BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Kerjasama internasional adalah elemen penting dalam pelaksanaan
kebijakan dan politik luar negeri dalam bidang hubungan internasional. Melalui
kerja sama internasional, negara - negara dapat memanfaatkan untuk
pembangunan nasional.
Dalam konteks ini, kerja sama antarnegara di kawasan Asia Tenggara
yakni Association of South East Asia Nations (ASEAN) telah memegang peran
kunci dalam pelaksanaan kerja sama internasional di khawasan ini. Dan dalam
bidang kerja sama antarnegara, kebijakan luar negeri berperan sangat penting.
ASEAN dibentukan dari Deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967,
yang ditandangani oleh 5 wakil Negara pendirinya, yaitu Adam Malik
(Indonesia), Tun Abdul Razak (Malaysia), Thamat Khoman ( Thailand), Narisco
Ramos (Filiphina) dan Rajaratman (Singapura) merupakan kerjasama Negara –
Negara di kawasan Asia Tenggara untuk membangun keamanan. ASEAN
bukanlah suatu kerja sama antar Negara di kawasan Asia Tenggara untuk
menggalang kerja sama regional baik yang bersifat intra maupun ekstra kawasan
yang pertama dan terakhir. Tujuan dasar pembentukan ASEAN sebagaimana
dicerminkan dalam Deklarasi Bangkok Agustus 1967 adalah memulihkan
hubungan – hubungan intraregional dan menyusunnya dalam struktur suatu tata
Asia Tenggara berdasarkan prinsip saling menghormati dan hidup berdamping
secara damai, apa pun system ekonomi – social masing – masing Negara
anggota. Sasaran dan tujuan utama dalam ASEAN adalah memajukan kerja
sama ekonomi dan social budaya berdasarkan struktur baru tersebut: “to
accelerate the economic growth, social progress and cultural development in the
region through joint endeavors in the spirit of equality and partnership in order
to strengthen the foundation for a prosperous and peaceful community of
Southeast Asian Nations” (untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan
1
social dan pembangunan kebudayaan di kawasan ini melalui usaha – usaha
bersama dalam semangat persamaan dan kemitraan untuk memperkuat
landasan bagi sebuah masyarakat bangsa – bangsa Asia Tenggara yang
makmur dan damai”
ASEAN merupakan salah satu organisasi regional yang selalu bergerak
dinamis terhadap kebutuhan dunia international, sepanjang sejarah sejak
berdirinya ASEAN hingga saat ini telah banyak perkambangan – perkembangan
positif baik dari struktur organisasi, keanggotaan hingga fungsi dan tujuan
ASEAN yang terus menyesuaikan diri di dalam dinamika perpolitikan
international. ASEAN telah banyak mengalami perubahan dan perkembangan
positif yang signifikan. Saat ini kerja sama ASEAN tengah menuju pada babak
baru yang lebih integratif dan berwawasan ke depan dengan akan
dibentuknya ASEAN
Community tahun
2015.
Komunitas
ASEAN
2015
diputuskan ketika Deklarasi Cebu mengenai Perccepatan Pembentukan
Komunitas ASEAN pada tahun 2015 ( Cebu Declaration on the Acceleration of
the Establishment of an ASEAN Community by 2015) oleh para Pemimpin
ASEAN pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-12 ASEAN yang akan
diselenggarakan di Cebu, Filipina, tanggal 13 Januari 2007. Dengan
ditandatanganinya Deklarasi tersebut, para Pemimpin ASEAN menyepakati
percepatan pembentukan Komunitas ASEAN dari tahun 2020 menjadi tahun
2015. ASEAN Community pada dasarnya upaya yang dilakukan anggota ASEAN
untuk memperkuat, mempercepat dan mengimplementasikan kerja sama di
antara mereka. ASEAN juga memiliki Cetak Biru sebagai peta jalan ( road map)
untuk memdirikan Komunitas ASEAN 2015. Pembentukan Komunitas ASEAN
2015 didasarkan pada 3 pilar Cetak Biru, yaitu Cetak Biru Komunitas Politik
Keamanan ASEAN ( ASEAN Polotical – Security Comunity Blueprint), Cetak
Biru Komunitas Ekonomi ASEAN ( ASEAN Economic Community Blueprint),
dan Cetak Biru Komunitas Sosial Budaya ASEAN ( ASEAN Socio - Cultural
Community Blueprint).
