JURNAL STUDI KOMUNIKASI Volume 1 Ed 2, July 2017 Page 186-205 Pengawasan Iklan Pelayanan Kesehatan Tradisional di Televisi Redi Panuju Universitas dr. Soetomo, Indonesia [email protected] How to Cite This Article: Panuju, R. (2017).Pengawasan Iklan Pelayanan Kesehatan Tradisional Televisi. Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies), 1(2). doi: 10.25139/jsk.v1i2.154 Received: 14-05-2017, Revision: 21-06-2017, Published online: 01-07-2017 ABSTRAK Televisi adalah media komunikasi massa yang masih diminati oleh masyarakat untuk mendapatkan informasi dan hiburan. Meski era cyber yang menumbuhkan media sosial sudah di depan mata, namun televisi merupakan media audio visual yang merupakan konvergensi termudah, sehingga nantinya televisi tetap terhubung dengan media sosial. Oleh karena itu, televisi akan menjadi media prioritas bagi industri ini. Seiring dengan itu televisi menjadi kepercayaan industri perawatan kesehatan tradisional untuk memasarkan produk dan layanannya. Sementara beberapa industri perawatan kesehatan tradisional dicurigai melanggar peraturan pemerintah yang melarang keberadaannya mempublikasikan dan memasang iklan. Komisi Penyiaran Indonesia memiliki tanggung jawab dan wewenang untuk mengawasi keberadaan iklan tersebut karena undang-undang tersebut memberi wewenang kepada mereka. Tapi ternyata pengawasannya tidak efektif, terbukti iklan layanan kesehatan tradisional semakin marak di televisi. Ini karena KPI tidak memiliki wewenang untuk menjatuhkan sanksi yang cukup kepada penyiar sehingga menimbulkan efek jera. Selain itu, ternyata iklan dari layanan kesehatan tradisional merupakan pemasukan utama saat ini untuk media televisi, terutama televisi lokal. Pemerintah juga menghadapi dilema serupa untuk menjatuhkan sanksi berat karena layanan kesehatan tradisional masih memiliki tempat di masyarakat. Perlu ada regulasi tingkat hukum yang bisa mengakomodasi masalah Kata kunci: iklan, perawatan kesehatan, tradisional, ambigu, televisi. ABSTRACT Television is a mass communication media that is still in demand by the public to get information and entertainment. Although the era of cyber that grows social media is in sight, but television is the audiovisual media is the easiest convergence so that in the future any television remains connected to social media.Therefore, television will be a priority medium for the industry to market its products or services. Along with that television became the trust of the traditional health care industry to market its products and services. While some of the traditional health care industry is suspected of violating government regulations that prohibit its existence to publish and advertisement. The Indonesian Broadcasting Commission has the responsibility and authority to oversee the availability of such advertisements because the law authorises them. But apparently, the supervision is not effective, proven advertising of traditional health services increasingly rampant in television. This is because the KPI does not have the authority to impose sufficient sanctions to broadcasters so as to create a deterrent effect. Besides, it turns out that advertising from traditional health services is the primary income currently for television media, especially local television. The government is also facing a similar dilemma to impose severe sanctions because traditional health services still have a place in society. There needs to be a law-level regulation that can accommodate the problem Keywords: advertising, health care, traditional, ambiguous, television. Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies) ISSN (Print) 2549-7294 ISSN (Online) 2549-7626 Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies) ISSN (Print) 2549-7294 ISSN (Online) 2549-7626 PENDAHULUAN bahan atau ramuan Harian REPUBLIKA (17 April bahan tumbuhan, yang berupa bahan hewan, 2016) memuat berita tentang Komisi bahan mineral, sediaan sari, atau Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) campuran dari bahan tersebut yang Bali secara turun temurun telah digunakan yang mengentikan iklan pengobatan tak berizin. Ketua KPID untuk Bali, AA Rai Sahadewa mengatakan diterapkan sesuai dengan norma yang pihaknya berlaku di masyarakat. sudah mengingatkan berulang dan dapat penyiaran Pengobatan tradisional berbasis berupa surat imbauan, surat edaran, pada tradisi dan ilmu yang tumbuh hingga surat ketentuan penayangan selama berabad abad di masyarakat pengobatan alternatif. lokal, sementara pengobatan modern lembaga berbasis pada ilmu pengetahuan yang menayangkan di pelajari di pendidikan formal. jasa pengobatan yang tidak mendapat Karena itu dalam beberapa peraturan izin dari lembaga berwenang, yaitu yang Dinas Kesehatan Kabupaten dan kesehatan yang dipakai adalah istilah Kota," kata Sahadewa di Denpasar. “tradisional”. Misalnya, dalam SK “Berdasarkan penyiaran Kata lembaga kali pengobatan ketentuan, dilarang “pengobatan dikelarkan oleh otoritas alternatif, Menkes No. 386/Menkes/IV/1994 sesungguhnya sulit ditemukan dalam teantang Pedoman Periklanan Obat terminologi Bebas, hukum, sebab yang Obat Tradisional, Alat dikenal