UPAYA PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEBAGAI

advertisement
UPAYA PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEBAGAI
MEDIA BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI I RANOMEETO
KECAMATAN RANOMEETO
KABUPATEN KONAWE SELATAN
Skripsi diajukan untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh
ROSNENI
NIM; 07010101092
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SULTAN QAIMUDDIN
KENDARI
2013
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan penuh kesadaran penulis yang bertanda tangan di bawah ini
menerangkan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis sendiri dan jika di
kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, atau plagiat atau dibuat
orang lain secara keseluruhan atau sebagian, maka skripsi dan gelar yang dipeoleh
karenanya, batal demi hukum.
Kendari, september 2013
Penulis,
ROSNENI
ABSTRAK
Rosneni, Nim 07 010101 092, Upaya pemanfaatan fasilitas perpustakaan sebagai
media Belajar siswa di SMP Negeri I Ranomeeto Kecamatan Ranomeeto kabupaten
Konawe selatan, Dosen pembimbing I Drs. H. Herman,M.Pd.I dan Pembimbing II St.
Aisyah Mu’in, S.Ag, M.Pd
Skripsi ini berjudul Upaya Pemanfaatan Fasilitas Perpustakaan Sebagai
Media Belajar Siswa di SMP Negeri I Ranomeeto Kecamatan Ranomeeto
Kabupaten Konawe Selatan. Pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu 1.
Bagaimana gambaran fasilitas perpustakaan di SMP Negeri 1 Ranomeeto Kabupaten
Konawe?. 2. Bagaimana upaya pemanfaatan fasilitas perpustakaan sebagai media
belajar siswa di SMP Negeri 1 Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan?.
Pendekatan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.
Tehnik pengumpulan data dengan cara obserfasi, wawancara dan dokumentasi.
Sedangkan tehnik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, display data, dan
verifikasi data.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa gambaran fasilitas perpustakaan di SMP
Negeri 1Ranomeeto, cukup memadai sehingga dapat menimbulkan semangat atau
motifasi pada siswa untuk berkunjung dan bahan-bahan ajar yang relevan dengan
materi pelajaran yang diberikan oleh guru, adapun fasilitas perpustakaan di SMP
Negeri 1 Ranomeeto diantaranya yaitu buku-buku paket, buku non paket, buku religi,
atlas, buku-buku referensi, selain itu fasilitas perpustakaan juga ditunjang dengan
fasilitas lain seperti komputer, ruangan membaca, meja kursi belajar, dan lain-lain.
Upaya pemanfaatan fasitas perpustakaan sebagai media belajar siswa di SMP Negeri
1 Ranomeeto ada empat cara yang harus dilakukan oleh guru yaitu 1). Secara force,
misalnya memberikan tugas-tugas bacaan halaman-halaman tertentu, bab-bab tertentu
kepada para siswa, sehingga mereka merasa mempunyai keperluan yang mendesak
untuk mengunjungi perpustakaan. 2). Secara persuasive. 3). Pengembangan minat
baca dan kebiasaan membaca. 4). Adanya jam belajar di perpustakaan.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan
ridha-Nya sehingga penulis sdapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan
judul “Pelaksanaan Bimbingan Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Siswa
Yang Mengalami Masalah Belajar di SMA Negeri I Kapuntori Kabupaten Buton”.
Salawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabatnya yang telah memperjuangkan ajaran yang haq yakni Islam
sebagai pola hidup yang menjandikan kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan di
akhirat.
Banyak kendala yang dihadapi penulis dalam rangka penulisan skripsi ini,
hanya berkat bantuan berbagai pihak, maka skripsi ini selesai tepat pada waktunya.
Untuk itu penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada
1.
Kedua orang tua
yang telah merawat,
mendidik,
membesarkan dan
menyekolahkan penulis hingga hidup mandiri bersama suami dan anak-anak.
2.
Suami yang tercinta (irfansyah), yang banyak memberikan motifasi dan spirit
selama mengikuti studi
3. H. Dr. Nur Alim, M.Pd., selaku Ketua STAIN Sultan Qaimuddin Kendari yang
banyak memberikan dorongan agar sukses studi
4.
Dra.Hj.St. Kuraedah, M.Ag. selaku ketua Jurusan Tarbiyah yang telah banyak
memberikan masukan dalam pengusulan judul skripsi.
5. Aliwar, S.Ag., M.Pd., selaku Ketua Program Pendidikan Agama Islam STAIN
Sultan Qaimuddin Kendari
6. Dra. Hj. St. Kuraedah, M.Ag. dan Bapak La Hadisi S.Ag., M.Pd.I. yang telah
menyiapkan banyak waktu memberikan bimbingan penulisan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen STAIN Sultan Qaimuddin Kendari yang telah memberikan
banyak ilmu pengetahuan semasa kuliah
8.
Raehang, S.Ag., M.Pd.I. selaku Kepala Perpustakaan STAIN Sultan Qaimuddin
Kendari
9. Bapak Alfred Rony Joe, S.Pd, selaku kepala sekolah dan Amusa, S. Ag selaku
guru di SMP Negeri 1 Ranomeeto yang membantu penulis dalam pengumpulan
data penelitian.
Semoga mereka yang tersebut di atas mendapat pahala dan kesehatan dari
Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembangunan pendidikan utamanya
pembangunan pendidikan Islam.
Kendari, November 2013
Penulis,
Rosneni
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…......…………………………...…………........…...........… i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. iii
KATA PENGANTAR............................................................................................. iv
DAFTAR ISI.....………………………………..........……...…............………...... vi
ABSTRAK................................................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………...…...........………….... 1
B. Batasan Masalah………………………………….......................….... 4
C. Fokus Penelitian………………………………...........…...……….. 4
D. Tujuan Penelitian…………………………………..........…....……... 4
E. Kegunaan Penelitian.................………………..........…….……….... 6
F. Definisi Operasional………………………….........…….…..…..….. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Fasilitas Pembelajaran .............................................................. 7
B. Deskripsi Perpustakaan Sekolah................................................................ 9
C. Peran Perpustakaan Sekolah...................................................................... 14
D. Tujuan dan Fungsi Perpustakaan............................................................... 18
E. Tenaga Pepustakaan.................................................................................. 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian……………………………….………..........…....…..….. 30
B. Tempat dan Waktu Penelitian……………….……….…….............…..... 30
C. Subyek Penelitian…………………………….………….…............…..... 31
D. Teknik Pengumpulan Data…………………….………….............…....... 31
E. Teknik Analisis Data…………………………….……..…............…....... 32
F. Pengecekan Keabsahan Data…………………….…...…......................… 33
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Profil SMPN 1 Ranomeeto......................................................................... 36
B. Gambaran Fasilitas Perpustakaan SMPN 1Ranomeeto…………………. 42
C. Upaya Pemanfaatan Fasilitas Perpustakaan Sebagai Media Belajar Siswa
SMPN 1 Ranomeeto……………………………………………………... 47
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................... 57
B. Saran-Saran.............. ............................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penjelasan undang undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003
menytakan bahwa tujuan pendidikan adalah’ untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadin manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha
esa,berakhlak mulia,sehat,berilmu,cakap,kreatif,mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis,serta bertanggung jawab
Mengingat perpustakaan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi setiap
sekolah karena sebagai sumber ilmu, informasi dan penunjang terjadinya proses
belajar mengajar yang efektif. Perpustakaan SMP Negeri 1 Ranomeeto telah lama
diadakan dengan terus mengalami pembenahan dari tahun ketahun.
Dari keempat bimbingan tersebut, salah satu bidang yang menjadi fokus
penelitian ini adalah bimbingan belajar. Bimbingan belajar adalah upaya membantu
siswa mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi dan untuk memanfaatkan waktu
luang agar siswa dapat mencapai prestasi belajar yang lebih baik. Sukardi
mengemukakan bahwa ”bimbingan belajar adalah suatu bentuk pelayanan yang
diberikan untuk membantu siswa yang mengalami masalah di dalam memasuki
proses belajar dan situasi yang dihadapinya”.1 Dalam proses dan situasi belajar tidak
semua siswa berada pada kondisi yang baik dan terbebas dari masalah belajar, akan
1
Depdikbud,uu RI No.20 Tahun 2003. Tentang
Rineka Cipta, 1994), h. 80.
Sistem
Pendidikan Nasional.( Jakarta,
tetapi, karena faktor-faktor tertentu, seperti kelelahan, sakit, dan gangguan yang
terjadi akibat lingkungan sekitar siswa, seperti; bising, gaduh dan sirkulasi udara
yang kurang baik dalam kelas siswa mengalami masalah belajar. Bila terdapat siswa
yang mengalami kesulitan belajar, guru mempunyai peranan yang sangat penting
guna memecahkan masalah belajar dan mengeluarkan siswa dari situasi yang
menyebabkan munculnya masalah belajar yang bertambah banyak.