2
Vietnam dan Indonesia adalah dua negara berperan penting dan strategic
dalam pendirian Komunitas ASEAN 2015. Indonesia berperan agak penting
dalam ASEAN. Pertama, Indonesia adalah salah satu negara yang mendirikan
ASEAN pada tanggal 8 Agustus, 1967 di Bangkok. Selain itu, Indonesia juga
menjadi rumah tuan Sekretaris Jenderal ASEAN di Jakarta. Dalam ASEAN,
Indonesia juga dianggap sebagai member yang aktif dan kuat. Di samping itu,
peran Vietam dalam ASEAN disebut sebagai member yang aktif dalam upaya
mempereratkan hubungan antara negara – negara dalam ASEAN. Di samping itu,
Vietnam juga adalah kunci yang penting dalam pengekembangan ASEAN masa
depan. Menuju ke pembentukan Komunitas ASEAN 2015, Indonesia dan
Vietnam sebagai member yang aktif juga mempunyai banyak kebijakan luar
negeri yang cocok dengan rencana dalam peta jalan (road map) Komunitas
ASEAN 2015.
Dua negara ini juga ada perubahan dalam kebijakan luar negeri yang
menuju ke pendirian Komunitas ASEAN 2015. Dalam kebijakan itu, kita bisa
dapat kemampuan dan posisi Vietnam dan Indonesia masing masing di ASEAN.
Dalam kebijakan luar negeri Vietnam dan Indonesia. Dua negara ini juga
mendukung pembentukan Komunitas ASEAN 2015 dengan 3 pilar, akan tetapi
setiap negara masing masing konsentrasi pilar yang berbeda. Konsentrasinya
tergantung dengan kondisi, sejarah, budaya, peranan masing maising di khawasan
ASEAN.
2. Rumusan Masalah
Penelitian mengenai Kebijakan luar negeri Vietnam dan Indonesia menuju
pendirian Komunitas ASEAN 2015 yang pada umumnya dapat berawal dan
berakhir pada tahun tertentu, namun penulis membatasi masalah aspek ini pada
tahun 2003 sampai dengan 2013
Berdasarkan latar belakang diatas, sehingga penulis menyajikan rumusan
masalah sebagai berikut:
3
Bagaimana kebijakan luar negeri Vietnam dan Indonesia menuju pendirian
Komunitas ASEAN 2015.
3. Kerangka Teori
Politik luar negeri dijelaskan dalam bukunya Understanding International
Relations oleh Chris Brown bahwa politik luar negeri dapat dipahami sebagai cara
untuk mengartikusikan dan memperjuangkan kepentingan nasional terhadap dunia
luar.1 Dari definisi ini tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa politik luar
negeri sangat terkaitannya dengan kepentingan nasional suatu negera.2
Menurut Snyder decision-maker dalam suatu negara bisa bertanggung
jawab dengan dua aspects yaitu external dan internal.3 External setting secara
umum seperti faktor-faktor dari luar perbatasan negara misalnya globalisasi,
lingkung dunia, teknik, krisis. Internal setting dianggap sebagai “domestic
politics”, “public opinion” atau “ gepgraphical position”, atau faktor-faktor yang
nonpemerintah dan interaksi antar negara seperti budaya, masyarakat,
perdagangan dan lain lain.4
Snyder juga menyebutkan “ state action is the action taken by those acting
in the name of the state” 5berarti keputusan negara akan medasarkan atas persepsi
dari pemimpin negara. Bisa dilihat dari prinsip Snyder, kebijakan luar negeri
seuatu negara akan diambil oleh pemimpinnya dengan pengaruhi dari faktorfaktor external dan internal, atau bisa dianggap sebagai kepentingan negeri.
Bagan: Proses Penetapan Politik Luar Negeri Menurut Richard
Snyder
1
Chris Brown, Understanding Internasional Relations, 2nd edition, London, Palgrave, 2001,
hlm.68-86
2
Ganewati Wuryandari, Politik Luar Negeri Indonesia di Tengah Pusaran Politik Domestik, Jakarta,
2008, hlm.14
3
Richard C. Snyder, Foreign Policy Decision – Making: An Apprroach to the Study of International
Politics, The Free Press of Glencoe, 1962, p.67
4
Richard C. Snyder, Foreign Policy Decision – Making: An Apprroach to the Study of International
Politics, The Free Press of Glencoe, 1962, p.68
5
Richard C. Snyder, Foreign Policy Decision – Making: An Apprroach to the Study of International
Politics, The Free Press of Glencoe, 1962, p.65
4
Persepsinya
terhadap setting
internal
Pengambil
Keputusan
Tindakan Politik
Luar Negeri
Persepsinya
terhadap setting
eksternal
Terkait dengan kepentingan nasional, dalam buku The National Interests
(1970), Joseph Frankel telah membagi kepentingan nasional dengan tujuh sifat
yaitu kepentingan nasional berjangka panjang, berarkar dalam sejarah dan
ideologi,sumber kritik terhadap pemerintah, memberi alasan untuk kebijakan,
tidak perlu dikoordinasikan serta bisa saling bertentangan, lebih ditentukan oleh
bidang politik daripada oleh kemampuan nyata. Kepentingan nasional bisa
dianggap sebagai value. Kepentingan nasional berfungsi sebagai garis landasan
terhadap kebijakan luar negeri.6
Dalam hal kepentingkan nasional, William D. Coplin juga menentukan
empat faktor-faktor yang mempengaruhi kepada politik luar negeri:7
Pertama, kondisi internasional memengaruhi terhadap negara yang
tertentu. Coplin menbuktikan hal ini dengan tiga faktor dalam dampak konteks
internasional terhadap politik negeri suatu negara yaitu geografiks, ekonomis dan
politik.
