POKOK BAHASAN 4. STRUKTUR MORFOLOGI ORGAN REPRODUKSI PADA TUMBUHAN 1.1 Tumbuhan berbiji terbuka (Spermatophyta, Gymnospermae) Pada tumbuhan berbiji terbuka (Spermatophyta; Gymnospermae) alat reproduksi generatif berupa daun yang mendukung spora mirip dengan tumbuhan paku, yaitu berupa mikrosporoffl yang tersusun dalam strobillus (kerucut jantan) dan makrosporofil yang tersusun dalam strobillus (kerucut betina). Pada tumbuhan berbiji tertutup (Spermalophyta; Angiospermae) alat reproduksi generatif adalah perkembangan dari kuncup bunga kemudian menjadi organ bunga. Bunga merupakan sistem percabangan suatu batang (aksis), yang terdiri dan bagian yang bersifat steril dan fertil. Bagian steril berupa tangkai, dasar bunga (receptacle), daun pelindung (brachtea), dan perhiasan bunga yang terdiri dari daun kelopak dan daun mahkota. Bagian yang fertil terdiri dari mikrosporofil sebagai benang sari (stamen) dan makrosporofihl megasporofil atau daun buah sebagai penyusun putik (pistilum). Berdasarkan posisinya bunga dapat terdapat di ujung batang atau cabang (terminalis), serta di ketiak daun (axillaris atau lateralis). Bunga pada tumbuhan dapat berjumlah satu disebut tumbuhan berbunga tunggal (planta uniflora) atau lebih dari satu disebut tumbuhan berbunga banyak (planta multiflora), yang dapat tersusun sebagai tukal (glomerulus), berkas (fasiculus) atau dalam karangan yang disebut bunga majemuk (anthotaxis atau inflorescentia). 4.2 Bagian-bagian bunga majemuk (perbungaan) Bunga mejemuk memiliki bagian-bagian penyusunnya antara lain: (1) tangkai induk atau ibu tangkai bunga (rachis; pedunculus; pedunculus communis) merupakan aksis perbungaan sebagai lanjutan dari batang atau cabang. Aksis ini dapat tidak bercabang disebut sumbu bunga (scapus) atau bercabang membentuk ruas cabang pertama (rachilla), percabangan selanjutnya sebagai ruas cabang kedua (rachiolla) dan seterusnya, (2) tangkai bunga (pedicellus) merupakan cabang terakhir yang mendukung bunga, (3) dasar bunga (receptacle) merupakan ujung tangkai bunga sebagai tempat bertumpunya bagian-bagian bunga, (4) daun pelindung (brachtea) merupakan daun terakhir yang di ketiaknya tumbuh bunga. Pada tumbuhan Monocotyledoneae daun pelindung bersifat dominan berupa seludang bunga (spatha). (5) daun tangkai (brachteola) merupakan daun pelmdung yang letaknya di pangkal tangkai bunga. 2. daun kelopak (sepal) merupakan daun perhiasan bunga pangkal, pada umumnya fotosintetik (hijau), secara kolektifmembentuk kelopak bunga (calyx). 3. daun mahkota atau daun tajuk (petal) merupakan daun perhiasan bunga yang tidak fotosintetik berwarna-warni atau tidak, secara kolektif membentuk mahkota bunga (corolla). Apabila kelopak dan mahkota bunga secara morfologi tidak dapat dibedakan disebut daun tenda bunga (tepal) secara kolektif disebut tenda bunga (perigonium). 3. daun mahkota atau daun tajuk (petal) merupakan daun perhiasan bunga yang tidak fotosintetik berwarna-warni atau tidak, secara kolektif membentuk mahkota bunga (corolla). Apabila kelopak dan malikota bunga secara morfologi tidak dapat dibedakan disebut daun tenda bunga (tepal) secara kolektif disebut tenda bunga (perigonium). Gambar 4.1. Skema bagian-bagian bunga. 