KAJIAN FILOSOFIS EDUKATIF PENDEKATAN PEMBELAJARAN RME (REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION) DI INDONESIA Himma Ikrimah, Riawan Yudi Purwoko Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo e-mail: [email protected];[email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pendekatan RME di Indonesia dari sudut pandang filsafat. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teknik content analysis. Obek formal penelitian ini filsafat pendidikan. Objek materialnya teori pendekatan RME dalam 3 buku yaitu: (1) Developing Realistic Mathematics Education, (2) Revisting Mathematics Education, (3) Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Teknik pengambilan data menggunakan dokumentasi dan pengamatan. Analisis data menggunakan reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber sebagai pemeriksaan keabsahan data.Dari penelitian diperoleh simpulan: (1) ontologi RME yaitu matematika merupakan aktivitas manusia, (2) epistimologi RME tercermin dari 5 karakteristik meliputi penggunaan konteks, penggunaan model menuju matematisasi progresif, pemanfaatan hasil konstruksi siswa, interaktivitas, dan keterkaitan. Selain itu, tercermin dari 3 prinsip utama meliputi reinvention/mathematizing, didactical phenomenology, dan self-developed model, (3) aksiologi RMEmencoba menciptakan kebermaknaan dalam belajar matematika melalui memadukan proses melatih dan mendidik untuk berpikir secara matematis untuk meningkatkan kemampuan berpikir matematis, kemampuan kognitif, afektif, serta kecerdasan interpersonal. Kata kunci: filosofis edukatif, pendekatan pembelajaran RME PENDAHULUAN Pendidikan merupakan sebuah kata dengan bermacam-macam paradigma. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia dan merupakan titik awal bagi perkembangan peradaban. Hal ini dikuatkan dengan paradigma pendukung bahwa kualitas suatu bangsa tercermin dari kualitas pendidikan bangsa tersebut. Paradigma ini muncul dikarenakan cakupan dari pendidikan yang sangat luas dan meliputi seluruh aspek kehidupan. Kritik terhadap pendidikan terbilang ramai dan tidak akan pernah habis sehingga selalu menarik untuk dikaji ataupun diteliti kembali. Peran pendidik dalam proses pendidikan amatlah menentukan. Karena salah satu pelaku pendidikan yang paling utama adalah pendidik atau guru. Bagaimana suatu proses transformasi pengetahuan akan berjalan salah satunya tergantung dari peran pendidiknya? Anies Baswedan (dalam Syukur, 2014: 75) menyatakan bahwa Ekuivalen: Kajian Filosofis Edukatif Pendekatan Pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education) di Indonesia 163 “selama ini fokus utama pemerintah Indonesia hanya membenahi masalah yang ada di hulu seperti kurikulum atau undang-undang, sementara masalah di hilir, yaitu guru, tidak tersentuh. Penyesuaian kurikulum memang penting, akan tetapi yang lebih mendesak dan menjadi ujung tombaknya adalah menyelesaikan masalah-masalah terkait dengan guru. Karena kurikulum yang bagus bisa tidak ada artinya bila disampaikan oleh guru dengan bekal kompetensi kependidikan yang minim”. Para pendidik harus menguasai kompetensi kependidikan dengan baik yang tercermin dalam filsafat pendidikan. Karena pendidikan tidak cukup dipahami hanya melalui pendekatan ilmiah yang bersifat parsial dan deskriptif saja, melainkan perlu dipandang secara komprehensif melalui filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan membantu untuk menemukan rumusan “apa” dan “bagaimana” pendidikan seharusnya dilaksanakan secara menyeluruh, sehingga menjadikan pendidikan dapat dipahami makna relevansinya bagi kehidupan. Nilai-nilai yang dikaji dalam filsafat pendidikan sangat berperan dalam pembentukan “landasan konseptual bagi pelaksanaan sistem pendidikan” yang sesuai dengan karakter dan pandangan hidup bangsa dalam penyelenggaraan pendidikan. Salah satu kompetensi kependidikan yang harus dimiliki seorang pendidik adalah kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik. Hal ini yang membedakan antara profesi guru dengan profesi lainnya, dan tidak sembarang orang dapat menyandang profesi sebagai “guru”. Dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, guru dapat menggunakan berbagai metode, model atau pendekatan pembelajaran. Guru perlu mempertimbangkan kesesuaian antara model, metode, atau pendekatan pembelajaran dengan semua komponen pembelajaran yang lain. Guru sebagai sutradara pembelajaran harus memahami konsep model atau metode pembelajaran secara utuh agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif. Seiring