Perilaku para keputusan negeri menjadi faktor kedua yang determinam
dalam politik luar negeri. Perilaku ini bisa disebut sebagai pemimpin negara atau
kementerian yang berperan penting dalam penentuan kebijak luar negeri.
Ketiga adala kondisi ekonomi dan militer. Keputusan negara bisa
dipengaruhi oleh kemampuan militer dan ekonomi dalam interaksinya dengan
negara yang lain.
6
Lihat Joseph Frankel, The National Interest, London, Pall Mall, 1970, hlm. 15-37
Lihat William D. Coplin, Pengantar Polilik Internasional: Suatu Telaah Teoritis, Bandung,
Penerbit Sinar Baru, 1992, hlm. 165.
7
5
Dan faktor yang keempat memengaruhi politik luar negeri adalah politik
domestik. Situasi politik yang sedang terjadi internal negeri akan memberikan
pengaruh dalam perumusan dan pelaksanaan politik luar negeri.
Kepentingan nasional bisa dilihat oleh Hans J. Morgenthau.8 Kepentingan
nasional merupakan pilar utama bagi teorinya tentang politik luar negeri dan
politik internasional yang realis. Menurut Morgenthau, strategi diplomasi harus
didasarkan pada kepentingan nasional. Morgenthau menentukan kepentingan
nasional setiap negara adalah mengejar kekuasaan.
Morgenthau juga menjelaskan ada empat hal terkait dengan kepentingan
nasional:9
Pertama, kepentingan nasional adalah hasil dari kompromi dari
kepentingan-kepentingan politik yang saling tertentangan; ini bukan suatu idea
yang dicapai secara abstrak dan saintifik, tetapi merupakan hasil dari persaingan
politil internal yang berlangsung terus-menerus.
Kedua,
kepentigan
nasional
suatu
negara
harus
sesuai
dengan
kemampuannya.
Ketiga, kepentingan nasional suatu bangsa yang tidak hanya sadar akan
kepentingannya sendiri, tetepi juga menyeusaikan dengan negara yang lain.
Keempat,
Morgenthau
meyakinkan
pemimpin
yang
mendasarkan
kebijaksanaa pada jaminan keamanan kolektif dan bukan pada kepentingan
nasional.
Republik Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, sampai
sekarang politik luar negeri Indonesia mangikuti jalur yang menyesuaikan dengan
kondisi internasional serta kondisi domestik. Waktu dunia masih ada Perang
Dunia II, persaingan antara Blok Barat yang diwakili Amerika Serikat dan Blok
Timur oleh Uni Soviet, Indonesia sebagai negara yang mencari jalur sendiri, tidak
8
H.J.Morgenthau, Politics Among Nations (A.Knopf, 1987)
Mohtar Mas’oes, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, Lembaga Penelitian,
Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, 1990, hlm. 165
9
6
lepas dari dua Blok tetapi juga tidak cenderung ke mana pun. Saat itu, pemimpin
Indonesia memutuskan politik luar negeri yang independen. Mohammad Hatta
dalam pidatonya berjudul “ Mendayung Dua Karang” yang merupakan penjelasan
pertama kali tentang politik bebas aktif dan dinyatakan di depan Badan Pekerja
KNIP pada 2 September 1948, yaitu:
Apakah bangsa Indonesia yang memperjuangkan kemerdekaan harus
memilih saja antara pro-Rusia dan Pro-Amerika? Pemerintah berpendapat bahwa
pendirian yang harus diambil ialah supaya Indonesia jangan menjadi objek dalam
pertarungan politik internasional, melainkan ia harus tetap menjadi subjek yang
berhak menentukan sikap sendiri...10
Menurut Mohammad Hatta, prinsip politik luar negeri Indonesia adalah “
Bebas Aktif”. Mohammad Hatta juga menjelaskan, dalam konteks kondisi
