1. Pengelompokan Ikan Karang Berdasarkan Peranannya

advertisement
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi Ikan Karang
Ikan karang adalah ikan yang hidup di lingkungan terumbu karang yang
mempunyai ketergantungan pada karang sebagai tempat hidup dan aktivitas
lainnya. Ikan karang mempunyai warna yang beraneka ragam dan daerah jelajahnya
hanya di sekitar terumbu karang. Ikan karang dapat dikategorikan menjadi ikan hias
dan ikan pangan (Picasou dan Marseno, 2005).
Secara umum, ikan karang akan menyesuaikan diri pada lingkungannya.
Setiap spesies memperlihatkan preferensi atau kecocokan habitat yang tepat yang
diatur oleh kombinasi faktor ketersediaan makanan , tempat berlindung dan variasi
parameter fisik. Sejumlah besar spesies ditemukan pada terumbu karang adalah
refleksi langsung dari besarnya kesempatan yang diberikan oleh habitat (Allen dan
Steene, 1996 dalam admin, 2009).
B. Aspek Biologis Ikan Karang
1. Pewarnaan pada Ikan Karang
Warna-warna yang mencolok dan bentuk serta pola yang aneh dari kebanyakan
ikan karang merupakan hal yang menjadi ciri khas yang dimiliki oleh ikan karang.
Menurut menurut McConnaughery (1983), warna yang mencolok bentuk serta pola
yang aneh dari ikan karang merupakan salah satu bentuk adaptasi morfologi ikan
karang untuk mengelabui pemangsanya (kamuflase). Terumbu merupakan latar
belakang yang warna-warni sehingga ikan karang menyesuaikan diri dengan warna
terumbu karang, celah-celah karang merupakan tempat persembunyian bagi ikan
4
karang jika pemangsa datang sehingga bentuk yang aneh tersebut dapat
membantunya untuk menghindarkan diri dari pemangsanya.
Warna pada ikan karang merupakan pemberitahuan bahwa spesies tersebut
mengandung zat lain yang tidak disukai oleh predator. Penjelasan lain bahwa warna
digunakan untuk pengenalan spesies, warna juga digunakan untuk penyamaran
spesies baik dengan mengubah bentuk ikan dan membuatnya nampak seperti
sesuatu yang lain (Nybakken, 1992)
2. Kebiasaan Makan pada Ikan Karang
Faktor yang paling mempengaruhi diversifikasi dan modifikasi ikan karang dalam
perkembangannya adalah kebiasaan makannya. Atas dasar ini ikan dapat dibagi
secara luas menjadi pemakan plankton, pemakan nekton, dan pemakan bentos.
Kebanyakan kebiasaan makan ikan karang berubah secara radikal dalam masa
pertumbuhannya mulai dari juvenil yang masih muda hingga menjadi ikan dewasa
(McConnaughery, 1983).
a. Pemakan Plankton
Ikan pemakan plankton pada umumnya memiliki cakar-cakar insang yang
baik tumbuhnya pada satu atau lebih busur insangnya di sisi lekuk sebelah
dalamnya, berhadapan dengan serabut insang. Sementara ikan melewatkan air
melalui mulutnya dan keluar di atas insang untuk bernafas, tersaring organisme
plankton dan tertahan oleh cakar-cakar insang sampai dibawa ke dekat
kerongkongan dan ditelah (McConnaughery, 1983).
Adaptasi morfologi yang dilakukan oleh ikan planktonovora adalah
manifestasi sebagian besar di dalam perubahan bentuk dari bagian mulutnya,
dimana rahang berbentuk seperti tabung pada waktu membuka mulut. Bentuk
5
gigi mereka menjadi kecil, tulang tengkorak kurus, dan matanya membesar
(Sorokin, 1993).
Selanjutnya sorokin (1993) mengatakan bahwa kelompok ikan ini terbagi
atas kelompok primer dan sekunder. Kelompok primer terdiri atas beberapa
spesies dari family ikan pelagis yang keluar pada malam hari berpencar mencari
makan dan pada siang hari bersama dengan gerombolan bersembunyi di tubir.
