THE EFFECTIVENESS OF PEER GROUP EDUCATION TOWARD

advertisement
THE EFFECTIVENESS OF PEER GROUP EDUCATION TOWARD
ADOLESCENTS’ KNOWLEDGE LEVEL OF SEXUAL
EDUCATION IN TUMPAK REGION MOJOKERTO
Catur Prasastia Lukita Dewi,S.Kep.Ns.,M.Kes*
Septi Wahyu Kristiani *
*Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto, Jawa Timur
ABSTRACT
The sexual issue of adolescents turns out to be a health problem in which it is
necessary to get a serious attention since it deals with some aspects within life and
human development. Adolescents will imitate and follow what their friends do for
reasons to try as well as solidarity as friend without considering the consequences
itself. Nowadays, adolescents’ delinquencyis spreading out and often happening in
surrounding societies. This study aimed at investigating the effectiveness of peer
group education toward adolescents’ knowledge level of sexual education. This study
used experimental research design with the approach of One-Group Pre-Post Test
Design. The number of population were 85 respondents and the number of sample
were 56 respondents in which taken by using stratified sampling. The data were
collected by using questionnaires. The Wilcoxon test result shown that the value of
Zcalculation-6,886 >Ztableand the significant value was 0,000 < α: 0,05. It means that H1
was accepted and Ho was rejected, so that peer group education was really to
increase adolescents’ knowledge level of sexual education in Tumpak Region
Sidoharjo Village GedegSud-District Mojokerto Regency.This happened because of
the knowledge were acquired from accurate source through educational processes
regarding giving workshop which was done by the same age-level friends. Therefore,
the materials itself were able to be received and comprehended as well. In order to
increase adolescents’ knowledge level of sexual education, the processes are better to
be done by the same age-level friends to get the information about sexual education
properly.
Key words: Adolescents, Peer Education, Sexual Education
Latar Belakang
Persoalan seksualitas pada remaja
mudah
menerima
informasi
dunia
berkaitan dengan masalah fungsi alat
merupakan masalah kesehatan yang
reproduksinya
sehingga
perlu mendapat perhatian yang cukup
menjerumus
kearah
serius karena berkaitan dengan berbagai
hubungan seksual yang semakin bebas
aspek kehidupan dan perkembangan
(Manuaba,
hidup manusia. Pada umumnya remaja
dinyatakan bahwa remaja akan meniru
yang mencari identitas diri sangat
dan mengikuti apa yang dilakukan oleh
2009).
cenderung
pelaksanaan
Lebih
lanjut
teman-teman sebayanya dengan alasan
antaranya adalah anak usia sekolah
mencoba
yaitu yang berusia 14 sampai dengan 20
atau
sekedar
sebagai
solidaritas
teman
tanpa
mempertimbangkan
tahun. (Fokus, 2014).
akibatnya
Pergaulan seks bebas di kalangan
(Muryono, 2011). Kenakalan remaja
remaja Indonesia saat ini memang
saat ini semakin menjalar dan sering
sangatlah memprihatinkan. Data dari
terjadi
Komisi Perlindungan Anak Indonesia
di
lingkungan
masyarakat
sekitar. Perilaku kenakalan seperti seks
(KPAI)
bebas,
obat
sebanyak 32% remaja usia 14 hingga 18
cukup
tahun di kota-kota besar di Indonesia
tawuran,
terlarang
penggunaan
nampaknya
sudah
tahun
2013
melekat bagi remaja zaman sekarang.
(Jakarta,
Hal yang perlu diperhatikan, ungkap
pernah berhubungan seks. Hasil survei
dia, 20 juta pengangguran di Indonesia
lain yang dilakukan oleh Sudartha,
didominasi oleh remaja berusia 15-20
(2011) menyatakan, satu dari empat
tahun. Karena itulah perlu diberikan
remaja Indonesia melakukan hubungan
tempat
remaja
seksual pranikah dan membuktikan 62,7
menyalurkan hobi dan bakat. Disinilah
persen remaja kehilangan perawan saat
peran pemerintah dituntut lebih besar
masih duduk di bangku SMP, bahkan
(Metro, 2015).
