BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jeruk merupakan komoditas buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomi penting dan nilai kesehatan yang berarti karena mengandung nilai gizi yang tinggi (Vitamin C dan vitamin A). Buah jeruk dapat dikonsumsi langsung sebagai buah segar atau juice dan dapat pula diolah menjadi sirup. Buah jeruk merupakan sumber vitamin C yang berguna untuk kesehatan manusia. Kandungan vitamin C sangat beragam antarvarietas, berkisar antara 27-49 mg/100 g daging buah. Makin tua buah jeruk, biasanya makin berkurang kandungn vitamin C-nya, tetapi semakin manis rasanya. Varietas jeruk sangat banyak, masing-masing jenis mempunyai karakteristik yang berbeda. Jeruk merupakan salah satu komoditas unggulan yang dibudidayakan masyarakat sebagai penunjang perekonomian rumah tangga mereka. Belakangan ini sebagian besar kebun jeruk diserang berbagai jenis hama dan penyakit sehingga mengakibatkan produktivitas dari tanaman jeruk tersebut menurun. Serangan hama tersebar yang mengakibatkan serangan hama ini ribuan ton buah jeruk busuk dan gugur ke tanah, sehingga membuat para petani mengalami kerugian yang cukup besar. Dewasa ini kebutuhan penggunaan IPTEK dalam semua bidang semakin meningkat, terutama pada bidang pengetahuan tentang menanganai hama penyakit dalam ilmu hama dan penyakit. Oleh sebab itu perkembangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, yaitu untuk kelanjutan hidup dengan cara budidaya tanaman seprti jeruk. Tetapi apabila tanaman jeruk mudah terserang penyakit sehingga bias dipungkiri gagal panen yang berdampak kerugian dalam hal tenaga ataupun biaya. Untuk lebih meminimalisasi gagal panen yang disebabkan hama penyakit bias ditindaklanjuti dengan cara perlakuan mekanis, biologis ataupun kimiawi. Sehingga bias mendapatkan panen yang maksimal. Untuk lebih jelasnya lagi akan dibahas di bab berikutnya 1.2 Tujuan Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui macam-macam hama dan penyakit penting yang menyerang tanaman jeruk serta bagaimana cara pengendaliannya. 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hama dan Penyakit Tanaman Hama tumbuhan adalah organisme yang menyerang tanaman budidaya sehingga pertumbuhan dan perkembangannya terganggu. Hama dalam jumlah populasi tertentu dapat menyebabkan kerugian ekonomi serta usaha budidaya yang dilakukan petani menjadi sia-sia. Penyakit sebenarnya adalah suatu proses dimana bagian-bagian tertentu dari organisme tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal dengan sebaik-baiknya karena adanya suatu gangguan. 2.2 Penyebab Timbulnya Serangan Hama dan Penyakit Untuk penyebab timbulnya suatu hama dan penyakit pada tumbuhan paling sedikit diperlukan tiga faktor yang mendukung, yaitu tanaman inang atau host, penyebab hama dan penyakit itu sendiri, dan faktor lingkungan. a. Tanaman Inang Pengaruh tanaman inang terhadapnya timbulnya suatu penyakit tergantung dari jenis tanaman inang, kerentanan tanaman, bentuk dan tingkat pertumbuhan, struktur dan kerapatan populasi, kesehatan tanaman dan ketahanan inang. b. Patogen Yang dimaksud pathogen adalah organism hidup yang mayoritas bersifat mikro dan mampu untuk dapat menimbulkan penyakit pada tanaman atau tumbuhan. Mikroorganisme tersebut antara lain fungi, bakteri, virus, nematoda mikoplasma, spiroplasma dan riketsia. c. Lingkungan Faktor lingkungan yang dapat memberikan pengaruh terhadap timbulnya suatu penyakit dapat berupa suhu udara, intensitas dan lama curah hujan, intensitas dan 2 lama embun, suhu tanah, kandungan air tanah, kesuburan tanah, kandungan bahan organic, angin, api, pencemaran air. Faktor lingkungan ini memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman