UPAYA PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEBAGAI MEDIA BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI I RANOMEETO KECAMATAN RANOMEETO KABUPATEN KONAWE SELATAN Skripsi diajukan untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam Oleh ROSNENI NIM; 07010101092 JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SULTAN QAIMUDDIN KENDARI 2013 PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Dengan penuh kesadaran penulis yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis sendiri dan jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, atau plagiat atau dibuat orang lain secara keseluruhan atau sebagian, maka skripsi dan gelar yang dipeoleh karenanya, batal demi hukum. Kendari, september 2013 Penulis, ROSNENI ABSTRAK Rosneni, Nim 07 010101 092, Upaya pemanfaatan fasilitas perpustakaan sebagai media Belajar siswa di SMP Negeri I Ranomeeto Kecamatan Ranomeeto kabupaten Konawe selatan, Dosen pembimbing I Drs. H. Herman,M.Pd.I dan Pembimbing II St. Aisyah Mu’in, S.Ag, M.Pd Skripsi ini berjudul Upaya Pemanfaatan Fasilitas Perpustakaan Sebagai Media Belajar Siswa di SMP Negeri I Ranomeeto Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan. Pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu 1. Bagaimana gambaran fasilitas perpustakaan di SMP Negeri 1 Ranomeeto Kabupaten Konawe?. 2. Bagaimana upaya pemanfaatan fasilitas perpustakaan sebagai media belajar siswa di SMP Negeri 1 Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan?. Pendekatan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Tehnik pengumpulan data dengan cara obserfasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan tehnik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, display data, dan verifikasi data. Dari hasil penelitian diketahui bahwa gambaran fasilitas perpustakaan di SMP Negeri 1Ranomeeto, cukup memadai sehingga dapat menimbulkan semangat atau motifasi pada siswa untuk berkunjung dan bahan-bahan ajar yang relevan dengan materi pelajaran yang diberikan oleh guru, adapun fasilitas perpustakaan di SMP Negeri 1 Ranomeeto diantaranya yaitu buku-buku paket, buku non paket, buku religi, atlas, buku-buku referensi, selain itu fasilitas perpustakaan juga ditunjang dengan fasilitas lain seperti komputer, ruangan membaca, meja kursi belajar, dan lain-lain. Upaya pemanfaatan fasitas perpustakaan sebagai media belajar siswa di SMP Negeri 1 Ranomeeto ada empat cara yang harus dilakukan oleh guru yaitu 1). Secara force, misalnya memberikan tugas-tugas bacaan halaman-halaman tertentu, bab-bab tertentu kepada para siswa, sehingga mereka merasa mempunyai keperluan yang mendesak untuk mengunjungi perpustakaan. 2). Secara persuasive. 3). Pengembangan minat baca dan kebiasaan membaca. 4). Adanya jam belajar di perpustakaan. KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan ridha-Nya sehingga penulis sdapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Pelaksanaan Bimbingan Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Yang Mengalami Masalah Belajar di SMA Negeri I Kapuntori Kabupaten Buton”. Salawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang telah memperjuangkan ajaran yang haq yakni Islam sebagai pola hidup yang menjandikan kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan di akhirat. Banyak kendala yang dihadapi penulis dalam rangka penulisan skripsi ini, hanya berkat bantuan berbagai pihak, maka skripsi ini selesai tepat pada waktunya. Untuk itu penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada 1. Kedua orang tua yang telah merawat, mendidik, membesarkan dan menyekolahkan penulis hingga hidup mandiri bersama suami dan anak-anak. 2. Suami yang tercinta (irfansyah), yang banyak memberikan motifasi dan spirit selama mengikuti studi 3. H. Dr. Nur Alim, M.Pd., selaku Ketua STAIN Sultan Qaimuddin Kendari yang banyak memberikan dorongan agar sukses studi 4. Dra.Hj.St. Kuraedah, M.Ag. selaku ketua Jurusan Tarbiyah yang telah banyak memberikan masukan dalam pengusulan judul skripsi. 5. Aliwar, S.Ag., M.Pd., selaku Ketua Program Pendidikan Agama Islam STAIN Sultan Qaimuddin Kendari 6. Dra. Hj. St. Kuraedah, M.Ag. dan Bapak La Hadisi S.Ag., M.Pd.I. yang telah menyiapkan banyak waktu memberikan bimbingan penulisan skripsi ini. 7. Bapak dan Ibu Dosen STAIN Sultan Qaimuddin Kendari yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan semasa kuliah 8. Raehang, S.Ag., M.Pd.I. selaku Kepala Perpustakaan STAIN Sultan Qaimuddin Kendari 9. Bapak Alfred Rony Joe, S.Pd, selaku kepala sekolah dan Amusa, S. Ag selaku guru di SMP Negeri 1 Ranomeeto yang membantu penulis dalam pengumpulan data penelitian. Semoga mereka yang tersebut di atas mendapat pahala dan kesehatan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembangunan pendidikan utamanya pembangunan pendidikan Islam. Kendari, November 2013 Penulis, Rosneni DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL…......…………………………...…………........…...........… i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. iii KATA PENGANTAR............................................................................................. iv DAFTAR ISI.....………………………………..........……...…............………...... vi ABSTRAK................................................................................................................ viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………...…...........………….... 1 B. Batasan Masalah………………………………….......................….... 4 C. Fokus Penelitian………………………………...........…...……….. 4 D. Tujuan Penelitian…………………………………..........…....……... 4 E. Kegunaan Penelitian.................………………..........…….……….... 6 F. Definisi Operasional………………………….........…….…..…..….. 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Fasilitas Pembelajaran .............................................................. 7 B. Deskripsi Perpustakaan Sekolah................................................................ 9 C. Peran Perpustakaan Sekolah...................................................................... 14 D. Tujuan dan Fungsi Perpustakaan............................................................... 18 E. Tenaga Pepustakaan.................................................................................. 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian……………………………….………..........…....…..….. 30 B. Tempat dan Waktu Penelitian……………….……….…….............…..... 30 C. Subyek Penelitian…………………………….………….…............…..... 31 D. Teknik Pengumpulan Data…………………….………….............…....... 31 E. Teknik Analisis Data…………………………….……..…............…....... 32 F. Pengecekan Keabsahan Data…………………….…...…......................… 33 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil SMPN 1 Ranomeeto......................................................................... 36 B. Gambaran Fasilitas Perpustakaan SMPN 1Ranomeeto…………………. 42 C. Upaya Pemanfaatan Fasilitas Perpustakaan Sebagai Media Belajar Siswa SMPN 1 Ranomeeto……………………………………………………... 47 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................................... 57 B. Saran-Saran.............. ............................................................................... 58 DAFTAR PUSTAKA. LAMPIRAN-LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penjelasan undang undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 menytakan bahwa tujuan pendidikan adalah’ untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadin manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa,berakhlak mulia,sehat,berilmu,cakap,kreatif,mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis,serta bertanggung jawab Mengingat perpustakaan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi setiap sekolah karena sebagai sumber ilmu, informasi dan penunjang terjadinya proses belajar mengajar yang efektif. Perpustakaan SMP Negeri 1 Ranomeeto telah lama diadakan dengan terus mengalami pembenahan dari tahun ketahun. Dari keempat bimbingan tersebut, salah satu bidang yang menjadi fokus penelitian ini adalah bimbingan belajar. Bimbingan belajar adalah upaya membantu siswa mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi dan untuk memanfaatkan waktu luang agar siswa dapat mencapai prestasi belajar yang lebih baik. Sukardi mengemukakan bahwa ”bimbingan belajar adalah suatu bentuk pelayanan yang diberikan untuk membantu siswa yang mengalami masalah di dalam memasuki proses belajar dan situasi yang dihadapinya”.1 Dalam proses dan situasi belajar tidak semua siswa berada pada kondisi yang baik dan terbebas dari masalah belajar, akan 1 Depdikbud,uu RI No.20 Tahun 2003. Tentang Rineka Cipta, 1994), h. 80. Sistem Pendidikan Nasional.