PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan telekomunikasi di era global saat ini semakin cepat seiring dengan
pesatnya laju teknologi informasi. Di sisi lain, alih informasi telekomunikasi
diharapkan mampu mengembangkan kualitas dan pengetahuan masyarakat.
Teknologi memudahkan aktivitas manusia dalam berkomunikasi dan mampu
menghemat biaya. Kemajuan teknologi saat ini tidak lagi memisahkan antara
teknologi informasi dan komunikasi.
Bisnis telekomunikasi di Indonesia dapat dilihat dari pendapatan usaha yang
dihimpun para operator telekomunikasi. Berdasarkan laporan keuangan September
2007, pendapatan usaha PT. Telkomunikasi sebesar Rp 45,28 triliun. Paling besar
dibandingkan dibandingkan dengan empat emiten telekomunikasi yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia dan PT. Indosat Tbk membukukan pendapatan usaha Rp11,87
triliun. Berdasarkan data laporan keuangan Desember 2007, PT. Excelcomindo Tbk
memperoleh pendapatan usaha sebesar Rp 6,45 triliun. Sedangkan, PT. Bakrie
Telcom Tbk dan PT. Mobile & Telkom Tbk mengumpulkan pendapatan usaha
masing-masing Rp 848,84 miliar dan Rp 626,31 miliar per September 2007 (Investor:
April 2008)
Dalam
hubungannya
dengan
penilaian
kinerja
keuangan
perusahaan
telekomunikasi, tingkat kesehatan perusahaan bagi para pemegang saham sangat
1
berkepentingan untuk mengetahui kondisi sebenarnya suatu perusahaan, agar modal
yang digandeng cukup aman dan mendapatkan tingkat hasil pengembalian yang
menguntungkan dari investasi yang ditanamkan. Bagi pihak manajemen perusahaan,
penilaian kinerja ini akan sangat mempengaruhi dalam penyusunan rencana usaha
perusahaan yang akan diambil untuk masa yang akan datang demi kelangsungan
hidup perusahaan.
Setiap perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang
sahamnya. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan diperlukan untuk menentukan
keberhasilan dalam dalam mencapai tujuan tersebut. Pengukuran kinerja keuangan
berdasarkan laporan keuangan banyak dilakukan dengan menggunakan alat ukur
kinerja yang kadang berbeda. Untuk menilai berapa jauh
efektivitas operasi
perusahaan dalam mencapai tujuannya diperlukan metode pengukuran tertentu. Salah
satu cara untuk mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilakukan
dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangannya.
Metode analisis laporan keuangan perusahaan yang umum digunakan saat ini,
antara lain:
a. Analisis rasio keuangan
Yaitu laporan keuangan perusahaan untuk mengetahui tingkat profitabilitas
(keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Rasio
keuangan dibedakan maenjadi: Rasio Profitabilitas, Rasio Aktivitas, Rasio
Likuiditas, dan Rasio Solvabilitas.
b. Metode Economic Value Added (EVA)
2
Yaitu menilai kinerja perusahaan yang memfokuskan pada penerapan nilai, dan
hanya bisa menilai proses dalam periode 1 tahun, EVA merupakan pengukuran
pendapatan sisa (residul income) yang mengurangkan biaya modal terhadap laba
operasi.
c. Analisis Balance Scorecard (BSC)
Yaitu
alat
untuk
mengukur
kinerja
keuangan
perusahaan
dengan
menyeimbangkan faktor-faktor keuangan dan non keuangan dari suatu
perusahaan. Dalam analisis BSC ada 4 aspek yaitu: Prospektif keuangan,
Pelanggan, Proses bisnis internal, Proses belajar dan berkembang.
d. Analisis RADAR
Yaitu menilai kinerja pada perusahaan yang merupakan modifikasi atau
penyempurnaan dari metode-metode sebelumnya. Rasio RADAR dikelompokan
menjadi 5 yaitu: Profitabilitas, Produktifitas, Utilitas aktiva, Stabilitas dan
pertumbuhan.(ini diringkas aja jangan dijaikan point-per point.
tak boleh awal kalimat rasio diatas pihak manajemen merasa belum cukup untuk
mengetahui apakah telah terjadi nilai tambah secara ekonomis dalam perusahaannya.
Sedangkan bagi penyandang dana belum yakin apakah modal yang ditanamkan
dimasa yang akan datang dapat memberikan tingka hasil yang diharapkan. Untuk
mengetahui penilaian kinerja keuangan yang menyeluruh maka perlu dikembangkan
suatu alat analisis bekenaan dengan kesehatan kinerja keuangan dengan
menggunakan pendekatan analisis Economic Value Added (EVA).
Metode EVA pertama kali dikembangkan oleh Stewart & Stern seorang analis
keuangan dari perusahaan Stren Steward & Co pada tahun 1993. Di Indonesia metode
3
tersebut dikenal dengan metode NITAMI (Nilai Tambah Ekonomis). EVA/ NITAMI
adalah metode manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu
perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala
perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal (Iramani dan
Febrian: 2005).
