potensi sumberdaya alam kars kecamatan tanjung palas kabupaten

advertisement
POTENSI SUMBERDAYA ALAM KARS KECAMATAN
TANJUNG PALAS KABUPATEN BULUNGAN
Oleh
Ir. Fuad Abdullah, MMT; Jendi Siregar, ST ;
M. Herry Limbong, ST; Ajiz Hayli
Bidang Geologi dan Sumberdaya Mineral
Dinas Pertambangan dan Energi
Provinsi Kalimantan Timur
1. Pendahuluan
I.1. Latar Belakang
Provinsi Kalimantan Timur memiliki sumberdaya alam
kars yang cukup luas sebarannya, dengan kandungan
nilai beragam penting seperti ilmiah, ekonomi, hingga
nilai kemanusian, salah satu bagian kawasan kars
tersebut ialah di Kecamatan Tanjung Palas Kabupaten
Bulungan.
I.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan pemetaan kawasan kars adalah
menginventerisasi aspek geologi yang berkaitan
dengan kawasan kars untuk menyusun Klassifikasi
Kawasan Kars, sumberdaya geologi dan bahaya
geologi.
I.3. Sasaran
a. Sasaran yang akan dicapai dari hasil Pemetaan
Kawasan Kars adalah :
Menyusun pengembangan dan penataan ruang
kawasan kars dengan mempertimbangkan faktor
utama klassifikasi kelas lahan kawasan kars dan aspek
geologi lingkungan menjadi kawasan lindung dan
kawasan budidaya yang disajikan pada Peta Kawasan
Kars.
b. Sasaran Pengelolaan Kawasan Karst adalah :
- Terwujudnya pengelolaan kawasan karst yang
dapat meningkatkan nilai ilmiah, ekonomi, sosial
budaya, pariwisata, dan lingkungan yang
menunjang pembangunan berkelanjutan.
- Terciptanya koordinasi dan keterpaduan lintas
sektor, pemerintah, dan daerah dalam pengelolaan
kawasan karst.
I.4.
Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari hasil penyelidikan ini
adalah :
- Memberikan informasi potensi dan optimalisasi
pemanfaatan sumberdaya geologi sebagai faktor
pendukung serta bahaya geologi sebagai faktor
kendala pada kawasan kars.
- Memberikan informasi rekomendasi penggunaan
lahan berdasarkan aspek lingkungan yang
diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar
bagi pemerintah daerah berkaitan dengan penataan
ruang dan pembangunan kawasan kars.
2. Keadaan Umum
2.1. Administrasi Daerah Kars
Daerah Kawasan Karst secara administratif termasuk
dalam Wilayah Kecamatan Tanjung Palas Kabupaten
Bulungan, yang terdiri dari 14 Desa/kelurahan. Secara
o
geografis daerah Inventarisasi terletak pada 117 21’
o
o
o
37,24” - 118 25’ 54,82” BT dan 1 09’ 59,64” LU - 2
52’ 23” LS.
2.2
eadaan penduduk
Berdasarkan data-data kependudukan yang diperoleh
dari Kantor Kecamatan Tanjung Palas daerah Kawasan
Karst, jumlah penduduk Kecamatan Tanjung Palas
tahun 2008 sekitar 3.312 KK.
2.3. Iklim dan Curah Hujan
Berdasarkan data Meteorologi Tanjung Selor pada
tahun 2007 Kabupaten Bulungan pada umumnya, dan
Tanjung Selor pada khususnya mengalami musim hujan
sepanjang tahun dengan rata-rata hujan per bulan
adalah 262,6 mm atau 21 hari hujan (HH). Untuk
penyinaran matahari rata-rata 54,3 %, suhu udara ratarata 27,3ºC berkisar antara 22,7ºC -34,9ºC, curah hujan
berkisar antara 178,9 mm - 493,0 mm, Kelembaban
udara relatif tinggi berkisar antara 83 % - 88 % dengan
rata-rata 84,7 %. Sumberdata Kabupaten Bulungan dalan
angka tahun 2008 (BAPPEDA dan BPS Kab. Bulungan)
3. Geologi Umum
3.1 Morfologi
Berdasarkan pada bentuk relief, ketinggian dan
kemiringan lerengnya serta struktur geologi yang
berkembang daerah Kawasan Kars Kecamatan Tanjung
Palas Kabupaten Bulungan dapat dikelompokkan
menjadi 3 (Tiga) satuan morfologi yaitu satuan
morfologi dataran alluvial, satuan morfologi dataran
bergelombang dan satuan morfologi perbukitan kars.
