BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumtif

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsumtif diartikan aktivitas konsumsi yang berlebihan, yaitu pemborosan atau
konsumsi yang sifatnya mengada-ada dan barang yang dibeli bukan merupakan
kebutuhan primer atau mendesak, lebih bersifat spontanitas. Masyarakat memandang
apa yang dikonsumsi saat ini bukan saja kebutuhan namun juga keinginan. Aktivitas
konsumsi yang berlebihan ini dipacu dengan gaya hidup masyarakat terutama
perempuan karena belanja itu tidak lepas dengan seorang perempuan. Apabila kita
berbelanja hanya sesuai dengan daftar belanja atau kebutuhan dasar itu dinamakan
dengan konsumsi. Konsumsi berlebihan itu selain dipacu oleh gaya hidup tapi juga
karena tawaran-tawaran yang dilakukan oleh produsen atau penjual dengan berbagai
macam promosi yang dibuat secara menarik. Kecenderungan masyarakat konsumsi
dalam berbelanja di mal, hipermarket, dan supermarket sering kali melampaui
kebutuhan/keperluan yang semestinya. Hal tersebut dalam konsep ekonomi
merupakan akibat surplus barang-barang produksi, sehingga banyak barang-barang
yang dijual di bawah harga normal dengan sistem discount, bonus, bahkan dengan
sistem discount yang terbatas waktu (discount time) dalam beberapa menit, sehingga
memicu konsumen untuk menghabiskan uang belanja saat itu juga tanpa berpikir
panjang
1
Di dalam kehidupan sehari-hari kita tidak akan lepas dengan kebutuhan, dan
untuk pemenuhan kebutuhan tersebut seseorang harus melakukan transaksi ekonomi
yaitu jual-beli. Transaksi jual beli bisa dilakukan di pasar, di toko, di supermarket
bahkan sekarang lebih maju lagi yaitu belanja secara online melalui media internet
dan media payment melalui ATM. Sebagian orang memiliki suatu tempat belanja
yang selalu menjadi andalan, yang setiap akan melakukan transaksi belanja
seseorang akan berfikiran untuk kesana yang biasa disebut dengan langganan.
Langganan konsumen mempunyai kebutuhan untuk kelangsungan hidup dirinya atau
organisasinya. Toko langganan ini akan menjadi titik tujuan pertama saat seorang
pelanggan akan melakukan belanja. Untuk mengikat pelanggan sebuah toko akan
mengadakan suatu program untuk terus mempertahankan langganannya supaya tetap
belanja di ditoko tersebut dengan membuat suatu keterikatan yaitu kartu member
atau kartu anggota. Kartu anggota bisa juga disebut dengan Private Label Card atau
bisa diartikan sebagai kartu yang bukan diterbitkan dari sebuah bank (seperti ATM)
melainkan oleh badan usaha seperti supermarket, hotel dan perusahaan lainnya.
Di
dalam kartu anggota ini biasanya tertera identitas pemilik yang didalamnya juga
akan ada aturan-aturan tertentu serta bonus-bonus yang akan diberikan toko kepada
pelanggannya. Pemakaian kartu ini hanya terbatas pada perusahaan yang
mengeluarkaanya.
Membership
atau kartu member adalah semacam kartu anggota yaitu kartu
yang memuat identitas dan jati diri seseorang sebagai tanda ke-anggotaan suatu
perkumpulan. Semakin maju zaman kini kartu anggota tidak hanya ada didalam
21
suatu perkumpulan namun
juga terdapat di toko, swalayan, supermarket dan
tempat belanja modern. Tempat belanja menyediakan banyak bentuk tawaran
menarik yang dikemas secara bagus , salah satunya diskon. Diskon menurut kamus
besar bahasa indonesia adalah potongan harga, toko akan memberikan potongan
harga sejumlah kesepakatan yang biasanya tertulis secara prosentase dan
dipublikasikan lewat suatu iklan, panflet atau ditempel langsung dibagian barangnya.
Tawaran ini itu dikemas sangat menarik sehingga akan mempengaruhi dan membuat
orang yang semula tidak berniat membei li barang tersebut menjadi tertarik untuk
membeli. Selain itu dengan adanya kartu member ada penawaran khusus dari servis
toko terhadap pelanggan seperti adanya diskon khusus pemegang member, point
belanja dengan ketentuan khusus juga hadiah pembelian langsung dengan harga
tertentu terhadap pemegang kartu member. Kartu member pastilah tertera identitas
sebagai pengikat antara pemegang dan juga toko.
Adapun toko yang biasanya memakai sistem membership atau kartu anggota
adalah toko yang tergolong dalam menengah keatas yaitu department store
minimarket,supermarket,hypermarket dan juga toko-toko frenchise, jarang sekali
kita temui toko tradisional atau bahkan toko kelontong biasa memakai sistem
membership atau kartu anggota. Paling sering kita jumpai
membership yaitu
ditoko yang bergenre fashion atau kosmetik, karena sistem membership ini mudah
memikat pelanggan pasalnya fashion dan kosmetik bukan merupakan kebutuhan
sehari-hari untuk membelinya sebagian besar orang akan berpikir dua kali dibanding
dengan membeli kebutuhan pokok sehari-hari. Jadi dengan adanya membership
31
informasi dari toko akan cepat tersampaikan oleh pelanggan seperti diskon, cuci
gudang, bonus dan reward. Contoh MCC MATAHARI adalah kartu member yang
diberikan MATAHARI DEPARTMENT STORE terhadap konsumen sebagai tanda
pengikatan atau menjadi member di MATAHARI. Matahari Club Card (MCC)
adalah kartu loyalty yang dikeluarkan PT. Matahari Department Store Tbk. yang
ditujukan kepada konsumen. Peserta Program MCC adalah Pelanggan PT. Matahari
Department Store Tbk. (MDS) yang telah memenuhi persyaratan Keanggotaan
Matahari Club Card. Persyaratan Keanggotaan Program MCC, adalah dengan
mengisi pendaftaran dengan jujur, akurat dan benar. Penggunaan MCC ini tidak
dapat digunakan sebagai kartu pembayaran dan juga kartu kredit, kartu MCC
semata-mata hanya kartu yang ditunjukan saat transaksi pembayaran dikasir yang
kemudian akan terpotong secara otomatis jika ada barang yang memang sudah
menjadi ketentuan toko diskon atau mendapat,bonus.