EVA merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai atau value added
dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham dalam operasi perusahaan. Oleh
karenanya EVA merupakan selisih laba operasi setelah pajak (Net Operating Profit
After Tax atau NOPAT) dengan biaya modal (Cos of Capital). Konsep Economic
Value Added (EVA) mapu menutupi kelemahan dari analisis rasio keuangan sehingga
kedua alat pengukur kinerja keuangan dapat membantu pihak-pihak yang
bersangkutan.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui kinerja
Perusahaan Telekomunikasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, dengan
menggunakan metode Economic Value Added (EVA). Dengan demikian penulis
mengangkat judul penelitian “Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan dengan
Metode Economic Value Added (EVA) Study Pada Perusahaan Telekomunikasi
yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merumuskan masalah yaitu:
1. Apakah aja Bagaimana kinerja perusahaan telekomunikasi (PT. Telekomunikasi
ndonesia Tbk dan PT. Indosat Tbk) di tinjau dari Economic Value Edded (EVA)?
4
2. perusahaan manakah yang memberikan nilai ekonomis yang lebih baik?
C. Batasan Penelitian
Batasan masalah yang dilakukan penulis agar pembahasan dalam penelitian tidak
meluas adalah terbatas pada permasalahan:
1. Menggunakan metode Economic Value Edded (EVA) untuk menilai kinerja
keuangan perusahaan, data yang digunakan meliputi Laporan Neraca, Laporan
Laba/Rugi dari tanggal 31 Desember 2005 – 31 Desember 2007.
2. Membandingkan dari kedua perusahaan tersebut manakah yang memberikan nilai
manfaat yang lebih baik.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui kinerja keuangan Perusahaan Telekomunikasi (PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT. Indosat Tbk) di tinjau dari Economic
Value Edded (EVA).
b. Untuk
mengetahui
Perusahaan
Telekomunikasi
(PT.
Telekomunikasi
Indonesia Tbk dan PT. Indosat Tbk) tersebut manakah yang memberikan nilai
ekonomis yang lebih baik.
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi Perusahaan
Memberikan gambaran kepada pengelola tentang kinerja keuangan yang telah
dicapai oleh perusahaan, serta sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan
langkah selanjutnya dimasa yang akan datang.
b. Bagi Calon Kreditur
5
Mengetahui kondisi keuangan perusahaan yang bersangkutan sebelum
mengambil keputusan untuk memberi atau menolak permintaan kredit
perusahaan tersebut serta kemampuan dalam memenuhi kewajibannya.
c. Bagi Calon Investor
Diharapkan dapat memberikan informasi kepada investor maupun kepada
calon investor yang akan menanamkan modal pada perusahaan.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai landasan dan juga
digunakan sebagai bahan perbandingan untuk melakukan penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan analisis kinerja keuangan dalam bidang
dan kajian yang sama.
BAB II
6
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Penelitian Terdahulu
Berkaitan dengan topik kajian yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini,
maka penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai pembanding. Penelitian
yang dilakukan oleh Lasmono Eko Wibowo 2006 yang meneliti tentang “Penilaian
Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Metode Economic Value Added (EVA) Study
Pada Perusahaan Farmasi yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta”
Kesimpulan dari penelitian yang di lakukan oleh Lasmono Eko Wibowo
menyatakan bahwa kinerja keuangan pada perusahaan farmasi berdasarkan nilai
Economic Value Added EVA yaitu PT. Dankos Laboratories Tbk sebesar Rp
164.993.143.602, PT. Indofarma Tbk sebesar Rp -124.112.651.238, dan PT. Kalbe
Farma Tbk sebesar Rp 268.552.396.372 selama tahun 2002-2004.
Dari ketiga perusahaan tersebut bahwa PT. Dankos Laboratories Tbk dan PT.
Kalbe Farma Tbk mampu menciptakan nilai tambah bagi pemilik dana. Kedua
perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik sesuai dengan tolak ukur EVA yaitu
EVA > 0, dan memiliki nilai positif kecuali pada PT. Indofarma Tbk yang kinerja
keuangannya dikatakan buruk karena memiliki nilai negatif.
Persamaan antara penelitian terdahulu dan penelitian sekarang adalah sama-sama
menghitung kinerja keuangan dengan metode Economic Value Added (EVA). Adapun
perbedaan antara peneliti dahulu dengan peneliti sekarang adalah :
7
No
1
2
Faktor Perbedaan
Penelitian terdahulu
Studi kasus penelitian Study pada perusahaan
Tahun penelitian
Penelitian sekarang
Study pada perusahaan
farmasi
telekomunikasi
2002-2004
2005-2007
B. Tinjauan Teori
1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang
dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau
aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data
atau aktivitas perusahaan tersebut (Munawir 1995: 2).
Menurut Hanafi (2003: 69), laporan keuangan merupakan informasi yang
dapai dipakai untuk pengambilan keputusan, mulai dari investor atau calon
investor sampai dengan manajemen perusahaan itu sendiri. Laporan keuangan
akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas,
yang kesemuanya akan mempengaruhi harapan pihak-pihak yang berkepentingan.
Menurut Munawir (1995: 5), laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan
perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan modal. Dimana neraca menunjukan
jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu,
sedangkan pehitungan laporan laba-rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah
dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama tertentu, dan laporan
8
perubahan modal menunjukan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang
menyebabkan perubahan modal perusahaan.
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan merupakan salah satu informasi yang penting bagi perusahaan dengan
pihak-pihak yang berkepentingan dengan data-data yang terdiri dari neraca, dan
perhitungan laba-rugi serta keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampirannya.
2. Jenis-jenis Laporan Keuangan
Menurut Warsono (2001: 25) ada 2 macam bentuk laporan keuangan utama
yang dihasilkan oleh suatu perusahaan yaitu Neraca dan Laporan laba rugi.
a. Neraca
Menurut Warsono (2001: 25), neraca adalah laporan keuangan yang
menggambarkan posisi keuangan suatu organisasi pada suatu periode tertentu.