Kelompok primer terdiri atas beberapa dari family ikan karang berbeda yang
termasuk dalam ordo Peciformes.
b. Herbivora
Ikan herbivora adalah kelompok besar kedua (sekitar 15 persen dari
spesies), dan yang paling penting dari kelompok ini adalah family Scaridae dan
Acanthuridae (Nybakken, 1992). Kebanyakan ikan herbivora adalah ikan-ikan
yang aktif pada siang hari (diurnal), berwarna cemerlang dengan mulut yang
kecil, cocok untuk mengikis tumbuhan alga dari alga koralin (McConnaughery,
1983).
Ikan herbivor di terumbu karang sebagian besar bertahan karena adanya
alga serta diatom yang ada di permukaan karang. Sejauh ini Scaridae dan
Acanthuridae adalah herbivor yang paling penting di daerah terumbu karang.
Meskipun demikian Siganidae, beberapa jenis Pomacentridae dan Blennidae
termasuk pula dalam golongan penting pada ikan kategori ini (Goldman dan
Talbot 1976 dalam Hijas, 2005).
Sorokin (1993) membagi jenis kelompok ikan pemakan tumbuhan menjadi :
pemakan tunas (browser), perumput (grazer) dan penghisap (sucker). Pemakan
tunas memakan makrofita dan lamun, perumput (grazer) memakan perifitin
6
lembaran dan alga koralin sedangkan penghisap menghisap detritus dan
mikrofitobenthos lembaran dari permukaan sedimen dasar yang halus.
c. Karnivora
Tipe pemangsaan yang paling banyak ditemui di terumbu adalah karnivora,
mungkin
sekitar
50-70%
dari
spesis
ikan.
Ikan-ikan
karnivora
tidak
mengkhususkan makanannya pada suatu sumber makanan tertentu, tetapi
sebaliknya merupakan opurtunistik, mengambil apa saja yang berguna bagi ikan
karnivor itu (Goldman dan Talbot 1976 dalam Hijas, 2005).
Menurut Hobson (1975) dalam McConnaughery (1983), ada tiga metode
yang digunakan oleh ikan karnivora untuk mendapatkan mangsanya yaitu :
mencaplok, mengintai, dan menyamarkan diri (kamuflase). Mencaplok dilakukan
oleh ikan dari family Carangidae mangsanya dari kawanan, dilakukan terutama
pagi dan sore hari. Mengintai dilakukan dengan sangat pelan-pelan kemudian
sampai jarak yang memungkinkan ikan jenis ini kemudian melompati dan
menerjang dengan cepat, metode seperti ini dilakukan oleh ikan dari family
Aulostomidae, Belonidae, dan Aulostomidae. Dan yang terakhir dilakukan
dengan menyamarkan dirinya dan menunggui mangsanya datang cukup dekat
untuk dijangkau.
3. Tingkah Laku
Beberapa jenis ikan karang selalu dijumpai dalam keadaan berkelompok, dan
beberapa jenis yang lain selalu dalam pasangan atau menyendiri.
sebahagian besar jenis ikan karang adalah teritorial.
Namun
Jenis teritorial umumnya
melindungi wilayahnya sebagai daerah tertutup bagi jenis lain untuk kepentingan
pasokan makanan, tempat tinggal atau untuk daerah pemijahan dan pembesaran
anak. Jenis teritorial akan bertingkah laku agresif terjadap jenis lain yang memasuki
7
wilayahnya. Beberapa jenis memiliki wilayah yang sangat luas atau memisahkan
daerah pencarian makan dan daerah untuk tidur (Lieske & Myers 1997).
C. Pengelompokan Ikan Karang
1. Pengelompokan Ikan Karang Berdasarkan Peranannya
Menurut
Setiapermana
(1996)
ikan-ikan
di
terumbu
karang
dapat
dikelompokkan ke dalam 3 kelompok yakni:
a). Kelompok Ikan Utama (Major group)
Jenis-jenis ikan yang dikelompokkan sebagai major group dapat dibagi ke
tiga kelompok yaitu:
-
Major Group A yang terdiri atas famili Pomacentridae
-
Major Group B terdiri atas famili Labridae
-
Major Group C meliputi famili Scaridae, Pomacanthidae, Acanthuridae,
Holocentridae, Nemipteridae, Apogonidae dan Pempheridae.
