Ibr 4:12 Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi–sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan Ringkasan Khotbah Jilid 4 tema - tema GEREJA REFORMED INJILI INDONESIA S SY YD DN NE EY Y Ringkasan Khotbah adalah penerbitan dari Gereja Reformed Injili Indonesia SYDNEY Bentuk penerbitan Ringkasan Khotbah diusahakan oleh Pieter Kuiper (the Netherlands) [email protected] Copyright transkrip ada di pihak Gereja Reformed Injili Indonesia SYDNEY www.imansejati.net Kembali ke halaman muka: CTRL-HOME Daftar Isi Ringkasan Khotbah – jilid 4 Baca renungan klik pada halaman 1 Tema 1 Orang-orang beriman yang kepada mereka Allah berkata ”tidak” - 1 7 Orang-orang beriman yang kepada mereka Allah berkata ”tidak” - 2 11 Orang-orang beriman yang kepada mereka Allah berkata ”tidak” - 3 17 Orang-orang beriman yang kepada mereka Allah berkata ”tidak” - 4 24 Orang-orang beriman yang kepada mereka Allah berkata ”tidak” - 5 30 Orang-orang beriman yang kepada mereka Allah berkata ”tidak” - 6 36 Roh membedakan roh - 1 41 Roh membedakan roh - 2 47 Roh membedakan roh - 3 53 Kunci rahasia hidup - 1 59 Kunci rahasia hidup - 2 65 Kunci rahasia hidup - 3 71 Rahasia hidup berkemenangan - 1 76 Rahasia hidup berkemenangan - 2 81 Rahasia hidup berkemenangan - 3 86 Ambil keputusan secara bijaksana - 1 92 Ambil keputusan secara bijaksana - 2 98 Ambil keputusan secara bijaksana - 3 104 Bepergian di dalam iman - 1 111 Bepergian di dalam iman - 2 117 Beratkah bebanmu? - Pikullah kuk-Ku - 1 123 Beratkah bebanmu? - Pikullah kuk-Ku - 2 130 Kemampuan membedakan secara rohani - 1 135 Kemampuan membedakan secara rohani - 2 140 Kemampuan membedakan secara rohani - 3 145 Kemampuan membedakan secara rohani - 4 Kembali ke halaman muka: CTRL-HOME Daftar Isi Ringkasan Khotbah – jilid 4 Baca renungan klik pada halaman 2 Tema 150 Mengapa manusia membutuhkan Injil - 1 156 Mengapa manusia membutuhkan Injil - 2 161 Dosa, penyakit dan tanggung jawab moral - 1 167 Dosa, penyakit dan tanggung jawab moral - 2 173 Tentang kebijaksanaan hidup: Belajar dari binatang-binatang - 1 178 Tentang kebijaksanaan hidup: Belajar dari binatang-binatang - 2 183 Tentang kebijaksanaan hidup: Belajar dari binatang-binatang - 3 188 Tentang kebijaksanaan hidup: Belajar dari binatang-binatang - 4 192 Ciri-ciri anak-anak Allah - 1 197 Ciri-ciri anak-anak Allah - 2 203 Ciri-ciri anak-anak Allah - 3 208 Uang, kepemilikan dan harta Surgawi - 1 214 Uang, kepemilikan dan harta Surgawi - 2 219 Uang, kepemilikan dan harta Surgawi - 3 225 Mengapa mereka membunuh Yesus - 1 231 Mengapa mereka membunuh Yesus - 2 237 243 Memperkokoh kehidupan pernikahan Kristen - 1: Meninggalkan dan bersatu Memperkokoh kehidupan pernikahan Kristen - 2: Perspektif dan peran di dalam pernikahan 249 Memperkokoh kehidupan pernikahan Kristen - 3: Kasihi isterimu seperti dirimu sendiri 254 Memperkokoh kehidupan pernikahan Kristen - 4: Lima penghalang di dalam pernikahan 260 Memperkokoh kehidupan pernikahan Kristen - 5: Memperkuatlah pernikahanmu ! 266 Memperkokoh kehidupan pernikahan Kristen - 6: Bermesra, gairah pernikahanmu ! 272 Memperkokoh kehidupan pernikahan Kristen - 7: Salah komunikasi dan paham tentang kemesraan 279 Memperkokoh kehidupan pernikahan Kristen - 8: Membangun komunikasi yang sehat 284 Memperkokoh kehidupan pernikahan Kristen - 9: Hidup dengan pasangan seiman 290 Menghitung berkat-berkatmu Kembali ke halaman muka: CTRL-HOME Daftar Isi Ringkasan Khotbah – jilid 4 Baca renungan klik pada halaman 3 Tema 296 Panggilan ikut kedalam misi global Allah 302 Panggilan keibuan 308 Hati yang bersyukur 313 Bersandar Allah adalah fondasi yang tak tergoncang 319 Tempat emosi tepat agar mengambil keputusan 325 Lima amsal yang terpercaya 331 Kepuasan dan hidup memberi 338 Krisis iman 345 Bersikap benar terhadap Allah 352 Ketika masa-masa sulit tiba 358 Berjalan di dalam Roh dan menang mengatasi pencobaan 364 Melatih mendengar firman Allah 370 Perubahan yang kamu dapat mempercayai 377 Makna kematian Kristus 382 Harga diri dan kebutuhan akan Tuhan 387 Mengapa menjadi baik tidak cukup? 392 Mengapa Yesus datang di dunia? 397 Memcahkan masalah-masalah pribadimu 403 Depresi dan penghiburan 408 Topeng wajah dosa 413 Mengasihi diri terhadap membinci diri 418 Dia hidup di dalam kamu 423 Doa terbesar Yesus 427 Cara setan memperdaya manusia 433 Arti penebusan Kristus 439 Kebenaran paradoks Kembali ke halaman muka: CTRL-HOME Daftar Isi Ringkasan Khotbah – jilid 4 Baca renungan klik pada halaman 4 Tema 445 Diliputi oleh kasih Kristus 451 Memilih pasanagan yang seiman 458 Keberanian memperbaiki yang salah 464 Misi dalam belas kasihan-Nya 470 Penyesalan yang tak perlu disesalkan 476 Pengampunan, beriman dan berbuah dengan melimpah 483 Keluar dari perahumu 489 Tuhan, Dia yang kau kasihi sakit 494 Arti menjadi seorang reformed 500 Kesenangan dan kehidupan yang sederhana 505 Celaan dan kritikan 510 Benarkah kita adalah pengikut Yesus yang sejati? 515 Kesombongan sebagai berhala diri 520 Persembahan yang sejati 525 Dari baik ke besar dalam mata Tuhan 1 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 28/11/2010 Pdt. Effendi Susanto STh. Orang-orang beriman yang kepada mereka Allah berkata ”tidak” (1) Nats: 8 9 10 11 12 13 Kejadian 21:8-13 Thema: Abraham Bertambah besarlah anak itu dan ia disapih, lalu Abraham mengadakan perjamuan besar pada hari Ishak disapih itu. Pada waktu itu Sara melihat, bahwa anak yang dilahirkan Hagar, perempuan Mesir itu bagi Abraham, sedang main dengan Ishak, anaknya sendiri. Berkatalah Sara kepada Abraham: “Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris bersama–sama dengan anakku Ishak.” Hal ini sangat menyebalkan Abraham oleh karena anaknya itu. Tetapi Allah berfirman kepada Abraham: “Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak. Tetapi keturunan dari hambamu itu juga akan Kubuat menjadi suatu bangsa, karena iapun anakmu.” Terlalu sulit bagi setiap kita untuk menerima kata “tidak,” di dalam hidup ini. Banyak peristiwa tragis pria yang ditolak cintanya akhirnya membalas dengan membunuh wanita itu dan bahkan keluarganya sekaligus. Memang tidak gampang bagi kita untuk bagaimana mengatakan tidak kepada seseorang. Lebih gampang mengucapkan “ya” daripada bilang “tidak.” Setiap hari di dalam tugas dan pekerjaan kita, kita melakukan dengan baik dan penuh kesuksesan yang saya pikir lebih banyak daripada kegagalan. Saya rasa secara persentasi kita lebih banyak mendapatkan hal-hal yang baik di dalam hidup ini ketimbang hal-hal yang tidak baik. Tetapi pada waktu peristiwa atau hal yang kita inginkan tidak tercapai dan tidak terjadi, bagaimana kita belajar menerima fakta itu saya percaya itu bukan perkara yang gampang, karena di baliknya ada perasaan satu penolakan yang mungkin menyedihkan dan menyakitkan hati kita; kita rasa itu hak kita; kita rasa itu sepatutnya kita peroleh; kita rasa sepatutnya kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Namun waktu dari seseorang keluar kata, “Maafkan… tidak,” itu membuat kita marah, sedih dan kecewa. Terlebih, tidak mudah bagi kita untuk mendengar kata “tidak” dari Tuhan, tetapi kita harus melihat “tidak”-nya Tuhan walaupun menyakitkan hati, di belakangnya selalu ada hal yang indah dan baik. Orang-orang beriman, orang-orang yang memiliki iman yang besar kepada Tuhan, orang yang setia dan yang tidak mungkin kita ragukan kesetiaannya kepada Tuhan, tetapi orang-orang beriman ini, kepada mereka Tuhan berkata “tidak.” 2 Ada lima orang dari Alkitab yang akan saya bahas. Pertama, kepada Abraham Tuhan bilang yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak. Dengan kata lain Tuhan mengatakan anak ini (Ismael) bukan menjadi anak yang Aku janjikan dan engkau harus usir dia keluar. Kedua, kepada Musa yang meminta untuk bisa masuk ke tanah Kanaan, Tuhan bilang “tidak.” Ketiga, Daud dengan kerinduan datang kepada nabi Nathan dan menyatakan keinginannya untuk membangun Bait Allah, namun Tuhan bilang “tidak.” Keempat, Yesus Kristus di taman Getsemani mengatakan, “Bapa, sekiranya mungkin, biarlah cawan ini berlalu daripada-Ku…” Memang Tuhan tidak langsung berkata “tidak” tetapi jelas Yesus Kristus disalibkan menunjukkan Tuhan bilang “tidak.” Kelima, Paulus tiga kali meminta dengan sungguh kepada Tuhan supaya Dia mengangkat duri dari tubuhnya, tetapi Tuhan bilang “tidak.” Orang-orang beriman yang kepada mereka Allah berkata “tidak.” Dalam Kej.21:8-13 Alkitab mencatat peristiwa dimana Ishak sudah lahir dan mulai besar dan pada satu peristiwa Ismael, anak yang dilahirkan oleh Hagar “sedang main dengan Ishak…” atau dalam terjemahan lain Ismael menertawakan dan mengejek Ishak. Sikap dan tindakan Ismael itu membuat Sara tidak senang dan ia menyuruh Abraham untuk mengusir Ismael dan ibunya. Hal itu membuat hati Abraham “torn apart” (menyebalkan) (Kej.21:11). Ini merupakan satu kehancuran hati karena dia diperhadapkan kepada pilihan yang tidak gampang. Tetapi Allah berfirman kepada Abraham untuk melakukan apa yang diminta Sara. Maka dengan berat hati Abraham harus “mengusir” Ismael dan ibunya keluar dari rumahnya. Tetapi bukankah keputusan untuk melahirkan Ismael adalah bagian dari rencana Sara? Bukankah keputusan itu adalah keputusan yang mereka ambil karena Tuhan pernah berjanji akan memberikan anak kepada mereka? Namun janji itu disalah-mengerti dan mereka terlalu cepat mengambil sikap metode dan cara yang diambil mereka sendiri. Akibat keputusan yang “messy” dan sudah berantakan itu, Abraham harus menanggung konsekuensi dan Tuhan tidak memberikan maaf kepada dia dan melaksanakan cara Abraham, karena bukan itu cara Tuhan. Karena cara yang Tuhan mau tidak Abraham pakai, maka Tuhan mengatakan “tidak” kepada Ismael. Itu adalah tindakan yang tidak gampang diterima oleh Abraham sebab ayat ini sendiri menyatakan hari itu hati Abraham hancur lebur. Itu bukan soal beli mobil yang kita tidak suka lalu dibuang begitu saja, karena di dalam diri Ismael ada benih Abraham. Itu adalah anaknya sendiri. Mari kita coba lihat apa yang Tuhan katakan kepada Abraham, dan kenapa Tuhan “tega” di situ, kenapa Tuhan tidak meliputi saja Ismael tinggal bersama-sama dengan mereka tetapi beri garis yang tegas dan jelas bahwa Ishak yang akan menjadi ahli waris yang sah dari Abraham? Kenapa Tuhan tidak memakai cara seperti itu? Kenapa Tuhan harus memakai cara yang penentu dan mendatangkan kesulitan hati bagi Abraham dan membuat hatinya terhancur? 3 Dalam Kej.15:1-6 janji Tuhan pertama kali datang kepada Abraham bahwa dia pasti akan mendapatkan keturunan. Betul, 100% nanti logika Sara akan menjadi logika yang memenangkan hati Abraham: Tuhan berjanji untuk memberikan anak, cuma tidak terlalu jelas metode apa yang Tuhan pakai untuk memberi Abraham anak. Maka mereka mencari cara sendiri dan mereka pikir dengan cara sendiri itu janji Tuhan akan tergenapkan. Saya minggu ini bertemu dengan seorang asing yang sebelumnya tidak saya kenal. Dia mencari saya dan ingin bertemu dengan saya untuk mendiskusikan beberapa hal. Saya senang sekali melihat dia sebagai seorang Kristen dia punya kesungguhan hati, sebelum mengambil satu keputusan yang penting di dalam hidupnya dia ingin tahu lebih dahulu apa kata firman Tuhan sebelum dia melangkah. Dia akan membuka satu usaha di Cina berkaitan dengan bio-ethic mengenai stem cell research dan teknologi cloning, dsb. Investasinya menyangkut uang US$20 juta bersama temantemannya yang pulang dari Amerika, semuanya dengan gelar PhD. khusus di bidang ini. Dia adalah satu-satunya orang Kristen di antara mereka dan dia datang kepada saya bertanya bagaimana prinsip Alkitab mengenai hal ini. Saya siapkan satu artikel untuk kita bahas sama-sama lalu kemudian diskusi satu jam lebih dengan dia. Satu hal hati saya senang ada seorang Kristen yang sebelum mengambil keputusan, tanya dengan sungguh-sungguh lebih dulu apakah ini benar, bagaimana prinsip firman Tuhan dan dia baru mau jalan kalau itu betul-betul benar. Tidak gampang, sebagai seorang hamba Tuhan saya harus kasih tahu hati-hati karena banyak orang datang mau mencari pendapat dari hamba Tuhan, namun setelah selesai diskusi lalu cari hamba Tuhan yang lain karena merasa dengan hamba Tuhan yang satu “dia tidak cocok.” Maksudnya apa? Saya pernah berkata tegas kepada seseorang yang datang mau konseling tetapi setelah dua tiga kali tetap tidak mau berubah, saya bilang tidak usah datang konseling kepada saya. Point saya, saya ingin mencegah orang yang datang meminta pendapat padahal sendirinya sudah punya pendapat dulu lalu cari support dari pendeta. “Saya enak deh ngomong-ngomong sama bapak, cocok… kalau sama pendeta yang itu koq tidak cocok ya…” Maafkan, bisa jadi ada hamba Tuhan yang tidak pengertian dalam mendiskusikan satu hal, itu adalah urusan lain, tetapi point saya adalah bagaimana kita pada waktu mau mengambil satu keputusan, bagaimana kita belajar mengerti soal taat. F.B. Meyer menafsir Kej.15 sangat menyentuh hati saya, ini merupakan satu bagian firman Tuhan yang melatih kita dengan sungguh-sungguh mengerti what kind of obedience (ketaatan) and patience (kesabaran) yang semestinya ada di dalam diri kita dan dia mengatakan 90% saja pun ketaatan kita kepada Tuhan tetap bukan ketaatan. Tuhan berjanji berdasarkan natur-Nya yang tidak pernah mengingkari janji. Janji diberi sebab Dia berkuasa menggenapkan janji itu. Janji itu seharusnya menjadi kekuatan dan keteguhan hati kita. Memang betul Tuhan tidak membukakan kepada Abraham bagaimana caranya dan Tuhan baru bukakan caranya itu sesudah lewat sepuluh tahun setelah janji-Nya di Kej.15. Waktu itu Tuhan berkata, “Sara isterimu akan melahirkan…” Sara tertawa mendengar hal itu. Namun di dalam janji pertama ini tidak disebutkan soal Sara yang akan melahirkan maka ini menjadi satu dalih karena Tuhan tidak bilang harus dengan cara apa Abraham mendapatkan anak itu. Maka Kej.16 Sara mengajak Abraham melihat secara logis, saya sudah tidak mungkin punya anak, sudah 4 berhenti menstruasi. Maka dia suruh Abraham mengambil Hagar, budaknya supaya bisa melahirkan seorang anak bagi Abraham. Apa yang mendorong Sara mengambil langkah seperti itu? Paling tidak, bagi Sara ini adalah satu keputusan yang logis, toh Allah sendiri tidak berkata soal bagaimana caranya memiliki anak itu. Jadi ada pembenaran di dalam pemikiran Sara untuk mengambil Hagar buat Abraham. Yang kedua, jelas ada pressure di dalam diri Sara untuk perform. Kadang-kadang tekanan pada diri kita untuk memberikan yang terbaik dan melakukan yang terbaik sehingga kita cepat-cepat ingin mengambil satu langkah dan keputusan di dalam hidup ini. Kemarin saya mendapat satu email kecil dari adik saya “Ada tiga hal yang datang dalam hidupmu dan mungkin tidak akan kembali lagi” yaitu waktu, perkataan, kesempatan. Namun seringkali karena kita berpikir bahwa kesempatan itu bisa hilang dan lewat dari kita maka kita buru-buru harus ambil, padahal tidak selamanya kesempatan yang datang itu harus kita ambil di dalam hidup ini tetapi bagaimana kita mencoba mengambil kesempatan dengan bijaksana. Kita perhatikan, Tuhan baru kasih tahu Abraham bahwa Sara akan melahirkan setelah lewat sepuluh tahun. Ini adalah satu bagian yang bagi saya unik sekali. Berarti selama sepuluh tahun lewat itu jelas Ismael lahir dan terus bertumbuh. Selama itu Tuhan tidak pernah bilang apa-apa dan tidak pernah ada satu celaan dari Tuhan mengenai Ismael ini. Maka saudara bisa membayangkan bagaimana ikatan antara Abraham dan Ismael terus bertumbuh dengan kuat, hubungan sudah begitu dekat karena selama ini Abraham percaya Ismael adalah anak keturunan yang Tuhan janjikan itu. Selama lebih dari sepuluh tahun itu saya percaya ada argumentasi yang Abraham berikan kepada Tuhan. Maka dia membesarkan anak yang dia rasa adalah penggenapan janji Tuhan kepadanya dan mungkin dengan pemikiran itulah maka Abraham minta kepada Tuhan, “Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapan-Mu!” (Kej.17:18) namun Tuhan bilang “Tidak!” (Kej.17:19). Hati Abraham luar biasa sulit menerimanya. Apa alasan Sara yang ketiga? Mungkin Sara berpikir kita tidak boleh hanya menunggu dan percaya kepada janji Tuhan. Kita harus berbuat apa. Saya tidak meragukan mengenai ‘apa lakukan’ yaitu Tuhan janji mau kasih anak, tetapi mari kita coba pikir-pikir bagaimana kita bisa mendapatkan hal itu? Maka cara yang terbaik dan paling logis inilah cara yang dipakai oleh Sara. Sekali lagi tidak berarti kalau begitu kita tidak boleh memikirkan prinsip dan langkah-langkah yang terbaik, tetapi saya pikir di dalam bagian ini kita belajar memisahkan dua hal yaitu memisahkan mengenai ‘apa’ janji Tuhan dan ‘bagaimana’ tergenapinya itu masuk kepada wilayah yang Sara dan Abraham tidak bisa kontrol. Jadi point yang penting di sini adalah kenapa Sara mengambil tindakan itu, sebab tindakan bagaimana melahirkan anak itu bukan wilayah yang bisa dia kontrol. Point saya adalah pada waktu kita akan mengambil keputusan di dalam hidup kita, keputusan yang kita ambil adalah keputusan yang kita bisa pikirkan, kita bisa renungkan, kita bisa atur sebaik mungkin pada waktu berada di wilayah yang bisa kita kontrol. Tetapi pada waktu itu masuk kepada wilayah yang tidak bisa kita kontrol, mari kita melihat aspek yang penting di sini, Tuhan minta Abraham PERCAYA kepada janji Tuhan. 5 Penilaian kita sebelum menjadi salah dan keliru, firman Tuhan ini hanya ingin mengajak kita mengambil satu sikap, sebelum ambil satu keputusan dan mengambil satu penilaian terhadap keputusan yang engkau harus ambil, belajar 100% takluk dan taat kepada janji Tuhan. Kenapa Tuhan bilang, “tidak”? Sekali lagi, “tidak”-nya Tuhan itu menarik sekali. Tuhan bilang “tidak,” tidak berarti tidak ada “ya” di dalamnya. Kenapa saya mengatakan begitu? Nanti minggu depan saya akan mengangkat peristiwa Musa waktu Tuhan menyuruh dia berkata kepada batu untuk mengeluarkan air, Musa memukul batu itu dua kali (Bil.20:2-13). Itu adalah tindakan ketidak-taatan Musa terhadap Tuhan. Apakah air keluar dari batu itu? Alkitab mencatat dari batu itu keluar banyak air. Pertanyaan saya, kalau Musa sudah tidak taat bukankah mestinya Tuhan tidak perlu mengeluarkan air dari batu itu? Saudara bisa bayangkan betapa malunya Musa di depan seluruh umat Israel kalau hal itu terjadi? Ini titik yang begitu menyentuh hati saya. Memang karena ketidaktaatan dia Musa tidak boleh masuk ke tanah perjanjian. Tetapi di dalam “tidak”-nya Tuhan tetap ada anugerah, Tuhan tetap mengijinkan air itu keluar dan mengalir. Di dalam kata “tidak” kepada permintaan Abraham terhadap Ismael sebagai ahli warisnya, tetap Tuhan berjanji memelihara Ismael menjadi bangsa yang besar dan memberkatinya karena dia tetap adalah keturunan Abraham. Tetapi mengapa “tidak” itu muncul? Sebab jelas, tindakan Abraham mengambil Hagar melahirkan Ismael adalah tindakan ketidak-taatan percaya kepada janji Tuhan. Perkataan “tidak” Tuhan kepada Abraham ingin memberitahukan kepada kita, belajar taat di tengahtengah waktu kita sudah ambil keputusan, taat sepenuhnya, percayalah dalam hatimu Tuhan memiliki keindahan pada waktunya. Tetapi pada waktu kita mengambil keputusan yang keliru, penilaian yang mungkin tidak saudara pertimbangkan seturut dengan ketaatan kepada firman Tuhan, jangan pernah datang kepada Tuhan lalu mencoba doa minta maaf supaya Tuhan itu dianulir oleh Tuhan. Selama sebelas tahun Tuhan membiarkan Abraham hidup dan membesarkan anak ini, lalu sesudah sebelas tahun Tuhan datang kepadanya, Abraham minta bolehkah Ismael menjadi ahli warisnya, bukankah dia sudah ada anak ini? Tuhan bilang, “Tidak. Tahun depan Sara akan melahirkan.” Di situlah hati Abraham menjadi susah setengah mati. Di satu pihak dia menghadapi hal ini, di pihak lain dia tahu bahwa dia sudah bersalah kepada Tuhan tidak taat dan tidak percaya janjiNya. Saya percaya kita harus belajar Alkitab memang bilang, “Allah bekerja di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi setiap kita yang mengasihi Dia…” Apakah Allah bisa bekerja di dalam langkah kita yang salah dan tidak taat? Ya. Tetapi tidak boleh lalu kita bilang Allah bisa merubah yang salah itu menjadi baik. Salah dan tidak taat itu tetap menjadi salah dan tidak taat. Tetapi di dalam salah dan tidak taat itu Tuhan tetap menyatakan anugerah kepada Abraham sehingga Abraham tetap harus terima “tidak” itu berarti tidak ada dimaafkan dari Tuhan bahwa itu tidak pernah ada dan terjadi di dalam hidup dia. Abraham harus terima itu. Abraham adalah seorang beriman yang boleh kita katakan relasinya dengan Tuhan jauh lebih indah daripada kita. Tetapi di dalam relasi yang begitu dengan Abraham pun Tuhan yang adil, Tuhan yang suci, Tuhan yang penuh kasih itu mendidik dan melatih seseorang belajar setia dan taat 100% kepada janji Tuhan yang tidak pernah mungkin bersalah. Mengapa Tuhan berkata “tidak” kepada Abraham? 6 Karena Tuhan tidak mau di dalam ketidak-taatan Abraham yang gegabah mengambil keputusan seturut dengan caranya sendiri lalu dia tidak bertanggung jawab menanggung keputusan itu. Itu sebab setelah sebelas tahun Tuhan bilang, “Tidak. Ismael harus pergi.” Kadang-kadang mungkin di dalam hidup kita tidak terlalu banyak kata “tidak” yang Tuhan keluarkan dan dengarkan sekali lagi, kata “tidak”-nya Tuhan bukan berarti tidak ada “ya” di dalamnya. Tetapi mari belajar dari bagian ini, pada waktu kita bertemu dengan satu perjalanan hidup, Tuhan satu kali kelak juga akan berkata “tidak.” Kali ini “tidak” bukan karena jalan itu salah, nanti pada waktu Daud pun mau membangun Bait Allah, itu bukan satu permintaan yang tidak benar. Jadi bukan mengerti “tidak” karena itu jalan yang salah; bukan mengerti “tidak” nanti saudara mungkin bisa terjerumus di situ. “Tidak”-nya jawaban Tuhan kepada Abraham sederhana saja, karena Abraham di dalam menjalankan kesetiaannya kepada Tuhan, dia melangkah mendahului Tuhan dan menganggap itu adalah cara yang lebih baik, maka Tuhan bilang “tidak.” Dan Abraham harus hidup dengan keputusan yang keliru itu untuk menyelesaikannya. Saya harap dengan demikian kita coba belajar prinsip firman Tuhan ini boleh mempertumbuhkan iman kita. Tidak sering Tuhan menyatakan “tidak” kepada kita karena kita tahu terlalu banyak isi dari janji firman Tuhan menjadi janji bagi kesukaan kita, janji bagi kelancaran hidup kita, janji bagi kebahagiaan hidup kita, janji bagi kelimpahan hidup kita. Di dalam janji Tuhan itulah seringkali kita tergoda untuk tidak taat sepenuhnya. Biar dari apa kita baca dan renungkan dari firman Tuhan ini boleh melatih dan mendidik hidup kita bertumbuh di dalam anugerah Tuhan. Memang kita bisa mengambil keputusan yang tidak baik dan di situ Tuhan bilang “tidak.” Biar pada waktu-waktu seperti itu kita belajar setia dan taat, selalu jujur dan terbuka menerima koreksi panggilan Tuhan kepada kita untuk kembali taat memegang janji Tuhan. Kita lemah, kita bukan tokoh-tokoh beriman yang besar dan perkasa, kita tidak ingin memaafkan diri kita, jika Abraham yang setia dan baik pun bisa berjalan salah, siapakah kita yang kadang-kadang terlalu sering bersalah di hadapan Tuhan? Namun biarlah kita belajar bertumbuh dan belajar setia kepada firman Tuhan mulai dari hari ini dan tidak ingin menyerahkan segala keputusan yang salah di dalam hidup kita dan tidak ingin menangisi apa yang susah salah. Biar kita belajar menerima panggilan Tuhan untuk tetap setia kepada firman Tuhan. 7 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 05/12/2010 Pdt. Effendi Susanto STh. Orang-orang beriman yang kepada mereka Allah berkata ”tidak” (2) Nats: Kejadian 17:16-19 Ulangan Thema: Abraham 3:23-26 Kejadian 17 16 17 18 19 Aku akan memberkatinya, dan dari padanya juga Aku akan memberikan kepadamu seorang anak laki–laki, bahkan Aku akan memberkatinya, sehingga ia menjadi ibu bangsa–bangsa; raja– raja bangsa–bangsa akan lahir dari padanya.” Lalu tertunduklah Abraham dan tertawa serta berkata dalam hatinya: “Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang anak dan mungkinkah Sara, yang telah berumur sembilan puluh tahun itu melahirkan seorang anak?” Dan Abraham berkata kepada Allah: “Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapan– Mu!” Tetapi Allah berfirman: “Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki–laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjian–Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya. Ulangan 3 23 24 25 26 “Juga pada waktu itu aku mohon kasih karunia dari pada TUHAN, demikian: Ya, Tuhan ALLAH, Engkau telah mulai memperlihatkan kepada hamba–Mu ini kebesaran–Mu dan tangan–Mu yang kuat; sebab allah manakah di langit dan di bumi, yang dapat melakukan perbuatan perkasa seperti Engkau? Biarlah aku menyeberang dan melihat negeri yang baik yang di seberang sungai Yordan, tanah pegunungan yang baik itu, dan gunung Libanon. Tetapi TUHAN murka terhadap aku oleh karena kamu dan tidaklah mendengarkan permohonanku. TUHAN berfirman kepadaku: Cukup! Jangan lagi bicarakan perkara itu dengan Aku. Beberapa firman Tuhan yang kita baca ini menjadi bagian yang sangat menggentarkan hati karena kisah-kisah seperti ini mengingatkan kepada kita bagaimana menempatkan Tuhan sebagai Tuhan di dalam hidup kita. Allah berkata ‘tidak’ bukan berarti Allah itu adalah Allah yang ‘joy-killer.’ Allah berkata ‘tidak’ bukan berarti Allah itu tidak mau kita hidup senang dan berbahagia di dalam hidup ini. Tetapi dalam bagian ini paling tidak saya menemukan ada lima orang beriman dan iman orang-orang ini tidak mungkin kita ragukan, cinta mereka kepada Tuhan tidak mungkin kita abaikan, namun Tuhan bilang ‘tidak’ di dalam beberapa bagian hidup mereka dan ‘tidak’-nya Tuhan justru kepada hal-hal yang paling mereka rindukan dan paling mereka mau. Pertama, kepada Abraham Allah berkata ‘tidak,’ alasannya bagi saya simple dan sederhana, yaitu Tuhan tidak boleh menjadi “rubber stamp” 8 (boneka) di dalam hidup kita, yang membenarkan dan mengesahkan perbuatan kita yang semau kita sendiri. Yeh.14 adalah bagian yang sangat menarik, Yehezkiel mengatakan orang-orang Israel sudah cukup canggih, berhala mereka sudah tidak visible lagi tidak seperti patung-patung batu tetapi merupakan berhala-berhala di dalam hati mereka. Firman ini saya percaya juga menjadi firman yang terus relevan bagi kita. Ada berhala-berhala yang tidak kelihatan di dalam hidup kita. Friedrich Nietzsche, seorang ateis yang merevolusi teologi dengan mengangkat satu topik yaitu dia mau membunuh Allah. Tetapi dia pernah mengucapkan satu kalimat yang saya percaya benar adanya, “There are more idols in the world than they are in realities.” Dalam Yeh.14 orang Israel punya berhala di dalam hati mereka, lalu akibat berhala itu apa yang terjadi? Keputusan-keputusan hidup mereka penuh dengan kesalahan, dan yang lebih celaka, sesudah itu mereka datang minta Tuhan memperbaikinya. Itu langkahnya. Maka Tuhan bilang “Aku sendiri akan menentang orang itu dan Aku akan membuat dia menjadi lambang dan kiasan dan melenyapkannya dari tengah-tengah umat-Ku dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN…” (Yeh.14:8). Dan nabi-nabi yang tergoda untuk membenarkan mereka, nabi-nabi itu pun akan dibunuh Allah semuanya. Tuhan tidak mau diperlakukan seperti boneka oleh Abraham. Tuhan memang telah berjanji kepada Abraham untuk memberinya seorang anak. Memang betul tidak ada indikasi bahwa anak itu akan lahir dari Sara di dalam janji Tuhan yang pertama (Kej.15:4-5) tetapi toh bagi saya Abraham tidak perlu lagi sedikit mengelabui Tuhan karena jelas yang Tuhan maksudkan adalah anak yang lahir dari Sara. Namun sesudah itu saudara perhatikan segera terjadi satu langkah yang diambil oleh Sara yaitu memberikan Hagar budaknya untuk melahirkan anak. Jangan lupa, Abraham adalah seorang yang kaya, dia bisa melakukan apa saja di dalam kategori kita sekarang. Hagar itu adalah budak mereka yang mungkin menolak pada waktu itu pun tidak bisa. Mari kita lihat itu dalam kacamata kita. Abraham adalah seorang yang bisa mengambil keputusan, dia seorang yang mampu mengambil keputusan dan dia bisa melakukan apa saja di dalam keputusan-keputusannya sebab dia punya uang. Dan sampai sepanjang sepuluh tahun itu toh tidak ada perkembangan Sara bisa melahirkan. Lalu datanglah janji Tuhan yang kedua, dan kali ini jelas: Sara akan melahirkan (Kej.17:16). Bagian ini menarik dan menimbulkan interpretasi yang bermacammacam karena di situ dikatakan Abraham bereaksi dengan tertawa dan berkata di dalam hatinya (ayat 17) lalu disambung dengan ayat 18 yang dalam terjemahan bahasa Indonesia mencatat, “Ah, sekiranya…” Ini mendatangkan banyak perdebatan bagaimana cara menafsirnya. Abraham tertawa dalam hatinya, karena secara logika bagaimana mungkin Sara yang berumur 90 tahun bisa melahirkan. Tetapi sekaligus waktu Abraham dengar janji Tuhan ini muncul satu rasa salah yang sadar bahwa tindakannya memiliki Ismael itu salah. Dia tertawa dalam hati karena merasa mana mungkin cara Tuhan bisa, caraku pasti lebih benar, yaitu kan Tuhan mau saya punya anak? OK, saya akan dapatkan anak dari Hagar. Dan sepanjang lebih dari sepuluh tahun ini toh jelas kelihatan Sara memang tidak mungkin punya anak, maka sudahlah Tuhan, I think this is the best option yang saya ambil untuk mencoba melakukan apa yang sudah Tuhan janjikan kepadaku. Saya pikir ini adalah cara yang terbaik dan logika yang masuk akal. Tetapi sekaligus di situ Abraham sadar, kalau ternyata Sara melahirkan, ... bagaimana? Kalimat itu menarik, sehingga banyak penafsir setuju Abraham sendiri di dalam hati 9 sedalam-dalamnya tahu ambil Hagar adalah perbuatan yang salah. Tetapi antara logika, antara pikiran, antara mampu dan bisa, dsb dan kesadaran di dalam hati kecilnya ini bukan keputusan yang baik dalam hidupnya sekarang berkecamuk. Berapa banyak orang menangis di hadapan Tuhan sudah ambil keputusan yang salah, setelah di dalam hati kecilnya sendiri sudah tahu itu salah? Sesudah itu kita datang menangis minta Tuhan coba hapus dan perbaiki kesalahan dia. Itulah yang kata Tuhan di dalam Yeh.14 Tuhan tidak mau ! Tidak. Aku bukan bonekamu. Kadang-kadang saya sebagai hamba Tuhan menangis melihat begitu banyak di antara saudara ada yang kepingin banget tinggal di sini, saya mengerti sekali perasaan saudara, ada banyak di antara saudara yang ingin sekali punya pasangan, saya tahu hati saudara. Tetapi kadang-kadang di dalam pergumulan saudara, saudara sendiri tahu mungkin dengan dia itu bukan keputusan yang baik. Mungkin ambil keputusan membeli sesuatu bukan keputusan yang baik. Tetapi kita rasa kita bisa, kita rasa kita mampu, dan kita bukan orang yang tidak beriman, kita ingin bawa hal itu kepada Tuhan, seperti orang-orang yang datang kepada Yehezkiel, tetapi poinnya, ini bedanya antara Allah dengan berhala. Berhala adalah allah yang kita ciptakan menurut gambar kita dan kita mau dia menjadi allah yang sama seperti Allah yang berdaulat, kita bisa minta apa saja kepada dia, cuma bedanya, berhala itu bisa kita kontrol hasil-nya, berhala bisa kita kontrol tujuannya, sesuai dengan apa yang aku mau. Kisah Abraham merupakan kata ‘tidak’ Tuhan kepada Abraham, Aku berjanji, Aku Allah yang berdaulat, Aku pakai cara-Ku dan Aku bukan berhala yang bisa engkau atur. Itu sebab di dalam Yeh.14 merupakan satu hal yang penting mengajak kita kembali. Kisah Abraham ini merupakan satu hal yang indah bagaimana hati yang taat dan takluk kepada Tuhan; bagaimana hati kita berserah. Ini tidak gampang dan tidak mudah karena Sara baru melahirkan sesudah Ismael berumur kira-kira empat belas tahun. Kej.21:8-14 itu tidak jelas ceritanya, Alkitab hanya mencatat Ismael bermain dengan Ishak dan akibat bermain itu datanglah Sara kepada Abraham, menyuruhnya mengusir Ismael dan ibunya. Itu membuat hati Abraham terhancur. Ini adalah anaknya sendiri dan sepanjang lebih dari sepuluh tahun Alkitab hanya mencatat satu kali namun saya percaya ini yang selalu menjadi doa Abraham kepada Tuhan, “Ah, sekiranya anak ini yang menjadi janji Tuhan.” Sudah lihat Sara toh tidak ada perkembangan apa-apa sepuluh tahun ini, meskipun aku tetap percaya Tuhan bisa melakukan mujizat. Sampai akhirnya keputusan berat harus dibuat. Sara yang minta Abraham putuskan, anak yang ini atau yang itu, tidak bisa dua-dua. Mungkin waktu bermain, Ismael main agak kasar sehingga Sara mungkin berpikir, anaknya ngeledek. Sekarang aku masih ada dan bisa melindungi dia, tapi kalau aku nanti mati, bagaimana? Siapa yang bisa tahu? Di situ Sara ambil keputusan penting, di situ Abraham harus menelan pil pahit yang menyakitkan tetapi Tuhan memang bilang ‘tidak.’ Sekali lagi, Tuhan bilang ‘tidak,’ bukan karena Dia tidak sayang. Di situlah bedanya dengan kita. Tidak gampang bilang ‘tidak,’ bukan? Waktu mulai pacaran gampang bilang ‘ya,’ begitu mau putus tinggal sms saja, karena tidak berani face to face. Di tengah keputusan ‘tidak’ itu lalu kita berkalkulasi, kiranya begini… nanti bisa beginilah… nanti di tengah jalan akan menjadi lebih baik… dsb. Sebenarnya secepatnya kita keluar dari langkah yang salah jauh lebih baik daripada sudah tiga belas tahun, lalu diikat dengan Ismael sudah begitu erat, 10 lalu harus diusir keluar. Bagi saya ini point yang paling penting bicara mengenai orang-orang beriman yang kepadanya Allah berkata ‘tidak.’ ‘Tidak’ kepada Abraham sebab Tuhan tidak boleh jadi stempel setiap keputusan yang kita buat, padahal di dalamnya kita tidak setia kepada firman-Nya. Kepada Musa Tuhan berkata, “Engkau tidak boleh masuk ke tanah perjanjian.” Dimana hal itu terjadi? Di Meriba Kadesy di daerah sekitar Moab. Itu pegunungan yang tepat berada di seberang trans Yordan. So close yet so far. Paling tidak ada tiga kali dicatat di dalam Alkitab Musa memohon, “O God, I beg You… please…” Saudara bisa lihat kerinduan Musa, keinginan dia masuk ke tanah Kanaan. Tetapi di situ murka Tuhan muncul. Sekali lagi terjadi perbedaan cara menafsir karena di belakangnya Musa mengatakan, ”...karena kamu maka aku tidak bisa masuk” (Ul.3:26). Mzm.106:32-33 “Mereka menggusarkan Dia dekat air Meriba sehingga Musa kena celaka karena mereka sebab mereka memahitkan hatinya sehingga ia teledor dengan kata-katanya.” Ini bukan peristiwa kali pertama. Ini adalah peristiwa kali kedua. Dua-dua peristiwa diberi nama tempat yang sama yaitu Meriba, peristiwa pertama waktu mereka baru keluar dari Mesir menuju ke gunung Sinai dan peristiwa kedua terjadi di daerah pegunungan Moab waktu hampir masuk ke trans Jordan (Bil.20:2- 13). Dalam peristiwa pertama Musa tepat melakukan apa yang Tuhan perintahkan (Kel.17:5-6). Kali kedua, Alkitab mencatat Musa tidak menaati Tuhan. Mzm.106 memberikan kita konteksnya, sebab mereka yaitu orang Israel memahitkan hati Musa. Baca Bil.20:1, apa yang baru terjadi dengan keluarga Musa di situ? Siapa yang baru meninggal? Miriam meninggal. Bangsa ini memang tidak tahu diri. Ini keluarga baru lagi berduka. Bangsa ini wajar kita bilang bo ceng li, memang wajar. Ini pemimpin mereka yang sudah setengah mati, lagi sedang berduka kamu tidak simpati kepada hatinya. Saudara malah pikir soal bagaimana saya minum dan makan. Musa sudah cape, sedih, mungkinkah kita bilang wajar dia mengeluarkan kata-kata yang keras? Pertengkaran di dalam hidupmu sebagai suami isteri tidak mungkin terjadi dengan vacum. Setiap kali kita ribut dan bertengkar dengan orang yang kita kasihi tidak pernah lepas dari konteks, dan di tengah konteks itu kita mencari pembenaran. Musa wajar marah. Musa wajar mengeluarkan kata-kata yang keras. Kamu tidak mengerti perasaan saya, kakak saya baru saja meninggal. Mari kita melihat peristiwa ini dalam konteks itu, hanya sedetik seketika sesuatu snap, dan di situ Tuhan bilang engkau sudah melanggar kekudusan-Ku. Point itu yang bahaya. Itu sebab saya harap saudara lihat baik-baik, pulang saudara renungkan lagi saya akan khotbahkan minggu depan. Biar kita belajar menjadi seorang Kristen yang sungguh beriman kepada Tuhan, yang taat kepada-Nya. Terlalu sedih hati kita tatkala Tuhan berkata ‘tidak’ kepada rencana maksud tujuan apa yang sudah kita pikirkan namun biar hati kita takluk pada hari ini tatkala kita ingat dan tahu, Tuhan itu Allah yang berdaulat mencintai mengasihi kita, yang melakukan apa yang terindah dan terbaik bagi kita. Jangan menjadikan Dia sebagai Allah yang bisa kita atur dan kontrol di dalam hidup kita untuk mengikuti sesuatu yang kita sudah rencanakan sendiri di dalam ketidak-setiaan kita kepada Tuhan. Biar hari ini hati kita berbalik, hari ini kita berlutut kepada Tuhan, ‘Saya percaya kepada Tuhan yang merencanakan kepada hidup saya pasti adalah rencana yang terbaik bagi saya.’ 11 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 12/12/2010 Pdt. Effendi Susanto STh. Orang-orang beriman yang kepada mereka Allah berkata ”tidak” (3) Nats: 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 Markus 14:32-42 Thema: Pendamaian Lalu sampailah Yesus dan murid–murid–Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Kata Yesus kepada murid–murid–Nya: “Duduklah di sini, sementara Aku berdoa.” Dan Ia membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes serta–Nya. Ia sangat takut dan gentar, lalu kata–Nya kepada mereka: “Hati–Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga–jagalah.” Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa supaya, sekiranya mungkin, saat itu lalu dari pada–Nya. Kata–Nya: “Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi–Mu, ambillah cawan ini dari pada– Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.” Setelah itu Ia datang kembali, dan mendapati ketiganya sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: “Simon, sedang tidurkah engkau? Tidakkah engkau sanggup berjaga–jaga satu jam? Berjaga–jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah.” Lalu Ia pergi lagi dan mengucapkan doa yang itu juga. Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat dan mereka tidak tahu jawab apa yang harus mereka berikan kepada–Nya. Kemudian Ia kembali untuk ketiga kalinya dan berkata kepada mereka: “Tidurlah sekarang dan istirahatlah. Cukuplah. Saatnya sudah tiba, lihat, Anak Manusia diserahkan ke tangan orang– orang berdosa. Bangunlah, marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat.” Siapakah orang-orang yang agung yang diakui oleh dunia menghadapi kematiannya dengan tabah dan berani? Socrates, seorang filsuf Yunani, merupakan salah seorang yang contoh kematiannya dianggap dunia agung adanya sebab dia rela mati untuk kebenaran yang dia pegang dan waktu dia menghadapi kematian dengan meminum racun yang diserahkan kepadanya, dia terima kematian itu dengan ketenangan dan keagungan. Contoh kedua dari seorang bernama Stefanus yang dicatat di Alkitab menghadapi kematiannya dengan agung. Stefanus mati dirajam oleh batu karena dia bersaksi bagi Tuhan dan menjadi contoh martir yang sepanjang sejarah orang Kristen martir mengikuti contoh darinya (Kis. 7:54-59). Waktu batu-batu mulai merajam dia, dia bisa berdiri dan dengan sukacita menghadap kepada surga dan berkata, “Tuhan, kuserahkan nyawaku kepada-Mu.” Itu adalah satu kematian yang agung dari orang beriman dengan sukacita tidak takut menghadapi kematian. Banyak di antara mereka yang dibakar, dan pada waktu dibakar mereka menyanyi memuji Tuhan, melampaui 12 sakit, penderitaan, ketakutan menghadapi kematian yang datang kepada mereka. Martin Luther pada waktu membaca Mark.14:32-42 mengatakan tidak ada kematian yang paling dahsyat selain kematian yang dialami oleh Yesus Kristus dan ini begitu menakutkan baginya. Sepanjang pelayananNya di dunia, Tuhan Yesus tahu, bahkan tiga kali Dia berkata kepada murid-murid-Nya, “Aku harus pergi ke Yerusalem, disiksa, mengalami penganiayaan dan akan mati di situ.” Dia tidak takut sedetikpun, tidak ada keinginan hati untuk berbalik dari hal itu. Bahkan Yesus marah kepada Petrus pada waktu Petrus berusaha menarik-Nya dari jalan penderitaan salib. Tetapi di titik yang tinggal beberapa jam lagi Yesus akan disiksa dan naik ke kayu salib, di sini kita menemukan kegentaran taman Getsemani yang begitu dahsyat. Di bagian lain Alkitab mencatat Yesus berdoa di sana sampai peluh-Nya keluar seperti tetesan darah jatuh ke tanah (Luk.22:44). “HatiKu mau mati rasanya menghadapi jam ini.” Takutkah Yesus akan kematian? Tidak tentunya. Tetapi kenapa Dia berkata seperti itu? Bagian ini akan menjadi bagian yang penting untuk kita melihat kedalaman arti Tuhan Yesus naik ke atas kayu salib. Dan ini bukan peristiwa main-main. Yesus tahu kehendak Bapa, jelas kehendak itu tidak mungkin dirubah. Kalau tidak mungkin dirubah, apakah doa ini doa main-main? Apakah doa ini tidak perlu lagi diucapkan toh Yesus sudah tahu apa yang menjadi kehendak Bapa? Kita seringkali seperti itu, bukan? Kalau kita rasa Tuhan bilang seperti ini, buat apa kita doa lagi, toh tidak ada gunanya dan tidak merubah apa-apa. Tetapi doa Tuhan Yesus ini real dan nyata, ini adalah doa yang begitu sungguh dan ini doa yang begitu bertekun, sebab Alkitab mencatat Dia pergi mengulangi doa yang itu-itu saja. “Bapa, lewatkan Aku dari jam yang menakutkan ini. Kalau bisa, ambillah cawan ini daripada-Ku.” Namun di tengah permintaan itu Yesus kemudian menaklukkan kehendak dan diri-Nya dengan kalimat, ”...bukan kehendak-Ku yang jadi, tetapi kehendak-Mu, Bapa.” Menerima kata ‘tidak’ itu bukan merupakan hal yang gampang. Berapa banyak orang pada waktu kata ‘tidak’ muncul diberikan kepadanya, dia bukan bereaksi dengan rendah hati menerimanya. Mungkin ada orang bereaksi marah dan akhirnya mendatangkan ledakan kemarahan dan membuat tindakan yang lebih berbahaya. Bisa orang itu menjadi benci dan marah. Pada waktu saudara mengalami hal seperti itu kadang-kadang saudara mungkin tidak bisa membalas tetapi simpan terus kemarahan di hatimu. Tidak gampang menerima penolakan. Seringkali kita juga marah dan kecewa kepada Tuhan pada waktu Tuhan berkata ‘tidak.’ ‘Tidak’-nya Tuhan kepada Yesus Kristus jelas bukan karena kesalahan Yesus. Dan saya percaya bukan karena Tuhan Yesus takut mati maka di sini lalu Dia minta dilepaskan dari jalan kesukaran. Jelas sekali Yesus tahu ini adalah jalan salib yang harus Dia jalani dan terima. Bapa berkata ‘tidak’ kepada Yesus Kristus karena ini rencana keselamatan dari kekal, rencana yang tidak mungkin berubah dan dengan cara inilah Tuhan ingin menebus dan menyelamatkan kita dari dosa. Sampai di sini, mari kita lihat persoalannya dimana. Yang pertama, dalam Rom.3:24-25 ada tiga kata penting yang Paulus pakai di sini untuk memperkaya kita mengerti apa artinya Yesus mati di kayu salib. Tiga kata ini tidak boleh lepas dan tidak boleh hanya ditekankan satu sisi saja. Tiga kata ini harus muncul sama-sama supaya kita tahu kekayaan kedalaman pengertian apa arti Yesus naik ke atas kayu salib. Kata pertama, “kita dibenarkan dengan cuma-cuma…” justified by His grace (dibenarkan karena anugerah-Nya). Kata kedua, ”...penebusan di dalam Kristus…” redemption in Christ (keselamatan melalui Kristus). Kata ketiga, “Yesus Kristus telah ditentukan 13 menjadi jalan pendamaian oleh darah-Nya.” Dalam terjemahan bahasa Inggris yang lama memberikan arti kata yang jauh lebih mendalam yaitu “propiciacion by His blood” (pendamaian oleh darah-Nya). Jadi muncul tiga kata ini: justification, redemption dan propiciacion. Terjemahan bahasa Inggris seperti NEB belakangan melemahkan konsep propiciacion dan diganti dengan kata “expiation” yang mestinya dengan jelas ini memakai kata propiciacion karena Paulus memakai kata dalam bahasa Yunani ‘hilasterion.’ Kata “expiation” artinya orang itu bersalah lalu kemudian saya membayar kesalahan itu dan menyelesaikan hutang dari kesalahan orang itu. Saya kasih ilustrasi seperti ini: ada orang mencuri ayam saya. Lalu kemudian orang yang mencuri ayam saya itu tertangkap. Lalu bagaimana supaya bisa terjadi pemberesan terhadap ayam saya yang dia curi? Orang yang mencuri ayam saya itu datang kepada saya dan mengatakan, “Benar, pak, saya sudah mencuri ayam bapak. Saya minta maaf dan sekarang saya kembalikan ayam bapak.” Beres toh? Dengan dia mengembalikan ayam itu, persoalan selesai, bukan? Tidak bisa seperti itu. Sebab di desa saya ada hukum mengatakan, “Jangan mencuri. Barangsiapa mencuri tangannya harus dipotong.” Jadi soal dengan ayam saya memang selesai, sudah no problem, tadi hilang dicuri dan sekarang dikembalikan. Tetapi ada satu bagian yang dia langgar selain mengambil ayam saya, yaitu hukum yang ada di desa saya. Ada hukum yang dia sudah langgar dan ada konsekuensi hukuman bagi orang yang melanggar hukum itu. Yang ketiga, boleh tidak saya marah kepada orang yang sudah mencuri ayam saya itu? Saudara bilang, “Tidak usah marah-lah pak, toh ayammu sudah kembali…” Tetapi, saya berhak marah, bukan? Nah, ‘expiation’ berarti manusia berdosa, dia bersalah kepada Tuhan. Itu seperti orang yang mencuri ayam saya bersalah kepada saya. Maka Yesus Kristus mati di kayu salib menggantikan kesalahan dia. Tetapi itu baru separuh perjalanan dari penebusan Kristus. Sekarang saya akan bahas lebih dalam lagi. Tadi waktu ayam saya dicuri, bolehkah saya marah kepada pencurinya? Ataukah saya lupakan saja setelah dia mengembalikan ayam saya, seolah hal itu tidak pernah terjadi? Saya berhak marah dan tidak salah kalau saya marah. Lalu, bagaimana menyelesaikan kemarahan saya? Ayam saya dicuri, diselesaikan dengan ayam itu dikembalikan. Hukum yang dilanggar, harus diselesaikan di pengadilan. Sekarang, marahnya saya kepada dia, bagaimana menyelesaikannya? Ini perkara yang simple dan bisa diselesaikan dengan berdamai dengan pencuri itu. Namun kalau yang dia curi bukan ayam tetapi isteri saya, bagaimana? Bolehkah saya marah? Saya berhak marah karena dia mengambil isteri saya, bukan? Bagaimana penyelesaiannya kalau isteri yang dicuri? Apakah bisa selesai hanya dengan dia mengembalikan isteri saya? Kedua, ada hukum yang mengatakan tidak boleh mengingini isteri orang lain. Ketiga, sebagai suami yang memiliki hak eksklusif terhadap isteriku, saya berhak marah. Saya marah di situ bukan karena property saya diambil. Saya marah di situ karena ada satu aspek yang walaupun akhirnya dia kembalikan, tetap tidak bisa sama karena exclusive relationship dengan isteri saya sudah dia rusak. Maka kemarahan itu muncul karena kemarahan yang suci. Ini adalah isteriku, tidak bisa disentuh orang lain. Maka kemarahan itu keluar. Bagaimana penyelesaian kemarahan itu? Ilustrasi ini mungkin lebih membantu saudara mengerti kenapa Tuhan begitu marah dan murka waktu manusia bersalah dan berdosa kepada Tuhan. Ini adalah hak eksklusif Tuhan. Engkau sudah merebut kesucian Tuhan, engkau sudah menghina kesucian Tuhan dengan berbuat dosa, maka tidak saja selesai dengan Yesus mengganti kita di kayu salib, tetapi di dalam penggantian untuk menyelesaikan dosa kita itu perlu 14 menyelesaikan satu hal yaitu bagaimana menyelesaikan murka Allah yang bereaksi kepada dosa manusia di dalam kesucian-Nya. Itu sebab kata “propiciacion” (perdamaian) muncul, karena murka itu hanya bisa diselesaikan dengan cara yang sudah Tuhan taruh di dalam PL yaitu dengan darah sebagai penebusan. Kenapa Tuhan melarang orang Israel makan darah? Sebab di dalam darah, Tuhan menyatakan hal yang paling penting, yaitu di dalam darah ada nyawa. Sehingga waktu orang Israel akan keluar dari Mesir, Tuhan mengatakan barangsiapa yang tidak mengoleskan darah binatang di ambang pintu rumahnya, maka Tuhan yang murka pasti akan mengambil anak sulung mereka. Waktu anak dari Harun dengan kurang sopan melihat ke dalam tabut perjanjian tanpa memercikkan darah terlebih dahulu, langsung kedua anak itu dibunuh Tuhan di depan semua orang. Nanti di Im.16-17 Tuhan membikin peraturan itu dengan jelas, setiap imam yang akan masuk ke tempat maha suci harus memercikkan darah di atas tabut perjanjian itu. Lalu sesudah itu imam berdoa minta pengampunan dosa untuk dirinya sendiri, dan untuk seluruh umat dan sesudah itu cepat-cepat harus keluar dari sana. Ini adalah bagian di dalam PL yang menjadi bayang-bayang sampai kepada waktu Tuhan memberikan firman kepada kita: Yesus menjadi “propiciacion by His blood.” (pendamaian oleh darah-Nya) Maka moment Yesus di kayu salib itu bukan saja moment Yesus menanggung dosa kita menjadi pengganti; moment Yesus di atas kayu salib adalah moment dimana Dia juga memuaskan murka reaksi kesucian Allah terhadap dosa. Itu sebab dari bagian ini kita sedikit lebih mengerti apa arti dari doa Tuhan Yesus, “Bapa, sekiranya mungkin cawan ini berlalu daripada-Ku…” Dalam Yes.51:22 firman Tuhan mengatakan, “sesungguhnya Aku mengambil dari tanganmu piala dengan isinya yang memusingkan dan isi cangkir kehangatan murka-Ku tidak akan kau minum lagi…” Why.14:10 firman Tuhan mengatakan, “Maka ia akan minum dari anggur murka Allah yang disediakan tanpa campuran di dalam cawan murka-Nya.” Kemudian Why.16:19 “Maka teringatlah Allah kepada Babel yang besar itu untuk memberikan kepadanya cawan yang penuh dengan anggur kegeraman murka-Nya.” Dan jikalau Allah yang murka adanya itu menumpahkan cawan kemurkaan-Nya, siapakah yang sanggup tahan berada di tengah murka Tuhan? Siapakah yang sanggup bisa memuaskan murka Allah? Berarti waktu Tuhan Yesus berdoa, “Bapa, kalau bisa, biar cawan ini disingkir daripada-Ku…” jelas doa Yesus bukan dalam pengertian takut menghadapi kematian. Jelas doa Yesus bukan dalam pengertian Dia tidak mau menjadi pengganti kita menebus dan menanggung hukuman dosa kita. Jelas bukan itu. Tetapi di atas kayu salib ada satu hal yang sangat menakutkan dan mengerikan bagi Dia, yaitu melalui penebusan di atas kayu salib Tuhan Yesus harus menanggung murka Allah. Akibat murka Allah kepada Yesus, saudara akan menemukan satu teriakan Yesus yang sangat menyedihkan dan menakutkan, sebab dengan menanggung murka itulah moment Allah Bapa memalingkan wajah-Nya. Maka waktu di atas kayu salib Yesus berteriak, “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?” Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Sebagai Anak Manusia dan Anak Allah yang tidak pernah sedetik pun dalam relasi dengan Allah Bapa terpisah; tidak pernah di dalam relasi-Nya dengan Allah Bapa, Allah Bapa memalingkan wajah-Nya kepada Yesus; tidak pernah di dalam relasi-Nya yang penuh dengan persekutuan yang kekal dengan Allah Bapa, di dalam moment itu Dia harus lewati untuk seketika menerima dan menanggung cawan kemurkaan Allah. Itu sebab Yesus Kristus berdoa, 15 “Bapa, sekiranya mungkin, biarlah cawan itu berlalu dari-Ku…” Berita salib seperti ini sangat membuat banyak orang tidak suka. Itu sebab tidak heran belakangan ini saudara menemukan beberapa tokoh Injili sudah tidak mau memperlihatkan konsep Yesus mati di kayu salib menanggung murka Allah. Itu sebab kenapa mereka lebih suka merubah kata “propiciacion” (pendamaian) menjadi “expiation?” Karena mereka tidak ingin orang punya kesan Allah itu seperti Allah yang marah-marah dan murka, yang emotional dan uncontrollable sehingga mau menghukum manusia dan tega memaku Yesus di kayu salib. Mereka lebih suka mengatakan, “Datanglah kepada kayu salib Kristus, engkau yang lonely dan yang kesepian, He will heal you…” Ini adalah berita yang gampang dan enak didengar. “Datangkah kepada kayu salib sebab di situ engkau akan menemukan kasih Tuhan begitu ajaib dan begitu besar.” Ini adalah kebenaran Injil yang hanya separuh. Kita hanya suka kutip Yoh.3:16, “Karena demikian besar Allah mengasihi dunia ini sehingga Dia memberikan Anak-Nya yang tunggal…” Berita yang enak didengar, bukan? Tetapi mari kita buka 1 Yoh.4:9-10 yang memberikan lebih detail apa artinya Allah Bapa memberikan Anak-Nya yang tunggal itu untuk kita, “Inilah kasih itu, bukan kita yang telah mengasihi Allah tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosadosa kita…” As propiciacion for our sins. Yoh.3:16 tidak menyebutkan hal itu meskipun secara implisit ada di dalam kalimat “Allah menyerahkan Anak-Nya yang tunggal itu” yang dalam bayangan imajinasi kita seperti seorang ayah atau ibu dengan lemah lembut membawa anaknya. Tetapi di sini kita melihat Yohanes mengatakan waktu Allah menyerahkan Anaknya yang tunggal itu, Dia menyerahkanNya dengan hati yang hancur karena Dia tahu di situ kemarahan terhadap dosa tidak mungkin bisa diabaikan. Allah yang marah justru menyatakan kepada kita akan kasih-Nya yang begitu suci dan bersih adanya. Kasih yang suci dan bersih pasti akan mendatangkan kemarahan jikalau kasih itu akan dikontaminasi. Tidak mungkin saudara mengasihi seseorang lalu di dalam kasihmu kepada dia tidak ada unsur cemburu dan unsur kemarahan jika kesetiaan dan kasih itu dilanggar. Demikian juga Allah yang kasih sekaligus di dalam kasih-Nya ada kesucian-Nya. Maka hanya Kristus yang tergantung di kayu salib yang bisa menyelesaikan murka Allah itu dan proses itu sangat menyedihkan dan menyakitkan hati-Nya karena itulah moment Anak Allah seketika waktu ditinggalkan oleh Bapa di atas kayu salib. Allah yang kasih sekaligus Allah yang suci dinyatakan di kayu salib. Walaupun tidak ada kaitan langsung, saya tertarik dengan kalimat dari seorang teolog Belanda bernama G.C. Berkouwer yang mengatakan, istilah-istilah yang dipakai berkaitan dengan kematian Tuhan Yesus adalah istilah-istilah yang ada di dalam hukum antara lain kata ‘Dia memuaskan; Dia membayar; Dia menebus; Dia menanggung hukuman kita; dan istilah-istilah ini, jujur, bikin orang marah. Pakai bahasa dunia, “Who the hell are you to die for my sin?! Dosaku urusanku sendiri. Saya mau melakukan apa saja dalam hidupku tidak ada urusannya dengan kamu.” Menawarkan Kristus yang menyelamatkan dengan mengganti dosa kita, itu yang bikin mereka marah. Itu sebab tidak gampang mengabarkan Injil kepada orang karena Injil berarti selain menawarkan kasih penebusan Tuhan, sekaligus mendeklarasi betapa dahsyatnya dosa kita di hadapan Tuhan. Dosa itu bukan sekedar saya ambil sesuatu bikin orang marah, lalu ketahuan, lalu saya mengembalikannya. Semakin kita memahami dosa dengan lebih dalam dan lebih takut kita akhirnya mengakui kenapa Yesus harus mati di kayu salib. Salah satunya adalah Allah yang mencipta kita adalah Allah yang punya hak 16 mempertahankan kesucian-Nya. Allah yang menciptakan kita adalah Allah yang memberi hukum dan yang setia kepada hukum-Nya. Itu sebab Maleakhi berkata, mata Tuhan terlalu suci untuk melihat dosa. Yeremia mengatakan, perbuatan baik kita seperti kain kotor di hadapan Tuhan, tidak bisa dicompare dengan kesucian Tuhan. Mengapa peristiwa di taman Getsemani ini begitu nyeri, Yesus berdoa berjam-jam lamanya hingga meneteskan keringat bagaikan darah? Yesus tidak takut akan kematian. Melalui peristiwa Getsemani ini Yesus memberikan kita satu fakta: inilah fakta ketika manusia melewati kematian. Ibr.2:15 “Dan supaya dengan jalan demikian Tuhan membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada di dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada kematian.” Ayat ini indah sebab ayat ini mengangkat satu bagian yang tidak bisa manusia pungkiri, tidak ada satu manusia pun yang tidak akan menghadapi hal ini. Firman Tuhan mengatakan, menghadapi kematian merupakan sesuatu hal yang menakutkan. Ibr.10:31 “Ngeri benar kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup.” Ini mewakili ketakutan kedahsyatan yang luar biasa. Ngeri sekali jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup. Kematian kita di atas muka bumi ini hanyalah satu kematian dimana kita semua akan meninggalkan tubuh ini dan pergi. Tetapi kematian itu tidak dimengerti seperti itu saja. Tidak ada kebudayaan yang tidak mengakui akan hal ini: di balik dari kematian fisik ini ada satu kematian yang mereka lihat misteri dan lebih menakutkan. Itu sebab waktu Kristus berdoa di taman Getsemani sebagai seorang Anak Manusia, Ibrani mengatakan Dia mengalami penderitaan, Dia melewati semua kematian itu supaya Dia menanggung satu hal yaitu ketakutan akan kematian. Yesus Kristus mengingatkan murid-murid, jangan takut kepada orang yang bisa membunuh tubuhmu tetapi tidak sanggup membunuh jiwamu. Tetapi takutlah kepada Allah yang sanggup membunuh tubuhmu dan jiwamu. Dengan kengerian ini Kristus melewati moment untuk menjadi satu pertanda, Getsemani selain merupakan jawaban Dia menanggung murka Allah bagi dosa-dosa kita sekaligus mengekspresikan kedahsyatan yang someday kalau akhirnya Allah yang hidup itu menjatuhkan hukuman dan memberikan murka-Nya kepada orang yang berdosa, betapa menakutkannya. Itu sebab saudara akan menerima kalimat syukur penulis Ibrani ini, betapa besar keselamatan yang Tuhan beri kepada kita dan betapa bodohnya orang yang mengabaikannya. 17 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 19/12/2010 Pdt. Effendi Susanto STh. Orang-orang beriman yang kepada mereka Allah berkata ”tidak” (4) Nats: Ulangan 3:23-29 Bilangan 20: 1-13 Thema: Musa Mazmur 106: 32-33 Ulangan 3 23 24 25 26 27 28 29 “Juga pada waktu itu aku mohon kasih karunia dari pada TUHAN, demikian: Ya, Tuhan ALLAH, Engkau telah mulai memperlihatkan kepada hamba–Mu ini kebesaran–Mu dan tangan–Mu yang kuat; sebab allah manakah di langit dan di bumi, yang dapat melakukan perbuatan perkasa seperti Engkau? Biarlah aku menyeberang dan melihat negeri yang baik yang di seberang sungai Yordan, tanah pegunungan yang baik itu, dan gunung Libanon. Tetapi TUHAN murka terhadap aku oleh karena kamu dan tidaklah mendengarkan permohonanku. TUHAN berfirman kepadaku: Cukup! Jangan lagi bicarakan perkara itu dengan Aku. Naiklah ke puncak gunung Pisga dan layangkanlah pandangmu ke barat, ke utara, ke selatan dan ke timur dan lihatlah baik–baik, sebab sungai Yordan ini tidak akan kauseberangi. Dan berilah perintah kepada Yosua, kuatkan dan teguhkanlah hatinya, sebab dialah yang akan menyeberang di depan bangsa ini dan dialah yang akan memimpin mereka sampai mereka memiliki negeri yang akan kaulihat itu. Demikianlah kita tinggal di lembah di tentangan Bet–Peor.” Bilangan 20 1 2 3 4 5 6 7 8 Kemudian sampailah orang Israel, yakni segenap umat itu, ke padang gurun Zin, dalam bulan pertama, lalu tinggallah bangsa itu di Kadesh. Matilah Miryam di situ dan dikuburkan di situ. Pada suatu kali, ketika tidak ada air bagi umat itu, berkumpullah mereka mengerumuni Musa dan Harun, dan bertengkarlah bangsa itu dengan Musa, katanya: “Sekiranya kami mati binasa pada waktu saudara–saudara kami mati binasa di hadapan TUHAN! Mengapa kamu membawa jemaah TUHAN ke padang gurun ini, supaya kami dan ternak kami mati di situ? Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membawa kami ke tempat celaka ini, yang bukan tempat menabur, tanpa pohon ara, anggur dan delima, bahkan air minumpun tidak ada?” Maka pergilah Musa dan Harun dari umat itu ke pintu Kemah Pertemuan, lalu sujud. Kemudian tampaklah kemuliaan TUHAN kepada mereka. TUHAN berfirman kepada Musa: “Ambillah tongkatmu itu dan engkau dan Harun, kakakmu, harus menyuruh umat itu berkumpul; katakanlah di depan mata mereka kepada bukit batu itu supaya diberi airnya; 18 9 10 11 12 13 demikianlah engkau mengeluarkan air dari bukit batu itu bagi mereka dan memberi minum umat itu serta ternaknya.” Lalu Musa mengambil tongkat itu dari hadapan TUHAN, seperti yang diperintahkan–Nya kepadanya. Ketika Musa dan Harun telah mengumpulkan jemaah itu di depan bukit batu itu, berkatalah ia kepada mereka: “Dengarlah kepadaku, hai orang–orang durhaka, apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?” Sesudah itu Musa mengangkat tangannya, lalu memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali, maka keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak mereka dapat minum. Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun: “Karena kamu tidak percaya kepada–Ku dan tidak menghormati kekudusan–Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka.” Itulah mata air Meriba, tempat orang Israel bertengkar dengan TUHAN dan Ia menunjukkan kekudusan–Nya di antara mereka. Mazmur 106 32 33 Mereka menggusarkan Dia dekat air Meriba, sehingga Musa kena celaka karena mereka; sebab mereka memahitkan hatinya, sehingga ia teledor dengan kata–katanya. Orang-orang Beriman yang kepada Mereka Allah Berkata 'TIDAK' (4). Ada bagian-bagian di dalam hidup kita seperti melukis di kanvas lukisan Cina. Yang dituntut di situ adalah kita hati-hati menarik stroke itu, sebab ada keputusan, ada tindakan, ada reaksi di dalam hidup kita mungkin tidak bisa diulang kembali di dalam hidup ini dan itu adalah coretan yang tidak bisa diperbaiki lagi. Salah membeli mobil, salah beli rumah, sdr mungkin masih bisa ganti dengan yang lain. Namun ada beberapa keputusan yang sifatnya irreversible, seperti waktu saudara bermain catur, salah langkah tidak boleh seenaknya tarik mundur lagi. Paling sederhana, adalah keputusan memilih pasangan hidup kita. Itu adalah satu keputusan yang sangat penting di dalam hidupmu. Tidak mungkin setelah beberapa waktu menikah kita rasa sudah salah pilih, lalu datang ke mertua untuk mengembalikannya, "Maaf, yang ini tidak cocok... tolong kasih ganti yang lain." Dalam hal-hal tertentu di dalam hidupmu, kamu salah melangkah kamu harus tetap harus bagaimana memikirkan selanjutnya melakukan perjalanan dengan tetap langkah yang salah itu tidak bisa dihapus mundur kembali. Itu adalah irreversible decision (point of no return/tidak dapat diubah), irreversible reaction, irreversible things di dalam hidup saudara dan saya tidak mungkin bisa dibalik lagi. Kisah yang kita baca hari ini, itulah bagian hidup Musa yang yang tidak dapat diubah. Bagaimana perasaan Musa membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir, itu adalah keinginan dia, itu adalah panggilan dia dari awal dan sudah hampir sampai ke tanah perjanjian, tinggal beberapa waktu dan tinggal sedikit saja jaraknya, terjadi sesuatu peristiwa di dalam hidupnya dan peristiwa itu begitu fatal baginya sebab hukuman Tuhan kepadanya adalah hal yang paling dia idamkan dan dia citacitakan seumur hidupnya dan itu justru yang tidak bisa tercapai dan tergenapi. Kalau kita membaca dengan teliti Ul.3:23-29 kita akan menemukan beberapa detail yang menarik, permohonan doa Musa bukan hanya satu kali tetapi berkali-kali Musa minta Tuhan balik kembali dari keputusan dia tidak bisa masuk ke tanah Kanaan. Di ayat 23 Musa memakai kata "mohon." Jarang-jarang nama lengkap 19 Allah muncul disebutkan "Elohim Yahweh" sehingga ada penafsir mengatakan kalimat doa ini memperlihatkan betapa intimnya hubungan Musa dengan Tuhan, betapa dalam dia mengenal kebaikan Tuhan, tetapi betapa sedihnya hati dia yang punya hubungan paling dekat dengan Tuhan, tetapi Tuhan bilang, "Cukup! Tidak usah bicarakan lagi hal itu. Aku tidak mau dengar lagi, jangan doa lagi akan hal itu." Mari kita lihat konteks, wajarkah kita mengatakan orang Israel ini tidak tahu diri? Saya jujur katakan, wajar. Ada dua hal penting terjadi. Ke satu, di Bil.20:1 Alkitab mengatakan Miriam baru saja meninggal. Kalau mau lihat baik-baik, sangat besar kemungkinan Miriam punya hubungan yang sangat dekat dengan Musa. Masih ingat saudara, waktu Musa masih kecil, Miriam yang menemani dan melihat adiknya di dalam keranjang mengapung di sungai Nil sampai diselamatkan di tangan puteri Firaun, saya percaya dia memiliki hubungan yang begitu dekat dengan Musa. Sehingga tidak heran saudara melihat waktu Musa mengambil seorang perempuan Kush menjadi isterinya, ada cemburuan dari kakak perempuannya ini, lalu Miriam tidak senang dan menjelek-jelekkan Musa (Bil.12). Sekarang Miriam mati di Kadesy, di tempat itu. Rakyat ini tidak tahu diri, rakyat ini tidak tahu terima kasih, rakyat ini tidak punya hati yang sedikit empati kepada pemimpinnya yang sedang berduka. Wajar kita bilang rakyat ini tidak berguna, betul-betul tidak berperasaan. Soal air minum saja, soal sepele saja, kamu sudah mengeluarkan kata-kata yang begitu menyakitkan. Dalam Mzm.106:32-33 saudara akan bisa melihat jelas apa yang terjadi waktu itu. "Mereka memahitkan hatinya sehingga ia teledor dengan kata-katanya..." Terjemahan Inggris mengatakan "...so he spoke harsly to them." Bangsa ini sudah memahitkan hati Musa. Seharusnya mereka simpati kepada orang yang sedang berduka. Seharusnya mereka berdiam, itulah sopan santun kita sebagai masyarakat. Ini ada pemimpinmu lagi berduka, dan kamu hanya memikirkan tidak ada minum hari ini, itu yang saya bilang 'mo yung.' Kenapa kamu tidak sabar sedikit? Pemimpinmu lagi berduka. Maka wajar kita bilang orang-orang ini memang kelewatan. Orang-orang ini tidak tahu diri karena ini bukan kali pertama peristiwa seperti ini terjadi. Ini adalah kali yang kedua paling tidak. Ini bukan kali pertama Tuhan kasih kamu minum air keluar dari batu. Ini bukan kali pertama Tuhan menyatakan mujizat dan kuasa-Nya melepaskan engkau dari kesulitan. Kamu tolong sabar sedikitlah. Itu sebab pemazmur menyatakan fakta ini, "Mereka memahitkan hati Musa..." Itu adalah boiling point hati Musa di tengah padang gurun yang memang sangat panas. Akhirnya Musa bereaksi begitu keras kepada mereka. Setiap reaksi terjadi karena ada provokasi. Maka pertanyaan saya, wajarkah kalau Musa akhirnya bereaksi marah dan mengeluarkan kata-kata yang begitu kasar? Alkitab mencatat Musa adalah orang yang paling lemah lembut hatinya, lebih daripada semua orang yang pernah ada di atas muka bumi. Tetapi saudara jangan lalu pikir Musa gayanya seperti kewanitawanitaan, "Aduh... mari saudara, kita pergi ke Sinai..." Tidak ada yang mau ikut dia. Bisa membawa dua juta orang keluar, pasti karakter seorang 'Alpha male.' Tetapi Tuhan menyebut dia seorang yang paling lemah lembut yang pernah ada di muka bumi ini kenapa? Sebab di situ kita menemukan bagaimana Tuhan memproses, merubah dan memakai seseorang yang memiliki kelemahan. Apa kelemahan dia? Musa adalah seorang yang gampang sekali mengeluarkan reaksi marah yang sangat berbahaya di dalam hidup dia. Jelas sekali, kemarahan dia begitu besar membuat dia membunuh 20 orang Mesir waktu dia lihat orang itu memukul orang Yahudi yang lemah (Kel.2:11-12). Marah itu wajar, sebab dia melihat ketidak-adilan. Ada orang yang lemah, tidak sanggup membela dirinya dipukul, dia pasti marah dan membunuh orang Mesir karena ketidak-adilan yang dilihatnya itu. Tetapi bisakah kemarahan menyala-nyala karena melihat ketidak-adilan terjadi membenarkan dia membunuh orang itu? Toh akhirnya kita lihat karena reaksi tindakannya, Musa harus membayar 40 tahun melarikan diri ke padang belantara Midian sebelum akhirnya Tuhan memanggil dia. Karena cara Tuhan untuk menghadap Firaun tidak pakai senjata tetapi pakai tongkat. Kel.11:8b "Lalu Musa meninggalkan Firaun dengan marah yang menyala-nyala..." Ini marah yang tidak perlu muncul karena kebodohan dan kedegilan orang. Tuhan kan sudah bilang orang itu memang dablek, dia pasti tidak akan mendengarkan firman Tuhan. Orang itu memang degil, dia tidak akan melepaskan bangsa Israel dengan begitu saja. Tuhan suruh kasih firman untuk memperingatkan dia tetapi Tuhan sudah bilang kepada Musa, Firaun akan mengeraskan hati dan tidak mendengarkan peringatan itu. Tetapi penolakan Firaun tidak perlu membuat Musa menjadi marah. Itu urusan Tuhan dengan Firaun. Tetapi di sini Tuhan minta Musa sendiri catat celah-celah Musa memiliki sifat seperti ini. Dalam Kel.32:19 waktu Musa melihat bangsa Israel menyembah lembu emas, "...maka bangkitlah amarah Musa, dilemparkannyalah dua loh batu itu dari tangannya dan dipecahkannya pada kaki gunung itu." Kemarahan ini adalah kemarahan yang suci sebab kemarahan ini bereaksi kepada dosa dan tindakan penyembahan berhala bangsa Israel. Tetapi kemarahan yang suci ini jangan sampai akhirnya disertai dengan satu tindakan yang merugikan dan merusak hal yang bernilai dan berharga yang ada di tanganmu. Apa yang bernilai dan berharga di tangan dia? Loh batu yang dibuat oleh Tuhan dan ditulis oleh Tuhan sendiri itu. Dan Kel. 34 memberitahukan kepada kita meskipun Tuhan tidak menegur Musa atas tindakannya itu, dengan cara Tuhan menyuruh dia memahat sendiri batu yang baru berarti Tuhan tidak setuju Musa memecahkan loh batu itu. Dan kali ini Tuhan tidak mau lagi menulis sepuluh hukum di situ melainkan Musa disuruh menulisnya sendiri. Loh batu itu adalah barang yang paling berharga. Siapa yang punya bola basket yang ada tanda tangan asli Michael Jordan? Tinggal tunggu Michael Jordan mati, harga bolamu langsung naik. Barang-barang yang ada tanda tangan dari orang-orang terkenal pasti akan menjadi barang investasi yang bernilai tinggi. Saudara mengerti maksud saya? Loh batu bertulis sepuluh hukum dari tangan Tuhan sendiri, itu merupakan harta peninggalan dunia yang tidak ternilai dibanding dengan apapun. Terracota saja priceless, lukisan Monalisa saja priceless, bayangkan kalau sampai sekarang loh batu yang asli ditulis sama Tuhan masih ada. Sayang sekali sudah pecah. Perhatikan kalimat saya ini: Musa boleh bereaksi terhadap dosa dan kejahatan orang Israel, tetapi di belakang reaksi itu menyebabkan dia membuang dan melepaskan 'something good in your life.' Tetapi itu kita manusia, bukan? Jangankan kita, Musa yang Tuhan sebut sebagai orang yang paling lemah lembut bisa jatuh. Kita manusia berdosa, kita punya kelemahan, tetapi Tuhan mengajarkan kepada kita melalui firman Tuhan ini: be careful dengan sisi-sisi yang begitu lemah di dalam hidupmu, yang jangan sampai melalui sisi itu kita mengambil keputusan di dalam hidup, kita bertindak, kita bereaksi sebagai sesuatu kefatalan yang tidak mungkin bisa diperbaiki lagi. Ada titiktitik tertentu dimana kita belajar berhenti di situ. Itu sebab tidak heran mengapa Paulus mengatakan kalimat pendidikan yang bagus sekali kepada para ayah, waktu engkau marah kepada anakmu, hati- 21 hati jangan sampai engkau hancurkan semangatnya (Kol.3:21). Paulus tidak bilang kita tidak boleh marah sama anak kita, Paulus tidak bilang orang tua tidak boleh mendisiplin anak, Paulus tidak bilang orang tua tidak boleh tegur anak dengan kalimat yang tegas, keras dan berat. Tetapi hati-hati membedakan garis teguran kasih yang merubah dia dengan teguran amarah yang menghancurkan semangat dia. Musa boleh marah karena ketidak-adilan. Musa boleh marah oleh sebab dosa bangsa Israel. Tetapi Musa tidak boleh karena alasan itu menyebabkan dia melakukan sesuatu yang destruktif dan merugikan. Sekarang, kita lihat peristiwa kemarahan Musa di Meriba Kadesh. Itulah kemarahan yang fatal, yang membuat Tuhan menegur dia dan konsekuensinya adalah Musa tidak boleh masuk ke tanah Kanaan. Kita coba membandingkan beberapa hal berkaitan dengan peristiwa ini. Pertama, Ul.3:26 memperlihatkan teliti niat dari para penafsir, kalimatnya demikian, "...tetapi murka Tuhan terhadap aku oleh karena kamu..." Because of YOU hai orang Israel, ini keluar dari mulut Musa. Kedua, Mzm.106:33, ini yang tulis orang lain, "Mereka memahitkan hatinya sehingga Musa teledor dengan kata-katanya..." Penulis mencatat fakta situasi konteks dua-dua pihak sudah salah. Pihak orang Israel yang sudah menyakitkan hati Musa dan pihak Musa yang bereaksi mengeluarkan katakata yang kasar kepada mereka. Itu pengamatan dari penulis mazmur ini yang Tuhan minta menuliskan fakta ini. Ketiga, dalam Ul.32:51 apa yang Tuhan sendiri katakan mengenai hal ini? "Oleh karena kamu telah berubah setia terhadap Aku di tengah-tengah orang Israel dekat mata air Meriba di Kadesh di padang gurun Zin dan oleh sebab engkau..." Tuhan bilang kepada Musa, karena kamu... Moses. Apakah hukuman Tuhan terhadap Musa terlalu keras? Kenapa hukuman itu jatuh kepada hal yang paling Musa kepingin dalam hidupnya? Itu cita-cita dia, keinginan dia, his passion, masuk ke tanah perjanjian Tuhan... so close yet so far, dan Tuhan menghancurkan pengharapan itu. Bukan terlalu keras terhadap Moses? Kenapa Tuhan tidak kasih dia kena kusta saja, biar satu minggu dia menderita akibat kesalahannya itu? Atau Tuhan kasih hukuman yang lainlah. Tetapi mengapa Tuhan justru mengambil yang paling Musa mau, tidak boleh masuk ke tanah perjanjian itu? Musa meratap, Musa memohon, "Aku memohon Engkau o, Lord Yahweh... saya mohon... please, let me see that good land... o Lord Yahweh..." Dia berlutut, dia menangis, dia memohon. Musa mempunyai hubungan yang begitu intim dengan Tuhan. Bahkan Tuhan berkata 'tidak' kepada dia, tetap tidak merubah hubungan yang begitu dekat dengan Tuhan. Berapa banyak orang Kristen, waktu Tuhan bilang 'tidak,' kamu langsung kecewa dan lari dari Tuhan? Kamu tidak pernah duduk di kaki-Nya, meratap, memohon, meminta dengan keintiman kedekatan seperti Musa ini. Tuhan bilang 'tidak,' pun tidak merubah hati Musa datang, datang dan dekat kepada Tuhan. Kenapa Tuhan tidak cabut hukuman-Nya? Sekarang kita bisa pahami konteksnya, bukan? Because of Moses' rampant rage, karena kemarahan dia yang tidak bisa terkontrol di dalam dirinya, lepas dari kondisi dia memang cape dan sedang berduka berkabung. Tetapi di tengah-tengah konteks seperti ini, mudah kita mempersalahkan orang lain terhadap tanggung jawab engkau dan saya untuk belajar tahan diri, jangan sampai kita meledak melakukan kesalahan yang fatal. Tuhan tahu mereka provokasi, Tuhan tahu mereka kurang ajar, Tuhan tahu merekalah yang membuatmu menjadi marah. Tetapi tetap kamu bertanggung jawab dengan hidupmu sendiri. Karena kemarahanmu telah melakukan dua hal, yaitu engkau melanggar 22 kesucian-Ku dan engkau berubah setia kepada-Ku. Inilah dua sebab hukuman Tuhan kepada Musa. Sebab ini penting berhubungan dengan nama tempat peristiwa itu terjadi. Saudara tahu, tempat pertama bangsa Israel bertengkar dengan Tuhan karena tidak ada air adalah di Meriba Masa. "Meriba" artinya they quarelled with God. Peristiwa Meriba pertama ini jelas yang salah adalah orang Israel, maka namanya Meriba Masa, "Masa" artinya mereka mencobai Tuhan. Peristiwa yang kedua ini terjadi di Meriba Kadesh. "Kadesh" berarti qadosh, kesucian dan kemuliaan Tuhan. Berarti yang terjadi di sini adalah memang mereka bertengkar, memang mereka mencobai Tuhan, tetapi sekaligus ada satu kesalahan dosa yang jauh lebih besar dan itu dilakukan oleh hamba-Nya di depan publik: melanggar kesucian Tuhan. Penghinaan terhadap kesucian Tuhan itu dilakukan Musa di depan publik. Itu sebab Tuhan yang adil dan suci itu sekalipun Musa begitu dekat dan intim dan adalah seorang pemimpin, Tuhan bilang 'TIDAK.' Dimana letak persoalan sampai disebut Musa melanggar kesucian Tuhan? Bil.20:7-11 Tuhan menyuruh Musa di depan seluruh bangsa Israel untuk mengatakan kepada batu itu untuk mengeluarkan air. Nanti di dalam surat Korintus, Paulus menjadikan batu itu sebagai simbol dari Yesus Kristus (1 Kor.10:4). Batu itu bukan batu sembarangan. Batu itu menjadi simbol kehadiran Tuhan. Itu sebab dengan memukul batu itu dua kali menunjukkan Musa dengan kemarahan yang tidak terkontrol, memukul berarti Musa menghina simbol kehadiran Tuhan. Ini adalah point yang paling penting. Jangan sampai di dalam tindakan kesalahan kita, kita menajiskan nama Tuhan, kita menghina kesucian Tuhan di depan publik. Sebagai hamba Tuhan di dalam pelayanan kita pun harus belajar melayani Tuhan dengan selalu memperhatikan hal ini. Bil.20:10 Musa mengeluarkan kalimat, "...kamikah yang harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?" Kenapa sampai Harun juga kena hukuman yang sama dengan Musa? Kasihan sekali Harun, padahal Musa yang bicara dan melakukan tindakan itu. Kenapa Harun juga kena hukuman Tuhan? Saya lebih cenderung menafsir Harun juga kena hukuman Tuhan karena Harun sudah terlalu lama bertindak sebagai seorang pemimpin yang tidak belajar untuk mencegah dan menghalangi sesuatu yang salah. Peristiwa bangsa Israel membuat lembu emas, Harun excused, "...mereka memaksa aku." Maka dalam peristiwa Meriba Kadesh ini Harun juga kena hukuman Tuhan karena Harun adalah seorang yang tidak mengingatkan Musa sebagai pemimpin untuk berhati-hati dengan kalimat dan tindakannya. Itu sebab bagi saya ini menjadi point yang penting juga saya dan saudara belajar menjadi seorang Kristen di tengah-tengah pada waktu saudara-saudara kita, teman yang kita kasihi, waktu mereka mungkin berjalan salah, kita belajar untuk menegur dan mengingatkan dia kembali kepada Tuhan. Jangan biarkan tindakan kita, perbuatan kita yang salah itu kemudian kita anggap kita tidak 100% bertanggung jawab di dalam hidup kita. Belajar menjadi orang Kristen yang tidak menjatuhkan dan mempersalahkan orang lain di dalam tindakan dan reaksi yang kita ambil. Mari kita berhenti dari setiap dalih yang keluar dari mulut kita. Sampai terakhir Musa masih bilang orang Israel, 'karena kamu' saya mengerti karena Musa begitu mau, begitu kepingin, dia doa sambil menangis meratap tetapi Tuhan bilang, "Tidak. kamu tidak boleh masuk tanah itu... It is because of you." Belajar menerima apa yang salah merupakan langkah yang paling penting di dalam hidup kita melakukan apa yang benar dan baik selanjutnya. Tetapi meminta yang sudah lewat itu dihapus dari hidup kita, tidak bisa. Namun tidak berarti di dalam langkah yang salah itu tidak ada anugerah Tuhan yang indah. Coba saudara bayangkan kalau sewaktu Musa pukul batu itu, air tidak keluar. Tuhan 23 tidak mempermalukan hamba-Nya. Tuhan tidak berkenan kepada tindakan Musa, tetapi tetap Tuhan pakai hamba-Nya demi supaya anugerah datang. Kadang-kadang begitu juga di dalam hidup kita. Kita dipakai-Nya tetapi mungkin Tuhan tidak berkenan. Itu adalah hal yang menyedihkan. Jauh lebih penting kita dipakai Tuhan dan berkenan kepada Tuhan. Di dalam hal yang salah Tuhan kadangkadang menyatakan satu berkat, tetapi tidak berarti Tuhan memberkati kesalahan itu. Di dalam kesalahan Musa tetap Tuhan memberi anugerah. Ini menjadi keindahan luar biasa. Kenapa setelah ditegur oleh orang Kristen yang lain lalu akhirnya hubunganmu menjadi dingin dengan dia? Mengapa kata-kata yang begitu baik memperbaiki saudara membuatmu menjadi marah, dalih terhadap segala tindakanmu dan akhirnya menjadi tidak suka sama orang itu. Itulah kita manusia. Tetapi Tuhan bilang 'tidak,' tidak merubah relasi Tuhan tetap dekat dengan Musa. Di dalam teguran Tuhan ada kasih yang memperbaiki. Di dalam kasih Tuhan kepadamu, ada koreksi kepadamu sebagai anak-Nya. Itulah Tuhan. Mari kita tidak lihat di sini betapa kejamnya Tuhan memutus habis pengharapan seseorang. Jangan lihat seperti itu. Tetapi lihatlah Tuhan sedang berdiri menjadi Tuhan yang memang harus diper-Tuhan-kan di dalam hidup kita, yang mendidik kita supaya mencintai Dia sebagai Tuhan di dalam hidup engkau dan saya. 24 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 26/12/2010 Pdt. Effendi Susanto STh. Orang-orang beriman yang kepada mereka Allah berkata ”tidak” (5) Nats: 1 2 3 1 Taw. 17: 1-3 Thema: Daud Setelah Daud menetap di rumahnya, berkatalah ia kepada nabi Natan: “Lihatlah, aku ini diam dalam rumah dari kayu aras, padahal tabut perjanjian TUHAN itu ada di bawah tenda–tenda.” Lalu berkatalah Natan kepada Daud: “Lakukanlah segala sesuatu yang dikandung hatimu, sebab Allah menyertai engkau.” Tetapi pada malam itu juga datanglah firman Allah kepada Natan, demikian: Daud berkata, “Lihatlah aku ini diam di dalam rumah dari kayu aras padahal Tabut Perjanjian Tuhan itu ada di bawah tenda.” Lalu berkatalah Natan kepada Daud, “Lakukanlah segala sesuatu yang dikandung hatimu sebab Allah menyertai engkau.” Tetapi pada malam itu juga datanglah firman Tuhan kepada nabi Natan (1 Taw.17:1-3). Dan di dalam firman itu dua hal yang penting muncul. Pertama, Tuhan memberikan pengertian konsep yang jelas: Dia tidak tinggal di dalam rumah buatan manusia sebab Dia lebih besar daripada segala sesuatu. Tetapi alasan yang kedua muncul di dalam 1 Taw.22:6-8, Daud berkata kepada Salomo, “Anakku, aku sendiri bermaksud hendak mendirikan rumah bagi nama Tuhan, Allahku, tetapi firman Tuhan datang kepadaku, demikian: Engkau tidak akan mendirikan rumah bagi nama-Ku sebab telah kautumpahkan sangat banyak darah di hadapan-Ku…” Ini satu seri khotbah yang tidak saya rencanakan hingga sepanjang ini dan boleh dikatakan ini adalah salah satu khotbah yang saya persiapkan selama dua minggu ini dengan keinginan yang sangat saya antisipasi karena ada satu kalimat dari nabi Natan yang menggugah hati saya dan bagi saya kalimat ini penting sekali mengajak kita di akhir tahun ini memikirkan kembali, mengkoreksi kembali, membangkitkan hati kita kembali kepada Tuhan: Lakukanlah segala sesuatu yang dikandung hatimu. Itu adalah kalimat Natan yang bagi saya indah luar biasa. Lalukanlah apa yang dipandang baik dari hatimu. Setiap akhir tahun seperti ini saya juga terus bertanya di dalam hati bagaimana dengan sikap, bagaimana dengan motivasi, bagaimana dengan apa yang saya kerjakan melayani Tuhan? Apa yang menjadi cita-cita di dalam diriku? Apa yang menjadi dorongan yang paling besar dalam hatiku dan hatimu? Sudahkah aku sungguh-sungguh mencintai dan mengasihi dan melayani Tuhan? Apakah hati pelayananku itu tidak berubah? Setiap kali kalimat-kalimat pertanyaan ini datang di dalam hati saya menjadi satu pertanyaan yang mengajak saya untuk memikirkan kembali panggilan Tuhan di dalam pelayanan saya, mengapa saya menjadi hamba Tuhan. Apakah sebagai hamba Tuhan saya sudah sungguh-sungguh menjadi seorang hamba Tuhan yang Tuhan memang inginkan? Hal ini menjadi 25 penting luar biasa. Mungkin sekarang ini persepsi orang agak negatif mengenai orang yang mau jadi hamba Tuhan karena banyak orang berpikir menjadi hamba Tuhan sekarang berarti pasti motivasi hidupnya akan lebih terjamin dan lebih kaya daripada orang lain. Tetapi kalau engkau tanya kepada hati saya sejujurnya waktu dua puluh tahun yang lalu mengambil keputusan menjadi hamba Tuhan, saya bersyukur kepada Tuhan tidak ada keinginan dan motivasi seperti itu. Saya bersyukur kepada Tuhan bahwa pada waktu keputusan mau menjadi hamba Tuhan, dambaan, kerinduan dan kecintaan untuk terus mau melayani Tuhan, mempersiapkan khotbah dengan baik, itu tetap ada dan terus ada di dalam hati saya. Keputusan menjadi hamba Tuhan dua puluh tahun yang lalu itu bukan keputusan yang gampang bagi saya. Saya masih ingat itu adalah pergumulan hampir satu tahun lebih lamanya. Sebenarnya mulai sampai akhirnya saya takluk dan kemudian serahkan diri kepada Tuhan adalah waktu sedang jalan di tengah malam jam sepuluh saya ketabrak metro mini. Saya jatuh dan kacamata saya terlempar dan hilang entah kemana. Waktu SMA itu adalah momen-momen saya menggumuli firman Tuhan dan di masa remaja itu keinginan saya satu yaitu bagaimana membuktikan Alkitab itu benar secara science (ilmu pengetahuan). Jadi itu keinginan saya, sehingga saya suka sekali membaca buku-buku yang berhubungan dengan hal-hal seperti itu. Memang waktu kelas tiga SMA ada terbersit kerinduan mau menjadi hamba Tuhan tetapi itu saya pendam dalam-dalam karena sebagai anak pertama dan papa saya sudah menderita kanker sejak umur 44 tahun saya menekan perasaan itu karena tidak mungkin. Saya tahu saya harus selesaikan sekolah menjadi tulang punggung bagi keluarga. Saya kemudian ke Jakarta, kuliah di Trisakti jurusan Teknik Mesin, paman saya yang membiayai. Kira-kira di semester dua ada Seminar Pembinaan Iman Kristen yang dipimpin oleh Pdt. Stephen Tong. Saya tidak kenal siapa beliau tetapi paman saya waktu itu membeli tiket untuk dia dan isterinya mengikuti seminar tsb. Tetapi pada harinya, isteri paman saya sakit perut dan paman saya sedikit memaksa saya untuk ikut karena ada tiket sudah dibeli sayang kalau tidak dipakai. Hari pertama ikut seminar, saya tidak mengerti pak Tong ngomong apa, tetapi semangat pak Tong mengkobarkan hati saya. Hari kedua ada dedikasi dan panggilan pelayanan, saya tidak berdiri. Tetapi di hari ketiga, tidak bisa tidak, saya akhirnya berdiri dan dipanggil maju ke altar menyerahkan diri untuk menjadi hamba Tuhan. Pulang dari seminar sepanjang jalan berdua terus diam. Ada satu kali di dalam mobil paman saya bertanya, “Kamu tadi berdiri dan maju ke depan, untuk apa?” Saya menjawab, “Saya mau jadi hamba Tuhan.” Diam lagi. Beberapa waktu setelah itu, saya memikirkan dan ingin menarik lagi keputusan itu karena terlalu banyak alasan tidak mungkin. Waktu itu saya berjalan sendiri di dalam kegelapan, saya bilang sama Tuhan, “Maaf, Tuhan, saya tidak jadi… saya tidak mungkin jadi hamba-Mu.” Waktu ngomong begini sama Tuhan, tiba-tiba Metro Mini menabrak saya. Saya terjatuh dan dengan gemetar mencari kacamata minus 6 yang terlempar entah dimana. Sampai di rumah saya berlutut dan bergumul sampai jam dua pagi saya baru akhirnya berkata, “Ya, Tuhan, saya serahkan diriku jadi hamba-Mu.” Dan itu keputusan yang tidak saya tarik lagi seumur hidupku. Kenapa? Karena waktu malam itu ditabrak Metro Mini, pikiran yang muncul begitu sederhana, menjadi suatu peringatan dari Tuhan, “It is very simple and very easy untuk ambil nyawamu. Kalau saat itu kamu mati ditabrak, apa yang menjadi cita-citamu, keinginanmu di depan, tidak ada arti dan gunanya lagi. Siapa yang pegang 26 hidupmu? Itu yang menjadi lebih penting. Kepada siapa engkau menaruh hidupmu dan mempercayakan hidupmu, itu jauh lebih penting daripada cita-citamu, keinginan hatimu, pengharapanmu terhadap hidup itu, sedangkan hidup itu sendiri adalah hidup yang tidak mungkin engkau genggam dan pegang.” Tetapi pergumulan setelah keputusan itu tidak gampang. Itu adalah awal permulaan badai. Papa saya begitu marah dan tidak setuju dengan keputusan saya. Meskipun dia adalah seorang majelis gereja, dia tidak rela anaknya sendiri menjadi hamba Tuhan. Mau makan apa nanti kalau jadi hamba Tuhan? Akhirnya sampai keluar ultimatum, “Kalau kamu tetap dengan keputusan itu, mulai hari ini saya bukan papamu lagi.” Sampai setahun di SAAT, tidak pernah papa saya bicara menelpon. Waktu saya mengambil keputusan itu, hanya ada satu keinginan saya yaitu menjadikan hidupku ini indah dan berarti bagi Tuhan. Apa artinya dan gunanya saya merencanakan segala sesuatu untuk hidupku kalau hidup itu sendiri tidak dijadikan sebagai satu hidup yang dipersembahkan bagi Dia yang memimpin dan memegang hidupku? Sejak dari itu, saya masuk ke SAAT dan mempersiapkan diri, mewujudkan apa yang menjadi kerinduan saya bagaimana bisa membawa orang khususnya mereka yang mengalami kesulitan berkaitan dengan iman Kristen dengan science (ilmu pengetahuan). Hari ini waktu mempersiapkan khotbah ini, kalimat nabi Natan sangat menyentuh hati saya. Dan saya harap ketika saudara memasuki tahun yang baru, renungkan kalimat ini, “Do what thought in your heart.” Kalimat itu begitu dalam bagi saya. Itulah yang membedakan antara ide dengan cita-cita; itulah yang membedakan antara impulse dengan cita-cita. Ada orang mau jadi hamba Tuhan, setiap kali mendengar keputusan itu kita bersyukur tetapi sekaligus mengingatkan dia, hati-hati mengambil keputusan seperti itu. Jangan sampai itu hanya sebagai impulse di dalam hatimu. Apa artinya impulse? Impulse adalah suatu ide yang besar, suatu keinginan yang besar, tetapi gampang sekali hilang dengan berlalunya waktu sebab impulse tidak memiliki passion yang persistent, yang ada kesabaran, ketahanan di dalamnya. Itulah bedanya impulse dengan passion. Banyak sekali keputusan-keputusan kita ambil berdasarkan impulse, bukan? Ada semangat, ada keinginan, meledak, tidak berapa lama pelan-pelan hilang. Itu impulse. Dengarkan kalimat Natan, “Do thought in your heart.” Ada ‘thought in heart’ dan ada ‘do.’ Thought itu bukan ada di dalam dunia abstrak tetapi thought itu ada di dalam hati, menjadikannya passion. Apa itu passion? Passion is the drive to make thought yang abstrak itu dimaterialisasi di dalam hidupmu. Passion menjadi dorongan yang membuat ide yang abstrak di dalam hatimu menjadi terwujud di dalam hidupmu. Dari kalimatnya kita bisa melihat nabi Natan tahu keinginan raja Daud membangun rumah Allah bukan hanya sampai di ide saja, berarti ini sesuatu yang dia diskusikan dengan Natan hari itu tetapi menjadi passion Daud sekian lama, itu menjadi keinginan hatinya. Itu sebab di sini, waktu kalimat itu keluar dari diri Daud, saudara lihat Natan sebagai nabi pun setuju. “Do thought in your heart.” Mulai segala sesuatu pasti berangkat dari ide, tetapi ide hanya akan menjadi ‘panas-panas tahi ayam’ di dalam diri kita kalau tidak berkembang menjadi passion. Saya harap saudara memegang semua prinsip ini baik-baik menjadi hal yang penting bagi dirimu. Ada lima hal saudara harus pegang baik-baik. Pertama, ide. Ide itu abstrak, ide itu indah dan besar, dan tidak ada sesuatu berjalan tanpa hal ini. Tetapi yang kedua, ide tidak bisa jalan kalau tidak ada passion. Banyak orang suka datang kepada saya untuk kasih ide, “Pak, bagaimana kalau di gereja kita bikin acara ini dan itu…” Setiap kali ada 27 orang seperti itu, saya selalu bilang, “Coba lakukan sendiri…” Dari situ saya ingin menilai apakah itu benar-benar passion dia atau tidak. Kalau dia cuma cengar-cengir berarti yang ada di kepalanya hanya ide-ide saja. Ketiga, passion akan berbeda dengan mimpi kosong sebab di sini ada berkaitan dengan faktor resources dan kemampuan. Daud mampu membangun Bait Allah? Mampu. Daud ada uang dan resources? Ada. Saudara mau melakukan sesuatu untuk dirimu, saudara mau bekerja bagi Tuhan, apapun pekerjaan itu, jangan lupakan prinsip ini. Walaupun saudara punya banyak ide, walaupun saudara begitu passion, tetapi jikalau saudara tidak punya kemampuan dan tidak punya resources, hal itu tidak jalan. Keempat, ada timing dan proses waktu. Kalau saudara baca, Bait Allah itu baru terwujud setelah dua puluh tahun. Dan jangan lupa, Daud menghabiskan masa hidupnya mengumpulkan material bahan bangunan dan segala yang diperlukan. Jadi ada dua aspek di sini: timing dan proses waktu. Banyak hal kita punya ide, banyak hal kita punya cita-cita, saudara mau mengerjakan sesuatu untuk hidupmu, untuk pelayananmu, dsb tetapi semua itu tidak bisa terealisir kalau saudara tidak punya komitmen dan passion untuk mengerjakannya. Kalau kita sudah ada passion, mari kita coba melihat apakah kita sanggup atau tidak dan tetap kita harus memikirkan ada timing dan proses waktu. Timing itu sulit dan tidak bisa diilmiahkan. Timing itu berbeda dengan proses waktu, timing adalah momen. Saudara dan saya akan setuju, banyak hal bisa tiba-tiba terjadi di dalam hidupmu memang di dalam satu moment tetapi setelah satu moment, ada proses waktu yang panjang yang menuntut konsistensi dan kesetiaan menjalaninya. Kelima, kalimat dari Natan itu kita pegang sebagai orang percaya, ”...if God bless you.” Jikalau Allah menyertaimu. Selama seorang nabi mendapatkan wahyu Tuhan, mereka berada di dalam posisi segala yang keluar dari mulutnya pasti tidak akan bersalah sekali pun manusia penuh dengan kelemahan. Ketika wahyu Tuhan datang, wahyu itu adalah firman Tuhan. Tetapi ketika seorang nabi tidak mendapatkan wahyu di dalam hidup kesehari-hariannya, mungkin nabi itu bisa salah di dalam perkataannya. Dalam hal ini nabi Natan salah. Itu sebab pada malam harinya Tuhan datang mengkoreksi dia, karena Natan sudah kadung bicara kepada Daud, “Lakukan sesuai dengan passion di hatimu. Tuhan menyertai engkau.” Malamnya Tuhan bilang, “Tidak.” Di satu pihak tidak salah Natan bilang seperti itu, sebab Daud punya kemampuan, dia seorang raja, dia memiliki resources, dia bisa. Dan bukan itu saja, dia punya cita-cita, dia punya keinginan akan hal itu, dia punya pikiran yang masak-masak memikirkan akan hal itu. Itu sebab Natan melihat semua itu ada di dalam diri Daud, maka dia percaya Tuhan akan menyertai dia. Tetapi malam itu Tuhan bilang, “Tidak.” Ini merupakan hal yang mengejutkan dan kita perlu belajar dari bagian ini. Daud apakah berhenti waktu Tuhan mengatakan “tidak”? Saudara akan menemukan dalam 1 Taw.28:12 Daud tetap mempersiapkan segala sesuatu seturut dengan apa yang ada di dalam pikirannya. Dan saudara akan menemukan lagi waktu Salomo akan membangun Bait Allah itu, maka segala yang ada di dalam pikiran Salomo juga dikeluarkan dan diwujudkan. Waktu Tuhan bilang ‘tidak,’ Daud belajar menerima bahwa dia bukan orang yang tepat untuk pekerjaan membangun Bait Allah. Ini tidak ada kaitannya dengan cinta Daud kepada Tuhan; tidak ada persoalan dengan hati Daud yang cita-cita mau mengerjakan pekerjaan Tuhan. Ini tidak menyebabkan dia undur mempersiapkan segala sesuatu sampai akhir hidupnya 28 untuk pekerjaan Tuhan. Terbalik dengan kita, bukan? Waktu gagal dan melihat tidak ada kemungkinan, apa yang kita lakukan? “Yah, wis… sudah.” Kita pergi, kita tinggalkan. Tetapi kalau saudara baca semua sampai akhir Daud siapkan semua baik-baik. Di tahun ini mungkin ada ide, ada keinginan, ada cita-cita bagi hidupmu yang tidak tercapai, bukan karena kamu tidak mampu, tetapi mungkin kamu kurang passion enough. Gampang di tengah jalan kita berhenti dan gampang di tengah jalan karena ada hambatan, kita tidak mengerjakannya lagi atau kita pikir karena toh nanti kita tidak menikmati hasilnya, atau kita tidak mengerjakannya karena kita sudah tidak merasa berada di posisi itu, akhirnya kita lose aspek yang penting ini. Tahun ini akan segera lewat tetapi segala kalimat dari firman Tuhan ini mengingatkan kita sekalian, genapkan, selesaikan, lakukan segala sesuatu yang ada di dalam hatimu. Kita punya ide, kita punya pengharapan terhadap sesuatu di dalam hidup kita, namun saya juga akan bertanya kepadamu hari ini: apa ide, apa pengharapan, apa keinginanmu, apa cita-citamu bagi Tuhan Allah yang sudah mengasihi dan mencintaimu? Mari kita belajar dikuatkan dan digerakkan kembali oleh firman Tuhan. Tuhan bilang kepada Daud, “Tidak. Aku tidak berkenan engkau membangun Bait-Ku karena tanganmu penuh penumpahan darah.” Daud mengerti, mengerti, mengerti. Daud tidak kecewa, Daud tidak marah, Daud tidak patah semangat, Daud tidak berhenti. Itu sebab satu-satunya tempat dimana dia tidak akan menumpahkan darah adalah bukit Moria di Yerusalem, tanah yang dia tidak rebut dengan paksa, bahkan walaupun Ornan, pemiliknya memberikan tanah itu kepada Daud, tetap Daud tidak mau. Dia membeli tanah di bukit Moria itu dan membayar penuh tempat itu menjadi milik Tuhan, tidak merebut paksa, tidak memakai kekerasan dan kekuatan (1 Taw.21:25). Daud mempersiapkan banyak hal bagi Bait Allah, dari tempat-tempat dimana dia menang dalam peperangan, Daud mengumpulkan emas, perak dan barang-barang berharga. Lalu sampai di 1 Taw.21 terjadi satu hal yang menyedihkan, Daud tergoda dan minta panglima Yoab untuk menghitung semua harta dan pasukan yang dia punya. Hal itu jahat di mata Tuhan sehingga Tuhan marah. Daud mengaku salah dan mengaku bahwa perbuatannya sangat bodoh luar biasa (ayat 8). Tergoda sedikit melihat hasil usaha yang sudah diberkati Tuhan, mau ambil sepenuhnya nama bagi diri sendiri. Di tengah kesuksesan seseorang selalu ada memperingatkan, di tengah satu keberhasilan seorang hamba Tuhan tetap selalu ada memperingatkan di situ. Daud bilang, “I’m so stupid, so foolish!” Semua prestasi dia mau jadi kebanggaan diri sendiri, Tuhan tegur dan Tuhan hukum dia dengan memberikan tulah sampar kepada orang Israel. Maka di situlah Daud membangun mezbah dan membawa persembahan bagi Tuhan di bukit Moria, di tempat dimana tulah Tuhan tidak terjadi, di tempat dimana tidak ada darah tertumpah, di situlah Daud memutuskan tempat itu untuk membangun rumah Tuhan. Daud sadar akan kesalahannya. Dia mencintai dan menghargai Tuhan. Bait Allah, Bait yang kudus, Bait yang Tuhan mau dikerjakan dan dilakukan tanpa ada satu hal yang melanggar prinsip yang Tuhan inginkan supaya itu menjadi tempat kudus bagi Tuhan. Maka Daud siapkan apa yang penting bagi segala pekerjaan Tuhan. Dalam Taw.29:1, 1 Daud berkata, “Pekerjaan ini besar… sebab bukanlah untuk manusia bait itu, melainkan untuk Tuhan Allah.” Besar boleh kita terjemahkan, ‘this is huge.’ Besar bisa juga diterjemahkan, ‘this is great.’ Huge berarti projeknya memang besar, tetapi great berarti ini adalah hal yang paling mulia 29 dikerjakan. Daud sadar akan hal itu karena dia tahu semua itu dikerjakan buat Tuhan. Mari kita yang melayani Tuhan sama-sama, mari kita yang hidup sebagai anak Tuhan sama-sama, kita memiliki hati yang mau untuk sesuatu yang indah bagi Tuhan. Kita cintai, hargai pekerjaan pelayanan itu sebab itu adalah hal yang mulia yang Tuhan beri kepada kita. Dan pada waktu kadang-kadang Tuhan berkata ‘tidak’ kepada sesuatu yang engkau inginkan, rencanakan dan engkau sudah pikirkan dan mampu lakukan untuk hidupmu, mari kita tidak lihat itu sebagai satu kegagalan final di dalam hidup kita tetapi kita berteduh dan belajar memikirkan apa yang Tuhan mau di situ. Tidak berarti kita tidak mencapai akan hal itu berarti kita gagal dalam hidup ini, tetapi ‘tidak’-nya Tuhan itu berarti mungkin tidak semua kita sanggup kerjakan dengan tangan kita sendiri. Itu sebab Tuhan hanya bilang kepada Daud, kumpulkan, siapkan, selesai. Itu tanggung jawabmu. Dan jangan lupakan prinsip yang terakhir dan terpenting ini: if God bless you. If God bless you… 30 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 02/01/2011 Pdt. Effendi Susanto STh. Orang-orang beriman yang kepada mereka Allah berkata ”tidak” (6) Nats: 7 8 9 10 2 Korintus 12:7-10 Thema: Doa yang tidak dikabulkan Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan–penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia–Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa–Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat. Sering kita mendengar orang bersaksi disembuhkan oleh Tuhan, tetapi jarang kita mendengar orang bersaksi dia tidak disembuhkan oleh Tuhan. Umum kita mendengar orang bersaksi di tengah kesukaran, kesulitan hidup Tuhan memberikan kekuatan dan kelepasan kepadanya, tetapi jarang kita mendengar dan menyaksikan orang maju ke mimbar untuk bersyukur karena Tuhan memberi kegagalan di dalam hidupnya. Tidak gampang dan tidak mudah bersaksi bahwa Tuhan tidak menyembuhkan penyakitmu di tengahtengah jemaat yang terlalu gampang bermegah kepada hal-hal eksternal yang bersifat supranatural seperti jemaat Korintus. Sehingga ada seorang penafsir waktu membaca bagian firman Tuhan dalam mengatakan ini merupakan resiko Paulus sebagai hamba Tuhan sebab ia menyatakan 2 Kor.12 kegagalan, menyatakan doa yang tidak dijawab oleh Tuhan, di tengah-tengah jemaat yang terlalu membanggakan dengan tidak sehat akan karunia-karunia dan masalah supranatural. Itu sebab di pasal 12 Paulus “terpaksa” karena dia bukan mau membesar-besarkan tetapi memang ini fakta, yaitu Tuhan berkali-kali datang kepadanya memberi wahyu. Jikalau mau bermegah, aku patut bermegah karena sebagai rasul, berkali-kali Tuhan memberi wahyu kepadaku. Ini adalah konteksnya. Kepada jemaat yang sangat melihat kekaguman kepada kesuksesan hamba Tuhan seperti itu, Paulus selain bicara mengenai kemegahannya dia pun memberikan satu fakta realita di dalam hidupnya dan di situ justru menjadi kebanggaan dia yaitu ada duri di dalam dagingnya yang Tuhan beri kepada dia. Di ayat 6 ada satu pelajaran hidup yang sangat indah yang Paulus berikan kepada kita yaitu jangan pernah bermegah jikalau hal itu menyebabkan orang menilai kita lebih tinggi daripada yang sepatutnya karena pada suatu hari kalau ketahuan kita akan rugi. Lebih baik walaupun mungkin 31 engkau sakit hati tidak terlalu enak orang menilai hidup kita lebih rendah daripada apa yang kita miliki tetapi suatu hari orang itu akan malu kepada kita. Paulus bukanlah seorang hamba Tuhan yang patut untuk menaikkan tegangan atau dipuja-puja karena segala kesuksesan yang dia raih. Paulus tidak mau akan hal itu dan baginya itu adalah satu kebodohan. Lebih baik orang tidak menilai kita lebih tinggi daripada yang kita ada dan yang mereka lihat dari kita. Biar satu kali kelak orang yang mungkin menganggap saudara tidak punya apa-apa, tidak punya kemampuan, tetapi setelah bergaul dan bekerja bersama-sama, mereka melihat saudara memiliki kualitas yang lebih daripada yang dia pikir, maka orang itu akan malu. Daripada saudara sudah menulis CV terlalu banyak gelar di belakang, tetapi kemampuan kurang daripada level itu, saudara malu banyak. Saudara mungkin cuma lulusan bachelor tetapi kualitas kerja saudara, komitmen hidup saudara, apa yang saudara kerjakan melebihi daripada orang yang memiliki gelar lebih tinggi, sayang sedikit karena tidak selevel dengan penghargaan orang melalui jabatan yang diberikan kepadamu. Tetapi penghargaan terlalu besar diberikan kepadamu namun tidak disertai dengan kualitas dan keunggulan itu malunya lebih banyak. Pertama, pada waktu Paulus bicara mengenai kemegahannya, itu bukan hal yang main-main. Memang harus kita akui terlalu banyak orang menulis buku mengenai pengalamannya naik turun surga. Orang-orang seperti itu menuliskan pengalaman kesaksiannya, kita perlu waspada dan hatihati, tidak boleh terlalu cepat menerimanya. Bagaimana saudara bisa membuktikan pengalaman dia betul atau tidak? Di sini Paulus menceritakan satu kemegahan dia yaitu dia pernah diangkat ke surga di ayat 2-5. Di dalam terminologi orang Yahudi tidak ada perbedaan istilah antara surga dan langit sehingga konsep ‘heavens’ kita menemukan konsep mereka mengerti langit itu ada tiga tingkat. Lapisan langit yang pertama adalah tempat dimana burung-burung beterbangan. Lapisan kedua adalah di atas dari lapisan yang pertama, di situlah benda-benda angkasa, matahari, bulan dan bintang-bintang berada. Maka di mana Allah berada? Allah bersemayam di lapisan langit yang ketiga, berarti melampaui langit tempat burung berada, melampaui langit tempat matahari, bulan dan bintang-bintang berada, Dia bertahta di langit yang ketiga. Paulus mengatakan dia diangkat hingga ke langit yang ketiga artinya Paulus dibawa ke tempat dimana Tuhan berada. Di sana Paulus menerima dua hal yang indah, yaitu dia mendengar unspokable things dan melihat indescribable things di situ. Tetapi Paulus menjadikannya sebagai pengalaman pribadi yang tidak perlu dijadikan sebagai hal yang sentral di dalam khotbah-khotbahnya. Ada orang yang mungkin punya pengalaman seperti itu akhirnya selama 14 tahun tema khotbahnya cuma bicara soal dia naik turun surga melulu. Paulus tidak demikian. Paulus tidak pernah menceritakan pengalaman ini di dalam surat-suratnya selain di bagian ini. Mengapa? Karena dia “terpaksa” harus menyatakan otoritasnya sebagai seorang rasul. Kepada jemaat Korintus yang sudah merongrong bahwa Paulus bukan seorang rasul, maka Paulus harus menegaskan hal itu. Apakah aku harus datang kepadamu dengan membawa rotan? Jangan menghina aku karena aku mempunyai ‘tanda-tanda’ sebagai seorang rasul. Salah satunya aku mendapatkan begitu banyak penglihatan dan wahyu dari Tuhan. Tetapi indahnya, dia tidak membesar-besarkan pengalaman itu. Paulus mengatakan, “Aku tahu tentang seorang Kristen, entah di dalam tubuh, 32 entah di luar tubuh… aku tidak tahu…” (ayat 2) ada penafsir mengatakan kondisi Paulus waktu itu seperti dalam keadaan ekstasi atau dalam keadaan tidak sadar. Saya lebih setuju penafsir yang mengatakan waktu Paulus mendapatkan hal-hal yang begitu ajaib, Paulus tidak mau membesarbesarkannya. Dia meminimalkannya. Yang kedua, pada waktu dia membicarakan mengenai penderitaannya, di satu sisi dia juga ‘mengecilngecilkan’ penderitaannya itu. Kita selalu terbalik, bukan? Pada waktu kita dapat ‘kangtao’ besar kita selalu tidak mau mengaku, tetapi waktu digigit nyamuk sedikit kita sudah teriak-teriak. Biar kita belajar dari bagian ini menjadi satu keindahan seorang Kristen. Waktu dia melihat penglihatan yang begitu indah dan begitu ajaib, dia tidak membesar-besarkannya; tetapi pada waktu dia mengalami penderitaan dan sakit yang begitu berat, dia pun tidak membesar-besarkannya. Dia hanya menggunakan satu metafora yang sederhana, ‘ada duri di dalam tubuhku.’ Namun karena dia tidak mau kasih tahu ‘duri’ itu apa, menyebabkan penafsiran beberapa ratus tahun terakhir ini masih tidak tahu itu apa. Roma Katolik menafsirkan duri itu adalah sama seperti sexual temptations yang dialami oleh para pastor yang tidak menikah, karena Paulus juga tidak menikah. The desire of sexuality itu muncul sebagai ‘utusan setan’ yang begitu berbahaya. John Calvin menafsir mengatakan duri ini sebagai spiritual nyeri sekali, yaitu Paulus di dalam perjalanan ikut Tuhan sama seperti kita, kadangkadang mengalami satu spiritual nyeri sekali yaitu kita tahu Tuhan itu baik, kita tahu Tuhan itu setia kepada kita tetapi kadang-kadang kita tidak merasakan Tuhan itu ada di dalam hidup kita. Itu seperti doa yang kita dengar di dalam mazmur,” Tuhan, Engkau begitu dekat mendengarkan doaku tetapi mengapa Engkau tidak menjawab aku?” Perasaan ragu Tuhan beserta kita, itu cara Calvin menafsir bagian ini. Sama seperti yang Paulus katakan, selama aku berada di dalam tubuh ini Tuhan terasa masih jauh dariku, itu sebab kita berdoa kepadanya, kita tahu janji-Nya, tetapi kenapa itu tidak ternyata di dalam hidup kita, demikian kata Calvin. Menurut Luther, duri ini adalah orangorang yang mau menganiaya dan membunuh Paulus, seperti utusan setan yang terus ikut dia kemana dia pergi. Penafsir modern mencoba melihat dari surat Galatia, Paulus mengatakan, “Lihatlah bagaimana besarnya huruf-huruf yang kutulis kepadamu dengan tanganku sendiri…” (Gal.6:11). Dalam menulis surat-suratnya Paulus memakai juru tulis untuk membantu dia, seperti Tertius yang menulis surat Roma (Rom.16:22). Dari situ kita tahu ada sedikit persoalan dengan mata Paulus dan surat Galatia yang ditulis Paulus dengan tangannya sendiri ditulis dengan huruf-huruf yang begitu besar memperlihatkan ada problem dengan mata dia. Penafsir setuju penyebab kerusakan mata ini karena Paulus telah melihat sinar Tuhan Yesus yang begitu dahsyat dalam perjalanan ke Damaskus menyebabkan Paulus langsung buta matanya (Kis.9:3-9). Dan waktu Tuhan menyembuhkannya, dia memang bisa melihat lagi tetapi tetap tidak bisa lagi kembali seperti semula karena matanya telah melihat sinar yang begitu dahsyat. Namun kita tidak bisa memastikan apakah penyakit Paulus hanya di bagian mata itu ataukah ada di bagian lain dari tubuhnya yang sakit juga, sebab di dalam Gal.4:1314 Paulus menyebutkan satu penyakit tetapi dia tidak sebut penyakit apakah itu. Apakah karena matanya terlalu sakit sehingga bengkak dan menjijikan untuk dilihat sehingga kalimat yang dipakai Paulus di sini pakai bahasa saya, ‘sakitku ini sampai bikin engkau mau muntah.’ Sakit itu begitu menjijikan dan sangat menakutkan, tetapi tidak tahu apa sakit itu. Kalau itu adalah ‘duri’, seorang penafsir mengatakan itu adalah sesuatu yang bukan hanya sesekali datang kepadanya, tetapi ini 33 adalah satu penyakit yang permanen dan sangat tidak enak, seperti kita kemasukan duri atau kayu yang kalau dikorek juga sakitnya tetap ada di situ. Penafsir lain mengatakan mungkin itu adalah penyakit mediterranean demam malaria yang kadang-kadang bisa menyerang orang sampai kepalanya begitu sakit sehingga diantukkan ke dinding untuk meredakannya. Dua ribu tahun yang lalu demam seperti ini tidak ada obat yang bisa menyembuhkan, yang bisa datang seketika tanpa diundang. Tetapi puji Tuhan, Paulus tidak mau kasih tahu dia sakit apa, itu mengajak kita untuk belajar satu hal: di tengah kesulitan sakit penderitaan yang dialami olehnya, dia tidak mau itu menjadi besar, dan dia berusaha mengecilkan akan hal itu. Dia tidak mau hal-hal yang begitu susah terjadi di dalam dirinya itu dideskripsikan dengan begitu besar, melainkan dia hanya mengatakan, ‘it is like a thorn in my flesh.’ Sampai di sini kita mendapatkan beberapa hal yang menarik. Pertama, tidak gampang dan tidak mudah, di tengah-tengah jemaat Korintus yang mengukur kesuksesan seorang hamba Tuhan dari kehebatan pelayanan dia, Paulus justru mengaku bahwa satu doanya minta disembuhkan dijawab ‘tidak’ oleh Tuhan. Tidak gampang orang yang dipakai Tuhan begitu besar sekarang di depan jemaat berkata, ‘saya memiliki kelemahan sakit dan permintaanku minta disembuhkan tidak Tuhan jawab.’ Mungkin itu bisa mendatangkan pertanyaan apakah betul dia adalah hamba Tuhan yang dipakai Tuhan. Yang kedua kita belajar satu hal dari Paulus, di tengah-tengah sakit kesulitan yang dialami olehnya, dia tidak mau mengeluarkan kata-kata yang membesarkan seolah-olah ini adalah sakit yang tak tertahankan dalam hidupnya. Dia hanya bilang itu adalah duri belaka. Namun apakah ini sakit yang bisa ditahan olehnya? Mari kita lihat kata yang Paulus pakai di sini, “Aku sudah tiga kali berdoa…” sesungguhnya menunjukkan ini adalah situasi yang tak tertahan bagi dia. Apakah berarti dia hanya berdoa tiga kali saja? Tidak. Kalimat mengatakan ‘sudah tiga kali’ adalah bahasa metafora yang dimengerti oleh orang Yahudi maksudnya adalah doa terus-menerus, karena orang Yahudi memiliki kebiasaan dalam satu hari mereka tiga kali berdoa, pagi-siang-malam. Sehingga Paulus dengan latar belakang seperti ini mengatakan demikian, maksudnya adalah dia berdoa tanpa henti terus-menerus, dia berseru, dia meminta, dia memohon Tuhan mencabut duri itu. Jangan terlalu cepat saudara membaca bagian ini lalu melihat jawaban Tuhan, anugerah-Ku itu cukup bagimu. waktu bertemu dengan orang yang sedang sakit dan menderita kesulitan kita hibur dengan kalimat seperti itu, ”...sudahlah, sabarlah… anugerah Tuhan cukup.” Dia yang mengalami sakit itu sudah 20 tahun, kamu cuma datang membesuk 20 menit berani bilang begitu? Mari kita pikir baik-baik: apakah orang Kristen boleh mengeluh? Apakah orang Kristen boleh berteriak? Apakah orang Kristen boleh menangis minta kepada Tuhan di tengah kesulitan dan tantangan yang dia alami memohon Tuhan mencabut dan menolong dan angkat karena dia sudah tidak kuat lagi? Boleh. Paulus mengatakan kalimat ini, ada utusan Iblis, ada duri yang tidak bisa saya tahankan, itu sebab aku berseru dan meratap, berkeluh dengan tangisan dan air mata kepada Tuhan. Kita tidak boleh cepatcepat jalan pintas. Kita harus mengakui ada fakta dan realita manusia itu berdaging dan berdarah, di tengah-tengah kesulitan dan penderitaan yang dialami, ada darah yang bisa menetes, ada air mata yang keluar karena kesedihan. Itu fakta hidup kita. Tetapi kadang-kadang di tengah penderitaan, kesulitan dan air mata yang datang justru juga bisa menyebabkan orang akhirnya lari, kecewa dan 34 meninggalkan Tuhan. Dalam Ayb.19:7-10 Ayub mendeskripsikan penderitaannya dengan kata-kata yang begitu luar biasa, begitu menyentuh dan mengenaskan, Ayub berkata, ”...even the seed of my life has taken away from me.” Membaca puisi ratapan seperti ini, saudara bisa melihat itu yang namanya ratap. Seorang anak Tuhan yang begitu cinta Tuhan menderita dan meratap seperti ini. Maka tidak berarti kita tidak boleh mengeluh, tidak berarti kita tidak boleh mencetuskan perasaan sedih menangis melihat apa yang kita alami. Dalam Yer.15:18 nabi Yeremia meratap, “Mengapa penderitaanku tidak berkesudahan dan lukaku sangat payah sukar disembuhkan? Sungguh Engkau seperti sungai yang curang bagiku, air yang tidak dapat dipercayai.” Tuhan, saya tahu Engkau baik, saya tahu Engkau setia, saya tahu Engkau adil, saya tahu Engkau cinta, saya tahu Engkau penuh dengan kasih dan tidak pernah berlaku curang. Saya begitu percaya kepada-Mu. Namun sekarang, aku tercebur masuk ke dalam air yang tidak bisa aku percaya. Saudara bisa bayangkan sekali lagi itu adalah satu lament, satu ratapan keluhan dan pergumulan dari anak-anak Tuhan kepada Tuhan atas penyakit, atas kejahatan, atas kesulitan yang dia rasa tidak adil datang kepadanya. Itulah ratapan kejujuran pada waktu hal-hal itu terjadi di dalam hidup kita bukan disebabkan oleh kesalahan kita, bukan karena hal-hal yang kita lakukan, tetapi sesuatu yang tiba-tiba datang, sesuatu yang tidak pernah kita harapkan, sesuatu yang tidak pernah kita undang di dalam hidup ini, namun mengapa itu datang ke dalam hidup kita? Itu sebab jangan kita abaikan dan larang kesulitan dan teriakan yang keluar dari mulut orang percaya yang benar berseru kepada Tuhan dengan keluhan seperti ini. Sebagai hamba Tuhan, Paulus pun mengatakan hal yang sama. Aku berseru terus-menerus kepada Tuhan. Kenapa ratapan itu terjadi dan mengapa kita makin meratap kepada Tuhan, sebab penderitaan itu bukan saja tidak adil datang dan terjadi di dalam hidup kita, kita meratap dan mengeluh kepada-Nya sebab kita percaya Dia sanggup melepaskan kita, kita percaya Dia bisa mengangkat penderitaan dan sakit kita, tetapi kenapa Ia tidak melakukannya? Itu sebab kita menjadi mengeluh. Mengeluh adalah suara rintihan dari iman yang bergumul untuk menjalani hidup yang ada banyak pertanyaan yang tidak bisa dijawab, ada banyak penderitaan yang tidak bisa dijelaskan. Lament is a deep groaning voice of our struggle faith to live with unanswered questions of life and unexplainable sufferings. Kenapa kita mengeluh? Sebab banyak pertanyaan-pertanyaan hidup kita yang tidak terjawab. Kenapa kita mengeluh? Sebab banyak penderitaan yang tidak bisa dijelaskan. Kita lebih mengeluh sebab kita melihat orang yang baik kenapa dia sakit kanker? Kita mengeluh sebab kita melihat seorang hamba Tuhan yang setia dan baik, kenapa dia tiba-tiba sakit keras dan tidak bisa lagi melayani Tuhan? Hal-hal seperti itu menyebabkan kita berkeluh kesah. Tetapi keluhan ini memberitahukan kita satu hal: hanya kepada Tuhan kita berseru dan berkeluh kesah. Itu sebab mengawali tahun ini kita akan masuk dengan realita, ada sukacita dan akan ada penderitaan. Tetapi pada waktu kita mengalami hal-hal itu, tulisan rasul Paulus mengingatkan kita, ada tempat untuk kita berseru dan mari kita bawa seruan itu kepada Tuhan dan meminta kepada-Nya. Jawaban Tuhan “tidak” itu tidak berarti anugerah Tuhan tidak datang kepada kita. Tuhan tidak sembuhkan Paulus, ini adalah topik terakhir dari seri khotbah saya mengenai “Orang-orang Beriman yang kepada Mereka Tuhan berkata ‘Tidak’.” Tetapi mari kita lihat ‘tidak’-nya Tuhan bukan sebagai hukuman; ‘tidak’-nya Tuhan bukan berarti Tuhan menutup segala hal. ‘Tidak’-nya Tuhan tetap di 35 belakangnya ada anugerah-Nya dan kalimat penghiburan Tuhan begitu indah datang kepada setiap kita. Anugerah Tuhan itu cukup bagimu. Bagaimana kita memahami kalimat ini? Kenapa Tuhan tidak mengatakan, kekuatan-Ku itu cukup bagimu.? Dengan kalimat ini saya percaya Paulus ingin mengajak kita melihat bahwa Tuhan ingin kita mengerti dan melihat baik-baik, melihat duri yang kecil itu di dalam seluruh aspek anugerah Tuhan yang besar. Kenapa pakai kalimat anugerah-Ku itu cukup bagimu.? Sebab kita manusia yang terlalu gampang dan terlalu mudah hanya selalu melihat hal-hal yang kecil dan tidak melihat terlalu banyak hal-hal besar yang sudah Tuhan berikan kepada kita. Itu sebab kita diingatkan bukan anugerah Tuhan itu tidak banyak di dalam hidup kita, tetapi kita kadangkadang terlalu mudah untuk tidak melihat anugerah yang banyak itu dan terlalu fokus kepada hal-hal yang kecil yang kurang senang datang kepada hidup kita. Anugerah-Ku itu cukup bagimu., berarti Tuhan minta kepada Paulus dengan jawaban ini jalanilah hidup itu langkah demi langkah. Tuhan tidak membuka semua masa depan kita sekaligus. Banyak hal di depan yang kita tidak tahu. Hidup harus dijalani langkah demi langkah karena kita terbatas adanya. Itu sebab kalimat ini muncul bagi kita, anugerah-Ku itu cukup bagimu, datang pada waktu yang tepat. Itu sebab dengan kalimat ini Tuhan menjawab Paulus untuk mengajar kita sebagai anak-anak-Nya selalu belajar bersabar dan bersandar kepada Tuhan. Tidak perlu tunggu kita menjadi orang beriman, karena orang yang tidak berimanpun tahu, hidup itu tidak pernah sukses dan lancar selalu. Hidup kita adalah gabungan dari sukses dan gagal, sedih dan gembira, lancar dan terhambat. Tuhan juga tidak mau hidup kita gagal dan gagal terus. Tetapi itulah fakta dan realita hidup manusia. Orang yang tidak percaya Tuhanpun tahu, ada gagal ada berhasil. Tetapi sebagai orang-orang yang beriman kita lebih tahu bahwa di balik daripada semua itu Tuhan mengajak kita untuk bersabar menanti anugerah Tuhan pada waktunya. 36 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 14/06/2009 Pdt. Effendi Susanto STh. Roh membedakan roh Nats: 14 (1) Ibrani 5: 14 Tetapi makanan keras adalah untuk orang–orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat. “Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa yang karena mempunyai panca indera yang terlatih untuk membedakan yang baik daripada yang jahat” (Ibr.5:14) Saya menemukan satu aspek Kekristenan yang saya rasa sangat penting sekali, khususnya bicara mengenai nubuatan pribadi. Maka saya ingin berbicara mengenai hal ini sekali lagi karena ini adalah hal yang sangat penting sekali. Karunia untuk bisa membedakan artinya satu panggilan untuk bisa melihat manakah kertas yang berwarna putih dan mana yang berwarna gading. Perbedaan itu sangat tipis sekali dan hanya bisa dikerjakan oleh orang yang memiliki panca indera yang terlatih. Maka di dalam wilayah kerohanian, bagaimana saudara bisa membedakan? Ada satu website dari bishop bernama T.D. Jakes yang menyatakan satu pengakuan iman dia mengenai Allah Tritunggal adalah Allah yang satu dengan tiga manifestasi, Bapa, Anak dan Roh Kudus. Orang yang tidak mengerti dengan sungguh-sungguh akan berpikir dia terima doktrin Allah Tritunggal tetapi bagi saya dia memakai kata “tiga manifestasi dari Allah” itu adalah satu ajaran bidat dari Sabelianisme. Saudara mungkin pernah dengar ilustrasi dari ajaran ini yaitu seorang bapak di kantor jadi boss, lalu sampai di rumah jadi papa, lalu ganti baju untuk cuci mobil, maka dia jadi tukang cuci mobil. Orangnya satu tetapi berubah menjadi tiga manifestasi. Maka Sabelianisme mengatakan Allah itu satu dengan tiga manifestasi, waktu di PL Dia adalah Allah Bapa, kemudian di awal PB menjadi Yesus Kristus, lalu setelah Yesus naik ke surga Dia menjadi Allah Roh Kudus. Ini adalah konsep yang salah, sebab misalnya waktu Yesus di atas kayu salib berdoa, “Bapa, ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawa-Ku…” kalau Allah cuma satu, maka di surga kosong, bukan? Banyak orang Kristen tidak berpikir sampai di situ, yang ada karena khotbahnya hebat banyak yang dengar dan ikut dia. Kalau tidak sanggup membedakan, itu adalah ciri kamu tidak dewasa. Penulis Ibrani sedang menegur pembacanya sebab dia mengatakan ditinjau dari sudut panjangnya ikut Tuhan seharusnya mereka sudah makan makanan keras tetapi mereka tidak mau. Maka di sini saya mengatakan ada perbedaan yang sangat tegas sekali antara ketidakdewasaan rohani dan orang Kristen baru. Orang Kristen baru Alkitab lukiskan sebagai bayi-bayi rohani yang memerlukan susu yang menyehatkan. Mereka tidak mengerti ajaran-ajaran yang sulit sebab memang mereka masih baru dan hanya mengenal ajaran dasar mengenai iman, mengenai keselamatan, dsb. Tetapi ketidakdewasaan rohani adalah orang yang secara umur ikut Tuhan seharusnya sudah dewasa tetapi 37 menolak menjadi dewasa. Itu yang saya sebut sebagai “Peter Pan syndrome” yaitu orang dewasa yang menolak menjadi dewasa. Ini adalah hal yang sangat unik bisa terjadi di dalam hidup kita. Saudara dan saya tidak mungkin bisa menolak tubuh jasmani kita mengalami pertumbuhan. Tetapi ironi sekali secara kedewasaan karakter dan emosi, orang bisa menolak menjadi dewasa sehingga kita bisa menemukan orang yang sudah berumur 40 tahun tetapi karakter dan sifatnya masih seperti anak kecil. Kita mungkin bisa bertemu dengan orang yang sudah berumur separuh baya tetapi tidak pernah menjadi dewasa di dalam kehidupan mereka. Sedih sekali kalau kita menemukan orang seperti itu, bukan? Dan sangat sedih juga kalau kita bertemu dengan orang Kristen yang seperti itu di dalam kehidupan rohani mereka. Maka penulis Ibrani mengatakan ditinjau dari lamanya menjadi Kristen engkau seharusnya makan makanan keras. Mengapa engkau menolak menjadi dewasa? Ketidakdewasaan rohani ditandai dengan sikap tidak mau membedakan mana yang benar, mana yang salah. Ada orang Kristen bilang ”...tidak perlu belajar banyak-banyak doktrin, yang penting kita cinta Tuhan. Doktrin dan ajaran-ajaran yang tinggi itu hanya buat orang yang punya pendidikan tinggi sajalah,” buat saya adalah kalimat yang keliru luar biasa. Ada orang bilang, kalau mau ikut kebaktian di gereja Reformed paling sedikit gelarmu S1, karena kalau tidak kamu tidak mengerti khotbahnya. Siapa bilang?! Saya bersyukur sekali di gereja saya di sini ada oma Sri yang sudah berumur 90 tahun, ada opa Rudy yang sudah 85 tahun, ada oma Mariana yang sudah 80 tahun. Siapa bilang mereka tidak mengerti khotbah saya? Anak muda yang bilang khotbah saya ketinggian, bagi saya itu adalah sikap kejahilan. Soal mengerti ajaran doktrin Kekristenan, itu bukan soal berapa tinggi intelektual kita. Mengerti kebenaran firman Tuhan, itu bukan soal berapa pintar otak seseorang. Mengerti kebenaran firman Tuhan adalah soal apakah orang itu masa bodoh atau tidak. Alkitab kita ditulis begitu sederhana sekaligus begitu dalam adanya. Orang yang tidak memiliki pendidikan sekolah yang tinggi tetap bisa mengerti Alkitab. Sebaliknya orang yang sangat pandai sekalipun baca dari awal sampai akhir tetap tidak bisa mengerti. Maka mengerti tidak mengerti Alkitab itu bukan bicara soal intelektual tetapi soal attitude kita yang kejahilan. Pencerahan untuk mengerti kebenaran itu bukan berkaitan dengan berapa tingginya intelektual seseorang. Itu sebab Yesus bisa berkata kepada Nikodemus, “Bukankah engkau seorang ahli Taurat? Seharusnya engkau mengerti akan hal-hal ini…” (Yoh.3:10). Dewasa rohani berarti engkau melatih panca indera kepekaan rohanimu, memiliki panggilan bisa dan sanggup membedakan. Itu berarti saya tidak boleh menjadi orang Kristen yang masa bodoh karena salah satu point yang penting adalah kalimat Paulus kepada Timotius di dalam 1 Tim.6:20 “Guard the deposit of God…” ini harta yang paling penting yang diserahkan oleh Paulus kepadanya untuk dijaga. Bahasa yang dipakai oleh Paulus adalah bahasa militer. Saya sederhanakan, saudar dan saya dipanggil Tuhan menjadi “satpam” (pengamanan) menjaga rumah Tuhan. Kalau sampai rumah Tuhan kecolongan, siapa yang patut dipersalahkan? Paulus bilang, Injil adalah harta rohani yang paling indah yang dipercayakan oleh Paulus karena sebentar lagi dia akan meninggal. Maka dia minta Timotius untuk menjaganya baik-baik. Kalau sampai kecolongan berarti engkau tidak menjaganya baik-baik. Gereja adalah tempat dimana orang-orang suci berkumpul untuk menjadi berkat di dalam dunia ini. Jangan sampai harta yang indah itu kecolongan. Engkau dipanggil Tuhan untuk menjaga dan memeliharanya. Maka saya menggugah hati saudara untuk menjadi orang Kristen yang dewasa. Dewasa berarti tidak bisa tidak 38 panca indera rohani saudara latih untuk bisa membedakan mana yang benar, mana yang salah, mana ajaran yang sungguh-sungguh sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, mana yang tidak. Ini tidak gampang dan tidak mudah, dan tidak ada orang yang mau akan hal itu sebab jelas sekali Paulus bilang lebih banyak orang mau menjadi orang baik ketimbang menjadi orang benar. Untuk orang baik mungkin ada orang yang rela mati baginya, tetapi tidak ada yang mau mati buat orang benar. Maka panggilan untuk menjadi seorang Kristen yang memelihara harta rohani ini adalah satu panggilan untuk menjadi orang benar. Tidak heran mengapa semangat Kekristenan sekarang adalah semangat yang ditawarkan oleh Edward Young dalam novelnya “The Shack.” Saya sudah sebutkan ada satu kalimat yang sangat menarik sekali di dalam novel itu yang mengatakan “Jesus is the best way to God.” Dimana salahnya? Kalau saudara mengatakan “Jesus is the ONLY way to God,” (Yesus adalah satusatunya jalan kepada Allah) saudara akan dianggap sebagai orang yang kaku dan fanatik. Memakai istilah “Jesus is the BEST way,” berarti Edward Young tetap mengaku Yesus adalah jalan keselamatan, dan dia tetap mengaku Yesus adalah juruselamatnya, dan dia mengaku ‘this is the BEST way.’ Tetapi secara implicit berarti dia tidak ingin menghakimi jalan-jalan yang lain, mungkin saja jalan-jalan itu bisa sampai kepada Allah juga. Jadi pada satu pihak menyatakan pengakuan imannya, tetapi di pihak lain dia tidak mau mengadili yang lain. Berbeda dengan kalimat “Jesus is the ONLY way,” karena di dalam kalimat ini kita mengaku Yesus adalah juruselamatku dan sekaligus di situ kita mengatakan jalan-jalan yang lain tidak ada jalan yang benar. Maka bisa terjadi peperangan di situ. Mana yang orang mau pakai? Joel Osteen dikritik habis-habisan pada waktu dia diwawancara oleh Larry King di CNN karena dia tidak mau menyatakan dengan berani dan tegas bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan kepada Allah untuk keselamatan manusia. Dia mengatakan, “Saya dipanggil Tuhan bukan untuk menghakimi orang…” Menyebut Yesus sebagai ‘the only way’ (satu-satunya jalan) mengandung resiko bukan saja mengaku Yesus adalah satu-satunya juruselamat, tetapi juga mengandung resiko kita berdiri sendiri menyatakan jalan yang lain bukanlah jalan yang benar adanya. Sikap seperti ini tidak gampang dan tidak suka diambil oleh orang Post Modern sekarang ini. Maka panggilan untuk membedakan yang benar dan yang salah adalah satu panggilan yang sangat tidak populer, panggilan yang menciptakan orang Kristen menjadi tersendiri, panggilan yang mungkin membuat saudara mengambil front menjadi musuh bagi orang yang lain. Tetapi panggilan ini patut dan harus dijalankan. Mengapa? Sebab ada satu kuasa yang secara aktif memang menciptakan counterfeit (pemalsuan) di dalam Kekristenan. Dalam 2 Kor.11:14 Paulus mengingatkan, ”...hal itu tidak usah mengherankan sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat terang.” Kenapa panggilan untuk membedakan yang benar dan salah itu harus menjadi panggilan bagi setiap kita? Karena itu adalah harta rohani yang harus kita jaga karena ada si Jahat yang memang aktif melakukan pekerjaan counterfeit (pemalsuan) di dalam iman Kristen. Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, itu merupakan sifat dan natur dia. Paulus berkata, Iblispun menyamar sebagai malaikat terang. Menyamar sebagai kuntilanak gampang ketahuan. Menyamar sebagai setan yang menakut-nakuti orang di kuburan, itu gampang. Itu pekerjaan setan yang kurang pengalaman. Yang sangat pengalaman akan datang sebagai malaikat, itu sulit dibedakan. Inilah pemalsuan yang tercanggih yang dilakukan oleh dunia kegelapan. Namun, bagaimana kita bisa membedakan itu malaikat Tuhan 39 ataukah itu samaran dari malaikat kegelapan? Itu sulit luar biasa. Itu membutuhkan kepekaan dan ketelitian yang luar biasa. Itu menuntut disiplin rohani yang tinggi bagi anak-anak Tuhan sebab Setan sungguh berkomitmen meciptakan kekacauan iman dalam Gereja. Alkitab hanya memberikan beberapa indikasi untuk belajar membedakan. Di dalam Why.13 itu merupakan contoh yang penting juga yang memberitahukan kepada kita penipuan dan pemalsuan ajaran bisa dipakai untuk merusak Gereja dari dalam. Why.13 memperlihatkan ada dua jenis binatang yang dipakai dan diperalat oleh Setan untuk bisa mendatangkan kekacauan, kerusakan dan penipuan di dalam Gereja. Binatang yang pertama digambarkan sebagai binatang yang begitu menakutkan, yang mendatangkan aniaya dan segala penderitaan kepada orang Kristen (ayat 1). Tetapi ada satu jenis binatang lain yang memberikan satu perubahan lukisan yang berbeda sama sekali. Binatang itu adalah seperti anak domba yang sama sekali tidak menakutkan dan bahkan ‘cute’ (mungil) (ayat 11). Siapa yang dilukiskan oleh Alkitab sebagai Anak Domba Allah? Yesus Kristus. Sekarang counterfeit (pemalsuan) itu menyerupai Kristus. Bagaimana bisa membedakannya? Hanya diberi satu indikasi: suaranya berbeda. Rupa seperti anak domba tetapi suaranya adalah suara naga. Suara mewakili apa? Suara mewakili ajaran. Maka ajaran menjadi dasar yang penting. Fenomena penampilan bisa sama. Sama-sama bisa jadi anak Tuhan, sama-sama bisa jadi hamba Tuhan, sama-sama bisa jadi gereja, sama-sama bisa di dalam level pelayanan, dsb. Itu sebab Tuhan Yesus bisa dengan tegas berkata, “Orang yang menyebut Aku ‘Tuhan, Tuhan,’ someday Aku bilang Aku tidak kenal dia.” Dari situ kita bisa melihat satu inti bahwa pada suatu hari kita akan bertemu dengan satu kondisi dan keadaan dimana orang bisa menyebut nama Tuhan, boleh menggunakan platform yang sama seperti gereja, dsb tetapi kita harus memiliki spiritual discernment (membedakan secara rohani) untuk membedakannya. Di dalam Kis.17:11 kita bertemu dengan satu jemaat di Berea yang “menerima firman dengan segala kerelaan hati dan setiap hari menyelidiki kitab suci untuk mengetahui apakah yang diajarkan Paulus itu benar dan sesuai dengan kitab suci…” Jemaat Berea mempunyai dua karakter yang penting di dalam meresponi firman Tuhan. Karakter pertama, setiap kali firman Tuhan disampaikan mereka menerimanya dengan rendah hati, menerima itu sebagai firman Tuhan yang harus takluk kepadanya. Setiap kali firman Tuhan yang sejati dikabarkan, kita harus bersikap seperti ini. Dengan rela hati terima, karena ini firman Tuhan. Mendengar khotbah Paulus, jemaat Berea menerima firman itu dengan rendah hati tetapi sekaligus dengan mata yang tajam melihat apakah yang diajarkan itu benar atau tidak. Ini adalah dua sikap yang harus kita mengkombinasikan dengan baik, ini adalah spirit of discernment (membedakan secara rohani) yang benar. Ada orang yang mendengar khotbah dengan congkak, mencari-cari kesalahan dari pengkhotbahnya. Jadi akhirnya kita menjadi seperti “witchhunter” (selalu cari kesalahan) terus cari-cari mana yang palsu. Kita jadi bo kamguan kalau khotbahnya tidak ada salah, terus cari-cari kelemahannya. Atau sebaliknya sikap yang satu lagi, tidak berani dan tidak mau mengkritik karena menganggap hamba Tuhan itu datangnya dari Tuhan, sudah diurapi oleh Tuhan, maka pasti tidak pernah salah. Dua-dua adalah sikap yang salah. Jemaat Berea berbeda. Mereka datang dan dengar firman Tuhan dengan hati yang sederhana namun juga datang dengan mata yang alert. Kalau yang diajarkan itu benar, kita tidak punya alasan untuk tidak menerimanya. Kalau yang diajarkan itu salah dan tidak sesuai dengan kitab suci, kita harus berani mengatakannya. Kalau Paulus berkhotbah tidak sesuai dengan kitab suci, jemaat Berea berani 40 mengatakannya. Mereka mendengar dengan teliti, mengerti apakah itu sesuai dengan kitab suci atau tidak. Saya harap melalui gugahan saya hari ini kita belajar lebih dalam dan lebih sungguh. Penulis Ibrani memakai kata “terlatih,” berarti itu tidak bisa datang dengan seketika. Saya rasa kebahayaan besar dari nubuatan pribadi yang muncul dewasa ini adalah orang Kristen di satu pihak mengaku Alkitab itu firman Tuhan tetapi sekaligus akhirnya tidak menghargai Alkitab itu firman Tuhan. Sehingga banyak orang Kristen sudah tidak lagi menjadikan Alkitab sebagai kitab yang sufficient (cukup) dimana mereka baca dan dengar tetapi akhirnya terus tunggu kapankah fresh revelation untuk mereka datang melalui spontaneous and direct prophecy yang diucapkan oleh hamba Tuhan dsb. Lama-lama akhirnya yang dicari adalah SMS-nubuatan, ketik nubuatan mengenai persoalan hidup, mengenai jodoh, dsb. Jadi sekarang nubuatan di dalam Kekristenan persis mirip seperti horoskop. Saya harap khotbah hari ini bisa memberi gugahan, satu pengertian kesadaran bagaimana kita mengerti dengan benar. 