Makalah DBT Hama dan Penyakit Jeruk

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jeruk merupakan komoditas buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomi penting
dan nilai kesehatan yang berarti karena mengandung nilai gizi yang tinggi (Vitamin C
dan vitamin A). Buah jeruk dapat dikonsumsi langsung sebagai buah segar atau juice dan
dapat pula diolah menjadi sirup. Buah jeruk merupakan sumber vitamin C yang berguna
untuk kesehatan manusia. Kandungan vitamin C sangat beragam antarvarietas, berkisar
antara 27-49 mg/100 g daging buah. Makin tua buah jeruk, biasanya makin berkurang
kandungn vitamin C-nya, tetapi semakin manis rasanya. Varietas jeruk sangat banyak,
masing-masing jenis mempunyai karakteristik yang berbeda.
Jeruk merupakan salah satu komoditas unggulan yang dibudidayakan masyarakat
sebagai penunjang perekonomian rumah tangga mereka. Belakangan ini sebagian besar
kebun jeruk diserang berbagai jenis hama dan penyakit sehingga mengakibatkan
produktivitas dari tanaman jeruk tersebut menurun. Serangan hama tersebar yang
mengakibatkan serangan hama ini ribuan ton buah jeruk busuk dan gugur ke tanah,
sehingga membuat para petani mengalami kerugian yang cukup besar.
Dewasa ini kebutuhan penggunaan IPTEK dalam semua bidang semakin
meningkat, terutama pada bidang pengetahuan tentang menanganai hama penyakit dalam
ilmu hama dan penyakit. Oleh sebab itu perkembangan dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, yaitu untuk kelanjutan hidup dengan cara budidaya tanaman seprti
jeruk. Tetapi apabila tanaman jeruk mudah terserang penyakit sehingga bias dipungkiri
gagal panen yang berdampak kerugian dalam hal tenaga ataupun biaya. Untuk lebih
meminimalisasi gagal panen yang disebabkan hama penyakit bias ditindaklanjuti dengan
cara perlakuan mekanis, biologis ataupun kimiawi. Sehingga bias mendapatkan panen
yang maksimal. Untuk lebih jelasnya lagi akan dibahas di bab berikutnya
1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui macam-macam
hama dan penyakit penting yang menyerang tanaman jeruk serta bagaimana cara
pengendaliannya.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Hama dan Penyakit Tanaman
Hama tumbuhan adalah organisme yang menyerang tanaman budidaya sehingga
pertumbuhan dan perkembangannya terganggu. Hama dalam jumlah populasi tertentu
dapat menyebabkan kerugian ekonomi serta usaha budidaya yang dilakukan petani
menjadi sia-sia.
Penyakit sebenarnya adalah suatu proses dimana bagian-bagian tertentu dari
organisme tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal dengan sebaik-baiknya
karena adanya suatu gangguan.
2.2 Penyebab Timbulnya Serangan Hama dan Penyakit
Untuk penyebab timbulnya suatu hama dan penyakit pada tumbuhan paling sedikit
diperlukan tiga faktor yang mendukung, yaitu tanaman inang atau host, penyebab hama
dan penyakit itu sendiri, dan faktor lingkungan.
a. Tanaman Inang
Pengaruh tanaman inang terhadapnya timbulnya suatu penyakit tergantung dari jenis
tanaman inang, kerentanan tanaman, bentuk dan tingkat pertumbuhan, struktur dan
kerapatan populasi, kesehatan tanaman dan ketahanan inang.
b. Patogen
Yang dimaksud pathogen adalah organism hidup yang mayoritas bersifat mikro dan
mampu untuk dapat menimbulkan penyakit pada tanaman atau tumbuhan.