Setiap kegiatan belajar ditujukan untuk mencapai hasil belajar yang optimal
atau dengan kata lain siswa dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi.
Tercapainya prestasi belajar yang tinggi dan usaha meningkatkannya dibutuhkan
usaha maksimal baik dari guru maupun dari siswa yang bersangkutan. Usaha yang
dilakukan guru adalah di samping mengajar juga mengusahakan situasi pembelajaran
mampu meminimalisasi terjadinya masalah belajar bagi siswa di samping berusaha
memecahkan masalah belajar siswa yang sedang dihadapi. Di sisi lain, bagi siswa
yang mengalami masalah belajar dituntut lebih proaktif mengemukakan masalah
belajar yang dihadapi kepada guru bimbingan agar dilakukan penanganan melalui
bimbingan belajar.
Fokus kegiatan bimbingan belajar di sekolah adalah interaksi pendidik dengan
siswa dalam mempelajari suatu materi pelajaran yang telah tersusun dalam suatu
kurikulum, dan di dalamnya termasuk bimbingan belajar. Dalam melaksanakan
kegiatan bimbingan belajar para pendidik disamping menguasai bahan atau materi
bimbingan, tentu perlu pula mengetahui bagaimana cara materi bimbingan itu
Di samping keterbatasan pengetahuan teknis guru menyampaikan materi
bimbingan belajar, juga kemampuan guru dalam mengelola kelas. Tuntutan
modernitas pendidikan termasuk penggunaan media pendidikan yang tersedia di
sekolah dan di kelas mengharuskan guru lebih adaptif, terampil dan profesional agar
mampu menjadi pemecah problema belajar yang dihadapi peserta didik. Problematik
yang dihadapi peserta didik di sekolah cukup kompleks dan problematik itu erat
kaitannya dengan faktor internal dan eksternal peserta didik. Di kelas, guru secara
langsung bertatap muka dengan peserta didik, maka problematik peserta didik yang
sedang dan akan dihadapi tidak bisa dibiarkan bertumpuk sehingga mengakibatkan
dan menimbulkan rasa bosan dan penyesalan peserta didik atas kegiatan
pembelajaran yang sedang dihadapi. Kegiatan pembelajaran umumnya terjadi di
kelas. Karenanya dibutuhkan keterampilan guru melakukan bimbingan belajar.
.
Kesadaran profesi menjadi landasan psikologis bagi setiap guru untuk
menciptakan pembelajaran yang manusiawi dan konstruktif. Bimbingan belajar di
samping menjembatani kebutuhan belajar siswa juga berusaha membangun dinamika
kelas dan memperkecil terjadinya problematik dan memecahkan problematik yang
sedang dihadapi siswa. Cukup banyak masalah belajar yang dihadapi siswa dan
intensitasnya sama dengan kompleksnya problematik yang dihadapi pendidik. Hal ini
mengindikasikan, pengelolaan kelas menjadi sangat urgen dan dapat dikatakan di
kelas terjadi eksekusi pengetahuan, keterampilan dan berbagai macam pengalaman
yang ditransformasikan pendidik kepada siswa.
, jika tidak diperintahkan dan diingatkan, siswa-siswa tidak mau ke
perpustakaan. Inilah fenomena yang sangat memperihatinkan bagi kita semua,
sementara sekolah telah berusaha memfasilitasSalah satu usaha yang dilakukan SMP
Negeri 1 Ranomeeto adalah pembenahaan dan melangkapi perpustakaan sekolah. i
siswa dalam proses belajarnya, namun hal tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik.
Seiring dengan pkembangan era modernisasi yang serba praktis dan canggih,
merupakan daya saing tersendiri bagi perpustakaan. Dimana seorang guru harus
berusaha dan memberikan perintah terlebih dahulu kepada siswa untuk ke perpusta.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan batasan masalah
yaitu Upaya Pemanfaatan Fasilitas Perpustakaan Sebagai Media Belajar Siswa SMPN
1 Ranomeeto
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana gambaran fasilitas perpustakaan di SMP Negeri 1 Ranomeeto
Kabupaten Konawe?.
2. Bagaimana upaya pemanfaatan fasilitas perpustakaan sebagai media belajar
siswa di SMP Negeri 1 Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan?.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui gambaran fasilitas perpustakaan di SMP Negeri 1
Ranomeeto Kabupaten Konawe?.
2.
Untuk mengetahui upaya pemanfaatan fasilitas perpustakaan sebagai
media belajar siswa di SMP Negeri 1 Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan?.
F. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk:
1. Kegunaan teoritis yaitu untuk meningkatkan apresiasi para calon pendidik
bagi usaha pengembangan pengetahuan di bidang pendidikan guna
mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Kegunaan
praktis,
yaitu
untuk
membantu
terciptanya
pelaksanaan
pembangunan di bidang pendidikan khususnya pelayan bimbingan belajar di
sekolah.
F. Definisi Operasional
1. Fasilitas perpustakaan adalah segala sesuatu yang digunakan dalam rangka
menunjang proses belajar mengajar, untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Adapun yang menjadi ruang lingkup pengkajian penelitian mengenai bahan
material dan non material perpustakaa
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Fasilitas Pembelajaran
1. Definisi Fasilitas Pembelajaran
Dalam kaitannya dengan pendidikan fasilitas pembeljaran merupakan hal
yang utama dalam menunjang terlaksananya kegiatan pembeljaran.Tersedianya
berbagai macam fasilitas pembeljaran juga mendukung para siswa untuk dapat belajar
dengan nyaman bahkan secara otodidak.Bimbingan belajar hanya dapat dilakukan
bila ada pembimbing dan yang dibimbing. Pembimbing yang dimaksud adalah guru
sementara yang dibimbing adalah siswa. Bimbingan belajar dilakukan secara sengaja
dalam rangka mengeluarkan siswa dari masalah belajar yang dihadapi agar belajar
siswa berjalan efektif. Secara terminologi, Sukardi mengemukakan ” ”bimbingan
belajar adalah suatu bentuk pelayanan yang diberikan untuk membantu siswa yang
mengalami masalah di dalam memasuki proses belajar dan situasi yang
dihadapinya”.2 Relevan dengan pengertian ini, Winkel mengartikan bahwa
”bimbingan belajar adalah bantuan dalam menemukan cara belajar yang tepat untuk
mengatasi kesukaran-kesukaran mengenai cara belajar dalam memilih jenis atau
jurusan yang sesuai”.3
3
W.S. Winkel. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah. Jakarta, Gramedia, 1991, h.
125.
Kedua pengertian bimbingan yang dikemukakan ahli tersebut di atas,
mengandung makna yang sama, yaitu; bimbingan ditujukan pada siswa yang
menghadapi masalah belajar, masalah belajar yang dihadapi siswa dipecahkan guru
bimbingan melalui bantuan bimbingan belajar, dan tujuan bimbingan belajar adalah
mengatasi masalah belajar, menemukan teknik belajar yang tepat, keluar dari situasi
sulit dan siswa menentukan pilihan terhadap jurusan yang sesuai keinginannya.
Bila dihubungkan dengan bimbingan belajar pendidikan agama Islam, maka
yang dimaksud adalah bantuan yang diberikan guru pembimbing terhadap siswa guna
menemukan dan mampu belajar pendidikan agama Islam dengan cara yang tepat dan
efektif untuk mencapai tujuan belajar pendidikan agama Islam secara optimal.
Bimbingan belajar dilaksanakan secara dinamis, terencana dan terprogram
dengan ruang lingkup tujuan yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Dari sisi
ini, Ahmadi, dkk., memformulasi pengertian bimbingan belajar yaitu ”seperangkat
usaha bantuan kepada peserta didik sehingga mereka dapat membentuk pilihan,
mengadakan
penyesuaian
dan
memecahkan
masalah-masalah
belajar
yang
dihadapinya”.4 Siswa seringkali mengalami masalah belajar dan karena masalah
belajar yang dihadapi tersebut siswa bersangkutan sulit mencapai prestasi belajar
optimal.
4
Abu Ahmadi, dkk., Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta, Rineka Cipta, 1991, h.
108.
Dari beberapa definisi bimbingan belajar yang dikemuakan di atas, penulis
simpulkan bahwa bimbingan belajar adalah upaya pertolongan yang diberikan guru
terhadap siswa yang mengalami masalah belajar
dan mampu menemukan cara
belajar yang efektif, kondisi belajar yang tepat, dan mampu memecahkan masalah
belajarnya sendiri.