Neraca perusahaan ini disusun berdasarkan persamaan dasar akuntansi, yaitu
bahwa kekayaan atau aktiva (asets) sama dengan kewajiban (liabilities)
ditambah modal saham (stock equities).
b. Laporan laba-rugi
Menurut Warsono (2001: 26), laporan laba-rugi adalah laporan keuangan yang
mengambarkan hasil-hasil usaha yang dicapai selama periode tertentu. Laba
rugi bersih adalah selisih antara pendapatan total dengan biaya atau
pengeluaran total. Pendapatan mengukur aliran masuk asset bersih (setelah
dikurangi utang) dari penjualan barang atau jasa.
Sedangkan menurut
pendapat Halim (1994: 20), laporan keuangan dapat
dibagi menjadi 2 jenis antara lain:
9
a. Neraca
Neraca menunjukan aktiva, utang, dan modal sendiri suatu perusahaan pada
hari terakhir periode akuntansi.
b. Laporan laba-rugi
Laporan laba-rugi adalah suatu laporan atas kegiatan-kegiatan perusahaan
selama waktu periode akuntansi tertentu. Laporan laba-rugi menunjukan
penghasilan dan biaya operasi, bunga, pajak, dan laba bersih yang diperoleh
suatu perusahaan. Laporan laba-rugi merupakan suatu produk akauntansi yang
dirancang untuk menunjukan kepada pemegang saham dan kreditur, apakah
perusahaan dapat menghasilkan keuntungan.
3. Tujuan Laporan Keuangan
Hanafi (2003: 30) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan yaitu pertama,
memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditur, dan pemakai
lainnya sekarang atau masa yang akan datang untuk membuat keputusan
investasi. Kedua, memberikan informasi yang bermanfaat untuk pemakai
eksternal untuk memperkirakan jumlah waktu, dan ketidakpastian dari
penerimaan kas dari bunga dan dari penjualan atau hutang pinjaman. Ketiga,
Memberi informasi untuk menolong infestor, kreditur, dan pemakai lainnya untuk
memperkirakan jumlah waktu, dan ketidakpastian aliran kas masuk bersih ke
perusahaan.
Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan laporan
keuangan yaitu dapat memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi
kewajiban, dan modal sendiri dari suatu perusahaan dan sebagai alat untuk
10
berkomunikasi antara data keuangan suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan.
4. Analisis Laporan Keuangan
a. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil-hasil yang
telah dicapai oleh perusahaan perlu adanya analisis terhadap laporan keuangan
dari perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Hanafi (2003: 5), suatu analisis laporan keuangan perusahaan
pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan
tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan.
Sedangkan menurut Munawir (1995: 34), analisis laporan keuangan
merupakan alat untuk memperoleh informasi tentang posisi keuangan dan
hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan, sehingga
data yang telah diperoleh dapat diperbandingkan atau dianalisa lebih lanjut
agar memperoleh data untuk mendukung keputusan yang akan diambil.
Menurut pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan
keuangan merupakan perhitungan dan kemungkinan dimasa depan untuk
dijadikan dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak
yang berkepentingan.
b. Isi Laporan Keuangan
Laporan keuangan perusahaan merupakan sumber informasi yang penting
disamping informasi lain seperti informasi industri, kondisi perekonomian,
pangsa pasar perusahaan, kualitas manajemen dan yang lainnya. Ada 3 macam
11
laporan keuangan yang pokok dihasilkan yaitu neraca, laporan laba-rugi, dan
laporan aliran kas.
1. Neraca
Menurut Munawir (1995: 13), neraca adalah laporan yang sistematis
tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat
tertentu. Tujuannya adalah untuk menunjukan posisi keuangan suatu
perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu di mana
buku-buku ditutup dan di tentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal
atau tahun kalender, sehingga neraca sering disebut Balance Aset.
Neraca adalah laporan yang menunjukan keadaan keuangan suatu unit
usaha pada tanggal tertentu. Neraca menampilkan sumberdaya ekonomis
(asset), kewajiban ekonomis (hutang), modal saham, dan hubungan antar
item tersebut. Dengan demikian neraca dapat meringkaskan posisi
keuangan suatu perusaahaan pada tanggal tertentu.
Neraca dimaksudkan membantu pihak eksternal untuk menganalisis
likuiditas perusahaan, fleksibilitas keuangan, kemampuan operasional, dan
kemampuan menghasilkan pendapatan selama periode tertentu (Hanafi:
2003: 50).
2. Laporan laba-rugi
Menurut Munawir (1995: 26), laporan laba-rugi merupakan laporan
yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi-laba yang diperoleh oleh
suatu perusahaan selama periode tertentu. Kegiatan perusahaan selama
periode tertentu mencakup aktivitas rutin atau operasional, dan aktivitas-
12
aktivitas ini perlu dilaporkan dengan semestinya agar pembaca laporan
keuangan memperoleh informasi yang relevan.
Menurut Hanafi (2003: 57), ada beberapa elemen pokok dalam laporan
laba-rugi antara lain: pendapatan operasional, beban operasional, dan
untung atau rugi (Gain or Loss). Pendapatan didefinisikan sebagai asset
masuk selama periode dimana perusahaan mempoduksi dan menyerahkan
barang yang merupakan operasi pokok perusahaan. Beban operasional
didefinisikan sebagai asset keluar selama periode dimana perusahaan
memproduksi dan menyerahkan barang. Untung (gain) didefinisaikan
sebagai kenaikan modal saham dari transaksi yang bersifat insidental.
