9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Perdagangan

advertisement
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Perdagangan Internasional
Perdagangan Internasional dapat diartikan sebagai transaksi dagang
antara subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi negara
yang lain, baik mengenai barang ataupun jasa-jasa. Adapun subyek
ekonomi yang dimaksud adalah penduduk yang terdiri dari warga negara
biasa, perusahaan ekspor, perusahaan impor, perusahaan industri,
perusahaan negara ataupun departemen pemerintah yang dapat dilihat dari
neraca perdagangan (Sobri, 2000). Perdagangan merupakan proses jual
beli barang atau jasa antara satu pihak dengan pihak lain atas dasar
kesepakatan bersama, begitu juga dengan perdagangan internasional
dimana pihak yang terlibat memiliki cakupan yang lebih besar yaitu
negara-negara internasional.
Hubungan kegiatan ekonomi antar satu negara dengan negara lain
yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang dan jasa yang
didasarkan atas suka rela dari masing-masing pihak dan saling
menguntungkan antar negara yang melakukanya. Masing-masing pihak
harus mempunyai kebebasan untuk menentukan untung rugi dari
pertukaran tersebut, dari sudut kepentingan masing-masing dan kemudian
menentukan apakah ia mau melakukan pertukaran atau tidak (Boediono,
commit to user
2000).
9
10
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perdagangan internasional timbul karena pada hakikatnya tidak ada
suatu negara didunia ini yang mampu menghasilkan semua barang dan jasa
yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduknya.
Perdagangan internasional terbagi menjadi dua bagian yaitu impor dan
ekspor, yang biasanya disebut sebagai perdagangan ekspor impor.
a.
Ekspor
Secara umum perdagangan internasional dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu ekspor dan impor. Ekspor adalah penjualan barang
dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara ke negara lain. Sedangkan
impor adalah arus kebalikan daripada ekspor yaitu barang dan jasa
yang masuk kesuatu negara. Pada hakikatnya perdagangan luar negeri
timbul karena tidak ada satu negara pun yang dapat menghasilkan
semua barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk.
Dalam perekonomian terbuka selain sektor rumah tangga, sektor
perusahaan dan pemerintah juga ada sektor luar negeri karena
penduduk di negara bersangkutan telah melakukan perdagangan
dengan negara lain. Suatu negara yang memproduksi lebih dari
kebutuhan dalam negeri dapat mengekspor kelebihan produksi
tersebut ke luar negeri.
Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2003: 1)
ekspor merupakan salah satu kegiatan perdagangan yaitu kegiatan
usaha jual beli barang atau jasa yang dilaksananakan secara terus
commit to user
11
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menerus dengan memperoleh keuntungan dengan melintasi daerah
pabean (Indonesia) berdasarkan ketentuan yang berlaku.
1) Berdasar UU Kepabean No. 10 tahun 1965, pengertian ekspor
adalah mengeluarkan barang dari wilayah kepabean Indonesia.
2) Ekspor secara umum kegiatan badan usaha untuk melakukan
penjualan barang atau jasa keluar negeri.
Menurut Amir (2003: 1) mendefinisikan ekspor sebagai upaya
melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain
atau bangsa asing dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta
asing, serta melakukan komunikasi mengunakan bahasa asing.
Ekspor merupakan suatu komponen pengeluaran agregat yang
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional yang akan dicapai.
Apabila kapasitas ekspor bertambah, maka pengeluaran agregat
bertambah tinggi dan selanjutnya akan menaikkan pendapatan
nasional. Namun sebaliknya pendapatan nasional tidak dapat
mempengaruhi ekspor. Ekspor belum tentu bertambah apabila
pendapatan nasional bertambah. Dengan demikian
ekspor juga
digolongkan sebagai pengeluaran otonomi oleh karena pendapatan
nasional bukanlah penentu penting dari tingkat ekspor yang dicapai
suatu negara.
Daya saing di pasaran luar negeri, keadaan ekonomi di negaracommit to user
negara lain, kebijakan proteksi di negara luar, pendapatan dan kurs
12
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
valuta asing merupakan faktor utama yang akan menentukan
kemampuan suatu negara mengekspor ke luar negeri. Ekspor yang
akan dilakukan sesuatu Negara bergantung kepada banyak faktor.