2. Definisi Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan adalah koleksi yang terdiri dari bahan-bahan tertulis, tercetak,
ataupun grafik lainnya seperti film, slide, piringan hitam, tape dalam ruangan ataupun
gedung yang diatur dan diorganisasikan dengan sistem tertentu agar dapat digunakan
untuk keperluan studi, penelitian, pembacaan dan lain sebagainya.Tujuan bimbingan
belajar sebenarnya termuat dalam pengertian bimbingan belajar sebagaimana
dikemukakan terdahulu, yaitu untuk mengarahkan siswa kepada situasi belajar yang
optimal. Tujuan ini relevan dengan tujuan umum bimbingan belajar sebagaimana
dikemukakan oleh Sukardi bahwa:
Secara umum, bimbingan belajar bertujuan membantu siswa agar dapat
melakukan penyesuaian yang baik dalam situasi belajar, sehingga dapat belajar
dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan mencapai
perkembangan yang optimal.5
Penyesuaian diri dalam situasi belajar adalah kemampuan adaptif siswa pada
saat melakukan kegiatan belajar, baik dilihat dari aspek materi dan jenis belajar yang
dilakukan maupun situasi yang dihadapinya tanpa menimbulkan masalah belajar yang
5
Op. Cit., h. 79.
baru. Penyesuaian yang baik dapat mengarahkan siswa belajar dengan efisien dan
dapat mengembangkan kemampuannya lebih baik lagi guna mencapai perkembangan
yang optimal.
Pada bagian lain, Sukardi merinci beberapa poin tujuan khusus bimbingan
belajar, yaitu:
1. Memberikan cara-cara belajar siswa atau kelompok siswa
2. Menunjukkan cara-cara mempelajari sesuatu dan menggunakan buku
pelajaran
3. Memberikan informasi bagaimana memanfaatkan perpustakaan
4. Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam ujian
5. Memilih bidang studi sesuai dengan minat, bakat IQ dan kondisi fisik dan
kesehatannya
6. Menunjukkan cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang studi tertentu
7. Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadual belajarnya
8. Memilih pelajaran tambahan baik yang berhubungan dengan pelajaran di
sekolah mapun untuk perkembangan bakat dan kariernya di masa depan.6
Tujuan khusus bimbingan belajar tersebut di atas, bersifat kompleks yang
harus dicapai secara keseluruhan agar masalah belajar yang sedang dihadapi siswa
benar-benar tuntas. Pencapaian tujuan bimbingan belajar ini tidak dapat diwujudkan
bila guru bimbingan konseling tidak memiliki kemampuan profesional berkaitan
dengan tugas yang diembannya. Tujuan bimbingan belajar tersebut menjadi arah bagi
guru bimbingan untuk membuat siswa keluar dari situasi sulit dalam belajar
pendidikan agama Islam dan dengan situasi belajar yang diperoleh memotivasi siswa
memecahkan sendiri masalah belajar yang di hadapinya tanpa tergantung kepada
bimbingan guru di sekolah.
6
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyulihan Belajar di Sekolah. Surabaya, Usaha
Nasional, 1983, h. 20.
Dengan demikian, tujuan bimbingan belajar pendidikan agama Islam adalah
membantu siswa agar dapat melakukan penyesuaian yang baik dalam situasi belajar,
sehingga dapat belajar dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya
dan mencapai perkembangan yang sempurna agar nantinya menjadi manusia yang
bertakwa kepada Allah SWT dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.
3. Peranan Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan adalah koleksi yang terdiri dari bahan-bahan tertulis, tercetak,
ataupun grafik lainnya seperti film, slide, piringan hitam, tape dalam ruangan ataupun
gedung yang diatur dan diorganisasikan dengan sistem tertentu agar dapat digunakan
untuk keperluan studi, penelitian, pembacaan dan lain sebagainyaelaksanaan
bimbingan belajar dibutuhkan langkah-langkah tertentu agar bimbingan belajar
tersebut tepat sasaran.
Ketiga langkah yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan bimbingan belajar
tersebut di atas, masih dalam lingkup perencanaan dan belum berada pada tahap
aplikasi. Baik perencanaan, aplikasi maupun evaluasi secara bersamaan dibutuhkan
dalam pelaksanaan bimbingan belajar sehingga jika salah satu di antaranya tidak
terlaksana, maka tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan bimbingan belajar tidak
dapat dicapai secara optimal. Guna menciptakan pelaksanaan bimbingan belajar yang
komprehensi.
Belajar sebagaimana dikemukakan di atas, dapat diikuti guru dalam
pelakasanaan bimbingan belajar agar sasaran dan tujuan bimbingan belajar efektif
dan efisien. Hal penting yang harus diketahui dan dikuasai oleh guru bimbingan
dalam hal pelaksanaan bimbingan belajar adalah mengetahui dan mampu
mengaplikasikan langkah-langkah tersebut dalam bentuk nyata. Sulit bagi guru
bimbingan menciptakan pembelajaran yang efektif bila urutan-urutan dari langkah
bimbingan belajar tidak diketahui. Sebab, langkah-langkah bimbingan belajar
tersebut di atas, merupakan patokan sekaligus desain kegiatan bimbingan belajar.
4. Tujuan dan Fungsi Perpustakaan
Bimbingan belajar dapat dilaksanakan hanya dengan melibatkan seorang
siswa atau bisa juga siswa dalam kelompok. Dengan demikian, teknik yang
digunakanpun juga menggunakan teknik bimbingan belajar individual dan teknik
bimbingan belajar individual.
a. Bimbingan belajar secara kelompok
Bimbingan belajar kelompok adalah salah satu bentuk bimbinmgan yang
diberikan oleh pembimbing kepada sekelompok siswa yang menghadapi masalah
belajar dengan menempatkan diorinya dalam suatu kehidupan atau kegiatan yang
sesuai. Beberapa bentuk bimbingan belajar kelompok menurut Sukardi adalah:
1) Fungsi edukatif Pelajaran bimbingan. Secara garis besarnya pelajaran
bimbingan dilakukan di sekolah pada jam tertentu dimana petugas
pembimbing masuk ke kelas memabahas masalah yang biasanya tidak
berhubungan dengan pelajaran yang lain (misalnya cara belajar yang baik,
cara beragaul dan sebagainya).
2) Fungsi informatif. Bimbingan karya wisata merupakan cara yang
menguntungkan sebab dengan karyawisata siswa dapat melihat secara
langsung dari dekat situasi atau obyek yang menarik perhatiannya.
3) Fungsi tanggung jawab administrasi. Dalam diskusi kelompok sebaiknya
dibentuk kelompok kecil dan yang tergabung dalam kelompok kecil
mendikusikan bersama masalah-masalah yang sedang dihadapi.
4) Fungsi riset, yaitu salah satu bentuk kegiatan bimbingan yang
kegiatannya dilakukan dalam suatu ruangan guna kegiatan bimbingan
belajar dalam usaha memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
terhadap siswa dan terjadi hubungan baik antara siswa dan konselor.
5) Fungsi rekreatif adalah suatu cara dalam bimbingan yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mendramatisasikan sikap, tingkah laku
atau penghayatan seseorang seperti yang dilakukan dalam hubungan
sosial setiap hari dalam masyarakat.
Teknik bimbingan belajar kelompok sebagaimana di sebutkan di atas ternyata
terdapat enam bentuk yang dapat memberikan kemungkinan bagi siswa yang
mengalami kesulitan belajar memperoleh pengetahuan, pengalaman dan keterampilan
baru dari sisi kelebihan pendekatan yang digunakan. Teknik-teknik tersebut cukup
kompleks dan dapat mengantarkan siswa ke pemahaman yang lebih komplit pula dari
sisi mana siswa harus mampu keluar dari permasalahan belajar yang dihadapi.
b. Bimbingan secara individual
Menurut Sukardi ”teknik belajar secara individual pada dasarnya dapat dibagi
tiga pendekatan yaitu; pendekatan directive counseling, pendekatan non directive
counseling (clien centered), dan pendekatan electic counseling.”7 ketiga pendekatan
ini dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
1) Pendekatan directive counseling
Pendekatan directive counseling adalah salah satu bentuik pemberian
bimbingan kepada seseorang face to face yang bertujuan agar siswa keluar dari
permasalahannya sehingga ia dapat belajar dengan baik tetapi perlu diingat bahwa
dalam pendekatan ini konselor lebih banyak berperan jika dibandingkan dengan siswa
7
Ibid., h. 166.
dalam proses konseling sehingga siswa tinggal menerima apa yang telah
dikemukakan konselor.:
Ciri pendekatan yang dikemukakan di atas menggambarkan adanya kerjasama
antara konselor dengan klien (siswa) dalam merencanakan, mencari solusi dan
melakukan evaluasi terhadap masalah belajar yang dihadapi siswa. cara ini cukup
efektif karena antara konselor dan klien dapat menjalankan fungsi masing-masing
menuju pada tujuan bersama yaitu mengeluarkan siswa dari masalah belajar yang
dihadapi.