( Jakarta, tetapi, karena faktor-faktor tertentu, seperti kelelahan, sakit, dan gangguan yang terjadi akibat lingkungan sekitar siswa, seperti; bising, gaduh dan sirkulasi udara yang kurang baik dalam kelas siswa mengalami masalah belajar. Bila terdapat siswa yang mengalami kesulitan belajar, guru mempunyai peranan yang sangat penting guna memecahkan masalah belajar dan mengeluarkan siswa dari situasi yang menyebabkan munculnya masalah belajar yang bertambah banyak. Setiap kegiatan belajar ditujukan untuk mencapai hasil belajar yang optimal atau dengan kata lain siswa dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi. Tercapainya prestasi belajar yang tinggi dan usaha meningkatkannya dibutuhkan usaha maksimal baik dari guru maupun dari siswa yang bersangkutan. Usaha yang dilakukan guru adalah di samping mengajar juga mengusahakan situasi pembelajaran mampu meminimalisasi terjadinya masalah belajar bagi siswa di samping berusaha memecahkan masalah belajar siswa yang sedang dihadapi. Di sisi lain, bagi siswa yang mengalami masalah belajar dituntut lebih proaktif mengemukakan masalah belajar yang dihadapi kepada guru bimbingan agar dilakukan penanganan melalui bimbingan belajar. Fokus kegiatan bimbingan belajar di sekolah adalah interaksi pendidik dengan siswa dalam mempelajari suatu materi pelajaran yang telah tersusun dalam suatu kurikulum, dan di dalamnya termasuk bimbingan belajar. Dalam melaksanakan kegiatan bimbingan belajar para pendidik disamping menguasai bahan atau materi bimbingan, tentu perlu pula mengetahui bagaimana cara materi bimbingan itu Di samping keterbatasan pengetahuan teknis guru menyampaikan materi bimbingan belajar, juga kemampuan guru dalam mengelola kelas. Tuntutan modernitas pendidikan termasuk penggunaan media pendidikan yang tersedia di sekolah dan di kelas mengharuskan guru lebih adaptif, terampil dan profesional agar mampu menjadi pemecah problema belajar yang dihadapi peserta didik. Problematik yang dihadapi peserta didik di sekolah cukup kompleks dan problematik itu erat kaitannya dengan faktor internal dan eksternal peserta didik. Di kelas, guru secara langsung bertatap muka dengan peserta didik, maka problematik peserta didik yang sedang dan akan dihadapi tidak bisa dibiarkan bertumpuk sehingga mengakibatkan dan menimbulkan rasa bosan dan penyesalan peserta didik atas kegiatan pembelajaran yang sedang dihadapi. Kegiatan pembelajaran umumnya terjadi di kelas. Karenanya dibutuhkan keterampilan guru melakukan bimbingan belajar. . Kesadaran profesi menjadi landasan psikologis bagi setiap guru untuk menciptakan pembelajaran yang manusiawi dan konstruktif. Bimbingan belajar di samping menjembatani kebutuhan belajar siswa juga berusaha membangun dinamika kelas dan memperkecil terjadinya problematik dan memecahkan problematik yang sedang dihadapi siswa. Cukup banyak masalah belajar yang dihadapi siswa dan intensitasnya sama dengan kompleksnya problematik yang dihadapi pendidik. Hal ini mengindikasikan, pengelolaan kelas menjadi sangat urgen dan dapat dikatakan di kelas terjadi eksekusi pengetahuan, keterampilan dan berbagai macam pengalaman yang ditransformasikan pendidik kepada siswa. , jika tidak diperintahkan dan diingatkan, siswa-siswa tidak mau ke perpustakaan. Inilah fenomena yang sangat memperihatinkan bagi kita semua, sementara sekolah telah berusaha memfasilitasSalah satu usaha yang dilakukan SMP Negeri 1 Ranomeeto adalah pembenahaan dan melangkapi perpustakaan sekolah. i siswa dalam proses belajarnya, namun hal tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik. Seiring dengan pkembangan era modernisasi yang serba praktis dan canggih, merupakan daya saing tersendiri bagi perpustakaan. Dimana seorang guru harus berusaha dan memberikan perintah terlebih dahulu kepada siswa untuk ke perpusta. B. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan batasan masalah yaitu Upaya Pemanfaatan Fasilitas Perpustakaan Sebagai Media Belajar Siswa SMPN 1 Ranomeeto C. Rumusan Masalah Berdasarkan fokus masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimana gambaran fasilitas perpustakaan di SMP Negeri 1 Ranomeeto Kabupaten Konawe?. 2. Bagaimana upaya pemanfaatan fasilitas perpustakaan sebagai media belajar siswa di SMP Negeri 1 Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan?. E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui gambaran fasilitas perpustakaan di SMP Negeri 1 Ranomeeto Kabupaten Konawe?. 2. Untuk mengetahui upaya pemanfaatan fasilitas perpustakaan sebagai media belajar siswa di SMP Negeri 1 Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan?. F. Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna untuk: 1. Kegunaan teoritis yaitu untuk meningkatkan apresiasi para calon pendidik bagi usaha pengembangan pengetahuan di bidang pendidikan guna mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. Kegunaan praktis, yaitu untuk membantu terciptanya pelaksanaan pembangunan di bidang pendidikan khususnya pelayan bimbingan belajar di sekolah. F. Definisi Operasional 1. Fasilitas perpustakaan adalah segala sesuatu yang digunakan dalam rangka menunjang proses belajar mengajar, untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun yang menjadi ruang lingkup pengkajian penelitian mengenai bahan material dan non material perpustakaa BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Fasilitas Pembelajaran 1. Definisi Fasilitas Pembelajaran Dalam kaitannya dengan pendidikan fasilitas pembeljaran merupakan hal yang utama dalam menunjang terlaksananya kegiatan pembeljaran.Tersedianya berbagai macam fasilitas pembeljaran juga mendukung para siswa untuk dapat belajar dengan nyaman bahkan secara otodidak.Bimbingan belajar hanya dapat dilakukan bila ada pembimbing dan yang dibimbing. Pembimbing yang dimaksud adalah guru sementara yang dibimbing adalah siswa. Bimbingan belajar dilakukan secara sengaja dalam rangka mengeluarkan siswa dari masalah belajar yang dihadapi agar belajar siswa berjalan efektif. Secara terminologi, Sukardi mengemukakan ” ”bimbingan belajar adalah suatu bentuk pelayanan yang diberikan untuk membantu siswa yang mengalami masalah di dalam memasuki proses belajar dan situasi yang dihadapinya”.2 Relevan dengan pengertian ini, Winkel mengartikan bahwa ”bimbingan belajar adalah bantuan dalam menemukan cara belajar yang tepat untuk mengatasi kesukaran-kesukaran mengenai cara belajar dalam memilih jenis atau jurusan yang sesuai”.3 3 W.S. Winkel. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah. Jakarta, Gramedia, 1991, h. 125. Kedua pengertian bimbingan yang dikemukakan ahli tersebut di atas, mengandung makna yang sama, yaitu; bimbingan ditujukan pada siswa yang menghadapi masalah belajar, masalah belajar yang dihadapi siswa dipecahkan guru bimbingan melalui bantuan bimbingan belajar, dan tujuan bimbingan belajar adalah mengatasi masalah belajar, menemukan teknik belajar yang tepat, keluar dari situasi sulit dan siswa menentukan pilihan terhadap jurusan yang sesuai keinginannya. Bila dihubungkan dengan bimbingan belajar pendidikan agama Islam, maka yang dimaksud adalah bantuan yang diberikan guru pembimbing terhadap siswa guna menemukan dan mampu belajar pendidikan agama Islam dengan cara yang tepat dan efektif untuk mencapai tujuan belajar pendidikan agama Islam secara optimal. Bimbingan belajar dilaksanakan secara dinamis, terencana dan terprogram dengan ruang lingkup tujuan yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Dari sisi ini, Ahmadi, dkk., memformulasi pengertian bimbingan belajar yaitu ”seperangkat usaha bantuan kepada peserta didik sehingga mereka dapat membentuk pilihan, mengadakan penyesuaian dan memecahkan masalah-masalah belajar yang dihadapinya”.4 Siswa seringkali mengalami masalah belajar dan karena masalah belajar yang dihadapi tersebut siswa bersangkutan sulit mencapai prestasi belajar optimal. 