21,2
dan
ruang
untuk
Surabaya,
menyatakan
persen
di
dan
Bandung)
antaranya
berbuat
Kenakalan remaja di Indonesia
ekstrim, yakni pernah melakukan aborsi.
semakin meresahkan. Di Jakarta saja,
Aborsi dilakukan sebagai jalan keluar
kondisinya mungkin sudah darurat.
dari akibat perilaku seks bebas (KPAI,
Sepanjang tahun ini saja, tercatat 769
2013).
kasus
tawuran
Dengan
Data LSM Sahabat Anak dan
rata-ratanya,
Remaja Indonesia (Sahara) Bandung
setiap hari terjadi dua tawuran. Dan ini
antara tahun 2012-2013, remaja yang
sudah menelan 13 nyawa. Dunia remaja
melakukan seks pra nikah, 72,9% hamil,
telah
yang
dan 91,5% diantaranya mengaku telah
mencemaskan. Kenakalan lain adalah
melakukan aborsi lebih dari satu kali.
menyangkut masalah Narkoba. Data
Data
menunjukkan, dari 4 jutaan pecandu
penelitian
Narkoba, sebanyak 70 persen atau ¾ di
Yogyakarta yang melakukan seks pra
demikian,
bila
pelajar.
dibuat
merupakan
hal
ini
didukung
bahwa
beberapa
98%
hasil
mahasiswi
nikah
mengaku
pernah
melakukan
sebelum
menikah.
Alasan
peneliti
aborsi. Secara kumulatif, aborsi di
mengambil usia 11-20 tahun karena
Indonesia diperkirakan mencapai 2,3
pada usia tersebut merupakan masa
juta kasus per tahun. Setengah dari
remaja
jumlah itu dilakukan oleh wanita yang
dimana telah terjadi masa peralihan
belum menikah, sekitar 10-30% adalah
serta masa menemukan jati diri dan
para remaja. Artinya, ada 230 ribu
masa awal menjadi dewasa. Selain itu di
sampai 575 ribu remaja putri yang
tempat penelitian remaja dengan usia
diperkirakan melakukan aborsi setiap
11-20 tahun cukup banyak dan sering
tahunnya.
juga
dijumpai perilaku kurang baik misalnya
menyebutkankan, tiap hari 100 remaja
nongkrong pinggir jalan, main gitar
melakukan aborsi dan jumlah kehamilan
sampai lupa waktu dan suka berkumpul
yang tidak diinginkan (KTD) pada
dan bermain dengan tujuan kurang jelas,
remaja
nonton film porno, untuk itu perlu
Sumber
meningkat
lain
antara
150.000
awal
sampai
hingga 200.000 kasus setiap tahun.
adanya
penelitian
Selain
dengan
perilaku
itu
survei
yang
dilakukan
remaja
yang
seks
akhir
berkaitan
bebas
yang
BKKBN pada akhir 2013 menyatakan,
mampu memberikan edukasi tentang
63 persen remaja di beberapa kota besar
seksualitas remaja.
di Indonesia melakukan seks pranikah.
Dan,
para
pelaku
seks
dini
itu
Kenakalan remaja pada umumnya
terjadi
karena
tidak
terpenuhinya
menyakini, berhubungan seksual satu
kebutuhan-kebutuhan
kali
satunya adalah kebutuhan seksual, dan
tidak
menyebabkan
kehamilan
(Sugiarto, 2014)
mereka
salah
kebutuhan akan identitas diri serta
Hasil studi pendahuluan melalui
kebutuhan
popularitas,
pada
masa
wawancara dengan beberapa remaja di
remaja labilnya emosi erat kaitanya
dusun Tumpak Gedeg Sidoarjo tanggal
dengan perubahan hormon dan tubuh,
17-19 Nopember diperoleh hasil dari 15
sering terjadi letusan emosi dalam
remaja putri tahun 2013-2014, terdapat
bentuk amarah, pemberontakan terhadap
±10 remaja (75%) saat ini mengalami
aturan-aturan dalam keluarga, yang
kehamilan pranikah. dan 5 orang (25%)
mendorong mereka untuk mencari tahu,
yang
menikah
faktor-faktor yang berhubungan atau
menyatakan bahwa mereka telah hamil
yang dapat mempengaruhi kehidupan
berstatus
sudah
remaja adalah keluarga, sekolah, dan
lingkungan
tetangga yang merupakan aspek secara
mempunyai peranan yang cukup penting
langsung
bagi perkembangan kepribadianya. Pada
remaja.
mempengaruhi
Selain
itu
kehidupan
struktur
sosial,
dan
budaya
ekonomi,
politik,
lingkungan
merupakan
memberikan
pengaruh
aspek
tidak
yang
secara
langsung (Notoatmodjo, 2011).
