8 bahwa diare yang disebabkan oleh infeksi dari Shigella (Shigellosis) pada fasesnya terdapat leukosit dan jumlah leukosit tersebut meningkat. Tidak terjadinya peningkatan leukosit pada enam isolat penderita diare bukan berarti tidak mengalami infeksi akan tetapi kemungkinan disebabkan sistem imun tubuh yang rendah akibat stres dan depresi (Fatmah 2006) atau bisa disebabkan malnutrisi yang menyebabkan sistem imun tubuh menurun sehingga dengan mudah berbagai penyakit masuk ke tubuh (Nassar et al. 2009). Diferensiasi leukosit pada sampel diare terinfeksi Shigella menunjukkan nilai limfosit yang tinggi dan neutrofil yang rendah, hal ini memungkinkan bahwa pasien yang mengalami infeksi karena adanya virus, material asing, maupun bakteri lain selain Shigella. Limfosit merupakan sel pertahanan tubuh yang berperan dalam membunuh dan menyerang kuman di dalam tubuh. Limfosit menjadi tinggi karena adanya infeksi atau bakteri. Monosit merupakan sel yang dapat melawan infeksi, memakan kuman, dan memberi sinyal pada sistem kekebalan tubuh mengenai kuman yang ditemukan. Jumlah monosit yang tinggi menunjukkan adanya infeksi bakteri. Eosinofil merupakan sel yang terlibat dengan alergi dan reaksi terhadap parasit. Basofil diketahui merupakan sel yang terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang. Sedangkan neutrofil berfungsi melawan infeksi bakteri (Fox 2004). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Diduga 10% penderita diare di puskesmas Cangkurawok terinfeksi Shigella, tetapi hanya 7% yang menunjukkan adanya bekteri Shigella. Uji biokimia dua sampel menghasilkan asam campuran, lima menghasilkan asetoin. Semua sampel tidak menghasilkan urea dan H2S, tetapi menghasilkan asam. Dua sampel menggunakan triptofan sebagai sumber karbon satu-satunya, tetapi tidak menggunakan sitrat. Tujuh orang penderita diare yang terinfeksi Shigella tidak mengalami dehidrasi dan satu orang mengalami peningkatan jumlah leukosit dengan persentase limfodit tinggi, sedangkan neutrofilnya rendah. Saran Perlu dilakukan uji identifikasi sampai ke tingkat spesies dan serotipe, uji patogenitas dari bakteri Shigella tersebut, serta diperlukan pemeriksaan diare secara mikrobiologis dengan bakteri yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Adisasmito W. 2007. Faktor Resiko Diare pada Bayi dan Balita di Indonesia: Systematic Review Penelitian Akademi Bidang Kesehatan Masyarakat. J Markara 11:1-10 Adkins JH dan Santiago LT. 1987. Increased Recovery of Enteric Pathogens by Use of Both Stool and Rectal Swab Speciment. J clin microbiol 2:158-159. Bailey WR & Scott EG. 1974. Diagnostic Microbiology ed ke- 4. Saint Luis: C.V Mosby Company. [DEPKES] Departemen Kesehatan RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2009. Jakarta : Depkes RI 2009 Dalimonthe NZ. 2002. Penilain Sediaan Hapus Darah Tepi dan Sumsum Tulang Dalam: Kursus Penyegar Morfologi Sedian Hapus Darah dan Sumsum Tulang. Bandung: Patologi Klinik FK UNPAD. Dood CER, Jones D. 1982. A Numerical Taxonomy Study of The Genus Shigella. J General Microbiol 128: 1933-1957. Echeverria P, Sethabutr O, Pitarangsih C. 1991. Microbial and Diangnosis of Infections with Shigella and Enteroinvasive Eschericia coli. Rev Infectious Diseases 13: 220-225. Fatmah. 2006. Respon Imunitas yang Rendah pada Tubuh Manusia Usia Lanjut. J Makara Kesehatan 10: 47-53. Fox SI. 2004. Human Physyology ed ke-8. Boston: Mc-GrawHill. Goh KL, Parasakhi N, Peh SC, Puthucheary SD, Wong NW. 1994. The rapid urease test in the diagnosis of Helicobacter pylori infection. Singapore Med J 35:161-162. Greenwood D, Slack RCB, Peuthere JF. 1992. Medical Microbiology. Inggris: ELBS Guerrant et al. 1992. Measurement of Fecal Lactoferin as a Marker of Fecal Leukocytes. J Clin Microbiol 30:12381242 Guyton AC, Hall JE. 2007. Fisiologi Kedokteran ed ke-11. Irawati et al, penerjemah; Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Textbook of Medical Physyology, 11th ed.