23 BAB IV DESKRIPSI PERTUNJUKAN A. Konser Rumah FSP Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) setiap enam bulan sekali menyelenggarakan kegiatan Konser Rumah (Home Concert). Konser Rumah merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran mahasiswa dan merupakan laboratorium musik baik bagi mahasiswa maupun dosen FSP. “Selain sebagai wadah pembelajaran bagi mahasiswa, Konser Rumah juga mengenalkan musik serius atau musik klasik ke warga kampus dan secara luas warga kota Salatiga. Jadi musik yang enak didengarkan bukan saja musik pop, rock, atau jazz, namun juga musik klasik. Musik pop memang menarik, namun dari esensi beat dan syair biasanya lagu pop kurang membangun semangat anak muda. Kami secara pelan-pelan mengenalkan musik klasik kepada orang muda, sehingga anak muda apakah itu masih SMP atau SMA dan yang kuliahan mau menekuni musik klasik secara serius.” 1 Konser sebagai sebuah pertunjukan yang dibuka untuk umum menjadikan kegiatan ini dapat dinikmati oleh semua kalangan. Kegiatan ini memiliki konsep pembelajaran namun juga hiburan, untuk itu urutan komposisi musik diatur sedemikian rupa agar memiliki ritme yang bisa dinikmati oleh khalayak umum. “Kita rancang urutan repertoar yang menarik, jadi ada yang kita letakkan di depan, kemudian semakin menarik, seperti menjadi klimaks di akhir acara”.2 Semua komposisi yang ditampilkan dibimbing dan dibina oleh dosen FSP. Hampir seluruh komposisi itu menjadi bagian dari mata kuliah yang tema konser telah ditentukan jauh hari sebelumnya. Beberapa tema Konser Rumah yang telah Wawancara dengan Paulus Dwi Hananto, Dekan FSP UKSW di Salatiga, 1 Juni 2012. 2 Wawancara dengan Paulus Dwi Hananto, Dekan FSP UKSW di Salatiga, 1 Juni 2012. 1 24 diselenggarakan didasarkan atas periodisasi musik (periode Renaisans, Klasik, Romantik dan Modern) atau genre musik (seperti klasik, jazz dan rock). Penyelenggaraan Konser Rumah yang terakhir adalah Konser Rumah ke-21 yang bertajuk “Klasik” yang diadakan pada 8 Februari 2012 di Balairung UKSW yang lalu. Konser ini menampilkan ragam komposisi dari era perkembangan musik yaitu era Klasik (1750-1820). Periodisasi sejarah musik Eropa yang dikenal secara umum adalah periode Abad Pertengahan (450-1450), Renaisan (1450-1600), Barok (1600-1750), Klasik (1750-1820), Romantik (1820-1900), dan Modern (1900-dst). Periode-periode sebelum Klasik telah menjadi Konser Rumah sebelumnya, dan tema Romantik akan menjadi Konser Rumah ke-22 mendatang. Seluruh penyaji dalam Konser Rumah “Klasik”adalah mahasiswa dan dosen FSP yang berjumlah 40 orang. Konser ini melibatkan mahasiswa dari seluruh angkatan yang mengambil mata kuliah Praktik Instrumen Mayor, Praktik Instrumen Minor, dan Ansambel. Konser berlangsung selama kurang lebih dua jam yang dibagi dalam dua sesi dengan istirahat selama 10 menit. Ada 12 repertoar yang disajikan dengan format solo, duet, dan ansambel. Ada ragam instrumen yaitu vokal, gitar, fluit, piano, dan gesek. Sesi pertama disajikan karya musik dengan instrumen gitar, fluit, klarinet, piano, vokal, dan gesek. Karya musik yang disajikan adalah karya Wolfgang Amadeus Mozart (Eine Kleine Nachtmusik, Adagio & Rondo in C Minor, Ach Ich Fuhls, Divertimento in F. “Salzburg Symphony No 3.”), Ludwid Beethoven (Sonata No 2 Op.10), Christoph Wilibald Gluck (O del mio dolce ardor), Domenico Cimarosa (Konzer fur swei Floten un Kammerorchester), Jean Baptiste Breval (Cello Sonata in C major-1st movement, Op. 40 No 1), Franz Joseph 25 Haydn (And God Created Man), Fernando Sor (L’Encouragement Op. 34 “Theme and Variations”), Mauro Giuliani (Grand duo concertant, op. 85), dan Dimitri Bortniansky (Cherubim song). Konser ini terbuka untuk umum dan penonton tidak dipungut biaya (gratis). Walaupun tidak ada batasan umur bagi yang