tajuk rencana surat kabar riau mandiri

advertisement
TAJUK RENCANA SURAT KABAR RIAU MANDIRI:
SUATU ANALISIS UNSUR SERAPAN
Oleh: Alber, S.Pd.,M.Pd.
Abstrak
Unsur serapan yang dipergunakan dalam tajuk rencana surat kabar Riau Mandiri masih terdapat kesalahan.
Sehingga, kesalahan tersebut mengakibatkan ketidakefektifan makna. Dalam surat kabar, seharusnya
pemakaian bahasa menonjolkan ketertiban dalam meminjam kata-kata dari bahasa daerah maupun bahasa
asing. Oleh sebab itu, artikel ini akan menganalisis pemakaian unsur serapan khususnya pada efektivitas
makna. Penelitian ini menggunakan penelitian preskriptif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
maka dapat disimpulkan bahwa unsur serapan yang terdapat dalam tajuk rencana surat kabar Riau Mandiri
masih ada kosakata yang tidak benar (tidak sesuai dengan kaidah kebahasaan) di antaranya: mentranfer,
antipasi, de facto, dilemma, isteri, jenderal, kapable, komplek, legitimate, non muslim, objektiv, pigur,
presepsi, respon, service, dan sistim. Kosakata yang tidak benar atau tidak sesuai dengan kaidah kebahasaan,
dikembalikan pada bentuk bakunya atau disesuaikan dengan kaidah yang termuat berdasarkan EYD,
sedangkan yang belum lazim pemakaian dan tidak tepatnya kosakata seperti: institusi, kontroversial,
otoritas, preventif, antipati, implementasi, pakta, akumulasi, representasi, kapabel dan militan. Dengan
menggunakan kosakata di atas akan mengakibatkan ketidakefektifan makna.
Kata Kunci
: Unsur Serapan, Efektivitas, Diksi, Tajuk rencana, Surat Kabar.
Pendahuluan
Unsur serapan merupakan bagian dari
kaidah dalam berbahasa. Dalam perkembangan
bahasa Indonesia menyerap unsur berbagai
bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun
bahasa asing, seperti Sansekerta, Arab, Belanda,
Portugis, atau Inggris. Bardasarkan taraf
integrasinya, unsur serapan dalam bahasa
Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar.
Pertama, unsur-unsur yang sudah lama terserap
ke dalam bahasa Indonesia yang tidak perlu lagi
diubah ejaannya. Kedua, unsur asing yang
belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa
Indonesia. Unsur-unsur itu dipakai dalam
konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya
masih mengikuti cara asing. Ketiga, unsur yang
pengucapan dan penulisannya disesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia. (Waridah,
2009:69-70).
Media massa merupakan sarana dalam
melakukan komunikasi. Selain itu, berperan
pula dalam pengembangan bahasa Indonesia.
Peran media menjadi sangat penting dalam
penerapan kaidah bahasa termasuk penggunaan
unsur serapan secara tepat, penarapan kaidah
bahasa yang benar harus diikuti oleh berbagai
media. Oleh sebab itu, sarana utama dalam
mengembangkan
bahasa
sebagai
alat
komunikasi adalah dengan adanya media massa.
Mengingat peran dan tanggung jawabnya yang
sangat dominan itu, bahasa media massa atau
laras bahasa jurnalistik senantiasa menjadi topik
bahasan yang menarik dalam setiap kali
penyelenggaraan Kongres Bahasa Indonesia.
Gambaran mengenai hal itu dapat dilihat dalam
kutipan hasil Kongres bahasa Indonesia VI (28
Oktober–2 November 1993) di Jakarta (Faizah,
2009:20).
Dalam memperkaya bahasa
Indonesia, dunia pers telah menunjukkan
pelaporannya dalam menerima unsur serapan
bagi perkembangan bahasa. Hal itu sama sekali
tidak merugikan, namun pengguna bahasa pers
dianjurkan untuk menggali kekayaan bahasa
serapan dan daerah.
31
Surat kabar merupakan bagian dari
media massa. Bahkan surat kabar justru yang
paling banyak berperan dalam menerapkan
kaidah bahasa, khususnya dalam menyerap
unsur bahasa daerah maupun bahasa asing. Surat
kabar daerah maupun nasional yang beredar di
Pekanbaru khususnya surat kabar Riau Mandiri
banyak dijumpai penggunaan kosakata baru
dalam penyampaian beritanya, terutama dalam
tajuk rencana (artikel utama dalam suarat
kabar). Kosakata tersebut banyak ditemukan
kesalahan dalam penulisan dan masih ada
kosakata yang tidak lazim pemakaiannya,
sehingga
mengakibatkan
ketidakefektifan
makna. Sebab dengan kesalahan dalam bahasa
surat kabar, maka akan dijadikan contoh dalam
proses berbahasa oleh masyarakat, haruslah
diingat bahwa yang membaca surat kabar dan
majalah bukanlah hanya masyarakat dari
kalangan terpelajar, melainkan juga sampai
kepada masyarakat bawah (Badudu, 1988:138).