41 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 21/06/2009 Pdt. Effendi Susanto STh. Roh membedakan roh (2) Nats: 14 Ibrani 5: 14 Tetapi makanan keras adalah untuk orang–orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat. Karunia membedakan merupakan karunia yang penting di dalam hidup orang Kristen. Panggilan kita untuk bisa melihat mana yang benar dan mana yang salah merupakan panggilan yang membuktikan apakah iman kita dewasa atau tidak. Itu yang dikatakan oleh penulis surat Ibrani ini. Seorang Kristen yang dewasa adalah seorang Kristen yang memiliki panca indera yang terlatih untuk bisa membedakan mana yang benar dari yang salah. Dalam hidup kita sehari-hari kita sendiri juga harus peka akan hal-hal seperti itu. Bukankah saudara dan saya “cerewet” waktu memilih siapa yang pantas menjadi suami atau isteri kita, bukan? Itu wajar, karena itu merupakan pilihan yang paling penting di dalam hidup kita. Kita tidak bisa bilang kawin sama siapa saja terserah. Semua itu harus kita pilih dan harus kita pilih dengan bijaksana. Itu adalah tuntutan realita hidup kita sehari-hari. Cuma sayangnya begitu banyak orang Kristen masuk ke gereja, dengar khotbah, baca buku, sama sekali tidak memiliki tuntutan seperti itu. Ada orang mengatakan tidak boleh menjadi orang Kristen yang suka mencari-cari yang salah seperti itu, karena itu berarti dia memiliki roh pemecah. Buat saya kalimat itu bodoh sekali. Di dalam hidup sehari-hari kita sudah menggunakan prinsip dengan teliti memilih sesuatu karena kita tahu tidak semua barang itu sama dan kita tidak mau membeli barang palsu dengan harga semahal barang asli. Kalau di dalam kehidupan rohani kita tidak memiliki sikap seperti itu, maka saya katakan itu bukan soal bodoh atau pintar tetapi itu adalah soal kejahilan seseorang di dalam Kekristenan dan itu tidak boleh ada di dalam hidup kita. Dalam 1 Tim.6:20 Paulus mengingatkan Timotius bahwa kita dipanggil Tuhan sebagai “the guardian of God’s treasure.” (penjaga khazanah Tuhan) Kita dipanggil oleh Tuhan sebagai ‘satpam-satpam’ rohani dan kita akan bersalah kepada Tuhan kalau kita menjadi satpam yang tidak baik-baik menjaga harta itu sehingga dicuri dan dirusak orang. Penulis surat Ibrani mengatakan orang Kristen dewasa harus bisa membedakan mana yang benar dari yang salah. Kenapa kita tidak suka melakukan hal itu? Minggu lalu saya sudah menyebutkan dua point yang penting. Pertama, karena tidak semua orang Kristen ingin menjadi orang Kristen yang tidak populer. Mau membedakan itu berarti kita bersiap hati untuk mengatakan ini benar dan itu salah. Orang Kristen lebih suka menjadi orang baik ketimbang menjadi orang benar. Maka banyak yang tidak ingin mengambil sikap seperti itu. 42 Kedua, karena kita memiliki ajaran Kekristenan yang tidak bersifat netral. Alkitab mengatakan ada si Jahat yang bersifat aktif mendatangkan counterfeit (kepalsuan) kepada iman Kristen, menciptakan yang palsu untuk mengecoh orang Kristen. Paulus bilang, Iblis bisa menyamar sebagai malaikat terang. Itu sebab kita dipanggil bukan untuk memecah-belah di antara orang Kristen tetapi kita dipanggil untuk tidak ingin membiarkan si Jahat masuk menciptakan pemecahan di antara orang Kristen. Pada waktu Petrus mengatakan suatu kalimat melarang Tuhan Yesus ke Yerusalem, seolaholah sayang kepada Tuhan Yesus, Tuhan Yesus langsung berbalik memarahi Petrus dan menegur dia “Enyahlah engkau Iblis…” Yesus tetap sayang kepada Petrus tetapi pikiran dan pendapat Petrus itu adalah pikiran dan pendapat yang disusupi oleh si Jahat, itu yang Yesus tidak mau. Yang ketiga, kenapa kita sulit melakukan spiritual discernment (membedakan secara rohani) di dalam Kekristenan? Sebab Gereja berdiri di atas dunia yang juga tidak netral adanya. Maka Yesus berdoa di dalam Yoh.17 ”...Bapa, mereka bukan berasal dari dunia ini tetapi mereka masih tinggal di dalam dunia ini…” Inilah yang menjadi suatu hal yang tidak gampang dan tidak mudah. Maka doa Tuhan Yesus kepada Bapa mengingatkan kita, Dia tahu kita sudah ditebus sebagai anak-anak-Nya tetapi kita masih tinggal di dalam dunia ini sehingga kita menghadapi tantangan dan bisa terinfeksi dari kuman dunia ini. Kita bisa terpengaruh oleh budaya dunia, kita menghadapi pikiran-pikiran yang tidak percaya Tuhan, kita juga menghadapi pikiran-pikiran yang mungkin bisa membantah kebenaran Tuhan dengan cara yang halus dan semua itu berseliweran di tengah-tengah kehidupan kita. Maka bagaimana Gereja berdiri, dipanggil oleh Tuhan menjadi terang bagi dunia ini tetapi sekaligus bisa mawas diri terhadap infiltrasi dari bahaya dunia. Tidak gampang dan tidak mudah, bukan? Maka panggilan untuk membedakan juga adalah satu panggilan meminta Gereja tetap bisa suci dan murni tetapi hati-hati terhadap segala tantangan budaya. Beberapa waktu yang lalu ada satu gereja di Amerika mengiklankan satu kebaktian dengan judul “30 minutes Sunday Service: this service is just for you because your time is so valuable.” Bagi saya, memulai satu kebaktian atau memakai satu jenis musik untuk beribadah, bukan berangkat dari siapa yang akan datang berbakti di situ. Kita harus kembali kepada konsep theology of worship yang bagaimana. Ibadah itu adalah Tuhan memanggil kita datang menyembah dan berbakti kepada-Nya. Ibadah itu bukan kita yang punya waktu yang di-spare buat Tuhan. Ibadah berarti God summoned (memanggil) you to come to worship Him. Kebaktian minggu artinya Tuhan memanggilmu datang berbakti. Ini adalah kebaktian-nya Tuhan, maka Tuhan yang set up kebaktian ini. Salahlah kalau kita bilang ”...waktumu begitu berharga, itu sebab kami membangun kebaktian yang singkat ini.” Saya sedih luar biasa begitu membaca hal seperti itu terjadi, karena di situ kita menemukan konsep yang tidak tepat di dalam menyiapkan suatu kebaktian. Bolehkah kita set up satu kebaktian yang mirip dengan diskotik supaya anak-anak muda yang biasa datang ke diskotik jadi familiar dengan gereja? Bagi saya, kembali lagi saudara mesti punya konsep yang benar mengenai the theology of worship. Ibadah itu bukan soal apakah kuno atau modern. Anak muda harus hati-hati bicara konsep ini. Seringkali kita terjebak di dalam mendiskusikan soal etika benar atau salah dengan konsep kuno dan modern. Anak muda selalu berasumsi yang kuno pasti salah dan yang modern pasti benar. Itu keliru. Konsep ‘benar’ itu melintasi dimensi jaman dan waktu, bukan bicara soal kuno atau modern. Etika kita bukan soal kuno atau modern. Etika itu soal benar atau salah. 43 Kalau orang bilang “Wah, gerejamu ibadahnya sudah terlalu kuno seperti abad 17…” Hati-hati di dalam mendiskusikan hal seperti ini. Apakah kalau ibadah di gereja semuanya pakai gaya modern berarti semuanya benar? Kalau gedungnya modern, mimbarnya transparan, apakah berarti firmannya lebih ‘afdol’? Kalau gereja pakai gedung tua, bangkunya masih yang kayu semua, itu berarti salah? Itu adalah cara berpikir yang keliru dan tidak pernah dipikirkan dengan matang. Bagi saya, di dalam sepanjang sejarah Gereja, ada hal yang benar dan yang benar itu melintasi dimensi waktu. Lagu-lagu hymn yang kita nyanyikan adalah lagu-lagu yang indah yang melintasi dimensi waktu. Orang bilang lagunya bikin ngantuk, persoalannya mungkin cara nyanyinya yang tidak benar, itu saja. Atau mungkin yang perlu kita perbaiki adalah beberapa kata yang tidak lagi dikenal oleh kita sekarang. Misalnya lagu “Rajakanlah Yesus” yang pakai kata “Domba di arasy-nya” orang sudah tidak tahu lagi apa itu “arasy” maka kita ganti menjadi kata “tahta.” Jadi lagu itu tetap menjadi lagu yang indah dan tetap relevan dinyanyikan. Kenapa lagu jaman dulu tetap harus kita nyanyikan? Saya mempunyai beberapa argumentasi mengenai hal ini. Pertama, saudara kalau menyatakan Pengakuan Iman Rasuli ada satu kalimat “Aku percaya akan persekutuan orang kudus” berarti kita mengaku kita adalah part of fellowship of the believers yang berarti kita berbagian dengan orang percaya di masa lampau dan yang di masa yang akan datang. Itu pengakuan kita. Waktu kita mati nanti, di surga dan di langit dan bumi yang baru kita adalah bagian dari satu persekutuan orang percaya. Pertanyaan saya: dalam hal apa engkau dan saya menjadi bagian dari persekutuan orang-orang percaya itu? Saya punya penafsiran hanya ada dua hal yang penting dimana kita menjadi bagian dari persekutuan orang-orang percaya yaitu pertama, sampai kapanpun our confessions of faith are still the same, tidak pernah boleh berubah: we believe in God the Father, Son and Holy Spirit; dua ribu tahun yang lalu, seribu tahun yang lalu, lima ratus tahun yang lalu dan sekarang dan seratus tahun yang akan datang, ini adalah pengakuan iman yang tidak berubah. Kalau kita tidak mengaku akan hal itu, kita bukan bagian dari persekutuan orangorang percaya. Yang kedua, kita menjadi bagian dari persekutuan orang-orang percaya adalah karena kita menyanyikan lagu-lagu yang sama. Maka bagi saya lagu-lagu lama tidak boleh dibuang dan lagu-lagu yang baru kita tidak boleh alergi. Maka kita harus melihat model ibadah yang lama yang theologically sound tidak boleh dibuang dan model ibadah yang baru mesti diadopsi dengan baik-baik dan teliti. Keduanya dipikirkan dengan baik-baik. Ibadah yang benar adalah ibadah yang God-centered bukan human-centered. Apa bedanya lagu Kristen dengan lagu yang bukan Kristen? saudara harus punya theology of Church music yang benar. Semua ini hanya bisa ada di dalam hati kita kalau kita menjadi orang Kristen yang ingin bertumbuh dewasa. Tantangan ketiga, budaya bisa merembes masuk ke dalam Kekristenan sehingga ini menjadi tidak gampang dan perlu kehati-hatian di dalam menjaga Gereja Tuhan tetap mempertahankan identitasnya. Apa itu Gereja? Gereja adalah kumpulan orangorang yang dipanggil Tuhan keluar dari dunia ini tetapi tidak boleh tidak relevan karena kita bukan tinggal di dalam satu ruangan yang steril dan tidak bersentuhan dengan pengaruh dari luar. Kita dipanggil untuk menjadi garam bagi dunia, tetapi kita tidak sama dengan dunia. Jangan pikir untuk menjadi sama dengan dunia supaya orang dunia bisa terima engkau, mungkin mereka malah mentertawakan orang Kristen yang seperti itu. 44 Seorang hamba Tuhan yang bernama James Montgomery Boyce sebelum meninggal dunia mengeluarkan satu kalimat yang bagi saya merupakan kalimat yang sangat penting dan terbukti kalimat dia benar sedang dialami oleh Kekristenan sekarang ini. Boyce mengatakan, “Inerrancy is not the most critical issue facing the Church today, it is the Bible’s sufficiency (kecukupan). ” Maksudnya adalah Gereja sekarang tetap mengaku Alkitab ini firman Tuhan tetapi pada saat yang sama Gereja merendahkan Alkitab sebagai firman Tuhan. Gereja sekarang adalah Gereja yang menerima Alkitab ini sepenuhnya adalah firman Tuhan tetapi sekaligus Gereja sekarang boleh dikatakan merupakan Gereja yang paling minim memiliki pengetahuan akan Alkitab dibandingkan dengan orang Kristen di masa lalu. Mengapa? Salah satu gejala yang bagi saya kita hadapi pada masa kini adalah gejala begitu banyak orang Kristen yang kena pengaruh dari Post Modern yang sangat bersifat subyektif, sehingga pada waktu kita membaca Alkitab dan mencari kebenaran di dalam firman Tuhan, mereka mengatakan itu adalah hal yang tidak boleh kita lakukan. Kita tidak boleh melihat firman Tuhan seperti itu, karena itu adalah ‘Bibliolatry’ penyembahan kepada Alkitab. Bagi mereka, relasi kita dengan Alkitab itu harus seperti surat cinta yang Tuhan beri seperti dari pacar kita, maka yang terpenting adalah relasi kita dengan Tuhan sendiri. Sampai di sini kita harus hati-hati berpikir seperti ini. Tetapi realita gejala Kekristenan dewasa ini sudah banyak masuk ke dalam konsep nubuatan pribadi yang seolah mementingkan relasi kedekatan pribadi dengan Tuhan yang dimanifestasi dengan bagaimana Tuhan bicara secara pribadi kepada kita dan bukan lewat Alkitab lagi. Mereka mengatakan kalau engkau mencari kehendak Tuhan hanya dengan membaca Alkitab itu sama seperti engkau menghalangi Tuhan yang mau berbicara langsung kepadamu. Sekarang Tuhan mau bicara langsung kepadamu, secara pribadi Tuhan mau bilang ‘Aku kasihimu’ tapi saudara lebih suka dengan surat-Nya saja, itu tandanya saudara lebih cinta Alkitab daripada cinta kepada Tuhan. Nampaknya seolah-olah dengan ilustrasi ini konsep mereka benar adanya. Tetapi ini adalah konsep yang keliru dan berbahaya. Dimana bahayanya? Saya percaya Tuhan sanggup berbicara dan berkomunikasi dengan kita dengan cara apapun, tetapi Tuhanpun memberikan patokan bagaimana Dia ingin berbicara kepada kita. Dalam Ibr.1: 1-2 Tuhan yang sejati sekarang mengatakan sarana Dia berbicara kepada umat-Nya adalah melalui hal-hal ini. Di luar cara itu, itu pasti bukan berasal dari Dia. Di dalam PL Tuhan datang berbicara kepada umat-Nya melalui para nabi dan dengan berbagai cara, melalui mimpi, penglihatan, dsb. Tetapi sekarang Tuhan memberi firman melalui Anak-Nya karena Dia adalah firman yang menjadi manusia. Dia adalah nabi yang terakhir dan yang terbesar karena Dia adalah firman yang menjadi manusia. Maka sekarang Tuhan berbicara kepada kita melalui Kristus dan sejak PB Tuhan Yesus mempersiapkan para rasul untuk menjadi orang-orang yang meneruskan apa yang Yesus ajarkan. Sebelum naik ke surga Yesus mengatakan Dia akan mengutus Roh Kudus untuk mengingatkan kita akan apa yang sudah Dia ajarkan kepada kita. Dengan cara seperti ini maka Tuhan membatasi dan memberi patokan yang jelas. Dia tidak akan datang dengan cara yang lain daripada itu. Artinya, kalau ada orang yang mengatakan sekarang Roh Kudus bicara kepada dia langsung mengenai ini dan itu, saudara mesti cek baik-baik, karena itu bukan cara yang sudah Tuhan berikan. Mengapa Tuhan harus memberi kita kitab suci? Karena ini harus menjadi otoritas yang tertinggi, yang absolut, yang mengukur segala sesuatu. Kalau saya datang kepada saudara dan mengatakan saya 45 membawa tali yang panjangnya satu meter dan saudara juga membawa tali yang saudara bilang panjangnya satu meter, dan kalau ternyata panjang tali kita berbeda, maka kita berdua harus datang kepada standar meteran yang asli untuk melihat salah satu dari kita atau mungkin dua-dua kita salah. Kalau kita mengatakan ajaran ini dari Tuhan, dsb maka pertanyaan saya: bagaimana Gereja bisa membuktikan ajaran ini benar atau tidak, saudara perlu menghormati dan menjunjung tinggi otoritas kebenaran Alkitab sebagai standar satu-satunya yang mutlak. Maka hari ini saya secara khusus membahas mengenai hal ini karena bagi saya kesalahan terbesar yang dibuat di dalam konsep mengenai nubuatan diangkat oleh beberapa orang teolog Injili di dalam mendefinisikan nubuatan, khususnya seorang hamba Tuhan yang bernama Wayne Groodem menulis buku Systematic Theology. Ada beberapa hal yang saya tidak setuju darinya. Pertama, konsep dia mengenai akhir jaman yang berbeda dengan konsep Reformed secara umum. Kedua, konsep dia mengenai Roh Kudus. Dan yang ketiga, konsep dia mengenai nubuatan. Mengapa? Karena Groodem mengatakan nubuatan adalah cara Tuhan bicara secara langsung memberikan kata-kata segar kepada hidupmu, tetapi di dalamnya bisa terjadi campuran antara God’s fresh direct revelation (mengumandangkan langsung) dengan penafsiran orang. Kebahayaannya dimana? Mereka percaya Tuhan berbicara kepada orang-orang tertentu memberikan nubuatan segar melalui mereka tetapi nubuatan itu bisa menjadi kontradiksi karena penerima nubuatan itu salah dengar. Itu adalah natur dari nubuatan. Salah seorang di antara mereka sendiri mengatakan, ”...He only prophecies what he hears even if it is contradict of what God supposely said through another prophet.” Jadi pointnya kesalahan itu bukan kepada Tuhan yang memberikan fresh revelation itu melainkan kepada ketajaman telinga nabi yang mendengarnya dan interpretasi dia akan suara Tuhan itu. Di sini ada tiga hal yang berbahaya. Pertama, orang mengambil keputusan untuk hidupnya berdasar pada nubuatan pribadi. Kedua, orang ambil keputusan berdasar pada perasaan. Kalau hati tenang dan damai baru ambil keputusan. Ketiga, mengambil keputusan berdasar pada ‘open doors’ atau tidak. Ada orang baru ambil keputusan kalau jalan di depan lancar, berarti Tuhan mau. Begitu jalan tertutup, begitu ada kesulitan, kita pikir Tuhan tidak mau kita jalan di situ. Seumur hidup orang Kristen seperti itu tidak akan pernah mengambil keputusan yang beresiko dan kadang tidak kelihatan jalan di depan di dalam hidupnya karena selalu ‘play safe’. Apakah Tuhan kita seperti itu? Jawabannya, tidak. Itu sebab saya mengatakan jalan yang benar di dalam mengerti kehendak Tuhan adalah jalanan kebijaksanaan. Tuhan tidak pernah mengabaikan pertimbangan ratio kita yang kita taklukkan kepada firman Tuhan dan takut akan Tuhan. Dalam Ul.18:15-22 dikatakan nabi adalah penyambung lidah Tuhan dan dia selalu hanya mengatakan “Thus saith the Lord…” dan tidak boleh bilang “I THINK this is God wants me to say to you…” Tidak pernah nabi di PL ngomong seperti itu. Nabi itu –pakai bahasa kita sekarang- dia adalah tape recorder Tuhan, dia harus bicara tepat sesuai yang Tuhan katakan kepadanya. Orang yang tidak mau mendengar firman yang diucapkan nabi itu, Tuhan akan menuntut pertanggung-jawaban dari dia. Tetapi Tuhan memberi peringatan, seorang nabi yang terlalu berani mengucapkan demi nama Tuhan perkataan yang Tuhan tidak katakan kepadanya, nabi itu harus mati. Bagaimana umat Tuhan punya patokan nabi itu bicara yang tidak sesuai dengan firman Tuhan? Ini kriterianya, bila perkataan nabi itu tidak terjadi dan tidak sampai, itu berarti bukan datang dari Tuhan. 46 Dalam 2 Pet.1:21 Petrus mengatakan sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah. Tidak pernah nubuatan itu keluar dari kehendak manusia. Kesalahan Wayne Grudem adalah nubuatan di PL itu punya otoritas yang lebih tinggi karena itu diucapkan oleh nabi dengan otoritas “thus saith the Lord…” tetapi di PB nubuatan itu lebih “lower” karena di situ ada unsur kesalahan manusia. Hati-hati. Dua ayat yang baru saja kita baca di atas tidak memberi indikasi seperti ini. Alkitab tidak memberi indikasi ada perbedaan derajat otoritas di dalam konsep nubuatan. Bedanya nabi asli dan nabi palsu jelas, nabi asli mengeluarkan nubuatan maka semua yang dia ucapkan pasti tergenapi. Tidak ada konsep “salah sedikit” karena sedikit saja salah, itu berarti dia nabi palsu. Sekarang, kalau ada pendeta mengaku mendapat nubuatan dan terjadi campuran kesalahan di situ, saya akan kejar lebih dalam kepada dia, bukankah Petrus bilang nubuatan itu adalah dorongan dari Roh Kudus? Bagaimana kamu berani mengatakan ‘it’s OK kalau ada detail yang salah…’? Kalau memang ada yang salah, itu membuktikan kamu bukan nabi asli. Lalu bagaimana kamu tanggung jawab di hadapan Tuhan? 47 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 28/06/2009 Pdt. Effendi Susanto STh. Roh membedakan roh (3) Nats: 10 11 12 13 14 15 16 17 2 Tim 3: 10-17 Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku. Engkau telah ikut menderita penganiayaan dan sengsara seperti yang telah kuderita di Antiokhia dan di Ikonium dan di Listra. Semua penganiayaan itu kuderita dan Tuhan telah melepaskan aku dari padanya. Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya, sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan. Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu. Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap–tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik. 2 Tim.3:16 merupakan ayat yang sangat penting di dalam konsep Bibliologi mengenai doktrin Alkitab, karena ayat ini memberitahukan kepada kita seluruh kitab suci yang kita terima ini ditulis oleh Allah sendiri. Memang benar, Alkitab kita ditulis oleh kurang lebih 40 orang penulis di dalam jangka waktu yang panjang mulai dari era Musa hingga sampai kepada rasul Yohanes tetapi diikat oleh satu konsep yang penting: memang ditulis oleh tangan manusia yang berbeda-beda, jaman dan rentang waktu yang panjang, tetapi “Penulis-”nya hanya satu. Paulus mengatakan ”...segala tulisan diilhamkan Allah” yang di dalam bahasa aslinya hanya memakai satu kata “Theos-pneostos” yang diterjemahkan dengan kata “dinafaskan Allah.” Dengan ayat ini Gereja membangun konsep doktrin Bibliologi yang ketat bahwa semua yang ditulis di dalam Alkitab kita ini adalah firman Allah. Cara penulisan bisa berbeda, ada nabi yang menuliskan kitabnya dengan kesadaran bahwa yang dia tulis adalah firman Tuhan. Tetapi berbeda dengan misalnya Lukas, di dalam Luk.1:3 dia memberikan kita satu kesan bahwa penulisan Injil Lukas seolaholah adalah inisiatif Lukas sepenuhnya karena dia mengatakan, ”...karena itu aku menyelidiki dengan seksama segala peristiwa ini dari asal mulanya dan aku mengambil keputusan untuk membukukannya secara teratur…” Dari kalimat ini kita menemukan Lukas menulis kitabnya 100% dari 48 kesadaran dia. Tidak ada kesan secara supranatural itu adalah Roh Kudus yang menyuruh dia. Bagaimana dengan kitab-kitab yang seperti ini? Kitab Kisah Para Rasul memberikan kepada kita satu indikasi yang sangat baik. Dalam Kis.2:25-28 kita melihat kutipan mazmur Daud, dimana penulis Kisah Rasul mengatakan “Daud menulis…” dan kita bandingkan dengan Kis.4:25 mengatakan “oleh Roh Kudus Daud menulis…” Maka Daud waktu menulis mazmur-mazmurnya pasti pada waktu hatinya tergerak untuk menuliskannya sebagai ekspresi jiwanya. Tetapi Kis.4:25 mencatat bahwa dibalik tulisan Daud, yang menggerakkan hatinya, yang memimpin semua tulisannya sehingga menjadi kitab suci adalah Roh Kudus sendiri. Maka melalui ayat ini kita kembali kepada Luk.1:3, dibalik dari kerinduan keinginan penyelidikannya ada campur tangan Roh Kudus di situ. Itu sebab apakah “derajat” firman Tuhan di dalam kitab Yesaya sama “derajat” dengan kitab Mazmur dan Injil Lukas? Jawabannya adalah “Ya,” berdasarkan apa yang dicatat oleh Paulus di dalam 2 Tim.3:16 semua tulisan itu diwahyukan oleh Allah. Itu dasar yang penting. Lalu minggu lalu saya sudah mengambil dua ayat yang penting mengenai nubuatan, dua konfirmasi penting di dalam PB, baik oleh Paulus maupun oleh Petrus bahwa penulisan kitab suci oleh para rasul dan para nabi dengan kesadaran Tuhan memberi wahyu ataupun tanpa kesadaran itu, tetap duaduanya firman Tuhan. 2 Pet.1:21 mengatakan “sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus manusia bicara demi nama Allah…” Ayat ini dan 2 Tim.3:16 menjadi dasar dalam doktrin Alkitab teologi Reformed yang ketat, karena semua kitab suci diilhamkan Allah maka kitab suci harus menjadi otoritas tertinggi dan satu-satunya bagi orang percaya. Itu sebab waktu Paulus menulis surat 1 Tim, dia mengeluarkan kalimat ini, ”...hai Timotius pegang baik-baik apa yang sudah kamu terima daripadaku. Engkau sudah mengikuti kesaksianku, ajaranku, dsb” tidak ada indikasi bahwa apa yang dia ajarkan nanti juga akan Tuhan wahyukan langsung kepada Timotius. Dengan kalimat itu Paulus memiliki kesadaran bahwa tulisannya berotoritas dan Timotius dan hamba-hamba Tuhan sesudahnya harus mengajarkan dan mengikuti apa yang dia ajarkan. Ini yang kita sebut sebagai the authority of the Bible, karena konsep Alkitab sebagai otoritas firman Tuhan yang tertinggi maka dengan sendirinya lahirlah konsep yang kita sebut sebagai “the sufficiency (kecukupan) of the Bible.” The sufficiency of the Bible artinya Alkitab ini sudah cukup, tidak perlu lagi ditambahkan apa-apa karena ini sudah merupakan standar yang tertinggi kita menilai segala sesuatu, menilai etika dan ajaran orang. Minggu lalu saya sudah mengutip perkataan dari Wayne Grudem –walaupun dia mengaku seorang Reformed- tetapi ada beberapa konsep dia terutama mengenai nubuatan saya pertanyakan dan perdebatkan. Dia mengatakan Tuhan masih bisa memberi nubuatan tetapi nubuatan itu harus dijaga, dipelihara dan diteliti oleh firman Tuhan. Tetapi bagaimana Grudem menganalisa apakah kalimat nubuatan itu berdasar pada kitab suci? Bagaimana dia memakai ayat-ayat kitab suci sebagai ayat untuk menilai nubuatan itu? Itu sebab hari ini saya mengajak saudara melihat bagaimana konsep nubuatan baik di dalam PL maupun PB dengan teliti. Yang pertama, kita melihat peristiwa “pertarungan” dua nabi yang sama-sama mengaku nabi Tuhan, bukan antara nabi Baal dan nabi Yahweh, tetapi dua pihak sama-sama melayani Tuhan tetapi kita 49 akan melihat kepada siapa Tuhan memang berbicara dan siapa yang hanya mengaku-ngaku saja. Dalam 1 Raj.22 kita melihat nabi Zedekia menampar pipi nabi Mikha dan mengatakan ”...mana boleh Roh Tuhan pindah dariku untuk bicara kepadamu?” Tetapi ternyata apa yang dikatakan nabi Mikha terbukti benar sedangkan nubuatan nabi Zedekia terbukti salah. Dari ayat ini kembali lagi kita melihat konsistensi PL seorang nabi Tuhan itu betul-betul nabi asli kalau dia memiliki dua kriteria penting ini: pertama, nabi itu setia menyampaikan firman Tuhan. Tidak peduli tekanan dari luar, politik, orang suka atau tidak suka kepada beritanya, tetap dia harus menjadi penyambung lidah Tuhan. Ciri yang kedua, yaitu apa yang dia katakan tidak ada satupun yang tidak terjadi. Jadi ini kriteria yang konsisten dengan Ul.18 yang diberikan oleh Musa. Kalau ada sedikit saja yang dia katakan tidak benar, pasti dia adalah nabi palsu. Sehingga di dalam PL saudara tidak akan pernah menemukan seorang nabi berkata, “This is what I believe God said to me…” tetapi kalimatnya adalah “Thus saith the Lord…” Kedua, saya memberikan patokan ini: the quality of prophecies are equal among prophets but the quality of relationship of the prophets and God are not equal. Dan yang kedua, the quality of prophecies among prophets are equal but the quality of instrument of prophecies are not equal. Nubuatan di dalam PL semua sama karena datangnya dari Tuhan tetapi tidak berarti semua harus sama rata karena Alkitab memberikan indikasi dimana hubungan antara satu nabi dan Tuhan itu tidak sama dan instrumen yang Tuhan pakai di dalam memberikan wahyunya tidak sama tetapi content dan nature dari nubuatan-nya sama. Itu adalah hak Tuhan di dalam relasi-Nya dengan seorang nabi tetapi tidak berarti firman yang disampaikan berbeda. Dalam Bil.12:6-8 Tuhan mengatakan, ”... Aku menyatakan diri-Ku kepada para nabi dalam penglihatan, berbicara kepada mereka melalui mimpi. Namun bukan demikian dengan hamba-Ku, Musa, seorang yang setia. Aku berbicara muka dengan muka kepadanya.” Ada tiga instrumen yang dipakai Tuhan di PL untuk menyatakan firman-Nya, melalui penglihatan, melalui mimpi dan yang ketiga, Dia berhadapan muka dengan muka berbicara dengan hamba-Nya. Ini konsisten dengan perkataan penulis surat Ibrani dalam Ibr.1:1 Alkitab memberitahukan kepada kita isi nubuatan-nya sama tetapi relasinya tidak sama karena instrumennya tidak sama. Sampai di sini saudara tidak boleh bilang, karena ada nabi yang mendapat nubuatan lewat mimpi maka beritanya menjadi samar-samar ketimbang yang mendapatkannya langsung. Itu kesimpulan yang keliru, karena kita di sini bicara soal instrumennya, tetap firman yang diperoleh itu sama karena sumbernya dari Tuhan. Ketiga, ada bentuk-bentuk pelayanan khusus yang Tuhan percayakan kepada nabi-nabi di PL yang berbeda-beda. Itu adalah panggilan Tuhan dan hak Tuhan sepenuhnya. Ada nabi yang dipanggil Tuhan untuk melayani seluruh bangsa Israel secara global, tetapi ada nabi yang dipanggil Tuhan cuma untuk sekelompok kecil atau bahkan hanya kepada satu orang saja, seperti nabi Nathan yang dipanggil untuk menegur raja Daud, atau nabi Yunus melayani kepada Niniwe, dsb. Keempat, ada perbedaan besarnya jumlah materi nubuatan yang Tuhan beri kepada masing-masing nabi. Contoh, nabi Yesaya mendapat nubuatan dari Tuhan sampai 66 pasal, tetapi ada nabi yang cuma beberapa pasal saja. Maka kita menemukan ada yang disebut sebagai “Major Prophets” ada yang disebut “Minor Prophets” bukan berarti nabi yang satu lebih besar daripada nabi yang lain, 50 tetapi berkaitan dengan berapa banyaknya nubuatan yang datang kepada mereka. Tetapi tidak berarti nabi yang ini nubuatan-nya lebih hebat daripada nabi yang lain. Nubuatan pribadi yang muncul dewasa ini mengatakan nubuatan di PB itu kualitasnya lebih rendah daripada nubuatan di PL. Ini yang ingin saya diskusikan dengan saudara hari ini baik-baik. Khususnya Grudem mengatakan nubuatan itu adalah spontaneous direct revelation from Holy Spirit yang tujuannya untuk membangun jemaat. Dia membedakan ini dengan berkhotbah yaitu hal yang sudah dipersiapkan oleh pengkhotbah sebelumnya. Maka spontaneous direct revelation bisa muncul tibatiba di tengah-tengah seorang hamba Tuhan menyampaikan khotbahnya. Interupsi itulah yang Grudem katakan sebagai nubuatan. Ayat yang dipakai sebagai dasar dari konsep ini adalah Kor.14:30. 1 Namun Grudem juga menambahkan bahwa isi nubuatan ini bisa campur antara firman Tuhan dan ‘fallible human interpretation’ ketika penerimanya tidak mendengar isi nubuatan itu secara tepat. Itu sebab dia bilang mengapa kalau ada nubuatan yang muncul seperti itu kita harus meneliti dengan baik-baik karena bisa jadi pesannya ada yang benar, ada yang salah. Kita diminta untuk meneliti baik-baik berdasarkan kebenaran Alkitab, terima yang benar, buang yang salah. Dari semua kesimpulan yang dia buat, Grudem memakai beberapa ayat menjadi dasar. Pertama, Tes.5:19-21 1 “Janganlah padamkan Roh. Jangan anggap rendah nubuatan. Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.” Grudem mengkaitkan kalimat “ujilah segala sesuatu” dengan kalimat sebelumnya yaitu “jangan anggap rendah nubuatan.” Maka menurut Grudem Paulus meminta kita menguji nubuatan- nubuatan, lalu kalimat “terima yang baik,” berarti ada nubuatan yang baik, ada yang tidak baik. Dari kesimpulan dia terhadap ayat ini Grudem mengatakan bisa jadi nubuatan itu campur dengan kesalahan penerimanya. Buat saya, ayat itu tidak harus ditafsir seperti itu. Kalimat Paulus di dalam bagian ini merupakan perintah dia secara pendek dan tidak harus saling dikaitkan. Kalimat “ujilah segala sesuatu” bukan kepada nubuatan tetapi di sini Paulus mengingatkan jemaat untuk tidak menerima segala sesuatu apa adanya. Belajar untuk teliti segala sesuatu, uji segala sesuatu. Setelah engkau uji, belajar mempunyai spiritual discernment (membedakan secara rohani). Mana yang baik, engkau ambil bagi hidupmu. Maka bagi saya, ayat ini memiliki pengertian yang luas yaitu menguji segala sesuatu di dalam hidup kita, bukan bicara bahwa nubuatan itu ada yang benar dan ada yang salah sehingga perlu diuji. Yang kedua, pada waktu Paulus menekankan “jangan anggap rendah nubuatan” maksudnya adalah bagaimana jemaat harus bersikap pada waktu mendengar firman Tuhan disampaikan. yaitu untuk rendah hati menerima tetapi juga waspada dengan apa yang diajarkan. Kapankah karunia itu selesai? 1 Kor.13:8 jelas menyatakan karunia rohani itu akan berakhir ketika yang sempurna itu datang. Apa yang dimaksud dengan kalimat “ketika yang sempurna itu tiba”? Di dalam sejarah Gereja hanya ada dua penafsiran besar terhadap ayat ini. Pertama, ‘yang sempurna itu tiba’ yaitu ketika wahyu Tuhan sudah selesai ditulis. Sebagian teolog Reformed seperti B.B. Warfield mengatakan begitu Alkitab sudah selesai ditulis maka karunia rohani tidak ada lagi. Saya tidak mengambil posisi itu dan banyak orang Reformed juga tidak mengambil posisi itu. Kenapa? Karena kita tetap percaya karunia memimpin, karunia mengajar, karunia menggembalakan, karunia menyembuhkan dsb tetap ada sampai sekarang. Kedua, ‘yang sempurna itu datang’ adalah kedatangan Yesus Kristus kali kedua. Paulus meminta kalau bisa semua orang bisa memperoleh karunia sebanyak-banyaknya untuk 51 melayani, terutama karunia nubuatan. Dan karunia baru akan selesai waktu Yesus datang kali kedua. Maka Grudem mengambil kesimpulan itu berarti karunia nubuatan masih ada sampai sekarang dan baru berhenti waktu Yesus datang kembali. Sampai disini saya tidak menerima kesimpulan dia. Ada dua penjelasan saya, pertama, saya menunjukkan dengan tegas karunia nubuatan dan glosolalia (berbicara lidah Roh) –yaitu berbicara di dalam bahasa asing yang tidak pernah dia pelajari sebelumnya- tidak muncul lagi sekarang sebab kedua hal ini bukan saja berupa karunia tetapi juga merupakan ‘the mode of revelation.’ (cara mewahyukan). Yang kedua, Paulus mengatakan ‘ketika yang sempurna itu tiba maka semua yang tidak sempurna ini akan lenyap,’ buat saya memberi patokan pokoknya batas akhirnya adalah kedatangan Yesus Kristus ke dua kalinya. Yang tertinggal hanya satu yaitu kasih. Kita tidak perlu lagi iman dan pengharapan sebab semuanya sudah terealisasi. Jadi karunia itu berjalan, tetapi bisa sampai waktu tertentu dia berhenti muncul dan tidak melanggar ayat itu. “Until the second coming of Jesus Christ” (sampai kedatangan Yesus kedua kalinya) tidak berarti pada waktu itu baru berakhir tetapi bisa jadi sebelumnya juga. Buat saya dua karunia ini – nubuatan dan glosolalia (bicara dengan lidah Roh)- sudah tidak berlanjut saat ini karena keduanya bukan saja merupakan karunia rohani tetapi juga memiliki signifikansi yang berbeda dengan karunia-karunia yang lain karena dua karunia ini merupakan “the mode of revelation” (cara mewahyukan) yang Tuhan pakai untuk menyatakan wahyunya. Paulus menginginkan kalau bisa semua orang percaya bisa memperoleh karunia nubuatan sebab pada waktu itu wahyu Tuhan belum selesai. Itu bukan permintaan Paulus terhadap semua orang percaya sepanjang jaman. Sekarang kita buka kepada 1 Kor.14:2 ada tiga kata penting yang memberitahukan kepada kita bahwa nubuatan dan glosolalia (bicara dengan lidah Roh) itu memiliki signifikansi sebagai “the mode of revelation” (cara mewahyukan) atau instrumen bagi Allah menyampaikan firman-Nya, yaitu kata “misteries, revelation, dan firman Allah.” Bandingkan dengan Ef.1:9 dan 1 Kor.14:30. Maka saudara akan mengerti mengapa Paulus berharap kalau bisa sebanyak-banyaknya orang mendapatkan karunia nubuatan karena di situ berarti mereka mendapatkan wahyu dari Tuhan. Tetapi di pihak lain Pauluspun menyadari karena ini adalah karunia, tidak semua orang bisa memperolehnya. Maka di ayat 1 Kor.14:32 Paulus memberi pagar: karunia nubuatan hanya kepunyaan nabi-nabi, tidak kepada semua orang. Kenapa saya mengatakan nubuatan itu sekarang tidak ada lagi? Karena Alkitab memberitahukan kita dengan jelas nabi itu sudah tidak ada lagi. Itu sebab kalau nabi sudah tidak ada lagi, maka saya percaya nubuatan as the mode of revelation (cara mengumumkan) itu Tuhan tidak pakai lagi. Ef.2:20 mengatakan ”...Gereja dibangun di atas dasar para rasul dan nabi dengan Yesus Kristus sebagai batu penjuru” (batu yang terpilih). Ini adalah Gereja. Fondasinya dibangun atas ajaran para rasul dan para nabi dan Yesus Kristus sebagai batu penjuru (batu yang terpilih). Apakah fondasi terus menerus muncul sepanjang sejarah Gereja? Tidak. Fondasi hanya terjadi satu kali di depan. Maka kita melihat konsistensi ini, begitu kitab Wahyu selesai, tidak ada orang yang berani menambahkan lagi. Sekarang mari kita bandingkan Fil.1:1 dan Kol.1:1 memberikan kepada kita satu indikasi bahwa Paulus memiliki kesadaran yang penuh bahwa jabatan rasul itu tidak bisa ditransmisi dan jabatan rasul itu tidak bisa muncul lagi setelah dia mati. Dalam Fil.1:1 Paulus mengatakan ”...dari Paulus dan Timotius, 52 hamba-hamba Kristus Yesus” artinya dia menaruh posisi yang sama dengan Timotius yaitu samasama hamba Tuhan. Tetapi di dalam Kol.1:1 Paulus menulis ”...dari Paulus, rasul Yesus Kristus dan dari Timotius, saudara kita…” di sini dia jelas membedakan posisinya sebagai rasul sedangkan Timotius bukan rasul. Sedekat-dekatnya hubungan dia dengan Timotius, tetap jabatan rasul tidak bisa diteruskan kepada Timotius. Tidak bisa di-transfer. Itu adalah satu kesadaran bahwa jabatan kerasulan itu tidak akan berlanjut. Maka kembali lagi kepada Ef.2:20, Gereja dibangun di atas fondasi para rasul dan para nabi. Nubuatan di PL itu penting karena itu adalah wahyu Tuhan melalui nabi-nabi yang menyatakan firman Allah. Maka Paulus mengatakan kepada Timotius, teruskan dan ajarkan apa yang sudah Paulus sampaikan kepadanya. Maka semua Gereja yang berdiri di atas fondasi ini memegang Alkitab sebagai firman Tuhan yang lengkap, kita hanya boleh mengkhotbahkan dan tidak lagi menambahkan karena Alkitab ini sudah cukup. Nubuatan pribadi mengandung unsur yang berbahaya karena buat mereka berarti Alkitab ini tidak cukup. Saya harap saudara memperhatikan mengapa kita memakai ‘the way of wisdom’ (jalan kebijaksanaan) di dalam kita berjalan mengikut Tuhan, seperti Mazmur 119 mengatakan biar pikiran kita dipenuhi oleh kitab suci. Merenungkannya dan menjadi bijaksana. Pertimbangan yang berdasarkan firman Allah menjadikan kita lebih bijaksana daripada orang tua. Firman Tuhan menjadi otoritas tertinggi yang kita baca dan renungkan. Itu cukup menjadi cara Tuhan memimpin hidup kita, tidak perlu ditambah lagi dengan yang namanya nubuatan pribadi. Saya prihatin karena banyak orang Kristen di dalam mengambil keputusan di dalam hidupnya tidak memiliki konsep yang tepat. Kebanyakan orang mengambil keputusan berdasarkan feeling perasaan, rasa senang, damai, lalu baru ambil keputusan. Ada orang tunggu Tuhan “buka pintu,” kalau jalannya lancar itu berarti dari Tuhan. Kalau terus pakai cara seperti ini kita tidak akan pernah berani ambil keputusan yang beresiko di hadapan Tuhan. Lalu ditambah lagi dengan konsep personal prophecy, orang mau melanjutkan sekolah, menikah, memilih pekerjaan, dsb perlu tunggu personal prophecy. Itu tidak benar. Yang benar adalah bagaimana Tuhan memimpinmu dengan firman-Nya, merenungkannya, mencari dan menemukan prinsip-prinsip kebenaran dan ambil keputusan di hadapan Tuhan dengan bertanggung jawab. Dengan demikian berarti kita meninggikan Alkitab sebagai kebenaran yang paling tertinggi di dalam hidup kita. 53 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 10/08/2008 Pdt. Effendi Susanto STh. Kunci rahasia hidup (1) Nats: 2 Kor. 6: 3-10 2 Kor. 4: 16-18 2 Korintus 6 3 4 5 6 7 8 9 10 Dalam hal apapun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela. Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran, dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah, dalam berjaga– jaga dan berpuasa; dalam kemurnian hati, pengetahuan, kesabaran, dan kemurahan hati; dalam Roh Kudus dan kasih yang tidak munafik; dalam pemberitaan kebenaran dan kekuasaan Allah; dengan menggunakan senjata–senjata keadilan untuk menyerang ataupun untuk membela ketika dihormati dan ketika dihina; ketika diumpat atau ketika dipuji; ketika dianggap sebagai penipu, namun dipercayai, sebagai orang yang tidak dikenal, namun terkenal; sebagai orang yang nyaris mati, dan sungguh kami hidup; sebagai orang yang dihajar, namun tidak mati; sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu. 2 Korintus 4 16 17 18 Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala–galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal. Saya tidak mengatakan ada bagian firman Tuhan yang lebih penting daripada firman Tuhan yang lain, karena kita percaya semua bagian dari kitab suci adalah firman yang memberi kekuatan dan pertolongan kepada kita. Namun saya percaya, saudara akan setuju bahwa ada bagian tertentu dari firman Tuhan yang merupakan firman yang begitu indah mendatangkan kekuatan dan pertolongan, firman Allah yang luar biasa menjadi berkat di dalam kehidupan anak-anak Tuhan. Misalnya, Mazmur 23, Rom.8:28, dsb merupakan mutiara-mutiara yang begitu indah dan begitu kaya. Pada waktu kita membaca ayat-ayat itu kita menemukan kekuatan damai sejahtera dan penghiburan dari Tuhan yang tidak habis-habisnya. 54 Sebagai pelayan Tuhan, saya percaya bagian firman Tuhan dari 2 Kor.6 yang tadi kita baca merupakan firman Tuhan yang begitu indah, suatu cetusan hati dari Paulus apa artinya menjadi pelayan Tuhan. Sebagai hamba Tuhan saya menemukan keindahan yang tidak habis-habis dari ayat-ayat ini. Beberapa minggu terakhir ini saya menikmati kekayaan dan kedalaman yang kalau mungkin dapat terus saya gali. “Sebagai pelayan Tuhan saya ingin terus-menerus berusaha sebisa mungkin jangan menjadi batu sandungan supaya pelayanan firman Tuhan tidak ditertawakan orang,” kata Paulus. Saudara bisa melihat ini adalah bagian firman Tuhan yang khusus ditujukan bagi setiap orang yang mau melayani Tuhan. Dan bukan hanya untuk hamba Tuhan saja, bukan hanya untuk para pelayan Tuhan di gereja, guru-guru Sekolah Minggu, tetapi bagi siapa saja yang mau melayani Tuhan dan bagi setiap kita firman Tuhan ini patut kita pegang. Ini merupakan kalimat cetusan Paulus, intisari apa artinya menjadi pelayan Tuhan. Pada waktu membacanya kita menemukan kekuatan kembali di tengah-tengah kita mungkin jatuh dan down, kita menemukan api yang boleh membakar hati kita sekali lagi untuk lebih cinta Tuhan. Paulus kemudian menjelaskan sebagai pelayan Tuhan apa yang dia kerjakan, apa yang dia lakukan, apa yang menjadi kekuatan yang datang di tengah-tengah pada waktu dia menghadapi pujian dan umpatan, pada waktu dihajar dan ditekan habis tetapi tidak sampai mati, pada waktu dia kehilangan segala sesuatu menjadi miskin tetapi dia bisa memperkaya banyak orang. Ada beberapa istilah menarik bagaimana Paulus menyebut diri sebagai pelayan Tuhan, “we are the aroma of Jesus Christ, we are the servant of Jesus Christ, we are the ambassador of Jesus Christ.” Betapa kaya Paulus menggunakan istilah-istilah ini untuk menggambarkan pelayanannya kepada Tuhan. Sebagai ambassador, menyatakan dignitas kehormatan sebagai seorang pelayan Tuhan yang tidak perlu malu. Sebagai aroma of Jesus Christ, menarik sekali karena ini merupakan istilah yang menjadi lukisan aroma yang datang dari hasil pembakaran korban bakaran yang harum. Kalau saudara baca di dalam PL, ada bagian pembakaran dari sacrifice yang khusus mengeluarkan aroma yang diambil dari lemak binatang korban menjadi korban bakaran yang begitu harum. Paulus memakai lukisan ini untuk menggambarkan pelayanannya. We are the aroma of Jesus Christ. Maksudnya, aroma itu keluar melalui sacrificial life. Aroma itu tidak akan keluar kalau tidak dihasilkan dari korban pembakaran. Aroma itu keluar melalui pembakaran, aroma itu keluar melalui pengorbanan, aroma itu keluar melalui tekanan, aroma itu keluar menjadi harum yang indah. Itu sebab baru saudara bisa mengerti mengapa Paulus tidak merasa kecewa, tidak merasa malu dan putus asa pada waktu begitu banyak kesulitan dan tekanan datang kepadanya, sebab melalui itu aroma keluar dari hidupnya. You are the aroma of Jesus Christ. Biar aroma itu keluar dari hidupmu yang rela. Maka mari kita belajar aspek ini, tekanan itu datang dan dari situ kita mengeluarkan aroma yang indah. Saudara bisa melihat dari muka orang-orang yang mengalami penderitaan dan kesulitan, di antara kerut-kerut kesulitan ada ketenangan dan damai sejahtera nampak di sana. Itu adalah aroma yang harum. Tiga minggu terakhir ini ada berita mengenai penemuan air di planet Mars. Satu berita yang ramai sekali. Dan ada satu majalah science dengan gegabah dan tergesa-gesa mengatakan hasil analisa tanah Mars menunjukkan kemungkinan manusia bisa menanam asparagus di sana. Akhirnya terpaksa ketua dari tim ekspedisi Mars mengatakan lebih lanjut bahwa tanah di planet Mars itu mengandung 55 garam perklorat, garam yang begitu toxic dan korosif. Tidak mungkin bisa menanam apa saja di situ. Tetapi yang mengatakan bisa tanam asparagus bilang garam perklorat itu ada sebagai residue dari kehidupan yang pernah ada di planet Mars yang sudah terkontaminasi. Intinya mereka tetap ingin percaya ada kehidupan di sana. Tetapi sesuatu kehidupan terjadi bukan sekedar karena ada analisa tanah. Terlalu banyak unsur yang membuktikan hanya di bumi inilah seluruh aspek kehidupan itu bisa pas Tuhan ciptakan dengan luar biasa. Bukan saja oksigen, bukan saja tanah dan atmosfir, tetapi salah satu aspek yang paling penting adalah gravitasi. We are the aroma of Jesus Christ, kata Paulus. Aroma itu keluar melalui tekanan. Aroma itu keluar melalui penderitaan yang mungkin datang kepada kita. Itu sebab doa yang agung adalah doa yang bukan meminta supaya kesulitan itu dicabut dari hidup kita, melainkan kita meminta supaya Tuhan memberi kita bahu yang kuat untuk menanggungnya. Doa Paulus dalam surat Filipi memperlihatkan bukan supaya Tuhan menyelesaikan kesulitan dia. Tuhan memang bisa menyelesaikan kesulitan itu. Tetapi Paulus berdoa menyatakan permasalahannya dan meminta damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal akan memerintah dalam hati kita. Peace itu bisa datang sekalipun penderitaan itu masih ada. Damai itu bisa ada sekalipun kesulitan itu belum pergi. Itu yang disebut sebagai kebenaran paradoks. Kita berpikir damai sejahtera itu baru ada kalau semua persoalan itu beres. Itu cara yang sering kita pikirkan. Paulus bilang tidak demikian. Kita tidak berdoa meminta supaya kesulitan itu hilang baru peace itu ada. Di dalam keadaan yang tidak lancar dan baikpun kita tetap bisa mengalami peace itu karena dia melampaui segala akal pikiran kita. Orang sering bertanyatanya kenapa ada orang yang di dalam keadaan menderita bisa menikmati damai? Itu jawabannya. Paulus sekarang berbicara mengenai dirinya sebagai pelayan Tuhan di sini dan dia membuka semua kunci rahasia yang luar biasa di dalam menghadapi tantangan dan kesulitan itu sehingga aroma keharuman Kristus keluar dari hidupnya. Paulus mengatakan, “Aku rindu sekuat tenaga dan sebisa mungkin aku tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain supaya pelayanan kita jangan menjadi bahan tertawaan orang.” Sebagai hamba Tuhan saya ingin hal ini juga menjadi keinginan kita, menjadi sensitifitas kita di dalam melayani, sebisa mungkin jangan sampai kita menjadi bahan tertawaan orang. Jangan sampai orang menjadi tertawa melihat pelayanan kita, karena kita akan kehilangan arti dan kuasa yang indah. Tetapi hal ini tidak bisa terjadi dengan seketika saja sebab di ayat 4 kita melihat hal yang menarik, uncinya hanya satu, yakni di ayat 4 supaya pelayanan kita tidak menjadi tertawaan orang. Dilihat dari strukturnya, ayat 4-7 Paulus berkata seperti ini: Sebaliknya dalam segala hal kami menunjukkan diri sebagai pelayan Allah dalam “menahan dengan penuh kesabaran” yang di dalam bahasa aslinya hupomone yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris “perseverance” (ketekunan). Kata ini menggambarkan ketabahan dan ketahanan. Sebagai pelayan Tuhan, Paulus tidak ingin memberikan batu sandungan supaya pelayanan kita tidak ditertawakan orang , itu sebab cuma satu kuncinya: perseverance (ketekunan). Hal ini tidak bisa datang begitu saja. Seseorang yang menjadi pelayan Tuhan akan terus-menerus harus menyatakan kesetiaan, ketahanan dan ketabahan di dalam hidupnya sampai sebelum menghela napas terakhir kali. Sepanjang perjalanan mungkin ada celaan, umpatan, pukulan, aniaya, diludahi, yang semuanya literally dialami 56 oleh Paulus. Mengalami semua ini Paulus tidak ingin menjadi bahan tertawaan orang karena itu semua merupakan hal-hal yang harus kita kerjakan di dalam perjalanan dan proses waktu. Saudara dan saya tidak bisa mencegah orang menyatakan sesuatu penilaian kepada saudara, penilaian yang mungkin saudara tidak sukai, kritikan yang saudara tidak mau, kita tidak bisa cegah itu. Yang bisa kita cegah adalah jangan sampai itu masuk ke telinga saudara dan merusak pikiran saudara dan merusak prilaku saudara. Bagaimana supaya kita tidak menjadi batu sandungan? Ini tidak terjadi begitu saja, itu sebab sebagai pelayan Tuhan kita perlu satu hal ini yaitu perseverance (ketekunan). Setelah itu Paulus memperlihatkan dalam hal apa saja kita membutuhkan kesabaran dan ketahanan diri untuk menanggungnya. Ada anam bagian yang secara teliti Paulus sebutkan di sini: 1. Penderitaan, kesesakan dan kesukaran. 2. Cambuk, penjara, kerusuhan. 3. Kerja keras, sleepless dan sering tidak sempat makan. 4. Purity, pengetahuan dan kesabaran. 5. 6. Kemurahan, the spirit of holiness dan kasih yang tidak munafik. Preaching the word of God, dan menggunakan senjata keadilan untuk menyerang atau untuk membela. Ini adalah bagian yang luar biasa yang kita lihat strukturnya. Sebagai pelayan Tuhan di tengah-tengah semua ini, biarlah aroma Kristus menjadi keharuman yang indah melalui kesabaran dan ketahanan kita. Dengan demikian kita tidak membuat nama Tuhan dijadikan bahan tertawaan orang. Kami tidak putus asa sebab mata kami memiliki pengharapan melihat hal yang tidak kelihatan. Itulah perjalanan hidup orang Kristen. Kita sudah memiliki janji yang pasti, pengharapan di depan yang seharusnya memberikan kita ketabahan terus untuk bisa berjalan menghadapi tantangan dan rintangan yang Paulus sebutkan di atas. Hupomone bukan sikap pasrah. Hupomone bukan sikap diam tidak bergerak, hanya melipat tangan dan menahan segala pukulan dengan pasif. Hupomone bukan cuma tahan dengan sabar sampai yang pukul kecapean sendiri. Hupomone bisa dilukiskan seperti seorang sedang mengangkat barbell. Pertama, dia mengangkat barbell yang sangat berat itu di bahunya. Kemudian dia menahan beban itu beberapa saat di bahunya. Setelah itu dia menghimpun kekuatan untuk kemudian mengangkat barbell itu tinggi-tinggi sebelum melepaskannya. Itu akan mendatangkan sukacita yang luar biasa buat dia. Hupomone seperti itu, menahan sesuatu berat yang sebenarnya melampaui kekuatan tetapi akhirnya bisa menjadikannya sebagai kemenangan. Pada waktu menghadapi kesulitan, kita mungkin bisa masuk ke dalam keadaan breaking point (biang perpecahan). Seolah-olah punggung kita hampir patah waktu kita berusaha menahannya. Tetapi sebaliknya yang terjadi adalah beban itu bounce back (memantul). Saudara memerlukan perseverance (ketekunan) itu sebab saudara menghadapi breaking point (biang perpecahan). Breaking point bisa terjadi waktu saudara dan saya menghadapi tekanan pertama yaitu the internal factors in our lives: tekanan yang membuat saudara lebam, things that crushed our lives, yang bisa mematahkan semangat kita dan bisa menghancurkan pengharapan kita dan bisa melemahkan 57 semangat kita, hal yang bisa menyebabkan kita kehilangan perseverance (ketekunan) . Ini adalah faktor yang dari dalam diri kita. Thomas Alfa Edison mengatakan do a little bit longer sebagai kunci kesuksesan dalam hidup. Yang membuat seseorang tidak sukses kadang-kadang tinggal selangkah lagi dia berhenti. Itulah Edison, yang waktu kecil dipulangkan oleh guru dari sekolah karena dianggap tidak ada harapan. Kalau kalimat itu keluar dari orang seperti ini saya percaya kalimat dia adalah mutiara yang indah yang patut kita dengar. Do it a little bit longer. Tahan sedikit lagi. Seorang lain mengatakan sukses adalah kesanggupan untuk menggerakkan diri sendiri sebelum menggerakkan orang lain. Seorang boss hanya bisa menyuruh orang mengerjakan apa yang dia mau karena dia bisa memberi tekanan kepadanya. Tetapi seorang pemimpin yang baik bisa memotivasi dirinya dan menjadikan semangat dia menjalar memotivasi orang untuk melakukan hal yang sama. Sukses terjadi waktu engkau sanggup menggerakkan orang. Paulus bicara mengenai perseverance (ketekunan), maka dia pertama kali menunjukkan suatu breaking point (biang perpecahan) dari dalam diri yang mungkin bisa menghancurkan pengharapan kita. Yang kedua adalah things yang tidak bisa kita menghindari dalam hidup, salah satunya sakit penyakit, penderitaan dan kesulitan yang tidak bisa kita hindari. Tetapi kita mesti belajar persevere (tekun) di situ, kuat dan bisa melewatinya. Yang ketiga, saya lebih suka menerjemahkannya sebagai anxiety (kuatir). Saudara kuatir akan masa depan, saudara kuatir tidak cukup, saudara kuatir akan apa yang akan terjadi di depan. Kekuatiran-kekuatiran itu kadang-kadang bisa melumpuhkan hidup engkau dan saya sehingga tidak bisa bergerak. Mau hidup sebagai pelayan Tuhan yang baik, mau hidup bisa menjadi orang yang memiliki spirit hupomone, kita menghadapi faktor yang pertama yaitu internal factors dalam hidup kita, hal-hal yang bisa menjatuhkan pengharapan kita, hal-hal yang memang saudara dan saya tidak bisa hindari dalam hidup ini, dan anxiety (kuatir) yang kadang-kadang menjadikan kita tidak bisa maju dan kecewa. Kemudian kita masuk ke dalam bagian kedua, faktor eksternal yang bisa mendatangkan breaking point (biang perpecahan) dalam hidup Paulus disebabkan karena tekanan dari luar yang berat yaitu cambuk, penjara dan kerusuhan dari massa yang memukuli dia. Paulus menghadapi semua itu dalam dia melayani Tuhan. Kita menemukan kasus-kasus yang hampir sama yang terjadi kepada anak-anak Tuhan di berbagai tempat. Cambukan, aniaya dan penjara, hal-hal yang dialami yang membuat mereka hanya bisa berdoa, berpuasa dan menangis di hadapan Tuhan. Bagian ketiga, breaking point (biang perpecahan) yang disebabkan bukan karena faktor internal diri sendiri, bukan karena tekanan penganiayan dari luar, tetapi karena memang natur pelayanan Paulus seperti itu. Dia tidak kecewa, dia tidak marah, dia tidak merasa malu dsb karena melayani Tuhan dengan luar biasa. Dia bekerja keras. Dia kadang tidak tidur di malam hari. Dia kadang tidak ada waktu untuk makan. Semuanya karena dia begitu keras melayani Tuhan, hal-hal yang mungkin membuat orang lain kasihan kepadanya. Tetapi breaking point (biang perpecahan) bisa terjadi kepada orang-orang yang melayani Tuhan seperti itu, dan mereka memerlukan kekuatan dan energi yang perlu ditopang oleh spirit of hupomone itu. Dari sana keharuman aroma Kristus keluar. Mari ktia melayani Tuhan lebih keras, lebih giat, lebih sungguh. Mungkin sampai malam hari saudara terus melayani, kadang-kadang sampai lapar tidak sempat makan, jangan menjadi undur dan kecewa. Mari 58 saya ajak saudara kembali kepada prinsip ini, kita tidak pernah bisa menghasilkan aroma yang harum kalau tidak ada tekanan itu. Tetapi pada waktu tekanan itu datang menghimpit hidup saudara, dia bisa datang sebagai faktor dari dalam diri, dia bisa datang mungkin dari tekanan orang yang tidak menyukai saudara, dan dia bisa datang karena beratnya pelayanan. Saudara dans aya memerlukan hupomone itu. Sesuatu yang memang tidak datang begitu saja, tetapi sesuatu yang memerlukan waktu untuk menguji. Mungkin sekarang orang menghina saudara, orang mengumpat saudara, orang meragukan motivasi pelayanan saudara. Tetapi dengan berjalannya waktu, ketabahan dan ketahanan yang ada pada diri kita akan membuat mereka kagum dan respek dan sungguh tahu kita adalah pelayan Allah yang setia. Biarlah pelayanan engkau dan saya menjadi harum di hadapan Tuhan, dan menjadi pelayanan yang seperti Yesus katakan, sampai selesai kita adalah pelayan yang baik dan setia di hadapan-Nya. Let our hupomone terus konsisten sampai akhir hidup kita. 59 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 17/08/2008 Pdt. Effendi Susanto STh. Kunci rahasia hidup (2) Nats: 3 4 5 6 7 8 9 10 2 Kor. 6: 3-10 Dalam hal apapun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela. Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran, dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah, dalam berjaga– jaga dan berpuasa; dalam kemurnian hati, pengetahuan, kesabaran, dan kemurahan hati; dalam Roh Kudus dan kasih yang tidak munafik; dalam pemberitaan kebenaran dan kekuasaan Allah; dengan menggunakan senjata–senjata keadilan untuk menyerang ataupun untuk membela ketika dihormati dan ketika dihina; ketika diumpat atau ketika dipuji; ketika dianggap sebagai penipu, namun dipercayai, sebagai orang yang tidak dikenal, namun terkenal; sebagai orang yang nyaris mati, dan sungguh kami hidup; sebagai orang yang dihajar, namun tidak mati; sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu. Kemurnian, Pengetahuan & Kesabaran Pikiran Bagian firman Tuhan yang kita baca ini merupakan firman Tuhan yang begitu indah bagi mereka yang melayani Tuhan di tengah menghadapi tantangan dan kesulitan. Inilah firman Tuhan yang luar biasa, yang sekali lagi memberi kita kekuatan. Pada waktu saudara mungkin kecewa atau mulai undur, bacalah firman Tuhan ini sekali lagi. Paulus berkata, “Sebagai pelayan Tuhan, di hadapan Allah, kita usahakan seumur hidup jangan menjadi batu sandungan bagi orang lain. Usahakan terus supaya pelayanan Tuhan jangan dicela atau ditertawakan orang.” Itu sikap Paulus. Itu hidup dia di dalam pelayanan. Ketika kita mungkin mencapai breaking point (biang perpecahan) di dalam hidup kita, kuncinya satu, yaitu kata ini: “hupomone” ketabahan dan ketahanan. Hupomone adalah semangat yang membuat kita tidak jatuh di dalam situasi itu tetapi membuat kita bangkit kembali. Ada enam bagian yang kemudian disebutkan Paulus, yaitu mari kita hupomone di dalam menghadapi breaking point (biang perpecahan) yang mungkin terjadi di dalam hidup kita: 1. Penderitaaan, kesukaran dan kesesakan. Semua kita menghadapi itu, tekanan yang membuat kita lebam, inescapable pain, dan hal-hal yang mencekik hidup kita, kekuatiran akan masa depan dan hal- 60 hal yang akan terjadi di depan. Ini semua hal-hal internal yang terjadi di dalam hidup kita. Mari kita tahan dan sabar menghadapi semua itu. 2. Hal-hal eksternal dari luar yang bisa menyebabkan kita menjadi patah, yaitu dera cambuk, penjara dan kerusuhan, aniaya dari luar. 3. Bukan karena ada hal-hal internal maupun eksternal yang menulitkan hidup, tetapi karena pilihan hidup pelayanan Paulus. Dia mengambil sikap tidak perlu marah, tidak perlu kecewa dan self pity (kasihan diri). Dia melakukan pelayanan dengan hard work, sleepless at night dan pelayanan itu membuat dia kadang-kadang tidak sempat makan. Kadang-kadang kita perlu mengambil keputusan untuk bagaimana kita mau melayani Tuhan dan kadang-kadang ada tantangan seperti ini. Tetapi jangan biarkan itu menjadi hal-hal yang melemahkan semangat saudara. Kalau itu memang keputusan saudara untuk melayani, Paulus katakan, milikilah spirit hupomone, tahan dan sabar. Itulah yang membuat kita menjadi kesaksian yang indah kepada orang lain. Sebagai seorang hamba Tuhan yang dipakai Tuhan dengan luar biasa, kita menemukan aspek Paulus yang tidak ada unsur mistisnya. Kadang-kadang kita memiliki konsep yang agak keliru dan sedikit mistis bicara mengenai pelayan Tuhan. Paulus mengingatkan kita akan hal itu. Meskipun dia adalah pelayan Tuhan yang luar biasa, menghadapi kesulitan dan tekanan dia mengaku kadang-kadang putus asa. Mendengar seorang hamba Tuhan dengan terbuka mengatakan kalimat seperti itu, kita mungkin akan mengatakan dia hamba Tuhan yang kurang doa. Kita selalu menganggap hamba Tuhan itu pasti memiliki kekuatan khusus di dalam diri dia yang menjadikannya seorang hamba Tuhan, sehingga tanpa sadar secara mistis kita pikir hamba Tuhan itu bukan manusia tetapi separuh manusia separuh malaikat. Dalam 2 Kor.3:5 kita baca, ”...dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup…” kata Paulus. Artinya, saya hanya manusia biasa. Menghadapi segala tekanan, dihina, diumpat, hampir mati dipukuli, dsb kalau ditanyakan kekuatan saya sebagai manusia, saya tidak sanggup. Dia adalah manusia normal. Tidak ada kekuatan khusus di dalam dirinya. Dia hanya manusia biasa. Sebagai pelayan Tuhan yang tidak ada unsur mistis dan kekuatan khusus. Dia hanya mengatakan, kami sanggup bisa mengatasi semua itu, itu adalah kekuatan dari Allah. Ada hamba-hamba Tuhan tertentu mungkin ingin menyatakan diri memiliki rohani yang lebih tinggi daripada orang yang lain, akhirnya lupa bahwa mereka adalah manusia biasa. Yang kedua, kita sering berpikir keliru bahwa pelayan-pelayan Allah adalah orang yang tidak pernah mengalami pergumulan masalah sehari-hari. Kita pikir hidupnya berbeda dengan orang Kristen yang lain. Orang Kristen yang lain ada air mata, tetapi pelayan Tuhan pasti ketawa terus. Orang Kristen yang lain mengalami kesulitan, tetapi hamba Tuhan tidak pernah ada kesulitan. Orang Kristen lain bisa kena macet di jalan, tetapi hamba Tuhan naik mobil lampu hijau terus. Kita berpikir bahwa mereka tidak mengalami pergumulan kehidupan sehari-hari. Dalam 2 Kor.4:8-9 Paulus mengangkat kehidupan dia dengan terbuka, ”...dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit. Kami kehabisan akal, namun kami tidak putus asa. Kami dianiaya, namun kami tidak ditinggalkan sendirian. Kami dihempaskan, namun kami tidak binasa…” Yang ketiga, banyak orang Kristen berpikir bahwa pelayan Tuhan itu pasti selalu terlindung dari bahaya- 61 bahaya yang tidak kentara. Sehingga pada waktu kita mendengar ada seorang hamba Tuhan meninggal karena kecelakaan, kita lalu berpikir hamba Tuhan itu kurang hebat. Pada waktu kita melihat ada hamba Tuhan yang tidak maju di dalam pelayanannya, kita lalu berpikir hamba Tuhan itu kurang hebat. Kita punya pandangan yang keliru seperti itu. Pada waktu kita membaca pengakuan diri Paulus sebagai pelayan Tuhan yang demikian, kita menemukan dia seorang hamba Tuhan yang luar biasa bukan dalam konsep keliru. Dia pergi pelayanan, dia menghadapi segala tantangan, dia menghadapi hal-hal yang susah dan sulit, dia katakan, “dengan kekuatanku sendiri, semua ini tidak sanggup aku hadapi.” Sebagai pelayan Tuhan maka Paulus kemudian bicara bagaimana kita hidup dan bagaimana anugerah Tuhan memelihara dan menjaga kita baik-baik. Langkah pertama ialah mengusahakan diri jangan menjadi batu sandungan supaya pelayanan tidak ditertawakan orang. Saudara harus terus belajar mendoakan, mendukung dan mensupport hamba-hamba Tuhan yang melayani karena mereka juga menghadapi pergumulan yang sama dengan orang-orang biasa, tantangan yang sama dengan manusia biasa, dan juga bahaya-bahaya yang sama yang bisa menjerat dan menjebak mereka. Itu sebab Paulus berusaha menjaga diri sebaik-baiknya. Tahan dan sabar menjadi kunci yang penting dan selalu menjaga dan memperhatikan baik-baik agar tidak menjadi batu sandungan. Karena saya percaya ketika Setan ingin menjadikan pelayanan ditertawakan maka dia pasti langsung menyerang kepada siapa yang menjadi pemimpinnya. Dengan sendirinya pelayanan itu menjadi hal yang ditertawakan orang. Saya percaya ada beberapa bahaya yang harus kita waspadai sebagai hamba Tuhan dan sebagai pelayan Tuhan. Pertama, bahaya untuk tidak mengontrol atau menguasai sesuatu yang akhirnya menjadikan pelayanan itu jatuh seperti sekte. Kita memberitakan firman Tuhan, kita bukan mengindoktrinasi dan mencuci otak manusia. Itu bedanya sekte dengan pengajaran yang benar. Jim Jones, David Koresh, itu memperlihatkan semua bahaya yang menjadikan diri sebagai sentral, akhirnya menganggap diri tidak pernah salah, dsb. Yang kedua, bahaya dari pelayan-pelayan Tuhan yang merasa diri tidak dihargai. Kita harus hati-hati, menghadapi segala kebahayaan ini. Ingat mengenai Elisa dan Gehazi pelayannya. Waktu Naaman ingin memberikan tanda terima kasih dan penghargaan kepada Elisa karena dia sembuh dari sakit kustanya, Elisa menolak. Tetapi Gehazi lari mengejar Naaman dan mengatakan tuannya berubah pikiran dan meminta tanda kasih tadi. Elisa marah ketika mengetahui hal ini dan mengatakan kusta Naaman berpindah kepada Gehazi. Merasa diri dimanfaatkan, itu bisa menjadi breaking point (biang perpecahan) dan bahaya di dalam pelayanan seseorang. Yang ketiga, bahaya memiliki keserakahan yang tersembunyi. Jangan sampai karena ini maka kita akhirnya menjadi batu sandungan yang menyebabkan pelayanan Tuhan dicela oleh banyak orang. Setelah itu ada tiga bagian lagi yang muncul mengenai anugerah Tuhan yang memampukan kita untuk memelihara pikiran kita, di ayat 6: the purity of mind, increase the knowledge dan kesabaran di dalam pikiran. Pertama, Paulus bilang, jagalah kesehatan pikiranmu. Yang kedua, bertambah pengetahuanmu . Yang ketiga, kesabaran di dalam pikiran, maksudnya adalah jangan cepat-cepat salah kalkulasi, jangan 62 cepat-cepat gegabah di dalam penghakiman. Ini tiga hal yang menarik. Bagaimana saudara dan saya hidup, Paulus katakan, mari dengan anugerah Tuhan, dengan tekun dan sabar, terus-menerus kita memelihara tiga hal ini. Kesehatan pikiranmu, kira-kira dalam bahasa aslinya kata ini berarti jaga pikiran kita supaya jangan kena noda sesuatu. Hal yang seperti noda yang lengket dan tidak mau lepas. Paulus mengatakan sebagai hamba Tuhan jaga pikiran kita baik-baik, jangan sampai pikiran itu ternoda oleh hal-hal yang terus tersimpan yang tidak habis-habisnya. Saya mencoba menggali kalimat dia ini karena saya percaya dia bicara mengenai kindness, dia bicara mengenai the purity of heart di situ, bukan dalam hal etika dan moral. Saya percaya yang dimaksudkan dengan noda di sini ada beberapa hal. Pertama, pikiran yang ternoda oleh hal-hal negatif. Sebagai hamba Tuhan pikiran kita harus dijaga baik-baik, jangan sampai terlalu banyak pikiran yang bersifat negatif. Yang kedua, saya percaya hal-hal dari masa lampau, halhal yang pahit, yang gagal, yang negatif, itu jangan terus melekat di pikiran kita. Buang itu. Tidak gampang memang, karena secara umum kita sulit melupakan kepahitan masa lampau. Tetapi Paulus menasehatkan kita jangan biarkan hidup di masa sekarang, di perjalanan ke depan, hal-hal yang lampau itu membekas di dalam pikiran saudara tidak habis-habisnya. Masa lampau, kegagalan, kepahitan, hal yang sukar untuk dilupakan. Paulus mengatakan, bukan dia sudah berhasil dalam semua ini tetapi ini yang dia lakukan, yaitu dia melupakan apa yang ada di belakang dan berlari mengejar apa yang ada di depannya (Fil.3:13). Seorang hamba Tuhan mengatakan, masa lalu tetap menjadi sejarah hidup kita dan kita tidak mungkin bisa menghapus dan membuangnya. Your past will always become your history. Kamu tidak bisa mengahupuskannya. Tetapi kita bisa tidak menjadikan masa lalu itu sebagai stained (noda), sebagai noda yang terus sdr bawa di dalam pikiranmu hari ini dan di hari yang akan datang. Saya bersyukur kalimat pertama ini muncul dari Paulus, kita mungkin punya kegagalan di masa lampau, ada kepahitan di masa lampau, taruh semua itu di belakang kalau kita mau menjadi seorang pelayan Tuhan yang baik. Jangan sampai semua itu mengganggu pikiran saudara. Saya percaya bahwa pikiran sehat mempunyai pengertian ini. Jangan biarkan masa lalu itu menjadi stained (noda) yang terus membekas sehingga kita memiliki pikiran yang negatif kepada orang, kita akhirnya melihat segala sesuatu dengan pahit oleh karena hal-hal yang terjadi di masa yang lampau. Masa lampau tidak bisa kita hapus. Bagaimana dengan pengampunan? Mengampuni tidak berarti melupakan, tetapi kalau tidak bisa lupa tidak berarti tidak bisa diampuni. Yang ada ialah semua yang ada di kepala kita bisa kita simpan di pojok belakang. Kadang kita bertemu dengan seseorang, setelah lima menit kemudian baru teringat siapa namanya, bukan? Otak kita tidak bisa “hapus” tetapi kita bisa simpan. Maka ampuni tidak berarti lupa. Tetapi kalau kita mengatakan sudah diampuni, biar itu menjadi hal yang sudah lalu dan sudah lewat, dan tidak ingin membalas kepadanya. Kalau kita masih terus ingat, itu normal. Saya kasih ilustrasi, seperti kalau dia sudah menyabet tanganmu dengan pisau sehingga ada sobek 10 cm sehingga harus dijahit. Kemudian kamu ampuni dia. Setelah berapa lama, ada orang bertanya, itu luka apa di tanganmu. Apakah karena sudah mengampuni, kamu jadi lupa? Apakah karena sudah mengampuni, lalu codet itu hilang dengan sendirinya? Tentu tidak, bukan? Kalau masih ada kemarahan, kebencian, keinginan untuk membalas, itu berarti kita belum 63 mengampuni. Hal-hal itu tidak menjadi hal yang membuat hati kita menjadi sempit, menjadi negatif, menjadi tidak indah. The purity of mind, jaga pikiranmu, kata Paulus. Saya suka mengambil contoh teladan dari Yabes, karena hidupnya bagi saya indah sekali. Meskipun cuma dua ayat di Alkitab mengenai dia, tetapi saya menemukan kedalaman keindahannya, 1 Taw.4:910. Nama Yabes artinya pahit, nama Yabes artinya penderitaan, nama Yabes itu artinya kamu yang membuat saya menderita. Tetapi Yabes berseru kepada Tuhan, “Tuhan, saya mau menatap ke depan. Bukakanlah horison saya seluas-luasnya. Jangan biarkan kepahitan masa lampau ibuku mengikat aku,” itu doa dia. “Perluas cakrawalaku. Aku mau apa yang akan aku lakukan di masa depanku menjadi berkat.” Ini menjadi doa yang agung. Cuma banyak orang Karismatik yang karena buku Wilkinson “The Prayer of Jabez” itu membuat mereka menjadi keliru sehingga membuat doa Yabes menjadi jampi-jampi. Sampai ada pendeta yang menyuruh jemaatnya pagi-pagi sebelum bekerja atau ke toko, baca-baca doa Yabes biar usahanya lancar. Itu tafsiran yang keliru. Doa Yabes dicatat sebagai contoh doa. Contoh doa tidak boleh dijadikan the principal of prayer. Ada banyak contoh doa di dalam Alkitab kita, ada yang dijawab “YES”, ada yang dijawab “NO” oleh Tuhan. Paulus sudah berdoa tiga kali kepada Tuhan supaya duri di dalam dagingnya dicabut, Tuhan bilang, “Tidak. Kasih karuniaKu cukup bagimu.” Tuhan Yesus meminta di taman Getsemani, “Bapa, kalau bisa biarlah cawan ini berlalu dari-Ku, tetapi bukan kehendak-Ku yang jadi melainkan kehendak-Mu yang jadi.” Doa Yabes juga adalah doa yang menjadi contoh. Kenapa doa itu dicatat oleh Alkitab? Karena ini merupakan satu contoh doa yang indah luar biasa, doa dari seorang yang tidak mau diikat oleh masa lalu. Saya tidak tahu apa yang menjadi kesulitan dan kesakitan ibunya. Mungkin waktu dalam proses melahirkan susah dan sakit luar biasa. Ingatkan waktu itu belum ada epidural (narkose), belum ada obat untuk mengatasi sakit bersalin. Atau waktu Yabes lahir, papanya meninggal, atau mungkin usahanya bankrut, dsb. Ibunya tidak ingin lupa semua itu sehingga dia memberi nama anaknya seperti itu, untuk mengingat gara-gara dia lahir, hidup keluarga menjadi susah. Yabes tidak bisa ganti nama. Tetapi di sini kita menemukan keindahannya, Yabes berdoa, dia tidak mau menjadikan hal-hal yang lampau itu menjadi hal yang mengikat dia. Maka pegang baik-baik nasehat Paulus yang penting ini. Pertama, jangan biarkan masa lampau menjadi noda yang terus tinggal di dalam kehidupan saudara dan saya hari demi hari. Kita pernah gagal, kita pernah salah, kita pernah melakukan hal-hal yang ceroboh dalam hidup. Kita mungkin pernah menyesal akan hal yang lampau dan kita mungkin tidak akan pernah bisa melupakan dan menghapus hal itu di dalam hidup kita. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah katakan kepada diri sendiri, itu semua tidak akan mengganggu lagi hidup saya. Paulus tidak pernah lupa, dulu dia adalah seorang penganiaya orang Kristen, tetapi dia mengatakan itu semua sudah lewat. Yang kedua, Paulus mengatakan, bertambah pengetahuanmu. Sebagai seorang hamba Tuhan, sebagai pelayan Tuhan, semua orang yang melayani Tuhan, ini panggilan dan permintaan Paulus: jadikan pikiran saudara terus-menerus bertambah dan bertumbuh. Saudara sebagai orang Kristen perlu terus-menerus menggali, membuat pikiran kita lebih maju dan lebih banyak bertumbuh secara pengetahuan firman Tuhan. Tidak habis-habisnya kita harus menggali firman Tuhan, merenungkan 64 firman Tuhan, membaca firman Tuhan. Ada hal-hal yang menjadi sarana, seminar, dsb yang membuat saudara bisa bertumbuh sebagai orang Kristen, ambil dan lakukan. Saya selalu mengambil sikap membaca buku, terus membeli buku-buku yang baru, menggali dengan teliti setiap hari. Saudara bilang sibuk dan tidak ada waktu untuk itu, tetapi itu bukan soal yang tidak bisa diatasi. Yang terutama ada keinginan untuk belajar, menggali dan mempertumbuhkan hidup kita. Saya sangat suka dengan kalimat salah seorang dosen saya di SAAT, “Sekolah teologi ini punya nama yang terkenal dan Gereja respek dengan lulusan dari sekolah ini. Tetapi reputasi sekolah hanya memundurkanmu selama lima tahun. Sesudah itu bagaimana pelayananmu engkau bangun, itulah tanggung jawabmu sendiri. Baru lulus, orang respek karena engkau bisa lulus dari sekolah teologi yang baik, tetapi setelah itu semua tanggung jawab pelayananmu. Sampai sekarang saya pegang baik-baik pesan itu. Setiap kali melakukan pelayanan, saya punya sikap seperti itu. Bertambah pengetahuanmu. Guru Sekolah Minggu, para pelayan Tuhan, pemain musik, dsb, Paulus mengatakan, sebagai pelayan Tuhan dia melakukan semua ini. Saudara tahu apa yang Paulus minta kepada Timotius untuk dibawa kepadanya waktu Timotius membesuk dia di penjara? Dua hal dia minta, ke satu minta Timotius membawa jubahnya karena sudah hampir musim dingin. Kedua, bawa perkamen buku-bukunya. Meskipun di dalam penjara, dia ingin tetap terus belajar dan belajar kebenaran firman Tuhan. Saudara dan saya selaku pelayan Tuhan, mari kita belajar rindu bertumbuh dalam pengetahuan. Yang ketiga, sabar di dalam pengetahuan. Terjemahan Indonesia hanya menyebutnya kesabaran. Maksudnya apa? Saya percaya maksud Paulus di sini adalah jangan cepat-cepat memberi penilaian. Paulus menasehati Timotius dalam suratnya, kalau ada orang yang menuduh penatua yang lain, jangan cepat-cepat bereaksi. Sabar sedikit, lihat baik-baik, jangan tergesa-gesa mengambil keputusan. Saudara dan saya selaku pelayan Tuhan, mari kita belajar untuk memiliki pertimbangan yang matang, mempertimbangkan segala aspek dengan baik, bersabar di dalam pikiran kita, tidak terlalu cepat-cepat menghakimi dan memberikan kalkulasi di dalam penghakiman kita. Kiranya anugerah Tuhan memelihara pikiran kita menjadi berkat pada hari ini. 65 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 17/08/2008 Pdt. Effendi Susanto STh. Kunci rahasia hidup (3) Nats: 3 4 5 6 7 8 9 10 2 Kor. 6: 3-10 Dalam hal apapun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela. Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran, dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah, dalam berjaga– jaga dan berpuasa; dalam kemurnian hati, pengetahuan, kesabaran, dan kemurahan hati; dalam Roh Kudus dan kasih yang tidak munafik; dalam pemberitaan kebenaran dan kekuasaan Allah; dengan menggunakan senjata–senjata keadilan untuk menyerang ataupun untuk membela ketika dihormati dan ketika dihina; ketika diumpat atau ketika dipuji; ketika dianggap sebagai penipu, namun dipercayai, sebagai orang yang tidak dikenal, namun terkenal; sebagai orang yang nyaris mati, dan sungguh kami hidup; sebagai orang yang dihajar, namun tidak mati; sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu. Saya bersyukur dan ingin mengatakan kepada saudara yang rindu untuk mengasihi dan melayani Tuhan, bagian firman Tuhan ini merupakan mutiara yang penting bagi setiap kita apa artinya menjadi pelayan Tuhan. Tidak ada motivasi lain, kata Paulus, aku ingin terus berusaha jangan sampai menjadi batu sandungan bagi orang. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan supaya pelayanan Tuhan itu jangan sampai ditertawakan orang. Menjadi pelayan Tuhan itu bukan hobby. Mau mengasihi dan melayani Tuhan itu bukan sekedar sesuatu yang saudara ingin lakukan secara kebetulan lalu berhenti begitu saja. Kunci yang paling penting dalam melayani bagi Paulus ialah kata ini: “dengan penuh kesabaran” atau “hupomone” dalam bahasa Yunani atau “perseverance” (ketekunan) dalam bahasa Inggris. Semangat yang tabah, semangat yang tahan. Menjadi pelayan Tuhan yang bukan sekedar usaha satu dua hari saja, tetapi sesuatu yang konsisten dan menjadi hal yang dipertahankan terus-menerus. Itu yang kita lihat di dalam sepanjang hidup Paulus. Api itu tidak pernah padam. Sekalipun kadang berkobar dan kadang kecil, tetapi bara semangat itu tidak boleh padam di dalam hidup seorang pelayan Tuhan. Itulah yang menjadi kunci rahasianya: tahan dan sabar. Kadangkala kunci ini menjadi hal yang sulit sekali dipertahankan. 66 Dua puluh tahun terakhir ini terlalu banyak orang melihat pelayanan itu hanya sekedar bagaimana metode terbaik diterapkan. Banyak pemimpin gereja pergi ke tempat-tempat tertentu untuk melihat bagaimana pelayanan di situ bisa berhasil dan mencoba mencontoh metode yang dipakai. Mereka pergi ke Korea belajar kepada Rev. Yonggi Cho dan mempelajari kunci keberhasilannya yaitu “rumah doa.” Maka bertaburanlah rumah-rumah doa dan villa doa di Puncak, bukan? Sekarang metode itu mulai menghilang. Lalu sepuluh tahun yang lalu orang ramai-ramai pergi belajar kepada Rev. Bill Hybels yang punya gereja Willow Creek yang sangat berhasil. Kuncinya adalah “Seekers Ministry,” satu pelayanan khotbah setiap minggu dengan singkat, dengan bahasa yang mudah dicerna, dengan drama, dsb khusus untuk “seekers” yaitu orang-orang yang belum percaya yang dibawa ke gereja. Sekarang orang-orang pergi belajar ke Saddle Back church dari Rick Warren, ramai-ramai memakai buku “Purpose Driven Life.” Semua usaha dan metode itu tidak salah, tetapi statistik yang diberikan oleh George Barna memperlihatkan terlalu banyak hamba Tuhan, ratusan dan ribuan hamba Tuhan di Amerika yang ingin berhasil seperti itu dan waktu mereka gagal, akhirnya mereka berhenti di tengah jalan dan tidak menjadi pendeta lagi. Kenapa? Semua teknik dan metode itu telah mereka coba untuk terapkan di dalam pelayanan mereka tetapi tidak jalan, akhirnya mereka kecewa dan meninggalkan pelayanan. Kira-kira minggu lalu saya membaca satu berita yang sangat menyedihkan di Adelaide Post, mengenai seorang pastor muda yang mengarang lagu “The Healer” yang sangat terkenal. Dia mengatakan lagu itu terinspirasi dari pengalaman pribadinya, waktu dokter mendiagnose ada kanker di tubuhnya, dia merenung dengan sedih di depan piano dan tiba-tiba mengalir kata-kata penghiburan sehingga terciptalah lagu “The Healer” itu. Lagu itu menjadi berkat, gerejanya di Adelaide menjadi bertumbuh dengan luar biasa dan dia menjadi pembicara yang laris diundang ke mana-mana karena dia dianggap sebagai seorang hamba Tuhan yang survive dari kanker dua tahun yang lalu. Tetapi akhirnya setelah di-counter oleh orang tuanya, dengan malu dia harus mengaku di hadapan umum bahwa semua itu hanyalah cerita bohong belaka. Akhirnya karena itu dia berhenti dan pelayanan dia menjadi berantakan. Bagi orang luar mungkin ini menjadi bahan cemoohan bahwa orang Kristen itu penuh kebohongan padahal mungkin semua itu didasari dari keinginan supaya pelayanan Tuhan menjadi lebih berhasil dan lebih banyak orang percaya, tetapi dia melupakan esensi-esensi yang penting yang harus menjadi dasar suatu pelayanan yang benar. Mari kita belajar sama-sama sebagai pelayan Tuhan dari pernyataan Paulus, “kami menjadi pelayan Allah, kami tidak ingin membuat pelayanan Tuhan itu dicela oleh karena kami menjadi batu sandungan orang.” Maka ini menjadi keputusan hidup dia, suatu sikap pelayanan apa yang akan ambil, dan saya harap semua kita mau menjadikan prinsip hidup pelayanan Paulus ini. Paulus mengatakan, hal yang paling utama ialah ‘dengan penuh kesabaran dan ketabahan’ sesuatu dikerjakan. Dengan sabar, dengan konsisten, dengan tenang dan pelan sampai menghasilkan buah. Tuhan sudah memberikan kita bijaksana alam yang darinya kita belajar. Tuhan tidak mempertumbuhkan banyak hal dengan cepat, bukan? Tuhan menumbuhkan pohon juga melewati suatu proses. Anak kita didik dan besarkan juga tidak langsung jadi seperti yang kita harapkan. 67 Berapa banyak kita ingin anak kita bisa mahir bermain piano seperti anak-anak lain? Tetapi kita tidak tahu bahwa untuk itu perlu berapa banyak waktu untuk berlatih dengan konsisten. Tidak bisa langsung jadi sebegitu cepatnya. Maka jangan sampai karena motivasi yang tidak benar, keinginan diri yang tidak benar, keinginan untuk populer dsb, akhirnya kita gegabah di dalam mengerjakan pelayanan Tuhan sehingga kita mungkin bisa menjadi batu sandungan dan mempermalukan Tuhan. Belajar sabar, belajar tabah, belajar konsisten di dalam mengerjakan sesuatu dengan semangat yang tidak pernah berubah dari tahun ke tahun, terus ingin mengerjakan yang terbaik. Jangan sampai karena keinginan yang salah dan motivasi yang keliru, kita melayani dengan etika yang salah dan moral yang tidak benar. Ini merupakan prinsip yang penting kita pegang. Ada tiga hal yang Paulus minta kita jaga baik-baik. Minggu lalu sudah saya bahas, yaitu: jaga pikiran kita baik-baik di dalam kemurnian pikiran, bertambah pengetahuanmu dan sabar di dalam pikiran. Jauhkan pikiran negatif dan hal-hal yang pahit di masa lampau yang bisa mengganjal pikiran kita. Yang kedua, bertambah pengetahuanmu, terus bertambah, terus bertumbuh, terus ingin menjadi seorang pelayan Tuhan yang mempertumbuhkan banyak pengetahuan. Kita menggali diri, terus menambah di dalam pelajaran, pengetahuan, cara, metode, dsb supaya kita menjadi seorang pelayan yang baik. Yang ketiga, sabar di dalam pikiran, tidak terlalu cepat memberikan penilaian dan judgment yang keliru kepada orang lain. Hari ini jaga tiga aspek di dalam hati saudara, kata Paulus, di dalam kemurahan hati, di dalam Roh Kudus dan di dalam kasih yang tidak munafik. Tiga hal di sini bicara mengenai hati. Karunia Tuhan, anugerah Tuhan kiranya memelihara hati kita dengan tabah dan dengan sabar terus memperkembangkan tiga hal ini, yaitu di dalam kemurahan hati, di dalam kesucian dan di dalam kasih yang tidak munafik. Apa artinya kemurahan hati? Saya melihatnya lebih di dalam pengertian suatu kualitas hati seseorang di dalam kelegaan. Pribahasa Cina mengatakan di dalam hati seorang pemimpin yang baik, kapal bisa berlayar dengan lapang. Hati yang lebar dan lapang, hidup kualitas yang selalu lebih memperhatikan dan lebih mementingkan orang lain daripada diri sendiri. Kata kemurahan itu juga dipakai untuk Allah, berbicara mengenai kedermawanan hati Allah yang begitu murah hati memberikan anugerah-Nya. Saudara masih ingat perumpamaan Tuhan Yesus mengenai seorang pemilik kebun anggur yang memberi upah kepada pekerja-pekerjanya (Mat.20:1-16). Kepada pekerja yang bekerja jam 9, 12, 3 dan 5 sore, dia memberi upah satu dinar, satu upah yang layak untuk kebutuhan keluarga dalam sehari. Pekerja yang mulai bekerja sejak pagi-pagi benar kemudian bersungut-sungut ketika pemilik kebun itu memberi upah yang sama kepada mereka. Perhatikan kalimat dari pemilik anggur ini, “Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Iri hatikah engkau karena aku murah hati?” Kemurahan itu tidak ditahan-tahan. Tidak ada paksaan. Kata itu yang dipakai Paulus, hati kita yang pertama-tama memiliki kemurahan sebagai seorang yang tidak mempertahankan kepentingan diri sendiri tetapi lebih melihat bagaimana kebutuhan dan kepentingan orang lain. Menjadi pelayan Tuhan adalah seorang yang harus melawan sifat egoisme dalam dirinya. Seorang pelayan Tuhan yang egois, yang lebih mementingkan diri sendiri dan reputasi diri, yang hanya ingin mencari kepentingan diri, itu bertentangan dengan semangat pelayanan. SIkap tidak egois tidak berarti kita menjadi orang yang tidak punya citra diri. Seorang anak sejak kecil belajar dua 68 hal, pertama dia belajar bilang ‘NO’ sebelum bilang ‘YES,’ dan kedua bilang ‘MINE’ sebelum belajar berbagi. Kita jangan memaksa anak kita yang baru berumur 1-2 tahun untuk belajar berbagi kepada anak lain karena di situ dia sedang belajar memperkembangkan identitas diri. Setelah hal itu tetapkan, dia akan lebih mudah belajar apa arti berbagi dengan anak lain. Maka serving, melayani orang, lebih memperhatikan orang lain bukan berarti kita akhirnya tidak menghargai identitas diri ataupun menghina diri. Justru maksudnya, kita mengerti identitas diri kita yang berharga di hadapan Tuhan apa adanya. Tetapi kalau identitas diri diidentikkan dengan pelayanan-Ku, dengan harta-Ku, dengan segala kesuksesan dan keberhasilan yang ‘si AKU’ capai, maka ketika semua itu runtuh kita akan merasa hidup kita gagal total. Kemurahan hati memiliki pengertian kita sadar kita begitu bernilai di hadapan Tuhan dan hal ini tidak perlu kita pertahankan. Kita menjadi orang Kristen yang belajar tidak egois. Itu sebab sebagai pelayan Allah kita belajar lebih memberi, lebih memperhatikan dan lebih mengasihi orang lain. Itu paradoks yang Tuhan Yesus katakan, barangsiapa yang terus mempertahankan hidup, dia akan kehilangannya. Tetapi barangsiapa memberi dirinya, dia akan menerimanya kembali. Itu paradoks sekali. Mau menjadi pelayan Tuhan yang baik? Buka hati saudara selebar-lebarnya, belajar menjadi orang Kristen yang memberi, rela untuk memberi sesuatu demi kepentingan orang lain tanpa pamrih. Itu yang Allah lakukan pada waktu Dia memberi. Dalam Mat.13:45-46 Tuhan Yesus memberi prinsip apa artinya hidup di dalam Kerajaan Allah dan bagaimana kita hidup mengasihi Allah di dalam perumpamaan seseorang yang menemukan mutiara yang berharga. Demikianlah sebenarnya hidup kita bagi kerajaan Allah. Pada waktu kita terus mempertahankan semua menjadi milik kepunyaan kita, kita membuat hati kita sendiri menjadi sempit. Kemurahan hati akan terlihat pada waktu seseorang tidak mempertahankan hak milik dan pegang semua erat-erat, akhirnya lupa bahwa seluruh hidup kita sebenarnya kita miliki kembali pada waktu kita jadikan itu sebagai milik pelayanan untuk Tuhan dan untuk orang lain. Semua yang kita punya adalah miliki Tuhan, yang Tuhan kasih untuk kita pakai dan nikmati dan Tuhan minta kita dengan setia mengelolanya. Sekitar 15 tahun yang lalu ada satu kisah nyata terjadi di Palm Beach, Florida, seorang nenek tua ditemukan meninggal di rumahnya dengan keadaan yang mengenaskan. Dia meninggal karena malnutrisi. Tubuhnya begitu kurus, tidak lebih daripada 30 kg. Tetangga mengatakan nenek tua ini sering datang meminta sisa-sisa makanan dan kadang mengorek tempat sampah orang untuk mendapatkan makanan. Yang mengejutkan ternyata juga ditemukan dua kunci dari safety box di bank, di dalamnya ada beberapa surat obligasi dan saham dari AT&T dan ada uang $200.000 dan sejumlah mata uang asing yang sejumlah $600.000, sehingga total kekayaannya hampir 1 million dollar. Tragisnya, sepanjang hidup dia menjalaninya sebagai orang miskin dan melarat. Yang kedua, the spirit of holiness ditaruh sebelum kasih yang tidak munafik. Paulus menaruh hal ini sebagai satu kriteria penting bagi seorang pelayan Tuhan. Kenapa? Kita akan mengerti lebih dalam waktu kita mengaitkannya dengan nasehat Paulus kepada jemaat Galatia dalam Gal.6:1 ”..kalau seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, pimpin orang itu ke jalan yang benar sambil menjaga dirimu sendiri supaya jangan kena pencobaan.” Prinsipnya sederhana dan saya selalu pegang baik-baik. Waktu seseorang konseling, kita bersimpati dan ikut merasakan kesulitan yang dia alami, tetapi jangan sampai kita masuk lebih dalam daripada yang sepatutnya. Kindness, terbuka, 69 menjadi orang yang memperhatikan orang lain. Tetapi Paulus tambahkan, tetaplah memiliki the spirit of holliness, jaga diri baik-baik jangan sampai kita memperhatikan kebutuhan dan kepentingan orang lain tetapi kita sendiri bisa jatuh. Seorang hamba Tuhan harus hati-hati dan baik-baik, di dalam memberikan pelayanan, memperhatikan kesulitan jemaat, dsb kita jangan sampai jatuh. Hidup untuk orang lain, tetapi jaga spirit of holiness. Selanjutnya Paulus bicara mengenai action di ayat 7 ”...terusmenerus preaching the word of God, preaching the power of God dan melakukan itu semua dengan dua metode yaitu dengan menyerang dan membela. Dalam 2 Kor.10:3-8,15 Paulus menghadapi kritikan tetapi dia menyatakan bagaimana hidup pelayanannya. Pak Tong selalu mengingatkan “kalau mampu melahirkan sendiri, tidak usah pungut anak orang lain,” maksudnya di dalam pelayanan kita harus betul-betul percaya kuasa Injil yang bisa merubah hati orang dan tidak usah takut dan tidak usah ambil domba orang. Paulus memberi prinsip ini: saya membangun, bukan meruntuhkan. Kedua, saya tidak datang ke tempat orang lain dan ambil domba orang. Ini prinsip pelayanan dia. Dengan setia memberitakan firman Allah, dengan setia menyatakan kuasa Allah dan melayani dengan membela dan mempertahankan. Maksudnya bukan hanya membela diri tetapi lebih merupakan sifat pelayanan dia yang berada di front depan, menghadapi orang yang tidak percaya, orang yang terbuka menentang untuk mengenal Tuhan. Paulus menyerang dan meruntuhkan segala keangkuhan pikiran mereka yang tidak mau mengenal Tuhan. Itu bentuk pelayanan Paulus. Maka dia membangun pelayanan dan bukan meruntuhkan ataupun mengganggu wilayah pelayanan orang lain. Saya percaya ini merupakan prinsip yang penting dan sampai hari ini saya mengingatkan kepada saudara semua yang melayani bersama-sama dengan saya, menjadi anggota gereja di tempat ini. Saudara tahu saya punya prinsip tidak akan pernah mengajak saudara pelayanan kalau saudara baru pertama kali datang ke gereja ini. Yang kedua, saya tidak akan pernah minta saudara pindah ke gereja ini. Selama 15 tahun pelayanan sampai hari ini saya terus pegang prinsip ini. Kalau saudara datang berbakti di sini dengan setia dan hati saudara sudah merasa ini adalah gerejamu, saya akan terbuka jika saudara mau berbagian melayani. Tetapi saya selalu akan memberi pertanyaan ini, apakah sebelumnya saudara ada pegang pelayanan di satu gereja dan ada pegang satu jabatan dan masih belum menyelesaikannya? Maka saya akan mengatakan, walaupun hati saudara di sini, selesaikan dulu pelayanan di sana, baru kemudian melayani di sini. Hal-hal seperti itu selalu menjadi prinsip yang harus kita pegang supaya kita tidak bersalah kepada pihak lain. Kita tidak boleh takut, terus melayani dengan memberitakan Injil, orang diberkati dan bertumbuh. Kalau bisa ajak orang belum percaya ke gereja. Bagaimana gereja Tuhan bisa berkembang dan bertumbuh? Setiap anak Tuhan dengan setia seumur hidup preaching the word of God, menyatakan kuasa Allah dan membawa orang belum percaya, runtuhkan pikiran mereka supaya bisa percaya dan mengenal Tuhan. Tidak usah takut kalau kita melayani dengan tulus dan jujur memberitakan Injil orang tidak tertarik dan tidak percaya Tuhan. Saya harap ini semua menjadi prinsip yang terusmenerus tertanam di dalam diri saya dan saudara Pada waktu kita memutuskan untuk menjadi pelayan Tuhan kita perlu satu hati yang tabah dan tahan. 70 Mari kita lihat Kol.4:14 dalam bagian ini Paulus memberikan pujian dan apresiasi kepada rekan-rekan kerjanya Tikhikus, Onesimus, Aristarkus, Epafras, dan kepada Lukas tetapi kepada Demas tidak ada satu kalimat Paulus nyatakan tentang dia. Paulus tidak memuji kehebatan mereka, tetapi Paulus menekankan satu kata yaitu “setia”, mereka setia bersama-sama dia melayani, mereka ikut di dalam penjara, bergumul di dalam doa, dsb. Ini adalah kriteria yang sangat penting bagi Paulus. Nanti di dalam surat 2 Tim.4:10 saudara akan menemukan bahwa beberapa tahun kemudian Demas ternyata meninggalkan pelayanan “karena dia lebih mengasihi dunia ini.” Di Kolose, Paulus sudah meraba hal ini dari diri Demas. Paulus tidak sanggup menulis apapun mengenai dia dan memang terbukti tiga tahun kemudian dia meninggalkan Paulus dan tidak melayani lagi. Konsistensi merupakan kunci yang penting. Kesuksesan dan ketidaksusesan merupakan proses di dalam satu pelayanan. Dihormati atau tidak dihormati merupakan bagian di dalam satu pelayanan. Tetapi semua itu akan saudara dan saya lewati pada waktu kita menjadi seorang Kristen yang memiliki ‘hupomone’ perseverance (ketekunan). Sampai pada titik terakhir, Yesuspun bicara mengenai pelayan yang punya bakat lima talenta, yang punya bakat dua talenta dan yang punya bakat satu talenta, tidak ada masalah bagi Dia. Yang terutama bagi Tuhan, Dia memuji “hamba yang setia.” Saudara dan saya berbeda bakat dan talenta, saudara dan saya berbeda kemungkinan, saudara dan saya berbeda status, dan kita masing-masing memiliki karunia dari Tuhan yang berbeda. Kita tidak perlu malu, tidak perlu kecewa, tidak perlu iri, dan tidak mempersalahkan Tuhan di dalam keunikan yang berbeda yang Tuhan beri kepada kita. Tetapi yang Tuhan jelas minta dan tuntut kepada kita hal yang sama, bagaimana kita jadikan semua yang sudah Tuhan berikan itu menjadi berkat di dalam hidup kita. 71 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 15/06/2008 Pdt. Effendi Susanto STh. Rahasia hidup berkemenangan (1) Nats: 2 Kor. 4: 1-2; 7-12 2 Kor. 1: 8 2 Korintus 4 1 2 7 8 9 10 11 12 Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati. Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah. Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah–limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. Sebab kami, yang masih hidup ini, terus–menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini. Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu. 2 Korintus 1 8 Sebab kami mau, saudara–saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. “Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini, karena itu kami tidak tawar hati.” Kor.4:1) (2 “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.” (2 Kor.4:7) Saudara masih ingat bagaimana Paulus dalam 2 Kor.1:8 begitu jujur mengaku padahal pengakuan ini mengandung resiko yang besar. Paulus seorang hamba Tuhan yang besar, seorang yang dipakai oleh Tuhan, namun dengan jujur berani mengatakan ekspresi hatinya, bahwa di dalam pelayanannya kesulitan dan tantangan yang dia hadapi itu berat luar biasa, dia tidak malu berkata bahwa dia telah putus asa. Sebagai manusia kita menghadapi tantangan kesulitan, adalah lumrah kita merasa tidak kuat. Karena kita bukan robot, kita kadang merasa begitu putus asa menghadapi kesulitan hidup. Namun di pasal 4 Paulus menyatakan kalimat yang seolah-olah paradoks dan bertentangan dengan perasaan yang dia nyatakan tadi. Dia mengatakan, meskipun kami ditindas, dianiaya, dihempaskan, kami tidak merasa tersendiri. Di dalam segala hal kami mengalami tantangan namun kami tidak putus 72 asa. Bagaimana bisa di dalam saat yang sama dia dengan jujur berkata telah putus asa dan juga berkata dia tidak putus asa? Dia bukan bertentangan di sini, tetapi melalui pernyataannya mari kita belajar beberapa hal yang menarik mengapa sampai dia seperti itu. Sama seperti buah zaitun yang ketika ditekan dan diperas namun dengan segala cara akhirnya dia mengeluarkan minyak. Di dalam situasi yang berat itu Paulus telah putus asa tetapi dia tetap berusaha mencari jalan. Ini hidup kita. Ini realita kita. Apakah kita sanggup berani bisa mencari jalan untuk bisa keluar, walaupun di tengahtengah hal itu kita tersendiri, kita sanggup bisa keluar menyatakan kekuatan dan penghiburan bagi diri sendiri? Pada waktu saudara dan saya ditinggalkan, berada di dalam kondisi seperti ini, kekuatan yang besar yang paling penting di situ adalah sanggupkah kita mencari jalan? Pada waktu anak kita mengalami kesulitan, apakah kita mengeluarkan kalimat-kalimat seperti ini bagi dia? Kadang sebaliknya yang keluar dari mulut kita adalah sikap menyalahkan dia, bukan mengajaknya mencari jalan keluar. Saya percaya kalimat ini adalah kalimat yang paling indah keluar dari mulut kita memberikan pengharapan kepadanya. Bagi saya, itu yang membuat hidup Paulus menjadi hidup yang berkemenangan. Kami telah putus asa, tetapi di tengah-tengah itu dia mengatakan kami tidak putus asa, kami sanggup untuk mencari jalan, kami mendorong diri kami sendiri. Seringkali pada waktu kita menghadapi tantangan dan kesulitan, kita mengharapkan ada orang lain yang bisa bersimpati dan memberi caring kepada kita. Tetapi jujur kadang kita tidak mendapatkan hal seperti itu, bukan? Harus cari jalan keluar. Artinya, saudara dan saya tidak bisa tenggelam terus. Ada fakta realita penderitaan dan kesulitan yang secara ukuran standar kekuatan kita mungkin kita rasa tidak sanggup. Tetapi di dalam tekanan dan tindisan yang berat itu Paulus bisa mencari jalan keluar dan mengatakan ‘saya tidak putus asa.’ Maka saya mengatakan seperti ini kepada anak muda, “Failure is not falling down but failure is staying down.” Kegagalan terjadi waktu kita tetap terus tidak mau bangun pada waktu kita sudah jatuh. Dietrich Bonhoeffer di dalam surat-suratnya dari penjara mengatakan kalimat-kalimat yang begitu luar biasa. “Pada waktu aku begitu tersendiri, aku tidak tahu kepada siapa harus mendapatkan pertolongan dan kekuatan. Itu sebab aku mengarahkan mataku dan melihat pengharapan dari Tuhan yang memberikan kekuatan kepadaku.” Sama seperti Viktor Frankl yang juga di dalam camp konsentrasi bisa mengeluarkan kalimat ini, “Nazi bisa mengambil kebebasan fisikku, tetapi Nazi tidak bisa memenjarakan hatiku yang penuh dengan pengharapan.” Pada waktu kita berada di dalam keadaan tersendiri, gampang sekali di tengah kesulitan dan himpitan itu kita mungkin bisa mempersalahkan orang lain. Tetapi pada waktu kita mempersalahkan orang lain, apakah kemudian itu sanggup menolong kita keluar dari kesulitan? Paulus mencari jalan keluar sendiri untuk bisa mendapatkan penghiburan itu di hadapan Tuhan. Saya mengajak saudara melihat dua bagian ayat yang penting di dalam Perjanjian Lama. Pertama, di dalam Mzm.73 yang merupakan mazmur pergumulan orang benar yang bertanya di hadapan Tuhan, mengapa nasib orang yang sudah berjalan dengan tulus, jujur dan bersih di hadapan Tuhan justru hidupnya jauh lebih sengsara dan jauh lebih sulit dibandingkan dengan orang fasik yang hidupnya tidak jujur bahkan 73 tidak mempedulikan Tuhan? “Kepahitanku besar ya Tuhan” itu seruan Asaf kepada Tuhan. Menghadapi kesulitan yang begitu berat, aku telah putus asa. Yang kedua, kisah seorang bernama Yabes yang terdapat di dalam 1 Taw.4:9-10. Nama Yabes diberikan oleh ibunya karena kepahitannya. Kita tidak tahu apa yang menjadi bitterness dan sorrow dari ibu Yabes. Mungkin waktu mengandung anak ini, suaminya meninggal. Mungkin waktu mengandung anak ini, usahanya hancur. Mungkin waktu mengandung anak ini suaminya meninggalkan dia. Atau mungkin waktu melahirkan anak ini dia mengalami penderitaan fisik yang luar biasa sehingga dia tidak ingin melupakan penderitaan dan kepahitan yang menimpanya. Dan untuk selalu mengingat penderitaan itu, dia memberi nama “Yabes” kepada anaknya. Yabes artinya sorrow, bitter and pain. Setiap kali memanggil nama Yabes, kira-kira seperti memanggil anak, “Hai celaka, hai derita…” Saya percaya ada masa dalam hidupnya, anak itu datang dan bertanya kepada ibunya mengapa memberi nama ini kepadanya. Apa bedanya marah dan kepahitan? Marah adalah reaksi atas apa yang terjadi. Ketika sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi, normal kita bereaksi marah. Tetapi kepahitan adalah satu perasaan marah terhadap apa yang sudah kita alami, yang masih terus kita bawa sampai sekarang. Itulah kepahitan. Kita menjadi marah dan kecewa, ini reaksi perasaan kita terhadap situasi itu, tetapi akhirnya kita terus menjadikan pengalaman kepahitan masa lampau membuat kita tidak pernah bangun-bangun lagi. Carilah jalan, lihatlah terang yang masih bersinar di balik kegelapan, itu yang Paulus ajarkan kepada kita pada pagi ini. Buang hal yang pahit yang sudah lewat, yang tidak lagi boleh menjadi penghambat di dalam hidup kita. Yabes bisa mempersalahkan ibunya pada waktu dia hidup di dalam penderitaan dan kesulitan dan kegagalan. Terus celaka gara-gara nama. Mencari kambing hitam, blame-game, itu gampang sekali. Tetapi saya ingin bertanya, apa untungnya kalau kita salah dan gagal lalu kita mempersalahkan orang lain? Salah satu keuntungannya mungkin hati kita bisa sedikit lebih bahagia waktu menyalahkan orang lain, tetapi selain itu tidak ada lagi, selain kerugian yang lebih banyak. Pada waktu kita gagal kita menyalahkan orang lain, memberi excuses terhadap kesalahan dan kegagalan kita, kita akhirnya menjadi bagian problemnya, bukan bagian pemecahannya. Coba taruh sikap itu di dalam hidup kita. Jangan terlalu cepat mempersalahkan orang, mencela situasi, mempersalahkan hal yang lain, tetapi keluarkan kalimat ini, “masih ada jalan keluar”. John Andrews mengeluarkan kalimat yang indah sekali, “Our past will always be part of our history, but it does not have to be part of our today and our tomorrow.” Tidak ada orang yang bisa merubah masa lampaunya. Itu akan terus menjadi bagian dari sejarah hidupnya. Tetapi kita bisa untuk tidak membiarkan masa lampau itu menginfeksi hidupmu sekarang dan di masa yang akan datang. Saya tidak mengatakan bahwa kita tidak mungkin menghadapi kesulitan dan tantangan. Saya tidak mengatakan bahwa kita tidak mungkin mengalami depresi. Paulus sendiri menyatakan itu. Tetapi dia bisa mengajar kita untuk keluarkan hal yang baik dari situasi seperti ini. Tahun 1960-an dunia kedokteran melakukan kesalahan yang fatal dengan mengeluarkan satu obat bernama thalidomide untuk meredakan “morning sickness” (mual hamil) yang diderita oleh ibu-ibu yang hamil. Ternyata belakangan baru diketahui efek samping dari obat ini menyebabkan bayi-bayi 74 yang lahir mengalami cacat tidak punya kaki dan tangan. Ada seorang bernama Brian Gould lahir dengan cacat seperti ini dan dia mengatakan kalimat ini, “I believe that God will use my disabilities to help others come to faith in the God who never makes mistakes.” Saya percaya Tuhan bisa mempergunakan kecacatan tubuh saya untuk menolong orang bisa sampai kepada Tuhan yang tidak pernah berbuat salah di dalam segala hal. Apakah Tuhan berbuat salah dengan menciptakan dia seperti ini? Tidak. Seorang ibu pernah datang kepada saya dengan mencucurkan air mata, dia tidak mengerti kenapa dia bisa mempunyai seorang anak yang tidak pernah bisa bersyukur untuk segala yang dia miliki. Anaknya sekarang sudah besar, sudah dewasa, tetapi tidak pernah mature seperti usianya. Dia bekerja, tidak berapa lama kemudian meninggalkan pekerjaannya dengan mempersalahkan boss, mempersalahkan situasi dan lingkungan. Waktu kuliah, ibunya membelikan dia mobil bekas yang masih cukup baru, tetapi bukannya bersyukur dia malah marah dan mengatakan kenapa dia tidak dilahirkan oleh orang tua yang kaya. Sikapnya terus seperti itu. Yabis bisa saja mencerca orang tua, lingkungan dan situasi yang dihadapinya. Demikian engkau juga bisa terus seperti itu dan tinggal di dalam keputus-asaan. Semua bisa seperti itu. Tetapi saudara dan saya tidak akan memiliki hidup berkemenangan selamanya. Brian Gould bisa mencerca kenapa ibunya makan obat thalidomide. Terlalu banyak yang bisa kita persalahkan di dalam hidup ini. Tetapi tidak ada untungnya. Dan pada waktu kita mempersalahkan orang lain mungkin kita merasa masalah kita bisa selesai, tetapi kita kalah terus-menerus. Hidup kita tidak akan maju. Ini prinsip yang penting yang diajarkan Paulus dalam hidup kita, bagaimana kita bisa membedakan antara marah dan kepahitan. Kita lumrah bisa bereaksi marah terhadap hal-hal yang menurut pikiran kita tidak seharusnya terjadi di dalam hidup kita. Tetapi Tuhan tidak pernah menjanjikan kepada anak-anaknya bahwa kita tidak akan mengalami penderitaan dan kesulitan dan kegagalan dalam hidup ini sama seperti orang lain. Tetapi Dia memberikan janji dan kekuatan bahwa kita sanggup bisa hidup berkemenangan melewati hal itu. Di mana letak kemenangan Paulus? Dia menyatakan bahwa dia bisa mendorong diri sendiri. Situasi bisa menakutkan kita, orang di sekitar bisa menakutkan hidup kita. Bahkan kamu bisa menakutkan dirimu sendiri. Tetapi daripada seperti itu, ambil keputusan untuk mendorong diri sendiri dalam segala hal. Orang lain mau mengatakan apa, situasi begitu berat memberikan kesulitan bagaimanapun, saya cari jalan keluar. Saya tidak putus asa. Kedua, dalam 2 Kor.4:1 Paulus mengeluarkan kalimat yang luar biasa, “By the mercy of God, we do not lose heart.” Kami tidak kehilangan harapan. Ayat 2 menjadi dasar mengapa sampai Paulus mengeluarkan kalimat ini. Paulus mengalami kritikan dan fitnahan. Bahwa dia seorang yang memalsukan firman Tuhan, punya motivasi yang tidak jujur, dia menggunakan cara-cara yang licik. Itu fitnahan yang datang kepada dia. Dari ayat-ayat ini kita bisa menyaksikan beberapa hal. Pertama, Paulus mengalami fitnahan seperti ini. Tetapi Paulus berani mengatakan bahwa di hadapan Allah hati nuraninya bersih dan nanti di hari penghakiman kita akan terbuka dengan jujur. Paulus menghadapi kritikan dan tekanan dari orang lain terhadap dia, dia harus membuktikan bahwa semua tuduhan itu tidak benar adanya. Dan dia mengeluarkan kalimat ini, “I do not lose heart.” Saudara dan saya di dalam hidup ini tidak bisa kebal dari kemungkinan orang memfitnah, memberi penilaian dan 75 perspektifnya kepada kita. Tetapi yang hanya bisa kita lakukan adalah kita buktikan dengan kesungguhan, dengan keberanian, dengan konsistensi bahwa apa yang dituduhkan kepada kita itu tidak benar. Tetapi sebelum membuktikan itu, saudara jangan kehilangan aspek ini: do not lose heart. Banyak kali di dalam hidup kita sekarang kita dipengaruhi oleh budaya ingin segala sesuatu dengan cepat, yang instan dan cepat membuat kita lupa bahwa perjalanan kita harus ditempuh dan dijalani seperti seorang pelari marathon yang membutuhkan konsistensi hidup yang terus jalan dengan teliti, dengan tulus dan jujur, dan itu menjadi ajaran Paulus bagi kita. I do not lose heart, saya akan membuktikan bahwa semua tuduhan orang tidak benar. Kemudian Paulus mengatakan bagaimana dia rela menderita dan mati demi untuk Injil. Itu sudah menjadi satu bukti yang indah bahwa dia menjalani hidup tidak seperti apa yang mereka katakan. Namun Paulus ingatkan kita pada waktu kita menghadapi tantangan, atau mungkin kalimat yang sangat menyedihkan dan menyakitkan dari orang lain, jangan tawar hati. Yang terakhir, dalam pasal 3 dan 4 Paulus berulang kali menyatakan satu hal yang bagi saya luar biasa. It is always God’s grace and it is always God’s strength. Saya sanggup, saya mampu menghadapi segala kesulitan seperti ini melampaui hati saya yang sudah putus asa, semuanya karena kekuatan yang Tuhan beri. Puji Tuhan, kita memiliki Tuhan yang sanggup melampaui apa yang kita doakan dan minta dari-Nya. Kita memiliki Tuhan yang berjanji memberikan kekuatan untuk sanggup bisa menanggung segala beban yang ada di pundak kita. Kita bersyukur kepada Tuhan, karena Dia adalah Gembala yang tidak pernah meninggalkan kita sekalipun kita berjalan di dalam lembah kekelaman. Pulang kembali lagi kepada hadirat Tuhan, pada waktu menghadapi kesulitan dan tantangan hidup, kekuatan dan penghiburan dari Tuhan akan datang kepada kita. Pada waktu Paulus menyatakan perasaannya dengan tulus dan jujur, “tidak ada jalan keluar sudah, saya putus asa.” Mungkin saudara dan saya bisa bereaksi seperti itu ketika hal yang tidak adil terjadi di dalam hidup kita. Tetapi kalau kita berhenti, mempersalahkan situasi, menyalahkan orang lain dan tidak berani bangkit dari situ, kita akan kehilangan kekuatan dari firman Tuhan ini. Ditindas, ditekan, saya tidak putus asa. Hati saya tidak kehilangan kehangatan. Ini memang disiplin yang tidak gampang. Berapa sering di dalam pelayanan, hamba-hamba Tuhan karena tekanan dan kesulitan dan karena pandangan orang lain akhirnya kehilangan api seperti itu? Biarlah kita balik kembali kepada fakta ini, tidak ada seorangpun di dalam dunia yang tidak pernah menghadapi tantangan dalam hidupnya. Yang bisa kita kerjakan dan lakukan di dalam hidup ini adalah buktikan dengan jujur dan konsisten bahwa kita tidak hidup seperti fitnahan dan tuduhan mereka. Yang terakhir, semua karena anugerah Tuhan kita bisa melewati semua ini dan tidak kehilangan harapan. 76 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 22/06/2008 Pdt. Effendi Susanto STh. Rahasia hidup berkemenangan (2) Nats: 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 2 Kor. 4: 7-18 Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah–limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. Sebab kami, yang masih hidup ini, terus–menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini. Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu. Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: “Aku percaya, sebab itu aku berkata–kata,” maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata–kata. Karena kami tahu, bahwa Ia, yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama–sama dengan Yesus. Dan Ia akan menghadapkan kami bersama–sama dengan kamu kepada diri–Nya. Sebab semuanya itu terjadi oleh karena kamu, supaya kasih karunia, yang semakin besar berhubung dengan semakin banyaknya orang yang menjadi percaya, menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah. Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala–galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal. Dalam 2 Kor.4:16 Paulus mengulang sekali lagi kalimat yang sama yang dia pakai di pasal 1:4 “Kami tidak tawar hati,” we have a good courage (keberanian). Itulah hidup dari Paulus, satu hidup yang berkemenangan. Mengamati anak kecil berespons kepada penderitaan yang dia alami, dan mengamati anak kecil berespons kepada sukacita yang dia alami sangat unik sekali. Seorang anak waktu jari tangannya luka sampai keluar darah, dia akan menangis luar biasa. Tetapi setelah diberi balut, langsung tangisnya berhenti dan dia melanjutkan bermain lagi. Tetapi kalau kemudian ada orang bertanya, “Adduh… kenapa jarinya, sakit ya?” Dia akan teringat lalu menangis keras-keras lagi. Anak kecil berespons kepada penderitaannya melebih-lebihi, membesar-besarkan daripada yang sebenarnya. Tetapi hal yang sama juga terjadi kepada anak kecil waktu dia berespons kepada hal yang menyenangkan. Waktu dia mendapat hadiah dia akan berespons dengan sangat senang, 77 padahal mungkin hadiah itu murah harganya. Tetapi pengalaman mengajarkan kita, begitu kita dewasa, kita sedikit kurang jujur di dalam bereaksi terhadap sesuatu. Kadang menghadapi kesulitan penderitaan, kita berespons secara tekanan, sebaliknya waktu mendapat ‘kangtao’ yang banyak, kita diam-diam saja, tidak mau mengakuinya dengan terbuka. Di dalam dunia medis, ada satu sebutan “hypochondria” (penyakit sedih tanpa sebab) untuk satu kondisi, ada orang yang sebenarnya tidak ada penyakit di dalam tubuhnya, tetapi dia selalu merasa sakit dan lemah. Setiap kali ke dokter, dokter tidak menemukan kelainan apa-apa padanya. Inilah penyakit yang selalu menciptakan perasaan melampaui realitanya. Tetapi di dalam realita hidup kita juga bisa mengalami kesulitan dan problema secara spikhis dan kita bisa terjebak jatuh kepada hypochondria yang sama. Perasaan yang muncul melebihi dari keadaan yang sebenarnya. Ini adalah gejala yang menarik sekali. Minggu lalu saya berkhotbah mengenai apa yang menyebabkan Paulus mengalami satu hidup yang berkemenangan. Saya mengangkat satu bagian yang sangat menarik dimana Paulus mengatakan dia ditindas tetapi tidak terjepit, dianiaya tetapi tidak ditinggalkan, dihempas tetapi tidak binasa. Knock downed but not knock out. Salah satu prinsip penting yang membuat Paulus mengalami hidup berkemenangan sebab dia tahu pasti ada jalan keluar bagi segala hal yang orang rasa tidak ada pengharapan. Tetapi saya kembali merenungkan pernyataannya di pasal 4:8 ini bagaimana dia dengan peka dan teliti memisahkan mana problemanya yang real dan mana yang perasaan yang bisa melebihi realita yang sebenarnya. Ini menjadi salah satu kunci kemenangan di dalam hidup rasul Paulus. Berani belajar dengan peka menjadi orang Kristen yang memiliki hidup berkemenangan dengan mendapatkan kunci ini. Tidak berarti Paulus hidupnya lancar dan terus-menerus mengalami kemenangan. Tetapi dia tahu perbedaannya, mana kesulitan dan tantangan yang real terjadi dan mana perasaan yang mungkin bisa muncul di baliknya. Itu yang sering terjadi, pada waktu kita ditindas oleh tantangan kesulitan kita bisa merasa tidak punya jalan keluar. Kita mengalami habis harta dan kita merasa hidup ini selesai dan tidak punya pengharapan lagi. Maka saya selalu mengatakan Tuhan memberi pencobaan yang tidak akan melampaui kekuatan kita tetapi mungkin melebihi perasaan kita. Perasaan yang selalu melebih-lebihkan sesuatu. Kita tidak akan pernah bisa bertumbuh kalau kita akhirnya lebih banyak menjadikan perasaan itu sebagai hal yang paling utama dan lebih dominan di dalam hidup kita. Banyak orang Kristen bisa ditimpa spiritual hypochondria seperti itu. Maka kunci pertama hidup Paulus yang berkemenangan ada di dalam kata ini: “but not”. Kita boleh gagal ‘but not’ kehilangan pengharapan. Kita boleh sakit ‘but not’ mengalami putus asa. James Montgomery Boyce, seorang hamba Tuhan yang meninggal pada tahun 2000, setahun sebelumnya didiagnosa menderita kanker liver dan hidupnya hanya tersisa tiga bulan lagi. Tetapi justru di dalam masa-masa yang singkat itu dia menjalani satu pelayanan yang menjadi berkat bagi orang. Dia minta kepada Tuhan di masa-masa yang sulit biarlah dia mengalami hidup yang berkelimpahan, bukan saja dia melayani lebih giat, menulis buku lebih banyak, dan di masa yang sangat singkat itu dia menulis begitu banyak puisi yang sekarang dipersiapkan menjadi lagu-lagu yang indah oleh gerejanya. Ini yang Paulus katakan kepada kita, kita tidak akan bisa mencapai situasi 78 seperti itu kalau perasaan kita lebih dominan menguasai hidup kita. Boleh dianiaya ‘but not’ putus asa, boleh sakit ‘but not’ kehilangan pengharapan, boleh habis akal ‘but not’ frustrasi. Ambil sikap ini, menghadapi sesuatu yang sulit, taruh dengan jelas pikiran ini, this is a real problem and let not my feeling yang menguasai aku sehingga tidak melihat ada hal yang indah di situ. Yang kedua, bukan soal perasaan saja, dalam bagian ini kita bisa melihat Paulus bicara mengenai hal lain. Di ayat 15 Paulus menyatakan satu kalimat yang makin saya baca dan renungkan, makin saya menemukan satu keindahan yang kadang-kadang kita sebagai orang Kristen dan bahkan hamba Tuhanpun tidak melihatnya. Bukan saja pada waktu menghadapi kesulitan tantangan itu kita menaruh sikap proporsional dan benar, tetapi keluar satu terobosan yang paling penting. Berapa banyak orang pada waktu menghadapi penderitaan kesulitan atau disakiti, justru ingin membuat situasi semakin destruktif supaya dia merasa lebih enak? Jujur kita mengatakan hal ini sering terjadi bahkan di antara orang Kristen dan hamba-hamba Tuhan. Paulus mengingatkan hal yang sebaliknya. Pada waktu gagal dia tidak menaruh perasaan menguasai dirinya sehingga penderitaannya semakin terasa berat. Bahkan doa Paulus, penderitaan yang menimpa hidupnya itu demi untuk supaya orang Kristen mendapat berkat. Hidup kemenangan Paulus ditandai dengan kunci ini yaitu pikiran dia selalu melihat melalui kesulitan yang terjadi kepadanya sudah bisa mendatangkan manfaat dan perubahan drastik dalam hidup orang lain, itu sudah menjadi keindahan baginya walaupun mungkin dia sendiri tidak mendapat jalan keluar yang dia harapkan. Ini tidak gampang. Tetapi jiwa itu hanya bisa ada di dalam jiwa seorang mama. Kadang-kadang melihat anak sudah remaja bersikap kurang ajar, hati seorang mama begitu terluka. Tetapi seorang mama akan selalu mengatakan kalimat ini, “Tidak perlu bayar apa-apa untuk membalas budi mama, asal engkau bisa jadi dan berhasil, itu sudah menjadi kebahagiaan yang cukup bagiku.” Itu hati seorang mama. Dan itu yang Paulus katakan di sini. Kalaupun sampai kematian datang kepadanya, tidak apa-apa. Karena dia bisa melihat hidup itu terjadi di dalam hidup orang, itu sudah memuaskan hatinya. Itu hidup berkemenangan yang tidak mudah, sebab seringkali kita jujur menginginkan segala jerih payah dan usaha kita itu dibarengi dengan respek dan penghargaan yang sama diberikan orang kepada kita. Tetapi kadang-kadang kita harus mengakui jikalau ekspektasi seperti itu yang kita harapkan di dalam hidup kita, gampang sekali kita akan kecewa dan down. Maka mari kita belajar mengambil sisi yang lebih indah yang Paulus katakan di sini, “tidak apa aku rugi, kalau melalui ini ada orang-orang bertumbuh di dalamnya itu adalah harta rohani yang tidak bisa diganti dengan apapun.” Saudara berjerih payah, memberikan waktu, tenaga, dan pelayanan, waktu melihat ada orang yang berubah dan bertumbuh, itu sudah memuaskan kita. Saudara memberi waktu menemani teman yang sedang berada di dalam kesulitan dan akhirnya dia bertumbuh dan berubah menjadi orang Kristen yang baik, itu sudah jauh lebih indah daripada hal lain walaupun mungkin dia tidak pernah memberikan ucapan terima kasih yang sepatutnya kepadamu. Paulus mengatakan di ayat 15, dia mengucap syukur karena dia melihat banyak orang yang menjadi percaya Tuhan, itu sudah membuat hatinya lega dan bersyukur walaupun karena pelayanan ini dia mengalami penderitaan yang real, karena pelayanan ini orang-orang sudah memfitnah dan menuduh dia, itu tidak pernah membuatnya tawar hati. Faktor dari dalam, perasaan bisa lebih dominant menguasai, tetapi dia tidak menjadi tawar hati. Tekanan dari luar bisa menyebabkan dia kecewa, 79 tetapi dia tidak menjadi tawar hati. Dua kali keluar kata itu dari Paulus. Yang ketiga, hal yang lebih tidak gampang lagi, di ayat 13, ini menjadi kunci kemenangan Paulus, “…aku percaya, sebab itu aku berkata-kata.” I believe that’s why I speak. Di pasal 5:7 “hidup ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat.” Bagaimana menjadikan iman, pengharapan yang tidak kelihatan itu menjadi kunci kekuatan yang menopang hidup kita. Bukankah pengalaman dan hasil selalu menjadi bukti bagi orang untuk membuat dia lebih maju? Tetapi Paulus mengatakan bukan karena melihat, bukan karena membuktikan, tetapi karena dia memiliki iman, itu sebab dia berkata-kata. Dia berani menerima dan menjalani pelayanan ini karena dia percaya, because of believe. Paulus mengatakan, perjalanan hidup saya ke depan adalah bukan karena saya telah melihat bukti, tetapi karena aku percaya. Tidak ada yang bisa menggeser determinasi itu dariku, keinginanku untuk mengerjakan sesuatu walaupun penuh dengan tantangan dan kesulitan, karena saya percaya, di depan pasti lebih baik daripada sebelumnya. Ini point yang penting, saya memang tidak melihat apa yang di depan, saya belum tahu apa hasil di depan, tetapi sebagai orang Kristen saya percaya berdasarkan apa yang telah terjadi di belakang. Itu yang Paulus katakan di ayat 14, karena aku tahu Yesus Kristus sudah bangkit, maka kuasa kebangkitan ada di dalam diriku. Walaupun aku tidak melihat, aku percaya. Itu yang membuat Paulus hidup berkemenangan yaitu hidup di tengahnya. Maksudnya apa? Maksudnya ialah bisakah sukacita janji surgawi, hal yang amat indah yang nanti Tuhan akan berikan di sana menjadi dorongan yang luar biasa di dalam hidup kita sekarang di dunia ini? Millard Erickson mengatakan, kesalahan sebagian orang Kristen bicara mengenai akhir jaman ialah “Eskatamania” yaitu orang yang mania akhir jaman. Baru ada sedikit gejolak di Timur Tengah, langsung keluar isu Yesus mau datang. Harga bensin naik lagi, Yesus mau datang. Itu yang terjadi dengan jemaat Tesalonika. Segala-gala langsung dikaitkan dengan kedatangan Yesus. Sampai ada orang yang berhenti dari pekerjaannya dan setiap hari ketuk-ketuk rumah orang mengingatkan Yesus mau datang. Akhirnya Paulus dengan keras menegur mereka, yang tidak kerja jangan makan! Tetapi yang disebut dengan “in between” (di tengah) di ayat 16-18, “Sebab itu kami tidak tawar hati meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot namun manusia batiniah kami dibaharui dari hari ke sehari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini mengerjakan kemuliaan kekal yang melebihi segalagalanya, jauh lebih besar daripada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan melainkan yang tidak kelihatan…” Hidup “in between” (di tengah) dengan perspektif yang benar membuat hidup kita menjadi hidup berkemenangan. Tubuh fisik kita pada waktu tertentu akan berhenti bertumbuh dan akan terus turun. Itu realita yang tidak mungkin bisa kita tolak. Tetapi mari kita memiliki hidup yang terus bertumbuh, karena ada satu bagian dari hidup kita yang tidak akan berhenti tumbuh yaitu kerohanian jiwa kita. Dietrich Bonhoeffer, seorang hamba Tuhan yang ditangkap oleh Nazi dan ditembak mati pada usia muda, di dalam penjara mengatakan, “Saya mengalami depresi dan perasaan yang kecewa luar biasa. Tidak ada hal yang bisa saya kerjakan. Sampai saya menyadari pengharapan di dalam Kristus, itu yang membuat saya kembali dengan perspektif yang sama sekali baru.” Let me grow old, but let me lovely growing old. Satu kalimat yang bagus sekali. Let me grow old, but let me abundantly growing old. Let me grow old, but let me thankfully growing old. Growing in my soul. Kalau hidup Kekristenan kita 80 semakin ditekan oleh kesulitan semakin membuat kita ciut dan tidak mendatangkan berkat bagi orang, itu berarti ada yang salah di dalam hidup kita. Saya berpikir dalam dan lama sekali akan bagian ini, saya menemukan kaitannya dengan perspektif ke atas. Selalu hidup dengan semangat “but not”, jangan membuat perasaan menguasai hati melampaui realita yang sebenarnya. Yang kedua, kita bisa memiliki hidup yang berkemenangan dengan keinginan untuk melakukan sesuatu yang baik, berbuat baik kepada orang, melayani dengan baik meskipun tidak mendapat respons yang saya harapkan itu tidak menajdi persoalan. Biarlah kesulitan saya, penderitaan saya menjadi berkat dan hidup untuk orang lain. Yang ketiga, perspektif surgawi mempengaruhi hidupnya sekarang. Karena nanti sampai di sana tidak ada satu orang Kristen yang bisa berbangga di hadapan Tuhan bahwa dia lebih menderita daripada yang lain. Karena Paulus mengatakan dibandingkan dengan kemuliaan yang akan datang, penderitaanku yang sekarang tidak ada apa-apanya. Saudara boleh menjadi tua, boleh makin lemah tubuh, tetapi jangan kehilangan kemudaan di dalam rohani kita di hadapan Tuhan. Itulah hidup yang berkemenangan. 81 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 29/06/2008 Pdt. Effendi Susanto STh. Rahasia hidup berkemenangan (3) Nats: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2 Kor. 5: 1-10 Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia. Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini, sebab dengan demikian kita berpakaian dan tidak kedapatan telanjang. Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup. Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita. Maka oleh karena itu hati kami senantiasa tabah, meskipun kami sadar, bahwa selama kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari Tuhan, ––sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat— tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan. Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada–Nya. Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat. Seorang guru Sekolah Minggu bercerita kepada anak-anak mengenai betapa indahnya sorga itu. Sorga digambarkan sebagai tempat yang sangat menyenangkan dimana kita memuji Tuhan selamalamanya. Setelah itu kemudian guru ini bertanya, “Anak-anak, siapa yan mau pergi ke sorga?” Semua anak mengangkat tangannya tinggi-tinggi, kecuali satu anak yang diam saja. “Tony, kenapa kamu tidak mengangkat tangan? Apakah kamu tidak mau ke sorga?” tanya si guru. “Saya tidak suka menyanyi,” kata Tony dengan sedih. “Kalau di sorga terus menyanyi, kapan main playstation-nya?” Sorga seringkali dilukiskan seperti itu, sehingga ada orang yang mengatakan kalau di sorga hanya menyanyi saja, itu tempat yang boring. Ada juga sebagian pengkhotbah menggambarkan sorga secara bombastis, khususnya mereka mengatakan diri mempunyai rohani yang lebih tinggi daripada orang lain karena bisa bolak-balik sorga berkali-kali. Seperti Todd Bentley, mengaku sudah bolak-balik ke sorga, bahkan kalau kamu mau ikut, tinggal pegang tangan dia, dalam sekejap sudah sampai di 82 sorga. Hal-hal seperti ini membuat orang yang belum percaya Tuhan hanya tertawa karena orang Kristen punya konsep mengenai sorga seperti ini. Maka Paulus di dalam 2 Kor.5 ini memberikan pengertian yang benar bagaimana kita mengerti apa itu sorga dan kenapa kita harus berbicara mengenai sorga ini. Pertama, janji Tuhan bahwa kelak kita akan bertemu Dia di sorga yang indah itu boleh menjadi kekuatan untuk kita hidup di dalam dunia ini. Ini konsep yang sama sekali berbeda. Paulus mengatakan dia berbangga karena pernah dibawa ke sorga, tetapi bukan itu yang menjadi keinginan dia di dalam pelayanan. Justru buat Paulus dia mengerti apa itu sorga membuat dia memiliki semangat penginjilan yang harus lebih berani, lebih bersemangat dan lebih berjuang untuk pekerjaan Tuhan. Itu pengertian yang benar. Yang kedua, Paulus berbicara mengenai sorga di sini karena sangat besar kemungkinan ada kesalahan perspektif dari orang Kristen. Dalam 1 Kor.15:12 Paulus harus bicara dengan terus terang mengenai kebangkitan orang mati. Di dalam jemaat Korintus ada yang tidak percaya akan kebangkitan orang-orang yang sudah mati. Paulus bertemu dengan satu ajaran yang salah yang sudah merembes ke dalam gereja Korintus yang mengatakan kita tidak perlu menantikan kebangkitan karena itu tidak ada. Yang ada, sorga itu sekarang ada di sini, kebangkitan itu sudah terjadi. Paulus menghadapi tantangan seperti itu. Kita sekarang menghadapi hal yang sama. Beberapa tokoh-tokoh Injili sangat disayangkan, salah satunya ialah Brian McClaren, seorang hamba Tuhan yang cukup terkenal di Amerika yang mengatakan tidak perlu tunggu sorga, sorga itu sekarang. Sebab kalau orang Kristen menunggu sorga yang akan datang, itu membuat orang Kristen menjadi hidup malas di dalam dunia ini, tidak mau berusaha. Maka hari ini kita akan belajar dari Paulus mengenai sorga dalam 2 Kor.5 ini. Fungsinya apa Paulus bicara akan hal itu? Melalui itu, kata Paulus, aku rela menderita demi supaya orang lain kelak bisa bertemu Tuhan. Itu pengertianku mengenai sorga. Bahwa aku sendiri akan bertemu Tuhan, maka tujuan hidupku hanya untuk menyenangkan Kristus. Maka kalau orang Kristen mengerti bahwa suatu kali kita akan bertemu Tuhan di sorga nanti, itu harus memberikan efek yang dahsyat bagaimana orang Kristen hidup sekarang di dalam dunia ini. Sorga bukan hanya merupakan satu kenikmatan yang kelak akan kita nikmati secara egoistis. Justru Paulus mengatakan karena itulah maka dia rela menderita, didera, dipukul, pergi kesana kemari terus memberitakan Injil karena dia rindu orangorang lain juga akan menikmati sorga itu. Itu menyebabkan Paulus mengeluarkan dua kalimat ini, “Kami tidak pernah tawar hati sekalipun hidup di dalam dunia ini penuh dengan kesulitan, karena kelak sampai di sana semua itu akan hilang lenyap diganti dengan sukacita.” Sorga memberi kekuatan bagi kita hidup di dalam dunia. Sorga tidak boleh menjadi opium yang menina-bobokan orang Kristen. Sorga menjadi insentif yang menggerakkan hidup rohani kita. Dalam Mat.5 Yesus mengatakan janganlah bersumpah demi langit karena langit adalah tahta Allah. Dalam Kej.1 dikatakan pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Kata “langit” yang dipakai dalam bentuk plural, heavens. Dari situ kita harus mengerti bagaimana konsepsi orang Yahudi bicara mengenai heavens, sehingga waktu kita menemukan bagaimana Paulus menyebut “langit tingkat ke tiga” kita mengerti apa maksudnya. Allah menciptakan langit dan bumi. Di dalam konsepsi orang 83 Yahudi langit itu punya tiga lapisan. Langit tingkat pertama adalah atmosphere, lapisan dimana burung-burung terbang. Langit tingkat kedua adalah di atas lapisan atmosphere yaitu wilayah space, dimana bulan, bintang dan benda-benda langit berada. Lalu Tuhan ada dimana? Tuhan berada di luar dari lapisan pertama dan kedua, yaitu di langit lapisan yang ketiga. Maka waktu Salomo menahbiskan Bait Allah dan menyatakan doa, “kemuliaan Tuhan tidak bisa dikungkung oleh Bait Allah yang terbatas ini sebab Dia bertahta di langit yang mengatasi segala langit.” Heaven of heavens, langit yang mengatasi segala langit, disitu Tuhan berada. Maka Paulus mengatakan dia diangkat sampai langit tingkat ke tiga, maksudnya dia pergi ke tempat dimana Tuhan berada. Sorga itu adalah satu tempat, sama seperti neraka adalah satu tempat. Itu bukan perasaan. Itu tempat yang diciptakan Tuhan. Bahkan tempat itu sendiripun tidak bisa menampung kebesaran Tuhan. Tuhan itu terlalu dahsyat dan besar, sehingga kalau saudara membaca kitab Yesaya, tahta Tuhan di sorga tetapi ujung jubahnya sampai ke bumi. Itu artinya Tuhan hadir dimana-mana. Jadi sorga adalah tempat dimana Tuhan menaruh kesuciaan, kemuliaan, kuasa-Nya yang sepenuhnya di situ. Tempat dimana kehadiran Tuhan yang paling penuh, itulah yang namanya sorga. Kemuliaan Tuhan hadir. Tahta Tuhan di sana. Nantinya kalau saudara membaca kitab Wahyu kita bukan tinggal di awan-awan tempat yang namanya sorga itu. Alkitab memberitahukan kelak terjadi pemulihan di dalam seluruh ciptaan Tuhan dan terjadi keharmonisan, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan akan menjadi satu dan disebut “langit dan bumi yang baru.” Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi, pada hari terakhir jangan punya pikiran bahwa bumi itu akan dibuang dan dihapus oleh Tuhan. Bumi ini akan tetap ada. Di langit dan bumi yang baru tidak ada lagi separasi. Langit tempat kediaman Tuhan nanti akan hadir dan berada di tengah-tengah kehidupan engkau dan saya di atas bumi ini. Maka sekarang selama kita hidup di dalam daging dan darah ini kita masih jauh dari Tuhan. Tetapi kelak Tuhan akan hadir di atas muka bumi yang diperbaharui dan tidak ada dosa lagi, kehadiran-Nya akan nyata sepenuhnya. Satu tempat dimana seluruh sifat Tuhan dan kehadiran-Nya dinyatakan di sini. Itu sebab kita rindu ke surga, kita rindu kepada satu tempat dimana kita selama-lamanya menikmati keseluruhan Tuhan di dalam kesucian kemurnian kasih Dia yang begitu indah. Yang kedua, sorga bukan hanya satu tempat dimana setelah mati kita menuju kepada satu kondisi yang tidak sama dengan dunia ini. Alkitab memberikan satu dasar yang penting, pintu masuk tempat itu hanya bisa dicapai –tidak bisa tidak- sentralitasnya adalah Yesus Kristus. Wahyu 21:23 mengatakan “The lamp of Heaven is the Lamb of God.” Anak Domba Allah adalah lampu sorga. Tidak ada jalan lain, tidak ada cahaya yang menuntun manusia untuk bisa masuk ke situ tanpa melalui Yesus Kristus, Anak Domba Allah itu. Itu sebab mengapa Paulus memiliki satu konsepsi mengenai sorga yang tidak di dalam pengertian memberikan penghiburan saja kepada dia yang mengalami penderitaan, bahkan sebaliknya keindahan sorga itulah yang membuat dia rela menderita supaya banyak orang bisa datang ke sana. Justru karena itulah dia rela dianiaya, dipukuli, lapar, telanjang, mengalami kapal karam, dsb. Itu yang Paulus nyatakan selanjutnya, sebagai kontras dengan beberapa pengkhotbah yang datang ke kota Korintus bicara mengenai sukacita sorgawi hanya untuk memegahkan diri sebagai super spiritual. 84 Seorang yang sungguh-sungguh mengerti arti sorga adalah seorang yang sungguh-sungguh rindu dan mengerti betapa berharganya orang masuk ke situ. Itu sebab saudara dan saya perlu memahami konsep yang benar seperti ini. Yang ketiga, 2 Kor.5:1-3 menjadi satu bagian yang memakai metafora kemah menjadi tempat tinggal yang sementara di bumi ini, Allah akan menyediakan tempat kediaman satu bangunan yang permanen dan memberikan kita pakaian-pakaian sorgawi supaya kita tidak telanjang. Paulus mengatakan di sorga kita mendapatkan pakaian sorgawi, yang akhirnya menimbulkan beberapa penafsiran yang tidak bisa ditolak. Setelah kita meninggal tubuh kita dikubur. Dan selama kita menanti kebangkitan tubuh, kita diberi baju sorgawi sehingga tidak kelihatan telanjang. Kata Paulus kepada jemaat di Tesalonika, kita semua yang sudah meninggal akan langsung ke surga bersama dengan Tuhan Yesus, sehingga tepatlah kalimat “Sudah berpulang ke rumah Bapa di sorga” setiap kali seorang Kristen Namun berbeda dengan konsep The Seventh Day Adventist yang mengatakan orang mati itu seperti tidur. Juga kita berbeda dengan konsep Katolik yang mengatakan orang percaya tidak langsung ke surga seperti para orang kudus, tetapi berada di dalam purgatory untuk mengalami proses penyucian dulu. Jelas dua konsep ini tidak kita terima. meninggal dunia. Tetapi walaupun kita menikmati sukacita di sorga bersama Tuhan, itu masih belum sempurna karena kita berada di dalam kondisi “intermediate state.” Salah satunya adalah masih ada sedikit unsur cetusan tangisan yang ditulis dalam kitab Why.6:9-11. It is not perfect enjoyment, it is not fullness in happiness, sebab di dalam intermediate state masih ada satu kondisi menangis, bukan karena benci dan dengki tetapi menanti kapan Tuhan mengadili secara adil. Maka berdasarkan konsep ini kita melihat bahwa sebenarnya nanti di langit dan bumi yang baru jangan pikir kita hanya bernyanyi saja. Alkitab mencatat kelak kita akan mengeksplorasi alam ini, dengan sukacita kita akan menikmati alam ini dan ada bakat karunia yang dieksplorasi dan dikembangkan membuat kita menjadi indah dan kagum luar biasa. Yang tidak ada lagi adalah kawin dan melahirkan, tidak ada lagi hubungan darah keluarga di antara kita. Yang ada ialah saudara dan saudari di dalam keluarga Allah. Apakah kita masih makan di situ? Yesus waktu sudah bangkit masih makan bersama murid-murid. Demikian juga nanti ada “perjamuan Anak Domba” kita akan menikmati makan minum dalam sukacita. Tetapi makan bukan lagi sebagai penunjang hidup melainkan sebagai enjoyment with God. Saudara akan mengeluarkan segala bakat yang Tuhan kasih di dalam fellowship bersama Tuhan di dalam keharmonisan ciptaan-Nya. Ini penting. Itulah yang menyebabkan mengapa kita tidak boleh melalaikan kehidupan kita sekarang. Ayat 10 mengatakan kelak kita akan bertemu Tuhan dan akan mempertanggung-jawabkan hidup kita di hadapan Dia. Apakah ada penghargaan di sorga? Saya percaya ada. Demikian juga akan ada derajat orang yang lebih dihormati di sana. Sama seperti ada derajat perbedaan hukuman di neraka. Yesus Kristus mengatakan nanti pada hari penghakiman, hukuman kepada kota Betsaida akan lebih berat daripada kota Sidon karena kalau mereka melihat mujizat Yesus mereka pasti akan bertobat, tetapi engkau akan mengalami hukuman yang lebih berat karena engkau sudah melihat dan tidak percaya. Paulus mengatakan kita semua akan menerima di hadapan Tuhan seturut dengan apa yang sudah kita perbuat. Itu yang menjadi satu motivasi kita, motivasi untuk supaya melalui pengertian someday di sorga saya akan mengerjakan dan melakukan semua karunia dan bakat dengan kenikmatan 85 sepenuhnya, itu membuat saudara dan saya sekarang tidak menyia-nyiakan apa yang Tuhan berikan kepada kita. Yang terakhir, melalui konsep “New Heavens and Earth” kita akan bersama dengan Tuhan selamalamanya sekaligus menjadi penghiburan bagi Paulus. Dia mengatakan kelak kemah yang sementara ini akan dibongkar dan Tuhan akan memberi bangunan yang tidak dibuat oleh tangan manusia. Kelak air mata kita akan dihapus oleh Tuhan dan kita akan memiliki tubuh kebangkitan yang tidak lagi terkorupsi, tidak lagi binasa, tidak lagi mempunyai kelemahan, dsb. Kalau saudara dan saya sakit hari ini, itu tidak lagi akan menjadi penghalang sukacita kita di hadapan Tuhan karena sakit itu tidak akan ada lagi. Pada waktu kita mengalami penderitaan dan kesulitan di dalam dunia ini, kelak kita akan bertemu Tuhan dan semua itu tidak akan ada lagi. Yang buta akan melihat, yang timpang akan berjalan, semua menjadi sempurna dan indah. Itu yang menjadi kekuatan dan penghiburan bagi Paulus. Di dalam dunia ini tubuh kita mengalami korupsi, saudara dan saya hari demi hari mengalami degradasi. Nanti di sorga tubuh kita tidak akan mengalami korupsi, tidak dimakan habis oleh proses waktu sekalipun waktu tetap ada di sana. Paulus mengatakan, tubuhku makin lama makin tua dan rusak tetapi jiwaku terus diperbaharui. Nanti di sorga kita akan mengalami proses yang kita tidak bisa mengerti. Bahkan pemahaman dan pengenalan kita akan Tuhan pun akan terus mengalami perkembangan. Itu yang akan terjadi. Itu sebab Paulus mengatakan di 2 Kor.5:9 “…hati kami senantiasa tabah dan kami terus berusaha…” dalam terjemahan bahasa Inggris, “I have a good courage” atau “I have a good ambition…” itu menjadi ambisi kami yang suci dan murni selama kami hidup di dalam dunia ini, yaitu untuk memperkenankan Tuhan, I want to please God. Saudara dan saya adalah orang-orang yang hidup di dalam dunia ini, kita mengerang, kita berkeluhkesah, kita mengalami pengalaman-pengalaman yang sama dengan orang lain. Tetapi yang membedakan kita adalah kepastian dan janji sorgawi yang indah bersama Tuhan itu seharusnya memberikan semangat yang baru terus-menerus dari hari ke sehari. Ayub berkata, “Sekalipun dagingku hancur lebur tetapi selama aku hidup di dalam dunia ini aku tidak akan pernah membuang integritasku. Penderitaan, kesusahan, kesulitan tidak membuatku membuang integritas itu karena Penebusku hidup selamanya. Kelak aku akan bertemu dengan Dia.” Dan pada waktu engkau dan saya bertemu Tuhan, bagaimana respons dan sikap kita? Apakah kita dengan lega akan mengatakan, Tuhan, aku sudah menyelesaikan tugas dan panggilanku sebagai orang Kristen di atas muka bumi ini dan menyenangkan Tuhan selama-lamanya. Bahkan mari kita mengambil sikap yang lebih baik seperti Paulus, aku mengalami kesulitan dan penderitaan tetapi aku tidak ingin orang-orang tidak melihat dan mengerti betapa indahnya bertemu dengan Tuhan di dalam sorga yang kekal. Mari kita memiliki hati dan kerinduan seperti ini pada waktu kita bertemu dengan orang-orang di sekitar kita. 86 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 10/05/2009 Pdt. Effendi Susanto STh. Ambil keputusan secara bijaksana (1) Nats: Kolose 1: 9-14 Galatia 5:13 Kolose 1 9 10 11 12 13 14 Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti–henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, sehingga hidupmu layak di hadapan–Nya serta berkenan kepada–Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah, dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan–Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar, dan mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang melayakkan kamu untuk mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang–orang kudus di dalam kerajaan terang. Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak– Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa. Galatia 5 13 Saudara–saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. Hari ini saya mengajak kita semua merenungkan satu doa yang begitu agung dari rasul Paulus di dalam Kolose 1, satu doa yang menginginkan setiap kita yang sudah menjadi orang Kristen untuk setiap hari berlimpah-limpah di dalam pengenalan akan Tuhan. Saya percaya ini juga menjadi doa rasul Paulus untuk engkau dan saya. Dia meminta satu hal, biar perjalanan hidup kita mengikuti Tuhan, panjang atau pendek, sukar atau lancar, biarlah kita berjalan di dalam kehendak Tuhan yang sempurna dan berkenan kepada Tuhan di dalam segala hal. Ada beberapa point yang begitu penting di dalam doa ini. Ayat 9, bagaimana saya mengerti kehendak Tuhan yang sempurna itu? Apa yang engkau dan saya perlukan di sini? Yaitu agar kita memiliki segala hikmat dan pemahaman secara rohani. Melalui kebijaksanaan dan pemahaman secara rohani yang benar, engkau pasti akan berjalan di dalam kehendak Tuhan yang sempurna. Ayat 10 Paulus berdoa, biar apapun yang engkau kerjakan, keputusan hidup apapun yang akan engkau lakukan, jangan lupa tiga hal ini: pertama, biar keputusan yang kita ambil itu selalu menyenangkan Allah. Kedua, biar setiap keputusan hidupmu itu menjadi berkat bagi orang lain dan ada buah yang bisa dinikmati oleh orang. Jangan pernah bikin keputusan yang hanya bersifat egois dan hanya untuk kepentinganmu sendiri. Ketiga, biar setiap keputusan 87 yang kita ambil di dalam hidup ini adalah keputusan yang membuat relasi kita makin dekat dengan Tuhan, yaitu pengetahuan akan Allah makin bertambah. Jelas di sini Paulus bukan bicara mengenai pengetahuan doktrinal dan teologi secara systematis karena semua itu bisa dibaca dari buku-buku teologi. Sejak dulu hingga sekarang doktrin akan Allah tidak pernah berubah, Allah kita adalah Allah Tritunggal, Allah mengirim Putera-Nya Yesus Kristus mati di kayu salib untuk menyelamatkan manusia, dst. Tetapi Paulus meminta pengetahuan kita akan Allah makin bertambah bukan di dalam pengetahuannya tetapi di dalam hubungannya. Ayat 11, di dalam perjalanan hidup mengikuti Tuhan, kita mau goal tujuan hidup kita adalah kehendak Tuhan yang sempurna itu kita jalankan. Tetapi itu adalah satu perjalanan. Di dalam perjalanan itu terkadang kita tidak melihat apa yang kita percaya, kita tidak merasakan apa yang kita imani dan kita tidak membuktikan apa yang sudah kita percaya dari Tuhan. Itu bukan hal yang terpenting, kata Paulus, tetapi yang terpenting adalah di dalam segala hal biar ada kekuatan Tuhan yang membikinmu terus konsisten berjalan. Maka engkau perlu dua sifat ini, yaitu tekun dan sabar. Kita bukan anakanak kecil yang tidak dewasa rohani, minta apa saja sama Tuhan langsung Tuhan kasih. Tuhan kadang-kadang pimpin dan didik. Yang akan Dia beri pasti Dia beri, tetapi mungkin kita harus tunggu. Paulus bilang, belajarlah tekun dan sabar, konsisten. Itulah panggilan hidup Kristen kita. Ayat 12, biar hidup kita penuh dengan sukacita dan syukur. Saya juga memiliki kerinduan yang sama, kalau gereja kita sudah berusia 10 tahun, apa yang menjadi keindahannya? Biarlah doa ini juga menjadi keindahan bagi setiap kita. Pada waktu saudara berjalan di dalam kehendak Tuhan, saudara tidak perlu takut dan tidak perlu gelisah. Tuhan itu terlalu baik. Kehendak-Nya baik dan sempurna. Hari ini saya ingin membahas mengenai “menemukan kehendak Tuhan” tetapi dengan mengkontraskan antara “jalan hikmah” and “the Sense of Mysticism.” Saya menjadi orang Kristen berjalan mengikut Tuhan, mengerti kehendak Tuhan, jalannya apa? Biar Tuhan tambah hari memberi hikmah dan pemahaman secara rohani bagimu. Namun dewasa ini kita masuk ke dalam era kengawuran dari orang Kristen. Banyak orang Kristen sekarang mengerti kehendak Tuhan dalam pengertian “the sense of mysticism.” Saya tidak pakai kata “the way of mysticism,” tetapi “the sense” karena banyak orang ingin mengerti kehendak Tuhan dengan “perasaan.” Kadang-kadang “perasaan-”nya cenderung berarah kepada mistik, sehingga setiap orang Kristen yang berada di dalam konsep melihat kehendak Tuhan di dalam “sense of mysticism” cara Tuhan memimpin hidupnya. Dalam bukunya yang berjudul “Prophecy Today,” Jim Thompson mengatakan hal ini. Saya pernah mengatakan kepada saudara ada satu kesalahan besar yang dibuat oleh beberapa teolog dari gerakan Pentakosta dan Kharismatik yaitu mendefinisikan kata “nubuat” dengan keliru. Alkitab dengan jelas mengatakan nubuat itu tidak datang dengan sembarangan melainkan dari dorongan Roh Kudus. Nubuat di dalam PL dan PB itu memiliki “revelatory content,” nubuat mempunyai isi bersifat pewahyuan. Jadi tidak boleh sembarangan. Tetapi dewasa ini di dalam beberapa gereja Kharismatik dan Pentakosta, nubuat itu dianggap seperti orang sedang meramal apa yang akan terjadi di dalam kehidupanmu di depan. Itu berdasarkan definisi keliru yang dibuat oleh seorang teolog yang bernama Wayne Grudem, yang –sayangnyasebenarnya seorang teolog yang baik sekali. Dia mengatakan di dalam nubuat bisa bercampur antara 88 pimpinan Tuhan dan kesalahan manusia, sehingga menjadi campuran antara kepalsuan dan kebenaran. Paulus bilang tidak seperti itu. Aku berdoa supaya Tuhan memberimu hikmat dan pengertian rohani yang benar untuk bisa mengenal kehendak Tuhan dengan sempurna dan supaya engkau berjalan di dalam kehendak-Nya. Maka sekarang saya mengajak saudara melihat “the Way of Wisdom” (perjalanan hikmat) yang Paulus katakan di atas. Berarti saudara perlu melihat bagaimana natur dari kebijaksanaan itu lebih dulu. Alkitab mengatakan bahwa Tuhan memberi kita pikiran dan bijaksana supaya kita boleh memakai pertimbangan dan our mind untuk mengenal kehendak Tuhan. Jelas Paulus bilang seperti itu. Aku minta supaya hikmatmu makin bertambah sehingga bisa mengenal kehendak Tuhan dengan sempurna. Maka kita masuk ke dalam beberapa prinsip dari “the way of wisdom” (perjalanan hikmat). 1. The Nature of the Faculty of Your Mind. Dimana posisi pikiran saudara di dalam mengerti kehendak Tuhan? Kita letakkan pikiran kita dengan memberikan pertimbangan yang bijaksana. Saya memebri beberapa contoh keputusan yang diambil oleh rasul Paulus di dalam Alkitab. Rom.1:13 dalam terjemahan bahasa Inggris lebih tepat, “I already make a plan…” Paulus sudah sejak lama berniat untuk datang ke Roma. Ada rencana, ada pertimbangan. Langkah kedua, Rom.1:8-10 sesudah membuat rencana maka Paulus bilang “aku berdoa” menyerahkan rencana itu kepada Tuhan. Sesudah itu “I submit to God” aku berdoa semoga kehendak Tuhan yang jadi. Saya berencana, saya bawa dalam doa, lalu saya berserah kepada Tuhan. Maka hidup di dalam tangan Tuhan menjadi tenang luar biasa. Ayat 13, rencana untuk datang ke Roma itu belum kesampaian, there is a time delayed (tunda). Belum waktunya Tuhan. Masih ada hambatan, masih ada halangan tetapi itu tidak apa. Kapan waktu Tuhan itu sudah diluar kekuatan saya. Di dalam 1 Tes.3:1 dalam terjemahan bahasa Inggris ”...I thought it best…” ayat ini memperlihatkan keputusan di dalam pelayanan Paulus yang memperlihatkan dia mempertimbangkan keputusan mana yang terbaik. Fil.2:25 dalam terjemahan bahasa Inggris “I thought it is necessary… (perlu)” Di sini memperlihatkan keputusan di ambil berdasarkan mana yang prioritas, mana yang lebih penting. Di dalam hidup ini kita akan mengambil banyak keputusan. Kalau bisa mungkin kita akan ambil semua pilihan yang terbaik. Tetapi kadang-kadang mungkin kita hanya harus memilih salah satu. Maka Paulus bilang, aku ingin engkau berjalan di dalam kehendak Tuhan dengan “the way of wisdom” (perjalanan hikmat). Tuhan sudah memberi firman-Nya untuk menuntun pikiranku, lalu submit pertimbangan dan rencanamu kepada Tuhan dengan hati yang takut akan Tuhan, mempertimbangkan dengan sebijaksana mungkin semua keputusan yang engkau ambil, mana yang terbaik dan mana yang paling perlu. Sesudah itu committed di dalam doamu, berserah kepada Tuhan dan jalani. 2. The Use of Freedom (menggunakan kebebasan). Dimana pemakaian kebebasan orang Kristen? Dalam Gal.5:13 Paulus bilang, kita dipanggil untuk bebas, tetapi jangan memakai kebebasan itu sebagai kesempatan untuk berbuat dosa. Paulus memberikan perbedaan antara orang-orang percaya di PL dan PB. Bedanya dimana? Bedanya adalah orang-orang di dalam PL dikategorikan oleh Paulus secara kematangan rohani mereka adalah “anak- 89 anak.” Tetapi orang percaya di dalam PB dianggap sudah “akil balik.” Karena mereka masih “anakanak” maka hukum Taurat diberikan secara detail sekali. Jangan lakukan ini dan itu, dsb. Tetapi di PB tidak lagi seperti itu. Saudara memberi bimbingan yang jelas berbeda kepada anak saudara yang sudah remaja dengan anak saudara yang masih balita, bukan? Tetapi sayang, kadang-kadang kita lupa anak kita sudah remaja sehingga kita masih melakukan hal yang sama seperti kepada yang balita. Kalau dia sudah remaja, tidak perlu lagi orang tua bicara seperti waktu dia masih kecil. Begitu lihat wajah papa mama, dia sudah tahu orang tua maunya apa. Ini prinsip yang penting untuk mengerti bagaimana mencari pimpinan Tuhan. Tetapi banyak orang Kristen tidak mengerti akan hal ini. Orang Kristen masih terus memakai pola PL di dalam hidup mencari pimpinan Tuhan. Kita mengeluh, kenapa Tuhan memimpin orang menjadi hamba Tuhan jauh lebih spesifik di dalam PL daripada PB? Musa jelas sekali dipanggil Tuhan dalam peristiwa semak yang tidak terbakar. Gideon minta tanda panggilan Tuhan dengan sangat jelas dan akurat. Demikian juga waktu pembantu Abraham mencari calon isteri untuk Ishak, begitu spesifik dan begitu akurat Tuhan pimpin. Sekarang sudah jungkir balik doa minta tanda dari Tuhan, kok tidak pernah terjadi? Ini karena prinsip saudara salah di dalam mencari pimpinan Tuhan. Bukan karena di PL Tuhan lebih intim kepada umat-Nya daripada sekarang, tetapi karena Tuhan menganggap kita sudah dewasa dan bukan anak kecil lagi. Kata Paulus justru kita sekarang lebih bahagia daripada orang di PL karena Tuhan tidak memperlakukan kita seperti anak kecil yang diatur sampai hal sekecilkecilnya. Tetapi Paulus mengingatkan kita untuk memakai kebebasan itu bukan untuk berbuat dosa. Jadi ini menjawab kenapa Tuhan tidak memimpin kita seperti kepada orang-orang di PL yaitu bukan karena Tuhan sudah menjauh, atau bukan karena Tuhan sudah tidak lagi berbicara, bukan Tuhan tidak pimpin lagi. Justru sekarang kita diperlakukan sebagai orang yang dewasa oleh Tuhan. Artinya Tuhan hanya diam, engkau sudah tahu kira-kira isi hati-Nya bagaimana. Menikahpun seperti itu, bukan? Isteri tidak perlu ngomong apa-apa, suami kira-kira tahu apa yang ada di dalam hatinya. Kalau dia tiba-tiba pakai bajunya yang sudah 10 tahun, berarti sudah waktunya belikan dia baju baru. Jangan coba-coba bilang, “Kenapa tidak minta dibelikan?” Itu pertanyaan salah besar. “Apa kamu tidak tahu isi hati saya?” “Lho, saya kan bukan Tuhan, mana saya tahu isi hatimu?” Maka keluar kalimat isterimu, “Sudah dua puluh tahun kita menikah, kamu masih belum tahu isi hati saya?” Maka kira-kira demikian kita menggambarkan perhubungan yang seharusnya terjadi antara kita dengan Tuhan. Kita sudah akil balik, kata Paulus. Menggunakan kebebasan di dalam PB memiliki pengertian seperti itu. Di sinilah saya ingin mengajak saudara melihat dua ayat lagi. Pertama, Yoh.21:21-22 Yesus menubuatkan bagaimana Petrus akan mati bagi Tuhan. Dia agak sedikit “terganggu” dan melihat kepada murid yang dikasihi Yesus yaitu Yohanes. “Tuhan, saya memang akan mati bagi Tuhan, tetapi bagaimana dengan dia ini?” Yesus menjawab dia, “Jika Aku menghendaki dia tetap hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi kamu, ikutlah Aku.” Ini adalah satu prinsip panggilan Tuhan yang begitu indah. Melayani Tuhan itu paradoks antara ketidaklayakan dan keberanian. Melayani Tuhan itu paradoks antara ketaatan total dan keunikan panggilan hidup yang berbeda-beda. Kita semua dipanggil untuk taat secara total kepada Tuhan, tidak ada yang beda. Semua engkau dan saya sama di hadapan Tuhan, kita harus ketaatan total kepada Yesus Kristus. Namun panggilan untuk mengikut Kristus itu berbeda satu sama lain. Itu adalah 90 keunikan panggilan hidup yang berbeda-beda antara engkau dan saya. Mengerti seperti ini maka kita bisa memahami konsep mengapa Tuhan mengatakan gunakan kebebasan seperti ini. Tuhan tidak menyamakan semua orang Kristen. Maka bagaimana kita berjalan di dalam kehendak Tuhan? Saudara dan saya ikut kehendak Tuhan, setia di situ dengan total kepada-Nya. Tetapi mungkin di tengah perjalanan itu Tuhan memberikan keunikan yang berbeda-beda antara engkau dan saya. Dengan keunikan itu kita menghargai keunikan orang lain dan kita tidak perlu cemburu atau curiga kepada keberhasilan ataupun keunikan yang Tuhan berikan kepadanya karena Tuhan memiliki panggilan dan rencana perjalanan hidup yang unik pada engkau dan saya. Aku mau bagaimana dengan orang itu, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau, ikutlah Aku. Itu panggilan hidupmu yang terindah dan terbaik menurut Tuhan bagimu. Jangan bandingkan dengan orang lain. Yang kedua, Rom.14:1 dalam terjemahan bahasa Inggris “Don’t passing judgment to each other concerning disputable matters…” Ada dua hal di situ yang ingin saya jelaskan. Pertama, jelas di sini Paulus melarang kita untuk menghakimi keputusan orang. Tetapi dalam hal apa kita tidak boleh menghakimi? Kita tidak boleh menghakimi orang lain di dalam wilayah kebebasan di dalam mengambil keputusan, yaitu wilayah hal-hal perbedaan pendapat. Hati-hati di dalam kita menghakimi keputusan orang, jangan sampai kita melihat selumbar di mata saudara kita tetapi balok di mata kita sendiri tidak kita lihat. Kita tidak boleh mengahkimi keputusan orang karena itu adalah wilayah hubungan orang itu dengan Tuhan. Bagaimana hidup dia, bagaimana masa depan dia, bagaimana perjalanan dia ikut Tuhan tidak ada kaitannya denganmu. Tuhan mau membuatmu menderita, itu urusanmu dengan Tuhan. Tetapi Tuhan mau dia hidup selama-lamanya, itu bukan urusanmu. Kenapa Tuhan mengijinkan kita menggunakan bijaksana pikiran sebisa mungkin dengan kebebasan yang Tuhan beri, memperlakukan engkau sebagai orang dewasa. Bikin keputusan sebagai orang dewasa, bertanggung jawab di hadapan Tuhan, pakai kebebasan itu dengan bijaksana sebaik mungkin karena memang Tuhan juga buka wilayah hal-hal perbedaan pendapat, yaitu satu wilayah yang tidak secara spesifik Tuhan bicara banyak di situ. Mungkin saudara bertanya, bolehkah saya memakai mobil yang lebih mewah? Tuhan tidak bicara spesifik di situ, bukan? Apakah saya membeli rumah yang lebih besar atau lebih kecil? Tuhan tidak bicara di situ. Keputusan-keputusan seperti ini berkaitan dengan bagaimana kita berhubungan dengan bertanggung jawab kepada Tuhan. Apakah Tuhan memanggil saya menjadi seorang misionari atau melayani sebagai hamba Tuhan di kota kecil atau di kota besarkah? Tuhan tidak bicara spesifik akan hal itu. Paulus bilang di Rom.14, kalau ada orang Kristen yang merasa lebih rohani kalau tidak makan daging dan hanya makan sayur, silahkan. Tetapi jangan orang yang hanya makan sayur lalu menghina orang yang makan daging, karena itu adalah wilayah hal-hal perbedaan pendapat, bukan wilayah yang Tuhan jelas beri perintah atau larangan-Nya. Bolehkah saya pacaran dengan wanita yang usianya lebih tua daripada saya? Ada pendeta bilang, tidak boleh, karena itu tidak secara Alkitab. Menurut Alkitab, Adam diciptakan lebih dulu daripada Hawa, berarti Hawa lebih muda. Maka tidak boleh menikah dengan isteri yang lebih tua. Buat saya, itu bukan bicara soal umur, tetapi Tuhan melakukan seperti itu ada beberapa hal. Satu, ada konsep kepala manusia cuma satu yaitu Adam. Dua, di situ ada peran yang berbeda karena yang disuruh 91 menjadi perwakilan representatif manusia bukan Hawa tetapi Adam. Kalau dua-duanya berposisi sama, bingung. Maka tidak ada kaitan dengan soal umur. Itu adalah wilayah hal-hal perbedaan pendapat. Waktu kita berada di dalam wilayah hal-hal perbedaan pendapat mari kita lihat kata apa yang dipakai Paulus dalam 1 Kor.7:40 Paulus memberi pertimbangan kepada janda yang mungkin sudah berumur lanjut untuk tidak menikah lagi. Di sini Paulus memakai kata, “I counsel you…” Paulus tidak bilang “I command you…” Di sini Paulus sadar itu bukan wilayah yang dia boleh masuk karena itu wilayah pribadi orang. Dia hanya bisa kasih pertimbangan dan nasehat. Maka pendeta yang sudah masuk ke dalam wilayah pribadi orang dan ikut campur menentukan hidupmu, dia sudah pasti mengarah kepada bidat dan sesat. Hari ini kita melihat beberapa aspek. Pertama, kita berjalan di dalam kehendak Tuhan, berjalan di dalam pimpinan-Nya yang sempurna, Tuhan meminta kita untuk menjadi orang Kristen yang dewasa. Dewasa bertumbuh dengan kematangan rohani, bijaksana kita di dalam pengenalan firman Tuhan harus bertumbuh. Maka pertimbangkan semua keputusan yang terbaik di dalam hidupmu. Pertimbangkan semua keputusan mana yang prioritas yang lebih penting. Pakai bijaksana yang Tuhan beri dengan bertanggung jawab di hadapan Tuhan. Yang kedua, kita adalah orang Kristen yang dewasa, maka kita berlaku dewasa di dalam hubungan kita dengan Tuhan. Ada hal-hal yang mungkin Tuhan tidak bicara maka baik-baik pikirkan di situ dengan sebijaksana mungkin, dan ambil keputusan yang benar. Harapan saya hari ini saudara mengerti dengan jelas dan permintaan saya hanya satu, saudara dan saya tidak boleh menjadi orang Kristen yang terus menjadi dangkal dan tidak bertumbuh secara rohani sebab Tuhan memperlakukan engkau sebagai orang-orang dewasa dan bukan anak kecil. 92 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 17/05/2009 Pdt. Effendi Susanto STh. Ambil keputusan secara bijaksana (2) Nats: 9 10 11 12 13 14 Kolose 1: 9-14 Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti–henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, sehingga hidupmu layak di hadapan–Nya serta berkenan kepada–Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah, dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan–Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar, dan mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang melayakkan kamu untuk mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang–orang kudus di dalam kerajaan terang. Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak– Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa. Dari minggu lalu saya sudah membahas satu topik yang saya percaya merupakan topik yang sangat penting dan sangat esensi bagi kita semua karena ini bicara mengenai ambil keputusan di dalam hidup kita. Hari ini saya ingin membahas beberapa dimensi di dalam ambil keputusan yang saya harap akan membukakan banyak hal bagi saudara di dalam pergumulan mengambil keputusan penting di dalam hidupmu. Saya sangat senang melihat dan mengamati bagaimana pertumbuhan kerohanian saudara sejak datang berbakti di sini dan saya luar biasa bersukacita melihat ada orangorang yang mengalami perubahan dan pertumbuhan yang luar biasa. Waktu memulai pelayanan mimbar di kota ini sepuluh tahun yang lalu, saya tidak pernah berpikiran mau menjadikan gereja ini menjadi gereja besar, bahkan jujur saya tidak punya pikiran mau mendirikan satu gereja. Waktu itu pikiran saya hanya satu yaitu saya hanya mau melayani Tuhan dan berkhotbah dengan sebaikbaiknya. Kerinduan saya adalah bagaimana membuat orang Kristen melalui firman Tuhan, melalui pertumbuhannya di dalam gereja, mereka keluar menjadi terang dan saksi Tuhan bagi dunia ini. Doa Paulus di dalam Kol.1:9-14 ini adalah satu doa yang indah sekali. Setelah Paulus mendengar bagaimana orang-orang di Kolose menjadi percaya dan mengikut Yesus, sekarang mereka sudah menjadi anak-anak Tuhan, maka Paulus berdoa untuk mereka di dalam bagian ini. Paulus berdoa supaya mereka bisa ikut Tuhan makin ikut Dia mereka makin memiliki pengenalan yang benar akan Dia. Paulus berdoa supaya hidup mereka berkenan kepada Tuhan, mengalami pertumbuhan terusmenerus, hidup hari demi hari makin mengenal Tuhan. Ini juga menjadi kerinduan saya, setiap kali saudara berbakti saudara juga mengalami pertumbuhan seperti itu, mengenal Tuhan dengan benar, 93 mengerti firman Tuhan dengan benar, menjadi orang Kristen yang belajar mengenal kehendak Tuhan dan bertumbuh. Minggu lalu saya sudah mengangkat satu point yang penting sekali, saya berharap pengertian orang Kristen mengerti kehendak Tuhan harus betul-betul menyingkirkan konsep “the sense of Mysticism.” Kita tidak terima orang mengerti kehendak Tuhan dengan dua cara, yaitu yang satu dengan cara seperti “gua mia,” main acak buka Alkitab lalu tunjuk dan baca kehendak Tuhan dari situ. Cara yang kedua, kita tidak menerima konsep pengertian bahwa Tuhan memberitahukan kehendak-Nya bagimu secara pribadi dengan hubungan. Ini adalah konsep mysticism yang tidak kita terima. Sebaliknya kita pakai prinsip yang penting dari “jalan bijaksana” di dalam mengambil keputusan. Di dalam pengalaman kita, saya menemukan pasti ada satu unsur perasaan di dalam pengambilan satu keputusan. Maka pertanyaannya adalah: Where is the proper place of feeling in decision making? Banyak orang baru ambil keputusan kalau perasaannya enak, bukan? Namun apakah perasaan “feel good” itu menjadi aspek yang penting di dalam mengambil keputusan? Kita tidak meletakkan perasaan sebagai unsur utama di dalam mengenal kehendak Tuhan karena Tuhan tidak pernah mengabaikan proses pikiran yang disucikan oleh kebenaran firman Tuhan menjadi cara kita mengenal jalan Tuhan di dalam hidup kita. Maka Paulus berdoa supaya kebijaksanaan secara rohani dan pengertian kita terus bertambah. Kita tidak mengabaikan pikiran yang Tuhan sudah karuniakan kepada kita untuk berpikir dan mempertimbangkan keputusan kita. Beberapa ayat yang sudah saya angkat minggu lalu memperlihatkan prinsip Paulus yang jelas, prinsip memakai pikiran di dalam mengenali kehendak Tuhan. Pertama, “I thought it best…” pikir apa yang terbaik, selalu pikirkan opsi-opsi yang terbaik. Yang kedua, “I thought it is necessary…” banyak keputusan yang mesti kita ambil mungkin tidak bisa kita pegang semuanya sekaligus di dalam waktu yang berbarengan, maka Paulus putuskan mana yang lebih penting, mana yang lebih utama. Sampai di sini, saya mau mundur selangkah dulu. Banyak orang Kristen sudah bingung di dalam menggunakan frase mengenai kehendak Allah. Maka saya akan menjelaskan beberapa point mengenai kehendak Allah ini karena umumnya kehendak Allah di dalam Alkitab berbicara di dalam tiga aspek. 1. Kehendak Tuhan sesuai keputusan diambil. Dalam Ef.1:5 Paulus bilang ”...dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula untuk menjadi anakNya…” ini adalah salah satu contoh dari Kehendak Tuhan sesuai diambil keputusan. Di bagian lain, misalnya di dalam Kis.2:23, Petrus berkata, “Yesus yang kamu salibkan itu adalah Yesus yang kamu bunuh tetapi itu seturut dengan kehendak Allah.” Artinya tindakan menyalibkan dan membunuh Yesus adalah keputusan dan tanggung jawab manusia, tetapi kematian Yesus itu adalah jelas kehendak Allah. Mereka yang membunuh Yesus tidak bisa lepas tangan berpikir karena itu adalah kehendak Tuhan, tetapi sebaliknya tidak boleh berpikir dirimu sebagai aktor yang berperan di situ. Rencana kematian Yesus di atas kayu salib adalah rencana Bapa di surga. Di bagian lain di Alkitab dikatakan, engkau menjadi anak-anak Allah, engkau sudah dipilih dan ditentukan sebelum dunia dijadikan, untuk mendapatkan segala berkat karunia yang begitu bernilai di surga, bukan engkau 94 yang pilih Tuhan tetapi Tuhan yang pilih engkau berdasarkan kerelaan kehendak-Nya. Tuhan Yesus berkata, Allah Bapa di surga yang mengatur segala sesuatu. Tidak ada hal yang terjadi di atas muka bumi ini tanpa sepengetahuan-Nya. Rambut di kepalamupun dihitung-Nya. Lihatlah burung-burung di udara. Tidak ada satu ekorpun yang jatuh di luar pengetahuan dan kehendak Bapa. Di dalam kitab suci kita akan saudara temukan frase “Kehendak-Nya” muncul beberapa kali, berarti ayat-ayat itu sedang berbicara mengenai Kehendak Allah sesuai diambil keputusan, kehendak Allah yang bersifat ketetapan. Kehendak Allah yang bersifat ketetapan adalah kehendak Allah yang sudah Ia tetapkan dari kekekalan. Di dalam rencana-Nya yang sempurna maka ketetapan itu pasti akan terlaksana. Tidak ada orang yang bisa mencegah dan melawan ketetapan itu. Allah yang menetapkan di dalam penciptaan, Allah yang mengatur dan mengontrol segala sesuatu, semua itu akan terlaksana. Itu adalah ketetapan yang berdaulat, yang tidak pernah akan gagal dilaksanakan atas ciptaan, atas dunia ini dan atas segala bangsa. 2. Kehendak Allah sesuai keinginan-Nya. Maksudnya adalah kehendak Tuhan yang Ia nyatakan kepada kita sebagai hal-hal itu adalah hal-hal yang disukai oleh Tuhan sebab hal-hal itu bersesuaian dengan sifat dan karakter Tuhan. Allah suka engkau menjalankan keadilan, sebab sifat Allah adalah adil adanya. Allah benci dengan segala korban bakaran yang dipersembahkan oleh orang yang hidup di dalam kelaliman dan tangan yang menumpahkan darah. Allah menyukai keadilan, kebenaran dan damai sejahtera. Kehendak Allah yang Ia sukai adalah kehendak yang Ia nyatakan melalui firman-Nya terhadap apa yang Allah perintahkan dan apa yang Allah larang. Allah suka dan mau kita kudus, sebab Ia adalah Allah yang kudus adanya. Allah mau kita hidup benar, sebab Ia adalah benar adanya. Ini yang kita sebut sebagai kehendak Allah sesuai keininginnan-Nya. 1 Yoh.2:15-17 berbicara mengenai God’s will of desire ini. Ayat ini langsung mengkontraskan dua hal yang berbeda. Ada keininginan daging, ada keininginan lakukan kehendak-Nya. Kata kehendak Allah di sini jelas bukan berkaitan dengan kehendak Allah di dalam ketetapan-Nya tetapi kehendak Allah yang bertentangan dengan keininginan daging yang melawan Tuhan, yang tidak mencintai dan tidak taat kepada kebenaran firman Tuhan. Pada waktu kita bicara mengenai kehendak Allah sesuai keininginan-Nya, ini berbeda dengan God’s will of decree. God’s will of decree (memutuskan) tidak mungkin ditolak oleh manusia sedangkan God’s will of desire (menginginkan) bisa ditolak dan bisa dilawan oleh manusia. Allah menginginkan manusia itu kudus, namun manusia berdosa. Allah menginginkan manusia itu hidup setia, namun manusia bisa tidak taat kepada-Nya. Maka God’s will of desire sudah Ia berikan di dalam firman-Nya namun kita bisa keluar dari kehendak-Nya itu dengan memberontak kepada-Nya. 3. Kehendak Tuhan arahnya. Saya percaya Tuhan menciptakan engkau dan saya itu unik adanya. Engkau dan saya menjadi pribadipribadi yang Tuhan hargai. Kita ikut Tuhan sebagai pribadi, maka masing-masing kita memiliki satu hubungan yang unik dan pribadi kepada Tuhan. Tentunya panggilan Tuhan kepada engkau dan saya adalah panggilan yang unik dan berbeda-beda. Sehingga waktu saudara bertanya kepada saya apakah Tuhan memiliki keinginan dan kehendak-Nya secara pribadi kepada masing-masing kita? Jawabannya adalah “Ya.” Kalau begitu, waktu saya mengambil keputusan untuk hidup saya di depan, masa depan saya, pilihan pekerjaan saya, jodoh, dsb, lalu kita bertanya kepada Tuhan, apakah Tuhan 95 memiliki kehendak-Nya kepadaku di situ? Jawaban saya, “Ya.” Tetapi perhatikan kesalahan yang selalu muncul di sini ketika orang berbicara mengenai kehendak Tuhan bagi kita secara pribadi, seringkali menempatkan kehendak Tuhan di dalam pengertian God’s will of decree. Inilah yang timbul di dalam konsep banyak orang Kristen yang berpikir seperti ini: kita harus mencari kehendak Tuhan dan kehendak Tuhan itu sangat spesifik kepada setiap orang seperti satu blueprint. Seumur hidup saudara harus mencari kehendak Tuhan itu dan kalau saudara salah maka seumur hidup saudara tidak berjalan di dalam kehendak Tuhan yang sangat indah dan sempurna bagimu. Ini adalah konsep yang salah namun banyak orang pegang konsep ini. Maka saudara sungguh-sungguh berdoa, di dalam pengertian saudara di dalam kekekalan, Tuhan sudah menetapkan satu orang menjadi suami atau isterimu. Maka tidak boleh sembarangan pilih. Kalau kamu pilih yang tepat maka seumur hidup engkau akan menjalani satu pernikahan yang bahagia, maka jangan sembarangan dengan hidupmu. Kalau Tuhan sudah tetapkan si A menjadi suamimu tetapi kamu pilih si B, maka seumur hidup pernikahanmu tidak akan bahagia. Maka tidak heran dengan konsep seperti itu ada orang yang sudah menikah 20 tahun karena banyak cekcok lalu berpikir mungkin dia salah pilih. Lalu akhirnya dia konseling dengan isteri tetangga yang sangat bersimpati dengan dia, lalu dia merasa kenapa dengan isteri tetangga bisa ngobrol lama dan nyaman rasanya. Lalu dia pikir kayaknya ini mungkin pilihan Tuhan cuma saya salah pilih. Akhirnya kita akan jatuh kepada subyektifitas kita, yaitu kalau hidup pernikahan enak dan lancar, kita bilang itu karena kita pilih yang benar. Lalu kalau sudah mulai ribut, kita pikir mungkin bukan. Makin pikir ini bukan kehendak Tuhan, makin mencurigai keputusan yang sudah diambil. Salahnya dimana? Kalau saudara bertanya, apakah Tuhan punya kehendak pribadi bagiku? Jawabnya, Ya. Tetapi apakah Tuhan menaruh itu sebagai satu blueprint yang harus kau cari jawabannya? Tidak. Maka mengerti pimpinan Tuhan di dalam hidupmu, kehendak Tuhan arahnya, Tuhan punya kehendak bukan tujuannya melainkan arahnya. Saudara tangkap bedanya? Bagi saya tidak ada yang tahu tujuan itu. Bukan saja tidak tahu, Tuhan juga tidak pernah buka seperti itu. Yang Tuhan sudah tetapkan adalah arahnya. Artinya kalau saudara jalan di dalam arah itu, pasti tujuannya sampai. Jadi sekali lagi, tidak ada blueprint yang harus kau cari seperti itu. Dengan mengerti seperti ini maka kita akan terhindar dari banyak kesalahan di dalam memahami Kehendak Allah. Kesalahan yang pertama adalah kalau saudara mengatakan bahwa Tuhan memiliki rencana yang khusus dan spesifik yang harus kita cari, kebahayaannya itu berarti saudara memiliki konsep mengenai Allah yang “usil” seperti seorang bapak yang suruh anaknya tebak-tebak mana yang dia sudah tentukan. Kalau ternyata kita salah tebak, hidup jadi susah. Jadi, Tuhan ingin kamu cari kehendak-Nya tetapi Dia sendiri sembunyikan dan minta kamu tebak-tebak, sesudah salah tebak lalu Dia bilang, ‘rasain lu, salah pilih.’ Illustrasi kedua, banyak orang cari kehendak Tuhan untuk pribadinya seperti sedang main “maze” (simpang siur jalan) yang ada di tengah, lalu ada banyak jalan masuk yang harus dipilih. Yang bikin maze itu sudah atur ada satu jalan yang akan sampai ke tengah, kalau kita salah pilih maka seumur hidup kita tidak akan sampai ke situ. Kesalahan kedua, mencari kehendak Tuhan seperti itu membuat hidup orang Kristen tidak pernah melangkah dengan iman, tetapi selalu menjadi orang Kristen yang pengecut. Kenapa banyak orang 96 Kristen selalu mau cari dan minta pimpinan Tuhan? Kevin DeYoung mengatakan, di dalam dunia sekarang banyak orang Kristen tidak memakai pikirannya sebelum memutuskan sesuatu. Cepat-cepat memutuskan tanpa pakai pertimbangan dan otak. Tetapi sebaliknya ada banyak orang yang sudah pikir segala sesuatu tetapi tidak mau jalan. Kita terus minta Tuhan menyatakan kehendaknya, minta Tuhan buka jalan dan minta pimpinan-Nya artinya mau semua jalan itu lancar, bukan? Minta Tuhan selalu kasih yang baik-baik sehingga membuat banyak orang Kristen tidak berani melangkah dengan iman. Justru kadang-kadang jalan susah dan berat tapi kita berani ambil keputusan itu bukan karena ngotot atau tidak mengerti, tetapi dengan prinsip di dalam kondisi apapun saya tahu Tuhan pimpin dan take control. Jangan terbalik, pikir Tuhan kasih kelancaran, itu berarti jalan dari Tuhan. Kita ingin Tuhan pimpin dan buka jalan di depan supaya kita bisa jalani dengan “safety first”. Kesalahan ketiga kalau mengerti pimpinan Tuhan supaya memberikan hal yang spesifik, bahayanya terlalu banyak orang Kristen salah mencari kehendak Tuhan, terlalu fokus kepada non-moral decision instead of moral decision. Contoh, banyak anak muda doa sampai jungkir balik pilih jodoh tapi missed the point, kita minta pimpinan Tuhan tapi ada lima nama kita ajukan di dalam doa kita lalu minta Tuhan pimpin. Kalau bisa minta pencerahan lewat mimpi, mana yang dari Tuhan karena kita tidak mau menjalani hidup di depan menikah dengan orang yang salah. Ini missed the point di dalam meminta pimpinan Tuhan bagi jodohmu, siapa dia, itu non-moral decision. Tetapi banyak orang tidak berdoa minta apa yang Tuhan mau di dalam menjalani proses pacarannya. Banyak orang doa minta pimpinan Tuhan untuk pilih pekerjaan A atau B, tetapi tidak banyak yang doa bilang Tuhan pekerjaan yang mana saya bisa bekerja dengan benar. Jadi dapat jodoh A atau B, minta pekerjaan A atau B, yang dianggap lebih penting A atau B, bukan kepada aspek moralnya. Kalau saudara memilih pekerjaan A karena di situ ada kebenaran, melalui pekerjaan ini hidup Kristen saya tidak dikompromikan. Itu hal yang lebih penting. Mau memasuki masa pacaran dan menikah, minta Tuhan memberi hati yang sungguh bisa berpacaran memperkenan Tuhan, itu lebih penting daripada doa minta A atau B. Kalau kita minta melalui pacaran kita bisa menjadi pasangan yang mempersiapkan satu keluarga yang mengasihi Tuhan, itu doa lebih penting. Kesalahan keempat, kalau kita bilang kepada Tuhan, biarlah itu menjadi kehendak-Mu yang aku jalani, orang yang suka ngomong seperti ini memiliki satu kesalahan yang subyektif karena Tuhan tidak ada berbicara spesifik seperti itu. Tetapi karena sering pakai kalimat itu, kebahayaannya adalah banyak orang berusaha menghindar dari tanggung jawab pribadi di dalam mengambil keputusan. Ke sana atau ke sini, dua-dua adalah pimpinan Tuhan. Tetapi waktu kita pilih, pegang itu sebagai keputusan yang kau ambil berhubungan dengan Tuhan. Kelima, kalau kita bilang Tuhan punya kehendak-Nya secara spesifik lalu minta engkau cari, kebahayaannya kita bisa jatuh ke dalam subyektifisme. Banyak orang Kristen bilang dia akan jalan kalau Tuhan kasih tanda dengan kelancaran, tidak ada halangan. Kalau itu menjadi syarat kita mengambil keputusan, tidak ada keputusan penting dalam hidup ini yang tidak ada unsur anxiety, unknown aspect di dalamnya. Kalau tunggu semua jalan Tuhan buka, baru hati saya tenang mengambil keputusan, jujur saya katakan kepadamu, tidak ada keputusan yang tidak memiliki faktor seperti itu. Ambil keputusan mau kerja di perusahaan A, apakah tidak ada perasaan takut? Itu adalah 97 satu hal yang wajar karena kita tidak tahu apa yang ada di depan. Maka sekali lagi, bukan tujuannya tetapi arahnya yang kita cari. Ada dua ayat yang bicara mengenai kesempatan yang Tuhan beri sebagai “open doors” lalu bagaimana Paulus ambil keputusan di situ, 1 Kor.16:8-9 Paulus memutuskan untuk tinggal di Efesus – ini keputusan yang dia ambil dengan alasan di situ Tuhan buka jalan untuk mengerjakan pekerjaan yang besar dan penting sekalipun banyak penentang. Kalau kita ambil keputusan waktu jalan lancar dan baik, semua beres, kita tidak ambil keputusan seperti Paulus karena jelas di situ banyak penentang. Tetapi pointnya adalah ada kesempatan pintu terbuka, lalu Paulus bilang ini hal yang penting di dalam pelayanan sehingga dia ambil keputusan untuk tinggal. Dalam 2 Kor.2:12-13 Paulus memutuskan untuk tidak tinggal di Troas meskipun Tuhan membuka jalan untuk pelayanan di sana, sebaliknya dia pergi mencari Titus. Saya percaya Paulus ambil keputusan dengan pertimbangan yang matang dan bertanggung jawab. Paulus perlu untuk bertemu Titus karena dia membawa satu pesan yang penting sekali berkaitan dengan kebahayaan yang terjadi di gereja Korintus. Tetapi kalau dia tinggal di Troas, Paulus tidak bisa ketemu dengan Titus. Jaman itu komunikasi tidak gampang. Maka pilihan Paulus memperlihatkan prinsip ini: baik di Efesus maupun di Troas, dua-dua Tuhan buka kesempatan. Jadi bukan unsur “open doors” yang menjadi penting melainkan bagaimana pekerjaan Tuhan lebih penting. Ada tantangan, ada kesulitan, tidak menjadi unsur penting. Maka bagaimana Tuhan pimpin, kita melihat langkahnya benar atau tidak, dua-dua pilihan ini berkenan di hati Tuhan atau tidak. Kalau kita tahu Tuhan berkenan kepada pilihan kita, maka pakai bijaksanamu baik-baik, taruh di dalam doamu, renungkan sebaik-baiknya, kelola dan ambil keputusan. Sesudah ambil keputusan, bersyukur kepada Tuhan dan bilang kepada-Nya ini keputusan yang saudara ambil dari pilihan yang berkenan kepada-Mu. Jalani itu. 98 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 24/05/2009 Pdt. Effendi Susanto STh. Ambil keputusan secara bijaksana (3) Nats: 9 10 11 12 13 14 Kolose 1: 9-14 Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti–henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, sehingga hidupmu layak di hadapan–Nya serta berkenan kepada–Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah, dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan–Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar, dan mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang melayakkan kamu untuk mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang–orang kudus di dalam kerajaan terang. Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak– Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa. Minggu lalu saya mengakhiri khotbah dengan satu ilustrasi mengenai seorang yang hendak pergi ke bandara untuk berangkat dari Jakarta ke Banjarmasin untuk menghadiri satu bisnis meeting yang beromset milyaran rupiah. Di dalam perjalanan ke bandara dia marah-marah kepada supir taksi karena memilih jalan yang sangat macet sehingga akhirnya terlambat 15 menit dari jadwal penerbangannya. Sampai di bandara, ternyata pesawat yang harus dia tumpangi sudah terbang. Akhirnya karena ketinggalan pesawat, dia harus menunggu jadwal penerbangan yang berikutnya. Selama menunggu pesawatnya, dia bersungut-sungut mempersalahkan supir taksi kenapa memilih jalan yang macet dan mempersalahkan pilot Garuda yang kali ini berangkat pada waktu tepat sehingga dia ketinggalan pesawat. Sambil menggerutu, dia juga mulai bertanya-tanya mempersalahkan Tuhan kenapa Tuhan membuat dia menghadapi situasi seperti ini. Apakah Tuhan tidak mau bisnisnya lancar? Sambil menggerutu dan marah-marah, tiba-tiba dia mendengar satu pengumuman di bandara yang menyatakan bahwa pesawat yang dalam perjalanan menuju Banjarmasin ternyata jatuh di tengah laut karena cuaca yang buruk dan kemungkinan besar tidak ada yang selamat. Ketika dia menyadari bahwa dia terluput dari maut, barulah dari marah-marah berubah menjadi haleluya dan mulai flash back. Puji Tuhan, untung jalanan macet, sehingga saya ketinggalan pesawat. Puji Tuhan, saya tidak naik pesawat itu sehingga tidak mati. Illustrasi itu hanya ingin memberitahukan kepada kita di dalam perjalanan hidup ini kita bisa tahu bahwa Tuhan sungguh pimpin lebih bersifat retrospektif daripada bersifat dibukakan lebih dulu sehingga kita mengetahui sebelumnya. Jadi sesudah peristiwa lewat barulah kita tahu bagaimana 99 Tuhan pimpin kita.Pada waktu peristiwa yang tidak baik dan tidak enak terjadi, mungkin kita bisa bersalah mempertanyakan kebaikan Tuhan di situ. Tetapi setelah lewat mungkin satu tahun, lima tahun, dsb lalu saudara retrospeksi saudara bisa melihat di situ ada tangan Tuhan memimpin dan menyertai. Tetapi persoalannya adalah banyak orang Kristen ingin Tuhan kasih tahu di depan supaya bisa mengambil jalan yang aman dan lancar. Orang paling mau kalau Tuhan memberi tanda-tanda sehingga dia bisa menghindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Kita mau Tuhan pimpin kita seperti itu, kalau bisa langkah-langkah di depan Tuhan buka kasih tahu kepada kita, supaya kita bisa mencari jalan yang baik. Yang kedua, seringkali cara yang kita pakai untuk mengetahui bahwa kita berjalan di dalam pimpinan Tuhan itu dengan dua cara, yaitu pertama kalau perasaan hati kita damai waktu mau mengambil satu keputusan, dan kedua kalau Tuhan buka jalan sehingga kesempatan terbuka lebar. Mengurus ini dan itu semuanya lancar maka kita ambil konklusi itu adalah pimpinan Tuhan. Kalau pakai patokan sepertiitu maka seumur hidup kita tidak akan berani mengambil keputusan-keputusan yang signifikan di dalam hidup kita. Tidak berarti karena takut lalu tidak ambil keputusan, bukan? Saudara mengambil keputusan yang penting untuk pindah kota, saudara mengambil keputusan penting untuk menikah, saudara mengambil keputusan yang penting mengambil satu pekerjaan, dsb pasti ada unsur takutnya di situ. Hati kita tidak tenang karena banyak hal di depan kita tidak tahu. Itu sebab hari ini saya ingin mengajak sdr melihat Kol.1:9-14 menjadi satu rangkaian pikiran rasul Paulus yang membawa kita untuk mengerti konsep mengenal kehendak Tuhan dengan luar biasa. Di ayat 9 setelah Paulus mendengar bagaimana jemaat di Kolose menjadi percaya, dia tidak henti-henti berdoa untuk mereka supaya mereka menerima segala hikmat dan pengertian yang benar untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna. Maka ini point pertama saya katakan the way of wisdom to understand God’s will. Orang sering gampang bilang ini kehendak Tuhan, tetapi pada waktu ditanyakan lebih lanjut bagaimana dia tahu dengan pasti dia pakai dua cara tadi, yaitu rasa damai dan ada kesempatan terbuka. Paulus mengingatkan bahwa Tuhan tidak selalu mengontraskan pikiran Dia dengan pertimbangan manusia. Tuhan tidak menganulir pertimbangan ratio kita, itu sebab Paulus bilang setelah kita percaya Tuhan, biarlah pikiran dan pertimbangan kita disucikan oleh firman Tuhan. Maka bagaimana caranya? Pakai pertimbangan bijaksana dan pemahaman secara rohani sehingga kita bisa memilih yang terbaik dan yang paling urgent dan yang terindah di dalam hidup. Itu berarti setelah saya memakai ratio dan pertimbangan saya, saya mau berjalan di dalam kehendak Tuhan dan saya mau mengenal kehendak Tuhan itu dengan sempurna untuk hidupku. Namun bukankah kita sering pikir, keputusan yang saya ambil ini adalah keputusan hidupku, apa yang aku mau di dalam hidupku. Kalau pakai logika seperti ini, maka mestinya di ayat 10 Paulus bilang “sehingga semua yang engkau lakukan di dalam hidup ini menjadi berhasil dan sukses dan baik bagimu.” Tetapi Paulus tidak bilang seperti itu. Bukan berhasil, sukses dan berhasil baik yang terpenting di dalam mengambil keputusan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Sebaliknya dia bicara tiga hal, yaitu biar setiap keputusan yang kita ambil itu: menyenangkan Allah, keberhasialan orang lain dan bertambah pengetahuan tentang Allah. Biar segala keputusan yang kita ambil itu berkenan kepada Allah, berbuah bagi orang lain dan biar relasi kita bertumbuh di dalam pengenalan akan Allah yang lebih 100 dalam. Sampai di sini, saya pikir dalam-dalam. Waktu kita bicara mengenai kehendak Allah, orang seringkali jatuh terjebak di dalam dua pertanyaan: Apa yang Tuhan mau bagi hidupku? Itu bicara mengenai WHAT. Lalu pertanyaan kedua: Bagaimana saya tahu pimpinan Tuhan di situ? Itu bicara mengenai HOW. Tetapi banyak orang lupa mengajukan satu pertanyaan yaitu WHY. Orang tiap kali datang kepada saya, dengan what dan how, lupa satu aspek mengenai why. Tidak salah kita bertanya what dan how, tetapi ayat 10 ini membawa hati kita pada waktu memilih sesuatu, bukan saja ada pertimbangan ratio, tetapi ada satu aspek yang tidak bisa dilihat di permukaan yaitu aspek motivasi hati kita di dalam mengambil satu keputusan. Ayat 10 bicara mengenai hal itu. Sigmund Freud setelah mengamati kejiwaan orang akhirnya berkesimpulan all human hearts are selfish. Hanya memikirkan diri sendiri. Dalam Yer.17:9-10 mengatakan akibat kejatuhan dosa ini adalah kesimpulan definitif Alkitab mengenai hati manusia. Hati manusia sudah begitu rusak, tetapi problemnya adalah no one can tell. Tetapi ayat ini mengatakan bahwa Allah mengenal hati setiap orang. Siapa manusia yang bisa mengetahui isi hati orang lain? Tidak ada yang bisa, bukan? Nabi Samuel saja bisa terkecoh. Waktu Tuhan menyuruh dia ke rumah Isai untuk mengurapi salah satu anaknya menjadi raja, Samuel langsung jatuh hati dengan anak sulungnya yang tinggi dan ganteng. Tetapi Tuhan tidak memilih dia. Tuhan memilih Daud yang kecil. Tetapi terbukti Daud memiliki ketulusan hati yang dikenal Tuhan. Maka aspek pertama ini biarlah selalu menjadi pertanyaan kita, apakah setiap keputusan yang kita ambil di dalam hidup kita itu selalu menyenangkan Allah? Maka di situ Paulus mengingatkan kita motivasi hati yang ingin mencari kesukaan Tuhan. Di dalam 1 Kor.13:3 Paulus pernah mengatakan orang bisa memberikan seluruh hartanya dan bahkan jiwanya bagi Tuhan, tetapi kalau tidak ada kasih tidak ada gunanya. Kita menjadi terkejut dan bingung dengan pernyataan Paulus ini. Masakah orang yang sampai menyerahkan nyawanya mati bagi Tuhan bukan karena dia mengasihi Tuhan? Tetapi yang Paulus katakan ini luar biasa dalam. Paulus sedang bicara mengenai prilaku yang bisa berbeda dengan motivasi. Keputusan-keputusan hidup kita itu berkaitan dengan prilaku, apa yang kita ambil, bagaimana proses yang kita ambil, orang bisa melihat itu bijaksana dan baik. Namun Paulus mengingatkan setiap kali kita mengambil keputusan, ada wilayah hati yang tidak kelihatan. Motivasi setiap orang Kristen, apapun yang kita ambil haruslah menyenangkan Allah. Motivasi tidak bisa dilihat. Kita hanya bisa menilai prilaku dan tindakan yang kelihatan di luar, tetapi motivasi tidak bisa kelihatan. Di dalam Bil.14:1-11 kita melihat situasi bangsa Israel menghadapi kesulitan di padang gurun. Karena situasi ini maka muncul dua respons dari mereka yaitu mereka mengeluh dan bersungut-sungut. Mereka marah kenapa Musa membawa mereka ke padang gurun dan menghadapi kesulitan dan tantangan yang sangat besar di situ. Ini adalah dua respons yang terlihat dari luar yaitu kata-kata dan tindakan. Di atas permukaan motivasi yang kelihatan adalah keinginan pribadi mereka, keinginan untuk mendapat keamanan dan kebaikan. Secara logis keinginan ini adalah wajar dan normal, karena lebih baik kembali ke Mesir tetapi hidup daripada mati konyol di padang gurun. Namun lebih dalam lagi kita bisa menyelidiki motivasi dengan pertanyaan ini: are we for self or for others? Buat orang Israel, tindakan mereka seolah memperlihatkan mereka tidak mementingkan diri tetapi kepentingan banyak orang. Maka mereka meminta seorang pemimpin baru untuk menggantikan Musa yang mereka anggap tidak kompeten. Namun Allah melihat motivasi mereka yang terdalam yaitu mereka 101 marah kepada Allah dan menolak Dia. Are we for self or are we for God? Mengaku atau tidak, inilah yang sebenarnya menjadi motivasi mereka yaitu mereka tidak mau ikut Allah. Maka pertanyaan ini menjadi pertanyaan yang penting setiap kali kita menyelidiki hati dan motivasi kita sedalamdalamnya, apakah yang kita ambil dan kerjakan di dalam hidup ini semata-mata untuk diri sendiri ataukah untuk meyenangkan Allah. Paulus langsung bicara kepada hal ini, biar segala sesuau yang kita lakukan itu menyenangkan hati Tuhan. Berdasarkan ayat ini saya menggali kosep kata “kesalehan” dan “keininginan” dan “kesukaan”. Apa perbedaan antara “keininginan” dan “kesukaan”? Di dalam kitab Mazmur kita banyak menemukan kata “keiningnan” ini. Aku suka akan hukum Allah. Menyenangkan Tuhan memiliki konotasi ini. Dalam Ibr.11:5 penulis Ibrani mengambil contoh dari seorang yang bernama Henokh ingin berbicara mengenai inti dari hidup yang menyenangkan Tuhan. The whole of his life showed that he was pleasing God. Siapa yang pertama-tama memisahkan antara “ketaatan” dan “kesukaan” kepada hukum Allah? Jawabnya ialah Hawa. Kej.3:6 pertama kalinya Hawa memisahkan antara ketaatan dan kesukaan ini, lalu selanjutnya kita melihat kitab Mazmur merestorasi kedua konsep ini: kita taat kepada hukum Allah dan menemukan kesukaan di dalam Dia. Hawa melihat larangan Allah untuk tidak makan buah pohon pengetahuan baik dan jahat menjadi satu taatan yang tidak membawa kesukaan. Ini yang sekarang terjadi, bukan? Setiap kali mau taat Tuhan, kita selalu punya asumsi berarti kita tidak boleh melakukan ini dan itu. Sehingga ikut Tuhan terasa sebagai hidup yang penuh dengan larangan dan tidak ada sukacita. Itu salah besar. Mazmur memperlihatkan ketaatan kepada Allah menemukan kesukaan. Ketaatan kepada Allah akan membawa keindahan dan sukacita yang besar. Hawa hanya ingin melakukan apa yang menyukakan hatinya dan tidak menaati Tuhan. Kita mau jadi orang Kristen sesuka kita dan tidak mau diatur-atur. Maka dua konsep ini tidak akan pernah ketemu. Kita bilang, “Ini ‘kan keputusan hidupku. Aku yang membuat keputusan.” Jangan lupa, di atas permukaan memang betul itu semua bicara mengenai keputusan hidup kita. Itu mengenai hidupmu, mengenai karirmu, mengenai masa depanmu, tetapi setiap kali keputusan kita ambil Paulus meminta supaya kita tidak dijerat oleh dosa biar motivasi hati kita semata-mata menyenangkan Allah. Barulah di situ kita menjadikan hidup kita sebagai Tuhan yang menjadi pusatnya. Orang tidak bisa melihat motivasi hati kita, tetapi Paulus mengingatkan kita dengan satu pagar, setiap kali kita ikut Tuhan pagarnya menyenangkan Tuhan. Kembali kepada kata “godliness” yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai kesalehan. Saleh sering dikonotasi tidak banyak salah, hidupnya sederhana, hormat tunduk dan tidak suka marah. Sebenarnya makna kesalehan lebih berarti kehidupan yang memuliakan Tuhan. Rom.1:21 menjadi kontras dua ciri orang yang tidak mengenal Tuhan yaitu tidak pernah memuliakan Allah dan bersyukur kepada-Nya. Maka kembali kepada Kol.1 menjadi indah sekali, hidup yang memuliakan Allh, melakukan segala sesuatu dengan tekun dan sabar dan sukacita dan bersyukur. Balikkan kembali semua hal yang sudah dirusak oleh dosa. Dosa sudah merusak hidup manusia sehingga tidak lagi bisa sinkron mengkaitkan antara taat Tuhan di dalam apapun yang kita kerjakan, walaupun itu tidak enak dan tidak mendatangkan manfaat kepentingan diri namun kalau itu menyenangkan Tuhan, kita mau dengan gembira melakukannya bagi Dia. Jangan sampai sukacita 102 itu hilang. Tuhan Yesus mengatakan barangsiapa yang melakukan hukum-hukum-Ku akan mendapatkan sukacita yang tidak bisa diberikan oleh dunia ini. Itulah kata kegembiraan. Hari ini saya mengajak saudara melihat aspek ini: hidup yang memuliakan Tuhan, kehidupan yang memuliakan Tuhan. Dalam Kol.1:9-14 ada empat point yang penting di dalam kita mengambil keputusan dimana kita menjalankan kehendak Tuhan dengan sempurna. Pertama, Paulus bicara mengenai pemahaman secara rohani dan kebijaksanaan sejara rohani. Tuhan tidak pernah mengabaikan dan membuang cara kita mempertimbangkan dengan bijaksana dan sebaik mungkin, tetapi di tengah-tengahnya bisa masuk motivasi yang tidak baik. Motivasi yang tidak kelihatan itu bisa membuat kita egois. Maka muncul point kedua, yaitu di dalam segala hal jaga hati kita di dalam mengambil keputusan. Mungkin tindakan dan perilaku bisa salah, namun punya hati dan motivasi cinta Tuhan itu jauh lebih baik daripada kita bisa memperlihatkan kepada dunia bagaimana kita pintar mengatur segala sesuatu tetapi motivasinya tidak pernah memuliakan Allah. Rom.8:28 mengatakan Tuhan bisa merubah yang salahmenjadi kebaikan pada akhirnya. Tetapi kalau motivasinya sudah salah, percuma engkau melayani Tuhan sampai mati buat Tuhanpun tidak ada artinya. Saudara mau jadi orang Kristen yang memberikan seluruh harta buat Tuhan, tetap kalau tidak ada kasih, itu tidak ada gunanya. Itu adalah ayat yang sangat mengejutkan. Tetapi jelas Paulus sedang bicara mengenai aspek motivasi ini. Itu adalah hati kita di hadapan Tuhan. Di ayat 10 Paulus mengingatkan biar setiap kali keputusan kita buat, itu harus mempunyai tiga motif ini: satu, memuliakan Allah; kedua, keberhasilan kepada orang lain. Kenapa perlu aspek ini? Karena walaupun kita sudah menjaga hati motivasi kita di hadapan Tuhan, tetapi bagaimana supaya kita tidak egois? Kembali lagi Paulus tambah pont yang lebih konkrit ini yaitu kalau kita ambil keputusan kita bukan melulu pikir diri kita yang pertama tetapi pikirkan Tuhan dan pikirkan orang lain. Mungkin dengan itu hati saudara dijaga agar tidak egois. Ketiga, di dalam setiap keputusan itu bikin hubungan kita dengan Tuhan makin intim, bertambah pengetahuan akan Allah. Ketiga, kalau segala sesuatu di dalam jalan kita kadang-kadang tidak lancar, kadang-kadang menghadapi kesulitan, kadang-kadang ada hal-hal yang menyakitkan dan memberatkan hidup kita, di ayat 11 Paulus langsung bilang, tanggung semua itu dengan tekun dan sabar. Itu mungkin harus dilalui di dalam satu proses yang panjang, tetapi ketekunan akan menghasilkan buah yang indah. Kadangkadang di tengah jalan kita mungkin tidak sanggup untuk menanggungnya, darimana datang kekuatan untuk menolong kita? Paulus mengingatkan ada kekuatan dari kuasa Tuhan karena tidak bisa dari diri kita sendiri. Tetapi sekaligus ayat ini bilang tanggunglah semua itu dengan tekun dan sabar melalui kekuatan kuasa dari Tuhan. Tetapi di sini Paulus tidak bilang kuasa itu adalah kuasa Tuhan yang dahsyat atau kuasa Tuhan yang hebat atau kuasa Tuhan yang supranatural sehingga segala perkara dapat kita tanggung di dalam kuasa yang seperti itu. Paulus memakai kata “kuasa yang mulia.” Saudara akan bertanya mengapa Paulus pakai kata ini? Nanti point ini akan saya uraikan di minggu-minggu yang akan datang. 103 Keempat, di dalam segala hal, kalau itu lancar, kalau itu sukses, kalau itu indah di dalam hidupmu, jangan lepaskan respons yang benar ini: menikmati dan rasa syukur. Empat hal ini akan saya tambahkan tiga point lagi yang kadang-kadang tidak kelihatan di dalam ambil keputusan. Tiga point ini antara lain soal motivasi. Kedua, saya akan bicara mengenai setelah saudara menilai satu keputusan diambil, saudara dan saya tidak bisa lepas dari penilaian orang terhadap keputusan itu. Bagaimana menempatkan secara tepat kita menilai keputusan orang dan bagaimana kita menjaga hati agar jangan melakukan penghakiman yang salah terhadap penilaian orang. Bagaimana kita belajar bersikap sudah ambil keputusan, kita pasti dengan keputusan itu, dan kita tidak terganggu dengan penilaian orang lain, mereka suka atau tidak. Tetapi sebelum kita mengambil keputusan dengan pasti kita juga harus belajar bagaimana nasehat dan bijaksana orang lain. Terakhir, a proper place of our emotion di dalam pengambilan keputusan kita. Saya akan memberikan suatu pertanyaan untuk menggugah pikiran saudara: Ada orang bilang ‘hari ini saya tidak merasa siap hati untuk datang kebaktian.’ Maka daripada saya merasa ingin berbakti bukankah lebih baik saya tinggal di rumah daripada saya ke gereja? Sebab kalau saya ke gereja tetapi hati saya tidak di situ, kan itu namanya munafik. Jadi dosanya dua kali. Tidak rasa mau ke gereja sudah dosa kan? Tetapi lalu datang ke gereja dengan hati yang tidak rasa ingin ke gereja, tidak rasa sejahtera waktu berbakti, akhirnya jadi munafik, itu kan dosa lagi? Sehingga mana yang lebih baik, rasa tidak mau ke gereja maka tinggal di rumah, ataukah rasa tidak mau ke gereja tapi memaksa diri datang ke gereja? Sekarang saya jawab untuk saudara, rasa tidak mau ke gereja itu kan aspek dari emosi. Bolehkah itu kita pakai menjadi satu kriteria? Namun seringkali kita ambil keputusan dengan kriteria itu, bukan? Tetapi kita “bungkus” di dalam bahasa rohani yang lebih indah, ”...daripada munafik, lho pak, duduk di sini tetapi hati melayang-layang, lebih baik tidak ke gereja.” Coba telusuri dalam-dalam, kenapa tidak rasa ingin ke gereja? Karena ada siaran sepakbola? Karena hati lagi dongkol dengan isteri, sebelum berangkat tahu-tahu bertengkar, maka ketemu Tuhan nanti sungkan karena hati masih marah. Maka bawa pertanyaan ini: where is the proper place for emotion in decision making? Saya akan membahas beberapa point ini lebih mendalam di minggu-minggu yang akan datang. 104 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 26/04/2009 Pdt. Effendi Susanto STh. Bepergian di dalam iman (1) Nats: Yesaya 6: 1-8 2 Tawarikh: pasal 25-26 Yesaya 6 1 2 3 4 5 6 7 8 Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah–Nya memenuhi Bait Suci. Para Serafim berdiri di sebelah atas–Nya, masing–masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang–layang. Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: “Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan–Nya!” Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itupun penuhlah dengan asap. Lalu kataku: “Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah–tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam.” Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah. Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: “Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni.” Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Maka sahutku: “Ini aku, utuslah aku!” 2 Tawarikh 25 1 2 Amazia berumur dua puluh lima tahun pada waktu ia menjadi raja dan dua puluh sembilan tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem; nama ibunya ialah Yoadan, dari Yerusalem. Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, hanya tidak dengan segenap hati. 2 Tawarikh 26 1 2 3 4 5 Segenap bangsa Yehuda mengambil Uzia, yang masih berumur enam belas tahun dan menobatkan dia menjadi raja menggantikan ayahnya, Amazia. Ia memperkuat Elot dan mengembalikannya kepada Yehuda, sesudah raja mendapat perhentian bersama–sama dengan nenek moyangnya. Uzia berumur enam belas tahun pada waktu ia menjadi raja dan lima puluh dua tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Yekholya, dari Yerusalem. Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Amazia, ayahnya. Ia mencari Allah selama hidup Zakharia, yang mengajarnya supaya takut akan Allah. Dan selama ia mencari TUHAN, Allah membuat segala usahanya berhasil. 105 6 Maka majulah ia berperang melawan orang–orang Filistin dan membongkar tembok Gat, Yabne dan Asdod, lalu mendirikan kota–kota di sekitar Asdod dan di lain–lain wilayah orang Filistin. 2 Tawarikh 26 16 17 18 19 20 Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak. Ia berubah setia kepada TUHAN, Allahnya, dan memasuki bait TUHAN untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan. Tetapi imam Azarya mengikutinya dari belakang bersama–sama delapan puluh imam TUHAN, orang–orang yang tegas; mereka berdiri di depan raja Uzia dan berkata kepadanya: “Hai, Uzia, engkau tidak berhak membakar ukupan kepada TUHAN, hanyalah imam–imam keturunan Harun yang telah dikuduskan yang berhak membakar ukupan! Keluarlah dari tempat kudus ini, karena engkau telah berubah setia! Engkau tidak akan memperoleh kehormatan dari TUHAN Allah karena hal ini.” Tetapi Uzia, dengan bokor ukupan di tangannya untuk dibakar menjadi marah. Sementara amarahnya meluap terhadap para imam, timbullah penyakit kusta pada dahinya di hadapan para imam di rumah TUHAN, dekat mezbah pembakaran ukupan. Imam kepala Azarya dan semua imam lainnya memandang kepadanya, dan sesungguhnya, ia sakit kusta pada dahinya. Cepat–cepat mereka mengusirnya dari sana, dan ia sendiri tergesa– gesa keluar, karena TUHAN telah menimpakan tulah kepadanya. Khotbah saya pagi ini adalah suatu doxological sermon, (khotbah memuji Tuhan) suatu khotbah yang ingin membawa kita kembali kepada Tuhan, kita memuji dan membesarkan Tuhan yang sudah memimpin pelayanan saya secara pribadi maupun pelayanan kita bersama-sama. Biar nama Tuhan saja yang ditinggikan dan dimuliakan. Selama satu bulan ini hati dan pikiran saya terfokus kepada bagian firman Tuhan di dalam Yesaya 6 ini. Ada dua hal yang penting sekali muncul di dalamnya. Bagian yang pertama adalah bagaimana seorang nabi Tuhan yang sudah melayani Tuhan kembali memiliki hati yang dibawa kepada Tuhan. Saya percaya, kepada nabi Yesaya untuk melayani Dia. Yesaya 6 Yesaya 6 bukan panggilan pertama Tuhan ini boleh dikatakan adalah re-dedikasi pelayanan Yesaya bagi Tuhan. Tuhan bertanya, “Siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Maka Yesaya menjawabnya dengan kalimat yang sangat indah ini, “Tuhan, ini aku.” Saya sangat tersentuh dengan jawaban Yesaya ini. Itu hati saya. Saya juga pernah berkata, “Tuhan, ini saya. Here I am, Lord. Pakai saya. Mempersiapkan khotbah hari ini, jujur hati saya gentar. Sepuluh tahun sudah saya mengerjakan pelayanan di tempat ini, sekarang saya harus mengkhotbahkan bagian firman Tuhan ini. Tujuannya cuma satu, kalau Yesaya kembali diarahkan kembali melayani Tuhan, kembali mempunyai hati yang berdedikasi sepenuhnya untuk Tuhan karena dia berjumpa dengan kesucian Tuhan, itu juga yang menjadi keinginan hati saya bagi kita semua. Tidak ingin saya ulang tahun gereja kita tidak diawali dengan konsep ini: Tuhan, kami bersyukur. Kami mau mengembalikan segala kemuliaan hanya kepada Tuhan. Yang kedua yang sangat penting di dalam bagian ini adalah Tuhan membukakan 106 kepada kita konsep kesucian Tuhan tetapi sekaligus ada secara implisit memperlihatkan Tuhan yang bertahta di surga itu adalah Allah Tritunggal. Kita melihat para malaikat berseru tiga kali kata “kudus, kudus, kuduslah Tuhan.” Kemudian waktu Tuhan berkata, “Siapakah yang akan Ku-utus? Siapakah yang mau pergi untuk AKU?” (ay.8) itu boleh menjadi salah satu ayat penting secara tidak langsung di dalam PL yang menjadi bukti Allah yang kita sembah itu adalah Allah Tritunggal. Mengapa? Karena di dalam terjemahan Indonesia ada yang kurang terlalu tepat, ayat itu seharusnya diterjemahkan “Whom shall I (kata pertama singular) send? And who will go for US?” (kata pertama plural) Jadi pertama Tuhan memakai kata singular, kemudian Tuhan memakai kata plural. Dari situ menjadi bukti tidak langsung Allah yang kita sembah adalah Allah yang Tritunggal adanya. Satu pikiran menarik muncul, mengapa Tuhan memanggil Yesaya bukan dengan memperlihatkan beban pelayanan? Mengapa Tuhan bukan memperlihatkan ada hal yang harus Yesaya layani? Mengapa Tuhan justru memperlihatkan kepada Yesaya ujung jubah dan kesucian-Nya memenuhi Bait Allah yang akhirnya menjadi kekuatan yang dahsyat bagi Yesaya untuk merededikasi hidupnya melayani Tuhan,karena sesudah itu di ayat 9 saudara lihat Tuhan bilang, “Aku akan mengutus engkau kepada bangsa yang tidak mau mendengar apa yang engkau katakan.” Tetapi Yesaya tidak menjadi takut dan gentar, karena peristiwa berjumpa dengan Tuhan itu sudah menjadi api dan kekuatan yang membakar pelayanannya. Sebelum menjawab pertanyaan itu, muncul satu pertanyaan lagi, kenapa Yesaya masuk ke dalam Bait Allah yang suci? Indikasinya yang paling penting ada di ayat 1, yaitu kalimat “Pada tahun matinya raja Uzia…” Ini yang menjadi latar belakang yang sangat penting untuk mengerti bagian Yesaya pasal 6 ini. Kira-kira beberapa bulan sebelumnya, raja Uzia masuk ke dalam tempat maha suci di dalam Bait Allah, tempat yang seharusnya tidak boleh dia masuki. Saat Yesaya masuk ke dalam Bait Allah, saya tidak tahu apa yang berkecamuk di dalam pikirannya. Kita hanya bisa menebak dan mereka-reka. Mengapa Tuhan harus datang dan mengapa peristiwa itu menjadi re-dedikasi Yesaya untuk melayani Tuhan. Kenapa Yesaya masuk ke dalam Bait Allah? Apakah Yesaya masuk untuk meratapi kematian seorang rajakah? Apakah Yesaya masuk ke Bait Allah karena sedang memikirkan kenapa ada raja yang sebenarnya baik, tetapi berani masuk ke dalam ruang maha suci Bait Allah dengan segala kecongkakannya, sehingga sayang sekali akhirnya Tuhan menghukum dia dengan begitu kerasnya? Saya akan mengajak saudara melihat kepada konteks latar belakangnya di dalam 2 Tawarikh 25-26. Di pasal 25 kita bertemu dengan ayah dari raja Uzia yang bernama Amazia. Ayat 2 mengatakan raja Amazia melakukan apa yang benar di mata Tuhan, hanya tidak sepenuh hati. Dia seorang raja yang cinta Tuhan, tetapi satu kelemahannya yaitu dia tidak sepenuh hati. Pegang Allah kalau Dia bisa tolong. Pegang dewa-dewa lain, kalau mereka bisa bermanfaat buat dia. Campur baur agamanya. Menyembah Tuhan dan menyembah dewa-dewa. Ini politisi sejati. Yang penting semua aman, damai, sejahtera. Berbeda dengan Uzia, setelah menggantikan ayahnya menjadi raja di usia 16 tahun. Taw.26 menceritakan bagaimana 2 riwayat raja Uzia. Dia mencari seorang mentor rohani yang bernama Zakharia untuk mendampingi dia untuk mencintai Tuhan sepenuh hatinya (ay.5). Inilah raja Uzia. Boleh dikatakan Uzia adalah raja yang memberi pengharapan karena dia sukses di dalam peperangan militer mengalahkan Filistin (ay.6). Dia adalah seorang yang memiliki kapabilitas di dalam membangun bangsanya. Dia mendirikan menara-menara. Dia menggali banyak sumur karena 107 ekonomi dan peternakannya maju. Bukan saja demikian, dalam bidang militer kemajuannya luar biasa (ay.11). tentara (ay.12) Dia mempunyai 2600 prajurit kopassus yang pandai berperang dan 307.500 orang dan bukan itu saja,kalau pakai bahasa kita sekarang, dia sudah berhasil menemukan senjata nuklir (ay.14). Dia memperlengkapi tentaranya dengan perisai, tombak, ketopong, baju zirah, busur panah dan batu umban. Ingatkan baik-baik pada jaman itu bisa membuat perisai dan tombak adalah suatu teknologi yang sangat tinggi. Uzia bisa menciptakan senjata yang belum ada pada bangsa-bangsa lain. Baru tiga abad kemudian, teknologi itu kembali ditemukan padahal sebelumnya sudah dibikin oleh Uzia. Tidak ada yang bisa menandingi masa kejayaan di dalam sejarah kerajaan Israel seperti pada waktu masa pemerintahan raja Salomo. Setelah Salomo mati, kerajaannya terpecah dua, Israel dan Yehuda. Kerajaan Israel makin lama makin jahat, sedangkan kerajaan Yehuda kadang-kadang punya raja yang sedikit agak baik, tetapi juga punya raja jahat. Itu adalah masa kerajaan Yehuda yang makin lama terus menurun. Tetapi puji Tuhan, ada seorang raja muda, umur 16 tahun maju dan berdiri dan sangat mencintai Tuhan. Banyak orang menaruh pengharapan yang besar kepada dia. Ekonomi maju. Militer hebat. Selama 25 tahun pemerintahannya dia sudah mencapai prestasi yang begitu tinggi. Namanya begitu termasyur sampai ke negeri-negeri yang jauh. Apakah Yesaya merasa sayang sekali raja yang begitu baik akhirnya mati dalam usia muda? Ini seorang raja yang kami harapkan bisa memimpin kerajaan Yehuda paling tidak mendekati kejayaan kerajaan kita dahulu. Mungkin itu yang ada di dalam hati Yesaya sehingga dia masuk ke dalam Bait Allah untuk meratapinya. Siapa lagi yang bisa kami harapkan membawa bangsa ini lebih cinta Tuhan? Masa depan begitu suram. Ataukah Yesaya masuk ke dalam Bait Allah untuk bertanya, mengapa orang yang dari awalnya begitu cinta Tuhan, dua puluh lima tahun memimpin dan mencapai sukses yang luar biasa, tetapi akhirnya berakhir dengan tragis dan menyedihkan? Setelah Uzia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati dan melakukan hal yang destruktif. Betapa sayangnya. Ayat 15 mengatakan, Uzia menjadi berhasil dan termasyur ”...karena ia ditolong dengan ajaib…” Kita percaya yang menolong Uzia adalah tangan Tuhan. Hidupku dan kesuksesanku terjadi sebab ada tangan yang kuat menolong aku. Itulah yang mesti keluar dari mulut kita. Bahaya sekali kalau kita bilang hidupku dan kesuksesanku adalah hasil kerja keras-Ku. Apa yang aku dapat sekarang adalah karena kehebatan-Ku. Kepintaranku, kesuksesanku, kehebatanku. Itulah Uzia. Sayang sekali,dia tidak sanggup bisa mempertahankan konsistensi hidup sampai akhir dengan hati yang rendah di hadapan Tuhan. Itulah sebabnya mengapa bertemu dengan kesucian Tuhan itu sangatlah penting bagi nabi Yesaya. Kenapa sampai perlu penyataan itu? Salah satunya adalah karena kita harus melihat semua hal yang terjadi di dalam hidup kita sebab hidup kita ini bersandar kepada “tangan yang kuat” yang menolong kita. Bukan uang-Mu, bukan kekuatan-Mu, bukan apa yang engkau miliki. Itulah sebab memasuki ulang tahun gereja kita yang ke10 mengapa saya merefleksi baik-baik akan hal ini, karena inilah yang terpenting di dalam hidup kita. Kita mendapatkan sesuatu, kita berhasil melakukan sesuatu, kita tidak boleh lupa untuk bersyukur, ada tangan yang tidak kelihatan itu yang menolong kita. Dalam satu minggu ini saya mengingat kembali apa yang sudah Tuhan kerjakan di dalam hidup saya dan hari ini saya akan menyatakan banyak hal yang tidak ngomong kepada saudara. 108 Hari Rabu malam, paman saya meninggal dunia pada usia 67 tahun. Saya ingin sekali pulang ke Jakarta. Kenapa? Karena saya sadar, saya ada sampai hari ini adalah jasa paman saya. Bagaimanapun, saya ingin mengapresiasi dia. Karena tidak ada kesempatan, paling tidak saya membawa sedikit cerita dari kehidupan dia supaya boleh menjadi berkat. Orang yang sudah pernah dipakai Tuhan membesarkan dan mengarahkan saya, saya tidak akan pernah lupa. Sejak muda dia sudah berjuang begitu keras, lulus SMP merantau ke Jakarta sampai akhirnya menjadi sukses. Dia membiayai saya melanjutkan studi ke Jakarta karena papa saya saat itu sudah sakit keras dan tidak mampu. Satu kali dia mengajak saya ikut SPIK dari Pdt. Stephen Tong selama tiga hari. Di sanalah Tuhan kemudian memanggil saya untuk menjadi hamba-Nya sepenuh waktu. Ini adalah satu keputusan yang sangat sulit karena saya menyadari sebagai anak pertama, orang tua mengharapkan sayalah yang akan menjadi tulang punggung keluarga. Itu pergumulan yang tidak gampang. Papa dan paman saya sangat menentang keputusan saya. “Jadi pendeta, mau makan apa?” Sampai satu tahun Papa saya tidak mau bicara dan tidak menganggap saya anaknya lagi. Anak pendeta mau jadi pendeta, papanya bersyukur. Tetapi waktu anak majelis mau jadi pendeta, papanya tidak rela karena dia tahu jadi pendeta hidupnya susah, suka disiksa sama majelisnya. Waktu mau masuk SAAT, paman saya mengatakan, “Kamu kan dipanggil Tuhan menjadi hamba Tuhan, biar seluruh hidupmu bersandar sama Tuhan. Kalau saya ada uang, kapan-kapan saya kasih. Tapi kamu kan tahu Tuhanmu lebih besar daripada saya, bersandar sama Dialah…” walaupun akhirnya dia memberi uang sebelum saya berangkat ke Malang. Saya harus mengaku saya studi menjadi hamba Tuhan karena didukung sama dia, tetapi di pihak lain hati sedikit sakit karena kadang-kadang orang memberi bantuan lalu merasa lebih hebat. Saya hanya bisa doa, “Tuhan, Engkau sudah panggil saya dan saya taat kepada-Mu. Saya tahu Engkau Allah yang hidup, saya bersandar kepada-Mu.” Satu tahun pertama hidup saya di SAAT itu adalah masa dimana saya tahu tangan Tuhan menolong dan itu adalah masa saya penuh dengan air mata. Hidup saya betul-betul dibentuk untuk belajar bersandar kepada Tuhan. Pernah satu waktu, uang untuk beli odol dan sabunpun sampai tidak ada. Maafkan, saya pernah mencuri odol teman supaya bisa gosok gigi. Tetapi Tuhan luar biasa. Pas hari itu ada seseorang memberi amplop isinya uang Rp.5.000 di meja saya. Sampai sekarang saya tidak tahu siapa yang kasih. Ada tiga kali orang secara rahasia memberi uang kepada saya. Itu yang saya sebut “burungburung gagak” di dalam kehidupan kita, seperti burung gagak yang memelihara nabi Elia. Bagaimana sampai dia tahu saya sangat perlu uang waktu itu, misteri yang tidak pernah ada jawabannya. Yang saya tahu Tuhan yang menyediakan pada waktunya. Bicara soal bagaimana tangan Tuhan memimpin, kira-kira itu pengalaman saya. Engkau bisa sukses,engkau bisa berhasil, hai Uzia, kenapa perlu menyatakan kemuliaan Tuhan? Karena engkau harus sadar baik-baik ada tangan yang kuat yang menolong hidupmu. Kalau itu tidak kita pegang baik-baik, kita akan jatuh seperti Uzia, kita menjadi arrogant dan congkak. Bahaya sekali. Tidak boleh hidup kita, pelayanan kita, kita anggap itu semua dari kita. Pada saat kita merasa seperti itu, maafkan, kita sudah jatuh persis sama seperti Uzia. Itu yang membikin nabi Yesaya masuk ke Bait Allah. Kehadiran kesucian Tuhan memurnikan banyak hal di dalam hidup kita. Salah satunya, 109 memurnikan hati kita untuk tidak berani untuk merebut apa yang menjadi kemuliaan Tuhan yang sudah memimpin dan memelihara hidup kita. Papa saya bilang, “Kamu mau jadi pendeta, mau makan apa?!” Saya sadar saya anak pertama, adik saya ada lima. Bagaimana saya bisa membantu keluarga? Tetapi saya bisa membuktikan nama Tuhan tidak dipermalukan. Selama studi di SAAT saya tidak bisa berbuat apa-apa. Tetapi sesudah saya melayani, saya melaksanakan tanggung jawab saya terhadap orang tua dengan menyekolahkan dua adik saya yang terakhir sampai selesai. Saya praktek satu tahun di Pematang Siantar, gaji saya Rp.350.000. Tiap bulan dipotong Rp.160.000 untuk membayar kuliah adik saya, sampai selesai. Selesai praktek di Siantar, saya melayani di Bandung. Tidak pernah bicara soal gaji, baru tahu mereka memberi lebih rendah daripada gereja di Siantar. Saya tidak bisa mengerti bagaimana melalui semua proses ini akhirnya kita bisa membuktikan Tuhan itu pemelihara yang setia. Yang kedua, pada waktu Tuhan memberikan penglihatan tahta Tuhan yang begitu suci, membawa Yesaya sadar bahwa hidup ini tidak boleh bersandar kepada orang seperti Uzia. Engkau pikir dia bisa melakukan perubahan itu? Bukan dia. Engkau tidak bisa bersandar kepada kesuksesan yang dia capai. Kita hanya bersandar kepada kesucian Tuhan. Kenapa Tuhan perlu memperlihatkan kesucian-Nya kepada Yesaya? Supaya kita sadar sesadar-sadarnya di hadapan Tuhan apa yang kita bawa semua tidak layak. Begitu melihat kesucian Tuhan, Yesaya langsung menutup mulutnya dan mengaku, “Tuhan, aku seorang yang najis bibir…” Dia bukan seorang tukang bohong. Dia adalah seorang nabi Tuhan yang sungguh-sungguh benar menyampaikan firman Tuhan. Namun sesungguh-sungguhnya dia, sebenar-benarnya dia, begitu di hadapkan kepada kesucian Tuhan baru sadar diri ini tidak layak. Terlalu dahsyat kesucian Tuhan itu. Dari awal saya tidak pernah akan bilang saya merintis GRII Sydney. Saudara baca di website, saya memakai kata “saya bersama-sama dengan beberapa keluarga memulai pelayanan di Sydney.” Sampai kapanpun saya tetap menggunakan kalimat itu. Apakah saya pernah berpikir bahwa pelayanan saya akan sampai seperti ini? Tidak pernah. Kami memulai dengan 26 orang. Minggu kedua jadi 18 orang. Dari Mei sampai Desember 1999, pengunjung kebaktian berkisar 60-70 orang. Sampai satu tahun kemudian, waktu Pdt. Stephen Tong datang, jemaat menjadi 120 orang. Saya tidak pernah berpikir pelayanan mau seperti apa. Awalnya , tahun 1999 saya pergi ke Melbourne setelah sebelumnya dua kali memimpin camp pemuda di situ yang kira-kira hanya 20 orang. Melihat mereka, hati saya tergerak luar biasa. Saya mau mencoba melakukan sesuatu. Waktu itu isteri saya sedang mengandung. Saya mengatakan kepada dia beban hati saya untuk melayani di Melbourne, dia taat untuk pergi. Tiga tahun melayani di sana, jemaat yang berbakti mencapai 180 orang. Kita ke Melbourne tidak tahu apa-apa, hanya membawa tabungan pribadi yang tidak besar jumlahnya. Saya jujur memberi tahu, waktu pergi ke Melbourne, Pdt. Stephen Tong diam-diam kasih uang untuk kami. Juga ada beberapa “burung gagak” memberi. Uang tabungan kami waktu itu hanya ada $2500,karena waktu itu harga dollar sangat tinggi. Sampai di situ baru sadar, perlu biaya yang sangat besar untuk melahirkan. Sampai Melbourne isteri sudah mengandung 4 bulan, baru ikut private insurance, saudara tentu tahu ada waiting period policy yang menolak untuk men-cover persalinan sebelum satu tahun. Akhirnya isteri saya dianjurkan oleh dokternya untuk tinggal hanya satu hari di rumah sakit supaya tidak membayar terlalu mahal. Sore melahirkan, besok paginya pulang. Itu satu-satunya 110 cara untuk berhemat. Puji Tuhan tidak ada komplikasi apa-apa. Sewa rumah cuma bisa yang model “perumnas”, $720/bulan. Maka pengeluaran tiap bulan untuk sewa tempat, listrik, dsb harus kami tanggung dari uang sendiri. Saya sudah memberi tahu isteri saya, kalau situasinya terus seperti ini, uang tabungan kita akan habis dalam delapan bulan dan kita harus kembali ke Indonesia. Saya menceritakan semua hal ini tujuannya hanya satu, untuk memperlihatkan bagaimana tangan Tuhan setia memelihara kami. Itu menjadi kebanggaan yang tidak bisa direbut oleh siapapun. Setiap orang yang melayani, setiap hidup kita yang diberkati Tuhan, kita tidak boleh merebut kemuliaan yang punya Tuhan. Itu prinsip. Kita hanya bilang ini semua terjadi karena ada tangan Tuhan yang pimpin. Namun orang lain tidak boleh merebut kehormatan yang Tuhan berikan kepada orang itu. Ini harus balance. Tetapi orang yang sudah melayani Tuhan akan menjadi lebih sungguh, lebih giat, lebih cinta Tuhan kalau kita kembali kepada Tuhan, mengembalikan kemuliaan itu kepada-Nya. Hari ini saya juga mengapresiasi setiap saudara yang berjuang sama-sama di dalam pelayanan kita. Sepuluh tahun tidak terasa namun itu juga bukan waktu yang singkat. Kita mau ibadah kita, persekutuan kita, syukur kita membawa kemuliaan kembali kepada Tuhan. Kita bersyukur dan menghargai setiap orang yang sudah berjerih lelah melakukan pelayanan karena itu adalah kehormatan yang Tuhan berikan kepada dia. Dengan demikian maka itu menjadi satu keindahan yang kita nikmati sama-sama. 111 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 03/05/2009 Pdt. Effendi Susanto STh. Bepergian di dalam iman (2) Nats: Yesaya 6: 1-8 2 Tawarikh: pasal 25-26 Yesaya 6 1 2 3 4 5 6 7 8 Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah–Nya memenuhi Bait Suci. Para Serafim berdiri di sebelah atas–Nya, masing–masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang–layang. Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: “Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan–Nya!” Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itupun penuhlah dengan asap. Lalu kataku: “Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah–tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam.” Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah. Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: “Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni.” Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Maka sahutku: “Ini aku, utuslah aku!” 2 Tawarikh 26 1 Segenap bangsa Yehuda mengambil Uzia, yang masih berumur enam belas tahun menobatkan dia menjadi raja menggantikan ayahnya, Amazia. dan 18 mereka berdiri di depan raja Uzia dan berkata kepadanya: “Hai, Uzia, engkau tidak berhak membakar ukupan kepada TUHAN, hanyalah imam–imam keturunan Harun yang telah dikuduskan yang berhak membakar ukupan! Keluarlah dari tempat kudus ini, karena engkau telah berubah setia! Engkau tidak akan memperoleh kehormatan dari TUHAN Allah karena hal ini.” Minggu lalu saya sudah membahas latar belakang dari bagian Yesaya pasal 6 ini, yaitu Yesaya masuk ke dalam Bait Allah pada tahun matinya raja Uzia. Siapakah Uzia? Dia adalah raja yang mencari Tuhan dan mencintai Tuhan dengan sepenuh hatinya. Berbeda dengan ayahnya, Amazia. Raja Amazia masih separuh hati, syncretism, satu tangan pegang Tuhan, tangan yang satu lagi pegang berhala. Satu tangan cari berkat Tuhan, tangan yang satu lagi cari cadangan berkat dari berhala yang lain. Tidak 112 ketekunan. Tetapi Uzia berbeda. Di usia 16 tahun mengambil keputusan untuk cinta Tuhan sepenuh hati dan minta seorang penasehat rohani untuk selalu menyertai dia, mengajar dia akan ketetapan firman Tuhan. Selama 25 tahun lamanya Alkitab mencatat sukses demi sukses terjadi. “Nama raja itu termasyur sampai ke negeri-negeri yang jauh karena ia ditolong dengan ajaib sehingga menjadi kuat” (ayat 15). ayat 16 Demikian catatan Alkitab mengenai kesuksesan Uzia. Namun tidak berhenti sampai di situ, melanjutkan dengan kalimat ini, “Tetapi setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak.” Maka, mengapa Tuhan perlu memperlihatkan tahta dan kesucian-Nya di hadapan Yesaya? Sebab Yesaya hidup melihat tahta raja yang menjanjikan masa depan yang cerah. Dua puluh lima tahun lamanya raja Uzia memerintah, sukses melahirkan sukses, sehingga ketenaran nama raja Uzia terdengar sampai ke negeri-negeri yang jauh. Alkitab mencatat sebelumnya ada satu raja lain yang ketenarannya juga sampai ke negeri-negeri yang jauh, yaitu raja Salomo. Memang pemerintahan raja Uzia tidak bisa mencapai masa keemasan dari raja Salomo. Tetapi setelah raja Salomo meninggal, kita menemukan kerajaan Israel merosot, terus turun dan turun. Orang yang sudah pernah memiliki memori mengingat betapa indahnya masa keemasan itu, menanti dengan rindu kapankah masa keemasan seperti itu bisa muncul lagi, dan pengharapan itu ada di dalam diri seorang raja muda yang masih belia ini. Tiap tahun berjalan, pemerintahannya makin kuat dan makin besar. Tetapi sayang setelah dua puluh lima tahun, pemerintahannya kuat, kesuksesan dan kekayaan makin bertambah, dia melupakan kalimat yang dicatat dalam 2 Taw.26:15 ini: dia ditolong dengan sangat ajaib oleh ‘tangan yang tidak kelihatan’ itu di belakang hidupnya. Dia lupa. Ketika dia menjadi kuat akhirnya dia menjadi tinggi hati, sombong dan merasa itu semua adalah hasil usahanya sendiri. Pada waktu Tuhan membawa bangsa Israel keluar dari Mesir, Alkitab mencatat Tuhan berjanji membawa mereka ke tanah yang berlimpah susu dan madu. Itu janji Tuhan. Namun pada waktu mereka sudah keluar, Tuhan tidak langsung memberi mereka mencicipi susu dan madu itu. Sebaliknya yang Tuhan kasih pertama kali waktu mereka sudah keluar dari Mesir adalah satu perayaan memori yang tidak boleh dilupakan sepanjang sejarah. Memori apakah itu? Memori akan hari Paskah. Hari itu Tuhan menyuruh mereka makan sayur pahit dan roti yang tidak beragi. Lalu di situ biarkan anak dan cucu bertanya, apa artinya semua ini? Mereka sudah tidak mengalami masa lalu itu. Yang ada pada mereka adalah memori yang ditinggalkan oleh ayah ibu mereka. Maka Tuhan menyuruh mereka menceritakan kepada anak dan cucu bagaimana tangan Tuhan yang kuat telah membawa mereka keluar dari kepahitan perbudakan Mesir. Itu artinya sayur pahit. Tidak ada salahnya satu tahun satu kali makan sayur pahit. Toh 364 hari engkau sudah hidup berlimpah susu dan madu, bukan? Tetapi mengapa satu hari itu begitu penting di dalam hidupmu? Sebab engkau tidak boleh pernah melupakan satu memory yang penting sepanjang sejarah, kalau sampai engkau bisa menikmati susu dan madu, itu diawali oleh tangan Tuhan yang kuat yang sudah melepaskan engkau dari perbudakan. Itu menjadi memori yang indah sekali. Saudara yang pernah hidup susah, alangkah baiknya satu waktu bawa anak cucu saudara pulang ke negeri asalmu, ke rumah dimana engkau pertama kali tinggal. Ceritakan dan ingatkan dia bagaimana susahnya hidupmu, perjuanganmu, usahamu. Semua yang mereka nikmati sekarang bukan turun begitu saja dari langit. Memori itu penting. Nostalgia itu penting. 113 Mengapa Tuhan perlu membawa Yesaya kembali melihat kesucian-Nya? Ini point yang penting. Ada banyak kali di dalam perjalanan gereja-gereja, kita melihat sejarah tragedi seperti ini bisa terulang kembali, hal yang saya sebut sebagai “Amnesia Sejarah.” Kita perlu belajar hati-hati dan peka dalam banyak hal. Saya pernah menemukan satu kasus yang sangat menyedihkan sekali, ada pendeta tua yang sudah berpuluh tahun lamanya merintis dan mendirikan satu gereja, saking melayani dengan sungguh dan setia, akhirnya dia lupa bagaimana memikirkan masa depan isteri dan anak-anaknya. Tiba-tiba keburu dia meninggal duluan. Saudara pernah dengar kasus isteri pendeta tua diusir dari pastorinya karena ada pendeta baru yang datang? Itu pastori mau dipakai pendeta yang baru, maka janda pendeta lama tidak boleh lagi tinggal di situ. Selama hidup, suaminya yang melayani dengan kerja keras, tidak pernah ingat untuk punya rumah sendiri. Setelah mati, isteri dan anak terbengkalai oleh gereja. Ada orang-orang yang seperti itu, lupa dengan jasa dan perjuangan hamba Tuhan dan tidak pernah memikirkan kehidupan mereka selanjutnya. Hal-hal seperti ini boleh menjadi satu peringatan, kadang-kadang kita melupakan masa-masa yang sulit sehingga kita take it for granted pada waktu menikmati semua kelancaran, as it is. Saudara yang sekolah di sini, ingat baik-baik, kamu bisa sekolah di sini jangan pikir ‘as it is.’ Pulang, coba tanya papamu, nanti saudara baru tahu mungkin mereka pernah punya kerinduan mau sekolah di luar negeri tapi tidak pernah kesampaian. Akhirnya tabung uang habis-habisan untuk engkau bisa sekolah di sini. Jangan hambur-hambur uang sembarangan. Kenapa Uzia jatuh? Selama 25 tahun dia tidak pernah belajar merefleksi tahun demi tahun ke belakang, memori yang penting untuk dipegang baik-baik: saya ada sampai hari ini sukses darimana? Bukankah ada air mata dan keringat di baliknya? Engkau bisa kaya hari ini, ingat ada kemelaratan dari orang tuamu melahirkan kekayaan ini. Semua itu bisa menjaga hati kita tidak menjadi lupa dan sombong. Hari ini kita sama-sama merayakan ulang tahun gereja kita, kita juga tidak boleh melupakan perjalanan sejarah kita. Bagi saudara yang baru datang dua tiga tahun, jangan pikir gereja ini ada ‘as it is.’ Itu sebab kita harus bersyukur kalau tangan Tuhan sudah memimpin dan memelihara kita. Kita harus berterima kasih ada kerelaan dan pengorbanan besar dari orang-orang yang terusmenerus boleh melayani bersama-sama kita. Itu membuat pelayanan kita menjadi lebih indah dan lebih solid. Yang kedua, kenapa Tuhan memperlihatkan tahta-Nya yang suci dan agung itu kepada Yesaya? Tuhan memperlihatkan tahta dan kesucian-Nya kepada Yesaya supaya melalui itu, sinar cahaya kesucian dan tahta Raja semesta alam menyinari Yesaya sehingga Yesaya jangan sampai silau melihat tahta seorang raja yang namanya Uzia. Tahta itu akan segera lenyap dan hilang. Dengan demikian, Yesaya baru sadar segala hal yang baik, yang hebat, bakat dan talenta dan pelayanan yang bisa kita bawa kepada Tuhan, semua itu tidaklah layak di hadapan Tuhan. Itu sebab respons Yesaya langsung tersungkur dan berkata, “Celakalah aku, aku seorang yang najis bibir!” Tuhan kita adalah Tuhan yang “independen.” Tuhan sebenarnya tidak perlu apa-apa dari kita. Tuhan kita adalah Tuhan yang independen sehingga Alkitab mengatakan Tuhan tidak butuh persembahan dari manusia. Manusia bisa membawa persembahan kepada Tuhan karena itu semua diberi oleh tangan Tuhan yang baik kepada mereka. Tuhan tidak perlu persembahan kita kepada-Nya. Kita yang perlu Dia. Tuhan tidak perlu dilayani, tetapi kita yang perlu melayani Dia. Dan pada waktu kita 114 melakukan semuanya, kita selalu harus memiliki satu kesadaran apapun yang kita beri kepada Tuhan tidak bisa sempurna dan tidak mungkin bisa baik dan lengkap adanya. Tidak ada yang cukup layak dari kita yang kita bisa beri kepada Tuhan. Itu sebab melihat kesucian Tuhan perlu untuk menjadi sinar yang selalu mengintrospeksi hidup kita di hadapan Dia. Banyak hal yang kita bawa dan kita beri sesungguhnya tidak layak di hadapan Tuhan. Kenapa Yesaya perlu melihat kesucian Tuhan? Supaya Yesaya sadar selama ini menjadi nabi, Tuhan sudah pakai mulutnya untuk melayani, pun mulut itu tidak layak untuk menjadi “container” firman Tuhan yang begitu suci dan indah. Itu sebab dia bilang, “Aku ini najis bibir.” Bukan firman Tuhannya yang najis, tetapi mulutku yang najis. Artinya “container” ini tidak layak dipakai menjadi penyambung lidah Tuhan. Sikap itu yang harus menjadi fokus di dalam hidup kita. Orang datang, lalu bilang apa yang bisa dia bantu? Saya tidak suka kalimat seperti itu. Saudara yang dekat dengan saya selalu tahu prinsip saya di dalam pelayanan. Saya tidak pernah ajak orang yang baru datang ke sini untuk langsung melayani, apalagi untuk mengikat dia dengan jabatan pelayanan. Saya hanya lihat orang yang sudah beberapa waktu rutin datang berbakti, baru saya tanya bagaimana hati dia. Kalau dia masih pegang pelayanan di gereja lain, biar dia bereskan baik-baik. Kalau hatinya ada di sini, saya minta dia baik-baik mendoakan kalau dia mau ambil bagian pelayanan, baru dia melayani di sini. Itu sikap saya. Kenapa? Karena kita tidak ingin merugikan dan menjadi bersalah kepada gereja lain. Setelah saudara tiga bulan datang, saudara mau menjadikan gereja ini sebagai rumahmu dan keluargamu, saya selalu welcome. Taruh hati baik-baik di sini, baru kita melayani sama-sama. Demikian juga kalau saudara sudah anggota di sini, lalu saudara pindah ke kota lain, saya selalu menganjurkan saudara cepat-cepat mencari gereja lokal di sana dan kalau bisa ambil bagian pelayanan di sana, bahkan kalau perlu pindah keanggotaan gereja di sana. Dengan demikian saudara punya rumah dan gereja dimana engkau bisa leluasa melayani Tuhan. Itu selalu dorongan saya. Dengan demikian kita bertanggung jawab dan berbagian di dalam kerajaan Allah. Kita sama-sama melayani, kita tidak datang untuk bantu-bantu. Yesaya melihat kesucian Tuhan melahirkan respons ini: Tuhan, saya tidak layak. Tetapi sekaligus paradoks muncul. Paradoksnya adalah ketidaklayakan muncul sekaligus kerelaan muncul. Begitu saudara bertemu dengan kesucian Tuhan, paradoks ini akan terjadi, merasa najis bibir tetapi sekaligus memiliki keberanian. Maka, hanya bertemu dengan kesucian Tuhan, hanya bertemu dengan Tuhan yang sejati, yang kita layani bukan lagi diri, bukan lagi motivasi yang lain kita akan melahirkan paradoks ini. Setiap hari kita merasa tidak layak menjadi hamba Tuhan, tetapi di hari yang sama sekaligus kita rela melayani sampai mati untuk Tuhan. Setiap kali kita melayani Tuhan selalu merasa pelayanan ini terlalu berat dan kita tidak sanggup, tetapi sekaligus juga melahirkan hati yang minta kekuatan, saya tetap mau. Kesucian Tuhan menjadi fokus di tengah. Waktu kita ingin sungguh dan rajin namun kita kecewa tidak dihargai orang, kita bisa hilang selama-lamanya karena kita masih belum melihat Tuhan di situ. Kita hanya masih melihat diri di situ. Sudah melayani setengah mati tapi tidak ada yang hormati dan respek, mungkin membuat kita down. Tetapi saudara perhatikan mengapa kita perlu melihat kesucian Tuhan dan bukan melihat orang atau hal yang lain? Tidak ada cara lain lagi. 115 Saya percaya waktu Yesaya berada di dalam Bait Allah kira-kira yang ada di dalam pikirannya bagaimana sandar kepada raja Uzia, karena dengan “nebeng” reformasi dia pelayanan bisa lebih maju. Kalau raja yang perintahkan, semua pasti kumpul untuk dengar khotbah Yesaya. Bagus, bukan? Ini orang yang cinta Tuhan, raja yang begitu baik, raja yang sudah membawa reformasi, tapi sekarang tahu-tahu mati. Tinggal saya sendiri di sini. Bagaimana pelayanan ini bisa berjalan dengan baik, Tuhan? Kira-kira demikian hati dan pergumulan Yesaya. Maka Tuhan datang. Tuhan tidak kasih lihat apa-apa. Tuhan hanya kasih lihat keagungan Tuhan, keindahan Tuhan, kesucian Tuhan. Waktu engkau lihat, di situ engkau sadar dirimu tidak ada apa-apanya. Tetapi sekaligus engkau akan berani dan tidak akan pernah mundur. Selanjutnya Tuhan bilang kepada Yesaya, engkau pergi melayani tidak ada yang mau dengar apa yang engkau katakan. Engkau akan mengalami kesulitan dan tantangan. Tetap itu semua tidak membuat Yesaya mundur. Kalau kita memurnikan hati melayani Tuhan, kita tidak akan pernah takut masuk ke dalam kesucian Tuhan. Banyak orang takut, lari bersembunyi karena tidak mau segala yang tidak baik di dalam hidup kita dilihat oleh Tuhan. Kita bodoh kalau kita lari dari Dia. Saya minta saudara, mari kita jujur dan terbuka di hadapan Tuhan. Jangan lari dari kesucian Tuhan. Karena pada waktu saudara menghampiri kesucian Tuhan hal-hal yang kotor yang tidak perlu ada pasti akan rontok, tetapi hal-hal yang berkualitas yang tidak bisa hancur dimakan api makin lama makin murni. Kalau saudara mengasihi dan melayani Tuhan, berani menghampiri kesucian Tuhan, jadilah seperti emas. Makin masuk ke dalam pembakaran, emas itu makin murni. Itu sebab Alkitab bilang emas yang paling murni adalah emas yang sudah masuk ke dalam pembakaran tujuh kali. Makin dibakar, yang kotor makin lepas. Yang tinggal adalah emas yang betul-betul emas. Tidak usah takut. Jika engkau rela berkorban bagi Tuhan, makin dibersihkan oleh kesucian Tuhan, hatimu makin berkorban bagi Tuhan. Itu kualitas yang tidak akan pernah hancur. Engkau cinta Tuhan, engkau akan semakin disucikan, engkau semakin cinta Tuhan. Miliki hati yang seperti itu. Semua pengurus, semua guru Sekolah Minggu, semua yang ambil bagian melayani, saya harap saudara memiliki sikap hati seperti itu. Hari ini kita merayakan ulang tahun gereja kita yang ke 10, ada beberapa memori yang ingin saya angkat dan buka kepada saudara supaya kita boleh mengingat perjalanan gereja kita. Bagi saya secara pribadi, ada beberapa hal yang tidak pernah saya buka dan keluarkan, hari ini mau saya buka supaya menjadi sejarah yang tidak kita lupakan. Salah satunya, saya tidak pernah berpikir bahwa gereja ini akan menjadi seperti ini. Pertama kali datang ke Australia, visa saya adalah visa mahasiswa. Beberapa keluarga yang bersamasama memulai pelayanan punya visa PR (permanent resident). Saya sudah bilang kepada mereka, janji terus sama-sama dengan saya di sini. Artinya, saya takut pada suatu hari visa mahasiswa saya tidak bisa diperpanjang, siapa yang akan meneruskan pelayanan ini? Namun hati saya rasa tenggelam, dalam dua tahun semua keluarga yang memulai dengan saya pulang ke Indonesia lagi. Ini situasi yang tidak bisa dihindari sebab kehadiran mereka berkaitan dengan pekerjaan. Waktu saya tinggal sendiri, saudara tidak bisa bayangkan bagaimana hati saya. Saya hanya bilang kepada Tuhan, bagaimana ini? Bagi saya itu adalah fase gereja kita yang sangat kritikal dan sangat mengecewakan. Karena jujur, waktu itu tidak banyak orang yang saya kenal hatinya. Satu-satunya yang saya kenal hatinya hanya isteri saya. Jadi itu pergumulan yang saya simpan dalam-dalam. 116 Yang kedua, ini yang saya janji di hadapan Tuhan. Sejak mula saya sudah bilang kepada Tuhan, saya mau memurnikan motivasi saya. Maka enam bulan pertama, saya tidak ambil gaji dari gereja ini. Setelah enam bulan, GRII Sydney baru bisa memberi saya gaji. Di situ hati saya baru lega, karena dari pertama saya tidak punya motivasi apa-apa. Waktu itu kondisi keuangan juga susah sekali. Kebaktian yang hadir kira-kira 30 orang, persembahan hanya cukup untuk membayar sewa hall di Matraville $30 dan hanya sanggup membeli tiket saya Melbourne-Sydney dua kali sebulan. Tiket waktu itu sekitar $180-200. Keadaan terus begitu sampai Desember 1999. Waktu itu jemaat sudah 60-an. Lalu kita minta kalau bisa pak Tong datang ke Sydney, dan itu terjadi pada bulan Mei 2000. Waktu itu jemaat sudah 80-an orang. Persembahan pas $500. Saya lalu bilang kita harus pindah ke daerah City. Sewa tempat di Unilodge itu $500 per week, persis dengan uang persembahan yang dikumpul tiap minggu. Kalau tidak salah waktu itu semua pengurus tidak setuju untuk pindah. Tetapi bagi saya itu adalah perdebatan mana dulu ayam atau telur. Tunggu sampai orang datang lebih banyak baru persembahan bertambah baru pindah, atau pindah dulu nanti orang datang lebih banyak dan persembahan bertambah. Saya bisa saksikan dari pertama pindah ke Unilodge hingga sekarang tidak pernah sekalipun kita terima persembahan di bawah $500. Berarti benar, pindah dulu, pelayanan berkembang, jemaat lebih banyak mendukung pelayanan ini. Dari 80 orang, Pdt. Stephen Tong datang memimpin KKR dan meneguhkan gereja ini, sejak itu setiap minggu kebaktian dihadiri 120-an orang. Akhirnya akibat kesalahan double booking di Unilodge membuat kita buru-buru cari tempat dan dapat di UTS sini. Waktu itu harga sewanya malah lebih murah, $440. Kondisinya lebih besar dan lebih bagus daripada Unilodge. Sejak itu, bye bye Unilodge. Kalau tidak ada insiden itu, kita tidak pernah tahu UTS, bukan? Sudah lebih dari 8 tahun kita pakai tempat ini, dari sewa $440 sekarang sudah $980 per week, kita tidak pernah tekor. Itu adalah perjalanan kita. Kembali kepada memori pertama itu menjadi kekuatan kita. Kita ada sampai hari ini sebab ada tangan Tuhan yang kuat yang sudah memimpin dan memelihara kita. Kita ada sampai hari ini sebab kita tidak pernah lupa memori bahwa tidak selamanya keberhasilan itu lahir dari keberhasilan tetapi berasal dari kesulitan dan jerih payah orang-orang yang semuanya mendatangkan penghargaan dan penghormatan bagi mereka yang mau melayani dan mengasihi Tuhan. Apa yang bisa mendukung hidup kita seperti ini? Memori yang baik-baik sekali. Oleh segala hal-hal ini kita boleh melihat tangan Tuhan Mahakuasa belaka. I know I serve the holiest being in this universe, sehingga tidak ada yang bisa saya bawa boleh menjadi kebanggaanku. Aku tidak layak. Tetapi sekaligus karena aku melayani Tuhan yang memiliki segala sesuatu, maka aku tidak takut. Karena setelah aku melayani Dia, Dia pasti mencukupkan apa yang kurang di dalam pelayanan kita. Kiranya Tuhan memberkati kita semua. 117 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 12/10/2008 Pdt. Effendi Susanto STh. Beratkah bebanmu? Pikullah kuk-Ku (1) Nats: Mat. 6: 25; Mat. 11:28-30 Matius 6 25 “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Matius 11 28 29 30 Marilah kepada–Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada–Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban–Kupun ringan.” Boleh dikatakan hampir 20 tahun terakhir ini terjadi beberapa hal yang sangat menarik. Tahun 1989 tembok Berlin runtuh dan runtuhnya tembok Berlin itu menjadi simbol runtuhnya sistem ekonomi Komunisme. Sistem Komunisme sudah tidak sustainable lagi sebab sistem itu terbukti tidak mendatangkan kesejahteraan bagi manusia, tetapi malah memberikan kesengsaraan kepada banyak orang. Komunisme membuat rakyat tiap hari berbaris untuk mendapat sekantung beras sementara pemimpinnya makan caviar. Demikian pula krisis ekonomi dan finansial yang kita alami beberapa bulan terakhir ini memberitahukan kepada kita bahwa sistem ekonomi kapitalisme tidak lagi dapat dipertahankan dan tidak bisa menjadi alat untuk mensejahterakan orang banyak. Mungkin tahun depan, tahun 2009 kita akan menghadapi efeknya. Sistem kapitalisme menyebabkan begitu banyak orang mencari lubang kesempatan untuk menjadi kaya. Sistem pemberian bonus membuat para CEO berlomba-lomba menggerogoti keuangan perusahaan sehingga akhirnya sistem kapitalisme menyebabkan keuntungan menjadi keuntungan pribadi sedangkan kerugian dibagi bersama. Sistem komunisme maupun kapitalisme awalnya punya keinginan demi untuk kesejahteraan banyak orang tetapi akhirnya di belakangnya berakhir sama. Dari sudut kacamata kita sebagai anak-anak Tuhan kita mengaku dengan jujur kita sudah tahu jawabannya bahwa memang betul tidak mungkin kedua sistem ini sanggup bisa memberikan kesejahteraan dan jaminan kepada manusia, sebab bagaimanapun di dalam dan di balik dari kedua sistem ini semuanya sudah dicemari oleh dosa. Tetapi saudara dan saya hidup di dalam dunia ini, kita 118 berada di dalam sistem ini, kita menjalani hidup ini mau tidak mau juga tidak bisa terlepas dari sistem ini. Namun sebagai anak-anak Tuhan, mari kita belajar untuk tidak menggantungkan hidup kita kepada sistem yang dibuat oleh manusia. Kevin Rudd maupun Christianto Wibisono dalam artikelnya di Suara Pembaruan beberapa hari yang lalu melontarkan kalimat yang sama, bahwa di balik semua ini adalah keserakahan. Siapa yang dapat sanggup menutupi lubang yang diciptakan oleh keserakahan? Keserakahan makin diberi makan bukan menjadi ciut tetapi akan makin besar. Mahatma Gandhi pernah mengeluarkan kalimat bijak ini, “Seluruh isi dunia ini sesungguhnya sanggup memenuhi semua kebutuhan manusia, tetapi seluruh isi dunia ini tidak sanggup untuk memenuhi keinginan satu manusia.” Kesukaan dan keinginan itu menjadi keserakahan yang tidak habis-habisnya. Tidak usah heran dengan semua ini karena kita menghadapi satu sistem kehidupan yang sudah tidak adil lagi. Itu adalah fakta yang Alkitab katakan. Begitu manusia jatuh ke dalam dosa, relasi tidak harmonis antara Adam dan Hawa. Relasi antara manusia dan Tuhan menjadi terputus. Demikian juga relasi manusia dengan dunia ciptaan menjadi terkutuk adanya. Itu sebab Tuhan Allah berkata kepada Adam, “Dengan susah payah engkau akan mendapatkan hasil usahamu.” Ketika Tuhan menciptakan Adam, Tuhan menempatkan dia di taman Eden untuk mengusahakan dan mengelola taman itu. Adam bekerja. Berarti kerja bukanlah akibat dosa. Namun dosa akhirnya menyebabkan kerja itu menjadi suatu survival, menjadi satu hal yang tidak adil, karena mungkin apa yang kita tanam tidak menghasilkan apa yang kita harapkan. Kita menanam bibit jagung tetapi yang keluar adalah semak dan onak duri. Itulah sebab kita merasa kehidupan ini tidak adil. Hari ini saya akan berbicara mengenai dua ayat yang sangat penting sekali. Tuhan Yesus berkata, “Marilah kepada-Ku yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Tuhan Yesus juga berkata, “Siapakah di antaramu yang dengan kekuatirannya bisa menambahkan satu hasta saja dalam hidupnya? Mengapa engkau kuatir akan hidupmu? Bukanlah hidup itu lebih penting daripada makanan dan tubuh itu lebih penting daripada pakaian?” Dari dua kalimat Tuhan Yesus ini kita menemukan inilah fakta hidup kita setelah manusia jatuh di dalam dosa. Menjalani hidup yang sudah tidak adil ini saudara dan saya penuh dengan kekuatiran. Menjalani hidup yang sudah tidak adil ini saudara dan saya juga menghadapi hidup yang letih lesu. Namun kita didorong dengan perkataan Tuhan Yesus ini karena di situ kita melihat Tuhan Yesus menyadari realita hidup engkau dan saya. Siapa di antara kita yang tidak letih dan lesu? Letih lesu yang dimaksud di sini bukanlah letih lesu karena saudara dimuat terlalu banyak. Kita mungkin bisa letih lesu dan cape sebab apa yang kita kerjakan lebih banyak atau harus bekerja lembur. Untuk menyelesaikan letih lesu jenis ini gampang sekali. Kita tinggal istirahat yang cukup. Kita turunkan overload itu. Hari ini kita mengantuk karena kemarin kita bekerja tanpa henti 13 jam. Untuk memulihkannya kita tidur lebih panjang sehingga masalah selesai. Tetapi ada satu jenis letih lesu yang terjadi bukan karena kita bekerja terlalu keras, bukan karena kita kurang istirahat, tetapi satu letih lesu yang tidak dapat terselesaikan oleh istirahat. Ini adalah satu jenis keletihan yang disebabkan karena kita berpikir kita akan terus menjalani perputaran hidup yang tidak habis. Kita menghadapi realita yang sama. Ini adalah keletihan yang disebabkan oleh hal yang kita rasa apa yang 119 kita kerjakan hari ini tidak bisa menjadi jaminan di hari yang akan datang. Itu menjadi suatu keletihan yang tidak habis-habisnya. Marilah kepadaku, kamu yang letih dan lesu, kata Tuhan Yesus. Ada dua faktor penyebab keletihan hidup seperti ini. Salah satunya ada tanpa tujuan di dalam hidup ini. Kalau kita mengerjakan sesuatu tetapi tidak punya tujuan, pekerjaan itu menjadi sesuatu yang tidak enak karena tidak ada arah dan tidak ada tujuannya. Kita berputar-putar di situ, sampai suatu saat kita berhenti dan bertanya, ‘buat apa kita mengerjakan ini semua? Kenapa tidak ada arahnya, tidak ada tujuannya?’ Itu sebab kita menjadi letih lesu karena tidak mempunyai tujuan hidup. Kita menjadi letih lesu karena tidak mempunyai arah. Hal yang kedua yang menjadi penyebab hidup kita menjadi letih dan lesu adalah kekuatiran. Yesus menyadari fakta itu, itu sebab Dia mengatakan, mengapa hidup kita penuh dengan kekuatiran? Tidak ada orang di dalam dunia ini yang bisa lepas dari kekuatiran. Dan semua orang yang kuatir akan berpikir bahwa kekuatirannya adalah hal yang paling penting. Kemudian kita berpikir, kalau begitu bagaimana untuk tidak kuatir? Apakah dengan menjalani hidup seperti Buddhism yang mengambil sikap lari dari dunia, kemudian pergi ke gunung untuk bertapa? Benarkah dengan cara seperti itu mereka lepas dari kekuatiran? Tidak. Karena meskipun mereka bertapa di gunung, pagi-pagi mereka harus turun dari gunung dan perlu membawa mangkuk kosong menunggu orang untuk memberikan sesuatu kepada mereka. Wajar kita kuatir untuk hal-hal yang memang kita tahu merupakan realita hidup kita. Itu sebab tidak heran kekuatiran itu akan menyebabkan kita tidak pernah merasa cukup memadai akan apa yang sudah kita dapat hari ini, itu sebab kita merasa perlu tambah dan perlu tambah lagi. Banyak orang hidup seperti itu. Itu sebab maka kita pikir hidup ini tidak akan pernah cukup untuk mengumpulkan kebutuhan kita, untuk anak dan untuk cucu kita, dst. Apa yang kita dapat sekarang kita rasa tidak memadai. Ini menyebabkan hidup kita berjalan dan kita terus mengalami perputaran yang tidak habis-habisnya. Sebagai orang Kristen kita perlu berhati-hati akan hal ini. Minggu lalu saya pulang ke Indonesia dan membaca satu judul buku berjudul “Prinsip-prinsip Ilahi menjadi milioner Kristen” dan yang menarik, penulis kata pengantar dari buku ini adalah Robert Kiyosaki. Saudara tahu Robert Kiyosaki, penulis buku “Rich Dad, Poor Dad”, bukan? Bagi saya prinsipnya sudah tidak ketemu, sebab kalaus dr membaca buku Robert Kiyosaki, prinsip dia adalah “Akar dari segala kejahatan ialah KURANG uang.” Sangat berbeda dengan prinsip Alkitab yang mengatakan “Akar dari segala kejahatan ialah CINTA uang.” Bukan KURANG uang, bukan KELEBIHAN uang, tetapi CINTA uang. Saya tertawa melihat buku rubbish ini karena tidak ada yang namanya prinsip Ilahi untuk menjadi milioner Kristen. Jangan sampai kemakmuran Teologi juga menyebabkan begitu banyak orang Kristen memiliki dahaga uang tak terkendalikan, sesungguhnya itu tidak Biblical tetapi kemudian ditutupi dengan konsep semakin banyak uang yang kaumiliki, semakin menunjukkan Tuhan memberkati engkau. Akhirnya ini menyebabkan kita berhutang dan berhutang terus. Orang berhutang untuk membeli rumah, kemudian surat rumah dipakai untuk berhutang membeli mobil, membeli kapal pesiar, dst. Satu tidak bisa membayar, semua menjadi roboh. 120 Satu buku yang saya baca berjudul “American Vulgarity” memperlihatkan bagaimana konsep dan lifestyle yang diberikan oleh Amerika diambil dan diserap oleh banyak orang tanpa pernah dipikirkan baik-baik, apakah itu suatu lifestyle yang benar atau tidak. Konsep dari “American Vulgarity” sudah menyebabkan Amerika menjadi satu negara yang mengekspor “self interest” melampaui kepentingan bersama. Pemberian bonus keuntungan membuat saudara tidak peduli jual kertas kosong, yang penting berhasil terjual saudara dapat bonus. Ini yang terjadi. Untung menjadi milik pribadi, rugi ditanggung bersama pakai uang pajak. Kedua, budaya Amerika sudah membuat kita hidup melihat lapisan luar lebih penting daripada karakter yang di dalam. Dengan uang, orang membeli televisi masuk ke dalam hidupnya. Sesudah itu orang berlomba-lomba mengikuti cara hidup yang ditayangkan oleh televisi. Budaya Amerika sudah menyebabkan kita lebih suka di-iri oleh orang daripada direspek. Tetangga ‘jor-joran’ pasang parabola, pakai mobil baru, tetangga yang lain jadi iri dan ikut-ikutan, dia malah bangga. American vulgarity seperti itu. Akibatnya kita bisa melihat ketika krisis datang, semua yang semestinya menjadi kerangka dan fondasi yang penting, akhirnya menjadi runtuh. Salah satu orang terkaya di dunia Warren Buffet mengatakan setelah gelombang ini menjadi tenang, kita bisa melihat siapa yang telanjang, siapa yang tidak. Gelombang sedang menghadang dan mengikis semua. Siapa yang siapkan diri baik-baik dan siapa tidak siapkan diri baik-baik akan terlihat di sana. Puji Tuhan kita yang ada di sini tidak terlalu diimbas oleh gelombang itu. Mungkin hari ini kita bisa puji Tuhan karena kita tidak terlalu kaya. Ada satu orang bercanda dengan saya, bilang begini, “Yang penting hidup kita jadi orang Kristen “pas-pasan” saja. Pas mau beli rumah ada uang. Pas mau beli mobil ada uang. Pas mau liburan ada uang. Itu namanya hidup pas-pasan.” Point yang paling penting adalah kita tidak bisa terhindar dari semua sistem seperti ini. Kita tidak mungkin mengatakan kita tidak perlu semuanya kemudian pergi tinggal di gunung supaya tidak mengalami kesulitan seperti ini. Kita juga tidak bicara mengenai berapa banyak atau berapa sedikit uang yang sepantasnya dimiliki seorang Kristen. Tetapi kita sedang berbicara mengenai bagaimana sebenarnya sikap kita, sikap hidup kita, yang menjadi dasar atau fondasi yang penting. Yesus mengatakan kalimat ini, jangan kuatir akan hidupmu, akan apa yang kau makan dan kau pakai. Tidak berarti makanan dan pakaian itu tidak penting. Tetapi Yesus mengajar kita melihat mana yang lebih penting. Maka Dia mengatakan, bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan dan tubuh itu lebih penting daripada pakaian? Jangan dibalik dan jangan dikontraskan bahwa orang Kristen tidak perlu makanan dan pakaian. Yesus mengatakan jangan sampai apa yang kita makan itu menjadi sesuatu yang terus kita pikirkan melebihi hidup yang seharusnya kita perhatikan. Bukankah tubuh ini lebih penting daripada pakaiannya. Yesus bicara mengenai roh yang di dalam, bukan apa yang kita pakai tetapi hidup ini yang jauh lebih penting. Kekuatiran kita tidak mungkin bisa menambah dan memperpanjang hidup kita, malah mungkin kekuatiran itu akan memperpendek hidup kita. Yesus mengatakan mereka yang kuatir akan makanan dan pakaiannya sebagai seorang yang imannya kecil. Saya percaya kekuatiran dan iman itu seperti dua balon yang harus seimbang. Maksudnya ketika kekuatiran makin besar maka iman menjadi lebih kecil. Pada waktu iman itu besar, maka kekuatiran itu kecil. Besarnya kekuatiranmu, hai engkau yang beriman kecil. 121 Bagaimana kekuatiran itu sanggup bisa menghimpit hidup dan kesehatan rohani kita? Hari ini saya tidak bisa mengatakan apa-apa dalam memberi jawab kepada kesulitan finansial yang terjadi. Saya tidak bisa menjanjikan bahwa kita tidak akan diterpa dengan kesulitan yang akan tiba di hari-hari mendatang. Tetapi mari kita siapkan saja, tahun 2009 akan menjadi tahun yang jauh lebih sulit daripada tahun 2008. Kita akan melihat imbasnya ke depan jauh lebih besar daripada sekarang. Jikalau sektor ini sudah kena, insurance akan terkena, maka akan merambat ke sektor ekonomi real. Pabrik mobil sudah terkena, Holden, Ford, GM, itu berarti mereka tidak bisa bertegang lagi bagaimana memperkerjakan begitu banyak tenaga kerja. Kalau tenaga kerja sudah berkurang, kita akan menemukan sektor-sektor lain akan terkena juga. Itu akan terjadi. Tetapi mempersiapkan diri ke depan, apa yang perlu kita persiapkan? Banyak orang mengatakan mari kita persiapkan uang lebih banyak untuk bisa menghadapi situasi itu. Ini satu jawaban klasik, jawaban yang logic dan bijaksana. Tetapi mari kita lihat bagaimana Tuhan ingin mengajar kita hari ini beberapa hal. Yesus mengeluarkan kalimat ini, “Marilah kepada-Ku, engkau yang letih lesu dan berbeban berat.” Saya menemukan kunci yang paling penting dari ayat 29 ini. Kita menjadi letih dan lesu dan berbeban berat karena kekuatiran hidup. Kekuatiran yang disebabkan oleh realita dan situasi hidup kita yang tidak menentu. Kenapa kita bisa seperti itu? Apa yang harus kita lakukan? Yesus memberi jawabannya. Pikullah kuk yang Ku-pasang. Menghadapi beban berat, Yesus memberi jalan keluarnya, yaitu pikul kuk yang Dia berikan. Ini adalah suatu paradoks. Mestinya kita pikir Yesus mengambil beban berat itu dari diri kita. Tanggalkan beban itu, ambil cuti . Sekarang banyak orang tidak berani untuk ambil cuti dan meninggalkan pekerjaan karena takut dia akan dicuti selama-lamanya. Beban berat kenapa Yesus bilang jalan keluarnya pikul kuk? Pikul kuk di sini bukanlah beban yang dibebankan lagi tetapi kuk ini berarti Yesus memberikan satu alat yang seperti seorang petani memasang kuk kepada seekor sapi atau kuda atau kerbau dengan tujuan supaya perkerjaan di sawah menjadi lebih mudah. Pertama, dengan kuk pekerjaan menjadi lebih mudah dan lebih ringan dan lebih menyingkatkan waktu dibanding bekerja tanpa kuk. Yang kedua, kuk harus dimengerti di dalam konsep kamu berada di dalam ketaatan dipegang oleh seorang yang mengerti bagaimana mengerjakannya. Maksudnya, bagaimanapun hidup kita itu seperti kerbau dan sapi yang mau tidak mau harus bekerja. Bagaimanapun hidup di dalam dunia ini kita akan menghadapi kesulitan menginjak dan mengolah tanah, mengerjakan sesuatu dengan mencucurkan keringat. Cuma bedanya apakah pekerjaan itu demi untuk diri sendiri ataukah di dalam ketaatan kepada siapa yang pegang kuk. Yesus tidak mengatakan engkau yang berbeban berat hidup di dalam realita dunia seperti ini untuk diangkat dan dibawa ke surga, cuma main harpa puji Tuhan di sana. Jangan salah konsep kita. Nanti sampai di surga, di dalam langit dan bumi yang baru, Tuhan tetap membuat kita bekerja. Karena bayangkan betapa membosankannya surga itu kalau kita cuma menyanyi dan duduk-duduk saja. Yesus bilang “I will give you rest” tetapi istirahat bukan berarti bermalas-malasan di surga. Di sana istirahat itu dinikmati sesudah kita bekerja. Bedanya dengan sekarang, kita bekerja di dalam dunia yang sudah dicemari oleh dosa. Kerja di surga nanti adalah kerja mengeksplorasi dan menemukan hal-hal yang indah memuliakan Allah untuk selama-lamanya. Maka kerja yang kita kerjakan di dalam dunia ini akan lepas dari kekuatiran dan hidup yang letih dan lesu kalau kita pegang kunci ini baik-baik: apapun yang kita kerjakan kita mau itu semua bukan untuk kepentingan diri kita sendiri, bukan untuk usaha 122 kita sendiri. Sekarang kita jadikan itu semua bagi Tuhan, maka seperti apa yang Paulus katakan di dalam surat Kolose, “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kol.4:23). Secara praktis, kalau saudara pulang dan menghadapi kesulitan yang membuatmu letih dan lesu, di dalam membesarkan anak, di dalam pekerjaan, dsb, mari kembali membawa itu semua kepada Tuhan. Fokuskan semua yang kita kerjakan menjadi yang terbaik untuk Tuhan. Kita membersarkan anak kita, memberikan pendidikan yang terbaik untuk dia, bukan supaya nanti dia menjadi orang yang berhasil untuk diri sendiri tetapi untuk Tuhan. Saudara bangun pagi, coba berdoa seperti ini, “Tuhan, saya mau pergi kerja, menghadapi pekerjaan yang berat dan sulit ini, tetapi saya mau jadikan ini sebagai pekerjaan dimana saya bekerja untuk Tuhan.” Bawa sikap praktis seperti ini. Saya percaya saudara nanti akan mengerti apa yang Yesus katakan tadi. Saudara mungkin menghadapi kesulitan di dalam membesarkan anak yang tidak henti-hentinya dan mungkin itu bisa mendatangkan kelelahan dan kecapean. Tetapi pada waktu saudara berada di dalam situasi seperti itu ingat apa yang Yesus katakan ini, jadikan itu sebagai satu kuk dari Tuhan. Berdoa dan katakan kepada Tuhan, “Anak yang Tuhan percayakan di dalam hidupku akan sungguh-sungguh saya pelihara dengan baik dan saya mengerjakan semua itu demi untuk Tuhan.” Tidak ada jalan lain. Kalau kita bangun pagi-pagi dan pergi bekerja demi untuk mencukupkan kebutuhan hidup kita dan demi untuk kenyamanan hidup kita, demi supaya nanti kita kaya dan makmur, dsb, pada suatu hari kita akan menemukan realita itu, kita akan menjadi lelah dan lesu karena dihimpit oleh kekuatiran yang tidak habis-habisnya. Saya meminta saudara membaca ayat-ayat ini baik-baik dan mempraktekkannya di dalam hidup saudara mulai hari ini. Ketika saudara mengalami letih dan lesu di dalam hidup ini katakan kepada Tuhan, “Tuhan, apapun yang saya kerjakan mulai hari ini, itu menjadi kuk pelayananku bagi Tuhan 123 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 19/10/2008 Pdt. Effendi Susanto STh. Beratkah bebanmu? Pikullah kuk-Ku (2) Nats: Ibr. 4: 1-11 Mat. 11:28-30 Ibrani 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Sebab itu, baiklah kita waspada, supaya jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan, sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentian–Nya masih berlaku. Karena kepada kita diberitakan juga kabar kesukaan sama seperti kepada mereka, tetapi firman pemberitaan itu tidak berguna bagi mereka, karena tidak bertumbuh bersama–sama oleh iman dengan mereka yang mendengarnya. Sebab kita yang beriman, akan masuk ke tempat perhentian seperti yang Ia katakan: “Sehingga Aku bersumpah dalam murka–Ku: Mereka takkan masuk ke tempat perhentian–Ku,” sekalipun pekerjaan–Nya sudah selesai sejak dunia dijadikan. Sebab tentang hari ketujuh pernah dikatakan di dalam suatu nas: “Dan Allah berhenti pada hari ketujuh dari segala pekerjaan–Nya.” Dan dalam nas itu kita baca: “Mereka takkan masuk ke tempat perhentian–Ku.” Jadi sudah jelas, bahwa ada sejumlah orang akan masuk ke tempat perhentian itu, sedangkan mereka yang kepadanya lebih dahulu diberitakan kabar kesukaan itu, tidak masuk karena ketidaktaatan mereka. Sebab itu Ia menetapkan pula suatu hari, yaitu “hari ini,” ketika Ia setelah sekian lama berfirman dengan perantaraan Daud seperti dikatakan di atas: “Pada hari ini, jika kamu mendengar suara–Nya, janganlah keraskan hatimu!” Sebab, andaikata Yosua telah membawa mereka masuk ke tempat perhentian, pasti Allah tidak akan berkata–kata kemudian tentang suatu hari lain. Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah. Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat perhentian–Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan–Nya. Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorangpun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga. Matius 11 28 29 30 Marilah kepada–Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada–Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban–Kupun ringan.” 