2) Pendekatan non directive counseling
Teknik ini memberikan gambaran bahwa proses konseling yang menjadi
pusatnya adalah klien bukan pada konselor. Aktivitas banyak diperankan klien/siswa.
dalam proses ini konselor mendorong klien/siswa dapat memecahkan masalahnya
sendiri. Sifat pokok non direktive counseling adalah sebagai berikut:
a. Teknik ini menekankan pada aktivitas dan tanggung jawab pada klien itu
sendiri.
b. Teknik ini menuntut konselor untuk selalu mengadakan hubungan dengan
klien dengan sangat efektif.
c. Masalah-masalah yang dihadapi dalam bentuk ini adalah bersifat aktual.
d. Teknik ini menekankan sikap dan kemampuan untuk menerima dan
memahami.
e. Teknik ini memecahkan masalah pribadinya melalui perasaannya sendiri
dengan jalan mendefinisikan perasaannya sendiri.8
Pendekatan
non directive counseling memberikan kebebasan dan
keleluasaan pada klien untuk berkreasi dan konselor hanya bertindak sebagai
8
Ibid., h. 166.
vasilitator. Kebebasan yang diberikan kepada klien/siswa ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan klien secara optimal agar mampu menyelesaikan
persoalannya sendiri dan mampu mengetahui dan memahami secara pasti apa yang
sedang dihadapi. Lainnya halnya dengan pendekatan directive counseling yang
berpusat pada kreativitas counselor dalam membangun pengertian dan pemahaman
klien/siswa disertai upaya nyata konselor memberi solusi terhadap problematik yang
sedang dihadapi klien.
3)Perpustakaan bagi guru
Perpustakaaan digunakan konselor guna mengatasi beberapa kelemahan dari
penggunaan pendekatan directive counseling dan pendekatan non directive
counseling. Pendekatan electic counseling memiliki fleksibelitas yang tinggi guna
menyesuaikan pemahaman konselor dengan siswa sehingga tujuan konseling tercapai
optimal.
5. Tenaga Perpustakaan
sebagaimana di sebutkan di atas dapat dipilih sesuai sifat dan karakter juga
masalah belajar yang dihadapi klien/siswa. Masing-masing bentuk bimbingan belajar
mempunyai karakteristik yang berbeda, tujuan dan teknik tersendiri. Intinya adalah
bimbingan belajar apapun bentuk yang dipakai dari beberapa bentuk bimbingan
belajar yang ada orientasinya tetap pada klien/siswa sebagai obyek sekaligus subyek
bimbingan belajar.
Pemantapan sikap dan kebiasaan belajar, pemantapan penguasaan materi dan
pemahaman serta pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya di sekolah serta
masyarakat untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta pengembangan pribadi
adalah bagian pokok dari prinsip bimbigan belajar.
Bimbingan belajar sebagaimana dikemukakan di atas befungsi preventif,
yaitu menjaga kemungkinan timbulnya problematik belajar siswa yang lebih
kompleks. Melalui bimbingan belajar siswa dapat mempertahankan aktifitas
belajarnya dan dapat mempersiapkan diri secara matang bagi upaya mencegah
munculnya masalah dalam belajar.
Bimbingan belajar juga berfungsi sebagai sarana bagi penyaluran bakat dan
minat siswa yang terpendam sehingga lebih dinamis dan berkembang dalam kegiatan
belajar. Hambatan belajar yang dihadapi siswa sebenarnya dapat dicegah bila
bimbingan belajar didasarkan pada prinsip dan tujuan yang tepat. Bimbingan belajar
mengarahkan siswa mampu beradaptasi dengan lingkungan belajar di samping
mampu mengatasi persoalan belajar yang dihadapi. Masalah lain yang tidak kalah
pentingnya adalah bimbingan belajar dapat mempertahankan dan meningkatkan
prestasi belajar siswa.
Salah satu upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa adalah mengatasi masalah belajar yang dihadapai siswa. Salah satu usaha
tersebut adalah melalui kegiatan bimbingan belajar. Kegiatan bimbingan belajar pada
prinsipnya adalah di samping untuk mengeluarkan siswa dari situasi belajar yang sulit
juga untuk menumbuhkan semangat dan motivasi berprestasi.
Guna mendukung tercapainya prestasi belajar yang dinginkan, efektifitas
bimbingan belajar menjadi sangat penting. Bimbingan belajar tidak saja meletakkan
dasar-dasar pengajaran yang variatif akan tetapi juga membuka kerang baru bagi
pertumbuhan semangat dan motivasi belajar siswa yang tinggi. Dengan semangat
belajar yang tinggi akan mampu menciptakan situasi dan perbuatan belajar yang
berkelanjutan dan inilah sesungguhnya hakikat bimbingan belajar. Pada tahap awal,
guru melakukan diagnosis terhadap permasalahan belajar siswa, melakukan
identifikasi atas segala permasalahan yang amat mendasar lalu melakukan tindakan
dan evaluasi serta tindak lanjut. Slameto mengatakan bahwa “bimbingan belajar
adalah usaha untuk meminimalisasi problema belajar siswa agar siswa bersangkutan
mendapatkan situasi belajar baru yang lebih manusiawi dan akomodatif”9 Pada
suasana dan kondisi belajar yang baru itu akan lebih mudah melakukan adaptasi dan
memungkinkan pula siswa mengenal karakter dirinya sendiri atas segala perubahan
karena proses dan pengalaman belajar yang dialaminya.
Bimbingan belajar menjadi salah satu teknik guna membawa siswa semua
memiliki keinginan untuk berubah dan mencapai hasil belajar yang optimal. Tentu
saja optimalisasi bimbingan belajar bergantung pada kemampuan guru meramu
9
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 2003,
h. 3.
metode dan strategi pembelajaran yang tidak jauh dari perbedaan dan kepribadian
siswa. Sebab, dalam tahap-tahap perkembangan tertentu, siswa dapat saja menolak
untuk belajar dan di satu pihak dapat secara mudah memperoleh informasi dan
aktifitas belajar. Dengan demikian bimbingan belajar sangat bersentuhan dengan
pencapaian prestasi belajar.
Peningkatan prestasi belajar menjadi salah satu tujuan dari bimbingan
belajar, karenanya bimbingan belajar memiliki sifat khusus. Sebagai upaya guna
menjadikan siswa keluar dari masalah belajar maka kegiatan bimbingan belajar
disesuikan dengan karakteristik kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Tekanannya
pada usaha perbaikan keseluruhan proses belajar mengajar menyangkut masalah cara
belajar, metode belajar, materi, alat, dan lingkungan yang turut serta mempengaruhi
proses belajar mengajar. Sehubungan dengan masalah ini menurut Slameto, perlu
sekiranya guru memahami prinsip-prinsip permasalahan yang menyangkut:
Prinsip-prinsip permasalahan yang dikemukakan di atas, menjadi patokan
bagi guru untuk menciptakan situasi bimbingan belajar yang lebih efektif dan efisien.
Pemecahan masalah belajar yang dihadapi siswa tidak dapat dilakukan jika hanya
mengandalkan satu bentuk pendekatan, oleh karena setiap individu siswa memiliki
karakter dan tingkat permasalahan yang berbeda.
Peningkatan prestasi belajar melalui bimbingan belajar harus mengacu pada
prinsip-prinsip pelaksanaan bimbingan belajar termasuk prinsip-prinsip permasalahan
yang dihadapi peserta didik. Kegagalan siswa dalam program bimbingan belajar
berupa hasil belajar yang tetap rendah dipengaruhi oleh faktor guru dan faktor
individu siswa. Faktor guru berupa kemampuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran remedial yang kurang profesional, dan faktor siswa berupa
ketidaksiapan siswa secara penuh terhadap program bimbingan belajar. Jadi hal
utama yang perlu dperhatikan dalam peningkatan prestasi belajar siswa adalah
bimbingan belajar dimana dalam proses pendidikan harus dipahami sebagai
pelengkap dari keseluruhan program belajar. Melalui bimbingan belajar yang baik
dalam proses belajar mengajar diperlukan pelayanan khusus yang lebih baik. Di
sinilah esensi pelaksanaan bimbingan belajar di samping sebagai sub sistem dari
program pembelajaran juga termasuk bagian dari proses belajar mengajar dalam
program pendidikan secara keseluruhan.
belajar siswa dalam mempelajari materi pelajaran yang diajarkan. Kurangnya
penguasaan prinsip akan terlihat bila siswa tidak mengetahui prinsip apa yang
diterapkan guna menginterpretasikan relasi yang ada pada masalah-masalah dasar.
Dengan demikian, guru secara cermat dan profesional bertanggung jawab mengatasi
masalah belajar siswa dari dua jenis tersebut dengan memahami prinsip-prinsip dasar
permasalahan belajar yang dihadapi yaitu:
(4) kecakapan mengikuti pelajaran atau kebiasaan belajar,
(5) penguasaan bahasa yang kurang baik.10
Faktor penyebab munculnya masalah belajar yang berasal dari dalam diri
siswa dapat diketahui dengan jelas oleh siswa bersangkutan namun, dapat saja
10
Ibid., h. 140.
masalah belajar tersebut luput dari usaha siswa untuk mengatasinya. Dibutuhkan
pengungkapan masalah belajar secara terbuka kepada guru bimbingan konseling dan
atau guru pendidikan agama Islam untuk dicari pemecahannya.