Kaitannya
dengan
sosial
bagi
remaja
saat terjadinya perubahan dalam struktur
masyarakat
diantaranya
perubahan
struktur
adalah
keluarga,
kesenjangan antar generasi, ekspansi
jaringan komunikasi, panjangnya masa
pengaruh
menuju masa dewasa, pada kelompok
sosial, apabila kelompok teman sebaya
teman
yang diikuti menampilkan sikap dan
kesempatan
perilaku yang secara moral atau agama
bagaimana berinteraksi dengan orang
dapat
lain, mengontrol tingkah laku sosial,
dipertanggungjawabkan
maka
sebaya
dapat
untuk
diberikan
belajar
tentang;
kemungkinan besar remaja tersebut
mengembangkan
akan menampilkan peribadinya yang
minat yang sesuai dengan usianya,
baik, begitu sebaliknya jika kelompok
saling bertukar perasaan dan masalah,
teman sebaya yang diikuti menampilkan
lebih dari itu kelompok teman sebaya
sikap dan perilaku negatif maka remaja
(peer
tersebut cenderung mempunyai sikap
memberikan kesempatan yang penting
dan perilaku yang negatif pula (Yusuf,
untuk memperbaiki bencana psikologis
2011). Tabunya persoalan seksualitas
selama
menyebabkan banyak remaja berusaha
mengembangkan hubungan baru yang
memenuhi
dengan
lebih baik antar satu sama lainya dan
cara membahas bersama teman-teman.
juga dapat membantu remaja untuk
Kehadiran teman dan keterlibatannya
memperoleh
dalam suatu kelompok sosial remaja
konsep diri, perasaan berharga, perasaan
berpengaruh
optimis tentang masa depan (Yusuf,
informasi
keingintahuannya
terhadap
dan
penyebaran
pengetahuan
remaja
tentang seksualitas (Wandut, 2012).
Sebagai upaya untuk mengurangi
terjadinya
kenakalan
kelompok
teman
remaja
sebaya
maka
sebagai
keterampilan,
group
masa
education)
anak,
dan
pemahaman
dan
telah
dapat
tentang
2012). Strategi yang dapat dilakukan
dalam membentuk peer group education
dengan
cara
membentuk
sebuah
kelompok sebaya yang diisi dengan
berbagai
kegiatan
misalnya
arahan
tentang
pentingnya
memahami
perubahan masa remaja, alat reproduksi
intervensi, kemudian diobservasi lagi
setelah di beri intervensi.
dan berbagaimacam masalah remaja.
Peneliti
mengambil
pentingnya
peer
judul
group
tentang
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui
efektifitas
peer
group
dikalangan
education terhadap tingkat pengetahuan
remaja karena selama ini belum pernah
pendidikan seksual remaja usia 11-20
ada penyuluhan yang dilakukan tenaga
tahun di Dusun Tumpak Mojokerto.
kesehatan baik dari pemerintah maupun
Populasi dalam penelitian ini adalah
institusi kesehatan pada para remaja,
semua remaja usia 11-20
selain itu tidak adanya peer group atau
Dusun Tumpak Mojokerto sebanyak 85
pembentukan kelompok teman sebaya
orang
tahun di
di desa tersebut juga sebagai pemicu
Pada penelitian ini mengambil
peneliti untuk melakukan penelitian di
sampel secara stratifiet sampling yaitu
desa tersebut.
strata
atau
kedudukan
subyek
Tujuan dalam penelitian ini adalah
(seseorang) di masyarakat (Nursalam,
menganalisis efektivitas peer group
2013) jenis penelitian ini digunakan
education terhadap tingkat pengetahuan
untuk mengetahui beberapa kelompok
pendidikan seksual remaja di Dusun
remaja yang mempunyai strata atau
Tumpak Mojokerto.
tingkat usia yang berbeda dengan
klasifikasi
Desain penelitian adalah hasil
Variabel
akhir dari suatu tahap keputusan yang
penelitian
dibuat
education
peneliti
awal,
remaja
pertengahan dan remaja akhir.