124 Logis kalau kita berpikir kita baru mendapat kelegaan kalau beban berat yang kita pikul itu kita singkirkan dan taruh. Tetapi kita menemukan paradoks yang indah sekali dari perkataan Tuhan Yesus ini. Tuhan akan memberi kelegaan kepadamu ketika engkau rela memikul kuk yang Tuhan Yesus pasang. Yesus menekankan kata ini “My yoke” (kuk), bukan “your own yoke.” Ini adalah kuk yang Tuhan taruh di atas pundak kita, seperti yang dilakukan seorang petani kepada sapi atau kerbau yang mengerjakan ladangnya. Kuk ini memberi kita konsep ketaatan, dimana kita menyerahkan hidup kita seutuhnya di dalam pelayanan bagi Tuhan. Beban dari sapi dan kerbau itu justru akan menjadi ringan kalau dia taat kepada kuk itu. Yesus tidak berkata bahwa kita akan terhindar dari segala kesulitan dan kekuatiran yang menyertai hidup saudara, tetapi Dia minta pada waktu kita mengerjakan pekerjaan yang berat dan sulit di dalam dunia ini akan mendatangkan sukacita dan bahagia yang memberi kelegaan di dalam hidup saudara dan saya jikalau saudara betul-betul menaruhnya sebagai satu pelayanan bagi Tuhan. Setiap kali bangun pagi, bukan saja kita bersyukur untuk pekerjaan kita, walaupun kita mengerjakannya dengan berat dan kita akan pulang dari tempat pekerjaan kita dengan segala kelelahan dan keletihan. Tetapi pada waktu saudara bangun pagi, saudara bersyukur kepada Tuhan untuk pekerjaan yang Tuhan beri itu. Mungkin saudara harus bangun di tengah malam untuk mengganti popok bayi saudara. Saudara mungkin kurang tidur karena saudara harus menjaga anak yang sakit. Saya tahu semua itu bukan satu pekerjaan yang ringan. Dan kalau kita harus mengerjakan hal seperti ini dalam waktu yang panjang, saya percaya kita bisa cape dan letih. Tetapi pada waktu saudara mengerjakan semua itu, saudara bisa menemukan sukacita dan keindahannya kalau saudara membawa pekerjaan itu di dalam doa dan mengerjakannya dalam satu sikap kita mengerjakannya bagi Tuhan. Anak yang Tuhan beri kepada kita mungkin menjadi anak yang mendatangkan beban yang berat oleh karena kita harus merawatnya sendiri, tetapi ini adalah anak yang Tuhan titipkan sehingga kita hanya berdoa satu kali kelak biarlah dia menjadi alat Tuhan yang berguna. Di situ saudara akan menemukan keindahannya. Saudara bekerja memang supaya bisa memperoleh nafkah untuk hidup, tetapi saudara akan membawa itu dengan satu konsep apapun yang saudara kerjakan hari ini, baik itu kecil dan sederhana, semua itu saudara kerjakan demi untuk Tuhan. Itu artinya memikul kuk Tuhan Yesus. Jadikan itu sebagai penatalayananmu kepada Tuhan. Jadikan itu sebagai satu discipleship kepada Tuhan. Kita mau kerjakan semua ini bagi Tuhan. Baru kemudian saudara menemukan dua janji yang indah Tuhan berikan di sini. Janji yang pertama, “I will give you rest in your soul.” Janji yang kedua, “My yoke is easy and light.” Tuhan akan memberikan istirahat, ketenangan dan perhentian dan kelegaan kepada jiwamu. Tuhan juga berjanji bahwa kuk yang Dia berikan itu ringan bagi kita. Kita sudah hidup di dalam dunia yang sangat mementingkan kecepatan. Restoran fast food menjadi alternatif pilihan yang lebih populer daripada restoran yang lambat menyajikan makanannya. Kita tidak sabar menunggu antrian yang panjang. Itulah dunia yang kita jalani sekarang ini. Orang di Shinjuku pasti merasa orang di Sydney jalannya lambat. Orang di Sydney merasa orang di Jakarta jalannya lebih lambat. Orang Jakarta bilang orang Surabaya jalannya lebih lambat lagi. Orang Surabaya bilang orang Solo masih lebih lambat. Kita hidup di dalam dunia yang sudah mengidolakan kecepatan. Ini adalah dunia dimana yang besar menelan yang kecil, dan yang cepat melindas yang 125 lambat. Dunia ekonomi bukan saja bicara mengenai kuantitas volume tetapi juga bicara mengenai kecepatan. Maka kalimat Tuhan Yesus “I will give you rest” menjadi penting untuk mengingatkan kita bahwa tidak selamanya hidup berjalan cepat dan hidup mempercepat diri adalah hidup yang lebih baik. Tetapi tidak berarti setelah dengar khotbah ini saudara boleh sedikit lambat ke gereja karena saudara diminta untuk berjalan alon-alon asal kelakon. Tidak berarti ayat ini mengijinkan saudara untuk hidup bermalas-malasan. Carl Honore menulis satu buku “In Praise of Slow,” meskipun ini bukan buku teologia tetapi dia memberikan beberapa prinsip yang sangat baik. Dia mengatakan tidak selamanya hidup dengan kecepatan itu hidup yang lebih berarti. Ada beberapa kebahayaan hidup karena kecepatan yang terlalu cepat. Kecelakaan lalu lintas yang terbanyak terjadi karena orang terlalu cape dan mengantuk sehingga tidak bisa menyetir dengan baik. Penyebab kedua adalah karena speeding (melampaui batas kecepatan). Kebahayaan hidup karena kita ingin cepat dan terus-menerus berputar di dalam dunia yang begitu sibuk. Memang susah hidup di dalam dunia ekonomi yang seperti ini. Apalagi kalau saudara bekerja di dalam bidang finansial, menjadi broker saham yang harus bekerja 90 jam seminggu. Bangun pagi saudara harus menganalisa pasar bursa Australia. Waktu saudara mau tidur, pasar bursa New York baru buka. Jadi kapan saudara bisa tidur? Dari semua negara yang paling cepat speed hidupnya adalah orang Jepang. Sehingga saudara bisa menemukan di perempatan jalan bukan saja ada sign warning mobil bisa saling tabrakan, tetapi orang juga bisa bertabrakan. Di Jepang sampai muncul istilah “keroshi” yang artinya mati karena bekerja terlalu stres. Ada seorang pemuda bernama Kameisuji, seorang manager heads fund yang bekerja 90 jam seminggu yang meninggal karena serangan jantung di usia 26 tahun. Dia adalah contoh korban keroshi, mati karena kerja terlalu stres. Tetapi begitulah budaya hidup di Jepang. Suami yang pulang kerja jam 8 malam dianggap istrinya sebagai pemalas sehingga para suami tidak langsung pulang ke rumah tetapi putar-putar kota dulu supaya pulang jam 10 dianggap rajin. Kita harus mengakui speed yang cepat, siklus yang terus-menerus tidak henti supaya kita hidup produktif sampai satu saat menunjukkan keterbatasannya. Hidup kita tidak bisa terus-menerus bekerja. Tuhan menciptakan dunia selama enam hari dan Dia berhenti pada hari ketujuh untuk beristirahat. Itu menunjukkan satu siklus yang penting. Ada perhentian. Kebahayaan hidup memiliki speed yang terlalu cepat itu sangat melelahkan. Saya sendiri mengakui saya orang yang juga seperti itu. Saya tidak tahan berlambat-lambat. Orang-orang di sekitar saya juga akhirnya terbawa pola ini. Setiap minggu pagi berangkat ke gereja, anak-anak saya sudah harus siap jam 8.15. Tetapi ayat ini mengingatkan kadang kita perlu memperlambat kecepatan itu karena ada beberapa kebahayaan yang terjadi. Hidup yang dijalani dengan kecepatan tinggi akan dihantui oleh keletihan yang tidak habis-habis yang mungkin akan membahayakan hidup kita. Orang mencoba mengatasi keletihan itu dengan cara memberikan obat stimulan sehingga bisa kerja tanpa perlu tidur. Kebahayaan kedua ialah bisa membikin hidup kita gampang marah. Orang bisa berkelahi karena antrian lambat atau ada yang menyelip mobil dia. Keluar dari pintu gereja, antri mobil orang sudah bisa saling klakson. Kecepatan menyebabkan budaya cepat marah. Kebahayaan ketiga, kecepatan menyebabkan relasi kita satu 126 sama lain menjadi shallow (dangkal) dan renggang. Lima belas tahun buku saat teduh berjudul “One Hour with God.” Tetapi coba saudara pergi ke toko buku, yang saudara jumpai adalah buku-buku berjudul “One Minute with God,” “One Minute Bedtime.” Dulu perlu satu jam, sekarang cuma perlu satu menit karena satu jam dianggap terlalu lama. “One Minute Prayer with God with Maximum Impact” akan menjadi buku yang laris dibeli. Kita tidak bisa lagi membaca buku cerita yang tebal buat anak kita, sebab keburu bapaknya yang tidur duluan. Hubungan kita menjadi dangkal dan renggang. Kita gelisah kalau kita merasa percakapan terlalu panjang, kita merasa pemborosan waktu untuk mempertumbuhkan hubungan kita dengan duduk-duduk membagi dan mengobrol. Saya tidak bermaksud mengatakan semua yang cepat itu tidak baik. Tetapi saya juga ingin mengatakan tidak semua hal yang lambat itu jelek. Point saya adalah: di dalam hidup kita ada banyak hal yang tidak bisa mempercepat. Itu yang harus kita kembalikan kepada intinya. Dan tidak selamanya hidup kita harus dipacu tidak habis-habisnya. Maka Yesus berjanji memberikan istirahat bagi kita. Jangan takut dengan istirahat, dan jangan berpikir bahwa istirahat itu suatu sikap malas dan unproductive. Rest kalau kita pakai bahasa musik adalah “tempo giusto”, kita mengembalikan hidup kita in the right speed. Yesus memperlihatkan kita adakalanya setelah selesai melayani, Dia pergi seorang diri ke bukit untuk berdoa dan beristirahat. Dalam Mazmur Daud, ketika dia berada di dalam kesulitan dan ancaman, Tuhan mengingatkan dia “Be still that I am God.” Kadang-kadang kita tidak perlu mengerjakan apaapa pada waktu kita berada di dalam situasi yang tidak bisa kontrol dan Tuhan hanya mengatakan kepada kita, “Be still.” Kita tidak bisa membuat pendidikan bagi anak kita menjadi lebih cepat. Banyak orang ingin anaknya start earlier. Umur dua tahun sudah diajar membaca. Kalau dia sudah bisa baca tulis, maka dianggap dia lebih pandai daripada anak-anak lain. Kita kasih anak kita les bahasa Jepang, bahasa Chinese, les piano, les ballet, les yoga sekalian. Kebahayaan besar dari sistem pendidikan seperti itu melupakan satu prinsip, bukan start earlier yang penting, tetapi yang lebih penting apakah dia bisa menyelesaikannya. Pendidikan bukan soal start earlier, tetapi soal melatih, membina dan mendidik anak itu menyelesaikannya. Buat saya setelah 25 tahun, saya menemukan orang yang genius dan yang tidak itu tidak terlalu banyak bedanya. Tetapi di usia 25 tahun, 40 tahun atau 50 tahun, saudara bisa lihat siapa yang bisa mencapai garis akhir dalam hidupnya. Itu yang lebih penting. Sangat menarik ternyata dari 43 presiden Amerika Serikat, hanya satu orang yang mencapai PhD. Dari sini menunjukkan kepada kita bahwa pendidikan yang tinggi hanya merupakan salah satu komponen yang kecil dari keberhasilan dan kesuksesan seseorang. Saya ingin mengajak saudara hari ini mulai berpikir banyak hal, bagaimana relasi saudara dengan Tuhan, bagaimana relasi saudara dengan keluarga, dsb. Semua itu tidak bisa dicapai dengan waktu yang singkat. Lakukan segala sesuatu dengan “tempo giusto” in the right speed. Untuk hal yang harus dilakukan dengan cepat, mari kita lakukan dengan cepat. Untuk hal yang harus dilakukan dengan pelan, hal-hal yang memang mesti dikerjakan dengan pelan, yang memerlukan ketekunan dan ketahanan, memang hasilnya tidak cepat dilihat, jangan kita menjadi tidak sabar. Pembentukan karakter, pertumbuhan kerohanian seseorang, kematangan di dalam pelayanan, semua tidak mungkin bisa dipercepat. 127 Melalui kalimat Tuhan Yesus hari ini, saya ingin mengajak kita semua mengembalikan seluruh siklus hidup kita itu di dalam kerangka seperti yang Tuhan sudah berikan bagi engkau dan saya. Ada enam hari bekerja, ada satu hari perhentian. Siklus ini merupakan satu siklus yang tidak akan hilang karena sampai nanti di dalam kekekalan Tuhan akan menjadikan siklus itu tetap berjalan. Ibr.4 yang kita baca tadi memperlihatkan akan ada hari perhentian yang terakhir dan jangan sampai ada di antara kita yang hidup di dalam ketidaktaatan. Ini menjadi dasar yang penting. Penulis Ibrani mengajak kita untuk merindukan satu hari perhentian yaitu satu hari dimana Tuhan Yesus akan datang kali kedua. Itu adalah “hari yang ke tujuh” hari dimana saudara akan menikmati janji Tuhan ini. Itu adalah hari yang terindah yang kita rindukan. Tidak ada jalan lain untuk memperolehnya kecuali kita masuk melalui undangan Tuhan Yesus “Come unto Me.” Hidup manusia yang sudah disobek dan dicabik-cabik oleh dosa membuat kita berada di dalam ketidakberdayaan. Hanya salib Tuhan Yesus yang bisa membawa kita menikmati hidup ini. Janji Tuhan ini tidak perlu kita tunggu sampai nanti karena sesungguhnya kita bisa menikmati sebagian dari janji itu sekarang ini. Pada waktu saudara hidup di dalam dunia ini masih mengerjakan begitu banyak pekerjaan dan tugas berat, saudara jangan terjebak oleh satu siklus workaholic yang tidak habis-habisnya. Sekali lagi, hidup yang terus dipacu oleh kecepatan dan overload itu adalah satu hidup yang tidak mungkin bisa berjalan selama-lamanya. Saudara dan saya memerlukan istirahat. Saudara dan saya memerlukan waktu dimana kita kembali memperbaiki relasi kita, menyegarkan hubungan dengan sanak famili dan orang-orang yang saudara kasihi. Hari Minggu yang sudah diberikan Tuhan kepada kita menjadi hari kita menikmati istirahat. Tetapi jangan pakai konsep ini: karena enam hari sudah bekerja maka hari Minggu dipakai untuk tidur 24 jam. Karena kalau kita seperti itu, kita akan kehilangan arti istirahat yang sejati. Istirahat tidak berarti duduk bermalasmalasan dan tidak mengerjakan apa-apa. Ada beberapa point yang penting mengenai istirahat. Dalam Why.21:4 memperlihatkan bagaimana situasi pada hari yang terakhir, hari dimana kita berada di dalam langit dan bumi yang baru bersama Tuhan. Tidak ada lagi kematian, tidak akan ada lagi perkabungan, tidak ada ratap tangis dan dukacita sebab segala sesuatu yang lama itu sudah berlalu. Istirahat yang Tuhan janjikan dan tawarkan adalah istirahat yang tidak mungkin bisa dikekang oleh dosa dan maut. Tuhan sudah berjanji satu kali kelak kita akan mendapatkan sukacita dan ketenangan karena hidup itu tidak lagi dirongrong dan ditipu oleh dosa. Kita tidak lagi menangis oleh karena penderitaan dan kesulitan akibat dosa. Kita tidak akan lagi bergumul dengan segala tipu daya dosa yang merongrong hidup kita. Itu arti istirahat. Istirahat dari keberdosaan. Hidup di dalam dunia ini, kita tidak mendapatkan istirahat itu sebab saudara dan saya terus bergumul dan berada di dalam keadaan tarik-menarik dan menghadapi hidup yang gampang tertipu oleh dosa. Kita perlu istirahat, dimana kita memakai hari itu untuk mengingat kembali anugerah Tuhan dan hubungan kita dengan Tuhan diperbaharui. Itulah tujuan hari perhentian yang Tuhan berikan. Kita datang kepada Tuhan dan memakainya menjadi momen yang penting dan indah di dalam persekutuan kita dengan Tuhan. Itulah hari Sabat, bukan menjadi hari dimana kita bermalas-malasan tetapi menjadi hari dimana kita datang kepada Tuhan untuk memperbaharui dan menyegarkan hubungan kita dengan Tuhan. Karena hari itu adalah hari yang Dia janjikan kepada barangsiapa yang 128 mau datang mengakui segala kelemahan dan dosanya. Tuhan akan mengampuni dan memberkati kita. Pulang bawa janji itu. Hari ini hubunganmu dengan Tuhan beres. Hari ini hubunganku dengan sesama beres. Maka aku boleh memasuki minggu yang baru dengan semangat seperti itu. Itulah istirahat. Yang kedua, istirahat mempunyai pengertian bahwa aktivitas hidup kita adalah aktivitas yang berpusat kepada penyembahan dan pelayanan kepada Allah. Sampai nanti pada hari terakhir, saudara akan melihat tahta Allah menjadi sentral dimana semua malaikat mengelilingi Dia, semua orang kudus mengelilingi Dia, seluruh mahluk ciptaan mengelilingi Dia. Mereka semua menyembah kepada Allah. Ini adalah konsep istirahat yang indah dimana seluruh alam semesta yang tadinya tidak harmonis sekarang menjadi harmonis dan kembali menjadikan tahta Tuhan sebagai pusat di dalam kehidupan mereka. Kita tidak perlu tunggu sampai hari itu karena kita bisa menikmati istirahat itu di dalam hidup kita sekarang ini jikalau kita menjadikan semua kehidupan kita berpusat kepada Allah, kita mengasihi dan melayani Tuhan. Berarti itu hari dimana kita menikmati hubungan yang benar dengan Tuhan, tetapi juga menjadi hari kita melakukan aktivitas melayani dan berbakti kepada Tuhan. Yang ketiga, istirahat berarti itulah hari dimana saudara menikmati dengan sungguh-sungguh hasil usaha aktivitas hidup saudara. Saya ingin membawa saudara melihat perspektif yang baru dan indah mengenai langit dan bumi yang baru. Jangan pikir nanti di langit dan bumi yang baru hidup kita itu boring. Yes.25:6 menggambarkan sukacita yang Tuhan akan berikan di langit dan bumi yang baru ketika kita bertemu Tuhan. Tuhan akan memberikan kepada segala bangsa satu perjamuan dengan makanan yang bergemuk. Ingatkan sekali lagi, “bergemuk” di sini bukan makanan berkolesterol tinggi tetapi menggambarkan” the finest feast.” Satu perjamuan dengan anggur yang tua benar. Sekarang kita tidak bisa beli anggur yang tua, tetapi nanti jangan kaget saudara akan diberi minum anggur yang umurnya 2000 tahun, gratis. Artinya istirahat bukan sesuatu yang membosankan dan boring. Istirahat adalah suatu enjoyment, sukacita. Saudara dan saya tidak perlu tunggu sampai hari itu jikalau saudara sekarang ini bisa menikmati satu persekutuan yang indah dengan Tuhan. Hari ini menjadi suatu rasa pendahuluan dimana saudara bisa menikmati kehidupan saudara. Bawa konsep istirahat seperti ini. Memang kita masih bekerja penuh tantangan, masih bisa ditipu oleh dosa, masih berada di dalam pergumulan dengan dosa, tetapi jangan sampai saudara kehilangan rasa pendahuluan ini. Menikmati apa yang engkau kerjakan. Yes.65:17-25 menggambarkan bagaimana Tuhan akan memulihkan langit dan bumi ini. Tidak ada lagi dosa di situ. Sekarang ini karena fakta dosa manusia bekerja tetapi hidup menjadi tidak jujur. Karena fakta dosa engkau menanam benih tetapi yang dihasilkan adalah onak dan duri. Itulah fakta hidup di dalam dunia ini. Sehingga ada orang menanam tetapi orang lain yang memakannya. Ada orang dengan jerih payah membangun rumah, tetapi orang lain datang merebutnya. Kita menangis hidup di dalam dunia yang seperti ini. Namun di langit dan bumi yang baru kita akan menikmati apa yang kita kerjakan. Pertanyaan saya: sekarang ini apakah saudara menikmati apa yang kau kerjakan? Kita sudah hidup di dalam konsep yang terbalik: sekarang bekerja keras, nanti waktu pensiun baru senang-senang.Tetapi krisis ekonomi bisa membuat angan-angan dan rencana kita mungkin menjadi berantakan karena tabungan hari tua ternyata jebol. 129 Kita sudah memisahkan kerja dengan kenikmatan. Kenikmatan berarti tidak kerja. Kerja itu berarti tidak enak. Sulit untuk mengerti “the enjoyment of work.” Tetapi yang ada orang membuatnya menjadi “workaholism” dan akhirnya jadi keroshi. Sebagai orang Kristen saudara pulang membawa konsep ini. Apa arti istirahat yang sejati? Istirahat berarti walaupun saya mengerjakan sesuatu dengan susah tetapi saya percaya Tuhan sudah menempatkan saya di situ, biar saya menjalaninya dengan sukacita dan enjoy apa yang saya lakukan. 130 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 18/05/2008 Pdt. Effendi Susanto STh. Kemampuan membedakan secara rohani (1) Nats: 2 Kor. 2: 17 Ibrani 5:14 Efesus 5:10 2 Kor. 2 17 Sebab kami tidak sama dengan banyak orang lain yang mencari keuntungan dari firman Allah. Sebaliknya dalam Kristus kami berbicara sebagaimana mestinya dengan maksud–maksud murni atas perintah Allah dan di hadapan–Nya. Ibrani 5 14 Tetapi makanan keras adalah untuk orang–orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat. Efesus 5 10 dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. “Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik daripada yang jahat” (Ibr.5:14). “…dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan” (Ef.5:10). Banyak orang membisniskan firman Allah, bukan saja sekarang ini tetapi pada waktu Paulus hidup, dia menghadapi situasi seperti itu. Itu sebab dia langsung mengambil sikap harus ada perbedaan, mana yang di hadapan Allah memberitakan Tuhan dengan jujur dan dengan maksud yang murni. Itu sebab mengapa Paulus mengambil sikap berbeda, waktu melayani di Filipi dia mau menerima uang dari jemaat untuk mendukung pelayanannya, tetapi di Korintus Paulus ambil sikap sama sekali tidak mau menerima uang dan dia bekerja membuat tenda untuk memenuhi kebutuhannya. Dia sengaja melakukan hal ini untuk memberi perbedaan karena sudah banyak orang di Korintus orang yang memperjual-belikan Injil. Tidak gampang peperangan seperti itu. Dua ayat yang tadi kita baca (Ibr.5:14, Ef.5:10) memberitahukan kepada kita ada dua kata yang penting yang bagi saya menjadi panggilan orang Kristen yang dewasa. Ibr.5:14 mengatakan orang Kristen yang dewasa makan makanan yang keras dan orang Kristen yang dewasa memiliki pancaindera yang terlatih membedakan mana yang benar dari yang salah, mana yang etis dari yang tidak etis. Kata yang dipakai ‘diakrino’ menghakimi, memisahkan, memisahkan dengan sungguh mana yang benar, mana yang salah. Kata yang kedua adalah ‘dokimaso’ yang berarti menguji sesuatu sampai menjadi murni. Ini adalah hal yang berkenan kepada Tuhan. 131 Pertanyaan saya, apakah kepekaan rohani untuk membenarkan mana yang benar dan mana yang salah itu panggilan atau karunia? Saya ambil sikap ini adalah panggilan sekaligus karunia, sebab di dalam surat 1 Kor.14 Paulus menyebut salah satu karunia yaitu karunia membedakan roh. Paulus tidak memberikan penjelasan lebih terinci apa karunia membedakan roh itu. Sekarang di kalangan gereja-gereja Karismatik, karunia ini langsung diberi definisi karunia bisa melihat setan. Sekarang lazim terjadi ada orang yang mengaku bisa melihat ada setan di satu tempat dan ada pendeta yang khusus mengusir setan. Itukah namanya karunia membedakan roh? Kalau saudara baca 1 Yoh.4:1-3 Yohanes mengatakan barangsiapa yang tidak percaya Yesus datang sebagai manusia, itu adalah roh palsu. Kata ini dipakai oleh Yohanes mengacu kepada ajaran palsu. Ketika Tuhan Yesus memberitahukan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia akan pergi ke Yerusalem dan menderita di sana, Petrus mengatakan kepada-Nya, “Kiranya hal itu tidak terjadi kepada-Mu.” Tetapi Yesus berkata kepada Petrus, “Enyahlah, setan.” Artinya, di balik pernyataan Petrus, di belakangnya ada roh jahat yang mempengaruhi. Dari sini kita melihat di balik satu ajaran yang palsu pasti ada roh jahat. Berarti karunia membedakan roh mengacu kepada kemampuan mengenal ajaran dan pengaruh dari roh jahat. Tetapi Ibr.5 mengatakan itu bukan saja suatu karunia khusus, tetapi itu adalah panggilan, tugas kepada setiap orang Kristen yang dewasa rohaninya. Seorang yang dewasa memiliki pancaindera yang terlatih membedakan mana yang benar dari yang salah. Kalau itu menjadi panggilan, kita sebagai orang Kristen tidak bisa lagi menjadi orang Kristen yang diam-diam saja membiarkan hal itu terjadi di dalam kehidupan Kekristenan. Namun panggilan untuk membedakan roh yang salah, panggilan untuk membedakan mana yang benar dan salah itu tidak gampang kita kerjakan. Salah satu alasannya sebab penulis Ibrani sudah memberitahukan kepada kita itu adalah tanda dan bukti dari hidup orang Kristen yang belum mengalami kedewasaan rohani. Maka orang yang belum dewasa dalam kehidupan rohani tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah. Tidak dewasa rohani itu tidak sama dengan orang Kristen baru. Orang Kristen baru seperti bayi-bayi rohani yang masih memerlukan makanan yang basic, susu yang sehat, untuk menyehatkan kehidupan kerohaniannya (1 Pet.2:2). Tetapi Ibrani bukan berkata mengenai bayi rohani. Ibrani bicara mengenai belum dewasa orang Kristen, ditinjau dari sudut waktu kamu itu sudah punya gigi, seharusnya bisa mengunyah makanan yang keras, yang kritis dan berbobot, tetapi kamu malas mengunyah makanan seperti itu. Kedua, tidak gampang memang menyadari pembedaan kerohanian ini, sebab itu adalah suatu disiplin. Disiplin berarti tidak bisa terjadi begitu saja. Disiplin berarti saudara dan saya perlu terusmenerus mempertajam pancaindera kita bisa membedakan mana yang salah, mana yang benar. Tim Chalies di dalam bukunya “The Discipline of Spiritual Discernment” (membedakan secara rohani) memberikan kalimat yang sangat keras: kalau orang Kristen tahu di depan matanya ada yang tidak benar dan jahat, namun kita menutup mata tidak mau melihat, itu justru adalah tindakan yang tidak taat kepada Tuhan. Dalam 1 Tim.6:20 Paulus mengatakan kalimat yang sangat luar biasa penting. Saat itu dia sudah berada di dalam penjara, sudah sadar sebentar lagi akan mati dan tidak ada kesempatan keluar. Dia hanya bisa menyerahkan estafette pelayanan selanjutnya kepada hamba- 132 hamba Tuhan yang lebih muda, yaitu Timotius. Maka tanpa basa-basi lagi dia berkata, “Hai Timotius, peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu.” Dalam bahasa aslinya, diterjemahkan “Guard the deposit of your inheritance.” Jaga baik-baik. Ini adalah kata yang diambil dari bahasa militer, seperti seorang satpam atau officer yang menjaga harta berharga, kalau sampai itu hilang, dia yang akan dipersalahkan. Tidak diminta maaf. Yang menjaga di depan tidak boleh membiarkan terjadi pembobolan. Itu tugas kita. Jaga gerejamu. Jaga harta Injil yang sudah dipercayakan kepadamu. Maka spiritual discernment (membedakan secara rohani), membedakan yang benar dan salah merupakan panggilan dan panggilan itu adalah panggilan yang berharga. Seperti kata Ibrani, tidak mau dan masa bodoh, menganggap semua sama saja, itu berarti kita membiarkan orang lain menjarah harta kita yang berharga dan indah itu, kita bersalah kepada Tuhan. Ketiga, spiritual discernment (membedakan secara rohani) tidak gampang sebab ini membuat kita tidak diterima oleh orang banyak, menjadi orang yang tidak populer. Kita tahu, menjadi orang benar itu lebih penting daripada menjadi orang baik. Tetapi kita mungkin lebih suka menjadi orang baik, karena orang baik membuat orang berhutang budi kepadanya. Orang benar berarti mengambil sikap untuk berdiri tegas kepada sesuatu yang dipegang dengan sungguh-sungguh. Waktu Joel Osteen diwawancara oleh Larry King, Larry King bertanya, “…bagi orang yang tidak pernah mendengar Injil, apakah mereka akan pergi ke neraka?” Joel Osteen seperti cacing kepanasan mengatakan, “Oooh…. saya tidak dipanggil oleh Tuhan menjawab hal itu.” Larry King langsung berbalik tanya, “But as a pastor, you have a stand, even tough hal itu tidak diterima oleh orang lain.” Saya setuju dengan kalimat Larry King ini, apapun di dalam hidupmu, you have a stand, baik itu mayority stand ataupun itu minority. But you have a stand. Itu namanya tulang. Osteen tidak mau jawab. Betapa malu kita. Orang ateis sendiri punya stand, tetapi kamu sebagai hamba Tuhan tidak punya? Betapa malu kita, beberapa hari yang lalu Franklin Graham (putera Rev.Billy Graham) memberikan pesan kepada orang-orang Kristen di Cina untuk tidak menginjili dalam Olimpiade 2008 karena itu bertentangan dengan hukum. Dijawab oleh Underground Church di Cina dengan tegas, “Kami lebih taat kepada Tuhan daripada hukum manusia!” Malu, bukan? Bagaimana belajar membedakan, bagaimana berdiri dengan benar, mana yang harus kita pegang sebagai prinsip. Waktu Petrus dilarang dan diancam oleh orang Yahudi untuk tidak menyebut nama Yesus, Petrus bilang, “Kami lebih taat kepada Allah daripada taat kepadamu” (Kis.4:13-19). Mau putar ke sebelah manapun sudah setengah mati buat Franklin Graham, mengeluarkan kalimat seperti itu yang bagi saya kalimat yang memalukan. Orang Kristen underground mengatakan kami rela ditangkap karena mengabarkan Injil, bahkan kami bersyukur kepada Tuhan untuk itu. Spiritual discernment (membedakan secara rohani), berani dengan tegas mengatakan mana yang benar dan mana yang salah yang beredar di dalam Gereja. Ini tidak gampang dilakukan sebab ini membuat hidup orang Kristen tidak populer. Menjadi orang Kristen yang benar, bukan orang Kristen yang baik, itu perlu membayar harga. Itu sebab spiritual discernment (membedakan secara rohani) itu tidak terjadi di dalam kehidupan kita bergereja. Yesus berkata, “Datanglah kepada-Ku, hai kamu yang lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Tetapi jangan lupa Yesus juga mengeluarkan kalimat ini, “Aku datang bukan untuk membawa damai, tetapi membawa pedang.” Artinya tidak ada damai yang sejati sebelum terjadi pemisahan, di dalam yang benar, yang jahat 133 harus dibuang. Kalau yang baik dan yang jahat itu bisa kumpul dengan akur, itu bukan damai yang sejati. Itu namanya kongkalikong. Dua bulan yang lalu ada conference yang dipimpin oleh Fuller, conference antara orang Kristen dan Mormon, lalu bilang iman kita sama. Samakah? Tidak sama! Malu kita, ada gereja yang takut dianggap phobia terhadap gay, dan supaya orang-orang homoseks mau datang ke gereja, lalu keluar kalimat di papan gerejanya, “Jesus affirmed a Gay Couple.” Salah itu! Yang ada, kita menerima, kita simpati kepada orang yang mempunyai tendensi homoseksual tetapi kita tidak pernah affirmed homoseksual. Hal yang sama kita katakan kepada orang yang sudah menikah, jangan memiliki wanita lain. Kalimat yang sama kita katakan kepada anak-anak muda yang belum menikah, kuduskan kesucianmu. Kepada orang yang datang mengaku dia homoseks, kita menyambut, silakan duduk berbakti. Tetapi jangan melakukan homoseksual perhubungan. Perbedaan seperti itu tidak bisa dilihat lagi oleh banyak orang Kristen. Hari ini saya mengajak saudara melihat satu urgensi seperti ini. Makanan rohani yang keras untuk orang Kristen yang dewasa, yang memiliki pancaindera yang terlatih. Orang Kristen yang mendengar khotbah tidak tepat bisa langsung tahu, itu karena telinganya terlatih. Paulus tahu ada orang Kristen yang imannya lemah dan ada yang imannya kuat. Iman lemah karena pemahamannya belum bertumbuh dan kita yang lebih kuat imannya wajib menerima mereka. Tetapi orang yang lemah imannya tidak boleh berada terus dalam kondisi itu. Dia harus bertumbuh. Itu berarti mendisiplin pancainderanya terus-menerus sampai bisa membedakan mana yang benar dari yang salah. Keempat, spiritual discernment (membedakan secara rohani) itu tidak gampang karena banyak orang Kristen tidak berani untuk melakukannya di dalam hidupnya karena jujur itu adalah sinful nature kita. Kita orang yang tidak suka mengambil garis yang tegas, selalu cenderung suka yang kabur-kabur. Tetapi kita perlu mawas diri, dan bagi saya ini adalah ayat yang menggentarkan, 2 Kor.11:14 “Tidak usah heran, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat terang.” Spiritual discernment (membedakan secara rohani) is your calling. Tidak saja bisa membedakan mana hitam mana putih, tetapi sesuatu yang mungkin mirip sekali. Iblis bisa menyamar sebagai malaikat terang, merupakan suatu kegentaran di dalam pelayanan kita. Dia bisa menyamar sebagai malaikat terang. Bukan hanya Paulus yang mengatakan itu, di dalam yang sama. Di ayat 1 Wahyu 13 rasul Yohanes juga mengatakan hal dia melihat ada dua cara yang dipakai setan untuk menganiaya Gereja. Yang satu, menggunakan binatang yang sangat menyeramkan, sangat powerful dan bengis luar biasa. Itu menjadi wakil penuntutan, penganiayaan, yang memberikan oposisi menghancurkan Gereja dengan cara kekuatan politik dan kekuatan militer untuk menganiaya orang Kristen. John McArthur mengatakan kalimat yang bagus, waktu penganiayaan datang kepada Gereja, umumnya tidak ada ajaran palsu di dalam Gereja, karena tidak banyak orang yang berani mau mati untuk Yesus Kristus, sehingga ajaran palsu pasti tidak muncul. Tetapi begitu Gereja sudah lancar, sudah aman, diterima dimana-mana, setan bisa memakai cara yang kedua. Ayat 11, diwakili oleh binatang yang ramah sekali, seperti anak domba. Sama sekali tidak menakutkan. Pertanyaannya, siapa di dalam Alkitab yang diberi gambaran sebagai Anak Domba? Yesus Kristus. Tetapi binatang kedua yang muncul ini, binatang yang bisa diterima dan dianggap tidak mendatangkan kebahayaan. Tetapi ada perbedaan. Penampakannya anak domba, tetapi suaranya suara naga. Itu sebab dalam buku “Narnia: The Lion, the Witch and the Wardrobe,” C.S. Lewis memberikan gambaran yang sangat dalam mengenai cara 134 kerja iblis menyamar sebagai malaikat terang. Saudara lihat witch-nya memakai baju putih, setiap hari ada salju duplikat, mengendarai sleigh seperti sinterklas menjadi lambang kasih Tuhan. Di situlah cara kerja iblis mengikuti, meniru dan menyerupai ajaran Kekristenan semirip mungkin. Phillip Richards, seorang teolog Reformed dalam tafsirannya terhadap surat Ibrani mengatakan apa yang dialami oleh jemaat di surat Ibrani mirip dengan apa yang terjadi dalam kehidupan Kristen dewasa ini yang menganggap belajar teologi dengan benar-benar itu merupakan pemborosan waktu yang sia-sia. Apa bedanya antara orang yang percaya Allah Tritunggal atau tidak, antara orang yang percaya bahwa keselamatan datang melalui pertobatan ataukah karena kelahiran baru yang Tuhan kerjakan dalam hidup kita, banyak orang Kristen yang tidak mau mengerti akan hal-hal itu. Yang penting adalah datang ke gereja dan bisa bersekutu bersama-sama itu sudah cukup. Kalau sudah begini, pertanyaan saya, apakah panggilan Paulus kepada Timotius itu bukan merupakan panggilan yang penting, yang memberikan urgensi kepada orang Kristen? Bagaimana membedakan ajaran asli dan palsu yang dua-duanya menggunakan nama Tuhan? Bagaimana membedakan cara ibadah yang sungguh memuliakan Tuhan dengan cara ibadah yang bukan memuliakan Tuhan dengan sungguh? Imamat 10:1 mengatakan Nadab dan Abihu, anak-anak Harun, secara jabatan mereka resmi tetapi secara pelayanan Tuhan marah sebab mereka membawa api yang asing. Tuhan sendiripun tidak mengijinkan cara ibadah-Nya dicampuri dengan api yang bukan dari Tuhan. Sudah saatnya saudara di dalam gereja ini bertumbuh seperti itu. Kalau tidak, seperti Efesus, kita seperti anak kecil yang mau terus-menerus diombang-ambingkan oleh ajaran palsu. Terus diombangambing, tidak punya fokus, tidak bisa maju. Sebentar mungkin rohani kita bisa semangat, tetapi tiga bulan kemudian hilang lagi. Itu merupakan ciri spiritual yang immature (belum dewasa). Mulai hari ini minta kepada Tuhan untuk menjadikanmu seorang Kristen yang dewasa. Makan makanan yang keras, yang kritis, yang berbobot, supaya saya jaga Gereja Tuhan baik-baik. Saya setia kepada Tuhan bukan saja melayani tetapi setia menjaga harta Injil yang Tuhan kasih, saya tidak rela kalau sampai dibobol. Itu panggilan kita. 135 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 25/05/2008 Pdt. Effendi Susanto STh. Kemampuan membedakan secara rohani (2) Nats: 2 Kor. 2: 17 Ibrani 5:14 Efesus 5:10 2 Kor. 2 17 Sebab kami tidak sama dengan banyak orang lain yang mencari keuntungan dari firman Allah. Sebaliknya dalam Kristus kami berbicara sebagaimana mestinya dengan maksud–maksud murni atas perintah Allah dan di hadapan–Nya. Ibrani 5 14 Tetapi makanan keras adalah untuk orang–orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat. Efesus 5 10 dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. Minggu lalu saya katakan bahwa spiritual discernment (membedakan secara rohani), membedakan sesuatu yang benar dari yang salah itu merupakan panggilan hidup kita, panggilan dari orang Kristen yang dewasa rohaninya. Ketidak-mampuan untuk membedakan mana yang benar dari yang salah itu adalah bukti orang itu masih belum dewasa di dalam rohaninya, sebagaimana penulis Ibrani katakan. Kita menyadari ada tantangan yang tidak mudah menghadapi spiritual discernment (membedakan secara rohani). Paling tidak ada tiga hal yang penting muncul. Pertama, tantangan dari dalam diri kita sendiri. Tantangan yang membuat kita tidak populer. Hidup kita yang masih ada dosa itu gampang membuat kita mengaburkan mana yang benar, mana yang salah. Kedua, tantangan dari luar, yaitu tantangan dari roh jahat yang memang memiliki sifat menduplikasi sesuatu, menciptakan hal yang “aspal” –asli tapi palsu. Tidak semua orang yang mengaku Kristen itu menjadi saudara kita. Kita nanti akan melihat di dalam surat Korintus, Paulus mengatakan ada orang yang mengaku saudara tetapi sesungguhnya mereka bukan saudara yang sejati. Yesus sudah memperingatkan, hati-hati dengan nabi-nabi palsu yang menyamar seperti domba tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas (Mat.7:15). Kitab Wahyu mengingatkan kita bahwa si Jahat bisa menduplikasi mirip seperti Yesus Kristus, seperti Anak Domba tetapi ajarannya berbeda (Why.13:11). Dan yang lebih mengerikan lagi Paulus mengatakan dengan jujur, Iblispun bisa menyamar seperti malaikat terang (2 Kor.11:14). Itu sebab penulis Ibrani mengatakan spiritual discernment (membedakan secara rohani) merupakan satu disiplin rohani, melatih pancaindera dengan terlatih sehingga kita bisa judge, membedakan ini yang benar, ini yang tidak benar. 136 Hari ini saya akan membahas yang ketiga, tantangan dari luar, yaitu tantangan dari culture, budaya dimana kita hidup. Mungkinkah saudara dan saya hidup di dalam “The Bubble Church” supaya kita kebal dari segala ajaran palsu? Tidak mungkin kita bisa hidup seperti itu. Begitu kita berada di dalam dunia, kita akan sulit melihat dengan objektif lagi. Tuhan memanggil kita untuk menggarami budaya. Tuhan memanggil Gereja untuk memberi pengaruh kepada budaya. Tetapi Gereja hidup di dalam budaya. Itu sebab yang sering terjadi adalah budaya yang lebih banyak masuk ke dalam Gereja, memberi pengaruh kepada Gereja. Tetapi kita tidak bisa menjadi orang Kristen di dalam ‘bubble church’. Kita berinteraksi dengan dunia. Itu sebab spiritual discernment (membedakan secara rohani) menjadi tidak gampang. Kita tidak bisa tidak berada di dalam budaya yang berusaha mempengaruhi hidup kita, tetapi bagaimana kita belajar tidak ditelan oleh budaya. Itu sebab panggilan kita sebagai anak-anak Tuhan adalah bagaimana kita menghadapi tantangan budaya ini. Gereja hidup di dalam kehidupan tahun 2008, kita tidak bisa mundur kepada kehidupan Gereja di abad 17 dan 18. Tetapi ada prinsip-prinsip yang tidak bisa kita ubah dan langgar. Pdt. Stephen Tong mengatakan ada budaya yang hidup tetapi membikin kita mati, tetapi ada budaya dari orang yang sudah mati tetap menghidupkan kita. Anak remaja kita seringkali dipengaruhi oleh konsep yang keliru yaitu memisahkan antara yang modern dan yang kuno. Begitu dibilang “ini sudah kuno” langsung dianggap salah. Sekarang sudah modern, artinya apa yang ada sekarang langsung diadopsi dan dianggap benar. Saudara, benar atau salah tidak berkaitan dengan jaman. Apa yang benar, sepanjang jaman akan selalu benar. Apa yang salah, sepanjang jaman akan selalu salah. Tetapi seringkali kita kacaukan dengan konsep ini: segala yang modern pasti benar, segala yang kuno itu salah dan harus dibuang. Kita hidup sekarang di dalam satu budaya dimana semua orang hidup di dalam budaya Post-Modern. Apa itu Post-Modern? Post-Modern merupakan satu gejala hidup yang memiliki keragaman konsep. Tetapi paling tidak, kalau saudara bertemu dengan orang lalu bicara mengenai sesuatu lalu dia mengatakan, “Oh, that is your opinion. But I have my opinion too. Your truth is truth for you, but mine is truth as well..” saudara sudah masuk ke dalam percakapan yang Post-Modern. Budaya PostModern mengatakan “truth” – kebenaran itu, tidak lagi diterima sebagai “The Truth” yang objektif, yang absolut. Sekarang kebenaran menjadi subjektif, menjadi relatif. Kalau standarnya relatif, saudara dan saya tidak bisa melakukan penilaian objektif, bukan? Saudara pergi ke toko kain membawa meteran sendiri, tukang kain mengatakan pakai meteran dia. Waktu meteran saudara dibanding dengan meteran dia, ternyata ukurannya berbeda, lalu bagaimana? Meteran siapa yang benar? Satu-satunya cara ialah pergi ke Geneva untuk mengukur meteranmu dengan meteran yang diakui sebagai meteran standar. Itu yang namanya “kanon.” Istilah kanon ini dipakai untuk Alkitab kita, PL ada 39 kitab, PB ada 27 kitab. Itu disebut sebagai 66 kitab kanon. Kanon adalah tongkat pengukur. Melalui kanonisasi Alkitab, kita mengukur ini benar dan ini salah. Kita hidup di dalam dunia dimana standar itu tidak ada lagi. Ukuran yang kamu rasa benar, silakan pakai sendiri. Itu namanya budaya Post-Modern. Budaya dimana kebenaran tidak lagi dianggap sebagai standar mutlak dan absolut. Mereka beralasan karena banyak agama mengatakan diri benar, tetapi 137 kebenaran agama menjadi kekerasan. Satu agama merasa diri paling benar akhirnya agama itu menganiaya agama lain. Itu sebab mereka mengatakan tidak boleh ada yang mengklaim dia satusatunya yang paling benar. Kebenaran harus ditarik turun karena truth is violence. Apa akibat hidup di dalam budaya Post-Modern? Saya akan mengutip satu kearifan yang diberikan oleh seorang hamba Tuhan bernama Albert Mohler yang mengatakan kalimat ini, “Recent debates over issues like embryonic stem cells research, same sex marriage, sexuality, human cloning, are really disguise arguments about the nature of truth itself.” Jadi semua persoalan yang muncul sekarang inti dasarnya adalah pertanyaan soal apa itu kebenaran. Begitu California mengijinkan pernikahan sama jenis, siapa yang pertama antri di depan? Semua artis. Bagi remaja yang sudah tergila-gila kepada artis, apa saja yang mereka lakukan selalu dianggap benar. Yang kedua, akibat Post-Modern, matilah yang namanya Meta-Narrative. Apa yang disebut dengan Meta-Narrative? Meta-Narrative adalah Tuhan mengatakan Injil itu adalah Yesus Kristus turun menjadi manusia, diutus oleh Allah, menyatakan keselamatan dengan mati di atas kayu salib bagi kita. Sehingga Dia memproklamirkan kalimat ini, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh.14:6). Itu namanya Meta- Narrative. Tetapi di dalam dunia Post-Modern seperti ini tidak menerima pernyataan seperti itu. Belakangan ini muncul satu buku yang sangat populer di kalangan orang Kristen berjudul “The Shack” ditulis oleh William Young, sudah laku kira-kira satu juta eksemplar di Amerika, satu theological fiction. Ini buku yang sangat berbahaya. Ini kalimatnya waktu bertemu dengan Tuhan, “Bagaimana dengan orang yang tidak mengikuti jalan-Mu, apakah mereka akan binasa?” dalam percakapannya dengan Tuhan dia dengan sangat licik memang tidak membuat kesan bahwa semua orang akan selamat, tetapi tidak juga memberi kesan bahwa keselamatan hanya ada melalui Yesus Kristus. Maka keluar kalimat ini, kata Tuhan, “Jesus is the best way to God.” Perhatikan kalimatnya? Ini salah besar. Berarti di satu pihak mungkin dia mau mengatakan I believe that Jesus’ way is the best way, but I do not condemn you way. Maybe your way is right for you. Meta-Narrative, Jesus is the only way itu dianggap kekerasan, dianggap menghina agama lain. Kita tidak bisa lagi berdiri tegas mengatakan “this is the truth’ karena dianggap kita menghina orang lain. Yang ketiga, akibatnya terjadi “the dominion of teraphy.” Di dalam kebaktian yang terjadi adalah terapi. Kita tidak lagi bertanya ‘what is truth’ tetapi yang kita tanya adalah ‘what makes me feel good?’ Apa yang kita kerjakan semuanya berpusat kepada manusia. Manusia yang lebih diutamakan, manusia yang lebih diagungkan. Kekristenan sekarang ini menjadi bahaya Kristen Mistik. Artinya semakin misterius satu ajaran, dianggap itu makin dekat Tuhan. Keempat, dunia Post-Modern membuat Gereja menghadapi tantangan yang tidak gampang yaitu the decline of authority. Firman Tuhan menjadi tidak lagi menjadi otoritas dan dengan sendirinya terjadi breakdown authority. Otoritas dari gereja, otoritas orang tua, otoritas masyarakat, semua menjadi tidak ada lagi. Hirarki dihancurkan. Tidak boleh ada hirarki, semua harus sama rata. Saudara, even though di negara anarkis, hirarki tetap ada. Yang terakhir, the displacement of morality. Ketika kebenaran dibunuh, maka berlakulah seperti kalimat yang dilontarkan oleh Ivan di dalam buku “The 138 Brother Kamarazo” karya Fyodor Dostoevski “If God is dead, everything is permissible.” Tidak ada yang bisa melarang lagi. Itulah yang terjadi. Khususnya di dalam masa-masa ke depan kita akan menghadapi tantangan yang tidak gampang, dalam persoalan seksualitas, sampai kepada the right of animals. Kita hidup di dalam dunia dimana kita sudah dibawa kepada satu kebingungan, mana yang benar, mana yang salah. Pertanyaan selanjutnya, kepada siapa soal kebenaran itu harus kita tarik. Gereja juga menghadapi persoalan seperti itu. Maka akhirnya dunia Post-Modern membuat Gereja menghadapi tiga tantangan, from culture that infuse into our church-life. Satu, the low understanding about Scripture. Kedua, the low understanding about theology. Ketiga, the law understanding about Holiness. Ini hal yang penting sekali. Kita sekarang hidup di dalam dunia dimana Gereja sudah kehilangan pemahaman yang dalam mengenai Alkitab. Betul, pendeta masih bawa Alkitab, masih baca Alkitab. Tetapi sekarang sudah banyak orang tidak ingin lagi mencari kebenaran dan prinsip bagaimana Tuhan memimpin hidupnya melalui Alkitab. Tunggu “Daily Prophetic Email,” tunggu SMS. Baca Mzm.119 ada 176 ayat, semuanya bilang apa? Dari dulu sejarah PL sampai PB, orang Kristen adalah “the people of Book.” Artinya Alkitab menjadi patokan terutama, menjadi kebenaran absolut yang menuntun hidup kita. Titah-Mu kurenungkan setiap hari. Hukum-hukum-Mu tidak ingin ku-langgar. Aku akan menjadi lebih bijaksana daripada orang tua karena kebenaran firman-Mu yang kupegang setiap hari. FirmanMu menjadi pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. Bagaimanakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. Semua itu sudah tidak ada lagi. Low understanding about the Scripture. Penyebab utama selain dunia Post-Modern, salah satu penyebab lain yang paling berbahaya adalah kesalahan bicara mengenai konsep nubuatan. Bahwa Tuhan masih memberi nubuat yang segar kepada kita khususnya mengenai apa yang kita akan kerjakan sekarang. Tetapi saya ingin memberitahu saudara kebahayaan terjadi ketika seorang hamba Tuhan bernama Wayne Grudem memberi satu penafsiran yang mengecewakan, sebab pada waktu dia menafsir Kis.21 mengenai nabi Agabus, Grudem mengatakan nubuatan adalah pengumuman segar dari Allah untuk bagaimana kita hidup dan nubuatan itu bisa menjadi campuran antara apa yang Tuhan ingin kasih kepada kita dan interpretasi dari nabi, sehingga spiritual discernment (membedakan secara rohani) bagi dia adalah kemampuan untuk memisahkan mana yang dari Tuhan dan mana yang bukan. Kebablasan terjadi karena konsep ini. Di Amerika ada satu website “Elijahlist.com” yaitu kumpulan pendeta-pendeta yang mengaku sebagai seer-prophet yaitu bisa mendapat prophecy dari Tuhan dan mereka membuat mailing list untuk mengirim daily prophetic kepada anggotanya. Tidak perlu lagi membaca Alkitab, tidak perlu lagi saat teduh, tinggal tunggu SMS. Lama-lama akhirnya ini menjadi horoskop Kristen. Ada satu section dari website itu yang memperlihatkan betapa rapuhnya konsep nubuatan mereka. Elijahlist di-hosted oleh seorang seer-prophet bernama Steve Schultz. Bulan April kemarin ada seorang bernama Kim Clement yang mengaku mendapat nubuatan dari Tuhan bahwa presiden Amerika mendatang adalah Barack Obama. “…that Obama is God’s man for the White House to rule and to reign and to declare the victory in the Middle East.” Kemudian Steve Schultz menulis beberapa kalimat berkomentar mengenai nubuat ini, “I always take prophecies like this and read them over and over, trying to determine exactly what is or is not being said… We post controversial prophecies 139 like this one-as always- for prayer and discernment. For those who are new to this list, it is possible that we would publish more future words from other prophets that would appear to contradict this word. That’s the nature of prophecy…” Jadi kalau akhirnya terbukti salah, mereka katakan ‘that’s the nature of prophecy.” Ini nubuat dari Tuhan, tetapi bisa salah. That’s OK, that’s the nature of prophecy.” Bahaya sekali. Bagi mereka nabi itu cuma “hear” from God. Dan waktu yang dia “hear” ternyata tidak akurat, tidak apa-apa. Kim Clement hear, tetapi karena telinganya agak “mono” maka kurang jelas dengar kata-kata Tuhan. Kalau seorang hamba Tuhan bilang, “Saya mendapat nubuatan dari Tuhan bahwa 10 tahun lagi engkau akan sukses,” lalu setelah 10 tahun ternyata apa yang dia katakan tidak terjadi, lalu bilang, “That’s the nature of prophecy…” Bagaimana? Dalam Kis.17:10-11 Paulus pergi ke Berea dan menyampaikan firman Tuhan di sana. Orang-orang di Berea menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan mereka menyelidiki Kitab Suci apakah semua yang Paulus katakan itu benar demikian. Paulus tidak mencerca terhadap sikap jemaat Berea. Mereka menerima dengan sungguh-sungguh dan sederhana. Setiap kali datang menerima firman Tuhan dengan sungguh-sungguh, tetapi juga dengan mata yang waspada, apakah khotbah itu seturut dengan apa yang Alkitab katakan. Mendekati setiap pengajaran dengan rendah hati, tetapi juga dengan waspada. Orang Kristen mendengar firman Tuhan dengan rendah hati, biar firman itu memperbaharui hidup kita. Tetapi mata kita juga harus awas dan tajam memperhatikan bahwa tidak semua yang dikatakan itu adalah firman yang dari Tuhan. Maka bagaimana kita bisa tahu? Jemaat Berea menyelidiki apakah semua yang dikatakan oleh Paulus dan Silas itu sesuai dengan firman Tuhan. Kalau tidak, jangan terima. Spiritual discernment (membedakan secara rohani) menjadi keinginan saya, saudara peka, saudara sadar, saudara pikir baik-baik, saudara menyadari dan memahami firman Allah. Karena saya rasa ini salah satu panggilan pelayanan yang sudah kita lupakan waktu kita hidup dalam dunia Post-Modern seperti sekarang ini. Tuhan minta kita punya roh sederhana tetapi juga sikap yang kritis. 140 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 01/06/2008 Pdt. Effendi Susanto STh. Kemampuan membedakan secara rohani (3) Nats: 2 Kor. 2: 17 Ibrani 5:14 Efesus 5:10 2 Kor. 2 17 Sebab kami tidak sama dengan banyak orang lain yang mencari keuntungan dari firman Allah. Sebaliknya dalam Kristus kami berbicara sebagaimana mestinya dengan maksud–maksud murni atas perintah Allah dan di hadapan–Nya. Ibrani 5 14 Tetapi makanan keras adalah untuk orang–orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat. Efesus 5 10 dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. Tuhan memberikan panggilan kepada setiap kita, yaitu panggilan bukan saja untuk bertumbuh, panggilan bukan saja untuk melayani, tetapi juga panggilan untuk menjadi laskar Kristus yang menjaga harta rohani kita. Bersalahlah kita kepada Tuhan kalau kita menjadi orang Kristen yang tidak menghargai harta Injil yang begitu berharga. Karena Paulus mengingatkan kepada kita begitu banyak orang dengan mudah bisa memalsukan harta itu. Tetapi tantangan membedakan roh yang salah itu tidak gampang. Pertama, ada tantangan yang datang sebab memang kita manusia berdosa yang tidak suka atau tidak berani berdiri tegas dan kita tidak ingin menjadi orang yang tidak populer. Tantangan yang kedua adalah tantangan dari si Jahat, iblis yang bisa menyamar sebagai malaikat terang, yang memang mempunyai tujuan untuk memberikan kebingungan, memberikan tuduhan yang palsu ke dalam kehidupan orang Kristen. Tantangan yang ketiga adalah tantangan dari budaya, tantangan dari kehidupan di sekitar kita. Tantangan ini tidak gampang sebab kita bukan saja mengkritik budaya tetapi kita juga hidup di dalamnya. Kadang-kadang kita sudah terlibat di dalam, kita sendiri tidak sadar kesalahan itu terjadi. Kita hidup di dalam satu masa yang tidak gampang, satu masa dimana apa yang benar apa yang salah sudah kabur oleh dunia Post-Modern. Yang ada ialah kalau you rasa itu baik, kamu rasa itu benar untuk dirimu, jadilah itu kebenaranmu. Kalau yang lain merasa ini benar, jadilah ini kebenaran dia. Kalau kita membaca Alkitab kita tidak akan menemukan konsep seperti itu. Tuhan Yesus berkata, “Kebenaran-Ku membebaskanmu. Akulah jalan, kebenaran dan hidup.” 141 Minggu lalu saya sudah angkat satu buku buku berjudul “The Shack” karya William Young. Buku ini adalah fiksi rohani, yang sudah laku satu juta eksemplar dan dianggap sebagai buku rohani yang begitu banyak merubah hidup orang. Tetapi luar biasa sekali permainan kata yang dia pakai. Di situ ditulis “Jesus is the best way to God” bukan “Jesus is the only way to God.” Artinya, saya percaya itu Yesus adalah jalan keselamatanku, tetapi aku tidak boleh menghakimi engkau kalau engkau mengambil jalan yang lain. Kalau kamu pikir jalanmu adalah the best way, that’s your truth. Siapa tahu di ujungnya engkau juga bertemu dengan Tuhan. Itu tantangan Post-Modern culture. Akibatnya berpengaruh ke dalam kehidupan Kekristenan. James Montgomery Boice, seorang teolog Reformed, di dalam masa tuanya sebelum meninggal pernah mengeluarkan satu kalimat yang penting sekali. Dia dengan mata rohaninya menyaksikan hari-hari ke depan Kekristenan mengalami serangan ini, “Innerancy is not the most critical issue facing the Church today. The most serious issue we face today is the sufficiency of the Bible.” Innerancy adalah serangan kaum Liberal tahun 1960-an yang menganggap Alkitab bukan firman Tuhan dan penuh kesalahan dengan cerita dongeng yang harus dibuang supaya yang akhirnya kita temukan adalah ajaran moralnya, yaitu berbuat baik, mengasihi orang, dsb. Itu adalah serangan Liberalisme yang menganggap di dalam Alkitab banyak kesalahan. Bagi Boyce hal yang paling serius dihadapi Gereja sekarang adalah the sufficiency of the Bible. Semua setuju Alkitab ini firman Tuhan, tetapi banyak orang tidak menganggap Alkitab ini sebagai satusatunya firman Tuhan yang memimpin hidup orang percaya sehingga perlu mendapatkannya dari sumber yang lain, firman Tuhan yang segar, nubuatan, dsb. Banyak orang Kristen tidak lagi menganggap Alkitab sebagai kitab yang cukuplah memimpin hidup kita. Saya setuju sekali dengan pandangan Boyce ini karena saya menemukan tantangan yang kita hadapi untuk bisa memiliki kemampuan membedakan roh itu yang pertama adalah low understanding about the Scripture. Sekarang kalau saudara dan saya mengatakan Tuhan hanya berfirman kepada kita di dalam kitab suci ini, maka mereka mengatakan kita sudah menjadikan kitab suci sebagai berhala mengganti Tuhan. Jadi bagi mereka orang Kristen yang terlalu menganggap Alkitab sebagai satu-satunya cara Tuhan berfirman kepada kita, kita sudah menyembah Alkitab sebagai berhala, Bibliolatry. Tuhan bisa saja berfirman kepada kita dengan cara tidak melalui Alkitab, kata mereka. Tuhan bisa berkata-kata kepada kita melalui melihat alam, atau waktu duduk di café minum kopi, dsb Tuhan bisa berbicara kepada kita. Jika kamu mengatakan Tuhan hanya berfirman melalui Alkitab, kamu sudah menyembah Alkitab. Argumentasinya, sama seperti kalau seseorang mempunyai kekasih yang tinggal jauh dan menyatakan cintanya melalui suratnya. Maka setiap kali dia rindu kepada kekasihnya, dia akan membaca suratnya berulang-ulang. Hingga suatu kali kekasihnya berjumpa dengan dia, sangat aneh kalau dia tidak mau berbicara langsung dan sebaliknya tetap saja memegang dan membaca surat itu di hadapan kekasihnya. Itu tindakan yang tidak benar. Demikian juga seperti orang Kristen, Tuhan sekarang mau datang mau berbicara pribadi denganmu, memberikan hal yang segar memberi pimpinan kepadamu, tetapi engkau lebih suka membaca “surat cinta-Nya” daripada Tuhan sendiri. Itulah namanya menyembah Alkitab bagi mereka. Buat saya itu konsep yang keliru. Saya lebih setuju 142 yang namanya penyembahan Alkitab itu kalau kita suka mimpi setan lalu taruh Alkitab di bawah bantal, supaya dapat mimpi yang bagus. Atau orang yang potong satu ayat Alkitab lalu taruh di sabuk pinggangnya sebagai jimat pelindung atau pembawa berkat. Ada juga orang yang tidak mau kasih catatan ke Alkitab atau menggaris-bawahi ayat-ayat yang penting karena menganggap Alkitab sebagai kitab suci harus bersih. Jaga-jaga jangan sampai tidak sengaja diduduki. Tetapi kalau mengatakan bahwa Tuhan tidak saja berfirman kepada kita melalui Alkitab ini, Dia bisa datang memberikan wahyu yang segar kepada kita dan tidak perlu lagi membaca Alkitab, itu adalah konsep yang salah. Di belakangnya ada beberapa konsep yang salah. Pertama, di situ berarti firman Tuhan “diadu” dengan Tuhan sendiri. Kedua, itu berarti secara implisit Tuhan yang berfirman mungkin tidak berfirman secara jujur di dalam Alkitab ini. Pada waktu kita menilai sesuatu, ada fenomena Roh Kudus seperti ini, lalu kita baca Alkitab tidak berbicara seperti itu, mereka akan bilang “…jangan membatasi Tuhan di dalam Alkitab.” Artinya, Tuhan bisa melakukan sesuatu yang tidak ada di Alkitab, itu tidak apa, karena Tuhan lebih besar daripada Alkitab. Sampai kepada titik ini, kita harus dengan kritis menanggapi jawabannya. Sekarang saya balik bertanya, kalau bagi dia Alkitab tidak boleh membatasi Tuhan, kalau begitu darimana kita bisa membuktikan fenomena itu benar atau tidak? Dia bilang, dari Tuhan yang langsung berkata-kata. Selanjutnya, kita tanyakan lagi, darimana kita tahu itu benar-benar Tuhan yang berkata-kata? Kembali lagi harus dibandingkan kepada firman-Nya yang sudah ada. Kita angkat prinsip ini: yang sudah Dia firmankan di dalam Alkitab ini adalah sepenuhnya ungkapan perasaan hati Tuhan. Tidak ada hal yang tidak Tuhan nyatakan mengenai diri-Nya. Dalam arti kata Dia suci, Dia nyatakan kesucian-Nya di dalam Alkitab ini. Dia benar, Dia menyatakan kebenaran-Nya sama seperti kebenaran yang ada di sini. Dia adil, Dia menyatakan keadilan-Nya itu sama seperti yang ada di dalam kitab suci ini. Sehingga saya tahu Dia suci, Dia benar, Dia adil, dengan cara waktu saya membaca kitab suci, saya mengerti apa artinya sifat-sifat Tuhan itu. Banyak orang mengatakan, “Itu benar, tetapi kadang Tuhan memimpin hidup kita untuk mengetahui banyak hal yang Alkitab tidak catat. Contohnya, bagaimana saya tahu sungguh-sungguh si Acong itu calon suami saya? Karena Alkitab tidak catat nama Acong, jadi kan saya perlu ada sesuatu ‘tanda’ buat saya jadi yakin benarbenar sebelum ambil keputusan ini.” Maunya apa? Yah… mungkin waktu saya berdoa, lalu Tuhan berbisik, “Acong.. Acong..” Atau waktu malam Tuhan kasih melalui mimpi muncul bayangan Acong. Atau karena saya kurang terlalu dekat sama Tuhan, saya perlu perantara seorang “seer prophet” untuk meyakinkan saya. John M. Frame di dalam bukunya “The Bible is the Word of God” mengatakan Alkitab mempunyai tiga sifat yang penting sebagai firman Tuhan. Satu, the Bible is powerful. Kedua, the Bible is authoritative. Ketiga, the Bible is the self-expression of God. Allah tidak pernah menipu. Memang betul di dalam Ul.20 dikatakan apa yang menjadi rahasia Tuhan, Tuhan tidak akan kasih tahu. Contoh, mengenai kapan Tuhan Yesus akan datang kembali itu tidak perlu kita tahu dan Tuhan tidak akan kasih tahu, bukan? Selain itu, hal-hal yang merupakan kedaulatan Tuhan bagaimana mengatur alam semesta, Dia tidak kasih tahu kita karena itu menjadi bagian yang Dia tidak ingin kita tahu. Tetapi apa yang Tuhan ingin kita jalani dalam hidup ini, bagaimana hidup sungguh-sungguh suci seturut dengan 143 yang Tuhan mau, Dia sudah nyatakan itu semua di dalam Alkitab ini. Maka konsep “the sufficiency of the Bible” itu amat penting kita pegang. Tuhan pimpin saya melalui firman Tuhan. Bagaimana saya tahu suami atau isteri yang saya pilih itu seturut dengan yang “ditulis di sana”? Buat saya jawabannya sederhana, Alkitab sudah memberikan prinsip yang jelas mengenai hal ini. Kalau engkau berjalan di dalam kebenaran firman Tuhan, mengambil prinsip yang benar untuk memilih dengan benar, yakinlah siapa yang kau pilih tidak akan salah. Sebab kalau saudara terus bertanya-tanya, padahal saudara sudah menikah masih tidak yakin, bagaimana? Mari kita buka 1 Kor.7:29 yang memberi prinsip ini, kita bebas untuk memilih siapa saja menjadi teman hidup kita asalkan kita tidak melanggar dua prinsip ini: pilih yang seiman dan yang lawan jenis. Bagaimana selanjutnya itu fleksible. Kamu cinta sama dia, kamu pilih dengan kriteria yang bijaksana, berkaitan dengan soal penyesuaian dan gapnya. Jadi “salah pilih” dalam pengertian tidak bijaksana di dalam pemilihan kriterianya. Yang perlu saya beri prinsip adalah bagaimana menaruh kriteria yang bijaksana di dalam saudara memilih. Demikian juga dengan keputusan memilih pekerjaan, dsb. Tuhan sudah memberi prinsip-prinsipnya, tinggal kita menjalani dengan bijaksana. Tetapi sekarang ini orang lebih suka mendapat pimpinan yang “segar” langsung dari Tuhan. Beberapa tanda yang menarik kita dapatkan dari Alkitab mengenai hal ini. Buka 1 Kor.2:10, saya tahu isi hati Tuhan, kata Paulus, sebab Roh yang menyelidiki isi hati Tuhan menyatakannya. Ada kesadaran di dalam diri Paulus bahwa apa yang dia tulis ini adalah wahyu dari Roh Kudus. Kemudian kita lihat 1 Kor.14:29-36, Paulus punya kesadaran bahwa Tuhan mengangkat nabi-nabi dan memberi wahyu kepada nabi-nabi itu. Tetapi harus ada beberapa prinsip untuk mengaturnya. Nabi-nabi itu harus bergiliran, tidak boleh kacau. Tuhan kita adalah Tuhan yang tertib dan teratur. Kemudian Paulus mengatakan kalau ada dua pernyataan yang katanya sama-sama dari Tuhan tetapi berlawanan satu sama lain, maka Alkitab ini harus yang menjadi patokannya. Kedua ayat ini langsung memberi tahu kepada kita kenapa firman Tuhan ini menjadi kanon yang memimpin kita karena dari waktu itu saja Paulus sudah memakai Alkitab ini sebagai standar yang mengatur seluruh kehidupan bergereja. Paulus memberi dasar yang penting di dalam Ef.2:20 Paulus sesadar-sadarnya kita sebagai Gereja punya dasar: batu penjuru kita adalah Yesus Kristus dan dasarnya dibangun atas pengajaran para rasul dan nabi, yaitu orang-orang yang mendapatkan wahyu dari Tuhan. Kenapa kita harus kembali menghargai firman Tuhan, menjadikan seluruh prinsip hidup kita dipimpin oleh kebenaran firman Tuhan. Mengapa kita harus memiliki spiritual discernment? (membedakan secara rohani) Ini penting sebab kalau ada sesuatu yang diajarkan di dalam satu pelayanan tidak seturut dengan kebenaran kitab suci, kita harus berdiri teguh menyatakan apa yang benar. Mungkin kita akan diintimidasi, dianggap sempit, dsb. Kalau orang itu mengatakan dia mendapatkan sesuatu yang baru dari Tuhan dan waktu dibandingkan ternyata Alkitab sudah mengatakannya, maka itu tidak baru lagi, bukan? Kalau dia mengatakan itu baru dan tidak ada di dalam Alkitab, maka itu bukan dari Tuhan. Jadi orang Kristen punya kepekaan dan kesadaran ini karena kita menghadapi satu jaman dimana cukupan Alkitab tidak lagi menjadi standar yang tertinggi. Kita hidup di jaman dimana orang mempunyai low understanding about theology. Pdt. Paul Hidayat mengatakan dia mendengar di radio Kristen ada pendeta mengatakan jadi orang Kristen jangan diikat oleh doktrin dan teologi. Doktrin dan teologi itu pemecah Gereja. Yang kita perlu adalah kita cinta Tuhan Yesus. Pertanyaan 144 saya, misalnya kalau doktrin mengenai Yesus, yaitu Kristologi itu tidak lagi penting, bagaimana saudara menjelaskan Yesus yang kamu cinta itu Yesus seperti apa? Dalam Kristologi saya bisa menjawab Yesus yang saya kasihi itu adalah Yesus yang adalah Anak Allah yang lahir menjadi manusia dan mati di kayu salib. Maka kita perlu belajar doktrin dan teologi dengan sungguh. Itu sebab saya sangat menganjurkan supaya saudara membaca buku teologi, mengikuti seminar-seminar teologi yang baik, dsb kita perlu belajar. Yang terakhir, Tim Challies mengatakan “Now we face the low understanding about the Holiness of God.” Mengapa banyak orang akhirnya tidak lagi memiliki kepekaan untuk menilai mana yang benar dan salah? Sebab orang itu sendiri tidak menghargai kesucian Tuhan. Kalau kita menghargai kesucian Tuhan maka kita percaya dan tahu ada hal-hal yang tidak seimbang dengan kesucian Tuhan. Maka pada waktu pelayanan dan kehidupan bergereja sudah kehilangan the holiness of God sebagai sifat Tuhan yang tidak bisa bersatu setitik nodapun, maka kita harus datang kepada Tuhan dengan penuh rasa hormat dan takut. Kalau orang Kristen sungguh-sungguh memiliki semangat dan dambaan untuk mencintai kesucian Tuhan kita pasti akan termotivasi untuk mempraktekkan hati yang melihat dengan sungguh dan tajam kepada hal-hal yang salah dan yang benar. Kalau kita mengabaikan kesucian Tuhan, maka kita akan terima apa saja dan kita anggap itu semua hal yang benar. Maka saudara dan saya dipanggil Tuhan untuk membedakan yang benar dan salah. Itulah ciri orang Kristen yang dewasa Ibr.5:14. Paulus bilang ujilah segala sesuatu karena itu hal yang berkenan kepada Allah. Saya harap kita bisa peka mengerjakan segala sesuatu semata-mata hanya untuk menyenangkan hati-Nya dan memuliakan Tuhan. 145 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 08/06/2008 Pdt. Effendi Susanto STh. Kemampuan membedakan secara rohani (4) Nats: 2 Kor. 2: 17 Ibrani 5:14 Efesus 5:10 2 Kor. 2 17 Sebab kami tidak sama dengan banyak orang lain yang mencari keuntungan dari firman Allah. Sebaliknya dalam Kristus kami berbicara sebagaimana mestinya dengan maksud–maksud murni atas perintah Allah dan di hadapan–Nya. Ibrani 5 14 Tetapi makanan keras adalah untuk orang–orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat. Efesus 5 10 dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. “Janganlah percaya akan setiap roh tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia” sesuatu dan peganglah yang baik” (1 Tes.5:21). (1 Yoh.4:1). “Ujilah segala “Jangan kamu menghakimi supaya kamu tidak dihakimi, karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi kamu akan dihakimi, dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu” (Mat.7:1-2). Bagaimana caranya kita bisa melakukan satu penilaian dengan tepat dan itu mendatangkan kesimpulan yang tepat dan penanganan yang tepat? Ini hal yang tidak gampang dan tidak mudah. Pada waktu kita memberi penilaian dan penghakiman, bisa jadi sesuatu yang benar kita nilai dengan salah atau sesuatu yang salah kita nilai benar. Perkataan Yesus di dalam Mat.7:1 sering dipakai oleh orang Kristen untuk tidak boleh menghakimi orang lain. Waktu kita melihat satu ajaran yang salah, orang Kristen yang lain mengatakan kita tidak boleh menghakimi, toh dirimu sendiri juga tidak benar. Dengan kalimat seperti ini akhirnya kita tidak berani menilai karena tidak ada seorangpun di dunia ini yang berani mengaku dia mengetahui kebenaran yang mutlak, bukan? Tetapi Paulus mengatakan bahwa ada orang yang memberitakan Injil dengan motivasi yang tidak benar untuk keuntungan diri sendiri. Bagaimana dia memberi penilaian itu? Penulis Ibrani mengatakan, panggilan kita sebagai orang Kristen yang dewasa yang memiliki pancaindera yang terlatih harus berani menyatakan penghakiman mana yang benar dan yang salah. Dalam 1 Tesalonika Paulus mengatakan ujilah segala sesuatu. Bahkan dalam surat Filipi Paulus berdoa agar Tuhan menambahkan pengetahuan yang berlimpah sehingga mereka sanggup memilih dengan benar dalam hidup ini. Sekali lagi Paulus memakai kata ‘penghakiaman’ di situ, jadi bukan saja bicara mengenai soal menentukan pengajaran 146 ini benar atau salah tetapi Paulus berdoa supaya di dalam keputusan-keputusan hidup kita, kita mengambil keputusan yang benar dan bukan keputusan yang salah. Maka kita sampai kepada bagaimana menggabungkan dua ayat ini: Paulus bilang ujilah segala sesuatu dan Tuhan Yesus berkata jangan menghakimi. Dua ayat ini tidak berkontradiksi dan kita percaya Tuhan tidak pernah memberikan firman yang berkontradiksi. J.I. Packer dalam bukunya menggunakan istilah “antinomy” untuk menjelaskan bahwa dua ayat ini bukan ayat yang kontradiktif tetapi yang ada ialah kelihatannya kontradiksi namun keduanya memiliki kebenaran. Dua ayat ini memberitahukan kepada kita Tuhan tidak mau kita memberikan penghakiman dan penilaian yang secara sembarangan, tetapi Tuhan juga tidak mau kita menjadi orang Kristen yang tutup mata dan tidak mau melihat dengan sungguh-sungguh mana yang benar, mana yang salah. Dosa menghakimi adalah akar penyebab dari begitu banyak konflik interpersonal relationship, namun dosa yang tidak mau menyatakan apa yang benar adalah penyebab runtuhnya kehidupan yang baik yang sudah dibangun seseorang. Karena kita tidak berani menyatakan sesuatu akhirnya banyak orang sebenarnya berjalan salah, kita diam saja sehingga dia gagal dalam hidupnya. Spirit of judgmental memang menjadi dosa yang merusak hubungan kita dengan orang lain, tetapi tidak mau menegur kesalahan orang itu juga dosa yang menyebabkan orang itu bisa runtuh di kemudian hari. Harus ada keseimbangan. Pada waktu kita melihat seseorang hidupnya sukses, apa saja yang dia pegang berhasil, seringkali akhirnya dia rasa paling benar. Dan waktu dia jalan salah, banyak orang tidak berani untuk menegurnya. Pemimpin-pemimpin besar, baik di dalam pemerintahan, pemimpin agama, atau pemimpin yang lain harus waspada akan hal ini. Ini hal yang menarik, belajar untuk tidak menghakimi supaya tidak merusak hubungan interpersonal relationship, tetapi belajar untuk bisa memberi warning kepada orang supaya menyelamatkan orang itu dari kejatuhan dan keruntuhan. Pada waktu Paulus berdoa, dia meminta supaya anak-anak Tuhan diberi pengetahuan yang berlimpah dan mereka bisa memilih sesuatu yang benar dari yang salah. Saya ingin menutup seri khotbah mengenai spiritual discernment (membedakan secara rohani) hari ini dengan satu kerinduan supaya saudara dan saya memiliki semangat dan kepekaan sebagai orang Kristen yang tahu menjaga dengan sungguh harta Injil yang begitu berharga. Kita tidak ingin ada hal-hal yang salah dan tidak mengatakannya dengan terus terang karena itu adalah panggilan kepada setiap kita. Alkitab mengatakan tidak semua ajaran roh yang muncul di dalam Gereja itu adalah dari Allah. Maka spiritual discernment (membedakan secara rohani) menjadi penting. Kalau begitu bagaimana kita memberi penilaian, kapan kita boleh menghakimi, kapan kita tidak boleh menghakimi? 1 Kor.4:3-6 merupakan ayat-ayat yang penting bicara bagaimana kita tidak boleh menghakimi. Di sini Paulus langsung mengangkat dua kriteria dasar yang kita tidak boleh lampaui di dalam hal kita memberikan penilaian dan penghakiman. Satu, jangan menghakimi sebelum hari Tuhan. Maksudnya bukan dalam pengertian tunggu sampai Yesus datang kembali, tetapi kalimat ini memberitahukan kita bahwa kita tidak boleh menghakimi apa yang tersembunyi, apa yang menjadi motivasi yang ada di dalam hati orang. Melakukan penghakiman yang terlalu cepat menilai hati motivasi orang itu sikap yang salah, karena yang tahu hati orang hanyalah Tuhan maka biarlah itu menjadi penghakiman Tuhan. Kita tidak boleh melakukan 147 penghakiman melampaui apa yang kelihatan untuk masuk ke dalam apa di balik pikiran dan motivasi seseorang. Karena itu Paulus memberikan prinsip mengambil penilaian berdasarkan apa yang kelihatan dan yang tertulis, artinya saudara harus punya landasan objektifnya yaitu firman Tuhan. Jadi pada waktu seseorang menyatakan ajaran, yang saya bisa nilai adalah ajaran dia, kalimat yang dia katakan, yang dia tulis atau yang dia lakukan. Nilai berdasarkan apa yang kelihatan. Ini adalah prinsip yang penting walaupun jujur dalam hati kita kadang-kadang terlalu cepat menilai motivasi apa yang ada di dalam hati orang sehingga kita memikirkan hal-hal yang jelek mengenai orang itu. Paulus mengatakan kepada dirinya sendiripun dia tidak melakukan hal itu. Maksudnya bukan dia tidak bisa mengoreksi diri tetap ada batasan wilayah limitasi dari pengetahuan kita, yang kita lihat itu terbatas adanya. Sehingga sikap kita yang paling penting adalah kita hanya boleh melangkah kepada sesuatu yang dia lakukan, yang dia katakan, yang kelihatan, itu yang boleh kita nilai dengan kriteria yang jelas. Yang kedua, batasan yang kita tidak boleh langgar di dalam kita menilai ditulis oleh Paulus di dalam Rom.14:1 “Terimalah orang yang lemah imannya tanpa mempercakapkan pendapatnya” atau di dalam terjemahan lain orang Kristen yang memiliki iman yang lemah mungkin memiliki pendapat yang berbeda denganmu berkaitan dengan hal-hal yang dapat diperbantahkan. Saudara jangan menilai orang yang berbeda pendapat dengan saudara dalam hal-hal yang dapat diperbantahkan, yang memang Alkitab tidak menjadikan sebagai prinsip kebenaran yang tidak boleh dikompromikan. Albert Mohler, rektor dari Southern Baptist mengatakan kesalahan dari begitu banyak orang Kristen Liberal adalah hal-hal yang penting dan prinsip dari Alkitab dijadikan relatif oleh mereka, tetapi kesalahan dari orang Kristen Fundamentalis akhirnya menjadi orang Kristen Farisi dengan menjadikan hal-hal yang tidak prinsip di Alkitab menjadi prinsip. Dua-dua adalah sikap yang salah. Pada waktu orang Farisi melihat Yesus makan tanpa mencuci tangan, mereka mengatakan Yesus bersalah secara etika adat-istiadat. Tetapi Yesus mengatakan hal bersih atau tidak bersih itu bukan dari luar tetapi dari dalam. Apa gunanya orang Farisi membersihkan cawan di luar tetapi dalamnya kotor? Kepada jemaat di Roma, Paulus mengingatkan mereka untuk jangan menghakimi orang Kristen yang lemah dalam hal-hal yang tidak prinsip. Biarlah mereka mempunyai pendapat yang sedikit berbeda denganmu. Contoh, Paulus bilang, kamu makan daging apa saja tetapi mereka tidak bisa makan daging sehingga hanya makan sayur-sayuran. Buat Paulus, mereka hanya mau makan sayuran, silakan. Kamu makan daging, silakan. Yang dia larang adalah jangan yang makan daging kemudian menuduh orang yang makan sayur, dan yang makan sayur menuduh orang yang makan daging, karena ini adalah hal-hal yang dapat diperbantahkan. Bagaimana kita memberikan penilaian? Mohler mengatakan ada hal-hal yang urgent sekali yang tidak bisa kita kompromikan, ada yang penting tetapi mungkin kita harus lapang dada untuk menerima perbedaan satu sama lain, ada yang memang Alkitab silent sama sekali maka kita jangan menjadikan itu sebagai prinsip yang penting. Dia memberikan contoh, doktrin Allah Tritunggal, Pengakuan Iman Rasuli, dsb adalah hal yang tidak boleh ditawar-tawar. Bagaimana dengan Gereja yang menerima cara baptis selam atau percik? Bagi saya baptisan adalah “keharusan yang tidak mutlak.” “Keharusan” artinya, Yesus memberi perintah untuk membaptis. Orang yang sudah ke gereja, sudah percaya Tuhan kalau tidak mau dibaptis berarti tidak mau taat kepada perintah Tuhan Yesus. “Tidak 148 mutlak” artinya seperti penjahat yang bertobat di sebelah salib Tuhan Yesus yang tidak keburu dibaptis, tidak apa sebab baptisan tidak menyelamatkan orang. Tetapi jangan karena tidak menyelamatkan akhirnya tidak usah baptis, karena itu perintah Tuhan. Kalau seseorang terbaring sakit dan sekarat, lalu ingin dibaptis, bagaimana? Apakah harus dibaptis selam? Akhirnya kita akan terus berdebat tidak habis-habis. Kalau sesuatu yang tidak prinsip dijadikan mutlak, saudara melanggar prinsip Alkitab. Yang ketiga, ada hal-hal yang tidak penting yang sama sekali tidak perlu dipersoalkan, bicara soal makanan, bicara soal hari, dsb. Ada yang menganggap ada hari yang lebih penting, ya sudah, terimalah dia. Ada orang yang imannya lemah tetapi kita yang beriman kuat tidak boleh menghakimi. Tetapi juga orang yang imannya lemah dan pengetahuannya masih kurang tidak boleh terus berada di dalam kondisi rohani seperti itu. Mereka harus bertumbuh juga. Tetapi mungkin kita perlu belajar toleransi untuk hal-hal yang bukan merupakan kemutlakan. Tetapi kata Paulus kalau hal-hal yang disputable itu kemudian diberi keharusan, dia tidak setuju. Maka dalam 1 Tim.4:3 Paulus menjadi marah kepada orang-orang yang menjadikan hal-hal yang dapat diperbantahkan itu menjadi aturan. Itu sudah tidak benar. Mereka melarang orang kawin, melarang orang untuk makan makanan tertentu. Dalam Rom.14 ada sebagian orang Kristen yang tidak mau makan daging, dan ada sebagian yang makan daging, maka Paulus mengatakan mereka jangan menghakimi satu sama lain karena itu tidak ada kaitannya dengan kerohanian orang. Yang mengatakan ini hari baik dan masih sedikit ada tahayul, biarkan saja. Tetapi kalau dia melangkah lebih dalam menjadikan itu kebenaran mutlak, itu sudah salah. Ada yang bilang menikah itu kehendak Tuhan, ada yang bilang kita dipanggil untuk tidak menikah. Paulus bilang, kepada yang tidak mau menikah asal dia yakin itu panggilan Tuhan kepadanya sehingga bisa melayani Tuhan dengan lebih baik, itu boleh. Tetapi supaya tidak terbakar hawa napsu, Paulus menasehatkan lebih baik dia menikah. Jadi prinsipnya jelas sekali. Maka di dalam 1 Tim.4 Paulus menemukan ada kelompok yang melarang orang untuk kawin, melarang orang untuk makan makanan tertentu, Paulus menjadi marah. Semua makanan dicipta oleh Tuhan, terima dengan syukur, percaya itu berkat Tuhan, semua jadi halal dan boleh dimakan, kata Paulus. Cuma tidak semua makanan yang saya makan menguntungkan saya dan tidak semua makanan yang saya makan itu mendatangkan manfaat kepada saya. Bisa jadi saya makan sesuatu bisa menjadi batu sandungan kepada orang Kristen yang lain, lebih baik jangan makan di depan dia. Hal yang berkaitan dengan prinsip hati nurani orang, kita tidak boleh menghakimi terlalu cepat motivasinya. Sesuatu yang tersembunyi di dalam hati orang itu hubungan dia dengan Tuhan. Kita hanya bisa mengatakan dia salah atau dia benar berdasarkan apa yang kelihatan. Tidak boleh melampaui prinsip itu. Ketika Petrus makan dengan orang Kristen non Yahudi, kemudian buru-buru pergi ketika orang Kristen Yahudi datang, Paulus langsung menegur dia. Tindakannya, kelakuannya yang kelihatan, itu yang dihakimi. Demikian juga pada waktu kita menerima satu ajaran, terima bukan karena kita suka atau tidak suka, tetapi prinsipnya apakah sesuai dengan kebenaran Tuhan atau tidak. Bagaimana menguji sesuatu, hal-hal apa yang perlu kita uji? Paulus berkata kepada jemaat Tesalonika ujilah segala sesuatu. Dalam Kis.17:11 ada contoh yang luar biasa dari jemaat Berea bagaimana bersikap belajar menguji semua ajaran sesuai dengan standar kitab suci. Jemaat Berea menerima kebenaran firman Tuhan dengan rendah hati, mereka 149 menaklukkan diri menerima firman Tuhan. The humbleness of heart sekaligus dengan mata yang tajam, menilai apakah yang dikhotbahkan sesuai dengan kitab suci atau tidak. Dalam 1 Tim.3:10 Paulus mengajar Timotius untuk menguji dahulu orang-orang sebelum ditetapkan menjadi pelayan Tuhan. Bagaimana prinsip itu diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari, Paulus bilang uji semua pengajaran dengan benar. Uji semua mereka yang akan ditaruh sebagai pemimpin, supaya mereka yang duduk di dalam pelayanan itu memiliki hidup yang tidak bercacat. Dalam 2 Kor.8:22 Paulus menunjukkan ada beberapa orang yang dia latih supaya nantinya mereka bisa melayani dan tanpa mereka sadari Paulus sudah menguji mereka, melihat baik-baik kesungguhan dan kemurnian mereka. Makin diuji mereka makin memperlihatkan kesungguhan yang lebih dalam. Terakhir, dalam 2 Kor.3:5 Paulus berkata, “ujilah dirimu sendiri apakah engkau tegak di dalam iman, selidikilah dirimu…” Merefleksi diri, menguji diri sendiri, kalau ada sesuatu yang salah kita perbaiki. Maka spiritual discernment (membedakan secara rohani) bukan menjadi suatu sikap yang sombong melihat kesalahan orang lain. Kita harus menguji segala sesuatu, menguji pengajaran yang kita terima, menguji orang-orang yang melayani bersama dengan kita bukan untuk menjatuhkan dia tetapi supaya tahu bahwa orang ini benar-benar ada kesungguhan. Paulus juga meminta kita menguji diri sendiri. Itu sama seperti kalimat Tuhan Yesus yang mengajar kita tidak segera melihat selumbar di mata orang lain padahal ada balok di mata kita sendiri. Itu sebab Paulus selalu ingatkan kepada Timotius untuk mengawasi diri dan mengawasi pengajarannya. Kiranya Tuhan menolong kita dan memberkati kita sebagai orang Kristen yang dewasa, orang yang Kristen yang cinta apa yang benar dari Tuhan. 150 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 04/07/2008 Pdt. Effendi Susanto STh. Mengapa manusia membutuhkan Injil (1) Nats: 2 Kor. 11: 3-4 2 Kor. 4: 3-4 2 Kor. 5: 20 2 Kor. 11 3 4 Tetapi aku takut, kalau–kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya. Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima. 2 Kor. 4 3 4 Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang–orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah. 2 Kor. 5 20 Jadi kami ini adalah utusan–utusan Kristus, seakan–akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. “Tetapi aku takut kalau-kalau pikiranmu disesatkan dari kesetiaanmu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdaya oleh ular itu dengan kelicikannya. Sebab kamu sabar saja jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain daripada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepadamu roh yang lain daripada yang telah kamu terima, atau Injil yang lain daripada yang telah kamu terima.” (2 Kor.11:3-4) Membaca surat 2 Korintus seluruhnya, saudara dan saya akan tidak boleh kehilangan sebab mengapa sampai Paulus menulis surat ini. Ini adalah surat yang Paulus tulis dengan penuh emosi, penuh dengan air mata. Kenapa? Sebab kita harus mencari tahu lebih dahulu siapa kelompok orang yang menjadi “pengganggu” yang masuk ke dalam gereja Korintus. Pada waktu Paulus pergi, mereka datang sehingga timbul kekacauan dan Paulus harus mengoreksi jemaat yang ada itu. Dalam surat 1 Korintus, Paulus menyebut jemaat ini terpecah-belah sebab mereka kemudian menggolongkan diri dalam golongan Apolos, golongan Paulus dan golongan Kefas. Paulus menegur mereka kekanak-kanakan. Gereja ini Paulus dirikan dan dia tinggal beberapa bulan lamanya sebelum pergi ke tempat lain. Selama Paulus pergi berkeliling, beberapa hamba Tuhan datang berkunjung ke 151 situ, antara lain Apolos, Petrus, dsb. Karena mereka melayani di situ, jemaat yang masih muda ini kemudian terkesan dengan cara khotbah Apolos dan merasa Paulus lebih rendah sehingga terjadi friksi seperti itu. Menghadapi hal seperti ini untuk Paulus sendiri tidak ada masalah. Dia mengatakan dirinya, Kefas dan Apolos sama-sama pelayan Tuhan, cuma bedanya style dan cara Tuhan memakai mereka berbeda-beda. Ada yang Tuhan pakai untuk menanam, ada yang Tuhan pakai untuk menyiram. Ada yang pintar berkhotbah, ada yang tidak. Dibanding dengan Apolos, Paulus kalah jauh. Alkitab jelas mencatat Apolos seorang yang berkhotbah dengan luar biasa. Paulus tidak ada masalah dengan hal itu. Tetapi selama Paulus pergi, ada kelompok pengganggu yang datang dan kepada kelompok inilah Paulus kemudian harus menyerang dengan luar biasa, sebab mereka menciptakan kerusakan yang cukup parah di dalam gereja Korintus. Siapakah mereka? Paulus menegur mereka sebagai orang-orang yang memperjual-belikan firman Allah. Tetapi bukan saja motivasinya seperti itu, di pasal 11 Paulus mengatakan Yesus-nya juga lain, Injil-nya juga lain, roh-nya juga lain. Dari situ kita bisa memahami mengapa Paulus menyatakan isi hatinya sedalam-dalamnya kepada jemaat Korintus bagaimana dia menjadi seorang pelayan Tuhan yang sejati dan memberitakan Injil yang sejati. Ini dibuktikan dengan cara hidup dan pelayanan yang sejati. Maka Paulus mengatakan dia menderita kesana-kemari memberitakan Injil, ditangkap, dianiaya, disiksa, dsb. Dalam 1 Kor.12 Paulus dengan sarkastik menyebut mereka sebagai “rasul-rasul hebat” karena mereka membanggakan diri memiliki pengalaman rohani bisa naik-turun sorga dan merasa diri lebih hebat daripada rasul Paulus. Jelas sekali mereka adalah kelompok orang Yahudi yang datang, yang berkeliling dan kemudian masuk ke gereja Korintus menimbulkan kekacauan di situ dengan ajaran Injil yang tidak benar, yaitu ingin membawa orang Kristen Yahudi kembali kepada pengajaran Musa dan motivasinya tidak benar karena mereka datang meminta uang kepada jemaat Korintus. Jadi Injil-nya salah, ditambah dengan motivasi yang salah, sehingga Paulus kemudian harus menegakkan kembali motivasi pelayannya bagaimana dan menegakkan kembali mengapa dia pergi memberitakan Injil dengan seperti orang gila. Yang ketiga, dari situ dia kemudian dia kembali menjelaskan yang mana Injil yang benar, karena mereka mengajarkan Yesus yang lain. Saya kecewa luar biasa karena terlalu banyak orang Kristen di Amerika tidak berani menegur beberapa pengkhotbah yang mengajar salah. Yang terakhir ada ajaran dari beberapa revivalist di Amerika misalnya Todd Bentley mengatakan kalau ajaran dia tidak ada di Alkitab, itu berarti Tuhan kasih dia ajaran yang baru. Jadi tidak keberatan kalau kamu check apa yang dia ngomong tidak ada di Alkitab. Ini yang Paulus katakan, kalau apa yang diajarkan itu berbeda dengan Injil yang dia ajarkan, berarti Injil-nya lain. Kalau Yesus yang diajarkan berbeda dengan Yesus yang Paulus ajarkan, berarti Yesus-nya lain. Paulus dengan tegas menyatakan seperti itu. Dari sini kemudian kita melihat apa itu Injil yang sejati dan mengapa kita perlu Injil yang sejati. Mengapa Yesus datang menyelamatkan manusia? Paulus memberikan aspek negatifnya di pasal 4 yang kita baca tadi, “Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah jaman ini sehingga mereka tidak melihat Yesus itu adalah gambar Allah yang sejati.” 152 Mengapa kita perlu Injil? Dan mengapa Injil yang sejati itu menjadi Injil yang perlu dan mutlak bagi manusia? Oleh sebab Injil berarti Allah datang di dalam Yesus Kristus ingin mencari gambar-Nya yang sudah hilang. Paulus mengatakan Yesus datang sebagai gambar Allah, the Image of God. Artinya, orang pada waktu melihat Yesus, mereka harus sadar mereka adalah “the image of God” yang sudah hilang dan mereka sedang melihat “the Image of God” yang sejati. Tetapi mereka menolak Yesus sebab mereka tidak mau menerima Yesus sebagai gambar Allah. Inilah point pertama yang saya angkat hari ini. Kita adalah gambar Allah yang sudah hilang dan Yesus, Gambar Allah yang sejati datang untuk mencari kita. Dua minggu yang lalu ada satu berita di New York Times mengenai ditemukannya selembar “surat wasiat” dari seorang isteri milioner bernama Leona Hamsley yang sebenarnya sudah meninggal bulan Agustus tahun lalu. Dia meninggalkan harta warisan yang sangat besar sekitar 5-10 billion dollar. Dia seorang wanita yang eksentrik, berlidah tajam dan membenci kemanusiaan. Anjingnya yang bernama Trouble mendapat warisan sejumlah dua juta dollar, berarti setiap bulan dia bisa menghabiskan uang sejumlah $100.000. Dalam surat wasiatnya dia mengatakan semua uangnya yang sudah ditaruh di dalam trust diserahkan kepada kesejahteraan anjing-anjing. Surat wasiat ini diperdebatkan oleh New York Times dan dianggap kekurangan of moral judgment dan “misuse” (menyalahgunakan) yang sudah keterlaluan. Memang dia bisa bilang itu toh uang dia dan dia berhak memakainya untuk apa saja yang dia suka. Kenapa kita juga mengatakan itu kekurangan of moral judgment dan misuse? Sebab di dalam hati kita sedalam-dalamnya kita tahu kita manusia dan kita bukan binatang. Dan kita tahu manusia jauh lebih bernilai dan lebih berharga daripada binatang. Kita tahu kita diberi pertimbangan moral oleh Tuhan dan pertimbangan moral itu bukan intuisi insting. Kita tahu secara moral judgment kita, uang itu jauh lebih bernilai dan berharga untuk memberi makan manusia yang lapar daripada binatang. Dan kita tahu gengsi dan harga diri manusia itu lebih penting daripada binatang. Itu adalah hal yang secara lahiriah ada di dalam diri kita. Cuma persoalannya kita hidup di dalam dunia yang sudah bingung, khususnya kelompok aktivis hakhak binatang yang coba ingin memisahkan garis pemisah antara respek terhadap manusia dengan binatang. Pemerintah Spanyol dewasa ini sedang memproses pengesahan hak legal bagi kelompok monyet tertentu yang hominid-nya lebih tinggi seperti simpanse, dsb. Persoalannya, entah kapan simpanse itu bisa datang ke pengadilan dan mengatakan “I want to use my right.” Prof.Peter Singer dari Melbourne yang sekarang berada di Princeton sangat didorong untuk memperjuangkan hak-hak asasi binatang, bahkan dia rela memakai ikat pinggang dan sepatu dari plastik sehingga tidak mengorbankan binatang. Dia mengatakan anak-anak yang lahir cacat dan punya kesadaran intelektual yang rendah itu bisa diaborsi karena derajatnya lebih rendah daripada binatang yang punya kesadaran intelektual yang lebih tinggi. Namun adalah kekurangan of moral judgment dan confuse di dalam konsep moral kita jika kita menganggap binatang punya gengsi dan makna signifikansi yang sama dengan manusia. Itu adalah kebingungan moralitas.Sangat menarik, science belakangan ini memberi pengakuan bahwa manusia itu unik. Dalam majalah New Scientist edisi bulan Mei 2008 mengeluarkan satu edisi berjudul “Human are obviously unique, but it is surprisingly hard to say why.” Itu dua kalimat yang saling berkontradiksi. Apa artinya unik? Unik berarti waktu dibandingkan, memang terjadi perbedaan total secara kualitatif antara manusia 153 dengan hewan. Ada unsur yang sama sekali berbeda pada diri manusia yang tidak ada pada diri binatang. Science yang berangkat dari Natural Materialistic view dengan sendirinya menganggap kehadiran manusia adalah satu rantai yang canggih dari proses Evolusi. Tetapi waktu mereka telusuri, mereka menemukan sesuatu yang unik mutlak pada diri manusia. Kita percaya Alkitab sudah memberikan pengakuan yang begitu ajaib, sejak dari penciptaan manusia memang diciptakan Allah berbeda dengan binatang karena kita adalah “the bearer of God’s image.” Mengapa Yesus datang ke dunia? Karena Dia ingin menemukan gambar Allah yang sudah hilang itu. Manusia menyalibkan Dia, manusia menolak Yesus yang adalah gambar Allah yang sejati karena matanya sudah dibutakan dan tidak mau melihat Dia. Manusia menolak diri sebagai gambar Allah. Manusia lebih suka menjadi gambar binatang. Itu sangat menyedihkan. Dalam artikel dari New Scientist ini paling tidak ada enam keunikan manusia meskipun kata mereka itu juga ada pada diri binatang. Pertama, manusia punya kebudayaan. Ada seni, ada teater, ada literature, ada musik, ada agama, ada arsitektur, dan ada cuisine. Semua ini keunikan manusia yang tidak ada pada binatang. Menurut kelompok scientist ini dalam dunia binatang juga ada budayanya walaupun tidak secanggih budaya manusia. Dalam dunia binatang ada budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi, antara lain budaya memberi salam antara kumbang. Tetapi kalau hanya sampai di sana, science mau tidak mau akan mengakui bahwa manusia memang unik adanya dengan segala kemajuan dan kompleksitas budayanya. Yang kedua, mind-reading (membaca pikiran). Manusia itu unik karena manusia bisa menebak jalan pikiran manusia lain dan manusia bisa mengantisipasi bagaimana langkah untuk mengantisipasi pikiran orang itu, itu namaya mind-reading (membaca pikiran). Dan manusia juga mempunyai cara bagaimana melihat dan mengantisipasi sehingga kita tidak sampai tertipu orang, atau sebaliknya kita menipu orang. Memang mind-reading (membaca pikiran) salah satunya adalah seni menipu. Tetapi kaum scientist mengatakan beberapa jenis monyet tertentu juga bisa menipu. Paling cepat menipu kacang. Monyet bisa berbohong, tetapi monyet tidak bisa menutupi kebohongannya. Maka keunikan manusia di sini adalah mind-reading (membaca pikiran). Yang ketiga, emosi. Manusia memiliki emosi, mengekspresikan emosi. Emosi itu unik sekali. Kaum scientist mengatakan binatang juga memiliki emosi. Khususnya pada diri gajah, kalau ada anak gajah yang cacat atau hampir mati, gajah-gajah lain akan mengelilingi dia dan memberi simpati. Itu ekspresi emosi mereka. Lalu kabarnya kalau kelompok simpanse melihat air terjun, maka mereka akan berjoget kesenangan lalu melompat mandi. Walaupun tidak secanggih emosi manusia, katanya tetap binatang punya hal itu. Yang keempat, tool-used. Ini yang sering diangkat oleh kaum scientist untuk menunjukkan binatangpun punya kemampuan menggunakan tools. Orang hutan bisa memakai lidi untuk mengambil anai-anai dari sarangnya untuk dimakan. Ada jenis burung tertentu bisa memakai batu untuk memecahkan telur yang dia curi dari burung lain untuk dimakan isinya. Sama seperti manusia jaman dulu hanya memakai perkakas sederhana dari batu untuk menjadi perkakas, bukan? Buat saya argumentasi itu tidak apa-apa, tetapi kemampuan manusia memakai perkakas tidak berhenti sampai di situ. Saya masih ingat lima belas tahun yang lalu pertama kali memakai mobile phone, ukurannya 154 besar sekali, bukan? Saudara yang anak muda belum pernah tahu ada mobile phone yang seharga 20 juta yang dibawa bersama baterenya. Saudara lihat betapa cepat perkembangan perkakas kita dalam waktu yang begitu singkat. Saya setuju Tuhan memberikan inteligensi tertentu kepada binatang sebagai instink, tetapi bukan dalam level yang setara dengan manusia. Tetapi ada dua hal terakhir yang kaum scientist mengakui menjadi keunikan manusia, yaitu pertama, manusia mempunyai kepribadian, kepribadian yang berbeda total satu sama lain. Kedua, manusia unik karena manusia punya kesusilaan. Kesusilaan merupakan bagian dari keunikan manusia yang tidak ada bandingnya. Kita bisa memikirkan ke depan bagaimana bisa menyelamatkan kehidupan manusia ini. Kesusilaan membuat kita bisa mempertimbangkan mana hal yang benar dan salah. Karena itulah sebabnya mengapa banyak yang bereaksi ketika seseorang kemudian dengan kekurangan of moral judgment ingin memberikan semua uangnya hanya untuk kesejahteraan binatang tanpa kepada manusia. Kita mengatakan itu hal yang tidak benar. Kesejahteraan manusia lebih utama. Majalah New Scientist tidak berhenti sampai di sana, mereka menyebutkan ada lima hal lain yang belum pernah ditemukan di antara binatang. Satu, di dalam hal seni, walaupun binatang seperti gajah atau simpanse diberi cat dan kanvas, apa yang mereka gambar tidak menghasilkan seni seperti manusia. Hasil dari gambar mereka tidak mengekspresikan seperti manusia yang bisa merepresentasikan diri, mengekspresikan emosi dan menyatakan perspektif di dalam seni yang tidak ada di dalam diri binatang. Binatang hanya mencoret-coret, meskipun hasilnya mungkin mirip seperti lukisan anak umur tiga-empat tahun tetapi setelah beberapa tahun kemudian anak kita tidak lagi mencoret-coret seperti itu. Science mengatakan manusia unik karena di situ saudara bisa mencetuskan emosi, menyatakan ide yang tidak ada pada binatang. Kedua, hanya manusia yang bisa memanipulasi api. Berbeda dengan binatang, manusia bisa memanipulasi dan bisa memakai api sedangkan binatang lari dari api. Itu bedanya. Science (ilmu pengetaahuan) mengakui itu bedanya manusia dengan binatang. Dengan api manusia bisa memasak,dengan api manusia bisa membuat perkakas, dengan api manusia bisa membuat mesin turbin, dsb. Orang yang tidak mengakui keunikan ini berarti tidak mengerti mengapa kita membutuhkan Injil. Karena Injil berarti Anak Allah datang ke dunia sebagai gambaran Allah sempurna. Manusia menolakNya karena manusia sudah buta. Ketiga, science mengaku keunikan manusia yang tidak ada pada binatang adalah agama. Keempat, hanya manusia yang bukan saja tertawa tetapi punya sense of humor. Binatang bisa tertawa tetapi binatang tidak bisa membuat humor sebab membuat humor membutuhkan intelektual yang tinggi. Ada orang bikin humor belum selesai sudah tertawa dulu, ini ilmunya masih belum tinggi. Ada orang yang bikin humor sudah selesai, hanya dia sendiri yang tertawa sedangkan pendengarnya diam, ini juga belum canggih. Terakhir, manusia punya keunikan yang tidak ada pada binatang yaitu olahraga. Binatang memang bermain, tetapi hanya manusia yang menciptakan olahraga. Saudara dan saya bisa berolahraga dengan begitu indah karena Tuhan menciptakan kita dengan desain seperti ini membuat kita memiliki daya yang tidak bisa habis-habisnya. Kita bisa melihat ballet yang begitu indah, kita bisa 155 melihat orang bermain kungfu dengan begitu bagus, bisa bermain akrobat dengan luar biasa sekali. Hanya manusia yang bisa mengembangkan hal bermain ini menjadikan kemajuan yang tinggi. Paulus sedih karena dia pergi memberitakan Injil tetapi orang-orang itu tidak menerimanya bukan karena Injil itu tidak berkuasa, tetapi karena pikiran mereka sudah buta dan mereka tidak mengerti bahwa pada waktu melihat Injil mereka harus melihat kemuliaan Gambar Allah di situ. Kenapa kita perlu Injil? Karena kita adalah gambar Allah yang sudah hilang. Allah mencari gambar itu dan membawa kita kepada pengertian ini, kita bukan binatang, kita memiliki penghakiman etika. Meskipun semua ini mungkin sudah hilang dibutakan oleh dunia ini sehingga manusia memakai gambar-gambar yang lain yang membuat manusia bisa lebih jahat daripada binatang. Manusia tidak bisa lari dari Tuhan sebab Tuhan sudah menaruh jejak image Tuhan Allah itu pada diri mereka. Sekeras-kerasnya manusia berusaha tidak mau beragama kepada Tuhan, mereka tidak bisa lari dari Tuhan. Pada hari ini saya mengundang saudara seperti undangan Paulus, saya memasyhurkan kepada kamu Injil yang benar, saya memasyhurkan kamu Yesus, gambar Allah yang benar, berilah dirimu berdamai dengan Tuhan. Beri dirimu menerima pengampunan dari Dia. Hanya kita yang sanggup berespons kepada panggilan-Nya karena kita adalah gambar Allah. 156 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 20/07/2008 Pdt. Effendi Susanto STh. Mengapa manusia membutuhkan Injil (2) Nats: 2 Kor. 5: 10 2 Kor. 6: 2 2 Kor. 5 10 Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat. 2 Kor. 6 2 Sebab Allah berfirman: “Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.” Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu. Kurang lebih empat minggu yang lalu tema utama dari gereja Baptist sangat baik sekali. Judulnya “Jesus loves* You” dan saudara perhatikan pada kata ‘loves’ ada tanda * asteriks dan di bawahnya ada satu kalimat “NO conditions apply”. Jesus loves you, no conditions aplly. Bagus sekali, bukan? “Term and condition” yang selalu ditulis dengan huruf yang kecil sekali di bawah setiap iklan sangat menjengkelkan. Kadang-kadang kita harus membacanya dengan teliti karena term and condition itu memberikan ketidak-jujuran. Kita sering kesal mendapat iklan satu barang di internet dengan harga SALE sangat murah, tetapi waktu hendak kita klik untuk membelinya, ternyata ada banyak surcharge yang tersembunyi yang akhirnya membuat barang itu menjadi mahal. Term and condition menaruh hal persyaratan tersembunyi di belakang, sehingga kita perlu membaca dengan teliti untuk tidak tertipu. Kalau saudara membeli kain di toko India, hati-hati kalau baca kalimat “ditanggung tidak luntur”. Karena kalau saudara mengeluh kain itu ternyata luntur, pedagang itu akan mengatakan “Jangan baca dari kiri ke kanan, baca dari kanan ke kiri ‘luntur tidak ditanggung.’” Maka kalau saudara merasa ada tawaran yang ‘too good to be true’ jangan langsung percaya karena bisa jadi ada hal-hal tersembunyi di belakangnya. Halnya yang terjadi pada waktu setan mencobai Hawa. Tuhan Allah berkata, “Jangan makan buah pengetahuan baik dan jahat. Waktu engkau makan, engkau akan mati.” Tetapi setan katakan, “Makan saja, toh belum tahu nanti nya mati atau tidak. Engkau makan, engkau akan menjadi seperti Allah, tahu hal yang baik dan jahat.” Inilah yang membedakan Tuhan dengan setan. Tuhan tidak mempunyai ‘hidden agenda’ dan menyembunyikan hal-hal yang merugikan kita di belakang. Tetapi setan selalu memiliki cara seperti itu. Dia selalu mempunyai hal-hal yang tidak diungkapkan dengan jujur dan terbuka. 157 Pada waktu kita membaca firman Tuhan, kita melihat Tuhan yang berlimpah kasih-Nya dengan luar biasa. Tetapi Injil tidak boleh hanya menaruh satu sisi seperti itu saja. Injil juga harus bicara mengenai kesucian dan murka Allah. Seorang hamba Tuhan bernama Jonathan Edwards pernah membawakan satu khotbah yang sangat agung berjudul “Sinners in the Hand of the Angry God.” Belum selesai dia berkhotbah, orang-orang sudah maju untuk bertobat dengan gemetar. Dia menyatakan Allah itu adalah Allah yang penuh kasih tetapi sekaligus juga adalah Allah yang murka adanya. Dua minggu yang lalu saya sudah mengangkat satu aspek yang penting, dimana Paulus di satu pihak menyatakan motivasi pelayanannya dengan sungguh. Dia menderita dan mengalami kesulitan karena berjuang menyatakan apa itu Injil yang sejati. Dia membandingkan dirinya dengan orang-orang yang mengaku diri sebagai rasul, Paulus adalah rasul yang seperti apa. Itu sebab kita bersyukur melalui pasal 4-6 nanti saudara akan perhatikan Paulus sekaligus menyatakan dirinya sebagai rasul yang sejati tetapi sekaligus dia juga menyatakan mutiara-mutiara yang penting mengenai apa itu Injil yang sejati dan mengapa kita perlu Injil itu. Dua minggu yang lalu saya membahas aspek ini “Mengapa manusia membutuhkan Injil?” Sebab Injil itu adalah Yesus Kristus, gambar Allah yang datang ke dalam dunia untuk mencari kita, gambar Allah yang sudah hilang. Kita adalah gambar Allah tidak lagi mau merefleksikan Dia dan sebaliknya ingin mencari gambar sendiri. Manusia sebagai gambar Allah berarti kita itu unik , karena hanya kita satusatunya mahluk di dunia ini yang diberikan tanggun jawab untuk bereaksi kepada Tuhan. Apa yang kita lakukan dan kerjakan di dalam dunia tidak akan berlalu begitu saja tetapi mengandung konsekwensi. Kita menolak Dia, atau kita menerima Dia, keduanya mengandung konsekuensi di hadapan Tuhan. Hak dan tanggung jawab ini tidak diberikan kepada mahluk lain karena hanya kita satu-satunya gambar dan rupa Allah yang memiliki kemungkinan bersekutu dengan-Nya, yang memiliki sifat moral, namun terlebih lagi memiliki kekekalan yang ditaruh di dalam hati kita. Itu arti Injil, Tuhan Yesus datang untuk mencerahkan hati manusia supaya manusia mengerti apa artinya menjadi gambar Allah yang sejati. Yang kedua, mengapa manusia perlu Injil, begitu saudara baca pasal 5 ini kita menemukan kalimat Paulus, ”...saya tidak bisa menguasai diri karena Injil… out of my mind demi karena pekerjaan Tuhan.” Bahkan di ayat 14 Paulus memakai kalimat yang sangat ekspresif, “Kasih Kristus yang menguasai saya untuk memberitakan Injil…” Kasih Kristus membuatnya tidak bisa tahan. Itu seperti satu dorongan yang sangat kuat baginya. Paulus sadar paket dari Injil, Allah itu kasih tetapi sekaligus Allah itu adalah Allah yang satu kali kelak menuntut penghakiman secara adil kepada manusia seturut dengan bagaimana mereka bereaksi kepada-Nya. Paulus menaruh hal ini bukan saja sebagai dasar bagi pelayanannya, tetapi juga sekaligus dia menjadikan itu sebagai peringatan kepada orang Kristen yang lain, pada suatu hari kita akan menghadap pengadilan Tuhan dan tahta itu akan menjadi tahta yang adil bagi setiap kita, tidak ada yang luput. Termasuk kita sebagai orang Kristen akan menghadapi tahta itu, hanya bedanya di hadapan tahta pengadilan itu kita mengalami ketenangan sebab kita memiliki seorang Pengantara yang sudah menyelesaikan semuanya sehingga kita tidak lagi mendapat penghukuman. Itu sebab pengertian ini membuat Paulus memiliki reaksi di tahu apa artinya hidup takut akan Tuhan. ayat 11, kita 158 Kenapa kita perlu Injil? Hari ini saya bicara satu aspek lagi, sebab Tuhan membuka kepada kita satu fakta yang jujur dan tidak ditutup-tutupi. Ada satu tempat dimana seluruh murka-Nya akan ditaruh sepenuhnya di situ. Murka bukan karena Dia kasih saja adanya, tetapi murka karena Dia adalah Allah yang adil dan Allah yang suci. Dia murka karena Dia memiliki standar moralitas yang tidak bisa dikompromikan. Itu arti Injil. Maka di satu pihak Tuhan mengasihimu, tetapi di pihak lain Alkitab mengatakan Allah dengan sabar menunggu manusia bertobat. Mengapa Allah tidak mengadili sekarang? Sebab Dia dengan sabar menahan murka-Nya di belakang. Paulus mengingatkan kita di pasal 6:2, selain ada murka Tuhan, there is a time limit. Ketika Allah berkenan, ketika waktu-Nya tiba, Ini saatmu diperdamaikan dengan Allah. Selebih dari itu tidak ada kesempatan lagi. Di dalam gereja-gereja Injili ada beberapa ajaran yang keliru yang mulai muncul, khususnya ajaran mengenai Post-Mortem Evangelism. Bahwa leluhur kita, orang-orang yang sudah meninggal sebelum berkesempatan mendengar Injil, maka Tuhan memberi dia kesempatan untuk mendengar Injil. Tetapi celakanya proses menginjili itu menggunakan cara cenayang, dengan memanggil roh orang yang sudah mati itu lalu menginjili dia. Alasannya karena Allah itu terlalu kasih adanya. Alkitab memberi kita prinsip ini: manusia hidup hanya satu kali setelah itu diadili. Hidup ini adalah hidup yang akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Dia. Ini adalah waktunya. Yang kedua, karena ada konsekuensi dahsyat penolakan manusia untuk menjadi gambar Allah yang sejati. Konsekuensi itu adalah hukuman dan murka Allah yang dahsyat. Namun Kekristenan takut berita Injil seperti itu menjadi berita yang tidak disukai oleh manusia, maka kita membuat paket yang lebih populer dan lebih disukai sehingga kita taruh “Kasih Allah” di depan dulu supaya sedikit lebih atraktif. Allah memang kasih adanya. Itu tidak salah. Tetapi kita tidak bisa dan tidak boleh melupakan bahwa ada kesucian Tuhan, ada murka Tuhan yang membuat kita harus waspada. Yesaya mengatakan firman Alah tidak akan pernah pulang dengan sia-sia. Firman itu merubah hati yang keras menjadi lembut dan percaya Tuhan. Tetapi bagi orang yang mengeraskan hati, firman itu makin mengeraskan dia. Paulus mengatakan ketika Injil terus kami beritakan dan manusia tetap tidak menerima Yesus, bukan dia yang menolak Tuhan tetapi Tuhan sudah menolak dia dan mempersiapkan dia untuk dihukum pada waktu yang akan datang. Kita punya tanggung jawab memberitakan Injil seperti itu. Dan kita juga punya tanggung jawab mendengarkan firman Tuhan yang seperti itu. Tuhan dengan jujur memberitahukan bahwa ada tempat dimana murka-Nya akan ditaruh di situ. Saya kecewa dengan John Stott, seorang hamba Tuhan Injili yang belakangan ini sedikit terkena pengaruh dari The Seventh Day Adventist mengaenai konsep mengenai hanya ada sorga dan tidak ada neraka. Itu yang disebut dengan Annihillationism. Allah terlalu kasih adanya. Allah tidak mungkin memiliki satu tempat dimana Dia murka. Itu sebab neraka itu tidak ada. Yang ada cuma sorga tempat bersama Tuhan. Dua ayat yang menjadi dasar bagi konsep ini adalah pertama Tuhan terlalu kasih adanya. Yang kedua kesalahan tafsir ayat Why.14:11 ”..maka asap api yang menyiksa mereka naik ke atas sampai selama-lamanya dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa.” Ayat ini jelas sekali bicara mengenai hukuman selama-lamanya, tetapi mereka mengambil kata “asap” menjadi dasar bahwa hukuman itu tidak selama-lamanya. Asap terjadi setelah pembakaran. Berarti pembakaran itu sudah selesai, ada asap berarti tidak selama-lamanya. Ini argumentasi yang amat 159 lemah di dalam satu penafsiran. Intinya sebenarnya cuma satu, yaitu mereka menolak konsep Allah yang dengan keras memberi penghukuman kepada orang berdosa. Carl Pinnock, seorang hamba Tuhan Injili juga punya konsep seperti ini. Dia percaya Allah itu akan menjadi Allah yang keji kalau Allah itu menyediakan satu tempat yang namanya neraka dimana Dia menghukum manusia selama-lamanya. Orang Kristen mulai merasa Injil tidak akan diterima oleh orang kalau kita lebih menekankan Allah itu adalah Allah yang adil, Allah yang menuntut tanggung jawab dari semua orang bagaimana berespons kepada-Nya. Kepada orang yang menolak Dia, pada suatu hari Allah akan menyatakan keadilan dan kesucian-Nya menghukum manusia. Buat saya, kalau Alkitab ini tidak lagi menjadi firman yang jujur, betapa kasihan kita yang berpegang kepadanya. Kalau semua janji-janji dalam Alkitab ini tidak akan terjadi, kepada apa kita bisa berpegang lagi? Itu sebab kita percaya Dia memberikan wahyu-Nya ini di dalam Alkitab. Kadang-kadang ada bagian yang sulit sekali dan tidak gampang untuk dikhotbahkan. Tetapi Tuhan ingin menyatakan dengan jujur ada satu tempat yang namanya sorga dimana langit dan bumi yang baru akan bersatu dan manusia akan bersama dengan Dia untuk selama-lamanya dan dunia akan direstorasi menjadi langit dan bumi yang baru dimana ada pemerintahan Allah selama-lamanya dengan adil dan bijaksana dan manusia menikmati persekutuan yang indah. Tidak ada lagi dosa di situ. Tetapi Alkitab juga memberitahukan kepada kita ada satu tempat yang sangat menakutkan dan menggentarkan. Itu sebab Paulus bilang mengapa dia hidup takut akan Tuhan. Dalam Why.20:10 jelas dikatakan seperti itu. John Calvin, bapa Reformator mengatakan pernyataan yang begitu terbuka apa adanya itu seharusnya itu membuat hati kita takut dan gentar. Tetapi harus kita akui waktu kita bicara mengenai neraka, banyak orang tidak suka. Apalagi kalau kita bilang banyak orang yang tidak percaya Yesus akan pergi ke neraka. Mereka makin mengeraskan hati menanggapi kalimat ini. Neraka panas atau dinginkah? Neraka adalah tempat yang panas tetapi sekaligus juga tempat yang dingin. Mat.25:41 menyatakan di sana tempat penghukuman yang panas dan kekal selamanya bagi si Jahat dan kawanannya. Dan celakanya si Jahat itu tidak ingin seorang diri pergi kesana dan dia akan berusaha membawa sebanyak mungkin orang bersama dia. Mengapa kita tidak memiliki hati seperti Paulus yang ingin dan punya kerinduan orang juga sebanyak mungkin bisa kita bawa ke tempat yang indah bersama Tuhan? Neraka adalah api yang dahsyat dan panas. Tetapi di Mat.25:30 neraka juga disebutkan sebagai tempat yang gelap dimana tidak ada cahaya dan energi di sana. Yang ada di sana adalah ratap tangis dan kertak gigi karena kedinginan. Bagaimana bisa neraka sekaligus panas dan sekaligus dingin? Ini adalah lukisan Alkitab yang luar biasa. Yesus sendiri bilang neraka adalah tempat yang gelap dimana terdapat kertak gigi karena kedinginan, neraka adalah tempat yang panas. Karena itu menjadi refleksi bagaimana reaksi dosa manusia. Dosa manusia mempunyai dua gerakan. Ke satu gerakannya serangan, ke dua gerakannya flight. Dosa itu adalah seperti seseorang yang melakukan serangan kepada Allah. Allah adalah terang yang tidak terhampiri dan manusia yang berdosa melawan Tuhan. Makin berusaha melawan, maka bagi dia neraka itu menjadi api yang menghanguskan. Tetapi bagi orang yang lari menjauh dan tidak peduli akan Tuhan. Makin jauh dia pergi, manusia lari menuju kepada kegelapan. Dosa juga berarti manusia tidak peduli Tuhan. Memang dia tidak pernah membunuh orang, tetapi hanya mengatakan “I don’t care about God. I don’t want him in my life.” Ini adalah against in the wrong direction. Lari 160 menjaduh dari Allah. Itu sebab dua-dua gambaran ini benar adanya. Dua-dua adalah gambaran yang dahsyat yang kita perlu ingat, sebab Dia adalah Allah yang murka. Banyak orang tidak mau terima konsep ini sebab mereka mengatakan ini adalah hal yang tidak adil kalau manusia berbuat dosa di waktu yang sementara tetapi kenapa dihakimi di dalam durasi kekekalan. Ini adalah argumentasi yang tidak relevan sebab berbuat dosa tidak ada kaitan derajatnya waktu panjang atau pendek. Membunuh orang dengan sadis bisa dilakukan orang dengan durasi yang sangat pendek. Waktu tidak bisa menjadi durasi tetapi kejahatan itu baru kita tahu berapa dahsyatnya kejahatan dosa ketika Allah yang adil itu memberikan penghukuman mereka. Kalau Allah itu kasih, maka biarlah Dia membebaskan manusia tanpa perlu dihukum. Kalimat seperti itu berarti kita tidak mengerti apa artinya Allah menciptakan kita dengan kondisi moral, karena Dia memiliki konsep moral yang sejati. Kalau seorang hakim membebaskan orang jahat, rasa keadilan saudara akan terganggu, bukan? Allah itu adil dan suci dan tidak mungkin membiarkan dan tidak memberikan penghakiman kepada hal yang salah. Saya percaya ada kesalahan konsep orang kristen mengenai apa artinya yesus menebus dosa kita. Banyak orang Kristen berpikir Yesus mati di kayu salib untuk menebus dosa kita. Kalau kita berhenti sampai di situ berarti kita hanya memahami arti penebusan Kristus faktornya adalah kita. Padahal ada banyak faktor yang terjadi pada waktu Yesus mati di kayu salib. Kalau Yesus mati di kayu salib hanya untuk menebus dosa kita, tentu orang akan balik bertanya, mengapa untuk menebus kesalahan kita perlu ada kematian Yesus di kayu salib? Mengapa Allah tidak mengampuni dosa manusia tanpa Yesus mati di kayu salib? Mengapa kita memerlukan Injil yang sejati? Pertama, Yesus yang adalah gambar Allah yang sejati itu datang memberikan gambar Allah yang sejati itu bagi kita. Barangsiapa yang hidup tidak merefleksikan gambar Allah maka manusia menolak apa artinya menjadi manusia yang harus berespons kepada Allah yang sudah menciptakan kita seperti itu. Kedua, kita memerlukan Injil yang sejati sebab Injil yang diberikan Allah kepada kita adalah Injil yang datang dengan kejujuran. Ketika kita tidak berespons dengan benar kepada Injil itu, ada satu tempat dimana murka Allah yaitu neraka menjadi konsekwensi yang dahsyat bagi penolakan manusia kepada-Nya. Itu sebab Paulus dua kali mengulang kalimat ini, ”...karena Kristus sudah mendamaikan kita dengan Allah, maka aku minta kepadamu, beri dirimu berdamai dengan Allah sekarang.” Jangan biarkan karunia Allah itu menjadi sia-sia. Kalau Allah berkenan hari ini, hari ini menjadi pendamaian itu. Paulus sadar betapa krusial sekali momen itu. Bisa jadi ada orang yang mendengarnya hari ini, besok dia sudah tidak ada kesempatan lagi. Selama ada kesempatan, biarlah manusia berdamai dengan Tuhan. Hari ini saya juga rindu saudara mengerti dengan sungguh Injil Yesus Kristus itu. Injil itu adalah Injil yang datang kepada kita, bukan saja Injil yang mewartakan kasih Allah yang membawa sukacita bagi engkau dan saya. Tetapi Injil itu juga membawakan warta mengenai kesucian dan murka Allah yang mengandung konsekwensi yang dahsyat. Itulah Injil yang sejati. 161 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 29/03/2009 Pdt. Effendi Susanto STh. Dosa, penyakit dan tanggung jawab moral (1) Nats: 34 Yohanes 8:34 Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Khotbah saya minggu lalu menyebut satu arus gerakan dari anak-anak muda yang disebut “New Calvinist” yang berani mempertahankan kebenaran teologi yang benar dan firman Tuhan yang benar menjadi satu arus yang mulai mempengaruhi aspek-aspek yang lain. Sebagian dari mereka ini juga belajar dan sekolah baik-baik dan belajar psikologi dengan mendalam. Ilmu jiwa harus menyadari ada kesalahan besar selama 40 tahun terakhir ini yang sebenarnya harus mengakui psikologi dan psikoterapi tidak menolong orang menjadi lebih baik. Maka tibalah saatnya bagi kita untuk berani kembali sungguh-sungguh mengerti apakah firman Tuhan itu adalah firman yang menjadi jawaban bagi kebutuhan hati dan problema hidup manusia. Budaya kita sekarang adalah budaya yang mulai pelan-pelan mengajak orang menyingkirkan satu bijaksana yang dulu merupakan satu bijaksana yang indah yaitu setiap prilaku kita yang bersifat amoral dan asusila itu harus dipertanggungjawabkan sebagai pertanggungjawaban pribadi kita. Namun karena psikoterapi menganggap bahwa orang melakukan prilaku amoral dan asusila karena dia sendiri sebenarnya tidak bisa kontrol dan sebenarnya tidak mau melakukannya, akhirnya melempar tanggung jawab kepada pihak-pihak lain. Belakangan ini mereka sedang mempelajari suatu teori bahwa orang yang kecanduan alkohol itu mungkin berkaitan dengan gen. Jadi kalau saudara tidak suka minum alkohol, itu mungkin karena gen saudara adalah gen kopi atau teh. Inti risetnya adalah orang yang lahir dari keluarga yang alkohol cenderung bisa jatuh kepada alkohol. Mereka memperbandingkan dengan anak-anak yang diadopsi oleh keluarga yang alkoholik ternyata kebanyakan tidak jatuh kepada kecanduan alkohol. Padahal juga ada anak-anak yang lahir dari keluarga yang alkoholik tidak jatuh kepada kecanduan alkohol karena melihat ayahnya hidup tidak beres lalu ambil keputusan seumur hidup tidak mau jatuh kepada alkohol, bukan? Intinya, ini semua mau dibawa kepada gen dan brain function sebagai penyebab dari segala prilaku itu oleh psikoterapi yang mencoba mencari cara dan jalan keluar untuk orang bisa lepas darinya. Akhirnya pelan-pelan orang yang melakukan kesalahan tidak perlu bertanggung jawab atas kesalahannya karena penyebab tindakannya adalah kesalahan di dalam brain function. Gereja-gereja banyak juga akhirnya tidak menyadari dan jatuh kepada hal ini tanpa sungguh-sungguh memegang bahwa firman Tuhan itu merupakan jawaban satu-satunya menyelesaikan dan membereskan problema hidup manusia. 162 Namun sampai di sini saya mesti memberi sedikit note jangan sampai kita jatuh kepada kesalahan Scientology yang menganggap semua yang bersifat psikologi adalah hal yang salah. Scientology melarang jemaatnya pergi ke psikolog atau makan obat-obat depresi. Buat saya tidak semua persoalan amoral, tindakan kecanduan dan kecanduan itu berkaitan dengan fungsi otak, tetapi juga tidak berarti adanya kesulitan-kesulitan yang muncul itu memang karena kelainan di dalam fungsi otak seseorang. Contohnya, Alzheimer itu jelas adalah kerusakan otak. ADD (Attention Deficit Disorder) ada kemungkinan adalah persoalan otak. Tetapi sampai sekarang kecanduan alkohol dan prilaku homoseksual tidak ada bukti bahwa itu berkaitan dengan kelainan fungsi otak. Kalau itu semua mau ditarik ke sana lalu dimana kita melihat tanggung jawab pribadi seseorang terhadap semua tindakan yang terjadi di dalam hidup dia? Akibat pengaruh dari psikoterapi ini terlalu banyak Gereja akhirnya tidak sadar terhadap keindahan firman Tuhan sehingga ada problema datang di dalam hidup jemaat seringkali pendeta tidak berani lagi mengangkat firman Tuhan dan menjadikannya sebagai otoritas di dalam menyelesaikan persoalan orang itu. Akhirnya cepat-cepat kita refer dia ke psikolog dan psikoterapis tanpa kita melihat bagaimana sebenarnya Alkitab membicarakan hal itu. Banyak orang akhirnya kompromi dengan prilaku amoral yang sesungguhnya harus disebut dosa di dalam hidup mereka. Ada dua penyebab mengapa kita salah memahami aspek di dalam doktrin Alkitab kita. Salah satu penyebab karena orang berpikir bahwa psikoterapi itu bisa menyelesaikan problema orang. Problema orang itu adalah bukan dosa tetapi problema kelainan. Itu bukan suatu dosa yang harus ditegur, dimana orang itu harus bertobat kepada Tuhan, tetapi kita harus simpati kepadanya sebab itu adalah penyakit yang datang mengontrol hidup mereka. Apa penyebabnya? Yang pertama, saya percaya salah satunya disebabkan karena doktrin manusia yaitu munculnya satu ajaran yang disebut trikotomi, yaitu teologi memiliki konsep bahwa manusia terdiri dari tiga unsur yaitu tubuh, jiwa dan roh. Ajaran ini timbul dari teologi yang berusaha mengadopsi pikiran dari psikologi bahwa manusia memiliki tiga unsur ini, tubuh berkaitan dengan materi, berkaitan dengan kebutuhan fisik, makan dan minum. Roh itu adalah kebutuhan yang bersifat vertikal, kepada hal-hal yang kerohanian. Tetapi di tengah-tengah itu ada satu aspek yang tidak ada kaitannya dengan persoalan rohani tetapi berkaitan dengan persoalan kejiwaan saja. Trikotomi mengambil tiga ayat di dalam Alkitab untuk menjadi ayat-ayat yang mereka pakai mendukung ajaran trikotomi. Dalam 1 Tes. 5:23 Paulus berkata,”...semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara…” karena disebutkan sejajar seperti ini maka dianggap sebagai tiga hal yang berbeda. Ibr.4:12 ”...sebab firman Allah lebih tajam daripada pedang bermata dua manapun… sampai memisahkan jiwa dari roh…” Maksud dari ayat ini sebenarnya hanya ingin memberitahukan kepada kita kadang-kadang tidak bisa membedakan pikiran dan hati karena sebenarnya ini adalah dua hal yang sama, namun betapa dalamnya firman Tuhan itu sehingga di dalam terang firman Tuhan bisa menembus lebih dalam. Roh dan jiwa itu satu, tetapi firman Allah bisa memisahkannya untuk menekankan betapa tajamnya firman Tuhan itu. 1 Kor.14:14 “Jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa tetapi akal budiku tidak turut berdoa…” terjadi perbedaan di sini, kata trikotomi. Di sini roh berkaitan dengan hal kerohanian, akal budi berkaitan dengan kejiwaan seseorang. Tentu akal budi berbeda dengan tubuh. Maka dengan tiga ayat ini trikotomi mengatakan inilah tiga komponen yang membentuk manusia. 163 Akibatnya trikotomi mengatakan tidak semua problem hidup manusia berkaitan dengan hal-hal yang bersifat kerohanian. Ada hal-hal yang bersifat kejiwaan sehingga kita tidak boleh menegur semua tindakan amoral orang itu berkaitan dengan kerohanian hubungan orang itu dengan Tuhan, tetapi mungkin itu berkaitan dengan kejiwaannya. Kita tidak memegang ajaran trikotomi melainkan dikotomi. Kita percaya manusia terdiri dari dua komponen, yaitu tubuh dan roh. Alkitab menyatakan hal ini dengan jelas sekali. Pada waktu Allah menciptakan Adam, dua komponen ini muncul. Pertama Allah menciptakan manusia itu dari debu tanah, itu komponen tubuh kita. Lalu Allah menghembuskan nafas hidup ke dalam diri manusia, maka jadilah dia mahluk hidup, ada roh dan tubuh. Tubuh itu akan mati dan menjadi debu kembali tetapi roh itu adalah roh yang kekal yang akan kembali ke sana. 2 Kor.7:1 ”...marilah kita menyucikan diri kita dari pencemaran jasmani dan rohani…” Dua hal yang harus kita lakukan di dalam hidup kita, membersihkan our bodily life and our soul di hadapan Tuhan. Yak.2:26 “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati demikian juga iman tanpa perbuatan…” Demikian juga waktu Yesus berada di atas kayu salib ia berkata, “Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan roh-Ku.” Pada waktu saudara membaca pujian Maria untuk memberitahukan memang kata ‘roh’ dan ‘jiwa’ memakai kata yang berbeda tetapi di sini keduanya dipakai secara bergantian, berarti jiwa dan roh adalah sama. Luk.1:46-47 “jiwaku memuliakan Tuhan dan rohku bergembira kepada-Nya…” Ini adalah suatu puisi yang bersifat paralel, artinya keduanya memiliki makna yang sama, hanya yang belakang mempunyai makna yang lebih progresif. Ayat-ayat seperti ini memberikan kita indikasi bahwa manusia memiliki dua komponen. Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, jangan takut kepada orang yang bisa membunuh tubuhmu tetapi takutlah kepada Allah yang bisa membunuh tubuh dan jiwamu. Tuhan Yesus juga berkata, “kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, segenap jiwamu, segenap akal budimu dan segenap kekuatanmu” tidak berarti manusia memiliki empat komponen. Maksudnya adalah hidup kita secara total mengasihi Tuhan. Berarti dengan konsep ini kita menafsir 1 Tes.5:23 tadi, maksudnya adalah totalitas hidupmu, pikiranmu dan hatimu seluruhnya diberikan kepada Tuhan. Mengapa trikotomi menjadi salah satu penyebab sehingga teologi mengencerkan bahwa seluruh aspek kehidupan manusia itu sebenarnya berkaitan dengan soal spiritual problem kita di hadapan Tuhan. Trikotomi menyebabkan ada wilayah-wilayah di dalam hidup manusia itu tidak perlu dibereskan seperti bagaimana kita membereskan hubungan kita dengan Tuhan melainkan hanya persoalan kejiwaan. Ini berbahaya sekali. Bahayanya, kita tidak lagi melihat semua problem amoral dan asusila di dalam hidup manusia itu berkaitan dengan sifat dosa kita memberontak kepada Tuhan tetapi hanya melihatnya sebagai kelemahan jiwa manusia. Sama seperti tubuh memiliki kelemahan, ketika saudara keluar di udara dingin dan kena virus, akhirnya jadi sakit flu. Maka saudara tidak perlu bersalah dan marah-marah sama tubuh karena tubuh itu sedang lemah. Maka disebutnya “virus caught you.” Demikian juga dengan kejiwaan, jiwa itu lemah dan tidak ada unsur moralnya sehingga bisa jadi maka alkohol datang sebagai ‘virus’ yang menyerangmu. Engkau sebenarnya tidak mau minum, tapi tahu-tahu minum. Engkau sebenarnya tidak mau berjudi tetapi 164 jiwa lemah sehingga terkena virus judi. Maka ini menjadi desease. Alkoholik, seks kecanduan, workaholic, substance abuse, semua kalimat-kalimat ini memperlihatkan konsep seperti ini. Hari ini saya ingin mengajak saudara melihat hal itu, pointnya hanya satu yaitu bagaimana kita kembali kepada firman Tuhan. Waktu seorang sakit datang minta disembuhkan oleh Tuhan Yesus, saudara lihat bukan saja Yesus menyembuhkannya tetapi sebelumnya Ia mengatakan “dosamu sudah Kuampuni.” Maksud Tuhan Yesus, bisa jadi orang itu memang pure sakit secara fisik, tetapi kita harus memiliki kepekaan ini orang yang sakit fisikpun bisa disebabkan karena faktor spiritual problem dia. Maka waktu seseorang jatuh kepada persoalan alkoholik, maka ini soal penyakitkah, atau ada unsur spritual problem? Mari kita balik supaya kita peka dan hati-hati, banyak problem di dalam hubungan suami isteri, banyak problem di dalam mendidik anak, kembali kepada dasar teologinya, actually there is a spiritual problem. Kita bawa hidup kita takut kepada Tuhan, saya percaya itu memberikan keindahan. Banyak problema kekuatiran, axiety dsb itu mungkin persoalan jiwa tetapi itu persoalan spiritual orang. Yang kedua, psikoterapi sudah tidak ingin aspek teologi masuk ke dalam persoalan manusia dengan doktrin dosa. Kita mesti kembali membawa kata ini. Orang tidak suka mendengarnya, orang menganggap ini kata yang tidak enak didengar, bahwa segala sesuatu itu adalah problem dosa. Dosa adalah satu tindakan perbuatan manusia kita sadar kita tidak mau taat kepada firman Tuhan. Tetapi perhatikan kalimat-kalimat yang muncul menjadikan kita tidak bertanggung jawab kepada tindakan kita dan mempersalahkan faktor-faktor di luar. Kita mempersalahkan asuhan kita, kita mempersalahkan lingkungan kita, kita mempersalahkan kita di-abuse oleh substance itu, dsb. Kembali kepada kalimat Tuhan Yesus di dalam Yoh.8:34, ini firman Tuhan, “barangsiapa yang berbuat dosa, dia adalah budak dosa.” Perbuatan itu, tindakan itu diambil dengan sukarela, tindakan secara bebas, aktif dan sukarela dari seseorang melakukan sesuatu. Saya tidak berkata bahwa orang itu tidak mengalami kecanduan. Saya hanya ingin mengatakan bagaimana kita bisa melepaskan orang dari kecanduan, bagaimana kita bisa melepaskan seseorang yang secara sistematis jatuh di dalam perbuatan dosa. Kita harus memberikan penjelasan dan penerobosan teologi yang benar, sebab pada waktu psikoterapi menjelaskan orang yang mengalami kecanduan karena dia terjangkit oleh desease seperti virus maka mungkin penelesaian yang dilihat adalah bagaimana membereskan faktor luarnya tanpa menyuruh orang itu mengambil tanggung jawab terhadap perbuatan yang dia ambil. Tuhan Yesus mengatakan engkau dikontrol, diperbudak, dan tidak bisa keluar dari dosa, engkau menjadi budak dosa sebab engkau berbuat dosa. Saya mengakui faktor-faktor kecanduan itu begitu kompleks sehingga orang sulit lepas darinya. Saudara bisa melihat siklus itu, dia ingin lepas, ingin keluar tetapi tidak sanggup sehingga dia menjadi sia-sia dan frustrasi, lalu dia menemukan diri di dalam kecanduan itu lagi. Kemudian dia menjadi putus asa lagi sebab kecanduan itu tidak mendatangkan sukacita dan kelepasan seperti yang dia alami sebelumnya, itu sebab kecanduan selalu menambah dosisnya. Di dalam kecanduan, bukan saja siklus itu akan terus muncul tetapi juga satu pikiran saya dikontrol tidak habis-habis oleh perbuatan amoral itu, bukan saja datangkan salah dan merasa salah tetapi mendatangkan aspek yang tidak disadari yaitu berbohong kepada diri sendiri. Kalau saudara ketemu teman atau anak terlalu banyak berbohong, saudara bisa tebak mungkin dia sedang menyimpan satu kecanduan. Itu adalah siklus yang akan muncul. 165 Bagaimana kita menolong dia membereskan hal itu? Tuhan Yesus mengatakan, orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa. Waktu sampai kepada tahap hamba, kita setuju di situlah dosa itu menguasai dan mengontrol hidup seseorang sehingga dia merasa tidak berdaya untuk lepas. Maka kenapa teologi mengatakan satu-satunya yang bisa melepaskan dia bukan psikoterapi, bukan simpati, tetapi jawabannya adalah orang itu bertobat dan menerima anugerah keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus. Tidak ada yang bisa melepaskan dia kecuali Kristus. Tetapi tidak boleh hanya bilang saya dikontrol oleh dosa, sebab orang itu terjebak dikontrol oleh perbudakan dosa sebab dia dengan sukarela perbudakkan, memasukkan diri secara sukarela di bawah perbudakan dosa. Kalimat ini dikatakan oleh Martin Luther di dalam bukunya “The Bondage of Sin.” Banyak orang merasa tidak berdaya, banyak orang tidak mau datang kepada Tuhan karena dijebak oleh konsep itu. Hanya Kristus yang bisa melepaskan dia dari perbudakan itu. Tetapi kita tidak akan mungkin mendapatkan pertolongan dari Tuhan kalau kita tidak sadar dan mengakuinya sebagai tanggung jawabku. Aku harus datang kepada-Mu, ya Tuhan. Hati-hati sekali pada waktu kita berjalan di dalam hidup kita, karena tindakan dosa yang akhirnya menyebabkan seseorang jatuh ke dalam dosa dan kecanduan dan ikatan dosa itu akan terjadi bersifat menurun secara perlahan-lahan. Kalau kita dari sekarang tidak melatih dan mendidik anak kita memiliki kecintaan kepada hal-hal yang bersifat rohani, saudara dan saya sedang membawa step-nya ke bawah. Pelan-pelan. Kalau kita tidak rindu membawa anak kita ke gereja, kalau kita tidak rindu supaya dia sungguh-sungguh memiliki rutinitas berbakti kepada Tuhan, kita sedang membawa anak kita kepada descent (pendaratan) step. Pada waktu hidup rohani kita mandek, sebenarnya itu bukan mandek tetapi menurun. Dari situ saya ingin mengajak saudara melihat seluruh aspek hidup kita berkaitan dengan hubungan kita di dalam takut akan Tuhan dan cinta Tuhan. Sedih sekali kalau mendengar hamba Tuhan akhirnya jatuh ke dalam perselingkuhan. Sedih sekali melihat orang tidak sadar akhirnya jatuh ke dalam suatu dosa yang menjebak dia. Semua itu tidak kita sadari kalau kita tidak mengutamakan hubungan kita dengan Tuhan sebagai hal yang terutama. Biasanya pencobaan itu datang pada waktu kita tidak siapkan. Jadi sekali lagi persoalan rohani itu bukan persoalan yang netral. Persoalan cinta Tuhan itu bukan soal yang netral. Waktu kita dalam posisi tidak siap saja, itu sudah langkah pertama akan jatuh. Ini semua adalah analisa dari orangorang yang belajar teologi dan psikologi, yang melihat seluruh aspek ini secara integratif mengapa orang jatuh dimulai dari kita bukan bawa dia kepada dosa tetapi dimulai dari kita tidak persiap dia kepada hal yang bersifat rohani. Kita ingin dia baca Alkitab, kita ingin dia berdoa, kita ingin dia selalu persiap. Itu langkah pertama. Langkah yang kedua, dia mulai bersahabat dengan perbuatan dosa itu. langkah ketiga, ada yang namanya fase infatuation (keadaan tergila-gila), masa dia kepincut sehingga akhirnya seseorang jatuh dan terjebak. Intinya dimana? kembali ke atas, mempersiapkan. Tidak boleh ada aspek di dalam hidup kita dimana kita katakan ini adalah wilayahku, tidak ada kaitannya dengan soal rohani. Setiap pagi bangun, setiap kali kita mau menjalankan sesuatu, kita selalu bilang Tuhan, hidupku jujur terbuka di hadapan-Mu. Saya mau takut kepada Tuhan. Itu hanya bisa kembali kalau kita melihat dengan konsep teologi yang benar seperti ini. Kecanduan bukan persoalan kejiwaan, bukan persoalan kelemahan tetapi persoalan rohani. Kenapa dia menjadi persoalan rohani? Sebab pada waktu seseorang jatuh kepada kecanduan, kecanduan itu bukan soal perbuatan 166 amoral, bukan soal ada hal yang tidak baik yang sedang mengontrol orang, tetapi kalau kita tarik kepada konsep Alkitab, itu adalah konsep penyembahan berhala. Kecanduan itu menjadi berhala seseorang. Kalau itu menjadi berhala seseorang di dalam hidupnya, maka persoalan ini hanya bisa beres dan bisa selesai oleh aspek rohani, kita berbalik dan bertobat di hadapan Tuhan. Pada waktu kita berbalik dan bertobat,itu merupakan bertanggungjawab kita di hadapan Tuhan, kita dibawa kepada satu kesadaran kita tidak bisa lepas darinya. Tuhan, ini adalah perbuatan saya, ini adalah tanggung jawab saya. Saya datang kepada-Mu, ya Tuhan. 