pertentangan berada dalam kedua blok, politik “Bebas” berarti Indonesia tidak
berada dalam kedua blok dan mempunyai jalannya sendiri untuk mengatasi
persoalan internasional. Sedangakn istilah “Aktif” berarti upaya untuk bekerja
lebih giat guna menjaga perdamaian dan meredakan ketegangan kedua blok.11
Dalam arti yang lebih luas, bebas berarti menunjukkan tingginya nasionalisme
dan menolak keterlibatan atau ketergantungan terhadap pihak luar yang dapat
mengurangi kedaulatan Indonesia.12
Sampai saat ini, Indonesia telah mengalami kepemimpinan mulai dai
Presiden Sukarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono. Setiap periode dapat
dipengaruhi oleh faktor domestik yang paling menonjol saat itu. Seperti masa
Orde Baru Presiden Suharto terhadap dengan kondisi ekonomi dan kepemimpinan
politik atau persepsi elit. Karena Suharto mewarisi kebbroksm ekonomi di masa
Sukarno, jadi politik luar negeri yang dijalankan lebih pragmatis dengan
memfokuskan pada pembiayaan pembangunan nasional dari bantuan asing.
10
Mohammad Hatta, Mendayung Antara Dua Karang, Cet. Pertama, Jakarta, Bulan Bintang,
1976, hlm. 17.
11
Mohammad Hatta, “Indonesian Foreign Policy”, Foreign Affairs (pre-1986), April 1953, hlm. 444
12
Dewi Fortuna Anwar, “Hatta dan Politik Luar Negeri” dalam htpp:// www.kompas.com.kompascetak/0208/09/nasional/hatt39.htm
7
Selain itu kepemimpinan Suharto di depan negara-negara ASEAN sangat
diperhatikan dan dihormati. Sementara di era Presiden SBY (2004- sekarang),
proses demokrasi yang terus digulirkan menjadi salah satu faktor domestik yang
penting dalam perumusan dan pelaksanaan politik luar negeri Indonesia. Hampir
serupa dengan yang terjadi dapa Orde Baru, saat ini citra Indonesia di dunia
internasional cukup positif. Hal ini di antaranya dan inisiatif-inisiatif segar yang
kerap muncul dalam mengatasi persoalan regional dan dunia. Indonesia, antara
lain, mengagas ide mengenai ASEAN Community, Asian African Cooperation,
New Asia Africa Patnerships dan lain sebagainya.13
Dalam konteks ASEAN, politik Indonesia berperan sangat penting.
Indonesia adalah salah satu anggota pertama mendirikan ASEAN pada tanggal 8
Agustus tahun 1967. Selama waktu mengikuti ASEAN, Indonesia dipercaya
untuk menjadi faktor yang menciptakan stabilitas regional di kawasan serta
menyelesaikan konflik di antara negara-negara Asia Tenggara, buktinya Indonesia
menjadi negara yang mediator dalam konflik anatara Vietnam – Kamboja,
Thailand – Kamboja. Di samping itu, Indonesia juga berhasil dalam “shuttle
diplomacy” dalam persoalan KTT ASEAN ke-20 tidka dapat sepakat pembahasan
“code of conduct” tentang Laut Timur antara China dan negara-negara Asia
Tenggara. Hal ini bisa di lihat lagi dari teori Snyder tentang decision-making
pemerintah Indonesia. Faktor external adalah posisi Indonesia sangat strategis,
luas, panjang seperti jempatan antara negara-negara Asia Tenggara. Faktor
internal bisa disebut dengan sikap politik pemimpin Indoneisa: Presiden Sukarno,
Presiden Suharto, Presiden SBY semua dari bidang militer jadi lebih cenderung ke
keamanan dan kedamaian dalam kawasan.
Vietnam mederka pada tanggal 2 September 1945, Presiden Ho Chi Minh
juga mengatakan bahwa “ diplomasi harus kerjasama yang erat dengan militari,
politik, ekonomi dan budaya akan menjadi kekuasaan yang kuat supaya berjuang
dengan penjajahan”.
