1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, oleh karena itu masalah pendidikan perlu mendapat perhatian dan penanganan yang lebih baik yang menyangkut berbagai masalah yang berkaitan dengan kuantitas, kualitas dan relevansinya (Khusnul, 2008:3). Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai, komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran (Rusman, 2013:1) Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu, jam pelajaran sekolah lebih banyak dibandingkan pelajaran lain. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai sekolah meski secara tidak langsung. Dengan mempelajari IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), dapat mengenal berbagai gejala alam yang sebelumnya tidak dipahami (anneahira.com, 2014:4). Berdasarkan pengalaman lapangan penulis dikelas V SDN Sidorejo Lor 06 salatiga tahun ajaran 2013/ 2014, pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tingkat hasil belajar siswa masih rendah. Hal ini bisa di lihat dari hasil ulangan 2 harian siswa yang belum memuaskan. Dari 14 siswa terdapat 4 siswa yang memiliki nilai diatas KKM yaitu diatas nilai 70 sementara 10 siswa lainnya mendapat nilai dibawah KKM atau belum mengalami pembelajaran tuntas. Ratarata nilai Ilmu Pengetahuan Alam pada ulangan harian hanya 54,62. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, yaitu belajar siswa yang belum maksimal (belajar pada waktu ada PR atau ulangan), kemampuan belajar siswa berbeda-beda ada yang lebih cepat mengerti bila dijelaskan dan ada yang kurang mengerti bila dijelaskan tentang materi pelajaran yang disampaikan, minat terhadap pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam rendah hal ini bisa dilihat dari keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, antusias siswa dan respon siswa dalam mengikuti pelajaran. Pada Proses pembelajaran pun siswa cenderung acuh tag acuh, sedang bila diberi evaluasi tidak ada keseriusan dalam mengerjakan, dan pemahaman siswa masih sangat rendah terlihat dari cara menjawab soal. Dari hasil wawancara terhadap guru kelas, tingkat keaktivan dan inisiatif dalam pengerjaan setiap tugas hanya 28,5% saja siswa yang aktif dan mandiri, hal ini pun didominasi oleh 3 orang siswa perempuan dan hanya 1 orang siswa laki-laki. Sedangkan 71,5% lainnya banyak yang berjalan-jalan mencari perhatian. Saat ini pembelajaran yang dilakukan di kelas V SD Negeri Sidorejo Lor 06 Salatiga masih belum bermakna, bahwa selama mengikuti pembelajaran di sekolah, siswa jarang bersentuhan dengan pendidikan yang berorientasi pada alam sekitar. Hal tersebut mengakibatkan pembelajaran kurang bermakna dan juga mengakibatkan siswa kurang termotivasi untuk mempelajari mata pelajaran IPA yang ditunjukkan dengan sikap bosan mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran IPA sehingga kurang berkesan dalam benak mereka. Oleh karena itu, perlu suatu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan intelektual siswa dan dapat memberikan makna bagi siswa untuk dapat menjadi manusia seutuhnya (Abdurrahman, 2007:100) Dari permasalahan rendahnya jumlah siswa yang mencapai KKM pada mata pelajaran IPA di kelas V SD Sidorejo Lor 06 yang hanya mencapai 26,6% siswa tuntas, sedangkan 73,4% lainnya berada jauh dibawah KKM yakni 70, jika tidak segera diatasi dapat berpengaruh pada penurunan hasil belajar yang berdampak 3 pada prestasi dan penurunan nilai karakteristik yang sebagaimana mestinya. Terlebih tantangan era global pada pemahaman berbagai Ilmu Pengetahuan Alam begitu vital perannya. Sehingga diharapkan seorang siswa lebih flexible, dan mampu meningkatkan sumber daya manusia secara mandiri sebagai dasar. Hal ini tidak lepas dari peran guru sebagai stimulus, pemberi iluminasi. Oleh karena itu, merupakan suatu tantangan bagi insan akademika bagaimana mencetak siswa menjadi aktif. Salah satunya dengan penerapan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) dalam meningkatkan hasil belajar. Hal ini diperlukan dilakukan mengingat IPA sebagai bekal bagi siswa dan perlu dipelajari atau dijelajahi sebagai suatu cara untuk memeperoleh pengetahuan baik untuk digunakan dalam kehidupan maupun dalam pencapaian kompetensi dari tujuan yang diharapkan. Sejauh ini, berdasarkan observasi yang dilakukan pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri Sidorejo 06 masih banyak menggunakan metode ceramah yang menuntut perhatian siswa untuk mendengnarkan penjelasan dari guru. AIR merupakan salah satu tipe model pembelajaran dimana guru sebagai fasilitator dan siswalah yang lebih aktif (Suyatno, 2009:32). Model pembelajaran ini menganggap bahwa suatu pembelajaran akan efektif jika memperhatikan tiga hal, yaitu Auditory, Intellectually, Repetition. Auditory berarti indra telinga digunakan dalam belajar dengan cara menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi atau mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Intlelectualy berarti kemampuan berpikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkonstruksi, dan menerapkan. Repetition berarti pengulangan yang diperlukan dalam pembelajarn agar pemahaman lebih mendalam dan luas, siswa perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas dan kuis. Sehingga dari karakteristik model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition), penulis mencoba menggunakan model pembelajaran Air untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang berdasar pada rendahnya hasil belajar siswa pada saat fokus pada model pembelajaran ceramah yang iasa digunakan. 