Penciptaan sistem seperti dibuatnya kartu member itu tidak lepas dari pengaruh
pandangan pembisnis kepada gaya hidup dan gaya belanja orang pada masa kini.
Mereka mencari peluang dari kasus-kasus yang terjadi di dalam masyarakat,
terutama dalam masyarakat modern masa kini yang mudah terbaca karena semakin
kurangnya privasi. Semakin terbukanya dan sampai terlihat seperti tidak ada lagi
privasi menjadikan peluang bagi pelaku bisnis untuk mengambil keutungan dengan
cara melihat tren yang sedang terjadi. Perilaku konsumsi dan gaya hidup perempuan
pada saat ini
menjadi sorotan dan tren masyarakat didunia. Gaya hidup perempuan
selalu berubah mangikuti tren yang sedang terjadi sehingga mempengaruhi tingkat
41
konsumerisme wanita. Konsumsi (Mukti dkk, 2014) bisa didefinisikan sebagai
kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia sedangkan konsumerisme
memilliki definisi yang berbeda dari konsumen yaitu konsumerisme berarti
pemberosan atau kegiatan konsumsi yang hanya mengada-ada dan keluar dari
kebutuhan dasar. Sejarah manusia adalah sejarah konsumsi. Manusia memiliki
kebutuhan , dan kebutuhan secara alami dapat dipengaruhi oleh alam. Inilah yang
disebut gagasan dasar dari konsumsi yaitu mengumpulkan dari alam. Pada tahap ini
alam menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan dan sebaliknya manusia
memungut apa yang mereka butuhkan. Mengkonsumsi merupakan implikasi dari
manusia yang memiliki kebutuhan namun tidak pernah tercukupi. Sedangkan untuk
mencapai keuntungan yang maximal kekuatan produksi melalui berbagai media
mencoba mempengaruhi konsumen untuk membeli. Salah satu media yang
dimaksud adalah dengan adanya sistem membership atau kartu anggota sebagai
wujud loyalti perusahaan kepada pelanggan. Walaupun kita tahu tujuan membership
ini untuk mempertahankan pelanggan tapi juga sebagai wujud pengekangan
perusahaan terhadap konsumen. Disebut sebagai pengekangan karena mau tidak mau
harus ada komitmen juga dari pelanggan untuk perusahaan seperti harus
membelanjakan sejumlah uang yang ditentukan untuk tetap bisa menjadi
membership nya. Banyak khasus yang bisa diamati salah satunya saat kita belanja di
Matahari departement store, mereka memberi banyak tawaran menarik seperti beli 2
gratis satu, voucher belanja dan diskon hingga 50% + 20% tetapi dengan mematok
harga yang lucu, misalnya mendapat voucher belanja senilai Rp. 50.000; tetapi
dengan syarat belanja minimal nominal Rp. 150.000; padahal di label barang-barang
51
tersebut tertera harga Rp. 149.900 yang berarti kurang 100 rupiah saja namun tetap
tidak memenuhi syarat, hal itu juga menyebabkan salah satu konsumsi yang berlebih
karena secara otomatis orang akan membeli dengan jumlah lebih untuk mendapat
voucher belanja tersebut sedangkan mereka tidak menyadari telah melakukan
konsumsi yang berlebihan.
Konsumen tidak hanya membelanjakan uangnya untuk membeli barang dan
jasa sesuai dengan manfaat dan kegunaannya sehingga tercapai kepuasaan maximal,
artinya jika kita sedang berbelanja untuk kebutuhan dasar kemudian kita melihat
promo atau tawaran menarik di sebuah barang kita akan tertarik untuk membelinya
walaupun itu bukan termasuk daftar belanja dan itu juga bukan termasuk kebutuhan
dasar dan mendesak. Promo atau dsikon memang diciptakan untuk menarik pembeli
dan dikemas secara bagus untuk menghipnotis orang yang awalnya memang tidak
berniat membeli kemudian melempar perhatian ke barang tersebut dan kemudian
tertarik untuk membeli barang tersebut. Ada 5 cara untuk meningkatkan penjualan
menurut zahiraacounting pada tahun 2011 yaitu mengutamakn kualitas dan inovasi
produk, memberikan pelayanan terbaik untuk pelanggan, melakukan promsosi
secara efektif dengan menjual lebih banyak kepada pelanggan,menambah outlet baru
di lain daerah dengan maksud untuk memperluas daerah pemasaran dan yang
terakhir adalah diskon atau promo pemotongan harga barang lebih murah daripada
harga penjualan biasanya. Terpacu dengan peningkatan penjualan dengan cara yang
terkahir yaitu pemeberian diskon. Asal mula diskon yaitu berawal dari coca-cola
memberikan secarik kertas kupon kepada masyarakat sekitar Amerika yang
61
kemudian kupon itu bisa ditukarkan dengan sebotol coca-cola secara gratis dan
Cuma-Cuma pada tahun 1800-an. Penemu awal mula voucher tersebut adalah dari
pembisnis asal Atlanta, Asa Candlher . Cara ini bisa membuat Coca-cola yang
awalnya tidak diperhitungkan dalam bisnis minuman di dunia bisa menjadi
pemimpin industri minuman didunia . Hal tersebut menjadi perhatian publik
sehingga menarik orang untuk menggunakan sistem ini sebagai cara mereka untuk
mengembangkan usaha.
