teori konvergensi simbolik

advertisement
4/29/2014
DEFINISI KONVERGENSI
SIMBOLIK
• Teori konvergensi simbolik dipelopori oleh
Teori Komunikasi-1, Sesi 06
TEORI KONVERGENSI
SIMBOLIK
Definisi
Tujuan
Fungsi
Aplikasi
Teori Komunikasi-1, Sesi 06. Dosen: Z. Hidayat, MM, M.Si.
Ernest Brooman, teori ini menjelaskan tentang proses
pertukaran pesan yang menimbulkan kesadaran
kelompok yang menghasilkan hadirnya makna, motif
dan juga persamaan bersama. Kesadaran kelompok
yang terbangun dalam suatu kelompok dapat
membangun semacam makna, motif untuk bertindak
bagi orang-orang dalam kelompok tersebut.
• Menurut Ernest Brooman kata lain untuk
proses konvergensi simbolik adalah tema fantasi.
Tema fantasi adalah pesan yang didramatisi seperti
permainan kata-kata, cerita,analogi, dan pidato yang
menghidupkan interaksi dalam kelompok. Setiap
individu saling berbagi fantasi karena kesamaan
pengalaman atau orang mendramatisi pesan memiliki
kemampuan retoris yang baik.
• Sekumpulan individu berasal dari orang-
orang yang sudah lama saling mengenal dan
berinteraksi ataupun bisa juga dari orang-orang yang
baru saling kenal, lalu saling berinteraksi dan bertukar
pengalaman yang sama sehingga menimbulkan proses
konvergensi simbolik.
Teori Komunikasi-1, Sesi 06. Dosen: Z. Hidayat, MM, M.Si.
1
4/29/2014
• Symbolic Convergence Theory (SCT),
menjelaskan bahwa makna, emosi, nilai, dan motif
untuk tindakan di retorika yang dibuat bersama oleh
orang yang mencoba untuk memahami dari
pengalaman yang umum, seperti keragaman
kehidupan.
• Teori ini mengupas tentang fenomena
pertukaran pesan yang memunculkan kesadaran
kelompok yang berimplikasi pada hadirnya makna,
motif, dan perasaan bersama. Artinya teori ini
berusaha menerangkan bagaimana orang–orang
secara kolektif membangun kesadaran simbolik
bersama melalui suatu proses pertukaran pesan.
• Kesadaran simbolik yang terbangun
• Teori Konvergensi Simbolik, yang
dikembangkan oleh Ernest Bormann dengan kelompok
mahasiswa dari Universitas Minnesota (1960-1970),
menemukan proses sharing fantasi. Jadi konsep Teori
Konvergensi Simbolik adalah tema fantasi.
• Tema fantasi adalah pesan yang
didramatisi seperti permainan kata-kata, cerita,
analogi, dan pidato yang menghidupkan interaksi
dalam kelompok. Tema fantasi juga terfokus pada
cerita suatu tokoh dengan karakter secara naratif.
Setiap individu akan saling berbagi fantasi karena
kesamaan pengalaman atau karena orang yang
mendramatisi pesan memiliki kemampuan retoris
yang baik.
dalam proses tersebut kemudian menyediakan
semacam makna, emosi dan motif untuk bertindak
bagi orang-orang atau kumpulan orang yang terlibat
didalamnya.
Teori Komunikasi-1, Sesi 06. Dosen: Z. Hidayat, MM, M.Si.
Teori Komunikasi-1, Sesi 06. Dosen: Z. Hidayat, MM, M.Si.
2
4/29/2014
TUJUAN KONVERGENSI
SIMBOLIK
• Suatu cerita, lelucon, atau permainan
kata-kata yang sering terjadi dalam suatu kelompok
tampaknya tidak bermakna apa-apa. Semuanya tidak
memiliki efek dalam interaksi selanjutnya. Akan tetapi,
kadang-kadang salah seorang dari anggota kelompok
mengambil pesan tersebut kemudian membumbui
cerita itu dan mungkin mendramatisi pesan dengan
gaya cerita masing-masing. Dalam teori konvergensi
simbolik, partisipasi ini dikenal dengan rantai fantasi
dan saat hal itu terjadi, individu-individu tersebut
telah berbagi kelompok fantasi.
•
Fungsi dari teori ini adalah menganalisa interaksi yang
terjadi di dalam skala kelompok kecil. Kelompok di sini
dapat berupa kelompok sosial, kelompok tugas, atau
kelompok dalam sebuah pergaulan. Secara proses,
teori ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
proses terbentuknya sense of community dan group
consciousness dalam sebuah kelompok.
•
Teori ini memiliki anggapan dasar bahwa setiap
anggota kelompok melakukan pertukaran fantasi
dalam rangka membentuk kelompok yang kohesif.
Dengan saling bertukar fantasi tersebut bisa memicu
terjadinya interaksi kelompok yang baik.