Ikan yang termasuk major group merupakan kelompok ikan terbesar dari ikan
penghuni terumbu karang, umumnya hidup dalam kelompok besar (schooling
fish) misalnya ikan betok marga Pomacentrus, Dascyllus, Chromis dan
Amblyglyphidodon dari famili Pomacentridae. Ikan-ikan yang termasuk dalam
kelompok ini umumnya berukuran kecil.
b). Kelompok Ikan Target (Target spesies)
Ikan target spesies adalah ikan-ikan yang dikonsumsi dan bernilai ekonomis
penting yang hidup berasosiasi dengan terumbu karang. Kelompok ikan target
penghuni terumbu karang yang sudah dikenal masyarakat misalnya ikan kakap
(Lutjanidae), kerapu (Serranidae) dan baronang (Siganidae). Ikan tersebut
umumnya hidup
soliter dan mudah dihitung jumlahnya. Ada beberapa ikan
8
target yang sering dijumpai dalam kelompok besar, misalnya ikan ekor kuning
(Caesionidae).
c). Kelompok Ikan Indikator (Indicator spesies)
Ikan yang termasuk dalam kelompok tersebut adalah yang dianggap
berasosiasi paling kuat dengan karang. Secara umum kelompok ini meliputi ikan
kepe-kepe (Chaetodontidae) yang terdiri atas beberapa genus yakni Chaetodon,
Chelmon, Heniochus dan Forcipiger.
2. Pengelompokan Ikan Karang Berdasarkan Periode Aktifnya Dalam Mencari
Makan
Masih dalam Setiapermana (1996), ikan karang dibagi dalam kelompok
berdasarkan periode aktif mencari makan yaitu:
a) Ikan nokturnal (aktif pada malam hari), contohnya pada ikan-ikan dari famili
Holocentridae (swanggi), famili Apogonidae (beseng), famili Haemulidae,
Priachanthidae (bigeyes), Muraenidae (moray), Serranidae (jawfish) dan
beberapa dari famili Mullidae (goatfishes).
b) Ikan diurnal (aktif pada siang hari), contohnya pada ikan-ikan dari famili
Labridae
(wrasses),
(damselfishes),
Chaetodontidae
Scaridae
(parrotfishes),
(butterflyfishes),
Pomacentridae
Acanthuridae
(surgeonfishes),
Blennidae (blennies), Balistidae (triggerfishes), Pomachantidae (angelfishes),
Monachantidae, Ostracionthidae, Canthigasteridae dan beberapa dari famili
Mullidae (goatfishes).
c) Ikan crespuscular (aktif di antara dua waktu) contohnya dari ikan-ikan dari
famili
Sphyraenidae
(barracudas),
Carangidae
(jacks),
Scorpaenidae
(lionfishes), Synodontidae (lizardfishes), Carcharinidae, Sphyrnidae (sharks)
dan beberapa dari Muraenidae (moray).
9
D. Bentuk dan Ciri Khas Ikan Karang Target
1. Serranidae (Grouper, Rock cods, Coral trout, Kerapu, Sunu, Lodi )
Klasifikasi dari famili ini mempunyai banyak subfamili seperti Anthiinae
(anthias), Epinephelinae Grammistinae soapfish) dan Pseudogrammitinae (podges)
( Allen, 1997).
a) Soliter (jarang ditemukan berpasangan )
b) Biasanya bersembunyi di gua-gua atau bawah karang
c) Ukuran sampai 2 m dan berat sampai 200 kg
d) Tergolong karnivora memakan ikan, udang dan crustacean
Anyperodon leucogrammicus,
Epinephelus quoyanus
Cephalopholis miniata,
Plectropomus maculates
Gambar 1. Ikan dari Famili Serranidae (Kuiter, 1992)
Subfamili Anthiinae (Basslets, Sea-perch, Nona manis)
a) Ukuran kecil, mempunyai warna yang terang, merah,orange, kuning dan biru
b) Hidup pada daerah tubir dari terumbu karang dan jauh dari pantai atau yang
mempunyai kadar garam tinggi
c) Selalu bermain di atas dan sela-sela karang.
