PERBEDAAN FORGIVENESS DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN

advertisement
PERBEDAAN FORGIVENESS DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN
REMAJA YANG ORANG TUANYA BERCERAI
DI KECAMATAN MEDAN TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Universitas Medan Area
Disusun Oleh
ROHANA ULI NUR MUNTHE
NIM: 09.860.0004
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREA
MEDAN
2013
i
JUDUL SKRIPSI : PERBEDAAN FORGIVENESS DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN
REMAJA YANG ORANGTUANYA BERCERAIDI KECAMATAN
MEDAN TIMUR
NAMA
NIM
: Rohana Uli Nur Munthe
: 09.860.0004
BAGIAN
: PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
MENYETUJUI
KOMISI PEMBIMBING
Pembimbing I
Pembimbing II
( Prof. Dr. H. Abdul Munir , M.Pd)
( Farida Hanum, Spsi, M.Psi )
Mengetahui
Kepala Bagian
( Laili Alfita, S.Psi. MM )
Dekan
( Prof. Dr. H. Abdul Munir, M.Pd )
Tanggal Sidang Meja Hijau
19 November 2013
ii
DIPERTAHANKAN DIDEPAN DEWAN PENGUJI SKRIPSI
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA
DAN DITERIMA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN
DARI SYARAT-SYARAT GUNA MEMPEROLEH
GELAR SARJANA (S1) PSIKOLOGI
Pada tanggal
_________________________
Mengesahkan
Fakultas Psikologi
Universitas Medan Area
Dekan
(Prof. Dr. H. Abdul Munir, M.Pd)
Dewan Penguji
1. Dra. Mustika Tarigan M.
Tanda Tangan
________________
______________
2. Prof Dr. H. Abdul Munir, M.Pd
3. Farida Hanum, Spsi. M.Psi
_________________
4. Syafrizaldi, S.Psi. M.Psi
5. Chairul Anwar Dalimunthe, S.Psi. M.Psi
_______________
_________________
iii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa apa yang tertulis dalam skripsi ini adalah benar
adanya dan merupakan hasil karya sendiri. Segala kutipan karya pihak lain telah saya tulis
dengan menyebutkan sumbernya. Apabila dikemudian hari ditemukan adanya plagiasi maka saya
rela gelar kesarjanaan saya dicabut.
Medan, 19 November 2013
Penulis
Rohana Uli Nur Munthe
NIM. 09.860.0004
iv
PERSEMBAHAN
Kuhadiahkan karya sederhana ini kepada kedua orang tuaku yang
senantiasa mendoakanku, mendukungku, menyayangiku, mencintaiku
dan tidak akan pernah hilang dari ingatanku.
Bapa, Engkau sungguh baik, kasihMu melimpah dihidupku.
Bapa ‘ ku ber’trima kasih, berkatMu hari ini yang Kau sediakan bagiku.
Kunaikkan syukurku buat hari yang Kau b’ri.
Tak habis-habisnya kasih dan rahmatMu.
S’lalu baru dan tak pernah terlambat pertolonganMu
Besar setiaMu di s’panjang hidupku.
Terima kasih buat semua peristiwa yang terjadi
Meski ku tak mengerti……Namun Kau selalu ada….
Tak ternilai kebaikanMu yang tak terkatakan dihidupku
Kau jadikan semua indah pada waktunya.
Terima kasih ya Bapa…Buat janjiMu dan setiaMu
Bila ku ada sampai hari ini
Itu semua karena anugerahMu
v
Motto
Siapapun bisa marah ----- marah itu sangat mudah.
Tetapi, marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang
sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan
dengan carayang baik----bukanlah hal yang mudah.
--Aristoteles—
Memaafkan tidak akan merubah masa lalu,
Melainkan …. melapangkan masa depan……
--Penulis---
.
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Tinggi yang telah melimpahkan
kasih dan rahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Saya menyadari bahwa
keberhasilan dalam penulisan ini tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa dukungan dan
bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk kesempatan ini saya ingin mengucapkan
terima kasih setulusnya dengan segala kerendahan hati kepada :
1. Allah Bapa yang telah mengaruniakan hikmah bijaksana, pengetahuan, waktu, kesehatan,
kekuatan,
kepada saya untuk menggunakannya dengan sebaik-baiknya.
Serta
memberikan segala kemudahan dan kelancaran.
2. Kepada Papa Almarhum Ferdinand Munthe dan ibunda Resiah Sihombing tercinta yang
telah mendidik, membesarkan, memberikan kasih sayang, doa yang tiada henti dan
memberikan dukungan sepenuhnya dalam setiap keputusan yang dipilih sehingga saya
dapat menyelesaikan studi di Fakultan Psikologi Universitas Medan Area.
3. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Munir, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Medan Area dan sebagai Dosen pembimbing I. Ditengah-tengah kesibukan dan padatnya
jadwal pengajaran tapi beliau tetap semangat penuh senyuman memberikan bimbingan.
4. Ibu Farida Hanum Siregar, Spsi. M.Psi sebagai Dosen Pembimbing II, yang telah
meluangkan waktu ditengah kesibukan yang begitu padat untuk dapat memberikan
bimbingan dan arahan serta petunjuk agar skripsi ini tersusun dengan baik. Terimakasih
banyak atas kesabaran dan motivasi yang diberikan.
5. Bapak Zudhi Budiman, S.Psi. M.Psi selaku Wakil Dekan Fakultas Psikologi Medan Area,
terima kasih atas bimbingan dan bersedia meluangkan waktu untuk peneliti. Maaf selalu
merepotkan Bapak, selalu semangat dan mencintai pendidikan.
vii
6. Ibu Dra. Mustika Tarigan, M.Psi terima kasih atas kesediaannya
yang berkenaan
meluangkan waktu untuk menjadi ketua sidang skripsi saya.
7. Bapak Syafrizaldi, S.Psi. M.Psi terima kasih atas kesediaannya yang telah meluangkan
waktu menjadi Dosen Tamu sidang skripsi saya.
8. Bapak Chairul Anwar Dalimunthe, S.Psi. M.Psi terima kasih atas kesediaannya yang
telah meluangkan waktu menjadi sekretaris sidang skripsi saya.
9. Ibu Laili Alfita, S.Psi. MM selaku Kepala Jurusan Bidang Perkembangan, terima kasih
atas perhatian yang telah diberikan selama ini.
10. Para Dosen Fakultas Psikologi Universitas Medan Area, terima kasih atas segala ilmu
yang diberikan semoga kelak bermanfaat dan sebagai bekal untuk dikemudian hari.
11. Seluruh staff dan pegawai Fakultas Psikologi yang juga sangat membantu saya dalam
mempersiapkan segala berkas yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini.
12. Bapak Drs Parulian Pasaribu Msi selaku Kepala Camat Medan Timur yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian di Kecamatan Medan Timur.
13. Bapak Drs Aswidin Nasution, Bapak Safarudin Rangkuti, Ibu Rina staff di Kantor
Kecamatan Medan Timur yang telah membantu dalam pengurusan untuk melakukan
penelitian di Kecamatan Medan Timur.
14. Adikku tersayang Ony Eta Sitanggang dengan tulus membantu dalam menyelesaikan
skripsi ini. Kebersamaan kita takkan pernah terlupakan.
15. Iwan Saleh dan Yosep Sipahutar, selalu memberikan dukungan, perhatian serta bantuan
dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga tetap menjadi sahabat yang baik.
16. Nikosius Simatupang yang selalu memberikan pertolongan diwaktu laptopku bermasalah.
Terimakasih atas keikhlasannya membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
viii
17. Teman-teman angkatan 09 yang telah membantu dan memberikan semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini. Kebersamaan kita selama menimba ilmu di Fakultas Psikologi
tetap menjadi kenangan yang indah.
Akhir kata, semoga Allah Yang Maha Kasih dan Maha Penyayang selalu
memberikan rahmat dan membalas segala kebaikan yang Bapak/Ibu, saudara-saudara dan
rekan-rekan berikan. Dan semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
Penulis
Rohana Uli NurMunthe.
ix
Perbedaan Forgiveness Ditinjau dari Tipe Kepribadian Remaja yang
orang tuanya bercerai di Kecamatan Medan Timur.
Rohana Uli Nur Munthe.
09.860.0004.
Jurusan Psikologi Perkembangan
Fakultas Psikologi Universitas Medan Area.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mendapatkan data secara empiris perbedaan
forgiveness yang ditinjau dari big five personalityyang terdiri dariekstraversion, agreeableness,
conscientiousness, neouroticism, dan openness to experience yang ditujukan kepada remaja yang
orang tuanya bercerai.Sampel dalam penelitian ini berjumlah 150 orang remaja yang tinggal di
Kecamatan Medan Timur yang terdiri dari 11kelurahan. Kepada masing-masing sampel
diberikan dua skala yaitu skala big five personalityyang bertujuan untuk mengetahui salah satu
tipe kepribadian dari tiap-tiap sampel danskalaforgiveness (memaafkan)bertujuan untuk
mengetahui sampai sejauh mana tingkat forgivenssdari tiap-tiap sampel. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Varians Satu Jalur.Dari hasil Analisis
Varians Satu Jalur ini menghasilkan pola perbedaan sebagai berikut 1). Ada perbedaan
forgiveness yang signifikan di antara remaja yang memiliki tipe kepribadian Neuroticism,
Openness to experience, Ekstraversion, Agreeableness dan Conscientiousness. Hal ini
ditunjukkan oleh koefisien F = 11085, 523 dengan p < 0,05. 2). Berdasarkan analisis data, seperti
yang terlihat dari analisis uji normalitas sebaran diketahui bahwa, mean empirik forgiveness pada
tipe Neuroticism sebesar 96,79, forgiveness pada tipe Openness to experience sebesar
109,77,forgiveness pada tipe Extraversion sebesar 114,90, forgiveness pada tipe Agrreableness
sebesar 111,25, forgiveness pada tipe Conscientiousnesssebesar 112,79, Jadi dapat disimpulkan
bahwa tipe kepribadian Ekstraversion memiliki forgiveness yang paling tinggi, dibandingkan
dengan Conscientiousness, Agreeableness, Opennes to experience dan Neuroticism.3). Diketahui
bahwa tingkat forgivenesspada remaja yang ditinjau dari big five personality yang orang tuanya
bercerai di Kecamatan Medan Timur memiliki kategori sangat tinggi karena mean hipotetik
(72,50) lebih kecil dari mean empirik dan melebihi 2bilangan SD yaitu 14,02+14,02=28,04.
Kata Kunci : ForgivenessdanBig Five Personality.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………..
i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
v
MOTTO …………………………………………………………………..
vi
UCAPAN TERIMA KASIH .........................................................................
vii
ABSTRAK ………………………………………………………………..
x
DAFTAR ISI ....................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xvi
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………
1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………………..
8
C. Batasan Masalah ……………………………………………………
10
D. Rumusan Masalah ………………………………………………….
11
E. Tujuan Penelitian ………………………………………………….
11
xi
F. Manfaat Penelitian ………………………………………………..
11
1. Manfaat Teoritis ………………………………………………
11
2. Manfaat Praktis ………………………………………………..
11
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Remaja yang orangtuanya bercerai ..............…………..................... 12
1. Pengertian Remaja ........................................................................ 12
2. Ciri-Ciri Remaja .......................................................................... 14
3. Tugas Perkembangan Remaja…………………………………..
16
4. Karakteristik Remaja……………………………………………
17
5. Remaja yang orangtuanya bercerai……………………………… 18
6. Dampak perceraian orang tua terhadap anak…………………… 21
B. Forgiveness
1. Pengertian Forgiveness …………………………………….......
23
2. Proses Forgiveness ..........................…………………………….. 25
3. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Forgiveness .............. 26
4. Manfaat Forgiveness .................................................................... .29
5. Aspek-aspek Forgiveness ..............................................................30
C. Kepribadian (Personality)
1. Pengertian Kepribadian ………………………................................ 31
2. Faktor-Faktor yang Membentuk Kepribadian .......………………. 33
3. Big FivePersonality........................................………………….
35
4. Dimensi dalam Big Five Personality……………………………
37
5. Faset dalam Big Five Personality .........................………………..
42
D. Perbedaan Forgiveness dan tipe kepribadian ......................................... 45
E. Kerangka Konseptual ………………………………………………..
49
F. Hipotesis …………………………………………………………….
49
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian …………………………………………… 50
xii
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ………………………………… 50
1. Forgiveness ……………………………………………....................... 51
2. Big Five Personality .…………………………………………………... 51
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ……………………… 52
1. Populasi …………………………………………………………………. 52
2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ………………........................53
D. Metode Pengumpulan Data …………………………………………………..53
1. Skala Forgiveness .........……………………………………......................55
2. SkalaBig Five Personality ..…………………………………………….....56
E. Validitas dan Reabilitas ………………………………………………………..57
1. Validitas Alat Ukur …………………………………………………………57
2. Realibilitas Alat Ukur ……………………………………………………… 59
F. Metode Analisis Data ………………………………………………………… 59
BAB IV : LAPORAN PENELITIAN
A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian ………………………… …………….
61
1. Gambaran Umum Kecamatan Medan Timur …………………………….
2. Persiapan Penelitian …………………………………………………
61
62
a. Persiapan Adimistrasi………………………………………………
62
b. Persiapan Alat Ukur …………………………………………….
63
1. Skala Forgiveness …………………………. ………………...
63
2. Skala Big Five Personality ………………...............................
c. Uji Coba Alat Ukur …………………………………………….
64
65
1. Hasil Uji Coba Skala Forgivenes …………………………
66
2. Hasil Uji Coba Skala Big Five Personality ……………….
67
B. Pelaksanaan Penelitian ……………………………………………..
68
C. Analisis Data dan Hasil Penelitian ......................................................
69
1. Uji Asumsi …………………………………………....................
69
a. Uji Normalitas Sebaran …………………..............................
69
b. UjiHomogenitas Variansa …………………………………..
70
xiii
2.Hasil Perhitungan Analisis Varians ……………………………………………………..
71
3.Hasil Perhitungan Mean Hipotetik dan Mean Empirik ……………………………… 72
a. Mean Hipotetik ………………………………………………………
72
b. Mean Empirik ……………………………………………………….
73
c. Kriteria ………………………………………………………………
73
D. Pembahasan ………………………………………………………………… 74
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...........................................................................................……..
77
B. Saran
................................................................................................…….
78
Daftar Pustaka .........................................................................................................
80
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel :
1. Tingkat Perceraian di Kota Medan ……………………………………………….. 3
2. Dimensi Big Five Menurut McCrae & Costa (dalam Pervin 2005)………………. 41
3. Distribusi Butiran Skala ForgivenessSebelum Uji Coba………………………. 64
4. Distribusi Butiran Skala Big Five Personality Sebelum Uji Coba………………. 65
5. Distribusi Penyebaran Butir-Butir Pernyataan Skala Forgiveness
Setelah Uji Coba…………………………………………………………………… 67
6. Distribusi Penyebaran Butir-Butir Pernyataan Skala Big Five Personality
Setelah Uji Coba…………………………………………………………………… 68
7. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas Sebaran………………………….
70
8. Hasil Rangkuman Uji HomogenitaVarians……………………………………….
71
9. Rangkuman Hasil Perhitungan Analisis Varians Satu Jalur ……………………..
71
10. Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata Hipotetik dan Nilai Rata-Rata Empirik………
74
11. Distribusi Jumlah Sampel …………………………………………………………. 74
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan rumah tangga tentunya terdapat berbagai romantika kehidupan yang
mewarnai jalannya suatu pernikahan, dari yang menyenangkan hingga kepada hal-hal yang
buruk sekalipun. Setiap pasangan suami istri selalu mempunyai rencana indah untuk hidup
bersama sampai dipisahkan oleh kematian, namun kenyataan hidup tidak seindah idealisme yang
ada. Hal ini akan semakin sulit seiring dengan banyaknya dinamika kehidupan yang harus
dihadapi oleh masing-masing individu dalam menjalani proses kehidupan rumah tangga.
Pasangan suami istri selalu dihadang oleh perselisihan dan permasalahan yang menuntut mereka
untuk mencari titik temu. Perbedaan usia, penghasilan, tanggung jawab, kepribadian, dan prinsip
hidup sering menimbulkan pertengkaran antara suami istri yang dapat menguncangkan sebuah
pernikahan. Saat pernikahan mulai terguncang, pasangan suami istri dihadapkan pada dua
keputusan sulit yaitu tetap mempertahankan pernikahan atau bercerai. Pemutusan tersebut selalu
didahului oleh timbulnya permasalahan dan konflik yang tidak terselesaikan antara suami istri,
adanya ketidakpuasan, serta rasa tersakiti yang tidak dapat diatasi lagi. Dalam kondisi seperti ini
pasangan suami istri cenderung mengambil keputusan untuk bercerai, walaupun mereka
menyadari bahwa keputusan ini akan menimbulkan luka batin dan penderitaan bagi anak-anak
mereka (Hapsari, 2011).
Angka perceraian di Indonesia sudah berada pada titik mengkhawatirkan, dimana
Indonesia memiliki angka perceraian yang tertinggi di Asia Tenggara. Kondisi ini setiap tahun
xvi
semakin parah, dikarenakan semakin tingginya angka perceraian yang diputuskan di Pengadilan
Tinggi Agama (www.hariansumutpos.com/05/04/2013).
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Pengadilan Tinggi Agama Medan bahwa
setiap tahun keluarga yang berkonflik dan memutuskan mengakhiri ikatan pernikahan mereka
atau bercerai semakin meningkat dan peningkatan yang paling signifikan berada pada lima tahun
terakhir (2013, 02 April), seperti tabel yang tertulis di bawah ini:
Tabel 1
Tingkat Perceraian di Kota Medan
Tahun 2009-2012
Tahun
2009
2010
2011
2012
Sisa tahun Diterima
lalu
105
1028
135
1015
163
1051
141
1351
Jumlah Batal
dicabut
1133
63/39
1150
59/33
1214
66/33
1492
95/49
Cerai
Talak
241
167
265
335
Cerai
Gugat
530
438
490
731
Sumber Data Pengadilan Tinggi Agama.
Jumlah perkara perceraian yang masuk ke Pengadilan Agama Medan hingga bulan Maret
tahun 2013, sudah mencapai angka 581. Jumlah itu merupakan jumlah tertinggi sepanjang 5
tahun terakhir. Hal itu disampaikan langsung oleh Panitera Sekertaris Pengadilan Agama Negeri
Medan, Hilman Lubis saat ditemui Sumut Pos di ruang kerjanya. Disebutnya, peningkatan paling
tajam
terjadi
pada
bulan
Januari
tahun
2013
yang
berjumlah
197
perkara
Sumut
Zahrin
Piliang
(www.hariansumutpos.com/05/04/2013).
Ketua
Komisi
Perlindungan
Anak
Indonesia
Daerah
mengatakandata dari Pengadilan Tinggi Agama tahun 2012, ada sekitar 1351kasus perceraian
yang diputuskan oleh pengadilan tersebut. Jika diasumsikan setiap keluarga yang bercerai
memiliki 2 anak saja, maka terdapat 2700 anak di Sumut yang harus diasuh oleh orangtua
xvii
tunggal. Tentu saja, sedikit banyak berpengaruh pada proses tumbuh kembang anak jelas Zahrin
(www.medanbagus.com/23/06 /2013).