4. benang sari (stamen) adalah daun fertil yang terdiri dari kepala sari (anthem), berisi serbuk sari (polen), tangkai sari (filamen) pendukung kepala sari. 5. daun buah (carpell) adalah daun fertil pendukung makrospora berupa bakal biji (ovulum) yang secara kolektif membentuk putik (pistill). Bunga pada umumnya memiliki putik tunggal (unipistill), tetapi pada keluarga Polycarpicae jumlahnya banyak (polipistill). Susunan bunga majemuk Berdasarkan pada; (1) arah mekarnya bunga, (2) pertumbuhan bunga di ujung aksis perbungaan, (3) pertumbuhan aksis perbungaan, perbungaan dapat dikelompokkan menjadi: 1. Bunga majemuk tidak berbatas; dengan pertanda bunga mekar dan arah pangkal karangan bunga ke ujung atau dan pinggir karangan ke tengah, selalu tumbuh kuncup bunga baru dalam waktu tertentu, dari ujung aksis bunga tumbuh kontinu. Disebut dengan istilah inflorescentia racemosa, botryoides, centripetal). Bunga majemuk tipe ini dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu: a. Aksis karangan bunga tidak bercabang; meliputi berbagai bentuk karangan bunga antara lain: (1) tandan (raceme); bunga bertangkai nyata dan duduk pada aksis, (2) Bulir (spica) bunga tanpa tangkai dan langsung duduk pada aksis, kelamin bunga banci, (3) Untai atau bunga lada (amentum); bunga tanpa tangkai duduk pada aksis, kelamin bunga tunggal (terdapat bulir jantan dan betma), (4) Tongkol (Spadix); bunga tanpa tangkai duduk pada aksis, pada aksis yang menebal dibedakan antara bagian bunga jantan, betina, dan daerah steni, biasanya memiliki seludang bunga, (5) Payung (umbella); bunga bertangkai nyata, tumbuh di ujung aksis karangan bunga pada satu titik tumbuh, setiap tangkai memiliki daun pelmdung di pangkal, (6) Cawan (crymbus, anthodium) bunga bertangkai nyata, tumbuh di ujung aksis yang melebar seperti cawan, bunga duduk dipermukaannya, seluruh bunga dilidungi oleh daun pembalut (involucrum). Bunga yang berjumlah banyak dibedakan antara bunga pinggir (bunga pita; pinggir; ligulate) dan bunga tengah (tabung; disc; tubuler) karena letaknya di tengah karangan bunga, (7) Bongkol (capitulum) bunga bertangkai pendek duduk di ujung aksis karangan yang menggelembung menyerupai kepala atau bola, di setiap pangkal tangkai bunga terdapat daun pelmdung berupa sisik, (8) Periuk (Hypanthodium) karangan bunga ini memiliki dua tipe berdasarkan perkembangan dan aksis karangan, yaitu tipe gada pada Artocarpus, dan tipe penuk Ficus. b. Aksis karangan bercabang; meliputi bentuk-bentuk karangan bunga: (1) malai (panicula; panicle) aksis karangan bercabang secara monopodial, di setiap cabang aksis merupakan unit tandan, sehingga dapat disebut tandan majemuk, (2) malai rata (corymbus ramosus) merupakan karangan seperti malai, tetapi setiap bunga memiliki posisi pada kurang lebih pada bidang datar, (3) tongkol majemuk aksis karangan bercanang, setiap cabang merupakan susunan tongkol, (4) Payung majemuk (umbella composita) aksis bercabang di ujungnya, ujung cabang bercabang lagi, sehingga seperti payung bertingkat, (5) Bulir majemuk; aksis bercabang secara sembarang, tetapi setiap cabang memiliki susunan bulir. 2. Bunga majemuk berbatas; dengan pertanda bunga mekar dari arah ujung ke pangkal atau dari dalam karangan ke luar, terdapat bunga di ujung karangan sehingga pertumbuhan aksis berhenti, disebut dengan istilah inflorecentia cymosa, definita, centrifuga). Berdasarkan pada pola percabangan aksis karangan dibedakan berbagai bentuk karangan antara lain: (1) Menggarpu (dichaesium) bunga di ujung aksis adalah bunga tertua, aksis bercabang dua buah sama panjang, masmg-masing mendukung sam bunga di ujungnya, tipe seperti ini di sebut menggarpu tunggal (simple dichaesium), dan bila dua cabang tersebut mengalami percabangan lagi disebut menggarpu majemuk (compound dichaesium), (2) Tangga atau cabang seling (cincinus) aksis bercabang secara beruntun tetapi setiap terjadi cabang pada sisi yang bersebelahan (selang-selmg), pada setiap pangkal percabangan berdaun pelindung. Pada keluarga Euphorbiaceae yaitu Euphorbia spp. cabang selmg terjadi pada bunga jantannya saja, dimana satu bunga betina dikelilingi oleh lima bunga jantan dalam susunan tangga seling disebut