inang dan mnenciptakan kondisi yang sesuai bagi kehidupan jenis pathogen tertentu. Pada konsep segi tiga penyakit ini apabila salah satu faktor penyebab tidak ada, maka tidak akan ada suatu kejadian penyakit. Contohnya apabila ada satu faktor yaitu pathogen tidak ada, yang ada hanya tanaman inang yang tumbuh dalam lingkungan yang tidak optimal untuk pertumbuhannya, maka kemungkinan tidak akan terjadi penyakit. Sebaliknya apabila dalam kondisi pertumbuhan tanaman tersebut diatas dan ada pathogen disekitar tanaman tersebut serta lingkungan mendukung pertumbuhan pathogen, maka kecenderungan untuk terjadinya infeksi penyakit pada tanaman cukup besar. Kemudian apabila ada suatu tanaman inang ditanam pada lingkungan yang baik yaitu tanah yang subur dengan pengolahn yang baik dan pemberian pupuk yang cukup dan seimbang, maka tentunya akan menjamin pertumbuhan tanamanyang sehat, walaupun ada pathogen, maka kecil kemungkinan penyakit dapat terjadi. Hal ini dikarenakan tanaman inang kemungkinan dapat tahan terhadap serangan pathogen. Sedangkan apabila tanaman inang tidak baik dalam pertumbuhannya yang berarti kondisinya rentan, kemudian ada pathogen dan lingkungan mendukung pertumbuhan pathogen maka kemungkinan terjadinya infeksi penyakit sangat besar. 2.3 Macam-macam Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Beberapa teknik pengendalian OPT yang dapat dilakukan antara lain: 2.3.1 Pengendalian secara Kultur Teknik (Preventif) Pengendalian tersebut merupakan pengendalian yang bersifat preventif, dilakukan sebelum serangan hama terjadi dengan tujuan agar populasi OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) tidak meningkat sampai melebihi ambang kendalinya. Sebagian besar teknik pengendalian kultur teknik dapat dikelompokan menjadi empat dengan sasaran yang akan dicapai, yaitu 1) mengurangi kesesuaian ekosistem, 2) Mengganggu kontinuitas penyediaan keperluan hidup OPT, 3) Mengalihkan populasi OPT menjauhi tanaman, dan 4) Mengurangi dampak kerusakan tanaman. Beberapa contoh dari pengendalian OPT secara kultur teknis: a. Menggunakan varietas domestik yang tahan 3 Karakteristik dari varietas domestik adalah memiliki ketahanan yang lebih baik karena cocok terhadap lingkungannya. b. Rotasi Tanaman Pergiliran atau rotasi tanaman yang baik adalah bila jenis tanaman yang ditanam pada musim berikutnya, dan jenis tanaman tersebut bukan merupakan inang hama yang menyerang tanaman yang ditanam pada musim sebelumnya. Dengan pemutusan ketersediaan inang pada musim berikutnya populasi hama yang sudah meningkat pada musim sebelumnya dapat ditekan pada musim berikutnya. Rotasi tanaman paling efektif untuk mengendalikan hama yang memiliki kisaran makanan sempit dan kemampuan migrasi terbatas terutama pada fase yang aktif makan. c. Menghilangkan tanaman yang rusak Tanaman yang terkena serangan hama maupun patogen sebaiknya dibersihkan dari kawasan budidaya. d. Pengolahan Tanah Pengerjaan tanah dapat dimanfaatkan untuk pengendalian instar hama yang berada dalam tanah. e. Tumpang Sari dan variasi penanamn serta pemanenan Tumpang sari dapat mengendalikan suatu opt akibat keberadaan tanaman yang bukan inangnya. Sedangkan variasi waktu panen akan memutuskan siklus hidup hama. Misalnya: Panen dilakukan secara bertahap dari satu lajur atau setrip ke lajur yang lain pada hari berikutnya. Diharapkan populasi hama tidak keluar dari petak hamparan tetapi pindah dari bagian yang telah dipanen ke bagian pertanaman yang lebih muda dan belum dipanen. f. Pemangkasan dan Penjarangan Kegiatan pemangkasan terkait dengan kebersihan tanaman. Sedangkan penjarangan terkait dengan jarak tanam optimum suatu tanaman. Pemangkasan