PERBEDAAN FORGIVENESS DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN REMAJA YANG ORANG TUANYA BERCERAI DI KECAMATAN MEDAN TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Universitas Medan Area Disusun Oleh ROHANA ULI NUR MUNTHE NIM: 09.860.0004 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA MEDAN 2013 i JUDUL SKRIPSI : PERBEDAAN FORGIVENESS DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN REMAJA YANG ORANGTUANYA BERCERAIDI KECAMATAN MEDAN TIMUR NAMA NIM : Rohana Uli Nur Munthe : 09.860.0004 BAGIAN : PSIKOLOGI PERKEMBANGAN MENYETUJUI KOMISI PEMBIMBING Pembimbing I Pembimbing II ( Prof. Dr. H. Abdul Munir , M.Pd) ( Farida Hanum, Spsi, M.Psi ) Mengetahui Kepala Bagian ( Laili Alfita, S.Psi. MM ) Dekan ( Prof. Dr. H. Abdul Munir, M.Pd ) Tanggal Sidang Meja Hijau 19 November 2013 ii DIPERTAHANKAN DIDEPAN DEWAN PENGUJI SKRIPSI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA DAN DITERIMA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN DARI SYARAT-SYARAT GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA (S1) PSIKOLOGI Pada tanggal _________________________ Mengesahkan Fakultas Psikologi Universitas Medan Area Dekan (Prof. Dr. H. Abdul Munir, M.Pd) Dewan Penguji 1. Dra. Mustika Tarigan M. Tanda Tangan ________________ ______________ 2. Prof Dr. H. Abdul Munir, M.Pd 3. Farida Hanum, Spsi. M.Psi _________________ 4. Syafrizaldi, S.Psi. M.Psi 5. Chairul Anwar Dalimunthe, S.Psi. M.Psi _______________ _________________ iii SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa apa yang tertulis dalam skripsi ini adalah benar adanya dan merupakan hasil karya sendiri. Segala kutipan karya pihak lain telah saya tulis dengan menyebutkan sumbernya. Apabila dikemudian hari ditemukan adanya plagiasi maka saya rela gelar kesarjanaan saya dicabut. Medan, 19 November 2013 Penulis Rohana Uli Nur Munthe NIM. 09.860.0004 iv PERSEMBAHAN Kuhadiahkan karya sederhana ini kepada kedua orang tuaku yang senantiasa mendoakanku, mendukungku, menyayangiku, mencintaiku dan tidak akan pernah hilang dari ingatanku. Bapa, Engkau sungguh baik, kasihMu melimpah dihidupku. Bapa ‘ ku ber’trima kasih, berkatMu hari ini yang Kau sediakan bagiku. Kunaikkan syukurku buat hari yang Kau b’ri. Tak habis-habisnya kasih dan rahmatMu. S’lalu baru dan tak pernah terlambat pertolonganMu Besar setiaMu di s’panjang hidupku. Terima kasih buat semua peristiwa yang terjadi Meski ku tak mengerti……Namun Kau selalu ada…. Tak ternilai kebaikanMu yang tak terkatakan dihidupku Kau jadikan semua indah pada waktunya. Terima kasih ya Bapa…Buat janjiMu dan setiaMu Bila ku ada sampai hari ini Itu semua karena anugerahMu v Motto Siapapun bisa marah ----- marah itu sangat mudah. Tetapi, marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan carayang baik----bukanlah hal yang mudah. --Aristoteles— Memaafkan tidak akan merubah masa lalu, Melainkan …. melapangkan masa depan…… --Penulis--- . vi UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Tinggi yang telah melimpahkan kasih dan rahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Saya menyadari bahwa keberhasilan dalam penulisan ini tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa dukungan dan bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih setulusnya dengan segala kerendahan hati kepada : 1. Allah Bapa yang telah mengaruniakan hikmah bijaksana, pengetahuan, waktu, kesehatan, kekuatan, kepada saya untuk menggunakannya dengan sebaik-baiknya. Serta memberikan segala kemudahan dan kelancaran. 2. Kepada Papa Almarhum Ferdinand Munthe dan ibunda Resiah Sihombing tercinta yang telah mendidik, membesarkan, memberikan kasih sayang, doa yang tiada henti dan memberikan dukungan sepenuhnya dalam setiap keputusan yang dipilih sehingga saya dapat menyelesaikan studi di Fakultan Psikologi Universitas Medan Area. 3. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Munir, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Medan Area dan sebagai Dosen pembimbing I. Ditengah-tengah kesibukan dan padatnya jadwal pengajaran tapi beliau tetap semangat penuh senyuman memberikan bimbingan. 4. Ibu Farida Hanum Siregar, Spsi. M.Psi sebagai Dosen Pembimbing II, yang telah meluangkan waktu ditengah kesibukan yang begitu padat untuk dapat memberikan bimbingan dan arahan serta petunjuk agar skripsi ini tersusun dengan baik. Terimakasih banyak atas kesabaran dan motivasi yang diberikan. 5. Bapak Zudhi Budiman, S.Psi. M.Psi selaku Wakil Dekan Fakultas Psikologi Medan Area, terima kasih atas bimbingan dan bersedia meluangkan waktu untuk peneliti. Maaf selalu merepotkan Bapak, selalu semangat dan mencintai pendidikan. vii 6. Ibu Dra. Mustika Tarigan, M.Psi terima kasih atas kesediaannya yang berkenaan meluangkan waktu untuk menjadi ketua sidang skripsi saya. 7. Bapak Syafrizaldi, S.Psi. M.Psi terima kasih atas kesediaannya yang telah meluangkan waktu menjadi Dosen Tamu sidang skripsi saya. 8. Bapak Chairul Anwar Dalimunthe, S.Psi. M.Psi terima kasih atas kesediaannya yang telah meluangkan waktu menjadi sekretaris sidang skripsi saya. 9. Ibu Laili Alfita, S.Psi. MM selaku Kepala Jurusan Bidang Perkembangan, terima kasih atas perhatian yang telah diberikan selama ini. 10. Para Dosen Fakultas Psikologi Universitas Medan Area, terima kasih atas segala ilmu yang diberikan semoga kelak bermanfaat dan sebagai bekal untuk dikemudian hari. 11. Seluruh staff dan pegawai Fakultas Psikologi yang juga sangat membantu saya dalam mempersiapkan segala berkas yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini. 12. Bapak Drs Parulian Pasaribu Msi selaku Kepala Camat Medan Timur yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di Kecamatan Medan Timur. 13. Bapak Drs Aswidin Nasution, Bapak Safarudin Rangkuti, Ibu Rina staff di Kantor Kecamatan Medan Timur yang telah membantu dalam pengurusan untuk melakukan penelitian di Kecamatan Medan Timur. 14. Adikku tersayang Ony Eta Sitanggang dengan tulus membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Kebersamaan kita takkan pernah terlupakan. 15. Iwan Saleh dan Yosep Sipahutar, selalu memberikan dukungan, perhatian serta bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga tetap menjadi sahabat yang baik. 16. Nikosius Simatupang yang selalu memberikan pertolongan diwaktu laptopku bermasalah. Terimakasih atas keikhlasannya membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. viii 17. Teman-teman angkatan 09 yang telah membantu dan memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Kebersamaan kita selama menimba ilmu di Fakultas Psikologi tetap menjadi kenangan yang indah. Akhir kata, semoga Allah Yang Maha Kasih dan Maha Penyayang selalu memberikan rahmat dan membalas segala kebaikan yang Bapak/Ibu, saudara-saudara dan rekan-rekan berikan. Dan semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. Penulis Rohana Uli NurMunthe. ix Perbedaan Forgiveness Ditinjau dari Tipe Kepribadian Remaja yang orang tuanya bercerai di Kecamatan Medan Timur. Rohana Uli Nur Munthe. 09.860.0004. Jurusan Psikologi Perkembangan Fakultas Psikologi Universitas Medan Area. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mendapatkan data secara empiris perbedaan forgiveness yang ditinjau dari big five personalityyang terdiri dariekstraversion, agreeableness, conscientiousness, neouroticism, dan openness to experience yang ditujukan kepada remaja yang orang tuanya bercerai.Sampel dalam penelitian ini berjumlah 150 orang remaja yang tinggal di Kecamatan Medan Timur yang terdiri dari 11kelurahan. Kepada masing-masing sampel diberikan dua skala yaitu skala big five personalityyang bertujuan untuk mengetahui salah satu tipe kepribadian dari tiap-tiap sampel danskalaforgiveness (memaafkan)bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat forgivenssdari tiap-tiap sampel. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Varians Satu Jalur.Dari hasil Analisis Varians Satu Jalur ini menghasilkan pola perbedaan sebagai berikut 1). Ada perbedaan forgiveness yang signifikan di antara remaja yang memiliki tipe kepribadian Neuroticism, Openness to experience, Ekstraversion, Agreeableness dan Conscientiousness. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien F = 11085, 523 dengan p < 0,05. 2). Berdasarkan analisis data, seperti yang terlihat dari analisis uji normalitas sebaran diketahui bahwa, mean empirik forgiveness pada tipe Neuroticism sebesar 96,79, forgiveness pada tipe Openness to experience sebesar 109,77,forgiveness pada tipe Extraversion sebesar 114,90, forgiveness pada tipe Agrreableness sebesar 111,25, forgiveness pada tipe Conscientiousnesssebesar 112,79, Jadi dapat disimpulkan bahwa tipe kepribadian Ekstraversion memiliki forgiveness yang paling tinggi, dibandingkan dengan Conscientiousness, Agreeableness, Opennes to experience dan Neuroticism.3). Diketahui bahwa tingkat forgivenesspada remaja yang ditinjau dari big five personality yang orang tuanya bercerai di Kecamatan Medan Timur memiliki kategori sangat tinggi karena mean hipotetik (72,50) lebih kecil dari mean empirik dan melebihi 2bilangan SD yaitu 14,02+14,02=28,04. Kata Kunci : ForgivenessdanBig Five Personality. x DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL …………………………………………………….. i HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v MOTTO ………………………………………………………………….. vi UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... vii ABSTRAK ……………………………………………………………….. x DAFTAR ISI .................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……………………………………………………… 1 B. Identifikasi Masalah ……………………………………………….. 8 C. Batasan Masalah …………………………………………………… 10 D. Rumusan Masalah …………………………………………………. 11 E. Tujuan Penelitian …………………………………………………. 11 xi F. Manfaat Penelitian ……………………………………………….. 11 1. Manfaat Teoritis ……………………………………………… 11 2. Manfaat Praktis ……………………………………………….. 11 BAB II : LANDASAN TEORI A. Remaja yang orangtuanya bercerai ..............…………..................... 12 1. Pengertian Remaja ........................................................................ 12 2. Ciri-Ciri Remaja .......................................................................... 14 3. Tugas Perkembangan Remaja………………………………….. 16 4. Karakteristik Remaja…………………………………………… 17 5. Remaja yang orangtuanya bercerai……………………………… 18 6. Dampak perceraian orang tua terhadap anak…………………… 21 B. Forgiveness 1. Pengertian Forgiveness ……………………………………....... 23 2. Proses Forgiveness ..........................…………………………….. 25 3. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Forgiveness .............. 26 4. Manfaat Forgiveness .................................................................... .29 5. Aspek-aspek Forgiveness ..............................................................30 C. Kepribadian (Personality) 1. Pengertian Kepribadian ………………………................................ 31 2. Faktor-Faktor yang Membentuk Kepribadian .......………………. 33 3. Big FivePersonality........................................…………………. 35 4. Dimensi dalam Big Five Personality…………………………… 37 5. Faset dalam Big Five Personality .........................……………….. 42 D. Perbedaan Forgiveness dan tipe kepribadian ......................................... 45 E. Kerangka Konseptual ……………………………………………….. 49 F. Hipotesis ……………………………………………………………. 49 BAB III: METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian …………………………………………… 50 xii B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ………………………………… 50 1. Forgiveness ……………………………………………....................... 51 2. Big Five Personality .…………………………………………………... 51 C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ……………………… 52 1. Populasi …………………………………………………………………. 52 2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ………………........................53 D. Metode Pengumpulan Data …………………………………………………..53 1. Skala Forgiveness .........……………………………………......................55 2. SkalaBig Five Personality ..…………………………………………….....56 E. Validitas dan Reabilitas ………………………………………………………..57 1. Validitas Alat Ukur …………………………………………………………57 2. Realibilitas Alat Ukur ……………………………………………………… 59 F. Metode Analisis Data ………………………………………………………… 59 BAB IV : LAPORAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian ………………………… ……………. 61 1. Gambaran Umum Kecamatan Medan Timur ……………………………. 2. Persiapan Penelitian ………………………………………………… 61 62 a. Persiapan Adimistrasi……………………………………………… 62 b. Persiapan Alat Ukur ……………………………………………. 63 1. Skala Forgiveness …………………………. ………………... 63 2. Skala Big Five Personality ………………............................... c. Uji Coba Alat Ukur ……………………………………………. 64 65 1. Hasil Uji Coba Skala Forgivenes ………………………… 66 2. Hasil Uji Coba Skala Big Five Personality ………………. 67 B. Pelaksanaan Penelitian …………………………………………….. 68 C. Analisis Data dan Hasil Penelitian ...................................................... 69 1. Uji Asumsi ………………………………………….................... 69 a. Uji Normalitas Sebaran ………………….............................. 69 b. UjiHomogenitas Variansa ………………………………….. 70 xiii 2.Hasil Perhitungan Analisis Varians …………………………………………………….. 71 3.Hasil Perhitungan Mean Hipotetik dan Mean Empirik ……………………………… 72 a. Mean Hipotetik ……………………………………………………… 72 b. Mean Empirik ………………………………………………………. 73 c. Kriteria ……………………………………………………………… 73 D. Pembahasan ………………………………………………………………… 74 BAB V : SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...........................................................................................…….. 77 B. Saran ................................................................................................……. 78 Daftar Pustaka ......................................................................................................... 80 xiv DAFTAR TABEL Tabel : 1. Tingkat Perceraian di Kota Medan ……………………………………………….. 3 2. Dimensi Big Five Menurut McCrae & Costa (dalam Pervin 2005)………………. 41 3. Distribusi Butiran Skala ForgivenessSebelum Uji Coba………………………. 64 4. Distribusi Butiran Skala Big Five Personality Sebelum Uji Coba………………. 65 5. Distribusi Penyebaran Butir-Butir Pernyataan Skala Forgiveness Setelah Uji Coba…………………………………………………………………… 67 6. Distribusi Penyebaran Butir-Butir Pernyataan Skala Big Five Personality Setelah Uji Coba…………………………………………………………………… 68 7. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas Sebaran…………………………. 70 8. Hasil Rangkuman Uji HomogenitaVarians………………………………………. 71 9. Rangkuman Hasil Perhitungan Analisis Varians Satu Jalur …………………….. 71 10. Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata Hipotetik dan Nilai Rata-Rata Empirik……… 74 11. Distribusi Jumlah Sampel …………………………………………………………. 74 xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan rumah tangga tentunya terdapat berbagai romantika kehidupan yang mewarnai jalannya suatu pernikahan, dari yang menyenangkan hingga kepada hal-hal yang buruk sekalipun. Setiap pasangan suami istri selalu mempunyai rencana indah untuk hidup bersama sampai dipisahkan oleh kematian, namun kenyataan hidup tidak seindah idealisme yang ada. Hal ini akan semakin sulit seiring dengan banyaknya dinamika kehidupan yang harus dihadapi oleh masing-masing individu dalam menjalani proses kehidupan rumah tangga. Pasangan suami istri selalu dihadang oleh perselisihan dan permasalahan yang menuntut mereka untuk mencari titik temu. Perbedaan usia, penghasilan, tanggung jawab, kepribadian, dan prinsip hidup sering menimbulkan pertengkaran antara suami istri yang dapat menguncangkan sebuah pernikahan. Saat pernikahan mulai terguncang, pasangan suami istri dihadapkan pada dua keputusan sulit yaitu tetap mempertahankan pernikahan atau bercerai. Pemutusan tersebut selalu didahului oleh timbulnya permasalahan dan konflik yang tidak terselesaikan antara suami istri, adanya ketidakpuasan, serta rasa tersakiti yang tidak dapat diatasi lagi. Dalam kondisi seperti ini pasangan suami istri cenderung mengambil keputusan untuk bercerai, walaupun mereka menyadari bahwa keputusan ini akan menimbulkan luka batin dan penderitaan bagi anak-anak mereka (Hapsari, 2011). Angka perceraian di Indonesia sudah berada pada titik mengkhawatirkan, dimana Indonesia memiliki angka perceraian yang tertinggi di Asia Tenggara. Kondisi ini setiap tahun xvi semakin parah, dikarenakan semakin tingginya angka perceraian yang diputuskan di Pengadilan Tinggi Agama (www.hariansumutpos.com/05/04/2013). Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Pengadilan Tinggi Agama Medan bahwa setiap tahun keluarga yang berkonflik dan memutuskan mengakhiri ikatan pernikahan mereka atau bercerai semakin meningkat dan peningkatan yang paling signifikan berada pada lima tahun terakhir (2013, 02 April), seperti tabel yang tertulis di bawah ini: Tabel 1 Tingkat Perceraian di Kota Medan Tahun 2009-2012 Tahun 2009 2010 2011 2012 Sisa tahun Diterima lalu 105 1028 135 1015 163 1051 141 1351 Jumlah Batal dicabut 1133 63/39 1150 59/33 1214 66/33 1492 95/49 Cerai Talak 241 167 265 335 Cerai Gugat 530 438 490 731 Sumber Data Pengadilan Tinggi Agama. Jumlah perkara perceraian yang masuk ke Pengadilan Agama Medan hingga bulan Maret tahun 2013, sudah mencapai angka 581. Jumlah itu merupakan jumlah tertinggi sepanjang 5 tahun terakhir. Hal itu disampaikan langsung oleh Panitera Sekertaris Pengadilan Agama Negeri Medan, Hilman Lubis saat ditemui Sumut Pos di ruang kerjanya. Disebutnya, peningkatan paling tajam terjadi pada bulan Januari tahun 2013 yang berjumlah 197 perkara Sumut Zahrin Piliang (www.hariansumutpos.com/05/04/2013). Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah mengatakandata dari Pengadilan Tinggi Agama tahun 2012, ada sekitar 1351kasus perceraian yang diputuskan oleh pengadilan tersebut. Jika diasumsikan setiap keluarga yang bercerai memiliki 2 anak saja, maka terdapat 2700 anak di Sumut yang harus diasuh oleh orangtua xvii tunggal. Tentu saja, sedikit banyak berpengaruh pada proses tumbuh kembang anak jelas Zahrin (www.medanbagus.com/23/06 /2013). Bagi anak dalam keluarga, perceraian selalu saja merupakan rentetan goncangangoncangan yang menggoreskan luka batin yang dalam. Stres, ketakutan, kecemasan sampai dengan depresi seringkali dialami anak-anak yang kedua orangtuanya bercerai. Kondisi-kondisi emosi tersebut timbul akibat rasa kecewa karena orangtuanya bercerai. Rasa sakit yang ada pada diri anak menjadi pemicu ketidakstabilan emosi. Anak akan mengembangkan kebencian pada kejadian, ataupun pihak-pihak yang menimbulkan rasa sakit tersebut. Perceraian bukan saja menimbulkan kebencian pada kedua orangtua, tapi juga pada dirinya sendiri sehingga anak akan berusaha menjauhi orangtua. Perceraian akan memberikan dampak negatif pada anak terutama pada anak yang memasuki masa remaja Santrock (2007) mengatakan remaja dari keluarga yang bercerai lebih rentan mengalami masalah penyesuaian diri, akademis, kurang memiliki tanggung jawab sosial, berhubungan dengan teman sebaya yang antisosial, putus sekolah, menggunakan obat-obatan, dan aktif secara seksual usia dini, dibandingkan dengan remaja dari keluarga utuh. Apabila perceraian dalam keluarga itu terjadi saat anak menginjak usia remaja mereka akan mencari ketenangan baik itu ditetangga, sahabat, ataupun teman sekolah. Trauma yang sering terjadi menimbulkan perasaan terluka, marah, benci dan dendam (Hetherington dalam Dagun, 2000). Hal ini sejalan dengan hasil wawancara informal yang dilakukan peneliti kepada Heru (bukan nama sebenarnya), salah seorang remaja yang orangtuanya bercerai di kawasan Medan Timur: “Walaupunusiaku 20tahunsaatini, tapiakumasihmarahpada ayah yang telahmeninggalkanibudan aku.Sampaisekaranginitidaktahudimanakeberadaan ayah dantidakpernahberusahamencaritahukabartentangnya.Sebisamungkinmenghindaripembicaraante xviii ntang ayah.Biladitanya orang laintentang ayah, langsungajaakujawabtidaktahudancepatcepatgantitopik pembicaraan.“(Wawancara Interpersonal 10 Mei 2013). Arthasari (2010) menambahkan remaja yang orangtuanya bercerai dominan memiliki emosi marah, kecewa, tertekan, malu, menarik diri, dan sakit hati selama periode waktu tertentu, yang akan mengekspresikannya dengan cara menunjukkan sikap bermusuhan kepada pihak yang menimbulkannya. Untuk mengatasi kemarahan remaja kepada pihak yang menimbulkannya khususnya kepada orangtua, dapat dilakukan dengan memaafkan (forgiveness). Remaja harus berusaha tidak menyalahkan keputusan orangtua untuk bercerai yang membuat mereka tidak dapat merasakan lagi kebersamaan dalam keluarga yang utuh. Remaja sebagai anak harus berusaha aktif membangun kembali hubungan antara dirinya dengan kedua orangtuanya, dengan terlebih dahulu melupakan kesalahan yang dilakukan orangtua atas keputusan mereka bercerai (Arthasari, 2010). Menurut Hargrave dan Sells (dalam Hadriami, 2008) forgiveness merujuk pada terlepasnya seseorang dari kemarahan terhadap panca indera, terbangun kembali hubungan interpersonal yang saling percaya serta sembuhnya luka-luka hati yang dicederai untuk memberikan maaf atau memaafkan pihak yang telah mencederai. Nashori (2008) menjelaskan forgiveness adalah menghapus luka atau bekas-bekas luka dalam hati. Boleh jadi ingatan kejadian yang memilukan di masa lalu masih ada, tetapi persepsi kejadian yang menyakitkan hati telah terhapuskan. Sedangkan menurut Ken Hart (dalam Soesilo, 2006) menyatakan forgiveness adalah kesembuhan dari ingatan yang terluka, bukan menghapuskan dan forgiveness sebagai cara mengatasi hubungan yang rusak dengan dasar prososial. xix McCullough(1997), memberikan definisi bahwa forgiveness sebagai satu set perubahanperubahan motivasi di mana suatu organisme menjadi semakin menurun motivasi untuk membalas terhadap suatu hubungan mitra, semakin menurun motivasi untuk menghindari pelaku, semakin termotivasi oleh niat baik dan keinginan untuk berdamai untuk pelanggar, meskipun pelanggaran termasuk tindakan berbahaya. Tidak semua remaja mau dan mampu secara tulus memaafkan dan melupakan kesalahan orang lain khususnya kepada orangtuanya (Arthasari, 2010). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi forgiveness remaja kepada orangtua yang melakukan kesalahan terhadap dirinya. Remaja memiliki empati yang baik, dia berusaha memahami dan mengerti kondisi orangtua pada saat melakukan kesalahannya, dan menyadari bahwa hubungan mereka dengan orangtua tidak akan pernah putus, apapun itu masalah yang melatar belakanginya. Remaja memiliki kecerdasan emosi yang baik, dia mampu mengontrol emosi, dan mengelolanya untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi dirinya dan lingkungannya. Remaja sebagai anak berusaha memperbaiki hubungan keluarga kearah yang lebih baik, bermula dari memaafkan kesalahan orangtua (Worthington dan Wade, 1999). Hal ini sejalan dengan hasil wawancara informal yang dilakukan peneliti kepada Melly (bukan nama sebenarnya), salah seorang remaja yang orangtuanya bercerai di kawasan Medan Timur: “Mungkin pada saat itu keputusan bercerai yang terbaik bagi orang tuaku dari pada ribut terus setiap hari. Awalnya memang sedih karena tidak kumpul bersama lagi, tapi mau apalagi udah terjadi, yang penting sekarang memandang masa depan. Bagaimanapun kak tetap orangtuaku juga, tidak mungkin aku lahir tanpa mereka. Kalau dilihat sekarang ini bukan lagi hal yang memalukan kalau orangtuanya bercerai (Wawancara Interpersonal 26 Mei 2013). McCullough (1997) mengatakanada beberapa faktor yang mempengaruhi forgiveness diantaranya karakteristik kepribadian. Menurut McCullough (1999) sifat pemarah, pencemas, xx introvert dan kecenderungan merasa malu merupakan faktor penghambat munculnya forgiveness. Sebaliknya sifat pemaaf, extrovert menggambarkan beberapa karakter seperti bersifat sosial, keterbukaan, ekspresi dan asertif merupakan faktor pemicu terjadinya forgiveness. Allport (dalam Suryabrata, 2008) mendefinisikan kepribadian sebagai susunan sistemsistem psikofisik yang dinamis dalam diri individu, yang menentukan penyesuaian yang unik terhadap lingkungan. Sistem psikofisik yang dimaksud Allport meliputi kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan, keadaan emosional, perasaan dan motif yang bersifat psikologis tetapi mempunyai dasar fisik anak secara umum. Atkinson (1996) mengatakan kepribadian sebagai pola perilaku dan cara berpikir yang khas, yang menentukan penyesuaian diri individu terhadap lingkungan. Eysenck (dalam Suryabrata, 2008) memberikan definisi kepribadian sebagai keseluruhan oleh perilaku yang akurat maupun potensial dari organisasi yang ditentukan oleh pembawaan lingkungan. Menurut Suryabrata (2008) setiap individu pasti berinteraksi dan berusaha beradaptasi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik atau psikologi sangat dipengaruhi oleh kepribadiannya. Secara teoritis ada berbagai pendekatan yang digunakan untuk mendefinisikan suatu kepribadian, salah satu pendekatan yang digunakan dalam mengkaji kepribadian adalah pendekatan trait. Di dalam pendekatan ini, trait mempunyai unit yang fundamental dari kepribadian. Banyak ahli psikologi berkeyakinan bahwa gambaran yang paling baik mengenai struktur trait dimiliki oleh big five. Menurut McCrae & Costa (dalam Pervin, 2010) big five ini merupakan trait kepribadian yang digambarkan dalam lima dimensi dasar. Ke lima dimensi itu adalah ekstraversion, agreeableness, conscientiousness, neouroticism, dan openness to experience. xxi Friedman & Schustack (2008) mengajarkan big five sebagai : Extraversionorang yang tinggi pada dimensi ini cenderung penuh semangat, antusias, dominan, ramah dan komunikatif. Sebaliknya orang yang rendah pada dimensi ini akan cenderung pemalu, tidak percaya diri, submisif dan pendiam. Agreeableness : orang yang tinggi pada dimensi ini cenderung, kooperatif, mudah percaya, pemaaf, penyayang dan hangat. Orang yang rendah dalam dimensi ini cenderung dingin, konfrontatif dan kejam. Conscientiousnes: orang yang tinggi dalam dimensi ini umumnya berhati-hati, dapat diandalkan, teratur dan bertanggung jawab. Orang yang rendah dalam dimensi ini cenderung ceroboh, berantakan dan tidak dapat diandalkan. Neuroticism: orang yang tinggi dalam dimensi ini cenderung gugup, sensitif, tegang dan mudah cemas. Orang yang rendah dalam dimensi ini cenderung tenang dan santai.Openness to experience: orang yang tinggi dalam dimensi ini umumnya terlihat imajinatif, menyenangkan, kreatif dan artistik. Orang yang rendah dalam dimensi ini umumnya dangkal, membosankan dan sederhana. Penelitian yang dilakukanolehArthasari (2010)mengenaiperbedaan forgiveness dengan Trait Kepribadian Big Five pada remaja korban perceraian di Bumi Serpong Damai Tangerang diperoleh hasil bahwa adanya perbedaan pada dimesiextraversion, agreeableness, openness to experience, neuroticism and conscientiousness terhadap forgivenes. Dari berbagai fenomena dan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, peneliti tertarik dan mencoba untuk meneliti apakah ada perbedaan forgiveness pada remaja yang orangtuanya bercerai ditinjau dari tipe kepribadian. B. Identifikasi Masalah Angka perceraian di Indonesia sudah berada pada titik mengkhawatirkan, dimana Indonesia memiliki angka perceraian yang tertinggi di Asia Tenggara Kondisi ini setiap tahun xxii semakin parah, dikarenakan semakin tingginya angka perceraian yang diputuskan di Pengadilan TinggiAgama(www.hariansumutpos.com/05/04/2013). Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Pengadilan Tinggi Agama bahwa setiap tahun keluarga yang berkonflik dan memutuskan mengakhiri ikatan pernikahan mereka atau bercerai semakin meningkat dan peningkatan yang paling signifikan berada pada lima tahun terakhir ini, yaitu pada tahun 2009 sampai 2013 (2013, 02 April). Perceraian akan memberikan dampak negatif pada anak terutama pada anak yang memasuki masa remaja (Hapsari, 2011). Perceraian orangtua akan menimbulkan trauma dan disertai perasaan terluka, marah, benci dan dendam (Hetherington dalam Dagun, 2000). Arthasari (2010) menambahkan remaja yang orangtuanya bercerai dominan memiliki emosi marah, kecewa, tertekan, malu, menarik diri, dan sakit hati selama periode waktu tertentu, dan akan mengekspresikannya dengan cara menunjukkan sikap bermusuhan kepada pihak yang menimbulkannya. Untuk mengatasi kemarahan remaja kepada pihak yang menimbulkan khususnya kepada orangtua, dapat dilakukan dengan memaafkan (forgiveness). Nashori (2008) menjelaskan forgiveness adalah menghapus luka atau bekas-bekas luka dalam hati. Boleh jadi ingatan kejadian yang memilukan di masa lalu masih ada, tetapi persepsi kejadian yang menyakitkan hati telah terhapuskan. Sedangkan menurut Ken Hart (dalam Soesilo, 2006) menyatakan forgivenessadalah kesembuhan dari ingatan yang terluka,bukan menghapuskan dan forgiveness sebagai cara mengatasi hubungan yang rusak dengan dasar prososial. Tidak semua orang mau dan mampu secara tulus memaafkan dan melupakan kesalahan orang lain. McCullough(1997)mengatakanada beberapa faktor yang mempengaruhi forgiveness diantarnya karakteristik kepribadian. Secara teoritis ada berbagai pendekatan yang digunakan xxiii untuk mendefinisikan suatu kepribadian, salah satu yang digunakan dalam mengkaji kepribadian adalah pendekatan trait. Di dalam pendekatan ini, trait mempunyai unit yang fundamental dari kepribadian. Para ahli psikologi berkeyakinan bahwa gambaran yang paling baik mengenai stuktur trait dimiliki oleh big five.Menurut McCrae & Costa (dalam Pervin, 2010) big five ini merupakan trait kepribadian yang digambarkan dalam lima dimensi dasar. Kelima dimensi itu adalah ekstraversion, agreeableness, conscientiousness, neouroticism, dan openness to experience. Berdasarkan uraian diatas peneliti mengidentifikasi adanya perbedaan forgiveness ditinjau dari tipe kepribadian. C. Batasan Masalah Untuk lebih mengarahkan penelitian agar sesuai dengan tujuan dan terfokus pada sasaran, maka perlu dilakukan pembatasan ruang lingkup permasalahan. Disini penelitian yang dilakukan mengenai Perbedaan Forgiveness dengan tipe kepribadian remaja yang orangtuanya bercerai. Maka peneliti hanya membahas permasalahan yang berkaitan dengan forgiveness dan tipe kepribadian. Adapun tipe kepribadian yang dipakai adalah big five personality.Yang menjadi subyek penelitian adalah remaja yang orangtuanya bercerai tinggal di Kecamatan Medan Timur. D. Rumusan Masalah Dalam penelitian ini, rumusan masalah yang diangkat adalah : Adakah perbedaan forgiveness pada remaja yang orangtuanya bercerai ditinjau dari tipe kepribadian ? E.Tujuan Penelitian xxiv Berdasarkan masalah di atas tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan forgiveness pada remaja yang orangtuanyabercerai ditinjau dari tipe kepribadian. F. Manfaat Penelitian Dari gambaran pendahuluan hingga tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara kolektif, baik untuk keilmuan (teoritis) atau untuk peneliti, dan subjek penelitian (praktis) manfaat tersebut adalah: 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu psikologi terutama dalam bidang psikologi kepribadian dan psikologi perkembangan. Hingga nantinya dapat memperkaya teori-teori tentang perbedaan forgiveness pada remaja ditinjau dari tipe kepribadian. 2. Manfaat Praktis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu remaja yang orangtuanya bercerai agar lebih memahami tipe kepribadian yang dominan pada dirinya sehingga dapat membenahi dan meningkatkan forgiveness terhadap orang tuanya. xxv BAB II LANDASAN TEORI A. Remaja Yang Orangtuanya Bercerai. 1. Pengertian Remaja Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, yang berasal dari bahasa Latin adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”.Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang diikuti dengan berbagai masalah yang ada karena adanya perubahan fisik, psikis, dan sosial.Masa peralihan itu banyak menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam penyesuaian terhadap dirinya maupun terhadap lingkungan sosial.Hal ini dikarenakan remaja bukan kanak-kanak lagi tetapi juga belum dewasa, dan remaja juga ingin diperlakukan sebagai orang dewasa. Menurut Hurlock (2000) remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Ia tidak termasuk golongan anak, tetapi ia tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua, posisinya ada diantara anak dan orang dewasa.Remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya. Remaja awal berusia 13-16 tahun dan remaja akhir berusia 17-21 tahun. MenurutSantrock (2007)remaja merupakan suatu periode dimana kematangan kerangka dan seksual terjadi secara pesat terutama pada awal masa remaja. Masa remaja terjadi secara berangsur-angsur tidak dapat ditentukan secara tepat kapan permulaan dan akhirnya, tidak ada tanda tunggal yang menandai.Bagi anak laki-laki ditandai dengan tumbuhnya kumis dan pada anak perempuan ditandai dengan melebarnya pinggul.Hal ini dikarenakan pada masa ini hormonhormon tertentu meningkat secara drastis.Pada anak laki-laki hormon tertosteron yaitu suatu hormon yang berkait dengan perkembangan alat kelamin, pertumbuhan tinggi dan perubahan xxvi suara.Sedangkan pada anak perempuan hormon estradiol yaitu suatu hormon yang berkait dengan perkembangan buah dada, rahim, dan kerangka pada anak perempuan.Remaja juga diartikan sebagai masa perkembangan transisi emosional.Walaupun situasi budaya dan sejarah membatasi kemampuan untuk menentukan rentang usia remaja, di Amerika dan banyak budaya lain sekarang ini masa remaja dimulai kira-kira 10 sampai 13 tahun dan berakhir antara 18-22 tahun. Menurut Zulkifli (2005) masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan mereka, karena pada masa ini mereka mengalami banyak perubahan pada psikis dan fisiknya.Mereka penuh mengalami gejolak emosi dan tekanan jiwa sehingga mudah menyimpang dari aturan dan norma-norma sosial yang berlaku di kalangan masyarakat. Anna Freud (dalam Gunarsa, 2003) mengatakan remaja merupakan suatu masa yang meliputi masa perkembangan dimana terjadi perubahan-perubahan dalam hal motivasi seksual, organisasi dari pada ego, dalam hubungan dengan orang tua, orang lain dan cita-cita yang dikejar. Berdasarkan beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Ia tidak termasuk golongan anak, tetapi ia tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua, posisinya ada diantara anak dan orang dewasa.Remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya. Remaja awal berusia 13-16 tahun dan remaja akhir berusia 17-21 tahun. 2. Ciri-ciri Remaja. Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya.Hurlock (2000) menjelaskan ciri-ciri tersebut : a. Masa remaja sebagai periode yang penting. xxvii Pada masa remaja, baik langsung maupun akibat jangka panjang tetap penting.Ada periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena akibat psikologis.Pada periode remaja kedua-duanya sama-sama penting. b. Masa remaja sebagai periode peralihan. Peralihan tidak berarti terputus atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan sebuah peralihan dari suatu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang. c. Masa remaja sebagai periode perubahan. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik selama awal masa remaja.Ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung dengan pesat.Kalau perubahan fisik menurun, maka perubahan sikap dan perilaku menurun juga. d. Masa remaja sebagai usia bermasalah. Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. e. Masa remaja sebagai mencari identitas. Pada awal masa remaja penyesuaian diri dengan kelompok masih penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Kemudian lambat laun mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dan menjadi sama dengan teman-teman sebayanya dalam segala hal. f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan. xxviii Adanya keyakinan bahwa orang dewasa mempunyai pandangan yang buruk tentang remaja, membuat peralihan kedewasa menjadi sulit. g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang dirinya sendiri dan orang lain sebagai mana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistis ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja. h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulakan ciri-ciri remaja adalah : sebagai periode yang penting,periode peralihan, periode perubahan,usia bermasalah, mencari identitas, usia yang menimbulkan ketakutan,masa yang tidak realistik, ambang dewasa. 3. Tugas Perkembangan Remaja. Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meningkatkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan remaja menurut Hurlock (2000) adalah : a. Mencapai relasi baru dan yang lebih matang dengan teman-teman sebaya baik pria maupun wanita. b. Mencapai peran sosial pria dan wanita. c. Menerima perubahan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secaraefektif. xxix d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab. e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya. f. Mempersiapkan karier dan ekonomi. g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga. h. Menumbuhkan peringkat nilai dan sistem etika sebagai peganganuntuk berperilaku mengembangkan ideologi. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan tugas perkembangan remaja adalah : mencapai relasi baru dan yang lebih matang dengan teman-teman sebaya baik pria maupun wanita, mencapai peran sosial pria dan wanita, menerima perubahan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secaraefektif, mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab, mencapaikemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya, mempersiapkan karier dan ekonomi, mempersiapkan perkawinan dan keluarga, menumbuhkan peringkat nilai dan sistem etika sebagai peganganuntuk berperilaku mengembangkan ideologi. 4. Karakteristik Remaja. Menurut Yusuf (2001) karakteristik remaja yaitu : a. Perkembangan Fisik. Masa remaja merupakan salah satu diantara dua masa tantangan kehidupan individu, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat. b. Perkembangan Kognitif. Menurut Piaget, masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal (operasi kegiatan mental tentang berbagai gagasan). Remaja, secara mental telah dapat berfikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dengan kata lain berfikir operasi formal lebih bersifat hipotetis dan abstrak, serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah dari pada berfikir kongkret. xxx c. Perkembangan Emosi. Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi.Pada masa remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung, kecewa, marah, sedih, murung), sedangkan pada remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya. d. Perkembangan Moral. Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perubahan-perubahan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya saja tetapi juga psikologisnya (rasa bangga, puas dengan penilaian positif dari orang lain). e. Perkembangan Kepribadian. Masa remaja merupakan saat berkembangnya jati diri.Perkembangan jati diri merupakan isu sentral pada masa remaja yang memberikan dasar bagi masa dewasa. f. Perkembangan Kesadaran Beragama. Kemampuanberfikir abstrak memungkinkannya untuk dapatmentransformasikan keyakinan beragamanya.Dia dapat mengapresiasikan kualitas Tuhan sebagai Yang Maha Adil, Maha Kuasa, Maha Kasih Sayang. Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan karakteristik remaja adalah : perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan emosi, perkembangan sosial, perkembangan moral, perkembangan kepribadian, perkembangan kesadaran beragama. 5. Remaja yang orang tuanyabercerai. Keluarga merupakan suatu lingkungan pertama bagi anak, tempat untuk membimbing anak serta untuk memenuhi kebutuhan hidup. Baik kebutuhan fisik maupuk psikis, maka xxxi orangtua harus memberikan suasana keluarga yangharmonis sehingga anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Menurut Murdock (dalam Rasjidi, 1991) fungsi dari keluarga meliputi fungsi seksual atau kelamin, ekonomi, reproduksi dan pendidikan sebagai fungsi sosial dari suatu keluarga. Menurut Gunarsa (1993) keluarga sebenarnya mempunyai fungsi yang tidak hanya sebatas selaku penerus keturunan saja.Dalam bidang pendidikan, keluarga merupakan sumber pendidikan yang utama, karena segala pengetahuan dan kecerdasan intelektual manusia pertamasekali diperoleh dari orangtua dan anggota keluarga sendiri.Namun ironisnya angka perceraian di Indonesia dewasa ini semakin meningkat. Peristiwa perceraian dalam keluarga senantiasa membawa dampak yang cukup mendalam.Kasus ini menimbulkan stress, tekanan dan menimbulkan perubahan fisik dan mental.Keadaan ini dialami oleh semua anggota keluarga, tidak terkecuali orangtua sebagai pelaku perceraian itu sendiri dan pihak anak yang paling menderita.Setelah peristiwa perceraian, struktur keluarga berubah, anak hanya diasuh oleh satu orangtua saja. Keluarga dengan orangtua tunggal akan berpengaruh pada pola interaksi dan komunikasi dalam keluarga dan masyarakat, sebab dalam keluarga ini, tanggung jawab dan beban keluarga seperti pengasuhan serta pendidikan anak menjadi tanggung jawab orangtua itu sendiri. Menurut Dagun (2000) tahun pertama perceraian merupakan masa krisis yang paling sulit. Orangtua tampaknya dari waktu ke waktu memperlihatkan sikap kasar pada anaknya. Dengan demikian secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan dampak terhadap anak dan keluarga. Perceraian tidak hanya membawa dampak bagi orangtua saja, tetapi juga anak terutama remaja. Pada remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak xxxii kemasa dewasa yang sering disebut juga sebagai masa krisis di mana mulai terjadinya proses pembentukan jati diri. Pada masa peralihan ini status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Masa remaja juga merupakan periode yang penting di mana terjadi perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai cepatnya perkembangan mental terutama di awal masa remaja dan semua perkembangan tersebut memerlukan penyesuaian mental dan perlunya pembentukan sikap, nilai dan minat baru (Hurlock, 2000). Pada masa krisis ini remaja itu berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas sebagai individu terpisah dari keluarga dan menghadapi tugas menentukan arah mencari mata pencaharian sendiri. Para remaja belum diberi banyak hak istimewa orang dewasa sampai mereka menginjak usia belasan lebih lanjut. Disebagian besar negara bagian, mereka tidak dapat bekerja secara penuh.Tidak dapat menandatangani dokumen resmi, minum-minuman beralkohol, menikah atau memberikan hak suara (Atkinson, 1996). Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Oleh sebab itu tentunya remaja yang hidup dalam perceraian orangtua akan sangat berdampakbagi remaja, mulai dari tidak bisa menerima kenyataan pada perubahan akibat perceraian sampai pada masalah sehari-hari yang dialami oleh remaja itu sendiri. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa remaja yang orangtuanya bercerai adalah remaja yang memiliki struktur keluarga yang tidak lengkap diakibatkan oleh perceraian kedua orangtuanya, remaja di asuh atau tinggal bersama salah satu dari anggota keluarga. Sehingga remaja harus melakukan penyesuaian mental, pembentukan sikap, dan nilai. 6. Dampak perceraian orangtua terhadap anak. Menurut Agency( 2011) dampak perceraian orangtua pada anak : xxxiii a. Merasa tidak aman. Anak akan lebih merasa nyaman bila dekat dengan orangtuanya sebagai tempat berlindung bila ada sebuah ancaman. b. Merasa tidak diinginkan. Anak akan merasa dibuang oleh orangtua yang meninggalkannya. Jika perceraian tanpa dipersiapkan biasanya seorang anak akan memendam dendam pada orangtua yang meninggalkannya bahkan dimungkinkan anak akan menderita trauma. c. Kesepian. Kebiasaan anak bercengkrama dengan orangtua akan membuat anak merasa kesepian dan berusaha mencari hiburan dengan teman-temannya. Akibatnya, waktu di rumah akan semakin sedikit. d. Marah. Pada umumnya anak-anak korban perceraian memiliki tingkat amarah yang cukup tinggi, kemungkinan karena sering melihat kekerasan dalam rumah tangga sehingga membentuknya sebagai anak pemberontak. e. Kehilangan. Dalam hati terdalam seorang anak pasti akan merasa kehilangan salah seorang orangtuanya yang pergi meninggalkannya.Sejatinya anak menginginkan orangtua yang utuh. f. Menyalahkan diri sendiri. Beberapa anak korban perceraian merasa dirinya adalah penyebab perceraian. Sang anak menjadi frustrasi dan jika frustrasi ini dibiarkan maka dapat menimbulkandepresi yang kemudian menghambat perkembangan mentalnya. xxxiv Anak-anak dari keluarga yang bercerai lebih rentan mengalami penyesuaian diri, akademis, kurang memiliki tanggung jawab sosial, berhubungan dengan teman sebaya yang anti sosial, putus sekolah, menggunakan obat-obatan dan aktif secara seksual dini.Meskipun tidak semua anak dari keluarga bercerai mengalami hal tersebut, namun angkanya tetap lebih tinggi dari pada keluarga lengkap yang tidak pernah bercerai (Santrock, 2007). Sedangkan menurut Dagun (2000) kasus perceraian akan membawa trauma pada setiap anak meski dengan kadar berbeda. Setiap tingkat usia anak dalam menyesuaikan diri dengan situasi baru ini memperlihatkan cara dan penyesuaian yang berbeda. Kelompok anak yang sudah menginjak usia besar pada saat terjadinya kasus perceraian tidak lagi menyalahkan diri sendiri, tetapi memiliki sedikit perasaan takut akan perubahan situasi keluarga dan merasa cemas karena ditinggalkan salah satu orangtuanya. Papalia (2007) mengatakan perceraian melahirkan perceraian yang baru lagi. Anak yang kedua orang tuanya bercerai awalnya berharap pernikahan mereka tidak akan pernah berakhir seperti orangtuanya, namun beberapa lama kemudian mereka akhirnya mengambil keputusan bercerai seperti orangtuanya. Hetherington (2003)mengungkapkan bahwa anak pada keluarga yang bercerai beresiko tinggi mengalami masalah-masalah perkembangan psikologis, tingkah laku, sosial, dan akademik, dibandingkan dengan keluarga yang orang tuanya tidak bercerai. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dampak perceraian orangtua dapat mengakibatkan anak merasa tidak aman,merasa tidak diinginkan, kesepian, marah, kehilangan, menyalahkan diri sendiri. xxxv B. Forgiveness 1. Pengertian Forgiveness Seseorang tidak mungkin forgive (memaafkan) kecuali jika unforgive (tidak memaafkan) telah terjadi. Forgiveness baru dapat muncul setelah adanya unforgiveness, namun orang yang mengalami unforgiveness bukan berarti pasti akan mengalami forgiveness. Forgiveness merupakan suatu cara untuk mengatasi unforgivenes. Enright (dalam Schimmel, 2002) mengatakan forgiveness sebagai suatu bentuk kesiapan melepas hak yang dimiliki seseorang untuk meremehkan, menyalahkan, dan membalas dendam terhadap pelaku yang telah bertindak tidak benar terhadapnya, dan diwaktu yang bersamaan mengembangkan kasih sayang dan kemurahan hati.Menurut Hadriami (2008)forgiveness adalah kesediaan dari pihak yang dicederai untuk memberikan maaf atau memaafkan pihak yang telah mencederai.Forgiveness merupakan kesediaan untuk menanggalkan kekeliruan masa lalu yang menyakitkan, tidak lagi mencari-cari nilai dalam amarah dan kebencian, dan menepis keinginan untuk menyakiti orang lain atau diri sendiri. McCullough(1997) bahwa forgiveness didefinisikan sebagai satu set perubahanperubahan motivasi di mana suatu organisme menjadi semakin menurun motivasi untuk membalas terhadap suatu hubungan mitra, semakin menurun motivasi untuk menghindari pelaku, semakin termotivasi oleh niat baik dan keinginan untuk berdamai kepada pelanggar, meskipun pelanggaran termasuk tindakan berbahaya. Ken Hart (dalam Soesilo, 2006) mengatakan forgiveness adalah kesembuhan dari ingatan yang terluka, bukan menghapuskan.Forgiveness diartikan juga sebagai cara mengatasi hubungan yang rusak dengan dasar prososial.Menurut Hargrave dan Sells (Hadriami, 2008)forgiveness merujuk pada terlepasnya seseorang dari kemarahan terhadap panca indera, serta kesembuhan xxxvi terhadap luka-luka hati, dan tidak ada balas dendam. Ada unsur melepaskan diri kemarahan (afeksi) dan tercipta kembali hubungan, yang berarti adanya rekonsiliasi dengan munculnya kepercayaan, sembuhnya luka, dan kehilangan motivasi balas dendam. Yang berarti forgiveness tidak hanya terjadi ditahap afeksi, tetapi juga ditahap perilaku dimana korban berani membangun kembali hubungan dengan situasi yang positif. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan forgiveness adalah satu set perubahan-perubahan motivasi di mana suatu organisme menjadi semakin menurun motivasi untuk membalas terhadap suatu hubungan mitra, semakin menurun motivasi untuk menghindari pelaku, semakin termotivasi oleh niat baik dan keinginan untuk berdamai untuk pelanggar, meskipun pelanggaran termasuk tindakan berbahaya. 2. Proses Forgiveness. Proses forgiveness adalah proses yang berjalan perlahan dan memerlukan waktu. Semakin parahnya sakit hati, semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk memaafkan. Kadang-kadang seseorang melakukannya dengan perlahan-lahan sehingga melewati garis batas tanpa menyadari bahwa dia sudah melewatinya. Proses forgiveness juga dapat terjadi ketika pihak yang disakiti mencoba mengerti kenapa hal itu terjadi bersama-sama dengan upaya meredakan kemarahan. Robert Enright dan Gayle Red (dalam Nashori, 2009) mengungkapkan adanya empat fase untuk memberikan forgiveness yaitu: a. Fase pengungkapan (uncovering phase), yaitu ketika seseorang merasa sakit hati dan dendam. b. Fase keputusan (decision phase), yaitu seseorang mulai berfikir rasional dan memikirkan kemungkinan untuk forgiveness. Pada fase ini individu belum forgiveness sepenuhnya. xxxvii c. Fase tindakan (work phase),yaitu adanya tindakan secara aktif memberikan forgiveness kepada orang yang bersalah. d. Fase pendalaman (outcame atau deepening phase), yaitu internalisasi kebermaknaan dari proses forgiveness pada fase inilah individu memahami bahwa denganforgiveness maka dirinya akan memberi manfaat untuk diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa proses forgivenessadalah fase pengungkapan, fase keputusan, fase tindakan, fase pendalaman. 3. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Forgiveness. Menurut Worthington dan Wade (1999) faktor-faktor yang mempengaruhi forgiveness adalah a. Kecerdasan Emosi. Yaitu kemampuan untuk memahami keadaan emosi diri sendiri dan orang lain. Mampu mengontrol emosi, memanfaatkan emosi dalam membuat keputusan, perencanaan, memberikan motivasi. b. Respon Pelaku. Dimana respon pelaku meminta maaf dengan tulus atau menunjukkan penyesalan yang dalam. Permintaan maaf yang tulus berkorelasi positif dengan forgiveness. c. Munculnya Empati. Empati adalah kemampuan untuk mengerti dan merasakan pengalaman orang lain tanpa mengalami situasinya. Empati menengahi hubungan antara permintaan maaf dengan forgiveness. Munculnya empati ketika sipelaku meminta maaf sehingga mendorong korban untuk memaafkannya. xxxviii d. Kualitas Hubungan. Forgiveness paling mungkin terjadi pada hubungan yang dicirikan oleh kedekatan, komitmen dan kepuasan. Forgiveness juga berhubungan positif dengan seberapa penting hubungan tersebut antara pelaku dan korban. e. Rumination(Merenung dan Mengingat). Semakin sering individu merenung dan mengingat-ingat tentang peristiwa dan emosi yang dirasakan akan semakin sulit forgivenessterjadi. Rumination dan usaha menekandihubungkan dengan motivasi penghindaran (avoidance) dan membalas dendam (revenge). f. Komitmen Agama. Pemeluk agama yang komitmen dengan ajaran agamanya akan memiliki nilai tinggi pada forgiveness dan nilai rendah pada unforgiveness. g. Faktor Personal. Sifat pemarah, pencemas, introvert dan kecenderungan merasa malu merupakan faktor penghambat munculnya forgiveness. Sebaliknya sifat pemaaf, extrovert merupakan faktor pemicu terjadinya forgiveness. Sedangkan menurut McCullough (1999) ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap forgiveness yakni : a) Empati Empati adalah kemampuan seseorang untuk ikut merasakan perasaan atau pengalaman orang lain. Kemampuan untuk empati ini erat kaitanya dengan pengambilalihan peran. xxxix Melalui empati terhadap pihak yang menyakiti, seseorang dapat merasa bersalah dan tertekan akibat perilakunya yang menyakitkan. b. Atribusi terhadap Pelaku dan Kesalahannya. Penilaian akan mempengaruhi setiap perilaku individu. Artinya bahwa setiap perilaku itu ada penyebabnya dan penilaian dapat mengubah perilaku individu. c. Tingkat Kelukaan. Beberapa orang menyangka sakit hati yang mereka rasakan untuk mengakuinya sebagai sesuatu yang sangat menyakitkan. Mereka merasa takut mengakui rasa sakit hatinya karena dapat mengakibatkan mereka membenci orang yang sangat dicintainya, meskipun melukai.Hal ini sering kali menimbulkan kesedihan yang mendalam maka pemaafan tidak bisa atau sulit terwujudkan. d. Karakteristik Kepribadian. Ciri kepribadian tertentu seperti ekstrovet menggambarkan beberapa karakter seperti bersifat sosial, keterbukaan, ekspresi dan asertif.Karakter yang hangat, kooperatif, tidak mementingkan diri, menyenangkan, jujur dermawan, sopan dan fleksibel juga cenderung menjadi empati dan bersahabat. e. Kualitas Hubungan. Seseorang yang memaafkan kepada pihak lain dapat dilandasi oleh komitmen yang tinggi pada relasi mereka. Ada empat alasan mengapa kualitas hubungan berpengaruh terhadap perilaku memaafkan dalam hubungan interpersonal yaitu: pertama, mempunyai motivasi yang tinggi untuk menjaga hubungan; kedua, adanya orientasi jangka panjang dalam menjalin hubungan; ketiga, dalam kualitas hubungan yang tinggi masing-masing individu adanya kepentingan satu orang dan kepentingan menyatu; keempat, kualitas hubungan xl mempunyai orientasi kolektivitas yang menginginkan pihak-pihak yang terlibat untuk berperilaku yang memberikan keuntungan di antara mereka. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi forgiveness adalah : kecerdasan emosi, respon pelaku, munculnya empati, kualitas hubungan, rumination, komitmen agama, faktor personal, atribusi terhadap pelaku dan kesalahannya, tingkat kelukaan, dan karakteristik kepribadian. 4. Manfaat Forgiveness. Worthington & Wade (dalam Rusdi 2009)forgiveness secara kesehatan memberikan keuntungan secara psikologis dan merupakan terapi yang efektif dalam intervensi yang membebaskan seseorang dari kemarahannya dan rasa bersalah.Selain itu juga dapat mengurangi rasa marah, depresi dan cemas. Sedangkan menurut Fincham (2002)forgiveness dalam hubungan interpersonal yang erat memberikan pengaruh terhadap kebahagiaan dan kepuasan hubungan. (Enright, 2001)forgiveness dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan psikologis karena dengan forgiveness seseorang dapat melepaskan perasaan marah, mengubah pemikiran destruktifmenjadi pemikiran yang lebih baik terhadap orang yang telah menyakitinya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan manfaatforgiveness secara kesehatan memberikan keuntungan secara psikologis dan merupakan terapi yang efektif dalam intervensi yang membebaskan seseorang dari kemarahannya dan rasa bersalah. Selain itu juga dapat mengurangi rasa marah, depresi dan cemas. 5. Aspek-aspek Forgiveness MenurutMcCullough (1999),aspek- aspek forgivenessyaitu : xli a. Avoidance Motivation. Semakin menurun motivasi untuk membalas dendam terhadap suatu hubungan mitra, membuang keinginan untuk membalas dendam terhadap orang yang telah menyakiti. b. Revenge Motivation. Semakin menurun motivasi untuk menghindari pelaku, membuang keinginan untuk menjaga kerenggangan (jarak) dengan orang yang telah menyakitinya. c. Beneviolence Motivation Semakin termotivasi oleh niat baik dan keinginan untuk berdamai dengan pelaku meskipun pelanggaranya termasuk tindakan berbahaya, keinginan unuk berdamai atau melihat well being orang yang menyakitinya. Sedangkan menurut Ransley (2004)dalam forgiveness memiliki 3 aspek yaitu : a. Proses intra subyektif. Meliputi partisipasi yang utuh dari dua pihak secara aktif mencari dan disambut baik oleh kedua pihak. b. Pilihan untuk melepaskan kearahan. Melepaskan energinegatif yaitu kemarahan. c. Melepaskan balas dendam. Meskipun sebenarnya korban punya hak untuk melakukan balas dendam tetapi korban memilih memberikan hadiah berupa belas kasihan yang sebenarnya tidak berhak diterima panca indera. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan aspek-aspek forgiveness adalah avoidance motivation, revenge motivation, beneviolence motivation. xlii C. Kepribadian (Personality) 1. Pengertian Kepribadian. Kata kepribadian berasal dari kata personality (bahasa Inggris) yang berasa dari kata persona (bahasa Latin) yang berarti kedok atau topeng.Yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung untuk menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang. Hal itu dilakukan oleh karena terdapat ciri-ciri khas yang hanya dimiliki oleh seseorang tersebut baik dalam arti kepribadian yang baik ataupun yang kurang baik (Sujanto dkk, 2008) Allport (dalam Suryabrata, 2008) mendefinisikan kepribadian sebagai susunan sistemsistem psikofisik yang dinamis dalam diri individu, yang menentukan penyesuaian yang unik terhadap lingkungan. Sistem psikofisik yang dimaksud Allport meliputi kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan, keadaan emosional, perasaan dan motif yang bersifat psikologis tetapi mempunyai dasar fisik secara umum. Sedangkan menurut Pervin dkk (2010) kepribadian mewakili karakteristik individu yang terdiri dari pola-pola pikiran, perasaan dan perilaku yang konsisten. Definisi tersebut memiliki arti agar kita fokus pada banyak aspek yang berbeda pada setiap orang.Namun hal tersebut juga menganjurkan kita untuk konsisten pada pola tingkah laku dan kualitas dalam diri orang tersebut yang diukur secara teratur. Selain itu Catell (dalam Subrata, 2008) berpendapat kepribadian merupakan hukumhukum mengenai apa yang dilakukan, baik yang nampak maupun yang tidak nampakmengenai diri seseorang sebagaimana diketahui orang lain.Atkinson (1996) memberikan batasan kepribadian sebagai pola perilaku dan cara berpikir yang khas, yang menentukan penyesuaian diri individu terhadap lingkungan. Menurut Feist & Feist (2009) kepribadian adalah sebuah pola dari sifat yang relatif menetap dan karekteristik unik, dimana memberikan konsistensi dan xliii individualitas pada perilaku seseorang.Sedangkan sifat (trait) menunjukkan perbedaan individual dalam berperilaku, perilaku yang konsisten sepanjang waktu, dan stabilitas perilaku dalam berbagai situasi. Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan suatu susunan sistim psikofisik (psikis dan fisik yang terpadu dan saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku) yang kompleks dan dinamis dalam diri seorang individu tersebut terhadap lingkungannya, sehingga akan nampak dalam tingkah lakunya yang unik dan berbeda dengan orang lain. 2. Faktor-faktor yang membentuk kepribadian. Kepribadian berkembang dan mengalami perubahan-perubahan.Tetapi di dalam perkembangan itu makin terbentuklah pola-polanya yang tetap dan khas, sehingga merupakan ciri-ciri yang unik bagi individu.Purwanto (2007) mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian : a. Faktor biologis. Faktor biologis yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau disebut faktor fisiologis.Keadaan jasmani setiap orang sejak dilahirkan telah menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan.Keadaan fisik, baik yang berasal dari keturunan maupun yang merupakan pembawaan sejak lahir memainkan peranan yang penting pada kepribadian seseorang. b. Faktor Sosial. Faktor sosial yaitu manusia-manusia lain disekitar individu yang mempengaruhi individu yang bersangkutan.Termasuk didalamnya tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, xliv bahasa, yang berlaku dalam masyarakat itu.Dalam perkembangan anak pada masa bayi dan kanak-kanak, peranan keluarga terutama ayah dan ibu sangat penting dan menentukan bagi pembentukan kepribadian anak selanjutnya. c. Faktor Kebudayaan. Kebudayaan itu tumbuh dan berkembang didalam masyarakat, dimana kita dapat mengenal bahwa kebudayaan di tiap daerah maupun negara selalu berlainan.Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing individu tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat dimana individu itu dibesarkan. Sedangkan menurut Suryabrata (2008)secara umum perkembangan kepribadian dipengaruhi oleh lima faktor yaitu: a. Warisan biologis (heredity). Warisan biologis mempengaruhi kehidupan manusia dan setiap manusia mempunyai warisan biologis yang unik, berbeda dari orang lain. Artinya tidak ada seorangpun didunia ini yang mempunyai karakteristik fisik yang sama persis dengan orang lain, bahkan anak kembar sekalipun. Warisan biologis yang terpenting terletak pada perbedaan intelegensi dan kematangan biologis. Keadaan ini membawa pengaruh pada kepribadian seseorang. b. Warisan lingkungan alam (natural environment). Perbedaan iklim, topografi dan sumber daya alam menyebabkan manusia harus menyesuaikan diri terhadap alam. Melalui penyesuaian diri itu, dengan sendiri pola perilaku masyarakat dan kebudayaanyapun dipengaruhi oleh alam. c. Warisan sosial (social heritage atau budaya). Antar manusia, alam dan kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling mempengaruhi. Manusia berusaha untuk mengubah alam agar sesuai dengan kebudayaannya xlv guna memenuhi kebutuhan hidup.Sementara kebudayaan memberi andil yang besar dalam memberikan warna kepribadian anggota masyarakat. d. Pengalaman kelompok manusia (group experiences). Kehidupan manusia dipengaruhi oleh kelompoknya.Kelompok manusia, sadar atau tidak telah mempengaruhi anggota-anggotanya, dan para anggotanya menyesuaikan diri terhadap kelompoknya. Setiap kelompok mewariskan pengalaman khas yang tidak diberikan oleh kelompok lain oleh anggotanya sehingga timbulah kepribadian khas anggota masyarakat tersebut. e. Pengalaman unik (unique experiences). Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang lain, walaupun orang itu berasal dari keluarga yang sama, dibesarkan dalam kebudayaan yang sama, serta mempunyai lingkungan fisik yang sama pula. Walaupun pernah mendapatkan pengalaman yang serupa dalam beberapa hal namun berbeda dalam beberapa hal lainya. Pengalaman setiap orang adalah unik dan tidak ada pengalaman siapapun yang secara sempurna mengalaminya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan faktor-faktor yang membentuk kepribadian ialah :warisan biologis (heredity),warisan lingkungan alam (natural environment),warisan sosial (social heritage atau budaya),pengalaman kelompok manusia (group experiences),pengalaman unik (unique experiences) 3. Big Five Personality. Dimulai pada tahun 1960, dan semakin meningkat pada tahun 1980, 1990 dan tahun 2000 dimana tokoh pelopornya adalah Allport dan Catell. Kepribadian big five adalah suatu xlvi pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah dimensi kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima dimensi trait kepribadian tersebut adalah extraversion,neuroticism, openness to experience,agreeableness, conscientiousness(Friedman & Schustack, 2008). Big fivemerupakan kepribadian dengan pendekatan trait yang didukung oleh penelitian yang mendalam dan menghasilkan bahwa kepribadian dapat dilihat dalam lima dimensi. Kelima dimensi ini muncul dari penelitian faktor analisis melalui berbagai tes dan skala kepribadian. Menurut Golberg (dalam Pervin 2010)“Big” memiliki arti bahwa setiap faktor menggunakan traits yang lebih spesifik dalam jumlah yang besar.Kelima faktor tersebut adalah openness toexperience(O), conscientiousness(C), extraversion(E),agreeableness(A), neuroticism(N).Yang kemudian disingkat OCEAN. Feist & Feist (2009) menyatakan bahwa big five adalah salah satu kepribadian yang dapat memprediksi dan menjelaskan perilaku. Suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologis untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor.Lima faktor tersebut adalah extraversion,neuroticism, openness to experience,agreeableness, dan conscientiousness. Pervin (2005) menyatakan bahwa big five merupakan suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui traits yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Menurut McCrae & Costa (dalam Pervin, 2010) five factor model adalah sebuah kesepakatan diantara pendekatan teoritis yang mengacu pada lima faktor kepribadian yang terdiri dari extraversion, neuroticism, openness to experience,agreeableness, conscientiousness. xlvii Diantara kelima faktor tersebut, manusia cenderung memiliki salah satu faktor kepribadian sebagai faktor yang dominan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa big fiveialah sebuah kesepakatan diantara pendekatan teoritis yang mengacu pada lima faktor kepribadian yang terdiri dari extraversion, neuroticism, openness to experience,agreeableness, conscientiousness. Diantara kelima faktor tersebut, manusia cenderung memiliki salah satu faktor kepribadian sebagai faktor yang dominan. 4. Dimensi dalam Big FivePersonality. Trait (sifat, ciri) merupakan suatu pola tingkah laku yang relatif menetap secara terus menerus dan konsekuen yang digunakan dalam satu deretan keadaan. McCrae & Costa (dalam Pervin, 2010)menyatakan bahwa trait-trait dalam domain-domain dari big five personality adalah : a. Extraversion. Faktor ini merupakan dimensi yang penting dalam kepribadian, dimana extraversion ini dapat memprediksi banyak tingkah laku sosial. Seseorang yang memiliki faktor extraversion yang tinggi, akan mengingat semua interaksi sosial, berinteraksi dengan lebih banyak orang dibandingkan dengan seseorang dengan tingkat extraversion yang rendah. Dalam berinteraksi mereka juga akan lebih banyak memegang kontrol dan keintiman. Extraversion dicirikan dengan afek positif seperti memiliki antusiasme yang tinggi, senang bergaul, memiliki emosi yang positif, energik, tertarik dengan banyak hal, ambisius, juga ramah terhadap orang lainmemiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam bergaul, menjalin hubungan dengan sesama dan juga dominan dalam lingkungannya. Extraversion dapat memprediksi perkembangan dari hubungan sosial. Seseorang yang memiliki tingkat xlviii extrversion yang tinggi dapat lebih cepat berteman dari pada seseorang yang memiliki tingkat extraversion yang rendah. Extraversion mudah termotivasi oleh perubahan, variasi dalam hidup, tantangan dan mudah bosan. Sedangkan orang-orang dengan extraversion yang rendah cenderung bersikap tenang dan menarik diri dari lingkungannya. b. Neuroticism. Neuroticism menggambarkan seseorang yang memiliki masalah emosi yang negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman. Secara emosional mereka labil, mereka juga merubah perhatian menjadi sesuatu yang berlawanan. Seseorang yang memiliki tingkat neuroticism yang rendah cenderung akan lebih gembira dan puas terhadap hidup, dibandingkan dengan seseorang yang memiliki neuroticism yang tinggi. Selain itu juga memiliki kesulitan dalam menjalin hubungan dan berkomitmen, mereka juga memiliki tingkat self esteem yang rendah, kepribadian yang mudah mengalami kecemasan, rasa marah, depresi dan cenderung memiliki kecenderungan emotionally reaktif. c. Openness to Experience. Openness to experience yaitu proaktif dan menghargai pengalaman karena keinginannya sendiri, toleran dan melakukan eksplorasi terhadap sesuatu yang belum dikenal. Mempunyai ciri mudah bertoleransi, kapasitas menyerap informasi, menjadi sangat fokus, dan mampu untuk waspada pada berbagai perasaan, pemikiran dan impulsivitas. Seseorang dengan openness toexperience yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang memiliki imajinasi dan kehidupan yang indah. Sedangkan seseorang yang memiliki tingkat openness toexperience yang rendah memiliki nilai kebersihan, kepatuhan dan keamanan bersama, juga xlix menggambarkan pribadi yang mempunyai pemikiran yang sempit, konservatif dan tidak menyukai adanya perubahan. Openness to experiencedapat membangun pertumbuhan pribadi. Pencapaian kreativitas lebih banyak pada orang yang memiliki tingkat openness toexperience yang tinggi. Juga memiliki rasa ingin tahu, kreatif, terbuka terhadap pengalaman, lebih mudah untuk mendapatkan solusi untuk suatu masalah. d. Agreeableness. Dapat disebut juga sosial adaptability yang mengidentifikasikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah, menghindari konflik dan memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang lain. Individu yang berada pada skor agreeableness yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang suka membantu, forgiving, dan penyayang. Namun ditemukan pula sedikit konflik pada hubungan interpersonal, orang yang memiliki tingkat agreeableness yang tinggi ketika berhadapan dengan konflik, self esteem mereka akan cenderung menurun. Selain itu menghindar dari usaha langsung dalam menyatakan kekuatan sebagai usaha untuk memutuskan konflik dengan orang lain merupakan salah satu ciri dari seseorang yang memiliki tingkat agreeableness yang tinggi. Sedangkan orang dengan tingkat agreeableness yang rendah cenderung untuk lebih agresif dan kurang kooperatif. e. Conscientiousness. Conscientiousness disebut juga impulsive control yang menggambarkan perbedaan keteraturan dan self discipline seseorang. Individu yang conscientiousness memiliki nilai kebersihan dan ambisi, yang biasanya digambarkan sebagai orang yang tepat waktu dan ambisius. Conscientiousnessmendeskripsikan kontrol terhadap lingkungan sosial, berfikir sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti peraturan dan norma, terencana, l terorganisir dan memprioritaskan tugas. Disisi negatif menjadi sangat perfeksionis, kompulsif, workaholik, membosankan. Tingkat conscientiousness yang rendah menunjukkan sikap ceroboh, tidak terarah, serta mudah teralih perhatiannya. Secara garis besar, rangkuman karakteristik big five personality dengan skor tinggi dan skor rendah adalah sebagai berikut : Tabel 2. Dimensi Big Five Menurut McCrae & Costa (dalam Pervin 2010). Karakteristik Skor Tinggi Trait Extraversion Mengukur kuantitas dan intensitas interaksi interpersonal, level aktivitas, kebutuhan stimulasi dan kapasitas kesenangan. Neuroticism Cemas,gugup,emosional, Mengukur penyesuaian vs merasa tidak aman, merasa ketidakstabilan emosional. tidak cakap, mudah panik. Mengidentifikasi individu yang rentan terhadap tekanan psikologis, ide yang tidak realistis, dorongan yang berlebihan dan respon coping yang maladaptif. Openness to Experience. Ingin tahu, minat yang luas, Mengukur penilaian proaktif, kreatif, original, imajinatif, penghargaan terhadap tidak tradisonal. pengalaman untuk dirinya sendiri, eksplorasi terhadap yang tidak biasa. Dapat bersosialisasi, aktif, senang bercakap-cakap, berorientasi pada orang, optimistis, menyukai keceriaan, lembut. Karakteristik Skor Rendah Menahan diri, bijaksana, tidak gembira, menyendiri, berorientasi pada tugas, diam, menarik diri. Tenang, rileks, tidak emosional, merasa aman, puas diri, kukuh. Konvensional,membumi, sedikit minat, tidak artistic, tidak analitis. Agreeableness Lembut hati, ramah, dapat Mengukur kualitas orientasi Sinis, kasar, curiga, tidak li dipercaya, suka menolong, interpersonal seseorang mulai kooperatif, pemaaf, penurut. dari perasaan kasihan sampai begis, pada sikap permusuhan dalam manipulatif. hal pikiran, perasaan, dan tindakan. Terorganisir, dapat diandalkan, pekerja keras, disiplin diri, tepat waktu, cermat, rapi, ambisius, keras hati. Conscientiousness. Mengukur tingkat keteraturan seseorang, ketahanan dan motivasi dalam mencapai tujuan. Berlawanan dengan ketergantungan, dan kecenderungan untuk menjadi malas dan lemah. pendendam, pemarah, Tidak bertujuan, tidak dapat diandalkan, malas, acuh, sembrono, lemah niat, keinginan lemah. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis dalam big five personality adalah extraversion, neuroticism, openness toexperience,agreeableness, conscientiousness. 5. Faset dalam Big Five Personality. Menurut McCrae &Costa (dalam Pervin, 2010), setiap dimensi dari Big Five terdiri dari 6 (enam) faset atau sub faktor. Faset-faset tersebut adalah: 1. Extraversion terdiri dari: a) Gregariousness. Kecenderungan untuk banyak berteman dan suka berinteraksi dengan orang banyak. b) Activity. Individu yang sering mengikuti berbagai kegiatan, memiliki energi dan semangat yang tinggi. c) Assertiveness. Individu yang cenderung tegas. d) Excitement Seeking. Individu yang suka mencari sensasi dan suka mengambil resiko. e) Positive Emotions. Kecenderungan untuk mengambil emosi-emosi yang positif seperti bahagia, cinta dan kegembiraan. lii f) Warmth. Kecenderungan untuk mudah bergaul dan membagi kasih sayang. 2. Neuroticism terdiri dari: a) Anxiety. Kecenderungan untuk gelisah, penuh ketakutan, merasa kuatir, gugup dan tegang. b) Self-consciousness. Individu yang menunjukkan emosi malu, merasa tidak nyaman, sensitif dan mudah merasa rendah diri. c) Depression. Kecenderungan untuk mengalami depresi pada diri sendiri. d) Vulnerability. Kecenderungan tidak mampu menghadapai stress, bergantung pada orang lain, mudah menyerah dan panik bila menghadapi sesuatu yang datang mendadak; e) Impulsiveness. Tidak mampu mengontrol keinginan yang berlebihan atau dorongan untuk melakukan sesuatu. f) Hostility. Kecenderungan untuk mengalami amarah, frustrasi, dan penuh kebencian. 3. Openness to experience terdiri dari: a) Fantasy. Individu yang memiliki imajinasi yang tinggi dan aktif. b) Aesthetics. Individu yang memiliki apresiasi yang tinggi terhadap seni dan keindahan. c) Feelings. Individu yang menyadari dan menyelami emosi dan perasaannya sendiri. d) Ideas. Berpikiran terbuka dan mau menyadari ide baru dan tidak konvensional. e) Actions. Individu yang berkeinginan untuk mencoba hal-hal baru. f) Values. Kesiapan seseorang untuk menguji ulang nilai-nilai sosial politik dan agama. 4. Agreeableness terdiri dari: a) Straightforwardness. Individu yang terus terang, sungguh-sungguh dalam menyatakan sesuatu. liii b) Trust. Tingkat kepercayaan individu terhadap orang lain. c) Altruism.Individu yang murah hati, memiliki keinginan untuk membantu orang lain dan mendahulukan kepentingan orang lain. d) Modesty . Individu yang sederhana dan rendah hati. e) Tendermindedness. Simpati, peduli pada oran lain danberhati lembut. f) Compliance. Karakteristik dari reaksi terhadap konflik interpersonal. 5. Conscientiousnessterdiri dari: a) Self-discipline. Mampu mengatur diri sendiri. b) Dutifulness. Memegang erat prinsip hidup. c) Competence. Kesanggupan, efektvitas dan kebijaksanaan dalam melakukan sesuatu. d) Order. Kemampuan berorganisasi. e) Deliberation. Selalu berfikir dahulu sebelum bertindak. f) Achievement striving. Aspirasiindividu dalam mencapai prestasi D. Perbedaan Forgiveness Pada Remaja Yang Orangtuanya Bercerai Ditinjau Dari Tipe Kepribadian. Bagi anak dalam keluarga, perceraian selalu saja merupakan rentetan goncangangoncangan yang menggoreskan luka batin yang dalam. Stres, ketakutan, kecemasan sampai dengan depresi seringkali dialami anak-anak yang kedua orangtuanya bercerai. Kondisi-kondisi emosi tersebut timbul akibat rasa kecewa karena orang tuanya yang memutuskan untuk berpisah atau bercerai. Rasa sakit yang ada pada diri anak menjadi pemicu ketidak stabilan emosi. Anak akan mengembangkan kebencian pada kejadian, ataupun pihak-pihak yangmenimbulkan rasa sakit tersebut.Perceraian akan memberikan dampak negatif pada anak terutama pada anak yang memasuki masa remaja (Hapsari, 2011). liv Santrock (2007) mengatakan remaja dari keluarga yang bercerai lebih rentan mengalami masalah penyesuaian diri, akademis, kurang memiliki tanggung jawab sosial, berhubungan dengan teman sebaya yang antisosial, putus sekolah, menggunakan obat-obatan, dan aktif secara seksual usia dini, dibandingkan dengan remaja dari keluarga utuh. Apabila perceraian dalam keluarga itu terjadi saat anak menginjak usia remaja mereka akan mencari ketenangan baik itu di tetangga, sahabat, ataupun teman sekolah. Trauma yang sering terjadi menimbulkan perasaan terluka, marah, benci dan dendam (Hetherington dalam Dagun, 2000). Arthasari (2010) menambahkan remaja yang orangtuanya bercerai dominan memiliki emosi marah, kecewa, tertekan, malu, menarik diri, dan sakit hati selama periode waktu tertentu, dan akan mengekspresikannya dengan cara menunjukkan sikap bermusuhan kepada pihak yang menimbulkannya. Untuk mengatasi kemarahan kepada pihak yang menimbulkannya, dapat dilakukan melalui proses memaafkan (forgiveness).Forgiveness dapat menjadi salah satu cara untuk memfasilitasi penyembuhan luka dalam diri seseorang dan antar pribadi yang bermusuhan dan menyakiti (Setyawan, 2008). Menurut Hargrave dan Sells (dalam Hadriami, 2008) forgiveness merujuk pada terlepasnya seseorang dari kemarahan terhadap panca indera, terbangun kembali hubungan interpersonal yang saling percaya serta sembuhnya luka-luka hati yang dicederai untuk memberikan maaf atau memaafkan pihak yang telah mencederai. Tidak semua remaja mau dan mampu secara tulus memaafkan dan melupakan kesalahan orang lain bahkan sekalipun kepada orangtuanya (Arthasari, 2010). McCullough(1997)mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi forgiveness diantaranya karakteristik kepribadian. Menurut McCullough (1999) sifat pemarah, pencemas, introvert dan kecenderungan merasa malu merupakan faktor penghambat munculnya forgiveness. Sebaliknya lv sifat pemaaf, extrovert menggambarkan beberapa karakter seperti bersifat sosial, keterbukaan, ekspresif dan asertif merupakan faktor pemicu terjadinya forgiveness. Secara teoritis ada berbagai pendekatan yang digunakan untuk mendefinisikan suatu kepribadian, salah satu pendekatan yang digunakan dalam mengkaji kepribadian adalah pendekatan trait. Di dalam pendekatan ini, trait mempunyai unit yang fundamental dari kepribadian. Banyak ahli psikologi berkeyakinan bahwa gambaran yang paling baik mengenai struktur trait dimiliki oleh big five. Menurut McCrae and Costa (dalam Pervin, 2010) big five ini merupakan trait kepribadian yang digambarkan dalam lima dimensi dasar. Ke lima dimensi itu adalah ekstraversion, agreeableness, conscientiousness, neouroticism, dan openness to experience. Extraversion dicirikan dengan afek positif seperti memiliki antusiasme yang tinggi, senang bergaul, memiliki emosi yang positif, energik, tertarik dengan banyak hal, ambisius, juga ramah terhadap orang lain. Extraversion yang tinggi digambarkan memiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam bergaul, menjalin hubungan dengan sesama dan juga dominan dalam lingkungannya. Extraversion dapat memprediksi perkembangan dari hubungan sosial. Neuroticism menggambarkan seseorang yang memiliki masalah emosi yang negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman. Secara emosional mereka labil, mereka juga merubah perhatian menjadi sesuatu yang berlawanan. Seseorang yang memiliki tingkat neuroticism yang rendah cenderung akan lebih gembira dan puas terhadap hidup, dibandingkan dengan seseorang yang memiliki neuroticism yang tinggi. Selain itu juga memiliki kesulitan dalam menjalin hubungan dan berkomitmen, mereka juga memiliki tingkat self esteem yang rendah, kepribadian yang mudah mengalami kecemasan, rasa marah, depresi dan cenderung memiliki kecenderungan emotionally reactive. lvi Openness to experience mempunyai ciri mudah bertoleransi, kapasitas menyerap informasi, menjadi sangat fokus, dan mampu untuk waspada pada berbagai perasaan, pemikiran dan impulsivitas. Seseorang dengan openness to experience yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang memiliki imajinasi dan kehidupan yang indah. Sedangkan seseorang yang memiliki tingkat openness to experience yang rendah memiliki nilai kebersihan, kepatuhan dan keamanan bersama, juga menggambarkan pribadi yang mempunyai pemikiran yang sempit, konservatif dan tidak menyukai adanya perubahan. Openness to experiencedapat membangun pertumbuhan pribadi. Pencapaian kreativitas lebih banyak pada orang yang memiliki tingkat openness to experience yang tinggi. Juga memiliki rasa ingin tahu, kreatif, terbuka terhadap pengalaman, lebih mudah untuk mendapatkan solusi untuk suatu masalah. Dimensi Agreeableness dapat disebut juga social adaptability yang mengidentifikasikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah, menghindari konflik dan memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang lain. Individu yang berada pada skor agreeableness yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang suka membantu, forgiving, dan penyayang. Dimensi Conscientiousness disebut juga impulsive control yang menggambarkan perbedaan keteraturan dan self disiplin seseorang. Individu yang conscientiousness memiliki nilai kebersihan dan ambisi, yang biasanya digambarkan sebagai orang yang tepat waktu dan ambisius. Penelitian yang dilakukanolehArthasari (2010)mengenaiPerbedaan Forgiveness denganTrait KepribadianBig Fivepada remaja korban perceraian di Bumi Serpong Damai Tangerang diperolehhasil tertinggi pada dimesiextraversion,kemudian disusulagreeableness, openness to experience, conscientiousnessdan neuroticism terhadap forgivenes. lvii Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan forgiveness pada remaja yang orangtuanya bercerai ditinjau dari big five personality, dimana dimensi extraversion memiliki tingkat forgiveness yang lebih tinggi, diikuti dimensi agreebleness,opennes to experience, conscientiousness dan dimesi neuroticism. Extraversion dicirikan dengan afek positif seperti memiliki antusiasme yang tinggi, senang bergaul, memiliki emosi yang positif, energik, tertarik dengan banyak hal, ambisius, juga ramah terhadap orang lain. Extraversion yang tinggi digambarkan memiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam bergaul, menjalin hubungan dengan sesama dan juga dominan dalam lingkungannya. E. Kerangka Konseptual Extraversion nnn Neuroticism Remaja yang orangtuanya bercerai TipeKepribadian Openness to experience Avoi Forgiveness Aspek-aspek Avoidance Motivation Revenge Motivation Agreeableness Beneviolence Motivation Conscientiousn F. Hipotesis ess F. Hipotesis Berdasarkan uraian teoritis diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah adanya perbedaan forgiveness ditinjaudaritipekepribadianremaja yang orang tuanyabercerai. lviii BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel Penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya(Sugiyono, 2008). Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan dua variabel dalam penelitian ini. Variabel-variabel tersebut adalah: 1. 1. Variabel bebas (X) : Big Five Personality 2. a. Extraversion. 3. b. Neuroticism. 4. c. Openness to experience. d. Agreeableness. e. Conscientiousness. 2. Variabel terikat (Y): Forgiveness. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian. Definisi operasional variabel penelitian bertujuan untuk mengarahkan variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian agar sesuai dengan metode pengukuran yang telah disiapkan. Menurut Azwar (2007 ) definisi operasional merupakan suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karekteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati. Adapun definisi operasional untuk menjelaskan variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : lix 1. Forgiveness. McCullough(1997)mengatakan forgiveness didefinisikan sebagai satu set perubahan-perubahan motivasi di mana suatu organisme menjadi semakin menurun motivasi untuk membalas terhadap suatu hubungan mitra, semakin menurun motivasi untuk menghindari pelaku, semakin termotivasi oleh niat baik dan keinginan untuk berdamai untuk pelanggar, meskipun pelanggaran termasuk tindakan berbahaya. Data mengenai forgiveness diungkap dengan skala yang terdiri dari aspek-aspek forgiveness yakni: Avoidance Motivation, Revenge Motivation,dan Beneviolence Motivation McCullough (1999). Apabila perolehan skor semakin tinggi berarti forgiveness tersebut tinggi.Sebaliknya apabila perolehan skor semakin rendah maka forgiveness juga rendah. 2. Big Five Personality. Menurut McCrae & Costa (dalam Pervin, 2010) five factor model adalah sebuah kesepakatan diantara pendekatan teoritis yang mengacu pada lima faktor kepribadian yang terdiri dari extraversion, neuroticism, openness to experience,agreeableness, conscientiousness. Diantara kelima faktor tersebut, manusia cenderung memiliki salah satu faktor kepribadian sebagai faktor yang dominan. Struktur kepribadian pada penelitian ini berdasarkan traits kepribadian big five yaitu : a. Extraversion, dengan ciri-ciri suka berteman, suka berinteraksi, mengikuti kegiatan, mencari sensasi, bahagia, b. Neuoriticism, dengan ciri-ciri gelisah, ketakutan, tidak nyaman, malu, depresi, stress, mudah panik, frustrasi. lx c. Openness toexperience, dengan ciri-ciri memiliki imajinasi, aktif, apresiasi yang tinggi, berpikiran terbuka, mencoba hal-hal baru. d. Agreeableness,dengan ciri-ciri percaya pada orang lain, murah hati, penolong, mendahulukan kepentingan orang lain, simpatik, peduli, berhati lembut, sederhana. e. Conscientiousness, dengan ciri-ciri mengatur diri sendiri, memegang prinsip hidup, berfikir sebelum bertindak, kemampuan berorganisasi, ingin berprestasi, terorganisir. C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Hadi (2000) populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi dibatasi sebagai jumlah subyek atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama sebagai karakteristik. Sedangkan Walpole (1995) berpandangan bahwa populasi adalah keseluruhan pengamatan yang menjadi perhatian peneliti. Populasi jumlahnya terhingga dan tak terhingga. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang orang tuanya berceraitinggal diKecamatan MedanTimur . Populasi diperoleh dari 11 kelurahan dengan perincian: kelurahan Gang Buntu 38 orang, kelurahan Sidodadi 51 orang, kelurahan Durian 47 orang, kelurahan Gaharu 63 orang, kelurahan Glugur Darat I 25 orang, kelurahan Glugur Darat II 34 orang, kelurahan Pulo Brayan Darat I 40 orang, kelurahan Pulo Brayan Darat II 58 orang, kelurahan Pulo Brayan Bengkel 12 orang, kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru 32 orang, kelurahan Perintis 20 orang. Total keseluruhan populasi sebanyak 420 orang. lxi 2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel. Menurut Hadi (2000) sampel adalah sebagian dari populasi atau wakil dari populasi yang diteliti dan sedikitnya memiliki satu sifat yang sama. Hasil penelitian terhadap sampel diharapkan dapat digeneralisasikan kepada seluruh populasi. Penelitian ini menggunakan teknik random sampling (sampling acak) dengan instrumen acak nama, artinya penulis secara acak nama sampel dari seluruh populasi sebagai sampel penelitian, dengan demikian memberikan hak yang sama kepada semua responden untuk memperoleh kesempatan dipilih sebagai sampel. Karekteristik subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Remaja yang orangtuanya bercerai minimal 1 tahun 2. Remaja yang tinggal dengan salah satu orangtuanya. Terdapat 150 remaja yang orangtuanya bercerai yang memiliki ciri-ciri tipe kepribadian big five.Terdiri dari32 orang memiliki kepribadian extraversion, 34 orang memiliki kepribadianneuroticism, 36 orang memiliki kepribadian openness to experience, 24 orang memiliki kepribadian agreeablenessdan24 orang memilikikepribadian conscientiousness. D. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakanmengumpulkan data penelitian ini adalah skala psikologi yang disusun dalam format skala likert. Menurut Hadi (2000)skala merupakan metode penyelidikan yang berdasarkan pada laporan tentang diri sendiri. Alasan di gunakannya skala pada penelitian ini seperti dikemukakan oleh Hadi (2000) yaitu: 1) Subjek adalah orang yang paling mengetahui tentang dirinya. 2) Apa yang dikatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya. lxii 3) Intepretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan sama dengan yang dimaksud oleh peneliti. Metode pengambilan data menurut Suryabrata (1998), kualitas data ditentukan oleh kualitas pengambilan data atau alat pengukurnya. Jika alat pengambilan datanya cukup reliabel dan valid, maka datanya juga akan cukup reliabel dan valid. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah self reportquestionnaires atau kuesioner laporan diri. Kuesioner merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden. Seperangkat pernyataan dalam penelitian ini disebut skala. Peneliti menggunakan skala sebagai alat ukur. Skala psikologi berupa konstrak atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu. Satu skala psikologi hanya diperuntukkan guna mengungkap suatu atribut tunggal (unidimensional) (Azwar , 2007). Skala yang akan dikembangkan dalam penelitian adalah Skala Likert. Jawaban setiap aitem instrumen yang menggunakan Skala Likertmempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif (Sugiyono, 2008). Peneliti memperhatikan tujuan ukur, metode penskalaan dan format aitem yang dipilih, sehingga respon yang disajikan dalam skala adalah dalam bentuk pilihan jawaban yang terdiri dari empat jawaban kesesuaian antara responden dengan penyataan yang disajikan. Jawaban kesesuaian antara responden dengan penyataan yang disajikan tersebut adalah: [SS] : Sangat Sesuai [S] : Sesuai [TS] : Tidak Sesuai [STS] : Sangat Tidak Sesuai lxiii Adapun skala yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skala langsung, yaitu skala yang dikerjakan oleh subjek penelitian dan subjek tinggal memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Skala yang akan dibuat terdiri dari: 1. Skala Forgiveness. Skala komponen forgiveness memilih dari unsur-unsur yang telah diklasifikasikan menurut McCullough (1999) yaitu : Avoidance motivation, Revenge motivation, Beneviolence motivation. Penilaian skala forgiveness berdasarkan format Skala Likert. Nilai skala setiap pertanyaan diperoleh dari jawaban subjek yang menyatakan mendukung (favourable) atau tidak mendukung (unfavourable) terhadap setiap pernyataan dalam empatkategori jawaban, yakni “Sangat Sesuai (SS)”, “ Sesuai (S)”, “ Tidak Sesuai (TS)”, “Sangat Tidak Sesuai (STS)”. Penilaian butir favourable bergerak dari nilai 4 untuk jawaban “SS”, nilai 3 untuk jawaban “S”, 2 untuk jawaban “TS”, nilai 1 untuk jawaban “STS”. Penilaian butir unfavourable bergerak dari nilai 1 untuk “SS”, 2 untuk jawaban “S”, nilai 3 untuk jawaban “TS”, nilai 4 untuk jawaban “STS”. 2. Skala Big Five Personality. Adapun skala big five personalityberdasarkan 5 faktor oleh McCrea & Costa (dalam Pervin, 2010). Data diperoleh dari dimensi kepribadian big five yaitu:Extraversion, Neuroticism, Openness to experience, AgreeablenessdanConscientiousness. Alat ukur variabel kepribadian big five yang digunakan dalam penelitian ini adalah Big Five Inventory 44 (BFI 44) yang dikembangkan oleh Jhon Donahue & Kentle (1991) dan telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia agar lebih mudah dipahami oleh subyek penelitian. Penilaian skala big five personality berdasarkan format skala Likert. Nilai skala setiap lxiv pertanyaan diperoleh dari jawaban subjek yang menyatakan mendukung (favourable) atau tidak mendukung (unfavourable) terhadap setiap pernyataan dalam empatkategori jawaban, yakni “Sangat Sesuai (SS)”, “ Sesuai (S)”, “ Tidak Sesuai (TS)”, “Sangat Tidak Sesuai (STS)”. Penilaian butir favourable bergerak dari nilai 4 untuk jawaban “SS”, nilai 3 untuk jawaban “S”, 2 untuk jawaban “TS”, nilai 1 untuk jawaban “STS”. Penilaian butir unfavourable bergerak dari nilai 1 untuk “SS”, 2 untuk jawaban “S”, nilai 3 untuk jawaban “TS”, nilai 4 untuk jawaban “STS”. E. Validitas dan Reliabilitas Sebelum sampai pada pengolahan data, data yang akan diolah nanti haruslah berasal dari alat ukur yang mencerminkan fenomena apa yang diukur. Untuk itu perlu dilakukan analisis butir Validitas dan Reliabilitas. 1. Validitas Alat Ukur Validitas berasal dari kata “validity” yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan (mampu mengukur apa yang hendak diukur) dan kecermatan suatu instrumen pengukuran melakukan fungsi ukurnya, yaitu dapat memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya antara subjek yang lain (Azwar, 2007). Sebuah alat ukur dapat dinyatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dikenakannya alat ukur tersebut. Suatu alat pengukur untuk suatu sifat misalnya, maka alat itu dikatakan valid jika yang diukurnya adalah memang sifat X tersebut dan bukan sifat-sifat yang lain. Teknik yang digunakan untuk menguji validitas alat ukur (skala) adalah teknik korelasi product moment dari Carl Pearson (Hadi, 2000), dengan formulanya sebagai berikut: lxv rxy x y xy n y x x y n n 2 2 2 2 Keterangan: rxy = Koefisien korelasi antara vriabel X (skor subjek tiap item) dengan variabel Y (total skor subjek dari keseluruhan item). ΣXY = Jumlah hasil perkalian antara variabel X dan Y. ΣX = Jumlah skor keseluruhan subjek setiap item. ΣY = Jumlah skor keseluruhan item pada subjek. ΣX2 = Jumlah kwadrat skor X. ΣY2 = Jumlah kwadrat skor Y. N = Jumlah subjek. Nilai validitas setiap butir (koefisien r product moment Pearson) sebenarnya masih perlu dikorelasi karena kelebihan bobot. Kelebihan bobot ini terjadi karena skor butir yang dikorelasikan dengan skor total ikut sebagai komponen skor total, dan hal ini menyebabkan koefisien r menjadi lebih besar (Hadi, 2000). Formula untuk membersihkan bobot ini dipakai formula part whole. Formula part whole: rxy r SDSDx SD SD 2r SDSD xy y 2 y 2 x xy x y lxvi Keterangan r.bt = koefisien korelasi setelah dikorelasikan dengan part whole. r.xy = koefisien korelasi sebelum dikorelasi. SD.y = standar deviasi total. SD.x = standar deviasi butir. 2. Reliabilitas Alat Ukur. Reliabilitas alat ukur adalah untuk mencari dan mengetahui sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Reliabilitas dapat juga dikatakan kepercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi dan sebagainya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali palaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama selama dalam diri subjek yang diukur memang belum berubah (Azwar, 2007). Untukmengetahui realiabilitas alat ukur maka digunakan rumus koefisien alpha sebagai berikut rtt 1 MK i MK s Keterangan: r.tt =indeks reliabilitas alat ukur. I =konstanta bilangan. Mki =mean kuadrat antar butir. MKs =mean kuadrat antar subjek. lxvii F. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Varians 1 Jalur, dimana dalam penelitian ini yang menjadi jalur atau klasifikasinya adalah bif five personality yang terdiri dari lima kepribadian yakni Extraversion diberi kode A1,Neuroticismdiberi kode A2, Opennness to experiencediberi kode A3, Agreeablenessdiberi kode A4, danConscientiousnesdiberi kode A5. Format dari rancangan analisis Varians satu jalur ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini: A Keterangan A A1 A2 A3 A4 A5 X X X X X = Big fivepersonality A1 = extraversion. A2 = neuroticism. A3 = openness to new experience. A4 = agreeableness. A5 = conscientiousness. X = Forgiveness. Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi terhadap data penelitian yang meliputi yaitu: 1. Uji Normalitas Sebaran, yaitu untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian setiap masing-masing variabel telah menyebar secara normal. lxviii 2. Uji Homogenitas Varians, yaitu untuk melihat atau menguji apakah data-data yang telah diperoleh berasal dari sekelompok subyek yang dalam beberapa aspek psikologis bersifat sama (homogen). B A B 1V LAPORAN PENELITIAN Pada bagian ini akan diuraikan mengenai pelaksanaan penelitian, berupa orientasi kancah penelitian dan segala persiapan yang telah dilakukan, pelaksanaan penelitian, hasil penelitian dan pembahasan. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian. 1. Gambaran Umum Kecamatan Medan Timur. Kecamatan Medan Timur merupakan salah satu kecamatan induk di Kota Medan yang terletak di jalan Haji Muhammad Said No 1 kelurahan Gaharu berada diareal tanah seluas 1400 m2 yang memiliki fasilitas satu unit rumah dinas dan satu aula dengan luas 100 m2. Saat ini Kecamatan Medan Timur dipimpin oleh Bapak Drs. Parulian Pasaribu M.Si yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh satu orang sekretaris, empat orang kepala seksi dan tiga orang kepala sub bagian serta staff. Kecamatan Medan Timur terdiri dari 11 kelurahan yaitu : 1. Kelurahan / Desa Gang Buntu ( Kodepos : 20231). 2. Kelurahan / Desa Perintis ( Kodepos : 20231). 3. Kelurahan / Desa Sidodadi ( Kodepos : 20234). 4. Kelurahan / Desa Durian ( Kodepos : 20235). 5. Kelurahan / Desa Gaharu (Kodepos : 20235). lxix 6. Kelurahan / Desa Glugur Darat I ( Kodepos : 20238) 7. Kelurahan / Desa Glugur Darat II ( Kodepos : 20238). 8. Kelurahan / Desa Pulo Brayan Bengkel ( Kodepos : 20239). 9. Kelurahan / Desa Pulo Brayan Bengkel Baru ( Kodepos : 20239). 10. Kelurahan / Desa Pulo Brayan Darat I ( Kodepos : 20239). 11. Kelurahan / Desa Pulo Brayan Darat II ( Kodepos : 20239). Setiap kelurahan dikepalai seorang lurah dan setiap lurah terdiri dari beberapa kepala lingkungan. Kecamatan Medan Timur merupakan salah satu kawasan inti perkotaan yang letaknya:sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Deli ; sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Kota ; sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Tembung, Kecamtan Medan Perjuangan, Kecamatan Medan Kota ; sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat. Luas wilayah Kecamatan Medan Timur adalah 7,76 km2, daerah yang terluas adalah wilayah Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru (1,17 km2 )dan wilayah terkecil adalah Kelurahan gang Buntu (0,4 km2). Jumlah penduduk keseluruhan dari 11 keluruhan tersebut sampai Mei 2012 adalah 149.102 penduduk. 2. Persiapan Penelitian. Tahap dalam persiapan penelitian ini meliputi penyusunan alat ukur dan perizinan. a. Persiapan administrasi. Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu peneliti melakukan persiapan yang meliputi persiapan administrasi penelitian, yaitu masalah peninjauan penelitian serta permohonan izin penelitian dari Fakultas Psikologi Universitas Medan Area. Prosedur perizinan dimulai dari menghubungi secara informal pada pihak Kantor Badan Penelitian lxx dan Pengembangan (Balitbang) yang beralamat di kantor Walikota jln Kpt Maulana Lubis No 2 Medan guna meminta izin untuk mengadakan penelitian. Setelah itu Balitbang memberikan surat persetujuan yang ditujukan kepada Kantor Kecamatan dan kemudian dari pihak Kantor Kecamatan Medan Timur memberikan surat pengantar disposisi kepada setiap kantor kelurahan di Kecamatan Medan Timur agar memberikan ijin kepada peneliti untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan. b. Persiapan Alat Ukur Penelitian. Persiapan yang dimaksud adalah persiapan alat ukur yang nantinya digunakan untuk penelitian, yakni skala forgiveness dan skala big five personality. 1. Skala Forgiveness Skala Forgiveness disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh McCullough (1999) yakni Avoidance Motivation, Revenge Motivation, dan Beneviolence Motivation. Penilaian skala forgiveness berdasarkan format skala Likert yang terdiri dari empat alternatip jawaban untuk setiap item. Subjek dipersilahkan untuk memilih salah satu dari empat alternatip jawaban yang tersedia, yang paling mengambarkan diri mereka sendiri. Penilaiannya nilai skala setiap pertanyaan diperoleh dari jawaban subjek yang menyatakan mendukung Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).Skala ini disajikan dalam bentuk pernyataan mendukung (favourable) dan tidak mendukung (unfavourable). Skor yang diberikan bergerak dari 1 sampai 4. Penilaian butir favourable bergerak dari nilai 4 untuk jawaban “SS”, nilai 3 untuk jawaban “S”, 2 untuk jawaban “TS”, nilai 1 untuk jawaban “STS”. Penilaian butir unfavourable bergerak dari nilai 1 untuk “SS”, 2 untuk jawaban “S”, nilai 3 untuk jawaban “TS”, nilai 4 untuk jawaban “STS”. lxxi Tabel 3 Distribusi Butiran Skala Forgiveness Sebelum Uji Coba No Aspek-Aspek Forgiveness 1. Avoidance Motivation Favourable Unfavourable Jumlah 1, 6, 33 ,37, 38. 4,15, 19 ,22 ,27. 10 2. Revenge Motivation 2, 12 ,23, 26. 5 ,9, 17, 30, 34. 9 3. Beneviolence Motivation. TOTAL 7, 8, 11, 14, 18, 20, 3,10, 13, 16, 21, 25, 31 ,35, 36, 39 ,40. 24 ,28, 29, 32. 21 19 21 40 2. Skala Big Five Personality. Skala big five personality berdasarkan 5 dimensi kepribadian oleh McCrea & Costa (dalam Pervin, 2010) yaitu: extraversion, neuroticism, openness to experience, agreeablenes, conscientiousness. Penilaian skala big five personality berdasarkan format skala Likert yang terdiri dari empat alternatip jawaban untuk setiap item. Subjek dipersilahkan untuk memilih salah satu dari empat alternatip jawaban yang tersedia, yang paling mengambarkan diri mereka sendiri. Penilaiannya nilai skala setiap pertanyaan diperoleh dari jawaban subjek yang menyatakan mendukung Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala ini disajikan dalam bentuk pernyataan mendukung (favourable) dan tidak mendukung (unfavourable).Skor yang diberikan bergerak dari 1 sampai 4. Penilaian butir favourable bergerak dari nilai 4 untuk jawaban “SS”, nilai 3 untuk jawaban “S”, 2 untuk jawaban “TS”, nilai 1 untuk jawaban “STS”. Penilaian butir unfavourable bergerak dari nilai 1 untuk “SS”, 2 untuk jawaban “S”, nilai 3 untuk jawaban “TS”, nilai 4 untuk jawaban “STS”. Tabel 4. Distribusi Butiran Skala Big Five Personality Sebelum Uji Coba. lxxii No Big Five Personality Favourable Unfavourable Jumlah 1. Extraversion 1, 11, 16, 26, 36 6, 21, 31 8 2. Agreeableness 7, 17, 22, 32, 42 2, 12, 27, 37 9 3. Conscientiousness 3, 13, 28, 33, 38 8, 18, 23, 43 9 4. Neuroticism 4, 14, 19, 29, 39 9, 24, 34 8 5. Openness to experience 5, 10, 15 ,20, 25,30, 40, 44 35, 41 10 TOTAL 28 16 44 c. Uji Coba Alat Ukur ( Try Out Terpakai). Pelaksanaan penelitian ini menggunakan system try out terpakai, melalui try out terpakai ini maka data yang diperoleh pada saat uji coba sekaligus digunakan sebagai data-data untuk penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 6 September sampai tanggal 20 September 2013 terhadap remaja yang orangtuanya bercerai. Data angka remaja yang orangtuanya bercerai diperoleh dari kepala lingkungan ditiap kelurahan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mendatangi rumah-rumah subjek dengan menjelaskan maksud dan tujuan peneliti menyebarkan skala, dijelaskan juga mengenai kerahasiaan bagi semua subjek yang mengisi skala tersebut dengan tujuan agar subjek merasa bebas dan lebih tenang dalam mengisi skala yang diberikan. Setelah selesai semua skala dikumpulkan dan keseluruhan skala kembali dan tidak ada yang hilang. Langkah selanjutnya sehubungan penelitian ini adalah melakukan penyekoran terhadap pengisian skala dari para sampel penelitian. Peneliti mengoreksi hasil penelitian angket berdasarkan kunci jawaban yang telah dipersiapkan, sesuai dengan format pernyataan yaitu favourable dan unfavourable. Setelah lxxiii diketahui nilai subyek untuk setiap pernyataan, maka selanjutnya nilai tersebut ditotal kewindows excel dan diberikan tipe kepribadian pada setiap sampel. 1. Hasil uji coba skala forgiveness. Berdasarkan hasil uji coba (try out terpakai) dari skala forgiveness, menunjukan bahwa dari 40 butir yang disusun terdapat 11 butir item yang gugur dan 29 item yang valid/sahih. Butirbutir yang valid tersebut memiliki koefisien korelasi rbt = 0,315 sampai rbtt = 0,773. Berikut ini tabel 3 yang merupakan distribusi butir-butir skala forgiveness setelah dilaksanakan uji coba. Tabel 5 Distribusi Penyebaran Butir-Butir Pernyataan Skala Forgiveness Setelah Uji Coba Nomor Butir No Aspek 1. Avoidance Motivation Revenge Motivation Beneviolence Motivation. 2. 3. TOTAL Favourable Valid Gugur Jumlah Unfavourable Valid Gugur 1, 6 ,37, 38. 33 4, 22, 27. 15, 19 10 2, 23, 26. 12, 5, 30, 34. 9, 17 9 3, 24 21 6 40 8,11,20, 25,31,35, 39,40. 16 34, 7, 18, 14 10,13,16, 21, 28,29,32. 5 13 Berdasarkan hasil analisis reliabilitas yang menggunakan teknik cronbach’s Alpha di peroleh sebesar 0,894. Dengan demikian skala yang telah disusun dalam penelitian ini dinyatakan reliabel, yaitu dapat digunakan pada saat yang lain dalam mengungkap forgiveness. 2. Hasil uji coba skala big five personality. lxxiv Berdasarkan hasil uji coba (try out terpakai) dari skala big five personality, menunjukan bahwa dari 44 butir yang disusun terdapat 9 butir item yang gugur dan 35 item yang valid/sahih. Butir-butir yang valid tersebut memiliki koefisien korelasi rbt = 0,315 sampai rbtt = 0,580. Berikut ini tabel 4 yang merupakan distribusi butir-butir skala big five personality setelah dilaksanakan uji coba. Tabel 6 Distribusi Penyebaran Butir-Butir Pernyataan Skala Big Five Personality Setelah Uji Coba No Big Five Personality 1. 