3.2 Stratigrafi
Berdasarkan kesebandingan dengan Peta Geologi
Lembar Tanjung Redeb skala 1 : 250.000 (R.L
Situmorang dan G. Burhan, P3G Bandung, 1995),
stratigrafi daerah telitian disusun oleh Formasi
Sebakung (Tes), Formasi Birang (Tomb), Formasi
Domaring (Tmpd), Formasi Sajau (TQps) dan Alluvium
(Qa).
3.2 Struktur Geologi
Struktur geologi didaerah ini terdiri dari lipatan sesar
normal, sesar geser, dan kelurusan, menunjukkan arah
utama baratlaut -tenggara dan baratdaya-Timurlaut.
Struktur lipatan seperti antiklin dan sinklin berarah
baratlaut-tenggara dan barat daya – timur laut.
1
4. Identifikasi Kawasan Kars Kec. Tanjung Palas
4.1. Kawasan Karst Secara Umum
Kars adalah daerah yang mempunyai karakteristik
bentang alam, hidrologi unik yang terjadi akibat adanya
kombinasi antara batuan yang mudah larut, porositas
sekunder, dan pengaruh air alami sebagian agen
pelarutannya (Jennings, 1985; Ford dan William, 1989).
Kawasan kars adalah kawasan yang mempunyai
bentangalam dengan ciri khas dibentuk dari batuan
karbonat dan dolomit sebagai akibat proses pelarutan.
4.2. Bentang Alam Karst
Bentangalam karst merupakan kawasan berbatuan
gamping, dolomit, marmer, batugaram, dan gipsum
yang telah mengalami karstifikasi. Dicirikan oleh
adanya beberapa bentukan eksokarst seperti: ponor,
lembah buta, mata air sungai di mulut gua, lembah
kering, dan kumpulan perbukitan.
4.3. Identifikasi Kawasan Karst Kecamatan Tanjung
Palas
Nilai-nilai strategis kawasan kars daerah Kecamatan
Tanjung Palas Kabupaten Bulungan yang diinventarisasi
terdiri dari 5 (lima) segmen Kawasan Kars yaitu :
Kawasan Kars Segmen Gunung Putih, Gunung
Kerubung, Gunung tunggal, Gunung Sungai Pura dan
Gunung Seriang.
IV.3.1. Kawasan Karst Segmen Gunung Putih
Pengelolaan kawasan karst adalah upaya terencana
dan terpadu untuk melestarikan fungsi kawasan karst
dan mendayagunakan potensi kawasan karst secara
berkelanjutan, yang dilakukan melalui kegiatan
inventarisasi, penetapan, penelitian, klasifikasi,
pemanfaatan,
perlindungan,
pembinaan
dan
pengawasan kawasan karst.
Gua : Gua yang terbentuk di daerah ini umumnya
terdapat pada batugamping yang massif, proses
pelarutan terlihat pada dinding-dinding gua yang
membentuk stalagtit dan stalagmit, walaupun masih
belum sempurna. Fenomena di dalam gua walaupun
sebagian belum sempurna merupakan asset atau
kekayaan yang tak ternilai harganya, karena terbentuk
oleh alam dalam waktu yang sangat lama yaitu ribuan
atau jutaan tahun yang lalu. Fenomena yang terdapat
didalam gua Segmen Gunung Putih ini terdapat
stalagtit dan stalagmit yang masih aktif maupun tidak
aktif. Jenis-jenis stalagtit dan stalagmite yang dijumpai
berupa tiang, mangkok, bunga kol, yang bercorak
seperti tirai dan motif ukiran-ukiran lainnya. Stalagtit
dan stalagmite sebagian masih mengalami pelarutan,
sehingga pilar-pilar masih menyatu antara stalagtit dan
stalamit. Gua-gua batugamping ini banyak dijumpai
diwilayah kawasan kars Segmen Gunung Putih sebagai
habitat bersarangnya kelelawar dan wallet, sebagai
penjaga kelestarian hutan tropis yaitu gua sebagai
tempat tinggal, sedang dipermukaan tanah kars
sebagai tempat mencari makan.