Dengan adanya membership tersebut membuat masyarakat terutama
perempuan sangat antusias untuk berbelanja karena mereka tidak akan memikirkan
resiko jika sudah melihat adanya promo atau diskon. Berbelanja adalah gaya hidup
masyarakat terutama perempuan untuk memuaskan keinginan yang diidakkan ketika
sudah capek bekerja atau merasa jenuh, berbelanja bisa menjadi ajang refreshing
perempuan. Terutama perempuan yang hidup di kota mereka akan menghabiskan
waktu lsenggang bekerja untuk berbelanja terutama dalam hal fashion. Seperti
ilustrasi ini, Sebagai wanita yang hidup di kehidupan urban, belanja sudah menjadi
bagian dari gaya hidup kita, sudah capek bekerja, kita menganggap sudah
sewajarnya kita menghibur dan menghadiahi diri sendiri dengan berbelanja beberapa
barang yang kita idamkan. Berbelanja fashion memang bukan merupakan prioritas
utama karena bukan merupakan kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar, sehingga
seseorang harus benar-benar mencari waktu yang tepat untuk membelinya.
Berbelanja memang suatu naluri untuk perempuan karena baginya belanja
merupakan refreshing dari kejenuhan sehari-hari ( dikutip dari kompasiana.com 17
71
januari 2014) ,Perempuan akan beburu fashion ketika ada tawaran diskon atau
promo dan kemudahan dalam berbelanja seperti COD (Cash on delivery), PO
(Pree-order) seperti data yang tercantum dalam situs Zalora belanja online , karena
seperti yang sudah dikatakan tadi jika fashion buka merupakan kebutuhan dasar
yang harus segera dipenuhi dengan seperti itu muncullah peluang usaha fashion
untuk mengadakan diskon walaupun sebenarnya harga dinaikkan dulu baru nanti
didiskon yang terlihat seperti ada diskon yang sangat besar dan menguntungkan
pembeli, walauun demikian tetap saja si pengusaha mendapat untung dengan cara
permainan bisnis seperti itu. Tidak kurang akal juga untuk menunjukan komitmen
pelanggan mengadakan member dengan memberi kartu yang berisikan nomer atau
kode sebagai bukti keanggotaan, dalam kartu tersebut sudah tertulis identitas si
pemilik. Tujuannya agar para pemegang kartu setia dan tetap komitmen untuk
menjadi pelanggan dan biasanya akan mendapat pelayanan istimewa serta
program-progrma non reguler yang diberikan perusahaan bagi pemegang kartu
anggota tersebut dibanding dengan pembeli reguler yang bukan merupakan anggota.
Seperti yang kita ketahui bahwa sistem membership itu dipakai diberbagai
jenis perusahaan. Baik barang maupun jasa. Namun dalam penelitian ini berfokus
pada fashion saja, karena fashion termasuk kedalam hot tren barang yang paling
dicari di Indonesia ( dalam Jasa Internet Marketing Surabaya : 2011)
menyebutkan
bahwa fashion berada di lima besar barang yang paling dicari masyarakat indonesia
setelah Mobil, Rumah, Motor dan Blackberry. Didalam penjualan online fashion
juga termasuk barang yang paling dicari dan diminati oleh konsumen, Masih dengan
81
hasil survey yang dilakukan Google bekerjasama dengan TNS Online dan juga situs
Blibli.compada tahun 2011, menyebutkan bahwa survei ini melibatkan 1.300
responden dan dilakukan di 12 kota besar di Indonesia yang meliputi kota Jakarta,
Bandung, Surabaya, Semarang, Makassar, Medan, Padang, Pontianak, Banjarmasin,
Denpasar, dan juga Manado. Rentang usia yang mengikuti survei rata-rata berumur
18-50 tahun, dengan gender laki-laki dan perempuan. Dari hasil data survei tersebut
menunjukkan bahwa produk apparel, fashion dan aksesoris menjadi produk incaran
pertama yang akan dibeli secara online oleh konsumen baru. Selain itu fashion
merupakan kebutuhan penting juga, apalagi pada kelas menengah keatas , dalam
penelitian lembaga survey Nielsen tahun 2010 bahwa fashion juga sebagai fast
moving good consumer yang mempengaruhi juga terhadap produk kecantikan dan
juga perawatan tubuh . Disana disebutkan bahwa kelas tren perawatan tubuh dan
kecantikan belum mempengaruhi juga terhadap daya konsumsi masyarakat
menengah kebawah karena sebagian dari mereka masih mengalokasikan uangnya
untuk minyak goreng dan juga mie instant.
Manusia adalah makhluk ekonomi, yaitu cenderung melakukan tindakan
ekonomi atas dasar kepentingan sendiri, cenderung mengadakan kegiatan ekonomi
secara efisien yaitu selalu memikirkan apa yang dikeluarkan dengan apa yang
didapatkan atau dihasilkan, cenderung memilih kegiatan yang paling dekat dengan
tujuannya. Selain dipandang sebagai makhluk ekonomi yang memperhitungkan
usaha dan pendapatannya manusia juga merupakan makhluk sosial yang
menganggap belanja itu sebagai sarananya. Belanja dan konsumsi bisa dipandang
91
sebagai praktek sosial. Aktivitas berbelanja bukan saja untuk mendapatkan barang
yang dibutuhkan tetapi juga menjadi media untuk berinteraksi secara sosial.
Aktivitsa berbelanja adalah sarana beriteranksi dan menambah persaudaraan,
Manusia akan mengusahakan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan
berbagai cara dan usaha, sehingga manusia tidak akan lepas dengan hasrat konsumsi
juga gaya hidup yang akan menimbulkan sifat konsumtivisme di masyarakat secara
terus menerus.