pada beberapa tanaman terutama bagian yang terkena infeksi sehingga tidak menyebar ke bagian tanaman yang lain. Penjarangan tanaman dapat meningkatkan produktifitas. Jarak tanam dapat pula mempengaruhi populasi hama. Pada tanaman padi, jarak yang terlalu dekat menguntungkan perkembangan dan kehidupan wereng coklat. g. Pemupukan 4 Tindakan pemupukan juga dapat mempengaruhi keberadaan OPT. Beberapa pengeruh pemupukan terhadap serangan OPT antara lain: Optimalisasi pemupukan N dapat mengurangi serangan OPT karena pemupukan N yang berlebihan akan menjadikan tanaman sukulen dan mudah terserang OPT. Pemberian pupuk mikro dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan OPT. 2.3.2 Pengendalian Secara Hayati (Biological Methods) Merupakan memanfaatkan atau taktik pengelolaan memanipulasikan hama musuh yang alami dilakukan untuk secara sengaja menurunkan atau mengendalikan populasi hama. Musuh alami yang berupa parasitoid, predator dan patogen dikenal sebagai fator pengatur dan pengendali populasi serangga yang efektif karena sifat pengaturannya yang tergantung kepadatan populasi inang atau mangsa. Peningkatan populasi inang akan ditanggapi secara numerik (respon numerik) dengan meningkatkan jumlah predator dan secara fungsional (respon fungsional) dengan meningkatkan daya makan per musuh alami. Beberapa tindakan antara lain: a. Pengendalian hayati dengan parasitoid dan predator. Misalnya: - Mengendalikan hama tikus dengan memelihara burung hantu disekitar areal tanaman. - Dengan menggunakan mikroorganisme antagonis seperti Tricodherma sp. b. Introduksi, perbanyakan dan penyebaran musuh alami. Misalnya: - Introduksi kumbang vedalia (Rodolia cardinalis) dari Australia ke California untuk mengendalikan hama kutu perisai (Icerya purchasi) yang menyerang jeruk. - Introduksi parasitoid Tetrasitichus brontisapae dari Jawa ke Sulawesi dapat berhasil menekan populasi hama kelapa Brontispa longissima. 2.3.3 Pengendalian Secara Mekanis dan Fisik Mengendalikan menggunakan tindakan-tindakan antara lain: Mematikan hama, mengganggu aktivitas fisiologis hama yang normal dengan cara non-pestisida, mengubah lingkungan sedemikian rupa sehingga lingkungan menjadi kurang sesuai bagi kehidupan OPT. Beberapa tindakan tersebut yaitu: 5 a. Penghancuran dengan Tangan Cara ini dilakukan dengan mencari adanya hama dan selanjutnya dilakukan pemusnahan. Fase hidup hama yang dikumpulkan dan dibunuh adalah yang mudah dtemukan seperti telur dan larva. Atau dapat pula mengumpulkan bagian tanaman yang terserang hama. Misal: - Pengumpulan kelompok telur dan larva instar ke-3 untuk pengendalian ulat grayak (Spodoptera litura). - Pengendalian hama penggerak batang tebu (Schiropophaga nivella) adalah dengan memotong dan mengumpulkan pucuk tanaman tebu yang terserang. b. Menutup dengan Jaring atau Paranet Dapat dilakukan untuk mencegah masuknya atau mengganggunya ngengat yang akan berkembang biak pada tanaman. c. Perangkap Menggunakan alat perangkap yang disesuaikan berdasarkan jenis hama dan fase hama yang akan ditangkap. Misal: - Kepiting mati yang diletakan di sekeliling pertanaman padi mampi menekan populasi walang sangit. Bau busk yang ditimbulkan kepiting mati dapat menjadi penarik bagi walang sangit. Dan apa bila sudah terkumpul, walang sangit dapat segera dimusnahkan. - Gadung atau jagung dapat dijadikan umpan untuk mengendalikan tikus. Tikus juga dapat diperangkap dengan perangkap yang terbuat dari besi maupun bambu. d. Perlakuan Panas Faktor suhu dapat mempengaruhi penyebaran, frekuenditas, kecepatan perkembangan, lama hidup dan mortalitas hama. Setiap perubahan faktor fisik mempengaruhi berbagai parameter kehidupan tersebut. Misal: - Mengendalikan