TINJAUAN PUSTAKA Lactobacillus plantarum Bakteri L. plantarum termasuk bakteri dalam filum Firmicutes, Ordo Lactobacillales, famili Lactobacillaceae, dan genus Lactobacillus. Lactobacillus dicirikan dengan bentuk batang, umumnya dalam rantai-rantai pendek. Lactobacillus merupakan bakteri Gram positif, tidak menghasilkan spora, anaerob fakultatif, dan sering ditemukan dalam produk susu, serelia, produk daging, air, limbah, bir, anggur, buah-buahan, dan sayur-mayur. Genus ini tumbuh baik atau optimum pada suhu 300 sampai 40 0C (Pelczar dan Chan, 2008). Bakteri L. plantarum umumnya lebih tahan terhadap keadaan asam dan oleh karena ketahanan tersebut, bakteri ini menjadi lebih banyak terdapat pada tahapan terakhir dari fermentasi tipe asam laktat. Bakteri ini sering digunakan dalam fermentasi susu, daging, dan sayuran. Ray (2004) menyatakan bahwa, bakteri L. plantarum memproduksi bakteriosin yang dapat digunakan sebagai biopreservatif pangan. Fermentasi dari L. plantarum merupakan tipe homofermentatif. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009) Bakteri L. plantarum 1A5, 1B1, 2B2, dan 2C12 (Gambar 1) merupakan isolat indigenus yang diisolasi dari daging sapi lokal Indonesia. Arief et al. (2007) menyatakan bahwa suatu senyawa antimikrob diproduksi oleh bakteri asam laktat yang diidentifikasi sebagai L. plantarum 1A5, 1B1, 2B2, dan 2C12. Senyawa antimikrob tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen E. coli, S. Typhimurium dan S. aureus. Senyawa antimikrob yang diproduksi oleh L. plantarum ini mengandung bakteriosin yang disebut sebagai plantaricin. Penelitian sebelumnya oleh Firmansyah (2009), menyatakan bahwa L. plantarum 1A5, 1B1, 2B2, dan 2C12 merupakan bakteri yang berbentuk batang, Gram positif, mesofilik, dan hasil uji katalase yang dilakukan berupa katalase negatif. Bakteriosin Bakteriosin merupakan protein antimikrob yang dihasilkan oleh bakteri yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan dari bakteri lain (Cleaveland et al., 2001). Kusmiati dan Malik (2002) menyatakan bahwa, bakteriosin merupakan senyawa protein yang diekskresikan oleh bakteri yang yang memiliki sifat menghambat pertumbuhan bakteri lain terutama yang memiliki kekerabatan erat secara filogenik. Senyawa ini mudah terdegradasi oleh enzim proteolitik dalam pencernaan manusia dan hewan. Bakteriosin yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat mudah diterima sebagai bahan tambahan dalam makanan baik oleh ahli kesehatan maupun oleh konsumen karena bakteri ini secara alami berperan dalam proses fermentasi makanan. Bakteriosin diproduksi oleh beberapa strain bakteri termasuk bakteri asam laktat (BAL). Substansi ini disintesis oleh bakteri asam laktat yang berhubungan dengan asam organik. Bakteriosin bersifat mudah dicerna, berpengaruh positif terhadap kesehatan, dan aktif pada konsentrasi rendah (Cleaveland et al., 2001). Ogunbanwo et al. (2003) menyatakan bahwa, bakteriosin yang dihasilkan oleh suatu organisme tidak akan memiliki efek penghambatan bagi organisme itu sendiri. Plantaricin merupakan bakteriosin yang dihasilkan oleh bakteri L. plantarum yang dapat menghambat dan membunuh bakteri patogen (Gong et al., 2010; AboAmer, 2007). Penelitian sebelumnya oleh Ayuningtyas (2012) menunujukan adanya aktivitas antimikrob yang dilakukan oleh supernatan bebas sel netral asal empat galur Lactobacillus plantarum yang diduga plantaricin terhadap bakteri indikator sebagai uji antimikrob awal disajikan pada Tabel 1. Besarnya diameter zona hambat berkisar antara 7,46 mm hingga 18,00 mm. 4 Tabel 1. Nilai Diameter Zona Hambat Supernatan Netral Asal Empat galur L. plantarum terhadap Bakteri Indikator Galur L. plantarum 1A5 Bakteri Indikator 1B1 2B2 2C12 ------------------------------(mm)-----------------------Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 16,86 13,37 13,50 10,32 Bacillus cereus 16,30 15,02 11,05 7,46 