Oleh sebab itu, surat kabar yang salah
penggunaan bahasanya akan berpengaruh
terhadap masyarakat pembacanya.
Ketidakefektifan makna disebabkan
pemilikan kata (diksi) yang tidak tepat. Keraf
(2004:22) mengatakan bahwa diksi atau pilihan
kata jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan
oleh jalinan kata-kata. Istilah ini bukan saja
dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana
yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide
atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan
fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan.
Fraseologi mencakup persoalan kata-kata dalam
pengelompokan atau susunannya, atau yang
menyangkut cara-cara yang khusus berbentuk
ugkapan-ungkapan.
Berbicara masalah pilihan kata sudah
barang tentu seorang pembicara atau seorang
penulis akan memilih kata yang terbaik untuk
mengungkapkan
pesan
yang
akan
disampaikannya. Pilihan kata yang terbaik
adalah kata yang memenuhi syarat yaitu: (1)
tepat (mengungkapkan gagasan secara cermat);
(2) benar (sesuai kaidah kebahasaan); dan (3)
lazim pemakaiannya. Berkenaan dengan
kelaziman itu, keadaan lawan bicara juga perlu
diperhatikan sehingga pesan yang akan
disampaikan
terpahami,
jika
khalayak
pendengarnya bukan golongan terpelajar dan
tidak biasa dengan kata-kata yang digunakan itu,
ada kemungkinan pesan tidak terpahami dengan
baik.
Penggunaan kata yang digali dari
khazanah
bahasa
Indonesia
lebih
memungkinkan
pemahamannya,
berikut
padanannya dalam bahasa Indonesia.
Partisipasi: peran serta, antusias: bersemangat,
irigasi: pengairan, dedikasi: pengabdian, dan
pilot proyek: percontohan. Pada hakikatnya,
memilih kata secara tepat merupakan upaya agar
pesan yang disampaikan dapat diterima secara
tepat (Sugono, 2007:41-44). Berdasarkan
definisi para ahli di atas dapat dimunculkan
postulat bahwa diksi merupakan pilihan kata
dan kejelasan lafal untuk memeroleh efek
tertentu dalam berbicara di depan umum atau
dalam tulis-menulis sehingga terciptanya
keefektifan makna. Oleh karena itu, sebaiknya
pers atau surat kabar menggunakan diksi yang
tepat sehingga tersampaikan kepada pembaca.
Badudu (dalam Chaer, 2002:160)
berpendapat bahwa pers atau surat kabar adalah
perusak bahasa, bukanlah hanya dilakukan oleh
masyarakat kita, melainkan juga di negara lain
yang sudah maju. Tuduhan itu memang
beralasan sebab banyak sekali kesalahan bahasa
yang dilakukan oleh pihak pers. Kesalahan itu
merata dari penggunaan ejaan, pemilihan kata,
penghilangan unsur-unsur gramatikal, dan
penyusunan kalimat-kalimat yang rancu. Oleh
sebab itu, berdasarkan uraian di atas, penulis
tertarik untuk menulis artikel tentang
penggunaan unsur serapan dalam tajuk rencana
surat kabar Riau Mandiri, dengan merumuskan
masalah bagaimanakah efektivitas makna unsur
serapan dalam surat kabar Riau Mandiri?
Tujuan
tulisan
artikel
ini
adalah
mendeskripsikan dan menguraikan efektivitas
makna unsur serapan dalam tajuk rencana surat
kabar Riau mandiri. Tulisan artikel ini akan
memberikan manfaat kepada (1) Surat kabar
32
Riau Mandiri, hasil penelitian ini sebagai umpan
balik agar wartawan lebih berhati-hati dalam
menggunakan unsur serapan asing dalam
menyajikan berita, (2) Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, sebagai salah satu
bahan pengajian bahasa Indonesia khususnya
mengenai penyerapan bahasa asing, (3)
Mahasiswa, sebagai salah satu bahan pengkajian
Bahasa Indonesia dalam perkuliahan, dan (4)
Penulis, dalam memahami dan memperluas
pengetahuan tentang pemakaian kata asing pada
tajuk rencana.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
bahasa yang dilakukan secara preskriptif.
Menurut Sudaryanto (1988:62-63) penelitian
preskriptif adalah penelitian yang cenderung
menitikberatkan perhatiannya pada penggunaan
bahasa yang dianggap baik dan benar saja.
Penelitian
preskriptif
mempertimbangkan
terlebih dahulu benar salahnya pemakaian
bahasa menurut norma atau kriteria tertentu.
