reaksi kimia pada siklus logam tembaga

advertisement
PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
“REAKSI KIMIA PADA SIKLUS LOGAM TEMBAGA”
Oleh :
Luh Putu Arisanti
1308105006
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
BADUNG
TAHUN 2013/2014
REAKSI KIMIA PADA
SIKLUS LOGAM TEMBAGA
1.
Tujuan Percobaan
Mempelajari perubahan kimia yang terjadi pada siklus logam Cu
2.
Landasan Teori
Ilmu kimia mempelajari tentang peristiwa kimia yang ditandai dengan berubahnya suatu
zat menjadi zat lain. Semua materi selalu mengalami perubahan.
Misal : Etanol + Oksigen  Karbon dioksida + Air
Reaksi kimia dimana satu atau lebih zat berubah menjadi zat-zat baru yang sifat-sifatnya berbeda
dibandingkan dengan zat-zat penyusunnya sebelumnya. Semua materi selalu mengalami perubahan.
Zat yang mengalami perubahan disebut zat pereaksi (reaktan) dna zat yang terbentuk
disebut hasil reaksi (produk). Dalam hal ini etanol dan oksigen adalah pereaksi,
sedangkan karbon dioksida dan air adalah hasil reaksi. Kehidupan di dunia tidak lepas
dari perubahan kimia. Pernafasan merupakan bagian dari perubahan kimia. Kita
memasukkan O2 ke dalam tubuh yang akan bereaksi dengan glukosa menghasilkan H2O
dan CO2. Reaksi ini menghasilkan energi yang berupa panas untuk menjaga suhu tubuh
dan energi gerak. Rumus-rumus pereaksi diletakan disebelah kiri dan hasil reaksi diletakan
disebelah kanan.
Dan berikut adalah ciri dari perubahan kimia :
1. Perubahan suhu
Larutan Natrium hidroksida dan larutan asam klorida dicampur di dalam tabung
reaksi maka akan menghasilkan natrium klorida yang hangat pada dinding tabung.
2. Perubahan warna
Gula dipanaskan akan menghasilkan karbon dan uap air karbon berwarna hitam dan
terasa pahit.
3. Pembentukan gas
Logam zink di masukkan ke dalam tabung reaksi larutan asam sukfat akan
menghasilkan zink silfat. Reaksi ini disertai pembentukan gelembung gas.
4. Pembentukan endapan
Larutan perak nitrat dicampur dengan larutan natrium klorida menghasilkan perak
klorida dan natrium nitrat. Reaksi ini menghasilkan endapan putih dari perak klorida.
Bidang kimia yang mepelajari aspekaspek kuantitatif unsur dalam suatu peristiwa atau
reaksi disebut “STOIKIOMETRI” (bahasa Yunani : Stoichea = unsur, metrain =
mengukur), jadi Stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan
kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi kimia. Pada persamaan reaksi kimia berlaku
Hukum Kekekalan Massa, yang dikemukakan oleh “Lavoise”. Pada tahun 1774 ia
melakukan penelitian dengan memanaskan timah dengan oksigen dalam wadah tertutup.
Dengan mengamati secara teliti, ia berhasil membuktikan bahwa dalam reaksi kimia itu
tidak terjadi perubahan massa. Hukum Kekekalan Massa it menyatakan bahwa setiap
reaksi kimia, massa zat-zat setelah bereaksi adalah sama dengan zat sebelum reaksi.
Jika suatu perubahan kimia terjadi, kita dapat mengamati salah satu atau beberapa
peristiwa-peristiwa berikut :
-
Habisnya zat yang bereaksi
-
Zat yang bereaksi lenyap
-
Timbul gas
-
Terjadi perubahan warna
-
Timbul endapan
-
Terjadi perubahan suhu
-
Tercium adanya bau yang baru
Faktor-faktor ini digunakan untuk menunjukan apakah suatu reaksi kimia telah terjadi
atau tidak.
3.