4 Abu Ahmadi, dkk., Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta, Rineka Cipta, 1991, h. 108. Dari beberapa definisi bimbingan belajar yang dikemuakan di atas, penulis simpulkan bahwa bimbingan belajar adalah upaya pertolongan yang diberikan guru terhadap siswa yang mengalami masalah belajar dan mampu menemukan cara belajar yang efektif, kondisi belajar yang tepat, dan mampu memecahkan masalah belajarnya sendiri. 2. Definisi Perpustakaan Sekolah Perpustakaan adalah koleksi yang terdiri dari bahan-bahan tertulis, tercetak, ataupun grafik lainnya seperti film, slide, piringan hitam, tape dalam ruangan ataupun gedung yang diatur dan diorganisasikan dengan sistem tertentu agar dapat digunakan untuk keperluan studi, penelitian, pembacaan dan lain sebagainya.Tujuan bimbingan belajar sebenarnya termuat dalam pengertian bimbingan belajar sebagaimana dikemukakan terdahulu, yaitu untuk mengarahkan siswa kepada situasi belajar yang optimal. Tujuan ini relevan dengan tujuan umum bimbingan belajar sebagaimana dikemukakan oleh Sukardi bahwa: Secara umum, bimbingan belajar bertujuan membantu siswa agar dapat melakukan penyesuaian yang baik dalam situasi belajar, sehingga dapat belajar dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan mencapai perkembangan yang optimal.5 Penyesuaian diri dalam situasi belajar adalah kemampuan adaptif siswa pada saat melakukan kegiatan belajar, baik dilihat dari aspek materi dan jenis belajar yang dilakukan maupun situasi yang dihadapinya tanpa menimbulkan masalah belajar yang 5 Op. Cit., h. 79. baru. Penyesuaian yang baik dapat mengarahkan siswa belajar dengan efisien dan dapat mengembangkan kemampuannya lebih baik lagi guna mencapai perkembangan yang optimal. Pada bagian lain, Sukardi merinci beberapa poin tujuan khusus bimbingan belajar, yaitu: 1. Memberikan cara-cara belajar siswa atau kelompok siswa 2. Menunjukkan cara-cara mempelajari sesuatu dan menggunakan buku pelajaran 3. Memberikan informasi bagaimana memanfaatkan perpustakaan 4. Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam ujian 5. Memilih bidang studi sesuai dengan minat, bakat IQ dan kondisi fisik dan kesehatannya 6. Menunjukkan cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang studi tertentu 7. Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadual belajarnya 8. Memilih pelajaran tambahan baik yang berhubungan dengan pelajaran di sekolah mapun untuk perkembangan bakat dan kariernya di masa depan.6 Tujuan khusus bimbingan belajar tersebut di atas, bersifat kompleks yang harus dicapai secara keseluruhan agar masalah belajar yang sedang dihadapi siswa benar-benar tuntas. Pencapaian tujuan bimbingan belajar ini tidak dapat diwujudkan bila guru bimbingan konseling tidak memiliki kemampuan profesional berkaitan dengan tugas yang diembannya. Tujuan bimbingan belajar tersebut menjadi arah bagi guru bimbingan untuk membuat siswa keluar dari situasi sulit dalam belajar pendidikan agama Islam dan dengan situasi belajar yang diperoleh memotivasi siswa memecahkan sendiri masalah belajar yang di hadapinya tanpa tergantung kepada bimbingan guru di sekolah. 6 Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyulihan Belajar di Sekolah. Surabaya, Usaha Nasional, 1983, h. 20. Dengan demikian, tujuan bimbingan belajar pendidikan agama Islam adalah membantu siswa agar dapat melakukan penyesuaian yang baik dalam situasi belajar, sehingga dapat belajar dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan mencapai perkembangan yang sempurna agar nantinya menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. 3. Peranan Perpustakaan Sekolah Perpustakaan adalah koleksi yang terdiri dari bahan-bahan tertulis, tercetak, ataupun grafik lainnya seperti film, slide, piringan hitam, tape dalam ruangan ataupun gedung yang diatur dan diorganisasikan dengan sistem tertentu agar dapat digunakan untuk keperluan studi, penelitian, pembacaan dan lain sebagainyaelaksanaan bimbingan belajar dibutuhkan langkah-langkah tertentu agar bimbingan belajar tersebut tepat sasaran. Ketiga langkah yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan bimbingan belajar tersebut di atas, masih dalam lingkup perencanaan dan belum berada pada tahap aplikasi. Baik perencanaan, aplikasi maupun evaluasi secara bersamaan dibutuhkan dalam pelaksanaan bimbingan belajar sehingga jika salah satu di antaranya tidak terlaksana, maka tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan bimbingan belajar tidak dapat dicapai secara optimal. Guna menciptakan pelaksanaan bimbingan belajar yang komprehensi. Belajar sebagaimana dikemukakan di atas, dapat diikuti guru dalam pelakasanaan bimbingan belajar agar sasaran dan tujuan bimbingan belajar efektif dan efisien. Hal penting yang harus diketahui dan dikuasai oleh guru bimbingan dalam hal pelaksanaan bimbingan belajar adalah mengetahui dan mampu mengaplikasikan langkah-langkah tersebut dalam bentuk nyata. Sulit bagi guru bimbingan menciptakan pembelajaran yang efektif bila urutan-urutan dari langkah bimbingan belajar tidak diketahui. Sebab, langkah-langkah bimbingan belajar tersebut di atas, merupakan patokan sekaligus desain kegiatan bimbingan belajar. 4. Tujuan dan Fungsi Perpustakaan Bimbingan belajar dapat dilaksanakan hanya dengan melibatkan seorang siswa atau bisa juga siswa dalam kelompok. Dengan demikian, teknik yang digunakanpun juga menggunakan teknik bimbingan belajar individual dan teknik bimbingan belajar individual. a. Bimbingan belajar secara kelompok Bimbingan belajar kelompok adalah salah satu bentuk bimbinmgan yang diberikan oleh pembimbing kepada sekelompok siswa yang menghadapi masalah belajar dengan menempatkan diorinya dalam suatu kehidupan atau kegiatan yang sesuai. Beberapa bentuk bimbingan belajar kelompok menurut Sukardi adalah: 1) Fungsi edukatif Pelajaran bimbingan. Secara garis besarnya pelajaran bimbingan dilakukan di sekolah pada jam tertentu dimana petugas pembimbing masuk ke kelas memabahas masalah yang biasanya tidak berhubungan dengan pelajaran yang lain (misalnya cara belajar yang baik, cara beragaul dan sebagainya). 2) Fungsi informatif. Bimbingan karya wisata merupakan cara yang menguntungkan sebab dengan karyawisata siswa dapat melihat secara langsung dari dekat situasi atau obyek yang menarik perhatiannya. 3) Fungsi tanggung jawab administrasi. Dalam diskusi kelompok sebaiknya dibentuk kelompok kecil dan yang tergabung dalam kelompok kecil mendikusikan bersama masalah-masalah yang sedang dihadapi. 4) Fungsi riset, yaitu salah satu bentuk kegiatan bimbingan yang kegiatannya dilakukan dalam suatu ruangan guna kegiatan bimbingan belajar dalam usaha memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap siswa dan terjadi hubungan baik antara siswa dan konselor. 