kategori - BSNP Indonesia

advertisement
Pengantar Redaksi
Penanggungjawab:
Zainal A. Hasibuan
Pemimpin Redaksi:
Bambang Suryadi
Redaksi Eksekutif:
Kiki Yuliati
Nanang Arif Guntoro
Zaki Su’ud
Khomsiyah
Redaksi Pelaksana:
Teuku Ramli Zakaria
Penyunting/Editor:
Titi Savitri Prihatiningsih
Erika Budiarti Laconi
Ipung Yuwono
Djoko Luknanto
P
embaca yang Budiman,
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karuniaNya, kami bisa menghadirkan Buletin BSNP Edisi
Ketiga tahun 2016 ke tangan pembaca. Pada edisi ketiga ini kami
sajikan informasi seputar pengembangan dan pemantauan standar nasional pendidikan,khususnya Standar Kompetensi Lulusan
dan Standar Isi SMK/MAK dan Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru SMK/MAK. Kami juga menyajikan pelaksanaan Ujian Nasional Perbaikan (UNP) tahun 2016. Tidak kalah
pentingnya adalah berita pemilihan Ketua dan Sekretaris BSNP
serta pesan Menteri Pendidikan Anies Baswedan untuk guruguru sekolah/madrasah yang disampaikan pada acara perpisahan setelah 20 bulan mengemban amanat sebagai Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan. Kegiatan BSNP lainnya, kami sajikan dalam bentuk lensa BSNP. Selamat membaca.
Daftar Isi
3-6
7-9
10-20
Desain Grafis & Fotografer
Arief Rifai Dwiyanto
Ibar Warsita
Sekretaris Redaksi
Ning Karningsih
Alamat:
BADAN STANDAR NASIONAL
PENDIDIKAN
Gedung D Lantai 2,
Mandikdasmen
Jl. RS. Fatmawati, Cipete
Jakarta Selatan
Telp. (021) 7668590
Fax. (021) 7668591
Email: [email protected]
Website: http://www.bsnp-indonesia.org
2
21-24
Pembenahan Mutu Guru
BSNP dan BAN S/M Bahas Perangkat Akreditasi Sekolah
Madrasah; Mulai Tahun 2017 Diberlakukan Perangkat
Baru
Berita BSNP:
- Pengembangan Standar Kompetensi Guru SMK;
Guru SMK Harus Memiliki Sikap Kerja dan Wawsan Vokasi
- Djemari Mardapi: Di Jerman Guru Vokasi Dipilih dari Lulusan
Terbaik dan Gajinya sama dengan Gaji Dokter
- 88.958 Siswa Lulusan SMA Sederajat Ikut Uian Nasional
Perbaikan
- BSNP akan Melakukan Penilaian Buku Teks Pelajaran
Matematika dan PJOK Kelas V dan VI SD/MI
- Harmonisasi dan Sinkronisasi Draf Standar Nasional
Pendidikan; Telah Nampak Chemistry Antara Kegiatan BSNP
dan Program Strategis Kemristekdikti
- Halal Bi Halal Keluarga Besar BSNP: Perlu Penyamaan
Pemahaman Terhadap Pendidikan Berbasis Standar
- BSNP Laksanakan Uji Publik Standar Nasional di 15 Provinsi
Masyarakat Menyambut dengan Positif dan Memberikan
Apresiasi
- Erika Budiarti Lakoni dan Kiki Yuliati Terpilih Menjadi Ketua
dan Sekretaris BSNP
- Pesan Anies Baswedan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Lensa BSNP
Keterangan Gambar Cover
Pelaksanaan uji publik draf standar nasional pendidikan di Provinsi
Bali (19-21/8/2016). Anggota BSNP, tim ahli dan sebagian responden
berpose bersama seusai pengisian instrumen dan pelaksanaan Focus
Group Discussion (foto atas). Anggota BSNP, Tim Ahli dan narasumber
harmonisasi dan sinkronisasi standar nasional pendidikan berpose
bersama. Acara dilakukan pada tanggal 30-31 Juli 2016 (foto bawah).
Vol. XI/No. 3/September 2016
PEMBENAHAN MUTU GURU
Teuku Ramli Zakaria*
Pendahuluan
Guru merupakan ujung tombak
dalam pelaksanaan program-program
pendidikan di sekolah. Oleh karena
itu, tidak ada yang meragukan,
betapa pentingnya peran guru bagi
keberhasilan upaya peningkatan
dan pemerataan mutu pendidikan
di sekolah. Menurut Pasal 8 Undang
Undang Guru No, 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, guru wajib
memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik,
jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.
K
ualifikasi akademik adalah ijazah
jenjang pendidikan akademik
yang harus dimiliki oleh guru, se­
suai dengan jenis, jenjang, serta satuan
pendidikan formal di tempat guru itu
ditugaskan. Adapun kompetensi adalah
sejumlah kemampuan yang harus dimi­
liki oleh guru, untuk menunjang keberhasilannya dalam melaksanakan tugas
sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
serta pendidikan anak usia dini.
Bila di suatu sekolah kualifikasi dan
kompetensi guru baik, diharapkan akan
memberi dampak positif terhadap mutu
pendidikan pada tingkat satuan pendidikan. Demikian juga sebaliknya, bila
kualifikasi dan kompetensi guru kurang
baik, maka akan memberi dampak negatif pula terhadap mutu pendidikannya.
1)
Penulis adalah
praktisi pendidikan,
Anggota BSNP, dan
Dosen Fak. Tarbiyah
UIN Syahid Jakarta
Kualifikasi Guru
Peraturan Pemerintah (PP) No. 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP) yang telah diubah de­
ngan PP No. 32 Tahun 2013 dan PP No.
13 Tahun 2015 tentang Perubahan atas
PP No. 19 Tahun 2005 tentang SNP, kuali­
fikasi akademiki adalah tingkat pendi­
dikan minimal yang harus dipenuhi oleh
seorang pendidik, yang dibuktikan de­
ngan ijazah dan/atau sertifikat keahlian
yang relevan, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Selanjutnya dalam Peraturan Men­
teri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi Aka­
demik dan Kompetensi Guru diatur bah­
wa guru pada jenjang pendidikan anak
usia dini serta pada semua jenjang pendidikan dasar dan menengah, harus berpendidikan minimal Diploma IV atau
Sarjana (S1) dalam bidang-bidang yang
relevan. Yang dimaksud dengan bidangbidang yang relevan: untuk satuan pendidikan anak usia dini, berpendidikan
minimal Diploma IV atau Sarjana dalam
bidang pendidikan anak usia dini; untuk satuan pendidikan jenjang SD/MI.
Minimal berpendidikan Diploma IV atau
Sarjana dalam bidang pendidikan SD;
untuk satuan pendidikan jenjang SMP/
MTs, minimal berpendidikan Diploma
IV atau Sarjana sesuai dengan Program
Studi atau mata pelajaran yang diampu pada satuan pendidikan. Demikian
juga untuk guru satuan pendidikan jenjang SMA/MA, minimal berpendidikan
Diploma IV atau Sarjana sesuai dengan
Program Studi atau mata pelajaran yang
diampu pada satuan pendidikan.
Dengan terpenuhinya kualifikasi
pendidikan tersebut, diharapkan, selain
memenuhi persyaratan berkelayakan
dalam melaksanakan tugas, juga memiliki kemampuan minimal bagi guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik profesional.
Kompetensi Guru
Menurut Undang-undang No. 14
Vol. XI/No. 3/September 2016
3
Tahun 2005 tentang Guru dan Do­
sen,
Peraturan Pemerintah No. 19 Ta­
hun
2005 tentang Standar Nasional Pen­
di­
dikan, dan Kompetensi Guru, ada 4
kompetensi yang harus dimiliki guru,
yaitu:
1. kompetensi pedagogik,
2. kompetensi kepribadian,
3. kompetensi profesional, dan
4. kompetensi sosial.
Kompetensi pedagogik adalah kompetensi berkaitan dengan metodologi
dan kependidikan. Kompetensi kepribadian adalah karakteristik keperibadian
yang sesuai dan/atau dapat menunjang
keberhasilannya dalam melaksanakan
tugas sebagai pendidik. Kompetensi
pro­
fesional adalah penguasaan bidang
kahlian dan/atau mata pelajaran yang
diampu pada jenjang dan/atau jenis
sa­
tuan pendidikan tertentu. Adapun
kompetensi sosial adalah karakteristik
berkaitan kemampuannya dalam berhubungan dan berkomunikasi dengan
se­sama pendidik, dengan peserta didik,
dan dengan masyarakat pada umumnya.
Berbeda dengan klasifikasi kompetensi dalam perundang-undangan tersebut di atas, penulis lebih cenderung
mengklasifikasikan kompetensi guru
menjadi 4 sebagai berikut.
1. kompetensi penguasaan substansi;
2. kompetensi penguasaan metodologi;
3. kompretensi penguasaan evaluasi;
4.integritas kepribadian (moralitas,
motivasi, dan dedikasi)
Penguasaan substansi adalah pengu­
asaan bidang keahlian atau mata pelajaran yang diampu. Penguasaan substansi merupakan modal dasar bagi
guru untuk dapat mengajar dengan
baik. Contoh, seorang anak desa yang
rumahnya dekat kali dan dapat berenang dengan baik, pasti dapat mengajar orang lain untuk berenang. Tidak
mungkin seseorang yang tidak dapat
berenang dapat mengajar orang lain
berenang. Berkaitan dengan substansi,
seorang guru matematikan harus me­
nguasai mata pelajaran matematia de­
ngan sangat baik, seorang guru sejarah,
harus menguasai mata pelajaran sejarah dengan sangat baik, demikian juga
de­
ngan berbagai mata pelajaran yang
lain.
