Geologi PULAU BAWEAN SEBAGAI TEMPAT WISATA GEOLOGI Ediar Usman Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan [email protected] SARI Bawean, sebuah pulau di Laut Jawa merupakan pulau vulkanik dengan berbagai potensinya. Misteri P. Bawean terkuak setelah penulis berkunjung ke daerah ini tahun 2011 dalam rangka melengkapi data untuk penyusunan disertasi. Sesungguhnya, P. Bawean tidak pernah disebut sebagai pulau vulkanik, dan tidak pernah dimuat dalam berbagai terbitan peta sebagai vulkanik Neogen yang masih aktif, padahal di pulau ini terdapat sisa danau kawah vulkanik dan sumber air panas, serta adanya batuan piroklastik (lava dan tuf) yang menunjukkan pernah mengalami letusan dahsyat sebagaimana gunung api lainnya di dunia. Eksotisme Bawean adalah pesona alamnya yang menakjubkan, sehingga pantas menjadi laboratorium lapangan(alam) Badam Litbang Energi dan Sumber Daya Mineral. Mengapa, karena di pulau ini terdapat: hamparan pasir kuarsa, terumbu karang dan hutan bakau untuk kajian geowisata, danau vulkanik dan batuan lava untuk kajian geologi, rembesan minyak (oil seep) untuk kajian sistem migrasi migas, batugamping kristalin untuk kajian teknologi mineral, sumber air panas untuk kajian energi panas bumi serta air terjun dan arus laut untuk kajian energi baru terbarukan. P. Bawean dikenal sebagai Punggungan Bawean (Bawean Arc) termasuk dalam sistem Lembah Pati (Pati Trough) yang kemudian disebut sebagai Cekungan Pati, sehingga merupakan daerah untuk kajian geologi kelautan dan terapannya untuk eksplorasi migas. Di samping itu, di tengahtengah P. Bawean terdapat daerah pusat konservasi untuk penangkaran dan pelestarian rusa; yang merupakan asli endemik P. Bawean. Bawean pantas disebut sebagai kepingan "surga" yang terlempar ke bumi. Kata kunci : danau dan air terjun, fenomena geologi, gamping kristalin, rembesan minyak, pasir kuarsa 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Segeralah mengunjungi Bawean, begitulah ungkapan kata-kata yang pantas kepada para pembaca sekalian. Mengapa, karena sungguh luar biasa feonoma geologi dan potensi sumber daya alam di P. Bawean. P. Bawean terletak di perairan Laut Jawa, sekitar 80 mil atau 120 kilometer sebelah utara kota Gresik, Provinsi Jawa Timur (Gambar 1). Secara adiministrasi, di P. Bawean terdapat dua kecamatan, yaitu Kecamatan Sangkapura dan Tambak. P. Bawean mudah dijangkau melalui kapal cepat dari pelabuhan Gresik ke pelabuhan Sangkapura selama 2,5 - 3 jam perjalanan. Di antara perjalanan dari pelabuhan Gresik Sangkapura tersebut, kita dapat menyaksikan kapal nelayan yang sedang mencari ikan, anjungan dan kegiatan pemboran migas lepas pantai. Jika dari Bandung atau Jakarta dapat terbang langsung ke kota Surabaya dan selanjutnya langsung menuju pelabuhan Gresik Pulau Bawean Sebagai Tempat Wisata Geologi ; Ediar Usman 95 Geologi Gambar 1. Lokasi P. Bawean di perairan Laut Jawa; memisahkan Cekungan Jawa Timur Utara di bagian timur dan Cekungan Pati di bagian barat. lebih kurang satu jam dengan kedaraan roda empat. P. Bawean dapat dijangkau pada hari yang sama dan dapat langsung menyaksikan keindahan P. Bawean di sekitar kota kecamatan Sangkapura. P. Bawean membentuk Busur Bawean (Bawean Arc) yang memanjang dari arah G. Muria berarah SW-NE. Pada Busur Bawean membentuk satuan vulkanik aktif di P. Bawean. Busur Bawean tersebut memisahkan antara Cekungan Jawa Timur Utara di bagian timur dan Cekungan Pati di bagian barat. P. Bawean yang berbentuk bulat, pada peta Indonesia menyerupai biji kedondong besar, dengan diameter sekitar 12 km dan jalan yang melingkari pulau ini panjangnya sekitar 70 km; dan bisa ditempuh dalam waktu 2 jam. Salah satu kebanggan masyarakat di P. Bawean adalah memiliki atraksi pariwisata yang cukup menawan, terutama pantai dan laut. Di bagian tengah pulau ini terdapat puncak-puncak kerucut gunungapi dan sebuah danau vulkanik, yaitu Danau Kestoba. Beberapa pulau kecil ("gili") dikelilingi oleh pasir kuarsa, terumbu karang dan ikan hias. Di P. Bawean terdapat spesies rusa y 96 ang hanya ditemukan (endemik) di P. Bawean saja, yaitu Axis kuhli. 