Mikroorganisme tersebut antara lain fungi, bakteri, virus, nematoda mikoplasma,
spiroplasma dan riketsia.
c. Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat memberikan pengaruh terhadap timbulnya suatu
penyakit dapat berupa suhu udara, intensitas dan lama curah hujan, intensitas dan
2
lama embun, suhu tanah, kandungan air tanah, kesuburan tanah, kandungan bahan
organic, angin, api, pencemaran air. Faktor lingkungan ini memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman inang dan mnenciptakan kondisi yang sesuai bagi
kehidupan jenis pathogen tertentu.
Pada konsep segi tiga penyakit ini apabila salah satu faktor penyebab tidak ada,
maka tidak akan ada suatu kejadian penyakit. Contohnya apabila ada satu faktor yaitu
pathogen tidak ada, yang ada hanya tanaman inang yang tumbuh dalam lingkungan yang
tidak optimal untuk pertumbuhannya, maka kemungkinan tidak akan terjadi penyakit.
Sebaliknya apabila dalam kondisi pertumbuhan tanaman tersebut diatas dan ada pathogen
disekitar tanaman tersebut serta lingkungan mendukung pertumbuhan pathogen, maka
kecenderungan untuk terjadinya infeksi penyakit pada tanaman cukup besar.
Kemudian apabila ada suatu tanaman inang ditanam pada lingkungan yang baik
yaitu tanah yang subur dengan pengolahn yang baik dan pemberian pupuk yang cukup
dan seimbang, maka tentunya akan menjamin pertumbuhan tanamanyang sehat, walaupun
ada pathogen, maka kecil kemungkinan penyakit dapat terjadi. Hal ini dikarenakan
tanaman inang kemungkinan dapat tahan terhadap serangan pathogen. Sedangkan apabila
tanaman inang tidak baik dalam pertumbuhannya yang berarti kondisinya rentan,
kemudian ada pathogen dan lingkungan mendukung pertumbuhan pathogen maka
kemungkinan terjadinya infeksi penyakit sangat besar.
2.3 Macam-macam Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman
Beberapa teknik pengendalian OPT yang dapat dilakukan antara lain:
2.3.1 Pengendalian secara Kultur Teknik (Preventif)
Pengendalian tersebut merupakan pengendalian yang bersifat preventif, dilakukan
sebelum serangan hama terjadi dengan tujuan agar populasi OPT (Organisme
Pengganggu Tanaman) tidak meningkat sampai melebihi ambang kendalinya.
Sebagian besar teknik pengendalian kultur teknik dapat dikelompokan menjadi
empat dengan sasaran yang akan dicapai, yaitu 1) mengurangi kesesuaian ekosistem, 2)
Mengganggu kontinuitas penyediaan keperluan hidup OPT, 3) Mengalihkan populasi
OPT menjauhi tanaman, dan 4) Mengurangi dampak kerusakan tanaman.
Beberapa contoh dari pengendalian OPT secara kultur teknis:
a. Menggunakan varietas domestik yang tahan
3
Karakteristik dari varietas domestik adalah memiliki ketahanan yang lebih baik
karena cocok terhadap lingkungannya.
b. Rotasi Tanaman
Pergiliran atau rotasi tanaman yang baik adalah bila jenis tanaman yang ditanam pada
musim berikutnya, dan jenis tanaman tersebut bukan merupakan inang hama yang
menyerang tanaman yang ditanam pada musim sebelumnya. Dengan pemutusan
ketersediaan inang pada musim berikutnya populasi hama yang sudah meningkat
pada musim sebelumnya dapat ditekan pada musim berikutnya. Rotasi tanaman
paling efektif untuk mengendalikan hama yang memiliki kisaran makanan sempit dan
kemampuan migrasi terbatas terutama pada fase yang aktif makan.
c. Menghilangkan tanaman yang rusak
Tanaman yang terkena serangan hama maupun patogen sebaiknya dibersihkan dari
kawasan budidaya.
d. Pengolahan Tanah
Pengerjaan tanah dapat dimanfaatkan untuk pengendalian instar hama yang berada
dalam tanah.
e. Tumpang Sari dan variasi penanamn serta pemanenan
Tumpang sari dapat mengendalikan suatu opt akibat keberadaan tanaman yang bukan
inangnya. Sedangkan variasi waktu panen akan memutuskan siklus hidup hama.
