BAB V Pembahasan

advertisement
PEMBAHASAN
Organ reproduksi betina terdiri atas organ reproduksi primer yaitu ovarium
dan organ reproduksi sekunder yaitu tuba uterina, uterus (kornua, korpus, dan
serviks), dan vagina. Ovarium memiliki dua fungsi yaitu fungsi eksokrin dan
endokrin. Sebagai organ eksokrin, ovarium memproduksi sel telur (ovum, ova,
oosit) dan sebagai organ endokrin menghasilkan hormon reproduksi, terutama
estrogen dan progesteron.
Ukuran ovarium musang luak relatif sama dengan ukuran ovarium anjing
dan kucing. Ovarium musang luak berbentuk oval memanjang dan berukuran
kecil.
Perbedaan bentuk dan ukuran ovarium dapat
disebabkan oleh
perkembangan siklus reproduksi pada masing-masing individu (Hafez dan Hafez
2000; Pineda dan Dooley 2003; Samuelson 2007). Bentuk ovarium sangat
bervariasi menurut spesies, umur, dan tahapan dari siklus estrus (Dellmann dan
Eurell 1998). Pada karnivora, ovarium berukuran kecil berbentuk oval memanjang
di kedua sisi dan agak rata. Pineda dan Dooley (2003) mengatakan bahwa, bentuk
ovarium pada hewan yang menghasilkan banyak keturunan dalam sekali
kebuntingan seperti anjing, kucing, dan babi, memiliki beberapa folikel dan
korpus luteum sehingga bentuk yang dihasilkan mirip dengan buah anggur dengan
berbagai variasi ukuran.
Ovarium difiksir oleh penggantung yang disebut mesovarium. Mesovarium
merupakan jaringan ikat yang bertaut pada hilus ovarium dan merupakan pintu
masuk pembuluh darah untuk ovarium (Hafez dan Hafez 2000). Pewarnaan
Masson’s Trichrome pada ovarium musang luak menunjukkan bahwa jaringan
ikat mesovarium masuk ke dalam medula ovarium. Hal ini sesuai dengan
Samuelson (2007) yaitu bagian hilus diteruskan ke medula ovarium sehingga pada
bagian medula banyak terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe, dan jaringan
saraf.
Perbedaan berat ovarium pada individu hewan dapat disebabkan oleh
perbedaan umur, bangsa, paritas (berapa kali melahirkan), tingkatan makanan, dan
siklus reproduksi (Hafez dan Hafez 2000). Ketika folikel tersebut tumbuh dan
menjadi matang, berat ovarium akan meningkat. Panjang ovarium dextra dan
26
sinistra berturut-turut sebesar 0,79±0,23 cm dan 0,77±0,26 cm, lebih pendek
dibandingkan dengan ovarium anjing dan kucing yaitu sebesar 2 cm dan 0,8-0,9
cm (Constantinescu 2007). Ovarium dextra dan sinistra keduanya berkembang.
Musang luak dapat beranak 2-3 kali sepanjang tahun, meskipun ada catatan bahwa
anak musang luak lebih sering ditemukan pada bulan Oktober sampai Desember
(Weigl 2005).
Ovarium terdiri atas bagian korteks dan medula. Lapisan korteks ovarium
atau disebut juga zona parenkimatosa merupakan tempat perkembangan folikel
dan korpus luteum serta dilapisi oleh epitel permukaan berbentuk kubus sebaris.
Stroma korteks berupa jaringan ikat longgar. Kelenjar interstitial juga dapat
ditemukan dalam ovarium musang luak. Pada ovarium anjing dan kucing, stroma
korteks mengandung sederetan sel kelenjar interstitial berbentuk polihedral
(Dellmann dan Brown 1992; Schatten dan Rosenfeld 2007). Sel-sel kelenjar
interstitial dapat dibedakan dari sel-sel stroma ovarium dengan bentuknya yang
mirip kincir dan terbenam dalam jalinan serabut retikular (Dellmann dan Brown
1992).