(1) masuk dalam jiwa anak. Apabila anak suka bergaul dengan mereka yang tidak
sekolah, maka ia akan malas belajar, sebab cara hidup anak yang bersekolah
berlainan dengan anak yang tidak bersekolah. Kewajiban orang tua adalah
mengawasi serta mencegah mereka agar mengurangi pergaulan dengan
mereka.
(2) Mas media, seperti; bioskop, radio, televisi, surat kabar, majalah dan
sebagainya. Hal ini akanb menghambat proses belajar siswa apabila anak
terlalu banyak waktu yang dilakukan untuk itu, sehingga lupa akan tugas
belajarnya.
(3) Corak kehidupan tetangga, dalam hal ini dimaksudkan apakah anak itu hidup
di lingkungan yang baik atau sebaliknya. seperti hidup di lingkungan yang
mayoritas masyarakatnya berjudi, minum-minuman keras dan sebagainya.11
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor
penyebab munculnya masalah belajar pada diri siswa adalah disebabkan oleh faktor
internal atau faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor yang berasal dari
luar diri siswa, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat.
11
Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, h. 87.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif untuk mengetahui
upaya pemnafaatan fasilitas perpustakaan sebagai media belajar siswa di SMP Negeri
1 Ranomeeto
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri I Ranomeeto. Sekolah ini
dipilih karena telah memiliki fasilitas perpustakaan dan untuk memudahkan penulis
mengakses data yang dibutuhkan. Penelitian akan berlangsung selama kurang lebih 4
bulan sejak disahkannya proposal ini.
C. Sumber data
Data Primer yaitu data yang diperoleh peneliti dari sumber utamanya tanpa
perantara, dalam hal ini kepala sekolah, guru, TU dan siswa. Data Sekunder yaitu
data yang diperoleh melalui perantara yakni dokumen-dokumen penting yang
dibutuhkan dalam penelitian ini.
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini adalah penelitian lapangan. Dengan demikian teknik yang
digunakan untuk memperoleh data penelitian yakni:
1. Observasi, yaitu mengamati secara langsung pelaksanaan bimbingan belajar
yang dilaksanakan guru bimbingan konseling di SMA Negeri I Kapuntori
Kabupaten Buton.
2. Wawancara, yakni mengadakan tanya jawab secara langsung dengan para
informan, yaitu kepala sekolah, guru bimbingan konseling, dan sebagian
siswa yang mengikuti bimbingan belajar.
3. Dokumentasi, yakni mencatat dan menyalin data-data yang berkaitan dengan
kegiatan bimbingan belajar dan
prestasi belajar siswa SMP Negeri I
Ranomeeto semester terakhir.
D. Teknik Analisis Data
Seluruh data hasil penelitian, selanjutnya dianalisis dengan cara yang
dilakukan oleh Miles dan Huberman, dalam Sugiono, yakni: “ Reduksi data dan
display (penyajian) data”.12
1. Reduksi data, yaitu semua data hasil penelitian lapangan dianalisis sekaligus
dirangkum, dipilih hal-hal pokok dan difokuskan pada hal-hal yang urgen,
dicari tema dan pola sehingga tersusun secara sistematis dan mudah
dikendalikan.
2. Display data, yakni data yang telah diperoleh dan banyak jumlahnya dibuat
dalam bentuk bagan dan dianalisis dengan menarik kesimpulan.
12
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitiatif, Al-Fabeta, Bandung, 2005, h. 92.
3. Verifikasi data, yaitu melakukan interpretasi data atau menafsirkan dan
mengelompokkan semua data agar tidak terjadi tumpang tindih antara data
satu dengan data lainnya.
E. Pengecekan Keabsahan Data
Guna memperoleh kesimpulan yang tepat dan obyektif diperlukan kredibilitas
data yang bermaksud untuk membuktikan bahwa apa yang berhasil dikumpulkan
sesuai dengan apa yang terjadi. Criteria kredibiltas data (validitas) digunakan untuk
menjamin bahwa data atau informasi yang dikumpulkan mengandung kebenaran baik
bagi pembaca maupun subyek yang diteliti. Adapun pengecekan keabsahan data
dilakukan melalui “perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, dan
triangulasi sumber data dan teknik”.13
Perpanjangan pengamatan dalam hal ini adalah peneliti kembali terjun ke
lapangan melakukan pengamatan dan wawancara ulang dengan sumber data yang
pernah ditemui maupun yang baru dalam hal ini Kepala Desa, tokoh agama, orang
tua. Dengan perpanjangan pengamatan ini, penelitti mengecek kembali apakah data
yang telah diperoleh dari sejumlah informan selama ini merupakan data yang benar
atau salah.
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan lebih cermat dan
berkesinambungan. Dengan meningkatkan ketekunan ini, maka peneliti dapat
13
Ibid., h. 122.
melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah diperoleh itu benar atau
salah.
Triangulasi dalam pengujian kredibiltas ini diartikan “sebagai pengecekan
dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu”. 14 Triangulasi dalam
hal ini ada dua yakni triangulasi sumber data yaitu pengujian kredibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber
dan triangulasi teknik yaitu pengujian kredibiltas data yang dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
14
Ibid., h. 122.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil SMP Negeri 1 Ranomeeto
SMP Negeri I Ranomeetoyang berdiri pada tanggal 2 juli 1965, dengan luas
10.004. Keberadaab SMP Negeri I ranomeeto disambut baik oleh masyarakat,
khususnya masyarakat disekitar sekolah dan sangat membutuhkan pendidikan. SMP
Negeri I Ranomeeto memiliki wilayah yang cukup nyaman untuk suasana
pembelajaran dan metode selain letaknya dalam dan strategis berada dipemukiman
warga sehingga masyarakat dapat bersekolah dengan baik, didalam penyelengaraan
pendidikan, keadaan dan pengadaan guru perlu diperhatikan karena hal ini sangat
mempegaruhi mekanisme kerjanya. Dan diantara salah satu faktor penentu
keberhasilan dalam proses pendidikan adalah peran pendidik atau tenaga edukatif.
Guru yand mengajar di SMP Negeri I Ranomeeto berdasarkan keterangan informasi ”
berjumlah 33 orang, yang terdiri dari pegawai negeri spil 25 orang dan guru tidak
tetap 8 orang”. Masing masing guru diberi tugas dan tangung jawab mengajar bidang
studi sesuai disiplin ilmu mereka masing-masing.
Pelaksanaan bimbingan belajar pendidikan agama Islam pada siswa SMP
Negeri I Ranomeeto dilaksanakan berdasarkan tahapan-tahapan tertentu sesuai
ketentuan program layanan bimbingan belajar. Seorang informan yang penulis
wawancarai mengemukakan bahwa:
Langkah pertama bimbingan belajar pendidikan Agama Islam adalah
menyiapkan kelengkapan berupa administrasi bimbingan belajar yang dalam
Kurikulkum Tingkat Sartuan Pembelajaran (KTSP) disebut pengembangan
program, mencakup layanan pembelajaran. Pengembangan program mencakup
program tahunan, program semester, program mingguan dan harian, serta satuan
layanan. Program tahunan merupakan program umum setiap bimbingan belajar
untuk jangka waktu satu tahun dalam rangka mengefektifkan program
bimbuingan belajar. Program ini dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru
pendidikan Agama Islam sebelum tahun ajaran baru. Sebab, program ini
merupakan acuan bagi pengembangan program bimbingan belajar berikutnya,
yaitu program semester, program mingguan, program harian dan program
layanan satuan. Selaku guru pendidikan agama Islam saya selalu menyiapkan
satuan layanan bimbingan belajar pendidikan agama Islam sebelum memberikan
layanan pada siswa di kelas. Setiap saya masuk kelas satuan layanan
bimbinmgan belajar sudah saya persiapkan dan tentu saja penjabarannya
disesuaikan dengan kebutuhan siswa.15
Pernyataan di atas, sesuai dengan hasil pengamatan penulis saat guru
pendidikan agama Islam memberikan layanan pendidikan agama Islam pada siswa
dalam suatu kesempatan saat penulis mengadakan penelitian. Dari pedoman yang
digunakan guru pendidikan agama Islam saat mengadakan bimbingan belajar
pendidikan agama Islam tercatat bahwa pada aspek perencanaan, terdapat beberapa
kriteria yang dilakukan yakni; guru menyiapkan satuan layanan, menyiapkan silabus
pada materi bimbingan belajar PAI yang akan diajarkan, menetapkan saubyek atau
peserta bimbingan belajar, menetapkan dan menyiapkan konten, menetapkan proses
dan langkah-langkah bimbingan belajar, menyiapkan dan menetapkan fasilitas
15
Amusa, S.Ag., Guru PAI, Wawancara, Kapuntori, tgl. 30 Agustus 2012
bimbingan belajar dan menyiapkan kelengkapan program kelengkapan bimbingan
belajar.