Misalnya:
Panen dilakukan secara bertahap dari satu lajur atau setrip ke lajur yang lain pada
hari berikutnya. Diharapkan populasi hama tidak keluar dari petak hamparan tetapi
pindah dari bagian yang telah dipanen ke bagian pertanaman yang lebih muda dan
belum dipanen.
f. Pemangkasan dan Penjarangan
Kegiatan pemangkasan terkait dengan kebersihan tanaman. Sedangkan penjarangan
terkait dengan jarak tanam optimum suatu tanaman.
Pemangkasan pada beberapa tanaman terutama bagian yang terkena infeksi sehingga
tidak menyebar ke bagian tanaman yang lain.
Penjarangan tanaman dapat meningkatkan produktifitas. Jarak tanam dapat pula
mempengaruhi populasi hama. Pada tanaman padi, jarak yang terlalu dekat
menguntungkan perkembangan dan kehidupan wereng coklat.
g. Pemupukan
4
Tindakan pemupukan juga dapat mempengaruhi keberadaan OPT. Beberapa
pengeruh pemupukan terhadap serangan OPT antara lain:
Optimalisasi pemupukan N dapat mengurangi serangan OPT karena pemupukan N
yang berlebihan akan menjadikan tanaman sukulen dan mudah terserang OPT.
Pemberian pupuk mikro dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan
OPT.
2.3.2 Pengendalian Secara Hayati (Biological Methods)
Merupakan
memanfaatkan
atau
taktik
pengelolaan
memanipulasikan
hama
musuh
yang
alami
dilakukan
untuk
secara
sengaja
menurunkan
atau
mengendalikan populasi hama.
Musuh alami yang berupa parasitoid, predator dan patogen dikenal sebagai fator
pengatur dan pengendali populasi serangga yang efektif karena sifat pengaturannya yang
tergantung kepadatan populasi inang atau mangsa. Peningkatan populasi inang akan
ditanggapi secara numerik (respon numerik) dengan meningkatkan jumlah predator dan
secara fungsional (respon fungsional) dengan meningkatkan daya makan per musuh
alami.
Beberapa tindakan antara lain:
a. Pengendalian hayati dengan parasitoid dan predator. Misalnya:
- Mengendalikan hama tikus dengan memelihara burung hantu disekitar areal
tanaman.
- Dengan menggunakan mikroorganisme antagonis seperti Tricodherma sp.
b. Introduksi, perbanyakan dan penyebaran musuh alami. Misalnya:
- Introduksi kumbang vedalia (Rodolia cardinalis) dari Australia ke California untuk
mengendalikan hama kutu perisai (Icerya purchasi) yang menyerang jeruk.
- Introduksi parasitoid Tetrasitichus brontisapae dari Jawa ke Sulawesi dapat
berhasil menekan populasi hama kelapa Brontispa longissima.
2.3.3 Pengendalian Secara Mekanis dan Fisik
Mengendalikan menggunakan tindakan-tindakan antara lain: Mematikan hama,
mengganggu aktivitas fisiologis hama yang normal dengan cara non-pestisida, mengubah
lingkungan sedemikian rupa sehingga lingkungan menjadi kurang sesuai bagi kehidupan
OPT.
Beberapa tindakan tersebut yaitu:
5
a. Penghancuran dengan Tangan
Cara ini dilakukan dengan mencari adanya hama dan selanjutnya dilakukan
pemusnahan. Fase hidup hama yang dikumpulkan dan dibunuh adalah yang mudah
dtemukan seperti telur dan larva. Atau dapat pula mengumpulkan bagian tanaman
yang terserang hama. Misal:
- Pengumpulan kelompok telur dan larva instar ke-3 untuk pengendalian ulat grayak
(Spodoptera litura).