5) Fungsi rekreatif adalah suatu cara dalam bimbingan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendramatisasikan sikap, tingkah laku atau penghayatan seseorang seperti yang dilakukan dalam hubungan sosial setiap hari dalam masyarakat. Teknik bimbingan belajar kelompok sebagaimana di sebutkan di atas ternyata terdapat enam bentuk yang dapat memberikan kemungkinan bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar memperoleh pengetahuan, pengalaman dan keterampilan baru dari sisi kelebihan pendekatan yang digunakan. Teknik-teknik tersebut cukup kompleks dan dapat mengantarkan siswa ke pemahaman yang lebih komplit pula dari sisi mana siswa harus mampu keluar dari permasalahan belajar yang dihadapi. b. Bimbingan secara individual Menurut Sukardi ”teknik belajar secara individual pada dasarnya dapat dibagi tiga pendekatan yaitu; pendekatan directive counseling, pendekatan non directive counseling (clien centered), dan pendekatan electic counseling.”7 ketiga pendekatan ini dijelaskan secara singkat sebagai berikut: 1) Pendekatan directive counseling Pendekatan directive counseling adalah salah satu bentuik pemberian bimbingan kepada seseorang face to face yang bertujuan agar siswa keluar dari permasalahannya sehingga ia dapat belajar dengan baik tetapi perlu diingat bahwa dalam pendekatan ini konselor lebih banyak berperan jika dibandingkan dengan siswa 7 Ibid., h. 166. dalam proses konseling sehingga siswa tinggal menerima apa yang telah dikemukakan konselor.: Ciri pendekatan yang dikemukakan di atas menggambarkan adanya kerjasama antara konselor dengan klien (siswa) dalam merencanakan, mencari solusi dan melakukan evaluasi terhadap masalah belajar yang dihadapi siswa. cara ini cukup efektif karena antara konselor dan klien dapat menjalankan fungsi masing-masing menuju pada tujuan bersama yaitu mengeluarkan siswa dari masalah belajar yang dihadapi. 2) Pendekatan non directive counseling Teknik ini memberikan gambaran bahwa proses konseling yang menjadi pusatnya adalah klien bukan pada konselor. Aktivitas banyak diperankan klien/siswa. dalam proses ini konselor mendorong klien/siswa dapat memecahkan masalahnya sendiri. Sifat pokok non direktive counseling adalah sebagai berikut: a. Teknik ini menekankan pada aktivitas dan tanggung jawab pada klien itu sendiri. b. Teknik ini menuntut konselor untuk selalu mengadakan hubungan dengan klien dengan sangat efektif. c. Masalah-masalah yang dihadapi dalam bentuk ini adalah bersifat aktual. d. Teknik ini menekankan sikap dan kemampuan untuk menerima dan memahami. e. Teknik ini memecahkan masalah pribadinya melalui perasaannya sendiri dengan jalan mendefinisikan perasaannya sendiri.8 Pendekatan non directive counseling memberikan kebebasan dan keleluasaan pada klien untuk berkreasi dan konselor hanya bertindak sebagai 8 Ibid., h. 166. vasilitator. Kebebasan yang diberikan kepada klien/siswa ditujukan untuk mengembangkan kemampuan klien secara optimal agar mampu menyelesaikan persoalannya sendiri dan mampu mengetahui dan memahami secara pasti apa yang sedang dihadapi. Lainnya halnya dengan pendekatan directive counseling yang berpusat pada kreativitas counselor dalam membangun pengertian dan pemahaman klien/siswa disertai upaya nyata konselor memberi solusi terhadap problematik yang sedang dihadapi klien. 3)Perpustakaan bagi guru Perpustakaaan digunakan konselor guna mengatasi beberapa kelemahan dari penggunaan pendekatan directive counseling dan pendekatan non directive counseling. Pendekatan electic counseling memiliki fleksibelitas yang tinggi guna menyesuaikan pemahaman konselor dengan siswa sehingga tujuan konseling tercapai optimal. 5. Tenaga Perpustakaan sebagaimana di sebutkan di atas dapat dipilih sesuai sifat dan karakter juga masalah belajar yang dihadapi klien/siswa. Masing-masing bentuk bimbingan belajar mempunyai karakteristik yang berbeda, tujuan dan teknik tersendiri. Intinya adalah bimbingan belajar apapun bentuk yang dipakai dari beberapa bentuk bimbingan belajar yang ada orientasinya tetap pada klien/siswa sebagai obyek sekaligus subyek bimbingan belajar. Pemantapan sikap dan kebiasaan belajar, pemantapan penguasaan materi dan pemahaman serta pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya di sekolah serta masyarakat untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta pengembangan pribadi adalah bagian pokok dari prinsip bimbigan belajar. Bimbingan belajar sebagaimana dikemukakan di atas befungsi preventif, yaitu menjaga kemungkinan timbulnya problematik belajar siswa yang lebih kompleks. Melalui bimbingan belajar siswa dapat mempertahankan aktifitas belajarnya dan dapat mempersiapkan diri secara matang bagi upaya mencegah munculnya masalah dalam belajar. Bimbingan belajar juga berfungsi sebagai sarana bagi penyaluran bakat dan minat siswa yang terpendam sehingga lebih dinamis dan berkembang dalam kegiatan belajar. Hambatan belajar yang dihadapi siswa sebenarnya dapat dicegah bila bimbingan belajar didasarkan pada prinsip dan tujuan yang tepat. Bimbingan belajar mengarahkan siswa mampu beradaptasi dengan lingkungan belajar di samping mampu mengatasi persoalan belajar yang dihadapi. Masalah lain yang tidak kalah pentingnya adalah bimbingan belajar dapat mempertahankan dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Salah satu upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah mengatasi masalah belajar yang dihadapai siswa. Salah satu usaha tersebut adalah melalui kegiatan bimbingan belajar. Kegiatan bimbingan belajar pada prinsipnya adalah di samping untuk mengeluarkan siswa dari situasi belajar yang sulit juga untuk menumbuhkan semangat dan motivasi berprestasi. Guna mendukung tercapainya prestasi belajar yang dinginkan, efektifitas bimbingan belajar menjadi sangat penting. Bimbingan belajar tidak saja meletakkan dasar-dasar pengajaran yang variatif akan tetapi juga membuka kerang baru bagi pertumbuhan semangat dan motivasi belajar siswa yang tinggi. Dengan semangat belajar yang tinggi akan mampu menciptakan situasi dan perbuatan belajar yang berkelanjutan dan inilah sesungguhnya hakikat bimbingan belajar. Pada tahap awal, guru melakukan diagnosis terhadap permasalahan belajar siswa, melakukan identifikasi atas segala permasalahan yang amat mendasar lalu melakukan tindakan dan evaluasi serta tindak lanjut. Slameto mengatakan bahwa “bimbingan belajar adalah usaha untuk meminimalisasi problema belajar siswa agar siswa bersangkutan mendapatkan situasi belajar baru yang lebih manusiawi dan akomodatif”9 Pada suasana dan kondisi belajar yang baru itu akan lebih mudah melakukan adaptasi dan memungkinkan pula siswa mengenal karakter dirinya sendiri atas segala perubahan karena proses dan pengalaman belajar yang dialaminya. Bimbingan belajar menjadi salah satu teknik guna membawa siswa semua memiliki keinginan untuk berubah dan mencapai hasil belajar yang optimal. Tentu saja optimalisasi bimbingan belajar bergantung pada kemampuan guru meramu 9 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, h. 3. metode dan strategi pembelajaran yang tidak jauh dari perbedaan dan kepribadian siswa. Sebab, dalam tahap-tahap perkembangan tertentu, siswa dapat saja menolak untuk belajar dan di satu pihak dapat secara mudah memperoleh informasi dan aktifitas belajar. Dengan demikian bimbingan belajar sangat bersentuhan dengan pencapaian prestasi belajar. Peningkatan prestasi belajar menjadi salah satu tujuan dari bimbingan belajar, karenanya bimbingan belajar memiliki sifat khusus. Sebagai upaya guna menjadikan siswa keluar dari masalah belajar maka kegiatan bimbingan belajar disesuikan dengan karakteristik kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Tekanannya pada usaha perbaikan keseluruhan proses belajar mengajar menyangkut masalah cara belajar, metode belajar, materi, alat, dan lingkungan yang turut serta mempengaruhi proses belajar mengajar. Sehubungan dengan masalah ini menurut Slameto, perlu sekiranya guru memahami prinsip-prinsip permasalahan yang menyangkut: Prinsip-prinsip permasalahan yang dikemukakan di atas, menjadi patokan bagi guru untuk menciptakan situasi bimbingan belajar yang lebih efektif dan efisien. Pemecahan masalah belajar yang dihadapi siswa tidak dapat dilakukan jika hanya mengandalkan satu bentuk pendekatan, oleh karena setiap individu siswa memiliki karakter dan tingkat permasalahan yang berbeda. Peningkatan prestasi belajar melalui bimbingan belajar harus mengacu pada prinsip-prinsip pelaksanaan bimbingan belajar termasuk prinsip-prinsip permasalahan yang dihadapi peserta didik. Kegagalan siswa dalam program bimbingan belajar berupa hasil belajar yang tetap rendah dipengaruhi oleh faktor guru dan faktor individu siswa. Faktor guru berupa kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran remedial yang kurang profesional, dan faktor siswa berupa ketidaksiapan siswa secara penuh terhadap program bimbingan belajar. Jadi hal utama yang perlu dperhatikan dalam peningkatan prestasi belajar siswa adalah bimbingan belajar dimana dalam proses pendidikan harus dipahami sebagai pelengkap dari keseluruhan program belajar. Melalui bimbingan belajar yang baik dalam proses belajar mengajar diperlukan pelayanan khusus yang lebih baik. Di sinilah esensi pelaksanaan bimbingan belajar di samping sebagai sub sistem dari program pembelajaran juga termasuk bagian dari proses belajar mengajar dalam program pendidikan secara keseluruhan. belajar siswa dalam mempelajari materi pelajaran yang diajarkan. Kurangnya penguasaan prinsip akan terlihat bila siswa tidak mengetahui prinsip apa yang diterapkan guna menginterpretasikan relasi yang ada pada masalah-masalah dasar. Dengan demikian, guru secara cermat dan profesional bertanggung jawab mengatasi masalah belajar siswa dari dua jenis tersebut dengan memahami prinsip-prinsip dasar permasalahan belajar yang dihadapi yaitu: (4) kecakapan mengikuti pelajaran atau kebiasaan belajar, (5) penguasaan bahasa yang kurang baik.10 Faktor penyebab munculnya masalah belajar yang berasal dari dalam diri siswa dapat diketahui dengan jelas oleh siswa bersangkutan namun, dapat saja 10 Ibid., h. 140. masalah belajar tersebut luput dari usaha siswa untuk mengatasinya. Dibutuhkan pengungkapan masalah belajar secara terbuka kepada guru bimbingan konseling dan atau guru pendidikan agama Islam untuk dicari pemecahannya. (1) masuk dalam jiwa anak. Apabila anak suka bergaul dengan mereka yang tidak sekolah, maka ia akan malas belajar, sebab cara hidup anak yang bersekolah berlainan dengan anak yang tidak bersekolah. Kewajiban orang tua adalah mengawasi serta mencegah mereka agar mengurangi pergaulan dengan mereka. (2) Mas media, seperti; bioskop, radio, televisi, surat kabar, majalah dan sebagainya. Hal ini akanb menghambat proses belajar siswa apabila anak terlalu banyak waktu yang dilakukan untuk itu, sehingga lupa akan tugas belajarnya. (3) Corak kehidupan tetangga, dalam hal ini dimaksudkan apakah anak itu hidup di lingkungan yang baik atau sebaliknya. seperti hidup di lingkungan yang mayoritas masyarakatnya berjudi, minum-minuman keras dan sebagainya.11 Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab munculnya masalah belajar pada diri siswa adalah disebabkan oleh faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor yang berasal dari luar diri siswa, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. 11 Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, h. 87. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif untuk mengetahui upaya pemnafaatan fasilitas perpustakaan sebagai media belajar siswa di SMP Negeri 1 Ranomeeto B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri I Ranomeeto. Sekolah ini dipilih karena telah memiliki fasilitas perpustakaan dan untuk memudahkan penulis mengakses data yang dibutuhkan. Penelitian akan berlangsung selama kurang lebih 4 bulan sejak disahkannya proposal ini. C. Sumber data Data Primer yaitu data yang diperoleh peneliti dari sumber utamanya tanpa perantara, dalam hal ini kepala sekolah, guru, TU dan siswa. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh melalui perantara yakni dokumen-dokumen penting yang dibutuhkan dalam penelitian ini. D. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini adalah penelitian lapangan. Dengan demikian teknik yang digunakan untuk memperoleh data penelitian yakni: 1. Observasi, yaitu mengamati secara langsung pelaksanaan bimbingan belajar yang dilaksanakan guru bimbingan konseling di SMA Negeri I Kapuntori Kabupaten Buton. 2. Wawancara, yakni mengadakan tanya jawab secara langsung dengan para informan, yaitu kepala sekolah, guru bimbingan konseling, dan sebagian siswa yang mengikuti bimbingan belajar. 3. Dokumentasi, yakni mencatat dan menyalin data-data yang berkaitan dengan kegiatan bimbingan belajar dan prestasi belajar siswa SMP Negeri I Ranomeeto semester terakhir. D. Teknik Analisis Data Seluruh data hasil penelitian, selanjutnya dianalisis dengan cara yang dilakukan oleh Miles dan Huberman, dalam Sugiono, yakni: “ Reduksi data dan display (penyajian) data”.12 1. Reduksi data, yaitu semua data hasil penelitian lapangan dianalisis sekaligus dirangkum, dipilih hal-hal pokok dan difokuskan pada hal-hal yang urgen, dicari tema dan pola sehingga tersusun secara sistematis dan mudah dikendalikan. 2. Display data, yakni data yang telah diperoleh dan banyak jumlahnya dibuat dalam bentuk bagan dan dianalisis dengan menarik kesimpulan. 12 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitiatif, Al-Fabeta, Bandung, 2005, h. 92. 3. Verifikasi data, yaitu melakukan interpretasi data atau menafsirkan dan mengelompokkan semua data agar tidak terjadi tumpang tindih antara data satu dengan data lainnya. E. Pengecekan Keabsahan Data Guna memperoleh kesimpulan yang tepat dan obyektif diperlukan kredibilitas data yang bermaksud untuk membuktikan bahwa apa yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan apa yang terjadi. Criteria kredibiltas data (validitas) digunakan untuk menjamin bahwa data atau informasi yang dikumpulkan mengandung kebenaran baik bagi pembaca maupun subyek yang diteliti. Adapun pengecekan keabsahan data dilakukan melalui “perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, dan triangulasi sumber data dan teknik”.13 Perpanjangan pengamatan dalam hal ini adalah peneliti kembali terjun ke lapangan melakukan pengamatan dan wawancara ulang dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru dalam hal ini Kepala Desa, tokoh agama, orang tua. Dengan perpanjangan pengamatan ini, penelitti mengecek kembali apakah data yang telah diperoleh dari sejumlah informan selama ini merupakan data yang benar atau salah. Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan meningkatkan ketekunan ini, maka peneliti dapat 13 Ibid., h. 122. melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah diperoleh itu benar atau salah. Triangulasi dalam pengujian kredibiltas ini diartikan “sebagai pengecekan dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu”. 14 Triangulasi dalam hal ini ada dua yakni triangulasi sumber data yaitu pengujian kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber dan triangulasi teknik yaitu pengujian kredibiltas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. 14 Ibid., h. 122. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil SMP Negeri 1 Ranomeeto SMP Negeri I Ranomeetoyang berdiri pada tanggal 2 juli 1965, dengan luas 10.004. Keberadaab SMP Negeri I ranomeeto disambut baik oleh masyarakat, khususnya masyarakat disekitar sekolah dan sangat membutuhkan pendidikan. SMP Negeri I Ranomeeto memiliki wilayah yang cukup nyaman untuk suasana pembelajaran dan metode selain letaknya dalam dan strategis berada dipemukiman warga sehingga masyarakat dapat bersekolah dengan baik, didalam penyelengaraan pendidikan, keadaan dan pengadaan guru perlu diperhatikan karena hal ini sangat mempegaruhi mekanisme kerjanya. Dan diantara salah satu faktor penentu keberhasilan dalam proses pendidikan adalah peran pendidik atau tenaga edukatif. Guru yand mengajar di SMP Negeri I Ranomeeto berdasarkan keterangan informasi ” berjumlah 33 orang, yang terdiri dari pegawai negeri spil 25 orang dan guru tidak tetap 8 orang”. Masing masing guru diberi tugas dan tangung jawab mengajar bidang studi sesuai disiplin ilmu mereka masing-masing. Pelaksanaan bimbingan belajar pendidikan agama Islam pada siswa SMP Negeri I Ranomeeto dilaksanakan berdasarkan tahapan-tahapan tertentu sesuai ketentuan program layanan bimbingan belajar. Seorang informan yang penulis wawancarai mengemukakan bahwa: Langkah pertama bimbingan belajar pendidikan Agama Islam adalah menyiapkan kelengkapan berupa administrasi bimbingan belajar yang dalam Kurikulkum Tingkat Sartuan Pembelajaran (KTSP) disebut pengembangan