163 kajian filosofis edukatif pendekatan pembelajaran rme (realistic

advertisement
KAJIAN FILOSOFIS EDUKATIF PENDEKATAN PEMBELAJARAN RME (REALISTIC
MATHEMATICS EDUCATION) DI INDONESIA
Himma Ikrimah, Riawan Yudi Purwoko
Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Muhammadiyah Purworejo
e-mail: [email protected];[email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pendekatan RME di Indonesia dari sudut pandang
filsafat. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teknik content analysis. Obek formal
penelitian ini filsafat pendidikan. Objek materialnya teori pendekatan RME dalam 3 buku yaitu: (1)
Developing Realistic Mathematics Education, (2) Revisting Mathematics Education, (3) Pendidikan
Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Teknik pengambilan data
menggunakan dokumentasi dan pengamatan. Analisis data menggunakan reduksi, penyajian, dan
penarikan kesimpulan. Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber sebagai pemeriksaan keabsahan
data.Dari penelitian diperoleh simpulan: (1) ontologi RME yaitu matematika merupakan aktivitas
manusia, (2) epistimologi RME tercermin dari 5 karakteristik meliputi penggunaan konteks, penggunaan
model menuju matematisasi progresif, pemanfaatan hasil konstruksi siswa, interaktivitas, dan
keterkaitan. Selain itu, tercermin dari 3 prinsip utama meliputi reinvention/mathematizing, didactical
phenomenology, dan self-developed model, (3) aksiologi RMEmencoba menciptakan kebermaknaan
dalam belajar matematika melalui memadukan proses melatih dan mendidik untuk berpikir secara
matematis untuk meningkatkan kemampuan berpikir matematis, kemampuan kognitif, afektif, serta
kecerdasan interpersonal.
Kata kunci: filosofis edukatif, pendekatan pembelajaran RME
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sebuah kata dengan bermacam-macam paradigma.
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia dan merupakan titik awal
bagi perkembangan peradaban. Hal ini dikuatkan dengan paradigma pendukung
bahwa kualitas suatu bangsa tercermin dari kualitas pendidikan bangsa tersebut.
Paradigma ini muncul dikarenakan cakupan dari pendidikan yang sangat luas dan
meliputi seluruh aspek kehidupan. Kritik terhadap pendidikan terbilang ramai dan tidak
akan pernah habis sehingga selalu menarik untuk dikaji ataupun diteliti kembali.
Peran pendidik dalam proses pendidikan amatlah menentukan. Karena salah
satu pelaku pendidikan yang paling utama adalah pendidik atau guru. Bagaimana
suatu proses transformasi pengetahuan akan berjalan salah satunya tergantung dari
peran pendidiknya? Anies Baswedan (dalam Syukur, 2014: 75) menyatakan bahwa
Ekuivalen: Kajian Filosofis Edukatif Pendekatan Pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education) di
Indonesia
163
“selama ini fokus utama pemerintah Indonesia hanya membenahi masalah yang ada di
hulu seperti kurikulum atau undang-undang, sementara masalah di hilir, yaitu guru,
tidak tersentuh. Penyesuaian kurikulum memang penting, akan tetapi yang lebih
mendesak dan menjadi ujung tombaknya adalah menyelesaikan masalah-masalah
terkait dengan guru. Karena kurikulum yang bagus bisa tidak ada artinya bila
disampaikan oleh guru dengan bekal kompetensi kependidikan yang minim”.
Para pendidik harus menguasai kompetensi kependidikan dengan baik yang
tercermin dalam filsafat pendidikan. Karena pendidikan tidak cukup dipahami hanya
melalui pendekatan ilmiah yang bersifat parsial dan deskriptif saja, melainkan perlu
dipandang secara komprehensif melalui filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan
membantu untuk menemukan rumusan “apa” dan “bagaimana” pendidikan
seharusnya dilaksanakan secara menyeluruh, sehingga menjadikan pendidikan dapat
dipahami makna relevansinya bagi kehidupan. Nilai-nilai yang dikaji dalam filsafat
pendidikan sangat berperan dalam pembentukan “landasan konseptual bagi
pelaksanaan sistem pendidikan” yang sesuai dengan karakter dan pandangan hidup
bangsa dalam penyelenggaraan pendidikan.
Salah satu kompetensi kependidikan yang harus dimiliki seorang pendidik
adalah kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru
terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar dan pengembangan peserta didik. Hal ini yang membedakan antara profesi
guru dengan profesi lainnya, dan tidak sembarang orang dapat menyandang profesi
sebagai “guru”. Dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, guru dapat
menggunakan berbagai metode, model atau pendekatan pembelajaran. Guru perlu
mempertimbangkan
kesesuaian
antara
model,
metode,
atau
pendekatan
pembelajaran dengan semua komponen pembelajaran yang lain. Guru sebagai
sutradara pembelajaran harus memahami konsep model atau metode pembelajaran
secara utuh agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif.
