Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 10 No.21, Juni 2012 ISSN 1693-248X EKSTRAKSI ANTIOKSIDAN DARI DAUN KARI 1,2 Fachraniah1*, Eka Kurniasih2, Dwi Trikiski Novilasi3 Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe, 3Alumni Teknik Kimia Email:[email protected] ABSTRAK Daun Kari (Murayya koeginii) mengandung banyak komponen yang bermanfaat untuk kesehatan. Salah satu komponennya adalah antioksidan yang termasuk dalam golongan senyawa protein polifenol. Antioksidan bermanfaat untuk menghambat aktifitas radikal bebas dan membantu proses pertumbuhan dalam tubuh, serta mengganti sel-sel yang rusak. Penelitian ini bertujuan untuk mengekstrak antioksidan dari daun kari menggunakan pelarut H2O. Penelitian dilakukan dengan metode pengeringan bahan baku daun kari, yaitu kering angin (layu), kering oven (50 oC) dan temperatur pada 30oC,40oC, 50oC, 60oC dan 70oC. Ekstraksi dilakukan selama 30 menit dengan perbandingan jumlah bahan baku : pelarut adalah 1:50 (b/v). Ekstrak antioksidan daun kari dianalisa menggunakan spektrofotometer Uv-Vis 1800 menggunakan standar albumin, pada panjang gelombang 768,60 nm. Dari hasil penelitian diperoleh konsentrasi antioksidan tertinggi sebesar 322,51 ppm dengan temperatur ekstraksi 70oC pada daun kari kering oven. Kata kunci : Antioksidan, Daun kari, Ekstraksi, Isolasi, Polifenol ABSTRACT Curry leaf (Murayya koeginii) has many usefull component which is good for health. One of its component is antioxidant which include to polyfenol protein compound. Antioxidant is used to protect free radical activities and support process growth in body and also to reduce bad cells. This research aimed to extract antioxidant using H2O as a solvent. This research has done with drying method which variated to wind drying (wilt), drying oven (50 oC) and temperature at 30oC, 40oC, 50oC, 60oC and 70 oC. Extraction in 30 minutes with the ratio of raw material : solvent is 1:50 (w/v). Antioxidant from extract curry leaf was analyzed using spectrofometer UV-Vis 1800 with albumin as a standard, at wave length 768,60 nm. Research shows that the best result being obtained at a concentration 322,51 ppm with extraction temperature 70oC at curry leaf drying oven. Key words : antioxidant, curry leaf, extraction, isolation, polyfenol 35 Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 10 No.21, Juni 2012 ISSN 1693-248X antioksidan alami masih tetap menarik dan sangat dibutuhkan diperlukan. Selain daun kari, masih terdapat berbagai jenis bahan pangan yang dapat digunakan sebagai sumber antioksidan, diantaranya rempah-rempah, teh, coklat, dedaunan, biji-biji serelia, sayur-sayuran, enzim dan protein. Kebanyakan sumber antioksidan alami adalah tumbuhan dan umumnya merupakan senyawa fenolik yang tersebar di seluruh bagian tumbuhan baik di kayu, biji, daun, buah, akar, bunga maupun serbuk sari (Zuhra, 2008). Dalam penelitian ini akan dilakukan isolasi senyawa protein dalam daun kari yang memiliki sifat sebagai antioksidan dengan metode ekstraksi menggunakan pelarut H2O. Tujuan dari penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui kandungan senyawa protein total dalam daun kari menggunakan pelarut H2O dalam keadaan bahan baku kering angin (layu) dan kering oven (50oC). Daun kari (Murraya koeginii) termasuk dalam golongan famili Rutaceae (suku jeruk-jerukan). Daun kari merupakan tanaman khas wilayah Asia Tenggara. Tanaman kari memiliki tinggi 0,9 hingga 6 meter dan berdiameter 1540 cm. Daun kari biasa digunakan sebagai rempah dalam masakan. Daun kari memiliki aroma yang sangat khas dan rasa sedikit pahit, bentuknya oval dengan ujung runcing. Tumbuhan ini berasal dari wilyah India dan Sri Langka dan tumbuh subur dalam iklim tropis. Tanaman kari memiliki