Gua berair : gua sebagai lubang yang terdapat dibawah
permukaan tanah sebagian mempunyai hubungan
dengan keberadaan sungai bawah tanah dan mata air.
Sistem perguaan, antara gua satu dengan dengan gua
lainnya masih berhubungan, gua kelihatan terpisah
karena sudah terpotong-potong, sebetulnya pada saat
gua-gua terbentuk jauh di bawah tanah saat itu masih
berhubungan satu sama lain, bahkan merupakan suatu
jaringan yang rumit. Gua berair terdapat didaerah
penyelidikan sehingga kerapatan gua termasuk tinggi.
Gua kering : gua kering atau gua fosil adalah gua yang
sudah tidak dialiri lagi, tetapi merupakan indikasi
bahwa pada masa lalu muka air tanah pernah
mencapai elevasi gua tersebut, selanjutnya muka air
tanah turun seiring dengan proses geologi yaitu
pengangkatan, umumnya terdapat di puncak atau
tubuh perbukitan. Gua kering di kawasan ini terdapat
di beberapa tempat.
4.3.2. Kawasan Kars Segmen Gunung Tunggal.
Sebaran kawasan kars Segmen Gunung Tunggal, secara
administrasi merupakan rangkaian segmen kawasan
kars Gunung Putih, namun karena karakteristik dan
bentuknya yang unik jadi dipisahkan menjadi segmen
Gunung Tunggal.
Foto 1. Bentang alam Kars Gunung Putih
Fenomena endokars yang dijumpai di daerah
inventarisasi antara lain dijumpai gua dan sungai
bawah tanah, fenomena ini akan diuraikan sebagai
berikut :
Secara fisiografi Kawasan Kars Segmen Gunung Tunggal
perbukitan seperti bangunan gedung bertingkat.
Secara litostratigrafi, batugamping yang menyusun
kawasan kars segmen Gunung Tunggal adalah
batugamping non klastik yang berumur Miosen Tengah
Satuan batugamping tersebut disebut Formasi
Sembakung. Proses karstifikasi dimulai sejak zaman
Kuarter, yaitu setelah batugamping Formasi
2
Sembakung terangkat ke laut membentuk aneka jenis
gejala kars yang berkembang dipermukaan dan bawah
permukaan. Fenomena bentang alam kars yang
dipermukaan diwujudkan dengan adanya bentukan
bukit-bukit, bentukan depresi (dolina, uvala, polje), dan
lembah-lembah kering, sedangkan dibawah permukaan
berkembang system perguaan dengan segala
speleotemnya serta adanya sungai bawah tanah.
Sistem perguaan di daerah ini membentuk celah-celah
kecil yang bersifat massif, pada mulut gua terdapat
kekar-kekar besar yang mengalami retakan akibat
proses endokars. Gua kering yang sudah tidak dialiri
lagi, merupakan indikasi bahwa pada masa lalu muka
air tanah pernah mencapai elevasi gua tersebut,
selanjutnya muka air tanah turun seiring dengan
proses geologi yaitu pengangkatan, didaerah
penyelidikan ditemukan dinding kars dan kelihatan
sudah mengalami pelapukan.
Fenomena di dalam gua membentuk ornament,
walaupun masih sederhana dan tidak sempurna hanya
berupa leleran hasil proses pelarutan, tetapi gua
tersebut terbentuk oleh alam dalam waktu yang sangat
lama. Disekitar kawasan perguaan dikelilingi pohon
yang lebat dan berbagai macam jenis pohon yang
tumbuh disekeliling gua ini.
4.3.4.
Foto 2. Bentang alam kawasan kars Gn. Tunggal
Gua yang terbentuk di daerah ini pada umumnya
terdapat pada batugamping yang massif, proses
pelarutan terlihat pada dinding-dinding gua yang
membentuk stalagtit dan stalagmit, walaupun masih
belum sempurna.