karangan bunga cyathium, (3) Sekerup (bostryx), seperti pada tangga selmg tetapi sudut antar cabang adalah 900, (4) Sabit (drepamum) aksis bercabangsecara beruntun, tetapi cabang hanya terjadi pada satu sisi, sehingga bunga susunamiya membelok seperti sabit, (5) Kipas (rhipidium) seperti pada tangga seling tetapi bunga terdapat kurang lebih pada bidang datar, (6) Karangan semu (verticillate); aksis bercabang, setiap cabang mendukung bunga pada setiap buku cabang, 4.3 Bagian-Bagian Bunga: Dasar Bunga (Receptacle; Receptaculum) Dasar bunga merupakan tempat tumbuhnya perhiasan bunga dan kelamin bunga. Berdasarkan pada perkembanganya dasar bunga dapat memiliki bentuk: (1) rata; dasar bunga seperti ini menimbulkan adanya kedudukan semua bagian bunga sama tinggi. Bila dilihat posisi putik terhadap perhiasan bunga lebih tinggi, disebut menumpang (superus) atau letak perhiasan bunga sama tinggi dengan putik disebut kedudukan perhiasan bunga perigin. (2) kerucut (torus) dengan demikian kedudukan putik menjulang tinggi, jadi menumpang (superus), tetapi perhiasan lebih rendah (hipogen), (3) cawan bila demikian maka perhiasan bunga di tepi cawan, sehingga kedudukan putik tetap menumpang (superus) dan perhiasan bunga lebih rendah (hipogen), (4) mangkuk bila demikian maka perhiasan di tepi mangkuk kedudukannya paling tinggi dibanding bagian bunga lainnya (epigen), sedang putik lebih rendah (inferus). Perhiasan Bunga (Penanthium) Perhiasan bunga disusun oleh dua unsur daun steril, yaitu daun kelopak (sepal) yang secara kolektif menyusun kelopak bunga (calyx) dan daun malikota (petal) yang secara kolektif menyusun mahkota bunga (corolla). Kelopak bunga (calyx) adalah perhiasan bunga terpangkal, pada waktu muda (kuncup) merupakan pelindung bagian bunga yang lain, tersusun dan daun kelopak (sepal). Mahkota Bunga (Corolla) Posisi mahkota bunga ada di sebelah dalam dan kelopak, tersusun atas daun mahkota (petal), ukuran umumnya lebih besar dibanding mahkota, warnanya bermacam-macam karena adanya antosian. Susunan bunga bervariasi, kadang berbau harum atau tidak. Bau dan warna mahkota dapat menjadi daya tarik terhadap kunjungan serangga penyerbuk. Berdasarkan ada tidaknya, serta perilaku perlekatannya bunga dapat memiliki fenomena: (1) tanpa daun mahkota (apetal) (2) daun mahkota berlepasan (choripetal, dialypetal, polypetal), bila daun mahkota lepas antara satu dengan yang lain, (3) daun mahkota berlekatan (sympetal, gamopetal, monopetal), daun mahkota yang satu dengan yang lain saling berlekatan, membentuk tabung atau buluh mahkota, cuping mahkota, dan leher mahkota. Mahkota bunga berdasarkan simetrinya dapat dikelompokkan antara: (1) simetri beraturan (regularis; actinomorf; polisimetri), meliputi bentuk mahkota bintang, tabung, terompet, mangkuk, corong, lonceng, (2) simetri tunggal atau satu (monosimetri, zigomorf), meliputi bentuk mahkota: (a) bertaji (calcareus) salah saffi mahkota mengalami metamorfosis menjadi taji, (b) berbibir (labiate); mahkota terbagi menjadi dua bibir anterior dan posterior, dimana bibir anterior lebih besar dan bibir posterior, (c kupu-kupu (papilionaceus) memiliki 5 daun mahkota, 1 di bagian anterior menjadi bendera (vexillum), 2 di bagian lateral menjadi sayap (alae), dan 2 di bagian posterior berlekatan membentuk lunas (carina), (d) kedok (personate); seperti bunga berbibir, tetapi bibir posterior lebih besar dan pada bibir anterior, (e) pita (ligulate) bagian leher mahkota berlekatan membentuk pipa, ujungnya memiliki 1,2,3, atau 5 cuping mahkota. Alat Kelamin Jantan (Androecium) Alat kelamin jantan pada tumbuhan berasal dari metamorfosis daun fertil (mikrosporofil) menjadi benang sari (stamen), bagian yang akan