Bagi anak dalam keluarga, perceraian selalu saja merupakan rentetan goncangangoncangan yang menggoreskan luka batin yang dalam. Stres, ketakutan, kecemasan sampai
dengan depresi seringkali dialami anak-anak yang kedua orangtuanya bercerai. Kondisi-kondisi
emosi tersebut timbul akibat rasa kecewa karena orangtuanya bercerai. Rasa sakit yang ada pada
diri anak menjadi pemicu ketidakstabilan emosi. Anak akan mengembangkan kebencian pada
kejadian, ataupun pihak-pihak yang menimbulkan rasa sakit tersebut. Perceraian bukan saja
menimbulkan kebencian pada kedua orangtua, tapi juga pada dirinya sendiri sehingga anak akan
berusaha menjauhi orangtua. Perceraian akan memberikan dampak negatif pada anak terutama
pada anak yang memasuki masa remaja
Santrock (2007) mengatakan remaja dari keluarga yang bercerai lebih rentan mengalami
masalah penyesuaian diri, akademis, kurang memiliki tanggung jawab sosial, berhubungan
dengan teman sebaya yang antisosial, putus sekolah, menggunakan obat-obatan, dan aktif secara
seksual usia dini, dibandingkan dengan remaja dari keluarga utuh. Apabila perceraian dalam
keluarga itu terjadi saat anak menginjak usia remaja mereka akan mencari ketenangan baik itu
ditetangga, sahabat, ataupun teman sekolah. Trauma yang sering terjadi menimbulkan perasaan
terluka, marah, benci dan dendam (Hetherington dalam Dagun, 2000).
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara informal yang dilakukan peneliti kepada Heru
(bukan nama sebenarnya), salah seorang remaja yang orangtuanya bercerai di kawasan Medan
Timur:
“Walaupunusiaku
20tahunsaatini,
tapiakumasihmarahpada
ayah
yang
telahmeninggalkanibudan
aku.Sampaisekaranginitidaktahudimanakeberadaan
ayah
dantidakpernahberusahamencaritahukabartentangnya.Sebisamungkinmenghindaripembicaraante
xviii
ntang ayah.Biladitanya orang laintentang ayah, langsungajaakujawabtidaktahudancepatcepatgantitopik pembicaraan.“(Wawancara Interpersonal 10 Mei 2013).
Arthasari (2010) menambahkan remaja yang orangtuanya bercerai dominan memiliki
emosi marah, kecewa, tertekan, malu, menarik diri, dan sakit hati selama periode waktu tertentu,
yang akan mengekspresikannya dengan cara menunjukkan sikap bermusuhan kepada pihak yang
menimbulkannya.
Untuk mengatasi kemarahan remaja kepada pihak yang menimbulkannya khususnya
kepada orangtua, dapat dilakukan dengan memaafkan (forgiveness). Remaja harus berusaha tidak
menyalahkan keputusan orangtua untuk bercerai yang membuat mereka tidak dapat merasakan
lagi kebersamaan dalam keluarga yang utuh. Remaja sebagai anak harus berusaha aktif
membangun kembali hubungan antara dirinya dengan kedua orangtuanya, dengan terlebih
dahulu melupakan kesalahan yang dilakukan orangtua atas keputusan mereka bercerai
(Arthasari, 2010).
Menurut Hargrave dan Sells (dalam Hadriami, 2008) forgiveness merujuk pada
terlepasnya seseorang dari kemarahan terhadap panca indera, terbangun kembali hubungan
interpersonal yang saling percaya serta sembuhnya luka-luka hati yang dicederai untuk
memberikan maaf atau memaafkan pihak yang telah mencederai.
Nashori (2008) menjelaskan forgiveness adalah menghapus luka atau bekas-bekas luka
dalam hati. Boleh jadi ingatan kejadian yang memilukan di masa lalu masih ada, tetapi persepsi
kejadian yang menyakitkan hati telah terhapuskan. Sedangkan menurut Ken Hart (dalam Soesilo,
2006) menyatakan forgiveness adalah kesembuhan dari ingatan yang terluka, bukan
menghapuskan dan forgiveness sebagai cara mengatasi hubungan yang rusak dengan dasar
prososial.
xix
McCullough(1997), memberikan definisi bahwa forgiveness sebagai satu set perubahanperubahan motivasi di mana suatu organisme menjadi semakin menurun motivasi untuk
membalas terhadap suatu hubungan mitra, semakin menurun motivasi untuk menghindari pelaku,
semakin termotivasi oleh niat baik dan keinginan untuk berdamai untuk pelanggar, meskipun
pelanggaran termasuk tindakan berbahaya.
Tidak semua remaja mau dan mampu secara tulus memaafkan dan melupakan kesalahan
orang lain khususnya kepada orangtuanya (Arthasari, 2010). Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi forgiveness remaja kepada orangtua yang melakukan kesalahan terhadap dirinya.
Remaja memiliki empati yang baik, dia berusaha memahami dan mengerti kondisi orangtua pada
saat melakukan kesalahannya, dan menyadari bahwa hubungan mereka dengan orangtua tidak
akan pernah putus, apapun itu masalah yang melatar belakanginya. Remaja memiliki kecerdasan
emosi yang baik, dia mampu mengontrol emosi, dan mengelolanya untuk mengambil keputusan
yang terbaik bagi dirinya dan lingkungannya. Remaja sebagai anak berusaha memperbaiki
hubungan keluarga kearah yang lebih baik, bermula dari memaafkan kesalahan orangtua
(Worthington dan Wade, 1999).
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara informal yang dilakukan peneliti kepada Melly
(bukan nama sebenarnya), salah seorang remaja yang orangtuanya bercerai di kawasan Medan
Timur:
“Mungkin pada saat itu keputusan bercerai yang terbaik bagi orang tuaku dari pada ribut
terus setiap hari. Awalnya memang sedih karena tidak kumpul bersama lagi, tapi mau apalagi
udah terjadi, yang penting sekarang memandang masa depan. Bagaimanapun kak tetap
orangtuaku juga, tidak mungkin aku lahir tanpa mereka. Kalau dilihat sekarang ini bukan lagi hal
yang memalukan kalau orangtuanya bercerai (Wawancara Interpersonal 26 Mei 2013).
McCullough (1997) mengatakanada beberapa faktor yang mempengaruhi forgiveness
diantaranya karakteristik kepribadian. Menurut McCullough (1999) sifat pemarah, pencemas,
xx
introvert dan kecenderungan merasa malu merupakan faktor penghambat munculnya
forgiveness. Sebaliknya sifat pemaaf, extrovert menggambarkan beberapa karakter seperti
bersifat sosial, keterbukaan, ekspresi dan asertif merupakan faktor pemicu terjadinya
forgiveness.
Allport (dalam Suryabrata, 2008) mendefinisikan kepribadian sebagai susunan sistemsistem psikofisik yang dinamis dalam diri individu, yang menentukan penyesuaian yang unik
terhadap lingkungan. Sistem psikofisik yang dimaksud Allport meliputi kebiasaan, sikap, nilai,
keyakinan, keadaan emosional, perasaan dan motif yang bersifat psikologis tetapi mempunyai
dasar fisik anak secara umum. Atkinson (1996) mengatakan kepribadian sebagai pola perilaku
dan cara berpikir yang khas, yang menentukan penyesuaian diri individu terhadap lingkungan.
Eysenck (dalam Suryabrata, 2008) memberikan definisi kepribadian sebagai keseluruhan
oleh perilaku yang akurat maupun potensial dari organisasi yang ditentukan oleh pembawaan
lingkungan. Menurut Suryabrata (2008) setiap individu pasti berinteraksi dan berusaha
beradaptasi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik atau psikologi sangat dipengaruhi oleh
kepribadiannya.
Secara teoritis ada berbagai pendekatan yang digunakan untuk mendefinisikan suatu
kepribadian, salah satu pendekatan yang digunakan dalam mengkaji kepribadian adalah
pendekatan trait. Di dalam pendekatan ini, trait mempunyai unit yang fundamental dari
kepribadian. Banyak ahli psikologi berkeyakinan bahwa gambaran yang paling baik mengenai
struktur trait dimiliki oleh big five. Menurut McCrae & Costa (dalam Pervin, 2010) big five ini
merupakan trait kepribadian yang digambarkan dalam lima dimensi dasar. Ke lima dimensi itu
adalah ekstraversion, agreeableness, conscientiousness, neouroticism, dan openness to
experience.
xxi
Friedman & Schustack (2008) mengajarkan big five sebagai : Extraversionorang yang
tinggi pada dimensi ini cenderung penuh semangat, antusias, dominan, ramah dan komunikatif.
Sebaliknya orang yang rendah pada dimensi ini akan cenderung pemalu, tidak percaya diri,
submisif dan pendiam. Agreeableness : orang yang tinggi pada dimensi ini cenderung,
kooperatif, mudah percaya, pemaaf, penyayang dan hangat. Orang yang rendah dalam dimensi
ini cenderung dingin, konfrontatif dan kejam. Conscientiousnes: orang yang tinggi dalam
dimensi ini umumnya berhati-hati, dapat diandalkan, teratur dan bertanggung jawab. Orang yang
rendah dalam dimensi ini cenderung ceroboh, berantakan dan tidak dapat diandalkan.
Neuroticism: orang yang tinggi dalam dimensi ini cenderung gugup, sensitif, tegang dan mudah
cemas. Orang yang rendah dalam dimensi ini cenderung tenang dan santai.Openness to
experience: orang yang tinggi dalam dimensi ini umumnya terlihat imajinatif, menyenangkan,
kreatif dan artistik. Orang yang rendah dalam dimensi ini umumnya dangkal, membosankan dan
sederhana.
Penelitian yang dilakukanolehArthasari (2010)mengenaiperbedaan forgiveness dengan
Trait Kepribadian Big Five pada remaja korban perceraian di Bumi Serpong Damai Tangerang
diperoleh hasil bahwa adanya perbedaan pada dimesiextraversion, agreeableness, openness to
experience, neuroticism and conscientiousness terhadap forgivenes.
Dari berbagai fenomena dan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, peneliti
tertarik dan mencoba untuk meneliti apakah ada perbedaan forgiveness pada remaja yang
orangtuanya bercerai ditinjau dari tipe kepribadian.
B. Identifikasi Masalah
Angka perceraian di Indonesia sudah berada pada titik mengkhawatirkan, dimana
Indonesia memiliki angka perceraian yang tertinggi di Asia Tenggara Kondisi ini setiap tahun
xxii
semakin parah, dikarenakan semakin tingginya angka perceraian yang diputuskan di Pengadilan
TinggiAgama(www.hariansumutpos.com/05/04/2013).
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Pengadilan Tinggi Agama bahwa setiap tahun
keluarga yang berkonflik dan memutuskan mengakhiri ikatan pernikahan mereka atau bercerai
semakin meningkat dan peningkatan yang paling signifikan berada pada lima tahun terakhir ini,
yaitu pada tahun 2009 sampai 2013 (2013, 02 April).
Perceraian akan memberikan dampak negatif
pada anak terutama pada anak yang
memasuki masa remaja (Hapsari, 2011). Perceraian orangtua akan menimbulkan trauma dan
disertai perasaan terluka, marah, benci dan dendam (Hetherington dalam Dagun, 2000).
Arthasari (2010) menambahkan remaja yang orangtuanya bercerai dominan memiliki emosi
marah, kecewa, tertekan, malu, menarik diri, dan sakit hati selama periode waktu tertentu, dan
akan mengekspresikannya dengan cara menunjukkan sikap bermusuhan kepada pihak yang
menimbulkannya.
Untuk mengatasi kemarahan remaja kepada pihak yang menimbulkan khususnya kepada
orangtua, dapat dilakukan dengan memaafkan (forgiveness). Nashori (2008) menjelaskan
forgiveness adalah menghapus luka atau bekas-bekas luka dalam hati. Boleh jadi
ingatan kejadian yang memilukan di masa lalu masih ada, tetapi persepsi kejadian yang
menyakitkan hati telah terhapuskan. Sedangkan menurut Ken Hart (dalam Soesilo, 2006)
menyatakan forgivenessadalah kesembuhan dari ingatan yang terluka,bukan menghapuskan dan
forgiveness sebagai cara mengatasi hubungan yang rusak dengan dasar prososial.
Tidak semua orang mau dan mampu secara tulus memaafkan dan melupakan kesalahan
orang lain. McCullough(1997)mengatakanada beberapa faktor yang mempengaruhi forgiveness
diantarnya karakteristik kepribadian. Secara teoritis ada berbagai pendekatan yang digunakan
xxiii
untuk mendefinisikan suatu kepribadian, salah satu yang digunakan dalam mengkaji kepribadian
adalah pendekatan trait. Di dalam pendekatan ini, trait mempunyai unit yang fundamental dari
kepribadian. Para ahli psikologi berkeyakinan bahwa gambaran yang paling baik mengenai
stuktur trait dimiliki oleh big five.Menurut McCrae & Costa (dalam Pervin, 2010) big five ini
merupakan trait kepribadian yang digambarkan dalam lima dimensi dasar. Kelima dimensi itu
adalah ekstraversion, agreeableness, conscientiousness, neouroticism, dan openness to
experience.
Berdasarkan uraian diatas peneliti mengidentifikasi adanya perbedaan forgiveness
ditinjau dari tipe kepribadian.
C. Batasan Masalah
Untuk lebih mengarahkan penelitian agar sesuai dengan tujuan dan terfokus pada sasaran,
maka perlu dilakukan pembatasan ruang lingkup permasalahan. Disini penelitian yang dilakukan
mengenai Perbedaan Forgiveness dengan tipe kepribadian remaja yang orangtuanya bercerai.
Maka peneliti hanya membahas permasalahan yang berkaitan dengan forgiveness dan tipe
kepribadian. Adapun tipe kepribadian yang dipakai adalah big five personality.Yang menjadi
subyek penelitian adalah remaja yang orangtuanya bercerai tinggal di Kecamatan Medan Timur.
D. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, rumusan masalah yang diangkat adalah : Adakah perbedaan
forgiveness pada remaja yang orangtuanya bercerai ditinjau dari tipe kepribadian ?
E.Tujuan Penelitian
xxiv
Berdasarkan masalah di atas tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbedaan forgiveness pada remaja yang orangtuanyabercerai ditinjau dari tipe
kepribadian.
F. Manfaat Penelitian
Dari gambaran pendahuluan hingga tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat secara kolektif, baik untuk keilmuan (teoritis) atau untuk peneliti,
dan subjek penelitian (praktis) manfaat tersebut adalah:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
psikologi terutama dalam bidang psikologi kepribadian dan psikologi perkembangan. Hingga
nantinya dapat memperkaya teori-teori tentang perbedaan forgiveness pada remaja ditinjau dari
tipe kepribadian.
2. Manfaat Praktis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu remaja yang orangtuanya bercerai agar
lebih memahami tipe kepribadian yang dominan pada dirinya sehingga dapat membenahi dan
meningkatkan forgiveness terhadap orang tuanya.
xxv
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Remaja Yang Orangtuanya Bercerai.
1. Pengertian Remaja
Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, yang berasal dari bahasa Latin
adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”.Masa remaja adalah
masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang diikuti dengan berbagai masalah
yang ada karena adanya perubahan fisik, psikis, dan sosial.Masa peralihan itu banyak
menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam penyesuaian terhadap dirinya maupun terhadap
lingkungan sosial.Hal ini dikarenakan remaja bukan kanak-kanak lagi tetapi juga belum dewasa,
dan remaja juga ingin diperlakukan sebagai orang dewasa.
Menurut Hurlock (2000) remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Ia tidak
termasuk golongan anak, tetapi ia tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua,
posisinya ada diantara anak dan orang dewasa.Remaja masih belum mampu untuk menguasai
fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya. Remaja awal berusia 13-16 tahun dan remaja akhir berusia
17-21 tahun.
MenurutSantrock (2007)remaja merupakan suatu periode dimana kematangan kerangka
dan seksual terjadi secara pesat terutama pada awal masa remaja. Masa remaja terjadi secara
berangsur-angsur tidak dapat ditentukan secara tepat kapan permulaan dan akhirnya, tidak ada
tanda tunggal yang menandai.Bagi anak laki-laki ditandai dengan tumbuhnya kumis dan pada
anak perempuan ditandai dengan melebarnya pinggul.Hal ini dikarenakan pada masa ini hormonhormon tertentu meningkat secara drastis.Pada anak laki-laki hormon tertosteron yaitu suatu
hormon yang berkait dengan perkembangan alat kelamin, pertumbuhan tinggi dan perubahan
xxvi
suara.Sedangkan pada anak perempuan hormon estradiol yaitu suatu hormon yang berkait
dengan perkembangan buah dada, rahim, dan kerangka pada anak perempuan.Remaja juga
diartikan sebagai masa perkembangan transisi emosional.Walaupun situasi budaya dan sejarah
membatasi kemampuan untuk menentukan rentang usia remaja, di Amerika dan banyak budaya
lain sekarang ini masa remaja dimulai kira-kira 10 sampai 13 tahun dan berakhir antara 18-22
tahun.
Menurut Zulkifli (2005) masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan mereka,
karena pada masa ini mereka mengalami banyak perubahan pada psikis dan fisiknya.Mereka
penuh mengalami gejolak emosi dan tekanan jiwa sehingga mudah menyimpang dari aturan dan
norma-norma sosial yang berlaku di kalangan masyarakat.
Anna Freud (dalam Gunarsa, 2003) mengatakan remaja merupakan suatu masa yang
meliputi masa perkembangan dimana terjadi perubahan-perubahan dalam hal motivasi seksual,
organisasi dari pada ego, dalam hubungan dengan orang tua, orang lain dan cita-cita yang
dikejar.
Berdasarkan beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa remaja sebetulnya tidak
mempunyai tempat yang jelas. Ia tidak termasuk golongan anak, tetapi ia tidak pula termasuk
golongan orang dewasa atau golongan tua, posisinya ada diantara anak dan orang
dewasa.Remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya.
Remaja awal berusia 13-16 tahun dan remaja akhir berusia 17-21 tahun.
2. Ciri-ciri Remaja.
Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum
dan sesudahnya.Hurlock (2000) menjelaskan ciri-ciri tersebut :
a. Masa remaja sebagai periode yang penting.
xxvii
Pada masa remaja, baik langsung maupun akibat jangka panjang tetap penting.Ada periode
yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena akibat psikologis.Pada periode remaja
kedua-duanya sama-sama penting.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan.
Peralihan tidak berarti terputus atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya,
melainkan sebuah peralihan dari suatu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya,
apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi
sekarang dan yang akan datang.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan.
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat
perubahan fisik selama awal masa remaja.Ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat,
perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung dengan pesat.Kalau perubahan fisik
menurun, maka perubahan sikap dan perilaku menurun juga.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah.
Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja sering
menjadi masalah yang sulit diatasi oleh anak laki-laki maupun anak perempuan.
e. Masa remaja sebagai mencari identitas.
Pada awal masa remaja penyesuaian diri dengan kelompok masih penting bagi anak laki-laki
dan perempuan. Kemudian lambat laun mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas
lagi dan menjadi sama dengan teman-teman sebayanya dalam segala hal.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.
xxviii
Adanya keyakinan bahwa orang dewasa mempunyai pandangan yang buruk tentang remaja,
membuat peralihan kedewasa menjadi sulit.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik.
Remaja cenderung memandang dirinya sendiri dan orang lain sebagai mana yang ia inginkan
dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistis ini,
tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya,
menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah
untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka
sudah hampir dewasa.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulakan ciri-ciri remaja adalah :
sebagai periode yang penting,periode peralihan, periode perubahan,usia bermasalah, mencari
identitas, usia yang menimbulkan ketakutan,masa yang tidak realistik, ambang dewasa.