Menurut Jean.P.Baudrillard (dalam Ritzer, 2004) aktivitas konsumsi pada
dasarnya bukan dilakukan karena alasan kebutuhan, namun lebih kepada alasan
simboli yaitu kehormatan, status dan prestise. Banyak orang melakukan aktivitas
berbelanja yang berlebihan karena tuntutan status sosial, belum lagi jika
mengkonsumsi suatu barang dengan melihat branded atau membeli symbol yang ada
dalam barang tersebut. Barang dengan branded ternama tentunya akan menaikkan
gengsi bagi siapa saja yang berani untuk membeli atau mengkonsumsinya. Bahkan
untuk membeli barang branded para penyuka rela untuk mengeluarkan uang dengan
nominal yang cukup fantastic demi membelinya, padahal ada barang substantife
yang dengan model sama dan dengan harga yang lebih murah namun bagi penyuka
tidak ada kemantapan jika belum membeli atau memiliki barang yang orisinil.
Bahkan ketika barang branded itu ada diskon ada sebagian orang yang menyambut
baik namun ada juga yang tidak mau jika ada diskon karena dirasa akan menurunkan
gengsi. Manusia kini teelah dibutakan dengan gengsi dan gaya hidup yang
mengakibatkan manusia tidak lagi melihat fungsi dari suatu barang namun symbol
dari suatu barang.
10
1
Terutama pada kaum wanita, sebagian besar kaum wanita menganggap
belanja itu suatu hobi atau keharusan. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa
kaum wanita itu mengganggap belanja itu adalah sautu gaya hidup, dimana telah
disebutkan dalam ,Brake (1985) mengatakan gaya merupakan suatu ungkapan
identitas melalui proyeksi yang berhati- hati terhadap citra diri, yang ditunjukkan
melalui busana, rambut, tata rias dan hobi. Fashion juga merupakan gaya hidup
wanita dengan mempercantik diri mereka bebas berekspresi dan diamanjakan
dengan sejuta tawaran dari produk-produk kecantikan andalan yang telah ditawarkan
oleh perusahaan. Seperangkat pakaian juga termasuk ke dalam fashion, apalagi
model pakaian-pakaian wania saat ini lebih beragam dibanding dengan laki-laki
yang pilihan modelnya hanya sedikit (kaos,hem,celana pendek dan panjang). Belum
lagi sekarang ditambah dengan akseseries pendukung seperti bando, jepit rambut,
bandana bahkan jilbab sekarang berbagai model ada. Toko fashion kini banyak
diserbu oleh kaum wanita terutama mereka yang update di fashion. Sehingga
menyebabkan menjamurnya toko fashion dimanapun baik online maupun outlet.
Semakin menjamurnya toko fashion ini perusahaan untuk menarik pelanggan atau
untuk mempertahankan pelanggan mereka memiliki cara jitu untuk mempertahankan
dan meningkatkan salah satunya dengan diadakannya membership.
11
1
B. Rumusan masalah
1.
Bagaimana pengaruh kepemilikan kartu anggota terhadap meningkatnya minat
beli di masyarakat?
2.
Apakah kepemilikan kartu anggota, intensitas iklan, dan minat beli
mempengaruhi perilaku konsumtif?
C. Tujuan penelitian
1.
Mengetahui pengaruh kepemilikan kartu anggota toko terhadap meningkatnya
minat beli di masyarakat serta perilaku belanja yang berhubungan dengan
timbulnya minat belanja yanag berlebihan dan perilaku konsumtif.
2.
Mengetahui peningkatan perilaku konsumtif
apakah dipicu oleh kepemilikan
kartu anggota toko. Ataukah intensitas iklan dari toko. Atau minat beli.
12
1
D. Manfaat penelitian
Berbelanja di masyarakat memang menjadi sebuah keharusan dimana mereka
akan mempertahankan kehidupannya sehari-hari karena setiap manusia diciptakan
memang untuk berkonsumsi. Konsumsi dalam masyarakat beragam dan bervariasi
sesuai dengan kebutuhan dan juga pendapatan masing-masing kepala. Namun sering
kali masyarakat tidak sadar akan adanya konsumsi yang berlebihan atau konsumtif
di masyarakat terutama pada wanita yang selalu mengunggulkan fashion. Fashion
memang dibutuhkan untuk mempercantik diri namun banyak sekali khasus yang
ditemui di masyarakat sering kali fashion di unggulkan dan kebutuhan dasar menjadi
kurang terpenuhi. Menyadarkan masyarakat akan konsumtivisme yang berdampak
besar terhadap kegiatan ekonomi sehari-hari. Kosumtivisme memang menjadi sifat
yang relatif berbahaya karena berhubungan dengan ekonomi,gaya hidup dan
mungkin juga berpengaruh terhadap kemiskinan karena kurangnya saving
dimasyarakat akibat konsumsi yang berlebihan. Masyarakat harus hati-hati dengan
gaya hidup yang berlebihan yang akan berdampak negatif terhadap masyarakat
sendiri.
13
1
E. Kerangka Teori
1. Konsmusi , konsumtif , konsumtivisme dan strategi bisnis perusahan
a. Pengertian komsumsi, konsumsi adalah tindakan untuk mengurangi
atau menghabiskan nilai guna suatu barang atau dengan kata lain kegiatan
untuk memenuhi kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar yang dimaksud adalah
kebutuhan menganai sandang,pangan dan juga papan. Menurut Jean
Baudrillard, komsumsi bukan sekedar nafsu untuk membeli begitu banyak
komoditas, satu fungsi kenikmatan, satu gungsi individual, pembebesan
kebutuhan, pemuasan diri, kekayaan atau konsumsi objek. Konsumsi berada
dalam satu tatanan pemaknaan pada satu
“panoply” objek ; satu sistem
atau kode , tanda ,”satu tatanan manipulasi tanda”, manipulasi objek
sebagai tanda
satu sistem komunikasi seperti bahasa, satu sistem
pertukaran (seperti kekerabatan primitif), satu moralitas , yaitu satu sistem
pertukaran ideologis, produksi perbedaan, “ satu generalisasi [proses
fashion secara kombinatif”, menciptakan isolasi dan mengindividu: satu
pengekang orang secara bawah sadar, baik dari sistem tanda dan dari sistem
sosio-ekonomiko-politik: dan satu logika sosial. Menurut Bacock (1993;
51), konsumen modern secara fisik pasif tapi secara menthal mereka sangat
sibuk. Konsumsi kini lebih dari yang pernah ada sebelumnya merupakan
suatu pengalaman yang ada dibenak sebagai perkara akal dan pikiran,
ketimbang sekedar proses pemuasan kebutuhan biologis
Menurut
Chaney konsumsi adalah seluruh tipe aktifitas sosial yang orang lakukan
sehingga dapat dipakai untuk mencirikan dan mengenal mereka, selain
14
1
(sebagai tambahan) apa yang mungkin mereka lakukan untuk hidup.