dengan perkembangan zaman yang memasuki era globalisasi, memberikan implikasi terhadap dunia pendidikan. Berbagai informasi termasuk komponen pembelajaran dapat diakses secara bebas menembus batas negara, budaya, 164 Ekuivalen: Kajian Filosofis Edukatif Pendekatan Pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education) di Indonesia dan lain sebagainya. Termasuk dalam pembelajaran matematika, sekarang mulai berkembang metode, model ataupun pendekatan pembelajaran yang diadopsi dari negara lain. Salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang sekarang sering digunakan oleh guru matematika adalah pendekatan RME. Pendekatan RME bukan merupakan strategi “ kemarin sore” dalam dunia pendidikan internasional. Pendekatan pembelajaran ini telah lama diterapkan di negara-negara maju seperti Belanda, Jepang, Inggris, Korea, Amerika Serikat. Di Indonesia RME mulai diterapkan sejak tahun 2001 dan di kembangkan oleh suatu lembaga yang bernama Institut Pengembangan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (IP PMRI). Konsep pendekatan RME yang humanis, memanusiakan manusia serta berlandaskan pada gagasan matematika sebagai aktivitas manusia (mathematics as human activity) memang tidak mudah begitu saja dilaksanakan. Berkaca dari pengalaman Jepang menurut Katagiri dalam Wijaya (2012: 13) yang telah mengembangkan pendekatan RME sejak sekitar 45 tahun lalu, namun pelaksanaan pembelajaran yang fokus pada pengembangan kemampuan berpikir matematis belum terlaksana dengan baik. Katagiri menyebutkan bahwa salah satu kendala yang dihadapi adalah sikap apatis guru terhadap pemahaman konsep RME yang menempatkan kemampuan berpikir matematis sebagai tujuan utama pembelajaran matematika. Marpaung (2005: 1) mengemukakan bahwa dalam menerapkan pendekatan RME atau PMRI terdapat standar yang harus terpenuhi antara lain sebagai guru PMRI, guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai tentang matematika dan PMRI serta dapat menerapkannya dalam pembelajaran matematika untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Selama ini RME sudah diimplementasikan secara luas di seluruh wilayah Indonesia. Namun perlu adanya pemahaman secara komprehensif tentang konsep pendekatan pembelajaran tersebut. Karena sering kali kegagalan dalam inovasi pendidikan bukan disebabkan oleh inovasi pendidikan yang kurang layak, akan tetapi karena subjek atau tim pelaksananya yang kurang paham konsep ataupun prosedur suatu inovasi pendidikan tersebut. Mengingat pentingnya matematika dalam pendidikan serta inovasi pendekatan RMEyang mencoba menepis anggapan bahwa Ekuivalen: Kajian Filosofis Edukatif Pendekatan Pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education) di Indonesia 165 matematika jauh dari kehidupan nyata atau keseharian manusia adalah salah satu strategi guna mewujudkan kualitas pendidikan yang lebih baik. Mencermati uraian di atas, penulis termotivasi untuk mengkaji pendekatan pembelajaran RME dari sudut pandang filsafat ilmu pendidikan. Dikarenakan selama ini di Indonesia belum ada kajian terhadap pendekatan RME dari sudut pandang filsafat. Menurut Suhartono (2008: 39) Plato menggambarkan filsafat sebagai pengetahuan atau pemikiran kritik terhadap pendapat-pendapat yang sedang berlaku.Penulis ingin mencoba mengkaji sejarah, hakikat, dan prosedur pendekatan RME dalam beberapa cabang utama filsafat ilmu meliputi aspek ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Ketiga cabang utama ini merupakan pilar utama suatu bangunan filsafat manakala seseorang ingin memahami konsep keilmuwan. Dengan demikian kajian filsafat (philosophy) merupakan salah satu alternatif untuk mengetahui hakikat (esensi/ substansi) pendekatan pembelajaran RME. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teknik Content Analysis atau kajian isi. Denzin dan Lincoln dalam Moleong (2014: 5) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.Teknik Content Analysis atau kajian isi menurut Holisti dalam Guba dan Lincoln dalam Moleong (2014: 220) didefinisikan sebagai teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan, dan dilakukan secara objektif serta sistematis.Penelitian ini dilaksanakan di Indonesia lebih tepatnya di Purworejo selama 8 bulan dari bulan januairi sampai Agustus 2016. Penelitian ini memiliki 2 objek kajian yakni objek formal dan objek material. Objek formal penelitian ini adalah filsafat pendidikan, sedangkan objek materialnya merupakan teori-teori pendekatan RME yang diambil dalam 3 sumber yaitu buku berjudul Developing Realistic Mathematics Education