Sesuatu negara dapat mengekspor barang-barang yang akan
dihasilkannya ke negara-negara lain apabila barang-barang tersebut
diperlukan negara-negara lain dan mereka tidak dapat menghasilkan
sendiri barang-barang tersebut (Purba, 2011).
b.
Teori Perdagangan Internasional
Teori perdagangan internasional membantu menjelaskan arah
serta komposisi perdagangan antar beberaapa negara serta bagaimana
efeknya terhadap struktur perekonomian suatu negara. Ada beberapa
teori tentang timbulnya perdagangan internasional adalah teori klasik
dan teori modern (Nopirin, 2013: 8)
1) Teori Klasik
a) Kemanfaatan Absolut (Absolute Advantage : Adam Smith)
Teori ini lebih mendasarkan pada besaran (variabel) riil
bukan moneter sehingga sering dikenal dengan nama teori
murni perdagangan internasional. Murni dalam arti bahwa
teori ini memusatkan perhatianya pada variabel riil seperti
misalnya nilai suatu barang diukur dengan banyaknya tenaga
kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang. Makin
banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi nilai
commit to user
barang tersebut.
13
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Kemanfaatan Relatif (Comparative Advantage : J S Mill)
Teori
menyatakan
bahwa
suatu
negara
akan
menghasilkan dan kemudian mengekspor suatu barang yang
memiliki comperative disadvantage, yaitu suatu barang yang
dapat dihasilkan dengan harga yang lebih murah dan
mengimpor barang yang kalau dihasilkan sendiri akan
memakan ongkos yang lebih besar.
c) Biaya Relatif (Comperative Cost : David Ricardo)
Titik pangkal teori Ricardo tentang perdagangan
internasional adalah teorinya tentang nilai atau value. Nilai
atau value suatu barang tergantung dari banyaknya tenaga
kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut.
2) Teori Modern
a) Faktor Proporsi (Heacksher dan Ohlin)
Teori yang lebih modern yang dikemukakan oleh
Heacksher dan Ohlin menyatakan bahwa perbedaan dalam
oportunity cost suatu negara dengan negara lain karena
adanya perbedaan dalam jumlah actor produksi yang dimiliki.
b) Kesamaan
Harga
Faktor
Produksi
(Factor
Price
Equalization)
Perdagangan bebas cenderung mengakibatkan harga
faktor-faktor produksi sama di beberapa negara.
commit to user
14
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Permintaan dan Penawaran
Pada prinsipnya perdaganagn antar dua negara itu
timbul karena adanya perbedaan di dalam permintaan maupun
penawaran. Permintaan didasarkan karena adanya perbedaan
pendapatan dan selera, sedangkan penawaran dikarenakan
perbedaan didalam jumlah dan kualitas faktor-faktor produksi,
tingkat teknologi dan eksternalitas.
d) Kurva kemungkinan produksi dan indifference (production
possibilities and indifference)
Production possibilities and indifference (PPC) adalah
bentuk kurva yang menunjukan berbagai-bagai kombinasi
daripada output yang dapat dihasilkan dengan sejumlah
tertentu faktor produksi yang dikerjakan dengan sepenuhnya
(full employment).
e) Offer Curve
Offer Curve seperti pada halnya kurva permintaan
menunjukan berapa jumlah suatu barang yang ingin ditukar
dengan barang lain pada harga tertentu. Harga keseimbangan
ditentukan oleh potongan antara penawaran dan permintaan.
Krugman (2009: 27) menyebutkan ada dua alasan utama mengapa
negara-negara melakukan perdagangan internasional yaitu:
1. Memperoleh keuntungan dari perbedaan-perbedaan yang dimiliki
commit toperdagangan
user
negara-negara yang melakukan
internasional.
15
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Mencapai skala ekonomi (economic scale) dalam produksi. Jika suatu
negara hanya mampu menghasilkan sejumlah barang, maka mereka
dapat menghasilkan barang-barang tersebut dengan skala yang lebih
besar dan lebih efisien dibandingkan dengan mereka memproduksi
segala jenis barang.