Folikel dalam ovarium terdiri atas folikel primordial, primer, sekunder, dan
tersier. Folikel primordial terdapat dalam jumlah banyak dan berada di bawah
tunika albuginea. Tunika albuginea merupakan jaringan ikat yang melapisi
ovarium dan tampak berwarna biru-hijau dengan pewarnaan Masson’s Trichrome.
Menurut Dellmann dan Brown (1992), tebal tunika albuginea dapat menipis dan
bahkan menghilang karena terdesak oleh perkembangan folikel ovarium serta
korpus luteum selama aktivitas ovarium meningkat.
Folikel primordial sudah ada sejak hewan lahir dan terdapat dalam jumlah
banyak. Setiap folikel primordial mengandung oosit primer yang dikelilingi oleh
epitel pipih selapis. Secara berkala, folikel primordial akan berkembang menjadi
folikel primer, sekunder, dan tersier. Epitel pipih selapis pada folikel primordial
berganti menjadi kubus sebaris pada folikel primer. Oosit pada folikel primer juga
mengalami pembesaran. Folikel primer kemudian berubah menjadi folikel
sekunder setelah terbentuknya sel granulosa dan zona pelusida (Samuelson 2007).
Pada folikel sekunder terbentuk zona pelusida yang mengitari plasma oosit,
rongga kecil berisi cairan yang terbentuk diantara sel-sel granulosa, dan sel-sel
27
teka mulai terbentuk mengitari lapis sel-sel granulosa pada tahap akhir folikel
sekunder (Dellmann dan Brown 1992).
Pada folikel tersier terdapat suatu rongga sentral antrum folikuli yang berisi
cairan (likuor folikuli). Ooosit primer berada di satu sisi dan dikelilingi oleh selsel granulosa yang terakumulasi (kumulus ooforus), serta terbentuknya korona
radiata. Menurut Dellmann dan Brown (1992), sel-sel yang membentuk korona
radiata berperan memberi nutrisi bagi oosit, dan sel-sel granulosa membentuk
lapisan folikel parietal, disebut stratum granulosum yang menopang membran
basal. Sel teka telah berdiferensiasi menjadi sel teka interna dan sel teka eksterna.
Sel teka interna merupakan jaringan ikat dengan banyak vaskularisasi dan berada
lebih dalam dibandingkan dengan teka eksterna yaitu jaringan ikat fibrosa yang
terletak lebih luar sebagai penunjang (Samuelson 2007).
Folikel tersier atau disebut juga folikel de Graaf yang mensekresikan
hormon estrogen, yaitu diproduksi oleh sel-sel teka interna dan sel-sel granulosa.
Estrogen berfungsi untuk mempertahankan sistem saluran reproduksi, sifat-sifat
reproduksi sekunder, tingkah laku reproduksi, dan stimulasi kelenjar mammae
pada betina. Saat folikel mencapai ukuran penuh, folikel tersebut ruptur agar
ovarium dapat terlepas. Proses ini disebut dengan ovulasi dan terjadi ketika hewan
sudah dewasa kelamin. Ovum atau sel telur turun menuju tuba uterina. Sisa folikel
de Graaf yang telah mengalami ovulasi akan berkembang menjadi korpus
hemoragikum, korpus rubrum, korpus luteum, dan korpus albikan.
Korpus luteum mensekresikan hormon progesteron. Progesteron berfungsi
untuk mempersiapkan kondisi saluran reproduksi untuk menerima fertilisasi,
menyebabkan
pembesaran
kelenjar
mammae,
dan
menghambat
sekresi
Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) dari hipotalamus yang menghambat
keluarnya Folicle Stimulating Hormone (FSH) dan mencegah perkembangan
folikel (Aspinall dan O’Reilly 2007). Jika terjadi fertilisasi dan kebuntingan, maka
korpus luteum akan tetap dipertahankan dan terus berfungsi untuk memelihara
kebuntingan. Apabila hewan tidak bunting, saat masa estrus berakhir korpus
luteum akan mengalami regresi menjadi korpus albikan (Contantinescu 2007).