dalam perundangan adalah Kesehatan, Kosmetik, istilah “obat tradisional”, “pelayanan Kesehatan Rumah kesehatan tradisional”, “pengobatan Makanan Minuman (cetak tebal dari tradisional”. penulis). Kata “tradisional” kebalikan (lawan) dari pengobatan pula modern. Kesehatan No.006/2012 sebagai PerMenkes Tangga dan Istilah “tradisional” ditemukan kemungkinan besar dimaknai sebagai Dalam Perbekalan dalam Peraturan No.007 Menteri Tahun 2012 misal, tentang Registrasi Obat Tradisional, disebutkan yang dimaksud dengan juga pada Keputusan Kepala Badan obat tradisional adalah obat yang POM NO. HK.00.05.41.1348 tahun Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies) 187 ISSN (Print) 2549-7294 ISSN (Online) 2549-7626 Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies) ISSN (Print) 2549-7294 ISSN (Online) 2549-7626 2005 tentang Kriteria dan Tata gurah, Laksana patah Pendaftaran Obat sinshe,tabib, tulang, chiropraksi, dan herbal; (2) Tradisional, Obat Herbal Terstandar Pelayanan Kesehatan Komplementer, dan Fitofarmaka. Kemudian narasi yaitu “tradisional” dapat ditemukan dalam memanfaatkan ilmu biomedis dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor biokultural 103 tahun 2014 tentang Pelayanan serta manfaat dan keamanannya KESEHATAN TRADISIONAL. terbukti secara ilmiah. Contohnya Dalam PP inilah norma norma akupuntur; (3) Pelayanan Kesehatan tentang publikasi dan periklanan Tradisional pelayanan kombinasi kesehatan tradisional diuraikan sangat jelas. pelayanan kesehatan dalam penjelasannya Integrasi, konvensional yang yaitu pelayanan kesehatan dengan pelayanan Istilah yang digunakan oleh KPID kesehatan tradisional komplementer, Bali dengan “pengobatan alternatif” baik bersifat sebagai pelengkap atau itu pengganti. barangkali merujuk pada pengertian yang lebih populer di masyarakat. Dinas ayat(2) dinyatakan bahwa penyehat sendiri tradisional dan panti sehat dilarang menggunakan istilah “tradisional” mempublikasikan dan mengiklankan sebagai pelayanan Kesehatan Sedangkan Dalam PP No103/2014 pasal 67 Provinsi noment pengurusan clature Surat untuk kesehatan Tradisional Terdaftar Empiris yang diberikan. Sedangkan Penyehat Tradisional (STPT) dan Tenaga Kesehatan Tradisional dan Surat fasilitas kesehatan tradisional masih Izin izin Bali Penyehat Tradisional (SIPT). dapat melakukan promosi melalui Dalam PP No 103 tahun 2014 publikasi dan iklan sepanjang bisa diatur ada 3 (tiga) jenis pelayanan dikatagorikan kesehatan tradisional yaitu: kesehatan tradisional komplementer Pelayanan Kesehatan Tradisional (1) Empiris, layanan kesehatan yang manfaat dan keamanannya terbukti secara empiris. Contohnya: pijat, 188 sebagai pelayanan (pasal 68). Dari norma ini dapat ditegaskan bahwa pelayanan kesehatan Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies) ISSN (Print) 2549-7294 ISSN (Online) 2549-7626 tradisional empiris dilarang melakukan publikasi dan beriklan. dapat dengan menemukan iklan mereka beralih ke televisi? Ada kecenderungan di era Kenyataannya sampai sekarang kita Mengapa digital ini, media cetak mulai mudah berkurang pembacanya, beralih ke para pelaku media on-line yang mengandalka pelayanan kesehatan empiris di teknologi komunikasi/informasi dan radio maupun televisi. Penyedia jasa internet. layanan ini mengkonvergensikan isi media cetak menawarkan pelayanan kesehatan secara virtual. Sehingga perlahan mulai dari hulu hingga hilirnya, lahan pelanggan media cetak pun yakni bagaimana beralih cara mengakses informasinya layaknya dari cetak ke virtual. Orang dapat seorang dokter, cara penyehatkannya mengakses isi media cetak melalui (umumnya pengobatan on-line. Sekarang dikenal dengan modern, misal pengobatan tanpa istilah Electronic papers (E-Peper). operasi, tanpa obat kimiah, ditambah Di media on-line dapat juga diakses dengan sugesti tenaga dalam, jampi versi cetaknya. Media televisi adalah jampi, dan sejenisnya), disediakan media massa yang lebih mudah obat racikan (biasanya menggunakan bermigrasi atau bergabung dengan kata sugestif Ramuan ala Mbak Anu, sistem Kiai X, berasal dari ramuan India, operasinya dan lainnya), bahkan ada juga yang mengandalkan visual. Karena itu, menyediakan tempat inap layaknya televisi rumah sakit modern. masyarakat. Hingga masuk ke abad kesehatan mulai mendiagnosis Publikasi empiris penyakit menegasi dan iklan Teknologi on-line yang masih ini karena sama tetap berhasil logika sama diminati layanan ke-21, konon rata rata orang Amerika kesehatan tradisional empiris ini Serikat melihat lebih dari 3000 iklan awalnya sebatas melalui media cetak setiap harinya dan menonton iklan lokal saja, namun belakangan radio televisi selama tiga tahun sepanjang dan televisi menjadi saluran yang hidup mereka (Danesi 2010: 221) diandalkan dalam memasarkan jasa Apalagi setelah sistem televisi layanan kesehatan mereka. beralih ke sistem digital pada tahun 189 Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies) ISSN (Print) 2549-7294 ISSN (Online) 2549-7626 2009 membuat Penyiaran digital lokal. Dalam satu provinsi bisa menawarkan kualitas gambar dan muncul sepuluh hingga lima puluh suara yang jauh lebih tinggi, yang stasiun TV