Seiring dengan perkembangan zaman yang memasuki era globalisasi,
memberikan implikasi terhadap dunia pendidikan. Berbagai informasi termasuk
komponen pembelajaran dapat diakses secara bebas menembus batas negara, budaya,
164
Ekuivalen: Kajian Filosofis Edukatif Pendekatan Pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education) di
Indonesia
dan lain sebagainya. Termasuk dalam pembelajaran matematika, sekarang mulai
berkembang metode, model ataupun pendekatan pembelajaran yang diadopsi dari
negara lain. Salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang sekarang sering
digunakan oleh guru matematika adalah pendekatan RME. Pendekatan RME bukan
merupakan strategi “ kemarin sore” dalam dunia pendidikan internasional. Pendekatan
pembelajaran ini telah lama diterapkan di negara-negara maju seperti Belanda, Jepang,
Inggris, Korea, Amerika Serikat. Di Indonesia RME mulai diterapkan sejak tahun 2001
dan di kembangkan oleh suatu lembaga yang bernama Institut Pengembangan
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (IP PMRI).
Konsep pendekatan RME yang humanis, memanusiakan manusia serta
berlandaskan pada gagasan matematika sebagai aktivitas manusia (mathematics as
human activity) memang tidak mudah begitu saja dilaksanakan. Berkaca dari
pengalaman Jepang menurut Katagiri dalam Wijaya
(2012: 13) yang telah
mengembangkan pendekatan RME sejak sekitar 45 tahun lalu, namun pelaksanaan
pembelajaran yang fokus pada pengembangan kemampuan berpikir matematis belum
terlaksana dengan baik. Katagiri menyebutkan bahwa salah satu kendala yang dihadapi
adalah sikap apatis guru terhadap pemahaman konsep RME yang menempatkan
kemampuan berpikir matematis sebagai tujuan utama pembelajaran matematika.
Marpaung (2005: 1) mengemukakan bahwa dalam menerapkan pendekatan RME atau
PMRI terdapat standar yang harus terpenuhi antara lain sebagai guru PMRI, guru harus
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai tentang matematika dan PMRI
serta dapat menerapkannya dalam pembelajaran matematika untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif.
Selama ini RME sudah diimplementasikan secara luas di seluruh wilayah
Indonesia. Namun perlu adanya pemahaman secara komprehensif tentang konsep
pendekatan pembelajaran tersebut. Karena sering kali kegagalan dalam inovasi
pendidikan bukan disebabkan oleh inovasi pendidikan yang kurang layak, akan tetapi
karena subjek atau tim pelaksananya yang kurang paham konsep ataupun prosedur
suatu inovasi pendidikan tersebut. Mengingat pentingnya matematika dalam
pendidikan serta inovasi pendekatan RMEyang mencoba menepis anggapan bahwa
Ekuivalen: Kajian Filosofis Edukatif Pendekatan Pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education) di
Indonesia
165
matematika jauh dari kehidupan nyata atau keseharian manusia adalah salah satu
strategi guna mewujudkan kualitas pendidikan yang lebih baik.
Mencermati uraian di atas, penulis termotivasi untuk mengkaji pendekatan
pembelajaran RME dari sudut pandang filsafat ilmu pendidikan. Dikarenakan selama ini
di Indonesia belum ada kajian terhadap pendekatan RME dari sudut pandang filsafat.