Folikel atresia ditandai dengan adanya membarana glasial. Tanda-tanda
untuk atresia pada dinding folikel adalah inti menjadi piknotik dan terjadi
28
kromatolisis (Dellmann dan Brown 1992). Membran glasial (selaput kaca)
merupakan membran basal lapis granulosa yang melipat, menebal, dan mengalami
proses hialinisasi selama terjadi atresia (Dellmann dan Eurell 1998; Samuelson
2007).
Tuba uterina berfungsi untuk menangkap ovum yang diovulasikan,
menyediakan lingkungan yang baik untuk ovum dan sel sperma, kapasitasi
sperma, serta menjadi tempat fertilisasi (Aspinall dan O’Reilly 2007; Dellmann
dan Brown 1992). Tuba uterina merupakan saluran dan mempunyai beberapa
lekukan yang merupakan batas antara ketiga bagian tuba uterina yaitu
infundibulum, ampulla, dan isthmus. Hal ini dipertegas dengan pengamatan secara
mikroanatomi. Utero-tubal junction atau perbatasan antara isthmus dan uterus
berfungsi untuk mencegah pergerakan bakteri dari uterus ke tuba uterina dan
rongga peritoneum, namun membolehkan semen yang diejakulasikan ke dalam
tuba uterina, serta menggerakkan embrio melalui perbatasan ini menuju uterus
pada waktu yang tepat (Pineda dan Dooley 2003).
Panjang tuba uterina musang luak yaitu 3,82±1,49 cm untuk bagian dextra
dan 3,85±1,43 cm untuk bagian sinistra. Ukuran tuba uterina musang luak
tersebut lebih pendek dari tuba uterina anjing dan kucing. Tuba uterina anjing dan
kucing berturut-turut yaitu 4–7 cm dan 3–5 cm (Pineda dan Dooley 2003), 6-10
cm dan 4-6 cm (Constantinescu 2007). Saluran ini memiliki fungsi
mengumpulkan sel telur saat dilepaskan dari folikel de Graaf, menggerakkan sel
telur menuju kornua uterus, menyediakan lingkungan yang baik untuk sel telur
maupun sperma, dan sebagai saluran tempat terjadinya fertilisasi (Samuelson
2007).
Tuba uterina terdiri atas membran mukosa yang membentuk lipatan primer,
sekunder, dan tersier (Hafez dan Hafez 2000). Infundibulum berbentuk seperti
corong tipis dan memiliki jumbai-jumbai yang disebut fimbria yang berfungsi
membantu menangkap sel telur. Fimbria akan bergabung menjadi struktur tubular
tunggal pada bagian akhir infundibulum, sebelum akhirnya bergabung menjadi
ampulla (Samuelson 2007). Lapis mukosa tuba uterina dilapisi epitel silindris
sebaris tanpa silia. Lipatan mukosa tuba uterina akan menjadi semakin tinggi
ketika mendekati ovarium. Lipatan mukosa-submukosa pada daerah infundibulum
29
lebih tinggi dibandingkan dengan di daerah ampulla dan isthmus. Lapis
muskularis pada isthmus lebih tebal dibandingkan dengan ampulla dan
infundibulum. Pergerakkan ovum maupun spermatozoa digantikan oleh kontraksi
otot polos yang terdapat dalam tuba uterina pada lapis muskularis serta dibantu
oleh hormon-hormon yang berasal dari ovarium. Lapis muskularis tersebut akan
semakin tebal jika mendekati perbatasan dengan uterus yaitu utero-tubal junction
(Aughey dan Frye 2001).
Ampulla merupakan tempat terjadinya fertilisasi, yaitu di sepertiga bagian
tuba uterina. Daerah ampulla dan isthmus musang luak memiliki lipatan mukosasubmukosa yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah
infundibulum.
Isthmus merupakan tuba uterina yang berbatasan dengan kornua uterus. Susunan
mikroanatomi tuba uterina secara umum yaitu terdiri atas lumen, lapisan mukosa,
submukosa, muskularis mukosa, dan serosa. Lapisan muskularis mukosa berupa
lapisan otot polos dan lapisan serosa berupa jaringan ikat yang mengandung
banyak pembuluh darah dan saraf. Menurut Kimura et al. (2004), isthmus
memiliki lapisan muskularis yang lebih tebal dan lapis mukosa yang lebih tipis
dibandingkan dengan ampulla. Jika terjadi fertilisasi, sel telur yang telah dibuahi
akan menjadi zigot dan mengalami proses pembelahan (cleavage).