lokal. Bahkan dengan dapat membuat pemasaran lebih rencana pemerintah memigrasikan efektif atau membuat iklan yang dari sistem analog ke digital peluang kurang canggih menjadi menonjol untuk dalam cara yang buruk sekalipun. menjadi semakin besar. Tidak heran Sebagian besar televisi dioperasikan bila industri menjadikan televisi secara lokal dan berafiliasi dengan sebagai salah satu jaringan nasional utama jasa/produk (Callen 2010:193). Callen meyakini industri bahwa kelak Televisi akan menjadi tradisional. media visual yang utama, dan media mendirikan televisi primadona memasarkan mereka, jasa lokal termasuk layanan kesehatan Di sisi yang lain masyarakat iklan yang paling hebat karena dapat mulai merasa diproduksi ke satu gambar atau (demands) layanan kesehatan yang bingkai kunci. murah, mudah membutuhkan diperoleh tanpa Di tanah air tumbuh suburnya birokrasi yang berbelit, tanpa efek televisi baru dimulai tahun 2002, samping, dan sejenisnya. Hal ini yakni dengan disahkannya UU No.32 menyebabkan tahun 2002 tentang Televisi. Dalam kesehatan undang undang ini istilah Televisi alternatif bagi masyarakat. Layanan Nasional dihapus dan diganti dengan kesehatan model juga berjaringan. Sebaliknya telah hadirnya tradisional tradisional layanan menjadi nampaknya mempelajari kondisi industri televisi diarahkan menjadi psikologi sosial semacam itu. Maka berbasis wilayah layanan. Mereka bertemulah hukum yang ingin bersiaran secara nasional demand. Layanan harus tetap menempuh jalur izin per tradisional tumbuh menjadi industri wilayah layanan (lokal). Peraturan yang mempunyai peluang meraup Pemerintah no 50 tahun 2005 tentang keuntungan finansial. Di beberapa Lembaga Penyiaran Swasta memacu daerah kebutuhan akan media iklan tumbuh kembangnya stasiun TV 190 supply and kesehatan Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies) ISSN (Print) 2549-7294 ISSN (Online) 2549-7626 dan publikasi ditangkap oleh lembaga penyiaran radio dan televisi. Pada tahun 2016 ketika penulis melakukan penelitian “Perilaku terhadap Beberapa riset menunjukkan bahwa tidak semua publikasi dan kesehatan tradisional Lembaga Penyiaran dengan di Kabupaten (2012, Komunitas temuan iklan layanan itu kenyataannya. 20-28) sesuai Turisno memaparkan Tulungagung Jawa Timur” tanpa temuannya bahwa Muatan informasi sengaja menemukan fakta bahwa yang omset dari kontrak iklan dengan merupakan Lembaga Kesehatan wajib diberikan pelaku usaha dalam Tradisional nilainya bisa tembus satu iklannya serta mengatakan apa yang milyar rupiah per tahunnya. Kontrak perlu konsumen ketahui agar dapat iklan tersebut didistribusikan melalui menentukan jaringan radio komunitas di bawah Sebagian koordinasi kelompok radio Madu FM menyesatkan membawa pesan yang di Campurdarat yang jumlahnya tidak lengkap dan tidak sesuai puluhan radio komunitas ditambah dengan kandungan produknya. Iklan beberapa radio swasta. Akhir akhir obat ini (awal 2017) jaringan iklan dan sebelum publikasinya dengan terhadap pelanggaran agar memberi swasta (Madu TV). Iklan efek penjera. Peraturan periklanan spot dan pariwara Layanan kesehatan obat tumpang tindih, peran Badan tradisional itu bisa mengenai cara POM terapinya, membuat peraturan serta melakukan televisi Pelayanan ditambah ramuannya, dan cara pembayaran, maupun kelengkapan fasilitasnya. Juga dengan teknik benar, jelas, hak konsumen pilihan yang iklan melalui dan obat tahap jujur, yang tepat. isinya pre review dipublikasikan, sanksi sebagai pengawas yang sensor atas iklan. Iklan sebagai suatu bentuk testimoni yang menunjukkan para informasi. Informasi kesehatan yang “alumni” salah bisa merugikan konsumen. keberhasilannya menyatakan berobat di dan Informasi kesehatan komersial yang melalui layanan keehatan tradisional. salah atau tidak tepat dapat membuat konsumen terlambat mendapatkan 191 Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies) ISSN (Print) 2549-7294 ISSN (Online) 2549-7626 pelayanan kesehatan yang benar, khalayak secara persuasif, maka mengakibatkan banyak hal dengan dampak kemubaziran dan dapat mengancam jiwa konsumen. Umumnya masyarakat kurang memahami bahwa obat selain yang kesehatan berhubungan negatif layanan tradisional tidak Iklan hanya hal yang diinformasikan. enyembuhkanpenyakit uga, membuat mempunyai efek samping, yang menyenangkan, memberi harapan, merugikan kesehatan. Beberapa pengaruh obat meliputi: 1. obat dan optimisme khalayak. Kementerian Pengaruh samping obat. Selain khasiat hal yang berguna Kesehatan Republik Indonesia menyatakan mengapa iklan (pengobatan menyembuhkan penyakit, obat tradisional) harus diawasi, tidak lain pun memilki pengaruh negatif yang untuk melindungi masyarakat dari selalu timbul informasi bersama pemakaian obat. menghindarkan 2. bahaya dan dampak buruk serta Keracunan obat. Dalam arti sempit, keracunan obat yang menyesatkan, pelanggan dari adalah kerugian material akibat pelayanan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh kesehatan yang tidak aman dan tidak obat apabila dipakai dalam dosis bermutu (Kemenkes 2016). yang terlalu tinggi atau dalam jangka panjang yang terlalu lama atau juga PEMBAHASAN bila minum obat yang