IDENTIFIKASI MORFOSTRUKTUR DAN KAITANNYA DENGAN KERAWANAN BANJIR DAERAH SURAKARTA (Morphostructure Identification and Relation to Flood Vulnerability in Surakarta Area1) Oleh : Suharjo2 Alif Noor Anna, Munawar Cholil3 ABSTRACT This research discusses about flood management model of Surakarta and Sukoharjo. Notice that these areas have depression with flood potential. The research areas includes middle stream of Bengawan Solo River flowing area, includes 6 smaller sub sub DAS. Other the human attitudes, the natural physical factor may also causes the floods. The natural factor includes geomorphology condition (relief, slope, and rivers form), geology, hydrology (rain falls, flow speed, climate), up and down movement of beach influenced by global warming phenomenon. The research results expected useful for water resources management in related areas. The aim of this second stage research are 1) Analyzing about paleo morphology and morphostructure of Bengawan Solo River; 2) Analyzing the recent Bengawan Solo River morphology; 3) analyzing about the recent Bengawan Solo River morphostructure, and 4) analyzing about river compatible to the surface water potential. Research method used in this survey is supported by laboratory and secondary data analysis. Survey has done to assess the elevation with GPS, meander degree, and soil sampling to be analyzed in laboratory, while, secondary data used is rain fall data and the related maps. Then, the data above analyzed with GIS (Geographic Information System) to analyzing of flood hazardous and analyzing the correlation between flood and paleo morphology. Research results of second year stressing on river morphology and morphostructure that Bengawan Solo River ever floods to Southern of Java Beach. River Flow Areas (DAS) of Bengawan Solo experiences three stages of geomorphology process results, namely 1) marine, 2) paleo fluvial, and 3) fluvial processes. Recent morphostructural sown that the river materials of Bengawan Solo is a fluvial process results, with layer direction into northern, that is Northern Java Beach. The areas that the materials arranged by marine and over fluvial materials are fragile to the vertical and horizontal erosions of Bengawan Solo River. River elevation in Tawangsari area is higher than around areas with high difference as 9 meters. It causes concentrate of flow stress increasing. The transform areas from natural levee to the artificial levee, the arranged materials are sandy loam; therefore it is fragile to river flows erosions. Key words: River’s morphology and morphostructure 1 Disampaikan pada PIT IGI di Universitas Negeri Surabaya (UNESA) 11-12 Desember 2010 Pengajar Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Geografi UMS 3 Pengajar Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57102 Telp (0271) 717417 psw 151-153 fax (0271) 7155448 2 Identifikasi Morfostruktur dan Kaitannya dengan Kerawanan . . . (Suharjo, dkk) PENDAHULUAN dilewati sungai-sungai besar, 1. Latar Belakang sangat berpengaruh terhadap Banjir bukanlah hal yang aneh potensi banjir. karena banjir terjadi di mana saja, di 2. Morfogenesa; belahan bumi manapun. Banjir bisa Surakarta terjadi karena curah hujan tinggi, merupakan daerah depresi karena es mencair, karena tsunami, dan badai laut, dan lain-lain. Seringkali merupakan terjadinya banjir ini juga disertai (Suharjo, dengan badai (storm) seperti di depresi; daerah Surakarta dan Amerika yang dikarenakan Badai Sukoharjo