nonton, sempat FSP memberi peraturan bagi anak usia di bawah 6 tahun harus didampingi orang tua dan bila menangis atau rewel diharapkan untuk meninggalkan gedung. “Dulu sempat kita batasi paling tidak usia 6 tahun. Namun justru anak-anak usia 10-12 tahun justru lebih aktif dari anak-anak kecil. Dari pengamatan kasar saya, ternyata kepatuhan menonton konser bukanlah dibatasi umur, namun bagaimana orang tua menanamkan bagaimana cara menonton konser dengan baik”.3 Dalam etika menonton, ada beberapa peraturan umum yang harus dipatuhi oleh penonton. Hal ini diumumkan oleh pembawa acara saat acara akan dimulai. Pembawa acara mengumumkan tata tertib yang harus dipatuhi bersama, yaitu dilarang makan dan minum, dilarang merokok, dan dilarang menggunakan lampu cahaya bagi yang memotret. “Selama nonton konser ada aturan yang harus dipatuhi, seperti mematikan dering handphone, dilarang makan, juga dilarang merokok. Bagi yang terlambat datang juga dilarang masuk ruangan sebelum repertoar itu telah selesai dimainkan. Kenapa begitu? Ya untuk menghargai penyaji yang sedang menyajikan buah karya di panggung, dan juga tidak merusak suasana bagi penonton yang sudah bisa menikmati pertunjukan itu”.4 Karya musik yang dipertunjukan adalah komposisi musik klasik karya komponis besar dunia seperti Beethoven, Handel, Prokovief, dan... Wawancara dengan Paulus Dwi Hananto, Dekan FSP UKSW di Salatiga, 1 Juni 2012. 4 Wawancara dengan Paulus Dwi Hananto, Dekan FSP UKSW di Salatiga, 1 Juni 2012. 3 26 Pertunjukan Konser Rumah ini telah diselenggarakan secara berkesinambungan, dan untuk itu FSP memiliki harapan agar semakin hari semakin banyak orang yang menonton. Ada penonton sekitar 500 orang di Balairung, namun itu belum memenuhi harapan dari panitia, karena panitia berharap lantai dasar dan balkon bisa terisi. Namun telah terjadi tren dari Konser Rumah ke 18 ada peningkatan jumlah penonton. B. Drama FBS Fakultas Bahasa dan Sastra UKSW menyelenggarakan pementasan drama yang mengambil naskah drama dari para sastrawan setiap tahun sekali. Drama ini merupakan bagian dari mata kuliah “Theater and Acting” yang diikuti oleh mahasiswa FBS dan dipersiapkan selama satu tahun sebelumnya. Drama dibimbing oleh dosen FBS dan dimainkan oleh mahasiswa FBS. Drama dipentaskan dengan set5 seperti kondisi yang terjadi dalam naskah. Kostum pemain disiapkan secara khusus dan disesuaikan dengan naskah. Naskah drama yang pernah dipentaskan umumnya merupakan karya sastra dari penulis-penulis dunia antara lain “Midsummer Night’s Dream” (karya William Sheakespeare), ”West Side Story” (karya Ernest Lehman), “Antigone” (Sophocles The Ancient Greek), “Noises Off“ (karya Michael Fryan), dan sederet karya-karya drama yang sudah dipentaskan. Mencermati judul-judul drama yang pernah dipentaskan, umumnya bertema murni drama, tragedi, musikal, action, dan komedi. Oleh pengampu mata kuliah “Theater and Acting” yang sekaligus sebagai supervisior, Annita Kwannie, S.Pd., M.M. 5 Set merupakan istilah atau penyebutan properti panggung yang diatur sesuai dengan naskah. 27 mencermati bahwa dalam pengamatan selama drama FSP diselenggarakan, penonton menyukai tema drama yang musikal, action, dan komedi.6 Pementasan terakhir berjudul “The Hunchback of Notre Dame” karya Victor Hugo merupakan pementasan ke-19 sejak diselenggarakan pada tahun 1995 yang diadakan pada 22-23 Maret 2012 di Balairung UKSW. Pementasan ini merupakan pementasan yang akbar karena melibatkan 60 orang panitia dan sebuah kelompok musik gesek yang bernama Strinx Orchestra.7 Strinx Orchestra bertugas untuk mengiring nyanyian dari pemain drama sekaligus sebagai pengiring latar yang dimainkan secara langsung (live). Selama drama dipentaskan, FBS belum pernah mengundang kelompok musik gesek yang berfungsi sebagai pengiring. Oleh