Selanjutnya
Kridalaksana
(2008:199)
menjelaskan bahwa preskriptif bersangkutan
dengan paham bahwa ada standar mutlak
mengenai betul-salah dalam bahasa dan bahwa
tujuan analisis bahasa adalah menyusun normanorma pemakaian bahasa. Penelitian preskriptif
digunakan karena penulis ingin menganalisis
secara akurat penerapan kaidah bahasa
Indonesia khususnya penggunaan unsur serapan
dalam tajuk rencana surat kabar harian Riau
Mandiri.
Data
yang
akan
diperoleh
dikumpulkan, dianalisis dan dipilih yang relevan
guna keperluan penelitian.
Sumber data penelitian ini diambil dari
media cetak. Media cetak yang yang dipilih
adalah surat kabar Riau Mandiri pada bagian
tulisan tajuk rencana
karena tajuk rencana
merupakan pandangan pihak redaksi tentang
suatu permasalahan aktual yang terjadi di
masyarakat. Tajuk rencana yang dipilih yaitu
edisi Januari sampai dengan Juni 2010 selama
enam bulan dengan jumlah 145 tajuk rencana.
Pada tanggal 1 November 2010 surat kabar Riau
Mandiri berganti nama menjadi Haluan Riau,
tetapi penulis masih menggunakan nama Riau
Mandiri karena pada saat penelitian berlangsung
masih menggunakan nama Riau Mandiri.
Untuk pemilihan sampel penelitian, penulis
merujuk pada pendapat Moleong (2004:224)
sampling dalam hal ini menjaring sebanyak
mungkin informasi dari berbagai sumber dan
bangunannya dengan tujuan untuk merincikan
kekhususan yang ada dalam ramuan konteks
yang unik atau menggali informasi yang akan
menjadi dasar rancangan dan teori yang muncul
atau sampel bertujuan. Widodo (2004:48)
mengatakan bahwa random sampling adalah
apabila semua anggota populasi diberikan
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai
sampel penelitian
Hasil dan Pembahasan
Unsur serapan di dalam tajuk rencana
surat kabar Riau Mandiri berasal dari bahasa
Arab, Belanda, Inggris, Sansekerta, dan Prancis.
Unsur bahasa yang diserap tersebut masih ada
kosakata yang belum efektif maknanya.
Ketidakefektifan tersebut disebabkan tidak
tepatnya pilihan kata. Pilihan kata yang tepat
adalah kata yang memenuhi syarat yaitu: (1)
tepat (mengungkapkan gagasan secara cermat);
(2) benar (sesuai kaidah kebahasaan); dan (3)
lazim pemakaiannya (Sugono).
Unsur serapan yang terdapat dalam
tajuk rencana surat kabar Riau mandiri, masih
ada kosakata yang tidak benar (tidak sesuai
dengan kaidah kebahasaan) di antaranya:
mentranfer, antipasi, de facto, dilemma, isteri,
jenderal, kapable, komplek, legitimate, non
muslim, objektiv, pigur, presepsi, respon,
service, dan sistim. Kosakata yang tidak benar
atau tidak sesuai dengan kaidah kebahasaan,
dikembalikan pada bentuk bakunya atau
disesuaikan dengan kaidah yang termuat
berdasarkan EYD.
Berkenaan dengan kelaziman dan
ketepatan (mengungkapkan gagasan secara
cermat), keadaan lawan bicara juga perlu
diperhatikan sehingga pesan yang akan
33
disampaikan
terpahami,
jika
khalayak
pendengarnya bukan golongan terpelajar dan
tidak biasa dengan kata-kata yang digunakan itu,
ada kemungkinan pesan tidak terpahami dengan
baik. Penggunaan kata yang digali dari
khazanah
bahasa
Indonesia
lebih
memungkinkan
pemahamannya.
Pada
hakikatnya, memilih kata secara tepat
merupakan upaya agar pesan yang disampaikan
dapat diterima secara tepat. Berikut padanannya
dalam bahasa Indonesia.
1. Kata institusi, Publikasi Senin, 4 Januari
2010 dengan judul tajuk rencana “Ancaman
Narkoba Kian Mengkhawatirkan” yang
terdapat pada paragraf sembilan, seperti
dalam kalimat: Institusi terkait seperti pihak
berwajib, LSM, perguruan tinggi, lintas
sektor, organisai profesi, pemerhati pemuda
serta sektor terkait lainnya. Kata institusi
merupakan serapan dari kata bahasa Belanda.
Kata Institusi ternyata tidak lazim digunakan
oleh masyarakat Indonesia. Jadi, yang lazim
digunakan adalah diksi lembaga, dengan
penggunaan kata lembaga untuk padanan
institusi maknanya akan lebih dipahami dan
tersampaikan kepada masyarakat. Jadi,
kalimat di atas dapat diubah menjadi
“Lembaga terkait seperti pihak berwajib,
LSM, perguruan tinggi, lintas sektor,
organisai profesi, pemerhati pemuda serta
sektor terkait lainnya”.