167 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 05/04/2009 Pdt. Effendi Susanto STh. Dosa, penyakit dan tanggung jawab moral (2) Nats: Kel. 14: 10-14 Kol. 1: 10 Mzm. 130:4 2 Petr. 1: 9 Keluaran 14 10 11 12 13 14 Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel dan mereka berseru–seru kepada TUHAN, dan mereka berkata kepada Musa: “Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir? Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini.” Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu: “Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan–Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama–lamanya. TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.” Kolose 1 10 sehingga hidupmu layak di hadapan–Nya serta berkenan kepada–Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah, Mazmur 130 4 Tetapi pada–Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang. 2 Petrus 1 9 Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa–dosanya yang dahulu telah dihapuskan. Minggu lalu dan minggu ini saya berbicara mengenai permasalahan yang sedang muncul dewasa ini dimana Teologi ingin kembali lagi memimpin kepada praktek psikoterapi. Ini adalah hal yang memang seharusnya terjadi. Sebelum science muncul dan berkembang di abad 17 dan 18, Teologi adalah ratu dari ilmu. Segala sesuatu dilihat dari bagaimana Alkitab berbicara. Tetapi lama-lama Alkitab ini dianggap bukan lagi firman Tuhan melainkan hanya buku agama manusia belaka. Lalu akhirnya Alkitab disingkirkan dan dianggap sebagai satu pelajaran sejarah yang mencoba membahas bagaimana manusia ingin mengenal Tuhan belaka. Bagi mereka Alkitab tidak bicara soal science, Alkitab juga tidak banyak bicara mengenai psikologi, dan akhirnya melepaskan bagaimana firman 168 Tuhan berbicara di dalam hidup kita, itu berarti kita mungkin bisa menawarkan obat yang salah di dalam menyelesaikan permasalahan seseorang. Inilah perjuangan dari beberapa hamba Tuhan muda orang Kristen yang berteologi Reformed dan yang belajar psikologi dengan mendalam, salah satunya seorang psikoterapist yang sangat baik sekali, namanya Edward Welch menulis buku berjudul “Addiction: A banquet in the Grave: Finding the Hope in the Power of the Gospel.” Selama 40 tahun terakhir ini psikoterapi tidak mendatangkan perubahan yang signifikan terhadap orang, melainkan psikoterapi hanya mendatangkan pengobatan yang bersimpati kepada orang, khususnya terhadap mereka yang mengalami kecanduan. Apakah kecanduan atau kecanduan itu? Psikoterapi mengatakan kecanduan itu adalah soal penyakit, satu desease, sama seperti virus atau kanker yang datang kepada diri seseorang. Maksudnya, kita tidak bisa menolak kecanduan itu datang ke dalam hidup seseorang. Kita hanya bisa simpati kepada dia. Orang yang kecanduan alkohol, kecanduan judi, kecanduan seks, dsb dianggap sebagai orang yang terjangkit satu penyakit yang tidak bisa dia hindari. Beberapa teolog Reformed ini mengatakan kita mesti membawa kembali persoalan itu kepada bagaimana terang Alkitab berbicara. Karena pada waktu kita hanya melihat kecanduan itu sebagai satu persoalan kejiwaan seseorang, atau kalau itu soal kerusakan fungsi otak seseorang, bahkan kalau itu soal genetic keturunan, maka kecanduan dilihat bukan kesalahan dari orang itu. Kalimat Tuhan Yesus yang saya kutip minggu lalu menyatakan satu kalimat yang dalam luar biasa, “Barangsiapa berbuat dosa, dia adalah hamba dosa.” Alkitab tidak menolak bahwa kejatuhan orang ke dalam dosa pasti akan membuat orang itu diperbudak oleh dosa, menjadi hamba dosa. Tetapi kejatuhan manusia ke dalam dosa bukan sesuatu hal yang tidak bisa ditolak oleh manusia. Yesus mengatakan orang yang dari awal berbuat dosa akibatnya dia akan menjadi hamba dosa. Martin Luther di dalam bukunya “The Bondage of Sin” mengatakan bagaimana dosa itu mencengkeram dan membelenggu hidup seseorang mulanya dilakukan orang itu dengan sadar tetapi akhirnya dosa memperbudak dia. Martin Luther memakai istilah “voluntarily slavery” (perbudakan dengan sukarela) manusia diperbudak dan memperbudak diri dengan sukarela. Dengan melihat kecanduan bukan sebagai desease tetapi sebagai perbudakan dengan sukarela kepada dosa, maka kecanduan bukan persoalan kejiwaan, kecanduan itu persoalan hal spiritual di hadapan Tuhan. Maka bagaimana kita melihat kecanduan? Kecanduan bukan hanya dosa, tetapi kecanduan dilihat secara spiritual berarti kita menjadikan suatu unsur di dalam hidup ini menjadi tuhan kita, dia menjadi berhala yang menguasai kita. Orang yang kecanduan seks, bukan seksualitasnya tidak bisa dikontrol tetapi seks itu sudah menjadi berhala di dalam hidupnya. Orang yang kecanduan alkohol dan drugs, alkohol dan drugs itu sudah menjadi berhala di dalam hidupnya. Bagaimana menyelesaikannya? Saya mengakui realita orang yang terlibat di dalam kecanduan, orang yang terlibat di dalam perbudakan dosa itu luar biasa berat sekali. Sampai sekarang data khusus mengenai orang homoseksual sukses menjadi heteroseksual persentasinya kecil sekali. Karena itu maka orang berpikir ini pasti penyakit yang tidak bisa ditolong. Orang tidak mungkin bisa lepas dari homoseksualitasnya. Homoseksual itu sudah menjadi satu hal yang lebih besar daripada orang itu sehingga dia terikat di dalamnya dan tidak bisa lepas darinya. Orang terus berusaha mencari bukti bahwa homoseksual itu soal genetic. Sampai sekarang itu tidak terbukti. Apakah homoseksual hanya 169 persoalan dunia modern? Alkitab memperlihatkan praktek homoseksual sudah ada dari dulu. Alkoholic bukan hanya masalah dunia modern, di Alkitab jelas itu disebutkan sebagai kemabukan. Itu sebab saya ingin mengajak saudara melihat ini sebagai sesuatu yang begitu serius di dalam hidup kita dan melihat bagaimana Alkitab mengajar kita untuk mendapatkan kelepasan. Saya mengajak saudara melihat satu ayat yang sangat menyentuh saya dan menjadi perenungan saya selama seminggu ini Kol.1:10 ”...sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya dan berkenan kepada Tuhan di dalam segala hal dan bertumbuh di dalam pengetahuan yang benar akan Allah…” Ini adalah suatu doa dari Paulus bagaimana kita bertumbuh di hadapan Tuhan di dalam pengetahuan yang benar akan Dia. Sebagai seorang Kristen, bukankah kita sudah punya pengetahuan tentang Allah? Bukankah saya menjadi orang percaya sebab saya punya pengetahuan akan Allah? Lalu selama saya mengenal Allah, di dalam hal apa pengetahuan saya akan Allah harus bertumbuh? Bukankah dari saya mulai percaya Tuhan hingga hari ini saya terus berpegang kepada Allah yang saya kenal, Allah yang Tritunggal, Allah yang kasih, Allah yang adil, suci dsb. Saya percaya semua kita akan menyatakan pengenalan kita akan Allah demikian, bukan? Tetapi saya sangat tertegun dengan kalimat Paulus ini, sesudah menjadi orang percaya Paulus berdoa supaya hidup kita makin memiliki pengetahuan akan Allah yang makin bertumbuh. Saya percaya doa ini adalah doa untuk saya juga, maka saya bertanya kepada diri saya, dalam hal apa saya harus bertumbuh? Itu berarti pengetahuan saya akan Allah yang saya peroleh dari text book buku-buku teologi itu tidak sama dengan pengetahuan sejati saya mengenal Allah. Di dalam sekolah teologi saya belajar akan segala hal mengenai Allah, tetapi bagaimana pengetahuan saya akan Allah itu bisa bertumbuh di dalam hidup saya? Kita mungkin memiliki konsep dan pengetahuan akan Allah tetapi mungkin pengetahuan kita tidak sempurna dan murni. Itu sebab seperti doa Paulus biarlah hidup kita makin hari makin bertumbuh di dalam pengenalan akan Allah. Edward Welch membuka satu hal yang sangat penting karena dia mengatakan seringkali kita di dalam Gereja sudah belajar, kita bersentuhan dengan dunia, kita kadang-kadang tidak sadar bisa jadi teologi yang kita ajarkan di gereja adalah teologi yang tidak terlalu murni mengenal Tuhan dengan sempurna. Ini kalimat yang sangat menarik. Salah satunya adalah konsep kita mengenai pengampunan Tuhan. Kita tahu Allah itu mengampuni, tetapi konsep itu tanpa sadar sudah diterobos dan dimasuki oleh konsep dari psikologi dan psikoterapi yang tidak sesuai dengan Alkitab. Hari ini pengaruh psikologi dan psikoterapi sudah masuk ke dalam Gereja akhirnya Gereja hanya mengerti konsep Allah hanya sebagai Allah yang mengampuni. The forgiveness of God make you feel good. Saya tidak menerima konsep ini sebab kalau kita membaca di dalam Alkitab, konsep yang benar adalah the forgiveness of God make you fear. Gereja menawarkan pengampunan dosa, tetapi itu hanya membuatmu merasa diri baik. Merasa diri baik itu bukan hal yang salah. Allah mau mengampuni kita, itu juga bukan hal yang salah. Allah bisa mengampuni dosa yang sebesar apapun, kita percaya akan hal itu. Tetapi menaruh konsep pengampunan tidak secara benar seturut dengan konsep Alkitab mungkin seperti menawarkan obat yang salah di dalam menyelesaikan persoalan kecanduan orang sehingga dia tidak pernah benar-benar lepas dari persoalan dosa. Pengampunan dosa bukan merasakan diri baik .Pengampunan dosa itulah takut akan Tuhan. Dengan mengaitkan konsep keampunan dengan takut akan Tuhan itu yang bisa menjadi jalan keluar bagi seseorang untuk 170 lepas dari kecanduannya. Mzm.130:4 menulis “Pada-Mu ada pengampunan supaya Engkau ditakuti orang…” Memang ada ayat-ayat yang mengatakan pengampunan Tuhan memberi keberanian kepada kita untuk datang menghampiri Tuhan. Pengampunan Tuhan membuat kita merasa aman berada di dekat Tuhan. Pengampunan Tuhan membuat dosaku menjauh seperti timur dari barat. Tetapi semua hasil akibat saya bisa tenteram dan nyaman di kaki Tuhan bukan karena feel good-nya yang menentukan, tetapi karena takut akan Tuhan. Pemazmur mengatakan Tuhan penuh dengan pengampunan, itu membuat kita menjadi takut akan Dia.The more He gave you forgiveness, the more you fear Him. Ini konsep yang penting karena sejujurnya kita manusia berdosa sudah punya konsep yang berdosa. Di dalam hidup sehari-hari mana yang lebih kita takuti, guru yang ‘killer’ atau guru yang lembut dan baik? Kelas yang paling ribut adalah kelas yang diajar oleh guru yang penuh dengan pengampunan. Guru yang killer membuat kita jadi takut. Tetapi pemazmur mengatakan Tuhan yang penuh pengampunan membuat kita jadi takut. Dosa sudah menipu. Sistem teologi yang keliru bisa membuat kita melepaskan dua aspek yang harus sejajar: Tuhan itu sayang kepadamu, tetapi Tuhan itu juga Tuhan yang harus kita hormati dan takuti. Tuhan sayang kepadamu, itu tidak untuk membuatmu feel good lalu kita bisa sembarangan dengan hidup kita. Tuhan sayang kepadamu, itu tidak berarti Tuhan tutup mata dan terus memberkati apapun yang kau perbuat. Berangkat dengan konsep takut akan Tuhan yang mengkaitkan dua aspek ini sehingga pada waktu kita menghampiri orang yang kecanduan dan jatuh di dalam dosa, dua aspek ini tidak bisa lepas. Banyak orang lari dari Tuhan dan tidak mau datang mendapatkan pertolongan dan pelepasan karena kita pikir Tuhan tidak maha pengasih dan maha pemurah. Tetapi orang yang setiap kali datang terus minta ampun kepada Tuhan namun tidak sanggup bisa keluar dari kesalahannya sebab dia tidak ditopang oleh kesadaran dan ketakutan akan Tuhan di dalam hidup dia. Itu sebab pengampunan yang ditawarkan oleh Gereja menjadi pengampunan yang impotent. Pengampunan yang ditawarkan Gereja akhirnya menjadi pengampunan yang sama dengan psikologi yaitu just membuatmu feel good tetapi tidak menjadi kekuatan kuasa yang memberikan perubahan di dalam hidupmu. Memang tidak gampang dan itu menjadi perjuangan seumur hidup tetapi dasar ini harus dipegang. Apa itu takut akan Tuhan? Pertama, takut akan Tuhan berarti saudara dan saya berespons kepada kesucian Tuhan. Allah itu suci dan Allah tidak akan pernah bisa melihat dosa sekecil apapun. Tetapi karena itu sekaligus Dia memiliki mata yang penuh kasih dan pengampunan, dosa sebesar apapun bisa Dia ampuni. Kedua, takut akan Tuhan berarti hidup kita di hadapan-Nya adalah jujur dan terbuka. John Calvin menyebutnya “Coram Deo” terbuka di hadapan Tuhan, tidak ada bagian yang tersembunyi. Inilah bahaya dari kecanduan, kita menemukan fenomena kecanduan yang mempengaruhi hidupmu, seperti yang ditulis dalam 2 Pet. 1:9 ”...tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik karena ia lupa bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapus.” Kalau saudara bertemu dengan orang yang sudah terjerat di dalam perbudakan dari dosa, saudara akan menemukan penipuan dosa seperti ini yaitu mereka sadar ada hal yang salah tetapi sekaligus mereka merasa tidak berdaya. Akibatnya, banyak di antara orang Kristen yang seperti itu menjadi bersalah, merasa bersalah, tetapi bukannya justru mendekat kepada Tuhan dan minta kekuatan, malah dia lari menjauh dari-Nya. Waktu dia lari dari Tuhan, kebanyakan orang yang 171 kecanduan mematikan merasa diri salah itu dan umumnya mereka mencari ‘juruselamat’ palsu. Orang yang kecanduan heroin akan merasa bersalah. Sesudah merasa bersalah, dia tidak lari mencari pertolongan di dalam Tuhan tetapi dia lari menjauh. Tetapi persoalannya, merasa diri salah itu terus ikut. Maka dia akan lari kembali kepada heroin untuk melupakan rasa salahannya. Semua kecanduan memiliki pola seperti itu. Bagaimana menerobosnya? Kita sadar kecanduan adalah masalah yang begitu sulit dibereskan. Tetapi aspek yang pertama yang tidak boleh kita lepas adalah kita tidak boleh lari menjauhi Tuhan. Kalau hari ini engkau sedang bergumul dengan kecanduan tertentu, hari ini saya memberitahukanmu, engkau bisa mendapatkan kekuatan dan keselamatan dan pembebasan dari kecanduan itu. Namun kenapa orang Kristen bisa terus jatuh dan jatuh lagi? Rasul Petrus mengatakan ada dua kemungkinan, pertama dia mungkin orang Kristen yang belum sungguh-sungguh mengaku percaya dan menerima kelepasan dosa dari Tuhan Yesus Kristus. Atau yang kedua, dia orang Kristen sejati, sudah percaya Tuhan, tetapi menjadi orang Kristen yang terjatuh di dalam kecanduan sebab dia jatuh kepada kesombongan diri yaitu setelah percaya Tuhan dia merasa sanggup bisa berjalan sendiri tetapi akhirnya jatuh lagi. Maka Petrus bilang kalau kita lupa semua anugerah Allah, itu akan membuat kita menjadi buta dan tidak ingat dosa-dosa kita yang lalu sudah ditebus. Petrus mengingatkan jemaat karena ada di antara mereka yang mengalami kejatuhan yang tidak bisa lepas. Mereka bukannya datang mengaku dan minta pengampunan Tuhan tetapi mereka lari. Petrus mengingatkan mereka jangan lupa akan dosa-dosa yang dulu sudah Tuhan hapus. Memasukkan Tuhan ke dalam persoalanmu, takut akan Dia, selalu hidup terbuka di hadapan-Nya, bagi saya ini merupakan jalan keluar dan pertolongan yang engkau butuhkan. Kedua, kecanduan memiliki aspek “self deception.” (penipuan diri) Kecanduan selalu mendatangkan kebohongan dan selalu memberikan penipuan diri. Yes.28:15 ”...sebab kami telah membuat bohong menjadi perlindungan kami dan di dalam dusta kami menyembunyikan diri.” Orang itu terus bersembunyi di dalam lubang kebohongan. Orang yang terus-menerus terjerat di dalam dosa kecanduan akan mendatangkan aspek penipuan diri ini. Kej.3:11 akibat dosa, ada dua pertanyaan Tuhan yang Adam tidak jawab. Apakah engkau makan buah itu? Adam tidak memberikan pengakuan di situ. Darimana engkau tahu engkau telanjang? Adam juga tidak menjawabnya. Mestinya dia mengakui tetapi sebaliknya Adam mempersalahkan Tuhan memberikan Hawa kepadanya sehingga dia makan buah itu. Saya percaya di dalam hati sedalam-dalamnya Adam tahu jawaban apa yang seharusnya dia berikan kepada Tuhan tetapi dia tidak mengeluarkan jawaban itu. Dia menolak untuk memberikan jawabannya. Dia tahu jawabannya tetapi dia tetap menyembunyikan hal itu di dalam dirinya. Kalau ada orang yang tidak memberitahu jawaban tidak berarti orang itu tidak tahu. Inilah dosa. Di dalam hati kecil manusia sedalam-dalamnya manusia mengaku ada Tuhan. Di dalam hati kecil manusia sedalam-dalamnya manusia sadar dia adalah orang berdosa. Di dalam hati kecil sedalam-dalamnya terusik pertanyaan apa betul sesudah mati dia bisa masuk surga. Tetapi banyak manusia tidak mau menyatakan kalimat itu, tidak mau mencari jawabannya sebab seperti Adam, dosa menciptakan penipuan diri. 172 Ada orang yang kecanduan dosa, tidak sanggup bisa lepas. Ada orang yang tidak pernah sadar dia kecanduan sebab dosa mendatangkan penipuan diri sedalam-dalamnya meskipun di dalam hati kecilnya dia tahu, itu sebab terlalu banyak orang akhirnya menangis terhadap dosa pada waktu dia ketangkap basah. Semua kecanduan akan memiliki pola seperti itu. Kita ditipu dan dibutakan, baru sadar pada waktu ketangkap basah. Sesudah kita takut akan Tuhan dan tahu kita perlu penebusan Tuhan, kita perlu aspek ketiga ini: belajar bilang “TIDAK” dan belajar untuk ketat kepada diri sendiri. Tuhan Yesus pernah bilang, kalau matamu menyesatkan engkau, cungkil dan buanglah itu. Jika tanganmu menyesatkan engkau, penggal dan buanglah itu. Dengan demikian saudara bisa lihat itu bukan hal yang mudah namun itu yang kita perlu di dalam hidup kita. Tidak ada orang yang melihat, kita tetap hidup terbuka dan jujur di hadapan Tuhan. Karena aspek ‘tidak dilihat orang’ itu adalah aspek penipuan dosa yang selalu bikin penipuan diri. Belajar say “TIDAK” berarti kita memerlukan hidup yang punya pengendalian diri. Pengendalian diri berarti saudara dan saya berani menaruh batasan yang jelas mana yang tidak boleh saya langgar. Kasih batasan yang jelas. Dalam hidup kita harus seperti itu. Kita bertindak sebelum berpikir. Sebelum ambil keputusan, pikir sebentar. Inilah pengendalian diri. Belajar untuk ketat terhadap diri. Paulus menangkap apa yang Tuhan Yesus katakan dengan mengatakan hidup Kekristenan kita adalah suatu peperangan. Kita berperang bukan melawan darah dan daging tetapi melawan kuasa-kuasa kegelapan di angkasa. Hidup kita adalah satu peperangan artinya tidak ada habis-habisnya kita menjadi orang Kristen yang dengan tegas menolak godaan. Mengapa? Inilah kelemahan dosa kita. C.S. Lewis bilang kita jadi orang Kristen seringkali menjadi separuh orang Kristen. Yesus membebaskan kita dari perhambaan dosa supaya kita menjadi orang bebas lalu memperhambakan diri kepada kebenaran. Tetapi kita mau Tuhan membebaskan kita dari perhambaan dosa tetapi tidak banyak yang ingin menyerahkan diri menjadi hamba kebenaran. Kita masih mau berdiri sendiri dan bebas. Maka apa namanya hamba kebenaran? Artinya tidak ada aspek di dalam hidup kita dimana kita tidak sungguh-sungguh berjuang meletakkan seluruh hidup kita di bawah kebenaran Tuhan. Baru kita akan menemukan paradoks dari ucapan Yesus kebenaran-Ku akan membebeskan kamu. Ketika kita menjadi hamba kebenaran, di situlah kita menjadi orang bebas. Biar firman Tuhan hari ini membuka pikiran kita secara teologis karena ini persoalan kita hari demi hari. Ini persoalan yang kita alami di dalam hidup kita. Kita menghadapi dunia dengan kemajuan teknologi yang amat pesat. Kita menghadapi serangan pencobaan dari kecanduan yang luar biasa banyak. Kita memiliki internet yang terbebas dan terbuka. Kita hidup di negara ini tidak ada papa mama yang mengontrol hidup kita. Tetapi kita hidup dimana saja selalu tahu ada Tuhan yang melihat hidup kita. Itu sebab pegang hal yang pertama, takutlah akan Tuhan. Kalau engkau dan saya sudah ditebus oleh Tuhan, biarlah hidup kita menjadi hidup yang memperkenan Dia. 173 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 08/01/2008 Pdt. Effendi Susanto STh. Tentang kebijaksanaan hidup: Belajar dari binatang-binatang (1) Nats: 1 2 3 15 16 17 18 19 20 Amsal 30: 1-3; 15-20 Perkataan Agur bin Yake dari Masa. Tutur kata orang itu: Aku berlelah–lelah, ya Allah, aku berlelah–lelah, sampai habis tenagaku. Sebab aku ini lebih bodoh dari pada orang lain, pengertian manusia tidak ada padaku. Juga tidak kupelajari hikmat, sehingga tidak dapat kukenal Yang Mahakudus. Si lintah mempunyai dua anak perempuan: “Untukku!” dan “Untukku!” Ada tiga hal yang tak akan kenyang, ada empat hal yang tak pernah berkata: “Cukup!” Dunia orang mati, dan rahim yang mandul, dan bumi yang tidak pernah puas dengan air, dan api yang tidak pernah berkata: “Cukup!” Mata yang mengolok–olok ayah, dan enggan mendengarkan ibu akan dipatuk gagak lembah dan dimakan anak rajawali. Ada tiga hal yang mengherankan aku, bahkan, ada empat hal yang tidak kumengerti: jalan rajawali di udara, jalan ular di atas cadas, jalan kapal di tengah–tengah laut, dan jalan seorang laki–laki dengan seorang gadis. Inilah jalan perempuan yang berzinah: ia makan, lalu menyeka mulutnya, dan berkata: Aku tidak berbuat jahat. Saya akan mengulang sedikit bagaimana kerangka pikiran yang luar biasa dari Agur di dalam Amsal 30 ini. Dia memulai dengan kalimat ini, “…aku ini lebih bodoh daripada orang lain…” Aku seorang idiot, aku orang bodoh, karena aku sadar hidupku selama ini, apa yang aku kejar, apa yang kucari, tanpa Tuhan dalam hidupku, maka semua itu menjadi tidak ada artinya. Saya bodoh karena saya tidak mempunyai hikmat dari Tuhan, kata Agur. Itu satu pemutarbalikan terjadi, satu pertobatan terjadi dalam hidupnya. Sesudah itu saudara akan menemukan doa yang indah dari Agur, “Tuhan, jauhkan dariku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan.” Sesudah itu dia bicara mengenai kebahayaan pujaan diri. Hidup yang tidak menghormati orang tua, tidak tahu akar darimana, orang yang rasa sukses sebagai hasil sendiri dan tidak menganggap orang lain, tidak menghargai rekan, itu kesombongan yang berbahaya sekali. Ini merupakan rangkaian ajaran yang luar biasa dari Agur. Itu sebab dia taruh satu ajaran penting di dalam hidup kita masing-masing untuk belajar satu hal: kita boleh hidup bertumbuh ke atas, boleh memiliki mimpi-mimpi yang besar, boleh memiliki cita- cita yang agung, tetapi di bawahnya, dasarnya, tidak boleh bolong. Jangan memiliki hidup yang tak berdasar. Apakah itu? Yaitu hidup yang tidak pernah merasa cukup dan puas. Itu 174 lubang yang paling berbahaya. Maka sekarang dia berbicara mengenai hal itu. Tuhan berikan kepadaku hidup yang bersyukur. Jangan terlalu kaya, jangan terlalu miskin, doa Agur. Tidak berarti dia tidak ingin memiliki hidup yang sukses. Tetapi taruh prinsip ini dulu, yaitu apa yang saya dapat, apa yang saya miliki, kesuksesan yang saya raih dalam hidup ini saya tidak jadikan sebagai sumber untuk memuji diri sendiri. Semata-mata itu anugerah Tuhan. Dia kemudian sekarang masuk kepada hal yang menarik. Hidup yang tidak pernah bersyukur itu seperti lintah. Cuma anehnya kenapa disebutkan anaknya dua-duanya perempuan. Maafkan kepada para ibu dan para wanita, mungkin di dalam kebudayaan manusia yang selalu mempunyai kekuatiran soal cukup itu bukan laki-laki tetapi wanita. Itu sebab setan datang membawa godaan kepada Hawa lebih dulu. Akhirnya kita pria jadi jatuh juga. Lintah itu punya dua anak perempuan. Itu memberitahukan kepada kita rongrongan, perasaan kekuatiran hidup ini memang bisa datang dari sisi wanita yang memang ingin hidup aman. “Untukku!” dan “Untukku!” itu nama dua anak perempuan si lintah, yang tidak pernah puas, itu hidup yang sengsara luar biasa. Agur menggunakan beberapa ilustrasi untuk menggambarkan hidup yang tidak pernah puas. Itu seperti dunia orang mati, seperti kuburan, tempat penderitaan. Tidak ada kebahagiaan, tidak ada sukacitanya. Penuh dengan iri hati seperti kandungan yang mandul. Ingatkan sekali lagi jaman itu kemandulan itu merupakan satu momok yang sangat menyedihkan bagi wanita dan saudara menemukan di dalam Alkitab wanita yang mandul selalu memiliki hati yang iri hati terhadap wanita yang memiliki anak. Penuh dengan kesedihan, tidak ada rasa syukur, tidak ada kebahagiaan, terus iri hati kepada orang lain. Hidup seperti itu susah sekali kalau tidak memiliki hati yang penuh dengan rasa cukup. Itu seperti api yang bisa merusak orang yang kita iri, oleh sebab dasar hatinya bolong, diisi apapun tidak pernah penuh. Bagi saya Agur luar biasa memberi dasar hidup yang cukup dan bersyukur menjadi dasarnya. Selanjutnya sekarang Agur berbicara mengenai bagaimana hidup di dalam dunia ini. Dia sekarang berbicara mengenai hikmat yang sangat indah sekali. Hidup di dalam dunia ini harus kita akui terlalu banyak hal bijaksana Tuhan yang luar biasa. Apapun yang manusia buat dengan teknologi itu sebenarnya meniru apa yang Tuhan cipta dalam dunia ini. Maka Amsal memang kelihatan sederhana, bicara mengenai binatang, tetapi di situ saudara menemukan bijaksana itu. Maka Agur mengajar bagaimana hidup di dalam dunia ini, saudara akan menemukan paling tidak selanjutnya ada beberapa kelompok binatang yang kita akan perhatikan. Ada tiga hal yang mengherankan aku, dan empat hal yang mengagumkan aku. Terbangnya burung rajawali di udara, jalannya ular di atas batu cadas yang tajam, jalannya kapal di atas air, dan terakhir, jalannya laki-laki dan perempuan. Berpindah dari nature kepada pergerakan di dalam kehidupan kita berelasi. Bijaksana apa yang kita temukan dari alam ini, dari apa yang Tuhan sudah beri kepada kita untuk kita pelajari sehingga kita memiliki hikmat untuk hidup di dalam dunia ini. Kenapa Agur menyebutkan rajawali, ular, dan kapal di sini? Penekanannya adalah kepada unsur dimana kita hidup di dalam dunia ini yaitu udara, darat dan air. Ini lingkungan hidup kita. Kata “jalannya” menunjuk kepada pergerakan. Jadi ini adalah pengajaran mengenai perjalanan hidup, bagaimana kita berjalan, bagaimana kita hidup. Di udara, di darat maupun di air, berkaitan dengan lingkungan dimana engkau dan saya berada. 175 Jalannya rajawali di udara. Mengagumkan yang pertama muncul karena Agur mengerti bagaimana sulitnya seekor burung rajawali bisa terbang di angkasa dalam waktu yang lama karena itu membutuhkan energi yang besar sekali. Berbeda dengan burung pipit atau burung-burung kecil lainnya, badan kecil tidak memerlukan tenaga besar untuk terbang. Rajawali ketika merentangkan sayapnya bisa mencapai dua meter. Dengan cara itulah rajawali bisa terbang tinggi. Tetapi bukan itu yang membuat rajawali terbang begitu lama. Saudara akan menemukan saat rajawali itu terbang begitu tinggi, dia akan diam di situ sampai berjam-jam sebab rajawali menemukan satu cara bagaimana dia bisa terbang lama di udara dengan menggunakan udara thermal panas yang naik dari bumi ke angkasa. Udara thermal itu mendorong sayapnya sehingga rajawali bisa tinggal di atas makin lama. Itu yang membuat Agur kagum. Tanpa energi yang banyak rajawali bisa terbang begitu lama. Hal kedua yang membuat Agur kagum adalah bagaimana ular yang tanpa kaki bisa dengan gesit berjalan di atas batu cadas yang tajam dan keras. Bagaimana bisa terjadi seperti itu? Menghadapi situasi yang keras, tajam dan berbahaya itu, justru perlu kaki. Tetapi mengapa akhirnya tanpa kaki, ular itu bisa berjalan dengan perutnya? Itulah mengagumkan. Hal ketiga, siapa yang bisa berjalan di atas air? Agur melihat betapa kagum manusia bisa melewati ketidamungkinan itu. Kita tidak bisa berjalan di atas air tetapi bisa menikmati hal itu dengan menciptakan kapal. Di sini saudara bisa melihat gradasinya. Pertama, Agur ingin mengatakan bagaimana hidup bijaksana di tengah lingkungan ini. Belajar dari burung rajawali, bahwa tidak ada hidup yang lancar. Di dalam hidup ini kita memiliki banyak rintangan. Di dalam hidup ini kita menghadapi banyak rintangan dan hambatan. Tetapi yang membuat saya kagum terhadap burung rajawali ini bagaimana menghadapi kesulitan, tantangan yang berlawanan itu, justru dipakai sebagai kekuatan untuk dia bisa terbang lebih tinggi. Di dalam dunia ini, di dalam perjalanan hidupmu, engkau mengalami banyak rintangan, bagaimana merubah rintangan itu menjadi keuntungan, itulah yang burung rajawali ajarkan kepada kita. Yang kedua, di dalam perjalanan hidup ini engkau menghadapi banyak sekali batu cadas. Kita tidak bisa merubah batu cadas itu, maka apa boleh buat, tidak ada kaki, saya tetap harus berjalan melewati batu cadas. Yang ketiga, dalam perjalanan hidup ini banyak hal yang mustahil tetapi terjadi. Dalam perjalanan hidup ini banyak hal yang tidak pernah dipikirkan oleh orang lain tetapi manusia akhirnya bisa memikirkan bagaimana berjalan di atas permukaan air. Bagaimana saya bisa berhasil, bagaimana saya bisa sukses, bagaimana saya bisa menjalani hidup di tengah kesulitan hidup ini? Banyak orang berpikir kalau lingkungannya baik, pasti saya bisa jadi orang baik. Kalau lingkungannya mendukung, saya bisa sukses, dsb. Tetapi fakta yang ada tidak selalu begitu. Saya merenung dan berpikir tidak mudah bagi kebanyakan orang memiliki hati dan jiwa seperti itu. Kadang-kadang begitu kita lulus sekolah, kita punya cita-cita untuk segera meniti karier dan meniti rumah tangga. Umur 30 tahun menjadi manager. Umur 35 tahun menjadi direktur. Umur 40 tahun retired. Retired young retired rich, kata Robert Kiyosaki. Namun setelah melewati beberapa tahun saudara menemukan banyak hal tidak sesuai dengan apa yang saudara cita-citakan. Saya menyadari akhirnya kita berpikir mungkin kalau lingkungan berubah, maka kita akan bisa menjadi lebih baik. Saya tidak menyangkal sering orang muda berpikir seperti itu, mudah pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari 176 lingkungan yang lebih baik. Banyak kali kita merasa situasi itu sebagai faktor utama, situasi itu yang harus berubah. Kita tidak pernah berpikir di dalamnya kita bisa belajar banyak. Puji Tuhan, bedanya kita dengan binatang adalah satu hal, binatang hidup dengan instinknya menghadapi nature dimana dia tinggal. Binatang tidak punya daya adaptasi seperti kita. Itu sebab dia tidak bisa merubah lingkungannya. Puji Tuhan kita bisa survive sampai sekarang karena kita memiliki daya adaptasi yang tinggi. Seekor babi tidak bisa hidup di kutub utara karena dia tidak bisa berpikir bagaimana membuat jubah yang hangat untuk melindunginya dari udara dingin. Tetapi menghadapi situasi lingkungan yang tidak bisa dia ubah itu, binatang akhirnya belajar mengatasi kesulitan untuk bisa survive. Saya mengajak saudara bergumul, kekuatan apa yang saudara perlukan untuk memasuki tahun ini untuk bisa seperti itu. Dua minggu yang lalu saya sudah mengkhotbahkan satu ayat yang begitu menyentuh hati saya dari 1 Sam.30:1-6. Daud menghadapi situasi yang sulit sekali. Bukan saja isteri dan anak-anaknya ditawan musuh, tetapi rakyat yang marah juga berniat untuk melemparinya dengan batu. Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan Allahnya (ayat 6). Kalau seandainya mereka datang dua jam lebih awal, situasi itu tidak akan terjadi. Kalau kita menengok ke belakang, mungkin hal seperti itu juga yang terjadi. Maka keluar air mata sedih dan menyesal. Setelah itu kemudian yang terjadi suara geram dan marah mencari siapa yang bisa kita persalahkan. Daud terjepit sebab dia pemimpin. Kalau hidup kita sudah gagal, paling gampang kita mempersalahkan orang tua, mempersalahkan boss, mempersalahkan pendeta, dan terakhir mempersalahkan John Howard. Terlalu banyak orang hidup seperti itu, bukan? Mereka sedih dan menangis, lalu mulai mempersalahkan Daud. Hati mereka menjadi pahit dan pemikiran- pemikiran yang liar terjadi. Dalam kondisi seperti itu Daud terjepit dan tidak tahu bagaimana jalan keluar. Bagaimana menghadapi rintangan seperti ini? Pada waktu kita menghadapi situasi yang begitu berat, tantangan yang begitu besar seperti ini, bagaimana hikmat dunia ini world membuat kita justru terbang lebih tinggi. Alkitab mengatakan, Daud menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan. Kita memang perlu kesempatan, kita perlu dukungan, kita perlu dorongan orang lain, tetapi ketika itu semua tidak ada, siapa yang harus mendorong saudara? Dirimu sendiri. David mendorong dirinya sendiri. Dia perlu mendorong dirinya sendiri karena tidak ada lagi yang berpihak kepada dia. Semua teman kini sudah menjadi musuh. Orang yang percaya kepadanya sekarang mempersalahkan dia. Tidak ada lagi siapapun di pihaknya. Maka hari itu Daud berdiri di hadapan Tuhan, menangis di hadapan Tuhan. Dan kemudian di situ dia mendorong dirinya sendiri. Itu yang kita perlukan. Di hadapan Tuhan belajar untuk mendorong diri sendiri. Kuatkan diri sendiri. Punya hati seperti itu. Jujur dan bertanggung jawab di hadapan Tuhan. Kerjakan dengan sungguh. Banyak hal kita takut, itu realita. Bukan berarti sebagai orang Kristen kita harus membuang rasa takut. Saya rasa lebih baik kita memfokus kembali takut kita. Kita berani belajar hanya takut kepada Tuhan, bukan takut kepada orang lain dan situasi dimana kita berada. Ketika saudara mempunyai situasi yang tidak bisa dirubah, jalan di situ, jalan dengan tekun, jalan dengan sabar, lakukan hal yang tepat padam omen yang tepat. Kebijaksanaan bukan yang mana kamu belajar. Kebijaksanaan adalah yang kamu belajar sesudah pengalamamu. Kalau saudara menghadapi boss, lingkungan yang tidak bisa berubah, menghadapi hidup mati kehidupan saudara, mungkin belajar seperti ular, sabar, tetap jalan dengan tekun sampai akhirnya kita bisa melewatinya. 177 Terakhir, Agur kagum melihat laki-laki bisa berjalan dengan perempuan. Itu kagum luar biasa. Kita kagum mengapa kita bisa bertemu dan mengambil pria atau wanita itu menjadi suami atau isterimu. Kita kagum mendengar syukur saya boleh memiliki dia di kehidupan saya itu yang kita dengar dari pengantin pria di hari pernikahannya. Setelah 15 tahun “syukur saya masih hidup.” Agur kagum melihat laki-laki bisa berjalan dengan wanita. Ini mengandung banyak penafsiran, karena tiga hal di atas bicara mengenai pergerakan, lalu apa artinya laki-laki berjalan dengan perempuan? Saya lebih mengambil sikap ini bicara mengenai satu perjalanan bagaimana seorang pria bisa bertemu dengan seorang wanita di dalam pernikahan. Kita kagum melihat seorang wanita yang begitu cantik kok memilih suami yang tidak ganteng. Kita kagum melihat seorang pria yang ganteng kok memilih isteri yang seperti itu. Tetapi kita mau coba menyatukan yang cantik dengan yang ganteng, mungkin tidak bisa. Apa itu jatuh cinta? Ini adalah perjalanan orang yang bertemu dengan orang yang bisa dia kasihi. Ini adalah bagian dari perjalanan hidup yang kama menikmati. Suatu perjalanan pernikahan yang penuh dengan nikmat. Bisa bertemu dengan orang yang kaukasihi, menikmati perjalanan itu. Kita punya rintangan, kita punya situasi yang sulit untuk kita atasi, tetapi kita juga masih diberi halhal yang nikmati seperti ini. Bagaimana kamu bisa punya isteri, nikmati perjalanan itu. Kenapa saya mengatakan demikian? Karena selanjutnya, Agur memberi tanda awas di belakang bagi perjalanan di dalam pernikahan yaitu perjinahan. Sesudah berbicara mengenai bagaimana kagum jalannya seorang laki-laki dengan seorang gadis, kemudian Agur mengingatkan perjalanan dari wanita yang berjinah. Perjalanan dari kehidupan yang bisa merusak kenikmatan di pernikahanmu . Hati-hati kalau di jalan kamu dikedip mata dengan kerling dari wanita yang ada di pinggir jalan. Di dalam perjalanan itu hatihati karena wanita seperti itu berbahaya sekali. Agur mengatakan wanita itu menyeka mulutnya dan tidak mengakui perbuatannya. Hati-hati perjalananmu bisa dirusak oleh kebahayaan perselingkuhan seperti ini. Menikmati pernikahanmu. Jadi sekarang saudara melihat satu paket yang indah. Kadang-kadang perjalanan hidup kita ada tantangan, tetapi jangan lupa ada sisi keindahan yang Tuhan kasih, sisi keindahan yang saudara nikmati dan hargai di dalam pernikahan saudara. Hati-hati di dalam perjalanan hidup saudara menjadi suami dan isteri. Anugerah seksual yang Tuhan kasih, yang seharusnya engkau hargai dan nikmati di dalam pernikahan jangan sampai dirusak oleh sesuatu yang berbahaya di dalam perjalanan hidup saudara. 178 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 13/01/2008 Pdt. Effendi Susanto STh. Tentang kebijaksanaan hidup: Belajar dari binatang-binatang (2) Nats: 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 Amsal 30: 18-33 Ada tiga hal yang mengherankan aku, bahkan, ada empat hal yang tidak kumengerti: jalan rajawali di udara, jalan ular di atas cadas, jalan kapal di tengah–tengah laut, dan jalan seorang laki–laki dengan seorang gadis. Inilah jalan perempuan yang berzinah: ia makan, lalu menyeka mulutnya, dan berkata: Aku tidak berbuat jahat. Karena tiga hal bumi gemetar, bahkan, karena empat hal ia tidak dapat tahan: karena seorang hamba, kalau ia menjadi raja, karena seorang bebal, kalau ia kekenyangan makan, karena seorang wanita yang tidak disukai orang, kalau ia mendapat suami, dan karena seorang hamba perempuan, kalau ia mendesak kedudukan nyonyanya. Ada empat binatang yang terkecil di bumi, tetapi yang sangat cekatan: semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas, pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu, belalang yang tidak mempunyai raja, namun semuanya berbaris dengan teratur, cicak yang dapat kautangkap dengan tangan, tetapi yang juga ada di istana–istana raja. Ada tiga binatang yang gagah langkahnya, bahkan, empat hal yang gagah jalannya, yakni: singa, yang terkuat di antara binatang, yang tidak mundur terhadap apapun. Ayam jantan yang angkuh, atau kambing jantan, dan seorang raja yang berjalan di depan rakyatnya. Bila engkau menyombongkan diri tanpa atau dengan berpikir, tekapkanlah tangan pada mulut! Sebab, kalau susu ditekan, mentega dihasilkan, dan kalau hidung ditekan, darah keluar, dan kalau kemarahan ditekan, pertengkaran timbul. Dalam Amsal 30 ini Agur menyebutkan satu bagian yang unik. Ada tiga bahkan empat hal yang tak tertahan di dunia ini, hal yang tidak bisa kita tahan, yaitu wanita yang agak cantik, kok bisa kawin, seorang hamba kok bisa menjadi raja, orang bebal kok bisa hidup di dalam kelimpahan, dan seorang budak bisa mendesak kedudukan nyonyanya. Kenapa Agur membicarakan hal ini? Bagi saya Agur ini hebat luar biasa. Saudara perhatikan di bagian pertama yang saya khotbahkan minggu lalu, Agur bicara soal hidup berkaitan dengan lingkungan alam: udara, darat, dan air. Yang kedua, bicara mengenai lingkungan kehidupan sosial yang dibuat oleh manusia. Bagaimana keputusan hidup kita mungkin kita tidak bisa ubah lingkungan kita. Saudara hidup di dalam satu situasi saudara memerlukan udara, air dan daratan. Tetapi saudara juga hidup di dalam tatanan masyarakat. Puji 179 Tuhan kalau tatanan masyarakatnya sempurna dan bagus. Tetapi celaka ada tatanan masyarakat yang dicipta oleh manusia tatanannya tidak adil, itu yang Agur bicarakan sekarang. Lingkungan sosial yang bisa kurang lengkap. Kadang-kadang saudara ketemu hal seperti itu, bukan? Jabatannya presiden tetapi mentalnya tidak. Saudara bekerja punya manager, tetapi saudara sebenarnya lebih cocok jadi manager dia. Jadi kurang menyenangkan bertemu dengan manager seperti itu. Tetapi apa boleh buat. Maka sekarang Agur bicara hal kedua ini: bagaimana ktia hidup di lingkungan sosial, bijaksana hidup bagaimana di situ, agar kita jangan mempunyai sikap seperti keempat orang ini hidup di dalam masyarakat. Kalau saudara membaca kalimat-kalimat analek dari Konfusius, dia banyak bicara mengenai “xiao ren” dan “ta ren”. Seorang yang gentleman adalah seorang yang tidak pernah memikirkan kepentingan diri sendiri terlebih dahulu. Seorang yang smallman adalah seorang yang selalu mengerjakan sesuatu selalu melihat apa keuntungan bagi dirinya dulu. Dari situ engkau bisa melihat mana gentleman, mana smallman. Untuk melihat seseorang itu gentleman, Konfusius mengatakan ada empat ciri terlihat darinya. Satu, orang itu seorang yang memiliki sikap rendah hati. Kedua, orang itu adalah orang yang tahu menghormati orang yang lebih tua. Ketiga, orang itu adalah orang yang sangat hormat kepada orang yang bergantung hidup kepada dia. Keempat, orang itu memiliki sense of justice (keadilan), tidak pilih kasih kepada bawahannya. Ini yang disebutkan secara positif dari ciri seorang gentleman yang bagi saya memiliki kemiripan dengan apa yang disebutkan oleh Agur secara negatif. Dalam Pkh.9:11 “…aku melihat di bawah matahari kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat, keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat, roti bukan untuk yang berhikmat, kekayaan bukan untuk orang yang cerdas, karunia bukan untuk yang cerdik cendekia…” Ini pengamatan secara aturan hikmat, aturan bijaksananya, orang yang kuat dan memiliki semangat perjuangan pasti akan menang di dalam perlombaan, orang pintar dengan sendirinya akan berkelimpahan roti, hal-hal demikian yang terjadi secara natural. Tetapi Pengkhotbah mengatakan realitanya kadang-kadang kita tidak melihat hal itu terjadi. Amsal 30 membicarakan aspek kebahayaan jikalau hal-hal ini yakni hal-hal yang tidak adil terjadi di dalam lingkungan sosial kita. Yang pertama, kalau seorang hamba menjadi raja. Kalau seseorang kedudukannya raja, jabatannya raja, tetapi mentalitasnya budak, tidak ada gunanya. Atau punya jabatan sebagai presiden direktur tetapi kemampuannya bawahan. Ini hal yang tak tertahankan. Ada orang yang menjalani hidup pakai sepatu kebesaran. Budak mentalitasnya, budak kemampuannya, tetapi celaka jabatan status kedudukannya raja. Lalu bagaimana membedakan: memiliki keinginan hati ambisi untuk meraih sesuatu yang melebihi apa yang ada sekarang, dengan keinginan besar tetapi memang kemampuan tidak ada, susah, bukan? Ngotot terus padahal tidak punya kemampuan di situ. Lalu bilang optimis bisa, bersama Tuhan kita lakukan perkara yang besar. Jadi bagaimana kamu senang, kamu memahami dirimu memakai sepatu yang ukurannya tepat. Kalau sepatu kita kebesaran, orang akan tertawa, sebab yang hanya pakai sepatu kegedean di dunia ini adalah badut. Di dunia ini kita ketemu ada orang sumber dayanya besar, sayang kontainernya kecil sehingga terlalu banyak hal yang terbuang. Tetapi di dunia ini kita juga ketemu orang sumber dayanya kecil tetapi kontainernya 180 kebesaran, sehingga orang itu dangkal, cetek. Yang benar adalah orang besat kontainernya besar, sumber dayanya juga pas. Tetapi saudara pasti bilang, bagaimana membedakan keinginan untuk berhasil dan maju terus, dengan saya menyadari saya tidak memiliki kekuatan dan kemampuan untuk sampai di situ? Bagaimana saya sampai mengerti sebenarnya kemampuan dan mentalitas hidup perbudakan tetapi berada di dalam posisi jabatan kedudukan yang terlalu tinggi itu. Jadi takut juga, jadi pendeta besar padahal tidak punya kemampuan besar. Jujur kita akui saudara dan saya tidak terlalu tahu berapa banyak kekuatan, kemampuan dan sumber daya yang ada di dalam diri kita. Cuma satu hal yang saya tahu, pada waktu saudara diberi satu tugas, dan saudara bisa menyelesaikan dan menemukan kepuasan, maka saudara kira-kira bisa menebak kekuatan saudara di situ. Kemudian bagi saya, pernahkah saudara belajar dari kesalahan-kesalahan, saudara iri hati, saudara iri kepada sesuatu yang orang lain miliki, tetapi waktu dikasih kepadamu jujur engkau tidak bisa kerjakan? Ya sudah. Belajar memiliki hati dan sikap memang saya tidak bisa dan tidak sanggup untuk mengerjakan hal seperti itu. Mary Slessor seorang misionari di Afrika setelah dia meninggal orang baru tahu, apa yang selama hidupnya dia kerjakan seorang diri akhirnya hanya bisa dilanjutkan oleh lima orang laki-laki. Itu kapasitas dia. Ingin bisa seperti itu, akhirnya kita sendiri mengalami ketidakpuasan dan kenikmatan karena memang tidak sampai di situ. Di dalam pekerjaan juga seperti itu, kalau memang kapasitas dan kemampuan kita tidak seperti itu, merasa bebas, nikmati dan senang saja. Dengan satu sikap muncul, percaya saya, orang akan memberi tambahan beban di dalam hidup saudara dengan satu keyakinan engkau bisa menanggungnya. Karena itu prinsip Alkitab, bukan? Tuhan tidak pernah kasih beban yang saudara tidak bisa tanggung. Kalau belum waktunya datang, tidak usah keinginan untuk mau jadi di posisi itu. Menikmati, menghargai, mengerti dengan benar saya memiliki kapasitas seperti ini, ya sudah kita tidak perlu iri kepada orang lain yang lebih daripada kita. Karena banyak orang memiliki keindahan keunikan karunia yang sama sekali orang lain tidak punya, kita harus hargai itu. Tidak usah kita iri kepada dia. Yang kedua, kalau orang itu bebal tetapi diberi kepercayaan kekayaan yang besar. Jadi mentalitasnya rakus, egois, nepotisme untuk diri sendiri, tetapi diberi hak dan kepercayaan mendistribusi kekayaan. Maka kita akan menemukan masyarakat yang diatur oleh orang seperti ini akan menjadi masyarakat yang tak tertahankan. Negara hancur karena diatur oleh orang seperti ini, yang memiliki jiwa yang rakus tetapi diberi hak dan kepercayaan yang besar untuk mengelola makanan, akhirnya dimakan untuk diri sendiri. Itu artinya orang yang bebal kekenyangan makan. Dengan kata lain, kita hidup di dalam masyarakat akan menjadi masyarakat yang baik dan adil kalau kita menjadi orang yang mengerti tidak menekankan aspek nepotisme. Ini yang diangkat oleh Christianto Wibisono dalam banyak tulisannya. Mengapa kita di Indonesia tidak memberikan sikap penghargaan “meritokrasi” yaitu orang diangkat seturut dengan jasanya, bukan seturut dia punya hubungan darah dengan siapa. Jadi itu sebab di dalam kebudayaan Barat kita bisa menemukan apapun warna kulitnya, siapapun dia, kalau memang dia berhak dan sanggup duduk di situ maka dia diberi penghargaan seperti itu. Bahaya kalau masyarakat ini diatur oleh orang yang nepotisme, rakus dan hanya melihat kepentingan diri sendiri. Jangan memiliki hidup seperti itu. Dengan kata lain kita juga mesti belajar di dalam gereja kita, di dalam kehidupan dimanapun saudara 181 berada, terapkan hal ini. Lihat meritokrasi itu penting, kamu melihat orang itu seturut dengan jasa dia. Kamu respek kepada orang seturut dengan kemampuan dia, bukan karena sama-sama sekampung, bukan karena relasi. Itu maksud Agur di sini. Itu menjadikan tatanan masyarakat sosial menjadi indah. Ketiga, maafkan tidak bermaksud sindiran kepada wanita, tetapi Agur yang mengatakan, betapa celaka kalau seorang wanita yang tidak disukai orang kalau dia mempunyai suami. Keputusan untuk menjadi bujang bukanlah hal yang tidak baik di dalam masyarakat. Cuma kadang-kadang di dalam masyarakat orang berpikir bujangan itu merupakan suatu ketidakbaikan dan menikah itu lebih baik. Saya harap kalau saudara mengambil keputusan untuk hidup sebagai bujang yang terbaik adalah kamu mengambil keputusannya dengan sukacita dan bahagia, itu yang terpenting, sehingga kamu bisa menikmati bujanganmu dengan baik. Tetapi kalau saudara menjalani hidup secara bujangan dengan keinginan sebenarnya ingin menikah tetapi tidak punya kesempatan, saudara akan menjalani bujangan itu dengan keluh-kesah. Saudara lihat orang pacaran, kamu sakit hati lagi. Saya tarik kepada hal ini karena pada waktu itu memang di dalam tatanan masyarakat yang ada seorang wanita yang tidak menikah mungkin dianggap sebagai “kutuk” di dalam masyarakat. Sehingga seorang gadis yang terus tidak mendapat jodoh lalu mengembangkan satu mentalitas jiwa dan hati yang tidak terlalu sehat, ini yang diangkat oleh Agur, kebahayaan mentalitas jiwa seorang yang bujang sudah terlalu lama, mereka akan mengembangkan hati yang penuh dengan kepahitan dan membalas dendam. Maka berbahayalah satu masyarakat kalau kita bertemu dengan seorang wanita yang tidak disukai lalu dia menikah, kata Agur. Kebahayaannya kepada siapa, kepada masyarakat ataukah kepada suaminya? Pertanyaan selanjutnya, kenapa ada pria yang mau kawin dengan wanita seperti itu? Kenapa sampai wanita itu tidak kawin-kawin? Saudara bisa bertemu dengan wanita yang cantik luar biasa tetapi tidak enteng jodoh. Itu membuktikan kecantikan bukan di muka. Kalau saudara bertemu dengan seorang wanita seperti ini, mungkin dia judes. Maafkan, bukan menuduh. Judes karena apa? Karena kepingin pacaran tetapi tidak dapat, sehingga menimbulkan membalas dendam dan kepahitan seperti itu. Sehingga dari sini saya mendorong saudara untuk ingat kecantikan itu bukan kepada fisikmu tetapi kepada keindahan jiwamu. Karena yang lebih disukai pria bukanlah wanita yang cantik tetapi wanita yang menarik. Menarik itu adalah kesehatan jiwamu , bukan kecantikan penampilanmu. Saudara tahu Joni Earackson yang lumpuh itu, tetap ada yang mau menikah dengan dia. Dalam Amazing Medical Stories saudara lihat ada seorang wanita yang tidak punya kaki sama sekali, tetap ada yang mau menikah dengan dia, bukan? Kenapa? Sebab begitu dia tahu dia tidak punya kaki dia bilang dia tidak pernah merasa dirinya orang cacat, bahkan dia bersyukur lahir di tengah keluarga yang tidak pernah mengatakan dia orang cacat. Itu sebab dia punya sikap seperti itu sehingga punya harga diri dan yakin untuk ketemu dengan pria. Saya mau kutip kalimat dari Konfusius lagi. Seorang gentleman adalah seorang yang terus-menerus mengeksplorasi keunggulan orang lain dan bukan mengeksploitasi kepahitan orang lain. Sebaliknya orang kecil terus-menerus mengompori kepahitan orang dan tidak menghargai keunggulan orang. Kalau kamu ketemu dengan orang yang tidak pernah melihat kekurangan dan kelemahan saudara 182 tetapi terus menghargai kebaikan saudara, dia memiliki jiwa yang sehat. Sebaliknya orang yang terusmenerus mengompori kepahitan orang, akhirnya menjadi pahit. Itulah bedanya smallman dan gentleman. Dengan kata lain saya mau tarik di sini, kita bisa mengalami kesulitan kegagalan, tetapi kenapa setelah punya menikah punya suami seharusnya dia kan bahagia, justru menjadi bahaya. Kenapa? Karena Amsal melihat orang-orang yang seperti itu adalah orang-orang yang mengalami penolakan, orang-orang yang mungkin merasa diperlakukan secara tidak adil sehingga menimbulkan hati yang pahit. Orang seperti ini akan berpikir pada suatu hari kalau ada kesempatan dia akan membalas dendam balik. Bahaya sekali kalau di dalam masyarakat ada mentalitas jiwa yang pahit dan ingin balas dendam. Sehingga pada waktu dia memiliki kesempatan untuk membalas dendam, dia akan melakukan secara kejam luar biasa. Yang keempat, yang sangat menjijikkan dalam dunia ini kalau kita ketemu dengan seorang wanita yang menyikut kedudukan nyonyanya. Ini harus dilihat dalam konteks yang paling bagus dari hidup Abraham. Abraham punya istri bernama Sara, yang punya seorang budak bernama Hagar. Hagar lalu diangkat menjadi isteri kedua. Ingatkan konteks jaman itu, Hagar adalah seorang budak, tetapi sekarang kedudukannya naik. Terbukti kemudian setelah Hagar punya anak, dia kemudian menghina dan menyakiti hati Sara. Intinya sederhana, kita hidup di dalam satu tatanan masyarakat yang tidak bisa kita tahan kalau kita ketemu dengan orang-orang yang tadinya berada di dalam lumpur kegagalan dan kesulitan lalu setelah diangkat dan berhasil, tidak tahu membalas budi. Masyarakat yang seperti itu adalah masyarakat yang yang tak tertahan. Kita bertemu dengan mentalitas hidup yang tak tertahan, seorang yang diangkat statusnya, yang diberi kepercayaan sehingga akhirnya dia bisa berhasil, tetapi dia malah melakukan tindakan yang tidak tahu membalas budi. Agur ingin mengajar kita hidup di dalam dunia ini dengan melihat pengalaman negatif seperti ini supaya kita memiliki bijaksana bagaimana hidup di tengah-tengah masyarakat kehidupan kita. Ada tatanan masyarakat yang tidak sempurna, kita jangan menjadi penyebab ketidak-sempurnaan itu. Belajar hidup senang melakukan pekerjaan yang memang menjadi tugas kewajiban kita yang cocok, jangan iri kepada apa yang orang lain punya. Iri sama Bill Gates, tidak guna. Kita duduk di kursi Bill Gates, mungkin kita langsung bikin bangkrut Microsoft, karena kita tidak punya kemampuan dan kesanggupan. Percaya kepada pimpinan dan janji Tuhan, Dia akan membimbing kamu langkah demi langkah sampai kamu bisa mengendalikannya dan memikulkannya. Maka tidak usah iri karena kamu tidak sanggup juga. Yang kedua, jangan memiliki hati yang tidak mengerti keadilan meritokrasi. Menghargai orang seturut dengan jasanya. Yang ketiga, jangan hidup sebagai orang yang mengalami kepahitan masa lampau, terus mengikat kita sekalipun kita sudah mendapat bahagia. Yang keempat, belajar menjadi orang yang tahu menghargai orang yang sudah menolong saudara, mengangkat posisi saudara dari seorang budak menjadi orang yang dihargai. Hargai orang-orang seperti itu. Itu bijaksana hidup di tengah-tengah masyarakat. 183 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 20/01/2008 Pdt. Effendi Susanto STh. Tentang kebijaksanaan hidup: Belajar dari binatang-binatang (3) Nats: 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Amsal 30: 18-30 Ada tiga hal yang mengherankan aku, bahkan, ada empat hal yang tidak kumengerti: jalan rajawali di udara, jalan ular di atas cadas, jalan kapal di tengah–tengah laut, dan jalan seorang laki–laki dengan seorang gadis. Inilah jalan perempuan yang berzinah: ia makan, lalu menyeka mulutnya, dan berkata: Aku tidak berbuat jahat. Karena tiga hal bumi gemetar, bahkan, karena empat hal ia tidak dapat tahan: karena seorang hamba, kalau ia menjadi raja, karena seorang bebal, kalau ia kekenyangan makan, karena seorang wanita yang tidak disukai orang, kalau ia mendapat suami, dan karena seorang hamba perempuan, kalau ia mendesak kedudukan nyonyanya. Ada empat binatang yang terkecil di bumi, tetapi yang sangat cekatan: semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas, pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu, belalang yang tidak mempunyai raja, namun semuanya berbaris dengan teratur, cicak yang dapat kautangkap dengan tangan, tetapi yang juga ada di istana–istana raja. Ada tiga binatang yang gagah langkahnya, bahkan, empat hal yang gagah jalannya, yakni: singa, yang terkuat di antara binatang, yang tidak mundur terhadap apapun. Seri ini saya akan jelaskan kerangkanya strukturnya, betapa indahnya bijaksana Agur bin Yake bicara mengenai cara hidup. Dia menekankan kalimat ini pertama kali di awal Amsalnya, “..saya orang bodoh,” bukan karena tidak pintar tetapi selama ini hidupnya dia jauh dari Tuhan. Sekarang dia mengatakan, “Tuhan aku kembali kepada-Mu dan saya memiliki kebodohan ternyata di hadapan-Mu, tidak lebih dari seekor binatang, “saya pembodoh”, Agur mengucapkan kalimat itu. Itu sebab dari situ saudara bisa melihat Agur kemudian melihat binatang dan ingin belajar bijaksana darinya. Ada empat seri yang dia sebut “tiga bahkan empat hal” ini menarik: dua seri bicara menganai lingkungan, dan dua seri lagi bicara mengenai keputusanmu. Dua seri bicara mengenai lingkungan. Satu, lingkungan karena lingkungan yang kita tidak bisa ubah. Kadang-kadang kita tidak bisa merubah situasi lingkungan di mana kita hidup, tapi kita bisa belajar bijaksana dari binatang ini, bukan merubah situasi hidup, tapi bagaimana belajar merubah hidup supaya saya bisa survive hidup, itu bijaksana hidup. Kadang-kadang kita tidak bisa ubah status kita dari keluarga apa, kaya, miskin dan bagaimanapun, sulit sekali kadang- kadang, kesempatan yang saudara dapat berbeda-beda, kita tidak 184 bisa ubah itu. Mungkin kita ingin lahir sebagai anak orang kaya, kita pikir kesempatan akan lebih baik, dsb, tetapi belum tentu, bukan? Tapi ketika keadaan yang kita inginkan itu tidak bisa terpenuhi, saya belajar beradaptapsi. Yang kedua, lingkunagan masyarakat, lingkungan sosial, yang dicipta oleh manusia. Lingkungan sosial itu bisa adil, bisa tidak adil. Bisa sempurna, bisa tidak sempurna. Di sini Agur mengamati yang tidak sempurna. Satu, kalau terjadi orang yang memiliki mentalitas atau kemampuan yang tidak sesuai tempatnya. Mentalitasnya budak tetapi jadi pemimpin, jadi raja. Nah, itu sulit sekali. Yang kedua adalah mentalitas dari orang yang disuruh mengatur kesejahteraan orang padahal dia sendiri tamak. Mentalitas yang seperti itu menyebabkan bumi gemetar, hal-hal yang tak terhindari. Lalu yang ketiga, wanita yang lama tidak menikah dan tidak di sukai orang kemudian mendapat suami. Keempat, hamba perempuan, budak yang diambil karena faktor sosial, karena kesulitan hidup, sekarang statusnya kemudian naik menjadi istri yang kedua. Intinya adalah kontras yang paling besar yang diambil oleh Amsal, yaitu antara seorang wanita budak yang statusnya diangkat menjadi nyonya. Jadi itu kontras yang tinggi yang diambil oleh Agur untuk memperlihatkan betapa sulitnya kita hidup di dalam satu interaksi sosial atau satu interaksi keluarga kalau hati yang berbalas budi itu tidak ada, yang tidak menghargai bagaimana orang sudah menolong kita. Kita mesti memiliki hati tidak bisa seperti itu. Sampai kapanpun orang menolong kita, kita harus ingat baik-baik. Nah itu konsep balas budi, hidup dalam masyarakat harus seperti itu. Nah, tetapi kalau kita bertemu dengan orang yang tidak seperti itu, Amsal bilang, itulah hal-hal yang tak tertahankan. Lalu kita masuk kepada bagian mengapa Amsal pakai contoh soal wanita bujang, ini memang perdebatan yang sulit. Saudara, bukan saya yang bilang, tetapi Amsal yang bilang ada perempuan yang tidak disukai orang lalu dia menikah. Saya percaya begini, terlalu lamanya kita hidup menyendiri sanggup mereduksi hidup kita tidak memperhatikan orang lain. Tidak berarti semua orang begitu, cuma kebahayaan itu bisa terjadi. Kedua, kenapa wanita ini tidak disukai? Kembali lagi saya mengatakan bagus itu bukan yang di permukaan. Beautiful is inner beauty (keindahan bagian dalam). Kecantikan di luar akan hilang, tetapi hati yang caring lebih indah. Kalau hidup di dalam masyarakat tidak mempunyai jiwa seperti ini, inilah tak tertahankan. Hidup yang pahit, karena pahit, benci, iri, itu yang tak tertahankan karena kita hidup di dalam masyarakat memperhatikan orang, engkau perlu hati yang rela mengorbankan diri untuk orang lain. Jadi ini kontras yang Amsal ajarkan kepada kita. Sekarang Agur masuk ke dalam aspek kedua, belajar dari binatang. Di sini dia menyebutkan kontras kelompok binatang yang kecil dan binatang yang perkasa. Belajar hikmat dari binatang ini untuk bagaimana hidup di tengah-tengah dunia ini. Bijaksana itu penting. Dan seri pertama yang dia ambil adalah empat jenis binatang yang paling kecil. Ini kelompok binatang yang tidak punya senjata tahan untuk membela diri dan untuk menyerang, sedangkan yang satu sama sekali tidak punya, lemah dan kecil. Tetapi bagaimana dari binatang-binatang yang kecil dan lemah, yang sama sekali tidak punya senjata untuk membela diri toh tetap bisa hidup, kita mesti belajar dari mereka. Apakah IQ yang tinggi membuat kita bisa lebih sukses? Apakah kekayaan yang lebih banyak sanggup membuat kita lebih sukses? Melalui binatang-binatang kecil ini Agur ingin mengatakan, belum tentu. Ada binatang 185 kecil yang sama sekali tidak berdaya, betul-betul mengagumkan saya bagaimana mereka bisa hidup di dalam dunia ini, kata Agur. Jangan berpikir hidup kita tidak memiliki apa-apa berarti kita tidak bisa mengerjakan hal-hal yang besar di dalam hidup kita. Royane Real dalam risetnya “How You can be Smarter,” dimulai dengan kalimat: do you need a high IQ to be successful? Dia melakukan riset dari Amerika sampai Canada, mencari orang-orang yang punya hasil test IQ tertinggi, ditelusuri hidupnya. Memang tidak semua hidup tidak sukses, tetapi kebanyakan orang-orang yang IQ-nya paling tinggi sama sekali tidak menjamin hidup ini bisa sukses. Prof. Howard Gardner dari Harvard University melakukan riset dan dia sudah menulis satu buku berjudul “Frame of Mind” theories of multiple intelligences. Dari bukunya dia mengatakan hanya menyebut seseorang itu pintar berdasar kepada score IQ yang tinggi itu salah total. Test IQ cuma mempunyai satu kepastian saja, orang yang punya IQ tinggi pasti lulus test IQ. Tetapi apakah sesudah itu dia bisa jadi milioner? Belum tentu. Apakah dia akan menjadi orang baik? Belum tentu. Apakah dia akan menjadi orang yang sukses di dalam masyarakat? Belum tentu. Howard Gardner dari analisanya mengenai inteligen, orang itu memiliki 7 type inteligen. 1. Verbal-linguistic. 2. Bodily-kinesthetic. 3. Logical-Mathematic. 4. Visual- spatial. 5. Musical. 6. Social-interpersonal, orang yang memiliki kemampuan inteligen bisa melihat hati orang. Ada orang seperti itu, yang kalau bicara dengan dia segala kesulitan bisa keluar dengan lega. Orang yang mempedulikan sekali. Bisa mengakurkan orang yang sedang ribut. Itu karunia yang luar biasa. 7. Intra-personal, orang yang punya kemampuan bisa akur dengan diri sendiri. Orang yang bisa tenang, sabar, damai in itself, seorang yang punya inteligen tersendiri. Ketika mengalami kesulitan, dia tetap bisa tenang. Di Alkitab ini adalah jenis orang yang dikatakan mempunyai karunia iman. Yang lain sudah pesimis dan negatif, dia masih bisa optimis dan positif. Dan saya ambil satu lagi hasil riset dari Robert Steinberg, ada tiga jenis inteligen: 1. Berpikir logis dan rasional. Itu yang seringkali hanya diukur oleh test IQ. Orang yang berpikir rasional, orang yang berpikir logis, orang yang memiliki otak cerdas. 2. Kemampuan ambil keputusan kreatif pada situasi-situasi riil dalam kehidupan. Ini bagi saya inteligen yang diangkat oleh Amsal, bagaimana saya bisa memiliki seni hidup, the art of living. 3. Kemampuan memahami secara psikologis dan bertindak efektif dengan orang. Sampai sekarang buku Daniel Coleman, “IQ is not Enough,” “Emotional Intelligence” dan kemudian “Social Intelligence” laku dibaca. Di dunia ini ada tiga macam orang pintar, satu, orang yang pintar otaknya tetapi tidak pintar di dalam hidupnya. Kedua, orang yang tidak terlalu pintar otaknya tetapi pintar di dalam hidupnya. Ketiga, orang yang pintar di dalam relasinya. Saudara yang belajar marketing perlu baca buku ini “Good to Great” dari Jim Collins, dia menganalisa perusahaan-perusahaan yang berpindah dari baik menjadi besar. Salah satu key-part dari perusahaan yang berpindah from good to great adalah perusahaan yang punya pemimpin yang memiliki visi yang 186 jelas, yang meng-hire orang-orang yang punya passion and determination to make the company successs, memiliki pemimpin dan orang- orang yang selain optimis, kreatif, dan juga fleksibel. Selanjutnya, memiliki kemampuan bisa get along with others. Ini kelompok orang-orang yang sanggup bisa merubah perusahaan yang baik menjadi besar. Amsal mengatakan hal yang sama, belajar dari binatang-binatang kecil ini dan dapatkan bijaksana darinya. Binatang-binatang yang tak berdaya, yang tidak punya kekuatan apa-apa, tetapi memiliki hidup yang bijaksana. Dari situ saya percaya ada bijaksana dari sana yang bisa membuat engkau dan saya berhasil dan sukses. Semut, ini adalah binatang yang di dalam kebudayaan manapun selalu dipakai sebagai metafora yang positif. Yang kecil bisa bekerja sama mengalahkan kelemahan. Yang kecil itu bisa bekerja sama akhirnya bisa menghidupkan yang lebih besar. Bangsa yang kecil dan lemah namun dengan sigap dan cekatan, memakai setiap kesempatan untuk mendapatkan makanannya. Bukankah itu merupakan sikap kreatif, optimistik, suatu sikap determinasi ingin mengerjakan sesuatu dengan semaksimal mungkin? Kumpul sedikit demi sedikit akhirnya menjadi bukit. Belajar seni hidup seperti semut ini. Ada kesempatan, saudara belajar ambil. Apa yang sedikit, kerjakan dengan setia dan kerja keras, akhirnya bisa menjadi banyak. Semut juga mengajarkan bahwa seringkali kita menyadari kekurangan dan kelemahan kita dan perlu orang lain di dalam kerja sama akan mendatangkan kesuksesan daripada orang yang tidak menghargai orang lain. Kedua, pelanduk atau sebenarnya sejenis kelinci yang berbulu lebat yang hidup di daerah Timur Tengah. Dia punya kaki melompak terus sampai ke bukit batu yang tinggi untuk menghindar dari pemangsa. Dia tidak punya cara untuk membela diri selain lompat sejauh mungkin dari pemangsanya, terus melompat tinggi. Betapa hebat binatang sekecil itu bisa naik sampai ke atas tempat yang begitu tinggi. Dalam buku “Thick Face, Black Heart” ada satu prinsip yang menarik, di dalam kehidupan yang penuh dengan pemangsa kita justru belajar dan mundul selangkah untuk bisa berhasil. Kalau itu adalah boss atau rekan yang mungkin bisa mencelakakan dan merusak masa depanmu, mungkin belajar sabar, tenang dan mengalah, kamu akan lebih berhasil daripada frontal kepadanya. Ini tidak berarti kita penakut atau tidak mau berjuang. Tetapi belajar karena sadar kita tidak punya senjata untuk menghadapi musuh, maka belajar dari kelinci ini, menghindar demi untuk bisa survive. Ada kalanya sikap kita untuk mengalah, untuk sejenak mundur, untuk tidak secara frontal dengan orang lain, merupakan sikap yang sedikit lebih bijaksana. Kita belajar dari kelinci ini. Saya heran dengan belalang. Di daerah Afrika belalang punya satu keunikan, bisa hidup bertahuntahun di dalam tanah kalau temperaturnya tepat. Tetapi kemudian belalang itu bisa keluar berbondong-bondong dalam jumlah tak terhingga dalam sekejap bisa memakan habis tanaman seluas 20 km. Tuhan pakai fenomena alam itu menjadi tulah menghukum orang Mesir. Kalau kita retreat ajak 150 orang untuk foto sama-sama kumpul saja susah setengah mati. Atur orang jauh lebih susah daripada atur belalang. Mereka bisa pergi bersama, terbang ke satu tempat tanpa ada yang komando. Itulah hebat. Secara scientific ditemukan belalang mengeluarkan cairan kimia yang bernama pheromones, zat chemical yang menjadi alat komunikasi di antara mereka apakah mereka harus tinggal di satu tempat atau pindah ke tempat lain. Maka mereka bisa terbang dengan serentak 187 karena cara komunikasi ini. Tetapi secara hidupnya, apa yang kita belajar dari belalang? Tidak ada komando, tidak ada perintah, tetapi bisa berjalan dengan teratur. Saudara mau sukses, ini yang paling penting diajarkan belalang, belajar untuk mengorganisir diri. Tidak usah diatur, tidak usah dikomando, bisa atur diri sendiri. Tidak mudah, bukan? Tidak apa-apa saudara mungkin merencanakan setiap minggu, setiap bulan, atau setiap tahun. Belalang kecil dan lemah dan tidak punya kekuatan, tetapi saya kagum dengan binatang ini karena ada sifat yang saudara dan saya bisa belajar yaitu belajar untuk bisa mengaur diri sendiri. Keempat, kenapa cecak yang bisa kita pegang dengan tangan, tetapi ada di istana raja? Ini mendatangkan beberapa kemungkinan penafsiran atas kalimat ini. Salah satu penafsiran mengatakan cecak tidak takut mati. Itu adalah daya keberanian, cecak menjelajah kemana saja dia mau. Saya lebih suka mengambil penafsiran kedua, bukan keberanian tetapi the passion and determination. Kenapa Agur menaruh cecak ini di urutan terakhir? Kalau kamu punya sikap hidup the art of living seperti semut, yang mau belajar untuk kerja keras, belajar dengan setia kumpul sedikit demi sedikit, dengan tekun mengerjakannya, memiliki sikap hati mau belajar bersabar, mengalah sedikit, kalau memiliki hati yang bisa mengatur diri sendiri, bisa mengatur diri dengan baik, maka ditambah dengan sikap ini, mempunyai passion to live and determination untuk mengerjakan sesuatu, kamu berakhir di istana raja. Jadi saya lebih setuju menafsir kalimat Agur ini demikian. Itu adalah daya penjelajahan, bersemangat lakukan sesutu, lebih dan lebih, dan punya kepastian. Bukan soal tidak punya kemampuan tetapi banyak orang tidak mempunyai kegairahan. Banyak orang berhasil atau gagal bukan karena punya atau tidak punya bakat dan kemampuan, tetapi soal tidak ada gairah. Gairah ini yang membuat cecak ada di mana-mana. Dia mempunyai daya jelajah, kemampuan dan kemauan untuk memiliki semangat untuk hidup. Itu yang paling penting dari bagian ini. Kemampuan itu urusan kedua, kepintaran urusan ketiga, tetapi kegairahan untuk mengerjakan sesuatu di dalam hidupmu, itu yang menentukan engkau sukses atau tidak. Antusias lakukan sesuatu, mau bekerja dengan sungguh-sungguh, itu yang membuat orang sukses. Keinginan untuk berhasil dengan sukses. Berhasil tidak berhasil urusan kedua, jadi tidak jadi urusan lain. Tetapi memulai tahun ini dengan satu sikap hati seperti itu. What is our passion in our ministry? What is our passion in our life? Kol.3:23-24 mengatakan, apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Sekalipun kita hamba, kita percaya itu, kerjakan itu untuk Tuhan di hadapan manusia. Kalimatnya menarik, apapun juga kamu kerjakan lakukannya dengan segenap hatimu. Atau pakai bahasa saya, dengan semangatmu yang mutlak. Jadi bukan saja dorongan dari dalam tetapi apapun yang kita kerjakan. Tidak ada pilih-pilih mana yang lebih penting dan mana yang tidak, mana yang buat keluarga atau tidak, baik yang sederhana maupun yang penting, baik yang rohani maupun yang sehari-hari. Apapun yang engkau kerjakan, lakukannya dengan segenap hatimu. Jangan lakukannya saja untuk dirimu sendiri, tetapi lakukannya untuk Allahmu. 188 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 27/01/2008 Pdt. Effendi Susanto STh. Tentang kebijaksanaan hidup: Belajar dari binatang-binatang (4) Nats: 29 30 31 32 33 Amsal 30: 29-33 Ada tiga binatang yang gagah langkahnya, bahkan, empat hal yang gagah jalannya, yakni: singa, yang terkuat di antara binatang, yang tidak mundur terhadap apapun. Ayam jantan yang angkuh, atau kambing jantan, dan seorang raja yang berjalan di depan rakyatnya. Bila engkau menyombongkan diri tanpa atau dengan berpikir, tekapkanlah tangan pada mulut! Sebab, kalau susu ditekan, mentega dihasilkan, dan kalau hidung ditekan, darah keluar, dan kalau kemarahan ditekan, pertengkaran timbul. Saya ingin sedikit menjelaskan bagian terakhir dari Amsal ini, karena saudara akan ketemu satu keanehan. Agur mengatakan “ada tiga binatang bahkan ada empat,” ini adalah cara penulisan numerik untuk menyatakan sesuatu sampai di sini lalu kemudian dia menekankan yang lebih penting yang di belakangnya. Amsal ini adalah satu amsal yang indah luar biasa. Minggu lalu sudah saya jelaskan strukturnya. Ada tiga kelompok binatang dan ada satu kelompok orang. Dua kelompok di depan bicara mengenai lingkungan di mana saudara dan saya hidup. Lalu kemudian dua kelompok di belakang bicara mengenai karakter, sifat, ramuan hidup, apa yang kita perlukan supaya melalui itu kita bisa hidup dengan bijaksana di dalam dunia ini. Ingatkan sekali lagi, memiliki segala ramuan itu tidak berarti hidup kita pasti akan bijaksana, tidak berarti hidup kita dengan otomatis menjadi sukses. Tetapi kesuksesan, bijaksana hidup, cara hidup, tidak mungkin ada tanpa ramuan-ramuan yang penting itu. Dari dua kelompok binatang di belakang ini Agur memberikan kontras bagaimana kita belajar di dalamnya. Kelompok yang pertama adalah binatang yang paling kecil, yang tidak berdaya, yang tidak mempunyai senjata, tetapi di dalamnya kita belajar apa artinya karakter hidup yang bekerja sama memakai segala kemungkinan yang ada seperti seekor semut. Rajin, itu adalah ramuan-ramuan yang penting. Mengorganisir diri seperti belalang, tidak perlu diatur, tidak perlu disuruh-suruh mengerjakan sesuatu sebagai tanggung jawab di dalam hidupnya. Daya jelajah, seperti cecak yang bisa ada dimana-mana. Daya jelajah, keberanian untuk menerobos seperti itu. Lalu kemudian sikap seperti seekor kelinci yang karena tidak punya apa-apa, berani untuk sabar, tunggu sebentar, mundur satu langkah demi untuk bisa sukses dua langkah. Ini semua adalah bijaksana hidup ramuan-ramuan yang penting yang diajarkan keempat binatang yang paling kecil. 189 Sekarang dia masuk kepada kelompok yang kedua, yang juga kita perlu belajar darinya dan kali ini kelompoknya kontras sekali. Dia mengambil jenis binatang yang memiliki kekuatan dan senjata untuk bisa menyerang orang lain. Singa, raja binatang, dengan cakar dan taringnya. Ayam jantan dengan tajinya. Kambing jantan dengan tanduknya, yang siap sedia menyerang orang lain, melakukan offensif di dalam hidupnya. Jadi ini adalah kontras. Agur juga meminta engkau dan saya belajar dari binatang ini seni hidup supaya kita bisa menjadi orang yang berbijaksana dan sukses dalam hidup ini. Lalu dia menaruh bagian yang penting: raja yang berjalan diikuti dengan tentaranya. Ketiga binatang dan seorang raja ini masuk ke dalam kelompok ada kekuatan, daya, ada kuasa, ada kemampuan dalam diri mereka. Ini menjadi keindahannya untuk kita belajar bijaksana hidup dari binatang ini. Sekarang kita masuk ke dalam satu aspek lagi: milikilah satu karakter hidup di dalam bijaksana menjalani hidup ini seperti binatang yang disebutkan Agur: seekor singa yang tidak pernah mau mundur. Saya percaya kesuksesan kita tidak ditentukan dari berapa banyak kemampuan yang kita miliki. Minggu lalu saya sudah angkat akan hal itu, bukan? Saya angkat dari statistik orang yang memiliki IQ yang tinggi belum tentu menjadi orang yang sukses dalam hidup ini. Tetapi kesuksesan itu ditentukan oleh berapa besar determinasi dan semangat yang ada di dalam hati kita. Saya ajak saudara membaca kembali Kol.3:23 yang saya harap menjadi ayat yang penting di dalam hidup kita “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah itu dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia…” Apapun yang kamu lakukan, artinya baik itu yang menjadi tugas kewajiban kita maupun yang bukan menjadi tugas kewajiban kita, lakukannya dengan segenap hati, dengan semangat dengan determinasi melakukan yang terbaik di dalam hidup engkau dan saya. Singa, ayam jantan, kambing jantan memiliki karakteristik yang luar biasa yaitu mereka tidak pernah pantang mundur. Bukan ditentukan oleh kemampuan kita tetapi determinasi dan keberanian untuk mengerjakan sesuatu. Rasa takut adalah hal yang normal dan lumrah terjadi di dalam hidup kita. Kita tidak tahu future di depan, apa yang akan terjadi di depan, keputusan apa yang harus kita ambil, apakah itu benar atau tidak, kita adalah manusia yang terbatas, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan. Namun tidak berarti rasa takut itu akhirnya mencegah dan menghambat kita untuk melangkah dan melakukan sesuatu. Baik kita memikirkan atau tidak memikirkan, sampai kapanpun langkah ke depan itu adalah langkah yang tak dikenal. Saya ingin bertanya, adakah di antara saudara yang mengerjakan sesuatu kesempatan yang tidak mengandung resiko? Bahkan saudara mengejar seorang gadispun beresiko ditolak, bukan? Tetapi jangan gara-gara takut ditolak akhirnya tidak berani keluar rumah. Segala kesempatan di belakangnya pasti ada resiko, ada bagian yang kita tidak tahu. Dua hal yang selalu menghambat kita untuk berani melangkah. Yang pertama, pandangan orang lain terhadap kita, kritikan-kritikan orang, kalimat-kalimat yang diucapkan orang kepada kita sering membuat kita selalu berusaha ingin menyenangkan mereka. Sampai kapanpun kita sulit bisa menyenangkan semua orang di dalam hidup ini. Yang baik adalah saudara mendengarkan dengan bijaksana apa yang menjadi nasihat seseorang, tetapi lakukan sesuatu tetap di dalam keputusan sendiri. Yang kedua adalah ketakutan yang ada di dalam hati kita. Takut gagal, takut tidak tahu apa yang akan terjadi di depan, sehingga akhirnya kita tidak berani melakukan sesuatu. Terima janji firman Tuhan, Tuhan tidak pernah memberikan beban yang lebih besar daripada apa yang bisa kita pikul di pundak kita. Saya rindu di tahun ini kita belajar 190 memiliki sikap hati seperti itu. Pada waktu saudara mendapatkan kesempatan di depan, jangan tolak, berani ambil kesempatan itu. Memang di awalnya susah, tetapi pada waktu saudara menjalaninya, pegang janji Tuhan baik-baik Tuhan tidak akan pernah memberi beban lebih daripada kekuatan kita. Dan jangan lupa satu kalimat dari Tuhan Yesus, yang harus menjadi dasar kita yang penting, “barangsiapa setia kepada perkara-perkara kecil, dia juga akan setia kepada perkara- perkara yang besar.” Banyak orang tidak mau mengerjakan sesuatu karena merasa hal itu sepele. Saudara diberi pekerjaan atau bisnis, saudara rasa itu terlalu sepele dan saudara tolak. Saudara terus tunggu gaji yang 100K, tidak akan datang-datang. Berani dan setia mengerjakan sesuatu sejak awal, percaya saya, hanya soal waktu orang akan tahu saudara memiliki ramuan-ramuan dan kapasitas seperti apa. Berani ambil dan dapatkan kesempatan itu karena saudara mungkin tidak tahu apa yang akan terjadi di belakangnya. Saya kagum dengan Lance Armstrong tetapi sekaligus saya agak sedikit kecewa sebab dia bukan orang Kristen. Ada satu kalimat yang dia katakan kalau sampai akhirnya Tuhan ada dan Dia bilang kamu tidak masuk surga, kamu ke tempat yang lain, dia bilang that’s fine. Tetapi karena determinasi, keberanian, kekuatan dia membuatnya sukses, mungkin akhirnya dia merasa itu hanya datang dari kekuatan diri sendiri. Tetapi orang yang seperti ini memiliki hati dan semangat sedemikian, masakan kita sebagai anak-anak Tuhan meski tidak perlu sebesar itu, tetapi memiliki hati yang terus tebakar oleh keinginan kita melakukan sesuatu yang terindah, itu harus ada. Saya mengajak kita melihat dari dua bagian Alkitab mengenai diri seorang yang bagus sekali. Bil.14:24, Tuhan berkata, “Tetapi hamba-Ku Kaleb, karena lain jiwanya dan dia mengikut Aku dengan sepenuhnya maka dia akan Kubawa masuk ke negeri yang Kujanjikan itu…” Kemudian Yos.14:10, Kaleb mengatakan “…jadi sekarang aku telah berumur 85 tahun hari ini. Aku masih sama kuat dengan pada waktu aku disuruh Musa 40 tahun yang lalu…” Di ulang tahun ke 85 apa yang akan saudara kerjakan? Kaleb di hari ulang tahunnya ke 85 mengatakan dia masih memiliki semangat yang sama dengan 40 tahun yang lalu. Tentu bukan dalam pengertian fisiknya yang sama, tetapi semangat dan keinginannya masih ingin menggenapi janji Tuhan, masih punya keinginan untuk mengerjakan hal yang belum terjadi itu. Dari situ saudara tahu mengapa Tuhan mengatakan Kaleb has a different spirit. Yang Tuhan lihat di balik jiwa Kaleb, Tuhan sendiri mengakuinya, he has a different spirit. Spirit itu apa? Saudara lihat di sini, bukan? Sudah berumur 85 tahun masih punya semangat yang sama seperti yang Tuhan lihat 40 tahun sebelumnya. Membaca kalimat ini saya tergerak sekali menjadikan ini satu ramuan penting di dalam hidup kita. Belajar seperti singa yang tidak pernah mundur. Thomas Edison sendiri mengatakan banyak orang akhirnya tidak sukses bukan karena dia tidak cukup berusaha, tetapi karena dia berhenti satu langkah sebelum kesuksesan itu tiba. Apapun kesulitan, apapun tantangan yang kita alami, percayalah setiap kesempatan pasti ada tantangan, itu selalu ada di pikiran saya. Tidak usah kuatir. Bisa karena situasi, bisa karena ada orang yang menentang, dsb. Tetapi selalu mempunyai semangat ini, ingin melakukan sesuatu yang lebih daripada hari ini. Kaleb memiliki sikap itu. Maka saya bertanya kembali, kalau ada semangat seperti begitu dan kalau kita terjemahkan ke dalam bahasa rohani ada Roh yang Kudus di dalam hidup kita. Barangsiapa mengikut Aku, dari hidupnya menjadi mata air yang meluap-luap, yang airnya tidak akan pernah habis, kata Alkitab. Atau dengan kata lain seharusnya kita setiap orang Kristen harus memiliki hidup yang jauh 191 lebih optimis, jauh lebih bersemangat, jauh lebih indah dan lebih berani daripada orang-orang yang tidak percaya Tuhan. Mengapa hak kesulungan semangat itu kita berikan kepada orang lain? Saya minta kepada saudara tahun ini memikirkan dengan serius apa yang ingin saudara kerjakan untuk keluarga saudara, untuk Tuhan, untuk siapapun, lakukannya secara konsisten dan bikin itu sampai berhasil. Bagi saudara yang baru datang pertama kali ke kota Sydney, miliki hati seperti itu. Anak muda yang studi ke luar negeri hanya ada dua macam. Satu, yang akhirnya berhasil. Satu yang akhirnya tidak berhasil. Yang tidak berhasil adalah anak muda yang punya sikap ini: Puji Tuhan, sekarang aku bisa kabur dari orang tua.” Kalau ada hati sikap seperti itu, bahaya sekali. Sehingga orang tua heran kenapa dulu anaknya begitu rajin ke gereja, sekarang tidak. Ini yang terjadi, waktu dulu dia rajin karena dipaksa orang tua. Dalam hatinya ada api, tetapi api liar yang membakar, sekarang baik-baik saja menjadi anak. Tunggu sampai gua cabut. Begitu keluar negeri, baru dia merasa bebas dari orang tua. Percaya saya. Maka setiap awal tahun saya selalu mengatakan kepada anak-anak muda, jangan taruh itu di dalam hatimu, karena keinginan untuk kabur dari orang tua. Belajar memiliki hati yang punya semangat juang, yang tidak pantang mundur menghadapi tantangan dan bahaya di depan. Seperti singa, ayam jantan dan kambing jantan bertindak sebagai pemimpin keluarga yang melindungi habis-habisan. Itu merupakan sikap yang dilihat Agur harus menjadi ramuan hidup kita. Yang kedua, aspek negatif dari bagian ini. Saudara menemukannya di ayat 32 dan 33. Ayam jantan yang angkuh, dan raja yang berjalan diapit oleh tentaranya. Yang punya daya yang besar sekali, yang punya potensi besar kekuatannya. Maka diingatkan baik-baik di sini bahaya yang bisa menjatuhkan dia, yaitu kesombongan dan konflik dengan orang lain. Kesombongan, saudara tidak menemukan hal ini pada kelompok sebelumnya, pada semut dsb. Tetapi kata Agur, kita punya kekuatan, punya keyakinan, punya keberanian, tetapi jangan lupa harus ada kemampuan yang seimbang juga. Apa bedanya sombong dengan yakin? Sombong pasti selalu melebihi kadar kemampuannya. Kalau bilang bisa dan memang benar-benar bisa, itu bukan sombong, tetapi keyakinan. Ayam jantan itu angkuh, sebenarnya lebih cocok diterjemahkan keyakinan, punya keberanian, punya kemampuan, memiliki kepercayaan hidup, optimis. Keyakinan karena didorong oleh kesadaran saudara memiliki kemampuan, saudara memiliki bakat, bisa mengerjakan dengan berani, maka saudara akan berhasil. Tetapi sekaligus Agur mengingatkan dua bahaya kesombongan dan konflik. Bagaimana kita menjadi orang Kristen yang memiliki semangat hebat, berani untuk mengerjakan sesuatu, semangat yang berapi, tetapi tidak akhirnya membakar orang lain. Ini tidak gampang. Orang-orang yang memiliki temperamen yang kuat seperti itu kadang-kadang menjadi orang yang sendirian di dalam kehidupannya sebab seringkali melukai orang yang lain. Saudara bisa mengerjakan sesuatu, tetapi akhirnya saudara tidak sabar dengan orang yang tidak mampu. Ini yang dikatakan Agur jangan sampai kesombongan diri menimbulkan kemarahan orang. Dan mungkin orang tidak berani langsung marah tetapi terus disimpan, akhirnya suatu waktu bisa meledak. Sikap hidup yang berani, kepercayaan, jangan lupa siapa tahu itu bisa berbahaya. Jadi jagalah diri, rendah hati, jaga diri supaya tidak menjadi berselisih dengan orang lain. Apalagi yang kurang dari Amsal Agur bin Yake ini? Yang tinggal adalah mari kita belajar menjalankannya dalam hidup ini dan percayalah kita belajar seni hidup yang indah dari amsal ini. 192 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 10/02/2008 Pdt. Effendi Susanto STh. Ciri-ciri anak-anak Allah (1) Nats: 1 Kor. 2: 9 Roma 8: 14-17 Ibrani 12:7-9 1 Kor. 2 9 Tetapi seperti ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” Roma 8 14 15 16 17 Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!” Roh itu bersaksi bersama–sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak–anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang–orang yang berhak menerima janji–janji Allah, yang akan menerimanya bersama–sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama–sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama– sama dengan Dia. Ibrani 12 7 8 9 Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak–anak gampang. Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Di majalah TIME terbaru ada artikel berjudul “The Science of Romance” menuliskan bagaimana Science ingin mencari bukti bahwa romance itu ada. Beberapa riset dilakukan, di antaranya dengan melakukan scan kepada otak orang yang sedang jatuh cinta dan terlihat memang ada perubahan chemical. Science juga melihat terjadinya ketertarikan antara pria dan wanita karena nampaknya ada misteri dimana ada chemical yang ditebarkan oleh pria terhadap wanita tertentu dan demikian sebaliknya, ternyata saling cocok satu sama lain. Tidak heran, setiap isteri menyukai bau suaminya. Yang bisa diobservasi oleh Science adalah hal-hal yang seperti itu. Manusia selalu memiliki kecurigaan terhadap sesuatu yang abstrak dan kita ingin mendapatkan bukti. Cinta itu abstrak, tetapi orang berusah mencari bukti yang konkrit kehadiran dari cinta itu. Tetapi jujur, tetap bukti itu tidak 193 bisa setara dengan cinta itu sendiri. Meskipun demikian, bagi saya bukti konkrit itu perlu ada meskipun tidak bisa menjadi ukuran sepenuhnya. Ada orang berpikir menikah itu kan cuma seremoni, jadi membeli cincin yang murah dan sederhana tidak apa. Habis menikah kan orang biasanya jadi gemuk, nanti cincinnya tidak bisa muat lagi toh? Buat saya, jangan berpikir seperti itu. Cincin pernikahan itu harus layak dan bagus. Kita bisa lihat bukti yang konkrit itu membuktikan berapa besar dan seriusnya cintamu. Kalau keluar makan saja tidak mau membayar rekening, itu namanya parasit. Poin saya ialah kalau dunia Science saja ingin coba mencari hal-hal yang dapat diobservasi dari romance, dari situ kita bisa melihat manusia ingin mencoba membuktikan hal yang abstrak itu benarbenar ada. Sekarang kita tarik, banyak hal di dalam hidup ini, berkaitan dengan hubungan kita dengan Tuhan maupun berkaitan dengan kehadiran dan eksistensi Tuhan itupun sesuatu yang abstrak, dalam arti kata tidak bisa diobservasi oleh panca indera kita. Tetapi mengapa banyak orang mengatakan tidak ada Tuhan padahal wilayah itu bisa kita kategorikan sama seperti usaha manusia ingin membuktikan romance itu ada, bukan? Saya tidak bisa membuktikan eksistensi Tuhan seperti itu. Tetapi kita bisa melihat bukti hal-hal yang dapat diobservasi yang terjadi. Ada lagu “Things are different now, something happen to me when I believe in God.” Saya tidak bisa membuktikan keberadaan Tuhan yang saya percaya itu, tetapi kamu bisa observasi sesuatu dari hidup saya yang mengalami perubahan ketika saya percaya Tuhan. Namun inilah sikap hidup manusia yang selalu merasa ragu ketika dia tidak memiliki tangan yang kuat untuk bisa memegang dengan pasti apa yang tidak bisa dipegang. Maka tidak heran kenapa di dalam dunia ini kepercayaan yang memiliki simbol-simbol yang banyak membuat orang lebih gampang percaya daripada hal-hal yang abstrak. Di dalam kepercayaan apapun saudara lihat selalu ada simbol. Maka dalam tradisi Hinduism dan Buddhism saudara akan menemukan simbol patung-patung. Di dalam Kekristenan juga ada simbol-simbol, cuma bedanya simbol-simbol itu tidak kita sembah. Salib, misalnya. Meskipun demikian banyak orang Kristen masih berdoa di depan simbol seperti itu. Banyak orang Kristen akhirnya merasa lebih sreg dan lebih dekat Tuhan kalau berdoa di Yerusalem. Banyak orang Islam juga merasa lebih dekat dengan Tuhan kalau pergi ke Mekah. Itu kecenderungan manusia. Itupun kecenderungan yang bisa saudara dan saya alami. Dalam 1 Kor. 2:9 Pauluspun berbicara akan hal itu. “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah timbul di dalam hati manusia, itu semua disediakan Allah bagi orang yang mengasihi Dia…” Inilah paradoks iman. Saya beriman, saya percaya dan saya yakin bahwa saya akan menerima apa yang disediakan Tuhan kepadaku, plus itu menjadi paradoks sebab saya belum pernah saya lihat dengan mata, belum pernah saya dengar, dsb. Sehingga waktu orang bertanya apa bukti iman saya, bukti itu mereka ingin observasi dengan panca indera. Sesuatu yang bisa mereka lihat, sesuatu yang bisa mereka dengar, sesuatu yang bisa dipresentasikan di depan mereka. Paulus bicara paradoks hidup beriman seperti ini, hal yang engkau terima ini adalah sesuatu yang tidak pernah dilihat, tidak pernah didengar dan tidak pernah ada di dalam konsep manusia, sesuatu yang Tuhan beri dan sediakan bagi orang-orang mengasihi Dia. Hari ini saya mau bicara mengenai seberapa yakinlah saya kepada imanku. Saya tidak meragukan bahwa saya adalah orang yang beriman dan percaya kepada Tuhan, tetapi yang kita bicarakan adalah aspek seberapa saya 194 beriman kepada Tuhan. Bagaimana kuat saya tahu saya anak Allah, bagaimana kuatlah iman saya. Mungkin kita tidak akan merasakan hal itu pada waktu kita tidak pernah mengalami goncangan, pada waktu hidup kita lancar. Tetapi bisa terjadi juga pada waktu hidup kita sedang lancar, kita menjadikan iman itu statis dan kita lebih percaya kepada diri sendiri. Ini adalah hal yang ingin saya ajak saudara lihat. Di dalam Alkitab kita menemukan ada dua kasus yang sangat menarik yang Yesus ajarkan kepada murid-murid-Nya. Satu kasus adalah pada waktu Yesus menyembuhkan satu orang buta. Yesus bertanya kepadanya, “Apa yang engkau ingin Aku lakukan kepadamu?” Orang buta itu menjawab, “Aku ingin sembuh.” Kemudian Yesus bertanya lagi, “Percayakah engkau bahwa Aku bisa menyembuhkanmu?” Jawaban dari orang buta itu sangat menarik, “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini.” Pertanyaan saya, orang buta ini sebenarnya percaya atau tidak percaya? Dia percaya karena dia tahu Tuhan sanggup menyembuhkan dia, tetapi dia merasa ragu sebab itu itu kembali lagi kepada perasaan hidup manusia, ingin Tuhan itu bisa digenggam. Maka tidak heran, banyak orang ingin menyembah kepada patung karena di situ dia bisa menyentuh dan menggenggam Tuhan yang disembahnya. Satu kasus lagi adalah pada waktu Yesus menyembuhkan satu orang buta yang lain lagi dengan cara yang berbeda. Yesus meludah ke tanah, lalu dari situ Dia membuat lumpur yang digosokkan ke mata orang buta itu. Lalu Yesus bertanya kepada dia, “Sudahkah engkau melihat?” Jawab orang itu, “Sudah, tetapi aku melihat orang berjalan seperti pohon.” Apakah orang buta ini sudah melihat? Sudah. Tetapi masih melihat orang berjalan seperti pohon. Maka Yesus sekali lagi memegang matanya dan dia sembuh total. Kalau Yesus bisa menyembuhkan dengan satu kali, kenapa Yesus melakukan hal seperti ini? Karena Yesus ingin mengajarkan satu hal kepada muridmurid-Nya yaitu pada waktu mereka ragu-ragu, hal seperti orang buta itulah yang terjadi. Ada tetapi juga merasa tidak ada. Paulus mengangkat hal ini. Tuhan berjanji akan memberi kepada orang yang mengasihi Dia. Di sini menunjukkan Dia belum memberikan hal itu, bukan? Walaupun secara bahasa teologis kita tahu Dia sudah memberikan, kita sudah yakin akan keselamatan kita, kita sudah menjadi orang Kristen. Tetapi di dalam realitanya, kita belum menerima hal itu. Betapa seringkali di dalam perjalanan kita beriman kita mungkin bisa mengalami hal seperti ini. Satu contoh konkrit ada di dalam surat Ibr.10:25 penulis Ibrani memberi nasehat kepada orang Kristen jangan menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah. Lakukan dengan lebih giat karena Tuhan akan segera datang. Saudara melihat terjadi satu realita di dalam hidup, kenapa ada sebagian orang yang terbiasa tidak mau lagi datang beribadah. Saya percaya jawaban yang paling lazim adalah karena mereka sudah tidak lagi menemukan ada manfaatnya. Buat mereka tidak terjadi apa-apa di dalam pertemuan ibadah itu. Tetapi di dalam ayat 34 kita melihat konteks yang penting dan jelas, orang Kristen yang menerima surat ini sedang mengalami penderitaan, harta mereka dirampas. Memang mereka belum mengalami aniaya secara fisik tetapi sudah mengalami kerugian secara finansial. Harta mereka dicuri dan dirampas secara paksa. Rumahnya, kebunnya diambil begitu saja tanpa ada pembelaan secara hukum. Dan ketika hal itu terjadi, sebagian orang Kristen yang mendapat perlakuan itu imannya menjadi undur. Mereka tidak ingin rugi dan tidak ingin dirampas harta bendanya, akhirnya mereka tidak mengaku sebagai orang Kristen. 195 Firman Tuhan mengatakan Tuhan sudah memberi keselamatan itu tetapi kita belum menerimanya sekarang, itulah paradoks iman kita. Engkau percaya kepada Tuhan, engkau beriman kepada Dia, Dia memberikan janji anugerah keselamatan kepastian hidup itu. Di tengah-tengah itu menjadi orang Kristen kadang-kadang kita memiliki gelombang antara yakin dan tidak yakin, percaya dan ragu, rasa dekat dan rasa jauh. Bagaimana saya tahu dan yakin saya adalah anak Tuhan yang sejati? Ada dua ayat yang saya ingin saudara perhatikan. Pertama, dari Rom.8:14-17. Ayat ini menjadi ayat yang penting ketika orang Kristen berada di tengah-tengah antara Tuhan sudah sediakan janji itu, Tuhan sudah beri kepastian keselamatan itu, tetapi sekaligus kita ragu karena hal itu belum kita lihat oleh mata kita. Ayat ini dengan sangat subjektif mengatakan kita tahu kita anak Tuhan, kita tahu Tuhan mengasihi kita karena ada Roh Kudus yang tinggal di dalam hati kita yang bersaksi bahwa kita adalah anak Tuhan. Mengapa ayat ini perlu? Karena di dalam hidup kita sering memiliki tiga suara yang selalu berkata-kata. Satu, suara hati nurani kita yang karena masih berdosa, suara hati nurani ini masih perlu dimurnikan oleh pimpinan Roh Kudus. Suara hati nurani kita berusaha merasionalisasi sesuatu. Saudara yang punya weker, ada mungkin yang bangun sebelum wekernya berbunyi. Tetapi ada yang baru bangun setelah wekernya berbunyi beberapa kali. Tetapi ada yang wekernya sudah tidak bunyi lagipun tidak bangun-bangun. Keterbiasaan ini bisa terjadi di dalam kita mendengar suara hati nurani. Suara hati nurani meminta kita merasionalisasi, “sudahlah tidak apa-apa, ... toh semua orang Kristen begitu.” Suara yang kedua adalah suara dari setan yang selalu menuduh kita, mengatakan kita bukan anak Tuhan. Tuhan sudah bosan melihat hidup kita yang terus mengecewakan Dia. Itu suara setan yang selalu menuduh. Maka muncul suara ketiga yaitu suara Roh Kudus memberi kesaksian bahwa engkau tetap anak Allah. Tetapi saudara harus ingat baik-baik Roh Kudus bekerja dan bersaksi di dalam hati kita tidak pernah lepas dari dua hal yaitu tidak pernah lepas dari firman Tuhan dan tidak pernah lepas dari karya Kristus. Ini penting sekali. Yesus mengatakan, pada waktu Roh Kudus datang, Dia akan bersaksi bagiKu. Pada waktu Roh Kudus datang, Dia akan mengingatkan kepadamu semua firman yang sudah Kukatakan kepadamu. Maka kita menemukan korelasinya, bagaimana saya makin ditetapkan dan makin sadar bahwa kita anak Tuhan dan Tuhan mengasihi saya, justru waktu kita makin datang kepada Dia ketika kita merasa tidak yakin akan iman kita. Inilah paradoks iman kita. Dalam kehidupan Paulus dia tidak terlepas dari orang-orang yang ikut dengan dia melayani bersamasama tetapi akhirnya ternyata menjadi orang yang melawan Paulus dan Kekristenan. Ada tiga orang yang Paulus sebut namanya dengan terus terang dan terbukti mereka memang bukan orang Kristen yang sejati. Dalam 2 Tim.4:10 ada seorang bernama Demas yang telah mencintai dunia ini dan meninggalkan Paulus. Demikian juga dalam 2 Tim.2:17 ada Himeneus dan Filetus. Jangan kecewa pada waktu saudara berada di dalam posisi memang saudara percaya Tuhan tetapi saat itu tidak terlalu yakin. Saya mengatakan ada perbedaan antara satu iman yang sejati tetapi lemah dengan yang sama sekali tidak beriman. Saya memakai ilustrasi seperti seorang ibu yang baru mengandung lima bulan, yang belum melihat bayinya tetapi sudah bisa merasakan gerakan di dalam rahimnya. Iman kita yang lemah kepada Tuhan bisa terjadi, tetapi iman yang lemah tidak akan pernah mati. Dia akan selalu berjuang. Dari situlah saya ingin mengajak saudara melihat prinsip bagaimana saya membedakan antara seorang yang pura-pura menjadi orang Kristen, yang sebenarnya belum pernah 196 percaya Tuhan, dengan orang yang memiliki iman yang lemah, yang struggle di dalam keinginan memiliki keyakinan bahwa dia adalah anak Tuhan. Maka di dalam surat Ibrani yang mengatakan ada orang yang sudah mendengar firman, sudah melayani, dsb tetapi menjadi murtad, itu bukan mengatakan bahwa orang yang sudah percaya Tuhan bisa kehilangan keselamatan, karena Alkitab mengatakan barangsiapa yang percaya Yesus dan menerima Dia dan Roh Kudus bekerja di dalam hatinya, dia tidak mungkin menghujat Roh Kudus. Yang bisa dilakukan oleh orang Kristen yang sejati adalah mendukakan Roh Kudus. Saudara harus membedakan dua hal itu. Mendukakan, berarti melakukan sesuatu yang salah sehingga mendatangkan kesedihan. Murtad atau menghujat Roh Kudus adalah suatu tindakan aktif menolak pekerjaan Roh Kudus di dalam dirinya. Ef.4:30 bicara secara clear akan hal ini, janganlah kamu mendukakan hati Roh Kudus yang sudah memateraikan imanmu. Materai menandakan kita sudah resmi dan sah meskipun kita belum menerima keselamatan itu dan Roh Kudus tidak akan pernah meninggalkan hati kita. Yang ada ialah kita bisa mendukakan Roh Kudus. Maka muncul prinsip ketiga, bagaimana saya tahu saya adalah umat pilihan Tuhan yang sejati? Ini hanya bisa dilakukan melalui satu proses yang namanya proses pemurnian. Yesus pernah mengatakan banyak orang yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih. Pada waktu banyak orang kecewa dan meninggalkan Yesus, Yesus berbalik kepada murid- murid-Nya dan mengatakan kenapa kalian tidak pergi juga? Petrus mengatakan, Tuhan, kami tahu Engkau adalah Anak Allah yang hidup. Dalam Ibr.12:7-9 penulis surat Ibrani mengangkat point yang penting, jika kita adalah anak Allah, maka Allah akan mendidik dan mendisiplin kita. Paulus berkata kepada Timotius, barangsiapa yang ingin sungguh-sungguh mengikut Tuhan maka dia akan mengalami penderitaan. Inilah perbedaan kalau saudara baca pengalaman orang-orang Kristen di jaman modern ini dengan orang-orang Kristen di masa lalu. Orang-orang di jaman sekarang mengatakan tanda engkau adalah seorang anak Tuhan yang sejati kalau engkau diberkati Tuhan. Tetapi tanda seorang anak Tuhan yang sejati bukan itu. Kesulitan, tantangan, bukan menjadi tanda bahwa kita dikutuk Tuhan tetapi justru sebaliknya menjadi tanda kita adalah anak Tuhan yang sejati. Ibrani mengatakan, kalau kita tidak pernah dipukul Tuhan, mungkin kita bukan anak-Nya. Maka bukti saya adalah anak Tuhan, prinsip ini tidak boleh dicabut yaitu ciri-ciri anak-anak Allah ialah menderita. Demikian dalam hidup rohani kita ada “tanda rotan” dari Tuhan. Dalam keadaan lancar seringkali kita menjadi terlalu percaya diri sehingga tidak merasa perlu pertolongan Tuhan. Tetapi pada waktu kita mengalami kesulitan dan tantangan, di tengah air mata, kita menjadi rendah hati di hadapan Tuhan dan di situ kita melihat kekuatan yang datang dari Tuhan. Minggu depan saya akan membahas “Ciri-ciri anak-anak Allah,” bagaimana disiplin itu memberikan kita tanda yang positif. 197 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 17/02/2008 Pdt. Effendi Susanto STh. Ciri-ciri anak-anak Allah (2) Nats: 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Ibrani 12: 5-17 Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak–anak: “Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan–Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi–Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui–Nya sebagai anak.” Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak–anak gampang. Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan–Nya. Memang tiap–tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya. Sebab itu kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah; dan luruskanlah jalan bagi kakimu, sehingga yang pincang jangan terpelecok, tetapi menjadi sembuh. Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan. Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang. Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan. Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata. Minggu lalu di ABC ada satu dokumentasi mengenai seorang yang mengalami “genius disorders.” Menarik sekali dokumentasinya, karena dia bisa melihat hal-hal lain yang saudara dan saya tidak lihat. Pada waktu kita masuk ke dalam ruangan ini, kita melihat dengan persepsi yang normal di lihat 198 orang lain, ada tiang, tembok dsb. Tetapi orang itu bisa melihat dengan persepsi dan dimensi yang lain yang berbeda dengan kita yang normal. Menurut dokumentasi itu, kemungkinan besar hal yang sama terjadi pada diri Van Gogh dan Picasso. Bisakah kita mengatakan dia orang gila? Tidak, karena dia disebut genius, tetapi dalam kategori ‘disorder’ karena ini adalah suatu kelainan. Maksudnya adalah kita melihat hal yang sama, tetapi dia memiliki mata dan cara pandang yang berbeda, yang tidak boleh kita katakan tidak ada. Saya percaya, ini juga bisa kita masukkan di dalam kebenaran soal kacamata iman. Menghadapi penderitaan, menghadapi kesulitan yang sama, orang yang satu bilang “it is bad luck,” itu sesuatu hal yang tidak baik, dsb tetapi orang Kristen mengatakan di situ ada kebaikan Tuhan, tidak boleh dikatakan orang ini gila, karena tetap ada yang namanya “kacamata iman.” Jadi mata rohani kita mirip seperti orang genius disorders yang melihat dengan perspektif yang berbeda. Saya rasa kalimat ini menjadi point yang penting karena penulis surat Ibrani mengatakan hal ini, pada waktu pendidikan itu datang, dia tidak mendatangkan sukacita tetapi dukacita, itu fakta. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran kepada mereka yang dilatih olehnya (Ibr.12:11). Berangkat dari ayat ini saya ingin mengajak saudara melihat apakah ciri anak-anak Allah, apa saja yang menjadi ciri dan tanda seorang percaya. Minggu lalu saya sudah membahas tanda yang paling penting adalah konfirmasi dari Roh Kudus yang tidak pernah berhenti mengatakan “Kamu tetap anak-Ku .” Ini adalah kesaksian Roh Kudus yang penting di dalam hati setiap orang percaya. Kenapa ini menjadi ciri penting? Kalau anak kita berbuat salah, umumnya dia akan lari dan bersembunyi dari kita. Ini adalah kecenderungan dosa. Pada waktu Adam dan Hawa berbuat dosa, itu yang terjadi, bukan? Alkitab memberitahukan kepada kita itulah reaksi yang terjadi karena berdosa. Menghadapi situasi seperti itu Tuhan akhirnya datang mencari Adam, terus memberikan satu konfirmasi yang penting sekali di dalam hidup mereka, “Kalian tetap anak-anak-Ku.” Kecenderungan kita sebagai orang Kristen pada waktu kita melewati tantangan dan kesulitan, pada waktu kita merasa Tuhan tidak ada di dalam hidup kita, kita cenderung juga lari. Itu sebab penulis Ibrani mengingatkan jemaat yang mengalami penderitaan, jangan membiasakan diri lari dari Tuhan. Ini reaksi yang wajar karena kita pikir Tuhan tidak mengasihi kita lagi. Bahaya sekali kalau kita mengajarkan teologi seperti ini kepada orang: “Kalau engkau tidak sembuh berarti masih ada dosa di dalam hatimu, maka Tuhan tidak mengasihimu.” Saya masih ingat kesaksian nyata dari seorang wanita yang terkena kanker payudara di Jakarta. Pada waktu itu dia menghadiri satu kebaktian kesembuhan ilahi dan pendeta mendoakan dia. Dua minggu kemudian, bukan kesembuhan yang terjadi kepadanya, tetapi ibu ini ditemukan mencoba bunuh diri dengan minum Baygon (racun serangga). Keluarga segera membawanya ke rumah sakit dan memompa perutnya. Selama beberapa hari dia terus berada dalam pengawasan ketat supaya tidak mencoba bunuh diri lagi. Dia mengatakan, “..Kenapa saya ditolong? Lebih baik saya mati saja. Hidup saya sudah susah seperti ini. Tuhan tidak sayang kepada saya. Kalau Dia mengasihi saya, saya pasti disembuhkan. Kalau Tuhan sudah tidak perhatian terhadap hidup saya, buat apa lagi?” Wanita ini mendapatkan konsep yang salah. Kalau kesembuhan adalah tanda Tuhan sayang kepadanya, maka tidak sembuh membuat dia merasa Tuhan sudah tidak peduli dengan dia. Bukan Tuhan tidak perhatian kepada kita, tetapi itu yang menjadi reaksi kita. 199 Pada waktu kita rasa hidup kita susah, ada sesuatu yang tidak beres di dalam hidup ini, kita lebih cenderung lari dan bersembunyi. Ditambah dengan hati nurani kita yang sudah berdosa dan bersalah, ditambah dengan suara setan yang selalu menuduh kita, maka kenapa harus ada suara yang lain yang menjadi ciri yang menguatkan kita. Puji Tuhan kalau ada ciri eksternal yang memberitahu kita adalah anak Tuhan. Tetapi itu tidak ada. Maka suara Roh Kudus mengingatkan bahwa kita adalah anak Allah. Suara itu akan terus bekerja dengan tidak mengabaikan firman Tuhan. Itu sebab mengapa Ibrani memberikan nasehat ini, jangan lari dari pertemuan ibadah sebab melalui pertemuan ibadah seperti ini saudara akan dengar firman Tuhan yang memberikan konfirmasi kepadamu bahwa engkau tetap anak Allah sekalipun hidup kita mungkin tidak menyenangkan. Roh Kudus bersaksi di dalam hati kita bahwa kita adalah anak-anak Allah. Yang kedua, sekarang kita angkat perspektifnya melalui Ibr.12 ini. Ayat 12-13 memberikan satu metafora yang menarik, “…sebab itu kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah…” Ini adalah metafora perjalanan. Melihat hidup dengan perspektif ini penting. Artinya sebagai orang Kristen kita tidak boleh merasa diri lebih istimewa daripada orang-orang lain sebab Alkitab mengatakan siapapun dia yang hidup di dalam dunia ini hidup di dalam satu perjalanan, satu journey. Di dalam perjalanan itu saudara dan saya menemukan beragam persoalan, hal yang indah atau tidak indah, hal yang surprise ataupun hal biasa. Itulah perjalanan. Pada waktu kita bicara mengenai perjalanan, saya ingat kepada Mzm.23 yang memberikan satu gambaran yang indah dan kontras. “Tuhan Gembalaku yang baik membaringkan aku di padang yang berumput hijau. Sekalipun aku berjalan di dalam lembah kekelaman…” Di padang yang berumput hijau aku berbaring, artinya ini adalah tujuan. Ada sesuatu yang bersifat permanen di situ. Tetapi di dalam lembah kekelaman aku berjalan, artinya ini bukan menjadi tujuan, bukan tujuan dan tidak bersifat permanen. Ini dua perbedaan yang menarik. Alkitab mengatakan di dalam perjalanan ini ada lembah yang hijau, tetapi juga ada lembah yang gelap. Di dalam perjalanan ada mata air, tetapi juga ada padang gurun. Namun di dalam perjalanan itu kita menemukan perbedaannya pada waktu Tuhan memberikan penggembalaan-Nya di dalam hidup kita. Pada waktu menghadapi lembah yang penuh air dikatakan Dia membawa kita berbaring. Artinya Gembala kita tahu apa kebutuhan kita. Tetapi pada waktu kita berada di dalam lembah kekelaman, Dia mengingatkan kita sedang berjalan, artinya someday kita pasti akan melewatinya. Maka saya berpikir, apa bedanya kesulitan, pendidikan, ganjaran dan api dari Tuhan itu. Kita harus ingat relasi kita dengan Tuhan harus dibedakan antara relasi kekerasan, relasi destruktif dan relasi penyucian. Jelas api destruktif dan api penyucian itu berbeda, walaupun sama panasnya dan sama dahsyatnya. Tetapi api destruktif bertujuan untuk merusak hidup kita, sedangkan api penycian memurnikan iman kita. Salah satu relasi yang sangat berbahaya di dalam hubungan suami isteri adalah relasi kekerasan. Yang sering terjadi adalah suami melakukan kekerasan kepada isteri, tetapi celakanya si isteri merasa tindakan kekerasan itu sebagai bukti suami mencintainya. Ini menjadi relasi yang berbahaya sekali. Tidak heran banyak wanita yang hidup di dalam relasi kekerasan seperti itu tidak mau keluar sampai terlambat. Biasanya setelah suami memukul dengan bogem mentah, besoknya dia memberi bunga mawar satu bakul. 200 Isterinya waktu ditanya kenapa biru lebam, dia akan bilang karena suami mencintai dia. Sekarang kalau saya bertanya kepada orang Kristen kenapa menderita begini, jawab dia karena Tuhan mencintainya, apakah ini relasi yang kekerasan juga? Jadi bagaimana kita membedakan Tuhan memberikan tantangan, kesulitan tetapi bukan bersifat kekerasan dan destruktif kepada kita? Kita harus membedakannya baik-baik. Saya percaya dengan mengerti konsep ini, “stay and walk” maka Tuhan sendiri memberikan kita jaminan, menghadapi kesulitan, penderitaan, dsb bukan tujuan Dia tetapi hanya merupakan satu proses. Artinya Tuhan bukan Tuhan yang ingin orang itu terus-menerus mengalami kesulitan dan penderitaan. Tetapi ada kalanya di dalam pengalaman kita juga, kita sudah puas di dalam satu hal kita tidak mau maju lagi. Itu kecenderungan hidup kita. Pada waktu kita sudah puas, kita tidak mau maju lagi. Tetapi kita tahu hal yang sudah kita capai itu belum maksimal dan bukan merupakan tujuan kita. Bukan Tuhan tidak ingin kita menikmati keberhasilan kita, dan bukan Tuhan ingin merusakkan keberhasilan atau kebahagiaan hidup kita. Tuhan hanya ingin menggoncangkan hidup kita yang sudah merasa puas di situ. Kalau pada suatu hari Tuhan membuka dan memberikan tantangan yang lebih besar dan lebih beresiko daripada apa yang sudah kita kerjakan sekarang, kita berani mengerjakan hal itu karena Tuhan ingin kita melalui kesulitan itu dan maju selangkah. Jangan kita sebagai orang Kristen melihat Tuhan sebagai “The Killer of Joy.” Sehingga banyak orang bercanda itulah bedanya orang Protestan dengan orang Karismatik. Orang Protestan punya konsep Tuhan adalah the killer of joy, maka jadi orang Kristen jangan kelihatan terlalu senang, nanti Tuhan kasih menderita. Jadi jangan terlalu senang di hadapan Tuhan supaya Dia tidak tahu kita lagi senang. Tetapi kalau kita pergi ke gereja Krismatik bicara mengenai sukacita, diberkati, makin kaya makin sukacita, itu berkat Tuhan. Dua-duanya salah konsep. Tuhan tidak pernah merusakkan kebahagiaan kita. Tetapi hidup ini adalah suatu perjalanan. Gembala itu akan membawa kita kemana yang Dia tahu baik adanya. Melihat hidup itu sebagai satu perjalanan merupakan satu perspektif yang indah dan penting sekali. Dari situ kita membuka kesempatan, pada waktu ada kesulitan dan gejolak sedikit, kita mesti melihat itu sebagai satu kesempatan. Bukan Tuhan tidak mau kita menikmati apa yang sudah kita terima sekarang, tetapi biarlah di situ kita bertanya kepada Tuhan apa yang lebih dari ini yang bisa aku lakukan. Hari ini dari Ibr.12 kita akan melihat ada lima kata “jangan” pada waktu saudara dan saya menghadapi pendidikan dari Tuhan. Ayat 5 “…jangan anggap enteng didikan Tuhan.” Jangan masa bodoh terhadap hidup ini, jangan menganggap ringan waktu Tuhan mendidik kita. Banyak orang tidak tahu apa yang dia inginkan di dalam hidup ini, akhirnya hidup dengan sembarangan saja. Pada waktu Tuhan memberikan kesulitan dan tantangan, Dia ingin ada sesuatu yang indah terjadi pada hidup saudara, karena itu silakan saudara penuh perhatian, jangan menjadi orang Kristen yang tidak terlalu sensitif dengan apa yang terjadi di dalam hidup kita. Berani mencari apa yang Tuhan inginkan di dalam hidup kita, ini menjadi sikap positif. Maka Ibrani mengatakan jangan anggap enteng dan masa bodoh dengan didikan Tuhan. Kedua, “…jangan putus asa…” sebaliknya jangan terlalu berat akhirnya tidak melihat keindahan di balik didikan Tuhan. Jangan menjadi orang Kristen yang berpikir hidup ini terlalu berat dan merasa diri sebagai orang yang paling malang di dunia ini. Semua orang lain hidupnya lancar tetapi saya orang Kristen yang paling malang. Lihat hidup Fanny Crosby, seorang 201 yang buta tetapi tidak mengasihani diri sendiri. Sepanjang hidupnya bisa membuat 8000 lagu memuji Tuhan. Jangan putus asa, jangan merasa terlalu berat menjalani hidup ini. Ketiga, “…jangan menjauhkan diri…” dari terjemahan Indonesia bisa menunjukkan orang yang melihat hidup ini sudah terlalu putus asa dan kecewa sehingga tidak mau lagi dekat Tuhan. Kita tidak akan pernah melihat pendidikan Tuhan sebagai satu hal yang positif kalau kita akhirnya bersikap demikian. Tetapi ada terjemahan lain yang sangat menarik, “Do not miss out God’s grace…” Kenapa memakai kalimat itu? Pengertian positifnya, jangan sampai tanganmu jadi lemah, kurang energi. Pendidikan Tuhan tidak akan menjadi manfaat yang indah di dalam hidup kita kalau kita sendiri tidak memiliki keberanian untuk “menjemput bola” menangkap kesempatan yang datang ke dalam hidup kita. Don’t miss out. Seperti Tuhan sedang membagi-bagi anugerah-Nya, kita mesti cepat menangkapnya. Bukan anugerah Tuhan kurang banyak, tetapi kita mungkin yang miss out. Wajar di dalam perjalanan hidup ini tangan kita menjadi letih, kaki kita bisa cape. Wajar kita tergoda untuk berhenti karena kita bukan superman. Tetapi tidak berarti kemudian Tuhan membatalkan “itenary-”nya. Maka muncul ayat ini, energize yourself, don’t miss out God’s grace in your life. Itu sebab kita perlu belajar untuk jangan terlalu lama berhenti di belakang. Jangan terus kemudian di belakang berlambat-lambat, akhirnya kita miss out the opportunity of His grace. Di sini kita menemukan suatu kerja sama yang menarik antara grace yang berlimpah itu dibarengi dengan satu tanggung jawab untuk berlari dan berjuang di depan. Maka dari sini saya mengharapkan saudara belajar dari firman Tuhan itu, bukan Tuhan tidak empati, bukan Tuhan tidak perhatian pada waktu kita menghadapi kesulitan di depan kita. Kita tidak diminta untuk terus berdiri di situ dan rasa kasihan kepada diri sendiri. Banyak orang Kristen korban peperangan, yang tidak bisa mengenal ayah ibunya lagi. Kemarin lihat di teve ada puluhan ribu anak-anak Kristen di Kenya yang harus lari dari negerinya, berjalan melewati padang gurun hampir 1000 km jauhnya mencari perlindungan, sementara ayah ibu mereka sudah mati terbunuh. Sebagian mati ditembank tentara, sebagian dimakan singa dan hyena. Ada satu orang yang selamat dan tinggal di Amerika, menjadi pemuda yang tidak terus mengasihani diri. Dia sekarang menjadi mahasiswa kedokteran dan psikologi yang berhasil. Kalau kita tidak mau maju dan terus melihat yang lampau, kita tidak bisa maju. Ada orang lain hidup lebih susah daripada kita, diperlakukan tidak adil, dia bisa memiliki satu hidup yang lebih baik karena dia tidak melihat ke belakang terus. Don’t miss out God’s grace. Boleh cape, boleh berhenti, boleh lemas di belakang, tetapi kemudian cepat-cepat kalau bisa berebut antri di urutan depan. Keempat, “…jangan tumbuh akar pahit.” Dan yang terakhir, “…jangan seperti Esau yang menjual hak kesulungannya demi sepiring kacang merah…” Artinya jangan hidup di dalam dunia ini mata kita cuma melihat kesenangan yang sementara ini. Itu Esau. Berbeda dengan Yakub, Yakub rela kehilangan sepiring kacang merah karena mendapatkan janji yang tidak kelihatan. Hari ini saya menantang hidup saudara. Saudara bisa lihat ada orang di dalam kesulitan bukan saja bisa berhasil tetapi itu juga tidak menjadi akar pahit dalam hidupnya. Bahkan ada orang yang justru melalui kesulitan hidup dia menjadi berkat untuk orang yang lain karena dia tidak hanya melihat apa yang baik dan membahagiakan diri sendiri saja. Ini menjadi tanda kedua dari seorang anak Tuhan yang sejati, yaitu kadang-kadang Tuhan memberi kita sedikit disiplin supaya melalui disiplin itu kita disadarkan dari hal yang melenakan hidup kita. Disiplin itu membuat kita memiliki satu genius 202 disorders, dengan mata iman kita melihat sesuatu yang baik sedang Tuhan kerjakan di situ. Melihat disiplin yang terjadi di situ justru mendatangkan sukacita dalam hidupku karena ini adalah tanda aku anak Tuhan yang sejati. Biarlah disiplin itu menjadi alat Tuhan memberimu tenaga, membuatmu makin murni di hadapan-Nya. 203 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 24/02/2008 Pdt. Effendi Susanto STh. Ciri-ciri anak-anak Allah (3) Nats: Ibrani 12: 7-11 Mazmur 126 Ibrani 12 7 8 9 10 11 Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak–anak gampang. Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan–Nya. Memang tiap–tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya. Mazmur 126 1 2 3 4 5 6 Nyanyian ziarah. Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang–orang yang bermimpi. Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak–sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa–bangsa: “TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang–orang ini!” TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita. Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb! Orang–orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak– sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak– sorai sambil membawa berkas–berkasnya. Hari ini kita akan melanjutkan apa yang menjadi bukti bahwa kita adalah anak Tuhan yang sejati? Surat Ibrani mengatakan buktinya kita adalah anak yang sejati, ketika kita di dalam perjalanan hidup menghadapi kesulitan dimana Tuhan mendidik kita, karena dimana ayah yang tidak mendisiplin anaknya? Disiplin itu bukan menjadikan kita kecewa, tetapi justru dilihat secara terbalik oleh firman Tuhan bahwa ini bukti bahwa kita adalah anak Tuhan. Kita juga melihat anak Tuhan yang sejati dibuktikan karena justru sewaktu Allah menguji kita, kita menghasilkan buah. Pohon yang baik akan 204 menghasilkan buah yang baik, kata Tuhan Yesus. Anak Tuhan akan menghasilkan buah-buah yang kelihatan sebagai anak Tuhan. Ibr.12:7-11 mengatakan “…memang tiap-tiap ganjaran pada waktu diberikan tidak mendatangkan sukacita tetapi dukacita, tetapi setelah itu dia akan menghasilkan buah bagi mereka yang mau dilatih olehnya…” Kalimat ini menjadi penting karena seringkali ketika satu kesulitan datang ke dalam diri seseorang, kesulitan itu tidak secara otomatis mendatangkan kebaikan kepada orang tsb. Seringkali kesulitan di dalam diri orang bisa dilihat kemudian menjadi kepahitan yang tidak ada habis-habisnya. Merasa tidak adil di dalam hidup ini, merasa diperlakukan dengan keras, akhirnya menjadi marah dan kecewa. Motivasi orang tua pada waktu mendidik dia ingin membuat dia menjadi baik, mungkin ditangkap oleh anak itu sebagai tindakan dari ayah ibu yang tidak mencintai dan mengasihi dia, sehingga menimbulkan hati yang pahit. Tetapi sebaliknya bisa jadi tantangan dan kesulitan yang datang kepada diri seseorang, semakin keras dan semakin berat yang dialaminya bisa menghasilkan keindahan dan kebaikan di dalam hidupnya. Itulah tergantung pada satu kondisi seperti kalimat Ibrani yang menarik ini “…bagi mereka yang mau dilatih olehnya.” Itu berkaitan dengan satu proses kita melihat bagaimana pandangan kita. Kalau salah tafsir akan berbahaya, walaupun mungkin apa yang datang di dalam hidup kita itu adalah didikan yang baik. Ibrani mengatakan ayah kita yang di dunia mendidik kita untuk kebaikan kita, apalagi Bapa kita yang di surga. Tetapi kalimat selanjutnya mengatakan ayah kita di dunia mendidik kita menurut apa yang baik baginya. Artinya, didikan dia terbatas. Ada kalanya mungkin motivasinya baik, tetapi caranya salah. Tetapi orang tua kita yang mungkin keliru tetap kita hormati, apalagi Tuhan kita yang tidak pernah keliru. Namun dengan kalimat seperti itu, berarti bisa jadi yang dimaksudkan baik mungkin bisa kita tangkap salah dan keliru. Itu sebab Ibrani mengatakan buah itu akan dihasilkan oleh orang yang mau dilatih olehnya. Maka ini berkaitan dengan perspektif hidup kita, dan mungkin interpretasi kita bisa salah. Orang tua tidak bermaksud untuk menyesatkan kita, namun kita bisa salah menangkapnya. Kita adalah anak Tuhan, dan Tuhan mengatakan kita akan menghasilkan buah itu berkaitan dengan bagaimana kita belajar bersikap ketika menghadapinya. Yang pertama, pada waktu kita memperoleh didikan Tuhan, sikap pertama yang harus keluar dari hidup kita adalah belajar bersikap pasrah dan rela karena kita percaya apa yang Ia kerjakan itu pasti baik adanya. Walaupun dengan air mata dan ketidak-mengertian ketika pergumulan itu terjadi di tengah-tengah kehidupan raja Daud, dimana Tuhan harus menghukum dia atas dosa dan kesalahan yang dia perbuat dengan Batseba. Akibat hubungan yang salah itu seorang anak sudah lahir dan Tuhan menghukum anak itu akan mati. Daud terus berdoa dan bergumul, minta Tuhan kalau bisa merubah keputusanNya. Namun ketika anak itu akhirnya meninggal, Daud mengatakan kalimat yang menarik, “Dia adalah Allah, biarlah Dia melakukan apa yang Dia pandang baik.” Kadang-kadang kita tidak mengerti karena keterbatasan kita melihatnya, maka sikap yang pertama ini yaitu kita berserah karena kita percaya Dia pasti mengerjakan hal yang baik bagi kita walaupun kita tidak mengerti. Ini yang dikatakan oleh Ibrani, ayah kita di dunia mendidik kita dengan maksud yang baik tetapi mempunyai dua keterbatasan (ayat 10), pertama terbatas oleh waktu. Orang tua kita mungkin mendidik dengan keras dan memberi rotan di dalam hidup kita, tetapi waktunya pendek. 205 Orang tua tidak mungkin bisa menjaga anak kita terus sampai jenggotan. Ada waktunya orang tua tidak bisa apa- apa lagi, bukan? Jadi orang tua kita mendidik dengan waktu yang terbatas dan pendek. Ada limitasi waktunya. Yang kedua, orang tua mendidik berdasarkan apa yang mereka anggap baik. Artinya, bisa saja mereka salah. Sehingga kadang-kadang anak salah menangkapnya. Karena kita manusia, kita bisa curiga dua keterbatasan ini juga ada pada Allah. Apa yang Allah berikan itu baik, tetapi kita anggap tidak baik. Contoh paling sederhana, kalau kita mendengar dua anak kita sedang bermain di kamar, lalu si adik yang kecil menangis keras. Kita langsung berasumsi pasti kakaknya membuat dia menangis. Maka kita memarahi kakaknya untuk sayang kepada adiknya. Kita jewer kupingnya dengan tujuan untuk mengajar dia untuk mengaisihi adiknya, tetapi dianggap kita lebih sayang kepada adiknya dan bersikap tidak adil terhadap dia. Akhirnya jeweran itu membuat dia tidak sayang kepada kita dan marah kepada kita. Ini yang Alkitab katakan, orang tua kita di rumah mendidik kita dengan keterbatasan dengan cara yang dia anggap baik, padahal belum tentu baik atau belum tentu bisa direspons dengan baik. Tetapi tetap kita harus respek dan hormat kepada mereka, karena kita tahu mereka tidak mungkin mencelakakan kita. Tidak ada ayah atau ibu yang ingin mencelakakan anaknya, walaupun dengan cara yang mungkin salah dan keliru, tidak ada yang punya motivasi yang salah. Kita harus menghargai itu. Tetapi Tuhan sebagai Bapa yang mengasihi kita, mungkinkah Dia bisa bersalah dalam mendidik kita? Tidak mungkin. Karena itulah saya mengatakan sikap kita yang pertama adalah berserah dan rela, walaupun kadang-kadang kita tidak mengerti. Kita percaya yang Tuhan lakukan di dalam hidup saya, saya tahu pasti itu adalah hal yang terbaik. Yang kedua, Alkitab mengatakan Tuhan bukan saja mendidik kita tetapi Tuhan kadang- kadang memberikan kesulitan dengan tujuan bersifat pencegahan. Dalam hal apa Tuhan memberi pencegahan ini? Dalam Hos.2:5 kita melihat disiplin Tuhan memiliki sifat pencegahan demi untuk kebaikan kita semata-mata. “…sebab itu Aku akan menyekat jalannya dengan duri dan memberi pagar tembok untuk mengurung dia sehingga dia tidak dapat menemui jalannya.” Tuhan melakukan tindakan pencegahan menaruh duri di depan jalan untuk mencegah kita melewati jalan itu. Kenapa harus berupa duri? Dalam konteks Hosea, ini berkaitan dengan supaya bangsa Israel jangan berjalan di dalam jalan berhala idol. Tuhan memberi kesulitan, memberi onak duri di depan kita supaya jalan itu bukan jalan yang kita ambil, yaitu melakukan penyembahan berhala. Atau pakai bahasa kita sekarang, kadang-kadang Tuhan bisa mengambil sesuatu yang kita anggap sukses, sesuatu yang kita anggap baik, sesuatu yang kita sayangi bukan karena Tuhan adalah “the Killer of joy” yang ingin merebut semua yang kita suka dan senangi, tetapi pada waktu itu terjadi kita harus cepat-cepat mengambil sikap ini, itu mungkin cara Tuhan untuk mencegah kita supaya kita tidak menjadikan itu semua sebagai berhala di dalam hidup ini. Secara logis kitapun mengerti, tidak semua hal akan diberikan oleh ayah dan ibu kita, apalagi kalau mereka tahu itu hal yang membahayakan anaknya. Tuhan akan menaruh duri di depannya supaya anak Tuhan tidak berjalan ke sana, karena jalan lancar, jalan enak, jalan kesuksesan yang ditawarkan oleh penyembahan berhala. Tuhan melakukan pendidikan yang bersifat pencegahan 206 mempunyai tujuan yang penting supaya kita tidak terjatuh lebih dalam ke dalam jerat yang membahayakan jiwa kita. Mungkin sekarang kita tidak punya berhala berupa patung atau hal-hal yang kelihatan. Tetapi berhala itu bisa berbagai macam cara, berhala itu bisa datang karena kita terlalu percaya kepada diri kita sendiri, berhala itu bisa datang pada waktu kita terlalu percaya kepada kekayaan kita, berhala itu bisa datang pada waktu kita terlalu percaya kepada kekuatan diri kita sendiri, berhala itu bisa datang pada waktu kita percaya apapun yang kita kerjakan selalu berhasil, apapun yang kita sentuh akan menjadi emas, dsb. Sehingga kita tidak bisa bergantung kepada tangan Tuhan yang baik, yang menjaga dan memelihara kita. Dia Allah yang baik, Dia menaruh duri di depan kita bukan untuk membuat kita gagal tetapi supaya kita sadar. Dia mencegah kita. Yang ketiga, dalam Ibr.12:10-11 muncul beberapa hal yang positif pada waktu Tuhan memberikan pendidikan kepada kita. Melihat perspektif segala tantangan, kesulitan dan pendidikan yang datang menjadi hajaran dengan tujuan mendatangkan kesucian di dalam hidup kita. Melihat segala proses kesulitan itu seperti seorang tukang emas yang membakar emasnya supaya makin lama makin murni sehingga lebih berarti dan lebih mahal. Saya percaya orang Kristen harus melihat dengan perspektif itu. Setiap kali saya melihat seorang anak muda yang menjalani satu perjalanan hidup yang susah, saya melihat itu kesempatan bagi dia untuk menjadi orang sukses nantinya. Pemurnian, itu merupakan maksud pendidikan dari Tuhan. Kalau itu menjadi maksud Dia, saya percaya hidup kita seperti emas yang baru diambil dari tanah, masih banyak hal yang kotor di dalamnya, maka kita rela dibentuk oleh Tuhan karena itu merupakan pemurnian Tuhan yang baik bagi kita. Semakin kita mengalami tantangan dan kesulitan itu, mari kita melihat dengan perspektif ini, kita mau dilatih karena ini akan mendatangkan satu proses hidup yang membuat kita lebih suci, lebih murni, lebih hidup berkenan kepada Tuhan. Mari kita memiliki hati dan sikap seperti itu. Di dalam relasi kita sebagai orang Kristen kita mungkin perlu belajar juga memiliki sikap seperti itu. Ketika kita ditegur oleh orang Kristen yang lain, mari kita melihatnya bukan sebagai sikap ingin merugikan hidup kita tetapi melihat dengan perspektif yang lain, yaitu supaya hidup kita bisa lebih baik dan lebih indah. Keempat, Yesus mengatakan supaya ranting pohon anggur akan menghasilkan buah lebih banyak maka Dia akan memangkas dahan-dahan yang tidak berbuah. Tuhan akan menguji hidup kita supaya menghasilkan buah yang lebih banyak dan lebih berkualitas. Dietrich Bohhoeffer seorang hamba Tuhan yang brilliant dan masih muda, menyatakan protes secara publik terhadap tindakan Hitler yang tidak manusiawi melakukan pembunuhan terhadap orang Yahudi. Akhirnya dia ditangkap dan dikurung di dalam perjara dengan penjagaan yang ketat sehingga sayang sekali sampai sekarang kita tidak mendapat terlalu banyak memiliki tulisan-tulisan darinya. Beberapa tulisannya di penjara diselundupkan diam-diam keluar sehingga ada dua bukunya yang terkenal hingga saat ini yaitu “The Cost of Discipleship” dan “The Letters form Prison.” Seminggu sebelum Hitler bunuh diri, dia membunuh Bonhoeffer. Ada kalimat yang sangat indah darinya, “Cheap grace is grace without cross.” Anugerah yang murah adalah anugerah yang ingin kita terima tanpa penderitaan. Masih ingat kalimat Brother Yung, jangan doakan supaya Tuhan mengangkat penganiayaan yang kami alami sebagai orang Kristen di Cina tetapi berdoalah supaya Tuhan memberikan bahu yang kuat untuk 207 menanggungnya. Buah yang baik pasti keluar dari ranting yang diuji. Itu tujuan menguji, supaya menghasilkan satu kualitas. Kita belajar bersabar di dalam proses pendidikan Tuhan. Dunia yang sudah serba mudah, serba lancar dan serba cepat, kita akhirnya kehilangan asset berharga ini yaitu kesabaran. Mau memiliki satu hidup yang berkualitas, kita memerlukan waktu dan proses dan biaya yang juga besar. Maka satu kehidupan Kristen yang bernilai, satu kehidupan Kristen yang baik sekali, satu kehidupan Kristen yang agung didapatkan dengan malalui proses dengan harga yang mahal. Kita harus berani dan belajar membayar harga. Pada waktu kita minta kepada Tuhan untuk menjadi hamba-Nya yang terbaik, sekaligus kita rela diproses dengan keras oleh-Nya. Dunia kita memiliki hukum normal seperti itu, untuk memperoleh barang yang asli perlu membayar mahal, untuk menciptakan barang dengan kualitas, kita perlu proses dan biaya yang lebih besar. Saya percaya hal yang sama juga pada waktu Tuhan ingin menghasilkan buah-buahan dengan kualitas baik-baik di dalam hidup kita, itu membutuhkan proses yang berat dan keras. Tujuannya bukan untuk merugikan engkau dan saya tetapi mendatangkan satu hidup yang berkualitas. Yang terakhir, segala pendidikan Tuhan bertujuan untuk melatih kita. Saya ingin mengajak saudara melihat dua ayat, Mzm.126: ketika Tuhan memulihkan keadaan bangsa Isarel, itu seperti mimpi. Itu sebab ketika Tuhan melakukan perkara yang besar, maka mereka bersukacita. Tetapi ayat 5-6 merupakan ayat yang indah “Orang yang menabur dengan mencucurkan air mata akan menuai dengan sorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil tetap menabur benih, akan pulang dengan sorak-sorai membawa berkas-berkasnya. Yak.5:11 adalah firman Tuhan yang merefleksi hidup Ayub, seorang yang memiliki hidup penuh kesulitan yang saya percaya amat berat. “…Apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan karena Tuhan maha penyayang dan penuh dengan belas kasihan.” Kenapa Tuhan memberikan proses latihan itu? Supaya kita belajar bertekun di dalamnya. Bertekun berarti tidak hanya melihat di awal tetapi berani menunggu sampai akhir. Ketekunan Ayub memberikan hasil akhir yang indah, karena Allah Tuhan kita maha penyayang. Waktu kita menangis dan mengalami perjalanan hidup yang susah, Tuhan bilang tetaplah jalan sambil menabur benih. Pada satu hari akan ada hasilnya. Itu satu perspektif yang penting pada waktu kita belajar menghadapinya, kita dilatih untuk belajar memiliki ketekunan. Sabar sedikit, jalani dengan setia, maka kita akan melihat proses sampai akhir ada hasil dan nilai yang berharga. Begitu kita lihat ke belakang kita akan bersyukur. Hidup kita memang masih belum bisa kita konklusi karena masih berada di dalam proses, tetapi percayalah akan ayat firman Tuhan ini, ketekunan Ayub sampai akhir menghasilkan kebaikan. Dan yang terpenting mungkin kita belum melihat hasilnya bagaimana tetapi kita tahu Tuhan kita penyayang dan penuh dengan belas kasihan. Maka inilah yang menjadi respons kita. Pertama, kita berserah kepada-Nya. Kedua, kita melihat ini cara Tuhan mencegah kita terjerumus. Ketiga, kita tahu cara Tuhan membersihkan hal-hal yang tidak baik yang menghalangi kita berbuah. Dan keempat kita tahu ini merupakan cara Tuhan untuk melatih kita untuk bertekun dan bersabar. 