10
2. Lutjanidae (Snappers, Seabass, Kakap, Jenahan, Jambihan, Samassi)
a) Ditemukan diperairan dangkal sampai laut dalam
b) Bentuk memanjang, agak pipih, badan tinggi dan mempunyai gigi taring
c) Warna ada yang merah, putih kuning, kecoklatan dan perak
d) Sebagian ada yang bergerombol
e) Merupakan predator ikan, Crustaceans dan planton feeders
f)
Bentuk berbeda antara dewasa dengan yang kecil
Lutjanus kasmira
Lutjanus biguttatus
Lutjanus sebae
Macolor nige
Gambar 2. Ikan dari Famili Lutjanidae (Kuiter, 1992)
3. Lethrinidae (Emperor, Asual, Asuan, Gotila, Gopo, Ketamba lencam, Mata hari,
Ramin dan Sikuda)
a) Sering ditemukan pada pasir dan patahan karang (rubbel) pada daerah tubir.
b) Warna tubuh bervariasi antara jenis, tetapi ada beberapa jenis dapat berubah
dengan cepat
c) Hampir mirip dengan Lutjanidae, tapi memiliki kepala agak runcing
d) Ada yang sampai panjang 1 meter
e) Cara makan karnivora dengan memakan bermacam hewan pada pasir dan
patahan karang (rubbel)
11
4. Acanthuridae (Surgeons, Botana, Maum, Marukut, Kuli pasir)
a) Duri berbisa terdapat pada pangkal ekor yang berjumlah 1 dan 2, sangat
tajam seperti pisau operasi
b) Kulit tebal dengan sisik halus
c) Termasuk golongan herbivora
d) Hidup bergerombol didaerah karang yang dankal
Naso vlamingii
Zebrasoma scopes
Gambar 3. Ikan dari Famili Acanthuridae (Kuiter, 1992)
5. Mullidae (Goatfishes, Biji nangka, Kambing )
a) Warna umumnya merah, kuning dan silver
b) Mempunyai jenggot (barbell)
c) Mencari makan pada dasar perairan atau pasir
Parupeneus bifasciatus
Upeneus tragula
Gambar 4. Ikan dari Famili Mullidae (Kuiter, 1992)
6. Siganidae (Rabbit fishes, Baronang, Cabe, Lingkis Sumadar)
a) Tubuh lebar dan pipih ditutupi sisik yang halus, warna bervariasi, pada
punggung terdapat bintik-bintik putih, coklat, kelabu atau keemasan
b) Duri-duri sirip berbisa, beracun yang menyebabkan perih bila tertusuk
durinya
12
c) Ukuran berkisar 30 -45 cm
d) Makanan umumnya rumput laut dan algae
Siganus doliatus
Siganus guttatus
Gambar 5. Ikan dari Famili Siganidae (Kuiter, 1992)
7. Haemulidae (Sweetlips, Tiger, Grunts, Bibir tebal )
a) Ditemukan pada gua-gua karang
b) Kulit halus dan licin
c) Warna dan bentuk tubuh berubah dalam pertumbuhan
d) Ukuran medium (sampai 90 cm)
Plectrorincus orientalis
Gambar 6. Ikan dari Famili Haemulidae (Kuiter, 1992)
8. Labridae (Khusus genus Cheilinus, Choerodon dan Hemigymnus)
a) Dari genus yang tiga ini dinamakan wrasses raksasa karena mempunyai
ukuran agak besar (medium size 20-130cm)
b) Aktif pada waktu siang hari (diurnal)
c) Ikan yang sulit untuk didekati (pemalu)
d) Sering ditemukan pada air yang bersih dan pada tubir karang pada kedalaman
10 –100 meter
13
e) Makanan moluska, ikan, bulu babi, udang kecil dan invertebrate
Chelinus Undulates
Epibulus insidiator
Choerodon anchorago
Chelinus fasciatus
Thallasoma
Gambar 7. Ikan dari Famili Labridae (Kuiter, 1992)
9. Nemipteridae (Spinecheeks, monocle-bream, Pasir-pasir, Aloumang, Ijaputi,
Palosi pumi dan Ronte)
a) Warna terang
b) Sering ditemukan pada dasar perairan yang berpasir dan patahan-patahan
karang (rubble)