karena itu, drama pementasan yang lalu ini ditunggu-tunggu oleh penonton. Pementasan ini bertujuan untuk memberikan pengalaman pentas dan berorganisasi bagi mahasiswa FBS. Mahasiswa yang memiliki talenta berorganisasi, bernyanyi, acting, berbicara di depan publik, menyusun skenario, dan bermusik dilibatkan dalam acara drama. Selain itu ada tujuan khusus dari drama “The Huncback of The Notre Dame”, yaitu don’t judge the book by the cover. Maksudnya kita jangan menilai orang dari fisiknya. Dalam drama ini, tokohnya Quasimodo bertampilan buruk rupa tapi hatinya baik sekali. Sebaliknya tokoh Frollo yang tampil elegan dan keren tapi berhati jahat.8 Drama “The Huncback of Notre Dame” bercerita tentang tokoh Quasimodo, penjaga menara lonceng gereja Notre Dame di kota Paris yang berparas buruk rupa. 6 Wawancara dengan Annita Kwannie, supervisor drama musikal “The Huncback of Notre Dame” pada 24 April 2012 di Salatiga 7 Strinx Orchestra bersekretariat di Salatiga dan dipimpin oleh lulusan dari Fakultas Seni Pertunjukan UKSW. Anggota dari kelompok gesek ini merupakan gabungan dari pemusik pemula yang sebagian besar masih kuliah dan sekolah dan juga merupakan lulusan dari FSP UKSW. 8 Wawancara dengan Annita Kwannie, supervisor drama musikal “The Huncback of Notre Dame” pada 24 April 2012 di Salatiga 28 Quasimodo bertemu dengan Esmeralda, gadis cantik kalangan gipsi. Dalam cerita, Quasimodo menaruh hati kepada Esmeralda namun pada saat yang sama Esmeralda lebih tertarik dengan Phoebus, seorang kapten tentara. Walaupun kecewa, Quasimodo tetap mengasihi dan membantu Esmeralda untuk mempertahankan persembunyian kelompoknya yaitu para gipsi, yang dinamakan The Court of Miracles dari Frollo, menteri keadilan. Quasimodo dalam karya Victor Hugo digambarkan sebagai pria yang berbadan bungkuk dan cacat pada wajah dan tangan. Esmeralda digambarkan sebagai wanita cantik, lincah dan berani. Dalam adegan ke adegan, digambarkan secara menyentuh bagaimana Esmeralda memberi simpati kepada Quasimodo dan Quasimodo yang malu namun memberanikan diri menyambut simpati dari Esmeralda. Pertunjukan diselenggarakan pada hari Rabu (20 Maret 2012) dan Kamis (21 Maret 2012) pada jam 18.00 sampai 20.00 WIB di Balairung UKSW. Setengah jam sebelum pertunjukan, pintu Balairung UKSW sudah dibuka dan para penonton dipersilakan masuk. Bagi yang telah memesan tempat duduk, ada penerima tamu yang mengantarkan penonton ke lokasi tempat duduk.9 Seluruh lantai dasar Balairung UKSW dipenuhi oleh penonton yang memesan tempat duduk. Panitia telah mengatur deretan tempat duduk dengan membagi dalam empat bagian yang diberi nama Esmeralda, Frollo, Quasimodo dan Phoebus. Calon penonton bisa memilih tempat duduk selama tempat duduk tersebut belum dipesan orang lain. Penonton yang tidak memesan tempat duduk dipersilakan ke balkon dan bisa 9 Penonton yang memesan tempat duduk dibebankan biaya pesan Rp. 10.000,00 per kursi. Penonton memesan tempat duduk melalui telpon atau datang sendiri ke tiket box. 29 memilih lokasi. Ada dua deretan paling depan diperuntukkan para undangan, yaitu pimpinan UKSW, orang tua mahasiswa yang terlibat, dan tamu undangan lainnya. Saat memasuki ruang, penonton dibagikan buku acara yang berisi sinopsis drama, daftar pertunjukan drama FBS, daftar nama pemain drama, daftar nama kepanitiaan, daftar nama anggota Strinx Orchestra, dan logo sponsor. Pertunjukan dibagi dalam dua sesi dan ada sesi istirahat selama 15 menit. Saat pembawa acara membuka acara, diinformasikan tentang cerita drama secara singkat dan selanjutnya drama dimulai. Baik pembawa acara, maupun dialog dan nyanyian dalam drama menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris. Sesi istirahat digunakan oleh para pemain untuk memperbaiki riasan wajah dan kostum, para kru panggung