4
Selanjutnya guru perlu menguasai
metodologi mengajar dengan baik juga
untuk dapat mengajar secara baik dan
efektif. Kompetensi kedua ini merupa­
kan ilmu dan keterampilan yang perlu
dimiliki oleh guru untuk dapat mengajar atau mentrasfer pengetahuan, nilai, dan keterampilan yang ada dalam
mata pelajaran yang diampu dengan
baik kepada peserta didik. Kompetensi
yang ketiga, penguasaan evaluasi. Kom­
petensi ini perlu dimiliki oleh guru, untuk dapat mengetahui secara tepat dan
akurat efektivitas dan tingkat keberhasilan pembelajaran yang telah diselenggarakan. Dalam klasisifikasi kompetensi pendidik menurut peraturan
perundang-undangan, kompetensi ketiga ini dimasukkan dalam kompetensi
pedagogi.
Kompetensi keempat adalah integritas kepribadian yang terdiri dari minimal 3 subkomtensi: moralitas, motivasi,
dan dedikasi. Subkompetensi pertama,
seorang guru harus memiliki moralitas
yang baik dan dapat menjadi teladan
yang baik bagi peserta didik. Guru yang
memiliki moralitas yang baik, akan cenderung dihargai oleh peserta didik, akan
cenderung diikuti nasehat-nasehatnya,
dan akan cenderung diikuti dengan baik
proses pembelajaran yang diselenggarakan. Sebaliknya, seseorang guru de­
ngan moralitas kurang baik, selain tidak
dapat menjadi teladan yang baik, secara
psikologis para peserta didik akan cen­
derung menilai negatif, dan akan cenderung mengabaikan proses pembelajaran
yang diselenggarakannya.
Selanjutnya, berkaitan dengan subkompetensi kedua dari integritas kepri­
badian, guru juga harus dapat berperan sebagai motivator yang baik bagi
pe­
serta didik. Sebagai seorangf motivator, guru harus memiliki motivasi
kerja yang tinggi. Tidak mungkin sese­
orang yang tidak memiliki motivasi
tinggi dapat menjadi motivator untuk
orang lain. Subkompetensi yang ketiga
berkaitan dengan integritas kepribadian adalah dedikasi atau semangat peng­
abdian yang tinggi, yang desertai de­
ngan komitmen, tanggung jawab, dan
ke­ikhlasan dalam melaksanakan tugas,
kasih sayang yang tulus kepada peserta
Vol. XI/No. 3/September 2016
didik, dan keinginan yang keras untuk
mencapai hasil kerja terbaik.
Menurut hemat penulis, kompetensi­
terakhir (integritas kepribadian) lebih­
me­
nentukan kinerja guru dan lebih
penting bagi keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Hal
ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:
seandainya di suatu sekolah ada guru
matetatika, tidak ada guru fisika. Guru
matematika tersebut diberi tanggung
jawab untuk mengajar mata pelajaran
fisika. Bila guru tersebut memiliki integritas kepribadian yang baik (morali­
tas, motivasi, dan dedikasi) memiliki
rasa tanggung jawab yang tinggi, yang
bersangkutan akan berusaha keras untuk mendalami pelajaran fisika dan untuk dapat mengajar dengan baik, maka
guru tersebut akan dapat mengajar fisika dengan baik pula. Sebaliknya, dalam
contoh kasus ini, bila guru tersebut
kurang memiliki motivasi, tidak berdedikasi, dan rendah rasa tanggung jawabnya, walaupun yang bersangkutan memiliki latar belakang fisika, belum tentu
dapat mengajar fisika dengan baik.
Pada tahun 1996, penulis pernah­
melakukan penelitian di sejumlah SMA
di DKI Jakarta. Sekolah-sekolah yang
terlibat dalam studi tersebut meliputi
sekolah kategori baik, sekolah kategori
sedang, dan sekolah kategori kurang,
berdasarkan capaian Nilai EBTANAS
Murni (NEM). Studi ini juga meliputi
sekolah berstatus negeri dan swasta.
Hasil studi ini menunjukkan bahwa pa
da sekolah negeri tidak ada perbedaan
yang signifikan berkaitan de­ngan kuali­
fikasi dan kompetensi guru. Sekolah
negeri yang capaian NEM rata-rata
tinggi, misalnya SMA Negeri 8 sebagai
sekolah unggulan di DKI Jakarta, faktor siswa lebih signifikan peranannya.
Siswa SMA unggulan seperti ini, ketika
masuk melalui proses seleksi de­
ngan
sangat yang sangat ketat. Dalam pro­
ses seleksi tersebut terpilih lulusan SMP
dengan NEM tertinggi, kecerdasan ratarata tinggi, semangat belajar rata-rata
tinggi, kemudian mereka masuk lingkungan belajar yang kondusif dan kompetitif. Kemudian, dalam ujian akhir­
di SMA, mereka akan cenderung memperoleh capaian NEM yang tinggi pula.
Berdasarkan hasil kajian ini, input siswa
lebih menentukan tingkat capaian hasil belajar siswa dibandingkan dengan
kualifkasi dan kompetensi guru (Teuku
Ramli, 1996).
Ujian Kompetensi Guru
Bertitik tolak dari argumentasi
tersebut pula, Ditjen Guru dan Tenaga
Kependidikan, Kementerian Pendidikan
memiliki salah satu program mengadakan Uji Kompetensi Guru (UKG). Dengan
UKG diharapkan dapat diketahui de­
ngan pasti tingkat kompetensi guru, untuk setiap guru dan pada setiap sekolah. Almarhum Sulistio (pada waktu itu
sedang menjabat Ketua Umum PGRI)
kurang sependapat dengan UKG. Dirjen
Guru dan Tenaga Kependidikan, berpendapat bahwa orang tua berhak untuk mengetahui kompetensi guru yang
meng­ajar anak-anak mereka. Rendahnya
nilai yang dicapai siswa dan berbagai
gejala negatif dalam perilakaku siswa
dapat diasumsikan bersumber dari
kom­
petensi guru. Sebuah pertanyaan
besar yang perlu dijawab, apakah UKG
dapat menjadi solusi yang tepat untuk
membenahi kompetensi dan mutu guru
saat ini?
Ada 2 kompetensi yang diujikan
dalam UKG, yaitu kompetensi profesio­
nal: penguasaan mata pelajaran yang
diajarkan masing-masing guru; dan
kom­
petensi pedagogik, yaitu penguasaan strategi, metodologi, dan teknik
pembela­jaran. Penguasaan substansi ma
ta pelajaran dan metodologi pembela­
jaran memang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Namun
demikian, berdasarkan argumentasi dan
ilustrasi dalam uraian di atas, integritas
kepribadian lebih menentukan dan le­
bih penting dari penguasaan mata pelajaran dan metodologi.
Apabila pemerintah melakukan uji
kompetensi guru untuk kepenting­
an
pe­metaan, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, antara lain sbb.
Pertama, UKG perlu dilakukan dengan­
seksama dan dipersiapkan serta dilak­
sanakan dengan sebaik-baiknya. Kedua,
penilaian perlu dilakukan secara menyeluruh, meliputi: kompetensi profesional, kompetensi pedagogis, kom-
Vol. XI/No. 3/September 2016
5
Perbaikan kinerja guru
Upaya peningkatan kinerja guru perlu dilakukan dengan upaya-upaya yang
memberdayakan dan menumbuh-kembangkan semangat serta kesadaran profesional pada guru dalam melaksanakan
tugas. Tugas guru bukan hanya mengajar. Berdasarkan rumusan tujuan pendidikan dalam Undang-undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, guru memiliki tiga tanggung
jawab profesional yang diemban, yang
satu dengan yang lain saling terkait dan
tidak dapat dipisahkan. Pertama, tugas
guru adalah mendidik, mengembangkan
kecerdasan spiritual dan sosial peserta didik, untuk menjadi pribadi yang
baik, warga masyarakat yang baik, dan
warga negara yang baik, yang beriman,
bertaqwa, dan berakhlak mulia. Kedua,
mengajar, mengembangkan kecerdasan
intelektual pserta didik, berpengetahu­
an luas dan memiliki keterampilan yang
baik dalam berpikir. Ketiga, tugas guru
adalah melatih, mengembangkan kecer­
dasan kenestetika atau keterampilan
peserta didik, sesuai dengan karakteris­
tik dan tuntutan kompetensi dasar da­
lam mata pelajarannya.
Selain dari itu, untuk meningkatkan
kinerja guru perlu adanya kebijakan
yang dapat menumbuh-kembangkan budaya kerja yang baik, yang dapat memberi motivasi kepada guru untuk melaksanakan tugas profesionalnya dengan
sebaik-baiknya, antara lain melalui tunjangan berbasis kinerja serta positive &
negative reinforcement lainnya.
6
Penutup
Pembinaan guru, sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan program-program pendidikan di sekolah, sangat
pen­­ting dilakukan. Guru memang perlu
dites, namun sebaiknya bukan tes masal seperti UKG. Guru perlu dites de­
ngan baik ketika proses seleksi. Setelah
diterima menjadi guru, upaya-upaya
pembinaan dan pemberdayaan yang
lebih diperlukan. Dalam rangka pembinaan guru, salah satu data yang tersedia di Kementerian Pendidikan dan
Ke­
budayaan dan sangat bermaanfaat
adalah hasil Ujian Nasional. Data hasil Ujian Nasional yang jujur dapat digunakan untuk melihat kekuatan dan
kelemahan guru pada berbagai mata
pelajaran. Berdasarkan data ini dapat
dilakukan training-training pembinaan
“
Analisa hasil
Ujian Nasional dapat
digunakan untuk melihat
kekuatan dan kelemahan
“
petensi kepribadian, dan kompetensi
sosial. Pembenahannya juga perlu dilakukan secara simultan pada 4 kompetensi tersebut. Ketiga, perlu memperhatikan dampak psikologis terhadap guru.