Staphylococcus aureus ATCC 25923 17,72 16,21 15,01 10,46 Escherichia coli ATCC 25922 15,73 15,22 9,74 10,93 Salmonella enterica ser. Typhimurium ATCC 14028 18,00 13,09 9,13 14,55 Keterangan: Diameter lubang sumur (5 mm) termasuk ke dalam diameter zona hambat. Bakteri Patogen Mikroorganisme pada bahan pangan dapat menyebabkan perubahan yang menguntungkan dan diinginkan seperti perbaikan bahan pangan secara gizi, daya cerna, maupun daya simpan. Pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan juga dapat berakibat pada perubahan fisik dan kimia yang tidak diinginkan sehingga bahan pangan tersebut menjadi tidak layak untuk dikonsumsi. Banyak jenis bakteri yang mampu menjadi penyebab keracunan makanan. Menurut Ray (2004), bakteri di sinyalir sebagai penyebab utama dari kerusakan pangan dan penyakit yang disebabkan akibat keracunan pangan karena kemampuan mereka untuk dapat hidup di berbagai tempat serta grafik pertumbuhan yang cepat, bahkan pada kondisi dimana ragi dan kapang tidak dapat tumbuh. Salmonella enterica ser.Typhimurium Bakteri S. Typhimurium digolongkan ke dalam famili Enterobacteriaceae, yang termasuk ke dalam golongan bakteri Gram negatif, berbentuk batang dan tidak berspora. Bakteri ini bersifat motil, anaerob fakultatif, menghasilkan H2S, menghasilkan asam hasil fermentasi glukosa, maltosa, manitol, dan sorbitol. Bakteri 5 ini juga mampu menggunakan sitrat sebagai sumber karbon, tetapi tidak dapat memfermentasi salisin, sukrosa dan laktosa (Fardiaz, 1992). Bakteri S. Typhimurium bersifat mesofilik, pertumbuhan optimum pada suhu antara 35 dan 37 0C, tetapi umumnya suhu yang masih dapat diterima bakteri ini sekitar adalah 5 sampai 46 0C. Bakteri ini dapat terbunuh oleh suhu pasteurisasi dengan waktu tertentu serta sensitif pada pH rendah (4,5 atau lebih rendah). Jay (2000) menyatakan bahwa, nilai pH minimum untuk pertumbuhan bakteri S. Typhimurium adalah pH 4,05. Sel-sel S. Typhimurium tahan terhadap keadaan beku dan panas kering untuk jangka waktu yang panjang, dan merupakan penyebab utama kerusakan bahan pangan (Ray, 2004). Bakteri ini sangat sensitif terhadap suhu pemasakan yang umum digunakan rumah tangga. Bakteri dari jenis Salmonella merupakan bakteri penyebab infeksi. Jika tertelan oleh manusia dan masuk ke dalam tubuh dapat menimbulkan gejala salmonelosis. Gejala salmonelosis yang sering terjadi adalah gastroentritis. Selain gastroentritis beberapa spesies salmonella juga dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, demam enterik, demam tifoid, dan demam paratifoid, serta infeksi lokal (Fardiaz, 1992). Staphylococcus aureus Bakteri S. aureus merupakan bakteri Gram positif, berbentuk kokus dengan diameter 0,5-1,5 mikrometer. Bakteri ini terdapat dalam bentuk tunggal, berpasangan, dan secara khas membelah diri pada lebih dari satu bidang sehingga membentuk gerombol yang tidak teratur (hidup berkelompok). Bakteri ini tumbuh secara anaerobik fakultatif dan tumbuh lebih cepat serta lebih banyak dalam keadaan aerobik. Metabolisme dengan respirasi dan fermentatif, serta memiliki suhu optimum 35-40 0C (Pelczar dan Chan, 2008). Menurut Ray (2004), S. aureus merupakan bakteri yang non motil, mesofilik, dan sering dikaitkan dengan foodbourne disease. Habitat utama dari bakteri ini adalah kulit manusia, hewan, dan unggas. Jay (2000) menyatakan bahwa, nilai pH minimum untuk pertumbuhan bakteri S. aureus adalah pH 4. Bakteri S. aureus memiliki beberapa karakteristik yang menarik. Bakteri ini hidup berkelompok menyerupai kumpulan anggur. Nama didapatkan karena koloni yang berpigmen kuning (aureus=golden). Apabila dibandingkan dengan bakteri lain, 6 mereka hidup dengan baik pada kondisi dimana tekanan osmotik tinggi dan kelembaban rendah. Ini menjelaskan bagaimana S. aureus (Gambar 2) dapat hidup pada makanan dengan tekanan osmotik tinggi (seperti ham dan beberapa cured meats lainnya) atau dalam pangan dengan