berada di antara Katrina. Banjir yang terjadi di Jawa Pegunungan Plateau adalah hujan, (Wonogiri), Pegunungan akibat Kendeng (Kedung Ombo), akibat gelombang curah pasang, dan limpasan sungai. Daerah dan pada Sukoharjo zaman meocin daerah 2006). Gunungapi hilir Daerah Lawu dan Banjir yang terjadi di Surakarta Merapi. Daerah hilir; dahulu pada awal Bulan Januari tahun 2008 aliran Sungai Bengawan Solo dimungkinkan akibat curah hujan, mengalir morfogenesa daerah, perubahan alih sekarang mengalir ke Utara. fungsi lahan, serta potensi air sungai Perubahan berdasarkan situasi meteorologi dan bengawan klimatologi Daerah Aliran Sungai diperkirakan terjadi sekitar 2 (DAS) Bengawan Solo bagian hulu. juta atau paling tidak sejuta 1. Curah hujan; jumlah curah ke Selatan aliran dan sungai solo ini tahun lalu. Hasil interpretasi hujan di daerah Sukoharjo citra dan sekitarnya antara 1000- sungai purba Bengawan Solo 2500 mm/th, dan terdapat 3-4 yang sudah menjadi sebuah bulan kering. (Alif Noor lembah yang berkelok-kelok, Anna, 2006). Kondisi curah seperti yang terlihat pada hujan yang tinggi dan daerah Gambar 1. penelitian yang diperoleh banyak Identifikasi Morfostruktur dan Kaitannya dengan Kerawanan . . . (Suharjo, dkk) gambaran 4. Potensi air sungai berdasarkan situasi meteorologi dan klimatologi DAS Bengawan Solo bagian hulu. Waduk Gajah Mungkur berada 3 Km di sebelah selatan Kabupaten Wonogiri, Gambar 1. Sungai Bengawan Solo Sungai bengawan Provinsi Jawa Tengah. Bendungan atau waduk ini Solo dibangun mulai tahun 1970- ke an dan mulai beroperasi pada Selatan bermuara ke Samudra tahun 1978. Waduk dengan Indonesia. wilayah sebelumnya mengarah Akibat tenaga luas genangan paleo tektonik dari Australia kurang lebih 8800 ha. Waduk yang menunjam ke Pulau yang didesain berusia 100 Jawa maka bagian pinggir tahun ini ternyata mengalami (bagian Selatan Pulau Jawa) pendangkalan berangsur-angsur cepat sehingga usia waduk ini terangkat sehingga air tidak mengalir ke Selatan dapat dan yang sangat menjadi lebih pendek dari yang diperkirakan berbalik ke Utara. Endapan sebelumnya. sungai purba menunjukkan seharusnya bisa menampung endapan marin dan fluvial air hujan dalam jumlah yang dengan nilai kemencengan besar ternyata berkurang daya negatif dan positif (Suharjo, tampungnya 2006). pendangkalan sehingga air 3. Perubahan alih fungsi lahan Waduk yang akibat yang seharusnya ditampung di Daerah Sukoharjo yang dilepaskan paling banyak terjadi adalah permukaan yang berpotensi jenis hutan/tegal/sawah/tanah terjadi banjir. menjadi pekarangan menjadi (Alif Noor Anna, 2006). Identifikasi Morfostruktur dan Kaitannya dengan Kerawanan . . . (Suharjo, dkk) aliran melalui 2. Tujuan Kajian Tujuan yang dicapai dalam penelitian ini antara lain 1) GIS (Geographic Information System) untuk analisis agihan bahaya banjir dan menganalisa paleo morfologi dan menganalisis morfostruktur Bengawan dengan paleo morfologi. Analisis morfologi data Solo; 2) Sungai Sungai menganalisa Bengawan sekarang, 3) morfostruktur Solo Solo menganalisa Sungai masa dilakukan Fakultas di banjir Laboratorium Geografi UMS. Unit analisis yaitu bentuklahan. Bengawan sekarang, menganalisis masa hubungan dan kemampuan 4) Sungai HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Paleo Bengawan Solo terhadap potensi air Morfometri, permukaan. Morfostruktur Morfologi, dan Sungai Bengawan Solo Konsep METODE PENELTIAN Penelitian alur sungai dilakukan dari pada Kabupaten dasar yang berkaitan