•
Fantasi yang dimaksudkan di sini bisa berupa ide-ide,
cerita, gurauan, dan lain-lain yang mengungkapkan
emosi atau mengandung emosi.
•
Fantasi bisa meliputi peristiwa di masa lalu atau yang
akan terjadi, namun fantasi tidak termasuk pada
komunikasi yang berfokus pada kegiatan yang terjadi
dalam kelompok tersebut.
• Symbolic Convergence Theory (SCT)
bisa juga disebut teori komunikasi umum. SCT
menjelaskan bahwa makna, emosi, nilai, dan motif
untuk tindakan di retorika yang dibuat bersama oleh
orang yang mencoba untuk memahami dari
pengalaman yang umum, seperti keragaman
kehidupan. Symbolic Convergence Theory adalah
komunikasi umum teori karena menjelaskan bahwa
fantasi-chaining oleh masyarakat umum tentang
sebuah pengalaman yang memproduksi visi retorik
dalam semua masyarakat.
Teori Komunikasi-1, Sesi 06. Dosen: Z. Hidayat, MM, M.Si.
Teori Komunikasi-1, Sesi 06. Dosen: Z. Hidayat, MM, M.Si.
3
4/29/2014
• Contohnya adalah vina sedang mengikuti
rapat audit suatu acara seminar dengan anggota
lainnya, mereka sedang membicarakan tentang
kesalahan susunan acara yang dibuat oleh seksi acara,
karena suasana semakin menegang dan diantara
anggota kelompok sudah terjalin sense of belonging
maka vina berbicara tentang rencananya yang ingin
mentraktir mereka di tempat favoritnya.
• Dari analogi diatas, saat mereka mebicarakan
tentang audit susunan acara yang salah bukanlah
fantasi, tapi yang fantasi adalah saat vina ingin
mentraktir teman-temanya untuk makan di tempat
favoritnya.
• Kesimpulan dari penerapan fantasi di
dalam interaksi suatu kelompok adalah untuk
mencairkan suasana dan mempermudah dalam hal
pengambilan keputusan. Keterbukaan tiap-tiap
individu dalam kelompok juga mendukung terjadinya
fantasi dalam konvergensi simbolik.
Kohesi
• Kohesi yang terbentuk dalam sebuah
kelompok mempermudah terjadinya pengambilan
keputusan dalam kelompok tersebut. Keterbukaan
adalah bagian penting dalam membentuk kohesi
dalam kelompok.
• Bormann juga menjelaskan bahwa
dalam setiap analisis tema fantasi atau yang lebih
luas lagi dalam visi retoris selalu terdapat empat
elemen pokok berikut; tokoh-tokoh yang terlibat
(dramatis personae ataucharacter), alur cerita (plot
line), latar (scene), dan agen penentu kebenaran
cerita (sanctioning agents).
• Tokoh pemeran dalam cerita tersebut dapat
berupa pahlawan, penjahat dan pemain pendukung
lainnya. Sedangkan alur cerita merupakan rangkaian
cerita yang dikembangkan dan tindakan-tindakan apa
yang dilakukan.
• Pada aspek Latar tercakup didalamnya
lokasi, berbagai peralatan atau perlengkapan yang
terkait, serta aspek sosio-kultural yang ada dalam latar
terkait. Terakhir adalah sanctioning agents yang
berkitan dengan sumber-sumber yang akan
melegitimasi kebenaran cerita.
Teori Komunikasi-1, Sesi 06. Dosen: Z. Hidayat, MM, M.Si.
Teori Komunikasi-1, Sesi 06. Dosen: Z. Hidayat, MM, M.Si.
4
4/29/2014
• Keempat elemen pokok diatas
yang
dalam istilah Bormann (Morris & Buchanan, 2000)
disebut dengan istilah Dramtistic Structural
Elements memang terasa mirip dengan elemenelemen pokok dalam teori Dramatisme dari Kenneth
Burke.
• Pada kenyataannya memang
demikian,
Bahkan Morris dan Buchanan (2000) lebih lanjut
menyatakan bahwa kajian-kajian komunikasi yang
bersifat humanistik memang cenderung menggunakan
sudut pandang dramatistik.
• Bormann menggunakan sudut pandang
Dramatistik secara berbeda yakni
dengan memusatkan perhatiannya kepada Pesan
sebagai unit analisisnya serta proses komunikasi
diantara partisipan yang memunculkan konvergensi
fantasi, makna dan realitas simbolik diantara mereka.
Jadi dalam perspektif Bormann yang menjadi premis
pokoknya adalah bagaimana orang –orang berbagi
realitas bersama.
FUNGSI
• Fungsi dari teori ini adalah menganalisa
interaksi yang terjadi di dalam skala kelompok kecil.
Kelompok di sini dapat berupa kelompok sosial,
kelompok tugas, atau kelompok dalam sebuah
pergaulan.