- Pengendalian hama penggerak batang tebu (Schiropophaga nivella) adalah dengan
memotong dan mengumpulkan pucuk tanaman tebu yang terserang.
b. Menutup dengan Jaring atau Paranet
Dapat dilakukan untuk mencegah masuknya atau mengganggunya ngengat yang akan
berkembang biak pada tanaman.
c. Perangkap
Menggunakan alat perangkap yang disesuaikan berdasarkan jenis hama dan fase
hama yang akan ditangkap. Misal:
- Kepiting mati yang diletakan di sekeliling pertanaman padi mampi menekan
populasi walang sangit. Bau busk yang ditimbulkan kepiting mati dapat menjadi
penarik bagi walang sangit. Dan apa bila sudah terkumpul, walang sangit dapat
segera dimusnahkan.
- Gadung atau jagung dapat dijadikan umpan untuk mengendalikan tikus. Tikus juga
dapat diperangkap dengan perangkap yang terbuat dari besi maupun bambu.
d. Perlakuan Panas
Faktor
suhu
dapat
mempengaruhi
penyebaran,
frekuenditas,
kecepatan
perkembangan, lama hidup dan mortalitas hama. Setiap perubahan faktor fisik
mempengaruhi berbagai parameter kehidupan tersebut. Misal:
- Mengendalikan hama uret dengan membalikan tanah. Telur yang terdapat didalam
tanah akan terangkat ke permukaan dan akan terkena sinar matahari secara terus
menerus yang menyebabkan tempeeratur dan kelembaban berbeda dengan keadaan
semula. Hal ini mengakibatkan telur tidak menetas.
- Pengendalian hama gudang dapat dilakukan dengan memanaskan gudang dengan
pemanas pada kisaran suhu tertentu.
e. Penggunaan Lampu Perangkap
6
Dipengaruhi oleh adanya daya tarik serangga terhadap cahaya lampu fungsi utama
lampu ini hanya menarik perhatian serangga yang selanjutnya ketika sudah
terkumpul dapat dikendalikan dengan ditangkap. Misal:
- Pengendalian wereng hijau.
- Lampu petromaks dapat dijadikan perangkap penggerak batang padi putih.
f. Suara
Penggunaan gelombang suara. Secara teoritik ada tiga metode pengendalian
menggunakan suara, yaitu:
1) Penggunaan intensitas suara yang sangat tinggi sehingga dapat merusak serangga.
2) Penggunaan suara lemah guna mengusir serangga.
3) Merekam dan memperdengarkan suara yang diproduksikan serangga guna
mengganggu parilaku serangga sasaran. Misalnya penggunaan gelombang
elektromagnetik untuk mengurangi populasi hama burung yang menyerang
tanamn bebijian.
2.3.4 Pengendalian Secara Kimiawi
Pengendalian dengan cara ini merupakan pengendalian yang biasanya dilakukan
sebagai alternatif terakhir. Karena kebanyakan masing menggunakan bahan kimia
sintetik yang membahayakan. Akan tetapi pada dasarnya penggunaan bahan kimia untuk
pengendalian OPT tidak serta merta membasmi keseluruhan opt dengan membunuhnya.
Bahan kimia yang banyak dikenal untuk melakukan pemberantasan hama adalah
pestisida. Di bidang pertanian penggunaan pestisida mampu menekan kehilangan hasil
tanaman akibat serangan hama dan penyakit yang memungkinkan peningkatan produksi
pertanian dapat dicapai.
Jenis-jenis pestisida antara lain:
No.