Bimbingan belajar yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Ranomeeto umumnya
dilaksanakan secara klasikal. Guru pendidikan agama Islam SMP Negeri 1
Ranomeeto menuturkan bahwa:
Pelaksanaan bimbingan belajar pendidikan agama Islam sebagaimana
dikemukakan di atas, berdasarkan pengamatan penulis umumnya dilakukan dengan
metode ceramah dan metode latihan. Penggunaan metode ceramah karena materi
bimbingan belajar pendidikan agama Islam umumnya menyangkut tauhid, syariat dan
akhlak yang butuh penjelasan. Sementara, metode latihan digunakan untuk baca tulis
ayat al-Quran.
Pelaksanaan bimbingan belajar pendidikan agama Islam di SMP Negeri 1
Ranomeeto, sifatnya luwes dalam pengertian tidak terpaku dengan model dan bentuk
bimbingan belajar yang telah baku. Tentunya disesuaikan dengan kondisi dan keadan
siswa serta sekolah. Hal ini dijelaskan informan bahwa:
Teknik bimbingan belajar pendidikan agama Islam yang digunakan guru
pendidikan agama Islam SMP Negeri1 Ranomeeto sebagaimana yang penulis amati
adalah teknik belajar kelompok dan teknik belajar individu. Berdasarkan keterangan
informan pada saat penulis mengajukan pertanyaan berkaitan dengan penggunaan
perpustakaan.
Menyangkut pelaksanaan bimbingan belajar pendidikan agama Islam,
sebenarnya sama saja dengan bimbingan belajar pada mata pelajaran lain, digunakan
teknik dan langkah-langkah yang sama. Bimbingan belajar pendidikan agama Islam
dapat tercapai sasarannya bila langkah-langkah yang dilakukan guru agama Islam
juga tepat. Dalam hal ini, guru pendidikan agama Islam SMP Negeri 1 Ranomeeto
mengomentari bahwa:
Sebenarnya, bimbingan belajar pendidikan agama Islam dilakukan berdasarkan
patokan yang sudah baku. Kegiatan bimbingan belajar pendidikan agama Islam
yang saya lakukan selama ini menempuh langkah-langkah sebagai berikut: 1)
pada tahap pertama, saya mengidentifikasi siswa yang diduga bermasalah dalam
belajarnya. Guna mengetahui siswa bermasalah atau tidak, saya melakukan
perbandingan kedudukan siswa dalam kelompoknya (kelas), melihat prestasi
belajar yang diperoleh, 2) melakukan lokalisasi jenis dan sifat kesulitan. Setelah
saya temukan siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, maka siswa
tersebut dijadikan sebagai klien yang menjadi sasaran utama untuk diberikan
pertolongan. Siswa yang bermasalah ini dijadikan kasus gu8na mendapat
bimbingan khusus dan saya berupaya untuk mengetahui materi apa yang tidak
dimengerti ddan dipahami serta bagaimana materi pelajaran pendidikan agama
Islam yang diajarkan bersifat fungsional dalam hidup siswa. 3) melakukan
lokalisasi jenis dan faktor yang menyebabkan kesulitan berlajar. Untuk bagian
ini, saya lakukan penetapan jenis dan faktoir kesulitan belajar siswa sembari
mencari latar belakang faktor penyebabnya.16
Kegiatan bimbingan belajar pendidikan agama Islam hanya diberikan kepada
siswa yang mempunyai masalah belajar atau siswa tidak mencapai nilai pendidikan
agama Islam sesuai standar yang telah ditetapkan. Sesuai data yang diperoleh,
kegiatan bimbingan belajar pendidikan agama Islam ditempuh melalui cara-cara
sebagai berikut:
16
Amusa, S.Ag., Guru PAI, Wawancara, Kapuntori, tgl. 30 Agustus 2012
B. Gambaran Fasilitas Perpustakaan di SMP Negeri 1 Ranomeeto
Gambaran fasilitas perputakaan SMP Negeri 1 Ranomeeto, cukup memadai,
sehingga dapat menimbulkan semangat atau motivasi pada siswa untuk berkunjung
dan mencari bahan-bahan ajar yang relevan dengan materi pelajaran yang diberikan
oleh guru, adapun fasilitas perpustakaan SMP Negeri 1 Ranomeeto diantaranya yaitu
buku-buku paket, buku non paket, buku religi, atlas, buku-buku referensi, selain itu,
fasilitas perputakaan juga ditujang dengan fasilitas lain seperti computer, rungan
membaca, meja kursi belajar, dan lain-lainSalah satu bentuk kegiatan bimbingan
belajar pendidikan agama Islam yang dilaksanakan guru adalah diagnosis kesulitan
belajar. Menurut keterangan informan bahwa:
Kegiatan diagnosis kesulitan belajar bertujuan untuk mengetahui tingkat kesulitan
belajar peserta didik. Kesulitan belajar siswa dibedakan atas kesulitan ringan,
sedang dan berat. Kesulitan belajar ringan biasanya dijumpai pada siswa yang
kurang perhatian disaat mengikuti pembelajaran. Kesulitan belajar sedang
dijumpai pada siswa yang mengalami gangguan belajar yang berasal dari luar diri
siswa, misalnya faktor keluarga, lingkungan tempat tinggal, pergaulan dan
sebagainya. Kesulitan belajar berat dijumpai pada siswa yang mengalami
ketunaan pada diri mereka, misalnya tuna rungu, tuna netra dan tuna daksa.
Kegiatan diagnosis dilakukan secara berkala pada setiap bulan.17
Guna mencapai tujuan diangnosis tersebut guru pendidikan agama Islam
menggunakan beberapa teknik, seperti yang dikemukakan informan sebagai berikut:
Ada beberapa teknik yang kami lakukan guna mengagnosis kesulitan belajar
murid, yaitu:
17
Amusa, S.Ag., Guru PAI, Wawancara, Kapuntori, tgl. 30 Agustus 2012
1. Tes prasyarat yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui apakah pra syarat
yang diperlukan untuk merncapai penguasaan kompetensi atau belum.
Prasayarat ini melipiti prasyarat pengetahuan dan prasyarat keterampilan.
2. Tes diagnostik digunakan untuk mengetahui kesulitan murid dalam menguasai
kompetensi tertentu. misalnya dalam mempelajari ibadah apakah siswa
mengalami kesulitan pada kompetensi ibadah, syarat-syarat dan rukunrukunnya.
3. Wawancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan siswa untuk
menggali lebih dalam mengenai kesulitan belajar PAI yang dijumpai siswa
4. Pengamatan dilakukan dengan jalan melihat secara cermat perilaku belajar
siswa. Dari pengamatan tersebut diketahuinjenis maupun penyebab kesulitan
belajar peserta didik.18
b. Menyusun kegiatan bimbingan belajar
Setelah menemukan penyebab kesulitan belajar pendidikan agama Islam, guru
agama menyusun rencana kegiatan bimbingan belajar. Menurut informan bahwa:
Berdasarkan data tentang penyebab kesulitan belajar PAI yang diperoleh dari
hasil diagnosis terhadap siswa, langkah selanjutnya adalah kami menyusun
rencana kegiatan bimbingan. Rencana kegiatan bimbingan ini meliputi, jumlah
siswa yang mengikuti bim,bingan belajar, waktu pelaksanaan bimbingan belajar,
media yang digunakan dalam bimbingan belajar, teknik bimbingan belajar,
mengorganisasi kegiatan bimbingan belajar, dan pelaksanaan evaluasi serta tindak
lanjut.19
c. Memberikan perlakuan bimbingan belajar
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan diagnosis kesulitan belajar pendidikan
agama Islam, guru agama Islam melaksanakan kegiatan tindak lanjut yaitu
memberikan perlakuan berupa bimbingan belajar. Bimbingan belajar pendidikan
agama Islam yang diberikan pada tahap ini menurut informan adalah:
18
La Ode Ganiu, S.Pd., M.Pd., Kepala Sekolah, Wawancara, Kapuntori, tgl. 30 Agustus
2012.
19
Amusa, S.Ag., Guru PAI, Wawancara, Kapuntori, tgl. 30 Agustus 2012
1. Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda.
Pembelajaran ulang disampaikan dengan cara penyederhanaan materi, variasi
cara penyajian, penyederhanaan tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang dilakukan
pada siswa yang diketahui belum menmcapai ketuntasan belajar dan
mengalami kesulitan belajar. Tugas kami sebagai pengajar adalah
memberikan penjelasan kembali dengan menggunkn metode dan/atau media
yang lebih tepat.