program, mencakup layanan pembelajaran. Pengembangan program mencakup program tahunan, program semester, program mingguan dan harian, serta satuan layanan. Program tahunan merupakan program umum setiap bimbingan belajar untuk jangka waktu satu tahun dalam rangka mengefektifkan program bimbuingan belajar. Program ini dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru pendidikan Agama Islam sebelum tahun ajaran baru. Sebab, program ini merupakan acuan bagi pengembangan program bimbingan belajar berikutnya, yaitu program semester, program mingguan, program harian dan program layanan satuan. Selaku guru pendidikan agama Islam saya selalu menyiapkan satuan layanan bimbingan belajar pendidikan agama Islam sebelum memberikan layanan pada siswa di kelas. Setiap saya masuk kelas satuan layanan bimbinmgan belajar sudah saya persiapkan dan tentu saja penjabarannya disesuaikan dengan kebutuhan siswa.15 Pernyataan di atas, sesuai dengan hasil pengamatan penulis saat guru pendidikan agama Islam memberikan layanan pendidikan agama Islam pada siswa dalam suatu kesempatan saat penulis mengadakan penelitian. Dari pedoman yang digunakan guru pendidikan agama Islam saat mengadakan bimbingan belajar pendidikan agama Islam tercatat bahwa pada aspek perencanaan, terdapat beberapa kriteria yang dilakukan yakni; guru menyiapkan satuan layanan, menyiapkan silabus pada materi bimbingan belajar PAI yang akan diajarkan, menetapkan saubyek atau peserta bimbingan belajar, menetapkan dan menyiapkan konten, menetapkan proses dan langkah-langkah bimbingan belajar, menyiapkan dan menetapkan fasilitas 15 Amusa, S.Ag., Guru PAI, Wawancara, Kapuntori, tgl. 30 Agustus 2012 bimbingan belajar dan menyiapkan kelengkapan program kelengkapan bimbingan belajar. Bimbingan belajar yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Ranomeeto umumnya dilaksanakan secara klasikal. Guru pendidikan agama Islam SMP Negeri 1 Ranomeeto menuturkan bahwa: Pelaksanaan bimbingan belajar pendidikan agama Islam sebagaimana dikemukakan di atas, berdasarkan pengamatan penulis umumnya dilakukan dengan metode ceramah dan metode latihan. Penggunaan metode ceramah karena materi bimbingan belajar pendidikan agama Islam umumnya menyangkut tauhid, syariat dan akhlak yang butuh penjelasan. Sementara, metode latihan digunakan untuk baca tulis ayat al-Quran. Pelaksanaan bimbingan belajar pendidikan agama Islam di SMP Negeri 1 Ranomeeto, sifatnya luwes dalam pengertian tidak terpaku dengan model dan bentuk bimbingan belajar yang telah baku. Tentunya disesuaikan dengan kondisi dan keadan siswa serta sekolah. Hal ini dijelaskan informan bahwa: Teknik bimbingan belajar pendidikan agama Islam yang digunakan guru pendidikan agama Islam SMP Negeri1 Ranomeeto sebagaimana yang penulis amati adalah teknik belajar kelompok dan teknik belajar individu. Berdasarkan keterangan informan pada saat penulis mengajukan pertanyaan berkaitan dengan penggunaan perpustakaan. Menyangkut pelaksanaan bimbingan belajar pendidikan agama Islam, sebenarnya sama saja dengan bimbingan belajar pada mata pelajaran lain, digunakan teknik dan langkah-langkah yang sama. Bimbingan belajar pendidikan agama Islam dapat tercapai sasarannya bila langkah-langkah yang dilakukan guru agama Islam juga tepat. Dalam hal ini, guru pendidikan agama Islam SMP Negeri 1 Ranomeeto mengomentari bahwa: Sebenarnya, bimbingan belajar pendidikan agama Islam dilakukan berdasarkan patokan yang sudah baku. Kegiatan bimbingan belajar pendidikan agama Islam yang saya lakukan selama ini menempuh langkah-langkah sebagai berikut: 1) pada tahap pertama, saya mengidentifikasi siswa yang diduga bermasalah dalam belajarnya. Guna mengetahui siswa bermasalah atau tidak, saya melakukan perbandingan kedudukan siswa dalam kelompoknya (kelas), melihat prestasi belajar yang diperoleh, 2) melakukan lokalisasi jenis dan sifat kesulitan. Setelah saya temukan siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, maka siswa tersebut dijadikan sebagai klien yang menjadi sasaran utama untuk diberikan pertolongan. Siswa yang bermasalah ini dijadikan kasus gu8na mendapat bimbingan khusus dan saya berupaya untuk mengetahui materi apa yang tidak dimengerti ddan dipahami serta bagaimana materi pelajaran pendidikan agama Islam yang diajarkan bersifat fungsional dalam hidup siswa. 3) melakukan lokalisasi jenis dan faktor yang menyebabkan kesulitan berlajar. Untuk bagian ini, saya lakukan penetapan jenis dan faktoir kesulitan belajar siswa sembari mencari latar belakang faktor penyebabnya.16 Kegiatan bimbingan belajar pendidikan agama Islam hanya diberikan kepada siswa yang mempunyai masalah belajar atau siswa tidak mencapai nilai pendidikan agama Islam sesuai standar yang telah ditetapkan. Sesuai data yang diperoleh, kegiatan bimbingan belajar pendidikan agama Islam ditempuh melalui cara-cara sebagai berikut: 16 Amusa, S.Ag., Guru PAI, Wawancara, Kapuntori, tgl. 30 Agustus 2012 B. Gambaran Fasilitas Perpustakaan di SMP Negeri 1 Ranomeeto Gambaran fasilitas perputakaan SMP Negeri 1 Ranomeeto, cukup memadai, sehingga dapat menimbulkan semangat atau motivasi pada siswa untuk berkunjung dan mencari bahan-bahan ajar yang relevan dengan materi pelajaran yang diberikan oleh guru, adapun fasilitas perpustakaan SMP Negeri 1 Ranomeeto diantaranya yaitu buku-buku paket, buku non paket, buku religi, atlas, buku-buku referensi, selain itu, fasilitas perputakaan juga ditujang dengan fasilitas lain seperti computer, rungan membaca, meja kursi belajar, dan lain-lainSalah satu bentuk kegiatan bimbingan belajar pendidikan agama Islam yang dilaksanakan guru adalah diagnosis kesulitan belajar. Menurut keterangan informan bahwa: Kegiatan diagnosis kesulitan belajar bertujuan untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar peserta didik. Kesulitan belajar siswa dibedakan atas kesulitan ringan, sedang dan berat. Kesulitan belajar ringan biasanya dijumpai pada siswa yang kurang perhatian disaat mengikuti pembelajaran. Kesulitan belajar sedang dijumpai pada siswa yang mengalami gangguan belajar yang berasal dari luar diri siswa, misalnya faktor keluarga, lingkungan tempat tinggal, pergaulan dan sebagainya. Kesulitan belajar berat dijumpai pada siswa yang mengalami ketunaan pada diri mereka, misalnya tuna rungu, tuna netra dan tuna daksa. Kegiatan diagnosis dilakukan secara berkala pada setiap bulan.17 Guna mencapai tujuan diangnosis tersebut guru pendidikan agama Islam menggunakan beberapa teknik, seperti yang dikemukakan informan sebagai berikut: Ada beberapa teknik yang kami lakukan guna mengagnosis kesulitan belajar murid, yaitu: 17 Amusa, S.Ag., Guru PAI, Wawancara, Kapuntori, tgl. 30 Agustus 2012 1. Tes prasyarat yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui apakah pra syarat yang diperlukan untuk merncapai penguasaan kompetensi atau belum. Prasayarat ini melipiti prasyarat pengetahuan dan prasyarat keterampilan. 2. Tes diagnostik digunakan untuk mengetahui kesulitan murid dalam menguasai kompetensi tertentu. misalnya dalam mempelajari ibadah apakah siswa mengalami kesulitan pada kompetensi ibadah, syarat-syarat dan rukunrukunnya. 3. Wawancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan siswa untuk menggali lebih dalam mengenai kesulitan belajar PAI yang dijumpai siswa 4. Pengamatan dilakukan dengan jalan melihat secara cermat perilaku belajar siswa. Dari pengamatan tersebut diketahuinjenis maupun penyebab kesulitan belajar peserta didik.18 b. Menyusun kegiatan bimbingan belajar Setelah menemukan penyebab kesulitan belajar pendidikan agama Islam, guru agama menyusun rencana kegiatan bimbingan belajar. Menurut informan bahwa: Berdasarkan data tentang penyebab kesulitan belajar PAI yang diperoleh dari hasil diagnosis terhadap siswa, langkah selanjutnya adalah kami menyusun rencana kegiatan bimbingan. Rencana kegiatan bimbingan ini meliputi, jumlah siswa yang mengikuti bim,bingan belajar, waktu pelaksanaan bimbingan belajar, media yang digunakan dalam bimbingan belajar, teknik bimbingan belajar, mengorganisasi kegiatan bimbingan belajar, dan pelaksanaan evaluasi serta tindak lanjut.19 c. Memberikan perlakuan bimbingan belajar Sebagai tindak lanjut dari kegiatan diagnosis kesulitan belajar pendidikan agama Islam, guru agama Islam melaksanakan kegiatan tindak lanjut yaitu memberikan perlakuan berupa bimbingan belajar. Bimbingan belajar pendidikan agama Islam yang diberikan pada tahap ini menurut informan adalah: 18 La Ode Ganiu, S.Pd., M.Pd., Kepala Sekolah, Wawancara, Kapuntori, tgl. 30 Agustus 2012. 