dengan paleo morfologi dan morfostruktur adalah Sukoharjo (Nguter) hingga di Kota “proses-proses Surakarta dengan meninggalkan bekas-bekas yang metode survei. Metode ini didukung nyata pada bentuklahan, dan dengan analisa setiap proses geomorfologi akan data membangun suatu karakteristik (Mojosongo) cek laboratorium sekunder. lapangan, dan analisis Analisa laboratorium pada bentuklahan. bertujuan untuk mengetahui tekstur Morfokronologi mempelajari tanah dan ukuran butir material dasar sejarah terbentuknya bentuklahan sungai. pada Cek lapangan dilakukan tertentu geomorfologi zaman geologi untuk mengukur ketinggian tempat ditunjukkan dan air sungai, kemiringan sungai, hasil proses geomorfologi yang dan ditinggalkan” besarnya sudut meander. Selanjutnya, data-data yang tersebut dianalisis melalui GIS (Geographic Information System) dianalisis oleh yang karakteristik (Thorn Bury, Bengawan Solo 1954). Sungai awalnya arah aliran mengalir ke Identifikasi Morfostruktur dan Kaitannya dengan Kerawanan . . . (Suharjo, dkk) arah selatan Samudra tenaga bermuara Indonesia. paleo ke Akibat tektonik dari Bentuk-bentuk meander dapat disajikan pada Gambar 2 dan 3. Berdasarkan penyebaran Australia yang menunjam ke meander sungai maka sampel Pulau Jawa maka bagian pinggir untuk analisa data lebih banyak (bagian Selatan Pulau diambil di daerah dataran banjir berangsur-angsur Jawa) terangkat di Solo bagian Selatan. sehingga aliran air tidak dapat mengalir ke Selatan dan berbalik ke Utara yang lebih rendah. Bekas-bekas sebagai yang bukti ditinggal bahwa Sungai Bengawan Solo pernah mengalir ke Pantai Selatan Jawa yaitu morfologi sungai, Gambar 2 Meander yang Menjadi Sungai Mati struktur perlapisan sedimen, ukuran butir sedimen, dan asal sedimen terbentuk. Paleo morfologi Bengawan Solo penelitian yang sungai berdasarkan dilakukan Suharjo tahun 1991 dan 2006 mengemukakan bahwa meander Sungai Bengawan Gambar 3 Bentuk Pemanfaatan Meander Sungai Solo merupakan hasil proses erosi Morfologi dataran fluvial horisontal atau pelebaran lembah. volkan Proses erosi horisontal hanya daerah ini mengarah ke Timur dominan terjadi di daerah sungai dengan kemiringan lereng antara bagian mendekati 2-3% sehingga arah aliran air marine/pantai. Dengan demikian permukaan mengarah Timur Laut Sungai Bengawan Solo pernah ke arah segmen cekung. mengalir ke Pantai Selatan Jawa. Morfologi dataran fluvial hilir Merapi; Identifikasi Morfostruktur dan Kaitannya dengan Kerawanan . . . (Suharjo, dkk) arah lereng Pegunungan Kendeng Selatan; proses geomorfologi yaitu 1) arah lereng ke Selatan dengan proses marine, 2) proses paleo kemiringan lereng antara 2-5%, fluvial, dan 3) proses morfologi lereng bervariasi yaitu Material lereng berubah atau change of ditinggalkan slope; patahan lereng break of terjadi proses marine yaitu: 1) slope, dan segmen cekung ke kemencengan arah Selatan. Morfologi dataran sedimen dengan kemencengan fluvial negatif (-) yang berarti marine, 2) Volkan Lawu; fluvial. sedimen yang bahwa pernah ukuran bentuklahan ini berada di bagian terdapat Timur daerah penelitian dengan berbatuan kapur. Proses paleo kemiringan lereng 2-5% yang fluvial, DAS Bengawan Solo ini merupakan ditunjukkan lereng segmen lapisan butir cekung ke arah Barat bertemu kemencengan dengan positif bentuklahan dataran banjir. Paleo sedimen dengam ukuran butir pada posisi peralihan antara sedimen marine dan di struktur geologi; atas sedimen marine dengan arah perlapisan sedimen, jenis lapisan