3. Tugas Perkembangan Remaja.
Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meningkatkan sikap dan
perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku
dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan remaja menurut Hurlock (2000) adalah :
a. Mencapai relasi baru dan yang lebih matang dengan teman-teman sebaya baik pria maupun
wanita.
b. Mencapai peran sosial pria dan wanita.
c. Menerima perubahan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secaraefektif.
xxix
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya.
f. Mempersiapkan karier dan ekonomi.
g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
h. Menumbuhkan peringkat nilai dan sistem etika sebagai peganganuntuk berperilaku
mengembangkan ideologi.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan tugas perkembangan remaja adalah :
mencapai relasi baru dan yang lebih matang dengan teman-teman sebaya baik pria maupun
wanita, mencapai peran sosial pria dan wanita, menerima perubahan fisiknya dan menggunakan
tubuhnya secaraefektif, mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab,
mencapaikemandirian
emosional
dari
orang
tua
dan
orang-orang
dewasa
lainnya,
mempersiapkan karier dan ekonomi, mempersiapkan perkawinan dan keluarga, menumbuhkan
peringkat nilai dan sistem etika sebagai peganganuntuk berperilaku mengembangkan ideologi.
4. Karakteristik Remaja.
Menurut Yusuf (2001) karakteristik remaja yaitu :
a. Perkembangan Fisik.
Masa remaja merupakan salah satu diantara dua masa tantangan kehidupan individu, dimana
terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat.
b. Perkembangan Kognitif.
Menurut Piaget, masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal (operasi kegiatan mental
tentang berbagai gagasan). Remaja, secara mental telah dapat berfikir logis tentang berbagai
gagasan yang abstrak. Dengan kata lain berfikir operasi formal lebih bersifat hipotetis dan
abstrak, serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah dari pada berfikir kongkret.
xxx
c. Perkembangan Emosi.
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi.Pada
masa remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif
yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negatif
dan temperamental (mudah tersinggung, kecewa, marah, sedih, murung), sedangkan pada
remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya.
d. Perkembangan Moral.
Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perubahan-perubahan yang dapat dinilai
baik oleh orang lain. Remaja berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya
saja tetapi juga psikologisnya (rasa bangga, puas dengan penilaian positif dari orang lain).
e. Perkembangan Kepribadian.
Masa remaja merupakan saat berkembangnya jati diri.Perkembangan jati diri merupakan isu
sentral pada masa remaja yang memberikan dasar bagi masa dewasa.
f. Perkembangan Kesadaran Beragama.
Kemampuanberfikir abstrak memungkinkannya untuk dapatmentransformasikan keyakinan
beragamanya.Dia dapat mengapresiasikan kualitas Tuhan sebagai Yang Maha Adil, Maha
Kuasa, Maha Kasih Sayang.
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan karakteristik remaja adalah : perkembangan
fisik, perkembangan kognitif, perkembangan emosi, perkembangan sosial, perkembangan moral,
perkembangan kepribadian, perkembangan kesadaran beragama.
5. Remaja yang orang tuanyabercerai.
Keluarga merupakan suatu lingkungan pertama bagi anak, tempat untuk membimbing
anak serta untuk memenuhi kebutuhan hidup. Baik kebutuhan fisik maupuk psikis, maka
xxxi
orangtua harus memberikan suasana keluarga yangharmonis sehingga anak akan tumbuh dan
berkembang dengan baik. Menurut Murdock (dalam Rasjidi, 1991) fungsi dari keluarga meliputi
fungsi seksual atau kelamin, ekonomi, reproduksi dan pendidikan sebagai fungsi sosial dari suatu
keluarga.
Menurut Gunarsa (1993) keluarga sebenarnya mempunyai fungsi yang tidak hanya
sebatas selaku penerus keturunan saja.Dalam bidang pendidikan, keluarga merupakan sumber
pendidikan yang utama, karena segala pengetahuan dan kecerdasan intelektual manusia
pertamasekali diperoleh dari orangtua dan anggota keluarga sendiri.Namun ironisnya angka
perceraian di Indonesia dewasa ini semakin meningkat.
Peristiwa perceraian dalam keluarga senantiasa membawa dampak yang cukup
mendalam.Kasus ini menimbulkan stress, tekanan dan menimbulkan perubahan fisik dan
mental.Keadaan ini dialami oleh semua anggota keluarga, tidak terkecuali orangtua sebagai
pelaku perceraian itu sendiri dan pihak anak yang paling menderita.Setelah peristiwa perceraian,
struktur keluarga berubah, anak hanya diasuh oleh satu orangtua saja. Keluarga dengan orangtua
tunggal akan berpengaruh pada pola interaksi dan komunikasi dalam keluarga dan masyarakat,
sebab dalam keluarga ini, tanggung jawab dan beban keluarga seperti pengasuhan serta
pendidikan anak menjadi tanggung jawab orangtua itu sendiri.
Menurut Dagun (2000) tahun pertama perceraian merupakan masa krisis yang paling
sulit. Orangtua tampaknya dari waktu ke waktu memperlihatkan sikap
kasar pada anaknya. Dengan demikian secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan
dampak terhadap anak dan keluarga.
Perceraian tidak hanya membawa dampak bagi orangtua saja, tetapi juga anak terutama
remaja. Pada remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak
xxxii
kemasa dewasa yang sering disebut juga sebagai masa krisis di mana mulai terjadinya proses
pembentukan jati diri. Pada masa peralihan ini status individu tidaklah jelas dan terdapat
keraguan akan peran yang harus dilakukan. Masa remaja juga merupakan periode yang penting
di mana terjadi perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai cepatnya perkembangan
mental terutama di awal masa remaja dan semua perkembangan tersebut memerlukan
penyesuaian mental dan perlunya pembentukan sikap, nilai dan minat baru (Hurlock, 2000).
Pada masa krisis ini remaja itu berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas
sebagai individu terpisah dari keluarga dan menghadapi tugas menentukan arah mencari mata
pencaharian sendiri. Para remaja belum diberi banyak hak istimewa orang dewasa sampai
mereka menginjak usia belasan lebih lanjut. Disebagian besar negara bagian, mereka tidak dapat
bekerja secara penuh.Tidak dapat menandatangani dokumen resmi, minum-minuman beralkohol,
menikah atau memberikan hak suara (Atkinson, 1996).
Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa masa remaja merupakan masa transisi atau
masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Oleh sebab itu tentunya remaja yang
hidup dalam perceraian orangtua akan sangat berdampakbagi remaja, mulai dari tidak bisa
menerima kenyataan pada perubahan akibat perceraian sampai pada masalah sehari-hari yang
dialami oleh remaja itu sendiri.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa remaja yang orangtuanya
bercerai adalah remaja yang memiliki struktur keluarga yang tidak lengkap diakibatkan oleh
perceraian kedua orangtuanya, remaja di asuh atau tinggal bersama salah satu dari anggota
keluarga. Sehingga remaja harus melakukan penyesuaian mental, pembentukan sikap, dan nilai.
6. Dampak perceraian orangtua terhadap anak.
Menurut Agency( 2011) dampak perceraian orangtua pada anak :
xxxiii
a. Merasa tidak aman.
Anak akan lebih merasa nyaman bila dekat dengan orangtuanya sebagai tempat
berlindung bila ada sebuah ancaman.
b. Merasa tidak diinginkan.
Anak akan merasa dibuang oleh orangtua yang meninggalkannya. Jika perceraian tanpa
dipersiapkan biasanya seorang anak akan memendam dendam pada orangtua yang
meninggalkannya bahkan dimungkinkan anak akan menderita trauma.
c. Kesepian.
Kebiasaan anak bercengkrama dengan orangtua akan membuat anak merasa kesepian dan
berusaha mencari hiburan dengan teman-temannya. Akibatnya, waktu di rumah akan
semakin sedikit.
d. Marah.
Pada umumnya anak-anak korban perceraian memiliki tingkat amarah yang cukup tinggi,
kemungkinan karena sering melihat kekerasan dalam rumah tangga sehingga
membentuknya sebagai anak pemberontak.
e. Kehilangan.
Dalam hati terdalam seorang anak pasti akan merasa kehilangan salah seorang
orangtuanya yang pergi meninggalkannya.Sejatinya anak menginginkan orangtua yang
utuh.
f. Menyalahkan diri sendiri.
Beberapa anak korban perceraian merasa dirinya adalah penyebab perceraian. Sang anak
menjadi frustrasi dan jika frustrasi ini dibiarkan maka dapat menimbulkandepresi yang
kemudian menghambat perkembangan mentalnya.
xxxiv
Anak-anak dari keluarga yang bercerai lebih rentan mengalami penyesuaian diri,
akademis, kurang memiliki tanggung jawab sosial, berhubungan dengan teman sebaya yang anti
sosial, putus sekolah, menggunakan obat-obatan dan aktif secara seksual dini.Meskipun tidak
semua anak dari keluarga bercerai mengalami hal tersebut, namun angkanya tetap lebih tinggi
dari pada keluarga lengkap yang tidak pernah bercerai (Santrock, 2007).
Sedangkan menurut Dagun (2000) kasus perceraian akan membawa trauma pada setiap
anak meski dengan kadar berbeda. Setiap tingkat usia anak dalam menyesuaikan diri dengan
situasi baru ini memperlihatkan cara dan penyesuaian yang berbeda. Kelompok anak yang sudah
menginjak usia besar pada saat terjadinya kasus perceraian tidak lagi menyalahkan diri sendiri,
tetapi memiliki sedikit perasaan takut akan perubahan situasi keluarga dan merasa cemas karena
ditinggalkan salah satu orangtuanya.
Papalia (2007) mengatakan perceraian melahirkan perceraian yang baru lagi. Anak yang
kedua orang tuanya bercerai awalnya berharap pernikahan mereka tidak akan pernah berakhir
seperti orangtuanya, namun beberapa lama kemudian mereka akhirnya mengambil keputusan
bercerai seperti orangtuanya.
Hetherington (2003)mengungkapkan bahwa anak pada keluarga yang bercerai beresiko
tinggi mengalami masalah-masalah perkembangan psikologis, tingkah laku, sosial, dan
akademik, dibandingkan dengan keluarga yang orang tuanya tidak bercerai.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dampak perceraian orangtua dapat
mengakibatkan anak merasa tidak aman,merasa tidak diinginkan, kesepian, marah, kehilangan,
menyalahkan diri sendiri.
xxxv
B. Forgiveness
1. Pengertian Forgiveness
Seseorang tidak mungkin forgive (memaafkan) kecuali jika unforgive (tidak memaafkan)
telah terjadi. Forgiveness baru dapat muncul setelah adanya unforgiveness, namun orang yang
mengalami unforgiveness bukan berarti pasti akan mengalami forgiveness. Forgiveness
merupakan suatu cara untuk mengatasi unforgivenes.
Enright (dalam Schimmel, 2002) mengatakan forgiveness sebagai suatu bentuk kesiapan
melepas hak yang dimiliki seseorang untuk meremehkan, menyalahkan, dan membalas dendam
terhadap pelaku yang telah bertindak tidak benar terhadapnya, dan diwaktu yang bersamaan
mengembangkan kasih sayang dan kemurahan hati.Menurut Hadriami (2008)forgiveness adalah
kesediaan dari pihak yang dicederai untuk memberikan maaf atau memaafkan pihak yang telah
mencederai.Forgiveness merupakan kesediaan untuk menanggalkan kekeliruan masa lalu yang
menyakitkan, tidak lagi mencari-cari nilai dalam amarah dan kebencian, dan menepis keinginan
untuk menyakiti orang lain atau diri sendiri.
McCullough(1997) bahwa forgiveness didefinisikan sebagai satu set perubahanperubahan motivasi di mana suatu organisme menjadi semakin menurun motivasi untuk
membalas terhadap suatu hubungan mitra, semakin menurun motivasi untuk menghindari pelaku,
semakin termotivasi oleh niat baik dan keinginan untuk berdamai kepada pelanggar, meskipun
pelanggaran termasuk tindakan berbahaya.
Ken Hart (dalam Soesilo, 2006) mengatakan forgiveness adalah kesembuhan dari ingatan
yang terluka, bukan menghapuskan.Forgiveness diartikan juga sebagai cara mengatasi hubungan
yang rusak dengan dasar prososial.Menurut Hargrave dan Sells (Hadriami, 2008)forgiveness
merujuk pada terlepasnya seseorang dari kemarahan terhadap panca indera, serta kesembuhan
xxxvi
terhadap luka-luka hati, dan tidak ada balas dendam. Ada unsur melepaskan diri kemarahan
(afeksi) dan tercipta kembali hubungan, yang berarti adanya rekonsiliasi dengan munculnya
kepercayaan, sembuhnya luka, dan kehilangan motivasi balas dendam. Yang berarti forgiveness
tidak hanya terjadi ditahap afeksi, tetapi juga ditahap perilaku dimana korban berani membangun
kembali hubungan dengan situasi yang positif.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan forgiveness adalah satu set
perubahan-perubahan motivasi di mana suatu organisme menjadi semakin menurun motivasi
untuk membalas terhadap suatu hubungan mitra, semakin menurun motivasi untuk menghindari
pelaku, semakin termotivasi oleh niat baik dan keinginan untuk berdamai untuk pelanggar,
meskipun pelanggaran termasuk tindakan berbahaya.
2. Proses Forgiveness.
Proses forgiveness adalah proses yang berjalan perlahan dan memerlukan waktu.
Semakin parahnya sakit hati, semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk memaafkan.
Kadang-kadang seseorang melakukannya dengan perlahan-lahan sehingga melewati garis batas
tanpa menyadari bahwa dia sudah melewatinya. Proses forgiveness juga dapat terjadi ketika
pihak yang disakiti mencoba mengerti kenapa hal itu terjadi bersama-sama dengan upaya
meredakan kemarahan.
Robert Enright dan Gayle Red (dalam Nashori, 2009) mengungkapkan adanya empat fase
untuk memberikan forgiveness yaitu:
a. Fase pengungkapan (uncovering phase), yaitu ketika seseorang merasa sakit hati dan
dendam.
b. Fase keputusan (decision phase), yaitu seseorang mulai berfikir rasional dan memikirkan
kemungkinan untuk forgiveness. Pada fase ini individu belum forgiveness sepenuhnya.
xxxvii
c. Fase tindakan (work phase),yaitu adanya tindakan secara aktif memberikan forgiveness
kepada orang yang bersalah.
d. Fase pendalaman (outcame atau deepening phase), yaitu internalisasi kebermaknaan dari
proses forgiveness pada fase inilah individu memahami bahwa denganforgiveness maka
dirinya akan memberi manfaat untuk diri sendiri, orang lain dan lingkungannya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa proses forgivenessadalah fase
pengungkapan, fase keputusan, fase tindakan, fase pendalaman.
3. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Forgiveness.
Menurut Worthington dan Wade (1999) faktor-faktor yang mempengaruhi
forgiveness adalah
a. Kecerdasan Emosi.
Yaitu kemampuan untuk memahami keadaan emosi diri sendiri dan orang lain. Mampu
mengontrol emosi, memanfaatkan emosi dalam membuat keputusan, perencanaan,
memberikan motivasi.
b. Respon Pelaku.
Dimana respon pelaku meminta maaf dengan tulus atau menunjukkan penyesalan yang
dalam. Permintaan maaf yang tulus berkorelasi positif dengan forgiveness.
c. Munculnya Empati.
Empati adalah kemampuan untuk mengerti dan merasakan pengalaman orang lain tanpa
mengalami situasinya. Empati menengahi hubungan antara permintaan maaf dengan
forgiveness. Munculnya empati ketika sipelaku meminta maaf sehingga mendorong
korban untuk memaafkannya.
xxxviii
d. Kualitas Hubungan.
Forgiveness paling mungkin terjadi pada hubungan yang dicirikan oleh kedekatan,
komitmen dan kepuasan. Forgiveness juga berhubungan positif dengan seberapa penting
hubungan tersebut antara pelaku dan korban.
e. Rumination(Merenung dan Mengingat).
Semakin sering individu merenung dan mengingat-ingat tentang peristiwa dan emosi
yang dirasakan akan semakin sulit forgivenessterjadi. Rumination dan usaha
menekandihubungkan dengan motivasi penghindaran (avoidance) dan membalas dendam
(revenge).
f. Komitmen Agama.
Pemeluk agama yang komitmen dengan ajaran agamanya akan memiliki nilai tinggi pada
forgiveness dan nilai rendah pada unforgiveness.
g. Faktor Personal.
Sifat pemarah, pencemas, introvert dan kecenderungan merasa malu merupakan faktor
penghambat munculnya forgiveness. Sebaliknya sifat pemaaf, extrovert merupakan faktor
pemicu terjadinya forgiveness.
Sedangkan menurut McCullough (1999) ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
forgiveness yakni :
a) Empati
Empati adalah kemampuan seseorang untuk ikut merasakan perasaan atau pengalaman
orang lain. Kemampuan untuk empati ini erat kaitanya dengan pengambilalihan peran.
xxxix
Melalui empati terhadap pihak yang menyakiti, seseorang dapat merasa bersalah dan
tertekan akibat perilakunya yang menyakitkan.
b. Atribusi terhadap Pelaku dan Kesalahannya.
Penilaian akan mempengaruhi setiap perilaku individu. Artinya bahwa setiap perilaku itu
ada penyebabnya dan penilaian dapat mengubah perilaku individu.
c. Tingkat Kelukaan.
Beberapa orang menyangka sakit hati yang mereka rasakan untuk mengakuinya sebagai
sesuatu yang sangat menyakitkan. Mereka merasa takut mengakui rasa sakit hatinya
karena dapat mengakibatkan mereka membenci orang yang sangat dicintainya, meskipun
melukai.Hal ini sering kali menimbulkan kesedihan yang mendalam maka pemaafan
tidak bisa atau sulit terwujudkan.
d. Karakteristik Kepribadian.
Ciri kepribadian tertentu seperti ekstrovet menggambarkan beberapa karakter seperti
bersifat sosial, keterbukaan, ekspresi dan asertif.Karakter yang hangat, kooperatif, tidak
mementingkan diri, menyenangkan, jujur dermawan, sopan dan fleksibel juga cenderung
menjadi empati dan bersahabat.
e. Kualitas Hubungan.
Seseorang yang memaafkan kepada pihak lain dapat dilandasi oleh komitmen yang tinggi
pada relasi mereka. Ada empat alasan mengapa kualitas hubungan berpengaruh terhadap
perilaku memaafkan dalam hubungan interpersonal yaitu: pertama, mempunyai motivasi
yang tinggi untuk menjaga hubungan; kedua, adanya orientasi jangka panjang dalam
menjalin hubungan; ketiga, dalam kualitas hubungan yang tinggi masing-masing individu
adanya kepentingan satu orang dan kepentingan menyatu; keempat, kualitas hubungan
xl
mempunyai orientasi kolektivitas yang menginginkan pihak-pihak yang terlibat untuk
berperilaku yang memberikan keuntungan di antara mereka.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi
forgiveness adalah : kecerdasan emosi, respon pelaku, munculnya empati, kualitas hubungan,
rumination, komitmen agama, faktor personal, atribusi terhadap pelaku dan kesalahannya,
tingkat kelukaan, dan karakteristik kepribadian.
4. Manfaat Forgiveness.
Worthington & Wade (dalam Rusdi 2009)forgiveness secara kesehatan memberikan
keuntungan secara psikologis dan merupakan terapi yang efektif dalam intervensi yang
membebaskan seseorang dari kemarahannya dan rasa bersalah.Selain itu juga dapat mengurangi
rasa marah, depresi dan cemas.
