BAB III KONDISI UMUM PENELITIAN 3.1 Letak dan Luas Secara geografis, Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) berada di kooordinat 108°20’ BT - 108°40’ BT dan 6°40’ LS - 6°58’ LS. Posisi geografis puncaknya terletak pada 6°53' 30" LS dan 108° 24' 00" BT, dengan ketinggian 3.078 m dpl membentuk kerucut di sisi sebelah utara sisa Keldera Geger Halang berukuran 4,5 x 5 km. Gunung Ciremai memiliki ketinggian sekeliling kawah yang berbeda yaitu : a. Bagian utara dengan ketinggian 3.078 m dpl bernama Sunan Cirebon b. Bagian timur dengan ketinggian 3.027 m dpl bernama Pengasinan c. Bagian selatan dengan ketinggian 3.058 m dpl bernama Sunan Mataram d. Bagian barat dengan ketinggian 3.056 m dpl bernama Pangeran Telaga TNGC memiliki luas total sekitar 15.000 hektar yang secara adminsitratif meliputi dua wilayah Kabupaten yaitu: Kabupaten Majalengka di sebelah barat dan Kabupaten Kuningan di sebelah timur. Untuk lebih jelas, posisi lokasi dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian 19 3.2 Iklim Iklim kawasan TNGC berdasarkan klasifikasi hujan Schmidt dan Ferguson, termasuk tipe hujan B dan C dengan rata-rata curah hujan tahunan antara 2000 - 4000 mm. Temperatur bulanan berkisar antara 18°C - 24°C dengan kelembaban udara rata-rata sekitar 80 %. 3.3 Topografi dan Geologi Topografi TNGC umumnya berombak, berbukit, dan bergunung dengan membentuk kerucut di bagian puncak dengan ketinggian 3.078 mdpl. Kemiringan lahan Gunung Ciremai bervariasi mulai dari landai sampai curam. Secara garis besar, lahan yang landai hanya meliputi 26 % dari total luas kawasan dan sisanya berupa lahan dengan kemiringan yang curam. 3.4 Vulkanologi Gunung Ceremai termasuk gunung api Kuarter aktif tipe A (yakni, gunung api magmatik yang masih aktif semenjak tahun 1600), dan berbentuk strato. Gunung ini merupakan gunung api soliter, yang dipisahkan oleh Zona Sesar Cilacap – Kuningan dari kelompok gunung api Jawa Barat bagian timur (yakni deretan Gunung Galunggung, Gunung Guntur, Gunung Papandayan, Gunung Patuha hingga Gunung Tangkuban Perahu) yang terletak pada Zona Bandung. Ceremai merupakan gunung api generasi ketiga. Generasi pertama ialah suatu gunung api Plistosen yang terletak di sebelah Gunung Ceremai, sebagai lanjutan vulkanisma Plio-Plistosen di atas batuan Tersier. Vulkanisma generasi kedua adalah Gunung Gegerhalang, yang sebelum runtuh membentuk Kaldera Gegerhalang. Dan vulkanisma generasi ketiga pada kala Holosen berupa Gunung Ceremai yang tumbuh di sisi utara Kaldera Gegerhalang, yang diperkirakan terjadi pada sekitar 7.000 tahun yang lalu (Sumarna, 2008) 20 3.5 Tanah Jenis batuan di daerah ini terdiri dari jenis batuan vulkanik, baik berupa vulkanik tua maupun muda yang merupakan produk dari aktivitas vulkanik Gunung Ciremai (Rachmat M 2007). Terlebih pada bagian Utara kawasan yang pada lereng bagian bawah dan bagian kaki gunungnya dipenuhi oleh batuanbatuan vulkanik dengan vegetasi dominan adalah semak belukar. Menurut Rachmat M (2007), kawasan Gunung Ciremai, berdasarkan peta Kelas Tanah Kelompok Hutan Gunung Ciremai, pola penyebaran jenis tanah penyusunan kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai adalah sebagai berikut: a. Regasol coklat kelabu, asosiasi regosol kelabu, regosol coklat kelabu dan latosol, dengan penyebaran mulai dari puncak Gunung Ciremai sampai bagian lahan yang landai di Kecamatan Jalaksana dan sebagian Kecamatan Mandirancan. b. Kelompok asosiasi andosol coklat dan regosol, dengan penyebaran pada daerah-daerah tinggi, yaitu di sekeliling puncak Gunung Ciremai. c. Kelompok latosol coklat, latosol coklat kemerahan umumnya menempati daerah yang lebih rendah dengan penyebaran yang cenderung merata di setiap wilayah. 3.6 Hidrologi Fungsi hidrologi kawasan Gunung Ciremai sebagai pemasok air yang cukup penting bagi DAS Cimanuk, DAS Citanduy, DAS Cisanggarung, DAS Ciberes dan Bangkaberes. Berdasarkan inventarisasi BKSDA JABAR II tahun 2006, di dalam kawasan : - Wilayah Kuningan terdapat 156 mata air, 147 titik mengalir sepanjang tahun - Wilayah Majalengka terdapat 36 mata air produktif dan 7 sungai yang mengalir sepanjang tahun dengan debit rata-rata sekitar 50 – 2000 liter/detik serta kualitas ainya memenuhi standar kriteria kualitas air minum. Selain itu beberapa sumber air yang dapat digunakan untuk irigasi dan kegiatan pariwisata diantaranya adalah Waduk Darma , Darmaloka, Balong Cibulan, Balong Cigugur, Balong Dalam dan Telaga Remis. 