Penyelenggaraan UKG yang kurang tepat dapat memberi dampak psikologis
negatif kepada para guru. Guru dapat
perasaan dipojokkan dan direndahkan
dengan UKG. Selain dari itu, bila UKG
diselenggarakan sebagai sebuah program yang berkelanjukan, dapat menumbuh-kembangkan training-training
persiapan UKG, yang kurang bermanfaat dan kontraproduktif bagi upaya
perbaikan kinerja guru.
guru pada berbagai mata
pelajaran
guru pada tingkat sekolah, kabupaten/
kota, provinsi, dan bahkan pada tingkat
nasional. Bila diperlukan, untuk meli­hat
kelemahan guru dalam mata pela­jaran
tertentu, dapat dilakukan tes secara
sampling dalam rangka need assessment. Dengan demikian biaya penye­
lenggaraan tes tidak terlalu besar, dan
secara psikologis guru juga tidak merasa dipojokkan. Kata kunci yang paling
penting dalam rangka pembenahan mtu
guru adalah menumbuh-kembangkan
semangat dan kesadaran profesional.
Penekannya pembinaannya integritas
kepribadian sebagai pendidik profesional yang bertanggung jawab. 
Vol. XI/No. 3/September 2016
BSNP dan BAN S/M Bahas Perangkat Akreditasi Sekolah Madrasah
Mulai Tahun 2017 Diberlakukan
Perangkat Baru
Bambang Suryadi*
Anggota BSNP
berpose bersama
anggota BAN S/M
setelah membahas
perangkat
akreditasi di ruang
sidang BSNP
Cipete (9/8/2016).
Akreditasi satuan
pendidikan
dilakukan untuk
mengukur
pencapaian
standar nasional
pendidikan pada
tingkat sekolah/
madrasah.
* Anggota BSNP
dan dosen
Fakultas Psikologi
UIN Jakarta
S
tandar Nasional Pendidikan (SNP)
adalah kriteria kriteria minimal
ten­
tang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia, yang berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan.
SNP bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat. SNP disempurnakan
secara terencana, terarah dan berkelanjutan sesuai dengan tantangan dan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, regional, dan global.
Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) sebagai lembaga yang independen dan profesional memiliki kewe­
nang­an mengembangan SNP yang meliputi Standar Kompetensi Lulusan (SKL),
Stanadr Isi (SI), Standar Proses, Standar
Penilaian, Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, Standar Sarana dan Pra­
sarana, Standar Pengelolaan, dan Stan­
dar Pembiayaan. Sementara Badan Akre­
ditasi Sekolah/Madrasah (BAN S/M)
me­
miliki kewenangan mengukur pencapaian SNP oleh satuan pendidikan
melalui akreditasi sekolah/madrasah.
Dalam melakukan akreditasi, BAN S/M
menggunakan perangkat atau instrumen yang dikembangkan dengan me­
ngacu kepada SNP.
Demikian catatan dari pertemuan
BSNP dan BAN S/M untuk membahas interaksi antara SNP dan perangkat akreditasi, di ruang siding BSNP pada hari
Selasa, 9 Agustus 2016. Turut hadir da­
lam pertemuan ini sembilan orang anggota BSNP dan seluruh anggota BAN
S/M yang berjumlah 13 orang. Rapat
dipimpin oleh Sekretaris SBNP.
Menurut Abdul Mu’ti Ketua BAN
S/M, sampai tahun 2016, BAN SM masih menggunakan perangkat akreditasi
Vol. XI/No. 3/September 2016
7
lama. Perangakt baru akan diberlakukan
tahun 2017. Dalam rangka persiap­
an
pemberlakuan perangkat baru, BAN S/M
masih pada tahap sinkronisasi akhir­
untuk perangkat berdasarkan standar
yang baru, yaitu SKL, SI, Standar Proses,
dan Standar Penilaian yang ditetapkan
pada tahun 2013.
“Kami menggunakan empat standar
baru yang ditetapkan menjadi Per­atur­
an Menteri pada tahun 2013 dan empat standar yang telah direkomendasikan BSNP untuk ditetapkan menjadi
Peraturan Menteri Pendidikan dan Ke­
budayaan”, ungkap Abdul Mu’ti.
Dalam perangkat baru ini, tambah
Mu’ti, ada bagian yang berbeda. Dalam
perngkat lama, BAN S/M mengacu 100%
SNP, tetapi dalam perangkat baru, BAN
S/M mengacu 100% SNP dan peraturan
lain yang terkait dengan mutu pendi­
dikan. Diantaranya Permendikbud yang
secara integral terkait dengan penja­
minan mutu pendidikan. Hal ini dilakukan karena setelah BAN S/M menggunakan perangkat akreditasi selama 7-8
tahun, ada beberapa hal di dalam SNP
yang dalam implementasi akreditasi
di lapangan kurang relevan. Misalnya,
di dalam standar pendidik dan tenaga
kependidikan, disebutkan ada tenaga
Tata Usaha pada jenjang SD/MI, namun
di lapangan, pada kenyataannya belum
ada tenaga TU di SD/MI.
Selain itu, menurut Mu’ti, BAN S/M
ju­
ga melakukan inovasi. Misalnya terkait dengan standar pembiayaan, pada
tahun 2007, semangat yang dibangun
oleh Pemerintah adalah sekolah gratis.
Maka perangkat akreditasi juga meng­
akomodasi sekolah gratis tersebut. Im­
plikasinya, jika ada satuan pendidikan yang memungut biaya pendidikan,
skornya menjadi rendah. Namun se­
te­
lah dievaluasi, khususnya untuk swasta, jika komponan pungutan biaya ini
diberlakukan, menjadi tidak adil, sebab
sumber dana sekolah swasta adalah dari
masyarakat.
“Jika sekolah gratis dan berbayar di­
perlakukan sama, padahal secara sis­
tem, sekolah tersebut harus memungut
biaya dari masyarakat, maka menjadi tidak fair”, ucap Mu’ti.
8
Pencapaian dan Pemanfaatan
Hasil Akreditasi
Lebih lanjut Mu’ti menjelaskan
bah­
wa sampai tahun 2016, sekolah/
madrasah yang sudah memenuhi persyaratan akreditasi, sudah diakreditasi.
Sekolah/madrasah yang belum diakreditasi adalah yang belum memenuhi
persyaratan. Selama ini, BAP melakukan
akreditasi dari daerah yang terdekat
de­ngan kota provinsi, baru menambah
ke luar daerah. Hal ini dilakukan karena keterbatasan anggagran. Namun,
mu­
lai tahun 2016, ada perubahan kebijakan. Yaitu BAN S/M menetapkan
kuota dan sasarannya terlebih dahulu dengan mempertimbangkan daerah
yang terpencil. Dengan cara ini sekolah/madrasah di daerah Tiga T, bisa
diakreditasi.
Dari delapan jenis SNP, secara umum,
hasil akreditasi tahun 2015 menunjukkan bahwa pada jenjang SD/MI, pencapaian SKL masih rendah. Sementara
pada jenjang SMP/MTs dan SMK pencapaian yang paling rendah adalah standar pendidik dan tenaga kependidikan.
Pada jenjang SMA/MA dan SLB, pencapaian yang paling rendah adalah standar sarana dan prasarana.
Terkait dengan pemanfaatan hasil
akreditasi, BAN S/M memberikan apresiasi kepada BSNP yang telah menetapkan sekolah pelaksana Ujian Nasional
(UN) harus terakreditasi, meskipun jumlah peserta UN kurang dari dua puluh
siswa. Kebijakan ini secara eksplisit di­
nyatakan di dalam Prosedur Operasional
Standar (POS) Penyelenggaraan Ujian
Nasional yang ditetapkan BSNP.
Pada kesempatan tersebut, Ketua
BAN S/M juga menyampaikan supaya
Direktorat terkait di Kementerian Pen­
didikan dan Kebudayaan menjadikan
hasil akreditasi sebagai pertimbangan
dalam menentukan kebijakan, khususnya yang terkait dengan pemberian
bantuan.
“Jika ada sekolah mengajukan bangtuan untuk ruang kelas, tetapi hasil
akreditasi menunjukkan ruang kelas
lebih, maka permohonan itu sebaiknya
tidak diterima. Bahkan, jika hasil akreditasi menunjukkan ruang kelas kurang,
meskipun tidak mengajukan proposal,
Vol. XI/No. 3/September 2016
Direktorat perlu memberikan prioritas
untuk mendapat bantuan”, ucap Mu’ti.
Selain itu, tambah Mu’ti, Pemerintah
Daerah telah menjadikan hasil akreditasi sebagai acuan dalam melakukan pe­
rencanaan dan penganggaran progam
kerja. Hasil akreditasi digunakan untuk
afirmasi kebijakan mutu. Di Magelang
Jawa Tengah, misalnya, penyusunan
“
BSNP dan BAN SM
perlu memberikan
endorsement ke Pemerintah
Daerah untuk memanfaatkan
hasil akreditasi dalam
peningkatan mutu
pendidikan. Diantaranya
adalah dengan menjadikan
hasil akreditasi sebagai
acuan dan pertimbangan
dalam melakukan
perencanaan dan
“
penganggaran pendidikan
melalui APBND.
anggaran sudah menyesuaikan dengan
8 SNP. Artinya, masyarakat sebagai user
sudah mempercayai hasil akreditasi sebagai instrumen untuk peningkatan
mutu pendidikan.
“Pemanfaatan hasil akreditasi seperti yang dilakukan Kabuapten Magelang
perlu dijadikan model sebagai bentuk
pengejahwantahan dari semboyan BAN
S/M akreditasi bermutu untuk pendi­
dikan bermutu”, ucap Mu’ti.
Sementara itu, Toni Toharudin ang-
gota BAN S/M dalam paparannya menyampaikan bahwa data di BAN S/M sudah terintegrasi dengan data di PDSPK
(Puast Data dan Statistik Pendidikan dan
Kebudayaan). Pengintegrasian data ini
dilakukan melalui penggunaan Nomor
Pokok Sekolah Nasional (NPSN). Setiap
sekolah yang memiliki NPSN sudah memiliki izin operasional dari Kemdikbud.