Sedangkan menurut Fincham (2002)forgiveness dalam hubungan interpersonal yang erat
memberikan pengaruh terhadap kebahagiaan dan kepuasan hubungan. (Enright, 2001)forgiveness
dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan psikologis karena dengan forgiveness seseorang dapat
melepaskan perasaan marah, mengubah pemikiran destruktifmenjadi pemikiran yang lebih baik
terhadap orang yang telah menyakitinya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan manfaatforgiveness secara kesehatan
memberikan keuntungan secara psikologis dan merupakan terapi yang efektif dalam intervensi
yang membebaskan seseorang dari kemarahannya dan rasa bersalah. Selain itu juga dapat
mengurangi rasa marah, depresi dan cemas.
5. Aspek-aspek Forgiveness
MenurutMcCullough (1999),aspek- aspek forgivenessyaitu :
xli
a. Avoidance Motivation.
Semakin menurun motivasi untuk membalas dendam terhadap suatu hubungan mitra,
membuang keinginan untuk membalas dendam terhadap orang yang telah menyakiti.
b. Revenge Motivation.
Semakin menurun motivasi untuk menghindari pelaku, membuang keinginan untuk menjaga
kerenggangan (jarak) dengan orang yang telah menyakitinya.
c. Beneviolence Motivation
Semakin termotivasi oleh niat baik dan keinginan untuk berdamai dengan pelaku meskipun
pelanggaranya termasuk tindakan berbahaya, keinginan unuk berdamai atau melihat well
being orang yang menyakitinya.
Sedangkan menurut Ransley (2004)dalam forgiveness memiliki 3 aspek yaitu :
a. Proses intra subyektif.
Meliputi partisipasi yang utuh dari dua pihak secara aktif mencari dan disambut baik oleh
kedua pihak.
b. Pilihan untuk melepaskan kearahan.
Melepaskan energinegatif yaitu kemarahan.
c. Melepaskan balas dendam.
Meskipun sebenarnya korban punya hak untuk melakukan balas dendam tetapi korban
memilih memberikan hadiah berupa belas kasihan yang sebenarnya tidak berhak diterima
panca indera.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan aspek-aspek forgiveness adalah avoidance
motivation, revenge motivation, beneviolence motivation.
xlii
C. Kepribadian (Personality)
1. Pengertian Kepribadian.
Kata kepribadian berasal dari kata personality (bahasa Inggris) yang berasa dari kata
persona (bahasa Latin) yang berarti kedok atau topeng.Yaitu tutup muka yang sering dipakai
oleh pemain-pemain panggung untuk menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang.
Hal itu dilakukan oleh karena terdapat ciri-ciri khas yang hanya dimiliki oleh seseorang tersebut
baik dalam arti kepribadian yang baik ataupun yang kurang baik (Sujanto dkk, 2008)
Allport (dalam Suryabrata, 2008) mendefinisikan kepribadian sebagai susunan sistemsistem psikofisik yang dinamis dalam diri individu, yang menentukan penyesuaian yang unik
terhadap lingkungan. Sistem psikofisik yang dimaksud Allport meliputi kebiasaan, sikap, nilai,
keyakinan, keadaan emosional, perasaan dan motif yang bersifat psikologis tetapi mempunyai
dasar fisik secara umum.
Sedangkan menurut Pervin dkk (2010) kepribadian mewakili karakteristik individu yang
terdiri dari pola-pola pikiran, perasaan dan perilaku yang konsisten. Definisi tersebut memiliki
arti agar kita fokus pada banyak aspek yang berbeda pada setiap orang.Namun hal tersebut juga
menganjurkan kita untuk konsisten pada pola tingkah laku dan kualitas dalam diri orang tersebut
yang diukur secara teratur.
Selain itu Catell (dalam Subrata, 2008) berpendapat kepribadian merupakan hukumhukum mengenai apa yang dilakukan, baik yang nampak maupun yang tidak nampakmengenai
diri seseorang sebagaimana diketahui orang lain.Atkinson (1996) memberikan batasan
kepribadian sebagai pola perilaku dan cara berpikir yang khas, yang menentukan penyesuaian
diri individu terhadap lingkungan. Menurut Feist & Feist (2009) kepribadian adalah sebuah pola
dari sifat yang relatif menetap dan karekteristik unik, dimana memberikan konsistensi dan
xliii
individualitas pada perilaku seseorang.Sedangkan sifat (trait) menunjukkan perbedaan individual
dalam berperilaku, perilaku yang konsisten sepanjang waktu, dan stabilitas perilaku dalam
berbagai situasi.
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan
suatu susunan sistim psikofisik (psikis dan fisik yang terpadu dan saling berinteraksi dalam
mengarahkan tingkah laku) yang kompleks dan dinamis dalam diri seorang individu tersebut
terhadap lingkungannya, sehingga akan nampak dalam tingkah lakunya yang unik dan berbeda
dengan orang lain.
2. Faktor-faktor yang membentuk kepribadian.
Kepribadian berkembang dan mengalami perubahan-perubahan.Tetapi di dalam
perkembangan itu makin terbentuklah pola-polanya yang tetap dan khas, sehingga merupakan
ciri-ciri yang unik bagi individu.Purwanto (2007) mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan kepribadian :
a. Faktor biologis.
Faktor biologis yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau disebut faktor
fisiologis.Keadaan jasmani setiap orang sejak dilahirkan telah menunjukkan adanya
perbedaan-perbedaan.Keadaan fisik, baik yang berasal dari keturunan maupun yang
merupakan pembawaan sejak lahir memainkan peranan yang penting pada kepribadian
seseorang.
b. Faktor Sosial.
Faktor sosial yaitu manusia-manusia lain disekitar individu yang mempengaruhi individu
yang bersangkutan.Termasuk didalamnya tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan,
xliv
bahasa, yang berlaku dalam masyarakat itu.Dalam perkembangan anak pada masa bayi dan
kanak-kanak, peranan keluarga terutama ayah dan ibu sangat penting dan menentukan bagi
pembentukan kepribadian anak selanjutnya.
c. Faktor Kebudayaan.
Kebudayaan itu tumbuh dan berkembang didalam masyarakat, dimana kita dapat mengenal
bahwa kebudayaan di tiap daerah maupun negara selalu berlainan.Perkembangan dan
pembentukan kepribadian pada diri masing-masing individu tidak dapat dipisahkan dari
kebudayaan masyarakat dimana individu itu dibesarkan.
Sedangkan menurut Suryabrata (2008)secara umum perkembangan kepribadian
dipengaruhi oleh lima faktor yaitu:
a. Warisan biologis (heredity).
Warisan biologis mempengaruhi kehidupan manusia dan setiap manusia mempunyai
warisan biologis yang unik, berbeda dari orang lain. Artinya tidak ada seorangpun didunia
ini yang mempunyai karakteristik fisik yang sama persis dengan orang lain, bahkan anak
kembar sekalipun. Warisan biologis yang terpenting terletak pada perbedaan intelegensi dan
kematangan biologis. Keadaan ini membawa pengaruh pada kepribadian seseorang.
b. Warisan lingkungan alam (natural environment).
Perbedaan iklim, topografi dan sumber daya alam menyebabkan manusia harus
menyesuaikan diri terhadap alam. Melalui penyesuaian diri itu, dengan sendiri pola perilaku
masyarakat dan kebudayaanyapun dipengaruhi oleh alam.
c. Warisan sosial (social heritage atau budaya).
Antar manusia, alam dan kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling
mempengaruhi. Manusia berusaha untuk mengubah alam agar sesuai dengan kebudayaannya
xlv
guna memenuhi kebutuhan hidup.Sementara kebudayaan memberi andil yang besar dalam
memberikan warna kepribadian anggota masyarakat.
d. Pengalaman kelompok manusia (group experiences).
Kehidupan manusia dipengaruhi oleh kelompoknya.Kelompok manusia, sadar atau tidak
telah mempengaruhi anggota-anggotanya, dan para anggotanya menyesuaikan diri terhadap
kelompoknya. Setiap kelompok mewariskan pengalaman khas yang tidak diberikan oleh
kelompok lain oleh anggotanya sehingga timbulah kepribadian khas anggota masyarakat
tersebut.
e. Pengalaman unik (unique experiences).
Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang lain, walaupun orang itu
berasal dari keluarga yang sama, dibesarkan dalam kebudayaan yang sama, serta
mempunyai lingkungan fisik yang sama pula. Walaupun pernah mendapatkan pengalaman
yang serupa dalam beberapa hal namun berbeda dalam beberapa hal lainya. Pengalaman
setiap orang adalah unik dan tidak ada pengalaman siapapun yang secara sempurna
mengalaminya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan faktor-faktor yang membentuk kepribadian
ialah :warisan biologis (heredity),warisan lingkungan alam (natural environment),warisan sosial
(social heritage atau budaya),pengalaman kelompok manusia (group experiences),pengalaman
unik (unique experiences)
3. Big Five Personality.
Dimulai pada tahun 1960, dan semakin meningkat pada tahun 1980, 1990 dan tahun 2000
dimana tokoh pelopornya adalah Allport dan Catell. Kepribadian big five adalah suatu
xlvi
pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait
yang tersusun dalam lima buah dimensi kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan
analisis faktor. Lima dimensi trait kepribadian tersebut adalah extraversion,neuroticism,
openness to experience,agreeableness, conscientiousness(Friedman & Schustack, 2008).
Big fivemerupakan kepribadian dengan pendekatan trait yang didukung oleh penelitian
yang mendalam dan menghasilkan bahwa kepribadian dapat dilihat dalam lima dimensi. Kelima
dimensi ini muncul dari penelitian faktor analisis melalui berbagai tes dan skala kepribadian.
Menurut Golberg (dalam Pervin 2010)“Big” memiliki arti bahwa setiap faktor menggunakan
traits yang lebih spesifik dalam jumlah yang besar.Kelima faktor tersebut adalah openness
toexperience(O), conscientiousness(C), extraversion(E),agreeableness(A), neuroticism(N).Yang
kemudian disingkat OCEAN.
Feist & Feist (2009) menyatakan bahwa big five adalah salah satu kepribadian yang dapat
memprediksi dan menjelaskan perilaku. Suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologis
untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah domain
kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor.Lima faktor tersebut
adalah extraversion,neuroticism, openness to experience,agreeableness, dan conscientiousness.
Pervin (2005) menyatakan bahwa big five merupakan suatu pendekatan yang digunakan
dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui traits yang tersusun dalam lima buah
domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor.
Menurut McCrae & Costa (dalam Pervin, 2010) five factor model adalah sebuah
kesepakatan diantara pendekatan teoritis yang mengacu pada lima faktor kepribadian yang
terdiri dari extraversion, neuroticism, openness to experience,agreeableness, conscientiousness.
xlvii
Diantara kelima faktor tersebut, manusia cenderung memiliki salah satu faktor kepribadian
sebagai faktor yang dominan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa big fiveialah sebuah kesepakatan
diantara
pendekatan teoritis yang mengacu pada lima faktor kepribadian yang terdiri dari
extraversion, neuroticism, openness to experience,agreeableness, conscientiousness. Diantara
kelima faktor tersebut, manusia cenderung memiliki salah satu faktor kepribadian sebagai faktor
yang dominan.
4. Dimensi dalam Big FivePersonality.
Trait (sifat, ciri) merupakan suatu pola tingkah laku yang relatif menetap secara terus
menerus dan konsekuen yang digunakan dalam satu deretan keadaan. McCrae & Costa (dalam
Pervin, 2010)menyatakan bahwa trait-trait dalam domain-domain dari big five personality adalah
:
a. Extraversion.
Faktor ini merupakan dimensi yang penting dalam kepribadian, dimana extraversion ini
dapat memprediksi banyak tingkah laku sosial. Seseorang yang memiliki faktor extraversion
yang tinggi, akan mengingat semua interaksi sosial, berinteraksi dengan lebih banyak orang
dibandingkan dengan seseorang dengan tingkat extraversion
yang rendah. Dalam
berinteraksi mereka juga akan lebih banyak memegang kontrol dan keintiman.
Extraversion dicirikan dengan afek positif seperti memiliki antusiasme yang tinggi, senang
bergaul, memiliki emosi yang positif, energik, tertarik dengan banyak hal, ambisius, juga
ramah terhadap orang lainmemiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam bergaul, menjalin
hubungan dengan sesama dan juga dominan dalam lingkungannya. Extraversion dapat
memprediksi perkembangan dari hubungan sosial. Seseorang yang memiliki tingkat
xlviii
extrversion yang tinggi dapat lebih cepat berteman dari pada seseorang yang memiliki
tingkat extraversion yang rendah. Extraversion mudah termotivasi oleh perubahan, variasi
dalam hidup, tantangan dan mudah bosan. Sedangkan orang-orang dengan extraversion yang
rendah cenderung bersikap tenang dan menarik diri dari lingkungannya.
b. Neuroticism.
Neuroticism menggambarkan seseorang yang memiliki masalah emosi yang negatif seperti
rasa khawatir dan rasa tidak aman. Secara emosional mereka labil, mereka juga merubah
perhatian menjadi sesuatu yang berlawanan. Seseorang yang memiliki tingkat neuroticism
yang rendah cenderung akan lebih gembira dan puas terhadap hidup, dibandingkan dengan
seseorang yang memiliki neuroticism yang tinggi. Selain itu juga memiliki kesulitan dalam
menjalin hubungan dan berkomitmen, mereka juga memiliki tingkat self esteem yang
rendah, kepribadian yang mudah mengalami kecemasan, rasa marah, depresi dan cenderung
memiliki kecenderungan emotionally reaktif.
c. Openness to Experience.
Openness to experience yaitu proaktif dan menghargai pengalaman karena keinginannya
sendiri, toleran dan melakukan eksplorasi terhadap sesuatu yang belum dikenal. Mempunyai
ciri mudah bertoleransi, kapasitas menyerap informasi, menjadi sangat fokus, dan mampu
untuk waspada pada berbagai perasaan, pemikiran dan impulsivitas. Seseorang dengan
openness toexperience yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang memiliki imajinasi
dan kehidupan yang indah. Sedangkan seseorang yang memiliki tingkat openness
toexperience yang rendah memiliki nilai kebersihan, kepatuhan dan keamanan bersama, juga
xlix
menggambarkan pribadi yang mempunyai pemikiran yang sempit, konservatif dan tidak
menyukai adanya perubahan. Openness to experiencedapat membangun pertumbuhan
pribadi. Pencapaian kreativitas lebih banyak pada orang yang memiliki tingkat openness
toexperience yang tinggi. Juga memiliki rasa ingin tahu, kreatif, terbuka terhadap
pengalaman, lebih mudah untuk mendapatkan solusi untuk suatu masalah.
d. Agreeableness.
Dapat disebut juga sosial adaptability yang mengidentifikasikan seseorang yang ramah,
memiliki kepribadian yang selalu mengalah, menghindari konflik dan memiliki
kecenderungan untuk mengikuti orang lain. Individu yang berada pada skor agreeableness
yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang suka membantu, forgiving, dan penyayang.
Namun ditemukan pula sedikit konflik pada hubungan interpersonal, orang yang memiliki
tingkat agreeableness yang tinggi ketika berhadapan dengan konflik, self esteem mereka
akan cenderung menurun. Selain itu menghindar dari usaha langsung dalam menyatakan
kekuatan sebagai usaha untuk memutuskan konflik dengan orang lain merupakan salah satu
ciri dari seseorang yang memiliki tingkat agreeableness yang tinggi. Sedangkan orang
dengan tingkat agreeableness
yang rendah cenderung untuk lebih agresif dan kurang
kooperatif.
e. Conscientiousness.
Conscientiousness disebut juga impulsive control yang menggambarkan perbedaan
keteraturan dan self discipline seseorang. Individu yang conscientiousness memiliki nilai
kebersihan dan ambisi, yang biasanya digambarkan sebagai orang yang tepat waktu dan
ambisius. Conscientiousnessmendeskripsikan kontrol terhadap lingkungan sosial, berfikir
sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti peraturan dan norma, terencana,
l
terorganisir dan memprioritaskan tugas. Disisi negatif menjadi sangat perfeksionis,
kompulsif,
workaholik,
membosankan. Tingkat
conscientiousness
yang
rendah
menunjukkan sikap ceroboh, tidak terarah, serta mudah teralih perhatiannya.
Secara garis besar, rangkuman karakteristik big five personality dengan skor tinggi dan
skor rendah adalah sebagai berikut :
Tabel 2.
Dimensi Big Five Menurut McCrae & Costa (dalam Pervin 2010).
Karakteristik Skor Tinggi
Trait
Extraversion
Mengukur
kuantitas
dan
intensitas
interaksi
interpersonal, level aktivitas,
kebutuhan
stimulasi
dan
kapasitas kesenangan.
Neuroticism
Cemas,gugup,emosional,
Mengukur penyesuaian vs
merasa tidak aman, merasa ketidakstabilan
emosional.
tidak cakap, mudah panik.
Mengidentifikasi
individu
yang rentan terhadap tekanan
psikologis, ide yang tidak
realistis,
dorongan
yang
berlebihan dan respon coping
yang maladaptif.
Openness to Experience.
Ingin tahu, minat yang luas, Mengukur penilaian proaktif,
kreatif, original, imajinatif, penghargaan
terhadap
tidak tradisonal.
pengalaman untuk dirinya
sendiri, eksplorasi terhadap
yang tidak biasa.
Dapat bersosialisasi, aktif,
senang
bercakap-cakap,
berorientasi pada orang,
optimistis,
menyukai
keceriaan, lembut.
Karakteristik Skor
Rendah
Menahan diri, bijaksana,
tidak
gembira,
menyendiri, berorientasi
pada tugas, diam, menarik
diri.
Tenang, rileks, tidak
emosional, merasa aman,
puas diri, kukuh.
Konvensional,membumi,
sedikit
minat,
tidak
artistic, tidak analitis.
Agreeableness
Lembut hati, ramah, dapat Mengukur kualitas orientasi Sinis, kasar, curiga, tidak
li
dipercaya, suka menolong, interpersonal seseorang mulai kooperatif,
pemaaf, penurut.
dari perasaan kasihan sampai begis,
pada sikap permusuhan dalam manipulatif.
hal pikiran, perasaan, dan
tindakan.
Terorganisir,
dapat
diandalkan, pekerja keras,
disiplin diri, tepat waktu,
cermat, rapi, ambisius, keras
hati.
Conscientiousness.
Mengukur tingkat keteraturan
seseorang, ketahanan dan
motivasi dalam mencapai
tujuan. Berlawanan dengan
ketergantungan,
dan
kecenderungan untuk menjadi
malas dan lemah.
pendendam,
pemarah,
Tidak bertujuan, tidak
dapat diandalkan, malas,
acuh, sembrono, lemah
niat, keinginan lemah.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis dalam big five personality adalah
extraversion, neuroticism, openness toexperience,agreeableness, conscientiousness.
5. Faset dalam Big Five Personality.
Menurut McCrae &Costa (dalam Pervin, 2010), setiap dimensi dari Big Five terdiri dari 6
(enam) faset atau sub faktor. Faset-faset tersebut adalah:
1. Extraversion terdiri dari:
a) Gregariousness. Kecenderungan untuk banyak berteman
dan suka berinteraksi
dengan orang banyak.
b) Activity. Individu yang sering mengikuti berbagai kegiatan, memiliki energi dan
semangat yang tinggi.
c) Assertiveness. Individu yang cenderung tegas.
d) Excitement Seeking. Individu yang suka mencari sensasi dan suka mengambil resiko.
e) Positive Emotions. Kecenderungan untuk mengambil emosi-emosi yang positif seperti
bahagia, cinta dan kegembiraan.
lii
f) Warmth. Kecenderungan untuk mudah bergaul dan membagi kasih sayang.