salah. Model Pengawasan oleh Negara 3. Alergi obat. Alergi obat adalah Model pengawasan tayangan iklan reaksi timbul terhadap suatu obat layanan karena sudah dibuat secara berlapis. Pada kepekaan seseorang kesehatan sesungguhnya terhadap obat tersebut. tingkatan konseptual materi iklan 4. Pengaruh negatif apabila dua telah direkomendasikan oleh P3i macam obat atau lebih dipakai secara (Persatuan Perusahaan Periklanan bersama-sama. (Widjayanti 2002,10) Indonesia). P3i sendiri telah Sangat mungkin demi mencapai menetapkan 16 butir rambu rambu tujuan iklan, yakni mempengaruhi yang harus diperhatikan dalam iklan 192 Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies) ISSN (Print) 2549-7294 ISSN (Online) 2549-7626 obat tradisional ataupun layanan tayangan iklan pada saat dan setelah kesehatan tradisiona. Dari ke-16 ditayangkan, butir rambu tersebut diantaranya; KPI/KPID sendiri atau atas aduan dapat dari masyarakat. diiklankan apabila telah baik atas inisiatif mendapat persetujuan pendaftaran Dari model ini dapat diambil dari Kementerian Kesehatan RI, intinya bahwa pengawasan terhadap dapat Iklan dimuat/tayang rancangan iklan setelah telah mendapat Pelayanan Tradisional Kesehatan di bagi dua, yakni persetujuan dari Kemenkes RI, tidak pengawasan boleh tenaga ditayangkan dan pengawasan saat kesehatan, tidak boleh menggunakan atau setelah iklan ditayangkan. Pada kata-kata: super, ultra, istimewa, top, level sebelum ditayangkan, badan tokcer, cespleng, manjur dan kata- yang kata adalah Kementeria Kesehatan cq. diperankan lain yang oleh semakna yang sebelum berwewenang iklan menyeleksi menyatakan khasiat dan kegunaan Badan berlebihan atau memberi janji bahwa Makanan (POM) dan setelahnya obat pasti badan yang berwewenang adalah menyembuhkan, Pada setiap awal Komisi Penyiaran Indonesia, baik iklan obat tradisional dicantumkan pusat maupun daerah. tradisional identitas kata tersebut “JAMU” dalam lingkaran. Kemudian Pengawasan Menurut Obat Turisno dan (2012:6) peraturan iklan obat masih tumpang diimplementasikan oleh production house. Materi iklan tindih sehingga menyebabkan pengawsan tidak efektif. diperiksa oleh Badan Sensor Film. Peran Badan Pengawas Obat dan Setelah itu masuk ke Kementerian Makanan (BPOM) terlalu besar dari Kesehatan/Dinas Kesehatan Provinsi. membuat Iklan baru diperbolehkan tayang di melakukan sensor iklan sebelum lembaga penyiaran (radio dan TV) ditayangkan. Di pihak lain, sanksi setelah mendapat rekomendasi. terhadap langgaran yang ada terlalu Kewenangan Komisi Penyiaran Indonesia/Daerah mengawasi peraturan sampai ringan sehingga tidak memberi efek jera dan justru menjadi celah hukum 193 Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies) ISSN (Print) 2549-7294 ISSN (Online) 2549-7626 yang dimanfaatkan oleh pengusaha. Logikanya, meskipun Andaikan semua media massa Menteri mengikuti model pengembangannya mengeluarkan seperti yang diidealkan Wahyuni Peraturan Menteri (Permen) No.1787 sudah barang tentu tidak akan terjadi yang pelanggaran etis dalam tayangan Kesehatan telah menegaskan dalam rangka pembinaan dan pengawasan iklan iklan dan/atau pelayanan organisasi media akan menggunakan kesehatan, Menteri dapat membentuk sumber nilai etis dan regulasi negara TIM dalam publikasi PENILAIAN DAN PENGAWASAN iklan dan publikasi pelayanan kesehatan di lingkungan di media massa. Setiap melaksanakan peran publikasinya. Dalam hal pengawasan kementerian Kesehatan (pasal 11 internal PermenKes karena justru medialah yang sangat No.1787/2010), tetap media ini, menjadi mandul, saja tidak berarti karena ketidak berkepentingan dengan jelasan sanksi dan tumpang tindih tersebut. dan kewenangan. pelayanan Iklan kesehatan iklan publikasi tradisional menjadi semacam oase di padang Model Pengawasan oleh Media TV tandus, saat media televisi semakin banyak sementara kue iklan semakin Hermin Indah Wahyuni (2007 :3) sedikit. Kompetisi untuk menyatakan idealnya media massa mendapatkan iklan semakin ketat menggunakan model self-regulatory yang dampaknya menyebabkan krisis mechanism, yakni pengaturan diri keuangan di media televisi. Industri berbasis nilai nilai internal organisasi televisi adalah industri padat modal media massa yang sangat spesifik. yang Dalam setting ini kondisi ideal yang (operations cost) sangat besar; mulai ingin diwujudkan adalah internal dari control membayar pada masing masing membutuhkan ongkos biaya membayar karyawan, membayar organisasi media , sehingga secara pajak otonomi mereka akan memperbaiki Penyelenggaraan Penyiaran, dan juga kelemahannya sendiri. pemeliharaan aset. Income yang 194 frekwensi, listrik, pajak Izin Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies) ISSN (Print) 2549-7294 ISSN (Online) 2549-7626 paling pasti adalah dari iklan. Bagi terus menghadapi godaan godaan di stasiun televisi berjaringan (SSJ) mana yang dan masyarakat sipil (civil mempunyai jaringan pemasang iklan melakukan tarik menarik sangat baik, masukan dari tayangan mendapatkan iklan bukan problem utama. Namun otoritasnya masing masing. Sejak tidak demikian dengan stasiun TV Undang Undang Penyiaran disahkan lokal yang mengandalkan sumber tahun