mengarah ke Selatan atau perlapisan sedimen ukuran butir arah Laut Jawa. Proses fluvial sedimen, hasil analisis statistik masa (kemencengan ukuran butir) akan dengan memberikan mengarah ke Utara atau menuju proses/tenaga informasi jenis pembentuknya. hilir sekarang perlapisan DAS ditunjukkan sedimen Bengawan Solo Hasil penelitian Suharjo (2006) sekarang atau ke arah Pantai mengemukakan bahwa Daerah Utara Jawa. Bukti profil lapisan Aliran Sungai (DAS) Bengawan sedimen dapat disajikan pada Solo mengalami tiga tanah hasil Gambar 4. Identifikasi Morfostruktur dan Kaitannya dengan Kerawanan . . . (Suharjo, dkk) Gambar 4. Profil Material Sedimen Morfologi dan Morfostruktur penumpukan atau sedimentasi Sungai Bengawan Solo Masa material-material yang terbawa Sekarang oleh aliran air sungai. Hasil a) Morfologi Masa Sekarang analisa kemencengan data ukuran Penampang sungai yakni butir (2010) didapatkan angka dasar sungai merupakan hasil kemencengan positif. Hal ini morfologi masa sekarang. Hal ini berarti disebabkan merupakan hasil proses fluvial karena adanya material Identifikasi Morfostruktur dan Kaitannya dengan Kerawanan . . . (Suharjo, dkk) tersebut bukan marin. Arah aliran menuju Tabel 2 Ketinggian Permukaan ke Utara yaitu ke Pantai Utara Sungai Bengawan Solo Jawa yang lebih rendah. Titik Ketinggian Air (mdpal) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 118 118 118 118 117 109 107 106 106 105 114 108 103 105 103 103 95 94 96 83 85 Tabel 1 Hasil Analisa Statistik Kemencangan (Skewness) No 1 2 3 4 5 6 7 8 No Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 Skewness + 0.0358 + 0.00585 + 0.00414 + 0.00578 + 2.0535 + 0.07147 + 0.0114 + 0.0883 Sumber: Analisa Data Ukuran Butir, 2010 Air mengalir menuju ke tempat yang lebih rendah. Demikian halnya dengan aliran Ketinggian Permukaan (mdpal) 128 128 128 125 124 116 116 116 116 115 116 121 108 110 114 106 102 100 107 105 108 Sumber: Cek Lapangan, 2010 air sungai.. Ketinggian air sungai berdasarkan cek lapangan tahun 2010 menunjukkan arah Tabel tersebut memperlihatkan bahwa kemiringan menuju ke Utara, ketinggian air Sungai Bengawan seperti terlihat pada Tabel 2. Solo mengarah ke Utara, namun pada titik tertentu terlihat adanya tempat yang menanjak atau tempat yang lebih tinggi dari sebelumnya lebih yang rendah. Hal mengakibatkan seharusnya ini yang kemiringannya menjadi naik. Dampak kemiringan positif yang adanya naik ini tentunya akan dapat menahan Identifikasi Morfostruktur dan Kaitannya dengan Kerawanan . . . (Suharjo, dkk) laju aliran air sungai, sehingga telah mengalami alirannya menjadi tidak terlalu sungai sehingga deras. Dampak negatifnya salah menjadi satunya Penyederhanaan tentu mengakibatkan menjadi akan badan melebar sungai untuk pelurusan alur lebih tersebut sederhana. alur membawa langsung, sungai yakni sungai dampak arus aliran menampung kuantitas air yang sungai menjadi lebih cepat dari mengalir. Adapaun kemiringan sebelumnya. pada tiap-tiap titik Sungai Perubahan kecepatan arus Bengawan Solo dapat dilihat Sungai Bengawan Solo menjadi pada Tabel 3. perhatian tersendiri pada daerah Tabel 3 Kemiringan Sungai Titik 1–2 2–3 3–4 4–5 5–6 6–7 7–8 8–9 9 – 10 10 – 11 11 – 12 12 – 13 13 – 14 14 – 15 15 – 16 16 – 17 17 – 18 18 – 19 19 – 20 20 – 21 Jarak (m) 1367,8 440,7 1199,7 1029,3 576,9 503,2 3223,7 218,9 727,1 1858,8 598,2 1000,9 4263,7 3014,3 4345,4 1650,6 3603,9 2574,1 969,7 2612,1 Kemiringan 90˚ 90˚ 90˚ 89,94˚ 89,21˚ 89,77˚ 89,98˚ 90˚ 89,92˚ 90,28˚ 89,43˚ 