hama uret dengan membalikan tanah. Telur yang terdapat didalam tanah akan terangkat ke permukaan dan akan terkena sinar matahari secara terus menerus yang menyebabkan tempeeratur dan kelembaban berbeda dengan keadaan semula. Hal ini mengakibatkan telur tidak menetas. - Pengendalian hama gudang dapat dilakukan dengan memanaskan gudang dengan pemanas pada kisaran suhu tertentu. e. Penggunaan Lampu Perangkap 6 Dipengaruhi oleh adanya daya tarik serangga terhadap cahaya lampu fungsi utama lampu ini hanya menarik perhatian serangga yang selanjutnya ketika sudah terkumpul dapat dikendalikan dengan ditangkap. Misal: - Pengendalian wereng hijau. - Lampu petromaks dapat dijadikan perangkap penggerak batang padi putih. f. Suara Penggunaan gelombang suara. Secara teoritik ada tiga metode pengendalian menggunakan suara, yaitu: 1) Penggunaan intensitas suara yang sangat tinggi sehingga dapat merusak serangga. 2) Penggunaan suara lemah guna mengusir serangga. 3) Merekam dan memperdengarkan suara yang diproduksikan serangga guna mengganggu parilaku serangga sasaran. Misalnya penggunaan gelombang elektromagnetik untuk mengurangi populasi hama burung yang menyerang tanamn bebijian. 2.3.4 Pengendalian Secara Kimiawi Pengendalian dengan cara ini merupakan pengendalian yang biasanya dilakukan sebagai alternatif terakhir. Karena kebanyakan masing menggunakan bahan kimia sintetik yang membahayakan. Akan tetapi pada dasarnya penggunaan bahan kimia untuk pengendalian OPT tidak serta merta membasmi keseluruhan opt dengan membunuhnya. Bahan kimia yang banyak dikenal untuk melakukan pemberantasan hama adalah pestisida. Di bidang pertanian penggunaan pestisida mampu menekan kehilangan hasil tanaman akibat serangan hama dan penyakit yang memungkinkan peningkatan produksi pertanian dapat dicapai. Jenis-jenis pestisida antara lain: No. Jenis Pestisida Organisme 1 Herbisida Gulma 2 Moluskisida Molusca (keong) 3 Nematisida Nematoda 4 Bakterisida Bakteri 5 Fungisida Cendawan 6 Rodentisida Tikus 7 Akarisida Tungau 8 Insektisida Serangga 7 Bahan-bahan kimia lain yang juga digunakan dalam pengendalian hama: a. Atraktan Merupakan senyawa yang berfungsi menarik serangga pada lokasi yang mengandung zat tersebut. b. Repelen Merupakan senyawa penolak hama atau pengusir hama dari objek yang mempunyai senyawa tersebut. c. Sterilan Merupakan senyawa yang digunakan untuk mensterilkan suatu ruang dari organisme misalkan sterilan tanah artinya mensterilkan tanah dari keberadaan organisme. d. Growth Inhibitor Merupakan senyawa yang difungsikan untuk menghambat pertumbuhan serangga. Dalam istilah lain disebutkan dengan IGR yaitu Insect Growth regulator. Merupakan senyawa yang dapat merubah atau mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan serangga. 2.3.5 Pengendalian Secara Genetik Pengendalian ini lebih ditujukan terhadap usaha-usaha rekayasa genetik untuk menciptakan tanaman yang tahan terhadap serangan OPT tertentu ataupun dengan memanipulasi genetik OPT sehingga opt tersebut tidak dapat berkembang biak. Beberapa tindakan yang termasuk kedalam pembahasan bab ini adalah: a. Penggunaan Varietas Tahan Merupakan pengendalian paling efektif, murah dan kurang berbahaya bagi lingkungan. Varietas tahan diperoleh melalui serangkaian penelitian dengan memecahkan kelemahan dari hama tertentu. Teknik pengembangan tanaman tahan hama sengaja memanfaatkan proses pembentukan sifat ketahanan dan perlawanan tanaman terhadap serangan serangga herbivora yang terjadi secara koevolusioner di alam. Beberapa contoh pengendalian ini adalah: - Penggunaan Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW) terbukti mampu mengendalikan haam wereng coklat padi di Indonesia. - Salah