2. Neuroticism terdiri dari:
a) Anxiety. Kecenderungan untuk gelisah, penuh ketakutan, merasa kuatir, gugup dan
tegang.
b) Self-consciousness. Individu yang menunjukkan emosi malu, merasa tidak nyaman,
sensitif dan mudah merasa rendah diri.
c) Depression. Kecenderungan untuk mengalami depresi pada diri sendiri.
d) Vulnerability. Kecenderungan tidak mampu menghadapai stress, bergantung pada
orang lain, mudah menyerah dan panik bila menghadapi sesuatu yang datang
mendadak;
e) Impulsiveness. Tidak mampu mengontrol keinginan yang berlebihan atau dorongan
untuk melakukan sesuatu.
f) Hostility. Kecenderungan untuk mengalami amarah, frustrasi, dan penuh kebencian.
3. Openness to experience terdiri dari:
a) Fantasy. Individu yang memiliki imajinasi yang tinggi dan aktif.
b) Aesthetics. Individu yang memiliki apresiasi yang tinggi terhadap seni dan keindahan.
c) Feelings. Individu yang menyadari dan menyelami emosi dan perasaannya sendiri.
d) Ideas. Berpikiran terbuka dan mau menyadari ide baru dan tidak konvensional.
e) Actions. Individu yang berkeinginan untuk mencoba hal-hal baru.
f) Values. Kesiapan seseorang untuk menguji ulang nilai-nilai sosial politik dan agama.
4. Agreeableness terdiri dari:
a) Straightforwardness. Individu yang terus terang, sungguh-sungguh dalam menyatakan
sesuatu.
liii
b) Trust. Tingkat kepercayaan individu terhadap orang lain.
c) Altruism.Individu yang murah hati, memiliki keinginan untuk membantu orang lain
dan mendahulukan kepentingan orang lain.
d) Modesty . Individu yang sederhana dan rendah hati.
e) Tendermindedness. Simpati, peduli pada oran lain danberhati lembut.
f) Compliance. Karakteristik dari reaksi terhadap konflik interpersonal.
5. Conscientiousnessterdiri dari:
a) Self-discipline. Mampu mengatur diri sendiri.
b) Dutifulness. Memegang erat prinsip hidup.
c) Competence. Kesanggupan, efektvitas dan kebijaksanaan dalam melakukan sesuatu.
d) Order. Kemampuan berorganisasi.
e) Deliberation. Selalu berfikir dahulu sebelum bertindak.
f) Achievement striving. Aspirasiindividu dalam mencapai prestasi
D. Perbedaan Forgiveness Pada Remaja Yang Orangtuanya Bercerai Ditinjau Dari
Tipe Kepribadian.
Bagi anak dalam keluarga, perceraian selalu saja merupakan rentetan goncangangoncangan yang menggoreskan luka batin yang dalam. Stres, ketakutan, kecemasan sampai
dengan depresi seringkali dialami anak-anak yang kedua orangtuanya bercerai. Kondisi-kondisi
emosi tersebut timbul akibat rasa kecewa karena orang tuanya yang memutuskan untuk berpisah
atau bercerai. Rasa sakit yang ada pada diri anak menjadi pemicu ketidak stabilan emosi. Anak
akan mengembangkan kebencian pada kejadian, ataupun pihak-pihak yangmenimbulkan rasa
sakit tersebut.Perceraian akan memberikan dampak negatif pada anak terutama pada anak yang
memasuki masa remaja (Hapsari, 2011).
liv
Santrock (2007) mengatakan remaja dari keluarga yang bercerai lebih rentan mengalami
masalah penyesuaian diri, akademis, kurang memiliki tanggung jawab sosial, berhubungan
dengan teman sebaya yang antisosial, putus sekolah, menggunakan obat-obatan, dan aktif secara
seksual usia dini, dibandingkan dengan remaja dari keluarga utuh. Apabila perceraian dalam
keluarga itu terjadi saat anak menginjak usia remaja mereka akan mencari ketenangan baik itu di
tetangga, sahabat, ataupun teman sekolah. Trauma yang sering terjadi menimbulkan perasaan
terluka, marah, benci dan dendam (Hetherington dalam Dagun, 2000). Arthasari (2010)
menambahkan remaja yang orangtuanya bercerai dominan memiliki emosi marah, kecewa,
tertekan, malu, menarik diri, dan sakit hati selama periode waktu tertentu, dan akan
mengekspresikannya dengan cara menunjukkan sikap bermusuhan kepada pihak yang
menimbulkannya.
Untuk mengatasi kemarahan kepada pihak yang menimbulkannya, dapat dilakukan
melalui proses memaafkan (forgiveness).Forgiveness dapat menjadi salah satu cara untuk
memfasilitasi penyembuhan luka dalam diri seseorang dan antar pribadi yang bermusuhan dan
menyakiti (Setyawan, 2008). Menurut Hargrave dan Sells (dalam Hadriami, 2008) forgiveness
merujuk pada terlepasnya seseorang dari kemarahan terhadap panca indera, terbangun kembali
hubungan interpersonal yang saling percaya serta sembuhnya luka-luka hati yang dicederai untuk
memberikan maaf atau memaafkan pihak yang telah mencederai.
Tidak semua remaja mau dan mampu secara tulus memaafkan dan melupakan kesalahan
orang
lain
bahkan
sekalipun
kepada
orangtuanya
(Arthasari,
2010).
McCullough(1997)mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi forgiveness diantaranya
karakteristik kepribadian. Menurut McCullough (1999) sifat pemarah, pencemas, introvert dan
kecenderungan merasa malu merupakan faktor penghambat munculnya forgiveness. Sebaliknya
lv
sifat pemaaf, extrovert menggambarkan beberapa karakter seperti bersifat sosial, keterbukaan,
ekspresif dan asertif merupakan faktor pemicu terjadinya forgiveness.
Secara teoritis ada berbagai pendekatan yang digunakan untuk mendefinisikan suatu
kepribadian, salah satu pendekatan yang digunakan dalam mengkaji kepribadian adalah
pendekatan trait. Di dalam pendekatan ini, trait mempunyai unit yang fundamental dari
kepribadian. Banyak ahli psikologi berkeyakinan bahwa gambaran yang paling baik mengenai
struktur trait dimiliki oleh big five. Menurut McCrae and Costa (dalam Pervin, 2010) big five ini
merupakan trait kepribadian yang digambarkan dalam lima dimensi dasar. Ke lima dimensi itu
adalah ekstraversion, agreeableness, conscientiousness, neouroticism, dan openness to
experience.
Extraversion dicirikan dengan afek positif seperti memiliki antusiasme yang tinggi,
senang bergaul, memiliki emosi yang positif, energik, tertarik dengan banyak hal, ambisius, juga
ramah terhadap orang lain. Extraversion yang tinggi digambarkan memiliki tingkat motivasi
yang tinggi dalam bergaul, menjalin hubungan dengan sesama dan juga dominan dalam
lingkungannya. Extraversion dapat memprediksi perkembangan dari hubungan sosial.
Neuroticism menggambarkan seseorang yang memiliki masalah emosi yang negatif
seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman. Secara emosional mereka labil, mereka juga merubah
perhatian menjadi sesuatu yang berlawanan. Seseorang yang memiliki tingkat neuroticism yang
rendah cenderung akan lebih gembira dan puas terhadap hidup, dibandingkan dengan seseorang
yang memiliki neuroticism yang tinggi. Selain itu juga memiliki kesulitan dalam menjalin
hubungan dan berkomitmen, mereka juga memiliki tingkat self esteem yang rendah, kepribadian
yang mudah mengalami kecemasan, rasa marah, depresi dan cenderung memiliki kecenderungan
emotionally reactive.
lvi
Openness to experience mempunyai ciri mudah bertoleransi, kapasitas menyerap
informasi, menjadi sangat fokus, dan mampu untuk waspada pada berbagai perasaan, pemikiran
dan impulsivitas. Seseorang dengan openness to experience yang tinggi digambarkan sebagai
seseorang yang memiliki imajinasi dan kehidupan yang indah. Sedangkan seseorang yang
memiliki tingkat openness to experience yang rendah memiliki nilai kebersihan, kepatuhan dan
keamanan bersama, juga menggambarkan pribadi yang mempunyai pemikiran yang sempit,
konservatif dan tidak menyukai adanya perubahan. Openness to experiencedapat membangun
pertumbuhan pribadi. Pencapaian kreativitas lebih banyak pada orang yang memiliki tingkat
openness to experience yang tinggi. Juga memiliki rasa ingin tahu, kreatif, terbuka terhadap
pengalaman, lebih mudah untuk mendapatkan solusi untuk suatu masalah.
Dimensi Agreeableness dapat disebut juga social adaptability yang mengidentifikasikan
seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah, menghindari konflik dan
memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang lain. Individu yang berada pada skor
agreeableness yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang suka membantu, forgiving, dan
penyayang.
Dimensi Conscientiousness disebut juga impulsive control yang menggambarkan
perbedaan keteraturan dan self disiplin seseorang. Individu yang conscientiousness memiliki
nilai kebersihan dan ambisi, yang biasanya digambarkan sebagai orang yang tepat waktu dan
ambisius.
Penelitian
yang
dilakukanolehArthasari
(2010)mengenaiPerbedaan
Forgiveness
denganTrait KepribadianBig Fivepada remaja korban perceraian di Bumi Serpong Damai
Tangerang diperolehhasil tertinggi pada dimesiextraversion,kemudian disusulagreeableness,
openness to experience, conscientiousnessdan neuroticism terhadap forgivenes.
lvii
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan forgiveness
pada remaja yang orangtuanya bercerai ditinjau dari big five personality, dimana dimensi
extraversion
memiliki
tingkat
forgiveness
yang
lebih
tinggi,
diikuti
dimensi
agreebleness,opennes to experience, conscientiousness dan dimesi neuroticism. Extraversion
dicirikan dengan afek positif seperti memiliki antusiasme yang tinggi, senang bergaul, memiliki
emosi yang positif, energik, tertarik dengan banyak hal, ambisius, juga ramah terhadap orang
lain. Extraversion yang tinggi digambarkan memiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam bergaul,
menjalin hubungan dengan sesama dan juga dominan dalam lingkungannya.
E. Kerangka Konseptual
Extraversion
nnn
Neuroticism
Remaja yang
orangtuanya
bercerai
TipeKepribadian
Openness to
experience
Avoi
Forgiveness
Aspek-aspek
Avoidance Motivation
Revenge Motivation
Agreeableness
Beneviolence Motivation
Conscientiousn
F. Hipotesis
ess
F. Hipotesis
Berdasarkan uraian teoritis diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah adanya
perbedaan forgiveness ditinjaudaritipekepribadianremaja yang orang tuanyabercerai.
lviii
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel Penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya(Sugiyono, 2008). Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan
dua variabel dalam penelitian ini. Variabel-variabel tersebut adalah:
1. 1. Variabel bebas (X) : Big Five Personality
2. a. Extraversion.
3. b. Neuroticism.
4. c. Openness to experience.
d. Agreeableness.
e. Conscientiousness.
2. Variabel terikat (Y): Forgiveness.
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian.
Definisi operasional variabel penelitian bertujuan untuk mengarahkan variabel penelitian
yang digunakan dalam penelitian agar sesuai dengan metode pengukuran yang telah disiapkan.
Menurut Azwar (2007 ) definisi operasional merupakan suatu definisi mengenai variabel yang
dirumuskan berdasarkan karekteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati. Adapun
definisi operasional untuk menjelaskan variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
lix
1. Forgiveness.
McCullough(1997)mengatakan
forgiveness
didefinisikan
sebagai
satu
set
perubahan-perubahan motivasi di mana suatu organisme menjadi semakin menurun
motivasi untuk membalas terhadap suatu hubungan mitra, semakin menurun motivasi
untuk menghindari pelaku, semakin termotivasi oleh niat baik dan keinginan untuk
berdamai untuk pelanggar, meskipun pelanggaran termasuk tindakan berbahaya. Data
mengenai forgiveness diungkap dengan skala yang terdiri dari aspek-aspek forgiveness
yakni: Avoidance Motivation, Revenge Motivation,dan Beneviolence Motivation
McCullough (1999).
Apabila
perolehan
skor
semakin
tinggi
berarti
forgiveness
tersebut
tinggi.Sebaliknya apabila perolehan skor semakin rendah maka forgiveness juga rendah.
2. Big Five Personality.
Menurut McCrae & Costa (dalam Pervin, 2010) five factor model adalah sebuah
kesepakatan diantara pendekatan teoritis yang mengacu pada lima faktor kepribadian
yang terdiri dari extraversion, neuroticism, openness to experience,agreeableness,
conscientiousness. Diantara kelima faktor tersebut, manusia cenderung memiliki salah
satu faktor kepribadian sebagai faktor yang dominan. Struktur kepribadian pada
penelitian ini berdasarkan traits kepribadian big five yaitu :
a. Extraversion, dengan ciri-ciri suka berteman, suka berinteraksi, mengikuti kegiatan,
mencari sensasi, bahagia,
b. Neuoriticism, dengan ciri-ciri gelisah, ketakutan, tidak nyaman, malu, depresi, stress,
mudah panik, frustrasi.
lx
c. Openness toexperience, dengan ciri-ciri memiliki imajinasi, aktif, apresiasi yang
tinggi, berpikiran terbuka, mencoba hal-hal baru.
d. Agreeableness,dengan ciri-ciri percaya pada orang lain, murah hati, penolong,
mendahulukan kepentingan orang lain, simpatik, peduli, berhati lembut, sederhana.
e. Conscientiousness, dengan ciri-ciri mengatur diri sendiri, memegang prinsip hidup,
berfikir sebelum bertindak, kemampuan berorganisasi, ingin berprestasi, terorganisir.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Hadi (2000) populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi dibatasi sebagai
jumlah subyek atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama sebagai
karakteristik. Sedangkan Walpole (1995) berpandangan bahwa populasi adalah keseluruhan
pengamatan yang menjadi perhatian peneliti. Populasi jumlahnya terhingga dan tak terhingga.
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang orang tuanya berceraitinggal
diKecamatan MedanTimur . Populasi diperoleh dari 11 kelurahan dengan perincian: kelurahan
Gang Buntu 38 orang, kelurahan Sidodadi 51 orang, kelurahan Durian 47 orang, kelurahan
Gaharu 63 orang, kelurahan Glugur Darat I 25 orang, kelurahan Glugur Darat II 34 orang,
kelurahan Pulo Brayan Darat I 40 orang, kelurahan Pulo Brayan Darat II 58 orang, kelurahan
Pulo Brayan Bengkel 12 orang, kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru 32 orang, kelurahan
Perintis 20 orang. Total keseluruhan populasi sebanyak 420 orang.
lxi
2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel.
Menurut Hadi (2000) sampel adalah sebagian dari populasi atau wakil dari populasi yang
diteliti dan sedikitnya memiliki satu sifat yang sama. Hasil penelitian terhadap sampel
diharapkan dapat digeneralisasikan kepada seluruh populasi.
Penelitian ini menggunakan teknik random sampling (sampling acak) dengan instrumen
acak nama, artinya penulis secara acak nama sampel dari seluruh populasi sebagai sampel
penelitian, dengan demikian memberikan hak yang sama kepada semua responden untuk
memperoleh kesempatan dipilih sebagai sampel. Karekteristik subjek penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
1.
Remaja yang orangtuanya bercerai minimal 1 tahun
2.
Remaja yang tinggal dengan salah satu orangtuanya.
Terdapat 150 remaja yang orangtuanya bercerai yang memiliki ciri-ciri tipe kepribadian
big five.Terdiri dari32 orang memiliki kepribadian extraversion, 34 orang memiliki
kepribadianneuroticism, 36 orang memiliki kepribadian openness to experience, 24 orang
memiliki kepribadian agreeablenessdan24 orang memilikikepribadian conscientiousness.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakanmengumpulkan data penelitian ini adalah skala psikologi yang
disusun dalam format skala likert. Menurut Hadi (2000)skala merupakan metode penyelidikan
yang berdasarkan pada laporan tentang diri sendiri. Alasan di gunakannya skala pada penelitian
ini seperti dikemukakan oleh Hadi (2000) yaitu:
1) Subjek adalah orang yang paling mengetahui tentang dirinya.
2) Apa yang dikatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya.
lxii
3) Intepretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan sama dengan
yang dimaksud oleh peneliti.
Metode pengambilan data menurut Suryabrata (1998), kualitas data ditentukan oleh
kualitas pengambilan data atau alat pengukurnya. Jika alat pengambilan datanya cukup reliabel
dan valid, maka datanya juga akan cukup reliabel dan valid. Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian adalah self reportquestionnaires atau kuesioner laporan diri.
Kuesioner merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis,
kemudian dikirim untuk diisi oleh responden. Seperangkat pernyataan dalam penelitian ini
disebut skala. Peneliti menggunakan skala sebagai alat ukur. Skala psikologi berupa konstrak
atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu. Satu skala psikologi
hanya diperuntukkan guna mengungkap suatu atribut tunggal (unidimensional) (Azwar , 2007).
Skala yang akan dikembangkan dalam penelitian adalah Skala Likert. Jawaban setiap
aitem instrumen yang menggunakan Skala Likertmempunyai gradasi dari sangat positif sampai
sangat negatif (Sugiyono, 2008). Peneliti memperhatikan tujuan ukur, metode penskalaan dan
format aitem yang dipilih, sehingga respon yang disajikan dalam skala adalah dalam bentuk
pilihan jawaban yang terdiri dari empat jawaban kesesuaian antara responden dengan penyataan
yang disajikan. Jawaban kesesuaian antara responden dengan penyataan yang disajikan tersebut
adalah:
[SS]
: Sangat Sesuai
[S]
: Sesuai
[TS]
: Tidak Sesuai
[STS]
: Sangat Tidak Sesuai
lxiii
Adapun skala yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skala langsung, yaitu skala
yang dikerjakan oleh subjek penelitian dan subjek tinggal memilih salah satu alternatif jawaban
yang telah disediakan. Skala yang akan dibuat terdiri dari:
1. Skala Forgiveness.
Skala komponen forgiveness memilih dari unsur-unsur yang telah diklasifikasikan
menurut McCullough (1999) yaitu : Avoidance motivation, Revenge motivation, Beneviolence
motivation.
Penilaian skala forgiveness berdasarkan format Skala Likert. Nilai skala setiap pertanyaan
diperoleh dari jawaban subjek yang menyatakan mendukung (favourable) atau tidak mendukung
(unfavourable) terhadap setiap pernyataan dalam empatkategori jawaban, yakni “Sangat Sesuai
(SS)”, “ Sesuai (S)”, “ Tidak Sesuai (TS)”, “Sangat Tidak Sesuai (STS)”.
Penilaian butir favourable bergerak dari nilai 4 untuk jawaban “SS”, nilai 3 untuk
jawaban “S”, 2 untuk jawaban “TS”, nilai 1 untuk jawaban “STS”. Penilaian butir unfavourable
bergerak dari nilai 1 untuk “SS”, 2 untuk jawaban “S”, nilai 3 untuk jawaban “TS”, nilai 4 untuk
jawaban “STS”.
2. Skala Big Five Personality.
Adapun skala big five personalityberdasarkan 5 faktor oleh McCrea & Costa (dalam
Pervin, 2010). Data diperoleh dari dimensi kepribadian big five yaitu:Extraversion, Neuroticism,
Openness to experience, AgreeablenessdanConscientiousness.