208 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 01/03/2009 Pdt. Effendi Susanto STh. Uang, kepemilikan dan harta Surgawi (1) Nats: Lukas 12:1; 13-21 1 Sementara itu beribu–ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mereka berdesak– desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama–tama kepada murid–murid–Nya, kata–Nya: “Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi. 13 Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: “Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?” Kata–Nya lagi kepada mereka: “Berjaga–jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah–limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.” Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata–Nya: “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah–limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung–lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang–barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun–tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang– senanglah! Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.” 14 15 16 17 18 19 20 21 Bagaimana sikap orang Kristen menghadapi harta dan barang milik kepunyaan yang ada di dalam hidupnya? Lukisan yang dikatakan oleh Philip Yancey di dalam bukunya “Money,” mungkin bisa melukiskan bagaimana perasaan hati orang Kristen berkaitan dengan uang dan harta milik yang ada di dalam hidupnya. Yancey mengatakan, “Saya merasa di dalam hatiku saya ditarik kepada dua arah yang berlawanan ketika saya berhadapan dengan soal uang. Pada satu sisi saya ingin menjual semua hartaku, saya ingin hidup sederhana di antara komunitas orang Kristen yang saling mendukung satu sama lain. Tetapi di sisi lain ada satu perasaan yang selalu muncul dan menekan rasa bersalah terhadap masalah uang karena ada keinginan menikmati secara berlimpah apa yang ditawarkan oleh 209 Kemakmuran dari dunia ini. Itu sebab kalau ditanya kepada saya, bagaimana sikap saya soal uang saya ingin sekali tidak mau pikir apa-apa soal uang tetapi Alkitab justru banyak berbicara dengan gamblang dan terus-terang mengenai uang.” Memang benar, perumpamaan dan khotbah Tuhan Yesus secara prosentasenya justru lebih banyak bicara mengenai bagaimana kita bersikap terhadap uang dan materi di dalam hidup kita ketimbang bicara mengenai hal-hal lainnya. Maka tidak heran ada orang berkata, sikap orang Kristen terhadap uang adalah di dalam relasi “benci tapi rindu, hate and love relationship.” Di satu pihak orang Kristen merasa guilty bagaimana bersikap dengan uang dan barang milik. Kita tahu kita tidak boleh menimbun terlalu banyak karena Tuhan tidak menginginkan hal itu, tetapi di pihak lain kita rasa bahwa kita sangat dan memerlukan barang materi dan uang berkelebihan supaya merasa lebih terjamin. Kita mengaku, uang bukanlah segala-galanya di dalam hidup kita tetapi kita juga harus mengaku dengan jujur uang hampir menjadi segala-galanya di dalam hidup kita. Martin Luther mengatakan di dalam sepanjang sejarah sikap orang Kristen terhadap uang seperti orang mabuk yang sedang naik kuda, selalu jatuh di sisi sana atau di sisi sini. Tidak pernah duduk di atas kuda dengan baik karena mabuknya. Memang di sepanjang sejarah orang Kristen jatuh ke dalam dua ekstrim, yaitu di sisi pertama banyak yang jatuh kepada Asketisisme (ekstrim dan ketat beragama) dan di sisi yang lain jatuh kepada Materialisme. Apa itu sisi Asketisisme (ekstrim dan ketat beragama)? Yaitu satu cara berpikir dan cara hidup yang selalu melihat uang atau materi adalah hal yang jahat. Paling tidak hal seperti ini bisa kita lihat contohnya dari Yohanes Pembaptis yang tinggal di padang gurun, berpakaian bulu unta dan hanya makan belalang dan madu hutan seumur hidupnya. St.Francis of Asisi bukan saja di dalam cara hidup tetapi dia juga mengambil sikap tidak mau membaca hal-hal yang lain selain Alkitab. Maka dia tidak mau membaca buku-buku yang ditulis oleh orang meskipun itu adalah buku-buku rohani sebab buat dia itu semua adalah pikiran manusia, bukan pikiran Tuhan. Luther mengatakan gambaran itu sebab dia menyadari salah satu bagian dari kehidupan Roma Katolik yang memiliki pandangan yang ekstrem dimana ada biara yang menjalani hidup hanya dengan makan roti dan minum air putih sepanjang hidup dan tinggal di dalam kamar yang ukurannya 1×1m. Inilah sisi Asketisisme (ekstrim dan ketat beragama) yang melihat uang dan materi semuanya jahat di dalam kehidupan orang Kristen. Umumnya orang yang memegang konsep ini berangkat dari konsep “dualisme” yaitu yang menganggap materi itu jahat dan rohani itu baik, yang kelihatan itu jahat dan yang tidak kelihatan itu adalah hal yang baik. Namun Alkitab tidak meminta kita mengambil sisi ekstrem terhadap uang seperti itu, menganggap semua materi adalah hal yang jahat. Di abad 1 kita sudah melihat cikal-bakal Asketisisme (ekstrim dan ketat beragama) ini ditegur oleh Paulus di dalam 1 Tim.4:1-5, dan Paulus mengingatkan bahwa semua yang Allah ciptakan itu baik jika diterima dengan ucapan syukur sebab semua itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa. Ini adalah dasar yang penting sekali mengapa kita bersyukur, mengapa kita menikmati dan mengapa kita menghargai apa yang Tuhan beri. Tetapi Asketisisme (ekstrim dan ketat beragama) adalah satu konsep “super spiritual” yang muncul pada waktu itu yang menganggap orang yang tidak kawin itu lebih rohani daripada orang lain dan orang yang tidak makan makanan ini 210 dan itu lebih rohani daripada orang lain. Paulus dengan tegas mengatakan itu semua adalah ajaran yang sesat. Asketisisme (ekstrim dan ketat beragama) memiliki kesalahan karena kita tidak dipanggil untuk menolak segala sesuatu di dalam jangka waktu yang panjang. Pada waktu Tuhan Yesus mengajak Petrus, Yakobus dan Yohanes naik ke atas gunung dan mereka menyaksikan transfigurasi dimana Yesus di dalam kemuliaan bertemu dengan Musa dan Elia (Mat.17:1-4). Petrus kemudian mengatakan untuk mereka tinggal di sana selama-lamanya menikmati suasana indah seperti itu. Namun sebaliknya Tuhan Yesus mengajak mereka turun, menghadapi orang-orang dan melayani mereka. Kita boleh berpuasa, kita dipanggil Tuhan untuk sementara waktu mungkin tidak makan makanan yang banyak dan enak, tetapi Asketisisme (ekstrim dan ketat beragama) menjadi salah karena mencomot ayat-ayat dengan sembarangan dan tidak melihat keseluruhan kebenaran firman Tuhan. Asketisisme salah karena mereka tidak menghargai bahwa Tuhan menciptakan kita memiliki roh dan tubuh. Kita memiliki tubuh materi yang mungkin sementara waktu bisa tidak makan, tetapi tidak mungkin tidak makan selama-lamanya sebab kita perlu makan dan perlu minum. Kesalahan ketiga adalah Asketisisme (ekstrim dan ketat beragama) salah karena mereka langsung menyamakan orang miskin identik dengan orang saleh atau suci. Alkitab tidak bicara seperti itu. Alkitab hanya bicara dengan jelas Allah kita adalah Allah yang penuh perhatian, Allah yang perhatian kepada orang miskin dan tertindas. Memang betul firman Allah dengan tegas menegur orang-orang kaya sebab kekayaan menjadi penghalang terbesar manusia datang kepada Tuhan tetapi tidak boleh salah tafsir, bukan Allah tidak mencintai orang kaya tetapi yang terjadi adalah banyak orang kayalah yang tidak cinta Allah. Paulus mengatakan bukan kemiskinanan yang menjadi akar menyebab kejahatan, bukan juga kekayaan yang menjadi akar kejahatan, tetapi cinta akan uanglah yang menjadi sumber kejahatan (1 Tim.6:10). Kesalahan keempat, Asketisisme menganggap kerohanian itu berkaitan dengan apa yang ada di sekitar kita. Alkitab tidak bicara seperti itu. Alkitab bicara kerohanian adalah soal hati orang, bukan soal apa yang ada di sekitarnya. Kita tidak boleh cepatcepat menghakimi orang melihat penampilan orang dari luar, walaupun seringkali kita tergoda berpikir pendeta yang lebih gemuk pasti kurang rohani dan sebaliknya pendeta yang kurus pasti ditekan oleh majelisnya. Kita selalu melihat apa yang di luar sehingga melihat penampilan pendeta bertubuh gemuk dan perlente di televisi,kita bilang pasti dia kurang rohani. Mungkin bisa menjadi indikasi dari penampilan orang bagaimana hati dia, tetapi jelas kita harus mengambil sikap apa yang ada di dalam hati orang tidak bisa ditentukan oleh luarnya. Asketisisme (ekstrim dan ketat beragama) mengajarkan dengan menjadi miskin, dengan meninggalkan segala sesuatu, ini menjadi sarana untuk mendapatkan pahala dan imbalan dari Tuhan. Namun jelas Alkitab mengatakan bukan karena kemiskinan dan pengorbanan kita meninggalkan segala sesuatu maka Tuhan akan membalasnya nanti di surga. Mengapa kita tidak mengikuti pola Asketisisme bersikap terhadap uang? Sebab memang Tuhan kita Yesus Kristus sendiri tidak mengambil sikap hidup seperti itu. Yesus memang mengambil sikap hidup sederhana, hidup simple tetapi tidak hidup secara asketik dan berkekurangan. Yesus memang berkata, serigala punya liang untuk tinggal tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tilam untuk meletakkan kepala-Nya, namun Yesus bukan hidup asketik (ekstrim dan ketat beragama). Sehingga tidak heran dibandingkan dengan Yohanes Pembaptis, tampaknya Yesus sedikit “enjoy life” sehingga orang 211 Farisi menuduh-Nya sebagai pelahap dan peminum (Mat.11:19). Ini persepsi orang Farisi dan ahli Taurat terhadap Yesus. Asketisisme (ekstrim dan ketat beragama) bukan menjadi cara hidup orang Kristen supaya kita merasa lebih rohani kalau kita miskin, dengan meninggalkan segala sesuatu kita berharap Tuhan akan membalas dengan pahala yang besar. Tuhan memberi apa yang ada di dalam dunia ini supaya saudara dan saya bisa makan dan nikmati. Semua ciptaan Tuhan baik adanya, Alkitab jelas mengatakan hal itu, namun di dalam Kejadian 1-2 di tengah-tengah segala keindahan dan kebaikan ciptaan itu, Tuhan menempatkan pohon pengetahuan yang baik dan jahat dan melarang manusia memakannya. Kita tahu kemudian setan menggoda manusia sehingga makan buah yang dilarang itu. Itulah yang menyebabkan sekarang kita hidup tidak lagi menilai segala ciptaan Tuhan dengan netral. Apakah uang itu netral? Apakah saudara menerima pandangan bahwa uang itu netral, tidak baik dan tidak jahat, tetapi tergantung siapa yang pakai, bagaimana memakainya dan apa yang kita lakukan dengan uang itu menjadi jahat atau baik? Richard Foster mengatakan uang memiliki tendensi yang jahat adanya. Saya rasa mungkin lebih tepat kita mengatakan bukan uangnya yang jahat tetapi hidup kita sudah tidak netral lagi karena kita berada di dalam dunia yang sudah jatuh di dalam dosa. Itu sebab tidak heran Martin Luther mengatakan sikap orang Kristen terhadap uang adalah sikap yang kadang-kadang sulit menyeimbangkan bagaimana kita bereaksi, sehingga ada perasaan salah yang menyebabkan kita jatuh kepada ekstrim ke kiri atau ke kanan. Yang satu pihak Asketisisme(ekstrim dan ketat beragama) mengatakan tidak perlu uang, uang itu jahat, materi itu tidak benar.Di pihak lain orang terjatuh kepada materialisme. Mungkinkah kita tidak sadar sudah terjatuh di dalam materialisme dan tidak sadar akan hal itu? Di dalam bagian Alkitab yang kita baca hari ini, saya sangat tertarik kepada orang muda yang ada di situ. Di tengah kerumunan orang banyak berdesak-desak, dia bisa berteriak, “Guru, mintalah kepadaku supaya dia berbagi warisan dengan aku.” Yang menjadi pertanyaan di sini, yang serakah itu saudaranya ataukah dia sendiri? Yang punya problem dengan uang itu saudaranya ataukah dia? Mungkin dia bisa membela diri dan mengatakan tidak ada problem dengan dia, yang menjadi problem adalah saudaranya tidak mau memberi warisan itu. Kalimat orang ini membuat saya tertegun karena saudara akan menemukan jawaban Tuhan Yesus sangat menarik, “Berjaga-jagalah dan waspadalah, saudara.” Kenapa Tuhan Yesus berkata seperti itu? Kalimat ini memberitahukan kita bahwa orang ini datang kepada Yesus sama sekali tidak menyadari bahwa problem itu ada di dalam diri dia. Yesus melihat yang serakah adalah dia. Atau mungkin dua-duanya serakah. Kalau ditanya kepada kakaknya, mungkin dia akan berkata, “Saya tidak berkewajiban memberi warisan ini dengan dia.” Ini yang sering terjadi pada orang, melihat materialisme dan keserakahan bukan problem dia tetapi problem orang lain. “Berjaga-jagalah dan waspadalah,” kata Yesus. Kalimat ini langsung memberitahukan kita satu indikasi, selama-lamanya jujur harus kita akui manusia tidak pernah sadar ketamakan diri sendiri, lebih sering melihat ketamakan orang lain. Kita tidak pernah merasa kita berkelebihan tetapi selalu merasa berkekurangan. Dari itu kita harus mengaku dan menyadari betapa benar kalimat Tuhan Yesus, “Waspadalah.” Hasrat, keserakahan, keinginan mengingini milik orang lain yang tersembunyi di dalam hati kita itu adalah kebahayaan materialisme yang banyak orang tidak menyadarinya. Mari kita belajar sama-sama melihat dimana letak kehidupan kita yang kadang- 212 kadang kehilangan sukacita, rasa bahagia, rasa puas dan syukur kita yang dalam kepada Tuhan. Pikir baik-baik, kadang-kadang perasaan terjerat di dalam materialisme dan diam-diam mengingini milik orang lain itu ada di dalam hati kita dan itu harus kita waspadai. Selanjutnya Yesus memberi kalimat ini, “Waspadalah terhadap segala keserakahan, sebab hidup kita tidak tergantung kepada kekayaan kita.” You are not what you have. Who you are is not measured of how much money do you have. Artinya, ukuran yang ktia ukur berbeda sekali dengan ukuran Tuhan. Kita mungkin mengukur berapa banyak yang kita miliki, tetapi Tuhan bilang ukuran itu kosong adanya. Kalimat ini menjadi peringatan bagi kita, hati-hati, jangan sampai kita jatuh menjadi orang Kristen yang memiliki keserakahan itu karena hidup ini tidak diukur oleh berapa banyak kekayaan yang engkau miliki. Yesus kemudian memberi perumpamaan mengenai seorang kaya yang berlimpah-limpah hartanya. Orang kaya ini merasa lumbungnya terlalu kecil, maka dia memperbesar dan memperbanyak tempat penyimpanannya. Dia melihat hartanya bisa dia nikmati hingga bertahun-tahun lamanya. Maka dia berkata kepada dirinya sendiri, “My soul, eat, drink and be merry.” Apa indikasi peringatan Yesus di dalam perumpamaan ini? Paling tidak ada empat indikasi yang muncul dari perumpamaan ini. Yang pertama, kenapa kita sering berpikir kita perlu memiliki lebih banyak uang dan barang materi akhirnya terjerat kepada keserakahan ini? Karena kita berpikir kita akan hidup bahagia kalau kita punya lebih banyak. Itu yang dikatakan orang kaya ini, “Eat, drink and be merry.” Kalimat ini mengasosiasikan hidup bisa dinikmati jika saya memiliki harta berlimpah-limpah. Kita akan jatuh terjerat kepada kesalahan yang sama, jatuh kepada materialisme yang tidak habis-habisnya waktu kita berpikir kalau kita punya rumah lebih besar, kalau kita punya pekerjaan yang lebih terjamin, kalau kita punya gaji lebih tinggi, maka kita akan hidup lebih senang. Bahagia kita tidak diukur dengan berapa banyak yang kita miliki. Greg Easterbrook menulis satu buku yang bagus, “The Progress Paradox: How Life’s get better while people feel worse?” Terlalu banyak orang kehidupannya makin lama makin terjamin tetapi perasaannya makin buruk. Makin makmurnya tingkat kehidupan mayoritas orang Amerika dan dunia barat membuat mereka lebih kaya, lebih sehat, lebih nyaman, lebih bebas, lebih tidak takut mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, tetapi pada saat yang sama tidak membuat mereka lebih bahagia daripada orang yang tinggal di gubuk yang bisa tidur nyenyak dengan mimpi sedang tidur di rumah besar. “I have made many millions but they have broke me no happiness,” kata John Rockefeller. “I was happier when doing a mechanic job,” kata Henry Ford. “Millionaires seldom smile,” Andrew Carnegie, seorang milioner mengaku orang kaya jarang ketawa. Pengakuan orang-orang ini membuktikan harta yang banyak tidak membuat hidup lebih bahagia. Riset Easterbrook membuktikan orang yang lebih nyaman, lebih kaya, lebih sehat, dsb justru memiliki perasaan buruk dari hari ke sehari. Itulah paradoks. Hidup bahagia tidak tergantung dari berapa banyak hartamu. Kamu bisa bersukacita, hidup bahagia dan penuh syukur sekarang ini walaupun tidak punya apa-apa. Inidikasi kedua, kita bisa terjebak kepada materialisme waktu kita menjadikan diri kita sebagai pusat dan sentral dari segala-galanya. Dilihat dari konteksnya, beribu-ribu orang sedang mengerumuni Yesus, begitu berdesak-desak hingga sebagian ada yang terinjak-injak. Lalu di tengah kerumunan itu 213 tahu-tahu ada satu orang mendesak hingga sampai di depan Yesus hanya untuk bicara mengenai problem dia, minta Yesus menjadi perantara dengan saudaranya untuk berbagi warisan. Di tengah orang banyak, muncul orang ini, orang yang hanya melihat problem dia sendiri dan minta solusi untuk problemnya segera. Materialisme cenderung membuat orang hanya berpusat kepada dirinya sendiri, cenderung menginginkan semua harta dan uang berputar kepada dirinya sendiri. Kita hanya berpikir itu punyaku, itu milikku, itu kepunyaanku. Itu yang jelas terlihat di dalam perumpamaan Yesus mengenai orang kaya tadi, bukan? Hanya AKU, AKU dan AKU. Kalau kita hanya selalu berpusat kepada diri kita sendiri, melihat kepada diri kita sendiri, maka kesadaran itu terlalu kuat sehingga tidak bisa melihat dia punya lebih banyak daripada orang yang di bawah dan selalu merasa lebih sedikit daripada orang yang di atasnya. Kalau itu yang terjadi padamu, maka akan ada satu musuh yang mengganggu hatimu tidak habis-habisnya yaitu rasa tidak puas. Rasa tidak puas akan melahirkan anak yang namanya iri hati. Rasa tidak puas selalu menginginkan apa yang dimiliki orang lain. Namun iri hati bukan saja menginginkan apa yang dimiliki orang lain tetapi tidak ingin orang lain mendapatkan apa yang aku miliki. Indikasi yang ketiga, dengan memiliki banyak harta dan kekayaan kita menemukan jaminan dan keamanan di situ. Ini yang dikatakan orang kaya kepada jiwanya, “Hai jiwaku, ada padamu banyak harta, maka aman dan nyamanlah engkau…” Tetapi Tuhan berkata, “Hai orang bodoh, kalau malam ini jiwamu diambil, apa yang tersisa padamu?” Kisah Ayub di PL bagi saya merupakan kisah yang indah sekali. Di situ Allah ingin membuktikan kepada setan, kalaupun semua yang ada pada Ayub, kekayaannya, anak-anaknya, kesehatannya, semua itu terenggut darinya, Ayub tetap merasa aman bersama Tuhan. Kita akan terjebak jatuh kepada materialisme kalau kita menganggap jaminan dan keamanan hidup kita ada di dalam harta dan uang yang kita punya. Indikasi keempat, semua uang dan harta milik tidak otomatis kita menjadi kaya di mata Tuhan karena ukuran yang engkau dan saya pakai tidak sama dengan ukuran yang Tuhan pakai. Tuhan Yesus sendiri yang mengatakan hal ini, hidupmu tidak diukur dari berapa banyak yang engkau miliki. Silahkan mengukur kekayaan hidupmu dengan satu ukuran yang dipakai oleh Tuhan. Pada hari ini biarlah sekali lagi kita mengevaluasi sikap kita terhadap harta milik kita sehingga kita memiliki respons dan sikap yang benar di hadapan Tuhan. Biarlah kita perhatian dengan hati kita masing-masing. Buang jauh-jauh keinginan yang akhirnya mendatangkan ketidak-puasan. Buang jauh-jauh perasaan ingin memiliki lebih banyak yang akhirnya membuat kita tidak memiliki sukacita dan bahagia di hadapan Tuhan. Kata Yesus, “Waspadalah. Jangan sampai kita tidak sadar akan semua hal itu.” 214 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 08/03/2009 Pdt. Effendi Susanto STh. Uang, kepemilikan dan harta Surgawi (2) Nats: 19 20 21 22 23 24 Matius 6: 19-24 “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” Kita sudah melihat dua ekstrim di dalam sikap orang terhadap uang dan materi yang ada di dalam hidupnya. Yang pertama Asketisisme (ekstrim dan ketat beragama), sikap yang menganggap semua barang yang materi itu jahat, materi dianggap pasti akan menghambat dan merusak hidup rohani mereka. Maka lebih baik materi dibuang jauh-jauh. Tetapi di pihak lain kita menemukan ekstrim yang kedua yaitu materialisme, yang menganggap tidak ada yang bersifat rohani di dalam hidup ini. Hidup hanyalah semata-mata soal apa yang kita makan dan minum berkaitan dengan kebutuhan jasmani saja. Banyak orang Kristen tidak menyadari dan tidak melihat betapa bahayanya materialisme sebab materialisme mungkin merupakan pencobaan yang jauh lebih besar bagi kekristenan dewasa ini dibanding dengan asketisisme (ekstrim dan ketat beragama). Teologi kemakmuran yang mengatakan makin kaya seseorang berarti dia makin diberkati, makin disukai dan makin dicintai Tuhan. Ini adalah ajaran yang mengagungkan materialisme di dalam bahasa yang bersifat rohani. “God loves you and has a wonderful plan for your bank account.” Mari kita coba belajar baik-baik, dimana letak kebahayaan materialisme yang tidak kita sadari. Yesus Kristus di dalam Matius 6 ini memberikan peringatan yang sangat jelas kebahayaan yang pertama muncul di sini, materialisme bersifat menipu dan membutakan hidup seseorang. Itu yang dikatakan oleh Tuhan Yesus di dalam perumpamaan mengenai benih yang ditabur di dalam kerajaan Allah. Benih yang jatuh di antara semak duri adalah seperti orang yang hidup di tengah kekuatiran dan ketamakan di dalam hidupnya. Penipuan yang paling sering kita dengar adalah hidup kita memerlukan uang sebab uang sanggup bisa membeli segala-galanya di dalam hidup ini. Apa betul? Nampaknya memang betul, karena apa yang kita perlu nampaknya hanya bisa kita peroleh kalau kita 215 punya uang, bukan? Jangankan benda, waktupun kelihatannya bisa dibeli dengan uang sehingga ada pepatah mengatakan “time is money,” bukan? Tetapi apakah betul segala sesuatu bisa kita beli dengan uang? Banyak barang dan materi, hal-hal yang mahal mungkin hanya bisa dibeli dengan uang tetapi paling tidak, Kidung Agung sudah mencatat ada satu hal yang tidak bisa dibeli dengan uang yang banyak yaitu cinta (Kid.8:7). Uang bisa membeli isteri, tetapi uang tidak bisa membeli cinta isteri. Uang bisa menipu, kekayaan bisa menipu, menganggap kita bisa mendapatkan dan meraih apa saja. Mari kita mengingat ada bagian di dalam hidup ini yang lebih bernilai dari sekedar materi, ada bagian di dalam hidup ini yang tidak bisa diukur dengan uang dan ada bagian di dalam hidup ini yang jauh lebih berharga dari sekedar uang. Uang bisa membeli tempat tidur yang empuk tetapi uang tidak bisa membeli tidur yang nyenyak. Uang bisa membeli buku tetapi uang tidak bisa membeli kepintaran. Uang bisa membeli makanan tetapi uang tidak bisa membeli napsu makan. Uang bisa membeli taman yang indah tetapi uang tidak bisa membeli keindahan. Uang bisa membeli obat tetapi uang tidak bisa membeli kesehatan. Uang bisa membeli hidup yang baik tetapi uang tidak bisa membeli hidup kekal. Uang bisa membeli passpor untuk pergi ke mana saja tetapi cuma satu tempat yang dia tidak bisa pergi yaitu surga. Materialisme itu berbahaya, kata Tuhan Yesus. Materialisme memiliki kuasa yang terselubung yang bisa membutakan dan menipu orang . Uang memberi penipuan. Kita pikir dengan uang kita bisa mendapatkan segala sesuatu tetapi ada banyak hal yang kita tidak bisa raih dengan kekayaan. W.H. Vanderbilt mengatakan, “The care of $200.000.000 is enough to kill anyone. There is no pleasure in it.” Kalau saudara mengatur dua juta dollar, tidak heran nyawa orang itu terasa murah sekali. Artinya orang bisa membunuh dia karena uang dua juta dollar. Tetapi kemarin ada berita menyedihkan ada orang pukul orang sampai mati hanya karena uang lima puluh sen. Yang kedua, Materialisme memiliki kuasa yang sanggup bisa mengeksploitasi dan merusakkan hidup orang. Uang sangat berbahaya, dia bisa menghancurkan rumah tangga dan hubungan yang baik satu dengan yang lain. Minggu lalu kita menemukan ada satu orang berseru kepada Tuhan Yesus di antara ribuan orang yang berdesak-desakan, “Guru, suruhlah saudaraku berbagi harta dengan aku” (Luk.12:13). Berapa sering kita menyaksikan hanya karena uang hubungan keluarga, hubungan suami isteri, anak dan orang tua, bisa hancur dan berantakan. Padahal dengan hanya mendapatkan uang yang tidak seberapa banyak saudara bisa menyaksikan terlalu banyak contoh di sekitar kita kehancuran yang lebih besar yang ditimbulkan oleh uang. Saya tidak habis mengerti bagaimana orang bisa terpesona dengan segala ramalan ke depan, prediksi masa depan, orang pergi ke dukun, pergi ke gunung Kawi untuk bisa mendapat kekayaan. Apa benar orang bisa kaya dengan cara itu? Kisah yang kita baca dari Kis.16:16-19 ini membuktikan benar itu bisa terjadi. Wanita budak ini bisa melihat ke masa depan, dan karena itu saudara bisa lihat tuannya mendapat keuntungan besar. Ramai-ramai orang pergi ke tempat-tempat keramat, pergi ke tukang ramal, pergi ke dukun, minta kesembuhan dan kekayaan. Tetapi adanya kesembuhan, adanya kemampuan meramal ke masa depan tidak otomatis berarti itu datangnya dari Roh yang benar dan bersih adanya. Kekayaan bisa diberikan, kuasa bisa diberikan, tetapi darimana datangnya? Ketika Paulus mengusir roh jahat itu, tuannya tidak melihat satu jiwa diselamatkan tetapi yang dilihatnya sumber penghasilannya lenyap. Materialisme bisa memiliki kuasa yang mengandung kejahatan di 216 dalamnya. Itu sebab kita perlu berwaspada akan hal ini. Tuhan Yesus mengatakan setiap orang harus menjaga hatinya sebab ada bahaya dari ketamakan karena hidup kita tidak diukur oleh berapa banyak harta yang kita miliki. Maka sekarang, bagaimana kita bersikap terhadap harta? Apakah kita tidak boleh mengumpulkan harta? Apakah kita tidak boleh memiliki uang yang lebih banyak? Apakah kita harus membuang semua yang kita miliki? Saya rasa kalimat-kalimat itu keliru besar karena Tuhan Yesus tidak berkata seperti itu. Sebaliknya Yesus meminta kita untuk mengumpulkan harta sebanyakbanyaknya untuk diinvestasikan ke tempat yang benar. Di dalam Mat.6:19-24 Tuhan Yesus memperlihatkan ada tiga hal yang sangat penting bagaimana orang bersikap di dalam hidupnya. Yang pertama, Dia meminta kita segera mengerti dengan jelas dua jenis harta, mana harta dunia dan mana harta surga. Mana yang namanya kaya di dunia dan kaya di surga. “Kumpulkanlah hartamu di surga, ngengat dan karat tidak dapat merusak dan pencuri tidak dapat mencurinya.” Kemudian di ayat 22-23 bicara mengenai mata, bicara mengenai dua perspektif bagaimana fokus kita melihat dan memandang segala sesuatu di dalam hidup ini. Jika mata kita terang, semua yang kita lihat akan menjadi terang. Kalau mata kita gelap, semua yang kita lihat menjadi gelap. Ayat 24 bicara soal dua tuan. Manusia tidak bisa mengabdi kepada dua tuan, kepada Allah dan kepada uang. Yesus bukan mengatakan “it is wrong to serve God and money,” dan Dia juga tidak mengatakan ,”It is difficult to serve God and money.” Tetapi dengan jelas Dia mengatakan, “It is impossible to serve God and money.” Sama seperti seorang isteri tidak mungkin bisa memiliki dua suami atau seorang hamba memiliki dua tuan. David Livingstone, seorang misionari yang pergi ke Afrika mengatakan saya tidak pernah menaruh nilai kepada apa yang saya miliki kecuali itu bisa dikaitkan dengan kerajaan Allah. Tuhan minta engkau menjadi kaya. Tuhan minta engkau sungguh-sungguh mengumpulkan harta sebanyakbanyaknya. Tetapi ingat baik-baik, Dia akan mengukur kekayaan kita berdasarkan berapa kayanya kita bukan di dalam dunia ini tetapi berapa kayanya kita di dalam kerajaan Allah. John Piper di dalam bukunya “Desiring God” menceritakan suatu kisah nyata bagaimana sebuah kapal terbang dari Amerika jatuh di perairan Jepang dan kira-kira ada 269 orang di kapal itu tewas. Dia mengatakan, di dalam kapal itu ada seorang milioner, ada seorang politikus, ada seorang corporate executive dari perusahaan Amerika yang besar, di dalamnya ada seorang playboy dan playmate-nya, di dalamnya juga ada seorang anak misionari yang baru kembali dari Amerika melihat kakeknya. Saya percaya mereka semua berdiri di hadapan Allah, tidak mungkin lagi bisa membawa kopor dan kartu kredit dan segala surat-surat berharga di tangan mereka. Apa yang mereka bawa di hadapan Tuhan? Mereka hanya membawa hati mereka di hadapan Tuhan, maka Tuhan tidak bisa menilai berapa banyak harta yang mereka miliki. Yesus bilang, kumpulkanlah harta baik-baik, tetapi harta itu adalah harta yang ada di surga. Kalau Tuhan memberi kita lebih banyak dan berkelimpahan, bukan berarti kita boleh pakai hanya untuk diri kita sendiri. Selama kita masih hidup di dalam dunia ini mari kita baik-baik memakai uang itu dan menginvestasikannya di surga. Dalam 1 Tim.6:7 Paulus mengingatkan ”...sebab kita tidak membawa sesuatu apapun ke dalam dunia dan kitapun tidak membawa apa-apa keluar.” Jelas kita tidak bisa membawa uang kita waktu kita mati, siapapun dia, kaya atau miskin. Ini adalah prinsip kebenaran yang tidak bisa ditolak. Orang 217 ateis, orang Kristen, semua akan mengakui kebenaran ini. Maka taruh baik-baik hal ini di dalam pikiran saudara. Tetapi hari ini saya ingin memberitahu saudara satu rahasia: saudara bisa mengirim uang itu sekarang, selagi saudara masih hidup. Peringatkanlah kepada orang kaya supaya tidak bersandar kepada kekayaannya yang tidak menentu, kata Paulus, tetapi bersandar kepada Tuhan yang di dalam segala kekayaannya memberi kita di dalam kelimpahan untuk bisa kita nikmati. Beritahu mereka supaya kaya di dalam kelimpahan dan kaya di dalam memberi. Dengan demikian mereka sedang menyimpan harta itu untuk satu hidup yang sebenarnya. Itulah your REAL life. Alkitab mencatat pertobatan yang sejati selalu akan mendatangkan perubahan perspektif orang terhadap kekayaan. Itu bisa kita lihat pada waktu Zakheus si kepala pemungut cukai bertobat, bukan? Dia bukan saja mengaku dirinya orang berdosa dan Tuhan tidak layak tinggal di rumahnya, tetapi sekaligus dia memperlihatkan perubahan sikap terhadap materi. Dia mengatakan sebagian uang hasil memeras orang dan cara yang tidak benar semua akan dia kembalikan kepada mereka. Maka Tuhan Yesus mengatakan hari ini terjadi sukacita di surga karena orang ini adalah juga anak Abraham. Kita juga melihat pertobatan yang sungguh-sungguh dari beberapa orang di Efesus yang rela membakar kitab-kitab sihir yang begitu mahal di depan mata semua orang. Nilai buku-buku itu ditaksir lima puluh ribu uang perak (Kis.19:19). Ada banyak orang mungkin tidak senang, tetapi jelas Martin Luther sendiri mengatakan pertobatan sejati harus merubah tiga hal di dalam hidupnya, merubah pikiran dia untuk lebih cinta Tuhan, merubah hatinya untuk lebih mengasihi Tuhan, dan ketiga, merubah dompetnya. His mind, his heart and his purse. Ini prinsip yang sederhana. Selama kita hidup Tuhan memberi berkat, cepat-cepat rubah value-nya dengan kirim untuk hidup kita yang akan datang melalui bagaimana kita merubah apa yang kita punya sekarang memiliki nilai kekekalan di dalamnya. Saya harap saudara sungguhsungguh melihat dan memperhatikan hal ini. Pada waktu saudara diberi lebih banyak oleh Tuhan, biarlah saudara belajar mencintai Tuhan dan memberi persembahan dengan lebih baik. Lihat dan dukung pekerjaan Tuhan. Ada yang membutuhkan pelayanan saudara, biar saudara memberi di sana. Sebab dengan melakukan hal itu saudara sedang mengumpulkan harta yang bersifat kekal di hadapan Tuhan. Ingat sekali lagi, kita tidak bisa membawa apa-apa keluar dari dunia ini. Coba selidiki hati saudara baik-baik di hadapan Tuhan, seberapa banyak saudara sudah memberi kepada Tuhan selama ini? Seberapa banyak saudara sudah mendukung pekerjaan Tuhan? Seberapa setianya sdr belajar memberi kepada Tuhan? Saudara dan saya tidak dilarang Tuhan menjadi kaya, tetapi saudara dan saya harus belajar kaya di hadapan Tuhan. Yang kedua, soal perspektif. Dalam 1 Pet.4:1-3 menghadapi penderitaan selama di dunia ini hanya sementara adanya, just for a little while. Jangka waktunya hanya pendek saja. Menderita tidak usah terlalu merasa berkepanjangan. Tetapi waktu engkau mengalami pertobatan, jangan lagi hidup seperti dahulu, sudah terlalu banyak waktu terbuang. Pakai sisa waktu yang ada sekarang demi untuk Tuhan. Inilah yang saya sebut dengan perspektif. Maka waktu Paulus bicara mengenai buah pertobatan, salah satunya bicara mengenai perubahan perspektif. Orang yang bertobat akan selalu berpikir dia sudah menyia-nyiakan hidupnya untuk hal-hal yang tidak berguna. Itu umumnya yang terjadi. Sisa waktu yang ada jangan lagi disia-siakan. 218 John Calvin mengingatkan kita hidup di dalam dunia hanya seperti musafir. Dunia ini bukan tujuan akhir kita. Hidup kita di dalam dunia ini adalah satu perjalanan. Maka semua yang ada dan kita perlukan, itu adalah menjadi perlengkapan yang diperlukan di dalam perjalanan, tetapi tidak boleh menjadi tujuan akhir dari perjalanan kita. Tetapi berapa banyak orang Kristen menjadi kuatir dan gelisah sebab yang diraih dan dicapai bukan menjadi perkakas, sarana pelengkap tetapi menjadi tujuan akhir. Uang bukan tujuan akhir hidup, uang hanyalah alat untuk kita hidup. Kekayaan bukan tujuan akhir hidup tetapi kekayaan hanya menjadi alat bagaimana kita hidup, menjadi instrumen kita menikmati hidup ini. John Wesley suatu kali diundang makan oleh seorang Kristen yang sangat kaya dan memiliki perkebunan yang sangat luas. Sebelum makan, pengusaha ini membawa John Wesley berkuda melihat seluruh perkebunannya. Dia mengatakan, sejauh mata memandang ini semua perkebunan-perkebunan saya. What do you think? tanyanya. Reaksi yang umum, kita terkagumkagum dengan kekayaan yang begitu banyak, bukan? Tetapi John Wesley dengan prihatin memandang dia dan berkata, “Saya kuatir kamu pasti susah meninggalkan itu semua nanti…” Hidupmu itu hanyalah satu perjalanan. Kita hanya musafir di dalam dunia ini. Kita hanya berjalan. Dalam 2 Pet.2:14 ”...hati mereka telah terlatih di dalam keserakahan.” Orang tidak pernah sadar bahwa dia serakah. Yang selalu dilihat adalah orang lain yang punya problem terhadap uang dan bukan dirinya. Petrus mengatakan serakah itu tidak datang seketika tetapi lewat satu proses training. Kenapa Petrus memakai kata ini “terlatih dalam keserakahan.” Berarti sifat serakah itu tidak datang tiba-tiba, tetapi sejak kecil tidak pernah puas. Dikasih satu minta dua, dikasih dua minta tiga. Kalau begitu, bagaimana kita juga belajar waspada terhadap keserakahan ini? Mulai dari keluarga, kita melatih anak-anak kita sejak kecil belajar memiliki perspektif yang benar terhadap uang dan barang. Dari kecil latih mereka, pertama, tidak semua yang dia mau selalu bisa dia dapat. Tidak semua barang-barang yang mewah harus kita kasih. Latih bagaimana sejak kecil mereka memberi persembahan kepada Tuhan. Biar baru umur satu dua tahun, tetap ajar dia untuk memberi persembahan di sekolah minggu supaya dia terlatih dan mengerti. Belajar mengerti berkat dan anugerah Tuhan juga perlu latihan. Melatih diri memberi kepada Tuhan. Saya selalu meminta orang belajar memberi kepada Tuhan, khususnya waktu sdr dibaptis menjadi orang Kristen pertama kali, memberi persembahan sulung kepada Tuhan. Jangan merasa rugi dan hitung-hitungan kepada Tuhan, karena dari situ kita melatih hati kita untuk tidak ditipu oleh keserakahan. Samuel Storm di dalam Journal Discipleship 1991 menulis satu artikel berjudul “Is Jesus really enough?” yang sangat menyentuh karena itu adalah pengalaman sejati hidup dia. Waktu itu dia masih menjadi seorang mahasiswa teologi, dan tanggal 5 Januari 1976 malam apartemennya di Dallas mengalami kebakaran hebat dan tidak bisa menyelamatkan apa-apa selain dirinya dan isterinya. Tetapi pada malam itu juga dia mendapatkan pelajaran yang sangat penting baginya. Api itu bukan saja membakar habis seluruh harta yang dia miliki, tetapi dia juga sekaligus membersihkan hatinya karena selama ini dia sadar dia terlalu bersandar kepada apa yang dia miliki dan semua itu ludes habis. Malam itu dia menangis, menangisi apartemen yang habis terbakar tetapi sekaligus menangis bahagia karena menyadari benar-benar ‘hanya Yesus itu cukup’ bagi dia. Kita tidak akan bawa apaapa keluar dari dunia ini, tetapi selama kita masih hidup kita bisa kirim uang itu ke surga dari sekarang. Mari kita belajar memiliki sikap hati yang tidak terikat kepada barang milik kepunyaan kita yang sementara itu. 219 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 13/03/2009 Pdt. Effendi Susanto STh. Uang, kepemilikan dan harta Surgawi (3) Nats: 1 Tim. 6: 8; 17-18 8 Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah 17 Peringatkanlah kepada orang–orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan–Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi 18 Di dalam tiga ayat ini ada tiga prinsip penting yang menjadi mutiara yang indah bagaimana sikap orang Kristen terhadap uang, kepemilikan dan sikap kita melihat harta yang sejati yang ada di surga. Saya ingin mencoba merangkai antara konsep kepuasan dari Paulus, rasa puas dan cukup, ‘asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.’ Nanti akan kita tanya lebih dalam seberapa cukupkah cukup mengenai pakaian dan seberapa cukupkah cukup mengenai makanan itu? Apa yang namanya ‘asal ada pakaian, asal ada makanan…’ itu? Apakah asal ada satu potong, itu cukup? Ataukah ada sepuluh potong pakaian, itu cukup? ‘Asal ada makanan cukup…’ maksudnya apakah makan dengan tempe dan tahu cukup? Kalau begitu buat apa Tuhan ciptakan lobster? Point kedua, segala sesuatu yang Tuhan beri kepada kita jangan merasa bersalah dan takut. Paulus bilang segala yang Tuhan beri di dalam kelimpahan kepada kita boleh kita nikmati. Point ketiga, Paulus memakai kata ‘perintahkanlah kepada orang kaya…’, artinya sikap ini bukan pilihan, bukan nasehat, bukan pilihan pribadi bagaimana kita hidup, tetapi ini suatu perintah. Paulus tidak bilang ‘perintahkan orang kaya untuk berhenti menjadi kaya’ tetapi ‘perintahkanlah orang kaya supaya mereka kaya di hadapan Allah.’ Berarti kekayaan dan kelimpahan bukanlah hal yang salah dan berdosa. Tuhan tidak pernah memerintahkan orang kaya untuk berhenti menjadi kaya. Sekarang kita akan kaitkan beberapa hal ini: Pertama, saya hidup cukup ada makan, cukup ada pakaian. Kedua, segala hal yang Tuhan kasih, meskipun itu berkelimpahan di dalam hidupmu, nikmatilah itu. Bisakah hidup cukup, sekaligus kaya? Bagaimana saya menikmati tidak berkelebihan, bagaimana saya mengatakan itu cukup dan tidak kekurangan? Ini merupakan aspek yang hari ini kita sama-sama pikirkan dari ayat-ayat ini. Seberapa tinggi standarnya kita kaya di hadapan Tuhan? Bolehkah kita memiliki harta yang berkelebihan? Saya pernah mengatakan sikap orang Kristen terhadap uang itu ada di dalam relasi “benci tapi rindu – cinta/benci relasi.” Di satu pihak kita takut menjadi orang kaya, karena kita pikir kalau kita terus minta Tuhan memberi kekayaan, kita takut dituduh orang tidak pernah puas di dalam hidup ini. Tetapi sebaliknya Tuhan juga tidak perintahkan 220 engkau untuk menjadi orang miskin, Tuhan tidak panggil engkau untuk hidup di dalam kemelaratan. Bagaimana melihat dengan seimbang dua sisi ini? Ada lima pertanyaan yang ingin saya tanyakan hari ini. Saya rasa ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam hati orang Kristen yang kadang-kadang tidak berani diungkapkan: 1. 2. 3. 4. 5. Apakah kita punya hak untuk mengumpulkan atau mencari uang sebanyak-banyaknya? Apakah Alkitab memanggil semua orang yang mengikut Kristus untuk menjual semua hartanya dan hidup dengan beriman kepada Tuhan saja? Apakah kita punya hak untuk memiliki asset dan property pribadi? Berapa banyak? Apakah dibenarkan oleh Tuhan kalau orang menjalani hidup yang sedikit lebih nyaman, punya kasur yang empuk, pasang AC, dsb? Apakah kita harus menjalani hidup sederhana? Apa arti ‘hidup sederhana’ itu? Saya rasa ini lima pertanyaan penting berkaitan dengan tiga prinsip tadi: belajar hidup asal ada makanan, ada pakaian, cukuplah; segala yang ada padamu, enjoy saja; Tuhan tidak larang engkau menjadi kaya, tetapi harus belajar hidup kaya di hadapan Tuhan. Bagaimana orang Kristen menjalani satu cara hidup yang mengandung seluruh prinsip kebenaran firman Tuhan ini? Yang pertama, uang dan harta itu boleh datang secara akumulatif di dalam hidup kita karena tidak bertentangan dengan prinsip yang Alkitab sudah berikan: orang yang bekerja keras, orang yang sungguh-sungguh membanting tulang, orang yang berusaha dengan baik di dalam hidupnya, dengan sendirinya akan berkecukupan dan bahkan berkelimpahan. Alkitab tidak mengatakan itu hal yang salah, bahkan Alkitab dengan jelas menyuruh kita belajar dari semut yang rajin dan bijaksana tanpa perlu dikomando, keluar mencari makan dan mengumpulkan makanan untuk musim dingin. Paulus bilang di sini, bekerjalah dengan tangan sendiri, bekerja dengan keras. Selanjutnya, Alkitab memberikan prinsip ke dua dimana Tuhan memberikan hak kepemilikan properti secara pribadi dan melindungi hak itu. Di dalam hukum Taurat yang ke 10, jelas Tuhan melarang orang untuk mengingini hak milik orang lain. Itu adalah kepemilikan pribadi yang kita boleh jaga, pelihara dan lindungi. Orang yang ingin mengambilnya dengan paksa, itu adalah tindakan kriminal yang salah. Kita boleh memiliki sesuatu. Kita mendapatkannya dengan bekerja. Kita berusaha sungguh-sungguh. Ini merupakan hukum natural yang Tuhan beri kepada kita. Maka semua yang Tuhan beri kepada kita merupakan berkat dan anugerah yang boleh engkau dan saya nikmati. Namun Alkitab juga mengajarkan kepada kita adanya suatu cara hidup yang bukan kita yang pilih, tetapi Tuhan sendiri yang memberikan hal itu berkaitan dengan sikap orang melihat harta yang di surga itu lebih penting daripada harta yang di bumi. Ini adalah satu analisa dari seorang hamba Tuhan bernama Randy Alcorn di dalam bukunya “Money, Possessions and Eternity” yang mengatakan di dalam Injil Yesus memberikan dua kategori murid yang mengikut Dia. Tuhan memang memberi syarat kepada semua orang yang mengikut Dia untuk menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Tuhan dengan setia. Kalau dia tidak menyangkal diri dan memikul salibnya, dia tidak layak menjadi murid Tuhan. Namun kepada murid-murid yang memang Tuhan panggil secara khusus untuk mengikuti Yesus terus-menerus, Tuhan menyuruh mereka untuk 221 meninggalkan seluruh hartanya. Ke 12 murid melakukan hal ini, mereka meninggalkan pekerjaannya, meninggalkan jala dan perahunya untuk mengikut Yesus sepenuhnya. Pada waktu Tuhan Yesus mengutus murid-murid-Nya, Ia melarang mereka membawa bekal, tongkat dan pundi-pundi uang karena Tuhan akan menjaga dan memelihara mereka. Ini adalah kategori pertama, orang yang memiliki panggilan hidup dari Tuhan menjadi misionari, pergi berkeliling seperti itu memang tidak perlu membawa segala sesuatu yang tidak diperlukannya untuk melayani Tuhan. Dalam surat 3 Yoh.58, Yohanes memuji beberapa orang Kristen yang dengan sukarela mendukung pelayanan para misionari yang berkeliling mengabarkan Injil. Ini adalah panggilan khusus kepada mereka, keluar dari pekerjaannya, tidak lagi hidup bersandar kepada harta milik dan usaha, pergi memberitakan Injil. Ini dilakukan oleh orang-orang Kristen di Gereja mula-mula di abad 1, para travelling missionaris yang berkeliling mengabarkan Injil. Memang belakangan terjadi penganiayaan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Di dalam surat 1 Tesalonika, kita menemukan satu situasi beberapa orang Kristen tidak mau kerja, lalu berkeliling ke rumah orang membesuk, lalu karena sungkan pemilik rumah mengajak dia makan. Lalu orang-orang ini tinggal menumpang di rumah orang lain berminggu-minggu. Paulus marah kepada mereka dan menegur dengan keras, “Yang tidak mau kerja, jangan makan.” Di dalam surat Didache yang dikirimkan oleh Bapa-bapa Gereja kepada Gereja Mula-mula untuk membedakan mana misionaris yang palsu dan yang asli, misionaris asli paling maksimal tinggal tiga hari. Kalau lebih dari itu, dia patut dicurigai. Dari sini saudara bisa melihat pola orang yang dipanggil Tuhan untuk meninggalkan segala sesuatu pergi memberitakan Injil bagi Tuhan, maka seperti kalimat Paulus “asal ada makanan dan pakaian itu cukup” boleh kita lihat karena dia mengambil cara hidup ini. Namun Tuhan tidak panggil semua orang untuk mengikut Dia dengan cara hidup seperti itu. Kategori kedua ada di dalam Mrk.5:19 memperlihatkan ada orang yang Tuhan tidak ijinkan untuk meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Dia, melainkan Tuhan menyuruh dia tinggal di rumahnya, menjalani hidup sehari-hari bekerja dan menjadi berkat di tengah-tengah mereka. Dan tidak berarti orang yang menjalani cara hidup ini kemudian menjadi orang Kristen “second class” karena ini adalah panggilan Tuhan bagi dia. Tuhan tidak minta dia meninggalkan segala sesuatu. Dia tetap bekerja, dia tetap berusaha, dia tetap mencari nafkah untuk hidupnya, tetapi dia tetap hidup menjadi berkat dan menjadi murid Tuhan yang baik. Alcorn mengatakan, dari situ kita harus belajar melihat Alkitab dengan lebih luas, tidak boleh kutip satu ayat lalu memakainya untuk menjadi satu cara hidup bagi semua orang Kristen. Tuhan menghargai orang yang tinggal, bekerja, bersaksi, sebagai murid-Nya juga. Sekarang kita akan melihat beberapa prinsip Tuhan bicara mengenai hak milik dan properti orang Kristen. Mari kita melihat Ef.4:28 merupakan satu ayat yang penting lagi yang Tuhan beri kepada kita bagaimana sikap dan respons orang Kristen berkaitan dengan uang dan harta miliknya. “Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi. Tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.” 222 Kita tetap harus menjadi orang Kristen yang tidak mau menjadikan harta miliknya sebagai penghalang baginya di hadapan Tuhan. Maka di situlah artinya ‘menyangkal diri dan memikul salib,’ satu cara hidup dimana dia hidup tidak mau diikat oleh apa yang ada padanya. Maka cara hidup apa yang harus kita miliki? Berdasarkan ayat ini, mari kita lihat beberapa prinsip. Prinsip pertama, kita tidak boleh hidup bergantung kepada belas kasihan orang. Kedua, kita tidak boleh hidup merugikan orang. Ketiga, kita tidak boleh hidup mendapatkan kekayaan dan keuntungan dengan cara mencelakakan dan mengeksploitasikan orang. “Siapa yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi.” Ini sikap pertama kita mengenai uang dan harta milik. Prinsip kedua, ”...Baiklah ia bekerja dengan keras supaya dengan demikian dia bisa menghidupkan diri sendiri dan keluarganya.” Belajar mencukupkan diri dan kebutuhan keluarga. Ini adalah tanggung jawab kita. Prinsip ketiga, ”...supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.” Dengan membagikan sesuatu kepada orang lain, berarti ada kelebihan dari miliknya, yang dipakai untuk kemajuan kerajaan Allah. Jadi cara hidup orang Kristen tidak boleh hanya berpikir pokoknya saya sudah mencukupkan kebutuhan anak isteri, lalu selesai. Ayat ini memberitahukan kepada kita, tidak salah orang Kristen punya berkelebihan. Tetapi waktu kita berkelebihan, bagaimana kita menaruh prinsip kebenaran dimana kelebihan yang ada pada kita itu demi kemajuan kerajaan Allah. Alcorn mengatakan, “The point is not merely say “NO” to money and things, but using money and things to say “YES” to God.” Maka dari beberapa ayat ini kita mengharmonisasi prinsip-prinsip ini di dalam hidup Kristen yang benar. Tidak ada pola orang Kristen harus hidup seperti ini atau seperti itu, tetapi yang ada ialah kita berjalan tidak boleh melepaskan prinsip-prinsip ini. Kalau satu kali ada orang yang merasa dipanggil Tuhan untuk menjadi hamba Tuhan dan mengambil keputusan untuk meninggalkan segala sesuatu, tidak menikah, dsb, itu adalah panggilan Tuhan bagi dia. Tetapi kalau Tuhan memberimu kesempatan bisa hidup secara berkelimpahan, bekerja dengan keras dan segala kesempatan muncul dengan tidak habis-habis, biarlah engkau juga berkelimpahan di hadapan Tuhan. Bagaimana kita menjalani hidup Kristen kita? Cara hidup kita mungkin berbeda-beda tetapi di dalamnya tidak boleh lepas dari kebenaran prinsip firman Tuhan yang sudah kita dapatkan. Orang Kristen harus belajar hidup puas dan cukup. Orang Kristen harus belajar berpikir setelah saya bekerja dengan keras, melakukan segala sesuatu demi kebaikan keluargaku, lalu saya memiliki kelimpahan kelebihan, maka saya bagaimana menggunakannya untuk memajukan pekerjaan dan kerajaan Allah. Karena itulah sebabnya, sekarang kita masuk kepada aspek selanjutnya. Seringkali orang Kristen mengatakan we have to live a simple life, so others can simply live. Ada orang-orang tertentu yang hidupnya begitu irit dan hemat. Ada kesempatan untuk beli baju baru, tetapi dia mau hidup sederhana beli baju bekas. Ada kesempatan punya mobil, tetapi dia pilih naik sepeda. Ada kesempatan makan di restoran, tetapi dia pilih makan indomie di rumah. Apakah ini yang dimaksud hidup sederhana? Randy Alcorn mengatakan mungkin lebih baik kita belajar bukan hidup simple life, tetapi kehidupan strategis. Yang dimaksud dia, banyak orang berpikir hidup sederhana dengan membuang semua kemewahan, padahal bisa jadi dia juga perlu melihat banyak hal tidak perlu diukur hanya dengan ukuran materi. Yudas Iskariot pernah menegur seorang wanita yang memecahkan minyak narwastu ke kepala Yesus sebagai suatu pemborosan. Bagi dia, minyak yang mahal itu bisa dijual dan uangnya bisa diberikan kepada orang miskin. Tetapi Tuhan Yesus 223 menerima persembahan wanita itu, menunjukkan tidak selamanya perhitungan materi seperti yang Yudas punya itu benar. Tidak selamanya kita beli barang yang lebih murah, makan indomie di rumah, hidup lebih hemat, itu benar karena hidup kita tidak bisa diukur dengan hal-hal itu saja. Pointnya adalah, kehidupan strategis memiliki beberapa prinsip: 1. Orang Kristen tidak boleh “waste”, membuang-buang sesuatu dengan percuma. Waktu Tuhan Yesus memberi makan 5000 orang dengan 5 roti dan 2 ikan, Dia menyuruh murid-murid untuk mengumpulkan sisanya 12 bakul, tidak ada yang dibuang percuma. Kalau kamu dapat talenta dan berkat yang lebih banyak, tidak boleh ambil sikap sederhana, tidak berjuang dengan sungguhsungguh mengembangkan kekayaan itu karena itu artinya kamu melanggar prinsip Tuhan. Itu yang namanya “waste”. 2. Setiap kali kita mengambil keputusan harus mengangkat pertanyaan ini: apakah ini hal yang perlu dan patut saya lakukan dengan kemampuan dan serana yang ada? Dengan demikian kita tidak selalu memilih yang lebih rendah dan lebih sederhana. Maka yang disebut dengan kehidupan strategis bukan berarti tidak menerima apa yang ada, kehidupan strategis adalah dalam pengertian bagaimana saya menikmati apa yang Tuhan kasih tetapi sekaligus saya menyadari apakah ini perlu di dalam hidup saya atau tidak? Apakah saya bertanggung jawab memakainya di hadapan Tuhan? Dan yang terpenting, kehidupan strategis adalah hidup dengan selalu berpikir apakah yang saya kerjakan di dalam hidup ini, apakah yang saya miliki itu bisa memperkembangkan kerajaan Allah atau tidak? Kita tidak perlu takut untuk hidup secara berkelimpahan untuk kita nikmati, tetapi bagaimana segala sesuatu yang berkelimpahan di dalam hidup kita itu tidak kita pakai hanya untuk diri kita sendiri. Saya ingin mengajak saudara memikirkan secara praktis bagaimana uang dan harta milik yang berkelebihan yang ada di dalam hidup kita sebelum kita mati mau kita jadikan seperti apa. Alcorn mengatakan, “I believe our treasures in Heaven will be in proportion to what we do and give before we die, not what we tell others to do with what is left after we die.” Waktu saya meninggalkan hartaku, baik itu untuk pelayanan gereja maupun untuk hal-hal lain bagi Tuhan, sesungguhnya itu bukan pemberian sebab sejujurnya kita tidak punya pilihan. Saudara setuju atau tidak setuju pernyataan dia, kita bisa diskusikan. Begitu kita mati semua harus kita tinggalkan, bukan? Pointnya adalah bagaimana selama kita masih hidup di dunia, kitapun memiliki sikap kehidupan strategis, semua yang ada di dalam diri saya yang sudah cukup dan berkelebihan itu saya jadikan sebagai suatu sumbangsih bagi pekerjaan Tuhan. Paulus bilang, kita tidak membawa apa-apa ke dalam dunia dan kita tidak bawa apa-apa keluar. Tetapi sebelum meninggal, selama kita masih hidup di dunia, kita masih punya kesempatan untuk “mengirim” harta itu menjadi harta milik kita selama-lamanya di surga. Yang kasih ke gereja itu anak, berarti yang dapat pahala adalah anak. Maka selama kita hidup, itu merupakan kewajiban dan tanggung jawab kita mengelola. Kembali kepada prinsip ini: kerja jangan rugikan orang, kerja cukupkan kebutuhanmu dan kebutuhan keluargamu, kalau ada lebih bukan untuk diri. Ini adalah prinsip. Tidak salah, kalau ada kelebihan uang saudara membuat rumah yang lebih luas dan lebih nyaman. Tetapi kita tetap juga harus berpikir tidak selama-lamanya semua itu untuk diri sendiri. Maka bagaimana saudara meramu itu menjadi melodi yang indah di dalam hidup saudara. Bagaimana yang lebih di dalam hidup saya bisa saya pakai bagi pelebaran kerajaan surga. Kalau ada 224 orang yang melayani dan membutuhkan dukungan supaya pekerjaan Tuhan berkelanjutan, biarlah kita mendukung mereka. Milioner Andrew Carnegie mengatakan, memberi uang berkelebihan kepada anak adalah kutuk yang sama beratnya dengan uang itu. Tidak ada seorangpun di dalam dunia ini yang boleh mencacadkan anak dengan beban yang terlalu berat dengan harta yang terlalu besar sekali ke pundaknya kalau dia tidak bisa pikul. Saya ingin semua orang sebelum meninggal dunia, di dalam kelimpahan hartanya coba memikirkan pertanyaan ini: Apakah kekayaanku akan aman di tangan anakku? Ataukah anakku aman di tangan kekayaanku? Memang sangat kontroversial sekali sikap orang Kristen terhadap semua warisan yang akan kita tinggalkan. Berapa bamyak yang harus mereka dapat supaya mereka bisa hidup? Carnegie mengatakan yang perlu kita wariskan kepada anak bukan “good inheritance” tetapi “godly heritage.” Good inherintance bisa habis. Sehingga pepatah ini berulang terus: generasi pertama kerja keras cari uang, generasi kedua foyafoya habiskan uang, generasi ketiga minta-minta uang. Good inherintance bisa berlalu, tetapi godly heritage itu yang tidak hilang. Kita hidup masuk kategori apa hari ini? Jangan pikir ayat-ayat ini adalah untuk orang yang kaya sekali dan kita ini cuma kategori pas-pasan. Tetapi saya mengatakan, kalau sekeluar dari ruangan ini kamu bisa mengatakan, “Makan dimana kita hari ini?” kamu masuk kategori 15% orang kaya di dunia ini. Artinya, ada 85% orang di atas muka bumi yang ada di dalam kategori “Apa makan kita hari ini? Dan makan apa kita hari ini?” Kalau kita punya uang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar kita, itu sudah menempatkan kita dalam kategori orang kaya. Maka pikirkanlah satu hidup yang punya kehidupan strategis bagimu. 225 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 04/04/2010 Pdt. Effendi Susanto STh. Mengapa mereka membunuh Yesus (1) Nats: 1 Yohanes 11:1-17 Thema: Paskah 2010 Ada seorang yang sedang sakit, namanya Lazarus. Ia tinggal di Betania, kampung Maria dan adiknya Marta. 2 Maria ialah perempuan yang pernah meminyaki kaki Tuhan dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya. 3 Dan Lazarus yang sakit itu adalah saudaranya. Kedua perempuan itu mengirim kabar kepada Yesus: “Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit.” 4 Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.” 5 Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus. 6 Namun setelah didengar–Nya, bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada; 7 tetapi sesudah itu Ia berkata kepada murid–murid–Nya: “Mari kita kembali lagi ke Yudea.” 8 Murid–murid itu berkata kepada–Nya: “Rabi, baru–baru ini orang–orang Yahudi mencoba melempari Engkau, masih maukah Engkau kembali ke sana?” 9 Jawab Yesus: “Bukankah ada dua belas jam dalam satu hari? Siapa yang berjalan pada siang hari, kakinya tidak terantuk, karena ia melihat terang dunia ini. 10 Tetapi jikalau seorang berjalan pada malam hari, kakinya terantuk, karena terang tidak ada di dalam dirinya.” 11 Demikianlah perkataan–Nya, dan sesudah itu Ia berkata kepada mereka: “Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya.” 12 Maka kata murid–murid itu kepada–Nya: “Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh.” 13 Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa. 14 Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: “Lazarus sudah mati; 15 tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah kita pergi sekarang kepadanya.” 16 Lalu Tomas, yang disebut Didimus, berkata kepada teman–temannya, yaitu murid–murid yang lain: “Marilah kita pergi juga untuk mati bersama–sama dengan Dia.” 17 Maka ketika Yesus tiba, didapati–Nya Lazarus telah empat hari berbaring di dalam kubur. Mudah bagi kita untuk mengumbar janji, namun tidak gampang untuk menepati janji. Mudahlah kata-kata mengalir dari mulut kita, tetapi tidak mudah untuk menimbang bobot yang dalam dari kata-kata itu. Itu sebab tidak heran pada waktu Yesus berkata kepada seorang yang lumpuh, 226 “Dosamu sudah diampuni,” orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bertanya dalam hati mereka, ‘siapa Dia yang sanggup mengampuni dosa? Lalu bagaimana buktinya Dia mengampuni dosa?’ Yesus balik dengan satu pertanyaan yang menarik, “Mana lebih gampang berkata, ‘Bangkit dan berjalanlah,’ atau ‘Dosamu sudah Kuampuni’?” Mana yang lebih gampang dikatakan? Lebih gampang mengatakan ‘Dosamu sudah diampuni,’ sebab itu tidak terlihat dan tidak bisa dibuktikan dengan mata. Tetapi kalau dikatakan, ‘Bangkitlah’ dan ternyata orang lumpuh itu tidak bangkit, baru ketahuan Yesus hanya mengumbar kata-kata dengan gampang tetapi bobot dari kata-kata-Nya tidak bisa terbukti. Yesus berkata, “Akulah kebangkitan dan hidup. Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku. Barangsiapa di antaramu yang bisa membuktikan Aku orang berdosa, tunjukkan itu.” Sejak kalimat-kalimat ini Yesus cetuskan, menimbulkan berbagai reaksi di antara orang-orang yang mendengarnya. Dan waktu Yesus mengeluarkan kata-kata seperti itu, tidak bisa tidak kata-kata itu hanya bisa ditimbang dari tiga kemungkinan ini dan saudara harus mengambil keputusan siapa Dia yang mengatakannya. Kemungkinan pertama, ‘Dia orang gila’ kalau Dia berkata, “Aku mengampuni dosamu,” kalau Dia berkata, “Tidak ada jalan lain kepada Bapa selain melalui Aku,” Dia mengeluarkan kata-kata itu dengan gampang dan mudah, dan Dia tidak mengerti dan memahami apa sebenarnya yang Dia katakan, maka jelas Yesus harus masuk ke dalam kategori ‘Dia orang gila.’ Hanya orang gila yang gampang mengeluarkan kata-kata dan semua orang pasti tidak akan menerima dengan sungguh-sungguh perkataannya sebab dia orang gila. Kategori kedua, ‘Dia pembohong,’ kalau Dia mengeluarkan kata-kata itu dan Dia tahu bahwa kata-kata itu dengan gampangnya diumbar tetapi Dia tidak memaksudkannya seperti itu dan Dia tahu apa yang Dia katakan itu tidak sesuai dengan arti sesungguhnya. Dia hanya berpura-pura dengan sengaja, namun kepura-puraan itu ditaruh di belakang supaya engkau tidak tahu, dengan maksud dan tujuan untuk menipu dan menyesatkan orang lain, maka Yesus adalah seorang pembohong. Atau kita harus mengambil kategori yang ketiga, Dia mengatakan kalimat-kalimat itu dan bobot dari kata-kata-Nya memang sesungguhnya benar adanya. Di dalam hidup kita sehari-hari kitapun berjumpa dengan situasi dimana saudara berdagang dan berbisnis dengan orang, kata-kata gampang dikeluarkan, janji bisa diumbar, tetapi menepati janji dan menaruh bobot yang seimbang dengan apa yang dikatakan, itu yang membuktikan orang itu memang sekualitas dengan apa yang dia katakan. Maka dari dahulu sampai sekarang, bicara mengenai apa yang Tuhan Yesus katakan, kita hanya bisa dibawa kepada tiga kemungkinan itu dan saudara harus memilih, apakah Dia seorang gila, apakah Dia seorang pembohong, ataukah Dia betul-betul sungguh adalah Tuhan? Ini yang unik sebab bukan saja murid-murid yang percaya Yesus, orang-orang Farisi yang ingin membunuh-Nya, musuh-musuh yang membenci-Nya, tetap sampai akhir masih curiga bertanya kepada Yesus, betulkah Dia mesias yang sejati? Mereka ingin dengar sendiri dari mulut Tuhan Yesus karena Dia tidak pernah mengeluarkan kata-kata itu tetapi di dalam hati mereka sedalam-dalamnya mereka harus mengaku ada bobot yang membuktikan Yesus adalah mesias yang sejati. Kalau dari sejak awal Yesus mengatakan, “Aku adalah mesias, Aku akan menjadi juruselamatmu,” tetapi tidak ada buktinya, mereka pasti akan menganggap itu semua adalah perkataan dusta. Tetapi sampai akhir Yesus tidak pernah mengatakan hal itu sehingga para pemimpin agama terus menanyakan hal itu, apakah Dia adalah mesias, raja 227 orang Yahudi yang kami nantikan. Berarti di dalam hati kecil mereka sedalam-dalamnya mereka mengakui ada bobot itu di dalam diri Yesus Kristus Saudara harus tahu sebelum masa Tuhan Yesus hadir di dunia, sudah banyak orang mengaku-ngaku diri sebagai mesias dan sesudah Yesus disalib dan bangkit dan naik ke surga, masih banyak orang mengaku diri sebagai mesias. Tetapi semua orang-orang ini tidak menjadi ancaman bagi para pemimpin agama, sebab buat mereka orang-orang itu hanya besar mulut saja dan tidak punya bobot di belakang pengakuannya. Berbeda dengan Yesus Kristus yang tidak pernah mengeluarkan kalimat itu dari mulut-Nya tetapi mata para pemimpin agama tidak bisa lepas dari-Nya sebab di dalam hati kecil mereka tahu Dia adalah mesias yang sejati. Itu sebab mereka mau mendengar dari mulut-Nya sendiri, betulkah Yesus adalah mesias, Anak Allah? Hingga Yesus tergantung di kayu salib mereka masih menunggu bukti Yesus adalah Anak Allah yang mampu melepaskan diri dan turun dari salib. Memang betul, tidak ada kalimat secara langsung Yesus mengatakan Dia adalah Anak Allah. Tetapi saya ingin bertanya kepada saudara, kenapa sampai para pemimpin agama membunuh Yesus kalau hanya karena Dia mengaku diri-Nya mesias? Bukankah ada banyak orang-orang lain yang mengaku seperti itu tetapi tidak menjadi satu ancaman serius bagi mereka? Ada alasan tertentu mengapa mereka akhirnya dengan sekuat tenaga merencakan, mendesak dan mengatur supaya Yesus mati. Yesus memang tidak pernah mengeluarkan kalimat secara langsung, tetapi apakah Dia tidak pernah mengakui dan menyadari bahwa Dia adalah mesias? Paling tidak, waktu Yesus masuk ke kota Yerusalem untuk terakhir kali sebelum Dia disalibkan, Yesus melakukan beberapa hal yang menunjukkan satu kesadaran diri Yesus tanpa perlu dinyatakan dengan kata-kata, tetapi dengan tindakan melakukannya di situ kita tahu Dia adalah mesias yang sejati. Ada orang yang mencoba meneliti nubuat-nubuat dari PL mengenai mesias yang menunjukkan satupersatu semuanya tergenapi di dalam diri satu orang ini. Perjalanan Yesus ke Yerusalem yang saya sebut sebagai ‘the prophetic actions of Jesus’ menunjukkan titik kulminasi yang menggenapkan apa yang dinubuatkan atas diri-Nya semua terpenuhi dan membuktikan Dia adalah mesias, yang akhirnya membuat para pemimpin agama harus membunuh Dia. Yang pertama, Yesus tiga kali mengatakan kepada murid-murid dan orang banyak bahwa Dia akan ditangkap oleh para pemimpin agama, disiksa dan mati di kayu salib. Alkitab sendiri mengatakan, waktunya sudah tiba bagi Yesus. Ini alasan mengapa para pemimpin agama membulatkan diri untuk membunuh Yesus sebab waktu Yesus masuk ke Yerusalem, Dia memproklamirkan bahwa Dia adalah Raja orang Israel dengan tindakan-Nya dan sejak itu para pemimpin agama dengan marah berusaha untuk membunuh Yesus Kristus. Yesus melakukan pemenuhan nubuatan dari PL yang memperlihatkan Dia adalah Raja orang Yahudi dengan mengendarai keledai yang belum pernah ditunggangi. Saya tidak tahu mana yang lebih gampang dikendarai, kuda yang belum pernah ditunggangi ataukah keledai yang belum pernah ditunggangi? Saya kira keledai kecerdasannya lebih rendah daripada kuda sehingga tidak bisa dilatih untuk berpacu, atau sebenarnya keledai justru lebih pintar daripada kuda, diam-diam saja supaya tidak dilatih untuk berpacu. Kenapa Yesus mengendarai keledai yang belum pernah ditunggangi? Ada dua hal, yang pertama adalah untuk menggenapi nubuat PL bahwa Raja Damai yang penuh kerendahan hati itu akan masuk ke kota Yerusalem dengan menunggangi keledai 228 yang masih muda di dalam Za.9:9. Melalui tindakan ini Yesus mengakui diri-Nya adalah Raja Israel yang sejati. Zakharia menulis nubuat ini kira-kira 500 tahun sebelum Yesus datang, bahwa kelak seorang raja akan datang bukan naik kuda tetapi naik keledai. Maka dengan naik keledai itu Yesus menyatakan diri ‘Akulah Raja Damai itu.’ Lalu satu lagi, pelantikan yang unik bagi para raja di PL, kebanyakan raja dilantik dengan segala kemegahan dan kebesaran, tetapi raja yang satu ini dilantik dengan sangat unik dan ayahnya sendiri yang minta akan hal itu yaitu raja Salomo dilantik dengan naik keledai (1 Raj.1:32-40). Raja Daud sebelum meninggal dalam usia tua meminta secara khusus untuk menaikkan Salomo ke atas seekor bagal menjadi raja yang rendah hati dengan simbol itu, bukan dengan mengendarai kuda yang gagah. Yesus Kristus secara khusus mengatur dan menyuruh murid-Nya mengambil seekor keledai yang masih muda, mempersiapkan diri-Nya masuk ke dalam kota Yerusalem sebagai satu bukti Dialah Raja Israel, Raja keturunan Daud yang dinanti-nantikan oleh orang Yahudi, Raja satu-satunya King yang akan datang. Sambutan dari orang-orang di kota Yerusalem begitu luar biasa, mereka melambailambaikan daun palem dan berseru, “Hosana, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan.” Itu adalah mazmur pelantikan seorang raja. Maka tidak heran sesudah peristiwa itu para pemimpin agama ingin segera membunuh Yesus karena mereka telah belajar secara mendalam segala nubuat dari PL mengenai mesias itu. Perasaan itu terakumulasi di dalam diri para pemimpin agama itu tanpa ada pengakuan dari mulut-Nya. Tetapi di sini Yesus menyatakan Akulah Raja yang engkau nantinantikan itu, tetapi berbeda dengan raja yang lain sebab Raja itu datang dengan segala kerendahan hati untuk menebus dosa kita, bukan sebagai raja yang diktator. Yang kedua, apa alasan para pemimpin agama bahwa Yesus akhirnya harus dibunuh dan harus mengalami kematian? Dalam peristiwa setelah Yesus masuk ke kota Yerusalem, Dia masuk ke Bait Allah dan melakukan satu tindakan yang sangat revolusioner. Dia membuat tali pecut dan memecut semua pedagang-pedagang di Bait Allah dan semua meja penukar uang ditunggang-balikkan oleh Dia. Lalu keluar kalimat yang penting dari mulut Yesus, “Rumah-Ku adalah rumah doa bagi segala bangsa, tetapi engkau sudah menjadikannya sebagai sarang penyamun.” Teliti baik-baik kalimat Tuhan Yesus ini. Sebenarnya Yesus menyambung dua kalimat dari dua nabi yang berbeda. Kalimat yang pertama itu Yesus kutip dari perkataan nabi Yesaya (Yes.56:7). Kenapa Yesus sampai menunggang-balikkan semua meja penukar uang di Bait Allah itu? Karena mereka sudah mengambil satu pelataran yang dikhususkan bagi orang-orang kafir, orang-orang yang bukan Yahudi yang datang berbakti ke Bait Allah. Pada waktu itu Bait Allah dibagi menjadi empat bagian, bagian yang paling dalam yaitu ruang maha kudus hanya boleh dimasuki oleh Imam Besar dan para imam yang melayani setahun sekali. Bagian depan adalah untuk para pria Yahudi, kemudian di sebelah luar adalah bagian pelataran untuk para wanita Yahudi, sedangkan yang paling luar adalah pelataran untuk orang-orang kafir untuk menyembah Allah. Tetapi sekarang pelataran itu dipakai untuk melakukan perdagangan jual beli sehingga menghambat dan menghalangi orang-orang bukan Yahudi tidak bisa berbakti lagi. Maka mereka sudah melanggar apa yang Tuhan inginkan: Rumah-Ku harus menjadi rumah doa bagi segala bangsa. 229 Orang Yahudi sudah gagal menjadi berkat keselamatan Tuhan sampai kepada orang-orang bukan Yahudi. Lalu kalimat kedua yang sangat menakutkan, “Engkau menjadikan rumah-Ku sebagai sarang penyamun” itu dikutip dari perkataan nabi Yeremia di dalam Yer.7:11. Yer.7 adalah pasal yang paling dihindari oleh para pemimpin agama sebab isinya begitu keras. Rumah Allah harus menjadi rumah yang terbuka bagi segala bangsa. Jika kalian tidak setia memperhatikan hal ini, Yeremia bilang pada suatu hari Tuhan akan membuat Bait Allah yang megah ini menjadi seperti Siloh, disobek, dipecahkan dan dihancurkan. Dengan kalimat itu Yesus harus mati sebab Dia sudah menyerang pusat keagamaan kesucian orang Yahudi dan menghina Bait Allah. Itu sebab sampai terakhir mereka mengedarkan isu bahwa Yesus hendak merobohkan Bait Allah. Yesus tidak menolak isu itu. Dia mengatakan, “Robohkan Bait Allah ini, Aku akan membangunnya dalam tiga hari.” Bait Allah dibangun begitu megah oleh raja Herodes selama puluhan tahun, sekarang Yesus bilang bisa membangunnya lagi dalam tiga hari? Bait Allah yang dibuat oleh Salomo sudah begitu megah, tetapi jujur Bait Allah yang dibangun oleh Herodes itu adalah yang paling megah. Mana pernah terpikir oleh orang Yahudi bahwa satu kali kelak Bait Allah ini akan runtuh dan tidak ada satu batu di atas batu yang lain? Maka dengan kalimat itu Yesus menubuatkan bahwa Bait Allah ini akan seperti Siloh adanya. Yesus sedang menohok habis dan menyingkirkan pusat sentral ibadah orang Yahudi, tidak akan ada lagi Bait Allah karena Bait Allah yang sejati adalah diri-Nya sendiri. Alasan ketiga, ini agak sulit untuk dimengerti ada berapa kali sesungguhnya pengurapan terhadap Yesus karena Injil Sinopsis dan Injil Yohanes seolah mencatat dua peristiwa yang berbeda tetapi dengan detail yang saling tumpang tindih. Yohanes mencatat Maria mengurapi kaki Yesus dan menyeka dengan rambutnya, sedangkan di bagian Injil lain mencatat seorang wanita meminyaki kepala Yesus. Mark.14 dan Yoh.12 membicarakan hal yang sama karena ada reaksi dari Yudas Iskariot di situ. Apakah Maria melakukan pengurapan kepada Yesus dua kali? Kali yang pertama tidak memiliki arti apa-apa, melainkan hanya sebagai suatu ekspresi dari cinta Maria kepada Tuhan Yesus. Lalu yang kedua mencatat pengurapan yang dicatat dalam Mark.14:3-9 menunjukkan ini adalah satu bentuk pengurapan yang unik karena sesudah peristiwa itu terjadi Yudas Iskariot bereaksi kenapa melakukan pemborosan itu, bukankah minyak yang mahal itu bisa dijual dan uangnya diberikan kepada orang miskin saja? Yang unik di sini, kenapa Yudas sampai menjual Yesus? Alkitab mencatat dia adalah bendahara Tuhan Yesus dan dia sering mengambil uang dari kas tanpa sepengetahuan murid-murid yang lain. Apakah ini bisa menjadi indikasi bahwa Yudas menjual Yesus karena dia tamak uang? Tetapi dengan menjual Yesus hanya dengan 30 keping perak adalah harga yang terlalu rendah, hanya sebanding seharga budak yang murah. Lalu bukankah pada akhirnya dia kemudian mengembalikan lagi uang itu kepada para pemimpin agama? Tetapi ketamakan Yudas tidak bisa menjadi indikator penyebab dia menjual Yesus karena ada indikator lain yang memperlihatkan kepada kita nampaknya bukan faktor itu. Di sini dengan kritikannya memperlihatkan bahwa Yudas menilai segala sesuatu dengan materi. Bisa jadi kita boros karena kita matre tetapi jangan pikir orang pelit itu tidak matre. Tetapi lebih celaka Yudas matre dan ingin dermawan memakai uang orang lain. Yesus menegur dia dengan tegas, itu uang dia, apa yang dia mau lakukan dengan uangnya urusan dia sendiri. Itu penting, kamu mau tolong orang lain, pakai uangmu sendiri. 230 Apakah Yudas merasa bersalah lalu mengembalikan uangnya? Mari kita coba temukan dimana mulainya ketidak-puasan Yudas dan mulainya gejala itu, yang saya percaya ada di dalam peristiwa pengurapan ini dan klimaksnya pada perjamuan makan yang terakhir. Mengapa Yudas menjual Yesus? Apa alasan utamanya? Karena Yudas tahu bahwa para pemimpin agama ini ingin menangkap Yesus? Tetapi mereka tidak boleh menangkap orang dengan sembarangan tanpa ada alasannya. Itu sebab setelah Yesus diadili ke sana ke mari mereka tidak mempunyai alasan yang kuat untuk membunuh Yesus tetapi mereka harus membangun alasan. Itu sebab mereka memanggil saksi-saksi palsu yang mengatakan bahwa Yesus hendak merobohkan Bait Allah. Alasan seperti itu hanya akan membuat Pilatus ketawa karena itu satu hal yang tidak masuk akal. Salah satunya peristiwa ini penting karena kenapa Yesus menerima pengurapan dari wanita ini dan mengatakan ini adalah persiapan bagi penguburan-Nya. Pengurapan itu sendiri adalah satu pernyataan bahwa Dia adalah mesias. Semua orang Yahudi sangat mengerti akan hal ini. Pada waktu mesias itu datang, maka akan terjadi inaugurasi pengurapan seperti ini. Maka waktu Yesus menerima pengurapan itu, meskipun Dia tidak mengatakan diri-Nya adalah mesias itu, dengan penerimaan itu berarti Dia menerima tanpa kata-kata bahwa benar Dia adalah mesias. Tetapi konsep mesias Yesus tidak bisa diterima oleh Yudas karena Yesus mengatakan bahwa Dia akan mati. Ini tidak bisa diterima oleh Yudas. Buat dia mesias harus menjadi raja yang membunuh semua orang Romawi dan Dia berkuasa dan kaya raya. Dia bisa membangkitkan orang mati, Dia bisa membuat roti menjadi banyak. Menurut pak Tong, dengan tindakan Yudas menjual Yesus sebenarnya ingin mendorong Tuhan Yesus untuk melawan, sebab kalau tidak dipaksa seperti itu Dia tidak akan secara frontal melawan pemimpin agama. Tetapi ternyata Yesus tidak melakukan hal seperti itu sehingga Yudas menjadi menyesal apalagi melihat Yesus babak-belur dipukul. Berpikir cecara kemanusiaan bagaimanapun Dia adalah guruku, selama tiga tahun aku hidup bersama Dia dan aku kenal Dia orang yang bagaimana. Itu menjadi penyesalan Yudas kenapa Yesus tidak seperti itu. Seharusnya Dia menjadi mesias yang bergaya, tetapi ternyata tidak. Itu alasan yang mungkin. Waktu Yudas pergi menjual Yesus, dia membocorkan satu hal kepada pemimpin agama bahwa Yesus benar memang mesias. Dari mana? Dari kejadian pengurapan itu. Maka ketiga hal ini menjadi alasan yang cukup mengapa para pemimpin agama ini ingin membunuh Yesus. Pertama, Dia sungguh Raja yang datang tetapi bukan seperti pemikiran orang Yahudi, Dia adalah Raja yang memerintah dengan damai sejahtera. Dia adalah Tuhan yang harus disembah, bukan pentingkan Bait Allah. Dia menyingkirkan pusat sentral penyembahan bukan di Bait Allah tetapi kepada diri-Nya sehingga Dia harus dibunuh. Yang ketiga, Yesus dengan tindakan menerima pengurapan sebagai mesias yang sejati yang akan datang, mesias yang mati memberikan nyawa-Nya bagi kita. Inilah tiga alasan yang membuat Yesus harus dibunuh. 231 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 11/04/2010 Pdt. Effendi Susanto STh. Melihat kehidupanmu lewat kebangkitan-Nya (2) Nats: Yohanes 11:1-17 Thema: Paskah 2010 17 Maka ketika Yesus tiba, didapati–Nya Lazarus telah empat hari berbaring di dalam kubur. 18 Betania terletak dekat Yerusalem, kira–kira dua mil jauhnya. 19 Di situ banyak orang Yahudi telah datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya. 20 Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan–Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah. 21 Maka kata Marta kepada Yesus: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. 22 Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada–Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada–Nya.” 23 Kata Yesus kepada Marta: “Saudaramu akan bangkit.” 24 Kata Marta kepada–Nya: “Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang–orang bangkit pada akhir zaman.” Saya percaya, kita semua percaya sepenuhnya Yesus sudah bangkit. Kebangkitan Yesus Kristus telah memberikan pengharapan yang sejati kepada kita, namun bagaimana kita meletakkan pengakuan Yesus sudah bangkit itu menjadi satu kerangka yang memimpin perjalanan hidup kita. Saya percaya tidak ada bagian lain yang sangat indah ketika kita memahami bagaimana kalimat Yesus, ‘Akulah Kebangkitan dan Hidup’ itu bersentuhan dengan satu realita kesedihan hidup orang ketika seseorang yang begitu dicintai meninggal. Tidak dapat kita sangkali Yoh.11 adalah bagian firman Tuhan yang mengajarkan kepada kita bagaimana Tuhan bekerja kadang-kadang di luar daripada yang kita pikirkan. Kadang-kadang Tuhan mengerjakan hal yang mengejutkan dan keheranan di dalam hidup kita, di luar daripada yang kita mengira Tuhan seharusnya bekerja kepada kita. Yoh.11 ini merupakan bagian yang indah karena membukakan bagaimana realita penderitaan, kesulitan dan air mata dari orang-orang yang dikasihi oleh Tuhan Yesus dan juga akan menjadi bagian di dalam hidup kita, namun di sana Yesus mengajar kita melihatnya di dalam kerangka kebangkitan dan bagaimana kita hidup dan belajar di hadapan Tuhan menghadapi hal-hal ini. Tidak gampang dan tidak mudah waktu kita mendengar orang-orang yang kita kenal dan kita kasihi menderita sakit dan hanya dalam beberapa waktu kemudian meninggal dunia. Saudara tidak menyangka orang yang mungkin seumur bahkan lebih muda daripada saudara bisa pergi mendahului saudara. Bahkan kita akan lebih kaget dan lebih shock lagi 232 kalau itu adalah orang yang lebih muda daripada kita pergi dengan cepat sekali. Ini adalah realita dan momen-momen kehidupan yang kita tidak bisa elakkan. Di bagian ini kita menemukan seorang yang Tuhan Yesus cintai, Lazarus, sakit keras. Kalau saudara dan saya mendengarkan orang-orang yang kita cintai dan kasihi sedang sakit, apa yang kita lakukan dan tindakan apa yang kita ambil? Kita pasti segera beli tiket dan pulang. Selaku hamba Tuhan, saya sebisanya datang menjenguk orang yang sakit. Tetapi di bagian ini ada elemen yang sangat mengherankan. Lazarus adalah orang yang Tuhan Yesus kasihi dan sekarang dia sedang sakit. Pada waktu kita melihat bagian ini, Alkitab mencatat ”...mendengar Lazarus sakit, Yesus menunda kedatangan-Nya.” Kenapa? Mari kita lihat bagian ini dengan lebih teliti dan kita akan menemukan beberapa hal yang begitu unik. Pertama, ayat 3 Marta dan Maria mengirim kabar kepada Tuhan Yesus, “Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit.” Kalau saudara mengasihi orang lebih rasa orang itu mengasihi dia atau dia yang lebih mengasihi saudara? Umumnya kita merasa kita lebih mengasihi dia ketimbang dia mengasihi saudara, bukan? Tetapi di sini muncul kalimat yang unik. Jelas, Marta dan Maria dan Lazarus mengasihi Tuhan Yesus. Maria sendiri sudah membuktikan hal itu dengan memecahkan minyak narwastu bagi Yesus. Itu adalah parfum yang mahal luar biasa, 300 dinar harganya pada waktu itu. Tiga ratus dinar itu adalah tiga ratus kali uang yang didapat dari hasil kerja satu hari, yang belum dipotong untuk makan dan kebutuhan hari itu. Berarti itu bisa jadi adalah tabungan yang bertahuntahun dikumpulkan untuk bisa membeli parfum seperti ini, parfum yang mereka simpan untuk hari pernikahan mereka, tetapi Maria sudah membuktikan dia mengasihi Yesus. Tetapi kalimat Marta dan Maria unik, “Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit…” Kalimat ini memberitahukan kepada kita satu relasi dengan sahabat dari Tuhan Yesus yang luar biasa. Betapa hangatnya dan betapa dekatnya dan betapa penuh perhatiannya Tuhan Yesus dan Dia memiliki sahabat-sahabat yang Dia begitu kasihi dan cintai. Di tengah-tengah engkau mengalami kesulitan, tantangan dan memerlukan pertolongan yang paling besar, kepada siapa engkau mencari pertolongan? Kepada sahabatmu, bukan? Tidak peduli betapa gagalnya dan betapa mengecewakannya orang itu, tetapi kalau dia adalah sahabatmu, apakah engkau akan meninggalkan dia di dalam kesulitannya? Tidak, bukan? Itulah arti seorang teman. Teman bukan berarti menutup mata atas segala kesalahan yang engkau perbuat, teman bukan berarti tidak boleh mengoreksi saudara. Tetapi teman berarti itu adalah orang yang pada waktu engkau sedang tergelincir jatuh, di saat tanganmu sedang menggapai mencari pertolongan, ada dia di situ yang tidak meninggalakan kamu. Di situ saudara mengerti apa artinya menjadi seorang teman. ‘Yesus, orang yang Engkau kasihi, sahabat-Mu, sedang sakit. Teman-Mu sedang membutuhkan Engkau. Kami mengasihi Engkau, tetapi kami tahu Engkau jauh lebih mengasihi kami…’ Di saat-saat seperti itu saya percaya normal kita segera berdiri, bangkit dan pergi berada di samping teman yang membutuhkan pertolongan kita. Tetapi sekali lagi, kita tidak boleh pakai ini menjadi sikap kita menghakimi sikap Yesus karena Dia adalah Tuhan Yesus Kristus, Dia adalah Manusia yang Sejati sekaligus Allah yang Sejati yang tahu persis apa yang harus Dia lakukan. 233 Kedua, ayat 8, ”...namun setelah mendengar Lazarus sakit, Ia sengaja menunda kedatangan-Nya…” Dalam bahasa aslinya kita akan menemukan kalimat ini lebih unik lagi, “Jesus loves Lazarus, therefore He delays to come…” Yesus sengaja tidak datang, alasannya karena Dia mengasihi Lazarus. Elemen keheranan muncul di sini. Kenapa Yesus tidak datang? Sebab Dia mengasihi Lazarus. Saudara dan saya mendengar kalimat ini menjadi bingung dan bertanya-tanya bagaimana cara Tuhan bisa bekerja mendatangkan hal-hal yang tidak terduga di dalam hidup kita. Sakit, menderita, itu adalah realita yang kita alami. Tetapi di dalam kisah ini kita melihat perkataan Yesus, “Akulah Kebangkitan dan Hidup” menjadi kerangka yang penting memimpin dan memelihara hidup kita melewati apa yang kita alami, Tuhan sengaja. Bukan karena Tuhan tidak mencintai saudara, tetapi Alkitab jelas memberikan kesaksian ini, Tuhan Yesus begitu mengasihi Lazarus, Dia sengaja tidak datang. Yang ketiga, Yesus berkata, “Penyakit itu tidak akan membawa kematian…” Terjemahan itu saya rasa kurang tepat, karena jelas penyakit selalu akan membawa kita kepada kematian, cepat atau lambat. Terjemahan yang lebih akurat adalah ‘penyakit itu tidak berakhir di kematian.’ Ini akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda sekali. Semua kita sakit, semua kita akan mengalami sakit yang parah dan sakit yang parah itu pasti akan membawa kita kepada kematian. Tetapi kalimat Tuhan Yesus bukan itu. Kalimat Tuhan Yesus, penyakit itu tidak berakhir di kematian. Bicara secara teologis, sebagai anak Tuhan, sakit kita tidak berakhir di kematian. Hidup kita tidak berakhir di kematian. Hidup kita dibawa kepada kematian, tetapi hidup kita tidak berakhir di kematian. Hidup kita berakhir di kebangkitan. Itu bagian yang ingin Yesus angkat di sini sebenarnya. Penulis Injil Yohanes memakai kata secara teliti dan Yesus secara spesifik mengatakan kalimat ini. Sakit itu tidak pernah berakhir di kematian. Hidupmu tidak pernah berakhir di kematian. Hidupmu berakhir di kebangkitan. Maka kematian hanyalah titik persinggahan sementara saja. Jangan sampai orang Kristen jatuh kepada konsep sesudah mati kita akan segera berpindah kepada hidup di surga yang hanya roh dan tanpa tubuh. Itu bukan konsep Kristen. Itu semua adalah konsepkonsep yang ada di luar, yang manusia menginginkan hidupnya tidak hilang sesudah kematian. Tetapi tidak ada yang punya konsep sudah hidup di sini, di dunia ini, tetapi bangkit lagi di sini, di dunia ini. Maka waktu Paulus berkhotbah di Atena (Kis.17) mengenai kebangkitan tubuh, langsung membuat orang Atena bereaksi menertawakan dia. Kenapa? Karena manusia sudah punya konsep hidup di dunia ini sudah menderita buat apa bangkit lagi dan kembali hidup di dunia ini? Yang bagus adalah sesudah pergi dari dunia yang penuh dengan kesusahan ini, kita tinggal di sana, di dalam hidup yang akan datang, penuh dengan sukacita. Konsep ini juga ada di dalam tradisi Cina dan juga ada di dalam budaya yang lain seperti Mesir, dsb. Kekristenan tidak demikian. Tuhan menciptakan kita mempunyai tubuh dan roh. Tidak ada yang Tuhan hilangkan. Malaikat berbeda dengan manusia. Malaikat dicipta sebagai roh yang sejati. Manusia dicipta memiliki roh tetapi juga memiliki tubuh. Nanti tubuh itu akan bangkit dan tubuh yang kita miliki sekarang ini adalah tubuh yang nanti Tuhan akan bangkitkan. Memang nantinya tubuh itu akan berbeda dengan tubuh kita sekarang. Tubuh yang sekarang menjadi tua, tubuh yang sekarang menjadi lemah, tubuh yang sekarang bisa mati. Tubuh yang akan bangkit adalah tubuh yang mulia, hari demi hari makin muda, hari demi hari makin kuat dan makin sehat. Hal ini sulit untuk kita mengerti sekarang. Hidup di dalam dunia sekarang, tiap hari kita 234 bekerja, kita mengeluh sebab dunia ini sudah dicemari dosa, penuh dengan segala kesulitan dan air mata. Di dalam dunia yang baru saudara akan bekerja, menikmati keindahan dunia ini sepenuhnya, sebab sudah tidak ada lagi dosa di dalamnya. Itu nanti langit dan bumi yang baru. Itulah konsep kita sebagai anak-anak Tuhan. Tuhan akan membangkitkan tubuh kita dengan segala kemuliaan. Yesus sengaja telat. Total Tuhan Yesus baru datang setelah empat hari Lazarus dikubur. Apakah Yesus enam hari menunda kedatangan-Nya? Secara geografis kita melihat Yesus ada di satu tempat, Betania ada di sisi lain yang berjarak dua hari berjalan kaki. Alkitab mencatat Yesus pergi ke Yudea, yang justru menjauh dari Betani sehingga jarak menjadi empat hari berjalan kaki. Maka dari tempat itu ke Betani Lazarus sudah meninggal selama empat hari. Murid-murid sendiri tidak suka keputusan Yesus untuk ke Betani karena itu adalah tempat yang tidak aman dan resiko Yesus mati di situ sangat besar. Kenapa mau kembali ke sana lagi? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini wajar dan normal keluar dari mulut kita. Tetapi nanti saudara akan mengetahui ada aspek yang penting dari kesengajaan Yesus itu, karena Yesus harus meletakkan rencana dan maksud Dia untuk melakukan satu karya yang besar yang mau tidak mau harus berada di dalam satu kerangka pemahaman dan pengertian orang pada waktu itu. Dalam tradisi orang Yahudi, orang yang sudah mati tiga hari rohnya masih gentayangan berusaha untuk masuk kembali ke tubuhnya. Itu sebab Alkitab mencatat Lazarus sudah mati empat hari, tubuhnya sudah berbau busuk. Tuhan Yesus sengaja tidak datang, tidak berarti Tuhan tidak mau tolong kita. Tuhan Yesus sengaja tidak datang sebab Tuhan ingin melakukan sesuatu yang lebih besar, lebih indah di dalam hidup kita. Memang kita kadang-kadang tidak memiliki kekuatan dan kemampuan untuk mengontrol situasi hidup kita. Tetapi sanggupkah kita belajar hal yang lebih besar terjadi di situ? Bukan Tuhan tidak sayang kepada engkau dan saya, tetapi Tuhan ingin membentuk sesuatu hal yang lebih besar dan lebih dalam di dalam hidup kita. Pembentukan karakter sabar dan tekun di hadapan Tuhan jauh lebih indah dari sekedar Dia melakukan sesuatu secepat mungkin hanya untuk menyelesaikan kebutuhan kita yang sesaat. Dia mencintai Lazarus, oleh itu Dia menunda. Kalau kita menghadapi hal-hal seperti ini biar kita belajar dari kerangka kebangkitan ini merupakan hal yang penting kita renungkan. Yang kedua, ayat 17-24 Yohanes mengkonstruksi bagian ini sangat indah. Kita tidak hadir di sana, kita tidak bisa melihat ekspresi kesedihan Marta dan Maria secara langsung. Tetapi Yohanes ingin membuat kita coba memahami situasi kesedihan mereka dengan begitu teliti. Yohanes mencatat banyak orang datang dari berbagai daerah, datang dengan satu tujuan: to comfort this family. Kemudian, Yohanes mencatat kalimat yang indah dari Marta, “Tuhan, jika sekiranya Engkau ada…” Kalimat ini halus, tidak berarti Marta menegur Yesus. Tidak berarti Marta sedang marah kepada Yesus kenapa Dia tidak segera datang. Marta memakai kata ‘sekiranya,’ seandainya Engkau datang segera, Tuhan, ceritanya pasti tidak seperti ini. Itu nada yang dipakai untuk kita bisa memahami betapa dalamnya kesedihan, keluhan penyesalan yang ada di dalam diri Marta. Lazarus orang yang kuat, tulang punggung keluarga kita, masih muda, masih banyak hal yang dia bisa kerjakan, masih indah dan bagus. What a waste of life. Ada nada keluhan penyesalan yang dalam. Lalu menghasilkan perasaan berandai-andai, ‘kalau seandainya begini tidak akan jadi seperti ini.’ Kita menemukan Marta sedang tenggelam di dalam persoalan yang dia hadapi. Kita boleh sedih, kita boleh menangis, kita boleh kecewa, tetapi kadang-kadang pada waktu kita jatuh tenggelam di dalam tangisan itu mungkin 235 kita tidak bisa keluar dari pusarannya. Maka sangat menarik setelah Marta mengatakan seperti itu, Yesus memberikan satu elemen surprise yang penting. Kadang-kadang kita rasa menghadapi orang yang sedih, menangis, berandai-andai, penuh dengan penyesalan seperti itu kita tidak bisa bikin apaapa, bukan? Kita hanya bisa duduk di sampingnya tanpa bisa mengatakan apa-apa. Tetapi di dalam bagian ini Yesus tidak mengekspresikan penghiburan, memberikan kekuatan pertolongan kepada Marta, tetapi Yesus langsung menarik fokus Marta kepada diri-Nya sendiri. Yesus berkata kepadanya, “Akulah Kebangkitan dan Hidup.” Kalau itu adalah manusia biasa, kita bisa bilang Yesus kurang perasaan. Di tengah-tengah orang dalam kedukaan, orang itu meminta perhatian kepada dirinya. Tetapi apa yang kita belajar di sini? Yesus berkata, “akulah Kebangkitan dan Hidup.” Normal kita menangis, normal kita kecewa, normal kita menyesal kalau seandainya situasi itu bisa dirubah. Tetapi ada kalanya ada orang yang tidak bisa keluar dari segala kesedihan dan kesulitan yang dialami dan akhirnya dia tidak bisa melihat ada kemungkinan hal-hal yang indah dan baru di dalam kehidupannya. Kematian orang yang dikasihi kadang bisa membuat seseorang lumpuh untuk bisa melihat hidupnya ke depan. Yesus langsung tarik, ‘don’t look at your miserable life.’ Kita sering berandai-andai, seandainya keadaan ini bisa dirubah begini, seandainya situasi ini bisa dirubah begitu. Yesus dengan kalimat itu bukan berarti Dia egosentris tetapi Dia ingin memberikan satu pelajaran yang indah, Marta sedang menghampiri Yesus dengan penyesalan dan tenggelam dengan problemnya dan berandai-andai, if, if, if… Tapi Tuhan berkata kepadanya, bukan itu yang harus engkau jalani, tetapi lihatlah kepada Aku, Akulah Kebangkitan dan Hidup. Jika engkau percaya kepada Aku, engkau akan melihat ke depan, bukan melihat ke belakang. Saya percaya, kita semua percaya, satu kali kelak kita akan bangkit bersama dengan Tuhan. Tetapi bagaimana kebenaran kebangkitan Tuhan Yesus itu memimpin hidup kita hari demi hari, waktu kita menghadapi hal-hal yang seperti Marta alami dan keluar kata ‘ah… seandainya Tuhan, situasi bisa dirubah, maka aku tidak mengalami seperti ini.’ Pada waktu kita sedang berandai-andai seperti itu kita mungkin tidak bisa melihat ada kesempatan yang baru di depan. Kita mungkin tidak bisa melihat ada hal yang indah ke depan, tetapi kita terus berada di dalam mimpi kepada hal-hal yang kita harap tidak pernah terjadi. Tetapi fakta sudah terjadi. Kalau kita terus berada di dalam mimpi seandainya kita mendapatkan keadaan yang paling indah dalam hidup ini tetap tidak merubah apa-apa. Yesus tidak mau melihat Marta tenggelam di dalam situasi itu. Selanjutnya, ayat 33 ”... ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya dan Dia sangat terharu…” Apa itu masygul? Saudara yang pernah naik roller-coaster (alat penggulung) bisa mengerti bagaimana hati itu waktu tiba-tiba kita menurun dengan tiba-tiba serasa hati kita masih di atas sana. Mungkin ini bisa menggambarkan kata ‘masygul’ itu. Atau kalau orang sedang putus cinta, ‘makan tidak nyenyak tidak enak.’ Tetapi dalam bahasa asli terjemahan yang lebih tepat adalah ‘He was outraged and He cried out.’ Maria datang dengan ekspresi kesedihan yang lebih dalam daripada Marta sebab Maria datang kepada Yesus dengan menangis sambil membawa ‘orang tangis’ yang banyak. Ingatkan, waktu itu ada yang sungguh-sungguh menangis, ada yang dibayar untuk menangis. Yang ahli menangis, begitu dia menangis bisa bikin kita ikut menangis. Mereka dibayar untuk menangis sampai begitu kerasnya. 236 Indikasi ini kita lihat karena Maria bisa membeli minyak narwstu yang mahal memperlihatkan dia adalah dari keluarga kedua dan indikasi kedua, Lazarus dikuburkan di dalam kubur yang ada batu berarti itu kuburan untuk orang kaya. Bayangkan, kematian Lazarus itu begitu menghebohkan dan situasi orang berteriak menangis dengan penuh kekecewaan. Melihat situasi itu, Jesus sedih dan air mata-Nya menetes. Dua perasaan yang paradoks ini muncul. Mereka menangis. Saya percaya Yesus sedih bukan marah kenapa mereka menangis. Seorang penafsir setuju mengatakan Yesus sedih bukan karena mereka menangis. Yesus sama-sama menangis bersama mereka. Yesus bisa merasakan betapa pedih perasaan mereka yang dalam karena kematian ini. Tetapi Yesus kesedihan sekaligus memberitahukan kepada kita betapa dahsyatnya kematian itu menciptakan efek yang begitu besar dalam hidup engkau dan saya. Jadi Jesus was outraged to death. Bagaimana kematian itu betul-betul mendatangkan kesedihan yang luar biasa. Melihat orang banyak menangis sedih, Yesus tahu. Bukan saja Marta dan Maria tetapi setiap keluarga membawa kepedihan yang sama bagaimana kematian itu datang ke dalam hidup manusia. Kematian bukan proses natural. Alkitab memberitahukan kepada kita kematian itu adalah akibat dosa. Kematian manusia berbeda dengan kematian binatang. Binatang mati dimangsa binatang lain kita bilang itu adalah part of the nature. Tetapi waktu seorang manusia meninggal, kita tidak bisa bilang itu adalah part of natural process karena kita tahu di balik kematian itu bukan sekedar dia hidup, dia makan, dia mati dan dia hilang selesai. Itu sebab ktia berteriak, kita menangis. Jesus sedih karena Dia tahu inilah musuh terakhir yang akan Dia kalahkan dan Dia menangis sebab Dia tahu betapa musuh ini sudah mendatangkan begitu besar kerusakan kesedihan di dalam hidup manusia. Maka Yesus membangkitkan Lazarus menjadi jawaban yang penting bagi iman kita. Biar Tuhan pimpin hidup setiap kita pribadi lepas pribadi dengan penuh kemenangan. 237 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 02/11/2008 Pdt. Effendi Susanto STh. Meninggalkan dan bersatu (1) Tema: Memperkokoh kehidupan pernikahan Kristen Kej. 2: 24 Nats: Sebab itu seorang laki–laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya Kej. 2: 18-25 Efesus 5:31 Kejadia 2 18 19 20 21 22 23 24 25 TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa–Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap–tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu. Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung–burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia. Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun–Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa–Nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki–laki.” Sebab itu seorang laki–laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu. Efesus 5 31 Sebab itu laki–laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Alangkah indahnya jikalau pernikahan kita, relasi kita di dalam hubungan yang paling dekat sebagai suami dan isteri mengikuti apa yang menjadi kalimat dari seorang yang bernama Rosemonde Gerard yang mengatakan kepada suaminya, “Each day I love you more. Today more than yesterday and less than tomorrow.” Itu kelimpahan di dalam pengertian mengenai cinta. Tetapi cinta dan kasih itu luar biasa. Di dalam sejarah kehidupan manusia, cerita love story jauh lebih dikenang dan diingat orang daripada cerita tragedi. Memang banyak sekali hal-hal yang menyakitkan terjadi di dalam hidup kita, 238 tetapi pada waktu ada hal-hal yang sangat indah terjadi, walaupun itu hanya satu kali saja, itu menjadi kenangan yang tidak akan terlupakan di dalam hidup kita. Waktu kita membaca kitab Kidung Agung ada satu kalimat yang menarik, “Cinta itu begitu dahsyat, lebih dahsyat daripada api yang menyala-nyala” (Kid.8:6). Tetapi banyak orang memasuki kehidupan pernikahan dengan romantic love akhirnya berakhir dengan kekecewaan, mengapa romantic love itu menjadi hilang dan sirna. Statistik angka perceraian di Amerika memperlihatkan angka perceraian di kalangan orang yang mengaku Kristen ternyata tidak jauh berbeda dengan angka perceraian orang non Kristen. Melalui fakta ini kita ingin bertanya kembali apa yang menyebabkan satu pernikahan menjadi indah dan baik? What makes your marriage good? Banyak mitos muncul waktu orang melihat suatu pernikahan begitu indah dan baik. Orang mengatakan: 1. “Pernikahan mereka bahagia karena pernikahan mereka tidak pernah dilanda oleh masalah yang besar. Beda dengan kami, memasuki pernikahan terlalu banyak masalah.” Ini adalah mitos yang salah. Siapa bilang ada pernikahan yang tidak pernah dilanda masalah? Sebaik apapun pernikahan itu, pasti memiliki masalah di dalamnya. 2. “Pernikahan mereka baik sebab semuanya sudah dipersiapkan, tidak usah pusing memikirkan hari pernikahannya karena semua sudah tersedia, dari mobil, kue, venue, dan budget yang tidak terbatas. Sedangkan kami struggle setengah mati untuk survive.” 3. Kenapa pernikahan mereka indah dan baik? Orang mengatakan, “Oh, they are just a lucky couple.” Percayalah kepada saya, tidak ada hal seperti itu. Kalau saudara membaca buku-buku mengenai pernikahan dan konseling, sdr akan menemukan tidak ada pernikahan menjadi baik karena situasi yang membuat dia menjadi baik. Yang ada ialah: apakah pasangan yang menikah itu ingin menjadikan situasi pernikahannya baik atau tidak. Les & Leslie Parrott di dalam bukunya “I Love You More” mengatakan bahwa satu pernikahan itu menjadi baik atau tidak, harus memecahkan satu persoalan yang paling penting di depan, kalau yang itu beres, maka yang lain akan menjadi lebih mudah. Satu pernikahan yang indah tidak berarti pernikahan itu bebas dari persoalan. Pernikahan Kristen bukan membuat saudara terlindung dari permasalahan. Pernikahan Kristen yang baik adalah bagaimana saudara dan pasanganmu ketika menghadapi kesulitan dan permasalahan, itu semua tidak merusak pernikahan kalian. Apa hal pertama yang harus dibereskan atau memecahkan dulu? Jawabannya adalah bagaimana sikap dan perspektif orang itu mengenai pernikahan. Sidlow Baxter mengatakan, “Di dalam setiap berkat pasti ada kesulitan dan di dalam setiap kesulitan pasti ada berkat.” Itu tergantung bagaimana orang menyikapinya. Itu tergantung pada sikapmu. Itu tergantung pada perspektifmu. Maka Les Parrott mengatakan orang yang sudah memiliki satu perspektif negatif mengenai pernikahan akan mengalami kendala yang sangat besar di dalam memasuki satu pernikahan. Membereskan perspektif itu yang paling penting. Maka statistik perceraian orang Kristen yang begitu tinggi memperlihatkan kepada kita orang itu menikah di gereja, orang itu mengerti Alkitab, tetapi banyak orang Kristen kehilangan perspektif Kristen di dalam melihat pernikahannya. Pernikahan orang Kristen di dalam dunia modern akhirnya terjebak dengan 239 suara pernikahan yang ada di luar. Kita tidak mau dan tidak berani memasukkan perspektif yang Biblical untuk memimpin kehidupan pernikahan kita. Seorang hamba Tuhan dengan bercanda mengatakan, matematika Tuhan mengenai pernikahan itu memang beda dengan matematika kita. Buat kita, 1+1=2. Tapi matematikanya Tuhan 1+1=1. Kita bilang Tuhan salah. Perspektif Kristen tentang pernikahan adalah mengerti matematika Tuhan, 1+1=1. “Maka laki-laki dan perempuan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan mereka bersatu menjadi satu daging…” Kalimat ini muncul sebelum manusia jatuh di dalam dosa. Dan di dalam seluruh tafsiran para teolog tidak ada yang meragukan kalimat ini adalah seperti Allah sendiri sedang membawa Hawa menuju ke pelaminan di taman Eden dan memberikan dia kepada Adam. Ini merupakan “blue print” Allah bagi pernikahan semua umat manusia. Lalu kalimat ini diulang di dalam PB waktu Yesus ditantang oleh orang Farisi bicara mengenai perceraian. “Tidakkah kamu baca, ...sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya sehingga keduanya menjadi satu daging?” (Mat.19:5, Mrk.10:7-8). Paulus pada waktu bicara mengenai hubungan suami isteri di dalam pernikahan sekali lagi mengulang kalimat ini. Artinya, setelah jatuh di dalam dosa, tetap ‘blue print’ ini tidak boleh hilang di dalam pernikahan manusia. Dosa merusak relasi manusia. Dosa berada di dalam kehidupan yang paling intim di dalam pernikahan yang kita bentuk. Tetapi ‘blue print’ ini tidak boleh hilang. Pernikahan yang dicatat di dalam Kej.2 itu bukan hasil dari budaya manusia tetapi itu adalah niat Allah, keinginan Allah sendiri untuk manusia itu bersatu di dalam pernikahan. Buat saya, Tuhan memberikan Hawa kepada Adam adalah satu keputusan yang sangat “riskan” sebab sebelum ada Hawa, suara yang Adam dengar hanyalah suara Tuhan. Tetapi ketika Tuhan menciptakan Hawa, sekarang ada suara lain yang Adam dengar. Dan terbukti di dalam Kej.3 Adam lebih mendengar suara Hawa ketimbang suara Allah. Pada waktu kita akan menikah, kita akan memikirkan pertanyaan ini, “Apa tujuan kami menikah? Mengapa saya menikah dengan dia? Apa tujuan Allah bagi pernikahan kami?” Pertanyaanpertanyaan ini sangat penting untuk kita pikirkan. Kalimat ‘blue print’ ini sangat sederhana tetapi memiliki makna yang begitu dalam, ”...sebab itu manusia akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya sehingga keduanya menjadi satu daging…” Mari kita memperkokoh pernikahan kita dengan melihat kalimat ini. Pertama, kata “meninggalkan/leaving”. Pernikahan berarti anak itu meninggalakan, bukan orang tua usir. Meninggalkan berarti inilah keputusan dirimu sendiri, inilah keputusan kedewasaan. Meninggalkan berarti keterpisahan dari satu posisi yang lama, meninggalkan keadaan yang lama, keluar dari satu ‘comfort zone’, meninggalkan sesuatu yang tidak boleh lagi menjadi cara hidup waktu masih bujang. Meninggalakan berarti ada sesuatu yang berubah pada waktu seseorang masuk ke dalam satu pernikahan. Itu awal dari satu pernikahan. Meninggalkan bukan berarti membuang atau sama sekali tidak mengurusi orang tua. Meninggalkan juga tidak berarti meninggalkan secara geografis, walaupun memang menikah dan tinggal dengan orang tua untuk kemudian hari keluar itu jauh lebih sulit. Tetapi tidak berarti hidup berbeda jarak dengan orang tua itu meninggalkan, karena ada orang yang terus bergantung kepada orang tua, tiap hari telpon minta pendapat dan keputusan 240 orang tua. Meninggalkan berarti pernikahan itu mengandung aspek perubahan drastis. Meninggalkan berarti ada hal-hal yang sdr korbankan di dalam hidup ini. Sesudah menikah, orang yang bujang tidak bisa lagi menjalani hidup sebagai orang yang bujang. Dulu waktu bujang, pakaian mungkin tidak dicuci satu minggu, tinggal didaur-ulang. Saudara mau pulang pagi, tidak peduli. Tidak ada yang gangguan kepadamu kalau warna kaus kakimu berbeda. Tidak ada yang gangguan kepadamu kalau saudara meninggalkan rumah dengan piring masih belum dicuci. Tidak ada yang gangguan kepadamu ketika saudara mau membeli apa saja yang kau inginkan. Tetapi meninggalkan berarti dua belah pihak harus beranjak, sama-sama meninggalkan posisi yang lama. Tidak bisa kita bilang “terima saya apa adanya satu paket, take it or leave it.” Maka meninggalkan itu sama seperti menjadi seorang Kristen, manusia lama kita disalibkan dan kita menjadi manusia baru. Ada beberapa konsep Alkitab yang penting untuk mengerti apa artinya leaving: 1. Meninggalkan berarti sekarang hubungan orang tua dengan anaknya yang sudah menikah adalah hubungan antar orang dewasa. Kita berhenti memperlakukan mereka sebagai anak yang belum dewasa. Pernikahan berarti mempersiapkan anak meninggalkan rumah, bukan mempersiapkan rumah menerima menantu. Sebagai orang tua, kita tidak boleh berusaha untuk mengatur rumah tangga anak-anak kita. Sebagai orang tua kita harus mempersiapkan anak untuk memang ‘meninggalkan.’ Kita tidak dipanggil Tuhan untuk selama-lamanya mem’bekap’ anak itu di ketiak kita. Kita dipanggil Tuhan untuk membesarkan anak itu untuk meninggalkan. Bagaimana kalau nanti dia salah pilih? Tidak perlu takut. Persiapkan dari sejak dini untuk memilih dengan bijaksana, sehingga dia bisa memiliki akal budi dalam ambil keputusan. Dari sekarang ajar mereka memilih dengan benar, bukan kita yang pilihkan. Kepada anak kita yang perempuan, kita mendorong dia untuk menjadi seorang yang memilih suami yang bisa memberikan kasih sayang dan perlindungan kepadanya. Kepada anak kita yang laki-laki, kita mendororong anak kita untuk menjadi seorang kepala rumah tangga yang baik dan bertanggung jawab. Itu tugas kita. Tetapi jangan mengambil alih dan mengatur rumah tangga mereka. 2. Pernikahan berarti sekarang interaksi pikiran, interaksi pendapat, interaksi keputusan hidup yang paling dekat adalah interaksi di antara suami dan isteri dan bukan dengan keluarga yang lain. Pernikahan berarti relasi antara suami dan isteri menjadi relasi yang paling prioritas, lebih daripada hubungan orang tua dengan anak, antara sahabat dan rekan, dsb. 3. Pernikahan berarti itu saatnya anak menjadi dewasa, dia tidak lagi tergantung kepada orang tua untuk mendapatkan kasih sayang, persetujuan atau dukungan yang paling prioritas. 4. Pernikahan berarti sebagai orang tua kita tidak lagi meminta anak kita untuk merubah partnernya karena ada hal-hal yang tidak kita sukai darinya. Hubungan antara suami dan isteri harus dibangun dengan solid, sehat dan hangat. Anak yang dibesarkan di dalam hubungan yang seperti ini akan tumbuh menjadi anak bisa membangun kehidupan yang baik. Jika ayah dan ibunya memiliki hubungan yang baik, itu sudah cukup. Dia tidak perlu mama yang baik kepadanya. Dia tidak perlu papa yang sayang kepadanya. Dia perlu papa mama yang sayang satu sama lain. Kadang-kadang kita lupa akan hal itu. Bukan mama yang baik 241 kepada anak yang membuat anak itu baik. Jika engkau baik kepada suamimu atau isterimu, itu yang bikin anak menjadi baik. Itu ada pengungkapan isi hati dari anak-anak sendiri. Hubungan orang tua dan anak itu penting, tetapi hubungan itu akan menjadi indah jikalau anak itu melihat betapa harmonisnya ayah dan ibunya di dalam hubungan mereka. Anak itu akan mendapatkan satu perspektif yang indah bagaimana dia akan memulai satu relasi dengan lawan jenisnya di kemudian hari, penuh dengan keyakinan dan kepercayaan sebab dia sudah menyaksikan satu hubungan yang baik antara ayah dan ibunya. Seorang anak akan belajar bagaimana menyelesaikan permasalahan dengan baik ketika dia menyaksikan bagaimana ayah dan ibunya dengan harmonis menyelesaikan masalah mereka dengan baik, dengan penuh cinta dan konsep Kristiani yang benar. Yang kedua, apa artinya “cleaving/bersatu”? Bentuk persatuan yang seperti apa? Saya lebih cenderung menggambarkannya seperti persatuan baut dan mur. Ada tiga hal yang menarik di dalam persatuan ini, yaitu: sepadan, satu daging, dan hingga kematian memisahkan mereka. Kata ‘sepadan’ dikaitkan di dalam pengertian Adam adalah manusia kesatunya, tidak sepadan dengan binatang yang ada di taman Eden. Ketika Allah menciptakan langit dan bumi, Dia melihat semua yang Dia ciptakan itu amat baik. Satu-satunya keluar kalimat dari Tuhan “Tidak baik…” adalah ketika Dia melihat Adam seorang diri. Relasi kita dengan Tuhan merupakan relasi yang indah dan penting, relasi yang paling fundamental di dalam hidup kita. Seluruh relasi yang lain harus didasarkan relasi kita dengan Tuhan. Yang kedua, kalau Tuhan sendiri mengatakan tidak ada yang sepadan sehingga Tuhan perlu ciptakan Hawa, di tengah intimnya relasi Tuhan dengan Adam, tetap Tuhan melihat ada sisi-sisi yang lain dimana relasi itu hanya bisa diisi di dalam relasi hubungan laki-laki dan perempuan. Sedekatdekatnya hubungan kakak-adik, sedekat-dekatnya hubungan teman, sedekat-dekatnya hubungan ayah-anak, tidak ada yang sanggup mengisi hal-hal yang kosong di dalam hubungan suami dan isteri. Itu sebab Tuhan memberi Hawa bagi Adam supaya dia memiliki relasi yang penuh. Ada bagian sisi relasi kita dengan Tuhan, ada bagian relasi kita dengan teman-teman, kolega, adik atau kakak, tetapi tetap ada satu sisi yang hanya bisa diisi di dalam relasi suami dan isteri. Maka pernikahan berarti pria dan wanita itu bersatu bersama. Sepadan, menjadi satu daging, hingga kematian memisahkan mereka. Ini bukan satu persatuan kontrak biasa atau satu persatuan sementara tetapi satu persatuan yang permanen adanya. Tidak gampang, bukan? Kita hidup di dalam satu dunia dimana orang memasuki satu pernikahan dengan pemikiran kalau pernikahan ini tidak menyenangkan, tidak cocok dan tidak membahagiakan, kita mungkin perlu mendapatkan jalan yang baik dengan bercerai. Ini adalah satu hal yang licik sekali. Bagaimana kita bisa tahu bahwa bercerai adalah keputusan yang lebih baik daripada tidak bercerai. Apakah perceraian bisa menghilangkan kesulitan di masa yang akan datang, ini adalah tanda tanya besar. Bersatu berarti dua orang berjalan sama-sama. Pada waktu saudara mengambil keputusan untuk menikah, ingat baik-baik, ini adalah keputusan berdua. Sehingga kalau ada seorang yang sudah menikah mengatakan dia mendapat pasangan yang salah, saya balik bertanya, yang pilih pasangan itu siapa? Berarti dua belah pihak bisa salah. Mari kita melihat pernikahan itu bukan suatu paksaan dan dorongan supaya bersatu tetapi merupakan keputusan dua orang. Itu sebab kita perlu ada komitmen untuk menjalani dan memperbaikinya. 242 Yang paling pertama perlu kita adalah perspektif yang mana memasuki pernikahanmu? Sebagai seorang Kristen saya harus mengambil maksud Allah dan ‘blue print’ mengenai pernikahan itu. Bersatu menjadi satu daging, jelas ini menggambarkan satu persatuan yang indah secara seksual. Maka seks dilihat sebagai hal yang indah dan membahagiakan yang Tuhan cipta di dalam hidup kita di dalam satu kerangka pernikahan. Itu sebab ketika dua orang menikah, di dalam kehidupan pernikahan kita menemukan seksualitas itu seperti yang dicatat dalam Kej.2:25, mereka telanjang tetapi mereka tidak merasa malu. Seksualitas yang ditaruh di dalam kerangka seperti itu menjadikan seksualitas sebagai hal yang indah, suci dan membahagiakan, tanpa ada rasa malu dan takut. Tetapi bukan itu saja pengertian satu daging, Tuhan sendiri memberikan satu pernyataan bahwa kita memerlukan relasi di antara laki-laki dan perempuan sebagai satu relasi dimana Tuhan menginginkan ada hal-hal yang penting yang hanya bisa diisi oleh suami dan isteri. Ketiga, kita menjadi satu daging sampai kematian memisahkan kita berarti pernikahan merupakan satu komitmen seumur hidup untuk setia, untuk bersama-sama melewati apa yang terjadi di dalam hidup. Dalam suka dan duka, dalam sehat dan sakit, kaya atau miskin, sampai kematian memisahkan kita. Itu janji kita untuk melewati hidup ini bersama-sama apapun yang terjadi. Satu daging berarti it is a total giving one another, membagi segala sesuatu. Saya menemukan banyak orang Kristen yang tinggal di luar negeri seperti ini tanpa sadar memiliki konsep yang unbiblical di dalam pernikahan. Banyak yang menikah bukan membagi dalam segalanya, tetapi akhirnya menjadi indekos. Hanya membayar porsi dia. Saya bilang, menikah bukan indekos. Kalau indekos berarti di awal sudah taruh ancang-ancang sebentar lagi akan pindah cari kos yang lebih bagus. Belajar untuk membagi dalam segalanya dengan isteri atau suamimu, yang baik, yang sukses, yang gagal. Itu adalah total komitmen di dalam pernikahan. Kiranya Tuhan menguatkan dan memperkokoh hidup pernikahan kita, hubungan kita, dan keluarga kita. 243 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 09/11/2008 Pdt. Effendi Susanto STh. Perspektif dan peran di dalam pernikahan (2) Tema: Memperkokoh kehidupan pernikahan Kristen Nats: 33 Efesus 5:33 Bagaimanapun juga, bagi kamu masing–masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya. Tuhan memberikan dua ‘blueprint’ yang penting mengenai pernikahan kepada kita. Yang pertama sudah saya bahas minggu lalu, Kej.2 memperlihatkan sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, Tuhan sudah memberikan satu definisi yang penting dan yang harus menjadi prinsip kita untuk mengerti apa itu pernikahan. Pernikahan berarti saatnya seorang pria dan seorang wanita pergi meninggalkan ayah ibunya dan bersatu menjadi satu daging. Kalimat ini diulang oleh Tuhan Yesus dan diulang oleh rasul Paulus di dalam PB. Dengan kata lain, sekalipun realita dosa sudah masuk ke dalam hidup kita, realita dosa yang bisa menarik kita dan mungkin makin lama menyeret kita makin jauh di dalam relasi kita, tetapi ikatan cinta yang Tuhan beri di dalam pernikahan harus jauh lebih kuat mengikat kehidupan kita, mengalahkan segala kekuatan lain yang menarik kita untuk terpisah. Minggu lalu saya sudah membahas dua kata yang penting: ‘meninggalkan’ dan ‘bersatu’. Meninggalkan ayah dan ibu, berarti itu saatnya kita melihat hubungan ayah ibu dengan anak yang menikah bukan lagi hubungan orang tua dan anak, tetapi harus menjadi satu hubungan yang bersifat dewasa, satu hubungan dewasa. Itu sebab kita harus mempersiapkan anak kita supaya pada suatu hari mereka pergi meninggalkan rumah kita. Saya akan memberikan beberapa prinsip kepada anak-anak muda berkaitan dengan hal ini. Kenapa sebelum Tuhan memberikan Hawa kepada Adam, Tuhan menempatkan Adam di taman Eden, menyuruhnya untuk bekerja mengelola taman dan memberi nama kepada semua binatang di situ? Ini adalah satu prinsip penting menunjukkan pernikahan adalah untuk seorang yang sudah dewasa dan sudah bisa mandiri mengurus hidupnya. Memang kita hidup di jaman yang jauh berbeda dibanding 2000 tahun lalu dimana anak perempuan dinikahkan dalam usia yang sangat muda, tidak lama sesudah dia mengalami fase pubertas. Tetapi sekarang kita memasuki satu jaman dimana pada usia belasan kematangan secara seksualitas sudah terjadi, tetapi mereka memiliki jarak waktu yang cukup panjang, 10-12 tahun untuk mempersiapkan diri masuk ke dalam pernikahan. Maka sebagai orang tua kita menyadari gap yang panjang itu dan mempersiapkan anak menjalaninya dengan sehat dan benar. Dari awal kita harus mengajar mereka bahwa ada relasi lawan jenis yang lain yang berupa pertemanan dan persahabatan tanpa memasuki relasi pacaran. Itu sebab banyak anak remaja, 244 terutama yang pria, kadang-kadang canggung dan tidak memiliki kesiapan hati membangun relasi yang sehat dengan lawan jenisnya. Begitu dia tertarik dengan seorang gadis, langsung sasarannya adalah ingin menjadikan dia sebagai pacar. Apabila anak laki-laki tidak mempunyai konsep relasi yang lebih luas dalam bentuk pertemanan dan persahabatan, akhirnya mereka menjadi canggung dengan lawan jenisnya. Maka para pemuda, buka horison baik-baik. Tidak selamanya hubungan lawan jenis itu harus menjadikan dia pacarmu. Coba belajar menjalani pertemanan dengan benar. Dengan demikian dia bisa menjalani masa itu dengan membangun relasi sebanyak-banyaknya dengan orang lain, belajar mengerti karakter dan temperamen yang berbeda dan pada akhirnya nanti bisa menemukan seseorang yang dewasa dan matang dan siap untuk menikah dengan dia. Saya selalu mengingatkan para pasangan di dalam kelas premarital (belum nikah), menikah itu bukan 1/2 + 1/2 = 1 tetapi 1+1=1. Dimana bedanya? Ada orang tua punya pikiran yang keliru, melihat anaknya kurang bertanggung jawab lalu memutuskan untuk mencarikan dia seorang isteri untuk mengurus dia. Itu pikiran yang sangat salah. Kamu tidak mungkin masuk ke dalam pernikahan untuk mengurusi orang lain jika mengurus diri sendiri saja belum mampu. Kita pikir seorang yang malas dan kurang tanggung jawab bisa berubah kalau mendapat isteri yang rajin? Sering kita dengar kalimat seperti ini, ‘let marriage make him better’, ‘let marriage make her better.’ Itu salah. Yang benar adalah, how do you both can make your marriage better. Jangan terbalik konsepnya. Artinya if you can take care of yourself, you can prove yourself as a responsible person, bekerja dengan baik, itu artinya engkau siap untuk memasuki jenjang pernikahan. Pernikahan adalah satu fase dimana kalian berdua sebagai dua orang yang dewasa, bertanggung jawab, matang dan bisa mengurus diri sendiri sekarang saatnya belajar mengisi apa yang dibutuhkan pasangan satu sama lain. Itu artinya 1+1=1. Walaupun akhirnya saya menemukan satu hal yang unik sekali dimana banyak orang menemukan pasangannya karena tertarik dengan dia secara ‘complimentary’ saling mengisi satu sama lain. Tetapi complimentary itu bukan karena saya tidak bisa masak, maka saya berusaha mencari isteri yang pintar masak. Complimentary itu bisa terjadi di antara orang yang bisa jadi bertolak belakang sama sekali. Ada pria yang pendiam dan introvert tertarik dengan wanita yang talkative (banyak bicara) dan extrovert. Demikian sebaliknya. Tetapi saya ingatkan, kadang kala yang saudara rasa menjadi sumber daya tarik waktu pacaran, bisa jadi akhirnya menjadi sumber keributan di masa pernikahan. Ada wanita yang mengatakan dia tertarik dengan pria itu karena dia seorang yang ‘cool’ sedangkan dia sendiri orang yang emosinya meledak-ledak. Kalau menghadapi masalah, dia panik sedangkan pria itu bisa dengan tenang menyelesaikannya. Setelah 10 tahun menikah akhirnya itu yang menjadi sumber keributan di antara mereka. Suami yang tadinya ‘cool’ sekarang dianggap sebagai orang yang pasif, apatis dan tidak mau tahu masalah keluarga, tidak mendukung istri yang setengah mati mengurus anak dan rumah tangga. Istri yang tadinya ‘talkative’ sekarang dianggap cerewet dan tukang marah. Maka saya anjurkan jangan mencari pasangan karena engkau merasa ada kekuranganmu yang bisa dia isi. Sebaiknya bukan karena dia bisa memenuhimu, tetapi engkau sendiri sudah menjadi seorang yang utuh dan sekarang bersedia sacrifice membawa seseorang masuk ke dalam hidupmu untuk bersamamu saling take care satu sama lain. Kalau akhirnya dalam realita pernikahan, hal yang tadinya membuatmu tertarik sekarang akhirnya menjadi sesuatu yang mengganggu tidak menjadikan 245 pernikahan itu kehilangan keindahannya. Ini ‘blue print’ yang pertama, prinsip yang penting di dalam satu pernikahan yang tidak boleh saudara langgar. Kita keluar dari rumah, memasuki satu pernikahan yang bersifat relasi dewasa dengan lawan jenis. Itu merupakan relasi yang paling intim dan paling close. Tidak boleh ada relasi lain yang lebih intim daripada itu. Di situ saudara menyelesaikan permasalahan di antara suami istri sebagai dua orang dewasa dan bertanggung jawab. ‘Blue print’ kedua yaitu bicara mengenai peran kita di dalam pernikahan. Pada waktu Tuhan menciptakan kita dengan gender (jenis kelamin) laki-laki dan perempuan, maka perbedaan gender itu bukan saja berfungsi sebagai complimentary bagaimana terjadinya hubungan seksual yang membawa kepada reproduksi sebagai kesinambungan eksistensi manusia, tetapi fungsi gender itu lebih daripada itu. Analisa memberitahukan kepada kita bahwa gender wanita dengan sendirinya membentuk cara berpikir dan ‘wire’ yang ada di otak kita bersifat feminin. Perbedaan itu akan membawa kepada peran yang berbeda antara pria dan wanita. Sebelum terjadi interaksi antara pria dan wanita, kita perlu mengerti perbedaan ini dan mengerti akan peran masing-masing sehingga interaksi itu menjadi lebih baik. Karena itulah yang namanya natur. Saya lahir sebagai pria, maka saya punya natur pria di dalam diri saya yang memiliki keunikan dan signifikansi. Demikian sebaliknya dengan istri saya. Maka hidup pernikahan itu bukan saja menghargai pernikahan itu sendiri sebagai satu relasi yang Tuhan ikat secara permanen sampai kematian memisahkan kita, tetapi itu juga harus menjadi satu relasi yang harus kita kembangkan menjadi lengkap dan indah ketika kita berfungsi sebagai pria dan wanitia, suami dan isteri yang seturut dengan apa yang Tuhan mau. Memang budaya memberikan kesempitan dan keleluasaan di dalam peran pria dan wanita, tetapi sekali lagi kita harus menaruh pemahaman peran itu di dalam kerangka firman Tuhan. Paulus berkata, “Bagimu sekarang berlaku hal ini: hai isteri, hendaklah engkau menghormati suamimu sebagaimana kepada Tuhan dan suami, kasihilah isterimu seperti engkau mengasihi dirimu sendiri.” Les Parrott mengatakan pernikahan itu seperti “Love Bank”. Itu tergantung pada apa yang saudara berdua kerjakan di dalamnya. Kita tidak mungkin bisa masuk ke pada satu pernikahan yang sehat kalau bank cinta kita kalau saudara terus melakukan interaksi yang saling menyakitkan itu seperti saudara terus menarik dana dari bank itu . Tetapi kalau saudara memiliki interaksi yang menyenangkan dan baik, saudara seperti sedang memasukkan deposit ke bank saudara. Kalau saudara mau bank cinta itu penuh, dua belah pihak harus rajin menabung di dalamnya. Saudara mengeluh, ”...Wah, susah pak. Saya yang terus menabung, dia yang terus ambil. Saya mau berbahagia, saya mau menyenangkan, saya terus menabung tetapi dia terus menciptakan interaksi yang menyakitkan sehingga tabungan cinta itu menjadi kosong.” Tergantung sekarang kalian berdua mau menaruh apa di bank cinta itu. Saudara terus menaruh hal yang menyakitkan, itu berarti saudara makin mengosongkan bunga cinta itu. Tetapi kalau saudara mau menaruh hal yang baik dan positif, saya percaya pernikahan itu masih bisa diselamatkan. Artinya, kalau sekarang bunga bank itu sudah negatif, masih ada harapan untuk dipenuhi. Sekarang saya akan bicara secara spesifik mengenai peranan wanita sebagai isteri. “Hai isteri, berlaku prinsip ini bagimu: respect and honor your husband as to the Lord.” Ini bukan soal budaya Barat atau 246 Timur. Baik buku konseling Kristen ataupun non Kristen semuanya setuju bahwa salah satu inti yang paling penting dan yang paling diinginkan para pria dari isterinya yaitu dihormati dan dihargai. Tiga dari empat pria lebih suka mendapat isteri yang hormat dan respek meskipun kurang cinta dibanding mendapat isteri yang cinta tetapi kurang hormat dan kurang respek kepada suaminya. Berarti ada hal yang penting mengapa suami merasa kebutuhannya kurang terpenuhi padahal isteri merasa dia sudah cukup memperhatikan dan mengasihi suaminya. Alkitab 2000 tahun yang lalu sudah mengeluarkan prinsip ini dan tidak boleh dibalik: hai suami tunduklah kepada isterimu dan hai isteri kasihilah suamimu. Alkitab jelas mengatakan kepada para istri: respek dan hormatlah kepada suamimu seperti kepada Tuhan. Tunduk, respek dan cinta menjadi satu lingkaran yang saling berkaitan satu sama lain, menghasilkan relasi yang sehat atau tidak sehat. Itu sebab Dr. Eggerichs di dalam bukunya “Love and Respect” mengatakan ini menjadi satu lingkaran yang sulit dipecahkan dan jikalau lingkaran itu rusak, perlu keberanian dari salah satu pihak untuk memulai. Biasanya, kalau suami merasa isteri tidak hormat kepadanya, itu akan membuat dia bereaksi menjadi dingin dan kasar kepada isterinya. Kemudian isteri merasa suami yang dingin dan kasar itu menunjukkan suami tidak cinta kepadanya akhirnya bertendensi untuk berlaku kasar kepada suaminya juga. Akhirnya jadi lingkaran setan. Suami, kasihilah isterimu. Bagaimana saya bisa sayang kepada dia yang begitu kasar dan marah-marah melulu? Isteri, hormat dan respeklah kepada suamimu, jangan suka kasar memotong perkataannya. Bagaimana saya bisa hormat kepada dia? Orangnya dingin dan arogan sekali. Jadi siapa yang harus lebih dulu memulai? Kalau dua-dua tidak mau memulai, tidak akan bisa dibereskan sampai kapanpun. Dua inti ini penting. Isteri memiliki kebutuhan untuk dikasihi oleh suami dan suami membutuhkan hormat dan respek dari isterinya. Isteri berlaku menjadi tidak hormat karena di belakang dia merasa dia ingin sekali suaminya mencintai dia setulusnya. Suami mungkin berlaku dingin dan tidak ada kehangatan kepadamu karena di baliknya dia sangat rindu sekali engkau menghargai sedikit apa yang menjadi pendapat dan penilaian dia. Cuma itu saja. Mana yang lebih gampang, mengasihi atau menghormati? Bagi sebagian orang, mengasihi lebih mudah daripada menghormati karena kita sudah dipatok dengan konsep ini, kita bisa mencintai secara tanpa syarat, tanpa pandang bulu, tetapi untuk menghormati seseorang, kita umumnya menaruh kualifikasi untuk seseorang itu bisa kita hormati. Love is given but respect must be earned. How can I respect my husband? He must earn it. Karena hormat itu mencakup aspek dimana dia perlu melakukan hal-hal tertentu, dia perlu memiliki sifat dan kualifikasi, baru dia berhak mendapatkan hormat dan respek dari aku. Itulah yang sehari-hari kita hadapi, betapa susahnya untuk memberikan penghormatan itu sebab kita sudah terjebak dengan konsep dia harus berusaha mendapatkannya. Maka kita menemukan betapa susahnya satu hidup pernikahan jika sebagai isteri saudara mendapatkan gaji lebih tinggi daripada suamimu dan merasa diri lebih tinggi daripada dia, bagaimana bisa hormat? Mungkin isteri mempunyai bakat dan talenta lebih banyak daripada suami, sehingga saudara rasa bagaimana bisa tunduk sama dia? Mengajar anak matematika, lebih pintar saya. Dia kalau mengajar, salah melulu. 247 Yang kedua, mengapa wanita sulit menghormati suami? Karena takut makin memberi hormat, kepala kita bisa diinjak suami. Nanti saya dijadikan ‘keset’ rumah tangga. Itu kan realita dosa, pak, kita baik sama orang, kita kasih hati dia mau jantung. Kepada suami juga begitu, kita tidak boleh terlalu hormat karena nanti dijadikan keset kaki dia. Ini konsep yang keliru. Respek tidak berarti isteri jadi budak. Respek tidak berarti posisi kalian menjadi tidak sama. Yang ketiga, mengapa isteri sulit untuk respek kepada suami? Di dalamnya ada unsur kecewa karena isteri merasa sudah memberi kesempatan tetapi suami membiarkan kesempatan itu berlalu begitu saja. Sehingga akhirnya respek isteri terhadap suami menjadi turun derajatnya. Itu sebab respek menjadi sulit diberikan pada waktu seorang isteri merasa berapa batas dia harus mengampuni suaminya karena suami salah melulu. Hal-hal seperti ini terus diulang sehingga akhirnya isteri jadi kehilangan respek. Jadi respek mengandung aspek lain yaitu kerelaan untuk menerima suami apa adanya walaupun itu tidak seturut dengan ekspektasi kita. Sulit luar biasa. Dua orang memasuki pernikahan kadang-kadang dengan harapan tinggi. Kita pikir dengan menikah kita bisa memiliki hidup yang lebih baik tetapi akhirnya mungkin kita kecewa. Itu sebab kita akan bicara aspek yang lain lagi di dalam hubungan suami isteri dimana pengampunan itu tidak boleh ada batasnya. Yang keempat, mengapa isteri sulit untuk respek kepada suami? Karena memang wanita itu diciptakan Tuhan memiliki keunggulan daripada pria dimana wanita bisa melakukan segala sesuatu dan di dalam segala hal punya bakat alamiah, termasuk dalam menjadi pemimpin, sedangkan laki-laki perlu proses belajar. Itulah susahnya, karena di dalam mengatur dan memimpin rumah tangga dan bahkan hampir di dalam segalanya wanita itu secara alamiah langsung bisa tanpa perlu diajar. Itu sebab kita bisa melihat itu sejak TK sampai SMP anak perempuan lebih pintar daripada anak laki-laki, lebih bisa memimpin dan mengatur secara alamiah. Maka kita sering melihat isteri yang sangat pandai, mulai dari memasak, mengurus rumah, merawat anak, bahkan budget keuangan dan mengatur jadwal dan detail liburan begitu baik, sehingga di sinilah perlu kerelaan hati bagaimana menjadi pendamping. Suami yang akhirnya kalah cepat, akhirnya jadi kernet. Maka isteri yang baik akan melatih suaminya sampai suatu kali menjadi suami yang cakap dan mahir. Itu artinya menjadi pendamping. Belajar membiarkan suami berkembang, percaya kepada pertimbangannya, mendorong dia menjadi ayah dan suami yang mengatur rumah tangga dengan pimpinan yang baik. Itulah sikap yang penting dari seorang pendamping yang respek dan submit kepada suami. Dengar baik-baik firman Tuhan bilang, “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu,” bukan ,”Hai suami, tundukkanlah isterimu.” Itu dua hal yang berbeda. Kalau itu dibalik, kita akan melihat ajang pertikaian yang tidak habis-habisnya, pergulatan di dunia persilatan yang tidak ada hentinya. “Enak saja saya harus tunduk kepada suami.” Memang benar, Alkitab tidak bilang hai suami, tundukkanlah isterimu tetapi hai isteri, tundukkanlah dirimu. Jadi inisiatif itu datang dari isteri. Memang itu adalah perintah Tuhan, sehingga kita sekarang melihat relasi isteri yang tunduk bukan relasi karena suami lebih tinggi daripada dia tetapi karena isteri sekarang melihat relasi tunduk itu seperti relasi dia kepada Tuhan. Pilihanmu dan kebebasanmu sendiri melakukannya dengan sukarela. Jangan pikir saya memaksamu untuk melakukannya dan suami juga tidak boleh bilang, “Isteri, ayo tunduk, taat perintah Tuhan.” Saya hanya mengingatkan sebagai seorang isteri Kristen di hadapan Tuhan, it is now between you and God. Itu sebab sikap tunduk merupakan aspek spiritual. Itu bukan soal daya karena 248 tunduk, hormat dan respek bukan soal tarik-tarikan kekuasaan. Tunduk itu merupakan suatu pelayanan spiritual. Mari kita meletakkan kembali satu prinsip penting menjadi seorang wanita dan sebagai seorang isteri di hadapan suami. Isteri menjadi penolong, dan menjadi penolong berarti pernikahan itu tidak berjalan sepihak tetapi suami dan isteri menjadi satu regu. Di situ berarti isteri menjadi satu regu yang mendukung suamimu. Menjadi satu regu berarti pernikahan adalah satu tempat dimana kita saling salib-salib. Isteri bukan kepala tetapi juga bukan leher yang bisa atur suami semau dia. It is a spiritual service. Menjadi pendamping berarti your main ministry to God as a wife is a ministry to your husband and to your children. Jadi melihat peranan sebagai isteri itu sebagai pelayan Tuhan. Itulah arti kalimat, ‘tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan.’ Jangan lagi lihat bagaimana suami dan berhakkah dia menerima respekmu, tetapi sekarang taruh perspektif pelayanan ini. Sekarang waktunya untukmenaruh relasi yang indah dan yang bahagia sebagai seorang isteri yang tunduk dan hormat kepada suami. 249 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 16/11/2008 Pdt. Effendi Susanto STh. Kasihi isterimu seperti dirimu sendiri (3) Tema: Memperkokoh kehidupan pernikahan Kristen Nats: 7 1 Petrus 3:7 Demikian juga kamu, hai suami–suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang. “Demikian juga kamu hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu sebagai kaum yang lebih lemah. Hargailah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.” Ayat ini menjadi salah satu dari dua ‘blue print’ yang sangat penting bagaimana Tuhan bicara mengenai pernikahan orang Kristen dan relasi suami isteri. ‘Blue print’ yang pertama yang sudah saya katakan dari Kej.2:24 “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya sehingga keduanya menjadi satu daging.” Prinsip pernikahan Kristen adalah prinsip pernikahan dimana Allah memperlakukan kita sebagai manusia yang dewasa, manusia yang bertanggung jawab, yang diberi kepercayaan boleh masuk ke dalam satu relasi dimana relasi itu tidak boleh menjadi relasi yang egois karena di situlah saudara memberi diri kepada pasanganmu. Itu sebab Paulus di dalam surat Korintus mengingatkan kepada suami dan isteri, “Hai isteri, ingatlah baik-baik dirimu bukan lagi milikmu tetapi milik suamimu. Hai suami, ingatlah baik-baik, dirimu bukan lagi milikmu tetapi milik isterimu.” Maka pernikahan menjadi satu tindakan pergi meninggalkan orang tua. Ini bukan berarti kita tidak menghargai dan tidak peduli akan orang tua lagi, melainkan itulah saatnya dimana relasi anak dan orang tua sudah berubah menjadi relasi antar orang dewasa. “Meninggalkan” berarti dia membangun dan mempersiapkan satu keluarga yang baru. Pernikahan berarti bersatu dengan isterimu menjadi satu daging, tidak boleh ada setitik apapun yang memisahkan suami dan isteri. Maka komunikasi, keterbukaan dan relasi harus merupakan relasi yang jujur dan terbuka. Ini ditandai dengan keintiman di dalam relasi seksual sampai ke dalam seluruh aspek kehidupan, tidak boleh ada relasi yang lain yang lebih dekat daripada relasi suami dan isteri. Kedua, mengerti peranan kita, panggilan Tuhan setelah Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan yang memang berbeda. Maka Tuhan memberikan peranan suami dan isteri di dalam Ef.5:33, ”...bagi kamu masing-masing berlaku prinsip ini: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.” Jika kita tidak mengerti peran yang berbeda ini maka seringkali kita menemukan pernikahan mengalami berbagai hambatan di dalamnya. Dr. Eggerichs dalam buku “Love and Respect” 250 mengatakan ini adalah dua inti dan dua kebutuhan yang paling penting bagi pria dan wanita. Tetapi ini justru bisa menciptakan lingkaran setan yang menimbulkan ketidak-harmonisan di dalam keluarga. Isteri yang merasa suami tidak mencintai, biasanya bereaksi menjadi kasar dan mengeluarkan katakata yang tajam. Ketika suami mendengar kalimat seperti itu, dia berpikir isteri tidak menghormati, akhirnya dia bereaksi diam dan tidak mempedulikan isterinya. Reaksi itu kemudian diterima oleh isteri sebagai reaksi suami tidak mencintai. Maka ini menjadi lingkaran yang tidak habis-habisnya. Yang kedua, cintai dan respek merupakan dua kebutuhan manusia yang menarik. Respek seringkali tidak bisa diberi secara sukarela. Orang baru memberi respek kalau orang merasa dia layak dihormati. Respek harus berpendapatan. Sedangkan kasih seringkali lebih bersifat gampang dan sukarela diberikan, tidak peduli akan kondisi orang yang diberi kasih. Tetapi orang tidak mungkin bisa menghargai semua orang. Kita baru menghargai dan respek kepada seseorang karena ada kualitas di dalam diri orang itu. Maka kadang-kadang bagi seorang wanita tidak gampang memberikan respek kepada pria. Dan selain itu kita menemukan bukan saja terjadi perbedaan di dalam sikap orang, tetapi saya justru menemukan dari kalimat Paulus ini menunjukkan kebutuhan suami berbeda dengan isteri dalam hal respek dan kasih ini. Kenapa Paulus tidak mengatakan, hai isteri, kasihilah suamimu seperti dirimu sendiri dan kepada suami, kasihilah isterimu seperti engkau mengasihi Tuhan? Ini bagian yang menarik sekali dimana Paulus mengatakan, hai isteri, respek kepada suamimu seperti engkau respek kepada Tuhan dan suami, kasihi isterimu seperti dirimu sendiri. Kenapa Paulus mengatakan seperti ini? Kasih itu merupakan aspek yang sangat natural di dalam diri wanita atau isteri. Dan bagi wanita untuk mengasihi suami seperti mengasihi diri sendiri itu gampang dilakukan karena umumnya wanita lebih memikirkan bagaimana mengasihi suami dan anak lebih dari diri sendiri. Tetapi untuk respek bukan seperti menghargai diri sendiri, melainkan respek seperti kepada Tuhan, dari situ kita menemukan aspek betapa susahnya hal itu dilakukan. Hormati suamimu seperti engkau menghormati Tuhan, artinya respek harus diberikan tanpa melihat kondisi suami. Dia mungkin kurang memiliki talenta seperti engkau, dia mungkin kurang fasih berbicara, kurang natural di dalam banyak hal, perlu belajar lebih dahulu sehingga isteri sering menjadi tidak sabar. Tetapi engkau perlu belajar menghormati dia karena itu adalah bagian dari ibadahmu kepada Tuhan. Respek menjadi kebutuhan pria yang paling penting. Anak perempuan kalau jatuh, kita harus ambil dan peluk dia. Tetapi anak laki-laki kalau jatuh, saudara tinggal beri dia tepuk tangan, dia akan bangkit sendiri. Dia tidak perlu dipeluk-peluk seperti kepada anak perempuan. Dengan tepuk tangan, itu menunjukkan saudara respek kepada usaha dia dan membuat dia kepercayaan diri. Suami baru dipecat dari pekerjaan, isteri tidak perlu peluk dan kasihan kepada dia. Beri respek dan support kepadanya karena itu yang paling dia perlukan. Wanita berbeda. Waktu dia menghadapi masalah, dia perlu tangan yang merangkulnya dan menyeka air matanya. Itu yang paling dia perlukan. Laki-laki hanya perlu apapun yang terjadi, engkau tetap respek dan bangga akan dia dan menghargainya. Itu yang akan membuat dia memantul dan memiliki semangat serta martabat hidup kembali. Orang lain boleh bilang dia pecundang, orang lain boleh bilang dia tidak baik, tetapi isteri tetap harus menunjukkan dia ada di pihaknya dan menghargai dia. 251 Itu adalah sikap yang membangkitkan kemampuan di dalam diri seorang suami. Respek akan penilaian suami, respek kepada pengetahuannya, opininya. Percaya bahwa keputusan yang dia ambil adalah hal yang baik adanya. Kita berdiskusi dengan dia, sesudah itu kita memberi kepercayaan kepada suami untuk mengambil keputusan dan kita menghargai keputusan dia. Respek kepada kemampuannya. Hanya katakan ‘kamu bisa lakukannya’ sehingga itu menambahkan perasaan harga diri kepada suami. Respek kepada suami di dalam komunikasi dan juga di hadapan publik. Jangan mengeluarkan kata-kata yang mempermalukan dan mencemooh kelemahan atau ketidak-mampuan suami di dalam aspek-aspek tertentu. Dia membutuhkan penghargaan dan respek as to the Lord, yang kadang-kadang itu sulit sekali dilakukan isteri. Tetapi suami, kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri. Harus kita akui, suami jarang memikirkan isteri dan anaknya. Suami sering beli makanan hanya untuk diri sendiri, tidak seperti isteri selalu beli untuk suami dan anak. Ini menunjukkan natur pria umumnya memang seperti itu. Maka Alkitab mengatakan, suami kasihi isterimu seperti engkau mengasihi diri sendiri berarti firman Tuhan mengingatkan kita ada hal-hal tertentu dari diri laki-laki yang mungkin sedikit lebih egois dan memanjakan diri sendiri. Hobby kita, kesukaan kita, menunjukkan kita lebih fokus kepada diri sendiri. Itu bisa kelihatan dari kecil. Anak perempuan saya setiap kali mendapat makanan yang enak, selalu mendatangi saya dan mengatakan, “Papa mau coba?” Anak laki-laki umumnya tidak rela memberi. Waktu sudah menikah, umumnya perempuan secara natural akan selalu ingat suami dan anak lebih dulu. Berbeda dengan pria. Kadang-kadang pria lebih menyerap kepada diri sendiri daripada memperhatikan orang lain. Mengapa firman Tuhan menyuruh suami mengasihi isteri seperti diri sendiri? Dengan pencerahan dari Roh Kudus Paulus menulis kalimat ini. Mengapa suami harus mengasihi isteri seperti diri sendiri? Karena pria lebih terhisab kepada dirinya sendiri. Saudara perhatikan bagaimana dosa membuat cara Adam berelasi kepada Hawa berbeda dengan sebelum dia jatuh ke dalam dosa. Sebelum jatuh ke dalam dosa, ketika Tuhan memberikan Hawa kepadanya, ada dua hal yang terjadi. Pertama, Adam katakan, “Dia adalah tulang dari tulangku dan daging dari dagingku.” Dia adalah bagian dari hidupku. Dan kedua, Alkitab mencatat keduanya telanjang tetapi tidak merasa malu. Artinya, tidak ada bagian dari hidupku yang tidak saya berbagi dengan dia. Ini terjadi sebelum Adam jatuh di dalam dosa. Sesudah jatuh ke dalam dosa, Adam mempersalahkan Tuhan kenapa memberikan Hawa untuknya. Dia bukan bagian dari saya. Dia orang asing, dia bukan bagian dari aku. Maka terjadi separasi dan keterpisahan. Maka kenapa Alkitab menyuruh suami mengasihi isteri seperti kepada diri sendiri? Karena itulah saatnya kamu memperhatikan dan mengasihi dia sebagai bagian kehidupanmu dan kasih itu memiliki standar seperti engkau mengasihi dirimu sendiri. Kedua, suami mengasihi isteri seperti diri sendiri, karena kasih itu merupakan kebutuhan yang paling utama bagi wanita. Maka pria dan wanita mempunyai ketidakpastian yang berbeda. Pria menjadi ketidakpastian kalau dia tidak dihormati. Wanita ketidakpastian kalau dia merasa tidak dicintai. Kenapa kita diminta mengasihi isteri? Sebab ini merupakan kesalahan yang sering terjadi pada pria: mengerti mengenai cinta itu bersifat “close deal.” Isteri sering mengeluh kepada suami, kenapa dia berbeda dengan waktu pacaran dulu. Bedanya dimana? Dulu waktu masih pacaran begitu romantis, begitu penuh pengorbanan dan waktu 252 kejar saya seperti orang gila. Tetapi kenapa sesudah menikah kok tidak lagi romantis, kadang-kadang tidak mau berkorban? Karena pria punya konsep “berburu” dan “memancing.” Jadi pria berpikir mendapatkan seorang isteri seperti berburu. Waktu berburu dia akan kejar dengan luar biasa, apa saja dilakukan, berdiri di tengah hujan memegang bungapun mau. Begitu dapat, itu kebanggaan luar biasa. Sesudah mendapat, selesai. Dulu waktu pacaran selalu buka pintu mobil, sekarang turunin kereta bayi saja tidak dibantu. Akhirnya ini menjadi sumber pertengkaran antar suami isteri. Isteri diperlakukan seperti itu menjadi ketidakpastian dan bertanya-tanya apakah suami masih mencintai dia. Kasih isteri itu tidak pernah berupa “close deal.” Itu sebab mengapa sebagai seorang suami kita dipanggil untuk mengasihi dia. Bukan berarti kita mengasihi isteri seperti pada waktu pacaran dulu. Yang dia perlukan adalah satu perasaan aman, dilindungi dan diberi keyakinan bahwa engkau mencintai dan terus mengasihi dia. Ada suami mengatakan, bukan dia tidak mengasih isteri, tetapi kadang dia bingung karena isteri salah menangkap makna. Buat apa saya susah-susah kerja kalau saya tidak sayang dia? Buat apa saya persiapkan semua untuk anak istri, itu kan tanda saya cinta dia? Saya setia sama dia, saya tidak lihatlihat perempuan lain. Masa sudah mau tidur, masih dia tanya, “Kamu masih mencintai saya?” Maka saya bilang ke dia, “Coba cek saja bank account.” Dia malah marah saya bilang begitu. Suami, saya ingatkan saudara. Wanita tidak memiliki alasan logis. Suami tidak bisa bilang, “Kan kamu TAHU saya mencintaimu…” Dia akan bilang, “Saya tidak RASA kamu cinta saya.” Sampai kapanpun konsep wanita tidak pernah close deal mengenai cinta. Dia akan terus minta diyakinkan bahwa engkau terus cinta kepada dia. Maka Tuhan mengerti akan kebutuhan ini dan menyuruh para suami untuk mengasihi isteri sama seperti engkau mempedulikan terhadap dirimu. Buatlah dia merasa aman, merasa terlindungi dan beri dia kepastian bahwa engkau sungguh mengasihi dia. Apa indikasi dari seorang isteri MERASA cinta suami sudah berkurang? Kadang-kadang waktu suami habisin semua makanan, dia tidak akan bilang “Dasar tamcia…” tetapi dia akan bertanya, “Kamu sayang sama saya atau tidak sih?” Kita pria berpikir, masa makanan dibanding sama isteri, tentu saja tidak. Dia akan terus bicara soal relasi denganmu. Kalau dia rasa mulai ketidakpastian, maka dia akan secara emosional dan tanpa sebab jengkel kepadamu, tanpa kamu tahu alasannya. Kamu menjadi kaget dan mau mendekap dia untuk menunjukkan sayangmu, tetapi dia malah mendorong dan menjauh. Suami jadi frustrasi dan tidak mengerti apa yang isteri mau. Kenapa isteri bereaksi seperti itu? Ketidakpastian akan cinta merupakan hal yang terus ada di dalam diri wanita. Maka suami yang pikir kebutuhan finansial sudah dia penuhi, maka semua akan beres karena itu tanda cintanya kepada isteri. Tetapi isteri tidak puas dengan hal itu. Dia membutuhkan ekspresi yang lebih, pernyataan dan sikap perhatian dari suami yang membuat dia merasa aman akan cintamu. Isteri bisa merasa sudah kehilangan cinta dari suaminya karena beberapa hal: 1. Dipicu oleh konflik dan pertengkaran yang tidak habis-habisnya. 2. Dipicu oleh sikap suami yang menarik diri dan diam. 3. Kebanyakan isteri menjadi ketidakpastian karena bank cinta isteri sudah terkuras habis karena dia lebih sering mengambil dari bank cinta itu untuk membesarkan anak dan keluarga. Sehingga banyak aspek praktis yang perlu kita belajar sama-sama. Jangan biarkan bank cinta dia 253 sampai habis. Caranya ambil sedikit beban dia untuk membantu membesarkan anak. Ambil separuh. Dari situ dia bisa melihat dan merasakan bahwa kita benar-benar mengasihi dan mencintai dia. Kasihilah isterimu seperti engkau mengasihi dirimu sendiri. Seumur hidup ini merupakan kebutuhan wanita yang paling penting daripada hal yang lainnya. Seorang suami tidak boleh “close deal” di dalam cintanya. Wanita meskipun sudah menikah tetap akan bangga kalau suami masih tetap “mengejar” dia. Maka saya selalu mengingatkan para pemuda, wanita walaupun engkau suka setengah mati kepada satu pria, jangan coba mengejarnya. Kalau dia tidak mau kepadamu, maka cintamu akan dihina habis-habisan. Lebih baik pria yang mengejar wanita. Waktu mengejar, jangan cepat putus asa kalau dia menolak. Mungkin artinya, kejarlah saya lebih keras. Maka waktu suami mau memeluk, isteri menolak, jangan berhenti dan bilang “Fine!” karena isteri akan semakin marah. Peluk dia, katakan engkau mencintai dia. Ingat, sampai kapanpun suami tidak boleh melupakan hal-hal penting di dalam memori pernikahan. Jangan pernah lupa hari pernikahanmu, jangan pernah lupa kapan hari kelahirannya. Dan bukan saja jangan lupa, juga harus paling sedikit ada kue untuk dirayakan. Semua itu akan menjadi bukti akan cintamu dan memberi dia rasa aman. Ingatkan dia, sampai kapanpun menjadi suamimu, saya adalah pria yang paling berbahagia di atas muka bumi ini. Hari ini pulang, coba keluarkan kalimat seperti itu kepada isterimu, kalau begitu kamu akan melihat terjadi keajaiban. Memang mungkin reaksinya pertama, ”..ada apa ini? Pasti ada udang di balik batu.” Jangan di-offence (menyerang) dulu reaksi dia yang negatif karena mungkin sudah terlalu lama saudara melakukan “close deal” kepadanya. Maka saya memberikan rahasia ini kepadamu: wanita tidak akan pernah berhenti untuk diyakinkan bahwa dia sungguh-sungguh dicintai oleh suami, karena ini memang kebutuhannya yang paling utama. Suami, cintailah isterimu seperti engkau mencintai dirimu sendiri. 254 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 23/11/2008 Pdt. Effendi Susanto STh. Lima penghalang di dalam pernikahan (4) Tema: Memperkokoh kehidupan pernikahan Kristen Nats: 7 1 Petrus 3:7 Demikian juga kamu, hai suami–suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang. Hari ini saya ingin mengajak saudara melihat bagaimana fakta dan realita efek dosa sudah mendatangkan kerusakan dan pencemaran di dalam seluruh aspek kehidupan kita dan tidak tidak terlepas relasi kita sebagai suami dan isteri. Namun kembali lagi kepada prinsip kebenaran firman Tuhan, ketika setan memberikan penipuan kepada manusia sehingga manusia jatuh ke dalam dosa, pada waktu dunia sudah dicemari oleh dosa, di dalam Kej.6:6 ada satu catatan yang sangat menarik. Dikatakan di sana, “Tuhan menyesal…” kemudian Tuhan mendatangkan air bah untuk menghukum manusia yang sudah begitu jahat. Yang menarik adalah setelah itu Tuhan mengadakan perjanjian kepada Nuh bahwa Tuhan tidak akan memusnahkan bumi dengan mendatangkan air bah seperti ini lagi dan memberi pelangi sebagai tanda perjanjian-Nya. Di balik dari konsep itu ada satu hal yang sangat penting sekali yaitu gampang sekali sebenarnya bagi Tuhan untuk membuang dunia yang sudah dirusak oleh dosa dan membuat dunia yang baru. Di dalam hidup kita juga lebih gampang untuk membuang sesuatu yang sudah rusak dan membuat yang baru daripada susah-susah memperbaikinya, bukan? Kue yang sudah gosong lebih baik dibuang saja dan buat kue yang baru karena memperbaiki sesuatu yang sudah rusak bukanlah usaha yang gampang. Tetapi Tuhan tidak melakukan hal seperti itu. Karena pada waktu Tuhan membuang dunia ini dan menggantinya dengan yang baru, secara implisit berarti Tuhan “kalah” oleh setan karena setan berhasil merusak ciptaan Tuhan yang baik dan Tuhan tidak sanggup memperbaikinya kembali. Tuhan tetap mengasihi dunia ini dan memperbaikinya dari kerusakan dosa. Itulah arti penebusan. Penebusan berarti merestorasi kembali semua yang sudah dirusak oleh setan. Dengan konsep seperti itu, penebusan juga harus masuk ke dalam kehidupan pernikahan kita. Mungkin ada orang yang menghadapi pernikahan yang sudah rusak berpikir, jalan keluarnya ialah memulai satu pernikahan yang baru lagi dengan wanita yang lain atau pria yang lain akan menciptakan kehidupan keluarga yang lebih baik. Tetapi data statisitik perceraian di Amerika memberitahukan kepada kita bahwa prosentasi perceraian kedua lebih besar. Berarti asumsi bahwa pernikahan tidak mungkin lagi bisa diperbaiki, maka mungkin saya bisa mendapatkan kebahagiaan dengan memulai sesuatu yang baru, ternyata tidak seperti itu. Ada air mata, ada kesulitan di dalam 255 memperbaiki sesuatu yang sudah rusak. Tetapi itulah konsep penebusan. Saya katakan dengan jujur kepada saudara, tidak ada satupun pernikahan yang tidak mengalami problema. Adanya problema di dalam pernikahan memberitahukan kepada kita satu fakta bahwa dosa merembes masuk ke dalam seluruh aspek kehidupan kita. Tetapi orang yang sudah ditebus oleh Tuhan harus mengambil sikap: kita tidak boleh dikalahkan oleh kuasa setan dan kuasa dosa merusak kehidupan kita, karena kita percaya kuasa penebusan dan pengampunan Kristus lebih besar daripada itu. Jangan pernah menyerah. Dengan kekuatan dan pertolongan dari Tuhan kita bisa memperbaiki hubungan keluarga kita. Hari ini saya ingin mengajak saudara untuk melihat aspek bagaimana kita belajar mengenali dan mengatasi persoalan-persoalan yang muncul di dalam pernikahan kita. Dalam 1 Pet.3:7 ada bagian yang indah sekali di sini. Petrus mengatakan, “Hai suami, hargailah isterimu…” Dan ada tiga kaitan yang tidak bisa lepas dari ayat ini, yaitu pertama, hargai isterimu. Kedua, dengan menghargai isteri engkau memelihara kehidupan. Ketiga, dengan demikian supaya doamu tidak terhalang. Tiga aspek ini saling terkait, yaitu bagaimana hubungan suami isteri berkaitan dengan kehidupan kita dan bagaimana kehidupan kita secara horisontal ini berkaitan dengan hubungan kita secara vertikal dengan Tuhan. Hubungan yang tidak beres di antara suami isteri akan mendatangkan hubungan yang tidak beres dengan Tuhan, demikian sebaliknya. Hubungan spiritual yang tidak beres dengan Tuhan pasti akan mendatangkan hubungan yang tidak beres dengan suami atau isteri. Maka pernikahan bukan sekedar kontrak di dalam masyarakat. Kita melihat melalui ayat ini sebagai suami isteri yang membina keluarga Kristen, mari kita bawa konsep pengertian hubungan suami isteri kita di bawah terang firman Tuhan. Biarlah kita ingin belajar bagaimana mengerti kebenaran firman Tuhan dengan sungguh-sungguh. Kita sadar kasih dan hormat juga sudah dirusak oleh dosa. Karena itu biarlah kita meminta kepada Tuhan pada hari ini untuk memberikan kekuatan kepada kita supaya kita memiliki konsep spiritual untuk mengatasi hal ini. Dr. Les Parrott dan isterinya menulis paling tidak ada lima hal yang bisa menjadi penghalang di dalam kehidupan pernikahan Kristen: 1. Harapan-harapan yang tidak terpenuhi. Secara jujur setiap orang terutama isteri waktu memasuki satu pernikahan biasanya memiliki ekspektasi ideal terhadap suaminya. Isteri ingin memperoleh suami yang ideal, yang gentleman, yang lembut dan melindungi. Kalau kita sudah memiliki satu harapan yang ideal memasuki pernikahan, begitu menemukan realita yang tidak sesuai kita akan menjadi kecewa. Maka pernikahan menjadi satu tempat dimana kita terus meminta dia yang mengikuti apa yang kita mau. Bagaimana menyelesaikan harapan-harapan yang tidak terpenuhi di dalam pernikahan? Banyak orang memasuki pernikahan dengan merindukan pasangan yang sempurna tetapi akhirnya kita menikah dengan orang yang tidak sempurna. Kita punya dua pilihan: pertama, kita sobek lukisan pria ideal itu dan terima pasangan kita yang tidak sempurna, atau kedua: kita sobek pasangan kita dan kita terus menatap lukisan pria ideal kita. Pilih yang mana? Yang harus kita pilih cuma satu: kita harus belajar untuk menyobek lukisan yang tidak sempurna itu dan belajar untuk menerima pasangan yang kita nikahi ini apa adanya. Kita menikah dengan orang yang tidak sempurna, suka marah, tajam bicaranya. Tetapi kita belajar untuk menyingkirkan semua hal yang tidak realistis di dalam pernikahan. 256 Jangan berpikir cinta itu hanya punya satu style yaitu romantic love. Saudara akan belajar menemukan bahwa cinta itu akan mengalami perubahan bentuk. Di dalam 1 Kor.7:39 Paulus mengatakan, ”...ia bebas menikah dengan siapa saja yang ia suka asal orang itu orang percaya…” Saya sangat kecewa kepada hamba-hamba Tuhan yang mengajarkan konsep yang sangat berbahaya bagaimana Tuhan memberitahu mereka siapa orang yang Tuhan tentukan untuk menikah denganmu. Saya percaya Tuhan berdaulat mengatur segala sesuatu. Saya juga percaya Tuhan menentukan siapa yang Dia berikan untuk menjadi isteri saya. Tetapi persoalannya, saya tahu siapa yang bakal menjadi pasangan saya. Maka saya selalu mengingatkan saudara baik-baik, mengerti kehendak Tuhan. Tuhan memiliki kehendak yang kekal mengatur jalannya alam semesta dan semua yang terjadi di dalam dunia ini, termasuk kehidupan pribadi kita masing-masing. Tuhan punya kehendak daulat dan kehendak secara personal bagi saya.Tetapi persoalannya ialah saya tidak tahu bagaimana tahu kehendak Tuhan yang kekal itu. Jembatannya cuma satu: to know God’s personal will for me yaitu mengerti kehendak-Nya di dalam Moral Will. Yang dimaksud dengan Moral Will adalah kehendak Allah yang Ia nyatakan kepada kita yang kita dapatkan di dalam firman Tuhan ini. Ada satu orang konseling kepada saya menceritakan bagaimana dia dihampiri seorang pria yang sama-sama melayani sebagai pemimpin pujian. Pria ini mengatakan, “Tuhan dengan jelas berbicara kepadaku bahwa di masa yang akan datang engkau akan menjadi isteriku. Mari kita doa sama-sama supaya Tuhan menyatakan nubuat-Nya itu kepadamu juga.” Sebenarnya wanita ini tidak mau kepada pria itu, tetapi karena dibilang Tuhan sudah menyatakan nubuat kepada dia, maka wanita ini terkondisi untuk menaati apa yang pria ini bilang. Akhirnya mereka menikah. Singkat cerita pernikahan itu berakhir dalam dua tahun. Point saya, bagaimana saudara tahu itu adalah kehendak Tuhan kepadamu? Kembali kepada ayat ini, di dalam Moral Will-Nya Tuhan memberimu prinsip ini. Artinya kalau engkau taat kepada prinsip ini, maka percayalah suami atau isterimu itu adalah pasangan yang Tuhan kehendaki bagimu. Firman Tuhan mengatakan, engkau bebas untuk memilih. Prinsipnya: kalian berdua harus saling menyukai. Jangan menikah dengan orang yang tidak engkau cintai. Kedua: dia harus saudara seiman. Selanjutnya baru saya ingatkan, saudara boleh pilih siapa yang kau suka dan yang seiman, tetapi pilih dengan bijaksana. Bijaksana artinya ketika engkau memilih, ada kriteria-kriteria yang perlu engkau pertimbangkan. Semakin dekatnya kemiripan saudara dalam berbagai aspek akan meminimalkan pengorbanan untuk menyesuaikan diri dibanding dengan memilih pasangan dengan perbedaan gap yang terlalu besar. Aspek karakter, derajat kerohanian, maturity, tingkat ekonomi, pendidikan dan sosial, dsb jika semakin besar gap akan membutuhkan kerelaan kita untuk berkorban. Waktu saudara memasuki pernikahan dan timbul persoalan, jangan lepas prinsip yang di depan: saudara menikah karena cinta kepada dia, karena saya sudah memilih dia. Aspek itu harus menjadi satu kekuatan bagimu untuk rela menghadapi persoalan dan memperbaiki pernikahan itu. Saudara katakan, cintamu sudah menjadi dingin. Mari kita hangatkan lagi cinta itu. 2. Periksaan diri, diri yang tidak menganalisa diri. Di dalam pernikahan ini menjadi kesulitan kita. Kita lebih gampang melihat kekurangan pasangan kita ketimbang kekurangan diri sendiri. Maka 257 pernikahan membutuhkan kekuatan kita untuk berani melakukan periksaan diri, berani melihat kekurangan diri. Pernikahan akan menjadi penuh dengan hambatan ketika kita berusaha untuk merubah pasangan kita dan tidak mau belajar merubah diri sendiri. Untuk menikmati satu pernikahan yang baik, masing-masing kita bersedia untuk mencoba mengoreksi diri. Paling tidak ada dua aspek yang perlu kita analisa. Pertama, Blind Self. Diri kita bisa dilihat dengan jelas oleh orang lain, terutama oleh pasangan kita tetapi kita sendiri tidak melihatnya. Kelemahan itu jelas dilihat orang lain tetapi tertutup di depan mata kita. Isteri selalu mengatakan , “Kamu tidak pernah mendengarkan saya,” tapi kita membela diri mengatakan semua kalimat yang dia ucapkan sambil memegang koran di tangan kiri dan remote tv di tangan kanan. Kita tidak pernah sadar sebab kita tidak melihat itu sebagai kelemahan kita, sehingga pada waktu kritikan muncul kita tidak mau terima. Biar kritikan yang datang kepada kita bisa kita jadikan informasi untuk menciptakan hidup pernikahan yang lebih baik. Kedua, ada aspek yang dinamakan Hidden Self, aspek yang hanya kita sendiri yang tahu sedangkan orang lain termasuk isteri atau suami tidak tahu. Kita tahu itu adalah kelemahan kita, cuma kita tidak berani bicara dengan jujur dan terbuka sebab kita takut ditolak oleh orang yang kita kasihi. Kita sungguh tahu itu ada di dalam diri kita tetapi kita tidak mau hal itu diketahui oleh isteri atau suami kita, karena pada waktu kita kasih tahu kelemahan itu kepada dia, mungkin kita takut dia tidak mencintai kita lagi. Tetapi seringkali banyak pernikahan hancur dan pasangan menjadi kaget kenapa hal itu bisa terjadi keluar dari the hidden self. Ini merupakan salah satu faktor penghambat di dalam pernikahan. 3. Pasangan tak mahir. Banyak pernikahan menghadapi halangan karena pemicunya sederhana, yaitu kita tidak memiliki ketrampilan yang cukup. Itu sebab kita perlu banyak belajar dalam hal ini. Menjadi seorang suami, kita perlu bertumbuh menjadi seorang suami yang baik. Menjadi seorang isteri, kita perlu belajar menjadi seorang isteri yang baik. Kita perlu punya ketrampilan dalam beberapa hal ini: 1. Managemen uang. 2. Ketidakharmonisan di dalam aspek seksual. 3. Hubungan dengan mertua. 4. Ketidakseimbangan di dalam rumah tangga dan pekerjaan. 5. Cara menyelesaikan konflik, komunikasi, kemarahan yang terpendam dan tidak pernah didiskusikan. Ini semua merupakan isu-isu pemicu di dalam hidup kita yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan belajar menambah ketrampilan dan pengetahuan mengatasinya. Kita perlu mengerti bagaimana berkomunikasi dengan baik. Kita perlu belajar mengatur uang kita. Itu semua hanya soal ketrampilan saja. 4. Keputusan-keputusan tak sehat. Banyak pasangan memiliki hambatan di dalam pernikahannya karena mereka kadang mengambil pilihan-pilihan yang tidak sehat. Salah memilih prioritas hidup, keputusan-keputusan hidup, dsb bisa menyebabkan keributan dan penyesalan dan saling mempersalahkan antar suami isteri. Menceritakan rahasia pernikahan kepada orang ketiga, pekerjaan yang menyita waktu keluarga, pergaulan yang imoral dengan teman kantor, dsb. Kadang 258 suami tidak membicarakan keputusan yang dia ambil karena merasa itu tidak signifikan untuk didiskusikan dengan isteri. Demikian juga isteri kadang mengambil keputusan sendiri dan ternyata menghasilkan efek yang negatif sehingga suami menjadi marah dan kecewa. 5. Faktor-faktor yang tak dapat diramalkan. Kita harus akui ada faktor-faktor yang tidak bisa kita meramalkan dan tidak bisa kita rencanakan terjadi di dalam hidup kita. Kecelakaan, sakit, dsb semua hal-hal yang tak terduga terjadi bisa membuat hubungan suami isteri menjadi renggang dan rusak. Bayangkan, isteri hari Sabtu pagi bilang kepada suaminya untuk bangun membawa anaknya jalan pagi. Suaminya enggan bangun, sehingga akhirnya anak itu dibawa jalan-jalan oleh nanny, dan hilang diculik. Saudara bisa bayangkan betapa sakitnya hati orang tua, betapa pilunya hati memikirkan halhal apa yang akan terjadi pada anak itu. Tetapi selain itu, isteri akan mengatakan kepada suaminya, “Aku tidak akan pernah memaafkanmu seumur hidupku. Gara-gara engkau mau tidur lebih lama, akhirnya…” Itulah yang terjadi. Suami dipersalahkan. Suami kemudian juga bereaksi mempersalahkan isterinya, akhirnya ribut satu sama lain. Mungkin soal ketidak-suburan bisa menjadi penyebab. Salah satu pasangan begitu menginginkan kehadiran anak yang tidak kunjung tiba. Itu mungkin bisa menyebabkan hubungan suami isteri bisa menjadi renggang dan rusak. Anak memberontak, itu bisa menjadi penyebab kerenggangan di dalam hubungan suami isteri. Bahkan mungkin hal yang sangat menyedihkan terjadi, suami menyeleweng dan menjadi tidak setia di dalam pernikahan. Lima hal ini bisa menjadi penyebab kerenggangan di dalam hubungan suami dan isteri. Berbagai masalah yang bisa muncul di dalam pernikahan saudara, jawabannya di tengah persoalan yang bersifat horisontal ini kita harus melihat secara teologis. Pertama, terlebih dahulu kita taruh fakta ini, setiap pernikahan memiliki persoalan. Persoalan itu ditimbulkan bukan karena suami atau isteri ingin menciptakan persoalan, tetapi kita sadar dan tahu betapa efek dosa memberi kerusakan itu. Sebagai anak-anak Tuhan, kita ingin menang mengatasi hal itu dan ingin berusaha bagaimana memulihkan hidup pernikahan itu. Ada air mata, ada kesulitan, tetapi sekali saudara akan menemukan betapa manisnya, betapa indahnya dan betapa bahagianya orang yang mendapatkan kebahagiaan itu lewat sesuatu perjuangan. Saudara akan melihat betapa indah dan manisnya keberhasilan dan kesuksesan yang bukan hanya diberi saja tetapi didapat lewat suatu perjuangan. Betapa indahnya saya mendengar kesaksian seorang suami yang menyatakan kesaksian bagaimana dulu dia sering ribut dengan isterinya tetapi sekarang mereka bisa menikmati hubungan yang begitu akrab dan manis. Memulihkan hubungan pernikahan membutuhkan satu kekuatan konsep yang tidak boleh lepas yaitu tidak ada hal yang bisa terjadi secara instant dan segera. Di dalam seluruh kehidupan kita, baik kerja, usaha,saya selalu mengingatkan saudara: failure is not falling down but staying down. Kegagalan berarti orang yang sudah jatuh tetap mau tinggal dan tidak mau bangun lagi. Hidup pernikahan kita juga sama. Tidak mungkin kita bisa melakukan dan memikirkan suatu pernikahan dengan cepat dan sukses tanpa kita berusaha menginginkan pernikahan itu sukses. Kita perlu kebesaran hati, kemauan, bekerja sama menjadikan hidup keluarga kita menjadi sukses. Kedua, belajar dengan sungguh-sungguh menyelesaikan hambatan yang menjadikan pernikahan itu mungkin bisa tidak bahagia. Hidup pernikahan itu tidak mungkin bisa berjalan dengan baik sebelum engkau mengambil tanggung jawab terhadap pernikahanmu. Jangan pikir konselor dan pendeta adalah juruselamat pernikahan kalian. Yang menyelamatkan pernikahanmu bukan saya, tetapi kalian 259 berdua. Kalau dua-dua sendiri sudah tidak mau berusaha menyelamatkan, mau minta tolong siapapun tidak ada yang bisa. Maka pegang prinsip ini: belajar untuk menaruh tanggung jawab pernikahanmu. Sebagai suami, sebagai isteri, apa tanggung jawab saya? Apa yang menjadi panggilan Tuhan kepada saya di dalam pernikahanku? Saya mengingatkan sekali lagi, kenali dari awal apa yang menjadi penghalang. Ambil sikap demikian: ini pernikahan kami, ini keluarga kami, ini suami saya, ini isteri saya, ini orang yang saya cintai. Kalau bukan saya yang berjuang dan berusaha menjadikan pernikahan ini menjadi indah dan baik, siapa lagi yang bisa dan mau? Kalau saudara merasa hubungan pernikahanmu mengalami fase musim dingin, tidak ada pembicaraan selain pertengkaran dan perdebatan, saudara mungkin memasuki hubungan dimana lebih baik berdiam diri ketimbang cekcok, saya hanya mengatakan semua berpulang kepada kalian berdua. This is YOUR mariage. Kalian bertanggung jawab dan tidak boleh mengatakan diri menjadi korban karena masing-masing adalah part of problem and part of solution. 260 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 30/11/2008 Pdt. Effendi Susanto STh. Memperkuatlah pernikahanmu ! (5) Tema: Memperkokoh kehidupan pernikahan Kristen Nats: 7 1 Petrus 3:7 Demikian juga kamu, hai suami–suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang. Petrus mengingatkan hubungan pernikahan yang tidak sehat bisa menjadi penghalang di dalam relasi dengan Tuhan. Ada hambatan, ada hal yang bisa mencegah sesuatu keindahan di dalam kehidupan keluarga kita. Memperkuat pernikahanmu, kuatkan kehidupan rumah tangga saudara. Begitu banyak buku-buku yang saya baca dimana ayat ini, 1 Pet.3:7 merupakan ayat yang luar biasa dibahas. Ayat yang begitu pendek dan singkat tetapi memiliki makna yang luar biasa. Seluruh problema, seluruh halangan sudah dibicarakan di dalam ayat ini, “Hai suami-suami, hargailah isterimu sebagai kaum yang lebih lemah dan sebagai teman pewaris kasih karunia, supaya doamu jangan terhalang.” Dr. Leslie Parrott mengatakan secara umum ada lima penghambat yang mungkin mendatangkan ketidak-indahan dan ketidak-harmonisan di dalam kehidupan rumah tangga. 1. Harapan-harapan yang tidak terpenuhi, pengharapan kita, idealisme kita, apa yang kita pikir bahwa pernikahan bisa mendatangkan kebaikan bagi kita, satu cara berpikir yang keliru luar biasa. Yang benar ialah bagaimana SAYA melakukan sesuatu supaya pernikahan itu menjadi indah dan bahagia. 2. Periksaan diri, diri yang tidak mau mengalami perbaikan dan sebaliknya kita selalu menuntut orang lain yang berubah. Kita terlalu gampang melihat kelemahan pasangan kita ketimbang kelemahan kita. Sehingga pada waktu pasangan kita mencoba memberikan kritik yang membangun supaya kita berubah, kita menganggap itu sebagai hal yang menyerang hidup kita. 3. Pasangan tak mahir, pasangan yang tidak punya ketrampilan di dalam memasuki pernikahan. 4. Keputusan-keputusan tak sehat, keputusan-keputusan hidup yang keliru dan salah, yang menyebabkan pernikahan mengalami hambatan. Cara kita memilih pekerjaan, cara kita memilih tempat tinggal, cara kita mengatur prioritas hidup, keputusan-keputusan yang keliru di dalam rumah tangga, semuanya memberikan efek itu. 5. Faktor-faktor yang tak dapat diramalkan, hal-hal yang tidak terduga terjadi, bisa berupa sakit, infidelity, ada hal-hal yang tidak bisa kita cegah di situ. Kalau kita kategorikan secara garis besar, maka apa problema yang terbesar di dalam hidup rumah tangga? Begitu kita menanyakan pertanyaan ini, kebanyakan orang akan memberi jawaban: persoalan komunikasi dan kurangnya pemahaman di dalam kehidupan rumah tangga. Paham salah 261 bukan saja kurang komunikasi tetapi meleset komunikasinya dan memahaminya. Kita tidak memahami apa itu pernikahan dengan benar, kita tidak memahami pasangan kita dengan benar, itu yang menjadi penghalang dan penghambat di dalam pernikahan. Dalam kelas pranikah ada satu pertanyaan dilontarkan, bagaimana kalau hanya satu pihak saja yang berusaha sedangkan pasangan kita tidak mau berusaha? Saya mengatakan, dalam satu pernikahan tidak bisa tidak saudara berdua harus menjadi dua orang yang mendayung sama-sama. Kita bagian dari masalah tetapi kita juga bagian dari pemecahannya. Pada waktu kita mengatakan ada hal-hal yang salah dan tidak baik dari pasangan kita, tetap kita harus melihat tidak ada yang terlepas dari diri dia yang tidak terkait dengan diri saya. Yang saya ingin tekankan di dalam empat khotbah yang lalu pada waktu kita bicara mengenai ‘blue print’ dan prinsip Tuhan bicara mengenai pernikahan, itu tidak boleh kita langgar. Kita dipanggil oleh Tuhan sebagai suami yang mencintai isteri saya tanpa syarat, sama seperti saya mencintai diri saya sendiri. Dan kepada para isteri Tuhan perintahkan untuk menghormati suami sama seperti engkau menghormati Tuhan. Tinggal bagaimana kasih dan bagaimana hormat itu dijalankan, itu bicara mengenai ketrampilan, itu bicara mengenai pemahaman, itu bicara mengenai komunikasi. Tetapi yang saya mau adalah kita sungguh-sungguh ingin menjalankan ‘blue print’ itu terlebih dahulu. Kalau itu tidak ada, maka tidak ada orang yang bisa menyelamatkan hubungan kita selain kita sendiri. Kalau kita merasa tidak ada lagi harapan, kalau kita merasa itu tidak mungkin lagi diperbaiki, kalau kita menganggap pasangan kita susah sekali berubah, sulit untuk meperbaiki relasi itu. Semua prasangka negatif harus hilang sebelum kita berusaha memulai satu relasi yang baik. Yang ada ialah motivasi untuk memulainya. Bagaimana kita membangun motivasi itu? Bagaimana kita memiliki hati yang positif di dalam relasi kita? Tidak ada jawaban yang lain selain kita kembali kepada apa yang Tuhan mau di dalam hidup kita. Bagaimana Tuhan mau mengenai relasi di dalam pernikahan saudara, bagaimana Tuhan mau engkau sebagai suami, bagaimana Tuhan mau engkau sebagai isteri. Maka masing-masing, semua kita, di dalam relasi sebagai suami isteri harus usaha untuk menjadikan pernikahan dan rumah tanggamu menjadi baik dan indah di hadapan Tuhan. Apakah perlu ada sekolah khusus untuk para suami dan para isteri? Waktu jaman Orde Baru pernah dikatakan sebagai negara demokrasi, Indonesia membuka kesempatan bagi siapa saja untuk menjadi presiden, asal dia sudah berpengalaman menjadi presiden. Sekarang saya ingin tanya, siapa di antara saudara yang hendak memasuki pernikahan harus berpengalaman menjadi suami? Tidak ada, bukan? Bukankah itu pengalaman the first time bagi kita? Menjadi ayahpun demikian, bukan? Kalau begitu, apakah perlu ada sekolah untuk para suami dan ayah? Memang ada orang mengatakan, sebelum saya punya anak saya sudah membaca buku “7 Cara Membesarkan Anak.” Sekarang anak saya sudah 7, tidak ada satupun cara dari buku itu yang terpakai. Sebelum menikah, saudara sudah membaca 7 buku mempersiapkan pernikahan, sesudah menikah baru tahu semua prinsip yang diajarkan buku itu tidak ada yang terpakai. Tidak ada yang punya pengalaman menjadi suami sebelum dia memasuki pernikahan. Tidak ada yang punya pengalaman menjadi isteri. Yang ada di dalam buku-buku konseling yang saya baca para ahli hanya mengatakan ada kerinduan, ada motivasi, ada keinginan untuk melihat pernikahan itu dengan kacamata positif terlebih dahulu. Lalu pelan-pelan baru kita belajar bagaimana memiliki pemahaman, ketrampilan, pengetahuan yang lebih maju dan lebih 262 bertumbuh bagaimana menjadi seorang suami yang baik dan bagaimana menjadi seorang isteri yang baik, yang memerlukan proses pendidikan dan ketrampilan. Tidak ada yang lulus dari “sekolah pernikahan” walaupun sudah berpuluh tahun menikah, bukan? Tidak ada yang bisa mengatakan dia sudah lulus dan sudah selesai sehingga tidak perlu belajar lagi. Kita perlu terus berada dan terus mengalami proses yang tidak ada hentinya di dalam relasi dan interaksi kita . Itu sebab memlihara, kuatkan, mau sungguh-sungguh membuat pernikahanmu lebih indah dari tahun ke tahun. Dan kedua, ada keinginan untuk belajar bagaimana menjadi seorang suami dan seorang isteri yang baik. Walaupun ada salah, ada kemungkinan meleset, kita tetap mau belajar untuk lebih baik. Itu sebab unskilled dan unexamined self itu bicara mengenai hal-hal yang bisa diperbaiki, terutama dalam hal miscommunication dan kurangnya understanding. Di dalam kominukasi salah dan salah paham antara suami dan isteri, begitu ditanya kepada isteri maka kalimat yang sering mereka keluhkan umumnya seperti ini, ”...Saya sudah putus asa ngomong sama dia. Percuma ngomong sama suami saya, sebab kalau ngomongpun dia tidak mengerti, ngomongpun dia tidak berubah. Jadi tidak ada gunanya.” Yang keluar dari mulut suami adalah, ”...Saya berusaha mengerti isteri tetapi tetap tidak bisa mengerti dia ngomong apa. Jadi lebih baik perang dingin saja. Gencatan senjata…” Baru saja suami bicara dua tiga kalimat, sudah dibalas oleh isteri dua tiga paragraf. Begitu dibalas oleh suami, marahlah isterinya. Bagaimana membangun komunikasi dan memahami yang baik? Ada banyak aspek di dalamnya. Gary Chapman saudara tentu tahu bukunya yang terkenal “Five Love Languages” memberikan input dan masukan bagaimana suami dan isteri berbicara dalam bahasa cinta yang dimengerti pasangannya. Satu lagi yaitu Gregory Popcak mengatakan salah komunikasi dan salah paham adalah faktor utama di dalam problema suami isteri. Persoalannya sebab masing-masing menggunakan bahasa yang berbeda di dalam berkomunikasi. Suami cinta isteri dan menyatakan cinta kepadanya tetapi bisa jadi tidak ditangkap dengan tepat karena bahasa cintanya yang saling berbeda. Itu sebab Chapman memberi ketrampilan bagaimana bisa mengenal bahasa cinta pasangan kita. Suami pikir dia menyatakan cintanya dengan setiap pagi membuat nasi goreng. Isteri begitu keluar dari kamar, komentarnya sederhana, “Nasi goreng lagi…” Akhirnya suami kesal dengan reaksi isteri. Atau, suatu sore waktu suami pulang, isteri goyang-goyang di depan suaminya sambil bertanya, “Lihat sesuatu yang baru?” Itu pertanyaan yang sangat licik dan menjebak sekali buat suami, bukan? Begitu salah tebak, dia langsung marah. “Benar, kan? Kamu tidak pernah perhatian sama saya…” Dua orang menikah dari dunia yang berbeda dan bahasa yang berbeda, bagaimana bisa menciptakan komunikasi yang benar dan tidak menimbulkan salah paham? Chapman mengatakan ada lima bahasa cinta yang berbeda. Misalnya, word of affirmation. Ada orang yang merasa dicintai kalau dia menerima kalimat-kalimat yang memberi harapan. Itu sebab ada suami yang mendambakan kalimatkalimat yang baik dari isterinya, “Saya mencintai kamu,” “Engkau sangat berarti bagiku,” dsb. Tetapi kalau bahasa cintanya bukan itu, mungkin bahasa cintanya adalah act of service. Tidak perlu ngomong banyak, yang penting lakukan sesuatu. Bahayanya adalah kalau kita terlalu sering menggunakan bahasa cinta kita lalu mengabaikan bahasa cinta yang lain, mungkin akan terjadi ketegangan dan pertengkaran. Bahasa cinta suami adalah act of service lalu dia pikir dengan 263 melakukan hal itu kepada isteri, itu pernyataan suami mengasihi dia, padahal isteri mungkin punya bahasa cinta yang berbeda. Popcak melihat orang menggunakan inderanya secara khas. Ada orang yang visual, ada orang yang auditory, ada orang yang kinesthetic. Umumnya pria lebih visual daripada wanita, tetapi ada pria yang tidak visual. Kalau saudara termasuk orang yang tidak visual sedangkan isteri sangat visual, bisa terjadi konflik. Misalnya isteri visual sangat memperhatikan penampilannya sedangkan suami tidak pernah memperhatikan penampilan dia. Ketimbang marah dan kecewa, sebaiknya isteri memberitahu suami apa yang dia ingin suami perhatikan dari dia. Suami yang visual mempunyai isteri yang tidak visual akan kecewa pulang ke rumah melihat rumahnya begitu berantakan, sebab saudara menjadikan rumah yang rapih sebagai bukti cinta. Pointnya cuma satu yaitu bukan karena tidak saling cinta tetapi karena kita memiliki bahasa yang berbeda yang membuat terjadinya salah paham. Caranya adalah belajar mengerti dan melihat pasangan, belajar menambah ketrampilan kita. Ada banyak buku bicara bagaimana mengerti pikiran pria dan pikiran wanita. Isteri ingin suami mengasihi dia seperti bagaimana dia mengasihi suaminya, sehingga kadang meleset. Beberapa hal yang perlu suami belajar mengenai isterinya. Kalau wanita mau membeli barang, dia tidak akan bilang dia mau barang itu. Saudara yang harus sensitif dan memahami bahwa dia menginginkan barang itu. Misalnya, waktu suami isteri jalan melewati toko kue, lalu isteri melihat cheese cake lalu bertanya, “Kelihatannya enak, papa mau, tidak?” Pria yang tidak sensitif begitu ditanya hanya menoleh dan menjawab, “Tidak mau.” Isteri akan mengomel, “Kue cheese aja tidak mau beli, pelitnya minta ampun!” Baru kita sadar, ternyata dia mau kue itu. “Oh, mama mau ya? Ayo kita balik, beli kue itu.” Sudah terlambat. Bagaimana kita sebagai pria punya fokus dan feeling yang berbeda. Kita kalau lapar, tinggal beli apa yang kita mau. Very simple. Itu yang kita lakukan kepada isteri kita. Apa susahnya sih? Mau beli ya beli saja. Tinggal yang perlu dipikir: mahal atau tidak, harga terjangkau atau tidak, perlu atau tidak. Itu pikiran pria. Cara seperti itu kita pakai untuk wanita, tidak akan ketemu karena cara mereka berbeda. Yang perlu belajar memahami wanita memang seperti itu. Saudara tidak pernah pikir, kenapa dia tanya suami dulu mau atau tidak, karena itu tandanya dia memang caring meskipun dia sendiri mau kue itu. Begitu kita dituduh pelit, langsung kita ambil dompet lalu bilang, “Ayo, mau beli satu lusin juga boleh…” Isteri bilang, “No, I lose my appetite. Saya tidak mau makan apa-apa lagi. Nanti malam saya juga tidak mau makan dan tidak mau masak.” Perdebatan selesai. Alkitab mengajar kita satu prinsip menarik, hai suami, hargailah isterimu. Karena wanita berpikir dia selalu memikirkan suami dan anak lebih dulu, baru kemudian pikir diri sendiri, maka tidak ada hal lain yang isteri minta dari suaminya selain dia belajar sensitif dan menghargainya. Isteri sudah bekerja setengah mati dan susah payah merawat keluarga, dia hanya minta sedikit penghargaan dari suaminya. Sebagai kaum yang lebih lemah dia membutuhkan proteksi dan penghargaan dari suaminya. Kalau saudara bisa menghargai isteri, percayalah kepada saya, saudara akan safe banyak hal dalam hidupmu. Sebagai suami kita sering bingung akan cara berpikir isteri, tetapi memang sudah begitu naturnya. Menjadi suami, saudara harus siap-siap menjadi tukang ramal yang bisa menebak apa yang ada di belakang pikiran isterimu. Kenapa isteri tidak pernah bilang, “Beli ini saya dong…”? Karena tidak ada di dalam kamus wanita yang meminta seperti itu. Pemberian itu adalah tanda cinta, 264 bukan? Mana ada cinta perlu minta-minta? Apakah ada isteri, yang begitu suaminya pulang lalu minta, “Pa, peluk saya dong.” Yang wanita mau adalah seberapa besar sensitifitas suaminya menyatakan cinta kepada dia, menghargai dia. Memang tidak gampang dan kadang salah tebak, tetapi lama-lama kita akan bisa menangkap apa yang dia inginkan dan apa yang ada di dalam pikirannya. Yang kedua, bagaimana memiliki understanding supaya komunikasi bisa berjalan lebih baik? Saudara dan saya harus mengerti bahwa secara naturnya wanita memang memiliki struktur otak dan pikiran yang berbeda dengan pria terutama di dalam mengungkapkan permasalahan. Pria menyelesaikan masalah itu satu demi satu. Wanita punya otak itu seperti windows yang kena virus, terbuka semua. Mau coba mengajak isteri menikmati satu dinner yang romantis, baru saja duduk, isteri langsung berkata, “Dua anak kita ditaruh di rumah sama baby sitter safe atau tidak yah? Kompor tadi sudah dimatikan atau belum yah?” Suami bilang, “Jangan pikir begitu, ayo kita makan saja.” Isteri sudah tidak bisa lagi menikmati makanannya. Waktu suami mau peluk dan cium isterinya, isteri bilang, “Malu ah, dilihat orang.” Buat laki-laki begitu sudah berdua dengan isteri, bom jatuhpun tidak masalah. Karena otak pria cuma pikir satu hal dalam satu waktu, maka sulit memahami pikiran wanita yang begitu kompleks. Buat isteri, seks dan intimasi dengan suami ada di list paling bawah sedangkan suami sebaliknya, pulang kantor yang paling prioritas buat dia adalah intimasi dengan isteri, mandi belakangan. Sudah berusaha untuk strengthen our marriage, akhirnya dirusak dengan kekuatiran soal kompor bocor, anak sudah makan atau tidak, tahu-tahu bisa teringat dosamu 10 tahun yang lalu, akhirnya suasana jadi rusak. Wanita tidak punya daya untuk menutup apa yang muncul dari otaknya. Sebentar dia pikir ini, sebentar dia pikir itu. Itu sebab wanita selalu merasa ada salah dari pria di dalam memahami dan mengerti dirinya. Maka sering terjadi pertengkaran ketika wanita merasa pria tidak mengerti apa yang dia katakan atau tidak mau berubah. Kalau sudah begitu, kita akan mengalami kesulitan bagaimana memperbaiki satu komunikasi. Kita perlu belajar apa yang salah, apa yang kita perlu mengerti dari cara wanita berkomunikasi. Pria di dalam komunikasi selalu bersifat solution oriented, sedangkan wanita selalu bersifat feeling and intimacy connected. Jadi pria baru bicara kalau dia mau menyelesaikan satu masalah. Wanita berbicara untuk supaya get connected. Istri bilang, “Pa, anak kita kok nakal sekali di sekolah…” Suami bilang, “Oh, nanti kita beresin dengan gurunya. Kalau perlu anak kita pindah sekolah saja.” Isteri jadi jengkel dan bilang, “Kamu tidak pernah dengar apa yang saya omong.” Suami rasa diserang karena dia merasa mendengar semua yang dibicarakan isterinya. Kita sering menjadi frustrasi karena kita pikir isteri mengerti apa yang kita maksud dan celakanya dia pikir dia mengerti apa yang kita maksud, ternyata tidak ketemu. Bukan persoalan dengar atau tidak dengar melainkan salah mengerti. Petrus mengatakan, hargai isterimu, dia adalah kaum yang lebih lemah dan dia adalah temanmu. Itu adalah hal yang diperlukan oleh isterimu, suami yang melindungi dan menjadi teman baginya. Yang wanita butuhkan dari suaminya adalah telinga yang mendengar dan bahu yang sedia untuk disandari, bukan mulut yang memberi solusi. Mendengar buat wanita adalah jangan coba-coba fixed. Dan yang 265 perlu kita dengan bukan hanya kata-kata dia tetapi feelingnya. Waktu dia melontarkan, “Kok si kecil begini…” Yang dia lontarkan itu cuma problem, tetapi yang menjadi feelingnya adalah dia sedang kuatir. Kuatir itu bisa disebabkan oleh banyak aspek. Misalnya, mungkin dia rasa salah karena kurang memberi perhatian kepada anak itu. Atau dia rasa salah karena merasa terlalu memanjakan anak itu. Dia takut dan gelisah apakah sikapnya benar atau tidak. Jadi yang perlu diselesaikan adalah perasaan salahnya, bukan pindah sekolahnya. Jadi sebagai suami waktu mendengar perkataan isterinya, dia harus belajar menangkap kekuatirannya. Lalu setelah menangkap kekuatiran isterinya, ada dua hal yang mungkin bisa suami lakukan. Pertama, kamu tidak perlu bilang apa-apa, karena yang dia perlukan adalah mendengar. Atau yang kedua, kamu beri dia jaminan, bukan solusi. Bagaimana menenangkan kekuatirannya, bagaimana kamu selalu ada ketika masalah itu muncul. Sehingga sebagai suami, engkau membantu dia seperti itu. Hari ini kita bisa mengenai komunikasi dan pemahaman, kita masing-masing bagaimana belajar dan terus belajar makin indah dan makin bertumbuh di dalamnya. 266 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 07/12/2008 Pdt. Effendi Susanto STh. Bermesra, gairah pernikahanmu ! (6) Tema: Memperkokoh kehidupan pernikahan Kristen Nats: Amsal 12:4 Kid. 7:6 Kid. 8:7 1 Tim. 4:3 Amsal 12 4 Isteri yang cakap adalah mahkota suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya. Kidung Agung 7 6 Betapa cantik, betapa jelita engkau, hai tercinta di antara segala yang disenangi. Kidung Agung 8 7 Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina. 1 Timotius 4 3 Mereka itu melarang orang kawin, melarang orang makan makanan yang diciptakan Allah supaya dengan pengucapan syukur dimakan oleh orang yang percaya dan yang telah mengenal kebenaran. Konteks dari 1 Tim.4:3 adalah Paulus mengingatkan bahwa mereka adalah penyesat-penyesat yang mengajarkan ajaran yang “super spiritual”, bagaimana menjadi lebih rohani daripada orang yang lain, yaitu melarang orang menikah dan melakukan aktivitas seksual karena dianggap sebagai hal-hal yang duniawi dan tidak suci. Paulus mengatakan itu adalah ajaran yang keliru. Sebagaimana makanan, terima itu dengan syukur, terima itu sebagai berkat Tuhan, demikianlah halnya dengan pernikahan dan seksualitas adalah berkat Tuhan bagi orang percaya. Minggu lalu saya sudah bicara mengenai beberapa hal penting berkaitan dengan salah komunikasi dan salah paham di dalam pernikahan. Perbedaan kita sebagai laki-laki dan perempuan, dua gender yang sama sekali berbeda tetapi diikat di dalam satu pernikahan, di situ kita harus belajar bagaimana mengerti perbedaannya. Yang kedua, hari ini kita belajar aspek mengenai cinta yang begitu berbeda dimengerti antara pria dan wanita. Laki-laki dan perempuan umumnya memandang konsep cinta dan seks dari sisi yang berbeda sehingga kadang-kadang mengalami salah komunikasi dan salah paham sehingga kita perlu belajar mengetahuinya, sehingga melalui itu kita mempertumbuhkan kehidupan pernikahan dan hubungan suami isteri kita menjadi lebih baik. 267 Apa itu cinta? Cinta adalah hal yang sangat luar biasa. Para sastrawan dan penulis di sepanjang sejarah menulis mengenai cinta dengan begitu luas dan dalam. Manusia sangat ingin mengerti apa itu cinta. Firman Tuhan di dalam Kidung Agung ini mengatakan, “Love is beautiful but do not exploit it before its desires,” cinta itu indah sekali tetapi jangan eksploit cinta sebelum waktunya. Cinta itu indah, seksualitas itu indah. Cinta itu merupakan semangat pendorong yang sangat besar di dalam hidup manusia, terutama di dalam hidup satu pernikahan dan seksual intimasi di dalam satu relasi. Kalau hal itu tidak ada, maka kita tidak lagi menemukan semangat yang indah itu di dalam hidup kita. Cinta itu kuat seperti api yang tidak bisa dipadamkan. Air sungai dan lautan yang berapa besarpun tidak sanggup untuk memadamkan api itu (Kid.8:7). Saudara bisa melihat gairah yang luar biasa digambarkan di sini, bukan? Kidung Agung menggambarkan pujian di antara pengantin pria dan wanita saling bersahutan. Pujian mempelai pria terhadap keindahan tubuh isterinya. Demikian pula pujian dari mempelai wanita terhadap kedekatan dan keintiman suaminya memeluk dan merangkul dia. Kidung Agung menggambarkan hubungan seksual dan intimasi itu begitu terbuka adanya. Dari jaman dulu Gereja selalu merasa “terganggu” dan mereka mencoba mengeufemisme, menghaluskan makna dari Kidung Agung sebagai ungkapan cinta Yesus terhadap Gereja. Tetapi usaha ini tidak bisa menjawab satu hal yang sangat penting dari kitab ini, yaitu kalau memang Kidung Agung mau bicara mengenai cinta Tuhan kepada umat-Nya, kenapa memakai bahasa yang “straight to the point”? Buat saya, malah lebih terganggu lagi kalau ini memang bicara mengenai cinta Tuhan Yesus terhadap Gereja tetapi memakai kalimat-kalimat yang sangat “vulgar”, bukan? Mulai dari mata yang seperti merpati, rambut yang seperti kawanan kambing, gigi yang putih dan rapih, terus menuju ke leher, ke dada, dst. Kenapa Tuhan menaruh kitab ini di dalam Alkitab kita? Ini memberitahukan kepada kita we have to learn something about love, what is the true love and what is the true sexual intimacy karena itu merupakan bagian yang Tuhan beri kepada kita di dalam kehidupan pernikahan kita. Apa itu cinta? Orang di jaman Modern melihat cinta itu menjadi berharga kalau cinta itu mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi dia. Maka cinta dilihat sebagai selfbenefit. Berbeda dengan prinsip Alkitab yang mengajarkan cinta sebagai self-sacrifice. Kita mencintai, berarti kita sedang memikirkan bagaimana bisa memenuhi kebutuhan pasangan kita, bagaimana kita bisa menjadi seseorang yang memenuhi keinginan suami atau isteri yang kita kasihi itu. Dari situ maka terjadi efek balik, kita pun akan mengalami kepenuhan cinta dari pasangan kita yang ingin memenuhi keinginan kita. Cinta itu bukan hal yang egois, cinta itu bukan berpusat kepada apa yang menguntungkan kita secara pribadi. Keuntungan dan keindahan itu akan datang melalui diri kita yang terlebih dahulu mengasihi dan berkorban. Seringkali orang salah mengerti memandang cinta sebagai suatu sensasi romantik yang bersifat elektrik antara lawan jenis. Orang yang sudah mengenai pasangannya bertahun-tahun mungkin tidak lagi mencintai dia seperti waktu mengenalnya di tahun-tahun pertama. Dulu duduk besama membuat hati begitu bergetar. Sekarang duduk sama-sama tidak ada lagi perasaan seperti itu, sehingga banyak orang yang sudah lama menikah akhirnya mengatakan hubungan antara mereka sudah mendingin, tidak ada lagi gairah, sudah tidak lagi memiliki kedekatan, dsb. Lalu kesimpulannya cinta di antara mereka sudah pudar dan tidak manis lagi. Lalu bagaimana? 268 Konsep cinta yang benar saya gambarkan seperti segitiga yang memiliki tiga sisi. Bagi saudara yang belum menikah, saya ingatkan kepadamu, cinta bukan sekedar sensasi romantik yang siang malam bermimpi mengenai si dia terus. Pada suatu hari kamu tidur sama-sama sebagai suami isteri, mimpimu akan berbeda. Cinta punya tiga sisi yang harus ada pada dua belah pihak. Sisi yang pertama adalah passion. Itu yang kita mengerti sebagai romantic love. Orang seringkali hanya melihat cinta dari sisi ini. Ada passion, ada desire, ada keinginan dan ketertarikan kepada dia. Suatu kombinasi antara ketertarikan secara fisik dan rasa sayang. Bagaimana dengan pasangan yang sudah puluhan tahun menikah? Apakah cinta romantis ini masih relevan bagi mereka? Buat saya, tidak ada cinta romantik ini tidak berarti mereka sudah tidak saling cinta lagi karena ada sisi dan aspek lain di dalam cinta. Sampai kita tua nanti mungkin cinta romantik ini tidak lagi menjadi kaki yang penting walaupun bisa jadi tetap ada. Tetapi di situ cinta romantik kita sudah berubah bentuk menjadi suatu persahabatan. Dia menjadi “my soul-mate”. Sisi yang kedua adalah kemesraan. Cinta membuatmu berdua makin dekat, closer and closer. Sehingga walaupun sudah berumur 80-90 tahun, mungkin perasaan intimasi mereka sudah lebih dekat daripada pasangan yang baru menikah, meskipun romantic love-nya tidak menggelora seperti pasangan yang baru menikah. Sisi yang ketiga adalah comitmen. Cinta juga berkaitan dengan aspek komitmen ini. Orang yang baru jatuh cinta, mungkin menggebu-gebu ingin selalu ketemu, begitu berkembang desire dan kemesraannya tetapi tidak ada komitmennya, bahaya. Maka saya mengingatkan anak-anak muda untuk berhati-hati. Love mempunyai perdambaan yang dahsyat luar biasa, seperti api yang bergelora, tetapi salah bermain-main bisa terbakar. Tetapi di pihak lain ada satu pria yang hanya melihat sisi komitmen ini saja. Dia pernah konseling kepada saya mengatakan dia hendak menikah dengan seorang wanita yang sudah 10 tahun menjadi pacarnya. Tetapi menurut pengakuannya dia tidak punya cinta seperti seorang laki-laki kepada perempuan, melainkan dia sayang kepada wanita ini seperti seorang kakak kepada adik. Dia hendak menikahi wanita ini hanya karena dia merasa berkewajiban untuk melakukan hal itu. Kalau saudara baru berumur 18 tahun, saya tidak bisa melarang dan mencegah hatimu tertarik kepada seseorang. Tetapi saya tanya, kapan kamu kira-kira berencana akan menikah? Kalau rencanamu umur 26 tahun, berarti saudara pacaran dengan dia ada sekitar 8 tahun, bukan? Berarti you have to make your love punya long lasting commitment at least 8 tahun sebelum masuk ke dalam pernikahan. Coba pikir, apakah bisa tahan selama itu tidak? Coba mengerti konsep komitmen seperti itu. Kalau mengerti cinta dengan tiga sisi seperti ini maka saudara akan mengerti di dalam perjalanan hidup saudara, cinta itu akan mengalami perubahan bentuk. Bukan cintanya yang berubah, tetapi bentuknya yang mengalami perubahan. Bisa jadi, pasionnya menjadi kecil sebab berkaitan dengan proses alamiah dimana mungkin umur menjadi tua, penyakit mulai datang. Tetapi komitmen dan intimasi mungkin semakin tumbuh melewati waktu-waktu seperti itu. Dr. Less Parrott menggambarkan 5 fase cinta di dalam relasi suami isteri: 1. Fase Romance, satu fase yang paling awal di dalam pacaran dan pernikahan. Fase dimana semua yang ada pada diri pasangan dilihat selalu baik dan indah adanya. Itu sebab dikatakan cinta itu buta. 269 2. Fase Power Struggle, satu fase dimana cinta itu mengalami keributan dan power struggle karena di situ pasangan mulai menyadari kita berbeda, kita mulai menyadari hal-hal yang tidak cocok, dsb. Di situ terjadi power struggle. Suami merasa dia harus menjadi suami yang seperti ini, isteri merasa dia harus menjadi isteri yang seperti ini. Pasangan yang bisa melewati fase ini akan memasuki cinta yang lebih matang dan dewasa. 3. Fase Cooperation: pada fase ini pasangan mulai menumbuhkan penerimaan penuh terhadap pasangan dan punya keinginan untuk mengembangkan relasi yang sehat. Di sini pasangan menyadari bahwa cinta tidak melulu “looking outward” tetapi “looking inward” kepada diri sendiri dan mengambil tanggung jawab atas personal problemnya. Mereka tidak lagi menuntut pasangan untuk membuat dirinya bahagia tetapi lebih aktif membahagiakan pasangannya. 4. Fase Mutuality: ini adalah fase dimana pasangan merasakan “a secure sense of belonging” rasa saling memiliki dan mengembangkan mutual kemesraan yang penuh. 5. Fase Co-Creativity: ini fase yang matang di dalam perjalanan cinta seseorang sehingga pada waktu kita menjadi lebih tua, kita menemukan cinta itu lebih menjadi satu mutuality. Sehingga suami isteri merasa begitu dekat, begitu saling mencinta dan mengasihi dengan jalan pagi sama-sama berdua sudah senang luar biasa. Cinta yang matang ini menyebabkan mereka tidak lagi melihat mereka berdua tercipta untuk eksklusif satu sama lain, tetapi cinta mereka bisa mengalir bagi orang-orang di sekitar mereka dan mendatangkan kontribusi yang indah di dalam komunitas mereka. Dengan mengerti fase cinta seperti ini kita akan menyadari ada tiga hal yang patut kita kuatkan dan teguhkan di dalam hubungan pernikahan kita. Passion itu tetap harus kuat, kemesraan kita semakin dalam, comitmen kita juga semakin teguh. Di dalam pernikahan cinta tidak hanya menjadi suatu perasaan yang bersifat abstrak. Maka kita akan menemukan cinta itu dilihat dan dinyatakan di dalam sexual activity. Di dalam hal ini maka saya ingin menekankan bagaimana kita memahami konsep mengenai sexual activity ini. Salah kominukasi sering terjadi antara suami dan isteri. Isteri merasa dia cinta kepada suami tetapi suami merasa isteri kurang cinta kepada dia sebab kehidupan seksual mereka tidak seperti yang dia harapkan. Suami mengeluh, “Tidak ada lagi cinta di antara kami…” setelah ditelusuri ujung-ujungnya menjadi satu pengakuan “We have sexual problems.” Bagaimana menumbuhkan cinta? Bagaimana memiliki intimasi yang dalam? Tidak bisa tidak ini harus kita bicarakan dalam aspek yang paling konkrit yaitu sexual life di dalam satu pernikahan. Kembali lagi kepada prinsip Alkitab, sexual life is a gift from God. Adalah keliru orang yang mengatakan hidup lebih rohani kalau tidak ada sexual activity di dalamnya. Dalai Lama bilang sexual life adalah problem di dalam kehidupan manusia. Dia tidak pernah pikir darimana dia datang ke dunia? Dalai Lama boleh mengatakan dia tidak perlu hubungan seksual, tetapi dia mesti ingat dia exist itu juga karena ayah ibunya melakukan hubungan seksual, bukan? Dia tidak muncul sendiri seperti sepotong jamur. Kalau semua manusia di muka bumi ini tidak melakukan hubungan seksual, apa yang terjadi? Dunia ini akan lenyap. Waktu Tuhan mencipta dunia dan manusia, sexual life merupakan bagian yang Tuhan berikan sebagai bagian dari ciptaan. Karena di situ berarti kita berbagian menghasilkan regenerasi bagi dunia ini. Ketika semua kehidupan seksual berhenti, maka dunia ini habis. 270 Maka bagaimana menumbuhkan kasih di antara suami isteri? Bagaimana menyatakan kasih itu dengan konkrit kepada pasanganmu? Saya akan bicara secara terbuka bahwa kasih itu dinyatakan di dalam sexual life di antara kalian. Di dalam kaitan bicara mengenai sexual life, kerap kali komunikasi antara suami isteri sering menghadapi salah paham dan kebingungan. Isteri selalu berpikir dia mencintai suaminya dinyatakan dengan merawat dia, memasak untuk dia, dsb. Tetapi dia merasa suami hanya punya nafsu kepada dia sehingga isteri kecewa, mengira suami tidak punya cinta yang murni kepada dia sehingga menyebabkan isteri malah menjauh dari suaminya. Ini adalah konsep yang keliru. Bagi suami, dia ingin isteri justru menyatakan cinta kepadanya dibuktikan dengan konkrit ketika dia bersedia dan mau melakukan hubungan seksual dengan penuh gairah kepadanya. Suami merasa isteri tidak lagi mencintainya, hubungan menjadi dingin ketika isteri selalu menolak melakukan hubungan seksual itu. Maka saya ingin mengingatkan para isteri, jangan mengabaikan aspek itu begitu penting pada diri suamimu. Sekarang saya bicara dari sisi perempuan. Jujur buat perempuan, umumnya hubungan seksual ada di urutan terakhir dari prioritas hidupnya. Daftar kegiatannya akan diisi dengan sederet panjang kegiatan di seputar merawat anak dan suami, merapikan rumah yang tidak pernah beres, mencuci, menyeterika, berbelanja, dst. Maka setelah semua kegiatan itu berakhir, dia akan menutup hari yang sibuk itu dengan tidur nyenyak. Suami yang mengajak berhubungan seks dianggap tidak sensitif dan tidak peka kepada kelelahannya, bahkan dianggap egois dan selfish. Sebaliknya suami mengira isteri yang menolak berarti sudah tidak lagi cinta kepadanya. Maka kesalahpahaman dan cekcok akan terjadi. Saya ingin memberitahu para suami, waktu seorang isteri tidak memiliki keinginan untuk berhubungan seksual dengan suaminya, itu tidak ada kaitannya dengan cinta dia. Suami jangan berkesimpulan bahwa dia tidak lagi tertarik kepada keindahan tubuhmu. Buat isteri, dia tidak terlalu memperhatikan apakah dulu waktu baru menikah suami punya “six pack” dan sekarang hanya “one bun”. Bukan itu yang dia lihat dari diri suami. Dia akan bergairah terhadap suami ketika dia melihat suaminya mengerti kelelahannya bekerja mengurus rumah dan anak sepanjang hari, ketika tanpa diminta suaminya membantu membuang sampah dan mencuci piring, ketika suami menyediakan telinga mendengar segala keluhan dan ceritanya dengan penuh perhatian. Kepada para suami, pegang kata kunci ini: “Help me to help you to help me.” Minta kepada isterimu untuk mengatakan pertolongan apa yang dia perlukan supaya rumah menjadi nyaman dan hati isteri menjadi senang. Mungkin inisiatif saudara untuk menemani anak bermain sepulang dari kantor, memberi dia makan atau memandikan dia menjadi satu sukacita bagi isteri. Dia melihat inisiatif saudara melakukan semua itu karena sdr mencintai dia dan care terhadap isteri yang lelah. Help me to help you to help me. Kepada para isteri, sekarang saya ajak saudara melihat apa yang ada di pikiran suamimu. Jujur harus diakui, bagi seorang pria seksualitas memang menjadi prioritas hidupnya. Bagi seorang pria seks bukan dilihat dari aktifitas seks itu sendiri tetapi sexual fulfillment yang dia peroleh setelah berhubungan seks. Pria melihat respons isterinya di dalam hubungan seksual sebagai pertanda isteri respek dan membutuhkan dia. Ini menjadi satu pemenuhan dari kebutuhan suami yang terdalam. Semakin dia mendapatkan fulfillment itu dari isterinya, semakin dia akan menjadi seorang yang confident (yakin), seorang yang percaya akan diri dan kemampuannya, seorang yang mempedulikan 271 dan punya ambisi di dalam aspek-aspek yang lain di dalam hidupnya. Seorang isteri yang mencintai suaminya perlu mengerti akan hal ini akan hal ini. Tanda cinta yang suamimu inginkan bukan makanan yang enak yang kau masak buat dia, bukan baju yang licin disetrika, bukan rumah yang bersih dan rapih. Seorang suami akan menikmati cinta dari isteri ketika isteri menyambut cinta suami dengan inisiatif dan menyatakannya di dalam hubungan seksual yang intim dan hangat. Dengan demikian terjadi suatu lingkaran yang indah di dalam relasimu, suami yang mendapatkan sexual fulfillment seperti ini akan menjadi suami yang penuh perhatian, suami yang mempedulikan dan berinisiatif memenuhi kebutuhan cinta isterinya. Kiranya melalui apa yang saudara dengar hari ini menjadi suatu dorongan bagi saudara memperkokoh pernikahan dengan hal yang lebih konkrit dan memberi fulfillment bagi kedua belah pihak. 272 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 14/12/2008 Pdt. Effendi Susanto STh. Salah komunikasi dan salah paham tentang kemesraan (7) Tema: Memperkokoh kehidupan pernikahan Kristen Nats: Amsal 12:4 1 Petrus 3: 1-7 Kid. 7:6-13 Kid. 8:7 Amsal 12 4 Isteri yang cakap adalah mahkota suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya. 1 Petrus 3 1 Demikian juga kamu, hai isteri–isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, 2 jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu. 3 Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang–ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah–indah, 4 tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. 5 Sebab demikianlah caranya perempuan–perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan–perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya, 6 sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan kamu adalah anak– anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman. 7 Demikian juga kamu, hai suami–suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang. Kidung Agung 7 6 Betapa cantik, betapa jelita engkau, hai tercinta di antara segala yang disenangi. 7 Sosok tubuhmu seumpama pohon korma dan buah dadamu gugusannya. 8 Kataku: “Aku ingin memanjat pohon korma itu dan memegang gugusan–gugusannya Kiranya buah dadamu seperti gugusan anggur dan nafas hidungmu seperti buah apel. 9 Kata–katamu manis bagaikan anggur!” Ya, anggur itu mengalir kepada kekasihku dengan tak putus–putusnya, melimpah ke bibir orang–orang yang sedang tidur! 10 Kepunyaan kekasihku aku, kepadaku gairahnya tertuju. 273 11 Mari, kekasihku, kita pergi ke padang, bermalam di antara bunga–bunga pacar! 12 Mari, kita pergi pagi–pagi ke kebun anggur dan melihat apakah pohon anggur sudah berkuncup, apakah sudah mekar bunganya, apakah pohon–pohon delima sudah berbunga! Di sanalah aku akan memberikan cintaku kepadamu! 13 Semerbak bau buah dudaim; dekat pintu kita ada pelbagai buah–buah yang lezat, yang telah lama dan yang baru saja dipetik. Itu telah kusimpan bagimu, kekasihku! Kidung Agung 8 7 Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina. “Isteri yang cakap adalah mahkota suaminya. Tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya” (Ams.12:4) Dua minggu terakhir ini saya bicara mengenai aspek kesulitan di dalam relasi antara suami isteri muncul disebabkan karena ketidak-mampuan mereka berkomunikasi dengan bahasa yang saling dimengerti satu sama lain. Maka salah komunikasi dan kesalahpahaman merupakan faktor yang sangat penting sekali untuk dimengerti di dalam keharmonisan suami dan istri. Persoalannya sederhana saja, tinggal bagaimana kita lebih memahami pasangan kita membutuhkan teknik, kemampuan dan edukasi. Itu sebab mari kita belajar sama-sama dari kebenaran firman Tuhan dan dari pengalaman begitu banyak orang boleh menjadi berkat bagaimana saudara dan saya bertumbuh di dalam relasi sebagai suami dan isteri yang dikehendaki oleh Tuhan. Saya mengingatkan para suami bagaimanapun sesudah menikah, saudara tidak boleh “close the chapter” dan menganggap proses perjalanan cinta itu sudah selesai. Isteri itu ingin terus menerus diyakinkan oleh suaminya bahwa engkau begitu mencintai dia setiap saat dan itu dibuktikan dengan sikap dan tindakan yang konkrit darimu. Ini adalah kebutuhan setiap isteri karena umumnya wanita memiliki ketidakpastian ketika dia merasa tidak ada lagi cinta di tengah-tengah hubungan kalian. Tetapi berbeda dengan para pria. Sebelum menikah, laki-laki rela mengejar wanita dengan luar biasa. Namun setelah wanita bertekuk lutut dan menyatakan cintanya, maka pria menganggap misinya sudah selesai dan komplit. Inilah yang sering menjadi penyebab timbulnya pertengkaran dan percekcokan di antara suami isteri. Yang kedua, bagaimana kita memahami hubungan suami isteri lebih indah yaitu dalam hal lebih mengerti bahasa cinta yang berbeda di antara mereka. Gary Chapman menulis buku “Five Love Languages” bicara mengenai lima bahasa cinta yang mungkin berbeda antara suami dan isteri. Persoalan bisa muncul bukan karena sudah tidak lagi saling mencintai, tetapi karena masing-masing berbicara dengan bahasa yang berbeda sehingga menimbulkan kesalahpahaman di dalam komunikasi. Gary Chapman mengatakan paling tidak ada lima bahasa cinta, yaitu: 1. Word of Affirmation, yaitu seseorang merasa dia dicintai kalau pasangannya mengeluarkan kata- kata yang bersifat pernyataan, kehormatan, dan dorongan kepada dia. Suami yang mempunyai 274 bahasa cinta ini ingin mendengar isterinya say “Saya mencintai kamu,” menyatakan perhatian dengan kata-kata yang mesra, dsb. 2. Acts of Service, yaitu seseorang menyatakan cinta dengan melakukan pelayanan yang kelihatan. Mungkin isteri saudara tidak bisa mengatakan “Saya mencintai kamu,” tetapi saudara tidak pernah kekurangan makan setiap hari. Dengan menyediakan makanan yang enak dan lezat untuk dia itu adalah bukti cintanya kepadamu. Kalau itu yang menjadi bahasa cinta isterimu, maka diapun ingin saudara menyatakan cinta dengan cara dan sikap yang sama. Buat dia, dia tidak perlu kata-kata yang mesra, tetapi inisiatif saudara mengerjakan tugas-tugas di rumah tanpa diminta adalah tanda cinta saudara yang konkrit untuknya. Jika act of service yang dia lakukan untukmu mendapat respons penolakan, maka itu akan menjadi suatu kesedihan yang dalam baginya. 3. Gifts, yaitu ada orang menyatakan cintanya dengan memberi hadiah-hadiah yang berkesan. Itu yang menjadi bahasa cinta dia dan dia juga ingin pernyataan saudara diberikan dengan hadiahhadiah yang berkesan. Maka saudara mungkin perlu belajar bagaimana memberi sesuatu kepadanya. 4. Quality Time, cinta dinyatakan dengan kehadiranmu di sisinya, mendampinginya, berada di sekitarnya, bercakap-cakap dengannya, dsb. 5. Physical Touch, orang yang memiliki bahasa cinta ini akan merasa dicintai kalau dia mendapatkan sentuhan dan belaian. Namun Gregory Popcack mengingatkan orang yang mahir menyatakan satu bahasa cinta cenderung menggunakannya terus sehingga tidak berusaha belajar menggunakan bahasa yang lain. Berbicara dengan bahasa cinta yang berbeda seringkali menjadi faktor penyebab salah komunikasi yang terjadi. Akhirnya pasangan yang tidak mendapatkan pemenuhan di dalam bahasa cintanya, mungkin setelah belasan tahun menikah, mengeluh bahwa dia tidak lagi dicintai oleh pasangannya. Kalimat seperti ini saya rasa tidaklah terlalu benar, sebab bisa jadi bukan cintanya sudah tidak ada tetapi ada dua aspek penting mungkin kacau di situ. Satu, yaitu waktu membahasakan cintanya berbeda sehingga pasangan merasa tidak dicintai. Kedua, cinta tetap ada tetapi bentuk dari cinta itu mengalami perubahan. Kalau seseorang mengatakan dia merasa pasangannya tidak mencintai dia lagi, mungkin asumsi di baliknya adalah dia ingin cinta pasangannya terus menerus bersifat romantis. Saudara yang sudah lama menikah akan mengalami perubahan. Awalnya romantis, tetapi mungking setelah lima sepuluh tahun cintanya akan mengalami perubahan. Ini yang disebutkan oleh Dr. Les Parrott waktu membahas mengenai lima stages of love yaitu: 1. Romance: ini adalah tahap di awal relasi. Saudara duduk bersama, ngobrol, itu merupakan keindahan yang tidak habis-habisnya. 2. Power Struggle: ini mungkin terjadi setelah pernikahan berusia 3-5 tahun dimana pasangan menghadapi banyak pertengkaran dan keributan. Masing-masing pihak ingin mengambil kontrol atas keluarga. Mungkin keributan karena anak, karena pekerjaan, karena karier, dsb. Dalam fase ini pasangan belajar bagaimana mengatasi power struggle ini. 3. Cooperation: dalam fase ini pasangan mulai saling bekerja sama, saling mengasihi dan saling membantu. Masing-masing berpikir pasangannya bisa mengambil keputusan yang lebih baik dan mempercayakan hal-hal tertentu diatur olehnya. 275 4. Mutuality: di situ bukan lagi cinta romantik tetapi lebih merasa pasangannya sebagai “soul mate” dimana masing-masing saling membutuhkan, menjadi pendamping. Itu akan terjadi pada waktu pernikahan mungkin sudah berjalan 25-50 tahun. Di situ kemesraan terpenuhi waktu duduk samasama, jalan sama-sama, dsb. 5. Co-Creativity: ini fase yang matang di dalam perjalanan cinta seseorang sehingga pada waktu kita menjadi lebih tua, kita menemukan cinta itu menyebabkan mereka tidak lagi melihat mereka berdua tercipta untuk eksklusif satu sama lain, tetapi cinta mereka bisa mengalir bagi orang-orang di sekitar mereka dan mendatangkan kontribusi yang indah di dalam komunitas mereka. Hari ini saya secara khusus akan bicara mengenai hal yang konkrit yaitu bagaimana ekspresi cinta itu dinyatakan di dalam hubungan suami isteri yaitu hubungan seksual mereka. Kalau ditanyakan secara jujur kepada pria, umumnya buat mereka cinta itu diekspresikan di dalam hubungan seksual. Maka suami merasa tidak ada lagi cinta di antara dia dengan isterinya, ujung-ujungnya akan berkaitan dengan hubungan seksual yang tidak harmonis di antara mereka. Dia mungkin tidak lagi merasakan kehangatan cinta dari isterinya. Setiap kali suami menginginkan hubungan seksual itu, isteri mengeluh cape, atau mau menidurkan anak dan akhirnya dia sendiri yang ketiduran. Akhirnya suami kecewa dengan sikap isterinya dan merasa tidak dicintai lagi. Ketika isteri mengatakan suaminya sudah tidak lagi mencintai dia, yang dikeluhkan umumnya suami tidak lagi romantis dan yang ada di pikirannya hanya seks semata-mata. Dulu mungkin dia pulang membawa hadiah untuk isterinya, mengajak makan berdua, baru diakhiri dengan hubungan di kamar tidur yang berkesan. Kata isteri, “Sekarang boro-boro. Yang ada sekarang dia bersikap kasar dan setelah hubungan berakhir dia tidur ngorok menghadap dinding.” Itu sebab saya ingin bicara mengenai hal yang begitu konkrit menjadi struggle di dalam relasi suami isteri yaitu di dalam memahami konsep mengenai cinta di dalam hubungan seks mereka. Pria dan wanita memang berbeda di dalam beberapa hal. Para suami perlu mengerti bahwa berhubungan seks dengan suami adalah daftar paling akhir dari “list to do” mereka karena yang ada di pikiran isteri dipenuhi dengan kegiatan rutin mulai dari mengurus anak sampai mengurus rumah tangga yang tidak habis-habisnya. Bangun pagi yang langsung terpikir adalah mengurus anak, masak, mencuci pakaian, menyeterika, membersihkan kamar mandi, buang sampah, memotong rumput, dst. Tetapi sebaliknya bagi suami hubungan seks ada di prioritas nomor satu. Maka tidak ketemu, bukan? Maka kita perlu mengerti akan beberapa hal Pertama, kita harus terima bahwa secara naturnya isteri memiliki sexual drive yang lebih rendah daripada suaminya. Itu berkaitan dengan aspek hormonal, itu juga berkaitan dengan periode siklusnya. Sexual drive pria itu “setiap hari” sedangkan wanita tidak seperti itu. Maka dari hal itu saja kita sudah bisa menemukan bahwa sexual drive pria dan wanita berbeda luar biasa. Kedua, sexual drive pria itu bermesin jet sedangkan sexual drive wanita bermesin diesel. Artinya, di dalam kemesraan pria tidak membutuhkan waktu yang panjang sedangkan sexual drive wanita dimulai dari pagi hari dan berakhir di malam hari. Itu sebab Dr. Kevin Leman menulis buku “Sex begins in the Kitchen” untuk mengajarkan kepada suami, kalau mulai dari pagi hari isteri sudah stress menghadapi persoalan di dapur maka jangan harap persoalan di kamar tidur nanti malam menjadi 276 indah. Malam akan diisi dengan persoalan dapur, persoalan kamar mandi yang bocor, persoalan sekolah anak, dll. Pria tidak seperti itu. Penulis “Men are like waffles and Women are like Spaghetti mengatakan otak pria lebih berbentuk seperti wafel yang punya kompartemen yang terpisah-pisah sedangkan pikiran wanita saling melibat satu sama lain. Maka bicara mengenai intimasi seksual akan berkaitan dengan dapur, akan berkaitan dengan vacuum cleaner, akan berkaitan dengan kamar mandi, dsb. Pria punya kompartemen seperti wafel, urusan kamar mandi sendiri, dapur sendiri. Tidak seperti wanita, bagi pria, bau tulang ikan di dapur tidak akan mengganggu kamar tidur bahkan di otaknya dia bisa ubah itu menjadi bau mawar. Maka untuk isteri mengerti otak suami itu simple sekali, otaknya berkotak-kotak, kadang-kadang tidak ada isi di dalamnya. Otak pria mudah memilah persoalan. Wanita tidak seperti itu. Itu sebab menyadari bahwa wanita itu bermesin diesel maka bagaimana sebagai pria perlu belajar teknik ini. Dengan mengerti hal ini, pria yang mau menjalani hubungan yang indah di malam hari harus rela berbagian sejak pagi hari, dengan inisiatif membantu di dapur dan di sekitar rumah, sehingga isteri melihat suami yang penuh perhatian akan menjadi lebih rileks dan bahagia. Ketiga, sexual drive isteri itu tidak ada kaitannya dengan tubuh suaminya. Wanita tidak merasa terganggu dengan penampilan suami, apakah dia bertubuh atletis atau tidak. Sehingga suami perlu mengerti dan tidak usah kuatir begitu isteri tidak bergairah menyambut suami, itu tidak ada hubungannya dengan penampilan fisik saudara. Tetapi dalam hal ini isteri perlu mengerti bahwa demikianlah yang ada di dalam pikiran suamimu. Jadi sexual drive isteri bukan berkaitan dengan penampilan tubuh suami tetapi berkaitan dengan hatinya, berkaitan dengan emosionalnya, berkaitan dengan perasaannya. Sehingga kalau hari ini dia penuh dengan sukacita, segala sesuatu bisa berjalan dengan beres, maka sexual drive isteri akan berkembang dengan baik. Sehingga sebagai seorang suami, saudara belajar memperhatikan hal-hal yang kecil dan membantu membereskan segala sesuatu supaya kita bisa menyenangkan isteri kita. Tetapi berbeda dengan suami, maka wanita harus menyadari aspek ini, beberapa hal berkaitan dengan sexual drive pria. Banyak isteri salah mengerti bicara mengenai seks dan cinta. Banyak isteri berpikir suaminya hanya mau seks saja. Ini adalah konsep yang keliru. Saudara perhatikan kenapa Alkitab menyebut salah satu kebutuhan yang paling penting dari pria adalah soal respek. Baik Petrus, baik Paulus, baik penulis kitab Amsal, semua berkaitan dengan respek. Isteri yang cakap, artinya isteri yang memiliki sikap yang sesuai sewaktu deal dengan suaminya adalah mahkota bagi suaminya. Tetapi isteri yang memalukan, yang melakukan hal-hal yang memberi hormat kepada suaminya, Amsal mengatakan itu seperti penyakit bagi tulang suaminya. Petrus mengatakan, hai isteri, tunduklah kepada suamimu. Dengan cara seperti itu, suamimu yang tidak percaya Tuhan, yang mungkin menghina dan kasar kepadamu, tetapi dengan sikapmu yang menenangkan, gentle spirit, itu bisa mengalahkan kekerasan hati suamimu. Bukan soal berdandan yang membuat suamimu tertarik tetapi bagaimana engkau respek dan hormat kepada dia, itu yang penting. Jujur kalau ditanya kepada suami, sebenarnya bukan seks itu sendiri yang menjadi penting tetapi bagi suami sebenarnya yang penting adalah sexual fulfillment. Maksudnya adalah seks bagi suami itu bukan hanya berkaitan dengan sexual drive tetapi berkaitan dengan dua kebutuhan yang lain yaitu kebutuhan direspek dan kebutuhan dibutuhkan. Sehingga pada waktu seorang isteri mengatakan 277 “tidak” kepada suaminya seringkali menjadi salah komunikasi di dalam intimasi seksual dimana suami merasa dia tidak lagi direspek dan tidak lagi dibutuhkan oleh isteri. Padahal itu sama sekali tidak ada di pikiran isteri. Tetapi buat kebanyakan suami ketika penolakan terjadi, dia merasa isterinya tidak membutuhkan dia lagi. Penolakan seringkali dikaitkan suami seperti itu. Kalau begitu, bagaimana menyelesaikannya? Maka kita perlu mengkomunikasikannya dengan benar bagaimana di dalam relasi intimasi itu kita jadikan sebagai sesuatu yang indah dan yang Tuhan berkati. Sekali lagi kita mengerti apa itu “rohani” bukan dalam pengertian tidak berhubungan seksual. Itulah yang ditegur oleh Paulus kepada ajaran guru-guru palsu yang muncul di gereja Korintus dan di gereja dimana Timotius melayani. 1 Kor.7:1-5 memperlihatkan Paulus menjawab pertanyaan dari jemaat bahwa ada ajaran di gereja Korintus bahwa lebih baik bagi pria untuk tidak kawin. Buat Paulus mengingat bahaya bisa terjadi hubungan seksual yang tidak benar, dia menganjurkan pria untuk menikah. Dan selanjutnya dia mengingatkan bahwa di dalam pernikahan suami tidak boleh egois dan hanya memikirkan diri sendiri, tetapi mengutamakan isterinya, dan demikian juga sebaliknya isteri berkewajiban memenuhi kebutuhan suaminya. Sebab inilah prinsipnya: ketika kita menikah kita sudah memberi hidup kita kepada pasangan kita, maka masing-masing tidak lagi berkuasa atas dirinya sendiri tetapi tubuhmu menjadi milik pasanganmu. Namun ada masanya mungkin tidak ada hubungan seksual untuk sementara waktu dan atas persetujuan dua belah pihak demi untuk fungsi spiritualnya yaitu mungkin untuk berdoa khusus, dsb tetapi tidak boleh lama-lama karena itu berbahaya. Paulus tidak mau jemaat jatuh ke dalam hubungan seksual yang tidak benar. Maka pernikahan bukan saja keinginan Tuhan yang dirancang-Nya sejak penciptaan, tetapi pernikahan itu juga merupakan salah satu institusi yang Tuhan berikan dengan tujuan untuk mencegah tidak terjadi bahaya percabulan dan hubungan seksual yang tidak benar. Di dalam surat kepada Timotius 1 Tim.4:3 ada ajaran yang beredar bahwa orang Kristen tidak boleh berhubungan seksual karena itu adalah hal yang tidak rohani, hubungan seksual dianggap dosa. Ini sekarang bukan hanya menjadi pendapat orang tetapi menjadi larangan. Ada orang yang melarang orang untuk menikah, ada orang melarang makan itu dan ini, maka Paulus bilang itu adalah ajaran sesat. Kenapa? Muncul prinsip teologisnya: karena semua yang Tuhan cipta itu baik dan berkat dari Tuhan yang harus kita terima dengan ucapan syukur kepada Tuhan. Jadi seks tidak ada kaitannya dengan soal rohani atau tidak rohani. Hubungan intimasi seksual merupakan anugerah Tuhan bagi manusia yang hidup di atas muka bumi ini. This is part of His good creation. Tuhan beri kemampuan berhubungan seksual sebagai bagian yang Tuhan cipta di dalam diri saudara yang diekspresikan di dalam kehangatan intimasi menjadi suatu ucapan syukur dan menjadi sesuatu yang indah bagi kekuatan hubungan antara suami dan isteri. Terakhir, ada lima hal yang ingin suami katakan kepada isterinya tetapi dia tidak sanggup dan tidak tahu bagaimana menyatakannya: 1. Bahwa dia sangat mengasihi isterinya, tetapi kata-kata itu mungkin sulit keluar dari mulutnya. 2. Bahwa dia ingin isterinya lebih memperhatikan penampilan dirinya. Betapa mereka ingin melihat isterinya mempesona dan memperhatikan di dalam penampilan. 3. Bahwa dia butuh dihormati baik de depan umum maupun di dalam rumah. 278 4. Bahwa dia butuh lebih sering dalam hal seksual intimasi tetapi dia tidak berani mengatakan hal itu kepada isterinya. 5. Bahwa dia ingin isterinya mengerti ada begitu banyak beban berat di dalam pikirannya bagaimana memenuhi kebutuhan keluarga dan ingin berusaha mati-matian bekerja bagi kesejahteraan keluarga. Inilah lima hal yang suami ingin nyatakan kepada isterinya cuma tidak bisa dia ungkapkan dengan kata-kata dari mulutnya tetapi itu memenuhi pikirannya. Kiranya semua ini menjadi satu pengertian yang membuka hati dan pikiran kita supaya kita bisa memiliki komunikasi yang lebih dalam di dalam hubungan suami dan isteri. 279 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 21/12/2008 Pdt. Effendi Susanto STh. Membangun komunikasi yang sehat (8) Tema: Memperkokoh kehidupan pernikahan Kristen Nats: Amsal 3:3 1 Kor. 6:11-12 Amsal 3 3 Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu, 1 Korintus 6 11 12 Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun. “Berjalankah dua orang bersama-sama jika mereka belum berjanji?” (Amos 3:3). Berjalankah dua orang bersama-sama jika mereka belum memiliki suara yang akur, yang bisa menyamakan persepsi, menyamakan kosep? Itu kalimat nabi Amos yang sangat baik sekali. “Hai orang Korintus, kami telah berbicara terus-terang kepada kamu. Hati kami terbuka lebar-lebar bagi kamu dan bagi kami ada tempat yang luas tersedia di dalam hati kami tetapi bagi kami hanya tersedia tempat yang sempit di dalam hati kamu” (2 Kor.6:11-12). Paulus berbicara kepada jemat Korintus dengan jujur, secara terbuka dan sunguh-sungguh. Ada tempat yang lebar bagi engkau di dalam hatiku, kata Paulus. Saudara perhatikan di sini Paulus sedang berbicara mengenai komunikasi dan hubungan pribadi dia dengan jemaat Korintus. Hari ini mari kita belajar mengungkapkan komunikasi verbal kita sebagai suami dan isteri, bagaimana kita berdiskusi dan berbicara bersama. Paling tidak ada 5 “musuh dalam selimut” yang tanpa disadari bisa masuk ke dalam kehidupan kita dan mengganggu keharmonisan suami isteri yang. 1. Busyness, hidup yang penuh kesibukan. Saya percaya banyak di antara kita yang dua-dua bekerja. Sehingga hidup kita dipenuhi dengan berbagai kesibukan pekerjaan dan rumah tangga yang kita anggap sebagai hal yang normal. Kadang-kadang pekerjaan yang penat menjadi prioritas yang lebih utama di dalam kita membangun hubungan suami isteri yang baik. 2. Akibatnya banyak orang sesudah pulang dari kerja yang penat, akhirnya kita mengembangkan satu hal yang kita rasa normal yaitu ‘drifted away’, mulai pelan-pelan tercipta jarak di antara suami isteri. Mungkin karena kita sibuk bekerja, sibuk menjaga anak dan mengurus rumah, akhirnya kita anggap 280 pasangan kita sudah tahu dan memaklumi apa yang terjadi. Bahayanya, saking begitu jarang berkomunikasi, akhirnya baru saja isteri bilang “Pa…” suami langsung buka dompet dan bertanya, “Perlu berapa duit?” karena memang biasanya komunikasi baru terjadi waktu isteri perlu uang. 3. Kebosanan. Orang yang sudah menikah lama akhirnya hidup di dalam kebosanan. Bosan bukan berarti tidak ada cinta lagi tetapi saudara merasa hambar di dalam pernikahan dan akhirnya malas memulai komunikasi, atau mungkin merasa tidak ada topik yang perlu dibicarakan. Isteri mengeluh setiap kali dia mau memulai pembicaraan, suami merasa itu tidak relevan. Suami malas bicara karena merasa tidak guna berbicara dengan isteri karena dia tidak mengerti kesulitan yang dia hadapi di dalam pekerjaan, dsb. 4. Irritabilily. Ada komunikasi yang tidak baik di antara suami isteri akhirnya menimbulkan kejengkelan dan rasa tidak enak. Namun karena kejengkelan itu tidak diselesaikan, akhirnya pelanpelan membuat pasangan menjadi tidak mau berkomunikasi. 5. Beban ekonomi dan hutang. Saya percaya ada lebih dari 5 hal yang bisa timbul di dalam kehidupan komunikasi suami isteri tetapi saudara bisa lihat dari 5 faktor yang disebut di atas, 4 di antaranya bicara mengenai bagaimana suami dan isteri tidak memiliki komunikasi yang baik. Maka hari ini mari kita perkuat hubungan kita dengan belajar menjadi seorang suami dan seorang isteri yang terbuka satu sama lain, berdiskusi dengan baik, menjadikan pasangan sebagai seorang partner yang paling dekat di dalam hidup dimana kita bisa leluasa menyatakan ide dan harapan kita. Komunikasi yang baik itu bukan berarti banyaknya ngomong. Itu adalah dua hal yang berbeda. Makin banyak ngomong bisa jadi makin menutup komunikasi, bukan? Itu yang seringkali terjadi dengan anak remaja kita. Makin banyak kita ngomong makin dia tutup telinganya. Begitu juga makin banyak isteri ngomong, makin telinga suami tertutup. Ada banyak hal bisa membuat komunikasi menjadi tertutup. Salah satunya adalah kritikan dan celaan. Bukan komunikasi yang terjadi tetapi hardik. Suami menghardik isteri, isteri menghardik suami. Itu bukan komunikasi. Isteri ngomong terus, isteri atur semua, sehingga suami menjadi pasif. Bicara terlalu banyak belum tentu menjadi komunikasi yang baik karena itu bergantung kepada bagaimana kita menyampaikan komunikasi. Bisa jadi kita baru mau bicara dengan suami waktu kita mau kritik dia. Kita baru bicara dengan isteri waktu kita mau menghardik dia. Hari ini begitu banyak pasangan menjalani hidup di dalam kebosanan, menjadi malas dan tidak memiliki gairah untuk berkomunikasi. Maka mari kita sama-sama belajar selama kita masih bisa menjadikan hubungan suami isteri menjadi indah dan baik. Pertama, tidak bisa tidak, saudara dan saya harus belajar menjadi seorang pendengar yang baik. Umumnya suami sulit menjadi seorang pendengar baik-baik. Isteri sering mengeluh, “Suami saya bukan seorang pendengar yang baik. He is a good tape recorder.” Dia bisa mengulang semua perkataan yang keluar dari mulut isterinya tanpa benar-benar menyimak apa yang isterinya katakan. Ada yang mengatakan sebenarnya kita memakai pendengaran kita lebih dari 40% ketimbang panca indera yang lain. Lalu bagaimana menjadi seorang pendengar yang baik? Tidak gampang. Apalagi suami sering mengeluh, “Saya coba belajar mendengar isteri, tetapi makin mendengar bicaranya makin putar-putar. Itu sebab saya ‘henti’ supaya dia bisa fokus.” Banyak hal kita ributkan sebenarnya 281 adalah hal yang kecil, bukan? Mengapa kita tidak melihat isteri yang berceloteh sebagai tanda dia sedang bahagia dan bersemangat? Itu yang penting. Jangan kita rusak percakapannya dengan celaan dan berbagai koreksi untuk hal-hal yang tidak relevan dengan jalan pembicaraannya. Di dalam mendengar, kita bukan hanya menyediakan telinga tetapi kita perlu skill untuk belajar fokus kepada perasaan apa yang ada di belakang perkataan dia. Kenapa suami kadang dianggap tidak mendengar walaupun kita bisa mengulang semua kalimat isteri persis sampai titik komanya? Karena yang dikatakan isteri kita ada beberapa hal, yaitu pertama, body language kita memperlihatkan kita tidak menyimak apa yang dia ucapkan. Kedua, kita tidak tangkap perasaannya, perasaan apa yang ada di belakang kalimat dia. Mungkin itu perasaan sukacitanya, perasaan kuatirnya, perasaan kesalnya, dsb. Ketiga, coba tangkap apa isi beritanya, apa yang ingin disampaikan oleh pasanganmu di dalam dia menyampaikan sesuatu. Kadang-kadang ada hal yang lebih dalam di situ. Tetapi saya juga ingatkan terutama kepada para isteri bagaimana belajar menyampaikan satu good communication kepada suamimu. Suatu komunikasi yang baik tidak akan terjadi kalau kita tidak memiliki kejujuran dan keterbukaan. Ada isteri yang selalu minta suami jadi “tukang ramal,” mau dia menebak apa yang ada di pikiran isteri. Waktu sedang jalan berdua, lewat di depan toko kue, isteri bertanya kepada suaminya, “Mau cheese cake itu?” Suami melihat cheese cake seharga $4 itu kemudian menjawab, “Nggak ah, mahal.” Sesudah berjalan 10 m, isteri bilang, “Cuma $4 saja tidak mau beli, dasar pelit.” Suami kaget, “Ooh… kamu mau kue itu to? Ayo, kita beli.” Isteri yang jengkel menjawab,”Tidak usah, tidak ada napsu makan lagi.” “Addduhh… bilang dong, kalau mau makan cheese cake itu, pasti saya belikan.” “Huh, buat apa saya bilang? Kalau you baru belikan saya karena saya minta, maka cheese cake itu tidak ada nilainya. Tapi you harus tahu, begitu saya berdiri di depan kue itu, you tahu hati saya mau kue itu lalu membelinya, di situ saya tahu betapa besarnya cintamu kepada saya.” Aduh, bagaimana saya bisa baca apa yang ada di dalam pikiran orang? Hanya Tuhan yang tahu isi pikiran manusia. Suami mana bisa tahu? Kenapa komunikasi itu menjadi drifted away, sehingga kita menjadi malas membuka komunikasi dengan pasangan kita? Para konselor Kristen mengatakan banyak kali pasangan menyimpan luka yang terjadi mungkin belasan tahun yang lalu. Sebagai suami, kita mungkin sudah tidak ingat akan hal itu, bahkan isteri juga tidak sadar menyimpan kepahitan itu tetapi ketika konselor menyelusuri, mereka menemukan itu menjadi problemanya. Mungkin ketika peristiwa itu terjadi, timbul luka di dalam hati pasangan. Tetapi setelah beberapa waktu, suami mengira luka hati sudah sembuh, padahal isteri masih menyimpannya. Maka kita menjadi terkejut ketika keributan besar terjadi, ujung-ujungnya kita menemukan luka lama itu. Baru sebentar berbicara dengan isteri tiba-tiba suami marah hanya karena hal yang kecil. Akhirnya keluar kalimat, “Memang kamu selalu begitu…” yang mengacu kepada luka masa lampau itu, ketidak-senanganmu terhadap ketidak-sempurnaan dia. Selama ini engkau ingin dia berubah seturut apa yang engkau mau, tetapi engkau terus melihat dia mengulang hal yang sama dari tahun ke tahun membuatmu menjadi marah. Itu namanya irritability (sifat lekas marah). Maka akhirnya penyebab terjadi salah komunikasi dan salah paham itu bukan aspek yang dibicarakan saat itu tetapi disebabkan oleh karena luka yang tersimpan lama. Suami salah beli tong sampah sepuluh tahun yang lalu, bisa disebut lagi waktu isteri kesal suami buang sampah 282 sembarangan, padahal tidak ada hubungannya. Maka point ketiga kita mari kita belajar menyembuhkan luka yang ada itu, terima dia sebagai seorang yang tidak sempurna karena engkau juga tidak sempurna. Maka di dalam hubungan suami isteri kita tidak akan memiliki satu komunikasi yang lebih indah kalau saudara tidak belajar memiliki satu “good fight”. “Good fight” tidak mungkin terjadi kalau saudara tidak mempunyai self control. Tetapi self control itu tidak pernah akan terjadi kalau tidak ada perasaan memaafkan akan hal-hal yang sudah lewat. Seorang sosiolog bernama Gibson Winter yang menulis buku “Love and Conflict” mengatakan kita justru lebih sering menyakiti orang yang dekat dengan kita dibanding orang lain. Dengan orang lain mungkin kita masih memakai bahasa yang lebih halus dan lebih terpelajar. Tetapi kepada isteri dan anak kita pakai bahasa pasar. Kita tidak pernah sadar bahwa seharusnya kita lebih sayang dan lebih protektif kepada orang yang kita kasihi tetapi seringkali yang terjadi kita menjadikan dia lebih terluka. Winter menemukan tidak bisa tidak di dalam kasih pasti ada konflik. Kenapa bisa timbul konflik? Sebab itu adalah perasaan melindungi orang yang kita kasihi dengan cara yang salah. Jadi, ada “konflik yang benar” dan ada “konflik yang tidak benar.” Konflik yang benar hanya terjadi kalau kita belajar memiliki self control dan self control itu baru bisa terjadi kalau di belakangnya itu ada pengampunan. Kita tidak bisa mengabaikan, setiap kali kita memiliki hubungan yang dekat dengan siapapun, gesekan akan terjadi dan gesekan itu pasti akan menimbulkan iritasi. Makin terjadi gesekan lebih banyak dan lebih lama, iritasi itu akan berubah menjadi luka. Dan luka yang tidak disembuhkan bisa menjadi luka yang mengganggu hubungan di antara kita. Tinggal sekarang bagaimana menyembuhkan luka itu terlebih dahulu. Hubungan suami isteri yang baik tidak bisa tidak adalah suatu hubungan yang terus menerus harus dilandasi dengan perasaan pengampunan yang tulus, saling mengampuni satu dengan yang lain. Mengampuni tidak berarti kita menutup mata akan kesalahan dia,. Mengampuni tetap mengakui tindakan dia itu salah namun saudara menerima dia sebagaimana adanya. Mari kita belajar bertumbuh satu sama lain. Pengampunan itu seperti mengeluarkan seorang tahanan dari penjara. Setelah dia keluar dari penjara, baru kita sadar tahanan itu adalah diri kita sendiri. Orang yang tidak sanggup bisa mengampuni orang lain, dia bukan melukai orang itu tetapi memenjara diri sendiri. Yang mengeluarkan kalimat itu adalah Lewis Smedes dalam bukunya “Pengampunan.” Maksudnya adalah saudara memberikan pengampunan itu bukan demi kebaikan orang itu tetapi demi kelegaan dan kelapangan hati saudara. Biarlah saudara belajar memberikan kesembuhan bagi dirimu sendiri. Hal yang salah, ada hal-hal yang luka, mungkin sudah tersimpan lama di dalam diri saudara tidak akan mungkin menghasilkan hubungan suami isteri yang indah hari ini kalau saudara tidak belajar menyingkirkan dan membuang luka itu dari diri saudara. Winter Gibson mengatakan ada yang namanya realistic conflict dan unrealistic conflict. Unrealistic conflict adalah konflik yang bisa kita hindarkan di dalam hidup ini. Tidak semua peperangan di dalam hidup kita harus kita tempur. Kalau kita terus tempur, perang tidak ada habis-habisnya. Maka saudara harus “pick wise” peperanganmu. Contoh, kalau suamimu memang cara pencet odolnya sudah turun-temurun seperti itu, ya sudah jangan diributi. Realistic conflict itu yang bagaimana? Saya mendapatkan pelajaran yang sangat berarti sekali mengapa kita sering ribut dan konflik, karena seringkali kita tidak fokus kepada “kebutuhan” tetapi kepada “solusi.” Ini yang sering terjadi pada 283 waktu suami dan isteri ribut. Suami cenderung mau memberikan solusi untuk menghindari diskusi yang panjang. Akhirnya isteri menjadi marah karena merasa suami tidak mendengar, padahal dia mungkin cuma ingin menyampaikan perasaan kepada suami. Pada waktu kita ingin menyelesaikan masalah, konflik akan selesai dan keributan tidak akan berlarut kalau kita fokus kepada “kebutuhan” ketimbang “solusi.” Gibson memberi contoh, dua orang nun sama-sama hendak pergi keluar dari asrama untuk pelayanan. Satu nun pergi ke counter dan mengatakan dia mau pakai mobil untuk membesuk orang sekarang. Lalu suster yang satu lagi keluar dan mengatakan dia juga mau pakai mobil sekarang untuk keperluan emergency. Dua-dua ngotot mau pakai mobil yang sama. Sebenarnya konflik itu bisa selesai kalau kita melihatnya dengan cara seperti ini. Tanyakan kepada mereka, “Kamu perlu mobil ataukah perlu transportasi?” Kalau mereka setuju sebetulnya yang mereka perlu adalah transportasi, mereka tidak perlu ngotot mau pakai mobil yang hanya satu itu, tetapi bisa dicarikan jalan keluar yang lebih baik. Misalnya, yang satu bisa pakai mobil, yang satu bisa dicarikan taksi. Itu namanya fokus kepada “kebutuhan” ketimbang “solusi.” Kita menjadi ribut karena kita sudah terlebih dahulu memilih satu solusi dan mengira hanya satu solusi itu saja yang bisa kita ambil. Maka pada waktu konflik akan terjadi, mari kita belajar melihat “kebutuhan” bukan melihat “solusi,” barulah kita bisa mengembangkan satu komunikasi yang sehat. Bagaimana memiliki satu “good fight”? Alkitab tidak bilang kita tidak boleh marah. Alkitab bilang, jangan sampai matahari terbenam sebelum padam amarahmu. Ada yang bertanya, kalau marahnya pas malam hari, bagaimana? Maksudnya, marahmu jangan disimpan, jangan dibawa menjadi sesuatu hal yang berlarut-larut di dalam diri saudara. Norman Wright mengatakan di dalam mengekspresikan kemarahan ada empat basic responses. 1. Supress it, menyimpan kemarahan. Biasanya orang itu tahu dia marah namun dia tidak tahu apa yang harus dilakukan terhadap emosi marah itu. Maka dia terus simpan, sampai suatu waktu dia tidak tahan lagi dan akhirnya meledak tidak terkontrol di dalam tindakan dan perkataannya. 2. Express it, mengekspresikan kemarahan. Orang yang bisa mengekspresikan marah adalah orang yang memperlihatkan ‘well-developed temper.’ Orang itu memakai kemarahannya untuk mengontrol situasi dan orang-orang di sekitarnya. 3. Repress it, kemarahan. Seringkali orang yang menindas kemarahan akhirnya menjadi depresi karena kemarahan itu ditanam dalam-dalam di hatinya dan tidak pernah dibereskan dengan sehat. Orang yang kelihatannya lembut dan tenang tidak pernah memperlihatkan emosi marahnya, bahkan beralasan bahwa marah adalah dosa dan Tuhan tidak suka anak-anak-Nya marah. 4. Confess it, mengakui kemarahan. Ini adalah cara yang terbaik untuk mengatur emosi marah sebelum dia meledak tak terkontrol, namun kita perlu hati-hati bagaimana mengakui kemarahan itu. Adalah baik jika kita mengatakan, “OK, kamu benar. I really am in a bad mood tonight. Let me tell you why I’m so angry…” Dengan demikian pasanganmu akan mengerti dan mungkin akan bersimpati terhadap apa yang membuatmu frustrasi dan membantumu deal dengan perasaan marah itu. Maka untuk membangun satu komunikasi yang sehat di dalam hubungan kita sebagai suami dan isteri, mari kita belajar menangkap perasaannya, belajar mengetahui apa yang kira-kira ada di belakang kalimat-kalimatnya, belajar memiliki satu body language yang baik di dalam berkomunikasi, belajar melihat “need” instead of “solution,” belajar menjadi orang yang memaafkan. 284 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 21/12/2008 Pdt. Effendi Susanto STh. Hidup dengan pasangan seiman (9) Tema: Memperkokoh kehidupan pernikahan Kristen Nats: 2 Kor. 6:14 1 Petrus 3:1-7 Lukas 14:15, 20 2 Korintus 6 14 Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang–orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? 1 Petrus 3 1 2 3 4 5 6 7 Demikian juga kamu, hai isteri–isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu. Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang–ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah–indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. Sebab demikianlah caranya perempuan–perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan–perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya, sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan kamu adalah anak– anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman. Demikian juga kamu, hai suami–suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang. Lukas 14 15 20 Mendengar itu berkatalah seorang dari tamu–tamu itu kepada Yesus: “Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah.” Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang. Mungkinkah kita bisa memperkuat kehidupan keluarga kita jikalau salah satu dari anggota keluarga itu bukan merupakan pasangan seiman? Di dalam pembahasan kita, saya mengatakan pernikahan itu merupakan tanggung jawab kita masing-masing, suami isteri harus menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka. Tuhan memberikan peran baik kepada isteri maupun kepada suami. Isteri tidak boleh 285 menuntut bagaimana suami harus berprilaku kepada dia melainkan bagaimana Tuhan menuntut suami berprilaku dan Tuhan menuntut bagaimana isteri berprilaku dalam hidup keluarga. Barulah kita memiliki satu hubungan suami isteri yang makin hari makin berkenan kepada Tuhan. Tetapi muncul pertanyaan: “Bagaimana dengan kehidupan keluarga saya? Suami saya memang Kristen tetapi saya tidak menemukan bagaimana prinsip Kekristenan itu berada di dalam kehidupannya. Malah boleh saya katakan, suami menjadi penghalang hidup spiritual di tengahtengah keluarga kami.” Ada yang mengatakan, “Ini menjadi realita kehidupan yang akhirnya saya sesalkan sebab saya tidak taat kepada Tuhan dan saya menikah dengan orang yang tidak seiman. Mungkinkah saya bisa memperkuat hidup pernikahan kami kalau hanya saya sendiri yang mendayungnya?” Firman Tuhan yang kita baca hari ini memperlihatkan fakta ada orang percaya yang hidup di dalam pernikahan dengan pasangan yang tidak percaya. Firman Tuhan tidak masuk kepada wilayah menuntut pasangan yang tidak percaya itu berprilaku, tetapi firman Tuhan berkata kepada isteri yang menjadi anak Tuhan, bagaimana akhirnya prinsip hidup kita sebagai anak Tuhan bisa memenangkan suami-suami yang tidak percaya Tuhan. Saudara yang belum menikah mungkin merasa khotbah seperti ini tidak relevan, tetapi beberapa tahun ke depan saudara tentu akan memasuki pernikahan dan saya harap khotbah ini menjadi fondasi yang penting di dalam saudara mempersiapkan hidup pernikahanmu. Boleh jujur kita katakan, tenggang waktu yang saudara jalani sebagai seorang bujang lebih sedikit dibandingkan waktu yang saudara jalani di dalam pernikahan dan keluarga. Banyak orang kadang-kadang mengabaikan dan kurang memegang prinsip yang penting di dalam mempersiapkan fakta ini sehingga akhirnya yang terjadi adalah tidak habis-habisnya kita hidup di dalam kekecewaan, kefrustrasian, kemarahan, kesedihan dan luka oleh sebab pernikahan itu adalah satu pernikahan yang tidak seimbang dimana pasangan yang tidak percaya hidup dengan pasangan yang percaya Tuhan. Di dalam surat Korintus, prinsip firman Tuhan yang mengatakan jangan menikah dengan orang yang tidak seiman denganmu tetapi ada di antara mereka yang tidak taat, atau mungkin ada di antara mereka yang menikah mungkin mengira suaminya Kristen, setelah menikah baru tahu hatinya belum percaya. Kita menghadapi realita itu. Sekarang bagaimana kita belajar menjadikan hidup pernikahan itu lebih indah, lebih baik dan lebih mencintai Tuhan meskipun salah satu dari pasanganmu tidak seimbang. Bagi saudara yang belum menikah, saya sangat mengharapkan dan menganjurkan kepada sdr untuk betul-betul kembali taat kepada prinsip firman Tuhan. Karena kalau saudara melihat bagaimana 60% jenjang hidupmu dijalani menikah dengan orang yang tidak percaya, saudara akan menemukan kesulitan seperti itu. Saya menemukan paling tidak ada delapan buku khusus bicara dari sisi pengalaman dari orang-orang yang akhirnya menikah dengan pasangan yang tidak percaya, mereka hidup penuh dengan kesulitan, dengan air mata yang tidak ada habis-habisnya. Ini realita yang tidak mudah. Banyak di antara mereka mengatakan kadang-kadang begitu sulit menghadapi konsep yang berbeda, cara penanganan masalah dengan etika moral yang berbeda, ketidak-sukaan kepada hal-hal yang bersifat rohani, bagaimana manajemen di dalam keuangan, kemarahan yang meledak dan tidak dipimpin oleh 286 ketaatan kepada firman Tuhan, baru mereka sadar bahwa hati yang takut kepada Tuhan itu merupakan prinsip prioritas yang paling penting di dalam memilih pasangan. Saudara yang belum menikah, pegang prinsip ini baik-baik. Taruh urusan kegantengan dan kecantikan di urutan belakang karena kebahagiaan tidak ditentukan oleh hal itu. Yang pertama adalah hati dia cinta Tuhan atau tidak. Pada waktu melihat isteri yang baik, yang tenang, yang sabar, yang penuh dengan tanggung jawab, itu merupakan kecantikan yang jauh lebih indah daripada isteri yang terus ingin mempertahankan kecantikan akhirnya berjam-jam waktu habis untuk berdandan. Maka bagi saudara yang belum menikah, saya hanya mengharapkan dan menganjurkan pada waktu sdr pilih baik-baik, sdr harus taruh prioritas ini: Apakah dia cinta Tuhan atau tidak, apakah dia menyelesaikan masalah dengan bertanggung jawab atau tidak, ada ciri-ciri karakter dia orang yang mau bekerja keras, bertanggung jawab dan jujur di dalam kehidupannya. Walaupun tidak terlalu kaya, tidak apa-apa. Rajin, bertanggung jawab, sunguh-sungguh bekerja, orang yang stabil emosinya, yang cinta Tuhan, yang menyelesaikan masalah dengan lebih mengutamakan Tuhan terlebih dahulu, itu merupakan keindahan. Ada satu buku yang ditulis oleh Lee Strobel, penulis dan hamba Tuhan yang terkenal. Dia dulunya adalah seorang editor the Chicago Tribune yang adalah seorang ateis. Isterinya yang juga tidak percaya Tuhan, Leslie, akhirnya kemudian terlebih dahulu menjadi orang Kristen. Belakangan Lee Strobel akhirnya bertobat dan menjadi seorang hamba Tuhan dan mereka berdua menulis satu buku yang sangat baik sekali, judulnya “Surviving a Spiritual Mismatch in Marriage” bagaimana kita bisa survive dan keluar dari kesulitan ketidak-seimbangan rohani di dalam pernikahan. Saya akan mengutip sebagian dari isi buku itu, berdasarkan pengalaman mereka bagaimana kesulitan dan juga terang firman Tuhan kepada setiap kita boleh memberi berkat. Leslie mengatakan, hari demi hari saya menjalani hidup di dalam keadaan yang frustrasi oleh sebab ada banyak hal baik besar maupun hal-hal kecil tidak habis-habisnya saya ribut dengan suami, bahkan kadang-kadang kami saling melukai satu sama lain. Saya mengalami kesepian sebagai seorang isteri Kristen, waktu pergi ke gereja harus pergi sendiri. Waktu ada masalah dengan anak, saya ingin berdiskusi dengan suami, tetapi kami memiliki pola dan cara berpikir yang tidak sama. Bukan itu saja, di satu pihak seringkali saya berdoa supaya suami saya bisa percaya Tuhan, tetapi di satu pihak saya akhirnya frustrasi kepada Tuhan kenapa sudah belasan tahun suami masih belum percaya Tuhan. Saya frustrasi bukan kepada diri, bukan kepada suami, tetapi kadang-kadang frustrasi kepada Tuhan. Dan terlebih lagi ada rasa salah karena begitu ingin suami bisa percaya Tuhan tetapi tidak kelihatan suatu perubahan. Dengan singkat dia ingin mengatakan pernikahan seperti ini adalah pernikahan yang kalau tidak ditolong dengan hati yang benar dan takut kepada Tuhan, dia lama-lama bisa melantur. Ini bukan pengalaman dia saja, beberapa konseling yang saya lakukan kepada beberapa orang yang mengalami situasi seperti ini kadang-kadang ada tercetus rasa frustrasi dan give up. Mungkin saudara tidak menyerah kepada pernikahan itu tetapi mungkin saudara sudah menyerah untuk berusaha menjadikan hidup keluarga saudara sebagai hidup yang mengasihi Tuhan. Apakah pernikahan saudara masih bisa ditolong? Saya percaya walaupun di dalam kondisi yang tidak baik seperti itu tetap ada pengharapan untuk bisa memiliki hidup pernikahan keluarga yang bahagia di hadapan Tuhan. 287 Saya harap saudara yang mungkin memiliki suami yang bukan orang percaya ataupun suami yang tidak seimbang secara rohani dan mendatangkan frustrasi, saudara juga coba belajar melihat bagaimana perasaan mereka memiliki isteri yang Kristen. Di dalam buku itu Lee Strobel mengungkapkan dengan jujur perasaan dia sebagai suami ateis yang menikah dengan isteri Kristen. Dia bilang, kadang-kadang dia tidak mau berkomunikasi dan marah kepada isteri. Kenapa? Sangat unik sekali, ternyata dia merasa benci kepada Yesus karena Dia seolah-olah menjadi “suami rival.” Saya minta waktu sama isteri, isteri bilang dia mau ke gereja. Kayaknya isteri saya pacaran sama Yesus lebih hot daripada sama saya. Coba dengarkan kalimat yang diungkapkan dari hatinya ini. Akhirnya dia menyatakan sikap yang marah dan menyakitkan dan mencetuskan ketidaksukaannya kepada Kekristenan dan kepada Tuhan Yesus. Melihat Yesus seolah-olah merebut cinta isteri. Ada rasa iri dan rasa terluka. Perasaan seperti itu menyebabkan dia coba ingin menyiksa isterinya dengan cara makin menghina Kekristenan. Saya rasa pengakuan seperti ini merupakan hal yang sangat menarik sekali. Itu sebab sebelum kita masuk kepada bagaimana kita hidup sebagai seorang isteri dan suami Kristen di tengah-tengah kehidupan keluarga, ada pertanyaan yang harus kita jawab dengan sejujurnya. Kalau saudara ambil pelayanan di gereja, datang kebaktian, ikut koor, mengajar sekolah minggu, dsb, betulkah itu didorong memang dari hati dan sikap saya mengutamakan Tuhan dalam hidupku, ataukah saya sudah menyerah tidak mau berusaha memperbaiki kehidupan rumah tanggaku dan saya jadikan hidup rohani menjadi suatu pelarian? Banyak keluarga Kristen yang tidak seimbang, semakin isteri aktif melayani di gereja, semakin bikin suaminya benci sama Tuhan. Itu sebab pertanyaan ini mesti kita jawab dengan jujur. Kita betul-betul cinta Tuhan, ataukah kita melayani dan hadir lebih banyak di gereja sebenarnya merupakan satu pelarian karena kita tidak bersedia untuk memperbaiki hidup pernikahan kita? Kalau itu yang terjadi, maka saya mengajak sdr mari melihat kebenaran firman Tuhan. Maafkan, Alkitab memberi nasehat yang mungkin sangat “tidak rohani” dibanding nasehat para pendeta masa kini di dalam bagaimana memenangkan suami-suami yang tidak percaya Tuhan. Petrus memberikan nasehat seperti ini: “Hai isteri-isteri, respeklah kepada suamimu yang tidak taat kepada firman, melalui prilaku dan tingkah laku tanpa perlu berkata-kata. Pakailah perhiasan yang terselubung di dalam kelembutan dan di dalam ketentraman.” Nasehat Petrus mungkin sangat berbeda dengan nasehat para pendeta bagaimana memenangkan suami yang belum percaya, terus Injili, bawa terus ke gereja, doakan terus siang malam. Bukan semua itu tidak penting, tetapi Petrus mengatakan saudara bisa memenangkan dia tanpa perlu ngomong tetapi jadilah sebagai seorang isteri yang Tuhan mau, bukan jadi misionari tetapi lupa tugas isteri. Dengan ketabahan dan kelembutan, saudara menjadi isteri yang baik sesuai dengan panggilan Tuhan. Melihat pengalaman keluarga seperti ini, mungkinkah sekalipun hidup pernikahanku memiliki suami atau isteri yang tidak seimbang secara rohani, tidak cocok secara spiritual, ada air mata dan kesulitan, bisakah pernikahan itu menjadi pernikahan yang bahagia dan menjadi berkat bagi orang lain? Bisa. Saya harap beberapa prinsip dari firman Tuhan dan pengalaman dari anak-anak Tuhan yang melewati situasi seperti ini bisa menjadi berkat bagi setiap kita. 288 Yang pertama dan terutama mata kita harus fokus dan tertuju kepada Tuhan dan bukan pergumulan kepada persoalan yang ditimbulkan oleh ketidak-seimbangan itu. Bebe Nicholson mengatakan kalimat yang sama dan matanya terbuka melihat dimana hampir semua orang-orang itu menemukan sepanjang hidup mereka menikah dengan orang yang tidak percaya, makin lama makin frustrasi melihat pasangan makin tidak mau percaya Tuhan akhirnya makin menimbulkan keinginan untuk terus mengajak dia percaya Tuhan tetapi makin dia lari. Akhirnya mereka jatuh kepada perasaan muram dan menjalani hidup pernikahan yang tidak bahagia. Mereka akhirnya berpikir, ”...kalau seandainya suamiku Kristen, maka persoalan keluargaku menjadi beres.” Kita tidak melihat bahwa persoalan yang timbul di dalam pernikahan itu bukan karena pasangan kita belum menjadi Kristen tetapi seringkali orang Kristen itu kemudian meng-kambinghitamkan suami yang tidak Kristen menjadi penyebab hubungan menjadi tidak harmonis, tidak indah dan banyak timbul keributan dan pertengkaran dan tidak ada kata-kata yang indah. Asumsi itu yang menjadi racun. Kita sering berpikir, tunggu suami menjadi Kristen baru pernikahan menjadi bahagia. Akhirnya setelah bertahun-tahun suami tetap tidak Kristen, kita menjadi tidak bahagia. Bisakah asumsi itu kita balik: saya bisa membahagiakan keluargaku tanpa menunggu suami menjadi Kristen atau tidak. Maka fokus kepada Tuhan, bukan kepada bagaimana saudara perbaiki pergumulan dan persoalan itu terlebih dahulu. Sebab semakin saudara rasa tidak bisa perbaiki semakin saudara merasa tidak ada kemungkinan kebahagiaan bisa terjadi. Sekali lagi prinsip teologis ini harus kita pegang benar-benar: saya hanya bertugas dan berkewajiban bagaimana share the Gospel, baik dengan perkataan maupun dengan kelakuan. Selebihnya orang itu berubah menjadi percaya kepada Kristus, menjadi anak Tuhan, itu di luar kemampuan saya. Ada hal-hal yang menjadi tanggung jawab kita, kita kerjakan sebaik-baiknya. Tetapi ada hal-hal yang di luar tanggung jawab kita, itu tidak perlu kita ambil menjadi beban dan kekuatiran kita karena kita juga tidak bisa berbuat apa-apa di situ. Itu masuk kepada wilayah Tuhan yang menjaga dan memelihara kita. Yang saya bisa lakukan saya kerja baik-baik, saya lakukan tugas dan tanggung jawab saya. Menjadikan suami Kristen, itu bukan kekuatiran dan tanggung jawab saya. Tetapi menjadikan keluargaku bahagia, itu menjadi kewajiban dan tanggung jawab saya. Itu dua hal yang tidak boleh kita campur-baurkan. Kenapa kita harus fokus kepada Tuhan lebih dulu? Sebab pada waktu saudara dan saya mungkin dikecewakan oleh pasangan kita yang tidak seiman, kita terluka dan hurt. Tidak ada jawaban dan tempat yang terbaik saudara bisa mendapatkan pemulihan sebelum saudara kembali kepada Tuhan yang memberikan kekuatan kepadamu. Kepada suami isteri yang Kristen, saya harus mengakui tetap ada yang tidak memiliki rohani yang seimbang. Mungkin suami lebih rohani, tetapi isterinya tidak. Mungkin isteri lebih rohani dan suaminya tidak. Itu bisa terjadi. Sehingga akhirnya terkadang kita tidak melihat hubungan kita dengan Tuhan menjadi yang lebih utama. Maka hari ini saya dengan sangat rindu dan mengharapkan kalau ada mismatch di dalam hubungan suami isteri khususnya dalam hal rohani, saudara dan saya harus sama-sama berjuang dan berpikir bagaimana berbakti bersama di hadapan Tuhan, menjadikan hal itu sebagai hari dimana saudara betul-betul memakainya untuk mengasihi dan melayani Tuhan. 289 Jangan pernah berpikir menjadikan hari Minggu sebagai hari bertentangan. Senin sampai Jumat sudah kerja, maka Sabtu dan Minggu buat keluarga. Pada waktu Yesus memberi perumpamaan mengenai kerajaan Allah, betapa berbahagia orang yang bisa masuk ke dalamnya, Yesus menyebutkan fakta banyak orang akhirnya menolak panggilan itu dengan berbagai alasan. Bagi saya ironisnya penolakan mereka justru setelah mereka mendapat berkat Tuhan. Ada yang menolak karena dia baru membeli ladang, ada yang baru saja membeli lembu, dan ada yang baru saja menikah sehingga mereka menolak undangan itu. Bisa membeli ladang, membeli lembu, mendapat isteri, semua itu adalah berkat Tuhan. Yang kedua, jangan jadikan itu semua sebagai tentangan di dalam hubungan kita dengan Tuhan. Sebagai suami dan isteri Kristen, saudara dan saya juga harus menjadi pasangan yang tidak bersikap egois hanya untuk diri sendiri. Kita harus mengambil komitmen menjadi keluarga Kristen, dimana ada waktu kita mau pakai sebagai keluarga sama-sama berkorban mengasihi dan melayani Tuhan. Yang kedua, menjadikan suami atau isteri kita sebagai manusia yang paling utama dibandingkan manusia yang lain. Itu yang dikatakan di dalam 1 Pet.3, hai isteri, hormat dan respek kepada suamimu dengan segala kelembutan akhirnya bisa memenangkan suami tanpa perlu perkataan. Bebe Nicholson mengatakan suaminya yang ateis akhirnya menjadi Kristen mengatakan dulu dia melihat isterinya “waste” time (berhabis waktu), orang yang menggelikan menerima pengajaran mitos dan dia kadang-kadang menertawakan isterinya. Tetapi akhirnya dia menemukan isterinya yang mencintai Tuhan seumur hidup respek dan tidak pernah mengeluarkan kata-kata yang menghina suaminya sekalipun dia ateis. Selama ini suaminya terus menghina dia, tetapi isterinya tidak menghina dia. Itu menyebabkan dia menjadi rasa salah, kenapa terus jahat kepada isterinya, terus mengejek dia. Di situ akhirnya membuat dia melihat iman Kristen memiliki suatu nilai yang indah. Yang ketiga, semampu kita, kalau itu berada di dalam kekuatan kita, jadikanlah pernikahan saudara sebagai pernikahan Kristen, dengan menjalankan prinsip-prinsip firman Tuhan di dalamnya. Kalau suami tidak keberatan, kita menerapkan prinsip firman Tuhan, berdoa bersama anak-anak, menciptakan sukacita dan kebahagiaan rohani di dalam rumah tangga. Yang keempat, hidup dengan sukacita. Itu yang menyebabkan hidup keluarga saudara akan lebih bahagia. Kebahagiaan itu tidak bergantung bagaimana situasi dan kondisi kehidupan kita. Mengapa saya baru menjadi isteri yang bahagia dan mendapat rumah tangga yang baik kalau suamiku menjadi Kristen? Paulus bisa meminta kita gembira meskipun dia sendiri berada di dalam penjara. Mengapa saya tidak bisa memiliki hidup yang penuh dengan sukacita dan kebahagiaan sekalipun mungkin hidup di tengah-tengah suami yang tidak percaya? Hanya dengan kelembutan dan sukacita, kita bisa memenangkan suami kita dan membahagiakan kehidupan rumah tangga kita. Saya harap panggilan firman Tuhan ini menjadi prinsip yang benar di dalam hidup saudara. Saya tutup seri khotbah ini dengan doa saya, biar Tuhan mempertumbuhkan dan memperkokoh hidup rumah tangga saudara. Belum ada kata terlambat dan tidak sanggup melakukannya. Tetap pelihara pengharapan dan keinginan mau menjadikan keluarga kita bahagia. Amin ! 290 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 08/08/2010 Pdt. Effendi Susanto STh. Menghitung berkat-berkatmu Nats: Mazmur 40: 6; 116:12-14 Mazmur 40 6 (40–7) Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut. Mazmur 116 12 Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan–Nya kepadaku? 13 Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama TUHAN, 14 akan membayar nazarku kepada TUHAN di depan seluruh umat–Nya. Bicara mengenai syukur, kita menemukan Mzm.40 ini bicara mengenai ‘menghitung berkat-berkatmu.’ Pemazmur berkata, “Banyaklah yang telah Kau lakukan ya Tuhan, Allahku… terlalu besar jumlahnya untuk dihitung” (Mzm.40:6). Dalam Mzm.116:12-14, pemazmur berkata, “Bagaimanakah akan kubalas segala kebajikan-Mu kepadaku, ya Allah?” Ini merupakan satu ayat yang sangat indah dari pemazmur. Kepada orang yang berkelimpahan memiliki segala sesuatu kadang secara natural kita berpikir tidak perlu membalas kembali karena dia tidak perlu apa-apa lagi, bukan? Tetapi ayat ini merupakan satu ayat yang penting bicara salah satu aspek kenapa kita bersyukur itu menjadi penting di dalam hidup kita. Menghitung berkat-berkatmu, demikian pemazmur, dari situ melahirkan karakter indah kita, tahu kita bersyukur sebab setiap kali kita hitung kita tidak akan pernah bisa menghitungnya sampai habis. Selalu rasa diri berhutang, itu menyebabkan kita tahu bahwa apa yang kita terima tidak sepatutnya dan tidak selayaknya ada di dalam hidup kita. Saya percaya kita semua tahu sebagai orang Kristen kita sepatutnya dan seharusnya menyatakan syukur kita kepada Tuhan. Thanksgiving itu bagi saya merupakan satu ‘extended warranty.’ Rasa bahagia muncul ketika engkau dan saya mendapat kebahagiaan. Bersyukur memperpanjang rasa bahagia itu. Kita berbahagia karena mendapatkan anak, tetapi bersyukur mendapatkan anak memperpanjang kebahagiaan itu, karena tidak setiap tahun kita melahirkan tetapi bisa setiap tahun kita bersyukur untuk kelahiran anak itu. Kita mendapatkan rumah, rumah itu adalah kebahagiaan dan kita rasa bahagia oleh karena mendapatkan kebahagiaan itu. Tetapi rasa syukur memperpanjang rasa bahagia itu. Tidak setiap tahun kita dapat rumah, tetapi setiap tahun kita bisa bersyukur karena mendapatkan apa yang sudah lewat. Itu sebab kenapa saya mengatakan thanksgiving is an extended warranty. Dia merupakan perpanjangan dari rasa bahagia kita. Kita manusia yang terlalu gampang untuk menjadi boring. Kita manusia yang terlalu gampang menikmati segala sesuatu dengan sukacita tetapi terkikis habis sukacita itu ketika waktu 291 sudah berjalan dalam hidup kita. Itu sebab mengapa kita harus memiliki hati yang terus-menerus mengucap syukur kepada Tuhan. Itu tidak perlu kita bayar karena itu merupakan sesuatu sifat yang Tuhan inginkan karena di dalamnya kita bisa menikmati kebahagiaan itu terus-menerus tanpa berkesudahan di dalam hidup kita. Di dalam bahasa Inggris kita menemukan beberapa kata untuk menunjukkan derajat dari orang yang tidak memiliki sikap yang berterima kasih. Ada satu kata menyebut ‘ingrate person.’ Ada kata ‘grumpy person.’ Bagi saya itu derajatnya lebih rendah daripada ‘ingrate person.’ Tetapi ingrate sendiri adalah derajat yang begitu rendah dalam hidup seseorang yang tidak tahu bersyukur dan yang justru membalas kebaikan orang dengan ketidak-baikan. Dalam pribahasa Indonesia adalah “air susu dibalas dengan air tuba.” Orang yang sudah ditolong dari segala kemiskinan hingga dia bisa sukses tetapi di tengah kesuksesannya dia kemudian memakan habis harta dari orang yang sudah pernah menolong dia. Ketemu orang seperti itu, kita mengatakan dia adalah ingrate person, orang yang tidak tahu berterima kasih, orang yang betul-betul membalas segala kebaikan dari penolong kepada dia dengan ketidak-baikan. Ketemu orang seperti itu kita mungkin akan bertanya apakah betul orang itu betul-betul orang? Tetapi ada semacam orang tidak bersyukur, tidak berterima kasih, tidak rasa itu anugerah, oleh sebab dia merasa itu sepatutnya dan selayaknya dia dapat. Ketemu dengan jenis orang kedua ini, kita tahu dia adalah juga orang yang tidak tahu berterima kasih. Tetapi berbeda dengan yang pertama, yang pertama itu memang tidak tahu berterima kasih tetapi dia juga merugikan orang lain. Orang yang kedua, kita ketemu dengan orang yang seperti ini kita bersikap sudahlah tidak apa-apa selama yang penting dia tidak merampas dan merugikan kita. Orang yang tidak pernah bersyukur, tidak pernah berterima kasih sebab merasa memang sepatutnya dia diperlakukan dengan baik. Kebaikan yang datang itu memang sepatutnya dan selayaknya. Orang yang ketiga, orang yang tidak pernah bersyukur oleh sebab dia tidak pernah melihat apa yang datang kepadanya itu adalah sesuatu yang baik dan patut disyukuri. Maka kita melihat jenis orang ini akan selalu menggerutu, menjadi a grumpy person. Dapat ayam mengeluh kenapa bukan mendapat sapi. Diberi ikan mengeluh kenapa bukan diberi lobster. Mendapat rumah mengeluh kenapa tidak mendapat mansion (rumah besar). Orang seperti ini adalah orang yang tidak pernah berterima kasih dan tidak pernah bersyukur sebab dia tidak pernah melihat apa yang datang di dalam hidupnya adalah sesuatu yang baik dan sesuatu yang membahagiakan dia. Lihat rumah tetangga lebih baik daripada rumahnya. Lihat apapun dari orang lain selalu rasa lebih baik daripada yang dia punya. Itu sebab dia tidak pernah mengucap syukur. Maka pada pagi hari ini biar kita belajar mengerti apa itu ucapan syukur. Bersyukur di dalam konsep Alkitab bagi saya bukan sekedar suatu ‘perasaan senang.’ Bersyukur bukan saja sebagai suatu perasaan senang tetapi bersyukur seharusnya menjadi suatu sikap dan respons positif kita kepada orang yang sudah memberi kepada kita. Alkitab mengajar kita bersyukur bukan saja merasa baik terhadap apa yang kita terima tetapi harus juga menghargai dan membalas kembali kepada siapa yang sudah memberi kepada kita. Itu sebab ketika orang memberi sesuatu kepada kita, tidak cukup kita merasa senang dan bahagia, misalnya diberi makanan, paling tidak ada isyarat keluar paling minimal dari mulut kita adalah ucapan ‘terima kasih.’ Kamu rasa senang atas pemberian itu, itulah tidak cukup, harus ada lebih dari itu adalah menjabat tangannya berterima 292 kasih dan yang lebih dalam lagi adalah bertanya, ‘bagaimana saya akan membayar kembali?’ Jadi kalau seseorang bersaksi dari mimbar atas apa yang Tuhan sudah lakukan kepada dia, adalah baik tetapi itu baru hanya sampai kepada titik saya merasa senang terhadap apa yang saya dapat. Tetapi bagi saya Alkitab tidak hanya mengajar kita mengerti konsep bersyukur hanya sampai kepada perasaan diri tetapi harus lebih dalam daripada itu. Itu sebab paling tidak saya melihat ada tiga dimensi yang penting dari Alkitab. Yang pertama, seperti yang sudah saya katakan tadi, orang yang bersyukur pada dirinya sendiri akan menimbulkan perasaan senang, merasa sukacita, merasa bahagia, ada perasaan yang tidak bisa dilukiskan karena sesuatu yang baik itu didapatkan dan dinikmati olehnya. Tetapi ketika dimensi yang kedua muncul seorang teolog bernama Immanuel Kant mengatakan kenapa orang jarang bersyukur? Sebab pada waktu seseorang bersyukur dia memerlukan satu sikap lain yaitu satu sikap pengakuan bahwa dia bergantung kepada orang. Maka syukur baru bisa keluar kalau orang itu menghilangkan rasa kesombongannya. Jadi bersyukur itu sulit sekali, sebab di situ berarti orang merendahkan diri, sadar bahwa dia bergantung kepada orang lain, sadar bahwa dia tidak layak menerima itu, baru bisa membuat syukur itu muncul. Maka kita bisa mengerti kenapa Alkitab memberikan kepada kita sikap ini terhadap Tuhan. Tuhan, terlalu banyak yang Tuhan sudah beri kepadaku. Dengan apa aku bisa membayar kembali? Perasaan ingin membayar kembali itu berarti satu pengakuan yang saya dapat itu saya tidak layak terima adanya. Maka dalam kebaktian Thanksgiving hari ini sebelum kita memberi sesuatu kepada Tuhan, mari terlebih dahulu kita tanya, saya memberi itu berarti saya punya, tetapi lebih baik kita mundur selangkah bertanya, apakah mungkin ada hutang yang belum saya bayar kepada Tuhan? Sebelum kita bisa memberi, kita mencari jawab dulu kepada pertanyaan ini. Di dalam tulisan rasul Paulus ada beberapa kali dia bicara mengenai hutang orang kepada Tuhan. Dalam surat Roma paling tidak ada dua kali Paulus memakai kata hutang, pertama dalam Rom.8:12 kita berhutang hidup kepada Tuhan. Memang menjadi orang yang berhutang itu tidak enak sekali. Tetapi sebenarnya yang lebih tidak enak lagi adalah orang yang memberi hutang kepada kita. Saudara perhatikan, kenapa di dalam gejala dunia yang berdosa orang yang datang untuk berhutang kepada kita, dia datang dengan mengiba-iba minta untuk ditolong. Setelah hutang itu diberi kepada dia maka giliran orang yang memberi hutang itu yang mengejar dia dengan mengiba-iba untuk dibayar. Dan kenapa kita manusia yang berdosa, setelah kita membayar hutang kepada orang itu, kita rasa kita berjasa kepada dia? “Sudah baik lho, saya bayar.” Aneh sekali, bukan? Kadang-kadang kita melupakan bahwa kita hidup itu berhutang. Paulus mengingatkan, jangan hidup lagi menjadi orang yang berhutang. Hutang apa? Hutang hidup kepada Tuhan. Ini hutang yang penting pada waktu kita memikirkan, merenungkan betapa besar anugerah keselamatan yang Tuhan sudah beri kepada kita, merenungkan dari hidup kita yang tidak ada artinya, hidup kita yang kita sia-siakan jikalau itu tidak ditebus oleh Tuhan kembali. Tuhan, apa jadinya saya jika saya tidak menjadi orang yang percaya Tuhan pada hari ini? Itu sebab Paulus bilang, engkau sudah ditebus dari hidupmu yang sia-sia, engkau dibawa kembali oleh Tuhan kepada Dia, jangan lagi pakai hidup yang sudah ditebus oleh Tuhan itu dengan satu hidup yang tidak memiliki arti. Maka pakai semua hidupmu menjadi senjata kebenaran Tuhan. 293 Yang kedua, Paulus memakai kata ‘hutang’ ini dalam Rom.13:7-8 di bagian ini Paulus berkata kita berhutang kasih kepada sesama. Hutang yang paling dekat yang perlu kita bayar adalah kepada keluarga kita. Tidak ada di antara kita yang lahir dan besar sampai hari ini tanpa berhutang kepada jasa orang tua kita, jasa dari guru SD kita, jasa dari guru-guru Sekolah Minggu yang mengajar kita dari kecil, dsb. Orang yang mengambil keputusan untuk menjadi guru adalah orang yang kita percaya tidak akan mungkin mendapatkan profesi dengan mendapatkan uang yang lebih banyak. Tetapi dedikasi menjadi guru itu menghasilkan begitu banyak murid-murid yang sepatutnya kita bersyukur kepadanya. Kita yang memiliki anak-anak di Sekolah Minggu, jangan kita lupa guru-guru yang mengajar dan mendidik mereka dari kecil dan membentuk karakter mereka. Saya percaya itu adalah satu pembentukan yang tidak akan pernah dilupakan oleh mereka. Saudara yang baru datang ke gereja ini, yang baru datang untuk studi di kota ini, jangan lupa akan orang tua yang membesarkan dan mendidikmu dan menyiapkan dana untuk engkau sekolah dengan sedikit menyisihkan kebahagiaan yang mungkin mereka dapatkan dari uang itu. Ada di antara orang tua kita yang mungkin makan lebih sedikit dan tidak memakai uang itu untuk kesenangan dia sendiri hanya demi supaya anak-anaknya bisa bersekolah. Itu sebab Paulus bilang kita jangan berhutang kasih kepada orang karena itu adalah hak dia. Kalau dia berhak dihormati, hormatilah dia. Kalau dia berhak mendapatkan sesuatu, beri itu menjadi hak dia. Kita tidak boleh menjadi orang yang merugikan orang lain tetapi kita juga tidak boleh menjadi orang yang pasif, tidak membalas kembali segala kasih yang diberi orang kepada kita. Dengan demikian kita impas, kata Paulus, jangan berhutang kasih. Yang ketiga, Paulus memakai kata ‘hutang’ ini di dalam Fil.4:15 Paulus tidak minta balasan karena itu adalah bagian dari pekerjaan dan pelayanan dia, tetapi Paulus secara khusus berterima kasih kepada Tuhan dan memuji jemaat FIlipi karena jemaat ini membayar hutang-piutangnya dengan Paulus. Bagi saya ini adalah hutang orang Kristen yang ketiga, kita berhutang pelayanan kepada orang lain. Maka Paulus berkata kepada jemaat Filipi, setelah Paulus berkhotbah melayani di situ jemaat itu kemudian berpikir kita harus membayar hutang-piutang dengan Paulus. Maka dicatat oleh Paulus di dalam Fil.4 ini jemaat berulang kali mengirimkan uang kepada Paulus untuk mendukung pekerjaan dan pelayanan Paulus sebab Paulus pernah datang ke situ dan melayani mereka dan Paulus tidak pernah minta apa-apa. Tetapi yang menarik di sini Paulus tidak merasa sungkan, Paulus tidak merasa risih untuk membicarakan hal ini karena ini memang merupakan kewajiban kita sebagai orang Kristen. Kita patut membayar kembali hutang-piutang kita, dan tidak ada satu jemaatpun selain jemaat Filipi yang memiliki sikap membayar kembali. Ini merupakan hal yang indah dan penting sekali. Kita ada sampai di sini, semua karena anugerah dan pelayanan orang lain. Dengan sikap seperti itulah saya percaya kita semua bisa menjadi orang Kristen yang memiliki keindahan karakter. Kita tidak berpikir di dalam pekerjaan yang kita terima hanya menghitung keuntungan semata-mata. Mungkin ada di antara saudara yang bekerja di tempat orang dan pekerjaan itu kita dapat karena orang itu begitu iba kepada kita dan sekarang saudara sudah ‘jadi’ dan sudah besar, mari kita belajar membayar hutang budi itu. Kalau saya tidak ditolong oleh dia, saya tidak akan menjadi seperti ini. Ini merupakan satu sikap yang indah karena dengan membayar hutang kita kembali di situ bukan saja kita feel good akan apa yang kita terima tetapi kita sadar kita tidak layak memperolehnya sehingga kita berusaha 294 membayar kembali. Yang ketiga, sesudah kita bayar kembali, muncul hal ini yaitu ‘menghitung berkat-berkatmu.’ Mzm.40 yang kita baca tadi memperlihatkan pemazmur menghitung semua yang sudah dia dapat, makin dia berusaha hitung makin dia temukan begitu banyak jumlahnya. Bersyukur terhadap apa yang ada di dalam hidup kita dan bukan melihat apa yang tidak ada di dalam hidup kita. Renungkanlah keselamatan yang Tuhan beri kepada kita dan betapa kayanya keselamatan itu datang kepada kita, di situlah kita bersyukur karena kita tidak layak menerima anugerah itu. Banyak orang tidak bisa bersyukur karena dia selalu melihat apa yang tidak ada di dalam hidup dia. Kita bersyukur kepada gereja kita karena kita bisa melihat begitu banyak hal yang kadang-kadang kita menganggapnya pelayanan besar orang. Kita bersyukur pada waktu kita lihat ada begitu banyak hal yang Tuhan beri kepada kita. Kita belajar untuk selalu lihat apa yang ada di dalam hidup kita dan bukan kepada apa yang tidak ada. Namun lebih jauh lagi, menghitung berkat-berkatmu bukan saja melihat apa yang ada, tetapi mungkinkah kita bisa belajar bersyukur karena kita memperkembangkan imajinasi kita terhadap apa yang tidak kita lihat. Bersyukur membuktikan kita memiliki imajinasi yang tidak miskin. Ini point yang paling penting buat saya, karena saya percaya Paulus bisa mengucap syukur karena dia memiliki imajinasi yang begitu kaya. Kita mungkin bersyukur terhadap apa yang kita lihat, tetapi mari coba kita lihat dalam 1 Kor.2:9 Paulus bisa bersyukur terhadap apa yang tidak bisa kita lihat dengan mata kita atau yang tidak bisa kita dengar dengan telinga dsb. Kadang harus kita akui kita begitu miskin dalam imajinasi, kita hanya lihat apa yang kita bisa lihat, kita hanya bersyukur terhadap apa yang ada di depan mata kita. Tetapi kita tidak pernah bersyukur terhadap apa yang beyond our senses, melampaui panca indera kita. Paulus bilang, ada yang tidak bisa dilihat oleh mata, ada yang tidak bisa diraba oleh tangan, ada yang tidak bisa dikecap, tetapi semua itu sudah disediakan Tuhan bagi hidup kita. Ada orang miskin secara makanan dan pakaian tetapi bisa kaya secara imajinasi sehingga lahirlah syukur kepada Tuhan. Ada dua anak kecil yang begitu miskin makan makanan sederhana di kontainer plastik, duduk berdua di emperan restaurant. Kakaknya bisa bilang, “Enak sekali ikan ini ya… Nikmatnya rendang ini…” Seolah-olah itu yang mereka sedang nikmati, padahal yang ada di kontainernya hanya nasi dengan garam. Itulah yang bagi saya kekayaan imajinasi. Kita bisa beli makanan enak dan mahal tetapi kita bisa kehilangan syukur sebab kita miskin in imagination. Kita tidak bisa bersyukur itu dari sesuatu yang tidak kita lihat, sehingga yang keluar dari mulut kita adalah, “Ya Tuhan, kenapa cuma ini saja yang saya punya?” Kita tidak pernah melihat kekayaan yang lebih kaya daripada itu. Menghitung berkat-berkatmu bukan saja melihat apa yang ada di depan mata kita, menghitung berkat-berkatmu terhadap apa yang tidak bisa dilihat oleh panca indera kita, semua itu Tuhan sediakan bagi orangorang yang mengasihi dan mencintai Dia. Kita sudah hidup di dalam lingkungan dan dunia yang kaya sehingga kadang-kadang kita take it for granted semua yang ada di dalam hidup kita. Kita kadangkadang take it for granted terhadap pelayanan dari guru-guru Sekolah Minggu, koor dan team audio system yang melayani di gereja kita. Ketika semua itu hilang barulah kita sadar kita sudah kehilangan banyak hal di dalam pelayanan kita. Hellen Keller yang buta, tuli dan bisu menulis kalimat, “I have often thought it would be a blessing if each human being were stricken, blind and dead for a few days at sometime during his early adult life. Darkness would make him more appreciative of sight. Silence would make him appreciate the joy 295 of sound.” Saya seringkali berpikir mungkin adalah sebuah berkat kalau setiap kita manusia ditimpa kebutaan dan tuli hanya beberapa hari saja di dalam hidup kita. Di situlah baru kita sadar di dalam kegelapan kita baru bisa menghargai apa itu terang. Di dalam kesunyian kita bisa menghargai sukacita suara. “Blessed Assurance” ditulis oleh Fanny J. Crosby yang juga seorang buta. Di ayat kedua lagu ini dia menulis “visions of rapture burst on my sight.” Bagaimana seorang yang buta bisa membayangkan begitu dia masuk ke surga matanya tiba-tiba pecah terbuka dan burst dari the joy of rapture bisa dia saksikan begitu indah. Itulah yang saya sebut sebagai kekayaan imajinasi, orang yang buta bisa melihat, orang yang tidak pernah mendapatkan sesuatu bisa bersukacita mendapatkan sesuatu. Itulah yang dikatakan Paulus di sini, apa yang belum pernah engkau lihat, yang tidak bisa engkau raba dengan tanganmu, apa yang tidak bisa engkau kecap, semua itu sudah Tuhan kasih kepadamu. Dengan memiliki hati seperti itu maka kita bisa bersyukur kepada Tuhan. Ada begitu banyak anugerah yang datang kepada kita dan saya percaya anugerah itu datang dari orang-orang yang mengasihi kita dengan tidak pernah memperhitungkan itu kepada kita. Pada waktu kita membalas kembali kepada mereka, jangan sampai kita berhitung-hitungan. Satu saja yang perlu kita hitung yaitu kita hitung dengan seadil-adilnya. Seberapa saya mendapatkan kasih dari orang, sebegitu juga saya harus memberi kepada orang itu. Dengan demikian kita tidak menjadi orang Kristen yang berhutang apa-apa 296 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 18/07/2010 Pdt. Effendi Susanto STh. Panggilan ikut kedalam misi global Allah Nats: 16 Matius 28: 16-20 Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. 17 Ketika melihat Dia mereka menyembah–Nya, tetapi beberapa orang ragu–ragu. 18 Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada–Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. 19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid–Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Ini adalah satu bagian yang sangat terkenal dari Injil Matius yaitu tentang Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus. Boleh dikatakan ini adalah bagian penutup dari Injil Matius tetapi juga merupakan satu permulaan yang baru, satu dynamic conclusion dari apa yang Tuhan Yesus kerjakan, apa yang Tuhan Yesus khotbahkan, apa yang Tuhan Yesus lakukan melalui kematian dan kebangkitan-Nya dan ini adalah kalimat terakhir yang Tuhan Yesus katakan sebelum Ia naik ke surga. Ini adalah dari satu omega point yang kemudian menjadi satu alpha point, satu permulaan dari Injil yang diberitakan ke segala bangsa, “Pergilah dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku.” Dari situlah maka kita melihat para rasul mulai pergi memberitakan Injil, pergi ke segala tempat yang jauh sampai akhirnya Injil itu tiba kepada saudara dan saya. Kalau para rasul tidak mentaati panggilan ini maka Injil tidak akan tiba kepada kita hari ini. Kalimat ini menjadi turning point dari pekerjaan Tuhan yang tadinya berfokus kepada Yerusalem dan Israel khususnya tetapi dari sini mulai pergi ke segala tempat dan sampai kepada kita. Menarik sekali kalau kita menyelidiki ke belakang di dalam PL kita akan melihat mengapa ini menjadi turning point PB dimana Injil tersebar ke seluruh dunia karena sebelumnya kita melihat penekanan di dalam PL firman Tuhan yang datang kepada Israel maka di dalam PL tidak ada orang Israel yang disuruh Tuhan pergi ke segala tempat tetapi penekanannya adalah firman itu datang kepada orang Israel dan orang-orang di luar Israel datang masuk dan bersentuhan dengan bangsa Israel dan kemudian mereka menjadi bagian dari bangsa Israel dan mendapat firman Tuhan di Israel. Jadi bukannya keluar tetapi orangorang dari luar yang datang. Memang di dalam PL tidak ada kalimat itu meskipun ada tersimpan misalnya melalui kalimat Tuhan kepada Abraham, ”...melalui engkau seluruh bangsa akan mendapat berkat.” Tuhan memilih Nuh, Abraham, Israel walaupun memilih satu bangsa tetapi di situ tersimpan 297 benih bahwa Injil harus diberitakan ke segala tempat. Ini menjadi sesuatu yang sangat penting untuk kita mengerti dan appreciate pada hari ini. Saya mengajak saudara untuk fokus kepada perkataan Yesus ini dengan lebih mendetail dari ayat 1820 khususnya ketika Tuhan Yesus mengatakan, “segala kuasa di surga dan di bumi telah diberikan kepada-Ku, therefore go and make disciples of all nations. Baptizing them in the name of the Father, of the Son and of the Holy Spirit…” Saya mengajak saudara melihat empat hal dari perkataan Tuhan Yesus ini. Ada satu kata yang diulang empat kali dari ayat 18-20 yaitu kata ‘semua/segala’ yang dalam bahasa Yunani yaitu segala kuasa, segala bangsa, segala sesuatu yang Ku-perintahkan, Aku menyertai kamu dalam segala waktu/hari. Ini menjadi satu kerangka yang menarik sekali untuk kita belajar dari Amanat Agung Tuhan Yesus ini. Ada satu pernyataan atau satu janji dari Tuhan bahwa segala kuasa di surga dan di bumi telah diberikan kepada-Ku. Lalu yang dua di tengah itu menjadi perintah untuk kita lakukan yaitu perintah untuk menjadikan segala bangsa murid-Ku dan ajarkan mereka segala sesuatu. Dan yang terakhir ditutup dengan janji dari Tuhan, Aku menyertai kamu dalam segala waktu sampai kepada akhir jaman. Tuhan memberikan janji dan perintah yang tidak bisa dipisahkan. Setiap kali Tuhan memberikan janji selalu diikuti dengan perintah. Berkat diikuti dengan perintah. Perintah selalu disertai dengan janji. Di dalam hidup kita dua hal ini harus seimbang. Jangan kita hanya ingin menerima janji Tuhan, ingin menerima berkat Tuhan, ingin menerima kebaikan Tuhan tetapi kita lupa akan perintah yang Tuhan tuntut untuk kita lakukan, perintah yang di situ ketika kita lakukan perintah itu kita akan makin mengerti dan makin mengalami janji dan penyertaan Tuhan. Sebaliknya kita juga jangan menjadi orang yang hanya melakukan apa yang Tuhan perintahkan dan taat seperti legalistik dan lupa bahwa ada janji Tuhan, ada berkat Tuhan, ada pertolongan Tuhan dan khususnya ketika kita mengerjakannya kita melakukan segala pelayanan dan ketaatan kita kepada Tuhan biarlah kita melakukannya hanya berdasarkan kekuatan yang diberikan kepada kita. Pertama, ketika Tuhan Yesus mengatakan, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi…” ini menjadi sesuatu yang Tuhan nyatakan setelah kematian dan kebangkitan-Nya Dia mendeklarasikan bahwa segala kuasa di surga dan di bumi telah diberikan kepada-Nya. Dalam Injil Matius kita melihat dari permulaan bahwa Tuhan Yesus disebut sebagai Raja orang Yahudi dari permulaan. Matius ingin menyatakan Yesus adalah Raja orang Yahudi, waktu Dia lahir orang Majus mencari dengan melihat bintang dan bertanya-tanya, “Di manakah Raja orang Yahudi yang baru lahir itu?” Matius membuktikan dan menyatakan Yesus adalah Raja orang Yahudi ketika Dia masuk ke kota Yerusalem dengan naik keledai muda yang belum pernah ditunggangi orang lain, menjadi satu penggenapan dari PL bahwa Raja orang Yahudi itu akan datang dengan menunggang keledai muda. Tetapi kemudian kata pernyataan Pilatus, “Engkaukah Raja orang Yahudi?” Yesus tidak menolak dan menjawab, “Engkau sendiri telah mengatakannya…” Yesus mengkonfirmasi bahwa Dia adalah Raja orang Yahudi. Karena pernyataan ini maka menjadi satu alasan mengapa Dia disalibkan. Dan ketika Yesus bangkit dari kematian maka Dia bukan hanya Raja orang Yahudi tetapi Dia adalah Raja di atas segala raja, Raja yang memiliki segala kuasa di surga dan di bumi. Kita memiliki Kristus Tuhan yang memiliki segala kuasa di surga dan di bumi dan kita memiliki Tuhan dan kita percaya Tuhan yang demikian. Seperti Paulus mengatakan “Hidupku bukannya aku lagi tetapi Kristus yang hidup di dalam 298 aku…” Kristus yang hidup di dalam kita, Kristus yang menyertai kita, Kristus yang adalah seorang Raja dari segala kuasa di surga dan di bumi. Jelas ini memberikan satu implikasi yang besar luar biasa di dalam hidup kita, ketika kita percaya bahwa Yesus adalah Raja yang berkuasa di surga dan di bumi. Siapa yang paling berkuasa di bumi? Siapa yang paling kita takuti di dalam hidup kita? Siapa yang paling kita kagumi? Itu menentukan kepada siapa kita tunduk, menentukan kepada siapa kita bersandar akan hidup kita. Ef.6:12 mengatakan peperangan kita bukanlah melawan darah dan daging tetapi melawan segala otoritas kekuatan dari dunia yang gelap dan roh-roh jahat di udara, kuasa dosa dan kuasa Iblis. Ketika Tuhan Yesus mengatakan, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi…” ini menunjukkan bahwa kekuasaan Tuhan, otoritas Tuhan bukan hanya ada di dalam bagian-bagian tertentu di dalam hidup kita tetapi mencakup seluruh aspek hidup kita. Kuasa yang dinyatakan, kalau Dia adalah Tuhan yang berkuasa bukan hanya di bumi tetapi di surga, di dalam heavenly realms, Dia berkuasa dan berdaulat di situ, maka kita perlu menyerahkan seluruh hidup kita ke dalam tangan Tuhan. Kita semakin menyadari betapa begitu banyak orang Kristen hidupnya betul-betul split antara iman, antara kepercayaannya kepada Tuhan dengan hidupnya sehari-hari. Di manakah keunikan keluarga Kristen? Bagaimana dengan waktu luang kita? Entertainment apa yang kita pilih? Apakah betul kita sadar dan kaitkan Kristus sebagai Tuhan, karena Dia memiliki segala kuasa itu? Kalau tidak demikian, hidup kita akan betul-betul split. Mzm.19 mengajarkan bagaimana memiliki hidup yang berintegritas, langit dan cakrawala memberitakan kemuliaan Allah, ini menyatakan sesuatu yang besar luar biasa memuliakan Tuhan. Tetapi di ayat terakhir pemazmur mengatakan, “Mudah-mudahan Engkau berkenan akan ucapan mulutku dan renungan hatiku ya Tuhan… ” Inilah satu hidup yang berintegriti, dari sesuatu yang besar seluruh aspek dunia ini diakhiri dengan a single person, satu pribadi yaitu kemuliaan Tuhan dinyatakan di dalam seluruh aspek hidup kita mulai dari yang kecil dan pribadi, dari yang paling sederhana di dalam hati kita secara individu, sampai ke dalam segenap aspek di seluruh dunia. C.S. Lewis mengatakan ”...There is no neutral ground in the universe, every square inch, every split second is claimed by God and counterclaimed by satan.” Tidak ada daerah yang netral di dunia ini. Setan mengatakan ini milikku, di bawah kekuasaanku. Tetapi Tuhan Yesus mengatakan, segala kuasa di surga dan di bumi telah diberikan kepada-Ku. Biarlah kita boleh diingatkan melalui firman Tuhan yang kekal dan berkuasa dan kita boleh terima dan renungkan itu di dalam hidup kita, apa dampaknya ketika kita menyadari bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu yang ada di surga dan di bumi dan yang menjadikan hidup kita boleh berdoa, “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga…” Orang-orang yang demikian adalah orang-orang yang ingin sekali kehendak Tuhan, kedaulatan Tuhan, kuasa Tuhan itu dinyatakan bukan hanya di dalam hidup kita, tetapi dimulai dari hidup kita kepada seluruh aspek di dalam alam semesta ini. Kedua, konsekuensi logisnya ”...karena itu pergilah, jadikan segala bangsa murid-Ku…” Ini berkaitan dengan pernyataan pertama yang menjadi dasar bagi perintah ini, otoritas universal menuntut suatu misi yang universal. Tuhan berkuasa atas segala sesuatu karena itu Dia menuntut kita juga terlibat di dalam misi yang universal, menjadikan segala bangsa murid Tuhan. John Stott mengatakan “Only because all authority on earth belongs to Christ there we go to all nations and only because all 299 authority in heaven as well is His have we any hope of success…” Hanya karena segala otoritas di bumi ini milik Kristus maka kita boleh pergi ke segala tempat di dunia ini dan hanya karena segala kuasa di surga adalah milik Kristus maka kita memiliki pengharapan untuk berhasil. Karena segala kuasa ada di tangan Tuhan melawan penguasa dosa maka kita ada pengharapan untuk sukses di dalam pemberitaan Injil yang kita lakukan. Ini harus juga menjadi doa kita sebagai Gereja Tuhan, kita menyadari misi Tuhan begitu penting bagi kita untuk pergi menjadikan segala bangsa murid Tuhan, khususnya kita boleh terlibat di dalam pelayanan-pelayanan yang bersifat frontier mission, kita boleh terlibat di dalam mendukung penerjemahan Alkitab, dsb. Khususnya terlibat di dalam pelayanan memberitakan Injil ke tempat-tempat dimana Injil belum diberiktakan. Alkitab mengatakan ketika Injil diberitakan kepada segala bangsa, itu boleh ditafsirkan kepada setiap suku bangsa, kepada setiap people group di tengah-tengah dunia ini. Kalau Injil sudah diberitakan kepada semua suku bangsa maka barulah Yesus akan datang untuk yang kedua kalinya. Ketika kita memberikan Injil ke segala tempat dimana Injil belum diberitakan atau gereja masih sangat lemah di tempat itu, maka kita berbagian di dalam misi global Kristus. Kita anak-anak Tuhan menjadi bagian dari religion of the world, kita bukan hanya memikirkan yang kecil di sini, tetapi Kristus juga menuntut kita untuk dengan berbagai cara sesuai dengan pimpinan-Nya untuk boleh berbagian di dalam misi global Tuhan yang sedang Tuhan kerjakan. Itulah menjadi sebab mengapa kita diselamatkan, mengapa kita ditebus, supaya kita boleh menjadi saksi Tuhan di tengah-tengah dunia ini. Pergi jadikan segala bangsa murid-Ku. Yang pertama adalah pengabaran Injil dalam frontier mission, KKR dan Gospel rally yang perlu kita dukung di dalam doa, kita perlu berbagian di dalamnya. Begitu banyak contoh-contoh dari hamba Tuhan yang kita bisa pelajari melalui kesaksian bagaimana mereka berjuang, bagaimana mereka berkorban, bagaimana mereka habis-habisan meninggalkan segala kenikmatan, meninggalkan keluarga dan negara mereka, untuk pergi ke tempat-tempat yang jauh dimana Injil belum diberitakan, meninggalkan semuanya. Sampai ada orang-orang yang percaya di situ, sampai umat Tuhan dimunculkan di setiap tempat di dalam setiap suku bangsa. Biarlah kita juga boleh tergerak karena kita juga dituntut Tuhan yang sudah memiliki segala kuasa itu untuk berbagian di dalam rencana-Nya. Walaupun di sini panggilan Tuhan adalah menjadikan segala bangsa murid Tuhan, kita percaya pengabaran Injil menjadi langkah pertama untuk menjadikan mereka murid Tuhan. Langkah kedua adalah membaptiskan mereka di dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Murid perlu diajar, murid perlu disiplin untuk mengerti segala sesuatu yang Tuhan perintahkan. Mengajar segala sesuatu, bukan hanya bagian-bagian yang mudah, bukan hanya bagian-bagian yang kita suka, bukan hanya bagian-bagian yang enak dan gampang didengar, tetapi Tuhan Yesus katakan ajarkan mereka segala sesuatu. Ini adalah bagian yang seumur hidup kita walaupun hanya satu kali lahir baru, satu kali percaya, satu kali dibaptis, tetapi belajar itu seumur hidup kita. Kita perlu menghargai kita berada di dalam gereja Reformed Injil yang begitu menekankan pengajaran yang mendalam dan itu menjadi fondasi yang kuat sekali di dalam hidup kita sebagai anak-anak Tuhan, Reformed Theology yang menggali, mengekspose kelimpahan dan kekayaan firman Tuhan yang tidak habis-habis. Itu menjadi fondasi yang kokoh, menjadi kekayaan hidup yang memancar di dalam hidup kita, yang harus 300 memancarkan segala firman yang diajarkan kepada kita, segala firman yang lengkap yang Tuhan sudah berikan kepada kita di dalam Alkitab. Di dalam dunia ini khususnya di dalam konteks jaman kita sekarang, banyak orang lebih ingin mendengar yang enak, yang mudah didengar, yang lucu, bukan berarti khotbah tidak boleh ada lucunya, kita perlu kesegaran, bukan berarti tidak boleh membahas hal-hal yang praktikal karena kita perlu juga akan hal itu, tetapi biarlah segala hal yang praktikal, segala hal yang simple, harus berakar di dalam segala doktrin dari Alkitab. Biarlah kita diingatkan, Tuhan Yesus memerintahkan para murid untuk mengajarkan segala sesuatu, termasuk doktrin-doktrin yang dalam, yang sulit, yang berat, itu harus juga kita pelajari, kita pikirkan, kita renungkan. Kadang-kadang hal-hal yang sulit kita mengerti, waktu kita menggali dan merenungkan kita akan menemukan betapa indah dan betapa berlimpahnya firman itu. Waktu saudara membaca bagian-bagian yang tidak saudara mengerti, jangan dilewatkan begitu saja, tetapi coba pikirkan kenapa seperti itu, tanya dan berinteraksi dengan firman Tuhan itu. Waktu kita mulai mengerti dan sadar maka hidup kita menjadi berakar di dalam fondasi yang kuat sebagai anakanak Tuhan. Seseorang mengatakan kita hidup di dalam dunia yang memberitakan grace without judgment, love without justice, blessing without obedience, triumph without suffering, crown without cross. Kita suka anugerah, kita suka kasih, kita suka berkat, kita suka kemenangan, kita suka mahkota. Tetapi Alkitab tidak pernah pisahkan itu, Alkitab tidak pernah pisahkan anugerah dengan penghukuman Tuhan kepada manusia yang tidak taat, antara kasih dan keadilan Tuhan, antara berkat dengan ketaatan, dst. Tidak ada mahkota tanpa salib, tidak ada kebangkitan tanpa kematian. Tetapi di dalamnya, bukan kita mau cari-cari susah, tetapi itu adalah jalan yang Tuhan sediakan bagi kita hidup di tengah-tengah dunia yang berdosa dan kita juga masih banyak dosa, kita taat dan melakukan apa yang Tuhan mau maka kita akan sadar di dalamnya ada kesulitan, ada pergumulan, ada penderitaan. Di dalam mempelajari eksposisi yang tidak mudah, saudara boleh bertahan, boleh berpikir, boleh tidak beralih. Dan di situ ketika kita terus setia kita menjadi orang-orang Kristen yang dewasa, yang tidak hanya mau minum susu tetapi menjadi orang Kristen yang suka akan makanan yang keras, orang Kristen yang bertumbuh, orang Kristen yang kokoh dan menjadi berkat bagi banyak orang. Terakhir, Tuhan Yesus memberi janji bahwa Dia akan menyertai kita dalam segala waktu sampai kepada akhir jaman. Ini satu janji yang sangat menghibur, sangat menguatkan dan sangat menguduskan kita. Kalau kita melihat secara global akan Injil Matius, dalam Mat.1:23 malaikat berkata, “Bayi yang akan lahir itu akan disebut Imanuel, yaitu artinya Allah beserta kita.” Allah hadir di sini, Firman menjadi Manusia. Dan di bagian akhir Injil Matius ini, Kristus berkata Dia dalam segala waktu akan menyertai kita. Penyertaan Tuhan, Allah beserta kita bukan berhenti pada waktu Yesus lahir, bukan berhenti pada waktu Yesus mati, tetapi akan terus sampai selama-lamanya. Dia akan menyertai dan memimpin kita. Ini menjadi penghiburan yang luar biasa sesungguhnya. Jessie Ryle mengatakan, ”...He is with us daily to pardon and forgive, with us daily to sanctify and strengthen, with us daily to defend and keep, with us daily to live and to guide, with us daily in sorrow and joy, with us daily in sickness and with us in health, with us in life and with us in death, with us in time and with us in eternity. I am with you always even in the end of the world, I will never leave you 301 and never forsake you, we could ask nothing more.” Betapa indah waktu kita merenungkan, kita mengerti dan menyadari penyertaan Tuhan dalam segala waktu. Surely I am with you always… Yesus bukan berjanji akan menyertai, tetapi di sini memakai bentuk Present Tense, I am with you always, Aku sekarang sudah menyertai engkau dan akan terus menyertai engkau dari sekarang sampai selama-lamanya. Kehadiran Tuhan yang memimpin, memberkati, menopang, memberi kekuatan, menghibur dan membentuk hidup kita. Dia yang beserta kita adalah Dia yang pemilik seluruh alam semesta yang berkuasa di surga dan di bumi, Tuhan itu adalah Tuhan yang menyertai dan memimpin kita. Kalau kita mengkaitkan janji ini dengan perintah-Nya untuk pergi memberitakan Injil, ketika kita belajar mengerti firman-Nya dan belajar melakukan apa yang Tuhan kehendaki bagi kita di dalam dunia ini, kita akan makin mengalami penyertaan Tuhan, Tuhan yang hadir, Tuhan yang memimpin, Tuhan yang memberi kekuatan bagi kita. Biar kita boleh berjuang mentaati Tuhan dan melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Di situ ada kesulitan, ada pergumulan, ada kelemahan, ada air mata, ada rasa kita tidak mampu, tetapi ketika kita bersandar kepada Tuhan, berdoa kepada-Nya, dan sekali lagi menyerahkan hidup kita ke dalam tangan-Nya kita akan mengalami Tuhan yang hadir, Tuhan yang memberkati, Tuhan yang memimpin, Tuhan yang tidak pernah meninggalkan kita. Biarlah kita boleh percaya, kita jangan takut, dan kita terus mengerjakan kehendak Tuhan di dalam hidup kita, dan boleh kita melihat dan menyaksikan dan mengalami Dia adalah Tuhan yang menyertai kita sampai kepada akhir jaman 302 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 09/05/2010 Pdt. Effendi Susanto STh. Panggilan keibuan Nats: 3 Titus 2: 3-5 Demikian juga perempuan–perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang– orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal–hal yang baik 4 dan dengan demikian mendidik perempuan–perempuan muda mengasihi suami dan anak– anaknya, 5 hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang. Hari ini saya akan bicara mengenai panggilan yang indah menjadi seorang ibu dan isteri. Unik sekali merayakan Mother’s Day, iklan di tv bicara mengenai Mother’s Day selalu gambarannya bagus yaitu bicara mengenai suami dan anak membuat surprise pada pagi hari dengan menyediakan ‘breakfast in bed’ untuk sang mama. “Mama, hari ini kamu tidak perlu kerja apa-apa. Ini hari untuk day off, silakan makan sarapan.” Itu satu iklan yang bagus. Mama tersenyum karena anak dan suaminya tidak sadar bahwa jam 4 pagi mama sudah bangun menyiapkan sarapan itu terlebih dahulu. Artinya kita harus mengakui ibu itu bekerja keras sepanjang hari dan kita patut memberikan penghargaan dan pujian kepada mereka. Saya memahami bahwa mungkin seorang ibu kadang-kadang di dalam membesarkan anak, saudara bisa melihat dari pagi sampai malam pekerjaan itu selalu berputar-putar di sekitar rumah, sehingga kadang-kadang ada perasaan frustrasi, jenuh dan bosan. Kadang itu membuat seorang ibu berpikir mungkin dengan mengganti suasana dan keluar mencari pekerjaan bisa memberikan kelegaan sedikit dari perasaan-perasaan itu. Saya memahami juga kalau seorang isteri mengeluarkan kalimat yang kadang-kadang menusuk hati kita tetapi mungkin seharusnya kita memang mencintai mereka lebih dalam. Isterilah yang umumnya mengeluarkan kalimat, “Kamu tidak seperti dahulu waktu kita masih pacaran…” Dulu pria selalu membukakan pintu mobil, tetapi sekarang tidak lagi karena kita naik kereta api. Dulu kita selalu berbagi dengan kekasih, satu gelas berdua, tetapi setelah menikah suami makan sendiri dan menghabiskannya tanpa ingat isteri. Isteri merasa dia lebih banyak berkorban di dalam relasi daripada suami. Di situ kita harus mengakui karena mereka memberi waktu dan perhatian yang lebih banyak bagi keluarga. Kadang-kadang sebagai ibu membesarkan anak mereka tidak lepas dari berbagai pergumulan dan persoalan di dalam rumah kita. Kadang mereka jemu, jenuh dan frustrasi disebabkan karena mereka mungkin membandingkan persoalan keluarga dengan keluarga yang lain dan mereka pikir kenapa persoalan di dalam keluargaku tidak ada habis-habisnya 303 dibandingkan dengan keluarga lain. ‘Koq ibu itu enak ya, bisa liburan… kapan saya bisa seperti itu?’ Mari kita belajar sama-sama persoalan di dalam kehidupan keluarga kita akan selalu ada dan tidak akan pernah berhenti di dalam hidup ini. Dan jangan pikir bahwa hanya kita saja yang mengalami persoalan lebih besar dan lebih berat daripada orang lain. Kita akan mengalami persoalan yang sama, dan setiap tahap hidup keluarga kita, kita pasti akan menghadapi persoalan yang sama. Ibu muda yang baru melahirkan anak kaget setengah mati karena anak itu memiliki jadwal tidur yang berbeda dengan dia. Saudara mau tidur jam 1 sampai jam 5, dia bangun minta main. Akhirnya berkuranglah jam tidur kita. Saudara yang membawa bayi berumur 6 bulan ke gereja lalu lihat anak orang sudah berumur 2 tahun sudah lari-lari, saudara mulai rasa, “Enak yah dia… anaknya sudah bisa lari-lari. Kapan anak saya yang 6 bulan ini bisa lari?” Kita rasa lama sekali dan kadang di tengah masamasa itu kita rasa suami tidak membantu dan kita rasa ini beban yang berat luar biasa. Tetapi jangan lupa waktu saudara punya anak umur 2 tahun, saudara juga memiliki persoalan dan kesulitan yang sama. Ada anak yang selalu menaruh segala barang dan biji dari lantai ke dalam lubang hidungnya. Saudara ingat ada anak umur 3 tahun di Selandia Baru yang meninggal pada hari ulang tahunnya karena tersedak lolipop. Itu ketakutan kita punya anak umur 2 tahun, ‘trouble two,’ apa saja yang dia lakukan kita perlu perhatikan sehingga rasa lebih cape daripada ibu yang punya anak umur 6 bulan, dia tidur mamanya bisa ikut tidur. Lalu kita lihat ibu yang punya anak sudah umur 6 tahun, sudah bisa pakai baju sendiri, sudah bisa ke sekolah. Lalu kita bilang, “Enak ya kamu… saya koq berat sekali, kapan anak saya yang umur 2 tahun ini besar, makannya saja sulit minta ampun…” Tapi ibu yang punya anak umur 6 tahun punya persoalan sendiri. Cape antar dia pergi dan jemput sekolah, lihat anak yang sudah umur 12 tahun bisa pergi sendiri naik bis ke sekolah, oh… kapan anak saya bisa seperti itu? Tanyakanlah ibu-ibu yang punya anak remaja, mereka juga susah setengah mati. Lalu lihat pasangan yang bisa ke gereja berdua-dua karena anak-anaknya sudah menikah, enak ya… kapan anakku kawin supaya saya bisa rest in semi peace? Sudah remaja, susah. Melihat anak kurang cantik, hati jadi susah. Apalagi lihat anak orang lain kenapa anak saya tidak secantik dia? Saudara tidak tahu kesusahan papa yang anaknya cantik. Dia terus ikuti ke mana saja karena takut hilang. Pulang sekolah ditunggui, terlambat sedikit saja sudah kuatir. “Enak ya anakmu, tidak terlalu cantik itu aman lho… Naik bis pulang jam 12 malam tidak ada yang ganggu.” Lalu tanya kepada ibu yang semua anaknya sudah menikah, ”...siapa bilang hidup langsung bebas dari susah? Semua cucu titip saya.” Setiap tahap hidup kita memiliki tantangan kesusahan dan kesulitan masing-masing dan kadangkadang itu membuat kita jemu, jenuh dan frustrasi. Salah satu kesulitan besar bagi keluarga-keluarga di Jepang adalah tidak mau memiliki anak karena mengalami kesulitan seperti itu. Tetapi ini mengandung konsekuensi yang besar luar biasa di dalam 20-30 tahun yang akan datang. Cina juga seperti itu. Tiga puluh tahun yang akan datang kurang lebih ada 30% laki-laki yang tidak ada pasangannya, itu lebih bahaya daripada teroris. Mau menikah, tidak ada stock. 304 Karena rasa cape, jenuh, berat, dsb itu sebab orang berpikir tidak menjadi ibu membesarkan anak dan menggantikan dengan hal-hal lain mungkin hidupku jauh lebih berbahagia dibandingkan dengan yang lain. Hari ini saya ingin mengajak saudara mulai berpikir baik-baik dan bagi saya soal bekerja full time atau menjadi ibu membesarkan anak bukan merupakan hal yang harus dikontraskan. Pertanyaan yang paling mendasar sebenarnya adalah apapun pilihan hidup saudara, apakah dengan menjadi isteri seseorang, atau menjadi mama bagi seseorang, itu merupakan investasi hidup yang betul-betul berharga bagimu? Apakah menginvestasi seluruh hidup menjadi isteri seseorang dan menjadi mama dari seseorang itu merupakan sesuatu hal yang betul berharga di dalam hidupmu. Kalau engkau tidak sanggup melihat keindahan nilai itu di dalamnya, gampang sekali kita bisa menjadi kecewa, frustrasi, jemu dan jenuh lalu kita berpikir kenapa saya harus menjalani hidup seperti ini, menghabiskan masa dan waktu hanya membesarkan anak-anak, puji Tuhan kalau mereka tahu terima kasih. Saya ingin mengajak saudara melihat perspektif yang indah dari satu ayat dalam Tit.2:3-5 ”... mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya…” Indonesia perlu empat kata ‘rajin mengatur rumah-tangganya’ untuk menerjemahkan satu kata dalam bahasa Yunani “oikorgos” kalau mau diterjemahkan harafiah artinya “home-worker.” Dengan ayat ini langsung memberikan pencerahan kepada kita bahwa menjadi ibu itu adalah seorang “homeworker,” kontras ini untuk memberitahukan dia tidak lebih rendah daripada “office-worker”. Dia tidak lebih rendah daripada “far-worker.” Dia tidak lebih rendah daripada “field-worker.” Artinya, seorang ‘home-worker’ merupakan suatu pekerjaan profesional yang indah. Kalau kata yang dipakai adalah “rajin mengatur rumah tangga” itu seolah-olah itu merupakan satu pekerjaan yang non profesional. Tetapi dengan memakai istilah ibu-ibu muda you are “home-workers” kontras dengan suamimu yang adalah “field-worker, atau office-worker.” Perbedaannya cuma satu, sebagai “homeworker” kamu tidak terima gaji setiap bulan. Indahnya ayat ini merupakan sesuatu konsep yang penting yang mengingatkan kita bahwa menjadi ibu rumah tangga bukan karena kita tidak memiliki kemampuan bekerja profesional. Menjadi seorang ibu rumah tangga tidak berarti kita malas atau pengangguran/tidak memiliki pekerjaan atau kita tidak memiliki ketrampilan tertentu. Sehingga waktu memperkenalkan diri, yang lain bilang “I am a lawyer,” atau bilang “I am a secretary” kita tidak perlu minder dan malu mengaku sebagai “ibu rumah tangga.” Mari kita dengan bangga bilang, “I am a professional home-worker.” Alkitab sekaligus memberikan kepada kita ini merupakan sesuatu pekerjaan yang profesional. Menjadi ibu rumah tangga berarti saudara dituntut untuk melihatnya sebagai tantangan pekerjaan yang membutuhkan semangat yang tidak gampang. Menjadi ibu rumah tangga yang tinggal di rumah, mari kita juga memperkembangkan semangat kita bagaimana membesarkan anak-anak kita. Waktu saya ada di Jepang, saya melihat pertanyaan yang timbul di antara keluarga Indonesia yang tinggal di sana, menikah dengan suami Jepang, di situ mereka menemukan penghargaan yang bentrok satu sama lain. Lalu bagaimana? Saya hanya bisa mengatakan kepada mereka, “Engkau dan saya tidak bisa mencegah badai dan topan terpaan pengaruh dari luar kepada hidup anak-anakmu. Yang terpenting, jadikan rumahmu sebagai benteng terakhir pelindung dari serangan luar.” Kita pindah ke lingkungan yang mungkin lebih kecil dan kita rasa lebih aman, tetap di situ memiliki 305 kesulitan dan tantangan yang berbeda-beda. Itu harga yang kita bayar. Salah satu harga hidup di satu negara dengan segala hal yang begitu efisien, high technology dan penuh dengan aspek virtual reality seperti itu, kita akan kehilangan cost yang besar terhadap hidup relasi yang lebih akrab dan intim. Kalau mau hidup komunal yang lebih baik, mari kita tinggal di desa menanam padi bersama-sama dengan tetangga di sebelah kita. Tidak perlu ditakutkan dengan bahaya internet, tidak perlu kuatir dengan pasar saham yang jatuh karena tidak ada uang kita di situ. Jadi pilihan apapun mengandung untung dan rugi, kemungkinan dan ketidakmungkinan yang ada. Mau tinggal dimana, sama saja. Yang penting adalah bagaimana kita membesarkan dan mendidik anak, menjadikan rumah kita sebagai benteng pertahanan yang menyimpan nilai-nilai Kekristenan yang indah, yang mempertahankan martabat dan kualitas dan karakter mereka sebagai anak-anak Tuhan. Setelah dia keluar dari rumah, kita tidak bisa apa-apa. Kita juga tidak bisa terus tahan dia sampai kapan. Yang penting rumah kita menjadi rumah yang kuat dan rumah yang kuat pasti membutuhkan seorang home-worker yang kuat, yang berdedikasi dan yang memiliki semangat yang tinggi. Itu sebab ibu-ibu jangan menghina pekerjaanmu. Ibu-ibu jangan tidak menghargai panggilan ini karena ini bukan panggilan dari saya melainkan panggilan dari firman Tuhan sendiri. “Hai ibu-ibu, jadilah seorang home-worker.” Berarti kita sungguh menghargai dan mencintai pelayanan seperti ini. Maka satu gereja yang kuat pasti karena ada keluarga dan rumah tangga yang kuat. Itu sebab kita menginginkan tahun ini “Strong Family for Strong Church” menjadi fokus kita. Yang kedua, home-worker berarti panggilan dan mandat ilahi kepada kita. Memahami ini sebagai satu calling, bukan karena masyarakat, bukan karena keterpaksaan, tetapi karena kita tahu Tuhan yang panggil kita sebagai seorang home-worker. Jadi kita menghargai dan tahu dengan sungguh panggilan ini. Walaupun terkadang kita menjadi cape dan merasa berat di dalam melayani sebagai seorang ibu rumah tangga tetapi tahu ini adalah panggilan dari Tuhan, tidak ada bedanya dengan seorang dokter yang melayani pasien, atau profesi pekerjaan yang lain. Seorang ibu muda di sekitar tahun 1928 pernah menulis satu sajak doa yang bagus sekali. “Tuhan yang empunya panci-panci dan penggorengan, jadikan saya orang kudus sewaktu menyiapkan makanan dan mencuci piring. Di tengah hiruk-pikuk suara alat-alat dapur dan bau masakan saya menemukan ketenangan dan sukacita seperti pada waktu saya berlutut dan berdoa dalam keheningan.” (“O Lord of pot and pans and things, make me a saint by getting meals and washing up plates…”). Melihat pekerjaan sehari-hari yang kecil dan detil, yang kadang-kadang bagi orang lain itu merupakan hal yang sepele tetapi kita melihatnya sebagai hal yang indah dan rohani. Waktu kita sibuk setengah mati, biar kita menemukan keindahan ketenangan di situ karena saya tahu itu adalah panggilan Tuhan yang indah dan Ilahi kepadaku. Tinggal di situ penuh dengan kepekaan suami mensupport. Dia masak apapun, cintai dan hargai. Dia sudah susah setengah mati memasak, hangus jangan dibilang hangus tetapi ‘caramelised and smoky flavour.’ Sedikit lebih cerdas tidak menyebabkan piring itu melayang. Home-worker menjadi indah dan bernilai kalau saudara melihatnya sebagaimana Alkitab mencatat yaitu home-worker justru menjadi suatu harga diri dari seorang ibu. Banyak orang berpikir dia akan kehilangan waktu dan kesempatan dan kemungkinan berkarir, menjadi orang yang dihargai 306 masyarakat kalau dia tidak keluar rumah dan bekerja di luar. Itu konsep salah besar. Alkitab justru mengajak kita melihat seorang ibu sebagai home-worker membesarkan anak dan memelihara keluarganya itu menjadi sumber penghargaan dirinya. dan Ams.31 Ams.12:4 mengatakan the woman of strength, menutup dengan kalimat, ”...biar segala pekerjaan tangannya menyertai dia dan dia menjadi pujian bagi suaminya di pintu-pintu gerbang kota.” Mari hai ibu-ibu di hari Ibu yang berbahagia ini, pekerjaanmu sebagai seorang isteri dan seorang ibu merawat dan membesarkan anak, di situ engkau menemukan kebahagiaan sumber penghargaan dirimu. Survey bertanya, apa yang paling penting dalam hidupmu, point nomor satu jawaban orang adalah my family life. Percaya saya, orang akan menghargai pekerjaanmu sebagai seorang ibu dilihat bukan dari seberapa banyaknya uang yang bisa engkau kumpulkan, tetapi dilihat dari seberapa indahnya seorang ibu membesarkan anak-anaknya, menjadikan gambar Allah yang indah itu menjadi berguna dan berhasil. Kenapa kita justru menjadi malu kalau kita tidak berkarir? Mengapa kita menjadi kecewa kalau kita tidak mendapatkan uang yang banyak di luar? Padahal bukan itu yang terpenting. Mari kita ubah konsep nilai diri kita. Terakhir, home-worker berarti itu kesempatan dari setiap isteri dan ibu untuk bisa melayani. Allah menciptakan wanita sebagai penolong suaminya. Kata ‘penolong’ itu penting sekali. Banyak orang salah tafsir lalu berpikir itu berarti isteri diminta lebih rendah daripada suaminya. Penolong dikira pembantu atau kacung. Dalam Mzm.40:18 memakai kata yang sama, “The Lord is my helper…” Dengan menggunakan kata itu saudara dan saya tidak mungkin menafsir Allah di situ menjadi orang yang bisa kita suruh-suruh atau perintah. Maka kata ‘helper’ atau penolong itu lebih baik dimengerti sebagai sesuatu yang bersifat melengkapi tetapi tidak bisa tidak ada. Something attach to him and make him complete. Dia bukan yang di depan, bukan yang menjadi utama, tetapi dia menjadi pelengkap namun dia tidak bisa tidak ada. Sesuatu yang berkaitan dengan pria, yang menjadikan pria itu lengkap, itu artinya penolong di sini. Jadi, sikap yang menjadikan wanita lebih rendah dan dianggap tidak signifikan itu justru adalah akibat kejatuhan manusia dalam dosa. Penolong, sesuatu yang melengkapi dan tidak bisa tidak ada, itu hanya bicara soal peran kita yang berbeda tetapi bukan bicara soal status atau derajat yang lebih rendah. Penolong itu berarti isteri berperan melengkapi sehingga suami menjadi lebih sempurna, bukan berarti ada peran gender yang harus dipertentangkan dengan suami. Maestro conductor Leonard Bernstein ditanya, alat musik apa yang paling susah dimainkan? Dia jawab, Biola kedua. Bukan susah dalam arti susah dimainkan tetapi dalam pengertian susah mencari orang yang mau main biola kedua karena semua mau anaknya main biola pertama. Tetapi satu simfoni menjadi harmonis tidak bisa tidak butuh biola kedua karena di situlah suara menjadi indah dan enak didengar. Penolong di dalam pengertian seperti itu, melengkapi tetapi tidak bisa tidak ada di dalam hidup ini. Maka itu adalah kesempatan kita menjadi ibu dan isteri melayani bersama-sama. Napoleon Bonaparte waktu ditanya bagaimana menjadikan negara Perancis menjadi kokoh dan besar, saya sudah banyak orang lupa akan jawaban yang penting dari dia, yaitu “Give us better mothers and we will have a very strong nation.” Mau negara menjadi kokoh dan besar? Berikan saya ibu-ibu yang baik, negara pasti akan kuat. 307 Gereja menjadi kuat oleh karena ada keluarga-keluarga yang kuat. Keluarga menjadi kuat kita percaya karena ada seorang ibu dan isteri yang dengan diam-diam dan sabar bekerja dan melihat pekerjaannya sebagai panggilan ilahi, bekerja dan melihat di dalam membesarkan anak dan memelihara rumah tangga sebagai tempat dia menemukan harga diri yang indah karena dia tahu itu kesempatan dia melayani dan dia tahu tidak banyak orang yang bisa melakukannya, membutuhkan semangat membutuhkan bakat membutuhkan talenta yang tidak gampang. Kiranya Tuhan memberkati engkau di dalam membesarkan anak dan memelihara mereka sampai jadi. 308 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 03/01/2010 Pdt. Effendi Susanto STh. Hati yang bersyukur Nats: Pengkhotbah 3: 1-11 Yakobus 1:17 Pengkhotbah 3 1 Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. 2 Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam; 3 ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun; 4 ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari; 5 ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk; 6 ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang; 7 ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara; 8 ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai. 9 Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah? 10 Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak–anak manusia untuk melelahkan dirinya. 11 Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir. Yakobus 1 17 Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada–Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. Tahun yang baru ini biar kita awali dengan hati yang bersyukur kepada Tuhan. Tidak boleh kita membawa penyesalan dan kekuatiran di tahun yang lalu untuk masuk di tahun yang baru ini. Bukan saja tidak ada gunanya, tetapi hal itu juga merefleksikan hati kita yang tidak menghormati Tuhan karena kita tidak mengakui semua anugerah yang baik itu datangnya dari Tuhan kalau mulut kita tidak bersyukur kepada Tuhan. Itu sebab hari ini saya ingin memberikan dua ayat mengawali tahun 309 yang baru kepada semua kita kiranya boleh menjadi firman Tuhan yang memimpin hidup kita sepanjang tahun ini. “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya…” (Pengkhotbah 3:11a) “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna datangnya dari atas diturunkan oleh Bapa segala terang, pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran” (Yak.1:17). Kiranya kedua ayat ini boleh menyimpulkan kehidupan kita di tahun 2009 dan menjadi firman yang memimpin kita di tahun 2010. Saya percaya kita tidak boleh membawa kekuatiran dan penyesalan apapun dari tahun yang lampau memasuki tahun yang baru. Itu perasaan hati saya. Itu sebab saya bersyukur melihat begitu banyak berkat dan anugerah Tuhan di dalam pelayanan yang ada waktu saya melayani di Indonesia barubaru ini. Memasuki tahun 2010 saya juga mendorong diri sendiri untuk bertanya, apa yang boleh saya lakukan di tahun 2010 ini. Maka pergumulan hati saya, kita tidak boleh bawa perasaan yang kuatir, menyesal, di tahun yang lalu. Kita mungkin menyesal di tahun yang lalu, tetapi apa gunanya? Banyak orang menyesal karena tahun 2009 hidupnya susah. Banyak orang menyesal karena di tahun 2009 mendapat penghasilan yang mungkin penuh dengan pergumulan. Banyak orang menyesal karena di tahun 2009 kita menghadapi banyak tantangan, dsb. Jangan biarkan penyesalan itu dibawa sampai tahun 2010. Saya hanya mengijinkan satu penyesalan yang boleh kita bawa di tahun 2010 yaitu penyesalan karena Tuhan sudah kasih terlalu banyak tetapi kita kasih terlalu sedikit kepada-Nya. Tetapi kita tidak bisa merubah kenyataan itu. Itu sebab saya mengharapkan di tahun 2010 ini kita lebih mencintai Tuhan dan mengasihi Tuhan. Biar firman Tuhan ini menolong kita boleh bersyukur dan mengucap syukur kepada Tuhan. Adalah lumrah pada waktu kita menghadapi berbagai macam realita hidup, kita bereaksi sesuai dengan apa yang kita terima. Kalau itu baik, kita sukacita. Kalau itu tidak baik, kita bertanya ‘mengapa?’ Itu reaksi yang lumrah. Kenapa lumrah? Sebab memang cara pandang kita pasti bersifat fragmental. Kita hanya melihat di satu sisi saja. Maka Pkh.3:11a merupakan satu bagian yang indah, supaya hidup kita penuh dengan sukacita, kita tidak pernah melihat apa yang terjadi di dalam hidup kita sebagai ‘waste of time.’ Kita tidak pernah melihat apa yang terjadi di dalam hidup kita sebagai suatu kesialan. Kita tidak pernah melihat apa yang terjadi di dalam hidup kita dengan pertanyaan ‘mengapa itu terjadi?’ pada waktu kita bisa melihat dari sudut atas mozaik-mozaik kehidupan kita yang mungkin seperti pecahan beling yang satu persatu tidak memiliki arti dan makna tetapi waktu disusun, dia menjadi satu lukisan mozaik yang indah. Itu kalimat yang dikatakan oleh Pengkhotbah, “Allah membuat segala sesuatu indah pada waktunya…” Kita lihat dari atas maka muncul kalimat seperti ini, God made everything beautiful in its time. Dimulai dari ayat 1-10, apa yang menjadi realita hidup kita yang kalau dilihat satu persatu berupa fragmen. Ada waktunya kita lahir,a da waktunya kita mati. Ada waktunya kita rugi, ada waktunya kita untung. Ada waktunya kita sakit, ada waktunya kita sehat. Ada waktunya kita mencintai, ada waktunya kita membenci. Ada waktunya kita bersukacita, ada waktunya kita mengeluarkan air mata. Pengkhotbah mengatakan itu merupakan realita hidup kita hari demi hari. Tidak akan menjadi bermakna dan bernilai kalau kita tidak memakai kacamata bagaimana Tuhan melihat. Tahun 2009 seperti itu juga. Ada bulan yang indah, ada bulan yang kurang baik. Ada hari yang penuh sukacita, ada 310 hari kita berkeluh kesah. Ada hari kita sehat, ada hari kita sakit. Tetapi bolehkah kita memasuki tahun 2010 ini dengan mengatakan kalimat yang sama seperti yang dikatakan oleh Pengkhotbah ini. Tuhan, saya mau memasuki tahun 2010 mulai dengan sikap hati ini. Saya bersyukur terlebih dahulu kepada Tuhan karena saya melihat hidupku begitu indah. Segala sesuatu Tuhan buat menjadi keindahan bagiku. Kadang-kadang kita tidak mengerti apa yang terjadi di dalam hidup kita. Waktu saya melayani di Indonesia ada dua hal yang kontras diceritakan kepada saya. Yang satu saya saksikan sendiri, seorang berusia lebih muda daripada saya baru saja menjalani operasi pengangkatan usus besarnya karena dia menderita colon cancer. Tetapi yang membuat hati saya terenyuh adalah waktu mendengar bahwa dia satu-satunya orang Kristen di tengah keluarganya. Saya tidak mengerti, orang itu rajin ikut doa pagi, tidak ada orang yang lebih rajin daripada dia. Saya percaya pasti di dalam doanya dia meminta Tuhan agar suatu kali isterinya, anak-anaknya, papa mamanya, mertuanya, yang masih belum percaya Tuhan boleh menjadi percaya. Kita tidak bisa mengerti, orang yang cinta Tuhan dan begitu mengasihi Tuhan, berdoa seperti itu, kok dia yang sakit. Tetapi saya sedikit bersyukur karena di tengah-tengah situasi seperti ini isterinya sampai mengeluarkan kalimat, “Tolong doakan suami saya di dalam gereja.” Waktu saya berkhotbah, orang memberi tahu saya bahwa dia datang bersama isterinya mengikuti kebaktian bersama-sama. Saya tidak mengerti kenapa Tuhan perlu memakai penderitaan dan kesulitan kepada anak Tuhan yang masih muda demi supaya keluarganya yang belum percaya Tuhan bisa melihat nilai yang paling indah dan paling penting dan paling kekal di dalam hidup ini melalui dia. Hal-hal seperti ini tidak bisa kita kontrol. Pada waktu kita tidak mungkin lagi bisa bersandar dengan berapapun banyaknya uang kita, berapa besarnya kuasa kita, baru kita tahu kekuasaan yang ada di dalam benda-benda itu hanyalah bersifat terbatas dan sementara adanya. Pada waktu kita berada di dalam kondisi kesehatan yang tidak mungkin dipulihkan kembali dengan uang sebanyak apapun, mungkin manusia baru dibawa dan diperhadapkan kepada pertanyaan, siapa yang memimpin dan mengontrol hidupku? Akhirnya dia tahu segala yang dia miliki tidak bisa menjadi penyelamat, kecuali berdoa dan bertelut di hadapan Tuhan. Kita sering makan semaunya dan tidak bisa mengontrol keinginan untuk makan sebanyak-banyaknya. Tidak apa makan semaunya, toh ada Crestor, obat penurun kolesterol. Saya bilang kepada saudara, jangan pernah jadikan obat itu sebagai dewamu. Makan apa saja sehabis itu makan crestor, akhirnya stroke. Tidak berarti kita jaga makan, lalu tidak akan jatuh sakit. Dan tidak berarti kalau kita jatuh sakit itu berarti nasib sial terjadi di dalam hidup kita. Tetapi saya hanya ingin mengatakan pada hari ini waktu kita menjalani hidup kita, di saat-saat kita merasa apa arti dan makna menghadapi peristiwa yang tidak mengenakkan, pada waktu hati kita bertanya-tanya sehingga kita menjadi gelisah, kuatir dan kecewa, biar firman Tuhan hari ini mengajak kita melihat semua yang terjadi di dalam hidup kita, Tuhan menjadikan itu indah pada waktunya. Belajar bersyukur kepada Tuhan hari ini memasuki tahun 2010. Sekali lagi, hidup bersyukur berarti kita menghormati Tuhan dan kita tahu darimana sumbernya semua berkat di dalam hidup kita. Maka Yakobus mengatakan semua yang baik dan semua yang sempurna ada di dalam hidupmu datangnya 311 dari atas. Jangan pernah lupakan itu. Memang mungkin datang melalui tangan kita yang bekerja keras, memang mungkin datang melalui pikiran kita yang memikirkan segala sesuatu sehingga menjadi berhasil, memang mungkin datang melalui waktu yang kita pakai dengan berusaha sekeras mungkin. Tetapi kita tidak boleh melupakan seluruh kejayaan yang kita dapat di tahun 2009 itu adalah berkat dan anugerah yang datang dari atas. Saya harap tahun ini kita masuki dengan hati yang melimpah dengan syukur kepada Tuhan. Sebagai gembala dan rekan pelayanan saudara, sebelas tahun merintis gereja ini bersama-sama, dari kecil dan sederhana dengan segala kekurangan dan kelemahan dan ketidakmampuan, kita bisa ada sampai hari ini, saya juga ingin bersyukur kepada Tuhan. Secara khusus hari ini saya ingin bersyukur kepada Tuhan untuk jemaat yang ada yang Tuhan beri menjadi penghiburan bagi saya. Saya melihat bagaimana Paulus sendiri bersyukur terhadap jemaat yang menerima surat-suratnya. Dengan bersyukur berarti Paulus sadar seluruh pelayanannya juga ditopang oleh orang-orang Kristen yang juga mencintai dan mengasihi Tuhan. Saya bersyukur karena saudara pasti berdoa untuk pelayanan saya. Saya bersyukur ada di antara saudara yang pada waktu hari Minggu saya cape dengan diamdiam menaruh siomai pada siang hari. Itu hal-hal yang kecil dan sederhana tetapi merupakan hal-hal yang menjadi keindahan di dalam pelayanan saya. Ada enam hal yang Paulus bersyukur atas jemaatnya. Paulus bersyukur jemaat tetap memiliki iman kepada Kristus. Sayapun bersyukur atas hal itu. Ada di antara saudara yang saya bisa lihat pertumbuhan rohani dari awal datang ke gereja terus sampai sekarang, saudara bertumbuh secara usia dan juga bertumbuh dewasa di dalam karakter dan pelayanan saudara. Itu hal yang patut saya mengucap syukur kepada Tuhan. Bersyukur melihat saudara bersaksi bagaimana perjalanan iman saudara dimana saudara menyaksikan dan membuktikan Tuhan itu setia dan baik di dalam hidupmu. Paulus bilang, aku bersyukur kepada Tuhan karena imanmu begitu indah. Hampir kepada semua jemaat yang menerima suratnya Paulus bersyukur seperti itu, kecuali di dalam surat Galatia Paulus tidak mengucapkan kalimat seperti itu bagi mereka. Mengapa? Karena jemaat itu sudah hampir menjadi sesat, maka Paulus tidak ambil waktu terlalu panjang untuk bersyukur atas mereka melainkan memberi teguran. Kedua, Paulus bersyukur sebab jemaat saling mengasihi dan saling membantu orang kudus satu sama lain. Sayapun bersyukur melihat saudara rela membantu teman-teman dan rekan-rekan yang lain di dalam gereja ini, membantu saudara seiman yang di dalam kesulitan dan dengan diam-diam memperhatikan kebutuhan mereka. Ketiga, Paulus bersyukur karena ketika jemaat menghadapi masalah, mereka memperlihatkan iman yang tabah. Siapa yang setiap hari Minggu pagi-pagi sudah bangun dan rindu rela datang berbakti? Di gereja kita paling tidak saya melihat begitu banyak jemaat yang senior umurnya boleh saya katakan menjadi contoh teladan dengan setia berbakti dan melayani Tuhan. Sampai sekarang saya masih belum bisa mengalahkan pak Tampak yang setiap minggu selalu datang lebih pagi daripada saya ke gereja. Ibu Sri sudah berumur 90 tahun, sepuluh tahun lamanya berbakti di gereja kita, meskipun sekarang pendengarannya sudah berkurang, tetapi tidak pernah saudara melihat dia tidak hadir di gereja, bukan? Om Rudy yang tahun ini berumur 85 tahun, sudah sepuluh tahun juga berbakti 312 bersama-sama di gereja kita, sudah lebih dari 30 tahun duduk di kursi roda, dengan tante Ann yang mengangkat om Rudy ke mobil dan duduk di kursi gereja. Waktu tante Ann sakit, perlu tiga orang pria mengangkat om Rudy, membuktikan kekuatan tante Ann lebih daripada tiga pria. Minggu yang lalu sebelum saya pergi ke Indonesia, om Rudy bilang, kenapa di dalam keadaan sakit seperti ini dia merasa begitu sia-sia mau melayani Tuhan. Maksudnya, kalau dia sehat, dia bisa lebih bekerja bagi Tuhan. Kalau dia sehat dan kuat, dia mau mencintai dan melayani Tuhan. Tetapi dengan kondisi seperti ini dia merasa tidak bisa melakukan apa-apa buat Tuhan. Itu kalimat yang beliau katakan kepada saya. Tetapi saya bilang sama beliau, secara diri mungkin tidak kelihatan ada manfaat dan fungsi yang nyata melayani Tuhan, tetapi setiap kali saya pergi kemana-mana melayani, saya bersaksi bahwa hidup om Rudy sudah menjadi kesaksian dan berkat bagi orang lain. Jadi jangan lihat diri tidak melakukan apa-apa, hidupnya sudah menjadi saksi bagi orang yang lain. Paulus bersyukur kepada jemaat sebab di tengah masalah, kesulitan dan penderitaan, mereka tetap setia dan tabah. Keempat, Paulus bersyukur khususnya kepada jemaat Korintus karena mereka dikaruniai Tuhan begitu banyak bakat dan talenta. Tidak ada jemaat yang lain yang diberi begitu banyak seperti jemaat Korintus ini. Paulus bersyukur melihat satu-persatu terlalu banyak yang Tuhan kasih bagi mereka. Tetapi biar karunia dan anugerah yang Tuhan kasih kepada kita membuat kita memberi lebih banyak lagi. Saya bersyukur melihat saudara memiliki bakat, talenta dan begitu banyak hal yang Tuhan anugerahkan, mari kita pakai untuk Tuhan. Kelima, Paulus berkata kepada jemaat Filipi, “I thank God because of your partnership with the Gospel…” Secara pribadi Paulus bersyukur melihat jemaat yang ambil bagian di dalam mendukung pengabaran Injil. Kita bersyukur setiap kali kita mengumpulkan dana untuk menunjang pelayanan bagi misi dan penginjilan, gereja kita memberi lebih daripada apa yang menjadi harapan kita. Saya bersyukur untuk kesediaan saudara ambil bagian seperti itu. Saya tahu ada di antara saudara yang secara diam-diam memiliki anak asuh, mendukung yayasan-yayasan misi, World Vision, dsb. Saya melihat kebaikan hati saudara memberi lebih daripada apa yang ada di dalam hidup saudara. Saya bersyukur melihat cinta kasih yang diam-diam saudara lakukan seperti itu. Yang keenam, Paulus bersyukur khususnya kepada Timotius, mengingat persekutuan yang intim di antara mereka. Waktu air mata mengalir dan saling mendoakan, dia ingin menikmati hal seperti itu lagi. Paulus bersyukur boleh memiliki jemaat dan rekan kerja yang memiliki mutual kasih sayang dan beautiful memory of togetherness. Saya bersyukur untuk rekan-rekan yang melayani bersama-sama. Saya bersyukur dengan hamba-hamba Tuhan dan setiap saudara yang boleh sama-sama melayani. Kita sukacita bersama-sama, kita bergumul bersama-sama, kita menangis bersama-sama. Itu adalah hal yang terindah di dalam kita melayani. Terlalu banyak hal yang patut saya syukuri kepada Tuhan untuk segala anugerah Tuhan di dalam hidup gereja kita, dan hidup kita pribadi lepas pribadi. Tetapi biar kita tidak menutup diri dan menyimpan syukur itu untuk diri kita sendiri dan tidak berbagi sukacita dengan orang lain. Semua jalinan hidup kita di masa lalu menjadi indah waktu kita melihat ke belakang. Semua yang baik, kesehatan yang kita terima, kenikmatan yang kita dapat pada hari ini, itu berkat Tuhan yang sempurna datang dari atas kepada kita. 313 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 30/08/20009 Pdt. Dr. Stephen Tong Bersandar Allah adalah fondasi yang tak tergoncang Nats: 1 Mazmur 125: 1-2 Nyanyian ziarah. Orang–orang yang percaya kepada TUHAN adalah seperti gunung Sion yang tidak goyang, yang tetap untuk selama–lamanya. 2 Yerusalem, gunung–gunung sekelilingnya; demikianlah TUHAN sekeliling umat–Nya, dari sekarang sampai selama–lamanya. Mzm.125:1-2 ini terjemahan yang lebih tepat ialah ‘barangsiapa yang bersandar kepada Tuhan, dia akan kokoh seperti Yerusalem yang dikelilingi oleh gunung-gunung demikian Tuhan mengelilingi orang-orang yang bersandar kepada Dia.’ Pada waktu saya membaca dan merenungkan kalimat ini saya mendapatkan satu kekuatan: dimana mungkin kita mendapatkan dasar yang tidak akan goyah untuk selama-lamanya? Plato 2350 tahun yang lalu mengatakan mungkinkah di dunia yang goncang ini kita bisa mendapatkan fondasi yang tidak goncang? Mungkinkah di dalam alam yang relatif ini kita dapat prinsip yang mutlak? Mungkinkah di dalam segala sesuatu yang terus berubah kita mempunyai dasar yang tidak berubah? Mungkinkah di dalam hidup yang hanya beberapa puluh tahun ini kita mempunyai sesuatu dalil yang tidak pernah berubah untuk selama-lamanya? In between the mutable and the immutable, in between the relative and the absolute, in between the temporal and the eternal, in between the changeable and the unchangeable, dimana hidup kita? Pertanyaan itu sebenarnya dijawab secara implisit: tidak ada. Dunia yang relatif tidak bisa memberikan kepada kita hidup yang mutlak. Dunia yang berubah tidak mungkin memberikan jaminan ketidak-perubahan. Dunia yang sementara tidak bisa memberikan kekekalan. Tetapi kenapa justru manusia yang hidup di dalam dunia ini tidak puas dengan hal yang sementara, yang relatif, yang berubah ini? Kenapa manusia yang tidak mutlak punya konsep kemutlakan? Kenapa kita yang tidak sempurna mempunyai pikiran kesempurnaan? Kenapa kita semua ada konsep kesempurnaan, konsep kemutlakan, konsep kekekalan, konsep keutuhan, itu semua datang darimana? Tidak ada orang yang bisa menjawab kecuali kita kembali kepada Alkitab. There is the source, the foundation, the core of the image and the likeness of God. Kita dicipta menurut peta dan teladan Allah. Anything which is in God, His substance has a shadow in our lives. Segala sesuatu yang berada di dalam Tuhan ada bayang-bayangnya di dalam diri manusia. Karena Allah itu sempurna, itu sebab kita mempunyai satu imajinasi kesempurnaan. Sebab konsep dasar yang membentuk kita disebut sebagai manusia. Maka itulah sebabnya baik Plato, Socrates maupun Aristotle yang begitu hebatpun sadar hidup mereka hanya beberapa puluh tahun dan sesudah itu 314 mati, tetapi mereka adalah peta teladan Allah dan dari konsep sedalam-dalamnya, tuntutan konsep sempurna, keutuhan dan kekekalan tidak berubah. Itu menjadi satu gairah, menjadi satu dorongan mereka hidup menjadi filsuf. Tetapi filsuf berbeda dengan teolog. Apa bedanya teologi dan filosofi? Ada orang bilang filsafat itu antroposentrik sedang teologi itu teosentrik. Filsafat itu berpikir jadi manusia, teologi itu Allah memberikan wahyu dari surga. Saya berkata kepada saudara, filsafat dan teologi itu bedanya adalah: Theology answers the questions, Philosophy questions the answers. Filsafat terus bertanya, kenapa, kenapa, kenapa? Teologi menjawab dan menjawab. Tetapi Filsafat kembali tanya, kenapa begini-begini? Tidak habis-habis. Tuhan memberikan kebenaran, manusia mencari kebenaran. Kemarin malam lebih dari satu jam saya hanya berbicara mengenai satu hal: manusia adalah satu-satunya mahluk yang tidak mungkin puas kecuali dia mengerti kebenaran. Mengerti kebenaran adalah satu daya dasar yang mendorong manusia hidup di dalam dunia tetapi bagaimanapun tidak mungkin mendapat jawaban kecuali takluk kepada jawaban yang diwahyukan oleh Tuhan. Yang disebut ‘setia kepada yang asal, setia kepada yang benar-benar BENAR’ itu namanya pistos, itu namanya iman. Lalu yang ‘benar-benar BENAR’ itu siapa? Tidak lain adalah Kristus. Only Jesus Christ is the originality flawless perfection. And why we believe in Jesus? To return to the truth. Khotbah semacam ini tidak ada di dalam buku apapun di dunia dan tidak ada penginjil, evangelist atau teolog yang memotong cara ankle (mata kaki) ini ke dalam pikiran manusia. Di sini diberikan jawaban bahwa mungkin mencapai hidup yang tidak pernah goncang jikalau engkau bersandar kepada Tuhan. Kalau saya bersandar kepada tembok ini karena saya kira tembok ini kuat, padahal tembok ini bisa jatuh maka saya akan ikut jatuh, bukan? Kepada siapa engkau bersandar? Sandar kepada Amerika? Amerika sendiri mau mati sekarang. Sejarah adalah satu buku besar untuk mendidik manusia. Salah satu profesor saya namanya adalah S-E-J-A-R-A-H. Saya tidak banyak mengutip buku, tidak banyak mengutip dari profesor-profesor tetapi saya mengamati. Da Vinci mengatakan pengetahuan datang bukan dari ruang kuliah, pengetahuan datang dari pengamatan fakta. Kalimat ini telah mengubah dunia. Kenapa ada orang yang belajar sampai mendapat PhD. yang luar biasa pandai tetapi anaknya tidak karu-karuan? Kenapa seorang ibu tua di kampung yang tidak pernah sekolah, anaknya bisa menjadi berhasil? Karena wisdom is superior than knowledge. Our world is the world full of knowledge but lack of wisdom. Kalimat ini diucapkan oleh Bertrand Russell di tahun 1940, padahal dia sendiri termasuk orang seperti itu. Dia punya empat isteri dan mencoba pernikahan bebas. Itu yang menghancurkan sexual life di Inggris dan mempelopori imoralitas di seluruh dunia. The revolution of sex membuat dunia menjadi hancur. Dimana moral tidak diperketat, di situ hidup akan hancur. Pengetahuan tidak pernah mengikat manusia tetapi pengetahuan sesungguhnya membebaskan manusia. Kalimat ini keluar dari orang yang sejaman dengan Yesus yaitu Seneca, “Truth can never make you rich but truth can set you free.” Kalimat itu muncul juga dari Tuhan Yesus Kristus, “You should know the truth and the truth will set you free.” Saya belajar dari sejarah, saya baik-baik menaati semua dalil sejarah. Saya mengetahui ada beberapa hal yang manusia tidak bisa lepas daripada apa yang sejarah berikan kepada kita. Setelah perang dunia selesai, Amerika yang kuat dan tidak terganggu apa-apa 315 selain Pearl Harbour, kirim jendral Marshall ke Eropa rundingan dengan Perancis, rundingan dengan Inggris untuk memberikan American Aid sampai Eropa bangun kembali. Marshall ke Tiongkok juga dan bicara dengan pemimpin KMT, tetapi setelah bicara dia geleng-geleng kepala. Sampai di Amerika ditanya apakah kita mau bantu Tiongkok, dia bilang negara itu sulit dibantu, mereka apapun tidak mau kerja apa-apa selain melahirkan anak. Kalau American Aid dikirim untuk bantu orang Cina, saya percaya perlu bantu 3000 tahun karena negara itu tidak ada apa-apa lagi. Mereka terlalu banyak kebutuhan tidak habis-habis. Akhirnya Amerika tidak bantu. Lalu Mao Je Dong bilang tidak perlu bantuan Amerika, kita bisa menolong diri sendiri. Dari tahun 1949-2009 persis 50 tahun, sekarang Amerika menjadi pengemis minta Cina bantu mereka. Sekarang Amerika menjadi negara yang paling miskin, berhutang 900 trilliun dalam 10 tahun dan Tiongkok meminjamkan uang untuk mereka. Kenapa jadi begitu? Ada dalil-dalil sejarah yang tidak berubah. Kalau engkau dilahirkan dari keluarga kaya dan khususnya papa dan mamamu memanjakan kamu terus untuk memakai uang sebanyak-banyaknya, hari depanmu akan menjadi pengemis. Kembali kepada Alkitab. Berikan pendidikan dan kesulitan kepada anakmu biar dia jangan berfoya-foya. Baru umur 10 tahun sudah pakai branded. Anak perempuan saya kalau lihat kaca lebih dari 2 menit akan saya potong rambutnya sampai gundul. Orang perempuan yang terus lihat kaca mana ada waktu untuk baca buku? Bagaimana mencapai hidup yang betul-betul bermutu? Saya katakan kepada saudara seluruh dunia berubah. Orang yang kerja berat, selalu rajin, jujur dan tekun, mendapat uang berhemat, orang itu hari depannya akan bagus. Semut saja lebih pintar daripada manusia. Guru saya selain sejarah yaitu semut. Alkitab berkata, lihat kepada semut, adakah semut malas? Heran, semut kalau jalan kecepatannya selalu sama. Tidak ada semut yang nongkrong. Semut tidak ada yang malas, semut tidak ada yang tidak sopan, semut tidak ada yang jalannya pelan. Semua rajin dan gesit dan semua menyimpan makanan untuk musim dingin. Tidak ada semut yang mati kelaparan. Semua itu bijaksana alam bagi kita. Belajar dari alam yang Tuhan ciptakan. Bijaksana berteriak di jalan-jalan, kata Amsal. Saya kaget membaca kalimat ini. Bijaksana berteriak di jalan-jalan. Maksudnya, engkau jalan di Pasar Baru, engkau jalan di Thamrin, sepanjang jalan itu ada teriakan-teriakan yang tidak kedengaran, apakah itu? Teriakan bijaksana. Kenapa Immanuel Kant tidak pernah sekolah ke luar negeri tetapi dia sendiri menjadi wejangan semua luar negeri? Karena dia berpikir, dia belajar. Dan bijaksana yang tertinggi adalah takut akan Tuhan dan mengamati serta mengagumi seluruh ciptaan-Nya di alam semesta. Dengar firman-Nya melalui nabi-nabi dan rasul-rasul dan betul-betul menekuni segala sesuatu yang ada di dalam Alkitab. Itulah bijaksana. Saya tidak berarti menyuruh saudara berhenti sekolah lalu gulung tikar pulang ke rumah, tetapi saya berkata kepada saudara, mari kita kembali kepada kitab suci. Tidak ada buku yang memberikan pengajaran yang lebih hebat daripada kitab ini. Dan di sini dikatakan orang yang bersandar kepada Tuhan hidupnya akan kokoh seperti Sion. Benarkah Sion itu kokoh? Sion adalah satu gunung yang tidak penting dan tidak besar. Himalaya tingginya 8892m dan sekarang ini malah sudah bertambah menjadi 8902m karena gempa bumi 1 1/2 tahun yang lalu di kota Sechuan menjadikan seluruh pegunungan Himalaya naik 10 meter. Bayangkan gempa bumi itu berapa besar. Dan karena gempa bumi itu kota Nanjing seluruhnya pindah satu 316 meter. Padahal jarak kota Nanjing dan Sechuan 2000km. Sechuan adalah satu tempat penting sejak Sam Kok sebagai satu tempat yang paling strategis di dalam militer. You should have that piece of land in order to control the whole China. Kenapa? Karena ini daerah yang begitu berbahaya sehingga untuk masuk menyerang ke dalam begitu sulit dan dari situ untuk mendorong semua musuh begitu gampang. Jadi itu adalah daerah yang paling strategis di seluruh Tiongkok dan menurut National Geographic yang mengukur seluruh lapisan kulit bumi rata-rata tebalnya 30km tetapi hanya satu tempat yang tebalnya dua kali daripada bagian bumi manapun yaitu lapisan kulit bumi di Sechuan, 60km. Tempat itu paling kuat, paling hebat dan paling kokoh. Maka pemerintah Cina menaruh 7800 ilmuwan nuklirnya di situ. Strategi orang Komunis hebat sekali sudah menemukan semua itu. Atomic bomb scientist and atomic nuclear scientist semua ditaruh di situ. Tempat yang paling aman, tempat yang paling tidak goncang, tempat yang paling tidak mungkin ada gempa bumi. Semua ini membuktikan tidak ada satu tempatpun di bumi yang aman. Tidak ada satu tempatpun di bumi yang kekal. Semua adalah sementara, semua akan goncang, semua bisa berubah. Saya bersyukur kepada Tuhan. Dia berjanji orang-orang yang bersandar kepada Tuhan hidupnya kokoh untuk selama-lamanya seperti Sion, dikelilingi oleh gunung-gunung. Orang yang takut akan Tuhan juga hidupnya dikelilingi oleh Tuhan sama seperti satu tangan yang aman. Sion adalah satu bukit yang tidak ada apa-apanya. Kenapa di sini dia menjadi gunung yang paling penting? Kalau dikatakan orang yang bersandar kepada Tuhan seperti gunung Himalaya, masih lumayan. Tetapi seperti gunung Sion? Seolah tidak mengerti geografi. Tetapi ini bukan bicara mengenai geografi tetapi mengenai sejarah, karena Sion berada di tepi sungai Yordan. Di kanan dan kiri sungai ini secara lapisan geologinya berbeda ribuan tahun. Apa artinya? Sion di sebelah kiri yaitu East Bank dan Yerikho di sebelah kanan yaitu West Bank itu lapisan geologinya bedanya ribuan tahun. Itu membuktikan pernah terjadi gempa bumi yang terbesar di daerah itu sehingga seluruh tanah longsor dan merosot sehingga mengakibatkan seluruh lapisan bumi di situ berubah. Maka kita tidak boleh mengerti Alkitab dengan harafiah. Yang menjelaskan secara harafiah akan buntu. Yang mengerti arti rohaninya akan hidup. Maka apa artinya ‘seperti Sion’? Sion adalah satusatunya bukit yang dipilih Tuhan dimana peti perjanjian boleh ditaruh di sana. Berarti Sion adalah satu-satunya tempat dimana tangan Allah berjanji untuk memimpin dan memelihara manusia sampai selama-lamanya. Inilah arti iman. The temple of God is in that mount. The ark of God is in that mount. The faithfulness of the covenant of God is sealed in that mount. Satu-satunya bukit dimana ada peti perjanjian, dimana ada perjanjian, dimana ada hukum Tuhan yang tidak berubah. Dunia ini langit dan bumi akan berubah, tetapi hanya Taurat Tuhan satu titikpun tidak pernah berubah. Tuhan berjanji dengan manusia dan janji Tuhan bisa dipercaya. Kenapa Singapura ekonominya merosot? Karena mereka terlalu percaya dengan Amerika. Citibank is the strongest bank merosot begitu besar. Alkitab sendiri mengatakan uang itu mempunyai sayap dan bisa terbang jauh darimu. Engkau bilang, mana bisa? Saya akan kunci di dalam peti, mau terbang kemana? Uang itu bukan cuma lembaran tetapi ada nilainya. Kalau nilainya sudah turun, engkau makin kunci makin celaka. Mau tukarpun lebih lama membukanya. Itulah manusia yang pikir semua bisa dipercaya. Apa saja tidak bisa dipercaya, semua akan ambruk. Politik akan ambruk. Ekonomi akan ambruk. Hati manusia berubah. Isteripun bisa berubah. Tidak ada yang kekal. Jangan pernah 317 berharap kepada manusia. Engkau mesti belajar bersandar kepada Tuhan. Bersandar hanya kepada Tuhan. Orang yang bersandar kepada Tuhan, dia seperti Sion yang dikelilingi oleh gunung-gunung. Orang yang bersandar kepada Tuhan adalah dikelilingi oleh Tuhan sendiri. Kenapa kita bersandar kepada Tuhan? Karena Tuhan adalah Tuhan yang berjanji. Allah yang sejati adalah Allah yang berjanji. Kitab Allah adalah kitab perjanjian. Tuhan Yesus sebelum mati di kayu salib Dia menggenapkan Perjanjian yang Baru. Perjanjian yang Lama diteguhkan oleh Tuhan dengan tanda tangan dari darah binatang. Perjanjian yang Baru ditandatangani oleh Tuhan dengan darah Anak-Nya yang tunggal. Tuhan tidak pernah mungkir dari apa yang Dia janjikan. Janji Tuhan berdasarkan tiga prinsip. Pertama, the unchangeable of God’s atribute. Kedua, the eternity of His substance. Ketiga, the honesty of His relationship with us. Allah yang kekal, Allah yang tidak berubah, Allah yang jujur berkata “Aku akan beserta dengan engkau sampai selama-lamanya.” Janji itu adalah janji yang kekal. Kalau engkau hidup di dalam human relationship only, engkau akan kecewa. Berjanji di dalam Tuhan kamu akan menikmati kekekalan, kejujuran dan ketidakberubahan, engkau akan kokoh luar biasa. Ibu saya umur 33 tahun sudah menjadi janda. Wajahnya lumayan dan banyak yang masih mau menikah dengan dia. Tetapi dia berjanji kepada Tuhan sampai mati akan menjanda dan sampai mati akan setia. Aku akan bersandar kepada kekuatan-Mu untuk membesarkan anak-anakku dan aku tidak minta pertolongan siapapun. Tuhan tidak meninggalkan dia, Tuhan mendengarkan doanya. Waktu saya umur 6 tahun setiap pagi terbangun mendengar doa mama saya selama 1 jam itu menggetarkan hati saya. The faithful widow, the faithful mother cried, “My God, my Lord, beri kekuatan kepadaku untuk membesarkan anak-anakku. Engkau adalah Bapa dari anak piatu dan Pembela dari para janda karena firman-Mu mengatakan janji ini. Saya sekarang bersandar kepada-Mu, peganglah tanganku.” Dia diberi Tuhan tujuh anak laki-laki dan satu-satu dia bawa di dalam doanya. Doa dan membaca kitab suci satu jam, lalu baru kerja dan mengantar anak-anak ke sekolah. Tuhan mendengar doanya. Di antara 7 anak, 5 yang menjadi pendeta. Ini memecahkan rekor sejarah gereja Tionghoa dan saya betul-betul dipengaruhi oleh iman seperti itu dan saya berjanji kalau saya sudah menyerahkan diri, sampai mati saya tidak akan berubah karena Tuhan yang berjanji adalah Tuhan yang tidak berubah. Saya akan melayani sampai mati. Saya menjadi orang Kristen susah luar biasa karena umur 15-17 tahun saya sudah jatuh ke dalam pikiran Komunisme, Evolusionisme, Dialektika Materialisme. Di antara anak seumurku tidak ada anak lain yang seperti saya, maunya filsafat dan pikiran yang dalam. Saya tidak cocok dengan anak sebayaku. Mau ngomong apa tidak masuk. Mereka ngomongnya cewe dan ngomongnya main. Saya maunya bicara filsafat. Jadi saya sulit. Dan saya menemukan jaman sudah berubah, Kekristenan sudah digeser, gereja sudah kosong, pendeta ngomongnya tidak karukaruan. Orang yang belajar dan punya pikiran yang tajam tidak ada. Tetapi saya susah menjadi orang Kristen karena terbentur dua kontras ini, my mum was a very devout Christian, very godliness. In one hand, she is the patron of my life but the other hand the faith is so difficult to be challenged by the modern science. Maka di dalam pergumulan seperti itu saya minta Tuhan untuk menjawab pertanyaanku. If You are able to solve my problems intellectually, I will go to answer the questions of every intellectuals in the whole world. Jawablah pertanyaanku maka aku akan melayani dan menjawab pertanyaan seluruh dunia. Itu sebab khotbah saya lain daripada khotbah semua 318 pengkhotbah karena saya menemukan pikiran-pikiran yang sulit. Bukan karena saya tahu apa yang dia pelajari. Saya tahu secara dasar manusia diganggu oleh epistemology dan logika apa dan terus mencari jalan menembusi dan menemukan sedalam-dalamnya batin setiap orang dan menjawab pertanyaan mereka. Saya bersandar kepada Tuhan dan saya hari ini sudah tidak muda lagi, saya berani berkata kepadamu, bersandarlah kepada Tuhan. Saya sudah melayani Dia lebih dari setengah abad, He never failed me. Dia adalah Allah yang sejati. Dia adalah Allah yang tekun dan jujur dan Allah yang konsisten memelihara iman orang Kristen yang sungguh cinta kepada-Nya. Kadang-kadang kesulitan besarnya menakutkan. Tetapi saya membuktikan 52 tahun lebih melayani Tuhan, Tuhan itu sungguh-sungguh hidup. Saya di GRII tidak pernah datang ke rumah siapapun minta uang untuk membangun gedung. Saya hanya memanggil siapa saja yang cinta Tuhan untuk berinisiatif dengan kerelaan dan kembalikan uang Tuhan kepada Tuhan. God is unchaneable, immutable, forever, the absolute God, the true God, the living God is with us. Saya bertanya, kepada siapa engkau bersandar? Kepada Amerika? Kepada orang kaya? Kepada siapa engkau beriman? Hanya kepada Yesus Kristus. Kiranya Tuhan memberkati kita. 319 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 03/01/2010 Pdt. Effendi Susanto STh. Tempat emosi tepat agar mengambil keputusan Nats: Filipi 4: 8 Kolose 1:9-12 Filipi 4 8 Jadi akhirnya, saudara–saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Kolose 1 9 Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti–henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, 10 sehingga hidupmu layak di hadapan–Nya serta berkenan kepada–Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah, 11 dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan–Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar, 12 dan mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang melayakkan kamu untuk mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang–orang kudus di dalam kerajaan terang. Di dalam Kol.1:9-12 Paulus berdoa supaya kita semua boleh mengerti kehendak Tuhan yang sempurna. Ada 4 point yang penting di dalam doa Paulus ini. Yang pertama, di ayat 9, Paulus berdoa supaya Tuhan menambahkan spiritual wisdom dan spiritual insight kepada kita. Inilah cara mengenal kehendak Tuhan, supaya pikiran kita disucikan dengan kebenaran Tuhan yang suci adanya. Lalu di ayat 10 Paulus bicara mengenai aspek motivasi kita di dalam segala hal yang kita kerjakan, yaitu menyenangkan Allah dan menjadi berkat bagi orang lain. Itu sebab di dalam ambil keputusan orang Kristen jangan memiliki aspek egosentris, tetapi selalu ingin menyenangkan Tuhan dan menjadi berkat bagi orang lain dan melaluinya relasi kita dengan Tuhan makin bertumbuh, kita makin mengenal Dia. Ketiga, kita masuk ke dalam aspek emosi. Ada aspek belajar untuk sabar, tekun pada waktu kita menghadapi hal-hal yang mungkin tidak lancar dan sulit di dalam hidup kita. Kemudian keempat, ada sukacita dan syukur kepada Tuhan sebagai aspek positif di dalam hidup kita. Ini semua rangkaian yang penting di dalam ambil keputusan supaya kita bisa mengenal kehendak Tuhan yang sempurna adanya. 320 Saya ingin mengajak saudara terlebih dahulu melihat beberapa aspek di dalam ambil keputusan. Yang pertama, kita tidak mungkin mengenal kehendak Tuhan kalau tidak berangkat dari satu asumsi dasar yaitu kehendak Tuhan bisa dikenali. Kehendak Tuhan bisa dikenal karena Tuhan berbicara. Kalau Tuhan tidak berbicara, tidak mungkin kita bisa mengenal kehendak-Nya. Maka sekarang kita harus bertanya kepada Tuhan bagaimana cara Tuhan berbicara supaya supaya kita bisa mengenal kehendak Tuhan itu. Sampai hari ini kita tidak boleh melupakan satu aspek yaitu Tuhan tetap berdaulat dan tetap pimpin hidup kita dengan aktif bekerja di dalam hidup kita. Ini melawan konsep Deisme yang muncul pada abad 17 di Inggris. Berbeda dengan Ateisme yang tidak mau percaya Tuhan, Deisme muncul di dalam Kekristenan dengan mengatakan Tuhan itu tetap ada namun Tuhan tidak lagi campur tangan di dalam hidup manusia. Seluruh problema hidup manusia, seluruh hal yang berkaitan dengan hidup manusia itu sepenuhnya di dalam tanggung jawab kita sebagai manusia. Deisme ingin tetap percaya Tuhan tetapi di pihak lain mengatakan Tuhan tidak lagi campur tangan di dalam hidup kita. Hal itu hal yang wajar dan normal di dalam pergumulan hati orang Kristen. Mzm.42 yang kita baca memperlihatkan pergumulan pemazmur hingga bercucuran air mata ketika orang menghinanya dan menanyakan mana Tuhan yang dia percaya dan bahkan dia sendiri bertanya kepada Tuhan, dimana Tuhan di dalam hidupnya. Pertanyaan itu lumrah dan normal di dalam hidup orang Kristen pada waktu dia merasa Tuhan tidak hadir di dalam hidupnya. Karena “tidak merasa” Tuhan ada, maka Deisme mengatakan Tuhan tidak lagi perhatian kepada kita, seperti seorang tukang arloji yang selesai memutar mesinnya dan membiarkan arloji itu berjalan hingga sampai suatu saat mesinnya tidak lagi bekerja. Kita tidak terima konsep itu. Kita percaya apa yang Paulus katakan di dalam Rom.8:28 “Allah turut bekerja di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia.” Maka kita percaya dan menerima seluruh aspek hidup kita dari masa lampau, sekarang dan di masa depan Tuhan pimpin. Melewati hal-hal yang baik menurut pandangan kita maupun hal-hal yang menyedihkan, di dalam sukacita maupun dukacita, semua Tuhan tenun untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Itu yang kita tidak bisa abaikan. Kita sadar ataupun tidak, kita rasa ataupun tidak, tetap itu tidak boleh menjadi penyebab kita mengatakan Tuhan tidak beserta dan pimpin hidup kita. Ini point yang pertama dulu. Lalu kemudian kita bertanya, bagaimana Tuhan pimpin hidup kita? Maka minggu lalu saya tegaskan akan the sufficiency of the Bible. Tuhan sudah memberi kita Alkitab dan melaluinya sudah cukup, kita tidak perlu tambahan lagi nubuat yang lain untuk memandu hidup kita di dalam ambil keputusan. Itu pointnya. Kita membaca firman Tuhan, merenungkannya dan melalui firman Tuhan ini kita mengenal dan mengerti kehendak Tuhan. Pada waktu saya mengatakan kalimat ini, orang selalu bertanya, “Bagaimana saya tahu?” Jawaban Alkitab cuma satu, bagaimana saya berjalan di dalam kehendak Tuhan, Paulus sudah bilang perjalanan hidup kita di depan bukan karena kita telah melihat bukti tetapi karena oleh iman. Perjalanan hidup kita di depan bukan karena kita telah melihat bukti, tetapi perjalanan hidup orang Kristen mengikuti Tuhan adalah perjalanan iman. Sampai di sini, baru iman itu perlu mendapatkan dukungan supaya iman itu bukan iman yang naif, supaya iman itu bukan iman yang membabi-buta, supaya iman itu bukan iman yang tidak punya 321 dasar. Maka pengetahuan manusia mau tidak mau tidak akan mungkin terlepas dari persepsi indera mereka. Sehingga pada waktu orang bertanya, bagaimana dia tahu kehendak Tuhan, dengan sendirinya ada lima indera yang manusia pakai untuk mengetahui. Itu sebab orang bilang, ‘saya tahu Tuhan pimpin kalau saya tahu dengan jelas’ berarti orang itu mau melihat dulu baru dia jalan. Atau ‘saya rasa feel good dulu, hati saya tenang, Tuhan beri damai sejahtera,’ berarti dia menjadikan perasaan sebagai faktor bukti Tuhan memimpin. Atau ada orang yang perlu kalkulasi, pikir matangmatang, itu berarti dia memakai ratio sebagai pendukung. Mungkin yang lebih seru ada orang yang pakai indera penciumannya untuk meyakini pimpinan Tuhan sebelum dia mengambil keputusan. Ada wangi bunga mawar, membuat dia merasa damai dan merasakan kehadiran Tuhan. Kalau setan yang hadir katanya ada bau sulfur. Prinsipnya kita mau berjalan dengan iman, tetapi saudara dan saya adalah manusia yang setelah melangkah baru bisa tahu kita jalan benar atau tidak. Dan kita harus jujur mengaku perjalanan kita mengikut Tuhan setelah kita menengok ke belakang melihat apa yang sudah kita jalani di situ, di situ Tuhan pimpin. Tetapi waktu kita mau melangkah mengambil satu keputusan, kita beriman kepada Tuhan tetapi kita perlu dukungan supaya iman kita tidak naif. Apa dukungannya? Maka sekarang saya bicara mengenai dimana letak pertimbangan ratio sehingga itu tidak mengeliminir iman kita kepada Tuhan. Dan bagaimana peranan perasaan di dalam ambil keputusan supaya perasaan itu tidak mengalahkan iman dan tidak mengesampingkan ratio kita. Barulah kita bicara bagaimana pikiran dan emosi kita itu kita bawa di hadapan Tuhan sebagai pendukung di dalam ambil keputusan. Sampai di sini memang akan terjadi perdebatan bagaimana seseorang ambil keputusan. Kalau orang bertanya, ‘What do you think?’ berarti orang itu mengutamakan pertimbangan akal. Tetapi ada orang yang bertanya, ‘What do you feel?’ berarti orang itu menaruh pertimbangan perasaan di situ. Sekarang saya bertanya kepada saudara, waktu saudara ambil keputusan mana sebenarnya yang di depan, perasaan atau ratio? Jujur, analisa pertimbangan ratio itu tidak membuat saudara mengambil keputusan. Yang membuat saudara mengambil keputusan itu adalah baik Sudah menimbang segala aspekpun, kalau tidak ada baik kita tidak jalani. ‘Baik itu apa? Perasaan, bukan? Berarti yang berperang mengambil keputusan itu apa? Point saya adalah dari sisi yang satu kita mengambil keputusan karena kita tahu Tuhan pimpin tetapi saya ingin sisi yang satu juga menjadi klop, kita tahu Tuhan pimpin, kita tahu kehendak-Nya dari firman-Nya yang kita baca, namun waktu kita ambil keputusan taruh hal pertama di depan: kita beriman kepada Tuhan. Tuhan tidak pernah bersalah di dalam pimpinan-Nya. Tetapi beriman tidak berarti ‘que sera sera’ kita duduk-duduk di sofa lalu lihat Tuhan pasti bekerja. Di situ mau tidak mau kita harus menggunakan seluruh pancaindera kita yaitu penalaran dan perasaan kita, lalu bagaimana will kita mengambil keputusan, menurut hati yang taat kepada kehendak Tuhan ataukah hati yang berdosa. Inilah rangkaian pengambilan keputusan kita. Ada orang sudah pikir dari depan ke belakang, dari sisi kiri ke kanan, setelah pikir dalam-dalam, tetap tidak membuat dia mengambil keputusan. Tetapi ada orang tidak pikir seperti itu namun lebih berani di dalam melangkah. Ini semua pengalaman hidup kita, memperlihatkan kepada kita bahwa kita tidak bisa mengkontra antara berpikir dan merasa. 322 Perasaan itu letaknya dimana? Menurut orang yang mempelajari kerja otak, perasaan itu ada di bagian depan otak kita. Sekarang sudah ditemukan paling tidak ada lima major neuron transmitters di dalam otak manusia.Kalau saudara mengalami kecemasan misalnya, dokter akan memberi obat yang mengirim signal ke bagian itu untuk menghilangkan kecemasan. Orang yang penakut langsung jadi berani setelah minum exctacy atau ‘Ice’ karena ada stimulan buat memicu keberanian di otaknya. Kalau jantung saudara mampet, saudara perlu operasi by-pass, bukan? Tetapi by-pass itu sebenarnya bukan obat yang menolong jantung yang mampet. Saudara perlu ketemukan dulu apa yang membuat jantung itu mampet, baru tahu penyebabnya sederhana, apa yang saudara makan? Soto Madura, lamb shank, coto Makassar, sop buntut, bikin mampet semua. Kalau pola makan itu yang tidak dibereskan, mau by-pass berapa kali juga tidak berguna. Demikian juga depresi, kekuatiran, insomnia, dsb saudara hilangkan dengan makan obat, sebenarnya itu tidak menolong menyelesaikan akar penyebabnya sebab problemnya bukan di situ. Lalu bagaimana kebenaran firman Tuhan menolong orang yang depresi, orang yang mengalami ketakutan dan kekuatiran? Mzm.42 merupakan salah satu mazmur yang ‘gelap’ bicara mengenai perasaan emosi manusia di hadapan Tuhan, diungkapkan dengan dalam oleh pemazmur. Ayat 4, “Air mataku menjadi makananku siang dan malam. Sepanjang hari orang bertanya, “Di manakah Allahmu?” Ayat 10, dia jujur bertanya sendiri kepada Allah, “Mengapa Engkau melupakan aku?” Orang lain menghina itu sudah menimbulkan sakit, tetapi sampai diri bertanya, “God, are You exist in my life?” itu adalah satu ungkapan depresinya. Jiwanya tertekan. Jaman itu tidak ada prozac, tidak ada valium, depamine, deprevan, dsb. Bagaimana pemazmur menolong dirinya keluar dari situ? Mzm 42 12 hanya memakai dua cara untuk mengatasi hal ini. Ayat 6 dia bertanya kepada jiwanya dan ayat have faith in God, bersandarlah kepada Tuhan. Cara pertama, diri sendiri memarahi diri sendiri. Itulah kita, satu-satunya mahluk yang Tuhan ciptakan memiliki kemampuan untuk self reflection. Menarik sekali ayat ini. Pemazmur menyadari jiwa yang tertekan, depressi, merasa bahwa Tuhan sudah tidak beserta, itu semua adalah pikiran yang salah yang bisa muncul, tetapi kadang-kadang kita tidak bisa menghindari pikiran-pikiran seperti ini. Maka hanya dua cara ini yang bisa mengatasinya. Kamu harus bersandar kepada Tuhan dan bertanya kepada diri sendiri, gunakan pertimbangan bijaksana untuk mempertanyakan perasaan yang kadang-kadang membawa saudara kepada salah pikiran itu. ‘Tuhan sudah tidak sayang kepadaku lagi, tidak menolongku meskipun aku sudah menangis seperti ini, kalau begitu hidupku sudah tidak ada artinya,’ dsb. Tanyakan kepada diri, mengapa engkau berpikir seperti itu? Bagaimana fungsi perasaan di dalam ambil keputusan? Yang pertama, melalui contoh yang saya berikan tadi, perasaan merupakan reaksi pertama di dalam setiap kali kita menghadapi situasi hidup. Perasaan itu diberikan kepada kita fungsi utamanya bukan untuk membuat kita bahagia tetapi fungsi utamanya adalah untuk membuat kita survive. Waktu saudara mengambil keputusan, pernahkah saudara ambil keputusan itu terdasar atas kemarahan atau terdasar atas kekuatiran dan ketakutan? Semua perasaan itu merupakan suatu reaksi yang wajar untuk survive. Waktu seekor kucing terpojok, dia tidak akan pikir lagi, dia akan menyerang dan mencakar. 323 Perasaan ada diotak kita, perasaan memiliki kaitan dengan pikiran kita, dan perasaan itu sulit untuk kita pisahkan dengan pikiran kita. Perasaan berperanan penting menjadi reaksi pertama kita mengambil keputusan. Dan banyak keputusan yang kita ambil sudah memby-pass kesadaran kita berdasar pada dua hal: pertama untuk survive sehingga keputusan itu kita ambil tanpa pikir panjang. Yang kedua, based on past memory sehingga kadang-kadang perasaan kita jalan dulu di depan. Dari aspek ini saudara melihat bagaimana kita menaruh perasaan kita, betapa kuatnya dia berpengaruh di dalam ambil keputusan yang kita buat. Saya tidak mengatakan itu hal salah, karena banyak kali pertimbangan-pertimbangan pikiran kita tetap tidak membuat kita melangkah mengambil keputusan. Harus kita akui akhirnya unsur perasaan yang membuat kita ambil satu keputusan. Cuma point saya adalah yang perlu kita jaga, perasaan itu gampang sekali mengalami perubahan. Perasan itu bisa dipengaruhi oleh bad memory kita yang lama. Perasaan itu belum tentu menjadi betul adanya. Itu sebab bagaimana kita meletakkannya in a proper place di dalam ambil keputusan kita. Problem hidup kita tidak habis-habisnya memiliki faktor penghambat, salah satunya adalah bukan kurang bijaksananya pertimbangan kita tetapi kurang mampunya kita menangani rintangan perasaan yang ada di dalam hidup kita. Bagaimana perasaan takut dan kuatir kadang-kadang menjadi faktor penentu saudara mengambil keputusan tanpa saudara pikir baik-baik. Dan kadang-kadang faktor perasaan marah dan ingin membalas dengan membabi buta akhirnya menjadi penentu di dalam kita mengambil keputusan. Bagaimana perasaan tidak berdaya dan depresi menghabiskan daya kita sehingga kita tidak berani mengambil keputusan walaupun begitu banyak pertimbangan pemikiran pertimbangan dan kekuatan firman Tuhan diberikan kepada saudara, kenapa faktor perasaan ini menjadi faktor yang begitu besar menghambat kita. Sekali lagi, hidup kita tidak lepas dari problem, hidup kita hari demi hari tidak lepas untuk membuat keputusan. Hari ini saya berkata sebagai anak Tuhan, saudara dan saya tidak boleh lepas dari prinsip ini, keputusan yang kita ambil bukan lagi memakai ‘baik’ sebagai penentu, tetapi kita harus ubah kata itu menjadi saya beriman kepada Tuhan. Orang lain mengambil keputusan karena ‘gut’ karena hidup mereka guided by chance, sedangkan hidup kita memandu oleh Tuhan, melangkah dengan iman. Maka buang dua rintangan yang menghambat kita menggenapkan ambil keputusan yaitu psychological obstacles dan logistical obstacles. Mana yang lebih sulit? Yang lebih sulit adalah psychological obstacles. Yang disebut sebagai logistical obstacles adalah saudara bisa mengambil keputusan itu jalan atau tidak mau memerlukan pertimbangan logistik, bukan? Bisa jadi pertim-bangannya baik, possibility memungkinkan, dsb tetapi ada hambatan saudara tidak bisa menggenapkan ambil keputusan itu sebab kita kekurangan waktu atau kurang uang, dsb yang merupakan logistic obstacles tsb. Ada orang tidak bisa sukses jadi orang kaya bukan karena dia malas atau tidak sanggup bekerja, tetapi karena –pakai istilah Christianto Wibisono- kurang “gisi” kurang didukung dengan uang, sehingga mungkin tidak bisa masuk sekolah yang baik, dsb. Itu semua adalah logistic obstacles. Namun tidak berarti orang yang bersekolah di sekolah yang baik dengan sendirinya bisa jadi orang sukses. Kita kurang uang, kurang semangat, kurang dukungan, kurang waktu, dsb itu semua logistic obstacle yang bisa menjadi penghalang, tetapi buat saya itu semua adalah minor obstacle. Kalau saudara menghadapi hambatan seperti itu, 324 tidak apa-apa, yang penting saudara berani jalan. Namun rintangan yang seringkali menghambat kita melangkah dan paling susah untuk disingkirkan adalah perasaan kita, psychological obstacles. Kita bicara soal takut, kita bicara soal tiada keyakinan diri, ketakutan atau kegagaln, bimbang, keraguan, tidak berani mengerjakan hal-hal yang baru di dalam hidupnya, itu semua masuk ke dalam psychological obstacles. Orang yang terhambat psychological obstacle terutama adalah orang yang selalu mengutamakan perasaannya sebagai yang paling utama di dalam ambil keputusannya. Perasaan itu gampang sekali berubah dan gampang sekali mengalami perubahan yang dahsyat didasarkan pada keadaan hidup dan bad memories di dalam hidup saudara. Lalu bagaimana kita belajar menempatkan perasaan itu di tempat baik di dalam ambil keputusan kita? Saya katakan tidak bisa tidak, kita rela memandu oleh firman Tuhan dan didukung oleh beberapa sarana yang penting. Alkitab mengatakan sarana yang pertama adalah jangan pernah mengabaikan pertimbangan orang-orang yang bijaksana, meminta pendapat mereka dan dengan dalam mempertimbangkannya. Mengapa kita perlu akan hal itu? Supaya dengan melihat nasehat orang lain saudara belajar untuk bisa mengoreksi perasaan saudara di dalam mengambil keputusan, saudara melihat melalui kacamata orang lain, pikiran orang lain, pendapat orang lain, itu akan membantu saudara mengambil keputusan dengan lebih baik. Yang kedua, Alkitab memberikan prinsip apa yang baik, apa yang manis, apa yang suci, itu semua berkaitan dengan etika dan estetika, berkaitan dengan perasaan kita, semua itu harus kita pikirkan. Itu sebab mengapa spiritual wisdom menjadi hal yang amat penting untuk kita mengevaluasi dan memikirkan kembali dengan dalam mengapa muncul perasaan-perasaan tertentu di dalam pikiran kita. Perasan yang bersifat negatif menciptakan begitu banyak pikiran-pikiran yang keliru dan salah di dalam hidup kita. Perasaan itu normal menjadi reaksi tetapi tidak boleh menjadi konklusi. Saudara baru melihat muka seseorang, lalu saudara berpikir orang itu jahat atau marah kepada saudara. Itu semua pikiran yang patut kita pertanyakan baik-baik dan memikirkan dengan bijaksana, benarkah pikiran yang muncul seperti itu? Itu sebab mengapa saya katakan perasaan kita terus harus memandu dengan akal kita yang disucikan dengan pertimbangan firman Tuhan. Maka saudara baca Alkitab, pegang janji Tuhan yang setia, Dia tidak pernah meninggalkan kita. Itu sudah menjadi jawaban yang cukup memelihara hidup kita walaupun secara perasaan mungkin engkau dan saya tidak merasakannya. Dengan demikian kita berjalan di dalam pimpinan Tuhan dengan sedikit hati-hati, teliti dan mempertimbangkannya dengan bijaksana. 325 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 22/03/2009 Pdt. Effendi Susanto STh. Lima amsal yang terpercaya Nats: 1 Tim. 1: 15; 3:1; 4:9 2 Tim. 2:11 Titus 3: 4-8 1 Timotius 1 15 Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: “Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,” dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. 1 Timotius 3 1 Benarlah perkataan ini: “Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah.” 1 Timotius 4 9 Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya. 2 Timotius 2 11 Benarlah perkataan ini: “Jika kita mati dengan Dia, kitapun akan hidup dengan Dia; Titus 3 4 Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih–Nya kepada manusia, 5 pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat–Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, 6 yang sudah dilimpahkan–Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita, 7 supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia–Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita. 8 Perkataan ini benar dan aku mau supaya engkau dengan yakin menguatkannya, agar mereka yang sudah percaya kepada Allah sungguh–sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik. Itulah yang baik dan berguna bagi manusia. Ada satu artikel menarik di majalah TIME berjudul “Ten Ideas Changing the World Right Now!” Sepuluh ide yang saudara perlukan sekarang ini untuk merubah dunia ini. Beberapa hal menarik ditulis di sini, di antaranya “Your job is your new asset.” Ini adalah ide yang sudah dipegang oleh Reformed Teologi sejak dulu, yang melihat pekerjaan adalah suatu lapangan kerja, tempat dimana Tuhan memanggil kita mengasihi dan melayani Tuhan. Banyak orang berpikir pekerjaan adalah sarana untuk menjadi kaya, tetapi kita dipanggil untuk mengembangkan bakat di dalam bekerja dan menikmati pekerjaan itu sebagai anugerah Tuhan. Orang berpikir dengan bekerja keras kita bisa menyimpan miliki berupa properti, berupa saham, berupa bond, berupa tabungan. Sekarang terbukti 326 semua miliki itu bisa lenyap seketika. Bukankah rumah yang sekarang kita tinggali juga cuma pinjaman? Sesudah umur 70 tahun pinjaman baru lunas, tidak lama kita meninggal. Tidak ada hal yang benar-benar kita miliki di dunia ini. Minggu lalu saya sudah katakan semua harta milik itu tidak bisa kita bawa ke “sana” waktu kita mati. Yang ada ialah, bagaimana sekarang selama kita hidup harta yang bersifat sementara itu kita nikmati, dan jadikan itu semua sebagai harta surgawi yang tidak akan layu, itu yang Tuhan mau. Selain itu, di antara sepuluh ide, di point ketiga berkaitan dengan Kekristenan “Kebangkitan New Calvinism” kebangkitan satu movement dari Gereja yang mementingkan teologi dan doktrin yang benar, ini yang akan menjadi arus kehidupan rohani yang akan merubah dunia. Ini berarti termasuk Gereja dimana engkau dan saya berbakti sekarang. Kita memegang teologi Reformed, kita mengerti dan mengetahui bahwa Tuhan adalah Allah yang berdaulat dan kita setia kepada firman-Nya. Pada suatu hari, gereja-gereja seperti inilah yang akan merubah dunia. Memang secara jumlah, gerejagereja community church yang dipimpin oleh Rick Warren, dsb adalah gereja-gereja yang memiliki jemaat lebih banyak. Tetapi semangat anak muda, hati yang cinta Tuhan, diberi sepenuhnya kepada Tuhan, yang pergi sekarang melayani di kampus-kampus menjadi misionari adalah mereka yang berada di dalam arus New Calvinism ini, berjiwa teologi Reformed, berusia muda, aktif dan bersemangat. Salah satu tokohnya adalah Albert Mohler, mengatakan, ketika anak-anak muda sungguh-sungguh mempelajari firman Tuhan dan mendefinisikan Allah itu dengan benar, tidak mungkin tidak mereka akan dibawa kembali kepada teologi Calvinism. Hanya orang yang sungguh-sungguh ingin mengerti dengan tuntas dan jelas, dengan sendirinya orang-orang itu akan dibawa ke arah ini. TIME mengatakan ini adalah Gereja masa depan. Inilah kehidupan spiritual yang akan memimpin ke depan karena selama ini Gereja berada di dalam peperangan yang salah dan anak-anak muda ini sudah menyadari dan muak akan semua itu. Sepuluh dua puluh tahun yang lalu Gereja marak dengan “peperangan liturgi, peperangan musik,” sehingga Gereja mulai pecah. Anak-anak muda tidak mau pakai musik yang lama, tapi orang tua tidak menyetujui arus baru itu. Ini adalah suatu culture war yang terjadi di Gereja, sehingga anak-anak muda yang resah, yang ingin capaian, yang hanya melihat hal-hal luar, dsb menimbulkan friksi seperti ini di dalam Gereja. Sekarang anak-anak muda mulai menyadari kita hanya berdebat dan ribut kepada kulit saja. Peperangan Kekristenan bukan soal capaian, peperangan yang penting adalah bagaimana hati orang dibawa lebih cinta Tuhan. Anak-anak muda sekarang mulai menyadari inilah kalimat yang dikeluarkan oleh Calvin, “Tuhan, aku bawa hatiku di hadapan-Mu dengan jujur dan terbuka. Coram Deo.” In front of You, I bring my heart with integrity and openness. Itu yang penting. Hidup kita tidak perlu bawa apa-apa, cuma bawa hati yang dipersembahkan dengan tulus dan mutlak kepada Tuhan. Namun demikian ada beberapa suara mengingatkan kita harus menjadi Gereja yang sungguh-sungguh setia dan memegang kebenaran Tuhan dengan benar. Yesus Kristus berkata, “Berjuanglah untuk masuk ke dalam pintu yang sempit sebab lebarlah pintu yang menuju kepada kebinasaan” (Mat.7:13). Demikian juga Paulus berkata, “Orang lebih rela mati untuk orang baik ketimbang untuk orang benar” (Rom.5:7). Di dalam surat Galatia, Paulus mengeluh, 327 “Kenapa aku berkata kebenaran kepadamu tetapi engkau membenci aku?” (Gal.4:16). Di dalam surat Timotius sebelum Paulus meninggal saudara menemukan fakta ini bahwa Gereja yang sungguhsungguh rindu ingin memegang kebenaran dan mementingkan kebenaran Tuhan, secara jumlahnya tidak banyak. Maka ada yang mengatakan, memang betul ‘sepuluh ide’ ini dibutuhkan untuk merubah dunia ini tetapi kadang-kadang kita harus hati-hati karena banyak pendeta yang sudah sungguh-sungguh berkhotbah dengan baik, mempersiapkan khotbah dengan sungguh, hati cinta Tuhan dan setia melayani, hidup sangat sederhana, tetapi mengalami kekacauan karena melihat pelayanannya tidak maju. Tetapi kenapa justru pelayanan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak mementingkan kebenaran firman Tuhan, yang tidak cinta kepada firman Tuhan dengan sungguh itu yang menjadi pelayanan yang lebih maju dan lebih bertumbuh? Maka dia mengatakan kita harus hati-hati, dalam sepanjang sejarah waktu kita menjadi orang Kristen yang berani menyuarakan kebenaran firman Tuhan, mungkin itu belum tentu menjadi suara yang ingin dinikmati dan diminati banyak orang. Hari ini saya ingin mengajak saudara kembali kepada surat Paulus di dalam 1 dan 2 Timotius dan juga kepada Titus untuk melihat beberapa konsep penting, mengapa kebenaran signifikan. TIME sudah mengatakan kebenaran doktrin, mengajarkan ajaran Reformed yang benar, itu semua adalah ide yang penting walaupun mungkin secara kuantitas tidak signifikan. Kita sudah menyaksikan itu di dalam penyiksaan yang dialami oleh Paulus di dalam surat-surat ini. Dalam 2 Tim.4:9ff Paulus mengatakan akan tiba masa terakhir orang lebih suka mengumpulkan guru-guru yang mengajar apa yang mereka suka dengar. Ada masanya orang datang berbakti tetapi sebenarnya mereka menolak rahasia dan keindahan kuasa dari ibadah itu. Paulus di dalam masa tua, di dalam penjara dan ketersendirian, dia sadar sebentar lagi dia akan mencurahkan darahnya. Mungkin ada rasa kuatirnya melihat bagaimana jadinya pekerjaan Tuhan kalau dia sudah mati, apakah akan berlanjut atau tidak. Tetapi saudara akan menemukan di dalam surat-surat ini Paulus memberikan mutiara-mutiara yang penting, apapun juga, kebenaran penting, kebenaran Tuhan itu lebih penting daripada apapun. Bukan soal berapa banyak yang ikut saya. Bukan soal berapa orang yang akan dengar. Bukan soal kuantitas seperti itu tetapi soal kita setia kepada Tuhan, kita sungguh-sungguh memegang kebenaran itu, itu yang paling penting. Ada satu frasa kalimat yang lima kali diucapkan oleh Paulus di dalam surat-surat pastoral ini “This is a trustworthy saying…” (1 Tim.1:15, 1 Tim.3:1, 1 Tim.4:9, 2 Tim.2:11, Tit.3:4-8). Bagaimanapun, ini adalah kalimat benar dan akan dibuktikan benar selama-lamanya dan apapun juga yang harus dipegang selama-lamanya. Kita bicara soal apa yang benar, kita bukan bicara apa yang populer, kita bukan bicara soal bagaimana lebih banyak orang mengikut Tuhan. Kita bicara soal bagaimana orang yang ikut Tuhan mengalami perubahan transformasi yang sungguh di dalam hidupnya. Banyak penafsir setuju pelayanan Timotius ke Efesus itu gagal adanya. Satu pihak karena guru-guru palsu terlalu kuat pengaruhnya. Kedua karena Paulus sedang berada di dalam penjara, tidak sanggup pergi sendiri tetapi mengutus Timotius yang masih muda, akhirnya Timotius mengalami tantangan. Paulus terus menguatkan dia meskipun Paulus menyadari pelayanan Timotius di Efesus mengalami kesulitan. Kesulitan itu bisa kita lihat di Tim.1:19-20, 1 Tim.1:3, ada di antara mereka yang mengajak doktrin yang salah, 1 banyak di antara orang Kristen yang kandas imannya, ini menjadi rusak yang terjadi di 328 gereja Efesus. Jadi waktu membaca surat ini saudara bisa sadar kepintingan berita yang Paulus berikan, ‘this is a trustworthy saying…’ hanya inilah yang boleh memandu engkau di dalam melayani Tuhan. Paulus bilang, di dalam pelayanan, apakah aku mencari kesukaan orang ataukah kesukaan Tuhan? Aku lebih suka mencari kesukaan Tuhan. Kitab Amsal mengingatkan bahaya sekali kita terlalu takut sama orang akhirnya kita tidak melihat Tuhan itu besar di dalam hidup kita. Kita takut kepada orang sebab orang itu mungkin bisa mempermalukan kita. Kita takut kepada orang sebab orang bisa menolak kita, sehingga kita berusaha untuk pleasing them. Kita takut kepada orang sebab orang itu mungkin memberikan nafkah hidup kepada kita, akhirnya kita tidak melihat Tuhan itu besar. Tetapi bukan itu saja, kadang-kadang kebutuhan kita terlalu besar, ingin ini dan itu, sehingga seumur hidup kita bilang percaya kepada Tuhan tetapi kita tidak punya hati yang takut akan Tuhan. Ada satu ayat yang sangat menyentuh saya, 2 Raja 17:41a “Even while these people were worshiping the Lord, they were serving their idols…” Di satu pihak menyembah Tuhan tetapi di saat yang sama mereka menyembah berhala. Ini menakutkan, sebab secara lahiriah kelihatan sebagai orang percaya tetapi dalam hatinya punya banyak berhala. Di satu pihak kita datang berbakti kepada Tuhan tetapi hati kita bercabang dengan berhala-berhala yang kita simpan di situ. berhala itu bisa bermacammacam. Berhala itu bisa berupa materi tetapi mungkin berupa liturgi gereja kita. Kita menyembah Tuhan tetapi tidak ada transformasi di dalam hidup kita. Bisa jadi kita bersandar kepada kekuatan diri, bersandar kepada kepintaran di dalam pelayanan, akhirnya kita tidak menjadikan Tuhan lebih utama di dalam hati kita. Banyak hal yang kemudian menggelitik did alam pikiran saya, itu sebab saya ingin membawanya kepada saudara pada hari ini. Puji Tuhan, kalau TIME mengatakan kehidupan Gereja yang sungguh-sungguh melihat kebenaran Tuhan yang lebih penting dan lebih utama menjadi satu arus yang akan terus bertahan dan menjadi jawab bagi kebutuhan dunia saat ini, yang memang menawarkan obat yang benar untuk persoalan yang benar. Bagaimana kita terus mempertahankan ‘truth is matter’ kebenaran itu hal yang penting dan benar, yang harus kita pertahankan sekalipun kita menghadapi tantangan dan kesulitan di dalam pelayanan kita? Maka saya tarik kembali kepada apa yang Paulus katakan kepada Timotius dengan satu sikap: semua kita adalah anak-anak Tuhan, mari kita kembali kepada inti kebenaran ini, kepada kata-kata terpercaya yang harus menjadi inti di dalam hati setiap kita. 1. Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa dan di antara mereka akulah yang paling berdosa (1 Tim.1:15 bd. Tit.3:4-7). Ini bicara mengenai inti keselamatan kita yang tidak boleh dikompromikan, menghadapi guru-guru palsu yang salah di dalam mengajar mengenai keselamata, salah mengajar bagaimana orang Kristen menikmati ciptaan Tuhan, maka Paulus memberikan beberapa penjelasan. Keselamatan itu berdasarkan kemurahan Allah semata-mata, bukan karena perbuatan kita. Keselamatan itu terjadi di dalam permandian dan regenasi yang dilakukan oleh Roh Kudus, melahirbarukan dan menyucikan hidup kita. Lahir baru adalah satu hal yang terjadi satu kali seumur hidup yaitu membangkitkan kita yang sudah mati rohani menjadi hidup, karena itulah kita bisa berespons kepada Kristus. Keselamatan itu bukan karena orang taat melakukan hukum Taurat, bukan karena orang itu baik dan hidup tanpa cacat cela. Lalu sesudah lahir 329 baru itu, Roh Kudus tinggal di dalam hati kita, melakukan proses yang kedua, yaitu proses pengudusan. Roh Kudus itu bukan ada sedikit, tetapi diberi secara berlimpah kepada kita supaya kita dibenarkan oleh Tuhan dan nantinya kita berhak menerima hidup yang kekal. Inilah inti Injil. Mungkin kita mengalami konteks yang berbeda di dalam pelayanan kita berkaitan dengan ajaran-ajaran yang tidak benar yang muncul sekarang ini. Sangat menyedihkan sekali jikalau di dalam pelayanan gereja kita sama sekali take it for granted, kita tidak sungguh-sungguh berpikir apakah betul ajaran-ajaran yang padat diajarkan di mimbar kepada kita. Kebenaran penting. Konsep keselamatan tidak boleh salah. Orang selamat bukan karena dia mencari Tuhan tetapi Kristus yang datang mencari kita terlebih dahulu. Terima perkataan ini baik-baik. Iman kepercayaan Kekristenan memiliki dua hal yang penting. Pertama, iman Kekristenan bukanlah bertahyul karena iman orang Kristen adalah iman yang bersandar kepada kebenaran fakta sejarah. Yesus pernah datang ke dalam dunia ini dan Dia pernah bangkit dari kematian. Tetapi waktu Yesus datang, mati di kayu salib untuk menebus kita, itu adalah penafsiran firman Tuhan mengenai fakta sejarah. Jadi, bagi orang yang tidak percaya Tuhan, dia mungkin bisa terima Yesus mati sebagai fakta sejarah tetapi tidak menerima apa yang dikatakan oleh firman Tuhan bahwa Dia mati untuk menebus dosamu. Mati untuk menebus dosamu, itu adalah apa yang firman Tuhan kasih tahu kepada kita dan bagaimana sikap kita berespons menerimanya. 2. Jika kita mati dengan Dia, kitapun akan hidup dengan Dia. Jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia. Jika kita menyangkal Dia, Diapun akan menyangkal kita. Jika kita tidak setia, Dia tetap setia karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya (2 Tim.2:11-13 bd. 1 Tim.4:9-10). Point ini penting sekali bagi Timotius, belajar jadi orang yang tekun dan berjerih lelah. Kalau kita tekun, pada suatu hari Tuhan akan memberi hak kita bisa memerintah dengan Dia. Kalau kita tekun dan berjuang dengan jerih lelah, pengharapan kita tidak pernah sia-sia sebab pengharapan kita adalah kepada Allah yang hidup. Kita berjerih lelah, kita berjuang dengan sungguh sebab kita tahu pengharapan kita adalah pengharapan kepada Allah yang hidup. Saya percaya mungkin Timotius kecewa dan berada di dalam situasi dimana dia merasa sudah berjuang dengan sungguh, sudah melayani dengan baik, kenapa saya tidak melihat hasil yang indah di situ. Tidak gampang menerima perkataan Paulus “kita hidup bukan dengan melihat tetapi percaya, walk not by sight but by faith” karena iman Kekristenan secara benar memberitahukan kepada kita, tidak semua yang kita lihat pasti bikin orang percaya. Yesus sendiri mengatakan banyak orang melihat mujizat yang Ia lakukan, tetapi tidak tentu itu membuat mereka menjadi percaya. Tetapi sebaliknya apa yang kita percayai mungkin tidak kita lihat di dalam hidup kita. Trustworthy saying ini adalah bicara soal bagaimana orang Kristen seumur hidup terus menjadi orang Kristen yang tidak boleh kehilangan spirit dan semangat untuk berjalan tekun mengasihi dan mencintai Tuhan. Mungkin kita bisa lemah, mungkin kita bisa kecewa, mungkin kita bisa merasa down di dalam satu fase hidup kita, tetapi kita harus maju, tekun dan berjerih lelah di hadapan Tuhan. Ayat ini menjadi ayat yang indah bagi saya, bagi hamba-hamba Tuhan yang melayani, banyak kali mereka takut kepada orang ketimbang kepada Tuhan. Mungkin takut karena hidupnya ditopang oleh mereka atau mungkin karena takut kepada penolakan. Mungkin kita lupa kita ini melayani orang karena orang ini adalah milik kepunyaan Tuhan, bukan kepunyaan kita. Kita melayani 330 orang bukan supaya orang itu baik sama kita atau kita mendapatkan manfaat darinya, tetapi kita harus ingat baik-baik waktu kita melayani orang, kita akan puas luar biasa kalau lihat orang itu berubah dan lebih cinta Tuhan. Bikin orang itu lebih mengasihi Tuhan, bikin orang itu menyadari Tuhan lebih besar di dalam hidupnya ketimbang segala sesuatu yang lain. Paulus mengingatkan para hamba-hamba Tuhan di dalam Kis.20:28 “Jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik yang menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri.” Protect your life, protect your teaching and protect the church you serve, not as your own but because it is His. 3. Kebenaran penting. Ajaran yang sehat itu penting, ajaran yang sehat itu perlu dan ajaran yang sehat itu akan sekaligus mendatangkan kesungguhan kerinduan orang untuk melayani Dia. Maka kalimat trustworthy yang menjadi kalimat yang berkaitan dengan orang yang mengambil hati komitmen melayani Tuhan seumur hidupnya adalah orang yang ingin menjadi penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah (1 Tim.3:1). If you want to serve God as an overseer you pursue a noble task. Dalam bagian 1 Tim.3 ini ayat 1-13 merupakan prinsip kebenaran firman Tuhan yang meletakkan dua jabatan yang Tuhan taruh di gereja, yaitu diaken dan penilik, deacon and presbyters. Di dalam persyaratan menjadi deakon hanya ada satu yang tidak ada yaitu cakap mengajar orang, yang menjadi tuntutan bagi seorang presbyter. Saya mengambil sikap di sini Paulus bicara kepada mereka yang mengambil posisi menjadi hamba Tuhan dan pelayan. Memang di dalam gereja juga ada presbyter atau penatua yang bukan menjadi hamba Tuhan, tetapi kembali lagi harus diangkat dengan prinsip ini yaitu mereka memang diangkat untuk menjadi orang yang mengajar di gereja, menyampaikan kebenaran firman Tuhan. Mengapa Paulus menjadikan hal ini sebagai trustworthy saying? Di sini kita bisa lihat Injil yang sejati dilayani oleh semangat yang luar biasa dan disertai dengan orang yang mengemban tugas itu juga seorang yang memiliki satu kriteria yang tidak boleh sembarangan karena itu adalah satu pelayanan yang mulia dan indah. Demikian Paulus mengingatkan Timotius mengambil sikap dan keputusan ini, mungkin dia mengalami kesulitan dan penolakan di Efesus, dia tidak boleh menolak dan tidak menghargai pelayanan yang sudah Tuhan berikan kepadanya. Trustworthy sayings membawa kebenaran yang penting bagi gereja. Trustworthy sayings juga membawa kesungguhan hati yang melayani Tuhan dengan semangat dan perjuangan yang tinggi. Trustworthy sayings juga membawa semua orang yang menjadi hamba Tuhan dan melayani Tuhan menjadi orang yang sadar ini adalah panggilan Tuhan yang mulia dengan hidup yang suci. Itu sebab Paulus menitipkan mutiara-mutiara indah ini kepada Timotius sebelum dia meninggal menjadi harta gereja yang sejati adanya. 331 Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 22/02/2009 Pdt. Effendi Susanto STh. Kepuasan dan hidup memberi Nats: Mazmur 23 Filipi 4:10-19 Mazmur 23 1 Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. 2 Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; 3 Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama–Nya. 4 Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada–Mu dan tongkat–Mu, itulah yang menghibur aku. 5 Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. 6 Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa. Filipi 4 10 Aku sangat bersukacita dalam Tuhan, bahwa akhirnya pikiranmu dan perasaanmu bertumbuh kembali untuk aku. Memang selalu ada perhatianmu, tetapi tidak ada kesempatan bagimu. 11 Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. 12 Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. 13 Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. 14 Namun baik juga perbuatanmu, bahwa kamu telah mengambil bagian dalam kesusahanku. 15 Kamu sendiri tahu juga, hai orang–orang Filipi; pada waktu aku baru mulai mengabarkan Injil, ketika aku berangkat dari Makedonia, tidak ada satu jemaatpun yang mengadakan perhitungan hutang dan piutang dengan aku selain dari pada kamu. 16 Karena di Tesalonikapun kamu telah satu dua kali mengirimkan bantuan kepadaku. 17 Tetapi yang kuutamakan bukanlah pemberian itu, melainkan buahnya, yang makin memperbesar keuntunganmu. 18 Kini aku telah menerima semua yang perlu dari padamu, malahan lebih dari pada itu. Aku berkelimpahan, karena aku telah menerima kirimanmu dari Epafroditus, suatu persembahan yang harum, suatu korban yang disukai dan yang berkenan kepada Allah. 19 Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan–Nya dalam Kristus Yesus. 332 Mazmur 23 adalah mazmur yang sederhana tetapi memiliki makna yang dalam adanya. Rata-rata hampir 80% orang Kristen bisa menghafal mazmur ini karena kesederhanaan kalimatnya. Ini merupakan syair pujian yang datang dari hati manusia yang berespons kepada Tuhan. Saya pernah mengutip kalimat John Calvin, doktrin mengajar bagaimana kita berpikir benar tentang Allah, tetapi kitab Mazmur diberikan kepada kita supaya kita di dalam segala keadaan, di dalam realita kehidupan kita mengalami jatuh dan bangun, gelombang dan keteduhan, bagaimana kita berespons dengan benar kepada Tuhan. Hari ini saya mengajak saudara melihat melalui Mzm.23 bagaimana kita berespons kepada Tuhan dengan benar ketika kita melihat terlalu banyak berkat dan anugerah Tuhan datang kepada kita. Tidak ada mazmur yang lebih indah bagi saya bicara mengenai respons contentment di hadapan Tuhan, berespons dengan kecukupan, selain Mzm.23 ini. Daud berkata, “The Lord is my shepherd, I shall not be in want…” Tuhan menjadi gembalaku, itu sudah cukup bagiku. Tidak ada hal lain yang kuingini selain Engkau Tuhan menjadi gembalaku dan milik pusakaku. Ini adalah satu respons orang yang merasa cukup dan puas di hadapan Tuhan. Derek Kidner yang menafsir kitab Mazmur mengeluarkan beberapa kalimat yang indah sekali, “Depth and strength underlie the simplicity of this psalm. Its peace is not escape; its contentment is not complacency…” Kekayaan mazmur ini terletak di dalam nadanya yang sederhana. Kedalaman mazmur ini terletak di dalam kesederhananya. Kedamaian kitab mazmur ini terletak di dalam keteduhan kepuasannya. Engkau mau memiliki damai? Lihat di dalam mazmur ini dimana dia mendapatkan kedamaiannya, yaitu di dalam kepuasannya. Engkau mau hidup kaya? Lihat mazmur ini terletak di dalam kesederhananya. Karena dua hal ini, kepuasan dan kesederhananya, pemazmur siap sedia walaupun kekelaman datang menyerang, musuh berada di sekitarnya, dia tetap bisa melihat ada pemeliharaan Tuhan di situ. Itu sebab karena kesederhanaan dan kepuasan ini, Mzm.23 memberitahukan kepada kita apa yang menjadi tujuan hidup orang Kristen, bukan kepada materi tetapi kepada Allah sendiri. Apa itu kepuasan? Apa itu cukup? Waktu pertanyaan ini diberikan kepada cucu dari Rockefeller, dia mengatakan “Enough is a little bit more…” Tambah sedikit lagi, tambah sedikit lagi… karena merasa tidak pernah cukup. Karena tidak pernah merasa cukup ini kita selalu akan memiliki sikap hidup selalu berusaha mendapatkan sesuatu sebagai cadangan melampaui apa yang kita perlukan. Saya mengajak saudara melihat rahasia dari kepuasan di dalam Mzm.23 dan kalimat dari Paulus, hidup kepuasan bukan terletak pada apa yang kita dapat, seberapa banyak yang kita raih, tetapi saudara bisa melihatnya terletak di dalam saya memiliki Tuhan yang menjadi bagian dan milik pusakanya selama-lamanya. Itulah yang membuat Daud maupun Paulus hidup kepuasan. Kepuasan tidak bisa diukur dengan standar tertentu, tetapi tidak berarti dia tidak bisa dinilai di dalam hidup ini. Standar bersifat relatif, standar orang lain berbeda dengan standar kita. Saya baru puas kalau saya mencapai suatu standar seperti ini, tetapi mungkin pada waktu kita sudah sampai kepada standar itu, ketika kita sudah ada di situ ternyata kita merasa tidak cukup sebab kita lihat ternyata masih ada yang di atas kita. Mahatma Gandhi pernah mengeluarkan kalimat yang sangat agung, “Seluruh isi dunia ini sebenarnya sanggup memenuhi kebutuhan seluruh umat manusia. Tetapi seluruh isi dunia ini tidak sanggup memenuhi keinginan satu manusia.” 333 Dalam artikel terbaru saya di Radix, saya membawa saudara memikirkan satu hal, benarkah Tuhan itu cukup memberikan kepuasan sepenuhnya bagi kita? Tuhan menjadi gembala, Tuhan menjadi pusaka kita dan selain Tuhan tidak ada hal lain yang kita ingini di dalam dunia ini apakah itu sesuatu konsep teologi yang bersifat palsu dan hanya menina-bobokkan kita? Apakah betul hal itu bisa menjadi bagian di dalam hidup kita menjadi kepuasan di dalam hidup kita? Bukankah kita perlu yang lain? Benar kita perlu God as the giver tetapi kita juga perlu anugerah dari-Nya, bukan? Benar kita perlu Tuhan sang Pemberi berkat tetapi kita juga perlu berkat-Nya untuk kita hidup, bukan? Tetapi mengapa keluar kalimat ini, “The Lord is my shepherd, I shall not be in want…”? Saya mengajak saudara melihat 2 Kor.9, saudara perhatikan dari ayat 1-5 Paulu