Jenis Pestisida
Organisme
1
Herbisida
Gulma
2
Moluskisida
Molusca (keong)
3
Nematisida
Nematoda
4
Bakterisida
Bakteri
5
Fungisida
Cendawan
6
Rodentisida
Tikus
7
Akarisida
Tungau
8
Insektisida
Serangga
7
Bahan-bahan kimia lain yang juga digunakan dalam pengendalian hama:
a. Atraktan
Merupakan senyawa yang berfungsi menarik serangga pada lokasi yang mengandung
zat tersebut.
b. Repelen
Merupakan senyawa penolak hama atau pengusir hama dari objek yang mempunyai
senyawa tersebut.
c. Sterilan
Merupakan senyawa yang digunakan untuk mensterilkan suatu ruang dari organisme
misalkan sterilan tanah artinya mensterilkan tanah dari keberadaan organisme.
d. Growth Inhibitor
Merupakan senyawa yang difungsikan untuk menghambat pertumbuhan serangga.
Dalam istilah lain disebutkan dengan IGR yaitu Insect Growth regulator. Merupakan
senyawa yang dapat merubah atau mempengaruhi proses pertumbuhan dan
perkembangan serangga.
2.3.5 Pengendalian Secara Genetik
Pengendalian ini lebih ditujukan terhadap usaha-usaha rekayasa genetik untuk
menciptakan tanaman yang tahan terhadap serangan OPT tertentu ataupun dengan
memanipulasi genetik OPT sehingga opt tersebut tidak dapat berkembang biak. Beberapa
tindakan yang termasuk kedalam pembahasan bab ini adalah:
a. Penggunaan Varietas Tahan
Merupakan pengendalian paling efektif, murah dan kurang berbahaya bagi
lingkungan. Varietas tahan diperoleh melalui serangkaian penelitian dengan
memecahkan kelemahan dari hama tertentu. Teknik pengembangan tanaman tahan
hama sengaja memanfaatkan proses pembentukan sifat ketahanan dan perlawanan
tanaman terhadap serangan serangga herbivora yang terjadi secara koevolusioner di
alam. Beberapa contoh pengendalian ini adalah:
- Penggunaan Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW) terbukti mampu
mengendalikan haam wereng coklat padi di Indonesia.
- Salah satu varietas jagung yang mengandung 2,4-hydroxy-7-methoxy-2H-1,4benxoaxazin-3(4H)-one (DIMBOA) pada jagung untuk memperoleh ketahanan
terhadap penggerek batang jagung Ostrinia (Untung, 2006).
b. Pengendalian dengan Serangga Mandul
8
Disebut juga teknik otosidal merupakan teknik pengendalian hama dengan
pemandulan serangga jantan, serangga betina atau keduanya. Serangga mandul sudah
mulai banyak diupayakan katrena efektifitasnya mengurangi populasi serangga
tersebut. Misalnya dengan melepas jantan atau betina mandul, maka ketika terjadi
perkawinan, tidak lah terbentuk keturunan dan dalam jangka waktu tertentu akan
sangat mengurangi populasi hama tersebut.
2.3.6 Pengendalian Menggunakan Regulasi Atau Tata Peraturan
Salah satu alternatif pengendalian OPT adalah dengan menggunakan peraturan
yang telah diterapkan pemerintah setempat. Peraturan-peraturan yang telah dibuat pada
dasarnya ditujukan untuk mempersempit penyebaran OPT ke daerah lain maupun
mengatur tindakan-tindakan yang sekiranya dapat mencegah adanya serangan OPT.
Beberapa tindakan pengendalian menggunakan regulasi diantaranya:
a. Karantina Tanaman dan Binatang
Dengan adanya tata aturan mengenai karantina yaitu suatu tindakan isolasi terhadap
suatu barang dalam hal ini adalah tanaman dan binatang sebelum di manfaatkan
secara luas di suatu wilayah, maka penyebaran OPT yang adpat disebabkan dari luar
adaerah dapat dihindari. Dasar hukum pelaksanaan karantina adalah UU No 16
Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan.
b. Program Pemberantasan dan Penekanan
Bebrapa tindakan pemberantasan dan penekanan terhadap perkembangan OPT telah
dilakukan antara lain:
- Mengganti tanaman Kopi Arabika yang notabene lebih enak akan tetapi mudah
terserang Hemilia vastatrix dengan Kopi robusta.