3. Kebijakan Perdagangan Internasional
Kebijakan perdagangan ekonomi internasional dalam arti luas
dapat diartikan sebagai tindakan atau kebijaksanaan ekonomi
pemerintah,
yang
secara
langsung
maupun
tidak
langsung
mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk daripada perdagangan
dan pembayaran internasional. Kebijaksanaan tidak hanya meliputi
tarif, kuota dan sebagainya, namun juga meliputi kebijaksanaan
pemerintah di dalam negri yang secara tidak langsung mempunyai
pengaruh terhadap perdagangan internasional (Nopirin, 2013: 49).
a.
Kebijakan peningkatan Ekspor
Kebijakan ini dilakukan dengan menjaga tingkat kestabilan
inflasi tetap pada tingkat yang rendah. Hal ini dilakukan karena
untuk menjaga agar komoditi ekspor tidak kehilangan daya saing
dengan produk negara lain. Selain itu perlu juga dilakukan hal
untuk menjaga stabilitas mata uang pada kondisi pada mata uang
yang realistis, yaitu sesuai dengan perbandingan daya beli mata
uang luar negri.
commit to user
16
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.
Kebijakan menstabilkan perkembangan ekspor. Kebijakan yang
dapat dilakukan antara lain :
1) Perluasan dan penganekaragaman komoditi ekspor dengan
difersifikasi produk ekspor. Hal ini dilakukan agar kita tidak
tergantung pada satu atau beberapa komoditi ekspor saja.
2) Melakukan proses lebih lanjut dengan tidak menjual komoditi
mentah, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah.
3) Melalukan perluasan pasar tidak tergantung pada satu atau
beberapa negara saja.
Secara umum dapat disebutkan bahwa tujuan kebijaksanaan
ekonomi internasional itu adalah sebagai berikut (Nopirin, 2013:5051).
a.
Autarki
Tujuan autarki adalah menghindarkan diri dari pengaruhpengaruh negara lain baik pengaruh ekonomi, politik maupun
militer.
b. Kesejahteraan
Tujuan kesejahteraan bertentangan dengan tujuan autarki, dimana
harus ada perdagangan bebas dalam perdagangan internasional
agar memperoleh keuntungan atas adanya spesialisasi produk.
c. Proteksi
Proteksi bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri dari
persaingan impor.
commit to user
17
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d.
Keseimbangan Neraca Perdagangan
Keseimbangan
neraca
perdagangan
diperlukan
untuk
menstabilkan ekonomi dalam negeri agar tidak menimbulkan
berbagai masalah dalam neraca pembayaran internasional.
e.
Pembangunan Ekonomi
Untuk mencapai tujuan ini pemerintah dapat mengambil
kebijaksanaan seperti perlindungan terhadap industri dalam
negeri, mengurangi impor barang konsumsi yang nonesensial dan
mendorong untuk ekspor.
2. Gross Domestic Product(GDP)
Menurut Mankiw (2001: 7) Gross Domestic Product (GDP) atau
Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai pasar dari semua barang dan
jasa yang diproduksi oleh suatu negara selama kurun waktu tertentu. GDP
dikategorikan menjadi dua yaitu :
a.
GDP Nominal
Yaitu nilai dari produksi semua barang dan jasa dalam suatu
perekonomian yang dihitung dengan mengunakan harga yang tengah
berlaku.
b.
GDP Riil
Yaitu nilai produksi seluruh barang dan jasa dalam suatu
perekonomian yang dihiting dengan mengunakan harga konstan pada
tahun dasar. GDP tidak dipengaruhi oleh perubahan harga, maka GPD
riil hanya mencerminkan perubahan kuantitas produksi. Dengan
commit to user
18
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
demikian GDP riil merupakan ukuran yang tepat untuk mengetahui
tingkat suatu produksi barang dan jasa dari perekonomian disuatu
negara.
Menurut Samuelsom (2004: 111) GDP dapat dibagi menjadi dua sisi
yaitu:
a.
Sisi produk
1) Pengeluaran konsumsi pribadi atas barang dan jasa.
2) Investasi domestik swasta bruto.