menjadi tangkai daun berkembang menjadi tangkai sari (filament), bagian yang akan menjadi helaian berkembang menjadi kepala sari (anthera), dan bagian yang akan menjadi ibu tulang daun berkembang menjadi daerah penghubung ruang sari (connectivum). Tangkai sari berdasarkan kedudukannya terhadap bagian bunga yang lain, dapat duduk di dasar bunga (Thalamflorae), duduk di permukaan kelopak (CalicWorae), atau duduk pada daun mahkota (Corolliflorae). Berdasarkan jumlah benang sari yang terdapat pada bunga maka benang sari dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu: (1) banyak, jika jumlah benang sari lebih dari 20 buah, (2) dua kali lipat jumlah daun mahkota, jika benang sari di lingkaran luar berseling dengan daun mahkota, ini disebut diplostemon. Jika benang sari di lingkaran dalam yang berseling dengan daun mahkota disebut obdiplostemon, (3) sama dengan jumlah daun mahkota. Jika benang sari berhadapan dengan daun kelopak dan berseling dengan daun mahkota disebut episepal, dan jika berhadapan dengan daun mahkota dan berseling dengan daun kelopak disebut epipetal. Kedudukan kepala sari terhadap tangkai sari dapat memiliki kemungkinan: (1) tegak (innatus; basifixed), jika kepala sari dan tangkai sari menyatu. (2) menempel (adnate), jika tangkai sari berubah menjadi penghubung ruang sari. (3) bergoyang (versatile), jika ujung tangkai sari berartikulasi di satu titik perlekatannya. Berdasarkan cara pecahnya kepala sari dibedakan menjadi benang sari yang membelah dengan: (1) celah membujur (longitudinal dehiscens). Tipe ini dibedakan antara menghadap ke aksis bunga disebut menghadap ke dalam (introrse), menjauhi aksis bunga disebut menghadap ke luar (extrorse), dan sejajar dengan aksis disebut menghadap ke samping (lateral), (2) celah melintang (tranversal), (3) hang (pore), (4) kelep atau katup (valve). Berdasarkan pada keberadaan bagian-bagian bunga tanpa memperhitungkan tangkai dan dasar bunga, dapat dibedakan beberapa tipe bunga, yaitu: (1) bunga lengkap atau sempurna (complete), jika memiliki kelopak dan mahkota bunga. (2) bunga tidak lengkap atau tidak sempurna (incomplete), bila tidak memiliki salah satu perhiasan bunga, sehingga dapat bersifat petaloid atau sepaloid. (3) bunga sempurna (perfect flower) jika memiliki benang sari dan putik, jika berkelamin tunggal dapat disebut sebagai bunga jantan (staminate flower) atau betina (pistillate flower), bersifat unisekual. Pada populasi jenis tumbuhan atau individu tumbuhan, dapat memiliki komposisi kelamin bunga yang berlainan, sehmgga dapat dibedakan antara tumbuhan yang : (1) berumah satu (monoecus), memiliki kelamin jantan dan betina di dalam satu individu tumbuhan, (2) berumah dua (dioecus), terdapat individu jantan dan betina di dalam populasi jenisnya, (3) poligami (polygamus), jika pada individu tumbuhan dijumpai individu jantan, betina, dan banci. Alat Kelamin Betina (Gynoecium) Alat kelamin betina pada bunga tersusun atas putik (pistil), dan putik tersusun oleh unit dasarnya berupa daun buah (megasporofil; carpell). Putik pada bunga umumnya berjumlah satu dengan banyak daun buah (unipistil policarpell), tetapi pada golongan Polycarpicae (Ranales) memiliki putik banyak sekali dan setiap putik disusun oleh satu daun buah (polipistil unicarpell). Putik pada umumnya memiliki bagian: (1) bakal buah (ovarium), (2) tangkai putik (stylus), dan (3) kepala putik (stigma). Berdasar jumlah daun buah penyusunnya putik dibedakan antara putik tunggal (simple) yaitu putik yang hanya disusun oleh satu daun buah, dan putik majemuk (composite) bila disusun oleh banyak daun buah. Bakal Buah (Ovarium) Bakal buah merupakan bagian putik yang membesar menumpang pada dasar bunga yang