2. Kata otoritas publikasi Rabu, 13 Januari
2010 dengan judul tajuk rencana “Fee
Pejabat Harus Diusut” yang terdapat pada
paragraf kedua, seperti dalam kalimat:
Dianggap sebagai hal yang wajar, baik oleh
pemberi maupun penerima, bahkan oleh
otoritas di atasnya seperti Bank Indonesia.
Kata otoritas merupakan serapan dari kata
bahasa Belanda. Kata otoritas ternyata tidak
lazim digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Jadi, yang lazim digunakan adalah diksi
wewenang atau kekuasaan. Penggunaan kata
wewenang atau kekuasaan untuk padanan
otoritas maknanya akan lebih dipahami dan
tersampaikan kepada masyarakat. Jadi,
kalimat di atas dapat diubah menjadi
“Dianggap sebagai hal yag wajar, baik oleh
pemberi maupun penerima, bahkan oleh
wewenang di atasnya seperti Bank
Indonesia”.
3. Kata preventif publikasi Rabu, 13 Januari
2010 dengan judul tajuk rencana “Fee
Pejabat Harus Diusut” yang terdapat pada
paragraf kedua, seperti dalam kalimat: Sekali
lagi upaya preventif berupa perbaikan
peraturan dan sistem haruslah terus
dilakukan. Kata preventif merupakan serapan
dari kata bahasa Belanda. Kata preventif
ternyata tidak lazim digunakan oleh
masyarakat Indonesia. Jadi, yang lazim
digunakan
adalah
kata
pencegahan.
Penggunaan kata pencegahan untuk padanan
preventif maknanya akan lebih dipahami dan
tersampaikan kepada masyarakat. Jadi,
kalimat di atas dapat diubah menjadi “Sekali
lagi upaya pencegahan berupa perbaikan
peraturan dan sistem haruslah terus
dilakukan”.
4. Kata fenomena publikasi Jumat, 22 Januari
2010 dengan judul tajuk rencana “Menjaga
Kepercayaan” yang terdapat pada paragraf
keempat, seperti dalam kalimat: Fenomena
ini sudah seharusnya menjadi perhatian
serius dari pengelola Bank. Kata fenomena
merupakan serapan dari kata bahasa Inggris.
Kata preventif ternyata tidak lazim digunakan
oleh masyarakat Indonesia. Jadi, yang lazim
digunakan adalah diksi fakta atau kenyataan,
dengan penggunaan kata fakta atau
kenyataan
untuk padanan fenomena
maknanya akan lebih dipahami dan
tersampaikan kepada masyarakat. Jadi,
kalimat di atas dapat diubah menjadi
“Kenyataan ini sudah seharusnya menjadi
perhatian serius dari pengelola Bank”.
5. Kata antipati publikasi Jumat, 22 Januari
2010 dengan judul tajuk rencana “Menjaga
34
Kepercayaan” yang terdapat pada paragraf
keempat, seperti dalam kalimat: Sikap
antipati serta tidak adanya perhatian
nasabah. Kata antipati merupakan serapan
dari kata bahasa Belanda. Kata antipati
ternyata tidak lazim digunakan oleh
masyrakat Indonesia. Jadi yang lazim
digunakan adalah diksi penolakan, dengan
penggunaan kata penolakan untuk padanan
antipati maknanya akan lebih dipahami dan
tersampaikan kepada masyarakat. Jadi,
kalimat di atas dapat diubah menjadi “Sikap
penolakan serta tidak adanya perhatian
nasabah”.
meluncurkan pakta kemitraan. Kata pakta
merupakan serapan dari kata bahasa Belanda.
Kata pakta ternyata tidak lazim digunakan
oleh masyarakat Indonesia. Jadi, yang lazim
digunakan
adalah
kata
perjanjian
internasional, dengan penggunaan kata
perjanjian internasional untuk padanan pakta
maknanya akan lebih dipahami dan
tersampaikan kepada masyarakat. Jadi,
kalimat di atas dapat diubah menjadi
“Rencananya Obama berkunjung pada 21-23
Maret, dan bersama Presiden Susilo
Bambang Yudoyono akan meluncurkan
perjanjian internasinal kemitraan.
6. Kata implementasi publikasi Selasa, 26
Januari 2010 dengan judul tajuk rencana
“Dampak
Anti-ACFCTA
dan
Kasus
Century” yang terdapat pada paragraf
pertama,
seperti
dalam
kalimat:
Implementasi perdagangan bebas yang
dikemas dalam ASEAN-China Free Tade
Area (ACFTA) mulai menimbulkan reaksi
penolakan di kalangan masyarakat. Kata
implementasi merupakan serapan dari kata
bahasa Inggris. Kata implementasi ternyata
tidak lazim digunakan oleh masyarakat
Indonesia. Jadi yang lazim digunakan adalah
diksi pelaksanaan atau penerapan, dengan
penggunaan
kata
pelaksanaan
atau
penerapan untuk padanan implementasi
maknanya akan lebih dipahami dan
tersampaikan kepada masyarakat. Jadi,
kalimat di atas dapat diubah menjadi
“Pelaksanaan perdagangan bebas yang
dikemas dalam ASEAN-China Free Tade
Area (ACFTA) mulai menimbulkan reaksi
penolakan di kalangan masyarakat”.