3) Pengeluaran konsumsi pemerintah dan investasi bruto.
4) Ekspor netto dari barang dan jasa atau ekspor dikurangi impor.
b. Sisi biaya
1) Pajak bisnis tidak langsung yang muncul sebagai biaya pengeluaran
dalam menghasilkan aliran produk.
2) Keuntungan, bunga, uang sewa, upah dan gaji.
3) Depresiasi.
3. Konsep Gravity Model
Terinspirasi oleh apel jatuh, Issac Newton pada tahun 1687
menemukan hukum Gravitasi. Menurut Newton, kekuatan gaya tarikmenarik dari dua buah objek tergantung secara langsung oleh massa dari
dua objek tersebut dan secara tidak langsung dari jarak antara dua objek
tersebut. Persamaan gravitasi dinyatakan sebagai (Sarwoko, 2009) :
=
commit to user
2
19
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan :
= besar gaya gravitasi antara benda i dan benda j
G = konstanta gravitasi
= massa benda i
= massa benda j
= jarak benda i dengan benda j
Konsep Gravity Model pada dasarnya merupakan adopsi dari
pengunaan suatu perumusan yang sama dengan model gravitasi Newton,
dimana interaksi antara dua objek adalah sebanding dengan massanya dan
berbanding terbalik dengan jarak masing-masing. Dalam konteks
perdagangan model ini menyatakan bahwa intensitas perdagangan antar
negara-negara akan berhubungan secara positif dengan pendapatan
nasionan masing- masing negara dan berhubungan terbalik dengan jarak
diantara keduanya.
Gravity Model pertama kali dipakai untuk aliran perdagangan
internasional oleh Tinbergen pada tahun 1962 yang selanjutnya diikuti
oleh banyak peneliti. Model ini kemudian diestimasi untuk banyak negara,
periode waktu dan tingkat disagregasi (Yuniarti, 2007).
Dalam hal ini persamaan gravity model dapat dituliskan dengan persamaan
sebagai berikut :
,
=
0
(
,
)
1
(
,
)
2
(
commit to user
)
3
(
)
4
20
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan :
,
,
,
= Volume ekspor negara i ke negara j, pada waktu t
= GDP negara i, pada waktu t
= GDP negara j, pada waktu t
= Jarak geografis antara negara i dan negara j
Nj,t = Populasi negara j, pada waktu tertentu t
= Error term
a.
Populasi
Populasi penduduk merupakan jumlah keseluruhan penduduk di
suatu negara dalam kurun waktu tertentu. Variabel populasi
dinyatakan dalam satuan jiwa. Salvatore (1997) menyebutkan bahwa
pertambahan populasi dapat mempengaruhi perdagangan di negara
yang bersangkutan melalui ekspor dan impor. Secara grafis, pengaruh
pertambahan populasi terhadap perdagangan ekspor suatu negara
dapat dilihat pada gambar 2.1
commit to user
21
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sumber : Salvatore (1997)
Gambar 2.1 : Hubungan pertumbuhan populasi dengan perdangangan
Pada Gambar 1 terlihat bahwa pertambahan populasi di negara
pengekspor akan menggeser kurva permintaan domestik dari Dx ke
Dt. Akibatnya jumlah ekspor akan menurun sehingga keseimbangan
yang berlaku pada pasar internasional berada pada tingkat harga P3
dan jumlah komoditi yang diperdagangkan menurun dari X1 menjadi
X2. Secara tidak langsung, maka pertambahan populasi akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara-negara pengekspor.
Secara grafis dampak pertumbuhan populasi terhadap pertumbuhan
ekonomi dapat dilihat pada gambar 2.2
commit to user
22
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sumber : Salvatore (1997)
Gambar 2.2 Hubungan Pertumbuhan Populasi dan Pertumbuhan.
Berdasarkan grafik di atas dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan
populasi akan menggeser garis A ke B yang menunjukkan depresiasi
ke atas. Jadi model Solow memprediksi perekonomian dengan tingkat
pertumbuhan populasi yang lebih tinggi akan memiliki tongkat modal
per pekerja yang lebih rendah dan pendapatan yang lebih rendah pula.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada keadaan tertentu,
pertumbuhan populasi dapat memberikan pengaruh positif maupun
dampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi. Jika tingkat pertumbuhan
populasi suatu negara dapat meningkatkan kinerja ekspornya, maka
pertumbuhan
populasi
akan
membawa
dampak
positif
bagi
commitDemikian
to user juga sebaliknya, jika tingkat
pertumbuhan ekonominya.