Menurut Suhartono (2008: 39) Plato menggambarkan filsafat sebagai pengetahuan
atau pemikiran kritik terhadap pendapat-pendapat yang sedang berlaku.Penulis ingin
mencoba mengkaji sejarah, hakikat, dan prosedur pendekatan RME dalam beberapa
cabang utama filsafat ilmu meliputi aspek ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Ketiga
cabang utama ini merupakan pilar utama suatu bangunan filsafat manakala seseorang
ingin memahami konsep keilmuwan. Dengan demikian kajian filsafat (philosophy)
merupakan salah satu alternatif untuk mengetahui hakikat (esensi/ substansi)
pendekatan pembelajaran RME.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teknik Content Analysis
atau kajian isi. Denzin dan Lincoln dalam Moleong (2014: 5) menyatakan bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan
maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan
berbagai metode yang ada.Teknik Content Analysis atau kajian isi menurut Holisti
dalam Guba dan Lincoln dalam Moleong (2014: 220) didefinisikan sebagai teknik
apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan
karakteristik pesan, dan dilakukan secara objektif serta sistematis.Penelitian ini
dilaksanakan di Indonesia lebih tepatnya di Purworejo selama 8 bulan dari bulan
januairi sampai Agustus 2016. Penelitian ini memiliki 2 objek kajian yakni objek formal
dan objek material. Objek formal penelitian ini adalah filsafat pendidikan, sedangkan
objek materialnya merupakan teori-teori pendekatan RME yang diambil dalam 3
sumber yaitu buku berjudul Developing Realistic Mathematics Education karya
Gravemeijer, buku Revisting Mathematics Education karya Hans Freudenthal, dan buku
Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif
166
Pendekatan
Pembelajaran
Ekuivalen: Kajian Filosofis Edukatif Pendekatan Pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education) di
Indonesia
Matematikakarya Ariyadi Wijaya. Teknik pengambilan data dengan dokumentasi dan
pengamatan. Analisis data menggunakan reduksi, penyajian, dan penarikan
kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan derajat kepercayaan yang
terdiri dari: (1) perpanjangan keikutsertaan, (2) ketekunan pengamatan, (3) triangulasi
sumber, (4) kecukupan referensial, uraian rinci, dan audit kebergantungan serta audit
kepastian.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pendekatan RME di
Indonesia dari sudut pandang filsafat meliputi aspek ontologi, epistimologi, dan
aksiologi. Dari hasil penelitian diperoleh aspek ontologi atau eksistensi dari
pendekatan pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education) adalah gagasan
bahwa matematika merupakan aktivitas manusia. Aktivitas manusia ini tercermin dari
aktivitas berpikir matematis dalam menemukan dan menyelesaikan masalah realistik
(Contextual problem) kemudian mencoba mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri
secara aktif dengan dalam proses penemuan kembali (reinvention) melalui aktivitas
matematisasi
(mathematizing)
dengan
bimbingan
guru
sebagai
fasilitator.
Aspekepistimologis atau teori pengetahuan (theory of knowledge) dari pendekatan
pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education) dapat tercermin dari 5
karakteristik meliputi penggunaan konteks, penggunaan model menuju matematisasi
progresif, pemanfaatan hasil konstruksi siswa, interaktivitas, dan keterkaitan. Selain
itu, tercermin dari 3 prinsip utama meliputi guided reinvention and mathematizing
progressive, didactical phenomenology, dan self-developed model. Dari karakteristik
dan prinsip pendekatan RME dapat direfleksikan dalam 5 karakter sentral dai
pendekatan RME yakni penggunaan masalah konteks (contextual problem),
membangun matematika melalui model menuju matematisasi progresif, pemanfaatan
hasil konstruksi siswa melalui aktivitas penemuan kembali (reinvention), interaktivitas,
dan keterkaitan. Aspek aksiologi dapat diidentifikasi dari aspek ontologi dan aspek
epistimologi ditopang oleh nilai etik. Sehingga menghasilkan pandangan nilai dari
pendekatan RME yang dapat dilihat dari karakteristik dan prinsip RME seperti mencoba
Ekuivalen: Kajian Filosofis Edukatif Pendekatan Pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education) di
Indonesia
167
menciptakan kebermaknaan dalam belajar matematika melalui memadukan proses
melatih dan mendidik untuk berpikir secara matematis untuk meningkatkan
kemampuan berpikir matematis, kemampuan kognitif, afektif, serta kecerdasan
interpersonal melalui penggunaan konteks, pengguanaan model menuju matematisasi
progresif, penggunaan hasil konstruksi siswa melalui proses penemuan kembali,
interaktivitas, dan keterkaitan.
SIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) ontologi RME yaitu
matematika merupakan aktivitas manusia, (2) epistimologi RME tercermin dari 5
karakteristik meliputi penggunaan konteks, penggunaan model menuju matematisasi
progresif, pemanfaatan hasil konstruksi siswa, interaktivitas, dan keterkaitan. Selain
itu, tercermin dari 3 prinsip utama meliputi reinvention/mathematizing, didactical
phenomenology, dan self-developed model, (3) aksiologi RME mencoba menciptakan
kebermaknaan dalam belajar matematika melalui memadukan proses melatih dan
mendidik untuk berpikir secara matematis untuk meningkatkan kemampuan berpikir
matematis, kemampuan kognitif, afektif, serta kecerdasan interpersonal. Penelitian ini
merupakan kajian teorik terkait pendekatan RME dari sudut pandang filsafat
pendidikan, diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengkaji pendekatan RME dari
sudut pandang filsafat islam guna memperkaya referensial dan sebagai bentuk kritik
dari konsep maupun praktik pendidikan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Marpaung, Y. 2005. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Moleong, J. Lexy. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Syukur, Yanuardi. 2014. Anies Baswedan Mendidik Indonesia. Yogyakarta: Giga
Pustaka.
Suhartono, Suparlan. 2008. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
168
Ekuivalen: Kajian Filosofis Edukatif Pendekatan Pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education) di
Indonesia
Download