BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASI eksklusif merupakan nutrisi yang diperlukan bayi untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal (Ramaiah, 2006). Oragnisasi Kesehatan Dunia atau World Organization (WHO) merekomendasikan agar bayi baru lahir mendapatkan ASI eksklusif (tanpa tambahan apapun) selama 6 bulan. Salah satu alasannya karena ASI mengandung nutrisi yang seimbang dan sempurna dan ini juga sesuai dengan Resolusi World Health Assembly (WHO, 2001). Keuntungan yang diberikan oleh ASI Tidak ada yang dapat menandinginya. WHO dan UNICEF selalu menganjurkan agar para ibu memberikan ASI eksklusif untuk bayinya selama 6 bulan pertama hingga bayi mendapatkan semua manfaat ASI. Salah satu manfaat ASI adalah ASI dapat memberikan imunitas kepada bayi. Farah (2010) menyatakan saat bayi masih berusia di bawah 6 bulan tubuhnya rentan terkena berbagai penyakit, atas dasar inilah maka bayi lahir sampai usia 6 bulan sebaiknya diberikan ASI secara eksklusif agar tidak mudah terserang penyakit. Handjani (2010) menyebutkan bahwa penyakit infeksi yang sering menyerang bayi usia 0-6 bulan antara lain diare, ISPA dan demam. Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmaja, S, 2010 : hal :1). 1 Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014 Sebanyak 6 juta anak meninggal tiap tahunnya di dunia karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjadi di negara berkembang. Sebagai gambaran 17% kematian anak di dunia disebabkan oleh diare sedangkan di Indonesia, hasil Riskesdas 2007 diperoleh bahwa diare masih merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42% dibanding pneumonia 24%, untuk golongan 1-4 tahun penyebab kematian diare 25,2% dibanding pneumonia 15,5%. Dari Data World Health Organization (WHO) pada tahun 2004 pada WHO (2009), menunjukan diare merupakan penyebab kedua kematian anak di dunia dengan 1,5 juta anak meninggal setiap tahunnya karena penyakit ini. WHO juga memperkirakan 4 Milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 200 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anakanak dibawah umur 5 tahun. Diare merupkan penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di negara berkembang, dengan perkiraan 1,3 miliar episode dan 3,2 juta kematian setiap tahun pada balita. Secara keseuruhan, anak-anak mengalami diare rata-rata 3,3 episode per tahun, akan tetapi pada beberapa tempat dapat lebih dari 9 episode per tahun. Pada daerah dengan episode diare yang tinggi, seorang balita dapat menghabiskan 15% waktunyadengan diare. Kurang lebih 80% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan (Depkes RI & DITJEN PPM & PLP,1999). Indonesia diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak dibawah umur 5 tahun (40 juta kejadian). Kelompok setiap tahunnya mengalami lebih dari satu kali kejadian diare. Sebagian dari penderita (1-2%) akan jatuh kedalam dehidrasi dan kalau tidaksegera ditolong 50-60% Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014 diantaranya dapat meninggal. (Suraatmaja, 2007). Karena di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang tinggi disektor kesehatan oleh karena rata-rata sekitar 30% dari jumlah tempat tidur yang ada dirumah sakit ditempati oleh bayi dan anak dengan penyakit diare selain itu juga dipelayanan kesehatan primer, diare masih menempati urutan kedua dalam urutan 10 penyakit terbanyak dipopulasi. Pencataan dan pelaporan yang ada, baru sekitar 1,5-2 juta penderita penyakit diare yang berobat rawat jalan ke sarana kesehatan pemerintah. Jumlah ini adalah sekitar 10% dari jumlah penderita yang datang berobat untuk seluruh penyakit, sedangkan jika ditinjau dari hasil survey rumah tangga (LRKN 1972) diantara 8 penyakit utama, ternyata presentase penyakit diare yang berobat sangat tinggi, yaitu 72% dibandingkan 56% untuk rata-rata pnderita seluruh penyakit yang memproleh pengobatan. (Suraatmaja, 2007 hal:1). Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor antaranya pertama faktor infeksi. Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan masuk ke sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Faktor kedua, malabsorpsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare. Faktor ketiga, makanan, ini terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan unutuk menyerap makan yang kemudian menjadi diare. Faktor keempat, psikologi dapat memengaruhi Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014 terjadinya peningkatan peristaltik usus yang akhirnya memengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare. Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dengan rekomendasi WHO menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare atau Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE) bagi semua kasus diare yang diderita anak balita, yaitu rehidrasi dengan menggunakan oralit, zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut, ASI dan antibiotik selektif dan nasihat kepada orang tua. B. Rumusan Masalah Bagaimana hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor Kabupaten Banyumas? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor Kabupaten Banyumas. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui tingkat kejadian diare pada balita di Wilayah KerjaPuskesmasKalibagorKabupatenBanyumas. b. Untuk mengetahui hubungan pemberian ASI ekslusif dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor Kabupaten Banyumas. Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014 D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk : 1. Bagi peneliti Untuk memperluas wawasan tentang hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada balita. 2. Bagi instansi Sebagai masukan untuk Rumah Sakit dalam rangka pengambilan keputusan penanggulangan penyakit diare pada balita. 3. Bagi Masyarakat Sebagai tambahan pengetahun masyarakat tentang pencegahan diare pada balita. E. Penelitian yang terkait 1. Nurul Azizah Hubungan status pemberian ASI dan kelengkapan imunisasi dengan kejadian diare pada anak di RSUD prof Dr. Margono Soekarjo Purwokerto menggunakan metode case control dengan kelompok kontrol adalah ibu-ibu yang anaknya dirawat di ruang Aster yang menderita diare, sedangkan kelompok kontrol adalah ibu-ibu yang anaknya dirawat di ruang Aster bukan dengan diare. 2. Wijayanti, Winda Hubungan antara Pemberian ASI Ekslusif dengan Angka Kejadian Diare pada Bayi Umur 0-6 bulan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta menggunakan pendekatan potong lintang. Subyek penelitian adalah seluruh bayi yang berusia 0-6 bulan di Puskesmas Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014 Gilingan Kecamatan Banjarmasin Surakarta dengan menggunakan total sampling. Subyek akan diklasifikasikan menjadi kelompok yang mendapat ASI eksklusif dan tidak. Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014