Alat ukur variabel kepribadian big five yang digunakan dalam penelitian ini adalah Big
Five Inventory 44 (BFI 44) yang dikembangkan oleh Jhon Donahue & Kentle (1991) dan telah
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia agar lebih mudah dipahami oleh subyek penelitian.
Penilaian skala big five personality berdasarkan format skala Likert. Nilai skala setiap
lxiv
pertanyaan diperoleh dari jawaban subjek yang menyatakan mendukung (favourable) atau tidak
mendukung (unfavourable) terhadap setiap pernyataan dalam empatkategori jawaban, yakni
“Sangat Sesuai (SS)”, “ Sesuai (S)”, “ Tidak Sesuai (TS)”, “Sangat Tidak Sesuai (STS)”.
Penilaian butir favourable bergerak dari nilai 4 untuk jawaban “SS”, nilai 3 untuk
jawaban “S”, 2 untuk jawaban “TS”, nilai 1 untuk jawaban “STS”. Penilaian butir unfavourable
bergerak dari nilai 1 untuk “SS”, 2 untuk jawaban “S”, nilai 3 untuk jawaban “TS”, nilai 4 untuk
jawaban “STS”.
E. Validitas dan Reliabilitas
Sebelum sampai pada pengolahan data, data yang akan diolah nanti haruslah berasal dari alat
ukur yang mencerminkan fenomena apa yang diukur. Untuk itu perlu dilakukan analisis butir
Validitas dan Reliabilitas.
1. Validitas Alat Ukur
Validitas berasal dari kata “validity” yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan
(mampu mengukur apa yang hendak diukur) dan kecermatan suatu instrumen pengukuran
melakukan fungsi ukurnya, yaitu dapat memberikan gambaran mengenai perbedaan yang
sekecil-kecilnya antara subjek yang lain (Azwar, 2007). Sebuah alat ukur dapat dinyatakan
mempunyai validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau
memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dikenakannya alat ukur tersebut. Suatu alat
pengukur untuk suatu sifat misalnya, maka alat itu dikatakan valid jika yang diukurnya adalah
memang sifat X tersebut dan bukan sifat-sifat yang lain.
Teknik yang digunakan untuk menguji validitas alat ukur (skala) adalah teknik korelasi
product moment dari Carl Pearson (Hadi, 2000), dengan formulanya sebagai berikut:
lxv
rxy 
 x  y 
 xy   n


 y 
 x   x   
y 





n
n
2
2
2
2






Keterangan:
rxy
=
Koefisien korelasi antara vriabel X (skor subjek tiap item) dengan variabel Y
(total skor subjek dari keseluruhan item).
ΣXY = Jumlah hasil perkalian antara variabel X dan Y.
ΣX
= Jumlah skor keseluruhan subjek setiap item.
ΣY
= Jumlah skor keseluruhan item pada subjek.
ΣX2 = Jumlah kwadrat skor X.
ΣY2 = Jumlah kwadrat skor Y.
N
= Jumlah subjek.
Nilai validitas setiap butir (koefisien r product moment Pearson) sebenarnya masih perlu
dikorelasi karena kelebihan bobot. Kelebihan bobot ini terjadi karena skor butir yang
dikorelasikan dengan skor total ikut sebagai komponen skor total, dan hal ini menyebabkan
koefisien r menjadi lebih besar (Hadi, 2000). Formula untuk membersihkan bobot ini dipakai
formula part whole.
Formula part whole:
rxy 
r SDSDx
SD SD 2r SDSD
xy
y
2
y
2
x
xy
x
y
lxvi
Keterangan
r.bt
= koefisien korelasi setelah dikorelasikan dengan part whole.
r.xy
= koefisien korelasi sebelum dikorelasi.
SD.y
= standar deviasi total.
SD.x
= standar deviasi butir.
2. Reliabilitas Alat Ukur.
Reliabilitas alat ukur adalah untuk mencari dan mengetahui sejauh mana hasil
pengukuran dapat dipercaya. Reliabilitas dapat juga dikatakan kepercayaan, keterandalan,
keajegan, kestabilan, konsistensi dan sebagainya.
Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali palaksanaan pengukuran
terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama selama dalam diri subjek
yang diukur memang belum berubah (Azwar, 2007). Untukmengetahui realiabilitas alat ukur
maka digunakan rumus koefisien alpha sebagai berikut
rtt  1 
MK i
MK s
Keterangan:
r.tt =indeks reliabilitas alat ukur.
I
=konstanta bilangan.
Mki =mean kuadrat antar butir.
MKs =mean kuadrat antar subjek.
lxvii
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Varians 1
Jalur, dimana dalam penelitian ini yang menjadi jalur atau klasifikasinya adalah bif five
personality
yang
terdiri
dari
lima
kepribadian
yakni
Extraversion
diberi
kode
A1,Neuroticismdiberi kode A2, Opennness to experiencediberi kode A3, Agreeablenessdiberi
kode A4, danConscientiousnesdiberi kode A5.
Format dari rancangan analisis Varians satu jalur ini dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
A
Keterangan A
A1
A2
A3
A4
A5
X
X
X
X
X
= Big fivepersonality
A1 = extraversion.
A2 = neuroticism.
A3 = openness to new experience.
A4 = agreeableness.
A5 = conscientiousness.
X = Forgiveness.
Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi terhadap data penelitian
yang meliputi yaitu:
1. Uji Normalitas Sebaran, yaitu untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian setiap
masing-masing variabel telah menyebar secara normal.
lxviii
2. Uji Homogenitas Varians, yaitu untuk melihat atau menguji apakah data-data yang telah
diperoleh berasal dari sekelompok subyek yang dalam beberapa aspek psikologis bersifat
sama (homogen).
B A B 1V
LAPORAN PENELITIAN
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai pelaksanaan penelitian, berupa orientasi kancah
penelitian dan segala persiapan yang telah dilakukan, pelaksanaan penelitian, hasil penelitian dan
pembahasan.
A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian.
1. Gambaran Umum Kecamatan Medan Timur.
Kecamatan Medan Timur merupakan salah satu kecamatan induk di Kota Medan yang
terletak di jalan Haji Muhammad Said No 1 kelurahan Gaharu berada diareal tanah seluas 1400
m2 yang memiliki fasilitas satu unit rumah dinas dan satu aula dengan luas 100 m2. Saat ini
Kecamatan Medan Timur dipimpin oleh Bapak Drs. Parulian Pasaribu M.Si yang dalam
melaksanakan tugasnya dibantu oleh satu orang sekretaris, empat orang kepala seksi dan tiga
orang kepala sub bagian serta staff. Kecamatan Medan Timur terdiri dari 11 kelurahan yaitu :
1. Kelurahan / Desa Gang Buntu ( Kodepos : 20231).
2. Kelurahan / Desa Perintis ( Kodepos : 20231).
3. Kelurahan / Desa Sidodadi ( Kodepos : 20234).
4. Kelurahan / Desa Durian ( Kodepos : 20235).
5. Kelurahan / Desa Gaharu (Kodepos : 20235).
lxix
6. Kelurahan / Desa Glugur Darat I ( Kodepos : 20238)
7. Kelurahan / Desa Glugur Darat II ( Kodepos : 20238).
8. Kelurahan / Desa Pulo Brayan Bengkel ( Kodepos : 20239).
9. Kelurahan / Desa Pulo Brayan Bengkel Baru ( Kodepos : 20239).
10. Kelurahan / Desa Pulo Brayan Darat I ( Kodepos : 20239).
11. Kelurahan / Desa Pulo Brayan Darat II ( Kodepos : 20239).
Setiap kelurahan dikepalai seorang lurah dan setiap lurah terdiri dari beberapa kepala
lingkungan.
Kecamatan Medan Timur merupakan salah satu kawasan inti perkotaan yang
letaknya:sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Deli ; sebelah selatan berbatasan
dengan Kecamatan Medan Kota ; sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Tembung,
Kecamtan Medan Perjuangan, Kecamatan Medan Kota ; sebelah barat berbatasan dengan
Kecamatan Medan Barat.
Luas wilayah Kecamatan Medan Timur adalah 7,76 km2, daerah yang terluas adalah
wilayah Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru (1,17 km2 )dan wilayah terkecil adalah Kelurahan
gang Buntu (0,4 km2). Jumlah penduduk keseluruhan dari 11 keluruhan tersebut sampai Mei
2012 adalah 149.102 penduduk.
2. Persiapan Penelitian.
Tahap dalam persiapan penelitian ini meliputi penyusunan alat ukur dan perizinan.
a. Persiapan administrasi.
Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu peneliti melakukan persiapan yang
meliputi persiapan administrasi penelitian, yaitu masalah peninjauan penelitian serta
permohonan izin penelitian dari Fakultas Psikologi Universitas Medan Area. Prosedur
perizinan dimulai dari menghubungi secara informal pada pihak Kantor Badan Penelitian
lxx
dan Pengembangan (Balitbang) yang beralamat di kantor Walikota jln Kpt Maulana
Lubis No 2 Medan guna meminta izin untuk mengadakan penelitian. Setelah itu
Balitbang memberikan surat persetujuan yang ditujukan kepada Kantor Kecamatan dan
kemudian dari pihak Kantor Kecamatan Medan Timur memberikan surat pengantar
disposisi kepada setiap kantor kelurahan di Kecamatan Medan Timur agar memberikan
ijin kepada peneliti untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan.
b. Persiapan Alat Ukur Penelitian.
Persiapan yang dimaksud adalah persiapan alat ukur yang nantinya digunakan
untuk penelitian, yakni skala forgiveness dan skala big five personality.
1. Skala Forgiveness
Skala Forgiveness disusun berdasarkan
aspek-aspek yang dikemukakan oleh
McCullough (1999) yakni Avoidance Motivation, Revenge Motivation, dan Beneviolence
Motivation. Penilaian skala forgiveness berdasarkan format skala Likert yang terdiri dari
empat alternatip jawaban untuk setiap item. Subjek dipersilahkan untuk memilih salah
satu dari empat alternatip jawaban yang tersedia, yang paling mengambarkan diri mereka
sendiri. Penilaiannya nilai skala setiap pertanyaan diperoleh dari jawaban subjek yang
menyatakan mendukung Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat
Tidak Sesuai
(STS).Skala ini disajikan dalam bentuk pernyataan mendukung
(favourable) dan tidak mendukung (unfavourable). Skor yang diberikan bergerak dari 1
sampai 4. Penilaian butir favourable bergerak dari nilai 4 untuk jawaban “SS”, nilai 3
untuk jawaban “S”, 2 untuk jawaban “TS”, nilai 1 untuk jawaban “STS”. Penilaian butir
unfavourable bergerak dari nilai 1 untuk “SS”, 2 untuk jawaban “S”, nilai 3 untuk
jawaban “TS”, nilai 4 untuk jawaban “STS”.
lxxi
Tabel 3
Distribusi Butiran Skala Forgiveness
Sebelum Uji Coba
No Aspek-Aspek
Forgiveness
1. Avoidance Motivation
Favourable
Unfavourable
Jumlah
1, 6, 33 ,37, 38.
4,15, 19 ,22 ,27.
10
2.
Revenge Motivation
2, 12 ,23, 26.
5 ,9, 17, 30, 34.
9
3.
Beneviolence
Motivation.
TOTAL
7, 8, 11, 14, 18, 20, 3,10, 13, 16, 21,
25, 31 ,35, 36, 39 ,40. 24 ,28, 29, 32.
21
19
21
40
2. Skala Big Five Personality.
Skala big five personality berdasarkan 5 dimensi kepribadian oleh McCrea & Costa
(dalam Pervin, 2010) yaitu: extraversion, neuroticism, openness to experience, agreeablenes,
conscientiousness. Penilaian skala big five personality berdasarkan format skala Likert yang
terdiri dari empat alternatip jawaban untuk setiap item. Subjek dipersilahkan untuk memilih
salah satu dari empat alternatip jawaban yang tersedia, yang paling mengambarkan diri mereka
sendiri. Penilaiannya nilai skala setiap pertanyaan diperoleh dari jawaban subjek yang
menyatakan mendukung Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak
Sesuai (STS). Skala ini disajikan dalam bentuk pernyataan mendukung (favourable) dan tidak
mendukung (unfavourable).Skor yang diberikan bergerak dari 1 sampai 4. Penilaian butir
favourable bergerak dari nilai 4 untuk jawaban “SS”, nilai 3 untuk jawaban “S”, 2 untuk jawaban
“TS”, nilai 1 untuk jawaban “STS”. Penilaian butir unfavourable bergerak dari nilai 1 untuk
“SS”, 2 untuk jawaban “S”, nilai 3 untuk jawaban “TS”, nilai 4 untuk jawaban “STS”.
Tabel 4.
Distribusi Butiran Skala Big Five Personality
Sebelum Uji Coba.
lxxii
No
Big Five Personality
Favourable
Unfavourable Jumlah
1.
Extraversion
1, 11, 16, 26, 36
6, 21, 31
8
2.
Agreeableness
7, 17, 22, 32, 42
2, 12, 27, 37
9
3.
Conscientiousness
3, 13, 28, 33, 38
8, 18, 23, 43
9
4.
Neuroticism
4, 14, 19, 29, 39
9, 24, 34
8
5.
Openness to experience
5, 10, 15 ,20, 25,30, 40, 44
35, 41
10
TOTAL
28
16
44
c. Uji Coba Alat Ukur ( Try Out Terpakai).
Pelaksanaan penelitian ini menggunakan system try out terpakai, melalui try out
terpakai ini maka data yang diperoleh pada saat uji coba sekaligus digunakan sebagai
data-data untuk penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 6 September sampai
tanggal 20 September 2013 terhadap remaja yang orangtuanya bercerai. Data angka
remaja yang orangtuanya bercerai diperoleh dari kepala lingkungan ditiap kelurahan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mendatangi rumah-rumah
subjek dengan menjelaskan maksud dan tujuan peneliti menyebarkan skala, dijelaskan
juga mengenai kerahasiaan bagi semua subjek yang mengisi skala tersebut dengan tujuan
agar subjek merasa bebas dan lebih tenang dalam mengisi skala yang diberikan. Setelah
selesai semua skala dikumpulkan dan keseluruhan skala kembali dan tidak ada yang
hilang. Langkah selanjutnya sehubungan penelitian ini adalah melakukan penyekoran
terhadap pengisian skala dari para sampel penelitian.
Peneliti mengoreksi hasil penelitian angket berdasarkan kunci jawaban yang telah
dipersiapkan, sesuai dengan format pernyataan yaitu favourable dan unfavourable. Setelah
lxxiii
diketahui nilai subyek untuk setiap pernyataan, maka selanjutnya nilai tersebut ditotal
kewindows excel dan diberikan tipe kepribadian pada setiap sampel.
1. Hasil uji coba skala forgiveness.
Berdasarkan hasil uji coba (try out terpakai) dari skala forgiveness, menunjukan bahwa
dari 40 butir yang disusun terdapat 11 butir item yang gugur dan 29 item yang valid/sahih. Butirbutir yang valid tersebut memiliki koefisien korelasi rbt = 0,315 sampai rbtt = 0,773. Berikut ini
tabel 3 yang merupakan distribusi butir-butir skala forgiveness setelah dilaksanakan uji coba.
Tabel 5
Distribusi Penyebaran Butir-Butir Pernyataan
Skala Forgiveness Setelah Uji Coba
Nomor Butir
No
Aspek
1.
Avoidance
Motivation
Revenge
Motivation
Beneviolence
Motivation.
2.
3.
TOTAL
Favourable
Valid
Gugur
Jumlah
Unfavourable
Valid
Gugur
1, 6 ,37, 38.
33
4, 22, 27.
15, 19
10
2, 23, 26.
12,
5, 30, 34.
9, 17
9
3, 24
21
6
40
8,11,20,
25,31,35,
39,40.
16
34,
7, 18, 14 10,13,16,
21, 28,29,32.
5
13
Berdasarkan hasil analisis reliabilitas yang menggunakan teknik cronbach’s Alpha di
peroleh sebesar 0,894. Dengan demikian skala yang telah disusun dalam penelitian ini
dinyatakan reliabel, yaitu dapat digunakan pada saat yang lain dalam mengungkap forgiveness.
2. Hasil uji coba skala big five personality.
lxxiv
Berdasarkan hasil uji coba (try out terpakai) dari skala big five personality, menunjukan
bahwa dari 44 butir yang disusun terdapat 9 butir item yang gugur dan 35 item yang valid/sahih.
Butir-butir yang valid tersebut memiliki koefisien korelasi rbt = 0,315 sampai rbtt = 0,580.
Berikut ini tabel 4 yang merupakan distribusi butir-butir skala big five personality setelah
dilaksanakan uji coba.
Tabel 6
Distribusi Penyebaran Butir-Butir Pernyataan
Skala Big Five Personality Setelah Uji Coba
No Big Five Personality
1.
2.
3.
Extraversion
Neuroticism
Opennes to experience
4.
5.
Nomor Butir
Jumlah
Favourable
Unfavourable
Valid
Gugur
Valid
Gugur
1, 11, 16, 36
7, 17, 22,32,
3, 13, 28, 33
26
42
38
21, 31
2, 12, 27, 37
8, 18, 43
Agreeableness
4, 19, 29
14, 39
9, 24, 34
8
Conscientiousness
5, 10, 15,
30, 40, 44
21
20, 25,
35, 41
10
7
14
TOTAL
6
23
2
8
9
9
44
Berdasarkan hasil analisis reliabilitas yang menggunakan teknik cronbach’s Alpha di
peroleh sebesar 0,906. Dengan demikian skala yang telah disusun dalam penelitian ini dinyatakan
reliabel, yaitu dapat digunakan pada saat yang lain dalam mengungkap big five personality.
B. Pelaksanaan Penelitian.
lxxv
Pelakasanaan ini dilakukan pada tanggal 6 sampai dengan 20 September 2013 pada
remaja akhir yang orangtuanya bercerai di kecamatan Medan Timur. Karena data yang
diperoleh dapat dijadikan data yang sebenarnya, maka penelitian ini melakukan uji coba (try
out) terpakai yang disebabkan karena terbatasnya sampel penelitian yang sesuai dengan
karakteristik sampel.
Langkah selanjutnya adalah melakukan penyekoran terhadap kedua skala dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Membuat kunci jawaban pada lembar jawaban sesuai dengan pernyataan (favourable dan
unfavourable) dan selanjutnya dilakukan penyekoran sesuai dengan nomor urut
pernyataaan.Selanjutnya nilai tersebut dimasukkan ke program exel sesuai dengan
tabulasi yang dibutuhkan untuk dijumlahkan, sehingga diperoleh nilai total yang dimiliki
setiap orang untuk kedua skala.
2. Setelah diketahui nilai total subyek untuk kedua variabel, maka data ini menjadi data
induk penelitian. Variabel bebas adalah tipe kepribadian, sedangkan yang menjadi
variabel tergantungnya forgiveness.
C. Analisis Data Dan Hasil Penelitian.
Sebelum data dianalisi dengan teknik Analisis Varians 1 Jalur, terlebih dahulu dilakukan
Uji Asumsi terhadap variabel yang menjadi pusat perhatian, yaitu data dari variabel forgiveness
yang terdiri dari uji Normalitas dan Uji Homogenitas Varians.
1. Uji Asumsi.
a. Uji Normalitas Sebaran
lxxvi
Adapun maksud dari uji normalitas sebaran ini adalah untuk membuktikan bahwa
penyebaran data-data penelitian yang menjadi pusat perhatian telah menyebar berdasarkan
prinsip kurva normal. Uji NormalitasSebarandianalisis dengan menggunakan formula
Kolmogorov-Smirnov.Sebagai kriterianya apabila p>0,05 maka sebarannya dikatakan normal,
sebaliknya apabila p<0,05 sebarannya dikatakan tidak normal (Hadi, 2000). Table berikut ini
merupakan rangkuman hasil perhitungan uji normalitas sebaran.