13
Ganewati Wuryandari, Politik Luar Negeri Indonesia di Tengah Pusaran Politik Domestik,
Jakarta, 2008, hlm. 53
8
Pada tahun 1945-1946, Partai Komunis Vietnam menentukan “ selain
pertahanan, diplomasi adalah hal yang sangat diperlukan buat sesuatu negara
yang merdeka”14 Kalau negara yang mana ada kekuatan diplomasi, negara itu
akan ada kekuasaan di dunia. Waktu perang dengan Amerika, Vietnam juga
mementingkan diplomasi, yang khususnya diplomasi masyarakat. Diplomasi
masyarakat sebagai sebagai bagian pokok, sesuatu senjata bagi Partai Komunis.
Diplomasi Vietnam zaman “ Doi Moi” berubah dengan diplomas masa
perang dan tertutup dengan dunia internasional. Sejak akhir abab 1980 sampai
sekarang, setalah Perang Dingin, hubungan internasional sangat berubah dan
Vietnam juga tidak terlepas dari hal ini. Process revolusi diplomasi Vietnam
dilaksanakan dengan tiga tingkat: reform ideologi, reform kebijakan, reform
dalam peksanaan.
Ketika Vietnam telah mempunyai hubungan diplomatik dengan negaranegara di dunia, Vietnam mulai melajutkan hubungannya lebih erat dengan para
negara yang menjadi mitra. Di samping itu, Vietnam bergabung dengan ASEAN
pada tahun 1995, bersama negara-negara yang lain di Asia Tenggara kerjasama
menuju kedamaian dan perkembangan. Setelah ASEAN, Vietnam merupakan
ASEM(1996) dengan negara-negara yang lain, masuk APEC (1998) dan menjadi
anggota resmi WTO pada tahun 2007 setelah 10 tahun yang diskusi, menanda
langkah intergrasi yang penting terhadap Vietnam.
Sebenarnya, menjadi anggota asosiasi internasional adalah hasilan yang
pemula, Vietnam selalu berusaha menjadi anggota yang aktif dan bertanggung
jawab. Pada tahun 1997, Vietnam berhasil menjadi tuan rumah untuk KTT
Internasional pertama – KTT para negara berbahasa Perancis. Sejak itu, Vietnam
telah berhasil mengorganisasikan banyak acara acara internasional, sepertinya
Senior ASEAM (2004), Senior APEC (2006) dan Senior ASEAN (1998 dan
2010), ketua ASEAN 2010. Makin lama makin meningkat peran Vietnam
terhadap asosiasi-asosiasi internasional.
14
Dossil Partai Komunis: Dossil lengkap, Penerbit Politik Nasional, Ha Noi, 2000, Bab.8,
hlm.290,27
9
Politik Vietnam kalau dianaliasi dengan Snyder juga bisa kepentingan
nasionalnya dalam kebijakannya. Dengan faktor external, Vietnam adalah satu
satuan negara sosialisme di Asia Tenggara, bergabung dengan ASEAN akan lebih
aman dan dapat banyak kerja sama dengan negara-negara dalam regional. Di
samping itu, posisi Vietnam sangat strategis di Asia Tenggara, di anggap sebagai
menahan China menurun ke Selatan dan adalah jembatan dengan Indochina, jadi
Vietnam sendiri akan sulit untuk menjaga keamanan kalau tidak gabung dengan
asosiasi yang lain. Dengan faktor internal, Vietnam adalah negara sosialis, partai
tunggal adalah Partai Komunis Vietnam, jadi keamanan domestik agak stabil,
pemerintah Vietnam konsentrasi ke bidang ekomoni karena Vietnam masih
negara berkembang yang sedang memulihkan dari perang. Jadi Vietnam dapat
kepentingan nasional ketika bergabung dengan ASEAN adalah kesempatankesempatan untuk kerjasama ekonomi dan berbagai bidang yang lain dengan
negara-negara anggota ASEAN.
4. Tinjauan Literatur
CPF. Luhulima, Dewi Fortuna Anwar. Ikrar Nusa Bhakti, Yasmin
Sungkar, Ratna Shofi Inayati dalam “ Masyarakat Asia Tenggara Menuju
Komunitas ASEAN 2015” (2008) sudah mengdeskripsikan latar belakang
masyarakat Asia Tenggara berlandaskan tiga pilar dan persiapan menjelang
Komunitas ASEAN 2015. Buku juga menjelaskan konsep dan tantangan
masyarakat
terhadap
Komunitas
Ekonomi
ASEAN.
Meskipun
gagasan
membentuk Komunitas Ekonomi ASEAN bisa dilihat sebagai langkah logis dari
kelanjutan kerjasama ekonomi yang sudah dijalankan selama ini, namun sasaran
tersebut tidak otomatis akan tercapai. Buku juga memberikan saranan untuk
membangun masyarakat Sosial – Budaya ASEAN melalui identitas regional yaitu
dilembagakan guna membangkitan kesadaran masyarakat ASEAN.