Di akhir pertemuan, disepakat bahwa BSNP dan BAN SM perlu memberikan endorsement ke Pemerintah Daerah
untuk memanfaatkan hasil akreditasi
dalam peningkatan mutu pendidikan.
Diantaranya adalah dengan menjadikan
hasil akreditasi sebagai acuan dan pertimbangan dalam melakukan perencanaan dan penganggaran pendidikan melalui APBND.
Akreditasi SPK
Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK)
merupakan bagian dari sistem pendi­
dikan nasional. Oleh karena itu, SPK
juga harus diakreditasi. Menurut Ketua
BAN S/M, pada tahun 2017, pelakanaan
akreditasi pada SPK dilakukan de­
ngan
perangkat yang memadukan antara
komponen pada SNP dan komponen
pada standar yang digunakan masingmasing SPK dari mitra pengelolaanari
luar negeri.
“SPK yang melakukan kerjasama
dengan Cambridge misalnya, maka
kom­
ponen akreditasi akan mengguna­
kan komponen SNP dan standar yang
digunakan oleh Cambridge”, ucap Mu’ti
seraya menambahkan BAN S/M akan
melakukan pelatihan bagi asesor akreditasi SPK.
Terkait dengan kompetensi asesor,
BAN S/M melatih asesor pada tingkat
nasional. Mulai tahun2016, BAN S/M
menetapkan standar pelatihan nasio­
nal, tetapi pelaksanaannya ada di BAP.
Rekrutmen asesor dilakukan secara
ter­
buka. Setiap asesor memiliki sertifikat yang diterbitkan oleh BAN SM.
Pelatihan asesor dihadiri anggota BAN
S/M sekurang-kurangnya satu orang.
Selain itu juga ada penilaian kinerja terhadap asesor. Ada asesor yang sebagian
diberhentikan dan sebagian tidak diberi
pekerjaan berdasarkan hasil penilaian
kinerja. 
Vol. XI/No. 3/September 2016
9
Berita BSNP*
PENGEMBANGAN STANDAR KOMPTENSI GURU SMK
Guru SMK Harus Memiliki Sikap
Kerja dan Wawasan Vokasi
B
SNP sebagai badan independen dan mandiri memiliki kewenangan mengembangkan, memantau, dan mengevaluasi standar
nasional pendidikan. Dalam proses pelaksana­
annya, BSNP dapat membentuk tim ahli yang
besifat ad hoc dan bekerja sama dengan mitra kerja dari direktorat terkait. Salah satu mitra kerja BSNP tahun 2016 adalah Direktorat
Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan untuk pengembangan standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru
SMK. Bentuk kemitraan yang dilakukan adalah
dengan memfasilitasi tiga kali pertemuan untuk pengembangan, penelaahan dan revisi
draf standar.
Menurut Khomsiyah anggota BSNP yang
sekaligus sebagai koordinator kegiatan, sampai saat ini sudah ada tiga pertemuan yang difasilitasi Direktorat Pembinaan SMK. Pertama,
tanggal 12-14 Mei 2016 dengan mengundang guru-guru SMK untuk pengembangan
draf standar. Kedua, tanggal 26-28 Mei 2016
dengan mengundang dosen dari LPTK untuk
menelaah draf standar. Ketiga, tanggal 18-20
Juni 2016 dengan mengundang widia iswara
dari P4TK untuk menelaah draf standar sebelum dilakukan uji coba di lapangan. Ketiga kegiatan tersebut dilaksanakan di Kota Tangerang
Selatan dan dihadiri oleh anggota BSNP yang
terlibat dalam kegiatan dan sebagian tim ahli.
“BSNP sangat berterima kasih dan memberikan apresiasi kepada Direktorat Pembinaan
SMK yang telah memfasilitasi pertemuan ini.
10
Hal ini dilakukan karena pengembangan standar guru SMK sangat komplek mengingat
ada 46 program keahlian dan dalam perkembangan terakhir ada 7 tambahan program
ke­ahlian, sehinggal total seluruhnya ada 53
program keahlian”, ucap Khomsiyah dalam paparan pengarahan kepada para reviewer di di
BSD Tangerang Selatan (18/6/2016).
Tujuah program keahlian yang dimaksud
Khomsiyah tersebut meliputi rekayasa untuk
bidang teknologi dan rekayasa, farmasi dan ke­
perawatan untuk bidang kesehatan, nautika
dan teknika untuk bidang perikanan dan kelautan, serta usaha perjalanan wisata dan akomodasi perhotelan untuk bidang pariwisata.
Lebih lanjut Khomsiyah mengatakan, output dari kegiatan ini adalah adanya standar
kualifikasi akademik dan kompetensi guru SMK
yang mencakup aspek pedagogik, profesional,
kepribadian, dan sosial untuk tiga jenis guru
SMK, yaitu normatif, adaptif, dan produktif,
dengan fokus pada guru produktif.
Sementara Djemari Mardapi Ketua Tim
Ahli menjelaskan bahwa format standar yang
dikembangkan tahun 2016 berbeda dengan
format standar sebelumnya. Pada format lama,
standar mencakup Standar Kompetensi(SK)
dan Kompetensi Dasar (KD), sedangkan pada
format baru standar mencakup elemen kompetensi dan sub-elemen kompetensi.
Khusus untuk guru produktif, tambah
Djemari, pada kompetensi profesional ada
tiga kemampuan yang menjadi kekhasan guru
Vol. XI/No. 3/September 2016
Responden uji
publik dan focus
group discussion
sedang mengisi
instrumen draf
standar kualifikasi
akademik dan
kompetensi
guru SMK/MAK
di Surabaya
(6/8/2016).
Kegiatan ini
dipandu oleh tim
ahli Suwarto dan
Wardani.
* Bambang Suryadi
Berita BSNP
“
Memiliki sikap kerja
dan wawasan vokasi
inilah yang menjadi faktor
pembeda antara kompetensi
guru SMK dan
guru SMA
“
--Djemari Mardapi
Tim Ahli BSNP--
SMK, yaitu sikap kerja yang diwujudkan dalam
kemampuan guru untuk mendemonstrasikan,
mengevaluasi, dan membimbing sesuai de­
ngan program keahiannya. Sedangkan untuk
guru normatif dan adaptif, guru SMK harus memiliki wawasan vokasi, selain memenuhi kompetensi sebagaimana yang dipersyaratkan untuk guru SMA.
“Memiliki sikap kerja dan wawasan vokasi inilah yang menjadi faktor pembeda antara
kompetensi guru SMK dan guru SMA”, tegas
Djemari sembari memberi contoh seorang
guru Bahasa Inggris di SMK harus memiliki wawasan tentang istilah-istilah Bahasa Inggris
yang dipakai di dunia vokasi.
Pengembangan SKL dan SI SMK/MAK
Sementara itu, BSNP bekerja sama de­ngan
Direktorat Pembinaan SMK juga mengembang-
kan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan
Standar Isi (SI) SMK/MAK. Ada dua alasan yang
melatarbelakangi perlunya pengembang­
an
SKL dan SI SMK/MAK tersebut.
Pertama, seiring dengan adanya revisi empat standar yang menjadi acuan revisi
Kurikulum 2013, pada batang tubuh Permen­
dikbud Nomor 20 Tahun 2016 tentang Stan­
dar Kompetensi Lulusan secara eksplisit
disebutkan SKL SMK/MAK, namun lampiran
Permendikbud tersebut belum memuat SKL
SMK/MAK. Kedua, SMK/MAK memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan karakteristik SMA/MA. Lulusan SMK/MAK disiapkan untuk bekerja di dunia usaha dan industry,
sedangkan lulusan SMA/MA disiapkan untuk
meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.
“Karena SKL SMK/MAK disusun baru, maka
SI yang sudah ada di dalam Permendikbud
Nomor 21 Tahun 2016 juga perlu disesuaikan”, ucapk Khomsiyah anggota BSNP dalam
rapat pleno di Jakarta seraya menambahkan
BSNP dan Direktorat Pembinaan SMK sepakat
pengemabangan SKL dan SI SMK/MAK selesai
pada bulan September.
Pengembangan SKL SMK/MAK, tambah
Khomsiyah, melibatkan akademisi dari LPTK
dan P4TK, praktisi, guru, serta ahli dari dunia
usaha dan industri. Semuanya bekerja sebagai
tim dan difasilitasi oleh Direktorat Pembinaan
SMK. BS
DJEMARI MARDAPI: DI JERMAN GURU VOKASI
DIPILIH DARI LULUSAN TERBAIK DAN GAJINYA
SAMA DENGAN GAJI DOKTER
B
elum lama ini Djemari Mardapi Ketua Tim
Pengembangan Standar Kualifikasi Aka­
demik dan Kompetensi Guru SMK melakukan
kunjungan kerja dan benchmarking ke Jerman
untuk melihat dari dekat tentang sistem pendidikan vokasi di Jerman. Kunjungan kerja ini
dilakukan setelah kunjungan Presiden Jokowi
ke Jerman dan difasiitasi oleh Direktorat
Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Selain Djemari Mardapi, turut ikut
dalam kunjungan kerja yang dilakukan pada
tanggal 1 sampai dengan 7 Juni 2016 ini adalah
Kumaidi (UMS), Sunarto (UNY), dan Bahrun
Kepala Bidang Kurikulum Direktorat Pem­
binaan SMK.
Selama di Jerman rombongan berkunjung
ke Frankfurt dan Bone. Ada beberapa catatan
penting yang didapat dari kunjungan tersebut
sebagaimana disampaikan Djemari dengan
gaya bertutur kepada reporter Buletin BSNP.