bunga kecil berwarna putih kekuningan, buahnya kecil berwarna hijau ketika masih muda dan ungu setelah matang. Tanaman ini berkembang biak melalui biji benih dan turunannya tumbuh melalui akarnya (Wikipedia, 2012). PENDAHULUAN Indonesia kaya akan aneka ragam jenis tanaman, baik sebagai sumber obat, tanaman pelindung atau bahan pangan. Dari berbagai jenis tanaman tersebut, terdapat beberapa tanaman yang memiliki sifat antioksidan. Diantara jenis tanaman yang diketahui memiliki kandungan antioksidan adalah daun kari (Murraya koeginii). Daun kari banyak terdapat di provinsi Aceh, dan dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat sebagai rempah penyedap masakan. Daun kari dalam bahasa daerah disebut juga “daun temurui” mengandung senyawa polifenol yang termasuk dalam golongan protein yang memiliki sifat sebagai antioksidan. Protein yang terdapat dalam tanaman atau sayur mayur banyak yang hilang disebabkan oleh waktu memasak yang lama. Hal tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah protein yang masuk kedalam tubuh yang dibutuhkan untuk proses pertumbuhan dan mengganti sel-sel dalam tubuh yang telah rusak. Untuk itu diperlukan adanya metode lain untuk mendapatkan protein yang dapat ditambahkan dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan protein dalam tubuh manusia. Selain daun kari, masih banyak jenis tanaman lain yang memiliki kandungan antioksidan, tetapi informasi dan kajian ilmiah mengenai aktifitas antioksidan dan antiradikal terutama pada tanaman yang biasa digunakan sebagai bumbu atau bahan makanan masih jarang ditemukan, padahal tanaman-tanaman tersebut potensial untuk dikembangkan sebagai obat dan nutraceuticals atau bahan makanan yang berkhasiat untuk mencegah dan atau mengobati penyakit. Sehingga pengujian tanaman-tanaman tersebut untuk mencari 36 Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 10 No.21, Juni 2012 ISSN 1693-248X (ROS = Reactive Oxygen Species) termasuk radikal superoksid, radikal hidroksil, hydrogen peroksidase, dan lipid peroksida radikal yang diperlukan oleh tubuh untuk proses signaling dan proses fagositosis bakteri. Akan tetapi adanya ROS yang belebihan diindikasikan sebagai penyebab utama dari proses penuaan dan meningkatnya penyakit, seperti asma, kanker, kardiovaskular, katarak, inflamasi saluran pencernaan dan lever. Spesies radikal oksigen ini diproduksi secara normal oleh tubuh sebagai konsekuensi dari proses biokimia apabila terdapat kenaikan paparan xenobiotic baik dari makanan atau lingkungan pada tubuh. Mekanisme perusakan sel oleh radikal bebas berawal dari teroksidasinya asam lemak tak jenuh pada lapisan lipid membran sel, reaksi ini mengawali terjadinya oksidasi lipid berantai yang menyebabkan kerusakan membran sel. Oksidasi lebih lanjut akan terjadi pada protein yang berakibat fatal dengan rusaknya Deroboksi Nucleic Acid (DNA). Diperkirakan seluruh penyakit yang telah disebut sebelumnya merupakan akibat dari perusakan DNA. Pada dasarnya tubuh mempunyai sistem antioksidan termasuk superoksid dismutase, katalase, dan glutation. Akan tetapi jika terjadi paparan oksidan yang berlebihan antioksidan yang diproduksi oleh tubuh tidak mampu mengatasinya, sehingga tubuh memerlukan pasokan antioksidan dari luar. Senyawa antioksidan yang dapat diperoleh dari luar antara lain flavonoid, vitamin A, vitamin C, vitamin E, selenium, seng dan L-sistein. Isolasi antioksidan alami telah dilakukan dari tumbuhan yang termasuk dalam golongan pangan dan non pangan. Antioksidan alami tersebar luas di beberapa bagian tanaman, yaitu kayu, kulit kayu, akar, daun, bunga, buah, biji Gambar 1. Daun Kari Berikut ini adalah komposisi daun kari Tabel 1. Komposisi Daun Kari Komposisi Kuantitas Protein 6,1% Lemak 