Fenomena di dalam gua membentuk ornament,
walaupun masih sederhana hanya berupa leleran hasil
proses pelarutan, gua-gua batugamping ini umumnya
banyak dihuni atau sebagai habitat bersarangnya
kelelawar dan burung sebagai tempat tinggal dan
berkembang biak.
4.3.3.
Kawasan Kars Segmen Gunung Kerubung.
Sebaran kawasan kars Segmen Gunung Kerubung,
secara administrasi terdapat di disebelah utara
kawasan kars segmen Gunung Putih. Bentang alam
kawasan ini adalah perbukitan berupa kerucut (cone
hill) yang membentuk puncak berbentuk travertin
(bukit
runcing-runcing).
Secara
litostratigrafi,
batugamping yang menyusun kawasan kars segmen
Gunung Kerubung adalah batugamping yang berumur
Miosen Tengah Satuan batugamping terdapat pada
Formasi Sembakung.
Proses karstifikasi dimulai sejak zaman Kuarter, yaitu
setelah batugamping Formasi Sembakung terangkat ke
laut membentuk aneka jenis gejala kars yang
berkembang dipermukaan dan bawah permukaan.
Fenomena bentang alam kars yang dipermukaan
diwujudkan dengan adanya bentukan bukit-bukit,
bentukan depresi (dolina, uvala, polje), dan lembahlembah kering, sedangkan dibawah permukaan
berkembang system perguaan dengan segala
speleotemnya serta adanya sungai bawah tanah.
Kawasan Kars Segmen Gunung Teras Besar
Sebaran kawasan kars segmen Gunung Teras Besar,
secara administrasi terdapat di disebelah baratdaya
kawasan kars Gunung Putih. Secara fisiografi Kawasan
Kars ini merupakan perbukitan berupa kerucut (cone
hill) yang memanjang. Secara litostratigrafi,
batugamping yang menyusun kawasan kars ini hampir
sama dengan kawasan segmen lainnya. Proses
karstifikasi dimulai sejak zaman Kuarter, yaitu setelah
batugamping Formasi Sembakung terangkat ke laut
membentuk aneka jenis gejala kars yang berkembang
dipermukaan dan bawah permukaan. Fenomena
bentang alam kars yang dipermukaan diwujudkan
dengan adanya bentukan bukit-bukit gedung, bentukan
depresi (dolina, uvala, polje), dan lembah-lembah
kering, sedangkan dibawah permukaan berkembang
system perguaan dengan segala speleotemnya.
4.3.5.
Kawasan Kars Segmen Gunung Sungai Pura
Sebaran kawasan kars segmen Gunung Sungai Pura,
secara administrasi terdapat di disebelah baratlaut
Gunung Putih. Secara fisiografi Kawasan Kars ini,
perbukitan berupa kerucut (conical hill). Secara
litostratigrafi, batugamping yang terdapat didaerah ini
hampir sama dengan segmen lainnya. Fenomena
bentang alam kars yang dipermukaan berbentuk
retakan-retakan dan terdapat lubang-lubang gua yang
rapat. Sistem perguaan terdapat bentu depresi (dolina,
uvala, polje), dan lembah-lembah kering, sedangkan
dibawah permukaan berkembang sistem perguaan
dengan segala speleotemnya serta adanya sungai
bawah tanah.
Sistem perguaan di daerah ini membentuk celah-celah
kecil yang bersifat massif, pada mulut gua terdapat
kekar-kekar besar yang mengalami retakan akibat
proses endokars. Gua kering yang sudah tidak dialiri
lagi, merupakan indikasi bahwa pada masa lalu muka
3
air tanah pernah mencapai elevasi gua tersebut,
selanjutnya muka air tanah turun seiring dengan
proses geologi yaitu pengangkatan, didaerah
penyelidikan ditemukan dinding kars dan kelihatan
sudah mengalami pelapukan.