19 Amusa, S.Ag., Guru PAI, Wawancara, Kapuntori, tgl. 30 Agustus 2012 1. Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda. Pembelajaran ulang disampaikan dengan cara penyederhanaan materi, variasi cara penyajian, penyederhanaan tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang dilakukan pada siswa yang diketahui belum menmcapai ketuntasan belajar dan mengalami kesulitan belajar. Tugas kami sebagai pengajar adalah memberikan penjelasan kembali dengan menggunkn metode dan/atau media yang lebih tepat. 2. Pemberian bimbingan secara khusus, melalui pemberian bimbingan perorangan. Dalam hal pembelajaran klasikal siswa mengalami kesulitan belajar, maka kami pilih tindak lanjut berupa pemberian bimbingan secara individual. Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran kami sebagai tutor. System tutorial dilaksanakan bilamana terdapat satu atau beberapa siswa yang belum mencapai hasil ketuntatasan pendidikan agama Islam.20 Di samping kegiatan tersebut di atas, guru pendidikan agama Islam juga melakukan kegiatan bimbingan belajar pendidikan agama Islam melalui: 1. Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan diperbanyak sehinga siswa tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir. Biasanya tugas-tugas latihan berupa memberikan kisi-kisis soal pendidikan agama Islam yang diisi siswa dan diberi penilaian oleh guru. Dengan demikian siswa dapat menguasai kompetensi yang ditetapkan. 2. Pemanfaatan tutor sebaya. Kami memanfaatkan tutor dari siswa yang diangap punya kemampuan untuk membimbing siswa di bawahnya yang mengalami kelambanan belajar. Pertimbangan sehingga mengambil siswa sebaya adalah agar siswa yang diberi tutorial itu dapat terbuka dan akrab.21 d. Menilai kegiatan bimbingan belajar Di akhir kegiatan bimbingan belajar pendidikan agama Islam guru melakukan penilaian atau evaluasi. Penilaian atau evaluasi ini bermaksud untuk mengetahui hasil yang diperoleh atau kegagalannya. Seorang informan mengatakan “pada akhir 20 Amusa, S.Ag., Guru PAI, Wawancara, Kapuntori, tgl. 30 Agustus 2012 21 Amusa, S.Ag., Guru PAI, Wawancara, Kapuntori, tgl. 30 Agustus 2012 kegiatan bimbingan belajar pendidikan agama Islam saya melakukan evaluasi, baik evaluasi terhadap siswa, juga evaluasi terhadap proses bimbingan belajar”.22 Kegiatan penilaian akhir adalah untuk mengetahui kegagalan atau keberhasilan yang dicapai dan yang lebih penting adalah apakah bimbingan belajar pendidikan agama Islam efektif atau tidak efektif. Berdasarkan keterangan informan di atas dapat disimpulkan bahwa, pelaksanaan bimbingan belajar pendidikan agama Islam di SMP Negeri Ranomeeto, dilaksanakan secara terjadual dan menempuh langkah-langkah serta prosedur yang baku walaupun secara teknis di lapangan pelaksanaannya itu selalu disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi siswa serta sekolah. 1. Gambaran umum masalah belajar yang dialami siswa di SMP Negeri I Ranomeeto Masalah belajar pendidikan agama Islam yang dialami siswa SMP Negeri 1 Ranomeeto sebagaimana yang dikemukakan seorang informan adalah ”belum tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar al-Quran mengalami kesulitan untuk mengerti dan memahaminya”.23 Hal ini juga dikemukakan oleh seorang siswa bahwa; ”dalam belajar al-Quran saya mengalami hambatan karena belum tahu membaca dan menulis dengan baik dan benar”.24 Hal yang berkaitan dengan 22 Amusa, S.Ag., Guru PAI, Wawancara, Kapuntori, tgl. 30 Agustus 2012 23 Amusa, S.Ag., Guru PAI, Wawancara, Kapuntori, tgl. 30 Agustus 2012 24 La Ali, Siswa Kelas 3, Wawancara, Kapuntori, tgl. 29 Agustus 2012. kemampuan membaca dan menulis al-Quran tidak dialami oleh semua siswa sebab, berdasarkan pengamatan penulis pada saat kegiatan bimbingan belajar terdapat beberapa orang siswa yang dilibatkan membimbing siswa lain belajar al-Quran. Siswa yang melakukan bimbingan ini adalah yang sudah tahu membaca dan menulis al-Quran dengan baik. . Masalah belajar pendidikan agama Islam siswa SMP Negeri 1 Ranomeeto juga meliputi masalah belajar yang berhubungan dengan perkembangan siswa. Kepala SMP Negeri 1 Ranomeeto mengemukakan bahwa: ”di setiap kelas pasti dijumpai siswa yang mengalami masalah belajar akibat kemampuan motorik dan persepsi serta kemampuan komunikasi yang berbeda”.25 Di saat penulis menanyakan kemampuan menulis al-Quran kerpada siswa kelas 1 yang juga sebagai informan, dia mengatakan bahwa ”saya belum mampu menulis al-Quran dengan baik dan benar. Saya belum terlatih untuk itu. Di sinilah kelemahan saya belajar pendidikan agama Islam”.26 Lebih spesifik, informan lain mengatakan bahwa ”biasanya saya ingin mengemukakan pendapat saat guru mengajar, tetapi saya tdak dapat berkomunikasi dengan baik atau gugup”.27 Secara psikologis, setiap tahap perkembangan jiwa dan jasmani yang dialami, setiap individu akan mengalami masalah yang berbeda-beda, 25 La Ode Ganiu, S.Pd., M.Pd., Kepala Sekolah, Wawancara, Kapuntori, tgl. 30 Agustus 2012. 26 La Ode Juhani, Siswa Kelas 1, Wawancara, Kapuntori, 29 Agustus 2012. 27 Sartiwan, Siswa Kelas 2, Wawancara, Kapuntori, 29 Agustus 2012. termasuk reaksi terhadap materi pelajaran pendidikan agama Islam yang diterimanya dari guru pendidikan agama Islam. Perbedaan tanggapan ini disebabkan oleh tahap perkembangan psikologis yang sedang dialami termasuk masalah lingkungan sekitar. Masalah belajar pendidikan agama Islam sebagaimana dikemukakan di atas, tidak terjadi spontan melainkan disebabkan oleh beberapa faktor baik dari luar diri Di samping bentuk bimbingan belajar yang dikemukakan di atas, bentuk bimbingan belajar pendidikan agama Islam yang dilakukan guru pendidikan agama Islam di SMP Negeri 1 Ranomeeto adalah: a. Siswa disuruh membaca buku yang relevan dengan satuan pelajaran Berdasarkan keterangan informan bahwa: Tersedianya buku-buku pelajaran di setiap satuan pendidikan tak terkecuali SMP Negeri 1 Ranomeeto memudahkan guru agama Islam mengadakan kegiatan bimbingan belajar. Salah satu kegiatan bi8mbingan belajar yang dilakukan adalah guru agama Islam memberikan buku agama Islam untuk dipelajari oleh siswa yang mengalami masalah belajar atau siswa diperintahkan mencari materi pelajaran agama Islam yang sesuai dengan tujuan satuan pembelajaran. Tugas yang diberikan guru agama Islam diikuti siswa dan dengan cara ini siswa akan lebih kreatif, memperoleh kesempatan menggunakan waktu belajar dan dapat mengetahui keterlambatan belajar dan ketertinggalan yang terjadi pada dirinya.28 Tugas siswa pada pelaksanaan bimkbingan belajar seperti dikemukakan di atas, bermacam-macam, bergantung pada guru. Sesuai pengamatan penulis, siswa adakalanya diduruh membaca materi atau pada sub pokok bahasan tertentu dari buku, ada juga yang disuruh membuat resume, dan adapula yang disuruh mencatat materi pelajaran PAI yang menurut guru agama penting untuk diketahui siswa. Hal ini 28 Amusa, S.Ag., Guru PAI, Wawancara, Kapuntori, tgl. 30 Agustus 2012 relevan dengan pernyataan seorang siswa bahwa “dalam bimbingan belajar guru PAI menyuruh siswa membaca di perpustakaan atau diberikan buku lalu disuruh menyalin atau membuat ringkasan”.29 wa guna mengetahui tingkat perkembangan dan peningkatan kemampuan siswa pada pendidikan agama Islam. Kerja kelompok merupakan salah satu kegiatan bimbingan belajar pendidikan agama Islam pada siswa SMP Negeri 1 Ranomeeto. Menurut keterangan guru pendidikan agama Islam bahwa: Guna memecahkan kesulitan belajar siswa pada bidang studi pendidikan agama Islam, kami membentuk kelompok belajar yang tujuannya