tersusun oleh daun buah (carpell). Setiap daun buah mendukung bakal biji (ovule), antara bakal biji dan daun buah dihubungkan oleh tali pusar (foeniculus). Pada daun buah terdapat bagian tempat tertancapnya tali pusar disebut tembum (placenta), dan tempat tertancapnya pada bakal biji pada tali pusar disebut pusar biji (hilum). Daun buah yang menyusun bakal buah (putik) dapat berjumlah banyak. Bila daun buah satu dengan yang lainnya tidak berlekatan (lepas) disebut putik apocarpell, sebaliknya bila saling berlekatan disebut putik coenocarpell. Bila salmg berlekatan dan membentuk satu ruang disebut putik paracarpell, sedang bila membentuk satu ruang sejumlah daun buah disebut putik syncarpell. Bakal buah dapat dibedakan berdasarkan jumlah ruang, yaitu: (1) beruang satu, (2) beruang dua, (3) buarang tiga, (4) beruang banyak. Tata letak tembuni pada daun buah dapat bersifat marginal, yaitu apabila tembuni tertelak di bagian tepi dan daun buah, sedangkan apabila tembuni terletak di permukaan helai daun buah bersifat laminal. Plasentasi bakal biji di dalam bakal buah dibedakan menjadi beberapa tipe: (1) parietal, yaltu pada dinding di sebelah dalam bakal buah, dapat bersifat parietal marginalis atau parietal laminalis, (2) sentral (central), bila tembuni di aksis tengah rongga bakal buah, (3) basal (basalis), tembuni terletak di pangkal pusat atau poros aksis buah, (4) di sudut tengah (aksilar), tembuni terletak di sudut pertemuan daun buah. Bakal Biji (Ovulum) Bakal biji memiliki bagian-bagian antara lain: (1) kulit (selaput) bakal biji (integument), yaitu lapisan paling luar yang akan berkembang menjadi kulit biji, jumlahnya dapat lebih dari satu, (2) badan bakal biji (nucellus), jaringan yang diselubungi kulit bakal biji, (3) kandung lembaga (saccus embrional), mengandung Sel telur (ovum), kandung lembaga sekunder, sinergid, dan antipoda. (4) liang bakal biji (micropyle), suatu lubang sebagai tempat lewatnya sel spema melalui buluh serbuk sari sebagai jalan sel kelamin jantan dalam proses pembuahan.. Bakal biji pada tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) berada di dalam . daun buah yang berlekatan membentuk bakal buah., sedangkan pada tumbuhan berbiji telanjang atau terbuka (Gymnospermae) bakal biji terletak pada permukaan luar daun buah. 4.4 BUAH (FRUCTUS) Setelah terjadi peristiwa pembuahan (fertilisasi), maka bakal buah berkembang menjadi buah. Secara morfologi kadang buah yang terjadi, hanya dan bagian bakal buah saja disebut buah sejati atau buah sungguh, dan karena tidak memiliki struktur tambahan disebut buah telanjang (fructus nuda). Bila buah yang terjadi selain dan bakal buah diikuti pula oleh bagian bunga yang lain, maka disebut buah palsu atau semu (fructus spurius). Bagian bunga yang dapat berkembang dan ikut menyusun buah antara lain: (1) daun pelindung, misalnya klobot tanaman jagung, (2) daun kelopak, misalnya tanaman terong, (3) tangkai putik, misal pada buah jagung, (4) kepala putik, misalnya buah manggis, (5) tangkai bunga, misalnya jambu monyet, (6) pethiasan bunga, misalnya nangka, (7) dasar bunga, misalnya tanaman elo. Gambar 4.2. Skema benang sari dan putik, serta diagram potongan melmtang kepala san (A) dan penampang melintang bakal buah (B). 