8. Kata akumulasi publikasi Senin, 12 April
2010 dengan judul tajuk rencana “Hukum
Justru Ditikam Aparat Lembaga Hukum”
yang terdapat pada paragraf kedua, seperti
dalam kalimat: Pada saat yang sama juga
terungkap kasus pajak lain dengan nilai
akumulasi yang tidak kalah fantastis. Kata
akumulasi merupakan serapan dari kata
bahasa Inggris. Kata akumulasi ternyata tidak
lazim digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Jadi, yang lazim digunakan adalah diksi
penimbunan,
pengumpulan,
dan
penghimpunan dengan penggunaan kata
pelaksanaan atau penerapan untuk padanan
akumulasi maknanya akan lebih dipahami
dan tersampaikan kepada masyarakat. Jadi,
kalimat di atas dapat diubah menjadi “Pada
saat yang sama juga terungkap kasus pajak
lain dengan nilai penimbunan yang tidak
kalah fantastis”.
7. Kata pakta publikasi Kamis, 18 Maret 2010
dengan judul tajuk rencana “Mengkritisi
Kunjungan Presiden Barack Obama” yang
terdapat pada paragraf pertama, seperti dalam
kalimat: Rencananya Obama berkunjung
pada 21-23 Maret, dan bersama Presiden
Susilo
Bambang
Yudoyono
akan
9. Kata representasi publikasi Kamis, 8 April
2010 dengan judul tajuk rencana “Sistem
Imunitas Sosial bagi Perilaku Korup” yang
terdapat pada paragraf pertama, seperti dalam
kalimat: Hakikatnya adalah representasi
kepedihan bangsa, yang dari waktu ke waktu
disuguhi tontonan penyelewengan dalam
berbagi bentuk dan skala. Kata representasi
merupakan serapan dari kata bahasa Inggris.
Kata representasi ternyata tidak lazim
35
digunakan oleh masyrakat Indonesia. Jadi,
yang lazim digunakan adalah diksi
perwakilan dengan penggunaan kata
perwakilan untuk padanan representasi
maknanya akan lebih dipahami dan
tersampaikan kepada masyarakat. Jadi,
kalimat di atas dapat diubah menjadi
“Hakikatnya adalah perwakilan kepedihan
bangsa, yang dari waktu ke waktu disuguhi
tontonan penyelewengan dalam berbagi
bentuk dan skala”.
10. Kata kapabel publikasi Kamis, 15 Juni 2010
dengan judul tajuk rencana “Benalu Partai”
yang terdapat pada paragraf terakhir, seperti
dalam kalimat: Kuncinya, kiranya benar
yang disampaikan Ahmad Mubarok beberapa
waktu lalu, copot ketua DPD Demokrat Riau,
Zulkifli As dalam Musdalu, dan cari kader
yang kapabel, punya strong leader,
kharismatik, jujur, dan dapat dipercaya
untuk memimpin DPD Demokrat di Riau.
Kata kapabel merupakan serapan dari kata
bahasa Inggris. Kata kapabel ternyata tidak
lazim digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Jadi, yang lazim digunakan adalah diksi
mampu dan sanggup dengan penggunaan
kata mampu dan sanggup untuk padanan
kapabel maknanya akan lebih dipahami dan
tersampaikan kepada masyarakat. Jadi,
kalimat di atas dapat diubah menjadi
“Kuncinya, kiranya benar yang disampaikan
Ahmad Mubarok beberapa waktu lalu, copot
ketua DPD Demokrat Riau, Zulkifli As dalam
Musdallu , dan cari kader yang mampu,
punya strong leader, kharismatik, jujur, dan
dapat dipercaya untuk memimpin DPD
Demokrat di Riau”.
11. Kata militan publikasi Sabtu, 19 Juni 2010
dengan judul tajuk rencana “Spekulasi PKS
Bisa Jadi Bumerang” yang terdapat pada
paragraf kedua, seperti dalam kalimat:
Sehingga tidak mengherankan, bila banyak
kader dan simpatisan PKS yang militan
dalam membela dan mendukung PKS. Kata
militan merupakan serapan dari kata bahasa
Belanda. Kata militan ternyata tidak lazim
digunakan oleh masyarakat Indonesia. Jadi,
yang lazim digunakan adalah diksi
bersemangat dengan penggunaan kata
bersemangat
untuk
padanan
militan
maknanya akan lebih dipahami dan
tersampaikan kepada masyarakat. Jadi,
kalimat di atas dapat diubah menjadi
“Sehingga tidak mengherankan, bila banyak
kader
dan
simpatisan
PKS
yang
bersemangat
dalam
membela
dan
mendukung PKS.