- Pemusnahan dengan membakar, menghancurkan maupun mengubur OPT maupun
bagian yang terserang untuk menghindari penyebaran.
9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hama Penting pada Tanaman Jeruk
1. Hama Thrips (Scirtothrips citri)
Cara pengendalian
a. Secara biologis: Pemanfaatan musuh alami Coccinellide
b. Secara kimia: Insektisida kimia dianjurkan kepada penggunaan insektisida selektif
seperti Imidakloprid.
2. Kutu daun hitam (Toxoptera aurantii)
Cara pengendalian:
a. Secara preventif: Monitoring pada tunas-tunas muda
b. Secara biologis: Predator-predator dari famili Syrphidae, Coccinellidae,
Chrysopidae.
c. Secara kimia: Insektisida berbahan aktif Dimathoate, Alfametrin, Abamectin dan
Sipermetrin secara penyemprotan terbatas pada tunas-tunas yang terserang atau
dengan sistim saputan batang dengan insektisida Imidakloprid.
3. Tungau Karat (Phyllocoptura oleivera Ashmed)
Cara pengendalian:
a. Secara preventif: Monitoring pada permukaan daun bagian tas dan bawah serta
pada permukaan kulit buah.
b. Secara Biologis: Predator Amblyseius citri, agensia hayati seperti entomopatogen
Hirsutella sp
c. Secara Kimiawi: Fungisida berbahan aktif sulfur seperti Maneb, Mankozeb, Zineb
ataupun bubur California dapat mengendalikan populasi hama tungau.
4. Kutu Dompolan (Pseudococcus citri Risso)
Cara pengendalian:
a. Secara preventif:
Sanitasi lingkungan tanaman jeruk dari gulma atau tanaman inang kutu lainnya
Penyiraman dengan air sabun pada seluruh bagian pohon yang ada di permukaan
tanah mulai dari pucuk tanaman
Konservasi musuh alami hama
Menghilangkan semut geramang sebagai penyebar kutu ini
10
b. Secara Biologis: Musuh alami hama ini antara lain predator Crytolaemus
montrouzieri, Coccinella repanda, dan jamur Entomophthora fresenii.
c. Secara kimia: Penyemprotan dengan insektisida.
5. Hama Bisul Buah (Prays endocarpa Meyr.)
Cara pengendalian
a. Secara preventif:
Pembungkusan (pemberongsongan) buah yang masih muda dengan kertas, daun
pisang kering, atau bahan lainnya.
Sanitasi pohon untuk mengumpulkan kepompong, kemudian memusnahkannya.
Pengasapan pohon pada malam hari untuk mengusir ngengat yang akan
meletakkan telurnya.
b. Secara biologis: Musuh alami hama ini antara lain parasitoid Bracon sp, Copidosa
sp, dan Brachymeria sp.
c. Secara kimia: Penyemprotan dengan insektisida.
6. Hama Getah Buah (Citripestis sagitiferella Mr.)
Cara pengendalian
a. Secara preventif:
Pendangiran tanah di bawah pohon untuk mematikan kepompong hama.
Pembungkusan buah dengan kertas atau bahan lainnya yang dilakukan sejak buah
berumur 2 bulan.
Pengumpulan buah-buah yang gugur, kemudian dibenamkan ke dalam tanah
sedalam 30 cm.
Konservasi musuh alaminya.
b. Secara biologis: Musuh alami hama ini berupa parasitoid telur Trichogramma
nana.
c. Secara kima: Bila populasinya tinggi maka dapat disemprot dengan insektisida
yang aplikasinya dilakukan bersamaan dengan penetasan telur.