4.5 BIJI (SEMEN) Biji memiliki bagian-bagian: 1. kulit biji (spermodermis), berasal dari da selaput bakal biji (integumentum). Pada tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) kulit biji terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan luar uar (testa) keras dan lapisan dalam (tegmen) sebagai kulit ari. Pada tumbuhan berbijii telanjang umumnya tersusun dari da kulit luar (sarcotesta), kulit tengah (scierotesta), dan kulit dalam (endotesta). Alat tambahan pada kulit biji dapat berupa: (1) sayap (alae), (alae), adalah alat tambahan pada kulit luar, umumnya digunakan untuk pemencaran biji, (2) bulu (coma), berasal dari sel kulit biji bagian terluar, menjadi rambut atau bulu halus, umumnya berguna untuk pemencaran, (3) salut biji (arillus), merupakan pertumbuhan pertumbuhan tali pusar atau penggantung biji (funiculus), (4) salut biji semu (ariflodium), berasal dan pertumbuhan bagian liang bakal biji (micropyle), (5) pusar biji (hilus), bekas penlekatan dengan tali pusan, dengan warna dan kekasaran yang berbeda, (6) hang biji iji (micropyle (7) tulang biji (raphe), terusan tali pusar pada biji. 2. Talii pusar (foenikuhus). Tali pusar pusa sering disebut sebagai penggantung biji, dapat apat memiliki bentuk yang bervariasi, berva bila biji telah tua maka tali pusa pusar umumnya mengering dan lepas. 3. Inti biji atau isi biji (nucheus seminis). Inti biji terdiri atas lembaga (embrio) dan putih lembaga (ahbumen) yang berisikan be isikan cadangan makanan, untuk pertumbuhan kecambah, sebelum memilikii kemampuan mencari makan sendiri. sendi Lembaga (Embrio) Pada tumbuhan berbiji lembaga memperlihatkan memperl hatkan tiga bagian utama tubuh tumbuhan, yaitu aitu : (1) Akar lembaga atau calon ca akar (radicula) bagian ini tumbuh hipokotil (hypocotyhe), di ujungnya akan tumbuh akar primer (radix primarius), yang pada tumbuhan Dicotyledoneae membentuk membentuk sistem akar tunggang. Pada Monocotyledoneae akar primer mereduksi sehingga terbentuk sistem akar serabut. (2) daun lembaga embaga (cotyhedo), merupakan daun pertama, pada Dicotyledoneae berjumlah Gambar 4.3: Skema lembaga pada biji tumbuhan; a. biji kacang (Dicoyledoneae) (Dicoyledoneae) b. biji jagung (Monocotyledoneae). dua (keping dua), ), pada Monocotyledoneae berjumlah satu (keping satu). ). (3) batang lembaga (caulicula), merupakan cikal bakalnya batang yang memiliki ruas (internodes) dan buku (node), dapat dibedakan antara ruas batang di atas daun lembaga (internodium epicotylum) dan ruas di bawah daun lembaga (internodium hypocotylum). 4.6 RUMUS BUNGA Dalam melakukan penyandraan (deskripsi), susunan bunga dapat dinyatakan dengan rumus bunga, yang dinyatakan dengan lambang, huruf, dan angka yang menggambarkan sifat bunga beserta bagian-bagiannya. Lambang digunakan untuk: (1) simetri bunga, yaitu simetri tunggal (1), simetri banyak (reguler) (9, simetri bilateral (+). (2) kelamin bunga, (3) perlekatan bagian bunga, perlekatan bagain bunga dapat bersifat connate antar bagian-bagain dalam bagian, misalnya antara daun mahkota satu dengan yang lainnya, dan adnate yaitu antar bagian bunga, misalnya antara mahkota dengan benang sari. K3, C3, A(3+3), G3 rumus ini menggambarkan connate antara benang sari. K3, [C3, A3+31, G3. rumus mi adnate antara mahkota dan benang sari. (4) kedudukan bakal buah, dilambangkan garis bawah tmtuk bakal buah menumpang, garis di atas untuk kondisi tenggelam. Huruf digunakan untuk menyatakan bagian bunga, dan angka digunakan sebagai indek untuk menyatakan jumlah bagian bunga: (1) K atau Ca, untuk kelopak (calyx) bila berindeks K5, maka kelopak disusun dan 5 daun kelopak, dan bila connate dirumuskan K(5), (2) C atau Co, untuk mahkota (corolla) bila berindeks C5, maka mahkota disusun dan 5 daun mahkota, dan bila adnate dengan kelopak [K5, C5], (3) A, untuk alat kelamin jantan (androecium) bila berindeks A3+3, maka disusun dan 6 benang sari dalam dun lingkaran, (4) G, untuk alat kelamin betina (gynaccium) bila berindeks G(3), maka disusun dari 3 daun buah yang bersifat sinkarp, (5) P, untuk tenda bunga (perigonium).yaitu bila kelopak dan mahkota bunga tidak dapat dibedakan (perigonium). 