2. PROSES GEOLOGI PEMBENTUKAN P. BAWEAN Proses pembentukan P. Bawean telah dimulai sejak adanya tektonik Pra-Paleogen pada batuan dasar (basement rock) yang mendasari Laut Jawa (granitoid) berumur 105 - 99 juta tahun (Kapur Awal - Kapur Akhir). Menurut Katili (1980), batuan tertua di perairan bagian utara Madura, Laut Jawa, pada skis diperoleh umur mutlak 100,9 ± 5,1 juta tahun (awal Kapur Akhir), pada gabro diperoleh umur 99,7 ± 7,0 juta tahun (akhir Kapur Awal) dan pada batulanau diperoleh umur 105,7 ± 5,3 juta tahun (awal Kapur Akhir). Di lokasi pemboran di utara Teluk Jakarta pada batuan metamorf diperoleh umur 100 juta tahun (awal Kapur Akhir). Makin ke arah utara makin tua seperti batuan granit di Belitung berumur 180 ± 5 juta tahun (awal Jura Tengah). Aktifitas magmatik pada Busur Bawean telah dimulai pada saat terjadi struktur graben pada batuan dasar berumur Pra-Paleogen membentuk M&E, Vol. 10, No. 3, September 2012 Geologi "sobekan" pada selubung magma sehingga memungkinkan magma keluar. Selanjutnya, berdasarkan umur pada batuan dasar, perkembangan dan pergeseran jalur subduksi dari arah utara ke selatan serta kedudukan stratigrafi regional di Laut Jawa, paling tidak selama kurun waktu antara 105 99 juta tahun (Kapur Awal - Kapur Akhir) dasar cekungan di Laut Jawa bagian selatan sudah terbentuk, sedangkan di bagian utara Laut Jawa atau sebelah selatan Kalimantan yang ditunjukkan oleh kompleks ofiolit dan granit Belitung, paling tidak dasar cekungan di Laut Jawa tersebut telah terbentuk sejak masa Perm Awal - Akhir. Pola tektonik Pra-Paleogen tersebut berlanjut ke batuan Paleogen dan Neogen membentuk tektonik Paleogen dan Neogen. Proses tektonik ini disebabkan oleh proses extensional faulting di Laut Jawa yang memisahkan P. Jawa dan Kalimantan, sehingga memungkinkan proses magmatik keluar menembus lapisan selubung atas bumi hingga membentuk gunungapi di P. Bawean. Proses ini menyebabkan sebagian selubung terangkat membentuk punggungan yang merupakan cikal bakal pembentukan Busur Bawean. Secara geologi, P. Bawean terbentuk dari batuan vulkanik (lava andesit, basal dan tuf), batugamping kristalin dan batupasir yang berassosiasi dengan Formasi Kujung dan Formasi Ngrayong di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang terbukti sebagai reservoir minyak dan gas bumi (Reminton dkk., 1996). Semua batuan tersebut tersingkap dengan baik di daerah ini. Morfologi P. Bawean membentuk perbukitan kerucut; yang merupakan ciri-ciri daerah vulkanik dengan tinggi antara 200 - 500 meter dpl. Di P. Bawean saat ini masih terdapat sumber air panas yang menunjukkan bahwa gejala vulkanik di daerah ini masih aktif, sehingga dapat dikategorikan sebagai gunung api Neogen aktif, sebagaimana gunungapi lainnya di P. Jawa. Kondisi menarik lainnya dari kehadiran P. Bawean di Laut Jawa, adalah sebagai vulkanik Neogen aktif; dapat muncul di lingkungan tektonik "back arc basin" bukan di "volcanic arc" atau "islands arc" sebagaimana lazimnya pembentukan gunungapi "modern". Proses tektonik dan vulkanik pembentukan P. Bawean oleh gejala magmatik pada Pra-Paleogen dan vulkanik Neogen pada lingkungan busur belakang tersebut merupakan "sesuatu" yang menarik untuk dikaji oleh para geolog dan para scientist kebumian. Hasil penelitian terdahulu, seperti Bellon dkk. (1989); Soeria-Atmadja dkk. (1994); Soeria-Atmadja, dkk.