modal dari industri lokal. “Mencari mendapatkan peran yang dominan iklan sama sulitnya dengan mencari atas jarum yang jatuh di dasar laut” berlangsung sangat “alot”. Henri ( Kata Ali Masjkur, pemilik Madu Subiakto TV Tulungagung, wawancara 14 Juli disertasinya menemukan fakta bahwa 2016) Bahkan ada TV di Kediri yang kontestasi iklannya dibarter dengan property. kebijakan dalam bidang penyiaran Misalnya sudah dimulai pada level formulasi sudah kaya modal kerajinan mabeler negara, 2002, industri, society) pengaruh kontestasi keberadaan sebagai dalam dan untuk dan untuk penyiaran misal, dalam mempengaruhi membayar iklannya dengan meja, kebijakan. kursi, dan property lainnya. Ada juga Henri Subiakto menulis: yang “industri dengan kekuatannya dan segala upaya mencoba untuk menyiasati aturan perundangan tersebut. Walhasil, terjadilah diskrepansi atau gap antara wacana yang ideal dan disuarakan civil society dengan implementasi di lapangan . Sedangkan dalam aras normative, Negara nampak lebih akomodatif dengan keadaan industry, karena mereka menganggap bahwa tugas negara salah satunya adalah memajukan iklim industri di dalam negeri, termasuk industri media penyiaran.” Komisi Penyiaran Indonesia iklannya dibayar dengan produk yang diiklankan. Bahkan menurut Dr. Prilani “ harga spot iklan di TV lokal ada yang sama dengan harga komunitas”. iklan (Mantan di radio Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jatim periode 2013-2016.) Model Pengawasan Oleh KPI Meskipun Indonesia memasuki era reformasi menuju era demokrasi, (KPI) yang semula diharapkan khusus untuk media penyiaran masih mempunyai peran menjadi mediator 195 Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies) ISSN (Print) 2549-7294 ISSN (Online) 2549-7626 antara negara, masyarakat, dan 2016 tentang Perangkat Daerah. publik pun ikut termarginalisasi. Telah terjadi penggabungan beberapa Menurut Hermin Indah Wahyuni SKPD Undang Undang Penyiaran beru Daerah). memberikan untuk memiliki SKPD sendiri kemudian menghasilkan Code of Conduct , dicabut, SKPD dilebur di bawah yang Dinas Kominfo Provinsi. Akibatnya otoritas menunjukkan regulation di bahwa Indonesia selfbelum dari (Satuan Kerja KPID segi fungsi Perangkat yang dan semula anggaran sepenuhnya dilaksanakan Wahyuni mengalami kendala yang luar biasa. (2007 :21) Sudah Saat ini pengaturan penyiaran menjadi terbagi bagi antara KPI dan Pemerintah. perizinan Sebagian melalui barang tentu akan mempengaruhi kinerja KPID dalam pengawasan isi siaran. proses KPI dan pemerintah (dalam hal ini secara d. Pengawasan Oleh Masyarakat Ketika otoritas negara, otoritas operasional melalui Kementerian penyiaran, dan media massa sendiri Komunikasi dan Informatika). telah gagal dalam pengawasan isi Sebagian pengawasan melalui KPI isi namun siaran dengan siaran (dalam hal ini iklan), lantas jalur mana kewenangan yang sangat terbatas. diandalkan? Kondisi Mungkinkan ini bukan menjadikan lagi yang dapat masyarakat yang birokrasi penyiaran (termasuk di sementara ini cenderung menjadi dalamnya pengasan “korban” isi siaran) atas iklan layanan menjadi efisien, sebaliknya justru kesehatan tradisional bisa dibalik menjadi kacau balau. Panuju (2015 menjadi pengawas? :101) Kesadaran Apalagi dengan terbitnya UU No.23 berbagi pengalaman diantara mereka. Kini Pemerintahan Daerah dan diubah mediasi untuk sharing pengalaman dengan 2015, tersebut sudah masif di tangan dilanjutkan dengan PP No.18 tahun mereka. Nyaris tidak ada individu UU 2014 melalui harus tentang 196 tahun dibangkitkan masyarakat No.9 tahun Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies) ISSN (Print) 2549-7294 ISSN (Online) 2549-7626 dalam yang tidak HIV/AIDS” Naryoso (2015 :67). media sosial “Aku masyarakat terhubung melalui Tau” merupakan kunci (medsos). Di tangan masing masing penyadaran. Manusia seringkali tidak tergenggam informasi apa saja dan menyadari darimana telepon karena dirinya tidak mengetahui genggam yang dimiliki. Fakta telah bahwa ada persoalan. Informasilah membuktikan yang menyebabkan individu berpikir saja melalui mobilisasi sosial memiliki dalam kasus tertentu berhasil dirajut kritis melalui media sosial. Contoh yang mengidentifikasi klasik adalah pengumpulan koin secara lebih substansial. Informasilah untuk Prita dan persoalan selanjutnya segala sesuatu Mulyasari yang yang menyebabkan individu merasa tidak oleh berada dalam pengalaman yang sama kemudian dengan individu lainnya. Menurut mobilisasi unjuk rasa super damai Deddy Mulyana (2014) sebagaimana yang dilakukan oleh umat Muslim dikutip Novaria Maulina dan Lalita yang Hanief dalam Naryoso (2015 :41), “diperlakukan” sebuah rumah menutut sakit, diproses terhadap seseorang melakukan adil hukum yang diduga mirip suatu bidang agama, pengalaman (field of experinces) informasinya yang dimiliki kedua belah pihak melalui media sosial. Bahkan kini yang sedang berkomunikasi, maka berdagangan komunikasi akan semakin dilakukan. penyebar penistaan semakin luasan sudah bergeser cenderung menggunakan media on- Pengawasan oleh masyarakat line tersebut. Kiranya model ini dapat juga diwakili oleh Lembaga adalah potensi yang bagus untuk Swadaya