Alat dan Bahan
A. Alat :
1. Neraca elektronik
2. Gelas beker
3. Kaca arloji
4. Steambath / alat pemanas
5. Cawan penguap
6. Batang pengaduk (spatula)
7. Gelas ukur
8. Penjepit
9. Pipet tetes
10. Botol semprot
B. Bahan :
1. Tembaga (Cu) 0,20 gram
2. Larutan HNO3
3. Larutan KOH
4. Air suling
5. Larutan H2SO4
6. Zn dalam bentuk serbuk
4.
Cara Kerja
Untuk mengamati peristiwa kimia yang terjadi akan kita gunakan sepotong kecil
logam Cu. Disini Cu yang saya gunakan yaitu potongan-potongan kabel. Adapula
serangkaian cara kerja dalam percobaan ini yaitu :
Langkah I : Reaksi antara logam Cu dan asam nitrat (HNO3)
- Timbang dengan teliti sebanyak 0,20 gram logam Cu.
- Masukkan logam Cu ke dalam gelas kimia 250 ml.
- Dengan hati-hati tuangkan larutan asam nitrat ke dalam gelas kimia yang berisi logam
Cu hingga logam Cu habis bereaksi. (Kerjakan dalam lemari asam karena gas yang
terbentuk berupa racum).
- Tutup gelas kimia dengan kaca arloji.
Langkah II : Penambahan Larutah KOH
- Kedalam larutan dalam gelas kimia pada langkah I, dengan hati-hati tambahkan
sejumlah tertentu larutan KOH sambil diaduk.
Langkah III : Pemanasan
- Tambahkan 100 ml air suling ke dalam gelas kimia di atas.
- Panaskan gelas kimia beserta isinya, dimana selama pemanasan aduk secara perlahanlahan. Lanjutkan pemanasan sampai mendidih dan tidak terjadi perubahan yang dapat
teramati lagi.
- Keluarkan batang pengaduk dan larutan, semprot dengan aquades untuk melepaskan
partikel-partikel yang melekat. Kemudian biarkan gelas kimia dan isinya dingin
selama 5 menit.
- Tuangkan cairan bening dalam gelas kimia ke dalam gelas kimia yang lain
(dekantasi). (hati-hati agar padatan yang ada tidak ikut tertuang).
- Cuci padatan dalam gelas kimia dengan penambahan 100 ml air suling, kemudian
biarkan zat padat kembali mengendap. Selanjutnya dekantasi lagi.
- Ulangi proses pencucian dengan menggunakan air suling.
- Simpan hasilnya untuk mengerjakan proses selanjutnya.
Langkah IV : Penambahan larutan H2SO4
- Tambahkan dengan hati-hati larutan H2SO4 ke dalam gelas kimia, aduk sampai tidak
terlihat perubahan yang dapat teramati lagi.
- Simpan larutan ini untuk langkah berikutnya.
Langkah V : Penambahan Logam Zn
- Tambahkan logam Zn ke dalam hasil dalam gelas kimia di atas. Kemudian tutuplah
gelas kimia dengan kaca arloji. Sekali-sekali goyangkan gelas kimia tersebut.
- Biarkan reaksi kimia berlangsung hingga Zn habis bereaksi. Ini bisa dilihat dari tidak
timbulnya gas lagi.
- Simpan hasil ini untuk percobaan berikutnya.
Langkah VI : Mendapatkan Cu kembali (Recovery Cu)
- Dekantasi cairan bening dalam gelas kimia dari padatannya.
- Cuci hasil dengan 50 ml air suling, biarkan padatan mengendap. Kemudian dekantasi
lagi. Ulangi pencucian dan proses sebanyak dua kali.
- Timbang dnegan teliti cawan penguap yang bersih. Catat massanya.
- Tuangkan padatan dalam gelas kimia ke dalam cawan penguap. Kemudian keringkan
hasilnya dengan memanaskan cawan penguap ini diatas steambath.