7. Lalat Buah (Dacus dorsalis Hend.)
Cara pengendalian
a. Secara preventif:
Sanitasi kebun dengan mengumpulkan buah yang gugur, pendangiran tanah di
bawah pohon, dan pembersihan gulma.
Pembungkusan buah dengan kertas, daun, atau bahan lainnya.
Pengasapan kebun dengan jerami atau sekam padi.
11
Penggunaan senyawa penarik (antraktan) seperti metil eugenol.
b. Secara biologis: Musuh alami hama ini antara lain parasitoid Opius spp, Spalangia
philippinensis, Sintomosphyrum spp, dan Dirhinus cluzonensis.
c. Secara kima: Penyemprotan Insektisida
3.2 Penyakit Penting pada Jeruk
1. Penyakit Diplodia (Botryodiplodia theobromae Pat)
Cara Pengendalian
a. Secara preventif: Beberapa teknologi pengendalian yang dapat dilakukan adalah
menjaga kebersihan kebun, menjaga kebersihan alat-alat pertanian dengan alkohol
70% atau Sodium hipoklorit 10%.
b. Secara mekanis: Memangkas bagian tanaman yang sakit, pelaburan batang dan
dahan tanaman jeruk dengan residu bubur California
2. Penyakit Busuk pangkal batang (Phytophthora spp)
Cara pengendalian
a. Secara preventif:
Memakai batang bawah yang tahan, misalnya Cleopatra mandarin; menjaga
sanitasi kebun; pemantauan dini, bila ada gejala serangan kulit terinfeksi
dikelupaskan dengan pisau dan dioles dengan Mankozeb; memperbaiki drainase
kebun; dan pelaburan bubur California
3. Penyakit Embun tepung (Oidium tingitanium)
Cara pengendalian
a. Secara mekanis: Melakukan pemangkasan tunas yang terserang
b. Secara kimia: Melakukan penyemprotan menjelang bertunas dan diulang pada
saat daun muda dengan fungisidaseperti Siprokonozal, Propineb, dan Benomil.
4. Penyakit Embun jelaga (Capnodium citri Berk. & Desm),
Cara pengendalian
a. Secara preventif: Mengendalikan populasi hama kutu-kutu daun (aphis) dan
penyemprotan detergen 5% sebanyak dua kali sebulan.
5. Penyakit Antraknose (Collectotrichum gloesporioides Penz).
Cara pengendalian
a. Secara mekanis: Membuang dan membakar bagian tanaman yang terinfeksi;
mencuci buah yang tercemar pada saat panen untuk mencegah penetrasi pada kulit
buah.
12
b. Secara kimia: menyemprot tanaman dengan fungisida berbahan aktif Benomyl
virus ccvd pada jeruk
secara mekanis jika tidak bisa cara biologis jika tdk bisa cara mekanis
6. Penyakit Blendok Phytophthora (Phytophthora spp.)
Cara pengendalian
a. Secara genetik: Memakai varietas yang tahan terhadap Phytophthora.
b. Secara preventif: Jeruk ditanam di atas gundukan setinggi 15-20 cm. Air hujan
dan air pengairan jangan sampai menggenang di sekeliling pangkal batang
tanaman. Pada waktu mengairi harus dijaga agar air tidak mengenai pangkal
batang. Mengurangi kelembaban kebun dengan melakukan pemangkasan dan
drainase yang sebaik-baiknya.
c. Secara Mekanis: Bagian yang sakit dipotong.
d. Secara Kimia: Luka-luka ditutup dengan pestisida penutup luka.
7. Penyakit Kulit Diplodia (Botryodiplodia theobromae)
Cara pengendalian
a. Secara mekanis: Cabang-cabang yang terserang dipotong untuk mengurangi
sumber infeksi.
b. Secara kimia: Menyemprot batang-batang dengan fungisida.