kelembaban rendah yang dimana malah menghambat pertumbuhan organisme lain (Tortora et al., 2006). Gambar 2. Staphylococcus aureus Sumber : Tortora et al. (2006) Escherichia coli Bakteri E. coli tergolong dalam famili Enterobacteriaceae dan termasuk bakteri Gram negatif, berbentuk batang lurus dengan ukuran panjang 1,1-1,5 μm x 2,0-6,0 μm. Bakteri ini terdapat dalam bentuk tunggal atau berpasangan, bersifat motil dengan flagelum peritrikus atau non motil. Tumbuh dengan mudah pada medium nutrien sederhana (Pelczar dan Chan, 2008). Menurut Ray (2004), beberapa strain dari Escherichia merupakan patogen bagi manusia dan hewan serta terlibat dalam penyebab kerusakan bahan pangan. Jay (2000) menyatakan bahwa, nilai pH minimum untuk pertumbuhan bakteri E. coli adalah pH 4. Bakteri E. coli merupakan spesies bakteri yang seringkali ditemukan pada saluran pencernaan manusia dan kemungkinan merupakan organisme yang paling dikenal dalam dunia mikrobiologi. Tortora et al. (2006) menyatakan bahwa, kehadiran E. coli dalam air ataupun pangan merupakan indikasi dari fecal contamination atau disebut sebagai indikator sanitasi. Bakteri ini tidak selalu patogen, akan tetapi dapat menjadi penyebab dari infeksi saluran urin, serta beberapa strain memproduksi enterotoksin yang menyebabkan penyakit diare dan juga penyakit keracunan makanan serius lainnya (Gambar 3). 7 Gambar 3. Escherichia coli Sumber : Tortora et al. (2006) Bacillus cereus Bakteri B. cereus seringkali ditemukan sebagai saprofit pada tanah, air, vegetasi, udara, dan tempat dimana bakteri ini dapat dengan mudah mengkontaminasi pangan, baik dari bahan mentah maupun pada saat proses pengolahan berlangsung. Bakteri B. cereus dapat memproduksi endospora yang membuatnya dapat tahan terhadap proses pasteurisasi dan banyak jenis desinfektan. Bakteri ini juga membentuk enzym seperti lipase, protease, xylanase, serta enzym lainnya (Torkar dan Bojana, 2003). Ray (2004) menyatakan bahwa, B. cereus merupakan bakteri Gram positif yang bersifat motil. Merupakan penyebab kerusakan dan keracunan bahan pangan karena dapat memproduksi enzim ekstraselullar yang dapat menghidrolisis karbohidrat, protein, dan lemak. Sel sensitif terhadap proses pasteurisasi dan spora dapat bertahan pada perlakuan suhu tinggi seperti yang digunakan pada banyak cara memasak bahan pangan. Bakteri ini bersifat aerobik, dan dapat memperbanyak diri pada rentang suhu 4 sampai 50 0C dengan suhu optimum antara 35 sampai 40 0C (mesofilik). Selain itu, bakteri ini dapat tumbuh pada pH lingkungan antara 4,9 sampai 9,3 serta aktivitas air (Aw) 0,95 dan diatasnya (Gambar 4). Gambar 4. Bacillus cereus Sumber : Tortora et al. (2006) 8 Pseudomonas aeruginosa Bakteri Pseudomonas merupakan bakteri patogen bagi manusia. Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi pada manusia apabila sistem pertahanan tubuh inang tersebut sedang melemah atau menurun. Tortora et al. (2006) menyatakan bahwa, Pseudomonas merupakan bakteri Gram negatif, bersifat aerobik dan motil dengan polar flagella. Menurut Pelczar dan Chan (2008), Pseudomonas merupakan bakteri yang berupa sel tunggal (baik batang lurus atau melengkung namun tidak berbentuk heliks), pada umumnya berukuran 0,5-1,0 μm x 1,5-4 μm. Bakteri ini motil dengan flagelum polar, Gram negatif, katalase positif, metabolisme dengan respirasi dan tidak pernah fermentatif. Jay (2000) menyatakan bahwa, nilai pH minimum untuk pertumbuhan bakteri Pseudomonas adalah pH 5. Salah satu spesies yang tergolong dalam genus Pseudomonas yaitu Pseudomonas aeruginosa. Bakteri P. aeruginosa merupakan salah satu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang diperoleh selama perawatan di rumah sakit (Tortora et al., 2006). Ray (2004) juga menyatakan bahwa P.aeruginosa merupakan bakteri perusak pangan yang penting karena dapat memetabolisme berbagai variasi dari karbohidrat, protein, dan lemak dalam pangan. 9