Proses konseptus, implantasi, dan perkembangan fetus terjadi di dalam
uterus. Akers dan Denbow (2008) menyebutkan bahwa terdapat tiga tipe uterus
yaitu tipe dupleks, bikornua, dan simpleks. Musang luak memiliki tipe uterus
bikornua yaitu sama dengan karnivora lainnya seperti anjing dan kucing. Tipe
bikornua terdiri atas dua kornua uterus, satu korpus uterus, dan satu serviks uterus
(Pineda dan Dooley 2003). Uterus berfungsi untuk menyediakan tempat untuk
perkembangan fetus. Uterus juga berfungsi untuk menyediakan lingkungan yang
optimal agar embrio dapat bertahan dan mengondisikan embrio agar dapat
menerima nutrisi, hal ini dilaksanakan oleh plasenta (Aspinall dan O’Reilly 2007).
Moghe (1956) mengatakan bahwa Indian palm civet memiliki jenis plasenta
zonaria serupa dengan anjing dan kucing. Uterus difiksir oleh jaringan
penggantung di kedua sisi lateral yang disebut mesometrium.
Kornua uterus musang luak berjalan ke arah craniolateral. Kornua uterus
dextra dan sinistra memiliki panjang berturut-turut 3,04±0,22 cm dan 3,27±0,60
30
cm. Kornua uterus berukuran lebih pendek jika dibandingkan dengan kornua
uterus anjing dan kucing. Kornua uterus anjing dan kucing yaitu sebesar 10–14
cm dan 6–10 cm (Pineda dan Dooley 2003), serta 12-16 cm dan 9-11 cm
(Constantinescu 2007). Korpus uterus berukuran lebih pendek dibandingkan
dengan kornua uterus. Ukuran korpus uterus yaitu 2,32±0,12 cm. Percabangan
korpus uterus menjadi kornua uterus disebut dengan bifurcatio uteri. Perbatasan
korpus uterus dengan serviks uterus tidak dapat dilihat secara makroanatomi.
Struktur mikroanatomi kornua dan korpus uterus musang luak secara umum
sama, yaitu terdiri atas lumen, mukosa-submukosa (endometrium), lapis
muskularis mukosa (miometrium), dan lapis serosa (perimetrium). Lumen uterus
dilapisi oleh sel epitel silindris sebaris dan terdapat banyak kelenjar uterus.
Kelenjar uterus disebut juga kelenjar endometrial karena terletak dalam lapis
endometrium. Kelenjar uterus musang luak berbentuk simple tubular gland. Lapis
mukosa uterus anjing memiliki kelenjar uterus yang panjang dan kripta tubular
yang pendek, sedangkan kucing memiliki bentuk radial atau spiral longitudinal
(Getty 1975). Kelenjar uterus merupakan kelenjar eksokrin (Aughey dan Frye
2001). Lapis muskularis terdiri atas lapis otot polos sirkuler dan longitudinal dan
perimetrium terdiri atas jaringan ikat longgar, pembuluh darah, dan jaringan saraf
(Dellmann dan Brown 1992).
Serviks uterus merupakan penghubung antara korpus uterus dan vagina.
Fungsi utama serviks yaitu sebagai penutup lumen uterus, sehingga mencegah
masuknya mikroba dari vagina dan organ reproduksi eksternal. Serviks secara
normal berkonstriksi dan berdilatasi hanya untuk membolehkan semen saat estrus
atau fetus lewat ketika partus (Aspinall dan O’Reilly 2007; Colville dan Bassert
2002). Panjang serviks uterus lebih pendek dibandingkan dengan panjang vagina,
yaitu sebesar 0,97±0,44 cm. Hal ini sama dengan serviks uterus pada anjing dan
kucing. Serviks uterus anjing dan kucing memiliki ukuran yang lebih pendek
dibandingkan dengan vaginanya (Pineda dan Dooley 2003).