Foto 3 : Air permukaan yang lewat pada mulut gua
pada segmen kars Gunung Sungai Pura
Arah lubang perguaan didaerah ini menandakan terjadi
proses endokars yang aktif dan arah larian terdapat
dinding yang sudah dikotori oleh habitat kelelawar,
sedangkan pembentukan speleotem yang ada akibat
proses karstifikasi dan proses pelarutan yang terjadi
pada masa lalu. Speoletem yang terdapat berupa
stalagmit dan stalagtit dan sebagian sudah mengalami
pelapukan yang mencirikan bahwa system perguaan
merupakan gua kering. Hidrologi yang terdapat
dikawasan ini memotong pada dinding-dinding yang
membentuk lubang yang lebarnya ± 10 m dan sampai
saat ini masih aktif melintasi dibeberapa lobang gua.
4.3.6.
Kawasan Kars Segmen Gunung Serubung
Sebaran kawasan kars segmen Gunung Serubung,
secara administrasi terdapat di disebelah baratdaya
kawasan kars daerah penyelidikan. Secara fisiografi
Kawasan Kars ini, perbukitan berupa kerucut (cone
hill). Secara litostratigrafi, batugamping yang terdapat
di kawasan ini sama hampir mirip dengan segmen
lainnya. Fenomena bentang alam kars yang
dipermukaan diwujudkan dengan adanya bentukan
bukit-bukit berupa kerucut dan bulat, bentukan
depresi (dolina, uvala, polje), dan lembah-lembah
kering, sedangkan dibawah permukaan berkembang
sistem perguaan dengan segala speleotemnya serta
adanya sungai bawah tanah bersifat sementara.
Fenomena endokars yang dijumpai di daerah ini adalah
gua, sungai bawah tanah, fenomena ini akan diuraikan
sebagai berikut : Kawasan Kars Segmen Gunung
Serubung mempunyai lubang-lubang larian air
permukaan terbentuk karena proses pelarutan pada
batugamping, dimana dibawah tanah sudah terbentuk
rongga-rongga pelarutan yang merupakan awal dari
terbentuknya gua dan aliran sungai bawah tanah
lainnya, kadang membentuk rongga-rongga yang
berukuran besar dimana akan terakumulasi air bawah
tanah yang kemudian muncul kembali sebagai mataair
seperti yang dijumpai di pinggir lereng kars ini.
Didalam gua terdapat situs-situs bersejarah, stalagtit
dan stalagmit yang masih aktif maupun tidak aktif yang
dijumpai berupa tiang, candi, bentuk tangga, yang
bercorak seperti tirai dan motif ukiran-ukiran lainnya.
Stalagtit dan stalagmite sebagian masih mengalami
pelarutan, sehingga pilar-pilar masih menyatu antara
stalagtit dan stalagmit. Gua-gua batugamping ini
dijumpai diwilayah kawasan kars Segmen Gunung
Serubung sebagai habitat bersarangnya kelelawar dan
wallet, dan menjaga kelestarian hutan tropis yaitu gua
sebagai tempat tinggal, sedang dipermukaan tanah
kars sebagai tempat mencari makan. Didalam gua
terdapat kotoran-kotoran kelelawar berupa guano.
5. Hidrogeologi
Hidrogeologi, sebagai pengetahuan yang mempelajari
sifat fisik, kimia dan proses-proses dinamis dari air
yang terdapat di dalam tanah atau batuan merupakan
bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan karstifikasi yang membentuk bentang alam
kars. Hidrologi kars juga merupakan interaksi aktif
antara batuan yang mudah larut (batugamping) dengan
air meteorik (hujan) dalam bentuk pola aliran bawah
tanah yang bergerak melalui system saluran (conduit
flow).
Dari aspek hidrologeologi, kawasan kars merupakan
cadangan sumberdaya air bawah tanah yang potensial,
karena air yang meresap kedalam lapisan
batugamping,
kemudian
tertampung
dan
terdistribusikan disepanjang system percelahan –
retakan dan lorong bawah tanah (gua) sebagai aliran
sungai bawah tanh, sering mengalami penundaan
dalam penyalurannya sebelum keluar menjadi suatu
mata air. Peresapan air hujan ke dalam tanah sendiri di
kendalikan oleh berbagai faktor, diantaranya sifat dan
kerapatan kekar (retakan), tebal lapisan batugamping,
derajat kejenuhan batugamping, dan pengaruh system
perakaran vegetasi.