c) Kelihatan selalu diam, tapi bila terusik berenang dengan cepat
d) Akresif pemakan invertebrata, ikan kecil, udang, kepiting dan cacing (Benthic
feeders)
e) Hidup soliter dan bergerombol
f)
Diurnal dan malam beristirahat diantara karang
g) Berbeda antara yang kecil dengan yang telah dewasa
10. Priacanthidae ( Big eyes, Belanda mabuk, Mata besar)
a) Mata besar umumnya merah
b) Sebagaian hidup pada laut dalam
c) Pada siang hari bersembunyi pada gua-gua karang
14
d) Untuk diIdentifikasi dibawah air sulit karena antara spesies mirip, sebaiknya
diambil specimen
11. Carangidae ( Gabua, Putih, Kue )
a) Perenang cepat
b) Ikan pelagis
c) Biasanya schooling (gerombol)
d) Karnivora (waktu kecil makan zooplanton)
e) Ukuran bisa mencapai 2 meter
12. Sphraenidae ( Baracuda, Alu-alu )
a) Perenang cepat
b) Scooling/ bergerombol
c) Gigi tajam (Allen, 1997)
E. Habitat dan Penyebaran
Daerah Indo-Pasifik bagian tengah yaitu Kepulauan Filipina dan Indonesia
merupakan daerah penyebaran ikan karang dan mempunyai jumlah spesies yang
jumlahnya sangat besar dan jumlah itu semakin berkurang pada semua arah yang
menjauhi pusat ini (Nybakken, 1992).
Pada daerah terumbu karang, ikan merupakan organisme terbanyak dan
merupakan organisme besar yang mencolok yang ditemui pada daerah terumbu
karang (Montgomery, 1990 dalam Husain dan Arniati, 1996). Karena jumlahnya
yang besar mengisi seluruh daerah di terumbu, maka terlihat dengan jelas bahwa
mereka merupakan penyokong hubungan yang ada di dalam ekosistem terumbu
karang. Salah satu sebab keragaman spesies yang tinggi di terumbu karang adalah
karena variasi habitat terumbu yang terdiri dari karang, daerah berpasir, teluk dan
15
celah, daerah alga dan juga perairan yang dangkal serta zona-zona berbeda yang
melintasi karang (Nybakken, 1992). Selain itu juga terdapat komposisi jenis yang
beragam dan pada patch reef yang berbeda. Sorokin (1993) menyatakan bahwa
ikan-ikan karang memiliki kepadatan yang tinggi dengan biomassa yang diperoleh
sampai 200 gr/m2.
Total jumlah dari ikan-ikan terumbu karang di dunia berkisar 6000-8000 jenis,
dimana hanya 1/3 di antaranya berasal dari ikan bertulang
keras yang sudah
terdeteksi (Sorokin, 1993). Pada umumnya ikan-ikan terumbu karang memiliki warna
yang indah sehingga mempunyai nilai yang tinggi sebagai ikan hias, bertubuh kecil
dengan panjang umumnya kurang dari 3 cm (Hutomo, 1993). Ikan hias juga ada
yang dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi tangkapan nelayan. Jenis ikan dari
terumbu karang yang penting dalam produksi perikanan antara lain adalah ikan ekor
kuning dan ikan pisang-pisang (Caesio sp) (Nontji, 1987).
Ada sekitar 30-100 spesies jumlah dari beberapa famili ikan karang yang
banyak mendominasi, di antaranya adalah Pomacentridae, Chaetodontidae,
Acanthuridae, Scaridae, Gobiidae dan Serranidae. Adapula jenis yang sering pada
saat dewasa beruaya keluar daerah terumbu karang seperti Labridae, Muraenidae
dan Scorpaenidae (Sorokin, 1993). Beberapa jenis ikan konsumsi dari famili
Lutjanidae yang bertubuh lebih kecil, banyak terdapat dekat gosong-gosong atau
dekat terumbu karang (Djuhanda, 1981).