4 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan dalam pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri Sidorejo Lor 06 sebagai berikut: 1. Model pembelajaran yang diberikan oleh guru masih konservatif, karena di dalam proses pembelajaran cenderung menyampaikan pembelajaran melalui metode ceramah dan hafalan saja. 2. Siswa pasif dalam pembelajaran, karena di dalam pembelajaran siswa tidak berperan aktiv dan di dalam pembelajaran, siswa hanya di minta untuk menghafal saja ( teacher centered ). 3. Siswa kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran, karena gaya mengajar guru kurang memeperhatikan dan menyesuaikan dengan gaya belajar siswa, sehingga terlihat guru lebih mendominasi pembelajaran di dalam kelas.. 4. Penjelas guru masih abstrak sehingga siswa kurang memahami konsep tentang Ilmu Pengetahuan Alam yang berdampak pada kurangnya hasil belajar siswa. 5. Aktivitas siswa di dalam kelas masih terbatas, dalam hal ini, aktivitas siswa tampak pada saat siswa hanya mendengarkan, mencatat, dan menjawab pertanyaan apabila guru memberikan pertanyaan. Dari 5 poin masalah tersebut, mengakibatkan siswa menjadi acuh tag acuh dan kurang memiliki pengalaman belajar yang bermakna dan menggugah daya tarik. Sehingga dalam pengamatan terhadap rapor hasil semester dan perilaku siswa, tampak beberapa poin yang sangat menonjol, yakni: 1. Jika tidak ada guru, siswa tidak belajar tapi hanya bermain, persentase guru di dalam kelas tidak penuh dalam jam pembelajaran, siswa mencari aktivitas lain yang lebih menyenangkan. 2. Nilai rata – rata mata pelajarn IPA siswa kelas V yang berada dibawah KKM yakni 70 sangat banyak, karena siswa tergantung pada keberadaan guru yang lebih mendominan dengan model pembelajaran utama yang berpusat pada presentasi guru. 5 3. Dari data semester yang telah berlalu, terdapat beberapa anak yang tidak naik kelas. 4. Berdasarkan evaluasi dan tes keadaan dan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal bersama guru yang dilakukan secara satu persatu, maka sebagian besar siswa tidak begitu paham tentang dan merumuskan langkah-langkah pembelajaran dan cenderung harus membuka buku dan mempelajari isi buka dari awal. Jika beberapa permasalahan dalam pembelajaran IPA di atas tidak segera dilakukan tindakan, maka dampaknya: 1. Karena dominasi guru yang lebih menonjol, dalam pembelajaran, maka siswa akan sulit untuk berfikir kreatif dalam proses pembelajaran, siswa sulit untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran. Begitu pula dalam proses berfikir, siswa hanya dapat berfikir menurut pola yang telah digariskan oleh guru sebelumnya. Sehingga posisi siswa yang pasif akan berpengaruh pada hasil belajar yang tidak maksimal. 2. Ketika guru terus menerus menggunakan pendekatan konvensional, seperti domonasi pembelajaran IPA. Hal ini akan berpengaruh pada kredibilitas guru sebagai perkeja profesional, yang berimbas pada karakteristik siswa dan hasil belajar siswa yang timbul. 3. Jika profesional guru semakin lama semakin rendah maka juga akan berdampak pada mutu sekolah yang juga dapat mempengaruhi lingkungan belajar siswa yang akan berujung pada hasil belajar yang kurang maksimal. Dengan adanya temuan masalah di atas, dan mengingat bahwa teori pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition). Auditory Intellectualy Repetition merupakan salah satu tipe model pembelajaran dimana guru sebagai fasilitator dan siswalah yang lebih aktif (Suyatno, 2009:32. Sesuai dengan tahapannya, Auditory berarti indra telingan digunakan dalam belajar dengan cara menyimak, berbicara, presentasi, argumentasiatau mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Inntelectually meningkatkan kreatifitas siswa, dan repetition secara umum dilakukan pengulangan dengan pemberian soal atau quis. Maka penulis 6 mencoba merumuskan beberapa hal sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa yang bersumber pada hasil observasi lapangan penulis pada saat PPL dan penelitian yang dilakukan oleh Erviana, Tesa (2013:67) tentang Penerapan Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Cahaya dan Sifat-sifatnya pada Kelas V SDN 8 Kandangmas. Memperoleh hasil yang menunjukkan bahwa: (1) Pengelolaan pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran AIR dapat terlaksana dengan baik, dengan perolehan pada siklus I sebesar 72,8 dengan kategori baik dan meningkat pada siklus II menjadi 88,8 dengan kategori baik sekali. (2) Hasil belajar siswa dinyatakan tuntas dengan perolehan persentase pada siklus I sebesar 65% dengan kategori cukup baik dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 95% dengan kategori baik sekali. Sedangkan aktifitas belajar siswa pada siklus I sebesar 64 dengan kategori cukup baik dan meningkat pada siklus II menjadi 78 dengan kategori baik. Berdasarkan temuan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas V SDN 8 Kandangmas dapat meningkat dan berhasil dengan baik setelah diterapkannya model pembelajaran AIR, serta hasil wawancara dengan guru kelas V SD N Sidorejo Lor 06 memperoleh masukan, yakni: 1. Guru dapat menyampaikan materi dengan pembelajaran outdoor activities yaitu pembelajaran di luar rungan atau di alam terbuka karena dengan pembelajaran di alam terbuka siswa belajar sesuatu yang nyata atau konkrit. Dalam hal ini, model pembelajaran AIR tidak terbatas pada pembelajaran di dalam kelas. 2. Dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik sehingga siswa lebih tertarik pada pembelajaran dan mengefektivkan kegiatan pembelajaran. 3. Dengan menggunakan metode pembelajaran yang inovatif, sehingga siswa dapat aktiv di dalam proses belajar mengajar, dalam hal ini penulis mencoba menggunakan metode AIR (Auditory, Intelectualiti, Repetition). 7 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang penulis uraikan. Maka penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Mengapa penerapan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) dapat meningkatkan Hasil Belajar pada mata pelajara Ilmu Pengetahuan Alam di kelas V SD Negeri Sidorejo Lor 06? 2. Bagaimana penerapan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) dapat meningkatkan Hasil Belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas V SD Negeri Sidorejo Lor 06? 1.4. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari diadakannya Penelitian Tindakan Kelas di kelas V SD Negeri Sidorejo 06 salatiga, tentang penerapan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan alam adalah sebagai berikut: 1. Memberi penjelasan berdasarkan bukti empiris tentang alasan penerapan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V semester 2 tahun ajaran 2013/2014 dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. 2. Menggambarkan cara penerapan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) yang terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V semester 2 tahun ajaran 2013/2014 dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang dilakukan peneliti ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam dengan merefleksikan permasalah yang ada. Dalam hal ini, penelitian yang dilakukan 8 memiliki dua manfaat, yakni manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun yang menjadi manfaat teoritis dan manfaat praktis, penulis jabarkan sebagai berikut: 1.5.1. Manfaat Teoritis Dalam manfaat teoritis ini, peneliti mempunyai dua harapan yang diinginkan dari hasil penelitian, yakni 1. Mengembangkan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) dalam pembelajaran IPA. 2. Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat menambah referensi bagi pembaca yang membutuhkan informasi serupa dengan penelitian ini. Secara umum hasil penelitian ini dapat menambah perbendaharaan pengetahuan pembaca. 3. Mendukung kajian teori bahwa dengan memberikan pengalaman langsung kepada siswa, pembelajaran akan lebih bermakna karena akan mudah dipahami oleh siswa melalui usaha mandiri serta teratur dalam menemukan dan menyelesaikan masalah 1.5.2. Manfaat Praktis 1. Bagi Guru a. Membantu guru dalam memperbaiki pembelajaran yang bersifat teacher center dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan dalam menerapkan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. b. Sebagai masukan bagi guru sekolah dasar untuk memperoleh model pembelajaran yang tepat dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. 2. Bagi Siswa a. Membentu siswa dalam memahami karakteristik pembelajaran IPA b. Untuk keingintahuan dan minat siswa agar mampu memiliki minat belajar yang tinggi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. 3. Bagi Sekolah 9 a. Sebagai masukan dalam rangka mengefektifkan pembelajaran yang lebih bermakna dalam pelaksanaan pembelajaran yang inovatif dan kreativ. b. Meningkatkan hasil belajar di sekolah untuk membantu peningkatan mutu prestasi sekolah. 4. Bagi Pendidik Dari hasil penelitian, diharapkan dapat memberi suatu masukan dan contoh, kepada sekolahatau lembaga pendidikan di SD Negeri Sidorejo Lor 06 Salatiga sebagai kajian dalam usaha meningkatkn proses pembelajaran di sekolah menjadi lebih baik.