Blueprint AEC ini merupakan batu loncatan untuk pembangunan ASEAN
yang signifikan. Selama ini regional community building di ASEAN bersifat
terbuka dan tidak mengikat sehingga ASEAN sebagai organisasi tidak memiliki
kapasitas untuk menekan baik ditingkat nasional satu negara atau ditingkat
10
regional sekalipun. Dalam tulisanya, Soesatro (2008) membandingkan proses
integrasi ASEAN dengan EU. Perbedaan mendasar adalah proses integrasi EU
didorong oleh kekuatan institusi regional yang kuat sedangkan ASEAN masih
berusahan untuk membangunnya.
AEC sebenarnya
merupakan perpanjangan
dari
agenda ASEAN
sebelumnya seperti ASEAN Free Trade Area (AFTA), the ASEAN Investment
Area (AIA), the ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) dan the
Initiative for ASEAN Integration (IAI). Beberapa perubahan tetap perlu dilakukan
untuk masing-masing agenda. Untuk mencapai tujuan pemerataan pembangunan
ekonomi misalnya, isu kunci yang harus mendapat perhatian adalah perlunya
pengkajian ulang kebijakan blueprint ASEAN untuk pembangunan SMEs dengan
membentuk
aksi
nyata. Selain itu perlu adanya usaha serius
untuk
menterjemahkan konsep “ASEAN (regional) public goods” kedalam praktek yang
sesungguhnya.. Terakhir adalah Membangun ASEAN Development Fund (ADF)
(Soesastro 2009).
Buku Politik Luar Negeri Indonesia Tengah Pusaran Politik Domestik
dipenilian oleh Ganewati Wuryandari, Dhurorudin Mashad, Tri Nuke Pujiastuti,
Athiqah Nur Alami sebagai ringkasan jalan politik luar negeri Indonesia sejak
kemederkaan sampai tahun 2007. Dalam buku ini, penulis membahas tentang
politik luar negeri Indonesia selama enam dekade mengalami dengan Presiden
pertama Sukarno sehingga presiden saat ini Susilo Bambang Yudhoyono.
Perumusan dan pelaksanaan politik luar negeri Indonesia sejak masa Orde Lama
hingga Pasca- Orde Baru (1945-2007) memiliki dimanika yang beragam,
khususnya jika dilihat berdasarkan faktor domestik. Perubahan politik domestik
memperngaruhi ke politik luar negeri secara langsung dan tidak langsung.
Pengaruhi ini bisa dilihat dalam arah, agenda dan substansi politik luar negeri
Indonesia. Di samping itu, buku ini juga membahas peran Indonesia terhadap
kawasan atau negara-negara yang lain misalnya ASEAN.
Buku Dimamika Asia Tenggara menuju 2015 ditulis oleh C.P.F Luhulima
adalah penelitian tentang ASEAN dibagi tiga bagianyaitu: Bidang Ekonomi,
11
Bidang Politik dan Bidang Keamanan. Buku membahas tentang kekuatan dan
kelemahan ASEAN dalam kerjasama menuju ke Komunitas ASEAN 2015. Dalam
bidang ekonomi, negara-negara anggota ASEAN masih tergantung dengan faktor
luar ASEAN, bisa dilihat dari investasi intra-ASEAN tidak mencapai 20%
(18,3%) sedangkan investasi dari luar ASEAN mencapai 80% lebih (81,7%)15.
Dalam bidang politik, dalam internal ASEAN masih ada banyak masalah yang
belum bisa diselesaikan. Dan dalam bagian ini, penulis juga membuktikan peran
Indonesia terhadap ASEAN masa Presiden Sukarno dan Suharto. Di samping itu,
ASEAN juga menjadi kepentingan nasional berbagi Indonesia. Menurut Presiden
Suharno hubungan dengan ASEAN adalah hubungan yang “ dekat dan harmonis,
kepada penggalangan kerjasama yang lebih mantap dengan negara-negara
tetangga” di sekitanya, sebab di sinilah terletak “kepentingan nasional kita yang
paling vital”16.Bisa dapat dalam buku adalah bagaimana generisi-generasi kedua,
ketiga dan seterusnya dari pemimpin ASEAN tetap memiliki komitmen untuk
melanjutkan kerjasama dalam lingkup ASEAN.