METODE PENELITIAN
oleh
remaja
berhubungan
ini
independent
dalam
adalah
group
sedangkan
peer
variabel
dengan bagaimana suatu penelitian bisa
dependenya adalah tingkat pengetahuan
diterapkan.
pendidikan seksualitas pada remaja usia
Desain
penelitian
yang
digunakan adalah eksperimen, dengan
11-20 tahun.
pendekatan (One-group pra-post test
Kuesioner yang digunakan dalam
design) yaitu mengungkapkan hubungan
penelitian ini merupakan kuesioner baku
sebab akibat dengan cara melibatkan
yang diperoleh dari jurnal penelitiuan
satu
dengan judul illustrative questionnaire
kelompok
subyek.
Kelompok
subyek diobservasi sebelum dilakukan
for
sexsual
and reproductive halt
knowledge.
Setelah data terkumpul, maka
dilakukan
pengolahan
data
melalui
tahapan Editing, Coding, Scoring, dan
Tabulating. Data yang sudah terkumpul
diolah dan diidentifikasi, kemudian
untuk pengujian masalah penelitian
menggunakan uji Wilcokson. Dengan
menggunakan
perangkat
lunak
komputer program Statistical Product
and Service Solutions (SPSS) 15.0 for
windows dengan derajat kemaknaan α <
0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak
yang artinya peer group education
efektif
dalam
meningkatkan
pengetahuan pendidikan seksual remaja.
1. Karakteristik
Berdasarkan usia
No
Usia
1 11-15 tahun
2 16-18 tahun
3 19-20 tahun
Jumlah
Responden
2. Karakteristik
Responden
Berdasarkan Jenis kelamin
No Jenis kelamin
f
(%)
1 Laki-laki
34
60,7
2 Perempuan
22
39,3
Jumlah
56
100
Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa
sebagian besar berjenis kelamin lakilaki sebanyak 34 orang (60,7%).
3. Karakteristik
Responden
Berdasarkan Sumber Informasi
No Sumber informasi
f
(%)
1 Orang Tua
8
14,3
2 Media cetak
15
26,8
3 Media elektronik
18
32,1
4 Internet
10
17,9
5 Petugas Kesehatan 5
8,9
6 Teman
0
0
7 Guru
0
0
Jumlah
56
100
Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa
hampir
mendapat
setengahnya
informasi
responden
dari
media
elektronik sebanyak 18 orang (32,1%).
f
27
17
12
(%)
48,2
30,4
21,4
56
100
Data Khusus
1. Tingkat pengetahuan sebelum dan
sesudah
Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa
(83,9%)
(0%)
hampir setengahnya usia responden
(16,1%)
(8,9%)
(0%)
(91,1%)
adalah 11-15 tahun sebanyak 27 orang
(48,2%)
Berdasarkan
menunjukkan
diagram
bahwa
diatas
pengetahuan
responden tentang pendidikan seksual
sebelum
dilakukan
penyuluhan
sebagian besar kurang sebanyak 51
terbentuknya
perilaku
orang (91,1%). Sedangkan pengetahuan
(Notoatmodjo,
2012).
responden tentang pendidikan seksual
adalah kesan di dalam pikiran manusia
setelah dilakukan penyuluhan sebagian
sebagai
besar baik sebanyak 47 orang (83,9%).
inderanya. Pengetahuan juga merupakan
Berdasarkan hasil uji willcoxon
hasil
seseorang
Pengetahuan
penggunaan
panca
hasil mengingat suatu hal, termasuk
didapatkan hasil bahwa nilai zhitung -
mengingat
6,886 > ztabel -1,736
dan nilai
pernah dialami baik secara sengaja
signifikan diketahui 0,000 < α: 0,05.
mAlipun tidak disengaja dan ini terjadi
artinya H1 diterima dan Ho ditolak
setelah orang melakukan kontak atau
artinya peer group education sangat
pengamatan
efektif
tertentu (Mubarok, 2007).
