yang berujung pada Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) Jakarta. penolakan yang Namun demikian, model ini telah juga telah bersangkutan. Jika terjadi secara masal, tentu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan hal tersebut akan mengakibatkan rendahnya peserta pelatihan dan users mereka di luar posisi tawar (bargaining position) para negeri. Sebagai ilustrasi, ciri-ciri MABIF pencari kerja di luar negeri. Atas dasar disajikan pada Tabel 1. terhadap pekerja 63 Tabel 1. Ciri-Ciri Materi Ajar Bahasa Inggris Fungsional/ MABIF Aspek Bahasa Materi Ajar Bahasa Inggris Fungsional/MABIF No. yang Dipelajari 1. Bentuk Wacana Materi ajar ditampilkan dalam bentuk percakapan otentik (Authentics Dialogues, Monologues) yang sesuai dengan tujuan dan analisis kebutuhan target. 2. Aspek Linguistik Pengembangan aspek linguistik difokuskan pada pemenuhan kebutuhan pembelajar, yaitu penguasaan speaking skill yang melibatkan aspek struktur, kosakata, pelafalan, kefasihan, dan pemahaman pertuturan (listening comprehension). 3. Aspek Semantik Kosakata yang sebagian besar diakses dari materi ajar lama disajikan secara kontekstual dan terpadu dalam bentuk dialog dengan mengacu pada konsep Minimum-adequate Vocabulary. 4. Aspek Pragmatik/ Aspek pragmatik yang terkait dengan budaya penutur target disajikan secara Budaya terpadu (embedded) di dalam wacana. 5. Keterampilan berbahasa (L.Skills) Keterampilan berbicara (speaking skill) yang meliputi unsur struktur, kosakata, pelafalan, kefasihan/kecepatan bertutur, dan pemahaman (listening comprehension). 6. Keterkaitan antarkonsep (Networking) Ada keterkaitan antarmateri/antarkonsep berbahasa (yaitu penggunaan fungsi bahasa “Imparting and seeking factual informations” yang tersaji dalam bentuk wacana dan tercantum secara berurutan di dalam Bab atau Unit Pokok Bahasan) secara luwes dan seimbang. 7. Tata Ringkasan Materi ajar diurutkan dari mudah ke sulit; sederhana ke agak kompleks; (Structured disertai tampilan language focus dan sentence patterns yang dapat digunakan Summaries) sebagai dasar pemahaman pertuturan target bagi pembelajar. 8. Tampilan Naskah Materi ajar dibuat menarik bagi penggunanya karena pertuturan ditampilkan dalam bentuk dialog-dialog otentik disertai dengan ilustrasi yang dapat memperjelas pemahaman konsep pertuturan target. 2. Pelaksanaan Kegiatan Program kegiatan IbM ini didasarkan pelatihan, peserta diklat akan mampu atas asumsi sebagai berikut: (a) para peserta menggunakan fungsi-fungsi bahasa target diklat rata-rata memiliki kemampuan awal yang (intakes) mereka, bahasa Inggris pada taraf cocok dengan level kemampuan yaitu “imparting and seeking pembelajaran pemula (threshold dan/atau factual informations” untuk berkomunikasi false-beginning level), yaitu pembelajar yang dengan orang lain, baik di dalam maupun di sudah pernah belajar bahasa Inggris selama luar pelatihan; (c) jika hal itu terjadi, para bertahun-tahun tetapi tetap tidak mampu peserta menggunakannya; (b) setelah mengikuti menggunakan bahasa target tersebut dengan akan mampu berkomunikasi 64 para pengguna (users), manakala mereka kecamatan berfungsi sebagai rekomendator bekerja di luar negeri; dan (d) instruktur dan dan legitimator pelaksanaan kegiatan yang peserta didukung pelatihan akan dapat oleh empat Kalurahan yang menyebarluaskan Model MABIF yang yang meliputi: Kalurahan Sumbersari, Sumber memungkinkan untuk dipelajari sendiri oleh Agung, Sumber Rahayu, Sumber Arum. penggunanya. Namun atas dasar kesepakatan bersama dan Pelaksanaan program IbM ini melibatkan 40 orang partisipan. Instruktur diklat adalah dua orang dosen pendidikan bahasa Inggris (PBI) dan sekaligus adalah Ketua dan Anggota Tim IbM. Dalam melaksanakan diklat, instruktur dibantu oleh lima orang mahasiswa PBI FKIP Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Sebagai gambaran, berikut ini disajikan langkahlangkah pelaksanaan programnya. Mengidentifikasi masalah menentukan masalah utama menganalisis kebutuhan program menentukan tujuan menyusun/mengembangkan materi diklat memberikan pengarahan tentang pelaksanaan kegiatan melaksanakan kegiatan sesuai jadwal mengevaluasi program menganalisis hasil evaluasi melakukan perbaikan program hasil akhir (terampil berbahasa Inggris pada level ambang, diseminasi melalui Artikel Publikasi dan Sustainability). 3. Partisipasi Mitra dalam Pelaksanaan berbagai pertimbangan yang ada, kegiatan dipusatkan di Kalurahan Sumbersari. Pertimbangan terhadap lokasi pusat kegiatan tersebut didasarkan pada berbagai faktor berikut: (1) letak geografisnya yang paling strategis di antara empat kelurahan yang ada; (2) tempatnya luas dan lebih kondusif dibanding tiga kelurahan lainnya; (3) pemukiman penduduk saling berdekatan sehingga memudahkan antarpelaku kegiatan; Sumbersari merupakan komunikasi (4) Kelurahan daerah terdekat dengan perguruan tinggi Tim Pelaksana IbM sehingga lebih memperlancar pelaksanaan kegiatan; (5) fasilitas yang ada lebih memadai daripada tempat lain. 4. Evaluasi Hasil Kegiatan Evaluasi program IbM ini menggunakan dua bentuk instrumen yang berupa tes tulis (paper-and-pencil test) dan Program tes lisan (oral production test). Untuk Mitra utama program IbM ini adalah lembaga Kecamatan Moyudan yang keperluan tersebut penulis menyusun kisikisi tes tulis dengan memadukan konsep didukung sepenuhnya oleh sumber daya Gronlund manusia yang ada. Dalam hal ini, lembaga Rubrik/Panduan Penskoran Bahasa Lisan (1978: 50-51) dan model 65 (O’Malley & Pierce, 1996: 67) lengkap tertera pada Tabel 2. dengan jenjang skala penskorannya, seperti Tabel 2. Tabel Spesifikasi 90-Butir tes Tulis Penguasaan Fungsi Bahasa Target Content Areas on: Imparting and seeking factual informations Total number of test items/ descriptors (1) (2) (3) (4) Total Identifying Reporting Describing & Narrating) Correcting (Agreeing Asking (for help /invitation/ Five Variables 67 4 10 /Denying) questions) 9 90 Tabel 2 menunjukkan bahwa tes tulis kepentingan dan frekuensi penggunaannya yang berjumlah 90 butir soal meliputi di dalam komunikasi khusus bagi penutur pengembangan pada tataran pemula (false beginners). kecakapan menggunakan fungsi bahasa target, yaitu “imparting and Komponen kecakapan berbicara yang seeking factual informations” yang meliputi diuji kategori identifying, reporting (termasuk kecepatan berbicara, kosakata, struktur, dan describing correcting pemahaman (terhadap pertuturan orang lain). (termasuk agreeing dan denying), dan asking Kriteria yang digunakan ada dua kategori. (for help, questions, dan invitation) (Van Ek, Secara 1987: 113). Penentuan jumlah butir soal berbicara pada masing-masing variabel fungsi bahasa Penskoran Bahasa Lisan (O’malley & dilakukan dengan mempertimbangkan taraf Pierce, 1996: 67) dengan rentang skala 1-2, dan narrating), adalah pelafalan, holistik kefasihan penilaian menggunakan atau kemampuan Rubrik/Panduan khusus bagi level pemula seperti tercantum pada Tabel 3. 66 Tabel 3. Rubrik Penskoran Bahasa Lisan untuk Level Pemula Rating Scale 2 1 Descriptions on Speaking Skill Speaking Skill Components Mastery - Begins to communicate personal and survival needs Fluency - Speaks in single-word utterances and short patterns Structure/Pronunciation - Uses functional vocabulary Vocabulary - Understands words and phrases; requires repetitions Comprehension - Begins to name concrete objects Vocabulary/ Pronunciation - Repeats words and phrases Fluency/Structure - Understands little or no English Comprehension Skor satu diperoleh jika peserta Pengembangan butir-butir instrumen mampu: menyebutkan nama objek benda menggunakan dua bentuk tes, yaitu tes tulis atau pun orang (begins to name concrete dan tes lisan. Butir-butir tes tulis ditekankan objects); menirukan kata dan frase dengan pada lafal menggunakan fungsi-fungsi bahasa target. yang benar (repeats words and phrases); dan memahami pertuturan Tes kemampuan lisan yang peserta bertujuan dalam mengukur sederhana orang lain (understands little or kompetensi berbicara pada tataran ambang no English). Peserta mendapat skor dua jika ini menggunakan kriteria penilaian O’malley mampu: mengucapkan tuturan pada level & Pierce (1996: 76) sebagai berikut: (1) bahasa pemula (begins to communicate validitas personal and survival needs); menggunakan penilaian hendaknya mengukur kompetensi tuturan dan pola kalimat pendek (speaks in pemahaman/menyimak dan berbicara, dan single-word utterances and short patterns); aktivitas menggunakan kosakata fungsional (uses pengajaran; (2) validitas butir-butir soal functional vocabulary); memahami kosakata (task validity), yaitu penilaian hendaknya atau pun frase yang terkadang perlu didengar benar-benar berulangkali pemahaman dan berbicara, bukan mengukur (understands words and phrases; requires repetitions). aspek isi (content tersebut validity), menjadi mengukur menyangkut yaitu bagian kemampuan kognitifnya; (3) 67 kesesuaian dengan tujuan dan kemampuan Pierce, menyesuaikan/ Penggunaan bahasa mengembangkan target konsep (purposefulness and transferability), yaitu penilaian hendaknya 1996: 68; Bailey, kelima 2005: komponen 2). tersebut diintegrasikan ke dalam penggunaan fungsifungsi bahasa target tersebut di muka. merefleksikan tujuan memahami konteks Ketiga, pengukuran kesesuaian materi dan berbicara dalam kehidupan sehari-hari; tes dan kemampuan peserta dalam menggunakan (4) keotentikan, hendaknya mengukur yaitu penilaian kecakapan siswa dalam memahami dan berbicara yang sesuai yang bertujuan untuk mengukur fungsi-fungsi bahasa target yang telah dipelajari, terutama dalam menjawab dengan tataran peserta tes. Berikut ini pertanyaan-pertanyaan penguji. Jika peserta dikemukakan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan penjelasan masing-masing butir kriteria penilaian tersebut. penguji dengan