Rugi (loss) didefinisikan sebagai penurunan modal saham dari transaksi
yang bersifat insidental.
3. Laporan aliran kas
Menurut Hanafi (2003: 59), laporan arus kas digunakan untuk
menganalisis dan memberikan informasi mengenai penerimaan dan
pembayaran kas perusahaan selama periode tertentu. Laporan aliran kas
bertujuan untuk memberikan informasi mengenai efek kas dari kegiatan
investasi, pendanaan, dan operasi perusahaan selama periode tertentu.
Tujuan utama dari analisis laporan kas adalah untuk menaksir kemapuan
perusahaan menghasilkan kas.
c. Kinerja Keuangan
13
Kinerja keuangan adalah alat untuk mengukur prestasi kerja keuangan
perusahaan melalui struktur permodalannya. Tolak ukur yang digunakan
dalam kinerja keuangan tergantung pada posisi perusahaan.
Penilaian kinerja keuangan perusahaan harus diketahui outputnya maupun
inputnya. Output adalah hasil dari suatu kinerja karyawan, sedangkan input
adalah hasil dari suatu keterampilan yang digunakan untuk mendapatkan hasil
tersebut.
5. Metode Economic Value Added (EVA)
a. Pengertian Economic Value Added (EVA)
Pendekatan yang lebih baru dalam penilaian saham adalah dengan
menghitung Economic Value Added (EVA) suatu perusahaan. EVA
merupakan salah satu ukuran kinerja operasional yang dikembangkan pertama
kali oleh G. Bennet Stewart & Joel M. Stren yaitu seoarang analis keuangan
dari perusahaan Sten Stewart & Co pada tahun 1993. Di Indonesia metode
EVA dikenal dengan sebutan metode NITAMI (Nilai Tambah Ekonomi).
Menurut Iramani & Febrian (2005), EVA adalah metode manajemen
keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang
menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan
mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal.
Menurut Warsono (2001: 46), EVA adalah perbedaan antara laba operasi
setelah pajak dengan biaya modalnya. EVA merupakan suatu estimasi laba
estimasi laba ekonomis yang benar atas suatu bisnis selama tahun tertentu.
14
Menurut Tandelilin (2001: 195), EVA adalah ukuran keberhasilan
manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah (value added) bagi
perusahaan. Asumsinya adalah bahwa jika kinerja manajemen baik/ efektif
(dilihat dari besarnya nilai tambah yang diberikan), maka akan tercermin pada
peningkatan harga saham perusahaan.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa Economic Value Added (EVA) merupakan keuntungan
operasional setelah pajak, dikurangi biaya modal yang digunakan untuk
menilai kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil harapanharapan para pemegang saham dan kreditur.
b. Tujuan dan Perhitungan Economic Value Added (EVA)
EVA memberikan pengukuran yang lebih baik atas nilai tambah yang
diberikan perusahaan kepada pemegang saham. Oleh karena itu manajer yang
menitikberatkan pada EVA dapat diartikan telah beroperasi pada cara-cara
yang konsisten untukm memaksimalkan kemakmuran pemegang saham.
Menurut S. David Young dan Stephen F. Obyrne (2001: 32), dalam
pengukuran kinerja EVA dapat dihitung sebagai berikut:
Penjualan Bersih
xxx
Biaya operasi
xxx
Laba operasi sebelum pajak (EBIT)
xxx
-
15
Pajak
xxx
Laba operasi bersih sesudah pajak (NOPAT)
xxx
Biaya modal (modal yang diinvestasikan x biaya modal)
xxx
EVA
xxx
-
-
Perhitungan Economic Value Added (EVA) yang diharapkan dapat
mendukung penyajian laporan keuangan sehingga akan mempermudah para
pemekai laporan keuangan diantaranya para investor, kreditur, karyawan,
pelanggan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Ada beberapa
pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur EVA, tergantung dari
struktur modal dari perusahaan. Apabila dalam struktur modalnya perusahaan
hanya menggunakan modal sendiri.
Menurut Tandelilin (2001: 196), rumus yang digunakan dalam
perhitungan EVA adalah sebagai berikut:
EVA = Laba bersih operasi setelah dikurangi pajak – besarnya biaya
modal operasi dalam rupiah setelah dikurangi pajak.
EVA = [EBIT (1 – Pajak)] - [(Modal Operasi) (Presentase biaya modal
setelah pajak)]
Menurut Iramani & Febrian (2005), secara sederhana EVA dirumuskan
sebagai berikut:
EVA = Net Operating Profit After Tax (NOPAT) – Cost of Capital (COC)
EVA = NOPAT – COC
Keterangan:
16
NOPAT = EBIT – Beban Pajak
COC
= Biaya Modal
EBIT
= Laba operasi sebelum pajak
Namun, manakala dalam struktur perusahaan terdiri dati hutang dan modal
sendiri, secara sistematis EVA dapat dirumuskan sebagai berikut:
EVA= NOPAT – (WACC x TA)
Keterangan:
NOPAT = Laba bersih operasi setelah pajak
WACC = Biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of
Capital)
TA
= Total modal (Total Asset)
Dari perhitungan akan diperoleh kesimpulan dengan interprestasi sebagai
berikut:
Jika EVA > 0, hal ini menunjukan terjadi nilai tambah ekonomis bagi
perusahaan.