Masyarakat (LSM) yang penyadaran peduli pada pengawasan media atau masyarakat terhadap pentingnya masalah kesehatan. Menarik sekali artikel isi media. Kelompok masyarakat yang peduli media pernah tumbuh di berjudul “Aku Tau Aku Terancam”, kampus kampus perguruan tinggi Model Komunikasi Strategis untuk seiring dengan adanya kepedulian Menyadarkan perempuan Pekerja negara. Seks bandungan terhadap Bahaya meminggirkannya dan lebih concern Kini negara cenderung 197 Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies) ISSN (Print) 2549-7294 ISSN (Online) 2549-7626 memperhatikan UMKM, bidang pemberdayaan gender, buruh, pesantren, dan olahraga. Namun sesungguhnya jalur ini masih memiliki peluang. Selanjutnya, yang tidak kalah penting adalah portal portal dan Blog yang disediakan oleh media cetak sebagai ruang diskusi publik melalui jalur on-line-nya. Sebagai contoh seperti koran Kompas yang membuat ruang KOMPASIANA. Sebagai contoh pada KOMPASIANA 23 Juni 2013 dan diperbaharui 20 Juni 2015, salah seorang bernama blogernya Faisal “Menyoal Tradisional”. Iklan Ia Riza yang menulis Pengobatan menguraikan gagasannya sebagai berikut : Menarik akhir –akhir ini kita memperhatikan pada media elektronik radio, televisi, dan internet maupun surat kabar banyak sekali promosi pengobatan tradisional yang secara berlebihan, dari beberapa kabupaten/kota yang saya perhatikan Iklan pengobatan tradisional hampir sama inti iklan yang di sampaikan, bahwa dapat mengobati penyakit mata rabun, mata katarak , liver, gangguan pria, liver, paru - paru basah, telinga berair , kanker tanpa operasi tanpa injeksi serta menggunakan obat herbal atau metode lainnya yang mengklaim sebagai terbaik seindonesia, langsung sembuh, tanpa 198 efek samping , dan lain sebagainya . Iklan ini terkadang di ulang seakan akan sebagai sponsor iklan tunggal ( terbesar) dalam media elektronik maupun media cetak tersebut Biasanya dalam satu Kabupaten / Kota biasanya ada beberapa pengobatan tradisional yang beriklan seperti tersebut, yang tak jarang disertai Testimoni (kesaksian) seseorang yang pernah menjalankan pengobatan tersebut. Yang menjadi pertanyaan dalam Iklan Pengobatan tradisional sebagai media promosi, jangan menjadi pembodohan masyarakat juga menyesatkan karena dalam penyakit penyakit tertentu terutama kanker apalagi sudah stadium IV (empat) sulit di sembuhkan dari segi medis / ilmiah, meskipun dalam iklan tersebut dikatakan mengobati bukan menyembuhkan serta dalam kesembuhan manusia hanya berusaha , Tuhan lah yang memberikan kesembuhan. Ada yang menarik dalam iklan tersebut adalah Testimoni atau pengakuan pasien yang telah disembuhkan seakan akan memang benar mujarab, kalau media mau usil banyak juga pasien yang tidak sembuh tetapi tidak diekspose. Andaikan dimanfaatkan artikel oleh ini kementerian Kesehatan, misalnya didorong untuk menjadi viral, maka bisa menjadi virus pengetahuan yang menyadarkan masyarakat. Mungkin suatu saat, Kementerian Kesehatan membuat program lomba menulis tentang tema Iklan Pelayanan Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies) ISSN (Print) 2549-7294 ISSN (Online) 2549-7626 Kesehatan Tradisional melalui media iklan layanan kesehatan tradisional sosial, blog, on-line, dan sejenisnya. (KPID Bali menggunakan istilah alternatif), tetapi realitasnya surat 2.Penyebab Pengawasan Yang Tidak teguran tersebut tidak diindahkan. Efektif Lembaga a. Faktor Ketidak Berdayaan KPI. menayangkan iklan tersebut. Penyiaran tetap Pada bagian awal artikel ini, Berikut teguran KPI terhadap telah ditulis tentang aktivitas KPID tayangan Iklan Layanan Kesehatan Bali yang sudah berkali kali memberi Tradisional: surat peringatan terhadap lembaga penyiaran yang telah menayangkan Tabel 1. KPI/KPID Nama Lembaga Penyiaran Kasus Pelanggaran (tahun) KPI RCTI iklan “Shimizu” (2011), Semua stasiun TV (2012) KPID Jaba Iklan Semua stasiun TV pengobatan tradisional yang berlebihan. (2012) KP Iklan “Tong Fang” (201 199 Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies) ISSN (Print) 2549-7294 - ISSN (Online) 2549-7626 Meskipun iklan obat dan sama dengan pembawa acara (host) layanan kesehatan tradisional telah yang sama dan bahkan waktu tayang diperingatkan berkali kali, namun yang sama, hanya nama acaranya tetap saja masih bisa beriklan. Akhir yang akhir ini iklan pelayanan kesehatan “(Bukan) tradisional mulai bergeser ke media Sesungguhnya sosial. pengawasan isi siaran, KPI bagai Pada bulan Mei 2015, Kementerian Kesehatan telah mengirim surat ke berubah macam sedikit menjadi Empat Mata”. dalam ompong, urusan hanya keras mengaum tapi tidak berbahaya. KPI agar mendukung pelaksanaan PP No.103 tahun 2014 khususnya dalam b. Sikap Ambigu KPI/KPID pengawasan Dalam mensikapi tayangan iklan kesehatan koordinasi iklan pelayanan tradisiona. antara dua Rapat lembaga layanan kebanyakan kesehatan tradisional, KPI/KPID tersebut sudah berulang dilakukan ambigu. bahkan hingga ke tingkat provinsi. memberikan teguran tetapi tidak Masalahnya adalah pada lemahnya sampai menghentikan iklan secara otoritas KPI/KPID yang dimiliki. sporadis. Kewenangan KPI hanya sebatas pertimbangan menyangkut sumber memberi