89,71˚ 90,27˚ 89,96˚ 90˚ 89,72˚ 89,98˚ 90,04˚ 89,23˚ 90,04˚ penelitian. Daerah ini merupakan daerah depresi sehingga daerah penelitian letaknya lebih rendah dari daerah sekitarnya. Daerah ini diapit 4 titik yang lebih tinggi, yakni Baturagung di sebelah Selatan, Merapi di sebelah Barat, Kendeng di sebelah Utara, dan Lawu di sebelah Timur. Air dari keempat lokasi mengarah ke tersebut daerah ini sedangkan untuk membuang air tersebut sungai hanya besar terdapat yakni satu Sungai Sumber: Cek Lapangan, 2010 2) Morfostruktur Masa Bengawan Solo. Sekarang sungai yang mengkhawatirkan Sungai Bengawan Solo Kondisi ini ditambah dengan kondisi tanggul dan pendangkalan. Berikut yang melintasi daerah penelitian merupakan gambaran sederhana tidak perbandingan antara ketinggian sepenuhnya merupakan sungai alami. Pada titik tertentu Identifikasi Morfostruktur dan Kaitannya dengan Kerawanan . . . (Suharjo, dkk) air sungai dan ketinggian tanah di permukaan (dalam mdpal). 140 120 100 80 60 40 20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Ketinggian Air Ketinggian Permukaan Gambar 5 Grafik Perbedaan Tinggi Air Sungai dan Permukaan Tanah Grafik tersebut menggambarkan bahwa terjadi akan Perhatikan titik 11 dan meluap ke permukaan. pendangkalan dan erosi di titik tertentu. naik Selain itu, pelurusan air juga akan menggerus hingga 18, bila dibandingkan tanggul/tanah disekitarnya dengan titik 1 hingga 10 yang sehingga mengganggu stabil (lihat Gambar 5). Titik 11- kestabilan tanah/tanggul. Pada 18 merupakan titik yag menjadi formasi tanah yang labil tentunya imbas akan sangat membahayakan bagi dari pelurusan sehingga deras. alirannya Pada sungai semakin beberapa akan kelangsungan tanggul sungai. titik Dalam Gambar 5, nampak telah nampak sangat berdekatan jarak ada penggerusan tanggul sungai antara dan pada titik-titik meander tertentu. artinya Pada titik 11, 13, dan 16 nampak mendekati sekali bahwa sungai tersebut ketinggian permukaan tanah, ketinggian air air ketinggian permukaan. Kondisi sangatlah ini sangat mengkhawatirkan jika dibandingkan titik-titik lainnya. terjadi hujan dengan kuantitas Titik-titik tersebut yang besar yang nantinya air titik awal dangkal bila merupakan pelurusan sungai, artinya telah ada modifikasi dari Identifikasi Morfostruktur dan Kaitannya dengan Kerawanan . . . (Suharjo, dkk) manusia untuk penyederhanaan tingginya aliran. Titik-titik tersebut juga Sedangkan faktor campur tangan merupakan titik kelokan/meander manusia yaitu pengelolaan lahan sungai yang berarti bahwa pada (tutupan titik ini terdapat tekanan lebih rekayasa/penyederhanaan sungai. dari aliran air sungai. curah lahan) dan Stres yang bekerja pada permukaan 2. Analisis Kemampuan Sungai Terhadap hujan. Potensi Air atau perairan sebanding kecepatan aliran. (2003) Permukaan tanah dasar dengan Firmansyah menyebutkan bahwa Kondisi iklim di Indonesia resistensi tanah atau sedimen seperti curah hujan dan suhu untuk bergerak sebanding dengan yang tinggi, khususnya Indonesia ukuran bagian pembangkit barat, tanah-tanah menyebabkan di butirnya. Gaya eksternal yang Indonesia menimbulkan erosi adalah curah didominasi oleh tanah marginal hujan dan aliran air pada lereng dan mudah DAS. Curah hujan yang tinggi terdegradasi. Namun degradasi dan lereng DAS yang miring lebih banyak disebabkan karena merupakan faktor utama yang adanya pengaruh membangkitkan erosi. manusia dengan rapuh serta intervensi pengelolaan Daerah penelitian yang tidak mempertimbangkan