- Timbang cawan penguap beserta isinya dan catat massanya. (kerjakan dengan hatihati agar tidak terlalu banyak air yang digunakan untuk memindahkan sisa padatan
yang melekat pada alat yang digunakan).
- Hitung massa Cu. Kemudian hitung rendemennya.
5.
Hasil Pengamatan
Langkah I :
1. Logam Cu :
Wujud : padatan
Bentuk : potongan kecil kabel
Warna : kuning kemerahan
Massa : 0,20 gram
2. Larutan HNO3 :
Wujud : cair
Bentuk : larutan
Warna : bening
Volum : 2 ml
3. 3Cu + 8HNO3 → 3Cu (NO3)2 + 2NO + 4H2O
Menghasilkan :
-
Gelembung gas berwarna kuning kecoklatan
-
Adanya bau menyengat
-
Perubahan warna logam Cu menjadi putih disekitar logam terdapat gelembung
gas
-
Warna larutan menjadi biru
Langkah II :
1. Larutan KOH :
Wujud : cair
Bentuk : larutan
Warna : bening
Volume : 6 ml
2. Cu(NO3)2 + 2KOH  Cu(OH)2 + 2KNO3
Menghasilkan :
-
Perubahan warna dari biru terang penjadi biru pekat disertai dengan busa,
gelembung udara dan larutan lebih padat.
-
Timbulnya endapan
-
Suhu terasa hangat
-
Zat yang bereaksi telah terlarut
Langkah III :
1. Larutan Cu(OH)2 setelah ditambah dengan air suling :
Wujud : cair
Bentuk : ada endapan
Warna : biru pekat
Volume : 50 ml
2. Pemanasan larutan Cu(OH)2
Cu(OH)2  CuO + H2O
Menghasilkan:
-
Timbulnya bau
-
Perubahan warna ( hitam pekat setelah mendidih )
-
Adanya endapan berwarna hitam
-
Suhu menjadi panas karena adanya proses pemanasan
-
Lgam Cu pada akhir langkah ini yaitu sebagai endapan
3. Setelah didinginkan timbul endapan yang merupakan CuO. Ada cairan bening diatas
CuO yang merupakan H2O.
Langkah IV :
1. Larutan H2SO4 :
Wujud : cair
Bentuk : larutan
Warna : bening
Volume : 0,003 ml
2. CuO + H2SO4  CuSO4 + H2O
Menghasilkan:
-
Adanya perubahan warna endapan yang semula berwarna hitam menjadi warna biru.
-
Zat yang bereaksi telah habis larut.
Langkah V :
1. Logam Zn :
Wujud : padatan
Bentuk : serbuk halus
Warna : abu-abu
Massa : 0,2 gram
2. CuSO4 + Zn  ZnSO4 + Cu
- Perubahan warna Cu menjadi merah bata.
- Warna ZnSO4 bening.
Langkah VI :
1. Padatan Cu diperoleh setelah dipanaskan.
2. Padatan Cu berwarna merah bata.
6.