peringatan dan bila sudah hidup lembaga penyiaran itu sendiri. berulang hanya berhak menghentikan Sikap ambigu atau ragu ragu tersebut tayangan/program untuk beberapa dapat ditengarai dari pernyataan waktu saja (misalnya 1 minggu). anggota KPID Jabar ketika memberi Setelah masa penghentian tayangan teguran kepada lembaga penyiaran selesai, materi yang sama/senada yang menayangkan iklan tersebut, masih bisa tayang lagi dengan nama sebagai program yang berbeda. Misalnya dulu (http://www.kpi.go.id/index.php/id/u ada acara “Empat Mata” di sebuah mum?start=275) : stasiun TV Swasta yang dihentikan Dadan menjelaskan, “kriteria pelanggaran yang dilakukan pengelola televisi terkait dengan tayangannya oleh KPI, tetapi kemudian muncul lagi acara yang 200 Artinya, bersikap Hal tersebut meskipun karena berikut Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies) ISSN (Print) 2549-7294 ISSN (Online) 2549-7626 iklan dan acara pengobatan ini cukup beragam. Yakni mulai dari pengakuan pasien (testimoni), blocking time acara pengobatan hingga berjam-jam,mencantumkan harga atau diskon dan lain sebagainya. Padahal, hal seperti ini melanggar Undang-undang Kesehatan, Undang-undang dan juga Undang-undang Perlindungan Konsumen.” "Jelas melanggar peraturan, sehingga harus dihentikan tayangan iklan dan acara seperti itu," imbuh Dadan. Meski demikian, kata Dadan, pihaknya tidak bisa serta merta melarang penayangan iklan ataupun acara-acara pengobatan tersebut. Terutama di televisi lokal, karena memang untuk TV lokal ini 75 persen pemasukannya justru dari narasi “75 persen pemasukan justru dari iklan dan acara pengobatan”. Itulah yang menyebabkan pengawasan terhadap iklan layanan kesehatan tradisional iklan, kebiasaan mengikuti atau sebaliknya kebiasaan masyarakat disebabkan karena persepsinya, yakni bahwa pengobatan tradisional tidak berakibat buruk. Justru sebaliknya, masyarakat akan mempersepsi larangan sosialisasi (iklan pelayanan dan kesehatan terhadap publikasi) tradisional didorong oleh adanya persaingan antara industri medis modern dengan tradisional. Pemerintah dalam hal ini dipandang memihak kepada medis modern, karena berkaitan dengan sistim kedokteran yang dimiliki mulai dari keilmuannya sampai pada praksisnya (rumah sakit, farmasi, perguruan tinggi, dst). Meskipun masyarakat telah mendapat sosialisasi yang memedai melalui penyuluhan maupun media namun bila persepsi sebaliknya, tayangan pelayanan (2005:204) menegaskan persepsi sebagai cara organisme c. Faktor Persepsi Masyarakat iklan masyarakat persepsinya Mulyana masyarakat tidak Mengutip William W. Wilmot, tidak efektif. massa, sesungguhnya berarti apa apa. Ada atau tidak ada industri iklan dan acara pengobatan. Perhatikan tradisional, kesehatan memberi makna. diciptakan Makna individu yang dalam menginderai objek tergantung faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal misalnya suasana batin individu, berupa rasa senang, benci, 201 Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies) ISSN (Print) 2549-7294 ISSN (Online) 2549-7626 bahagia, dan sejenisnya. Sedangkan manusia terhadap objek sehingga faktor makna menjadi representasi dari eksternal yang disebut Mulyana meliputi organisasi sosial. Faktor internal objek. Dalam konteks ini, Fisher individu (1990:193), hendak menegaskan merupakan hasil penalamannya dan bahwa makna dari stimuli yang hasil dimaknai oleh indra justru ditentukan pembelajarannya terhadap lingkungan. Mereka yang pernah bagaimana mendapatkan stimulus. layanan rasa senang pengobatan dari tradisional manusia memaknai Hubunganan diantara cenderung akan mempersepsi positif pengobatan alternatif terhadap stimulus yang sama, dan pengobatan modern bukanhubungan demikian sebaliknya persepsi yang bersaing. Pengobatan kedua- masyarakat terhadap pengobatan duannya hidup saling berdampingan modern tergantung dari pengalaman dan perasaannya. pilihan pengobatan untuk bermacam- Kalau kemudian bersama-sama dengan masyarakat dapat menerima layanan macam pengobatan alternatif tradisional dengan penyakit. ada menyediakan Dalam sifat yang bidang dapat senang dan sebaliknya menerima menyediakan bidang medikal dan pengobatan modern dengan terpaksa, sebaliknya. hal itu bisa mencerminkan hubungan kepercayaannya terhadap kesehatan rasa masyarakat terhadap stimulus berbeda pengobatan kedua-duannya tersebut. saling melengkapi kegunaanya. Oleh Menurut tentang perspektif komunikasi Psikologis karena itu, dalam masyarakat ada apa kebutuhan untuk pengobatan kedua- yang membuat objek sebagai stimulus duannya bukanlah ia berada di lingkungan (2004 :44) manusia tetapi karena yang tersedia. Walcott ia Di kalangan pengurus Besar diterima sebagai satuan yang dapat Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sudah ditetapkan oleh satu atau lebih indra mulai menerima pengobatan dan manusia. Jadi, makna sebetulnya layanan kesehatan tradisional sebagai bukanlah hasil pemotretan indra bagian dari sistim pengobatan di 202 akan Walaupun Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies) ISSN (Print) 2549-7294 ISSN (Online) 2549-7626 Indonesia. Pemikiran tentang integrasi antara pengobatan modern KESIMPULAN