(2003); dan Usman dkk. (2010), menunjukkan bahwa vulkanik Bawean terbentuk dalam lingkungan tektonik transisi/campuran (mixing lavas) antara continental arc dan within plate lava condong ke continental arc atau busur benua, sehingga P. Bawean pantas pula disebut sebagai kepingan benua yang "terlempar" ke lautan. 3. GEOLOGI P. BAWEAN Sesungguhnya, indikasi sebagai pulau vulkanik sudah ditunjukkan oleh hasil penelitian terdahulu oleh Hamilton (1978); Aziz dkk. (1993) dan Usman dkk.(2010). Hasil penelitian tersebut menunjukkan sebagian besar daratan P. Bawean ditempati oleh batuan vulkanik dan sebagian lainnya adalah batupasir dan batugamping. Geologi P. Bawean disusun berdasarkan Peta Geologi Lembar Bawean dan Masalembo, Jawa (Aziz dkk., 1993). Berdasarkan peta geologi tersebut, batuan tertua di P. Bawean adalah Batugamping Gelam, Batupasir Kepongan, Batuan Gunungapi Balibak dan aluvium (Gambar 2). Batuan tertua yang yang tersingkap di P. Bawean adalah satuan Batugamping Gelam berumur Oligosen Akhir - Miosen Awal. Berdasarkan umur, Batugamping Gelam setara dengan Formasi Kujung di Cekungan Pati dan Cekungan Utara Jawa Timur yang mengandung minyak dan gas bumi dan telah berproduksi. Batugamping Gelam terdiri atas batugamping terumbu, batugamping klastika dan setempat-setempat batugamping hablur. Batugamping tersebut tersingkap secara setempat-setempat, kadang-kadang tersingkap pada lokasi penambangan batugamping yang digali oleh penduduk setempat. Beberapa singkapan di lapangan menunjukkan, bahwa pada rongga-rongga dan rekahan yang terdapat pada Batugamping Gelam terisi oleh lava Pulau Bawean Sebagai Tempat Wisata Geologi ; Ediar Usman 97 Geologi Gambar 3. Peta Geologi Lembar Bawean dan Masalembo, Jawa (disederhanakan dari: Aziz dkk., 1993). dari satuan batuan Gunungapi Balibak. Kontak antara batugamping dan lava tersebut membentuk batugamping kristalin. Contoh kontak antara batugamping dengan lava pijar (magma) dapat menjadi contoh proses kristalin membentuk marmer (Foto 1). Batuan lainnya Batupasir Kepongan yang berumur Miosen Akhir sampai Pliosen Akhir. Satuan Batupasir Kepongan terdiri atas batupasir kuarsa dengan sisipan batulempung dan gambut. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan, bahwa satuan Batupasir Kepongan tersingkap di daerah Desa Sungaitorus, dengan ciri-ciri kaya kuarsa, sisipan batulempung dan telah mengalami proses pelapukan sehingga rapuh dan mudah terurai dalam bentuk butiran kuarsa dan lempung. 4. GEOLOGI P. BAWEAN 4.1. Potensi Geowisata Foto 1. Kontak batugamping dan lava membentuk gamping kristalin (marmer) 98 Di bagian timur P. Bawean terdapat P. Gili, berjarak sekitar 2 km dari P. Bawean dan dapat ditempuh dengan perahu nelayan selama sekitar 30 menit. Kedua pulau tersebut dipisahkan oleh kawasan terumbu karang yang M&E, Vol. 10, No. 3, September 2012 Geologi indah. Keindahan terumbu karang dapat disaksikan dari atas perahu, dan juga ikan hias pada karang keras dan karang lunak tampak dengan jelas. Seluruh pantai P. Gili ditutupi oleh pasir kuarsa putih bersih (Foto 2). Pasir kuarsa tersebut bercampur dengan pecahan terumbu. Di bagian selatan P. Gili, terdapat gosong pasir yang telah membentuk delta dan pulau kecil. Masyarakat setempat menyebut pulau yang baru terbentuk tersebut sebagai P. Noko Gili. Hasil pengamatan di lapangan memperlihatkan kondisi alami P. Noko Gili belum terjamah manusia; seluruh pantainya adalah pasir putih sehingga mempunyai potensi sebagai objek wisata bahari. Selain itu pasir kuarsa ini dapat dijadikan obyek penelitian oleh Puslitbangtek Mineral dan Batubara sebagai bahan baku sel surya. Di bagian selatan D. Kestoba, di Dusun Laccar terdapat air terjun dengan ketinggian hampir 40 meter. Pada bagian atas tebing air terjun, lapisan tuf tersingkap dengan