satu varietas jagung yang mengandung 2,4-hydroxy-7-methoxy-2H-1,4benxoaxazin-3(4H)-one (DIMBOA) pada jagung untuk memperoleh ketahanan terhadap penggerek batang jagung Ostrinia (Untung, 2006). b. Pengendalian dengan Serangga Mandul 8 Disebut juga teknik otosidal merupakan teknik pengendalian hama dengan pemandulan serangga jantan, serangga betina atau keduanya. Serangga mandul sudah mulai banyak diupayakan katrena efektifitasnya mengurangi populasi serangga tersebut. Misalnya dengan melepas jantan atau betina mandul, maka ketika terjadi perkawinan, tidak lah terbentuk keturunan dan dalam jangka waktu tertentu akan sangat mengurangi populasi hama tersebut. 2.3.6 Pengendalian Menggunakan Regulasi Atau Tata Peraturan Salah satu alternatif pengendalian OPT adalah dengan menggunakan peraturan yang telah diterapkan pemerintah setempat. Peraturan-peraturan yang telah dibuat pada dasarnya ditujukan untuk mempersempit penyebaran OPT ke daerah lain maupun mengatur tindakan-tindakan yang sekiranya dapat mencegah adanya serangan OPT. Beberapa tindakan pengendalian menggunakan regulasi diantaranya: a. Karantina Tanaman dan Binatang Dengan adanya tata aturan mengenai karantina yaitu suatu tindakan isolasi terhadap suatu barang dalam hal ini adalah tanaman dan binatang sebelum di manfaatkan secara luas di suatu wilayah, maka penyebaran OPT yang adpat disebabkan dari luar adaerah dapat dihindari. Dasar hukum pelaksanaan karantina adalah UU No 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. b. Program Pemberantasan dan Penekanan Bebrapa tindakan pemberantasan dan penekanan terhadap perkembangan OPT telah dilakukan antara lain: - Mengganti tanaman Kopi Arabika yang notabene lebih enak akan tetapi mudah terserang Hemilia vastatrix dengan Kopi robusta. - Pemusnahan dengan membakar, menghancurkan maupun mengubur OPT maupun bagian yang terserang untuk menghindari penyebaran. 9 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Hama Penting pada Tanaman Jeruk 1. Hama Thrips (Scirtothrips citri) Cara pengendalian a. Secara biologis: Pemanfaatan musuh alami Coccinellide b. Secara kimia: Insektisida kimia dianjurkan kepada penggunaan insektisida selektif seperti Imidakloprid. 2. Kutu daun hitam (Toxoptera aurantii) Cara pengendalian: a. Secara preventif: Monitoring pada tunas-tunas muda b. Secara biologis: Predator-predator dari famili Syrphidae, Coccinellidae, Chrysopidae. c. Secara kimia: Insektisida berbahan aktif Dimathoate, Alfametrin, Abamectin dan Sipermetrin secara penyemprotan terbatas pada tunas-tunas yang terserang atau dengan sistim saputan batang dengan insektisida Imidakloprid. 3. Tungau Karat (Phyllocoptura oleivera Ashmed) Cara pengendalian: a. Secara preventif: Monitoring pada permukaan daun bagian tas dan bawah serta pada permukaan kulit buah. b. Secara Biologis: Predator Amblyseius citri, agensia hayati seperti entomopatogen Hirsutella sp c. Secara Kimiawi: Fungisida berbahan aktif sulfur seperti Maneb, Mankozeb, Zineb ataupun bubur California dapat mengendalikan populasi hama tungau. 4. Kutu Dompolan (Pseudococcus citri Risso) Cara pengendalian: a. Secara preventif: Sanitasi lingkungan tanaman jeruk dari gulma atau tanaman inang kutu lainnya Penyiraman dengan air sabun pada seluruh bagian pohon yang ada di permukaan tanah mulai dari pucuk tanaman Konservasi musuh alami hama Menghilangkan semut geramang sebagai penyebar kutu ini 10 b. Secara Biologis: Musuh alami hama ini antara lain predator Crytolaemus montrouzieri, Coccinella repanda, dan jamur Entomophthora fresenii. c. Secara kimia: Penyemprotan dengan insektisida. 