menggunakan bahasa target Pertama, pengukuran validitas isi yang dilakukan melalui kegiatan oral interview menyangkut penggunaan fungsi-fungsi secara tepat, maka pengukuran dapat dikatakan sesuai dengan tujuan wawancara. Keempat, pengukuran keotentikan bahasa target, dikembangkan dalam materi materi ajar alternatif, yaitu kategori “imparting and kemampuan seeking factual information”, yang meliputi tuturan dan berinteraksi dengan penguji, fungsi-fungsi bahasa: identifying, reporting termasuk (termasuk pragmatika bahasanya. Lingkup penguasaan describing dan narrating), dilakukan peserta melalui dalam pemahaman pengukuran memahami budaya dan correcting (yang meliputi agreeing dan bahasanya disagreeing), dan asking (termasuk di penggunaan dalamnya asking for information dan asking berhubungan dengan kebutuhan interaksi for help). sehari-hari (survival needs) di negara target Kedua, pengukuran butir soal pengukuran berfokus yang validitas butir- dilakukan kemampuan pada kecakapan peserta terutama difokuskan pada fungsi-fungsi bahasa yang bekerja, terutama sebagai penatalaksana melalui rumah tangga/PRT. Tabel 4 merupakan yang Matriks Kegiatan Penilaian Bahasa Lisan pemahaman, khusus bagi peserta tes (false beginners). pelafalan, kefasihan (speed of speaking), Selain tes tulis, tes wawancara (scored- kosakata, dan tata bahasa (O’malley & interview) juga dilakukan secara individual 68 oleh dua orang evaluator (interviewer). data kuantitatif, yaitu hasil pengukuran yang Materi tes meliputi pengukuran kemampuan berupa informasi numerik. Data kuantitatif siswa dalam menggunakan fungsi-fungsi dikumpulkan dari peserta tes dengan topik bahasa asking: for help/for information; yang ditargetkan dan dapat dianalisis secara identifying statistik sehingga menghasilkan ketentuan- reporting: cued someone/something; describing/narrating. Desscriptions/Stories pengukuran penguasaan fungsi-fungsi correcting. bahasa siswa dan Picture- ketentuan khusus. Berdasarkan meliputi tersebut, penulis menggunakan terhadap pendekatan ini melalui instrumen dalam describing Information Gap dan meliputi konsep jenis bentuk tes tulis sebagai sarana pengumpul data numeriknya. pengukuran penguasaan peserta terhadap Tes tulis dilakukan melalui langkah- fungsi-fungsi bahasa describing, asking langkah sebagai berikut: (1) membuat kisi- for/giving information, dan giving direction. kisi tes penguasaan fungsi-fungsi bahasa Roleplays meliputi pengukuran penguasaan target siswa terhadap fungsi-fungsi bahasa asking informations: for/giving correcting, dan asking), yang integratif ke information dan correcting: agreeing/disagreeing. (imparting dalam Prosedur pelaksanaan tes ini mengacu and seeking identifying, keterampilan factual reporting, berbicara; (2) merancang butir-butir tes; (3) menyiapkan pada konsep Cohen et al. (2000: 392) dan komponen Richards (2001b: 296-297), yaitu bahwa penilaian, tabel konversi nilai, dan lembar pada pelaksanaan evaluasi program bahasa, jawab; (4) melaksanakan tes tulis; dan (5) pengumpulan mengadakan test-scoring dengan rentang pendekatan data dilakukan kualitatif dan dengan kuantitatif. penilaian, yaitu pedoman skor 1-90. Pendekatan kualitatif menghasilkan data Tes lisan dilakukan dengan langkah- kualitatif, yaitu hasil pengukuran yang tidak langkah sebagai berikut: (1) wawancara dapat pendahuluan; (2) wawancara lanjutan; dan diekspresikan secara numeriki. Pendekatan kualitatif diperoleh dari hasil (3) penyimpulan hasil wawancara. pengumpulan berbagai informasi, yang di Wawancara dimulai dengan pertanyaan- antaranya adalah interviu, yang menjadi alat pertanyaan sosial seperti “How are you to pengumpul data lisan dalam kegiatan IbM day?”, “What city do you from?”, “How long ini. Pendekatan kuantitatif menghasilkan have you studied English?”, dan “Are you 69 married?” untuk membiasakan peserta tes tingkat penguasaan kecakapan berbicara menjawab otomatis, menggunakan fungsi-fungsi bahasa target karena pertanyaan-pertanyaan semacam itu dan kelima unsur keterampilan berbicara. akan selalu dijumpai di mana pun, termasuk Wawancara diakhiri secara luwes agar di negara tujuan bekerja para calon pekerja peserta migran. kecakapan berbicara merupakan pengalaman pertanyaan secara Kedua, wawancara lanjutan untuk menganggap bahwa ujian yang menyenangkan. menjajaki kemampuan peserta tes dalam menerapkan kelima komponen kecakapan tes Keempat, melakukan pengumpulan data dan menganalisis hasilnya. Data berupa berbicara (termasuk pengetahuan budaya skor tes tulis (0 - 90) dan tes lisan yang dan pragmatika bahasa yang diekspresikan dilakukan dengan kriteria penskoran model oleh pewawancara) secara terpadu ke dalam “Rubrik Penskoran Bahasa Lisan bagi fungsi-fungsi bahasa ”imparting and seeking Pembelajar factual informations”, berikut: “Name?; “Destination?”; seperti “Age?”; dan “Got Pemula (Beginner’s Rubric Scoring of Oral-language)” dengan “Address?”; rentang skala skor 0 – 2. Tes kecakapan it?”. pemahaman sosial budaya Level tuturan Tes berbicara dilakukan secara lisan (oral diwujudkan production test) (O’malley & Pierce, 1996: dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan berikut 67; Bailey, 2005: 84). Namun demikian, ini: “What you have to do in the morning dalam time, when your employers have not got menggunakan tes tulis dan tes lisan demi up?” atau “What you have to do if there is a menjaga kesahihan hasil pengukuran dan call while your employers are outsides”. keluasan target cakupan penguasaan semua Dalam unsur hal ini, penguji secara rileks mengamati dan menilai respons peserta tes kegiatan dan area IbM ini linguistik penulis yang telah diajarkan. yang diarahkan pada penggunaan unsurunsur ketrampilan berbicara dan fungsi HASIL KEGIATAN bahasa target. Hasil kegiatan IbM bagi calon pekerja Ketiga, penyimpulan hasil wawancara dilakukan sesuai setelah dengan pengujian tujuan dipastikan atau target pelaksanaannya. Penyimpulan berfokus pada migran di Kecamatan Moyudan ini adalah sebagai berikut. Pertama, peningkatan kecakapan berbicara para peserta pelatihan yang dibuktikan melalui pengujian 70 efektivitas MABIF dengan taraf signifikansi lingkungan Kecamatan Moyudan Sleman, = 0.04. Pengujian kecakapan berbicara Yogyakarta. Paguyuban ini dibentuk sebagai meliputi pelafalan, tata bahasa, kosakata, upaya untuk menjamin keberlangsungan kefasihan, dan pemahaman menggunakan (sustainability) program IbM. Paguyuban ini fungsi-fungsi bahasa level threshold/false berfungsi sebagai wadah kegiatan praksis beginning yaitu pelatihan berbahasa Inggris lisan (English imparting and seeking factual informations speaking club) yang anggota dan pelaksana (Van Ek, 1987: 113) serta dengan penerapan kegiatannya adalah para lulusan pelatihan. konsep (minimum- Para lulusan yang merupakan pencari kerja pemahaman lulusan berbagai perguruan tinggi negeri dan pengetahuan sistem gramatikal bahasa target swasta membentuk kelompok belajar yang yang cukup untuk memahami kebutuhan siap bekerja di luar negeri dan bertugas dasar (minimum-adequate merekrut dan menyediakan fasilitas yang grammar) (Wilkins, 1987: 97). Skor kedua diperlukan oleh para peserta pelatihan bentuk tes dari kedua kelompok partisipan berikutnya merupakan data pengujian yang kemudian bimbingan dosen dan mahasiswa bahasa dianalisis menggunakan uji-t. Inggris UMBY. adequate (Bailey, kosakata 2005: minimum vocabulary) komunikasi Kedua, 30), dan sertifikasi bagi peserta secara Keempat, swadaya di terwujudnya bawah Artikel penguasaan berbahasa Publikasi sebagai sarana penyebarluasan Inggris untuk survival life. Sertifikasi yang pengalaman atau pun informasi menyangkut dilegalisasi oleh LPPM Universitas Mercu hasil pelaksanaan kegiatan yang dapat Buana ini dapat digunakan sebagai bukti digunakan rekomendasi untuk inspirasi bagi peneliti dan pengabdi sejenis. pelatihan khusus mengikuti pelatihan lanjutan di lembaga penyelenggara pelatihan sebagai referensi atau pun SIMPULAN bagi calon tenaga kerja migran yaitu PJTKI (Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia) Berdasarkan berbagai penjelasan di dan BLKLN (Balai Latihan Kerja untuk atas dapat disimpulkan bahwa IbM ini Luar Negeri) Depnakertrans. menghasilkan: (1) Kecakapan berbahasa Inggris terutama untuk survival life; (2) Ketiga, terbentuknya “Paguyuban Calon Tenaga Kerja Migran” khususnya di Sertifikat Pelatihan Inggris Fungsional; Penguasaan bahasa (3) terbentuknya 71 Paguyuban Calon Pekerja Migran untuk menjamin keberlangsungan (sustainability) program IbM ini (4) Artikel Publikasi sebagai sarana diseminasi hasil kegiatan. DAFTAR PUSTAKA Depnakertrans RI. ---------. 2007. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2006 Tentang Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri (BNP2TKI). Jakarta: Biro Hukum Depnakertrans RI. Bailey, Kathleen M. 2005. Practical English Language Teaching Speaking. New York: McGraw-Hill. Dubin, Fraida. & Olshtain, Elite. 1992. Course Design: Developing programs and materials for language learning. Cambridge: Cambridge University Press. Byram, Michael. & Fleming, Michael. 1998. Language Learning in Intercultural Perspective (Approaches through drama and ethnography). Cambridge, UK: Cambridge University Press. Fromkin, Victoria., et al. 2003. An Introduction to Language. USA: Heinle, a part of Thomson Corporation. Brown, Douglas, H. 1996. Teaching by Principles: An Interactive Approach to Language Pedagogy. Englewood Cliffs, New Jersey 07632: PrenticeHall, Inc. ---------. 2000. Principles of Language Learning and Teaching: Fourth Edition. New York: Addison Wesley Longman, Inc. A Pearson Education Company. Cohen, Louis., et al. 2000. Research Methods in Education. Great Britain: TJ International Ltd, Padstow, Cornwall. Gronlund, Norman E. 1978. Stating Objectives for Classroom Instruction: Second Edition. New York: Macmillan Publishing Co., Inc. Gunarwan, Asim. 2004. Pragmatik, Kebudayaan, dan Pengajaran Bahasa. Surakarta: UNS. Hammerly, H. 1991. Fluency and Accuracy: Toward Balance in Language Teaching and Learning. Clevedon: Multilingual Matters, Ltd. Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis kompetensi: Pengembangan Silabus. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Depdiknas. Hermayawati. 2007. The Relevance of English Learning Materials at the Senior Highschools to the Culture’s Conservation and Tourism Development in Yogyakarta City: Makalah hasil penelitian disajikan dalam Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, terakreditasi ISSN 1693-623X Vol. 5, No. 1, edisi April 2007. Surakarta: Prodi PBI PPs UNS. Depnakertrans RI. 2000. Situasi TKI di 9 Negara: A Cooperative Research between the research centre of the University of Indonesia and The Department of Man-power. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan ---------. 2009. Developing Functional English Learning Materials for the Migrant Domestic Worker Candidates: Makalah dalam “Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya”, PBI PPs UNS Surakarta ISSN 1693-623X Vol. 6, Cunningsworth, Alan. 1995. Choosing Your Coursebook. Great Britain: The Bath Press. 72 No.1, Eds. April 2009. Surakarta: PPs UNS. Hutchinson, Tom & Waters, Alan. 1994. English for Specific Purposes: a Learning-centred Approach. Cambridge: Cambridge University Press. Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Teaching and Learning (Edisi Terjemahan). Bandung: MLC. O’malley, J.Michael. & Pierce, Valdez, Lorraine. 1996. Authentic Assessment for English Language Learners: Practical Approaches for Teachers. USA: Addison-Wesley Publishing Company, Inc. Richards, J.C. 2001. Curriculum Development in Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press. Koentjaraningrat. 2002. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia. Tomlinson, Brian. & Masuhara, Hitomi. 2004. Developing Language Course Materials. Singapore: SEAMEO Regional Language Centre. Littlewood, William. 1992. Teaching Oral Communication: A Methodological Framework. Cambridge, Massachusetts 02142 USA: Blackwell Publishers. Van Ek. 1987. The Threshold Level (an extract). Oxford: Oxford University Press. McDonough, Jo. & McDonough, Steven. 1997. Research Methods for English Language Teachers. New York: St Martin’s Press Inc. Wilkins, D.A. 1987. Grammatical, Situational and Notional Syllabuses (an extract). Oxford: Oxford University Press. 73 PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL / SOCIAL DISCLOSURE Nugraeni Staf pengajar pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana Yogyakarta ABSTRACT The issue which becomes a concern of community today is the role of a company to its environment, both external environment and internal environment of the company. In addition to profit-oriented activities, companies need to conduct other activities, such as activities to provide a safe working environment for its employees, ensure that no pollution to its surrounding area is produced from the production process, transparent duty stationing of employess, to produce safe products for consumers, and maintaining the external environment to achieve corporate social responsibility. Disclosure of social responsibility is one of the selected media to show concern of the company to the surrounding community. CSR (Corporate Social Responsibility) disclosure is useful as added value for a company as well as reducing the social costs arising from company activities. In addition to above mentioned benefits of CSR, the company can gain legitimacy by demonstrating social responsibility through CSR disclosure in the media and in the company's annual report. Results of several studies concluded that the percentage of management ownership and type of industry has significant influence in company policy in expressing social information; company size and structure of ownership significantly influence the broad of voluntary disclosure in corporate annual reports. Keywords: management ownership, social disclosure PENDAHULUAN FASB Concepts Statement No. 1 maupun lingkungan ekstern perusahaan. dalam Kieso (2002) menyatakan bahwa Perusahaan beberapa informasi yang bermanfaat lebih memberi manfaat positif terhadap ekonomi baik disajikan dalam laporan keuangan, dan juga berkontribusi terhadap menurunnya beberapa lainnya lebih baik disajikan dengan kondisi menggunakan media pelaporan keuangan perusahaan mendapat kritik karena telah selain laporan keuangan. Isu yang sedang menciptakan masalah sosial seperti polusi, menjadi perhatian masyarakat saat ini yaitu penyusutan sumber daya, limbah, mutu dan peran keamanan produk, hak dan status karyawan, suatu perusahaan terhadap lingkungannya, baik lingkungan intern mempunyai sosial peran masyarakat. selain Beberapa keselamatan kerja dan lain-lain. 74 Berubahnya kondisi lingkungan manajemen. Agar laporan keuangan yang ekonomi banyak berpengaruh pada dunia sudah diperiksa oleh akuntan publik dapat usaha. menjadi Untuk dapat lebih bersaing, dasar yang berguna bagi perusahaan dihadapkan pada kondisi untuk pengambilan keputusan, salah satu cara yang dapat dalam dapat ditempuh adalah dengan membuat mengungkapkan informasi perusahaannya, kriteria perlunya disclosure (pengungkapan) sehingga tertentu lebih transparan akan lebih membantu para pengambil keputusan dalam mengantisipasi kondisi yang semakin berubah. Tujuan laporan keuangan informasi yang adalah menyediakan menyangkut posisi yang dapat mencakup semua perusahaan publik (Irawan, 2006: 19). Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1, tujuan pelaporan adalah untuk memberikan keuangan, kinerja serta perubahan posisi informasi yang berguna bagi investor, calon keuangan suatu perusahaan yang dapat investor, kreditur, calon kreditur dan para bermanfaat bagi sejumlah pengguna dalam pemakai lainnya dalam membuat keputusan pengambilan keputusan. Laporan keuangan investasi, kredit dan keputusan lainnya yang secara rasional. Menurut Susanto (1992) disusun diharapkan untuk dapat tujuan memenuhi tersebut kebutuhan Subroto (2003) dan Irawan (2006) informasi bersama sebagian besar pengguna. yang terkandung dalam laporan keuangan Profesi akuntan sebagai penyedia informasi sangat tidak dapat melepaskan diri dari situasi mengalokasikan dana-dana investasi secara perkembangan Semakin efisien dan produktif. Daarough (1993) besar suatu usaha bisnis, semakin dirasakan Subroto (2003) Irawan (2006) menunjukkan perlunya informasi akuntansi, baik untuk arti pentingnya informasi laporan keuangan pertanggung jawaban maupun untuk dasar dengan menyatakan bahwa, perusahaan – pengambilan Berhubungan perusahaan memberikan laporan keuangan dengan pengujian informasi keuangan dari kepada berbagai stakeholder, dengan tujuan pihak luar (investor), profesi akuntan perlu untuk memberikan informasi yang relevan mengatur cara-cara pengujian informasi dan tepat waktu agar berguna dalam keuangan suatu badan usaha dan memberi pengambilan jasa audit untuk menentukan kewajaran monitoring, laporan pembuatan kontrak-kontrak. Irawan (2006) perekonomian. keputusan. keuangan yang disusun oleh penting sebagai keputusan penghargaan dasar untuk investasi, kinerja dan 75 menyatakan bahwa investasi kualitas dipengaruhi keputusan oleh kualitas pengungkapan perusahaan yang diberikan melalui laporan tahunan. Agar informasi PEMBAHASAN Pertanggungjawaban social perusahaan (CSR) Dauman dan Hargreaves (1992) dalam yang disajikan dalam laporan keuangan Sulastini dapat dipahami dan tidak menimbulkan tanggung jawab perusahaan dapat dibagi salah interpretasi, maka penyajian laporan menjadi tiga level sebagai berikut : keuangan 1. Basic responsibility (BR) harus pengungkapan disertai yang dengan cukup (adequate disclosure). (2007) menyatakan bahwa Pada level pertama, menghubungkan tanggung jawab yang pertama dari suatu Saat ini perusahaan pihak-pihak semakin managerial menyadari bahwa perusahan, yang muncul karena keberadaan perusahaan tersebut seperti; perusahaan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada harus membayar pajak, memenuhi hukum, tanggung jawab yang berpijak pada single memenuhi bottom perusahaan memuaskan pemegang saham. Bila tanggung (corporate value) yang direfleksikan dalam jawab pada level ini tidak dipenuhi akan kondisi keuangannya (financial) saja, namun menimbulkan dampak yang sangat serius. juga harus berpijak pada triple bottom lines 2. Organization responsibility (OR) line, yaitu nilai standar pekerjaan, dan yaitu memperhatikan masalah sosial dan lingkungannya. Dunia usaha bukan lagi sekedar kegiatan menciptakan profit ekonomik demi untuk kelangsungan usahanya, melainkan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Jika menggantungkan semata-mata pada kesehatan finansial tidak akan menjamin perusahaan akan bisa Pada level kedua ini menunjukan tanggung jawab memenuhi perusahaan perubahan untuk kebutuhan ”Stakeholder” seperti pekerja, pemegang saham, dan masyarakat di sekitarnya. 