23
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pertumbuhan populasi suatu negara justru semakin meningkatkan
impor, maka pertumbuhan populasi akan membawa dampak negatif
bagi pertumbuhan ekonominya (Mankiw, 2007).
b.
Jarak Relatif
Jarak merupakan indikasi dari biaya transportasi yang dihadapi
oleh
suatu
negara
atau
wilayah
tertentu
dalam
melakukan
perdagangan, biaya transportasi adalah salah satu penghambat
perdagangan internasional. Jarak bersifat konstan atau tidak berubah
setiap tahunya. Semakin jauh jarak yang memisahkan suatu negara
dengan negara lain semakin besar biaya transportasi pada perdagangan
diantara keduanya, sehingga perdagangan menjadi menurun.
Jarak adalah proksi bagi biaya transportasi. Menurut Krugman
dalam Yuliarti (2008) mempertimbangkan bahwa jarak dan mitra
dagang menjadi determinan penting dalam pola perdagangan secara
geografis. Hal ini dikarenakan jarak dapat meningkatkan biaya
transportasi, meskipun jarak bukanlah satu-satunya biaya yang harus
ditanggung, masih ada biaya selain jarak yaitu biaya pengapalan dan
waktu. Jarak diperkirakan memiliki hubungan yang negatif dengan
perdagangan
bilateral.
Walaupun
demikian
dengan
adanya
perkembangan teknologi transportasi dapat meminimalisir perbedaan
waktu tempuh dan biaya pada perbedaan jarak antar negara tersebut.
commit to user
24
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Widyastutik (2012) dalam penelitianya jarak antar negara
dimodifikasi menjadi jarak relatif antar negara yang mencerminkan
hambatan perdagangan karena dianggap sebagai faktor penentu biaya
transportasi dalam perdagangan. Jarak relatif antar negara diperoleh
dari jarak relatif negara i (eksportir) ditambah jarak relatif negara j
(importir). Rumus dari jarak relatif sendiri adalah jarak absolut dalam
satuan kilometer berbanding dengan porsi PDB negara i atau j
terhadap PDB dunia (Fukunari dan Hyun-Hoon, 2006 dalam Yanto,
2011)
Selanjutnya Krugman dan Obstfeld 1991 dalam Yuliarti (2007)
mengemukakan beberapa penjelasan tentang peranan faktor jarak
dalam arus perdagangan, yaitu:
a.
Jarak adalah proksi untuk biaya transportasi.
b.
Jarak menunjukkan waktu yang hilang selama pengiriman. Untuk
barang yang mudah rusak kemungkinan bertahan utuh merupakan
fungsi menurun terhadap waktu transit. Kerusakan tersebut
mencakup resiko berikut:
1) Kerusakan atau kehilangan barang akibat cuaca atau
kesalahan penanganan.
2) Terjadi dekomposisi dan pembusukan bahan organik.
3) Kehilangan pasar (kemungkinan pembeli yang diharapkan
tidak mau ataupun tidak mampu melakukan pembayaran).
commit to user
25
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
Biaya sinkronisasi. Adanya jarak antara pabrik dan bahan input
mengharuskan pabrik menggunakan gudang untuk menyimpan
persediaan bahan input. Hal ini bertujuan agar tidak mengganggu
proses produksi ketika terjadi kemacetatn datangnya bahan input.
Sehingga semakin dekat bahan input maka biaya sinkronisasi
semakin kecil.
d.
Biaya komunikasi. Jarak merupakan proksi kemungkinan kontak
pribadi antara manejer, pelanggan, dan sebagainya; dimana bisnis
banyak tergantung pada kemampuan untuk bertukar lebih banyak
informasi.
e.
Biaya transaksi. Jarak juga dapat berkorelasi dengan biaya
mencari peluang perdagangan dan pembentukan kepercayaan
antara mitra dagang potensial.
f.