Air yang meresap kedalam tanah sebelumnya
merupakan air larian dipermukaan (surface run off),
yang keberhasilannya masuk kedalam lapisan batuan
yang lebih dalam tergantung dari lereng, banyak
sedikitnya retakan, dan hal-hal lainnya yang berkaitan
dengan tanah penutup seperti tebal, kepadatan dan
kemampuannya dalam meluluskan air.
Keberadaan sumberdaya air kars di daerah Kecamatan
Tanjung Palas tidak lepas dari siklus hidrologinya. Air
hujan dipermukaan tanah sebagian akan menjadi air
permukaan yang terkumpul di sungai dan telaga,
sebagian akan menjadi permukaan yang terkumpul
disungai dan telaga, sebagian diuapkan kembali oleh
4
tumbuhan, atau permukaan air dan tanah sebagai
evapotranspirasi, dan sisanya meresap kedalam tanah
menuju daerah jenuh menjadi air bawah tanah.
dan burung wallet, burung perkutut, dan lain
sebagainya.
Air tanah yang terdapat di dalam batugamping
bergerak dan tersimpan didalam ruang antar butir,
rekahan, gabungan ketiganya, bentuk, ukuran, dan
keseragaman ukuran butir akan mempengaruhi
porositas. Batuan yang berbutir seragam, ukuran pasir
kasar, dan bentuk membundar baik akan mempunyai
porositas lebih tinggi disbanding pasir berukuran
sangat halus dan berbutir tidak seragam. Batugamping
yang mempunyai rekahan saling terhubung akan
mempunyai porositas yang lebih baik dibanding
batugamping yang tidak mempunyai rekahan.
Jenis bahan galian yang dijumpai di kawasan kars
Gunung Putih meliputi bahan galian golongan C yang
terdiri dari batugamping, batulempung, guano
phospat, dan kalsit. Bahan galian tersebut sebagian
sudah di usahakan oleh masyarakat untuk pengerasan
jalan dan bahan pondasi bangunan khususnya
batugamping.
7.
Bahan galian
Foto 5 : Bahan galian batugamping di daerah Gunung
Kerubung
Foto 4. Salah satu mata air di kaki kars Gunung Putih
Akumulasi air bawah tanah juga dikendalikan oleh
curah hujan, jenis dan sifat fisik batugamping, serta
keadaan bentangalamnya. Faktor-faktor itu akan
membentuk system yang dinamis dan terpadu, yang
terpengaruh terhadap keterdapatan air bawah tanah.
Hidrogeologi kawasan kars Tanjung Palas berbeda
dengan kawasan bukan kars. Pola pengaliran air bawah
– permukaan daerah kars merupakan fenomena alam
yang rumit, dan secara visual tidak mudah dilacak. Hal
itu disebabkan karena sungai bawah tanah terletak
belasan hingga puluhan meter dibawah permukaan
tanah. Sungai bawah tanah itu membentuk komponen
aliran pada saluran utama, yang merupakan gabungan
antara limpasan dasar (internal base run off) yang
berasal dari aliran sebar melalui media akuifer, dan
limpasan-langsung (conduit direct run off) yang masuk
melalui mulut gua.
6.
Dari data hasil pengujian laboratorium berat jenis
sampel agregat kasar dan agregat halus > 2,500 gr/cc
untuk kadar lumpur > 0,25 %, soundness < 12 % ,
agregat kasar halus sampel kurang dari 12 %, Nilai
kelekatan terhadap aspal dari sampel batas minimum
95+ %
8. Nilai Strategis Kawasan Kars Tanjung Palas
8.1.
Nilai Ilmiah
Kawasan kars Kecamatan Tanjung Palas merupakan
obyek penelitian dan kajian berbagai displin ilmu
(geologi, geomorfologi, biologi) yang menarik, sehingga
memiliki arti dan fungsi salah satu situs pengembangan
ilmu pengembangan dan teknologi. Selain itu, kawasan
kars Kecamatan Tanjung Palas menyimpan banyak situs
arkeologi yang membuktikan sejarah kehidupan dan
perkembangan budaya manusia prasejarah dimasa
lalu seperti Gua Gunung Putih, Gua Gunung Serubung,
Gunung Teras Besar, di Kecamatan Tanjung Palas
Kabupaten Bulungan.