tergolong pada pembagian tipe kemampuan dan kesesuaian suatu iklim sedang, dengan curah hujan lahan. rata-rata >1500 mm/tahun. Hasil Degradasi tanggul sungai pada umumnya disebabkan analisa ukuran butir (Tabel 1) menunjukkan hasil positif. karena 2 hal, yaitu faktor alami Artinya dasar Sungai Bengawan dan akibat faktor campur tangan Solo merupakan akibat proses manusia. Faktor alami antara lain fluvial. Material tanah dengan kecepatan aliran proses fluvial memang stabil bila sedimen (terutama air, sifat ukuran butirnya), kemiringan lereng, dan dibandingkan proses marin, tetapi pada daerah penelitian Identifikasi Morfostruktur dan Kaitannya dengan Kerawanan . . . (Suharjo, dkk) telah dilakukan pelurusan sungai kekuatan yang berbeda dalam (sodetan) sehingga laju aliran air menahan aliran air. Tanggul yang sungai menjadi tidak terkontrol. tersusun atas material dominasi Tingginya laju aliran air sungai sangat mempengaruhi pasir lebih rentan terhadap arus dan tekanan air sungai. kestabilan tanggul sungai dari Sedangkan material tanggul yang degradasi. Degradasi sifat fisik tersusun atau didominasi material tanah pada umumnya disebabkan liat karena memburuknya struktur menahan air. Akan (2003) material liat tersebut tanah. Firmansyah akan lebih kuat dalam tetapi, juga menyebutkan bahwa kerusakan memiliki kelemahan, yaitu jika struktur tanah diawali dengan dalam penurunan menyusut kestabilan agregat kondisi kering sehingga akan akan tanah sebagai akibat dari pukulan menimbulkan retakan. Retakan air hujan dan kekuatan limpasan ini sangatlah rawan jika aliran air permukaan (arus sungai). Tanah besar dengan tekanan air yang yang terdegradasi umumnya akan besar mengeras dan sewaktu terkena mengakibatkan air hujan akan menyumbat pori terdegradasinya tanggul sungai. yang akhirnya akan rusak atau tanah. Tanah yang seperti ini Struktur morfologi sungai akan mudah retak pada waktu pada daerah penelitian terbagi musim kemarau sehingga sangat menjadi 3 macam, yakni material rawan untuk tanggul sungai. penyusun Faktor lain yang asal Batur Agung (Selatan), Bayat (Barat), dan mempengaruhi kestabilan DAS Lawu terhadap erosi adalah tutupan laboratorium, 2010). Berdasarkan lahan. hasil terhadap Penguatan erosi pertahanan dapat pula (Timur) (hasil pengambilan analisa sampel didapatkan hasil tekstur tanah dilakukan dengan upaya-upaya yang bervariasi kerekayasaan. Kekuatan tanggul berpasir yang berasal dari Batur dengan jenis material penyusun Agung, geluh lempungan yang berbeda tentunya akan memiliki berasal dari Bayat, serta lempung Identifikasi Morfostruktur dan Kaitannya dengan Kerawanan . . . (Suharjo, dkk) yakni geluh pasiran yang berasal dari Lawu. lempung akan cenderung lebih Hal ini menunjukkan bahwa sedikit penyusun dari sungai dalam hal material pasiran. ini tanggul sungai dibandingkan dengan ternyata Kondisi seperti di atas dipengaruhi oleh proses alam menggambarkan bahwa daerah sekitarnya. penelitian di bagian hulu sangat Bila dilihat dari material rentan terjadinya erosi, yaitu penyusunnya tanggulnya, erosi dipercepat. Selain karena umumnya hulu kondisi alam yang rentan erosi, daerah lebih rentan terhadap degradasi tanggul tetapi sungai. Hal ini terkait dengan material tanggul yang banyak tersusun atas juga dipengaruhi oleh kegiatan manusia yang lebih melakukan tindakan terhadap pasir. kondisi tanah. Tindakan tersebut Semakin ke arah hilir material bersifat penyusunnya melakukan mengarah pada negatif atau kesalahan telah dalam material