1% Karbohidrat 16% Serat 6,4% Zat Besi 3,1% Mineral 4,2% Kalsium 810 mg Fosfor 600 mg Karoten 12.600 IU Vitamin C 40 mg/100 g Asam Nikotinik 2,3 mg Sumber : Ophoeng, (2011) Antioksidan dalam daun kari terkandung dalam senyawa protein golongan polifenol. Antioksidan merupakan zat yang mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi. Zat ini secara nyata mampu memperlambat atau menghambat oksidasi zat yang mudah teroksidasi meskipun dalam konsentrasi rendah. Antioksidan bersifat melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas oksigen reaktif. Radikal bebas ini dapat berasal dari metabolisme tubuh maupun faktor eksternal lainnya. spesies oksigen reaktif 37 Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 10 No.21, Juni 2012 ISSN 1693-248X dan serbuk. Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya berupa senyawa fenolik atau polifenol yang dapat berupa golongan flavonoid. Antioksidan memiliki karakteristik yang membedakannya dengan senyawa lain, yaitu : Membentuk koloid bila dilarutkan dalam H2O Membentuk endapan bila dicampur dengan golongan alkaloid dan gelatin Tidak dapat membentuk kristal Mampu berikatan dengan senyawa protein dan mampu mengendapkan protein dari larutannya Termasuk dalam senyawa kompleks dalam bentuk campuran polifenol yang sukar dipisahkan Bersifat antiseptik Memiliki kemampuan sebagai coloring agent Tabel 2. Komposisi Antioksidan Daun Kari Komposisi Kuantitas (%) β-Phellandrene 4,60 Sabinene 9,20 5,50 Α-Pinene 15,9 Monoterpen 9,50 Caryophyllene 26,3 Seskuiterpen 2,30 Isosafrol 12,8 Cadinol 2,70 Asam Laurat 3,40 Asam Palmitat Antioksidan yang terkandung dalam daun kari termasuk dalam golongan senyawa polifenol. Senyawa yang termasuk kedalam golongan polifenol adalah seluruh senyawa yang memiliki struktur dasar berupa fenol. Fenol sendiri merupakan struktur yang terbentuk dari benzena tersubstitusi dengan gugus –OH. Gugus –OH yang terkandung merupakan aktivator yang kuat dalam reaksi substitusi aromatik. Dari penelitian yang dilakukan oleh Nirmala, Menon (2010), diketahui bahwa daun kari memiliki kandungan antioksidan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan bahan baku daun kari yang telah dikeringkan (kering oven). Untuk mengisolasi antioksidan dari daun kari digunakan pelarut heksan, etanol, kloroform, etanol-air dan air. Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode soxlet selama 30 menit pada temperatur 30 oC. Hasil ekstraksi dianalisa menggunakan pereaksi fenol (folin ciocalteau) dengan asam galat sebagai larutan standar dan diukur pada panjang gelombang 760 nm menggunakan spektrofotometer Shimadzu 160 UVVis. Diketahui antioksidan daun kari sebesar 326 ppm. Berikut ini adalah komposisi kimia antioksidan yang terdapat dalam daun kari. Gambar 2. Struktur Fenol Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat polifenol memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya. Polifenol berperan dalam memberi warna pada suatu tumbuhan. Zat polifenol memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya. Polifenol berperan dalam memberi warna pada suatu tumbuhan. Dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa polifenol memiliki peran sebagai antioksidan yang baik untuk kesehatan. Antioksidan 38 Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 10 No.21, Juni 2012 ISSN 1693-248X polifenol dapat mengurangi resiko penyakit jantung dan kanker. Polifenol ini berperan melindungi sel tubuh dari kerusakan radikal bebas dengan cara mengikat radikal bebas sehingga mencegah proses inflamasi pada sel tubuh. Polifenol juga bermanfaat menurunkan penyakit, seperti penyakit jantung dan kanker. protein. Pada kenyataannya sebagian besar protein berbentuk hampir bulat sehingga disebut protein