3. Sociental responses (SR) Pada level ketiga, menunjukkan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable) tahapan ketika interaksi antara bisnis dan (Adhianta 2008) kekuatan lain dalam masyarakat yang demikian kuat sehingga perusahaan dapat tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan, terlibat dengan apa yang 76 terjadi dalam lingkungannya secara keseluruhan. dengan para karyawan serta perwakilan Tanggung jawab perusahaan tidak hanya ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama terbatas pada keluarga mereka, komunitas keuangan setempat maupun masyarakat umum untuk perusahaan, tetapi juga harus bertanggung meningkatkan kualitas kehidupan dengan jawab yang cara yang bermanfaat baik bagi bisnis ditimbulkan oleh aktivitas operasional yang sendiri maupun untuk pembangunan (The dilakukan perusahaan. Adapun Teuku dan World Business Council for Sustainable Imbuh (1997) Nur Cahyonowati (2003) Development (WBCSD) Ambadar, 2008:19 dalam Djoe mee 2009). Konsep CSR melibatkan terhadap kinerja mereka, masalah sosial Sulastini (2007) mendeskripsikan tanggung jawab sosial sebagai kewajiban tanggung organisasi yang tidak hanya menyediakan pemerintah, barang dan jasa yang baik bagi masyarakat, masyarakat, tetapi (lokal). Kemitraan ini tidaklah bersifat pasif juga mempertahankan kualitas lingkungan sosial maupun fisik, dan juga dan memberikan tanggung kontribusi positif terhadap jawab kemitraan lembaga serta statis. sumber komunitas Kemitraan jawab antara ini secara setempat merupakan sosial antara kesejahteraan komunitas dimana mereka stakeholders. berada. Sedangkan menurut Ivan Sevic Economic Accounting): (Hasibuan,2001) Sulastini (2007) tanggung pengaturan, pengukuran jawab sosial diartikan bahwa perusahaan pengungkapan pengaruh ekonomi sosial dari mempunyai tanggung jawab pada tindakan kegiatan yang mempengaruhi konsumen, masyarakat, mengukur dan lingkungan. Selain itu Weston dan kegiatan perusahaan terhadap lingkungan, Brigham mencakup: Financial, Managerial Social menyatakan berperan (1990) bahwa aktif Sulastini (2007) perusahaan harus dalam menunjang kesejahteraan masyarakat luas. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan Definisi daya perusahaan. dan Accounting SEA menyangkut analisis, Bertujuan melaporkan dan (Social Social dan untuk pengaruh Auditing (Harahap,2004:349 Djoe mee 2009). Pengungkapan (disclosure) tanggung jawab sosial Menurut Hackston dan Milne, didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk tangggung jawab sosial perusahaan sering memberikan kontribusi bagi pembangunan disebut juga sebagai corporate social 77 responsibility atau social disclosure, cenderung membatasi persepsi tentang corporate social reporting, social reporting tanggung jawab sosial yang dilaporkan. merupakan Pendekatan proses pengkomunikasian kedua dengan dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan pengungkapan ekonomi kelompok perusahaan pada suatu pengujian peran khusus yang berkepentingan dan terhadap informasi dalam hubungan masyarakat dan masyarakat secara keseluruhan (Sembiring, organisasi. Pandangan yang lebih luas ini 2005) dalam Sri Sulastini (2007). Hal telah menjadi sumber utama kemajuan tersebut jawab dalam pemahaman tentang pengungkapan organisasi dalam hal ini perusahaan, di luar tanggung jawab sosial perusahaan dan peran tradisionalnya untuk menyediakan sekaligus merupakan sumber kritik yang laporan keuangan kepada pemilik modal, utama terhadap pengungkapan tanggung khususnya jawab sosial perusahaan. tersebut organisasi terhadap memperluas pemegang dibuat tanggung saham. dengan Perluasan asumsi bahwa Banyak tanggung meletakkan teori jawab yang sosial menjelaskan perusahaan mempunyai tanggung jawab mengapa yang lebih luas dibanding hanya mencari mengungkapkan informasi yang berkaitan laba untuk pemegang saham (Gray et.al dengan aktivitasnya dan dampak yang (1995) Hasibuan (2001) Sulastini (2007). ditimbulkan oleh perusahaan tersebut. Gray Menurut Gray et.al. dalam Sembiring (2005) et.al. (1995) dalam Henny dan Murtanto Sulastini (2007) ada dua pendekatan yang (2001) Sulastini (2007). menyebutkan ada secara signifikan berbeda dalam melakukan tiga studi yaitu : penelitian tentang pengungkapan tanggung 1. Decision usefullness studies. jawab sosial pengungkapan perusahaan. tanggungjawab Pertama, sosial perusahaan Sebagian dilakukan oleh dari para cenderung studi-studi yang peneliti yang perusahaan mungkin diperlakukan sebagai mengemukakan teori ini menemukan bukti suatu suplemen dari aktivitas akuntansi bahwa informasi sosial dibutuhkan oleh para konvensional. Pendekatan ini secara umum pemakai laporan keuangan. Dalam hal ini akan menganggap masyarakat keuangan para analis, banker, dan pihak lain yang sebagai pengungkapan dilibatkan dalam penelitian tersebut diminta tanggung jawab sosial perusahaan dan untuk melakukan pemeringkatan terhadap pemakai utama informasi akuntansi. Informasi akutansi 78 tersebut tidak terbatas pada informasi pembenaran dari para stakeholders dalam akuntansi tradisioanal yang telah dikenal menjalankan selama ini, namun juga informasi lain yang Sehingga berakibat semakin besar pula relatif baru dalam wacana akuntansi. Mereka kecenderungan menempatkan informasi aktivitas social diri terhadap keinginan para stakeholders- perusahaan pada posisi yang moderately nya. important sebagai Informasi yang diungkapkan dalam laporan dalam keuangan tahunan dapat dikelompokkan untuk pertimbangan digunakan oleh para users pengambilan keputusan operasi perusahaannya. perusahaan mengadaptasi menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib 2. Economic theory studies (Mandatory disclosure) dan pengungkapan Studi ini menggunakan agency theory sukarela (Voluntery dan positive accounting theory, dimana teori Pengungkapan tersebut pengungkapan menganalogikan manajemen disclosure). wajib yang merupakan diharuskan oleh sebagai agen dari suatu prinsipal. Dalam peraturan yang berlaku, dalam hal ini adalah penggunaan prinsipal peraturan yang ditetapkan oleh lembaga diartikan sebagai pemegang saham atau yang berwenang. Sedangkan pengungkapan traditional users lain. Namun pengertian sukarela prinsipal tersebut meluas menjadi seluruh melebihi dari yang diwajibkan. interest agency group theory, pengungkapan yang yang Menurut Hendriksen (2002) Hartanti bersangkutan. Sebagai agen manajemen (2005) ada tiga konsep pengungkapan yang akan berupaya mengoperasikan perusahaan umumnya diusulkan, adalah sebagai berikut sesuai : dengan perusahaan adalah keinginan publik (1) Pengungkapan cukup (Adequate (stakeholder). disclosure). Pengungkapan cukup adalah 3. Social and political theory studies pengungkapan minimum yang disyaratkan Studi di bidang ini menggunakan teori oleh peraturan yang berlaku, dimana angka stakeholders, teori legitimasi organisasi, dan yang teori ekonomi politik. Teori stakeholders dengan mengasumsikan Pengungkapan wajar (Fair disclosure), yaitu perusahaan bahwa ditentukan eksistensi oleh disajikan dapat benar oleh diinterpretasikan investor (2) para Pengungkapan yang wajar secara tidak stakeholders. Perusahaan berusaha mencari langsung menyiratkan suatu etika, yaitu 79 memberikan perlakuan yang sama kepada pengungkapan semua pemakai laporan keuangan; (3) manufaktur adalah 68 item. Pengungkapan penuh (Full disclosure), yaitu menyangkut penyajian informasi yang wajib perusahaan Menurut Murtanto (2006) Sulastini (2007), pengungkapan kinerja perusahaan relevan. Bagi sebagian orang pengungkapan seringkali penuh berarti penyajian informasi secara (voluntary disclosure) berlimpah sehingga tidak tepat. Menurut Adapun mereka, terlalu banyak informasi akan mengungkapkan membahayakan. Karena penyajian rinci dan sukarela antara lain: yang tidak penting justru akan mengaburkan oleh dilakukan secara sukarela oleh perusahaan. alasan-alasan perusahaan kinerja sosial secara 1. Internal Decision Making informasi yang signifikan membuat laporan Manajemen membutuhkan informasi keuangan sulit ditafsir. Di Indonesia yang menjadi otoritas pengungkapan Setiap wajib perusahaan adalah publik Bapepam. diwajibkan membuat laporan keuangan yang diaudit oleh akuntan publik independen sebagai sarana pertanggungjawaban, terutama kepada pemilik modal. Bapepam melalui untuk menentukan efektivitas informasi sosial tertentu dalam mencapai tujuan sosial perusahaan. Walaupun hal ini sulit diidentifikasi dan diukur, namun analisis secara sederhana lebih baik daripada tidak sam sekali. 2. Product Differentiation Surat Keputusan Bapepam No. 06/PM/2000 Manajer perusahaan memiliki insentif tanggal 13 Maret 2000 tentang Pedoman untuk membedakan diri dari pesaing yang Penyajian Laporan Keuangan mensyaratkan tidak bertanggung jawab secara sosial elemen-elemen seharusnya kepada masyarakat. Akuntansi kontemporer keuangan tidak memisahkan pencatatan biaya dan perusahaan-perusahaan publik di Indonesia. manfaat aktivitas sosial perusahaan dalam Kemudian untuk pedoman penyajian dan laporan keuangan, sehingga perusahaan yang pengungkapan laporan keuangan perusahaan tidak peduli sosial akan terlihat lebih sukses publik industri manufaktur diatur melalui daripada perusahaan yang peduli. Hal ini Surat Edaran Ketua Bapepam No. SE- mendorong perusahaan yang peduli sosial 02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002. untuk mengungkapkan informasi tersebut diungkapkan yang dalam laporan Dalam Surat Edaran tersebut total item 80 sehingga masyarakat dapat membedakan mereka dari perusahaan lain. terdapatnya implikasi keuangan dari masalah-masalah lingkungan”. Bagian Definisi paragraf 08 dinyatakan : 3. Enlightened Self-Interest Perusahaan melakukan pengungkapan untuk menjaga keselarasan sosialnya dengan para stakeholder karena mereka dapat ”........Pengungkapan tambahan, bagaimanapun, diperlukan atau dianjurkan agar merefleksikan secara penuh berbagai dampak lingkungan yang timbul dari berbagai aktivitas dari suatu perusahaan atau industri khusus”. Bagian Pengungkapan paragraf 41 mempengaruhi pendapatan penjualan dan dinyatakan seperti berikut: harga saham perusahaan. Ikatan dalam Akuntansi Pernyataan Indonesia Standar (IAI) Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 1 (revisi 2004) ”......... Pengungkapan yang demikian itu dapat dimasukkan dalam laporan keuangan, dalam catatan atas laporan keuangan atau, dalam kasus-kasus tertentu dalam suatu seksi laporan di luar laporan keuangan itu sendiri. ......”