Buku Peran Strategis Indonesia dalam Pembentukan ASEAN &
Dinamikanya - Kajian Kebijakan Polugri RI, UKM Regional, Implikasi
Liberalisasi Perdagangan, Realitas Piagam ASEAN & Esensi Kompetisi
Regional, ditulis oleh Zainuddin Djafar, Moon Young Ju dan Anissa Farha
Mariana adalah penelitian mengenai perannya Indonesia terhadap ASEAN serta
negara-negara tetangga. Menurut Moon, berperan penting Indonesia dalam
pembentukan dan pengembangan ASEAN (1965 – 1967), ternyata terus bergulir
dan diikuti dengan berbagai perubahan yang cukup signifikan, termasuk
penambahan anggotanya menjadi 10 negara yang merupakan “penggabungan
warna-warni ideologis” dan menjadi karakteristik tersendiri bagi kekuatan sebuah
organisasi regional di Asia Tenggara. Di samping itu, buku menyebut hasil
15
C.P.F Luhulima, Dimamika Asia Tenggara menuju 2015, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2011, hlm. 59.
16
Suharto, Pidato Kenegaraan Tahun 1968: 104; Speech delivered by H.E. Adam Malik, Presidium
Minister. Minister of Foreign Affairs of Indonesia on the Occasion of the Signing of the Joint
Declaration on the Formation of ASEAN, “A New Association for Regional Cooperation,” dalam
B.R. Siagian, ed. Eight Year Cycle of ASEAN, Jakarta: ASEAN National Mass Media, Department of
Informasi & ASEAN National Secretariat. 1975;hlm. 29
12
penelitian Anissa Mariana mengenai bagaimana tiga negara khususnya di ASEAN
( Indonesia, Malaysia dan Thailand) menerapkan strategi Usaha Kecil dan
Menengah menghadapi implikasi perkembangan ekonomi China dengan berbagai
makna geostrategisnya, dan rencana penerapan Pasar Tunggal ASEAN 2015.
Apakah Pasar Tunggal ASEAN 2015 tersebut dengan 4 ciri utamanya yaitu
kebebasan arus barang dan jasa, kebebasan arus tenaga kerja ahli, prinsip
nondiskriminasi dalam profesian, dan kebebasan arus modal, dapat diandalkan
dalam meningkatkan perekonomian kawasan umumnya.
5. Hipotesis
Pada tahun 2015 mendatang, negara negara di Asia Tenggara, yang
beranggota ASEAN akan bergabung Komunitas ASEAN 2015 dengan tiga pilar
yaitu: Pilar Politik Keamanan ASEAN, Pilar Ekonomi ASEAN, Pilar Sosial
Budaya ASEAN. Terdahap mewujudkan Komunitas ini, Vietnam dan Indonesia
masing masing mempunyai kebijakan luar negeri. Dua negara ini saling kerjasama
dan memdukung penbentukan Komunitas ASEAN 2015.
Akan tetapi dalam kebijakannya juga ada kepentingan masing masing
Vietnam dan Indonesia yang cocok dengan kondisinya negeri nya. Indonesia dan
Vietnam berdua adalah anggota yang penting dalam Komunitas ASEAN 2015.
Dalam tiga pilar Komunitas ASEAN, Vietnam dan Indonesia masing masing
mengonsentrasi yang pilar berbeda. Indonesia lebih cenderung ke pilar Politik
Keaman ASEAN, Indonesia sebagai faktor mediator menyelesaikan konflik
antara negara-negara ASEAN atau negara-negara ASEAN dengan negara dair
luar. Hal ini bisa dibuktikan dengan beberapa kasus seperti kasus Kamboja –
Thailand, kasus Kamboja – Vietnam dan “shuttle diplomacy” yang Indonesia
telah sangat sukses. Di samping itu, bisa lihat dari latar belakang pepimpin
Indonesia kebanyakan adalah orang dari militer, jadi Indonesia merminat dengan
menyelesaikan masalah keamanan dalam kawasan. Indonesia sebagai ketua Pilar
Politik Keamanan ASEAN, menciptakan stabilitas regional sikap politik bebas
aktif. . Dan Ambassador Extraordinary and Plenipotentiary Mission of Japan to
ASEAN pernah mengatakan “ The importance of Indonesia in our relationship
13
with ASEAN cannot be overemphasized. Indonesia occupies a critically
important place as a country that is making every effort to embody
aforementioned basic values and having overcome many difficulties such as
military dominant autocratic regime, religious conflicts, ethnic conflicts and
turbulent transitional period to democracy. As Indonesia has gone through all
these, its words weigh much more vis-a-vis other ASEAN countries than other
external partners including Japan. We will closely work with Indonesia not only
in a bilateral context but also in that of ASEAN and Asia-Pacific for the peace
and prosperity of the region”17 Memang dengan ASEAN, kalau Indonesia
bertanggung jawab keamanan kawasan ini dengan baik, Indonesia bisa
meningkatkan posisi lebih tinggi dalam hubungan internasional.