21 3.7 Biotik (Flora dan Fauna) TNGC memiliki ekosistem yang relatif masih utuh dengan tipe hutan dataran rendah (<1.000 m dpl), hutan hujan pegunungan/zona montana (1.000 2.400 m dpl), dan hutan pegunungan sub alpin (>2.400 m dpl). Hutan yang masih alami di Gunung Ceremai terdapat di bagian atas. Di sebelah bawah, terutama di wilayah yang pada masa lalu dikelola sebagai kawasan hutan produksi Perum Perhutani, hutan-hutan ini telah diubah menjadi hutan pinus (Pinus merkusii), atau berupa semak belukar, yang terbentuk akibat kebakaran berulang-ulang dan penggembalaan. Kini, sebagian besar hutan-hutan di bawah ketinggian 1.600 m dpl. dikelola dalam bentuk wanatani (agroforest) oleh masyarakat setempat. Tipetipe vegetasi yang ada di Gunung Ciremai ini dijumpai berturut-turut adalah tipetipe hutan pegunungan bawah (submontane forest), hutan pegunungan atas (montane forest) dan hutan subalpin (subalpine forest), dan kemudian wilayahwilayah terbuka tidak berpohon di sekitar puncak dan kawah. Kawasan hutan tersebut memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, antara lain terdapat berbagai jenis flora seperti : pinus (Pinus merkusii), saninten (Castanopsis javanica), randu tiang (Fragraera blumii), nangsi (Villubrunes rubescens), mahang (Macaranga denticulatan), pasang (Lithocarpus sundaicus), medang (Elaeocarpus stipularis), beringin (Ficus sp.), dan lain-lain. Selain itu terdapat juga jenis tumbuhan langka seperti lampeni (Ardisia cymosa) dan kandaca (Platea latifolia), jambu persik (Prunus javanica), dan jirek (Symplocos theaceli). Keanekaragaman satwa di Ciremai cukup tinggi. Jenis satwa yang ada di kawasan ini, diantaranya adalah macan kumbang (Phantera pardus), kijang (Muntiacus muntjak), landak (Zaglossus brujini) , babi hutan (Sus sp.) kera abuabu (Macaca fascicularis), dan surili (Presbytis comat ). Selain itu terdapat juga jenis reptil, diantaranya ular sanca (Phyton sp.), bunglon (Gonocephalus chamaeleontinus), cecak (Cyrtodactylus sp.), dan kadal (Eutropia multifasciata), lebih dari 95 spesies burung, diantaranya adalah elang jawa (Spizaetus bartelsii), serta 12 spesies amfibia (kodok dan katak). 22 3.8 Aksesibilitas Kawasan TNGC dapat diakses dari tiga wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Majalengka. Jalur yang dapat langsung diakses ke puncak Gunung Ciremai terdapat tujuh jalur, yaitu jalur dari Palutungan, Linggarjati, Setianegara, Cibuntu, dan Padabeunghar di Kabupaten Kuningan dan jalur dari Apuy serta Padaherang dari Kabupaten Majalengka. Namun untuk pendakian resmi ada tiga jalur pendakian, yaitu jalur Linggarjati, jalur Palutungan dari Kabupaten Kuningan dan jalur Apuy dari Kabupaten Majalengka. Jalur perhubungan untuk mencapai tiga jalur tersebut dari masing-masing wilayah adalah sebagai berikut : a. Jalur Pendakian Linggarjati ; Kuningan - Cilimus - Linggarjati, jarak tempuh 16 Km dengan kondisi jalan baik dan tersedia angkutan umum. b. Jalur Palutungan ; Kuningan - Cigugur – Palutungan, jarak tempuh 7 Km dengan kondisi jalan baik dan tersedia angkutan umum yang memadai. c. Jalur Apuy ; Majalengka – Argamukti, jarak tempuh 29 Km dengan kondisi jalan baik dan tersedia angkutan umum yang memadai. 3.9 Keadaan Sosial Ekonomi Kepadatan penduduk rata-rata dari tujuh Kecamatan di wilayah Kabupaten Kuningan sekitar kawasan TNGC (Kecamatan Darma, Cigugur, Kramatmulya, Jalaksana, Cilimus, Mandirancan dan Pasawahan) dengan total luas wilayah 246.12 km² adalah sekitar 1.167,88 orang per-Km² (BPS Kabupaten Kuningan, 2003b). Adapun kepadatan penduduk rata-rata dari tujuh Kecamatan di wilayah Kabupaten Majalengka (Kecamatan Cikijing, Talaga, Banjaran, Argapura, Sukahaji, Rajagaluh, dan Sindangwangi) dengan total luas wilayah 312 km² adalah sekitar 896,24 orang per-Km² (BPS Kabupaten Majalengka, 2003a). Penduduk Kabupaten Kuningan Tahun 2007 menurut Hasil Suseda sebesar 1.102.354 orang dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar 1,17% pertahun. Penduduk laki-laki sebesar 549.118 orang dan penduduk perempuan sebesar 553.236 orang dengan sex ratio sebesar 99,3 % artinya jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding penduduk laki-laki. Jumlah penduduk 23 Kabupaten Kuningan terus meningkat baik adanya kelahiran maupun karena migrasi. Mata pencaharian penduduk di sekitar Gunung Ciremai terdiri dari petani sebanyak 68,75 %, industri 2,46 %, dan sektor jasa sebanyak 28,55 %. Komoditas pertanian yang dihasilkan, diantaranya padi, palawija, sayur-sayuran dan buahbuahan. Berdasarkan data Potensi Desa Tahun 2003/2004, mata pencaharian penduduk di sekitar Gunung Ciremai wilayah Kabupaten Kuningan adalah sebagian besar di sektor pertanian dengan komoditi sayuran dan rempah-rempah. Sedangkan di Kabupaten Majalengka komoditi pertaniannya berupa sayur-sayuran dan palawija.