2. Pemberian bimbingan secara khusus, melalui pemberian bimbingan
perorangan. Dalam hal pembelajaran klasikal siswa mengalami kesulitan
belajar, maka kami pilih tindak lanjut berupa pemberian bimbingan secara
individual. Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran
kami sebagai tutor. System tutorial dilaksanakan bilamana terdapat satu atau
beberapa siswa yang belum mencapai hasil ketuntatasan pendidikan agama
Islam.20
Di samping kegiatan tersebut di atas, guru pendidikan agama Islam juga
melakukan kegiatan bimbingan belajar pendidikan agama Islam melalui:
1. Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka menerapkan
prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan diperbanyak sehinga siswa tidak
mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir. Biasanya tugas-tugas
latihan berupa memberikan kisi-kisis soal pendidikan agama Islam yang diisi
siswa dan diberi penilaian oleh guru. Dengan demikian siswa dapat
menguasai kompetensi yang ditetapkan.
2. Pemanfaatan tutor sebaya. Kami memanfaatkan tutor dari siswa yang diangap
punya kemampuan untuk membimbing siswa di bawahnya yang mengalami
kelambanan belajar. Pertimbangan sehingga mengambil siswa sebaya adalah
agar siswa yang diberi tutorial itu dapat terbuka dan akrab.21
d. Menilai kegiatan bimbingan belajar
Di akhir kegiatan bimbingan belajar pendidikan agama Islam guru melakukan
penilaian atau evaluasi. Penilaian atau evaluasi ini bermaksud untuk mengetahui hasil
yang diperoleh atau kegagalannya. Seorang informan mengatakan “pada akhir
20
Amusa, S.Ag., Guru PAI, Wawancara, Kapuntori, tgl. 30 Agustus 2012
21
Amusa, S.Ag., Guru PAI, Wawancara, Kapuntori, tgl. 30 Agustus 2012
kegiatan bimbingan belajar pendidikan agama Islam saya melakukan evaluasi, baik
evaluasi terhadap siswa, juga evaluasi terhadap proses bimbingan belajar”.22 Kegiatan
penilaian akhir adalah untuk mengetahui kegagalan atau keberhasilan yang dicapai
dan yang lebih penting adalah apakah bimbingan belajar pendidikan agama Islam
efektif atau tidak efektif.
Berdasarkan keterangan informan di atas dapat disimpulkan bahwa,
pelaksanaan bimbingan belajar pendidikan agama Islam di SMP Negeri Ranomeeto,
dilaksanakan secara terjadual dan menempuh langkah-langkah serta prosedur yang
baku walaupun secara teknis di lapangan pelaksanaannya itu selalu disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi siswa serta sekolah.
1. Gambaran umum masalah belajar yang dialami siswa di SMP Negeri I
Ranomeeto
Masalah belajar pendidikan agama Islam yang dialami siswa SMP Negeri 1
Ranomeeto sebagaimana yang dikemukakan seorang informan adalah ”belum
tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar al-Quran mengalami kesulitan
untuk mengerti dan memahaminya”.23 Hal ini juga dikemukakan oleh seorang siswa
bahwa; ”dalam belajar al-Quran saya mengalami hambatan karena belum tahu
membaca dan menulis dengan baik dan benar”.24 Hal yang berkaitan dengan
22
Amusa, S.Ag., Guru PAI, Wawancara, Kapuntori, tgl. 30 Agustus 2012
23
Amusa, S.Ag., Guru PAI, Wawancara, Kapuntori, tgl. 30 Agustus 2012
24
La Ali, Siswa Kelas 3, Wawancara, Kapuntori, tgl. 29 Agustus 2012.
kemampuan membaca dan menulis al-Quran tidak dialami oleh semua siswa sebab,
berdasarkan pengamatan penulis pada saat kegiatan bimbingan belajar terdapat
beberapa orang siswa yang dilibatkan membimbing siswa lain belajar al-Quran.
Siswa yang melakukan bimbingan ini adalah yang sudah tahu membaca dan menulis
al-Quran dengan baik.
.
Masalah belajar pendidikan agama Islam siswa SMP Negeri 1 Ranomeeto
juga meliputi masalah belajar yang berhubungan dengan perkembangan siswa.
Kepala SMP Negeri 1 Ranomeeto mengemukakan bahwa: ”di setiap kelas pasti
dijumpai siswa yang mengalami masalah belajar akibat kemampuan motorik dan
persepsi serta kemampuan komunikasi yang berbeda”.25 Di saat penulis menanyakan
kemampuan menulis al-Quran kerpada siswa kelas 1 yang juga sebagai informan, dia
mengatakan bahwa ”saya belum mampu menulis al-Quran dengan baik dan benar.
Saya belum terlatih untuk itu. Di sinilah kelemahan saya belajar pendidikan agama
Islam”.26 Lebih spesifik, informan lain mengatakan bahwa ”biasanya saya ingin
mengemukakan pendapat saat guru mengajar, tetapi saya tdak dapat berkomunikasi
dengan baik atau gugup”.27 Secara psikologis, setiap tahap perkembangan jiwa dan
jasmani yang dialami, setiap individu akan mengalami masalah yang berbeda-beda,
25
La Ode Ganiu, S.Pd., M.Pd., Kepala Sekolah, Wawancara, Kapuntori, tgl. 30 Agustus
2012.
26
La Ode Juhani, Siswa Kelas 1, Wawancara, Kapuntori, 29 Agustus 2012.
27
Sartiwan, Siswa Kelas 2, Wawancara, Kapuntori, 29 Agustus 2012.
termasuk reaksi terhadap materi pelajaran pendidikan agama Islam yang diterimanya
dari guru pendidikan agama Islam. Perbedaan tanggapan ini disebabkan oleh tahap
perkembangan psikologis yang sedang dialami termasuk masalah lingkungan sekitar.
Masalah belajar pendidikan agama Islam sebagaimana dikemukakan di atas,
tidak terjadi spontan melainkan disebabkan oleh beberapa faktor baik dari luar diri
Di samping bentuk bimbingan belajar yang dikemukakan di atas, bentuk
bimbingan belajar pendidikan agama Islam yang dilakukan guru pendidikan agama
Islam di SMP Negeri 1 Ranomeeto adalah:
a. Siswa disuruh membaca buku yang relevan dengan satuan pelajaran
Berdasarkan keterangan informan bahwa:
Tersedianya buku-buku pelajaran di setiap satuan pendidikan tak terkecuali SMP
Negeri 1 Ranomeeto memudahkan guru agama Islam mengadakan kegiatan
bimbingan belajar. Salah satu kegiatan bi8mbingan belajar yang dilakukan adalah
guru agama Islam memberikan buku agama Islam untuk dipelajari oleh siswa
yang mengalami masalah belajar atau siswa diperintahkan mencari materi
pelajaran agama Islam yang sesuai dengan tujuan satuan pembelajaran. Tugas
yang diberikan guru agama Islam diikuti siswa dan dengan cara ini siswa akan
lebih kreatif, memperoleh kesempatan menggunakan waktu belajar dan dapat
mengetahui keterlambatan belajar dan ketertinggalan yang terjadi pada dirinya.28
Tugas siswa pada pelaksanaan bimkbingan belajar seperti dikemukakan di
atas, bermacam-macam, bergantung pada guru. Sesuai pengamatan penulis, siswa
adakalanya diduruh membaca materi atau pada sub pokok bahasan tertentu dari buku,
ada juga yang disuruh membuat resume, dan adapula yang disuruh mencatat materi
pelajaran PAI yang menurut guru agama penting untuk diketahui siswa. Hal ini
28
Amusa, S.Ag., Guru PAI, Wawancara, Kapuntori, tgl. 30 Agustus 2012
relevan dengan pernyataan seorang siswa bahwa “dalam bimbingan belajar guru PAI
menyuruh siswa membaca di perpustakaan atau diberikan buku lalu disuruh menyalin
atau membuat ringkasan”.29
wa guna mengetahui tingkat perkembangan dan peningkatan kemampuan
siswa pada pendidikan agama Islam.
Kerja kelompok merupakan salah satu kegiatan bimbingan belajar pendidikan
agama Islam pada
siswa SMP Negeri 1 Ranomeeto. Menurut keterangan guru
pendidikan agama Islam bahwa:
Guna memecahkan kesulitan belajar siswa pada bidang studi pendidikan agama
Islam, kami membentuk kelompok belajar yang tujuannya adalah agar siswa
melakukan kerja kelompok. Masalah yang menjadi tugas kelompok ini adalah
mendiskusikan permasalahan yang dihadapi pada pelajaran pendidikan agama
Islam, di samping mempelajari bagian-bagian tertentu pada satuan pelajaran.