Jika EVA < 0, hal ini menunjukan tidak terjadi nilai tambah ekonomis bagi
perusahaan.
Jika EVA = 0, hal ini menunjukan posisi “impas” karena laba telah
digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur
maupun pemegang saham.
17
c. Keunggulan dan Kelemahan Economic Value Added (EVA)
a) Keunggulan EVA
Menurut Iramani dan Febrian (2005), EVA sebagai penilai kinerja
perusahaan mempunyai keunggulan yaitu: EVA dapat digunakan sebagai
penciptaan nilai (value creation).
Ada keunggulan EVA yang lain adalah:
1. EVA
memfokuskan
penilaian
pada
nilai
tambah
dengan
memperhitungkan beban sebagai konsekuensi investasi.
2. EVA merupakan alat perusahaan dalam mengukur harapan yang
dilihat dari segi ekonomis dalam pengukurannya, yaitu dengan
memperhatikan harapan penyandang dana secara adil dimana derajat
keadilan dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal
yang ada dan berpedoman pada nilai pasar dan bukan pada nilai buku.
3. Perhitungan
EVA
dapat
dipergunakan
secara
mandiri
tanpa
memerlukan data pembanding seperti standar industri atau data
perusahaan lain sebagai konsep penilaian.
4. Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian
bonus pada karyawan terutama pada divisi yang memberikan EVA
lebih sehingga dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan stakeholders
satisfaction concepts.
5. Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukan bahwa konsep tersebut
merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah digunakan
18
sehingga
merupakan
salah
satu
bahan
pertimbangan
dalam
mempercepat pengambilan keputusan bisnis.
b) Kelemahan EVA
Menurut Iramani dan Febrian (2005), EVA mempunyai kelemahan yaitu:
1. EVA hanya mengukur hasil akhir (result) dan tidak mengukur
aktivitas-aktivitas penentu, seperti loyalitas dan tingkat retensi
konsumen.
2. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat
mengandalkan
pendekatan
fundamental
dalam
mengkaji
dan
mengambil keputusan untuk menjual dan membeli saham tertentu.
d. Manfaat Economic Value Added (EVA)
Terdapat beberapa manfaat yang dapat diperoleh perusahaan dalam
menggunakan EVA sebagai alat ukur kinerja dan nilai tambah perusahaan.
Menurut Iramani dan Febrian (2005), manfaat EVA adalah sebagai berikut:
1. EVA merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang dapat berdiri
sendiri tanpa memerlukan ukuran-ukuran lain baik berupa perbandingan
dengan
menggunakan
perusahaan
sejenis
atau
menganalisis
kecenderungan (trend).
2. Hasil perhitungan EVA mendorong mengalokasikan dana perusahaan
untuk investasi dengan biaya modal yang rendah.
6. Pengertian dan Komponen Biaya Modal (COC)
a. Cost of Capital atau Biaya Modal (COC)
19
Cost of Capital atau biaya modal mempunyai dua makna, tergantung dari sisi
investor atau perusahaan. Dari sudut pandang investor cost of capital adalah
opportunity cost (biaya pengorbanan) dari dana yang ditanamkan investor
pada sustu perusahaan. Sedangkan dari sudut pandang perusahaan, cost of
capital adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh
sumber dana yang dibutuhkan.
Untuk praktisi keuangan, istilah cost of capital ini digunakan sebagai :
1. Discount rate (suku bunga diskonto) untuk membawa cash flow (aliran
kas) pada masa mendatang suatu project ke nilai sekarang.
2. Tarif minimum yang diinginkan untuk menerima project baru.
3. Biaya modal dalam perhitungan EVA.
4. Benchmark (pengukuran dalam bidang statistik) untuk menaksir tarif biaya
pada modal yang digunakan.
b. Komponen biaya modal
Salah satu komponen penting yang digunakan dalam penilaian investasi,
sumber pembelanjaan dan manajemen aktiva adalah biaya modal (cost of
capital). Menurut Warsono (2003: 135), ada tiga alasan dalam penentuan
biaya modal antara lain: Pertama, memaksimumkan nilai perusahaan
mensyaratkan
bahwa
semua
biaya
input,
termasuk
modal
untuk
diminimumkan biaya modal harus diestimasikan. Kedua, keputusan
penganggaran modal mensyaratkan suatu estimasi biaya modal. Terakhir,
beberapa tipe keputusan lain, termasuk yang berhubungan dengan peraturan
20
utilitas public, sewa guna usaha, pendanaan kembali obligasi, kompensasi
eksekutif, dan manajemen asset jangka pendek.
Pada umumnya komponen Biaya Modal (Cost of Capital) terdiri dari Cost
of Debt (biaya hutang) dan Cost of Equity (biaya modal sendiri).
1. Cost of Debt (Biaya Hutang)
Hutang dapat diperoleh dari lembaga pembiayaan atau dengan
menerbitkan surat pengakuan hutang (oligasi). Biaya hutang yang berasal
dari pinjaman adalah merupakan bunga yang harus dibayar perusahaan,
sedangkan biaya hutang dengan menerbitkan obligasi adalah tingkat
pengembalian hasil yang diinginkan (required of return) yang diharapkan
investor yang digunakan untuk sebagai tingkat diskonto dalam mencari
nilai obligasi.
Suatu perusahaan memanfaatkan sumber pembelanjaan utang, dengan
tujuan untuk memperbesar tingkat pengembalian modal sendiri (ekuitas).