. Sulastini (2007) paragraf sembilan secara Berdasarkan pernyataan PSAK di atas, implisit menyarankan untuk mengungkapkan menunjukkan kepedulian akuntansi terhadap tanggung jawab akan masalah sosial sebagai masalah-masalah sosial yang merupakan berikut : pertanggungjawaban “Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peran penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting” Dalam Exposure Draft PSAK no 20 tahun 2005, Masnila (2008) tentang Akuntansi Lingkungan bagian Pendahuluan paragraph 01 dinyatakan bahwa : ”......perusahaan-perusahaan pada masa kini diharapkan atau diwajibkan untuk mengungkapkan informasi mengenai kebijakan dan sasaran-sasaran lingkungannya, program-program yang sedang dilakukan dan kos-kos yang terjadi karena mengejar tujuan-tujuan ini dan menyiapkan serta mengungkapkan risiko-risiko lingkungan. Dalam area akuntansi, inisiatif yang telah digunakan untuk memfasilitasi pengumpulan data dan untuk menigkatkan kesadaran perusahaan dalam hal sosial perusahaan. Belum adanya standar baku yang merinci peraturan mengenai pengungkapan sosial mengakibatkan keleluasaan perusahaan dan memiliki kebebasan untuk mengungkapkan informasi sosial tersebut. Struktur kepemilikan dan pengungkapan tanggungjawab sosial Pengungkapan kinerja lingkungan, sosial dan ekonomi bertujuan untuk menjalin hubungan komunikasi yang baik dan efektif antara perusahaan dengan publik dan stakeholders lainnya tentang bagaimana perusahaan telah mengintegrasikan corporate social responsibilty (CSR): – lingkungan dan sosial – dalam setiap aspek 81 kegiatan operasinya 2007). memonitor perusahaan. Perusahaan dengan memperoleh kepemilikan institusional yang besar (lebih legitimasi dan memaksimalkan kekuatan dari 5%) mengindikasikan kemampuannya keuangannya dalam jangka panjang dengan untuk memonitor memperlihatkan besar kepemilikan Perusahaan (Darwin, juga dapat tanggung jawab sosial manajemen. Semakin institusional melalui pengungkapan CSR dalam media semakin termasuk dalam laporan tahunan perusahaan perusahaan dan diharapkan juga dapat (Oliver, 1991; Haniffa dan Coke, 2005; Ani, bertindak 2007) pemborosan dan Kiroyan (2006). Hal ini efisien pemanfaatan maka sebagai pencegahan yang aktiva terhadap dilakukan oleh mengindikasikan bahwa perusahaan yang manajemen (Faizal, 2004 dalam Arif, 2006). menerapkan Hal ini berarti kepemilikan institusi dapat CSR mengharapkan akan direspon positif oleh para pelaku pasar. menjadi Kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan pihak yang dianggap concern terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Negara-negara pendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial. Lebih lanjut dalam joernalakuntansi luar 2010, dalam posisi sebagai bagian dari terutama Eropa dan United State merupakan masyarakat, operasi perusahaan seringkali negara-negara yang sangat memperhatikan mempengaruhi isu-isu sosial; seperti pelanggaran hak asasi Eksistensinya manusia, pendidikan, tenaga kerja, dan isu anggota lingkungan kaca, eksistensinya pun dapat terancam bila pembalakan liar, serta pencemaran air. Hal perusahaan tidak dapat menyesuaikan diri ini juga yang menjadikan dalam beberapa dengan tahun terakhir ini, perusahaan multinasional masyarakat tersebut atau bahkan merugikan mulai mengubah perilaku mereka dalam anggota komunitas tersebut. Oleh karena itu, beroperasi demi menjaga legitimasi dan perusahaan, reputasi perusahaan (Simerly dan Li, 2001; mencoba memperoleh kesesuaian antara Fauzi, 2006) dalam joernalakuntansi 2010. tindakan organisasi dan nilai-nilai dalam Struktur adalah masyarakat umum dan publik yang relevan kepemilikan institusional, dimana umumnya atau stakeholder-nya (Dowling dan Pfeffer, dapat 1975 dalam Haniffa fan Cooke, 2005; Ani, seperti, efek kepemilikan bertindak sebagai rumah lain pihak yang masyarakat dapat diterima masyarakat, norma yang melalui sekitarnya. top sebagai sebaliknya berlaku dalam manajemennya 82 2007). Keselarasan antara tindakan organisasi dan nilai-nilai masyarakat ini tidak selamanya diharapkan. berjalan Tidak jarang seperti akan (Henderson et al, 2004, Nurhayati, et al, 2006). yang terjadi Perusahaan multinasional atau dengan kepemilikan asing utamanya melihat perbedaan potensial antara organisasi dan keuntungan legitimasi berasal dari para nilai-nilai sosial yang dapat mengancam stakeholrder-nya legitimasi perusahaan. Menurut Sethi dalam berdasarkan atas home market (pasar tempat Haniffa dan Cooke (2005); Ani (2007), hal beroperasi) ini dapat menghancurkan legitimasi dimana yang secara dapat tipikal memberikan eksistensi yang tinggi dalam jangka panjang organisasi yang berujung pada berakhirnya (Suchman, 1995 dalam Barkemeyer, 2007). eksistensi perusahaan. Pengungkapan Suchman (1995) dalam Barkemeyer (2007) memberikan definisi mengenai tanggung jawab sosial merupakan salah satu media yang dipilih untuk memperlihatkan organisational legitimacy sebagai berikut: perusahaan “Legitimacy is a generalized perception or sekitarnya. assumption that the actions of an entity are perusahaan memiliki kontrak dengan foreign desirable, proper, or appropriate within stakeholders baik dalam ownership dan someocially constructed system of norms, trade, maka perusahaan akan lebih didukung values, beliefs, and definitions”. Nasi, Nasi, dalam melakukan pengungkapan tanggung Philips, and Zyglidopoulos, 1997 dalam jawab sosial. Penelitian Tanimoto dan Nurhayati, Brown, dan Tower, 2006 dalam Suzuki (2005), dalam melihat luas adopsi joernalakuntansi 2010, mengatakan bahwa GRI dalam laporan tanggung jawab sosial “Legitimacy theory focuses of the adequacy pada of corporate social behaviour”. Ini berarti membuktikan bahwa kepemilikan asing pada bahwa society judge organisasi berdasarkan perusahaan publik di Jepang menjadi faktor atas image yang akan mereka ciptakan untuk pendorong terhadap adopsi GRI dalam diri mereka sendiri. Selanjutnya organisasi pengungkapan tanggung jawab sosial. dapat menetapkan legitimasi mereka dengan memadukan antara kinerja terhadap kepedulian Dengan perusahaan Susanto masyarakat kata publik (dalam lain, di Marwata, di apabila Jepang, 2006), perusahaan meneliti luas pengungkapan sukarela dalam dengan ekspektasi atau persepsi publik laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di BEJ, menemukan pemilikan saham oleh 83 investor asing dalam penelitian ini tidak hasil bahwa institutional ownership tidak memiliki memiliki hubungan pengungkapan dengan sukarela dalam luas hubungan terhadap CSR. laporan Selanjutnya, Mani (2004) Kasmadi dan tahunan. Kepemilikan institusional adalah Susanto (2006), menguji faktor-faktor yang kepemilikan saham perusahaan oleh institusi menentukan luas pengungkapan sukarela keuangan, seperti perusahaan asuransi, bank, dalam laporan tahunan perusahaan di India, dana pensiun, dan asset management (Koh, menemukan financial institution investment 2003; Veronica dan Bachtiar, 2005). Tingkat tidak kepemilikan institusional yang tinggi akan terhadap menimbulkan usaha pengawasan yang lebih laporan tahunan perusahaan di India. besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi berhubungan secara pengungkapan signifikan sukarela dalam Anggraini (dalam Dumadia, 2009) perilaku melakukan penelitian terhadap faktor-faktor opportunistic manajer. Perusahaan dengan yang mempengaruhi keputusan perusahaan kepemilikan institusional yang besar (lebih untuk mengungkapkan informasi sosial di dari 5%) mengindikasikan kemampuannya dalam laporan keuangan tahunan pada untuk memonitor manajemen (Arif, 2006). perusahaan-perusahaan Shleifer and Vishny (1986) Barnae dan Rubin (2005), ini Indonesia. menggunakan variabel institutional prosentase kepemilikan manajemen, tingkat shareholders, dengan kepemilikan saham leverage, biaya politis, dan profitabilitas. yang untuk Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan keputusan bahwa persentase kepemilikan manajemen institusi dan tipe industri berpengaruh signifikan besar, memantau perusahaan. bahwa Penelitian di memiliki insentif pengambilan Sebagai bentuk memerlukan pengungkapan CSR terjadi terhadap pada perbankan Eropa, dimana perbankan di mengungkapkan informasi sosial. Irawan Eropa (2006) menerapkan kebijakan perusahaan dalam kebijakan dalam hanya kepada mempengaruhi pengungkapan antara lain mengimplementasikan saham publik dan status perusahaan, dimana CSR dengan baik. Barnae dan Rubin (2005) adanya perbedaan dalam proporsi saham dalam joernalakuntansi 2010, melakukan yang dimiliki oleh investor luar dapat CSR sebagai mempengaruhi kelengkapan pengungkapan konflik berbagai shareholder menunjukkan oleh perusahaan. Hal ini karena semakin pemberian pinjaman perusahaan yang penelitian untuk melihat bahwa faktor-faktor yang 84 banyak pihak yang membutuhkan informasi menyediakan lingkungan kerja yang aman tentang perusahaan, semakin banyak pula bagi karyawannya, menjamin bahwa proses detail-detail butir yang dituntut untuk dibuka produksinya tidak mencemarkan lingkungan dan pengungkapan sekitar perusahaan, melakukan penempatan perusahan semakin luas. Dessy Amalia tenaga kerja secara jujur, menghasilkan (2005) Kumala Dewi (2007) hasil penelitian produk yang aman bagi para konsumen, dan menujukkan bahwa ukuran perusahaan dan menjaga struktur kepemilikan memiliki pengaruh mewujudkan kepedulian sosial perusahaan. dengan demikian yang signifikan terhadap luas pengungkapan lingkungan eksternal untuk Disclosure dalam laporan keuangan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan. tahunan merupakan sumber informasi untuk SIMPULAN pengambilan keputusan investasi. Keputusan investasi sangat tergantung dari mutu dan Perusahaan memiliki kewajiban sosial atas apa yang terjadi disekitar lingkungan masyarakat. Selain menggunakan dana dari pemegang saham, perusahaan juga menggunakan dana dari sumber daya lain yang berasal dari masyarakat (konsumen) sehingga hal yang wajar jika masyarakat mempunyai