globular. Protein mengandung unsur struktur lain disamping asam amino digolongkan sebagai protein konjugasi. Sifat ikatan antara rantai polipeptida dengan bagian struktur lain tidak selalu diketahui dengan tepat. Protein konjugasi sederhana adalah protein yang mengandung logam besi, tembaga, atau molibdenum (3 atau 4 atom per molekul). Kesemua logam itu merupakan bagian dari struktur senyawa rumit. Protein konjugasi lain mengandung lipid, fosfat, karbohidrat atau asam nukleat. Kromoprotein mempunyai gugus kromofor terikat dan berwarna. Enzim pernafasan, misalnya sitokrom c, berwarna kuning dan terdiri atas rantai polipeptida berikatan dengan kromofor hem (besi-porfirin). Protein tumbuhan pernah digolongkan secara khas berdasarkan sifat kelarutan. Penggolongan ini merupakan patokan yang masih berguna untuk membedakan berbagai jenis protein cadangan. Berbagai golongan tersebut dipisahkan menurut kelarutan dalam air, asam, basa, serta etanol. Protein biji masih cocok difraksinasi berdasarkan perbedaan kelarutan dalam pelarut air, kendati pemisahan sempurna golongan protein jarang dicapai hanya dengan sekali pemisahan. OH O O H OH O H Gambar 2.3 Struktur Polifenol Polifenol merupakan senyawa yang masuk dalam golongan protein tumbuhan. Protein dalam tumbuhan, seperti pada organisme lain, merupakan polimer asam amino berbobot molekul tinggi. Asam amino tersusun linier, urutannya ditentukan oleh sandi triplet basa DNA inti, dan seriap protein mempunyai urutan asam amino khas. Dalam hal paling sederhana, protein dapat terdiri atas rantai polipeptida tunggal. Tetapi, beberapa rantai identik dapat membentuk agregat berbobot molekul tinggi melalui ikatan hidrogen dan kadang-kadang sulit menentukan bentuk sebenarnya yang terdapat in vivo. Akibat stereokimia ikatan peptida, polipeptida biasanya tidak mempunyai bentuk acak, tetapi rantai sering kali tergelung menjadi bentuk αheliks. Bentuk α-heliks ini dapat terlipat dan membentuk trimatra. Hasil penggelungan dan pelipatan disebut struktur sekunder dan struktur tersier 39 Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 10 No.21, Juni 2012 ISSN 1693-248X Tabel 3. Penggolongan protein Nama Golongan Sifat Contoh Protein Sederhana Albumin Larut dalam air dan larutan Protein biji kacanggaram encer kacangan misalnya vasilin, legumin Globulin Tidak larut dalam air tetapi Arakin larut dalam larutan garam Glutelin Larut dalam larutan asam Protein biji serealia (padidan basa encer padian), mislanya gliadin Histon Larut dalam air tetapi tidak Protein dalam inti sel larut dalam NH4OH encer, kaya akan lisina dan aragina Protein Terkonyugasi Kromoprotein Berwarna, mengandung Fitokrom rangkaian kromofor Sitokrom Lipprotein Mengandung lipid Protein Kloroplas Nitrat reduktase Metaloprotein Membentuk kompleks Fenoloksidase dengan Fe, Co, Zn, Cu, Mo Glikoprotein Mengandung karbohidrat Albumin hordeum Vulgare dari asam amino protein dinding sel Sistem penggolongan lain dalam banyak jaringan tumbuhan. Ditinjau dari segi industri, beberapa berdasarkan bobot molekul. Bobot molekul dapat berkisar antara 12.000 protein serealia (biji-bijian) dan khususnya prolaminnya. Sifat protein (sitokrom c) dan 60.000 (alkohol dehidrogenasi), sampai 500.000 tumbuhan lain adalah efek merusak pada sistem mamalia, dua contohnya (urease). Bobot molekul diatas 1.000.000 juga dikenal. Protein dapat adalah racun abrin dari abrus dipisahkan secara ini bila precatorius yang mengaglutinasi sel darah merah, dan protein pada kacang dikromatografi gel dalam kolom sephadex, yaitu suatu dekstran kedelai yang menghambat kegiatan enzim cerna tripsin. sambung silang. Protein tumbuhProtein terdapat pada tumbuhan mempunyai beberapa sifat keseluruhan bagian tumbuhan pada khusus yang membedakannya