Berdasarkan analisis data, unsur
serapan di dalam tajuk rencana surat kabar Riau
Mandiri berasal dari bahasa Arab, Belanda,
Inggris, Sansekerta, dan Prancis. Unsur bahasa
yang diserap tersebut masih ada kosakata yang
belum efektif maknanya. Ketidakefektifan
tersebut disebabkan tidak tepatnya pilihan kata.
Pilihan kata yang tepat adalah kata yang
memenuhi
syarat
yaitu:
(1)
tepat
(mengungkapkan gagasan secara cermat); (2)
benar (sesuai kaidah kebahasaan); dan (3) lazim
pemakaiannya (Sugono, 2007:41-44).
Berkenaan dengan kelaziman dan
ketepatan (mengungkapkan gagasan secara
cermat), keadaan lawan bicara juga perlu
diperhatikan sehingga pesan yang akan
disampaikan
terpahami,
jika
khalayak
pendengarnya bukan golongan terpelajar dan
tidak biasa dengan kata-kata yang digunakan
itu, ada kemungkinan pesan tidak terpahami
dengan baik. Penggunaan kata yang digali dari
khazanah
bahasa
Indonesia
lebih
memungkinkan
pemahamannya.
Pada
hakikatnya, memilih kata secara tepat
merupakan upaya agar pesan yang disampaikan
dapat diterima secara tepat. Hal ini dapat kita
lihat dalam tajuk rencana surat kabar Riau
Mandiri seperti kalimat di bawah ini:
1. Sekali lagi upaya preventif
berupa
perbaikan peraturan dan sistem haruslah
terus dilakukan. (Rabu, 13 Januari 2010
36
dengan judul tajuk rencana “Fee Pejabat
Harus Diusut”).
2. Pada saat yang sama juga terungkap kasus
pajak lain dengan nilai akumulasi yang
tidak kalah fantastis. (publikasi Senin, 12
April 2010 dengan judul tajuk rencana
“Hukum Justru Ditikam Aparat Lembaga
Hukum”).
3. Implementasi perdagangan bebas yang
dikemas dalam ASEAN-China Free Trade
Area (ACFTA) mulai menimbulkan reaksi
penolakan di kalangan masyarakat.
(Selasa, 26 Januari 2010 dengan judul tajuk
rencana “Dampak Anti-ACFCTA dan
Kasus Century ”).
Pemilihan kata (yang dihitamkan) pada
kalimat di atas sudah memenuhi syarat, tetapi
jika
khalayak
atau
masyarakat
yang
membacanya bukan golongan terpelajar dan
tidak biasa dengan kata-kata yang digunakan itu,
kemungkinan tidak terpahami dengan baik.
Penggunaan kata yang digali dari khazanah
bahasa Indonesia lebih memungkinkan untuk
dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat,
sehingga keefektifan makna tidak tersampaikan
dengan baik. Jika hal itu dilakukan, berikut ini
padanan kata dalam bahasa Indonesia.
institusi
: lembaga
otoritas
: wewenang, kekuasaan
preventif
: pencegahan
fenomena
: fakta, kenyataan
antipati
: penolakan
implementasi : pelaksanaan, penerapan
pakta
: perjanjian internasional
akumulasi
: penimbunan, pengumpulan,
penghimpunan
representasi : perwakilan
kapabel
: mampu, sanggup, cakap
militan
: bersemangat
Seperti yang telah dikemukakan di atas,
bahwa dalam kaitannya dengan pilihan kata
(diksi), kosakata bahasa Indonesia dapat
digolongkan atas: (1) kata abstrak dan kata
kongkret; (2) kata umum dan kata khusus; (3)
kata populer dan kata kajian; (4) kata baku dan
kata nonbaku; dan (5) kata asli dan kata serapan.
Berdasarkan pendapat Soedjito (1990:39)
tentang penggolongan kata, kata populer dan
kata kajian yang efektif dipakai, karena kata
populer adalah kata yang dikenal dan dipakai
oleh semua lapisan masyarakat dalam
komunikasi sehari-hari, sedangkan kata kajian
adalah kata yang dikenal dan dipakai oleh para
ilmuwan atau kaum terpelajar dalam karyakarya ilmiah.