harapan tertentu terhadap perusahaan. Tanggung jawab sosial adalah suatu bentuk seharusnya pertanggungjawaban dilakukan perusahaan, yang atas dampak positif maupun dampak negatif yang luas pengungkapan yang disajikan dalam laporan tahunan. Mutu dan luas pengungkapan laporan keuangan tahunan masing-masing berbeda. Perbedaan ini terjadi karena karakteristik dan filosofi manajemen masing-masing perusahaan juga berbeda. Selain digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan, disclosure dalam laporan keuangan tahunan juga digunakan sebagai sarana pertanggungjawaban manajemen keuangan atas sumber daya yang dipercayakan. ditimbulkan dari aktivitas operasionalnya, dan mungkin sedikit-banyak berpengaruh terhadap masyarakat internal maupun eksternal dalam lingkungan perusahaan. Selain melakukan aktivitas yang berorientasi pada laba, perusahaan perlu melakukan aktivitas lain, misalnya aktivitas untuk Dengan adanya PSAK No 1 (revisi 2004) diharapkan menambah kesadaran perusahaan sosialnya untuk melaporkan terhadap perusahaan. mengungkapkan kegiatan lingkungan Geliat tanggung untuk jawab sekitar selalu sosial dalam bentuk CSR reporting sudah nampak 85 dan perusahaan mulai tidak ragu lagi. Bagi perusahaan dengan menjalankan praktik akuntansi dan pelaporan atas aktivitas sosialnya diharapkan dapat memberikan nilai tambah yang diperoleh dari para stakeholdernya. Namun begitu tidak semua perusahaan mengungkapkan aktivitas sosialnya. Pengungkapan perusahaan selain CSR berguna untuk nilai bagi tambah perusahaan juga mengurangi biaya sosial yang timbul nanti dari aktivitas perusahaan. Selain itu perusahaan memperoleh juga legitimasi memperlihatkan tanggung dapat dengan jawab sosial melalui pengungkapan CSR dalam media DAFTAR PUSTAKA Bambang Irawan, 2006, “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”, Skripsi S1, Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta. David S.Gelb; Joyce A.Strawser, “Corporate Social Responsibility and Financial Disclosures:An Alternative Explanation for Increased Disclosure”, Journal of Business Ethics, Vol. 33, No. 1 (Sep., 2001) pp 1-13. Dewi Hartanti, 2005 : “ Pengaruh Faktorfaktor Fundamental Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Skripsi S1, Universitas Negeri Semarang. para pelaku pasar. Kepemilikan asing dalam Dessy Amalia, 2005, “Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure) Pada Laporan Tahunan Perusahaan”, Jurnal Akuntansi Pemerintah, Vol 1, No. 2, November 2005 perusahaan merupakan pihak yang dianggap Djoe2x’s Blog-http://djoe2x.wordpress.com termasuk dalam laporan tahunan perusahaan. Perusahaan yang menerapkan CSR mengharapkan akan direspon positif oleh concern terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. kepemilikan lain adalah institusional, dimana Struktur kepemilikan umumnya dapat bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Kepemilikan institusi dapat menjadi pendorong perusahaan untuk Edi Subiyantoro, Saarce Elsye Hatane, “Dampak Perubahan Kultur Masyarakat Terhadap Praktik Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Publik di Indonesia”, Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol. 9, No. 1, Maret 2007: 18-29 http://joernalakuntansi.wordpress.com http://www.dumadias.blogspot.com melakukan pengungkapan tanggung jawab http://www.Theowordpower’s.webblog.com sosial. Kieso Donald E; Jerry J.Weygandt; Terry D. Warfield, 2002, “Intermediate 86 Accounting”, Edisi Kesepuluh, Jilid 3, Erlangga, Jakarta. Kumala Dewi, 2009 “ Pengaruh Luas Pengungkapan Laporan Keuangan Tahunan Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Indonesia Terhadap Keputusan oleh Investor”, Fakultas Ekonomi, Jakarta. Universitas Gunadarma, Sri Sulastini, 2007, “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Social Disclosure Perusahaan Manufaktur yang telah go public”, Skripsi S1 Universitas Negeri Semarang. 87 PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONCIBILITY (CSR) Imannuel Wiryawan (Staf Pengajar Fak Ekonomi Univ Kristen Imanuel) Martinus Budiantara (Staf Pengajar Fak Ekonomi Univ Mercu Buana Yogyakarta) Abstract Companies are sometimes less aware of the importance of environment upon the success of the business. Problems related to the environment, such as environmental pollution, should not occur if the company's activity is accompanied by a concern for society and the environment. Such conditions require that firms are not only oriented towards profit, but also accompanied by attention to the surrounding environment. This study examines the effect of audit quality and institutional ownership of corporate social disclosure responcibility. Key word: corporate social responcibility, institutional ownership, audit quality dengan PENDAHULUAN perhatian terhadap lingkungan Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh disekitarnya. aktivitas bisnis yang ada di suatu negara. Dua motivasi yang mendasari perusahaaan Perusahaan-perusahaan akan saling bersaing dalam untuk menjadi pemimpin di bidang industri (Corporate masing-masing. Pada mulanya, keberhasilan mengungkapkan Social aktivitas Respocibility) CSR dalam laporan keuangan. Dua motivasi tersebut perusahaan tidak banyak diikuti dengan didasarkan pada teori stakeholders dan teori kepedulian terhadap lingkungan sekitar. legitimasi. Perusahaan kurang menyadari akan arti disebutkan bahwa perusahaan akan memilih pentingnya lingkungan terhadap kesusksesan stakeholders yang dianggap penting dan usaha. Permasalahan yang terkait dengan mengambil lingkungan, seperti pencemaran lingkungan, menghasilkan hubungan harmonis antara seharusnya tidak terjadi apabila aktivitas perusahaan perusahaan disertai dengan suatu kepedulian terhadap masyarakat Kondisi seperti perusahaaan tidak dan ini hanya Dalam teori tindakan dan stakeholders yang stakeholdesrnya. dapat Oleh karena itu, perusahaan mempertimbangkan lingkungan. aktivitas serta pengungkapan CSR dengan mengharuskan harapan agar mempunyai hubungan yang berorientasi terhadap laba saja, namun juga disertai baik dengan para stakeholders perusahaan. Teori legitimasi perusahaan menyebutkan sebaiknya bahwa menunjukkan berbagai aktivitas sosial perusahaan agar 88 tujuan perusahaan diterima masyarakat. Oleh leverage, karena itu, perusahaan mempertimbangkan sensitivity), aktivitas serta pengungkapan CSR dengan (media exposure) terhadap CSR. harapan memperoleh legitimasi dari publik. Pada umumnya perusahaan yang besar Perusahaan mengungkapkan lebih banyak informasi menggunakan pengungkapan sensitivitas serta industri (industry pengungkapan media CSR untuk membenarkan atau melegitimasi dibandingkan dengan perusahaan aktivitas perusahaan di mata masyarakat. Perusahaan besar pada Hal ini dikarenakan, pengungkapan aktivitas mempunyai jenis produk yang banyak, CSR akan menunjukkan tingkat kepatuhan sistem informasi yang canggih, serta struktur suatu perusahaan seperti kepatuhan terhadap kepemilikan norma-norma yang berlaku, serta harapan- memungkinkan dan membutuhkan tingkat harapan publik kepada perusahaaan tersebut. pengungkapan Berdasarkan studi empirik, yang umumnya lengkap, secara kecil. sehingga luas ( Suripto, 1999,Zaleha, 2005) menunjukkan bahwa aktivitas pengungkapan Penelitian yang dilakukan oleh Adams CSR beragam pada semua perusahaan et al. (1998), Cullen and Christopher (2002), industri. juga Hamid (2004), Haniffa dan Cooke (2005), menunjukkan bahwa perilaku pengungkapan Hossain et al. (1995), Neu et al.(1998), dan CSR sangat penting dan secara sistematis Patten dipengaruhi oleh variasi perusahaan dan menunjukkan hubungan yang signifikan karakteristik industri yang mempengaruhi antara biaya-manfaat pengungkapan. pengungkapan sosial. Sementara Hackston Beberapa literatur dan Milne (1996), Zaleha (2005) dan Studi empirik lain penelitian yang (1991), dalam ukuran perusahaan dengan Anggraeni (1995), Neu et al.(1998), dan Patten (1991), hubungan dari kedua variabel tersebut. terdapat beberapa variabel tidak (2008) dilakukan oleh Cooke (2005), Hossain et al. dalam Reverte (2008) menunjukkan bahwa (2006) Reverte menemukan Sensitivitas industri dapat didefinisikan yang sebagai seberapa besar tingkat industri kemungkinan menjelaskan variasi luasnya tersebut bersinggungan langsung dengan pengungkapan CSR dalam laporan tahunan. konsumen dan kepentingan luas lainnya. Munif (2010) menguji pengaruh ukuran Oleh karena itu, pada umumnya perusahaan perusahaan (zise), keuntungan (profitability), yang mempunyai sensitivitas industri yang struktur kepemilikan (ownership structure), tinggi terhadap lingkungannya akan 89 memperoleh perhatian yang tinggi mengenai mendesak kebijakan manajer dalam aktivitas lingkungan tersebut dibandingkan dengan CSR perusahaan-perusahaan mempengaruhi yang mempunyai sensitivitas industri yang lebih rendah yang kepemilikan potensi umumnya tinggi dalam langsung kesuksesan keuangan Perusahaan yang mempunyai struktur perusahaan tersebut mempunyai dampak lebih tidak perusahaa terhadap lingkungannya. Hal ini dikarenakan yang secara yang akan terdispersi, memperbaiki pada kebijakan mempengaruhi kondisi serta keberadaan pelaporan keuangan perusahaan dengan lingkungan tersebut (Branco dan Rodrigues, menggunakan pengungkapan CSR untuk 2008). mengurangi asimetri informasi. Sedangkan Pada beberapa penelitian yang telah perusahaan dengan struktur kepemilikan dilakukan menunjukkan bahwa perusahaan- yang terpusat pada umumnya lebih kurang perusahaan manufaktur termotivasi untuk mengungkapkan informasi perusahaan mempunyai pengaruh negatif tambahan pada kegiatan CSR perusahaan. pada lingkungan, maka pengungkapan dan Hal ini dikarenakan para shareholder pada pelaporan perusahaan yang akan proses lebih informative tersebut dapat memperoleh dibandingkan dari industri lainnya (Reverte, informasi secara langsung dari perusahaan 