siapkan set untuk adegan berikut, dan penonton bisa ke toilet atau mencari makanan minuman. Drama ini merupakan drama musikal, sehingga bukan saja ada dialog antar pemain, namun pemain juga bernyanyi dalam adegan ke adegan. Hampir seluruh pemain utama bernyanyi sebagai bagian dari drama musikal ini. Seluruh komposisi musik merupakan karya Alan Menken dan lirik oleh Stephen Schwartz serta orkestrasi oleh Fransiskus Wahyudi Suratno.10 Penonton drama menanggapi setiap adegan secara spontan, sehingga di akhir atau di tengah-tengah adegan terdengar tepuk tangan, suit-suit, maupun sahutan yang menggambarkan tanggapan penonton. Hampir tidak berhenti, Strinx Orchestra11 memainkan komposisi musik baik untuk mengiringi nyanyian pemain 10 Pemimpin Strinx Orchestra. Strinx Orchestra terdiri dari alat musik biola, biola alto, cello, elektrik gitar, perkusi, elektronik bas, fluit, klarinet, dan saksofon. 11 30 dan juga sebagai iringan adegan. Hadirnya Strinx Orchestra yang memainkan musik secara langsung memberi suasana kemegahan dari drama yang dimainkan. Acara diakhiri pada pukul 20.00 WIB dan diakhiri dengan tepuk tangan yang meriah dari penonton. Seluruh pemain dan kepanitiaan maju ke atas panggung untuk diperkenalkan oleh pembawa acara. Baik pada pertunjukan hari pertama dan hari kedua, jumlah penonton memenuhi target, bahkan melebihi dari target. “Jumlah penonton secara kuantitas telah memenuhi target, karena kami menargetkan sejumlah 1.250 orang, namun perkiraan kami jumlah penonton lebih dari itu karena semua kursi telah penuh. itu adalah full house (tiket terjual sampai habis)”.12 Sasaran penonton adalah masyarakat umum dan tidak ada batasan umur. Tidak ada peraturan secara khusus untuk menonton, pembawa acara mengumumkan kepada penonton untuk mematikan (silent) telpon seluler, dilarang merokok, dipersilakan memotret namun tanpa cahaya (flash), dan menjaga ketertiban. Penonton yang hadir beragam latar belakang baik umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan juga etnis. Penonton bukan hanya berasal dari kota Salatiga, namun juga dari kota Semarang, Ambarawa, Ampel, Solo, Malang dan Jakarta. Penonton secara leluasa bisa keluar masuk ruang pertunjukan, berbicara dengan suara wajar dengan temannya, tepuk tangan, dan bahkan berteriak menanggapi adegan di atas panggung. Nampak bahwa kegiatan ini telah dipersiapkan secara matang. Hal ini terlihat dari kepanitiaan yang menjalankan tugas masing-masing dengan baik, seperti penerima tamu, pembawa acara, pemain, dan juga pengiring musik. 12 Wawancara dengan Annita Kwannie, supervisor drama musikal “The Huncback of Notre Dame” pada 24 April 2012 di Salatiga 31 Penonton pun sebagian besar tetap tidak meninggalkan tempat duduknya sampai acara selesai. C. Kirab Budaya dalam Pentas Seni Budaya Indonesia (PSBI) Senat Mahasiswa Universitas (SMU) setiap tahun menyelenggarakan kegiatan Pentas Seni Budaya Indonesia (PSBI). PSBI diselenggarakan dalam rangka menunjukkan kepada sivitas akademika dan publik kota Salatiga akan kemajemukan budaya di Indonesia. Kampus UKSW dikenal secara luas sebagai cerminan adanya keragaman budaya atau Bhineka Tunggal Ika secara mini. PSBI pada tahun 2012 ini diselenggarakan bersamaan dengan Pekan Olahraga Mahasiswa (POM) selama dua minggu dengan ragam kegiatan seperti pertunjukan tari-tarian, musik, drama tradisi yang berasal dari etnis tertentu, kirab budaya dan rangkaian lomba olah raga seperti basket, sepak bola, voli, bulu tangkis, futsal dan tenis meja. Hadirnya PSBI yang selalu diadakan setiap tahun ini menunjukkan UKSW memberi kontribusi dalam menjaga kesatuan dan penyatuan antar etnis, seperti yang disampaikan oleh pantia PSBI, Yuda Sianturi. “PSBI bertujuan ingin menyampaikan kepada masyarakat luas, khususnya kota Salatiga ada keragaman etnis di Indonesia dan mengajak masyarakat untuk masuk ke dalam kampus untuk melihat pertunjukanpertunjukan yang telah diagendakan. Secara umum kegiatan ini untuk menjaga kesatuan antar etnis”.13 13 Wawancara dengan panitia PSBI, Yuda Sianturi pada 10 Mei 2012 di Salatiga. 