Chaney menambahkan, gagasan bahwa konsumsi telah menjadi(atau sedang
menjadi) fokus utama kehidupan sosial dan nilai-nilai kultural mendasari
gagasan lebih umum dari budaya konsumen. Contohnya : Menghabiskan
makanan dan minuman, memakai baju, menonton TV.
b. Konsumtif , konsumtif secara harafiah diartikan sebagai kegiatan
konsumsi yang berlebihan atau menagada-ada. Membeli barang bukan lagi
hanya melihat fungsinya saja tapi juga untuk menaikkan gengsi. Barry, 1994
menagatakan bahwa konsumtif adalah pemakain atau pembelian barang dan
jasa yang sifatnya karena tuntutan gengsi dan bukan menurut tutntutan
kebutuhan yang semestinya. Oleh karena konsumtif diartikan sebagai boros
atau perilaku pemborosan (pembelian berlebihan tidak sesuai kebutuhan dan
hanya menghambur-hamburkan uang saja). Dalam arti luas konsumtif lebih
diartikan sebagai perilaku berkonsumsi yang boros dan berlebihan , yang
lebih mendahulukan keinginan bukan kebutuhan , serta tidak ada skala
prioritas juga dapat diartikan sebagai gaya hidup yang bermewah-mewah.
Bisa disebut sebagai perilaku konsumtif apabila seseorang tidak mampu
mengatur belanjanya dan lebih mendahulukan keinginan bukan kebutuhan
yang sehrusnya segera untuk terpenuhi, berbelanja diluar shopping list
dengan target belanja yang mewah atau bukan kebutuhan pokok yang
mendesak padahal masih banyak kebutuhan pokok mendesak yang jarus
terpenuhi namun karena sifat konsumsi yang berlebihan malah mendahulukan
apa yang diinginkan walaupun barang atau jasa tersbut bukan merupakan
15
1
kebutuhan pokok dan mendesak. Konsumtif yang diakibatkan karena
kepemilikan kartu loyalty seperti pemborosan akibat tawaran dari perusahaan
kepada pemilik kartu sebagai tanda keterikatan dan juga reward dari
perusahaan untuk pelanggan. Perusahaan memang memilki strategi-strategi
tertentu untuk memikat pelanggannya agar tetap setia menjadi pelanggan.
Salah satunya seperti yang dilakukan Pand’s collection setiap beberapa bulan
sekali dengan mengadakan discount time dengan objek atau sasaran
konsumen
adalah
mereka
yang
terdaftar
sebagai
anggota.
Pand’s
memberitahukan moment discount tersebut kepada pelanggan melalui SMS
dan juga email. Terlihat berbeda antara hari biasa dengan hari saat discount
time, karena pembeli terlihat banyak saat discount time daripada hari biasa,
bisa disimpulkan sementara bahwa sifat konsumtif terjadi di saat manusia
tidak lagi bisa mengontrol belanjanya akibat tawaran perusahaan yang spesial
diberikan kepada orang-orang tertentu yang terikat oleh loyalty card dan
sejenisnya.
c. Konsumtivisme, yaitu paham tentang konsumsi yang berlebihan.
Konsumtivisme memiliki dua akar kata yaitu “konsumtif” dan “isme”.
Konsumtif adalah kata sifat yang memiliki kata dasar “consumptus” (Latin),
“consume” (Ingg.), konsumsi (Ind.). Dengan demikian kata konsumtif berarti
sifat mengkonsumsi, memakai, menggunakan, menghabiskan sesuatu. Sangat
menarik, dalam bahasa inggris kata “konsumtif” digunakan untuk
menyatakan penggunaan sesuatu hal dengan berlebih-lebihan, memboroskan,
obsesif, dan rakus.
16
1
d. Strategi bisnis perusahaan .
Adapun selain dipengaruhi dari interen manusia kegiatan konsumsi
yang berlebihan juga dipengaruhi oleh strategi pembisnis atau pencarian
peluang untung dari suatu perusahaan atau toko untuk menarik konsumen
supaya mengkonsumsi atau memakai barang dan jasa yang disuguhkan
walaupun bukan termasuk barang dan jasa kebutuhan pokok/dasar. Salah
satu strateginya adalah dengan mengeluarkan loyalty card adalah salah
satu alat promosi berupa kartu membership (keanggotaan) yang banyak
digunakan pelaku bisnis untuk mengikat konsumennya agar datang
kembali ke perusahaanya. Biasanya loyalty card sengaja ditawarkan
kepada para pelanggan sebagai salah satu fasilitas premium untuk
mendapatkan diskon , hadiah, maupun kupon khusus bagi para pelanggan
setianya. Loyalty Card ini banyak diminati atau tingkat ketertarikan
masyarakat terutama kaum wanita sangat tinggi walaupun sifatnya
mengikat banyak orang tertarik karena memang fasilitas yang ditawarkan
oleh kartu tersebut beda dengan layanan reguler bisa disebut lebih prima
dan exclusive.