4.7 DIAGRAM BUNGA Diagram bunga adalah gambar proyeksi pada bidang datar seluruh bagian bunga yang dipotong melintang, sehingga dijumpai penampang daun pelindung, daun kelopak, daun mahkota, benang sari, dan putik. Gambar diagram dinyatakan sebagai penampang melintang dan setiap bagian bunga, antara lain: (1) aksis batang, notasi lingkaran kecil, pada posisi aksilar atau terminal., (2) daun pelindung, notasi bulan sabit dengan tonjolan di tengah bagian luar, (3) daun kelopak, notasi bulan sabit dengan tonjolan di tengah bagian sisi luar, (4) daun mahkota, notasi bulan sabit tanpa tonjolan di bagian tengah sisi luar, (5) alat kelamin jantan, notasi bentuk ginjal, (6) alat kelamin betina, notasi lingkaran tunggal atau berjari-jan menunjukkan jumlah daun buah penyusunnya, serta posisi biji terhadap daun buah. Terdapat dua macam diagram bunga yaitu diagram empirik dan diagram teoritik, diagram empirik menggambarkan bagian bunga yang benar-benar ada sesungguhnya, sedang diagram teoritik menggambarkan bagian sesunggulmya dan bagian-bagian bunga yang sudah tidak ada lagi, tetapi menurut teori seharusnya ada. Langkah-langkah yang dilakukan untuk membuat diagram bunga adalah menentukan: (1) posisi bunga pada batang, (2) garis median, yaitu garis penghubung antar bunga, aksis batang, dan daun untuk memnentukan simetri bunga, (3) jumlah unit dasar setiap bagian bunga, (4) adanya connate dan adnate bagian-bagian bunga, (5) aestivatio perhiasan bunga. 4.8 PENYANDRAAN ATAU PERTELAAN (DESKRIPSI, DESCRIPTIO) Pertelaan adalah teknik penggambaran sifat-sifat morfologi tumbuhan secara verbal, yang dapat dilengkapi dengan gambar, data penyebaran, habitat, asal-usul, dan manfaat dan golongan tumbuhan yang dimaksud. Pertelaan golongan tumbuhan dapat pada tmgkat suku, magra, jems, dan di bawah tingkat jenis, serta dilakukan untuk populasi dalam wilayah penyebaran dan bukan diperuntukkan bagi individu. Pertelaan memiliki aturan baku, yang harus diikuti oleh pelaku: (1) Ketentuan umum untuk tumbuhan (obyek): (a) dibuat dari hal yang bersifat umum ke khusus, (b) dari bagian pangkal ke ujung organ, (c) dari luar ke dalam organ, (d) dari organ ke bagian organ. (2) Menggunakan istilah baku botani, (3) Pengaturan kalimat sederhana, tanda kata sambung (tipe telegraf), (4) menyertakan keterangan lain yang dapat menjadi informasi bagi pengguna tumbuhan. Berikut adalah petunjuk untuk menyusun pertelaan lengkap suatu jenis tumbuhan: (1) Perawakan (habitus), disebutkan perawakan pohon, semak, herba (terna). Ukuran perawakan, kemudian umur satu, dua, dan sepanjang tahun. Kemudian sebut apakah ada bentuk metamorfose misal rimpang, umbi, dan lain-lain. (2) Akar, sitem perakaran, bagian akar, adanya akar khusus, dan lain-lain. (3) Batang, tipe batang pokok, percabangan batang, arah tumbuh, posisi kuncup pada batang, dan alat tambahan, (4) Daun, mejemuk atau tunggal, tangkai, helaian meliputi bentuk, ukuran, bentuk pangkal, tepi, ujung, pertulangan, dan alat tambahan, (5) Bunga, posisi bunga, penyerbukan, perbungaan (bunga majemuk), aksis bunga, daun pelindung, daun kelopak, daun mahkota, benag sari, putik. Pertelaan pada bunga ini selalu menyertakan data mengenai bentuk, ukuran, warna, dan alat tambahan, (6) Buah, tipe buah, bagian buah, bentuk, ukuran, dan warna, (7) Biji, tipe buah, bagian buah, bentuk, ukuran, dan warna. Di samping hal-hal pokok tersebut dapat diberi informasi tambahan, berupa: (1) asal-usul dari tumbuhan, (2) habitat atau alamat tempat tumbuh dan swim takson tumbuhan, (3) keragaman di dalam populasi jenis, (4) data penyebaran atau agihan geografik, (5) manfaat tradisional dan modern, (6) gambar atau ilustrasi dan contoh populasi yang dimaksud.