32 PSBI telah mengalami beberapa kali perubahan nama namun esensi program budaya tidak berubah yaitu menunjukkan keragaman budaya di Indonesia.14 PSBI terdekat bertajuk “Bersatoe Oentoek Indonesia” diselenggarakan pada 16-28 April 2012 di kampus UKSW yang lalu. Baik PSBI dan POM secara resmi dibuka oleh Rektor UKSW, Prof. Dr. John Titaley, Th.D. pada tanggal 14 April 2012. Seusai dibuka dengan pertunjukan tari-tarian, acara dilanjutkan dengan Kirab Budaya yang dimulai pukul 14.00 WIB. Kirab Budaya menampilkan kelompok-kelompok etnis yang menggunakan baju tradisional dan membawa perlengkapan maupun alat musik tradisional sebagai ciri khas tiap daerahnya. Kirab Budaya dilakukan dengan berjalan kaki melewati jalan-jalan kota Salatiga yang telah diatur oleh panitia. Kirab Budaya dimulai dari kampus UKSW ke Jalan Diponegoro kemudian ke Jalan Mongisidi kemudian ke Jalan Kartini kemudian ke Jalan Langensuko kemudian ke Jalan Jendral Sudirman kemudian ke Jalan Diponegoro dan berakhir di kampus UKSW. Rute jalan yang dilewati bukanlah jalan yang rata namun sesuai dengan ciri struktur tanah kota Salatiga, yaitu agak berbukit. Dalam perjalanan dari kampus jalan yang dilewati condong menurun dan itu mempermudah para peserta kirab daripada jalan yang naik. Penyelenggara kegiatan PSBI adalah Senat Mahasiswa UKSW sehingga yang mengorganisir dan sekaligus melaksanakan adalah mahasiswa. Selama ini Senat Mahasiswa UKSW berada dalam koordinasi Pembantu Rektor III UKSW. Persiapan telah dilakukan kurang lebih lima bulan sebelum pelaksanaan. 14 Nama yang pernah digunakan adalah Expo Budaya dan Gebyar Budaya. 33 Dalam Kirab Budaya dipamerkan drumblek, bambublek, etnis Sumba, etnis Bali, etlis Batak Toba, etnis Batak Simalungun, etnis Poso, etnis Palembang, etnis Kalimantan Dayak, dan etnis Kalimantan Landak. Sepanjang jalan saat Kirab Budaya berlangsung, masyarakat mendekati jalan dengan berdiri atau masih tetap di atas motor, atau mobil bahkan naik di atas pagar. Penghuni maupun pegawai atau praktisi bisnis yang berkantor di sepanjang jalan yang dilewati keluar dari kantor dan melihat Kirab Budaya. Secara otomatis saat ada bunyi-bunyian alat musik dari Kirab Budaya, masyarakat dengan spontan menuju jalan yang dilewati. Hampir sepanjang jalan masyarakat mendekati Kirab Budaya dan bereaksi berbeda-beda seperti berdiri, duduk di trotoar, duduk di pagar, melambai-lambaikan tangan, menunjuk-nunjuk, bahkan mendekati orang-orang yang sedang kirab. “Kita menargetkan 1.000 orang untuk menonton Kirab Budaya, dan saya pikir itu sudah tercapai karena sepanjang jalan kirab itu ramai sekali. Dalam kirab, kelompok etnis membawa alat atau bunyi-bunyian untuk menarik orang. Suara-suara itu membuat orang keluar dari rumahnya atau tokonya. Jadi orang ingin melihat ada apa? Secara umum nampak ada respon yang baik dan tampak warga antusias untuk menonton. Jadi target sudah tercapai”.15 Secara kuantitatif, target penonton sudah memenuhi yaitu 1.000 orang sehingga panitia merasa sasaran jumlah penonton Kirab Budaya telah memenuhi target. Kirab Budaya merupakan kegiatan pawai yang bisa dinikmati oleh orang kebanyakan tanpa membedakan umur maupun latar belakang. Semua orang bisa menonton Kirab Budaya, dan telah diatur pelaksanaannya pada pukul 14.00 WIB 15 Wawancara dengan panitia PSBI, Yuda Sianturi pada 10 Mei 2012 di Salatiga 34 yang merupakan jam pulang sekolah bagi sekolah formal. Dengan itu tidak heran banyak siswa siswi masih mengenakan baju seragam dan menonton di pinggir jalan.