untuk
meningkatkan
pengetahuan remaja tentang pendidikan
kembali
kejadian
terhadap
Tingkat
suatu
pengetahuan
yang
objek
responden
seksualitas di Dusun Tumpak Desa
tentang pendidikan seksualitas sebagian
Sidoharjo Kecamatan Gedeg Kabupaten
besar dalam kategori kurang, karena
Mojokerto.
mereka
selama
mendapatkan
4.1
Pembahasan
4.1.1 Tingkat
pengetahuan
tentang
di beri pendidikan kesehatan
menunjukkan
diagram
bahwa
diatas
pengetahuan
responden tentang pendidikan seksual
sebelum dilakukan penyuluhan sebagian
besar kurang.
“Tahu” dan terjadi setelah seseorang
sesuatu
pendidikan
pernah
seksualitas
saat
peneliti
pertanyaan
memberikan
yang
pendidikan
beberapa
berkaitan
kesehatan
dengan
mayoritas
jawaban mereka banyak yang salah, hal
ini karena secara teoritis mereka belum
memahami pendidikan seksualitas pada
remaja.
Dari
56
responden
hanya
sebagian kecil saja yang menjawab
Pengetahuan merupakan hasil dari
melakukan
belum
secara khusus maupun formal, sehingga
pendidikan seksualitas sebelum
Berdasarkan
ini
penginderaan
obyek.
Seseorang
terhadap
didapat
melalui panca indera mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk
benar atas semua pertanyaan. Hal ini
menunjukkan bahwa masih banyak
responden
yang
belum
mengetahui
tentang pendidikan seksualitas. selain
itu juga dipengaruhi oleh faktor budaya
sering nongkrong pada remajanya dan
lingkungan yang kurang mendukung,.
agresif. Laki-laki dianggap lebih kuat,
Pengetahuan remaja dapat dipengaruhi
lebih
oleh banyak faktor diantaranya adalah
dibandingkan
usia,
Sedangkan perempuan identik dengan
jenis
kerlamin
dan
sumber
informasi.
orang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
agresif
dan
lebih
dengan
yang
memiliki
berani
perempuan.
karakteristik
feminin. Pandangan atau asumsi yang
hampir setengahnya usia responden
terbentuk
adalah
Dengan
bahwa perempuan lebih sopan, lebih
bertambahnya umur seseorang akan
lembut atau dengan kata lain perempuan
terjadi perubahan dan pada aspek fisik
lebih
dan psikologis (mental). Pertumbuhan
masalah etika. Secara umum gender
pada fisik secara garis besar ada empat
digunakan
kategori perubahan pertama, perubahan
perbedaan laki-laki dan perempuan dari
ukuran, kedua, perubahan proporsi,
segi sosial-budaya. Gender lebih banyak
ketiga,
lama,
berkonsentrasi kepada aspek sosial,
keempat, timbulnya ciri-ciri baru. Ini
budaya, psikologis dan aspek-aspek non
terjadi akibat pematangan fungsi organ.
biologis lainnya (Handayani, 2005).
Pada aspek psikologis atau mental taraf
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
berpikir semakin matang dan dewasa
responden
dengan
jenis
kelamin
(Mubarok,
perempuan
lebih
tinggi
tingkat
11-15
tahun.
hilangnya
2007).
ciri-ciri
dari
segi
usia
dimasyarakat
menyatakan
perhatian terhadap masalah-
untuk
mengidentifikasi
responen tergolong masih sangat muda
pengetahuanya dari pada laki-laki, hal
dan labil dalam berfikir, sehingga
ini karena perempuan merupakan sosok
mereka harus selalu dirahkan agar
yang lebih santun dan peduli dengan
tindakanya dapat kearah yang lebih
pengetahuanya, berbeda dengan kaum
positif.
laki-laki mereka cenderung agresif dan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tidak
terlalu
memperhatikan
sebagian besar berjenis kelamin laki-
pengetahuanya
laki. Laki-laki dan perempuan dianggap
cenderung banyak bermain dan jalan-
sebagai simbol status. Laki-laki identik
jalan berrsama teman-temanya atau juga
dengan orang yang memiliki karakter
sering nongkrong di jalan.
maskulin.