“Di Jerman, masa studi bervariasi, ada 2,
3, dan 4 tahun, sesuai dengan tingkat kompleksitas jenis pekerjaan. Untuk keterampil­
an mengecet misalnya, cukup dua tahun. Hal
ini berbeda dengan kondisi di Indonesia yang
hanya ada dua program yaitu program 3 dan 4
tahun. Bidang teknik sepeda motor masa studinya sama dengan bidang teknik kendaraan
ringan (mobil),yaitu tiga tahun. Padahal kompleksitas sepeda motor sangat berbeda de­
ngan mobil”, ucap Djemari mengawali obrol­
an di sela-sela kesibukannya dalam kegiatan
penelaahan draf standar kompetensi guru SMK
di Tangerang Selatan (18-20/6/2016).
Bagian yang menarik dan lebih penting
lagi adalah kenyataan bahwa dunia usaha dan
industri (DUDI) bersedia menerima siswa pendidikan vokasi sejak awal proses pembelajar­
an sampai perekrutan tenaga kerja terampil.
Sebagai contoh, pada semester satu siswa be-
Vol. XI/No. 3/September 2016
11
Berita BSNP
“
Dunia usaha dan
industri di Jerman bersedia
menerima siswa pendidikan
vokasi sejak awal proses
pembelajaran sampai
perekrutan tenaga kerja
terampil.
Guru pendidikan vokasi di
Jemarn dipilih dari lulusan
terbaik dari pendidikan
vokasi ditambah dengan
pendidikan tinggi yang
sesuai dengan bidang
keahliannya
“
lajar teori di sekolah, pada semester dua siswa
melakukan praktik industri di perusahaan, dan
semester tiga kembali lagi ke sekolah untuk
meneruskan pembelajaran.
“Melalui proses kemitraan seperti ini, siswa
memiliki keseimbangan antara penguasaan
teori dan keterampilan di dunia kerja”, ucap
anggota BSNP periode I dan II tersebut.
Persepsi masyarakat Jerman terhadap
pendidikan vokasi juga berbeda dengan persepsi masyarakat Indonesia.
“Masyarakat Indonesia beranggapan sis­wa
yang masuk ke pendidikan vokasi dianggap
kurang memiliki potensi akademik yang tinggi.
Sehingga sebagian orang tua siswa merasa
kurang bangga jika anaknya masuk ke pendi­
dikan vokasi (SMK). Sebaliknya, masyarakat
Jerman memiliki cara pandang yang positif terhadap siswa yang masuk ke pendidikan vokasi.
Sebab setiap anak dipandang memiliki potensi
dan keunikan tersendiri untuk memasuki dunia
kerja”, ucapnya.
Terkait dengan kompetensi guru pendidikan vokasi, guru yang mengajar mata pelajaran umum harus memiliki wawasan vokasi.
Se­bagai contoh, guru Bahasa Inggris, selain
menguasai materi Bahasa Inggris pada pendidikan regular, juga harus memiliki wawasan
vokasi dan menguasai istilah-istilah khusus
yang terkait dengan vokasi.
Lebih lanjut Djemari menambahkan, guru
pendidikan vokasi di Jemarn dipilih dari lulus­
an terbaik dari pendidikan vokasi ditambah
dengan pendidikan tinggi yang sesuai dengan
bidang keahliannya. Apresiasi pemerintah terhadap guru pendidikan vokasi sangat tinggi.
“Gaji guru pendidikan vokasi di Jerman
sama dengan gaji dokter”, ucap Djemari sembari menambahkan pajak penghasilan di
Jerman sangat tinggi, sekitar 40% dari penghasilan.
Apakah praktik baik di Jerman bisa dite­
rapkan di Indonesia? Menurut Djemari untuk
menerapkan persis yang ada di Jerman tidak
bisa. Namun ada beberapa hal yang bisa dilakukan, diantaranya adalah meninjau kembali jumlah bidang keahlian, program keahlian,
dan paket keahlian dalam kaitannya dengan
masa studi. Tidak semua masa studi dibuat
sama. Yang lebih penting lagi perlu dibangun
kemitraan antara SMK dan dunia usaha dan industri mulai dari proses pembelajaran sampai
pada penempatan tenaga kerja.
“Paling tidak ada kepastian jika siswa sudah tamat dari SMK ada lapangan kerja yang
jelas”, tutur Djemari mengakhiri cerita. 
88.958 SISWA LULUSAN SMA SEDERAJAT
IKUT UJIAN NASIONAL PERBAIKAN
B
adan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
bersama Badan Penelitian dan Pengem­
bangan Kementerian Pendidikan dan Kebu­
dayaan melaksanakan Ujian Nasional Per­
baikan (UNP) pada tanggal 29 Agustus 2016
sampai dengan 7 September 2016. UNP
adalah Ujian Nasional pada jenjang SMA/MA/
SMAK/SMTK, SMK/MAK, dan Program Paket C
untuk peserta UN tahun 2015 dan 2016 yang
memenuhi persyaratan. UNP Bersifat pilihan/
tidak wajib.
Menurut Bambang Suryadi pada tahun
2016 ini BSNP melaksanakan UNP dua kali.
Pertama pada bulan Februari bagi mereka
peserta UN tingkat SMA sederajat tahun 2015
12
yang belum mencapai standar. Kedua, pada
akhir Agustus dan awal September 2016.
“Sesuai dengan POS Ujian Nasional, pe­
lak­
sanaan UNP ini dijadwalkan pada bulan
Oktober. Namun dengan pertimbangan tertentu dan berdasarkan usulan dari daerah,
pelaksanaannya dimajukan ke akhir Agustus
dan awal September”, ucapnya saat memim­
pin rapat pleno BSNP (22/8/2016).
Sesuai dengan panduan pelaksanaan UNP
yang ditetapkan BSNP, ada tiga persyaratan
Peserta UNP. Pertama memiliki nomor peserta
UN seperti yang tercantum dalam kartu peserta UN 2015 dan 2016. Kedua, memiliki nilai ku­
rang dari atau sama dengan 55 (lima puluh
Vol. XI/No. 3/September 2016
Berita BSNP
lima) pada mata ujian tertentu. Ketiga, belum
menempuh UN atau UN Susulan atau belum
menempuh UN secara lengkap.
Menurut T. Ramli Zakaria anggota BSNP
sekaligus sebagai koordinator penyelenggaraan ujian nasional, UNP dilaksanakan dalam
bentuk ujian berbasis komputer (UNBK). Soal
UNP mengacu pada kisi-kisi UN 2015/2016.
Hasil UNP, tambah Ramli, dilaporkan da­lam
sehari. Kesembilan kabupaten/kota tersebut
adalah Kabupaten Pidie, Kabupaten Bireuen,
Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Batang Hari,
Kota Padang, Kota Tual Maluku, Kabupaten
Seram Barat, Kota Palu, dan Kabupaten Parigi
Moutong Sulawesi Tengah.
Selama pelaksanaan UNP, anggota BSNP
melakukan pemantauan di satuan pendidikan.
Tujuannya adalah untuk memastikan UNP di-
bentuk SHUNP yang memuat nilai mata ujian
yang ditempuh pada UNP dan ditandatangani
oleh Ketua Pelaksana UNP yang ditetapkan
oleh Badan Penelitian dan Pengembangan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sementara itu, secara terpisah Nizam Ke­
pala Puspendik mengatakan bahwa pada saat
pendaftaran dibuka, sebanyak 214.692 orang
yang mendaftar UNP. Dari jumlah tersebut, sebanyak 88.958 (41%) orang yang daftar ulang,
dengan rincian dari SMA/MA sebanyak 57.555
peserta, SMK sebanyak 31.373 peserta, dan
Paket C sebanyak 30 peserta.
Lebih lanjut Nizam mengatakan bahwa
UNP dilaksanakan dalam tiga sesi sehari. Na­
mun karena keterbatasan sarana dan prasarana ujian, ada sembilan kabupaten/kota
yang melaksanakan UNP dalam empat sesi
laksanakan sesuai dengan panduan pelaksanaan yang ditetapkan BSNP.
“BSNP memantau pelaksanaan UNP di sa­
tuan pendidikan untuk memastikan UNP dilaksanakan sesuai dengan panduan pelaksanaan
UNP. Hasil pemantauan dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan pelaksanaan ujian di masa
mendatang”, ucap Bambang Suryadi dalam
rapat pleno BSNP tanggal 23 Agustus 2016.
Ke depan, tambahnya, ada wacana untuk
menghilangkan istilah ‘perbaikan’, sehingga
hanya ada istilah UN tahap pertama dan UN tahap kedua. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong peserta UN lebih serius dalam mempersiapkan diri. Sebab, berdasarkan analilsis hasil
UNP pada bulan Februari 2016, peserta UNP
yang mengalami kenaikan nilai masih sangat
minim.  Ilustrasi: Siswa
SMP dari Satuan
Pendidikan
Kerjasama (SPK)
di Surabaya
mengikuti Ujian
Nasional Berbasis
Komputer pada
bulan Mei 2016.
BSNP AKAN MELAKUKAN PENILAIAN BUKU TEKS PELAJARAN
MATEMATIKA DAN PJOK KELAS V DAN VI SD/MI
K
ementerian Pendidikan dan Kebudayaan
telah menetapkan kebijakan bahwa muatan Matematika dan Pendidikan Jasmani,
Olah­
raga, dan Kesehatan (PJOK) dikeluarkan dari buku tematik kelas IV, V, dan VI. Kon­
sekuensinya, harus ada buku Matematika dan
PJOK untuk kelas-kelas tersebut baik untuk
buku siswa maupun buku guru sebagai acuan
dalam melakukan proses pembelajaran.
Sehubungan dengan kebijakan tersebut,
BSNP bersama Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebu­
dayaan akan melakukan penilaian buku teks
pelajaran Matematika dan PJOK melalui mekanisme penilaian buku yang disusun oleh
penerbit swasta.
Vol. XI/No. 3/September 2016
13
Berita BSNP
“
Muatan Matematika
dan Pendidikan Jasmani,
Olahraga, dan Kesehatan
(PJOK) dikeluarkan dari
buku tematik kelas IV, V,
dan VI. Konsekuensinya,
harus ada buku Matematika
dan PJOK untuk kelas VI,V,
dan VI SD/MI.