Vietnam dengan negara yang lain beda dengan sistem pemerintahnya,
Vietnam adalah negara yang satu satunya ikut sistem sosialis. Karena itu politik
domestik Vietnam berbeda dengan negara yang lain di ASEAN. PolitikmVietnam
dikuasaikan dengan Partai Komunis yang tunggal, karena itu kondisi politik
domestik Vietnam sangat stabil, Vietnam mengonsentrasi ke Pilar Ekonomi
ASEAN. Kerjasama dengan ASEAN adalah pintu buat Vietnam kerja sama
dengan internasional, sejak Vietnam masuk dan menjadi anggota ASEAN,
Vietnam bisa kerjasama dan mengembangkan ekonominya dengan cara kerjasama
bilateral serta multilateral dengan internasional. Perdana Menteri Nguyen Tan
Dung mengatakan bahwa “Vietnam harus memperluas pasar ekspor, cari pasar
baru, khususnya produk tradisi seperti beras, kopi, teh, textile, perikanan, kulit”.
Selain itu, wakil Menteri Kementerian Luar Negeri Nguyen Thanh Son juga
menegaskan bahwa “Vietnam hanya mengekspor dengan stabil kalau ada
kebijakan perdagangan yang jangka waktu lama dan tenaga kerjanya bermutu”.
Sedangkan Menteri Kementerian Predagangan menjelaskan bahwa “untuk
mencapai tujuan ekpor tahun 2014 harus mengspor barang barang yang bermutu
17
http://www.thejakartapost.com/news/2013/12/13/toward-a-communitysolidarity-with-resilience.html
14
dan menyesuaikan dengan kesenderungan masa kini sambil tetap konsentrasi
dengan produk tradisi sebagai hasilan pertanian dan perikanan. Tetapi tidak bisa
lupa produknya harus menghemat energi dan bagud untuk linkungan”. Menteri
Kementerian Perdagangan juga menentukan orang Vietnam yang sedang tinggal
luar negera adalah elemen yang membantu memperkenalkan produk Vietnam ke
masyarakat internasional18.
Indonesia dan Vietnam setiap negara ada kebijakan luar negeri
mewujudkan Komunitas ASEAN 2015 yang menyeusaikan dengan tujuan masing
masing.
6. Metode Penelitian
Penelitian “ Kebijakan luar negeri Vietnam dan Indonesia menuju
pendirian Komunitas ASEAN 2015” memakai metode riset yang mengdeskripsi
kebijakan luar negeri Vietnam dan Indonesia dari tahun 2003 sampai saat ini
terhadap persoalan Komunitas ASEAN 2015.
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam tulisan ini adalah penelitian
eksplanatori atau eksplanasi, dengan menggunakan metode penelitian kualitatif.
Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan, penulis menggunakan
metode pengumpulan data yang bersifat studi pustaka. Metode ini dilaksanakan
dengan cara mencari data-data yang berkaitan dengan topik seperti buku, tulisan,
artikel, serta media cetak dan elektronik yang akan menjadi sumber data guna
melengkapi kebutuhan bahan riset ini.
7. Struktur Penulisan
Penelitian ini akan dijabarkan dalam 5 bab.
BAB I: Pendahuluan
Bab ini akan menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah,
kerangka teori, metode riset, hipotesis dan sistematika penulisan penelitian ini.
18
http://vietstock.vn/2013/12/xuat-khau-nam-2014-tran-tre-hi-vong-768-325251.htm
15
BAB II Latar belakang Komunitas ASEAN 2015
BAB III: Kebijak luar negeri Vietnam menuju Komunitas ASEAN 2015.
Bab ini akan membahas system pemerintah Vietnam dam kebijakan
Vietnam menuju pembentukan Komunitas ASEAN 2015. Dalam bab ini juga
menjelaskan kebijakan Vietnam dan perannya bagaimana dalam Komunitas
ASEAN 2015.
BAB IV: Kebijak luar negeri Indonesia menuju Komunitas ASEAN 2015.
Bab ini akan membahas system pemerintah Indonesia dam kebijakan
Indonesia menuju pembentukan Komunitas ASEAN 2015. Dalam bab ini juga
menjelaskan kebijakan Indonesia dan perannya bagaimana dalam Komunitas
ASEAN 2015.
BAB V: Kesimpulan
Bab terakhir akan memberikan kesimpulan dan rangkuman dalam bab –
bab sebelumnya.
16
Download