Laki-laki
dipersepsikan
sebagai manusia perkasa, tegar dan
karena
mereka
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hampir
setengahnya
responden
mendapatkan
elektronik
informasi
dan
dari
media
sebagian
kecil
Berdasarkan
menunjukkan
diagram
bahwa
diatas
pengetahuan
mendapatkan informasi dari orang tua.
responden tentang pendidikan seksual
Kemudahan untuk memperoleh suatu
setelah dilakukan penyuluhan sebagian
informasi
besar baik.
dapat
mempercepat
membantu
seseorang
untuk
Pengetahuan adalah kesan di dalam
memperoleh pengetahuan yang baru
pikiran
(Mubarok,
besar
penggunaan
informasi tentang kesehatan mereka
Pengetahuan
dapatkan
namun
mengingat
suatu
bersifat
mengingat
kembali
2007).
dari
informasi
Sebagian
orang
tersebut
tua,
hanya
manusia
sebagai
panca
juga
hasil
inderanya.
merupakan
hal,
hasil
termasuk
kejadian
yang
sementara karena biasanya informasi
pernah dialami baik secara sengaja
dari orang tua kurang diperhatikan
maupun tidak disengaja dan ini terjadi
apalagi para remaja, mereka sulit untuk
setelah orang melakukan kontak atau
diarahkan
pengamatan
dan
cenderung
menuruti
terhadap
suatu
objek
emosinya. sehingga mereka lebih sering
tertentu (Mubarok, 2007). Peer educator
mendengarkan apa ka teman dari pada
sangat
orang tua, hal inilah yang menyebabkan
menggunakan bahasa yang kurang lebih
pengetahuan mereka tentang pendidikan
sama
seksualitas
dipahami oleh teman sebayanya. Teman
masih
dalam
kategori
diperlukan
sehingga
kurang. Selain itu iformasi tentang
sebaya
pendidikan
mengemukakan
seksual
hanya
mereka
juga
karena
informasi
mereka
mudah
mudah
untuk
pikiran
dan
dapatkan melalui media seperti internet
perasaannya di hadapan peer educator.
mereka
menyalah
fungsi
Melalui peer educator, pesan-pesan
internet
sebagai
informasi
sensitif dapat disampaikan secara lebih
sehingga
mereka
gunakan
media
justru
malah
terbuka
dan
santai
sehingga
terjerumus pada hal-hal yang negatif
pengetahuan remaja, terutama masalah
selain itu, televisi dan media massa
seksualitas dan kesehatan reproduksi,
seperti Koran dan majalah.
banyak diperoleh (BKKBN dan YAI,
4.1.2 Tingkat
pengetahuan
tentang
pendidikan seksualitas setelah di
beri pendidikan kesehatan
2002).
diketahui bahwa responden setelah
diberi
pendidikan
seksual
pengetahuanya baik, hal ini karena
penting bagi kehidupan remaja. Di
dengan
dalam peer group terjadi proses belajar
adanya
responden
telah
peer
education
menerima
materi
sosial,
yaitu
individu
mengadopsi
tentang pendidikan seksual sehingga
kebiasaan, sikap, ide, keyakinan, nilai-
informasi
dapatkan
nilai, dan pola-pola tingkah laku dalam
melalui penyuluhan mampu membentuk
masyarakat, serta mengembangkannya
pengetahuanya, sehingga pengetahuan
menjadi kesatuan sistem dalam dirinya.
remaja yang tadinya kurang tentang
Selain
pendidikan
baik.
mengekspresikan sikap, penilaian, serta
kategori pengetahuan baik terbukti dari
sikap kritisnya dan belajar mendalami
hasil jawaban kuesioner yaitu mereka
hubungan yang sifatnya personal (Ali
menjawab sebagian besar pertanyaan
Imron, 2012).
yang
mereka
seksual
menjadi
dengan jawaban yang benar.