Pembahasan
Langkah I :
Cu Cu2+ + 2e-
x3
3Cu 3Cu2+ + 6e-
4H + 3e- + NO3- NO + 2H2O
x2
8H+ + 6e- + 2NO3-2NO + 4H2O
3Cu+ 8H+ + 2NO3-3Cu2+ + 2NO + 4H2O
3Cu + 8HNO33Cu(NO3)2+ 2NO + 4H2O
0,2 gram = . . . mol Cu
Mol Cu =
=
= 0,003 mol
Mol HNO3 =
= 0,008 mol
VHNO3 . M
= . . . mol
V HNO3. 4
= 0,008 mol
V HNO3
= 0,002 mol
= 2 ml
Langkah II :
Berikut adalah reaksinya :
Cu(NO3)2 + 2KOH → Cu(OH)2 + 2KNO3
1:2:1:2
Keterangan :
Mol Cu = mol Cu(NO3)2 = 0,003 mol
Maka : 2 KOH = 2 x mol Cu(NO3)2 = 2 x 0,003 mol = 0,006 mol
Dengan 1M KOH yang ada
Maka volume KOH yang dibutuhkan untuk dicampurkan kedalam Cu(NO3)2 adalah :
M = mol / volum
1 = 0,006 / v
1v = 0,006
= 0,006 liter = 6 ml (untuk ukuran yang asli)
Karena pada percobaan ini reaksi tidak terjadi sempurna maka ditambahkan kembali
larutan KOH sebanyak 6 ml sehingga : Volume = 6 + 5 = 11 ml
Langkah III :
Cu(OH)2 CuO + H2O
Dengan hasil :
Cu(OH)2 = berwarna biru pekat dan mengendap
CuO = setelah dipanaskan berwarna hitam pekat dan mengendap
H2O = cairan yang berwarna putih bening
Langkah IV :
Larutan asam sulfat adalah larutan yang berwarna bening. Asam sulfat
merupakan bahan baku untuk membuat senyawa – senyawa sulfat. Kegunaannya :
elektrolit pada aki kendaraan bermotor, proses pembuatan minyak bumi, pembuatan
berbagai produk industri. Pada percobaan keempat ini persamaan reaksinya adalah :
CuO + H2SO4  CuSO4+ H2O
1 :1 :1 :1
Molaritas H2SO4 = 2N = 1M
Karena jumlah mol Cu = Cu(NO3)2= CuO maka jumlahnya adalah 0,003 mol
n=V.M
V = n : M = 0,003 : 1 = 0,003 liter = 3 ml
Jadi penambahan H2SO4 ke dalam CuO adalah 3 ml.
Langkah V :
Seng (Zn) merupakan unsur transisi periode keempat. Bilangan oksidasi dari
unsur Zn hanya +2, logam Zn memiliki titik leleh cukup rendah dan tidak bersifat katalis.
Persamaan reaksinya adalah :
CuSO4 + Zn  ZnSO4 + Cu
Berat logam Zn diperlukan yaitu :
Mol
=
Gram = Mol x Mr
= 0,003 x 65,37
= 0,19611 gram
Jadi logam Zn yang diperlukan yaitu sebanyak 0,19611 gram.
Langkah VI :
Untuk mendapatkan Cu kembali maka setelah dilakukan proses dekantasi maka
dilanjutkan dengan penimbangan :
Massa kaca arloji = 42,6947 gram
Massa kaca arloji yang ditambahkan dengan Cu = 42,8692 gram
Maka massa Cu sebenarnya adalah 42,8692 – 42,6947 = 0,1745 gram
Dan perhitungan rendemennya adalah :
7.
Kesimpulan
A.
Dalam percobaan tentang beberapa reaksi kimia dengan menggunakan siklus
tembaga (Cu) maka dapat diperoleh kesimpulan tentang beberapa peristiwa yang
menandakan berlangsungnya suatu reaksi kimia, yakni :
• Habisnya zat yang bereaksi
• Timbulnya gas
• Terjadinya perubahan warna larutan
• Timbulnya endapan
• Terciumnya bau yang baru
B.
Pada perubahan atau reaksi kimia berlaku hukum kekekalan massa yang
dikemukakan oleh LAVOISIER yakni massa zat sebelum reaksi sama atau tetap
dengan massa sesudah reaksi.Karena proses dekantasi yang tidak sempurna maka
logam Cu sedikit mengalami kekurangan.
C.
Perhitungan zat – zat yang terlibat dalam reaksi menggunakan konsep
STOIKIOMETRI.
8.
Daftar Pustaka
1.Tim laboratorium Kimia Dasar.2007.Penuntun Praktikum Kimia Dasar I. Jurusan
Kimia FMIPA, Universitas Udayana : Bukit Jimbaran, Bali
2.Chang, Raymond.2004. Kimia Dasar : Konsep – konsep Inti Jilid I Edisi
Ketiga.Erlangga : Jakarta
Download