Strategi lain adalah seperti lokasi usaha atau tempat usaha
didaerah strategis atau mudah dijangkau oleh khalayak umum seperti
berada ditepi jalan, berada dipusat perbelanjaan, didekat instansi-instansi
yang terkait dengan produknya. Tatanan barang atau letak barang juga
harus diperhatikan untuk menarik perhatian pembeli atau konsumen
seperti dpertimbangkan warna yang sedang tren, harga, atau model yang
baru menjadi tren. Selain itu kegiatan diskon atau obral barang juga
17
1
menjadi salah satu strategi pemasaran oleh perusahaan atau pelaku bisnis,
walaupun sebenarnya ada penambahan harga sebelum didiskon namun
dengan dibalut kata diskon barang akan lebih menarik pembeli, barang
obral biasa dilakukan oleh paleku bisnis apabila barang tersebut sudah
tidak begitu laku dipasaran atau sudah ketinggalan jaman, maka pelaku
bisnis akan rela modal kembali dengan cara mengobralnya daripada rugi
apabila ada penyortiran.
Untuk membahas fenomena sebagaimana dikemukakan diatas , maka
dibawah ini dikemukakan
teori terkait, sebagai berikutt;
Teori konsumsi (Jean Baudrillard dalam Ritzer, 2003), konsumsi diartikan
sebagai sebuah moral , sistem komunikasi dan struktur pertukaran. Dimana
konsumsi bukan sekedar nafsu untuk membeli banyak komoditas, namun ada fungsi
kenikmatan , fungsi individual, pembebasan kebutuhan dan pemuasan diri. Dalam
masyarakat konsumen yang dikontrol oleh kode hubungan manusia ditranformasikan
dalam hubungan dengan obyek ,terutama konsumsi objek. Objek adalah nilai tanda
daripada nilai guna atau nilai tukar dan konsumsi tanda-tanda objek tersebut
menggunakan bahasa yang kita pahami, komoditas dibeli sebagai gaya ekspresi
tanda, prestise, kemewahan, kekuasaan dan sebagainya. Menurut
(1970),
dalam
barang,
tetapi
konsumsi
masyarakat
juga
diidentikkan
jasa
konsumsi
dan
dengan
orang
tidak hanya
hubungan antarmanusia.
masyarakat pertumbuhan
Baudrillard
mengonsumsi
Masyarakat
yang
dalam
prosesnya merupakan lingkaran setan pertumbuhan yang dihubungkan dengan
18
1
pemborosan.
Pemborosan ini dapat diartikan dengan banyaknya barang konsumsi
yang disfungsi yang mengakibatkan banyak tenaga serta biaya yang dikeluarkan
dengan sia-sia dan tanpa faedah. pemborosan juga sebagai penyeimbang
kesenjangan antara kelas dominan dan kelas bawah. Pemborosan
kaitannya
hidup
dan
dengan
budaya
perilaku
konsumen
konsumerisme
yang
merupakan bagian
dipicu
dari
dalam
gaya
oleh cepatnya pergantian
mode dalam berbagai barang dan kebutuhan hidup masyarakat konsumsi.
Tiga perspektif mengenai Budaya Konsumen, Featherstone (1991) yaitu
pertama budaya konsumen didasari pada premis ekpansi produksi komoditas
kapitalis yang telah meningkatkan akumulasi budaya material secara luas dalam
bentuk barang-barang konsumsi dan tempat-tempat pembelanjaan sehingga
menyebabkan peningkatan aktivitas konsumsi dan pemanfaatan waktu luang
(leissure time). Kedua, perspektif budaya konsumen berdasarkan perspektif
sosiologis bahwa kepuasaan seoranf diperoleh dari barang-barang yang dikonsumsi
berkaitan dengan aksesnyayang terstruktur secara sosial atau perbedaan sosial.
Katiga, budaya konsumen yang didasari dari kesenangan atau kenikmatan emosional
dari aktivitas konsumsi, impian dan hasrat menonjol dalam khalayan budaya
konsumer dan khususnya tempat-tempat kegiatan konsumsi yang secara beragam
menimbulkan kegairahan dan kenikmatan estetis langsung terhadap tubuh.
19
1
F. Hipotesa
1. Hipotesa Mayor
Kepemilikan kartu anggota mempengaruhi meningkatnya minat beli
masyarakat.
2. Hipotesa Minor
a.
Kepemilikan Kartu Anggota mempengaruhi perilaku konsumtif.
b.
Intensitas iklan dari Pand’s melalui brosur, panflet atau baliho mempengaruhi
perilaku konsumtif.
c.
Minat beli yang besar menimbulkan perilaku konsumtif .
d.
Kepemilikan Kartu Anggota, kemudian ada iklan yang menawarkan diskon
karena kepemilikannya terhadap PMC (Pand’s Member Card)
atau bisa
disebut dengan intensitas iklan dari Pand’s kepada konsumen yang memiliki
kartu Anggota menimbulkan perilaku konsumtif yang berlebihan.
e.
Kepemilikan Kartu Anggota dan minat beli, karena memiliki kartu anggota
dengan syarat-syarat dan kelebihan tertentu mengakibatkan minat beli
meningkat yang mengakibatkan timbulnya perilaku konsumtif.
f.
Intensitas iklan dari Pand’s mempengaruhi minat beli, intensitas iklan yang
tinggi lewat berbagai media menimbulkan minat beli masyarakat yang tinggi
kemudian setelah minat beli ada timbul perilaku konsumtif.
20
1
G. Matrix Hubungan Antar Variabel.
PENGARUH/
AKIBAT
1
2
3
4
Σ
1
-
0
1
0
1
2
1
-
1
0
2
3
0
0
-
0
0
4
1
1
1
-
3
Σ
2
1
3
0
6
Keterangan ;
0
: tidak mepengaruhi
1
: mempengaruhi
Variabel ;
1. Variabel 1 : kepemilikan kartu anggota .
2. Variabel 2 : minat beli .
3. Variabel 3 : intensitas iklan dari Pand’s.
4. Variabel
: perilaku konsumtif.