4.1.3 Efektivitas
itu,
mereka
juga
bebas
Dalam peer group terjalin hubungan
peer
education
yang erat dan bersifat pribadi. Mereka
terhadap tingkat pengetahuan
mendiskusikan
tentang pendidikan seksualitas
menemukan sesuatu yang tidak mereka
Peer
group
masalah
dan
education
efektif
temukan di rumah. Hubungan yang
pengetahuan
remaja
bersifat pnibadi menyebabkan seseorang
tentang pendidikan seksualitas di Dusun
dapat mencurahkan isi hatinya kepada
Tumpak Desa Sidoharjo Kecamatan
teman-temannya, baik sesuatu yang
Gedeg Kabupaten Mojokerto.
menyenangkan atau menyedihkan (Ali
meningkatkan
Pendidikan kesehatan pada dasarnya
merupakan
suatu
proses
mendidik
Imron, 2012). Dalam konteks peer
group, pendidikan kesehatan dilakukan
individu atau masyarakat agar dapat
melalui
memecahkan masalahmasalah kesehatan
educator).
yang dihadapinya. Tujuan pendidikan
orang yang menjadi narasumber bagi
kesehatan adalah mengajarkan individu,
kelompok sebayanya (BKKBN dan
kelompok, atau masyarakat untuk dapat
YAI, 2002). Mereka adalah orang yang
menumbuhkan
aktif
perilaku
sehat
(Ali
pendidik
Pendidik
dalam
sebaya
(peer
sebaya
adalah
kegiatan
sosial
di
Imron, 2012). Peer group merupakan
lingkungannya, misalnya di karang
institusi sosial kedua setelah keluarga
taruna,
yang memiliki peranan yang sangat
pramuka,
OSIS,
pengajian,
PKK, dan sebagainya (Depkes RI,
2004).
5.2.2
Masyarakat
Melalui hasil penelitian ini kami
Hasil
penelitian
menunjukkan
sarankan pada masyarakat untuk selalu
keefektivan peer education sebagai
memperhatikan perilaku putra-putrinya,
sarana
menyampaikan
karena dengan demikian orang tua atau
pendidikan seksualitas pada remaja,
masyarakat sedikit banyak membantu
karena dalam pelaksanaanya remaja
untuk memberikan pemahaman bagi
telah menerima informasi tentang seks
putra-putrinya
dari temanya sendirti, hal ini membuat
seksual. agar putra-putrinya yang sudah
mereka lebih mengerti dan mudah
remaja mengerti dan memahami hal-hal
memahami
yang
dalam
materi
yang
telah
disampaikan.
dengan
pendidikan
Peneliti selanjutnya
Untuk
KESIMPULAN DAN SARAN
peneliti
selanjutnya
diharapkan dapat meneliti perubahan
5.1 kesimpulan
group
berkaitan
pendidikan
seksual.
1.1.1
Peer
tentang
education
efektif
perilaku seksual pada remaja melalui
meningkatkan pengetahuan pendidikan
pendidikan seksual.
seksual remaja di Dusun Tumpak
1.1.2
Mojokerto. Pengetahuan yang diperoleh
Bagi Responden
Diharapkan
responden
dari sumber informasi yang terpat dan
menerapkan
melalui
kegiatan yang sudah terbentuk untuk
proses
pendidikan,
yaitu
atau
mampu
pemberian penyuluhan yang dilakukan
sarana
oleh teman sebaya yang tentunya mudah
kesehatan yang lain.
mempertahankan
penyampaian
pendidikan
untuk diterima dan dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
5.2 Saran
5.2.1 Peneliti Selanjutnya
Dapat
menamabahkan
beberapa
Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian :
Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi
Revisi). Jakarta : Rineka Cipta
variabel yang berkaitan dengan faktorfaktor yang mempengaruhi pengetahuan
remaja, misalnya lingkungan, keluarga,
atau pergaulanya dan pola asuh orang
tua terhadap anak.
Bleeker, A. 2001. Presentation for the
Second International Drugs and
Young
People
Conference
(http://www.peer.ca/ableeker.pdf,
diakses tanggal 20 November 2014)
Dep.Kes. RI, 2012. Urgensi Pendidikan
Seks
di
Indonesia.
http://rantingcahaya.com/2013/06/a
rtikel.ugensi-seks-di-sekolah22.html. Akses. 02/05/2014
Dianawati, Ajen. 2009. Pendidikan Seks
Untuk Remaja. Jakarta : Kawan
Pustaka.