Tabel 7
Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas Sebaran.
Variabel
RERATA
SD
K-S
P
Keterangan
Forgiveness
108,64
14,02
0,67
0,94
Normal
Keterangan : RERATA
K-S
SD
P
= Nilai rata-rata
= Koefisien Kolmogorov-Smirnov
= Standard Deviasi
= Peluang Terjadinya Kesalahan
Dari hasil uji normalitas sebaran data penelitian variabel Forgiveness diketahui bahwa
variabel tersebut memiliki sebaran data yang normal. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien
normalitas Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,067 dengan p > 0,05
b. Uji Homogenitas Varians.
Uji Homogenitas Varians dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
varians pada subjek penelitian ditinjau dari tipe kepribadian big five yaitu : Extraversion,
Neuroticism, Openness to experience, Agreeableness, Conscientiousness. Oleh karena itu pada
penelitian ini hipotesisnya adalah :
Ho : Tidak ada perbedaan sebaran data sampel dengan varians populasi.
Ha : Ada perbedaan sebaran data sampel dengan varians populasi.
lxxvii
Sebagai kriterianya apabila p beda> 0,050 maka dikatakan homogeny(Hadi, 2000).
Berdasarkan uji Homogenitas diketahui bahwa subyek penelitian berasal dari sampel yang
homogen karena p > 0,050.
Tabel 8
Hasil Rangkuman Uji HomogenitaVarians
Variabel
Big Five Personality
UjiHomogenitas
Levene’s Test
F
1,171
P
0,326
Keterangan
Homogen
Keterangan : F = Koefisien Perbedaan
P = Peluang Terjadinya Kesalahan
Dari hasil uji homogenitas kelompok diketahui bahwa kelompok berdasarkan tipe
kepribadianNeuroticism, Openness to
experience, Ekstraversion, Agreeableness dan
Conscientiousness tidak menunjukkan variasi data yang signifikan. Artinya ke lima kelompok
tipe kepribadian tersebut cukup homogeny dalam variasinya. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien
homogenitas Levene’s Test sebesar F = 1.171 dengan p > 0,050.
2. Hasil Perhitungan Analisis Varians.
Berdasarkan hasil perhitungan dari analisis varians 1 jalur, diketahui terdapat perbedaan
forgiveness diantara tipe kepribadian big five. Hasil ini diketahui dengan melihat nilai atau
koefisien perbedaan Anava dengan koefisienF = 11085, 523 dengan p < 0,05.
Tabel 9
Rangkuman Hasil Perhitungan Analisis Varians Satu Jalur
No
Big Five Personality
1.
2.
Neuroticism
Openness to experience
N
34
36
Rerata
SD
96,79
109,77
13,05
11,47
Min
Max
92,55
105,66
101,03
113,89
lxxviii
3.
Ekstraversion
4.
Agreeableness
Conscientiousness
TOTAL
5.
32
114,90
11,50
110,53
119,27
24
24
150
111,25
112,79
108,64
11,53
15,11
14,02
106,20
116,29
107,74
117.83
Dependent Variable:FORGIVENESS
Source
Type III Sum of
Squares
df
Mean Square
F
Sig.
a
4
1662,829
10,640
,000
1732472,976
1
1732472,976
11085,523
,000
6651,315
4
1662,829
10,640
,000
Error
22660,958
145
156,282
Total
1799927,000
150
29312,273
149
Corrected Model
Intercept
6651,315
VAR00001
Corrected Total
Dari hasil analisis varians satu jalur ini, diketahui bahwa ada perbedaan forgiveness yang
signifikan di antara remaja yang memiliki tipe kepribadian Neuroticism, Openness to experience,
Ekstraversion, Agreeableness dan Conscientiousness. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien F =
11085, 523 dengan p < 0,05. Tipe kepribadian Ekstraversion memiliki forgiveness yang paling
tinggi, dibandingkan dengan Conscientiousness,Agreeableness, Openness to experience dan
Neuroticism. Berdasarkan hasil ini berarti hipotesis yang diajukan yang berbunyi ada perbedaan
forgiveness ditinjau dari tipe kepribadian big five dinyatakan diterima.
3. Hasil Perhitungan Mean Hipotetik dan Mean Empirik.
a. Mean Hipotetik
Untuk variabel forgiveness jumlah butir yang dipakai 29 butir, yang diformat dengan
memakai
skala
Likert
dengan
4
pilihan.
Maka
mean
hipotetiknya
adalah
{(29x1)+|(29x4)}:2 = 72,50.
lxxix
b. Mean Empirik.
Berdasarkan analisis data, seperti yang terlihat dari analisis uji normalitas sebaran diketahui
bahwa mean empirik forgiveness secara total adalah 108,646. forgiveness pada tipe
neuroticism sebesar 96,79, forgiveness pada tipe openness to experience sebesar 109,77,
forgiveness pada tipe extraversion sebesar 114,90, forgiveness pada tipe agrreableness
sebesar 111,25, forgiveness pada tipe conscientiousness sebesar 112,79.
c. Kriteria.
Dalam upaya mengetahui forgiveness pada remaja akhir yang orangtuanya berceraia maka
perlu dibandingkan anatara mean/ nilai rata-rata empirik dengan mean/nilai rata-rata
hipotetik dengan memberikan besarnya bilangan SB atau SD dari variabel yang sedang
diukur. Nilai SB atau SD variabel forgiveness secara total adalah 14,025 forgiveness pada
tipe Neuroticism sebesar 13,058forgiveness pada tipe Openness to experience sebesar
11,479, forgiveness pada tipe
Extraversion sebesar 11,504,
forgiveness pada tipe
Agrreableness sebesar 11,539, forgiveness pada tipeConscientiousness sebesar 15,116.
Apabila mean/nilai rata-rata hipotetik<mean/nilai rat-rata empirik, dimana selisihnya
melebihi bilangan satu SB/SD, dinyatakan bahwa subjek penelitian memiliki forgiveness yang
tinggi dan apabila mean/nilai rata-rata hipotetik > mean/nilai rata-rata empirik, dimana selisihnya
melebihi bilangan satu SB/SD, dinyatakan bahwa subyek penelitian memiliki forgiveness yang
rendah. Selanjutnya apabila mean/nilai rata-rata empirik tidak berbeda (tidak melebihi bilangan
SD atau SB) dengan mean/nilai rata-rata hipotetiknya maka forgiveness dinyatakan sedang.
Tabel 10
Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata Hipotetik
dan Nilai Rata-Rata Empirik
No
Big Five Personality
N
MEAN
Hipotetik
SD
Kategori
Empirik
lxxx
1.
2.
3.
4.
5.
Neuroticism
Openness to experience
Ekstraversion
Agreeableness
Conscientiousness
TOTAL
34
36
32
24
24
150
72,50
96,79
109,77
114,90
111,25
112,79
108,64
13,05
11,47
11,50
11,53
15,11
14,02
Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Tabel 11
Distribusi Jumlah Sampel
No
1.
2.
3.
4.
5.
Big Five Personality
Neuroticism
Openness to experience
Ekstraversion
Agreeableness
Conscientiousness
TOTAL
Frekuensi (orang)
34
36
32
24
24
150
Frekuensi (%)
22,7
24
21,3
16
16
100
D. Pembahasan.
Berdasarkan hasil perhitungan dari Analisis Varians 1 jalur , diketahui ada perbedaan big
five personality dalam hal forgiveness. Oleh karena itu, hipotesis utama dalam penelitian ini
adalah :
Ho : tidak ada perbedaan forgiveness antara tipe keribadian big five.
Ha : ada perbedaan forgiveness antara tipe kepribadian big five
Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada perbedaan forgiveness yang signifikan di antara
remaja
yang
memiliki
tipe
kepribadian
Neuroticism,
Openness
to
experience,Ekstraversion,Agreeableness dan Conscientiousness. Hal ini ditunjukkan oleh
koefisien F = 11085, 523 dengan p < 0,05.Sehingga dapat disimpulkanbahwaHo ditolak dan Ha
lxxxi
diterima.
Berdasarkanhasilini,
makahipotesisalternatip
(Ha)
dinyatakanditerimayaituadanyaperbedaanforgivenessditinjaudaritipekepribadian big five
Diketahui tipe kepribadianekstraversion memiliki forgiveness yang paling tinggi,
dibandingkan dengan conscientiousness, agreebleness, openness to experience dan neuroticism.
Hasil penelitian ini mendukung teori yang dikemukakan oleh McCullough (1999) bahwa
karakteristik kepribadian berpengaruh terhadap forgiveness. Ciri kepribadian seperti ekstrovet
menggambarkan beberapa karakter seperti bersifat sosial, keterbukaan, ekspresi dan asertif.
Karakter yang hangat, kooperatif, tidak mementingkan diri, menyenangkan, jujur dermawan,
sopan dan fleksibel juga cenderung menjadi empati dan bersahabat.Jugamendukung penelitian
yang dilakukan Arthasari (2010) dimana forgiveness berkorelasi positif dengan extraversion,
agreeableness,
openness
to
experience.McCrae
&
Costa
(dalam
Pervin,
2010)
mengatakanextraversion merupakan dimensi yang penting dalam kepribadian, dimana
extraversion
dapat
memprediksi
banyak
tingkah
laku
sosial.
Seseorang
yang
memilikiextraversion yang tinggi, akan mengingat semua interaksi sosial, berinteraksi dengan
lebih banyak orang dibandingkan dengan seseorang dengan tingkat extraversion yang rendah.
Dalam berinteraksi lebih banyak memegang kontrol dan keintiman. Tentu saja dengan memiliki
kepribadian ini jauh lebih memahami banyak orang sehingga dapat berkorelasi juga dalam hal
forgiveness.
Berdasarkan analisis data, yang terlihat dari analisis uji normalitas sebaran diketahui
bahwa mean empirik forgiveness secara total adalah 108,646, forgiveness pada tipe extraversion
sebesar 114,90, forgiveness pada tipe conscientiousness sebesar 112,79, forgiveness pada tipe
agrreableness sebesar 111,25, forgiveness pada tipe openness to experience sebesar 109,77,
forgiveness pada tipe
neuroticism sebesar 96,79. Dapat disimpulkan tipe kepribadian
lxxxii
Ekstraversion
memiliki
forgiveness
yang
paling
tinggi,
disusul
Conscientiousness,
Agreeableness,Openness to experience dan Neuroticism.
Tidakditemukannyaperbedaanyang
signifikanantaratipekepribadiankarenabanyaknyafaktor-faktor
mendukunguntukforgivenessdiantaranyakecerdasanemosi,
kualitashubungan, rumination, komitmen
agama,
yang
responpelaku,
munculnyaempati,
danfaktorpersonal
(Worthington dan
Wade,1999).Dimanafaktor-faktortersebutadadidalamkepribadiantiap-tiapremaja
yang
orangtuanyabercerai di Kecamatan Medan Timur.
lxxxiii
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.
Berdasarkan hasil-hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini, dapat disimpulkan halhal sebagai berikut :
1. Adanya
perbedaan
forgiveness
extraversion,neuroticism,openness
to
antara
tipe
kepribadian
experience,agreeableness,
dan
conscientiousness.Hasil ini diketahui dengan melihat nilai atau koefisien perbedaan
Anava dengan koefisien F= 11085, 523 dengan p < 0,05.Bedasarkan penelitian ini,
maka hipotesis yang diajukan yang berbunyi ada perbedaan forgiveness ditinjau dari
tipe kepribadian remaja dinyatakan diterima.
2. Diketahui bahwa tipe kepribadian ekstraversion memiliki tingkat forgiveness yang
paling
tinggi
(rata-rata
114,906),
baru
didukung
oleh
tipe
kepribadian
conscientiousness (rata-rata 112,792),tipe kepribadian agreeableness (111,250),tipe
kepribadian open to experience (109,778) dan yang paling rendah tingkat forgiveness
adalah tipe kepribadian neuroticism (rata-rata 96,794).
3. Diketahui bahwa tingkat forgiveness pada remaja yang ditinjau dari big five
personality yang orang tuanya bercerai di Kecamatan Medan Timur memiliki
kategori sangat tinggi karena mean hipotetik (72,50) lebih kecil dari mean empirik
dan melebihi 2 bilangan SD yaitu 14,02+14,02 = 28,04
lxxxiv
B. Saran.
1. Saran Kepada Subyek Peneliti berikutnya.
Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel lain agar dapat
mengungkap dinamika lain yang ada pada remaja khususnya atau pada individu
umumnya. Juga dapat menggunakan teori yang dikemukakan oleh tokoh lain yang
mungkin saja hasil penelitian diperoleh dapat berbeda dengan hasil penelitian ini.
2. Saran kepada orangtua.
Hendaknya orangtua juga dapat mengerti kepentingan dan kebutuhan anak.
Sekalipun anak tinggal hanya dengan salah satu dari kedua orang tuanya tapi anak
juga sangat mendambakan kasih sayang, perhatian, bimbingan yang utuh dari kedua
orangtua. Jangan dibatasi pertemuan dengan salah satu orang tuanya.
3. Saran kepadapemerintah.
Padaremaja-remaja yang orangtuanyaberceraipastimemilikikepribadian yang
rentanatausangat sensitive karenaituhendaknyapemerintahmemberikanperhatian yang
lebihkepadamerekadengancaramendirikan
biro
Dengantujuandapatmenumbuhkankepribadianremajatersebutkearah
konsultasi.
yang
lebihbaiklagi.
4. Saran kepada remaja.
Memberikan wacana yang menguatkan mengenai konsep memaafkan untuk
meningkatkan pertumbuhan kesehatan fisik dan psikis serta meningkatkan
pertumbuhan kesehatan mental yang dapat dikembangkan dalam bentuk perilaku
sehari-hari atau secara khusus dalam bentuk terapi memaafkan.
lxxxv
DAFTAR PUSTAKA
Agency, Brenda. (2011). Ketika Orang Tua Bercerai. Jakarta: PT Gramedia.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik dalam Berbagai Bagian.
Jakarta : Bina Aksara.
Arthasari, D. P. (2010). Perbedaan Antara Forgiveness dengan Trait Kepribadian Big Five
Factors pada remaja korban perceraian di Bumi Serpong Damai Tangerang. Jakarta:
Skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatilah: ( tidak diterbitkan).
Atkinson, R. L. (1996). Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.
Azwar Saifuddin. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dagun, S. M. (2000). Psikologi Keluarga. Jakarta: Rieneka Cipta.
Enright (2001). Forgiveness is Choice Woshington DC : Amerika Psycological Association.
Feist & Feist. (2009). Teori Kepribadian. Jakarta : Salemba Humanika.
Fincham. (2002). Forgiveness Integral to Ascience of Close Relatinship. Journal of Personality
and Social Psychology Family Institude: Florida State University.
Friedman, H. S & Schustack, M. W. Kepribadian. (2008) : Teori Klasik dan Riset ModernEdisi
ketiga jilid 1. Jakarta Erlangga.
Gunarsa, S. D. (1993). Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Gunarsa, S. D. (2003). Psikologi Remaja. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Hadi, S. (2000). Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offest.
Hadriami, E. (2008). Pemaafaan dalam Kaidah Kerukunan Hidup Orang Jawa. Psikodimensia
Volume 7 Januari-Juni 2008. Fakultas Psikolog Universitas Katolik Soegijapranata.
Hapsari, T S. (2011). Hubungan antara empati dengan pemaafan remaja dengan orangtua
bercerai pada suku Jawa. Semarang: Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Katolik
Soegijapranata: ( tidak diterbitkan).
Hetherington, EM. (2003). Social Support And The Adjustment of Children In Divorced And
Remarried Families. Childhood 10 : 217-236.
Hurlock, E. (2000). Psikologi Perkembangan Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
lxxxvi
Mc Cullogh, M.E Worthington.E L & Rachel K. C. (1997). Interpersonal Forgiving in Close
Relationship. Journal of Personality and Social Psyhology.
Mc Cullough, M. E. (1999). Forgiveness as Human Streight. Theory Measurement asd Kinks to
Well Being. Jurnal of Social and Clinical Psychology Spring.
Nashori, Fuad. (2008). Memaafkan Seminar Nasional tentang Keajaiban Alquran. Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya.
Nashori, Fuad. (2009). Pemaafan :Penyembuhan Problem Psikologis Individu dan Bangsa.
http://www.pikordong.orang/keprinadian/pri 17 php
Papalia, Diane E. (2007). Human Development Tenth Edition. New York. Mc Graw Hill.
Pervin, L. E & John O. P. (2010). Psikologi Kepribadian Teori dan Penelitian Edisi Ke-9.
Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Purwanto Ngalim. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
Ransley, Cynthia and Spy Terri. (2004). Forgivenessand The Healing Process New York. Brunner
Routledge USA.
Rasjidi. (1999). Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia & Indonesia. Bandung : PT
Remaja Rosda Karya.
Rusdi, Ahmad 2009. Hubungn Religiusitas dan Forgiveness pada Mahasiswa Sekolah Tinggi
Sekolah Dakwah Dirasat Islamiah Al-Hikmah. Jakarta: Skripsi Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatilah: Jakarta (tidak diterbitkan).
Santrock, JW. (2007). Life Span Development; Perkembangan Masa Hidup Jilid 2 Edisi 3.
Jakrta: Erlangga.
Schimmel, S. (2002). Wounds Not Healed By Time: The Power of Repentance and Forgiveness.
New York: Oxford University Press.
Setyawan, I (2008). Jurnal Membangun Pemaafan pada anak korban perceraian.
Soesilo, V.A. (2006). Mencoba dan Mengerti Kesulitan untuk Mengampuni. Jurnal Teologi dan
Pelayanan.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suryabrata, Sumadi. (1998). Metode Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
……………………. (2008). Psikologi Kepribadian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
lxxxvii
Walpole, R. E. (1995). Pengantar Statistika Edisi Ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Worthington, E. L (1999). The Pyramid Mode of Forgiveness. Some Interdeplinary Speculation
about Forgiveness. Philadelphia : Templetion Press.
Yusuf, S. (2001). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosda
Karya.