21
1
Dari skema hubungan antar variabel dapat dinyatakan secara
tentative untuk manegsumsikan jumlah hubungsn empiris tersebut dengan
menggunkan rumus :
n (n  1)
2
Keterangan : n adalah jumlah variabel.
Jadi perhitungan untuk hubungan empiris antar variabel diatas : 4 (4-1) : 2 = 4(3) : 2
=6
- ANALISA JALUR
Dalam hubungan kelima varibael dalam bentuk matriks kausal , dapat
dibuat sebagai model simplikasi dari gambaran peristiwa yang mencerminkan
adanya hubungan kausal seperti gambar dibawah ini ;
Kepemeilikan kartu
Anggota toko
Intensitas
Iklan
Minat
Beli
Perilaku
Konsumtif
22
1
Dalam pola jalur diatas dapat kita lihat bahwa semua panah mengarah ke
arah minat beli dan perilaku kosnumstif, yang artinya tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh kepemilikan kartu anggota terhadap meningkatnya
minat beli dimasyarakat yang berujung terhadap meningkatnya perilaku konsumtif
juga. Seperti hipotesa diatas bahwa kepemilikan kartu anggota dapat mempengaruhi
meningkatnya minat belanja. Serta intensitas iklan yang berasal dari kepemilikan
kartu anggota tersebut terhadap minat beli. Iklan dimasukan kedalam variabel karena
pengaruh terhadap timbulnya minat beli itu tinggi, minat beli muncul ketika ada
iklan. Ketika minat beli muncul dan seseorang tertarik untuk membeli bisa tidak
terkontrol dan menimbulkan perilaku konsumtif yang berujung pada pemborosan.
23
1
.H. Metode Penelitian
Metode
penelitian
pada
dasarnya
merupakan
cara
ilmiah
untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
1. Pendekatan penelitian.
Peneliti
data
yang
diinginkan.
pengukuran
perceraian,
dan
Penelitian
pengangguran
dan
fakta,
tetapi
dapat
filsafat
diartikan
positivisme,
Teknik
secara
random,
pengumpulan
data
hipotesis
bersifat
yang
suatu
telah
metode
fenomena-fenomena
hipotesa
Sugiyono, metode
ditetapkan
penelitian
ada,
penelitian yang
meneliti pada
sampel
individual
Penelitian
bebas,
maupun
ini
sangat
tetapi
dengan tujuan
(Sugiyono,
yang
yang
penting
penelitian,
menguji
deskriptif
menggambarkan
berlangsung saat ini atau saat yang
perubahan
apa
menggunakan
pada
adanya,
baik
angka-angka.
studi pendahuluan bagi penelitian lain
deskriptif
24
1
atau
dilakukan
untuk
ditujukan untuk
dengan
sebagai
atau penelitian lanjutan. Penelitian
populasi
2012: 7).Penelitian
menggambarkan kondisi
kelompok
berlandaskan
pada umumnya
lampau. Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau
variable-variabel
penelitian
menggunakan instrumen
kuantitatif/statistik
yang
melakukan pengujian
untuk
data
misalkan
konsep
metode
pengambilan
tertentu,
Peneliti mengembangkan
Menurut
digunakan
tertentu.
analisis
dimaksudkan untuk melakukan
tidak
sebagai
sampel
adalah
lain-lain.
singarimbun,2011:04).
kuantitatif
deskriptif
yang cermat dan tepat terhadap fenomenal
menghimpun
(Masri
pada
menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif untuk mendapatkan
bisa
menggambarkan
sesuatu
keadaan
saja, tetapi
bisa
juga
mendeskripsikan
tahapan-tahapan perkembangannya.Penelitian
demikian
keadaan
disebut
dalam
dengan
penelitian perkembangan (developmental research). Dalam penelitian perkembangan
ada yang bersifat longitudinal atau sepanjang waktu, dan ada yang bersifat cross
sectional atau dalam potongan waktu.
2. Lokasi Penelitian
Sesuai dengan tema penelitian ini yaitu mengetahui peran kartu anggota
terhadap peningkatan perilaku konsumtif maka penelitian ini dilakukan ditoko
terkait yang mengeluarkan kartu membership dan juga sering mengadakan diskon.
Tidak semua toko fashion mengeluarkan kartu anggota dan mengadakan acara
diskon serta obral baju. Maka dalam penelitian ini peneliti memilih objek
penelitiannya di toko fashion muslim Pand’s Collection Jl. Simanjuntak Yogyakarta.
Alasan mengapa memilih tempat ini karena di Pand’s Collection ini memiliki
program banyak untuk menarik pelanggan salah satunya dengan kartu anggota
seperti tema pada penelitian ini. Toko Pand’s Collection ini memiliki ciri khas yang
tergolong unik, misalnya toko lain memberi diskon dengan cara menempelkan
tulisan diskon seperti itu, namun dengan toko Pand’s ini beda karena setiap ada
moment
tertentu toko ini menggunakan sistem SMS dan email untuk
memberitahukan kepada pelanggan/ orang yang telah terdaftar menjadi member
ditoko tersebut dengan tertera persen diskon yang ditawarkan, dengan cara seperti
ini berarti antara pelanggan biasa dengan yang memilki kartu PMC (Pand’s Member
Card) fasilitasnya jelas berbeda karena lebih spesial yang ikut serta PMC.
25
1
3. Teknik Pengumpulan data

Pemilihan populasi dan sampel responden
Responden dipilih dari mereka yang melakukan transaksi belanja di Pand’s
Collection secara acak distratifikasi (stratified random sampling). Karena jika
responden hanya homogen atau berkutat pada responden yang sama yaitu misalnya
mahasiswi semua atau ibu-ibu rumah tangga semua nanti akan menghasilkan
masalah yang kecil dan kurang bervariasi. Sampel distratifikasi adalah sampel yang
diambil secara acak namun tetap dibedakan sesuai dengan strata atau lapisan-lapisan.