“
Supriyatno Kepala Bidang Perbukuan
mengatakan bahwa buku Matematika dan
PJOK untuk siswa kelas IV sudah dilakukan penilaian. Sementara buku guru belum dilakukan
penilaian. Oleh karena itu, yang mendesak dilakukan adalah penilaian buku guru.
“Penerbit diberi waktu untuk menyusun
buku Matematika dan PJOK untuk guru dilakukan selama dua bulan, yaitu mulai September
sampai dengan Oktober. Sementara penilaian
akan dilakukan pada tanggal 3 sampai dengan
5 November 2016”, ucapnya.
Penilaian buku teks pelajaran Matematika
Zaki Su’ud (kanan)
menyampaikan
prosedur
penilaian buku
teks pelajaran
di ruang rapat
BSNP (24/8/2016).
Turut hadir dalam
rapat ini adalah
Supriyatno
Kepala Bidang
Perbukuan, Samsu
Nisa, Singgih, dan
angota BSNP.
dan PJOK kelas V dan VI dimulai pada tanggal 1
Oktober 2016 dengan menyampaikan pengumuman pendaftaran buku teks pelajaran melalui media cetak. Sosialisasi instrumen dilakukan pada tanggal 5 Oktober 2016. Sementara
itu, verifikasi instrumen penilaian dilakukan
pada tanggal 28 sampai dengan 30 Oktober
2016.
Penerbit menyiapkan buku selama lima
setengah bulan, mulai Oktober 2016 smapai
dengan 15 Februari 2017. Pendaftaran penilai­
an buku teks pada tanggal 20 sampai dengan
22 Februari 2017, sedangkan penilaian dilakukan selama satu bulan, yaitu pada bulan Maret
2017.
Zaki Suud anggota BSNP sekaligus sebagai
koordinator penilaian buku menjelaskan bahwa keterlibatan penerbit dalam pengadaan
buku teks pelajaran sangat penting. Oleh karena itu selain proses pengadaan buku yang ber­
sifat top down (atas inisiatif pemerintah), BSNP
juga mulai memperkenalkan proses penga­
daan buku yang bersifat bottom up, yaitu penilaian buku atas inisiatif masyarakat.
“Kita memberikan peran kepada penerbit untuk menghasilkan buku yang ideal dan
berkualitas dengan cara menyediakan waktu
yang cukup untuk penulisan buku”, ucap Zaki
dalam rapat koordinasi bersama tim dari Pusat
Kurikulum dan Perbukuan di ruang sidang
BSNP (24/8/2016).
Lebih lanjut Zaki mengatakan dengan ada­
nya Permendikbud Nomor 08/2016 tentang
Buku yang Digunakan oleh Satuan Pendidikan,
kita harus terbuka terhadap saran dan ma­
sukan untuk perbaikan. 
HARMONISASI DAN SINKRONISASI DRAF STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
TELAH NAMPAK CHEMISTRY ANTARA KEGIATAN BSNP
DAN PROGRAM STRATEGIS KEMRISTEKDIKTI
B
adan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
melakukan harmonisasi dan sinkronisasi draf standar nasional pendidikan bersama
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi, BAN-PT, dan tim ahli pada tanggal 3031 Juli 2016 di Yogyakarta. Hadir dalam acara
14
ini seluruh anggota BSNP, Sekretaris Jenderal
Kemristekdikti, Dirjen Sumberdaya IPTEK,
Ketua BAN-PT, dan perwakilan tim ahli sebanyak dua orang untuk masing-masing standar.
Sebagaimana kita ketahui, pada tahun
2016 BSNP mengembangkan empat standar
Vol. XI/No. 3/September 2016
Berita BSNP
Acara harmonisasi
dan sinkronisasi
standar nasional
pendidikan
di Yogyakarta
(30-31/7/2016).
Turut hadir
dalam acara ini
Totok Suprayitno
Kepala Balitbang
Kemdikbud,
Ainun Na’in
Sekretaris Jenderal
Kemristekdikti,
Ali Ghufran Mukti
Dirjen Sumberdaya
Iptek, dan Mansyur
Ramli Ketua BAN
PT.
yaitu Standar Penilaian Hasil Penelitiandan
Pengabdian Masyarakat (SPHPPM), Standar
Tata Kelola dan Layanan Data Sistem
Pendidikan Nasional, Standar Pengembangan
Kurikulum, dan Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru SMK. Selain itu, BSNP
juga melakukan pemantauan standar nasional pendidikan dalam implementasi akreditasi
program studi dan perguruan tinggi, serta pemantauan SNP dalam implementasi akreditasi
sekolah/madrasah, Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD), dan Pendidikan Nonformal.
Salah satu tahap kegiatan adalah harmonisasi dan sinkronisasi draf standar nasional pendidikan. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengidentifikasi sejauh mana keterkaitan antar standar yang ada dan kesesuaiannya
dengan peraturan perundang-undangan yang
telah ada. Oleh sebab itu, dalam pembahasannya BSNP melibatkan mitra kerja dari kementerian atau lembaga terkait.
Setelah dua hari pembahasan, tim dari
BSNP merumuskan beberapa catatan penting
dari hasil harmonisasi dan sinkronisasi sebagai
berikut.
Berdasarkan paparan Sekretaris Jenderal
Kemristekdikti dan pemikiran dari Dirjen
Sumberdaya IPTEK, telah nampak chemistry
antara program strategis Kemristekdikti de­
ngan program BSNP. Dari 8 program prioritas
Kemristekdikti, ada dua program yang sudah
sinkron dengan standar yang dikembangkan BSNP. Pertama program revitalisasi LPTK.
Dalam hal ini BSNP telah merekomendasikan
Standar Nasional Pendidikan Guru yang pelaksanaannya ada di LPTK. Dalam draf standar
ini ada dua hal strategis yang distandarkan
yaitu pengelolaan dengan sistem asrama dan
PPG (Pendidikan Profesi Guru). Kedua, program revitalisasi Pendidikan Vokasi. Dalam hal
ini, BSNP telah merekomendasikan Standar
Pendidikan Vokasi pada tahun 2014, namun
sampai laporan ini ditulis, belum ditetapkan
menjadi Peraturan Menteri.
Kemitraan BSNP bersama Kemristekdikti
yang telah dibangun perlu ditindaklanjuti
dalam bentuk kegiatan yang kongkrit, diantaranya proses penetapan tiga draf standar yang
telah direkomendasikan, yaitu Pendidikan
Jarak Jauh (PJJ), Akademi Komunitas, dan
Standar Nasional Pendidikan Guru, perlu
segera dilakukan. Standar yang telah ditetapkan menjadi peraturan Menteri akan dijadikan
acuan oleh BAN PT dalam penyusunan instrumen akreditasi.
Dalam konteks PJJ, masih perlu dilakukan
penyaman persepsi dan pemahaman antara
Kemristekdikti, BSNP, dan BAN PT. Di dalam
draf standar PJJ, ruh dan spirit yang dibangun
adalah peningkatan metode pembelajaran
oleh karena itu PJJ dipahami sebagai delivery
method bukan sebagai Program Studi, sementara di Kemristekdikti, PJJ dipahami sebagai
sebuah Program Studi yang menuntut adanya
instrumen akreditasi dari BAN PT.
Dalam konteks pendidikan vokasi, perlu
ada sinkronisasi antara Akademi Komunitas
dan Pendidikan Menengah Kejuruan yaitu
SMK dan pendidikan nonformal dalam bentuk
Lembaga Kursus dan Pelatihan.
Mengingat standar tata kelola dan layanan data sistem pendidikan nasional terkait dengan beberapa Kementerian atau
lembaga pemerintahan, maka perlu dijajagi
kemungkinan standar tersebut untuk dijadikan Peraturan Presiden (Perpres). Untuk membahas kebijakan ini, perlu ada pembahasan antar kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Kementerian Ristekdikti, Kemenag, Kemdagri,
dan pihak terkait lainnya.
Rumusan terakhir adalah perlu adanya
dukungan finansial dari Kemristekdikti untuk
pengembangan standar nasional pendidikan
tinggi.
Vol. XI/No. 3/September 2016
15
Berita BSNP
HALAL BI HALAL KELUARGA BESAR BSNP:
Perlu Penyamaan Pemahaman Terhadap
Pendidikan Berbasis Standar
elah menjadi tradisi dan praktik baik di
BSNP untuk mengadakan silaturahim dan
halal bi halal pada bulan Syawal untuk mempererat tali persaudaraan, keakraban, kekeluar­
gaan dan kebersamaan antar anggota BSNP
dan tim sekretariat serta mitra kerja. Halal bi
halal tahun ini dilaksanakan pada tanggal 18
Juli 2016 bertempat di ruang siding BSNP di
Cipete Jakarta Selatan. Acara ini dihadiri sebagian besar anggota BSNP periode pertama, ke­
dua, dan ketiga, Ketua BAN PT, Ketua BAN S/M,
serta para pejabat eselon satu di Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian
Riret, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Pada kesempatan tersebut, Zainal A. Hasi­
buan dalam kapasitasnya sebagai Ketua BSNP
menyampaikan konsep pendidikan berbasis
standar, ekosistem pendidikan nasional, dan
interaksi antara standar, Kurikulum, buku teks
pelajaran dan ujian nasional.
“Standar yang dikembangkan BSNP perlu
mendapatkan difasilitasi dan didukung oleh
kementerian yang menangani bidang pendidikan, supaya dapat diimplementasikan di lapangan. Oleh karena itu rumusan standar yang
berupa kriteria perlu diturunkan secara operas­
ional di lapangan”, ucap Ucok panggilan akrab­
Zainal A. Hasibuan.
Sementara itu, tambah Ucok, badan yang
menangani pengukuran pencapaian standar
adalah badan akreditasi nasional yang meli­puti
BAN PT, BAN S/M, dan BAN PAUD PNF. Dalam
hal ini, instrument akreditasi mesti menggambarkan komponen-komponen yang ada di
dalam standar.