adalah agar siswa melakukan kerja kelompok. Masalah yang menjadi tugas kelompok ini adalah mendiskusikan permasalahan yang dihadapi pada pelajaran pendidikan agama Islam, di samping mempelajari bagian-bagian tertentu pada satuan pelajaran. Diskusi kelompok berlangsung pada setiap penyajian materi pelajaran, yaitu kami menyiapkan waktu khusus pada setiap kelompok berdisiksi sekaligus mengidentifikasi permasalahan atau kesulitan belajar yang dihadapi. Dengan diskusi ini siswa akan mengetahui letak kesalahan dan kelemahan mereka sekaligus mencari jalan keluar atas permasalahan. Guru hanya bertindak sebagai pengarah dan pembimbing dalam hal ini. Guru tidak terlalu melakukan intervensi pada diskusi murid agar siswa benar-benar mandiri dan mampu memecahkan masalahnya sendiri tanpa bergantung pada guru.30 Kerja kelompok adalah bentuk perbaikan yang dilakukan guru agama di SMP Negeri 1 Ranomeeto dengan cara memberi trugas pada siswa untuk diselesaikan 29 30 A. Ashar, Murid, Wawancara, Kapuntori, 29 Agustus 2012. Amusa, S.Ag., Guru PAI, Wawancara, Kapuntori, tgl. 30 Agustus 2012 dalam kelompoknya, mendiskusikan masalah itu dan mempelajari beberapa bagian satuan pelajaran yang belum diketahui. Seorang informan mengatakan “kerja kelompok sering kami lakukan antara 4 sampai 6 orang siswa yang dianggap guru belum menguasai materi pelajaran. Melalui kerja kelompok guru menyuruh kami memecahkan masalah yang dihadapi”.31 Kegiatan bimbingan belajar di SMP Negeri 1 Ranomeeto juga dilaksanakan dalam bentuk mengajar ulang. Seorang informan mengatakan bahwa: Tidak semua pelajaran yang diajarkan mudah dipahami dan dikuasai siswa dengan baik. Atas kernyataan ini, semua murid yang mengalami kelambanan dalam belajar dan diketahui kurang mampu menyerap materi pelajaran dikelompokkan untuk dibimbing dengan cara mengulangi pelajaran yang sudah diajarkan. Mengajar kembali adalah bentuk perbaikan dengan mengajar siswa secara berkelompok (kelas) guna mengulangi pelajaran yang belum dikuasai oleh sekelompok murid tersebut. Pada setiap kelompok biasanya mencapai 10 hingga 15 orang dan pengajaran ulang dilakukan pada sore hari. Materi pendidikan agama Islam yang diajarkan pada siswa umumnya menyangkut bacaan al-Quran dan ibadah.32 Mengajar kembali berarti mengulangi kembali materi pelajaran yang belum dikuasai siswa dan kegiatan semacam ini sering dilakukan guru guna meningkatkan penguasaan murid terhadap materi pelajaran agama Islam. B. Upaya Pemanfaatan Fasilitas Perpustakaan Sebagai Media Belajar Siswa Di SMP Negeri 1 Ranomeeto 31 Darmawati, Siswa Kelas 2, Wawancara, Kapuntori, tgl. 28 Agustus 2012. Upaya pemanfaatan fasilitas perpustakaan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di SMP Negeri 1 Ranomeeto, ada empat cara yang harus dilakukan oleh guru yaitu 1). secara force, misalnya memberikan tugas-tugas bacaan halamanhalaman tertentu, bab-bab tertentu kepada para siswa, sehingga mereka merasa mempunyai keperluan yang mendesak untuk mengunjugi perpustakaan. 2). Secara persuasive, bahwa perpustakaan baik gedungnya maupun ruangan-ruangannya, susunan shelves/rak hendaknya merupakan suatu tempat yang menarik mungkin merupakan display buku-buku baru yang menonjol di tengah-tengah meja baca, mungkin berupa bulletin board yang muat gambar-gamabar yang bermutu pendidikan, mungkin lukisan-lukisan yang indah di dinding dan lain sebagainya. 3) Pengembangan minat baca dan kebiasaan membaca misalnya setiap hari senin kelas VII berkewajiban berkunjung ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru. 4) Adanya jam belajar di perpustakaan, telah dijadwalkan belajar di perpustakaan dan dalam seminggu setiap kelas mendapatkan kesempatan Berdasarkan data yang dikemukakan pada pemaparan hasil penelitian di atas, dapat diketahui bahwa pelaksanaan bimbingan belajar pendidikan agama Islam pada di SMP Negeri 1 Ranomeeto secara teknis telah dilaksanakan berdasarkan langkahlangkah bimbingan belajar sebagaimana yang telah ditetapkan secara baku dalam beberapa teori bimbingan belajar. Walaupun demikian, pada tahap implementasi tidak semua aturan baku tersebut dapat dilaksanakan dengan baik disebabkan keterabatasan kemampuan guru agama Islam menterjemahkan arah dan tujuan bimbiungan belajar. Beberapa langkah bimbingan belajar yang ditempuh seperti identifikasi siswa, lokalisasi jenis dan sifat kesulitan belajar dan lokalisasi jenis dan faktor yang menyebabkan kesulitan belajar pelaksdanaannya masih terbatas pada dua aspek saja yaitu identifikasi siswa yang bermasalah dan lokalisasi jenis dan kesulitannya. Sementara lokalisasi jenis dan faktor penyebabnya belum terlaksana sepenuhnya. Pada aspek teknik bimbingan belajar, sesuai data yang diperoleh ternyata dari dua bentuk teknik bimbingan belajar, yaitu bimbingan kelompok dan individu keduanya terjadi perpaduan dan tidak terpisah, dengan maksud, baik bimbingan kelompok maupun bimbingan individu dipakai oleh guru pendidikan agama Islam. . BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan data hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah: 1. Adapun fasilitas perpustakaan SMP Negeri 1 Ranomeeto diantaranya yaitu buku-buku paket, buku non paket, buku religi, atlas, buku-buku referensi, selain itu, fasilitas perputakaan juga ditujang dengan fasilitas lain seperti computer, rungan membaca, meja kursi belajar, dan lain-lain. 2. gambaran m0tivasi belajar siswa di SMPN 1 ranomeeto, sedang motivasinya untuk belajar dan mencari materi- materi pelajaran yang relevan dengan bahan ajar yang diberikan guru. 3. Upaya pemanfaatan fasilitas perpustakaan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di SMP Negeri 1 Ranomeeto, ada empat cara yang harus dilakukan oleh guru yaitu 1). secara force, misalnya memberikan tugas-tugas bacaan halaman-halaman tertentu, 2). Secara persuasive, 3) Pengembangan minat baca dan kebiasaan membaca 4) Adanya jam belajar di perpustakaan. B. Saran-Saran 1. Pihak sekolah harus lebih meningkatakan kerja sama antara pustakawa ,guru, dan kepala sekolah untuk saling memberikan motifasikepda siswa agar dapat memanfaatkan perpustakaan sekolah secara baik dan benar. efektifitas dan efisiensi kegiatanm pemanfaatan perpustakaan di SMP Negeri 1 Ranomeeto, dibutuhkan upaya nyata dari guru pendidikan agama Islam untuk melakukan kerjasama dengan guru bimbingan konseling agar kegiatan bimbingan pada siswa terlaksana dengan baik. 2. Diharapkan kepada kepala sekolah SMP Negeri 1 Ranomeeto agar senantiasa memantau dan mengarahkan guru pendidikan agama Islam dalam melaksanakan tugas mengajar termasuk kegiatan pemanfaatan perpustakaaanr agar guru bersangkutan termotivasi dan paham dengan tugas yang diemban. DAFTAR PUSTAKA Bafadal,Ibrahim, Pedoman Perpustakaan Sekolah,Jakarta:Bumi Aksar, 1999. Sulistio Basuki,Pengantar Ilmu Perpustaka,Jakarta; Rineka Cipta, 1991. Ahmadi, Abu, Sosilologi Pendidikan, Rineka Cipta, 2004. Dani Setiawan, Penanganan Belajar Siswa (http://www.sd- binatalenta.com.images/artikel003.php). Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta, Intermasa, 1993. Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah. Surabaya, Usaha Nasional, 1983. -------, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta, Rineka Cipta, 2000. Hudoyo, Herman, Pengembangan Kurikuklum Matematika dan Pelaksanaannya di Depan Kelas, Usaha Nasional, Surabaya, 1999. Mappa, S., Teori Belajar Orang Dewasa, P3K Dirjen PK, Depdikbud, Jakarta, 1999. Novi, Rifqiyanti, Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Motivasi Berprestasi Anak Tuna Rungu, Bina Aksara, Jakarta, 2002. Samad, Profesi Keguruan. Makasar, FIP Universitas Makassar, 2004. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 2003. Sugiono, Memahami Penelitian Kualitiatif, Al-Fabeta, Bandung, 2005. Sukardi, Dewa Ketut, Bimbingan Karier di Sekolah. Jakarta, Rineka Cipta, 1994. Winkel, W.S., Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah. Jakarta, Gramedia, 1991. Sugiono,Penelitian Pendidikan Kualitatif dan kuantitatif R & D,Bandung:Alfabeta 2007