Dalam setiap strata yang ditentukan akan diambil sempel secara acak dalam sempel
berlapis, peluang untuk terpilih antara satu strata dengan yang lain mungkin sama,
mungkin pula berbeda. Tiga syarata menggunakan metode pengambilan sampel acak
distratifikasi ini, yaitu: harus ada kriteria yang jelas yang akan dipergunakan sebagai
dasar untuk menstratifikasi populasi ini dalam lapisan-lapisan,
pendahuluan
dari
populasi
mengenai
kriteria
yang
harus ada data
dipergunakan
untuk
menstratifikasi, harus diketahui dengan tepat jumlah satuan-satuan elementer dari
tiap lapisan dalam populasi itu.
Kalau peneliti akan mempergunakan metode tidak berimbang, maka ia dapat
menetapkan sendiri jumlah unsur-unsur sampel yang akan diambilnya. Namun
demikian, agar terhadap efisien yang maksimum perlu diprhatikan hal-hal sebagai
berikut ; dimuka telah disebutkan bahwa makin tidak seragam suatu populasi,
hendaknya makin besar pula sampel yang diambil. Dari stratum yang lebih seragam
26
1
dapat diambil jumlah unsur sampel yang lebih kecil dibandingkan dengan stratum
yang lebih tidak seragam.
Dalam penelitian ini ditentukan sampel dari populasi yang jumlahnya ribuan
namun penyebaran populasi yang sangat luas dan sangat sulit untuk ditemui jadi
peneliti memilih untuk yang ada di tempat saja saat kuisioner dibagikan namun
dengan dengan cara stratified sampling bedasarkan tingkat pendidikan dan
pendapatan. Ditentukan jumlah sampel untuk ditunjuk sebagai responden adalah 30
orang, namun untuk mengantisipasi data yang homogen peneliti memilih memakai
30 responden tersebut dengan dibagi atas 3 tingkatan menurut pekerjaan yaitu:
1. 11 responden untuk kalangan mahasiswi (mengandalkan uang orangtua)
2. 11 responden untuk kalangan ibu rumah tangga ( ibu rumah tangga dan setengah
menganggur)
3. 13
responden untuk kalangan ibu-ibu yang bekerja di kantoran maupun usaha
sendiri.
- Dengan kuisioner :Pada penelitian survai, penggunaan kuesioner merupakan hal
yang pokok untuk mengumpulkan data. Hasil kuesioner tersebut akan terjelma
dalam
angka-angka,
kesimpulan
pada hasil
untuk
hasil
tabel-tabel,
penelitian.
kuesioner
(a) memperoleh
analisa
Analisa
itu.tujuan
pokok
informasi
yang
statistik
data
kuantitatif
pembuatan
relevan
dan
uraian
dilandaskan
kuesioner
dengan
serta
tujuan
adalah
survai,
dan (b) memperoleh informasi dengan realibilitas dan validitas setinggi mungkin.
(Singarimbun dan Tri Handayani, 2011).
27
1
- Dengan dokumentasi : mengambil foto atau gambar-gambar terpampang di
lokasi penelitian yang bisa dijadikan sebagai penguat data. Ada juga baliho yang
dipasang oleh Pand’s dibanyak sudut kota bahkan diperbatasan didesa sebagai
bukti iklan yang dilakukan oleh pand’s tersebut sangat intensive dan luas . Selain
itu brosur juga bisa membantu untuk menguatkan data yang diperoleh sebagai data
sekunder.
- wawancara : wawancara dilakukan untuk mengambil data dari perusahaan.
Wawancara terhadap manager, wawancara terhadap orang yang berwenang
mengurusi masalah kartu anggota di Pand’s (counter PMC).
28
1
5. Teknik Analisa Data
Peneliti menggunakan kuisioner sebagai alat untuk mengumpulkan data dan
didukung dengan wawancara serta dokumentasi. Analisa data ini dilakukan setelah
data dirasa sudah cukup untuk menjawab rumusan masalah, penelitian ini berproses
secara deduktif yaitu dari penetapan variabel kemudian pengumpulan data,
pengolahan data baru
kemudian menyimpulkan. Dalam penelitian kuantitatif,
pengolahan data baru bisa dijalankan setelah semua data terkumpul dan dirasa
cukup.
Kegiatan dalam analisa data adalah mengumpulkan kuisioner yang telah diisi
sesuai dengan jumlah sampel yang ditentukan serta data yang diperlukan dalam
penelitian ini, mengelompokan jenis variabel dan responden, mentabulasi data
berdasarkan variabel dari seluruh responden, melakukan perhitungan untuk menguji
hipotesis yang telah diajukan. Teknik analisa data dalam kuantitatif menggunakan
statistik. Terdapat dua jenis teknik analisa data yaitu statistik deskriptif dan ststistik
inferensial. Dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif.
Pengolahan data dalam penelitian ini akan menggunakan SPSS atau Excel
untuk mempermudah kerja pengolahan data. Sebelumnya melakukan koding, dan
kemudian data yang terkumpul dimasukkan ke dalam kartu atau berkas data. Cara
merekam data dengan dua cara ;
1. Dengan memasukkan data dalam kartu tabulasi
2. Menggunakan sistem komputer SPSS 16.
3. Menggunakan program MS.Excel (mean,median,modus)
29
1
6. Sumber data
Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data
sekunder, data primer berasal dari isian kuisioner yang diberikan kepada
responden. Kuisioner yang memuat 16 pertanyaan dengan sistem multiplechoice
jadi mempermudah responden untuk mengisi kuisioner yang diberikan peneliti.
Data sekunder berasal dari informasi yang diberikan perusahaan seperti data-data,
grafik peningkatan penjualan atau peningkatan penjualan ketika ada acara diskon
(discounttime).
30
1
Download