Diskusi kelompok berlangsung pada setiap penyajian materi pelajaran, yaitu kami
menyiapkan waktu khusus pada setiap kelompok berdisiksi sekaligus
mengidentifikasi permasalahan atau kesulitan belajar yang dihadapi. Dengan
diskusi ini siswa akan mengetahui letak kesalahan dan kelemahan mereka
sekaligus mencari jalan keluar atas permasalahan. Guru hanya bertindak sebagai
pengarah dan pembimbing dalam hal ini. Guru tidak terlalu melakukan intervensi
pada diskusi murid agar siswa benar-benar mandiri dan mampu memecahkan
masalahnya sendiri tanpa bergantung pada guru.30
Kerja kelompok adalah bentuk perbaikan yang dilakukan guru agama di SMP
Negeri 1 Ranomeeto dengan cara memberi trugas pada siswa untuk diselesaikan
29
30
A. Ashar, Murid, Wawancara, Kapuntori, 29 Agustus 2012.
Amusa, S.Ag., Guru PAI, Wawancara, Kapuntori, tgl. 30 Agustus 2012
dalam kelompoknya, mendiskusikan masalah itu dan mempelajari beberapa bagian
satuan pelajaran yang belum diketahui. Seorang informan mengatakan “kerja
kelompok sering kami lakukan antara 4 sampai 6 orang siswa yang dianggap guru
belum menguasai materi pelajaran. Melalui kerja kelompok guru menyuruh kami
memecahkan masalah yang dihadapi”.31
Kegiatan bimbingan belajar di SMP Negeri 1 Ranomeeto juga dilaksanakan
dalam bentuk mengajar ulang. Seorang informan mengatakan bahwa:
Tidak semua pelajaran yang diajarkan mudah dipahami dan dikuasai siswa
dengan baik. Atas kernyataan ini, semua murid yang mengalami kelambanan
dalam belajar dan diketahui kurang mampu menyerap materi pelajaran
dikelompokkan untuk dibimbing dengan cara mengulangi pelajaran yang sudah
diajarkan. Mengajar kembali adalah bentuk perbaikan dengan mengajar siswa
secara berkelompok (kelas) guna mengulangi pelajaran yang belum dikuasai oleh
sekelompok murid tersebut. Pada setiap kelompok biasanya mencapai 10 hingga
15 orang dan pengajaran ulang dilakukan pada sore hari. Materi pendidikan
agama Islam yang diajarkan pada siswa umumnya menyangkut bacaan al-Quran
dan ibadah.32
Mengajar kembali berarti mengulangi kembali materi pelajaran yang belum
dikuasai siswa dan kegiatan semacam ini sering dilakukan guru guna meningkatkan
penguasaan murid terhadap materi pelajaran agama Islam.
B. Upaya Pemanfaatan Fasilitas Perpustakaan Sebagai Media Belajar Siswa Di
SMP Negeri 1 Ranomeeto
31
Darmawati, Siswa Kelas 2, Wawancara, Kapuntori, tgl. 28 Agustus 2012.
Upaya pemanfaatan fasilitas perpustakaan dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa di SMP Negeri 1 Ranomeeto, ada empat cara yang harus dilakukan oleh
guru yaitu 1). secara force, misalnya memberikan tugas-tugas bacaan halamanhalaman tertentu, bab-bab tertentu kepada para siswa, sehingga mereka merasa
mempunyai keperluan yang mendesak untuk mengunjugi perpustakaan. 2). Secara
persuasive, bahwa perpustakaan baik gedungnya maupun ruangan-ruangannya,
susunan shelves/rak hendaknya merupakan suatu tempat yang menarik mungkin
merupakan display buku-buku baru yang menonjol di tengah-tengah meja baca,
mungkin berupa bulletin board yang muat gambar-gamabar yang bermutu
pendidikan, mungkin lukisan-lukisan yang indah di dinding dan lain sebagainya. 3)
Pengembangan minat baca dan kebiasaan membaca misalnya setiap hari senin kelas
VII berkewajiban berkunjung ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas yang
diberikan guru. 4) Adanya jam belajar di perpustakaan, telah dijadwalkan belajar di
perpustakaan dan dalam seminggu setiap
kelas mendapatkan
kesempatan
Berdasarkan data yang dikemukakan pada pemaparan hasil penelitian di atas, dapat
diketahui bahwa pelaksanaan bimbingan belajar pendidikan agama Islam pada di
SMP Negeri 1 Ranomeeto secara teknis telah dilaksanakan berdasarkan langkahlangkah bimbingan belajar sebagaimana yang telah ditetapkan secara baku dalam
beberapa teori bimbingan belajar. Walaupun demikian, pada tahap implementasi tidak
semua aturan baku tersebut dapat dilaksanakan dengan baik disebabkan keterabatasan
kemampuan guru agama Islam menterjemahkan arah dan tujuan bimbiungan belajar.
Beberapa langkah bimbingan belajar yang ditempuh seperti identifikasi siswa,
lokalisasi jenis dan sifat kesulitan belajar dan lokalisasi jenis dan faktor yang
menyebabkan kesulitan belajar pelaksdanaannya masih terbatas pada dua aspek saja
yaitu identifikasi siswa yang bermasalah dan lokalisasi jenis dan kesulitannya.
Sementara lokalisasi jenis dan faktor penyebabnya belum terlaksana sepenuhnya.
Pada aspek teknik bimbingan belajar, sesuai data yang diperoleh ternyata dari dua
bentuk teknik bimbingan belajar, yaitu bimbingan kelompok dan individu keduanya
terjadi perpaduan dan tidak terpisah, dengan maksud, baik bimbingan kelompok
maupun bimbingan individu dipakai oleh guru pendidikan agama Islam.
.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan data hasil penelitian yang telah dikemukakan
sebelumnya, kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah:
1. Adapun fasilitas perpustakaan SMP Negeri 1 Ranomeeto diantaranya yaitu
buku-buku paket, buku non paket, buku religi, atlas, buku-buku referensi,
selain itu, fasilitas perputakaan juga ditujang dengan fasilitas lain seperti
computer, rungan membaca, meja kursi belajar, dan lain-lain.
2. gambaran m0tivasi belajar siswa di SMPN 1 ranomeeto, sedang motivasinya
untuk belajar dan mencari materi- materi pelajaran yang relevan dengan bahan
ajar yang diberikan guru.
3. Upaya pemanfaatan fasilitas perpustakaan dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa di SMP Negeri 1 Ranomeeto, ada empat cara yang harus
dilakukan oleh guru yaitu 1). secara force, misalnya memberikan tugas-tugas
bacaan halaman-halaman tertentu, 2). Secara persuasive, 3) Pengembangan
minat baca dan kebiasaan membaca 4) Adanya jam belajar di perpustakaan.
B. Saran-Saran
1. Pihak sekolah harus lebih meningkatakan kerja sama antara pustakawa ,guru,
dan kepala sekolah untuk saling memberikan motifasikepda siswa agar dapat
memanfaatkan perpustakaan sekolah secara baik dan benar. efektifitas dan
efisiensi kegiatanm pemanfaatan perpustakaan di SMP Negeri 1 Ranomeeto,
dibutuhkan upaya nyata dari guru pendidikan agama Islam untuk melakukan
kerjasama dengan guru bimbingan konseling agar kegiatan bimbingan pada
siswa terlaksana dengan baik.
2. Diharapkan kepada kepala sekolah SMP Negeri 1 Ranomeeto agar senantiasa
memantau dan mengarahkan guru pendidikan agama Islam dalam
melaksanakan tugas mengajar termasuk kegiatan pemanfaatan perpustakaaanr
agar guru bersangkutan termotivasi dan paham dengan tugas yang diemban.
DAFTAR PUSTAKA
Bafadal,Ibrahim, Pedoman Perpustakaan Sekolah,Jakarta:Bumi Aksar, 1999.
Sulistio Basuki,Pengantar Ilmu Perpustaka,Jakarta; Rineka Cipta, 1991.
Ahmadi, Abu, Sosilologi Pendidikan, Rineka Cipta, 2004.
Dani
Setiawan,
Penanganan
Belajar
Siswa
(http://www.sd-
binatalenta.com.images/artikel003.php).
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta,
Intermasa, 1993.
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah. Surabaya,
Usaha Nasional, 1983.
-------, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Jakarta, Rineka Cipta, 2000.
Hudoyo, Herman, Pengembangan Kurikuklum Matematika dan Pelaksanaannya di
Depan Kelas, Usaha Nasional, Surabaya, 1999.
Mappa, S., Teori Belajar Orang Dewasa, P3K Dirjen PK, Depdikbud, Jakarta, 1999.
Novi, Rifqiyanti, Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Motivasi Berprestasi Anak
Tuna Rungu, Bina Aksara, Jakarta, 2002.
Samad, Profesi Keguruan. Makasar, FIP Universitas Makassar, 2004.
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta,
2003.
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitiatif, Al-Fabeta, Bandung, 2005.
Sukardi, Dewa Ketut, Bimbingan Karier di Sekolah. Jakarta, Rineka Cipta, 1994.
Winkel, W.S., Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah. Jakarta, Gramedia,
1991.
Sugiono,Penelitian Pendidikan Kualitatif dan kuantitatif R & D,Bandung:Alfabeta
2007
Download