Pada kesempatan tersebut, Ketua BSNP
juga menyampaikan bahwa kendala eksternal
yang dialami BSNP dalam mengembangkan
dan menerapkan standar.
“Saat ini masih terdapat perbedaan persepsi dan pemahaman tentang Pendidikan
16
Berbasis Standar di kalangan pemangku kepentingan”, ucap Ucok seraya tantangan
eksternal ini perlu diatasi bersama.
Ucok juga menambahkan tantangan
lain adalah kenyataan bahwa BSNP berada di
bawah dua Kementerian, yaitu Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementetian
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, sementara penganggaran hanya dari satu kementerian, yaitu Kemdikbud.
“
Masih terdapat
perbedaan persepsi dan
pemahaman tentang
Pendidikan Berbasis Standar
di kalangan pemangku
kepentingan. Ini tantangan
eksternal yang perlu diatasi
bersama.
“
T
--Zainal A. Hasibuan
Ketua BSNP-Sementara itu, Bambang Suryadi Sekre­
taris BSNP dalam penjelasannya menyampaikan bahwa ada tiga draf standar yang telah
di­
rekomendasikan kepada Menteri Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, namun
sam­
pai saat ini belum ditetapkan menjadi
Peraturan Menteri.
“BSNP telah merekomendasikan draf
Stan­
dar Nasional Pendidikan Guru (SNPG),
Standar Akademi Komunitas (AK), dan Standar
Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) pada tahun 2015.
Namun sampai saat ini belum ditetapkan menjadi Peraturan Menteri”, ucapnya.
Menanggapi hal tersebut, Ali Ghufran Dir­
Vol. XI/No. 3/September 2016
Intan Ahmad
(ketiga dari kanan)
Dirjen Belmawa
Kemristekdikti
berpose bersama
anggota BSNP
seusai acara
halal bi halal
keluarga besar
BSNP di Cipete
(18/7/2016).
Berita BSNP
jen Sumber Daya Iptek Kemristekdikti me­
ngatakan kesediannya untuk memfasilitasi
BSNP dalam proses penetapan draf standar
yang telah direkomendasikan kepada Menteri.
“Kami akan lakukan percepatan proses
pe­
netapan draf standar yang telah direkomendasikan BSNP untuk ditetapkan menjadi
Peraturan”, ucap Ali Ghufran yang langsung
disambut dengan tepuk tangan seluruh anggota BSNP. 
BSNP LAKSANAKAN UJI PUBLIK STANDAR NASIONAL DI 15 PROVINSI
Masyarakat Menyambut dengan Positif dan
Memberikan Apresiasi
Responden uji
publik tahap III
di Provinsi Bali
mengisi instrumen
untuk melihat
keterbacaan dan
kesesuaian draf
standar nasional
pendidikan
(20/8/2016). Selain
di Bali, provinsi
yang menjadi
tempat uji publik
tahap III adalah
Kalimantan
Barat, Kalimantan
Tengah, Sulawesi
Selatan, dan
Bengkulu.
P
ara pemangku kepentingan dalam bidang
pendidikan yang menjadi responden uji
publik dan focus group discussion (FGD) draf
standar nasional pendidikan menyambut de­
ngan positif dan memberikan apresiasi kepada BSNP. Mereka berpandangan standar
berfungsi sebagai acuan dan panduan dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program pendidikan, khususnya di satuan pendidikan dengan tujuan untuk peningkatan mutu
pendidikan nasional. Implementasi standar
nasional pendidikan memerlukan komitmen
dari semua pihak dan pemangku kepentingan
mulai dari pusat sampai ke daerah dan satuan
pendidikan.
Demikian catatan penting dari pelaksana­
an uji publik dan FGD di lima belas provinsi,
pada bulan Agustus 2016 yang terbagi dalam
tiga tahap. Tahap pertama pada tanggal 5-7
Agustus, tahap kedua pada tanggal 12-14
Agustus, dan tahap ketiga pada tanggal 19-21
Agustus 2016.
Menurut Zainal A. Hasibuan Ketua BSNP
dalam paparannya di hadapan para responden di Sumatera Utara (6/8/2016), tujuan dari
kegiatan uji publik adalah untuk mendapatkan
masukan dan tanggapan dari seluruh responden terhadap draf standar yang dikembangkan BSNP.
Mengingat standar merupakan sebuah
konsensus, tambah Ketua BSNP, maka responden uji publik ini juga mencerminkan berbagai
pemangku kepentingan sesuai dengan karakteristik standar itu sendiri. Secara umum, me­
reka berasal dari akademisi, praktisi, pengamat, pembuat kebijakan.
Pada tahun ini, tambah Ucok panggil­
an akrab Ketua BSNP, ada empat standar
yang dikembangkan yaitu Standar Penilaiah
Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
(SPHPPM), Standar Pengembangan Kurikulum
(SPK), Standar Kualifikasi Akademik dan Kom­
petensi Guru SMK, dan Standar Tata Kelola
dan Layanan Data Sistem Pendidikan Nasional.
Selain itu, BSNP juga melakukan pemantauan terhadap standar nasional pendidikan.
Pertama, Pemantauan Implementasi Standar
Nasional Pendidikan Tinggi dalam Akreditasi
Program Studi dan Perguruan Tinggi. Kedua,
Pemantauan Implementasi Standar Nasional
Pendidikan dalam Akreditasi Sekolah/Madra­
sah, Pendidikan Anak Usia Dini, dan Pendidikan
Nonformal.
Secara terpisah Bambang Suryadi Sekre­
taris BSNP mengatakan bahwa di setiap pro­
vinsi dipilih 116 responden dengan rincian
untuk masing-masing pengembangan standar sebanyak 15 orang dan untuk masing-masing pemantauan standar sebanya 28 orang.
Jumlah responden di setiap provinsi disajikan
dalam Tabel 1.
Dari data di atas dapat dipahami bahwa
pada kehadiran responden yang paling ting­
gi adalah standar PHPPM (93%) diikuti de­
Vol. XI/No. 3/September 2016
17
Berita BSNP
ngan pemantauan SN-DIKTI dalam akreditasi
program studi dan perguruan tinggi (91%).
Sedangkan dua standar yang kehadirannya
kurang dari delapan puluh persen adalah standar kompetensi guru SMK dan standar tata kelola dan layanan data dengan persentase 78%
untuk masing-masing standar.
Selain itu, untuk wilayah tertentu keha­
diran responden uji publik dan FGD masih
kurang optimal. Di Sumatera Utara, misalnya,
untuk standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru SMK, dari 15 orang yang diundang
hanya enam orang yang hadir. Demikian juga
di Sulawesi Selatan, dari 15 orang yang diundang, hanya delapan orang yang hadir untuk
standar pengembangan Kurikulum dan standar tata kelola dan layanan data sistem pendidikan nasional.
Berdasarkan pemikiran dan pandangan
yang muncul dalam uji publik dan FGD dapat
di­simpulan bahwa pemahaman para pemang-
“
Standar nasional
pendidikan merupakan
sebuah kebijakan. Kebijakan
dikatakan berhasil jika
sudah berhasil mengubah/
membentuk perilaku
masyarakat.
“
--Pleno BSNP, 22 Agustus 2016-ku kepentingan, khususnya guru/dosen, pim­
pinan perguruan tinggi/satuan pendidikan
dan praktisi pendidikan tentang standar nasional pendidikan masih minim. Hal ini terjadi
karena mereka disibukkan dengan hal-hal yang
bersifat teknis dan rutin. Para guru di sekolah/
madrasah, misalnya, dalam proses pembelajar­
an, mereka cenderung lebih sibuk membahas
Tabel 1. Jumlah Responden Uji Publik dan
Focus Group Discussion di 15 Provinsi
Standar
No
Provinsi
PHPPM SPK
BAN S/M,
Guru
SNDATA
PAUD, dan
SMK
DIKTI
PNF
6
7
28
23
1
Sumatera Utara
14
13
2
Palembang
12
13
9
13
28
22
97
3
4
5
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
14
16
13
12
15
11
12
9
12
12
12
11
26
21
26
16
14
22
92
87
95
6
Sumatera Barat
14
15
15
17
24
28
113
7
DIY
14
14
15
14
27
28
112
8
Riau
13
8
10
15
24
25
95
9
Kepulauan Riau
15
12
15
9
27
14
92
10
Sulawesi Utara
13
11
11
10
26
26
97
11
Kalimantan Tengah
14
14
14
13
26
25
106
12
Kalimantan Barat
14
12
13
12
23
24
98
13
Sulawesi Selatan
14
8
15
8
28
25
98
14
Bengkulu
15
11
10
11
24
20
91
15
Bali
15
14
10
11
25
23
98
Jumlah
210
183
176
175
383
335
1.462
%
93
81
78
78
91
80
84
Kompetensi Inti (KI0 dan Kompetensi Dasar
(KD) dalam struktur Kurikulum daripada memahami semangat yang ada di dalam Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi.
Pelaksanaan serta hasil uji publik dan
FGD tersebut telah dibahas dalam rapat pleno BSNP tanggal 22 Agustus 2016. Pleno BSNP
menyepakati bahwa standar nasional pendidikan merupakan sebuah kebijakan. Kebijakan
dikatakan berhasil jika sudah berhasil meng­
ubah/membentuk perilaku masyarakat. Dari
materi tentang standar yang dibahas dalam
uji publik dan FGD, BSNP mesti menjelaskan
keterkaitan antara standar sebagai kebijakan
supaya dapat dirasakan dampaknya dalam
melakukan perubahan perilaku masyarakat. 
ERIKA BUDIARTI LACONI DAN KIKI YULIATI
TERPILIH MENJADI KETUA DAN SEKRETARIS BSNP
E
rika Budiarti Laconi dan Kiki Yuliati melalui rapat pleno BSNP tanggal 23 Agustus
2016, terpilih secara aklamasi sebagai Ketua
dan Sekretaris BSNP, menggantikan Zainal A.