Serviks uterus musang luak memiliki lumen yang sempit. Mukosa serviks
dilapisi oleh sel epitel silindris sebaris bersilia dan juga terdapat sel penghasil
mukus. Sel penghasil mukus meningkat saat estrus dan dikeluarkan lewat vagina
(Dellmann dan Eurell 1998). Lamina propria serviks uterus musang luak berupa
31
jaringan ikat. Lapis muskularis terdiri atas lapis dalam sirkuler dan lapis luar yang
longitudinal. Serabut elastik terdapat pada lapis otot sirkuler. Otot dan serabut
elastik berperan untuk memulihkan kembali bentuk serviks setelah partus
(Dellmann dan Brown 1992). Lapis serosa serviks tersusun atas jaringan ikat
longgar.
Vagina terletak di rongga pelvis, yang dibatasi oleh serviks di bagian
anterior, rektum di bagian dorsal, vesika urinaria serta urethra di bagian ventral
dan orificium urethralis externum di posterior (Getty 1975). Orificium urethralis
externum merupakan titik bertemunya traktus reproduksi dengan urethra. Panjang
vagina memiliki rata-rata sebesar 1,27±0,44 cm. Ukuran vagina lebih pendek
dibandingkan dengan vagina anjing yaitu 5-10 cm (Pineda dan Dooley 2003) dan
kucing yaitu 2-3 cm (Constantinescu 2007).
Lapis mukosa vagina musang luak tersusun atas epitel pipih banyak lapis
dan terdapat lapis keratin. Samuelson (2007) mengatakan bahwa saat anjing
betina memasuki masa estrus, epitel yang melapisi mukosa vagina adalah epitel
pipih banyak lapis yang terkeratinisasi. Lapis submukosa atau lamina propria
terdiri atas jaringan ikat. Lapis muskularis juga terdapat dalam vagina musang
luak yang terdiri atas otot polos. Lapis adventisia terdiri atas jaringan ikat longgar,
serta terdapat pembuluh darah dan saraf (Dellmann dan Eurell 1998).
Vestibula diawali dari orificium urethralis externum sampai vulva.
Vestibula merupakan saluran yang menghubungkan vagina dan vulva. Panjang
vestibula yaitu 0,71±0,22 cm, ukuran tersebut lebih pendek dibandingkan dengan
vestibula anjing yaitu 5-6 cm (Constantinescu 2007) dan 2-5 cm (Pineda dan
Dooley 2003), namun serupa dengan panjang vestibula kucing yaitu 0,5-1,5 cm
(Pineda dan Dooley 2003). Struktur mikroanatomi vestibula pada umumnya sama
dengan vagina. Vestibula tersusun atas lapisan mukosa, lapisan submukosa yaitu
lamina propria, juga terdapat lapis muskularis dan lapisan serosa. Epitel yang
menyusun mukosanya adalah epitel pipih banyak lapis. Menurut Samuelson
(2007), konstruksi vestibula mirip dengan vagina bagian caudal, namun vestibula
memiliki folikel getah bening subepitel terutama di daerah klitoris.
Vulva merupakan organ reproduksi eksternal yang terdiri atas labia dan
klitoris. komisura dorsal musang luak berbentuk agak lancip dan terdapat rambut
32
yang lebat, sedangkan komisura ventralnya membulat. Labia yang berkembang
pada karnivora adalah labia minor dan hanya primata yang memiliki labia mayor
yang sesungguhnya (Getty 1975). Menurut Constantinescu (2007), setiap hewan
memiliki bentuk, ukuran, dan ketebalan labia yang berbeda-beda. Klitoris musang
luak tidak tampak secara makroanatomi namun terlihat adanya fossa klitoris. Hal
ini sesuai dengan Getty (1975), bahwa klitoris pada hewan karnivora dewasa akan
tertahan perkembangan embrionalnya. Klitoris tersusun atas jaringan erektil dan
dilapisi oleh epitel pipih banyak lapis, serta terdapat banyak ujung saraf sensoris
(Senger 2005).
Download