Berdasarkan hasil analisis data masih
ada kosakata yang belum lazim pemakaiannya
atau belum populer di kalangan masyarakat,
sehingga pesan yang akan disampaikan
mengakibatkan ketidakefektivan makna. Hal itu
dapat kita lihat dalam tajuk rencana surat kabar
Riau Mandiri seperti kalimat di bawah ini:
(a) Hakikatnya adalah representasi kepedihan
bangsa, yang dari waktu ke waktu disuguhi
tontonan penyelewengan dalam berbagi
bentuk dan skala. Jadi, kalimat di atas dapat
diubah menjadi Hakikatnya adalah
perwakilan kepedihan bangsa, yang dari
waktu ke waktu disuguhi tontonan
penyelewengan dalam berbagi bentuk dan
skala. (Kamis, 8 April 2010 dengan judul
tajuk rencana “Sistem Imunitas Sosial bagi
Perilaku Korup).
(b) Kuncinya, kiranya benar yang disampaikan
Ahmad Mubarok beberapa waktu lalu,
copot ketua DPD Demokrat Riau, Zulkifli
As dalam Musdalu, dan cari kader yang
kapabel, punya strong leader, kharismatik,
jujur, dan dapat dipercaya untuk memimpin
DPD Demokrat di Riau. Jadi, kalimat di
atas dapat diubah menjadi Kuncinya,
kiranya benar yang disampaikan Ahmad
Mubarok beberapa waktu lalu, copot ketua
DPD Demokrat Riau, Zulkifli As dalam
Musdalu , dan cari kader yang mampu,
punya strong leader, kharismatik, jujur,
dan dapat dipercaya untuk memimpin DPD
Demokrat di Riau. (Kamis, 15 Juni 2010
dengan judul tajuk rencana “Benalu
Partai”)
37
(c) Sehingga tidak mengherankan, bila banyak
kader dan simpatisan PKS yang militan
dalam membela dan mendukung PKS. Jadi,
kalimat di atas dapat diubah menjadi
Sehingga tidak mengherankan, bila banyak
kader
dan
simpatisan
PKS
yang
bersemangat
dalam
membela
dan
mendukung PKS. (Sabtu, 19 Juni 2010
dengan judul tajuk rencana “Spekulasi PKS
Bisa Jadi Bumerang”).
Kata
perwakilan,
mampu
dan
bersemangat tentu dikenal orang daripada kata
representasi, kapabel, dan militan. Pada
hakikatnya, penggunaan kata populer akan lebih
efektif maknanya dibandingkan menggunakan
kata kajian, berikut ini padanan kata populer dan
kata kajian.
Populer
Kajian
institusi
: lembaga
otoritas
: wewenang, kekuasaan
preventif
: pencegahan
fenomena
: fakta, kenyataan
antipati
: penolakan
implementasi :pelaksanaan, penerapan
pakta
:perjanjian internasional
akumulasi
:penimbunan,
pengumpulan,
penghimpunan
representasi : perwakilan
kapabel
:mampu, sanggup, cakap
militan
: bersemangat
Kata institusi, ternyata belum lazim
pemakaiannya atau belum populer digunakan
oleh masyarakat Indonesia. Jadi, yang lazim
atau populer digunakan adalah diksi lembaga,
dengan penggunaan kata lembaga untuk
padanan institusi maknanya akan lebih dipahami
dan tersampaikan kepada masyarakat begitu
juga dengan kata otoritas (wewenang atau
kekuasaan), preventif (pencegahan), fenomena
(fakta atau kenyataan), antipati (penolakan),
implementasi (pelaksanaan), pakta (perjanjian
internasional),
akumulasi
(penimbunan,
pengumpulan, dan penghimpunan), representasi
(perwakilan), kapabel (mampu atau sanggup),
dan militan (bersemangat). Pada hakikatnya,
memilih kata secara tepat merupakan upaya agar
pesan yang hendak disampaikan dapat diterima
secara tepat. Dengan demikan, penggunaan
kosakata yang belum memasyarakat (lazim) atau
belum
populer
akan
mengakibatkan
ketidakefektifan makna.
Simpulan
Beberapa unsur serapan di dalam tajuk rencana
surat kabar Riau Mandiri berasal dari bahasa
Arab, Belanda, Inggris, Sansekerta, dan Prancis.
Pemanfaatan bahasa asing yang diserap tersebut
dari
beberapa
kasus
memperlihatkan
ketidakefektivan
makna.
Ketidakefektifan
tersebut disebabkan tidak tepatnya pilihan kata..
Unsur serapan yang terdapat dalam tajuk
rencana surat kabar Riau Mandiri masih ada
kosakata yang tidak benar (tidak sesuai dengan
kaidah kebahasaan) di antaranya: mentranfer,
antipasi, de facto,
dilemma,
isteri, jenderal,
DAFTAR
RUJUKAN
kapable, komplek, legitimate, non muslim,
objektiv, pigur, presepsi, respon, service, dan
sistim. Kosakata yang tidak benar atau tidak
sesuai
dengan
kaidah2000.
kebahasaan,
dikembalikan
Alwi,
Hasan,
Bahasa
Indonesia
pada bentuk
bakunya
atau
disesuaikan
dengan
Pemakai dan Pemakaianya. Jakarta:
kaidah Pusat
yang Bahasa
termuatDepartemen
berdasarkan
EYD,
Pendidikan
SedanganNasional.
yang belum lazim pemakaian dan
tidak tepatnya kosakata seperti: institusi,
otoritas,
fenomena,
antipasti,
Alwi, preventif,
Hasan dkk.