Dwi Sulistyo. 2013“ Analysis of Static
and Collision Ladder Frame
Chassis of Vehicle Type Pick up
Casestudy of Car Gea Moko
Production PT. Inka, Persero”,
Fandrik
Ahmad,
2013.
Urgensi
Pendidikan Seks di Indonesia.
FIP-UPI . Ilmu Dan Aplikasi
Pendidikan, Bagian 4 Pendidikan
lintas Bidang. Jakarta. PT. Imtima.
Ford, C., & Collier, G. 2006. How to
use
Peer
Education
for
Sustainability
(http://www.tissues.com.au/slipperv
.pdf, diakses tanggal 20 November
2014)
Hidayat,
Aziz
Alimul.2007.Riset
Keperawatan dan Teknis Penulisan
Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat,
Aziz
Alimul.2010.Riset
Keperawatan dan Teknis Penulisan
Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika
Imron, Ali. 2012. Pendidikan Kesehatan
Reproduksi Remaja . Peer Educator
& Efektivitas Program PIK-KRR di
Sekolah.
Jogjakarta:
Ar-Ruzz
Media
KPAI. 2011. Marak Kasus Kekerasan
Anak di Indonesia. Jakarta :
Ameepro
McDonald, J,.et al. 2003. Peer
Education Forom Evidenced to
Practice: An Alcohol & Other
Drugs
Primer
(http://nceta.flinders.edu.au/pdf/
peereducationlentire/monograph.pd
f , diakses tanggal 20 November
2014)
Moh. Nazir. Ph.D, 2005, Metode
Penelitian.
Ghalia
Indonesia.
Bogor.
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2007.
Promosi
Kesehatan
Sebuah
Pengantar
Proses
Belajar
Mangajar
dalam
Pendidikan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Muhajir, 2007. Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan. SMP
Kelas VIII. Jilid 2. Surabaya. PT.
Galia Indonesia Printhing.
Muryono, 2011. Berbagai Pendekatan
dalam Konseling. Yogyakarta:
Menara Mass Offset.
Nasir, Muhith. 2011 Buku Ajar
Metodologi Penelitian Kesehatan.
Konsep Pembuatan Karya Tulis
dan Tesis untuk Mahasiswa
Kesehatan. Yogyakarta. Nuha
Medika
Notoadmojo,
Soekidjo.
2005.
Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta
Notoadmojo, Soekidjo. 2010. Ilmu
Perlaku Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Notoadmojo,
Soekidjo.
2011.
Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta
Notoadmojo,
Soekidjo.
2012.
Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta
Soeroso, Andreas.2008.Sosiologi 1
SMA Kelas X Yogyakarta.
Yudistira.
Nursalam.
2008.
Konsep
dan
Penerapan Metodologi Penelitian
Ilmu
Keperawatan.
Jakarta:
Salemba Medika
Sugiarto,
2014.
Agus
Sugiarto,
Manajemen Kearsipan Modern.
Yogyakarta: Gava Media
Nursalam.
2013.
Konsep
dan
Penerapan Metodologi Penelitian
Ilmu
Keperawatan.
Jakarta:
Salemba Medika
Santosa,
S.,Ambarsari,W.,
Marid.,(2013),
Penerapan
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Terhadap Keterampilan Proses
Sains Dasar Pada Pelajaran Biologi
Siswa Kelas Viii Smp Negeri 7
Surakarta,
Jurnal
Pendidikan
Biologi 5:81-9
Sarwono. S.W. 2011. Psikologi Remaja.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Setiadi. 2013. Konsep Dasar Praktik
Penulisan Riset Keperawatan .
Yogyakarta: Graha Ilmu
Sulistyo (2012) Tumbuh Kembang
Anak, Jakarta:Buku Kedokteran,
EGC.
Sutiasih, 2013. kesiapan indonesia
dalam menghadapi era mea 2015
melalui kebijakan redenominas
jurnal penelitian kesehatan.
Wandut. Hermanus, dkk. Efektivitas
penggunaan metode pendidikan
sebaya terhadap pengetahuan dan
sikap seksualitas siswa di SMA
Setia Bakti Ruteng tahun 2012.
Jurnal Penelitian Kesehatan. PKIP.
FKM. Undana.
Yusuf, Syamsu, 2012. Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja.
PT Remaja Rosda Karya. Bandung.
Download