2. 3. Extraversion Neuroticism Opennes to experience 4. 5. Nomor Butir Jumlah Favourable Unfavourable Valid Gugur Valid Gugur 1, 11, 16, 36 7, 17, 22,32, 3, 13, 28, 33 26 42 38 21, 31 2, 12, 27, 37 8, 18, 43 Agreeableness 4, 19, 29 14, 39 9, 24, 34 8 Conscientiousness 5, 10, 15, 30, 40, 44 21 20, 25, 35, 41 10 7 14 TOTAL 6 23 2 8 9 9 44 Berdasarkan hasil analisis reliabilitas yang menggunakan teknik cronbach’s Alpha di peroleh sebesar 0,906. Dengan demikian skala yang telah disusun dalam penelitian ini dinyatakan reliabel, yaitu dapat digunakan pada saat yang lain dalam mengungkap big five personality. B. Pelaksanaan Penelitian. lxxv Pelakasanaan ini dilakukan pada tanggal 6 sampai dengan 20 September 2013 pada remaja akhir yang orangtuanya bercerai di kecamatan Medan Timur. Karena data yang diperoleh dapat dijadikan data yang sebenarnya, maka penelitian ini melakukan uji coba (try out) terpakai yang disebabkan karena terbatasnya sampel penelitian yang sesuai dengan karakteristik sampel. Langkah selanjutnya adalah melakukan penyekoran terhadap kedua skala dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Membuat kunci jawaban pada lembar jawaban sesuai dengan pernyataan (favourable dan unfavourable) dan selanjutnya dilakukan penyekoran sesuai dengan nomor urut pernyataaan.Selanjutnya nilai tersebut dimasukkan ke program exel sesuai dengan tabulasi yang dibutuhkan untuk dijumlahkan, sehingga diperoleh nilai total yang dimiliki setiap orang untuk kedua skala. 2. Setelah diketahui nilai total subyek untuk kedua variabel, maka data ini menjadi data induk penelitian. Variabel bebas adalah tipe kepribadian, sedangkan yang menjadi variabel tergantungnya forgiveness. C. Analisis Data Dan Hasil Penelitian. Sebelum data dianalisi dengan teknik Analisis Varians 1 Jalur, terlebih dahulu dilakukan Uji Asumsi terhadap variabel yang menjadi pusat perhatian, yaitu data dari variabel forgiveness yang terdiri dari uji Normalitas dan Uji Homogenitas Varians. 1. Uji Asumsi. a. Uji Normalitas Sebaran lxxvi Adapun maksud dari uji normalitas sebaran ini adalah untuk membuktikan bahwa penyebaran data-data penelitian yang menjadi pusat perhatian telah menyebar berdasarkan prinsip kurva normal. Uji NormalitasSebarandianalisis dengan menggunakan formula Kolmogorov-Smirnov.Sebagai kriterianya apabila p>0,05 maka sebarannya dikatakan normal, sebaliknya apabila p<0,05 sebarannya dikatakan tidak normal (Hadi, 2000). Table berikut ini merupakan rangkuman hasil perhitungan uji normalitas sebaran. Tabel 7 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas Sebaran. Variabel RERATA SD K-S P Keterangan Forgiveness 108,64 14,02 0,67 0,94 Normal Keterangan : RERATA K-S SD P = Nilai rata-rata = Koefisien Kolmogorov-Smirnov = Standard Deviasi = Peluang Terjadinya Kesalahan Dari hasil uji normalitas sebaran data penelitian variabel Forgiveness diketahui bahwa variabel tersebut memiliki sebaran data yang normal. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien normalitas Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,067 dengan p > 0,05 b. Uji Homogenitas Varians. Uji Homogenitas Varians dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan varians pada subjek penelitian ditinjau dari tipe kepribadian big five yaitu : Extraversion, Neuroticism, Openness to experience, Agreeableness, Conscientiousness. Oleh karena itu pada penelitian ini hipotesisnya adalah : Ho : Tidak ada perbedaan sebaran data sampel dengan varians populasi. Ha : Ada perbedaan sebaran data sampel dengan varians populasi. lxxvii Sebagai kriterianya apabila p beda> 0,050 maka dikatakan homogeny(Hadi, 2000). Berdasarkan uji Homogenitas diketahui bahwa subyek penelitian berasal dari sampel yang homogen karena p > 0,050. Tabel 8 Hasil Rangkuman Uji HomogenitaVarians Variabel Big Five Personality UjiHomogenitas Levene’s Test F 1,171 P 0,326 Keterangan Homogen Keterangan : F = Koefisien Perbedaan P = Peluang Terjadinya Kesalahan Dari hasil uji homogenitas kelompok diketahui bahwa kelompok berdasarkan tipe kepribadianNeuroticism, Openness to experience, Ekstraversion, Agreeableness dan Conscientiousness tidak menunjukkan variasi data yang signifikan. Artinya ke lima kelompok tipe kepribadian tersebut cukup homogeny dalam variasinya. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien homogenitas Levene’s Test sebesar F = 1.171 dengan p > 0,050. 2. Hasil Perhitungan Analisis Varians. Berdasarkan hasil perhitungan dari analisis varians 1 jalur, diketahui terdapat perbedaan forgiveness diantara tipe kepribadian big five. Hasil ini diketahui dengan melihat nilai atau koefisien perbedaan Anava dengan koefisienF = 11085, 523 dengan p < 0,05. Tabel 9 Rangkuman Hasil Perhitungan Analisis Varians Satu Jalur No Big Five Personality 1. 2. Neuroticism Openness to experience N 34 36 Rerata SD 96,79 109,77 13,05 11,47 Min Max 92,55 105,66 101,03 113,89 lxxviii 3. Ekstraversion 4. Agreeableness Conscientiousness TOTAL 5. 32 114,90 11,50 110,53 119,27 24 24 150 111,25 112,79 108,64 11,53 15,11 14,02 106,20 116,29 107,74 117.83 Dependent Variable:FORGIVENESS Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. a 4 1662,829 10,640 ,000 1732472,976 1 1732472,976 11085,523 ,000 6651,315 4 1662,829 10,640 ,000 Error 22660,958 145 156,282 Total 1799927,000 150 29312,273 149 Corrected Model Intercept 6651,315 VAR00001 Corrected Total Dari hasil analisis varians satu jalur ini, diketahui bahwa ada perbedaan forgiveness yang signifikan di antara remaja yang memiliki tipe kepribadian Neuroticism, Openness to experience, Ekstraversion, Agreeableness dan Conscientiousness. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien F = 11085, 523 dengan p < 0,05. Tipe kepribadian Ekstraversion memiliki forgiveness yang paling tinggi, dibandingkan dengan Conscientiousness,Agreeableness, Openness to experience dan Neuroticism. Berdasarkan hasil ini berarti hipotesis yang diajukan yang berbunyi ada perbedaan forgiveness ditinjau dari tipe kepribadian big five dinyatakan diterima. 3. Hasil Perhitungan Mean Hipotetik dan Mean Empirik. a. Mean Hipotetik Untuk variabel forgiveness jumlah butir yang dipakai 29 butir, yang diformat dengan memakai skala Likert dengan 4 pilihan. Maka mean hipotetiknya adalah {(29x1)+|(29x4)}:2 = 72,50. lxxix b. Mean Empirik. Berdasarkan analisis data, seperti yang terlihat dari analisis uji normalitas sebaran diketahui bahwa mean empirik forgiveness secara total adalah 108,646. forgiveness pada tipe neuroticism sebesar 96,79, forgiveness pada tipe openness to experience sebesar 109,77, forgiveness pada tipe extraversion sebesar 114,90, forgiveness pada tipe agrreableness sebesar 111,25, forgiveness pada tipe conscientiousness sebesar 112,79. c. Kriteria. Dalam upaya mengetahui forgiveness pada remaja akhir yang orangtuanya berceraia maka perlu dibandingkan anatara mean/ nilai rata-rata empirik dengan mean/nilai rata-rata hipotetik dengan memberikan besarnya bilangan SB atau SD dari variabel yang sedang diukur. Nilai SB atau SD variabel forgiveness secara total adalah 14,025 forgiveness pada tipe Neuroticism sebesar 13,058forgiveness pada tipe Openness to experience sebesar 11,479, forgiveness pada tipe Extraversion sebesar 11,504, forgiveness pada tipe Agrreableness sebesar 11,539, forgiveness pada tipeConscientiousness sebesar 15,116. Apabila mean/nilai rata-rata hipotetik<mean/nilai rat-rata empirik, dimana selisihnya melebihi bilangan satu SB/SD, dinyatakan bahwa subjek penelitian memiliki forgiveness yang tinggi dan apabila mean/nilai rata-rata hipotetik > mean/nilai rata-rata empirik, dimana selisihnya melebihi bilangan satu SB/SD, dinyatakan bahwa subyek penelitian memiliki forgiveness yang rendah. Selanjutnya apabila mean/nilai rata-rata empirik tidak berbeda (tidak melebihi bilangan SD atau SB) dengan mean/nilai rata-rata hipotetiknya maka forgiveness dinyatakan sedang. Tabel 10 Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata Hipotetik dan Nilai Rata-Rata Empirik No Big Five Personality N MEAN Hipotetik SD Kategori Empirik lxxx 1. 2. 3. 4. 5. Neuroticism Openness to experience Ekstraversion Agreeableness Conscientiousness TOTAL 34 36 32 24 24 150 72,50 96,79 109,77 114,90 111,25 112,79 108,64 13,05 11,47 11,50 11,53 15,11 14,02 Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tabel 11 Distribusi Jumlah Sampel No 1. 2. 3. 4. 5. Big Five Personality Neuroticism Openness to experience Ekstraversion Agreeableness Conscientiousness TOTAL Frekuensi (orang) 34 36 32 24 24 150 Frekuensi (%) 22,7 24 21,3 16 16 100 D. Pembahasan. Berdasarkan hasil perhitungan dari Analisis Varians 1 jalur , diketahui ada perbedaan big five personality dalam hal forgiveness. Oleh karena itu, hipotesis utama dalam penelitian ini adalah : Ho : tidak ada perbedaan forgiveness antara tipe keribadian big five. Ha : ada perbedaan forgiveness antara tipe kepribadian big five Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada perbedaan forgiveness yang signifikan di antara remaja yang memiliki tipe kepribadian Neuroticism, Openness to experience,Ekstraversion,Agreeableness dan Conscientiousness. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien F = 11085, 523 dengan p < 0,05.Sehingga dapat disimpulkanbahwaHo ditolak dan Ha lxxxi diterima. Berdasarkanhasilini, makahipotesisalternatip (Ha) dinyatakanditerimayaituadanyaperbedaanforgivenessditinjaudaritipekepribadian big five Diketahui tipe kepribadianekstraversion memiliki forgiveness yang paling tinggi, dibandingkan dengan conscientiousness, agreebleness, openness to experience dan neuroticism. Hasil penelitian ini mendukung teori yang dikemukakan oleh McCullough (1999) bahwa karakteristik kepribadian berpengaruh terhadap forgiveness. Ciri kepribadian seperti ekstrovet menggambarkan beberapa karakter seperti bersifat sosial, keterbukaan, ekspresi dan asertif. Karakter yang hangat, kooperatif, tidak mementingkan diri, menyenangkan, jujur dermawan, sopan dan fleksibel juga cenderung menjadi empati dan bersahabat.Jugamendukung penelitian yang dilakukan Arthasari (2010) dimana forgiveness berkorelasi positif dengan extraversion, agreeableness, openness to experience.McCrae & Costa (dalam Pervin, 2010) mengatakanextraversion merupakan dimensi yang penting dalam kepribadian, dimana extraversion dapat memprediksi banyak tingkah laku sosial. Seseorang yang memilikiextraversion yang tinggi, akan mengingat semua interaksi sosial, berinteraksi dengan lebih banyak orang dibandingkan dengan seseorang dengan tingkat extraversion yang rendah. Dalam berinteraksi lebih banyak memegang kontrol dan keintiman. Tentu saja dengan memiliki kepribadian ini jauh lebih memahami banyak orang sehingga dapat berkorelasi juga dalam hal forgiveness. Berdasarkan analisis data, yang terlihat dari analisis uji normalitas sebaran diketahui bahwa mean empirik forgiveness secara total adalah 108,646, forgiveness pada tipe extraversion sebesar 114,90, forgiveness pada tipe conscientiousness sebesar 112,79, forgiveness pada tipe agrreableness sebesar 111,25, forgiveness pada tipe openness to experience sebesar 109,77, forgiveness pada tipe neuroticism sebesar 96,79. Dapat disimpulkan tipe kepribadian lxxxii Ekstraversion memiliki forgiveness yang paling tinggi, disusul Conscientiousness, Agreeableness,Openness to experience dan Neuroticism. Tidakditemukannyaperbedaanyang signifikanantaratipekepribadiankarenabanyaknyafaktor-faktor mendukunguntukforgivenessdiantaranyakecerdasanemosi, kualitashubungan, rumination, komitmen agama, yang responpelaku, munculnyaempati, danfaktorpersonal (Worthington dan Wade,1999).Dimanafaktor-faktortersebutadadidalamkepribadiantiap-tiapremaja yang orangtuanyabercerai di Kecamatan Medan Timur. lxxxiii BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil-hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini, dapat disimpulkan halhal sebagai berikut : 1. Adanya perbedaan forgiveness extraversion,neuroticism,openness to antara tipe kepribadian experience,agreeableness, dan conscientiousness.Hasil ini diketahui dengan melihat nilai atau koefisien perbedaan Anava dengan koefisien F= 11085, 523 dengan p < 0,05.Bedasarkan penelitian ini, maka hipotesis yang diajukan yang berbunyi ada perbedaan forgiveness ditinjau dari tipe kepribadian remaja dinyatakan diterima. 2. Diketahui bahwa tipe kepribadian ekstraversion memiliki tingkat forgiveness yang paling tinggi (rata-rata 114,906), baru didukung oleh tipe kepribadian conscientiousness (rata-rata 112,792),tipe kepribadian agreeableness (111,250),tipe kepribadian open to experience (109,778) dan yang paling rendah tingkat forgiveness adalah tipe kepribadian neuroticism (rata-rata 96,794). 3. Diketahui bahwa tingkat forgiveness pada remaja yang ditinjau dari big five personality yang orang tuanya bercerai di Kecamatan Medan Timur memiliki kategori sangat tinggi karena mean hipotetik (72,50) lebih kecil dari mean empirik dan melebihi 2 bilangan SD yaitu 14,02+14,02 = 28,04 lxxxiv B. Saran. 1. Saran Kepada Subyek Peneliti berikutnya. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel lain agar dapat mengungkap dinamika lain yang ada pada remaja khususnya atau pada individu umumnya. Juga dapat menggunakan teori yang dikemukakan oleh tokoh lain yang mungkin saja hasil penelitian diperoleh dapat berbeda dengan hasil penelitian ini. 2. Saran kepada orangtua. Hendaknya orangtua juga dapat mengerti kepentingan dan kebutuhan anak. Sekalipun anak tinggal hanya dengan salah satu dari kedua orang tuanya tapi anak juga sangat mendambakan kasih sayang, perhatian, bimbingan yang utuh dari kedua orangtua. Jangan dibatasi pertemuan dengan salah satu orang tuanya. 3. Saran kepadapemerintah. Padaremaja-remaja yang orangtuanyaberceraipastimemilikikepribadian yang rentanatausangat sensitive karenaituhendaknyapemerintahmemberikanperhatian yang lebihkepadamerekadengancaramendirikan biro Dengantujuandapatmenumbuhkankepribadianremajatersebutkearah konsultasi. yang lebihbaiklagi. 4. Saran kepada remaja. Memberikan wacana yang menguatkan mengenai konsep memaafkan untuk meningkatkan pertumbuhan kesehatan fisik dan psikis serta meningkatkan pertumbuhan kesehatan mental yang dapat dikembangkan dalam bentuk perilaku sehari-hari atau secara khusus dalam bentuk terapi memaafkan. lxxxv DAFTAR PUSTAKA Agency, Brenda. (2011). Ketika Orang Tua Bercerai. Jakarta: PT Gramedia. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik dalam Berbagai Bagian. Jakarta : Bina Aksara. Arthasari, D. P. (2010). Perbedaan Antara Forgiveness dengan Trait Kepribadian Big Five Factors pada remaja korban perceraian di Bumi Serpong Damai Tangerang. Jakarta: Skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatilah: ( tidak diterbitkan). Atkinson, R. L. (1996). Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga. Azwar Saifuddin. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dagun, S. M. (2000). Psikologi Keluarga. Jakarta: Rieneka Cipta. Enright (2001). Forgiveness is Choice Woshington DC : Amerika Psycological Association. Feist & Feist. (2009). Teori Kepribadian. Jakarta : Salemba Humanika. Fincham. (2002). Forgiveness Integral to Ascience of Close Relatinship. Journal of Personality and Social Psychology Family Institude: Florida State University. Friedman, H. S & Schustack, M. W. Kepribadian. (2008) : Teori Klasik dan Riset ModernEdisi ketiga jilid 1. Jakarta Erlangga. Gunarsa, S. D. (1993). Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Gunarsa, S. D. (2003). Psikologi Remaja. Jakarta : BPK Gunung Mulia. Hadi, S. (2000). Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offest. Hadriami, E. (2008). Pemaafaan dalam Kaidah Kerukunan Hidup Orang Jawa. Psikodimensia Volume 7 Januari-Juni 2008. Fakultas Psikolog Universitas Katolik Soegijapranata. Hapsari, T S. (2011). Hubungan antara empati dengan pemaafan remaja dengan orangtua bercerai pada suku Jawa. Semarang: Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata: ( tidak diterbitkan). Hetherington, EM. (2003). Social Support And The Adjustment of Children In Divorced And Remarried Families. Childhood 10 : 217-236. Hurlock, E. (2000). Psikologi Perkembangan Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. lxxxvi Mc Cullogh, M.E Worthington.E L & Rachel K. C. (1997). Interpersonal Forgiving in Close Relationship. Journal of Personality and Social Psyhology. Mc Cullough, M. E. (1999). Forgiveness as Human Streight. Theory Measurement asd Kinks to Well Being. Jurnal of Social and Clinical Psychology Spring. Nashori, Fuad. (2008). Memaafkan Seminar Nasional tentang Keajaiban Alquran. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Nashori, Fuad. (2009). Pemaafan :Penyembuhan Problem Psikologis Individu dan Bangsa. http://www.pikordong.orang/keprinadian/pri 17 php Papalia, Diane E. (2007). Human Development Tenth Edition. New York. Mc Graw Hill. Pervin, L. E & John O. P. (2010). Psikologi Kepribadian Teori dan Penelitian Edisi Ke-9. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Purwanto Ngalim. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya. Ransley, Cynthia and Spy Terri. (2004). Forgivenessand The Healing Process New York. Brunner Routledge USA. Rasjidi. (1999). Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia & Indonesia. Bandung : PT Remaja Rosda Karya. Rusdi, Ahmad 2009. Hubungn Religiusitas dan Forgiveness pada Mahasiswa Sekolah Tinggi Sekolah Dakwah Dirasat Islamiah Al-Hikmah. Jakarta: Skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatilah: Jakarta (tidak diterbitkan). Santrock, JW. (2007). Life Span Development; Perkembangan Masa Hidup Jilid 2 Edisi 3. Jakrta: Erlangga. Schimmel, S. (2002). Wounds Not Healed By Time: The Power of Repentance and Forgiveness. New York: Oxford University Press. Setyawan, I (2008). Jurnal Membangun Pemaafan pada anak korban perceraian. Soesilo, V.A. (2006). Mencoba dan Mengerti Kesulitan untuk Mengampuni. Jurnal Teologi dan Pelayanan. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suryabrata, Sumadi. (1998). Metode Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. ……………………. (2008). Psikologi Kepribadian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. lxxxvii Walpole, R. E. (1995). Pengantar Statistika Edisi Ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Worthington, E. L (1999). The Pyramid Mode of Forgiveness. Some Interdeplinary Speculation about Forgiveness. Philadelphia : Templetion Press. Yusuf, S. (2001). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosda Karya. Zulkifli. (2005) Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosda Karya. http://www.hariansumutpos.com.-bulan-gugatan-cerai-capai-581-kasus. Diakses tanggal 5 April 2013. http://www.medanbagus.com/news. Diakses tanggal 23 Juni 2013. http: // www.pta.co.id-angka -perceraian. Diakses tanggal 28 April 2013. lxxxviii LAMPIRAN 1 : UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS SKALA FORGIVENESS lxxxix RELIABILITY FORGIVENESS Scale: Forgiveness Case Processing Summary N Cases Valid Excludeda Total 150 0 150 % 100.0 .0 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .894 40 Item-Total Statistics VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 Scale Mean if Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted Item Deleted Total Correlation 100.0067 177.268 .546 100.3133 178.552 .773 100.6667 191.848 -.164 100.0333 176.730 .588 99.8667 180.210 .526 100.1133 182.303 .338 100.5000 186.614 .224 100.2800 174.834 .515 99.6733 188.919 .030 99.9933 182.154 .345 100.0000 176.953 .579 100.1067 186.968 17.2 100.4000 172.456 .617 100.7600 188.318 .189 100.2333 186.985 .153 100.0533 180.521 .424 100.5600 190.731 -.035 99.7667 188.811 .177 100.6133 186.789 .222 100.5667 172.261 .652 100.1533 184.292 .387 100.1733 177.956 .538 100.5733 173.199 .656 99.8667 189.311 .011 100.5267 172.801 .662 99.7133 197.441 .340 100.4200 180.353 .767 100.1600 177.800 .499 100.0667 184.801 .331 Cronbach's Alpha if Item Deleted .889 .888 .896 .889 .890 .893 .894 .890 .898 .893 .889 .895 .888 .894 .895 .891 .897 .894 .894 .887 .892 .889 .887 .899 .887 .903 .889 .890 .893 xc VAR00030 VAR00031 VAR00032 VAR00033 VAR00034 VAR00035 VAR00036 VAR00037 VAR00038 VAR00039 VAR00040 99.8267 100.4733 100.5400 99.9133 99.7600 100.5400 100.4733 100.1733 99.8333 100.5067 100.2200 180.252 175.419 173.096 185.100 181.231 173.096 180.264 185.124 180.824 176.211 184.938 .521 .534 .653 .208 .379 .653 .440 .386 .510 .533 .315 .890 .889 .887 .895 .892 .887 .891 .892 .890 .889 .893 xci LAMPIRAN 2 : UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS SKALA BIG FIVE PERSONALITY xcii Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases % Valid 150 100.0 0 .0 150 100.0 a Excluded Total a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .906 N of Items .911 44 Summary Item Statistics Mean Item Means Minimum 2.649 Maximum 1.660 Maximum / Minimum Range 3.240 1.580 1.952 Corrected ItemTotal Correlation Squared Multiple Correlation Variance N of Items .129 44 Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 113.85 113.86 113.59 113.87 113.60 113.73 113.55 113.59 113.57 113.94 113.59 113.93 114.31 114.06 113.70 113.95 114.31 113.74 Scale Variance if Item Deleted 296.931 296.631 298.377 296.345 298.081 305.526 296.611 297.491 296.676 297.010 296.499 297.311 295.811 302.889 299.836 296.722 295.519 296.274 .483 .492 .501 .496 .509 .233 .542 .511 .531 .503 .532 .493 .485 .274 .448 .507 .491 .569 Cronbach's Alpha if Item Deleted . . . . . . . . . . . . . . . . . . .904 .903 .903 .903 .903 .906 .903 .903 .903 .903 .903 .903 .903 .906 .904 .903 .903 .903 xciii VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031 VAR00032 VAR00033 VAR00034 VAR00035 VAR00036 VAR00037 VAR00038 VAR00039 VAR00040 VAR00041 VAR00042 VAR00043 VAR00044 114.27 114.17 113.65 113.75 114.18 113.58 113.33 114.08 113.58 113.59 113.81 113.94 113.59 113.93 113.95 113.60 114.15 113.98 114.31 113.80 113.56 114.83 114.91 113.94 114.30 114.83 295.982 305.124 297.436 295.690 304.833 298.822 307.000 307.161 299.292 298.834 299.401 301.506 296.538 300.049 293.299 297.007 293.790 296.932 295.972 307.772 303.174 299.496 301.414 303.976 300.064 303.057 .460 .189 .513 .580 .196 .380 .195 .120 .391 .402 .437 .359 .429 .416 .490 .399 .540 .443 .468 .084 .298 .497 .425 .216 .315 .324 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .904 .907 .903 .903 .907 .905 .907 .908 .905 .904 .904 .905 .904 .904 .903 .905 .903 .904 .904 .910 .906 .904 .904 .907 .906 .905 Scale Statistics Mean 116.57 Variance 312.583 Std. Deviation 17.680 N of Items 44 xciv LAMPIRAN 3 : UJI ASUMSI DAN UJI HIPOTESIS xcv UJI NORMALITAS SEBARAN DATA PENELITIAN FORGIVENESS FORGIVENES S Case Processing Summary Cases Valid Missing N Percent N Percent 150 100,0% 0 ,0% N Total Percent 150 100,0% Descriptives FORGIVENESS Mean 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis FORGIVENES S Statistic Std. Error 108,6467 1,14521 106,3837 110,9096 108,6370 109,0000 196,727 14,02593 80,00 136,00 56,00 21,25 ,035 ,198 -,832 ,394 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic Df ,067 150 ,094 ,979 150 Sig. ,023 a. Lilliefors Significance Correction Catatan : dari hasil uji normalitas sebaran data penelitian variabel Forgiveness diketahui bahwa variabel tersebut memiliki sebaran data yang normal. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien normalitas Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,067 dengan p > 0,05 FORGIVENESS Stem-and-Leaf Plot Frequency 4,00 10,00 14,00 16,00 12,00 Stem & 8 8 9 9 10 . . . . . Leaf 0024 5566666888 11111223444444 5566778888899999 000000111122 xcvi 22,00 17,00 18,00 13,00 9,00 12,00 3,00 Stem width: Each leaf: 10 11 11 12 12 13 13 . . . . . . . 5555555567777889999999 00000000111111124 555556666788888899 0001122222344 566666678 000001222334 666 10,00 1 case(s) xcvii UJI HIPOTESIS UJI HOMOGENITAS KELOMPOK Levene's Test of Equality of Error Variancesa Dependent Variable:FORGIVENESS F df1 1,171 df2 4 ekstraversion, neouroticism, agreeableness, dan conscientiousness, openness toexperience. Sig. 145 ,326 Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: Intercept + VAR00001 Catatan : dari hasil uji homogenitas kelompok diketahui bahwa kelompok berdasarkan tipe kepribadian Neuroticism, Openness to experience, Ekstraversion, Agreeableness dan Conscientiousness tidak menunjukkan variasi data yang signifikan. Artinya ke lima kelompok tipe kepribadian tersebut cukup homogeny dalam variasinya. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien homogenitas Levene’s Test sebesar F = 1.171 dengan p > 0,05 Descriptive Statistics Dependent Variable:FORGIVENESS TIPE KEPRIBADIAN NEUROTICISM OPENNESS Mean 96,7941 109,7778 Std. Deviation 13,05879 11,47945 EKSTRAVERSION 114,9063 11,50416 32 AGREEABLENESS 111,2500 11,53916 24 CONSCIENTIOUSNESS 112,7917 15,11688 24 Total 108,6467 14,02593 150 N 34 36 xcviii ANALISIS VARIANS SATU JALUR Between-Subjects Factors Value Label TIPE KEPRIBADIAN N 1 NEUROTICISM 34 2 OPENNESS 36 3 EKSTRAVERSION 32 4 AGREEABLENESS 24 5 CONSCIENTIOUSNESS 24 Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:FORGIVENESS Source Type III Sum of Squares df Mean Square Corrected Model Intercept VAR00001 Error 6651,315a 1732472,976 6651,315 22660,958 4 1 4 145 Total 1799927,000 150 29312,273 149 Corrected Total 1662,829 1732472,976 1662,829 156,282 F Sig. 10,640 11085,523 10,640 ,000 ,000 ,000 a. R Squared = ,227 (Adjusted R Squared = ,206) Dari hasil analisis varians satu jalur diketahui bahwa ada perbedaan forgiveness yang signifikan di antara remaja yang memiliki tipe kepribadian Neuroticism, Openness, Ekstraversion, Agreeableness dan Conscientiousness. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien F = 11085, 523 dengan p < 0,05. Tipe kepribadian Ekstraversion memiliki forgiveness yang paling tinggi, dibandingkan dengan , Conscientiousness, Agreeableness, Openness dan Neuroticism. TIPE KEPRIBADIAN Dependent Variable:FORGIVENESS TIPE KEPRIBADIAN 95% Confidence Interval Mean NEUROTICISM OPENNESS Std. Error Lower Bound Upper Bound 96,794 2,144 92,557 101,032 109,778 2,084 105,660 113,896 EKSTRAVERSION 114,906 2,210 110,538 119,274 AGREEABLENNESS 111,250 2,552 106,206 116,294 xcix COUNCIESNESS 112,792 2,552 107,748 117,835 Multiple Comparisons FORGIVENESS Tukey HSD (I) TIPE KEPRIBADIAN (J) TIPE KEPRIBADIAN 95% Confidence Interval Mean Difference (I-J) NEUROTICISM Sig. Lower Bound Upper Bound OPENNESS -12,9837 EKSTRAVERSION -18,1121 * 3,07902 ,000 -26,6176 -9,6066 -14,4559 * 3,33291 ,000 -23,6627 -5,2490 -15,9975 * 3,33291 ,000 -25,2044 -6,7907 12,9837 * 2,98960 ,000 4,7252 21,2422 EKSTRAVERSION -5,1285 3,03727 ,444 -13,5186 3,2617 AGREEBLENNESS -1,4722 3,29438 ,992 -10,5726 7,6282 COUNCIESNESS -3,0139 3,29438 ,891 -12,1143 6,0865 * 3,07902 ,000 9,6066 26,6176 OPENNESS 5,1285 3,03727 ,444 -3,2617 13,5186 AGREEBLENNESS 3,6563 3,37574 ,815 -5,6689 12,9814 COUNCIESNESS 2,1146 3,37574 ,971 -7,2106 11,4397 * 3,33291 ,000 5,2490 23,6627 OPENNESS 1,4722 3,29438 ,992 -7,6282 10,5726 EKSTRAVERSION -3,6563 3,37574 ,815 -12,9814 5,6689 COUNCIESNESS -1,5417 3,60881 ,993 -11,5107 8,4273 * 3,33291 ,000 6,7907 25,2044 OPENNESS 3,0139 3,29438 ,891 -6,0865 12,1143 EKSTRAVERSION -2,1146 3,37574 ,971 -11,4397 7,2106 AGREEBLENNESS 1,5417 3,60881 ,993 -8,4273 11,5107 dimensi on3 AGREEBLENNESS COUNCIESNESS OPENNESS Std. Error * NEUROTICISM 2,98960 ,000 -21,2422 -4,7252 dimensi on3 EKSTRAVERSION dimensi on2 NEUROTICISM 18,1121 dimensi on3 AGREEBLENNESS NEUROTICISM 14,4559 dimensi on3 COUNCIESNESS NEUROTICISM 15,9975 dimensi on3 Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 156,282. *. The mean difference is significant at the ,05 level. c LAMPIRAN 4 : SKALA FORGIVENESS ci Nama : Umur : Pedoman Pengisian Skala. 1. Baca dan pahamilah pernyatan-pernyataan pada skala tersebut. 2. Anda diminta untuk menjawab dengan jujur, sesuai dengan kondisi diri anda sendiri. Tidak ada jawaban yang salah, semua jawaban yang diberikan adalah benar. 3. Pilihlah satu dari jawaban yang tersedia yang paling sesuai dengan diri anda dengan memberi tanda (√ ) pada jawaban yang anda pilih, yaitu : SS (Sangat Sesuai), apabila anda sangat setuju dengan pernyataan tersebut. S (Sesuai), apabila anda setuju dengan pernyataan tersebut. TS (Tidak Sesuai), apabila anda tidak setuju dengan pernyataan tersebut. STS (Sangat Tidak Sesuai), apabila anda sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. 4. Apabila anda ingin mengubah jawaban, anda dapat memberikan tanda check list yang baru pada jawaban yang anda kehendaki, dan jawaban sebelumnya dicoret. Contoh : SS S TS √ STS √ 5. Bila anda telah selesai mengerjakan, dimohon kesediannya untuk memeriksa kembali agar tidak ada pernyataan yang terlewati. Selamat Mengerjakan & Terima Kasih cii FORGIVENESS No Pernyataan 1. Saya terima apapun keadaan kedua orangtua. 2. Kegiatan setiap hari tetap saya lakukan walau kedua orangtua telah bercerai Perceraian kedua orangtua tetap saya ingat sampai kapanpun. Saya ingin kedua orangtua merasakan kekecewaan hati ini. 3. 4. 5. 11. Saya tidak mau mengerjakan tugas-tugas rumah semenjak kedua orangtua bercerai. Walaupun kedua orangtua telah bercerai mereka tetap orang tua kandung saya Saya menyadari bahwa setiap orang pasti pernah bersalah termasuk kedua orangtua. Saya ingin berdamai dengan kedua orangtua dan diri sendiri. Saya tidak tinggal dirumah apabila kedua orangtua tidak bersatu kembali. Saya pikirkan hal yang buruk tentang kedua orangtua semenjak mereka bercerai Walau kedua orangtua bercerai, saya tetap berprestasi. 12. Walaupun tinggal dengan ibu, saya selalu menjumpai ayah. 13. Saya menyimpan rasa sakit hati dengan keputusan kedua orangtua untuk bercerai. Saya telah melepaskan kemarahan sehingga dapat memulihkan hubungan dengan sehat dengan kedua orangtua. Saya sangat sulit bertindak hangat dan terbuka kepada kedua orangtua. Saya tidak mau lagi berhubungan dengan kedua orangtua semenjak mereka bercerai Saya pergi merantau jauh dan tidak pernah kembali kerumah Walaupun perceraian kedua orangtua telah menyakitkan hati, saya mengesampingkan sakit hati itu sehingga dapat melanjutkan hubungan dengan kedua orang tua. Saya tidak akan percaya lagi dengan perkataan kedua orangtua saya. Saya selalu berdoa demi kebaikan dan kebahagiaan orangtua. Saya tidak aktif lagi dalam ibadah agama apalagi mendoakan kedua orangtua. 6. 7. 8. 9. 10. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. STS TS S SS ciii 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. Saya berharap sesuatu yang buruk terjadi dengan kedua orangtua Saya tetap pulang sekolah tepat waktunya Bagi saya mereka bukan lagi orangtua karena tidak berkumpul bersama. Saya mengerti kebencian akan merugikan diri sendiri. Meskipun kedua orangtua bercerai, saya selalu berkomunikasi dengan mereka. Saya hidup seolah-olah tidak ada lagi kedua orang tua. Prestasi saya semakin menurun semenjak kedua orangtua bercerai Saya belum bisa memaafkan kedua orangtua saya. Saya tidak memikirkan tentang apapun yang terjadi dengan keluarga Saya mengerti apa yang dirasakan orangtua . Saya benci kedua orang tua karena tidak mengerti kalau saya butuh kasih sayang dari mereka. Saya tetap menghormati kedua orangtua 34. Pulang sekolah lebih baik pergi dengan teman dari pada harus bertemu dengan orangtua. 35. 36. Saya yakin bahwa kedua orangtua sudah mempertimbangkan secara baik-baik atas keputusan mereka bercerai. Saya merasa lebih baik setelah memaafkan kedua orangtua 37. Saya mau yang terbaik untuk kedua orangtua 38. 39. Saya tetap bersikap hangat dan terbuka seperti biasanya meskipun kedua orangtua bercerai. Saya melupakan perceraian kedua orangtua. 40. Saya memikirkan hal yang baik tentang orangtua. civ LAMPIRAN 5 : SKALA BIG FIVE PERSONALITY cv Nama Umur : : Pedoman Pengisian Skala. 6. Baca dan pahamilah pernyatan-pernyataan pada skala tersebut. 7. Anda diminta untuk menjawab dengan jujur, sesuai dengan kondisi diri anda sendiri. Tidak ada jawaban yang salah, semua jawaban yang diberikan adalah benar. 8. Pilihlah satu dari jawaban yang tersedia yang paling sesuai dengan diri anda dengan memberi tanda (√ ) pada jawaban yang anda pilih, yaitu : SS (Sangat Sesuai), apabila ana sangat setuju dengan pernyataan tersebut. S (Sesuai), apabila anda setuju dengan pernyataan tersebut. TS (Tidak Sesuai), apabila anda tidak setuju dengan pernyataan tersebut. STS (Sangat Tidak Sesuai), apabila anda sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. 9. Apabila anda ingin mengubah jawaban, anda dapat memberikan tanda check list yang baru pada jawaban yang anda kehendaki, dan jawaban sebelumnya dicoret. Contoh : SS S TS √ STS √ 10. Bila anda telah selesai mengerjakan, dimohon kesediannya untuk memeriksa kembali agar tidak ada pernyataan yang terlewati. Selamat Mengerjakan & Terima Kasih. cvi BIG FIVE PERSONALITY No Pernyataan 1. Saya aktif berbicara. 2. Saya mencari kelemahan orang lain. 3. Saya mengerjakan tugas dengan serius. 4. Saya membuat orang merasa terterkan 5. Saya penuh dengan gagasan baru. 6. Saya suka menyendiri. 7. Saya menolong dan tidak iri pada orang lain. 8. Saya bertindak serampangan. 9 Saya santai dan mampi mengatasi stress. 10. Saya memiliki rasa ingin tahu terhadap sesuatu yang SS S TS STS berbeda. 11. Saya penuh tenaga. 12 Saya mudah berselisih dengan orang lain. 13 Saya memiliki pekerjaan yang dapat diandalkan. 14. Saya mudah tersinggung. 15. Saya memiliki bakat dn pemikir. 16. Saya dapat membangkitkan kegembiraan. 17. Saya mudah memaafkan orang lain. 18. Saya cenderung bekerja tidak teratur. cvii 19. Saya sering khawatir. 20. Saya memiliki imajinasi yang aktif. 21. Saya cenderung pendiam. 22. Saya dapat dipercaya. 23. Saya pemalas. 24. Saya memiliki perasaan yang stabil dan tidak mudah sedih. 25. Saya kreatif. 26. Saya selalu terbuka. 27. Saya dingin dan kurang bersahabat. 28. Saya dapat memusatkan diri pada pekerjaan. 29. Saya mu.ah dipengaruhi oleh suasana hati. 30. Saya menyukai artistik dan estetika. 31. Saya pemalu. 32. Saya ramah dan penuh pengertian. 33. Saya melakukan sesuatu dengan efisien. 34. Saya tetap tenang meski dalam situasi menegangkan. 35. Saya menyukai pekerjaan yang rutin. 36. Saya suka bergaul. 37. Saya kadang berperilaku kasar. 38. Saya suka merencanakan dan memusatkan pada rencana tersebut. 39. Saya mudah merasa cemas. cviii 40. Saya merefleksikan dan mengolah gagasan baru. 41. Saya suka bekerja sama d.engan orang lain. 42. Saya memiliki perhatian yang mudah terpecah. 43. Saya jarang marah. 44. Saya memiliki keahlian dalam kesenian dan literatur. cix cx