Hasibuan dan Bambang Suryadi. Proses pemilihan diikuti seluruh anggota BSNP kecuali
Zainal A. Hasibuan karena sedang bertugas di
daerah.
Erika merupakan Guru Besar Fakultas
Peternakan IPB dan Kiki Yuliati merupakan
dosen Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
Palembang. Keduanya akan menakhodai BSNP
selama satu tahun ke depan, terhitung mulai
18
Jumlah
tanggal 23 Agustus 2016 sampai dengan 23
Agustus 2017.
“Semestinya masa jabatan ketua dan sekretaris telah berakhir pada tanggal 14 Agustus
2016, namun karena ada kegiatan uji publik
draf standar nasional pendidikan pada minggu pertama, kedua, dan ketiga bulan Agustus,
maka pemilihan diagendakan pada minggu
ini”, ucap Bambang Suryadi yang memimpin
rapat pleno.
Penting untuk dicatat, BSNP sebagai lembaga independen menerapkan sistem kepemimpinan kolegial. Dalam hal ini, sesuai de­
Vol. XI/No. 3/September 2016
91
Berita BSNP
ngan tata kelola BSNP, ketua dan sekretaris
dipilih dari dan oleh anggota untuk masa satu
tahun dan dapat dipilih kembali satu tahun
berikutnya pada jabatan yang sama.
Hasil pemilihan tersebut dituangkan da­
lam berita acara dan dikirimkan kepada Ke­
pala Balitbang Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan sebagai Sekretariat BSNP, untuk ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan.
Selamat mengemban amanat semoga
sukses selalu. Amin. 
PESAN ANIES BASWEDAN
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Kepada Yth,
Ibu/Bapak Guru, Kepala, dan Tenaga Kependidikan
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Selama 20 bulan ini saya mendapatkan kehor­
matan menjalankan sebuah amanah konstitusi dan
amanah dari Allah SWT untuk turut mencerdaskan
kehidupan bangsa lewat jalur pemerintahan.
Hari ini saya mengakhiri masa tugas di Ke­men­
terian Pendidikan dan Kebudayaan. Tugas ini telah
dicukupkan.
Saya ucapkan terima kasih dan apresiasi pada
Presiden Jokowi yang telah memberikan kehormatan
ini. Tugas besar ini mendasar karena pendidikan dan
kebudayaan menyangkut masa depan kita, masa
depan bangsa tercinta.
Sejak bertugas di Kemendikbud, saya meneruskan
kebiasaan berkeliling ke penjuru Indonesia, ke sudutsudut Nusantara, berbincang langsung dengan ribuan
guru dan tenaga kependidikan.
Saya menemukan mutiara-mutiara berkilauan di
sudut-sudut tersulit Republik ini.
Dinding kelas bisa reyot dan rapuh, tapi semangat
guru, siswa dan orangtua tegak kokoh. Dalam ke­se­
derhanaan fasilitas, sebuah PR besar pemerintah, saya
melihat gelora keceriaan belajar yang luar biasa.
Ibu dan Bapak yang amat saya hormati, kami
sebangsa menitipkan persiapan masa depan Republik
ini. Di sekolah tampak hadir bukan saja wajah anakanak, tapi juga wajah masa depan Indonesia.
Teruslah songsong anak-anak itu dengan hati dan
sepenuh hati, izinkan mereka menyambut dengan
hati pula. Jadikan pagi belajar pagi yang cerah. Se­
sungguhnya bukan matahari yang menjadikan cerah,
tapi mata hati tiap anak, tiap guru yang menjadikannya
cerah.
Di hari terakhir saya bertugas di Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, izinkan saya menyam­
paikan harapan kepada Ibu dan Bapak semua. Harapan
agar perubahan dalam pendidikan terus menuju ke
arah yang lebih baik.
Mari kita teguhkan komitmen untuk menjadikan
sekolah sebagai taman yang penuh tantangan dan
menyenangkan bagi semua warga sekolah.
Mari kita pastikan bahwa sekolah menjadi tempat
di mana anak-anak kita tumbuh dan berkembang
sesuai kodratnya. Mari kita pastikan bahwa sekolah
menjadi tempat di mana anak-anak kita tumbuh dan
berkembang sesuai kodratnya, memenuhi potensi unik
untuk dirinya.
Mari kita jadikan sekolah sebagai sumur amal yang
darinya akan mengalir pahala tanpa henti bagi Ibu dan
Bapak semua.
Ibu dan Bapak, teruslah bergandengan erat dengan
orangtua, bersama-sama menuntun anak-anak meraih
masa depannya, menjawab tantangan zamannya, melam­
paui cita-citanya.
Saya titipkan kepada Ibu dan Bapak Guru berbagai
perubahan yang telah kita mulai bersama, baik dalam
bentuk peraturan-peraturan baru yang mendorong eko­
sistem sekolah menyenangkan dan bebas dari ke­kerasan,
maupun melalui pembiasaan dan praktik, baik di sekolah.
Ibu dan Bapak yang saya banggakan, menteri boleh
berganti, tapi ikhtiar kita semua dalam mendidik anakanak bangsa tak boleh terhenti. Masih banyak pekerjaan
rumah pemerintah yang harus ditunaikan bagi guru
dan tenaga pendidikan, saya percaya itu semua akan
dituntaskan.
Mari kita lanjutkan perjuangan, beri dukungan pada
komitmen pemerintah dalam membangun sekolah me­
nyenangkan, serta jaga stamina raga, rasa dan cipta Ibu
dan Bapak semua. Izinkan saya pamit sebagai Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, teriring rasa terima kasih,
juga permohonan maaf tak hingga atas segala khilaf yang
ada.
Salam hormat saya untuk Ibu dan Bapak semua. Mari
kita teruskan ikhtiar mencerdaskan kehidupan bangsa ini.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Jakarta, 27 Juli 2016
Anies Baswedan
Vol. XI/No. 3/September 2016
19
Anggota dan Staf Sekretariat BSNP
mengucapkan
SELAMAT MENEMP UH HID UP BAR U
Semoga menjadi keluarga sakinah mawaddah wa rahmah
Atas pernikahan
Dyah Nuriowastari L.
(Putri pertama dari Bapak Djoko Luknanto)
dengan
Panji Saka Gilap Asa
(Putra pertama dari Bapak Eka Wahisbullah)
Pada tanggal 30 Juli 2016 di Yogyakarta
Anggota dan Staf Sekretariat BSNP
mengucapkan
SELAMAT MENEMP UH HID UP BAR U
Semoga menjadi keluarga sakinah mawaddah wa rahmah
Atas pernikahan
Nabila Syahidah
(Putri pertama dari Bapak Zaki Su’ud)
dengan
Khairul Wafa Romas
(Putra kedua dari Bapak Farid Najib Romas)
Pada tanggal 19 Agustus 2016 di Bandung
20
Vol. XI/No. 3/September 2016
Lensa BSNP
Para nara sumber desain
kegiatan Pemantauan
Implementasi Standar
Nasional Pendidikan
Tinggi dalam Akreditasi
Program Studi dan
Perguruan Tinggi
menyampaikan
pandangan dan pemikiran
mereka di kantor BSNP.
Sebagian anggota BSNP
periode I, II, dan III berpose
bersama dalam acara
silaturahim dan halal bi
halal keluarga besar BSNP
(18/7/2016) di Cipete. Telah
menjadi tradisi di BSNP
untuk menggelar acara
silaturahim dan halal bi
halal untuk memperkuat
rasa kekeluargaan dan
kebersamaan.
Suasana silaturahim
dan halal bi halal
keluarga besar BSNP
pada tanggal 18 Juli
2016. Turut hadir
dalam acara ini, selain
anggota BSNP periode
I, II, dan III, adalah
Dirjen Pembelajaran
dan Kemahasiswaan
Intan Ahmad, Dirjen
Sumberdaya Iptek Ali
Ghufran Mukti, Ketua
BAN S/M Abdul Mu’ti,
dan Ketua BAN PT
Mansyur Ramli.
Vol. XI/No. 3/September 2016
21
Lensa BSNP
Ainun Na’im Sekretaris Jenderal Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (keempat dari kiri)
berpose bersama anggota BSNP dan tim ahli dalam acara
harmonisasi dan sinkronisasi standar nasional pendidikan di
Yogyakarta (30-31/7/2016).
Pembukaan uji publik dan focus group discussion standar nasional
pendidikan di Kota Surabaya (7/8/2016). Dari kiri ke kanan,
Nanang Arif Guntoro anggota BSNP, Edy Tri Baskoro Ketua Tim
Ahli, Rusminingsih Ketu Badan Akreditasi Provinsi (BAP) Jawa
Timur, dan Bambang Suryadi anggota BSNP.
22
Vol. XI/No. 3/September 2016
Lensa BSNP
Responden mengisi instrumen pemantauan implementasi
standar nasional pendidikan dalam akreditasi sekolah/
madrarah, pendidikan anak usia dini, dan pendidikan
nonformal di Provinsi Bali (20/8/2016).
Azril Azahari (berdiri) tim ahli pengembangan standar kompetensi
guru SMK menggali informasi dari responden saat pelaksanaan
uji public dan focus group discussion di Provinsi Bali (20/8/2016).
Responden meliputi guru, kepala sekolah, akademisi, praktisi, serta
perwakilan dari dunia usaha dan industri.
Vol. XI/No. 3/September 2016
23
Lensa BSNP
Pelaksanaan uji publik dan focus group discussion di Padang
Sumatera Barat (12-14/8/2016). Responden mengisi
instrumen untuk draf Standar Pengembangan Kurikulum.
Anggota BSNP dan anggota BAN S/M membahas standar nasional
pendidikan dan akreditasi sekolah/madrasah di ruang sidang BSNP
(9/8/2016). Komponen yang ada dalam standar mesti diturunkan ke
dalam kriteria dan indikator instrumen akreditasi.
Download