1995. Pedoman
implementasi,
pakta,
akumulasi,
representasi,
Pengindonesiaan Nama dan Kata
kapabel Asing.
dan militan.
Dengan
menggunakan
Jakarta: Balai
Pustaka.
kosakata di atas akan mengakibatkan
ketidakefektifan makna
Daftar Pustaka
Ali, Muhammad, 1982. Penelitian Pendidikan
Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa.
38
Arikunto, Suharsimi. 2003. Manejemen
Penelitian. Jakarta. Rineke Cipta.
Badudu, J. S. 1988. Cakrawala Bahasa
Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Burhanuddin, Erwina, Muis, Muhammad dan
Abdul Gaffar Ruskhan. 2000. Pungutan
Padu Bahasa Arab dalam Bahasa
Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan
Bahasa
Departemen
Pendidikan Bahasa.
Chaer, Abdul. 2002. Pembakuan Bahasa
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006.
Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Jakarta: Balai Bahasa Provinsi Riau.
Djunanah. 2009. “Kata Serapan Bahasa Asing
dalam
Surat
Chentini:
Kajian
Morfosemantik”.
Disertasi
tidak
diterbitkan. Jakarta: Program Pascasarjana
Universitas Islam Indonesia.
Faizah, Hasnah. 2009. MKDU Bahasa
Indonesia. Pekanbaru: Cendikia Insani.
_______. 2008. Linguistik Umum. Pekanbaru:
Cendikia Insani.
Hadi, Syamsul. 2003. “Kata-kata Serapan
dalam Bahasa Arab yang Terdapat dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia”. Disertasi
tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Halim, Amran. 1984. Politik Bahasa Nasional
2. Jakarta: Balai Pustaka.
Harrison, Lisa. 2007. Metodologi Penelitian
Politik. Jakarta: Kencana.
Hariwijaya, M. 2006. Pedoman Teknis
Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis dan
Disertasi. Yogyakarta: Citra Pustaka.
Keraf, Gorys.1987. Tata Bahasa Indonesia.
Jakarta: Nusa Indah.
_______. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, Harimurti. 1994. Kelas Kata
dalam Bahasa Indonesia Edisi Kedua.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
______. 2008. Kamus Linguistik Edisi Keempat.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Mahir Menulis Kiat
Jitu Menulis Artikel Opini, Kolom & Resensi
Buku. Yogyakarta: Erlangga.
Kusumaningrat,
Hikmat
dan
Purnama
Kusumaningrat. 2005. Jurnalistik Teori &
dan praktik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Moeliono, Anton dkk. 2003. Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia.
Depdikbud: Balai
Pustaka.
Moleong, Lexi J. 2004. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Mustakim. 1992. Tanya Jawab Ejaan Bahasa
Indonesia untuk Umum. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Pateda, Mansoer dan Yennie P. Pulubuhu. 1987.
Unsur Serapan dalam Bahasa Indonesia
dan Pengajarannya. Flores: Nusa Indah.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rahman,
Elmustian.
1998.
Bahasa
Jurnalistik. Pekanbaru: UNRI Press.
39
Sabariyanto, Dirgo. 2001. Mengapa Disebut
Bentuk Baku dan Tidak Baku.
Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
Sudaryanto. 1988. Metode Lingistik Bagian
Pertama ke Arah Memahami Metode
Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Soedjito. 1990.
Kosakata
Bahasa
Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.
Sugono, Dendy. 2007. Buku
Praktis
Bahasa
Indonesia 1. Jakarta:
Depertemen Pendidikan Nasional.
______. 2007. Buku
Praktis Bahasa
Indonesia 2. Jakarta: Depertemen
Pendidikan Nasional.
Sumadiria, Haris. 2006. Jurnalistik
Indonesia Menulis Berita dan Feature
Panduan Praktis Jurnalis Profesional.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Sumadiria, Haris. 2009. Menulis Artikel dan
Tajuk Rencana Panduan Praktis
Penulis
&Jurnalis
Profesional.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Tarigan, Josep dan M. Suparmoko. 2000.
Metode
Pengumpulan
Data.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Tarigan, Hendry Guntur. 1984. Pengajaran
Ejaan Bahasa Indonesia. Bandung:
Angkasa.
Waridah, Ernawati. 2009. EYD dan Seputar
Kebahasaan.
Bandung:
Kawan
Pustaka.
Widodo. 2005. Cerdik Menyusun Proposal
Penelitian. Jakarta: Magna Scrip
40
Download