8. Busuk Akar Armillaria (Armillariella sp.)
Cara pengendalian
a. Secara mekanis: Pohon yang sakit dibongkar, akar-akar digali sebersih mungkin
dan dibakar. Jika sekiranya pohon masih dapat ditolong, dianjurkan untuk
membuka semua akar dekat tanah dan akar-akar yang sakit dipotong.
b. Secara preventif: Disekeliling bekas pohon sakit dibuat selokan isolasi.
9. Kudis (Sphaceloma fawcetti)
Cara pengendalian
a. Secara preventif: Sebelum datingnya musim hujan pohon-pohon diairi agar segera
berbunga.
b. Secara Kimia: Pohon-pohon disemprot dengan fungisida.
10. Penyakit CVPD
Cara pengendalian
a. Secara regulasi atau tata peraturan: Pengendalian pengaturan karntina, dengan
cara melarang peredaran bibit yang tidak jelas asal usulnya, dan melarang
memasukkan bibit jeruk dari daerah serangan endemis ke daerah lain.
13
b. Secara preventif: Meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman sehat
yaitu: terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian
tempat, tanah/lahan bebas sumber inokulum), pengaturan jarak tanam, bibit
sehat/tidak menanam bibit sakit, dan pengamatan terhadap gejala tanaman
terserang.
c. Pengendalian mekanis dan fisik: Dilakukan dengan membersihkan dan sanitasi
kebun
terhadap
inang
lain
dan
membongkar
tanaman
sakit
serta
memusnahkannya.
d. Pengendalian biologi: Dengan cara memanfaatkan parasit, predator, dan patogen
untuk mengendalikan vektornya, yaitu :
1) Parasit nimfa antara lain Tamanxia radiata dan Diaphorencyrtus aligarhensis
dengan tingkat parasitisme berturut-turut 90% dan 60 – 80%
2) Predator seperti Curinus coeruleus, Coccinella repanda, Syrpidae dan
Chrysophydae.
3) Entomopatogen antara lain adalah Metharrizium sp. dan Hirsutella sp. hingga
mencapai, 30%.
e. Pengendalian kimiawi: dengan menggunakan insektisida untuk mengendali-kan
vektornya bila cara-cara lain tidak efektif.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ada banyak sekali macam-macam hama dan penyakit yang menyerang tanaman
jeruk. Cara pengendalian hama dan penyakit tersebut dapat dilakukan dengan cara
preventif (pencegahan), mekanis (secara manual), biologis (dengan memanfaatkan
patogen dan parasitoid), dan kimiawi (penggunaan pestisida). Pengendalian secara
kimiawi merupakan tindakan terakhir untuk pengendalian hama dan penyakit apabila
sudah tidak dapat dikendalikan menggunakan ketiga cara lainnya, karena pengendalian
secara kimiawi memiliki banyak dampak negatif bagi lingkungan, seperti pencemaran
lingkungan serta juga membunuh musuh alami hama.
15
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous a. 2012. Hama dan Penyakit pada Tanaman Jeruk (Online). http://diarymonic.blogspot.com/2012/03/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html. Diakses
tanggal 20 Mei 2012.
Anonymous b. 2012. Konsep Pengendalian OPT (Online).
http://blog.ub.ac.id/arifin56/2010/05/10/konsep-pengendalian-opt. Diakses tanggal 20
Mei 2012.
Anonymous c. 2012. CVPD Jeruk (Online).
http://wongtaniku.wordpress.com/2009/12/06/cvpd-jeruk. Diakses tanggal 20 Mei
2012.
Djafarudin. 2001. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman (Umum). Jakarta: Bumi Aksara.
Hidayat, Purnama, Dewi Sartiami. 2012. Pengendalian Hama (Online).
http://ipb.ac.id/phidayat/perlintan. Diakses tanggal 20 Mei 2012.
Syafril. 2006. Jenis Hama dan Penyakit Penting Menyerang Jeruk Koto Tinggi Kabupaten
Limi Puluh Kota. Padang: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat.
16
Download