dari protein hewan. Secara umum semua jenis jaringan, bahkan organ sederhana seperti daun dapat kandungan asam amino belerangnya mengandung beberapa protein, (metionina dan seisteina) rendah. terutama protein enzim. Karena itu, Kadang-kadang terdapat juga asam cukup sukar untuk memisahkan dan amino selain ke 20 asam amino protein. Sitokrom c tumbuhan (bukan hewan) mengisolasi beberapa protein tertentu. Dan karena itu pulalah lebih sering mungkin mempunyai trimetillisin sebagai salah satu asam aminonya. disukai bekerja dengan jaringan tumbuhan yang kaya akan protein Hidroksiprolin diketahui sebagai bagian 40 Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 10 No.21, Juni 2012 ISSN 1693-248X sehingga dimengerti mengapa banyak telaah protein didasarkan pada biji tanaman polong seperti buncis dan kacang. Untuk mengisolasi enzim sebaiknya kita memakai jaringan kecambah muda karena cenderung mempunyai enzim pelengkap tertentu. Susunan asam amino dari protein daun total memang praktis sama, apapun sumbernya, namun susunan proteinnya beragam. Enzim tertentu yang terlibat dalam metabolisme sekunder mungkin sama sekali tidak terdapat dalam sebagian besar tumbuhan. kontak permukaan antara daun kari dengan pelarut. setelah proses ekstraksi selesai, dilakukan proses filtrasi untuk memisahkan ekstrak dengan residu. Ekstrak kemudian disentrifusi untuk mengendapkan impurities yang mungkin terdapat larutan. Selanjutnya ekstrak dikeringkan dalam oven pada temperatur 50oC hingga hasil ekstrak berkurang setengahnya. Analisa Uji Antioksidan 1. Pereaksi a. Larutan Na2CO3 2% dalam NaOH 0,1 N b. CuSO4 0,5% dalam larutan NaK tartrat 1% (larutan segar) c. 50 ml pereaksi (a) dicampur dengan 1 ml pereaksi (b). larutan harus dibuat setiap kali akan digunakan d. Pereaksi folin ciocalteau (pereaksi fenol) e. Larutan albumin 0,25 mg/ml (standar) METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Dalam penelitian ini digunakan bahan baku daun kari, Folin-Ciocalteau, Na2CO3, Albumin (standar), NaOH, CuSO4, NaK tartrat dan H2O sebagai pelarut Metode Untuk mengisolasi antioksidan dari daun kari digunakan metode ekstraksi. Penelitian diawali dengan melakukan pretreatment terhadap bahan baku daun kari, yaitu proses pengeringan untuk mengurangi kadar air. Proses pengeringan dibedakan atas kering angin (layu) dan kering oven (50oC), masing-masing selama 72 jam, kemudian dilakukan analisa kadar air. Daun yang telah kering, kemudian dihaluskan hingga menjadi bubuk. Ekstraksi dilakukan menggunakan pelarut H2O dengan perbandingan daun kari : pelarut H2O (1 : 50) b/v selama 30 menit. Variasi dilakukan pada temperatur ekstraksi sebanyak 5 level, yaitu 30oC, 40 oC, 50oC, 60oC dan 70 oC. Selama proses ekstraksi, dilakukan pengadukan sebesar 100 rpm untuk mempercepat 2. Pembuatan Kurva Standard a. 0 (blanko) : 0,1 : 0,2 : 0,4 : 0,6 : 0,8 dan 1,0 ml protein standard dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tambah air sampai volume total masing-masing 4 ml ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 5,5 ml pereaksi (1.c), campur merata dan biarkan selama 10-15 menit pada suhu kamar b. 0,5 ml pereaksi folin ciocalteau ditambahkan ke masing-maisng tabung reaksi, kocok dengan cepat sesaat setelah penambahan pereaksi c. Biarkan selama 30 menit sampai warna biru terbentuk d. Ukur absorbansi pada 768,60 nm e. Dibuat kurva standar 41 Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 10 No.21, Juni 2012 ISSN 1693-248X 3. Analisa Produk a. 1 ml sampel ditambahkan 5,5 ml pereaksi (1.c), campur merata dan dibiarkan selama 10-15 menit pada temperatur kamar b. Ditambahkan 0,5 ml pereaksi folin ciocalteau, dan dibiarkan selama 30 menit c. Ukur absorbansi sampel dengan alat spektrofotometri UV-Vis