ketebalan sekitar 10 meter dan bagian bawah tersingkap breksi dengan fragmen batuan lava berwarna hitam pekat, masif berukuran bongkah. Ciri-ciri tuf di lapangan adalah berwarna putih kekuningan dan sebagian terkekarkan membentuk rongga (Foto 3). Adanya danau dan air terjun vulkanik di P. Bawean merupakan potensi untuk penelitian dan kajian (mikro/mini hidro) pembangkit listrik tenaga air. Foto 3. Air terjun di Dusun Laccar, Desa Teluk Dalam Foto 2. Hamparan pasir putih di P. Noko Gili, dan tampak dari kejauhan daerah pegunungan vulkanik di P. Gili 4.2. Danau dan Air Terjun Vulkanik Danau dan air terjun merupakan ciri khas daerah vulkanik di P. Bawean. Di bagian tengah P. Bawean atau di daerah puncak G. Munggu (533 meter), terdapat danau vulkanik yang luas dan dalam, penduduk setempat menyebut sebagai Danau Kestoba. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa Danau Kestoba terletak pada ketinggian 232 meter di atas permukaan laut, sehingga merupakan sumber air bersih bagi penduduk di P. Bawean. Salah satu kekhasan air D. Kestoba adalah warna airnya yang sewaktu-waktu dapat berubah menjadi bening, kuning dan merah. Di bagian bawah air terjun, terdapat lava andesit, lava basal dan batuan piroklastik (tuf). Adanya singkapan tuf vulkanik tersebut menunjukkan adanya proses vulkanisme membentuk letusan yang berskala besar. Struktur geologi yang terdapat di P. Bawean pada umumnya adalah kekar/kelurusan dan sesar. Struktur kekar memiliki dimensi yang lebih kecil, pada umumnya berupa retakan ataupun rongga memanjang tanpa adanya pergeseran. Indikasi struktur geologi di P. Bawean dapat diamati dari bidang-bidang tegak lurus membentuk tebing, sumber mata air dan kelurusan sungai. Salah satu singkapan membentuk tebing tegak lurus terdapat di desa Bangsal, di bagian utara desa Gelam. Singkapan tersebut, merupakan struktur kekar kolom (columnar joint) dengan arah barat laut - tenggara (Foto 4). Pulau Bawean Sebagai Tempat Wisata Geologi ; Ediar Usman 99 Geologi oleh penduduk setempat sebagai lokasi pemandian umum (Foto 5). Namun, kondisi mata air panas tersebut belum dikomersialkan karena keterbatasan sarana dan prasarana. Adanya sumber mata air panas tersebut dapat menjadi lokasi untuk kajian panas bumi. 4.4. Rembesan Minyak dan Gas Bumi Foto 4. Fenomena geologi menarik di P. Bawean berupa kekar tiang (columnar joint) pada tubuh lava di sekitar sesar Bangsal di desa Bangsal 4.3. Potensi Panas Bumi Rembesan minyak dan gas bumi terdapat di sekitar G. Lantung, yang terletak di bagian timur P. Bawean. G. Lantung dapat dijangkau dengan berjalan kaki melalui semak belukar, waktu itempuh sekitar 1 jam dari desa terdekat ke arah puncak G. Lantung. Kondisi jalan, sebagian adalah jalan setapak berbatu dan licin pada musim hujan. Pada saat dilakukan pengecekan ke lokasi rembesan, kondisi jalan licin akibat hujan sepanjang hari dan melewati kawasan hutan. Pada saat pengecekan, sehabis turun hujan sehingga lubang rembesan tercampur air hujan (Foto 6). Di daerah rembesan terdapat tiga lokasi satu lokasi telah dipasang pipa besi berukuran 2 inci. Hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan menunjukkan bahwa sumber mata air panas di P. Bawean memiliki suhu antara 40 - 50°C, berbau belerang dan sulfur yang menempel di dinding mata air. Adanya sumber mata air panas dan kandungan belerang tersebut menunjukkan adanya akftifitas vulkanisme yang sedang berlangsung di P. Bawean. Mata air panas di bagian utara Desa Sangkapura; dipergunakan Foto 6. Rembesan minyak di barat daya G. Lantung Foto 5. Lokasi mata air panas di utara Desa Sangkapura; sebagai tempat pemandian umum 100 Pada saat pengecekan dilakukan, dari lubang rembesan mengeluarkan gas dan udara dengan suara letupan yang kuat hingga