5. Hama Bisul Buah (Prays endocarpa Meyr.) Cara pengendalian a. Secara preventif: Pembungkusan (pemberongsongan) buah yang masih muda dengan kertas, daun pisang kering, atau bahan lainnya. Sanitasi pohon untuk mengumpulkan kepompong, kemudian memusnahkannya. Pengasapan pohon pada malam hari untuk mengusir ngengat yang akan meletakkan telurnya. b. Secara biologis: Musuh alami hama ini antara lain parasitoid Bracon sp, Copidosa sp, dan Brachymeria sp. c. Secara kimia: Penyemprotan dengan insektisida. 6. Hama Getah Buah (Citripestis sagitiferella Mr.) Cara pengendalian a. Secara preventif: Pendangiran tanah di bawah pohon untuk mematikan kepompong hama. Pembungkusan buah dengan kertas atau bahan lainnya yang dilakukan sejak buah berumur 2 bulan. Pengumpulan buah-buah yang gugur, kemudian dibenamkan ke dalam tanah sedalam 30 cm. Konservasi musuh alaminya. b. Secara biologis: Musuh alami hama ini berupa parasitoid telur Trichogramma nana. c. Secara kima: Bila populasinya tinggi maka dapat disemprot dengan insektisida yang aplikasinya dilakukan bersamaan dengan penetasan telur. 7. Lalat Buah (Dacus dorsalis Hend.) Cara pengendalian a. Secara preventif: Sanitasi kebun dengan mengumpulkan buah yang gugur, pendangiran tanah di bawah pohon, dan pembersihan gulma. Pembungkusan buah dengan kertas, daun, atau bahan lainnya. Pengasapan kebun dengan jerami atau sekam padi. 11 Penggunaan senyawa penarik (antraktan) seperti metil eugenol. b. Secara biologis: Musuh alami hama ini antara lain parasitoid Opius spp, Spalangia philippinensis, Sintomosphyrum spp, dan Dirhinus cluzonensis. c. Secara kima: Penyemprotan Insektisida 3.2 Penyakit Penting pada Jeruk 1. Penyakit Diplodia (Botryodiplodia theobromae Pat) Cara Pengendalian a. Secara preventif: Beberapa teknologi pengendalian yang dapat dilakukan adalah menjaga kebersihan kebun, menjaga kebersihan alat-alat pertanian dengan alkohol 70% atau Sodium hipoklorit 10%. b. Secara mekanis: Memangkas bagian tanaman yang sakit, pelaburan batang dan dahan tanaman jeruk dengan residu bubur California 2. Penyakit Busuk pangkal batang (Phytophthora spp) Cara pengendalian a. Secara preventif: Memakai batang bawah yang tahan, misalnya Cleopatra mandarin; menjaga sanitasi kebun; pemantauan dini, bila ada gejala serangan kulit terinfeksi dikelupaskan dengan pisau dan dioles dengan Mankozeb; memperbaiki drainase kebun; dan pelaburan bubur California 3. Penyakit Embun tepung (Oidium tingitanium) Cara pengendalian a. Secara mekanis: Melakukan pemangkasan tunas yang terserang b. Secara kimia: Melakukan penyemprotan menjelang bertunas dan diulang pada saat daun muda dengan fungisidaseperti Siprokonozal, Propineb, dan Benomil. 4. Penyakit Embun jelaga (Capnodium citri Berk. & Desm), Cara pengendalian a. Secara preventif: Mengendalikan populasi hama kutu-kutu daun (aphis) dan penyemprotan detergen 5% sebanyak dua kali sebulan. 5. Penyakit Antraknose (Collectotrichum gloesporioides Penz). Cara pengendalian a. Secara mekanis: Membuang dan membakar bagian tanaman yang terinfeksi; mencuci buah yang tercemar pada saat panen untuk mencegah penetrasi pada kulit buah. 12 b. Secara kimia: menyemprot tanaman dengan fungisida berbahan aktif Benomyl virus ccvd pada jeruk secara mekanis jika tidak bisa cara biologis jika tdk bisa cara mekanis 6. Penyakit Blendok Phytophthora (Phytophthora spp.) Cara pengendalian a. Secara genetik: Memakai varietas yang tahan terhadap Phytophthora. b. Secara preventif: Jeruk ditanam di atas gundukan setinggi 15-20 cm. Air hujan dan air pengairan jangan sampai menggenang di sekeliling pangkal batang tanaman. Pada waktu mengairi harus dijaga agar air tidak mengenai pangkal batang. Mengurangi kelembaban kebun dengan melakukan pemangkasan dan drainase yang sebaik-baiknya. c. Secara Mekanis: Bagian yang sakit dipotong. d. Secara Kimia: Luka-luka ditutup dengan pestisida penutup luka. 7. Penyakit Kulit Diplodia (Botryodiplodia theobromae) Cara pengendalian a. Secara mekanis: Cabang-cabang yang terserang dipotong untuk mengurangi sumber infeksi. b. Secara kimia: Menyemprot batang-batang dengan fungisida. 