karya Gravemeijer, buku Revisting Mathematics Education karya Hans Freudenthal, dan buku Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif 166 Pendekatan Pembelajaran Ekuivalen: Kajian Filosofis Edukatif Pendekatan Pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education) di Indonesia Matematikakarya Ariyadi Wijaya. Teknik pengambilan data dengan dokumentasi dan pengamatan. Analisis data menggunakan reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan derajat kepercayaan yang terdiri dari: (1) perpanjangan keikutsertaan, (2) ketekunan pengamatan, (3) triangulasi sumber, (4) kecukupan referensial, uraian rinci, dan audit kebergantungan serta audit kepastian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pendekatan RME di Indonesia dari sudut pandang filsafat meliputi aspek ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Dari hasil penelitian diperoleh aspek ontologi atau eksistensi dari pendekatan pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education) adalah gagasan bahwa matematika merupakan aktivitas manusia. Aktivitas manusia ini tercermin dari aktivitas berpikir matematis dalam menemukan dan menyelesaikan masalah realistik (Contextual problem) kemudian mencoba mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri secara aktif dengan dalam proses penemuan kembali (reinvention) melalui aktivitas matematisasi (mathematizing) dengan bimbingan guru sebagai fasilitator. Aspekepistimologis atau teori pengetahuan (theory of knowledge) dari pendekatan pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education) dapat tercermin dari 5 karakteristik meliputi penggunaan konteks, penggunaan model menuju matematisasi progresif, pemanfaatan hasil konstruksi siswa, interaktivitas, dan keterkaitan. Selain itu, tercermin dari 3 prinsip utama meliputi guided reinvention and mathematizing progressive, didactical phenomenology, dan self-developed model. Dari karakteristik dan prinsip pendekatan RME dapat direfleksikan dalam 5 karakter sentral dai pendekatan RME yakni penggunaan masalah konteks (contextual problem), membangun matematika melalui model menuju matematisasi progresif, pemanfaatan hasil konstruksi siswa melalui aktivitas penemuan kembali (reinvention), interaktivitas, dan keterkaitan. Aspek aksiologi dapat diidentifikasi dari aspek ontologi dan aspek epistimologi ditopang oleh nilai etik. Sehingga menghasilkan pandangan nilai dari pendekatan RME yang dapat dilihat dari karakteristik dan prinsip RME seperti mencoba Ekuivalen: Kajian Filosofis Edukatif Pendekatan Pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education) di Indonesia 167 menciptakan kebermaknaan dalam belajar matematika melalui memadukan proses melatih dan mendidik untuk berpikir secara matematis untuk meningkatkan kemampuan berpikir matematis, kemampuan kognitif, afektif, serta kecerdasan interpersonal melalui penggunaan konteks, pengguanaan model menuju matematisasi progresif, penggunaan hasil konstruksi siswa melalui proses penemuan kembali, interaktivitas, dan keterkaitan. SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) ontologi RME yaitu matematika merupakan aktivitas manusia, (2) epistimologi RME tercermin dari 5 karakteristik meliputi penggunaan konteks, penggunaan model menuju matematisasi progresif, pemanfaatan hasil konstruksi siswa, interaktivitas, dan keterkaitan. Selain itu, tercermin dari 3 prinsip utama meliputi reinvention/mathematizing, didactical phenomenology, dan self-developed model, (3) aksiologi RME mencoba menciptakan kebermaknaan dalam belajar matematika melalui memadukan proses melatih dan mendidik untuk berpikir secara matematis untuk meningkatkan kemampuan berpikir matematis, kemampuan kognitif, afektif, serta kecerdasan interpersonal. Penelitian ini merupakan kajian teorik terkait pendekatan RME dari sudut pandang filsafat pendidikan, diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengkaji pendekatan RME dari sudut pandang filsafat islam guna memperkaya referensial dan sebagai bentuk kritik dari konsep maupun praktik pendidikan di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Marpaung, Y. 2005. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Moleong, J. Lexy. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Syukur, Yanuardi. 2014. Anies Baswedan Mendidik Indonesia. Yogyakarta: Giga Pustaka. Suhartono, Suparlan. 2008. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 168 Ekuivalen: Kajian Filosofis Edukatif Pendekatan Pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education) di Indonesia