Keanekaragaman Hayati (Biodiversity)
Keanekaragaman hayati yang terdapat di kawasan kars
gunung putih memiliki nilai kekayaan tersendiri, baik
yang ada dipermukaan (eksokars) maupun yang
terdapat di bawah permukaan (endokars) dan hingga
saat ini potensi keanekaragaman hayati di kawasan
kars gunung putih masih banyak yang belum terdata.
Dari beberapa hasil pengamatan di kawasan kars
gunung
putih
terdata
beberapa
potensi
keanekaragaman hayati seperti Jenis burung kelelawar,
Nilai ilmiah yang dimaksud antara lain: penelitian, studi
wisata, pendidikan luar ruang, dan kearifan lokal.
8.2.
Nilai Ekonomi
Kawasan kars Gunung Putih memiliki nilai strategis
dalam hal nilai ekonominya karena pada kawasan
tersebut terdapat potensi-potensi yang bernilai
ekonomi yang dimaksud antara lain: hasil hutan, bahan
5
tambang, budidaya pertanian dan peternakan, wisata,
olahraga, serta layanan jasa oleh masyarakat.
4.
Potensi ekonomi yang selama ini belum dikelola secara
optimal. Pengelolaan potensi ekonomi ini masih
terbatas pada kegiatan eksploitasinya belum
menyentuh pada aspek pemulihan biota, konservasi
guanya dan kelestarian hutannya. Nilai ekologi yang
dimaksud antara lain: sumber mata air dan cadangan air
tawar, penyimpan karbon, habitat hewan dan
tumbuhan, serta keragaman hayati karst. Potensi
Parawisata di gua-gua seperti gua Gunung Putih
berdampak positif bagi pendapatan daerah dan juga
bagi pendapatan masyarakat lokal. Demikian pula
dengan pengembangan parawisata ada di Kecamatan
Tanjung Palas Kabupaten Bulungan.
8.3.
5.
Tahun 1999. Pengelolaan Sumberdaya Alam Kars
Berwawasan Lingkungan.
Kumpulan Makalah Workshop Nasional Kawasan
Kars Nasional. Badan Geologi Departemen Energi
dan Sumberdaya Mineral, Museum Kars Wonogiri,
Wonogiri Tahun 2009. Kars Untuk Ilmu
Pengetahuan dan Kehidupan.
R.L. Situmorang dan G. Burhan. Peta Geologi
Lembar Tanjung Redeb, Kalimantan Timur. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi Tahun 1995
Peta Geologi Lembar Tanjung Redeb, Kalimantan
Timur
Nilai Sosial Budaya
Masyarakat kawasan kars Kecamatan Tanjung Palas
memiliki corak sosio-ekonomi dan sosio-budaya yang
unik dan mungkin berbeda dengan masyarakat lain
yang tinggal dan bermukim di kawasan non kars.
Sebagai suatu warisan, beberapa tata adat dan tradisi
masih dipertahankan hingga sekarang.
8.4.
Nilai Konservasi
Perubahan lingkungan biotik dan abiotik kawasan kars
Gunung Putih sebenarnya berlangsung belum lama
yang merupakan satu kesatuan ekosistem yang utuh
kawasan kars Gunung Putih memiliki aspek konservasi
yang dapat dimanfaatkan untuk pendidikan,
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Unsur-unsur ekosistem karst yang perlu dilindungi
diantaranya bentang alam permukaan (eksokars),
bentang alam bawah dipermukaan (endokars) dan
nilai-nilai sosial budaya yang ada dan berkembang
dimasyarakat.
Daftar Pustaka :
1.
2.
3.
Achmad Ruhyadi, Ruswanto, Dedi Heradi Bisri.
Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan
Kars Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya
Mineral, Departemen Energi dan Sumberdaya
Mineral Tahun 2004. Inventarisasi dan Evaluasi
Geologi
Lingkungan Kawasan Batugamping
Karst Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan
Timur
H. Samodra, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Badan Geologi Departemen Energi dan
Sumberdaya Mineral Tahun 2005. Potensi
Sumberdaya Alam Kars Kabupaten Pacitan
Bagian Timur.
Kumpulan Makalah Lokakarya kawasan kars,
Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya
Mineral Departemen Pertambangan dan Energi
6
Download