• Ernest G Bormann dalam Communication and
Organizations: an intepretive approach (Putnam and
Pacanowsky, 1983: 110) menjelaskan konvergensi
simbolik akan menghasilkan tema-tema fantasi dramadrama besar yang panjang dan rumit dari sebuah
cerita yang dipaparkanvisiretorik.
• Sebuah visi retorik merupakan sebuah
pandangan berbagi, bagaimana sesuatu terjadi dan
apakah mungkin terjadi? Bentuk impian merupakan
asumsi pengetahuan kelompok yang didasarkan pada
penciptaan strukturasi penguasaan realitas.
• Yang membentuk proses konvergensi
simbolik: 1) Individu dan karakteristik; 2) Perhatian
Umum; da 3) Kemampuan retorika dari masing –
masing anggota kelompok
Teori Komunikasi-1, Sesi 06. Dosen: Z. Hidayat, MM, M.Si.
Teori Komunikasi-1, Sesi 06. Dosen: Z. Hidayat, MM, M.Si.
5
4/29/2014
• Tema-tema fantasi dan visi retorik
terdiri atas karakter-karakter,alur cerita, skenario dan
sanksi dari agen (induk organisasi).Karakter dapat
berupa pahlawan,penjahat,atau hanya tokoh
pelengkap saja. Alur cerita adalah aksi atau
pengembangan cerita, sedangkan skenarionya
merupakan latar setting-an, termasuk lokasi
pelengkap dalam lingkungan sosiokultural.
APLIKASI TEORI
Dunia Politik
• Dalam dunia politik atau yang paling minim
adalah tidak menggunakan hak suara (golput) saat
pemilu. Sikap apatis tersebut adalah bentuk
penolakan yang paling kentara oleh rakyat dalam
menanggapi kondisi negara yang tidak jelas dengan
dunia politik yang bobrok. Padahal seharusnya,melalui
berbagai pesta demokrasi, rakyat dibuai dan diberikan
fantasi-fantasi politik dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
• Sanksi agen adalah sumber yang
melegitimasi cerita dan menjadi otoritas pada
kredibilitas cerita. Biasanya unsur ini diarahkan pada
kepercayaan yang bersifat dogma. Sanksi agen
biasanya berupa komitmen pada keadilan, demokrasi,
bahkan agama.
• Stephen W Littlejohn dan Foss dalam
Theories of Human Communication menambahkan
bahwa cerita atau tema- tema fantasi diciptakan
melalui interaksi simbolik dalam kelompok kecil dan
kemudian dihubungkan dari satu orang ke orang lain
dan dari satu kelompok ke kelompok lain untuk
menciptakan sebuah pandangan dunia yang terbagi
(2008:165).
• Dalam konvergensi simbolik dibutuhkan
adanya visi retorik, saga, dan consciousness sustaining
Teori Komunikasi-1, Sesi 06. Dosen: Z. Hidayat, MM, M.Si.
• Pemilu politik, legislatif, presiden atau pemilihan
kepala daerah, merupakan momen penting di mana
semua mata tertuju pada keriaan tersebut dan
panggung politik digelar dengan dramaturgi dalam
upaya perbaikan,kemajuan, dan kesejahteraan rakyat.
•
Kenyataan menunjukkan sebaliknya. Para politisi
bukan menciptakan fantasi yang menyejukkan,malah
memuakkan: banyak kecurangan dalam
kampanye,klaim tuntutan perhitungan suara ulang
alasan tidak fairsampai kepada tindakan-tindakan
kriminal dalam pemilu.
Teori Komunikasi-1, Sesi 06. Dosen: Z. Hidayat, MM, M.Si.
6
4/29/2014
Dunia Seni
• Jika kita menganggap fantasi itu ”omong
kosong”,mungkin tidak akan ada karya-karya
sastra,musik,dan film yang mampu membuai dan
menciptakan fantasi di benak pemirsa,pendengar, dan
pembaca.Berdasarkan insting sebagai organisme,
manusia akan selalu berusaha keluar, menghindar dari
tekanandanancamanpadadirinya.
• Wajar bila ada tekanan dan impitan
hidup yang kian berat,banyak orang yang berusaha lari
dari kenyataan yang ada. Sinetron( operasabun)
merupakan media murah meriah yang mampu
mengisi khayalan-khayalan yang ada di benak orang.
• Karena itu, terlepas pada adanya
kepentingan ekonomi politik dan bias selebritas,
penulis begitu menghargai kehadiran sinetron dan film
di masyarakat sebagai penghibur dan penciptaan
fantasi masyarakat.
• Teori ini termasuk kedalam ranah Objektif
karena orang lain atau manusia itu dianggap pasif dan
dapat dikendalikan atau diarahkan.
Teori Komunikasi-1, Sesi 06. Dosen: Z. Hidayat, MM, M.Si.
7
Download