Jarak budaya. Jarak geografis yang lebih besar berkorelasi dengan
perbedaan budaya yang lebih besar. Perbedaan budaya dapat
menghambat perdagangan dalam banyak hal seperti hambatan
komunikasi, kemungkinan kesalah pahaman, bentrokan dalam
gaya negoisasi, dan sebagainya.
4. Nilai Tukar Riil (Real Effective Exchange Rate/REER)
Seperti
perdagangan
pada
umumnya
kegiatan
perdagangan
Internasional juga mempertimbangkan faktor harga dari suatu komoditi
yang diperdagangkan. Menurut Mankiw (2007), kurs atau exchange rate
antara dua negara adalah commit
tingkat toharga
user yang disepakati penduduk kedua
26
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
negara untuk saling melakukan perdagangan. Para ekonom membedakan
kurs menjadi dua: kurs nominal dan kurs riil. Kurs nominal ( nominal
exchange rate ) adalah harga relatif dari mata uang dua negara sedangkan
kurs riil (real exchange rate ) adalah harga relatif dari barang-barang
diantara dua negara. Kurs riil kadang disebut juga terms of trade. Kurs riil
diantara dua negara dihitung dari kurs nominal dan tingkat harga di kedua
negara. Bila kurs riil dinyatakan sebagai ε, kurs nominal dinyatakan
sebagai e, harga barang domestik dinyatakan sebagai P, dan harga barang
luar negeri dinyatakan sebagai P*, maka perhitungan kurs riil untuk suatu
komoditi adalah sebagai berikut:
ε= e × (P/P*)
Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa jika kurs riil
tinggi maka harga barang-barang luar negeri menjadi relatif lebih murah,
dan harga barang-barang domestik menjadi lebih mahal. Demikian juga
sebaliknya, jika kurs riil rendah maka harga barang-barang luar negeri
menjadi relatif lebih mahal, dan harga barang-barang domestik menjadi
lebih murah (Mankiw, 2007)
B. Penelitian Terdahulu
Yuniarti (2007) dalam penelitianya tentang determinan perdagangan
bilateral Indonesia dengan pendekatan Gravity Model. Penelitian tersebut
bertujuan untuk melakukan estimasi terhadap determinan perdagangan
bilateral Indonesia. Adapun determinan yang dimasukan ke dalam model
meliputi Produk Domestik Bruto (PDB), jarak, populasi, kesamaan ukuran
commit to user
27
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perekonomian, perbedaan relatif faktor endowment, dan keanggotaan dalam
area perdagangan bebas.
Berdasarkan
signifikansi
hasil
estimasi
penelitian
tersebut
diperoleh
uji
model yang menyatakan bahwa konstanta tidak sama untuk
semua unit tetapi slopenya sama. Hal tersebut dibuktikan melalui F- Test
dengan hasil perhitungan F hitung sebesar 12,03325 lebih besar dari F- tabel
(19.119) dengan α = 5% sebesar 1,69 yang berarti model metode Fixed
Effect Model (FEM) lebih tepat dibandingkan metode common effect model
(CEM) dan lebih tepat dari metode Random Effect Model (REM) karena
jumlah data cross section (10) lebih besar dari data time series (7) dengan
pengambilan sampel yang tidak acak.
Berkaitan dengan tanda koefisien, semua hasil estimasi konsisten
dengan teori mengenai Gravity Model. Pendapatan nasional (PDB) dari
negara eksportir (Yi) dan importir (Yj) mempunyai hubungan positif dengan
perdagangan bilateral, variabel jarak sebagai proksi bagi biaya produksi
berpengaruh negatif terhadap perdagangan bilateral, variabel kesamaan
ukuran perekonomian berpengaruh positif didukung oleh fakta bahwa
sebagian
besar
perdagangan
dunia
terutama
negara-negara
industri
merupakan pertukaran produk yang meliputi perdagangan intraindustri,
variabel kesamaan ukuran ekonomi (endowment) tidak berpengaruh terhadap
perdagangan bilateral dengan keinkonsistenan teori H-O dengan fenomena
perdagangan intraindustri. Variabel populasi mitra dagang mempunyai
pengaruh yang posistif terhadap perdagangan bilateral dan keanggotaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
28
digilib.uns.ac.id
dalam area perdagangan bebas tidak berpengaruh terhadap perdagangan
bilateral.