dengan pada panjang gelombang 768,60 nm d. Konsentrasi antioksida dihitung melalui persamaan kurva standar yang diperoleh Tabel 5. Konsentrasi Antioksidan Sampel Kadar Air Bahan baku (%) Kering Angin 42 Kering Oven 11.5 Temperatur ekstraksi (0 C) Konsentrasi Antioksidan (ppm) 30 40 50 60 70 30 40 50 60 70 173.73 162.51 215.2 275.68 283.00 218.61 212.76 258.61 292.76 322.51 Dari grafik diketahui, bahwa peningkatan temperatur ekstraksi memberikan pengaruh terhadap peningkatan konsentrasi antioksidan. Hal ini dimungkinkan oleh peningkatan temperatur menyebabkan peningkatan interaksi antara pelarut dengan bahan baku. HASIL DAN PEMBAHASAN Antioksidan merupakan zat yang mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi. Antioksidan merupakan senyawa kompleks, yang tersusun atas golongan protein. Hasil ekstraksi yang diperoleh, dianalisa menggunakan spektrofotometer UVVis 1800 menggunakan standar albumin pada panjang gelombang 768,60 nm. Dari hasil penelitian, diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4. Data Absorbansi Sampel Kadar Air Bahan baku (%) Kering Angin 42 Kering Oven 11.5 Temperatur ekstraksi (0C) Absorbansi (Abs) 30 40 50 60 70 30 40 50 60 70 0,409 0,386 0,494 0,618 0,633 0,501 0,489 0,583 0,653 0,714 Gambar 3.Grafik Pengaruh temperatur Ekstraksi Hasil penelitian menunjukkan bahwa, daun kari yang mendapatkan perlakuan kering oven (50 oC) memberikan nilai absorbansi yang lebih tinggi sebesar 0,714. Dari perhitungan persamaan linier yang diperoleh dari kurva standar. Y = 0,00205 x + 0,05284 (Pers.1) diperoleh konsentrasi antioksidan sebesar 322,51 ppm. 42 Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 10 No.21, Juni 2012 ISSN 1693-248X 50 oC, menyebabkan aktivitas sel-sel pada daun kari meningkat aktifitasnya, sebab sistem jaringan dalam daun lebih terbuka, sehingga komponen protein lebih mudah melarut dalam H2O (Satrohamidjojo, 2004). Hasil penelitian yang diperoleh, bersesuaian dengan hasil penelitian Menon, Nirmala (2010) yang menghasilkan antioksidan sebesar 326 ppm pada temperatur reaksi 30oC menggunakan pelarut H2O. Daun kari kering oven, memberikan konsentrasi antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan daun kari kering angin (layu), hal ini disebabkan oleh kandungan air bahan baku yang lebih rendah dibandingkan kadar air daun kari kering angin (layu). Daun kari kering angin (layu) memiliki kandungan air 42%, sedangkan daun kari kering oven memiliki kandungan air 11,5%. Selain itu, perlakuan pengeringan oven pada temperatur Gambar 3. Grafik Pengaruh Temperatur Ekstraksi Gambar 4. Grafik Relasi Temperatur Terhadap Absorbansi 43 Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 10 No.21, Juni 2012 ISSN 1693-248X SIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa temperatur reaksi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perolehan konsentrasi antioksidan. Metode pengeringan yang digunakan untuk mengurangi kandungan air bahan baku daun kari juga memberikan dampak yang besar terhadap perolehan antioksidan. Daun kari yang dikeringkan dengan menggunakan metode pengeringan oven pada 50oC diketahui memberikan konsentrasi antioksidan sebesar 322,51 ppm. DAFTAR PUSTAKA Menon , N .2010. Exstracts of Curry Leaf. http:// www. Geoggle.com [15 januari 2011] Ophoeng, Daun Kari,., http://www.herbalgram.org/, (diakses 17 Januari 2011) Sastrohamidjojo, Kimia Minyak Atsiri, Yogyakarta : Gajah Mada University Press ,2004 Zuhra, Cut Fatimah., Juliati Br. Tarigan dan Herlince Sihotang. Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid dari Daun Katuk. Jurnal Biologi Sumatera, hal 7-10, Vol.3 No Wikipedia.http://id.wikipedia.org/wiki/ Antioksidan#Hal_penting_menge nai_antioksidan (Diakses tanggal 25 September 2012) 44