radius hampir 50 meter, dan arah aliran rembesan mengikuti kelerengan G. Lantung. Rembesan minyak tersebut menggambarkan adanya suatu indikasi sistem petroleum yang bekerja pada batuan di daerah studi. M&E, Vol. 10, No. 3, September 2012 Geologi Menurut penduduk setempat, beberapa waktu sebelumnya, rembesan tersebut diambil untuk dipergunakan sebagai bahan bakar. Namun belakangan sudah tidak diambil karena volume yang keluar makin mengecil dan kandungan udara (gas ?) juga tinggi. Adanya rembesan minyak tersebut menunjukkan adanya proses migrasi aktif minyak dari batuan sumber ke arah reservoir, dan selanjutnya bergerak ke arah permukaan melalui struktur sesar atau rekahan. Kondisi ini membuktikan adanya sistem petroleum yang berkerja di sekitar P. Bawean, sehingga memperkuat dugaan bahwa cekungan yang terdapat di sekitar P. Bawean, termasuk Cekungan Pati dan prospek mengandung minyak dan gas bumi. 5. KESIMPULAN P. Bawean; dengan segala fenomena geologi dan potensi yang ada, sangat menarik untuk dipelajari, terutama oleh unit-unit di lingkungan Badan Litbang ESDM. Oleh sebab itu, P. Bawean pantas dijadikan kampus lapangan atau laboratorium alam Badan Litbang ESDM. Potensi menarik di P. Bawean tersebut adalah hamparan pasir kuarsa, terumbu karang dan hutan bakau untuk kajian geologi kelautan; danau kawah dan air terjun untuk kajian energi listrik mikor/mini-hidro; rembesan minyak untuk kajian sistem migrasi migas; batugamping kristalin untuk kajian teknologi mineral; sumber air panas untuk kajian energi panas bumi dan arus laut antar selat untuk kajian energi baru terbarukan. Di samping itu, di P. Bawean terdapat beberapa singkapan jenis batuan yang menjadi reservoir migas di Cekungan Jawa Timur Utara dan Cekungan Pati. DAFTAR PUSTAKA Aziz, S., Hardjoprawiro, S. dan Mangga, S.A., 1993. Peta Geologi Lembar Bawean dan Masalembo, Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Bellon, H., Soeria-Atmadja, R., Maury, R.C., Suparka, E. dan Yuwono, Y.S., 1989. Chronology and Petrology of Back Arc Volcanism in Java. In: Koesoemadinata, R.P. and Noeradi, D. (ed)., 2003. Indonesian Island Arcs: Magmatism, Mineralization and Tectonic Setting. Penerbit ITB,Bandung: 174-186. Hamilton, W., 1978. Tectonics Map of the Indonesian Region. Prepared on Behalf of The Ministry of Mines, Government of Indonesia and The Agency for International Development US Department of State. Department of the Interior, United States Geological Survey Pub., Washington. Katili, J.A., 1980. Geotectonics of Indonesia, A Modern View. Directorate General of Mines, Jakarta: 271 pp. Reminton, C.H., Aulia, K., Djaafar, R., Hatuwe, H., Lubis, E., Sosromihardjo, S., Yaman, F.A. dan Nuay, E., 1996. Petroleum Geology of Indonesian Basins, Principles, Methods and Application, Vol. IV East Java Basin. Pertamina, Jakarta: 105 pp Soeria-Atmadja, R., Maury, R.C., Bellon, H., Pringgoprawiro, H., Polve, M. and Priadi, B., 1994. The Tertiary Magmatic Belts in Java, Journal of SE Asian Earth Sciences, 9(1/ 2),Great Britain: 13-27. Soeria-Atmadja, R., Suparka, M.E. and Yuwono, Y.S., 2003. Quaternary Calc-Alkaline Volcanism in Java With Special Reference to Dieng and Papandayan-Galunggung Complex. Procc. Of International Conference on Volcanology and Geothermal Technology. In Koesoemadinata, R.P. and Noeradi, D. (ed), 2003. Indonesian Island Arcs: Magmatism, Mineralization, and Tectonic Setting, Penerbit ITB, Bandung: 216-225. .Usman, E., Sudradjat, A., Suparka, E.R. dan Syafri, I., 2010. Pembentukan Jalur Vulkanik Busur Belakang Muria-Bawean dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Cekungan Pati dan Potensi Hidrokarbon, Prosiding PIT IAGI ke-39, Lombok: 12 hal. Pulau Bawean Sebagai Tempat Wisata Geologi ; Ediar Usman 101