Baida Soraya (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Determinan Ekspor Karet Indonesia Dengan Pendekatan Gravity Model”.
Penelitian tersebut memiliki tujuan untuk menganalisis pengaruh Produk
Domestik Bruto (PDB) Indonesia Produk Domestik Bruto (PDB) negara
tujuan ekspor karet Indonesia, jarak Indonesia dengan negara tujuan ekspor
karet Indonesia, populasi negara tujuan ekspor karet Indonesia, nilai tukar riil
negara tujuan ekpor karet Indonesia serta kebijakan perdagangan terhadap
nilai ekspor karet Indonesia ke negara tujuan.
Faktor dalam penelitian ini yaitu populasi negara tujuan, nilai tukar
riil negara tujuan ekspor, jarak, produk domestik bruto (PDB) Indonesia dan
negara tujuan, serta variabel kebijakan IRCo. Variabel ini kemudian diuji
dalam persamaan gravity model untuk melihat pengaruhnya terhadap nilai
ekspor karet Indonesia yang dimulai dari tahun 2001-2010. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa variabel nilai tukar riil dan jarak
menunjukkan pengaruh yang negatif dan signifikan, variabel PDB negara
tujuan ekspor menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan sedangkan
variabel PDB negara Indonesia, kebijakan IRCo, dan populasi negara tujuan
ekspor karet tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan.
Efori Telaumbanua (2013) dalam penelitiannya yang berjudul
“Analisis Determinan Ekspor Provinsi Sumatera Utara: Pendekatan Gravity
Model”. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis pengaruh produk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29
digilib.uns.ac.id
domestik bruto per kapita negara importir, pengaruh jumlah populasi negara
importir, pengaruh jarak geografis, pengaruh nilai tukar efektif riil, dan
pengaruh FDI terhadap nilai ekspor Provinsi Sumatera Utara, dalam kurun
waktu 2005-2010.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel produk
domestik bruto per kapita dari masing-masing negara tujuan utama ekspor
Provinsi Sumatera Utara berpengaruh positif secara signifikan terhadap nilai
ekspor Provinsi Sumatera Utara, sehingga jika nilai produk domestik bruto
negara tujuan ekspor meningkat satu persen, maka nilai ekspor Provinsi
Sumatera Utara akan meningkat sebesar 0,48 persen. Variabel jumlah
penduduk dari masing-masing negara tujuan utama ekspor Provinsi Sumatera
Utara berpengaruh positif secara signifikan terhadap nilai ekspor Provinsi
Sumatera Utara, sehingga jika jumlah penduduk negara tujuan ekspor
meningkat satu persen, maka nilai ekspor Provinsi Sumatera Utara akan
meningkat sebesar 0,53 persen. Variabel jarak geografis antara ibu kota
Provinsi Sumatera Utara dan ibu kota masing-masing negara tujuan utama
ekspor Provinsi Sumatera Utara secara umum berpengaruh negatif dan
signifikan, di mana peningkatan satu persen dalam jarak akan menurunkan
nilai ekspor Provinsi Sumatera Utara sebesar 0,35 persen.
Namun demikian, untuk dua negara tujuan ekspor yakni Malaysia dan
Singapura, terlihat fenomena tersendiri di mana pengaruh jarak geografis
tidak sesuai dengan keadaan riil. Hal ini terkait dengan komoditas unggulan
yang dipengaruhi oleh faktor kesamaan produk serta proses transaksi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30
digilib.uns.ac.id
perdagangan komoditas tersebut. Variabel investasi asing langsung atau
foreign direct investment di Provinsi Sumatera Utara berpengaruh positif
secara signifikan terhadap nilai ekspor Provinsi Sumatera Utara, sehingga jika
investasi asing langsung meningkat satu persen, maka nilai ekspor Provinsi
Sumatera Utara akan meningkat sebesar 0,12 persen. Variabel nilai tukar
efektif riil (REER) berpengaruh positif secara signifikan terhadap nilai ekspor
Provinsi Sumatera Utara, di mana peningkatan REER sebesar satu persen
akan meningkatkan nilai ekspor Provinsi Sumatera Utara sebesar 1,25 persen.