Biaya Utang dibagi menjadi dua macam yaitu:
a. Biaya Utang sebelum Pajak (before-tax cost of debt)
Menurut Warsono (2003: 139), besarnya biaya utang sebelum pajak
dapat ditentukan dengan menghitung besarnya tingkat hasil internal
(yield to maturity) atas arus kas obligasi, yang dinotasikan dengan kd.
Rumus:
C + (M-NVd)/ n
Kd =
(M + NVd)/ 2
21
Keterangan:
C
= Pembayaran bunga (kupon) tahunan
M
= Nilai nominal (maturitas) atau face value setiap surat obligasi
NVd = Nilai pasar atau hasil bersih dari penjualan obligasi
n
= Masa jatuh tempo obligasi dalam n tahun
b. Biaya Utang setelah Pajak (after-tax cost of debt)
Menurut Warsono (2003: 139), mengatakan bahwa perusahaan yang
menggunakan sebagian sumber dananya dari utang akan terkena
kewajiban membayar bunga. Bunga merupakan salah satu bentuk
beban bagi perusahaan (interest expense). Dengan adanya beban bunga
ini akan menyebabkan besarnya pembayaran pajak penghasilan
menjadi berkurang.
Biaya utang setelah pajak dapat dicari dengan mengalikan biaya utang
sebelum pajak dengan (1 - T), dengan T adalah tingkat pajak marginal.
Rumus:
ki = kd (1 – T)
Keterangan:
ki = Biaya utang setelah pajak
kd = Biaya utang sebelum pajak
T = Tarif pajak
2. Biaya Saham Freferen
22
Saham preferen mempunyai karakteristik kombinasi antara utang dengan
modal sendiri atau saham biasa. Salah satu ciri saham preferen yang
menyerupai utang adalah adanya penghasilan tetap bagi pemiliknya
(Warsono, 2003: 143).
Menurut Weston dan Brigham (1990: 107), biaya saham preferen adalah
tingkat pengembalian yang dipersyaratkan oleh investor atas saham
preferen perusahaan.
Rumus:
Dp
kp =
Pn
Keterangan:
kp = Biaya saham preferen
Dp = Dividen saham preferen
Pn = Harga bersih pada saat emisi
3. Cost of Equity (Biaya Modal Sendiri)
Biaya modal saham merupakan tingkat hasil pengembalian atas saham
biasa yang diinginkan oleh para investor. Salah satu metode yang dapat
digunakan dalam perhitungan biaya modal laba ditahan, yaitu pendekatan
Capital Aset Pricing Model (CAPM), dimana biaya modal laba ditahan
adalah tingkat pengembalian atas modal sendiri yang diinginkan oleh
investor yang terdiri dari tingkat bunga bebas risiko dengan premi risiko
23
pasar dikaliikan dengan β (resiko saham perusahaan). Iramani
dan
Febrian (2005).
Rumus:
ks = Rf + β (Rm – Rf)
Keterangan:
ks = Biaya laba ditahan
Rf = Tingkat pengembalian bebas risiko
β = beta, pengukuran sistematis saham
Rm = Tingkat pengembalian saham
Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penghitungan
CAPM adalah sebagai berikut:
1. Tingkat Suku Bunga Bebas Risiko ( Rf )
Tingkat suku bunga bebas risiko diambil dari suku bunga rata-rata
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) selama satu tahun. Rf yang merupakan
suku bunga obligasi pemerintah atau surat hutang pemerintah.
2. Return Pasar ( Rm )
Return pasar dapat diketahui dengan menggunakan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) per bulan untuk tiap-tiap tahun.
Rumus:
IHSG t – IHSG t-1
Rm, t =
IHSG t-1
24
(Jogiyanto, 2003: 232)
Keterangan:
Rm
= Tingkat pengembalian yang diharapkan pasar
IHSG t
= Harga penutupan IHSG akhir hari transaksi bulan ini
IHSG t-1 = Harga penutupan IHSG akhir bulan lalu
3. Resiko Sistematis ( β )
Perkiraan koefisien beta saham ( β ) digunakan sebagai indeks dan
risiko saham beta. Perhitungan beta dilakukan dengan pendekatan
regresi.
Rumus:
nΣ
XY
–Σ
nΣ
X2 – ( Σ X ) 2
X
ΣY
β=
(Husein Umar, 2003: 171)
Keterangan:
X = Tingkat keuntungan portofolio pasar (indeks pasar)
Y = Tingkat keuntungan saham
4. Biaya modal rata-rata tertimbang (WACC)
Menurut Iramani dan Febrian (2005), dalam praktek pembiayaan atau
pendanaan yang digunakan perusahaan diperoleh dari berbagai sumber.
25
Dengan demikian biaya riil yang ditanggung oleh perusahaan merupakan
keseluruhan biaya untuk semua sumber pembiayaan yang digunakan.
Rumus:
WACC = Wd . kd (1 – T) + Ws . Ks
Keterangan:
WACC = Biaya modal rata-rata tertimbang
Wd
= Proporsi hutang dalam struktur modal
kd
= Biaya hutang (cost of debt)
Ws
= Proporsi saham biasa dalam struktur modal
ks
= Tingkat pengembalian yang diinginkan investor
C. Kerangka Pikir
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan diatas dari teori yang telah
dibahas, maka dapat disusun kerangka pikir yang menggambarkan tentang analisis
penilaian kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan metode Economic
Valeu Edded (EVA).
26
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Perusahaan Telekomunikasi
Laporan Keuangan, IHSG,
Tingkat suku bunga SBI.