Peraturan Pemerintah (PP) dengan tradisional tersebut dapat No.103/2014 pasal 67 ayat (2) ditemukan dalam artikel yang ditulis dengan tegas melarang publikasi dan oleh Aldrin Neilwan P, yang waktu iklan pelayanan kesehatan tradisional itu sebagai Sekretaris Bidang Kajian empiris, seperti pijat, gurah, sinshe, Tradisional, Alternatif, dan tabib, bekam, chiropraksi, patang Komplementer Pengurus Besar tulang, dan herbal. Larangan tersebut Ikatan Dokter Indonesia (Jurnal dimaksudkan agar Medika Planta, Volume 1 No.4 terlindungi Oktober 2013), antara lain menulis : menyesatkan dan berdampak buruk Minat dan dari masyarakat informasi yang pemanfatatan Komisi penyiaran Indonesia (KPI) yankestradkom baik didunia dan dan diharapkan menjadi ujung tombak di Indonesia tinggi dan cenderung pengawasan terus Pengembangan bertindak sesuai dengan kewenangan pemanfaatan pengobatan tradisional yang dimiliki, tetapi tidak mampu Indonesia merupakan suatu potensi menghentikan keberadaan tayangan besar dalam meningkatkan kualitas iklan hidup dan kesejahteraan bangsa. memang tidak memiliki kewenangan Hanya dan yang cukup kuat menjatuhkan sanksi yankestradkom terhadap lembaga penyiaran, ternyata yang dilayankan di Indonesia perlu pada sebagian anggota KPID ada di tata dalam suatu sistim, sehingga sikap dapat diintegrasikan dalam sistim sungguh menghentikan iklan dan kesehatan publikasi meningkat. saja keragaman keberadaan jenis nasional dipertanggungjawabkan. dan dapat iklan tersebut tersebut, sebab telah disamping ambigu untuk bersungguh pelayanan kesehatan Untuk tradisional. Diketahui saat ini iklan pengembangan pengobatan herbal di dari produk dan jasa ini merupakan fasyankes diperlukan adanya data andalan penghasilan televisi lokal, ilmiah pendukung yang berdasarkan bahkan angkanya bisa mencapai 75% bukti (Evidence based). dari pemasukan. 203 Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies) ISSN (Print) 2549-7294 ISSN (Online) 2549-7626 Disamping itu regulasi tentang pengawasan iklan pelayanan pelanggaran dalam iklan pelayanan kesehatan tradisional, serta kesehatan tradisional juga masih mendelegasikan secara tumpang tindih dan belum jelas kepada rumusan sanksi terhadap pelanggaran menjatuhkan sanksi pada setiap jenis tayangan iklan, serta siapa yang pelanggaran; berhak menjatuhkan sanksi. Hal Kementerian tersebut justru dianggap sebagai Kementerian Kesehatan. siapa eksplisit kewenangan BPOM, KPI, Kominfo, P3i, dan celah yang dapat dimanfaatkan oleh kalangan industri. DAFTAR PUSTAKA Pemerintah perlu membuat gerakan kontra untuk mereduksi dampak buruk dari iklan pelayanan kesehatan tradisional dengan iklan juga, yakni dalam bentuk iklan layanan masyarakat (ILM) melalui televisi. ILM rasionalitas tersebut berisi tentang layanan kesehatan tradisional, yang belum bisa dibuktikan Banyak persepsi secara dan ilmiah. mitos di masyarakat yang justru mendukung berkembangnya tradisional yang pengobatan pada giliran menumbuhkan pelayanan kesehatan tradisional. Prinsipnya informasi harus ditandingi dengan informasi. Perlunya setingkat undang sebuah regulasi undang yang bersifat holistik, yang berani lebih tegas merumuskan bentuk bentuk 204 Callen, B.(2010). Marketing, Advertising, and Publicity. New York: McGraw Hill. Danesi, M.(2010). Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra. Fisher, B. A., & Trimo, S. (1990). Teori-teori Komunikasi: Perspektif Mekanistis, Psikologis, Interaksional dan Pragmatis. Bandung: Rosda. Kementerian Kesehatan RI. (2016). Regulasi Iklan. dan Bahan Sekretariat Komunikasi Kementerian Jakarta. Pengawasan sosialisasi. Jendral Pusat Publik, Kesehatan RI. Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies) ISSN (Print) 2549-7294 ISSN (Online) 2549-7626 Neilwan, P. (2013). Views and Attitudes of Association Turisno, B. E. (2012). Perlindungan Konsumen dalam Iklan Executives in Indonesia for Obat. MASALAH-MASALAH Medical Use of Traditional/ HUKUM, 41(1), 20-28. Complementary Health Wahyuni, H. I. (2013). Politik Media Services. Jurnal Medika dalam Transisi Politik: Dari Planta, 1(4). Kontrol Negara Menuju Self- Mulyana, D. (2005). Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar. Bandung: Rosda. Regulation Mechanism. Jurnal ILMU KOMUNIKASI, 4(1). Walcott, E. (2004). Seni Pengobatan Naryoso, A.(2016). “Aku Tau Aku Alternatif Pengetahuan dan Terancam”, Model Strategis Persepsi. Kerja untuk Menyadarkan Perempuan Program Pekerja Bandungan Consortium for In Country terhadap Bahaya HIV/AIDS. Indonesia Studies (ACICIS), Dalam Komunikasi Dan Isu Malang: Publik. Muhammadiyah. Seks Editor A. Ishak. Yogyakarta: ASPIKOM. Panuju, R. (2015). Sistem Penyiaran Kursus Australian Universitas Widjayanti, N.V. (2002). Obatobatan. Yogyakarta: Kanisius. Indonesia-Sebuah Kajian Struktural Fungsional. Jakarta: Kencana. Tentang Penulis: Redi Panuju - Saat ini menjabat Dekan pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas dr. Soetomo. Panuju sebelumnya juga Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Timur pada periode 2013 –2016. Panuju juga merupakan Penulis yang sangat produktif pada bidang – bidang Ilmu Komunikasi dan Studi Media. 205