Sarwoko (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Perdagangan
Bilateral Antara Indonesia Dengan Negara-Negara Partner Dagang Utama
Dengan Menggunakan Model Gravitasi”. Tujuan dari penelitian ini untuk
menentukan estimasi persamaan Gravitasi perdagangan bilateral antara
Indonesia negara-negara patner dagang utama meliputi 12 besar negara tujuan
ekspor, apakah arus perdagangan itu dipengaruhi oleh ukuran-ukuran
ekonomi kedua negara, dan jarak antara kedua negara. Hasil dari penelitian
ini Secara statistik Log GDP total maupun GDP per kapita dari negara-negara
impor sangat signifikan pada level signifikan 1%, demikian juga log jarak
(km) antara Indonesia dengan 12 negara patner dagang utama. Untuk
spesifikasi ini Log GDP negara ekspor (Indonesia) baik total maupun per
kapita tidak signifikan. Bahkan, pada log GDP per kapita arahnya negatif, ini
bisa berarti bahwa apabila terjadi kenaikan tingkat penghasilan per kapita,
konsumsi terhadap barang-barang dalam negeri meningkat sehingga akan
mengurangi ekspor. Pola perdagangan bilateral maupun ekspor Indonesia
commit to user
31
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lebih responsif terhadap perubahan-perubahan GDP total daripada GDP per
kapita dari negara-negara penerima ekspor.
C. Kerangka Pemikiran
Faktor yang memengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan
utama ekspor dapat dianalisis menggunakan gravity model dengan
menggunakan variabel GDP perkapita Surakarta, GDP perkapita negara
tujuan, populasi penduduk negara tujuan, jarak relatif antra indonesia dengan
negara tujuan ekspor dan nilai tukar riil.
GDP per kapita Surakarta menunjukan ukura seberapa besar
kemampuan dalam memproduksi barang atau jasa, semakin besar tingkat
produksi barang dan jasa akan semakin besar pula GDP per kapitanya
meskipun nilai konsumsi juga akan naik. GDP per kapita negara tujuan
menunjukan ukura bahwa semakin besar GDP per kapitanya maka nilai
konsumsi negara tersebut juga semakin besar. Populasi atau Jumlah penduduk
negara tujuan ekspor memberi pengaruh pada sisi permintaan, dimana
bertambahnya populasi akan memberi dampak meningkatnya konsumsi
negara tersebut. Jarak relatif antar negara mempengaruhi perubahan nilai
ekspor karena semakin jauh jarak maka biayatransportasinya akan semakin
besar sehingga nilai ekspor ke negara tujuan akan ikut berubah. Nilai tukar
riil mempengaruhi aliran ekspor karena semakin tinggi nilai tukar riil maka
harga barang ekspor surakarta semakin tinggi dan konsumsi barang akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
32
digilib.uns.ac.id
berkurang, sehingga nilai ekspor akan berubah. Alur pemikiran dapat dilihat
lebih jelas pada gambar 2.3.
GDP perkapita Indonesia
GDP perkapita negara
tujuan ekspor
Populasi penduduk negara
tujuan ekspor
Ekspor
Surakarta
Jarak relatif Indonesia
dengan negara tujuan ekspor
Nilai Tukar Riil (REER)
Gambar 2.3 Skema Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis
Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis penelitian ini sebagai
berikut:
a. Diduga GDP perkapita di Surakarta berpengaruh positif dan signifikan
terhadap ekspor di Kota Surakarta.
b. Diduga GDP perkapita negara tujuan ekspor berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ekspor di Kota Surakarta.
commit to user
33
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Diduga populasi penduduk negara tujuan ekspor berpengaruh positif
dan signifikan terhadap ekspor di Kota Surakarta.
d. Diduga Jarak antara Indonesia dengan Negara tujuan ekspor
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ekspor di Kota Surakarta.
e. Diduga nilai tukar riil ( Real effective exchange rate) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap di Kota Surakarta.
commit to user
Download