lempung yang lebih pengelolaan tanah. Oleh karena kokoh. itu Ditinjau geologinya, dari daerah manusia dalam hal ini struktur berperan membantu terjadinya penelitian erosi secara cepat. Biasanya erosi tersusun atas material holocene- ini alluvium. Material alluvium yang ketidakseimbangan antara tanah didominasi material bertekstur yang terangkut ke daerah yang pasiran akan mampu menyimpan rendah air dalam jumlah banyak, tidak tanah. Tanah yang terpindahkan jenuh jauh air, sehingga resistivitasnya akan nilai rendah menimbulkan dengan lebih daripada pembentukan besar tanah jumlahnya yang baru karena mengandung air. Material terbentuk, sehingga akan alluvium membawa malapetaka yang yang didominasi material bertekstur lempungan karena memang lingkungannya akan telah menyimpan air dalam mengalami kerusakan- jumlah terbatas, dan jenuh air. kerusakan, Kandungan air pada material kerugian besar seperti banjir, Identifikasi Morfostruktur dan Kaitannya dengan Kerawanan . . . (Suharjo, dkk) menimbulkan longsor, kekeringan, ataupun turunnya produktifitas tanah. sedimen marine dengan lapisan mengarah ke Selatan atau arah Laut Jawa. 2. Morfologi masa sekarang; angka KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan kemencengan positif yang berarti 1. Meander Sungai Bengawan Solo material tersebut merupakan hasil merupakan hasil proses erosi proses horisontal atau pelebaran lembah. menuju ke Utara yaitu ke Pantai Proses erosi horisontal hanya Utara Jawa yang lebih rendah. dominan terjadi di daerah sungai bagian hilir fluvial. 3. Morfostruktur Arah masa aliran sekarang; mendekati ketinggian air Sungai Bengawan marine/pantai, dengan demikian Solo mengarah ke Utara, namun Sungai Bengawan Solo pernah pada titik tertentu terlihat adanya mengalir ke Pantai Selatan Jawa. tempat yang menanjak. Hal ini Daerah Aliran Sungai (DAS) mengakibatkan Bengawan Solo mengalami tiga menjadi tanah hasil proses geomorfologi merupakan titik yag menjadi yaitu 1) proses marine, 2) proses imbas paleo fluvial, dan 3) proses sehingga fluvial. Material sedimen yang deras. Pada beberapa titik (antara pernah 11-18) nampak sangat berdekatan terjadi proses marine yaitu: 1) jarak antara ketinggian air dan kemencengan butir permukaan tanah, sedimen dengan kemencengan ketinggian air negatif (-) yang berarti marine, 2) ketinggian permukaan. Kondisi terdapat sedimen ini sangat mengkhawatirkan jika berbatuan kapur. Proses paleo terjadi hujan dengan kuantitas fluvial DAS Bengawan Solo ini yang besar yang nantinya air ditunjukkan akan ditinggalkan bahwa ukuran lapisan dengan kemencengan ukuran butir positif pada posisi peralihan kemiringannya naik. Titik dari pelurusan naik alirannya dan 11-18 sungai semakin artinya mendekati meluap ke permukaan. antara 4. Telah dilakukan pelurusan sungai sedimen marine dan di atas (sodetan) sehingga laju aliran air Identifikasi Morfostruktur dan Kaitannya dengan Kerawanan . . . (Suharjo, dkk) sungai menjadi tidak terkontrol. untuk menghambat laju aliran air Umumnya daerah hulu lebih sehingga laju aliran tidak terlalu rentan terhadap degradasi tanggul deras. sungai. Hal ini terkait dengan 2. Terkait dengan kejadian luapan material tanggul yang lebih air sungai/banjir di Daerah Solo banyak tersusun atas geluh (Sukoharjo, Surakarta, perlu dan berpasir. Semakin ke arah hilir Sragen), dilakukan material penyusunnya mengarah pemetaan sebaran daerah rawan pada material lempung yang banjir sehingga kejadian-kejadian lebih kokoh. tersebut