Teknik Analisis
Rasio
Keuangan
Analisis
Balance
Scorcard
Metode EVA
Analisis
RADAR
EVA > 0
YA
(Terdapat nilai
tambah)
TIDAK
(Tidak terdapat
nilai tambah)
Gambar 2.1:
Kerangka berpikir penelitian ini menjelaskan bahwa untuk mengetahui kondisi
kinerja keuangan suatu perusahaan telekomunikasi dapat menggunakan 4 macam teknik
analisa yaitu Rasio Keuangan, Analisis Balance Scorcard, Metode EVA dan Analisis
RADAR. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode EVA untuk mengetahui
kinerja keuangan perusahaan Telekomunikasi. Dimana sampel yang digunakan dalam
27
penelitian ini yaitu PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT. Indosat Tbk. Analisis
EVA merupakan teknik analisis yang memperhitungkan keuntungan operasi setelah pajak
dikurangi dengan biaya modal dari seluruh modal untuk menghasilkan laba yang
digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil harapanharapan para pemegang saham dan kreditur.
Keterangan:
a. Jika EVA > 0, hal ini menunjukan terjadi nilai tambah ekonomis bagi
perusahaan, sehingga perusahaan dikatakan sehat.
b. Jika EVA < 0, hal ini menunjukan tidak terjadi nilai tambah ekonomis bagi
perusahaan, sehingga perusahaan dikatakan tidak sehat.
c. Jika EVA = 0, hal ini menunjukan posisi “impas” karena laba telah digunakan
untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur maupun
pemegang saham.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
28
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yang
bersifat studi kasus. Dikatakan demikian karena dalam penelitian ini diperlukan
adanya data-data untuk melengkapi penelitian, artinya untuk mengetahui kinerja
keuangan perusahaan dengan menganalisa laporan keuangan, saham biasa dan IHSG.
B. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang
dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh pihak lain. Data sekunder yang penulis
perlukan adalah:
1. Laporan keuangan perusahaan.
2. Harga saham bulanan masing-masing perusahaan.
3. Tingkat suku bunga SBI.
4. IHSG data yang diambil selama tahun 2005-2007.
Menurut Arikunto (2006: 129), “sumber data adalah subyek dari mana data dapat
diperoleh “. Dalam penelitian ini data diperoleh dan dikumpulkan dari perusahaan
yang berupa data yang sudah diolah seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi,
dan laporan keuangan dari Pojok BEJ Universitas Muhammadiyah Malang yang
berupa laporan tahunan perusahaan .
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Arikunto (2006: 130), “ populasi adalah keseluruhan objek penelitian”.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan telekomunikasi yang
listing di Pojok Bursa BEJ Universitas Muhammadiyah Malang selama periode
2005 – 2007.
29
Tabel 3.1 Daftar perusahaan telekomunikasi di BEI
NO
Kode
Nama Perusahaan
1
BTEL
PT. Bakrie Telcom Tbk
2
EXCL
PT. Excelcomindo Pratama Tbk
3
ISAT
PT. Indosat Tbk
4
IATG
PT. Infoasia Teknologi Global Tbk
5
TLKM
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk
Sumber : Pojok BEJ Universitas Muhammadiyah Malang
2. Sampel
Menurut Arikunto (2006: 131), “ sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti ”. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling yaitu sampel yang dipilih berdasarkan atas adanya
tujuan dan pertimbangan tertentu.
Pengambilan sampel yang digunakan adalah pada perusahaan telekomunikasi
yang listing di BEI yaitu PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT. Indosat Tbk.
Alasan penulis dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah:
1. Perusahaan tersebut memiliki data yang lengkap sesuai dengan variabel
yang diteliti dalam penelitian ini, dan mudah dalam pencarian data bagi
peneliti.
2. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT. Indosat Tbk merupakan
perusahaan telekomunikasi yang tergolong LQ 45. Oleh karena itu peneliti
ingin mengetahui kinerja keuangan perusahaan tersebut.
D. Difinisi Operasional Variabel
30
Definisi operasional variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006: 118). Adapun variabel-variabel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kinerja keuangan untuk mengetahui tingkat retabilitas (profitabilitas) yaitu
menunjukan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba selama periode
tertentu dan untuk mengetahui stabilitas yaitu kemampuan perusahaan untuk
melakukan usahanya dengan stabil yang diukur dengan mempertimbangkan
kemampuan perusahaan membayar beban bunga atau hutangnya.
b. Metode Economic Value Added (EVA) merupakan metode lain yang digunakan
dalam menilai kinerja perusahaan yang memfokuskan pada penerapan nilai, dan
hanya bisa menilai proses dalam periode 1 tahun. Di Indonesia Economic Value
Added (EVA) biasa disebut dengan konsep Nilai Tambah Ekonomi (NITAMI).
c. EVA = Net Operating Profit After Tax (NOPAT) – Cost of Capital (COC)
EVA = NOPAT – COC
Keterangan:
NOPAT = EBIT – Beban Pajak
COC
= Biaya Modal
EBIT
= Laba operasi sebelum pajak
Secara sederhana, tolok ukur EVA adalah sebagai berikut:
1. Jika EVA > 0, hal ini menunjukan terjadi nilai tambah ekonomis bagi
perusahaan.
2. Jika EVA < 0, hal ini menunjukan tidak terjadi nilai tambah ekonomis bagi
perusahaan.