Hampir keseluruhan ikan yang hidup di terumbu karang mempunyai
ketergantungan yang tinggi, baik dalam hal perlindungan maupun makanan
terhadap karang. Oleh karenanya jumlah individu, jumlah spesies dan komposisi
jenisnya dipengaruhi oleh kondisi setempat. Telah banyak penelitian yang
membuktikan adanya hubungan korelasi positif antara kompleksitas topografi
16
terumbu karang dengan distribusi dan kelimpahan ikan-ikannya. Dalam salah satu
penelitian pada terumbu karang di Teluk California didapatkan korelasi positif yang
nyata antara ketinggian terumbu (faktor kedalaman) dengan jumlah spesies dan
keanekaragamannya (Sutton, 1983 dalam Husain dan Arniati, 1996).
Ikan karang menempati ekosistem yang sangat kompleks, terdiri dari banyak
mikrohabitat. Secara umum ikan karang berinteraksi baik dengan lingkungannya.
Tiap spesies menggambarkan habitat yang tepat sesuai dengan kebutuhannya dan
oleh beberapa faktor, termasuk makanan dan perlindungan yang sesuai dan
berbagai parameter fisika, seperti kedalaman air, kejernihan air, arus dan
gelombang. Jumlah spesies sangat banyak ditemukan pada terumbu karang adalah
gambaran dari banyaknya mikrohabitat pada lingkungan ini (Allen, 1997).
Bagi ikan, terumbu karang adalah substrat yang keras dan antara terumbu
karang yang satu dengan terumbu karang yang lain kompleksitas topologisnya
berlainan. Terumbu menyediakan bentuk dan ukuran ruangan (shelter) bagi ikan
yang sangat beragam. Kebanyakan ikan aktif pada siang hari (diurnal) dan yang
lainnya aktif pada saat malam hari. Dengan sendirinya seluruh ikan akan kembali ke
naungannya dalam kurun waktu tertentu dalam 24 jam selama istirahat dan faktor ini
saja sangat berpengaruh terhadap asosiasi yang erat antara ikan dan struktur
lingkungannya (terumbu karang) (Robertson, 1982).
Terumbu karang juga merupakan lingkungan yang tidak berkesinambungan
(patchy). Pada skala ratusan kilometer, terumbu tersebar di seluruh lautan tropis.
Pada skala yang lebih kecil, terumbu menyediakan zona habitat yang berbeda-beda
baik fisik maupun ciri-ciri lain. Pada zona-zona tersebut dalam skala meter terdapat
bentuk-bentuk fisik yang berbeda-beda karena perbedaan morfologi karang yang
berbeda spesies dan campuran/kombinasi antara koloni karang dengan pecahan
17
karang (rubble), pasir dan lapangan substrat batu kapur (limestone) (Thresher,
1984).
Dalam pengertian luas ada tiga kategori kedalaman perairan yang terutama
ditolerir oleh ikan karang yaitu daerah dangkal (0-4 meter), sedang (5-19 meter) dan
dalam (>200 meter). Jarak kedalaman dari zona ini bisa jadi sangat bergantung
pada tingkat perlindungan dan kondisi laut. Pada daerah dangkal yang biasanya
dipengaruhi oleh gelombang, daerah perlindungan yang baik terdapat pada teluk
atau laguna yaitu dengan cara turun ke kedalaman yang lebih dalam. Sebaliknya
pada daerah terluar struktur karang yang terbuka oleh pengaruh gelombang di
permukaan kadang-kadang dirasakan di bawah kedalaman 10 meter. Daerah
tengah merupakan tempat dimana ikan dan karang hidup melimpah. Pada daerah
ini pengaruh gelombang laut minimal, meskipun arus kadang-kadang kuat
sementara sinar matahari optimal bagi pertumbuhan dan pembentukan terumbu
karang (Allen, 1997).
Daerah kedalaman
di luar slope digambarkan sebagai tempat dimana
tingkat cahaya mulai berkurang, sebab itu sedikit ditemukan karang dan ikan.
Meskipun dalam jumlah spesies yang sangat kurang, beberapa spesies tertentu
akan datang ke daerah ini (Allen, 1997).
Martosewojo (1985) mengatakan ikan karang yang termasuk ikan hias laut
pada umumnya hidup di daerah karang pada kedalaman 1-15 m. Ikan tersebut
memilih tempat hidupnya di daerah terumbu karang sebagai tempat berlindung.