2008). Penelitian yang dilakukan oleh (Reverte, 2008). Penelitian yang dilakukan Anggraini adanya Brammer and Pavelin (2008); Prencipe pengaruh yang signifikan antara sensitivitas (2004); dalam Reverte (2008) menunjukkan industri dengan pengungkapan tanggung hubungan jawab sosial. kepemilikan dan pengungkapan tanggung Pada umumnya, perusahaan dengan tingkat jawab sosial. (2006) menunjukkan leverage yang tinggi akan mengurangi yang positif antara struktur Pengungkapan media merupakan salah pengungkapan tanggung jawab sosial yang satu dibuatnya agar tidak menjadi perhatian dari lingkungan. para debtholders. Brammer dan Pavelin penting pada pergerakan mobilisasi sosial, (2008) juga misalnya kelompok yang tertarik pada menyatakan bahwa tingkat utang yang lingkungan (Patten, 2002b dalam Reverte, rendah kreditor 2008). Pengungkapan CSR pada media, yang diharapkan perusahaan akan mempunyai dalam akan perusahaan Reverte membuat mengurangi (2008) para tekanan sumber utama Media pada informasi mempunyai peran 90 citra yang positif di mata publik, sehingga perusahaan mendapatkan legitimasi atas praktik CSR. Hal inilah yang menjadi bagian pada proses membentuk membangun norma yang institusi, diterima dan legitimasi praktik CSR. Pengertian CSR menurut Wikipedia Indonesia menyatakan bahwa : “ Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan “ Perumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh terhadap kualitas audit pengungkapan corporate disimpulkan social responcibility (CSR). 2. Bagaimana pengaruh Dari kedua definisi tersebut dapat kepemilikan institusional terhadap pengungkapan terintegrasi dijalankan bisnis perusahaan, memperhatikan kepentingan stakeholders memberikan Tujuan Penelitian manfaat/kesejahteraan bagi masyarakat. Untuk mengetahui pengaruh kualitas audit terhadap pengungkapan Corporate Social Respocibility (CSR). 2. dengan CSR (pemangku kepentingan) dengan harapan corporate responsibility (CSR) 1. bahwa Untuk mengetahui kepemilikan pengungkapan pengaruh institusional Corporate terhadap Social Menurut Daniri (2007) CSR lahir dari desakan masyarakat atas perilaku perusahaan yang biasanya selalu fokus untuk memaksimalkan laba, mensejahterakan para pemegang saham, dan mengabaikan tanggung jawab sosial seperti perusakan Responcibility (CSR). lingkungan, eksploitasi sumber daya alam, Tinjauan dan Pengembangan Hipotesis Corporate Social Responsibility (CSR) Seperti dikemukakan oleh Robins (2005) adalah sebagai berikut: dan lain sebagainya. Konsep dan praktik CSR bukan lagi dipandang sebagai suatu cost center tetapi juga sebagai suatu strategi perusahaan yang dapat memacu dan menstabilkan pertumbuhan usaha secara CSR is a concept whereby companies integrate social and environmental concerns in their business operations and stakeholder relations on a voluntary basis; it is about managing companies in a socially responsible manner. jangka panjang. Oleh karena itu penting untuk mengungkapkan CSR sebagai wujud pelaporan tanggung jawab sosial kepada masyarakat. 91 secara drastis dari perusahaan yang terkena Good Corporate Governance (GCG) Menurut Daniri (2004), dengan kasus. mengutip riset Berle dan Means pada tahun Persoalan tata kelola perusahaan 1934, isu GCG muncul karena terjadinya menjadi semakin jelas terlihat. Negara pemisahan antara Amerika Serikat yang dikenal sebagai pengelolaan perusahaan. kepemilikan dan Pemisahan ini negara acuan penerapan tata kelola memberikan kewenangan kepada pengelola perusahaan yang baik menjadi diragukan (manajer/direksi) untuk mengurus jalannya karena kasus-kasus manipulasi akuntansi. perusahaan, seperti mengelola dana dan Ada tuduhan yang menyebutkan bahwa mengambil keputusan perusahaan atas nama pemicu munculnya kasus manipulasi justru pemilik. Pemisahan ini didasarkan pada karena mekanisme tata kelola perusahaan di principal-agency theory yang dalam hal ini Amerika Serikat (Mayangsari, 2003). manajemen cenderung akan meningkatkan keuntungan pribadinya perusahaan. keuangan Selain yang daripada memiliki baik, perusahaan Penerapan Corporate Governance tujuan diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk kinerja memberikan keyakinan kepada para investor juga akan menerima return atas dana yang diharapkan memiliki tata kelola yang baik. diinvestasikan, dan yakin bahwa manajer Corporate Governance atau sering disebut tidak dengan tata kelola perusahaan mulai banyak menginvestasikan dana ke proyek-proyek dibicarakan berbagai yang tidak menguntungkan dan berkaitan skandal di dunia bisnis yang melibatkan dengan bagaimana investor mengontrol para manipulasi akuntansi. Skandal akuntansi manajer. sejak terjadinya yang terjadi pada perusahaan-perusahaan akan menggelapkan atau Corporate Governance tidak meliputi besar seperti Enron, Xerox, Tyco, Global serangkaian hubungan antara manajemen Crossing, dan Worldcom. Terungkapnya perusahaan, skandal direksi akuntansi bekurangnya khususnya mengakibatkan kepercayaan masyarakat masyarakat keuangan dan dewan direksinya dewan komisaris), (dewan para pemegang saham dan stakeholders lainnya. dalam Corporate Governance juga merupakan pasar uang dan pasar modal, salah satu suatu yang memfasilitasi penentuan sasaran- indikatornya adalah turunnya harga saham sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana pencapaian sasaran dan sarana 92 menentukan (OECD, teknik 1999). monitoring Corporate kinerja Governance semua pihak (stakeholders). yang berkepentingan Secara lebih rinci, harus memberikan insentif yang tepat bagi terminologi Corporate Governance dapat dewan direksi dan manajemen dalam rangka dipergunakan untuk menjelaskan peranan mencapai sasaran, harus dapat memfasilitasi dan perilaku dari Dewan Direksi, Dewan monitoring yang efektif dan mendorong Komisaris, pengurus (pengelola) perusahaan, penggunaan sumber daya yang efektif. dan para pemegang saham (FCGI, 2001). Penerapan good corporate governance Sebagaimana yang diuraikan oleh OECD diyakini mampu menciptakan kondisi yang (2004), yang dikutip oleh FCGI dalam kondusif dan landasan yang kokoh untuk terbitannya ada empat unsur penting dalam menjalankan operasional perusahaan yang CG yaitu: baik, efisien dan menguntungkan. Penerapan a. Keadilan (Fairness), yaitu kepastian good corporate governance dapat didorong perlindungan atas hak seluruh pemegang dari dua sisi, yaitu etika dan peraturan. dari penipuan (fraud) dan penyimpangan Dorongan dari etika (ethical driven) datang lainnya serta adanya pemahaman yang dari kesadaran individu-individu, pelaku jelas mengenai hubungan berdasarkan bisnis untuk menjalankan praktik bisnis yang kontrak diantara penyedia sumber daya mengutamkan perusahaan dan pelanggan. kelangsungan hidup perusahaan, kepentingan stakeholders, dan menghindari cara-cara menciptakan keuntungan sesaat. Di sisi lain, dorongan dari peraturan (regulatory driven) memaksa perusahaan untuk patuh terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kedua pendekatan ini memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing dan seharusya saling melengkapi untuk menciptakan b. Transparansi (Transparancy), yaitu keterbukaan mengenai informasi kinerja perusahaan, baik ketepatan waktu maupun akurasinya. Hal ini berkaitan dengan kualitas informasi akuntansi yang dihasilkan., c. Akuntabilitas (Accountability), yaitu penciptaan sistem pengawasan yang lingkungan bisnis yang sehat (KNKG, efektif 2006). wewenang, peranan, hak dan tanggung Tujuan dari Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi berdasarkan pembagian jawab dari pemegang saham, manajer, dan auditor. 93 d. Pertanggungjawaban (Responsibility), untuk saham perusahaan yang memiliki CG yaitu pertanggungjawaban perusahaan yang lebih baik (wellgoverned company atau kepada stakeholders dan lingkungan WGC) dibandingkan perusahaan lain dengan dimana perusahaan itu berada. CG kinerja keuangan relatif sama. timbul karena kepentingan perusahaan untuk memastikan penyandang dana kepada Penelitian Terdahulu pihak Klapper dan (principal/investor) bahwa dana yang ditanamkan digunakan secara tepat dan efisien. Selain itu dengan CG, perusahaan memberikan kepastian bahwa manajemen (agent) bertindak yang terbaik demi kepentingan Love (2002) dalam Darmawati, dkk.(2005) menemukan adanya hubungan positif antara corporate governance dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan Penemuan ROA penting dan lain Tobins adalah Q. bahwa penerapan corporate governance di tingkat perusahaan. perusahaan lebih memiliki arti dalam Negara Penerapan good corporate governance diyakini mampu menciptakan kondisi yang berkembang dibandingkan dalam negara maju. kondusif dan landasan yang kokoh untuk Wahyuni (2005) meneliti pengaruh menjalankan operasional perusahaan yang antara Current ratio, ROE, Total Asset Turn baik, efisien dan menguntungkan. Coombes Over dan DER terhadap harga saham. dan Watson (2000) dalam Fachrurozi (2007) Hasilnya menunjukkan bahwa current ratio, menyatakan bahwa pemegang saham saat ini ROE, total asset turn over (TAT), dan DER sangat aktif perusahaan dalam karena meninjau kinerja berpengaruh pemegang saham harha saham. secara signifikan terhadap menganggap bahwa CG yang lebih baik Siallagan akan memberikan imbal hasil yang lebih tinggi bagi pemegang saham. Tujuh puluh lima persen dari investor mengatakan bahwa praktek CG paling tidak sama pentingnya dengan kinerja keuangan ketika investor mengevaluasi investasi. perusahaan Bahkan 80% untuk dari tujuan investor mengatakan akan membayar lebih mahal dan Machfoedz (2006) meneliti hubungan mekanisme corporate governance, kualitas laba dan nilai perusahaan. Dalam penelitian ini mekanisme corporate governance diproksi oleh kepemilikan manajerial, keberadaan komite audit, dan independen. proporsi Hasil dewan komisaris menunjukkan bahwa 94 mekanisme corporate governance