8. Busuk Akar Armillaria (Armillariella sp.) Cara pengendalian a. Secara mekanis: Pohon yang sakit dibongkar, akar-akar digali sebersih mungkin dan dibakar. Jika sekiranya pohon masih dapat ditolong, dianjurkan untuk membuka semua akar dekat tanah dan akar-akar yang sakit dipotong. b. Secara preventif: Disekeliling bekas pohon sakit dibuat selokan isolasi. 9. Kudis (Sphaceloma fawcetti) Cara pengendalian a. Secara preventif: Sebelum datingnya musim hujan pohon-pohon diairi agar segera berbunga. b. Secara Kimia: Pohon-pohon disemprot dengan fungisida. 10. Penyakit CVPD Cara pengendalian a. Secara regulasi atau tata peraturan: Pengendalian pengaturan karntina, dengan cara melarang peredaran bibit yang tidak jelas asal usulnya, dan melarang memasukkan bibit jeruk dari daerah serangan endemis ke daerah lain. 13 b. Secara preventif: Meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu: terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah/lahan bebas sumber inokulum), pengaturan jarak tanam, bibit sehat/tidak menanam bibit sakit, dan pengamatan terhadap gejala tanaman terserang. c. Pengendalian mekanis dan fisik: Dilakukan dengan membersihkan dan sanitasi kebun terhadap inang lain dan membongkar tanaman sakit serta memusnahkannya. d. Pengendalian biologi: Dengan cara memanfaatkan parasit, predator, dan patogen untuk mengendalikan vektornya, yaitu : 1) Parasit nimfa antara lain Tamanxia radiata dan Diaphorencyrtus aligarhensis dengan tingkat parasitisme berturut-turut 90% dan 60 – 80% 2) Predator seperti Curinus coeruleus, Coccinella repanda, Syrpidae dan Chrysophydae. 3) Entomopatogen antara lain adalah Metharrizium sp. dan Hirsutella sp. hingga mencapai, 30%. e. Pengendalian kimiawi: dengan menggunakan insektisida untuk mengendali-kan vektornya bila cara-cara lain tidak efektif. 14 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Ada banyak sekali macam-macam hama dan penyakit yang menyerang tanaman jeruk. Cara pengendalian hama dan penyakit tersebut dapat dilakukan dengan cara preventif (pencegahan), mekanis (secara manual), biologis (dengan memanfaatkan patogen dan parasitoid), dan kimiawi (penggunaan pestisida). Pengendalian secara kimiawi merupakan tindakan terakhir untuk pengendalian hama dan penyakit apabila sudah tidak dapat dikendalikan menggunakan ketiga cara lainnya, karena pengendalian secara kimiawi memiliki banyak dampak negatif bagi lingkungan, seperti pencemaran lingkungan serta juga membunuh musuh alami hama. 15 DAFTAR PUSTAKA Anonymous a. 2012. Hama dan Penyakit pada Tanaman Jeruk (Online). http://diarymonic.blogspot.com/2012/03/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html. Diakses tanggal 20 Mei 2012. Anonymous b. 2012. Konsep Pengendalian OPT (Online). http://blog.ub.ac.id/arifin56/2010/05/10/konsep-pengendalian-opt. Diakses tanggal 20 Mei 2012. Anonymous c. 2012. CVPD Jeruk (Online). http://wongtaniku.wordpress.com/2009/12/06/cvpd-jeruk. Diakses tanggal 20 Mei 2012. Djafarudin. 2001. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman (Umum). Jakarta: Bumi Aksara. Hidayat, Purnama, Dewi Sartiami. 2012. Pengendalian Hama (Online). http://ipb.ac.id/phidayat/perlintan. Diakses tanggal 20 Mei 2012. Syafril. 2006. Jenis Hama dan Penyakit Penting Menyerang Jeruk Koto Tinggi Kabupaten Limi Puluh Kota. Padang: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. 16