Selanjutnya dikatakan bahwa ada jenis ikan karang dari famili Chaetodontidae yang
hidupnya di daerah karang pada kedalaman 15-20 m di dekat daerah tubir. Ikan ini
sangat pemalu sehingga jarang ditemui. Sedangkan ikan dari Pomacentridae
18
umumnya hidup pada daerah yang mempunyai tempat berlindung, pada batu-batu
bulat yang besar atau di lubang-lubang dan celah-celah terumbu karang.
Keanekaragaman spesies ikan-ikan terumbu karang mirip karang. Salah satu
penyebab tingginya keanekaragaman spesies di terumbu karang adalah karena
variasi habitatnya. Terumbu karang tidak hanya terdiri dari karang saja, tetapi
daerah berpasir, berbagai teluk dan celah daerah alga, dan juga perairan yang
dangkal dan dalam serta zona-zona yang berbeda dalam melintasi karang. Habitat
yang beraneka ragam ini dapat menerangkan peningkatan jumlah ikan-ikan itu
(Nybakken, 1992).
Produktivitas yang tinggi dari ekosistem terumbu karang pada dasarnya
berasal dari air mengalir di atas terumbu karang, daur biologi yang efisien dan
penampungan zat hara yang tinggi sehingga ekosistem ini merupakan ekosistem
yang subur dan kaya akan makanan. Struktur fisiknya yang rumit, bercabangcabang dan mempunyai gua-gua sehingga membuat ekosistem ini merupakan
habitat yang menarik bagi jenis biota laut. Oleh sebab itu penghuni terumbu karang
sangat beraneka ragam baik yang berupa tumbuh-tumbuhan maupun hewan
(Thresher, 1984).
F. Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi Ikan Karang
Nilai keanekaragaman dan keseragaman dapat menunjukkan keseimbangan
dalam suatu pembagian jumlah individu tiap jenis (Odum, 1971). Keseragaman (E)
mempunyai nilai yang besar
jika individu ditemukan berasal dari spesies atau
genera yang berbeda-beda, sedangkan keanekaragaman (H’) mempunyai nilai yang
kecil atau sama dengan nol jika semua individu berasal dari satu spesies. Indeks
keseragaman merupakan angka yang tidak bersatuan, besarnya berkisar nol sampai
19
satu. Semakin kecil nilai suatu keseragaman, semakin kecil pula keseragaman
dalam komunitas.
Selanjutnya dikatakan bahwa untuk mengetahui apakah suatu komunitas
didominasi oleh suatu organisme tertentu, maka dapat diketahui dengan menghitung
indeks dominansi (D). Jika nilai D mendekati satu, maka ada organisme tertentu
yang mendominasi suatu perairan. Jika nilai D adalah nol maka tidak ada organisme
yang dominan.
G. Perhitungan/Sensus Ikan Karang
Populasi ikan terumbu karang dapat diduga melalui sensus secara visual
dengan transek 50 m, dengan kombinasi beberapa teknik pengamatan. Pengamatan
komunitas ikan karang pada daerah yang berbeda dengan menggunakan kategori
kelimpahan jenis, dimana dapat memberikan hasil sebagai data base untuk zonasi,
manajemen dan monitoring terumbu karang (English et al., 1994).
Lebar batasan sampling tergantung pada area dimana semua individu dapat
dideteksi dan dihitung, dengan kisaran antara 2-5 m tergantung kondisi, tingkah laku
ukuran dan kewaspadaan ikan-ikan tersebut pada saat observasi. Bilamana terlihat
ikan yang dihitung itu jumlahnya melimpah, agar sensus lebih akurat, bisa dilakukan
dengan memperbanyak sampling pada transek yang lebih pendek (20-50 m)
(Gunderson, 1993 dalam Husain dan Arniati, 1996).
Untuk lebih menajamkan seleksi jenis ikan yang akan disensus, diperlukan
beberapa kriteria yang dapat dipegang sebagai pedoman yaitu:
1) Secara visual dan numerik adalah jenis-jenis dominan tidak bersifat merayap
(non-cryptic) karena agak susah disensus demikian halnya dengan migratory
species;
20
2) Secara mudah dapat diidentifikasi di bawah air;
3) Berasosiasi secara khas dengan habitat karang;
4) Secara visual dominan; dan
5) Sebaran yang luas atau terbatas (Gunderson, 1993 dalam Husain dan Arniati,
1996).
21
Download