31
3. Jika EVA = 0, hal ini menunjukan posisi “impas” karena laba telah digunakan
untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur maupun
pemegang saham.
d. Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (WACC)
Dasar pemikiran penggunaan biaya modal rata-rata tertimbang adalah masingmasing sumber dan mempunyai biaya modal sendiri-sendiri juga besarnya dan
dari masing-masing sumber dana tidak sama. Perhitungan biaya modal secara
keseluruhan harus mempertimbangkan bobot/ proporsi yang berbeda komponen
modal sesuai struktur modalnya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data untuk penulisan penelitian ini, penulis menggunakan
metode dokumentasi yaitu dengan mencari data-data yang berupa catatan dalam hal
ini adalah laporan keuangan, tingkat suku bunga bebas risiko, harga saham biasa
IHSG mulai 31 Desember tahun 2006 sampai Desember tahun 2007.
F. Teknik Analisa Data
Langkah-langkah dalam menentukan nilai Economic Value Added (EVA) sebagai
berikut:
1. Menghitung Biaya Hutang/ Cost of Capital (COC)
a) Hutang sebelum pajak
C + (M-NVd)/ n
Kd =
32
(M + NVd)/ 2
(Warsono)
atau
Beban Bunga
Kd =
Hutang Jangka Panjang
b) Hutang setelah pajak
ki = kd (1 – T)
Keterangan:
ki = Biaya utang setelah pajak
kd = Biaya utang sebelum pajak
T = Tarif pajak
2. Biaya Modal Saham Biasa (Cost of Equity)
ks = Rf + β (Rm – Rf)
Keterangan:
ks = Biaya laba ditahan
Rf = Tingkat pengembalian bebas risiko
β = beta, pengukuran sistematis sah
Rm = Tingkat pengembalian saham
Dengan tingkat fortofolio pasar ( Rm ) yang dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
33
IHSG t – IHSG t-1
Rm, t =
IHSG t-1
(Jogiyanto)
Keterangan:
Rm
= Tingkat pengembalian yang diharapkan pasar
IHSG t
= Harga penutupan IHSG akhir hari transaksi bulan ini
IHSG t-1 = Harga penutupan IHSG akhir bulan lalu
Perhitungan beta ( β ) dilakukan dengan pendekatan regresi yaitu:
nΣ
XY
–Σ
X
ΣY
β=
nΣ
X2 – ( Σ X ) 2
(Husein Umar)
Keterangan:
X = Tingkat keuntungan portofolio pasar (indeks pasar)
Y = Tingkat keuntungan saham
3. Menghitung Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (WACC)
WACC = Wd . kd (1 – T) + Ws . Ks
Keterangan:
WACC = Biaya modal rata-rata tertimbang
Wd
= Proporsi hutang dalam struktur modal
kd
= Biaya hutang (cost of debt)
34
Ws
= Proporsi saham biasa dalam struktur modal
Ks
= Tingkat pengembalian yang diinginkan investor
4. Menghitung EVA
EVA = NOPAT – COC
(Iramani dan Febrian)
Keterangan:
NOPAT = EBIT – Beban Pajak
COC
= Biaya Modal
EBIT
= Laba operasi sebelum pajak
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Study Pendekatan Praktik. Edisi
Revisi Enam. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Halim, Abdul dan Sarwoko. 1995. Manajemen Keuangan (Dasar-dasar Pembelanjaan
Perusahaan). YKPN, Yogyakarta.
35
Iramani dan Erie Febrian. 2005. Financial Value Added: Suatu Paradigma dalam
Pengukuran Kinerja dan Nilai Tambah Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Vol. 7 No. 1 Mei 2005.
J.F Weston dan E.F Brigham. 1990. Dasar-dasar Manajemen Keuangan.Edisi
Sembilan. Erlangga, Jakarta.
Jogiyanto. 2003. Teori Fortofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. BPFE,
Yogyakarta.
Kristiono. 2008. Membidik Potensi Bisnis.Majalah Investor. Edisi April 2008.
Mamduh, Hanafi dan Abdul Halim. 2003. Analisis Laporan Keuangan. YKPN,
Yogyakarta.
Munawir. 1995. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Empat. Liberty, Yogyakarta.
Pradhono dan Yulius Jogi Cristiawan. 2004. Pengaruh Economic Value Added,
Residual Income, Earning & Arus Kas Operasi terhadap Return yang
Diterima oleh Pemegang Saham (Study pada Perusahaan Manufaktur yang
tetcatat di BEJ). Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 6 No. 2 November 2004.
Stephen, F. O’Byine dan S. David Young. 2001. EVA dan Manajemen Berdasarkan
Nilai (Panduan Praktis untuk Implementasi). PT. Salemba Empat Patria,
Jakarta.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi
Pertama. BPFE, Yogyakarta.
Umar, Husein. 2003. Metode Riset Bisnis. Cetakan kedua. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
36
Warsono. 2003.Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi tiga. Jilid satu. Bayu Media
Publishing. Malang.
Wibowo, Lasmono Eko. 2006. Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan dengan
Metode Economic Value Added (EVA) (Study pada Perusahaan Farmasi
yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta). Skripsi; Universitas Muhammadiyah
Malang; Tidak Diperdagangkan.
Wibisono, Dermawan. 2003. Riset Bisnis: Panduan bagi Praktisi dan Akademis. PT.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
DIREVISI
SELANJUTNYA
BISA
DISEMINARKAN
DENGAN
TEMAN-
TEMANNUYA (dwi , okta DAN LAIN-LAIN YANG ADA PADA PESERTA
BIMBINGA ONLINE)
37
Download