di atas dapat diantipasi dan ditangani sebelumnya. Saran 1. Di beberapa negara maju, teknik 3. Dukungan tersebut diwujudkan pelurusan/sodetan sungai telah dengan lama (baik pusat ataupun daerah) yang ditinggalkan mengingat peraturan pemerintah teknik tersebut tidak memberikan mengatur solusi daerah aliran sungai sehingga lebih baik. Sungai tentang pengelolaan Bengawan Solo telah dilakukan keberlangsungan pelurusan Bengawan Solo dapat dijaga. yang mengkibatkan Sungai aliran air menjadi lebih deras sehingga mengancam kestabilan UCAPAN TERIMA KASIH badan sungai. Oleh karena itu, Ucapan terima kasih kepada perlu pengkajian ulang tentang DP3M Ditjen DIKTI yang telah teknik pelurusan tersebut dan membiayai program Hibah Bersaing perlunya tahun kedua tahun anggaran 2010. dibuat perekayasaan DAFTAR PUSTAKA Anna, Alif Noor; dkk. 2006. Analisis Karakteristik Patameter Hidrologi Akibat Alih Fungsi Lahan di Daerah Sukoharjo Melalui Citra Landsat Tahun 1997 dengan Tahun 2002. Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Aqil, Muhammad; Yomoto Atsshi; Abi Prabowo. 2006. Model Pengelolaan Sumberdaya Air di Jepang. Publikasi Internet http://io.ppijepang.org/article.php?id=89 Darmawijaya, M.Isa. 1997. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Identifikasi Morfostruktur dan Kaitannya dengan Kerawanan . . . (Suharjo, dkk) Engelen, G.B; F. Klosterman. 1996. Hydrological System Analysis Method and Applications. Kluwer Academic Publisher. London. Firmansyah. 2003. Degradasi Tanah. Publikasi Internet http;//uwityangyoyo.wordpress.com/2009/04/12/degradasi-tanah/ Gunawan, Totok. 2003. Pemanfaatan Teknik Penginderaan Jauh untuk Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Solo. Forum Geografi Vol. 17 No. 2 Desember 2003. Kaeksi, Retno Woro, dkk. 2005. Agihan Kekritisan Sumberdaya Air Daerah Sukoharjo Jawa Tengah. Direktorat Pengembangan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Kodoatie, Robert J. dan Sugiyanto. 2002. Banjir, Beberapa Penyebab dan Metode Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Notodarmojo, Suprihanto. 2005. Pencemaran Tanah dan Air Tanah. ITB. Bandung. Soenarno. 2005. Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Air dan Privatisasi atas Air. Makalah. Proseeding Seminar Nasional. Fakultas Geografi UMS. Suharjo; dkk. 2004. Perubahan Penggunaan Lahan dan Pengaruhnya Terhadap Kualitas Air Tanah di Daerah Sukoharjo sebagai Penyangga Kota. Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional. Suharjo, dkk. 2005. Studi dan Pemetaan Sumber Air di Kabupaten Klaten. Badan Perencanaan Pengembangan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Klaten. Suharjo, dkk. 2006. Analisis Proses Geomorfologi Melalui GIS untuk Pengelolaan Lahan Pertanian Daerah Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Fakultas Geografi UMS. Suharjo. 2007. Evolusi Lereng Dan Tanah Daerah Solo Jawa Tengah. Fakultas Geografi UMS. Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Andi. Yogyakarta. Tjasyono, Bayong. 1999. Klimatologi Umum. ITB. Bandung. Todd, David Keith. 1959. Groundwater Hydrology. New York. John Wiley and Sons. Thornbury.Th. 1958 . Principles of Geomophology. John Wiley and Sons Inc. New York. Verstappen, H. Th. 1983. Applied Geomorphology. Geomorphological Surveys for Environmental Development New York. El Sevier. Identifikasi Morfostruktur dan Kaitannya dengan Kerawanan . . . (Suharjo, dkk) Identifikasi Morfostruktur dan Kaitannya dengan Kerawanan . . . (Suharjo, dkk)