Adhi Cahya Bramantya (2010) dalam mempengaruhi nilai perusahaan (Tobin’s Q). penelitiannya menemukan bahwa kinerja dan Wirakusuma (2007) keuangan yang terdiri dari rasio Size, ROA, meneliti pengaruh kinerja keuangan terhadap dan Leverage berpengaruh secara simultan nilai dengan terhadap pengungkapan CSR. Secara parsial mempertimbangkan CSR dan corporate kinerja keuangan yang berpengaruh terhadap governance pengungkapan CSR adalah variabel Size dan Yuniasih perusahaan sebagai variabel moderasi. Kinerja keuangan diproksikan dengan ROA, sedangkan corporate Leverage. governance diproksikan dengan kepemilikan manajerial. Hasilnya mengindikasikan bahwa ROA berpengaruh perusahaan, positif terhadap pengungkapan CSR dapat nilai perusahaan, akan tetapi kepemilkan tidak hubungan antara dapat ROA dengan nilai Nurkhin (2009) meneliti corporate governance dan profitabilitas, pengaruhnya terhadap pengungkapan tanggung jawab perusahaan. Kepemilikan Institusional Hipotesis memoderasi perusahaan. sosial Pengungkapan CSR nilai memoderasi hubungan antara ROA dengan manajerial Kualitas Audit Hasil penelitian H1 : Kualitas Audit berpengaruh positip terhadap pengungkapan CSR. H2 : Struktur kepemilikan institusional berpengaruh terhadap pengungkapan CSR H3 : Kualitas Audit dan struktur kepemilikan institusional secara bersama sama mempengaruhi pengungkapan CSR menunjukkan bahwa Profitabilitas terbukti berpengaruh positif terhadap CSR. Rahayu Sri (2010) dalam penelitian menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh METODE PENELITIAN Populasi yang digunakan dalam signifikan terhadap hubungan antara ROE penelitian ini adalah seluruh perusahaan terhadap Tobins Q, pengungkapan CSR yang termasuk dalam kelompok industri tidak manufaktur yang telah terdaftar di BEI. mempengaruhi hubungan kinerja keuangan dan nilai perusahaan. antara Dipilihnya satu kelompok industry yaitu industri manufaktur sebagai populasi 95 dimaksudkan untuk menghindari bias yang dipublikasikan. Data diperoleh antara lain disebabkan oleh efek industri (industrial dari Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). effect), dan selain itu sector manufaktur memiliki jumlah terbesar Metode Pengumpulan Data perusahaan Metode dibandingkan sektor lainnya. yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, Sampel yaitu Sampel catatan-catatan ditentukan perusahaan yang diperlukan yang terdapat berdasarkan purposive sampling yang berarti didalam annual report perusahaan yang pemilihan kriteria menjadi sampel penelitian seperti informasi perusahaan pengungkapan CSR, kualitas audit, struktur manufaktur yang dijadikan sampel antara kepemilikan institusional, dan data lain yang lain adalah seperti berikut: (a) Semua diperlukan. Pengukuran kinerja CSR adalah perusahaan yang termasuk dalam kelompok melalui laporan kegiatannya, yakni dengan industri manufaktur yang terdaftar di BEI metode content analysis yang merupakan dan mempublikasikan laporan keuangan suatu cara pemberian skor pada pengukuran tahun 2009; ((b) Perusahaan sampel tidak pengungkapan sosial laporan tahunan yang mengalami dilakukan dengan pengamatan mengenai ada tertentu. penelitian mempelajari sampel Adapun berdasarkan kriteria delisting selama periode pengamatan; (c) Tersedia laporan keuangan tidaknya perusahaan secara lengkap pada tahun 2009, ditentukan dalam laporan tahunan, apabila baik secara fisik maupun melalui website item informasi tidak ada dalam laporan www.idx.co.id atau pada website masing- keuangan maka diberi skor 0, dan jika item masing perusahaan; (d) Memiliki data informasi yang ditentukan ada dalam laporan keuangan yang berkaitan dengan variabel tahunan maka diberi skor 1. penelitian secara lengkap. suatu item informasi yang Variabel Independen Jenis dan Sumber Data Kualitas Audit Jenis data yang digunakan dalam DeAngello (1981) mendefinisikan penelitian ini adalah data sekunder. Data audit penelitian diambil dari laporan tahunan kemungkinan perusahaan memberikan a) penemuan mengenai suatu yang telah diaudit dan quality sebagai “pasar bahwa auditor menilai akan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien; 96 dan b) adanya pelanggaran dalam pencatatannya.“ Pada public sector, GAO (1986) mendefinisikan audit quality yaitu lain-lain tenaga kerja, 10 item produk, 9 item keterlibatan masyarakat, dan 2 item umum. Metode Analisis pemenuhan terhadap standar profesional dan Penelitian terhadap syarat-syarat sesuai perjanjian, yang harus dipertimbangkan. Pengertian lain yang digunakan berkaitan dengan studi mengenai audit quality adalah analisis terhadap kualitas yang ditinjau dari aturan yang dibuat oleh aparatur pemerintah. Kemudian dari tiga pendekatan tersebut Schroeder (1986) dan Carcello (1992) mengidentifikasi adanya hubungan antara atribut kualitas audit dan kualitas audit yang dirasakan (dalam Lowensohn, 2007). ini sederhana. Sebelum analisis dilaksanakan, terlebih dahulu perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk menghasilkan nilai parameter model penduga yang sah. Nilai tersebut akan terpenuhi jika hasil uji asumsi klasiknya memenuhi asumsi normalitas, serta tidak terjadi heteroskedastisitas, autokorelasi, dan multikolinearitas. Uji Autokorelasi Correlations Inde ks CSR INST Pengungkapan CSR ad pengungkapan informasi yang berkaitan dengan tanggung Pengukuran CSR mengacu pada 78 item Pearson Indeks CSR Correlation INST pengungkapan yang digunakan oleh Siregar (2008). Pengukuran variabel ini dengan indeks pengungkapan sosial, selanjutnya Pengungkapan sosial merupakan data yang diungkap oleh perusahaan berkaitan dengan aktifitas sosialnya yang meliputi 13 item lingkungan, 7 item energi, 8 item .093 .364 .093 1.000 -.054 .364 -.054 1.000 . .172 .000 .172 . .290 UKAD .000 .290 . Indeks CSR 107 107 107 INST 107 107 107 UKAD 107 107 107 Sig. (1- Indeks CSR tailed) INST N UKA D 1.000 UKAD ditulis CSR dengan membandingkan jumlah pengungkapan yang diharapkan. dengan menggunakan teknik analisis regresi linear Variabel Dependen Pengungkapan CSR jawab perusahaan di dalam laporan tahunan. diuji Uji Signifikansi/Pengaruh Simultan (Uji Statistik F) kesehatan dankeselamatan kerja, 29 item 97 Dari hasil uji Anova diperoleh bahwa ANOVAb Sum of Squares df Model 1 Regression .025 kepemilikan institusional dan kualitas audit Mean Square 2 F .013 8.824 Sig. .000 a Residual .148 104 Total .173 106 secara bersama-sama berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikasnsi < 0,05 .001 a. Predictors: (Constant), UKAD, INST b. Dependent Variable: Indeks CSR Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Standardized Coefficients Std. Error -.014 .021 INST .019 .015 UKAD .022 .005 Beta t Sig. -.697 .488 .113 1.239 .218 .370 4.075 .000 a. Dependent Variable: Indeks CSR Dari hasil perhitungan uji t, dapat dilihat bahwa kepemilikan institusional secara parsial tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Hal ini dapat dilihat dari nilai Sig > 0,05. Sedangkan kualitas audit secara parsial berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. DAFTAR PUSTAKA Anggraini, Fr Reni Retno. 2006. ”Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi Ke-9. Padang, 23 – 26 Agustus. Branco, M. C. dan Rodrigues, L. L. 2008. “Factors Influencing Social Responsibility Disclosure by Portuguese Companies”. Journal of Business Ethics (2008) 83:685–701 DOI 10.1007/s10551-007-9658-z. 98 Daniri, Mas Achmad 2009. “Mengukur Kinerja Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Informasi CSR Sangat Terbatas, Bisnis Indonesia, 8 Juni 2009. Daniri, Mas Achmad, 2008, “Jadikan GCG Bermakna”, Bisnis Indonesia, 21 Desember 2008. Hasyir, Dede Abdul, 2009, “Pengungkapan Informasi Pertanggungjawaban Sosial Pada Laporan Tahunan Perusahaan ‐ Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta”. Working Paper in Accounting and Finance, Universitas Padjajaran Bandung. Herawaty, Vinola, 2008, “Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable Dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan”, Simposium Nasional Akuntansi 11 Pontianak 23-24 Juli 2008. Herdinata, Christian, 2008, “Good Corporate Governance vs Bad Corporate Governance: Pemenuhan Kepentingan Antara Para pemegang Saham Mayoritas dan Pemegang Saham Minoritas”, The 2nd National Conference UKWMS, Surabaya. IICG, 22 Februari 2010, “Corporate Governance”, http://www.iicg.org. Medley, Patrick. 1997. “Environmental Accounting – What Does It Mean to Professional Accountants? Journal of Accounting Auditing & Accountability”. Vol.10 No.4. p. 594600. Midiastuty, Pratana dan Machfoedz, Mas’udz, 2003, “Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba”, Simposium Nasional Akuntansi VI. Nurlela, Rika dan Islahuddin, 2006, “Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen Sebagai Variabel Moderating”, Universitas Syah Kuala. Rosmasita, Hardhina, 2007, “Faktor-faktor Yang Mempengari Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) Dalam Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Manufaktur di BEJ”, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Sabeni, Arifin, 2005, “Peran Akuntan Dalam Menegakkan Prinsip Good Corporate Governance (Tinjauan Perspektif Agency Theory)”, Pidato Pengukuhan Guru Besar , Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Sekaran, Uma, 2006, “Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Edisi 4”, Salemba Empat, Jakarta. Siallagan, Hamonangan dan Machfoedz, Mas’udz, 2006, “Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”, Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. Siregar, Baldric, 2008, “ Seminar Peran Akuntan dalam Pengukuran CSR”, Ina Garuda Yogyakarta, 11 Desember 2008. www.srsn.com www.yahoofinance.com Yuniasih, Ni Wayan dan Wirakusuma, Made Gede, 2007, ”Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi”, Universitas Udayana, Bali. 99