BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Penelitian
Angka kematian bayi
di
Indonesia masih cukup tinggi.
Berdasarkan SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia) tahun 2010,
W
D
angka kematian bayi di Indonesia 34 per 1.000 kelahiran hidup.
Sedangkan angka morbiditas anak sebesar 411 per 1.000 penduduk,
27,04% diantaranya adalah bayi dan balita.Pemberian susu formula adalah
K
U
salah satu pemicu tingginya angka kesakitan pada bayi (Depkes RI, 2010).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan
bahwa bayi yang mendapatkan MP-ASI (Makanan Pendamping ASI)
sebelum berusia 6 bulan lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk-
©
pilek, dan panas dibanding bayi yang hanya mendapat ASI eksklusif dan
MP-ASI yang tepat waktu (pemberian setelah usia 6 bulan) (Depkes RI,
2010).
Konstipasi atau sembelit merupakan salah satu masalah kesehatan
pada anak yang masih cukup tinggi dan dapat menimbulkan masalah
serius bila tidak ditangani dengan baik. Menurut the North American
Society for Pediatric Gastroenterology and Nutrition (NASPGHAN),
konstipasi adalah kesulitan atau keterlambatan melakukan defekasi selama
dua minggu atau lebih dan mampu menyebabkan stres pada pasien. Jika
berdasarkan pada definisi NASPGHAN, maka kejadian konstipasi pada
1
2
anak dapat mencapai 30% lebih. Konstipasi yang terjadi pada anak dapat
menyebabkan 3% orangtua membawa anaknya ke dokter anak. Sedangkan
15-25% orangtua akan membawa anaknya ke konsultan gastroenterologi
anak. Lebih dari 90% konstipasi yang terjadi pada anak adalah konstipasi
fungsional dimana 40% diantaranya diawali sejak anak berusia satu
sampai empat tahun. Jika dilakukan pemeriksaan lebih lanjut biasanya
W
D
tidak ditemukan adanya kelainan organik (Kadim, 2015).
Konstipasi pada bayi biasanya dapat teratasi dengan perubahan diit
dan tindakan sederhana lain. Namun konstipasi akan terjadi secara terus
menerus disertai dengan gejala nyeri perut pada waktu defekasi jika
K
U
konstipasi akut tidak segera ditangani dengan baik. Hal ini dapat
menimbulkan
keinginan
untuk
menahan
defekasi
dan
dapat
mengakibatkan terjadinya konstipasi kronis (Issenman, 1987; Iacono,
©
1998; Lembo, 2003).
Pada konstipasi kronis telah terjadi penghambatan refleks anorektal
sehingga semakin banyak feses yang menumpuk di dalam rektum dan
menyebabkan distensi rektum (Suraatmaja, 2010). Distensi rektum dan
kolon mengurangi sensitivitas refleks defekasi dan efektivitas peristaltik
(Berhman, 2000). Hal ini dapat mengakibatkan impaksi tinja dan kecipirit,
yang dapat disalahartikan sebagai diare (Meadow, 2005).
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) adalah salah satu cara terbaik yang
dapat menghindarkan bayi dari sakit. ASI merupakan makanan fisiologis
untuk bayi yang dapat membuat bayi terhindar dari gangguan pada sistem
3
saluran pencernaan (Roesli, 2013). Pada ASI terdapat kandungan
oligosakarida dan laktosa yang membuat konsistensi tinja bayi menjadi
lebih lunak (tidak cair). Hal ini yang menyebabkan bayi dengan pemberian
ASI eksklusif sangat jarang mengalami konstipasi (Hegar, 2008).
Menurut rekomendasi United Nation Childrens Fund (UNICEF)
dan World Health Organization (WHO), sebaiknya hanya ASI saja yang
W
D
diberikan pada anak sampai berusia enam bulan (Infodatin Kemenkes RI,
2014). Bayi yang berusia enam bulan dan mendapatkan ASI eksklusif
menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010
berkisar 61,3% dan seiring bertambahnya usia bayi terdapat penurunan
K
U
pemberian ASI eksklusif. Sedangkan berdasarkan data yang diperoleh dari
profil kesehatan Kabupaten/Kota pada tahun 2012, cakupan pemberian
ASI eksklusif berkisar 25,6%. Cakupan pemberian ASI pada tahun 2012
©
menurun dibandingkan pada tahun 2011 yang berkisar 45,18%. Semakin
berkurangnya cakupan pemberian ASI eksklusif, dapat meningkatkan
jumlah kejadian sakit (morbiditas) pada bayi di Indonesia (Dinkes Prov
Jateng, 2012).