Zulkifli. (2005) Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
http://www.hariansumutpos.com.-bulan-gugatan-cerai-capai-581-kasus. Diakses tanggal 5 April
2013.
http://www.medanbagus.com/news. Diakses tanggal 23 Juni 2013.
http: // www.pta.co.id-angka -perceraian. Diakses tanggal 28 April 2013.
lxxxviii
LAMPIRAN 1 :
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
SKALA FORGIVENESS
lxxxix
RELIABILITY FORGIVENESS
Scale: Forgiveness
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
Excludeda
Total
150
0
150
%
100.0
.0
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.894
40
Item-Total Statistics
VAR00001
VAR00002
VAR00003
VAR00004
VAR00005
VAR00006
VAR00007
VAR00008
VAR00009
VAR00010
VAR00011
VAR00012
VAR00013
VAR00014
VAR00015
VAR00016
VAR00017
VAR00018
VAR00019
VAR00020
VAR00021
VAR00022
VAR00023
VAR00024
VAR00025
VAR00026
VAR00027
VAR00028
VAR00029
Scale Mean if Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Item Deleted
Total Correlation
100.0067
177.268
.546
100.3133
178.552
.773
100.6667
191.848
-.164
100.0333
176.730
.588
99.8667
180.210
.526
100.1133
182.303
.338
100.5000
186.614
.224
100.2800
174.834
.515
99.6733
188.919
.030
99.9933
182.154
.345
100.0000
176.953
.579
100.1067
186.968
17.2
100.4000
172.456
.617
100.7600
188.318
.189
100.2333
186.985
.153
100.0533
180.521
.424
100.5600
190.731
-.035
99.7667
188.811
.177
100.6133
186.789
.222
100.5667
172.261
.652
100.1533
184.292
.387
100.1733
177.956
.538
100.5733
173.199
.656
99.8667
189.311
.011
100.5267
172.801
.662
99.7133
197.441
.340
100.4200
180.353
.767
100.1600
177.800
.499
100.0667
184.801
.331
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.889
.888
.896
.889
.890
.893
.894
.890
.898
.893
.889
.895
.888
.894
.895
.891
.897
.894
.894
.887
.892
.889
.887
.899
.887
.903
.889
.890
.893
xc
VAR00030
VAR00031
VAR00032
VAR00033
VAR00034
VAR00035
VAR00036
VAR00037
VAR00038
VAR00039
VAR00040
99.8267
100.4733
100.5400
99.9133
99.7600
100.5400
100.4733
100.1733
99.8333
100.5067
100.2200
180.252
175.419
173.096
185.100
181.231
173.096
180.264
185.124
180.824
176.211
184.938
.521
.534
.653
.208
.379
.653
.440
.386
.510
.533
.315
.890
.889
.887
.895
.892
.887
.891
.892
.890
.889
.893
xci
LAMPIRAN 2 :
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
SKALA BIG FIVE PERSONALITY
xcii
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N
Cases
%
Valid
150
100.0
0
.0
150
100.0
a
Excluded
Total
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized Items
.906
N of Items
.911
44
Summary Item Statistics
Mean
Item Means
Minimum
2.649
Maximum
1.660
Maximum /
Minimum
Range
3.240
1.580
1.952
Corrected ItemTotal Correlation
Squared Multiple
Correlation
Variance
N of Items
.129
44
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
VAR00001
VAR00002
VAR00003
VAR00004
VAR00005
VAR00006
VAR00007
VAR00008
VAR00009
VAR00010
VAR00011
VAR00012
VAR00013
VAR00014
VAR00015
VAR00016
VAR00017
VAR00018
113.85
113.86
113.59
113.87
113.60
113.73
113.55
113.59
113.57
113.94
113.59
113.93
114.31
114.06
113.70
113.95
114.31
113.74
Scale Variance if
Item Deleted
296.931
296.631
298.377
296.345
298.081
305.526
296.611
297.491
296.676
297.010
296.499
297.311
295.811
302.889
299.836
296.722
295.519
296.274
.483
.492
.501
.496
.509
.233
.542
.511
.531
.503
.532
.493
.485
.274
.448
.507
.491
.569
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.904
.903
.903
.903
.903
.906
.903
.903
.903
.903
.903
.903
.903
.906
.904
.903
.903
.903
xciii
VAR00019
VAR00020
VAR00021
VAR00022
VAR00023
VAR00024
VAR00025
VAR00026
VAR00027
VAR00028
VAR00029
VAR00030
VAR00031
VAR00032
VAR00033
VAR00034
VAR00035
VAR00036
VAR00037
VAR00038
VAR00039
VAR00040
VAR00041
VAR00042
VAR00043
VAR00044
114.27
114.17
113.65
113.75
114.18
113.58
113.33
114.08
113.58
113.59
113.81
113.94
113.59
113.93
113.95
113.60
114.15
113.98
114.31
113.80
113.56
114.83
114.91
113.94
114.30
114.83
295.982
305.124
297.436
295.690
304.833
298.822
307.000
307.161
299.292
298.834
299.401
301.506
296.538
300.049
293.299
297.007
293.790
296.932
295.972
307.772
303.174
299.496
301.414
303.976
300.064
303.057
.460
.189
.513
.580
.196
.380
.195
.120
.391
.402
.437
.359
.429
.416
.490
.399
.540
.443
.468
.084
.298
.497
.425
.216
.315
.324
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.904
.907
.903
.903
.907
.905
.907
.908
.905
.904
.904
.905
.904
.904
.903
.905
.903
.904
.904
.910
.906
.904
.904
.907
.906
.905
Scale Statistics
Mean
116.57
Variance
312.583
Std. Deviation
17.680
N of Items
44
xciv
LAMPIRAN 3 :
UJI ASUMSI DAN UJI HIPOTESIS
xcv
UJI NORMALITAS SEBARAN DATA PENELITIAN
FORGIVENESS
FORGIVENES
S
Case Processing Summary
Cases
Valid
Missing
N
Percent
N
Percent
150
100,0%
0
,0%
N
Total
Percent
150
100,0%
Descriptives
FORGIVENESS
Mean
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound
Upper Bound
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
FORGIVENES
S
Statistic Std. Error
108,6467
1,14521
106,3837
110,9096
108,6370
109,0000
196,727
14,02593
80,00
136,00
56,00
21,25
,035
,198
-,832
,394
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig.
Statistic
Df
,067
150
,094
,979
150
Sig.
,023
a. Lilliefors Significance Correction
Catatan : dari hasil uji normalitas sebaran data penelitian variabel Forgiveness diketahui bahwa
variabel tersebut memiliki sebaran data yang normal. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien
normalitas Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,067 dengan p > 0,05
FORGIVENESS Stem-and-Leaf Plot
Frequency
4,00
10,00
14,00
16,00
12,00
Stem &
8
8
9
9
10
.
.
.
.
.
Leaf
0024
5566666888
11111223444444
5566778888899999
000000111122
xcvi
22,00
17,00
18,00
13,00
9,00
12,00
3,00
Stem width:
Each leaf:
10
11
11
12
12
13
13
.
.
.
.
.
.
.
5555555567777889999999
00000000111111124
555556666788888899
0001122222344
566666678
000001222334
666
10,00
1 case(s)
xcvii
UJI HIPOTESIS
UJI HOMOGENITAS KELOMPOK
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable:FORGIVENESS
F
df1
1,171
df2
4
ekstraversion,
neouroticism,
agreeableness,
dan
conscientiousness,
openness
toexperience.
Sig.
145
,326
Tests the null hypothesis that the error variance
of the dependent variable is equal across
groups.
a. Design: Intercept + VAR00001
Catatan : dari hasil uji homogenitas kelompok diketahui bahwa kelompok berdasarkan tipe
kepribadian Neuroticism, Openness to experience, Ekstraversion, Agreeableness dan
Conscientiousness tidak menunjukkan variasi data yang signifikan. Artinya ke lima kelompok
tipe kepribadian tersebut cukup homogeny dalam variasinya. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien
homogenitas Levene’s Test sebesar F = 1.171 dengan p > 0,05
Descriptive Statistics
Dependent Variable:FORGIVENESS
TIPE KEPRIBADIAN
NEUROTICISM
OPENNESS
Mean
96,7941
109,7778
Std.
Deviation
13,05879
11,47945
EKSTRAVERSION
114,9063
11,50416
32
AGREEABLENESS
111,2500
11,53916
24
CONSCIENTIOUSNESS
112,7917
15,11688
24
Total
108,6467
14,02593
150
N
34
36
xcviii
ANALISIS VARIANS SATU JALUR
Between-Subjects Factors
Value Label
TIPE KEPRIBADIAN
N
1
NEUROTICISM
34
2
OPENNESS
36
3
EKSTRAVERSION
32
4
AGREEABLENESS
24
5
CONSCIENTIOUSNESS
24
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:FORGIVENESS
Source
Type III Sum of
Squares
df
Mean Square
Corrected Model
Intercept
VAR00001
Error
6651,315a
1732472,976
6651,315
22660,958
4
1
4
145
Total
1799927,000
150
29312,273
149
Corrected Total
1662,829
1732472,976
1662,829
156,282
F
Sig.
10,640
11085,523
10,640
,000
,000
,000
a. R Squared = ,227 (Adjusted R Squared = ,206)
Dari hasil analisis varians satu jalur diketahui bahwa ada perbedaan forgiveness yang signifikan
di antara remaja yang memiliki tipe kepribadian Neuroticism, Openness, Ekstraversion,
Agreeableness dan Conscientiousness. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien F = 11085, 523 dengan
p < 0,05. Tipe kepribadian Ekstraversion memiliki forgiveness yang paling tinggi, dibandingkan
dengan , Conscientiousness, Agreeableness, Openness dan Neuroticism.
TIPE KEPRIBADIAN
Dependent Variable:FORGIVENESS
TIPE KEPRIBADIAN
95% Confidence Interval
Mean
NEUROTICISM
OPENNESS
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
96,794
2,144
92,557
101,032
109,778
2,084
105,660
113,896
EKSTRAVERSION
114,906
2,210
110,538
119,274
AGREEABLENNESS
111,250
2,552
106,206
116,294
xcix
COUNCIESNESS
112,792
2,552
107,748
117,835
Multiple Comparisons
FORGIVENESS
Tukey HSD
(I) TIPE KEPRIBADIAN
(J) TIPE KEPRIBADIAN
95% Confidence Interval
Mean
Difference (I-J)
NEUROTICISM
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
OPENNESS
-12,9837
EKSTRAVERSION
-18,1121
*
3,07902
,000
-26,6176
-9,6066
-14,4559
*
3,33291
,000
-23,6627
-5,2490
-15,9975
*
3,33291
,000
-25,2044
-6,7907
12,9837
*
2,98960
,000
4,7252
21,2422
EKSTRAVERSION
-5,1285
3,03727
,444
-13,5186
3,2617
AGREEBLENNESS
-1,4722
3,29438
,992
-10,5726
7,6282
COUNCIESNESS
-3,0139
3,29438
,891
-12,1143
6,0865
*
3,07902
,000
9,6066
26,6176
OPENNESS
5,1285
3,03727
,444
-3,2617
13,5186
AGREEBLENNESS
3,6563
3,37574
,815
-5,6689
12,9814
COUNCIESNESS
2,1146
3,37574
,971
-7,2106
11,4397
*
3,33291
,000
5,2490
23,6627
OPENNESS
1,4722
3,29438
,992
-7,6282
10,5726
EKSTRAVERSION
-3,6563
3,37574
,815
-12,9814
5,6689
COUNCIESNESS
-1,5417
3,60881
,993
-11,5107
8,4273
*
3,33291
,000
6,7907
25,2044
OPENNESS
3,0139
3,29438
,891
-6,0865
12,1143
EKSTRAVERSION
-2,1146
3,37574
,971
-11,4397
7,2106
AGREEBLENNESS
1,5417
3,60881
,993
-8,4273
11,5107
dimensi on3
AGREEBLENNESS
COUNCIESNESS
OPENNESS
Std. Error
*
NEUROTICISM
2,98960
,000
-21,2422
-4,7252
dimensi on3
EKSTRAVERSION
dimensi on2
NEUROTICISM
18,1121
dimensi on3
AGREEBLENNESS
NEUROTICISM
14,4559
dimensi on3
COUNCIESNESS
NEUROTICISM
15,9975
dimensi on3
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 156,282.
*. The mean difference is significant at the ,05 level.
c
LAMPIRAN 4 :
SKALA FORGIVENESS
ci
Nama
:
Umur
:
Pedoman Pengisian Skala.
1. Baca dan pahamilah pernyatan-pernyataan pada skala tersebut.
2. Anda diminta untuk menjawab dengan jujur, sesuai dengan kondisi diri anda sendiri.
Tidak ada jawaban yang salah, semua jawaban yang diberikan adalah benar.
3. Pilihlah satu dari jawaban yang tersedia yang paling sesuai dengan diri anda dengan
memberi tanda (√ ) pada jawaban yang anda pilih, yaitu :

SS (Sangat Sesuai), apabila anda sangat setuju dengan pernyataan tersebut.

S (Sesuai), apabila anda setuju dengan pernyataan tersebut.

TS (Tidak Sesuai), apabila anda tidak setuju dengan pernyataan tersebut.

STS (Sangat Tidak Sesuai), apabila anda sangat tidak setuju dengan pernyataan
tersebut.
4. Apabila anda ingin mengubah jawaban, anda dapat memberikan tanda check list yang
baru pada jawaban yang anda kehendaki, dan jawaban sebelumnya dicoret.
Contoh :
SS
S
TS
√
STS
√
5. Bila anda telah selesai mengerjakan, dimohon kesediannya untuk memeriksa kembali
agar tidak ada pernyataan yang terlewati.
Selamat Mengerjakan & Terima Kasih
cii
FORGIVENESS
No
Pernyataan
1.
Saya terima apapun keadaan kedua orangtua.
2.
Kegiatan setiap hari tetap saya lakukan walau kedua
orangtua telah bercerai
Perceraian kedua orangtua tetap saya ingat sampai
kapanpun.
Saya ingin kedua orangtua merasakan kekecewaan hati ini.
3.
4.
5.
11.
Saya tidak mau mengerjakan tugas-tugas rumah semenjak
kedua orangtua bercerai.
Walaupun kedua orangtua telah bercerai mereka tetap orang
tua kandung saya
Saya menyadari bahwa setiap orang pasti pernah bersalah
termasuk kedua orangtua.
Saya ingin berdamai dengan kedua orangtua dan diri
sendiri.
Saya tidak tinggal dirumah apabila kedua orangtua tidak
bersatu kembali.
Saya pikirkan hal yang buruk tentang kedua orangtua
semenjak mereka bercerai
Walau kedua orangtua bercerai, saya tetap berprestasi.
12.
Walaupun tinggal dengan ibu, saya selalu menjumpai ayah.
13.
Saya menyimpan rasa sakit hati dengan keputusan kedua
orangtua untuk bercerai.
Saya telah melepaskan kemarahan sehingga
dapat
memulihkan hubungan dengan sehat dengan kedua
orangtua.
Saya sangat sulit bertindak hangat dan terbuka kepada
kedua orangtua.
Saya tidak mau lagi berhubungan dengan kedua orangtua
semenjak mereka bercerai
Saya pergi merantau jauh dan tidak pernah kembali
kerumah
Walaupun perceraian kedua orangtua telah menyakitkan
hati, saya mengesampingkan sakit hati itu sehingga dapat
melanjutkan hubungan dengan kedua orang tua.
Saya tidak akan percaya lagi dengan perkataan kedua
orangtua saya.
Saya selalu berdoa demi kebaikan dan kebahagiaan
orangtua.
Saya tidak
aktif lagi dalam ibadah agama apalagi
mendoakan kedua orangtua.
6.
7.
8.
9.
10.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
STS TS
S
SS
ciii
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
Saya berharap sesuatu yang buruk terjadi dengan kedua
orangtua
Saya tetap pulang sekolah tepat waktunya
Bagi saya mereka bukan lagi orangtua karena tidak
berkumpul bersama.
Saya mengerti kebencian akan merugikan diri sendiri.
Meskipun kedua orangtua bercerai, saya selalu
berkomunikasi dengan mereka.
Saya hidup seolah-olah tidak ada lagi kedua orang tua.
Prestasi saya semakin menurun semenjak kedua orangtua
bercerai
Saya belum bisa memaafkan kedua orangtua saya.
Saya tidak memikirkan tentang apapun yang terjadi dengan
keluarga
Saya mengerti apa yang dirasakan orangtua .
Saya benci kedua orang tua karena tidak mengerti kalau
saya butuh kasih sayang dari mereka.
Saya tetap menghormati kedua orangtua
34.
Pulang sekolah lebih baik pergi dengan teman dari pada
harus bertemu dengan orangtua.
35.
36.
Saya yakin bahwa kedua orangtua sudah
mempertimbangkan secara baik-baik atas keputusan
mereka bercerai.
Saya merasa lebih baik setelah memaafkan kedua orangtua
37.
Saya mau yang terbaik untuk kedua orangtua
38.
39.
Saya tetap bersikap hangat dan terbuka seperti biasanya
meskipun kedua orangtua bercerai.
Saya melupakan perceraian kedua orangtua.
40.
Saya memikirkan hal yang baik tentang orangtua.
civ
LAMPIRAN 5 :
SKALA BIG FIVE PERSONALITY
cv
Nama
Umur
:
:
Pedoman Pengisian Skala.
6. Baca dan pahamilah pernyatan-pernyataan pada skala tersebut.
7. Anda diminta untuk menjawab dengan jujur, sesuai dengan kondisi diri anda sendiri.
Tidak ada jawaban yang salah, semua jawaban yang diberikan adalah benar.
8. Pilihlah satu dari jawaban yang tersedia yang paling sesuai dengan diri anda dengan
memberi tanda (√ ) pada jawaban yang anda pilih, yaitu :

SS (Sangat Sesuai), apabila ana sangat setuju dengan pernyataan tersebut.

S (Sesuai), apabila anda setuju dengan pernyataan tersebut.

TS (Tidak Sesuai), apabila anda tidak setuju dengan pernyataan tersebut.

STS (Sangat Tidak Sesuai), apabila anda sangat tidak setuju dengan pernyataan
tersebut.
9. Apabila anda ingin mengubah jawaban, anda dapat memberikan tanda check list yang
baru pada jawaban yang anda kehendaki, dan jawaban sebelumnya dicoret.
Contoh :
SS
S
TS
√
STS
√
10. Bila anda telah selesai mengerjakan, dimohon kesediannya untuk memeriksa kembali
agar tidak ada pernyataan yang terlewati.
Selamat Mengerjakan & Terima Kasih.
cvi
BIG FIVE PERSONALITY
No
Pernyataan
1.
Saya aktif berbicara.
2.
Saya mencari kelemahan orang lain.
3.
Saya mengerjakan tugas dengan serius.
4.
Saya membuat orang merasa terterkan
5.
Saya penuh dengan gagasan baru.
6.
Saya suka menyendiri.
7.
Saya menolong dan tidak iri pada orang lain.
8.
Saya bertindak serampangan.
9
Saya santai dan mampi mengatasi stress.
10.
Saya memiliki rasa ingin tahu terhadap sesuatu yang
SS
S
TS
STS
berbeda.
11.
Saya penuh tenaga.
12
Saya mudah berselisih dengan orang lain.
13
Saya memiliki pekerjaan yang dapat diandalkan.
14.
Saya mudah tersinggung.
15.
Saya memiliki bakat dn pemikir.
16.
Saya dapat membangkitkan kegembiraan.
17.
Saya mudah memaafkan orang lain.
18.
Saya cenderung bekerja tidak teratur.
cvii
19.
Saya sering khawatir.
20.
Saya memiliki imajinasi yang aktif.
21.
Saya cenderung pendiam.
22.
Saya dapat dipercaya.
23.
Saya pemalas.
24.
Saya memiliki perasaan yang stabil dan tidak mudah
sedih.
25.
Saya kreatif.
26.
Saya selalu terbuka.
27.
Saya dingin dan kurang bersahabat.
28.
Saya dapat memusatkan diri pada pekerjaan.
29.
Saya mu.ah dipengaruhi oleh suasana hati.
30.
Saya menyukai artistik dan estetika.
31.
Saya pemalu.
32.
Saya ramah dan penuh pengertian.
33.
Saya melakukan sesuatu dengan efisien.
34.
Saya tetap tenang meski dalam situasi menegangkan.
35.
Saya menyukai pekerjaan yang rutin.
36.
Saya suka bergaul.
37.
Saya kadang berperilaku kasar.
38.
Saya suka merencanakan dan memusatkan pada rencana
tersebut.
39.
Saya mudah merasa cemas.
cviii
40.
Saya merefleksikan dan mengolah gagasan baru.
41.
Saya suka bekerja sama d.engan orang lain.
42.
Saya memiliki perhatian yang mudah terpecah.
43.
Saya jarang marah.
44.
Saya memiliki keahlian dalam kesenian dan literatur.
cix
cx
Download