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis tertarik
melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan pemberian ASI
eksklusif terhadap terjadinya konstipasi pada bayi usia 0-6 bulan di
Puskesmas Danurejan I dan II.
4
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu, apakah ada hubungan pemberian ASI eksklusif
terhadap terjadinya konstipasi pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas
Danurejan I dan II?
1.3.
W
D
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap
terjadinyakonstipasi pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Danurejan
K
U
I dan II.
1.3.2. Tujuan Khusus
Mengetahui kejadian konstipasi pada bayi usia 0-6 bulan dengan
©
pemberian ASI eksklusif dan tanpa pemberian ASI eksklusif.
1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat bagi Peneliti
a. Penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai proses pembelajaran
dalam berlatih komunikasi.
b. Penelitian ini dapat sebagai sarana untuk melatih diri melakukan
tata cara penulisan dalam pembuatan karya tulis ilmiah.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan peneliti.
5
1.4.2. Manfaat Teoritis
a. Penelitian diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan,
menambah wawasan dan pengalaman serta bahan dalam penerapan
ilmu metode penelitian khususnya mengenai pengetahuan tentang
pemberian ASI eksklusif terhadap terjadinya konstipasi pada bayi.
b. Penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan referensi untuk
W
D
penelitian yang selanjutnya.
1.4.3. Manfaat Praktis
a. Penelitian diharapkan dapat memberi pemahaman pada ibu
mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6
K
U
bulan.
b. Penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi Dinas
Kesehatan Kota Yogyakarta dalam perencanaan pencegahan
©
konstipasi pada bayi.
1.5.
Keaslian Penelitian
Dibawah ini adalah beberapa penelitian lain yang berkaitan dengan judul
peneliti mengenai Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Terhadap
Terjadinya Konstipasi pada Bayi Usia 0-6 bulan di Puskesmas Danurejan I
dan II :
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No.
1.
Peneliti,
Tahun
Kusma
Barkah
Swandaru
Judul Penelitian
Perbandingan
Antara
Pemberian ASI
Desain
Penelitian
casecontrol
Jumlah
Sampel
84 bayi
dengan
case28
Hasil
Terdapat
hubungan
antara jenis
6
(2010)
2.
3.
Yuanita,
Ayyesha
(2012)
dengan Susu
Formula
Terhadap
Kejadian
Konstipasi Bayi
Usia 0-6 Bulan
di Wilayah
Kerja
Puskesmas
Banyumas
Hubungan
Antara
Pemberian Susu
Formula dengan
Konstipasi pada
Bayi Usia 0-6
Bulan di
Kelurahan
Losari dan Desa
Taman Harjo
Kecamatan
Singosari
Kabupaten
Malang pada
April 2012
Perbedaan
Pemberian ASI
Eksklusif dan
Susu Formula
Terhadap
Kejadian
Konstipasi pada
Bayi Usia 6-12
Bulan di
Wilayah Kerja
Puskesmas
Kedungmundu
Kota Semarang
crosssectional
©
pemberian
ASI dengan
kejadian
konstipasi
bayi 0-6 bulan
(p = 0,011)
49 bayi
Adanya
korelasi antara
pemberian
susu formula
dengan
konstipasi
pada bayi usia
0-6 bulan
(p = 0,041 dan
alpha = 0,05)
W
D
K
U
Fatmawati,
Suci
(2015)
bayi
dan
control
56 bayi
crosssectional
67 bayi
Ada
perbedaan
antara
pemberian
ASI Eksklusif
dan susu
formula
terhadap
kejadian
konstipasi
pada bayi usia
6-12 bulan
(p < 0,001)
Berbeda dengan penelitian 1 yang menggunakan desain penelitian
case-control, penelitian ini menggunakan desain penelitian crosssectional. Selain itu, pada penelitian 1 dan 3 dibandingkan antara
7
pemberian ASI dan susu formula terhadap konstipasi. Sedangkan pada
penelitian 2 menganalisa hubungan pemberian susu formula dengan
konstipasi. Namun, pada penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan
pemberian ASI eksklusif terhadap terjadinya konstipasi pada bayi usia 0-6
bulan di Puskesmas Danurejan I dan II. Peneliti memilih penelitian
dilakukan pada bayi usia 0-6 bulan karena pada usia tersebut bayi
W
D
diberikan ASI secara eksklusif.
©
K
U
Download